1
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING ( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2010 ) Arum Setyo Mestuti Siti Mutmainah S.E., M.Si.,Akt ABSTRACT The aim of this research is to examine the influence of Earnings Management to Corporate Social Responsibility and Corporate Governance as the moderating variable in relations between them. Two proxies used for Corporate Governance mechanism are board size and the number of audit commitee meetings. Firm size, firm’s leverage and profitability are used as control variables. Earnings management is measured by discreationary accrual by modified Jones model (1995). The
sample of this research is manufactured companies which are listed in
Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2009-2010. Data used in this study are taken from annual reports and sustainable report of manufactured companies listed on the IDX. Samples are obtained by purposive sampling method. Hypothesis testing method used is multiple regression analysis. There are 56 companies fulfilling criterion as this research sample. Result of this research indicates that Earnings Management has a negative influence to Corporate Social Responsibility. Firm’s size, firm leverage and profitability as control variables have significant effects to the relationship between Earning Management and Corporate Social Responsibility. Meanwhile result of the test to moderating variables show that board size has not significant effect whereas the number of audit commitee meetings have significant effect to the influence of Earnings Management to Corporate Social Responsibility. Keyword : Corporate Social Responsibility, Earnings Management, Corporate Governance Mechanism, Board Size, The Number of Audit Commitee Meetings.
1
2
PENDAHULUAN TJSL merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal diantaranyadengan komitmen untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan program philantrophy, dan kewajiban dalam kebijakan publik (Tanudjaja 2006). Di Indonesia, pelaksanaan aktivitas dan pelaporan TJSL telah bergeser dari voluntary ke mandatory. Kewajiban
untuk
melaksanakan peran TJSL semakin kuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yang berisi: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Menurut Sun et.al (2010) salah satu tujuan pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang dilakukan perusahaan adalah untuk menarik investor agar menanamkan modalnya pada perusahaan, tetapi perkembangan yang terjadi adalah pengungkapan tanggung jawab tersebut muncul sehubungan dengan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dengan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yaitu pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Pengungkapan ini digunakan manajer untuk mengalihkan perhatian investor atau pihak-pihak yang berkepentingan dari pengawasan aktivitas manajemen laba. Corporate Governance (CG) dapat digunakan untuk mengawasi kinerja manajemen sehingga dapat meningkatkan implementasi maupun pengungkapan TJSL. Selain itu
3
mekanisme CG juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja manajemen berkaitan dengan kelonggaran manajemen laba yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan. Definisi CG menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengururs (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepetingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Dengan adanya mekanisme CG ini maka diharpkan tindakan kecurangan yang dilakukan agen dapat diminimalisasi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak. Hubungan antara tanggung jawab sosial dan lingkungan dan manajemen laba telah diteliti
oleh Patten dan Trompeter (2003). Hasil
membuktikan
adanya
discretionary accruals
penelitian Patten dan Trompeter
negatif yang
signifikan pada periode
terjadinya Bhopal chemical leak. Penelitian ini juga menunjukan hubungan positif antara environmental disclosure dengan discretionary accruals. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menguji tingkat pengungkapan TJSL dan faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan pengungkapan TJSL. Hasilnya ada lima faktor yang dipertimbangkan dalam pengungkapan TJSL yaitu faktor kepemilikan manajerial, hutang, ukuran, tipe perusahaan dan profitabilitas. Penelitian yang dilakuakan oleh Nasution dan Setiawan (2007) menguji hubungan discretionary accrual sebagai variabel dependen dengan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian tersebut adalah keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap akrual kelolaan (diskresioner laba) dan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap diskresioner laba secara parsial. Prior et al. (2008) meneliti hubungan CSR dan EM dengan dasar asumsi praktek EM akan berpengaruh negatif atas hubungan perusahaan dengan stakeholder dan reputasi perusahaan. Penelitian ini membuktikan adanya hubungan positif antara CSR dengan EM dan kombinasi praktik CSR dan EM yang berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sun et.al. (2010) . Sun et.al (2010) meneliti hubungan manajemen laba (earning management/EM) dan corporate environmental disclosure dengan asumsi dasar perusahaan yang melakukan manajemen laba mempunyai insentif untuk melakukan corporate environmental disclosure (CED) sebagai alat untuk mengacaukan perhatian stakeholders atas kecurangan tersebut. Proksi CG yang
4
digunakan adalah ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan komite audit. Penelitian ini dilakuakan pada semua perusahaan yang terdaftar di Financial Times dan the London Stock Exchange (FTSE) periode 1 April 2006 sampai 31 Maret 2007. Sampel akhir yang didapat adalah 245 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara EM dan CED begitu juga dengan ukuran dewan komisaris, sedangkan jumlah pertemuan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh antara earning management terhadap corporate environmental disclosure. Sedangkan penelitian ini merupakan ekspansi dari penelitian Sun dan Salama (2010). CED diperluas menjadi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) karena pengungkapan CED pada annual report masih belum begitu banyak dilakuakan di Indonesia. Sedangkan proksi CG yang digunakan adalah: ukuran dewan komisaris, dan jumlah pertemuan komite audit. Variabel kontrol yang digunakan adalah profitabilitas yang diproksi menggunakan return on asset (ROA), ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset, dan leverage yang diproksi dengan debt equity ratio (DER). Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010. Perbedaan dari berbagai hasil penelitian tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan? 2. Apakah pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance yang diproksi dengan ukuran dewan komisaris ? 3. Apakah pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance yang diproksi dengan jumlah pertemuan komite audit ?
