ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSEPSI DIRI TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI DINI Yuli Trisnawati
ABSTRACT
Early Breastfeeding Inisisi (early inviation) or the beginning of early breastfeeding is the baby starts to suckle his own soon after birth. Factors that affect IMD, among others, knowledge, family support, education and attitude. Objective: To identify factors associated with maternal behavior in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara district health center. Analytic study with cross-sectional survey. The number of women giving birth in 2011 sampi month of May 2012 as many as 121 people. Samples used as many as 61 people. Tool using chi-square analysis and logistic regression. Education maternal health center in Sigaluh I Banjarnegara majority less that primary education 35 (57.4%), knowledge 25 (41%), poor attitude which 23 (37.7%), and the IMD behavior gives a total of 33 (54.1%). There is a relationship between education, knowledge, and attitudes, maternal health center in the conduct of IMD in Sigaluh I Banjarnegara (0.000 <0.05).The most factor that influence IMD behavior is education.
Keywords : Education, knowledge, attitudes, IMD behavior. Bibliography: 17 (2002-2010)
14
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui
A. PENDAHULUAN Inisiasi
menyusu
dini
(early
dini pada bayi segera setelah lahir.
initiation) atau permulaan menyusu
Inisiasi menyusui dini masih sulit
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
diterapkan karena kebanyakan ibu
segera setelah lahir. Cakupan IMD
tidak tahu bahwa proses ini sangat
yang masih rendah diduga karena
bermanfaat,
ketidaktahuan ibu bersalin tentang
memakan waktu satu jam tersebut
manfaat ASI dan IMD. Penyuluhan
berpengaruh pada sang bayi seumur
pada waktu pemeriksaan kehamilan
hidup serta adanya beberapa pendapat
oleh petugas kesehatan atau bidan
yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu
tentang
kehamilan,
menganggap bayinya akan kedinginan
persalinan dan persiapan pelaksanaan
bila tidak segera dibedong, ibu terlalu
IMD
mempersiapkan
lelah untuk segera menyusui bayinya,
persalinan yang aman dan mental ibu
ibu takut bayinya jatuh,ibu merasa
bersalin
badan
perawatan
bertujuan
dalam
proses
inisiasi
dan
proses
bayinya
yang
masih
hanya
kotor
menyusui dini sehingga para ibu tidak
sehingga harus dimandikan, kolostrum
merasa jijik saat bayi diletakkan di
tidak keluar atau jumlahnya tidak
tubuhnya. (Roesli, 2007).
memadai. Pengetahuan tentang inisiasi
Menurut Idris (2007), faktor yang
menyusui dini belum banyak diketahui
menyebabkan perilaku ibu yang rendah
masyarakat karena inisiasi menyusui
untuk menyusui diantaranya adalah
dini merupakan ilmu pengetahuan yang
karena faktor nyeri dan kelelahan
baru. (Roesli, 2008).
pasca
melahirkan
serta kurangnya
Faktor sikap seseorang khususnya
pengetahuan ibu tentang pentingnya
ibu post partum dalam melakukan
inisiasi menyusu dini. Dukungan yang
inisiasi
diberikan
keluarga
berpengaruh bagi pertumbuhan bayi
terutama suami dapat membangkitkan
hendaknya diterapkan dalam perilaku
rasa percaya diri ibu untuk melakukan
sehingga
inisiasi menyusui dini.
meningkatkan derajat kesehatan ibu
Faktor
oleh
anggota
pengetahuan
menyusui
dini
diharapakan
yang
dapat
ibu
dan anak terutama dalam menurunkan
merupakan faktor yang berpengaruh
angka kematian bayi. Sikap ibu yang
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
melakukan IMD juga dipengaruhi oleh
melakukannya
pengetahuan
Inisiasi Menyusui Dini masih jarang
ibu
sendiri,
karena
semakin luas pengetahuan ibu maka akan
semakin
positif
sikap
pendidikan
dini.
Semakin
dipraktikkan. (Roesli, 2009).
