ANALISIS PEMBENTUKAN PERILAKU HEMAT LISTRIK DENGAN PENDEKATAN NORM ACTIVATION MODEL (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)
LAILI HIDAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, 2010
Laili Hidayati NIM I252080011
ABSTRACT LAILI HIDAYATI. Analysis of Energy-Saving Forming Behavior with Norm Activation Model Approach (The Case Study of Household Consumer in Bogor ). Under direction of LILIK NOOR YULIATI and MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN. The use of electrical energy is an important factor to support some activities in daily life, industries, households, educational activities, transportations, lightings, and communications. Indonesian people are still doing inefficient utilization of energies, including electrical energy. Saving the energy is an important part of efficiency. The study was aimed to analyze: 1) characteristics of household at differnt electricity power class; 2) the correlations between awareness, responsibility, personal norms, behavior intention and electrical energy saving behavior in household; 3) factors that influence norm activation model in household; 4) some factors which influence the electrical energy saving behavior, electrical cost and the use of electrical tools in household. This study design was cross sectional study. This study was conducted in Taman Cimanggu region which is a location where KDK (Kedung Waringin Komplek) electrical substation exists, with the subject was household in Taman Cimanggu. The results found that respondent get the information about electrical energy saving from many medias and reference groups. The awareness, resposibility, personal norms, and behavior intention variable were not correlated with electrical energy saving behavior. Respondents were still to intend to save the energy, however they were not doing some actions. Althought respondents want to do some actions to save the electrical energy, but it is still on average level. The multiple linear regression result showed that some factors which have significant effect on electrical energy saving behavior, that were: electrical power class, knowledge, number of information and responsibility.
Keywords: electrical efficient, norm activation model, electrical energy saving, household
RINGKASAN LAILI HIDAYATI. Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor). Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN. Penggunaan energi listrik merupakan unsur penting yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat, baik itu untuk industri, rumahtangga, pendidikan, transportasi, penerangan, dan komunikasi. Pola penggunaan listrik masyarakat Indonesia masih tidak efisien, sementara tarif listrik yang dikenakan masih sangat murah. Berbagai upaya dilakukan oleh PLN untuk mengatasi masalah kekurangan pasokan listrik dan penghematan listrik. Hemat energi merupakan bagian dari efisiensi, dengan hemat energi listrik berarti membantu mengefisiensikan subsidi listrik yang diberikan pemerintah. Bagi masyarakat, hemat energi akan menghemat pengeluaran dan dapat mengalihkannya untuk keperluan yang lebih penting. Perilaku masyarakat dalam melakukan hemat energi listrik ditentukan oleh karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Terciptanya kesadaran, tanggungjawab dan norma personal dalam masyarakat dapat membentuk keinginan dari masyarakat untuk melakukan suatu tindakan yang positif yaitu perilaku untuk menghemat energi listrik melalui pendekatan norm activation model. Penelitian in bertujuan untuk: 1) menganalis karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada kelompok daya yang berbeda; 2) Menganalisis hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, maksud perilaku (intend to) dan perilaku hemat listrik pelanggan listrik rumahtangga; 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga; 4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, biaya rekening listrik dan penggunaan peralatan listrik pada pelanggan listrik rumahtangga. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor pada pelanggan rumahtangga PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) UPJ Bogor Kota pada gardu Kedung Waringin Komplek (KDK) yang berada di wilayah Taman Cimanggu. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena memenuhi kriteria yakni memiliki keragaman daya listrik dari 900VA hingga ≥2200VA dan merupakan gardu listrik dengan total pelanggan terbesar dibandingkan gardu lain yang juga memenuhi kriteria. Contoh dalam penelitian ini berjumlah 113 pelanggan rumahtangga dengan metode pemilihan contoh dilakukan secara stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden berada pada tahap dewasa akhir, yaitu 41 tahun hingga 50 tahun. Jenis kelamin responden yang terbesar adalah perempuan. Status responden dalam rumahtangga sebagian besar adalah sebagai isteri. Jumlah anggota keluarga responden memiliki jumlah keluarga ≤ 4 orang. Persentase terbesar tingkat pendidikan responden adalah sarjana dan terdapat perbedaan yang nyata lama pendidikan pada masing-masing daya. Pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai ibu rumahtangga. Rata-rata pendapatan responden berkisar antara Rp 212.211 sampai dengan Rp 1.700.000 dan terdapat perbedaan yang nyata pendapatan per kapita pada masing-masing daya. Sebagian besar responden tidak memiliki usaha rumahtangga. Kepemilikan alat elektronik seperti televisi, radio, seterika, mesin cuci, kulkas, laptop, dan magic com rata-rata memiliki satu buah, sedangkan lampu TL rata-rata memiliki delapan buah di setiap rumahtangga.
Rata-rata pengeluaran rekening listrik responden per bulan adalah antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 dan 52,2 persen responden membayar rekening listrik masih di atas rata-rata besarnya rekening listrik dari PLN. Akses informasi mengenai penghematan listrik diperoleh responden dari media dan kelompok acuan. Jumlah sumber informasi yang diperoleh responden tentang hemat listrik adalah satu sumber informasi dengan frekuensi 1-4 kali dalam enam bulan terakhir. Media yang menurut responden paling banyak menyampaikan informasi penghematan listrik adalah televisi. Sumber informasi yang paling dipercaya dalam menyampaikan informasi hemat listrik pada kelompok media adalah televisi sedangkan pada kelompok acuan memilih pemerintah. Televisi merupakan jenis media yang sering memuat informasi hemat listrik dan pemerintah sebagai yang dipercaya oleh responden dalam menyampaikan atau memberi informasi tentang hemat listrik. Pengetahuan penghematan listrik contoh umumnya berada pada tingkat sedang. Kesadaran, tanggungjawab, norma personal, dan maksud berperilaku hemat listrik responden pada kategori sedang, jumlah anggota keluarga memberi pengaruh pada kesadaran hemat listrik responden dalam penghematan listrik. Terdapat perbedaan yang nyata tanggungjawab dalam menghemat listrik pada masing-masing kelompok daya. Perilaku hemat listrik pada responden hampir sebagian besar pada kategori sedang dan terdapat perbedaan yang nyata perilaku hemat listrik pada masing-masing kelompok daya. Variabel kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud perilaku tidak berhubungan dengan perilaku hemat listrik, responden masih dalam tahap bermaksud atau berkeinginan untuk berperilaku hemat listrik. Umumnya responden memiliki keinginan menghemat listrik, namun perilaku penghematan listriknya masih berada pada kategori sedang. Hasil analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap perilaku hemat listrik adalah daya listrik, pengetahuan, jumlah informasi, dan tanggungjawab. Pada faktor yang berpengaruh nyata pada pengeluaran rekening listrik adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan per kapita, daya listrik, pengetahuan, dan kesadaran, sedangkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan peralatan listrik adalah kepemilikan alat elektronik. Kata kunci: norm activation model, hemat listrik, rumahtangga.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PEMBENTUKAN PERILAKU HEMAT LISTRIK DENGAN PENDEKATAN NORM ACTIVATION MODEL (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)
LAILI HIDAYATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Konsumen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Retnaningsih, M.Si.
Judul Tesis
:
Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor).
Nama
:
Laili Hidayati
NIM
:
I252080011
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. Ketua
Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc. Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Konsumen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 9 Oktober 2010
Tanggal Lulus :
PRAKATA Segala puji hanya milik Alloh Subhanahu wa Ta’aala. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam, kepada keluarga, dan kepada para sahabatnya. Alhamdulillah, dengan taufiq, pertolongan,
dan
rahmat
Alloh
Ta’aala,
tesis
yang
berjudul
“Analisis
Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)” telah dapat penulis selesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010, merupakan salah satu penelitian gabungan dari penelitian utama Perilaku Penghematan Listrik di Rumahtangga. Penulis ingin menyampaikan terima kasih atas semua bantuan dan do’a, dukungan, semangat, arahan, dan bimbingan kepada: 1.
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing atas arahan, bimbingan dan saran yang diberikan dengan penuh kesabaran mulai dari penulisan proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
2.
Ir. Retnaningsih, M.Si. selaku dosen pembahas pada kolokium dan penguji luar komisi atas saran dan masukan bagi perbaikan tesis saya.
3.
Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku dosen pembahas pada kolokium atas saran dan masukannya bagi perbaikan proposal penelitian.
4.
Dekan dan Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta seluruh staf yang banyak membantu selama saya mengikuti kuliah di Program Pascasarjana IPB.
5.
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu Konsumen
6.
Staf pengajar dan karyawan Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB.
7.
Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Pusat, yang telah memberikan bantuan biaya BPPS kepada penulis selama melanjutkan pendidikan S2.
8.
Kepala PLN UPJ Bogor Kota atas pemberian informasi terkait penelitian ini.
9.
Kepala Kelurahan Kedung Waringin beserta staf atas bantuan selama pengambilan data.
10. Rekan-rekan Tim Sensus Penduduk Kedung Waringin yang membantu dalam pengambilan data.
11. Rektor Universitas Negeri Malang yang memberikan kesempatan saya untuk melanjutkan pendidikan S2. 12. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melanjutkan pendididkan S2. 13. Staf Pengajar dan karyawan pada Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang atas doa dan semangat yang diberikan. 14. Orang Tua yang penulis cintai, Bapak H. Asnawi Arjo Puger dan Ibu Hj. Suryani. Kakak-kakakku dr. H. Yusuf Asmunandar, S.P.An., Arif Murachman, S.E., Achmad Harjianto, S.T., Arif Lukman Hakim, S.P. beserta istri dan keponakan yang telah memberikan doa, semangat dan bantuan demi penyelesaian pendidikan S2. 15. Suami tercinta Rofik Budiyanto, S.E. dan putraku Zahran Anas Syarif yang telah memberikan doa, semangat, perhatian, bantuan serta keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S2. 16. Keluarga besar Bapak dan Ibu Hadi Budiarto serta Bapak dan Ibu H. Zaim di Banjarnegara atas doa dan dukungannya. 17. Kepala Sekolah, Guru, dan karyawan SMK Kartika IV-1 Malang atas doa dan semangat yang diberikan. 18. Teman-teman penelitian Anggi Mayang Sari dan Irma Nurasrina, juga adikadik IKK Angkatan 43. 19. Teman-teman program studi IKO Moh. Nasarullah, S.P., Program Studi IKA Megawati Simanjuntak, S.P. M.Si., Rani Koesumo, S.P. M.Si., dan Salimari SP. M.Si., dan teman-teman dari Program Studi Ilmu Manajemen. 20. Teman-teman di Puri Hapsara: Ainun, Cha-cha, Diah, Dita, Harfiati, Lisda, Meisji Lianasari, Nita Yulianis, Neina, Rahmi Dianita, Reisi Nurdiani, Sofia Sandi, Uli, serta bibi Eha dan keluarga. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu secara moril dalam penyelesaian tesis ini, semoga segala bantuan yang telah di berikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. Bogor, November 2010
Laili Hidayati
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 11 April 1976 sebagai putri ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Asnawi Arjo Puger dan Ibu Hj. Suryani. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan di Kota Malang. Pada tahun 1994 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (IKIP Surabaya) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, lulus pada tahun 1999. Sejak tahun 2000 sampai sekarang bekerja sebagai guru di SMK Kartika V-1 Malang dan pada tahun 2005 penulis diterima sebagai staf pengajar di Universitas Negeri Malang, Fakultas Teknik, Jurusan Teknologi Industri sampai sekarang. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi Ilmu Konsumen pada tahun 2008 dengan beasiswa dari BPPS.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xviii
PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ..................................................................................... Rumusan Masalah ............................................................................... Tujuan Penelitian .................................................................................. Manfaat Penelitian ................................................................................
1 1 4 6 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... Teori Perilaku Prososial ........................................................................ Model Perilaku Prososial ...................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik ................... Penghematan Energi............................................................................. Pelanggan Perusahaan Listrik Negara dan Tarif Dasar Listrik ............ Kebijakan Pemerintah tentang Hemat Listrik........................................
8 8 10 19 24 26 28
KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
34
METODE PENELITIAN ............................................................................. Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................................... Teknik Penarikan Contoh ..................................................................... Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... Instrumen dan Pengukuran ………………………………………………. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. Definisi Operasional .............................................................................
37 37 37 39 42 43 44
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... Keadaan Umum Lokasi Penelitian ....................................................... Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................... Penduduk ..................................................................................... Karakteristik Pelanggan PLN di Kelurahan Kedung Waringin .............. Umur Responden.......................................................................... Jenis Kelamin ............................................................................... Jumlah Anggota Keluarga ............................................................ Pendidikan Responden................................................................. Pekerjaan Responden................................................................... Pendapatan Per Kapita ................................................................ Usaha Rumahtangga .................................................................... Kepemilikan Alat Elektronik .......................................................... Pembayaran Rekening Listrik Per Bulan ...................................... Akses Informasi .................................................................................... Jumlah Jenis Sumber Informasi ................................................... Frekwensi Informasi Hemat Listrik ...............................................
46 46 46 46 46 46 47 48 49 50 51 52 53 56 58 58 59
Halaman Sumber Informasi yang Dipercaya Menyampaikan Informasi tentang Hemat Listrik ..................................................................... Pengetahuan ........................................................................................ Pembentukan Perilaku Hemat Listrik.................................................... Kesadaran Hemat Listrik ............................................................... Tanggungjawab Hemat Listrik ...................................................... Norma Personal ............................................................................ Maksud Berperilaku....................................................................... Perilaku Hemat Listrik .................................................................... Hubungan antar Variabel Kesadaran, Tanggungjawab, Norma Personal, Maksud Perilaku, dan Perilaku Kebiasaan........................... Norm Activation Model sebagai Mediator............................................. Pengaruh Karakteristik Rumahtangga, Pengetahuan, dan Akses Informasi terhadap Norm Activation Model ......................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik .................. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rekening Listrik ...... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Peralatan Elektronik (jam/hari).............................................................................. Pemberdayaan Konsumen untuk Hidup Hemat Listrik......................... Keterbatasan Penelitian ......................................................................
82 83 87
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... Simpulan .............................................................................................. Saran ...................................................................................................
88 88 90
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...
92
LAMPIRAN ……………………………………………………………………...
97
xiii
61 62 65 65 66 68 69 71 73 75 76 78 80
DAFTAR TABEL
1 2
Konsumsi listrik dan besarnya rekening listrik per pelanggan per bulan dari setiap kelompok pelanggan di seluruh Indonesia ............
27
3
Jumlah pelanggan PLN menurut sektor ............................................
28
4
Jumlah pelanggan dan konsumsi tenaga listrik PLN per kapita dan per pelanggan di Profinsi Jawa Barat ...............................................
28
Jumlah pelanggan PLN pada gardu KDK lingkungan Taman Cimanggu dan jumlah contoh ............................................................
39
6
Variabel, skala data, dan pengkategorian data penelitian ……..........
40
7
Sebaran responden berdasarkan usia responden dan kelompok daya ...................................................................................................
47
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin responden dan kelompok daya ...................................................................................
48
Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dan kelompok daya …………………………………………..........................
48
Sebaran responden berdasarkan pendidikan responden dan kelompok daya....................................................................................
50
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan responden dan kelompok daya....................................................................................
51
Sebaran responden berdasarkan pendapatan per kapita dan kelompok daya....................................................................................
52
Sebaran responden berdasarkan usaha di rumahtangga dan kelompok daya ...................................................................................
53
Sebaran responden berdasarkan rata-rata kepemilikan alat elektronik, lama pemakaian per hari dan kelompok daya .................
55
Sebaran responden berdasarkan rata-rata rekening listrik perbulan dan kelompok daya ............................................................................
56
Sebaran jumlah responden yang boros dan tidak boros dalam pembayaran rekening listrik ..............................................................
58
5
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Halaman Perbedaan theory of planned behavior dan norm activation theory… 13
xiv
Halaman 17
Sebaran responden berdasarkan jumlah sumber informasi dan kelompok daya....................................................................................
58
Sebaran responden berdasarkan kategori jumlah informasi (frekwensi) dan kelompok daya..........................................................
60
Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi dan kelompok daya …………….................................................................
60
Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi yang dipercaya dan kelompok daya………………............…………………..
61
Sebaran responden berdasarkan pengetahuan perilaku dan kelompok daya....................................................................................
62
Sebaran responden berdasarkan pengetahuan perilaku hemat listrik (n=113) ..............................................................................................
64
Sebaran responden berdasarkan kesadaran hemat listrik dan kelompok daya ...................................................................................
65
24
Skor rataan (1-5) kesadaran hemat listrik (n=113) .............................
66
25
Sebaran contoh berdasarkan tanggung jawab hemat listrik ..............
67
26
Skor rataan (1-5) tanggung jawab hemat listrik (n=113) ....................
67
27
Sebaran contoh berdasarkan norma personal hemat listrik ...............
68
28
Skor rataan (1-5) norma personal hemat listrik (n=113).....................
69
29
Sebaran contoh berdasarkan maksud berperilaku hemat listrik ........
70
30
Skor rataan (1-5) maksud berperilaku hemat listrik (n=113) ..............
70
31
Sebaran contoh berdasarkan perilaku hemat listrik ...........................
71
32
Skor rataan (1-3) perilaku kebiasaan hemat listrik (n=113) ...............
72
33
Nilai koefisien korelasi antar variabel kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud perilaku, dan perilaku hemat listrik ............ Analisis regresi norm activation model ...............................................
18
19
20
21
22
23
34
xv
74 75
Halaman 35
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap norm activation model....
76
36
Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hemat listrik ........................................................................................
78
Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran rekening listrik ...............................................................
81
Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kebiasaan penggunaan peralatan listrik ............................................
82
37
38
xvi
DAFTAR GAMBAR Theory of reasoned action ………………………………………
2
Theory of planned behavior …………………………………………..
12
3
Norm activation theory ……………………………………………….
13
4
Norm activation model sebagai moderator ...................................
14
5
Norm activation model sebagai mediator ………………………….
14
6
Modifikasi norm activation model sebagai mediator untuk perilaku penghematan listrik ……….............................................................
36
Bagan penarikan contoh ................................................................
38
7
xvii
Halaman 11
1
DAFTAR LAMPIRAN 1
Halaman 98 Peta lokasi penelitian .....................................................................
2
Nilai validitas dan nilai reliabilitas setiap variabel ………………….
99
3
Nilai koefisien korelasi antar variabel .............................................
100
4
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran hemat listrik................................................................................................
101
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap tanggungjawab hemat listrik................................................................................................
101
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap norma personal hemat listrik.....................................................................................
102
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap maksud perilaku hemat listrik.....................................................................................
102
8
Tarif dasar listrik .............................................................................
103
9
Booklet Tips menghemat listrik di rumah .......................................
104
10
Sosialisasi hemat listrik PT PLN APJ Bogor dan PLN Batam.........
106
11
Mengenal, mencatat dan menghitung meter kWh .........................
109
12
Langkah menghemat biaya dengan cara menghemat listrik oleh PT PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten .....................
111
5
6
7
xviii
PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap aktivitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan energi listrik. Penggunaan energi listrik merupakan unsur penting yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat, baik itu untuk industri, rumahtangga, pendidikan, transportasi, penerangan, dan komunikasi. Energi listrik merupakan energi yang sangat fleksibel, karena energi listrik dengan mudah diubah menjadi energi lain, misalnya energi listrik dapat diubah menjadi energi panas, dingin, gerak, dan cahaya. Tanpa energi listrik, sebuah kota akan gelap gulita dan kehilangan keindahannya pada malam hari, seorang ibu akan kerepotan mencuci dan mengolah makanan serta menyimpannya, anak kesulitan tidur karena AC atau kipas angin tidak berfungsi. Efek yang ditimbulkan oleh energi listrik menjadikan ketergantungan pada masyarakat (Handoko 2010). Energi listrik sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan merupakan parameter penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi di Indonesia mendorong peningkatan konsumsi listrik dari waktu ke waktu. Konsumsi listrik saat ini didominasi di wilayah Jawa-Bali yakni sekitar 80 persen dari konsumsi listrik nasional. Peningkatan konsumsi listrik nasional di tengah melambungnya harga minyak dunia sangat berpengaruh pada biaya produksi listrik sehingga sulit sekali diimbangi oleh peningkatan kapasitas produksi listrik. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis pasokan listrik, yang dalam jangka panjang akan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pola penggunaan listrik masyarakat Indonesia masih tidak efisien, sementara tarif listrik yang dikenakan masih sangat murah. Permintaan (demand) tinggi tetapi kebutuhan (suplai) lemah jadi demand dan suplai tidak seimbang oleh karenanya dimana-mana ada keluhan listrik (Mochtar 2009). Permasalahan kelangkaan listrik semakin nyata dengan adanya kebijakan pergiliran yang tidak resmi yang dilaksanakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Menurut Kuncoro (2008) krisis kelistrikan terjadi akibat beberapa hal, pertama, menyangkut terbatasnya kapasitas pembangkit dan menyangkut keterbatasan kemampuan membeli energi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam tujuh
2
kuartal terakhir tumbuh di atas 6 persen ternyata tidak dibarengi ketersediaan daya listrik sebagai infrastruktur pendukung. Kedua, sejak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), banyak industri yang mengalihkan konsumsi listrik ke PLN. Pengalihan itu dikarenakan biaya pengoperasian pembangkit listrik secara swadaya dengan solar menjadi mahal. Berbagai
upaya
dilakukan
oleh
PLN
untuk
mengatasi
masalah
kekurangan pasokan listrik dan penghematan listrik. Sejumlah strategi yang dilakukan PLN, pertama mengelola pasokan (supply side management) diimplementasikan dalam bentuk program percepatan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara sebesar 10.000 MW. Kedua, mengelola permintaan dengan mengajak masyarakat untuk menghemat listrik. Demi memastikan gerakan penghematan listrik berjalan sesuai sasaran, PLN membagikan 51 juta lampu hemat energi (LHE) berkekuatan 8 Watt kepada 34 juta pelanggan rumahtangga. Pembagian secara gratis itu bertujuan mendorong masyarakat mengganti lampu pijar dengan LHE. Lampu hemat energi dari sisi konsumsi daya, jauh lebih hemat ketimbang lampu pijar. Dengan memakai lampu LHE berkekuatan 8 Watt, pengguna bisa mendapatkan pencahayaan yang terangnya setara dengan lampu pijar berkekuatan 40 Watt (Noy 2008). Program LHE juga mendatangkan klaim CDM (Clean Development Mechanism) dimana program ini menghasilkan CO2 reduction, setiap 1 kWh yang dihemat dihindari 0,9 kilo CO2, setiap ton CO2 yang direduksi mendapat klaim 15 Euro (Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 2008a). Himbauan kepada seluruh pelanggan PLN agar ikut berpartisipasi dalam Gerakan Hemat Listrik, yang terkenal dengan “1722” yaitu menggunakan listrik cukup antara pukul 17.00 sampai 22.00 (waktu malam untuk pelanggan rumahtangga), melakukan inovasi-inovasi seperti meluncurkan produk teknologi listrik prabayar dalam bentuk voucher yang diharapkan membantu masyarakat mengendalikan
konsumsi
listrik
(Praptono
2006).
Pada
sektor
industri
pemerintah dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani oleh Menteri Perindustrian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara disebutkan, setiap perusahaan industri diwajibkan mengalihkan satu atau dua hari kerja dalam sebulan, bukan dua hari kerja setiap pekan, ke hari Sabtu atau Minggu (Kuncoro 2008). Kalangan industri diharapkan bisa melakukan libur
3
secara bergiliran, tidak semuanya pada Sabtu atau Minggu karena idle capacity listrik pada hari tersebut cukup besar sekitar 3.000 MW. Hemat energi merupakan bagian dari efisiensi, dengan hemat energi listrik berarti membantu mengefisiensikan subsidi listrik yang diberikan pemerintah. Menggunakan listrik secara sia-sia, maka sama halnya telah menyianyiakan subsidi listrik yang diberikan oleh pemerintah. Pemberian subsidi oleh pemerintah menjadi lebih efektif jika masyarakat dapat menghemat pemakaian listrik. Sebaliknya, menyianyiakan pemakaian listrik, tentunya subsidi tersebut akan terbuang percuma. Bagi masyarakat, hemat energi akan menghemat pengeluaran dan dapat mengalihkannya untuk keperluan yang lebih penting. Penghematan energi listrik yang terus meningkat, maka pada gilirannya kebutuhan terhadap pembangunan pembangkit-pembangkit baru dapat ditekan. Jika 10 juta pelanggan listrik dapat menghemat 50 W setiap hari selama 5 jam beban puncak, maka 10 juta x 50 W X 5 jam = 2500 juta Watt jam atau 2500 MWh dapat dihemat setiap hari (Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 2006). Untuk menghindari biaya rekening listrik yang tinggi, maka diperlukan perilaku penggunaan listrik yang efisien. Perilaku hemat energi listrik dimulai dengan menyambung daya listrik dari PLN sesuai dengan kebutuhan, memilih peralatan listrik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, membentuk perilaku anggota keluarga yang hemat listrik, seperti menggunakan listrik sesuai dengan keperluan, menggunakan energi listrik secara bergantian, menggunakan listrik untuk menambah pendapatan keluarga, memilih produk
rumahtangga yang
hemat energi listrik (Rasidi 2005) Program hemat energi harus di tingkatkan karena saat ini sebagian besar pembangkit yang digunakan untuk memproduksi listrik di Indonesia digerakan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dan batubara. Hanya beberapa pembangkit listrik saja yang menggunakan sumber energi terbarukan seperti air. Pemerintah memperkirakan penggunaan batubara untuk listrik pada 2015 meningkat tajam menjadi 90 juta ton. Konsumsi ini berarti nyaris tiga kali lipat dari penggunaan batubara untuk listrik pada tahun 2006 yang sebanyak 31,1 juta ton. Konsumsi batubara untuk listrik terus meningkat menjadi 200 juta ton tahun 2025. Indonesia memiliki cadangan batubara terbesar se Asia yaitu sebanyak 5,3 miliar ton. Andai saja tingkat produksi batubara nasional mencapai 200 juta ton
4
per tahun, batubara sebanyak 5,3 miliar ton akan habis dalam kurun 26,5 tahun (Bhaskoro 2008). Perlu diketahui bahwa pertambangan batubara menimbulkan sejumlah tantangan lingkungan yang diantaranya meliputi erosi tanah, debu, kebisingan, pencemaran air, serta gangguan terhadap keanekaragaman hayati yang ada disekitar area penambangan. Pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global) (Bhaskoro 2008). Pemerintah melalui SK Menteri ESDM No 2 th 2004: tentang kewajiban hemat energi dengan menggunakan teknologi efisien dan ramah lingkungan, INPRES No 10 tahun 2005 tentang penghematan energi pada sektor pemerintahan, INPRES No 2 tahun 2008: tentang penghematan energi di semua sektor. Pencanangan gerakan hemat listrik nasional pun dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 27 April 2008, pemerintah berharap masyarakat memiliki kesadaran dan membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsis listrik. Menggunakan maskot hemat listrik yang berbentuk lampu pijar bernama kak bili (bijak listrik) pemerintah berharap kepedulian akan penghematan listrik juga di tanamkan pada anak-anak sehingga akan tercipta Genematik (Generasi Hemat Listrik) (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2008b).
Rumusan Masalah Kehadiran
listrik
mengubah
pola
dan
gaya
hidup
masyarakat.
Penggunaan listrik terus berkembang pesat, tidak sebatas untuk mengaliri lampu pijar penerang ruangan seperti pada awal penggunaan tetapi penggunaannya listrik di rumahtangga sekarang adalah untuk menyalakan barang-barang elektronik yang beragam, semakin modern dan semuanya memerlukan listrik. Barang-barang elektronik terus diciptakan dan manusia terus mengkonsumsinya (Arif et al 2009). Pengguna listrik di Indonesia hanya sekitar 125 juta dari 225 juta penduduk Indonesia, tetapi fenomena pemadaman bergilir yang secara umum karena kurangnya pasokan energi primer untuk pembangkitan energi listrik sampai sekarang masih menjadi persoalan yang tiada habisnya. Sehingga kelangkaan listrik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. PLN menyatakan ada kemungkinan pemadaman listrik untuk malam
5
hari, PLN meminta agar pelanggan listrik Jawa dan Bali untuk mengurangi pemakaian listrik pada pukul 17.00-22.00 WIB (waktu beban puncak) (Yanuwirawan et al 2006). Kelangkaan listrik di Indonesia juga terjadi karena gaya hidup konsumtif masyarakat. Pembelian barang elektronik yang lebih mengedepankan nilai prestige dari pada fungsi merupakan indikator yang juga cukup penting, disamping penggunaannya yang tidak sesuai. Semakin banyak barang elektronik yang dipakai dalam waktu yang tidak lama, tidak ada bedanya dengan menggunakan sedikit barang elektronik dengan durasi yang lama, karena samasama menggunakan daya listrik yang besar (Manurung 2008). Pelanggan listrik rumahtangga dan bisnis besar sejumlah 22.007 pelanggan atau 43,4 persen dari 46.460 pelanggan di wilayah distribusi Jawa Barat dan Banten masih melakukan pemborosan. Sejak awal tahun 2009, konsumsi untuk listrik di wilayah tersebut mencapai 101.479.334 kWh. Jika di konversikan jumlah tersebut sama dengan penambahan daya di bawah 4.400 VA bagi 115.000 pelanggan. Hal ini bertolak belakang dengan 5 juta warga Jawa Barat dan Banten yang belum menikmati listrik (Sapta 2009). Pelanggan PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Bogor sekitar 800.000 lebih, dengan rincian sekitar 500.000 pelanggan di Kabupaten Bogor dan 300.000 pelanggan PLN di Kota Bogor. PLN APJ Bogor memiliki delapan Unit Pelayanan Jaringan (UPJ), empat UPJ berada di Kabupaten Bogor dan empat UPJ berada di Kota Bogor. UPJ Bogor Kota memiliki 160.869 pelanggan, terdiri dari
2.891
rumahtangga
pelanggan dan
kelompok
7.836
sosial,
pelanggan
150.142
kelompok
pelanggan
bisnis.
