ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA
TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: TITIK PURWANTI NIM: S4307036
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA
Disusun oleh: TITIK PURWANTI NIM: S4307036
ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA
1
2
Disusun oleh: TITIK PURWANTI NIM: S4307036
PERNYATAAN
Nama
: Titik Purwanti
NIM
: S4307036
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Keuangan
3
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Analisis Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Besaran Akrual, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala sesuatu yang Titik kerjakan di dunia ini,
4
seutuhnya kupersembahkan kepada – Mu … Melalui ayah…kau ajarkan makna setiap kata, setiap senyuman dan arti sebuah kehidupan Melalui Ibu…kau kenalkan arti sebuah ketabahan, kesabaran dan ketegaran menghadapi kehidupan Melalui Suamiku…kau beri kasih sayang sejati dalam menapaki hidup ini Melalui Anakku…kau Tunjukan kabesaranMu dia adalah anugerah dan cinta terindah dariMu HALAMAN MOTTO
” Hiduplah untuk sesuatu dari pada mati tidak untuk apa – apa ” ( Jendral George Patton )
” Berusaha dengan ikhlas tanpa memikirkan balasan semata, karena semakin tinggi keikhlasan didalam diri semakin tinggi pula balasan yang akan diperoleh dalam keadaansadar ataupun tidak ”
5
” Janganlah mengambil suatu keputusan dalam keadaan emosi karena akan timbul penyesalan ”
” Pergunakan hidup dengan sebaik mungkin sebelum datang kematian Karena semua orang telah di vonis oleh-Nya dan tidak dapat menghindari vonis itu yaitu kematian ”
” Hargailah semua orang yang ada disekitarmu karena seseorang akan berarti manakala dirinya berada jauh disana ”
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. WB Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak berkah, nikmat dan inayah – Nya kepada penulis, sehingga atas segala rahmat dan hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. yang berjudul : ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS ARUS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA. Tesis ini diselesaikan guna memenuhi sebagian
6
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing dan juga
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada: A. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. B. Dr. Bandi, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret. C. Prof.Dr.Rahmawati, M.Si., Ak selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu, segala kemudahan, saran dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini D. Dra. Falikhatun, M.Si., Ak selaku pembimbing II atas segala saran, motivasi dan tantangan untuk mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik. E. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan didikan keilmuan di bidang akuntansi. F. Suamiku tercinta, Mas Adi, pribadi yang telah dijanjikanNya untuk menemani seumur hidupku, terima kasih atas cinta, kesetiaan, dan kesabarannya. Terima kasih atas waktu, pemikiran dan segalanya dalam membantu penyelesaian studi serta tesis ini. G. Si cantik si putih Anaknda ATvira Khoirunisa yang telah menemani studi sejak dalam kandungan hingga usiamu 2,5 tahun, kau segalanya bagiku semoga jadi anak yang sholehah……..Amin.
7
H. Bapak Almarhum, Ibu Siti di Klaten dan di Muntilan, yang saya hormati dan sangat saya sayangi. Terima kasih Ya Allah telah memberikan orang tua yang terbaik untuk mengasuh saya. I. Temen – temen seperjuangan One2, Levana, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Terima kasih atas saran, masukan, dan bantuannya dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini akan bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Penulis ABSTRAKSI
TITIK PURWANTI NIM: S4307036
ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Volatilitas Kas (VAOK), Besaran Akrual (BA), Volatilitas Penjualan (VOP), Leverage (LEV), Siklus Operasi (SOP), Ukuran Perusahaan (SIZE), Umur Perusahaan (UP) dan Likuiditas (LIK) Terhadap Kualitas Laba (Y). Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode sampling menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian meyimpulkan bahwa: Volatilitas Kas berpengaruh positip terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,079 dan tingkat signifikan sebesar 0,562, Besaran Akrual berpengaruh positip terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,000 dan tingkat signifikan sebesar 0,919, Volatilitas Penjualan berpengaruh positip terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,121 dan tingkat signifikan sebesar 0,001, Leverage berpengaruh negatif terhadap kualitas laba yang dibuktikan
8
dengan koefisien beta sebesar -0,036 dan tingkat signifikan sebesar 0,033, Siklus Operasi berpengaruh positip terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,000 dan tingkat signifikan sebesar 0,050, Ukuran Perusahaan berpengaruh negetif terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar -0,004 dan tingkat signifikan sebesar 0,713, Umur Perusahaan berpengaruh positip terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,000 dan tingkat signifikan sebesar 0,460, Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kualitas laba yang dibuktikan dengan koefisien beta sebesar -0,000 dan tingkat signifikan sebesar 0,003
Kata kunci: Pengaruh Volatilitas Kas, Besaran Akrual, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Likuiditas, Kualitas Laba. ABSTRACT
TITIK PURWANTI NIM: S4307036
ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS KAS, BESARAN AKRUAL, VOLATILITAS PENJUALAN, LEVERAGE, SIKLUS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KUALITAS LABA
This research aims to test empirically The Effect of Cash Volatility, Accrual Magnitude, Sale Volatility, Leverage, Operation Cycle, Firm Size, Firm maturity, and Liquidity with Earning Quality Population of this research is listed public company at Indonesia Stock Exchange with manufacturing company as sample. Sampling method uses purposive sampling method. Data analysis technique uses classic assumptions test: multicolinierity test, autocorrelation test, heteroscedasticity test and normality test. Hypothesis test uses multiple regression analysis. The conclution of this research are: Cash Volatility decisions positively affects the Earning Quality value regression coefficient is 0,79 and level significance is of 0,562, Accrual Magnitude decisions positively affects the Earning Quality value regression coefficient is 0,000 and level significance is of 0,919, Sale Volatility decisions positively affects the Earning Quality value regression coefficient is 0,121 and level significance is of 0,001, Leverage decisions negatively affects the Earning Quality value regression coefficient is -0,036 and level significance is of 0,033, Operation Cycle decisions positively affects the Earning Quality value regression coefficient is 0,000 and level significance is of 0,050, Firm Size decisions negatively affects the Earning Quality value regression coefficient is -0,004 and level
9
significance is of 0,713, Firm Maturity decisions positively affects the Earning Quality value regression coefficient is 0,000 and level significance is of 0,460, Liquidity decisions negatively affects the Earning Quality value regression coefficient is -0,000 and level significance is of 0,003
Keywords:
Effect of Cash Volatility, Accrual Magnitude, Sale Volatility, Leverage, Operation Cycle, Firm Size, Firm Maturity, and Liquidity, Earning Quality
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv ABSTRAK .............................................................................................................. xv ABSTRACT .............................................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................
5
10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS .........................
9
A. Landasan Teori .....................................................................................
9
1. Kualitas Laba ..................................................................................
9
2. Volalitas Arus Kas .......................................................................... 14 3. Besaran Akrual ................................................................................ 17 4. Volalitas Penjualan ......................................................................... 19 5. Leverage .......................................................................................... 22 6. Siklus Operasi ................................................................................. 24 7. Ukuran Perusahaan ......................................................................... 25 8. Umur Perusahaan ............................................................................ 26 9. Likuiditas ........................................................................................ 27 B. Model Penelitian .................................................................................. 28 C. Perumusan Hipotesis ............................................................................ 29 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 33 A. Populasi dan Sampel ............................................................................ 33 B. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 34 C. Data Penelitian ..................................................................................... 35 D. Metode Analisis Data ........................................................................... 35 1. Pengukuran Kualitas Laba .............................................................. 35 2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 37 a.
Normalitas ................................................................................ 37
11
b.
Multikolinearitas ...................................................................... 37
c.
Heteroskedastisitas ................................................................... 38
3. Analisis Regresi Berganda .............................................................. 38 4. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 39 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................. 42 A. Deskripsi Data ...................................................................................... 42 1. Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel .................................... 42 2. Statistik Deskriptif .......................................................................... 43 B. Hasil Analisis Data ............................................................................... 46 1. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................... 46 a. Uji Normalitas ......................................................................... 46 b. Uji Multikolinieritas ................................................................ 46 c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 47 d. Uji Autokorelasi ....................................................................... 48 2. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 49 3. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 52 4. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 54 C. Pembahasan .......................................................................................... 55 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........ 64 A. Kesimpulan ........................................................................................... 64 B. Keterbatasan ......................................................................................... 66 C. Saran ..................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
III.1
Definisi Operasional Variabel .................................................................... 34
IV.1
Proses Pengambilan Sampel ....................................................................... 43
IV.2
Statistik Deskripsi ....................................................................................... 44
IV.3
Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................................... 47
IV.4
Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................ 48
IV.5
Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................................. 49
13
DAFTAR GAMBAR GAMBAR II.1
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................. 28
LAMPIRAN - LAMPIRAN
14
Lampiran 1
Descriptive Statistics
Lampiran 2
Regression
Lampiran 3
Normality Test
Lampiran 4
Autocorrelation Test
Lampiran 5
Multicolinearity
Lampiran 6
Heteroskedasticity Test
BAB I PENDAHULUAN
15
A. Latar Belakang Pelaporan keuangan merupakan sebuah wujud pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumberdaya perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan selama periode tertentu. Adapun laporan keuangan itu sendiri merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian deviden kepada pemegang saham dan lain sebagainya. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1, terdapat dua tujuan pelaporan keuangan, yaitu: pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi para insvestor potensial, kreditor, dan pemakaian lainnya untuk membuat keputusan insvestasi, kredit, dan keputusan serupa lainnya . Kedua, memberikan informasi tentang prospek atau kas untuk membantu insvestor dan kreditur dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan. Menurut Standard Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Darraough (1993), menunjukan arti informasi pelaporan keuangan dengan menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan memberikan laporan keuangan kepada berbagai stakeholder, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan insvestasi, monitoring, penghargaan kinerja, dan pembuatan kontrak, oleh karena itu agar
16
dapat memberikan informasi yang handal maka pelaporan keuangan harus berkualitas. Schipper and Vincent (2003), menjelaskan bahwa kualitas laba digunakan oleh insvestor dan kreditur sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak (contracting decission), keputusan investasi (investment decision) dan digunakan sebagai salah satu indikator kualitas laba yang dihasilkan para pembuat standar (standard setters). Keputusan Melakukan kontrak yang didasarkan pada kualitas laba yang rendah menyebabkan transfer kesejahteraan yang tidak diinginkan. Salah satu contohnya adalah menaksir laba terlalu tinggi sebagai indikator kinerja manajemen, maka akan mengakibatkan kompensasi yang berlebih kepada manajer. Contoh kedua adalah laba yang ditaksir terlalu tinggi dapat menutupi kemampuan melunasi hutang yang sesungguhnya dan memberikan informasi yang menyesatkan kepada kreditor untuk melanjutkan pemberian pinjaman atau menangguhkan penyitaan. Kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan, kususnya bagi mereka yang mengharap kualitas laba yang tinggi. Penman (2001), mengungkapkan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan keberlanjutan laba (sustainnable eamings) dimasa depan yang ditentukan komponen akrual dan aliran kasnya. Pengertian kualitas laba pada prinsipnya dapat dipandang dalam dua sudut
pandang.