B. TINJAUAN PUSTAKA ibu
berpengaruh dalam penerapan inisiasi menyusui
kegiatan
ibu
terhadap IMD. (Rusnita, 2008). Faktor
membuat
15
tinggi
1. Perilaku a. Pengertian Perilaku Perilaku menurut Suliha (2002)
pendidikan ibu membuat informasi
adalah
tentang inisiasi menyusui dini dapat
rangsangan dari luar subyek dan
diserap dengan baik. Hal ini dapat
memiliki dua macam bentuk respon
dilihat
persentasenya
yaitu bentuk aktif dan bentuk pasif.
sebagai berikut, dari 30 ibu bersalin
Bentuk aktif adalah respon yang secara
didapatkan hasil menjawab baik 16
langsung dapat diobservasi, perilaku
(53,3%) yaitu ibu yang tamat Sekolah
ini sudah termasuk tindakan nyata
Menengah Atas (SMA). Sedangkan ibu
(overt behavior). Bentuk pasif terjadi
yang
kurang
dalam diri manusia dan tidak diamati
mengenai IMD ada 14 orang (46,7%)
secara langsung oleh orang lain, seperti
yaitu ibu yang tidak tamat SMA.
pikiran, tanggapan, sikap, batin dan
(Rusnita, 2008).
pengetahuan. Perilaku semacam ini
dari
angka
pengetahuannya
respon
seseorang
terhadap
Kebanyakan ibu bersalin tidak
masih terselubung (covert behavior).
tahu bahwa membiarkan bayi menyusu
Menurut Katz (dalam Notoatmodjo,
sendiri segera setelah kelahiran sangat
2003), perilaku dilatarbelakangi oleh
bermanfaat. Melakukan IMD, bayi
kebutuhan individu. Seseorang dapat
belajar
berperilaku baik terhadap obyek demi
beradaptasi
dengan
kelahirannya di dunia. Bayi yang baru
pemenuhan kebutuhan.
saja keluar dari dalam rahim sang ibu,
Perilaku manusia merupakan hasil
tentunya merasa asing ketika harus
dari segala macam pengalaman serta
berada di dunia luar. Tetapi kurangnya
interaksi
pengetahuan dari orang tua, pihak
lingkungannya yang terwujud dalam
medis
bentuk
maupun
keengganan
untuk
manusia
pengetahuan,
dengan
sikap
dan
16
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
tindakan (Wirawan, (2002)
juga
2004).
menyatakan
Suliha
yang dirasakan, dan hambatan yang
bahwa
dirasakan.
Masing-masing
persepsi,
perilaku manusia secara operasional
secara individu atau dalam kombinasi,
dapat dikelompokkan menjadi tiga
dapat digunakan untuk menjelaskan
macam yaitu perilaku dalam bentuk
perilaku kesehatan.
pengetahuan, sikap danbentuk tindakan
1. Keseriusan
nyata atau perbuatan.
Konstruksi keseriusan yang dirasa
b. Faktor-Faktor
yang
kan berbicara dengan kepercayaan
Mempengaruhi Perilaku Menurut
individu
Teori
keparahan
Health
Beliefe
Models
tentang
keseriusan
penyakit.
atau
Sementara
persepsi keseriusan sering didasarkan
(HBM) Health Belief Model didasarkan atas 3
pada
faktor esensial:
pengetahuan, juga dapat berasal dari
1. Kesiapan merubah
perilaku
menghindari
medis
atau
individu
untuk
keyakinan seseorang bahwa ia akan
dalam
rangka
mendapat kesulitanakibat penyakit dan
suatu
penyakit
atau
memperkecil risiko kesehatan 2. Adanya
informasi
dorongan
akan
membuat
atau berefek pada
hidupnya secara umum (McCormickdalam
Brown, 1999).
lingkungan individu yang membuatnya
2. Kerentanan yang dirasakan
merubah perilaku
Risiko pribadi atau kerentanan
3. Perilaku itu sendiri.
adalah salah satu persepsi yang lebih
Ketiga factor di atas dipengaruhi oleh
kuat dalam mendorong orang untuk
factor-faktor lain yang berhubungan
mengadopsi perilaku sehat. Semakin
dengan kepribadian dan lingkungan
besar risiko yang dirasakan, semakin
individu,
besar
serta
pengalaman
berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.
dalam
perilaku untuk mengurangi risiko. 3.