Pada
kelompok kelompok
rumahtangga terbagi atas tipe R1 dengan daya 450 VA sebanyak 65.072 pelanggan, 900 VA sebanyak 60.594 pelanggan, 1300 VA sebanyak 15.477 pelanggan, 2200 VA sebanyak 6.740 pelanggan. Tipe R2 dengan daya 2201 VA sampai dengan 6600 VA sebanyak 2.094 pelanggan dan tipe R3 dengan daya >6601 VA sebanyak 164 pelanggan (PT. PLN). Perilaku masyarakat dalam melakukan hemat energi listrik ditentukan oleh karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang ada pada masyarakat. Kesadaran seseorang dalam proses berpikir akan membentuk pola berpikir yang positif, serta dapat bertanggung jawab
akan keadaan lingkungannya yang dapat
dilakukan dengan tindakan merawat, melindungi, menjaga, dan melestarikan
6
alam. Kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang beragam dikarenakan karakteristik seseorang
dan akses informasi yang didapat
berbeda-beda.
Perilaku juga di tentukan oleh norma personal seseorang dalam kehidupannya yang terbentuk karena kepribadian dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Terciptanya kesadaran, tanggungjawab, dan norma personal dalam masyarakat dapat membentuk keinginan dari masyarakat untuk melakukan suatu tindakan yang positif yaitu untuk menghemat energi listrik. Tindakan yang positif tersebut akan membentuk perilaku hemat listrik mengurangi
yang diharapkan dapat
keluhan dari masyarakat tentang pemadaman, pembayaran tarif
listrik yang mahal, menggunakan listrik dengan rasa aman, dan membantu mencegah kerusakan alam dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : 1.
Bagaimana perbedaan karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada kelompok daya yang berbeda?
2.
Bagaimana hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, maksud perilaku (intend to), dan perilaku hemat listrik pelanggan listrik rumahtangga?
3.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga?
4.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, pengeluaran rekening listrik, dan penggunaan peralatan listrik pada pelanggan listrik rumahtangga? Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku hemat energi listrik pada pelanggan rumahtangga di PLN wilayah UPJ Bogor Kota di kota Bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1.
Menganalisis perbedaan karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada kelompok daya yang berbeda.
2.
Menganalisis hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, maksud perilaku (intend to), dan perilaku hemat listrik pelanggan listrik rumahtangga.
7
3.
Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga.
4.
Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, pengeluaran rekening listrik dan penggunaan peralatan listrik pada pelanggan listrik rumahtangga.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pelanggan rumahtangga dalam penggunaan listrik yang hemat karena penghematan listrik tidak ditujukan untuk mengurangi kenyamanan, melainkan untuk merubah perilaku buruk (boros) menjadi lebih bijaksana dalam menggunakan peralatan listrik secara keseluruhan dan sebagai upaya untuk menghambat pemanasan global (global warming). Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah dalam hal ini PT. PLN, agar kebijakan tentang sosialisasi hemat listrik kepada masyarakat yang telah di lakukan oleh PLN tidak sia-sia sehingga dapat menentukan kebijakan yang lebih baik dalam gerakan hemat listrik agar dapat meningkatkan kesadaran, tanggung jawab, norma personal dan maksud perilaku masyarakat dalam berperilaku hemat listrik. Penelitian ini juga di harapkan bermanfaat bagi bidang ilmu konsumen khususnya tentang ilmu perilaku konsumen melalui pembentukan kesadaran, tanggung jawab, norma personal dan maksud perilaku pelanggan PLN akan hemat listrik di tinjau dari teori norm activation model,
sehingga dapat
mewujudkan perilaku pelanggan yang dapat menghemat listrik sebaik dan seefisien mungkin sehingga bumi akan semakin hijau.
TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku Prososial Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif, perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadangkadang
memerlukan
pengorbanan
atau
resiko
pada
diri
sipelaku.
Orang yang prososial sama dengan orang yang sosial yaitu mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses sosialisasi, dimana proses sosialisasi itu sendiri adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok (Pradista 2009). Menurut Tan (1981) dalam Pradista (2009) perilaku prososial meliputi penampilan seseorang dalam tindakan yang diinginkan atau dikehendaki oleh masyarakat sekitar, seperti mau menolong orang lain, mampu mengontrol sifat agresif, pengungkapan perasaan diri sendiri atau orang lain, mampu melawan godaan (seperti godaan untuk mencontek), pengungkapan perasaan simpati kepada orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, mampu menahan diri dari pengungkapan rasa atau kepuasan diri sendiri, menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan menaati peraturan-peraturan yang ada. Sedangkan menurut Wibawa, Arif dan Sosiawan (1997) dalam Pradista (2009) perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan pengorbanan atau resiko pada diri sipelaku. Staub dalam Setiawan (2009) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif secara fisik maupun secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain. Wrightsman dan Daux dalam Setiawan (2009) menjelaskan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis, dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih banyak
9 memberikan keuntungan pada orang lain daripada dirinya sendiri. Menurut Staub (Dayakisni dan Hudaniah 2006) dalam Setiawan (2009) ada tiga indikator yang menjadi tindakan prososial, yaitu: a. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku. b. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela. c. Tindakan itu menghasilkan kebaikan. Beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu; a. Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan. b. Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik. c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan membagi (sharing), kejujuran (honesty), tanggung jawab (responsibility) kerjasama (kooperatif), menyumbang (donating), menolong (helping), dermawan (generousity) serta mempertimbangkan hak-hak kesejahteraan orang lain (Mussen et al, 1989 dalam Darmadji 2009). Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku tertentu pula (Walgito 2003). Perilaku prososial juga bisa muncul dalam diri seseorang kalau individu memilliki kepercayaan. Dalam konteks ini terdapat beberapa teori yang dirangkum dari berbagai pendapat para ahli, yaitu: (a) teori insting, yang merupakan perilaku innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman; (b) teori dorongan (drive theory), yang bertitik tolak dari pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan tertentu. Dorongandorongan
ini
berkaitan
dengan
kebutuhan-kebutuhan
organisme
yang
mendorong organisme berperilaku; (c) teori insentif (incentive theory), yang bertitik tolak dari pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena
10
adanya insentif. Insentif atau disebut juga reinforcement di mana ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah yang akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman yang akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku; (d) teori atribusi, yang menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang apakah disebabkan oleh disposisi internal (seperti motif, sikap, dan sebagainya) ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal; dan (e) teori kognitif, yang menjelaskan apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan (subjective expected utility). Perilaku prososial konsumen adalah perilaku ekologis konsumen antara lain memperhatikan bagaimana dampak produk yang dikonsumsi, melakukan penghematan energi, melakukan daur ulang, membeli produk organik dan membeli produk serta memanfaatkan secara bijaksana. Perilaku prososial merupakan suatu perilaku cerminan dari aspek kognitif yang melandasi individu dalam mengolah informasi dan membuat suatu keputusan. Perilaku prososial merupakan perilaku yang dipertimbangkan dengan memperhatikan segala sesuatu risiko dan konsekuensinya. Tidak semua individu bisa menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari. Perilaku ini tidak bisa tumbuh begitu saja, tetapi merupakan sesuatu yang dipahami oleh individu dalam jangka waktu yang lama. Perilaku prososial merupakan perilaku yang ideal dan dianggap bisa menciptakan suatu tatanan hidup bermasyarakat yang bersih, langgeng, dan sehat. Keluarga bisa mengajarkan anak sebagai konsumen yang bijaksana sejak kecil. Orangtua bisa menjadi panutan anak dalam bertindak. Lingkungan sekitar yaitu teman, sekolah, dan masyarakat bisa mempengaruhi terbentuknya norma personal dalam diri individu.
Model Perilaku Prososial Ada dua model psikologis tradisi yang telah diterapkan untuk menjelaskan perilaku prososial yaitu theory of reasoned action yang diformulasikan oleh Fishbein dan Ajzen yang dalam perkembangannya menjadi theory of planned behavior dan norm activation theory.
11 Theory of Reasoned Action Menurut Jogiyanto (2007) dalam Ramdhani (2009) Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA, Ajzen (1980) dalam Ramdhani (2009) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA dengan keyakinan (beliefs). Pengaruh
sikap berasal dari keyakinan
terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Secara skematik TRA digambarkan seperti pada Gambar 1.
Behavioral Belief
Normative Belief
Attitude towards Behavior
Intention to Behave
Behavior
Subjective Norms
Gambar 1 Theory of Reasoned Action (Ajzen (1980) dalam Ramdhani, 2009)
Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA. Ajzen (1988) dalam Ramdhani (2009) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau dan Hu 2002) dalam Ramdhani ( 2009). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya
12
suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat di lakukannya yang bersumber pada keyakinan terhadap kontrol tersebut (control beliefs). Ajzen (2005) dalam Ramdhani (2009) menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam TPB, sehingga secara skematik TPB digambarkan secara lengkap seperti Gambar 2.
Backgound Factors. Personal GeneralAttitudes PersonalityTrait Values
Behavioral Belief
Attitude Toward the Behavior
Emotions Intelligence Social Age, gender, Race, Etnicity, Education, Income, Religion.
Information Experience Knowledge Media Expo
Normative
Subjective
Beliefs
Norms
Control
Perceived Behavior
Beliefs
intention
Behavior
Control
Gambar 2 Theory of Planned Behavior (Ajzen (1980) dalam Ramdhani, 2009)
Norm Activation Theory Schwartz dan Howard (1981) mengembangkan Norm Activation Theory (NAT) (Gambar 3) untuk menjelaskan perilaku altruistik yaitu perilaku yang dilakukan untuk kepentingan orang lain, bermanfaat secara sosial dan menekankan nilai yang diberikan kepada orang lain. Norma personal atau personal norm (PN) di aktifkan oleh perilaku kesadaran dan keyakinan tentang tanggung jawab pribadi. Schwartz juga beranggapan bahwa kesadaran dan tanggung jawab berpengaruh terhadap perilaku
13
Awareness of
a behavior’s Consequences Personal Norm
Behavior
Responsibility beliefs
Gambar 3 Norm Activation Theory (Schwartz dan Howard, 1981)
Wall et al (2007) mengemukakan perbedaan TPB dan NAT seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan Theory of Planned Behavior dan Norm-Activation Theory No Theory of Planned Behavior
Norm-Activation Theory
1
Menekankan pada utilitas pribadi
2
Fokus pada eksternal (Subyektif Norm)
3
Terdapat perilaku yang di kontrol
Menekankan pada altruistik dan manfaat bagi orang lain yang di prioritaskan di atas kepentingan pribadi Fokus pada norma-norma internal (Personal Norm) NAT tidak ada kontrol
4
Terdapat niat (BI / Behavior Intention)
NAT tidak ada BI
Norm Activation Model Sebuah model yang umum digunakan untuk mempertimbangkan hasilhasil yang diharapkan bagi orang lain ketika menjelaskan perilaku prosocial adalah Norm Activation Model (NAM) yang di populerkan oleh Schwartz. NAM telah banyak digunakan pada penelitian untuk menjelaskan keinginan dan perilaku prososial. Model ini mengasumsikan bahwa perilaku prosocial adalah hasil dari aktivasi norma-norma pribadi yang didefinisikan sebagai kewajiban moral untuk melakukan atau menahan diri dari tindakan-tindakan tertentu (Schwartz dan Howard 1981). NAM menyebutkan bahwa norma-norma pribadi atau Personal Norm (PN) sudah diaktifkan ketika seseorang mengakui bahwa tidak bertindak prosocial akan mengakibatkan konsekuensi negatif bagi orang lain (Awareness of Consequences; AC) dan merasa bertanggung jawab atas konsekuensi negatif ini (Ascription of Responsibility; AR). Jika PN tidak
14
diaktifkan, tidak ada tindakan prososial yang akan diakui sebagaimana mestinya dan tidak ada tindakan prososial yang akan mengikuti. Penelitian prososial dan penelitian pro lingkungan lebih banyak menerapkan NAM sebagai modelnya. Perilaku pro lingkungan merupakan hal yang khusus di perilaku prososial, dimana perilaku pro lingkungan mensyaratkan seseorang juga bermanfaat untuk orang yang lain , tetapi sering kali tidak ada manfaat langsung yang di terima oleh individu yang terlibat dalam perilaku ini. Norm activation model dapat digunakan sebagai moderator dan mediator dalam menentukan perilaku, seperti yang terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. NAM sebagai mediator beranggapan bahwa AC dan AR memiliki efek tidak langsung pada niat dan perilaku melalui norma personal. PN diasumsikan untuk menjembatani hubungan antara AR, niat Prososial dan perilaku. AR diasumsikan untuk menjembatani hubungan AC dan PN. Jika NAM sebagai mediator implementasi kebijakan akan relatif lebih berhasil karena sasaran utamanya adalah kesadaran (AC) sebelum berfokus pada tanggung jawab dan norma. NAM sebagai moderator akan
meningkatkan tanggung jawab kemungkinan
cukup ketika mempromosikan perilaku prososial (De Groot dan Steg 2009)
Moderator Model
Awareness of
Consequences
Ascription of Responsibility
Personal Norm
Prosocial Intentions and
Behavior
Gambar 4 Norm Activation Model sebagai moderator (De Groot dan Steg 2009) Mediator Model
Awareness of Consequences
Ascription of Responsibility
Personal Norm
Prosocial Intentions and Behavior
Gambar 5 Norm Activation Model sebagai mediator (De Groot dan Steg 2009)
15 Penelitian yang dilakukan oleh De Groot dan Steg (2009) menyatakan bahwa dari lima penelitian menunjukkan NAM yang terbaik harus diartikan sebagai model mediator, bahwa perilaku prososial dapat dipromosikan dengan meningkatkan kesadaran terlebih dahulu dan kemudian meningkatkan tanggung jawab untuk masalah-masalah yang ada, hal ini memperkuat kewajiban moral untuk mengambil tindakan prososial. Kesadaran Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya),
keadaan
ingat
akan
dirinya.
Kesadaran
yang
dimiliki
oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya (Wikipedia 2010). Menururt Siswanto (2010) konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas/rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya. Teori kesadaran (cognotive theory) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon positif atau negatif, tidak ada variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya. Dalam teori kesadaran proses belajar di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti; sikap, keyakinan, pengalaman masa lalu dan kesadaran mengenai bagaimana memanfaatkan suatu keadaan untuk mencapai tujuan. Teori kesadaran lebih menekankan pada proses pemikiran seseorang yang sangat menentukan pola perilakunya. Kesadaran dalam mendukung usaha efisiensi dan konservasi energi hendaknya diikuti dengan pembentukan perilaku masyarakat yang hemat energi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kesadaran lingkungan diartikan sebagai pengertian yang mendalam pada orang seorang atau sekelompok orang yang terwujud di pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan. Menurut Soerjani (1987) dalam Utami (1998) kesadaran masyarakat mengenai masalah lingkungan sudah mulai tumbuh, tetapi tingkat kesadaran yang ada belum cukup tinggi untuk mengetahui perilaku mereka atau untuk menjadi motivasi yang kuat sehingga dapat melahirkan tindakan yang nyata dalam usaha perbaikan lingkungan hidup.
16
Tanggungjawab Tanggungjawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya, sedangkan bertanggungjawab adalah suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya.
Menurut Johannesen (1996) tanggungjawab mencakup unsur
pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat dipertanggungjawabkan ketika dinilai menurut yang disepakati, dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hati nurani kita sendiri. Kewajiban dan tanggungjawab moral bisa dinyatakan dalam bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care), melindungi, menjaga, dan melestarikan alam. Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam menjadi tanggung jawab moral terhadap alam, karena secara ontologis adalah manusia bagian integral dari alam. Kenyataan ini melahirkan sebuah prinsip moral bahwa manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestarian setiap bagian dan benda di alam semesta ini, khususnya makhluk hidup. Tanggungjawab ini bukan saja bersifat individual melainkan juga kolektif. Menurut Keraff dalam Sondurubun (2006) masalah lingkungan hidup memiliki kesatuan yang amat integral dengan masalah moral, atau persoalan perilaku manusia. Krisis energi secara global yang kita alami dewasa ini adalah juga merupakan persoalan moral, atau krisis moral secara global, karenanya kita perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya. Hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan. Beberapa prinsip yang perlu dilakukan: 1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature) 2. Prinsip Tanggung Jawab ( Moral Responsibility for Nature) 3. Solidaritas Kosmis ( Cosmic Solidarity) 4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam ( Caring for Nature) 5. Prinsip “No Harm” 6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
17 Prinsip tanggungjawab moral ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Itu berarti, kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.
Norma Personal Menurut Schwartz (1973) dalam Aertsens et al (2009) yang dimaksud norma personal adalah keyakinan seseorang atas tindakan yang dianggap benar atau salah. Ketika sesorang tidak memiliki norma personal yang jelas terhadap tindakan tertentu, jika ia harus bertindak, maka ia dapat menetapkan norma berdasarkan nilai umum yang dimilikinya. Berdasarkan Schwartz (1977) dalam Aertsens et al (2009) norma personal teraktivasi adalah norma personal yang dirasakan sebagai kewajiban moral. Norma personal dapat mengacu pada norma sosial yang terinternalisasi, ataupun juga sebagai hasil dari penalaran mengenai konsekuensi perilaku moral. Schwartz dan Howard (1981) dalam De Groot dan Steg (2009) menyatakan bahwa norma personal adalah perasaan kewajiban moral untuk melakukan
atau
menahan
diri
dari
tindakan-tindakan
tertentu
yang
mengakibatkan tindakan prososial. Norma personal diaktifkan ketika seseorang mengakui bahwa tidak bertindak prososial akan mengakibatkan konsekwensi negatif bagi orang lain atau lingkungan. Norma personal dapat di artikan juga sebagai sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti kata hatinya terhadap tindakan atau perilaku yang akan dilakukannya. Norma personal merupakan aspek internal pada perilaku prososial, sedangkan aspek eksternalnya adalah norma sosial. Norma personal, terhadap keyakinan akan konsekuensi tindakan, merupakan sesuatu yang diyakini baik dan harus dilakukan oleh setiap individu dalam kegiatan keseharinya. Norma personal ini mempengaruhi tindakan yang ada dalam diri seseorang dan menjadi pedoman hidup. Norma personal bisa ditumbuhkan melalui aspek sosialisasi baik oleh keluarga, lingkungan, dan media.
Maksud Perilaku Maksud perilaku adalah kecenderungan atau indikasi dari keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Crano dan Brewer (1986) dalam Kusumastuti 2004). Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Kusumastuti
18
(2004) mendefinisikan intensi berperilaku merupakan suatu konsep yang menunjuk pada seberapa besar kemungkinan subyektif seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Menurut Allport (1978) dalam Kusumastuti (2004) bahwa konsep intensi mempresentasikan harapan, keinginan, ambisi, aspirasi dan rencana seseorang yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Maksud berperilaku adalah niat atau maksud seseorang untuk melakukan sesuatu dengan perhatian yang diberikan kepada objek sikap. Niat untuk melakukan sesuatu ini tidak selalu menghasilkan perilaku aktual (Solomon 1999). Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan maksud berperilaku sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau jasa Menurut
Sumarwan
(2002)
maksud
berperilaku
adalah
sebagai
kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Shiffman dan Kanuk (2004)
mendefinisikan
maksud
berperilaku
sebagai
kesukaan
atau
kecenderungan yang akan dilakukan oleh seseorang melalui tindakan yang spesifik atau perilaku dalam cara tertentu dengan perhatian atau fokus pada objek sikap. Menurut Ramdhani (2008) niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Hal ini dapat di simpulkan bahwa intensi atau maksud perilaku merupakan konsep yang menunjuk pada seberapa besar kemungkinan, niat dan harapan seseorang untuk menunjukkan sikap dan tingkah laku tertentu di masa yang akan datang. Teori sikap dari Fishbein dan Ajzen menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu: 1. komponen perasaan (affection). 2. komponen pemikiran (cognition). 3. komponen kecenderungan tingkah laku (conation).
19 Jika melihat dari teori Fishbein maka konsep intensi atau maksud perilaku pada penelitian ini masuk pada komponen yang ketiga. Dimana teori intensi menunjukkan pada ditampilkannya suatu tingkah laku pada situasi tertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik Karakteristik individu merupakan uraian suatu populasi yang dinyatakan dalam besaran (size), struktur dan distribusi (Suprapto dan Limakrisna 2007). Menurut De Fleur dan Rokeach (1989), perbedan individu sangat kuat mempengaruhi perilaku seseorang dan akan memberikan respons yang berlainan karena setiap orang memiliki tingkat predisposisi motivasional yang berbeda dalam memberikan respons. Selanjutnya Sumarwan (2004) menyatakan bahwa
faktor-faktor
pengetahuan
dan
yang
mempengaruhi
pengalaman
karakteristik
konsumen,
konsumen
kepribadian
adalah
konsumen
dan
karakteristik demografi. Menurut Engel et al, (1994) perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, pengaruh pribadi, situasi dan kelompok acuan. 2. Perbedaan individu, yang meliputi sumber daya konsumen, sikap, gaya hidup, dan demografi. 3. Proses psikologi, yang meliputi pemprosesan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku. Menurut Asael (1984) dalam Nurjanah (2000), menyatakan bahwa karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan pendapatan berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Karakteristik konsumen dapat berfungsi untuk mengetahui motivasi dan niat dalam melakukan tindakan.
Usia Usia seseorang dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap suatu barang atau jasa. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam pembuatan keputusan dan menjaga segala sesuatu, seperti barang dan jasa, sebagai sesuatu yang baru. Hal tersebut disebabkan oleh usia yang berpengaruh terhadap kecepatan seseorang dalam menerima sesuatu yang baru (Kotler 2002). Perbedaan usia akan mempengaruhi perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu barang atau jasa.
20
Pendidikan dan Pekerjaan Pendidikan adalah sumber daya manusia potensial yang merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa. Inti pendidikan itu sendiri (baik resmi atau tidak) pada dasarnya adalah proses alih informasi dan nilai-nilai yang ada. Selama proses itu terjadi, pengalaman dan kemampuan menalar atau pengambilan kesimpulan seseorang bertambah baik (Suntoro et al 1992). Tingkat pendidikan seseorang menggambarkan kesanggupan intelektual orang tersebut. Kesanggupan intelektual merupakan ciri khusus manusia yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya (Sediaoetama 1991). Tingkat pendidikan
akan
mempengaruhi
proses
keputusan
dan
pola
konsumsi
seseorang. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berfikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen atau pelanggan yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi. Umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu berpendapatan tinggi (Schiffman dan Kanuk 2004). Menurut Kasmir (2006) konsumen yang berpendidikan Sekolah Dasar memiliki pola pikir yang berbeda dalam memilih produk atau jasa dengan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sarjana. Selain itu, pelanggan yang memilki pendidikan sarjana lebih mampu bersikap kritis terhadap apa yang akan dilakukan.
Pendapatan dan Pengeluaran Pendapatan adalah sumberdaya material yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah yang umumnya diterima dalam bentuk uang. Tersedianya uang menentukan banyaknya benda ekonomi yang dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk dapat membeli dan memiliki benda tersebut. Anggota keluarga yang menjadi sumber utama keuangan keluarga disebut pencari nafkah dan biasanya dipegang oleh ayah atau suami (Sediaoetama 1991). Pola pemakaian sumber keuangan sangat dipengaruhi oleh pola atau gaya hidup keluarga. Pendapatan yang tinggi akan membuat seseorang ingin membeli barang-barang elekrtonik untuk mempermudah dalam pekerjaan rumah, sehingga jumlah barang elektronik yang dimiliki semakin banyak. Mengetahui
21 pola pengeluaran rumahtangga merupakan salah satu cara untuk dapat mengetahui tingkat kehidupan masyarakat. Usaha Rumahtangga yang Membutuhkan Energi Listrik Listrik
pada tingkat rumahtangga tidak hanya digunakan untuk
kepentingan anggota rumahtangga saja, tetapi dapat juga digunakan untuk proses produksi usaha rumah tangga jika rumahtangga tersebut memiliki usaha. Dalam proses produksi yang dilakukan, terdapat beberapa jenis usaha di rumah tangga yang membutuhkan energi listrik. Jenis usaha rumah tangga tersebut antara lain usaha menjahit/konveksi, percetakan, salon, usaha makanan atau catering, laundry, dan usaha-usaha lainnya. Penggunaan energi listrik ini tentu menambah jumlah konsumsi listrik dalam rumahtangga. Oleh karena itu, usaha rumahtangga perlu diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi listrik dalam rumahtangga.
Kepemilikan Alat Elektronik di Rumahtangga Secara bahasa peralatan dapat diartikan sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001), listrik merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya, atau untuk menjalankan mesin. Jadi yang dimaksud dengan peralatan listrik adalah semua benda yang dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang dapat berfungsi jika menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Sedangkan peralatan listrik rumah yaitu berkaitan dengan peralatan listrik yang biasa digunakan di rumah (Sunarto 2009). Pada saat ini hampir semua peralatan rumah tangga tidak bisa lepas dari penggunaan energi listrik yang lebih memberikan kepraktisan dalam pengoperasiannya (Susanta dan Agustoni 2007). Peralatan listrik rumah tangga pada umumnya sudah dirancang untuk pemakaian listrik yang hemat, namun pada prakteknya masih ditemukan pemborosan energi listrik. Hal ini dapat terjadi antara lain karena penggunaan peralatan dengan cara yang kurang tepat. Menurut Handoko (2010) pemanfaatan listrik dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat primer dan manfaat sekunder. Manfaat primer karena peran listrik sangat pokok dalam menunjang kegiatan rumahtangga, misalnya untuk penerangan dan sumber tenaga eksplorasi air. Susanta dan Agustoni (2007)
22
membagi manfaat primer menjadi tiga yaitu listrik untuk pencahayaan yang digunakan untuk menyalakan lampu-lampu listrik, listrik untuk pengudaraan, digunakan untuk menyalakan alat-alat pengudaraan buatan seperti kipas angin dan AC (air conditioner) dan listrik untuk tata air yang dimanfaatkan untuk menyalakan pompa air listrik dan pemanas air (water heater). Listrik memiliki manfaat sekunder karena listrik hanya digunakan untuk menunjang kegiatan yang dilakukan di dalam rumah, seperti sumber tenaga untuk televisi, radio, lemari es, microwave, mesin cuci dan peralatan listrik lainnya. Jumlah peralatan listrik yang dimiliki oleh sebuah rumahtangga lebih banyak dipengaruhi oleh daya listrik yang dimiliki, jumlah anggota keluarga, kebutuhan alat listrik masing-masing anggota rumahtangga, dan tipe rumah.
Pengetahuan Pengetahuan adalah sebagai kepercayaan konsumen terhadap
objek
(Solomon 1999). Hawkins, Best, dan Coney (2001) juga menyatakan bahwa pengetahuan adalah kepercayaan konsumen terhadap suatu objek. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang didefinisikan sebagai pengetahuan dan persepsi yang merupakan kombinasi dari pengalaman nyata terhadap suatu objek dengan informasi terkait dari sumbersumber lainnya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui (Winkel 2004). Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mendefinisikan pengetahuan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi pelanggan di pasar disebut pengetahuan pelanggan. Pengetahuan pelanggan terdiri dari informasi yang disimpan dalam ingatan, yaitu pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pemakaian (usage knowledge) dan pengetahuan pembelian (purchase knowledge). Pengetahuan produk kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan produk meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan produk (Sumarwan 2002). Pada masyarakat pengguna listrik diharapkan mengetahui sejauh mana pelanggan tenaga listrik mengetahui proses, seperti dari energi minyak melalui pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), diubah menjadi tenaga
23 listrik, disalurkan melalui saluran udara bertegangan tinggi (SUTT), di distribusikan melalui saluran udara bertegangan rendah (SUTR) ke rumah-rumah dan industri. Pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen dan berhubungan erat dengan pembelian produk.
Melalui jasa
pelayanan seperti mengajukan permohonan tambah daya atau pasang baru dapat dilakukan
oleh masyarakat langsung ke kantor pelayanan listrik.
Pengetahuan pemakaian menurut Sumarwan (2002) adalah bahwa suatu produk akan memberikan manfaat secara maksimal apabila produk tersebut digunakan
secara
tepat.
Masyarakat
sebagai
pelanggan
listrik
apabila
menggunakan listrik secara tepat, maka biaya penggunaan listrik menjadi lebih hemat. Biaya pemakaian tenaga listrik adalah merupakan biaya yang wajib di bayar oleh pelanggan tiap bulan, pemakaian energi dalam kWh meter, pemakaian pada waktu beban puncak pukul 17.00 – 22.00, pemakaian energi dapat di hemat melalui peningkatan dan kesadaran untuk lebih efisien dalam penggunaan peralatan listrik.
Sumber Informasi Keberadaan media informasi telah menjadi bagian dalam hidup manusia. Perkembangan teknologi informasi direspon oleh masyarakat yang menghendaki kemudahan akses yang berkaitan dengan jasa telekomunikasi. Interaksi yang tercapai
antara
manusia
dengan
teknologi
komunikasi
dan
informasi
mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup manusia modern masa kini (Deppen 1993) Menurut Kotler (2002) sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok: (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan, (2) sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang, kemasan dan pedagang di toko), (3) sumber publik (media massa dan organisasi penilaian konsumen), (4) sumber pengalaman atau percobaan (penanganan, pengujian dan penggunaan produk). Setiap sumber imformasi memberikan fungsi yang berbeda-beda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi dari sumber komersial biasanya menjalankan fungsi pemberitahuan. Penggunaan sumber informasi yang berbeda dapat menuntun konsumen dalam keputusan pembelian yang berbeda. Dalam penyampaian informasi digunakan alat atau perangkat yang disebut media informasi. Media informasi diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu 1)
24
media cetak, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain; 2) media elektronik, seperti radio, televisis dan film; 3) media tradisional, seperti papan pengumuman dan bedug (Mappiare et al (1995) dalam Restikowati 2007). Sumber
informasi
dapat
mempengaruhi
dan
mengubah
perilaku
seseorang dalam pengambilan sebuah keputusan. Sumber informasi selain melalui media dapat juga melalui kelompok acuan. Kelompok acuan adalah seseorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang (Sumarwan 2002), sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2004) kelompok acuan adalah orang atau sekelompok orang yang memberi pengaruh secara bermakna pada individu baik secara umum maupun spesifiktentang nilai, sikap atau perilaku. Kelompok acuan yang sering digunakan sebagai komunikasi pemasaran diantaranya adalah selebriti, pakar atau ahli, juru bicara dan para eksekutif perusahaan. Kredibilitas sumber informasi mempengaruhi perumusan pesan. Jika sumbernya sangat dihormati dan disukai oleh audien yang diharapkan, pesan tersebut kemungkinan lebih besar untuk di percaya. Sebaliknya, pesan yang dari suatu sumber yang tidak dapat dipercaya mungkin diterima dengan ragu-ragu dan mungkin ditolak (Schiffman dan Kanuk 2004). Menurut Kotler (1995), pesan yang disampaikan oleh sumber yang sangat dipercaya lebih persuasif. Kredibilitas sumber dipengaruhi oleh keahlian, sifat yang dapat dipercaya dan kesukaan. Keahlian merupakan pengetahuan khusus yang dimiliki komunikator untuk mendukung pernyataan yang disampaikan. Sifat yang dapat dipercaya berhubungan dengan anggapan seberapa obyektif dan jujur sumber tersebut, sedangkan kesukaan merupakan sikap konsumen yang dipengaruhi oleh suatu sumber informasi akibat tercapainya kesesuaian diantara dua penilaian.
