Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Analisis Moda Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Program DDCP Di Wilayah Subang Selatan Analysis Mode Of Production Of Dairy Farm Business The Receiver Of Demo Farm DDCP Program in South Subang Agung Dwi Pambudi Wasono*, M. Ali Mauludin**, Nurlina Lilis** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
Abstrak Moda produksi merupakan cara yang ditempuh masyarakat dalam proses produksi guna memenuhi kebutuhan materiil. Moda produksi terbagi menjadi dua yaitu kekuatan produksi dan hubungan produksi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Subang Selatan pada 3 kecamatan di 6 desa yaitu kecamatan Ciater, Sagalaherang, dan Jalancagak pada bulan November 2015. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis moda produksi pada usaha peternakan sapi perah sebelum dan setelah adanya penetrasi modernisasi berupa demo farm program DDCP (Danone Development in Ciater Program). Metode yang digunakan adalah studi kasus terhadap 11 orang informan penerima bantuan demo farm dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan moda produksi sebelum dan setelah adanya penetrasi modernisasi terhadap peternak penerima demo farm. Perubahan dalam kekuatan produksi meliputi skala kepemilikan peternak, tenaga kerja, produksi susu, pengetahuan dan keterampilan, dan bangunan. Perubahan dalam hubungan produksi meliputi pemilikan, batas sosial hubungan, struktur hubungan produksi, dan hubungan kerja. Hubungan antara peternak penerima program demo farm dan pekerja baik keluarga inti maupun keluarga dekat sebelum dan setelah adanya bantuan demo farm bersifat egaliter dan non eksploitatif. Kata Kunci: Moda Produksi, Kekuatan Produksi, Hubungan Produksi, Modernisasi
Abstract Mode of production is the way in which people in the production process to fill the needs of material, mode of production is divided into two, namely are the force of production and relations of production. This research was conducted at 3 subdistricks and 6 villages of subdistrick Ciater, Sagalaherang, and Jalancagak at November 2015. The aim was to analyze the modes of production in dairy farm before and after the penetration of the modernization in the form of Demo Farm Program DDCP (Danone Development in Ciater Program). The method used a case study toward 11 informants that received demo farm program by in-depth interviews, observation, and study of literature. The results showed that a change in the mode of production before and after the penetration of the modernization toward the farmer that received demo farm program. The changes in force of production include the development of livestock, direct labor, milk production, knowledge and skills, and building. The changes in relation of production include the ownership, boundaries in social relationship, the structure of production relations, and labor relations. The correlation between the farmer that received demo farm program and the direct Labour. Keyword: Mode of Production, Force of Production, Relation of Production, Modernization
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
PENDAHULUAN Konsumsi susu Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton per tahun dan sekitar 2,4 juta ton diperoleh dari impor dengan kata lain sebanyak 20% kebutuhan susu nasional dipenuhi oleh peternak Indonesia dan sebanyak 80% diperoleh dari impor (Kementrian Pertanian, 2009). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang membutuhkan adanya penyelenggaraan usaha pembangunan di bidang peternakan dikarenakan perlu meningkatkan produksi susu yang dihasilkan, salah satu cara yang dapat ditempuh dengan melakukan modernisasi. Melihat hal tersebut, KPSBU mengembangkan kawasan Subang Selatan menjadi salah satu pusat produksi susu di wilayah kerjanya yang bertujuan untuk meningkatkan produksinya. Hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan dan strategi kementrian pertanian dimana salah satu fokusnya diarahkan pada peningkatan produksi susu segar (Kementrian Pertanian, 2009) dan kebijakan fokus pengembangan komoditasnya termasuk susu. (Kementrian Pertanian, 2014). Melihat pentingnya peningkatan produksi susu di Indonesia, maka pada tahun 2011 PT. Danone Dairy Indonesia mulai melakukan perubahan pembangunan peternakan dengan melakukan intervensi modernisasi pada para peternak sapi perah di kawasan Subang Selatan, dimana perusahaan ini memberikan beberapa bantuan diantaranya dalam bentuk program bibit bergulir, perubahan kandang, pemberian silase, dan penyuluhan. Keseluruhan program bantuan PT. Danone Dairy Indonesia tersebut diberi nama Dairy Development Ciater Programs (DDCP). Dengan adanya intervensi modernisasi berupa program Demo Farm diduga terjadi perubahan moda produksi atau cara yang ditempuh masyarakat dalam melakukan proses produksi peternakan sapi perah di kawasan Subang Selatan dan diharapkan dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Perubahan moda produksi terbagi dalam dua jenis yaitu kekuatan produksi dengan aspek peningkatan populasi ternak, tenaga kerja tambahan, peningkatan produksi susu, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, dan perubahan bangunan yang ada. sedangkan hubungan produksi meliputi dasar pemilihan peternak penerima demo farm, batas sosial hubungan, struktur hubungan produksi, sifat hubungan produksidan hubungan kerja. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan melakukan analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program DDCP di wilayah subang selatan.