TELAAH PUSTAKA Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan merupakan hubungan agensi yang muncul ketika saru orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
5
kepada agent tersebut. Yang dimaksud prinsipal dalam teori keagenan adalah investor sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Munculnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Investor
sebagai principal diasumsikan hanya
menginginkan hasil investasi mereka bertambah atau mendapat keuntungan. Sedangkan para agen yaitu manajer keuangan
dan
diasumsikan akan merasa puas bila mereka menerima kompensasi syarat-syarat
yang
menyertai
dalam
hubungan
tersebut.
Adanya perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan keuntungan yang besar yaitu pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi
yang diberikan, sedangkan agen
menginginkan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang juga sebesar-besarnya atas kinerjanya. Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk biaya pengawasan terhadap agen, pengeluaran yang mengikat oleh agen, dan adanya residual loss (Jensen dan Meckling, 1976). Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya pengawasan dan
biaya
kontrak
yang
rendah
cenderung
akan
melaporkan laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk
kepentingan manajemen salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi
perusahaan di mata masyarakat. Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal dengan melakukan TJSL sebagai tindakan CSR.
Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Pengungkapan lingkungan merupakan sebuah sinyal/informasi bagi investor tentang prospek perusahaan. Sinyal goodnews diberikan apabila pengungkapan lingkungan yang dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan harapan stakeholders . Perusahaan melakukan pengungkapan lingkungan
6
dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham.
Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan informasi sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Teori Kontijensi (Contingency Theory) Pendekatan teori kontijensi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal suatu pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan untuk menjelaskan bagaimana prosedur operasi pengendalian organisasi tersebut. Premis yang dikemukakan dalam akuntansi manajemen mengemukakan bahwa tidak ada sistem akuntansi secara universal selalu tepat untuk dapat diterapkan pada setiap organisasi, tetapi hal ini tergantung pada faktor kondisi atau situasi yang ada dalam organisasi. Beberapa dalam
bidang
peneliti
akuntansi Brownell (1982a), Murray (1990) dan Shield & Young (1993)
dalam Supomo (1998) menyatakan bahwa adanya kemungkinan variabel lain yang harus dipertimbangkan/diteliti dalam hubungan antara partisipasi penetapan standar dengan kinerja manjerial. Untuk menyelesaikan perbedaan hasil dalam penelitian tersebut maka dapat dilakukan dengan pendekatan kontijensi. Pendekatan kontijensi dalam penelitian ini akan digunakan untuk menguji keefektifan corporate governance terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Faktor kontijensi tersebut, akan berperan sebagai variabel moderating dalam pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
7
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Tanggung
jawab
sosial dan lingkunga yang dilakukan perusahaan
merupakan
konsep yang cukup menarik yang perhatian dunia dan mendapat perhatian dalam ekonomi global. Namun konsep dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan masih belum seragam dengan pandangan yang masih beragam tentang kegunaan dan aplikasinya. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada (Januarti dan Apriyanti, 2006). Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan ini muncul karena mereka menyadari bahwa kesuksesan yang didapat tidak hanya semata-mata karena pihak internal perusahaan tetapi juga dipengaruhi pihak luar. Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan tentu membawa dampak bagi kualitas lingkungan sekitarnya. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan telah diubah dari voluntary dan mandatory. Voluntary disclosure adalah pengungkapan berbagai informasi yang
berkaitan
disclosure
dengan
adalah
aktivitas/keadaan
pengungkapan
perusahaan
informasi
secara
berkaitan
sukarela. Mandatory
dengan
aktivitas/keadaan
perusahaan yang bersifat wajib dan dinyatakan dalam peraturan hukum. Pelaporan yang bersifat mandatory akan mendapat sorotan dan kontrol dari lembaga yang berwenang. Terdapat standard yang menjamin kesamaan bentuk secara relatif dalam praktek pelaporan dan juga terdapat persayaratan minimum yang harus dipenuhi. Mandatory disclosure juga dapat menjadi
jembatan
atas
asimetri
informasi
antara
investor
dengan manajer
perusahaan atas kebutuhan informasi. Pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial dan perusahaan. Kewajiban tersebut termuat dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 Pasal 66 dan Pasal 74. Dalam pasal 66 ayat (2) dijelaskan bahwa perseroan wajib melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan selain menyampaikan laporan keuangan. Sedangkan pasal 74 menjelaskan perusahaan yang bidang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Undang-undang
No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
8
Salah satu standar yang berkembang di Indonesia dalam pengungkapan CSR adalah GRI (Global Reporting Index). Dalam GRI (GRI, 2006), indikator kinerja dibagi menjadi enam komponen utama, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Total indikator dalam GRI tersebut adalah 79 yang terdiri dari 9 indiktor ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, 14 indikator praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, 9 indikator hak asasi manusia, 8 indikator masyarakat, dan 9 indikator tanggung jawab produk. Ghozali dan Chariri (2007) berpendapat bahwa perusahaan akan mengungkapkan semua informasi yang diperlukan dalam rangka berjalannya fungsi pasar modal. Pendukung pendapat tersebut menyatakan bahwa jika suatu informasi tidak diungkapkan hal ini disebabkan informasi tersebut tidak relevan bagi investor atau informasi tersebut telah tersedia di tempat lain.
