ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI
JESI AMELIA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pendapatan petani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014
Jesi Amelia NRP H34114067
ABSTRAK JESI AMELIA. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Jambi Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak lainnya. Perkebunan kelapa sawit membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan memberikan keuntungan bagi petani kelapa sawit. Pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan usahatani yang didapatkan dari hasil TBS yang dikalikan dengan harga jual. Hasil produksi dipengaruhi dengan luas lahan yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013 pada usahatani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan, R/C dan imbalan terhadap modal usahatani luas lahan 2 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani dengan luas lahan 4 hektar sedangkan untuk biaya usahatani dalam satuan hektar usahatani luas lahan 4 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani luas lahan 2 hektar. Kesimpulan yang dapat diambil adalah usahatani luas lahan 4 hektar mengurangi luas lahan menjadi 2 hektar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Kata kunci : Pendapatan, struktur biaya, RC, imbalan kepada modal petani
ABSTRACT JESI AMELIA. Analysis of farm income in the District palm of Pelepat ilir , Bungo , Jambi. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Oil palm plantation has profitable business prospect. Oil palm plantion expantion is due to this reason. Oil palm plantation would creat new job opportunities and generate benefits for the farmers themselves. Farm income is affected by farm revenue wich is come farm the multiplication of price and quantity of production quantity is affected by size of land owned. This reseach using data that taken during September to Oktober 2013. The samples are panter that have four hectares of area plantation and two hectares of area plantation. The result is farmers with 2 ha area plantation have income, R/C and return to farm equity capital more high than farmers with 4 ha of area plantation. As for cost to of each hectare the farmers with 4 ha of area plantation have more cost than farmers with 2 ha of area plantation. The conclution is, to increasing farmers income, farmer have to decrease their area of planting from 4 hectares to 2 hectares. Key words: Income, cost structure, R/C, return to farm equity capital
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI
JESI AMELIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi Nama : Jesi Amelia NRP : H34114067
Disetujui oleh
Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah pendapatan, dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen evaluator kolokium dan Dr Ir Dwi Rachmina, Msi dan Dr Ir Burhanudin, MM sebagai dosen penguji. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, PT. Sari Aditya Loka yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, penghargaan secara tertulis juga penulis sampaikan kepada KUD Karya Mukti dan KUD Citra Makarti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat Bogor, Agustus 2014
Jesi Amelia NRP H34114067
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Struktur Biaya Analisis Pendapatan Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Fungsi Perusahaan Inti Struktur Biaya Usahatani Pendapatan Usahatani Rasio Penerimaan dan Biaya Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Sampel Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Petani Responden Keragaan Usahatani Kelapa Sawit Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit Biaya Usahatani kelapa sawit Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Rasio Penerimaan dan Biaya Imbalan Kepada Modal Petani (return to farm equity capital) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi xii xii xiii 1 1 3 4 4 4 5 5 6 8 9 9 14 16 16 17 17 18 19 19 20 20 21 21 24 24 26 29 30 30 31 32 32 33 33 34 34 35
DAFTAR TABEL 1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008 (hektar) 2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 20072008 (hektar) 3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun 2013 4 Sumber data primer dan data sekunder penelitian 5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun 6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun 7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun 2013 8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti pada tahun 2013 9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur 6 tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun) 10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun 11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun 12 Penyusutan rata-rata alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar tahun 2012-2013 13 Penyusutan alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dari 06 September 2012 – 20 September 2013 14 Rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit per hektar pada Petani KUD Citra Makarti dari 06 September 2013-20 September 2013 15 Nilai R/C petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun 16 Ukuran penampilan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun
2 2 3 20 22 23
24
25 27 27 28 29 29 31 32 33
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional
19
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Nama petani dan luas lahan petani tahun 2013 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 4 hektar 06 September 2012-20 September 2013 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 2 hektar 06 September 2012-20 September 2013 Struktur biaya rata-rata petani luas lahan 4 hektar dalam setahun Struktur biaya rata-rata petani luasan lahan 2 hektar dalam setahun
35 36 37 38 39
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak lainnya. Indonesia memiliki pengaruh besar dalam penyediaan minyak sawit atau disebut CPO (Crude palm oil) di dunia. Berdasarkan data Kementrian Pertanian RI, ekspor CPO Indonesia pada tahun 2012 senilai 26 juta dolar AS. Meningkat dari tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 20 394 174 dan 23 500 000 dolar AS1. Bisnis Kelapa sawit juga memberi manfaat bagi petani dan masyarakat. Hal ini dapad dilihat dari 9.1 juta hektar lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, 42 persen diantaranya dimiliki petani dan membantu meningkatkan taraf hidup petani dan keluarga1. Hampir setiap provinsi di Indonesia melakukan budidaya kelapa sawit. Provinsi yang menghasilkan produksi CPO terbesar di Indonessia pada tahun 2012 adalah Provinsi Riau 5.8 juta ton (24.83%), kemudian berturut-turut provinsi Sumatera utara 4.1 juta ton (17.61%), Sumatera Selatan 2.2 juta ton (9.53%), Kalimantan Tengah 2.1 juta ton (9.26%) dan Jambi 1.7 juta ton (7.29%)2. Pada Provinsi Jambi Perkebunan kelapa sawit menyumbang sekitar 12 persen per tahun untuk pendapatan atau PDRB3 Harga kelapa sawit di Jambi pada laporan triwulan terus mengalami peningkatan. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp 1826.23 per kg, meningkat 17.95 persen dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp 8261.02 per kg atau meningkat 18.28 persen. Harga rata-rata kelapa sawit di tingkat internasional juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar USD 782.25 per metrik ton atau meningkat 8.35 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, harga TBS Jambi saat ini meningkat signifikan 52.76 persen, sejalan dengan peningkatan harga CPO dunia sebesar 9.45 persen3. Pemerintah Provinsi Jambi saat ini mengandalkan komoditi kelapa sawit untuk mensejahterakan petani atau masyarakat dan menjadi andalan pertumbuhan ekonomi wilayah. Salah satu Kabupaten yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit adalah kabupaten Bungo. Produksi kelapa sawit dalam bentuk TBS (Tandan Buah Segar) menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
1
ANT.2013.Minyak sawit indonesia dominasi pasar dunia [Internet].[diunduh 2014 Feb 16]. Tersedia pada : http://www.google.com/m?hl=en&q=ekspor+minyaksawitindonesia. 2 Direktorat Jenderal Perkebunan.2013.[Internet].[diunduh2014 Februari 16] 3 2012. Perkebunan sawit jambi sumbang 12 pdrb. [Internet].[diunduh.2014 Maret 10]. Tersedia pada: http://www.bumn.go.id/ptpn5/publikasi/berita/perkebunansawit-jambi-sumbang-12-pdrb
2 Tabel 1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008 (hektar) Tahun Pertumbuhan Kecamatan (%) 2009 2010 2011 Pelepat 223 889 1 716 2 896 -30.47 Pelepat Ilir 5 350 3 384 5 668 30.75 Limbur lubuk mengkuang 128 060 456 689 -48.55 Jujuhan 150 599 552 689 -74.81 Sumber : BPS Bungo (2012) Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hanya kecamatan pelepat ilir yang mengalami kenaikan produksi sebesar 30.75 persen, kenaikan ini diikuti oleh meningkatnya luas tanam perkebunan kelapa sawit di kecamatan Pelepat ilir menjadi 1. 03 persen. Kecamatan lainnya yaitu Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang, dan Pelepat yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 74.81 persen, 48.55 persen, dan 30.47 persen yang juga diikuti dengan penurunan luas tanam kelepa sawit sebesar 94.46 persen untuk Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang 90.91 persen dan pelepat sebesar 92.98 persen. Tabel 2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 2007-2008 (hektar) Tahun Pertumbuhan Kecamatan (%) 2009 2010 2011 Pelepat 18 081 1 270 1 270 -92.98 Pelepat Ilir 2 631 2 658 2 658 1.03 Limbur lubuk mengkuang 10 657 969 969 -90.91 Jujuhan 9 733 539 539 -94.46 Sumber : BPS Bungo (2012) Dilihat dari hasil produksi pada tiap kecamatan, dapat disimpulkan bahwa kecamatan Pelepat ilir lebih baik dari kecamatan lainnya karena pertumbuhan produksi mengalami kenaikan dan diikuti kenaikan luas lahan, walaupun luas lahan tidak naik terlalu besar hanya 1.03 persen akan tetapi kenaikan pertumbuhan produksi mencapai 30.75 persen. Kecamatan Pelepat ilir merupakan daerah transmigrasi dan terdapat pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu PT. Sari Aditya Loka yang merupakan anak dari perusahaan PT. Astra Agro Lestari. Untuk mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir maka pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan kredit lahan kepada petani dan lahan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut di kelola langsung oleh PT. Sari Aditya Loka. Setelah tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM), PT. Sari Aditya Loka menyerahkan lahan tersebut kepada petani. Kemudian petani membayar kredit lahan dan biaya yang telah dikeluarkan selama pembukaan lahan dan penanaman kepada KUD Karya Mukti. Pola seperti ini disebut dengan pola KKPA (Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya). Pola KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir di mulai pada Tahun 1998, dan pada saat sekarang ini umur tanaman kelapa sawit berumur 15 tahun dan produksi TBS sedang mengalami hasil yang maksimal. Harga yang diterima petani sebesar Rp 1 274 per kg. Petani yang mengikuti KKPA memiliki luas lahan yang berbeda-beda. Perbedaan luas lahan ini, dikarenakan adanya petani yang telah lunas kredit lahan
3 menjual lahan kepada petani lain. Luasan lahan dapat mempengaruhi besarnya penerimaan petani dan biaya yang dikeluarkan. Tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan disetiap petani dengan luas lahan yang berbeda akan memiliki efisinesi biaya yang berbeda. Dengan luas lahan yang berbeda, dan semakin tingginya biaya input produksi menjadikan penelitian pendapatan usahatani kelapa sawit penting untuk dilakukan di Kecamatan Pelepat ilir. Untuk mengetahui apakah tanaman kelapa sawit dikecamatan pelepat ilir menguntungkan secara finansial.
