ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PONSEL NOKIA DI SEMARANG Hikmatul Fariqoh Sri Rahayu Tri Astuti, S.E., M.M ABSTRACT Recently, the business around the world is very competitive. It is caused by free trade issue. There are so many foreign brands that can be met easily in Indonesia market. Moreover, most of products with high technology come from other countries, including mobile phone products. Nokia as the market leader of mobile phone in Indonesia has a declining market segment because of emerging its competitors, one of them come from Chine, they offer cheaper price of mobile phones with more various features, and then mobile phone from RIM with their Black Berry, iPhone from Apple, these mobile phone offer expensive price with high class of segmentation. To get attention of consumer, Nokia has conducted some action so that consumer will decide their purchase for Nokia. The purpose of this research is to find out and to analyze the effect of motivation, perception and consumer’s attitude through purchasing decision. The object of this research is “NOKIA” a mobile phone’s brand’s users and buyers around Semarang. This research involves 100 people as its respondents and employ accidental sampling as its sampling method. Author distributes questionnaires for data collection and analyzes it with double-regression linear analysis by SPSS software. Based on the result of this research is known that Motivation, and customer’s attitude influence Nokia purchasing positively and significantly through purchasing decision Nokia mobile phone brand. They are 0.282, and 0,350, respectively. The adjusted R2 of 0,275 explain that 27,5% of purchase decision variable can be explained by motivation, perception, consumer’s attitude, while the rest of 72,5% is affected by other variable which is not included in this research. Keywords: motivation, perception, consumer’s attitude and purchasing decision
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin
cepatnya
perubahan
dan
perkembangan
teknologi
dan
informasi
menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin kompetitif. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin maraknya muncul produk-produk baru dengan inovasi yang cemerlang. Kecenderungan ke arah perdagangan bebas serta berbagai program peningkatan keunggulan bersaing yang dilakukan perusahaan-perusahaan juga akan memacu tingkat persaingan yang semakin ketat. Tahun 2010, seiring dibukanya keran pasar bebas antara Indonesia dengan Cina, atau lebih dikenal dengan CAFTA (China Free Trade Area) memberikan peluang bagi poduk-produk Cina masuk ke Indonesia, termasuk perpindahan teknologi komunikasi dalam penjualan ponsel. Nokia sebagai merek yang sudah menjadi leader di pasaran ponsel Indonesia, akhirakhir ini juga mengalami dampak dari perdagangan bebas antara Indonesia dengan Cina. Banyaknya produk ponsel Cina semakin memperlemah penjualan Nokia. Karena masyarakat sudah tidak malu-malu menyebutkan merek ponsel Cina dalam memilih ponsel. Meskipun Nokia menjadi leader, tetapi penjualannya telah mengalami penurunan, Table 1.1 Data Penjualan Ponsel Nokia di Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun
Total/ unit
Perubahan
∆%
keterangan
2005
800.500.000
-
25,32
-
2006
1.003.200.000
202.700.000
-4,6
Penurunan
2007
957.000.000
46.200.000
-1,5
Penurunan
2008
941.747.000
15.253.000
-3,3
Penurunan
2009
909.747.000
32.000.000
_
penurunan
Sumber : (www.forumponsel.com) dan (www.tempointeraktif.com) Dari data diatas diketahui bahwa penjualan Nokia secara nasional dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2005, penjualan nokia mengalami kenaikan sebesar
25,32%, sedangkan pada tahun 2005 sampai tahun 2009 Nokia mengalami penurunan. Tahun 2006 penjualan nokia turun sebesar 4,6%, tahun 2007 turun lagi sebesar 1,5%, sedangkan tahun 2008 penjualan Nokia merosot sebesar 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa Nokia perlu membuat strategi baru untuk meningkatkan penjualannya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan data penjualan Nokia yang mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan dalam satu tahun (data penjualan dari Counter Phone Shop), hal ini menunjukkan ketidak sesuaian atau hubungan negatif antara penjualan dengan Top Brand Handphone yang tinggi, karena dalam Top Brand handphone, Nokia menduduki peringkat pertama dalam 5 tahun terakhir. Seharusnya semakin tinggi Top Brand suatu merek dibandingkan merek lain maka akan mampu meningkatkan penjualan produk merek tersebut. Untuk itu rumusan masalah dalam studi ini adalah ”Bagaimana mengembangkan motif pembelian, persepsi kualitas produk, serta sikap terhadap merek sehingga dapat meningkatkan penjualan produk Nokia”. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh motif pembelian terhadap keputusan pembelian produk Nokia. 2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk Nokia. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara sikap terhadap merek dengan keputusan pembelian produk Nokia.