Manajemen Laba Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dengan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yaitu tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Dalam hal ini berarti terdapat dua aspek yaitu intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan pertimbangan, misalnya pertimbangan yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan perkiraan nilai residu aktiva, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan menurunkan nilai aset. Selain itu juga pilihan untuk metode akuntansi, misalnya metode penyusutan dan metode biaya. Aspek kedua yaitu tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan ketika manajemen mempunyai informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. Schipper (dalam Gumanti, 2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
9
Corporate Governance Corporate governance menurut Nasution dan Setiawan (2007) merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance digunakan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2004) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku. Corporate governance muncul sebagai solusi atas keterbatasan dalam teori keagenan. Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Manajemen akan menyusun laporan laba/rugi demi kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan prinsipal sehingga diperlukan suatu pengendalian untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan tersebut. Apabila tercapai keselarasan kepentingan maka akan meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham sehingga good corporate governance dianggap perlu.
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Munculnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Investor sebagai principal diasumsikan hanya menginginkan hasil investasi mereka bertambah atau mendapat keuntungan. Sedangkan para agen yaitu manajer diasumsikan akan merasa puas bila mereka menerima kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Apabila manajemen dianggap mempunyai kinerja yang baik maka mereka akan mendapatkan kompensasi/bonus yang besar. Oleh karena itu, salah satu cara yang digunakan agar kinerja perusahaan terlihat bagus adalah dengan melakukan manajemen laba. Untuk mengelabuhi
10
atau mengalihkan perhatian stakeholder atas kecurangan ini maka manajemen melakukan TJSL. Adanya perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Manajemen kemudian mengalihkan perhatian para investor dengan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pengungkapan sosial sebuah perusahaan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat karena mereka menyadari bahwa kegiatan yang mereka lakukan membawa dampak bagi lingkungannya. Namun, disamping itu perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan ini juga memiliki beberapa alasan lain seperti menjaga reputasi perusahaan agar semakin banyak investor tertarik atau agar perusahaan bisa bertahan di lingkungan masyarakat sehingga tidak mengalami penolakan. Lebih jauh lagi, manajer mempunyai dorongan untuk melakukan pengungkapan lingkungan ketika mereka ingin melakukan manajemen laba. Konflik agensi muncul ketika manajer secara oportunis memanipulasi manajemen laba karenanya tanggung jawab sosial dan lingkungan dijadikan alat untuk mengamankan kecurangan mereka. Tanggung jawab sosial dan lingkungan ini digunakan untuk mengalihkan perhatian investor dalam mengawasi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Sun et.al (2010) meneliti hubungan manajemen laba dan corporate environmental disclosure dengan asumsi dasar perusahaan yang melakukan manajemen laba mempunyai insentif untuk melakukan corporate environmental disclosure (CED) sebagai alat untuk mengacaukan perhatian stakeholders atas kecurangan tersebut. Penelitian dilakuakan pada semua perusahaan yang terdaftar di Financial Times dan the London Stock Exchange (FTSE) periode 1 April 2006 sampai 31 Maret 2007. Sampel akhir yang didapat adalah 245 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara manajemen laba dan CED. Hipotesis 1 : Manajemen laba berpengaruh terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan perusahaan.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dewan Komisaris memiliki peranan yang penting dalam sebuah perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
11
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Jensen (1993) serta Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner et.al (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983). Dewan komisaris yang dimaksud adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Sembiring (2005) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan ukuran dewan komisaris yang dikemukakan oleh Akhtaruddin et al., (2009) semakin besar ukuran dewan komisaris, maka komposisi pengalaman dan keahlian (experience and expertise) yang dimiliki dewan komisaris semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas monitoring dengan lebih baik. Dengan proses monitoring yang lebih baik maka kemungkinan manajer melakukan kecurangan dalam manajemen laba juga dapat diminimalkan. Hipotesis 2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit terhadap Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Teori agensi menyatakan adanya kepentingan yang berbeda membuat masing-masing pihak yaitu agen dan prinsipal berusaha untuk memperbesar keuntungannya. Kelonggaran yang diberikan atas pemilihan metode akuntansi dapat dimanfaatkan manajemen untuk menghasilkan laba yang berbeda, sehingga praktik ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dihasilkan (Boediono, 2006). Komite audit merupakan salah satu komite penunjang dewan komisaris. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit adalah pertemuan formal dan informal. Pertemuan formal dilaksanakan untuk mengevaluasi kualitas laporan keuangan dan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Frekuensi dan isi pertemuan komite audit tergantung pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jumlah pertemuan komite audit dapat ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang dibebankan kepada komite audit. Menurut Hidayati (2000) komite audit pada umumnya melakukan pertemuan dua sampai tiga kali dalam setahun yaitu sebelum laporan keuangan dikeluarkan, sesudah pelaksanaan audit dan sebelum RUPS tahunan. Selain melakukan pertemuan formal, komite audit juga melakukan pertemuan informal, misalnya melakukan komunikasi dengan manajemen, akuntan publik dan auditor internal. Komite audit
