Analisis Penurunan Beban Pencemaran Pada Waste Water Treatment Plant #48 Melalui Mekanisme PROPER Di PT Badak NGL Bontang. 1
1
Muh. Agung Triady Putra, 2Mary Selintung2Sumarni Hamid Aly
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2 Dosen Pengajar Prodi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Email :
[email protected] ABSTRAK
Maju dan berkembangnya industri di Indonesia berpotensi memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah perusahaan atau pelaku kegiatan kemudian menjadi salah satu pemicu keluarnya kebijakan pemerintah berupa Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No3 tahun 2014 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup atau kemudian disingkat PROPER. dengan adanya PROPER, perusahaan telah berupaya melakukan perbaikan terhadap sistem manajemen lingkungan serta memacu kegiatan perusahaan untuk mencapai kinerja ketaatan terhadap izin-izin lingkungan yang berlaku. PT Badak NGL adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan dalam pencairan gas alam (LNG Process) yang ikut serta dalam PROPER. Dalam evaluasi kinerja tahun 2015, PT Badak NGL memperoleh nilai kinerja terbaik di antara seluruh perserta PROPER (2137 perusahaan). Oleh sebab itu, maka di anggap perlu untuk melakukan analisis evaluasi kinerja untuk Sistem Manajemen Lingkungan secara umum dan pemantauan parameter limbah cair domestik secara khusus sebagai referensi perusahaan lain dalam pengelolaan lingkungannya. Sistem Manajemen Lingkungan yang diaplikasikan di PT Badak NGL secara dominan dipengaruhi oleh adanya sertifikasi ISO 14001:2005 dan evaluasi pemantauan limbah domestik. Dari hasil perhitungan beban pencemar didapatkan rata-rata penurunan sebesar 41% hingga 91% dari seluruh parameter yang di pantau yaitu PH, BOD5, COD, TSS, NH3-N. Kata Kunci: PROPER, Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001;
pembangunan yang bijak. Pembangunan dengan konsep yang bijaksana tersebut harus berkelanjutan (Sustainable Development), Indonesia lebih dikenal dengan konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan (PBL). Kebijakan yang mendukung kelestarian lingkungan idealnya harus direalisasikan oleh pembuat aturan dalam hal ini adalah pemerintah. Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun sebuah program agar perusahaan yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan dapat melakukan usaha penaatan baku mutu lingkungan agar dampak yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Strategi ini dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang Program Kinerja Peringkat Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
PENDAHULUAN Faktor terpenting yang mempengaruhi permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertambahan penduduk). Dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, pemukiman dan kebutuhan dasar lain juga meningkat yang pada gilirannya akan meningkatkan limbah domestik maupun limbah industri sehingga mengakibatkan perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup. Permasalahan ini diperparah dengan ketergantungan manusia pada penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi ini terjadi di negara yang sedang berkembang dengan tingkat ekonomi dan penguasaan teknologi masih rendah. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yaitu dengan menerapkan konsep
1
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014, Program Kinerja Peringkat Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut PROPER adalah evaluasi ketaatan dan kinerja melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan di bidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, serta pengelolaan limbah berbahaya dan beracun.
terdaftar di pasar saham, memiliki produk yang berorientasi ekspor atau digunakan oleh masyarakat. Setelah peserta didirikan, data pemantauan diri dikumpulkan dengan cara mengevaluasi biasa pelaporan izin lingkungan. Selain data pemantauan diri, data primer dikumpulkan oleh Inspektur Lingkungan selama audit kepatuhan lingkungan biasa. Inspektur kemudian mengevaluasi kepatuhan data pemantauan dibandingkan dengan Kriteria PROPER. Hasil evaluasi kemudian diringkas menjadi sebuah Laporan Kinerja Lingkungan.
