ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR-TENGAH (Kasus: BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur )
MULYANI RENDHASARI A14204026
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR-TENGAH (Kasus: BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur)
MULYANI RENDHASARI A14204026
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
Halaman x xiii xv xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Kegunaan Penelitian
1 3 3 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelatihan dan Mutu Pelatihan 2.2 Perencanaan Program Pelatihan 2.3 Alat Bantu Pelatihan 2.4 Instruktur Pelatihan 2.5 Peserta Pelatihan 2.6 Pelatihan TKI 2.7 Evaluasi Pelatihan
5 8 11 13 13 15 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Hipotesis 3.3 Definisi Operasional 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.5 Pendekatan Penelitian 3.6 Teknik Penentuan Responden dan Informan 3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
21 23 24 27 28 28 29 30
BAB IV. GAMBARAN UMUM BALAI LATIHAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI (BLKLN) 4.1 Komponen BLKLN 4.2 Visi dan Misi 4.3 Jenis Pelatihan Dalam BLKLN 4.4 Uji Kompetensi 4.5 Pelaksanaan Uji Kompetensi 4.6 BLKLN Putra Alwini 4.6.1 Sejarah dan Perkembangan BLKLN 4.6.2 Visi dan Misi BLKLN 4.6.3 Organisasi BLKLN 4.6.4 Kurikulum Pelatihan 4.6.5 Metodologi Pelatihan 4.6.5.1 Metode Pelatihan 4.6.5.2 Alat Bantu Pelatihan
32 36 37 38 39 39 40 41 41 42 44 44 45
xi
4.6.6 Instruktur Pelatihan 4.6.7 Kapasitas Pelatihan 4.6.8 Peserta Pelatihan 4.7 BLKLN Barfo Mahdi 4.7.1 Kurikulum Pelatihan 4.7.2 Instruktur Pelatihan 4.7.3 Peserta Pelatihan BAB V. EVALUASI KEBERHASILAN PELATIHAN 5.1 Karakteristik Responden 5.2 Pemahaman Materi dari Sudut Pandang calon TKW 5.3 Analisis Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan 5.3.1 Hubungan Usia Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.3.2 Hubungan Asal Daerah Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.3.4 Hubungan Status Perkawinan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.3.5 Hubungan Pengalaman Bekerja Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.3.6 Hubungan Motivasi Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan 5.4 Analisis Hubungan Pelaksanan Pelatihan dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan 5.4.1 Hubungan Kurikulum Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.4.2 Hubungan Materi Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.4.3 Hubungan Waktu Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.4.4 Hubungan Tingkat Kemampuan Instruktur Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.4.5 Hubungan Sarana dan Prasarana Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan 5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan 5.6 Ikhtisar BAB VI. PENINGKATAN MUTU PELATIHAN 6.1 Unsur Potensial Terhadap Mutu Pendidikan dan Pelatihan 6.1.1 Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input Karakteristik Individu 6.1.2 Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan Instrumental Input BLKLN 6.2 Perencanaan Program Pelatihan 6.3 Ikhtisar
46 46 47 47 48 50 51
53 56 57 59 60 62 63 64 65
66 66 67 68 69 70 71 72
75 75 77 79 80
xii
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran
82 84
DAFTAR PUSTAKA
86
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
Tabel 1. Definisi Operasional Tabel 2. Kurikulum Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 3. Latar Belakang Instruktur Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 4. Persyaratan Peserta Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 5. Kurikulum Pelatihan BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 Tabel 6. Latar Belakang Instruktur BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 Tabel 7. Kecepatan pemahaman calon TKW terhadap pelatihan yang diberikan di BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 8. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, April 2008 Tabel 9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, April 2008 Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Asal Daerah dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Status Perkawinan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Bekerja dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Motivasi dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 16. Uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Kurikulum Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Materi Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Waktu Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kemampuan Instruktur dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Ketersediaan sarana dan prasarana dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008
26 43 46 47 49 51 56 59 59 59 61 62 63 64 65
66 67 68 69
70
71
xiv
Lampiran Tabel 1. Jadwal Penelitian Tabel 2. Kebutuhan Data dan Teknik Pengumpulan Data Tabel 3. Hasil Uji Tabulasi Silang Tabel 4. Hasil Uji Chi Square Tabel 5. Hasil Uji Rank Spearman
95 96 97 101 102
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Pengaruh Tingkat Keberhasilan Pelatihan yang Menciptakan Pelatihan Berkualitas Gambar 2. Struktur Organisasi BLKLN Putra Alwini Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan asal daerah Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan Gambar 7. Karakterististik responden berdasarkan pengalaman bekerja ke luar negeri
22 42 53 53 54 55 55
Lampiran Gambar 1. Struktur Organisasi BLKLN Photo 1. Suasana BLKLN Putra Alwini Photo 2. Suasana BLKLN Barfo Mahdi
103 104 105
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Lampiran 1. Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri Lampiran 2. Kuesioner untuk calon TKW Lampiran 3. Panduan Pertanyaan
Halaman
88 89 94
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa
: Mulyani Rendhasari
Nomor Pokok
: A14204026
Judul
: Analisis Peningkatan Mutu Pelatihan Tenaga Kerja Wanita Untuk Ditempatkan di Negara-negara Kawasan Timur-Tengah.
Dapat diterima sebagai syarat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. NIP. 131 284 865
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR TENGAH” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2008
Mulyani Rendhasari A14204026
RINGKASAN MULYANI RENDHASARI. “ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR TENGAH”. Kasus pada BLKLN Putra Alwini, jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur (Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING). Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas calon TKI. Hal ini diperkuat dalam Undang-undang Nomor. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang mengatur tentang perlindungan calon TKI. Berbagai upaya tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kasus-kasus yang merugikan TKW di luar negeri. Data penempatan tahun 2007 menunjukkan sektor pekerjaan yang banyak diminati calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri berada pada sektor non formal, dengan negara tujuan yaitu negara-negara Kawasan Timur Tengah. Skripsi ini menjelaskan mengenai proses pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) yang khusus melatih calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara Kawasan Timur Tengah dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan calon TKW dalam menerima dan menyerap pelatihan yang diberikan agar siap untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah. Serta untuk merumuskan langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pelatihan. Kasus diambil pada dua BLKLN, yaitu BLKLN Putra Alwini yang terletak pada Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur dan sebagai perbandingan dilakukan pada BLKLN Barfo Mahdi, Jalan Asem Baris Raya No.3 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Perbandingan dilakukan antara BLKLN yang terakreditasi SB (Sangat Baik) dan terakreditasi C (Cukup). Perbandingan ini
bertujuan untuk menetapkan metode pelatihan yang sesuai demi meningkatkan kualitas calon TKW yang akan dipekerjakan ke negara-negara Kawasan Timur Tengah. Sukses tidaknya calon TKW dalam menjalankan pelatihan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Suryadi dalam Bakhtiar (2003), meningkatkan mutu pendidikan merupakan kemampuan lembaga pendidikan untuk building capacity of student to learn yang dilihat dari instrumental input dan through-put. Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media, dan sumber belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya. Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses yang melibatkan bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua instrumental input. Hasil analisis dari 60 responden (calon TKW yang mengikuti pelatihan) diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelatihan berdasarkan Instumental input yaitu kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan, instruktur pelatihan, sarana dan prasarana, serta karakteristik individu meliputi status perkawinan, daerah asal, pengalaman kerja, dan motivasi. Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
tingkat
keberhasilan
pelatihan
berdasarkan
Instumental through-put yaitu metode dan strategi pengajaran. Upaya peningkatkan tenaga kerja yang berkualitas diperlukan perumusan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan calon TKW. Pelatihan yang memperhatikan kebutuhan dan kemampuan calon TKW diharapkan akan menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis 11 Juli 1986. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan suami isteri, Drs. Endang Mursahid (Alm) dan Dra. Retno Suminar. Usia tiga tahun penulis mulai bersekolah play grup di Taman Kanak-kanak Budi Asih Jakarta (1989-1992). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Budi Asih (1992-1998). Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 115 Jakarta (1998-2001) dan dilanjutkan di SMUN 26 Jakarta tahun (2001-2004). Tahun 2004 penulis mendapat kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Penulis diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis ikut mengambil bagian dalam UKM Agria Swara (2004-2005) dan Himpunan Profesi MISETA divisi Pengembangan Masyarakat (2006-2007). Penulis juga aktif dalam kepantiaan Olimpiade IPB (2004),
MPF Fakultas Ekologi Manusia (2006), dan MPD
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (2006). Selain itu penulis aktif menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor selama tiga periode.
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi yang mengambil judul ”ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI
NEGARA-NEGARA
KAWASAN
TIMUR
TENGAH”.
Dengan
terselesaikannya skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan penulis serta kalangan akademisi yang berkepentingan dengan tema ketenagakerjaan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang tulus, kepada: 1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS., selaku dosen pembimbing Akademik, dosen pembimbing Studi pustaka, dosen pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala saran, bimbingan, dan kritikan mulai dari masalah akademik, studi pustaka, sampai pada penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir Pudji Muljono, MS., selaku dosen penguji utama. Terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan. 3. Martua Sihaloho, SP, MSi., yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil departemen dan memberikan masukan dan kritik. 4. Kedua orang tua, Ayah Drs. Endang Mursahid (Alm.) dan Ibu Dra. Retno Suminar yang senantiasa mencurahkan segala kasih sayang, motivasi, semangat dan doa yang selalu dipanjatkan.
5. Bu Yasmin, Bu Irene, Bu Rita, Pak Heri dan semua staf, terima kasih atas perizinan penelitian dan informasi mengenai BLKLN Putra Alwini. 6. Pak Syakir, Bu Dede dan semua staf atas kesediaan waktu dan bimbingan dalam memberikan informasi mengenai BLKLN Barfo Mahdi. 7. Calon Tenaga Kerja selaku responden atas kerjasamanya dalam mengisi kuesioner dan menceritakan pengalaman selama di tempat pelatihan. 8. Benadikta Widjayatnika, sahabatku. Terima kasih atas perhatian dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk terus berusaha yang terbaik. 9. Mita Pusponingtias, atas masukan dan keceriaan yang telah diberikan. 10. Bayu Eka Yulian yang selalu terus memberikan dorongan dan semangat kompetisi untuk menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas diskusi-diskusi dan pengalaman yang memberikan pengetahuan baru. 11. Rekan-rekan mahasiswi ‘Rumah hijau’ angkatan 41, Mida, Ratna, Rafika, Diana, Yeni, atas segala diskusi dan dorongan. 12. Rekan-rekan seperjuangan, Yudie, Jay, Uci (Cole). Terima kasih atas segala motivasi dan bantuannya selama menuntut ilmu di IPB. 13. Rekan-rekan mahasiswi, Sukma, Lusi, Gita, (Cide), Qory, Ina. Terima kasih atas bantuan dan dorongan selama di KPM. 14. Meita R., rekan bimbingan. Terima kasih atas kerjasamanya 15. Rekan-rekan mahasiswa/i KPM angkatan 41, 40, 42. 16. Pihak-pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keterbatasan lowongan pekerjaan di dalam negeri menyebabkan banyaknya warga negara Indonesia mencari pekerjaan ke luar negeri. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Besarnya animo TKW yang akan bekerja ke luar negeri dan besarnya jumlah TKW yang sedang bekerja ke luar negeri membawa dampak positif dan negatif bagi para pencari kerja. Dampak positif terlihat bahwa penempatan TKW ke luar negeri dapat mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Dampak negatifnya yaitu adanya permasalahan seperti penganiayaan, pemerkosaan, gaji tidak dibayar, pemutusan kerja sepihak, dan lain-lain yang dialami oleh TKW. Pemerintah berupaya menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan sebagai usaha mengurangi permasalahan tersebut. Salah satu bentuknya ialah menyelenggarakan pelatihan di berbagai balai latihan kerja luar negeri. Balai latihan kerja tersebut pada umumnya mempunyai tugas pokok melatih sejumlah calon tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri sehingga memiliki keterampilan teknis yang benar-benar siap pakai. Peranan balai latihan kerja akan semakin penting apabila penyelenggara pelatihan memiliki informasi yang lengkap dan mutakhir tentang permintaan dan persyaratan akan tenaga teknis tertentu sehingga program pelatihan yang diselenggarakan benarbenar tertuju pada pemenuhan permintaan di pasar kerja luar negeri
2
Kebijaksanaan yang berlaku adalah bahwa pelatihan kerja merupakan persyaratan yang harus dilalui sebelum calon TKW mengikuti proses penempatan di luar negeri. Lembaga pelatihan tempat calon TKW dilatih dalam rangka meningkatkan kualitas dan keterampilan sesuai dengan negara tujuan, diselenggarakan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN). Sebelum beroperasi BLKLN perlu mendapat pengakuan formal melalui proses akreditasi oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang berlaku selama dua tahun dan dapat diperpanjang kembali melalui proses akreditasi ulang. Keberadaan BLKLN sebagai tempat uji kompetensi yang terakreditasi diharapkan dapat menghasilkan manfaat kepada calon TKW sesuai standar kualifikasi keterampilan penata laksana rumah tangga dalam kendali alokasi yang telah ditetapkan. Sertifikasi penilaian pelatihan yang dikeluarkan oleh BLKLN dibutuhkan calon TKW sebagai kerangka acuan dalam mengukur kompetensi tenaga kerja. Data penempatan menunjukkan sejumlah 315.805 TKW memilih bekerja ke Kawasan Timur Tengah yang berarti lebih besar jika dibandingkan dengan Asia Pasifik yang hanya berjumlah 165.023 TKW 1 . Sektor pekerjaan yang banyak diminati oleh calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri, berada pada sektor non formal. BLKLN mempunyai tugas melaksanakan pelatihan keterampilan teknis dan keterampilan bahasa negara tujuan calon TKW. Dalam proses pelatihannya, BLKLN dibedakan sesuai kawasan tujuan penempatan yaitu BLKLN untuk Kawasan Timur Tengah (Timteng) seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, 1
Lihat Majalah Media TKI edisi 05/Th. 02/ 002/ 08. Data penempatan TKI ke luar negeri menurut negara tujuan dilakukan pada bulan Januari hingga Desember 2007.
3
Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, Afrika; dan BLKLN untuk kawasan Asia Pasifik (Aspak) seperti Malaysia, Singapur, Brunai Darussalam, HongKong, Taiwan, Korea Selatan Jepang, Macau. Berdasarkan banyaknya jumlah calon TKW yang akan ditempatkan ke negara-negara Kawasan Timur Tengah maka penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh BLKLN Kawasan Timur Tengah.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji yaitu: 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelatihan calon TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah? 2. Bagaimanakah
langkah-langkah
yang
dilakukan
BLKLN
dalam
meningkatkan mutu pelatihan?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelatihan calon TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah 2. Mengidentifikasi dan merumuskan langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pelatihan.
4
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang pelatihan terhadap calon TKW yang diselenggarakan oleh BLKLN Putra Alwini. 2. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi BLKLN dalam meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri. 3. Sebagai bahan rujukan bagi para akademisi yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai peranan BLKLN dalam meningkatkan kualitas calon TKW.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelatihan dan Mutu Pelatihan Menurut Suryana (2004), pelatihan adalah sebuah proses yang terencana untuk memudahkan belajar sehingga orang bisa menjadi lebih efektif dalam melakukan berbagai aspek pekerjaannya. Pelatihan adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan 2 . Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan. Training atau pelatihan adalah kegiatan meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan kepada mereka 3 . Ditambahkannya lagi bahwa pelatihan berlangsung dalam jangka waktu yang pendek antara dua sampai tiga hari hingga dua sampai tiga bulan. Pelatihan mempunyai tujuan untuk: a. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru b. Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai c. Mendorong pekerja agar mau belajar dan berkembang d. Mempraktekkan di tempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh dalam training. e. Mengembangkan pribadi pekerja
2
Lihat internet http://id.wikipedia/wiki/Pelatihan Anonim. Training SDM yang Efektif . 2001. Pelatihan sulit dipisahkan dengan pengembangan karena dalam setiap pelatihan selalu menyangkut pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis.
3
6
f. Mengembangkan efektivitas lembaga g. Memberi motivasi kepada pekerja untuk terus belajar dan berkembang Menurut Dejnozka dan Kapel (1982) dalam Suprijanto (2007) yang dimaksud dengan pelatihan kerja 4 adalah program yang terencana dari latihan yang sistematis tentang performansi kemampuan tertentu. Pelatihan kerja ditujukan untuk peningkatan kompetensi penyuluh selama melaksanakan kerja. Untuk pelaksanaan pelatihan kerja yang baik diperlukan: a) fokus terhadap masalah, b) berorientasi kepada peserta pelatihan, c) tersusun dari serangkaian kegiatan yang terjadwal. Perlunya asumsi dalam pelatihan kerja memberikan kerangka kerja bagi desain program pelatihan kerja. Desain program yang akan dibuat seharusnya dapat sesuai dengan: a) tujuan umum, tujuan khusus, dan misi organisasi, dan b) menggunakan hasil penelitian yang ada didasarkan dari pengalaman pengguna sistem yang berhasil. Mutu pendidikan menurut Suryadi dalam Bakhtiar (2003) merupakan kemampuan lembaga pendidikan untuk building capacity of student to learn. Oleh karenanya mutu pendidikan seyogyanya dilihat dari instrumental input dan through-put. Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media, dan sumber belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya. Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses yang melibatkan bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua
4
Lihat Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta: Bumi Aksara.