12
biasanya membuat agenda rapat dengan menerima masukan dari manajemen, auditor internal dan auditor eksternal. Dengan demikian, semakin banyak jumlah pertemuan audit diharapkan akan semakin membuat informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih reliable. Abbot et al., (2004) menemukan bukti bahwa komite audit yang melakukan pertemuan kurang dari jumlah minimum memiliki kemungkinan besar untuk menyajikan kembali labanya. Ia juga menemukan bukti bahwa kecurangan dan penyajian kembali laba semakin banyak terjadi ketika anggota komite audit tidak memiliki kompetensi di bidang keuangan. Hipotesis 3 : Jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi variabel dependen, variabel independen, variabel moderating dan variabel kontrol.
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRI karena GRI merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan diseluruh dunia (www.globalreporting.org). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam GRI yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Dalam GRI disebutkan beberapa indikator dalam pengungkapan yang dilakukan perusahaan, yaitu indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan, praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, dan tanggung jawab produk. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam annual report diukur dengan menghitung jumlah item yang diungkapkan, kemudian dihitung indeksnya menggunakan CSDI. Corporate Social Disclosure Index (CSDI) merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui seberapa luas pengungkapan tanggung
13
jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Penghitungan disclosure index dilakukan dengan membagi jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item keseluruhan. CSRIj = Σ X ij / nj ............................................................................................(3.1) Keterangan : CSRIj Xij
=
=
Indeks pengungkapan informasi CSR perusahaan j
dummy variabel: diberi skor 1 jika item i diungkapkan; diberi skor 0 jika item i
tidak diungkapkan nj
=
jumlah item untuk perusahaan j
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah derajat atau korelasi laba akuntansi suatu perusahaan (entitas) dengan laba ekonominya.
Untuk mengukur manajemen laba dilakukan dengan menggunakan proksi
discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model karena berdasar Dechow et al. (1995) model ini lebih baik dibanding model Jones standar dalam mengukur kasus manipulasi pendapatan. Model penghitungannya adalah sebagai berikut : TAC it = NI it – CFO it ................................................................................................................... (3.2) Kemudian menghitung nilai total accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan regresi berikut : TAC it / TA it-1 = αi (1 / TA it-1) + β1i (∆ REV it /T A it-1 ) + β2i (PPE it / TAit-1 ) + β3i (ROA it / TAit-1 ) +ε .......................................................................(3.3) Dengan menggunakan koefisien regresi di atas maka dapat dihitung nilai nondiscretionary accrual (NDTA) dengan rumus : NDTAC it = αi (1 / TA it-1) + β1i ((∆ REV it - ∆REC it ) / TA it-1 ) + β2i (PPE it / TAit-1 ) + β3i (ROA it / TAit-1 ) +ε .......................................................(3.4) Discretionary accrual (DTA) merupakan residual yang diperoleh dari estimasi total accrual yang dihitung sebagai berikut : DTAC =( TAC it /TA it-1 ) – NDTAC it .............................................................(3.5) Keterangan : DTAC it
= Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
NDTAC it
= Non Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
14
NI it
= Net income perusahaan i pada periode t
TAC it
= Total accrual perusahaan i pada periode t
CFO it
= Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t
TA it-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode t
∆REV it
= Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t
PPE it
= Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆REC it
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
εit
= error
Variabel Moderating Variabel moderator adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antar variabel, juga bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dan variabel dependen (Kurnia, 2009).Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah corporate governance dengan proksi antara lain :
Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris merupakan banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Sembiring (2005) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Jumlah Pertemuan Komite Audit Jumlah pertemuan komite audit merupakan banyaknya jumlah rapat yang dilakukan komite audit dalam satu tahun. Penelitian Putri (2009) yang menemukan adanya hubungan antara
jumlah pertemuan
komite
audit
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan informasi laba perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering komite audit mengadakan pertemuan maka pengungkapan
informasi
laba perusahaan
semakin
transparan. Jumlah pertemuan komite audit diukur dengan menghitung total pertemuan audit yang dilakukan komite audit yang dilakukan selama satu tahun.
