ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN PESAING DAN PERILAKU MENCARI VARIASI TERHADAP PERILAKU PERPINDAHAN MEREK PADA KONSUMEN TEHBOTOL SOSRO
Arma Hedita Sepala Raviany Farida Indriani, SE, MM
ABSTRACT This study is grounded by the decreasing of TehBotol Sosro’s market share about 10,7% in 5 (five) years a row which indicates the occurrence phenomenon of consumer switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to other tea brands. This phenomenon is usually called brand switching. Therefore, the problem in this study is “what are the factors that influence consumers switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to another tea brand”. This study examined two independent variables, there are effectiveness of competitor’s advertising and variety seeking behavior toward brand switching behavior. The purpose of this study is to find the influence of both the independent variable toward brand switching behavior. This study uses a questionnaire method with purposive sampling technique to 96 people who had consumed TehBotol Sosro before and have switched to another tea brand. Then, the writer uses the qualitative and quantitative analysis to analyze the data. The quantitative analysis includes the test of validity, reliability, classic assumption, double regression analysis, test hypotheses and test the feasibility of the model through anova test and value of adjusted R square. The qualitative analysis constitutes the interpretation of the data that has been collected in this study and the data processing that has been done by giving some information and explanation. The results of this study indicate that the independent variables used in this study, that effectiveness of competitor’s advertising and variety-seeking behavior is feasible to test the dependent variable through the anova test. The t test results showed that all independent variables are tested has a positive and significant effect on the brand switching behavior. The Adjusted R Square is 0,5754 which indicates that 57,5% variation of brand switching behavior can be explained by the two independent variables and the remaining 42,5% is explained by other factors beyond this study. Keywords:
brand switching behavior, effectiveness of competitor’s advertising and variety seeking behavior
1.
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
memberikan dampak yang besar dalam persaingan usaha. Setiap perusahaan akan bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar terbesar. Masing-masing perusahaan dituntut untuk melakukan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan harus selalu kreatif dan inovatif dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang. Salah satu industri di Indonesia yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi adalah industri makanan dan minuman. Hal ini terbukti dengan banyaknya merek baru yang muncul dan siap bersaing dengan pemain lamanya. Namun, persaingan dalam industri makanan dan minuman yang ketat justru semakin mendorong pasar untuk terus tumbuh karena produsen menjadi lebih kreatif dalam melakukan
inovasi
terhadap
produknya
untuk
mempertahankan
bahkan
memperluas pangsa pasarnya. Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Bahkan ketika krisis global melanda dunia perekonomian pada tahun 2008, bisnis ini masih mengalami peningkatan sebesar 14,9%, suatu hal yang jarang dialami oleh industri lain (Palupi, 2009). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan industri makanan dan minuman berturut-turut: 13,5% (2004); 20,1% (2005); 31% (2006); 17,5% (2007); 14,9% (2008); 11,29% (2009). Salah satu kategori industri makanan dan minuman di Indonesia yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat adalah kategori minuman ringan (soft drink). Salah satu jenis produk minuman ringan yang cukup dikenal di Indonesia adalah minuman teh. Menurut hasil riset MARS di lima kota besar di indonesia (Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang), menunjukkan bahwa minuman teh dikonsumsi oleh 79% penduduk Indonesia (Nugroho, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat suka minum teh.
Tabel 1.1 Penetrasi Pasar Minuman Teh di Sembilan Kota di Indonesia pada Tahun 2009
Total Cities [Jakarta] Cities [Bandung] Cities [Surabaya] Cities [Semarang] Cities [Medan] Cities [Makasar] Cities [Yogyakarta] Cities [Denpasar] Cities [Palembang]
Total Population in (‘000) 43,873 25,496 1,840 8,378 1,078 1,673 1,011 2,384 595 1,417
Consume Tea Bag in (‘000) 38,980 24,074 1,561 6,564 903 1,333 947 1,634 574 1,390
Penetration in Percent 89 94 84 78 84 80 94 69 96 98
Sumber: Nielsen Media Index Q1 2009 (dalam Nugroho, 2009) Tabel 1.1 menunjukkan tingkat konsumsi teh secara keseluruhan di sembilan kota besar di Indonesia mencapai 89%. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh sangat tinggi, termasuk masyarakat di kota Semarang. Industri minuman ringan di Indonesia saat ini di dominasi oleh tiga perusahaan besar, yaitu PT. Aqua Golden Missisipi, PT. Sinar Sosro dan PT. Coca Cola Amatil Indonesia (Djatmiko, 2005), di mana air minum dalam kemasan dan minuman teh siap saji memiliki posisi yang lebih dominan di pasar dibanding dengan minuman berkarbonasi. Menurut data Nielsen tahun 2008, pembagian pasar kategori industri minuman siap minum masih didominasi oleh produk Air Minun dalam Kemasan (AMDK) sebesar 70%, selanjutnya produk minuman teh siap saji hanya menguasai sebesar 11%, lalu minuman berkarbonasi 8%, minuman kesehatan (energy drink) 2%, jus 2 % dan lain-lain 7% (Hendriani dan Afandi, 2008).
