ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2015
Skripsi
Oleh:
Wanda Jaya Purnama NIM: 1111101000016
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi,
Juni 2015
Wanda Jaya Purnama, NIM: 1111101000016 Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015 xii + 88 halaman, 3 tabel, 4 gambar, 54 bacaan
ABSTRAK Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Tahun 2013 Puskesmas Ciputat Timur hanya dapat memberikan pelayanan K4-K1 yaitu sebanyak 71% ibu hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran input, proses, output, pengawasan, serta gambaran umpan balik yang dilakukan oleh Puskesmas Ciputat Timur dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga April 2015. Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah kepala Puskesmas Ciputat Timur, pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali), ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali), dan ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur. Cakupan pelayanan antenatal yang tidak tercapai sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu diantaranya yaitu sikap sebagian petugas yang tidak ramah kepada pasien, belum bagusnya fasilitas USG yang dimiliki Puskesmas, lama dalam proses pendaftaran, serta kurang efektifnya program koin kepuasan untuk mengetahui seberapa jauh kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan.
iv
ABSTRACT
One of the efforts in reducing maternal mortality is the Antenatal care K1 and K4. Antenatal care (ANC) is important to ensure maternal health during pregnancy and as a guarantee to take the health facility for childbirth safely. In 2013, Puskesmas of East Ciputat can only provide K4-K1, there were 71 pregnant women with the target was 1323. The occurrence of a decline in 2014, which is based on data from the annual report of 2014, data obtained K4-K1 or Antenatal Care only reached number 58 from 1471 pregnant women were targeted. This research is intended to describe the input, process, output, monitoring, and feedback overview conducted by the Puskesmas of East Ciputat in the implementation of antenatal care services. This research is qualitative research that produces descriptive data. This research was conducted in Puskesmas East Ciputat. This research was conducted for approximately two months starting from March to April 2015. The informant, the informant in this study include the head of the Puskesmas East Ciputat, holders of KIA program Puskesmas East Ciputat, pregnant women antenatal diligent (4 times), pregnant women antenatal care less (1 time), and pregnant women who never do pregnancy checks on Puskesmas East Ciputat. Antenatal care coverage is not achieved in accordance with the targets set can be caused by several things, some of them are the attitude of some officers who are not friendly to the patient, not good ultrasound facilities owned health centers, long in the registration process, as well as the lack of effective programs for the satisfaction coins knowing how far the patient's satisfaction with the services rendered.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada: 1. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Keehatan Masyarakat. 2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan ide, masukkan kritik dan saran perbaikan terhadap skripsi ini. 3. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi saya. 4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 5. Ibu, Bapak dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
vi
6. Pihak Puskesmas Ciputat Timur yang telah mempersilahkan saya untuk melakukan penelitian dan juga terimakasih telah memberikan data yang saya butuhkan. 7. Ibu alfiah selaku pemegang program KIA yang sudah membantu saya dalam mengumpulkan data. 8. Petugas Puskesmas Ciputat Timur yang telah membantu dalam pengumpulan data. 9. Teman-teman yang sudah membantu dan memberi semangat serta dorongan agar saya menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca. “Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan .................................................................................................i Abstrak .....................................................................................................................iii Abstract .....................................................................................................................iv Kata Pengantar ........................................................................................................v Daftar Isi ...................................................................................................................vii Daftar Tabel..............................................................................................................xi Daftar Gambar .........................................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................3 C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................3 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................4 1. Tujuam Umum .........................................................................................4 2. Tujuan Khusus..........................................................................................4 E. Manfaat Penelitian .........................................................................................4 1. Bagi Institusi Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah .................................4 2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur ................................................................4 3. Bagi Peneliti Lain .....................................................................................5 F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antenatal Care ................................................................................................6 1. Pengertian Antenatal Care........................................................................6 2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care ..........................................8 3. Standar Pelayanan Antenatal Care ...........................................................10
viii
B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas .....................................21 1. Input .........................................................................................................21 2. Proses .......................................................................................................29 3. Output.......................................................................................................31 4. Pengawasan ..............................................................................................32 5. Umpan Balik ............................................................................................33 C. Kerangka Teori...............................................................................................33 BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir ...............................................................................................35 B. Definisi Istilah ................................................................................................36 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................................41 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................41 C. Informan Penelitian ........................................................................................41 D. Sumber Data ...................................................................................................42 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................42 F. Instrumen Penelitian.......................................................................................43 G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................44 H. Penyajian Data ...............................................................................................44 I. Triangulasi Data Penelitian ............................................................................44 BAB V HASIL PENELITIAN A. Input Pelayanan Antenatal Care ....................................................................46 1. Sumber Daya Manusia (SDM) .................................................................46 2. Fasilitas ...................................................................................................51 3. Sumber Dana ............................................................................................54 4. Kebijakan dan SOP ..................................................................................55 B. Proses ............................................................................................................56 C. Output.............................................................................................................58 D. Pengawasan ...................................................................................................59
ix
E. Umpan Balik ..................................................................................................60 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................61 B. Input ...............................................................................................................62 1. Sumber Daya Manusia (SDM) .................................................................62 2. Fasilitas ...................................................................................................69 3. Sumber Dana ............................................................................................71 4. Kebijakan dan SOP ..................................................................................73 C. Proses ............................................................................................................76 D. Output.............................................................................................................78 E. Pengawasan ...................................................................................................80 F. Umpan Balik ..................................................................................................81 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................................84 1. Gambaran Input Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................84 a. SDM ...................................................................................................84 b. Fasilitas ..............................................................................................85 c. Suber Dana .........................................................................................85 d. Kebijakan dan SOP ............................................................................85 2. Gambaran Proses Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................85 3. Gambaran Output Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................86 4. Gambaran Pengawasan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ........................................................................86 5. Gambaran Umpan Balik Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ...................................................................87 B. Saran ...............................................................................................................87 1. Saran Untuk Dinas Kota Tangerang Selatan ............................................87
x
2. Saran Untuk Puskesmas Ciputat Timur ...................................................87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah ............................................................................................38 Table 5.1 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015 ................................................................................................................49 Table 5.2 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..............................................................................51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ........................................................32 Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian .......................................................................36 Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian.......................................................................37 Gambar 6.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ........................................................47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB). Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu, khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat menekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai.
2
Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Para ibu yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah (86,7 persen) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan antenatal atau lebih (45,2 persen) (Data MDGs, 2010). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%). Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 32.961, dan kunjungan K4 sebanyak 30.936 ibu hamil (Profil Dinkes Kota Tangsel 2013). Berdasarkan data dari laporan tahunan Tahun 2013 Puskesmas Ciputat Timur, didapatkan data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana
3
berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4-K1 masih jauh dari target yang sudah ditetapkan. Sehingga perlunya peninjauan mengapa pelayanan tersebut belum pencapai target yang sudah ditetapkan, serta adanya isu dari masyarakat bahwa banyaknya komplein masyarakat terhadap petugas yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur. Dari kondisi tersebut, maka peneliti ingin melihat apa saja yang menjadi penyebab program tersebut tidak tercapai sebagaimana mestinya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, yang menjadi permasalahan adalah belum tercapainya target pelayanan Antenatal K4K1 yang ada dialam program KIA Puskesmas Ciputat Timur, dan bahkan terjadinya penuruan angka cakupan K1-K4 dari tahun 2013 hingga 2014.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur berdasarkan pendekatan sistem?
4
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Diketahuinya pelaksanaan program Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur berdasarkan pedekatan sistem. 2. Tujuan Khusus: a. Diketahuinya gambaran input dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur. b. Diketahuinya gambaran proses dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur. c. Diketahuinya gambaran output dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur. d. Diketahuinya gambaran pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur. e. Diketahuinya gambaran umpan balik dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan program Antenatal Care. 2. Manfaat Bagi Puskesmas Ciputat Timur Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.
5
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program Antenatal Care.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015” dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester VIII. Peneliti ingin mengetahui pelaksanaan, capaian kinerja serta faktor penghambat dan pendukung dalam pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pengambilan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada Kepala Puskesmas Ciputat Timur, pemegang program KIA, ibu hamil yang tidak pernah melakukan kunjungan antenatal, ibu hamil yang cukup sering melakukan kunjungan, ibu hamil yang jarang melakukan kunjungan, dan juga ibu hamil yang rutin melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas Ciputat Timur. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen yang didapatkan dari Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care Menurut Depkes RI (2010) pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah perawatan kehamilan. Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai mereka, menegakkan secara dini komplokasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, risiko rendah) (Manuaba, 2006). Definisi lain mengatakan bahwa Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada petumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Menurut Manubua (1998), pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Definisi lain juga mengatakan bahwa antenatal care adalah perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu.
7
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara tepat (WHO, 2007). Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil biasa dikenal dengan sebutan K1 dan K4. K1 adalah kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan. K4 adalah kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak
8
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetri (Depkes RI, 2006). Pelayanan antenatal meliputi 5 hal yang biasa dikenal dengan istilah 5T, yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, nilai status imunisasi TT, dan memberikan Tablet Fe (tablet tambah darah) (Depkes RI, 2009).
2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care Tujuan antenatal care ialah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan, peurperium, dan laktasi, serta mempunya pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan bayinya (Ida, 2000). Menurut Manubua (2003), dalam arti sempit tujuan antenatal care adalah: a. Mengawasi ibu hamil selama masa kehamilan sampai persalinan. b. Merawat dan memeriksa ibu hamil. Jika didapatkan kelainan sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin, harus diikuti upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat.
9
c. Menemukan penyakit ibu sejak dini yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi kesehatan janin serta berusaha mengobatinya. d. Mempersiapkan ibu sehingga proses persalinan yang dialaminya dapat dijadikan pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan. e. Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memelihara bayi dan menyusui secara optimal. Menurut Depkes RI (2009), tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan, dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin. Menurut Lily (2009), tujuan pengawasan antenatal adalah: a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat sat kehamilan, persalinan dan nifas b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan kala nifas. c. Memberi nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek le;uarga berencana. d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Tujuan dari pemeriksaan kehamilan adalah mengetahui dan mencegah sedini mungkin kelinan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga kondisi badan ibu dalam menghadapai kehamilan, persalinan, dan menyusui, serta menanamkan pengertian pada ibu tentang pentingnya penyuluhan yang diperlukan wanita hamil (Saminem, 2006). menurut
10
Handrawan, pemeriksaan kehamilan bertujuan agar kehamilan berlangsung sehat, ibu sehat dan anak yang dikandungnya pun sehat, dengan demikian anak siap dilahirkan secara sehat pula. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya segera dilakukan setelah datang bulan, tujuan dari pemeriksaan awal sebagai berikut: a. Memastikan benar-benar hamil atau tidak. b. Mengetahui keadaan kesehata ibu dan anak. c. Mengetahui umur kehamilan. d. Merencanakan
evaluasi
dan
rencana
selama
kehamilan
berlangsung, apa yang boleh dan tida boleh dilakukan. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan
dan
dipersiapkan
langkah-langkah
pertolongan
persalinannya.
3. Standar Pelayanan Antenatal Care Pelayaan antenatal yang lengkap mencakup banyak hal, seperti anamnesis,
pemeriksaan
fisik
umum
dan kebidanan,
pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada). Penerapan operasional dikenal dengan standar 5T untuk pelayanan antenatal (timbang berat bada dan tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid secara lengkap, pengukuran
11
tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan) (Safrudin, 2007). Pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) (2010), pelayanan antenatal sesuai setandar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pada buku pedoman ANC terpadu, dikatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari: a. Timbang berat badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. b. Ukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi
dan
telah
berlangsung
lama
(beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
12
c. Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria). d. Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran
menggunakan
pita
pengukur
setelah
kehamilan 24 minggu. e. Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin. f. Menentukan presentasi janin Dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
13
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. h. Beri tablet tambah darah (tablet besi) Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: 1) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktuwaktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. 2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. 3) Pemeriksaan protein dalam urin
14
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan
salah
satu
indikator
terjadinya
preeclampsia pada ibu hamil. 4) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). 5) Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi. 6) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. 7) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
15
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.
8) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. j. Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. k. KIE Efektif KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: 1) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
16
2) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan. 3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga
atau
masyarakat
perlu
menyiapkan
biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan. 4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
17
5) Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya. 6) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya. 7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
18
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan. 9) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. 10) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum. 11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
Pada (SOP) pelayanan antenatal Dinas Kesehatan Kota Tangerang selatan, yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
19
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur. Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal pemeriksaan meliputi: anamnesis, pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengetahui kehamilan risti khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/HIV serta memberikan pelayanan imunisasi, memberikan penyuluhan kesehatan, mencatat data yang tepat setiap kali kunjungan. Apabila ada masalah bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya (SOP Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Dinkes Tangsel). Prasyarat yang harus dimiliki adalah: a) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaa KMS BUMIL, Kartu ibu. b) Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan berfungsi, antara lain: stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan pengukur lingkar lengan atas, stetoskop janin. c) Tersedia obat dan bahan lain : Tablet FE, Vaksin TT, Asam folat. d) Menggunakan KMS Ibu Hamil, kartu ibu, buku KIA. e) Terdapat sistem rujukan yang berfungsi dengan baik. f) Bidan harus bersikap ramah, sopan, dan bersahabat setiap kunjungan. (1) Pada Kunjungan Pertama
20
(a) Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu hamil/ buku KIA, kartu ibu secara lengkap. (b) Memastikan kehamilan tersebut diinginkan. (c) Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama haid terakhir tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali merasakan gerakan janin dan disesuaikan dengan tinggi fundus uteri. (d) Memeriksa HB (e) Berikan Imunisasi TT (2) Pada Setiap Kunjungan Bidan Harus (a) Menilai keadaan umum dan psikologos ibu. (b) Memeriksakan unrine untuk tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila terdapat kelainan segera dirujuk. (c) Mengukur berat badan dan mengukur lingkar lengan atas, jika beratnya tidak bertambah atau lingkar lengan atas gizi buruk berika penyuluhan tentang gizi dan segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan. (d) Mengukur tekanan darah, bila terdapat kelainan segera dirujuk. (e) Periksa HB pada kunjungan pertama dan pada kehamilan ke 28 minggu, atau sesering mungkin jika ada tanda-tanda anemia. (f) Tanyakan pakah ibu hamil meminum tablet FE.
21
(g) Tanyakan pada ibu apakah ada tanda gejala penyakit infeksi menular (PMS). (h) Lakukan pemeriksaan fisik ibu secara lengkap dan menyeluruh. (i) Ukur tinggi fundus uteri dengan meteran kain. (j) Tanyakan
apakah
ibu
merasakan
gerakan
janin.
Dengarkan jantung janin. (k) Nasehat perawatan diri, tanda-tanda bahaya kehamilan, gizi dan anemia. (l) Dengarkan keluhan ibu. (m) Bicarakan
persiapan
transportasi
rujukan,
anggaran
persiapan apabila terjadi komplikasi. (n) Catat seluruh temuan dari KMS, kartu ibu untuk menentukan tindakan selanjutnya.
B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Pelaksanaan program ini akan peniliti jelaskan dengan pendekatan sistem, yang terdiri dari input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4), umpan balik, dan pengawasan.
1. Input Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
22
tersebut (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material, manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya. Input dalam penelitian ini antara lain: SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP. a.
SDM M.T.E. Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut
Mathis dan Jackson (2006) SDM adalah
rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya,
sedangkan
prestasi
kerjanya
dimotivasi
oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya. b.
Fasilitas Menurut Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2014, fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
23
Menurut Moekijat (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012), secara sederhana yang dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) fasilitas adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi. c.
Sumber Dana Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. yang mana yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan se ikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri. 1) Pemerintah (APBN) Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah suatu
daftar
yang
memuat
rincian
pendapatan
dan
pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya satu tahun. Pada masa orde baru, APBN berlaku dari tanggal 1
24
april sampai dengan 31 maret tahun berikutnya, namun saat ini APBN dihitung sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember. Anggaran pendapatan dan belanja negara harus memenuhi fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. a) Fungsi alokasi, di dalam APBN dijelaskan sumber pendapatan dan pendistribusiannya. Pendapatan yang paling besar dari pemerintah berasal dari pajak, penghasilan dari pajak dapat di alokasikan ke berbagai sektor
pembangunan.
pendapatan
yang
Dengan
bersumber
pedoman dari
pajak
APBN, dapat
digunakan untuk membangun sarana umum, dan pengeluaran lainnya yang bersifat umum. b) Fungsi distribusi, pajak yang ditarik dari masyarakat dan masuk menjadi pendapatan dalam APBN tidak selalu harus didistribusikan untuk kepentingan umum, melainkan dapat pula didistribusikan dalam bentuk dana subsidi dan dana pension. Pengeluaran pemerintas semacam ini disebut transfer payment. Transfer payment dapat membatalkan pembiayaan ke salah satu sektor, kemudian dipindahkan ke sektor yang lain. c) Fungsi stabilisasi, APBN berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keuangan negara teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan
25
demikian, akan mempermudah pencapaian berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan APBN sesuai alokasi yang ditentukan akan menjaga kestabilan arus uang dan barang sehingga dapt menghindari terjadinya inflasi atau deflasi.
Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besaran anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota 10% di luar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk kesehatan Cuma mendapat angka 2,37%. padahal menurut Mentri Kesehatan Achmad Sujudi (waktu itu), idealnya anggaran kesehatan minimalnya 4% dari APBN, bandingkan misalnya dengan anggaran pertahanan yang mencapai 5,5% dari APBN. Padahal jika pemerintah mau, pemerintah bisa saja menjaring dana Rp 1 triliun saja dari BLBI yang di selewengkan yang totalnya berjumlah Rp 51 triliun untuk menangani permasalahan kesehatan buruk balita di Indonesia. 2) Pemerintah Daerah (APBD) APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif
26
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, 2003). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007). Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum
27
yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Begitupun juga keputusan didalam UU No 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD. 3) Masyarakat/swasta Sumber dana dari anggaran masyarakat/swasta yaitu dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara
mandiri
dalam
penyelenggaraan
maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta,
dengan
fasilitas
dan
penggunaan
alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat dirincikan sebagai berikut: a) Pengeluaran
rumah
tangga
untuk
pembiayaan
kesehatan (out of pocket atau Direct payment), biaya ini digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan atau operasional rumah sakit.
28
b) Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non DEPKES untuk membiayai para karyawan, biaya digunakan
untuk
membiayai
pelayanan
atau
operasional rumah sakit. c) Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu PT Askes, Asabri dan Jasa Raharja. 4) Bantuan Luar Negri Sumber
pembiayaan
kesehatan,
khususnya
untuk
penatalaksanaan penyakit – penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Antara lain berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negri dan sebagainya.
d.
Kebijakan dan SOP Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang diambil untuk mengatasi suatu masalah (Aam, 2006). Thomas R Dye (1975), dalam Ayuningtias (2014) yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not to do). Seorang ahli lainnya, Crinson (2009) menyatakan kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak mudah.
29
Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, definisi tersebut pun dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dumilah, 2014). Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance (Tjipto). Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja dan
aliran
kerja
dipertanggungjawabkan;
yang
teratur,
sistematis,
menggambarkan
dan
bagaimana
dapat tujuan
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
2. Proses
30
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan (Azwar, 2010). Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan. Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien. Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
31
Alur Pelayanan Antenatal Terpadudi Puskesmas Sumber: Pedoman ANC Terpadu 2010
3. Output Output (keluaran) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan pelaksanaan K1-K4.
1) Pengertian K1 Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil di puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2010), K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
32
yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
2) Pengertian K4 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2010) yaitu ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
4. Pengawasan Loudon dan Loudon (2004) mengatakan bahwa pengawasan seperti halnya elemen sistem yang lain. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih ddiefektifkan (Muninjaya, 2004).
33
Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat, antara lain: a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan. b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien. d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan. e. Dapat
mengetahui
staf
yang
perlu
diberikan
penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).
5. Umpan Balik Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal tersebut akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik (Sukoco, 2007). Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain (Uripni, 2002). Menurut Azwar (2010), yang dimaksud dengan umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Notoatmodjo
34
mengungkapkan salah satu contoh umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.
C. Kerangka Teori Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefinisika sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010). Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bangian yang lain. Menurut Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007), sistem idealnya memiliki lima unsur yaitu: input, proses, output, umpan balik, serta pengawasan.
PENGAWASAN
INPUT: 1. 2. 3. 4.
SDM Fasilitas Sumber Dana Kebijakan dan SOP
PROSES: Proses Pelayanan Antenatal Care
OUTPUT: Cakupan pelaksanaan program K1-K4
35
UMPAN BALIK
Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian Sumber: Sukoco, Badri M. (2007) BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa pelaksanaan program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur maka disusunlah sebuah kerangka pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan metode pendekatan sistem dengan lima elemen yaitu input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4), umpan balik, dan pengawasan. Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir dan pemaparan hasil penelitian ini:
36
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian
37
B. Definisi Istilah Tabel 3.1 Definisi Istilah
No
Istilah
1.
SDM
Definisi Sumber daya manusia yang tersedia di Puskesmas Ciputat Timur khususnya pada pelayanan KIA, serta pendidikan, cara memberikan pelayanan, dan juga sikap petugas.
Cara Ukur
Alat Ukur
Sumber Informasi
Wawancara
Pedoman Wawancara
1. Kepala Puskesmas.
mendalam dan telaah
dan daftar dokumen
2. Pemegang program
dokumen
KIA. 3. Ibu hamil.
38
2
Fasilitas
Sarana prasarana yang
Wawancara
Pedoman wawancara
1. Kepala Puskesmas.
disediakan Puskemas
Mendalam dan
dan daftar dokumen
2. Pemegang program
dalam pelaksanaan
telaah dokumen
KIA.
pelayanan Antenatal
3. Ibu hamil.
Care. 3
Sumber dana
Merupakan sumber
Wawancara
finansial yang dimiliki
Mendalam
Pedoman wawancara
1. Kepala Puskesmas 2. Pemegang program
oleh pihak Puskesmas
KIA.
Ciputat Timur untuk melaksanakan program Antenatal Care. 4
Kebijakan dan SOP
Merupakan standar atau
Wawancara
Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas.
acuan yang dibuat oleh
Mendalam dan
dan daftar dokumen 2. Pemegang program
Puskesmas maupun
telaah dokumen serta dan
pedoman
KIA.
39
Dinas Kesehatan Kota
observasi
observasi
Tangerang Selatan untuk menjalankan program, dalam hal ini dapat berupa kebijakan, undang-undang serta SOP. 5
Proses Pelayanan Antenatal Care
Merupakan sebuah sistem atau alur pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.
Wawancara Mendalam dan observasi
Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas dan observasi
pedoman 2. Pemegang program KIA. 3. Ibu hamil.
40
6
Cakupan
Merupakan hasil capaian
Telaah dokumen
Daftar dokumen
pelaksanaan program kunjungan K1-K4 yang K1-K4
Dokumen
laporan
tahunan
diperoleh oleh Puskesmas Ciputat Timur.
7
Pengawasan
Merupakan pengawasan
Wawancara
yang dilakukan oleh
mendalam
Pedoman wawancara
1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program
kepala Puskesmas
KIA.
terhadap pelaksana program Antenatal Care. 8
Umpan balik
Merupakan tindak lanjut pihak Puskesmas terhadap kepuasan dan ketidak puasan pasien
Wawancara
Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas.
mendalam dan telaah dan daftar dokumen dokumen
2. Pemegang program KIA.
41
terhadap pelayanan antenatal terhadap pelayanan antenatal berikutnya
42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga April 2015.
C.