Variabel Kontrol
15
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Aditya, 2009). Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Profitabilitas (Profitability) Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). ROA adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor baik pemegang obligasi maupun pemegang saham
(Riyanto,
2001).
Return
on asset merupakan
ukuran
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA dihitung dengan menggunakan rumus : ROA = Laba bersih setelah pajak (EAT) / Total aktiva
Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain. Hal ini karena nilai total aset perusahaan
relatif
lebih
besar
dibandingkan
dengan
variabel-variabel lain dalam
penelitian ini. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut: SIZE = Ln ( total aset) Firm’s Leverage Firm’s leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio (DER). Leverage merupakan ketergantungan perusahaan
terhadap
hutang
dalam
membiayai kegiatan operasinya. Maksudnya, berapa tingkat kelebihan kewenangan yang dimiliki oleh debtholders dibandingkan dengan kewenangan shareholders. Leverage dihitung menggunakan rumus : DER = Total hutang / total ekuitas
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik
16
pengambilan sampel yang dilakukan dengan tujuan tertentu sesuai kriteria-kriteria yang ditetapkandan harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang menerbitkan annual report tahun 2009-2010 dan yang melaporkan laba. 2. Perusahaan yang melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam annual reportnya 3. Perusahaan manufaktur yang memiliki data tentang corporate governance yaitu data tentang ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan komite audit.
Model Penelitian
Model I TJSL = α + β1 EM+ β2 ROA + β3 Ln TA+ β4 DER....................................(3. 6)
Model II TJSL = α + β1 EM+ β2 DK + β3 RKA + β4 EM.DK + β5 EM.RKA + β6 ROA + β7 Ln TA+ β8 DER + ε ..............................................................................(3. 7)
HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien Determinasi R2 Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi I menunjukkan nilai koefisien determinasi yang menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,413, yang berarti 41,3% variasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat dijelaskan oleh manajemen laba. Sedangkan sisanya yaitu 58,7%, dijelaskan oleh variabel lain. Pada tabel 4.17 model regresi II menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang
17
menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,379. Hal ini berarti bahwa 37,9% variasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat dijelaskan secara signifikan oleh manajemen laba, ukuran dewan komisaris, jumlah pertemuan komite audit, return on asset, total asset dan debt equity ratio sedangkan 62,1% tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel lain. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Model Regresi I Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square
,675a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,455
,413
,0919141745
Durbin-Watson 1,921
a. Predictors: (Constant), DER, LN_TA, EM1, ROA b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model regresi II
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square
,685a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,469
,379
,0945335125
Durbin-Watson 1,917
a. Predictors: (Constant), DER, EM1_DK, RKA, LN_TA, ROA, DK, EM1_RKA, EM1 b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
18
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji statistik F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Model Regresi I Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,360
4
,090
Residual
,431
51
,008
Total
,791
55
F
Sig. ,000a
10,661
a. Predictors: (Constant), DER, LN_TA, EM1, ROA b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model Regresi II Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,371
8
,046
Residual
,420
47
,009
Total
,791
55
F 5,191
a. Predictors: (Constant), DER, EM1_DK, RKA, LN_TA, ROA, DK, EM1_RKA, EM1 b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Sig. ,000a
19
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Variabel independen dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen apabila tingkat signifikansinya kurang dari 5%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 8 variabel yang digunakan dengan signifikansi 5%, ada 3 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Model Regresi I Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
-,686
,227
-3,017
,004
EM1
,026
,064
,043
,410
,683
ROA
,411
,130
,361
3,167
,003
LN_TA
,041
,008
,538
5,055
,000
DER
,000
,000
-,231
-2,041
,046
a. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model Regresi II Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) EM1 DK
B
Std. Error -,802
,281
,119
,290
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-2,853
,006
,196
,411
,683
-,002
,009
-,033
-,216
,830
7,164E-5
,003
,004
,026
,980
-,022
,028
-,321
-,797
,430
EM1_RKA
,018
,033
,187
,550
,585
ROA
,434
,142
,382
3,058
,004
LN_TA
,044
,010
,591
4,354
,000
DER
,000
,000
-,268
-2,109
,040
RKA EM1_DK
20 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
,281
EM1
,119
,290
DK
-,002
Beta
t
Sig.
-2,853
,006
,196
,411
,683
,009
-,033
-,216
,830
7,164E-5
,003
,004
,026
,980
EM1_DK
a.
Std. Error -,802
RKA
Standardized Coefficients
-,022
,028
-,321
-,797
,430
EM1_RKA
,018
,033
,187
,550
,585
ROA
,434
,142
,382
3,058
,004
LN_TA
,044
,010
,591
4,354
,000
DER
,000
,000
-,268
-2,109
,040
Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Variabel tersebut adalah variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu return on asset (ROA), tottal asset (LN_TA) dan debt equity ratio (DER). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROA mempunyai signifikansi 0,004, LN_TA dengan 0,000, dan DER dengan signifikansi 0,040.
