ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, SERTA PENYAJIAN PENDAPATAN PREMI ASURANSI SYARIAH BERDASARKAN PSAK 108 PADA PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM Annisa Rulitasari Universitas Bina Nusantara
ABSTRACT The purpose of this study is to find out how to recognize, measure and present the premium income and analyze compliance with SFAS 108 on Islamic insurance transactions on PT. Asuransi Takaful Umum. Method of data collection that is directly using interviews and observations, and data collection indirectly using library research methods. Writing research object of this study is PT. Asuransi Takaful Umum. Literary analysis research is exploration research or qualitative research methods. Formulation of the problem of writing this study is whether the way of recognition, measurement and presentation of Takaful premium income on PT. Asuransi Takaful Umum in accordance with SFAS 108. The results achieved are contained suitability of the accounting treatment regarding the recognition, measurement and presentation of the premium or contribution income at PT. Asuransi Takaful Umum with established standards. Conclusion obtained is that all financial transactions at PT. Asuransi Takaful Umum, both in terms of accounting treatment to have profit-sharing system in accordance with Islamic principles and the principles set out in SFAS 108 on Islamic insurance transactions. AR. Keywords : Income, Islamic insurance, premium, SFAS 108.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengakui, mengukur dan menyajikan pendapatan premi dan menganalisis kesesuaiannya dengan PSAK 108 tentang transaksi asuransi syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum. Metode pengumpulan data secara langsung yaitu menggunakan metode wawancara dan observasi, serta pengumpulan data secara tidak langsung menggunakan metode studi kepustakaan. Objek penelitian penulisan skripsi ini adalah PT. Asuransi Takaful Umum. Analisis penulisan penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploratoria atau metode riset kualitatif. Rumusan masalah penulisan skripsi ini adalah apakah cara pengakuan, pengukuran, serta penyajian pendapatan premi asuransi syariah pada PT.
1
Asuransi Takaful Umum telah sesuai dengan PSAK 108. Hasil yang dicapai adalah terdapat kesesuaian perlakuan akuntansi mengenai pengakuan, pengukuran, serta penyajian pendapatan premi atau kontribusi pada PT. Asuransi Takaful Umum dengan standar yang ditetapkan. Simpulan yang diperoleh adalah bahwa seluruh transaksi keuangan pada PT. Asuransi Takaful Umum baik dari segi perlakuan akuntansi hingga sistem pembagian keuntungan telah sesuai dengan prinsip syariah dan prinsip yang ditetapkan pada PSAK 108 tentang transaksi asuransi syariah. AR. Kata kunci : Asuransi syariah, pendapatan, premi, PSAK 108.
PENDAHULUAN Banyak masyarakat Indonesia yang menginginkan produk-produk syariah untuk berinvestasi seperti perbankan syariah, saham syariah, sampai asuransi syariah karena produk tersebut tidak mengandung unsur riba’ yang terdapat pada produk investasi konvensional, yaitu berupa bunga. Sehingga pandangan ini pula lah yang mendorong banyaknya perusahaan asuransi yang menerbitkan produk asuransi berbasis syariah. Menurut Koentjoro (2012), adanya trend peningkatan jumlah tertanggung/pelanggan, merupakan salah satu refleksi tentang adanya kepercayaan masyarakat terhadap asuransi syariah. Dimana faktor atau gejala ini dapat juga diartikan sebagai adanya indikator tentang penerapan prinsip syariah yang baik dan benar pada asuransi syariah tersebut. Sebagai pelopor asuransi syariah di Nusantara, Takaful Indonesia telah melayani masyarakat dengan jasa asuransi yang sesuai dengan prinsip syariah, selama lebih dari satu dasawarsa, melalui dua perusahaan operasionalnya: PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa Syariah) dan PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Umum Syariah). Masyarakat pada umumnya belum mengetahui kemana aliran dana premi yang mereka bayarkan, karena para peserta asuransi telah diwajibkan membayar iuran penggantian kerugian (premi) untuk kerugian belum tentu terjadi pada peserta tersebut, sementara para peserta asuransi. Menurut Fidhayanti (2012), menyatakan surplus underwriting terhadap dana tabarru’ dibagi dan dialokasikan untuk pengelola sebesar 60%, untuk peserta sebesar 20% dan untuk cadangan tabarru’ yang digunakan ketika ada klaim sebesar 20%. