ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR RAMAH LINGKUNGAN DALAM RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: RUMAH TINGGAL BAPAK BUDI FAISAL, BANDUNG Penulis : Latifa Habibah Haifa, Pembimbing : Sri Riswanti Arsitektur Interior, Fakultas Teknik Abstrak Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah. Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang. Kata Kunci: Green; Bambu; Rumah Tinggal Abstract The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities. The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal’s House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality. Keywords: Green; Bamboo; Home
Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah penebangan hutan secara liar dan tidak bertanggung jawab. Hal tersebut berlangsung dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1900-an hingga tahun 2005, terdapat penurunan luas area hijau yang cukup
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
signifikan. Hutan di Indonesia rata-rata rusak sekitar 51km2/hari, dengan rata-rata pertahun selama periode tahun 2000-2005 sebanyak 1,8 juta hektar/tahun, dan merupakan peringkat pertama di dunia. Hal tersebut tentunya memberikan dampak terhadap jumlah air yang dapat diserap tanah dan mengakibatkan tanah menjadi kering, sehingga rentan terjadi bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan, selain itu habitat asli hewan di dalam hutan pun semakin berkurang. Selain penebangan hutan secara liar, hal lain yang menimbulkan kerusakan di Indonesia adalah banyaknya industri dan pembangunan yang tidak memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Kekurangan lahan hijau akibat penebangan hutan secara liar, industri, dan pembangunan juga berdampak pada ketersedian air di dalam tanah. Melihat berbagai hal yang terjadi dengan alam saat ini, maka sangat wajar jika pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang difokuskan kepada green concept dan sustainability. Termasuk dalam perkembangan arsitektur dan arsitektur interior khususnya, green concept and sustainability menjadi salah satu perhitungan seorang arsitek maupun interior desainer dalam merancang. Tempat tinggal pun merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan selalu akan dibutuhkan oleh manusia dari masa ke masa, dengan perkembangan yang pesat mengikuti jumlah pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, baik itu berupa bangunan vertikal maupun horizontal. Dalam penelitian ini saya memfokuskan bahasan rumah tinggal berupa landed house yang memang banyak terdapat di Indonesia dan masih merupakan pilihan tempat tinggal favorit di Indonesia. Rumah tinggal modern dengan unsur tradisional dan tropical di Indonesia, tidak lepas dari penggunaan material lokal yang banyak terdapat di Indonesia, diantaranya kayu, batu-batuan, bambu, dan rotan. Tinjauan Teoritis Sumber daya alam yang ada di bumi saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Secara garis besar proses pengolahan sumber daya alam yang ada saat ini seperti yang dapat dilihat pada skema daur material diatas, semua sumber daya alam yang berasal dari bumi seperti material tambang, minyak bumi, hingga kayu solid, diambil dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara mining (pertambangan), driling (pengeboran), dan harvesting (pemanenan). Dari berbagai cara yang digunakan untuk mengambil sumber alam dari bumi, dihasilkan berbagai jenis material dasar untuk memenuhi kebutuhan manusia, diantaranya batu-batuan, minyak, tanah, kayu, dan lain sebagainya. Selanjutnya material-material dasar tersebut diolah menjadi bahan
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
yang lebih spesifik lagi seperti metal, bahan kimia, semen, kain, kayu potong, dan lain sebagainya.
Diagram 1. Typical Phases of a material or product’s life cycle are illustrated, along with energy inputs and waste outputs at each phase. Sumber : Materials For Sustainable Sites, Meg Calkins, Hal. 24
Kata green merupakan kata yang saat ini cukup populer dalam menyikapi berbagai permasalahan lingkungan, termasuk dalam arsitektur. Istilah green, sustainability, dan ecological adalah istilah-istilah yang sering digunakan dalam arsitektur untuk menyikapi permasalahan lingkungan. Secara bahasa sustain berarti menjaga eksistensi, mampu merawat keadaan atau tempat tertentu. istilah sustain pertama kali diperkenalkan sebagai konsep sosioekonomi global. Dalam hal yang berhubngan dengan ecological, penggunaan kata sustain juga dapat mengacu kepada hal yang berfokus pada lingkungan dan iklim. Pada dasarnya penggunaan kata sustain bergantung dengan konteks tertentu, namun pada perkembangannya, istilah sustain lebih sering dikaitkan dengan ekologi. Sedangkan kata ekologi sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Ernst Haeckel (1839-1919) pada tahun 1866 sebagai ilmu sains komprehensif mengenai organisme dan lingkungan. Namun pasa saat ini baik sustain maupun ekologi mengalami perkembangan arti dan saling berkaitan, khususnya kedalam konteks green architecture.