METODE Penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif karena penelitian ini hanya dilakukan pada peternak penerima demo Farm program DDCP yang hanya didapatkan oleh 11 orang peternak di wilayah Subang Selatan. Studi kasus didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan sesuatu kejadian tertentu (Paturochman, 2005).
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir (Wiratha, 2006). Menurut Munandar (2004) penelitian metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif memperhatikan kepada prosesnya disamping hasilnya, berorientasi kepada pemaknaan (meaning) tentang rasa kehidupan dan pengalaman serta strukturnya juga akan mendeskripsikan proses dan pemaknaan. 1.
Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja KPSBU Jawa Barat, yaitu kawasan Subang Selatan yang meliputi 6 desa di 3 kecamatan diantaranya Ciater, Cisaat, Palasari, Sanca, Cicadas, dan Curugrendeng. Pemilihan daerah didasarkan pada pertimbangan bahwa wilayah tersebut terdapat peternak sapi perah yang menerima program Demo Farm. 2.
Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara yang menerima bantuan Demo Farm. Penentuan informan dengan cara sensus, yaitu pengumpulan data dari keseluruhan jumlah populasi yang ada tanpa terkecuali. Informan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 11 orang peternak sapi perah penerima demo farm program DDCP. 3.
Jenis Data yang Digunakan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dari informan melalui wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan serta melakukan observasi ke daerah penelitian. Wawancara mendalam merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Data sekunder merupakan data yang meliputi seluruh aspek yang menjadi bahan pengalaman dan informasi yang erat kaitannya dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh instansi-instansi yang terkait berupa studi pustaka dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian seperti pengertian moda produksi serta skema program demo farm. 4.
Model Analisis Langkah-langkah analisis data terdiri dari tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Pengukuran akurasi data dilakukan dengan konfirmasi secara triangulasi (triangulation).. Teknik triangulasi menggunakan sumber data yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dan pihak lain yang terkait.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
HASIL DAN PEMBAHASAN Realitas sosial dapat dijelaskan dengan pendekatan dua konsep dalam Marxis yaitu moda produksi (mode of production) dan formasi sosial (social formation). Secara umum, moda produksi merepresentasikan “cara” yang ditempuh masyarakat dalam melakukan proses produksi (way of poduction) guna menyediakan produk untuk memenuhi kebutuhan materiil (Shanin 1990). Moda produksi atau cara produksi terbagi atas 1) kekuatan / daya produksi (force of production) yang mempengaruhi produktivitas, dan 2) hubungan produksi (relation of production) yang akan membentuk posisi superior dan posisi subordinasi sehingga hubungan sosial tersebut akan membentuk struktur sosial dalam dalam produksi (Russel, 1989). Kekuatan produksi (force of production) terdiri dari kekuatan tenaga kerja manusia (human labor power), alat-alat produksi, bahan baku, teknologi produksi, manajemen produksi, modal, uang, kreativitas, ide, pengetahuan, motivasi, bangunan, tanah dan energi (Russel, 1989). Kekuatan produksi merupakan basis materiil yang terdiri dari “keterampilan pekerja dan alat produksi” (means of power). Hubungan produksi terdiri dari hubungan antara satu aktor dengan aktor lainnya yang mengatur hubungan antar manusia dalam satu proses produksi batang dan jasa kebutuhan manusia.