II.
LANDASAN TEORI
2.1 Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam memutuskan membeli produk: 2.1.1 Motif Pembelian Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan adalah merupakan tugas penting bagi para produsen, untuk itu pihak produsen atau perusahaan yang menghasilkan atau menjual produk yang ditujukan pada konsumsn harus memiliki strategi jitu. Produsen harus mampu mamahami konsep motif konsumen dalam melakukan pembelian. Motivasi semakin penting agar konsumen mendapatkan tujuan yang diinginkannya secara optimal. Menurut Amerrican Encyclopedia dalam Nugroho Setiaji (2003), motivasi adalah kecenderungan (suatu sikap yang merupakan pokok pertantangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak. 2.1.2
Persepsi Kualitas Produk Menurut Kotler (2005) persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Menurut Basuswastha dan Handoko (Dahmiri, 2008) persepsi
merupakan
suatu
proses
dimana konsumen
menyadari
dan
menginterpretasikan lingkungannya. 2.1.3 Sikap Terhadap Merek Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap konsumen merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan iklan dan ditangkap oleh konsumen. Menurut Gordon Allport dalam Nugroho J. Setiaji (2003), sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Pengertian ini mengandung makna bahwa sikap mempelajari kecenderungan
mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi ataupun tidak disenangi secera konsisten. Ada 3 komponen sikap Kepercayaan merek, evaluasi merek, dan maksud untuk membeli merupakan 3 komponen sikap. Kepercayaan merek adalah komponen kognitif dari sikap, evaluasi merek adalah komponen efektif atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan.
Gambar 2.1 Hubungan antar 3 komponen sikap: Komponen kognitif Kepercayaan terhadap merek
Komponen afektif Evaluasi merek
Komponen Konatif Maksud untuk membeli
Sumber: Allport dalam Nugroho J. Setiaji (2003), Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Sanjaya (2007), tentang pengaruh persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian Mobil Daihatsu Xenia di Surabaya, hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh signifikan persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Penelitian juga dilakukan oleh Dewi Urip Wahyuni (2008), tentang pengaruh motivasi, persepsi, dansikap konsumen terhadap keputusan pembelian Sepeda Motor merek Honda di kawasan Surabaya Barat, hasil penelitiannya menjelaskan bahwa antara variabel motivasi, persepsi, dan sikap konsumen secara signifikan mempunyai hubungan yang baik
terhadap kebutuhan pembelian. Dimana motivasi dalam diri mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan pembelian. 2.3 Kerangka Teoritis Kerangka berfikir dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari model perilaku konsumen Kotler dan Assael yang dapat digambarkan seperti bagan berikut : Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Motif pembelian (X1) Persepsi kualitas produk (X2)
H1 H2
Keputusan Pembelian (Y)
H3
Sikap terhadap merek (X3)
Sumber : konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H1: motif pembelian konsumen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk ponsel Nokia pada masyarakat wilayah Semarang. 2. H2: persepsi kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk ponsel Nokia pada masyarakat wilayah Semarang. 3. H3: sikap terhadap merek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk ponsel Nokia pada masyarakat wilayah Semarang.