Perumusan Masalah Kecamatan Pelepat Ilir merupakan wilayah yang memiliki prospek yang baik dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, didukung oleh program pemerintah dengan kegiatan transmigrasi pada tahun 1989 dan adanya pola KKPA pada tahun 1998. Dukungan juga diberikan pemerintah yaitu dengan adanya KUD. Pendapatan petani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi TBS dan harga TBS. Besarnya produksi TBS dipengaruhi perawatan yang meliputi pemupukan, pemberian pestisida, meruning dan pemanenan. Sedangkan untuk harga telah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka, semakin tinggi harga yang ditetapkan perusahaan maka semakin tinggi pendapatan petani. Di setiap unit desa memiliki KUD, jumlah KUD di kecamatan Pelepat Ilir sebanyak 13 KUD atau dinamakan juga disebut afdeling. Afdeling adalah sebutan untuk wilayah tanam kelapa sawit dalam setiap desa. Setiap afdeling memiliki luas lahan yang berbeda. Untuk luas lahan di setiap afdeling dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun 2013 Afdeling Luas (hektar) Jumlah kavling AA 148.62 74 BB 114.91 52 CC 980.00 491 DD 967.07 473 EE 569.53 271 FF 743.06 260 GG 794.16 392 HH 938.00 469 NN 676.69 342 PP 986.72 496 QQ 778.00 389 RR 638.00 318 SS 429.00 240 Jumlah 8 764 4 382 Sumber : PT. Sari Aditya Loka (2013) Usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki luasan lahan yang berbeda- beda, sehingga pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan usahatani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Pengelompokan usahatani berdasarkan luas lahan dilakukan karena petani KKPA mendapatkan kredit lahan dari pemerintah seluas 2 hektar dan petani yang memiliki luas lahan 2 hektar membeli lahan kembali seluas 2 hektar milik petani KKPA yang lain dengan
4 ketentuan petani KKPA yang menjual lahannya telah melunasi kredit lahan. Harga input yang semakin mahal menyebabkan petani lebih banyak melakukan pengeluaran secara tunai sedangkan petani tidak dapat menetapkan harga jual TBS sehingga petani hanya menerima harga jual TBS yang sudah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai pendapatan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir. Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar? 2. Berapa pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar? 3. Bagaimana efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. 2. Menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. 3. Mengetahui efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain : 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani kelapa sawit di Pelapat ilir, sehingga dapat melakukan usaha-usaha perbaikan dalam perawatan untuk meningkatkan pendapatan. 2. Sebagai bahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya 3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan yang diperoleh selama kuliah dan dapat menganalisa masalah berdasarkan fakta.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dalam batasan wilayah Desa Lingga Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Jambi. Komoditas yang diteliti adalah kelapa sawit, Respondennya adalah petani-petani kelapa sawit di Desa Lingga Kuamang, anggota petani KKPA KUD Citra Makarti dengan umur tanam 15 tahun. Usahatani kelapa sawit dihitung berdasarkan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. Analisa pendapatan usahatani kelapa sawit akan disertai dengan ukuran penampilan usahatani lainnya yaitu, imbalan kepada modal petani (return to equity capital).
5
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Biaya Perdana (2008) biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah sebesar Rp 11 175 951 Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya total, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani secara tunai dalam bentuk uang. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah 75.51 persen dari biaya total, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sebesar 24.49 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen penggunaan pupuk kimia dan angsuran bunga. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya pembelian pupuk kimia Rp 3 174 450 (28.40 persen) dan angsuran bunga kredit Rp 2 560 836 (22.91 persen) yang harus dibayar petani kepada koperasi. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya untuk angsuran bunga ini adalah karena terkait dengan jumlah pinjaman petani kelapa sawit dari pembukaan areal perkebunan sampai berproduksi. Besar dan kecil angsuran petani peserta KKPA tergantung umur tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya panen yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA, yaitu Rp 1 575 000. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya ternyata mencapai 14.10 persen dari biaya diperhitungkan. Besarnya biaya panen, dikarenakan kebijakan dari perusahaan inti yang selalu berubah setiap saat, yaitu dengan rata-rata Rp 15 000/ton. Persentase penggunaan biaya untuk komponen ongkos angkut adalah (7.04 persen), sedangkan untuk biaya penyusutan peralatan sama dengan Rp. 373 725 atau sebesar 3.34 persen. Besarnya biaya penyusutan peralatan dikarenakan petani peserta KKPA lebih banyak mempergunakan peralatan untuk bertani. Adapun alat tersebut adalah penyemprot, dodos, egrek, angkung, parang dan sebagainya. Penggunaan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah Rp 8 439 726, besarnya biaya tunai tersebut untuk penggunaan pupuk kimia yang harus dibayar. Untuk persentase biaya pupuk kimia adalah sama dengan 28.40 persen atau Rp 3 174 450, besarnya penggunaan pupuk kimia dikarenakan banyaknya penggunaan pupuk waktu masa pemeliharaan dan untuk menjaga unsur hara tanah agar tanaman kelapa sawit dapat berproduksi dengan baik. Adapun jenis pupuk kimia tersebut adalah TSP, Urea, MOP, dan Kiesiret. Selain itu, besarnya biaya tunai untuk tenaga kerja luar keluarga adalah karena petani peserta KKPA tidak pernah mengerjakan usahatani kelapa sawit tersebut secara langsung. Pengaturan tenaga kerja, diatur oleh pihak perusahaan inti yang memperkerjakan tenaga kerja terampil dalam usahatani kelapa sawit, baik tenaga kerja masyarakat lokal maupun didatangkan dari pulau jawa. Sedangkan besarnya biaya peralatan usahatani kelapa sawit dikarenakan harga pembelian alat-alat tersebut terlalu mahal dan lebih banyak alat yang digunakan. Biaya total yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah sebesar Rp 12 136 080. Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya total, yaitu
6 biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan. Hal ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah sama dengan 57.76 persen dari biaya totalnya, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sama dengan 42.24 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen pupuk kimia, pestisida, herbisida, dan TKDK. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya untuk pupuk kimia Rp 2 959 200 (24.38 persen) dan pestisida Rp 2 100 000 (17.31 persen) yang harus dikeluarkan petani untuk pemeliharaan usahatani kelapa sawit. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya pupuk kimia dan pestisida ini adalah karena terkait dengan harga yang berlaku dipasar lokal yang tidak stabil. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya herbisida yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA, yaitu Rp 1 950 000. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya ternyata mencapai 16.07 persen dari biaya tunai. Apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah Rp 5 126 880. Besarnya biaya diperhitungkan penyusutan peralatan, ongkos angkut, biaya panen dan TKDK. Untuk persentase biaya TKDK adalah sebesar 7.35 persen atau Rp 892 500, penggunaan TKDK dikarenakan petani non peserta KKPA mengerjakan kegiatan kegiatan pemeliharaan usahatani kelapa sawit tersebut tidak memakai TKLK atau mengerjakan sendiri. Selain itu, besarnya biaya diperhitungkan untuk ongkos angkut (Rp 1.568.880) adalah karena mahalnya biaya pengangkutan TBS ketempat penjualan dan murahnya harga TBS/kg. Sedangkan rendahnya biaya penyusutan peralatan usahatani kelapa sawit petani non peserta KKPA (Rp 145 500) dikarenakan peralatan yang digunakan tidak terlalu banyak dan tidak semua peralatan harus membeli. Yasri (2006) Biaya tunai terbesar yang dikeluarkan oleh petani plasma PTPN VI adalah biaya pupuk dan analisa daun sebesar Rp 3 925 000 dengan persentase sebesar 38.52 persen sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah angsuran kredit sebesar Rp 1 661 097 atau 49.09 persen. Sedangkan biaya non tunai pada kebun plasma PTPN VI adalah penyusutan tanaman menghasilkan, penyusutan peralatan, dan sewa lahan, biaya non tunai terbesar di PTPN VI adalah sewa lahan sebesar Rp 1 000 000 per 2 hektar pada tahun 2005 sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah penyusutan tanaman menghasilkan dan sewa lahan, biaya non tunai tebesar di PT BPP adalah tanaman menghasilkan sebesar Rp 1 033 000 per 2 hektar tahun 2005. Hutzi (2007) penggunaan buruh tani untuk rnengelola kebun rnenyebabkan biaya tunai usahatani menjadi tinggi, biaya tunai yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 269 883 per bulan. Sedangkan biaya non tunai yang tinggi adalah Tenaga kerja keluarga, mernberikan kontribusi dalarn penggunaan biaya sebesar Rp 26 666 per bulan.
Analisis Pendapatan Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
7 telah dikeluarkan Soekartawi (1995). Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan hasil pengurangan antara penerimaan total dengan biaya keseluruhan termasuk input milik keluarga petani juga diperhitungkan sebagai biaya. Perdana (2008) Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA lebih besar dari petani non peserta KKPA. Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA adalah sebesar Rp 27 305 636, sedangkan pendapatan atas biaya tunai petani non peserta KKPA adalah sebesar Rp. 22 253 952. Tingginya pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani peserta KKPA dikarenakan penerimaan total usahatani petani peserta KKPA (Rp 35 745 362) lebih besar dari petani non peserta KKPA (Rp 29 263 152), walaupun untuk biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA lebih kecil dibandingkan dengan petani peserta KKPA. Pada penelitian ini, pendapatan biaya total petani peserta KKPA Rp 24 569 411 lebih besar dari petani non peserta KKPA yaitu Rp 17 127 072. Hal ini terjadi karena total biaya usahatani petani peserta KKPA lebih kecil (Rp 11 175 951) dari petani non peserta KKPA yaitu Rp. 12 136 080. Luasan lahan kelapa sawit petani peserta KKPA dan petani non peserta KKPA adalah sama yaitu satu Hektar. Walaupun demikian, produksi petani peserta KKPA masih lebih tinggi dibandingkan dengan petani non peserta KKPA. Produksi total petani peserta KKPA mencapai 83 272 Kg, sedangkan petani non peserta KKPA hanya 52 296 Kg. Kecilnya produksi petani non peserta KKPA diakibatkan kurangnya modal dan sarana produksi pertaniannya, berbeda dengan petani peserta KKPA yang dapat mudah memperoleh modal dan sarana produksi melalui program KKPA. memperoleh modal dan sarana produksi melalui program KKPA. Analisis pendapatan yang dilakukan oleh Yasri (2006) pada petani kelapa sawit plasma di PTPN VI dan PT. BPP. Pendapatan petani plasma merupakanhasil pengurangan penerimaan kebun plasma dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan kebun plasma berasal dari produksi TBS yang dihasilkan kebun kelapa sawit seluas 2 Ha (1 kapling) dikalikan harga TBS yang diterima dari perusahaan inti dalam periode 1 tahun. Dari 2 Ha kebun plasma PTPN VI jumlah produksi ratarata yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 46 727.61 kg sedangkan untuk kebun plasma PT BPP adalah 10 946.88 kg. Berbedanya jumlah produksi ini disebabkan perbedaan produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman dan faktor lainnya seperti kriteria lahan, kesesuaian iklim, kualitas bibit dan pemeliharaan. Harga TBS rata-rata yang diterima oleh petani plasma PTPN VI pada tahun 2005 adalah Rp 696.16/kg sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah Rp 637.88/kg. Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan biaya tunai yang diperoleh kebun plasma PTPN VI adalah sebesar Rp 22 341 737 dan kebun plasma PT BPP adalah Rp 3 823 42. Pendapatan atas biaya total untuk petani plasma PTPN VI adalah Rp 20 976 576 dan PT BPP adalah Rp 2 290 423. Hutzi (2007) menunjukan Besarnya penerirnaan rata-rata usahatani teh rakyat Kecarnatan Sukanegara pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 389 607 per bulan dan pada tahun 2003 sebesar Rp 375 045 per bulan. Pendapatan usahatani didasarkan pada biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 23 162 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp -26.448 per hektar. Penelitian petani dengan luasan hektar yang sama dengan umur tanaman yang sama dilakukan
8 oleh Oktarina, Hakim, dan Junaidi (2010) dengan judul Tingkat keberdayaan petani dan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma PIR trans di Kabupaten Bayuasin Palembang. Petani contoh adalah semua petani yang berusahatani kelapa sawit sejak tahun 2002 dengan luas lahan 1,3 hektar. Petani contoh ini merupakan petani plasma kelapa sawit dari PT CLS (Citra Lestari Sawit). Pendapatan yang diterima oleh petani plasma sebesar 13419403.57 per tahun.
Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan Perdana (2008) dilihat dari perbandingan antara usahataninya maka diketahui usahatani petani peserta KKPA memiliki R/C rasio atas biaya tunai yang lebih besar dari usahatani kelapa sawit petani non peserta KKPA. Adapun nilai R/C rasio untuk petani peserta KKPA adalah sama dengan 4.23 sedangkan nilai R/C rasio untuk petani non peserta KKPA yaitu 4.17. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 4.23 untuk setiap satu rupiah. Penerimaan tersebut tidak berbeda jauh dengan petani non peserta KKPA yang menerima Rp 4.17 untuk setiap satu rupiahnya. Sedangkan apabila dilihat dari R/C rasio biaya totalnya maka diketahui bahwa R/C rasio untuk petani peserta KKPA adalah 3.19 lebih besar dari R/C rasio petani non peserta KKPA yaitu 2.41. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah Rp 2.41 lebih kecil dari penerimaan petani peserta KKPA. Biaya per satuan hasil petani peserta KKPA lebih kecil daripada petani non peserta KKPA karena biaya total yang dikeluarkan lebih besar, meskipun harga per kg lebih mahal dari petani peserta KKPA. Yasri (2006) Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. R/C yang dihitung adalah R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Diperoleh R/C atas biaya tunai untuk kebun plasma PTPN VI adalah 3.19, artinya untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 3.19 sedangkan untuk kebun plasma PT BPP diperolehR/C atas biaya tunai sebesar 2.13 yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.13. R/C atas biaya tunai pada pola kemitraan PTPN VI untuk petani plasma adalah 3.19 yang memiliki nilai lebih kecil dari kebun inti yaitu 3.42. Hal ini berarti usaha kebun inti lebih menguntungkan dan lebih efisien. R/C atas biaya tunai pada pola kemitraan PT BPP untuk petani plasma (2.13) lebih besar dari kebun inti (1.90) yang berarti usaha kebun plasma PT BPP lebih efisien dibandingkan kebun intinya. Efisiensi kebun plasma PT BPP dipengaruhi oleh biaya tunai yang dikeluarkan. Hutzi (2007), R/C rasio terhadap biaya total yang didapatkan petani perkebunan teh rakyat di Sukanagara adalah 0.93. Secara bisnis kondisi tersebut menunjukkan bahwa usahatani ini tidak layak untuk diteruskan. Sebab hal ini menunjukan bahwa setiap pengeluaran Rp 1.00 akan mengalami kerugian sebesar Rp 0.93. Devi (2010) Analisis imbangan penerimaan (R/C) dilakukan untuk melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan menghasilkan cukup penerimaan untuk memperoleh keuntungan, serta untuk menilai efisiensi biaya yang telah dikeluarkan. Dari penelitian Devi, menunjukan bahwa R/C rasio pada petani kecil lebih besar dibandingkan petani skala besar. Nilai R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar 1.33 untuk petani skala kecil , hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1.33 rupiah. Sedangkan
9 untuk skala besar R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar 1.20, hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1.20 rupiah. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada alat analisis yaitu menganalisis pendapatan, analisis pendapatan dibagi menjadi dua berdasarkan luas lahan yaitu luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. melihat efisiensi dari R/C rasio. Sedangkan perbedaannya adalah komoditas yang diteliti, tempat penelitian dan waktu penelitian. Pada penelitian analisis pendapatan usahatani kelapa sawit ini peneliti mengunakan ukuran kinerja petani dilihat dari imbalan kepada modal petani. Dari persamaan dan perbedaan tersebut manfaat yang dapat diambil oleh peneliti adalah alat analisis yang digunakan apakah hasil yang diperoleh akan sama dengan penelitian yang terdahulu walaupun dengan komoditas yang berbeda.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk melihat performa usahatani pada saat sekarang dengan melakukan perhitungan dengan nilai nominal yang berlaku pada saat ini. Analisis pendapatan memberikan informasi kepada petani dan dapat mengambil keputusan terkait usahatani yang diusahakan. Informasi tersebut mulai dari pendapatan, biaya yang dikeluarkan, efisiensi biaya yang dikeluarkan terhadap usahatani, sampai imbalan kepada petani terhadap modal yang dikeluarkan oleh petani. Konsep Usahatani Prof. Bachtiar Rivai (1980), mendefinisikan usahatani sebagai oragnisasi dari alam,kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Oragnisasi ini ketatalaksanaanya tidak berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Istilah usahatani ditulis dengan satu kata usahatani bukan dalam dua kata usaha tani.4 Menurut Suratiyah (2011) ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengkoordinasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungin. 4
ilmu.Com.2012.usahatani kangkung. [ internet] ].[diunduh 2014 Juni 16]. Tersedia pada :(http://fhancu.blogspot.com/2012/08/usahatani-kangkung.html)
10 Menurut Soekartawi (1989) ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu pengolahan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Petani diupayakan dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input. Pengertian KKPA 1. KKPA singkatan dari Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, merupakan suatu bentuk skim kredit dengan syarat lunak yang diberikan oleh pemerintah melalui PT. (Persero) Permodalan Nasional Madani (PT. PNM) kepada koperasi primer yang selanjutnya disalurkan kepada anggotanya. 2. Penyaluran KKPA kepada anggota koperasi dilakukan melalui bank pelaksana yang ditunjuk oleh PT.PNM, dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh PT.PNM. 3. KKPA dapat diberikan untuk berbagai usaha anggota koperasi yang bersifat produktif, antara lain usaha perkebunan, peternakan, pertanian dan perdagangan. KKPA dapat digunakan untuk investasi, modal kerja atau investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya. Peran koperasi dalam penyaluran KKPA 1. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa koperasi yang dapat berperan dalam program KKPA ini hanya koperasi primer, yakni koperasi yang beranggotakan orang seorang, bukan koperasi sekunder. Dalam program KKPA, koperasi dapat berperan sebagai pelaksana pemberi KKPA (executing agent) atau sebagai penyalur (chalenging agent). 2. Dalam hal koperasi berfungsi sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka tugas koperasi adalah : (a) pengagujuan usulan proyek yang akan dibiayai dengan KKPA, (b) seleksi bagi anggota yang layak dibiayai, (c) pengawasan penggunaan kebun yang dibiayai dengan KKPA, (d) pembinaan bagi anggota, (e) penagihan angsuran KKPA, dan (f) administrasi pemberi KKPA dan angsurannya sebagai pelaksana pemberi KKPA, koperasi bertanggungjawab atas resiko pengembalian kredit secara penuh. Penandatanganan Akad Kredit dilakukan oleh Pengurus Koperasi. 3. Dalam hal koperasi sebagai penyalur KKPA, tugas koperasi sama dengan tugas koperasi bila sebagai pelaksana pemberi KKPA seperti butir 2(a) sampai butir 2(f) diatas. Pada peran sebagai penyalur ini, maka koperasi tidak mempunyai tanggungjawab atas risiko pengembalian kredit. Akad Kredit dilakukan oleh Bank dengan masing-masing anggota penerima KKPA, yang diketahui oleh pengurus koperasi. Dalam pelaksanaan Akad Kredit, para anggota diwakili oleh pengurus koperasi. Oleh karena itu, anggota penerima KKPA harus membuat Surat Kuasa kepada pengurus koperasi.
11 Suku bunga dan imbalan jasa koperasi 1. Suku bunga KKPA pada tahun 2001 berkisar 16 persen per tahun. Dari Jumlah ini termasuk 2 persen setahun sebagai imbalan jasa koperasi tidak diberikan pada masa tenggang, sehingga suku bunga yang dibayarkan atau dibebankan kepada anggota berkurang 2 persen atau hanya 14 persen per tahun. Besarnya tingkat suku bunga dan imbalan untuk koperasi bersifat tidak tetap, karena itu dapat ditinjau kembali. Peninjau ini ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini adalah PT. PNM. 2. Apabila Koperasi bertindak sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka imbalan jasa sebesar 2 persen tersebut seluruhnya untuk koperasi yang bersangkutan, yang pembayarannya dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a).Sebesar 50 persen dari imbalan dibayarkan kepada koperasi atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunganya oleh anggota koperasi bersangkutan, dan (b).Sisanya sebesar 50 persen lagi disimpan dalam bentuk tabungan beku di bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA jatuh tempo. Dengan kata lain, sisa sebesar 50 persen tersebut dapat dicairkan setelah kredit lunas. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank yang bersangkutan. 3. Apabila Koperasi bertindak sebagai penyalur KKPA, maka dari imbalan sebesar 2 persen tersebut, hanya diberikan kepada koperasi sebesar 50%nya atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunganya oleh anggota koperasi yang memperoleh KKPA, dan sisanya 50% lagi menjadi penerimaan bank. KKPA perkebunan kelapa sawit 1. KKPA Perkebunan Kelapa Sawit adalah KKPA yang diberikan untuk pembangunan kebun kelapa sawit petani anggota koperasi primer. Oleh karena jangka waktu pembangunan kebun ini cukup panjang dan masa pengembaliannya juga lama, maka jenis kredit ini termasuk dalam kredit investasi. 2. Kredit ini dikembalikan atau diangsur sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan berdasarkan perjanjian bersama dengan Bank. Besarnya cicilan kredit termasuk bungab dihitung dengan persentase tertentu dari hasil kotor kebun sesuai dengan perjanjian antara bank dengan koperasi. Persiapan mendapatkan fasilitas KKPA 1. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA untuk pembangunan kebun harus terdaftar sebagai anggota koperasi, dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh koperasi yang bersangkutan, baik syarat administratif maupun syarat keuangan (seperti membayar simpanan pokok dan simpanan lain yang ditetapkan koperasi). Dengan kata lain, di wilayah yang akan dibangun kebun kelapa sawit telah berdiri koperasi yang layak untuk menerima (memberikan atau menyalurkan KKPA) kepada anggotanya. 2. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA harus memiliki lahan yang akan dibangun kebun kelapa sawit, ditandai dengan surat pemilikan lahan (tanah) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seperti sertifikat hak milik (SHM), atau surat keterangan tanah (SKT) yang
12 dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, sehingga bukti pemilikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sah. 3. Koperasi yang akan menerima atau menyalurkan KKPA harus mempunyai mitra kerja, dalam hal ini adalah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit, yang dalam istilah sehari-hari disebut dengan Perusahaan Inti. Hubungan kerjasama antara Koperasi dengan Perusahaan Inti dibuat secara tertulis. 4. Menyiapkan studi kelayakan. Studi kelayakan harus disusun oleh konsultan independen yang telah memperoleh ijin sebagai konsultan. Penunjukan konsultan harus mendapat ijin dari Bank pelaksana. 5. Oleh karena lahan yang diserahkan beragam bentuk, letak topografi dan ukurannya, maka dalam proses pembangunan kebun dilakukan penataan ulang. Oleh sebab itu tata letak lahan tidak akan sama dengan tata letak sebelum kebun dibangun. Petani calon peserta harus memahami dan dapat menerima kondisi yang demikian. Dengan terjadinya perubahan tata letak lahan, maka akan dilakukan konsolidasi lahan, sehingga diperlukan penerbitan ulang sertifikat tanah. Pengajuan dan besaran kredit 1. Permohonan mendapatkan fasilitas KKPA diajukan oleh koperasi dan atas nama anggota koperasi calon penerima KKPA (tergantung pada peran koperasi, apa sebagai pelaksana atau penyalur KKPA) berikut dengan studi kelayakan proyek dan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Inti kepada Bank pelaksana yang ditetapkan oleh PT. PNM. Bank pelaksana setelah meneliti kecukupan persyaratan dan menilai kelayakan permohonan yang diajukan, meneruskannya kepada PT. PNM. 2. PT. PNM setelah menilai dan menganalisais permohonan yang diajukan akan memberikan penetapan, apakah permohonan diterima atau ditolak. Ketetapan itu disampaikan koperasi melalui Bank pelaksana. 3. Besarnya kredit ditetapkan oleh PT. PNM setelah mempelajari studi kelayakan proyek yang diajukan, dan dengan mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi yang turut mempengaruhi. Oleh karena petani penerima KKPA umumnya tidak memilik modal yang cukup, maka bunga pinjaman KKPA selama masa pembangunan (konstruksi) kredit. Suku bungan dibebankan selama konstruksi ini adalah suku bunga tidak termasuk imbalan/koperasi sebesar 2 persen, jadi bunga yang berlaku 14% per tahun selama konstruksi (SK BI Pasal 10 ayat 2). 4. Apabila dalam proses pembangunan kebun terjadi perubahan harga umum yang signifikan, sehingga flafond yang telah disetujui diperkirakan tidak dapat menyelesaikan pembangunan kebun, maka biasanya dimintakan ekskalasi harga, sehingga flafond kredit menjadi naik. Proses pengajuan ekskalasi ini harus dimulai dengan penilaian kemajuan fisik kebun dan penyusunan revisi studi kelayakan proyek. Fungsi Koperasi Fungsi Koperasi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari tahapan pengembangan kebun, yaitu : 1. Masa Persiapan, 2. Masa Konstruksi Kebun, 3. Masa Penyerahan Kebun Sampai kredit lunas dan 4. masa pasca kredit lunas. 1. Masa persiapan
13
2.