Hubungan produksi tersebut mencakup pemilikan
(property), hubungan kekuasaan (power), dan pengawasan (control) dalam penguasaan aset produktif masyarakat, hubungan kerja sama (cooperative work relation) serta hubungan antar kelas masyarakat. Moda produksi yang terbentuk pada usaha peternakan sapi perah di wilayah Subang Selatan memberikan informasi tentang hubungan produksi, batas sosial yang ada pada usaha peternakan sapi perah semi-petty commodity adalah keluarga inti dan keluarga dekat yang terlibat. Tidak ditemukan hubungan produksi seperti di perusahaan yaitu buruh dan majikan, sedangkan struktur hubungan produksi adalah egaliter antara sesama anggota keluarga. Sifat hubungan produksi yang terbentuk tidak ditemukannya eksploitatif terhadap buruh ternak. Moda produksi semi-petty commodity berkembang pada peternak yang memelihara sapi perah dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari produksi yang dihasilkan. Melihat moda produksi semi-petty commodity tidak terlepas dari dua hal penting yaitu kekuatan produksi dan hubungan produksi. Kekuatan produksi pada moda produksi semi-petty commodity antara lain alat-alat produksi berupa ternak sapi perah yang kepemilikannya sudah lebih sudah lebih dari 3 ekor sapi laktasi sedangkan hubungan produksi yang terbentuk bersifat egaliter dan non eksploitatif (Mauludin, 2014).
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Pada moda produksi semi-petty commodity peternak sudah memahami bahwa komoditi produksi susu memiliki nilai jual dan dapat menjadi sumber keuangan. Unit produksi usaha peternakan sapi perah pada moda produksi semi-petty commodity menggunakan tenaga kerja keluarga inti. Keluarga inti disini adalah keterlibatan dari orang tua dan anak, bahkan ada beberapa kerabat (masih dalam satu keluarga) yang diperbantukan dalam usaha peternakan sapi perah. Kekuatan Produksi Hasil penelitian analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program ddcp di wilayah subang selatan dalam kekuatan produksi pada 11 orang peternak penerima demo farm program DDCP disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kekuatan Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Indikator yang diamati 1)
Skala Kepemilikan Peternak
Hasil Pengamatan
2)
Tenaga Kerja
3)
Produksi Susu
4)
Pengetahuan dan keterampilan
5)
Bangunan
Pengembangan populasi dalam satuan ternak, secara keseluruhan meningkat pada satu tahun pertama setelah pemberian demo farm Pada tahun berikutnya, skala kepemilikan peternak mengalami perbedaan dikarenakan perbedaan pengelolaan usaha peternakan sapi perah Faktor ekonomi, usia, dan ketersediaan lahan sangat berpengaruh terhadap skala kepemilikan peternakan Tenaga kerja Lebih lebih diutamakan dari dalam keluarga inti dan keluarga dekat Pengelolaan oleh keluarga inti dan keluarga dekat lebih terjamin dibandingkan dengan mempekerjakan orang lain. Produksi susu dalam liter per ekor per hari mengalami peningkatan Faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi susu diantaranya perbaikan tempat pakan, pemberian pakan selalu dalam keadaan segar, serta rutin membersihkan tempat pakan Peternak demo farm dapat menyampaikan informasi tentang pengelolaan usaha peternakan sapi perah kepada peternak lain Peningkatan pengetahuan dan keterampilan meliputi produksi susu, perkandangan, bahan pakan, biogas, dan pencegahan penyakit Peternak demo farm membangun kandang sesuai dengan skema program demo farm Peternak sekitar mengikuti penerapan skema program demo farm dalam bentuk tempat pakan dan minum
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
1.
Skala Kepemilikan Peternak Pelaksanaan program demo farm berdampak pada pengembangan jumlah ternak yang
terjadi pada informan. Hal itu dipengaruhi oleh adanya bantuan berupa kredit sapi perah baik untuk demo farm kecil yang memiliki kapasitas 3 ekor, dan demo farm sedang memiliki kapasitas 10 ekor sapi. Sapi yang diterima peternak dalam keadaan dara bunting 8-9 bulan. Penambahan sapi ditingkat individu peternak penerima bantuan demo Farm berdampak pada populasi yang peternak sehingga mengalami perubahan. Berikut merupakan pengembangan populasi peternak demo farm dalam satuan ternak. Tabel 2. Populasi Sapi Informan Informan C (58 tahun) ADH (51 tahun)* Y (46 tahun) A (65 tahun) ES (54 tahun) Y (36 tahun) E (64 tahun) AS (36 tahun) R (57 tahun) ES (63 tahun) MS (50 tahun)
Desember Desember 2011 2012 ...Ekor... ... Ekor... 6 10 6 6 0 4 2 7 1 5 3 6 3 5 2 4 2 3 2 3 1 5
Desember Desember 2013 2014 ... Ekor... ... Ekor... 10 12 6 5 4 4 5 3 4 2 4 6 4 2 3 4 3 2 3 3 3 3
Oktober 2015 ... Ekor... 10 3 4 3 3 7 2 4 2 2 0
Usaha ternak sapi perah peternak demo farm kecil secara keseluruhan mengalami peningkatan, hal tersebut dikarenakan adanya program bantuan berupa kredit sapi bergulir yang menjadi stimulus dalam usaha peternakan sapi perah. Faktor lain yang mempengaruhi skala kepemilikan peternakan adalah passion yang dimiliki oleh peternak. 2.