Pandangan
pertama
menyatakan
bahwa
kualitas
laba
berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dalam
17
laba perusahaan. Pandangan ini menyatakan laba yang berkualitas tinggi terefleksi pada laba yang dapat berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yan lama. Pandangan kedua menyatakan kualitas laba berkaitan dengan kinerja pasar modal yang diwujudkan dalam bentuk imbalan, sehingga hubungan yang semakin kuat antara laba perusahaan dengan imbalan penunjukan kualitas laba yan tinggi (Ayres, 1994), begitu juga dengan pandangan Schipper (2004) dengan menyebutnya sebagai atribut-atribut berbasis pasar untuk pandangan kedua. Pandangan pertama yang diungkapkan oleh Ayres (1994) dan Schipper (2004) menyatakan bahwa kualitas laba berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Laba berkualitas jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang (Lev dan Thiagarajan, 1993; Richardson et al. 2001; Panman dan Zhang, 2002; Beneish dan Vargus, 2002; Richadson, 2003) atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi dimasa akan darang (Dechoe dan Dichev, 2002 dan Chohen, 2003). Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas laba berkaitan dengan kinerja saham perusahaan di pasar modal. Hubungan yang semakin kuat antara laba dengan imbalan pasar menunjukan kualitas laba tersebut semakin tinggi (Lev dan Thiagarajan, 1993; Chan et al. 2004). Motivasi penelitian ini adalah pertama, hasil penelitian yang dilakukan Fanani dkk (2008) menyimpulkan bahwa kualitas laba dipengaruhi oleh volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, leverage, siklus operasi. Hal ini
18
memotivasi peneliti yaitu dengan memasukkan ukuran perusahaan, umur perusahaan dan likuiditas karena peneliti beranggapan bahwa variabel tersebut sangat penting. Ukuran dan umur perusahaan sangat menarik untuk diteliti pengaruhnya terhadap kualitas laba, karena semakin besar/lama ukuran dan umur perusahaan sangat rentan untuk melakukan praktek earning manajemen sehingga kualitas laba menjadi rendah, begitu juga dengan likuiditas perusahaan, semakin tinggi nilai likuiditas perusahaan perlu di teliti kebenaran nilai likuiditasnya dengan mengukur kualitas labanya. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada proksi kualitas laba, kualitas laba diukur menggunakan discretionary accruals. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi kualitas laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow, 1995 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Penelitian ini menggunakan model akrual kelolaan karena model ini dianggap paling baik untuk mendeteksi manajemen laba
(IG. A. Eka
damayanti, 2003), sedangkan penelitian Fanani, Putra dan Prastiwi (2008) menggunakan persistensi laba. Kedua, konstruk kualitas laba tidak dapat diobservasi secara langsung, namun dapat diobservasi dan diukur melalui proksi atau atribut-atribut yang melekat di dalam laba itu sendiri. Pengukuran kualitas laba dalam penelitian ini menggunakan akrual kelolaan. Akrual kelolaan adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri yaitu manajemen, Manajemen sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab atas kinerja perusahaan akan berusaha untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan.
19
Earnings management merupakan salah satu yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan (Setiawati dan Na’im, 2000). Penelitian sebelumnya di Indonesia menggunakan indikator earning respons coefficient yang digunakan untuk mengukur kualitas laba seperti Chandrarin (2001) dan nilai absolut akrual diskresional (Dechow dan Dichev (2002); McNichols (2002), Chambers (2003); Pagalung (2006) serta Fanny dan Siregar (2007)).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah volatilitas arus kas berpengaruh terhadap kualitas laba? 2. Apakah besaran akrual berpengaruh terhadap kualitas laba? 3. Apakah volatilitas penjualan berpengaruh terhadap kualitas laba? 4. Apakah leverage berpengaruh terhadap kualitas laba? 5. Apakah siklus operasi berpengaruh terhadap kualitas laba? 6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba? 7. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba? 8. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kualitas laba?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
20
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh volatilitas arus kas terhadap kualitas laba. 2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh besaran akrual terhadap kualitas laba. 3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh volatilitas penjualan terhadap kualitas laba. 4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh leverage terhadap kualitas laba. 5. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh siklus operasi terhadap kualitas laba. 6. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba. 7. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh umur perusahaan terhadap kualitas laba. 8. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh likuiditas terhadap kualitas laba.
D. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat penelitian yang diharapkan di dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan adalah mengkaji faktor-faktor yang menentukan kualitas laba melalui pendekatan dengan menggunakan diskresi akrual sebagai ukurannya. Tujuannya untuk membandingkan dengan penelitian sebelumnya. 2. Manfaat Praktis
21
Manfaat praktis yang diharapkan adalah dapat memberikan manfaat kepada investor, calon investor, analis pasar modal dan pemakaian laporan keuangan yang lainnya untuk dapat mengukur kualitas laba secara tepat. Sehingga nantinya kualitas laba yang diukur dapat dijadikan sebagai alat dalam membantu pembuatan keputusan dimasa yang akan datang.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
E. Landasan Teori 1. Kualitas Laba Selama ini laba akuntansi masih menarik perhatian para investor sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian deviden kepada pemegang saham dan lain sebagainya. Oleh karena itu laba yang perlu diperhatikan oleh para calon maupun investor bukan hanya laba yang tinggi, namun juga laba yang berkualitas. Menurut Wijayanti (2006), laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earning) di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Sedangkan Chandralin (2003) dalam Wijayanti (2006) mengungkapkan bahwa laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Hayn (1995). Gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory event) atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Beberapa literatur akuntansi menghubungkan kualitas laba dengan manajemen laba. Earnings management adalah campur tangan manajemen
8
9
dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Earnings management merupakan salah satu yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan (Setiawati dan Na’im, 2000). Manajemen berusaha memaksimalkan kesejahteraannya dengan meningkatkan kinerja melalui peningkatan laba dengan segera dengan caracara yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Earnings management berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earning) atau prestasi usaha suatu organisasi. Oleh sebab itu manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui earnings management. Dilihat dari sudut etika, Merchant dan Rockness (1994) dalam Gumanty (2001) mendefinisikan earnings management sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan cara memanipulasi laba sehingga memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan. Tindakan manajer melakukan manajemen laba tersebut bisa dikategorikan sebagai suatu penipuan dan tidak etis. Healy dan Wahlen (1999) dalam Sutrisno (2002) mengemukakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan sehingga menyesatkan penilaian stakeholder mengenai kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil konstraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang di laporkan.
9
10
Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba menurut Scott (1997) dalam Qomariyah (2006), yaitu: a. Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations). Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. b. Motivasi politik (Political Motivations) Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan yang lebih ketat. c. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. d. Motivasi perubahan CEO (Changes of CEO Motivations) CEO (Chief Executive Officer) yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk menaikkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. e. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
11
manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. f. Motivasi perjanjian utang (Debt Covenants Motivations) Perjanjian utang timbul karena adanya kontrak jangka panjang yang dilakukan oleh manajemen laba. pelanggaran terhadap hal tersebut akan mengakibatkan biaya yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap convenant. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999: 107) dalam Gumanty (2001) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu: a. Capital Market Penggunaan
secara luas informasi akuntansi oleh investor dan
analis keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi harga saham. b. Constructing Motivations Healy dan Wahlen (1999) membaginya menjadi dua, yaitu: lending constract dan management compensation constract. Esensi penjelasan Healy dan Wahlen (1999) sama dengan uraian Scott (2000) diatas, dimana penjelasan lending constract motivatons sama dengan other constractual motivations dan management compensations, constract motivations sama dengan bonus shceme motivations.
12
c. Regulatory Motivations Terdapat tiga bentuk dalam motivasi ini, yaitu: 1) Industry Regulations Motivations Industri-industri diatur dengan derajat pengaturan berbeda di masing-masing industri, beberapa diantaranya seperti industri perbankan dan asuransi menghadapi pemantauan yang lebih ketat oleh pihak regulator termasuk data-data akuntansi. Peraturan perbankan mengharuskan bank mencapai Cumulative Abnormal Return (CAR) tertentu, sedangkan peraturan asuransi menghasilkan perusahaan asuransi memenuhi syarat-syarat kesehatan keuangan minimum. Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk mengatur laporan keuangan dan neraca sesuai dengan kepentingan pihak regulator. 2) Anti-trust and Other Regulations Perusahaan yang berbeda di dalam penyelidikan pelanggaran anti-trust
atau
menghadapi
konsekuensi
politik
yang
tidak
menguntungkan memiliki insentif untuk mengatur labanya agar tampak kurang menguntungkan. Manajemen yang memiliki subsidi dan proteksi pemerintah juga memilki insentif yang sama. 3) Tax Planning Purposes Healy dan Wahlen (1999) tidak menjelaskan bagian ini, karena menurutnya earnings management untuk tujuan perencanaan pajak
13
merupakan bagian tugas (dominant) otorisasi pajak yang memiliki insentif yang sama. 2. Volatilitas Arus Kas Arus kas merupakan pergerakan dana tunai masuk dan keluar dari suatu usaha badan usaha. Hal tersebut berkaitan dengan penjadwalan waktu transaksi tunai sesuai penggunaan dana tunai sebagai asset. Arus kas adalah suatu proses, yaitu cara suatu perusahaan di dalam membangkitkan dan menggunakan dana tunainya. PSAK No 2,
paragraf 5 (IAI, 2009)
memberikan definisi bahwa arus kas adalah arusmasuk dan arus keluar atau sEtara kas (investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu dengan menghadapi risiko perubahan nilai yang signufikan). PSAK No 2, menerangkan tujuan informasi arus kas adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang menklasifikasikan arus kas berdasarkan aktifitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku secara umum bahwa satu set laporan tahunan harus terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan serta laporan arus kas. Dari neraca akan diketahui asset,
kewajiban, investasi dari pemilik serta laba yang
ditahan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Tujuan laporan laba rugi adalah membandingkan antara biaya dan pendapatan serta keuntungan dan kerugian pada periode tertentu suatu perusahaan. Laporan laba ditahan mengemukakan saldo awal laba yang ditahan, laba atau rugi periode tertentu, pembagian deviden serta saldo-saldo akhir laba ditahan.