Informan Penelitian Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
43
obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini peneliti dalam pengambilan informan berdasarkan jarak rumah informan dengan Puskesmas, sehingga informan yang ambil adalah informan yang rumahnya jauh denga Puskesmas dan rumahnya yang dekat dengan Puskesmas Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Kepala Puskesmas Ciputat Timur. 2. Pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur. 3. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali). 4. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali). 5. Ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur.
D.
Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan, dan didapatkan dengan wawancara mendalam serta observasi lapangan. 2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari dokumen atau data yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.
E.
Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan informasi secara
44
langsung dari informan, serta bertatap muka dengan informan tersebut (face to face). Wawancara mendalam peniliti lakukan kepada pemegang program KIA, Kepala Puskesmas, serta ibu hamil. 2. Observasi Obserasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap
fenomena-fenomena
yang
dijadikan
obyek
pengamatan (Djaali, 2007). Dalam observasi ini, yang peneliti lakukan adalah melihat kesesuaian alur pelayanan dengan kebijakan serta SOP yang sudah di buat. 3. Telaah Dokumen Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan undang-undang serta SOP yang sudah dirancang oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, serta data cakupan program K1-K4 Puskesmas Ciputat Timur. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen tersebut.
F.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan program Antenatal Care. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga
45
menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat akurasi data.
G.
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema penelitian yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan hasil observasi, sehingga dapat lebih mudah dipahami.
H.
Penyajian Data Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi lapangan dan telaah dokumen.
I.
Triangulasi Data Penelitian Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit, sehingga untuk menjaga keabsahan data yang didapat dilakukan dengan triangulasi, dintaranya: 1. Triangulasi Sumber Dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang sama. Seperti melakukan wawancara mendalam terhadap kepala puskesmas,
46
pemegang program KIA, serta ibu hamil yang ada dalam lingkungan kerja Puskesmas Ciputat Timur. 2. Triangulasi Metode Dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder berupa dokumen pencapaian pelaksanaan program K1-K4.
47
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Input Pelayanan Antenatal Care Input dari pelayanan Antenatal Care ini antara lain SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk mengetahui gambaran sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Ciputat Timur, peneliti menggunakan dua aspek yaitu berdasarkan aspek kuantitas dan juga aspek kualitas. a. Gambaran Kuantitas Setelah dilakukannya telaah dokumen terkait SDM yang dimiliki Puskesmas didapatkan data seperti dibawah ini.
Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015 No
Jenis Tenaga
Jumlah Tenaga
Status Kepegawaian PNS
PTT Honorer
Bidan
9 Orang
4
2
3
Jumlah
9 Orang
4
2
3
Sumber : Data Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan program KIA terdapat sembilan tenaga kesehatan yang
48
berprofesi sebagai bidan, yang terdiri dari empat orang berstatus PNS, dua orang berstatus PTT, dan tiga orang berstatus honorer. Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala TU dan pemegang program KIA, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah SDM yang dimiliki puskesmas sebanyak sembilan orang, dan diperlukannya penambahan SDM dikarenakan banyak nya tugas yang diemban oleh SDM yang ada di program KIA seperti adanya kegiatan di luar gedung, di dalam gedung dan yang bertugas di malam hari, kemudian pelayanan antenatal tidak dapat diberikan dengan maksimal apabila adanya ibu yang melahirkan pada saat pelayanan antenatal sedang berlangsung dikarenakan kekurangan SDM. Kesimpulan tersebut didukung oleh pernyataan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur dibawah ini: “Kalo menurut saya sih ya masih perlu ditambah sekitar dua orang lagi, soalnya petugasnya cuma ada sembilan orang dan tugasnya juga terbagi-bagi, ada yang bertugas diluar gedung dan ada juga yang bertugas didalam gedung, belum lagi ada yang jaga malam, jadi sedikit apa ya namanya ya,,, sedikit kesusahan dalam memberikan pelayanan yang baik apabila pasien sedang banyak, dan apa lagi kalo ada ibu yang melahirkan.” Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA di bawah ini: “Untuk petugas yang memberikan pelayanan di KIA untuk sekarang sih masih kurang ya, soalnya kan tugas kita cukup banyak juga, soalnya ada yang bertugas di dalam dan luar gedung.” “Kalo pagi itu ada petugas yang harus ke posyandu-posyandu, trus ada juga yang lepas jaga, maksudnya yang dia abis jaga
49
malam kan paginya dia ga masuk lagi, trus belum lagi kalo ada misalkan ibu yang mau lahiran, ya mau ga mau kita menggunakan petugas yang sedang memberikan pelayanan di ruangan KIA, dan sedangkan di ruangan KIA itu ada pasien, jadi terpaksa pemeriksaan pasien KIA tertunda.” “Kemudian kita juga ga punya dokter spesialis kandungan, jadi pemeriksaan kandungan dengan USG cuma dapat melihat posisi janinnya saja, dan belum dapat melihat tanda-tanda kelainan janin dan sebagainya, sehingga dapat diintervensi dengan tepat.”
b. Gambaran Kualitas
1) Pendidikan Setelah dilakukannya telaah dokumen diketahui data sebagai berikut: Tabel 5.2 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir
Jumlah Tenaga
D4
1 Orang
D3
8 Orang
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan ibu dan anak yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur yang berpendidikan D4 yaitu berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang.
2) Tindakan Pelayanan Sebagian
besar
informan
yang
sudah
pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan
50
bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tau dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Kemudian ada informan yang mengatakan bahwa petugas selalu ada di tempat dan bekerja dengan cepat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti seperti dibawah ini. “Kayanya bidannya baru baru ya atau gimana? Kayak kurang begitu ngerti, kan banyak asisten-asistennya kayak anak-anak magang gitu, jadi kayak yang ngetensi itu anak-anak magang trus bidannya cuma yang nyatet-nyatet gitu.” (R1) “Petugas bidannya bagus sih, kemarin kerna HB saya rendah jadi daya disaranin sesar, kerna kan setiap periksa ke puskesmas selalu di periksa HB nya sama bidannya.” (R2) “Bagus sih, kalo lagi periksa bidannya ada terus, jadi ga takut kalo mau periksa bidannya ga ada.” (R3) “Bidannya bagus sih, rapih, terus banyak yang mudamuda juga, trus cepet kerjanya gitu mas, ga leyehleyeh.” (R4) “Kalo menurut saya bidannya sih bagus kerjanya, tapi ilmunya kan lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kandungan, jadi lebih baik, mangkanya saya lebih milih periksa di peraktik dokter swasta.” (K1) “Petugasnya sih bagus, kita dateng merekanya udah ada di ruang KIA” (K2) “Baik sih kalo menurut saya bidannya, baiknya itu dia nanyanya lembut, terus bisa diajak ngobrol.” (K3) “Mereka itu meriksanya bagus, mungkin kerna mereka udah paham kali ya apa aja yang di alami ibu hamil.” (K4)
51
3) Sikap Sikap merupakan sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi penilaian pasien terhadap seorang petugas yang memberikan pelayanan. Sebagian informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa petugas di Puskesmas bersikap baik, akan tetapi ada juga sebagian informan yang menyatakan petugas bersikap tidak ramah kepada pasien. Pernyataan tersebut didukung pernyataan pasien yang didapatkan berdasarkan dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan seperti di bawah ini. “Sikap bidannya juga ramah sih, cuma kalo bidan yang kayak udah senior gitu kayaknya agak jutek gitu.. kayaknya dia udah tau, jadi dianya kayak sombong gitu,,,,” (R1) “Petugasnya baik sih, ga jutek, kerna saya kalo periksa dapetnya bidan yang itu-itu terus, jadi ga ketemu sama bidan yang jutek.” (R2) “Tapi ada bisannya yang jutek, jadi agak males kalo dapet bidan yang jutek gitu.” (R3) “Baik sih kalo menurut saya, tapi ada tuh yang jutek, makanya kalo saya periksa sama dia saya langsung males.” (R4) “Petugas ditempat saya periksa lebih baik sih hehehe,,, dibandingin sama puskesmas sini, soalnya ada teroma juga sih, petugas Puskesmas jutek banget. Terus kan ilmunya juga lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kan,,, spesialis kandungan, jadi kan lebih baik lah.” (K1) “Tapi ya gitu kalo lagi apesnya kita dapet bidan yang jutek, tapi kalo lagi mujur ya dapet bidan yang baik.” (K2)
52
“Kebetulan pas waktu saya periksa kemarin saya di periksanya sama bidan yang jutek mas” (K3). “Ya begitu, saya pernah di periksa sama bidan yang jutek, ga tau dia kenapa jutek begitu, mungkin kerna lagi dapet kali ya.” (K4)
Sumber daya manusia atau petugas antenatal juga berpengaruh
bagi
ibu
pemeriksaan
kehamilan
yang di
tidak
pernah
Puskesmas
melakukan
Ciputat
Timur.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh informan dibawah ini. “Dari awal sih saya emang periksa di dokter, karna di dokterkan lebih teliti kan,,, lebih nyaman,,,” (T1) “Petugas puskesmasnya katanya judes-judes sih,, udah terkenal judes nya disitu,, iya petugasnya jutek-jutek, kan kita jadinya enek, jadi ogah mau kesana.” (T2) “Saya ogah priksa ke puskesmas, itu ya kerna dulu waktu saya lahiran di puskesmas anak pertama, pelayanan nya jelek banget,,, dari situ saya males ke puskesmas lagi,,” (T3)
2. Fasilitas Fasilitas merupakan suatu alat yang dapat mendukung terjadinya pelayanan antenatal di suatu instansi kesehatan. Fasilitas tidak kalah pentingnya dengan sumber daya manusia, jika tidak adanya fasilitas maka sumber daya manusia yang dimiliki tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga kedua komponen ini saling berhubungan satu sama lain. Fasilitas yang memadai akan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi setiap orang yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur sudah cukup
53
baik dan lengkap dan juga sudah memiliki USG. Pernyataan tersebut didasari oleh pernyataan yang diberikan oleh kepala TU di bawah ini. “Persediaan peralatan buat antenatal untuk saat ini sudah cukup baik ya, ya paling USG kita masih terbatas, belum sebagus di rumah sakit.”
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur. “Peralatan kita disini untuk pemeriksaan ibu hamil sudah lengkap ya, mulai dari timbangan badan, tempat tidur terus sampe USG kita juga ada.” Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, fasilitas ataupun peralatan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan dapat berfungsi dengan baik. Sebagian
besar
informan
yang
sudah
pernah
memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Di bawah ini adalah pernyataan pasien sekaligus informan mengenai fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur. “Peralatannya lengkap sih, cuma USG nya, USG nya masih yang dua dimensi, jadi kalo mau lihat lebih kita harus dirujuk dulu kerumah sakit.” (R1) “Kalo perlatannya sih USG nya yang masih kurang bagus ya, terus di puskesmas ga bias ngelahirin caesar jadi saya kemarin di rujuk ke rumah sakit.” (R2)
54
“Peralatannya ada ko, kalo saya periksa disitu pake alat-alat, kayak tensi, terus timbangan badan, terus ada tempat tidurnya juga, lengkap lah.” (R3) “Kalo menurut saya sih peralatannya sih udah lengkap, soalnya setiap saya kesana buat periksa, mereka ga pernah bilang mereka ga punya alatnya, ya paling kalo buat lahiran Caesar baru di Puskesmas ga bisa katanya.” (R4) “Peralatannya lengkap sih, bisa cek leb, terus ada USG nya juga, ya walaupun USG nya ga begitu jelas sih mah, soalnya kan katanya baru dua dimensi.” (K2) “Peralatannya cukup lengkap ya, cuma ya itu saya cek USG lagi di luar kerna di Puskesmas USG nya kurang bagus.” (K3) “Peralatannya ada sih, kayang timbangan, terus tempat tidurnya, terus ada alat buat ngukur lengan saya, terus ada USG nya juga.” (K4) Salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang dimiliki tempat beliau memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara di bawah ini. “Namanya juga kan hamil pertama, pastikan kepo maksudnya pengen tau perkembangan bayi detailnya seperti apa,,, kan kalo di puskesmas kan paling kita cuma bisa,,,, USG juga belum ada, makanya gamau ke puskesmas,, jadi kedokter aja. Teruskan USG disitu juga ga jelas, cuma bisa liat geraknya tapi kan ga detail, kalo di dokterkan tau umurnya berapa minggu,,, sampe panjang anaknya juga kan udah ketauan, tapi kalo di puskesmas kan belom ketauan gitu,,, soalnya saya kan pernah cek HB disitu, trus di USG tapi ga ketauan anaknya udah umur berapa minggu.” (K1)
Salah satu kemungkinan penyebab ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur disebabkan oleh peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang memadai bagi mereka, atau juga dikarenakan fasilitas di tempat mereka periksa kehamilan lebih baik
55
dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan penelitian di bawah ini dengan pertanyaan bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh tempat anda memeriksakan kehamilan?. “Perlatan disana lengkap sih, saya mau periksa apa aja disana peralatannya ada, sampe-sampe saya lahiran juga disana.” (T1) “Lengkap sih peralatannya, kan kalo di Puskesmas katanya USG nya kurang bagus ya, kalo di tempat saya udah bagus, itu juga saya dapet cerita dari tetangga saya.” (T2) “Kalo menurut saya sih bagus mas, terus lengkap juga, soalnya selama ini saya belum pernah disuruh periksa di tempat lain kerna peralatannya mereka ga ada.” (T3) “Lengkap banget disitu mah, selama saya periksa alat-alat nya selalu ada.” (T4)
3. Sumber Dana Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri. Terkait pendanaan atau sumber dana yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur tidak ada permasalahan mengenai hal tersebut, dikarenakan semua pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU Ciputat Timur di bahwa ini.