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa asuransi merupakan suatu bisnis yang beroperasi pada pemberian jasa dimana para nasabah membayar fee berupa premi sebagai jaminan pergantian materi atas kerugian yang mereka alami. Sementara perusahaan asuransi tersebut telah mencatatkan pendapatan dari premi yang telah dibayarkan oleh nasabah tersebut sebagai pendapatan, sedangkan manfaat atas perlindungan belum diberikan kepada nasabah sampai nasabah tersebut mengalami suatu kerugian. Dengan adanya kekhususan ini, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai pengakuan, pengukuran, serta penyajian dari pendapatan premi pada asuransi syariah. Rumusan masalah penelitian ini antara lain bagaimana cara pengakuan, pengukuran, serta penyajian pendapatan pada produk asuransi syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum; apakah pengakuan, pengukuran, serta penyajian pendapatan premi asuransi syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum telah sesuai dengan PSAK 108 tentang transaksi akuntansi asuransi syariah; dan bagaimana sistem pembagian keuntungan yang diterapkan perusahaan sebagai hasil pengelolaan dana nasabah berdasarkan hukum syariah. Maka penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui cara pengakuan dan pengukuran, serta penyajian pendapatan premi atas produk asuransi syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum; untuk mengetahui apakah cara pengukuran, pengukuran, serta penyajian pendapatan atas produk asuransi syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum telah sesuai dengan PSAK 108 tentang transaksi akuntansi asuransi syariah; serta untuk mengetahui sistem pembagian keuntungan yang diterapkan perusahaan berdasarkan hukum syariah. Definisi asuransi menurut Amrin (2011:41) yang dikutip beradasarkan UU no.2/1992, Pasal 1 yaitu “Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
2
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut Sula (2004:28), asuransi syariah berarti “Men-ta’min-kan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar/ menyerahkan uang cicilan untuk agar Ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya, atau mobilnya’”. Sedangkan Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah “usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah”.
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploratoria atau metode riset kualitatif yang dilaksanakan di kantor pusat PT. Asuransi Takaful Umum yang beralamat di Jalan Mampang Prapatan Raya no. 100, Jakarta Selatan dengan metode wawancara kepada pihak yang berwenang dan melalui observasi. Data yang diteliti merupakan data primer berupa ledger transaksi penerimaan dan pelunasan pembayaran polis asuransi syariah dari nasabah kepada perusahaan. Kedalaman riset hanya sebatas penelitian atas pengakuan, pengukuran, dan penyajian pendapatan premi yang didapat oleh perusahaan sebagai hasil penjualan polis asuransi umum syariah di PT.Asuransi Takaful Umum. Serta pembagian keuntungan yang diterapkan perusahaan berdasarkan hukum syariah. Metode pengumpulan data secara langsung yaitu menggunakan metode wawancara dan observasi, serta pengumpulan data secara tidak langsung menggunakan metode studi kepustakaan. Metode pengolahan data adalah dengan cara membandingkan kesesuaian data dengan PSAK 108 yang mengatur tentang transaksi asuransi syariah serta fatwa Dewan Syariah Nasional yang berkaitan dengan transaksi asuransi syariah.
HASIL DAN BAHASAN Perbedaan yang paling mendasar diantara PSAK 28 dan PSAK 108 adalah pada pengakuan pendapatan premi. Apabila merujuk pada PSAK 28, premi tersebut masuk dalam pendapatan perusahaan. Dalam PSAK 108, kontribusi (premi) dipisahkan menjadi ujroh dan tabarru’, dimana kumpulan dana tabarru’ sepenuhnya milik peserta yang dikelola dan diinvestasikan sesuai syariah, dan ujroh digunakan untuk pengelolaan perusahaan. Akad yang digunakan dalam Asuransi Syariah adalah akad tabarru’( hibah) dan tijari (wakalah bil ujrah). Akad yang digunakan antar peserta asuransi syariah adalah menggunakan akad tabarru’, sedangkan akad peserta dengan perusahaan menggunakan akad wakalah bil ujroh yaitu perusahaan sebagai wakil/pengelola dana tabarru’ yang mendapatkan fee/ujroh. Konsep asuransi syariah adalah sharing risk, yaitu membagi risiko ke sesama peserta dimana masing-masing peserta asuransi menyisihkan sebagaian dana untuk dimasukkan ke rekening dana peserta yaitu dana tabarru’ yang akan digunakan untuk membayar klaim apabila salah satu peserta mengalami suatu kerugian. Sedangkan akad yang digunakan oleh asuransi konvensional adalah akad jual beli dan transfer risk, dimana para peserta membayar premi dan kemuadian premi tersebut mutlak menjadi pendapatan perusahaan, dan apabila terjadi kerugian, maka pihak perusahaanlah yang akan memanggung kerugian tersebut dalam bentuk klaim yang diambil dari dana milik perusahaan karena peserta mengalihkan risiko sepenuhnya kepada perusahaan. Dalam asuransi syariah, kontribusi yang dibayar peserta asuransi tidak diakui secara langsung menjadi pendapatan perusahaan asuransi, tetapi menjadi milik peserta asuransi secara kolektif setelah dikurangi ujroh pengelolaan untuk perusahaan asuransi karena mengacu pada PSAK 108, bukan PSAK 28 yang menyebutkan bahwa semua pendapatan premi dari peserta diakui sebagai pendapatan perusahaan. Kontribusi tersebut diakumulasikan untuk membagi risiko yang timbul diantara peserta asuransi.