Gambar 1.1 Market Share Industri Minuman Ready to Drink di Indonesia pada Tahun 2008 8%
2%
2%
7% AMDK
11% TEH SIAP MINUM MINUMAN BERKARBONASI MINUMAN KESEHATAN JUS 70%
LAIN-LAIN
Sumber: Nielsen, (2008)
Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh serta pangsa pasarnya yang relatif masih kecil, menjadi peluang bisnis bagi para pengusaha untuk terjun ke dalam industri minuman teh, terutama dalam industri minuman teh dalam kemasan siap minum, sehingga memunculkan beragam merek di pasar Indonesia. Beragamnya merek produk teh dalam kemasan siap minum yang ditawarkan kepada konsumen membuat konsumen memiliki kesempatan untuk beralih dari satu merek ke merek yang lain dengan mudah (Anwar, 2007). Menurut Kotler (dalam Sudarmadi, 2005), rata-rata perusahaan akan kehilangan setengah pelangganya dalam waktu kurang dari 5 tahun, sementara perusahaan dengan tingkat loyalitas merek yang tinggi akan kehilangan kurang dari 20% pelangganya dalam 5 tahun. Oleh karena itu, walaupun sudah memiliki pelanggan yang dianggap loyal, perusahaan harus tetap menjaga dan memperhatikan loyalitas pelanggan agar pelanggan tidak berpindah merek Menurut Mowen dan Minor (2002), loyalitas merek didefinisikan sebagai tingkatan di mana pelanggan memiliki sikap positif terhadap suatu merek, serta memiliki komitmen dan cenderung untuk terus melanjutkan membeli produk dengan suatu merek tertentu di masa yang akan datang. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain (brand switching) yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Loyalitas merek sangat berpengaruh terhadap kerentanan pelanggan untuk berpindah merek. Apalagi dewasa ini, pelanggan memiliki tuntutan nilai yang jauh lebih besar dan beragam karena pelanggan dihadapkan pada berbagai pilihan produk, sehingga loyalitas merek bukanlah hal yang mudah untuk dikelola oleh perusahaan. Loyalitas merek sangat penting dan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. PT. Sinar Sosro bukan hanya sebagai pabrik minuman teh botol siap saji pertama di Indonesia tetapi juga di dunia. Atas kinerja mereknya yang hebat, TehBotol Sosro berhasil meraih berbagai penghargaan penghargaan. Tabel 1.3 Market Share Teh dalam Kemasan Siap Minum Tahun 2006-2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6.
Merek TehBotol Sosro Frestea Fruit Tea Tekita Teh Kotak Teh Botol Bintang Sobo S-Tea Lainnya
2006 Market Share (%)
2007 Market Share (%)
2008 Market Share (%)
2009 Market Share (%)
2010 Market Share (%)
81,5
79,2
77,7
72,0
70,8
5,3 5,3 3,3 1,5
6,2 4,0 1,9 3,4
5,1 2,5 1,7 4,1
4,1 3,5
5,3 2,3
3,8
8,0
-
-
-
4,8
-
3,1
5,3
8,9
11,8
1,5 12,1
Sumber: SWA No.15/ XXII/ Juli-Agustus 2006; SWA No.16/ XXII/ Juli-Agustus 2007; SWA No.18/ XXVI/ Agustus-September 2008; SWA No.16/ XXV/ Juli-Agustus 2009; SWA No.15/ XXVI/ Juli 2010 Meskipun TehBotol Sosro dinyatakan sebagai merek peraih Top Brand dan Best Brand selama beberapa tahun berturut-turut dan berhasil menguasai pangsa pasar terbesar untuk kategori ready to drink tea, namun berdasarkan tabel di atas terlihat adanya penurunan market share yang cukup signifikan dari tahun 2006-2010. Adanya penurunan market share sebesar 10,7% selama kurun waktu 5 tahun berturut-turut mengindikasikan terjadinya brand switching pada merek TehBotol Sosro, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “faktor-
faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumen melakukan brand switching dari TehBotol Sosro ke minuman teh dalam kemasan siap minum merek lain“. Selanjutnya, untuk menjawab masalah penelitian tersebut, akan digunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: 1.
Apa pengaruh efektivitas iklan pesaing terhadap perilaku perpindahan merek?
2.
Apa pengaruh perilaku mencari variasi terhadap perilaku perpindahan merek?
2.
TELAAH PUSTAKA
2.1
Loyalitas Merek Loyalitas
merek
adalah
sikap
menyenangi
suatu
merek
yang
direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek tersebut sepanjang waktu (Sutisna, 2003). Ferrel, et al (dalam Noviandra, 2006) memahami loyalitas merek sebagai suatu perilaku positif terhadap suatu merek yang mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek tersebut ketika mereka membutuhkan kategori produk tersebut. Menurut Lamb, dkk (2001), loyalitas merek merupakan preferensi konsisten pada suatu merek melebihi merek lainnya, sedangkan Peter dan Olson (2000) memahami loyalitas merek sebagai komitmen internal untuk membeli dan membeli ulang suatu merek tertentu. Mowen dan Minor (2002) menyebutkan, terdapat lima kategori loyalitas merek, antara lain: 1.