Berikut empat persepsi yang berfu
kemungkinan terlibat
Manfaat yang dirasakan
Konstruksi manfaat
yang
ngsi sebagai konstruksi utama dari
dirasakan adalah pendapat seseorang
model:
dirasakan,
dari nilai atau kegunaan dari suatu
kerentanan yang dirasakan, manfaat
perilaku baru dalam mengurangi risiko
keseriusan
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
17
pengembangan penyakit. Orang-orang
melakukan sesuatu (Bandura, 1977).
cenderung mengadopsi perilaku sehat
Orang umumnya tidak mencoba untuk
ketika mereka percaya perilaku baru
melakukan sesuatu yang baru kecuali
akan
mereka
mengurangi
resiko mereka
pikir
mereka
bisa
untuk berkembangnya suatu penyakit.
melakukannya. Jika seseorang percaya
4. Hambatan yang dirasakan
suatu perilaku baru yang berguna
Karena perubahan adalah bukan
(manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia
sesuatu yang datang dengan mudah
tidak
bagi
(penghalang dirasakan), kemungkinan
kebanyakan
terakhir
dari
hambatan
orang,
konstruk
HBM adalahmasalah
yang
dirasakan
untuk
berubah. Ini adalah evaluasi individu sendiri atas hambatan yang
dihadapi
mampu
melakukan
itu
bahwa hal itu tidak akan dilakukan. 2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Menurut Roesli (2008), inisiasi
untuk mengadopsi perilaku baru.
menyusui dini (early initiation) atau
5.
permulaan menyusu dini adalah bayi
Variabel Modifikasi Empat
konstruksi
utama
dari
mulai menyusu sendiri segera setelah
oleh
lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia
variabel lain, seperti budaya, tingkat
seperti juga bayi mamalia lain yang
pendidikan, pengalaman masa lalu,
mempunyai
keterampilan, dan motivasi. Variabel
sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit
tersebut adalah karakteristik individu
bayi dengan ibunya, setidaknya selama
yang mempengaruhi persepsi pribadi.
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
6. Isyarat untuk bertindak
melakukan
persepsi dapat dimodifikasi
kemampuan
inisiasi
menyusu
menyusui
dini
adalah
(IMD) dinamakan the breast crawl
peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal
atau merangkak mencari payudara
yang
sendiri.
Isyarat
untuk
bertindak
menggerakkan
orang
untuk
mengubah perilaku mereka. 7. Self-Efficacy
Gupta (2007), menyatakan inisiasi (Percaya
menyusu dini disebut sebagai tahap ke
Kemampuan Diri)
empat persalinan yaitu tepat setelah
Self-efficacy adalah kepercayaan
persalinan sampai satu jam setelah
pada
kemampuan
sendiri
untuk
persalinan, meletakkan bayi baru lahir
18
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
dengan
posisi
tengkurap
setelah
dan rasa ini akan membimbing bayi
dikeringkan tubuhnya namun belum
untuk menemukan payudara dan puting
dibersihkan,
susu ibu.
tidak
dibungkus
dan
memastikan bayi mendapat kontak kulit
dengan
puting
susu
ibunya,
menemukan
dan
mendapatkan
kolostrum atau ASI yang pertama kali
3. Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya. 4. Bayi mulai bergerak kearah
keluar. Reflek menghisap bayi bayi
payudara.
Areola
sebagai
timul setelah 20-30 menit setelah lahir
dengan kaki menekan perut ibu. Ia
dan bayi menunjukkan kesiapan untuk
menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke
menyusu 30-40 menit setelah lahir
kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan
(Roesli, 2008).
meremas daerah puting susu dan
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
sekitarnya dengan tangan yang mungil. 5. Menemukan,
yang dianjurkan Menurut Roesli (2008), dalam
sasaran,
menjilat,
mengulum puting, membuka mulut
Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima)
lebar, dan melekat dengan baik.
tahapan
c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
perilaku
sebelum
bayi
menyusu, yaitu: 1. Dalam
Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi 30
menit
pertama,
stadium istirahat / diam dalam keadaan
menyusu dini antara lain: 1.
