ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN DISTRIBUTOR MLM TERHADAP KEPATUHAN PAJAK (Studi Kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Diajukan Oleh : Nama
: Ahmad Syahri
NIM
: 105082002603
FAK/JUR : FEIS/Akuntansi Perpajakan
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Ahmad Syahri
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Mei 1987
3. Alamat
: Jl. Tegal Parang Sel.I Rt.001/05, No.42 Mampang Prapatan,Jakarta Selatan 12790
4. Telepon
: (021) 98247990 / (021) 7941152
II. PENDIDIKAN 1. MI Al-Khairiyah, Jakarta
Tahun 1993-1999
2. MTsN 1, Jakarta
Tahun 1999-2002
3. SMAN 55, Jakarta
Tahun 2002-2005
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Tahun 2005-2010 III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: H. Syamsudin
2. Ibu
: Hj. Maesaroh
3. Alamat
: Jl. Tegal Parang Sel.I Rt.001/05, No.42 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12790
4. Telepon
: (021) 98247990 / (021) 7941152
v
THE ANALYSIS INFLUENCE OF MOTIVATION AND LEVEL OF EDUCATION MLM AGENTS TO TAX COMPLIANCE (Case Study on MLM agents in the region Mampang Prapatan, South Jakarta) ABSTRACT This study aims to examine the effect of Motivation and Education Level MLM agents of Tax Compliance Factors of Individual, (A case study in the area of MLM agents Mampang Prapatan, South Jakarta). The variables are the focus of this research is the motivation and education level (X) as the independent variable and tax compliance (Y) as the dependent variable. This research was conducted through questionnaires by MLM agents who are resident in the area Mampang Prapatan, South Jakarta., The sample taken as many as 75 respondents, but only back as many as 52 and 49 that can be processed. For the method of analysis and test hypotheses using multiple regression, then the calculations using the SPSS program version 1.6, while the determination of samples was done using convenience sampling method. The results of this study indicated tha only the motivation of MLM agents have significant effect to tax compliance, otherwhise not for education level. Keywords: Motivation, Education Level, MLM Agents and Tax Compliance
vi
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN DISTRIBUTOR MLM TERHADAP KEPATUHAN PAJAK (Studi Kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Distributor MLM terhadap Kepatuhan Pajak Faktor Individu, (Studi kasus pada distributor MLM di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan). Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah motivasi dan tingkat pendidikan (X) sebagai variabel bebas dan kepatuhan pajak (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh distributor MLM yang bertempat tinggal di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan., sampel diambil sebanyak 75 responden, tetapi hanya kembali sebanyak 52 dan yang dapat diolah 49. Untuk metode analisis dan uji hipotesis menggunakan regresi berganda, kemudian perhitungannya menggunakan program SPSS versi 1.6, sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa motivasi distributor MLM berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan perpajakannya, sedangkan tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajaknya. Kata kunci: Motivasi, Tingkat Pendidikan, Distributor MLM dan Kepatuhan Pajak
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Individu, Budaya Organisasi dan Pengalaman Terhadap Kinerja Konsultan Pajak (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta) ”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Aba dan Umi (H. Syamsudin dan Hj. Maesaroh), yang telah memberikan semangat, dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Keluargaku especially Cing Alim beserta keluarga, kakak-kakak (Po Emah, Po Eni, Po Iyah) beserta keluarga dan adik (maya beserta suami) yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 7. Calon ibu dari anak-anakku, Ahyanawati yang selalu tanpa lelah menemaniku, membantuku dalam susah dan senang, satu lagi langkah maju menuju keridhoan Allah SWT. 8. Sahabat-sahabatku yang tak kan pernah tergantikan, Ida Hamadah, Dang Hadiarrohman (tengkyu y dah dijinin bernaung dan numpang ngeprint), Ridwan Alhadian Bier, Fani Oktafiani Oneng beserta Galonnya. 9. Uni Fitri dan Apik (makasih banget atas bimbelnya menghadapi kompre) serta teman-teman Macrophylla (Cez, Ceu, Gra, Ryan Ncong, Ndut, Komeng, dan Onez) 10. Kawan-kawanku akuntansi A 2005 Rocklee, Nandar, Icha, Mayang, Be2r dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 11. Rekan-rekan Akuntansi Perpajakan, khususnya sari (makasih atas bimbingan SPSSnya), Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Audit angkatan 2005 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 27 Agustus 2010
(Ahmad Syahri)
ix
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………………………….
i
Lembar Pengesahan Skripsi …………………………………………………
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif …………………………………….
iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi …………………………………………….
iv
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………….
v
Abstract ……………………………………………………………………… vi Abstrak ………………………………………………………………………. vii Kata Pengantar ……………………………………………………………… viii Daftar Isi ……………………………………………………………………... x Daftar Tabel …………………………………………………………………. xiv Daftar Gambar ……………………………………………………………… xv Daftar Lampiran ……………………………………………………………. xvi BAB.I. PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9 BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10 A. Tinjauan Literatur……………………………………………………10 1. Pengertian Motivasi......................................................................10 2. Pengertian Pendidikan...................................................................14
x
3. Pengertian Multi-Level Marketing (MLM) dan Distributor MLM ...................................................................................................... 17 4. Konsep Dasar Perpajakan ............................................................ 22 5. Kewajiban Perpajakan yang Terkait dengan MLM ..................... 37 B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 43 C. Kerangka pemikiran ............................................................................ 46 D. Hipotesis.............................................................................................. 47 BAB.III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 49 A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 49 B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 49 C. Metode Analisis Data .......................................................................... 50 1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 50 2. Uji Kualitas Data .......................................................................... 50 a. Uji Reliabilitas ........................................................................ 50 b. Uji Validitas ........................................................................... 51 3. Uji Asumsi Klasik.................................................................... .... 51 a. Uji Multikolonieritas.............................................................. 52 b. Uji Normalitas........................................................................ 52 c. Uji Heteroskedastisitas........................................................... 53 4.
Uji Hipotesis ............................................................................... 54 a. Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 55 b. Uji Statistik t ........................................................................... 55 c. Uji Statistik t ........................................................................... 56
xi
BAB.IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN..................................................58 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………..…...58 1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................58 2. Karakteristik Responden……........................................................59 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………………………….61 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif……………………………………..61 2. Hasil Uji Kualitas data…………………………………………...62 a. Hasil Uji Validitas……………………………………………62 b. Hasil Uji Reliabilitas………………………………………....64 3. Hasil Uji Asumsi klasik................................................................ 65 a. Uji Multikolonieritas................................................................ 65 b. Uji Normalitas…................................................................
66
c. Uji Heteroskedastisitas.............................................................. 68 4. Hasil Uji Hipotesis…………………………………………….....69 a. Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………….69 b. Hasil Uji Statistik t ………………………………………......70 c. Hasil Uji Statistik F………………………………………......72 C. Pembahasan…………………………………………………………..73 BAB.V. PENUTUP……………………………………………………………...75 A. Kesimpulan……………………………………………………………75 B. Implikasi………………………………………………………………76 C. Saran…………………………………………………………………. 77 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...78 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………......81
xii
Daftar Tabel
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ...................
46
3.1
Bobot dan Kategori Skala Likert .....................................................
50
3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian ...............................................
57
4.1
Data Sampel Penelitian ...................................................................
58
4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...........
59
4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ..........................
59
4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.
60
4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Bidang MLM…
60
4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif ..........................................................
61
4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi .............................................
62
4.8
Hasil Uji Validitas Tingkat Pendidikan ..........................................
63
4.9
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak ....................................
63
4.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi .........................................
64
4.11
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan .......................
64
4.12
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ................
65
4.13
Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................
66
4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................
69
4.15
Hasil Uji Statistik t .........................................................................
70
4.16
Hasil Uji Statistik F ........................................................................
72
xiii
Daftar Gambar
No. Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Penelitian ...........................................................................
47
4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot............................
67
4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram .....................
67
4.3
Grafik Scatterplot...............................................................................
68
xiv
Daftar Lampiran No.
Keterangan
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian .......................................................................
82
2.
Rekapitulasi Responden .................................................................
85
3.
Uji Validitas Data ...........................................................................
92
4.
Uji Reliabilitas Data ………………….……………………………
97
5.
Uji Regresi Linier Berganda……………………………………….
103
xv
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak bagi suatu masyarakat yang modern, memegang peranan penting. Pembiayaan penyelenggaraan negara sebagian besar bersumber dari pajak, juga merupakan sumber dana utama dalam melakukan pembangunan. Karena peranannya yang sangat sentral dalam negara, tentunya masyarakat sebagai warga negara mestinya paham tentang pentingnya pajak, serta mengerti bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya terkait dengan pajak. Apalagi dengan sistem self assesment seperti yang diterapkan Indonesia (doytea.wordpress.com/2007/08/06 /sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k). Sejak diterapkannya sistem self assesment dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, kunci pokoknya adalah kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Konsekuensi dari penerapan sistem self assesment tersebut. Direktorat Jendral
Pajak
(DJP)
berkewajiban
untuk
melakukan
pelayanan,
pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi perpajakan. Karena pada sistem self assesment wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
melaporkan,
dan
membayar
pajaknya (Media Indonesia, 30 Oktober 2007).