3
Dalam asuransi syariah, peranan perusahaan asuransi terbatas pada peran underwriter, collector & claim payer, dan fund manager. Sumber pendapatan perusahaan asuransi berasal dari ujroh, surplus underwriting dana tabarru’, dan bagi hasil atas pengelolaan dana tabarru’ dan pembagian/alokasi. Perusahaan memisahkan dana peserta asuransi (tertanggung) dengan dana pengelola (dana perusahaan). Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun dana investasi dana tabarru’. Dana tabarru’ merupakan kumpulan dana yang berasal dari kontribusi peserta asuransi yang digunakan sebagai pengelolaan resiko peserta. Sedangkan ujroh adalah kumpulan dana yang telah disepakati diawal sebagai fee pengelolaan kepada perusahaan. Kontribusi/premi takaful yang dibayar sekaligus pada awal untuk jangka waktu satu tahun dan harus diperbaharui apabila kontrak diperpanjang. Nominal yang ditetapkan oleh perusahaan dihitung sesuai dengan resiko yang dipilih. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 15, dimana kontribusi/premi takaful yang dibayar peserta, dimasukkan ke dalam kumpulan uang peserta (insurance fund) yang berfungsi sebagai investasi dan sumbangan (tabarru’) yang berfungsi sebagai cadangan dana tabarru’ untuk menutup klaim apabila terjadi musibah pada peserta takaful. Setiap surplus operasi atau defisit operasi merupakan tanggung jawab peserta asuransi secara kolektif. Pengakuan kontribusi asuransi umum syariah pada PT Asuransi Takaful Umum menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode accrual basis Dalam praktek pengakuan pendapatan premi asuransi syariah, metode yang digunakan merupakan metode accrual basis. Artinya pendapatan diakui sebelum perusahaan belum menerima kas dari nasabah, artinya pendapatan kontribusi tersebut sudah diakui saat terbit polis. Perusahaan mempunyai hak untuk mengakui pendapatan tersebut karena pada saat penerbitan polis artinya periode pertanggungannya sudah dimulai. 2. Technical reserve (cadangan teknis) Cadangan teknis merupakan bagian dari kontribusi asuransi yang belum dihasilkan atau dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam sistem akuntansi Takaful, cadangan teknis terbagi menjadi 3 (tiga) berdasarkan PSAK 108 paragraf 26, ketiga prinsip yang diterapkan oleh PT. Asuransi Takaful Umum tersebut :
Gambar 4.1 Pembagian cadangan teknis PT. Asuransi Takaful Umum Cadangan kontribusi
cadangan teknis
Cadangan klaim EKRS
IBNR Sumber : pernyataan langsung wawancara dengan Head of Finance and Accounting PT. Asuransi Takaful Umum, Ibu Melda. 10 Juni 2013.