3.
Pada masa persiapan ini fungsi koperasi adalah melakukan tugas-tugas sebagai berikut : a. Mensosialisasikan rencana pengembangan/pembangunan kebun kelapa sawit kepada calon anggota penerima KKPA atau yang akan ikut program KKPA. Dalam sosialisasinya dijelaskan pula kebutuhan kerjasama dengan Perusahaan Inti, hak dan kewajiban peserta, hak dan kewajiban Perusahaan Inti dan Bank Pelaksana, hak dan kewajiban Koperasi serta karakteristik kelapa sawit. b. Melakukan inventarisasi lahan calon peserta, sehingga diperoleh kepastian luas lahan dan nama-nama calon peserta. Dalam proses inventarisasi ini termasuk pula pengumpulan dan penelitian terhadap keabsahan surat-surat tanda pemilikan lahan calon peserta. c. Mengumpulkan persyaratan administratif kredit dari calon penerima KKPA, seperti copy “KTP” (suami isteri), copy Surat Nikah, copy Kartu Keluarga (“KK”) dan sebagainya yang dipersyaratkan oleh bank. Masa konstruksi Selama masa konstruksi kebun, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut: a. Memonitor dan mengawasi perkembangan pembangunan kebun yang dilakukan oleh Perusahaan Inti. b. Bersama dengan Perusahaan Inti dan Konsultan pengawas melakukan opname kemajuan pekerjaan pembangunan kebun untuk dilaporkan kepada pihak bank. c. Membantu Perusahaan Inti mendapatkan input produksi, diantaranya penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat-alat kerja, penyediaan sarana pengangkutan dan sebaagainya. Masa pencicilan sampai kredit lunas Selama masa pencicilan sampai kredit lunas, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut : a. Mempersiapkan administrasi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengukuran lahan defenitif untuk diterbitkan sertifikat oleh BPN. b. Bersama Perusahaan Inti dan Pemerintah Desa mensosialisasikan sistem pengelolaan kebun kepada petani yang akan menerima kebun. c. Bersama Perusahaan Inti membuat desain kelompok, dan mensosialisasikan pembentukan kelompok kepada para petani. d. Membantu Perusahaan Inti dalam mempersiapkan dan melakukan pelatihan-pelatihan kepada petani yang akan menerima penyerahan kebun. e. Membuat data nama petani yang telah ditetapkan menjadi peserta. f. Membuat sistem pengelolaan dan sistem pendanaan untuk perawatan kebun dengan bantuan Perusahaan Inti. g. Mengkoordinir kegiatan manajemen kebun, mencakup panen, pengangkutan, perawatan tanaman, perawatan infrastruktur, pemupukan, penualan TBS pada Perusahaan Inti. h. Bertindak sebagai wakil petani dalam negosiasi harga dengan perusahaan inti.
14 i.
4.
Menyelenggarakan adminstrasi kredit KKPA masing-masing kelompok dan administrasi keuangan kebun secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Masa pasca kredit lunas Selama masa pasca kredit lunas, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut : a. Mempertahankan agar produktivitas kebun dapat dioptimalkan, walaupun kewajiban kredit kepada Bank telah lunas. b. Menjaga agar hasil produksi plasma tetap dijual kepada Perusahaan Inti, karena desain pabrik Perusahaan Inti adalah untuk mengolah kebun Plasma dan Kebun Inti. c. Bersama Perusahaan Inti membuat rencana replanting dan mensosialisasikannya kepada para petani. d. Mengembangkan usaha-usaha produktif yang dapat dilakukan oleh anggoa/petani untuk menopang pendapatan selama masa replanting.
Fungsi lain koperasi Selain fungsi yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit sebagaimana dijelaskan. a. Meningkatnya kesadaran petani anggotanya dalam pengelolaan kebun, mamatuhi aturan-aturan pengelolaan kebun yang ditetapkan kelompok dan koperasi, serta mendorong untuk aktifnya berkoperasi. b. Menggerakan petani anggotanya untuk menabung secara teratur. c. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk kesejahteraan petani anggota dan keluarganya melalui berbagai kegiatan usaha yang layak antara lain : Simpan Pinjam, Penyediaan barang-barang konsumsi dan rumah tangga serta alat-alat produksi, Pemasaran hasil produksi anggota selain hasil produksi kebun (TBS), Pendidikan. Fungsi Perusahaan Inti Fungsi Perusahaan Inti sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan pasca kredit lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut: a. Membuat desain kebun dan kelompok tani. b. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem pengelolaan kebun kepada para petani peserta. c. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang ditetapkan. d. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani, kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun. e. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga yang berlaku.
15 f. Membuat desain kebun dan kelompok tani. g. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem pengelolaan kebun kepada para petani peserta. h. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang ditetapkan. i. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani, kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun. j. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga yang berlaku. k. Membantu koperasi dalam membuat perhitungan hasil penjualan TBS untuk masing-masing petani/kelompok dan penyisihan dana untuk cicilan kredit dan biaya pemeliharaan kebun. l. Melakukan alokasi hasil penjualan TBS petani untuk cicilan kredit, biaya perawatan kebun dan pendapatan petani. m. Membantu Koperasi mengembangkan sistem pengelolaan kebun yang efektif untuk peningkatan produktivitas kebun. n. Membantu Koperasi membuat rencana replanting. Fungsi Bank Pelaksana Fungsi Bank Pelaksana sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan kredit Lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok berikut: a. Memproses permohonan kredit KKPA yang diajukan koperasi dan meneruskannya kepada PT. PNM. b. Menyalurkan kredit sesuai sesuai dengan tahap-tahap pencairan kredit yang ditetapkan. c. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan kebun yang dilakukan oleh Perusahaan Inti. d. Membantu Koperasi melakukan sosialisasi program KKPA kepada petani calon peserta proyek pembangunan kebun. e. Bersama Perusahaan Inti membantu koperasi mengembangkan sistem pengelolaan kebun yang efektif. f. Menyediakan pelayanan perbankan untuk para petani anggota koperasi. Penggunaan hasil TBS Hasil penjualan TBS digunakan untuk pembiayaan : a. Kebutuhan rumah tangga petani sebesar 30 persen. b. Cicilan Kredit sebesar 30 persen atau sesuai dengan perjanjian dengan Bank Pelaksana. c. Biaya Produksi dan Pemeliharaan Kebun sebesar 40 persen d. Dari jumlah 40 persen biaya produksi dan pemeliharaan kebun, 5 persen diantaranya merupakan tabungan beku yang disimpan di Bank dan diberikan bunga sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. e. Biaya Produksi dan pemeliharaan mencakup biaya transport TBS ke Pabrik, biaya pupuk, biaya pemberantasan hama penyakit tanaman, biaya pemeliharaan infrastruktur (jalan, jembatan dan drainase), biaya replanting dan biaya manajemen dan organisasi. Dana untuk biaya
16 produksi disimpan di Bank, diberikan bunga sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku5.
Struktur Biaya Usahatani Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban kepada pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Menurut Soekartawi (1986) penggolongan biaya dalam usahatani dikelompokkan menjadi biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk usahatani. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan seperti tenaga kerja dalam keluarga dan lahan milik sendiri. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost ) dan biaya tidak tetap (variabel cost) biaya yang berubah apabila luas lahannya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi.
Pendapatan Usahatani Suratiyah (2011), Pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Rumus menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut: Penerimaan – Biaya total = Pendapatan Penerimaan = .Y = Harga produksi (Rp./kg) Y = Jumlah produksi (kg) Biaya total = Biaya tetap + Biaya tidak tetap (TC) = (FC) + (VC) Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau pengusaha dalam mengelola usahatani. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Bagi petani atau pengusaha, analisis ini berfungsi membantu mereka dalam mengukur apakah kegiatan usahatani mereka pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani. Menurut Soekartawi (1986) ukuran pendapatan usahatani mencakup nilai transaksi barang dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usahatani selama kurun waktu tertentu dapat dihitung. 5
Sinaga. 2011. Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Pola KKPA. [ internet] ].[diunduh 2014 Juni 16]. Tersedia pada: (http://e7 naga.blogspot.com/2011/01/pengembangankebun-kelapa-sawit-pola.html)
17 1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) Didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang : a. Dijual b. Dikonsumsi rumah tangga petani c. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak d. Digunakan untuk pembayaran e. Disimpan atau ada digudang pada akhir tahun Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Tanaman dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Dapat ditulis dengan rumus. Pendapatan kotor = Jumlah produksi x Harga per satuan (Y) x ( Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukan intensitas operasi usahatani. 2. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. 3. Penghasilan bersih usahatani (net farm earning) Penghasilan bersih usahatani ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai didalam usahatani.
Rasio Penerimaan dan Biaya Analisis return cost ratio atau R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Return cost ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input. Kriteria efisien dalam analisis R/C ini adalah: a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biayta yang dikeluarkan b. Jika R/C <1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari pada biaya. Jika R/C=1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya. Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya 1. Imbalan kepada seluruh modal (return to total capital) Imbalan kepada modal merupakan patokan yang baik untuk penampilan usahatani. Apabila sebagian modaldiperoleh dari pinjaman, maka ada dua ukuran yang daapt dipakai. Imbalan kepada seluruh modal dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk
18 keperluan ini kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal. 2. Imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital) Diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani. 3. Imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour) Dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi denganjumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan lepada tiap orang (return per man). Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani.
