ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PERMAINAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BETAWI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: Shoffie Afrianur NIM: 1110015000113
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
Skripsi berjudul "Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betawi". disusun oleh Shoffie Afrianur, Nomor Induk Mahasiswa 1110015000113, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS. Jakafia,l5 April 2015 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua JurusanrProdi)
Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NIP. I 9730 4242008011012
Tanggal
2': fnl$
Sekretaris (Sekretaris Juruqn/Prodi)
Drs. Syaripulloh. M.Si NrP. 1 96709092007 011033
Penguji
t7/x/xo,r
I
Dr. H. Nurochim. MM NrP. 19s90715 198403 1003
Penguji II Mochammad Noviadi Nugroho. M.Pd
NIP. 19761 I 18 201 101 1006
Dekan
Tanda Tangan
u/oo^
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALTSIS ]\ILAI-NILAI KARAKTER DALAM PERMAINAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BEI"AWI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Penclidikan (S.Pd.) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakuta
Oleh: Shoffie Afrianur NrM. 1110015000113
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
';y'
Dr. Iwan Purwanto. M. Pd NIP. 19730 424 200801 I 012
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF I{IDAYATULLAH
JAKARTA 2015
1% ,#b)ffi *7'*..Y.t
I
I(EMENTERIAN AGAMA
No.
Dokumen :
FITK-FR-AKD-089
UNJAKARTA FITK
Tgl.
Terbit
:
1
No.
Revisi:
:
01
tl
lr. H..tnouJo
FORM (FR)
i,')5t'tl,iltat l5Jl)lltllottr.\io
Hal
111
SURAT PBRNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah
ini,
Nama
Shoffie Afrianur
Tempat/Tgl.Lahir
Indramayu, 25 April
NIM
11
Jurusan / Prodi
Pendidikan IPS / Ekonomi
Jubul skripsi
l99l
100150001 13
Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional Pada Masyarakat Betawi
Dosen Pembimbing
dengan
: Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
ini menyatakan bahwa skripsi yang
saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah. i
Jakarta,06 April2015 Mahasiswa Ybs.
82ADFp23
Maret 2010
ABSTRAK
Shoffie Afrianur (NIM: 1110015000113). Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betawi. Skripsi Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat betawi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriftif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sumber data atau informan adalah lembaga kebudayaan betawi, sekretaris kelurahan, kepala sarana dan prasarana kelurahan, wawancara dua puluh warga kelurahan kebayoran lama utara, dan observasi setiap rukun tetangga tiga puluh orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) nilai karakter yang terkandung dalam permainan bentengan adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, bersahabat/berkomunikasi, toleransi, kekompakan dan peduli sosial serta cinta tanah air. (2) nilai katakter yang terkandung dalam permainan engrang atau jangkungan adalah kesabaran dan percaya diri serta cinta tanah air. Sedangkan (3) nilai karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, toleransi, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial. Kata kunci: Nilai, Karakter, Permainan Tradisional, Betawi
i
ABSTRACT Shoffie Afrianur (NIM: 1110015000113). An Analysis of Character Values in Traditional Games at Betawi Society. Skripsi at Science Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015. The aim of this study was to find out character values in Traditional games at Betawi society. The method of this study was descriptive qualitative. The technique of sampling was purposive sampling with data sources or informant were Intitutions of Betawi Cultural, Secretary of District, Head of Media and Infrastucture District, 20 of Society in North Kebayoran Lama, and Observation of 30 People in each “Rukun Tetangga”. The data collecting in this study used observation, interview and documentation. Based on the result of this study was found that: (1) the character values in the “Bentengan” games is responsibility, corporation, honesty, friendship, tolerance, unity and social caring and love birthplace. (2) the character values in the “Engrang/jangkungan” games is patience, confidence and love birthplace, while (3) the character values in the “Galah Asin” games is responsibility, corporation, honesty, tolerance, love birthplace, unity and social caring. Keywords: Values, Character, Traditional Games, Betawi
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Azza Wajalla atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi yang berjudul “Analisis Nilai-nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional Pada Masyarakat Betawi”. dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga akhir nanti. Penulis dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
keterbatasan
kemampuan,
kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan serta kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Prof. DR Ahmad Thib Raya, MA.
2.
Bapak Iwan Purwanto, M.Pd. dan Bapak Syaripulloh, M.Si. selaku ketua dan sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang santiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
4.
Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5.
Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi. iii
6.
Bapak Sarwanto, SE selaku kepala kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.
7.
Yang tercinta Ayahanda Kasimin, yang telah ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi penulis dalam penulisan skripsi ini. Demikian pula, yang tercinta Ibunda Daeni yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang untuk penulis, yang tiada henti-hentinya mendoakan.
8.
Untuk adik-adikkuku tersayang Desy Citra Sari dan Muhammad Faisal Hakim yang selalu memberikan doa, semangat dan kecerian.
9.
Sahabat-sahabatku Anna Rizky, Eka Dewi, Nuraini, Irot Rosita, Novi Mela Yuliani, Rini Handayani, Diah Yuniardi, Heri Fajrin, Yustia Umamah, Bunga Anzelia, Agus Haflaturrahman, dan Tati Heryanti yang selalu menyemangati dan memberikan keceriaan dalam menjalani kegiatan seharihari.
10.
Teman-teman seperjuangan dan sejurusan IPS ekonomi 2010 yang telah memberikan warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan selama ini.
11.
Teman-teman
Ikatan
Remaja
Masjid
Fathullah
Universitas
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin
Jakarta, April 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................................ v DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ......................................................................................... 1 B. IdentifikasiMasalah .................................................................................. 4 C. PembatasanMasalah ................................................................................. 4 D. PerumusanMasalah .................................................................................. 4 E. TujuanPenelitian ...................................................................................... 4 F. ManfaatPenelitian .................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. PengertianNilai ............................................................................................ 6 B. PengertianNilai-nilaiKarakter ..................................................................... 7 C. PengertianPermainanTradisional .............................................................. 11 D. Macam-Macam Permainan Tradisional .................................................... 12 1. Gundu Kusir .................................................................................... 12 2. Tamat-tamatan ............................................................................... 13 3. Gebok .............................................................................................. 13
v
4. Perahu-perahuan ............................................................................. 14 5. Kalengan ......................................................................................... 14 6. Ujan Angin ..................................................................................... 15 7. Lari Gandeng ................................................................................. 15 8. Tak Nyamuk .................................................................................. 15 9. Permainan Cako .............................................................................. 15 10. Torti ............................................................................................... 16 11. Jangkungan atau Engrang .............................................................. 16 12. Serok Kwali ................................................................................... 17 13. Congklak ........................................................................................ 17 14. Ucing-ucingan ............................................................................... 17 15. Tangkrep ......................................................................................... 18 16. Belalang ......................................................................................... 18 17. Ujungan ........................................................................................... 18 18. Dododio ......................................................................................... 18 19. Permainan Si .................................................................................. 19 20. Kukuruyuk Ayam .......................................................................... 19 21. Galileo ............................................................................................ 19 22. Palongan Gundu ............................................................................ 19 23. Bekel .............................................................................................. 20 24. Silem-sileman ................................................................................ 20 25. Karet .............................................................................................. 20 26. Kodok-kodokan ............................................................................. 20 27. Petak Umpet ................................................................................... 21 28. Galah Asin ..................................................................................... 21 29. Gangsing ........................................................................................ 21 30. Pletokan ........................................................................................ 22 31. Dampu Kapal ................................................................................. 22 32. Suil ................................................................................................. 22 vi
33. Bentengan ..................................................................................... 22 E. Masyarakat Betawi ............................................................................... 23 F. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. TempatdanWaktuPenelitian ................................................................... 25 B. MetodePenelitian ................................................................................... 25 C. Populasidan Sample Data ...................................................................... 26 D. TeknikPengumpulan Data ..................................................................... 26 E. InstrumenPenelitian ............................................................................... 29 F. TeknikPemeriksaanKeabsahan Data ...................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Kebayoran ......................................................................... 34 2. Geografi Kebayoran Lama Utara ................................................... 34 3. Demografis Kebayoran Lama Utara .............................................. 35 4. Sosial Ekonomi Budaya ................................................................. 35 5. Data balita Tiap Rukun Warga ...................................................... 36
B. Deskripsi Data 1. Permainan Tradisional ................................................................... 36 2. Karakter ......................................................................................... 46 C. TemuanUtamaPenelitian ........................................................................ 55 D. KeterbatasanPenelitian........................................................................... 56
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 57 B. Saran ...................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Lembar Observasi .................................................................. 30 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .............................................................................. 30 Tabel 3.3 Pedoman Wawancara .............................................................................. 31 Tabel3.4 Pedoman Studi Dokumentasi .................................................................. 31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Pedoman Wawancara Lampiran2 Hasil wawancara Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi Lampiran 4 Pedoman Observasi Lampiran 5 Hasil Observasi Lampiran 6 Dokumentasi Foto Kegiatan Observasi Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 9 Surat Balasan Izin Penelitian dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Lampiran 10 UjiReferensi
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 Menyatakan bahwa pendidikam nasional “berfungsi mengembangkan Kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”.1 Merujuk pada peraturan pemerintah pada sistem pendidikan nasional saat ini pendidikan yang di terapkan di sekolah khususnya sekolah dasar lebih menekankan pada pembentukan karakter. Karakter yang di maksud ialah karakter yang telah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2011 diharapkan mampu membentuk karakter siswa sedini mungkin dimulai dari tingkat sekolah dasar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.2 Dengan kata lain karakter seseorang akan membedakan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Retno karakter adalah “nilai-nilai yang unik, baik terpatri dalam diri dan di implementasikan dalam perilaku”.3 Maka dari itu karakter seseorang sangat menentukan cara bergaul dengan lingkungannya baik lingkungan internal maupun eksternal. 1
Kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf di akses tanggal 3 Desember 2014 pukul 16.34 WIB Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, h. 623 3 Retno Listyarti. “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”. (Jakarta: Erlangga. 2012) h.8 2
1
2
Penenaman nilai karakter bukan hanya diterapkan di sekolah tetapi harus dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai karakter dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan melalui metode pembiasaan yang diajarkan oleh orang tua pada anaknya dalam kehidupan sehari-hari contohnya cium tangan ketika pergi dan pulang beraktifitas. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat penanaman nilai karakter dilakukan melalui permainan tradisional. Menurut Dharmamulya dalam Ernita Lusiana unsur-unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran dan sportivitas. Dalam permainan tradisionala juga terdapat nilai-nilai karakter.4 keunggulan dari
permainan tradisional adalah
mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, sosial maupun emosi tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen, dan menemukan jiwa kepemimpinan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa permainan tradisional memiliki peran dalam membentuk karakter seseorang. Permainan anak-anak selalu tumbuh dan berkembang umumnya di kalangan masyarakat Indonesia dan khusunya di lingkungan masyarakat Jakarta. Permainan tradisional yang berkembang di kalangan masyarakat merupakan permainan yang secara turun temurun diwariskan oleh generasi sebelumnya dengan harapan generasi selanjutnya dapat melestarikan permainan tradisional tersebut khusunya di kalangan masyarakat betawi. Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa 4
Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA, 2012, hal. 3
3
pula disebut Orang Betawi, Melayu Betawi, atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat setempat). Sedangkan Nama Betawi sebenarnya berasal dari kata Batavia, yaitu “nama kota Jakarta pada zaman penjajahan Belanda dulu”.5 Fenomena yang terjadi pada saat ini di lingkungan masyarakat Indonesia khususnya kalangan masyarakat Betawi yakni kurangnya perhatian masyarakat terutama orang tua terhadap budaya dalam hal pengenalan dan pelestarikan permainan tradisional kepada anak-anaknya yang telah di wariskan dari generasi ke generasi. Fenomena tersebut merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi yang semakin maju. Perkembangan teknologi yang semakin maju mengakibatkan anak kurang mengenal permainan tradisional yang sebelumnya telah di wariskan secara turun temurun sehingga jarang sekali anak-anak yang bermain menggunakan permainan tradisional karena mereka lebih memilih bermain dengan menggunakan alat-alat elektronik seperti Playstation dan Tablet. Karena permainan menggunakan alat-alat elektronik di nilai lebih modern dan canggih. Hal tersebut menjadikan nilai yang terkandung di masyarakat betawi menjadi luntur. Selain itu permainan yang menggunakan teknologi modern akan mengurangi kepedulian sosial anak seperti anak yang lebih memilih bermain menggunakan gadget dari pada bermain permainan tradisional secara langsung dengan teman sebayanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang “Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betawi”.
5
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. “Profil Budaya Betawi”. (Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.2006). Cet. 1 h. 212
4
B. Identifikasi Masalah Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya yaitu: 1. Memudarnya permainan tradisional pada masyarakat Betawi di sebabkan karena tidak adanya pewarisan dari orang tua kepada anak-anaknya. 2. Permainan tradisional Betawi di tinggalkan oleh peminatnya karena orang tua saat ini lebih senang jika anaknya mahir menggunakan gedget atau play station dibandingkan bermain di lapangan. 3. Memudarnya karakter kepedulian sosial anak akibat meninggalkan permainan tradisional dan lebih memilih bermain sendiri dengan alat elektronik baik itu play station atau Ipad.