PROPER dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar, yakni: peserta PROPER bersifat selektif, yaitu diperuntukkan bagi industri yang menimbulkan dampak besar dan meluas terhadap lingkungan, dan mereka peduli dengan citra atau reputasi perusahaannya. Karena itu, pendekatan strategi yang dipilih PROPER adalah memanfaatkan peranserta masyarakat dan pengaruh pasar untuk memberikan tekanan kepada industri agar meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan lingkungan
Sebelum peringkat akhir ditentukan oleh kementerian, laporan tersebut dikirim ke industri untuk mendapatkan komentar. Perusahaan dan pemerintah daerah keduanya diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan didukung dengan data baru yang berlaku. Dewan akan memberikan pendapat akhir mereka mengenai status kinerja perusahaan sebelum dilaporkan kepada Menteri. Menteri memeriksa dan menentukan status peringkat kinerja perusahaan dengan memperhatikan laporan dari Dewan Penasehat. Setelah semua proses telah menyimpulkan pengumuman peringkat kinerja perusahaan diberikan kepada masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif evaluatif, tujuan dari penelitian evaluatif ini adalah mengetahui tingkat ketercapaian tingkat ketaatan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku..
Sebuah tim teknis mengkaji Laporan Kinerja Lingkungan, dan melaporkan hasilnya kepada komite yang terdiri dari Eselon Pertama (Deputi Kementerian) di Kementerian Lingkungan Hidup. Panitia memberikan pendapat dan persetujuan mengenai peringkat kinerja lingkungan industri. Dalam rangka mempertahankan kredibilitas proses evaluasi PROPER, Kementerian Lingkungan Hidup membentuk Dewan Penasehat untuk memberikan saran mengenai prosedur PROPER dan mekanisme. Dewan juga memberikan saran akhir untuk rating.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan beban pencemar adalah sebagai berikut: Perhitungan Beban Pencemaran Inlet (1) Perhitungan Beban Pencemaran Outlet (2) Beban Pencemaran Inlet rata-rata bulanan ̅ 3) Beban Pencemaran Outlet rata-rata bulanan ̅ (4) Rata-rata penurunan beban pencemaran ̅ ̅ (5) Persentase penurunan beban pencemaran . (6)
Sistem Manajemen Lingkungan PT Badak NGL Sistem manajemen lingkungan PT Badak NGL telah disertifikasi dengan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sejak tahun 2000. Lembaga yang dilakukan sertifikasi adalah LRQA (Lloyd Register Quality Assurance Ltd), dan SGS. Ruang lingkup audit tidak terbatas pada area pabrik, tetapi juga mencakup kantorkantor, wilayah perumahan, dan juga termasuk sekolah di dalamnya, dengan luas total 2.100
HASIL DAN PEMBAHASAN PROPER dimulai dengan pemilihan perusahaan yang berpartisipasi. Perusahaan yang menjadi target PROPER adalah salah satu yang menciptakan dampak yang signifikan terhadap lingkungan,
2
hektar. Ruang lingkup sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) PT Badak NGL ini adalah “Manufacture of natural gas liquefaction (LNG & LPG) and associated site activites” atau meliputi seluruh aspek produksi (kilang LNG & LPG termasuk Utilities dan Storage & Loading) beserta sarana pendukungnya (seperti pengelolaan perkantoran & perumahan, transportasi, rumah sakit, dan fasilitas umum).
influen. Penentuan waktu jenuh dimaksudkan untuk mengetahui batas waktu yang diperlukan zeolit dalam mengadsorpsi logam Cd dan Pb. Berikut data hasil uji laboratorium dengan 3x percobaan.
