ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN BUMN (Studi Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014) Oleh: Muhammad Rajannoor Dosen Pembimbing: Dr. Aulia Fuad Rahman, SE., M.Si., Ak ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba. Mekanisme Good Corporate Governance yang digunakan adalah dewan komisaris, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan asing pada perusahaan BUMN pada tahun 2012-2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi pustaka dan dokumentasi dengan menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian diperoleh bahwa good corporate governance secara simultan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris yang berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata Kunci : Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan aaaaaaaaaaaa Asing, Good Corporate Governance, Manajemen Laba ABSTRACT This research has purpose to examine the implementation effect of Good corporate governance on earning management. Good corporate governance mechanism used is commissioner board, director board, audit committee and foreign ownership on stateowned enterprises in 2012-2014. This research was conducted with library research and documentation methods using data from financial report and annual report. The method of analysis used in this study is multiple regression. Hypothesis testing techniques performed using SPSS. The result shows that good corporate governance simultaneously doesn’t has a significant influence to the earnings management and as partially only size of commissioner board that has a significant influence to the earnings management. Key Words : Commisioner Board, Director Board, Audit Committee, Foreign aaaaaaaaaaaiOwnership, Good Corporate Governance, Earnings Management
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam suatu pengambilan keputusan berinvestasi tentunya banyak hal yang menjadi pertimbangan investor, salah satu yang paling menjadi pertimbangan adalah informasi yang tersaji dalam laporan keuangan. Dalam proses penyusunan laporan keuangan, informasi yang disajikan harus mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar dapat digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan. Terkait dengan hal diatas, laba dapat digunakan sebagai indikator kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggung jawaban manajemen dalam operasional perusahaan tempat ia berinvestasi. Untuk mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan, manajemen seringkali menyalahgunakan laporan keuangan dengan merubah penggunaan metode akuntansi yang diterapkan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba. Dalam kondisi tersebut maka diperlukan suatu alat maupun mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Wardhani dan Joseph (2010) menjelaskan bahwa salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi manajemen laba antara lain dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance. Menurut Monks (dikutip dari Kaihatu, 2006) Good corporate governance secara definitif salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi manajemen laba antara lain dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Salah satu peran nyata pemerintah dalam ikut mengembangkan ekonomi Indonesia adalah dengan mendirikan BUMN yang ditujukan menjadi agen pembangunan. Sebagai agen pembangunan BUMN harus mengambil posisi motif mencari keuntungan, tentu dengan tak melupakan perannya memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat diberikan oleh lembaga-lembaga pemerintah lain. BUMN bisa dikatakan sebagai organisasi yang tergolong unik karena harus memijakkan kakinya pada dua sisi yang boleh dikatakan kontradiktif. Di satu sisi BUMN harus menjalankan bisnis dengan mengikuti tata kelola yang baik, namun di sisi lain BUMN juga harus dapat berperan sebagai organisasi publik yang memberikan pelayanan kepada publik. Kedua kepentingan dan tujuan tersebut harus dijalankan dengan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut good corporate governance. Selama kurun waktu 2012 hingga 2014 banyak peristiwa yang terjadi dalam sektor BUMN, dua hal yang menarik perhatian publik adalah privatisasi BUMN dan kasus tenaga outsourcing di seluruh perusahaan BUMN. Tindakan privatisasi yang dilakukan oleh perusahaan BUMN dan kasus tenaga outsourcing di seluruh perusahaan BUMN pada periode 2012 hingga 2014 tersebut tentunya berpengaruh terhadap efisiensi, produktifitas, struktur keuangan dan manajemen operasional serta manajemen keuangan perusahaan. TINJAUAN PUSTAKA Teori Agensi Good corporate governance berkaitan erat dengan teori agensi yang merupakan dasar dalam pembahasannya. Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori agensi merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai principal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut agent yang bertindak sebagai perantara yang mewakili principal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pihak principal memberi kewenangan kepada agent untuk melakukan transaksi atas nama principal dan diharapkan dapat membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipalnya. Dengan konsep dasar dari teori agensi ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Good corporate governance berkaitan dengan bagaimana mereka (investor) yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny dalam Sam’ani, 2008). Manajemen Laba Manajemen laba menurut Scoot (2009) adalah “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example,GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”, yang berarti manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Praktik manajemen laba dalam operasional perusahaan oleh manajer dapat dijelaskan berdasarkan pada agency theory. Dimana pihak yang terlibat dalam perusahaan baik itu manajer, pemilik, kreditor, maupun karyawan akan berperilaku oportunis karena pada dasarnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Good Corporate Governance Good corporate governance merupakan suatu aturan mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada setiap perusahaan terutama perusahaan publik (BUMN). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) pengertian corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Organization for Economic Corporation and Development (OECD) telah mengembangkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat direrapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di masing- masing negara. Adapun prinsip-prinsip dalam good corporate governance adalah prinsip keadilan, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, prinsip pertanggungjawaban, dan prinsip independensi. Penerapan prinsip good corporate governance digunakan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen, independensi serta sinergisitas dari seluruh elemen perusahaan agar dapat kinerja perusahaan yang baik. Dalam penerapan good
corporate governance sendiri dibutuhkan suatu mekanisme yang mengatur tata cara kerja secara tersistem untuk dapat menerapkan prinsip good corporate governance sendiri. Evi (2014) menyebutkan bahwa mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Indikator Mekanisme Good Corporate Governance 1. Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan bagian dari corporate governance. Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner dkk (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Dewan komisaris merupakan mekanisme penggendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983). Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. 2. Dewan Direksi Dalam operasional perusahaan tentunya dewan direksi perusahaan memiliki pengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat dan cepat, maka komposisi jumlah dewan direksi harus diperhatikan. Keanggotan dewan direksi terdiri atas beberapa direktur dan dipimpin oleh seseorang sebagai direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Direksi bertugas dan bertanggungjawab untuk mengelola perusahaan. Setiap anggota direksi mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. 3. Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan, komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan komisaris dan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. 4. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan persentase kepemilikan saham milik pihak asing. Menurut UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal asing. Kepemilikan asing juga dapat dikatakan sebagai cerminan dari perusahaan tersebut, investor asing tentunya memiliki prospek dan espektasi yang tinggi ketika ia mulai menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan, dengan tatanan kelola yang baik tertunya akan memikat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam operasional perusahaan BUMN dipimpin oleh direksi, dimana direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsipprinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu di atas maka kerangka konseptual penelitian adalah sebagai berikut:
Kerangka Konseptual
Dengan adanya prinsip-prinsip GCG, maka laporan keuangan yang dihasilkan dapat diungkapkan secara transparan dan akurat, sehingga dapat membantu investor dan pihakpihak lain yang berkepentingan dalam suatu perusahaan untuk mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan, maka pihak-pihak yang terkait di perusahaan memiliki tanggung jawab yang jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga dapat mendorong pengelolaan organisasi yang demokratis, lebih accountable, lebih transparan, serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat menyumbangkan manfaat tersebut dalam jangka panjang. Pengembangan Hipotesis H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN H2 : Ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN H3 : Ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN H4 : Persentase kepemilikan asing berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN H5 : Good corporate governance secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan BUMN METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih dengan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 20122014
2. Perusahaan BUMN yang mempublikasikan laporan keuangan dengan mata uang rupiah sebagai mata uang pelaporan tahunan sejak tahun 2012-2014 3. Perusahaan yang mempublikasikan data lengkap mengenai dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, dan persentase kepemilikan asing sejak 2012-2014 Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan dari 19 perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI. Sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 42 sampel. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan suatu variable yang dipilih serta diukur oleh peneliti untuk menentukan adanya suatu hubungan pada keadaan atau kejadian yang diteliti oleh peneliti. Variabel ini dapat mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan good corporate governance yang diproksikan menjadi 4 hal, yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan persentase kepemilikan asing. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Supomo dan Indriantoro, 2002). Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah manajemen laba