Diagram 2. Taxonomy of Green Architecture
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Sumber : Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill, hal. 41
Diagram diatas merupakan penggambaran singkat dari salah satu metode penilaian sebuah material yang mendukung konsep green architecture. Dalam menantukan apakah sebuah material memenuhi kriteria ramah lingkungan atau green, terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana sebuah material dapat dikatakan sebagai green material. Suatu material dapat dikatakan sebagai material yang ramah lingkungan jika memenuhi tiga hal mendasar seperti sustainability, ecological, dan performance. Untuk menjabarkan ketiga hal tersebut dengan baik, setiap poin harus ditinjau berdasarkan tiga komponen yang meliputi elements, resources dan environment. Elements merupakan teknologi dan material yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan atau interiornya, resources adalah pemanfaatan potensi lahan dan sumber daya alam untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan kualitas yang terbentuk, kemudian environment adalah suasana yang dibentuk oleh elemen dan resourses dan memberikan pengaruh terhadap manusia.
Diagram 3. Relationship between the green categories Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill, hal. 40
Setiap istilah (poin) yang mencakup sustainable, ecological, dan performance, memiliki sub-istilah (kategori) yang menjadi acuan penilaian tingkat green suatu material atau keseluruhan bangunan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan nilai green yang utuh, kategori dalam setiap poin harus dapat terpenuhi dengan baik. Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai jenis populasi tumbuhan dapat tumbuh didalamnya, tidak terkecuali dengan bambu. Bambu yang tersebar di dunia dan kebanyakan tumbuh di daerah tropis dengan jumlah populasi sekitar 1500 jenis, dapat tumbuh di Indonesia sekitar 156 jenis. Di Indonesia sendiri, bambu sudah dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, diantaranya sebagai material dasar pada bangunan. Tumbuhan ini memiliki masa panen yang cepat untuk digunakan dalam
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
arsitektur sebagai konsrtuksi maupun dalam arsitektur interior jika dibandingkan dengan kayu solid, yaitu kurang dari 10 tahun masa panen, dan baiknya bambu dipanen pada usia 3-6 tahun. Bambu juga sangat berguna dalam konservasi air dan tanah, hutan bambu dapat menyerap air 240% lebih banyak jika dibandingkan dengan hutan pinus dan banyak penelitian membuktikan bahwa sistem akar pada hutan bambu adalah yang paling efektif dalam mencegah tanah longsor. Keunggulan bambu lainnya seperti yang dikutip dari J.A. Janssen diatas, hutan bambu dapat menyerap CO2 62 ton per hektar setiap tahunnya dan melepaskan O2 sebanyak 35% lebih banyak dibandingkan hutan jenis lainnya. Selain itu, penggunaan energi yang digunakan bambu dalam memproduksi material bangunan juga menjadi salah satu keunggulan dari bambu, dengan perbandingan penggunaan energi sebagai berikut: Baja =
1500 Nmm2
Beton =
240 Nmm2
Kayu =
80 Nmm2
Bambu =
30 Nmm2
(J.A. Janssen, Bamboo Research at the Eindhoven University of Technology, Dalam Presentasi Pak Budi Faisal, Kitakyushu University, 20 Oktober 2011) Secara kualitas, bambu dipengaruhi oleh masa pemotongan bambu, perawaran, pengeringan, dan pengawetan bambu. Tanpa penanganan lebih lanjut, bambu akan terkendala beberapa masalah terkait kekurangannya, seperti berjamur, serbuk bambu, dan seranga. Keadaan yang lembap membuat bambu menjadi mudah berjamur dan rusak. Dalam keadaan tertentu bambu juga dapat menjadi serbuk dan rapuh, kemudian bambu juga rentan diserang serangga. Sehingga sebelum digunakan sebagai struktur atau produk lainnya, bambu membutuhkan penanganan diawal, seperti direndam dengan cairan kimia, dicat, atau dijemur. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah metodologi kualitatif yang sangat berkaitan dengan standar konsep green architecture. Dengan mengambil spesifikasi pembahasan dalam lingkup penggunaan material ramah lingkungan dan kualitas ruang dengan menggunakan studi kasus berupa rumah tinggal. Hasil Penelitian Berdasarkan komponen-komponen yang telah dijabarkan dalam setiap sub bahasan, penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal memenuhi komponen-