Kesetiaan yang tidak terbagi: A A A A A A A A.
2.
Peralihan sewaktu-waktu: A A B A A A C A A D A.
3.
Kesetiaan beralih: A A A A B B B B.
4.
Kesetiaan yang terbagi: A A A B B A A B B B.
5.
Ketidakacuhan merek: A B D C B A C D.
2.2
Perilaku Perpindahan Merek Perpindahan merek merupakan gambaran beralihnya pengkonsumsian
konsumen atas suatu merek produk ke merek produk yang lain (Junaidi dan Dharmmesta, 2002). Lin, et al (dalam Noviandra, 2006) menyatakan bahwa perpindahan merek merupakan perilaku berkebalikan dari loyalitas merek. Lin, et al menggambarkan struktur pasar dari pembelian ulang dan perpindahan merek.
Gambar 2.1 Model Dimensional dari Variabel Perilaku Perpindahan Merek Keinginan berpindah ke merek lainnya
Perilaku Perpindahan Merek
Lebih memilih merek yang lain Sumber: Junaidi dan Dharmmesta (2002) dan dikembangkan untuk penelitian ini 2.3
Efektivitas Iklan Pesaing Iklan merupakan alat promosi yang paling banyak digunakan untuk produk
konsumsi dan memiliki kemampuan yang cukup tangguh dalam mempengaruhi konsumen, setidak-tidaknya alam kognitif konsumen akan terbius oleh bujuk rayu iklan karena iklan dapat menebarkan virus bawah sadar yang dapat menumbuhkan perilaku pembelian yang irrasional (Eka dan Saliman, 2001). Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian (Tjiptono, 2001), sedangkan Kotler (2005) menyatakan bahwa iklan adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-ide, promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Shultz dan Tannebaun (dalam Shimp, 2003) menyatakan bahwa iklan yang efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang bertindak untuk melakukan pembelian. Hsu dan Chang (dalam Ermayanti, 2006) berpendapat bahwa “...advertising provides incentives and stimuli for consumer to switch brands” yang berarti periklanan memberikan perangsang dan pendorong bagi konsumen untuk berpindah merek, dan menyatakan bahwa “Consumer with different levels of advertising perceptions have various possibilities to switch brands” yang artinya adalah konsumen dengan tingkat persepsi periklanan yang berbeda mempunyai berbagai macam keungkinan untuk berpindah merek. Jadi, iklan pesaing yang lebih efektif akan semakin mendorong konsumen untuk membeli produk pesaing.
H1: Semakin tinggi efektivitas iklan pesaing maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek Gambar 2.2 Model Dimensional dari Variabel Efektivitas Iklan Pesaing Iklan pesaing mudah diingat oleh konsumen Iklan pesaing mampu menarik perhatian konsumen
Efektivitas Iklan Pesaing
Iklan pesaing mampu membangkitkan keinginan konsumen untuk membeli produknya Sumber: Shultz dan Tannebaun (dalam Shimp, 2003) 2.4
Perilaku Mencari Variasi (Variety Seeking) Variety seeking adalah perilaku dari konsumen yang berusaha untuk
mencari keberagaman merek di luar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan beberapa produk rendah (Sulistiyani, 2006). Tujuan konsumen mencari keberagaman produk adalah untuk mencapai suatu sikap terhadap sebuah merek yang menyenangkan (Sulistiyani, 2006). Tujuan lain perilaku variety seeking dapat berupa hanya sekedar mencoba sesuatu yang baru atau mencari suatu kebaruan dari sebuah produk (Keaveney, 1995). Menurut Van Trijp, et al (dalam Junaidi dan Dharmmesta, 2002), perpindahan merek yang dilakukan konsumen disebabkan oleh pencarian variasi. Mencari variasi pada suatu kategori produk oleh konsumen merupakan suatu sikap konsumen yang ingin mencoba merek lain dan memuaskan rasa penasarannya terhadap merek lain serta diasosiasikan sebagai keinginan untuk berganti dari kebiasaan. Bahkan Kahn, et al (dalam Keaveney, 1995) juga menyatakan bahwa brand switching dapat disebabkan oleh perilaku mencari keberagaman. Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai variasi produk dengan berbagai jenis merek dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba-
coba berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya setia pada suatu merek. H2: Semakin tinggi perilaku mencari variasi maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek Gambar 2.3 Model Dimensional dari Variabel Perilaku Mencari Variasi Rasa bosan Perilaku Mencari Variasi
Adanya perbedaan antar merek Keinginan untuk mencoba merek lain Sumber: Sutisna (2003), Keaveney (1995), Amir (2005) Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis X1 Efektifitas Iklan Pesaing
H1
Perilaku Perpindahan Merek
X2 Perilaku Mencari Variasi
sumber: dikembangkan untuk penelitian ini
Y
H2
3.