Kerangka Pemikiran Operasional Petani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki dua pola dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit. Pola pertama yaitu pola PIR trans, pola ini merupakan petani yang merupakan masyarakat transmigrasi dari pulau Jawa ke Sumatera, khususnya Pelepat ilir merupakan masyarakat transmigrasi. Pada tahun 1990, Pelepat Ilir mulai melakukan pmbukaan perkebunan dengan pembinaan dari PT. Sari Aditya Loka. Pola kedua yaitu pola KKPA yaitu program yang dikelola langsung oleh KUD Karya mukti yang membawahi KUD di setiap desa. Petani KKPA ini mulai melakukan penanaman pada tahun 1998. Pada penelitian ini, pendapatan petani sawit dilihat dari petani KKPA, adanya bantuan kredit lahan dari koperasi tidak membuat petani memiliki lahan yang seragam. Sehingga petani dapat dibedakan menjadi petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar . Luas lahan akan menentukan pendapatan petani, pendapatan tersebut dipengaruhi dengan penerimaan dan biaya usahatani. Semakin besar luas lahan akan memberikan pendapatan yang besar dan dapat dilihat tingkat efisiensi penggunaan atas biaya yang dikeluarkan. Semakin mampu petani dalam mengoptimalkan input produksi akan mengurangkan biaya produksi input per kg TBS. Begitu pula sebaliknya jika luas lahan petani kecil, maka pendapatan juga akan kecil jika dibandingkan dengan luas lahan besar. Petani skala kecil harus mampu menggunakan input produksi secara optimal. Kemampuan menggunakan input produksi akan berimplikasi pada biaya yang dikeluarkan. Efisiensi penggunaan atas biaya usahatani harus dilihat agar dapat mengetahui berapa rasio penerimaan dan biaya yang mereka keluarkan. Kerangka pemikiran Operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Perkebunan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir
- Pemberian kredit lahan dari pemerintah dan adanya PT Sari Aditya Loka menjadikan usaha kelapa sawit memiliki prospek yang baik. - Adanya Luas lahan yang berbeda pada petani KKPA di KUD Citra Makarti. - Biaya Input yang semakin tinggi Total Biaya
Tunai
Tidak Tunai
Biaya variabel
Harga input
Total Penerimaan
Pendapatan usahatani kelapa sawit
Harga TBS
Produksi TBS
Biaya tetap
Input
-
R/C Imbalan modal kepada petani
Rekomendasi petani Keterangan : : Menyatakan hubungan pengaruh Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Lingga Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Jambi. Desa Lingga Kuamang dipilih sebagai lokasi penelitian, sebab desa tersebut petani yang melakukan usahatani kelapa sawit mengikuti
20 program KKPA dengan umur tanam 15 tahun. Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013.
Metode Pengambilan Sampel Populasi yang akan dijadikan objek penelitian adalah usahatani-usahatani kelapa sawit di Desa Lingga Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo. Informasi tentang petani-petani yang merupakan petani-petani KKPA dengan umur tanam 15 tahun didapatkan dari Ketua KUD Induk Karya Mukti. Sampel diperoleh di KUD Citra Makarti dan menjadi tempat penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling, Jumlah sampel yang didapatkan dari proses pengambilan sampel adalah sebanyak 30 sampel dari 60 sampel yang terdiri dari 16 sampel usahatani kelapa sawit 4 hektar dan 14 sampel usahatani kelapa sawit 2 hektar.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Nazir 2011). Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada petani. Data primer mencakup data cirri luas lahan, tenaga kerja, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam produksi, penerimaan usahatani, karateristik responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang lain yang melakukan penelitian dengantujuan yang berbeda dengan peneliti atau dari sumber-sumber yang telah ada (Nazir 2011). Data sekunder didapatkan dari PT. Sari Aditya Loka, KUD Induk dan KUD Citra Makarti, literatur-literatur, buku teks dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Bungo, perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Program Sarjana Agribisnis penyelenggara Khusus FEM IPB, bahan pustaka lain yang relevan, serta dari berbagai situs yang mendukung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sumber data primer dan data sekunder penelitian Jenis Data Sumber data Waktu pengambilan data Primer Luas lahan Harga TBS Biaya produksi Sekunder Data Produksi Peta petani Profil desa Gambaran umum kelapa Kabupaten Bungo Sumber: peneliti (2013)
sawit
Petani Perusahaan Petani
September 2013 September 2013 September 2013
Perusahaan Perusahaan BPS Bungo BPS Bungo
Oktober 2013 Oktober 2013 Oktober 2013 Oktober 2013
21
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (observasi) dan wawancara diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh dari responden. Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan usahatani. Penelitian ini juga melakukan wawancara dengan administatur PT. Sari aditya loka, kepala kebun, asisten kebun, ketua KUD Karya Mukti, ketua KUD Citra Makarti, dan anggota petani KKPA.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang sudah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang usahatani kelapa kelapa sawit KKPA, kegiatan produksi TBS, dilokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, R/C dan ukuran kinerja lainnya usahatani dengan menghitung imbalan kepada modal petani dihitung berdasarkan petani dengan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dengan menggunakan alat bantu Mc. Excell 2007. Pendapatan Usahatani Menghitung pendapatan usahatani kelapa sawit tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu tetapi menggunakan nilai uang yang berlaku. Sehingga dapat dihitung jumlah pengeluaran dan penerimaan dalam suatu periode produksi. Penerimaan petani berasal dari hasil Panen TBS yang dilakukan petani dua kali dalam satu bulan. Biaya usahatani terdapat biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar keluarga dan potonganpotongam ( mobil, muat/jasa timbang, retribusi asuransi, SPSI, Jasa kel, uang jalan, rawat jalan, dan uang pangkas). Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan peralatan, penyusutan tanaman kelapa sawit dan lahan diperhitungkan. Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar dan petani luas lahan 2 hektar dapat dilihat pada Tabel 5.
22 Tabel 5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun Uraian 4 hektar 2 hektar Arus Penerimaan Produksi TBS = A kg Harga per kg TBS = B kg Total Penerimaan (Ax B)= Rp C Arus Pengeluaran Biaya Tunai : 1. Biaya tetap - Pajak Lahan = Rp D - Lahan dan tanaman kelapa sawit = Rp E 2. Biaya variabel - Pupuk = Rp F - Saprotan = Rp G - Tenaga kerja luar keluarga = Rp H - Perawatan lahan dan tanaman = Rp I Total biaya tunai (D+ E + F + G+H+I) = Rp J Biaya non tunai : - Penyusutan alat = Rp K Total biaya non tunai = Rp K Total seluruh pengeluaran (J+K) = Rp L Pendapatan (C – L) = Rp M R/C rasio (C/L) = N Semua komponen biaya dan penerimaan dikonversikan ke dalam satu hektar agar dapat dilakukan perbandingan perolehan petani dengan usahatani 4 hektar dan 2 hektar. Kemudian masing-masing usahatani 4 hektar dan 2 hektar dihitung nilai rata -rata setiap biaya dan penerimaan untuk menggambarkan pendapatan secara umum dari kedua usahatani tersebut.
Rasio Penerimaan dan Biaya R/C dalam usahatani kelapa sawit perlu dilakukan untuk menilai apakah usahatani kelapa sawit efisien terhadap biaya yang dikeluarkan. Dalam analisis R/C usahatani kelapa sawit ini kriteria R/C usahatani kelapa sawit dikatakan layak jika, R/C yang didapat lebih dari satu. Perhitungan R/C dapat dihitung dengan rumus. Penerimaan T S iaya produksi total usahatani kelapa sa it
Ukuran Penampilan Usahatani Analisis ini meliputi gambaran usahatani kelapa sawit usahatani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar, pendapatan usahatani kelapa sawit, Ringkasan penerimaan, biaya dan pendapatan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dapat dilihat pada Tabel 6.
23 Tabel 6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun Keterangan A Penerimaan usahatani penjualan TBS Harga x produksi TBS (kg) B Biaya tetap a. Pajak lahan b. Penyusutan alat C Biaya variabel a. Pupuk b. Pestisida c. Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) d. Perawatan lahan dan tanaman D Total pengeluaran (total farm expenses) B+C E Pendapatan bersih usahatani (net farm income) A-D F R/C atas biaya total A/D G Pinjaman tunai yang diterima usahatani a. Pinjaman dari koperasi b. Pinjaman dari bank H Nilai modal pinjaman Hx% bunga I Penghasilan bersih usahatani (net farm earning) E-H J Imbalan kepada seluruh modal (return to E/(H+modal sendiri) capital) K Imbalan kepada modal petani (return to farm E/modal sendiri equity capital) L imbalan terhadap tenaga kerja keluarga (return J/jumlah TK keluarga to family labour) Pendapatan bersih usahatani (net farm income) diperoleh dengan mengurangkan seluruh penerimaan usahatani (gross farm income) dengan total biaya usahatani. Bila sebagian modal usahatani diperoleh dari utang, maka perlu menghitung penghasilan bersih usahatani (net farm earnings) dengan cara mengurangkan pendapatan usahatani dengan bunga utang usahatani. Bila modal usahatani seluruhnya merupakan modal sendiri maka nilai pendapatan usahatani juga merupakan nilai penghasilan bersih usahatani (Soekartawi 1995). Nilai R/C dihitung berdasarkan biaya total dan biaya tunai usahatani. Ukuran keuntungan usahatani lainnya adalah ukuran imbalan atas modal dan tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah tenaga kerja luar keluarga yang merupakan tenaga kerja borongan. modal yang digunakan di penelitian ini adalah total biaya yang digunakan untuk operasional dan aset.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Petani Responden Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani adalah faktor internal usahatani yaitu petani dan ketersedian input usahatani. Faktor internal usahatani tersebut meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman berusahatani kelapa sawit dan luas lahan.
Usia Petani Dari data yang diperoleh secara umum usahatani kelapa sawit pada anggota KUD Citra Makarti di usahakan oleh petani dengan rata-rata usia 50 tahun dengan kisaran usia 45 sampai 55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jumlah petani responden kelapa sawit luas lahan 4 hektar yang berusia kurang dari 45 tahun 1 orang atau 6.25 persen, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50 sebanyak 8 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen. Sebaran jumlah dan persentase petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun 2013 Usia (tahun) >45 45-50 >50 Jumlah
4 hektar Jumlah responden Persentase (orang) (%) 1 6.25 8 50 7 43.75 16 100.00
2 hektar Jumlah responden Persentase (orang) (%) 0 7 50.00 7 50.00 14 100.00
Pada petani responden kelapa sawit luas lahan 2 hektar yang berusia kurang dari 45 tahun tidak ada, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50 sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen. Umur dapat mempengaruhi pada produktivitas usahatani kelapa sawit, karena umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. Usia petani juga akan mempengaruhi lamanya pengalaman petani dalam menjalankan usahatani kelapa sawit. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki. Tingkat Pendidikan Petani Dilihat dari tingkat pendidikan petani responden luas lahan 4 hektar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 8 orang atau sebanyak 50.00 persen, SMA sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen dan perguruan tinggi sebanyak 1 orang atau sebanyak 6.25 persen. Sebaran jumlah dan persentase petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.
25 Tabel 8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti pada tahun 2013 Tingkat pendidikan SMA SMP Perguruan tinggi Jumlah
4 hektar Jumlah Persentase responden (%) (orang) 8 50.00 7 43.75 1 6.25 16 100.00
2 hektar Jumlah Persentase responden (%) (orang) 8 57.14 3 21.43 3 21.43 14 100.00
Tingkat pendidikan petani responden luas lahan 4 hektar berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 8 orang atau sebanyak 50.00 persen, SLTA sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen dan perguruan tinggi sebanyak 1 orang atau sebanyak 6.25 persen.