14
Ada 2 jenis arus kas di dalam suatu perusahaan, yaitu : a. Arus kas masuk, yang berasal dari sumber eksternal (dari pemilik, penanaman modal, penjualan penyertaan dan pinjaman dari bank), sedangkan dari sumber internal (adanya pemanfaatan aktiva tetap, penjualan aktiva tetap, persediaan, dan lain-lain). b.
Arus kas keluar, penggunaan eksternal (membayar kewajiban) dan penggunaan internal (kas untuk memperoleh aktiva tetap, persediaan investasi untuk ekspansi usaha). PSAK No. 2 paragraf 3 (IAI, 2009) jika digunakan dalam kaitannya
dengan laporan keuangan lain. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuidtas dan solvabilitas), dan kemampuan memmpengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan parapengguna mengembangkanmodel untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi
15
arus kas jgua berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Sesungguhnya, nilai yang terkandung di dalam arus kas pada suatu periode mencerminkan nilai laba dalam metode kas (cash basis). Data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi karena laporan arus kas relatif lebih sulit untuk di manipulasi. Manipulasi ini biasanya dilakukan melalui penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk transaksi yang sama dengan tujuan menampilkan laba yang diinginkan. Namun untuk mengukur kualitas laba dibutuhkan informasi arus kas yang stabil, dalam artian mempunyai volatilitas yang kecil. Jika arus kas berflukuasi tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang, dan dengan volatilitas yang tinggi kualitas laba juga akan rendah, karena informasi arus kas-nya sulit untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang. Volatilitas merupakan ukuran arus kas yang dapat naik atau turun dengan cepat. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan dengan laba atas arus kas.Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Tumirin, 2003) Volatilitas arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks penyebaran distribusi arus kas perusahaan (Dechow dan Dichev,2002). Untuk
16
mengukur kualitas laba dibutuhkanlah informasi arus kas yang stabil, dalam artian mempunyai volatilitas kecil. Jika arus kas berfluktuasi tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Volatilitas aliran kas mengindikasikan suatu ukuran lain dari volatilitas lingkungan operasi dan penyimpangan penggunaan yang lebih besar aproksimasi dan estimasi, dengan berkorespondensi dengan kesalahan estimasi yang lebih besar dengan kualitas laba yang rendah (Dechow dan Dichev, 2002). 3. Besaran akrual Laba dalam laporan keuangan akuntansi sering digunakan oleh insvestor maupun calon investor untuk pengambilan keputusan. Dimana keputusan tersebut akan menentukan di perusahaan mana mereka akan berinvestasi. Sehingga oleh manajemen, ada kemungkinan untuk merekayasa laba menjadi sedemikian rupa agar dapat menarik minat para investor dan calon investor untuk menanamkan investasinya lebih banyak lagi. Jika begitu maka tidaklah mustahil jika terjadi asimetri informasi antara pihak menejemen dan pihak eksternal perusahaan. Maka dari itu kualitas laba menjadi perhitungan lain didalam pengambilan keputusan. Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise), dan dapat mencerminkna kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Chandrarin, 2003). Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa
17
transitori (transitory events) atau penerapan konsep aktual dalam akuntansi. Semakin besar gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi. Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan meminta perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah melaksanakan semua atau satu bagian subtansial dari jasa-jasa yang harus diberikan dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan meminta perusahan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama dimana pendapatan diakui (Dahler dan Febrianto, 2006) Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut (Dechow dan Dichev, 2002). 4. Volatilitas Penjualan a. Penjualan Menurut penjualan merupakan proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui anatr pertukaran informasi dan kepentingan. Jadi konsep penjualan adalah cara unutk mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Penjulan merupakan penyebaran produk yang ditujukan
para pedagang dengan lebih
18
mengandalkan harga dan distribusi serta berdampak pada jangka pendek dan menengah (1-6 bulan). Penjualan juga berkepentingan untuk menambah jumlah pelanggan terdaftar dan rasio pelanggan aktif serta meningkatkan frekuensi transaksi utang. Salah satu aspek yang ada dalam penjualan adalah penjualan dengan bertemu muka (face to face selling) dimana seoarang penjual langsung berhadapan muka dengan calon pembelinya. Pada perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya, yaitu : 1) Mencapai volume penjualan tertentu 2) Mendapat laba tertentu 3) Menunjang pertumbuhan perusahaan
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan Dalam praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) Kondisi dan Kemampuan Penjual Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini, penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.
19
2) Kondisi Pasar Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menajdi sasaran dalam penjualan, dapat
pula mempengaruhi kegiatan
penjualannya. 3) Modal Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ke tempat pembeli. 4) Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu / ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil dimana masalh penjualan ditangani oleh orang yang melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi, serta saran yang dimilki juga tidak sekompleks perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan ini ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain. 5) Faktor Lain Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan,
20
kampanye,
pemberian
hadiah,
sering
mempengaruhi
penjualan. Namun untuk melaksanakannya diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secar rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal relative kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. c. Volatilitas Penjualan Penjualan merupakan penyebaran produk yang ditujukan para pedagang dengan lebih mengandalkan harga dan distribusi serta dampak pada jangka pendek dan menengah (1 sampai 6 bulan). Penjualan juga berkepentingan menambah jumlah pelanggan terdaftar dan rasio pelanggan aktif serta meningkatkan frekuensi transaksi utang. Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Volatilitas yang rendah dari penjualan akan dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. Volatilitas penjualan adalah derajat penyebaran penjualan atau indeks penyebaran distribusi penjualan perusahaan (Dechow dan Dichev, 2002). Volatilitas penjualan mengindikasikan suatu volatilitas lingkungan operasi dan penyimpangan yang lebih besar aproksimasi dan estimasi, dan berkorespondensi dengan kesalahan estimasi yang lebih besar dan kualitas akrual yang rendah (Dechow dan Dichev, 2002) 5. Leverage
21
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Bowman (1980) dalam Tumirin (2003) menyatakan dalam menggunakan nilai pasar untuk total hutang dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan dengan nilai buku. Leverage diprediksi memiliki hubungan positif dengan risiko, karena semakin besar leverage semakin besar kewajiban membayar dalam jangka panjang. Riyanto (1996:291) menyatakan leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan barang untuk membiayai investasinya. Leverage dapat didefinisikan sebgai penggunaan aktiva/dimana dana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Leverage akan menjadi besar apabila lebih banyak utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Seberapa besar leverage yang diinginkan, sangat tergantung pada stabilitas perusahaan. Pada saat tingkat leverage besar, maka laba yang dihasilkan akan dapat menutup pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional maupun investasi yang berasal dari luar perusahaan. Besarnya rasio utang mencerminkan kompleksitas dan risiko keuangan (Tumirin, 2003). Leverage yang mempunyai arti sebagai pertambahan total pendapatan nasional terhadap suatu pertambahan dalam pengeluaran-pengeluaran inisial. Leverage merupakan proporsi dari modal pinjaman (coan capital) berbunga tetap terhadap modal saham (share capital) suatu perusahaan. Apabila hampir seluruh modal perusahaan berasal dari saham-saham yang
22
diterbitkan dan sebagian kecil saja yang berasal dari pinjaman bunga tetap, maka perusahaan tersebut mempunyai pengungkit modal yang rendah. Dan apabila hampir semua modal perusahaan berasal dari pinjaman berbunga tetap dan menggunakan hanya sebagian kecil dari saham yang diterbitkan, maka perusahaan itu mempunyai pengungkit modal yang tinggi. Leverage akan menjadi besar apabila lebih banyak utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Para pemegang saham mendapatkan manfaat dari solvabilitas keuangan sejauh laba yan dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi biaya bunga dan juga jika terjadi kenaikan nilai pasar saham. Bicara tentang Leverage, maka kita juga bicara tentang keharusan membayar bunga dan pokok pinjaman yang akan jatuh tempo dan pada akhirnya akan menimbulkan resiko kegagalan. Maka dari itu seberapa besar Leverage yang diinginkan, sangat terhantung pada stabilitas perusahaan. Pada saat lingkar Leverage besar, maka laba yang dihasilkan akan dapat menutup pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Namun jika tingkat Leverage yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kecil maka kecil pula kemampuan perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok pinjamannya. Maka dari itu, saat utang meningkat dengan tajam manajemen akan melakukan
penyesuaian
angka-angka
akuntansi
untuk
menyepakati
pembatasan-pembatasan seperti misalnya perjanjian hutang (Jensen dan Meckling 1976 dalam Rosaria 2007). 6. Siklus Operasi Siklus operasi dapat diartikan sebagai periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan dengan pendapatkan kas yang nantinya akan diterima
23
penjual. Atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis menghasilkna penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan. Siklus operasi suatu perusahaan terdiri dari transaksi-transaksi berikut: (a) pembelian barang, (b) penjualan barang, dan (c) pengumpulan piutang dari pelanggan. Siklus ini menunjukan sekuensi transaksi yang berulang secara kontinyu. Siklus operasi bersinggungan langsung dengan laba perusahaan, hal ini dikarenakan ada faktor penjualan siklus operasi. Laba ini nantinya akan digunakan untuk memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang. Maka dari itu, laba yang digunakan untuk memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang, harus benar-benar laba yang berkualitas. Dimana laba yang berkualitas sendiri tergantung pada siklus operasi perusahaan itu sendiri. Perusahaan
yang memiliki siklus operasi yang lama dapat
menimbulakan ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar dimana hal itu dapat menimbulkan kualitas akrual yang lebih rendah dan memiliki kualitas laba yang rendah pula. Siklus operasi yang lebih lama menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar, membuat akrual yang lebih tergantung (noise) dan kurang membantu dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang (Dechow & Dichev, 2002). 7. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan positif. Pada tahap ini pula perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama.