Penghematan Energi Penghematan adalah proses, cara, perbuatan menghemat, artinya menggunakan dengan cermat dan tidak boros (Siregar 2006). Penghematan energi atau konservasi energi dalam Wikipedia (2010) adalah tindakan untuk mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat
25 menyebabkan
berkurangnya
biaya,
serta
meningkatnya
nilai lingkungan,,
keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat
mengurangi
kebutuhan
pembangkit
energi
atau
impor
energi.
Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi. Penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi. Menurut
Yuliarto
(2006)
penghematan
energi
berbeda
dengan
mengurangi konsumsi energi karena pada penghematan energi output yang dihasilkan relatif sama, artinya ketika penghematan energi dilakukan, jumlah energi yang digunakan lebih efisien dibandingkan sebelum penghematan energi dilakukan. Pembatasan energi adalah memangkas konsumsi energi yang dapat berakibat pada menurunnya output yang selama ini di hasilkan.
Hemat Energi Listrik Energi berarti tenaga atau kekuatan atau kapasitas untuk melakukan dan menghasilkan gerak. Adapun energi listrik adalah tenaga yang dihasilkan oleh listrik, dan listrik sendiri terjadi karena adanya perpindahan electron suatu atom ke atom lain dari suatu zat. Pengertian hemat energi listrik adalah usaha untuk menggunakan energi listrik secara hati-hati atas dasar kehendak sendiri dengan mempertimbangkan kondisi sumber energi saat ini dan masa yang akan datang. Penggunaan listrik secara hemat selain berdampak positif bagi konservasi energi dan lingkungan, juga berdampak baik bagi PLN dan berdampak baik bagi pengurangan subsidi pemerintah. Tingkat keborosan penggunaan energi dapat diketahui dari elastisitas energi dan intensitas energi. Elastisitas energi adalah perbandingan antara
26
pertumbuhan konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi. Angka elastisitas energi di bawah 1,0 dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara produktif, sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju, yang besarnya berkisar 0,55-0,65. Sebuah bangsa dikatakan memiliki sistem ketahanan nasional yang kuat dari generasi ke generasi apabila kaya akan energi yang murah, terbarukan, tersedia di mana-mana, serta dimanfaatkan secara optimal dan produktif. Angka elastisitas energi Indonesia, berkisar 1,041,35, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tergolong negara yang boros energi. Angka tersebut sangat jauh bila dibandingkan dengan elastisitas energi negaranegara maju. Negara Jerman dapat mencapai elastisitas (-0.12) dalam kurun waktu 1998–2003. Energi di Indonesia masih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak menghasilkan, tercermin dari tingginya elastisitas energi Indonesia (Statistik Ekonomi Indonesia 2007). Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Semakin efisien suatu negara, maka intensitasnya akan semakin kecil. Selama ini, subsidi energi yang telah diterapkan pemerintah justru mengakibatkan pemborosan energi, karena penggunaannya kurang optimal. Terlihat dari intensitas energi yang relatif tinggi, yakni 482 TOE (ton-oil-equivalent) per sejuta dollar AS, artinya untuk menghasilkan nilai tambah 1 juta dollar AS, Indonesia membutuhkan energi 482 TOE. Intensitas energi Malaysia 439 TOE/juta dollar AS, dan intensitas energi rata-rata negara maju yang tergabung dalam OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) hanya 164 TOE/juta dollar AS. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi penghematan energi di Indonesia masih cukup besar (Statistik Ekonomi Indonesia 2007).
Pelanggan Perusahaan Listrik Negara dan Tarif Dasar Listrik Masyarakat yang menjadi pelanggan PLN beraneka ragam. Pelanggan PLN dapat dikategorikan dari berbagai sudut pandang, yaitu (a) segi peruntukan ada 5 golongan besar; rumahtangga, badan sosial, bisnis, industri dan pelayanan publik, satu dengan yang lain berbeda kepentingan dalam penggunaan energi listrik, dan dikenakan tarif yang berbeda, (b) segi tegangan penyambungan tenaga listrik ada 3 kelompok, pelanggan listrik tegangan rendah, pelanggan listrik tegangan menengah, pelanggan listrik tegangan tinggi, (c) dari segi batas daya yang di gunakan, mulai 450 VA sampai lebih dari 6.600 VA.
27 Sebagian besar pelanggan PLN adalah pelanggan rumahtangga, terutama rumahtangga kecil dengan daya tersambung 450VA dan 900VA. Konsumsi listriknya juga kecil, yaitu rata-rata 78 kWh/bulan untuk pelanggan R1450 VA dan 118 kWh/bulan untuk pelanggan R1-900 VA. Pelanggan rumahtangga yang relatif besar R2 > 2200 VA mengonsumsi rata-rata 636 kWh/bulan, dan pelanggan R3> 6600 VA mengonsumsi rata-rata 1662 kWh/bulan.
Pengertian
dari 1 kWh misalkan untuk 5 lampu @ 20 watt,
dinyalakan rata-rata 15 jam per hari, maka dalam satu hari kelima lampu tersebut mengonsumsi listrik = 5 x 20 x 15 = 1500 watt.jam, atau = 1,5 kWh per hari, atau = 45 kWh per bulan (PT. PLN 2010). PT PLN mengeluarkan data pelanggan tahun 2009 tentang jumlah pelanggan dan konsumsi listrik pada masing-masing kelompok seperti terlihat pada Tabel 2. Pemerintah melalui Keputusan Presiden No 89 tahun 2002 membagi golongan tarif
dan batas daya listrik sesuai yang di inginkan oleh
masing-masing pelanggan rumahtangga seperti yang terdapat pada Lampiran 7.
Tabel 2 Konsumsi listrik dan besarnya rekening listrik per pelanggan per bulan dari setiap kelompok pelanggan di seluruh Indonesia
660.821 134.193 64.698
Konsumsi kWh/bulan per pelanggan 80 208 3.029
450, 900 VA 1300,2200 VA >2200sd6600 VA > 6600 VA 450, 900 VA 1300,2200 VA >2200sd200 kVA > 200 kVA
31.676.840 4.641.960 482.576 94.677 677.055 604.118 455.650 4.005
93 241 636 1.662 103 251 1.820 212.249
47.392 160.738 492.090 1.935.905 60.909 178.474 1.879.581 168.438.199
450, 900 VA 1300,2200 VA >2200sd200 kVA > 200 kVA 450, 900 VA 1300,2200 VA >2200 VA P3, T, C, M
620 1.719 36.919 8.363 38.545 29.956 39.274 227.760 39.879.749
122 241 8.294 419.544 108 243 4.593 1.606
68.896 176.984 6.611.097 256.966.271 80.562 185.933 4.015.622 1.232.282
Kelompok Pelanggan
Sosia sangat kecil Sosial kecil Sosial besar
sd 900 VA 1300,2200 VA > 2200 VA
Rumah sangat kecil Rumah kecil Rumah besar Rumah sangat besar Bisnis sangat kecil Bisnis kecil Bisnis besar Bisnis sangat besar Industri sangat kecil Industri kecil Industri besar Industri sangat besar Publik sangat kecil Publik kecil Publik besar Lainnya Total Sumber : PT. PLN (2010)
Jumlah Pelanggan
Rekening Rp/bulan per pelanggan 30.937 121.456 1.922.280
28
Pelanggan Rumahtangga Pengguna Listrik di Profinsi Jawa Barat. Data statistik mencatat bahwa pulau Jawa terbesar dalam mengkonsumsi energi listrik. Pelanggan sektor rumahtangga secara kwantitas adalah yang terbesar dibandingkan sektor industri, bisnis, maupun sektor publik, dan pemerintahan. Seperti yang terlihat pada Tabel 3 dimana pelanggan PLN yang terbesar di Profinsi Jawa Barat adalah pelanggan rumahtangga. Tabel 3 Jumlah pelanggan PLN menurut sektor Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Sumber:
Pelanggan Pelanggan industri rumahtangga 691.438 1.062.955 723.855 1.172.247 758.061 1.245.709 796.358 1.310.686 841.540 1.382.416 882.508 1.455.884 931.143 1.655.325 Badan Pusat Statistik (2008)
Tabel 4 memperlihatkan yang
disertai
dengan
Pelanggan usaha 26.796.675 27.885.612 28.903.325 29.997.554 31.095.970 32.174.485 33.118.262
Pelanggan umum 44.337 46.014 46.824 46.818 46.520 46.476 46.494
Jumlah pelanggan 33.366.446 29.827.728 30.953.919 32.151.416 33.366.446 34.559.353 35.751.224
adanya peningkatan pada jumlah penduduk
meningkatnya
jumlah
pelanggan
PLN.
Hal
ini
mengakibatkan peningkatan pula pada konsumsi listrik pada sektor tersebut.
Tabel 4 Jumlah pelanggan dan konsumsi tenaga listrik PLN per kapita dan per pelanggan di Profinsi Jawa Barat
Tahun
Jumlah penduduk
Jumlah pelanggan rumahtangga
2000 203.456,01 1.062.955 2001 208.900,60 1.172.247 2002 212.003,50 1.245.709 2003 215.152,38 1.310.686 2004 217.854,10 1.382.416 2005 220.553,07 1.455.884 2006 223.013.78 1.655.325 Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Penjualan tenaga listrik 79.164,81 84.520,38 87.088,74 90.440,94 100.097,46 107.032,23 112.609,80
Konsumsi tenaga listrik per kapita 0,389 0,405 0,411 0,420 0,459 0,485 0.505
Konsumsi tenaga listrik per pelanggan 2,373 2,834 2,813 2,813 3,000 3,097 3.150
Kebijakan Pemerintah Tentang Hemat Energi Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999 dicantumkan, bahwa dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan energi harus dilakukan pengelolaan energi secara hemat dan efisien, dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri, peluang eksport, kelestarian sumber daya energi, serta perlu di perhatikan cadangan energi dewasa ini, seperti konsumsi energi primer
29 dan energi final komersial meningkat, pergeseran pemakaian energi final pada individu meningkat dan BBM masih mendominasi pemakaian energi. Pola kebijakan pemerintah dalam penggunaan energi yang efisien melalui program konversi energi atau penghematan energi listrik, secara teknis dilakukan di bawah pembinaan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN, antara lain dengan melakukan berbagai upaya guna meningkatkan penghematan energi. Pemerintah
telah
mengeluarkan
beberapa
kebijakan
tentang
penghematan energi, diantaranya adalah: 1. SK Menteri ESDM No 2 th 2004 tentang kewajiban hemat energi dengan menggunakan teknologi efisien dan ramah lingkungan. 2. INPRES No 10 tahun 2005 tentang penghematan energi pada sektor pemerintahan. 3. INPRES No 2 tahun 2008 tentang penghematan energi di semua sektor. Inpres tersebut perlu diterapkan kepada seluruh elemen masyarakat dalam segala aktivitasnya, karena selama ini masyarakat Indonesia cenderung boros dalam pemakaian energi dan menggunakannya secara berlebihan. 4. Pencanangan gerakan hemat listrik nasional pun dilakukan oleh pemerintah pada tanggal 27 April 2008, pemerintah berharap masyarakat memiliki kesadaran dan membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsi listrik. 5. PT PLN mengkampanyekan program lampu hemat energi pada rumahtangga kecil, kampanye matikan dua titik pada pukul 17.00-22.00. 6. Tahun 2008 PT PLN menggalakkan program pemasangan listrik prabayar dengan cara menggunakan token (semacam pulsa), diharapkan dengan listrik prabayar bisa membantu masyarakat mengedalikan konsumsi listrik untuk menggunakan listrik sesuai anggran biayanya. 7. Tahun 2010 PT PLN menerapkan strategi mekanisme tarif, yaitu melalui kebijakan pengenaan tarif keekonomian bagi pelanggan mampu. Dengan penerapan
tarif
keekonomian,
berarti
juga
mengurangi
subsidi
dari
pemerintah untuk pelanggan. Kebijakan pengenaan tarif keekonomian bagi pelanggan mampu dimaksudkan untuk mendorong pelanggan menggunakan listrik secara hemat dan seperlunya. Pengenaan harga listrik sesuai dengan harga keekonomian ini diharapkan: tumbuh kesadaran bahwa listrik itu tidak murah, terdorong untuk menghemat pemakaian listrik, mendukung program konservasi energi, dan berkurang subsidi pemerintah untuk listrik.
30
Himbauan
pemerintah
untuk
menghemat
energi
listrik
di
sektor
penerangan rumahtangga sangat berpotensi dalam menaikkan partisipasi masyarakat dalam menghemat energi dan mengurangi dampak pemanaan global. Sari et al (2003) menjelaskan, restrukturisasi ketenagalistrikan yang berdampak terhadap perusakan lingkungan karena tidak adanya insentif bagi penyalur untuk menerapkan pemakaian listrik secara hemat. Pentingnya pengelolaan dari sisi permintaan (Demand Side Management) melalui praktek efisiensi bukan saja mengurangi pemakaian listrik akan tetapi mengurangi dampak pemakaian berlebih yaitu kerusakan lingkungan. Dengan menggunakan telaah DSM, maka seluruh perilaku pelanggan menjadi penting diidentifikasi dan dikelola. PLN, menterjemahkan konsep DSM dengan pendekatan sebagai berikut. 1. Mendorong pelanggan menghemat pemakaian tenaga listrik. 2. Mendorong upaya peak-clipping, yaitu menurunkan Waktu Beban Puncak (WBP) melalui pembedaan tarif dan tarif Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) yang lebih tinggi bagi pelanggan-pelanggan tarif S-3, B-3, I-2, I-3, P-2, C dan T di Jawa-Bali 3. Mempertahankan blok tarif progresif (makin tinggi mengkonsumsi kWh, membayar makin mahal) bagi tarif rumahtangga.
Sosialisasi Program Hemat Energi Listrik Listrik telah menjadi kebutuhan primer dalam masyarakat saat ini, tanpa listrik segala kebutuhan dan pekerjaan pun terhambat. Rumah membutuhkan pamakaian daya listrik yang tidak sedikit, terlebih lagi dengan semakin mendominasinya pemakaian barang-barang elektronik di rumah yang dapat menunjang efektifitas dan efisiensi waktu serta tenaga dalam menyelesaikan pekerjaan domestik. Penghematan listrik pada tingkat rumahtangga dapat menciptakan efisiensi konsumsi listrik nasional mengingat rumahtangga memiliki kontribusi yang sangat besar untuk konsumsi listriknya. Selain itu, dengan melakukan penghematan tentunya kita bisa lebih menekan pengeluaran untuk pembayaran tagihan listrik. Kementerian ESDM (2008c) dalam sosialisasi kebijakan penghematan pemakaian listrik menyatakan, pemerintah telah menginstruksikan kepada PT PLN untuk secepatnya melakukan penghematan kebutuhan listrik dengan upaya-upaya, diantaranya:
31 1. Mempercepat pergantian bahan bakar minyak solar (high speed diesel/HSD) menjadi minyak bakar (marine fuel oil/MFO). 2. Mempercepat pasokan gas, khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar. 3. Menurunkan susut jaringan dan meningkatkan efisiensi administrasi. 4. Menerapkan program penghematan BBM melalui pembagian lampu hemat energi (LHE) dan penerapan tarif non subsidi bagi pelanggan mampu. Dalam
penerapan tarif non subsidi, telah disiapkan kebijakan yang
mendorong masyarakat untuk berhemat dengan beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Bahwa pelanggan yang memakai tenaga listrik sampai batas hemat tertentu (80 % dari pemakaian rata-rata nasional, pada kelompok tarifnya) akan dikenakan tarif bersubsidi. Sedangkan pelanggan yang tidak bisa berhemat (memakai melebihi batas hemat) akan dikenakan tarif non subsidi. 2. Pelanggan-pelanggan kecil seperti pelanggan 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA tetap membayar rekening seperti biasanya dan tidak terkena dalam kebijakan ini. Namun dihimbau untuk tetap berhemat. 3. Ketentuan akan diberlakukan kepada pelanggan R-3 dan termasuk pelanggan rumahtangga (R), pelanggan bisnis (B), pelanggan pemerintah (P) dengan daya mulai 6.600 VA. Ketentuan ini akan diberlakukan untuk rekening yang ditagihkan pada bulan Mei. 4. Dengan ketentuan ini maka skema kebijakan insentif dan disinsentif yang sebelumnya telah diusulkan oleh PT PLN (Persero) tidak digunakan lagi. 5. Basis perhitungan yang digunakan adalah berdasarkan tarif dasar listrik sesuai Keputusan Presiden No. 104 Tahun 2003, dimana tarif non subsidi merupakan penerapan tarif
Multiguna (Tarif M) yang telah diatur dalam
Kepres tersebut. PT PLN menyatakan prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan menumbuhkan kesadaran hemat energi listrik di rumahtangga antara lain adalah: 1. Menyambung daya listrik dari PLN sesuai dengan kebutuhan, untuk rumahtangga kecil cukup menggunakan daya 450VA sampai 900VA dan untuk rumahtangga sedang cukup menggunakan daya 900VA sampai 1300VA. 2. Memilih peralatan rumahtangga yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
32
3. Membentuk perilaku anggota rumahtangga yang hemat energi listrik, seperti menyalakan alat-alat listrik saat di perlukan. 4. Menggunakan alat listrik secara bergantian. 5. Menggunakan tenaga listrik untuk menambah pendapatan rumahtangga. 6. Memilih peralatan listrik yang hemat dalam penggunaan listrik. Gerakan hemat energi pada dasarnya adalah sebuah bentuk tindakan bagus karena akan membiasakan masyarakat untuk menggunakan sesuatu secara seefisien mungkin dan seperlunya. Dampak yang ditimbulkan jika masyarakat mengikuti anjuran hemat energi adalah pengeluaran yang harus dibayarkan juga bisa ditekan. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari (Putra 2008). Beberapa program sosialisasi yang telah dilakukan: 1. Pada tanggal 27 April 2008, pemerintah mencanangkan gerakan hemat energi bersamaan dengan diluncurkannya maskot hemat listrik berbentuk lampu pijar bernama kak bili (bijak listrik). 2. Pada tanggal 28 Mei 2008, PLN wilayah Batam bekerjasama dengan harian Tribun Batam mengadakan sosialisasi hemat listrik yang dilakukan bersama 500 siswa-siswi SD Charitas berupa pemutara film animasi dan presentasi. 3. Pada tanggal 3 Agustus 2008, PLN mengadakan sosialisasi penghematan listrik di Bandung bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan menghasilkan gerakan hemat energi se-Jawa Barat. 4. 11 Oktober 2008, PLN wilayah Kendari bekerjasama dengan mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro Universitas Haluoleo (Unhalu) untuk melakukan sosialisasi hemat energi yang bijak kepada masyarakat umum. 5. Pada tanggal 14 Februari 2009, PLN wilayah Jawa Timur mengadakan sosialisasi Generasi Hemat Listrik (Genematik) bersama siswa pelajar seSurabaya. 6. Pada tanggal 13 Februari 2010, PLN wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan sosialisasi penghematan listrik yang ditujukan kepada pelajar. 7. Pada tanggal 16 Februari 2010, PLN wilayah Pandeglang menggelar sosialisasi kelistrikan, serta menampung dan menerima keluhan masyarakat terkait pelayanan kelistrikan.
33 8. Pada tanggal 28 April 2010, Kota Malang menjadi duta Jawa Timur dalam pilot project Gerakan Nasional Hemat Listrik Masuk Sekolah. Tahap awal, SMKN 4, SMKN 6, SMKN 10, dan SMK PGRI 3 yang dijadikan sekolah contoh. 9. PLN distribusi wilayah Jawa Barat dan Banten melalui forum hemat energi yang di bentuk membuat panduan bagi pelanggannya bagaimana langkah menghemat biaya dengan cara menghemat listrik yang terdapat pada Lampiran 3. Buku panduan tersebut memuat tentang tips penghematan listrik di rumah dan bangunan gedung.
34
KERANGKA PEMIKIRAN Energi listrik yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dihasilkan melalui berbagai macam proses dengan biaya yang tidak murah. Permasalahan kelangkaan listrik di Indonesia selama ini lebih banyak ditelaah dari sisi produsen yang mengalami banyak gangguan sehingga tidak dapat menghasilkan listrik sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan dari sisi pasokan listrik: 1) rendahnya pertumbuhan penyediaan tenaga listrik, 2) ketergantungan kepada bahan bakar minyak (BBM), 3) tingginya subsidi listrik; dan 4) tingginya tingkat susut jaringan (losses) pada Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Permasalahan ini tidak
memberikan satu isyarat adanya kebutuhan solusi jangka pendek, karena berbagai masalah yang berkaitan dengan kelangkaan listrik. Masalah kelistrikan yang dihadapai oleh PLN dapat menjadi instrumen untuk
melibatkan masyarakat (pelanggan) dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi oleh PLN untuk mencapai tujuan bersama, walaupun pemerintah terus mengembangkan berbagai energi alternatif untuk menjaga potensi alam dan lingkungan, masyarakat juga harus menyadari pentingnya melakukan penghematan dalam menggunakan listrik. Salah satu bidang ataupun sisi yang perlu dikembangkan adalah menyangkut perilaku hemat
listrik dan
semuanya dimulai dari rumah kita sendiri. Perilaku hemat listrik bukan saja akan memberikan manfaat ekonomis bagi pelanggan, akan tetapi memberikan manfaat lain yaitu: kesempatan kepada pihak lain untuk dapat mengkonsumsi listrik, mengurangi polusi, turut melaksanakan program pemerintah yang sifatnya dapat berbeda antara satu orang dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan perilaku prososial yang ada pada masyarakat sehingga semua pihak dapat bekerjasama untuk membantu, berbagi dan kerjasama. Penerapan hemat listrik menjadi pandangan normatif yang mengharuskan masyarakat terlibat dalam program tersebut karena akan dapat memberikan nilai baik bagi seluruh pihak yang terlibat. Bila pelanggan menerapkan perilaku hidup hemat listrik, mematikan alat di saat yang tepat, dan memilih alat elektronik secara bijak, kehidupan sehari-hari dapat tetap berjalan baik, lancar, nyaman, irit, pelanggan akan membayar jumlah rekening listrik yang lebih murah daripada yang seharusnya dibayar, tetapi juga ikut serta mengurangi subsidi BBM, memperkecil akibat dari penggunaan listrik dan mengurangi lingkungan.
polusi bagi
35
Karakteristik pelanggan rumahtangga sebagai pelanggan listrik seperti usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, usaha di rumahtangga, kepemilikan alat elektronik, dan akses informasi pada masing-masing pelanggan akan
berbeda-beda.
Karakteristik
pelanggan tentang hemat
yang
berbeda
membuat
pengetahuan
listrik pun berbeda dari masing-masing pelanggan
listrik. Pengetahuan yang dimiliki pelanggan listrik akan menimbulkan kesadaran yang beragam dari pelanggan. hemat
Pelanggan yang memiliki kesadaran tentang
listrik akan timbul rasa tanggung jawab pada diri pelanggan untuk
menghemat
agar tercipta lingkungan yang lebih baik dan untuk mengurangi
pemanasan global. Norm activation model banyak digunakan pada penelitian prososial, dimana NAM sebagai mediator merupakan model terbaik untuk menjelaskan niat dan perilaku prososial. Meningkatkan kesadaran terlebih dahulu maka dapat meningkatkan tanggung jawab yang dapat memperkuat kewajiban moral untuk mengambil tindakan prososial. Kesadaran dan tanggungjawab akan hemat
listrik dapat membentuk
norma personal seseorang sehingga pelanggan listrik berkeinginan untuk berperilaku hemat
listrik. Keinginan atau maksud perilaku yang timbul pada
pelanggan listrik secara bertahap akan menimbulkan perilaku pelanggan listrik untuk menghemat listrik baik perilaku kebisaaan akan penggunaan peralatan elektronik maupun kebisaan sehari-hari dalam penggunaan
listrik. Perilaku
hemat listrik tentunya akan dapat mengurangi keluhan dari pelanggan tentang pemadaman dan pembayaran tarif listrik yang mahal serta ikut serta dalam program pemerintah tentang gerakan hemat listrik. Pada Gambar 6 terlihat kerangka penelitian secara konseptual yang memperlihatkan
perilaku
hemat
listrik
pada
pelanggan
rumahtangga.
Karakteristik rumahtangga dan akses informasi akan membentuk pengetahuan yang akan dimiliki tentang hemat
listrik. Pengetahuan yang dimiliki akan
menimbulkan kesadaran, yang akan menciptakan rasa tanggungjawab dari pelanggan sehingga akan timbul norma personal dan akan membuat pelanggan untuk berkeinginan atau bermaksud untuk melakukan hemat hemat
listrik. Perilaku
listrik dapat membentuk kebiasaan pelanggan dalam penggunaan
peralatan elektronik yang benar dan untuk mengurangi biaya pengeluaran listrik.
KARAKTERISTIK PELANGGAN PLN RUMAHTANGGA
-
Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Kepemilikan Usaha - Kepemilikan Alat Elektronik
Norma yang membentuk perilaku
KESADARAN
PENGETAHUAN
TANGGUNG JAWAB
NORMA PERSONAL
MAKSUD PERILAKU
Hemat Listrik
Hemat Listrik
Hemat Listrik
Hemat LIstrik
AKSES INFORMASI
PERILAKU HEMAT LISTRIK • Pengeluaran Rekening lListrik • Penggunaan Peralatan Elektronik (jam/hari)
- Jenis Sumber informasi - Jumlah informasi - Sumber yang dipercaya
Gambar 6 Modifikasi Norm Activation Model sebagai Mediator untuk Perilaku Penghematan Listrik
37
METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik contoh (Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor pada pelanggan rumahtangga PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) UPJ Bogor Kota pada gardu KDK (Kedung Waringin Komplek) yang berada di wilayah Taman Cimannggu. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian pada gardu listrik yang memenuhi kriteria yaitu memiliki keragaman daya listrik dari 900VA hingga ≥2200VA dan merupakan gardu listrik dengan total pelanggan terbesar dibandingkan gardu lain yang juga memenuhi kriteria. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, yaitu dari bulan Februari hingga Juli 2010, waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2010. Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan rumahtangga PLN UPJ Bogor Kota yang masih aktif yang terhubung pada gardu KDK dan terletak di wilayah
Taman
Cimanggu.
Jumlah
populasi
penelitian
adalah
1.336
rumahtangga. Contoh dalam penelitian ini adalah pelanggan rumahtangga yang terhubung pada gardu KDK yang masuk dalam wilayah Taman Cimanggu yang dipilih dengan menggunakan teknik. Responden pada penelitian ini adalah anggota keluarga yang dapat dan mampu bertanggungjawab dalam penggunaan peralatan elektronik di rumah. Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan teknik stratified random sampling dimana populasi dibagi strata-strata, kemudian pengambilan contoh dilakukan dalam setiap strata (Nasution 2003). Pelanggan rumahtangga yang menjadi populasi distratifikasi berdasarkan daya listrik dan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 900VA, 1.300VA dan ≥2.200VA. Teknik pemilihan contoh dijelaskan pada Gambar 7.
38
PLN Unit Pelayanan Jaringan Bogor Kota
416 Gardu
Gardu dengan sebaran 900VA, 1300VA dan ≥2200VA (88 gardu)
Purposive (penentuan lokasi penelitian)
Gardu dengan jumlah pelanggan di atas 700 (3 gardu)
Gardu dengan jumlah pelanggan terbesar (gardu KDK total 1.483 pelanggan)
Wilayah Taman Cimanggu (1.336 pelanggan)
900 VA 482
1300 VA 434
≥2200 VA 419
contoh 113 pelanggan
Stratified Random Sampling
900 VA 46
Gambar 7 Bagan penarikan contoh
1300 VA 32
≥2200 VA 35
39 Dengan menggunakan rumus
Slovin maka diperoleh jumlah contoh
sebesar 113 pelanggan rumahtangga, untuk menghindari kesalahan dan ketidaklengkapan data, jumlah contoh ditambah sebesar 10 persen maka akan diambil contoh sebanyak 124 pelanggan rumahtangga, rincian jumlah contoh terdapat pada Tabel 5. Penentuan jumlah contoh ditentukan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin (Umar 2002) yaitu:
n=
1336 N = = 113 2 1 + Ne 1 + 1336 x0.09 2
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan contoh populasi. Tabel 5 Jumlah pelanggan PLN pada gardu KDK wilayah Taman Cimanggu dan jumlah contoh No 1 2 3
Daya (VA) 900 VA 1300 VA ≥2200 VA Total
Jumlah populasi (N) 482 434 419
Persentasi (%)
Jumlah contoh (n)
36,1 32,5 31,4 100
46 32 35 113
1336
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada pelanggan PLN rumahtangga dengan kuesioner yang terstruktur secara door to door. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber. Data primer dalam penelitian ini meliputi data karakteristik rumahtangga contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, daya listrik, biaya rekening listrik, kepemilikan usaha, kepemilikan alat elektronik), akses informasi (jenis sumber informasi, frekwensi informasi dan jenis sumber informasi yang di percaya), pengetahuan perilaku, kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud berperilaku dan perilaku penghematan listrik. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari PLN UPJ Bogor Kota berupa jumlah pelanggan yang ada di UPJ tersebut dan dari Kelurahan
Kedung
Waringin.