Pengalaman Berusahatani Kelapa Sawit Petani kelapa sawit pada KUD Citra Makarti memiliki pengalaman usahatani yang sama yaitu selama 12 tahun pada saat PT Sari Aditya Loka menyerahkan lahan kelapa sawit kepada petani pada saat umur tanam 3 tahun setelah tanaman menghasilkan. Pada umumnya semakin lama pengalaman petani dalam suatu usahatani maka semakin baik petani tersebut mengelola usahataninya. Dari hasil wawancara pada petani responden didapat data bahwa pengalaman berusahatani kelapa sawit 12 tahun. Luas Lahan dan Status Lahan Petani yang tergabung dalam KUD Citra Makarti memiliki luas lahan paling sedikit 2 hektar dan paling luas 4 hektar. Luas lahan dapat mempengaruhi penerimaan dan biaya produksi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan petani. Dari hasil wawancara dengan petani responden di KUD Citra Makarti lahan yang dimiliki oleh petani adalah milik sendiri. Nama petani dan dengan luasan lahan milik petani dapat dilihat pada Lampiran 1. Karakteristik petani responden di KUD citra makarti pada luas lahan 4 hektar, petani yang banyak mengusahakan kelapa sawit adalah petani yang memiliki umur berkisar 45 sampai 50 tahun dengan jumlah petani sebanyak 8 orang sedangkan petani luas lahan 2 hektar petani yang banyak mengusahakan kelapa sawit berumur berkisar 45 sampai 50 tahun sebanyak 7 orang dengan memiliki jumlah yang sama pada petani dengan umur diatas 50 tahun yaitu sebanyak 7 orang. Sedangkan pada pendidikan petani, petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar banyak diusahakan oleh petani dengan tingkat pendidikan SLTP dan untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi pada petani luas lahan 2 hektar sebanyak 3 oranag sedang petani luas lahan 4 hektar sebanyak 2 orang. Untuk pengalaman berusahatani kelapa sawit dan kepemilikan lahan petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar sama-sama memiliki pengalaman yang sama yaitu 12 tahun dan lahan merupakan milik sendiri.
26 Keragaan Usahatani Kelapa Sawit Usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan berasal dari program pemerintah dengan pemberian kredit lahan dengan kerjasama bersama perusahaan PT. Sari Aditya Loka dan di koordinir oleh KUD. Awal mulanya pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir ini dimulai dari kegiatan transmigrasi penduduk dari jawa ke Kecamatan Pelepat Ilir. Pada saat itu pemerintah memberikan lahan untuk melakukan usaha perkebunan kelapa sawit kepada masyarakat transmigrasi. Pembukaan lahan, penanaman dan perawatan dikelola oleh PT Sari Aditya Loka yang merupakan perusahaan pengelohan kelapa sawit. Pada saat itu pola perkebunan di sebut pola PIR- Trans tahun 1989. Pada tahun 1998 pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan bantuan berupa kredit lahan kepada petani kelapa sawit untuk melakukan pembukaan usaha perkebunan kelapa sawit. Setiap petani diberikan kredit lahan sebesar 2 hektar. Lahan kredit dari pemerintah dikelola oleh PT. Sari Aditya Loka baik dari pembukaan lahan, penanaman sampai tanaman tersebut menghasilkan, setelah menghasilkan tanaman kelapa sawit tersebut dikembalikan kepada setiap petani dan petani mulai melakukan pembayaran kredit lahan. Pembayaran kredit lahan dikelola oleh KUD Induk (Karya Mukti) selanjutnya uang angsuran kredit lahan petani diserahkan kepada Bank Permata dalam setiap bulannya sampai kredit kepada bank permata lunas setelah lunas petani yang kredit lahan mendapatkan sertifikat lahan. Setelah kredit lahan lunas, diantara petani tersebut ada yang menjual lahannya kepada petani lain sehingga petani yang membeli lahan tersebut dapat memiliki lahan seluas 4 hektar. Tujuan pembangunan perkebunan melalui pola KKPA adalah untuk membentuk masyarakat perkebunan yang secara kelompok memiliki usahatani terpadu dan secara unit merupakan kegiatan Agrobisnis yang utuh meliputi aspekaspek produksi, pengolahan dan pemasaran. Kemampuan petani dalam melakukan usaha perkebunan akan dapat meningkatkan pendapatan Petani KKPA. Peningkatan produksi seiring dengan meningkatkan volume produksi CPO dan meningkatkan nilai ekspor. Mendukung program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah dan meningkatkan kesempatan kerja. Proses pemanenan kelapa sawit dilakukan 2 kali dalam satu bulan, pupuk yang digunakan petani pada umumnya adalah pupuk Urea, SP 36 dan KCl. Penggunaan pupuk untuk setiap batang kelapa sawit dibutuhkan 1 kg pupuk Urea, 1 kg pupuk SP 36 dan 1.5 kg KCl. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Harga pupuk Urea Rp 2 300/kg, SP 36 Rp 2 500/kg dan KCL Rp 5 800/kg. Untuk pengendalian hama dan penyakit petani kelapa sawit menggunakan pestisida kimia. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan penyemprotan. Obat-obatan yang digunakan adalah round-up dan gramaxon. Pada luas lahan 4 hektar diperlukan 8 liter round-up dan 8 liter gramaxon, sedangkan untuk luas lahan 2 hektar diperlukan 4 liter round-up dan 4 liter gramaxon dengan harga rondap Rp 75 000/liter dan gramxon Rp 50 000/liter. Dalam standar penggunaan pupuk untuk kelapa sawit dalam setiap tahun tanam berbeda dosis penggunaannya maupun jenis pupuk yang digunakan. Menurut Payung (2008) kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit untuk tanaman menghasilkan pada umur 6 tahun sampai >15 tahun dapat dilihat pada Tabel 9.
27 Tabel 9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur 6 tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun) Unsur hara N
P K mg B Total
Jenis pupuk
Juml.apl.
Urea ZA RP TSP MOP Kieserite Abu janjang HGFB
2 1 1 1-2 1
Umur tanam kelapa sawit 6-15 tahun >15 tahun Min. Maks. Juml.apl Min. Maks. 1.00 3.00 2 1.50 2.50 1.25 3.50 1 1.25 3.00 1.00 3.00 1 1.00 2.00 1.50 3.50 1 1.50 2.25 1.00 2.00 1 0.50 3.00
1
2.00
4.00
1
2.00
3.00
5-6
4.50
12.00
5
4.75
10.75
Sumber: Payung (2008) Pemupukan kelapa sawit. Pada usahatani luasan lahan 4 hektar rata-rata TBS yang dihasilkan sebesar 12 887 kg/ha pertahun, rata-rata penggunaan pupuk Urea 1 000 Kg, SP 36 sebesar 1 000 kg dan KCL sebesar 1 500 kg, penggunaan rata-rata untuk pengendalian hama dan penyakit rondap yang diperlukan adalah sebesar 16 liter dan gramaxon 16 liter. Rata-rata output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luasan lahan 4 hektar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun No A B
Komponen Output : Tandan Buah Segar Input : Pupuk a. Pupuk Urea b. Pupuk SP 36 c. Pupuk KCL Jumlah Hama dan penyakit a. Round-up b. Gramaxon Jumlah
Jumlah
Per hektar
51 549
1 000 1 000 1 500 3 500 16 16 32
12 887
Satuan kg
250 250 375 875
kg kg kg kg
4 4 8
liter liter liter
Pada usahatani luasan lahan 2 hektar diperoleh rata-rata TBS yang dihasilkan sebesar 10 081 kg/ha pertahun, rata-rata penggunaan pupuk Urea 500 kg atau 250 kg/ha, SP36 sebesar 500 kg atau 250 kg/ha dan KCL sebesar 750 kg atau 375 kg/ha, penggunaan rata-rata untuk pengendalian hama dan penyakit rondap yang diperlukan adalah sebesar 8 liter dan gramaxon 8 liter. Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luasan lahan 4 hektar dapat dilihat pada Tabel 11.
28 Tabel 11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun No Komponen Jumlah Per hektar Satuan A Output : Tandan Buah Segar 20 036 10 018 Kg B Input : Pupuk a. Pupuk Urea 500 250 Kg b. Pupuk SP 36 500 250 Kg c. Pupuk KCL 750 375 Kg Jumlah 1 750 875 Hama dan penyakit a. Round-up 8 4 Liter b. Gramaxon 8 4 Liter Jumlah 16 8 Tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit terdiri dari tenaga kerja panen, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit tanaman dan meruning. Setiap petani luas lahan 4 hektar menggunakan tenaga kerja panen sebanyak 2 orang dan luas lahan 2 hektar menggunakan tenaga kerja sebanyak 1 orang, untuk tenaga kerja pemupukan luas lahan 4 hektar membutuhkan 6 orang sedangkan luas lahan 2 hektar membutuhkan sebanyak 3 orang, untuk penyemprotan masing-masing luas lahan 4 hektar dan 2 hektar membutuhkan 2 orang dan 1 orang dan untuk meruning masing-masing luasan lahan 4 hektar dan 2 hektar membutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang dan 1 orang. Peralatan. Peralatan yang digunakan oleh petani responden pada KUD Citra Makarti pada umumnya milik sendiri. Adapun macam-macam peralatan yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit adalah mesin rumput, dodos, egrek, tangkai, angkong, cangkul dan parang. Harga mesin rumput adalah Rp 1 500 000, dodos sebesar Rp 90 000, egrek sebesar Rp 45 000, tangkai sebesar Rp 45 000, angkong Rp 350 000, cangkul sebesar Rp 37 000 dan parang Rp 20 000. Pada petani luas lahan 4 hektar memiliki mesin rumput dengan jumlah 32 unit setiap petani memiliki 2 unit dengan harga beli Rp 1 500 000 per unit umur ekonomis 5 tahun dan rata-rata nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 600 000, dodos 32 unit dengan harga beli Rp 90 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 90 000, egrek 32 unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 45 000, tangkai 32 unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 45 000, angkong 32 unit dengan harga Rp 350 000 per unit umur ekonomis 5 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 140 000, cangkul 64 unit dengan harga Rp 37 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan Rp 74 000 dan parang 64 unit dengan harga Rp 20 000 umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan Rp 40 000. Perhitungan Penyusutan alat pertanian pada petani luas lahan 4 hektar dari 06 September 2012 sampai 20 September tahun 2013 pada Tabel 12.
29 Tabel 12 Penyusutan rata-rata alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar tahun 2012-2013 Peralatan Mesin rumput Dodos Egrek Tangkai Angkong Cangkul Parang Jumlah
Jumlah (unit) 32 32 32 32 32 64 64
Harga beli (Rp) 1 500 000 90 000 45 000 45 000 350 000 37 000 20 000
Total Umur (Rp) (tahun) 48 000 000 5 2 880 000 2 1 440 000 2 1 440 000 2 11 200 000 5 2 368 000 2 1 280 000 2
Rata-rata
Per hektar
600 000 90 000 45 000 45 000 140 000 74 000 40 000 1 034 000
150 000 22 500 11 250 11 250 35 000 18 500 10 000 258 500
Pada petani luas lahan 2 hektar memiliki mesin rumput dengan jumlah 14 unit setiap petani memiliki 1 unit dengan harga beli Rp 1 500 000 per unit umur ekonomis 5 tahun dan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 300 000, dodos 14 unit dengan harga beli Rp 90 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 45 000, egrek 14 unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 22 500, tangkai 14 unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 22 500, angkong 14 unit dengan harga Rp 350 000 per unit umur ekonomis 5 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 70 000, cangkul 28 unit dengan harga Rp 37 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 37 000 dan parang 28 unit dengan harga Rp 20 000 umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 20 000. Tabel 13 Penyusutan alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dari 06 September 2012 – 20 September 2013 Peralatan Mesinr umput Dodos Egrek Tangkai Angkong Cangkul Parang Jumlah
Jumlah (unit) 14 14 14 14 14 28 28
Harga beli (Rp) 15 00 000 90 000 45 000 45 000 350 000 37 000 20 000
Total (Rp) 21 000 000 1 260 000 630 000 630 000 4 900 000 1 036 000 560 000
Umur (tahun) 5 2 2 2 5 2 2
Rata-rata 300 000 45 000 22 500 22 500 70 000 37 000 20 000 517 000
Per hektar 150 000 22 500 11 250 11 250 35 000 18 500 10 000 258 500
Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Perhitungan Kegiatan usahatani kelapa sawit dikaji dalam tiga indikator yaitu pendapatan usahatani, R/C dan ukuran kinerja petani berdasarkan imbalan kepada modal petani. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan. Perhitungan pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dengan luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Biaya total terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai.