7
instrumental input. Hal ini bertujuan agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dengan hasil belajar sebagai salah satu indikatornya. Sejumlah unsur yang potensial memberikan kontribusi terhadap mutu pendidikan yakni: a. Guru sebagai kurikulum hidup (life curriculum); b. Kurikulum (kompetensi) yang dikembangkan; c. Materi pelajaran yang diseleksi dan diorganisasikan; d. Bahan belajar (buku pelajaran siswa, dan buku sumber guru); e. Media dan sumber belajar (tercetak, terekam, tersiar, elektronik); f. Prasarana belajar (ruang belajar) g. Sarana pendukung belajar lainnya (jaringan sosial sekolah dan lingkungan); h. Iklim belajar (interaksi edukatif dan sosial-kultural di sekolah dan luar sekolah). Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan. Dalam meningkatkan mutu pelatihan perlu memperhatikan sejumlah unsur tersebut agar dapat menghasilkan mutu pelatihan yang berkualitas. Mutu pelatihan yang berkualitas bagi calon TKW diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keterampilan dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja. Pelatihan tersebut perlu menekankan pada keterampilan teknis, dan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan jabatan dan persyaratan pekerjaan.
8
2.2. Perencanaan Program Pelatihan Proses perencanaan program sebaiknya digunakan untuk mendesain program pelatihan kerja yang efektif (Suprijanto, 2007). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pelatihan kerja, yaitu: a. Identifikasi masalah. Apakah masalah tersebut termasuk salah satu masalah yang dapat dan sebaiknya dipecahkan dengan program pelatihan kerja? Bagaimanakah masalah dapat diubah menjadi kebutuhan (dengan penilaian kebutuhan)?
Apakah
sumberdaya
alam,
sumberdaya
manusia,
dan
sumberdaya finansial tersedia untuk memecahkan masalah? b. Identifikasi peserta. Siapa yang menjadi sasaran kelompok peserta? Kompetensi apa yang mereka miliki saat ini sehubung dengan masalah yang teridentifikasi? Kesenjangan apa yang terdapat antara kompetensi yang ada dengan tingkat kompetensi yang diperlukan? Seberapa jauh persepsi peserta terhadap masalah? c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus. Apa tujuan umum program? Apakah keluaran peserta yang dikehendaki? Performansi kerja apa yang harus ditingkatkan? d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran. Seberapa jauh strategi pengajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan sesuai dengan karakter peserta? Seberapa jauh suasana belajar yang memadai dapat diciptakan dengan keterbatasan organisasi yang ada? e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar. Apa yang menjadi lingkup dan urutan keseluruhan program dan sesi individual? Seberapa jauh urutan
9
kegiatan berhubungan dengan kompetensi yang dimasukkan ke dalam rencana program? f. Evaluasi dan penilaian. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan evaluasi adalah seberapa jauh kegiatan evaluasi dapat menilai manfaat kesempatan belajar bagi perencana, administrator, peserta, dan pihakpihak terkait yang direncanakan? Rencana apa yang ada untuk memonitor program yang sedang berjalan sehingga penyesuaian dapat dilakukan. Perencanaan program pelatihan merupakan dasar terselenggaranya pelatihan. Hamalik (2007) mengemukakan bahwa perencanaan program pelatihan disusun dengan mempertimbangkan semua faktor dan komponen-komponen yang ada supaya efektif dan efisien. Penyusunan program pelatihan dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: a. Merumuskan asumsi-asumsi yang jelas. Semua asumsi dirumuskan melalui serangkaian diskusi dengan pihak-pihak terkait agar memperoleh sumbang saran yang bermanfaat bagi perencanaan, sehingga diperoleh suatu rencana pelatihan yang benar-benar aktual. b. Identifikasi
kemampuan
(kompetensi).Kemampuan-kemampuan
supaya
dirinci secara khusus, divalidasikan dan diuji dalam kaitannya dengan keberhasilan kegiatan pelatihan. c. Merumuskan tujuan secara deskriptif. Kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan, selanjutnya dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit, menjadi tujuan-tujuan yang dapat diamati dan dapat diukur berdasarkan kriteria tertentu.
10
d. Menentukan perangkat kriteria dan jenis assesmen. Kriteria berguna untuk menetapkan tingkat keberhasilan. Perangkat kriteria itu merupakan indikator dalam assesmen yang akan dilakukan. e. Pengelompokkan dan penyusunan tujuan-tujuan pembelajaran. Selain itu hendaknya dipertimbangkan mengenai struktur materi, lokasi, dan fasilitas yang dipergunakan untuk melakukan macam-macam kegiatan pelatihan. f. Merancang strategi pembelajaran. Strategi yang dirancang berdasarkan kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan, materi pelajaran yang akan disampaikan, keadaan peserta, dan waktu yang tersedia. g. Mengorganisasikan sistem pengelolan kelas.Hal ini disesuaikan dengan kemungkinan pelatihan yang dilaksanakan, proses pembelajaran, serta peran serta, dan kemampuan manajerial pelatih itu sendiri. h. Melaksanakan uji coba rencana pelatihan. i. Menilai rancangan pelatihan. Rancangan pelatihan mencakup validitas tujuan, kriteria assesmen , strategi pembelajaran, organisasi kelas. j. Memperbaiki kembali rencana pelatihan berdasarkan umpan balik yang diperoleh dari penilaian. Program pelatihan disusun berdasarkan asumsi bahwa pelatihan merupakan suatu fungsi manajemen; setiap orang membutuhkan pelatihan dan setiap tenaga pemimpin harus mampu dan bersedia bertindak sebagai pelatih.
11
2. 3. Alat Bantu Pelatihan Alat bantu pelatihan digunakan untuk memperlancar komunikasi tentang fakta-fakta, gagasan, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep. Dalam beberapa kasus, alat bantu ini dapat menggantikan benda yang sesungguhnya, akan tetapi menjadi penting untuk memastikan transmisi informasi secara tepat. Sedangkan alat bantu pelatihan merupakan kenyataan dengan memakai objek yang sesungguhnya yang dapat dimanipulasi
dan diamati oleh peserta pelatihan (Mugniesyah, 2006).
Untuk memudahkan penggunaan alat bantu pada kebutuhan pelatihan, maka alat bantu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Alat bantu tercetak. Materi yang digunakan untuk mendukung pengajaran berupa buku, buklet, pamflet, pernyataan finansial, petunjuk teknis, lembar pekerjaan, dan handout. b. Alat bantu grafik. Berupa gambar, sketsa, ilustrasi, foto, cetak biru, peta, diagram, dan peta singkap. c. Alat bantu tiga dimensi. Berupa objek yang sesungguhnya seperti perlengkapan, komponen-komponen, model, spesimen (tiruan model yang sesungguhnya). d. Alat bantu terproyeksi. Berupa lembar plastik tayangan, film strip, dan video perekam. e. Alat bantu terdengar. Berupa rekaman pita dan rekaman pembicaraan. Menurut Hamalik (2007), media pelatihan merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran, menggugah gairah, dan motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media pelatihan hendaknya
12
mempertimbangkan a) tujuan pembelajaran, b) materi pelatihan, c) ketersediaan media itu sendiri, 4) kemampuan pelatih yang menggunakannya. Jenis-jenis media pelatihan dapat diklasifikasi sebagai berikut: a. Benda asli (sebenarnya). b. Model. Yaitu benda-benda bentuk tiruan dari benda aslinya. Berupa model paket, model globe, model boneka, model kerja. c. Media bagan (chart) merupakan media yang digunakan dalam penyajian diagramatik suatu lambang visual. Berupa bagan organisasi, bagan tabulator, bagan skematik, bagan arus, bagan petunjuk, dan bagan waktu. d. Media grafik (grafik diagram). Media yang menyajikan data bilangan kuantitatif secara diagramik. Berupa grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran. e. Media gambar. Berupa poster, karikatur, dan gambar. f. Media bentuk papan. Media ini berupa papan sebagai media komunikasi. Contohnya papan tulis, papan tempel, papan pameran, dan papan demonstrasi. g. Media yang diproyeksikan. Berupa media proyeksi diam, media proyeksi bergerak, media proyeksi mikro. h. Media dengar. Misalnya radio, piringan hitam, dan kaset. i. Media pandang dengar. Ciri-cirinya dapat dilihat dan didengar. Misalnya film bersuara, slide bersuara, dan televisi. j. Media cetak. Media ini merupakan hasil cetakan, bentuk buku, leaflet, komik, dan folder.
13
2.4. Instruktur Pelatihan Instruktur merupakan komponen terpenting dalam sistem pengajaran. Instruktur bertugas dalam menata tempo, memberikan bimbingan dan bantuan, serta menyempurnakan keahlian dalam substansi atau materi pelatihan. Instruktur juga memegang peranan penting dalam sistem pengajaran selama fase validitasi desain sistem pelatihan. Oleh karena itu, kualitas sistem pelatihan secara keseluruhan
tergantung
sepenuhnya
kepada
kompetensi
staff
pengajar
(Mugniesyah, 2006). Seiring dengan pendapat Mugniesyah (2006), Hamalik (2007) memaknai pelatih (instruktur) memegang peran penting terhadap
kelancaran dan
keberhasilan program pelatihan. Secara umum hanya instruktur yang bermutu yang sebaiknya digunakan dalam sistem pelatihan, yakni yang memiliki kualifikasi dari segi pendidikan, pengalaman, keterampilan teknis, serta pengetahuan dan keterampilan mengajar. Prasyarat instruktur diidentifikasi dengan menganalisis sistem pelatihan dari dua perspektif, yaitu materi pelatihan dan strategi pengajaran. Dalam hal ini, tipe, tingkat, dan derajat kesulitan dari materi pelajaran menentukan jenis dan jumlah keahlian teknis dari pelatih yang harus ditugaskan. Selain itu, strategi pengajaran juga menentukan pengetahuan proporsional dan keterampilan teknis yang dibutuhkan oleh pelatih.
2.5. Peserta Pelatihan Tidak sembarang orang dapat mengikuti pelatihan. Terdapat kualifikasi minimum yang harus dipenuhi oleh calon partisipan untuk terlibat dalam kegiatan pelatihan (sistem pengajaran). Prasyarat umumnya merepresentasikan suatu
14
prediksi dari pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman, dan sistem nilai yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelatihan secara berhasil dan mampu mengerjakan jabatan secara efektif dan efisien. Berdasarkan Mugniesyah (2006) setidaknya ada lima prasyarat yang harus dipertimbangkan pada setiap program pelatihan, yaitu: a. Administratif Administratif berkenaan dengan prasyarat status b. Fisik Elemen ini mencakup kualifikasi yang akan menjamin kemampuan fisik yang layak untuk mengikuti aktivitas selama pelatihan. Prasyarat fisik misalnya sehat, tidak menderita penyakit tertentu, tinggi badan, berat badan, serta peryaratan yang berkenaan dengan kemampuan indera. c. Pendidikan Pendidikan dapat berupa formal dan non-formal. Misalnya pendidikan formal minimum SMU atau D3. Pelatihan yang pernah diikuti, misalnya pelatihan mengetik, menjahit, merangkai bunga, dan lain-lain. d. Pengalaman dan keterampilan Elemen ini mencakup setiap pengalaman dan keterampilan seperti: pengalaman bekerja sebagai sopir, peneliti, instruktur, dan lainnya. Selain itu dapat berupa kemampuan khusus seperti kemampuan mengemudi, berbahasa asing, menjahit, dan sebagainya. e. Minat dan sikap
15
Elemen ini seringkali tidak cukup dengan menanyakannya kepada calon peserta, namun calon peserta harus lolos dari penilaian ahli yang menilai hasil uji (test) tertentu yang disyaratkan diikuti peserta, seperti tes psikologi, kecerdasan, minat, dan motivasi bekerja individu. Seleksi diperlukan untuk memperoleh peserta yang baik, berdasarkan kriteria yang ditetapkan Hamalik (2007), antara lain: a. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian. b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu. c. Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan. d. Motivasi dan minat, yang bersangkutan tehadap pekerjaannya. e. Pribadi, menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut. f. Intelektual, tingkat berpikir, dan pengetahuan, diketahui melalui tes seleksi.
2.6. Pelatihan TKI Pemerintah
membuat
kebijakan
peraturan
perundangan
untuk
meningkatkan kualitas calon TKW yang tertuang dalam UU No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Sedangkan Hak dan kewajiban para calon TKI tentang Pendidikan dan Pelatihan Kerja sepenuhnya tertuang dalam tujuh pasal, yaitu dari pasal 41 hingga pasal 47 (lampiran 1).
16
TAP MPR RI No.IV Tahun 1999 tentang GBHN 1999-2004 Bab IV huruf B butir 19 dinyatakan bahwa pelatihan TKI dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas penempatan TKI ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi, perlidungan, dan pembelaan TKI yang dikelola secara terpadu dan mencegah timbulnya eksplotasi tenaga kerja, kebijakan ini merupakan kebijakan nasional yang harus ditaati oleh semua pihak terkait. Dalam pelatihan ditekankan pada aspek kemampuan keahlian, keterampilan teknis, dan profesionalisme yang dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja (Prihatmodjo, 2001). Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk: a. Menyiapkan kualitas/kompetensi calon TKI sesuai dengan persyaratan permintaan pasar kerja dalam semua aspek yang diperlukan seperti: a) Kondisi kesiapan fisik, mental, dan disiplin untuk bekerja ke luar negeri. b) Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing (sesuai negara tujuan TKI) sesuai keperluan. c) Keterampilan teknis kerja sesuai dengan sektor lapangan kerja, jenis, dan tingkat jabatan/pekerjaan. b. Menyempurnakan kondisi keunggulan komparatif TKI dengan keunggulan kompetitif untuk memenangkan persaingan dengan tenaga kerja dari negara lain di pasar kerja internasional. c. Meningkatkan kapasitas lembaga pelatihan TKI ke luar negeri (BLKLN) dengan menyempurnakan sistem akreditasi, uji kompetensi, dan sertifikasi TKI sesuai dengan standar kompetensi regional dan internasional.
17
d. Mendiversifikasi dan flexibilitas dalam penyelenggaraan pelatihan TKI berdasarkan Standar Latihan Kerja (SLK) yang telah disusun dengan memperhatikan permintaan pihak pengguna jasa TKI mengenai penyesuaian muatan kurikulum dan silabus. e. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan pelatihan TKI ke luar negeri. Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI harus disusun berdasarkan SLK masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI. Standar Latihan Kerja adalah pokok-pokok isi program latihan yang berisi kurikulum dan silabus sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pelatihan kerja untuk
pencapaian
Standar
Kualifikasi
Keterampilan
yang
ditetapkan
(Depnakertrans dalam Prihatmodjo, 2001). Hal ini dimaksudkan adanya perbedaan karakteristik permintaan negara penempatan TKI. Untuk mempersiapkan pelatihan kerja yang sistematis dan teratur diperlukan pengelolaan yang mengacu pada teori manajemen George F. Terry dalam Prihatmodjo tentang fungsi manajemen, yaitu: a. Planning (Perencanaan) Kepala BLKLN menyusun rencana program pelajaran sesuai SLK masingmasing negara tujuan TKI dengan menyesuaikan kapasitas yang diizinkan, dan tenaga instruktur, jadwal, latihan, dan berpedoman pada struktur organisasi BLKLN. b. Organizing (Pengorganisasian) Kepala BLKLN dapat mengorganisasikan tugas-tugas struktural dan non struktural serta fungsional dengan pendelegasian wewenang kepala terhadap
18
anak buahnya berpedoman pada struktur organisasi BLKLN, sehingga pelaksanaan pelatihan TKI ke luar negeri berjalan efektif dan efisien. c. Actuating (Penggerakan) Kepala BLKLN menggerakkan dan mengarahkan serta memotivasi anak buahnya agar senantiasa melakukan tugas-tugasnya sesuai standar struktur organisasi BLKLN sehingga tercapai kerja yang produktif. d. Controlling (Pengawasan/pengendalian) Kepala BLKLN wajib mengendalikan pelaksanaan program pelatihan keluar negeri sesuai perencanaan, dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu TKI binaan yang lulus uji keterampilan nasional, berkompeten di bidangnya dan tidak mengecewakan konsumen (pengguna jasa TKI) di luar negeri. Melakukan pengawasan melekat dpat diterapkan terhadap anak buahnya, antara lain rapat pembinaan, laporan berkala, dan pengawasan langsung ke lapangan (berdialog dan dapat menyelesaikan permasalahan).
2.7. Evaluasi Pelatihan Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian. Evaluasi pelatihan berarti memberi penilaian atas pelatihan yang sudah dilaksanakan (Hardjana, 2001). Evaluasi adalah proses penetapan sesuatu yang berguna dan bermanfaat (Suryana, 2004). Sedangkan evaluasi pelatihan adalah proses mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan tentang aktivitas pelatihan. Keputusan yang dibuat harus memperhatikan aspek konteks organisasi dan rencana organisasi di masa depan.