24
Menurut Siregar dan Siddharta Utama (2006). Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Perusahaan besar yang telah mencapai tahap kedewasaan mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi. Sebaliknya, bagi perusahaan kecil besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena tingkat kepastian laba lebih rendah. Perusahaan yang besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi para krediturnya. Hal ini dilakukan dengan memberikan pengungkapan yang lebih terinci dalam laporan tahunannya. Beberapa alasan yang mungkin bagi perusahaan besar menghadapi biaya politis yang besar untuk mewujudkan akuntabilitas publik dan menghindari resiko dipandang lemah oleh pasar. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki sumber daya yang lebih besar sehingga mampu membiayai penyediaan informasi bagi pihak internal maupun eksternal. Oleh karena itu masing-masing perusahaan harus mempertimbangkan pemakai informasi akuntansi yang dominan di dalam mendesain sistem akuntansinya. Hal terpenting yang harus diingatkan dalam hal ini adalah bahwa implementasi desain sistem akuntansi tersebut harus mampu berperan sebagai sumber informasi untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan, sehingga dapat memberikan informasi bagi pengguna laporan.
25
8. Umur Perusahaan Definisi umur perusahaan adalah perusahaan yang berumur lebih tua dan memiliki pengalaman lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan. Menurut Marwata (2001) umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas laba. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan mengetahui kebutuhan konstituenya akan informasi tentang perusahaan. 9. Likuiditas Rasio Likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar (hutang jangka pendek). Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo. Atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/hutang pada saat ditagih (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty 1978 dalam Luciana, 2007). Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin
26
menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke 1989 dalam Luciana, 2007). Tetapi di lain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Luciana, 2007). F. Model Penelitian Kerangka pemikiran penelitian dapat ditunjukkan dalam suatu kerangka konseptual hubungan antar variabel pada Diagram 1. Volatilitas Aliran Kas
-
Besaran Akrual
Volatilitas Penjualan
-
Kualitas Laba
+ Leverage
Siklus operasi
+ +
Ukuran Perusahaan
Umur Perusahaan
Likuiditas
+
27
G. Perumusan Hipotesis Volatilitas aliran kas mengindikasikan suatu ukuran lain dari volatilitas lingkungan operasi dan penyimpangan penggunaan yang lebih besar aproksimasi dan estimasi, dengan berkorespondensi dengan kesalahan estimasi yang lebih besar dengan kualitas laba yang rendah (Dechow dan Dichev, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Semakin besar volatilitas aliran kas suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang rendah Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise), dan dapat mencerminkna kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Chandrarin, 2003). Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events) atau penerapan konsep aktual dalam akuntansi. Semakin besar gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Semakin besar besaran akrual suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang rendah. Volatilitas yang rendah dari penjualan akan dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang. Namun jika tingkat volatilitas penjualan tinggi, maka kualitas dari laba tersebut akan rendah, karena laba yang dihasilkan akan mengandung banyak gangguan persepsian (perceived
28
noisee) (Dechow dan Dichev, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Semakin besar volatilitas penjualan perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan makin rendah Pada saat lingkar Leverage besar, maka laba yang dihasilkan akan dapat menutup pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Namun jika tingkat Leverage yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kecil maka kecil pula kemampuan perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok pinjamannya. Maka dari itu, saat utang meningkat dengan tajam manajemen akan melakukan penyesuaian angkaangka akuntansi untuk menyepakati pembatasan-pembatasan seperti misalnya perjanjian hutang (Jensen dan Meckling 1976 dalam Rosaria 2007). Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Semakin besar tingkat Leverage suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang tinggi Perusahaan yang memiliki siklus operasi yang lama dapat menimbulakan ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar dimana hal itu dapat menimbulkan kualitas akrual yang lebih rendah dan memiliki kualitas laba yang rendah pula. Siklus operasi yang lebih lama menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar, membuat akrual yang lebih tergantung (noise) dan kurang membantu dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang (Dechow & Dichev, 2002). Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: Semakin panjang siklus operasi perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin rendah
29
Menurut Siregar dan Siddharta Utama (2006) Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Perusahaan besar yang telah mencapai tahap kedewasaan mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi. Sebaliknya, bagi perusahaan kecil besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena tingkat kepastian laba lebih rendah. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H6: Semakin besar perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi. Menurut Marwata (2001) umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas laba. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan
laporan
keuangan.
Perusahaan
yang
memiliki
pengalaman lebih banyak akan mengetahui kebutuhan konstituenya akan informasi tentang perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H7: Semakin lama umur perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi. Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan
30
perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi laba yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke 1989 dalam Luciana, 2007). Tetapi di lain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi laba kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Luciana, 2007). Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H8: Semakin besar likuiditas akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi.
BAB III METODE PENELITIAN
H. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dilakukan karena struktur keragaman operasional perusahaan relatif sama, disamping porsi perusahaan pemanufakturan yang terdapat di Bursa lebih dari separuh perusahaan yang tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang dipilih didalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling). Kriteria yang digunakan berdasarkan pertimbangan (judgement). Adapun kriteria sampel yang dipilih adalah: a. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2003 sampai tahun 2007. b. Terdaftar BEI sampai akhir tahun, sehingga menghasilkan laporan keuangan periode akhir tahun 2007, c. Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dengan periode pelaporan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember, d. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode 2003 sampai 2007.
31
32
I. Definisi Operasional Variabel Untuk memberikan pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabelvariabel penelitian ini, maka variabel tersebut didefinisikan secara operasional disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Definisi Operasional variabel No 1
2
Variabel Volatilitas Arus Kas (X1)
Besaran Akrual (X2)
Definisi dan Pengukuran Volatibiliti arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks penyebaran distribusi arus kas perusahaan. Diukur dengan menggunakan rumus:
s (CFO )T TotalAktiva jt
CFOjt = Aliran kas operasi perusahaan j tahun t Total Aktivajt =Total Aktiva Perusahaan j tahun t Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut. Diukur dengan menggunakan rumus :
Penelitian Sloan (1996) ; Dechow dan Dechev (2002)
Sloan (1996) ; Dechow dan Dechev (2002)
s (Earnings jt - CFOJT )
3
4
Volatilitas Penjualan (X3)
Laverage (X4)
Earningsjt = Laba sebelum item-item luar biasa perusahaan j tajun t CFOjt = Aliran Kas operasi perusahaan j tahun t Volatilitas penjualan adalah derajat penyebaran penjualan atau indeks penyebaran distribusi penjualan perusahaan. Diukur dengan menggunakan rumus :
s ( penjualanselama5tahun jt ) totalAktiva jt
Dechow and Dechev (2002); Cohen (2003); Francis et al. (2004), Pagalung (2006)
Penjualan jt = Penjualan perusahaan j mulai tahun 2003 s/d 2007 Total Aktivajt = Total Aktiva perusahaan j tahun t Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional maupun investasi yang berasal dari luar perusahaan. Besrnya rasio utang mencerminkan kompleksitas dan resiko keuangan. Diukur dengan menggunakan rumus:
Gu at al. (2002), Tumirin (2003) dan Saputra (2003)
Total utang jt Total aset jt 5
Siklus Operasi (X5)
Total utangjt = Total utang perusahaan j tahun t Total Asetjt = Total aset perusahaan j tahun t Siklus perusahaan adalah periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis menghasilkan penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan. Diukur menggunakan:
32
Gu et al. (2002); Dechow and Dechev (2002); Cohen (2003);
33
(piutang dagang
jt
+ piutang dagang jt -1 )
penjualan jt / 360
(persediaan
jt
+ persediaan jt -1 )
2 +
Francis et al. (2004), Pegalung (2006)
2
harga pokok penjualan jt / 360
6 7 9
8
Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan Likuiditas
Kualitas Laba (Y)
Piutang dagang jt = Piutanh dagang perusahaan j tahun t Piutang dagang jt -1= piutang dagang perusahaan j tahun sebelumnya Persediaanjt = persediaan perusahaan j tahun t Penjualanjt = Penjualan perusahaan j tahun t Harga pokok penjualanjt = harga pokok penjualan perusahaan j tahun t Merupakan total aktiva, ukuran perusahaan diukur dari logaritma natural total aktiva Lamanya perusahaan beroperasi, diukur dari awal berdirinya perusahaan hingga tahun 2007 Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, diukur menggunakan current ratio: aktiva lancar/hutang lancer Akrualisasi laba berdasarkan kebijakan manajemen. Discretionary accruals dengan menggunakan modified Jones Model.
Dechow (1995), Ujiyantho dan Pramuka (2007)
J. Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, terdiri dari laporan keuangan auditan perusahaan sampel tahun 2003 sampai dengan 2007 yang diperoleh dari data base Pojok BEJ Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari laporan keuangan tersebut diambil informasi yang relevan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
K. Metode Analisis Data 1. Pengukuran Kualitas Laba Kualitas laba diukur menggunakan discretionary accruals. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi kualitas laba diukur dengan
34
menggunakan Modified Jones Model (Dechow, 1995 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). TA = Nit - CFOit Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut: TAit/Ait-1 = b1 (1/Ait-1) + b2 (DREV/Ait-1) + b3 (DPPE/Ait-1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus: NDAit = b1 (1/Ait-1) + b2 (DREV/Ait-1- DREC/Ait-1 ) + b3 (DPPE/Ait-1) Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit / Ait-1 - NDAit Keterangan: DAit
= discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit
= non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit
= Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit
= Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit
= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait
= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
DREV
= Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEit
= Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
DREC
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e
= error
35
2. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis diskriminan, dilakukan pengujian terhadap data yang digunakan untuk mengetahui apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, serta tidak ada heteroskedastisitas (Ghazali, 2001). 1. Normalitas Syarat utama melakukan analisis diskriminan adalah data yang digunakan harus berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data berdistribusi normal adalah data yang mempunyai nilai KolmogorovSmirnov tidak signifikan (Hair et al 1992; Santoso 1999). Jika dari hasil pengujian ternyata data tidak berdistribusi normal, maka data tersebut harus dinormalkan terlebih dahulu. Ada tiga metode untuk mengubah data menjadi berdistribusi normal, yaitu transformation, trimming, dan winsorizing (Ghazali, 2001). 2. Multikolinearitas Multikolinearitas
adalah
hubungan
linier
antar
variabel
independen dan terjadi jika satu variabel independen mempunyai tingkat korelasi
yang
tinggi
dengan
variabel
independen
yang
lain.
Multikolinearitas diuji dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolarence Value. Jika nilai VIF di atas 10 atau Tolerance Value di bawah 0,10 maka terjadi multikolinearitas (Ghazali, 2001).