1) Cadangan kontribusi, yaitu jumlah untuk memenuhi klaim yang terkait dengan kontribusi nyang timbul pada periode berjalan atau periode mendatang (penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak). Berdasarkan PSAK 108 paragraf 28 (poin a), cadangan kontribusi diukur berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan. 4
2) Cadangan klaim EKRS (Estimasi Klaim Retensi Sendiri), yaitu klaim yang telah dilaporkan oleh nasabah tetapi belum diakui/masih dalam proses. Cadangan klaim EKRS tersebut merupakan jumlah penyisihan untuk klaim yang yang dilaporkan sampai akhir periode berjalan yang diperkirakan akan dibayar pada periode mendatang. Cadangan klaim EKRS diukur sebesar jumlah estimasi klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Berdasarkan PSAK 108 paragraf 28 (poin b), cadangan klaim EKRS tersebut diukur dengan mengurangkan cadangan estimasi tersebut dengan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah dibayarkan. 3) IBNR (incurred but not reported), yaitu dana klaim yang sudah dibayarkan oleh nasabah tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan. Berdasarkan PSAK 108 paragraf 28 (poin c), IBNR diukur berdasarkan data masa lalu yang terkait dengan klaim yang paling terkini yang dilaporkan dan menggunakan metode statistik. Cadangan teknis tersebut diakui berdasarkan PSAK 108 paragraf 27 yaitu pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban dan disajikan dalam laporan surplus (defisit) underwriting dana tabarru’. Sedangkan cadangan teknis tersebut diungkap berdasarkan PSAK 108 paragraf 33 yaitu sebagai kewajiban dan disajikan pada laporan posisi keuangan. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Umum Syariah Penulis menuliskan contoh perhitungan kontribusi asuransi syariah yaitu polis untuk kendaraan bermotor dan polis asuransi syariah untuk bangunan. Perhitungan tersebut merupakan perhitungan ongkos resiko murni, yaitu biaya yang jumlahnya hanya mencukupi kerugian yang dialami oleh peserta selama keanggotaan selama satu periode pertanggungan. Perhitungan kontribusi tersebut dapat dihitung dengan menilai terlebih dahulu objek yang akan diasuransikan. Kemudian, nilai objek bersih tersebut dikalikan dengan persentase suku kontribusi, dimana suku kontribusi tersebut telah ditentukan oleh pihak menajemen dengan cara melihat dan menganalisa data statistik rata-rata klaim selama 3 (tiga) tahun ke belakang. Besaran hasil perhitungan kontribusi tersebut kemudian ditambah oleh biaya Tanggung Jawab Hukum pihak ketiga dan tambahan kontribusi, potongan diskon dihitung apabila peserta asuransi mendapat diskon pembayaran kontibusi, bila peserta tidak mendapat diskon, maka hasil perhitungan kontribusi tersebut tidak perlu dikurang diskon tersebut. Perhitungan kontribusi (untuk resiko murni) untuk bangunan juga mangacu pada akad wakalah bil ujroh dimana investasi tersebut menggunakan jasa fund manager dengan mengeluarkan iuran (ujroh) untuk pengelola, perhitungan kontribusi tersebut dapat dihitung dengan menilai terlebih dahulu objek yang akan diasuransikan. Kemudian, nilai objek bersih tersebut dikalikan dengan persentase suku kontribusi, dimana suku kontribusi tersebut telah ditentukan oleh pihak menajemen dengan cara melihat dan menganalisa data dari tabel statistik rata-rata klaim selama 3 (tiga) tahun ke belakang. Kesesuaian Perlakuan Pendapatan Kontribusi Asuransi Umum Syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum dengan PSAK 108 Sampel jurnal transaksi untuk polis asuransi kendaraan bermotor : Jurnal transaksi saat terbit polis : 1) Dr. Piutang premi langsung motor Cr. Pendapatan premi langsung motor
5.199.100 5.199.100
Jurnal diatas merupakan jurnal pengakuan saat terbitnya polis, pendapatan kontribusi dari nasabah sebesar 5.199.100 sudah diakui sebagai pendapatan perusahaan karena perusahaan membebankan sejumlah dana kepada peserta atas pembayaran kontribusi yang harus dilakukan oleh peserta di waktu yang akan datang. Hal ini dilakukan karena pada saat penerbitan polis, artinya periode pertanggungan telah dimulai. Prinsip ini sesuai dengan prinsip yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengakui pendapatan yaitu
5
menggunakan accrual basis. “Piutang premi langsung motor” diungkap pada laporan keuangan sebagai piutang kontribusi dan disajikan dalam laporan posisi keuangan, sedangkan “Pendapatan premi langsung motor” diungkap sebagai kontribusi bruto dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan surplus underwriting dana tabarru’. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 10. 2) Dr. beban ujroh langsung motor 2.469.572,5 Cr. Utang ujroh kontribusi langsung motor