19
Informasi yang dikumpulkan bisa memenuhi sejumlah tujuan, misalnya dalam proses pelatihan, perubahan yang bisa dipertalikan dengan pelatihan, atau peningkatan efektivitas bagi mereka yang mengikuti pelatihan. Evaluasi dilakukan melalui tiga tahapan: a. Pengumpulan data, meliputi materi, penyajian dan pengolahan materi, urutan pelaksanaan materi, kinerja pelatih, suasana pelatihan, sarana dan prasarana, konsumsi. Keseluruhan data dapat diperoleh melalui: -
Diadakannya pre-test dan post-test
-
Pengamatan, wawancara, kuesioner, daftar cek, daftar isian, kritik dan saran dari peserta.
b. Penyusunan data dan kesimpulan jalannya pelatihan c. Analisis data. Dari hasil analisis dibuat kesimpulan bahwa pelatihan dengan segala segi dan unsur-unsurnya sebagai proses pembelajaran dan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan peserta telah berhasil tercapai atau tidak berhasil dalam tujuan awal pelatihan. Berdasarkan Hardjana (2001) jenis evaluasi dibedakan menjadi tiga: a. Evaluasi selama proses pelatihan. Pelatih mengamati peserta selama kegiatan berlangsung, kemudian dievaluasi dan dapat dengan cepat mengambil tindakan yang seharusnya. b. Evaluasi pada akhir sesi. Setelah kegiatan suatu sesi berjalan, pelatih melakukan evaluasi kemudian membuat kesimpulan terhadap keberhasilan
20
sesi yang dilaksanakan. Apabila setiap sesi mencapai tujuannya maka pada akhir pelatihan tercapai tujuan pelatihan secara keseluruhan. c. Evaluasi akhir dari keseluruhan pelatihan. Evaluasi ini bertujuan untuk menemukan semua data dan mencari kemungkinan arah dan tindakan yang lebih baik di masa mendatang. Untuk tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan kegiatan, maka evaluasi harus dilakukan pada saat kegiatan berlangsung. Hal ini memudahkan evaluator untuk mencari letak kesalahan dalam pelaksanaan aktivitas. Menurut Suryana (2004) salah satu aspek evaluasi adalah untuk menetapkan bahwa peserta pelatihan memiliki tujuan dan memiliki komitmen untuk mencapainya. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai seberapa dekat pelatihan yang dilaksanakan dengan kebutuhan peserta pelatihan. Penetapan tujuan untuk memotivasi peserta untuk belajar yaitu dengan cara mereview kemajuan. Cara ini dapat memotivasi peserta pelatihan dengan kaitannya antara kinerja sekarang dan yang akan datang. Review ini juga memiliki fungsi bagi tutor untuk menetapkan pelatihan apa yang masih diperlukan dan memberikan informasi untuk merancang pelatihan selanjutnya.
BAB III METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran Data penempatan (2006) menunjukkan TKW non formal masih didominasi oleh calon TKW lulusan SD sebesar 54%, dan SLTP 42%. Hal ini mengakibatkan bahwa kemampuan TKW non formal menjadi sasaran utama penyempurnaan sistem pembenahan dan perlindungan TKW yang rawan akan masalah. Upaya peningkatan kualitas TKW merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mengurangi permasalahan seperti penganiayaan, pemerkosaan, gaji tidak dibayar, pemutusan kerja sepihak, dan lain-lain di luar negeri. Untuk itu sebelum ditempatkan ke luar negeri, calon TKW harus mengikuti serangkaian pelatihan yang diselenggarakan oleh BLKLN. BLKLN akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan permintaan negara tujuan. Dalam memberikan pelatihannya, modul kurikulum dan silabus pelatihan harus disusun berdasarkan Standar Latihan Kerja. Pelatihan yang dilakukan di BLKLN mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan calon TKW menerima pengetahuan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pelatihan terdapat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan pelatihan yaitu kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan, instruktur pelatihan, serta sarana dan prasarana pelatihan. Selain faktor pengaruh dari BLKLN, input berupa karakteristik dari individu diduga juga mempengaruhi keberhasilan TKW dalam menyerap pelatihan, yaitu usia, tingkat pendidikan, status calon TKW, daerah asal, dan motivasi. Setelah variabel-variabel tersebut diketahui kemudian dilakukan
22
penilaian atas pelaksanaan pelatihan yang telah dilakukan. Penilaian tersebut bertujuan sebagai data atau informasi yang akan dibentuk rumusan baru untuk peningkatan mutu pelatihan di masa mendatang. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Pengaruh Tingkat Keberhasilan Pelatihan yang Menciptakan Pelatihan Berkualitas
Perencanaan
Evaluasi input Input
Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Asal Daerah 3. Tingkat Pendidikan 4. Status perkawinan 5. Pengalaman bekerja 6. Motivasi
Through-put Pelaksanaan Pelatihan: 1. Metode 2. Strategi
BLKLN: 1. Kurikulum Pelatihan 2. Materi Pelatihan 3. Waktu Pelatihan 4. Instruktur 5. Sarana & prasarana
Pelatihan berkualitas
Keterangan: : Didukung dengan data kualitatif : Sasaran yang akan dicapai : Arah hipotesis
Output Tingkat Keberhasilan Pelatihan calon TKW
23
3.2. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan signifikan (nyata) antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan
pelatihan calon TKW dalam menyerap pelatihan
yang diberikan. a. Ada hubungan signifikan antara usia dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. b. Ada hubungan signifikan antara asal daerah calon TKW dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. c. Ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. d. Ada hubungan signifikan antara status perkawinan calon TKW dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. e. Ada hubungan signifikan antara pengalaman bekerja calon TKW dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. f. Ada hubungan signifikan antara motivasi calon TKW dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan.
24
2. Ada hubungan signifikan (nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. a. Ada hubungan signifikan antara kurikulum pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. b. Ada hubungan signifikan antara materi pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. c. Ada hubungan signifikan antara waktu pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. d. Ada hubungan signifikan antara instruktur pelatihan dalam memberikan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan. e. Ada hubungan signifikan antara sarana dan prasarana latihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan yang diberikan.
3.3. Definisi Operasional Untuk mengukur variabel-variabel yang akan dikemukakan dalam penelitian maka harus dirumuskan dari masing-masing variabel. Variabel adalah suatu atribut/aspek dari objek/orang yang mempunyai variasi tertentu yang
25
ditetapkan peneliti untuk mempelajari dan disimpulkan (Sugiyono dalam Prihatmodjo, 2001). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan varibel bebas X1= usia calon TKW, X2= asal daerah, X3= tingkat pendidikan, X4= status perkawinan, X5= pengalaman bekerja, X6= motivasi, X7= kurikulum pelatihan, X8= materi, X9= waktu, X10= instruktur, X11= sarana dan prasarana. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, Y= tingkat keberhasilan pelatihan. Variabel-variabel yang dirumuskan dapat dilihat pada Tabel 1.
26
Tabel 1. Definisi operasional Variabel Usia
Asal daerah
Tingkat pendidikan Status perkawinan
Definisi Lamanya calon TKW hidup mulai lahir sampai pada saat pengukuran, dengan mengambil batas minimal sesuai dengan rata-rata sampel. Berdasarkan rata-rata data sampel atau responden Tempat tinggal calon TKW beserta keluarga sebelum mengikuti pelatihan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh calon TKW dan dibuktikan dengan surat keterangan kelulusan Pernah tidaknya calon TKW memiliki suatu ikatan hidup berumah tangga
Pengalaman bekerja
Pernah tidaknya calon bekerja ke luar negeri
Motivasi
Kemauan dan keinginan diri calon TKW untuk bekerja ke luar negeri
Kurikulum pelatihan
Serangkaian jadwal kegiatan yang akan dilakukan oleh calon TKW
Materi pelatihan
Pernyataan calon TKW terhadap kesesuaian (relevansi) pelatihan yang di berikan terhadap sektor pekerjaan yang diminati Durasi atau lamanya pelatihan yang diberikan. Berdasarkan ketetapan Depnakertrans lamanya pelatihan minimal memerlukan 21 hari Instruktur yang dimaksud adalah kemampuan pelatih dalam menyampaikan materi pelatihan kepada peserta pelatihan (calon TKW) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk membantu kelancaran pelatihan
Waktu pelatihan
Instruktur
Sarana dan prasarana
Keberhasilan calon TKW
TKW
Sejauh mana calon TKW dapat menyerap pelatihan yang diberikan
Indikator Diperoleh rata-rata usia 29 tahun. Klasifikasi: Muda: apabila calon TKW berusia < 29 tahun diberi kode (1) Tua: apabila calon TKW berusia ≥ 29 tahun diberi kode (2) Dikelompokkan berdasarkan Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Klasifikasi: Untuk yang berasal dari Pulau Jawa diberi kode (2) dan untuk luar Pulau Jawa diberi kode (1) Klasifikasi: Tinggi: lulusan SLTA/MA diberi kode (3) Cukup: lulusan SLTP/MTs diberi kode (2) Rendah: lulusan SD/MI diberi kode (1) Klasifikasi: Untuk yang belum menikah diberi kode (1), untuk yang sudah menikah diberi kode (2), dan untuk janda diberi kode (3) Klasifikasi: Untuk yang belum pernah bekerja ke luar negeri diberi kode (1) dan untuk yang sudah pernah bekerja ke luar negeri diberi kode (2) Klasifikasi: Tinggi: dengan skor ≥ 20 diberi kode (2) Rendah: dengan skor < 20 diberi kode (1) Klasifikasi: Diketahui: dengan skor ≥ 3,5 diberi kode (2) Tidak diketahui: dengan skor < 3,5 diberi kode (1) Klasifikasi: Relevan: dengan skor ≥ 2 diberi kode (2) Tidak relevan: dengan skor < 2 diberi kode (1) Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Sesuai: dengan skor ≥ 4 diberi kode (2) Tidak sesuai: dengan skor < 4 diberi kode (1) Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Mampu: dengan skor ≥ 12 diberi kode (2) Tidak mampu: dengan skor < 12 diberi kode (1) Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner. Klasifikasi: Lengkap: dengan skor ≥ 8 diberi kode (2) Tidak lengkap: dengan skor < 8 diberi kode (1) Diukur berdasarkan skor dalam kuesioner dan perbandingan hasil ujian calon TKW.
27
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BLKLN Putra Alwini, Jalan Perkutut No. 19, Bukit Duri, Jakarta Timur. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja berdasarkan observasi sebelumnya, dan dengan pertimbangan bahwa BLKLN tersebut merupakan BLKLN yang memberikan pelatihan kepada TKW yang akan ditempatkan ke negara-negara kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, dan Afrika. Berdasarkan Surat keputusan Deputi Penempatan BNP2TKI tahun 2008 diketahui bahwa BLKLN Putra Alwini terakreditasi dengan nilai mutu C (Cukup). Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pelatihanpelatihan kepada calon TKW sebagai upaya peningkatan keterampilan yang diselenggarakan pada BLKLN dengan akreditasi cukup. Sebagai bahan perbandingan, peneliti akan melihat proses pelatihan pada BLKLN dengan akreditasi SB (Sangat Baik) untuk dapat merumuskan langkah-langkah meningkatkan mutu pelatihan, yaitu pada BLKLN Barfo Mahdi, Jalan Asem Baris Raya No.3 Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2008 melalui tiga tahapan. Pertama yaitu pra penelitian, peneliti melakukan observasi lapang untuk mencari lokasi dan permasalahan yang akan diteliti. Observasi merupakan pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat pola perilaku tineliti (subyek penelitian) atau kejadian-kejadian melalui cara yang sistematik (Istijanto, 2005). Pada tahap ini peneliti tidak bertanya langsung dengan tineliti, sehingga obyek yang sedang diobservasi tidak menyadari jika mereka sedang diamati. Pra penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret.
28
Kedua peneliti mengumpulkan data-data dan informasi pelatihan yang ada di BLKLN Putra Alwini dan BLKLN Barfo Mahdi. Ketiga peneliti melengkapi kebutuhan, mengevaluasi dan menganalisis data.
3.5. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Kombinasi ini dilakukan untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei sehingga dilakukan pengambilan sampel. Metode ini dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi yang meliputi banyak orang sehingga hasilnya dipandang dapat mewakili populasi (Istijanto, 2005). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan calon TKW dalam menerima pelatihan yang diselenggarakan di BLKLN. Pertanyaanpertanyaan dibuat secara terstruktur dalam bentuk kuesioner. Data-data kualitatif berfungsi dalam mencari informasi mengenai peranan BLKLN Putra Alwini dan proses pelatihan diselenggarakan. Informasi diperoleh melalui panduan pertanyaan atau pertanyaan tidak terstruktur untuk menggali ide secara mendalam dari informan.
3.6. Teknik Penentuan Responden dan Informan Populasi yang menjadi subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan yaitu BLKLN, instruktur pelatihan, dan calon TKW (yang sedang mengikuti pelatihan). Subyek penelitian dipilih secara sengaja yang terdiri atas responden dan informan. Responden merupakan individu yang
29
memberikan keterangan mengenai dirinya sendiri. Responden terdiri atas calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan di BLKLN. Informan merupakan individu yang memberikan informasi mengenai pihak lain dan lingkungannya. Informan terdiri atas pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan pelatihan calon TKW. Berdasarkan kerangka sampel, dipilih tiga orang instruktur pelatihan dari lima orang instruktur sebagai informan. Penentuan sampel bagi responden dilakukan dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Sampel dipilih secara langsung dari populasi dengan peluang setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel sama besar (Singarimbun, 1989). Metode ini dipergunakan dengan alasan bahwa populasi yang akan diambil sampel bersifat homogen dan untuk memberi peluang agar setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Responden diambil sebanyak 60 orang (20%) dari rata-rata 300 calon TKW yang dilatih setiap bulannya.
3.7. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan sumbernya, data-data diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dilengkapi dengan wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam ditujukan kepada koordinator instruktur pelatihan dan pelatih untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan. Bagi peserta pelatihan (calon TKW), digunakan kuesioner untuk mendapatkan data, dan wawancara mendalam digunakan untuk mendukung data yang tidak dapat diuraikan secara lebih terperinci. Data sekunder mengenai
30
gambaran umum pelatihan diperoleh BLKLN Putra Alwini, BLKLN Barfo Mahdi serta dari dokumen Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI.
3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data hasil kuesioner yang telah dijawab responden berupa karakterisik individu dan pelaksanaan pelatihan diolah dan dianalisis. Metode analisis yang digunakan yaitu: a) Analisis Tabulasi silang Tabulasi silang digunakan untuk menguji ada tidaknya asosiasi atau ketergantungan di antara dua variabel yang diteliti (Istijanto, 2005). b) Analisis korelasi Analisis korelasi menggunakan
uji korelasi Rank Spearman dan Chi
Square dengan taraf nyata (α) 5% (Walpole, 1995). Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS 13.0 dan diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungan antar variabel dapat dikelompokkan menjadi korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain berbanding lurus. Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain berbanding terbalik. Korelasi nihil terjadi apabila terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain secara acak.
31
Data-data kualitatif mengenai pelaksanaan pelatihan di BLKLN diperoleh melalui panduan pertanyaan yang menanyakan masalah seputar materi yang diajarkan, kurikulum pelatihan, metode pengajaran, sarana yang tersedia dan uji kompetensi. Informasi ini kemudian direduksi melalui proses pemilihan, pemusatan, perhatian, serta penyederhanaan data-data. Selanjutnya data dianalisis dan kemudian ditarik kesimpulan.
BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI LATIHAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI (BLKLN)
4.1. Komponen BLKLN Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans, 2005) dalam Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan calon Tenaga Kerja Indonesia, yang dimaksud dengan BLKLN adalah lembaga pelatihan tempat calon TKI dilatih meliputi kemampuan berbahasa sesuai negara tujuan dan keterampilan sesuai dengan jabatan/pekerjaannya di luar negeri. Dalam BLKLN terdapat beberapa komponen untuk kelangsungannya, yaitu: a. Organisasi Struktur organisasi dipimpin oleh Kepala BLKLN. Dibawahnya terdapat dua bidang yaitu bidang pelatihan dan bidang evaluasi, bagian tata usaha. Struktur organisasi BLKLN dapat dilihat pada lampiran Gambar 1. b. Administrasi Dalam administrasi yang dilakukan pada BLKLN meliputi: a) Buku Induk Peserta b) Buku daftar hadir peserta latihan c) Daftar Peserta Uji Kompetensi (DPUK) d) Foto peserta uji kompetensi e) Sertifikat latihan kerja berbasis kompetensi f) Dokumen nilai evaluasi peserta dan uji kompetensi g) Buku penyeliaan
33
h) Grafik populasi peserta pelatihan dan uji kompetensi c. Program Pelatihan Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) Program pelatihan yang digunakan menggunakan SLK yang mengacu pada Standar Kualifikasi Keterampilan/Kompetensi (SKK) atau menggunakan standardisasi sesuai permintaan negara tujuan. Standar Keterampilan Kerja adalah uraian keterampilan dan pengetahuan yang baku dan disusun berdasarkan analisis jabatan tertentu yang harus dikuasai tenaga kerja untuk mampu melaksanakan tugasnya secara efisien, efektif, dan produktif (Depnakertrans dalam Prihatmodjo, 2001). d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana dibagi menjadi dua, yaitu: a) Bangunan Yang termasuk dengan bangunan ialah fasilitas gedung yang secara langsung atau tidak langsung mendukung tempat pelaksanaan pelatihan. b) Pelatihan Praktek Peralatan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan teori dan disesuaikan dengan kebutuhan. e. Personalia Pada BLKLN terdapat jabatan-jabatan dimana pemegang jabatan tersebut haruslah melalui pendidikan formal, pengalaman, dan kualifikasi tertentu. Adapun jabatan tersebut yaitu: a) Pimpinan BLKLN Adapun tugas sebagai pimpinan BLKLN, yaitu:
34
-
Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan BLKLN
-
Merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan memberikan tugas teknik dan administrasi kepada bawahannya
-
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan program pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi ke luar negeri
b) Bagian Tata Usaha Tugas Kepala Bagian Tata Usaha: -
Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis dan administrasi ketatausahaan BLKLN
-
Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi urusan umum,rumah tangga, personalia, keuangan, dan urusan asrama siswa.