56
“Kalo untuk masalah pendanaan sih tidak ada masalah ya, alhamdulillah selama ini untuk masalah pendanaan kita lancer-lancar aja. Karena kan kita dana nya juga dari pemerintah daerah, jadi sistemnya kita ngajuin dana berdasarkan kegiatan apa yang ingin kita lakukan pada tahun tersebut.”
Pernyataan dari kepala TU tersebut juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA, seperti di bawah ini. “Kalo masalah dana kita tidak ada masalah, kan semua dibiayain sama pemerintah.”
4. Kebijakan dan SOP Kebijakan dan SOP merupakan pegangan bagi suatu organisasi dalam menjalankan program-programnya. Begitu juga dengan halnya program antenatal care juga sudah sepantasnya memiliki kebijakan dan SOP. Kepala TU menagatakan bahwa kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas menggunakan kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri. Berikut pernyataan kepala TU mengenai kebijakan yang ada. “Kalo Puskesmas pastinya udah ada kebijakan dari Kemenkes sama Dinkes juga ya, tapi ya Puskesmas juga punya kebijakan sendiri, seperti kalo untuk pelaksanaannya itu ya kita ada juga bikin kebijakan tersendiri, seperti jam kerja, yang mana jam kerja di mulai jam 07:30, kemudian pelayanan tutup sampai jam 11, kalau diatas jam 11 pasien masih ada mau mendaftar untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, itu kita tolak, akan tetapi berbeda apabila dalam keadaan darurat yang benar-benar harus ditolong, kalo hal seperti itu kita masih menerima, karena jam kerja slesai jam 14.00.” Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini. “Engga ada masalah sih tentang kebijakannya.”
57
SOP yang di buat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tidak begitu mudah untuk dipahami, sehingga sistem pelayanan antenatal mengacu kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di terbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU dibawah ini. “Kalo menurut saya SOP nya Dinkes itu belum terlalu rinci ya, jadi masih seperti gambaran umumnya saja, tidak rinci harusnya bagaimana, seperti apa diteil pelaksanaannya, yang kayak gitu belum keliat di SOP.” Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini. “SOP dari Dinkes kita ga pake ya, kita pakenya panduan antenatal terpadu dari Kemenkes, soalnya SOP Dinkes masih belum jelas, maksudnya ga ngerti kalo ngikutin SOP itu.” Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Puskesmas telah memiliki pedoman maupun Standar Operasional Prosedur dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
B. Proses Merupakan sebuah sistem atau alur pelaksanaan pelayanan antenatal care yang di laksanakan oleh Puskesmas Ciputat Timur. Sistem alur pelayanan antenatal sesuai dengan alur pelayanan yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu Kementerian Kesehatan. Berikut adalah pernyataan kepala TU mengenai proses pelayanan antenatal. “Ya pasien dimulai dari ngambil nomer antrian di loket, terus ntar mereka di panggil berdasarkan nomor untuk pendataan mengenai data diri, kemudian pasien diberikan nomor antrian poli KIA, setelah rekam medis diantar ke ruang KIA, kemudian pasien dipanggil berdasarkan nomor urutan mereka, setelah itu dilakukan pemeriksaan, kemudian pasien bisa mengambil obat
58
atau kalau tidak ada obat yang diperlukan, pasien dapat langusng pulang kerumah.” Pernyataan serupa yang berikan oleh pemegang program KIA, yaitu. “Kalo sistem pelayanan antenatal kita ngikutin yang ada di panduan antenatal care terpadu dari Kemenkes, jadi di panduan itu mulai dari langkah awal pasien daftar diloket, kemudian diperiksa kemudian pasien bisa pulang.”
Informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas sebagian besar mengatakan bahwa proses pelayanan di Puskesmas lama pada saat sistem pendaftaran di loket. Di bawah ini adalah pernyataan yang diberikan informan mengenai proses pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur. “Sebenernya sih pemeriksaannya itu paling cuma lima menit, cuma di cek timbang badan dan segala macem, trus dicek keadaan bayinya, udah gitu doing. Tapi yang lama tuh ngantrinya, ngantri nomer, trus ngantri didalemnya juga bisa sampe sejam lebih buat ngantri doang.” (R1) “Kalo periksa di Puskesmas itu lama mas, maksud saya tuh lama ngantrinya, tapi kalo pas periksa itu cuma sebentar, ngantrinya yang lama banget.” (R2) “Antrinya yah yang lama, bisa sampe satu jam kita nunggu di loket, mana orang lagi hamil, trus harus ngantri lagi kan, kan kadang agak empet gitu.” (R3) “Ngantrinya kaga ketulungan, padahal periksanya itu mah cepet, ngantrinya itu looh yang lama banget, ga tau itu kenapa bisa ngantri lama begitu.” (R4) “Kemarin saya pas periksa prosesnya cepet, pas udah selesai di periksa di ruang KIA saya langsung di suruh ke lab buat periksa HB sama darah, tapi menunggu di loket nya itu yang agak lama, harus bener-bener ngantri dari pagi.” (K1) “Kemarin saya cuma cek darah, terus timbang badan, terus cek HB juga, dan sebagainya. Tapi yang bikin saya males itu ngantrinya itu loh, lama bangeet.” (K2) “Ya begitu, ada beberapa kali pemeriksaan gitu mas, kayak lengan saya diukur, terus ditensi, terus di timbang badannya, terus di cek di leb. Tapi ya gitu biasa lamanya di loket.” (K3)
59
“Puskesmasnya bagus, terus pelayanan bidannya juga bagus sih, tapi ya nunggu di loket pas mau daftarnya itu mas yang lama banget.” (K4) Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, urutan pemeriksaan antenatal sesuai dengan urutan yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan, yaitu dengan ibu mendaftar di loket, kemudian masuk kedalam ruangan KIA, kemudian di periksa di ruangan pemeriksaan KIA, jika dibutuhkannya cek laboratorium, pasien di bawa ke laboratorium untuk melakukan pengecekan, setelah itu ibu hamil dapat mengambil obat ke apotek, kemudian ibu hamil dapat pulang kerumah. Selain memberikan pelayanan di puskesmas, Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal juga melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memoivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur. Seperti yang diungkapkan oleh pemegang program KIA dibawah ini. Kita pernah juga ngunjungin kerumah-rumah ibu yang gak mau periksa ke Kepuskesmas, atau juga ngasih penyuluhan kepada ibu-ibu resti.
Setelah dilakukannya telaah dokumen didapatkan hasil bahwa tidak adanya data mengenai laporan kunjungan kerumah yang telah di lakukan oleh pihak Puskesmas, baik di dalam profil Puskesmas, maupun laporan tahunan.
C. Output Merupakan hasil capaian kunjungan K1-K4 yang diperoleh oleh Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan data dari laporan tahunan Tahun 2013 Puskesmas
60
Ciputat Timur, didapatkan data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014).
D. Pengawasan Pengawasan merupakan hal yang penting dalam menjalankan suatu program, dengan adanya pengawasan maka dapat memastikan apakah program berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Kepala Puskesmas melakukan pengawasan kerja karyawan dipagi hari, kemudian setiap satu minggu sekali Puskesmas melakukan kegiatan lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang bertujuan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan. Di bawah ini adalah pernyataan kepala TU mengenai pengawasan yang dilakukan terhadapa pelaksanaan program antenatal care. “Ya saya sih biasanya kalo pagi suka ngawasin kerja karyawan-karyawan, itu sampe jam 10, setelah itu saya kembali ke ruangan saya buat ngerjain tugas yang lainnya. Kemudian kita biasanya setiap jum’at setelah jam pelayanan habis, kita melakukan lokbul, jadi fungsinya untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan.” Di bawah ini penjelasan dari pemegang program KIA mengenai pengawasan dari kepala Puskesmas. “Kalo pengawasan sehari-hari, kapus itu ya sekedar melihat-melihat saja, tapi kita ada yang namanya lokbul seminggu sekali, jadi kalo ada keluhan pasien atau permasalahan apa tentang pelayanan, disitu dibahas.”
61
E. Umpan Balik Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal tersebut akan membantu Puskesmas untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan umpan balik dari pasien yang sudah menerima pelayanan di Puskesmas, Puskesmas Ciputat Timur membuat sistem koin kepuasan pasien, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa puas pasien dengan pelayanan yang telah diberikan selama ini. Hasil dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap harinya, kemudian dibahas pada kegiatan lokbul, kemudian memperbaiki pelayanan apabila banyak pasien yang merasa tidak puas. Di bawah ini adalah pernyataan kepala TU mengenai kegiatan umpan balik yang dilakukan oleh Puskesmas. “Setiap hari bagian administrasi bertugas untuk menghitung koin kepuasan yang didapatkan di setiap ruang pelayanan, kemudian setelah dicatat, setiap seminggu sekali kita akan evaluasi jika banyak koin yang tidak puas kita bahas apa penyebabnya.” Kemudian didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA. “Ya biasanya koin-koin itu kita evaluasi di lokbul yang setiap seminggu sekali kita laksanakan, jasi kita bisa perbaiki apabila banyak pasien yang merasa tidak puas.”
Setelah dilakukannya telaah dokumen yaitu melihat catatan harian capaian koin kepuasan diketahui bahwa ada beberapa kolom harian yang tidak diisi selama dua bulan terakhir.
62
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, observasi dan telaah dokumen. Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tentang analisis pelaksanaan program antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur tahun 2015 antara lain: 1. Wawanca cara dengan kepala Puskesmas tidak dapat terlaksana sehingga digantikan dengan mantan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur yang masih menjabat pada tahun 2014, sehingga hasil yang didapatkan tidak berdasarkan dari pernyataan kepala Puskesmas yang masih menjabat pada tahun 2014. Permasalahan tersebut dikarenakan pemerintah Kota Tangerang Selatan sedang melakukan mutasi kerja termasuk kepala Puskesmas dan juga kepala TU. Dikarenakan peneliti tidak mengetahui tempat kerja mantan kepala Puskesmas Ciputat Timur, peneliti memilih untuk mewawancarai mantan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur.