C. Pembatasan Masalah Peneliti hanya membatasi masalah penelitian pada nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan, galah asin dan engrang pada masyarakat Betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Bagaimana nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan, galah asin dan engrang pada masyarakat betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: “Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
5
F. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian selanjutnya khususnya dalam permainan tradisional masyarakat betawi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1) Sebagai
salah
satu
wahana
dalam
menerapkan
ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama belajar di bangku kuliah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2) Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang berguna di masa yang akan datang. 3) Tujuan lain merupakan tujuan khusus untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana pendidikan dari program studi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. b. Bagi pemerintah Penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi dan inventarisasi Kebudayaan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tentang permainan tradisional yang terdapat pada masyarakat Betawi. c. Bagi State Holder Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta). Penelitian ini dapat dijadikan koleksi perpustakaan dan sumber referensi bagi penelitian sejenis.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale're yang artinya “berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang”.1 Menurut Steeman, nilai adalah “yang memberi makna kepada hidup, yang memberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan, oleh sebab itu etika menyangkut nilai”.2 Seorang ahli pendidikan nilai dari Australia bernama Hill berpendapat bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai tiga tahapan yaitu: 1. values thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau values cognitive; 2. values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada diri orang untuk melakukan sesuatu pada tahap ini dapat dirinci lagi menjadi a)'dispotition; dan b)'commitments'. 3. tahap terakhir adalah values actions, yaitu tahap dimana nilai yang telah menjadi keyakinan dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret.3 Dapat disimpulkan nilai merupakan sesuatu yang dipandang baik, memberi makna hidup bagi seseorang atau sekelompok orang, nilai juga 1
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai- Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.
56 2
Mungin Eddy Wibowo, Etika dan moral dalam pembelajaran, (Jakarta: pusat Antar Universitas, 2001) h. 10-11. 3 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 60
6
7
menjadi pedoman hidup manusia dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian Nilai-nilai Karakter Karakter secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa inggris characther dan dalam bahasa Indonesia lazim diguanakan dengan istilah karakter.4 Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. 5 Dapat disimpulkan karakter seseorang akan membedakan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Thomas Lickona mengatakan karakter adalah “character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior”.6 Berdasarkan pendapat Lickona karakter itu mengacu kepada pengetahuan, sikap dan perilaku dan internalisasi karakter tidak cukup berhenti pada pengetahuan tapi karakter itu diaplikasikan dalam tindakan atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Doni Koesoema mendefinisikan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakterristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan.7 Dapat disimpulkan karakter menurut Doni Koesoema karakter merupakan karakteristik dari seseorang yang terbentuk karena adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter adalah lebih dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
4
Ibid., h. 1. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, h. 623 6 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter berbasis Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 12. 7 Heri Gunawan. op.cit. h.2 5
8
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.8 Maka karakter adalah tindakan spontanitas manusia dalam bersikap karena sudah terbiasa. Menurut Ari Ginanjar Agustian yang terkenal denga konsepnya “Emotional Spriritual Question (ESQ)” mengajukan pemikiran, bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) yang berjumlah 99. Asma al-husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun, karena asma al-husna terkandung dalam sifat-sifat Allah yang baik. Menurut Ari Ginanjar dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni: (1) jujur; (2) tanggung jawab; (3) disiplin; (4) visioner; (5) adil; (6) peduli dan (7) bijaksana.9 Maka nilai karakter itu harus merujuk kepada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Asma al-Husna dan merangkum nya menjadi tujuh karakter dasar yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan bijaksana. Sedangkan menurut Indonesian Heritage Foundation (IHF) dalam majid merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter yaitu; (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli dan kerja sama; (6) percaya diri; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; dan (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.10 Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter. Apa sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa? 18 Nilai Karakter yaitu: 1. Religius Sikap dan perilku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang danutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religious adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata 8
Ibid., h. 3. Ibid., h. 32 10 Ibid., h. 32 9
9
keimanan (kepercayaan) dan tata peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan dan manusia serta lingkungannya. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda pada dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku
yang
menunjukkan
upaya
sungguh-sungguh
dalam
menghadapi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10
10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir,bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/ Komunikasi Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara. 15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya. 16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan orang lain.
11
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. 11
C. Pengertian Permainan Tradisional Menurut Marzollo&Lloyd bermain adalah belajar bagi anak karena melalui
bermain
anak
dapat
meningkatkan
kemampuannya
dan
mengembangkan dirinya.12 Menurut Jarahnitra menyatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolahraga sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan, serta ketangkasan.13 Permainan tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari zaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan dengan tiada bedanya.14 Menurut Dharmamulya, unsur-unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran 11
Retno Listyarti. “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”. (Jakarta: Erlangga. 2012) h.5 12 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2003) cet.2 hal. 104 13 Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan. 14 Agung Nugroho, Permainan Tradisional Anak-anak Sebagain Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis, Skripsi pada Sekolah Strata Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2005, h.25, tidak dipublikasikan.
12
dan sportivitas. Dalam permainan tradisionala juga terdapat nilai-nilai karakter.15 Sedangkan menurut Ahmad Yunus permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas dan lain sebagainya.16 Permainan tradsional adalah suatu permainan warisan nenek moyang yang harus dilestrarikan dan permainan tradisional juga memiliki banyak manfaat diantaranya melatih kecekatan, keuletan dan ketangkasan. Dalam permainan tradisional juga terdapat berbagai nilai karakter yang positif.
D. Macam-macam Permainan Tradisional Permainan tradisional Betawi cukup banyak macamnya. Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Gundu Kusir Permainan gundu kusir dikenal oleh penduduk di Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dilihat dari unsur katanya, permainan ini terdiri dari dua kata yakni gundu dan kusir. Dilihat dari perbendaharaan kata Betawi “Gundu” berarti kelereng atau keneker yakni suatu benda bulat yang terbuat dari kaca atau porselin. Kali ini gundu tersebut diberi tambahan “Kusir” . kata kusir berasal dari kata ngusir yang artinya menyuruh pergi jauh-jauh dengan berbagai cara. Kalau dalam permainan ini cara yang dipergunakan adalah menyentil (menjentik) gundu lawan jauh-jauh. 17 2. Tamat-tamanan Permainan tamat-tamatan dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dilihat dari unsur katanya kata tamat-tamatan berasal dari kata dasar tamat.
15
Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA, 2012, hal. 3 16 Agung Nugroho, loc.cit. 17 Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta: 1991/1992), h.6
13
Secara etimologis dalam perbendaharaan kata Betawi, tamat (namatin) berarti usai/selesai, melakukan sesuatu. Kata tamat (namatin) lebih sering digunakan untuk mengumpamakan pada anak yang telah tamat mengaji. Biasanya jika diantara anak-anak yang telah masuk dalam proses demikian dengan cara mengarak keliling anak tersebut dengan tujuan agar orangorang kampung tahu si anak telah khatam membaca Qur’an dan patut jadi teladan bagi orang-orang lain khususnya anak-anak. 18 3. Gebok Permainan gebok sering dilakukan anak Betawi sambil mengembala ternak di sawah. Disebut gebok karena ada adegan pukul-pukulan atau gebuk didalamnya. Gebok hanya dimainkan oleh anak laki-laki, karena pemain harus melepas bajunya. Pemain berumur antara 9-12 tahun. Jumlah tidak terbatas. Makin banyak makin seru. Peralatan yang digunakan adalah pancak kayu sepanjang ± 50 cm dan ditancapkan ke tanah, tambang atau tali dengan panjang sekitar 75 cm, baju atau kaos pemain dan daun pisang kering atau kembang rumput. Daun pisang kering ini digunakan untuk mengundi siapa yang akan menjadi penjaga. 19 Permainan ini pernah dikenal di daerah Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dilihat dari Unsur kata “Gebok” dapat diartikan sebagai arti menimpuk, artinya melemparkan bola sekerasnya kearah sasaran yang telah ditentukan bersama. Bola Gebok adalah permainna hiburan yang dimainakan oleh 3 sampai lima orang anak di halaman rumah. 20 4. Perahu-perahuan Permainan perahu-perahuan dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara.Dilhat dari unsur katanya, Perahu-perahuan berasal dari kata dasar perahu. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, perahu adalah nama kendaraan di air, biasanya ia tidak mempunyai geladak. Kendaraan ini 18
Ibid., h. 13 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing. 2013). h. 52 20 Emot Rahmat Taendiftia, dkk., Gado-gado Betawi, (Jakarta: Gramedia, 1998), cet.2 h. 35 19
14
merupakan alat terpenting bagi penduduk yang bermukim di pinngir pantai dekat laut karena perahu merupakan alat pengangut yang didgunakan untuk menangkap dan mencari ikan dan dari hasil penangkapan yang didapat itulah para nelayan menggantungkan hidupnya beserta seluruh keluarga. Di lingkungan orang Betawi (Jakarta Asli), mereka mengenal beberapa jenis permainan yang bersumber dari peniruan alam dan peralatan yang digunakan oleh masyarakat penduduk setempat. Dan salah satu bentuk permainan yang berasal dari peniruan alam dan peralatan alam sekitarnya yakni laut dikenal dengan permainan perahu-perahuan. Bentuk peniruan dan peralatannya berasal dari hasil peniruan bentuk dari perahu-perahu yang sesungguhnya ke dalam bentuk-bentuk yang diperkecil yakni dalam bentuk miniatur perahu yang sesungguhnya. Permainan perahu-perahuan bersifat rekreatif dan koperatif, dimanainkan hanya oleh anak laki-laki. 21 5. Permainan Kalengan Permainan ini terdapat di daerah Condet, Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur. Pemain laki-laki atau perempuan umur 9-12 tahun. Peralatan potongan bambu (dulu) sekarang kaleng. Permainan ini ada taruhannya berupa biji melinjo dan dilakukan di tempat yang cukup luas. Pemain minimal 2 orang. Setiap pemain harus punya gaco. Kemudian ditetapkan jumlah taruhan. 22 6. Ujan- Angin Permainan ujan-angin dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kalau di daerah Kelurahan Koja Utara terkenal dengan nama Anginanginan. 23
21
Abdurachman, dkk., op.cit, h. 13 Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 161 23 Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta: 1991/1992.), h.46 22
15
7. Lari Gandeng Nama permainan ini disebut lari gandeng. Nama ini diambil dari bentuk permainan itu sendiri, yaitu dimana setiap pemain laki-laki harus menggandeng seorang pemain perempuan di ddalam melakukan permainan ini. Dan biasanya seorang pemain anak laki-laki akan mengambil teman gandengannya seorang perempuan yang ditaksirnya. 24 8. Tak Nyamuk Permainan ini dinamakan Tak Nyamuk. Alasan karena permainan itu sendiri yang menyerupai “orang yang memukul nyamuk dengan menggunakan tangannya”, maka jenis permainan ini dinamakan Tak Nyamuk. 25 9. Permainan Cako Permainan terdapat di Pasar Minggu, Cilandak, Kebayoran Lama dan sebagainya. Permainan dapat perorangan maupun kelompok ± 15 orang. Biasanya dilakukan di lapangan bola. Permainan ini sangat umum dimana sampai sekarang masih ada dan lebih terkenal dengan nama panjat pinang yang biasanya di lombakan dlam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia setaiap tanggal 17 Agustus. 26 10. Torti Permainan Torti pernah dikenal oleh masyarakat Batavia Sentrum sampai wilayah batas Banjir Kanal. Daerah ini sekarang dikenal dengan nama wilayah Jakarta Pusat, Kelurahan Kebon Melati, Daerah Tanah Abang. Nama Torti berasal dari peniruan bunyi dari pemukul pelepah pisang yang dipukulkan ke arah kaki lawan dan menghasilkan bunyi “Kort” serta mendapat akhiran “i”. Permainan ini bersifat hiburan. Biasanya Torti dimainkan oleh anak laki-laki yang mengaggap dirinya jagoan dan mendapat dukungan dari kawan-kawannya. 27 24
Ibid., h. 63 Ibid., h. 68 26 Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 162 27 Abdurachman, dkk., op.cit, h. 73 25
16
11. Jangkungan atau Engrang Nama permainan ini adalah “Jangkungan” asal katanya “Jangkung” yang mendapat imbuhan “an”. Kata Jangkungan berarti tinggi langsing. Tapi oleh masyarakat setempat sesuai dengan logat bahasa daerah mereka kata “Jangkung” saja tidak umum karena itu kata tersebut mendapat imbuhan yang akhiran an, sehingga permainan ini dikenal dengan nama “Jangkungan”. 28 Permainan ini berawal dari sebuah peristiwa ketika ada orang sedang memetik buah mangga di kebun tetapi ternyata buahnya hilang. Menurut kepercayaan setempat ada makhluk lain yang mengganggu dan sering disebut setan longga-longga. Dinamakan demikian karena makhluk itu diperkirakan memiliki tinggi badan 3 m untuk mengusirnya masyarakat membuat Jangkungan/engrang yang berbentuk bambu panjang yang bisa dinaiki oleh orang. Jangkungan/engrang yang menyamai tinggi makhluk tadi akan membuatnya tidak akan berani mengganggu lagi. Permainan ini masih sering dimainkan sampai saat ini, dan pada beberapa acara, sering juga diperlombakan. 29 12. Serok Kwali Permainan rakyat yang disebut “Serok Kwali”. Serok berarti menyendok atau dapat juga mengambil sesuatu dengan menggunakan sebuah alat tertentu. Dalam permainan ini yang disendok adalah sejenis biji-bijian antara lain biji sawo, dan yang dipakai sebagai sendoknya/ seroknya adalah daun-daunan. 30 13. Congklak Alat permainan ini adalah sebuah papan yang disebut apan congklak, tebalnya sekitar 5 atau 6 cm, lebarnya sekitar 20 cm dan panjangnya sekitar 60 atau 70 cm.31 Permainan ini dikenal sebutan Congklak tetapi