- Membuat laporan kegiatan BLKLN c) Bidang Pelatihan Tugas Kepala bidang Pelatihan: -
Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis program peningkatan kualitas pelatihan di BLKLN
-
Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi seksi rekrutmen siswa, penyelenggaraan latihan, dan pemasaran program pelatihan TKI ke luar negeri
- Membuat laporan kegiatan kepada kepala BLKLN d) Bidang Evaluasi Tugas Kepala Bidang evaluasi:
35
-
Mengelola dan memimpin seluruh kegiatan teknis evaluasi program pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi di BLKLN
-
Mengatur tugas-tugas bawahan, meliputi seksi evaluasi program, uji kompetensi, dan sertifkasi serta pelaporan - Membuat laporan kegiatan kepada kepala BLKLN
e) Kelompok Instruktur Penguji dan Tenaga Teknis Tugas Tenaga Instruktur: -
Merencanakan,
menyiapkan,
melaksanakan
pelatihan,
dan
mengevaluasi program pelatihan -
Membuat, menyusun, dan mengembangkan media pelatihan.
-
Mengevaluasi peserta pelatihan
-
Membuat laporan kegiatan pelatihan kepada BLKLN
Tugas tenaga Penguji: -
Menyiapkan
dan
melaksanakan
pengujian
teori,
praktek
keterampilan dan bahasa sesuai Materi Ujian Keterampilan (MUK) kepada peserta uji kompetensi. Berdasarkan Depnakertrans dalam Prihatmodjo (2001) MUK adalah suatu paket yang memuat soalsoal ujian tertulis dan atau praktek sebagai bahan uji keterampilan bagi tenaga kerja untuk bidang keterampilan/kompetensi/keahlian. -
Menyusun dan mengembangkan media MUK sesuai SKK yang ditetapkan
-
Mengevaluasi peserta dan program uji kompentensi
36
-
Membuat laporan kegiaan pengujian TKI dalam kendali alokasi penempatan kepada Ketua PUKS dan penanggungjawab Tempat Uji
Kompetensi
(TUK).
Merujuk
Depnakertrans
dalam
Prihatmodjo (2001) definisi TUK adalah lembaga pelatihan yang memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan sesuai standar yang ditetapkan dan telah diakreditasi oleh Depnakertrans sebagai tempat pelaksana uji keterampilan calon TKW. Tugas Tenaga Teknis: -
Menguasai teknis perawatan fasilitas pelatihan BLKLN
-
Pendidikan formal minimal SLTA
-
Memiliki sertifikat pelatihan tenaga teknis BLKLN atau sejenis
4.2. Visi dan Misi Balai Latihan Kerja luar Negeri yang didirikan di setiap daerah/provinsi memiliki visi dan misi. Visi yang akan dicapai yaitu terciptanya tenaga terampil, ahli, produktif dan kompeten dalam berbagai bidang keterampilan, serta berdaya saing tinggi. Berdasarkan Depnakertrans (2006), misi ditempuh dengan: a. Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang akan berkerja ke luar negeri dalam berbagai bidang keahlian dan keterampilan, dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada. b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja terampil yang akan bekerja ke luar negeri melalui pelatihan dalam rangka mengurangi pengangguran dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja, serta meningkatkan devisa.
37
c. Mendorong terciptanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kerjasama pelatihan dengan pihak ketiga. d. Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan permintaan tenaga kerja.
4.3. Jenis Pelatihan Dalam BLKLN Pelatihan-pelatihan yang diberikan pada setiap BLKLN dibedakan untuk tujuan Timur Tengah dan Asia Pasifik. Pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan negara tujuan. Untuk menjadi Penata Laksana Rumah Tangga ke Arab Saudi, calon TKW harus mengikuti pelatihan yang meliputi tiga tahap (Standar Latihan Kerja Depnakertrans, 2006) : a. Kelompok Unit Kompetensi Umum, meliputi: - Mengembangkan kematangan emosi dan motivasi kerja. - Menerapkan prosedur kebersihan, kesehatan, keamanan (K3) di rumah tangga. - Mengembangkan kerjasama dalam lingkungan rumah tangga. b. Kelompok Unit Kompetensi Inti, meliputi: - Membersihkan kamar mandi/wc. - Membersihkan dan merapihkan tempat tidur. - Membersihkan dan merapihkan ruang rumah/ruang tamu. - Mencuci pakaian. - Melicin pakaian/menyetrika. - Membantu masak. - Membersihkan dan merawat dapur.
38
- Membuat minuman. - Menghidangkan makanan dan minuman. - Berbicara dengan majikan menggunakan bahasa Arab. - Berkomunikasi di telepon dengan menggunakan bahasa Arab. - Menerima tamu menggunakan bahasa Arab. - Berbicara di luar rumah dengan bahasa Arab. c. Kelompok Unit Kompetensi Khusus, meliputi: - Membekali diri tentang kondisi kerja dan resiko bahaya. - Membekali diri tentang remitansi, dokumen diri perjalanan, dan perjanjian kerja. - Berbicara dengan majikan dengan bahasa Arab.
4.4. Uji Kompetensi Berdasarkan Inpres No.6 Tahun 2006, tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI, diketahui untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan harus meningkatkan mutu dan jumlah instruktur, pengelola, sarana, dan prasarana BLKLN, penerapan program pelatihan berbasis kompetensi, peningkatan target pelatihan di semua BLKLN di tiap-tiap daerah. Kompetensi merupakan kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja setiap individu dalam melaksanakan tugas di tempat kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan (Thomson dalam Prihatmodjo, 2001). Bagi calon TKI melakukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga
terkait.
Peningkatan
kualitas
yang
harus
dilakukan
yaitu
menyempurnakan peraturan tentang uji kompetensi, menyediakan tempat untuk
39
uji kompetensi di daerah terdekat dengan calon TKI, serta penyelenggaraan uji kompetensi selama satu hari oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). BLKLN yang fokus terhadap permintaan negara tujuan pastilah memiliki standar penilaian yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan standar negara tujuan. Pengukuran kemampuan TKW yang ada masih terbatas pada satu standar kompetensi saja, padahal setiap negara tujuan mempunyai kriteria dan standar penilaian. Untuk itu BLKLN yang dibentuk harus disesuaikan dengan negara tujuan dan memakai standar penilaian yang disesuai dengan kebutuhan negara tersebut.
4.5. Pelaksanaan Uji Kompetensi Pelaksanaan uji kompetensi bertujuan untuk memberikan penilaian agar dapat memenuhi bukti kompetensi yang dimiliki oleh peserta pelatihan yang akan dinilai serta menghasilkan pelabelan ’Kompeten’ atau ’Belum kompeten’. Persiapan dalam uji kompetensi melibatkan peserta yang telah dilatih, Tempat Uji Kompetensi (TUK), Materi Uji Kompetensi (MUK), tim Asesor dan penyelia uji kompetensi, dan administrasi. Penyelenggaraan uji kompetensi terdiri atas dua sesi dengan 2 jam ujian tertulis dan 4 jam ujian praktek. Terakhir adalah penerbitan Sertifikat Kompetensi Kerja yang memuat penilaian.
4.6. BLKLN Putra Alwini Penelitian dilaksanakan pada dua BLKLN, yaitu BLKLN Putra Alwini dan BLKLN Barfo Mahdi. Analisis mengenai karakteristik calon TKW dan proses
40
pelaksanaan pelatihan yang dikaji adalah calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan pada BLKLN Putra Alwini.
4.6.1. Sejarah dan Perkembangan BLKLN Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri (BLKLN) Putra Alwini didirikan pada tahun 1999 yang dipimpin oleh kepala Balai Latihan Kerja. BLKLN ini beralamat di Jalan Perkutut no. 19 Bukit Duri, Jakarta Timur. Tugas pokok yang dilakukan yaitu melaksanakan berbagai pelatihan keterampilan kerja bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) yang akan dikirim ke luar negeri agar memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dan Baby Sitter. Pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan negara penempatan, yaitu ke negara-negara Kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Yordania, Yaman, dan Afrika. Berbagai program pelatihan peningkatan keterampilan kerja yang dilaksanakan merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada masyarakat di bidang ketenagakerjaan, dan melalui dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi yang anggarannya dibebankan kepada PPTKIS. BLKLN Putra Alwini merupakan kategori BLK yang juga mempunyai PPTKIS dengan nama yang serupa yaitu PT Putra Alwini. Selain itu BLKLN Putra Alwini juga menerima peserta pelatihan yang berasal dari PPTKIS lain. PPTKIS yang bekerjasama dengan BLKLN Putra Alwini, yaitu PT Nurbakti Langgeng Mandiri, PT Sinar Berlian Mandiri, PT Salha, PT Reka Wahana Sentosa, Lahji. Selain sebagai tempat diselenggarakan pelatihan, BLKLN ini
41
merupakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi calon TKW untuk evaluasi penilaian yang dilakukan oleh LSP.
4.6.2. Visi dan Misi BLKLN Balai Latihan Kerja luar Negeri yang didirikan di setiap daerah/provinsi memiliki visi dan misi.Visi yang akan dicapai yaitu terwujudnya pelatihan keterampilan berbasis kompetensi dan diserap pasar kerja. Adapun misi yang ditempuh dengan: a. Membentuk SDM yang berkualitas, inovatif dan kreatif. b. Menjadikan Lembaga Pelatihan yang exellent dan berfungsi sebagai penyedia tenaga profesional yang mandiri. c. Melakukan kerjasama antar sesama lembaga pelatihan guna meningkatkan mutu hasil pelatihan. d. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan sesuai pasar kerja. e. Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan permintaan tenaga kerja.
4.6.3. Organisasi BLKLN Dalam menjalankan kegiatan keorganisasian BLKLN Putra Alwini mempunyai struktur organisasi yang dapat dilihat pada Gambar 2.
42
Gambar 2. Stuktur Organisasi BLKLN Putra Alwini Kepala BLKLN
Bid. Tata Uaha
- Administrasi Umum - Kepegawaian - Keuangan - Asrama
Koordinator Instruktur
- Instruktur/ Penguji - Instruktur B. Inggris - Instruktur B. Mandarin - Instruktur B. Arab
Bid. Pelatihan
Bagian perencanaan penyelenggaraan pelatihan
Kepala BLKLN merupakan pimpinan BLKLN yang bertugas mengelola dan memimpin seluruh kegiatan BLKLN dan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan program pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi ke luar negeri. Bidang Tata Usaha bertugas mengatur administrasi ketatausahaan BLKLN,
personalia, keuangan, dan urusan asrama. Instruktur bertugas
memberikan pelatihan kepada calon TKW dan juga berperan aktif dalam merencanakan penyelenggaraan pelatihan yang disusun sesuai dengan keahlian masing-masing instruktur. Kepala BLKLN bersama staf melakukan evaluasi dua minggu setelah pelatihan diselenggarakan untuk melihat berbagai faktor penunjang dan kendala selama pelatihan.
4.6.4. Kurikulum Pelatihan Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI harus disusun berdasarkan SLK masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI. Kurikulum pelatihan dalam BLKLN Putra Alwini terdiri atas materi-materi pelatihan, banyaknya jam pelatihan (JP) baik teori maupun praktek, serta
43
seperangkat pengaturan JP yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Waktu pelatihan dimulai pada pukul 08.0012.00 dan dilanjutkan pukul 14.00-16.00 WIB. Tabel 2. Kurikulum Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 No. A.
B.
C.
D.
Materi Pelatihan Pembekalan Mental dan Fisik 1. Motivasi dan mental 2. Pemahaman kebudayaan Timur Tengah 3. Perjanjian dan perlindungan kerja 4. Tata cara keberangkatan 5. Tata cara kepulangan 6. Persiapan pasca kerja 7. Keuangan, bank dan asuransi 8. Agama dan kerohanian 9. Fisik dan olahraga Total A Keterampilan Kejuruan 1. Tata graha 2. Tata boga 3. Laundry dan setrika 4. Mengasuh bayi, balita, dan orang tua (lansia) 5. Pengetahuan kesehatan 6. Pengenalan alat listrik dan telepon Total B Pendidikan Bahasa 1. Bahasa Arab Total C Uji Keterampilan 1. Uji keterampilan internal 2. Uji keterampilan kompetensi Total D Total Keseluruhan (A+B+C+D)
Teori
Jam Pelatihan Praktek
Jumlah
6 3
-
6 3
2 1 1 1 2 -
66,25 15
2 1 1 1 2 66,25 15
16
81,25
97,25
4 7 4 5
15 13 17,5 10
19 20 21,5 10
2,5 2
-
2,5 2
24,5
55,5
80
32 32
64 64
96 96
6 3 81,5
3 4 207,75
9 7 289,25
81,5
207,5
289,25
Sumber: Arsip BLKLN Putra Alwini
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa pada pendidikan bahasa Arab memiliki jumlah jam pelatihan (JP) terbanyak yaitu sebesar 96 JP. Diikuti materi pembekalan mental dan fisik, agama dan kerohanian memiliki jam pelatihan praktek terbanyak, yaitu sebesar 66,25. Pada keterampilan kejuruan laundry dan setrika memiliki waktu sebesar 21,5 JP. Selanjutnya sebanyak 20 JP terdapat pada
44
pelatihan tata boga, 19 jampel pada pelatihan tata graha, 10 JP pada pelatihan mengasuh anak, bayi, Balita, dan orang tua lanjut usia (Lansia). Total keseluruhan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan BLKLN Putra Alwini sebanyak 289, 25 JP. Apabila dalam satu hari menggunakan 9 JP maka akan diperoleh waktu pelatihan sebanyak 32 hari (satu bulan).
Namun dalam penyelenggaraannya
lamanya waktu pelatihan tergantung dari permintaan PPTKIS 12 . “Untuk waktu pelatihan disesuaikan dengan permintaan dari PPTKIS, kalau minta satu minggu maka jam pelatihan akan dipadatkan.” (Bu IG)
4.6.5. Metodologi Pelatihan 4.6.5.1. Metode Pelatihan Metode pelatihan merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pengajar atau instruktur dalam menyampaikan materi. Pelatihan kerja yang dilaksanakan menggaplikasikan asas “Training By Doing” yang menekankan pada praktek dengan proporsi 75% dan teori 25%. Pelaksanaan pelatihan berbentuk bimbingan (demonstrasi), simulasi, atau bentuk praktek lainnya yang mengarah kepada penggunaan alat dan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Perencanaan pembelajaran menggunakan 1 JP yang terdiri atas 45 menit. Untuk waktu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi calon TKW mengacu pada SKKNI yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan 12
Dulunya PJTKI. PPTKIS kependekan dari Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia.
45
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang
berlaku
namun
dalam pelaksanaannya
dapat
disesuaikan dengan permintaan dari masing-masing PPTKIS.
4.6.5.2. Alat Bantu Pelatihan Alat bantu pelatihan digunakan agar dapat menggantikan benda yang sesungguhnya. Pada BLKLN Putra Alwini menggunakan alat Bantu sebagai berikut: a. Alat bantu tercetak. Materi yang digunakan untuk mendukung pengajaran berupa buku, petunjuk teknis, lembar pekerjaan, dan handout. b. Alat bantu grafik. Berupa gambar, ilustrasi, foto, cetak biru, peta, c. Alat bantu tiga dimensi. Berupa model boneka, dan model kerja (mesin cuci, setrika, dan vaccum cleanner). d. Alat bantu terproyeksi. Berupa film. e. Alat bantu terdengar. Berupa rekaman pita dan rekaman pembicaraan. Alat bantu perlu dipersiapkan dengan baik agar peserta pelatihan dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan data-data di lapangan bahwa pada pelaksanaan pelatihan, alat bantu pelatihan sudah terlaksana dengan baik. Namun masih terdapat alat bantu yang jumlahnya tidak sebanding dengan banyaknya peserta pelatihan. Berikut keterangan di lapangan: ”Sarana yang ada cukup memadai tapi untuk vaccum cleanner masih kurang jumlahnya. Paling mereka tunggu-tungguan aja.” (Bu RA)
46
4.6.6. Instruktur Pelatihan Jumlah instruktur pelatihan di BLKLN Putra Alwini sebanyak lima orang dengan status sebagai instruktur tetap. Pada Tabel 3 diperlihatkan latar belakang para instruktur: Tabel 3. Latar Belakang Instruktur Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 No.