1
sendiri
kewajiban
Pelaksanaan sistem self assesment tersebut harus didukung oleh tingkat pemahaman dan kesadaran wajib pajak. Sayangnya di Indonesia, tingkat pemahaman dan kesadaran tentang pajak sangat rendah. Faktafakta dilapangan menunjukkan hal tersebut. Sebagai contoh, sebenarnya undang-undang mewajibkan setiap orang yang penghasilannya diatas PTKP wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Faktor-faktor yang
menyebabkannya
antara
lain
ketidaktahuan
tentang
aturan
perpajakan, kurangnya pengawasan, lemahnya penegakkan hukum, malas berurusan dengan kantor pajak, sampai ada kesan ”tidak bersahabatnya” kantor pajak. Selain itu, tingkat pemahaman terhadap ketentuan perpajakan juga menunjukkan tingkat yang rendah. Misalnya kita sering mendengar keluhan tentan rumitnya pengisian SPT dan adanya peraturanperaturan
baru
yang
belum
diketahui
oleh
wajib
pajak
(doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawabsiapa/). Kepatuhan waji pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya juga dipengaruhi oleh motivasi wajib pajak. Motivasi merupakan salah satu faktor penting yag harus dimiliki individu. Karena dengan motivasi inilah orang akan tergerak untuk melaksanakan suatu aktivitas. Tanpa adanya motivasi, orang akan lemah, pesimis dan tidak tertolong untuk beraktifitas. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orag pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
2
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi tersebut dijelaskan bahwa rakyat tidak mendapatkan imbalan secara langsung atas pembayaran pajaknya. Hal ini akan menyebabkan wajib pajak kurang termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk menumbuhkan motivasi wajib pajak, maka dalam pelaksanaan sosialisasi aparat pajak harus memaparkan secara konkret manfaat pajak dan menumbuhkan kesadaran bahwa pajak digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Diantaranya pajak digunakan untuk menggaji PNS, membangun sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan, keamanan dan fasilitas umum lainnya sehingga motivasi wajib pajak semakin
kuat
untuk
patuh
dalam
memenuhi
kewajiban
pajak
(www.jawapos.co.id/index.php?a..id=18102&c= 88) Sosialisasi yang aktif dilakukan Ditjen Pajak selama beberapa tahun terakhir, baik melalui media cetak maupun elektronik merupakan konsistensi pihak DJP dalam rangka mengamankan penerimaan negara. Salah satunya adalah sosialisasi dalam lingkup institusi pendidikan yaitu dengan tema High School Tax Roadshow (Berita Pajak, 15 November 2005) adalah seragkaian kegiatan dari sosialisasi perpajakan terhadap generasi muda yang dikemas dalam bentuk Edutainment diharapkan agar pajak semakin dekat dengan masyarakat. Temuan Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI,2004) mengatakan bahwa mutu manusia indonesia tergolong rendah. LPMI mendesak pemerintah dan masyarakat
3
memberikan prioritas investasi lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia, terutama lewat penidikan dan kesehatan (Tambunan,2004). Menurut Printi dalam Harian Kontan pada tanggal 19 Februari 2009 mengatakan bahwa salah satu upaya DJP meningkatkan kesadaran masyarakat indonesia, maka diupayakannya program Suncet Policy pada akhir tahun 2008 hingga memasuki awal tahun 2009, yang kemudian program tersebut mengarah ke komunitas hobi, olahraga, sosial dan juga organisasi profesi seperti dokter dan pengacara. Kemudian, perusahaan asuransi, Multi Level Marketing (MLM), dan direct selling (Penjualan Langsung). Pengusaha MLM atau yang biasa disebut distributor MLM mempunyai tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakannya apabila telah mempunyai penghasilan melebihi PTKP yang telah ditentukan oleh DJP. Menurut Rahmawati (2007) bahwa terdapat dua unsur dalam Multi Level Marketing (MLM), yang meliputi sebagai perusahaan yang memperdagangkan produk Multi Level Marketing, dan pemberi rabat bagi distributor MLM yang bersangkutan, serta distributor Multi Level Marketing (MLM). Sehingga dari sini terdapat dua kewajiban yang harus dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). PPN dapat dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas penyerahan barang yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing kepada distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan PPh dapat dipungut
4
dari distributor Multi Level Marketing atas penghasilan berupa rabat yang diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut langsung oleh perusahaan MLM (http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007rahmawatin- 4054&PHPSESSID=cd6d62b041fb8953 9eef16c4c73dcbec). Penelitian sebelumnya oleh Nurseto (2002) dengan judul ”Pengaruh Persepsi tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaan Wajib Pajak.” hasilnya menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan dapat memberikan sumbangan efektif terhadap kesadaran wajib pajak sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin signifikan. Penelitian selanjutnya oleh Yusronillah (2006) dengan judul ”Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wajib Pajak Terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak”. Hasilnya menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikasi diatas 5% (lima persen). Penelitian lain oleh Setiadi (2006) dengan judul ”Persepsi tentang Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak para responden termasuk kategori baik dengan tingkat persepsi rata-rata 76,14% dari skor idealnya. Sedangkan dalam konteks kepatuhan wajib pajak diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak rata-rata mencapai 77,24% dari skor idealnya. Dari hasil perhitungan 5
korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan kedua variabel penelitian ini 0,443 sehingga ada hubungan positif dan cukup signifikan antara persepsi tentang pajak dengan kepatuhan waijb pajak. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Rahmawati (2007), Dari penelitian
dengan
membandingkan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan, terdapat fakta hukum yang ada mengenai Multi Level Marketing baik berasal dari narasumber anggota Multi Level Marketing dan buku-buku mengenai Multi Level Marketing itu sendiri, bahwa terdapat dua unsur dalam Multi Level Marketing, yang meliputi perusahaan
Multi
Level
Marketing
sebagai
perusahaan
yang
memperdagangkan atau menjual produk Multi Level Marketing dan pemberi rabat bagi distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan, serta distributor Multi Level Marketing (MLM) sehingga dari sini terdapat dua kewajiban yang harus dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). PPN dapat dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas penyerahan barang yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing kepada distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan PPh dapat dipungut dari distributor Multi Level Marketing atas penghasilan berupa rabat yang diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut langsung oleh perusahaan Multi Level Marketing sebagai kewajiban WAPU.
6
Berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
untuk
penelitian kali ini ingin mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan wajib pajak yang mempunyai pekerjaan sebagai distributor MLM terhadap kepatuhan atas kewajiban perpajakannya, apakah terdapat pengaruh yag signifikan atau tidak. Penelitian ini lebih mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu: 1.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mampang Prapatan, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Kecamatan Jatinegara.
2.
Adanya perubahan sampel penelitian, yaitu distibutor MLM, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan kepada masyarakat umum Kecamatan Jatinegara.
3.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Convinience Sampling
sedangkan
penelitian
terdahulu
menggunakan
Area
Sampling. 4.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2006. Berdasarkan pertimbangan sebelumnya, maka penulis mencoba
untuk meneliti lebih lanjut permasalahan diatas dengan memilih judul “ANALISIS
PENGARUH
MOTIVASI
DAN
TINGKAT
PENDIDIKAN DISTRIBUTOR MLM TERHADAP KEPATUHAN PAJAK”.
7
B. Perumusan Masalah 1. Apakah
Motivasi
Distributor
MLM
berpengaruh
terhadap
kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan? 2. Apakah Tingkat Pendidikan Distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan? 3. Apakah
Motivasi
dan
Tingkat
Pendidikan
Distributor
MLM
berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi Kewajiban Perpajakan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah motivasi distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan? b. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan? c. Untuk mengetahui apakah motivasi dan tingkat pendidikan distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan?
8
D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Masyarakat khususnya distributor MLM, yaitu sebagai sarana informasi bahwa pembinaan pendidikan pajak sangat penting bagi tumbuhnya kesadaran memenuhi kewajiban pajaknya. b. Pemerintah, sebagai masukan untuk perbaikan sistem pelayanan pajak yang lebih baik lagi. c. Bagi penulis dan para pembaca, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperluas khasanah keilmuan khususnya ilmu perpajakan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni ”movere” yang berarti menggerakkan (to move). Winardi (2002) menyatakan bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu. Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 1997:136). Pengertian motivasi dapat pula dinyatakan sebagai proses psikologis yang terjadi karena interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan pemecahan persoalan. Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang tersebut. Maslow dan Hezberg adalah dua tokoh pencetus teori motivasi yang terkenal. Perbedaan
10
keduanya adalah Maslow menekankan kebutuhan psikologis orangorang, sedangkan Hezberg berfokus pada kondisi pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Hirarki kebutuhan Maslow dalam Winardi (2002) yaitu: a. Kebutuhan untuk merealisasikan diri b. Kebutuhan akan penghargaan. c. Kebutuhan- kebutuhan sosial. d. Kebutuhan akan keamanan. e. Kebutuhan fisiologikal. Kebutuhan akan penghargaan dalam hirarki kebutuhan Maslow menegaskan bahwa manusia selalu akan senang mendapatkan penghargaan dan status yang bergengsi. Oleh karena itu dengan membayar pajak, secara ekonomi berarti sebenarnya mereka yang membayar pajak telah masuk dalam kelompok yang lebih mampu (prestise). Karena sesuai aturan, sistem dan mekanismenya, tidak semua masyarakat tergolong sebagai pembayar pajak. Disamping itu, pembayaran pajak disini juga sebagai bukti kepedulian terhadap sesama. Problem inti motivasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing-masing memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk bekerja sama menuju pencapaian sasaran pembangunan ekonomi disuatu negara. Tujuan
11
teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu ditekankan perbedaan-perbedaan
antara
motivasi,
perilaku
dan
kinerja
(performance). Motivasilah penyebab perilaku, andaikan perilaku tersebut efektif atau baik maka akibatnya adalah berupa kinerja yang tinggi, perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku disebabkan atau dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu kondisi hidup tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-masing model/obyek yang memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai (Winardi, 2002). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat memotivasi para wajib pajak dengan
memahami
kebuuhan-kebutuhan
sosial
mereka
akan
pengadaan public goods and services dan membuat mereka senang serta penting bagi pelaksanaan pembangunan. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan sebelumnya menenai motivasi, pada dasarnya semua memiliki pandangan yang sama yaitu motivasi merupakan dorongan dari dalam manusia yang menjadi pangkal seseorang melakukan tindakan. Menurut Syah (1997), motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Motivasi Intrinstik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
12
b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinstik ini tidak mudah timbul, maka aparat pajak sangat berperan menumbuhkan motivasi pajak agar proses penerimaan negara berjalan dan berhasil dengan baik. Antara motivasi intrinstik dan ekstinstik itu berperan menumbuhkan motivasi pajak agar proses penerimaan negara berjalan dengan baik. Antara motivasi intristik dan ekstrinstik itu saling memperkuat, bahkan ekstrinstik itu dapat membangkitkan motivasi intrinstik. Hubungan peran aparat pajak adalah aparat pajak (fiskus) yang dipercaya untuk mengelola penerimaan dalam suatu negara. Motivasi timbul dari dalam diri seseorang yang kemudian terealisasi yang berupa usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan. Apabila
motivasi
masyarakat
tinggi
dalam
memenuhi
kewajiban pajaknya maka secara tidak langsung pembangunan di Indonesia diharapkan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tetapi, jika motivasi masyarakat rendah dalam memenuhi kewajiban pajaknya maka diperkirakan perjalanan pembangunan akan terhambat. Keberhasilan pembangunan berkaitan erat dengan jumlah penghasilan negara diantaranya PPh apalagi wajib pajak orang pribadi yang sekarang sedang digalakkan untuk meningkatkan penerimaan negara. Karena penerimaan dana dari wajib pajak orang pribadi masih
13
sangat kecil dari 200 juta lebih penduduk Indonesia hanya 10,8 juta warga Indonesia yang memiliki NPWP dan sudah termasuk wajib pajak badan usaha (http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page= show&id=4967&q=tenggat&hlm=4). 2. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 1997). Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis, programatis dan berjenjang, agar dapat dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas, yang akan dapat memberikan manfaat dan sekaligus meningkatkan harkat dan martabatnya (Hasan, 2005).
14
Selanjutnya menurut Hasan (2005), peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan, diharapkan dapat mencakup beberapa aspek, yaitu: a. Peningkatan kualitas fikir (kecerdasan, kemampuan analisis, kreativitas dan visioner). b. Peningkatan kualitas moral (ketaqwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan dan tanggung jawab). c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, professional dan efisien). d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman dan terlindungnya martabat dan harga diri). e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat berprestasi, sadar pengorbanan, kebanggaan terhadap tugas). Peran sumber daya manusia (SDM) dalam meningkatkan kualitas, produktivitas dan efisiensi sangat jelas dan tidak diraukan lagi. Produk dengan kualitas tinggi yang dihasilkan melalui produktivitas dan efisiensi produksi yang tinggi sehingga mempunyai daya saing yanng kuat tidak mungkin dihasilkan oleh SDM berketerampilan rendah. Jadi, peningkatan kualitas SDM di Indonesia merupakan suatu keharusan dan bersifat sangat mendesak (Subri, 2003).