Secara
rinci
variabel,
skala
data,
dan
pengkategorian data dapat dilihat pada Tabel 6.
40 Tabel 6 Variabel, skala data, dan pengkategorian data penelitian No. I
Variabel Karakteristik Contoh
Skala data
1
Usia
Interval
2
Jenis Kelamin
Nominal
3
Status dalam keluarga
Nominal
4
Jumlah Anggota Keluarga
interval
5
Tingkat Pendidikan
Ordinal
6
Pekerjaan
Nominal
7
Pendapatan per kapita
8
Golongan berlangganan listrik (daya)
Rasio
Nominal
Kategori skor data Berdasarkan Papalia (2009): 1. Remaja (17 tahun-19 tahun) 2. Dewasa Awal (20 -30 tahun) 3. Dewasa Madya (31-40tahun) 4. Dewasa Akhir (41-50 tahun) 5. Lansia Awal (51-60 tahun) 6. Lansia lanjut (>61 tahun) 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Kepala keluarga (suami) 2. Istri 3. Anak 4. Orang tua 5. Saudara Berdasarkan BKKBN (2005): 1. Keluarga kecil (≤4 orang) 2. Keluarga sedang (5–6 orang) 3. Keluarga besar (≥7 orang) 1. SD, SMP 2. SMA 3. Diploma 4. Sarjana 5. Pasca Sarjana 1. PNS 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu rumahtangga 5. Pensiunan 6. Tidak Bekerja 7. Lain-lain Berdasarkan BPS (2010) dan rata-rata pendapatan contoh: 1. < Rp 212.210 2. Rp 212.211 – Rp 1.700.000 3. Rp 1.700.001 – Rp 3.400.000 4. Rp 3.400.001 – Rp 5.100.000 5. > Rp 5.100.001 1. 900 VA 2. 1.300 VA 3. ≥2.200 VA
41 Tabel 6 (lanjutan) Variabel, skala data, dan pengkategori data penelitian No. 9
10
Variabel Pengeluaran rekening listrik
Kepemilikan Usaha Rumahtangga
II 1
2
Akses Informasi Jumlah sumber informasi yang diterima tentang hemat hemat listrik
1
Jumlah frekwensi informasi yang diterima tentang hemat listrik Sumber informasi yang dipercaya tentang hemat listrik Pengetahuan perilaku penghematan listrik Pengetahuan tentang perilaku penggunaan peralatan elektronik Norm Activation Model Kesadaran hemat listrik
2
Tanggung jawab hemat listrik
3 III
IV
Skala data Rasio
Nominal
Nominal
Ordinal
Nominal Ordinal
Ordinal
Ordinal 3
Norma personal hemat listrik
4
Maksud berperilaku hemat listrik
Ordinal
Ordinal V
Perilaku hemat listrik
Perilaku kebiasaan penggunaan peralatan elektronik
Ordinal
Rasio
Kategori skor data 1. < Rp 47. 392 2. Rp 47. 393 - Rp 160. 738 3. Rp 160.739 - Rp 274.086 4. Rp 274.087- Rp 387.432 5. > Rp 387.433 1. Tambal ban 2. Menjahit/konveksi 3. Rental Komputer 4. Pembuatan Makanan 5. Lain-lain 1. 1 sumber 2. 2 sumber 3. 3 sumber 4. 4 sumber 5. 5 sumber 6. > 5 sumber 1. Jarang (1-4 kali) 2. Sedang (5-8 kali) 3. Sering (> 8 kali) 1. Media 2. Kelompok acuan Berdasarkan Khomsan (2002): 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik (>80%) 1. Kurang (<60) 2. Sedang (60-80) 3. Baik (>80) 1. Kurang (<60) 2. Sedang (60-80) 3. Baik (>80) 1. Kurang (<60) 2. Sedang (60-80) 3. Baik (>80) 1. Kurang (<60) 2. Sedang (60-80) 3. Baik (>80) 1. Kurang (<60) 2. Sedang (60-80) 3. Baik (>80) Jam per hari
42 Instrumen dan Pengukuran Variabel-variabel penelitian diuji kualitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas. Nilai koefisien α-Cronbach intrumen penelitian dan kisaran nilai validitas item menunjukkan keterandalan dan kesahihan alat ukur yang dipakai.
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas atau keterandalan merupakan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur hal yang sama. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu alat ukur merupakan keterandalan atau kepercayaan suatu alat pengukur. Hasil pengukuran dapat dipercaya, bila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur tidak berubah. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha atau Cr. Alpha berdasarkan skala Cr. Alpha: 0 sampai dengan 1. Apabila nilai hasil perhitugan (α) dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan skala yang sama (0 sampai dengan 1), maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) nilai koefisien alpha berkisar 0,00-0,20 berarti kurang reliabel; 2) nilai koefisien alpha berkisar 0,21-0,40 berarti agak reliabel; 3) nilai koefisien alpha berkisar 0,41-0,60 berarti cukup reliabel; 4) nilai koefisien alpha berkisar 0,61-0,80 berarti reliabel; 5) nilai koefisien alpha berkisar 0,81-1,00 berarti sanagt reliabel. Suatu instrumen dianggap sudah reliabel (reliabilitas konsisten internal) bila α ≥ 0,6. Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap peubah-peubah penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha (Cr-Alpha), diperoleh koefisien Alpha yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini reliabel (Lampiran 2).
Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
43 Pada
penelitian
ini,
uji
validitas
instrumen
dilakukan
dengan
menggunakan uji validitas isi (validitas butir) dengan cara menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori atau konsep yang akan diukur. Validitas isi dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasi antara skor masing-masing item dengan total skor masing-masing item. Jika rhitung untuk tiap butir pertanyaan bernilai positif dan lebih lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid (Lampiran 2).
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dimulai dari pengumpulan data di lapangan sampai siap untuk dianalisis. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1.
Pengeditan (editing), yaitu memeriksa kuesioner yang telah terisi, untuk melihat data yang tidak terbaca dan data yang belum lengkap pada kuesioner untuk selanjutnya diperbaiki.
2.
Pengkodean (coding) memberikan code pada setiap variabel.
3.
Membuat struktur data dengan menggunakan program Microsoft Excel. Struktur data di pisah pada beberapa sheet.
4.
Memasukkan data kedalam komputer (entry) dari kuesioner kedalam sheet/ file menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
5.
Pembersihan data (cleaning) dengan cara melihat distribusi frekwensi setiap variabel.
Jika ditemukan kesalahan memasukkan data ke komputer,
dilakukan pengecekan ulang kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini: 1.
Analisis deskriptif untuk menganalisis metode pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menjawab tujuan dengan menggunakan rataan, standart deviasi, minimum, maximum dan pengkategorian peubah.
2.
Kelas interval adalah meringkas data asli yang komplek menjadi data yang dapat dikelola. Kelas interval yang digunakan berdasarkan rumus Khomsan (2002) dimana: kurang (<60%), sedang (60-80%) dan baik (>80%).
3.
Uji beda mean (rataan) pada penelitian ini menggunakan uji beda Annova Tukey untuk data rasio dan Kruskal Walis untuk data nominal dan ordinal. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik contoh, akses informasi, pengetahuan, kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud perilaku, dan perilaku kebiasaan antar masing-masing kelompok daya listrik.
44 4.
Uji korelasi Rank-Spearman dan uji korelasi Pearson sesuai dengan jenis data, untuk mengetahui kecenderungan hubungan antar variabel dan faktorfaktor yang membentuk perilaku.
5.
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap norm activation model, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hemat listrik, pengeluaran rekening listrik, dan perilaku penggunaan peralatan elektronik. Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β 10X10 + β 11X11 + β 12X12 + β 13X13 +β 14X14 Keterangan: α = konstanta β1, β2, β3,........ β12 = Koefisien regresi Y1 = Perilaku hemat listrik X1 = umur X2 = jenis kelamin X3 = jumlah anggota keluarga X4 = lama pendidikan
X5 = pendapatan X6 = daya listrik X7 = kepemilikan usaha X8 = kepemilikan alat elektronik X9 = jumlah sumber informasi X10 = pengetahuan perilaku X11 = kesadaran X12 = Tanggung jawab X13 = Norma personal X14 = Maksud perilaku
Definisi Operasional Rumahtangga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama menempati sebagian atau seluruh bangunan fisik. Karakteristik rumahtangga adalah berbagai individu yang memiliki karakteristik tertentu dan tinggal dalam satu rumahtangga. Karakteristik individu tersebut dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Contoh adalah pelanggan listrik rumahtangga dari gardu KDK (Kedung Waringin Komplek) lingkungan Taman Cimanggu. Responden adalah anggota keluarga yang dapat dan mampu bertanggungjawab dalam penggunaan peralatan elektronik di rumah. Karakteristik contoh adalah informasi tentang usia, jenis kelamin, jumlah anggota rumahtangga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, daya listrik, dan rekening listrik. Usia adalah lama hidupnya contoh yang dihitung dalam usia tahun. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah individu yang menempati satu rumahtangga dan akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu
45 barang dan jasa. Jumlah anggota keluarga dapat menjadi gambaran potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumahtangga. Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dilalui oleh contoh. Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan utama. Pendapatan adalah penghasilan yang diterima contoh selama satu bulan. Daya
adalah pembagian kelompok pelanggan listrik berdasarkan besar
daya listrik yang terpasang pada rumahtangga. Kepemilikan usaha adalah usaha yang dimiliki oleh rumahtangga dan proses produksinya
bertempat
di
dalam
rumahtangga
sehingga
ikut
mempengaruhi besar konsumsi listrik rumahtangga. Kepemilikan peralatan elektronik adalah jumlah peralatan elektronik yang dimiliki oleh rumahtangga dan lama pemakaian (jam) dalam satu hari. Akses informasi hemat listrik adalah banyaknya sumber informasi, jumlah informasi serta sumber informasi yang dipercaya. Pengetahuan hemat listrik adalah pemahaman tentang penggunaan peralatan elektronik secara benar. Kesadaran adalah perbuatan yang dimiliki oleh manusia yang merupakan bentuk unik dimana dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya dan akan menentukan pola perilaku seseorang. Tanggungjawab adalah kesediaan untuk melakukan, menanggung akibat yang di timbulkan oleh perilaku atau suatu keadaan, sehingga menimbulkan rasa kewajiban moral untuk melakukannya Norma personal adalah ukuran yang digunakan oleh individu apakah tindakan yang digunakan merupakan aturan yang sering dilakukan Maksud perilaku
adalah seberapa besar kemungkinan, niat dan harapan
seseorang untuk menunjukkan tingkah laku dalam hemat listrik di masa yang akan datang. Perilaku hemat listrik merupakan bentuk perilaku sosial, karena perilaku kebiasaan hemat listrik tidak hanya menguntungkan untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain atau lingkungannya.
46
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Luas Wilayah Kelurahan Kedung Waringin terletak di Kecamatan Tanah Sareal. Secara geografis Kelurahan Kedung Waringin berbatasan dengan wilayah sebelah utara Kelurahan Kedung Badak, sebelah selatan Kelurahan Menteng, sebelah barat, Kelurahan Cilendek Timur dan sebelah timur Kelurahan Kedung Jaya. Kelurahan Kedung Waringin berada 300-400 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar antara 23° hingga 32° Celcius. Luas wilayah Kelurahan Kedung Waringin adalah ± 151.352 ha, luas wilayah paling besar digunakan sebagai pemukiman penduduk dan sisanya digunakan untuk jalan, bangunan umum, pertokoan, aset pemerintahan, dan lainlain. Fasilitas sarana dan prasarana bagi penduduk yang ada di wilayah Kelurahan Kedung Waringin sudah sangat mencukupi. Semua rumah di wilayah tersebut telah mendapatkan aliran listrik dari PLN, wilayah Kedung Waringin khususnya lingkungan Taman Cimanggu terhubung pada gardu KDK (Kedung Waringin Komplek) yang masuk pada Unit Pelayanan Jaringan Bogor Kota. Penduduk Kepadatan penduduk di Kelurahan Kedung Waringin relatif besar, yaitu 151 jiwa per km² yang terbagi ke dalam 15 Rukun Warga (RW) dan 66 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah penduduk sebesar 22.832 jiwa terdiri dari 5.449 Kepala Keluarga (KK) dengan rincian 11.386 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 11.446 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan
penduduk Kelurahan
Kedung Waringin adalah pegawai swasta sebesar 27,40 persen, wiraswasta dan jasa sebesar 19,04 persen, PNS, TNI, dan Polri sebesar 21,12 persen, buruh sebesar 14,49 persen, pengangguran sebesar 9,7 persen, dan pensiunan sebesar 8,22 persen. Karakteristik Pelanggan PLN di Kelurahan Kedung Waringin Umur Responden Jumlah responden seluruhnya adalah 113 orang. Umur responden pada kelompok daya 900 VA antara 23 sampai 67 tahun dengan rataan umur 44,8 tahun, sedangkan kelompok daya 1300 VA antara 29 sampai 66 tahun dengan
47
rataan umur 47 tahun serta pada kelompok daya ≥ 2200 VA umur responden antara 17 sampai 79 tahun dengan rataan umur 48,3 tahun. Umur responden yang paling muda berusia 17 tahun dan yang paling tua berusia 79 tahun dengan rataan umur 46,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran usia responden sangat beragam dari kategori remaja hingga kategori lansia lanjut. Pada semua kelompok daya, responden berumur antara 41 sampai 50 tahun (41,6%), responden termasuk dalam tahapan dewasa akhir dan berada pada umur produktif yaitu kurang dari 50 tahun, urutan kedua lansia awal dengan umur 51 sampai 60 tahun (25,7%), dewasa madya (20,4%), lansia akhir (6,2%), dewasa awal (5,3%), dan yang masuk dalam tahapan remaja (0,9%) (Tabel 8). Berdasarkan uji beda rataan, menunjukkan tidak ada perbedaan rataan umur pada masing-masing kelompok daya. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia responden dan kelompok daya Kategori Remaja Dewasa Awal Dewasa Madya Dewasa Akhir Lansia Awal Lansia Lanjut Total Min-max rataan±SD p-value
Rentang Usia (tahun) (17-19) (20-30) (31-40) (41-50) (51-60) (>61)
n
Daya Listrik (VA) 1300 % n %
≥2200 n %
n
%
0
,0
0
,0
1
2,9
1
,9
4
8,7
2
6,2
0
,0
6
5,3
10
21,7
7
21,9
6
18,8
23
20,4
21
45,7
12
37,5
14
40,0
47
41,6
8
17,4
9
28,1
12
34,3
29
25,7
3
6,5
2
6,2
2
5,7
7
6,2
900
46 100 27-67 44,80±8,95
32 100 35 100 29-78 17-79 47,03±10,89 48,26±10,83 0,300
Total
113 100 17-79 46,50±10,14
Jenis Kelamin Responden Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang diambil sebanyak 113 responden terdiri dari 69,9 persen perempuan (79 responden) dan 30,1 persen laki-laki (34 responden). Hal ini sesuai dengan keragaman proporsi jumlah penduduk di Kelurahan Kedung Waringin, yang menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Pada kelompok daya 900 VA jumlah responden perempuan sebanyak 73,9 persen, kelompok
48
daya 1300 VA sebanyak 68,8 persen, dan pada kelompok daya ≥2200 VA jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 65,7 persen. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin responden dan kelompok daya Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
900 n 12 34 46
% 26,1 73,9 100
Daya Listrik (VA) 1300 n % 10 31,2 22 68,8 32 100
≥2200 n % 12 34,3 23 65,7 35 100
Total n 34 79 113
% 30,1 69,9 100
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anak yang dimiliki. Tabel 9 menunjukkan bahwa pada kelompok daya 900 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 58,7 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,4 orang, pada kelompok daya 1300 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 59,4 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,2 orang, dan pada kelompok daya ≥2200 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 48,6 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,6 orang. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dan kelompok daya Jumlah Anggota Keluarga Keluarga Kecil (≤4 orang) Keluarga Sedang (5-6 orang) Keluarga Besar (≥7 orang) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n
Daya Listrik (VA) 1300 % n %
≥2200 n
Total %
n
%
27
58,7
19
59,4
17
48,6
63
55,8
18
39,1
12
37,5
14
40,0
44
38,9
1
2,2
1
3,1
4
11,4
6
5,3
32 100,0 2-8 4,19±1,45
35
100 2-8 4,63±1,59 0,447
113
46
100,0 2-7 4,39±1,26
100,0 2-8 4,41±1,42
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,8 persen keluarga memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang dan relatif sedikit (5,3%) keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang, sedangkan yang tergolong pada keluarga sedang sebesar 38,9 persen (Tabel 9). Cukup besarnya keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang disebabkan masih adanya keluarga luas (extended family), yaitu keluarga yang tidak hanya terdiri
49
dari keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tetapi juga ditambah dengan anggota keluarga lain seperti: kakek, nenek, keponakan atau sepupu. Rataan jumlah anggota keluarga responden secara keseluruhan adalah 4,4 orang. Hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah anggota keluarga pada masingmasing kelompok daya. Sesuai dengan standar BKKBN tentang NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) maka jumlah anggota keluarga pada masing-masing responden telah sesuai dengan standar pada BKKBN yaitu terdiri dari orangtua dan dua orang anak yang masuk pada kategori keluarga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran keluarga untuk tidak memiliki keluarga dengan jumlah besar cukup tinggi, dengan memiliki jumlah keluarga yang besar tentunya jumlah pengeluaran akan semakin besar salah satunya adalah biaya untuk pengeluaran listrik. Jumlah anggota keluarga atau rumahtangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa (Sumarwan 2002). Rumahtangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan lebih banyak pemakaian listriknya dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumahtangga (Sumarwan 2002). Pendidikan Responden Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang di anutnya, cara berfikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Sumarwan 2002). Tingginya tingkat pendidikan akan berkaitan erat dengan jenis pekerjaan kemudian akan turut mempengaruhi tingkat pendapatan dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang di peroleh akan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek (Sumarwan 2002) Tingkat pendidikan responden beragam dari tamat SD hingga pascasarjana, tingkat pendidikan responden pada kelompok daya 900 VA yang tertinggi adalah pada tingkat SMA (39,1%), dan lama pendidikan responden berkisar antara 6 sampai 20 tahun dengan rataan lama pendidikan 13,8 tahun,
50
sedangkan pada kelompok daya 1300 VA tingkat pendidikan responden yang tertinggi adalah sarjana (40,6%) dengan rataan lama pendidikan 14,8 tahun serta pada kelompok daya ≥2200 tingkat pendidikan responden yang tertinggi adalah sarjana (34,3%) yang berbeda sedikit dengan tingkat pendidikan pasca sarjana (31,4%) yang memiliki rataan lama pendidikan 15,6 tahun (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pendidikan responden dan kelompok daya Pendidikan SD,SMP SMA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Total Min-max rataan±SD (thn) p-value
900 n % 3 6,5 19 41,3 8 17,4 12 26,1 4 8,7 46 100,0 6-18 13,76±2,61
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 1 3,1 2 5,7 10 31,2 4 11,4 4 12,5 6 17,1 13 40,6 12 34,3 4 12,5 11 31,4 32 100,0 35 100 9-20 9-20 14,75±2,58 15,60±2,68 0,006
Total n % 6 5,3 33 29,2 18 15,9 37 32,7 19 16,8 113 100 6-20 14,61±2,71
Pendidikan responden yang menyelesaikan pendidikan hingga sarjana sebesar 32,7 persen dan diikuti tamat SMA sebanyak 15,9 persen. Hanya sebagian kecil responden yang tamat SD-SMP yaitu sebanyak 5,3%. Rataan lama pendidikan responden 14,6 tahun. Berdasarkan uji beda rataan, menunjukkan ada perbedaan lamanya pendidikan responden pada masingmasing kelompok daya listrik. Pekerjaan Responden Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa maupun ide (Achir 1985). Apabila dilihat dari kelompok daya listrik, 47,8 persen responden pada kelompok daya 900 VA bekerja sebagai ibu rumahtangga, 37,5 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 34,3 persen Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada kelompok daya ≥2200 VA. pada masing-masing kelompok
daya pekerjaan terbesar adalah sebagai ibu rumahtangga (Tabel 11). Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden sangat bervariasi, diantaranya yaitu PNS, swasta, wiraswasta, ibu rumahtangga, dan
51
lain-lain serta ada juga yang tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaan responden yang paling banyak adalah ibu rumahtangga (39,8%), diikuti dengan PNS (23,9%), swasta (15%), wiraswasta (9,7%), pensiunan (7,1%), dan sebanyak 1,8 persen pada kategori tidak bekerja dan lain-lain. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dan kelompok daya Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Ibu RT Pensiunan Tidak Bekerja Lain-lain Total
900 n 9 6 4 22 3 2 0 46
% 19,6 13,0 8,7 47,8 6,5 4,3 ,0 100,0
Daya Listrik (VA) 1300 n % 10 31,2 5 15,6 3 9,4 12 37,5 1 3,1 0 ,0 1 3,1 32 100,0
≥2200 n % 8 22,9 6 17,1 4 11,4 12 34,3 4 11,4 0 ,0 1 2,9 35 100
Total n 27 17 11 46 8 2 2 113
% 23,9 15 9,7 41,6 7,1 1,8 1,8 100,0
Pendapatan per Kapita Menurut Sumardi (1982) pendapatan adalah jumlah penghasilan riil seluruh keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam keluarga. Pendapatan adalah sumber daya materiil yang sangat penting bagi konsumen (Sumarwan 2002). Pendapatan keluarga memperlihatkan kemampuan ekonomi keluarga dan daya beli keluarga dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pendapatan seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang miliki, semakin tinggi tingkat pendidikan maka
jenis
pekerjaan
yang
dilakukan
berpeluang
untuk
mendapatkan
penghasilan yang tinggi. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2010, garis kemiskinan masyarakat di perkotaan adalah Rp 212.210 per kapita per bulan. Apabila dibandingkan antar kelompok daya maka sebanyak 6,5 persen responden pada kelompok daya 900 VA masih berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan pada kelompok daya 1300 VA dan ≥2200 VA sebesar 3,1 persen dan 2,9 persen. Tabel 12 secara total menunjukkan bahwa masih terdapat 4,4 persen responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 212.210, sebaran pendapatan per kapita responden terbesar adalah antara Rp 212.211 sampai dengan Rp 1.700.000 (66,4%), pendapatan per kapita antara Rp 1.700.001 sampai dengan Rp 3.400.000 (20,4%), sedangkan responden yang memiliki pendapatan per kapita lebih dari Rp 5.100.001 sebanyak 7,1 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan pendapatan per kapita sebesar Rp 1.781.410.
52
Hasil uji beda rataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata rataan pendapatan per kapita responden pada masing-masing kelompok daya. Uji korelasi pada semua variabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara lama pendidikan dengan pendapatan per kapita dengan koefisien korelasi 0,345 (P<0,01). Artinya semakin lama pendidikan maka semakin tinggi pendapatan per kapita rumah tangga. Hasil penelitian Nababan (2008) menunjukkan semakin tinggi jumlah
pendapatan rumah tangga,
semakin
meningkat jumlah energi listrik yang dikonsumsi. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan per kapita dan kelompok daya Pendapatan per kapita/bulan (Rp)
900 n
< 212.210 212.211-1.700.000
Daya Listrik (VA) 1300 % n %
4,4
3,1
39
84,8
19
59,4
17
48,6
76
66,4
25,7
23
20,4
2
1,8
3
6,5
11
34,4
0
,0
0
,0
2
5,7
>5.100.001
1
2,2
1
3,1
6
17,1
46 100,0 67.00022.500.000 1.354.610+ 3.246.830
p-value
5
1
3.400.001 – 5.100.000
Rataan±SD (Rp)
%
6,5
9
Min-max
n
3
1.700.001-3.400.000
Total
Total
≥2200 n % 1 2,9
35 100,0 32 100,0 188.000156.0001.517.780 10.000.000 2.583.370± 1.517.780+ 2.362.036 9.70131 0,077
8 7,1 113 100,0 67.00022.500.000 1.781.410+ 2.546.659,38
Usaha Rumahtangga Berdasarkan gambaran umum karakteristik Kelurahan Kedung Waringin, sekitar 19,04 persen penduduknya bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan sebagai wiraswasta memungkinkan responden untuk mengelola usaha di rumahnya sendiri. Pada rumahtangga dengan kelompok daya 900 VA terdapat jenis usaha seperti catering makanan, konveksi dan warung masing-masing dengan presentase sebesar 2,2 persen. Pada rumahtangga dengan kelompok daya 1300 VA terdapat beberapa jenis usaha seperti catering makanan, konveksi, percetakan, dan masing-masing
dengan
persentase
sebesar
3,1
persen.
warung
Sedangkan
rumahtangga pada kelompok daya ≥2200 VA terdapat jenis usaha antara lain catering makanan, produksi es, produksi jamur, jasa inspeksi dan sertifikasi alat
53
berat,
konveksi,
salon
dan
pembuatan
bumbu
masing-masing
dengan
persentase sebesar 2,9 persen. Uji korelasi pada semua variabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan usaha dengan rekening listrik responden dengan koefisien korelasi 0,185 (P<0,05). Artinya usaha yang dimiliki oleh rumahtangga responden akan
berdampak pada pengeluaran rekening listrik rumahtangga
responden. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan usaha di rumahtangga dan kelompok daya No 1
2
Kepemilikan Usaha Punya Usaha Catering Pembuatan Bumbu Warung Produksi es Produksi jamur Konveksi Salon Percetakan Jasa inspeksi alat berat Tidak Punya Usaha Total
Daya Listrik (VA) 1300 % n %
900 n
≥2200 n
Total %
n
%
1
2,2
1
3,1
1
2,9
3
2,7
0
,0
0
,0
1
2,9
1
,9
1 0 0 1 0 0
2,2 ,0 ,0 2,2 ,0 ,0
1 0 0 1 0 1
3,1 ,0 ,0 3,1 ,0 3,1
0 1 1 1 1 0
,0 ,0 2,9 2,9 2,9 ,0
1 1 1 3 1 1
,9 ,9 ,9 2,7 ,9 ,9
0
,0
0
,0
1
2,9
1
,9
43
93,4
29
90,6
28
80,0
100
88.5
46
100,0
32
100,0
35
100,0
113
100.0
Usaha rumahtangga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besar konsumsi listrik. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya, ada jenis-jenis usaha yang mengkonsumsi listrik. Besarnya konsumsi listrik akan berpengaruh
pula
terhadap
besarnya
daya
listrik.
Kepemilikan
usaha
rumahtangga, berpengaruh terhadap perbedaan besar daya listrik pada rumahtangga. Pada Tabel 13 terlihat sebaran bahwa rumahtangga yang memiliki usaha rumahtangga cenderung memiliki daya listrik yang juga besar ≥2200 VA. Kepemilikan Alat Elektronik Penggunaan listrik di rumahtangga pada tahun 1980, hanya sebatas untuk menyalakan lampu, televisi, kulkas satu pintu, radio/tape dan seterika. Penggunaan listrik saat ini tidak hanya untuk alat tersebut diatas tetapi sudah
54
berkembang seiring dengan gaya hidup masyarakat dan berkembangnya berbagai macam alat elektronik. Tabel 14 memperlihatkan kepemilikan alat elektronik yang dimiliki oleh responden. Jumlah alat elektronik yang dimiliki oleh responden bervariasi sesuai dengan daya listrik dan kemampuan membeli dari rumahtangga. Semakin banyak dan beragamnya alat elektronik yang dimiliki akan menunjukkan kemampuan daya beli dan gaya hidup dari rumahtangga tersebut. Pada kepemilikan alat dengan pemanfaatan primer pada kategori pencahayaan, lampu TL rata-rata pada kelompok daya 900 VA memiliki 7 buah dengan lama pemakaian rata-rata 8,8 jam per hari, kelompok daya 1300 VA memiliki 6,8 buah dengan lama pemakaian rata-rata 9,8 jam per hari, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA memiliki 11 buah dengan pemakaian rata-rata 10 jam per hari. Lampu taman rata-rata penggunaan paling lama pada kelompok pencahayaan yaitu 11,2 jam per hari, dimana pada kelompok daya 900 VA dan 1300 VA memiliki rata-rata 1,3 buah lampu, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA memiliki sebanyak 1,7 buah lampu taman dengan lama pemakaian masing-masing daya rata-rata 11,2 jam per hari. Listrik untuk pengudaraan, kepemilikan alat responden meliputi kipas angin, AC dan exhaust fan. Kepemilikan yang terbanyak pada kepemilikan kipas angin dengan rata-rata kepemilikan 1,4 buah dengan lama pemakaian rata-rata 6,7 jam per hari. Pada listrik untuk tata air kepemilikan alat responden adalah pompa air dan water heater. Rata-rata responden memiliki pompa air sebanyak 0,4 buah dengan pemakaian rata-rata 2,6 jam per hari. Penggunaan energi untuk pompa air listrik bisa menjadi tinggi seiring dengan tingginya kebutuhan air dalam rumahtangga, baik untuk mencuci, mandi, memasak, dan sebagainya (Susanta dan Agustoni 2007). Penggunaan perlu ditekan semaksimal mungkin agar biaya listrik lebih hemat. Listrik
untuk
pemanfaatan
sekunder
kepemilikan
alat
elektronik
responden antara lain seperti televisi, seterika, mesin cuci, kulkas, radio/tape, magic com, rice cooker, dispenser, komputer, laptop, DVD player dan charger handphone.
Kulkas merupakan alat elektronik yang setiap kelompok daya
memilikinya (1,1 buah) dengan lama pemakaian dalam satu hari paling lama di banding alat elektronik yang lain yaitu 23,3 jam per hari, diikuti dispenser (12,8 jam per hari), magic com (11,4 jam per hari), dan televisi (7,2 jam per hari).