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Yang menjadi variabel dalam penelitian seperti apa yang telah diuraikan di atas meliputi: 1. Pengaruh motif pembelian terhadap keputusan pembelian pada ponsel Nokia. Dimana motif pembelian sebagai variabel independen dan keputusan pembelian pada ponsel Nokia sebagai variabel dependen. 2. Pengaruh persepsi kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada ponsel Nokia. Dimana persepsi kualitas produk konsumen sebagai variabel independen dan keputusan pembelian pada ponsel Nokia sebagai variabel dependen. 3. Pengaruh sikap terhadap merek terhadap keputusan pembelian pada ponsel Nokia. Dimana sikap terhadap merek sebagai variabel independen dan keputusan pembelian pada ponsel Nokia sebagai variabel dependen. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 1. Motif
Definisi operasional variable Motif pembelian:
pembelian
kebutuhan yang
Indikator a) Keinginan fisiologis
memadai untuk mendorong
b) Keinginan keamanan
seseorang bertindak
c) Keinginan sosial d) Keinginan
akan
penghargaan e) Keinginan
aktualisasi
diri 2. Persepsi
Persepsi adalah bagaimana seseorang
a) Memperhatikan
konsumen
mengumpulkan dan menginterpretasi
b) Keyakinan
informasi
dari
dunia
di
sekitar
(Cannon dkk, 2008).
sebagai
pertimbangan c) Pengalaman d) Informasi
tersimpan
dalam jangka panjang 3. Sikap
Sikap
konsumen
didefinisikan
a) Sikap
menerima
konsumen
sebagai suatu fungsi dari penampilan dan
evaluasi
terhadap
sejumlah
(positif) b) Sikap menolak (negatif)
keyakinan dari produk tertentu atau atribut-atribut yang dimiliki oleh suatu produk atau merek tertentu (Schiffman dan Kanuk, 1994). 4. Keputusan
Mangkusubroto dan Trisnadi (1987)
pembelian
membuat keputusan terbaik adalah memilih pilihan atau alternatif yang terbaik
yang
dapat
memberikan
a) Memutuskan menggunakan,
b) mengusulkan ide untuk menggunakan,
kesempatan memperoleh hasil yang
c) kemantapan,
diinginkan,
dari
d) kesesuaian
bagi
kebutuhan,
pengambilan produsen keuntungan memperkecil
dimana
tujuan
keputusan adalah
mendapatkan
maksimum resiko
yang
untuk
dengan
e) pertimbangan pesaing.
dan akan
diterima, sementara bagi konsumen tujuannya
adalah
mendapatkan
kepuasan maksimum
3.2 Penentuan Sampel dan Populasi Menurut Singarimbun (Wahyuni, 2008) populasi adalah keseluruhan dari unsur yang mempunyai tolak ukur tertentu yang diminati pembeli. Sugiyono (1999) mengatakan sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah konsumen yang memakai ponsel Nokia, oleh karena itu populasi ini merupakan populasi tak terbatas karena tidak dapat diketahui secara pasti jumlah sebenarnya dari konsumen yang menggunakan ponsel Nokia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling dengan pendekatan accidental sampling yaitu peneliti memilih responden dengan cara mendatangi responden di tempat-tempat keramaian lalu memilih calon responden yang
secara kebetulan ditemui namun calon responden harus memiliki karakteristik tertentu, yaitu responden yang dipilih menggunakan ponsel merek Nokia, bertempat tinggal di Semarang, berusia diatas 20 tahun karena di usia tersebut pembeli dianggap sudah bekerja dan mampu untuk membeli ponsel sendiri. Dalam penelitian ini sampel yang diambil dalam ukuran besar yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka digunakan teknik penentuan jumlah sampel untuk populasi tak terhingga sebagai berikut (Rao Purba, 1996) =
Keterangan :
4(
)
=
1,96 = 96,04 ≈ 96 4(0,1)
N
: jumlah sampel
Z
: tingkat distribusi normal pada taraf signifikan 5% (1,96)
Moe
:margin of error max, adalah tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi, sebesar 10%.