Tenaga Kerja Pemilihan tenaga kerja dari dalam keluarga inti dan keluarga dekat dimaksudkan untuk
mempermudah pekerjaan peternak serta memberikan pekerjaan pada keluarga dekat, disamping memberikan pekerjaan. Maksud lain dari dipekerjakannya keluarga dekat adalah kepedulian mendidik tenaga kerja agar masa mendatang dapat mengelola usaha peternakan sapi perah secara mandiri. Berikut adalah tabel yang menjelaskan banyaknya tenaga kerja informan. Pada tahun 2011 hingga tahun 2015 seluruh peternak yang mendapatkan program demo farm dengan jumlah 11 orang peternak, mempekerjakan seluruh anggota keluarga inti untuk menyelesaikan proses produksi dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Penambahan tenaga kerja luar
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
keluarga inti hanya terjadi pada tiga orang peternak di tahun 2015, hal tersebut dimaksudkan agar mempermudah pekerjaan yang dimiliki oleh peternak. 3.
Produksi Susu Dengan adanya program demo farm peternak mengalami perubahan pada konstruksi
tempat pakan dan minum, tempat pakan yang semula berada pada ketinggian 0,5-1 meter dan tertutup menjadi sejajar dengan permukaan tanah dan terbuka, hal tersebut memudahkan dalam pembersihan tempat pakan dan tidak ada lagi sisa pakan yang menumpuk dan membusuk. Kemudian tempat minum dibuat dengan sistem mekanika fluida, dimana air tersedia secara terus menerus, hal tersebut mempermudah ternak dalam minum, karena sifat ternak yang membutuhkan air secara terus menerus. Perubahan yang terjadi pada tempat pakan dan minum berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu yang dihasilkan. Berikut merupakan tabel produksi susu peternak penerima demo farm. Tabel 3. Produksi Susu Ternak Informan Informan C (58 tahun) ADH (51 tahun)* Y (46 tahun) A (65 tahun) ES (54 tahun) Y (36 tahun) E (64 tahun) AS (36 tahun) R (57 tahun) ES (63 tahun) MS (50 tahun) 4.
Desember Desember Desember Desember 2011 2012 2013 2014 ...Liter/Ekor/Hari... 10,60 9,77 10,46 11,09 14,74 14,30 10,19 14,15 0,00 26,02 16,78 13,14 4,25 10,89 9,99 10,07 15,02 19,47 12,94 18,90 4,96 8,88 16,35 14,31 5,89 7,58 10,54 14,24 11,31 5,23 7,20 6,80 5,39 5,70 6,56 6,39 10,24 17,98 7,13 11,89 13,05 10,34 12,40 10,58
Oktober 2015 13,05 17,47 13,79 15,61 25,08 12,24 13,53 14,16 13,92 12,29 0,00
Pengetahuan dan Keterampilan Salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak berupa
penyuluhan dengan cara transfer knowledge atau interaksi dua arah antara peternak demo farm dengan peternak lainnya. Maksud dilakukannya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini agar peternak demo farm mampu menyampaikan informasi yang telah dimiliki kepada peternak sekitar. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada peternak penerima demo farm terdiri dari 6 pokok materi. Ada 6 pokok materi yang diberikan diantaranya dasar-dasar produksi susu, seluk-beluk kandang, bahan pakan dan pemrosesannya, biogas dan tata keuangan usaha peternakan, pencegahan dan penanganan penyakit, dan yang terakhir yaitu sharing antara peternak dengan pihak DDCP. Dari ke enam materi tersebut dibuat komik, yaitu bahan bacaan bagi peternak.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
5.