Keterangan
Instruktur 1
2
3
4
5
1
Nama
IG
HS
RA
AB
Ft
2
Pendidikan Formal
SMU
Fakultas Teknik Elektro
Fakultas Tarbiyah IAIN
Aliyah
D3 Keuangan dan Perbankan
3
Pelatihan dan kursus yang diikuti
TOT
TOT, TO:CBT/CBA, Paket B, Workshop Psikologi
TOT, CBT/CBA, PAP, Paket B
TOT
Kursus computer, TOT
4
Pengalaman Mengajar
7 tahun
7 tahun
6 tahun
2 tahun
2 tahun
5
Instruktur Bidang
Keterampilan dan PAP
Keterampilan, bahasa Inggris dan Arab
Bahasa Arab
Keterampilan dan bahasa Arab
Bahasa Arab
4.6.7. Kapasitas Pelatihan Pelaksanaan pelatihan yang berkualitas pada BLKLN Putra Alwini didukung dengan jumlah lokal kelas 10 ruangan, yang terdiri atas 2 lokal kelas ruangan laboraturium bahasa, 4 kelas untuk praktek, 4 kelas untuk teori. Daya tampung untuk setiap lokal kelas sebanyak 20 orang dan mampu melatih 500 sampai 1000 peserta latihan setiap tahun. Apabila dalam satu hari jumlah calon TKW yang mengikuti pelatihan lebih dari 20 orang maka pengajaran dilakukan di luar kelas dengan alat bantu papan tulis dan spidol.
47
4.6.8. Peserta Pelatihan Pelaksanaan pelatihan yang di BLKLN Putra Alwini diselenggarakan berdasarkan ketetapan Depnakertrans yang tertuang dalam UU No. 39 Tahun 2004. Pelaksanaan pelatihan ini telah terjadwal dan menjadi bagian dari prosedur sebelum calon TKW berangkat ke luar negeri. Peserta pelatihan biasanya didatangkan dari masing-masing PPTKIS. Untuk pelaksanaan pelatihan, kategori peserta pelatihan dibagi menjadi dua, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Persyaratan Peserta Pelatihan BLKLN Putra Alwini, April 2008 No.
Kategori
Persyaratan
1.
Pencari Kerja untuk dalam negeri
Pas foto berwarna 3x4 sebanyak 2 lembar, foto kopi KTP, foto kopi ijazah minimal SMP, usia minimal 20-35 tahun, surat keterangan dokter, memiliki baju putih dan celana panjang warna hitam, lulus test masuk dan pschycotest.
2.
Tenaga Kerja Wanita yang akan bekerja ke luar negeri
Biasanya ditentukan oleh PPTKIS dengan BLKLN.
Sumber: Arsip BLKLN Putra Alwini
4.7. BLKLN Barfo Mahdi Dalam rangka meningkatkan mutu pelatihan bagi calon TKW untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah perlu suatu gambaran mengenai BLKLN yang telah terakreditasi Sangat Baik (A) dari Depnakertrans. Berdasarkan Surat keputusan Deputi Penempatan BNP2TKI tahun 2008 diketahui bahwa BLKLN Barfo Mahdi terakreditasi Sangat Baik (A). P.T. Barfo Mahdi berdiri sejak tahun 1984 yang kemudian pada tahun 1986 diresmikanlah Balai Latihan Kerja Luar Negeri. BLKLN ini berlokasi di Jl. Asem Baris Raya No. 3 RT.006/012, Kebon Baru Jakarta Selatan 12830. BLKLN ini fokus pada pelatihan bagi calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara
48
kawasan Timur tengah sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Sama seperti BLKLN Putra Alwini, BLKLN Barfo Mahdi berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan calon TKW sebelum diberangkatkan ke luar negeri. Selain sebagai tempat diselenggarakan pelatihan, BLKLN ini merupakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bagi calon TKW untuk evaluasi penilaian yang dilakukan oleh LSP. Perbedaan BLKLN ini dengan BLKLN Putra Alwini adalah dalam hal jumlah calon TKW yang diberangkatkan setiap bulannya. Rata-rata pengiriman calon TKW di BLKLN Barfo Mahdi adalah 30 orang sedangkan BLKLN Putra Alwini rata-rata mengirimkan sebanyak 500-1000 orang per tahun. Ironisnya pada BLKLN barfo Mahdi mempunyai kapasitas pelatihan sebanyak 300 orang. Ketika ditanyakan kepada pihak BLKLN Barfo Mahdi diperoleh informasi bahwa untuk mengirimkan TKW bekerja ke Negara kawasan Timur-Tengah BLKLN tersebut fokus pada tataran kualitas dan bukan pada kuantitas. Berikut komentar dari pihak Barfo Mahdi: “BLKLN kita itu rata-rata per bulannya hanya melakukan ujian pada 30 orang saja, paling banyak saat ini 50 orang. Kapasitas pelatihan yang kita punya untuk 300 orang, berati kita itu kan “over cappacity”. Dan kita benar-benar fokus pada kualitas TKW dan bukan kuantitas, jadi pelatihan yang dilaksanakan minimal harus 30 hari. Karena untuk menilai sikap, perilaku dan mental nggak bisa hanya dengan 3 hari saja.” (Pak Sy) 4.7.1. Kurikulum Pelatihan Modul kurikulum dan silabus pelatihan TKI yang dimiliki Barfo Mahdi sama dengan BLKLN Putra Alwini karena penyusunan ini berdasarkan SLK masing-masing sektor jabatan kerja atau masing-masing negara tujuan TKI.
49
Perbedaannya terdapat pada jumlah jam pelajaran yang dilatihkan kepada calon TKW. Pengiriman tenaga kerja ke negara-negara tujuan Timur Tengah, pelatihan yang diberikan meliputi: Tabel 5. Kurikulum Pelatihan BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 No.
Materi Pelatihan
Pembekalan Mental dan Fisik 1. Motivasi dan mental 2. Pemahaman kebudayaan Timur Tengah 3. Perjanjian dan perlindungan kerja 4. Tata cara keberangkatan 5. Tata cara kepulangan 6. Persiapan pasca kerja 7. Keuangan, bank dan asuransi 8. Agama dan kerohanian 9. Fisik dan olahraga Total A B. Keterampilan Kejuruan 1. Tata graha 2. Tata boga 3. Laundry dan setrika 4. Mengasuh bayi, balita, dan orang tua (lansia) 5. Pengetahuan kesehatan 6. Pengenalan alat listrik dan telepon Total B C. Pendidikan Bahasa 1. Bahasa Arab Total C D. Uji Keterampilan 1. Uji keterampilan internal 2. Uji keterampilan kompetensi Total D Total Keseluruhan (A+B+C+D) Sumber: BLKLN Barfo Mahdi
Teori
Jam Pelatihan Praktek
Jumlah
6 3 2 1 1 1 2 16
45 30 75
6 3 2 1 1 1 2 45 30 91
4 8 5 5 4 2
14 12 16 8 -
18 20 21 13 4 2
28
50
78
32 32
64 64
96 96
6 3 9 85
3 4 7 121
9 7 16 206
A.
Pada Tabel 5 diketahui bahwa pendidikan bahasa Arab memiliki jumlah jam pelatihan (JP) terbanyak yaitu sebesar 96 JP. Pada materi pembekalan mental dan fisik, motivasi dan mental memiliki proporsi jam pelatihan yang paling banyak pada teori yaitu 6 JP, karena menurut salah seorang instruktur hal tersebut sebagai dasar pegangan calon TKW dapat bertahan kerja di luar negeri. Sedangkan pada praktek pelatihan mengenai agama dan kerohanian menggunakan
50
45 JP. Pelatihan agama dan kerohanian dilakukan dalam kegiatan solat berjamaah pada saat subuh, magrib, dan isya. Selain itu kegiatan keagamaan juga dilakukan melalui ceramah subuh yang dipimpin oleh mantan kepala BLKLN. Solat berjamaah dan ceramah dilakukan di Mushola yang disediakan. “TKW yang pinter pelatihan belum tentu dia bisa kerja bagus, mending TKW yang punya inisiatif dan kreatif yang lebih menghasilkan kerja bagus. Untuk agama itu penting sekali untuk mengatasi TKW yang rentan stres”. (Bu SS)
Pada materi keterampilan kejuruan, jam pelajaran dengan proporsi terbesar sebanyak 21 JP terdapat pada laundry dan setrika. Selanjutnya sebanyak 20 JP terdapat pada pelatihan tata boga, 18 JP pada pelatihan tata graha, 13 JP pada pelatihan mengasuh anak, bayi, balita, dan orang tua (lansia). Total keseluruhan penyelenggaraan pelatihan sebanyak 206 JP. Apabila dalam satu hari menggunakan 9 JP maka akan diperoleh waktu pelatihan sebanyak 23 hari (tiga minggu). “Terkadang ada PPTKIS yang gak mau melatih TKWnya di BLKLN kita karena lama untuk pergi ke luar negerinya. Kalau TKW kan taunya semakin cepat pergi semakin bagus.” (Bu SS)
4.7.2. Instruktur Pelatihan Jumlah instruktur pelatihan di BLKLN Barfo Mahdi sebanyak lima orang dengan status sebagai instruktur tetap. Berikut ini merupakan latar belakang para instruktur:
51
Tabel 6. Latar Belakang Instruktur BLKLN Barfo Mahdi, April 2008 No.
Keterangan
Instruktur 1
2
3
4
5
1
Nama
AS
AJ ARD
SS
SA
SS
2
Pendidikan Terakhir
Ikip Muhammadiyah, Yogyayakarta
SMA SPG
Fakultas Tarbiyah UI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3
Pengalaman Bekerja
PT. Pembangunan Perumahan, PT. Sahlina Tour and Travel, PT. Sabika Arabindo, PT Barfo Mahdi
SD Berdikari
Domino Pizza, Koperasi Al-Ikhlas, PT. Suwatra Jakarta, PT. Barfo Mahdi
AP2TKI, PT. Barfo Mahdi
PJTKI Delta Rona Adiguna, BLKLN Sabrina Putri Mandiri, YLPTKI Megah Buana, BLKLN Barfo Mahdi
4
Pengalaman Mengajar
21 tahun
22 tahun
8 tahun
3 tahun
2 tahun
4.7.3. Peserta Pelatihan Pelaksanaan pelatihan yang di BLKLN Barfo Mahdi diselenggarakan berdasarkan ketetapan Depnakertrans yang tertuang dalam UU No. 39 Tahun 2004. Pelaksanaan pelatihan ini telah terjadwal dan menjadi bagian dari prosedur sebelum Calon TKW berangkat ke luar negeri. Peserta pelatihan sebagian besar didatangkan dari PT. Barfo Mahdi. Adapun persyaratan peserta sebagai berikut: a. Pendidikan
: Minimum SD
b. Umur
: Minimal 25 tahun
c. Pengalaman Kerja
: Tidak diharuskan
d. Kondisi kesehatan
: Lulus tes kesehatan dari klinik yang telah ditunjuk
52
e. Lulus tes
: membaca, menulis, bahasa, wawancara tentang
kesiapan mental peserta pelatihan, wawancara tentang latar belakang peserta pelatihan
BAB V EVALUASI KEBERHASILAN PELATIHAN
5.1. Karakteristik Responden Hasil kuesioner menunjukkan karakteristik responden yang terdiri dari usia, asal daerah, pendidikan terakhir, status perkawinan, pengalaman bekerja ke luar negeri, motivasi. Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 40 30 20
Usia
10 0 < 29
≥ 29
Berdasarkan kuesioner diperoleh usia rata-rata responden yang diteliti yaitu 29 tahun. Sebanyak 37 orang responden (61,67%) dari keseluruhan 60 orang responden berada pada kisaran usia < 29 tahun dan sebanyak 23 orang (38,33%) berusia ≥ 29 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keseluruhan usia calon TKW terdapat pada kisaran usia < 29 tahun dan digolongkan dalam kategori kelompok usia muda atau usia produktif. Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan asal daerah pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 60 50 40 30
Asal daerah
20 10 0 P. Jawa
Luar P. Jawa
54
Pada Gambar 4 terlihat bahwa mayoritas calon TKW yang mengikuti pelatihan berasal dari Pulau Jawa sebanyak 52 orang (86,67%), sedangkan delapan orang (13,33%) berasal dari luar Pulau Jawa. Jadi diketahui bahwa peserta pelatihan di BLKLN Putra Alwini secara umum berasal dari Pulau Jawa. Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 50 40 30 Pendidikan
20 10 0 SLTA/Aliyah
SLTP/Tsanawiyah
SD/Ibtidaiyah
Pada Gambar 5 diketahui bahwa calon TKW yang akan bekerja ke Negara-negara kawasan Timur Tengah didominasi oleh responden berpendidikan SD/Ibtidaiyah sebanyak 43 orang (71,67%) diikuti yang berpendidikan SLTP/Tsanawiyah sebanyak 13 orang (21,67%), dan SLTA/Aliyah sebanyak 4 orang (6,67%). Hal ini sejalan dengan informasi data penempatan (2006), yang mengatakan bahwa TKW non formal masih didominasi oleh calon TKW lulusan SD sebesar 54 persen, dan SLTP 42 persen. “Untuk TKW yang ke Timur Tengah persyaratannya lebih mudah daripada ke Asia Pasifik makanya kebanyakan lulusan SD, malah ada yang gak lulus SD asalkan bisa baca dan tulis bisa berangkat”. (Bu IG)
55
Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 50 40 30 Status perkawinan 20 10 0 Belum menikah
Sudah menikah
Janda
Status pribadi calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan ini terdiri dari calon TKW yang berstatus belum menikah, menikah, dan janda. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 43 orang (66,67%) memiliki status telah menikah. Sebanyak 10 orang (16,67%) memiliki status belum menikah, dan sebanyak tujuh orang (11,67%) berstatus janda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa calon TKW yang akan ke bekerja ke negara-negara kawasan Timur Tengah, berstatus telah menikah. Gambar 7. Karakterististik responden berdasarkan pengalaman bekerja ke luar negeri pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Pengalaman bekerja ke luar negeri
Sudah pernah
Belum pernah
56
Calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri masih didominasi dengan calon yang belum pernah bekerja ke luar negeri sebanyak 40 orang (66,67%) dan yang pernah bekerja ke luar negeri sebanyak 20 orang (33,33%).
5.2. Pemahaman Materi dari Sudut Pandang calon TKW Berkaitan dengan materi keterampilan
kejuruan yang ada di BLKLN
Putra Alwini, proporsi jam pelatihan terbanyak terdapat pada materi laundry dan setrika. Upaya meningkatkan kualitas calon TKW melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di BLKLN Putra Alwini perlu suatu metode yang efektif dalam memberikan materi yang diajarkan. Berdasarkan sampel yang diambil di BLKLN Putra Alwini (Tabel 7), para peserta pendidikan dan pelatihan (calon TKW) memilih bahwa materi yang paling sulit untuk dipelajari selain pelatihan bahasa Arab adalah pelatihan memasak dan menghidangkan (Tata Boga) sebesar 58,33 persen. Sebaliknya untuk pelatihan yang paling mudah dipelajari adalah pelatihan mengasuh anak dan balita sebesar 43,33 persen. Tabel 7. Kecepatan pemahaman calon TKW terhadap pelatihan yang diberikan di BLKLN Putra Alwini, April 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Materi Pelatihan Tersulit Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga Mencuci dan menyeterika/laundry Mengasuh anak dan balita/baby sitter Total Materi Pelatihan Termudah Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga Mencuci dan menyeterika/laundry Mengasuh anak dan balita/baby sitter Total
Jumlah (orang) 6
Persentase (%) 10
35 15 4 60
58,33 25 6,66 100
10
16,66
7 17 26 60
11,67 28,33 43,33 100
57
Menyusun kurikulum dan pembagian waktu jam pelajaran perlu diberikan proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan calon TKW. Misalnya, pelatihan bahasa memiliki proporsi jam pelajaran yang lebih banyak karena bahasa merupakan dasar berkomunikasi dengan majikan. Selain itu dimulai dari keterampilan berbahasa juga dapat memperkecil munculnya kesalahpahaman dengan majikan, yang pada akhirnya akan memperkecil kekerasan yang dilakukan majikan terhadap TKW di luar negeri. Keterampilan kejuruan memasak dan menghidangkan (Tata Boga) perlu diberikan porsi yang besar dalam waktu pelatihan. Berdasarkan data kualitatif diketahui bahwa calon TKW belum terbiasa merasakan masakan ala Timur Tengah. Sedangkan dalam pelatihan mengasuh anak dan balita mereka lebih terbiasa melakukannya. Hal ini sejalan dengan status calon TKW yang didominasi dengan status menikah.
5.3. Analisis Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan Karakteristik yang mempengaruhi tingkat keberhasilan calon TKW merupakan faktor yang ada pada diri calon TKW. Untuk melihat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW, maka digunakan analisis tabulasi silang (Crosstabs), uji korelasi Rank Spearman, dan Chi Square. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk variabel asal daerah, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, dan motivasi. Pengujian yang dilakukan menghasilkan nilai Probaility (P) untuk kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila P value > taraf nyata (0,05) dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara karakteristik individu dengan
58
tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Apabila P value < taraf nyata (0,05) dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Variabel usia dan status perkawinan digunakan uji Chi Square (X2). Hasil uji Chi Square dapat dilihat apabila X2 hitung > taraf nyata (0,05) maka tidak terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara usia dan status perkawinan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Apabila X2 hitung < taraf nyata (0,05) maka terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara usia dan status perkawinan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Hipotesis yang diajukan merupakan dugaan sementara antara variabel yang masih dianalisis untuk dibuktikan. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : Tidak mempunyai peranan yang positif dan signifikan antara karakteristik individu serta pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan pelatihan. H1 : Mempunyai peranan yang positif dan signifikan antara karakteristik individu serta pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Berikut ini merupakan tabel yang memuat hasil uji yang dilakukan pada program SPSS 13.0.