3.3 Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya penelitian. Validitas merupakan ukuran yang dapat menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Santoso dan Ashari, 2005). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang diukur (Ferdinand, 2006). b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di dalam kesempatan (Santoso dan Ashari, 2005).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach, untuk
mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian, jika dari hasil uji reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian memberikan nilai alpha > 0,6 (Ghozali, 2001). Menurut Ghozali (2001), pengukuran dalam teknik one shot hanya dilakukan sekali
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Perhitungan alpha Cronbach dapat menggunkan alat bantu program computer yaitu SPSS for windows 17 dengan menggunakan model Alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0,6. 3.4 Teknik Analisa Data 3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis Regresi Linier Berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh motif pembelian, persepsikualitas produk, dan sikap merek terhadap keputusan pembelian. 3.4.2 Uji Asumsi Klasik Pengujian Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah data mengalami penyimpangan atau tidak. Uji ini dilakukan setelah melakukan analisa Regresi dan Koefisien Determinasi. Uji Asumsi Klasik terdiri dari: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. b. Uji Multikolinieritas. Uji ini merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis regresi berganda. Gejala multikolinearitas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Gejala ini ditunjukkan melalui adanya korelasi yang signifikan antar variabel independen (Santoso dan Ashari, 2005).. Variabel otogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Deteksi untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dalam model regresi penelitian ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), dan nilai tolerance.
c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian atau residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Menurut Santoso dan Asahari (2005) asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu x adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Gozali, 2001). 3.4.3 Uji Statistik a. Uji t Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variable dependen. 3.4.4 Uji Kebaikan Model a. Uji F Statistik F menunjukkan apakah dua varians sampel berbeda satu sama lain atau dari populasi yang sama. Distribusi F adalah distribusi probabilitas dari varians sampel dan keluarga distribusi berubah dengan perubahan ukuran sampel. Uji F merupakan uji kelayakan model. b. Koefisaien Determinasi Koefisien Determinasi (R²) bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dalam penelitian ini perhitungan koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel - variabel bebas (motif pembelian, persepsikualitas produk, dan sikapterhadap merek) dalam menjelaskan variabel terikat (keputusan pembelian). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol(0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2005). c. Analisis kualitatif Analisis kualitatif berguna untuk menyimpulkan hasil yang diperoleh dari analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis data berdasarkan hasil yang dinyatakan dalam bentuk uraian.
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Instrumen Penelitian
4.1.1 Uji Validitas Hasil pengujian validitas untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini: Tabel 4.1 Pengujian Validitas Variabel Motif Pembelian Indicator f) Keinginan fisiologis g) Keinginan keamanan h) Keinginan sosial i) Keinginan akan penghargaan j) Keinginan aktualisasi diri
Q (Q11) (Q12) (Q13) (Q14)
r tabel 0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
r hitung 0,612 0,349 0,680 0,699
Validitas Valid Valid Valid Valid
(Q15)
0,1975
0,750
Valid
Sumber: data primer kuesioner yang diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (Q11, Q12, Q13, Q14, Q15) terhadap total skor konstruk yaitu X1 (variabel motif pembelian) menunjukkan hasil yang signifikan, r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Tabel 4.2 Pengujian Validitas Variabel Persepsi Kualitas Produk Indikator e) Memperhatikan f) Keyakinan sebagai pertimbangan g) Pengalaman h) Informasi tersimpan dalam jangka panjang i) Tanggapan/ pendapat Sumber: data primer kuesioner yang diolah
Q Q21 Q22 Q23 Q24 Q25
r hitung 0.589 0.753 0.739 0.658 0,618
r tabel 0,1975 0,1975 0,1975 0,1975 0,1975
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid
Dari table diatas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (Q21, Q22, Q23, Q24, Q25) terhadap total skor konstruk yaitu x2 (variabel persepsi kualitas produk) menunjukkan hasil yang signifikan, r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Tabel 4.3 Pengujian Validitas Variabel Sikap Terhadap Merek Indikator