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
komponen dalam penerapan material ramah lingkungan dengan metode penilaian mengacu pada tingkat kesesuaiannya sebagai berikut, Komponen
Durable
Economical
Low-Maintenance
Recyclable
Cost effective (operational /life cycle)
Healthy
Social/Institutional Capacity
Safety and security (protective)
Poin Sustainability
Aplikasi
Ketahanan Kekuatan Stabilitas Elastisitas Tahan Lama Ekonomis dalam segi harga Efektif Merupakan material lokal Biaya perawatan rendah Ramah Lingkungan Dapat diperbaharui Self-sufficient Mudah dibongkar Dapat diperbaharui Dapat dibuat kembali
v v v v v v v v v v v v v
Menghemat teknologi untuk merenovasi, memperbaiki, dan menggunakan kembali
v
Memberikan keuntungan dari segi pengeluaran biaya operasional dalam kurun waktu sekitar dua tahun
v
Mengurangi berbagai resiko penyakit
v
Meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan, dengan penggunaan material renadah emisi atau nol emisi Material yang tahan terhadap perkembangan mikroba Membentuk suasana yang nyaman untuk interaksi sosial, aktivitas rutin dan event tertentu didalam bangunan
v
Kesesuaian
80%
100%
67%
100%
100%
100%
v
v 100%
Menciptakan social pattern, attitude, dan networks
v
Aman dalam penggunaan
v
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
50%
Mencegah kerusakan parah akibat bencana alam
-
Rendah emisi
v
Tidak menimbulkan polusi Dampak saat pembuatan material yang rendah
v
Ecological Clean (nonpolutant/lowemission)
Terbuat dari bahan alami atau meminimalisir proses pengolahan material dalam bumi Dapat diperbaharui Rendah penggunaan energi
Earth Resources
Rendah resiko pengeluaran bahan kimia selama material tersebut digunakan Mudah diperbaharui dan diolah Biodegredable
Low-embodied energy
Renewable
Waste management (low solid waste) Pollution (air/water/land) Global stewardship
100%
v v v v
100%
v v
Material yang berasal dari alam seperti tanaman dan mineral
v
Mengurangi sampah sisa pembuangan, polusi, dan penggunaan energi
v
Menghilangkan atau mengurangi energi dari proses pengeluaran/pengambilan, produksi, manufaktur, konstruksi, dan penghancuran
v
Berasal dari alam dengan pertumbuhan yang cepat
v
Dapat mengurangi emisi CO2 selama daur hidupnya
v
Nilai ekonomi yang menguntungkan
v
Konstruksi yang bersifat modular
v
Produk daur ulang Penggunaan material yang efisien
v
Tidak berpotensi menimbulkan polusi Penggunaan energi alternatif
v
Material yang dapat diperbaharui atau didaur ulang
v
100%
100%
100%
67%
100%
v
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
100%
Teknologi untuk menghemat air dan energi
v
Dapat beradaptasi Mudah digunakan Mudah dipelihara Dapat diperbaharui Rendah energi Kekuatan Stabilitas Ketahanan terhadap panas Konduksi Struktur Suhu Cahaya Listrik
v v v v v v v v v -
Hubungan dan rasio antara prodak akhir dengan sumber daya yang digunakan
v
Productivity
Berfungsi dengan efektif dengan menggunakan energi yang ekonomis
v
Economic
Melindungi penggunanya dengan cara memberikan reaksi langsung dengan keadaan lingkungan dan ekologi Berkontribusi secara ekonomi Meningkatkan kualitas air dan udara Mengurangi pembuangan Konservasi sumberdaya alam
Performance
Efficiency
Effectiveness
Ecobehaviour
Design
Adaptability Functionality Environmental quality
Merespon beberapa isu, meliputi material, teknologi, lingkungan, sosial dan ekonomi secara arsitektural melalui desain yang menyeimbangkan antara strategi, realita pasar, estetika bangunan, dan sifat manusia Fisik Fungsional Sosial Kemudahan penggunaan Aman bagi kesehatan
100%
50%
67%
v
100%
v v v
v
v v v v v
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
100%
100%
100% 100% 100%
v
Nyaman Memberikan kemudahan dengan minim biaya operasional dan perawatan TOTAL
v 73
88%
Tabel 1. Kesesuaian komponen penilaian Sumber: Analisis Pribadi