yang diproksikan dalam discretionary accrual yang dihitung dengan Modified Jones Model. Metode Analisis Data Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis. Analisis regresi berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Penelitian ini untuk menguji pengaruh dari ukuran dewan komisaris (X1), ukuran dewan direksi (X2), ukuran komite audit (X3), persentase kepemilikan asing (X4) yang merupakan variabel independen. Dalam penelitian ini dengan variabel dependennya yaitu discretionary accrual yang merupakan proksi dari manajemen laba (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap suatu data pada variabel-variabel yang digunakan. Gambaran mengenai data tersebut dapat dilihat dalam tabel statistik deskriptif berikut ini:
N
Min
Max
Mean
Std. Deviation
Discretionary Accrual
42
1.1140322
0.2355620
.003536694
.1922738375
Ukuran Komisaris
Dewan
42
3.00
8.00
6.0476
1.05812
Uukuran Direksi
Dewan
42
3.00
11.00
6.9524
2.19703
Ukuran Audit
Komite
42
3.00
8.00
4.6190
1.39603
Persentase Kepemilikan Asing
42
0.0085
0.4690
.220607
.1299632
Valid N
42
A. Manajemen Laba melalui Proksi Discretionary Accrual Berdasarkan tabel statistik deskriptif dapat terlihat manajemen laba yang diproksikan dalam discretionary accrual memiliki nilai minium sebesar -1.1140322, nilai maksimum sebesar 0.2355620, nilai rata-rata sebesar 0.003536694 dan standar deviasi sebesar 0.1922738375. Adapun perusahaan yang memiliki nilai discretionary accrual terendah yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2014, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai discretionary accrual tertinggi yaitu PT Semen Gresik (Persero) Tbk pada tahun 2014. B. Ukuran Dewan Komisaris Berdasarkan tabel statistik deskriptif dapat terlihat ukuran dewan komisaris memiliki nilai minium sebesar 3.00 yang berarti terdapat paling sedikit 3 orang dewan komisaris, nilai maksimum sebesar 8.00 yang berarti paling banyak terdapat 8 orang dewan komisaris, nilai rata-rata sebesar 6.0476 yang berarti rata-rata jumlah dewan komisaris pada periode penelitian ini adalah 6 orang (pembulatan dari 6.0476) dan standar deviasi sebesar 1.05812. Adapun perusahaan yang memiliki jumlah ukuran dewan komisaris terendah yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2014, meskipun hanya memiliki jumlah dewan komisaris hanya 3 orang namun jumlah total dewan komisaris yang dimiliki masing-masing perusahaan sample telah memenuhi syarat yang ditentukan pada pasal 108 ayat (3) Unndang-undang Perseroan Terbatas yaitu paling kurang 1 orang atau lebih. Sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah ukuran dewan komisaris tertinggi yaitu PT Bank BNI (Persero) Tbk pada tahun 2014, dan PT Bank BRI (Persero) Tbk pada tahun 2012,2013, dan 2014.
C. Ukuran Dewan Direksi Berdasarkan tabel statistik deskriptif dapat terlihat ukuran dewan direksi memiliki nilai minium sebesar 3.00 yang berarti terdapat paling sedikit 3 orang dewan direksi, nilai maksimum sebesar 11.00 yang berarti paling banyak terdapat 11 orang dewan direksi, nilai rata-rata sebesar 6.9524 yang berarti rata-rata jumlah dewan direksi pada periode penelitian ini adalah 7 orang (pembulatan dari 6.9524) dan standar deviasi sebesar 2.19703. Adapun perusahaan yang memiliki jumlah ukuran dewan direksi terendah yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2014, meskipun hanya memiliki jumlah dewan direksi hanya 3 orang namun jumlah total dewan direksi yang dimiliki masing-masing perusahaan sample telah memenuhi syarat yang ditentukan pada pasal 94 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas yaitu jumlah dewan direksi paling kurang 1 orang. Sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah ukuran dewan direksi tertinggi yaitu PT Bank BRI (Persero) Tbk pada tahun 2012, 2013, dan 2014 serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada tahun 2012, 2013, dan 2014. D. Ukuran Komite Audit Berdasarkan tabel statistik deskriptif dapat terlihat ukuran komite audit memiliki nilai minium sebesar 3.00 yang berarti terdapat paling sedikit 3 orang komite audit, nilai maksimum sebesar 8.00 yang berarti paling banyak terdapat 8 orang komite audit, nilai rata-rata sebesar 4.6190 yang berarti rata-rata jumlah komite audit pada periode penelitian ini adalah 5 orang (pembulatan dari 4.6190) dan standar deviasi sebesar 1.39603. Adapun perusahaan yang memiliki jumlah ukuran komite terendah yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012, dan 2013, PT Bank BNI (Persero) Tbk pada tahun 2013, dan 2014, PT Bank BTN (Persero) Tbk pada tahun 2012, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2014, PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2014, serta PT Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 2012, meskipun hanya memiliki jumlah komite audit hanya 3 orang namun jumlah total komite yang dimiliki masingmasing perusahaan sample telah memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan Surat Edaran Ketua Bapepam Np. SE-03/PM/2000 yaitu paling kurang 3 orang komite audit termasuk ketua. Sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah ukuran komite audit tertinggi yaitu PT Bank BRI (Persero) Tbk pada tahun 2012, dan 2013. E. Persentase Kepemilikan Asing Berdasarkan tabel statistik deskriptif dapat terlihat persentase kepemilikan asing memiliki nilai minium sebesar 0.0085 yang berarti terdapat kepemilikan saham asing terkecil sebesar 0.85%, nilai maksimum sebesar 0.4690 yang berarti terdapat kepemilikan saham asing besar sebesar 46.90%, nilai rata-rata sebesar 0.220607 yang berarti rata-rata persentase kepemilikan asing pada periode penelitian ini adalah 22.0607% dan standar deviasi sebesar 0.1299632. Adapun perusahaan yang memiliki jumlah persentase kepemilikan asing terendah yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2012, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah persentase kepemilikan asing tertinggi yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 2013.
Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan distribusi pada grafik P-P plot dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Berikut ini hasil uji normalitas: Unstandardized Residual N
42
Kolmogorov-Smirnov Z
1.225
Asymp. Sig (2-tailed)
.100
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) bernilai 0,100. Adapun syarat pengambilan keputusan bahwa suatu data berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada uji Komogorov Smirnov bernilai lebih dari 0,05. Maka data dalam penelitian ini berdistribusi normal (0,100> 0,05). 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF lebih besar dari satu (VIF>10) menunjukkan adanya gejala multikolinearitas. Sedangkan, nilai VIF yang mendekati satu menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas. Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas: Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1
(Constant) UDK UDD UKA PKA
.312 .243 .741 .587
3.204 4.113 1.349 1.704
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa semua nilai VIF berada di bawah 10 dengan nilai tolerance di atas 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independen. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Berikut hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson: Std. Error of Model the Estimate 1 .1804519239
DurbinWatson 2.139
Dari tabel di atas terlihat nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 2,139 yang berada diantara dU sebesar 1.7202 dan 4-dU sebesar 2.2798, maka dapat disimpulkan data tidak terdapat gejala autokorelasi. 4. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas berguna untuk menguji dalam suatu model regresi apakah terjadi kesaman atau ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Berikut ini merupakan hasil perhitungan spss dari uji heterokedastisitas : Spearman’s Rho
UDK UDD UKA PKA
Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed) Sig. (2-tailed)
ABS_RES .144 .412 .807 .164
Berdasarkan data diatas nilai sig dari ukuran dewan komisaris adalah 0.144, nilai sig dari ukuran dewan direksi adalah 0.413, nilai sig dari ukuran komite audit adalah 0.807, dan persentase kepemilikan asing adalah 0.164. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yang berarti seluruh variabel tidak terdapat gejala heterokedastisitas. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan Uji hipotesis serempak bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan persentase kepemilikan asing terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba secara simultan atau serempak. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda seperti tabel berikut ini:
Model 1Regression Residual Total
F 2.387
Sig. .069a
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa F hitung bernilai 2.387 lebih kecil dari pada nilai F tabel yaitu 2.63 dan nilai Sig. sebesar 0.069 lebih besar dari pada 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu GCG yang diproksikan dalam ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan persentase kepemilikan asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba secara simultan atau serempak. Besarnya pengaruh masing-masing variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan persentase kepemilikan asing terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba secara parsial dapat terlihat dari nilai sig dan t
hitung. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier bergana seperti tabel berikut ini: Unstandardized Coefficients Model B Std. Error t 1 (Constant) -.632 .209 -3.025 UDK .128 .048 2.693 UDD -.045 .026 -1.713 UKA .037 .023 1.588 PKA -.012 .283 -.041 Adapun model yang dibentuk dari penelitian ini adalah:
Sig. .005 .011 .095 .121 .968
Y = -0.632+0.128X1-0.045X2+0.037X3-0.012X4 Dari tabel di atas, maka dapat terlihat bahwa : a.
Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba karena nilai t hitung sebesar 2.693 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2.026 dan nilai sig sebesar 0.011 < 0.05, sehingga hipotesis diterima.
b.
Variabel ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena nilai t hitung sebesar – 1.713 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2.026 dan nilai sig sebesar 0.095 > 0.05, sehingga hipotesis ditolak.
c.
Variabel ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena nilai t hitung sebesar 1.588 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2.026 dan nilai sig sebesar 0.121 > 0.05, sehingga hipotesis ditolak.
d.
Variabel persentase kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena nilai t hitung sebesar – 0.041 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2.026 dan nilai sig sebesar 0.968 > 0.05, sehingga hipotesis ditolak.
2. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat kesesuaian model maupun seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi sendiri dapat terlihat dari nilai R.Square pada tabel dibawah ini: Std. Error of Model R R Square the Estimate a 1 .453 .205 .1804519239 Dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.453, maka 2 didapat nilai koefisien determinasi (R ) sebesar 0.205. Dari nilai 0.205 tersebut dapat
diartikan bahwa variabel bebas dapat menjelaskan varian variabel terikatnya dalam penelitian ini sebesar 20.5% dan angka tersebut dapat diartikan kecil, sedangkan sisanya yaitu 79.5% dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ukuran dewan komisaris berpegaruh secara parsial terhadap manajemen laba, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raudhatul Husni (2011), Nasution dan Setyawan (2009). Hasil ini diduga karena jumlah dewan komisaris dari perusahaan sampel sudah dapat terbilang banyak dan mayoritas perusahaan sampel memiliki jumlah ukuran dewan komisaris yang konstan maupun meningkat sehingga berpengaruh terhadap fungsi pengawasan perusahaan. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, penetapan dan pengangkatan dewan komisaris pada perusahaan BUMN sendiri dilakukan oleh Menteri berdasarkan usulan pejabat eselon I dengan dasar pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalahmasalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang Persero tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya, berdasarkan kualifikasi pemilihan tersebut tentunya dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap jalannya fungsi perusahaan. Pengangkatan dan pemberhentian komisaris sendiri dilakukan oleh RUPS, dalam hal ini Menteri bertindak selaku RUPS. Berdasarkan keadaan diatas tentunya Negara selaku pemilik saham terbesar memiliki andil yang besar dalam arah perusahaan melalui dewan komisaris selaku organ mekanisme pengendalian tertinggi. KNKG (2006) menyebutkan bahwa dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa dewan komisaris telah bertindak sesuai dengan apa yang telah menjadi tugas pokoknya baik itu fungsi service maupun fungsi kontrol. Pada variabel ukuran dewan direksi menunjukkan hasil tidak berpengaruh secara parsial terhadap manjemen laba, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aji Bimo Bayu (2012),) namun bertolak belakang dengan hasil penelitian oleh Raudhatul Husni (2011). Traitmoko dan Yushita (2013) menyebutkan bahwa struktur dewan direksi dalam menjalankan fungsinya membuat dan mengendalikan keputusan manajerial serta aktivitas monitoring atas seluruh aktivitas perusahaan termasuk di dalamnya mengawasi kualitas informasi laporan keuangan masih sangat minim. Hasil pengujian pada variabel ini bersesuaian dengan penjelasan dari Yuliati (1996) yang menyebutkan bahwa semain besar dewan direksi maka semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen. Ukuran Komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sefiana Eka (2009), Raisya Hayyu Mughni (2014), Andrean Gradiyanto (2012) namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsing SY (2011). Ketidakberpengaruhan ukuran komite audit terhadap manajemen laba sendiri diduga karena masih banyaknya perusahaan sampel yang hanya memiliki komite audit sesuai dengan batas minimum kepemilikan komite
audit yaitu 3 orang serta kondisi dimana semakin tahun semakin banyak perusahaan yang mengurangi jumlah komite auditnya yang menyebabkan turunnya fungsi pengawasan aktifitas perusahaan. Agustia (2013) menyebutkan penunjukan anggota komite audit umumnya bukan didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas yang memadai, namun lebih didasarkan pada kedekatan dengan dewan komisaris perusahaan. Anggota komite audit semacam ini sulit diharapkan untuk dapat bekerja secara profesional, sehingga besar kecilnya jumlah komite audit di perusahaan tidak akan bisa membatasi terjadinya praktik manajemen laba. Pada variabel persentase kepemilikan asing secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Jarak geografis dan ketidaktahuan kondisi lokal dapat membuat pemegang saham asing kurang berpengaruh dalam pengelolaan dan pemantauan (Chin et al, 2009). Persentase kepemilikan asing dalam perusahaan sampel sendiri dapat dikatakan kecil sehingga banyak tidaknya berpengaruh terhadap kepengurusan perusahaan dan pengawasan terhadap keuangan perusahaan. Keempat variabel diatas menunjukkan hasil yang bervariasi dengan hasil penelitianpenelitan terdahulunya. Wulansari (2015) menyebutkan bahwa dalam prakteknya, agar dapat dilaksanakan, prinsip dan nilai corporate governance harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat tergantung dengan bentuk perusahaan, jenis usaha dan komposisi kepemilikan modal perusahaan. Berdasarkan keadaan tersebut maka sangat memungkinkan terdapat perbedaan dalam hasil penerapan good corporare governance antara perusahaan satu dan lainnya. Pengaruh good corporate governance yang diproksikan dalam keempat variabel secara simultan atau bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, hasil tersebut diduga karena penerapan good corporate governance yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan sampel hanya untuk pemenuhan regulasi saja. Sefiana (2009) menyebutkan penerapan good corporate governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek dari penerapan good corporate governance tersebut baru dapat dirasakan dalam jangka waktu panjang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi,ukuran komite audit dan persentase kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel dan nilai signifikansinya yang lebih besar daripada 0.05. Pada pengujian secara simultan menunjukkan hasil bahwa good corporate governance yang di proksikan dalam ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan kepemilikan asing secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Keterbatasan Penelitian Setelah melakukan analisis hasil penelitian, maka diketahui bahwa dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu variabel good corporate governance hanya
diproksikan dalam 4 variabel yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan persentase kepemilikan asing. Seharusnya dapat dimasukkan variabel lainnya agar data good corporate governance lebih valid.