15
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan peserta didik. Pendidikan berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses belajar dan mengajar polapola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang dilakukan seseorang secara berjenjang dan berkesinambungan dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi (Nasution, 1999). Menurut Indriyanto (2006) bangsa yang hanya mengandalkan kekayaan sumber daya alam saja tanpa meningkatkan kualitas sumber daya manusia tidak akan pernah menjadi neara yang maju dan mandiri. Mengapa negara-negara seperti Jepang, Singapura, Korea dan sebagainya yang secara alamiah kurang memiliki kekayaan alam, justru mampu menunjukkan dirinya sebagai negara maju, jawabannya adalah karena mereka menguasai pengetahuan itu (bukan sekedar memiliki). Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan demikian merupakan suatu prasyarat keharusan (necessary condition) yang perlu diwujudkan. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan. Bukan hanya pendidikan dalam arti sempit disekolah, tetapi juga dalam arti yang lebih luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembudayaan sikap, watak dan perilaku yang berlangsung sejak dini
16
bahkan sejak manusia masih berupa janin dalam rahim seorag ibu. Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti keimanan dan kelakuan, akhlak, disiplin dan etos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan IPTEK dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa (Subri, 2003). Oleh karena itu masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan serta menjadikan pendidikan sebagi investasi yang penting dan produktif bagi kemajuan dalam segala segi kehidupan. 3. Pengertian Multi-Level Marketing (MLM) dan Distributor MLM Mulit-Level Marketing (MLM) berasal dari kata Multi yang berarti banyak dan level yang berarti jenjang atau tingkat. Sedangkan Marketing artinya pemasaran. Jadi Mulit-Level Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak (Tarmizi Yusuf, 2000). Dikatakan Mulit-Level
Marketing
(MLM)
karena
organisasi
distributor
penjualnya berjenjang banyak. Organisasi distributor bertingkattingkat, tidak hanya satu atau dua tingkat saja, akan tetapi lebih dari tiga atau empat tingkat. Jika seseorang mempunyai status sebagai distributor dalam usaha tersebut, maka ia dapat mengajak orang lain untuk ikut juga menjadi distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing
17
(MLM), kemudian orang lain tersebut dapat pula mengajak orang lain untuk menjadi seorang distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing (MLM) dan seterusnya. Dalam mengajak orang lain untuk bergabung dalam usaha Mulit-Level Marketing (MLM) tidak dibatasi sampai beberapa tingkat atau beberapa level. Menurut Purnawan (1998), konsep inti dari pemasaran adalah proses sosial dan manajemen dimana pribadi-pribadi atau kelompok memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi sistem pemasaran secara sederhana berarti memindahkan suatu produk dan atau jasa dari produsen ke konsumen. Perpindahan produk dan atau jasa tersebut dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain: (Failla, 1996) a. Eceran atau ritel b. Penjualan langsung c. Sistem pemasaran multi level MLM ini pada dasar prinsipnya adalah sistem pemasaran yang banyak menggunakan jenjang dan sumber daya manusia, dalam suatu organisasi. Sistem ini dirancang guna memindahkan produk dan atau jasa dari produsen ke konsumen, dengan memakai pendekatan langsung dari pribadi ke pribadi (Tomsic, & Hardwick., 1997).
18
Purnawan (1998) menyatakan, pada bisnis MLM banyak orang yang akan terlibat dalam pendistribusian produk dan atau jasa yang biasa disebut Distributor MLM. Akibatnya, setiap orang akan bekerja lebih ringan pada saat terjadinya penjualan. Selain itu, mereka yang terlibat dalam MLM memiliki kebebasan untuk menikmati hidupnya karena mereka bekerja untuk dirinya sendiri. Pada MLM, setiap orang yang berada di posisi atas maupun di posisi bawah pada struktur jenjang organisasi, memiliki peluang yang sama. Sistem MLM memberikan peluang yang cukup luas bagi setiap orang yang memiliki hasrat dan ambisi untuk mencapai puncak keberhasilan. Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 16 tahun 2000 (UU KUP), distributor MLM dikategorikan sebagai pengusaha karena sebagai orang pribadi dianggap melakukan usaha perdagangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.03/2003, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku para distributor tadi melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka yang bersangkutan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Apabila sudah PKP maka distributor MLM mutlak harus menjalankan kewajibannya yakni memungut-menyetorkan-melapor PPN terutang. Namun meski peredaran bruto atas penyerahan BKP
19
atau JKP-nya tidak melebihi Rp 600 juta, distributor boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Secara khusus, pengenaan PPh atas penghasilan sehubungan kegiatan MLM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE39/PJ.43/1999. dalam surat edaran tersebut di antaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
a. Terhadap setiap pembelian produk dari perusahaan MLM, para anggota dapat membayar dengan harga distributor (harga yang diberlakukan terhadap anggota), sedangkan untuk penjualan produk tersebut kepada konsumen yang bukan anggota, perusahaan MLM menetapkan harga yang dianjurkan. Selisih antara harga yang dianjurkan dengan harga distributor merupakan keuntungan yang dinikmati oleh distributor. b. Dalam hal produk yang dibeli oleh distributor dari perusahaan MLM tidak seluruhnya terjual maka perusahaan MLM menjamin untuk membeli kembali produk tersebut. c. Setiap bulan perusahaan MLM akan memberikan rabat kepada distributor. Rabat tersebut diberikan dalam bentuk persentase tertentu secara bertingkat sesuai dengan akumulasi pembelian yang dilakukan oleh distributor. d. Rabat pada hakekatnya adalah komisi penjualan yang diberikan oleh perusahaan MLM kepada distributor.
20
e. Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-281/PJ/1998 tanggal 28 Desember 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegaitan orang pribadi sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 10/1994, diterapkan atas Penghasilan Kena pajak dari penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kegiatan
MLM.
Besarnya
penghasilan
bruto
bulan
yang
bersangkutan dikurangi dengan PTKP per bulan. f. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh setiap distributor (upline dan downline) sehubungan dengan kegiatan MLM adalah:
1) Atas rabat merupakan penghasilan yang terutang dan harus dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
2) Atas penghasilan karena selisih antara harga distributor dengan harga yang dianjurkan oleh perusahaan Multilevel Marketing adalah merupakan penghasilan yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
21
4. Konsep Dasar Perpajakan a. Pengertian Pajak Banyak
para
ahli
dalam
bidang
perpajakan
yang
memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama. Beberapa kutipan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain: 1). Menurut Feldman dalam Siti Resmi (2003) “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya konte-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum”. 2). Menurut Soemitro dalam Burton dan Ilyas (2004) berpendapat: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasatimbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. 3). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah: 1) Iuran dari rakyat kepada negara.
22
2) Sifatnya dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang, artinya pajak dipungut dengan kekuatan Undang-Undang dan aturan pelaksanaanya. 3) Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. 4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta). 5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
(utin
dan
pembangunan)
bagi
kepentingan
masyarakat umum. b. Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2003) fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam dua fungsi, yaitu: 1) fungsi budgetair (Sumber Dana bagi Pemerintah) Fungsi ini bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi APBN sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan,
sehingga
posisi
anggaran
pendapatan
dan
pengeluaran yang berimbang (balance budget) tercapai.
23
2) Fungsi Regulered (Mengatur) Fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan menggerakkan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan dapat menumbuhkan obyek pajak dan subyek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi. c. Jenis Pajak Menurut Djunaedi (2004:11) jenis pajak dapat digolonglan sebagai berikut: 1) Berdasarkan sifat : a) Pajak pribadi (perseorangan) Dalam hal ini pengertian pajak lebih memperhatikan keadaan pribadi seseorang seperti: berapa anak. b) Pajak kebendaan Yang diperhatikan adalah obyek pajaknya, pribadi Wajib Pajak dikesampingkan. c) Pajak atas kekayaan Yang menjadi obyek pajak adalh kekayaan seseorang atau badan.
24
d) Pajak atas bertambahya kekayaan Pengenaanya didasarkan atas seseorang atau badan yang mengalami pertambahan kekayaan, biasanya dikenakan hanya sekali. e) Pajak atas konsumsi Pajak atas kenikmatan wajib pajak. 2) Berdasarkan Ciri-ciri : a) Pajak Subjektif Pajak Subjektif adalah pajak yang emperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya dicari alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadan material (contoh: Pajak Penghasilan). b) Pajak Objektif Pertama melihat kepada obyeknya kemudian barulah dicari subyeknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai). 3) Berdasarkan Golongan : a) Pajak langsung dalam arti pajak langsung disetor secara periodik berdasarkan kohir dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain (contoh :PPh).
25
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan kepada orang lain, bisa tidak periodik (contoh: Bea Materai, PPN). 4) Berdasarkan Lembaga Pemungut: a) Pajak Pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak Departement Keuangan. Contoh : PPh, PPN dan PPnBM, Bea Materai, PBB dan BPHTB. b) Pajak Daerah adalah pajak yang pungutannya dilakukan pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun tingkat II. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Pembagunan I, Pajak Reklame. d. Sistem Pemungutan Pajak Dalam Mardiasmo (2003:7) pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu: 1) Oficial Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus (aparat pajak). Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang terletak pada fiskus.
26
b) Wajib Pajak bersifat pasif. c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh pihak fiskus. 2) Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus menghitung, menyetor, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang terletak pada wajib pajak sendiri. b) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang. c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3) Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang mana besar pajak terutangnya dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja, bendaharawan pemerintah. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga. e. Definisi Wajib Pajak Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Pasal I menyebutkan, definisi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi
27
pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak tersebut wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak. 1) Wajib Pajak Terdaftar Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000), yang dimaksud dengan wajib pajak terdaftar adalah wajib pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak yang terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan kode administrasi perpajakan. 2) Wajib Pajak Non Efektif Dalam SE No. 14/PJ.9/1990 disebutkan, bahwa yang termasuk Wajib Pajak Non Efektif adalah: a) Wajib pajak yang selama dua tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan, baik
28
berupa melakukan pembayaran pajak, memasukkan SPT Masa ataupun SPT Tahunan. b) Wajib pajak meninggal atau bubar. c) Wajib pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya walaupun sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi atau petugas yang ditunjuk untuk itu. d) Wajib pajak yang secara nyata berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha lagi. f. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Untuk menjamin dan memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, Undang-Undang juga mengatur dengan tegas hak-hak wajib pajak dalam satu Hukum Pajak Formal secara tegas. Dalam bukunya Siti Resmi (2004) dituliskan hak dan kewajiban wajib pajak diantaranya yaitu: 1) Kewajiban Wajib Pajak a) Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). b) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
29
c) Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya dengan benar dan memasukkannya sendiri ke KPP dalam bats waktu yang telah ditetapkan. d) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. 2) Hak Wajib Pajak a) Mengajukan surat keberatan dan banding. b) Menerima tanda bukti pemasukan, pembetulan dan mengajukan permohonan penundaan pemasukan Surat Pemberitahuan (SPT). c) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. d) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta pembetulan surat ketetapan yang salah. e) Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. g. Pajak Penghasilan Setelah mengetahui pengertian pajak, definisi penghasilan menurut UU No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat 1 adalah: “Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
30
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun”.
Sehingga definisi Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2004) adalah: “Pajak yang dikenakan terhadap subjek atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak”. 1) Subjek Pajak Penghasilan Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 tahun 2008 mengelompokkan Subjek Pajak Penghasilan sebagi berikut:
a) Orang Pribadi; b) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c) Badan; dan d) Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah:
31
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
Subjek Pajak luar negeri adalah: a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
32
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha
yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa: a) tempat kedudukan manajemen; b) cabang perusahaan; c) kantor perwakilan; d) gedung kantor; e) pabrik; f) bengkel; g) gudang; h) ruang untuk promosi dan penjualan; i) pertambangan dan penggalian sumber alam; j) wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi; k) perikanan,
peternakan,
pertanian,
perkebunan,atau
kehutanan;
33
l) proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; m) pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; n) orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; o) agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan p) komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet. 2) Objek Pajak Penghasilan Menurut Pasal 4 ayat 1 UU Pajak Penghasilan, yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
34
a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c) Laba usaha; d) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya; c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun; d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
35
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau
permodalan
dalam
pembayaran
pajak
perusahaan
pertambangan; e) Penerimaan
kembali
yang
telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
36
j) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l) Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n) Premi asuransi; o) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; q) Penghasilan dari usaha berbasis syariah; r) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s) Surplus Bank Indonesia. 5. Kewajiban Perpajakan yang Terkait dengan MLM
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
571/KMK.03/2003, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku para distributor tadi melakukan penyerahan BKP atau JKP
37
dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka yang bersangkutan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Apabila sudah PKP maka distributor MLM mutlak harus menjalankan kewajibannya yakni memungut-menyetorkan-melapor PPN terutang. Namun meski peredaran bruto atas penyerahan BKP atau JKP-nya tidak melebihi Rp 600 juta, distributor boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP (http://www.pajakpribadi.com/artikel/ distributor.htm).