36
3. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas di dalam penelitian ini menggunakan uji White yaitu dengan cara meregresikan nilai kuadrat residual terhadap variabel independen. Ada tidaknya heteroskedastisitas diketahui dengan melihat signifikansinya terhadap derajat kepercayaan 5%. Jika nilai Obs R2 (c2 < c2 (Chi Square) tabel maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda Model yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: Y=a+b1X1 +b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5 +b6X6 +b7X7 +b8X8 + e Dimana: Y = Kualitas Laba a
= nilai intercepat
b1-5 = koefisien arah regresi X1 = Volatilitas arus kas X2 = Besaran akrual X3 = Volatilitas Penjualan
37
X4 = Leverage X5 = Siklus operasi X6 = Ukuran Perusahaan X7 = Umur Perusahaan X8 = Likuiditas e
= Error((Variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model)
4. Pengujian Hipotesis 1. Nilai t Nilai t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji ini menggunakan tingkat signifikan 5%. Langkah-langkah pengujian : a. Menyusun formulasi hipotesa nihil dan alternatif H0 : b1 ≤ 0, berarti terdapat pengaruh negatif variabel volatilitas arus kas terhadap variabel kualitas laba. H0 : b2 ≤ 0, berarti terdapat pengaruh negatif variabel magnitud akrual terhadap variabel kualitas laba. H0 : b3 ≤ 0, berarti terdapat pengaruh negatif variabel volatilitas penjualan terhadap variabel kualitas laba. H0 : b5 ≤ 0, berarti terdapat pengaruh negatif variabel siklus operasi terhadap variabel kualitas laba. Ha : b4 > 0, berarti terdapat pengaruh positif variabel leverage terhadap kualitas laba.
38
Ha : b6 > 0, berarti terdapat pengaruh positif variabel ukuran perusahaan terhadap kualitas laba. Ha : b7 > 0, berarti terdapat pengaruh positif variabel umur perusahaan terhadap kualitas laba. Ha : b8 > 0, berarti terdapat pengaruh positif variabel likuiditas terhadap kualitas laba. b. Keputusan : Adapun kriteria pengambilan kesimpulan adalah sebagain berikut: Ho diterima dan Ha ditolak bila, Probabilitas value > 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima bila, Probabilitas value < 0,05 2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur prosentase variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel independen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0
39
terhadap variabel terikat atau tidak berpengaruh. Oleh karena itu, digunakanlah Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan kedalam model (Ghazali, 2001).
42
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, leverage, siklus operasi, ukuran perusahaan, umur perusahaan, likuiditas terhadap kualitas laba yang diukur melalui diskresi akrual. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2003-2007. Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan non probability sampling. Metode ini berupa purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan. Adapun proses pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
43
Tabel IV.1 Proses Pengambilan Sampel No 1
2
Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak 1 januari 2003 sampai akhir tahun 2007.
Jumlah 133
Data laporan keuangan perusahaan yang diperoleh oleh peneliti kurang lengkap.
3
Data yang mengandung outliers Jumlah sampel Sumber ICMD 2008
(65)
(10) 58
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh jumlah sampel 68 perusahaan. Namun dari 68 perusahaan, data 10 perusahaan mengandung outliers yang menyebabkan data tidak normal dan model tidak fit, oleh karena itu data perusahaan tersebut tidak dipakai dalam penelitian ini. Perhitungan outliers menggunakan z-score dengan batasan jika nilai Z score lebih dari 1,96 dan kurang dari -1,96 berarti data tersebut mengandung outliers. Jadi jumlah sampel yang terpakai sebanyak 58 perusahan. Pada penelitian ini data disusun secara panel data (pooling data), jadi jumlah observasi yang diperoleh sebanyak 290 (58 x 5).
2. Statistik Deskripsi Statistik deskripsi semua variabel yang digunakan dalam model disajikan dalam tabel berikut.
44
Tabel IV.2 Statistik Deskripsi
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
VOAK (X1)
290
0,00
0.29
0,45
0,05
BA (X2)
290
218,00
6.731.367.00
186.675,70
512.952,41
VOP (X3)
290
0,03
1,12
0,20
0,17
LEV (X4)
290
0,07
4,99
0,54
0,38
SOP (X5)
290
46,24
934,66
148,75
106.93
SIZE (X6)
290
4,73
7,80
6,16
0,66
UP (X7)
290
7,02
73,03
27,93
12,24
LIK (X8)
290
0,15
557,62
6.03
43,68
-0,44
0,29
-0,84
0,12
Y 290 Sumber : data diolah, 2010 Keterangan: VOAK
: Volatilitas Arus Kas
BA
: Besaran Akrual
VOP
:Volatilitas Penjualan
LEV
:Leverage
SOP
: Siklus Operasi
SIZE
: Ukuran Perusahaan
UP
: Umur Perusahaan
LIK
: Likuiditas
Y
: Kualitas Laba
45
Pada tabel IV.2 di atas diketahui nilai rata-rata volatilitas arus kas (X1) sejumlah 0,45, dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0.29. Nilai rata-rata besaran akrual (X2) sebesar Rp. 186.675,70, dengan nilai minimum sebesar Rp 218,00 dan nilai maksimum sebesar Rp 6.731.367.00. Nilai rata-rata volatilitas penjualan (X3) sebesar 0,20 kali, dengan nilai minimum sebesar 0,03 kali, dan nilai maksimum sebesar 1,12 kali. Nilai rata-rata leverage (X4) sebesar Rp 0,54, dengan nilai minimum sebesar Rp. 0,07 dan nilai maksimum sebesar Rp 4,99. Nilai rata-rata siklus operasi (X5) sebesar 148,75 kali,
dengan
nilai minimum sebesar 46,24 kali, dan nilai maksimum sebesar 934,66 kali. Nilai rata-rata ukuran perusahaan (X6) sebesar Rp. 6,16, dengan nilai minimum sebesar Rp. 4,73 dan nilai maksimum sebesar Rp. 7,80. Nilai rata-rata umur perusahaan (X7) sebesar 27,93 atau 28 tahun, dengan nilai minimum sebesar 7,02 atau 7 tahun dan nilai maksimum sebesar 73,03 atau 73 tahun. Nilai rata-rata likuiditas (X8) sebesar Rp 6.03, dengan nilai minimum sebesar Rp. 0,15 dan nilai maksimum sebesar Rp. 557,62. Nilai rata-rata variabel kualitas laba (Y) sebesar Rp -0,84 dengan nilai minimum sebesar Rp -0,44 dan nilai maksimum sebesar Rp 0,29.
46
B. Hasil Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Agar hasil regresi sahih sehingga harus terpenuhi asumsi klasik, yaitu: normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, heteroskedastisitas. 1) Uji Normalitas Hasil analisis terhadap asumsi normalitas dengan KolmogorovSmirnov terhadap nilai residual dari persamaan regresi, menunjukan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,640. Hal ini menunjukan bahwa nilai 0,640 > 0,05, berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas terindikasi apabila terdapat hubungan linier diantara variabel independen yang digunakan dalam model. Metode untuk menguji adanya multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance value
atau
Variance
Inflation
Factor
(VIF).
Hasil
analisis
menunjukkan bahwa nilai VIF variabel independen dibawah nilai 10 dan tolerance value diatas 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:
47
Tabel IV.3 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel VOAK (X1) BA (X2) VOP (X3) LEV (X4) SOP (X5) SIZE (X6) UP (X7) LIK (X8)
Tolerance 0,877 0,743 0,919 0,915 0,925 0,623 0,821 0,978
VIF 1,140 1,346 1,088 1,092 1,081 1,604 1,218 1,022
Kesimpulan Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas
Sumber: Data diolah
3) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas di dalam penelitian ini menggunakan uji White yaitu dengan cara meregresikan nilai kuadrat residual terhadap variabel independen. Ada tidaknya heteroskedastisitas diketahui dengan melihat signifikansinya terhadap derajat kepercayaan 5%. Jika nilai Obs R2 (c2 < c2 (Chi Square) tabel maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas diperoleh nilai c2 sebesar 60,301 dengan probabilitas sebesar 0,0516, sedangkan nilai c2 tabel pada df : 44 sebesar 60,48, karena nilai 60,301 < 60,48 berarti dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model.
48
4) Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW).
Tabel IV.4 Hasil Uji Autokorelasi Model
DW
dl
du
4-du
4-dl
Keterangan
Regresi
1,741
1,69
1,85
2,15
2,31
Inkloklusif
Dengan nilai DW sebesar 1,741 dimana angka tersebut berada diantara dL – dU (1,69 ≤ 1,741 ≤ 1,85), maka tidak dapat disimpulkan. Artinya model yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami autokorelasi namun juga tidak bebas dari autokorelasi. Berdasarkan
uji
asumsi
klasik
(normalitas,
autokorelasi,
multikolinieritas, heteroskedastisitas) diperoleh bahwa dalam model yang digunakan sudah tidak terjadi penyimpangan asumsi klasik, artinya model regresi pada penelitian dapat digunakan sebagai dasar analisis.
2. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan pengujian data, hasil regresi berganda untuk menguji pengaruh dari volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, leverage, siklus operasi, ukuran perusahaan, umur perusahaan, likuiditas terhadap kualitas laba., ditunjukkan pada tabel berikut:
49
Tabel IV.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel
Koefisien Regresi Konstanta -0,017 VOAK (X1) 0,079 BA (X2) 0,000 VOP (X3) 0,121 LEV (X4) -0,036 SOP (X5) 0,000 SIZE (X6) -0,004 UP (X7) 0,000 LIK (X8) -0,000 F hitung 4,176 F Prob 0,000 R2 0,106 Adjusted R2 0,081 Sumber: Data diolah
thitung
Signifikansi
Sign
t-tabel
Kesimpulan
0,562 0,919 0,001** 0,033* 0,050* 0,713 0,480 0,003**
0,562 0,919 0,001 0,033 0,050 0,713 0,480 0,003
±1,960 ±1,960 ±1,960 ±1,960 ±1,960 ±1,960 ±1,960 ±1,960
Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima
0,580 0,102 3,321 -2,148 1,971 -0,368 0,708 -2,985
Keterangan : *
: Signifikan pada α 5%
**
: Signifikan pada α 1%
Berdasarkan tabel IV.5, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,017 + 0,079 X1 + 0,000 X2 + 0,121X3 - 0,036 X4 + 0,000 X5 0,004 X6 + 0,000 X7 - 0,000 X8 b. Konstanta mempunyai nilai negatif sebesar -0,017, hal ini menunjukkan bahwa jika faktor volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan maka besarnya kualitas laba akan turun sebesar 0,0169. c. Koefisien regresi volatilitas arus kas (b1) bernilai positif yaitu 0,079 hal ini menunjukkan bahwa volatilitas arus kas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya jika volatilitas arus
50
kas meningkat sebesar satu satuan maka kualitas laba akan meningkat sebesar 0,079, dengan asumsi besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan. d. Koefisien regresi besaran akrual (b2) bernilai positif yaitu 0,000, hal ini menunjukkan bahwa besaran akrual mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya jika besaran akrual meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan meningkat sebesar 0,000, dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan. e. Koefisien regresi volatilitas penjualan (b3) bernilai positif yaitu 0,121,
hal
ini
menunjukkan
bahwa
volatilitas
penjualan
mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya jika volatilitas penjualan meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan meningkat sebesar 0,121, dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan. f. Koefisien regresi leverage (b5) bernilai negatif yaitu -0,036, hal ini menunjukkan bahwa leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas laba. Artinya leverage meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan menurun sebesar 0,036 dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan.