2.469.572,5
Jurnal diatas merupakan jurnal pengakuan pembayaran ujroh yang belum dibayar oleh nasabah kepada perusahaan. Ujroh tersebut dibayarkan kepada pihak pengelola dana sebagai fee atas pengelolaan dana yang akan dilakukan oleh entitas. Perusahaan telah membebankan biaya ujroh pada saat terbit polis. Sama dengan metode pengakuan sebelumnya, pendapatan ujroh diakui dengan motode accrual basis dimana perusahaan telah mengakui pembayaran ujroh yang akan diterima dari peserta pada saat pertama penerbitan polis. Akun “beban ujroh langsung motor” diungkap dalam laporan keuangan sebagai ujroh pengelola dan disajikan dalam laporan surplus underwriting dana tabarru’ dan “Utang ujroh kontribusi langsung motor” diungkap sebagai piutang kontribusi dan disajikan dalam laporan keuangan pada laporan posisi keuangan. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 20. 3) Dr. piutang ujroh kontribusi langsung 2.469.572,5 Cr. Pendapatan ujroh kontribusi langsung
2.469.572,5
Jurnal diatas merupakan jurnal pengakuan pendapatan ujroh yang akan diterima oleh perusahaan. Perusahaan sudah mencatat dan mengakui pendapatan tesebut saat terbit polis dengan menggunakan metode accrual basis, artinya pada saat nasabah belum membayar ujroh tersebut, perusahaan sudah mengakui pendapaan ujroh tersebut meskipun kas belum diterima dari nasabah. “piutang ujroh kontribusi langsung” diungkap sebagai piutang kontribusi dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan dan “Pendapatan ujroh kontribusi langsung” diungkap sebagai pendapatan pengelolaan operasi asuransi dan disajikan dalam laporan keuangan pada laporan laba rugi. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 20. Hasil analisis jurnal ketika pelunasan kontribusi : 1) Dr. Utang ujroh kontribusi langsung motor Cr. Piutang ujroh kontribusi langsung motor
2.469.572,5 2.469.572,5
Jurnal diatas merupakan jurnal untuk mencatat dan mangakui bahwa ujroh telah dilunasi oleh nasabah. Saldo “utang” di debet dan saldo “piutang” di kredit guna mencatat telah dihapuskannya piutang ujroh dari nasabah. Akun “Utang ujroh kontribusi langsung motor” dan “Piutang ujroh kontribusi langsung motor” keduanya diungkap sebagai pendapatan kontribusi dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 20. 2) Dr. Bank Cr. Piutang premi asuransi motor Cr. Bea polis Cr. Bea materai
4.196.280 4.159.280 25.000 12.000
Jurnal tersebut dibuat pada saat nasabah telah melunasi dana kontribusi yang harus dibayar kepada pengelola untuk mengakui kontribusi yang dibayarkan oleh peserta yang ditambah bea materai dan bea polis. Saldo “bank” digabungkan dengan saldo “bea materai” dan “bea polis” guna mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh manajemen karena pembelian materai dan penyediaan polis menggunakan dana perusahaan. Akun “Bank” diungkap sebagai kas dan bank dalam laporan keuangan pada laporan posisi keuangan, sedangkan akun “Piutang
6
premi asuransi motor”, “bea polis” dan bea materai” diungkap sebagai piutang kontribusi dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Sampel jurnal transaksi untuk polis asuransi kebakaran : Jurnal saat penerbitan polis : 1)
Dr. piutang premi asuransi fire 1.190.000 Cr. Pendapatan premi langsung fire
1.190.000
Jurnal tersebut sama seperti jurnal pada kasus sebelumnya, dimana perusahaan telah mengakui pendapatan kontribusi dari peserta saat penerbitan polis. Perusahaan membebankan kontribusi sebesar 1.190.000 mengenai pembayaran kontribusi yang harus dilakukan oleh peserta di waktu yang akan datang. Hal ini dilakukan karena pada saat penerbitan polis, artinya periode pertanggungan telah dimulai. Prinsip ini sesuai dengan prinsip yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengakui pendapatan yaitu menggunakan accrual basis. Akun “piutang premi asuransi fire” diungkap sebagai piutang kontribusi pada laporan keuangan dan disajikakn dalam laporan posisi keuangan, akun “Pendapatan premi langsung fire” diungkap sebagai kontribusi bruto dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan surplus underwriting dana tabarru’. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 10. 2)
Dr. Piutang ujroh kontribusi langsung fire Cr. Pendapatan ujroh kontribusi langsung
562.632 562.632