55
Tabel 14 Rata-rata kepemilikan alat elektronik, lama pemakaian per hari dan kelompok daya
No A 1 2 3 1 2 3 1 2 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kepemilikan Alat Elektronik Pemanfaatan Primer - Pencahayaan Lampu TL Lampu bohlam Lampu taman/halaman - Pengudaraan Kipas angin AC Exhaust Fan - Tata air Pompa Air Water heater Pemanfaatan Sekunder Televisi Radio / Tape Setrika Mesin cuci Kulkas Rice cooker Magic com Dispenser Charger Handphone DVD/VCD player Komputer Laptop
Rata-rata kepemilikan alat Daya listrik (VA) Total 900 1300 ≥2200
Lama pemakaian (jam /hari) Daya listrik (VA) Total 900 1300 ≥2200
7 1,7
6,8 1,3
11 1,7
8,2 1,6
8,8 6,9
9,8 8,5
10 7,1
9,6 7,4
1,3
1,3
1,7
1,4
11,2
11,2
11,2
11,2
1,4 0,2 0,2
1.3 0,4 0,3
1,6 1,3 0,5
1,4 0,6 0,3
6,7 5,4 0,7
7,1 9,5 3,7
6,2 6,9 1,3
6,7 7,3 1,9
0,4 0,1
0,3 0,3
0,5 0,3
0,4 0,2
3 1,8
3,9 1,8
1,5 1,9
2,6 1,9
1,5 0,9 1 0,7 1 0,4 0,8 0,4
1,5 0,8 1 0,9 1 0,5 0,7 0,3
1,8 1 1 1 1,3 0,6 0,6 0,5
1,6 1 1 0,8 1,1 0,5 0,7 0,4
6,9 2,7 1,6 1,3 23 4,6 11 13,1
8,3 2.3 1,6 1,6 23,1 2,4 13 11,8
6,8 2 1,6 1,2 23,7 2,6 10 13,1
7,2 2,4 1,6 1,4 23,3 3,2 11,4 12,8
2,2
2,7
3,5
2,8
1,7
1,8
1,6
1,7
0,5
0,6
0,8
0,6
0,5
0,3
0,6
0,6
0,5 0,7
0,7 0,7
0,9 1,2
0,7 0,8
3,6 2
5 3,8
3 2,7
3,8 2,7
Kulkas menjadi sesuatu yang dibutuhkan mengingat kemampuannya dalam mendinginkan makanan dan minuman sehingga lebih tahan lama dan tetap segar, namun untuk membentuk suhu dingin tersebut dibutuhkan energi listrik yang tidak sedikit ((Susanta dan Agustoni 2007). Rata-rata responden memiliki peralatan elektronik yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman. Hasil penelitian juga memperilhatkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan alat dengan daya listrik dengan koefisien korelasi 0,415 (P<0,01). Artinya semakin banyak peralatan elektronik yang dimiliki maka semakin tinggi daya listrik yang dibutuhkan. Hasil
penelitian
Nababan
(2008)
menunjukkan bahwa semakin tinggi strata atau kapasitas daya rumah tangga,
56
maka intensitas pemakaian alat-alat listrik semakin tinggi dan juga jumlah alatalat listrik yang dimiliki semakin banyak. Pembayaran Rekening Listrik Per Bulan Pengeluaran biaya rekening listrik per bulan ditentukan oleh besarnya daya yang di miliki oleh masing-masing pelanggan. Semakin besar daya akan semakin besar pula pengeluaran untuk listrik meski ada faktor-faktor tertentu sehingga biaya pengeluaran listrik besar misalnya, jumlah anggota rumahtangga dan kebiasaan anggota rumahtangga dalam pemakaian listrik. Merujuk pada data PLN, rumahtangga dengan daya listrik 900 VA dengan pemakaian 93kWh/bulan rata-rata rekening listrik per bulan Rp 47.392 (Tabel 2), responden pada kelompok daya 900 VA yang pembayaran < Rp 47. 392 (4,3%) dan 93,5 persen membayar listrik antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 dengan rataan pembayaran listrik Rp 95.989, hal ini melebihi dari rata-rata pengeluaran listrik yang di keluarkan oleh PLN. Daya listrik 1300 VA dengan pemakaian 241 kWh/bulan rata-rata rekening listrik pelanggan per bulan Rp 60.738, responden pada kelompok daya 1300 VA pembayaran listrik antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 (68,8%), sedangkan 25,0 persen lainnya membayar rekening listrik antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086, dengan rataan pembayaran listrik Rp 147.100 hampir sama dengan rata-rata rekening yang di keluarkan oleh PLN. Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan rata-rata rekening listrik perbulan dan kelompok daya Rekening Listrik (Rp) < 47.392 47.393 - 160.738 160.739 - 274.086 274.087 - 387.432 387.433 – 500.778 > 500.779 Total Min-max (Rp) Rataan±SD (Rp) p-value
900 n % 2 4,3 43 93,5 1 2,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 46 100,0 31.000173.000 95.990± 31.064
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 0 ,0 0 ,0 22 68,8 6 17,1 8 25,0 10 28,6 2 6,2 10 28,6 0 ,0 5 14,3 0 ,0 4 11,4 32 100,0 35 100,0 83.000112.000302.000 880.000 147.100± 305.410± 54.802 165.808 0,000
Total n % 2 1,8 71 62,8 19 16,8 12 10,6 5 4,4 4 3,5 113 100,0 31.000880.000 175.330± 132.913
57
Pada daya listrik ≥ 2200 VA dengan pemakaian 636 kWh/bulan, PLN mengeluarkan rata-rata rekening listrik per bulan antara Rp160.738 sampai dengan Rp 492.090 (Tabel 2). Pada Tabel 15 menunjukkan sebanyak 28,6 persen responden mengeluarkan biaya untuk listrik masing-masing antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086 dan antara Rp 274.087 sampai dengan Rp 387.432, sedangkan yang mengeluarkan biaya untuk listrik antara Rp 387.432 sampai dengan Rp 500.778 sebanyak 14,3 persen, dan yang mengeluarkan biaya untuk listrik > Rp 500.779 sebanyak 11,4 persen, melebihi rata-rata biaya listrik pelanggan yang dikeluarkan olah PLN, dengan rataan pembayaran listrik pada kelompok daya ≥ 2200 VA adalah Rp 305.410. Tabel 15 menunjukkan bahwa sebanyak 62,8 persen responden membayar untuk rekening listrik antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738. Pembayaran rekening listrik responden kurang dari Rp 47.392 sebanyak 1,8 persen, antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086 sebanyak 16,8 persen, antara antara Rp 274.087 sampai dengan Rp 387.432 sebanyak 10,6 persen, antara Rp 387.432 sampai dengan Rp 500.77 sebanyak 4,4 persen dan > Rp 500.779 sebanyak 3,5 persen. Rataan pembayaran rekening listrik responden adalah Rp 175.330. Hasil uji beda rataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pembayaran rekening listrik untuk masing-masing kelompok daya, semakin besar daya listrik maka semakin besar pembayaran rekening listriknya. Tabel 16 menunjukkan jumlah responden yang membayar rekening diatas rata-rata pembayaran rekening listrik perbulan sesuai dengan rata-rata rekening listrik yang dikeluarkan oleh PLN (Tabel 2). Pada kelompok daya 900 VA sebagian besar (95,7%) responden membayar rekening listrik masih diatas rata-rata rekening listrik yang dikeluarkan PLN , hanya sebagian kecil (4,3%) yang membayar dibawah rata-rata rekening PLN. Pada kelompok daya 1300 VA sebanyak 68,8 persen membayar rekenig listrik kurang dari rata-rata rekeking listrik yang dikeluarkan PLN, sedangkan pada daya ≥2200 VA sebanyak 85,7 persen membayar dibawah rata-rata rekeking listrik yang dikeluarkan PLN. Pada dua kelompok daya 1300 VA, dan ≥2200 VA biaya rekening listrik dibawah ratarata yang dikeluarkan oleh PLN, dimungkinkan karena banyaknya informasi yang diperoleh oleh responden pada kelompok tersebut tentang bagaimana menggunakan peralatan listrik dengan benar sehingga mempengaruhi biaya listrik yang dikeluarkan.
58
Tabel 16 Sebaran jumlah responden dalam pembayaran rekening listrik dan rata-rata rekening listrik PLN
Daya listrik
Rata-rata biaya rekening listrik PLN (Rp)
Di atas rata-rata pembayaran listrik PLN
900 VA 47.393 1300 VA 160.738 ≥2200 VA 490.090 Total
n
%
44 10 5 59
95,7 31,2 14,3 52,2
Rata-rata biaya rekening listrik responden (Rp) 95.989 147.104 305.411
Di bawah rata-rata pembayaran listrik PLN
Total
n
%
n
%
2 22 30 54
4,3 68,8 85,7 47,8
46 32 35 113
100,0 100,0 100,0 100,0
Akses Informasi Jumlah Sumber Informasi. Apabila dibandingkan dengan masingmasing kelompok daya, kelompok daya 900 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,28. Pada kelompok daya 1300 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,16, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,34. Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan jumlah sumber informasi dan kelompok daya Jumlah Sumber Informasi Hemat Listrik 1 2 3 4 5 >5 Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n 21 8 7 6 1 3 46
% 45,7 17,4 15,2 13,0 2,2 6,5 100,0
2,28±1,53
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 14 43,8 10 28,6 9 28,1 9 25,7 5 15,6 10 28,6 2 6,2 3 8,6 1 3,1 1 2,9 1 3,1 2 5,7 32 100,0 35 100,0 1-6 2,16±1,32 2,34±1,43 0,467
Total n 45 26 21 12 3 6 113
% 39,8 23,0 18,6 10,6 2,7 5,3 100,0
2,27±1,43
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mendapatkan informasi tentang hemat listrik berasal dari satu sumber (39,8%). Pada urutan kedua (23,0%) responden mendapat informasi hemat listrik dari dua sumber, dari tiga sumber sebanyak (18,6%) dan responden yang mendapat informasi hemat listrik dari empat
sumber sebanyak 10,6% responden, serta responden yang
mendapatkan informasi hemat listrik sebanyak lima sumber (2,7%) dan lebih dari
59
lima sumber (5,3%). Rataan jumlah sumber informasi yang di terima responden sebanyak 2,27 (Tabel 17). Hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah informasi hemat listrik yang diperoleh pada masing-masing kelompok daya. Frekuensi Informasi Hemat Listrik. Frekuensi responden untuk mengetahui informasi tentang hemat listrik juga merupakan variabel yang dilihat dalam penelitian ini untuk menunjukkan peranan informasi dalam menentukan perilaku pelanggan PLN dalam menghemat listrik dan seberapa sering responden memperoleh informasi tentang hemat listrik. Responden memperoleh informasi dengan kategori jarang menerima sumber informasi yaitu menerima informasi satu sampai empat kali pada kelompok daya 900 VA sebesar 73,9 persen, kelompok daya 1300 VA sebesar 71,9 persen dan pada kelompok daya ≥ 2200 VA sebesar 60,0 persen. Secara keseluruhan kategori jumlah sumber informasi yang diterima tentang hemat listrik menunjukkan bahwa responden jarang menerima informasi sebesar 69,0 persen, yang menerima dalam kategori sedang sebesar 17,7 persen dan sebesar 13,3 persen responden sering mendapatkan informasi hemat listrik (Tabel 18). Secara total rataan frekwensi jumlah informasi hemat listrik yang diterima oleh responden sebesar 4,61 dengan kategori bahwa responden mendapatkan informasi hemat listrik relatif sedang. Hasil uji beda rataan jumlah informasi menunjukkan tidak ada perbedaan pada masing-masing kelompok daya. Tabel 18 ditunjukkan bahwa banyaknya responden yang memilih televisi sebagai sumber informasi baik pada kelompok daya 900 VA, 1300 VA dan ≥2200 VA rata-rata hampir sama yaitu masing-masing 97,8%, 100,0% dan 94,3%. Responden pada kelompok daya 1300 VA yang memilih majalah/koran/tabloid, mempunyai jumlah yang lebih sedikit dari daya yang lain akan tetapi responden pada tersebut yang memilih internet sebagai sumber informasi lebih banyak (12,5%) dari kedua daya yang lain. Pada kelompok daya 1300 VA tidak memilih sumber informasi yang didapat melalui penyuluhan dan tokoh masyarakat, hal ini dimungkinkan karena responden lebih memilih media elektronik dan pemerintah sebagai media yang paling tepat untuk menyampaikan informasi tentang hemat listrik.
60
Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan kategori frekuensi sumber informasi dan kelompok daya Frekuensi Sumber Informasi Hemat Listrik (enam bulan terakhir) Jarang (1-4 kali) Sedang (5-8 kali) Sering (>8 kali) Total Min-max Rataan±SD p-value
Daya Listrik (VA) 1300
900
Total
≥2200
n
%
n
%
n
%
n
%
34
73,9
23
71,9
21
60,0
78
69,0
6
13,0
5
15,6
9
25,7
20
17,7
6
13,0
4
12,5
5
14,3
15
13,3
35 100,0 1-22 5,40±4,84 0,469
113
100,0
46 100,0 1-21 4,41±4,51
32 100,0 1-16 4,03±3,65
0-22 4,61±4,39
Tabel 19 ditunjukkan sebagian besar responden mendapatkan sumber informasi terbanyak dari televisi (97,3%). Hal ini ada kaitannya dengan meningkatnya masyarakat yang menonton TV baik sebagai media informasi atau media hiburan. Sumber lain yang memberi informasi tentang hemat listrik adalah majalah/koran/tabloid (41,6%), berikutnya adalah pemerintah dalam hal ini PLN (26,5%). Radio juga dipilih oleh responden sebagai sumber informasi hemat listrik sebesar 21,2%. Pamflet/leaflet/brosur, keluarga/teman/tetangga, internet, artis, tokoh masyarakat dan penyuluhan
hanya dipilih oleh sebagian kecil
responden. Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi dan kelompok daya Sumber Informasi*
900
Daya Listrik (VA) 1300 % n %
n Media Televisi 45 97,8 32 100,0 Radio 10 21,7 6 18,8 Majalah/koran/tabloid 19 41,3 10 31,2 Pamflet/leaflet/poster 7 15,2 3 9,4 Internet 2 4,3 4 12,5 Penyuluhan 1 2,2 0 ,0 Kelompok Acuan Keluarga/teman/tetangga 4 8,7 2 6,2 Artis 2 4,3 1 3,1 PLN 13 28,3 8 25,0 Tokoh masyarakat 2 4,3 0 ,0 * responden memilih lebih dari satu jenis sumber informasi
≥2200 n %
Total n
%
33 8 18 7 2 2
94,3 22,9 51,4 20,0 5,7 5,7
110 24 47 17 8 3
97,3 21,2 41,6 15,0 7,1 2,7
6 1 8 1
17,1 2,0 22,9 2,9
12 4 29 3
10,6 3,5 25,7 2,7
61
Sumber
Informasi
yang
Dipercaya
Menyampaikan
Informasi
tentang Hemat Listrik. Sumber informasi yang dipercaya dinilai mampu untuk mempengaruhi responden dalam menghemat listrik. Sumber informasi yang dipercaya dikelompokkan menjadi dua yaitu media dan kelompok acuan. Dalam penelitian ini yang termasuk media adalah informasi dari berbagai media, kelompok acuan dalam penelitian ini adalah keluarga/teman/tetangga, artis, pemerintah dan tokoh masyarakat. Apabila di bandingkan antar kelompok daya, masing-masing kelompok daya lebih banyak memilih pemerintah (PLN) sebagai sumber informasi yang dipercaya dalam menyampaikan informasi tentang hemat listrik. Sebanyak 50,0 persen pada kelompok daya 900 VA, 65,6 persen pada kelompok daya 1300 VA dan sebanyak 57,1persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Sumber informasi terbesar kedua yang dipercaya oleh masing-masing kelompok daya adalah televisi, 43,5 persen pada kelompok daya 900 VA, 28,1 persen pada kelompok daya 1300 VA (%) dan 40,0 persen pada kelompok daya ≥ 2200 VA. Pada Tabel 20, televisi merupakan sumber informasi dimana responden sering mengetahui informasi tentang hemat listrik. Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi yang dipercaya dan kelompok daya Sumber Informasi yang Dipercaya
900
Day Listrik (VA) 1300 % n n
n 1 Media 20 43,5 9 28,1 Televisi 0 ,0 0 ,0 Radio 3 6,5 1 3,1 Majalah/koran/tabloid 3 6,5 0 ,0 Pamflet/leaflet/poster 0 ,0 1 3,1 Internet 0 ,0 2 6,2 Penyuluhan 2 Kelompok Acuan Keluarga/teman/ 0 ,0 2 6,2 Tetangga 1 2,2 1 3,1 Artis 23 50,0 21 65,6 PLN 0 ,0 4 12,5 Tokoh Masyarakat * responden memilih lebih dari satu jenis sumber informasi
≥2200 % %
Total n
%
14 1 3 3 0 5
40,0 2,9 8,6 8,6 ,0 14,3
43 1 7 6 1 7
38,1 ,9 6,2 5,3 ,9 6,2
5
14,3
7
6,2
1 19 2
2,9 54,3 5,7
3 63 6
2,7 55,8 5,3
Tabel 20 pada kelompok media menunjukkan bahwa televisi menempati urutan pertama (38,1%) sebagai sumber informasi yang dipercaya oleh responden, sedangkan internet dan radio dipilih sebagai sumber yang dipercaya paling kecil (0,9%). Pada kelompok acuan, sumber informasi yang dapat
62
dipercaya untuk menyampaikan informasi tentang hemat listrik terbanyak sebesar 55,8 persen adalah pemerintah dan artis dipilih paling sedikit (2,7%) sebagai sumber yang dapat dipercaya. Pada Tabel 19 dan Tabel 20 menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden memilih televisi sebagai media yang banyak memuat tentang informasi hemat listrik dan PLN dipercaya sebagai penyampai informasi hemat listrik, meskipun ada sebagian kecil responden yang memilih tokoh masyarakat dan artis sebagai penyampai informasi hemat listrik. Televisi sebagai salah satu alat elektronik yang hampir semua responden memilikinya dan jenis media yang paling mudah dan paling cepat dalam menyampaikan informasi, disamping itu televisi merupakan media yang dapat langsung di lihat dan di dengar sehingga lebih mudah dalam menyampaikan informasi sehingga mudah di responden atau di tiru oleh responden. Pengetahuan Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) bahwa pengetahuan merupakan informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku konsumen. Sedangkan menurut Sumarwan (2004) pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk atau jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.Tingkat pengetahuan disebabkan oleh pengalaman yang berbeda sehingga dapat menciptakan pengetahuan yang berbeda (Engel et al, 1994). Pengetahuan pemakaian adalah pengetahuan konsumen mengenai tindakantindakan yang seharusnya dilakukan dalam menggunakan peralatan elektronik dan elektrik yang tepat sehingga hemat listrik. Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan perilaku dan kelompok daya Pengetahuan Perilaku Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n % 7 15,2 28 60,9 11 23,9 46 100,0 38,89-88,89 69,93±12,37
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 3 9,4 3 8,6 23 71,9 21 60,0 6 18,7 11 31,4 32 100,0 35 100,0 16,67-88,89 38,89-94,44 71,01±12,91 73,02±12,50 0,489
Total n % 13 11,5 72 63,7 28 24,8 113 100,0 16,67-94,44 71,19±12,52
63
Pada Tabel 21 apabila dilihat berdasarkan kelompok, banyaknya responden pada kelompok daya 900 VA memiliki pengetahuan pemakaian yang sedang (60,9%), pada kelompok daya 1300 VA (71,9%), dan pada kelompok daya ≥2200 VA (60,0%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan pemakaian pada kategori tinggi pada kelompok daya 900 VA (23,9%), pada kelompok daya 1300 VA (18,7%), dan pada kelompok daya ≥2200 VA (31,4%). Responden yang memiliki pengetahuan pemakaian pada kategori rendah sebesar 15, 2 persen pada kelompok daya 900 VA, 9,4 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 8,6 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Tabel 21 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan pemakaian yang sedang (63,7%), responden yang memiliki pengetahuan pemakaian kategori tinggi sebesar 24,8% dan sisanya sebesar 11,5 persen memiliki pengetahuan pemakaian yang rendah, dengan rataan 71,19 yang masuk dalam kategori pengetahuan pemakaian yang sedang. Berdasarkan hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan pemakaian hemat listrik pada masing-masing kelompok daya. Tabel 22 menyajikan sebaran jawaban benar pada pengetahuan pemakaian. Berdasarkan skor tertinggi jawaban benar terlihat pada pernyataan lampu di ruangan harus dimatikan jika tidak ada orangnya (99,1%). Sebesar 83,2 persen responden setuju bahwa menyetrika akan lebih efisien apabila dilakukan dalam jumlah banyak dan tidak sedikit-sedikit. Responden mengetahui bahwa lampu TL/neon merupakan lampu hemat energi apabila dibandingkan dengan lampu bohlam dan penggunaan mesin cuci akan lebih efisien listrik apabila dilakukan di pagi hari sebesar 81,4 persen. Pengetahuan permakaian responden mengenai pendingin ruangan (AC) cukup baik, responden mengetahui bahwa ruangan ber AC yang dibiarkan terbuka akan membuat kerja AC lebih keras (78,8 %) dan AC diatur pada suhu normal 25 derajat Celcius (77,9 %). Sebesar 75,2 persen responden menyadari bahwa mengisi lemari es dengan melebihi kapasitas juga merupakan perilaku yang boros listrik. Jawaban responden pada pengetahuan pemakaian yang nilainya kecil dengan persentase jawaban benar 54 persen adalah mesin cuci yang digunakan untuk mencuci banyak pakaian akan memerlukan energi listrik yang lebih besar. Responden menyadari bahwa penggunaan magic jar merupakan perilaku yang boros listrik sebesar 52,2 persen dan melepaskan kabel peralatan elektronik dari stop kontak apabila tidak digunakan akan mengurangi polusi udara sebesar 46
64
persen responden tidak menyetujui pernyataan tersebut. Hanya 41,6 persen responden yang meyakini bahwa televisi yang dimatikan dari remote (stand by mode) lebih boros listrik apabila dibandingkan televisi tersebut dimatikan dengan cara menekan tombol off atau mencabut kabelnya dari stop kontak. Terdapat enam pernyataan yang di jawab benar oleh responden di bawah 65 persen, hal ini menunjukkan bahwa responden masih ada yang belum cukup memahami tentang penggunaan peralatan elektronik, Pengetahuan perilaku responden yang terkecil pada jawaban pernyataan ketika akan melakukan aktivitas lain saat sedang menyeterika, lebih baik kabel seterika dicabut terlebih dahulu (30,1%). Tabel 22 Sebaran responden berdasarkan jawaban benar pengetahuan perilaku hemat listrik (n=113) No
Pernyataan
1 2 3 4 5
Lampu bohlam lebih hemat listrik dari lampu TL/neon Lampu yang terang benderang membuat suhu ruangan panas Lampu di ruangan harus dimatikan jika tidak ada orangnya Menyetrika sedikit-sedikit akan lebih hemat listrik Ketika akan melakukan aktivitas lain saat sedang menyetrika, lebih baik kabel setrika dicabut terlebih dahulu Apabila sudah tidak diperlukan, televisi lebih baik dimatikan dalam posisi standby (dimatikan dari remote) Menggunakan magic jar merupakan pemborosan listrik Melepaskan kabel peralatan elektronik dari stop kontak bila tidak digunakan akan mengurangi polusi udara Mengisi lemari es sepenuh-penuhnya lebih hemat listrik Suhu lemari es yang rendah/dingin akan semakin banyak mengkonsumsi listrik Menggunakan komputer untuk bermain game adalah bentuk pemborosan listrik Pengoperasian awal penggunaan pompa air akan menarik daya listrik yang besar Menggunakan bak penampung air merupakan salah satu cara untuk menghemat energi listrik Mesin cuci yang digunakan untuk mencuci banyak pakaian akan memerlukan energi listrik yang lebih besar Mencuci dengan mesin cuci lebih baik di pagi hari Penggunaan pengering pada mesin cuci memerlukan daya listrik yang kecil Ruangan ber-AC yang dibiarkan terbuka akan membuat kerja AC lebih keras o Penggunaan AC ruangan lebih baik diatur pada suhu 25 C
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jawaban Benar n % 92 81,4 101 89,4 112 99,1 94 83,2 34
30,1
47
41,6
59
52,2
52
46
85
75,2
61
54
102
90,3
103
91,2
102
90,3
61
54
92
81,4
74
65,5
89
78,8
88
77,9
65
Pembentukan Perilaku Hemat Listrik Kesadaran Hemat Listrik, Kesadaran merupakan perbuatan yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya dan akan menentukan pola perilaku seseorang. Apabila dilihat berdasarkan kelompok, banyaknya responden yang memiliki kesadaran hemat listrik yang tinggi pada kelompok daya 900 VA (30,4%), pada kelompok daya 1300 VA (31,2%) dan pada kelompok daya ≥2200 VA (37,1%). Selain itu banyaknya responden yang memiliki kesadaran hemat listrik yang sedang pada kelompok daya 900 VA (56,6%), pada kelompok daya 1300 VA (56,2%) dan pada kelompok daya ≥2200 VA (62,9%), sedangkan responden yang memiliki kesadaran hemat listrik yang rendah pada kelompok daya 900 VA (13,0%), pada kelompok daya 1300 VA (12,5%) dan pada kelompok daya ≥2200 VA tidak ada yang memiliki kesadaran hemat listrik yang rendah. Tabel 23 ditunjukkan bahwa sebagian besar responden (58,4%) pada masing-masing daya memiliki kesadaran berperilaku sedang dalam menghemat listrik. Hal ini menunjukkan bahwa responden masuk dalam kategori sedang dalam menyadari pentingnya hemat listrik, meskipun terdapat 32,7 persen responden yang memiliki kesadaran berperilaku yang tinggi dalam menghemat listrik, tetapi masih ada responden yang masih rendah akan kesadaran dalam perilaku hemat listrik (8,8%). Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan kesadaran hemat listrik dan kelompok daya Kesadaran Berperilaku Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n % 6 13,0 26 56,6 14 30,4 46 100,0 50,0-100,0 74,91±12,74
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 4 12,5 0 ,0 18 56,2 22 62,9 10 31,2 13 37,1 32 100,0 35 100,0 45,83-100,0 62,50-100,0 74,35±14,04 76,64±10,87 0,167
Total n % 10 8,8 66 58,4 37 32,7 113 100,0 45,83-100,0 76,22±12,69
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rataan kesadaran terhadap perilaku hemat listrik sebesar 4,05 (skor 1-5 menunjukkan sangat tidak setuju hingga sangat setuju) yang berarti termasuk dalam tingkat kesadaran tinggi terhadap perilaku hemat listrik. Tabel 24 menunjukkan bahwa responden
66
menyadari dengan hemat listrik akan menjaga kelestarian lingkungan (skor 4,37), hemat listrik akan menekan biaya tagihan listrik juga disadari oleh responden (skor 4,23), pentingnya hemat listrik (skor 4,19) dan pemilihan peralatan listrik dapat menghemat listrik (skor 4,12). Sementara itu responden yang sadar bahwa hemat listrik dapat mengurangi pemanasan global (skor 3,72) dan pentingnya memberi informasi kepada orang lain (skor 3,65). Hal ini menunjukkan bahwa responden masih belum menyadari bahwa hemat listrik dapat mengurangi pemanasan global dan pentingnya memberi informasi hemat listrik kepada orang lain, penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kesadaran hemat listrik masih terbatas untuk diri sendiri dan belum untuk lingkungan sekitar. Tabel 24 Skor rataan (1-5) kesadaran hemat listrik (n=113) No 1 2 3 4 5 6
Pernyataan Pentingnya hemat energi listrik Dengan hemat energi listrik, menjaga kelestarian lingkungan karena sumber daya alam yang digunakan untuk membuat listrik menjadi lebih sedikit dipergunakan Hemat energi listrik dapat mengurangi pemanasan global Hemat energi listrik dapat menekan tagihan biaya listrik Pemilihan peralatan listrik dapat menghemat energi listrik Pentingnya untuk memberi informasi tentang hemat energi listrik kepada keluarga dan masyarakat sekitar Rataan
Skor Rataan 4,19 4,37 3,72 4,23 4,12 3,65 4,05
Tanggungjawab Hemat Listrik. Tanggungjawab merupakan kesediaan untuk melakukan, menanggung akibat yang di timbulkan oleh perilaku atau suatu keadaan, sehingga menimbulkan rasa kewajiban moral untuk melakukannya. Masyarakat
merupakan
bagian
integral
dari
alam
sehingga
memiliki
tanggungjawab dalam memelihara alam dengan cara ikut serta dalam gerakan hemat listrik untuk mengurangi dampak pemanasan global. Tabel 25 berdasarkan kelompok daya, pada kelompok daya 900 VA yang memiliki tanggungjawab sedang dalam menghemat listrik sebanyak 65,2 persen, 50,0 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 68,6 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Responden yang memiliki tanggungjawab tinggi dalam menghemat listrik pada kelompok daya 900 VA sebanyak 13,0 persen, 15,6 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 25,7 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Adapun responden yang masih memiliki tanggungjawab rendah pada kelompok
67
daya 900 VA sebesar 21,7 persen, sedang pada kelompok daya 1300 VA dan ≥2200 VA masing-masing sebesar 34,4 persen dan 5,7 persen. Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan tanggungjawab hemat listrik dan kelompok daya Tanggungjawab Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
Tabel
25
900 n % 10 21,7 30 65,2 6 13,0 46 100,0 37,50-100,0 68,12±12,86
menunjukkan
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 11 34,4 2 5,7 16 50,0 24 68,6 5 15,6 9 25,7 32 100,0 35 100,0 37,50-83,33 41,67-100,0 66,67±12,79 74,76±13,37 0,046
bahwa
responden
secara
Total n % 23 20,4 70 61,9 20 17,7 113 100,0 37,50-100,0 69,76±13,33
total
memiliki
tanggungjawab yang sedang dalam menghemat listrik sebesar 61,9 persen dan 17,7 persen pada kategori tinggi dan masih ada 20,4 persen responden yang masih memiliki tanggungjawab yang rendah. Responden memiliki tanggungjawab yang sedang dalam menghemat listrik dengan skor rataan 69,76. Berdasarkan uji beda rataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tanggungjawab dalam menghemat listrik pada masing-masing daya. Tabel 26 Skor rataan (1-5) tanggungjawab hemat listrik (n=113) Skor Rataan
No
Pernyataan
1
Bertanggungjawab untuk menghemat energi listrik di rumah dan lingkungan sekitar Bertanggungjawab terhadap pemilihan dan penggunaan peralatan elektronik hemat listrik Bersalah jika biaya pembayaran listrik selalu naik tiap bulan Bukan hanya pemerintah, tapi kita juga bertanggungjawab atas kelangkaan listrik Bertanggungjawab akan penggunaan listrik yang berlebih sehingga terjadi pemanasan global Bertanggungjawab untuk memberi informasi tentang hemat energi listrik kepada keluarga dan masyarakat sekitar Rataan
2 3 4 5 6
3,93 4,22 3,84 3,03 3,88 3,85 3,79
Tabel 26 menunjukkan skor rataan tanggungjawab yang tinggi pada perilaku
hemat
listrik
dengan
skor
3,79,
dimana
responden
memiliki
tanggungjawab tinggi terhadap pemilihan dan penggunaan peralatan hemat listrik (skor 4,22). Sedangkan tanggungjawab untuk hemat listrik di rumah dan
68
lingkungan (skor 3,93), skor yang terendah pada tanggungjawab akan kelangkaan listrik bukan hanya pemerintah tapi diri sendiri (skor 3,03). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sedikit rasa tanggungjawab akan kelangkaan listrik yang terjadi. Norma Personal. Norma personal adalah ukuran yang digunakan oleh individu apakah tindakan yang digunakan merupakan aturan yang sering dilakukan, sehingga mempengaruhi responden dalam berperilaku hemat listrik. Tabel 27 jika dilihat berdasarkan kelompok daya listrik, banyaknya responden yang pada kelompok daya 900 VA yang memiliki norma personal yang sedang sebesar 69,6 persen, 56,2 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 54,3 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Responden yang memiliki norma personal yang tinggi dalam menghemat listrik pada kelompok daya 900 VA sebesar 28,3 persen dan pada kelompok daya 1300 VA dan ≥2200 VA masing-masing sebesar 43,8 persen dan 42,9 persen. Adapun responden yang masih memiliki norma personal yang rendah terdapat pada kelompok daya 900 VA dan ≥2200 VA masingmasing sebesar 2,2 persen dan 2,9 persen. Tabel 27 Sebaran responden berdasarkan norma personal hemat listrik Norma Personal Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 VA n % 1 2,2 32 69,6 13 28,3 46 100,0 45,83-100,0
77,35±10,15
1300 VA n % 0 ,0 18 56,2 14 43,8 32 100,0
≥2200 VA n % 1 2,9 19 54,3 15 42,9 35 100,0 66,67-100,0 41,67-100,0 81,25±9,35 78,81±12,23 0,228
Total n % 2 1,8 69 61,1 42 37,2 113 100,0 41,67-100,0 78,91±10,66
Tabel 27 ditunjukkan bahwa sebagian besar responden (61,1%) memiliki norma personal yang sedang. Hal ini berarti norma personal yang dimiliki responden memiliki kecenderungan yang sedang untuk berperilaku hemat listrik. Responden yang memiliki norma personal pada kategori tinggi sebesar 37,2 persen dan masih ada responden (1,8%) yang memiliki norma personal rendah. Rataan jumlah pada norma personal 78,91. Berdasarkan hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan norma personal yang tinggi pada masingmasing kelompok daya listrik.