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Hipotesis 1 pada penelitian ini adalah menguji apakah manajemen laba berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi 0,683 dengan koefisien -0,686. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Hasil analisis ini mendukung penelitian yang dilakukan Sun et.al (2010). Hasil analisis ini juga mendukung teori stakeholder. Perusahaan harus menjaga hubungan
baik
dengan
stakeholder-nya
dengan
mengakomodasi
keinginan
dan
kebutuhannya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap
21
kelangsungan hidup perusahaan untuk lebih meningkatkan nilai perusahaan dimata stakeholder. Dengan demikian, kesadaran manajemen atas pentingnya peran stakeholder membuat manajemen dengan suka rela melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan, tanpa ada tujuan melakukan TJSL tersebut untuk menutupi kecurangan manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Hubungan antara Manajemen Laba dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap hubungan antara manajemen dan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi sebesar 0,830 dan nilai koefisien sebesar -0,022. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan demikian hipotesis 2 ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sun et. al (2010) bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara manajemen laba dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Jumlah dewan komisaris baik besar maupun kecil tidak mempengaruhi besarnya tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan dan belum berhasil mengurangi manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas meknisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi (Jennings 2004a; 2004b; 2005a; Oliver, 2004) serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen (Cohen, et al. 2004; Jennings 2005b). Oleh karena itu pembentukan dewan komisaris perlu memperhatikan komposisi, kemampuan, dan integritas anggota sehingga dapat melakukan fungsi pengawasan, pengendalian dan mampu memberikan arahan kepada manajemen dengan baik.
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit terhadap Hubungan Antara Manajemen Laba dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Hipotesis 3 pada penelitian ini adalah jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan signifikansi 0,585 dan nilai koefisien sebesar 0,018. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah pertemuan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
22
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lin et al. (2006) dan Fitriasari (2007) bahwa jumlah pertemuan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Ia menemukan bahwa anggota komite audit yang bertemu minimal empat kali dalam satu tahun tidak mampu mengurangi terjadinya kecurangan dalam proses pelaporan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat mandatory atas peraturan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini menyebabkan komite audit belum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal sehingga fungsi dan perannya tidak efektif. Selain itu ada kemungkinan bahwa pertemuan komite audit jarang dihadiri baik oleh pihak manajemen maupun oleh auditor ekstemal. Hal tersebut menyebabkan masalah-masalah yang terjadi dala perusahaan dan dalam proses laporan keuangan tidak terungkap sehingga tidak diketahui oleh komite audit. Hal tersebut menyebabkan masalah yang ada dalam proses pelaporan keuangan tidak menemukan penyelesaian.
Variabel Kontrol Profitabilitas (Profitability) Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ROA. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi 0,004 dengan koefisien sebesar 0,5434. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL. Hal ini berarti profitabilitas akan meningkatkan TJSL yang dilakukan perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Perusahaan di Indonesia sudah menyadari bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan penting untuk dilakukan, sehingga semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar pula tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan akan diungkapkan. Seperti yang dinyatakan oleh Alexander dan Bucholdz (1978) dalam Belkaoui dan Karpik (1989) bahwa manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga akan mengajukan kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan (Sembiring, 2003). Selain itu, perusahaan di Indonesia menganggap bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan akan memberikan nilai positif bagi perusahaan. Menurut Solomon dan Hansen (1985) dalam Mc Guire et. al. (1985), dengan CSP (corporate social performance) yang baik akan meningkatkan goodwill karyawan dan konsumen, sehingga perusahaan akan mengalami penurunan masalah dengan tenaga kerja, konsumen akan lebih
23
setia kepada produk perusahaan. Moussavi dan Evans (1986) dalam Mc Guire et.al. (1988) menyatakan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial juga dapat meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan konstituen penting seperti bank, investor, dan pemerintah. Peningkatan hubungan dengan pihak-pihak penting ini dapat memberikan keuntungan ekonomi (Monika dan Hartanti, 2008).
Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan diproksi dengan total aset. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi 0,000 dengan koefisien sebesar 0,044. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa total aset yang dimiliki perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL. Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Belkaoui dan Karpik (1989), Hackston dan Milne (1996), Sembiring (2005), Rosmasita (2007), Amran dan Devi (2008), Machmud dan Djakman (2008), dan Puspitasari (2009). Hasil tersebut berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka TJSL yang dilakukan semakin besar pula. Menurut Sembiring (2005) perusahaan yang besar memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat dan memiliki pemegang saham yang lebih banyak yang tentu saja akan selalu memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan TJSL juga semakin besar. Hasil ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi, perusahaan dengan ukuran yang besar lebih besar maka biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar sehingga untuk mengurangi biaya tersebut perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Selain itu perusahaan besar biasanya mempunyai banyak emiten yang disoroti, pengungkapan merupakan cara untuk mengurangi biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan yang besar mempunyai tekanan yang lebih besar, perusahaan besar mempunyai aktivitas operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada masyarakat dan pemegang saham yang lebih besar sehingga pengungkapan TJSL akan semakin besar. Firm’s Leverage Firm’s Leverage dalam penelitian ini diukur dengan DER. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi DER sebesar 0,040 dengan koefisien sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL. Hal ini berarti bahwa tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL.