30 Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Produksi standar TBS untuk umur tanam 15 tahun adalah sebesar 28 000 kg/ha6 Hasil penjualan kelapa sawit yang merupakan output dalam usahatani merupakan pendapatan kotor sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan dalam usahatani. Pada analisis penerimaan ini TBS yang dihasilkan seluruhnya dijual. Perhitungan penerimaan usahatani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. lampiran 2 dan lampiran 3. Lampiran 2 dan lampiran 3 menginformasikan hasil produksi perhektar usahatani luas lahan 4 hektar dalam satu setahun sebesar 16 754 kilogram dan usahatani luasan lahan 2 hektar sebesar 19 806 kilogram. Dari hasil produksi dapat dijelaskan bahwa produksi perhektar lebih tinggi adalah usahatani dengan luas lahan 2 hektar. Tingginya hasil usahatani luasan lahan 2 hektar dapat dipengaruhi dari keintensifan pemeliharfaan tanaman kelapa sawit dibandingkan 4 hektar, meskipun begitu hasil produksi usahatani luas lahan 2 hektar masih berada dibawah standar produksi TBS yang ditetapkan oleh PPKS Medan. Rendahnya produksi tanaman kelapa sawit ini dapat dilihat dari kelas lahan dan faktor penghambatnya. Tidak sedikit kebun yang tidak dapat disamakan karena topografi, drainase, jenis tanah dan curah hujan efek dari rendahnya produksi juga dapat terjadi pada saat pemanenan yang sering terkendala karena topografi dan kondisi jalan. ( terutama pada saat musim hujan), hal tersebut menyebabkan panen tertunda dan buah tidak terangkut pada hari panen dan membusuk dikebun (Pardamean, 2011). Hal lain yang juga berpengaruh penurunan produksi adalah potong buah mentah, buah masak tinggak di batang, brondolan tidak diambil (Pahan, 2008). Produksi akan mempengaruhi penerimaan usahatani kelapa sawit. Harga yang diterima oleh petani responden sebesar Rp 1 274 perkilogram yang diperoleh dari harga rata-rata selama satu tahun. Diperoleh penerimaan untuk usahatani luas lahan 4 hektar sebesar Rp 21 334 045/ha pertahun dan untuk usahatani luasan lahan 2 hektar sebesar Rp 25 232 685/ha per tahun. Dari penerimaan terlihat bahwa usahatani luas lahan 2 hektar memiliki nilai lebih besar dibandingkan 4 hektar disebabkan oleh hasil produksi perhektar usahatani 2 hektar lebih tinggi dibandingkan 4 hektar.
Biaya Usahatani kelapa sawit Biaya usahatani luas lahan 4 hektar. Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kelapa sawit terdiri dari biaya tunai dan tidak tunai. Jumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh usahatani 4 hektar adalah sebesar 60.10 persen dari biaya total untuk biaya pupuk yang terdiri dari tiga jenis pupuk yaitu urea, sp 36 dan kcl, 24.95 persen dari total biaya untuk biaya obat-obatan yang terdiri dari gramaxon dan round-up, 3.70persen dari biaya total untuk upah tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja panen, pemupukan, meruning dan penyemprotan, 15.28 persen dari biaya total untuk biaya potongan-potongan dari KUD pada saat melakukan melakukan pemasaran ke pabrik kelapa sawit dan koontribusi untuk desa yang terdiri dari (mobil, muat/jasa timbang, retribusi asuransi, fee desa dan KUD, SPSI 6
PPKS.2013.membangun kelapa sawit [Internet]. [Diunduh 2014 Februari 16]. Tersedia pada : http://www.membangun kebun kelapasawit
31 jasa kelompok, uang jalan dan uang pangkas), 15.92 persen dari biaya total untuk pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan penyusutan 1.91 persen dari biaya total, 1.02 persen dari biaya total untuk tanaman kelapa sawit dan 36.97 persen dari biaya total untuk sewa lahan. Total biaya tidak tunai adalah sebesar 39.90 persen dari biaya total. Biaya usahatani luas lahan 2 hektar. Jumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh usahatani 2 hektar adalah sebesar 64.57 persen dari biaya total untuk biaya pupuk yang terdiri dari tiga jenis pupuk yaitu urea, sp 36 dan kcl, 22.63 persen dari total biaya untuk biaya obat-obatan yang terdiri dari gramaxon dan rondap, 17.81 persen dari biaya total untuk upah tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja panen, pemupukan, meruning dan penyemprotan, 20.55 persen dari biaya total untuk biaya potongan-potongan dari KUD pada saat melakukan melakukan pemasaran ke pabrik kelapa sawit dan koontribusi untuk desa yang terdiri dari (mobil, muat/jasa timbang, retribusi asuransi, fee desa dan KUD, SPSI jasa kelompok,. Uang jalan dan uang pangkas), 0.22 persen dari biaya total untuk pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan 1.73 persen dari biaya total, 0.17 persen dari biaya total untuk tanaman kelapa sawit dan 33.53 persen dari biaya total untuk sewa lahan dan total biaya tidak tunai adalah sebesar 35.43 persen dari biaya total. Biaya yang terbesar pada usahatani luasan lahan 2 hektar adalah biaya tidak tunai, biaya yang terbesar pada biaya tidak tunai adalah sewa lahan, nilai lahan yang digunakan adalah nilai sewa lahan pada saat ini Biaya terbesar usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar adalah biaya tidak tunai. Lampiran 4 dan 5. Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Pendapatan diperoleh dari penerimaan usahatani dikurangi biaya yang dikeluarkan. Rata-rata penerimaan usahatani kelapa sawit per hektar luas lahan 4 hektar adalah sebesar Rp 21 344 045 per tahun dan penerimaan usahatani perhektar usahatani luas lahan 2 hektar adalah sebesar Rp 25 232 685 per tahun. Pendapatan usahatani kelapa sawit berdasarkan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit per hektar pada Petani KUD Citra Makarti dari 06 September 2013-20 September 2013 No Uraian 4 hektar 2 hektar A Penerimaan Produksi TBS 16 754 19 806 Harga TBS (Rp)/Kg 1 274 1 274 Penerimaan TBS 21 344 045 25 232 685 B Biaya 1 Biaya Tunai 8 128 035 9 627 813 2 Biaya Tidak Tunai 5 397 100 5 283 700 Total Biaya 13 525 135 14 911 513 C Pendapatan Atas Biaya total 7 818 910 10 321 172 D Pendapatan Atas Biaya tunai 13 216 010 15 604 872 Pendapatan atas biaya total untuk usahatani luas lahan 4 hektar adalah sebesar Rp 7 818 910 dan untuk luas lahan 2 hektar adalah sebesar Rp 10 321 172. Sedangkan untuk pendapatan atas biaya tunai untuk usahatani luas lahan 4 hektar adalah sebesar Rp 13 216 010 dan untuk luas lahan 2 hektar Rp 15 604 872.
32
Rasio Penerimaan dan Biaya Rasio penerimaan dan biaya adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan analisis ini akan dapat diketahui apakah usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan efisien atau tidak. Usaha dikatakan efisien jika nilai R/C yang didapat lebih dari satu dan tidak efisien jika nilai R/C yang didapat adalah kurang dari satu. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. R/C yang dihitung adalah R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai. Berdasarkan Tabel 15, diperoleh R/C atas biaya total untuk luas lahan 4 hektar adalah 1.58, artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.58 sedangkan untuk luas lahan 2 hektar adalah sebesar 1.69, yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.69. Tabel 15 Nilai R/C petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun Uraian 4 hektar 2 hektar R/C Atas biaya total 1.58 R/C Atas biaya tunai 2.63
1.69 2.62
R/C atas biaya tunai pada luas lahan 4 hektar adalah 2.63 hampir sama dengan nilai R/C atas biaya tunai yang dihasilkan oleh petani luas lahan 2 hektar yaitu 2.62. Hal ini berarti usaha kebun plasma kelapa sawit dengan luas lahan 4 hektar lebih menguntungkan dan lebih efisien.
Imbalan Kepada Modal Petani (return to farm equity capital) Ukuran keuntungan lainnya yang dapat dihitung adalah imbalan modal petani. Perhitungan imbalan modal petani ini diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani. Imbalan terhadap modal petani dianalis dalam dua bagian yaitu petani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Masing-masing imbalan kepada modal petani 4 hektar dan 2 hektar dibagi menjadi dua yaitu imbalan kepada modal petani tunai dan tidak tunai. Imbalan kepada modal petani atas penggunaan modal total petani luasan lahan 4 hektar adalah sebesar 0.58 yang artinya setiap Rp 1 000 000 modal total petani yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 580 000. Sedangkan untuk imbalan kepada modal petani atas modal tunai adalah sebesar 1.63 yang artinya setiap Rp 1 000 000 modal tunai yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 1 630 000. Imbalan kepada modal petani atas penggunaan modal total petani luas lahan 2 hektar adalah sebesar 0.69 yang artinya setiap Rp 1 000 000 modal total petani yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 690 000. Sedangkan untuk imbalan kepada modal petani atas modal tunai adalah sebesar 1.62 yang artinya setiap Rp 1 000 000 modal tunai yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 1 620 000. Perhitungan Imbalan kepada modal petani dengan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dari 06 September 2013 sampai 20 September 2013 dapat dilihat pada Tabel 16.
33 Tabel 16 Ukuran penampilan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun Ukuran penampilan usahatani 4 hektar 2 hektar Imbalan kepada modal petani total (return to 0.58 0.69 farm equity capital) Imbalan kepada modal petani tunai (return to 1.63 1.62 farm equity capital) Imbalan modal hanya dilihat dari imbalan kepada modal petani, imbalan kepada seluruh modal tidak dihitung, karena petani tidak melakukan pinjaman untuk modal operasional maka, imbalan kepada modal total sama dengan imbalan kepada modal petani. Produktivitas usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar lebih tinggi dibandingkan 4 hektar. Namun, hasil produktivitas per hektar untuk standar umur tanam 15 tahun masih dibawah standar. Ini dikarenakan, kurang intensifnya perawatan yang dilakukan oleh petani responden 4 hektar dan 2 hektar. Bila dikaitkan dengan karakteristik petani responden kelapa sawit rata-rata pendidikannya adalah SMP, Produktivitas yang rendah bisa disebabkan oleh kurangnya kemampuan manajerial dalam pengelolaan kelapa sawit.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada penelitian mengenai analisis pendapatan Petani dapat dibagi menjadi petani luas lahan 4 hektar dan petani luas lahan 2 hektar. Pendapatan total rata-rata per hektar pada usahatani dengan luas lahan 4 hektar adalah sebesar Rp 7 818 910 dan untuk pendapatan tunai sebesar Rp 13 216 010. Sedangkan usahatani dengan luas lahan 2 hektar diperoleh pendapatan total rata-rata perhektar adalah sebesar Rp 10 321 172 dan untuk pendapatan tunai adalah sebesar Rp 15 604 872 . Biaya terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Pada usahatani luas lahan 4 hektar, biaya tunai tunai sebesar 60.10 persen dari biaya total dan biaya tidak tunai adalah sebesar 39.90 persen dari biaya total. Besarnya biaya tidak tunai disebabkan oleh biaya sewa lahan sebesar 36.97 dari biaya total. Pada usahatani luas lahan 2 hektar, biaya tunai yang dikeluaran adalah sebesar 64.57 persen dari biaya total dan biaya tidak tunai adalah sebesar 35.43 persen dari biaya total. Besarnya biaya tidak tunai disebabkan oleh sewa lahan sebesar 33.53 dari biaya total. Nilai R/C dibagi atas biaya total dan biaya tidak tunai, pada usahatani luas lahan 4 hektar di peroleh nilai R/C atas biaya total adalah sebesar 1.58 dan R/C atas biaya tunai adalah sebesar 2.63 . pada usahatani dengan luas lahan 2 hektar nilai R/C atas biaya total diperoleh sebesar 1.69 dan nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 2.62. Imbalan modal petani dihitung berdasarkan modal total dan modal tunai. Sehingga diperoleh imbalan modal petani total dan tunai. Pada usahatani dengan luas lahan 4 hektar, masing-masing imbalan modal petani total dan imbalan modal petani tunai diperoleh sebesar 0.58 dan 1.63 . Pada petani dengan luas lahan 2 hektar imbalan modal petani total diperoleh sebesar 0.69 dan imbalan modal petani tunai sebesar 1.62.