51
g. Koefisien regresi siklus operasi (b5) bernilai positif yaitu 0,000, hal ini menunjukkan bahwa siklus operasi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya jika siklus operasi meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan meningkat sebesar 0,000, dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan. h. Koefisien regresi ukuran perusahaan (b6) bernilai negatif yaitu -0,004, hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas laba. Artinya jika ukuran perusahaan meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan menurun sebesar 0,004 dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan. i. Koefisien regresi umur perusahaan (b7) bernilai positif yaitu 0,000, hal ini menunjukkan bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laba. Artinya jika umur meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan meningkat sebesar 0,000 dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), likuiditas (X8) konstan. j. Koefisien regresi likuiditas (b8) bernilai negatif yaitu -0,000, hal ini menunjukkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif
52
terhadap kualitas laba. Artinya jika likuiditas meningkat sebesar satu satuan, maka kualitas laba akan menurun sebesar 0,000 dengan asumsi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8) konstan.
3. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan uji t seperti terlihat pada tabel IV.5 di bawah ini menunjukkan bahwa: 1) Hasil t hitung untuk variabel volatilitas arus kas (X1) sebesar 0,580 lebih kecil dari 1,960, atau probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,562 > 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti volatilitas arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 2) Hasil t hitung untuk variabel besaran akrual (X2) sebesar 0,102 lebih kecil dari 1,960, atau probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,919 > 0,05)
sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti
besaran akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 3) Hasil t hitung untuk variabel volatilitas penjualan (X3) sebesar 3,321 lebih besar dari 1,960 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05
53
(0,001 < 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti volatilitas penjualan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 4) Hasil t hitung untuk variabel leverage (X4) sebesar -2,148 lebih besar dari -1,960 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. 5) Hasil t hitung untuk variabel siklus operasi (X5) sebesar 1,971 lebih kecil dari 1,960 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,050 < 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti siklus operasi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 6) Hasil t hitung untuk variabel ukuran perusahaan (X6) sebesar 0,368 lebih kecil dari 1,960 atau probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,713 > 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 7) Hasil t hitung untuk variabel umur perusahaan (X7) sebesar 0,708 lebih kecil dari 1,960 atau probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,480 > 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba. 8) Hasil t hitung untuk variabel likuiditas (X8) sebesar -2,985 lebih besar dari -1,960 atau probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laba.
54
4. Koefisien Determinasi (R2) Analisis
ini
digunakan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan dalam persentase.dari hasil analisis data diperoleh angka koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,081. Hal ini berarti 8,1% variasi perubahan kualitas laba dijelaskan oleh variasi volatilitas arus kas (X1), besaran akrual (X2), volatilitas penjualan (X3), leverage (X4), siklus operasi (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), likuiditas (X8). Sementara sisanya sebesar 91,9% diterangkan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model atau penulis teliti.
C. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Variabel volatilitas arus kas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,562 > 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi fluktuasi arus kas akan semakin meningkatkan kualitas laba. Volatilitas merupakan ukuran arus kas yang dapat naik atau turun dengan cepat. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan dengan laba atas arus kas.Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Volatilitas arus kas adalah derajat
55
penyebaran arus kas atau indeks penyebaran distribusi arus kas perusahaan. Untuk mengukur kualitas laba dibutuhkanlah informasi arus kas yang stabil, dalam artian mempunyai volatilitas kecil. Jika arus kas berfluktuasi tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fanani, dkk (2008) yang menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa volatilitas arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Berarti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “Semakin besar volatilitas aliran kas suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang rendah”, tidak dapat diterima.
2. Hipotesis Kedua Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa besaran akrual berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,919 > 0,05. Pengaruh positif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar besaran akrual perusahaan akan semakin meningkatkan kualitas laba. Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut. Hasil penelitain ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani, Putra, dan Prastiwi (2008) menunjukkan bahwa besaran akrual berpengaruh negatif
56
dan signifikan terhadap kualitas laba. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Semakin besar Besaran akrual suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang rendah”, tidak dapat diterima, sebab tahun, kejadian istimewa dengan bukti penelitian lainnya menghasilkan kesimpulan yang sama. Berdasakan penelitian subramanyam 1996 dan debby 2007 menjelaskan bahwa manajemen laba dikatakan efisian bila besaran akrual berhubungan positip signifikan dan oportunistic jika berhubungan negatif, bedasarkan hasil penelitian, bahwa manajemen laba bisa dikatakan efisien karena besaran akrual berhubungan posotip namun tidak signifikan.
3. Hipotesis Ketiga Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa
volatilitas
penjualan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin besar volatilitas penjualan akan semakin meningkatkan kualitas laba. Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Volatilitas yang rendah dari penjualan akan dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. Volatilitas penjualan adalah derajat penyebaran penjualan atau indeks penyebaran distribusi penjualan perusahaan
(Dechow
dan
Dichev,
2002).
Volatilitas
penjualan
mengindikasikan suatu volatilitas lingkungan operasi dan penyimpangan yang lebih besar aproksimasi dan estimasi, dan berkorespondensi dengan
57
kesalahan estimasi yang lebih besar dan kualitas akrual yang rendah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fanani, dkk (2008) hasil penelitiannya menunjukan bahwa volatilitas penjualan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Berarti hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “Semakin besar volatilitas penjualan perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan makin rendah”, tidak dapat diterima, sebab berdasarkan koefisien regresi ada perbedaan arah regresi antara hipotesis yang diajukan dengan hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini volatilitas penjualan berpengaruh positip hal ini bisa disebabkan dengan tingkat penjualan yang tinggi dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan tapi kualitas laba perusahaan akan rendah jika terjadi manipulasi penjualan sehingga bertujuan untuk menghasilkan laba yang tinggi.
4. Hipotesis Keempat Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,033 < 0,05. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin besar leverage akan semakin mengurangi kualitas laba. Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional maupun investasi yang berasal dari luar perusahaan. Besarnya rasio utang mencerminkan kompleksitas dan risiko keuangan (Tumirin, 2005). Leverage yang mempunyai arti sebagai pertambahan total pendapatan nasional terhadap
58
suatu pertambahan dalam pengeluaran-pengeluaran inisial. Leverage merupakan proporsi dari modal pinjaman (loan capital) berbunga tetap terhadap modal saham (share capital) suatu perusahaan. Apabila hampir seluruh modal perusahaan berasal dari saham-saham yang diterbitkan dan sebagian kecil saja yang berasal dari pinjaman bunga tetap, maka perusahaan tersebut mempunyai pengungkit modal yang rendah, dan apabila hampir semua modal perusahaan berasal dari pinjaman berbunga tetap dan menggunakan hanya sebagian kecil dari saham yang diterbitkan, maka perusahaan itu mempunyai pengungkit modal yang tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Fanani, dkk (2008) yang melaporkan bahwa variabel leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Berarti hipotesis keempat yang menyatakan bahwa “Semakin besar tingkat Leverage suatu perusahaan akan memiliki kualitas laba yang tinggi”, tidak dapat diterima, sebab berdasarkan koefisien regresi ada perbedaan arah regresi antara hipotesis yang diajukan dengan hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini leverage berpengaruh negatif hal ini bisa disebabkan dengan tingkat leverage yang tinggi resiko perusahaan semakin besar hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas perusahaan jika modal yang diperoleh tidak bisa dikelola secara optimal tapi jika modal pinjaman yang diperoleh dikelola dengan baik misalnya untuk produksi atau meningkatkan usaha perusahaan sehingga mampu mendapatkan laba yang lebih banyak
59
sehingga dapat untuk membayar utang dan bunga dari modal pinjaman tersebut.
5. Hipotesis Kelima Hasil analisis terhadap variabel siklus operasi menunjukkan bahwa siklus operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,050 < 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi siklus operasi perusahaan akan semakin meningkatkan kualitas laba. Siklus operasi adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari pembelian persediaan, penjualan persediaan, sampai penerimaan pembayaran atas penjualan persediaan, dari definisi tersebut diketahui bahwa siklus operasi sangat berkaitan erat dengan periode persediaan (inventory period), periode piutang (account receivable period), periode hutang (account payable period) dan siklus kas (cash cycle), jadi siklus operasi (operating cycle) adalah jumlah dari periode persediaan dan periode piutang.
Dechow and Dichev (1994) dalam
Fanani, Putra, dan Prastiwi (2008) berpendapat bahwa lama siklus oeprasi perusahaan adalah penentu volatilitas modal kerja, jika siklus operasinya mengalami perputaran yang lama, anak perusahaan akan memerlukan perubahan besar pada tingkat kapital kerja dan aliran kas terealisasi dan akan memberi dampak yang relatif buruk terhadap kinerja perusahaan. Siklus operasi dapat diartikan sebagai periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima
60
penjual atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis menghasilkan penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan, dimana laba yang berkualitas sendiri tergantung pada siklus operasi perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan siklus operasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba yang dilakukan Fanani, dkk (2008). Berarti hipotesis kelima yang menyatakan bahwa “Semakin panjang siklus operasi perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin rendah”, tidak dapat diterima, sebab berdasarkan koefisien regresi ada perbedaan arah regresi antara hipotesis yang diajukan dengan hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini siklus operasi berpengaruh positip hal ini bisa disebabkan dengan tingkat perputaran yang lama dapat menurunkan kinerja perusahaan.