Jurnal diatas sama dengan jurnal pada kasus sebelumnya, dimana perusahaan telah mengakui pendapatan ujroh yang akan diterima dari peserta sebesar 562.632 kepada perusahaan sebagai fee atas pengelolaan dana yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan metode accrual basis. Pengungkapan akun “Piutang ujroh kontribusi langsung fire” pada laporan keuangan adalah sebagai piutang kontribusi dan disajikan dalam laporan posisi keuangan, dan akun “Pendapatan ujroh kontribusi langsung“ sebagai kontribusi bruto dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan surplus underwriting dana tabarru’. Prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 20. Jurnal ketika peserta melunasi pembayaran kontribusi kepada perusahaan 1)
Dr. Bank Cr. Piutang premi langsung fire Cr. Bea polis Cr. Bea materai
1.227.000 1.190.000 25.000 12.000
Jurnal tersebut dibuat setelah peserta melunasi pembayaran kontribusi kepada pengelola, piutang premi ditambah bea polis dan bea materai dicatat dan dimasukkan kedalam akun bank, saldo bank bertambah dan saldopiutang berkurang. Akun “bank” diungkap sebagai kas dan bank pada laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan, sedangkan akun “Piutang premi langsung fire”, “bea polis”, dan “bea materai” diungkap sebagai piutang kontribusi pada laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Jurnal ketika perusahaan membayar hutang reasuransi kepada reasuradur : 2)
Dr. Utang premi treaty fire Dr. Utang ujroh treaty keluar fire Cr. Bank
217.249,38 27. 156,17 244.405,55
Jurnal tersebut dibuat pada saat perusahaan membayar beban ujroh reasuransi kepada reasuradur. Perusahaan membayar ujroh dengan meng-kredit saldo bank dan men-debet saldo utang premi dan utang ujroh sehingga saldo bank berkurang dan saldo utang premi dan utang ujroh juga berkurang. Akun “bank” diungkap sebagai kas dan bank dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan, sedangkan akun “utang premi treaty fire” dan “utang
7
ujroh treaty keluar fire” diungkap sebagai utang reasuransi dalam laporan keuangan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Instrument investasi dan sistem pembagian keuntungan Instrumen Investasi Investasi merupakan cara perusahaan mengelola keuangan mereka agar dapat menghasilkan profit dengan cara menanam atau menempatkan aset baik yang berupa dana maupun harta guna diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. PT. Asuransi Takaful Umum menginvestasikan dana ke berbagai instrument investasi dengan menggunakan akad wakalah bil ujroh, hal tersebut sesuai dengan prinsip yang ditetapkan PSAK 108 paragraf 18. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 11/PMK 010/2011 tentang Kesehatan keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah bab II pasal 5 (lima), PT. Asuransi Takaful Umum menginvestasikan dana ke beberapa instrumen investasi syariah yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4.
Deposito syariah; Saham syariah yang tercatat di bursa efek; Reksadana syariah; Sukuk atau obligasi syariah.
Sistem Pembagian Keuntungan Sesama Peserta Asuransi syariah merupakan sistem saling membagi risiko diantara sesama peserta (risk sharing), sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang muncul dengan prinsip saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing menghibahkan dana tabarru’ atau dana kebajikan. Dana tabarru’ tersebut dihibahkan oleh peserta kepada kumpulan dana peserta asuransi syariah dan pengelolaannya diamanahkan kepada perusahaan asuransi dengan membayarkan sejumlah ujroh yang dikenal juga sebagai dana milik pengelola dan akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi lainnya. Akad yang digunakan untuk berinvestasi ke sesama peserta yaitu akad tabarru’, sedangkan akad yang digunakan peserta untuk berinvestasi kepada pengelola adalah akad wakalah bil ujroh. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah, dana tersebut dapat diinvestasikan dengan menggunakan akad wakalah bil ujroh, mudharabah, ataupun mudharabah musytarakah.. Oleh itu karena dana-dana yang terhimpun dan digunakan dari dan oleh peserta tersebut dikelola secara baik dari segi administratif maupun investasinya, untuk itu peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi untuk bertindak sebagai operator yang bertugas mengelola danadana tersebut sesuai syariah. dimana perusahaan asuransi lah yang diberi kuasa oleh para peserta, jadi posisi perusahaan asuransi syariah hanyalah sebagai pengelola atau operator saja dan bukan sebagai pemilik dana. Sebagai pengelola atau operator, fungsi perusahaan asuransi hanya mengelola dana peserta saja, dan pengelola tidak boleh menggunakan dana-dana tersebut jika tidak ada kuasa dari peserta. Sebagai biaya