Sedangkan
soal
terminologi
pekerja,
diartikan
sebagai
seseorang yang terlibat dalam suatu hubungan kerja, yang tidak memperoleh penghasilan dari menjalankan kegiatan usaha. Pekerja bisa berarti pegawai tetap, pegawai lepas, harian, honorer dan lainnya.
Penjelasan definitif mengenai pekerja yang relevan dengan bahasan ini, tidak akan dijumpai dalam ketentuan perpajakan. Yang ada hanyalah pengertian pegawai seperti yang disebutkan dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ/2000.
Sementara istilah pekerja boleh dibilang cakupannya lebih luas, lanjutnya yakni tidak hanya terbatas pada pengertian pegawai. Bagi distributor yang sekaligus pegawai mungkin tidak terlalu salah terkait pendapatannya, mengingat sudah terlibat hubungan kerja dengan
38
perusahaan. Sementara distributor yang fungsinya murni semata-mata sebagai agen yang melakukan penjualan atas nama perusahaan MLM dan tidak memperoleh penghasilan berkala seperti gaji atau upah.
Komisi dapat diartikan sebagai imbalan berkaitan dengan omzet penjualan baik pribadi maupun kelompok. Sedangkan bonus sifatnya lebih cenderung seperti hadiah yang diberikan saat seorang distributor mencapai target-target tertentu. Sementara keuntungan langsung adalah uang yang diperoleh distributor dari selisih harga distributor dengan harga konsumen.
Komisi diberikan berkaitan dengan prestasi seorang distributor. Prestasi di sini hubungannya adalah dengan omzet penjualan yang dicapainya. Mengenai jenis komisi ini masing-masing perusahaan MLM tidak sama. Ada perusahaan MLM yang memberi komisi kepada distributor dalam bentuk diskon dan ada yang berbentuk royalti.
Diskon adalah komisi yang dihitung dari pembelian produk. Caranya perusahaan MLM memberikan rabat (potongan harga) kepada distributornya. Asumsinya diskon merangsang anggota membeli dan kemudian menjualnya atau dipakai sendiri. Sedangkan royalti, yaitu komisi yang diperoleh distributor karena telah berjasa mengenalkan bisnis perusahaan. Meski keduanya dikaitkan dengan prestasi yang dicapai seorang distributor, nyatanya baik komisi maupun bonus berbeda (atau dibedakan).
39
Batasan mengenai penghasilan distributor berupa komisi dan bonus boleh jadi tidak sama untuk tiap perusahaan. Masing-masing memiliki kebijakan sendiri dalam memberikan imbalan kepada distributornya.
Namun
demikian
bila
dikaitkan
dengan
peraturan
perpajakannya, distributor MLM lazimnya tidak diperlakukan sebagai pengusaha sehingga tidak wajib melakukan pembukuan, yang perlu dilakukan hanya pencatatan. Sesuai peraturan perpajakan, distributor MLM diperlakukan sebagai tenaga lepas, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
Secara khusus, pengenaan PPh atas penghasilan sehubungan kegiatan MLM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE39/PJ.43/1999. dalam surat edaran tersebut di antaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
a. Terhadap setiap pembelian produk dari perusahaan MLM, para anggota dapat membayar dengan harga distributor (harga yang diberlakukan terhadap anggota), sedangkan untuk penjualan produk tersebut kepada konsumen yang bukan anggota, perusahaan MLM menetapkan harga yang dianjurkan. Selisih antara harga yang dianjurkan dengan harga distributor merupakan keuntungan yang dinikmati oleh distributor.
40
b. Dalam hal produk yang dibeli oleh distributor dari perusahaan MLM tidak seluruhnya terjual maka perusahaan MLM menjamin untuk membeli kembali produk tersebut.
c. Setiap bulan perusahaan MLM akan memberikan rabat kepada distributor. Rabat tersebut diberikan dalam bentuk persentase tertentu secara bertingkat sesuai dengan akumulasi pembelian yang dilakukan oleh distributor.
d. Rabat pada hakekatnya adalah komisi penjualan yang diberikan oleh perusahaan MLM kepada distributor.
e. Berdasarkan Pasal 11 ayat (2) keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-281/PJ/1998 tanggal 28 Desember 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan,
Penyetoran
dan
Pelaporan
Pajak
Penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegaitan orang pribadi sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 10/1994, diterapkan atas Penghasilan Kena pajak dari penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kegiatan MLM. Besarnya penghasilan bruto bulan yang bersangkutan dikurangi dengan PTKP per bulan.
f. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh setiap distributor (upline dan downline) sehubungan dengan kegiatan MLM adalah:
41
1) Atas rabat merupakan penghasilan yang terutang dan harus dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
2) Atas penghasilan karena selisih antara harga distributor dengan harga yang dianjurkan oleh perusahaan Multilevel Marketing adalah merupakan penghasilan yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
6. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah sifat patuh, ketaatan. Menurut Gunadi (2005:5) pengertian kepatuhan diartikan bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Jadi, kepatuhan itu merupakan sikap taat dalam melaksanakan sesuatu tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak manapun. Menurut Burtin (2005:4-6) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain: a. Tarif pajak. b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen. c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar.
42
d. Pelaksanaan saksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu. Kepatuhan
Wajib
Pajak
dalam
memenuhi
kewajiban
perpajakannya pada dasarnya tercermin dari 3 (tiga) hal, yaitu: a. Pemenuhan kewajiban interim, seperti pembayaran masa dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa termasuk SPT PPN dan PPN BM yang dilaksanakan setiap bulan. b. Pemenuhan kewajiban tahunan, seperti menghitung dan melunasi utang pajak, serta melaporkan perhitungan dan SPT diakhir tahun. c. Pemenuhan ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui perlakuan pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang yang tercermin dalam pembukuan Wajib Pajak. B. Penelitian Terdahulu Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan terkait dengan analisis pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan distributor MLM terhadap kepatuhan pajak. 1. Penelitian Nurseto (2002), tentang pengaruh persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan terhadap kesadaan wajib pajak, menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan dapat memberikan sumbangan efektif terhadap kesadaran wajib pajak
43
sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin signifikan. 2. Penelitian selanjutnya oleh Yusronillah (2006) tentang analisis pengaruh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak, menunjukkan bahwa interaksi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikasi diatas 5% (lima persen). 3. Penelitian lain oleh Setiadi (2006) mengenai persepsi tentang pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak para responden termasuk kategori baik dengan tingkat persepsi rata-rata 76,14% dari skor idealnya. Sedangkan dalam konteks kepatuhan wajib pajak diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak rata-rata mencapai 77,24% dari skor idealnya. Dari hasil perhitungan korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan kedua variabel penelitian ini 0,443 sehingga ada hubungan positif dan cukup signifikan antara persepsi tentang pajak dengan kepatuhan waijb pajak. 4. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rahmawati (2007), dengan membandingkan peraturan perundang-undangan perpajakan, terdapat fakta hukum yang ada mengenai Multi Level Marketing baik berasal dari nara sumber anggota Multi Level Marketing dan buku-buku mengenai Multi Level Marketing itu sendiri, bahwa terdapat dua unsur
44
dalam Multi Level Marketing, yang meliputi perusahaan Multi Level Marketing sebagai perusahaan yang memperdagangkan atau menjual produk Multi Level Marketing dan pemberi rabat bagi distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan, serta distributor Multi Level Marketing (MLM) sehingga dari sini terdapat dua kewajiban yang harus dilaporkan kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). PPN dapat dipungut dari perusahaan Multi Level Marketing atas penyerahan barang yang dilakukan dari perusahaan Multi Level Marketing kepada distributor Multi Level Marketing yang bersangkutan. Sedangkan PPh dapat dipungut dari distributor Multi Level Marketing atas penghasilan berupa rabat yang diperoleh dimana PPh ini dapat dipungut langsung oleh perusahaan Multi Level Marketing sebagai kewajiban WAPU. Berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
untuk
penelitian kali ini ingin mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan wajib pajak yang mempunyai pekerjaan sebagai distributor MLM terhadap kepatuhan atas kewajiban perpajakannya, apakah terdapat pengaruh yag signifikan atau tidak. Penelitian ini lebih mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
45
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu Objek
Wajib Pajak umum
Tahun Penelitian
2006
Metode Penentuan Sampel
Judgment/purposive sampling
Metode Pengumpulan Data Variabel Dependen
Observasi interview
Variabel Independen
Penelitian saat ini Distributor MLM yang terdaftar sebagai Wajib Pajak 2010
Convenience sampling
dan Observasi, kuesioner
Kepatuhan perpajakan distributor MLM Motivasi dan tingkat pendidikan
interview
dan
Motivasi pemenuhan kewajiban pajak Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
C. Kerangka Pemikiran Pajak merupakan penghasilan negara yang saat ini mulai diandalkan sebagai modal pembangunan. Pemerintah mencoba merubah kesadaran masyarakat salah satunya yang berprofesi sebagai distributor Multi-Level Marketing, untuk dapat memenuhi kewajiban pajaknya. Yang semula tidak mengerti sama sekali masalah pajak sedikit demi sedikit diberikan penyuluhan mengenai perpajakan agar mereka menyadari dan mau memenuhi kewajiban pajaknya. Kepatuhan wajib pajak akan kewajiban perpajakannya dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan dan motivasi yang dimiliki oleh wajib pajak.
46
Tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak tidak hanya diperoleh dari jenjang pendidikan formal saja, juga dapat melalui pendidikan informal misalnya: komunikasi antar keluarga, teman, diskusidiskusi yang secara langsung dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perpajakan. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal atau informal diharapkan pengetahuan tentang perpajakan dan menambah
motivasi
wajib
pajak
untuk
memenuhi
kewajiban
perpajakannya. Kerangka Berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Motivasi Kepatuhan atas Kewajiban Perpajakan Tingkat Pendidikan
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha1:
Motivasi Distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya atas kewajiban perpajakannya.
47
Ha2:
Tingkat pendidikan Distributor MLM berpengaruh terhadap kepatuhannya atas kewajiban perpajakannya.