Green architecture merupakan salah satu konsep yang banyak berkembang saat ini. Penerapannya sendiri meliputi banyak hal, termasuk penggunaan material. Material ini sendiri dapat ditinjau dari segi keberlanjutan (sustainability), ekologi (ecology), dan performa (performance) untuk mendapatkan hasil yang memadai sebagai material yang ramah lingkungan atau tidak. Bambu sebagai material yang saat ini sedang berkembang, sering kali disebut sebagai material yang paling tepat untuk menggantikan kayu dengan berbagai macam karakteristik yang dimilikinya. Penelitian ini secara keseluruhan menganalisis mengenai material ramah lingkungan dalam green architecture yang melingkupi sifat dasar material itu sendiri dan kualitas ruangan yang dihasilkan, dengan hasil analisis seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.4. Melalui pengamatan terhadap kediaman Bapak Budi Faisal, penggunaan bambu dalam tempat tinggal merupakan hal yang memungkinkan meskipun bukan merupakan rumah tradisional atau tempat komersil yang biasa menggunakan bambu sebagai unsur etnik untuk menarik pengunjung, dengan tidak mengurangi manfaat bambu tersebut sebagai salah satu material yang ramah lingkungan. Penggunaan material bambu dalam rumah tinggal, dapat diklasifikasikan kedalam beberapa aplikasi, diantaranya sebagai komponen interior, sebagai elemen interior, dan sebagai dekorasi atau artwork dalam interior. Dalam rumah tinggal sendiri, penggunaan lebih diutamakan kepada semua hal yang bersifat fungsional dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan kenyamanan rumah tinggal sejak awal. Mulai penyusunan lantai, tembok, tangga, hingga plafon yang merupakan komponen dalam interior. Dilanjutkan dengan melengkapi ruangan dengan barang-barang lepasan atau elemen interior yang juga bersifat fungsional, dan terakhir adalah elemen dekoratif yang digunakan untuk melengkapi ruangan secara estetika. Sehingga dalam aplikasi penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal, hal pertama yang diperhatikan adalah segi fungsional dan kenyaman penggunanya melalui aplikasi pada komponen interior yang merupakan hal pokok dalam interior, dilanjutkan dengan melengkapi elemen interior lainnya berupa furniture, dan yang terakhir adalah elemen dekoratif.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Pembahasan Penggunaan material yang ramah lingkungan saat ini menjadi salah satu hal yang menarik dalam perkembangan arsitektur interior. Setiap material yang digunakan untuk mendukung desain yang ramah lingkungan harus dapat diukur dari nilai keberlanjutannya. Bambu merupakan salah satu jenis material lokal yang banyak tumbuh di Indonesia dan memiliki berbagai fungsi yang salah satunya adalah sebagai material dalam interior, dan seiring berkembangnya isu green dalam arsitektur interior memicu perkembangan material yang ramah lingkungan, salah satu jenis material yang saat ini ikut berkembang dalam menyikapi isu tersebut adalah bambu. Penggunaan bambu dalam interior rumah Bapak Budi Faisal, ditinjau dari nilai keberlanjutannya dapat dinilai dengan komponen-komponen sebagai berikut, Elements
Resources
Environment
Durable
On-site conditions
Healthy
Economical
Cost effective
Habitable
(operational /life cycle) Low-Maintenance
Accessibility
Social/Institutional Capacity
Recyclable
Natural forces (favorable)
Safety and security (protective)
Tabel 2. Components for sustainable architecture Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill, hal. 28
Bambu ditinjau dari segi sustainable elements dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu durable, economical, low-maintenance, dan recyclable. Setiap poin memiliki komponen masing-masing yang diantaranya membahas mengenai penggunaan material yang sesuai untuk bangunan ramah lingkungan. Untuk poin sustainable elements, komponen yang membahas tentang material adalah durable, economical, low-maintenance, dan recyclable. Dalam poin sustainable resources material dapat ditinjau melalui nilai economy/costeffectiveness saja, karena komponen on-site conditions, accessibility, dan natural forces tidak memiliki keterkaitan dengan elemen bambu sebagai elemen dalam interior. Kemudian sustainable environments, memiliki tiga komponen yang berkaitan dengan material, yaitu health, social/institutional capacity, dan safety and security. Dengan menggunakan komponen-komponen tersebut bambu dapat dianalisis dari segi keberlanjutannya.