63
B. Input Pelayanan Antenatal Care Pada PMK no 75 tahun 2014 pasal sembilan ayat empat dikatakan bahwa pendirian Puskesmas harus memnuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium. Input merupakan suatu elemen yang terdapat di dalam sistem dan merupakan elemen yang sangat penting di dalam berfungsinya suatu sistem (Azwar, 2010). Apabila suatu input tidak tersedia dengan baik, maka akan dapat menghambat jalannya suatu proses dan dapat menghambat suatu sistem dalam mencapai tujuannya. Begitu juga dalam penelitian ini. Dalam menjalankan pelayanan antenatal care, suatu Puskesmas harus dapat menyediakan input dengan baik. Input dalam penelitian ini antara lain yaitu SDM, fasilitas, sumber dana, serta juga kebijakan dan SOP. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Pembahasan mengenai gambaran sumber daya manusia Puskesmas Ciputat Timur pada penelitian ini akan membahas dari dua aspek, yaitu dari aspek kuantitas dan juga aspek kualitas. a. Gambaran Kuantitas Menurut M.T.E. Hariandja (2002), sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah sumber daya manusia yang berada di ruangan KIA berjumlah sembilan orang. Sembilan orang petugas KIA bertanggung jawab
64
memberikan beberapa pelayanan diantaranya pelayanan di luar gedung, di dalam gedung, serta pelayanan persalinan. Dari jumlah serta tugas yang dimiliki tersebut, informan dari pihak Puskesmas mengatakan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki tersebut masih kurang dan diperlukannya penambahan sumber daya manusia di ruang KIA. Tingginya jumlah dan jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan sumber daya manusia dengan jumlah yang masih kurang, maka akan menimbulkan beban kerja yang tinggi bagi petugas, kemudian dengan tingginya beban kerja yang dimiliki petugas, akan dapat mempengaruhi kinerja petugas tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hurrel dalam Dian (2008) bahwa beban kerja petugas yang terlalu berat dapat menimbulkan stress kerja pada petugas. Apabila petugas mengalami stress kerja tentunya petugas tidak dapat melakukan kegiatan pelayanan antenatal dengan baik, sehingga akan berdampak kepada pasien yang sedang melakukan pemeriksaan kehamilan. Puskesmas Ciputat Timur merupakan Puskesmas mampu PONED, yaitu Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar (PONED). Setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman pelaksanaan Puskesmas PONED, tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas sudah memenuhi standar tenaga kesehatan menurut buku pedoman Puskesmas mampu PONED, yang mana di dalam
65
buku pedoman tercantum bahwa minimal bidan yang harus dimiliki oleh Puskesmas yaitu sebanyak lima orang dan berpendidikan minimal D3, dan sedangkan bidan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sebanyak delapan orang bidan yang berpendidikan D3. Analisis data tersebut menunjukkan bahwa secara standar minimal petugas pelayanan kesehatan, Puskesmas Ciputat Timur tidak mengalami kekurangan SDM KIA.
b. Gambara Kualitas 1) Pendidikan Secara nasional pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga Negara menjadi satu bangsa, pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi Negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007). Pengertian lain mengatakan bahwa pendidikan merupakan hajat orang banyak dan akan menjadi barometer bagi setiap manusia, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas dan bernas pola pikir, pola tindak dan pola lakunya (Isjoni, 2006). Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mardiyoko (2008), diketahui bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
66
seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi. Menurut penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memahami pula rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya. Petugas yang memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari bidan yang berpendidikan D4 berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang, dengan begitu petugas yang melakukan pelayanan antenatal berpendidikan kebidanan dan hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan di dalam buku pedoman PWS-KIA bahwa tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat, akan tetapi pelayanan yang membutuhkan keahlian dokter spesialis tidak dapat diberikan karena Puskesmas masih belum memiliki dokter spesialis kebidanan sepertinya tercantum pada buku pedoman PWS-KIA.
2) Tindakan Pelayanan Tindakan merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu (Efendi dan Makhfudli, 2009). Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secarang langsung,
67
dan pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi baik itu organisasi massa ataupun Negara (Nogi, 2007). Pada buku pedoman pelayanan antenatal terpadu tahun 2010 dikatakan bahwa Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tahu atau kurang paham dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Menurut buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010 dalam pelayanan antenatal terpadu tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan
68
berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara akurat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. Jika dilihat dari pernyataan informan yaitu bahwasanya bidannya seperti baru-baru tahu atau kurang paham dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang maka ditakutkan pelayanan antenatal yang diberikan kurang maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang di inginkan di dalam buku pedoman antenatal terpadu, sehingga dengan demikian pihak Puskesmas sebaiknya meningkatkan sistem pelayanan dengan lebih baik lagi yang sesuai dengan buku pedoman antenatal. Penignkatan pelayanan tersebut perlu dilakukan
dikarenakan
akan
mempengaruhi
terhadap
kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan, hal tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puas dkk yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara tindakan yang diberikan oleh petugas dengan tingkat kepuasan pasien.
3) Sikap Seperti yang dikatakan sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur mengutarakan bahwa cara petugas dalam
69
melakukan pemeriksaan sudah bagus, akan tetapi sebagian dari petugas bersikap tidak ramah. Sikap tersebut bisa disebabkan dari tingginya beban kerja ataupun adanya suatu masalah pribadi yang dipikirkan oleh petugas tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Gunarsah (2008) bahwa sikap adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan cara merasakan , berpikir, bertingkah laku dalam suatu situasi. Pernyataan tersebut didukung oleh Rangkuti (2006) yaitu sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berprilaku dan dapat dipengaruhi oleh situasi. Menurut Ivancevich et al (2007) mengatakan bahwa sikap membangun
dasar
emosional
hubungan
interpersonal
seseorang dan identifikasi dengan orang lain serta sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti kepribadian. Sebagian besar
infoman
yang
tidak
pernah
memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur beralasan tidak ingin melakukan pemeriksaan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur dikarenakan sikap petugas yang tidak ramah, sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan swasta. Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah sebaiknya lebih menekankan kepada karyawannya untuk bersikap lebih ramah lagi kepada setiap pasien, karena sebagian besar informan menyatakan bahwa sikap dari
70
petugas menunjukkan sikap yang tidak ramah dan akan mempengaruhi pemeriksaan
ibu
hamil
antenatal
di
enggan
untuk
Puskesmas
melakukan
Ciputat
Timur.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk (2013) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan oleh ibu hamil yang diberikan oleh Puskesmas.
2. Fasilitas Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus di penuhi oleh setiap wadah pemberi pelayanan kesehatan, dengan terlengkapinya fasilitas yang akan digunakan dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal. Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) mengatakan fasilitas adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi. Puskesmas Ciputat Timur memiliki satu ruangan pelayanan antenatal, yaitu ruangan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan wawancara dengan pihak Puskesmas diketahui bahwa tidak adanya permasalahan mengenai fasilitas yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur saat ini. Setelah dilakukannya observasi lapangan diketahui bahwa fasilitas ataupun peralatan yang miliki Puskesmas untuk melakukan pelayanan antenatal sudah sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Dinas
71
Kesehatan Kota Tangerang selatan yang dicantumkan di dalam SOP, diantaranya yaitu: stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan, pengukur lingkar lengan atas serta stetoskop janin. Setelah dilakukannya kegiatan wawancara dengan ibu hamil yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur diketahui bahwa sebagian besar informan
yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Dari pernyataan infoman tersebut baik informan yang rajin melakukan pemeriksaan dan informan yang kurang dalam melakukan pemeriksaan diketahui bahwa tidak adanya pengaruh dari fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara ketersediaan pelayaan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, tidak adanya hubungan tersebut dikarenakan hampir seluruh responden menyatakan bahwa ketersediaan pelayanan kesehatan sudah cukup. Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau peralatan yang dimiliki Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal akan dapat dirasakan oleh pasien secarang langsung, sehingga pasien dapat menilai apakah pelayanan yang diberikan sudah baik atau belum. Pasien akan merasa terlayani dengan baik apabila pasien tersebut dapat di layani dengan segala peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan, dan akan
72
berdampak kepada pemikiran pasien apakah mereka sudah terlayani dengan puas atau belum. Hasil penelitian Puas dkk (2012) mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dengan adanya tingkat kepuasan tersebut maka akan mempengaruhi apakah pasien tersebut menggunakan jasa pelayanan tersebut kembali atau tidak. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil dalam penelitian ini, yaitu ditemukan hasil bahwa salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas
tidak
sebaik
fasilitas
yang
dimiliki
tempat
beliau
memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya. Setelah dilakukannya wawancara dengan ibu hamil yang belum pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur, permasalahan tersebut juga menjadi salah satu kemungkinan penyebab ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur disebabkan oleh peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang memadai bagi mereka, atau juga fasilitas di tempat mereka periksa kehamilan lebih baik dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas.
3. Sumber Dana
73
Sumber dana merupakan salah satu input yang mendukung terlaksananya suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan keinginan apabila didukung penuh dari segi pembiayaannya. Begitu juga dengan pelayanan antenatal, pelayanan akan berjalan dengan baik apabila pelaksaan pelayanan tersebut didukung oleh pendanaan yang memadai. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada permasalahan bagi Puskesmas Ciputat Timur mengenai pembiayaan dalam melaksanakan pelayanan antenatal, hal tersebut dikarenakan sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari pemerintah daerah. Berdasarkan undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi. Selain dengan pembiayaan, Puskesmas juga menerima biaya dari pasien yang menggunakan jaminan kesehatan yang di miliki oleh masyarakat seperti BPJS, Askes, Jamkesda dan Jamkesmas. Penggunaan jaminan kesehatan ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional. Berdasarkan dari pernyataan dari kepala program KIA, diketahui bahwa tidak adanya permasalahan terkait pendanaan dalam menjalankan
74
program KIA. Setiap permasalahan pendanaan dari setiap kegiatan yang dilakukan sudah terpenuhi dengan baik. Sistem pembiayaan Puskesmas Ciputat Timur yaitu dengan cara mengajukan jumlah dana dari setiap kegiatan apa saja yang ingin dilaksanakan pada bulan tersebut. Setelah permohonan tersebut di berikan ke Dinas Kesehatan dan kemudian disetujui oleh Dinas Kesehatan, maka dana yang diajukan oleh Puskesmas dapat diterima dan digunakan sebagaimana mestinya.
4. Kebijakan dan SOP Kebijakan merupakan suatu keputusan atau langkah yang diambil oleh organisasi untuk dapat mencapai output ataupun tujuan yang diinginkan, dan dengan terpenuhinya elemen input dengan baik, maka akan sangat membantu berjalannya sebuah proses untuk mencapai output yang telah direncanakan. Puskesmas Ciputat Timur dalam hal ini menganut beberapa kebijakan yaitu berupa kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Disamping menganut kebijakan tersebut, Puskesmas Ciputat Timur juga memiliki kebijakan tersendiri guna memberikan pelayanan antenatal yang optimal kepada masyarakat, diantaranya yaitu seperti kebijakan operasional seperti jam pelayanan antenatal yang mana dimulai dari jam 7:30 sampai dengan jam 11:00, apabila ada ibu hamil dalam keadaan darurat yang benar-benar harus di periksa atau di tolong, maka Puskesmas masih
75
menerima pemeriksaan dikarenakan jam operasional kerja Puskesmas berakhir pada pukul 14.00.
Selain adanya kebijakan yang di anut, Puskesmas juga memiliki suatu standar prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal. Puskesmas pada dasarnya tidak memiliki SOP yang dibuat sendiri oleh pihak Puskesmas, melainkan menggunakan SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan menurut kepala TU belum terlalu rinci bagaimana prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal, sehingga sulit untuk dipahami dan di terapkan. Diketahui hasil dari wawancara dengan pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur mengatakan bahwa dalam pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur tidak menggunakan pedoman yang ada di dalam SOP Dinas Kesehatan, akan tetapi proses pelayanan antenatal menggunakan prosedur yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan tahun 2010. Tidak digunakannya SOP Dinkes Tangsel dikarenakan isi dari SOP pemeriksaan antenatal sulit untuk dipahami dan diterapkan sesuai dengan pernyataan yang diutarakan oleh kepala TU. Seperti halnya contoh yaitu, bidan mampu memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas, dari pernyataan tersebut tidak ada penjelasan di dalam SOP bagaimana yang dimaksud dengan pelayanan antenatal yang berkualitas.