Q
r hitung r tabel
Validitas
a) Sikap konsumen terhadap fitur
Q31
0.678
0,1975
Valid
b) Sikap konsumen terhadap tipe ponsel
Q32
0.765
0,1975
Valid
c) Sikap konsumen terhadap pemberian
Q33
0.680
0,1975
Valid
d) Sikap konsumen terhadap suku cadang
Q34
0.606
0,1975
Valid
e) Sikap konsumen terhadap harga
Q35
0.706
0,1975
Valid
garansi
Sumber: data primer kuesioner yang diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (Q31, Q32, Q33, Q34, Q35) terhadap total skor konstruk yaitu X3 (variabel sikap terhadap merek) menunjukkan hasil yang signifikan, r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Tabel 4.4 Pengujian validitas variabel Keputusan Pembelian Indikator
Q
r hitung r tabel
f) Memutuskan untuk menggunakan,
Q41
0.845
0,1975 Valid
g) Mengusulkan ide untuk menggunakan,
Q42
0.814
0,1975 Valid
h) Kemantapan,
Q43
0.845
0,1975 Valid
i) Kesesuaian dengan kebutuhan,
Q44
0.616
0,1975 Valid
j) Pertimbangan pesaing
Q45
0.721
0,1975 Valid
Sumber: data primer kuesioner yang diolah
validitas
Dari tabel diatas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (Q41, Q42, Q43, Q44, Q45) terhadap total skor konstruk yaitu Y(variabel keputusan pembelian) menunjukkan hasil yang signifikan, r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. 4.1.2 Uji Reliabilitas Berikut hasil uji reliabilitas: Tabel 4.9
Reliability Statistics
variable
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
Motif pembelian
.628
.619
5
Persepsi kualitas produk
.707
.721
5
Sikap terhadap merek
.742
.747
5
Keputusan pembelian .826 .830 Sumber: dari data primer kuesioner yang diolah
5
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa konstruk Motif pembelian memberikan nilai Crobach Alpha 61,9% , nilai persepsi kualitas 72,1%, nilai sikap terhadap merek 74,7%, nilai keputusan pembelian 83,0% sehingga bisa dikatakan reliabel karena lebih dari 60%.. 4.2 Pengujian Asumsi Klasik Berikut akan disajikan hasil pengujian asumsi klasik terhadap model regresi, yang meliputi uji normalitas data, multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. 4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 4.10 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
100
Normal Parametersa,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 5.85786734
Absolute
.133
Positive
.080
Negative
-.133
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.331 .058
Sumber: Data primer kuesioner yang diolah Dari hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Dari uji Kolmogorov - Smirnov menunjukkan hasil yang memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.058 yang berada di atas 0,05. 4.2.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tabel 4.11 Hasil uji multikolinieritas Coefficientsa Standardize d Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constan t)
4.542
5.059
x1
.282
.109
x2
.207
x3
.350
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Toleranc e
VIF
.898
.372
.240
2.581
.011
.843
1.186
.142
.165
1.457
.148
.571
1.750
.149
.278
2.349
.021
.525
1.906
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data primer yang diolah Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10. Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa semua variabel independen memiliki nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Hal ini menunjukkan dalam model ini tidak terjadi multikolinearitas 4.2.3. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji Park. Berikut adalah hasil output SPSS dengan cara meregresikan variabel tersebut:
Tabel 4.12 Hasil Uji Park Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
1.854
1.989
x1
-.083
.043
x2
-.023
x3
.102
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
.932
.353
-.208
-1.925
.057
.843
1.186
.056
-.054
-.412
.681
.571
1.750
.059
.239
1.745
.084
.525
1.906
a. Dependent Variable: LN_1 Sumber: Data primer yang diolah Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistikal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisistas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisistas pada data model tersebut tidak dapat ditolak. 4.2.4 Hasil Analisis Regresi Berganda Berdasar output SPSS tersebut secara parsial pengaruh dari ketiga variabel independent yaitu motif pembelian, persepsi kualitas produk, sikap merek terhadap keputusan pembelian ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
4.542
5.059
x1
.282
.109
x2
.207
x3
.350
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
.898
.372
.240
2.581
.011
.843 1.186
.142
.165
1.457
.148
.571 1.750
.149
.278
2.349
.021
.525 1.906
a. Dependent Variable: Y Sumber : Data sekunder yang diolah Dengan melihat Tabel di atas, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y= 0.240 x1+ 0.165 x2+ 0.278 x3
atau
Keputusan pembelian: 0.240 Motif pembelian+ 0.165 Persepsi kualitas produk+ 0.278 Sikap terhadap merek Persamaan regresi di atas mempunyai makna sebagai berikut: 1.