28
Ibid., h. 83 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing. 2013). h. 52 30 Ibid., h. 118 31 Abdul Chaer, Folklor Betawi ( Jakarta: Mnasup Jakarta, 2012), cet. 1, h. 181 29
17
sesungguhnya ada sebutan lain (pada masa lalu) yaitu “Main Punggah”. Tetapi yang paling lazim bagi para pendukungnya adalah kata Congklak. Disebut “Punggah” mungkin karena biji-bijian (buah) congklak tersebut, dibagi-bagi ke dalam tiap-tiap lubang yang dilewatinya. Dan biasanya bijibiji yang dijalankan tersebut akhirnya harus dimasukkan ke dalam “Gedongnya” (Rumahnya). Yaitu lubang induk yang terletak di kedua ujung dengan istilah disebut “Punggah”. Meskipun sesungguhnya permainan ini mempunyai 2 sebutan nama, tetapi bagi masyarakat Kebon Jeruk (Jakarta Barat) permainan ini lebih lazim disebut sebagai permainan Congklak. 32 14. Ucing-ucingan Didaerah Ciracas terdapat permainan ucing-ucingan. Ucing disini berasal dari kata Kucing. Karena permainan ini menggambarkan seekor kucing yang selalu bermusuhan dengan lawannya yaitu seekor anjing. Dimana anjing dengan segala kepandaian otak dan ketangkasannya selalu berusaha untuk menerkam kucing tersebut. Dalam permainan ini kucing selalu mendapat perlindungan yaitu berupa penjagaan yang cukup kuat dalam ruangan. Ruangan tersebut dibatasi dengan paga tangan-tangan pemainnya yang selalu berpegangan satu dengan yang lainnya. 33 15. Permainan Tangkrep Permainan terdapat di Kampung Melayu, Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Tangkrep berarti telungkup. Di Jakarta Selatan disebut rurub. Pemain minimal 2 orang antara 7-10 orang. Peralatan potongan lidi dan pasir atau tempat berdebu. 34
32
Abdurachman, dkk., op.cit h. 145 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. h. 56 34 Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 161 33
18
16. Belalang Permainan ini pernah dikenal di daerah Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Permainan ini dinamakan “Belalang” karena unsur-unsur peralatannya terbuat dari bambu (jenis bambu hitam), lalu dimainkan diasosiasikan dengan seekor “belalang” terbang. 35 17. Permainan Ujungan Disebut permainan ujungan karena setiap pemain berusaha memukul lawan dengan ujung tongkat rotan sebatas lutut ke bawah. Peralatan adalah tongkat rotan ± 75 cm dan disediakan oleh bebato. Biasanya dilakukan di malam hari dengan penerangan obor di sekitar arena (lapangan). Permainan biasanya diiringi tetabuhan. Permainan dilakukan semacam pertandingan dipimpin oleh wasit yang disebut bebato. 36 18. Permainan Dododio Permainan Dododio dikenal di Rawa Barat, Kecamatan Kebayoran Baru. Di Condet disebut bungselan. Permainan dilakukan anak umur 6-10 tahun dan kadang anak remaja. Peralatan pokok adalah daun pisang. Atau pelepahnya atau tali. Lembar/utas tergantung jumlah pemain. 37 19. Permainan Si Permainan Si di kenal di daerah Ciganjur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Biasanya dilakukan malam terang bulan. Peserta anakanak sampai orang dewasa. Permainan tanpa peralatan kecuali tanah yang cukup luas. Permainan terdiri dari dua regu dengan anggota 4 orang/regu. Disebut Si, karena pada saat bermain peserta selalu menyebut kata “Si” apabila pemain penyerang menarik lawannya ke garis pos-nya, sambil menahan napas panjang. 38 20. Permainan Kukuruyuk Ayam Permainan ini disebut kukuruyuk ayam karena pemainnya menirukan suara ayam jantan berkokok. Persebaran permainan itu Condet (Jakarta Timur), 35
Abdurachman, dkk., op.cit h. 165 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 162 37 Ibid. 38 Ibid., h. 163 36
19
Sudimara, Cileduk, Kebayoran Lama dan sebagainya. Ada pula yang menyebut adu ayam. Pemain adalah anak laki-laki belasan tahun. Penyelenggaraan terdiri dua kelompok dengan anggota tak terbatas. Peralatan adalah tanah luas dan dua kain sarung. Dalam regu itu telah ditetapkan lawan-lawan yang sepadan. 39 21. Permainan Galilio Galilio merupakan permainan anak-anak yang berumur kira-kira 9 samai 14 tahun. Biasa galilio ini dimainkan pada waktu masa panen tiba, sebab bahan yang diakai untuk membuatnya ialah batang padi. Permainan ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak di Jakarta karena di kota metropolitan ini sekarang sudah jarang terdapat sawah.40 Cara memainkan permainan ini adalah dengan cara ditiup, suara yang dihasilkan bisa besar bisa kecil. 22. Permainan Palongan Gundu Daerah permainan di Rawa Barat, Kebayoran Baru dan dimainkan setiap saat. Pemainnya lebih dari 2 orang oleh anak laki-laki umur ± 10 tahun. Peralatan balok kayu ± 2 meter, lebar ± 15 cm, tinggi ± 12 cm. Balok kayu disebut palongan. Balok ditaruh horizontal menghadap tempat pemukul gundu atau pidian. Permainan tanpa iringan apa pun. 41 23. Permainan Bekel Permainan ini dimainkan oleh dua anak sambil duduk ngedeprok di lantai ubin atau lantai bersemen. Cara bermain bekel pada dasarnya adalah ketangkasan melakukan dua gerakan berbeda dalam satu saat, yaitu melempar bola sambil menyebar biji, seterusnya memosisikan biji sesuai keinginan pemain. Cocoknya dimainkan siang hari, sebab malam bola mental sukar dicari.42
39 40
Ibid. Budiaman, Folklor Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2000), cet.2,
h. 81 41
Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 164 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Proinsi DKI Jakarta, 2002), h.77 42
20
24. Permainan Silem-sileman Permainan ini adalah usaha menenggelamkan tubuh pemain lain, kemudian berenang sambil menyelam. Permainan ini terkenal pada aliran Sungai
Ciliwung.
Peserta
anak-anak
belasan
tahun.
Permainan
tidakmenggunakan peralatan, kecuali arena bermain berupa sungai. 43 25. Permainan Karet Puluhan karet dirangkai menjadi tambang, lalu dua anak merentangkan tambang karet itu setinggi semester, kemudian anak lain berusaha meloncatinya. Biasanya dimainkan pada siang hari sepulang sekolah. 44 26. Permainan Kodok-kodokan Kodok berarti katak. Kodok-kodokan berarti meniru katak. Pemainnya anak laki-laki umur 8-12 tahun. Permainan ini termasuk permainan masal. Namun terdapat pemeran utama yang hanya dilakukan oleh seorang saja sebagai kodok. Permainan ini pada prinsipnya permainan memanggil roh untuk dimasukkan dalam tubuh pelaku kodok. Selain itu ada pemain pawang yaitu pemanggil roh. 45 27. Permainan Petak Umpet Main petak umpet atau main umpet-umpetan biasanya dilakukan pada malam terang bulan. Permainan ini biasanya dilakukan oleh 5 atau 6 anak, bahkan lebih. Cara permainannya adalah setelah melakukan undian seorang anak yang kalah harus menjadi penjaga atau pencari. Anak ini harus duduk menelungkup dengan mata tertutup sementara yang lain bersembunyi secara tersebar dimana saja. 46 28. Permainan Galah Asin Permainan galasin asal kata dari galah asin, dalam permainan galah asin ada galah (garis lurus) yang ditoreh di tanah sebagai tanda lokasi asin, bebas jaga. Artinya pemain yang berhasil melewati galah yang dijaga akan
43
Hamzuri dan Tiarma Rita, loc.cit. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, loc.cit. 45 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 165 46 Abdul Chaer., Folklor, op.cit h. 185 44
21
teriak asin…asin… asin, suatu tanda benteng pertahanan penjaga jebol dan bebaslah semua masuk. 47 Cara bermain permainan ini adalah permainan galah asin dimainkan oleh dua regu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang setiap regu. Permainan berlangsung selama 2x25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaga masing-masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis tersebut dengan menghindari tangkapan penjaga. 48 29. Permainan Gangsing Permainan gangsing bisa diikuti oleh anak-anak putra maupun putri. Jumlah pemain tidak dibatasi, semakin banyak yang ikut bermain menjadi lebih menarik. Cara permainannya adalah setiap anak hanya dapat memainkan gangsinya satu kali dalam satu putaran. Gangsing peserta yang berputar lebih lama dalam lingkaran dari yang lain dianggap sebagai pemenang. 49 30. Permainan Pletokan Kata pletokan adalah diambil dari ungkapan bunyi menurut pendengaran pletok. Bunyi itu dari senjata mainan sebagai bedil. Pemain pada umumnya anak laki-laki umur 5-13 tahun. Peralatan bambu diameter 1 atau 1,5 cm dan panjang 30-40 cm sebagai laras bedil (bentuk pipa) dan sebagai tolak adalah batangan belahan bambu yang dihaluskan. Sebagai peluru: bunga jambu air, kertas, daun-daunan dan sebagainya. Di daerah Yogyakarta permainan ini disebut bedilan. 50 31. Permainan Dampu Permainan dampu berasal dari kata Melayu, yaitu panggilan kehormatan pada seseorang.
47
51
Permainan menggunakan petak yang digambar ditanah,
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, op.cit h.81 Yahya Andi, dkk., Folklore Permainan Anak-anak Betawi, (Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2011), h. 76 49 Ibid., h.33 50 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit h. 166 51 Ragam Seni Budaya Betawi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012), cet. 1 h. 148 48
22
alat permainan ini adalah pecahan genting. Cara bermain, setelah diundi pemain pertama berdiri dibelakang garis, lalu melemparkan batu ketipe (pecahan genting) kedalam petak pertama. Kemudian dengan berdingkrik dia melomat-lompat melewati petak-petak. 52 32. Permainan Sutil Sutil berarti pengungkit. Ada permainan yang hampir sama yaitu ting tong. Permainan sutil dapat dilakukan setiap saat. Pemain adalah laki-laki umur 7-13 tahun. Jumlah pemain 2 orang atau lebih. Sifat permainan dipertandingkan. Peralatan terdiri dari sutil dan sekeping uang logam. 53 33. Permainan Benteng Benteng atau bentengan adalah permainan tradisional yang memerlukan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng” dari lawan. 54 Cara bermain: peserta terdiri atas kelompok atau regu. Baik putra maupun putri. Setiap regu berusaha menduduki benteng lawan yang digambarkan dengan tiang bendera atau pohon, yaitu dengan memancing lawan agar keluar dari benteng untuk mengejar mereka saat mereka dikejar kawannya membantu dengan mengejar orang yang mengejar kawannya jika kena tangkep maka dia dijadikan tawanan. Yang dinyatakan pemenangnya adalah anggota yang paling banyak menduduki benteng lawan.55
E. Mayarakat Betawi Betawi berasal dari Batavia sebagai nama kota Jakarta yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari nama suku bangsa Belanda jaman Purba. Sebelum bernama Batavia, kota ini
52
Abdul Chaer, op. cit., h. 188 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 167 54 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. h. 22 55 Yahya Andi, dkk., op. cit hal.75 53
23
bernama Jayakarta.56 Jayakarta didirikan pada tanggal 22 Juni 1527. Pendiri Jayakarta adalah Fatahillah. Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut Orang Betawi, Melayu Betawi, atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat setempat).57 Orang Betawi Asli adalah sebutan kepada penduduk pribumi yang tinggal di daerah DKI Jakarta. Orang Betawi sebenarnya merupakan hasil proses asimilasi antara penduduk pribumi dengan berbagai unsur luar yang bercampur dalam jangka waktu yang lama kira-kira abad XVI, ketika komeni Belanda menjajah negeri kita.58
F. Penelitian yang Relevan 1. Jurnal penelitian Ernita Lusiana, berjudul “Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati”. Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa menunjukkan perubahan yang signifikan, yaitu adanya perbedaan karakter kejujuran saat pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa permainan tradisional jawa dalam penelitian ini efektif digunakan untuk membangun karakter kejujuran pada anak usia dini. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan pemahaman karakter kejujuran antara siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah menggunakan permainan tradisional jawa. 59 2. Penelitian Siti Ulfatun, berjudul “Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak di TK ABA Rejodani Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian 56
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, op. cit h. 9 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. “Profil Budaya Betawi”. (Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.2006). Cet. 1 h. 212 58 Budiaman, Foklkor Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2000), h. 17 59 Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA, 2012, hal. 3 57
24
tersebut menunjukkan hasil yang signifikan diantaranya adalah anak sudah dapat bersikap kooperatif terhadap teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan, menunjukkan rasa simpati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah), bangga terhadap hasil karya sendiri, menghargai keunggulan orang lain. Hasil permainan tradisional ditunjukkan peserta didik melalui sikap dan prilaku bahwa sebagian besar peserta didik sudah konsisten menunjukkan sikap yang dikemukakan oleh guru. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan permainan tradisional dan hasil pelaksanaan pemanan tradisional dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TK ABA Rejodani Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta. 60 Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa kedua jurnal dan skripsi tersebut menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional diantaranya adalah nilai kejujuran dan meningkatkan kecerdasan emosi anak. Kedua nilai tersebut sangat bermanfaat dalam pembentukkan karakter anak sehingga anak dapat menjadi pribadi yang unggul bukan hanya dari segi kecerdasaran otak anak tetapi anak memiliki kecerdasan emosional.
60
Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatatan. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih selama 2 (dua) bulan, yaitu Desember 2014 sampai Januari 2015.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif adalah metode yang sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Selain itu penelitian kualitatif juga disebut sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.1 Sedangkan menurut Whitney dalam buku Moh. Nazir adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari mesalah-masalah dalam masyarakat, serta ata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan menggunakan
pengaruh-pengaruh
metode
tersebut
dari
peneliti
suatu
fenomena.2
bertujuan
Dengan
untuk
dapat
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas yang sebenarnya yang menjadi objek penelitian agar lebih mendalam dan memperoleh pendalaman data yang diinginkan.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2012),.h.14 2 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 55.