PT Badak NGL mengadakan serangkaian kegiatan perencanaan Sistem Manajemen Lingkungan, yang bertujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan lebih lanjut dan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, mulai dari mengidentifikasi aspek lingkungan dan identifikasi peraturan terkait. Dari hasil identifikasi yang dilakukan, menilai dan menentukan aspek penting yang berdampak negatif terhadap lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang digunakan untuk menentukan kandungan jumlah ion logam Pb dan Cd yang teradsorpsi dengan menggunakan zeolit alam teraktivasi yaitu berdasarkan variasi aktivasi larutan logam.Pembacaan hasil konsentrasi ion logam Cd dan Pb menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).Air limbah industri atau artificial diperoleh dari hasil pencampuran larutan logam dengan aquades masing-masing aktivasi larutan menggunakan larutan kimia H3PO4 (Asam Fosfat), NaOH (Natrium Hidroksida), dan Pemanasan. Pengambilan atau pemeriksaan sampel dilakukan setiap 15 menit pertama, 30 menit kedua, 60 menit ketiga dan 60 menit selanjutnya sampai 8 jam di tiap kolom dari 3 kolom keseluruhan untuk mengetahui waktu jenuhnya disertai 3x pengulangan (triplo).
Gambar1.Perencanaan Manajemen Lingkungan Pada Gambar 2 menjelaskanbagaimana PT BAdak NGL membuat sebuah perencanaan lingkungan. Untuk mencapi target dalam menghilangkan dampak negative terhadap lingkungan, maka perlu adanya Program Sistem Manajemen Lingkungan. Identifikasi terhadap aspek lingkungan yang signifikan dilaporakan dan ditinjau setiap enam bulan dan setiap kali ada kegiatan / proyek yang memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Dalam perencanaan Program Pengelolaan Lingkungan didefinisikan secara jelas program kegiatan, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, target, lokasi kegiatan, jadwal pelaksanaan, orang yang bertanggung jawab untuk program ini, dan jumlah dana yang dibutuhkan. Pengendalian Pencemaran Air
Waktu jenuh ion logam dengan sistem kolom merupakan waktu dimana adsorben sudah tidak memiliki kemampuan untuk menyerap ion logam, sehingga konsentrasi effluen memiliki nilai yang sama atau mendekati konsentrasi
Limbah cair yang dihasilkan oleh Badak LNG dibagi menjadi 2 jenis, yaitu limbah domestik yang berasal dari pemukiman dan limbah industri yang berasal dari proses produksi dan utilitas. Limbah domestic sendiri diolah dengan fasilitas
3
Waste Water Treatment Plant (WWTP) #48 mengolah air limbah domestik (perumahan) sebelum dibuang ke laut, terdiri dari 3 jenis pengolahan yang beroperasi secara paralel, yaitu :
6) Chlorine contact tank: pada unit ini proses yang terjadi adalah pengontakkan chlorin dengan air limbah yang telah diolah pada rangkaian proses sewage I dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen sebelum air limbah yang telah diolah dibuang ke lingkungan (laut).
a. Rotary m3/hari
b. Activated Sludge kapasitas 1.800 m3/hari
pengolahan air limbah domestik WWTP #48.
Biodisc
dengan
kapasitas
600
Gambar 2. Process Flow Diagram Sewage I (Rotary Biodisc)
Sedimentasi
dengan
Gambar 3. Process Flow Diagram Sewage II (Activated Sludge)
1) Comminutor: merupakan peralatan seperti gerinder yang berfungs sebagai pemotong material yang tertangkap oleh screen. Communitor dilengkapi dengan gigi pemotong atau peralatan pencacah dalam drum yang berputar.
a) Coarsa Screen: merupakan peralatan yang digunakan untuk memisahkan padatan dengan ukuran yang relatif kecil. Padatan kering yang tersaring dipisahkan secara kontinyu ke dalam penampung, bukaan bervariasi antara 3 – 20 mm bergantung sesuai kebutuhan.
2) Aerated Flow equalization tank: merupakan proses pengaturan debit aliran dengan menggunakan penambahan udara dari blower agar debit aliran yang masuk kepada tangki sedimentasi utama memiliki debit aliran yang konstan.