Dada ibu menghangatkan bayi
siaga. Bayi diam tidak bergerak,
dengan tepat selama bayi merangkak
sesekali matanya terbuka lebar melihat
mencari
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
menurunkan
merupakan penyesuaian peralihan dari
kedinginan (hypothermia).
keadaan dalam kandungan ke luar kandungan. 2. Antara
2.
payudara. kematian
Ini
akan karena
Ibu dan bayi merasa lebih
tenang. Pernafasan dan detak jantung 30-40
menit,
bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang
mengeluarkan suara, gerakan mulut
menangis
seperti mau minum, mencium, menjilat
pemakaian energi.
tangan. Bayi mencium dan merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau
3.
Saat
sehingga
merangkak
mengurangi
mencari
payudara, bayi memindahkan bakteri
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
19
dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-
atau ASI yang pertama kali keluar.
jilat kulit ibu, memakan bakteri ‘baik’
Kolostrum atau ASI istimewa yang
dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan
kaya akan daya tahan tubuh, penting
berkembang biak membentuk koloni di
untuk
kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri
penting untuk pertumbuhan usus bayi
‘jahat’ dari lingkungan.
yang masih belum matang sekaligus
4.
Bonding (ikatan kasih sayang)
antara ibu-bayi akan lebih baik karena
ketahanan
terhadap
infeksi,
mematangkan dinding usus. 9.
Ibu dan ayah akan merasa
pada 1-2 jam pertama bayi dalam
bahagia bertemu dengan bayinya untuk
keadaan siaga. Setelah itu biasanya
pertama kali dalam kondisi Inisiasi
bayi tidur dalam waktu yang lama.
Menyusu
5.
Memberikan
pada
bayi
Dini
ini.
Bahkan
ayah
mendapat kesempatan mengadzankan
kesempatan untuk menyusu dini maka
anaknya
akan lebih berhasil menyusu esklusif
pengalaman batin bagi ketiganya yang
dan akan lebih lama disusui.
amat indah.
6.
Hentakan kepala bayi ke dada
ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, pijatan bayi pada puting
ibu
akan
merangsang
pengeluaran hormon oksitoksin. 7.
Hormon
oksitoksin
akan
yang akan menyebabkan otot kecil di sekeliling alveoli mengerut sehingga
Pengeluaran
air
susu
ke
oksitoksin
dada
ibunya.
Suatu
e. Masalah-masalah dalam Praktik Inisiasi Menyusui Dini Menurut UNICEF (2006), banyak masalah
yang
dapat
menghambat
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini,
bekerja sama dengan hormon prolaktin
mengalirkan
di
puting. juga
menyebabkan rahim berkontaksi dan
antara lain: 1) Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya inisiasi menyusui dini. 2) Kurangnya tenaga
kesehatan
konseling dan
oleh
kurangnya
praktik inisiasi menyusui dini. 3) Adanya
pendapat
bahwa
membantu pengeluaran plasenta serta
suntikan vitamin K dan tetes mata
mengurangi perdarahan.
untuk mencegah penyakit gonorrhea
8.
Bayi dengan Inisiasi Menyusui
harus segera diberikan setelah lahir,
Dini akan mendapatkan ASI kolostrum
padahal sebenarnya tindakan ini dapat
20
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
ditunda setidaknya selama satu jam
D. HASIL PENELITIAN DAN
sampai bayi menyusu sendiri. 4) Masih
kuatnya
keluarga
bahwa
istirahat
yang
melahirkan
ibu
PEMBAHASAN
kepercayaan memerlukan
cukup
dan
1.
berdasarkan Pendidikan
setelah
menyusui
Distribusi Frekuensi Responden
3 (4,9%)
23 (37,7%)
sulit
Dasar Menengah
dilakukan.
Tinggi
5) Kepercayaan masyarakat yang
35 (57,4%)
menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik
Gambar 1. Distribusi Frekuensi
untuk bayi.
Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasar gambar 1 dapat diketahui
6) Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui
bahwa
mayoritas
pendidikan
dini sebelum payudaranya dibersihkan.
responden adalah pendidikan dasar yaitu sebanyak 35 responden (57,4%) sedangkan
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif correlation.
Pendekatan
yang
digunakan adalah dengan pendekatan cross setional .