pengelolan, perusahaan atau pengelola dana membebankan biaya (ujroh) sebagai dana keuntungan bagi pihak pengelola. Sistem Pembagian Keuntungan bagi Perusahaan Sistem perolehan keuntungan perusahaan berasal dari surplus dana tabarru’ , investasi dana tabarru’, ditambah ujroh. Peserta membayar kontribusi, dana kontribusi tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu dana tabarru’ ke sesama peserta sebagai dana tolong-menolong yang nantinya akan digunakan oleh sesama peserta untuk membayar klaim apabila ada kerugian dan ujroh kepada perusahaan sebagai imbal jasa atas pengelolaan dana peserta. Dana tabarru’ tersebut dikurangi oleh biaya-biaya manajemen seperti biaya klaim, survey klaim, dan reasuransi untuk tabarru’, jika terjadi surplus, berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional no. 53/DSNMUI/III/2006 maka dana surplus tersebut dapat dialokasikan kepada 3 (tiga) entitas yaitu pertama, diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru’; kedua, disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang
8
memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko, dan ketiga disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta. Kemudian pengalokasian perolehan surplus tadi ditambah dengan ujroh yang pada mulanya telah dibayar peserta dan ditambah surplus hasil dari pengelolaan tabarru’ dari peserta. Sehingga perusahaan mendapat keuntungan dari 3 (tiga) sumber, yaitu dari pembayaran ujroh atas kontribusi peserta, dari hasil pengelolaan dana tabarru’ peserta, dan surplus underwriting atas dana tabarru’. Setelah diketahui hasilnya, dana hasil penjumlahan tersebut dikurangi biaya operasi, biaya komisi, dan biaya pembayaran ujroh kepada reasuradur. Dari hasil pengurangan itulah baru dapat diketahui apakah perusahaan mendapat profit atau (loss). Dan jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit tabarru’), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk qardh (pinjaman). Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru’ yang akan datang. Prinsip yang diterapkan oleh perusahaan tersebut telah sesuai dengan PSAK 108 paragraf 16 dan fatwa Dewan Syariah Nasional 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad wakalah bil ujroh pada asuransi syariah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengakuan pendapatan premi asuransi umum syariah pada PT. Asuransi Takaful Umum menggunakan metode accrual basis, dimana pendapatan premi atau kontribusi tersebut telah diakui pada saat penerbitan polis, yang artinya pada saat polis tersebut telah dibuat maka pertanggungan telah dimulai. Untuk pencadangan teknis, perusahaan mengacu pada PSAK 108 paragraf 26, dimana pencadangan teknis dibagi menjadi 3 (tiga) bagian menjadi cadangan kontribusi yaitu jumlah untuk memenuhi klaim yang terkait dengan kontribusi nyang timbul pada periode berjalan atau periode mendatang (penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak), cadangan klaim EKRS (Estimasi Klaim Retensi Sendiri) yang merupakan klaim yang telah diaporkan tetapi belum diakui atau klaim yang masih dalam proses, dan IBNR (incurred but not reported), yaitu dana klaim yang sudah dibayarkan oleh nasabah tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan. Perhitungan kontribusi dilakukan oleh Departemen Teknis PT. Asuransi Takaful Umum. Pada bagian akuntansi, data yang tersaji sudah berupa ledger yang telah dihitung secara sistematis oleh Departemen Teknis. Perhitungan kontribusi pada PT. Asuransi Takaful Umum mengacu pada suku kontribusi dimana suku kontribusi tersebut telah ditetapkan dengan cara melihat data statistik resiko klaim selama 3(tiga) tahun ke belakang. Perlakuan akuntansi terhadap dana kontribusi yang terapkan oleh perusahaan yaitu dengan mengakui dana kontribusi tersebut sebagai bagian dari dana tabarru’, “Piutang premi” telah diakui saat terbit polis atau sebelum perusahaan menerima pembayaran kontribusi tersebut dari peserta dan diungkap pada laporan keuangan sebagai piutang kontribusi dalam laporan posisi keuangan, sedangkan “Pendapatan premi” diungkap sebagai kontribusi bruto dalam laporan keuangan pada laporan surplus underwriting dana tabarru’, maka prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 10. Perlakuan dana kontribusi untuk ujroh sama hal nya dengan perlakuan akuntansi terhadap dana kontribusi, yaitu dengan menggunakan metode accrual basic, “beban ujroh” diungkap dalam laporan keuangan sebagai ujroh pengelola pada laporan surplus underwriting dana tabarru’ dan “Utang ujroh” diungkap sebagai piutang kontribusi dalam laporan keuangan pada laporan posisi keuangan, maka prinsip ini sesuai dengan PSAK 108 paragraf 20. Investasi pendapatan PT. Asuransi Takaful Umum seluruhnya dilakukan pada instrumeninstrumen investasi syariah seperti deposito syariah, reksadana syariah, dan pasar modal syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’, yaitu dengan cara mengumpulkan dana kontribusi yang masing-masing dibayar oleh peserta, kemuadian dana tersebut dikumpulkan dalam satu rekening dana bersama yaitu dana tabarru’ yang tujuannya adalah digunakan untuk membayar klaim peserta apabila ada peserta yang mangalami kerugian. Kumpulan dana tabarru’ tersebut diinvestasikan dengan 9