b) Well Pump House: pada unit ini berfungsi menyediakan udara untuk proses aerasi pada aeration tank. c) Aeration Tank With Return Activated Sludge: proses yang terjadi pada kolam aerasi adalah meningkatkan jumlah mikroorganisme pendegradasi air limbah yang dimanfaatkan dalam proses activated sludge. d) Settling Tanks Capasity 4 Hours Retention: tangki pengendapan dengan kapasitas waktu tinggal air limbah selama 4 jam, pada unit ini air limbah diproses dengan mengendapkan material yang terendapkan dengan waktu tinggal air limbah selama 4 jam. e) Chlorine Contact 10 Minutes Retention: pada proses ini air limbah dikontakkan dengan chlorin dengan waktu kontak selama 10 menit dengan tujuan untuk menghilangkan
3) Tangki sedimentasi utama: proses yang terjadi pada tangki sedimentasi adalah mengendapkan padatan ataupun material yang dapat terendapkan dari proses equalization tank. 4) Rotating biodisc: pada proses ini air limbah dikontakkan dengan disk yang telah terdapat mikroorganisme untuk mendegradasi air limbah dengan memanfaatkan air limbah sebagai nutrien dalam proses metabolisme. 5) Clarifier: proses pengadukan lambat yang bertujuan untuk memisahkan atau mengendapkan padatan yang terdapat pada air limbah. 4
mikroorganisme patogen yang terdapat dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan (laut).
dilakukan oleh pihak Laboratorium yang terakreditasi sesuai dengan sertifikat terlampir. Data produksi di tampilkan sebagai perbandingan jumlah beban pencemar dengan besarnya produksi LNG perusahaan. Data konsentrasi Inlet dapat dilihat pada lampiran table konsentrasi inlet dan data konsentrasi outlet dapat dilihat pada lampiran table konsentrasi outlet.
c. Aerated Lagoon dengan kapasitas 2.000 m3/hari
Gambar 4. Process Flow Diagram Sewage III (Aerated Lagoon) a) Communitor: merupakan peralatan seperti gerinder yang berfungs sebagai pemotong material yang tertangkap oleh screen. Communitor dilengkapi dengan gigi pemotong atau peralatan pencacah dalam drum yang berputar.
Gambar 5. Grafik Konsentrasi pH pada Outlet Gambar 5 menjelaskan konsentrasi pH pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu.
b) Maturing Lagoon: proses pengolahan yang terjadi memiliki prinsip dimana bahan organik dioksidasi oleh mikroorganisme aerobik dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan dari alga yang tumbuh pada permukaan air. c) Chlorine Contact: : pada unit ini proses yang terjadi adalah pengontakkan chlorin dengan air limbah yang telah diolah pada rangkaian proses sewage III dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen sebelum air limbah yang telah diolah dibuang ke lingkungan (laut).
Gambar 6. Grafik Konsentrasi TSS pada Outlet Gambar 6 menjelaskan konsentrasi TSS pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu.
Penurunan beban pencemar pada WWTP #48. Data yang dibutuhkan pada penurunan beban pencemar adalah data konsentrasi dan data debit bulanan pada setiap outlet sewage 1 hingga sewage 3. Konsentrasi yang di uji adalah konsentrasi pH, BOD5, COD, TSS, NH3-N, serta Minyak dan Lemak. Sampling dan pengujian 5
Gambar 7. Grafik Konsentrasi BOD5 pada Outlet
Gambar 10. Grafik Konsentrasi Minyak dan Lemak pada Outlet
Gambar 7 menjelaskan konsentrasi BOD5 pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu.
Gambar 10 menjelaskan konsentrasi Minyak dan Lemak pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu. Dari gambar 6 hingga
gambar 10 dapat dilihat bahwa seluruh parameter yang diuji tidak melewati baku mutu yang di tetapkan. Baku mutu yang di acu pada penelitian ini adalah Baku Mutu SK GUB KALTIM No.658.31/K.559/2013 tentang Pemberian Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut karena lokasi penelitian berada dalam cakupan Kalimantan Timur. Pada grafik juga dapat dilihat bahwa pada bulan Februari 2016 IPAL Sewage 2 yaitu Activated Sludge tidak beroperasi.
Gambar 8. Grafik Konsentrasi COD pada Outlet Gambar 8 menjelaskan konsentrasi COD pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu.