34 Saran Dari perolehan analisis pendapatan petani kelapa sawit dengan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar didapatkan bahwa pendapatan perhektar pada petani luas lahan 2 hektar lebih besar sedangkan untuk biaya tunai maupun tidak tunai, petani dengan luas lahan 4 hektar lebih besar dibandingkan dengan petani luas lahan 2 hektar. Sehingga rekomendasi yang dapat diberikan kepada petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir, lebih baik mengusahakan perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 2 hektar karena dinilai lebih menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik.2009. Bungo dalam angka.Bungo [BPS] Badan Pusat Statistik.2010. Bungo dalam angka.Bungo [BPS] Badan Pusat Statistik.2011. Bungo dalam angka.Bungo Hutzi AA. 2007. Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat (Studi kasus perkebunan teh rakyat, kecamataan Sukanegara, kabupaten cianjur, Jawa Barat). Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Nicholson W. 2001. Teori ekonomi mikro: prinsip dasar dan pengembangannya. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada. Nitasari D. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Tembakau Voor Oogst Kasturi Pada Gabungan Kelompok Tani Permata VII Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. [skripsi]. Bogor: Fakultas ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pahan I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Jakarta: Penebar swadaya. Pardamean P. 2011. Sukses membuka kebun dan pabrik kelapa sawit. Jakarta: Penebar swadaya. Perdana A. 2008. Dampak Pelaksanaan Program Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Terhadap Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Prawirosentono S. 2007. Manajemen operasi : analisis dan studi kasus. Jakarta: PT. Bumi aksara Soekartawi. 2002. Prinsip dasar ekonomi pertanian : teori dan aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada. Soekartawi, Dillon J, Hardaker B, Soeharjo A. 1986 . Ilmu usahatani dan penelitian untuk perkembangan petani kecil. Jakarta: Universitas Indonesia. Stice J, Stice E, Skousen K. 2009. Akutansi keuangan. Jakarta: Salemba empat Suratiyah K. 2011. Ilmu usahatani. Jakarta. Penebar swadaya. Yarsi A. 2006. Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada sistem kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit (kasus pola kemitraan di PT. Perkebunanan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman plantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat). Bogor: Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.
35
LAMPIRAN Lampiran 1 Nama petani dan luas lahan petani tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Nama petani Supriyadi Sukino Samsiyah Kr damanik Salimin Kamal Suwarno Manisi Ngadiran Yanto Suyoto Wagiman Tukiman Bangi Suripno Satibi Salimin Sariyal efendi Sarino Jumino Samrodi Edi kismis Sabari Sukamto Kusmali Didi Triyono Mulyono Antoni h Samsul
Luas lahan 4 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 2 2 2 2 4 2 4 4 4 2 2 4 2 4 88
36 Lampiran 2 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 4 hektar 06 September 2012-20 September 2013 Periode Jumlah (Kg) Harga satuan (Rp) 58 228 06 September - 20 September 2012 1 370 57 620 21 September – 05 Oktober 2012 1 320 67 997 06 Oktober - 20 November 2012 1 101 53 716 21 November - 05 Desember 2012 940 61 724 06 Desember - 20 Desember 2012 991 54 984 21 Desember - 05 Januari 2013 1 049 39 728 06 Januari - 20 Januari 2013 1 161 39 111 21 Januari - 05 Februari 2013 1 132 39 195 06 Febuari - 20 Februari 2013 1 161 67171 21 Februari - 05 Maret 2013 1 390 34 112 06 Maret - 20 Maret 2013 1 370 31 428 21 Maret - 05 April 2013 1 370 32 702 06 April - 20 April 2013 1 370 38 236 21 April - 05 Mei 2013 1 385 43 095 06 Mei - 20 Mei 2013 1 365 42 471 21 Mei - 06 Juni 2013 1 350 43 173 07 Juni - 20 Juni 2013 1 370 38 747 21 Juni - 05 Juli 2013 1 388 36 628 06 Juli - 20 Juli 2013 1 400 36 628 21 Juli - 05 Agustus 2013 1 350 42 166 06 Agustus - 20 Agustus 2013 1 310 59 007 21 Agustus - 05 September 2013 1 286 54 366 06 September - 20 September 2013 1 370 Jumlah 1 072 228 Produksi rata - rata 67 014 Produksi Per hektar 16 754 Harga rata-rata 1 274 85 376 178 Penerimaan rata-rata setahun 21 344 045 Penerimaan rata-rata per hektar
37 Lampiran 3 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 2 hektar 06 September 2012-20 September 2013 Harga satuan Periode Jumlah (Kg) (Rp) 28 805 06 September-20 September 2012 1 370 31 789 21 September-05 Oktober 2012 1 320 33 385 06 Oktober-20 November 2012 1 101 32 470 21 November-05 Desember 2012 940 31 009 06 Desember-20 Desember 2012 991 28 181 21 Desember-05 Januari 2013 1 049 25 651 06 Januari - 20 Januari 2013 1 161 20 700 21 Januari - 05 Februari 2013 1 132 19 964 06 Febuari - 20 Februari 2013 1 161 19 257 21 Februari - 05 Maret 2013 1 390 19 309 06 Maret - 20 Maret 2013 1 370 19 447 21 Maret - 05 April 2013 1 370 20 829 06 April - 20 April 2013 1 370 24 840 21 April - 05 Mei 2013 1385 23 704 06 Mei - 20 Mei 2013 1365 24 070 21 Mei - 06 Juni 2013 1 350 21 200 07 Juni - 20 Juni 2013 1 370 18 877 21 Juni - 05 Juli 2013 1 388 19 044 06 Juli - 20 Juli 2013 1 400 19 320 21 Juli - 05 Agustus 2013 1 350 22 994 06 Agustus - 20 Agustus 2013 1 310 25 269 21 Agustus - 05 September 2013 1 286 24 452 06 September - 20 September 2013 1 370 554 565 Jumlah 39 612 Produksi rata-rata Produksi Per hektar 19 806 Harga rata-rata 1 274 Penerimaan rata-rata 50 465 370 Penerimaan perhektar 25 232 685
38 Lampiran 4 Struktur biaya rata-rata petani luas lahan 4 hektar dalam setahun Komponen A. Biaya tunai : a. Biaya tetap b. Biaya variabel b.1. Pupuk 1.Urea 2.SP36 3. KCl Total biaya pupuk b. 2. Obat-obatan 1. Round-up 2. Gramaxon Total biaya obat-obatan b. 3. Tenaga kerja 1. Panen 2. Pemupukan 3. Meruning 4. penyemprotan Total biaya tenaga kerja b.4. Potongan-potongan 1. Mobil 2. Muat/Jasa Timbang 3. Retribusi Asuransi 4. Fee Desa & KUD 5. SPSI 6. Jasa Kel. 7. Uang Jalan 8. Rawat Jalan 9. Uang Pangkas Total biaya potongan b.5 Pajak lahan total biaya tunai B. biaya tidak tunai A. Biaya tetap a.1. penyusutan b.2. tanaman b.3 sewa lahan B. Biaya Variabel Total biaya tidak tunai C. Biaya total
Per hektar
Satuan
Harga (Kg)
Nilai per hektar
(%)
-
250 250 375
4 4
kg kg kg
liter liter
orang orang orang
2 300 2 500 5 800
75 000 50 000
100 75 000 70 000
575 000 625 000 2 175 000 3 375 000
24.95
300 000 200 000 500 000
3.70
1 288 725 225 000 350 000 100 000 2 066 835
15.28
904 693 347 959 83 510 69 592 101 337 180 939 255 513 139 183 70 976 2 153 700 32 500 8 128 035
15.92 0.24 60.10
258 500 138 600 5 000 000 5 397 100 13 525 135
1.91 1.02 36.97 39.90
39 Lampiran 5 Struktur biaya rata-rata petani luasan lahan 2 hektar dalam setahun Komponen A. Biaya tunai : a. Biaya tetap b. Biaya variabel b.1. Pupuk 1. Urea 2. SP36 3. KCl Total biaya pupuk b.2. Obat-obatan 1. Rond-up 2. Gramaxon Total biaya obat-obatan b.3. Tenaga kerja 1. Panen 2. Pemupukan 3. Meruning 4. penyemprotan Total biaya tenaga kerja b.4. Potongan-potongan 1. Mobil 2. Muat/Jasa Timbang 3. Retribusi Asuransi 4. Fee Desa & KUD 5. SPSI 6. Jasa Kel. 7. Uang Jalan 8. Rawat Jalan 9. Uang Pangkas Total biaya potongan b.5 Pajak lahan total biaya tunai B. biaya tidak tunai a. Biaya tetap a.1 peralatan a.2 tanaman a.3 sewa lahan b. Biaya variabel Total biaya tidak tunai C. Biaya total
Per hektar
250 250 375
4 4
Satuan
kg kg kg
liter liter
orang orang orang
Harga (Kg)
2 300 2 500 5 800
75 000 50 000
100 75 000 315 000
Nilai per hektar
(%)
575 000 625 000 2 175 000 3 375 000
22.63
300 000 200 000 500 000
3.35
1 980 588 225 000 350 000 100 000 2 655 588
17.81
1 287 382 495 147 118 835 99 029 114 202 225 476 365 596 195 059 100 999 3 064 726 32 500 9 627 813
20.55 0.22 64.57
258 500 25 200 5 000 000
1.73 0.17 33.53
5 283 700 14 911 513
35.43
40
41
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Jesi Amelia, lahir di Bangko, Jambi pada tanggal 12 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, sebagai anak kandung dari pasangan Bapak Alkaf dan Ibu Yusmaini Arai serta saudara perempuan Fitri Wahyu, Rizki Meilani dan Saudara laki-laki Akbar Chaniago, Ilham Chaniago, Arif Chaniago, Fadil Chaniago. Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1995 di TK Merangin Jaya Bangko. Pendidikan Sekolah Dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SD 360 Pematang kandis Bangko selama 6 tahun hingga lulus pada tahun 2002.Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Bungo dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis di SMA Negeri 1 Pelepat Ilir pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor untuk Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui jalur PMDK selama menjadi mahasiswi di program Diploma penulis aktif menjadi komisi internal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM-J) selama dua periode tahun 2009 sampai tahun 2011. Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul Kajian Pengembangan Bisnis Pendirian Pupuk Organik di KSU Karya Nugraha Kuningan, Jawa Barat diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan penulis lulus pada tahun yang sama. Penulis melanjutkan studi kembali untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, selama menjadi mahasiswi, penulis mengikuti Pekan Kreatif mahasiswa (PKM) di Sekolah Luar Biasa Malabar.