76
Kurang
bagusnya
SOP
yang
dimiliki
diketahui
setelah
dilakukannya telaah dokumen terhadap SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang selatan didapatkan hasil bahwa adanya SOP mengenai pemeriksaan pada kunjungan pertama, namun peroses yang harus dilakukan pada pemeriksaan kedua hingga keempat tidak diatur dalam SOP. Setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman antenatal terpadu tahun 2010 diketahui bahwa terdapat jenis-jenis pemeriksaan yang harus dilakukan pada setiap pemeriksaan yaitu mulai dari pemeriksaan pertama hingga keempat. Dimilikinya suatu standar operasional prosedur yang jelas akan dapat memberikan pelayanan yang baik yaitu pelayanan yang yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur. Dengan baiknya mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien, akan menimbulkan rasa kepuasan bagi pasien terkait pelayanan yang diberikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Puas (2012) yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur. Pihak Puskesmas maupun pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah sebaiknya memperbaiki SOP yang ada pada saat ini, supaya setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Atmoko, (2010), yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
77
berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.
C. Proses Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (outout) yang direncanakan (Azwar, 2010). Setelah dilakukannya observasi lapangan dan wawancara dengan pihak Puskesmas diketahui bahwa proses atau alur pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur merujuk pada alur pelayanan antenatal yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010 yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 6.1
78
Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Menurut Buku Pedoman Antenatal Terpadu
Bermula dari pasien mengambil nomor antrian di loket, kemudian pasien akan di panggil sesuai nomor antrian yang mereka miliki untuk pendataan diri, kemudian pasien diberikan nomor antrian poli KIA, kemudian apabila data pasien sudah masuk di poli KIA pasien akan dipanggil berdasarkan nomor antrian yang mereka pegang, kemduian pasien diperiksa oleh petugas, pabila diperlukannya cek laboratorium, maka pasien akan di perintahkan untuk periksa di laboratorium, kemudian apabila tidak diperlukannya pemeriksaan, pasien di persilahkan mengambil obat ke apotek jika ada obat yang dibutuhkan, dan apabila tidak ada obat yang diperlukan, maka pasien dapat pulang kerumah. Berbeda dengan pasien yang memerlukan rujukan, apabila petugas Puskesmas tidak mampu menangani pasien bisa jadi dikarenakan keterbatasan alat, maka pasien akan dibuatkan surat rujukan oleh pihak Puskesmas ke fasilitas kesehatan yang lebih baik. Selain proses alur pelayanan mulai dari pasien mendaftar hingga pulang, sistem alur pemeriksaan antenatal juga merujuk pada tahapan pemeriksaan antenatal yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010. Alur pelayanan tersebut merupakan sebuah prosedur yang harus dimiliki untuk dapat mencapai output yang diinginkan. Seperti yang diutarakan oleh Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Apabila suatu
79
proses dijalankan dengan menggunakan metode dan prosedur yang baik, makan proses pelayanan antenatal dapat berjalan dengan baik.
Hasil dari wawancara dengan ibu hamil
yang sudah pernah
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa proses pemeriksaan kehamilan di dalam ruangan KIA berjalan dengan cepat, akan tetapi yang menjadi keluhan adalah lama waktu tunggu pendaftaran pada loket yang cukup lama. Lamanya antrian pada loket membuat pasien sedikit kecewa terhadap pelayanan Puskesmas Ciputat Timur. Penyebab lamanya proses pendaftaran di loket dikarenakan semua jenis pasien diantaranya pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan masih di proses pada loket yang sama, sehingga petugas loket tidak dapat memberikan pelayanan yang cepat. Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi dengan membedakan loket pendaftara bagi pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan.
D. Output Output yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data cakupan pelayanan antenatal Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014). Pencapaian tersebut berbading
80
terbalik dengan target yang diinginkan pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang didapatkan Puskesmas Ciputat timur mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014. Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Dengan rendahnya hasil cakupan yang diperoleh Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas sudah seharusnya meningkatkan cakupan terhadap pelayanan antenatal ke masyarakat supaya dapat meningkatkan ibu hamil sehat sehingga dapat mencegah kematian ibu pada saat melahirkan. Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik makan output yang dihasilkan akan tidak baik juga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan antenatal sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan input masih kurang baik, diantaranya yaitu: Sikap sebagian petugas yang tidak ramah kepada pasien, belum bagusnya fasilitas USG yang dimiliki Puskesmas. Selain kurang baiknya input yang dimiliki, proses pendaftaran yang lama dalam sistem pendaftaran juga dapat mempengaruhi rendahnya capaian pelayanan antenatal, kemudian program koin kepuasan yang untuk mengetahui seberapa jauh kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan masih belum berjalan
81
secara efektif, sehingga pihak Puskesmas kurang optimal dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.
E. Pengawasan Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan diketahui bahwa kepala Puskesmas Ciputat Timur melakukan pengawasan kerja karyawan setiap harinya, kemudian setiap satu minggu sekali Puskesmas melakukan kegiatan lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang bertujuan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004). Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat, antara lain: a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan. b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien. d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan. e. Dapat
mengetahui
staf
yang
perlu
diberikan
penghargaan,
dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).
82
Melihat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal Puskesmas Ciputat Timur, sudah sepantasnya kepala Puskesmas memberikan pengawan dan perhatian lebih terhadap pelaksanaan pelayanan antenatal dengan tujuan agar seluruh ibu hamil yang ada di dalam cakupan kerja Puskesmas Ciputat Timur mendapatkan pelayanan yang maksimal dari Puskesmas.
F. Umpan Balik Dalam upaya untuk mendapatkan umpan balik dari pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh pihak Puskesmas, Puskesmas Ciputat Timur memiliki sistem koin kepuasan pasien. Koin kepuasan pasien tersebut bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding pelayanan yang telah diberikan terdahulu. Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciputat Timur untuk mendapatkan umpan balik didukung oleh penyataan Sukoco (2007) mengenai manfaat dilakukannya proses umpan balik, yaitu pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal tersebut akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik. Sistem penilaian koin kepuasan pasien dilakukan setiap hari setelah jam pelayanan selesai. Penghitungan koin kepuasan tersebut dilakukan oleh petugas bagian administrasi. Hasil dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap hari tersebut kemudian di bahas pada kegiatan lokbul, yang mana kegiatan lokbul tersebut dilakukan pada setiap hari jum’at setelah jam pelayanan selesai. Jika ditemukannya tingkat ketidak puasan yang tinggi, maka dalam kegiatan
83
tersebut akan dilakukannya pembahasan mengenai permasalahan mengapa banyak pasien yang merasa tidak puas serta membahas bagaimana solusinya. Setelah dilakukannya telaah dokumen, diketahui bahwa masih adanya kolom penghitungan kepuasan yang tidak terisi, hal tersebut dikarenakan sistem koin kepuasan tidak berjalan. Proses dari sistem koin kepuasan ini yaitu dimulai dari petugas memberikan koin kepada pasien yang telah selesai menerima pelayanan kemudian pasien memasukkan koin tersebut kedalam kotak yang telah disediakan di dekat pintu disetiap ruang pelayanan termasuk loket, serta ruang pelayanan lainnya. Apabila kegiatan penghitungan koin kepuasan tersebut tidak dilaksanakan setiap hari, maka akan mempersulit pihak Puskesmas untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pelayanan yang diberikan kepada pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Uripni (2002) mengenai umpan balik, yaitu umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain. Puskesmas dalam hal ini sudah sebaiknya untuk meningkatkan kerja sistem koin kepuasan yang digunakan untuk mengetahui umpan balik dari pasien. Meningkatkan kerja sistem koin kepuasan ini bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh pihak Puskesmas. Berhasilnya atau tidaknya suatu program dapat ditentukan oleh baik atau tidaknya sistem yang dimiliki. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah input, proses, output, pengawasan, serta umpan balik. Komponen utama yang
84
mempengaruhi tercapainya sauatu output atau tidak adalah input, setelah tersedianya input dengan baik maka akan mempermudah proses pelaksanaan program tersebut, dengan berjalannya suatu proses dengan baik, makan output yang dihasilkan pun akan baik. Selain komponen input, pengawasan dari atasan juga dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan, dengan adanya pengawasan yang diberikan yaitu mulai dari mengawasi pada komponen input, proses, serta output, akan mempermudah jalannya suatu sistem. Umpan balik dalam suatu sistem akan sangat membantu dalam memperbaiki input yang telah dimiliki, karena dengan diadakannya kegiatan umpan balik maka kekurangan yang ada pada input dapat diketahui dan diperbaiki.
85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Gambaran Input Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur. a. Sumber Daya Manusia (SDM) 1) Kuantitas Jumlah SDM yang dimiliki puskesmas sebanyak sembilan orang, dan sudah memnuhi standar minimal bidan dalam buku pedoman Puskesmas mampu PONED. 2) Kualitas a) Pendidikan Jumlah tenaga kesehatan ibu dan anak yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur yang berpendidikan D4 yaitu berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang. b) Tindakan Pelayanan Cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, bidannya seperti baru-baru mengerti dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak sekolah yang sedang praktek lapangan.
86
c) Sikap Petugas Puskesmas bersikap ramah dalam memberikan pelayanan, dan juga ada sebagian petugas yang bersikap tidak ramah kepada pasien. b. Fasilitas Fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur sudah cukup baik dan lengkap dan juga sudah sesuai dengan standar fasilitas yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. c. Sumber Dana Pembiayaan dalam menjalankan pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur tidak memiliki kendala, dikarenakan semua pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. d. Kebijakan/SOP Kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas menggunakan kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri, diantaranya adalah jam operasional kerja. Sistem pelayanan antenatal Puskesmas Ciputat Timur mengacu kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di terbitkan oleh Kementerian Kesehatan. 2. Gambaran Proses Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur. Sistem alur pelayanan antenatal sesuai dengan alur pelayanan yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu Kementerian Kesehatan.
87
Proses pelayanan pemeriksaan antenatal berjalan dengan cepat, namun proses pada loket pendaftaran berjalan lama. Puskesmas juga melakukan kunjungan kerumah bagi ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya. 3. Gambaran Output Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur. Ketidak tercapaiannya pelayanan antenatal sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan input masih kurang baik, diantaranya yaitu: Sikap sebagian petugas yang tidak ramah kepada pasien, belum bagusnya fasilitas USG yang dimiliki Puskesmas. Selain kurang baiknya input yang dimiliki, proses pendaftaran yang lama dalam sistem pendaftaran dapat mempengaruhi rendahnya capaian pelayanan antenatal, kemudian program koin kepuasan yang untuk mengetahui seberapa jauh kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan masih belum berjalan secara efektif, sehingga pihak Puskesmas kurang optimal dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya. 4. Gambaran Pengawasan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur. Kepala Puskesmas Ciputat Timur melakukan pengawasan kerja karyawan, kemudian setiap satu minggu sekali Puskesmas melakukan kegiatan lokbul setelah jam pelayanan selesai, yang bertujuan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan.
88
5. Gambaran Umpan Balik Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur. Puskesmas Ciputat Timur menggunakan sistem koin kepuasan pasien, hasil dari catatan koin kepuasan yang dikumpulkan setiap harinya, kemudian di bahas pada kegiatan lokbul.