69
Tabel 28 Skor rataan (1-5) norma personal hemat listrik (n=113) No
Pernyataan
1 2 3
Membeli peralatan elektronik yang hemat listrik Berkewajiban untuk mengurangi penggunaan listrik Berusaha secara teratur mungkin untuk menggunakan peralatan listrik Menjadi orang yang lebih baik jika dapat menghemat listrik Secara moral wajib melakukan hemat energi listrik, walaupun orang lain tidak melakukannnya Penghematan listrik berhubungan dengan kemampuan dalam menghemat pengeluaran Rataan
4 5 6
Skor Rataan 4,49 4,00 4,14 4,08 4,27 3,96 4,16
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki norma personal dalam berperilaku hemat listrik yang sedang dari skor rataan sebesar 4,16. Norma personal responden untuk membeli barang elektronik yang hemat listrik (skor 4,49), apabila di lihat dari skor rataan masing-masing atribut, maka penghematan listrik berhubungan dengan kemampuan dalam menghemat pengeluaran memiliki skor yang lebih rendah (3,96) di banding yang lain meskipun dengan selisih yang tidak jauh (Tabel 28). Maksud
Berperilaku.
Maksud
perilaku
adalah
seberapa
besar
kemungkinan, niat, dan harapan seseorang untuk menunjukkan tingkah laku dalam hemat listrik di masa yang akan datang. Menurut Sumarwan (2002) maksud perilaku adalah sebagai kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Maksud perilaku responden berdasarkan kelompok daya listrik 900 VA yang termasuk pada kategori sedang adalah sebesar 71,7 persen, pada kelompok daya 1300 VA sebesar 62,5 persen dan 60,0 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk bermaksud perilaku responden pada masing-masing daya masih pada kategori sedang. Adapun maksud perilaku responden yang tinggi pada kelompok daya 900 VA sebesar 21,7 persen, pada kelompok daya 1300 VA 28,1 persen dan 34,3 persen pada kelompok daya ≥2200 VA.
70
Tabel 29 Sebaran responden berdasarkan maksud berperilaku hemat listrik dan kelompok daya Maksud Perilaku Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n % 3 6,5 33 71,7 10 21,7 46 100,0 52,78-100,0 73,31±9,10
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 3 9,4 2 5,7 20 62,5 21 60,0 9 28,1 12 34,3 32 100,0 35 100,0 58,33-97,22 50,0-100,0 75,95±9,79 75,87±12,18 0,375
Total n % 8 7,1 74 65,5 31 27,4 113 100,0 50,0-100,0 74,85±10,32
Tabel 29 menunjukkan bahwa rataan total maksud berperilaku responden termasuk kategori sedang (65,5%). Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk berperilaku hemat listrik di masa akan datang masing sedang atau cukup, sedangkan hanya 27,4 persen responden yang maksud
perilakunya tinggi.
Rataan responden pada maksud perilaku adalah 74,85. Pada responden yang memiliki kesadaran dan tanggungjawab yang tinggi akan bermaksud perilaku untuk menghemat listrik juga tinggi. Berdasarkan uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan maksud perilaku hemat listrik pada masing-masing kelompok daya listrik. Tabel 30 Skor rataan (1-5) maksud berperilaku hemat listrik (n=113) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pernyataan Menghemat listrik untuk menjaga kelestarian lingkungan Menghemat listrik untuk mengurangi pemanasan global Mengurangi penggunaan listrik di rumah dan lingkungan Memberikan informasi hemat listrik kepada keluarga dan masyarakat Mengganti peralatan elektronik menjadi hemat energi Bermaksud mengurangi waktu menonton televisi, Menjadi orang yang lebih baik jika menghemat energi listrik Berkeinginan menghemat listrik walaupun orang lain tidak melakukannya Menghemat energi listrik agar biaya listrik lebih murah Rataan
Skor Rataan 4,35 4,08 4,17 3,98 3,79 3,75 3,51 4,11 4,20 3,99
Tabel 30 menunjukkan bahwa rataan skor maksud berperilaku untuk menghemat listrik sebesar 3,99 termasuk dalam kategori tingkat maksud perilaku yang tinggi. Responden memiliki maksud perilaku yang tinggi terhadap keinginan menghemat listrik untuk menjaga kelestarian lingkungan (skor 4,35), akan mengurangi penggunaan listrik di rumah dan lingkungan (skor 4,17), keinginan
71
menghemat listrik meski orang lain tidak melakukan (skor 4,11) dan akan menghemat listrik untuk mengurangi pemanasan global (skor 4,08). Sebaliknya responden bermaksud perilaku yang sedang pada akan menjadi orang yang lebih baik jika menghemat listrik memiliki skor 3,51. Perilaku Hemat Listrik Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2004) perilaku konsumen dimaknai sebagai proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Perilaku yang terjadi pada masyarakat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adat, sikap dan norma sosial. Perilaku hemat listrik merupakan bentuk perilaku sosial, karena perilaku kebiasaan hemat listrik tidak hanya menguntungkan
untuk
diri
sendiri
tetapi
juga
untuk
orang
lain
atau
lingkungannya. Tabel 31 Sebaran responden berdasarkan perilaku hemat listrik dan kelompok daya Perilaku Kebiasaan Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80) Total Min-max Rataan±SD p-value
900 n % 8 17,4 36 78,3 2 4,3 46 100,0 52,78-80,56 67,63±7,42
Daya Listrik (VA) 1300 ≥2200 n % n % 13 40,6 14 40,0 18 56,2 20 57,1 1 3,1 1 2,9 32 100,0 35 100,0 41,67-83,33 41,67-80,56 62,24±10,07 61,66±9,40 0,005
Total n % 35 31,0 74 65,5 4 3,5 113 100, 41,67-83,33 64,26±9,22
Tabel 31 jika dibandingkan antar kelompok daya listrik memperlihatkan bahwa pada kelompok daya listrik 900 VA responden yang berperilaku kebiasaan hemat listrik yang sedang sebanyak 78,3 persen, pada kelompok daya 1300 VA sebanyak 56,2 persen dan 57,1 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Responden yang perilaku kebiasaan hemat listrik pada kategori tinggi pada kelompok daya 900 VA sebanyak 4,3 persen dan pada kelompok daya 1300 VA dan
daya ≥2200 VA masing-masing sebanyak 3,1 persen dan 2,9 persen.
72
Sedangkan responden yang berperilaku kebiasaan hemat listrik yang rendah pada kelompok daya 900 VA sebanyak 17,4 persen, sebanyak 40,6 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 40,0 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Perilaku kebiasaan hemat listrik pada responden menunjukkan perilaku hemat listrik yang sedang (65,5%) responden telah melakukan penghematan listrik namun belum keseluruh barang elektronik yang dimiliki dan berperilaku hemat listrik yang tinggi ditunjukkan responden sebesar (3,5%), sedangkan perilaku kebiasaan hemat listrik yang rendah sebanyak 31,0 persen. Perilaku penghematan listrik berhubungan dengan daya listrik pada rumahtangga. Daya yang semakin tinggi memungkinkan adanya kepemilikan peralatan elektronik yang bermacam-macam (r=0,415) sehingga dapat mengakibatkan perilaku boros listrik. Berdasarkan hasil uji beda rataan menunjukkan ada perbedaan perilaku kebiasaan hemat listrik pada masing-masing kelompok daya listrik. Tabel 32 Skor rataan (1-3) perilaku kebiasaan hemat listrik (n=113) No 1 2
Pernyataan
Rumah menggunakan lampu CFL (fluorescent) Menyalakan lampu walaupun tidak ada orang di ruangan 3 Mematikan lampu jika ruangan cukup terang 4 Menyetrika hampir setiap hari 5 Melepaskan kabel setrika dari stop kontak pada saat melakukan aktivitas lain dan menyalakan kembali saat akan melanjutkan menyetrika 6 Menggunakan magic jar/magic com 7 Televisi di rumah selalu dalam posisi stand by 8 Melepaskan kabel peralatan elektronik bila tidak di gunakan 9 Mengisi kulkas selalu penuh, walaupun melebihi kapasitas 10 Mengaktifkan temperatur kulkas hingga suhu maksimal 11 Menyalakan komputer untuk bermain game 12 Menggunakan pompa air yang bekerja secara otomatis 13 Menggunakan bak penampung air 14 Menggunakan mesin cuci jika cucian banyak 15 Mencuci dengan mesin cuci di sore hari 16 Menggunakan pengering pada mesin cuci 17 Memasang AC di ruangan yang ventilasinya kurang bagus o 18 Menggunakan AC pada suhu 25 C Rataan Keterangan: TP:Tidak Pernah, KDG:Kadang, SLL:Selalu
Persentase Perilaku
Ratarata
TP 5,3
KDG 12,4
SLL 82,3
3,5
32,7
63,7
2,60
3,5 13,3
10,6 47,8
85,8 38,9
2,82 2,26
53,1
29,2
17,7
1,65
65,5 35,4
23,9 42,5
10,6 22,1
1,45 1,87
6,2
28,3
65,5
2,59
2,7
33,6
63,7
2,61
3,5
27,4
69,0
2,65
8,8
56,6
34,5
2,26
68,1
10,6
21,2
1,53
31,9 15,9 15,0 54,9
8,0 15,0 31,0 21,2
60,2 69,0 54,0 23,9
2,28 2,53 2,39 1,69
15,0
15,9
69,0
2,54
7,1
22,1
70,8
2,64 2,28
2,77
73
Hasil skor rataan pada perilaku hemat listrik sebesar 2,28 (Tabel 32) hal ini menunjukkan bahwa responden pada kategori sedang atau kadang-kadang dalam perilaku kebiasaan hemat listrik. Apabila dilihat dari atribut perilaku hemat listrik, responden akan mematikan lampu jika ruangan cukup terang (skor 2,82). Menurut Arif et al (2009) selama ini lampu menjadi sumber pemborosan energi, Hal ini menunjukkan perilaku responden untuk mematikan lampu bila ruangan cukup terang sangat tinggi. Pada atibut rumah lebih banyak penggunaan lampu CFL (fluorescent atau lampu hemat energi) (skor 2,77). Lampu CFL lebih hemat energi, menghasilkan sekitar 50-60 lumen per jam dan dapat digunakan 12,000 jam serta menggunakan listrik 80 persen lebih hemat dan masa pakai lebih lama dibandingkan dengan lampu pijar (Arif et al 2009). Skor perilaku kebiasaan responden dalam melepaskan kabel peralatan elektronik bila tidak di gunakan sebesar 2,59 yang menunjukkan perilaku kebiasaan responden tinggi. Peralatan elektronik yang tetap terhubung ke jaringan listrik biarpun tidak digunakan masih menyerap daya listrik, sehingga menjadi pemborosan yang tidak disadari (Arif et al 2009) dan dalam kondisi tersebut peralatan elektronik masih menggunakan energi 5 watt (PLN 2008). Menurut Yarrow (2007) 95 persen energi listrik akan terbuang sia-sia ketika kita lupa mencabut charger usai mengisi baterai gadget. Perilaku kebiasaan responden pada pertanyaan menggunakan pompa air yang bekerja secara otomatis mendapatkan skor rataan 1,53, responden yang tidak pernah menggunakan pompa air otomatis sebesar 68,1 persen, yang terbaik adalah pompa air yang menggunakan sistem kontrol otomatis seperti pelampung pada reservoir (tangki penampung air) dengan cara ini jika air dalam reservoir sudah penuh arus listrik dapat segera terputus secara otomatis (Susanta dan Agustoni 2007). Hubungan antar variabel Kesadaran, Tanggungjawab, Norma Personal, Maksud Perilaku, dan Perilaku Kebiasaan Hasil analisis pada Tabel 33 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran dengan tanggungjawab dengan korelasi yang positif (r=0,491), sehingga dengan memiliki kesadaran yang tinggi akan meningkatkan rasa tanggungjawab dalam menghemat listrik. Kesadaran hemat listrik memiliki hubungan nyata secara positif dengan norma personal (r=0,465), semakin tinggi kesadaran maka norma personal responden dalam hemat listrik akan baik. Kesadaran selanjutnya berhubungan
74
dengan maksud perilaku
dengan korelasi yang nyata dan positif (r=0,481),
diharapkan semakin tinggi kesadaran responden maka keinginan untuk menghemat listrik juga dapat dilaksanakan. Schwartz (1977) dalam De Groot dan Steg (2007) mengemukakan kesadaran memiliki hubungan erat dengan tanggungjawab, norma personal dibentuk dari konsekuensi kesadaran dan keyakinan tanggungjawab personal. Tanggungjawab berhubungan nyata dengan norma personal (r=0,535), semakin tinggi tanggungjawab responden maka memungkinkan norma personal responden untuk berhemat listrik juga tinggi. Selain itu tanggungjawab juga berhubungan
nyata
dengan
maksud
perilaku
(r=0,582),
hal
ini
juga
memungkinkan dengan tanggungjawab yang tinggi keinginan untuk berniat atau bermaksud berperilaku hemat listrik pada responden juga tinggi. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa norma personal dan maksud perilaku memiliki hubungan yang signifikan dengan korelasi yang positif dan tinggi (r=0,703), hal ini menunjukkan bahwa norma personal responden sangat mungkin untuk
berniat atau bermaksud untuk berperilaku hemat listrik.
Sedangkan norma personal sendiri tidak berhubungan dengan perilaku kebiasaan (r=0,027). Tabel 33 ditunjukkan bahwa maksud perilaku tidak ada hubungan yang nyata dengan perilaku kebiasaan penghematan listrik (r=0,060) sesuai dengan Solomon (1999) yang menyatakan bahwa niat untuk melakukan sesuatu (intend to)
tidak selalu menghasilkan perilaku aktual. Dapat diartikan kemungkinan
bahwa kesadaran, tanggungjawab, norma personal, dan maksud perilaku yang dimiliki oleh responden, belum tentu responden ada keinginan untuk berperilaku kebisaan berhemat listrik. Tabel 33 Nilai koefisien korelasi antarvariabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, maksud perilaku dan perilaku hemat listrik Variabel
Kesadaran hemat listrik
Kesadaran 1 hemat listrik Tanggungjawab Norma Personal Maksud Berperilaku Perilaku hemat listrik ** korelasi signifikan pada p<0,01
Tanggung jawab
Norma Personal
Maksud berperilaku
Perilaku hemat listrik
0,491**
0,465**
0,481**
-0,051
1
0535** 1
0,582** 0,703**
0,091 0,027
1
0,060 1
75
Norm Activation Model sebagai Mediator Tabel 34 memperlihatkan hasil dari regresi berganda untuk norm activation model. Hasil analisis memperlihatkan banwa variabel norma personal, tanggungjawab dan kesadaran memberikan pengaruh terhadap maksud perilaku dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,548. Semakin tinggi norma personal (β=0,426) responden maka keinginan untuk melakukan penghematan listrik juga semakin kuat. Responden yang memiliki tanggungjawab hemat listrik yang tinggi (β=0,318) maka maksud berperilaku hemat listrik juga akan semakin tinggi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh tanggungjawab dan kesadaran pada norma personal dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,357, hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak responden yang merasa bertanggungjawab untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan hemat listrik, maka semakin kuat responden untuk berkewajiban moral untuk mengurangi penggunaan listrik (β=0,449). Sejalan dengan penelitian De Groot dan Steg (2007) yang menyebutkan semakin banyak responden merasa bertanggungjawab untuk masalah yang berkaitan dengan penggunaan energi, semakin kuat responden merasakan kewajiban moral untuk mengurangi konsumsi energi mereka. Norma personal semakin kuat ketika responden menyadari bahwa ada dampak negatif dari penggunaan listrik yang boros (β=0,250). Hasil analisis regrsesi pada Tabel 34 memperlihatkan bahwa semakin kuat kesadaran responden dalam menghemat listrik maka semakin kuat responden merasa bertanggungjawab atas masalah-masalah hemat listrik, dengan koefisien deteminasi (R2) sebesar 0,210. Tabel 34 Analisis regresi norm activation model
**
Variabel dependent Maksud Perilaku
Variabel independent Norma Personal Tanggungjawab Kesadaran
Koefisien distandarisasi 0,426** 0,318** 0,149**
Norma Personal
Tanggungjawab Kesadaran
Tanggungjawab Kesadaran nyata pada p<0,01
Adj,R2
F
Sig
0,548
46,252
0,000
0,449** 0,250**
0,357
32,117
0,000
0,466**
0,210
30,781
0,000
76
Pengaruh Karakteristik Rumahtangga, Pengetahuan, dan Akses Informasi terhadap Norm Activation Model Berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel karakteristik rumahtangga, pengetahuan dan informasi memberi pengaruh terhadap kesadaran, tanggungjawab, norma personal dan maksud perilaku masing-masing dengan R2 = 0,035; 0,256; 0,404; dan 0,551.
Hal ini berarti
bahwa variabel bebas yang ada memberikan kontribusi sebesar 3,5 persen terhadap variabel kesadaran, 25,6 persen terhadap variabel tanggungjawab, 40,4 persen terhadap variabel norma personal dan 55,1 persen terhadap variabel maksud perilaku, sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesadaran hemat listrik (p<0,05). Jumlah anggota keluarga yang banyak akan mendorong responden untuk lebih sadar dalam pemakaian listrik dirumah sehingga dapat menghemat pengeluaran keluarga untuk membayar rekening listrik. Tabel 35 Analisis faktor yang berpengaruh terhadap norm activation model Variabel Usia Jumlah anggota keluarga Lama pendidikan Pendapatan per kapita Daya Pengetahuan Jumlah Informasi Kesadaran Tanggungjawab Norma personal Adj R-Square F(Sig) * nyata pada P<0,05
Tahun Orang Tahun Rp VA Skor Skor Skor Skor Skor
Koefisien distandarisasi Kesadaran Tanggung Norma jawab personal -0,058 -0,057 0,115 0,187* 0,066 0,021 0,089 0,022 0,198* 0,139 -0,202* 0,094 0,104 0,243* -0,210* 0,099 0,022 0,022 0,034 -0,044 -0,064 0,431** 0,227* 0,505**
0,035 1,586 (0,147a) ** nyata pada P<0,01
0,256 5,821 (0,000a)
0,404 9,447 (0,000a)
Maksud perilaku -0,078 0,100 0,059 0,084 -0,074 0,061 -0,076 0,121 0,346** 0,393** 0,551 14,759 (0,000a)
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lamanya pendidikan responden memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap norma personal. Pendidikan responden yang baik akan memudahkan responden dalam mencari informasi tentang penghematan listrik (r=0,224). Pendidikan yang tinggi akan membentuk norma personal dari responden untuk berperilaku hemat listrik. Hal ini terlihat dengan adanya hubungan yang positif antara lama pendidikan
77
dengan norma personal (r=0,223). Pendidikan yang baik memungkinkan responden untuk bersikap lebih responsif terhadap informasi (Engel Blackwell, dan Miniard, 1994) sehingga semakin lama pendidikan responden, akan semakin baik pengetahuan responden, dan berdampak kepada tanggungjawab dan keinginan, dorongan dan motivasi bagi responden untuk menghemat listrik. Pendapatan memberikan pengaruh nyata secara negatif terhadap tanggungjawab (p<0,05). Pendapatan yang tinggi akan membuat responden lebih bertanggungjawab terhadap pengeluaran biaya untuk membayar listrik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan antara pendapatan dengan rekening listrik (r=0,533). Daya listrik memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tanggungjawab dan norma pesonal (p<0,05). Semakin besar daya listrik yang dimiliki oleh responden maka semakin tinggi tanggungjawab dalam hemat listrik, hal ini dapat ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara daya listrik dan tanggungjawab untuk menghemat listrik (r=0,210), serta norma personal responden semakin tinggi untuk menghemat listrik. Kesadaran hemat listrik memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tanggungjawab 9(p<0,01). Penelitian yang dilakukan oleh De Groot dan Steg (2009) bahwa perilaku prososial dapat dipromosikan dengan meningkatkan kesadaran terlebih dahulu dan kemudian meningkatkan tanggung jawab. Hal ini juga ditunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran dan tanggungajwab (r=0,491). Semakin tinggi kesadaran responden untuk hemat listrik maka tanggungjawan untuk berhemat listrik juga akan timbul. Kesadaran dan tanggungjawab memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
pada
Tanggungjawab
norma
personal
responden
untuk
responden
untuk
menghemat
menghemat
listrik
akan
listrik.
menimbulkan
kewajiban moral responden untuk hemat listrik di rumah. Tanggungjawab dan norma personal responden memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada maksud perilaku (p<0,001). Tanggungjawab dan norma personal yang tinggi pada responden akan membuat keinginan untuk berhemat listrik juga tinggi.
Hal
ini
ditunjukkan
adanya
hubungan
yang
signifikan
antara
tanggungjawab dengan maksud perilaku (r=0,582) dan hubungan yang signifikan antara norma personal dengan maksud perilaku (r=0,703), denga norma personal yang tinggi maka keinginan responden untuk menghemat listrik juga tinggi.
78
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hemat listrik adalah karakteristik responden, sumber informasi, kesadaran berperilaku, tanggungjawab, norma personal dan maksud perilaku. Berdasarkan
analisis regresi berganda (Tabel 36) terlihat bahwa
variabel daya, pengetahuan, jumlah informasi, dan tanggungjawab secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku hemat listrik dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,177,
hal ini berarti bahwa variabel bebas yang ada
dalam model memberikan kontribusi 17,7 persen
terhadap variabel perilaku
hemat listrik, sisanya sebesar 82,3 persen ditentukan oleh variabel yang tidak termasuk di dalam faktor-faktor ini. Tabel 36 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hemat listrik Perilaku Hemat Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 2,041 Konstanta Usia Tahun 0,001 0,042 Jumlah anggota keluarga Orang 0,015 0,119 Lama pendidikan responden Tahun 0,007 0,096 Pendapatan per kapita Rp 3,575E-10 0,005 Daya VA -9,993E-5 -0,345 Pengetahuan Skor 0,023 0,280 Jumlah Informasi Skor -0,024 -0,187 Kesadaran Skor -0,043 -0,120 Tanggungjawab Skor 0,107 0,309 Norma personal Skor -0,025 -0,057 Maksud perilaku Skor -0,044 -0,098 R-Square 0,258 Adj R-Square 0,177 a p-value 0,001 * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01 Variabel
Sig 0,000 0,647 0,204 0,310 0,959 0,001** 0,002** 0,040* 0,258 0,017* 0,654 0,467
Tabel 36 menunjukkan bahwa daya listrik berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap perilaku hemat listrik (p<0,01), semakin tinggi daya listrik responden maka semakin tinggi perilaku penggunaan listriknya (makin boros). Adanya pengaruh variabel daya dikarenakan rumah tangga yang berdaya listrik besar memungkinkan responden untuk menggunakan alat listrik lebih banyak seperti AC, microwave, pemanas air, vacum cleaner dan alat elektronik lainnya untuk kenyaman rumahtangga responden (r=0,415). Pada uji korelasi juga menunjukkan bahwa daya listrik memiliki hubungan dengan pendapatan
79
(r=0,425). Daya listrik yang besar menunjukkan kemampuan seseorang untuk membayar biaya rekening listrik yang tinggi karena pendapatannya besar. Pada variabel pengetahuan menunjukkan pengaruh positif dan nyata terhadap perilaku hemat listrik (p<0,05), hal menunjukkan dengan memilki pengetahuan yang tinggi maka responden akan berperilaku hemat listrik. Pengetahuan perilaku responden mempengaruhi perilaku penghematan listrik karena responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai penggunaan peralatan elektronik dan elektrik secara tepat, akan cenderung berperilaku hemat listrik. Variabel jumlah informasi berpengaruh negatif dan nyata terhadap perilaku hemat listrik (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah informasi yang banyak tidak membuat seseorang untuk hemat listrik. Hal ini dapat dimungkinkan karena reponden tidak mendapatkan informasi secara benar bagaimana cara untuk menghemat listrik secara tepat dan benar dan dari sumber yang dapat dipercaya. Variabel tanggungjawab juga berpengaruh positif dan nyata terhadap perilaku hemat listrik (p<0,05). Gerakan hemat listrik yang dicanangkan oleh pemerintah
bukan
hanya
tanggungjawab
pemerintah
semata
untuk
melaksanakannya tetapi perlu keterlibaratan dari masyarakat untuk ikut serta dalam program tersebut, sehingga masyarakat ikut bertanggungjawab akan hemat listrik dan melaksanakan perilaku hemat listrik dalam kehidupan seharihari. Variabel-variabel lain yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perilaku hemat listrik, selain variabel karakteristik rumahtangga, pengetahuan dan informasi adalah seperti variabel kegiatan rumahtangga, lokasi, luas bangunan, jumlah ruangan, cuaca, waktu penggunaan listrik, hobi atau kebiasaan dan daya (watt) untuk setiap jenis alat elektronik. Hasil penelitian Jung (1993) di Korea lebih menekankan pada luas bangunan daripada jumlah kamar, bahwa semakin besar (luas) kamar, semakin banyak penggunaan listrik. Sementara hasil penelitian Reiss dan White (2001) menunjukkan bahwa jumlah kamar dan jenis bangunan berpengaruh signifikan dan positif pada penggunaan alat-alat listrik. Hasil penelitian Nababan (2008) variabel-variabel
karakteristik bangunan rumah yang terdiri atas bentuk/tipe
bangunan, ukuran/luas bangunan, dan jumlah ruangan/kamar, berhubungan dengan penggunaan alat-alat listrik dan pada gilirannya mempengaruhi jumlah permintaan atau pemakaian energi listrik rumahtangga.
80
Keadaan cuaca dapat juga menjadi variabel yang mempengaruhi perilaku hemat listrik bila cuaca panas maka anggota rumahtangga tersebut akan banyak menggunakan listrik untuk pengudaraan lebih banyak, hal ini dapat berdampak sehingga rumahtangga dalam penggunanan listrik akan meningkat. Demikian juga dengan waktu penggunaan listrik (pagi, siang, sore, dan
malam).
Penggunaan listrik pada waktu beban puncak akan mempengaruhi konsumsi listrik, oleh karena itu pemerintah menghimbau agar masyarakat mematikan dua titik pada pukul 17.00- 22.00. Setiap anggota keluarga memiliki hobi yang berbeda, beberapa hobi atau kebiasaan anggota keluarga ada yang berhubungan dengan energi listrik, sehingga mempengaruhi perilaku dalam menghemat listrik. Begitu juga dengan frekuensi kegiatan-kegiatan khusus dalam keluarga di luar kegiatan rutin, semakin tinggi frekuensi kegiatan rumahtangga maka jumlah penggunaan energi listrik semakin meningkat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rekening Listrik Hasil
analisi
regresi
menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengeluaran rekening listrik adalah karakteristrik responden, sumber informasi, pengetahuan, kesadaran, tanggungjawab, norma personal dan maksud perilaku. Berdasarkan analisis regresi (Tabel 37) menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap biaya pengeluaran rekening listrik dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,570. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang ada memberikan kontribusi sebesar 57,0 persen terhadap variabel biaya pengeluaran rekening listrik, sisanya (43,0%) ditentukan oleh variabel yang tidak termasuk di dalam faktor-faktor ini. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif dan nyata terhadap biaya rekening listrik (p<0,01), semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pemakaian listrik juga akan tinggi, sehingga pengeluaran rumahtangga untuk listrik juga tinggi.