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data Data primer dalam penelitian ini meliputi data hasil penyebaran kuesioner
dan wawancara dengan responden. Data sekunder yang ada dalam penelitian ini adalah data mengenai market share teh siap minum dalam kemasan tahun 20062010 dari majalah SWA No.15/ XXII/ Juli-Agustus 2006, No.16/ XXII/ JuliAgustus 2007, No.18/ XXVI/ Agustus-September 2008, No.16/ XXV/ JuliAgustus 2009 dan No.15/ XXVI/ Juli 2010. 3.2
Variabel Penelitian Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variabel
lain, di mana nilainya akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah (Ferdinand, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Perilaku Perpindahan Merek (Y). Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Efektivitas Iklan Pesaing (X1) dan Perilaku Mencari Variasi (X2). 3.3
Populasi dan Penentuan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,
hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang pernah mengkonsumsi TehBotol Sosro dan telah beralih ke merek lain serta berdomisili di Semarang. Ferdinand (2006) mengatakan, sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana sampel yang diambil berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.
Responden yang dipilih adalah orang yang pernah mengkonsumsi TehBotol Sosro dan telah berpindah ke merek yang lain, serta berdomisili di Semarang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus: Z2 n= ............................................................................................... (3.1) 4 ( Moe ) 2 Keterangan: n
= Jumlah sampel
Z
= Tingkat distribusi normal pada taraf signifikan 5% = 1,96
Moe = Margin of Error, yaitu tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan Bila margin of error sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal yang dapat diambil sebesar : 1 , 96 2 n= 4 ( 0 ,10 ) 2 n = 96,04 atau 96 Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel yang digunakan adalah sekitar 96 responden. 3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan 3 cara,
yaitu: kuesioner, studi pustaka dan wawancara. Kuesioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup, Jawaban yang diberikan oleh responden kemudian diberi skor dengan skala 1 yang menunjukkan sangat tidak setuju sampai dengan 10 yang semakin menunjukkan sangat setuju terhadap pernyataan yang tercantum dalam kuesioner. Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian, sedangkan wawancara adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999). Metode ini digunakan karena peneliti membutuhkan data yang bersifat kompleks dan sensitif yaitu mengenai alasan responden berpindah dari TehBotol Sosro ke
merek lain, yang kemungkinan jika hanya melalui kuesioner, akan kurang memperoleh tanggapan dari responden. 3.5
Metode Analisis Analisis terhadap data yang diperoleh berupa analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji regresi berganda, uji hipotesis dan uji kelayakan model melalui uji anova dan nilai adjusted R square. Analisis kualitatif merupakan interpretasi data yang diperoleh dalam penelitian serta hasil pengolahan data yang sudah dilaksanakan dengan memberi keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Data
4.1.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Ferdinand, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan diukur (Ferdinand, 2006). Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian ini terdapat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Uji Validitas Variabel Efektifitas Iklan Pesaing
Perilaku Mencari Variasi Perilaku Perpindahan Merek
Indikator 1 2 3 1 2 3 1 2
r Hitung 0,5480 0,6040 0,6110 0,6170 0,7120 0,5070 0,7920 0,7920
r Tabel 0,2006 0,2006 0,2006 0,2006 0,2006 0,2006 0,2006 0,2006
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas di atas, diketahui bahwa nilai r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini adalah valid.
Reliabilitas atau kepercayaan mengandung pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsistensi, atau tidak berubah-ubah (Sugiyono, 2004). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Variabel Efektivitas Iklan Pesaing Perilaku Mencari Variasi Perilaku Perpindahan Merek
Cronbach’s Alpha
Cut of Value
Keterangan
0,758
0,600
Reliabel
0,774
0,600
Reliabel
0,884
0,600
Reliabel
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600. Maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. 4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada gambar 4.1: Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot
Sumber: data primer yang diolah, 2011
Grafik normal probability plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain itu, untuk memperkuat hasil analisis grafik normal probability plot, dapat dilakukan uji statistik yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
96 .0000000 .54256678 .092 .084 -.092 .903 .389
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang ditampilkan dalam tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa tingkat signifikansi berada pada 0,389, karena 0,389 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal. Hal ini konsisten dengan hasil uji grafik normal probability plot. 4.1.2.2 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas (Ghozali, 2001). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Hasil uji multikolinearitas tentang jawaban responden menunjukkan nilai VIF dan angka Tolerance seperti yang tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Nilai Tolerance dan VIF Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance x1
VIF
.638
1.567
x2 .638 a. Dependent Variable: y
1.567
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.5 Matriks Korelasi Variabel Independen Coefficient Correlationsa Model 1
x2 Correlations
x1
x2
1.000
-.602
x1
-.602
1.000
x2
.007
-.004
x1 a. Dependent Variable: y
-.004
.008
Covariances
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF disekitar angka 1 serta tidak lebih dari 10. Pada tabel 4.5 terlihat bahwa variabel bebas memiliki nilai korelasi sebesar 60,2%. Nilai korelasi tersebut masih bisa ditolerir karena korelasi ini masih di bawah 95% maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini. 4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001).