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Bambu memiliki bentuk yang lentur dengan struktur batang yang berrongga, sehingga dalam hal ketahanan terhadap daya tekan dan tarik, bambu lebih kuat jika dibandingkan dengan kayu. Serat-serat yang dimiliki bambu juga memiliki daya tarik yang lebih kuat jika dibandingkan dengan baja. Pada bagian bergaris di tengah batang bambu, daya tarik yang dimiliki lebih tinggi dari keseluruhan bambu, dengan ujung bagian atas memiliki daya tarik 12% lebih rendah dari pada bagian batang kaki. Sedangkan kekuatan tekan pada bambu dibagian tanpa ruas memiliki ketahanan yang berkisar 8-45% lebih tinggi dibandingkan bagian yang beruas. Dilihat dari segi ketahanan secara alami, bambu biasanya kurang tahan lama karena memiliki kandungan kanji yang cukup banyak sehingga sangat menarik bagi serangga, udara lembap di daerah tropis pun manjadi salah satu kendala yang mengakibatkan bambu mudah berjamur, maka bambu membutuhkan perawatan sebelumnya dengan cara dijemur, direndam dalam air tawar, air payau, atau air laut, dipanaskan bagian permukaannya dengan menggunakan api, dicat dengan zat anti serangga, atau diawetkan menggunakan bahan kimia melalui beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu direndam, menggunakan air mengalir, dan menekan cairan pengawet kedalam bambu. Proses pengawetan tersebut tidak akan mempengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh bambu, sehingga dari segi kekuatan dan waktu guna, bambu dapat bertahan dalam waktu yang lama, khususnya di dalam interior, penggunaan material bambu dalam interior dapat mencapai 10-15 tahun masa guna dari yang awalnya hanya 2-5 tahun. Aplikasi dalam interior tempat tinggal Bapak Budi Faisal, bambu diolah dengan cara diawetkan dengan menggunakan rendaman air yang dicampur dengan bahan pengawet seperti pada penggunaan bambu press. Bambu yang sudah diawetkan kemudian dipotong memanjang sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian bambu disatukan dengan menggunakan lem dan dipasak pada setiap ujungnya untuk menjaga bentuk agar tetap stabil, selanjutnya dilapisi varnish untuk menjaga permukaan bambu press agar tetap awet. Keseimbangan antara alam dengan bangunan harus dapat dicapai dalam menerapkan arsitektur yang ramah lingkungan, salah satunya melaui material yang mendukung hal tersebut. Secara nilai ekologis, bambu dapat ditinjau dengan menggunakan komponenkomponen pada tabel 4.2 berikut, Elements
Resources
Environment
Clean
Resources share
Pollution
(nonpolutant/low-
(air/water/land)
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
emission) Earth Resources
Soil/Landscape
Global stewardship
Biodegredable
Site selection
Biodiverse
Low-embodied energy
Water resources and use
Land use
Renewable
Waste management (low solid waste) Tabel 3. Components for ecological architecture
Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill, hal. 33
Pada pembahasan setiap poinnya terdapat komponen-komponen yang dapat digunakan untuk mengkaji mengenai tingkat keseibangan material bambu terhadap lingkungan, diantaranya dalam poin ecological elements, meliputi clean (nonpolutant/lowemission), earth resources, biodegredable, low-embodied energy, dan renewable. Sedangkan ditinjau dari aspek resources material hanya dapat ditinjau dari segi waste management dan secara environment material ditinjau melaui pollution (air/water/land) dan global stewardship. Pengolahan material bambu membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan material konstruksi lainnya dengan jumlah energi yang dibutuhkan sebagai berikut, Baja = 1500 Nmm2 Beton = 240 Nmm2 Kayu = 80 Nmm2 Bambu = 30 Nmm2 Dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, bambu membutuhkan energi yang paling rendah. Sehingga sejak awal penggunaan bambu, ia tidak menimbulkan emisi berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Bambu merupakan salah satu jenis biobased material, dengan usia panen relatif singkat, yaitu masa ideal sekitar 3-6 tahun, dengan penggunaan energi saat pemngolahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan baja, beton dan kayu. Bahan kimia yang berpotensi dikeluarkan bambu selama masa penggunaan pun relatif lebih rendah karena material merupakan material organik, jika diolah menggunakan zat kimia untuk diawetkan sekalipun, selama kadar zat yang digunakan untuk melakukan proses pengawetan tidak berlebihan maka ia akan tetap aman bagi pengguna dalam ruangan. Material ini adalah material alami yang berasal dari tumbuhan non kayu, sehingga sisa pembuangannya pun dapat dengan mudah