Ha3:
Interaksi antara motivasi dengan tingkat pendidikan Distributor MLM
berpengaruh
terhadap
kepatuhannya
atas
kewajiban
perpajakannya
48
BAB III MEODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan sebagai tempat penelitian atau melakukan riset. Maka penelitian ini menggunakan data yang bersifat ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (sugiyono,2004:7) B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai adalah daftar pertanyaan (kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan dan bagaimana mengukur varibel yang diminati. Satu kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan untuk responden mencatat jawabannya, biasanya secara terbuka alternatif jawaban ditentukan. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua berisi pernyataan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dan kepatuhan distributor MLM terhadap kewajiban pajaknya. Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk
49
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Inriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibahah ini: Tabel 3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert Jenis Jawaban
No
Bobot
1
SS
= Sangat Setuju
5
2
S
= Setuju
4
3
R
= Ragu-ragu
3
4
TS
= Tidak Setuju
2
5
STS = Sangat Tidak Setuju
1
C. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum,
sum,
range,
kurtosis
dan
skewness
(kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005:19). 2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas. a. Uji Validitas
50
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45). b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1) Repeated Measure atau pengukuran ulang. 2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2005:41-42). 3. Uji Asumsi Klasik
51
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Multikolonieritas Pengujian multikolonieritas
bertujuan untuk
menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Singgih Santoso, 2000:203-206). b. Uji Normalitas Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel
52
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Singgih Santoso, 2000:212-214). c. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah
53
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titiktitik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000:208-210). 4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2000:163). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:211). Variabel independen terdiri dari motivasi dan tingkat pendidikan sedangkan variabel dependennya adalah kepatuhan perpajakan distributor MLM. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e Keterangan : Y = Kepatuhan Distributor MLM a
= Konstanta
b
= Koefisien Regresi
X1 = Motivasi X2 = Tingkat Pendidikan E = Standar error Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
54
a. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005: 83). b. Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000:168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
55
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. c. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Imam Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000:120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat.
56
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian No 1
Variabel Motivasi (X1)
Sub Variabel 1. Intrinstik
2. Ekstrinstik
2
3
Tingkat Pendidikan (D) Kepatuhan Distributor MLM (Y)
Jenjang Pendidikan
1. Menghitung Pajak
2. Memperhitungkan
3. Membayar 4. Melapor 5. Melaksanakan Peraturan Pajak Yang Berlaku
6. Pemeriksaan Pajak
7. Pengetahuan Pajak
Indikator a. Sukarela b. Mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP c. Pengabdian kepada Negara d. Gotong royong e. Pengentasan kemiskinan f. Pemerataan dan keadilan g. Kewajiban Warga Negara h. Fasilitas publik i. Transparansi pemerintah j. Tarif Pajak k. Denda dan Sanksi l. Sosialisasi perpajakan m. Hadiah atau penghargaan a. Perguruan Tinggi b. Non Perguruan Tinggi
Skala Likert
a. Menghitung dengan benar pajak yang harus dibayar b. Dihuting sendiri c. Menghitung Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dab Tahunan dengan benar d. Tepat waktu membayar pajak e. Tepat waktu melaporkan SPT masa dan Tahunan f. Tidak memiliki tunggakan pajak g. Tidak mendapatkan sanksi atau denda perpajakan h. Membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak i. Peraturan kriteria Wajib Pajak patuh
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert Likert
Likert
Likert
Likert
57
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Wajib Pajak yang berprofesi sebagai distributor MLM yang bertempat tinggal di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden. Pernyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 12 Juni 2010 sampai 5 Juli 2010 Kuesioner yang disebarkan berjumlah 75 buah dan jumlah yang kembali adalah sebanyak 52 buah atau 69,33%. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 23 buah atau 30,67%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 49 buah atau 65,33%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap berjumlah 3 buah atau 4%. Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian No. Keterangan 1. Jumlah kusesioner yang disebar 2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah Sumber: Data primer yang diolah
58
Auditor 75 23 3
Persentase 100% 30,67% 4%
49
65,33%
2. Karakteristik Responden Dalam deskripsi data ini, peneliti menyajikan identitas responden yaitu auditor eksternal pada beberapa kantor akuntan publik di wilayah Jakarta. a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin JK Frequency Valid Laki-laki
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
35
71.4
71.4
71.4
Perempuan
14
28.6
28.6
100.0
Total
49
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sekitar 35 orang atau 71,4% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 14 orang atau 28,6% berjenis kelamin perempuan. b. Deskripsi responden beradasarkan usia Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
17-25 tahun
31
63.3
63.3
63.3
26-40 tahun
16
32.7
32.7
95.9
41-55 tahun
2
4.1
4.1
100.0
49
100.0
100.0
Total
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.3 diatas menunjukkan sebesar 31 orang atau 63,3% diantaranya responden berusia 17 sampai dengan 25 tahun, 16 orang
59
atau 32,7% diantaranya berusia 26 sampai dengan 40 tahun, sedangkan yang berusia 41 sampai dengan 55 tahun sebanyak 2 orang atau 4,1%. c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir TP Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Non Perguruan tinggi
21
42.9
42.9
42.9
Perguruan tinggi
28
57.1
57.1
100.0
Total
49
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.4 mengindikasikan bahwa 21 orang atau 42,9% berpendidikan tidak mencapai perguruan tinggi dan 28 orang atau 57,1% telah mencapai perguruan tinggi. d. Deskripsi responden berdasarkan jenis bidang MLM Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Bidang MLM Jenis Bidang MLM Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kesehatan
11
22.4
22.4
22.4
Kebutuhan Sehari-hari
7
14.3
14.3
36.7
Kosmetik
11
22.4
22.4
59.2
Otomotif
20
40.8
40.8
100.0
Total
49
100.0
100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.5 dibawah ini menjelaskan jenis bidang yang diambil oleh distributor dalam menjalani usaha Multi Level Marketing-nya. Distributor yang mengambil bidang kesehatan sebanyak 11 orang atau
60
22,4%, bidang kebutuhan sehari-hari sebanyak 7 orang atau 14,3%, bidang kosmetik sebanyak 11 orang atau 22,4%, sedangkan yang mengambil bidang otomotif sebanyak 20 orang atau 40,8%. B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi motivasi, tingkat pendidikan dan kepatuhan distributor MLM akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TMV
49
42
70
58.24
5.829
TPD
49
6
29
16.61
5.503
TKP
49
40
63
51.49
5.788
Valid N (listwise)
49
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada variabel motivasi jawaban minimum responden sebesar 42 dan maksimum sebesar 70, dengan ratarata total jawaban 58,24 dan standar deviasi sebesar 3,829. Pada variabel tingkat pendidikan minimum jawaban responden sebesar 6 dan maksimum sebesar 29, dengan rata-rata total jawaban 16,61 dan standar deviasi sebesar 5,503. Variabel kepatuhan distributor MLM minimum jawaban responden sebesar 40 dan maksimum sebesar 63, dengan rata-rata total jawaban 51,49 dan standar deviasi sebesar 5,788.
61
2. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variabel dengan 49 sampel responden. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,509** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,670** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,543** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,466** 0,001 Valid Pertanyaan 5 0,632** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,683** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,422** 0,003 Valid Pertanyaan 8 0,624** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,531** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,526** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,616** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,532** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,408** 0,004 Valid Pertanyaan 14 0,455** 0,001 Valid Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan variabel motivasi mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
62
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Tingkat Pendidikan Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Pertanyaan 1 0,678** 0,000 Pertanyaan 2 0,775** 0,000 Pertanyaan 3 0,822** 0,000 Pertanyaan 4 0,847** 0,000 Pertanyaan 5 0,747** 0,259 Pertanyaan 6 0,847** 0,000 Sumber: Data primer yang diolah
Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Tabel 4.8 menunjukkan variabel motivasi mempunyai kriteria valid untuk 5 item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, kecuali pertanyaan nomor 4 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,678** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,606** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,551** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,646** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,688** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,566** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,624** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,626** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,558** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,686** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,523** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,488** 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kesadaran etis mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
63
b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari instrument penelitian, instrument dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha diatas 0,6. Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi
Cronbach's Alpha .813
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .820
14
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.10 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel motivasi sebesar 0,813, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pendidikan Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha Items .877 .876 Sumber: Data primer yang diolah
N of Items 6
Tabel 4.11 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel tingkat pendidikan sebesar 0,877, sehingga dapat disimpulkan bahwa
64
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Cronbach's Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha Items
N of Items
.840 .849 Sumber: Data primer yang diolah
13
Tabel 4.12 menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel kepatuhan sebesar 0,840, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
65
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolonieritas Unstandardize Standardized d Coefficients Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
31.367 8.082
Beta
Collinearity Statistics t
Tolera Sig. nce VIF
3.881 .000
TMV
.377
.136
.380 2.777 .008
.991 1.009
TPD
-.110
.144
-.105 -.768 .447
.991 1.009
Sumber: Data primer yang diolah Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1. Dimana motivasi dan tingkat pendidikan mempunyai nilai tolerance 0,991, 0,991 dan mempunyai nilai VIF 1,009, 1,009. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat problem multiko. b. Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
66
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asusmsi normalitas.
67
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi distributor
68
MLM berdasarkan masukan atas variabel motivasi dan tingkat pendidikan 4. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model
R
1
.384a
R Square
Adjusted R Square
.148
.111
Std. Error of the Estimate 5.459
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.14 menunjukkan nilai R sebesar 0,384 atau 38,4%. Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara kepatuhan distributor MLM dengan motivasi dan tingkat pendidikan adalah rendah karena berada dikisaran 0,20-0,399 (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,111 atau 11,1%, ini menunjukkan bahwa variabel kepatuhan pajak distributor MLM yang dapat dijelaskan oleh variabel motivasi dan tingkat pendidikan adalah sebesar 11,1%, sedangkan sisanya sebesar
69
0,899 atau 89,9% (1-0,111) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. b. Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.21, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
31.367
8.082
TMV
.377
.136
TPD
-.110
.144
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
3.881
.000
.380
2.777
.008
-.105
-.768
.447
a. Dependent Variable: TKP Sumber: Data primer yang diolah Hipotesis 1: Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel audit fee mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,008. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM karena
70
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel audit fee lebih kecil dari 0,05. Hipotesis 2: Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel kesadaran etis mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,447. Hal ini berarti menolak Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kesadaran etis lebih besar dari 0,05. Berdasarkan tabel 4.15, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut Y = 31,367 + 0,377X1 - 0,110X2 + e Dimana: Y = Kepatuhan distributor MLM X1 = motivasi X2 = Kesadaran Etis e = Error Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta sebesar 31,367. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel motivasi dan tingkat pendidikan dianggap konstan, maka perilaku auditor eksternal akan konstan sebesar 31,367.
71
Koefisien regresi pada variabel motivasi sebesar 0,377, hal ini berarti jika variabel motivasi bertambah satu satuan maka variabel kepatuhan pajak distributor MLM akan bertambah sebesar 0,377. Koefisien regresi pada variabel tingkat pendidikan sebesar -0,110, hal ini berarti jika variabel tingkat pendidikan bertambah satu satuan maka variabel perilaku auditor eksternal akan berkurang sebesar 0,110. c. Hasil Uji Statistik F Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
237.633
2
118.816
Residual
1370.612
46
29.796
Total
1608.245
48
F 3.988
Sig. .025a
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV b. Dependent Variable: TKP
Sumber: Data primer yang diolah Hipotesis 3: Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16 nilai F diperoleh sebesar 3,988 dengan tingkat signifikansi 0,025. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha4 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dan tingkat pendidikan tidak
72
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. C. Pembahasan 1. Pengaruh motivasi terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM. Dengan demikian, semakin tinggi motivasi maka akan semakin meningkatkan kepatuhan distributor MLM terhadap kewajiban perpajakannya, ini disebabkan karena distributor MLM cenderung sadar akan kewajibannya sebagai wajib pajak, sedangkan semakin rendah motivasi maka akan semakin menngurangi
kepatuhan
distributor
MLM
terhadap
kewajiban
perpajakannya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yusronillah (2006) yang menyatakan bahwa interaksi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikasi diatas 5% (lima persen). 2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis menunjukkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM. Dengan demikian tingkat pendidikan distributor MLM tidak terlalu memberikan sumbangan efektif terhadap kepatuhan distributor MLM terhadap kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006) tetapi tidak konsisten
73
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin signifikan. 3. Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002), Yusronillah (2006) dan Rahmawati (2007).