Variabel X1 (motif pembelian) menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) pada ponsel Nokia di wilayah Semarang dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.240. Tanda positif pada koefisien regresi ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan yang terjadi pada variabel motif pembelian (X1) akan mengakibatkan peningkatan pada variabel keputusan pembelian (Y). 2. Variabel persepsi kualitas produk (X2) menunjukkan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputussan pembelian (Y) pada ponsel Nokia dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0.165. Hal ini berarti bahwa setiap adanya peningkatan persepsi kualitas produk(X2) akan mengakibatkan peningkatan keputusan pembelian (Y) juga. 3. Variabel sikap terhadap merek menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap terhadap merek (X3) pada ponsel Nokia dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.278. Hal ini berarti bahwa setiap adanya peningkatan sikap terhadap merek(X3) akan mengakibatkan peningkatan keputusan pembelian (Y) juga. 4.3. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 4.3.1. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat terlihat pada Tabel berikut: Tabel 4.14 Hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) Model Summaryb
Model
R
1
.545a
R Square
Adjusted R Square
.297
Std. Error of the Estimate
.275
5.949
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data primer yang diolah Berdasar output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R Square pada ponsel Nokia sebesar 0.275. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu motif pembelian, persepsi kualitas produk, dan sikap merek terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 27,5% sedangkan sisanya
sebesar 72,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 4.3.2. Uji Statisik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan Uji F ini dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
1435.414
3
478.471
Residual
3397.146
96
35.387
Total
4832.560
99
F 13.521
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data primer yang diolah Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 13.521 dengan probabilitas 0,00. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian atau dapat dikatakan bahwa variabel meliputi motif pembelian, persepsi kualitas produk, sikap terhadap merek secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4.3.3. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Parsial Coefficientsa Standardize d Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constan t)
4.542
5.059
x1
.282
.109
x2
.207
x3
.350
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Toleranc e
VIF
.898
.372
.240
2.581
.011
.843
1.186
.142
.165
1.457
.148
.571
1.750
.149
.278
2.349
.021
.525
1.906
a. Dependent Variable: Y Sumber : Data primer yang diolah Dari hasil analisis regresi tabel di atas, tampak bahwa 2 variabel independen yaitu motif pembelian (x1), dan sikap terhadap merek(x2) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y), dengan tingkat signifikasi masing-masing adalah sebesar 0,11, dan 0,21. Sedangkan variabel persepsi kualitas produk (x2) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y), hal ini dikarenakan nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%.
V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan tiga variabel independen dan satu variabel dependen keputusan pembelian ponsel Nokia menunjukkan bahwa: 1.
Hasil penelitian diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,275 yang berarti bahwa 27,5% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yaitu motif pembelian, persepsi kualitas produk, dan sikap terhadap merek. Sedangkan sisanya sebesar 72,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
2.
Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa motif pembelian berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ponsel Nokia. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas motif pembelian sebesar 0,011 yang berada di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa motif pembelian berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan pembelian diterima.
3.
Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa persepsi kualitas produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian pada ponsel Nokia. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas persepsi kualitas produk sebesar 0,148 yang berada di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa persepsi kualitas produk berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan pembelian ditolak.