25
26
C. Populasi dan Sampel “Menurut Neuman mendefinisikan populasi sebagai suatu kesatuan besar dari sekelompok sampel yang hendak diteliti”3 Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh warga wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sedangkan “sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi.”4 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi setiap Rukun Warga sebanyak 30 orang dan wawancara sebanyak 20 narasumber. Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel
dengan
pertimbangan tertentu.5 Jadi peneliti mengambil sampel dari RW 001 sampai RW 011 di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara diambil sumber yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan hasil yang relevan.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data6. Oleh karena itu penelitian ini digunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
3
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h. 103 Ibid., h. 104 5 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 124 6 Ibid., h. 308 4
27
1. Observasi “Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi secara terang-terangan dan tersamar dan observasi tak berstruktur”.7 “Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.8 Macam-macam observasi: a. Observasi partisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. b. Obervasi terus terang, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. c. Observasi tak berstruktur, dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi. Pada penelitian ini observasi yang digunakan yaitu observasi terus terang atau tersamar. Karena peneliti menyatakan terus terang kepada
7
Sugiyono., op.cit., h. 226 Ibid., h. 310
8
28
sumber bahwa ingin melakukan penelitian, sehingga yang diteliti mengetahui sebelumnya. 2. Wawancara “Interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya”9 “Esteberg
mengemukaka
bahwa
macam
wawancaran,
yaitu
wawancara terstruktur semistruktur, dan tidak terstruktur. a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. b. Wawancara semistruktur, jenis ini untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya dan ide-idenya. c. Wawancara tak berstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Jadi penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur karena sebelumnya peneliti sudah menyiapkan topik yang akan ditanyakan oleh nara sumber sehingga nara sumber mudah untuk memberikan pendapat serta ide-idenya.
9
Emzir, Metodologi Penelitian Analisis Data, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 50
29
3. Dokumentasi Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan berdasarkan perkiraan10
E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.11 pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.12 Dikarenakan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara wawancara, observasi dan dokumentasi maka instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan pedoman wawancara.
1. Lembar Observasi Lembar observasi yaitu berisi proses pengamatan penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dalam bentuk deskripsi terdiri dari Keadaan wilayah Kebayoran Lama apakah masih terdapat permainan tradisional. Adapun tabel mengenai kisi-kisi lembar observasi sebagai berikut.
10
Basroni dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 158 Sugiyono, op. cit., h. 305 12 Ibid., h. 307 11
30
Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi No.
1.
Observasi
Objek Observasi
Setting
Keadaan Wilayah Kebayoran Lama RW 001 sampai RW Seluruh wilayah Utara apakah 011 Kelurahan Kelurahan Kebayoran masih terdapat Kebayoran Lama Lama Utara permainan Utara tradisional
2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara penelitian yang diteliti berisi seluruh pertanyaanpertanyaan yang akan ditanyakan kepada sejumlah subjek penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Adapun tabel kisi-kisi pedoman wawancara penduduk mengenai nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional, sebagai berikut: Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Variabel Penelitian Permainan Tradisional
Indikator Pengertian permainan tradisional 1 Tanggapan narasumber tentang permainan tradisional Jenis permainan tradisional yang masih ada di masyarakat Jenis permainan tradisional yang sudah tidak ada di masyarakat Keterlibatan narasumber dalam permainan tradisional Keunggulan permainan tradisional dibandingkan permainan modern
2 3 4, 5 6 7, 8
No Butir
31
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara Narasumber No Butir Variabel Penelitian Indikator Nilai-nilai karakter Pengertian karakter dan macam- 9 yang terkandung macam karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi Nilai karakter yang terkandung 10 dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin. Tabel 3.4 Instrumen Studi Dokumentasi No
Jenis Dokumen
Permianan Tradisional di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
1.
Profil Kelurahan
√
2.
Data Demografi Penduduk
√
3.
Data Pegawai Kelurahan
√
4.
Data Sosial Ekonomi Kelurahan
√
5.
Dokumentasi kegiatan Penelitian
√
Catatan
32
F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data 1. Ketekunanan Pengamatan Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti memasuki latar/setting (tempat penelitian) yaitu pada penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara lalu berusaha menemukan karakter yang terdapat dalam permainan tradisional yang sudah dijelaskan pada kajian teori. Sehingga peneliti akan merinci temuan data lapangan lalu menelaah data secara rinci sehingga akan menguatkan hasil penelitian secara berkesinambungan. 2. Kecukupan referensi Kecukupan referensi adalah peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian di wilayah Kebayoran Lama Utara. 3. Triangulasi Menurut Sugiyono, “Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.13 Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini meliputi triangulasi, perpanjangan waktu pengamatan dan kecermatan pengamatan.14 Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Triangulasi Dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai dan berbagai waktu. Yang terdiri dari:
13 14
Ibid,.h.365 Ibid,.h. 363
33
a. Triangulasi Sumber yaitu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi Teknik yaitu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 2. Perpanjangan waktu pengamatan Teknik pengujian keabsahan data ini dilakukan dengan cara peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber daya yang pernah ditemui maupun yang baru. 3. Kecermatan Pengamatan Teknik pengujian keabsahan ini dilakukan dengan meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Kebayoran Kawasan Kebayoran saat ini terbagi menjadi dua buah Kecamatan yaitu Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru, Kotamadya Jakarta Selatan. Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”, yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap serangan rayap. 2. Geografi Kebayoran Lama Utara Sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1215 Tahun 1986 Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah salah satu bagian wilayah Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai Luas 178,22 Ha. Terbagi atas
:
11 Rukun Warga 105 Rukun Tetangga
Dengan batas wilayah sebagai berikut : -
Utara
: Jalan Kramat (Kelurahan Grogol Selatan), Jalan
Kebayoran Lama (Kelurahan Cipulir) -
Timur
: Kali Grogol (Kelurahan Kramat Pela), Jalan Ciputat
Raya (Kelurahan Kebayoran Lama Selatan) -
Selatan
: Jalan Bintaro Raya, Jalan Bungur (Kelurahan
Kebayoran Lama Selatan) -
Barat
: Kali Pesanggrahan (Kelurahan Ulujami), Jalan
Kebayoran Lama (Kelurahan Cipulir) Dari jumlah Kelurahan wilayah seluas 178,22 Ha, sebagian besar merupakan pemukiman penduduk dengan 90% digunakan untuk
34
35
perumahan dan pekarangan, 5% untuk fasilitas umum dan 5% untuk fasilitas taman dan penghijauan. 3. Demografis Kebayoran Lama Utara Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara sampai dengan Bulan Juli 2014 adalah sebanyak : 53.559 Jiwa terdiri dari Jumlah Laki-laki : 28.450 Jiwa dan Jumlah Perempuan : 25.109 Jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 178,22 Ha. Maka tingkat kepadatan dan tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara termasuk tinggi. Hal ini mungkin disebabkan letaknya yang strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat tinggal dan mengembangakan usaha. 4. Sosial Ekonomi Budaya Mayoritas penduduk di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara bekerja pada sektor perdagangan dan bangunan selebihnya bekerja pada sektor jasa. Sedangkan kultur budaya masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara sangat agamis dengan didominasi oleh penduduk beragama Islam (98%). B. Deskripsi Data Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Kebayoran Lama Utara, dengan merujuk kepada kisi-kisi instrumen, maka diperoleh data sebagai berikut: 1. Permainan Tradisional a. Pengertian Permainan Tradisional Betawi Pengertian permainan tradisional Betawi menurut Hj. Rosita adalah permainan
yang berkembang diwilayah DKI Jakarta,
permainan itu sudah turun-temurun diwariskan dari orang tua mereka. Permainan tradisional mengandung banyak nilai positif seperti rasa pertemanan dengan teman sebaya lebih erat. Permainan Tradisional Betawi juga sebagai sarana rekreasi bagi anak-anak karena dengan
36
bermain menggunakan permainan tradisional anak-anak dapat berolahraga dan berekreasi.1 Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jarahnitra menyatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolahraga sekaligus sebagai sarana berlatih untuk
hidup
ketangkasan.
bermasyarakat,
keterampilan,
kesopanan,
serta
2
Dapat tarik kesimpulan bahwa permainan tradisional Betawi adalah permainan yang dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta, permainan itu merupakan warisan turun-temurun yang disampaikan orang tua dari masa ke masa. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat diantaranya selain bermain untuk mendapat kesenangan dan kegembiraan permainan tradisional juga mengandung unsur olahraga sehingga dapat berguna untuk menyehatkan tubuh kita setelah bermain permainan tradisional tersebut. b. Jenis Permainan Tradisional Betawi dan Cara Bermain Jenis permainan tradisonal Betawi
yang sering
dimainkan di
wilayah Keluran Kebayoran Lama Utara adalah Dampu Kapal, Petak Umpet, Bentengan, Karet, Galah Asin, Congklak, Kelereng (Gundu Kusir dan Gundu Lubang), dan Egrang. Permainan tersebut sampai saat ini masih berkembang di kalangan anak-anak Betawi. Permainan tradisional betawi yang telah disebutkan diatas dimainkan oleh anak-anak, remaja bahkan orang dewasa. Permainan tersebut memiliki cara bermain tersendiri tergantung jenis permainan 1
Hasil wawancara dengan Kepala Sie Sarana dan Prasarana Umum Keluran Kebayoran Lama Utara pada tanggal 05 Januari 2015 2 Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan.
37
nya. Berikut ini adalah jenis permainan dan cara bermain permainan tersebut: 1) Permainan Bentengan Benteng atau bentengan adalah permainan tradisional yang memerlukan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng” dari lawan. 3 Cara bermain permainan tradisional Betawi Bentengan adalah kita harus mengenai benteng lawan sebelum itu pemain dibagi menjadi dua kelompok, jadi masing-masing kelompok harus menyerang benteng lawan dan bertahan dari serangan. Cara penentuan kelompok dengan cara suten atau hom pim pa.4 Hal ini sejalan dengan teori yang di dapatkan dari buku Folklore Permainan Anak-anak Betawi yang disusun oleh Yahya Andi dkk, cara bermain bentengan adalah
peserta
terdiri atas kelompok atau regu. Baik putra maupun putri. Setiap regu berusaha menduduki benteng lawan yang digambarkan dengan tiang bendera atau pohon, yaitu dengan memancing lawan agar keluar dari benteng untuk mengejar mereka saat mereka dikejar kawannya membantu dengan mengejar orang yang mengejar kawannya jika kena tangkep maka dia dijadikan tawanan. Yang dinyatakan pemenangnya adalah anggota yang
3
paling
banyak menduduki benteng
Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing. 2013). h. 22 4 Hasil wawancara dengan Dea Nida I siswa kelas dua Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara , Jakarta Selatan
38
lawan.5 Menurut Sri Mulyani Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng” dari lawan. 6 2) Permainan Galasin Permainan galasin asal kata dari galah asin, dalam permainan galah asin ada galah (garis lurus) yang ditoreh di tanah sebagai tanda lokasi asin, bebas jaga. Berdasarkan hasil observasi dalam prakteknya anak-anak yang memainkan permainan galah asin menggunakan lapangan bulu tangkis sebagai arena permainan. Cara bermain permainan ini adalah permainan galah asin dimainkan oleh dua regu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang setiap regu. Permainan berlangsung selama 2x25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaga masing-masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis tersebut dengan menghindari tangkapan penjaga. 7 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti, cara bermain permainan galah asin adalah membagi anak menjadi 2 regu, penjaga menempati garis masing-masing sedangkan
penyerang
berusaha
melewati
garis
dengan
menghindar dari tangkapan lawan. 8 Dalam buku yang di terbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dikemukakan bahwa dalam permainan galah asin pemain yang berhasil melewati galah yang dijaga akan teriak asin…asin… asin, suatu tanda benteng 5
Yahya Andi, dkk., Folklore Permainan Anak-anak Betawi, (Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2011), hal.75 6 Sri Mulyani. op. cit h. 22 7 Yahya Andi, dkk., op.cit., h. 76 8 Hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti guru SDN Kebayoran Lama Utara 03 Pagi , Jakarta Selatan
39
pertahanan penjaga jebol dan bebaslah semua masuk.
9
Sedangkan berdasarkan hasil observasi dalam permainan tersebut ketika sudah melewati garis tidak ada teriakan asin…asin…asin, dalam permainan tersebut juga tidak pernah ditentukan berapa lama permainan berlangsung. Permainan akan berakhir jika mereka telah merasa lelah atau dipanggil oleh orang tua mereka karena hari terlalu sore. 3) Permainan Dampu Kapal Dampu kapal adalah permainan menggunakan petak yang digambar ditanah menggunakan kapur tulis atau pecahan batu bata, alat permainan ini adalah pecahan genting. Cara bermain, setelah diundi pemain pertama berdiri dibelakang garis, lalu melemparkan batu ketipe (pecahan genting)
kedalam
petak
pertama.
Kemudian
dengan
berdingkrik dia melomat-lompat melewati petak-petak. 10 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Hj. Rosita Kepala Sie Sarana dan Prasarana Kelurahan Kebayoran Lama Utara bahwa cara permainan dampu kapal adalah setelah di undi menggunakan suten atau hom pim pa bagi pemain yang menang akan jalan terlebih dahulu dengan cara melemparkan gaco berupa pecahan genting selanjutnya melewati petak-petak dengan cara berjingkring.11 4) Permainan Petak Umpet
9
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2002), h.81 10 Abdul Chaer, Folklor Betawi ( Jakarta: Mnasup Jakarta, 2012), cet. 1, h. 181 11 Hasil wawancara dengan Hj. Rosita Sie Sarana dan Prasarana Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan
40
Permainan petak umpet adalah permainan tradisional yang cara permainannya dengan cara bersembunyi di suatu tempat di area permainan yang telah disepakati. Cara permainan petak umpet adalah setelah melakukan undian seorang anak yang kalah harus menjadi penjaga atau pencari. Anak ini harus duduk menelungkup dengan mata tertutup sementara yang lain bersembunyi secara tersebar dimana saja.