74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan perpajakan distributor MLM. Responden penelitian ini berjumlah 49 orang yang berprofesi sebagai distributor MLM yang bertempat tinggal di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunkan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh
motivasi
terhadap
kepatuhan
pajak
menunjukkan hasil yang signifikan, karena
distributor
MLM
mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,008. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yusronillah (2006) yang menyatakan bahwa interaksi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikasi diatas 5% (lima persen). 2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,447. Hal ini berarti menolak Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kesadaran etis lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini
75
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006) tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin signifikan. 3. Pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pajak distributor MLM menunjukkan bahwa nilai F diperoleh sebesar 3,988 dengan tingkat signifikansi 0,025. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha4 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepatuhan distributor MLM. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurseto (2002), Yusronillah (2006) dan Rahmawati (2007). B. Implikasi Dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh distributor MLM dalam meningkatkan kepatuhan perpajakannya, maka distributor MLM akan cenderung sadar akan kewajibannya sebagai wajib pajak, untuk menumbuhkan motivasi dalam diri distributor MLM dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, DJP maupun perusahaan MLM dapat memberikan penghargaan atau hadiah, imbalan kepada para distributor MLM yang selalu taat dan patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Selain itu juga motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara memberikan penyuluhan mengenai kepatuhan dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
76
Sedangkan untuk tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi terhadap kepatuhan distributor dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, maka faktor pendidikan wajib pajak terutama distributor MLM tidak perlu dibatasi atau dibedakan. C. Saran Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan kepada DJP supaya dapat meningkatkan faktor-faktor
yang dapat merangsang motivasi distributor
MLM sebagai wajib pajak agar dapat memenuhi kewajiban pajaknya. Dapat dilakukan dengan melakukan berbagai penyuluhan-penyuluhan, pemberian reward atau imbalan kepada distributor yang patuh terhadap kewajiban pajaknya.
77
DAFTAR PUSTAKA Failla, Don. Rahasia Membangun Organisasi Multi Level Marketing Yang Besar dan Sukses, Spectrum Balapustaka, Jakarta, 1996 Ghozali, Imam. Aplikasi Multivariat dengan program SPSS,Badan Penerbit Univeritas Diponegoro, Edisi III, Jakarta, 2005. Gunadi. Reformasi Administrasi Perpajakan Menuju Good Dovernance, Berita Pajak no 1514 tahun 36, 2005. Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi, FEIS UIN Press, Jakarta, 2004 Hasan, M Tholhah. Islam dan Masalh SDM, Lantabora Press, Jakarta,2005. http://doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/38k, diakses pada tanggal 24 desember 2009. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-rahmawatin-4054 &PHPSESSID=cd6d62b041fb8953 9eef16c4c73dcbec, diakses pada tanggal 26 desember 2009. http://www.jawapos.co.id/index.php?a..id=18102&c= 88, diakses pada tanggal 24 desember 2009. http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=4967&q=tenggat&hlm =4 http://www.pajakpribadi.com/artikel/distributor.htm Indonesian Tax Review. Di balik Sepuluh Juta NPWP, volume 4 edisi 50/2005. Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 2002.
78
Nawawi, M. Tony. Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja Titik Persinggungan Teori X dan Y, Jurnal Manajemen, Universitas Tarumanegara, 2000 Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1999. Prianti, Martina. Pajak Incar Komunitas Hobi, Harian Kontan, 19 Februari 2009 Purnawan, Herman, Bisnis Multi Level Marketing, Jurnal Ekonomi FE Untar tahun III, Jakarta, 1998 Rahmawati, Novian Reni, Multi Level Marketing Dalam Menunjang Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Airlangga University Library, Surabaya, 2007 Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000 Subri, Mulyadi. Ekonomi SDM dalam perspektif Pembangunan, Raja Graffindo Persada, Jakarta, 2003. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2004 Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda, Bandung, 1997. Tambunan, Frietz. Pajak sosial Pendidikan, Mengapa tidak?, Berita Pajak no 1522, tahun 37/ 1 sept 2004 Tomsic, Walt & Hardwick, Joe Jr. Tanya Jawab MLM, Edisi Pertama, Spectrum Balapustaka, Jakarta,1997 Winardi, Wahyu. Manajemen KOmunikasi Internal dalam Mewujudkan Efisiensi kerja, Berita Pajak, tahun 38, 15 maret 2006 79
Yusronillah, Fanny. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wajib Pajak terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 Zulaicha, Ratni. Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Terhadao Pembayaran PBB di Kabupaten Daerah Tingkat II banyumas, Fakultas Ekonomi Universita Soedirman, 1993
80
Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER (mohon dijawab dengan sebenarnya)
A. Data Diri Responden Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
Usia
:
17 – 25 Tahun
41 – 55 Tahun
26 – 40 Tahun
lebih dari 55 tahun
Tingkat Pendidikn
Jenis Bidang ML
:
:
SD
D3
SMP
S1
SMA
S2
S3
Kesehatan
Kosmetik
Kebutuhan Sehari-hari
Otomotif
Lain – lain (sebutkan ………………………) B. Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih dilembar jawaban yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan perasaan, pendapat, dan keadaan Bapak/Ibu/Sdr/I yang sebenarnya. No
Jenis Jawaban
Bobot
1
SS
= Sangat Setuju
5
2
S
= Setuju
4
3
R
= Ragu-ragu
3
4
TS
= Tidak Setuju
2
5
STS = Sangat Tidak Setuju
82
1
Lampiran 1 1. Motivasi Wajib Pajak No.
PERNYATAAN
1
Saya melaksanakan kewajiban perpajakan dengan sukarela. Saya degan sukarela mendaftarkan diri untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Membayar pajak merupakan salah satu bentuk pengabdian saya kepada Negara. Membayar pajak berarti saya ikut mewujudkan sistem gotong royong nasional. Dengan membayar pajak, dapat membantu dalam usaha mengurangi tingkat kemiskinan. Pajak yang dibayar oleh wajib pajak berfungsi untuk pemerataan dan keadilan bagi masyarakat keseluruhan. Bagi saya membayar pajak penghasilan untuk masyarakat yang sudah berpenghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan suatu kewajiban. Manfaat pembayaran pajak salah satunya adalah penyediaan sarana pendidikan dan layanan kesehatan gratis yang disediakan pemerintah. Rakyat akan taat pajak jika keuangan Negara dikelola dengan tertib, efisien, transparan dan bertanggung jawab. Proporsi tarif pajak dan lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) harus menganut asas keadilan bagi masyarakat. Pembayaran Pajak Penghasilan sebaiknya dilakukan sebelum jatuh tempo karena jika sudah lewat akan terkena denda 2%. Pemberian informasi tentang pentingnya pajak sangat diperlukan karena banyak masyarakat yang belum tahu gunanya pajak tersebut. Sosialisasi atau penyuluhan tentang pajak perlu dilakukan oleh aparat pajak untuk
2
3 4 5 6
7
8
9
10
11
12
13
SS
S
R
TS
STS
14
meningkatkan pemahaman wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Pemberian penghargaan atau hadiah oleh kantor pajak kepada wajib pajak terbaik dperlukan untuk merangsang wajib pajak dalam membayar pajak.
2. Tingkat Pendidikan Wajib Pajak No.
PERNYATAAN
1
Saya merasa pendidikan diperoleh untuk awal menentukan karir saya. Pendidikan menurut saya dapat berorientasi pada kemampuan umum. Saya merasa pendidikan itu mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membangun jaringan downline. Saya merasa pendidikan itu penting untuk individu secara optimal. Tingginya pendidikan formal tidak menentukan kepatuhan seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tingginya pendidikan formal mempengaruhi motivasi seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
2 3
4 5
6
SS
S
R
TS
STS
83
Lampiran 1 3. Kepatuhan Wajib Pajak No.
PERNYATAAN
1
Sebagai Wajib Pajak, saya sudah melakukan pembukuan atau pencatatan dengan benar. Sebagai Wajib Pajak, saya telah menghitung pajak terutang dengan benar dalam SPT Masa dan SPT Tahunan. Saya telah menghitung dengan benar dalam pengisian Surat Seroran Pajak (SSP) dan fiskus telah menghitung pajak secara pasti. Saya selalu menyetor dan melaporkan SPT Masa dengan tepat waktu setiap bulannya. Saya tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan setiap tahunnya. Saya bersedian memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak selama ini, jika ada. Saya tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk menunda pembayaran pajak dari kantor pajak. Saya tidak pernah melakukan kejahatan dibidang perpajakan. Saya tidak pernah mendapat sanksi atau denda pajak karena kelalaian saya. Saya akan membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak bila diperiksa oleh petugas pajak. Saya bersedia memberikan data yang diperlukan dalam proses pemeriksaan pajak. Saya masih merasa takut bila berhubungan dengan pemeriksaan pajak. Saya mengetahui bahwa Keputusan Menteri Keuangan No. 235/KMK/03/2003 jo. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. 550 tahun 2000 diatur dalam pasal 17C UUKUP adalah peraturan pajak mengenai kriteria Wajib Pajak Patuh.