menggunakan akad wakalah bil ujroh dimana perusahaan asuransi lah yang diberi kuasa oleh para peserta untuk mengelola dana mereka dan sebagai imbal jasa atas pengelolaan dana tersebut maka peserta dibebani ujroh. Jika terdapat surplus underwriting, maka surplus tersebut dibagi-hasilkan kepada para peserta. Sistem pembagian keuntungan untuk perusahaan adalah dengan menginvestasikan dana tabarru’ yang berasal dari pembayaran kontribusi peserta berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad wakalah bil ujroh pada Asuransi Syariah, dana investasi tersebut ditambah ujroh yang dibayar lagi oleh peserta kepada perusahaan dan surplus underwriting atas dana tabarru’. Sehingga perusahaan mendapatkan pandapatan dari 3 (tiga) sumber yaitu keuntungan dari investasi dana tabarru’ peserta, ujroh atas kotribusi peserta, dan surpus underwriting dana tabarru’. Kemudian hasil tersebut dikurangi oleh biaya-biaya administrasi dan biaya operasi, dari perhitungan itulah dapat diketahui apakan perusahaan mendapat profit atau mangalami (loss). Saran Semua transaksi pada PT Asuransi Takaful Umum sudah sesuai dengan PSAK 108, maka penulis mengharapkan agar PT Asuransi Takaful Umum dapat memberikan contoh konkrit, seperti mengadakan seminar, talk show, atau jejak pendapat kepada perusahaan asuransi syariah lainnya atau perusahaan asuransi yang mempunyai entitas syariah dalam operasinya agar dapat menerapkan prinsip syariah berdasarkan PSAK 108 secara berkesinambungan. Saran kepada penulis selanjutnya, penulis menyarankan agar dapat membahas transaksi akuntansi syariah yang lebih beragam seperti akuntansi gadai syariah, sewa menyewa, ataupun perlakuan akuntansi syariah pada entitas non-asuransi. RIWAYAT HIDUP Annisa Rulitasari lahir di Jakarta pada tanggal 18 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang studi akuntansi pada tahun 2013. REFERENSI Ali, H. (2004). Asuransi Dalam Perspektif Islam (suatu tinjauan analitis historis, teoritis, & praktis). Jakarta : Prenada media Amrin,A (2011). Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah. Jakarta : PT. Elex media Komputindo. Anonim. Produk Asuransi Takaful Umum. Diakses 28 Januari 2013. Dari http://www.takaful.com/indexhome.php/produk/action/view/frmProdukId/28/produk/As uransi+Takaful+Umum/ Anonim. Sekilas Takaful Indonesia. Diakses 28 Januari 2013. Dari http://www.takaful.com/indexhome.php/profile/list/ Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2001. Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 52/DSN-MUI/III/2006. Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006. Djojosoedarmo, S. (2003). Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta : Salemba Empat. Ghozali,I., & Anis, C (2007). Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, S. (2009). Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pres. Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Standar Akuntansi Keuangan. Iqbal,M., & Afifah,A (2006). Asuransi Umum Syariah dalam Praktik : Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir, dan Riba. Jakarta: Gema Insani Koentjoro, W. (2012). Impementasi Nilai-nilai Syariah dalam Meningkatkan Kinerja Asuransi Syariah di Jawa Tengah. Mustabsyirah, H.(2012). Evaluasi terhadap Dana Tabarru’ dan Pendapatan Perusahaan Berdasarkan PSAK 108 pada PT. Asuransi Takaful Umum. Peraturan Menteri Keuangan nomor 11/PMK.10/2011 10
Spillane, J.(2008). Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta : penerbit Universitas Sanata Dharma. Sula, M. (2012). Akad dalam Asuransi Syariah. Sula, M. (2004). Asuransi Syariah (Life and General) – Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta : Penerbit Gema Insani. Sula, M. (2012). Impementasi Wakaf dalam Instrumen Asuransi Syariah. Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam. Zuhdi, A. (2009). Asuransi dalam Perspektif Islam. Jurnal Hukum Islam.
11