12
Hal ini sejalan dengan hasil observasi di Rt
001/007 Kebayoran Lama Utara anak-anak bermain petak umpet dengan cara melakukan hom pim pa anak yang kalah menjadi penjaga dan yang lainnya bersembunyi secara tersebar sesuai area yang disepakati. 5) Permainan Karet Permainan
karet
adalah
permainan
yang
biasanya
dilakukan oleh anak perempuan dan dimainkan di lapangan. Cara permainan karet adalah Puluhan karet dirangkai menjadi tambang, lalu dua anak merentangkan tambang karet itu
setinggi
semester,
kemudian
anak
lain
berusaha
meloncatinya. Biasanya dimainkan pada siang hari sepulang sekolah. 13 Hal ini sejalan dengan hasil observasi di Rt002/008 Kebayoran
Lama
merentangkan
karet
Utara yang
permainna telah
karet
dirangkai
dimainkan sebelumnya
selanjutnya anak yang mendapat giliran bermain duluan ocat diatas karet sampai anak tesebut tidak mampu melewati tantangan dan dinyatakan kalah. 6) Permainan Congklak
12 13
Abdul Chaer, Folklor Betawi ( Jakarta: Mansup Jakarta, 2012), cet. 1, h. 185 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, loc.cit.
41
Permainan congklak adalah permainan yang di dimainkan oleh anak perempuan. Alat permainan ini adalah sebuah papan yang disebut apan congklak, tebalnya sekitar 5 atau 6 cm, lebarnya sekitar 20 cm dan panjangnya sekitar 60 atau 70 cm.14 Cara permainan congklak adalah dengan cara memasukkan biji-biji yang dijalankan tersebut akhirnya harus dimasukkan ke dalam “Gedongnya” (Rumahnya). Yaitu lubang induk yang terletak di kedua ujung dengan istilah disebut “Punggah”. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sudarmin selaku ketua Rt001/007 bahwa congklak adalah permainan yang sangat digemari oleh anak perempuan di kelurahan Kebayoran Lama Jakarta selatan terutama di Rt001/007. 15 7) Permainan Kelereng Peremainan kelereng adalah permainan tradisional yang biasanya dimainkan oleh anak perempuan, alat permainan ini adalah kelereng atau gundu. Permainan kelereng atau gundu terdiri dari dua macam yaitu gundu lobang dan gundu kusir. Tetapi di Keluran Kebayoran Lama anak-anak lebih gemar memainkan gundu kusir. Hal ini sejalan dengan wawancara dengan Ibu Ida Marlina yang menyatakan bahwa permainan gundu kusir lebih menyenangkan karena dapat menyetil gundu lawan sampai jauh sehingga gundu lawan kalah.16 Dilihat dari perbendaharaan kata Betawi “Gundu” berarti kelereng atau keneker yakni suatu benda bulat yang terbuat dari kaca atau porselin. Kali ini gundu tersebut diberi tambahan 14
Abdul Chaer, Folklor Betawi ( Jakarta: Mnasup Jakarta, 2012), cet. 1, h. 181 Hasil wawancara dengan Bapak Sudarmin Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. 16 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Marlina guru SDN 04 Pagi Kelurahan Kebayoran Lama Utara , Jakarta Selatan 15
42
“Kusir” . kata kusir berasal dari kata ngusir yang artinya menyuruh pergi jauh-jauh dengan berbagai cara. Kalau dalam permainan ini cara yang dipergunakan adalah menyentil (menjentik) gundu lawan jauh-jauh. 17
8) Permainan Egrang atau Jangkungan Permainan Jangkungan atau yang biasa dikenal egrang adalah permainan tradisional dengan menaiki dua buah bambu yang sudah dibuat pijakan pada bagian bawah bambu dan orang menaiki bambu tersebut sehingga dapat berjalan. Nama permainan ini adalah “Jangkungan” asal katanya “Jangkung” yang mendapat imbuhan “an”. Kata Jangkungan berarti tinggi langsing. Tapi oleh masyarakat setempat sesuai dengan logat bahasa daerah mereka kata “Jangkung” saja tidak umum karena itu kata tersebut mendapat imbuhan yang akhiran an,
sehingga
“Jangkungan”.
permainan 18
ini
dikenal
dengan
nama
Di Kelurahan Kebayoran Lama jangkungan
masih dimainkan tetapi hanya pada saat tertentu seperti saat lomba 17 Agustusan memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
c. Permainan tradisional yang sudah memudar Permainan tradisional yang telah memudar di Kebayoran Lama Utara adalah permainan Si.., permainan torti, permainan perahu-perahuan, permainan tangkrep, serok kwali, ujungan, dododio, kukuruyuk ayam, 17
Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta: 1991/1992.), h.6 18 Ibid., h. 83
43
belalang, galilio, kodok-kodokan dan sutil. Permainan ini mulai memudar disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya: 1) Orang tua tidak mewariskan pengetauan tentang permainan tersebut. 2) Tempat bermain yang tidak ada karena pembangunan yang dilakukan dikota besar sehingga semakin berkurang lahan kosong. 3) Permainan tradisional kurang menarik minat anak-anak zaman sekarang. d. Penyebab permainan tradisional Betawi memudar Ada beberapa hal yang menyebabkan permainan tradisional sudah tidah diminati oleh masyarakat khususnya di daerah perkotaan terutama di DKI Jakarta. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Ida Marlina menyatakan bahwa penyebab permainan tradisional memudar adalah karena tempat bermain yang kurang memadai dan anak-anak perkotaan lebih tertarik kepada permainan modern.19 Lembaga Kebudayaan Betawi yang diwakilkan oleh Bapak Entong Sukirman menyatakan bahwa permainan tradisional memudar disebabkan oleh kekhawatiran orang tua jika anaknya bermain di luar rumah sehingga hanya bermain di dalam rumah menggunakan gedget serta banyak permainan tradisional yang memakai alat yang sulit didapatkan sehingga anak-anak mengaggap permainan tradisional tidak praktis.20 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penyebab permainan tradisional memudar atau tidak diminati lagi adalah sebagai berikut: 1) Banyak permainan modern yang lebih mudah dimainkan dan tidak memerlukan tempat yang luas. 2) Permainan modern tidak memerlukan banyak orang sehingga dapat dimainkan sendiri. 19
Hasil wawancara dengan Ibu Ida Marlina guru SDN 04 Pagi Kelurahan Kebayoran Lama Utara , Jakarta Selatan 20 Hasil wawancara dengan Bapak Entong Sukirman di Anjungan Betawi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
44
3) Orang tua merasa lebih aman kalau anaknya bermain di dalam rumah, tidak bermain dilapangan. 4) Beberapa permainan tradisional menggunakan alat dan bahan yang saat ini sulit untuk menemukan apalagi dikota besar seperti Jakarta. 5) Gaya hidup saat ini yang berpandangan bahwa permainan tradisional ketinggalan zaman sehingga lebih memilih gedget yang lebih canggih. 6) Perkembangan teknologi sehingga anak lebih menyukai permainan yang hanya menggunakan jari dan otak tanpa menggerakan badan mereka.
e. Keunggulan permainan tradisional dibandingkan permainan modern Terdapat banyak keunggulan permainan tradisional dibandingkan dengan permainan modern, hal ini diungkapkan oleh Ibu Yuli Astuti yaitu permainan tradisional memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah permainan tradisional mengajarkan tentang kepedulian sosial secara tidak langsung karena permainan tradisional dilakukan secara berkelompok sehingga melatih komunikasi dengan teman sebaya, permainan tradisional
juga memiliki
banyak
gerakan seperti
berolahraga dapat menyehatkan tubuh.21 Hal ini sejalan dengan dengan yang diungkapkan oleh ketua RT 001/07 bahwa keunggulan permainan tradisional terleak pada melatih anak
bersosialisasi
dengan
lingkungan
melalui
permainan
berkelompok seperti permainan tradisional. 22
21
Hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti guru SDN Kebayoran Lama Utara 03 Pagi , Jakarta Selatan 22 Hasil wawancara dengan Bapak Sudarmin Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan.
45
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa keunggulan permainan tradisional dibandingkan dengan permainan modern adalah sebagai berikut: 1)
Permainan tradisional dimainkan secara berkelompok sehingga anak bisa bersosialisasi dibandingkan permainan modern yang hanya dimainkan sendiri.
2)
Permainan
tradisional
lebih
menyehatkan
karena
cara
permainannya dengan cara menggerakan seluruh anggota badan sehingga seperti sedang berolahraga. 3)
Permainan
lebih
mengutamakan
kesenangan
bukan
mengutamakan kemenangan seperti yang terdapat dalam permainan modern. 4)
Permainan tradisional secara tidak langsung mengenalkan anak pada lingkungan sekitar sehingga anak lebih mengenal lingkungan tempat tinggal.
5)
Permainan trasisional mengajarkan anak cara berkomunikasi dengan teman sebaya melalui bermain.
6)
Permainan tradisional mengajarkan kerjasama anatar kelompok sehingga anak terhindar dari sifat individualis.
7)
Permainan anak tradisional mengajarkan tanggung jawab dalam setiap permainannya.
8)
Permainan tradisional mengajarkan sportivitas sehingga melatih kejujuran anak agar tidak berbuat curang.
9)
Permainan tradisional mengajarkan anak agar peduli terhadap sesama sehingga anak dapat belajar untuk terbiasa menolong orang lain.
10)
Permainan tradisional melatih anak membentuk karakterkarakter yang baik sehingga dapat melatih anak menjadi pribadi yang baik dimasa yang akan datang.
46
2. Karakter a.
Pengertian Karakter Karakter secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Latin kharakter,
kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa inggris characther dan dalam bahasa Indonesia lazim diguanakan dengan istilah karakter.23 Sedangkan menurut Imam Ghozali menganggap bahwa karakter adalah lebih dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.24 Menurut hasil wawancara pengertian karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusia. 25 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara Ibu Sumriah berusia 38 tahun sekretaris PKK Kelurahan Kebayoran Lama macam-macam karakter yang diketahui atau dikenal masyarakat adalah jujur, tanggung jawab, peduli sosial, peduli lingkungan. 26 Menurut hasil wawancara dengan Dea Nida pengertian jujur yaitu: “Jujur adalah sifat yang berkata sesuai dengan kenyataan tanpa adanya pengurangan atau penambahan dalam menyampaikan, tanggung jawab adalah sifat yang melaksanakan tugas yang diberikan kepada orang tersebut dengan baik, peduli lingkungan dan sosial adalah sifat peduli terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan masyarakat”.27 Karakter-karakter tersebut sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat diterima dalam lingkungan sosial dan masyarakat.
23
Ibid., h. 1. Heri Gunawan, op. cit., h. 3. 25 Hasil wawancara dengan Ibu Sumriah sekretaris PKK Kelurahan Kebayoran Lama Utara , Jakarta Selatan 26 Hasil wawancara dengan Ibu Sumriah sekretaris PKK Kelurahan Kebayoran Lama Utara , Jakarta Selatan 27 Hasil wawancara dengan Dea Nida siswi SMAN 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 24
47
Karakter-karakter tersebut dapat membentuk anak menjadi pribadi yang baik dimasa depan jika dilatih sejak dini, cara melatih anak adalah dengan cara memberikan contoh yang baik salah satu caranya dengan mengajarkan anak permainan tradisional.
a.
Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional egrang, bentengan dan galah asin. 1) Permainan Bentengan Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.28 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan permainan bentengan memiliki nilai karakter peduli sosial atau lebih tepatnya peduli terhadap teman sebaya kelompok bermainnya hal ini terlihat ketika salah satu pemain yang terjatuh atau kesulitan saat berlari merebut benteng lawan kita akan menolong rekan satu, regu akan menang jika seluruh pemain peduli terhadap rekan bukan bermain secara individual yang dapat menyebabkan perpecahan di dalam kelompok.