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
diuraikan tanah tanpa menimbulkan polusi dan minim penggunaan energi, baik pada saat masa penanaman, masa pemotongan, pegolahan hingga penggunaan dalam ruangan. Di Indonesia sendiri, persebaran bambu mencapai 156 jenis dengan 13 jenis yang sudah dikomersialkan secara luas di Indonesia, sehingga jika dilihat dari proses pengolahannya, mulai dari menanam, memanen, mengolah, produksi, transportasi, installasi hingga penghancuran saat selesai digunakan, jumlah energi yang dibutuhkan dalam semua proses tersebut relatif sedikit. Saat ini bambu dikenal sebagai salah alternatif material pengganti kayu yang paling mudah diperbaharui, mengingat masa panennya yang jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan kayu. Penanaman bambu di Indonesia pun tidak sulit karena bambu mudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Selama daur hidupnya pun hutan bambu menyerap CO2 tiga kali lebih banyak dibandingkan hutan lainnya. Secara ekonomi, bambu juga menguntungkan bagi masyarakat Indonesia, baik yang mejual dan yang menggunakan ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan kayu. Bambu termasuk kedalam salah satu jenis material yang efisien dilihat dari segi kemudahan konstruksinya yang dapat dibuat menjadi modular dalam aplikasinya pada interior. Hal yang paling mudah dilihat dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal adalah penggunaan bambu press pada anak tangga dan lantai dua, kemudian penggunaan anyaman lantai pada lantai dua yang sama sekali tidak menempel pada bagian lantai yang hanya dilapisi semen, tanpa finishing keramik. Penggunaan bambu secara modular juga diterapkan pada plafon, ventilasi, hingga elemen dekoratif pada backdrop panel dan dapur. Sehingga pada saat pemasangan, perawatan dan pembongkaran, akan lebih mudah dan efisien. Bentuk modular memudahkan perawatan dan penggantian material
Gambar 1. Lantai bambu press pada lantai dua Sumber: Dokumentasi pribadi
Anyaman
Lantai Gambar 2. Lantai anyaman pada lantai tiga Sumber: Dokumentasi pribadi
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Sebagai biobased material yang tidak berpotensi menimbulkan polusi dalam proses pengolahan mulai dari ketika ditanam, ditebang, hingga diolah menjadi produk tertentu dan penggunaannya dalam ruangan tidak menimbulkan polusi di udara, sehingga bambu tergolong aman bagi pengguna ruangan. Secara keseluruhan, penggunaan bambu untuk mendukung keseimbangan antara lingkungan dengan bangunan melalui penggunaan bambu dalam interior, memiliki banyak keunggulan, diantaranya penggunaan energi yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, kemudian dalam hal proses pembaharuan material yang terbilang mudah, mulai dari proses penanaman, hingga pengolahan dalam interior, tidak menimbulkan polusi, dan aman bagi kesehatan pengguna ruangan. Performa bangunan dengan konsep ramah lingkungan tentunya akan semakin mendukung nilai keberlanjutan dan keseimbangan terhadap lingkungan. Komponenkomponen yang dapat digunakan untuk menguji material bambu sebagai material yang sesuai dengan konsep ramah lingkungan dalam interior rumah tinggal dengan komponen peninjauan pada tabel 4.3 yang dapat diujikan semua komponennya. Elements
Resources
Environment
Efficiency
Economic
Adaptability
Effectiveness
Ecobehaviour
Functionality
Productivity
Design
Environmental quality
Tabel 4. Components for high-performance architecture Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials McGraw-Hill, hal. 37