59
Tabel 8. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Karakteristik Individu Asal daerah Tingkat Pendidikan Pengalaman Bekerja Motivasi
Koefisien korelasi 0,340 0,99 0,327 0,522
P Value
Kesimpulan
0,008 0,453 0,011 0,000
Terima H1 Terima H0 Terima H1 Terima H1
Tabel 9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Karakteristik Individu Usia Status Perkawinan
df 1 2
P Value 0,071 0,000
Kesimpulan Terima H0 Terima H1
5.3.1. Hubungan Usia Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Berdasarkan hasil uji Chi Square antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW pada Tabel 9 diperoleh nilai P value sebesar 0,071 lebih besar dari taraf nyata 0,05. Maka diketahui bahwa hipotesis penelitian ditolak (terima H0) yaitu usia calon TKW tidak mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap keberhasilannya dalam mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di BLKLN. Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Usia Muda Tua Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 9 24,32 28 75,68 6 26,09 17 73,91 15 25 45 75
Jumlah 37 (100%) 23 (100%) 60 (100%)
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa calon TKW yang memiliki tingkat keberhasilan pelatihan tinggi adalah calon TKW dengan golongan umur muda sebesar 75,68 persen, sedangkan sisanya sebesar 24,32 memiliki tingkat
60
keberhasilan rendah. Pada calon TKW dengan golongan umur tua yang memiliki tingkat keberhasilan pelatihan rendah sebesar 26,09 persen sedangkan sisanya sebesar 75,68 persen memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Silaen (1998), mengatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak terbukti karena antara usia dengan tingkat keberhasilan pelatihan tidak mempunyai hubungan yang nyata. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor penghambat bagi peserta pelatihan yang tergolong berusia tua (> 29) untuk dapat berhasil dalam pelatihan. Apabila dilihat berdasarkan lamanya hidup, calon TKW dengan golongan umur tua lebih berpengalaman dalam menangani dan mengatur pekerjaan yang berhubungan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci, menyeterika, serta mengasuh bayi.
5.3.2. Hubungan Asal Daerah Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Tabel 8 hasil uji korelasi menunjukan bahwa asal daerah memperoleh nilai korelasi sebesar 0,340 yang mengindikasikan bahwa antara asal daerah dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. P value yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Sehingga hipotesis penelitian diterima (terima H1) yaitu terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara asal daerah dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
61
Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Asal Daerah dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Asal Daerah Luar P. Jawa P. Jawa Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 5 62,5 3 37,5 10 19,23 42 80,77 15 25 45 75
Jumlah 8 (100%) 52 (100%) 60 (100%)
Penelitian asal daerah calon TKW dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu yang berasal dari Pulau Jawa dan yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pengkategorian ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa dalam mengikuti pelatihan ke BLKLN Putra Alwini. Calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan rendah adalah calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa sebesar 62,5 persen sedangkan sisanya 37,5 persen memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk tingkat keberhasilan tinggi dimiliki oleh calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa sebesar 80,77 persen. Sebesar 19,23 persen calon TKW dari Pulau Jawa memiiki tingkat keberhasilan yang rendah. Perbedaan tingkat keberhasilan berdasarkan asal daerah tersebut diperkuat oleh salah satu instruktur di BLKLN Putra Alwini, yang mengatakan bahwa dalam mengajar calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa diperlukan porsi yang lebih banyak dari calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa dengan tingkatan pendidikan yang sama. Berikut hasil wawancara dengan instruktur: “Kalau calon TKW yang dari jauh (luar Pulau Jawa) agak susah melatihnya karena baca tulis saja mereka belum lancar, padahal mereka lulusan SMP. Kalau dari jawa pendidikan SMP sudah lancar baca tulisnya”. (Bu IG)
62
5.3.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Tabel 8 diketahui bahwa hasil nilai korelasi Rank Spearman sebesar 0,99 yang artinya tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelatihan berhubungan positif. P value yang diperoleh sebesar 0,453 lebih besar dari taraf nyata 0,05 persen. Kesimpulannya yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelatihan yang dilakukan. Jadi hipotesis penelitian ditolak (Terima H0). Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tingkat Pendidikan SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 12 27,91 31 72,09 2 15,38 11 84,62 1 25 3 75 15 25 45 75
Jumlah 43 (100%) 13 (100%) 4 (100%) 60 (100%)
Hasil tabulasi silang diperoleh data bahwa calon TKW dengan tingkat pendidikan SLTP/MTs memiliki tingkat keberhasilan tinggi sebesar 84,62 persen, sisanya sebesar 15,38 persen memiliki tingkat keberhasilan rendah. Sedangkan tingkat pendidikan SD/MI memilikitingkat keberhasilan yang rendah sebesar 27,91 persen, sisanya 72,09 persen memiliki tinggi keberhasilan tinggi. Lulusan SLTA belum tentu tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada lulusan SLTP. Namun apabila diperbandingkan, SD/MI masih dalam tingkat keberhasilan yang rendah dalam menerima pelatihan yang diselenggarakan. Hal ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak penyelenggara latihan untuk membuat proporsi jam pelatihan yang sesuai dengan kemampuan calon TKW tingkatan SD/MI, karena mayoritas calon TKW yang akan bekerja ke negara-
63
negara kawasan Timur Tengah adalah berada pada tingkat pendidikan SD atau sederajat.
5.3.4. Hubungan Status Perkawinan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Berdasarkan hasil uji Chi Square pada Tabel 9 diperoleh nilai P value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya status perkawinan calon TKW mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di BLKLN. Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Status Perkawinan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Status Perkawinan Belum menikah Sudah menikah Janda Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 2
20
11
26,19
2 15
25 25
8 31 6 45
Jumlah
80
10 (100%)
73,81
42 (100%)
75 75
8 (100%) 60 (100%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon TKW dengan status belum menikah memiliki tingkat keberhasilan pelatihan tinggi sebesar 80 persen, sisanya 20 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Pada calon TKW dengan status sudah menikah memiliki tingkat keberhasilan pelatihan rendah sebesar 26,19 persen, sisanya 73,81 persen memiliki tingkat keberhasilan pelatihan tinggi.
64
5.3.5. Hubungan Pengalaman Bekerja Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan pada Tabel 8 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,327 yang mengindikasikan bahwa antara asal daerah dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. P value yang diperoleh sebesar 0,011 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pengalaman bekerja dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Bekerja dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Pengalaman Bekerja Belum Pernah Sudah Pernah Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 14 35 26 65 1 5 19 95 15 25 45 75
Jumlah 40 (100%) 20 (100%) 60 (100%)
Hasil tabulasi silang diketahui bahwa calon TKW yang belum pernah berpengalaman bekerja ke luar negeri memiliki tingkat keberhasilan yang rendah sebesar35 persen, sisanya sebesar 65 persen memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Pada calon TKW yang sudah pernah pengalaman bekerja di luar negeri memiliki tingkat keberasilan yang tinggi sebesar 95 persen, sisanya sebesar 5 persen memiliki tingkat keberhasilan rendah. Calon TKW yang sudah pernah bekerja di luar negeri telah memiliki pengalaman kerja di lapang sehingga mereka hanya mengulang kembali pelatihanpelatihan yang diberikan. Berikut komentar instruktur pelatihan: “Kalau TKW yang Eks tinggal mengingatkan-ingat pelatihan aja, malah kalau urusan bahasa bisa pinteran mereka daripada kita, mereka kan udah pernah terjun ke lapang sendiri”. (Bu SS)
65
5.3.6. Hubungan Motivasi Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan pada Tabel 8 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,522 yang mengindikasikan bahwa antara asal daerah dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil apabila dibandingkan dengan taraf nyata 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara motivasi calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Motivasi dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Motivasi Rendah Tinggi Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 5 100 10 18,18 45 81,81 15 25 45 75
Jumlah 5 (100%) 55 (100%) 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa calon TKW dengan motivasi yang tinggi akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi pula yaitu sebesar 81,81 persen sedangkan sisanya 18,18 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Pada calon TKW yang memiliki motivasi rendah untuk bekerja ke luar negeri maka akan menghasilkan tingkat keberhasilan yang rendah pula sebesar 100 persen. Para calon TKW diberi pembekalan mental dan motivasi pada materi pelatihan sebagai dasar diri bagi calon TKW untuk dapat bekerja secara maksimal.
66
5.4. Analisis Hubungan Pelaksanan Pelatihan dengan Tingkat Keberhasilan calon TKW dalam Menyerap Pelatihan Uji koreasi Rank Spearman dilakukan untuk melihat hubungan antara pelaksanan pelatihan yang diselenggarakan seperti kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan, instruktur, serta sarana dan prasarana dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Pengujian yang dilakukan menghasilkan nilai Probaility (P) yang akan dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila P value > taraf nyata (0,05) dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Apabila P value < taraf nyata (0,05) dapat diartikan terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pelaksanaan pelatihan dengan tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Tabel berikut menunjukkan hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan calon TKW. Tabel 16. Uji korelasi Rank Spearman antara Input BLKLN dengan tingkat keberhasilan calon TKW pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Pelaksanaan Pelatihan Kurikulum Materi Waktu Instruktur Sarana dan prasarana
Koefisien korelasi 0,406 0,322 0,383 0,397 0,449
P Value
Kesimpulan
0,01 0,012 0,003 0,002 0,000
Terima H1 Terima H1 Terima H1 Terima H1 Terima H1
5.4.1. Hubungan Kurikulum Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,406 yang mengindikasikan bahwa antara kurikulum pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,01 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat
67
disimpulakan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara kurikulum pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Kurikulum Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Kurikulum Tidak diketahui Diketahui Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 15 12 44,44 55,55 3 15
9,09 25
30 45
90,90 75
Jumlah 27 (100%) 33 (100%) 60 (100%)
Hasil penelitian terhadap calon TKW diketahui bahwa kurikulum pelatihan yang tidak diketahui oleh calon TKW menimbulkan tingkat keberhasilan yang rendah sebesar 44,44 persen sedangkan sisanya sebesar 55,55 persen memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Pada kurikulum yang diketahui calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu sebesar 90,90 persen sedangkan sisanya 9,09 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Oleh karena itu kurikulum pelatihan perlu diketahui olehcalon TKW yang akan melakukan pelatihan.
5.4.2. Hubungan Materi Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,322 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,12 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulakan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang
68
signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Materi Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Materi Tidak relevan Relevan Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 2 100 0 13 22,41 45 77,59 15 25 45 75
Jumlah 2 (100%) 58 (100%) 60 (100%)
Hasil penelitian terhadap calon TKW diketahui bahwa materi pelatihan dinyatakan relevan oleh 45 orang responden sebesar 77,59 persen dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Selanjutnya diketahui hanya dua orang sebesar 100 persen responden menyatakan bahwa materi pelatihan yang diberikan tidak relevan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan, sehinga mereka memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
5.4.3. Hubungan Waktu Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,383 yang mengindikasikan bahwa antara waktu pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,03 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
69
Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Waktu Pelatihan dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Waktu Tidak sesuai Sesuai Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 10 47,62 11 52,38 5 12,82 34 87,18 15 25 45 75
Jumlah 21 (100%) 39 (100%) 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa waktu yang tidak sesuai memiliki tingkat keberhasilan yang rendah yaitu sebesar 47,62 persen sedangkan sisanya sebesar 52,38 memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Waktu pelatihan yang sesuai dengan kemampuan calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi sebesar 87,18 persen sementara sisanya sebesar 12,82 memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
5.4.4. Hubungan Tingkat Kemampuan Instruktur Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,397 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,02 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
70
Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Tingkat Kemampuan Instruktur dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Tingkat Kemampuan Instruktur Tidak mampu Mampu Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase 3
100
12 15
21,05 25
0 45 45
Jumlah
-
3 (100%)
78,95 75
57 (100%) 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa instruktur yang tidak mampu dalam menyampaikan pelatihan kepada TKW memiliki tingkat keberhasilan yang rendah sebesar 100 persen sedangkan instruktur yang mampu menyampaikan pelatihan kepada TKW memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang tinggi yaitu sebesar 78,95 sisanya sebesar 21,05 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa semakin seorang instruktur mampu mengajar calon TKW maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bagi calon TKW. Semakin seorang instruktur tidak mampu mengajar calon TKW maka semakin rendah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai calon TKW.
5.4.5. Hubungan Sarana dan Prasarana Pelatihan Calon TKW dengan Tingkat Keberhasilan Pelatihan Hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 16 diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,449 yang mengindikasikan bahwa antara materi pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif. Hasil P value yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Dapat disimpulakan bahwa hipotesis penelitian diterima (terima H1), artinya terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara materi pelatihan calon TKW dengan tingkat keberhasilan pelatihan.
71
Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Ketersediaan sarana dan prasarana dan Tingkat Keberhasilan Pelatihan pada BLKLN Putra Alwini, April 2008 Ketersediaan sarana dan prasarana Tidak lengkap Lengkap Jumlah
Tingkat Keberhasilan Pelatihan Rendah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jumlah
5
83,33
1
16,66
6 (100%)
10 15
18,52 25
44 45
81,48 75
54 (100%) 60 (100%)
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa tidak lengkapnya sarana dan prasaana memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang rendah sebesar 83,33 persen sisanya 81,48 persen memiliki tingkat keberhasilan pelatihan yang tinggi. Sementara lengkapnya sarana dan prasarana pelatihan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi sebesar 82,48 persen sisanya sebesar 18,52 persen memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan Mutu pelatihan yang berkualitas bagi calon TKW diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keterampilan dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja. Pelatihan tersebut perlu menekankan pada keterampilan teknis, dan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan jabatan dan
persyaratan
pekerjaan. Suryadi dalam Bakhtiar (2003) mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan seyogyanya dilihat dari instrumental input dan through-put. Instrumental input adalah guru, kurikulum, bahan belajar, media, dan sumber belajar, prasarana belajar, dan sarana pendukung belajar lainnya. Sedangkan yang termasuk through-put adalah learning experiences, yakni proses yang melibatkan
72
bagaimana siswa melakukan proses interaksi dengan semua instrumental input. Through-put yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia, daerah asal, tingkat pendidikan, status perkawinan, pengalaman bekerja, dan motivasi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh instrumental input yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelatihan yaitu kurikulum pelatihan, materi/bahan belajar, instruktur, sarana dan prasarana. Berdasarkan observasi diperoleh through-put yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan yaitu metode dan strategi pengajaran.
5. 6. Ikhtisar Karakteristik calon TKW yang mengikuti pelatihan pada BLKLN Putra Alwini terdapat pada usia muda atau usia produktif dan berstatus telah menikah. Mayoritas peserta pelatihan berasal dari Pulau Jawa dengan tingkat pendidikan SD/Ibtidaiyah. Minat untuk bekerja ke luar negeri didominasi oleh calon TKW yang belum pernah kerja di luar negeri. Uji statistik yang dilakukan memperoleh hasil bahwa usia calon TKW tidak mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan. Artinya, usia tidak menjadi batasan dalam setiap keberhasilan pelatihan. Daerah asal calon TKW mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan dimana tingkat keberhasilan tinggi diperoleh calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa. Sedangkan tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Hal ini diperkuat oleh data kualitatif bahwa tingkat pendidikan tinggi belum menjamin bahwa calon TKW
73
bisa membaca dan menulis yang merupakan syarat utama untuk dapat bekerja ke luar negeri. Status perkawinan calon TKW mempunyai hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan dalam mengikuti pelatihan yaitu bahwa calon TKW dengan status belum menikah lebih berhasil dalam pelatihan yang diselenggarakan. Terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara pengalaman bekerja dengan tingkat keberhasilan pelatihan. Diketahui bahwa calon TKW yang sudah pernah bekerja di luar negeri memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Motivasi calon TKW berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelatihan dimana motivasi yang tinggi memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Kurikulum pada pelaksanaan pelatihan diketahui memiliki hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Kurikulum yang diketahui calon TKW memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk materi pelatihan hubungan yang signifikan (nyata) terhadap tingkat keberhasilan pelatihan
dimana
materi
pelatihan yang
relevan
menyebabkan
tingkat
keberhasilan yang tinggi terhadap keberhasilan pelatihan. Lamanya waktu pelatihan yang sesuai dengan ketetapan Depnakertrans (minimal 21 hari) memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Instruktur yang dapat memuaskan peserta pelatihan
dalam
menyampaikan
materi
pelatihan
berpengaruh
terhadap
keberhasilan yang tinggi dalam pelatihan. Lengkapnya sarana dan prasarana pelatihan memiliki pengaruh terhadap tingginya tingkat keberhasilan dalam pelatihan. Berdasarkan hasil analisis, calon TKW memilih bahwa materi yang paling sulit untuk dipelajari selain pelatihan bahasa Arab adalah pelatihan memasak dan menghidangkan (Tata Boga). Materi selanjutnya yang paling sulit untuk dipelajari
74
yaitu mencuci, setrika dan laundry berada pada urutan kedua, diikuti dengan materi membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha dan yang terakhir materi mengasuh anak dan Balita.