6. Hipotesis Keenam Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,713 > 0,05. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin rendah kualitas labanya. Menurut Siregar dan Sidharta Utama (2006), semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Perusahaan besar yang telah mencapai tahap kedewasaan mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil.
61
Bagi perusahaan yang stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi. Sebaliknya, bagi perusahaan kecil besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena tingkat kepastian laba lebih rendah. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Sidharta Utama (2006) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hipotesis keenam yang menyatakan bahwa “Semakin besar perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi”, tidak dapat diterima sebab tahun, kejadian istimewa dengan bukti penelitian lainnya menghasilkan kesimpulan yang sama.
pengambilan
periode sample yang berbeda, ini juga mendukung hasil penelitian Ardi dan Lana (2007)
7. Hipotesis Ketujuh Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,480 > 0,05. Menurut Marwata (2001) umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas laba. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki
pengalaman
lebih
banyak
akan
mengetahui
kebutuhan
konstituenya akan informasi tentang perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2001) yang menyatakan bahwa umur perusahaan mempunyai hubungan positif dengan
62
kualitas laba. Hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa “Semakin lama umur perusahaan akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi”, tidak dapat diterima. Umur perusahaan dapat diukur berdasarkan berapa lama sebuah perusahaan publik telah terdaftar dalam pasar modal Bursa Efek Indonesia, dibandingkan dengan perusahaan yang baru terdaftar dimana dalam penelitian ini umur perusahaan berpengaruh positip hal ini bisa disebabkan dengan perusahaan berumur lama tapi tidak dibarengi dengan meningkatnya operasi perusahaan sehingga produksi barang berkurang ini akan berakibat berkurangnya laba perusahaan sehingga kualitas laba perusahaan akan rendah, ini juga mendukung hasil penelitian Nurhidayanti dan Indriantoro (2000) dengan data tahun 1995 1996 menemukan size, umur secara statistik tidak ada yang signifikan. Alia (1999) hanya menemukan variabel underwiiter yang signifikan.
8. Hipotesis Kedelapan Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,003. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan akan semakin mengurangi kualitas laba. Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi laba
63
yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke 1989 dalam Luciana, 2007). Tetapi di lain pihak, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi laba kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace et al, 1994 dalam Luciana, 2007). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallace (1994) dalam Luciana (2007). Berarti hipotesis kedelapan yang menyatakan bahwa “Semakin besar likuiditas akan menyebabkan kualitas laba perusahaan akan semakin tinggi”, tidak dapat diterima sebab berdasarkan koefisien regresi ada perbedaan arah regresi antara hipotesis yang diajukan dengan hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini likuiditas berpengaruh negatif hal ini bisa disebabkan dengan tingkat likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi laba kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen.
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel volatilitas arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Fanani, dkk (2008)
yang menemukan adanya bukti yang menyatakan
bahwa volatilitas arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. 2. Variabel besaran akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hasil penelitain ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanani, Putra, dan Prastiwi (2008) menunjukkan bahwa besaran akrual berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. 3. Variabel volatilitas penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin besar volatilitas penjualan akan semakin meningkatkan kualitas laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fanani, dkk (2008) hasil penelitiannya menunjukan bahwa volatilitas penjualan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. 4. Variabel leverage berpengaruh negatif dan signifikan. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin besar leverage akan semakin mengurangi
64
65
5. kualitas laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Fanani, dkk (2008)
yang melaporkan bahwa variabel leverage
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. 6. Variabel siklus operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi siklus operasi perusahaan akan semakin meningkatkan kualitas laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan siklus operasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba yang dilakukan Fanani, dkk (2008). 7. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Sidharta Utama (2006) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. 8. Variabel umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2001) yang menyatakan bahwa umur perusahaan mempunyai hubungan positif dengan kualitas laba. 9. Variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan akan semakin mengurangi kualitas laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallace (1994) dalam Luciana (2007) yang menyimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba.
66
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan baik dalam pengambilan sampel maupun dalam pengukuran variabel. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini terbatas pada 58 perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan karena pendeknya periode pengamatan yang dilakukan (2003-2007). 2. Populasi dalam penelitian ini hanya terbatas pada satu jenis perusahaan yaitu perusahaan manufaktur. Hal ini mengakibatkan penelitian ini tidak bisa digeneralisasi untuk semua jenis perusahaan. 3. Jumlah Variabel yang diteliti pada penelitian ini hanya terbatas pada variabel volatilitas arus kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, leverage, siklus operasi, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan likuiditas.
C. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan diatas, sehingga saran-saran yang dapat penulis berikan: 1. Penelitian selanjutnya dapat mencoba melakukan penelitian dengan metode pengamatan yang lebih lama dalam melakukan penelitian. 2. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian dengan populasi dalam penelitian tidak hanya terbatas pada satu jenis perusahaan yaitu perusahaan manufaktur.
67
3.
Pengaruh kelima variabel masih sangat kecil, oleh karena itu bagi peneliti yang akan meneliti dengan tema yang sama, sebaiknya menambah jumlah variabel bebas, agar hasil penelitian dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ayres, F.L. 1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need to Know, Management Accounting. March: 27-29. Ardi dan Lana. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure laporan Keuangan Tahunan. Vol. 2. 21-22 Agustus 2007. 1858-2559. Beneish, M. and M. Vargus, 2002. Insider Trading, Earnings Quality, and Accrual Mispricing. The Accounting Review. Vol.77, No.4: 755-791. Chambers, D.J. 2003. Earnings Persistence and Accrual Anomaly. Working Paper. University of lllinois at Urbana-Champaign: 1-29. Chandrarin, G. 2001. Laba (Rugi) Selisih Kurs sebagai Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Akuntansi: Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Chan, K,L. Chan, N. Jegadeessh, J. Lakonishok. 2004. Earnings quality and stock retums. Working Paper. University of lllinois at Urbana-Champaign – Department of Finance, 50. Cohen, D.A. 2003. Quality of Financial Reporting Choice: Determinants and Economic Consequences. Working Paper. Northwestern University Collins. Dahler, Yolanda dan Febrianto, Rahmat. 2006. Kemampuan Prediktif Earnings Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus. Darraough, M.N. 1993. Disclosure Policy and Competition: Cournot vs Bertrand. The Accounting Review. Vol 68 No. 3: 534-561. Dechow P. and I. Dichev. 2002. The Quality of Accruals and Earning: The Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review 77. Suplement: 3559. Fanny, M. dan S.V.N.P Siregar . 2007. Pengaruh Pergantian Dan Jangka Waktu Penugasan Auditor Terhadap Kualitas Laba: Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta. The 1st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia Depok, 7-9 November 2007 Farancis, J., R. LaFond, P. Olsson, and K. Schipper, 2004, Costs of Equity and Earning Attributes, The Acoounting Review, Vol.79. No.4: 967-1010.
68
Farancis, J., R. LaFond, P. Olsson, and K. Schipper, 2005, The Market Pricing of Earnings Quality. Journal of Accounting and Economics. 29: 295-327. Financial Accounting Standards Boards. 1952. “Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 1: Qualitative Characteristics of Accounting Information”. Stanford. Connecticut. Mei Ghazali. 2001. Aplikasi Analisis Multifariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Gumanty. 2001. “Earnings Management Dalam Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Akuntansi dan Keuangan Vol. 4, No. 2, Mei 2001, Hal 165-181. Gu. Z., C.J Lee. And J.G. Rosett. 2002. Information Environment and Accrual Volatility. Working Paper. A. B. Freeman Scohool of Business, Tulante University. Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham, and W.C. Black. 1992. Multivariate Data Analysis: With Readings. New York, New York: Macmillan Publishing Company. Hayn, C. 1995. The Information Content of Losses. Jurnal or Accounting and Economics, 20: 125-153. Healy, P.M., and J.M. Wahlen. 1999. A Review of The Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting, Accounting Horizons. 13(4). p. 365-383. IG. A. Eka damayanti, 2003. Perbedaan Pengaruh Besaran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Memiliki Komite Audit Dan Diaudit Oleh Auditor Berkualitass. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Mahasaraswati. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan” No. 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Lev, B. and R., Thiagarajan, 1993. Fundamental Information Analysis. Jounal of Accounting Research. Vol 31. Autumn. 2: 190-215. Luciana, S.A.dan Ikka, R. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
69