4.
Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa sikap terhadap merek Nokia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ponsel Nokia. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas sikap terhadap merek Nokia sebesar 0,021 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa sikap terhadap merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian diterima.
5.
Dari ketiga variabel independen tersebut, variabel sikap terhadap merek mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian, yaitu 0,278. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik atau positif sikap seseorang terhadap merek Nokia, maka akan semakin besar keputusan seseorang untuk membeli ponsel merek Nokia.
5.2 Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dihindari oleh peneliti. Keterbatasan itu tersebut tentu saja akan mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut adalah : 1. Terdapat keterbatasan peneliti untuk bisa mendapatkan data-data internal perusahaan, karena dianggap bahwa data penjualan merupakan data yang sangat rahasia bagi perusahaan, dan dikhawatirkan bisa jatuh ke tangan orang yang tak bertanggung jawab. 2. Keterbatasan dalam pembuatan pertanyaan-pertanyaan kuesioner, terkait dengan kebutuhan-kebutuhan sebagai indikator variabel motif pembelian yaitu kebutuhan menurut teori Maslow (hierarki kebutuhan), dimana teori ini mempunyai kelemahan yaitu dalam kenyataannya kebutuhan manusia bukan tersusun secara hierarki, karena dalam waktu yang sama mereka bisa mempunyai kebutuhan yang berbeda. 3. Keterbatasan dalam pembuatan indikator variabel keputusan pembelian, dimana seharusnya indikator berkaitan dengan variabel independennya. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka berikut ini dapat disimpulkan beberapa saran yang mungkin akan berguna bagi pihak-pihak yang terkait: 1.
Dari hasil kusioner menunjukkan bahwa: a) Motif pembelian Berdasarkan hasil jawaban dari konsumen Nokia, motif untuk membeli Nokia masih tergolong tinggi. Motif para konsumen untuk membeli merupakan pengaruh faktor-faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang diciptakan oleh perusahaan berupa fitur-fitur yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen, maupun diskon-diskon yang diberikan perusahaan agar konsumen merasa tertarik untuk membeli. Motif pembelian untuk ponsel tidak hanya SMS dan telephon saja tetapi masyarakat juga membutuhkan fitur-fitur lain seperti MP3, Chatting, internet, facebook, twitter dll. Fitur-fitur ini diciptakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, jadi fitur yang menarik diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sebagai motif untuk membeli (motif psikologi). Selain itu kenyamanan dalam membawa ponsel serta komunitas lewat ponsel juga menjadi pilihan yang penting bagi mereka. Untuk itu disarankan agar Nokia memberikan fitur-fitur yang menarik di semua
ponsel keluarannya dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, serta memperhatikan model ponsel yang praktis dan simple agar nyaman untuk dibawa. b) Persepsi Kualitas Produk Berdasarkan hasil jawaban konsumen, persepsi kualitas produk mengenai Nokia masih tergolong baik (tinggi). Tetapi masih ada banyak pendapat-pendapat serta pengalaman negatif dari para pengguna Nokia, antara lain: fitur yang ditawarkan biasa saja, Nokia mudah terkena virus, Nokia loadingnya lama, semakin canggih semakin susah untuk dipelajari. Untuk itu disarankan supaya Nokia membuat fitur yang handal, memberikan anti virus disetiap ponsel keluarannya yang dianggap penting dan perlu agar bisa melindungi, dan memperbaiki programnya agar loadingnya tidak lama. c) Sikap terhadap merek Sikap terhadap merek oleh konsumen dalam menanggapi berbagai fasilitas yang diberikan merek Nokia antara lain garansi, pelayanan pasca pembelian, suku cadang Nokia, dll, masih dalam kategori tinggi (positif). Sebagian besar masyarakat ingin mendapat kemudahan-kemudahan tersebut. Tetapi tidak hanya hal tersebut yang disikapi positif oleh masyarakat, harga purna jual yang tinggi juga dirasa perlu dipertimbangkan, hal ini berarti masyarakat membutuhkan kualitas yang bagus dalam memilih ponsel. Untuk itu kepada Nokia agar selalu mempertahankan serta memperbaiki kualitasnya yang sudah bagus. d) Keputusan Pembelian Dari hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa keputusan untuk membeli Nokia masih tergolong tinggi. Tetapi masih banyak aspek yang dipertimbangkan seseorang dalam membeli ponsel, antara lain: harga, kualitas, fitur,