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu, untuk memperkuat hasil analisis grafik scatterplot, dapat dilakukan uji statistik yaitu dengan menggunakan uji Park. Tabel 4.6 Uji Park Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-1.472
2.325
.473
.366
x2 -.556 a. Dependent Variable: LN_RES2
.351
x1
Standardized Coefficients t
Beta
Sig.
-.633
.528
.165
1.291
.200
-.203
-1.583
.117
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil uji Park yang ditampilkan dalam tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots.
4.1.3 Uji Regresi Berganda Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (efektivitas iklan pesaing dan perilaku mencari variasi) terhadap variabel dependen yaitu perilaku perpindahan merek. Tabel 4.7 Uji Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) x1
x2 a. Dependent Variable: y
Std. Error 1.354
.558
.312
.088
.550
.084
Standardized Coefficients t
Beta
Sig.
2.428
.017
.297
3.550
.001
.547
6.535
.000
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = 0,297 X1 + 0,547 X2 ................................................................................. (4.1) Keterangan: Y
= Perilaku Perpindahan Merek
X1 = Efektivitas Iklan Pesaing X2 = Perilaku Mencari Variasi Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diartikan bahwa: 1. Variabel efektivitas iklan pesaing (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap perilaku perpindahan merek (Y) sebesar 0,297. 2. Variabel perilaku mencari variasi (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap perilaku perpindahan merek (Y) sebesar 0,547. 4.1.4 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (efektivitas iklan pesaing dan perilaku mencari variasi) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (perilaku perpindahan merek).
4.1.4.1 Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil pengujian statistik yang disajikan pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa nilai thitung pada variabel efektifitas iklan pesaing (X1) adalah sebesar 3,550 dengan tingkat signifikansi 0,001. Oleh karena 3,550 > 1,9855 dan 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel efektivitas iklan pesaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku perpindahan merek. Jadi, semakin tinggi efektivitas iklan pesaing maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek, dengan demikian hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. 4.1.4.2 Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil pengujian statistik yang disajikan pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa nilai thitung pada variabel perilaku mencari variasi (X2) adalah sebesar 6,535 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena 6,535 > 1,9855 dan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel perilaku mencari variasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku perpindahan merek. Jadi, semakin tinggi perilaku mencari variasi maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek, dengan demikian hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. 4.1.5 Uji Kelayakan Model 4.1.5.1 Uji Anova Uji anova yaitu suatu uji untuk mengetahui kelayakan model regresi yang digunakan. Tabel 4.8 Uji Anova ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
39.219
2
19.609
Residual
27.966
93
.301
Total 67.185 a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y
95
Sumber: data primer yang diolah, 2011
F 65.211
Sig. .000a
Berdasarkan hasil uji anova pada Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa Fhitung sebesar 65,211 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Oleh karena 65,211 > 3,09 dan 0,000 < 0,05 maka model regresi yang digunakan layak untuk memprediksi perilaku perpindahan merek (Y). 4.1.5.2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square a
Adjusted R Square
1 .764 .584 a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y Sumber: data primer yang diolah, 2011
.575
Std. Error of the Estimate .54837
Berdasarkan tabel di atas, nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,575. Hal ini berarti 57,5% variasi dari perilaku perpindahan merek bisa dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam persamaan regresi, sedangkan sisanya yaitu sebesar 42,5% dijelaskan atau diprediksi oleh variabel lain di luar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. 4.2
Analisis Angka indeks Teknik analisis indeks dilakukan untuk menggambarkan persepsi
responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan maksimum 10, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus berikut: Nilai indeks = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3) + (%F4x4) + (%F5x5) + (%F6x6) + (%F7x7) + (%F8x8) + (%F9x9) + (%F10x10)) / 10 ..............(4.1) Keterangan: F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1, F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2, dan seterusnya, hingga F10 adalah frekuensi responden yang menjawab 10 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
Penelitian ini menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka rentang 90 dibagi tiga akan menghasilkan rentang sebesar 30, yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks yang dalam contoh ini adalah sebagai berikut: 10,00-40,00 = Rendah, 40,01-70,00 = Sedang, 70,01-100 = Tinggi Tabel 4.10 Indeks Efektivitas Iklan Pesaing
1
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan Pesain 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0
1
0
1
19
34
38
3
0
0
96
59,50
0
0
0
0
9
24
41
22
0
0
96
65,20
0
0
1
2
12
31
35
13
2
0
96
62,40
0
1
1
3
40
89
114
38
2
0
288
62,37
Indiktor Iklan pesaing mudah diingat oleh konsumen Iklan pesaing mampu menarik perhatian konsumen Iklan pesaing mampu membangkitkan keinginan konsumen untuk membeli produknya Total
Jumlah
Nilai Indeks
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Tabel 4.11 Indeks Perilaku Mencari Variasi Indikator Rasa bosan Adanya perbedaan antar merek Keinginan untuk mencoba merek lain Total
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Mencari Variasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
Nilai Indeks
0
0
1
0
1
7
24
37
23
3
96
75,1
0
0
0
1
0
5
16
46
26
2
96
76,8
0
0
0
0
1
7
35
32
20
1
96
73,8
0
0
1
1
2
19
75
115
69
6
288
75,23
Sumber: data primer yang diolah, 2011
Tabel 4.12 Indeks Perilaku Perpindahan Merek Indikator Keinginan berpindah ke merek lainnya Lebih memilih merek yang lain Total
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Perpindahan Merek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
Nilai Indeks
0
0
0
1
1
6
39
41
8
0
96
71.80
0
0
0
0
1
5
23
41
25
1
96
75.90
0
0
0
1
2
11
62
82
33
1
192
73,85
Sumber: data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel efektivitas iklan pesaing memiliki indeks yang sedang di mata reponden, sedangkan variabel perilaku mencari variasi dan perilaku perpindahan merek memiliki indeks yang tinggi di mata reponden.