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu hamil
minoritas
mempunyai
pendidikan tinggi yaitu sebanyak 3 responden (4,9%). 2.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pengetahuan
Responden 25 (41%)
di Puskesmas Sigaluh Banjarnegara. Teknik pengambilan sampel dalam
13 (21,3%) Baik
penelitian ini menggunakan teknik
Cukup
accidental
Kurang
sampling sebanyak 61
23 (37,7%)
orang. Teknik analisis data yang digunakan dengan
yaitu
analisa
univariat
distribusi frekuensi, analisa
bivariat dengan rumus uji chi square dan analisis multivariat dengan regresi logistik
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Berdasar gambar 2 dapat diketahui bahwa
mayoritas
responden
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
mempunyai pengetahuan yang kurang
minoritas
mengenai IMD yaitu 25 responden
kurang yaitu sebanyak 16 responden
(41%)
(26,2%).
sedangkan
minoritas
mempunyai pengetahuan baik yaitu
4.
sebanyak 13 responden (21,3%).
mempunyai
sikap
21
yang
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Perilaku
Inisiasi
Menyusui Dini 3.
Distribusi Frekunesi Responden berdasarkan Sikap Responden 23 (37,7%)
16 (26,2%)
Baik Cukup
Gambar 4. Distribusi Frekuensi
Kurang
Responden Berdasarkan Perilaku IMD
22 (36,1%)
Berdasar gambar 4 dapat diketahui bahwa
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Berdasar gambar 3 dapat diketahui bahwa mempunyai
mayoritas sikap
responden yang
kurang
(37,7%)
responden
melakukan
IMD
responden
(54,1%)
tidak
sebanyak dan
33 yang
melakukan sebanyak 28 responden (45,9%). 5.
mengenai IMD yaitu sebanyak 23 responden
mayoritas
Hubungan pendidikan ibu dengan perilaku IMD
sedangkan
Tabel 1. Hubungan pendidikan ibu dengan perilaku IMD Perilaku IMD Pendidikan
Tidak
Total p-value
Melakukan
f
%
f
%
f
%
Dasar
28
80
7
20
35
100
Menengah
5
21,7
18
78,3
23
100
Tinggi
0
0
3
100
3
100
Total
33
28
61
0,000
22
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
Hasil uji bivariate dengan chi-square
seperangkat
tidak
sehingga
Dengan demikian pendidikan sangat
dilakukan uji Kolmorgorov Smirnov
besar pengaruhnya terhadap perilaku
dengan hasil ρ = 0,000. Nilai ρ < α
seseorang.
(0,000 < 0,05), maka ha diterima
berpendidikan tinggi akan berbeda
artinya terdapat hubungan pendidikan
perilakunya
ibu bersalin dengan perilaku IMD.
berpendidikan rendah.
memenuhi
Inti
dari
syarat
kegiatan
pendidikan
perubahan
perilaku.
Seseorang
dengan
yang
orang
yang
6. Hubungan pengetahuan ibu dengan
adalah proses belajar mengajar. Hasil
perilaku IMD
dari proses belajar mengajar adalah
Tabel 2. Hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan perilaku IMD Perilaku IMD Pengetahuan
Tidak
Total p-value
Melakukan
f
%
f
%
f
%
Kurang
21
84
4
16
25
100
Cukup
11
47,8
12
52,2
23
100
Baik
1
7.7
12
92.3
13
100
Total
33
28
Berdasar uji non parametik dengan
0,000
61
ditentukan
dan
dibentuk
oleh
rumus chi-square diperoleh hasil ρ =
pengetahuan yang diterima. Kemudian
0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),
timbul persepsi dari individu dan
maka ha diterima artinya terdapat
memunculkan
hubungan pengetahuan ibu dengan
keyakinan/kepercayaan,
yang
perilaku IMD.
memotivasi
mewujudkan
Perilaku masyarakat
seseorang tentang
atau kesehatan
sikap,
dan
niat, dapat
keinginan menjadi suatu perbuatan.