Tabel 1. Persentasi Hasil Penurunan Beban Pencemar tahun 2016 (Jan-Jul 2016)
Gambar 9. Grafik Konsentrasi NH3-N pada Outlet Gambar 9 menjelaskan konsentrasi NH3-N pada sewage1 hingga sewage 3 tidak melewati baku mutu. 6
kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah; 1. PROPER sangat mempengaruhi terbentuknya sistem manajem lingkungan di PT Badak NGL dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan dituangkan dalam bentuk: A. Kebijakan dari pihak perusahaan yang dituangkan dalam Badak LNG SHEQ Management System & Attitude Reinforcement Technique (BSMART) sangat berpengaruh besar terhadap komitmen setiap karyawan dalam melaksanakan aktivitas yang ramah lingkungan dan berwawasan lingkungan. B. Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan (SML) juga menjadi kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan. PT Badak NGL telah mendapatkan Sertifikat ISO 14001 sejak tahun 2000. Inovasi pengolahan limbah domestik secara paralel melalui WWTP #48 terdapat rata-rata penurunan beban pencemar dari inlet ke outlet sebanyak 41% hingga 95% dari seluruh total beban pencemar yang dipantau yaitu pH. BOD5, COD, TSS, NH3-N serta minyak dan lemak..
Gambar 11. Persentase Penurunan Beban Pencemaran 2016 Pada gambar 24 menunjukkan bahwa beban penurunan terendah yaitu 41% pada konsentrasi TSS di Unit Sewage 3 yaitu aerated lagoon dan penurunan beban tertinggi yaitu 95% pada NH3-N di unit sewage 3 yaitu activated sludge. Maintenance yang dilakukan pada sewage mengakibatkan sewage tidak dapat dioperasikan. haltersebut mempengaruhi kinerja proses dalam penurunan beban pencemar. Fluktuatifnya data konsentrasi juga dipengaruhi oleh kegiatan perumahan. Semakin tingginya aktivitas berupa kegiatan yang menghasilkan limbah domestik maka semakin tinggi intensitas dan konsentrasi yang dihasilkan. Karakteristik jenis dan aktivitas perumahan pada sumber limbah cenderung sama, tidak seperti pada perumahan lain yang kemungkinan memiliki badan usaha di tengah-tengah pemukiman seperti laundry, rumah makan atau percetakan. Sumber llimbah yang diolah di WWTP #48 berasal dari perumahan yang homogen.
DAFTAR SIMBOL = Beban Pencemaran Inlet (kg/bulan) = Konsentrasi Outlet (Mg/liter) = Beban Pencemaran Outlet (kg/bulan) = Konsentrasi Outlet (Mg/liter) Q = Debit Outlet (m3/Bulan) ̅ = Jumlah beban pencemaran di Inlet rata-rata bulanan (kg/m3) ̅ = Jumlah beban pencemaran di Outlet rata-rata bulanan (kg/m3) n = Jumlah data yang diambil = Hasil Penurunan Beban Pencemaran (kg/m3) W(%) = persentase penurunan beban pencemaran (%)
KESIMPULAN
PT Badak NGL secara konsisten menunjukkan kinerja lingkungan yang excellence yang dibuktikan dengan penghargaan PROPER EMAS sejak tahun 2011 hingga tahun 2015. Oleh karena itu,
7
Handojo, Lienda. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya Paramita.
DAFTAR PUSTAKA A. Nur. 2007. Produksi Konsentrat Karatenoid Dari Fraksi Cair Minyak Sawit Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Adsorpsi, Jurnal Ilmu Pertanian, hlm 28-34, Vol.12, 1.
Hendra, Ryan. 2008. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Dasar Batubara Indonesia dengan Metode Aktivasi Fisika dan Karakteristiknya.Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Ackley dkk., Gruszkiewicz dkk. 2005. Application of Natural Zeolites in The Purification and Separation of Gases, Journal Microporous and Mesoporous Materials, 61, pp. 25-42.