2
3
4 5 6 7
8 9 10
11 12 13
SS
S
R
TS
STS
84
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
JENIS KELAMIN L P 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1
17-25 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
USIA 26-40 41-55 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
>55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TINGKAT PENDIDIKAN Non PT PT 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0
kesehatan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
JENIS BIDANG MLM kebutuhan sehari-hari kosmetik 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
otomotif 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0
lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
85
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
86
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
Frequencies [DataSet1] Statistics Jenis Kelamin N
Valid
49
Missing
0 JK Frequency
Valid Laki-laki
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
35
71.4
71.4
71.4
Perempuan
14
28.6
28.6
100.0
Total
49
100.0
100.0
Usia N
Valid
49
Missing
0 Usia Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
17-25 tahun
31
63.3
63.3
63.3
26-40 tahun
16
32.7
32.7
95.9
41-55 tahun
2
4.1
4.1
100.0
49
100.0
100.0
Total Tingkat Pendidikan N
Valid
49
Missing
0 TP Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Non Perguruan tinggi
21
42.9
42.9
42.9
Perguruan tinggi
28
57.1
57.1
100.0
Total
49
100.0
100.0
87
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden Statistics Jenis bidang MLM N
Valid
49
Missing
0 Jenis Bidang MLM Frequency
Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Kesehatan
11
22.4
22.4
22.4
Kebutuhan Sehari-hari
7
14.3
14.3
36.7
Kosmetik
11
22.4
22.4
59.2
Otomotif
20
40.8
40.8
100.0
Total
49
100.0
100.0
Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TMV
49
42
70
58.24
5.829
TPD
49
6
29
16.61
5.503
TKP
49
40
63
51.49
5.788
Valid N (listwise)
49
88
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
MV1 5 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 4 4 3 4 5 5 2 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 3 5 5 5
MV2 5 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 2 4 5 5 5 3 4 5 5 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4
MV3 5 2 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 2 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 2 4 5 5 4 4 4 5
MV4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 4 4 3 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
MV5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 2 4 2 2 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5
MV6 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 2 4 2 2 5 3 4 4 5 3 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4
MV7 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 3 5 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4
MOTIVASI MV8 MV9 5 5 5 3 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 4 3 4 5 3 3 3 5 5 5 4 3 4 5 2 2 5 5 3 3 3 5 3 3 4 4 4 3 4 4 5 4 5 2 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 5 3 5 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 3 5 3
MV10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
MV11 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 1 1 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 1 1 5 4 5 5 5 4 5 1 5
MV12 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4
MV13 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5
MV14 5 3 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 2 4 5 4 5 5 1 5 3 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5
89
TMV 70 52 60 63 63 59 63 61 60 66 63 53 50 55 42 58 67 58 61 47 62 54 59 49 56 50 53 63 51 63 63 59 63 55 67 58 61 56 50 53 62 54 60 63 62 60 63 52 62
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
PD1 3 5 3 2 3 5 5 3 5 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 2 2 2 3 4 5 5 3 3 2 2 2 2 1 1 2 3 4 3 4 4 3 2 5
TINGKAT PENDIDIKAN PD2 PD3 PD4 PD5 PD6 3 4 3 4 3 5 4 5 5 5 4 3 4 3 4 2 3 2 4 2 3 1 3 3 3 4 4 4 4 4 1 1 5 1 5 2 1 2 3 2 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 5 4 4 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 4 3 4 5 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 5 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 5 4 5 2 5 5 2 2 2 2 4 4 5 3 5 5 4 1 2 1 1 4 1 1 1 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 1 2 1 2 5 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 4 4 4 4 4
TPD 20 29 21 15 16 25 18 13 25 7 17 25 12 15 18 15 15 21 18 14 24 18 13 19 23 12 8 23 16 25 18 13 14 17 12 9 9 13 6 9 12 20 22 11 21 14 18 11 25
90
Lampiran 2 Rekapitulasi Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
KP1 4 3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
KP2 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 5 4 4 3 3 2 4
KP3 4 3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 4 3 3 2 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4
KP4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 2 4 4 4 5 5 2 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 2 4
KP5 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
KEPATUHAN WAJIB PAJAK KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 4 5 5 4 5 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 3 5 5 4 5 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 3 3 4 3 4
KP11 5 3 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 3 4 4 5 5 3 3 5 5 5 4 4 3 4 5 3 5 5 5 3 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 3 5 5 5 4
KP12 4 5 4 5 4 5 5 4 3 5 4 2 3 4 4 2 4 2 2 1 4 4 3 3 4 5 3 4 4 3 5 4 2 3 4 3 3 4 5 3 3 5 4 2 3 4 3 3 3
KP13 4 3 4 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 5 3 5 4 5 4 3 5 4 3 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 3
TKP 58 43 53 53 58 63 57 58 40 57 58 49 49 51 42 48 52 54 50 40 49 55 52 45 52 53 46 58 58 40 58 59 51 48 55 54 47 51 53 48 40 58 59 52 47 55 53 47 47
91
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14 MV1 Pearson Correlation
1 .460
Sig. (2-tailed) N
49
MV2 Pearson Correlation .460 Sig. (2-tailed) N
N
N
.347
*
.589
.529
.056
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
**
*
.148
.164
.030
.049 .359
.000
.020
.311
.262
.840
49
49
49
49
49
*
**
*
-.265
.120
.098
.030
.000
.027
.066
.411
49
49
49
49
49
1 .655 49 **
.655
1 .310 .485
.001
.000
49
49
49
*
*
*
.332
.332
.310
.015
.020
.030
49
49
49
1 49
**
.169
.000
.246
49
49
49
.316
49
49
49
49
49
.114
**
**
*
**
.670**
.737
.011
.437
.004
.001
.035
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
-.208
.276
*
.208
.171
.543**
.504
.151
.055
.018
.152
.241
.000
49
49
49
49
49
49
49
*
.281
.236
-.053
.466**
.404
.474
.336
.302
.522
.175
.077
.196
.067
.246
.016
.229
.600
.178
.648
.023
.051
.102
.716
.001
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
*
.104
.117
-.005
.632**
.019
.477
.424
.974
.000
.169 .343
1 .794 49
.007
.262
.027
.016
.000
49
49
49
49
49
**
.118 .676
**
.208
.230 .112
.324
.333
.000
.420
.000
.151
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1 .302* .637** .304*
.356*
.330*
.248
-.020
-.031
.683**
.164 .316* .343* .794**
49
.035
.000
.034
.012
.020
.085
.891
.834
.000
49
49
*
.125
.030 -.265
.175
.118 .302
Sig. (2-tailed)
.392
.840
.066
.229
.420
.035
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
.637
.245
.049
.120
.077 .676
Sig. (2-tailed)
.090
.737
.411
.600
.000
.000
.003
49
49
49
49
49
49
49
.098
.196
.208 .304
49
49
49
49
49
49
49
**
.236
**
.138
*
.253
.227
.422**
.003
.103
.000
.345
.031
.080
.117
.003
49
49
49
49
49
49
49
49
.196
**
*
.176
.244
.152
.624**
1 .416
MV8 Pearson Correlation
MV9 Pearson Correlation .283* .359*
49
*
*
MV7 Pearson Correlation
N
.509**
.881
.311
Sig. (2-tailed)
.274
.644
.077
N
.092
.049
Sig. (2-tailed)
N
-.079
.090
.148 .485
N
.022
.392
.255
Sig. (2-tailed)
-.068
.007
**
49
.245 .283
.077
MV5 Pearson Correlation N
.125
TMV
*
.015
49
MV6 Pearson Correlation .382**
.255 .382
**
.001
**
MV4 Pearson Correlation .347 Sig. (2-tailed)
.458
**
.001
.001
MV3 Pearson Correlation .458 Sig. (2-tailed)
**
.416
1 49
*
.236
.196
.049
.011
.504
.178
.151
.034
.103
.177
49
49
49
49
49
49
49
49
.562
.520
.300
.308
.177
.000
.036
.226
.091
.297
.000
49
49
49
49
49
49
49
1
*
.204
.259
.071
.251
.531**
.032
.161
.073
.626
.082
.000
49
49
49
49
49
49
49
.308
92
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
MV1 Pearson Correlation -.068 0 Sig. (2-tailed) .644 N MV1 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N
49
.114 -.208
.067
.230 .356* .562** .520** .308*
.437
.151
.648
.112
.012
.000
.000
.032
49
49
49
49
49
49
49
*
*
*
.022 .404
**
.276 .324
N
N MV1 Pearson Correlation 4 Sig. (2-tailed) N
N
.138 .300
49
.204
**
.380
.455**
.256
.288*
.526**
.007
.001
.076
.045
.000
49
49
49
49
49
1
*
.240
.118
.616**
.022
.096
.418
.000
.327
.004
.055
.023
.019
.020
.345
.036
.161
.007
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**
*
**
*
1
.229
.259
.532**
.113
.072
.000
49
*
.176
.259
.281
.104
.248 .308
.455
.327
.051
.477
.085
.031
.226
.073
.001
.022
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1
.279
.408**
49
49
49
*
.208
.236
.117 -.020
.253
.244
.071
.256
.240
.229
.529
.035
.152
.102
.424
.891
.080
.091
.626
.076
.096
.113
.052
.004
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
*
.118
.259
.279
1
.455**
.092 .302
.274 .522
**
.171 -.053 -.005 -.031
.227
.152
.251
.288
.056
.000
.241
.716
.974
.834
.117
.297
.082
.045
.418
.072
.052
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
1
TMV Pearson Correlation .509 Sig. (2-tailed)
.330
49
*
.380**
.881
MV1 Pearson Correlation -.079 .474 .336 2 Sig. (2-tailed) .589 .001 .018 MV1 Pearson Correlation 3 Sig. (2-tailed)
.333
1
.670
.543
.466
.632
.683
.422
.624
.531
.526
.616
.532
.408
.001 .455
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.003
.000
.000
.000
.000
.000
.004
.001
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
93
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan PD1 PD1
PD2
Pearson Correlation
1
.417
Sig. (2-tailed) N PD2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PD3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PD4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PD5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PD6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TPD
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
49 .417
PD3 **
.572
.427
TPD
.408
**
.678**
.004
.002
.004
.000
49
49
49
49
49
49
1
**
**
**
**
.775**
**
49
**
**
.607
.607
.533
.000
.000
.000
49
49
49
49
49
1
**
**
**
.822**
49
49
49
**
**
**
.000
.540
.000
.000 .533
.533
.000
.000
.004
.408
PD6 **
.000
49
.408
PD5 **
.003
.003 .572
PD4 **
.545
.545
.601
.545
.000
.000
.000
.000
49
49
49
49
1
**
**
.847**
.000
.000
.000
.491
.000
1.000
49
49
49
49
49
49
49
.427**
.540**
.601**
.491**
1
.491**
.747**
.002
.000
.000
.000
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
**
**
1
.847**
.408
.533
.545
1.000
.491
.004
.000
.000
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
**
**
**
1
.678
.775
.822
.847
.747
.000 .847
.000
.000
.000
.000
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
94
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS Hasli Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak KP1 KP1
KP2
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N KP2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
KP9
49 .521
KP3
.521
**
.510
.292
.391
.458
KP7 **
.418
.109
.242
.550
KP12
**
KP13
.307
TKP
*
.148
.678**
.003
.458
.094
.000
.032
.310
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1
**
**
**
.124
.094
.135
.063
*
.156
*
-.075
.606**
.780
.780