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
23
7. Hubungan sikap ibu bersalin dengan perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara Tabel 3. Hubungan sikap ibu dengan perilaku IMD Perilaku IMD Sikap
Tidak
Total
Melakukan
p-value
f
%
f
%
f
%
Kurang
21
91.3
2
8.7
16
100
Cukup
12
54,5
10
45,5
22
100
Baik
0
0
16
100
23
100
Total
33
28
Berdasar uji non parametik dengan
0,000
61
yang paling berpengaruh terhadap
rumus chi-square diperoleh hasil ρ =
perilaku
0,000. Nilai ρ < α (0,000 < 0,05),
pendidikan dengan p = 0,000 dan OR =
maka ha diterima artinya terdapat
0,069. Hal ini berarti pendidikan
hubungan sikap ibu dengan perilaku
mempengaruhi
IMD.
terhadap perilaku ibu untuk melakukan
Sikap
yang
adalah
sebesar
tingkat
0,069
kali
melalui
inisiasi menyusui dini (IMD). Hal ini
akan
disebakan karena pendidikan adalah
berpengaruh kuat terhadap perilaku.
proses belajar mengajar. Hasil dari
Makin kuat sikap seseorang maka
proses
makin
seperangkat
pengalaman
perilaku
besar dan
terbentuk
IMD
langsung
dampaknya makin
terhadap
susah
untuk
diubah.
belajar
mengajar
perubahan
perilaku.
Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku
8. Analisis
Multivariat
predisposisi
yang
faktor
berpengaruh
seseorang.
Seseorang
perilakunya
Dini (IMD)
berpendidikan rendah.
Berdasarkan analisis multivariate logistic
dengan
metode
backward stepwise diperoleh faktor
yang
berpendidikan tinggi akan berbeda
terhadap perilaku Inisiasi Menyusui
regresi
adalah
dengan
orang
yang
24
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 13-25
8. Hasil analisis regresi logistic
E. KESIMPULAN
faktor
A. Kesimpulan 1. Pendidikan Puskesmas
responden
Sigaluh
I
di
Kabupaten
yang paling
mempengaruhi
perilaku ibu dalam melaksanakan IMD adalah tingkat pendidikan
Banjarnegara mayoritas mempunyai pendidikan dasar.
B. Saran
2. Pengetahuan responden tentang IMD
di
Kabupaten
Puskesmas
Sigaluh
Banjarnegara
I
mayoritas
1. Bagi Ibu Sebaiknya ibu hamil mencari informasi untuk
memperbanyak
pengetahuan
mempunyai pengetahuan yang kurang
mengenai ASI dan IMD sehingga pada
mengenai IMD.
saat melahirkan dapat mempraktekkan
3. Sikap responden tentang IMD di Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara mayoritas mempunyai sikap yang kurang mengenai IMD. 4. Mayoritas Puskesmas
responden
Sigaluh
I
di
Kabupaten
Banjarnegara tidak melakukan IMD. 5. Terdapat pengetahuan
ibu
hubungan bersalin
dengan
perilaku IMD di Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara (p=0,000). 6. Terdapat hubungan sikap ibu bersalin dengan perilaku IMD di Puskesmas
Sigaluh
I
Kabupaten
7. Terdapat hubungan pendidikan ibu bersalin dengan perilaku IMD di Sigaluh
Banjarnegara (p=0,000).
2. Bagi Puskesmas Sigaluh I Kabupaten Banjarnegara Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang IMD dan
mempraktekkan
IMD
kepada
setiap ibu yang melahirkan serta menghindari pemberian susu formula kepada bayi. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan penelitian selanjutnya tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan variabel dan jenis penelitian lain sehingga tercapai hasil yang lebih optimal.
Banjarnegara (p=0,000).
Puskesmas
IMD kepada bayinya.
I
Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2002). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Yuli Trisnawati, Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Persepsi Diri…
25
Briawan, D. (2004). Pengaruh promosi
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui
susu formula terhadap pergeseran
Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
penggunaan Air Susu Ibu (ASI).
Pustaka Bunda.
Terdapat
pada
[email protected].
Diakses
tanggal 26 Februari 2012.
berhubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini di kamar
berbagai
bersalin IGD RSUPN dr. Cipto
faktor yang berhubungan dengan
Mangunkusumo Jakarta Tahun
pemberian ASI pertama. Terdapat
2008. Depok: Program Sarjana
pada http:/www.depkes.go.id.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hapsari.
(2006).
Telaah
Rusnita, A. (2008). Faktor yang
Universitas Indonesia.