BAB VI PENINGKATAN MUTU PELATIHAN
6.1. Unsur Potensial Terhadap Mutu Pendidikan dan Pelatihan Balai Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas calon TKW sebelum berangkat ke luar negeri. Proses penyiapan yang minim kepada calon TKW dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan akan mengakibatkan praktik perdagangan manusia ke luar negeri. PPTKIS sebagai pemegang kendali dalam mengatur pendidikan dan pelatihan bagi calon TKW sesuai UU No.39 Tahun 2004 tidak lagi berorientasi pada kualitas melainkan berorientasi pada kuantitas. Hal ini diperoleh melalui data kualitatif bahwa dari pihak PPTKIS mendesak untuk dapat memadatkan waktu pelatihan. Hal inilah yang merupakan salah satu permasalahan kurang optimalnya gambaran dasar mengenai pekerjaan yang akan dihadapi di luar negeri. Merujuk pada Suryadi dalam Bakhtiar (2003) mengenai mutu pendidikan, merupakan kemampuan lembaga pendidikan untuk building capacity of student to learn. Pada dasarnya lembaga pendidikan sebagai pendorong yang utama dalam memaksimalkan kemampuan yang ada pada peserta didiknya.
6.1.1. Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental Input Karakteristik Individu Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat dirumuskan sebagai berikut: Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental input dari karakteristik individu, yaitu a. Usia
76 Untuk negara tujuan kawasan Timur Tengah mayoritas kelompok usia yang mengikuti pelatihan adalah kelompok usia muda atau usia produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa calon TKW yang bekerja di negara-negara kawasan Timur Tengah adalah kelompok usia produktif. Untuk calon TKW dengan umur yang lebih tua hal ini bukanlah suatu faktor penghambat dalam menyerap pelatihan yang diberikan. b. Tingkat Pendidikan Calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara kawasan Timur Tengah didominasi oleh para calon lulusan SD/Ibdidaiyah. Hal ini diketahui berdasarkan data kuantitatif sebesar 71,67% calon TKW merupakan lulusan SD/Ibdidaiyah. Untuk meningkatkan mutu pelatihan maka diperlukan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan mayoritas tingkat pendidikan. c. Status Perkawinan Hasil penelitian diperoleh bahwa calon TKW yang akan bekerja ke negara-negara Kawasan Timur-Tengah mayoritas berstatus telah menikah. Oleh karena itu perlu diberikan pembekalan dengan proporsisi yang lebih banyak mengenai perilakuperilaku orang yang telah menikah ketika bersosialisasi di Timur-Tengah untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. d. Pengalaman bekerja ke luar negeri Calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri masih didominasi oleh calon TKW yang belum pernah pergi ke luar negeri. Oleh karena itu perlu kerjasama dengan calon TKW yang pernah bekerja ke luar negeri sebagai pendamping calon TKW yang belum pernah ke luar negeri. Hal ini bertujuan agar calon TKW yang belum pernah bekerja ke luar negeri mendapatkan gambaran awal yang sebenarnya. e. Daerah Asal calon TKW
77 Hasil penelitian diperoleh data bahwa calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan dengan calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan calon TKW yang berkualitas secara keseluruhan perlu diberikan perhatian yang lebih terhadap calon TKW yang berasal dari luar Pulau Jawa. f. Motivasi Motivasi calon TKW berkaitan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu perlu diberikan proporsi yang lebih banyak. Jadi pembekalan mengenai motivasi tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga perlu diberikan di waktu senggang untuk menumbuhkan inisiatif dan kreatifitas bagi calon TKW.
6.1.2. Peningkatkan Mutu Pelatihan Berdasarkan Instrumental Input BLKLN Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dapat dirumuskan sebagai berikut: Peningkatkan mutu pelatihan berdasarkan instrumental input yang berasal dari BLKLN, yaitu: a. Guru Dalam BLKLN yang dimaksud dengan guru adalah instruktur pelatihan yang memberikan materi dan substansi pelatihan. Jika dilihat dari segi jumlah, instruktur tetap pada BLKLN Putra Alwini sebanyak lima orang dinilai kurang memadai terhadap jumlah pengiriman calon TKW yang mencapai 500-1000 orang setiap tahun. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya intensitas pengamatan sikap, perilaku, dan mental masing-masing calon TKW. Pada BLKLN Barfo Mahdi memiliki instruktur tetap sebanyak lima orang, namun jumlah pengiriman
78 calon TKW per bulannya hanya sebanyak 20-30 orang (setahun 360 orang). Oleh karena itu dalam BLKLN Barfo Mahdi pengamatan sikap, perilaku, dan mental masing-masing calon TKW dapat dikatakan lebih terfokus. Berdasarkan data kualitatif diketahui bahwa BLKLN Putra Alwini mempunyai instruktur tidak tetap begitu pula dengan BLKLN Barfo Mahdi. Namun, mengingat jumlah pengiriman TKW pada BLKLN Putra Alwini lebih banyak dari BLKLN Barfo Mahdi perlu dipertimbangkan untuk memperhatikan jumlah instruktur. b. Kurikulum Berdasarkan jumlah jam pelajaran, pada BLKLN Putra Alwini memiliki 289,25 JP. Apabila rata-rata dalam satu minggu terdapat 42 JP, maka pada BLKLN Putra Alwini membutuhkan empat minggu waktu pelatihan. Sedangkan pada Barfo Mahdi memiliki sebanyak 206 JP yang artinya membutuhkan tiga minggu waktu pelatihan. Ketika ditanya mengenai waktu pelatihan pada instruktur BLKLN Putra Alwini dikatakan bahwa BLK mengikuti waktu pelatihan yang diminta oleh pihak PPTKIS. Untuk meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu pelatihan yang cukup. Hal ini didukung hasil penelitian yang mengatakan waktu pelatihan dan tingkat keberhasilan pelatihan calon TKW berhubungan positif dan bahwa waktu yang tidak sesuai memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. c. Bahan Belajar Bahan belajar bagi para peserta pelatihan perlu diperhatikan dalam rangka memudahkan calon TKW untuk belajar dan untuk mengetahui gambaran mengenai negara tujuan. Bahan belajar yang dimaksud yaitu buku pelajaran siswa, handout, dan buku sumber guru. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa masing-masing calon TKW diberi buku pelajaran siswa sebagai buku pegangan.
79 d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud yaitu sebagai peralatan untuk menujang pelaksanaan teori. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan negara tujuan. Berdasarkan hasil kuesioner, sarana dan prasarana yang digunakan pada BLKLN Putra Alwini sudah dikatakan lengkap. Namun apabila dilihat dari banyaknya calon TKW yang diberangkatkan setiap bulannya, perlu dilakukan pengembangan dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang sering digunakan di negara-negara Kawasan Timur Tengah.
6.2. Perencanaan Program Pelatihan Berdasarkan Suprijanto (2007), hal-hal yang diperlukan dalam proses perencanaan pelatihan, yaitu: a. Identifikasi masalah. Permasalahan calon TKW dalam mengikuti program pelatihan diketahui bahwa materi yang tersulit menurut mereka adalah materi mengenai Tata Boga. Sedangkan untuk materi yang termudah adalah materi mengenai mengasuh bayi, balita, dan orang tua (lansia). Untuk tingkat keberhasilan pelatihan terjadi perbedaan antara calon TKW yang berasal dari Pulau Jawa dan dari Luar Pulau Jawa. Untuk yang berasal dari Luar Pulau Jawa memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah. b.
Identifikasi peserta. Calon TKW sebagai peserta pelatihan didominasi oleh kelompok umur golongan muda (< 29), lulusan SD/MI, berasal dari Pulau Jawa, dan berstatus telah menikah.
c. Identifikasi tujuan umum dan tujuan khusus.
80 Melihat kembali tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pelatihan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. d. Strategi kesempatan belajar dan pemilihan pengajaran. Strategi dan metode pengajaran yang dilakukan perlu disesuaikan dengan karakteristik calon TKW. Selain itu kesempatan belajar perlu diberikan kepada seluruh calon TKW. e. Format dan penjadwalan kegiatan belajar. Proporsi jam pelajaran terbanyak perlu diberikan terhadap materi yang dianggap sulit oleh calon TKW dan perlunya konsistensi dalam pelaksanaan pelatihan sesuai penjadwalan. f. Evaluasi dan penilaian. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan di dalam kelas atau berdasarkan uji kompetensi saja melainkan dalam perilaku keseharian calon TKW. Selain itu dalam BLKLN perlu penataan mengenai manajemen pelaksanaan pelatihan, mulai dari perencanaan hingga pada evaluasi agar setiap permasalahan yang muncul dapat diketahui dan dapat diselesaikan dengan tuntas. Perlu pelatihan bagi tenaga eksekutif (pemimpin) sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan organisasi
6.3. Ikhtisar BLKLN sebagai lembaga pendidikan merupakan pendorong yang utama dalam memaksimalkan kemampuan peserta didiknya. Upaya meningkatkan kualitas calon TKW dalam rangka bekerja ke luar negeri perlu memperhatikan instrumental input dan instrumental through-put. Pada BLKLN Putra Alwini instrumental input yang perlu
81 diperhatikan yaitu guru, waktu pelatihan, sarana dan prasarana. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada instrumental through-put yaitu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan mayoritas tingkat pendidikan dan asal daerah calon TKW. Keterlibatan TKW yang pernah bekerja di luar negeri merupakan sarana untuk menambah pengetahuan dan gambaran bagi calon TKW yang belum pernah bekerja di luar negeri. Selain itu meningkatkan materi mengenai mental menjadi perlu dikarenakan motivasi calon TKW berkaitan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diolah, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan calon TKW dalam melaksanakan pelatihan terdiri atas daerah asal calon TKW, status perkawinan, pengalaman bekerja, motivasi, kurikulum pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan, instruktur, serta sarana dan prasarana. Untuk asal daerah, semakin calon TKW berasal dari Pulau Jawa maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelatihan yang dapat dicapai. Pada status perkawinan dapat diartikan bahwa semakin calon TKW telah mempunyai ikatan keluarga maka semakin rendah tingkat keberhasilan dalam pelatihan. Semakin calon TKW pernah bekerja ke luar negeri maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan menyerap pelatihan. Motivasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan. Semakin tinggi motivasi calon TKW untuk bekerja ke luar negeri maka semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam pelatihan. Kurikulum pelatihan yang diketahui oleh calon TKW mempunyai hubungan signifikan, artinya semakin calon TKW mengetahui kurikulum yang ada maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelatihan. Materi pelatihan yang semakin relevan maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan calon TKW dalam menyerap pelatihan. Waktu pelatihan mempunyai hubungan signifikan terhadap tingkat keberhasilan pelatihan.
Semakin
sesuainya
waktu
pelatihan
yang
ditetapkan
83
Depnakertrans (minimal 21 hari) maka semakin tinggi tingkat keberhasilan terhadap pelatihan. Instruktur yang semakin mampu dalam menyampaikan pelatihan maka semakin tinggi tingkat keberhasilan calon TKW dalam pelatihan. Semakin lengkapnya sarana dan prasarana maka semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam pelatihan. b. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan perlu pembenahan yang diawali pada sistem rekruitmen. Penyiapan instruktur merupakan bagian dari penyelenggaraan pelatihan untuk mengisi kebutuhan balai pelatihan. Demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, perbaikan pada jumlah dan mutu instruktur merupakan alternatif yang dapat ditempuh. Selain itu perlu pembinaan sebagai tindakan proaktif untuk mengatasi masalah resistensi calon TKW yang memiliki motivasi rendah dalam bekerja dan juga memberikan semangat dan masukan yang dapat dilakukan melalui tanya jawab, mendengarkan, mengamati, serta memberikan umpan balik. Metodologi pelatihan merupakan strategi dan metode yang dilaksanakan untuk mencapai kurikulum pelatihan. Metode dan strategi yang dilaksanakan perlu disesuaikan dengan kemampuan calon
TKW.
Terwujudnya
tujuan
pelatihan
berkenaan
dengan
kerterpaduan interaksi antara instruktur dan calon TKW yang diharapkan terjadi perubahan perilaku setelah diberikan pelatihan. Alat bantu pelatihan berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran. Penggunaan alat bantu pelatihan merupakan suatu kebutuhan untuk menggantikan benda yang sesungguhnya. Alat bantu pelatihan ini menjadi efektif apabila disesuaikan dengan alat yang sebenarnya yang sering
84
digunakan pada negara-negara Kawasan Timur Tengah. Hal ini untuk memudahkan dan membiasakan calon TKW terhadap alat yang akan digunakan. Penilaian adalah komponen dalam program pelatihan. Penilaian dilakukan agar proses pelatihan dapat dikatakan secara menyeluruh.
Penilaian
dilakukan
setelah
melalui
proses
ujian.
Penjadwalan waktu ujian diperlukan guna mempersiapkan diri agar dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki masing-masing calon TKW.
7.2. Saran a. Perlunya melibatkan para mantan TKW dalam proses pendidikan dan pelatihan sebagai narasumber untuk menjelaskan mengenai pengalaman mereka bekerja di negara-negara kawasan Timur-Tengah. Hal ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai kebutuhan akan pelatihan yang sesuai untuk diberikan kepada calon TKW. b. Perlu dilakukan studi banding pada BLKLN yang terakreditasi A (Sangat Baik), agar memperoleh gambaran mengenai kebutuhan pelathan dan peningkatan kualitas calon TKW. c. Untuk dapat meningkatkan kualitas calon TKW diperlukan waktu yang sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang telah dibuat. Hal ini diperuntukkan untuk menyesuaikan pelatihan yang diberikan dengan kapasitas calon TKW, selain untuk mengevaluasi penilaian pelatihan juga untuk mengamati sikap dan perilaku calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri.
85
d. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar menciptakan pelatihan yang efektif perlu menyesuaikan metode pengajaran terhadap mayoritas lulusan pendidikan calon TKW yang mengikuti pelatihan. e. Mengaktifkan kembali komponen dalam BLKLN sesuai tugas dan jabatannya. f. Menyesuaikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan negara tujuan agar dapat membiasakan diri sebelum dipekerjakan di negara tujuan. g. Perlu melakukan penyesuaian jumlah instruktur pelatihan dengan jumlah peserta pelatihan.
86
DAFTAR PUSTAKA Bakhtiar, 2003. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Program Pendidikan Berbasis Masyarakat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2006. Laporan Ditjen PPTKLN tahun 2005 dan 2006. -------------. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kemampuan Calon Tenaga Kerja Indonesia. -------------. 2006. Pedoman Rekrut Calon Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Direktorat Promosi dan Penempatan. -------------. 2005. Petunjuk Teknis Akreditai BLKLN sebagai Tempat Pelatihan dan Uji Kompetensi CTKI ke Luar Negeri. Direktorat Kelembagaan Penempatan. Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjana, Agus M. 2001. Training SDM yang Efektif. Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lynton, Rolf. P. Et. Al. 1998. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman. Dalam http://id.wikipedia/wiki/Pelatihan. Mantra, Ida Bagoes, et. Al. ‘Penentuan Sampel’ dalam Metode Peneliatian Survai. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed). Jakarta: LP3ES. Mugniesyah, Siti. S. 2006. Manejemen Pelatihan (Materi Kuliah), Tidak diterbitkan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bagian: I. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. -------------. Manejemen Pelatihan. (Materi Kuliah), Tidak diterbitkan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bagian: II. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Prihatmodjo, D. Slamet. 2001. Peranan Program Sertifikasi Keterampilan Nasional TKI Ke Luar Negeri Melalui Uji Keterampilan Dan Cara Pengelolaan Pelatihan Terhadap Kompetensi TKI. Tesis. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. LPMI. Jakarta.
87
--------------. 2006. Materi Pendalaman SKKNI Sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga, Sub.sektor Jasa Tata Laksana Rumah Tangga dan Hasil Konversi SKKNI TLRT terhadap KKNI. --------------. 2007. Bahan Bimbingan Teknis Penyelia Uji Kompetensi LSPTata Laksana Rumah Tangga. Lembaga Sertifikasi Profesi Tata Laksana Rumah Tangga. ---------------. 2007. Pemahaman Penerapan Waktu Pelatihan Berdasarkan Unit– unit Kompetensi Sesuai Paket SKKNI Hasil Konversi SKKNI terhadap KKNI pada SKKNI Sub.sektor Tata Laksana Rumah Tangga. Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Silaen, S.B.J. 1998. Partisipasi Anggota Masyarakat Desa Tertinggal Pada Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Suryana, Agus. 2004. Evaluasi Pelatihan. Jakarta: Progres. Tracey, William. R. 1997. Design Training and Development System. India: Taravorevala Publishing Industries Private Limited. Undang-undang Republik Indonesia No.39 Tahun 2004. Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Paragraf 3 mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kerja, pasal 41-47. Undang-undang Republik Indonesia No.39 Tahun 2004. Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pasal 51. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zuhdi, Imam, et. al. 2005. TKI Penyumbang Devisa Mencerdaskan Bangsa; Buku Pedoman dan Panduan untuk TKI. Kasih Abadi.