model, dll. Untuk itu sebaiknya Nokia
memberikan harga yang mudah dijangkau oleh konsumen, karena banyak ponsel pesaing dengan harga yang sama tetapi memberikan fitur yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Assael H. (2002), Consumers Behavior and Marketing Action, Edisi 3, South Western College Publishing, Cincinatti,OH. Amir, Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Cannon, Josep dkk. 2008. Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial Global. terj. Afia Fitriati & Ria Cahyani. Salemba Empat, Jakarta Dahmiri. 2008. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Membeli Perumahan Griya Kembar Lestari di Kota Jambi (The Analysis of Consumers Perceptions of Consumers Decisionto Buy House at Griya Kembar Lestari in Jambi ). Percikan, vol 94 Edisi November 2008. Jambi . Dharmmesta, Swastha, dan Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. BPFE Yogyakarta, Jogjakarta. Engel, James dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Terj. Budiyanto. Binarupa Aksara, Jakarta. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Badan Penerbit-UNDIP, Semarang. Foster. 1985. Prinsip-prinsip Pemasaran. Trj. Siswanto Soetojo. Erlangga, Jakarta. Hutagalung, Bongsu dan Novi Aisha.2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Menggunakan Dua Ponsel (GSM dan CDMA) pada Mahasiswa Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi USU. Jurnal Manajemen
Bisnis, Volume 1, Nomor 3, September 2008: 97 – 102, Sumatera Utara Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Terj. Benyamin Molalan. PT Intan Sejati. Klaten ,
dan Gary Amstrong. 1997. Dasar- Dasar Pemasaran Jilid 2. Prenhallindo.
Jakarta Masud, Fuad. 2004. Survival Diagnosis Organisasional Konsep & Aplikasi. Badan PenerbitUNDIP, Semarang Muchsin, Noorhudha. 2002. Analisis Sikap Konsumen dalam Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Sanex dan Kanzen di Kota Malang (The Analysis Of Customer’s Attitude
In Decision Making Of Purchasing Sanex And Kanzen Branded Motorcycle In Malang Regency). Malang Razak, Mashur. 2008. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Program Studi pada Perguruan Tinggi di Sulawesi Selatan. Analisis, September 2008, Vol 5 No. 2: 89 – 102. Sulawesi Selatan Schiffman, L. G., dan Kanuk, L., L. 2004. Consumer Behavior. United States of America : Pearson Prentice Hall Setiaji, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen Konsep & Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenanda Media, Bogor Sodik, Nur, (2004), “Analisis Keberhasilan Persepsi Konsumen Pada Negara Asal (Country of Origin) Terhadap Kualitas dan Harga Produk Otomotif (Survey Terhadap Konsumen di Kota Surakarta Tahun 2003)”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 4, No. 1, Mei 2004 Surakarta. Stanton, William.1984. Prinsip Pemasaran. (Trj.) Yohanes Lamarto. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, (1999), Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sutrisno Hadi, 1990. Metodologi Researh. Yogyakarta: Andi Offset. Swastha, Basu.2009. Azas-azas Marketing. Liberty. Jogjakarta , dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Jogjakarta. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Wurianni, Tri. 2010. Analisis Pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Studi Kasus pada Ponsel SmartPhone Nokia. Semarang (belum dipublikasikan) Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Urip, Wahyuni. 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.10, NO. 1, MARET 2008: 30-37. Surabaya.
http//www.forumponsel.com http//www.tempointeraktif.com http://www.topbrand-award.com http//www.google.com