Ishanifana Noorazis. 2012. Uji Cemaran Logam Timah Dalam Minuman Bersoda Kemasan Kaleng Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jozefaciuk, G. and Bowanko, G., (2002), Effect of Acid and Alkali Treatments on Surface Areas and Adsorption Energies of Selected Minerals, Journal Clays and Clay Minerals, 50(6), pp. 771-783.
Arfan, Y. 2006. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Dasar Batubara dengan Perlakuan Aktivasi Terkontrol serta Uji Kinerjanya. Depok: Departemen Teknik Kimia FT-UI. Bunce, N. 1994.Environmental Canada: Wuerz Publishing Ltd.
Chemistry.
Laws EA. 1981. Aquatic Pollution. Jhon Willey and Sons : New York
Charlene. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pn) dan Cadmium (Cd). Falsafah Sains. Bogor: Program Pascasarjana S3 IPB.
Ni Ketut Sari. 2010. Analisa Instrumentasi. Surabaya: Yayasan Humaniora
Connel dan Miller. 2006. Kimia dan Etiksokologi Pencemaran. Jakarta: UI Press. DaydanUnderwood. 1989. Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Analisis
Nogawa. K., Suwazono, Y. 2011, Itai-itai Disease, Encyclopedia of Environmental Health Itai-itai Disease,Vol. Issue 2011.
Kimia Ozkan, F.C. and Ulku, S., (2005), The Effect of HCl Treatment on Water Vapor Adsorption Characteristics of Clinoptilolite Rich Natural Zeolite, Journal Microporous and Mesoporous Materials, 77, pp. 47-53.
Darmono.1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta: UI Press. _______. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.
_______, and _______, (2008), Diffusion Mechanism of Water Vapour in A Zeolite Tuff Rich in Clinoptilolite, Journal of Thermal Analysis and Calorimetry, 94, pp. 699-702.
_______. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.
Palar, H. 2004.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta
Ginting.2008. Kemampuan Penyerapan Saccharomyces cereviseae Terimobilisasi Pada campuran Antara Silika Gel dan Zeolit Terhadap Ion timbal (Pb) II.Skripsi. Unimed Medan: FMIPA.
Perwitasari, Ayu Adi. 2007. Penentuan Luas Permukaan Zeolit Menggunakan Metode Adsopsi Isotermis Superkritis CO2 Dengan Model ono-kondo. Depok: Departemen Teknik Kimia FT-UI. 8
Rachma Sari,Yulike. 2012. Identifikasi Cemaran Logam Timbal Dalam Air Minum Isi Ulang Yang Beredar Di Purwokerto Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Senda, Saputra, H., Sholeh, A., Rosjidi, M., dan Mustafa, A., (2006), Prospek Aplikasi Produk Berbasis Zeolit untuk Slow Release Substances (SRS) dan Membran, Artikel Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Indonesia, ISSN 1410-9891.
Ridhowati, Sherly. 2013. Mengenal Pencemaran Ragam Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorbsi Zeolit Terhadap Ion Kromium (III), Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humanoira, Vol.2(1), 17-33.
Rosita dkk.2004. Pengaruh Perbedaan Metode Aktivasi Terhadap Efektivitas Zeolit sebagai Adsorben, Majalah Farmasi Airlangga, 4(1). Said, N. I. 2008.Teknologi Pengelolaan Air Minum, Teori dan Pengalaman Praktis. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying, Z., Shuhua, S., dan Qing, H.E., (2009), The Effect of Hydrophobic Modification of Zeolites on CO2 Absorption Enchancement, Chinese Journal of Chemical Engineering, 17(1), pp. 36-41.
Saragih, Sehat Abdi. 2008. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau Sebagai Adsorben. Laporan Tesis Program Studi Teknik Mesin Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik Fakultas Teknik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suryawan.2004. Karakteristik Zeoilit Indonesia sebagai Adsorben Uap Air (Disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia. Widowati, W. 2008.Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi.
Sembiring, Sinaga. T.S. 2003.Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya). Sumatera Utara: Jurusan Teknik Industri,
9