.287
.354
.000
.000
.395
.522
.356
.665
.046
.284
.013
.610
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1
**
**
.088
-.081
-.123
.094
.241
-.006
**
-.140
.551**
.000
.000
.549
.579
.401
.520
.095
.966
.000
.338
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1
**
.070
-.008
.161
*
.099
.112
**
.087
.646**
.000
.634
.957
.270
.019
.497
.442
.001
.551
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**
*
.215
*
.072
.688**
.000
49
49
49
*
**
**
.659
.659
.042
.000
.000
49
49
49
49
**
**
**
**
.604
.604
.000
.000
.579
.579
.595
.819
.005
.000
.000
.000
49
49
49
49
.595
.819
1 49
.274
.569
.590
.057
.002
.033
.138
.025
.625
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
1
**
**
.196
*
**
.186
*
.566**
.000
.000
.176
.040
.000
.202
.019
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
1
**
*
**
**
.159
**
.624**
.124
.088
.070
.083
.001
.395
.549
.634
.569
49
49
49
49
49
49 **
.555
**
.094
-.081
-.008
.079
.000
.522
.579
.957
.590
.000
49
49
49
49
49
49
49
**
**
.555
.574
.676
.851
.334
.549
.000
.276
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
1
*
*
**
.004
**
.626**
.161
.274
.003
.356
.401
.270
.057
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
*
**
.196
*
*
.109
.063
.094
Sig. (2-tailed)
.458
.665
.520
.019
.002
.176
.034
.021
49
49
49
49
49
49
49
49
.304
.414
.589
.003
-.123
.426
.294
.320
.034
.135
.676
.304
.306
.000
**
.574
.426
.463
.079
**
.333
.333
.500
.083
Pearson Correlation N
KP11
.000
**
.418
KP10
.001
49
.480
KP9 **
.005
**
.458
.480
KP8 **
.042
49
.391
KP6 **
.000
**
.292
KP5 *
.000
.000 .510
KP4 **
.328
.328
.325
.834
.415
.021
.023
.000
.979
.003
.000
49
49
49
49
49
49
.257
*
.150
**
.558**
.075
.026
.303
.000
.000
49
49
49
49
49
1 49
.318
.704
95
Lampiran 3 HASIL UJI VALIDITAS
KP10 Pearson Correlation
.242
.287*
.241
.099
.306*
.294*
.414**
.325*
.257
Sig. (2-tailed)
.094
.046
.095
.497
.033
.040
.003
.023
.075
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
*
**
N KP11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KP12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
.383**
.076
.224
.489**
.007
.603
.122
.000
49
49
49
49
.093
**
.686**
.526
.002
.000
**
.156
-.006
.112
.215
.000
.284
.966
.442
.138
.000
.000
.000
.026
.007
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
*
*
**
**
*
.186
.159
.004
.150
.076
.093
1
.085
.523**
.562
.000
.550
.307
.354
.500
.463
.320
.589
.851
.834
.318
.383
1
.438
.032
.013
.000
.001
.025
.202
.276
.979
.303
.603
.526
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
*
**
**
**
.224
**
.085
1
.488**
KP13 Pearson Correlation
.148
-.075
-.140
.087
.072
Sig. (2-tailed)
.310
.610
.338
.551
.625
.019
.000
.003
.000
.122
.002
.562
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
1
N TKP Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.678
.606
.551
.646
.688
.334
.566
.549
.624
.415
.626
.704
.558
.489
.438
.686
.523
.000 .488
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
96
49
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas Hasil uji realibilitas variabel motivasi Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
a
Total
49
100.0
0
.0
49
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.813
N of Items
.820
14
Item Statistics Mean MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14
4.02 3.90 4.18 4.18 4.16 4.08 4.14 4.29 3.86 4.55 4.02 4.49 4.35 4.02
Std. Deviation .777 .823 .808 .527 .825 .838 .612 .736 .866 .614 1.199 .505 .481 .878
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
97
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas Inter-Item Correlation Matrix MV1 MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14
1.000 .460 .458 .347 .255 .382 .125 .245 .283 -.068 .022 -.079 .092 .274
MV2 .460 1.000 .655 .332 .148 .164 .030 .049 .359 .114 .404 .474 .302 .522
MV3 .458 .655 1.000 .310 .485 .316 -.265 .120 .098 -.208 .276 .336 .208 .171
MV4 .347 .332 .310 1.000 .169 .343 .175 .077 .196 .067 .324 .281 .236 -.053
MV5 .255 .148 .485 .169 1.000 .794 .118 .676 .208 .230 .333 .104 .117 -.005
MV6 .382 .164 .316 .343 .794 1.000 .302 .637 .304 .356 .330 .248 -.020 -.031
MV7 .125 .030 -.265 .175 .118 .302 1.000 .416 .236 .562 .138 .308 .253 .227
MV8 .245 .049 .120 .077 .676 .637 .416 1.000 .196 .520 .300 .176 .244 .152
MV9 .283 .359 .098 .196 .208 .304 .236 .196 1.000 .308 .204 .259 .071 .251
MV10 -.068 .114 -.208 .067 .230 .356 .562 .520 .308 1.000 .380 .455 .256 .288
MV11 .022 .404 .276 .324 .333 .330 .138 .300 .204 .380 1.000 .327 .240 .118
MV12 -.079 .474 .336 .281 .104 .248 .308 .176 .259 .455 .327 1.000 .229 .259
MV13 .092 .302 .208 .236 .117 -.020 .253 .244 .071 .256 .240 .229 1.000 .279
MV14 .274 .522 .171 -.053 -.005 -.031 .227 .152 .251 .288 .118 .259 .279 1.000
98
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas Inter-Item Covariance Matrix MV1 MV1 MV2 MV3 MV4 MV5 MV6 MV7 MV8 MV9 MV10 MV11 MV12 MV13 MV14
MV2
.604 .294 .288 .142 .163 .248 .060 .140 .190 -.032 .020 -.031 .034 .187
.294 .677 .436 .144 .100 .113 .015 .030 .256 .057 .398 .197 .119 .377
MV3 .288 .436 .653 .132 .324 .214 -.131 .071 .068 -.103 .267 .137 .081 .121
MV4
MV5
.142 .144 .132 .278 .074 .151 .057 .030 .089 .022 .205 .075 .060 -.025
.163 .100 .324 .074 .681 .549 .060 .411 .149 .116 .330 .043 .046 -.003
MV6 .248 .113 .214 .151 .549 .702 .155 .393 .220 .183 .332 .105 -.008 -.023
MV7 .060 .015 -.131 .057 .060 .155 .375 .188 .125 .211 .101 .095 .074 .122
MV8 .140 .030 .071 .030 .411 .393 .188 .542 .125 .235 .265 .065 .086 .098
MV9 .190 .256 .068 .089 .149 .220 .125 .125 .750 .164 .211 .113 .030 .190
MV10 -.032 .057 -.103 .022 .116 .183 .211 .235 .164 .378 .280 .141 .076 .155
MV11 .020 .398 .267 .205 .330 .332 .101 .265 .211 .280 1.437 .198 .139 .125
MV12 -.031 .197 .137 .075 .043 .105 .095 .065 .113 .141 .198 .255 .056 .115
MV13 .034 .119 .081 .060 .046 -.008 .074 .086 .030 .076 .139 .056 .231 .118
MV14 .187 .377 .121 -.025 -.003 -.023 .122 .098 .190 .155 .125 .115 .118 .770
Scale Statistics Mean 58.24
Variance 33.980
Std. Deviation 5.829
N of Items 14
99
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas Hasil Uji Realibilitas Variabel Tingkat Pendidikan Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
49
100.0
0
.0
49
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .877
N of Items
.876
6
Item Statistics Mean PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6
Std. Deviation
3.20 2.82 2.55 2.65 2.73 2.65
N
1.099 1.219 1.209 1.182 1.095 1.182
49 49 49 49 49 49
Inter-Item Correlation Matrix PD1 PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6
PD2
1.000 .417 .572 .408 .427 .408
.417 1.000 .607 .533 .540 .533
PD3
PD4
.572 .607 1.000 .545 .601 .545
PD5
.408 .533 .545 1.000 .491 1.000
.427 .540 .601 .491 1.000 .491
PD6 .408 .533 .545 1.000 .491 1.000
Inter-Item Covariance Matrix PD1 PD1 PD2 PD3 PD4 PD5 PD6
PD2
1.207 .559 .760 .531 .514 .531
.559 1.486 .895 .768 .721 .768
PD3
PD4
.760 .895 1.461 .778 .795 .778
PD5
.531 .768 .778 1.398 .635 1.398
.514 .721 .795 .635 1.199 .635
PD6 .531 .768 .778 1.398 .635 1.398
Scale Statistics Mean 16.61
Variance 30.284
Std. Deviation 5.503
N of Items 6
100
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas Hasil Uji Realibilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
49
100.0
0
.0
49
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .840
N of Items
.849
13
Item Statistics Mean KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13
Std. Deviation
3.84 3.63 3.61 3.82 3.80 4.02 4.31 4.39 3.88 4.22 4.31 3.57 4.10
N
.514 .782 .786 .905 .763 .721 .713 .786 .754 .468 .769 1.000 .770
49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 Inter-Item Correlation Matrix
KP1 KP1 1.000 KP2 .521 KP3 .510 KP4 .292 KP5 .391 KP6 .458 KP7 .480 KP8 .418 KP9 .109 KP10 .242 KP11 .550 KP12 .307 KP13 .148
KP2
KP3
.521 .510 1.000 .780 .780 1.000 .579 .659 .604 .595 .124 .088 .094 -.081 .135 -.123 .063 .094 .287 .241 .156 -.006 .354 .500 -.075 -.140
KP4
KP5
KP6
KP7
KP8
KP9
.292 .579 .659 1.000 .819 .070 -.008 .161 .333 .099 .112 .463 .087
.391 .604 .595 .819 1.000 .083 .079 .274 .426 .306 .215 .320 .072
.458 .124 .088 .070 .083 1.000 .555 .574 .196 .294 .589 .186 .334
.480 .094 -.081 -.008 .079 .555 1.000 .676 .304 .414 .851 .159 .549
.418 .135 -.123 .161 .274 .574 .676 1.000 .328 .325 .834 .004 .415
.109 .063 .094 .333 .426 .196 .304 .328 1.000 .257 .318 .150 .704
KP10 .242 .287 .241 .099 .306 .294 .414 .325 .257 1.000 .383 .076 .224
KP11 .550 .156 -.006 .112 .215 .589 .851 .834 .318 .383 1.000 .093 .438
KP12 KP13 .307 .148 .354 -.075 .500 -.140 .463 .087 .320 .072 .186 .334 .159 .549 .004 .415 .150 .704 .076 .224 .093 .438 1.000 .085 .085 1.000
101
Lampiran 4 Hasil Uji Realibilitas
Inter-Item Covariance Matrix KP1 KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13
KP2
.264 .210 .206 .136 .153 .170 .176 .169 .042 .058 .218 .158 .059
KP3
.210 .612 .480 .410 .361 .070 .052 .083 .037 .105 .094 .277 -.045
KP4
.206 .480 .617 .469 .357 .050 -.045 -.076 .056 .089 -.004 .393 -.085
.136 .410 .469 .820 .566 .045 -.005 .114 .227 .042 .078 .420 .061
KP5 .153 .361 .357 .566 .582 .046 .043 .164 .245 .109 .126 .244 .042
KP6 .170 .070 .050 .045 .046 .520 .285 .325 .107 .099 .327 .134 .185
KP7 .176 .052 -.045 -.005 .043 .285 .509 .379 .163 .138 .467 .113 .301
KP8 .169 .083 -.076 .114 .164 .325 .379 .617 .194 .119 .504 .003 .251
KP9 .042 .037 .056 .227 .245 .107 .163 .194 .568 .091 .184 .113 .409
KP10 .058 .105 .089 .042 .109 .099 .138 .119 .091 .219 .138 .036 .081
KP11 .218 .094 -.004 .078 .126 .327 .467 .504 .184 .138 .592 .071 .260
KP12
KP13
.158 .277 .393 .420 .244 .134 .113 .003 .113 .036 .071 1.000 .065
.059 -.045 -.085 .061 .042 .185 .301 .251 .409 .081 .260 .065 .594
Scale Statistics Mean 51.49
Variance 33.505
Std. Deviation 5.788
N of Items 13
102
Lampiran 5 Hasil Uji Linier Berganda Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered TPD, TMV
Variables Removed
a
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: TKP
Model Summary Model
R .384a
1
Adjusted R Square
R Square .148
Std. Error of the Estimate
.111
5.459
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
237.633
2
118.816
Residual
1370.612
46
29.796
Total
1608.245
48
Sig.
3.988
.025a
a. Predictors: (Constant), TPD, TMV b. Dependent Variable: TKP Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 31.367
8.082
TMV
.377
.136
TPD
-.110
.144
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
3.881
.000
.380
2.777
.008
-.105
-.768
.447
a. Dependent Variable: TKP
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 31.367
8.082
TMV
.377
.136
TPD
-.110
.144
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
3.881
.000
.380
2.777
.008
.991
1.009
-.105
-.768
.447
.991
1.009
a. Dependent Variable: TKP
103
Lampiran 5 Hasil Uji Linier Berganda Coefficient Correlationsa Model 1
TPD Correlations Covariances
TMV
TPD
1.000
-.093
TMV
-.093
1.000
TPD
.021
-.002
TMV
-.002
.018
a. Dependent Variable: TKP Collinearity Diagnosticsa Dimens Model ion 1
Variance Proportions Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
TMV
TPD
1
2.929
1.000
.00
.00
.01
2
.066
6.673
.02
.03
.99
3
.005
24.570
.98
.97
.00
a. Dependent Variable: TKP
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
45.21 -2.821 .813 45.95 -13.415 -2.458 -2.516 -14.061 -2.680 .086 .000 .002
Maximum 55.55 1.824 2.365 55.33 12.151 2.226 2.307 13.049 2.426 8.029 .158 .167
Mean 51.49 .000 1.304 51.54 .000 .000 -.004 -.051 -.008 1.959 .022 .041
Std. Deviation
N
2.225 1.000 .356 2.189 5.344 .979 1.011 5.699 1.038 1.706 .036 .036
49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
a. Dependent Variable: TKP
104
Lampiran 5 Hasil Uji Linier Berganda
105