Rekening listrik berhubungan dengan pendapatan dengan
koefisien korelasi 0,533. Hal ini membuktikan adanya pengaruh positif dan nyata terhadap pengeluaran rekening listrik (p<0,01), semakin besar pendapatan maka semakin tinggi biaya listrik rumahtangga responden, hal ini di mungkinkan karena responden memiliki daya listrik yang besar dan jumlah peralatan elektronik yang cukup banyak.
81
Rekening listrik berhubungan dengan karakteristik rumahtangga yang lain yaitu daya listrik (r=0,770). Hal ini terbukti adanya pengaruh daya listrik terhadap biaya pengeluaran listrik (p<0,01), semakin besar daya yang dimiliki oleh responden maka biaya rekening listrik akan semakin tinggi. Pada Tabel 15 menunjukan besarnya rekening responden yang memiliki daya listrik ≥ 2200 VA, biaya pengeluaran untuk rekening listrik antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086 dan antara Rp 274.087 sampai dengan Rp 387.432 masing-masing sebesar 28, 6 persen. Tabel 37 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran rekening listrik Variabel Konstanta Usia Tahun Jumlah anggota keluarga Orang Lama pendidikan responden Tahun Pendapatan per kapita Rp Daya VA Kepemilikan usaha Punya=1 Kepemilikan alat elektronik Buah Jumlah Informasi Skor Pengetahuan Skor Kesadaran Skor Tanggungjawab Skor Norma personal Skor Maksud perilaku Skor R-Square Adj R-Square p-value * nyata pada p<0,05 ** nyata pada p<0,01
Pengeluaran Rekening Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 193679,932 -1205,626 -0,092 13751,103 0,147 1540,602 0,027 0,007 0,141 136,089 0,651 31867,607 0,077 1375,095 0,114 8407,939 0,090 -9060,978 -0,154 -40505,671 -0,155 -18538,798 -0,074 9401,868 0,030 -1098,816 -0,003 0,620 0,570 a 0,000
Sig 0,078 0,178 0,032* 0,702 0,050* 0,000** 0,245 0,168 0,198 0,019* 0,045* 0,422 0,750 0,973
Pengetahuan berpengaruh nyata terhadap rekening listrik (p<0,05). Pengetahuan responden mempengaruhi perilaku penghematan listrik
karena
responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai penggunaan peralatan elektronik secara tepat dan akan cenderung berperilaku hemat listrik. Pada variabel norm activation model, hanya variabel kesadaran yang berpengaruh nyata terhadap biaya rekening listrik (p<0,05), dengan kesadaran hemat listrik yang tinggi maka dapat dimungkinkan responden untuk dapat menghemat pemakaian listrik di rumah karena dengan hal tersebut akan berdampak pada pengurangan biaya rekening listrik.
82
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Peralatan Listrik (Jam/hari) Hasil
analisi
regresi
menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penggunaan peralatan listrik adalah karakteristrik responden, sumber informasi, pengetahuan perilaku, kesadaran, tanggungjawab, norma personal dan maksud perilaku. Berdasarkan analisis regresi (Tabel 38) menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap perilaku kebiasaan penggunaan peralatan listrik dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,581. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang ada memberikan kontribusi sebesar 58,1 persen terhadap variabel perilaku penggunaan peralatan listrik, sisanya sebesar 41,9 persen ditentukan oleh variabel yang tidak termasuk di dalam faktor-faktor ini. Tabel 38 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan peralatan listrik (jam per hari)
Variabel Konstanta Usia Tahun Jumlah anggota keluarga Orang Lama pendidikan responden Tahun Pendapatan per kapita Rp Daya VA Kepemilikan Usaha Punya=1 Kepemilikan alat elektronik Buah Jumlah Informasi Skor Pengetahuan Skor Kesadaran Skor Tanggungjawab Skor Norma personal Skor Maksud perilaku Skor R-Square Adj R-Square p-value * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01
Perilaku Penggunaan Peralatan Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 39,450 0,001 0,000 -0,412 -0,006 -3,277 -0,093 2,619E-6 0,070 -0,009 -0,060 14,589 0,049 7,118 0,823 -1,462 -0,022 0,763 0,018 3,036 0,016 -4,664 -0,026 -4,680 -0,021 6,166 0,027 0,629 0,581 a 0,000
Sig 0,610 0,998 0,927 0,178 0,322 0,443 0,451 0,000** 0,751 0,778 0,830 0,775 0,823 0,786
Variabel kepemilikan alat elektronik berpengaruh nyata dan signifikan terhadap perilaku kebiasaan penggunaan alat-alat elektronik dirumah (p<0,01), hal ini dapat di mungkinkan
mempengaruhi responden dalam kebiasaanya
dalam penggunaan peralatan elektronik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan antara kepemilikan alat elektronik dengan perilaku penggunaan alat elektronik (r=0,763).
83
Daya (watt) untuk setiap jenis alat listrik sangat berbeda-beda, ada dayanya yang rendah dan ada yang tinggi. Angka atau jumlah daya sangat menentukan dalam perhitungan indeks. Dalam penelitian yang dilakukan Nababan (2008) semakin tinggi daya kapasitas listriknya, indeks alat listriknya semakin tinggi, yang berarti semakin banyak jumlah alat listrik yang dimiliki dan secara langsung meningkatkan penggunaan listrik. Pemberdayaan Konsumen untuk Hidup Hemat Listrik Listrik sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, tapi kita jarang memikirkan darimana asal listrik yang kita pakai untuk penerangan dan menjalankan alat-alat listrik (Arif et al 2009). Konsumsi listrik merupakan sumber emisi karbon dioksida terbesar, mengingat pembangkit listrik kita masih menggunakan energi batubara yang emisinya lebih kotor daripada minyak atau gas. Semakin boros pemakaian listrik semakin besar pula emisi karbon kita (Salimah 2008). Menggunakan listrik seperlunya sangat penting, tidak hanya untuk menghemat energi, tapi juga untuk mengurangi dampak pemanasan global. Data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2007) menyebutkan,
selama kurun waktu lima tahun (2003-2008) total emisi karbondioksida (CO2) di Indonesia setara dengan 638,975 gigaton CO2. Sumber emisi tersebut terdiri atas konversi hutan dan lahan sebesar 36 persen, emisi penggunaan energi (pembakaran BBM) sebesar 36 persen, emisi limbah 16 persen, emisi pertanian 8 persen dan emisi dari proses industri sebesar 4 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran, tanggungjawab, norma personal, dan maksud perilaku responden masih dalam kategori sedang, begitu juga perilaku hemat listrik responden masih sedang, hal ini menunjukkan bahwa responden masih kurang tergerak untuk melakukan penghematan listrik. Kepemilikan alat elektronik merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, pengeluaran rekening listrik dan perilaku penggunaan alat elektronik.
Hal ini berarti semakin banyak peralatan yang dimiliki semakin
banyak pengeluaran rekening listrik dan penggunaan alat listrik juga semakin sering. Pada penelitian ini yang menjadi sasaran untuk berperilaku hemat listrik adalah rumahtangga yang menjadi pelanggan PLN di wilayah Kelurahan Kedung
84
Waringin. Peran anggota rumahtangga terutama ibu sangat besar untuk memberikan contoh kepada anggota rumahtangga lainnya dalam menghemat listrik, perlu adanya kerjasama anatr anggota rumahtangga agar semua dapat ikut berperan dalam menghemat listrik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden memilih televisi sebagai media yang tepat untuk menyampaikan informasi hemat listrik dan pemerintah sebagai penyampai informasi tersebut. Beberapa himbauan, kegiatan dan sosialisasi dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak-pihak yang terkait, agar masyarakat ikut berperan dalam menghemat listrik, diantaranya: 1.
SK Menteri ESDM No 2 th 2004, tentang kewajiban hemat energi dengan menggunakan teknologi efisien dan ramah lingkungan.
2.
INPRES No 10 tahun 2005, tentang penghematan energi pada sektor pemerintahan.
3.
INPRES No 2 tahun 2008, tentang penghematan energi di semua sektor.
4.
Tanggal 27 April 2008, pencanangan gerakan hemat listrik nasional, pemerintah berharap masyarakat memiliki kesadaran dan membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsi listrik.
5.
Keputusan direksi PLN No.313/K/DIR/2009 tanggal 31 Desember 2009 tentang Ketentuan Pelaksanaan Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik Oleh Pelanggan PT.PLN (PERSERO), maka para pengguna listrik atau pelanggan PLN dengan daya yang lebih dari 6.600 VA (volt ampere) akan mendapatkan penurunan batas hemat listrik yang disubsidi (Lilik 2010).
6.
Himbauan mengenai hemat listrik pukul 17.00 - 22.00 oleh PLN
7.
Program Earth Hour (gerakan untuk memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak terlalu diperlukan selama 60 menit yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim) yang telah dicanangkan oleh WWF (World Wildlife Fund) dan The Sydney Morning Herald sejak tahun 2007 yang dilaksanakan satu tahun sekali setiap hari sabtu terakhir dibulan Maret pukul 20.30-21.30 waktu setempat.
8.
Klinik Diet Karbon yang digelar dalam Clinic Help-Climate Justice for Earth di Taman Suropati hari Minggu 25 April 2010 oleh Institute for Essential Service Reform (IESR) dalam rangka untuk
membangkitkan kesadaran bahwa
setiap orang adalah poluter emisi karbon. Setiap orang dalam hidupnya menghasilkan emisi yang membuat selimut rumah kaca bumi kian tebal (Row 2010).
85
9.
Iklan hemat energi listrik di televisi yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kita sebagai konsumen listrik harus mensikapi kondisi ini dengan
bijaksana sesuai kemampuan kita. Diperlukan sebuah tindakan bersama guna mengatasi dampak pemanasan global. Dengan menghemat energi, kita bisa menciptakan suatu perubahan yang berarti. Gaya hidup yang ramah lingkungan memang sedikit meminta orang lebih berpikir panjang soal pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Setidaknya kita bisa berbuat sesuatu dengan mengubah gaya hidup sehari-hari menjadi lebih hijau untuk mengurangi jumlah gas rumah kaca. Pola hidup ramah lingkungan bukan merupakan pilihan yang sulit diwujudkan, sungguh mudah hidup ramah lingkungan meski merubah perilaku bukanlah hal yang mudah. Penghematan energi listrik perlu dilakukan oleh konsumen listrik karena biaya pemakaian listrik yang semakin mahal, kebutuhan listrik dan alat listrik semakin meningkat, mengurangi pemakaian energi listrik dan perlunya optimalisasi penggunaan energi alami tetapi jika pemborosan listrik yang kita lakukan tidak hanya berdampak pada perusakan lingkungan kita sebagai konsumen listrik juga dirugikan karena aktivitas kita menjadi terganggu (Arif et al 2009) Beberapa upaya dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku demi terwujudnya lingkungan hidup yang lebih baik dan memulainya dari rumah kita sendiri yaitu dengan cara: 1.
Mengganti lampu pijar dengan lampu FLB (fluorescent light bulbs) atau CFLs (compact fluorescent bulbs). Harga bohlam pijar lebih murah daripada lampu CFLs, tapi bila semua lampu di rumah menggunakan lampu yang hemat energi ini maka tagihan listrik bisa ditekan hingga 30 persen dari kondisi semula. Menurut hasil penelitian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA), lampu jenis CFLs menyerap listrik 75 persen dari lampu pijar biasa dan usianya bisa 10 kali lebih panjang daripada bohlam pijar.
2.
Memaksimalkan jumlah baju yang akan dicuci di mesin cuci. Bila mesin bekerja dengan beban cucian yang tidak maksimal, tentu akan memakan energi yang lebih besar, jadi pastikanlah semua baju dicuci pada waktu bersamaan agar beban maksimal mesin tercapai dan energi yang dibutuhkan lebih kecil.
86
3.
Melepaskan kabel peralatan listrik jika sudah tidak lagi digunakan. Boleh saja komputer sudah dimatikan lewat satu klik di tombol "sign-off", tapi selama masih ada lampu yang menyala di piranti, maka pertanda listrik masih menjalar di alat elektronik tersebut baik itu komputer, radio, televisi, atau mesin pencetak. Matikan dan cabut kabelnya agar listrik benar-benar tidak mengalir lagi. Tidak menancapkan colokan listrik walaupun ketika alat elektronik itu dimatikan sama dengan menghemat 40-50% biaya listrik yang harus anda bayarkan tiap bulannya. Ha ini berarti mengurangi panas yang timbul dari alat elektronik yang mengakibatkan pemanasan global. Sebagai konsumen listrik kita dapat berperan untuk menjaga bumi tanpa
mengorbankan kenyamanan, dengan menggunakan listrik seefektif dan seefisien mungkin. Sosialisasi secara terus menerus harus dilakukan kepada masyarakat agar selalu menghemat energi, sosialisasi dapat dilakukan dengan pendekatan yang konvensional agar lebih mengena pada sasaran terutama pada rumahtangga dapat dilakukan dengan memberikan buku panduan (booklet) berupa tips penggunaan peralatan listrik (Lampiran 9), selebaran untuk pangkas listrik pukul 17.00-22.00 seperti yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) APJ Bogor dan PT PLN Batam membuat leaflet tips hemat listrik dengan tampilan yang cukup menarik. (Lampiran 10). Tagihan rekening listrik untuk setiap rumahtangga atau pelanggan listrik dalam setiap bulannya harus dibayar. Besarnya rekening listrik bisa lebih murah ataupun lebih mahal tergantung dari besarnya penggunaan listrik (Susanta dan Agustoni 2007). Sebagai konsumen listrik yang baik kita perlu mengetahui cara perhitungan biaya listrik, agar dapat memperkirakan dan mengatur penggunaan alat-alat listrik secara hemat dan untuk dapat segera mengetahui jika biaya listrik yang dibebankan tidak wajar (Handoko 2010). Cara melakukan prediksi besarnya penggunaan listrik serta biayanya dapat diawali dengan melihat angka meter listrik pada bargainser atau yang dikenal dengan istilah kWh meter. Melalui angka pada meter listrik tersebut dapat diperkirakan besarnya penggunaan listrik sampai akhir bulan yang sedang berjalan dan dapat diketahui pula perkiraan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian listrik bulan tersebut (Susanta dan Agustoni 2007) dapat dilihat pada Lampiran 11.
87
Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah: 1.
Populasi panelitian masih pada satu gardu PLN dari sejumlah 88 gardu yang ada di UPJ Bogor Kota dan hanya pada satu wilayah sehingga tidak terlihat daerah mana yang termasuk pada wilayah pelanggan rumahtangga yang memiliki perilaku hemat listrik tinggi. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu,
tenaga
dan
biaya
yang
dimiliki,
sehingga
tidak
dapat
memrepresentasikan wilayah Kota Bogor. 2.
Penelitian ini masih untuk kelompok pengguna listrik rumahtangga saja.
3.
Belum menjangkau pada kelompok rumahtangga yang kapasitas dayanya lebih besar (R3/ >6600 VA).
4.
Penelitian ini hanya melihat sisi pelanggan rumahtangga yang ikut serta dalam menciptakan krisis listrik belum melihat dari sisi produsen (PT PLN).
5.
Penelitian ini masih menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh gambaran karakteristik responden, sehingga tidak diketahui apakah terjadi perubahan perilaku setelah dilakukan wawancara kepada responden tentang perilaku hemat listrik.
6.
Beberapa variabel masih belum ditanyakan kepada responden terutama pada berapa KWh per bulan yang digunakan pada tiap rumahtangga, tipe dari peralatan elektronik yang dimiliki dan variabel lainnya, sehingga kurang terlihat faktor-foktor yang mempengaruhi perilaku hemat listrik.
7.
Penelitian ini menggabungkan bidang ilmu perilaku konsumen dan perilaku prososial yang lebih membahas tentang perilaku hemat listrik pada rumahtangga. Luasnya masalah yang dikaji menyebabkan variabel yang diteliti terbatas hanya menjawab yang ada pada tujuan.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian besar umur responden berada pada tahap dewasa akhir, yaitu 41 tahun hingga 50 tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan. Status responden dalam rumahtangga sebagian besar adalah sebagai isteri. Pekerjaan responden hampir setengahnya adalah sebagai ibu rumahtangga. Jumlah anggota keluarga responden memiliki jumlah keluarga ≤ 4 orang. Persentase terbesar tingkat pendidikan responden sepertiganya adalah sarjana dan terdapat perbedaan yang nyata lama pendidikan pada masing-masing kelompok daya. Sebagian besar responden rata-rata memiliki pendapatan berkisar antara Rp 212.211 sampai dengan Rp 1.700.000 dan terdapat perbedaan yang nyata pendapatan per kapita pada masing-masing kelompok daya. Sebagian besar responden tidak memiliki usaha rumahtangga. Kepemilikan alat elektronik seperti televisi, radio, seterika, mesin cuci, kulkas, laptop dan magic com rata-rata responden memiliki satu buah, sedangkan lampu TL rata-rata responden memiliki delapan buah di setiap rumahtangga. Rata-rata biaya pengeluaran rekening listrik responden perbulan adalah antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 dan setengah dari jumlah responden masih membayar rekenig listrik diatas rata-rata rekening listrik dari PLN. Akses informasi mengenai penghematan listrik diperoleh responden dari media dan kelompok acuan. Sepertiga responden memperoleh sumber informasi tentang hemat listrik sebanyak satu sumber informasi, sebagian besar responden mendapatkan frekuensi informasi sebesar satu sampai empat kali. Hampir semua responden menyatakan bahwa media yang paling banyak menyampaikan informasi penghematan listrik adalah televisi. Sepertiga responden paling dipercaya sumber informasi dalam menyampaikan informasi hemat listrik pada kelompok media adalah televisi sedangkan pada kelompok acuan sebagian besar responden memilih PLN. Televisi merupakan jenis media yang sering memuat informasi hemat listrik dan pemerintah sebagai yang dipercaya oleh responden dalam menyampaikan atau memberi informasi tentang hemat listrik. Pengetahuan pemakaian alat listrik responden sebagian besar umumnya berada pada tingkat sedang.
89 Kesadaran hemat listrik setengah dari jumlah responden pada kategori sedang,
jumlah
anggota
keluarga
memberi
pengaruh
pada
kesadaran
berperilaku responden dalam penghematan listrik. Tanggungjawab hemat listrik jumlah responden masuk pada kategori sedang dan terdapat perbedaan yang nyata pada tanggungjawab dalam menghemat listrik pada masing-masing kelompok daya. Norma personal lebih dari setengah jumlah responden memiliki kecenderungan masuk pada kategori sedang untuk hemat listrik. Maksud berperilaku lebih dari setengah jumlah responden berkeinginan hemat listrik. Perilaku hemat listrik pada responden hampir sebagian besar pada kategori sedang dan terdapat perbedaan yang nyata perilaku hemat listrik pada masingmasing kelompok daya. Pada
hubungan
antarvariabel
kesadaran,
tanggungjawab,
norma
personal, maksud perilaku, dan perilaku hemat listrik, terdapat hubungan antara kesadaran dengan tanggungjawab, norma personal, dan maksud perilaku. Tanggungjawab berhubungan dengan norma personal dan maksud perilaku responden. Norma personal memiliki hubungan dengan maksud perilaku dengan korelasi yang positif. Maksud berperilaku responden tidak berhubungan nyata dengan perilaku hemat listrik. Umumnya responden memiliki keinginan menghemat listrik, namun perilaku penghematan listriknya masih berada pada kategori sedang. Variabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, dan maksud perilaku tidak berhubungan dengan perilaku hemat listrik, responden masih dalam tahap bermaksud atau berkeinginan untuk berperilaku hemat listrik. Karakteristik
rumahtangga,
pengetahuan
dan
akses
informasi
memberikan pengaruh pada norm activation model. Jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesadaran hemat listrik. Pendapatan memberikan pengaruh nyata secara negatif terhadap tanggungjawab. Daya listrik dan kesadaran memberi pengaruh yang signifikan terhadap tanggungjawab. Lama pendidikan, kesadaran, dan tanggungjawab memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap norma personal, sedangkan daya listrik memberikan pengaruh nyata secara negatif terhadap norma personal. Tangungjawab dan norma personal memberikan pengaru nyata dan signifikan terhadap maksud perilaku responden dalam menghemat listrik. Hasil analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap perilaku hemat listrik adalah daya listrik, pengetahuan, jumlah informasi, dan tanggungjawab. Pada faktor yang
90 berpengaruh nyata pada pengeluaran rekening listrik adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan per kapita, daya listrik, kepemilikan alat elektronik, pengetahuan, dan kesadaran. Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan peralatan listrik adalah kepemilikan alat elektronik.
Saran Pemerintah diharapkan untuk lebih gencar mensosialisasikan gerakan hemat listrik di masyarakat melalui media televisi dalam menyampaikan programprogramnya, karena televisi dapat menjangkau semua kalangan, dapat dilakukan melalui pendekatan secara konvensional dimana pemerintah melakukan tatap muka langsung dengan masyarakat untuk sosialisasi program hemat listrik. Peran serta masyarakat untuk sosialisasi gerakan hemat listrik juga perlu di tingkatkan agar kesadaran dan tanggungjawab tentang penghematan listrik makin tinggi, sehingga keinginan untuk hemat listrik benar-benar dilaksanakan. Sosialisasi dilakukan seiring dengan kenaikan tarif dasar listrik hampir setiap tahun yang selalu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Informasi hemat listrik saat ini masih berupa himbauan untuk menghemat listrik, sehingga belum membuat kesadaran masyarakat tinggi akan arti penting hemat listrik. Informasi akan lebih baik jika langsung berupa tips atau pedoman bagaimana cara menggunakan peralatan elektronik di rumahtangga dengan cara yang tepat sehingga dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk listrik. Listrik untuk rumah tangga adalah produk akhir, akan tetapi banyak rumahtangga yang menggunakan listrik bukan sebagai produk akhir tetapi sebagai input untuk tujuan-tujuan produktif seperti industri rumah tangga, usaha jasa, usaha dagang, dan lain-lain. PT PLN harus mengawasi praktek-praktek seperti ini melalui peraturan-peraturan dan dapat mengubah kelompok pengguna rumahtangga tersebut menjadi kelompok pengguna bisnis atau industri dengan tarif listrik yang berbeda dari tarif rumahtangga, sehingga penerimaan dari penjualan energi listrik PLN dapat bertambah. Masyarakat sebagai konsumen listrik perlu mengetahui dan memahami bagaimana menghitung besarnya rekening listrik di rumah. Dengan mengetahui cara menghitung serta jumlah total dari rekening, diharapkan akan menimbulkan kesadaran kepada anggota keluarga untuk lebih menghemat pemakaian listrik sehingga rekening listrik yang harus dibayarkan menjadi lebih hemat. Hal ini
91 untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen listrik agar tidak dirugikan pada saat pembayaran rekening listriknya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan dua kali wawancara, sebelum dan sesudah sosialisasi untuk melihat perubahan perilaku hemat listrik di masyarakat. Ditujukan pada golongan daya listrik R3 (di atas 6600 VA) karena daya listrik tersebut diperuntukkan untuk keperluan rumahtangga mewah. Rumahtangga golongan R3 memiliki jumlah dan jenis alat-alat listrik yang lebih banyak dibandingkan golongan yang lain sehingga merupakan sasaran yang tepat untuk mendapatkan sosialisasi dan informasi mengenai penghematan listrik. Penelitian diperluas tidak hanya ditujukan pada kelompok rumahtangga tetapi dapat ditujukan untuk kelompok konsumen sosial, bisnis, industri dan publik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Aertsens J, Verbeke W, Mondelaers K, and Van Huylenbroeck G. 2009. Personal Determinants of Organic food Consumption: a review. British Food Journal Vol.111 No.10, 2009. www.emeraldinsight.com. [25 juli 2010]. Akmal M and David I Stern. 2001. Residential Energy Demand in Australia : An Application of Dynamic OLS. Department of Economics. Australian National University. Canberra. http://www een.anu.edu.au/downloadfiles/eep.0104.pdf [Anonim]. 2008 Perilaku Prososial. http://www.lulupuyakabar.com.[Februari2010] _______. 2009. Tips Hemat Listrik. hhtp://telokaspo.blogspot.com/2009 [1 Februari 2010] _______. 2010. Agar Listrik di Rumah Hemat. http://www.jufryj.co.cc/2010/02/agar-listrik-di-rumah-hemat.html [20 Februari 2010] _______. 2010. Kesadaran. [http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran. [20 Februari 2010] _______. 2010. Perilaku Prososial dan Konsep Sustainability. http://bataviase.co.id/node/183877.[23 Oktober 2010] Arif A, Permanasari I, Badil R. 2009. Hidup Hirau Hijau, Langkah Menuju Hidup Ramah Lingkungan. Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia 2007. Jakarta. Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Jawa Barat. 2010. Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2010. Berita Resmi Statistik No. 26/07/32/Th.XII.1 juli 2010. Bhaskoro W. Listrik Untuk Kehidupan. www.wahyubhaskoro.com [12 Februari 2010] Darmadji A. 2009. Membentuk Perilaku Prososial. Yogyakarta. UII. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen jilid 1. F.X. Budijanto, penerjemah. Jakata: Binarupa Aksara. Terjemahan dari Consumer Behavior 6th Ed De Fleur M.L, S B Rokeach. 1989. Theories of Mass Communication. New York: Longman. De Groot J.I.M and Steg L. 2009. Morality and Prososial Bahavior: The Role of Awareness, Reponsibility, and Norms in tke Norm Activation Model. The Journal of Social Psychology. Heldref Publications.
93
[Deppen]. Departemen Penerangan. 1993. Globalisasi Komunikasi dan Kemajuan Teknologi Informasi. Jakarta: Direktorat Publikasi Ditjen Pembinaan Pers dan Grafika. Handoko J. 2010. Cerdas Memanfaatkan dan Mengelola Listrik Rumah Tangga. Jakarta. Kawan Pustaka. Hasibuan FY. 2008. Hutang di balik Listrik Swasta. http://kormonev.menpan.go.id/ [12 Februari 2010] Hawkins, Best, dan Coney. 2001. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy 8th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. Hayati F. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Listrik Pada Rumah Tangga (Studi Kasus dusun Nambongan, Desa Caturharjo Kecamatan Sleman Kabupaten Slemen Daerah Istimewa Yogyakarta). Universitas Islam Indonesia. Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. Johannesen RL. 1996. Etika Komunikasi. (Penterjemah: Malik dan Mulyana). Bandung. Remaja Rosdakarya. Jung T.Y. 1993. Ordered Logit Model for Residential Electricity Demand in Korea. Energy Economics Vol.15. Lilik. 2010. Perusahaan harus menghemat listrik. http://wirlilik.multiply.com/journal/item/224/Aku_Ingin_Hijau Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Kasmir. 2006. Etika Customer Servis. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006. Mari Tingkatkan Budaya Hemat Energi. Jakarta _______________________________________. 2008a. Program LHE Habis Hemat, Terbitlah Terang. Pusdatin. Jakarta _______________________________________. 2008b. Pencanangan Gerakan Hemat Listrik Nasional dan Peluncuran Buku Si Rayong. Jakarta. _______________________________________. 2008c. Sosialisasi Kebijakan Penghematan Pemakaian Listrik. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Panduan Mitasi dan Adaptasi Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. Kendari Pos. 2008. Fakultas Teknik dan PLN Sosialisasi Hemat Energi. [terhubung berkala]: http://www.kendaripos.co.id. [20 Februari 2010]
94
Keputusan Presiden RI No. 89 Tahun 2002 tentang Tarif Dasar Listrik. Khomsan A. 2002. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kotler P, Andreasen AR. 1995. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba Edisi 3. Emilia O, penerjemah Hasanbasri M, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari Strategic Marketing for Nonprofit Organization 3nd ED. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran: Edisi Milenium, Jilid I. Jakarta: Prenhalindo. Kuncoro M. 2008. Habis BBM, Terbitlah Krisis Listrik. Seputar Indonesia, http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini/habis-bbm-terbitlahlistrik-3.html [28 Januari 2010]. Kusumastuti R. 2004. Kualitas Jasa dan Maksud Perilaku Konsumen Pasca Penggunaan Jasa Rawat Inap di RS Ibu dan Anak Hermina Bekasi. [Tesis] Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Pascasarjana Universitas Indonesia. Maddigan R.J, Wen S.C and Colleen G.R. 1983. Rural Residential Demand for Electricity.Land Economics. Vol. 59, No. 2 May 1983. Manurung T. 2008. Masyarakat Konsumtif dan Krisis Listrik di Indonesia. http://teguhmanurung.wordpress.com [15 Februari 2010] Mochtar F. 2009. PLN: Masyarakat Kurang Efisien Pakai Listrik. www.detikfinance.com [16 Februari 2010] Mowen J.C, Minor M. 2002. Perilaku Konsumen Edisi 5., Lina Salim; Penerjemah. Nurcahyo Mahanani; Editor. Jakarta: Indonesia. Terjemahan dari Consumer Behaviour, Fifth Edition. Nababan TS. 2008. Analisis Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (studi Kasus pada Pengguna Kelompok Rumah Tangga Listrik PT PLN (Persero) di Kota Medan). Program Studi Doktor. Universitas Diponegoro. Semarang. Nasution R. 2003. Teknik Sampling. Universitas Sumatera Utara. Digital Library. Noy. 2008. Memangkas Biaya Lewat Penghematan Listrik. http://www.mediaindonesia.com/data/pdf/pagi/2008-12/2008-1215_05.pdf [15 Februari 2010] Nurjanah E. 2000. Analisis Karakteristik Konsumen dan Pola Konsumsi Sarapan Sereal. [Skripsi] Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Pradista D. 2009. Peran Televisi dalam Kasus Perilaku Prososial Anak-anak. http://destypradista.blogspot.com [1 Maret 2010]
95
Praptono. 2006. TDL, Titik Awal Efisiensi Nasional. Majalah Warta Anggaran Edisi 5 Tahun 2006. Direktorat Jenderal Anggaran PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. 2008. Langkah Menghemat Biaya dengan Cara Menghemat Listrik. Bandung. PT. PLN (Persero). 2009. Sisi Lain Tarif Listrik Dasar 2003. http://www.pln.co.id/PelayananPelanggan/TDL [17 Februari 2010] PT.PLN Distribusi Jawa Timur. Kiat Menghemat Energi Listrik d Rumah Tangga. PT.PLN. 2010. Upaya Penghematan Pemakaian Listrik dan Pengendalian Subsidi Melalui Penerapan Tarif Keekonomian. Jakarta. Putra
E.P. 2008. Perilaku Hemat Energi Jangan Dianggap http://erikpurnama.bolg.friendster.com [30 Januari 2010]
Beban.