24
Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dan Waryanti (2009) semakin tinggi tingkat leverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba yang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL, sehingga semakin tinggi leverage maka semakin tinggi TJSL yang dilakukan perusahaan untuk menutupi kecurangan manajemen laba.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dengan corporate governance sebagai variabel moderating. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut : 1.
Manajemen tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Kesadaran manajemen akan pentingnya peran stakeholder membuat manajemen dengan suka rela melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan, tanpa ada tujuan melakukan TJSL tersebut untuk menutupi kecurangan manajemen laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak.
2.
Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap
manajemen
perusahaan.
Efektivitas
mekanisme
pengendalian
dan
pengawasan perusahaan salah satunya tergantung pada nilai, norma, dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi, selain itu pembentukan dewan komisaris perlu memperhatikan komposisi, kemampuan dan integritas anggota. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 ditolak. 3.
Jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.Pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat mandatory atas peraturan pemerintah. Komite audit belum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal sehingga fungsi dan
25
peranannya belum efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
Keterbatasan Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antaralain : 1.
Rendahnya koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi pengaruh manajemen terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
2.
Penelitian ini menganalisis tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dilihat dari annual report sehingga dalam penilaian tersebut unsur subjektifitas sangat tinggi.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah : 1.
Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel moderating lain untuk mengetahui pengaruh variabel moderating tersebut terhadap hubungan antara manajemen laba dan tanggung jawab sosial dan lingkungan seperti komposisi dewan komisaris dan karakteristik sub-komite.
2.
Penelitian selanjutnya perlu menggunakan jenjang tahun yang lebih laba agar diperoleh hasil yang lebih detail tentang perusahaan sehingga bisa diketahui bahwa suatu perusahaan melakukan kegiatannya kinerja maupun pengungkapan sosial dan lingkungan dari perusahaan tersebut dilakukan secara berkesinambungan atau tidak di setiap tahunnya. 3. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan sehingga diperoleh koefisien determinasi yang lebih besar. 4. Perlu menghadirkan pihak ketiga dalam menilai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan untuk mengurangi tingkat subjektifitas yang tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, LJ Parker dan Peters GF. 2004. “Audit Committee Characteristics and Restatement”. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 23, hal. 69-87. Aditya, D. 2009. “Variabel Penelitian dan Definisi Operasional”. http://variabel-penelitiandan-definisi-operasional-variabel2.pdf. Diakses 28 Desember 2011. Akhtarudiin M, Hossain MA, Hossain M, Yao Lee. 2009. ”Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Report of Malaysian Listed Firms”. J. Appl. Manage. Account. Res., 7 (1) Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “ Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”). Simposium Nasional Akuntansi. Padang Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An Independent Corporate Governance Mechanism ?” http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf. Diakses 1 Oktober 2011. Belkaoui, A. 1981. “Accounting Theory”. New York: Harcourt Jovanovich.
______. Dan PG. Karpik. 1989. “ Determinants of The Corporate Decisions to Disclosure Social Information”. Accounting, Auditing and Acoountability Journal. Vol. 2, No. 1, hal 3651 Boediono. 2006. “CSR, Elemen Utama Tata Laksana Kemasyarakatan yang Baik” Republika 17 September 2006 Chih, H., Shen, C. and Kang, F.2008. ”Corporate Social Responsibility, Investor Protection, and Earning Management: Some International Evidence”, Journal of Business Ethics, Vol.79, hal. 179-98. Chtourou, SM. Bedard J dan Courteau L. 2001. “Corporate Governance and Earnings Management”. http://www.google.com. diakses tanggal 2 Nopember 20011 .
27
Dechow, P., Sloan, R. dan Sweeney, A. 1995.”Detecting Earning Management”. The Accounting Review, Vol. 70 hal. 193-225 ______dan Sweeney, A. 1996.”Causes and Consequences of Earning Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Inforcement Actions by The SEC”, Contemporary Accounting Research, Vol. 13, hal. 1-36. Deegan, C. 2000. “Financial Accounting Theory”. Australia: Mc.Graw-Hill Book Company ______2002. “Introduction: The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure - a Theoritical Foundation”, Accounting, Auditing, and Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, hal. 282-311. Fama. E.F. dan M.C. Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal Of Law and Economics, Vol.26. hal.301-325. Ferdinand, A. 2006. “Metode Penelitian Manajemen”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2004. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) Stakeholders”, Jakarta: FCGI Friedman, M. 1962. “Capitalism and Freedom”. Chicago: University of Chicago Press Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. _______dan A. Chariri 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Gray, R. H., 1993. “Accounting for the Envirinmental”. The Certified Accountants Educational Projects Ltd. Gumanti, Tatang Ary. 2009. “Teori Sinyal dalam Manejemen Keuangan”. Majalah Usahawan Indonesia. 2009 Hackson, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, hal 77-108. Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial ( Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES”. Tesis S2 Magister Akuntansi Undip (Tidak Dipublikasikan) Healy, P.M dan Wahlen, J.M. 1999. A Review of The Earning Management Literature and its Implication for Standard Setting, Accounting Horizon (December), hal 365-383.