manufaktur Yang Terdaftar Di BE. Proceeding Seminar Nasional. Universitas Trisakti. Jakarta Marwata. 2001. “ Kinerja Keuang an, Harga Saham dan Pemecahan Saham”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 4, No. 2, Mei. Hal 151-164. Pagalung, G. 2006. Kualitas Informasi Laba: Faktor-faktor Penentuan dan Konsekuensi Ekonominya. Disertasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Parman, S.H. and X.J. Zhang. 2002. Accounting Conservatism, the Quality of Earning ang Stock Returns. Working Paper. Sosial Science Research Network:1-44. Perman, S.H. 2001. On Comparing Cash Flow And Accrual Accounting Models For Use In Equity Valuation. Working paper. www.ssm.com Prastiwi, Arum; Putra Angga Yudiwinata dan Panani Zaenal. 2008. Analisis Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Magnitude Accrual, Volatilitas Penjualan, Leverage dan Siklus Operasi Terhadap Kualitas Laba. The 2nd Accounting Conference. Depok. Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA IX Padang. Richardson, S. 2003. Earnings Quality and short sellers. Supplement. Accounting Horizon: 49-61. Richardson, S., R Sloan, M. Soliman, I. Tuna. 2001. Information in accruals about The quality of earning. Working Paper. University of Michigan business School. 52. Riyanto, Bambang. 1996. “Dasar-Dasar Pembiayaan Perusahaan”. Yogyakarta : BPFE. Rosaria Hesti, I.P. 2007. Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beherages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi.Universitas Negeri. Semarang Santoso, S. 1999. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Saputra, I.D.G.D. 2003. Penggunaan Rasio Keuangan Sebagai Ukuran Risiko Dalam Menentukan Bid-Ask Spread. Thesis. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta
70
Subramanyam. 1997. Survey of Corporate Governance., Journal of Finance, Vol. 52. Juni , hal 737-783. Schipper, K. 2004. Earnings Quality. Working Paper in Asia Pacific Journal of Accounting and Economics Conference. January. Kuala Lumpur. Malaysia. Schipper, K. and L. Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizons. Vol.70. Supplement: 97-110. Scott, WR. 2000. Financial Accounting Theory, Prentice, Hall, New Jersey. Setiawati dan Ainun. 2000. ”Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia vol 1, No. 4, 424 - 441. Siregar, S.V.N.P dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Sloan, R.G. 1996. Do Strock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash About Future Earnings?. The Accounting Review. Vol. 71. No. 3. Hal 289-315. Tumirin. 2003. Analisis Variabel Akuntansi Kuartalan, Variabel Pasar, Arus Kas Operasi Yang Mempengaruhi Bid-Ask Speread. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Ujiyantho dan Pramuka. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). SNA X UNHAS Makassar, 26-28 Juli 2007. Wijayanti, H.Y. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persitensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
ii
Descriptives Descriptive Statistics N Volatilitas Arus Kas Magnitude Accruals Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Ukuran perusahaan Umur Perusahaan Likuiditas Kualitas Laba Valid N (listwise)
290 290 290 290 290 290 290 290 290 290
Minimum .0000 218.0000 .0267 .0707 46.2449 4.7271 7.0200 .1500 -.4415
iii
Maximum .2918 6731367 1.1214 4.9987 934.6610 7.8029 73.0300 557.6200 .2921
Mean 4.51E-02 186675.7 .203654 .540639 148.7535 6.163303 27.927931 6.034241 -8.4E-03
Std. Deviation 4.72741E-02 512952.4140 .173266 .379795 106.923659 .664775 12.242547 43.686470 .106932
Regression Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Removed
Variables Entered Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas,a Umur Perusahaan, Magnitude Accruals
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kualitas Laba
Model Summaryb
Model 1
R .326a
R Square .106
Adjusted R Square .081
Std. Error of the Estimate .1025
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas, Umur Perusahaan, Magnitude Accruals b. Dependent Variable: Kualitas Laba
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .351 2.953 3.305
df 8 281 289
Mean Square 4.389E-02 1.051E-02
F 4.176
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas, Umur Perusahaan, Magnitude Accruals b. Dependent Variable: Kualitas Laba
iv
Sig. .000a
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Volatilitas Arus Kas Magnitude Accruals Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Ukuran perusahaan Umur Perusahaan Likuiditas
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.69E-02 .071 7.899E-02 .136 1.387E-09 .000 .121 .036 -3.57E-02 .017 1.156E-04 .000 -4.23E-03 .011 3.848E-04 .001 -4.17E-04 .000
Standardi zed Coefficien ts Beta .035 .007 .195 -.127 .116 -.026 .044 -.170
a. Dependent Variable: Kualitas Laba
Normality test: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Unstandardiz ed Residual 290 2.695178E-10 .1010913 .044 .044 -.033 .743 .640
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
v
t -.238 .580 .102 3.321 -2.148 1.971 -.368 .708 -2.985
Sig. .812 .562 .919 .001 .033 .050 .713 .480 .003
Autocorrelation test: Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas,a Umur Perusahaan, Magnitude Accruals
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kualitas Laba
Model Summaryb
Model 1
R .326a
R Square .106
Adjusted R Square .081
Std. Error of the Estimate .1025
Durbin-W atson 1.741
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas, Umur Perusahaan, Magnitude Accruals b. Dependent Variable: Kualitas Laba
vi
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .351 2.953 3.305
df 8 281 289
Mean Square 4.389E-02 1.051E-02
F 4.176
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas, Umur Perusahaan, Magnitude Accruals b. Dependent Variable: Kualitas Laba
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Volatilitas Arus Kas Magnitude Accruals Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Ukuran perusahaan Umur Perusahaan Likuiditas
Standardi zed Coefficien ts Beta
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.69E-02 .071 7.899E-02 .136 1.387E-09 .000 .121 .036 -3.57E-02 .017 1.156E-04 .000 -4.23E-03 .011 3.848E-04 .001 -4.17E-04 .000
.035 .007 .195 -.127 .116 -.026 .044 -.170
a. Dependent Variable: Kualitas Laba
Multicolinearity test: Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Removed
Variables Entered Likuiditas, Ukuran perusahaan, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Volatilitas Arus Kas,a Umur Perusahaan, Magnitude Accruals
Method .
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kualitas Laba
vii
Enter
t -.238 .580 .102 3.321 -2.148 1.971 -.368 .708 -2.985
Sig. .812 .562 .919 .001 .033 .050 .713 .480 .003
Coefficientsa
Model 1
Volatilitas Arus Kas Magnitude Accruals Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Ukuran perusahaan Umur Perusahaan Likuiditas
Collinearity Statistics Tolerance VIF .877 1.140 .743 1.346 .919 1.088 .915 1.092 .925 1.081 .623 1.604 .821 1.218 .978 1.022
a. Dependent Variable: Kualitas Laba Coefficient Correlationsa
Model 1
Correlations
Covariances
Likuiditas Ukuran perusahaan Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Volatilitas Arus Kas Umur Perusahaan Magnitude Accruals Likuiditas Ukuran perusahaan Volatilitas Penjualan Leverage Siklus Operasi Volatilitas Arus Kas Umur Perusahaan Magnitude Accruals
Likuiditas 1.000 -.032 .035 .055 .070 -.038 .103 .021 1.948E-08 -5.10E-08 1.766E-07 1.270E-07 5.762E-10 -7.30E-07 7.830E-09 3.949E-14
Ukuran perusahaan -.032 1.000 .085 -.174 .122 .239 -.294 -.461 -5.101E-08 1.320E-04 3.547E-05 -3.311E-05 8.204E-08 3.739E-04 -1.833E-06 -7.223E-11
Volatilitas Penjualan .035 .085 1.000 .033 .207 -.114 -.113 .012 1.766E-07 3.547E-05 1.318E-03 2.012E-05 4.407E-07 -5.622E-04 -2.227E-06 6.048E-12
Leverage .055 -.174 .033 1.000 .062 .090 .208 -.010 1.270E-07 -3.31E-05 2.012E-05 2.754E-04 6.044E-08 2.043E-04 1.881E-06 -2.26E-12
Siklus Operasi .070 .122 .207 .062 1.000 .111 -.029 -.042 5.762E-10 8.204E-08 4.407E-07 6.044E-08 3.438E-09 8.849E-07 -9.27E-10 -3.35E-14
Volatilitas Arus Kas -.038 .239 -.114 .090 .111 1.000 .079 -.170 -7.298E-07 3.739E-04 -5.622E-04 2.043E-04 8.849E-07 1.855E-02 5.828E-06 -3.167E-10
a. Dependent Variable: Kualitas Laba
Heteroskedasticity Test: White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.461758 60.30062
Probability Probability
Test Equation:
viii
0.039077 0.051628
Umur Perusahaan .103 -.294 -.113 .208 -.029 .079 1.000 -.053 7.830E-09 -1.833E-06 -2.227E-06 1.881E-06 -9.271E-10 5.828E-06 2.955E-07 -3.930E-13
Magnitude Accruals .021 -.461 .012 -.010 -.042 -.170 -.053 1.000 3.949E-14 -7.223E-11 6.048E-12 -2.265E-12 -3.354E-14 -3.167E-10 -3.930E-13 1.861E-16
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/05/10 Time: 06:07 Sample: 1 290 Included observations: 290 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*X5 X1*X6 X1*X7 X1*X8 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*X5 X2*X6 X2*X7 X2*X8 X3 X3^2 X3*X4 X3*X5 X3*X6 X3*X7 X3*X8 X4 X4^2 X4*X5 X4*X6 X4*X7 X4*X8 X5 X5^2 X5*X6 X5*X7 X5*X8 X6 X6^2 X6*X7 X6*X8 X7 X7^2 X7*X8 X8
0.094739 -0.361042 0.284265 1.46E-07 -0.201376 0.069746 -0.000252 0.048303 0.004488 0.003086 2.16E-08 -1.41E-15 -1.81E-08 2.32E-08 2.60E-11 -7.45E-09 3.67E-10 3.71E-09 -0.070114 0.001175 0.041758 1.63E-05 0.013997 -0.001320 0.002836 -0.016293 0.000762 -7.39E-05 0.003225 0.000179 0.001699 -8.12E-05 4.35E-08 2.83E-05 -3.37E-06 8.30E-08 -0.013921 -0.000220 0.000266 -0.001075 -0.001552 1.81E-06 6.16E-05 0.003894
0.128438 0.415452 0.289264 2.51E-07 0.168259 0.130285 0.000402 0.069232 0.002617 0.013031 1.28E-07 3.12E-15 5.42E-08 3.47E-08 4.61E-11 1.47E-08 5.82E-10 4.61E-09 0.121791 0.024811 0.034635 7.00E-05 0.018371 0.000794 0.006757 0.075251 0.003235 7.46E-05 0.010790 0.000529 0.002757 0.000196 6.94E-08 3.56E-05 1.96E-06 1.09E-05 0.038614 0.003184 0.000264 0.001846 0.001778 5.73E-06 5.12E-05 0.011395
0.737626 -0.869034 0.982718 0.582758 -1.196820 0.535336 -0.626671 0.697705 1.714972 0.236836 0.168310 -0.450624 -0.334608 0.667863 0.564538 -0.506993 0.630424 0.804883 -0.575691 0.047369 1.205635 0.232450 0.761917 -1.661802 0.419695 -0.216518 0.235589 -0.989906 0.298888 0.337428 0.616212 -0.415008 0.627271 0.794296 -1.720349 0.007595 -0.360516 -0.069145 1.008522 -0.582436 -0.872860 0.315673 1.201793 0.341751
0.4614 0.3857 0.3267 0.5606 0.2325 0.5929 0.5315 0.4860 0.0876 0.8130 0.8665 0.6527 0.7382 0.5048 0.5729 0.6126 0.5290 0.4217 0.5654 0.9623 0.2291 0.8164 0.4468 0.0978 0.6751 0.8288 0.8139 0.3232 0.7653 0.7361 0.5383 0.6785 0.5311 0.4278 0.0866 0.9939 0.7188 0.9449 0.3142 0.5608 0.3836 0.7525 0.2306 0.7328
ix
X8^2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
4.75E-07 0.207933 0.065684 0.014740 0.053232 835.9384 1.554238
1.16E-06
0.410530
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
x
0.6818 0.010184 0.015250 -5.454747 -4.885283 1.461758 0.039077