B. Saran 1. Saran Untuk Dinas Kota Tangerang Selatan Memperbaiki
SOP
yang
telah
dibuat
untuk
tujuan
untuk
mempermudah petugas dalam memahami dan menjalankan sistem pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah dibuat. 2. Saran Untuk Puskesmas Ciputat Timur a. Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah sebaiknya lebih menekankan kepada karyawan untuk bersikap lebih ramah lagi kepada setiap pasien, bisa dengan cara memberikan pelayanan pelayanan prima kepada setiap petugas. b. Memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan terutama pelayanan antenatal seperti meningkatkan kualitas USG. c. Puskesmas sebaiknya memiliki SOP sendiri akan tetapi tetap merujuk kepada SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan, agar dapat mempermudah dalam melaksanakan pelayanan antenatal. d. Membedakan loket pendaftaran bagi pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan, sehingga proses pelayanan di loket dapat berjalan dengan cepat.
89
e. Meningkatkan kerja sistem koin kepuasan yang bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, Tjipto. 2010. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dian, Prihatini Lilis. 2008. Tesis : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidkalang. Diakses dari www.respiratory.usu.ac.id pada 31 Mei 2015. Dierjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementerian Kesehatan. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). Jakarta: Kementrian kesehatan. Djaali dan Pudji Mulyono. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Efendi, Ferri. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ermiati, Cut dan Teridah Sembiring. Pengaruh Fasilitas Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi Kasus Ptpn Ii Kebun Sampali Medan. Darma Agung. Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta: Erlangga. Gunarsa, Singgih D. Gunarsa, Ny. Singgih D. 2008. Psikologi perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. Gusti, I Agung Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Isjoni, H. 2006. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ismaniar, Nur Inayah dkk. 2013. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Antenatal Care di Puskesmas Antara Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. Makassar. Ivancevich, John M. et al. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Erlangga. Kementrian Kesehatan RI.2013 Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kantor Utusan Khusus Presiden Republic Indonesia Untuk Millenium Development Goals. Meningkatkan
Kesehatan
Ibu.
http://indonesiamdgs.org/articles/view/mdg-5-
meningkatkan-kesehatan-ibu-1. Diakses pada 27 Desember 2014. Kurikulum Pelatihan Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS. Laporan Pencapaian MDGs Tahun 2010.
Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. Laporan RISKESDAS tahun 2013. Manuaba, I.B.G, dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2000. Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untu Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan, Edisi 2. Jakarta: EGC. Mardiyoko, Ibnu. 2008. Skripsi: Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru Rawat Jalan Dalam Kualitas Pelayanan di RS Bethesda Yogyakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Nadesul, Hendrawan. Cara Sehat Selama Hamil. Puspa Suara. Nogi, Hessel S. Tangkilisan. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta. Profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2014.
Puas, Romadhan. Dkk. 2012. Jurnal: Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan di Instalasi RawatInap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya Makassar. Volume 1 nomor 1. ISSN: 2302-2531. Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, Grasindo, Jakarta, 2010. Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Saminem. 2006. Kehamilan Normal: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga. Syafrudin dan Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Somantri, Gumilar Rusliwa. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Universitas Indonesia. Depok. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian I – Ilmu Pendidikan Teoritis. Imperial Bhakti Utama. Tjandra, W. 2006. Riawan. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Grasindo. Uripni, Christina Lia. dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC. Pedoman Puskesmas Mampu PONED. Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Profil Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2014.
Pusat Data dan informasi. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Wibisono, Hermawan dan Ayu Bulan Feby Kurnia Dewi. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta: AgroMedia Pustaka . Yulaikhah, Lily. 2006. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Lampiran: 1. Matriks hasil wawancara dengan pemberi pelayanan (Puskesmas) Pertanyaan
Kepala TU
Pemegang Program KIA
Kesimpulan
1. SDM Persediaan SDM KIA di Perlu ditambah sekitar dua orang Ada yang bertugas di dalam dan
Menurut kepala TU jumlah
Puskesmas pada saat ini.
lagi. Petugasnya ada sembilan luar gedung. Dan ada yang jaga
SDM
orang. Ada yang bertugas diluar malam. Tidak memiliki dokter
puskesmas
gedung dan ada juga yang spesialis kandungan.
sembilan
bertugas didalam gedung, dan
perlukannya
jaga malam,
sekitar dua orang lagi. Kedua
yang
responden
dimiliki sebanyak
orang,
dan
di
penambahan
mengatakan
bahwa kegiatan di program KIA yaitu ada kegiatan di luar gedung, didalam gedung dan yang bertugas dimalam hari.
Pemegang
KIA
mengatakan
program bahwa
Puskesmas tidak memiliki dokter spesialis kandungan.
2. fasilitas Persediaan fasilitas yang Sudah cukup baik dan lenkap, Sudah lengkap, timbangan badan,
Informan mengatakan bahwa
dimiliki Puskesmas pada Puskesmas juga sudah memiliki tempat tidur dan USG.
fasilitas pelayanan antenatal
saat
yang
ini
dalam USG.
dimiliki
Puskesmas
melaksanakan pelayanan
Ciputat Timur sudah cukup
antenatal.
baik dan lengkap dan juga sudah memiliki USG.
3. Sumber Dana Persediaan
dana
yang Tidak ada masalah. Dana dari Tidak ada masalah dana, semua Informan mengatakan bahwa
dimiliki Puskesmas untuk pemerintah daerah, sistemnya dana yang dibutuhkan dibiayai tidak menjalankan
pelayanan kita ngajuin dana berdasarkan oleh pemerintah.
antenatal.
adanya
permasalahan
dana yang dihadapi Puskesmas
kegiatan apa yang ingin kita
Ciputat
Timur
lakukan pada tahun tersebut.
menjalankan
dalam pelayanan
antenatal, dikarenakan semua pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. 4. Kebijakan dan SOP a. Tentang
kebijakan Mengikuti kebijakan yang ada Tidak ada permasalahan
Kepala
TU
menagatakan
yang
dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan dan mengenai kebijakan.
bahwa
dalam
pelaksanaan juga Dinas Kesehatan Kota
pelayanan antenatal Puskesmas
antenatal care.
Tangerang Selatan. Puskesmas
kebijkan
mengenai
menggunakan kebijakan dari
juga memiliki kebijakan sendiri,
Kementerian Kesehatan dan
seperti kebijakan waktu kerja.
juga Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan sendiri.
Puskesmas Pemegang
itu
program
KIA mengatakan bahwa tidak ada permasalahan mengenai kebijakan
pelaksanaan
pelayanan antenatal. b. Mengenai SOP yang SOP Dinkes belum terlalu rinci, SOP dari Dinkes tidak kita begitu dikeluarkan
oleh masih
Dinas
Kota umumnya saja.
Tangerang terkait antenatal.
Selatan pelayanan
seperti
gambaran di pergunakan, tetapi Puskesmas
Kepala TU mengatakan bahwa SOP yang di buat oleh Dinas
menggunakan buku panduan
Kesehatan
antenatal terpadu dari Kemenkes.
Selatan belum terlalu rinci dan
SOP Dinkes masih belum jelas.
masih umumnya
Kota
Tangerang
seperti
gambaran
saja,
sedangkan
menurut pemegang program KIA SOP Dinkes masih belum jelas.
Sistem
pelayanan
antenatal Puskesmas Ciputat Timur mengacu kepada buku pedoman
antenatal
terpadu
yang
di
terbitkan
oleh
Kementerian Kesehatan.
5. Proses Sistem alur pelayanan Pasien dimulai dari mengambil Mengikuti yang ada pada
Dari penjelasan kepala TU dan
antenatal di Puskesmas nomor
pemegang
Ciputat Timur.
antrian
di
loket, panduan antenatal care terpadu
program
KIA,
kemudian mereka di panggil dari Kemenkes. Melakukan
sistem alur pelayanan antenatal
berdasarkan
sesuai dengan alur pelayanan
nomor
untuk kunjungan kerumah ibu yang
pendataan mengenai data diri, tidak memeriksakan
yang ada
kemudian
pedoman
pasien
diberikan kehamilannya.
di
dalam
antenatal
buku terpadu
nomor antrian poli KIA, setelah
Kementerian
rekam medis diantar ke ruang
Puskesmas
KIA, kemudian pasien dipanggil
kunjungan kerumah ibu yang
berdasarkan
tidak
nomor
urutan
mereka, setelah itu dilakukan pemeriksaan, kemudian pasien bisa mengambil obat atau kalau tidak ada obat yang diperlukan, pasien dapat langusng kembali kerumah.
Kesehatan. juga
kehamilannya.
melakukan
memeriksakan
6. Pengawasan Sistem pengawasan yang Biasanya pagi ngawas kerja Pengawasan sehari-hari kepala
Kedua informan mengatakan
diberikan
terhadap karyawan-karyawan sampai jam Puskesmas sekedar melihat-lihat.
bahwa
kepala
Puskesmas
pelaksanaan
program 10. Kemudian setiap hari jum’at Ada lokbul seminggu sekali.
Ciputat
Timur
melakukan
KIA
khusus
pelayanan antenatal.
nya melakukan lokbul, fungsinya untuk
mengevaluasi
pengawasan kerja karyawan,
setiap
kemudian setiap satu minggu
kegiatan yang sudah dilakukan.
sekali Puskesmas melakukan kegiatan lokbul setelah jam pelayanan
selesai,
yang
bertujuan untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang sudah dilakukan. 7. Umpan Balik Tindak lanjut terhadap Setiap seminggu sekali ada Koin-koin tersebut di evaluasi
Hasil
koin kepuasan pasien.
evaluasi jika banyak koin yang pada lokbul setiap seminggu
kepuasan yang dikumpulkan
tidak puas.
setiap harinya, kemudian di
sekali.
dari
catatan
koin
bahas pada kegiatan lokbul, kemudian pelayanan
memperbaiki apabila
banyak
pasien yang merasa tidak puas.
2. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan rajin (4 kali) Pertanyaan
Ibu Hamil R1
R2
Kesimpulan R3
R4
1. SDM a. Cara petugas
Sepertinya
Bidannya bagus.
Bidannya bagus,
Bidannya bagus,
Sebagian besar
melakukan
bidannya baru-
Setiap periksa ke
bidannya selalu
bekerja dengan
informan
pemeriksaan
baru, seperti
puskesmas selalu di
ada di tempat.
cepat, tidak lama.
mengatakan
kurang begitu
periksa HB oleh
bahwa cara
mengerti. Banyak
bidan.
petugas
asisten-asistennya
melakukan
seperti anak-anak
pemeriksaan
magang. Yang
sudah bagus,
melakukan tensi
namun ada
anak-anak magang.
informan yang
Bidannya hanya
mengatakan
melakukan
bahwa bidannya
pencatatan-
seperti baru-baru
pencatatan.
tau dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Kemudian ada
informan yang mengatakan bahwa petugas selalu ada di tempat dan bekerja dengan cepat.
b. Sikap petugas
Sikap bidannya
Petugasnya baik,
Biasanya ada yang
Baik, tetapi ada
Sebagian besar
ramah, bidan yang
tidak jutek,
jutek.
yang jutek.
informan
keliatan seperti
dikarenakan setiap
mengatakan
sudah senior
periksa dengan
bahwa petugas di
kelihatan jutek.
bidan yang baik.
Puskesmas bersikap baik, akan tetapi ada juga sebagian petugas yang bersikap tidak ramah kepada pasien.
2. Fasilitas Peralatan yang
Peralatannya
USG nya yang
Peralatannya ada.
Peralatannya sudah
Seluruh informan
dimiliki oleh
lengkap. USG nya
masih kurang bagus. Lahiran Caesar
lengkap. Untuk
mengatakan
Puskesmas Ciputat
masih yang dua
tidak bisa di
lahiran caesar di
bahwa peralatan
Timur.
dimensi.
Puskesmas
Puskesmas tidak
yang dimiliki
dikarenakan
bisa.
sudah lengkap,
peralatan tidak
akan tetapi
memadai.
sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Kemudian sebagian responden mengatakan bahwa lahiran Caesar tidak bisa dilakukan di
Puskesmas karena peralatan yang tidak memadai. 3. Proses Proses pelayanan
Pemeriksaannya
Lama pada saat
Antrianya yang
Padahal periksanya
Seluruh informan
pemeriksaan selama
hanya sekitar lima
mengantrinya.
lama.
cepat, ngantrinya
mengatakan
melakukan
menit. Tetapi
Periksa itu hanya
yang lama sekali.
bahwa proses
pemeriksaan
mengantrinya yang
sebentar.
kehamilan.
lama.
pelayanan di Puskesmas lama pada saat mengantri, akan tetapi pemeriksaan di dalam ruangan berjalan dengan cepat.
3. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kurang (1 kali) Pertanyaan
Ibu Hamil K1
K2
Kesimpulan K3
K4
1. SDM a. Penampilan petugas.
Penampilan
Penampilannya
Penampilan
Penampilan bidan
Seluruh informan
petugasnya bagus,
bagus-bagus.
bidannya bagus.
nya bagus, terlihat
mengatakan
rapih.
bahwa
rapih.
penampilan petugas sudah bagus.
b. Cara petugas
Bidannya bagus
Petugasnya bagus.
Bidannya baik.
Melakukan
Sebagian besar
melakukan
kerjanya, tetapi
pemeriksaan bagus. informan
pemeriksaan.
ilmunya lebih
mengatakan
tinggi dokter
bahwa cara bidan
kandungan, oleh
melakukan
karena itu saya
pemeriksaan
lebih memilih
sudah bagus, akan
untuk periksa di
tetapi ada satu
tempat peraktik
informan yang
swasta.
lebih percaya terhadap kinerja
dokter kandungan sehingga membuat informan tersebut memeriksakan kehamilannya di tempat praktik swasta. c. Sikap petugas
Petugas ditempat
Ada bidan yang
Kemarin saya di
Saya pernah di
Sebagian
saya periksa lebih
baik dan ada bidan
periksa dengan
periksa sama bidan
informan
baik dibandingkan
yang jutek.
bidan yang jutek.
yang jutek.
mengatakan
dengan petugas
bahwa pernah
puskesmas sini,
diperiksa oleh
soalnya ada
petugas yang
terauma, petugas
jutek atau tidak
Puskesmas jutek.
ramah, dan ada juga informan yang mengatakan bahwa ada juga yang baik. Kemudian ada
informan mengatakan bahwa petugas ditempat beliau periksa lebih baik dibandingkan dengan petugas Puskesmas. 2. Fasilitas Peralatan yang
Di puskesmas USG
Peralatannya
Peralatannya cukup
Peralatannya ada,
Sebagian besar
dimiliki oleh
juga belum ada.
lengkap, terus ada
lengkap, hanya saja
ada USG nya juga.
responden
Puskesmas Ciputat
USG di puskesmas
USG nya juga,
Puskesmas USG
mengatakan
Timur
juga tidak jelas.
walaupun USG nya
nya kurang bagus.
peralalatan di
tidak begitu jelas.
Puskesmas sudah lengkap, akan tetapi USG yang dimiliki masih kurang bagus kualitasnya.
3. Proses. Proses pelayanan
Prosesnya cepat,
Ngantrinya lama
pemeriksaan selama
Menunggu di loket
sekali.
melakukan
yang cukup lama.
Lamanya di loket.
Nunggu di loketnya Seluruh informan lama sekali.
mengatakan bahwasanya
pemeriksaan
proses yang lama
kehamilan.
ada pada pendaftaran di loket.
4. Matriks hasil wawancara dengan ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur. Pertanyaan
Ibu Hamil T1
T2
Kesimpulan T3
T4
1. Alasan Alasan ibu tidak
Karena di dokter
Petugas
Pelayanan
Lumayan jauh
Sebagian
memeriksaan
lebih teliti.
puskesmasnya
Puskesmas jelek
jarak Puskesmas
responden
kehamilan ke
katanya galak-
sekali.
nya dari rumah.
mengatakan
Puskesmas Ciputat
galak.
Timur.
bahwa pelayanan puskesmas tidak baik, terkhusus pada petugas dan fasilitasnya. Kemudian ada responden yang lebih memilih ke peraktek dokter swasta dan ada juga yang beralasan dikarenakan jarak antara rumah dengan
puskesmas cukup jauh. 2. Tempat Periksa Tempat melakukan
Saya periksanya di
Ke praktek bidan di Di di dekat sini ada
Di dekat sini ada
Sebagian
pemeriksaan
praktek dokter di
daerah sini.
peraktek dokter
informan ada
kehamilan selama
daerah Pondok
kandungan.
yang lebih
ini.
Ranji.
praktek bidan.
memilih praktek dokter, da nada juga sebagian yang memilih praktek bidan.
3. SDM a. Penampilan petugas di tempat periksa
Penampilannya
Petugasnya rapih,
Penampilannya
Dokternya rapih,
Informan
rapih.
bersih, dan
bersih, bajunya
pake jas dokter,
mengatakan
penampilannya
juga rapih.
terus bersih.
bahwa
enak dilihat.
penampilan petugas di tempat mereka priksa rapih dan bersih.
b. Cara petugas melakukan
Perawatannya
Petugasnya
Pemeriksaannya
Petugasnya baik,
bagus.
melayani dengan
bagus.
melayaninya bagus. mengatakan
pemeriksaan.
baik.
Informan
bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan dilakukan dengan baik.
c. Sikap petugas
Alhamdulillah
Bidannya ramah-
Petugasnya baik-
Ramah, bisa diajak
Seluruh informan
ramah-ramah.
ramah.
baik, mudah
berbincang-
mengatakan
senyum, ramah,
bincang.
bahwa petugasnya
dan enak buat
memiliki sikap
diajak konsultasi.
yang ramah dan baik.
4. Fasilitas Peralatan yang
Perlatan disana
Lengkap
Kalau menurut
Lengkap sekali
Menurut
dimiliki oleh tempat
lengkap.
peralatannya, kalau
saya bagus,
disitu.
informan, fasilitas
di Puskesmas
lengkap.
yang dimiliki oleh
ibu memeriksakan
katanya USG nya
tempat mereka
kehamilannya.
kurang bagus.
periksa kehamilan sudah lengkap dan bagus.
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL
NO
KETERANGAN
YA
1.
Adanya pedoman maupun SOP pelayanan antenatal
√
2.
Adanya peralatan pemeriksaan kehamilan yang sesuai
√
dengan SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan berfungsi dengan baik. 3.
Adanya tenaga kesehatan poli untuk memberikan pelayanan
√
antenatal terpadu sesuai standar. 4.
Adanya informasi sistem dan tempat rujukan bagi masing-
√
masing kasus dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu. 5.
Adanya pedoman pelaksanaan program terkait dengan
√
pelayanan Antenatal terpadu. 6.
Menggunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
√
TIDAK
7.
Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk
√
gizi. 8.
Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
√
tepat waktu bila diperlukan. 9.
Melakukan Tatalaksana/penanganan Kasus (melakukan
√
rujukan apabila kasus tidak dapat ditangani) 10. Melakukan KIE efektif
√
11. Melakukan anamnesa: a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan
√
oleh ibu saat ini. b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan
√
masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama),
√
riwayat kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu. d. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
√
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
√
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:
√
antihipertensi, diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya. g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
√
riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting
untuk
langkahlangkah
penanggulangan
penyakit menular seksual. h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang
√
meliputi jumlah, frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya. i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan
√
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan 12. Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir yang sudah ada yaitu : a. Kartu Ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di
√
fasilitas kesehatan b. Register kohort ibu, merupakan kumpulan data-data
√
dari kartu ibu. c. Buku KIA (dipegang ibu).
√
d. Pencatatan dari program yang sudah ada (Catatan dari
√
Imunisasi, dari Malaria, gizi, KB, TB, dll)
13. Pelaporan
pelayanan
antenatal
terpadu
menggunakan
formulir pelaporan yang sudah ada, yaitu : a. Pws kia
√
b. Pws imunisasi
√
LEMBAR OBSERVASI BENTUK PEMERIKSAAN
No
Jenis Pemeriksaan
K1 Standar
K2
K3
K4
Hasil Standar Hasil Standar Hasil Standar observasi observasi observasi
Hasil observasi
1
Tekanan darah
√
√
√
√
√
√
√
√
2
Timbang berat badan
√
√
√
√
√
√
√
√
3
LILA
√
√
4
TFU
√
√
√
√
√
√
√
√
5
Presentasi janin
√
√
6
DJJ
√
√
√
√
√
√
7
Pemberian tablet besi
√
√
8
Pemberian imunisasi TT
√
√
9
Pemeriksaan HB
√
√
√
√
10
Cek golongan darah
√
√
11
Cekprotein pada urin
√
√
√
√
√
√
12
Cek kadar gula darah
√
√
√
√
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4) DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP KEPALA PUSKESMAS
1. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan SDM KIA di Puskesmas pada saat ini? 2. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan fasilitas yang dimiliki Puskesmas pada saat ini dalam melaksanakan pelayanan antenatal? 3. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan dana yang dimiliki Puskesmas untuk menjalankan pelayanan antenatal? 4. Bagaimana menurut anda tentang kebijakan yang dikeluarkan terkait pelaksanaan antenatal care? 5. Apa saja kesulitan bagi pihak Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan antenatal care? Seperti kesulitan dalam melayani dengan tepat waktu, kesulitan memberikan pelayanan dikarenakan SDM KIA yang masih kurang, dan sebagainya. 6. Bagaimana menurut anda dengan SOP yang dikeluarkan oleh Dinas Kota Tangerang Selatan terkait pelayanan antenatal? 7. Bagaimana sistem pengawasan yang diberikan terhadap pelaksanaan program KIA khusus nya pelayanan antenatal?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4) DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP PEMEGANG PROGRAM KIA
1. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan SDM KIA di Puskesmas pada saat ini? 2. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan fasilitas yang dimiliki Puskesmas pada saat ini dalam melaksanakan pelayanan antenatal? 3. Bagaimana pendapat anda terkait persediaan dana yang dimiliki Puskesmas untuk menjalankan pelayanan antenatal? 4. Bagaimana menurut anda tentang kebijakan yang dikeluarkan terkait pelaksanaan antenatal care? 5. Apa saja kesulitan bagi pihak Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan antenatal care? Seperti kesulitan dalam melayani dengan tepat waktu, kesulitan memberikan pelayanan dikarenakan SDM KIA yang masih kurang, dan sebagainya. 6. Bagaimana menurut anda terkait SOP yang dikeluarkan oleh Dinas Kota Tangerang Selatan terkait pelayanan antenatal? 7. Bagaimana sistem pelayanan antenatal yang diberikan kepada pasien? 8. Menurut anda bagaimana gambaran letak Puskesmas Ciputat Timur? 9. Bagaimana sistem pengawasan yang diberikan terhadap pelaksanaan program KIA khusus nya pelayanan antenatal?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4) DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP IBU HAMIL YANG SUDAH PERNAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
1. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kandungan ke Puskesmas Ciputat Timur? 2. Bagaimana pengalaman anda selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur? 3. Apa manfaatnya bagi imu hamil jika memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan? 4. Bagaimana pendapat anda tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? 5. Bagaimana pendapat anda tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? 6. Bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur? 7. Bagaimana menurut anda proses pelayanan selama anda melakukan pemeriksaan? 8. Bagaimana menurut anda tentang jarak Puskesmas dengan rumah anda?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PELAYANAN ANTENATAL (K1-K4) DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TERHADAP IBU HAMIL YANG BELUM PERNAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
1. Apa alasan ibu tidak memeriksaan kehamilan ke Puskesmas Ciputat Timur? 2. Selama ini kemana anda melakukan pemeriksaan kehamilan? 3. Apa manfaatnya bagi imu hamil jika memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan? 4. Bagaimana pendapat anda tentang cara petugas di tempat anda periksadalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? 5. Bagaimana pendapat anda tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? 6. Bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur? 7. Bagaimana menurut anda tentang jarak Puskesmas dengan rumah anda?
Daftar Barang Pelayanan Antenatal Care
Ruang Tunggu KIA
Ruangan KIA
Proseses Pelayanan Antenatal