88
Lampiran 1. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri Paragraf 3 Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pasal 41 (1) Calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan. (2) Dalam hal TKI belum memiliki sertifikat kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksana penempatan TKI swasta wajib melakukan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Pasal 42 (1) Calon TKI berhak mendapat pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. (2) Pendidikan dan pelatihan kerja bagi calon TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk: a. Membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi calon kerja TKI; b. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang situasi, kondisi, adat istiadat, budaya, agama, dan resiko bekerja di luar negeri; c. Membekali kemampuan berkomunikasi dalam bahasa negara tujuan, dan; d. Memberi pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban calon TKI/TKI. Pasal 43 (1) Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja swasta atau lembaga pelatihan kerja yang telah memenuhi persyaratan. (2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan kerja. Pasal 44 Calon TKI memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pendidikan dan pelatiyhan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi oleh instansi yang berwenang apabila lulus dalam sertifikasi kompetensi kerja. Pasal 45 Pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja. Pasal 46 Calon TKI yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan dilarang untuk dipekerjakan. Pasal 47 Ketentuan mengenai pendidikan dan pelatihan kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
89
89
Lampiran 2. Kuesioner untuk calon TKW KUESIONER “Peningkatan Mutu Pelatihan Tenaga Kerja Wanita untuk Ditempatkan di Negara-negara Kawasan Timur Tengah” Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Tidak perlu menuliskan identitas/nama anda untuk menjamin kerahasiaan 2. Isilah titik-titik dengan jawaban singkat dan jelas 3. Berilah tanda silang pada jawaban yang menurut anda benar pada soal berganda 4. Apabila terjadi kesalahan pengisian, lingkari dan beri tanda silang yang menurut anda paling benar 5. SELAMAT BEKERJA
I. DATA PRIBADI 1. Umur saya
:......................... tahun
2. Asal daerah : Desa/kelurahan Kecamatan Kabupaten Propinsi
:...................................... :...................................... :...................................... :.......................................
3. Pendidikan terakhir a. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah b. Sekolah Lanjuan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah Tsanawiyah c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Madrasah Aliyah 4. Status perkawinan a. Belum menikah b. Sudah menikah c. Janda 5. Pengalaman bekerja a. Belum pernah pergi bekerja ke luar negeri b. Sudah pernah bekerja di luar negeri
II. MOTIVASI 1. Apa yang menyebabkan anda pergi ke luar negeri? a. Karena keinginan sendiri
90
b. Karena disuruh orang tua/keluarga c. Karena diajak teman 2. Apakah keluarga mendukung kepergian anda ke luar negeri? a. Seluruh keluarga mendukung b. Sebagian dari keluarga mendukung c. Tidak ada yang mendukung 3. Apa yang menjadi tujuan anda ke luar negeri? a. Karena ingin membiayai keluarga, membuat rumah, beli sawah b. Karena ingin menambah pengalaman c. Karena ingin membayar hutang 4. Apa yang anda lakukan di penampungan setelah menerima pelatihan? a. Mengulang pelajaran yang diberikan dan kemudian dipraktekkan b. Membaca catatan saja c. Beristirahat untuk menjaga kesehatan 5. Bagaimana perasaan anda meninggalkan keluarga untuk bekerja di luar negeri dalam waktu 2 (dua) tahun mendatang? a. Sulit untuk melupakan keluarga dan selalu terbayang wajah mereka b. Saya selalu mencari kesibukan untuk melupakan wajah mereka c. Untuk keluarga, saya akan bertahan di luar negeri 6. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan praktek bahasa di BLKLN ini? a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan 7. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan teori di BLKLN ini? a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan 8. Apakah anda selalu mengikuti pelatihan praktek di BLKLN ini? a. Saya selalu mengikuti pelatihan b. Terkadang ikut pelatihan dan terkadang tidak c. Tidak pernah mengikuti pelatihan 9. Bagaimana kesiapan anda untuk dapat mengikuti ujian/uji kompetensi? a. Sangat siap b. Belum siap c. Tidak siap 10. Mengapa anda mengikuti pelatihan di BLKLN? a. Karena disuruh ikut pelatihan b. Karena ingin belajar agar lebih terampil c. Tidak tahu
91
III. PELAKSANAAN PELATIHAN 1. Apakah anda mengetahui jadwal kegiatan pelatihan? a. Tahu b. Tidak tahu 2. Berapa lama anda mengikuti pelatihan di BLKLN ini? a. Kurang dari 1 minggu b. Antara 1 minggu sampai 2 minggu c. Antara 2 minggu sampai 3 minggu 3. Menurut anda apakah lama waktu pelatihan yang diberikan sudah tepat dan dapat membuat anda mengerti? a. Sangat tepat b. Cukup tepat c. Kurang tepat 4. Apakah anda mengerti teori yang telah disampaikan oleh instruktur? a. Sangat mengerti b. Sebagian mengerti sebagian tidak c. Sulit untuk dimengerti 5. Apakah pelatih/instruktur selalu menyuruh anda untuk mengulang pelatihan yang telah diberikan? a. Selalu mengingatkan b. Terkadang mengingatkan c. Tidak pernah mengingatkan 6. Apakah pelatih/instruktur mengawasi apabila anda sedang mengulang pelatihan praktek? a. Selalu mengawasi b. Terkadang mengawasi c. Tidak pernah mengawasi 7. Apakah anda mengerti pelatihan praktek yang disampaikan oleh instruktur? a. Sangat mengerti b. Sebagian mengerti, sebagian tidak c. Sulit untuk dimengerti
8. Coba jelaskan tata cara menggunakan mesin cuci! .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................
92
.............................................................................................................................. ................................................................................................ 9. Coba jelaskan tata cara membereskan tempat tidur! .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ................................................................................................ 10. Berapa macam masakan ala Timur Tengah yang bisa anda kuasai saat ini? Sebutkan namanya! .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ................................................................................................ 11. Bagaimana cara instruktur mengajar? a. Berbicara di depan kelas b. Selain jawaban a, diselingi tanya-jawab c. Selain jawaban b,diselingi dengan contoh 12. Bagaimana kecepatan berbicara insruktur saat mengajar? a. Terlalu cepat b. Sudah pas c. Lambat 13. Pada saat mengajar praktek keterampilan, bagaimana cara instruktur memberikan pelatihan kepada semua peserta? a. Orang per orang atau sendiri-sendiri b. Melalui kelompok praktek (dua orang atau lebih) c. Semuanya praktek bersama-sama 14. Menurut anda bagaimana pelatihan praktek keterampilan yang baik? a. Praktek sendiri-sendiri b. Secara berkelompok (dua orang atau lebih) c. Semuanya praktek bersama-sama 15. Menurut anda pelatihan apa yang paling mudah untuk dipahami? a. Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha b. Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga c. Mencuci dan menyeterika/laundry d. Mengasuh anak dan balita/baby sitter 16. Menurut anda pelatihan apa yang paling sulit untuk dipahami? a. Membersihkan ruang tamu dan kamar tidur/tata graha b. Memasak dan menghidangkan makanan/tata boga
93
c. Mencuci dan menyeterika/laundry d. Mengasuh anak dan balita/baby sitter 17. Apakah setiap pelajaran diberikan buku pelajaran? a. Setiap pelajaran diberikan buku pelajaran b. Hanya sebagian yang diberikan buku pelajaran c. Tidak diberikan buku pelajaran 18. Selama mengikuti pelatihan praktek, apakah menggunakan peralatan? a. Selalu menggunakan peralatan dan perlengkapan praktek b. Terkadang pakai peralatan dan terkadang tidak c. Tidak pernah menggunakan peralatan 19. Menurut anda bagaimana keadaan alat yang digunakan untuk praktek? a. Ada dalam keadaan baik b. Ada tapi sebagian rusak dan tidak dapat digunakan c. Ada tapi rusak semua 20. Untuk pelatihan bahasa apakah ada kegiatan ’mendengarkan’ yang dilakukan di kelas bahasa? a. Ada dan sering b. Ada tapi jarang c. Tidak ada TERIMA KASIH
94
Lampiran 3. Panduan Pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi instuktur disini? 2. Apa yang menjadi motivasi mengajar di BLKLN? 3. Bagaimana rencana program pelatihan disusun? 4. Cara atau teknik-teknik apa saja yang digunakan agar dapat diterapkan sistem pengajaran yang sesuai kepada TKW. 5. Apakah program pelatihan mengacu kepada Standar Latihan Kerja (SLK) yang telah ditetapkan oleh Depnakertrans? 6. Apakah waktu pelaksanaan pelatihan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SLK? 7. Apabila tidak sesuai maka hal ini dipengaruhi oleh apa saja? 8. Bagaimana kurikulum pelatihan di BLKLN dibuat agar dapat bersaing menuju era kompetensi kerja? 9. Apa faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan? 10. Apa pengaruh pendidikan formal TKW terhadap pelatihan kerja yang dilaksanakan? 11. Selain itu, apakah daerah asal TKW juga mempengaruhi pelatihan kerja? Mengapa? 12. Menurut Saudara, apakah sarana yang tersedia di BLKLN cukup memadai sesuai dengan rencana program pelatihan? 13. Menurut Saudara sarana dan prasarana yang bagaimana sebaiknya agar TKW dapat mengikuti pelatihan teori maupun praktek dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan? 14. Bagaimana sistem evaluasi terhadap hasil pelatihan TKW dilaksanakan? 15. Berapa persen rata-rata kemampuan TKW terhadap kelulusan uji kompetensi yang dilaksanakan selama ini? Mohon untuk dapat di copy hasil kelulusan berdasarkan ujian.
TERIMA KASIH
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No
Kegiatan 1
1
2
3
4
April 2 3
Mei 4
1
2
Juni 3
4
1
2
Juli 3
4
1
2
3
4
1
Agustus 2 3
4
Proposal dan Kolokium a. Penyusunan draft proposal b. Konsultasi proposal dan revisi c. Penjajagan lapang (awalan) d. Kolokium Studi Lapang a. Pengumpulan data b. Analisis data Penulisan Skripsi a. Analisis lanjutan b. Penyusunan draft skripsi c. Konsultasi dan revisi draft d. Penyelesain skripsi Ujian Skripsi a. Sidang skripsi b. Perbaikan pasca sidang c. Skripsi selesai
95
Tabel 2. Kebutuhan Data Dalam Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data No.
Masalah
Data yang diperlukan
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan calon TKW agar siap kerja untuk ditempatkan di negara-negara Kawasan Timur Tengah
Biodata dan keterangan pribadi calon TKW Metode pelatihan yang digunakan Waktu pelatihan Kurikulum pelatihan Sarana dan prasarana pelatihan Perencanaan pelatihan Persiapan pelatihan Pelaksanaan pelatihan Evaluasi pelatihan
Data primer: - Calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan - Instruktur pelatihan - Pihak BLKLN
Wawancara mendalam Pengamatan langsung
Kurikulum pelatihan dari masing-masing BLKLN Company profil
Data sekunder: - Data dan arsip kurikulum pelatihan dari masingmasing BLKLN
Analisis data sekunder
Hasil pembahasan Hasil evaluasi pelatihan Pelaksanaan teori dan praktek
Data primer: - Calon TKW yang sedang mengikuti pelatihan - Instruktur pelatihan
Wawancara mendalam Pengamatan langsung
Teori-teori peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan
Data sekunder: - Studi literatur
Analisis data sekunder
2.
Bagaimanakah langkahlangkah yang dilakukan BLKLN dalam meningkatkan mutu pelatihan
Sumber data
Teknik pengumpulan data
96
97
97
Tabel 3. Hasil Uji Tabulasi Silang Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Umur * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Asal Daerah * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Pendidikan * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Status Perkawinan * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Pengalaman Bekerja * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Motivasi * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Kurikulum * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Materi * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Waktu * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Instruktur * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
Sarana dan Prasarana * Tingkat Keberhasilan
60
100.0%
0
.0%
60
100.0%
1.
Usia * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Usia
Total
Total
2
1
9
28
37
2
6
17
23
15
45
60
98
Lanjutan
2.
Asal Daerah * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Asal Daerah
1
5
3
8
2
10
42
52
15
45
60
Total
3.
Total
2
Pendidikan * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Pendidikan
1
12
31
43
2
2
11
13
3
1
3
4
15
45
60
Total
4.
Total
2
Status Perkawinan * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Status Perkawinan
Total
Total
2
1
2
8
10
2
11
31
42
3
2
6
8
15
45
60
99
Lanjutan
5.
Pengalaman Bekerja * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Pengalaman Bekerja
1
14
26
40
2
1
19
20
15
45
60
Total
6.
Total
2
Motivasi * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Motivasi
1
5
0
5
2
10
45
55
15
45
60
Total
7.
Total
2
Kurikulum * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Kurikulum
Total
Total
2
1
12
15
27
2
3
30
33
15
45
60
100
Lanjutan 8.
Materi * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Materi
1
2
0
2
2
13
45
58
15
45
60
Total
9.
Total
2
Waktu * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation
Count Tingkat Keberhasilan 1 Waktu
Total
2
1
10
11
21
2
5
34
39
15
45
60
Total
10. Instruktur * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation Count Tingkat Keberhasilan 1 Instruktur
Total
2
1
3
0
3
2
12
45
57
15
45
60
Total
11. Sarana dan Prasarana * Tingkat Keberhasilan Crosstabulation Tingkat Keberhasilan Count Sarana dan Prasarana Total
1
Total
2
1
5
1
6
2
10
44
54
15
45
60
101
101
Tabel 4. Hasil Uji Chi Square
Umur Observed N
Expected N
Residual
1
37
30.0
7.0
2
23
30.0
-7.0
Total
60
Status Perkawinan Observed N
Expected N
Residual
1
10
20.0
-10.0
2
42
20.0
22.0
3
8
20.0
-12.0
Total
60
Tingkat Keberhasilan Observed N
Expected N
Residual
1
15
30.0
-15.0
2
45
30.0
15.0
Total
60
Chi Square Test Statistics Status Perkawinan
Umur ChiSquare(a,b) df Asymp. Sig.
Tingkat Keberhasilan
3.267
36.400
15.000
1
2
1
.071
.000
.000
a 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 30.0. b 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 20.0.
102
Tabel 5. Hasil Uji Rank Spearman Correlations
Spearman's rho
Asal Daerah
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pengalaman Bekerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Motivasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Kurikulum Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Materi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Waktu Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Instruktur Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Sarana dan Prasarana Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Tingkat Keberhasilan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Asal Daerah Pendidikan 1.000 -.057 . .663 60 60 -.057 1.000 .663 . 60 60 .173 .089 .185 .497 60 60 .591** .064 .000 .627 60 60 .138 .267* .293 .039 60 60 .200 .116 .125 .379 60 60 .123 .055 .348 .676 60 60 .360** -.014 .005 .915 60 60 .196 -.134 .133 .306 60 60 .340** .099 .008 .453 60 60
Pengalaman Bekerja .173 .185 60 .089 .497 60 1.000 . 60 .213 .102 60 .213 .102 60 .131 .317 60 .000 1.000 60 .162 .216 60 .236 .070 60 .327* .011 60
Motivasi Kurikulum .591** .138 .000 .293 60 60 .064 .267* .627 .039 60 60 .213 .213 .102 .102 60 60 1.000 .212 . .104 60 60 .212 1.000 .104 . 60 60 .616** .019 .000 .887 60 60 .411** .179 .001 .171 60 60 .484** .254 .000 .051 60 60 .302* .145 .019 .268 60 60 .522** .406** .000 .001 60 60
Materi .200 .125 60 .116 .379 60 .131 .317 60 .616** .000 60 .019 .887 60 1.000 . 60 .253 .051 60 .383** .002 60 .248 .056 60 .322* .012 60
Sarana dan Tingkat Prasarana Keberhasilan Waktu Instruktur .123 .360** .196 .340** .348 .005 .133 .008 60 60 60 60 .055 -.014 -.134 .099 .676 .915 .306 .453 60 60 60 60 .000 .162 .236 .327* 1.000 .216 .070 .011 60 60 60 60 .411** .484** .302* .522** .001 .000 .019 .000 60 60 60 60 .179 .254 .145 .406** .171 .051 .268 .001 60 60 60 60 .253 .383** .248 .322* .051 .002 .056 .012 60 60 60 60 1.000 .152 .105 .383** . .245 .425 .003 60 60 60 60 .152 1.000 .433** .397** .245 . .001 .002 60 60 60 60 .105 .433** 1.000 .449** .425 .001 . .000 60 60 60 60 .383** .397** .449** 1.000 .003 .002 .000 . 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
102
103
103
Gambar 1. Struktur Organisasi BLKLN Kepala BLK-LN Bagian Tata Usaha Ur. Umum dan RT Ur. Personalia dan Keu. Ur. Asrama
Bidang Evaluasi
Bidang Pelatihan
Seksi Rekrut men Siswa
Seksi Penyeleng garaan Latihan
Seksi Pemasa ran
Seksi Evaluasi Program
Kelompok Penguji Instruktur dan Tenaga Teknis
Sumber data: Depnakertrans, 2005
Seksi UJK dan Sertifikasi
Seksi Pelapo ran
104
Photo 1. Situasi BLKLN Putra Alwini
Praktek Menyetrika
Praktek Tata Graha
Ujian Bahasa (Mendengarkan)
Situasi Belajar Bahasa Arab
Memperhatikan Instruktur
Ujian Bahasa
105
Photo 2. Situasi BLKLN Barfo Mahdi
Kelas Belajar
Situasi Belajar
Klinik Pengobatan
Lab. Bahasa
Ruang Tata Graha
Ruang Dapur