28
Hendriksen, E. S., dan Van Breda, M. F. 1992. Accounting Theory, 5 th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Hidayati, A. 2000. “Kunci Sukses Komite Audit”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 4. No.1. Januarti, I dan Apriyanti D. 2005. “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan” . Jurnal MAKSI. Jennings, M. M. 2004a. "Privilege, Financial Fraud, and Noisy Lawyers." Corporate Finance Review, 8:4 Januari/Februari, hal.43-47. _______. 2004b. "Parmalat: Ethical Collapse Goes Global." Corporate Finance Review, 8:5 (Maret/April), hal.43-46. _______. 2005a. "The Ethical Lessons of Marsh and McLennan." Review, 9:4 (Januari/Februari), hal.43-48.
Corporate Finance
_______. 2005b. "Conspicuous Governance Failures: Why Sarbanes-Oxley Is not an Ethics Warranty." Corporate Finance Review, 9:5 (Maret/April), hal.41-47. Jensen, M. dan Meckling, W. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, hal. 305-60. Klein, A. 2002. ”Audit Commitee, Board of Director Characteristic, and Earning Management”. Journal of Accounting and Economic, Vol. 33 No. 3, hal. 375-401. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance.” http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm. Diakses 13 September 2011. Kurnia, A. 2009. “Konsep dan Jenis Variabel (Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator, Variabel Intervening, dan Variabel Kontrol”. http://www.konsepdan-jenis-variabel-variabel.html Diakses 28 Desember 2011.
Kusuma, H dan Susanto, E. 2004. “Efektifitas Mekanisme Bonding: Kasus PerusahaanPerusahaan yang Dikontrol Komisaris Indeoenden”. Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia, Vol. 8, No. 1, hal. 104-115 Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoeeds. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Nasution, M dan D. Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan.” Simposium Nasional Akuntansi X, IAI. Makasar 2007.
29
OECD. 1998. “Bussiness Sector Advisory Group http://www.oecg.org. Diakses 21 Desember 2011.
on
Corporate
Governance”
Patten, D. M., dan Trompeter, G. 2003. “Corporate Responses to Politicl Costs: An Examination of the Relation between Environmental Disclosure and Earning Management”. Journal of Accounting and Public, 22. 1 January, 83-94. Prior, D.,Surroca, J. dan Tribo, J. 2008. “Earning management and corporate social responsibility”, Working paper No. 06-23, Business Economic Series 06, September 2007, Universidad Carlos III de Madrid, Madrid, hal. 1-42, available at: http://earchivo.uc3m.es/bitstream/10016/428/3/wb062306-1.pdf Puspitsari, Apriani Daning. 2009. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia. Sharma, S. Durand, R.M dan Gur-Arie, O. 1981. “Identification and Analysis of Moderator Variables”. Journal of Marketing Research. Vo. XVIII Scott, W.R. 2000. “Earning Management”. Financial Accounting Theory, Second Edition. Ontario: Prectice Hall Canada Inc. 351-370 Sembiring, E. R. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercacat di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo, 15-16 September. Setiawan, W. 2006. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kualitas Laba”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 6 No.2 Agustus: 163-172 Siregar, Sylvia Veronica N.P & Bachtiar, Yanivi S. 2004. “Good Corporate Governance, Information Asymetry, and Earning Management”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali: hal 57-69. Sun, Nan., A. Salama., K. Hussainey, dan M. Habbash. 2010. Corporate Environmental Disclosure, Corporate Governance and Earnings Management. Managerial Auditing Journal. Vol. 25. No. 7,hal. 680 Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. “ Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia”. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/17049 Diakses 7 September 2011 Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
30
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Makalah Simposiu Nasional Akuntansi X. Makassar, 26-28 Juli. Ullman, A.A. 1985 “Data in Search of a Theory: A Critical Examination of the Relationships among Social Performance, Social Disclosure, and Economic Performance of U.S. Firms”. Academy of Management Review, Vol. 10, No. 3, hal. 540-577 Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Veronika, Sylvia dan Y.S Bachtiar. 2004. “Good Corporate Governance Information Asymetry and Earnings Management”. Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2 -3 Desember 2004 Wahyudiharto, E. 2009. ”Opini: Teori Keagenan (Agency Theory)”. http://s2.wahyudiharto.com/2009/02/opini-teori-keagenan-agency-theory.html Diakses 8 September 2011 Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba”. Makalah SNA VII. Denpasar. 936-974 Wild, J. 1996. “The Audit Commitee and Earning Quality”, Journal of Accounting, Auditing and Finance, Vol. 11, pp. 247-76 Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000. “Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach”. South-Western College Publishing. World Bank. 1999. “Corporate Governance: A Framework of Implementation”. www.globarreporting.org