Ditinjau dari segi penggunaannya, bambu termasuk jenis material organik yang mudah diolah dan dapat digunakan dengan baik dalam rumah tinggal modern dengan proses pengolahan tertentu sebelumnya dan tidak kalah dengan material kayu dalam segi kualitas dan estetika. Cara perawatannya pun terbilang mudah, dan yang lebih penting bambu merupakan material yang mudah diperbaharui dengan usia panen hanya berkisar antara 3-6 tahun. Secara efisiensi, bambu termasuk material yang mudah digunakan, dipelihara, dan diperbaharui. Dalam penggunaan energi saat diolah, bambu juga menggunakan energi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan baja, baja dan kayu, dengan perbandingan jumlah energi yang digunakan 1500 : 240 : 80 : 30. Secara fisik bambu memiliki struktur yang kuat terhadap gaya tarik dan tekan, dengan ketahanan terhadapa gaya tekan lebih kuat dari pada bambu dan ketahanan gaya tarik yang lebih kuat dari pada baja. Bambu juga memiliki ketahanan yang baik terhadap api,
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
dengan titik menyalakan api dengan sumber panas langsung pada suhu ±230°C, kemudian titik api pada suhu ±260°C, dan titik bambu terbakar dengan sendirinya pada suhu 330°480°C. Dengan pertumbuhan dan masa panen yang cepat, bambu tergolong material yang dapat diperbaharui dan mudah diolah. Antara pertumbuhan tanaman bambu dengan produksi material yang dihasilkan, tidak memiliki rasio yang jauh, dalam hal ini, bambu sebagai material yang mudah diperbaharui dan tidak mengganggu ekologi dan lingkungan dengan tingkat produktifitas tinggi. Performa sumber daya alam salah satunya dapat dilihat dari sisi ekonomi, sifat alami, dan desain suatu material. Persebaran bambu di berbagai wilayah di Indonesia memberikan peluang bagi masyarakatnya untuk menjadikan bambu sebagai material komersil dan banyak diperjual belikan dalam berbagai bentuk produk, mulai dari penjual bambu batangan di pinggir jalan, hingga toko-toko besar yang menjual material olahan bambu dalam bentuk olahan tertentu. Secara ecobehaviour, hutan bambu dapat melakukan konservasi air lebih baik jika dibandingkan dengan hutan jenis lainnya. Pertumbuhan hutan bambu yang cepat juga tidak akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Dari segi kemampuan mengikat CO2 dan menghasilkan oksigen pun hutan bambu memiliki keunggulan dalam meningkatkan kualiras udara. Bagaimana suatu ruangan dirancang merupakan salah satu faktor penting bagaimana suatu material diterapkan dengan baik di dalam ruangan untuk mendukung berbagai aktifitas pengguna ruangan didalamnya sekaligus menjaga alam dan lingkungan disekitarnya agar tetap seimbang.
Gambar 3. Suasana dalam ruang tamu dan ruang keluarga Sumber: Dokumentasi pribadi
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Gambar 4. Suasana dalam ruang baca Sumber: Dokumentasi pribadi
Aplikasi material bambu menambah kualitas ruang yang nyaman, hangat dan sejuk, serta aman dari berbagai polusi dan bakteri dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal yang secara pengaturan sirkulasi udara dan pencahayaan alami terbilang baik, sehingga bambu yang digunakan didalam ruangan membuat ruangan tersebut tambak lebih segar. Penggunaan bambu dalam ruangan secara fisik dan fungsional, dilihat dari segi penggunaannya di dalam interior rumah di Indonesia dengan iklim tropis, memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis baik secara ketahanan maupun kemudahan perawatan dan penggunaannya, penggunaan bambu dalam interior juga tidak memiliki banyak masalah yang bersinggungan dengan lingkungan sekitar, karena berada di dalam ruangan. Penggunaan bambu sebagai beberapa elemen dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal, tidak hanya pada elemen dekoratif, namun juga sebagai elemen fungsional, seperti pada lantai yang digunakan pada lantai dua dan tiga. Kesimpulan Bambu, dalam perkembangan arsitektur dan interior saat ini, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam hal pengembangan material sebagai konstruksi, material olahan dalam interior dan furniture. Dalam interior sendiri, penggunaan bambu dapat digunakan sebagai elemen pengganti material kayu, dikarenakan sifat material bambu yang menyerupai kayu. Rumah tinggal merupakan tempat yang paling sering digunakan manusia untuk beraktifitas dan berinteraksi dengan orang-orang terdekat, potensi bambu sebagai material alternatif pengganti kayu dengan berbagai keunggulannya akan lebih berdampak terhadap lingkungan jika material bambu banyak digunakan dalam rumah tinggal dibandingkan dengan penggunaan bambu di tempat-tempat komersi saja. Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal, dalam segi kualitas ruang memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengguna di dalam