29
Hal ini sejalan dengan
hasil wawancara dengan Lembaga Kebudayaan Betawi Bapak Entong Sukirman bahwa di dalam permainan bentegan terdapat nilai peduli sosial yaitu tindakan yang bersedia membantu orang lain jika orang tersebut dalam kesulitan.30 Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.31 Berdasarkan hasil observasi dapat terlihat bahwa karakter tanggung jawab 28
Ibid., h. 5 Ibid., h. 5 30 Hasil wawancara dengan Bapak Entong Sukirman di Anjungan Betawi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. 31 Retno Listyarti. op.cit h.5 29
48
terdapat dalam permainan tradisional bentengan, setiap pemain satu regu bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing ada yang bertugas menjadi penjaga dan ada yang bertugas sebagai penyerang.32 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan ketua RT 005 Bapak Sudarmin bahwa terdapat nilai karakter tanggung jawab terdapat dalam permainan bentengan tercermin dari setiap anak bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.33 Bella Kinanti juga mengatakan bahwa nilai tanggung
jawab
sangat
tercermin
dalam
permainan
tradisional
bentengan.34 Menurut hasil wawancara dengan Dea Nida pengertian jujur adalah “Jujur adalah sifat yang berkata sesuai dengan kenyataan tanpa adanya pengurangan atau penambahan dalam menyampaikan, tanggung jawab adalah sifat yang melaksanakan tugas yang diberikan kepada orang tersebut dengan baik,35 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang di ungkapkan oleh Ibu Yuli Astuti, guru dari SDN Kebayoran Lama Utara 05 Pagi ini mengungkapkan tentang pengertian jujur yaitu: “jujur adalah sifat yang berkata sesuai dengan fakta atau kenyataan yang sebenarnyatanpa menambahkan atau mengurangi perkataan tersebut” 36 Berdasarkan hasil observasi karakter kejujuran tercermin dalam permainan ini adalah ketika lawan memegang benteng yang kita miliki bereka harus berkata jujur jika tidak permainan tidak akan berlanjut karena regu lawan akan menyangka jika regu kita curang.37 32
Observasi di RT 005/07 tanggal 05 Januari 2015 pukul 17.15 WIB Hasil wawancara dengan Bapak Sudarmin Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 34 Hasil wawancara dengan Bella Kinanti siswi SMAN 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 35 Hasil wawancara dengan Dea Nida siswi SMAN 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 36 Hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti guru SDN Kebayoran Lama Utara 03 Pagi , Jakarta Selatan 37 Observasi di RT 002/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 17.00 WIB 33
49
Berdasarkan hasil observasi karakter kerjasama terdapat dalam permainan bentengan karena dalam permainan bentengan tidak akan menang salah satu tim jika pemain tidak bekerjasama dengan pemain lainnya dalam satu regu.38 Hal ini sejalan dengan pernyataan Ibu Yuli Astuti bahwa dalam permainan tradisional bentengan terdapat nilai kerjasama karena jika tidak ada kerjasama antar pemain satu regu tidak akan tercipta permainan yang baik. 39 Bersahabat atau komunikasi adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Karakter bersahabat atau berkomunikasi tercrermin ketika sesama pemain dalam permainan bentengan melakukan diskusi untuk strategi permainan agar dapat menang dalam permainan, diskusi tersebut termasuk dalam karakter bersahabat atau berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dea Nida bersahabat/berkomunikasi adalah menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan teman sebaya atau yang berbeda usia dan dapat bekerjasama dengan orang lain.40 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bella Kinanti bahwa bersahabat atau bekomunikasi adalah tindakan menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain dan mudah bergaul dengan orang lain. 41 Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda pada dirinya.
42
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Bella
Kinanti bahwa toleransi adalah tindakan yang meltih diri menghargai
38
Observasi di RT 005/001 tanggal 30 Desember 2014 pukul 15.30 WIB Hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti guru SDN Kebayoran Lama Utara 03 Pagi , Jakarta Selatan 40 Hasil Wawancara dengan Dea Nida siswi SMAN 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. 41 Hasil Wawancara dengan Bella Kinanti siswi SMAN 29 Jakarta Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. 42 Ibid., h.5 39
50
perbedaan sehingga tercipta kerukunan.43 Karakter toleransi tercermin dalam permainan bentengan karena dalam permainan ini terdiri dari 5-10 anak yang setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda dari segi agama, latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan dan sosial sehingga setiap anak harus saling menghargai satu dengan yang lain.44 Cinta tanah air adalah cara berfikir,bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 45 Lembaga kebudayaan betawi yang diwakili oleh Bapak Entong mengungkapkan bahwa cinta tanah air adalah perbuatan yang menunjukkan kesetiaan dan menjunjung tinggi terhadap negara dalam hal ini diwujudkan dengan lebih meilih melestarikan permainan tradisional dibandingkan memainkan permainan yang sedang berkembang saat ini yaitu permainan modern.
46
Berdasarkan hasil observasi karakter cinta
tanah air tercermin karena anak-anak lebih memilih permainan tradisional dibandingkan permainan yang modern yang berkembang saat ini.47 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter yang terkandung dalam permainan bentengan adalah kerjasama, jujur, tanggung jawab, bersahabat/berkomunikasi, toleransi, kekompakan dan peduli sosial serta cinta tanah air. 2) Permainan Engrang atau Jangkungan Karakter kesabaran adalah karakter yang
menahan diri saat
mengalami kesulitan sehingga kita dapat mencapai apa yang kita inginkan, sedangkan percaya diri menurut Thantaway dalam Kamus
43
Observasi di RT 002/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 16.30 WIB Observasi di RT 003/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 16.00 WIB 45 Retno Listyarti., loc.cit., h.5 46 Hasil wawancara dengan Bapak Entong Sukirman di Anjungan Betawi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. 47 Observasi di RT 003/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 16.00 WIB 44
51
istilah Bimbingan dan Konseling adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.48 Hal ini sejalan dengan wawancara kepada Dea Nida bahwa nilai kesabaran adalah mampu menahan diri jika mengalami kesulitan agar dapat mengerjakan suatu hal yang diinginkan.49 Karakter kesabaran tercermin dalam permainan ini ketika pemain akan menaiki pijakan kedua bilah bambu yang merupakan alat dalam permainan egrang harus bersabar agar tidak terjatuh ketika berjalan menggunakan bambu tersebut, selain sabar kita juga harus hati-hati dalam melakukan permainan ini karena jika terjatuh akan menyakiti diri sendiri. Karakter percaya diri harus ada dalam permainan ini karena jika tidak ada rasa percaya diri kita tidak akan mampu berjalan menggunakan alat bambu karena diliputi ketakutan akan terjatuh ketika bermain oleh karena itu jika kita ingin memainkan permainan ini kita harus percaya diri dan tidak takut terjatuh. Cinta tanah air adalah cara berfikir,bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.50 Berdasarkan hasil observasi karakter cinta tanah air tercermin karena anak-anak lebih memiliki permainan tradisional dibandingkan permainan yang modern yang berkembang saat ini. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilai katakter yang terkandung dalam permainan engrang atau jangkungan adalah kesabaran dan percaya diri serta cinta tanah air. 3) Permainan Galah Asin 48
belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ di akses pada tanggal 15 Februari 2015 pukul 21.30 WIB 49 Hasil wawancara dengan Dea Nida siswi SMAN 29 Jakarta kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 50 Retno Listyarti., loc.cit, h.5
52
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.51 Sikap peduli sosial tercermin dalam permainan galah asin ketika pemain akan melewati garis-garis area permainan pemain akan saling membantu, kepedulian sesama rekan satu regu sangat dibutuhkan dalam permainan ini agar dapat memenagkan permainan. Berdasarkan hasil wawancara denga Dea Nida pengertian peduli sosial adalah: “peduli lingkungan dan sosial adalah sifat peduli terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan masyarakat”. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
52
Berdasarkan hasil observasi karakter tanggung jawab tercermin ketika setiap pemain sudah mendapat tugas masing-masing sesuai garis dalam area permainan dan pemain tersebut harus bertanggung jawab terhadap garis tersebut jangan sampai pemain lawan dapat melewati garis tersebut dan mengakibatkan kekalahan regu tersebut. 53 Karakter kerjasama tercermin dalam permainan ini ketika sesama rekan satu regu bekerjasama dalam melakukan strategi untuk melewati garis-garis dalam area permainan sehingga regu tersebut akan menang. Karakter kerjasama dalam permainan ini juga tercermin ketika bekerjasama saling membantu dalam menghalangi lawan untuk memasuki area permainan sehingga regu lawan tidak dapat meraih kemenangan. Pengertian kerjasama menurut Ibu Ida Marlina tindakan
51
Retno Listyarti., loc.cit., h.5 Ibid., h.5 53 Observasi di RT 005/04 pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 16.45 WIB 52
53
saling membantu sesama teman yang menghasilkan suatu keserasian dalam melakukan suatu hal.54 Kejujuran adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 55 Berdasarkan hasil observasi karakter kejujuran tercermin ketika tersentuh anggota tubuh pemain, pemain tersebut harus berkata jujur sehingga regu lawan mendapat giliran main dan regu yang lainnya berjaga. 56 Cinta tanah air adalah ara berfikir,bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 57 Berdasarkan hasil observasi karakter cinta tanah air tercermin karena anak-anak lebih memiliki permainan tradisional dibandingkan permainan yang modern yang berkembang saat ini. 58 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara Bapak Entong Sukirman selaku pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah kerjasama, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial.59 Nilai karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, toleransi, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial. Peduli sosial. Hal ini sejalan dengan hasil observasi dan wawancara dengan dengan Ida Marlina bahwa nilai karakter yang
54
Hasil wawancara dengan Ibu Ida Marlida guru SDN 04 Kelurahan Kbayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. 55 Retno Listyarti., loc.cit., h.5 56 Observasi di RT 003/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 16.00 WIB 57 Ibid., h.5 58 Observasi di RT 003/011 pada tanggal 05 Januari 2015 pukul 17.00 WIB 59 Hasil wawancara dengan Bapak Entong Sukirman di Anjungan Betawi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
54
terkandung dalam permainan galah asin adalah kerjasama, jujur dan toleransi.60
C. Temuan Utama Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari penelitian, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Temuan Utama a. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan bentengan adalah tanggung jawab kerjasama, jujur, bersahabat/berkomunikasi, toleransi, kekompakan dan peduli sosial serta cinta tanah air. b. Nilai katakter yang terkandung dalam permainan engrang atau jangkungan adalah kesabaran dan percaya diri serta cinta tanah air. c. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, toleransi, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial. Peduli sosial. d. Permainan tradisional memiliki banyak nilai karakter yang baik sehingga melatih anak memiliki kepribadian yang baik dibandingkan permainan modern. 2. Temuan Lainnya a. Ada beberapa permainan tradisional yang telah memudar atau hampir punah karena tidak adanya pewarisan pengetahuan oleh orang tua kepada anaknya. b. Berkembangnya permainan modern disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah teknologi yang semakin canggih, gaya hidup sekarang yang beranggapan permainan tradisional ketinggalan zaman dan permainan modern lebih praktis mudah dimainkan
60
Hasil wawancara dengan Ifa Nursoliha Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan.
55
c. Permainan
tradisional
mulai
ditinggalkan
peminatnya
karena
berkurangnya lahan permainan akibat pembangunan di kota besar terutama Jakarta sehingga akan kesulitan menemukan area bermain. d. Permainan modern berkembang akibat orang tua lebih memilih anaknya bermain di dalam rumah dengan dalih agar tidak khawatir anaknya akan terluka jika bermain diluar sehingga orang tau lebih memilih membelikan gedget. e. Permainan tradisional memiliki keunggulan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani dan roahani karena permainan tradisional seperti berolahraga sehingga semua anggota tubuh bergerak, dalam hal ksehatan rohani di permainan tradisional mengutamakan kesenangan bukan kemenangan sehingga secara rohani pemain akan sehat pula. f. Permainan tradisional memiliki keunggulan yang berkaitan kepedulian sosial karena dalam permainan tradisional secara tidak langsung mengajarkan pemain agar peduli terhadap lingkungan sosial, peka terhadap lingkungan dan tidak bersifat individualis.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam skripsi ini peneliti melakukan penelitian di wilayah RW 01 hingga RW 11 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Peneliti melakukan penelitian kepada penduduk asli dan masyarakat pendatang, namun tidak mudah untuk peneliti melakukan penelitian ini. Karena tidak semua masyarakat berkenan untuk di wawancara. Selain itu banyak masyarakat yang sibuk dengan kegiatannya, sebelumnya peneliti sudah membuat janji kepada masyarakat yang ingin diwawancarai tetapi karena ada kegiatan lain akhirnya wawancara pun tidak terlaksana pada hari tersebut. Hal ini menyebabkan penelitian menjadi tertunda. Terjadi juga pro dan kontra dalam penelitian ini. Waktu yang sempit juga menjadi keterbatasan peneliti untuk melakukan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada nilai karakter dalam permainan tradisional betawi khususnya permainan permainan bentengan, permainan jangkungan atau engrang, dan permainan galah asin. Permainan tradisional memiliki banyak nilai karakter yang sehingga melatih anak memiliki kepribadian yang baik dibandingkan permainan modern seperti playstation dan gedget. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan bentengan adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, bersahabat/berkomunikasi, toleransi, kekompakan dan peduli sosial serta cinta tanah air. Nilai katakter yang terkandung dalam permainan engrang atau jangkungan adalah kesabaran dan percaya diri serta cinta tanah air. Sedangkan nilai karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, toleransi, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial. Peduli sosial. Permainan tradisional memiliki keunggulan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani dan roahani karena permainan tradisional seperti berolahraga sehingga semua anggota tubuh bergerak, dalam hal kesehatan rohani di permainan tradisional mengutamakan kesenangan bukan kemenangan sehingga secara rohani pemain akan sehat pula sedangkan permainan tradisional memiliki keunggulan yang berkaitan kepedulian sosial karena dalam permainan tradisional secara tidak langsung mengajarkan pemain agar peduli terhadap lingkungan sosial, peka terhadap lingkungan dan tidak bersifat individualis. Penyebab permainan tradisional mulai ditinggalkan peminatnya karena berkurangnya lahan permainan akibat pembangunan di kota besar terutama Jakarta sehingga akan kesulitan menemukan area bermain dan
56
57
permainan modern berkembang akibat orang tua lebih memilih anaknya bermain di dalam rumah dengan dalih agar tidak khawatir anaknya akan terluka jika bermain diluar sehingga orang tau lebih memilih membelikan gedget.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara lebih selektif dalam memilih permainan untuk anak salah satu alternatif yang digunakan anak menggunakan permainan tradisional. 2. Seluruh orang tua terutama penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara mewariskan pengetahuan tentang permainan tradisional yang bermanfaat untuk pembentukan karakter anak. 3. Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara diharapkan mengurangi penggunaan permainan tradisional playstation dan gedget karena permainan tersebut hanya mementingkan kemenangan tanpa memikirkan kesenangan,
sedangkan
inti
dari
melakukan
mendapatkan kegembiraan dan kesenangan.
permainan
adalah
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Jakarta: 1991/1992. Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai- Karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Andi, Yahya dkk., Folklore Permainan Anak-anak Betawi. Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2011. Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Budiaman. Folklor Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2000. Chaer, Abdul. Folklor Betawi. Jakarta: Mnasup Jakarta, 2012. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Profil Budaya Betawi. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.2006. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ragam Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2002. Emzir. Metodologi Penelitian Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta, 2012. Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998. Herdiansyah, Haris. Metodologi Humanika, 2010.