5.
PENUTUP
5.1
Simpulan Berikut ini merupakan simpulan dari masing-masing hipotesis:
1. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa semakin tinggi efektivitas iklan pesaing maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek, terbukti kebenarannya. Hal ini berarti efektivitas iklan pesaing merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku konsumen TehBotol Sosro berpindah ke teh dalam kemasan siap minum merek lain. Persaingan dalam dunia periklanan membuka peluang bagi iklan pesaing untuk memberikan pesan-pesan yang efektif yang dapat mempengaruhi konsumen yang loyal terhadap sebuah merek untuk berpindah merek (Kotler, 2005). Pesan-pesan tersebut dapat merintangi kemampuan konsumen untuk mengingat informasi sebuah merek yang sebelumnya telah melekat di benak konsumen tersebut. Jadi, apabila iklan pesaing lebih mudah dingat, menarik dan membuat konsumen merasa ingin mencoba produk tersebut maka iklan tersebut dapat membuat konsumen yang
bersangkutan melakukan perpindahan merek. Hal ini terjadi karena iklan pesaing dapat membuat konsumen menjadi penasaran sehingga memicu mereka untuk mencoba produk yang ditawarkan oleh pesaing. Iklan TehBotol Sosro dinilai responden kurang kreatif dan inovatif serta cenderung monoton, sehingga walaupun TehBotol Sosro merupakan sebuah produk yang telah cukup lama dikenal oleh masyarakat, namun sayangnya. iklan TehBotol Sosro belum bisa menjadi Top of Mind dalam benak konsumen. Hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya intensitas penayangan iklan TehBotol Sosro, sehingga responden cenderung lebih mudah mengingat iklan teh dalam kemasan siap minum merek lain yang memiliki frekuensi penayangan yang lebih banyak, terutama melalui media televisi. 2. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa semakin tinggi perilaku mencari variasi
maka
semakin
tinggi
perilaku
perpindahan
merek,
terbukti
kebenarannya. Hal ini berarti perilaku mencari variasi merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku konsumen TehBotol Sosro berpindah ke teh dalam kemasan siap minum merek lain. Hal ini dapat terjadi karena konsumen merasa bosan, menemukan perbedaan yang signifikan pada merek lain dan ingin mencoba merek lain yang lebih bervariasi sehingga memicu konsumen untuk berpindah ke merek lain. Menurut Kahn, et al (dalam Keaveney, 1995), brand switching dapat disebabkan oleh perilaku mencari keberagaman (variety seeking). Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai variasi produk dengan berbagai jenis merek dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba-coba berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya setia pada suatu merek. Banyaknya varian rasa, aroma, kemasan serta manfaat yang ditawarkan oleh produk minuman teh dalam kemasan siap minum merek lain membuat para responden berpindah dari TehBotol Sosro ke merek teh dalam kemasan siap minum merek lain. 5.2
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang diperoleh, maka
diajukan
beberapa
implikasi
manajerial
yang
dapat
diterapkan
pengembangan kebijakan pemasaran TehBotol Sosro antara lain:
bagi
Tabel 5.2 Implikasi Manajerial No 1
Variabel Efektifitas Iklan
Temuan Penelitian Kemasan iklan
Frekuensi penayangan iklan televisi
Isi iklan
Inovasi terhadap ide iklan