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
ruangan. Termasuk dalam aspek kesehatan, bambu yang merupakan material organik, sama sekali tidak membahayakan dalam ruangan jika diolah dengan baik. Sehingga dalam penggunaan yang terus menerus dalam tempat tinggal, tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia, selama bambu diolah dengan cara yang tepat. Kekurangan yang ada pada bambu pun dapat ditangani dengan berbagai macam cara, sehingga tidak ada masalah dengan ketahanan penggunaannya dalam ruangan. Material ini juga termasuk material yang mudah didaur ulang dan diperbaharui, sehingga dari segi produksi dan pengolahan setelah material ini digunakan, tidak trelalu bermasalah dengan kemungkinan kelangkaan bahan baku bambu atau pun pada saat pengolahan akhir saat material tidak lagi digunakan. Berdasarkan tujuan penulisan ini disusun, untuk mengetahui kelayakan material bambu sebagai material ramah lingkungan dan kesesuaian bambu dalam penggunaan di dalam interior. Material ini memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penggunaan material ramah lingkungan baik secara identitas material itu sendiri, maupun pada saat penggunaan di dalam ruangan. Melihat banyaknya tempat tinggal dibanding tempat-tempat komersial, penggunaan bambu dalam interior yang ditujukan untuk menjadi alternatif kayu dalam interior dan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan akan lebih efektif. Sehingga penggunaan material bambu dalam tempat tinggal menguntungkan dalam berbagai aspek, mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, kemudahan dalam penggunaan dan perawatan, serta dalam segi kepedulian terhadap lingkungan dengan kemudahannya untuk diperbaharui dan di daur ulang. Saran Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi bambu mencapai 156 jenis dengan 13 jenis yang sudah dapat dikomersilkan dengan baik di dalam negeri dan 11 jenis yang berpotensi untuk di impor. Dengan potensi tersebut, tidak menutup kemungkinan 143 jenis bambu lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi macam kebutuhan. Bambu, dengan berbagai macam keunggulannya dapat menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia, khususnya sebagai elemen dalam interior. Penggunaan bambu sebagai elemen interior pengganti kayu, sangat disarankan untuk dikembangkan, khususnya untuk pemakaian di dalam rumah tinggal sebagai material pengganti kayu. Selain karena karakteristiknya yang menyerupai kayu dengan daur panen yang cepat dan ramah lingkungan, secara ekonomi, produksi dan penggunaan bambu juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, mulai dari petani bambu, pengolah
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
material dasar berbasis bambu, pengrajin furniture bambu, hingga pembuat kerajinan tangan yang berasal dari bambu. Kepustakaan (Attmann, 2010) Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill, United States of America. (Bjorn Berge, 2009) Berge, Bjorn. (2009). The Ecology of Building Materials Second Edition. Linacre House, UK (Budi Faisal, 2011) Faisal, Budi. (2011). Bamboo : When Modern Meet Tradition, Kitakyushu University, Japan (Elizabeth A. Widjaja, N.W. Utami, Saefudin, 2004) Widjaja, E.A, Utami, N.W, Saefudin. (2004). Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor (Fatima, 2012) Ghani, Fatima. (2012). Issues in Sustainable Architecture and Possible Solutions. International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS, 12:21 (Heinz Frick, 2004) Frick, Heinz. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu Pengantar Konstruksi Bambu. Kanisius, Yogyakarta. (Meg Calkins, 2009) Calkins, Meg. (2009). Materials for Sustainable Sites. John Wiley & Sons, Inc., New Jersey (Rebecca Reubens, 2010) Reubens, Rebecca. (2010). Bamboo in Sustainable Contemporary Design, The International Network for Bamboo and Rattan (INBAR), China, 12.50 (Tri Harso Karyono, 2010) Karyono, Tri Harso. (2010). GREEN ARCHITECTURE Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta (Tris Neddy Santo, 2012) Santo, Tris Neddy. (2012). Psikologi Warna. FSR IKJ PRESS, Jakarta.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013