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”. Jakarta: Erlangga. 2012.
58
59
Lusiana, Ernita . Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA, 2012. Mulyani, Sri. Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: Langensari Publishing. 2013. Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Nugroho, Agung. “Permainan Tradisional Anak-anak Sebagain Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis”, Skripsi pada Sekolah Strata Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2005, tidak dipublikasikan. Ragam Seni Budaya Betawi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA, 2012. Sugiono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012. Taendiftia, Emot R dkk. Gado-gado Betawi. Jakarta: Gramedia, 1998. Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo, 2003. Ulfatun, Siti. “Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta”, Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014. Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Wibowo, Mungin Eddy. Etika dan Moral dalam Pembelajaran. Jakarta: pusat Antar Universitas, 2001. Website: Kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf di akses tanggal 3 Desember 2014 pukul 16.34 WIB. belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ di akses pada 15 Februari 2015 pukul 21.30 WIB.
Lampiran 1 Pedoman wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
:
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! 2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? 3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? 4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! 5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! 6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? 7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! 8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! 9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! 10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin?
Lampiran 2 Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Hj. Rosita Kepala Sie Sarana dan Prasarana
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan yang berkembang diwilayah DKI Jakarta, permainan tradisional sudah turun-temurun di wariskan oleh orang tua mereka. Permainan yang diketahui adalah dampu kapal, galah asin, congklak.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Permainan dampu dimainkan dengan cara setelah di undi menggunakan suten atau hom pim pa bagi pemain yang menang akan jalan terlebih dahulu dengan cara melemparkan gaco berupa pecahan genteng selanjutnya melewati petak-petak dengan berjingkrik.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena semua anggota tubuh bergerak jadi bisa sambil berolahraga.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin serta dampu kapal.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya adalah tempat bermain yang tidak ada karena pembangunan yang dilakukan dikota besar.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional mengajarkan kerjasama antar kelompok sehingga anak terhindar dari sifat indivisualis.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional lebih mengutamakan kesenangan bukan mengutamakan kemenangan dan permainan tradisional menngerakan seluruh anggota tubuh sehingga bisa sambil berolahraga.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusi dan bersifat spotanitas. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, kepedulian sosial, kerjasama, dan toleransi.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah jujur, toleransi, tanggung jawab, dan kerjasama. Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah kerjasama, kejujuran, tanggung jawab, dan peduli sosial.
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Ibu Sumriah sekretasris Kelurahan
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan yang berkembang diwilayah DKI Jakarta. Permainan yang diketahui adalah jangkungan, petak umpet, dampu kapal, galah asin, congklak.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Permainan jangkungan dimainkan menggunakan 2 buah bilah bambu. 2 buah bambu tersebut dibuat pijakan kaki sehingga dapat dinaiki.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena menarik dan menyenangkan.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti jangkungan, petak umpet, kelereng.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya adalah tidak adanya pewarisan permainan tersebut oleh orang tua mereka.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, galilio, dododio, permainan Si..., kodok-kodokan.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional mengenalkan pada lingkungan sekitar secara tidak langsung.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional lebih mnyehatkan karena cara permainannya menggerakan seluruh anggota tubuh sehingga seperti sedang berolahraga.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusia . Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, tanggung jawab, kepedulian sosial, kerjasama, dan toleransi. Karakter kepedulian sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah kerjasama, solidaritas, tanggung jawab, dan kejujuran. Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah kerjasama, kejujuran dan kepedulian sosial.
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Bapak Entong Sukirman Lembaga Kebudayaan Betawi
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan yang tumbuh dan berkembang dikalangan anak betawi. Permainan yang diketahui adalah dampu kapal, kelereng, engrang, congklak, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Permainan gundu dengan cara menggunakan kelereng, membuat lubang kecil setelah itu pemain yang pertama memasukkan gundu kedalam lubang dinyatakan menang.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena semua anggota tubuh bergerak jadi bisa sambil berolahraga.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin serta dampu kapal.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya adalah tempat bermain yang tidak ada karena pembangunan yang dilakukan dikota besar, orang tua khawatir jika anak bermain diluar rumah sehingga
bermain di dalam rumah menggunakan gedget serta permainan tradisional menggunakan alat yang sulit didapatkan sehingga anak-anak menganggap permainan tersebut tidak praktis.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional dilakukan secara berkelompok sehingga
anak dapat
bersosialisasi.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional lebih mengutamakan kesenangan bukan mengutamakan kemenangan dan permainan tradisional menngerakan seluruh anggota tubuh sehingga bisa sambil berolahraga.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang dalam diri manusia. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, tanggung jawab, cinta tanah air, kepedulian sosial, kerjasama, dan toleransi. Cinta tanah air adalah perbuatan yang menunjukkan kesetiaan dan menjunjung tinggi negara dalam hal ini diwujudkan dengan melestarikan permainan tradisional.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah jujur, toleransi, tanggung jawab, dan kerjasama. Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah kerjasama, tanggung jawab, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial .
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Dea Nida I Siswi SMAN 29 Jakarta
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan yang sering dimainkan oleh anak-anak betawi. Permainan yang diketahui adalah dampu kapal, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Cara bermain bentengan adalah kita harus mengenai benteng lawan, sebelum itu pemain dibagi menjadi dua kelompok, jadi masing-masing kelompok harus menyerang benteng lawan dan bertahan dari serangan. Cara penentuan kelompok dengan cara suten atau hom pim pa
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena semua anggota tubuh bergerak jadi bisa sambil berolahraga.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin, bentengan, engrang, gundu, dan masih banyak lagi.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab:
Ya. Alasannya adalah karena alat permainan tradisional sudah jarang dan sulit didapatkan.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional mengajarkan tanggung jawab kepada setiap pemainnya.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional menngerakan seluruh anggota tubuh sehingga bisa sambil berolahraga.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah menunjukkan kepribadian seseorang. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, cinta tanah air, kepedulian sosial, bersahabat/ berkomunikasi, kerjasama, dan toleransi. Jujur adalah sifat yang berkata sesuai dengan kenyataan tanpa adanya pengurangan atau penambahan dalam menyampaikan, tanggung jawab adalah sifat yang melaksanakan tugas yang diberikan kepada orang tersebut dengan baik, peduli lingkungan dan sosial adalah sifat peduli terhadap lingkungan sekitar dan lingkungan masyarakat. bersahabat/berkomunikasi adalah menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan teman sebaya atau yang berbeda usia dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
kesabaran adalah mampu menahan diri jika mengalami kesulitan agar dapat mengerjakan suatu hal yang diinginkan.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah berkomunikasi/ bersahabat, jujur, toleransi, cinta tanah air dan kerjasama. Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran, cinta tanah air, dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah kerjasama, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial .
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Ibu Yuli Astuti Guru SDN03 Pagi Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan 1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan tradisional yang berkembang di kalangan masyarakat betawi. Permainan yang diketahui adalah dampu kapal, gundu lubang, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Cara bermain galah asin adalah membagi anak menjadi 2 regu, penjaga menempati garis masing-masing sedangkan penyerang berusaha melewati garis dengan menghindar dari tangkapan lawan.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena semua anggota tubuh bergerak jadi bisa sambil berolahraga.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin, bentengan, engrang, gundu, dan masih banyak lagi.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya karena permainan modern lebih simpel tidak memerlukan bantuan orang lain dan praktis.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional melatih anak memiliki karakter yang baik sehingga dimasa depan akan terbentuk karakter yang baik pula.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: permainan tradisional memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah permainan tradisional mengajarkan tentang kepedulian sosial secara tidak langsung karena permainan tradisional dilakukan secara berkelompok sehingga melatih komunikasi dengan teman sebaya, permainan tradisional juga memiliki banyak gerakan seperti berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah menunjukkan kepribadian seseorang. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, bersahabat/ berkomunikasi, cinta tanah air, kepedulian sosial, kerjasama, dan toleransi.
jujur adalah sifat yang berkata sesuai dengan fakta atau kenyataan yang sebenarnyatanpa menambahkan atau mengurangi perkataan tersebut.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah tanggung jawab, berkomunikasi/ bersahabat, jujur, toleransi, cinta tanah air dan kerjasama. Kerjasama karena jika tidak ada kerjasama antar pemain satu regu tidak akan tercipta permainan yang baik. Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran, cinta tanah air, dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah kerjasama, tanggung jawab, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial.
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Ibu Ida Marlina Guru SDN 04 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan tradisional yang ada di betawi. Permainan yang diketahui adalah dampu kapal, gundu, engrang, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Cara bermain gundu kusir adalah menyentil gundu lawan sampai jauh sehingga gundu lawan kalah. 3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Karena semua anggota tubuh bergerak jadi bisa sambil berolahraga.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin, bentengan, engrang, gundu, dan masih banyak lagi.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya karena tempat bermain yang kurang memadai dan anak-anak perkotaan lebih tertarik kepada permainan modern.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional melatih anak memiliki karakter yang baik sehingga dimasa depan akan terbentuk karakter yang baik pula.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional juga memiliki banyak gerakan seperti berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusia. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, bersahabat/ berkomunikasi, cinta tanah air, kepedulian sosial, kerjasama, tanggung jawab, dan toleransi. Kerjasama adalah tindakan saling membantu sesama teman yang menghasilkan suatu keserasian dalam melakukan suatu hal.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah berkomunikasi/ bersahabat, jujur, toleransi, cinta tanah air, tanggung jawab, dan kerjasama.
Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran, cinta tanah air, dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah ktanggung jawab, erjasama, jujur dan toleransi.
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Bapak Sudarmin Ketua RT OO1/007 Kebayoran Lama Utara Jakarta
Selatan 1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalah permainan yang ada dan dikenal masyarakat betawi. Permainan yang diketahui adalah congklak, dampu kapal, gundu, engrang, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Cara bermain congklak adalah memasukkan biji congklak kedalam lubang-lubang yang terdapat pada alat permainan congklak. congklak adalah permainan yang sangat digemari oleh anak perempuan di kelurahan Kebayoran Lama Jakarta selatan terutama di Rt001/007.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Saya harap dapat terus dilestarikan.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin, bentengan, engrang, gundu, dan masih banyak lagi.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya karena tempat bermain yang kurang memadai.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Keunggulan permainan tradisional terletak pada melatih anak bersosialisasi dengan lingkungan melalui permainan berkelompok seperti permainan tradisional.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional juga memiliki banyak gerakan seperti berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusia. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, bersahabat/ berkomunikasi, cinta tanah air, kepedulian sosial, kerjasama, tanggung jawab dan toleransi.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah tanggung jawab, berkomunikasi/ bersahabat, jujur, toleransi, cinta tanah air dan kerjasama. Karakter tanggung jawab terdapat dalam permainan bentengan tercermin dari setiap anak bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran, cinta tanah air, dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah tanggung jawab, cinta tanah air, kerjasama, jujur dan toleransi.
Pedoman Wawancara “Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi” Nama
: Bella Kinanti siswi SMAN 29 Jakarta
1. Apa yang saudara ketahui tentang permainan tradisional? Jika tahu permainan apa saja yang saudara ketahui! Jawab: Permainan Tradisional adalalah permainan yang ada di wilayah DKI Jakarta. Permainan yang diketahui adalah congklak, petak umpet, dampu kapal, gundu, engrang, bentengan dan galah asin.
2. Apakah saudara mengetahui cara bermain permainan tradisional tersebut? Jawab: Ya. Cara bermain petak umpet adalah 5-10 anak bermain setelah itu melakukan hom pim pa yang kalah berjaga dan yang lainnya sembunyi di area yang telah ditentukkan.
3. Bagaimana tanggapan saudara terhadap permainan tradisional yang ada di kalangan masyarakat Betawi? Jawab: Bagus. Saya harap selalu dilestarikan.
4. Apakah saat ini permainan tradisional masih ada di kalangan masyarakat Betawi? Jika iya permainan apa saja! Jawab: Ya. Masih ada seperti bentengan dan galah asin, bentengan, engrang, gundu dan petak umpet.
5. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Ya. Alasannya karena tempat bermain yang kurang memadai dan kurang menarik.
6. Seiring perkembangan zaman, apakah saat ini ada permainan tradisional yang telah memudar atau tidak di mainkan kembali oleh anak-anak? Jika iya permainan apa? Jawab: Ya. Permainan yang memudar adalah permainan perahu-perahuan, permainan Si..., kodok-kodokan, dan serok kwali.
7. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kepedulian sosial anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Keunggulan permainan tradisional terletak pada melatih anak bersosialisasi dengan lingkungan melalui permainan berkelompok seperti permainan tradisional.
8. Menurut saudara adakah keunggulan permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani anak? Jika iya apa alasannya! Jawab: Permainan tradisional juga memiliki banyak gerakan seperti berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
9. Apa yang saudara ketahui tentang karakter? jika tahu karakter apa saja! Jawab: Karakter adalah sifat atau watak yang ada dalam diri manusia. Karakter yang diketahui adalah karakter kejujuran, bersahabat/ berkomunikasi, cinta tanah air, kepedulian sosial, kerjasama, tanggung jawab dan toleransi. Toleransi adalah tindakan yang meltih diri menghargai perbedaan sehingga tercipta kerukunan.
10. Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan, egrang dan galah asin? Jawab: Bentengan karakter yang terkandung adalah tanggung jawab, berkomunikasi/ bersahabat, jujur, toleransi, cinta tanah air dan kerjasama.
Engrang/ jangkungan karakter yang terkandung adalah kesabaran, cinta tanah air, dan percaya diri. Galah asin karakter yang terkandung adalah tanggung jawab, cinta tanah air, kerjasama, jujur dan toleransi.
Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi
No
Jenis Dokumen
1.
Profil Kelurahan
2.
Data Demografi Penduduk
3.
Data Pegawai Kelurahan
4.
Data Sosial Ekonomi Kelurahan
5.
Dokumentasi kegiatan Penelitian
Permianan Tradisional di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
Catatan
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Waktu
:
Tanggal
:
No 1.
Obyek pengamatan Keadaan
Wilayah
Desekripsi
Kelurahan
Kebayoran Lama Utara. 2.
Permainan tradisional betawi yang masih
dimainkan
Kelurahan
di
Wilayah
Kebayoran
Lama
Utara. 3.
Mengamati ekspresi anak-anak ketika
bermain
permainan
tradisional. 4.
Mengamati nilai karakter yang terkandung
dalam
permainan
tradisional
yang
mereka
mainnkan. 5.
Mengamati permainan tradisional yang sudah tidak dimainnkan lagi di
Wilayah
Kebayoran
Lama
Utara. 6.
Mengamati permainan tradisional
keunggulan
Lampiran 5 Pedoman Observasi
Waktu
: 15.30 – 17.30 WIB
Tanggal
: 30 Desember 2014
No 1.
Obyek pengamatan Keadaan
Wilayah
Desekripsi
Kelurahan Keadaan saat penulis observasi adalah ramai karena hari
Kebayoran Lama Utara.
sudah sore sehingga anak-anak banyak yang bermain di luar rumah.
2.
Permainan tradisional betawi yang Masih banyak terdapat permainan tradisional yang masih
dimainkan
Kelurahan
di
Wilayah dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Kebayoran
Kebayoran
Lama Lama Utara contohnya adalah dampu kapal, bentengan
Utara. 3.
dan galah asin.
Mengamati ekspresi anak-anak Ketika anak-anak bermain permainan tradisional betawi ketika
bermain
permainan mereka tampak gembira dan bersenang-senang.
tradisional. 4.
Mengamati nilai karakter yang Karakter
terdapat
dalam
permainan
terkandung
dalam
permainan bentengan karena dalam permainan bentengan tidak
tradisional
yang
mereka akan menang salah satu tim jika pemain tidak
mainnkan. 5.
kerjasama
bekerjasama dengan pemain lainnya dalam satu regu.
Mengamati permainan tradisional Kodok-kodokan, dododio, serok kwali, dan permainan yang sudah tidak dimainnkan lagi si... di
Wilayah
Kebayoran
Lama
Utara. 6.
Mengamati permainan tradisional
keunggulan Keunggulan permainan tradisional menurut observasi adalah anak-anak dapat bermain secara berkelompok sehingga anak-anak tidak bermain sendiri-sendiri dan terhindar dari sifat individualis.
Pedoman Observasi
Waktu
: 16.00 – 17.30 WIB
Tanggal
: 05 Januari 2015
No 1.
Obyek pengamatan Keadaan
Wilayah
Desekripsi
Kelurahan Keadaan saat penulis observasi adalah sangat ramai dan
Kebayoran Lama Utara.
cerah sehingga banyak anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional.
2.
Permainan tradisional betawi yang Masih banyak terdapat permainan tradisional yang masih
dimainkan
Kelurahan
Wilayah dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Kebayoran
Kebayoran
Utara. 3.
di
Lama Lama Utara contohnya adalah gundu kusir, petak umpet dampu kapal, bentengan dan galah asin.
Mengamati ekspresi anak-anak Ketika anak-anak bermain permainan tradisional betawi ketika
bermain
permainan mereka tampak gembira dan bersenang-senang.
tradisional. 4.
Mengamati nilai karakter yang Berdasarkan hasil observasi dapat terlihat bahwa terkandung
dalam
tradisional
yang
mainnkan.
permainan karakter tanggung jawab terdapat dalam permainan mereka tradisional
bentengan,
setiap
pemain
satu
regu
bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing ada yang bertugas menjadi penjaga dan ada yang bertugas sebagai penyerang. Karakter kejujuran tercermin dalam permainan ini adalah ketika lawan memegang benteng yang kita miliki bereka harus berkata jujur jika tidak permainan tidak akan berlanjut karena regu lawan akan menyangka jika regu kita curang. Karakter
toleransi
tercermin
dalam
permainan
bentengan karena dalam permainan ini terdiri dari 5-10 anak yang setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda dari segi agama, latar belakang keluarga,
pendidikan, lingkungan dan sosial sehingga setiap anak harus saling menghargai satu dengan yang lain. Karakter cinta tanah air tercermin karena anak-anak lebih memilih permainan tradisional dibandingkan permainan yang modern yang berkembang saat ini. 5.
Mengamati permainan tradisional Kodok-kodokan, dododio, serok kwali, dan permainan yang sudah tidak dimainnkan lagi si.. di
Wilayah
Kebayoran
Lama
Utara. 6.
Mengamati permainan tradisional
keunggulan Keunggulan permainan tradisional menurut observasi adalah permainan dilakukan dengan cara menggerakan seluruh tubuh sehingga bisa sekaligus berolahraga untuk menyehatkan tubuh.
Pedoman Observasi
Waktu
: 16.30 – 17.30 WIB
Tanggal
: 12 Januari 2015
No 1.
Obyek pengamatan Keadaan
Wilayah
Desekripsi
Kelurahan Keadaan saat penulis observasi adalah ramai karena hari
Kebayoran Lama Utara.
sudah sore sehingga anak-anak banyak yang bermain di luar rumah.
2.
Permainan tradisional betawi yang Masih banyak terdapat permainan tradisional yang masih
dimainkan
Kelurahan
di
Wilayah dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Kebayoran
Kebayoran
Lama Lama Utara contohnya adalah congklak, petak umpet,
Utara. 3.
dampu kapal, bentengan dan galah asin.
Mengamati ekspresi anak-anak Ketika anak-anak bermain permainan tradisional betawi ketika
bermain
permainan mereka tampak gembira dan bersenang-senang.
tradisional. 4.
Mengamati nilai karakter yang Karakter kejujuran tercermin dalam permainan galah terkandung
dalam
permainan asin ketika tersentuh anggota tubuh pemain, pemain
tradisional
yang
mereka tersebut harus berkata jujur sehingga regu lawan
mainnkan. 5.
mendapat giliran main dan regu yang lainnya berjaga
Mengamati permainan tradisional Kodok-kodokan, dododio, serok kwali, dan permainan yang sudah tidak dimainnkan lagi si... di
Wilayah
Kebayoran
Lama
Utara. 6.
Mengamati permainan tradisional
keunggulan Keunggulan permainan tradisional menurut observasi adalah anak-anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, melakukan kegiatan secara berkelompok dan bermain dengan menggerakan seluruh anggota tubuh sehingga dapat menyehatkan dibandingkan bermain play station di dalam rumah.
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KECAMATAN KEBAYORAN LAMA
KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA Jl. Ciputat Raya No.
1
A Tetepon.. Z222g16
JAKARTA Nomor , 19i
Sifat
: Lampiran :
Perihal
/-1.851 .3
30 Desember 2014
-
: Permohonan lzin Penelitian
Kepada Yth, Kepala Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat di Jakarta
sehubungan dengan
surat permohonan Bapak/lbu Nomor
Un.01/F.1/KM.01 .31.....12014 tanggal
:
29 Desember 2014 perihal seperti pada
pokok surat diatas, maka bersama ini disampaikan kepada Bapakilbu bahwa pada
prinsipnya kami tidak keberatan Mahasiswi Bapak/lbu melaksanakan lzin Penelitian untuk menyusun skripsi pada tanggal 30 Desember 2014 sesuai daftar nama peserta sebagai berikut NAMA SHOFFIE AFRIANUR
:
NIM 11100150001
1
3
JURUSAN
SEMESTER
PENDIDIKAN IPS
IX
(EKONOMt)
(SEMBILAN
Demikian atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
N LAMA UTARA
NTO,SE Tembusan Camat Kebayoran Lama
1
985081 001
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen Tgl. No. Revisi:
:
FITK,FR-AKD-081
:
01
Terbit : I
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia
Hal
Maret 2010
1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0 1/F. l/KM .01.3 1........1201 4
Lamp.
Hal
:: Bimbingan
Jakarta, l0 Maret 2014
Skripsi
Kepada Yth.
Dr.Iwan Purwanto, M. Pd Pernbimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assalamu' alaikum wr.wb.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
Shoffie Afrianur
NiM
1110015000113
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semester
VIII (Delaparr)
:ANALISN NILAI..NILAI KARAKTER DALA}{ PERMAINAN TRADISIONAL PADA MAYARAKAT
Judul Skripsi
BETAWI Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 3 Maret 2014 , abstraksi/oztline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substairsial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. '
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu
6
(enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Was
s
alamu' alaikum wr.w
b.
"-.,s-xFDEkan "'r,.'
.," '. ;, (ajyi Pendidikan IPS
"
Tembusan: Dekan FITK
1. 2.
Mahasiswaybs.
Dr*Iwin Purwanto, M.Pd -NlP.. 1973 0424 200801 1 012
: FITK-FR-AKD-082 Tgl. Terbit . 1 Maret 2010 FORM (FR) No. Revisi: : 01 Jl lr tl. Juanda No 95 CipLtat 15412 lndonesia Flal . 1/1 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
Nomor. Un.0'1/F.1/KM.01 .31. ...12014 Lamp. : Hal : Permohonan lzin Penelitian
No.
Dokumen
Jakarta, 29 Desember 2014
Kepada Yth. t
Kepala Kelurahan Kebayoran Lama Utara di
Tempat Assal a m u' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Shoffie Afrianur
NIM Jurusan
:11'10015000113
Semester
: lX (Senrbilan)
: Pendidikan IPS (Ekonomi)
Judul Skripsi : Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betawi adalal'r benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan KeEuruan UIN Jakarla yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa
melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terimq kasih. Wassal am
u' al aiku
m wr. wb.
rwanto, M.Pd 4200801 1 012 Tembusan. 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang belsangkutan
tersebut
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: SHOFFIE AFRIANUR
NIM
: 1110015000113
Jurusan
: Pendidikan IPS/Ekonomi
Judul Skripsi :"Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betarvi" No
BAB I
2. a
J. 4.
5.
6. 7.
8.
9. 10.
ll
Paraf
Referensi
I
L1
Kemenag.go.idlfi1e/dokumen/UU2003.pdf di akses tanggal 3 Desember 2014 pukul16.34 WIB ffial l) rl/ Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, (Hal l) Retno Listyarti. "Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, 2-'r-: ..- t/ Inovatif dan Kreatif". (Jakarta: Erlangga. 2012) (hal 1) Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA,2012 (Hal2\ Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. "Profil Budaya n/' Betawi". (Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai / /.1/It/ Tradisional.2006) (Hal 3) BAB II Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai- Kctrakter, (Jakarta: tZ-/ i/ Raia Grahndo Persada,2012) (Hal 6) Mungin Eddy Wibowo, Etika dan moral dalant p e tnb e I aj ar an, (J akarta: pusat Antar Universitas, 2001) ffial 6) Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan ./ // I ntp I e m e ntasi, (B andun g : Alfabet a, 20 12\ (Hal 6)
ry
-1 a---" t?,*ta
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter berbasis
Sastra,
(Yogyakarta: Pustaka Pelaiar, 2013) (Hal7) Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainqn dan Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2003) (Hal 11) siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus di
TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata
12.
satu
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yosyakarta. 2014,h. 49, tidak dipublikasikan. (Hal 1 1) Asuns Nugroho, Permainan Tradisional Anak-anak Sebagain
4-+'/ "t ir"
a4 4l
Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis, Skripsi pada Sekolah Strata Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2005, tidak dipublikasikan. (Hal.
-L/
11) 13.
t4. 15.
t6 17. 18. 19.
20.
21
'/-./,
t1 *I
Abdurachman, dkk., Perntainan Anak-anak Daerah Kltusrrs Ibu Kota Jakarta, (Jakarla: 199111992) (Hal 12) Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yosyakarta: Langensari Publishing. 2013) (Hal 13) Harnzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan l(ebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) (Hal 14 ) ,-4 ,/ Emot Rahmat Taendiftia, dL
n-//
4;a
BAB III 22.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Kttantitatif, Ktralitatif, dan II&D,
Penclekatan
(Bandung:
1-_-r
/'
ALFABET A, 20 12) (Hal 26)
23. 24.
25. 26. 27.
(Bogor: Ghalia Indonesia,2Ol 1) (Hal 26) Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) (Hal26) Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 20 12) (Hal 27) Emzir, Metodologi Penelitian Analisis Data, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) (Hal28) Basrowi dan Suwandi, ,Memahami Penelitian Kualimtrt (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) (Hal29)
Moh. Nazir, Metode Penelitian,
I]AB IV
28.
belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ di akses pada 15 Februari 2015 pukul2l.30 WIB (HAL 68)
/Z--v' ?.
t/
,?: tZ"d
,4/*: 4,'^-' L'--
,/
4.'u y' ''r-
Jakarta, 06
April2015
Penguji Referensi
Dr. Ilvan Purwanto. M. Pd NrP. 19730 424 200801 I 012
Lampiran Dokumentasi Foto Ohervasi dnn Wawancara
Anak-anak sedang melakukan Hom Pim Pa sebelum bermain Galah Asin
Anak-unsk Bermain Dampu Ktpal
wawaacara dengan Bapak Entong Sukirman Lembaga Kebudayaan Betawi