Dengan terbatasnya indikator dari GCG maka berdampak pada hasil penelitian memiliki R2 yang rendah dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian
ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap manajemen laba. Selain itu terdapat keterbatasan lainnya yaitu rentang waktu penelitian yang cenderung singkat yaitu hanya 3 tahun pada 2012-2014
. Saran Adapun beberapa perbaikan yang disarankan oleh peneliti agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dan komprehensif dari hasil penelitian ini adalah menambah beberapa variabel yang memproksikan good corporate governance dan menambah rentang waktu penelitian lebih dari 3 tahun DAFTAR PUSTAKA Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan aaaaaLeverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.15, aaaaaNo.1. Aji, Bimo Bayu. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada aaaaaPerusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang: Program aaaaaSarjana Universitas Diponegoro. Andrean, Gradiyanto. 2012. Pengaruh Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba. aaaaaSkripsi. Semarang: Program Sarjana Universitas Diponegoro. Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann, 2003. “Is Board Size aaaaAnaIndependent Corporate Governance Mechanism?”. Working Paper. Chin, C.L, Y.J. Chen, dan T.J. Hsieh. 2009. International Diversification, Ownership aaaaaStructure, Legal Origin and Earnings Management : Evidence from Taiwan. aaaaaJournal of Accounting, Auditing and Finance. 24, 233-362 Fama, Eugene. F, dan Michael C. Jensen. 1983, ìSeparation of Ownership and Controlî. aaaaaJournal of Law and Economics. Vol. XXVI, June, pp. 1-32. FGCI. 2001, Corporate Governance : Tata Kelola Perusahaan.Jakarta. Jensen, M. C and Meckling, W. H. 1976, Theory og the Firm : Managerial Behavior, aaaaaAgency Costs and Ownership Structure. Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. aaaaaJurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 8 No. 1 Ed Maret. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2009, Pedoman Umum Good Corporate aaaaaGovernance.
Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap aaaaaManajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, aaaaaMakassar. Raisya Hayyu Mughni. 2014. Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Kualitas Audit aaaaaTerhadap Manajemen Laba. Skripsi. Semarang: Program Sarjana Universitas aaaaaDiponegoro Ratnaningsih SY. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba aaaaaPada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Raudhatul Husni. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Leverage aaaaadan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba. Sam’ani. (2008). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja aaaaaKeuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Iindonesia (BEI) Tahun aaaaa2004 – 2007. Tesis. Semarang: Program pascaarjana Universitas Diponegoro Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory, Fifth Edition, Prentice-Hall. Inc. Sefiana, Eka. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manahemen aaaaaLaba Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Public Di BEI. Skripsi. Jakarta: aaaaaProgram Sarjana Universitas Gunadarma Supomo, Bambang dan Indriantoro Nur, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakara : aaaaaBFEE UGM.
Triatmoko, Hanung dan Yushita, Novi Amanita, 2013. Pengaruh GCG, Kualitas Audit aaaaaEksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Economia. Vol. 9 No. 2. Wardhani, Ratna dan Herutana Joseph. 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit Dan aaaaaPraktik Manajemen Laba. SNA 13 Purwokerto. AKPM 38 Wulansari, Retno. 2015. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan aaaaaManufaktur. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga Yuliati, Sri Handaru. 1996, Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: aaaaaAndi Offset.