Implikasi Manajerial Senantiasa menghadirkan iklan yang dikemas dengan kreatif, lucu, unik, menarik dan beda agar mudah diingat oleh konsumen dan tentunya dengan penambahan-penambahan efek iklan yang fantastis agar lebih dramatis sehingga lebih membuat konsumen terdorong untuk mengkonsumsi TehBotol Sosro. Selain itu, ada baiknya TehBotol Sosro mulai menampilkan iklan yang lebih fresh, segar dan lebih “berjiwa muda”, misalnya dengan menampilkan endorser yang masih muda, menarik dan energik karena sebagian besar konsumen TehBotol Sosro adalah anak muda. Hal ini terlihat dari jumlah responden terbanyak berusia 16-25 tahun TehBotol Sosro perlu meningkatkan frekuensi penayangan iklannya, terutama iklan di televisi karena para responden mengaku jarang melihat iklan TehBotol Sosro, terutama di televisi, sehingga responden cukup kesulitan untuk mengingat iklan TehBotol Sosro. Sebaiknya TehBotol Sosro memperbaiki kualitas isi iklannya karena banyak responden yang mengaku bahwa mereka belum mengetahui bahwa TehBotol Sosro juga tersedia dalam kemasan pouch dan botol PET selain kemasan botol beling dan tetra pak, bahkan masih ada beberapa responden yang belum mengathui bahwa TehBotol Sosro telah mengeluarkan varian baru yaitu TehBotol Sosro Less Sugar. Hal ini menunjukkan bahwa iklan TehBotol Sosro kurang informatif. Tentu saja hal ini harus didukung dengan kuantitas penayangan iklan yang intensif. Ada baiknya TehBotol Sosro selalu melakukan pembaruan terhadap ide iklan secara berkala agar iklannya tidak terkesan monoton dan masayarakat
Tag line iklan
No 2
Variabel Perilaku Mencari Variasi
Temuan Penelitian Inovasi Varian rasa dan aroma
Rasa Teh
Inovasi Terhadap bahan-bahan campuran
Image produk
tidak bosan. Adanya pembaruan terhadap ide iklan juga dapat menghilangkan image “tua” yang selama ini dipersepsikan konsumen terhadap produk TehBotol Sosro. Sebaiknya TehBotol Sosro perlu mengubah tag line iklannya yang berbunyi “Apa pun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”. Tag line ini membuat konsumen mempersepsikan bahwa TehBotol Sosro adalah minuman teh yang hanya untuk teman makan saja, tanpa menawarkan nilai atau manfaat lain dari minuman teh tersebut. Implikasi Manajerial Sebaiknya TehBotol Sosro mulai memikirkan untuk melakukan inovasi terhadap produknya, baik variasi rasa, maupun aroma. Minimnya variasi rasa yang ditawarkan oleh TehBotol Sosro membuat konsumen menjadi mudah bosan dan ingin mencoba variasi dari merek lain. Ada baiknya TehBotol Sosro mengkaji ulang proses pembuatan produk TehBotol Sosro, karena banyak responden yang mengaku kurang cocok dengan rasa TehBotol Sosro karena terlalu pahit dan pekat bila dibanding dengan minuman teh dalam kemasan siap minum merek lain TehBotol Sosro harus mulai berani untuk mencoba mengeksplorasi bahanbahan lain untuk ditambahkan dalam produknya, selain dapat menambah varian rasa juga dapat menambah nilai dari minuman TehBotol Sosro itu sendiri, misalnya selain sebagai teman makan TehBotol Sosro juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Selain sudah terlalu lama dikenal oleh konsumen, kurangnya inovasi yang dilakukan oleh TehBotol Sosro membuat TehBotol Sosro dinilai sebagai merek yang ”tua” di benak konsumen. Ada baiknya TehBotol Sosro mengganti logo, memperbarui kemasan produknya, menambah variasi
rasa dan aromanya serta membuat iklan yang lebih masa kini.
5.3
Keterbatasan Penelitian Ada pun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian 2 variabel yaitu efektivitas iklan pesaing dan perilaku mencari variasi sehingga hanya mampu menjelaskan 57,5% variasi perilaku perpindahan merek. Penambahan variabel baru atau indikator baru perlu dilakukan dalam penelitian yang akan datang agar dapat menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah penelitian yang sedang diteliti.
2.
Penelitian ini belum dapat menyajikan data market share TehBotol Sosro untuk wilayah kota Semarang. Data yang dijadikan dasar penelitian adalah data market share TehBotol Sosro untuk 7 (tujuh) kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Balikpapan dan Makasar, padahal penelitian ini hanya fokus pada masyarakat di kota Semarang saja. Hal ini dikarenakan pihak manajemen TehBotol Sosro untuk wilayah Semarang tidak mengijinkan data market share TehBotol Sosro untuk wilayah Semarang dipublikasikan.
DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A, V Kumar dan George S. Day. 2001. Marketing Research. 7th Edition. New York: John Wiley and Sons Amir, M Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan!. Jakarta: Raja Grafindo Persada Antón, Carmen, Carmen Camarero dan Mirtha Carrero. 2007. ”Analysing Firms’ Failures as Determinants of Consumer Switching Intentions”. European Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1/2. p.135-158 Anwar, Chaula. 2007. ”Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek (Survey Produk Susu, Teh dan Kopi)”. Arthavidya, Tahun 8, No. 1, Febuari, h. 69-76 Asyhari. 2005 “Brand Switching: Studi Kasus pada Koperasi Sultan Agung Semarang”. Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol. 1, No. 2, Juli, h. 117-126 Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual sebagai Panduan bagi Peneliti”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 3, h. 73-88 Djatmiko, Harmanto Edy. 2005. ”Pada Mulanya adalah Botol” Majalah SWA, Edisi XXI, No. 10, 12-25 Mei, h. 30-31 Dongoran, Johnson. 2001. “Loyalitas Merek pada Produk Tertentu”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), Vol. VII, No. 2, September, h. 206232 Eka, Rita dan AR Saliman. 2001. “Periklanan yang Efektif”. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 8, No. 2, Juli, h. 193-209 Engel, James F dkk. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi 6. Jakarta: Binarupa Aksara Ermayanti S, Dwi. 2006. “Pengaruh Periklanan, Perubahan Harga dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada Konsumen Shampoo Sunsilk di Surabaya”. Jurnal Eksekutif, Vol. 3, No. 2, Agustus, h. 97-104 Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Ferrinadewi, Erna. 2005. “Pengaruh Keterlibatan Konsumen Kepercayaan Merek”. MODUS, Vol. 17, No. 2, h. 97-110
Terhadap
Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Hendriani, Lis dan Akmar Afandi. 2008. “Ketika Saatnya Tiba.” Majalah MIX, No. 06, 16 Juni-13 Juli, h. 78-79 Indriantoro, Nur dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM Junaidi, Shellyana dan Basu Swastha Dharmmeta. 2002. “Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 17, No. 1, h. 91-104 Keaveney, Susan M. 1995. “Customer Switching Behavior in Service Industries”. Journal of Marketing, Vol. 59, No.2, April, p. 71-82 Keller, Kevin Lane. 2003. Building, Measuring and Managing Brand Equity. 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall Kertajaya, Hermawan. 2002. Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kotler,
Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 2. Edisi 6. Jakarta: Erlangga
_____ . 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: Prehallindo _____ . 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Edisi 11. Jakarta: Indeks Kotler, Philip dan Garry Amstrong. 2004. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Edisi 9. Jakarta: Indeks Lamb, Charles W dkk. 2001. Pemasaran Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat Majalah SWA Edisi XXII, No.15, Juli-Agustus 2006 Majalah SWA Edisi XXII, No.16, Juli-Agustus 2007 Majalah SWA Edisi XXVI, No.18, Agustus-September 2008 Majalah SWA Edisi XXV, No.16 Juli-Agustus 2009 Majalah SWA Edisi XXVI, No.15, Juli 2010 Mehta, Abilasha. 1994. “How Advertising Response Modeling (ARM) Can Increase Ad Effectiveness”. Journal of Advertising Research, Vol. 34, No. 3, May-June, p. 62-74 Mowen, John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga _____ . 2002. Perilaku Konsumen Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: Erlangga Noviandra K, W Mahestu. 2006. ”Evaluasi Citra Produk dan Accessbility pada Perilaku Perpindahan Merek Pembelian Produk Pemutih Kulit”. MODUS, Vol. 18, No. 1, h. 62-72
Nugroho, Agung. 2009. ”Perencanaan Komunikasi Pemasaran Terpadu Teh Celup Sosro Januari-Desember 2010”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Palupi, Dyah Hasto. 2009. “Pertarungan Elegan Merebut 500 T”. Majalah SWA, Edisi XXV, No. 4, 19 Februari-4 Maret, h.28-33 Peter, J Paul dan Jerry C. Olson. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Erlangga _____ . 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: Erlangga Prayitno, Sunarto. 1993. “Apakah Iklan Anda Efektif?”. Manajemen Usahawan Indonesia, Vol. XXII, No. 8, Agustus, h. 6-13 Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan Strategi Kepuasan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo Shimp, Terrence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga Shukla, Pauraf. 2004. “Effect of Product Usage, Satisfaction and Involvement on Brand Switching Behavior”. Asia Pacific Journal Marketing and Logistics, Vol. 16, No. 4, p. 82-104 Stanton, William. J. 1985. Prinsip Pemasaran Jilid 1. Edisi 7. Jakarta: Erlangga Sudarmadi. 2005. ”Membangun Loyalitas Pelanggan” Majalah SWA, Edisi XXI, No. 02, 19 Januari-2 Februari, h. 46-50 _____ . 2009. ”Parade Merek-merek Orisinil” Majalah SWA, Edisi XXV, No. 10, 14-27 Mei, h. 28-56 Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sulistiyani, Tina. 2006. “Analisis Perilaku Brand SwitchingI Produk Air Minum Mineral di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVII, No. 3, Desember, h. 257-267 Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Swastha, Basu. 2009. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta: Andi Tjiptono, Fandy, Gregorius Chandra dan Dadi Adriana. 2008. Pemasaran Strategik. Edisi 1. Yogyakarta: Andi