Ramdhani N. 2009. Model Perilaku Penggunaan IT ”NR-2007”, Pengembangan dari Technology Acceptance Model (TAM). Yogyakarta. UGM. Rasidi A. 2005. Tips Hemat Energi. http://www.pln.co.id/infolistrik tips.asp [30 Januari 2010] Reiss P.C, Matthew W.W. 2001. Household Electricity Demand Revisited. http://www.nberg.org/ Restikowati V. 2007. Hubungan Sumber Informasi dengan Evaluasi Alternatif pada Proses Pemilihan Merk Susu Anak Usia 2-5 tahun. [Skripsi] Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Row. 2010. Turunkan Emisi Karbon di Rumah. http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&i d=696:turunkan-emisi-karbon-di-rumah&catid=11:greenactivities&Itemid=16. [2 November 2010]. Salimah. 2008. Hemat Energi sama dengan Kurang Polusi. http://salimah.or.id/?p=318 Sapta MG. 2009. Pemborosan Listrik Setara Daya Bagi 115.000 Pelanggan PLN Luncurkan “Call Center” 123. http://www.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=106514 [1 Februai 2010] Sari AP, Elyza R dan Salim N. 2003. Dampak Lingkungan Akibat Restrukturisasi Ketenagalistrikan. Pelangi. Jakarta. http://www.pelangi.or.id [ 1 Februari 2010] Schiffman LG, Kanuk LL.2004 Customer Behavior 5th Ed. New Jersey:Prentice Hall.
96
Schwartz S.H, dan Howard J.A. 1981. A Normative Decision Making Model of Altruism. In J.P Rushton dan R.M Sorrentino (Eds) Altruism and Helping Behavior. Hillsdale: Erlbaum. Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Setiawan J. 2009. Perilaku Prososial Terhadap Pengemis Jalanan. http://www.scribd.com/doc/16189190/Tugas-UAS-Psikologi-SosialSemester-II-STKS-Bandung-Perilaku-Prososial-Terhadap-Pengemis Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Indonesia Siregar R.M.T. 2006. Peran Sikap Konsumen Rumah Tangga dalam Penghematan Energi Listrik. [terhubung berkala]: http:// katalog.pdii.lipi.go.id. [17 Februari 2010] Siswanto J. 2010. Penguatan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara dalam Rangka Ketahanan Keluarga. http://denmasjoko.wordpress.com/2010/03/18/249/. [24 April 2010] Solomon M. R. 1999. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall. Statistik Ekonomi Energi Indonesia. 2007. www.batan.go.id/ppen [28 Januari 2010] Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia Suntoro.1992. Pendidikan Komputer. Jurnal Scientific Indonesia. Sunarto. 2009. Definisi Peralatan Listrik Rumah. oke.blogspot.com/2009/02 [19 Oktober 2010].
http/:
sunarto-
Suprapto J, Limakrisna N. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: Mitra Wacana Media Susanta G, Agustoni S. 2007. Kiat Hemat Bayar Listrik. Jakarta. Penebar Swadaya. Sutopo. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tenaga listrik oleh konsumen rumah tangga pada PLN Kabupatan Klaten. Abstrak. www.digilib.uns.ac.id/. Tarif Dasar Listrik. http://id.wikipedia.org [20 Februari 2010]. Tryfino. 2007. Permasalahan dan Prosfek Listrik Nasional, Economic Review, Analisis Ekonomi dan bisnis Bank BNK, No 207. Umar H. 2002. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia.
97
Utami R.B. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Dalam Program Berseri (Studi Kasus Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Jawa Tengah. [Tesis] Pascasarjana Universitas Indonesia. Yanuwirawan, Prastowo, Kurniawan. 2006. Efisiensi Energi, Pemborosan Energi Listrik di Kalangan Mahasiswa. Makalah Kebijakan Energi. Jurusan Teknik Fisika. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yarrow J. 2007. 1001 Ways You Can Save the Planet. Duncan Baird Publishers. Wall R, Wright PD, Mill GA. 2007. Comparing and Combining Theories to Explain Proenviromental Intention. The Journal of Environment and Behavior. http://eab.sagepub.com. [20 Maret 2010]. Winkel WS. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
98 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
99 Lampiran 2 Nilai validitas dan nilai reliabilitas setiap variabel Varibel Kesadaran hemat listrik
Tanggungjawab hemat listrik
Norma personal
Maksud perilaku
Item Pertanyaan
Nilai Validitas
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,578 0,352 0,411 0,329 0,270 0,467 0,392 0,476 0,484 0,247 0,378 0,448 0,489 0,378 0,545 0,431 0,616 0,272 0,412 0,491 0,448 0,478 0,306 0,242 0,266 0,420 0,341
Nilai reliabilitas
Keterangan: 1. Nilai reliabilitas merupakan nilai standardized cronbach alpha 2. Nilai valid jika r hitung > r tabel dengan koefisien 5% dan 10% r tabel dengan taraf signifikan 5% (0,195) dan 10% (0,256)
0,677
0,685
0,731
0,710
Lampiran 3 Nilai koefisiensi antar variabel
Jumlah Informasi Jumlah Frekwensi Sumber yang dipercaya Pengetahuan Kesadaran Tanggung Jawab Norma Personal Maksud Perilaku Perilaku Kebiasaan Perilaku Penggunaan Alat
Maksud Perilaku
Perilaku Kebiasaan
Perlaku Penggunaan Alat
,110
-,071
,168
-,083
,153
,121
-,120
,047
-,054
,059
-,043
-,054
,071
-,018
,031
,106
1
-,021
-,344**
-,001
-,076
,055
-,090
-,076
-,004
-,084
,133
-,062
,114
,158
,050
,090
-,139
-,052
1
-,057
-,298**
,043
,100
,018
,095
,042
,025
,011
,213*
,170
,179
,080
,215*
,162
,047
1
,345**
,272**
-,024
,293**
,291**
,106
,224*
,190*
,019
,106
,097
,223*
,171
-,008
,162
1
,425**
,238*
,436**
,533**
,104
,054
,125
-,037
,076
-,010
,056
,057
-,331**
,311**
1
,177
,423**
,770**
,082
,097
,087
,104
,131
,210*
,092
,090
-,297**
,344**
1
,062
,185*
-,141
-,163
-,018
,079
,081
,145
,044
,149
-,053
,142
1
,551**
,289**
,268**
,106
-,048
,218*
,143
,114
,208*
-,305
,763**
1
Norma Personal
Tanggung jawab
Kesadaran
Lama Pendidian
Pengetahua n Perilaku
-,019
Jumlah Informasi
-,254**
Kepemilikan Usaha
1
Jumlah Angg, Kel,
Sumber yang di percaya
Kepemilikan Alat Elektronik Biaya Listrik
Jumlah Frekwensi info
Kepemilikan Usaha
Biaya Listrik
Daya
Kepemilikan Alat Elektronik
Pendapatan
Daya
Jumlah Anggota Keluarga Lama Pendidikan
Pendapatan
Jenis Kelamin*
Jenis Kelamin*
Usia
Usia
Hubungan Antar Variabel (r)
,049
,135
,046
-,069
,092
,097
,089
,088
-,300**
,477**
1
,748**
,225*
-,014
,072
,068
-,035
-,037
-,202*
,151
1
,158
-,066
,038
,076
-,052
-,105
-,119
,161
1
-,154
-,040
-,036
,091
,019
-,197*
,019
1
,111
,115
,061
,182
,240*
-,038
1
,491**
,465**
,481**
-,051
,190
1
,535**
,582**
,091
,126
1
,703**
,027
,126
1
,060
,202
1
-,271** 1
101
Lampiran 4 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran hemat listrik Perilaku Hemat Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 3,164 Konstanta Usia Tahun -0,003 -0,058 Jumlah anggota keluarga Orang 0,067 0,187 Lama pendidikan responden Tahun 0,017 0,089 Pendapatan per kapita Rp 2,770E-8 0,139 Daya VAs 8,303E-5 0,104 Pengetahuan Skor 0,022 0,099 Jumlah Informasi Skor 0,012 0,034 R-Square 0,096 Adj R-Square 0,035 p-value 0,147a * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01 Variabel
Lampiran
5 Analisis regresi faktor-faktor tanggungjawab hemat listrik
yang
berpengaruh
Perilaku Hemat Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 1,674 Konstanta Usia Tahun -0,003 -0,057 Jumlah anggota keluarga Orang 0,025 0,066 Lama pendidikan responden Tahun 0,004 0,022 Pendapatan per kapita Rp -4,231E-8 -0,202 Daya VA 0,000 0,243 Pengetahuan Skor 0,005 0,022 Jumlah Informasi Skor -0,016 -0,044 Kesadaran Skor 0,453 0,431 R-Square 0,309 Adj R-Square 0,256 p-value 0,000a * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01
Sig 0,000 0,557 0,058* 0,364 0,164 0,304 0,305 0,725
terhadap
Variabel
Sig 0,000 0,511 0,455 0,796 0,023* 0,007* 0,794 0,606 0,000**
102
Lampiran 6 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap norma personal hemat listrik Perilaku Hemat Listrik Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 1,314 Konstanta Usia Tahun 0,005 0,115 Jumlah anggota keluarga Orang 0,006 0,021 Lama pendidikan responden Tahun 0,031 0,198 Pendapatan per kapita Rp 1,567E-8 0,094 Daya VA 0,000 -0,210 Pengetahuan Skor 0,004 0,022 Jumlah Informasi Skor -0,019 -0,064 Kesadaran Skor 0,190 0,227 Tanggungjawab Skor 0,404 0,505 R-Square 0,452 Adj R-Square 0,404 p-value 0,000a * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01 Variabel
Sig 0,001 0,138 0,790 0,012 0,248 0,012* 0,776 0,403 0,009* 0,000**
Lampiran 7 Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap maksud perilaku hemat listrik Perilaku Hemat Listrik Variabel Koefisien tidak Koefisien distandarisasi distandarisasi 0,839 Konstanta Usia Tahun -0,003 -0,078 Jumlah anggota keluarga Orang 0,029 0,100 Lama pendidikan responden Tahun 0,009 0,059 Pendapatan per kapita Rp 1,361E-8 0,084 Daya VA -4,827E-5 -0,074 Pengetahuan Skor 0,011 0,061 Jumlah Informasi Skor -0,022 -0,076 Kesadaran Skor 0,099 0,121 Tanggungjawab Skor 0,268 0,346 Norma personal Skor 0,381 0,393 R-Square 0,591 Adj R-Square 0,551 p-value 0,000a * nyata pada P<0,05 ** nyata pada P<0,01
Sig 0,013 0,249 0,145 0,395 0,236 0,315 0,358 0,254 0,118 0,000** 0,000**
102
Lampiran 8Tarif dasar listrik
Lampiran 9 Booklet tips menghemat listrik di rumah
Booklet ini dipersembahkan oleh Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Institut Pertanian Bogor Anggi Mayang Sari Irmayani Nurasrina Laili Hidayati untuk rumah tangga pengguna listrik di Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor yang telah menjadi responden kuesioner kami.
Pompa Air Konsumsi daya 650 Watt Asumsi pemakaian 3 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 29.250,‐/bulan Tips hemat listrik pada Pompa Air : • Gunakan pompa air untuk mengisi penampungan (tandon), bukan untuk mengalirkan air ke dalam rumah (bak mandi, mesin cuci, dsb). • Gunakan penampung air otomatis sehingga aliran listrik akan terputus dan pompa berhenti bekerja bila penampung sudah penuh. Catatan: • Harga listrik rata‐rata per kWh = Rp. 500, (belum termasuk aboncmen PLN dan pajak) • Konsumsi daya peralatan bergantung pada merk/tipe dan ukuran. • Taril Dasar listrik (TDL) dapat berudah sewaktu‐waktu sesuai dengan keputusan pemerintah 14
TV 21Inci Konsumsi daya 68 Watt Asumsi pemakaian 8 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 8.160/bulan Daya standby 6 Watt, Asumsi standby 14 jam per hari, (tambah biaya) Rp. 1.260/bulan Tips penghematan listrik pada TV : • Atur volume sesuai kebutuhan. • Matikan TV jika tidak digunakan, dan hindari penggunaan standby mode (mematikan dengan remote control). • Pergunakan fungsi timer sebaik‐baiknya untuk mengatur pemakaian. Audio/Stereo Set Konsumsi daya 50 Watt Asumsi pemakaian 2 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 1.500/bulan Daya standby 22 Watt, Asumsi standby 14 jam per hari, (tambah biaya) Rp. 4.620,‐/bulan
Tips hemat listrik pada Audio/Stereo Set • Atur volume sesuai kebutuhan. • Matikan peralatan jika tidak digunakan, dan hindari penggunaan “standby mode” (mematikan dari remote control). • Pergunakan fungsi timer sebaik‐baiknya untuk mengatur pemakaian
3
RUMUS PERHITUNGAN BIAYA LISTRIK PERALATAN ELEKTRONIK Daya peralatan (kW) x lama penggunaan (jam) x Tarif listrik PLN (Rp/kWh) Daya peralatan (TV) adalah 65 Watt maka sama dengan 65/1000 = 0,065 kW (kilo Watt). Jika lama penggunaan dalam 1 hari = 8 jam, dimana asumsi tarif listrik adalah Rp. 500,‐/kWh Maka total biaya dalam 1 bulan (30 hari) adalah 0.065 x 8 x 500 x 30 = Rp. 7.800,‐/bulan
Sumber informasi booklet: Booklet PT. Energy Management indonesia (www.energyservices.co.id) 2
15
AC Split 1/2 PK Konsumsi daya 430 Watt Asumsi pemakaian 8 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 51.600/bulan Tips hemat listrik pada AC : • Matikan AC bila ruangan tidak dipergunakan dalam waktu lama. • Tutup pintu dan jendela ketika AC sedang menyala. o • Atur suhu AC sesuai kebutuhan, sekitar 23‐25 C, semakin dingin suhu semakin besar konsumsi listriknya. • Pergunakan kaca film pada jendela ruangan. • Gunakan timer untuk mengatur pemakaian agar sesuai kebutuhan. • Bersihkan AC secara berkala. Kipas Angin Konsumsi daya 103 Watt Asumsi pemakaian 8 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 12.360/bulan Tips hemat listrik pada Kipas Angin : • Atur kecepatan kipas sesuai kebutuhan, semakin tinggi kecepatan kipas semakin besar konsumsi listriknya. • Jika ada, pergunakan timer untuk mengatur pemakaian agar sesuai kebutuhan. • Matikan kipas angin bila tidak digunakan.
4
Pemanas Air Konsumsi daya 400 Watt Asumsi pemakaian 2 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 12.000,‐/bulan. Tips hemat listrik pada Pemanas Air • Mandi dengan shower atau gayung lebih baik daripada bathtub • Pergunakan alat jika benar‐benar diperlukan. • Segera matikan alat bila selesai dipergunakan. Mesin Cuci Konsumsi daya : ‐ Mencuci/membilas 250 Watt. ‐ Mengeringkan 300 Watt. Asumsi pemakaian 1,5 jam per hari (Mencuci dan membilas 1 jam, mengeringkan 1/2 jam). Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 6.000,‐/bulan Tips hemat listrik pada Mesin Cuci : • Gunakan mesin cuci sekaligus bila cucian sudah terkumpul banyak. • Hindari penggunaan fasilitas pengering dari mesin cuci, pergunakan panas matahari untuk pengeringan secara alami.
13
Komputer Konsumsi daya 140 Watt Asumsi pemakaian 5 jam per hari Biaya pemakaian listrik Rp. 10.500/bulan Daya standby 8 Watt, Estimasi pemakaian 19 jam per hari, (Tambahan biaya) Rp. 2.280,‐/bulan Tips hemat listrik pada komputer : • Matikan layar monitor daripada memposisikan “standby mode” ketika sedang istirahat. • Hindari penggunaan screensaver karena akan merubah setting layar monitor untuk selalu aktif. • Gunakan resolusi display dan brightness yang rendah. Gunakan wallpaper dengan warna hitam. • Atur 'Power Setting' agar monitor dapat mati secara otomatis. • Matikan komputer (CPU) dan cabut kabelnya bila tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama. Game Player Konsumsi daya 20 Watt Asumsi pemakaian 5 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 1.500,‐/bulan Tips hemat listrik pada Game Player • Gunakan peralatan sesual kebutuhan. • Matikan peralatan jika tidak digunakan dan hindari penggunaan ‘Standby mode'.
12
5
Kulkas 120 Liter Konsumsi daya ‐Kompresor menyala 120 Watt ‐Kompresor standby 12 Watt Asumsi pemakaian 24 jam per hari 12 jam kompresor menyala, 12 jam kompresor standby) Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 23.760,‐/bulan Tips hemat listrik pada Kulkas • Pintu kulkas harus ditutup rapat, buka jika perlu. • Atur suhu kulkas sesuai kebutuhan. • Jangan memasukkan makanan den minuman yang masih panas. • Taruh kulkas jauh dari sumber panas. Setrika Konsumsi daya 300 Watt Asumsi pemakaian 1 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 4.500,‐/bulan Tips hemat listrik pada Setrika : • Persiapkan terlebih dahulu pakaian yang akan disetrika, kalau perlu lipat/rapikan terlebih dahulu, sehingga tidak membuang waktu pada seat menyetrika. • Atur tingkat panas sesuai dengan kondisi bahan pakaian yang akan disetrika. • Matikan setrika segera setelah selesai digunakan.
10
7
Lampu Bohlam 60 Watt Konsumsi daya 60 Watt Asumsi pemakaian 8 jam per hari • Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 7.200,‐/bulan Lampu Hemat Enargi (LHE) 12 Watt Konsumsi daya 12 Watt Asumsi pemakaian 8 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp.1.440,‐/bulan Tips hemat listrik pada penerangan : • Matikan lampu bila ruangan tidak digunakan. • Pergunakan lampu hemat energi (LHE), kurangi penggunaan lampu bohlam/pijar (contoh : LHE 12 Watt terangnya setara dengan lampu bohlam 60 Watt). • Buka gorden atau tirai di sang hari hingga penerangan alami dapat digunakan. • Bersihkan lampu yang berdebu, karena debu dapat mengurangi tingkat penerangan. • Gunakan cat berwarna cerah untuk interior dan furniture anda. • Sedapat mungkin 1 saklar untuk 1 titik penerangan.
6
Microwave Konsumsi daya 1.270 Watt Asumsi pemakaian 1/2 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 9.525,‐/bulan Tips hemat listrik pada Microwave : • Pergunakan microwave untuk menghangatkan makanan pada volume maksimum sehingga mengurangi frekuensi penggunaan yang tidak diperlukan. • Perhatikan waktu yang digunakan untuk menghangatkan makanan karena ada kalanya makanan telah menjadi hangat pada waktu yang singkat. Blender Konsumsi daya 130 Wait Asumsi pemakaian 1/2 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 975,‐/bulan Tips hemat listrik pada Blender : • Tambahkan air secukupnya pada bahan yang akan dihaluskan, sehingga mengurangi kinerja putaran mesin. • Bila perlu, gabungkan sekaligus bahan yang akan dihaluskan daripada menghaluskan satu‐persatu.
8
Dispenser Konsumsi daya: Pemanas menyala 250 Watt Pemanas standby 6 Watt Asumsi pemakaian 24 jam per hari (menyala 2 jam, standby 22 jam) Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 9.480,‐/hari Tips hemat listrik pada dispenser • Hindari pemakaian dispenser air dingin bila telah memiliki kulkas. • Jika perlu, tampung air panas dari dispenser ke termos lalu matikan fungsi air panasnya. • Cabut kabel listrik bila dispenser tidak digunakan dalam waktu lama, terutama maam hari. Pemanggang Roti Konsumsi daya 380 Watt Asumsi pemakaian ½ jam per hari Estimasi biaya listrik: Rp. 2.850,‐/bulan Tips hemat pada Pemanggang Roti • Persiapkan semua roti yang akan dipanggang sebelum pemanggang dinyalakan. • Jika ada, pergunakan fasilitas timer untuk mengatur lama waktu memanggang. 11
Kompor Listrik Konsumsi daya 380 Watt Asumsi pemakaian 4 jam per hari Estimasi biaya pemakaian listrik Rp. 22.800,‐/bulan Tips hemat listrik pada Kompor Listrik : • Pergunakan kompor listrik jika benar‐benar perlu. • Segera matikan bila kompor tidak digunakan. Penanak/Penghangat Nasi Konsumsi daya ‐Menanak nasi 465 Watt ‐Menghangatkan nasi 65 Watt Asumsi pemakaian 9 jam per hari (1 jam menanak nasi, 8 jam menghangatkan nasi) Estimasi biaya pemakaian listrik : Rp. 14.775/bulan Tips hemat lsitrik pada Penanak/Penghangat Nasi • Sebaiknya diamkan dulu beras beserta air yang akan dimasak selama kurang lebih 30 menit agar mengembang secara alami, untuk mengurangi waktu pemasakan. • Perhatikan rutinitas makan keluarga Anda. Ada baiknya mengurangi penggunaan fungsi penghangat nasi. Untuk satu kali sesi makan, menanaklah nasi tepat dengan kebutuhan seluruh keluarga, setelah itu matikan.
9
Lampiran 10 Sosialisasi hemat listrik PT PLN Batam
Lampiran 10 Sosialisasi hemat listrik PT PLN Batam
Lampiran 11 Mengenal, mencatat dan menghitung meter kWh
Lampiran 11b Mengenal, mencatat tarif liatrik
111 Lampiran 12 Langkah menghemat biaya dengan cara menghemat listrik oleh PT PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten.
1. Lampu Penerangan a. Gunakan lampu hemat energi. Lampu memakan 10 – 15% konsumsi listrik rumah tangga. Gunakan lampu hemat energi atau lampu fluorescent. Lampu jenis ini lebih terang dan awet, serta membutuhkan konsumsi listrik yang lebih kecil daripada lampu pijar. b. Menghidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja, Hindari penggunaan lampu pada siang hari. Desain ruangan anda agar dapat terkena sinar matahari yang cukup sehingga anda tidak perlu menggunakan lampu sebagai penerangan di siang hari. c. Mewarnai dinding, lantai dan langit-langit dengan warna terang, sehingga tidak membutuhkan penerangan yang berlebihan. d. Memasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan obyek yang akan diterangi. e. Mengatur perlengkapan rumah agar tidak menghalangi penerangan. f. Gunakan lampu-lampu taman pada tempat dan waktu yang di perlukan. 2. Lemari pendingin a. Memilih lemari es dengan ukuran/kapasitas yang sesuai. Lemari es dengan teknologi terkini hanya membutuhkan setengah daya listrik dibanding dengan lemari es keluaran 10 tahun yang lalu. Mengganti lemari es jadul dengan lemari es baru yang lebih hemat energi termasuk salah satu cara untuk menekan konsumsi listrik rumah tangga. Apabila anda menghitung-hitung, tentunya menggunakan lemari es yang lebih hemat energi jauh lebih hemat karena anda dapat mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan untuk membayar tagihan listrik lemari es tersebut setiap bulannya. b. Membuka pintu lemari es seperlunya, dan pada kondisi tertentu dijaga agar dapat tertutup rapat. Membuka pintu berarti membuang dingin yang telah dihasilkan lemari es dan membuatnya mengulangi kerjanya kembali. Pertimbangkan membeli lemari es yang memiliki kran minum di luar yang bisa menyediakan air minum dingin tanpa membuka pintu. c. Menempatkan lemari es jauh dari sumber panas, seperti sinar matahari, kompor.
112 d. Mengisi lemari es secukupnya atau tidak melebihi kapasitas karena hal ini akan membuat sirkulasi udara dalam kulkas menjadi kurang baik dan menjadi lebih boros listrik. e. Meletakkan lemari es minimal 15 cm dari dinding/tembok rumah. Ruang ini diperlukan untuk sirkulasi udara agar mesin kulkas tak terlalu panas. f.
Tidak memasukkan makanan/minuman yang masih panas ke dalam lemari es.
g. Membersihkan kondensor (terletak di belakang lemari es) secara teratur dari debu dan kotoran, agar proses pelepasan panas berjalan baik. h. Mengatur suhu lemari es sesuai kebutuhan karena semakin rendah/dingin temperatur, semakin banyak konsumsi energi listrik. i.
Mematikan lemari es bila tidak digunakan dalam waktu lama.
3. Pengatur suhu udara (AC) a. Memilih AC hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan. Pilih daya PK AC yang sesuai dengan kebutuhan. Hitung luas ruang dan tanyakan ke toko jumlah PK yang diperlukan. Perhatikan EER (efficiency energi ratio), pilih AC dengan watt kecil yang memiliki daya PK yang lebih besar. b. Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan. c. Mengatur suhu ruangan secukupnya, tidak menyetel AC terlalu dingin, operasikan pada suhu 25° C d. Gunakan AC pada ruangan tertutup agar energi tidak terbuang percuma. Menutup pintu, jendela dan ventilasi ruangan agar udara panas dari luar tidak masuk e.
Menempatkan AC sejauh mungkin dari sinar matahari lansung agar efek pendingin tidak berkurang.
f.
Membersihkan saringan (filter) udara dengan teratur. Lakukan perawatan AC secara berkala agar dinginnya terpelihara. Perawatan secara berkala dapat menghemat 20% dari pemakaian listrik.
4.
Seterika Listrik a. Mengatur tiingkat panas yang diperlukan sesuai dengan bahan pakaian yang akan diseterika. b. Membersihkan bagian bawah seterika dari kerak yang dapat menghambat panas
113 c. Lepaskan seterika listrik dari stop kontak setelah anda selesai menyeterika pakaian. Menyalakan seterika listrik dari 450 watt misalnya, adalah sama dengan menyalakan lebih dari 10 buah lampu neon secara serempak. d. Jangan biasakan bersetrika sambil menonton TV. Selain terlalu banyak alat yang nyala pada satu waktu, setrika sambil nonton TV akan membuat lebih banyak lagi waktu yang diperlukan untuk setrika. 5.
Televisi, Radio, Tape, Komputer a. Monitor komputer LCD membutuhkan daya yang lebih kecil daripada monitor CRT. Dan Laptop juga jauh lebih hemat listrik daripada PC Desktop biasa. Apabila anda masih menggunakan masih menggunakan monitor CRT atau PC Desktop, ada baiknya untuk beralih ke monitor LCD atau Laptop. b. Apabila sudah tidak diperlukan, matikan peralatan listrik seperti televisi, tape atau radio. Jangan biarkan dalam kondisi stand-by, karena pada kondisi tersebut peralatan elektronik masih menggunakan listrik sekitar 5 watt. c. Menggunakan pesawat televisi sebaiknya menggunakan timer sehingga apabila kita waktu melihat televisi ketiduran, televisi dapat mati secara otomatis.
6.
Kipas Angin a. Membuka ventilasi atau jendela rumah untuk memperlancar udara ke dalam rumah, sehingga kipas angin tidak berputar terus setiap hari. b. Kecepatan kipas angin harus disesuaikan dengan suhu ruangan. c. Besar kipas angin harus disesuaikan dengan besar ruangan. d. Mematikan kipas angin bila tidak digunakan atau gunakan kipas angin yang dilengkapi alat pengatur waktu (timer) dan atur timer sesuai dengan kebutuhan
7.
Pompa Air a. Memilih pompa air harus disesuaikan dengan kedalaman air dan daya yang terpasang. Pompa air mempunyai daya hisap dan daya listrik yang bermacam-macam. b. Gunakan bak penampung air, alat ini akan mengurangi jumlah nyala pompa air. Pada awal penggunaan, jumlah daya listrik yang dibutuhkan pompa air lumayan besar.
114 c. Jangan menggunakan air kecuali kalau memang diperlukan. Untuk mengalirkan air yang anda gunakan dibutuhkan pompa listrik, yang mana pompa tersebut membutuhkan energi listrik untuk menggerakkannya. d. Hindari penggunaan pemanas air bertenaga listrik, pertimbangkan untuk membeli alat yang bertenaga matahari. Bila sudah terlanjur memiliki yang bertenaga listrik, gunakanlah shower ketika akan memanfaatkannya. Menggunakan bathtub maupun bak mandi membuat banyak air panas yang terbuang percuma. 8.
Mesin Cuci a. Pilih mesin cuci yang hemat energi, karena mesin cuci yang beredar memiliki daya yang berbeda dengan tipe yang sama. b. Memilih mesin cuci harus sesuai dengan pakaian yang setiap hari harus dicuci, karena akan lebih menghemat listrk c. Gunakan mesin cuci sesuai kapasitas, karena menggunakan mesin cuci melebihi kapasitas sama dengan melakukan pemborosan listrik. d. Mencuci satu-dua potong pakaian akan jauh lebih boros jika dibandingkan mencuci setumpuk pakaian sekaligus. e. Penggunaan mesin pengering harus disesuaikan dengan keadaan cuaca.
9.
Dispenser Dispenser digunakan untuk mendinginkan dan memanaskan air, yang akan memudahkan kita untuk memperoleh air dingin maupun air panas. Dispenser biasanya di gunakan terus sepanjang hari untuk persediaan air dingin dan air panas. a. Pilih dispenser yang memiliki daya listrik yang kecil b. Mematikan dispenser pada saat kita bepergiaan dan pada waktu lama tidak di gunakan.
10. Peralatan Listrik untuk Memasak (kompor listrik, penghangat nasi, oven, microwave) a. Pilih peralatan sesuai dengan kapasitas memasak dan sesuai dengan jumlah anggota keluarga. b. Pilih peralatan memasak yang memiliki timer, sehingga apabila makanan yang dimasak sudah matang peralatan listrik tersebut bisa mati secara otomatis