Bangunan Setelah adanya program demo farm, kandang sapi yang dimiliki peternak mengalami
perubahan. Hal tersebut terlihat dari adanya pemisahan antara kandang sapi laktasi, sapi dara, dan pedet. Sapi laktasi memiliki ukuran kandang dengan lebar tempat pakan 90 cm, penjang lantai 150 cm, lebar lantai 135 cm, lebar saluran kotoran 50 cm, dan tinggi 300 cm. Sapi dara ditempatkan pada tempat berukuran 2 m x 2 m dengan alas jerami. Pedet ditempatkan pada calf Box dengan ukuran panjang 160 cm, lebar 115 cm, dan tinggi 110 cm. Peternak penerima demo farm mendapatkan kelengkapan kandang berupa biogas, kompor, lampu, tali strap,karpet, timbangan, milking bucket,takaran susu, white board, dan ruang pertemuan. Pembangunan kandang yang dilakukan pada peternak penerima demo farm disamakan dalam hal bentuk dan kegunaan, namun dalam penempatannya disesuaikan dengan kondisi lahan yang dimiliki oleh peternak dan jumlah ternak yang ada. Hubungan Produksi Dalam penelitian ini, hubungan produksi mengacu pada bentuk hubungan antara peternak sebagai pemilik dengan pekerja baik dalam keluarga inti maupun keluarga dekat. Hubungan produksi secara luas membahas mengenai hubungan yang terjalin antara peternak dengan pembeli, peternak dengan peternak lain, ataupun peternak dengan institusi atau kelembagaan (Mauludin, 2014). Struktur hubungan produksi dalam moda produksi semi-petty commodity tidak hierarkis namun egaliter. Hal tersebut disebabkan unit produksi atau tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga inti dan keluarga dekat. Peternak sapi perah pada umumnya mengerjakan kegiatan yang terkait dengan aktivitas atau proses produksi, yaitu mulai dari membersihkan kandang, memandikan ternak, memberi pakan, dan melakukan pemerahan. Budaya yang berkembang menjadikan toleransi sebagai acuan dalam hubungan produksi, hal tersebut terlihat dengan sifat hubungan produksi yang non eksploitatif. Penerima program bantuan demo farm telah melewati beberapa tahapan diawali dengan mengumpulkan persyaratan, kemudian mengisi formulir aplikasi demo farm, verifikasi oleh pihak tim demo farm, hingga dinyatakan sebagai penerima demo farm. Hasil penelitian analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program ddcp di wilayah subang selatan dalam hubungan produksi pada 11 orang peternak penerima demo farm program DDCP disajikan pada Tabel 4.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Tabel 4. Hubungan Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Indikator yang diamati 1)
Pemilikan
Hasil Pengamatan
2)
Batas sosial hubungan
3)
Struktur hubungan produksi
4)
Sifat hubungan produksi
5)
Hubungan kerja
1.
Pemilihan peternak berdasarkan pada aspek sosial dan aspek teknis Penilaian dilakukan oleh Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU Tidak adanya unsur nepotisme atau kedekatan dalam pemilihan penerima demo farm Tenaga kerja hanya berasal dalam keluarga inti dan keluarga dekat Penambahan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dekat bermaksud untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga dekat dan memberikan pembelajaran dalam mengelola usaha ternak sapi perah Struktur hubungan produksi berbentuk egaliter dikarenakan peternak dan tenaga kerja memiliki hubungan dekat dalam keluarga hubungan produksi antara peternak dan tenaga kerja bersifat non eksploitatif cenderung mengarah pada pembelajaran tenaga kerja dapat berinovasi dalam mengelola usaha peternakan sapi perah peternak demo farm menjadi contoh bagi peternak lain peternak demo farm menyampaikan informasi mengenai pengelolaan usaha peternakan sapi perah pada peternak lain jika dimintai bantuan, peternak demo farm membantu peternak lain dalam pengelolaan usaha peternakannya
Pemilikan Dalam pemilihan penerima demo farm terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
diantaranya menjadi anggota KPSBU dengan catatan keanggotaan baik, serta memiliki lahan sendiri yang luas lahannya cukup untuk kebutuhan demo farm., dengan kata lain pemilihan peternak yang mendapatkan program demo farm dilihat dari banyak aspek diantaranya aspek teknis dan aspek sosial. Aspek teknis meliputi umur, pendidikan, pengalaman pelatihan, jumlah tanggungan, jumlah pendapatan, status kredit, pengalaman beternak, kepemilikan ternak, kepemilikan lahan, kepemilikan biogas. Aspek sosial meliputi karakter, integritas dan komitmen, kapasitas dan kapabilitas, kepemimpinan, dan lain-lain. Aspek sosial dan aspek teknis pemilihan penerima demo farm disajikan dalam tabel 5.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Tabel 5. Kriteria Penerima Demo Farm Aspek
Jumlah
Umur Pendidikan Pengalaman Pelatihan Ketergantungan Sumber Pemasukan Status Kredit Pengalaman Beternak Kepemilikan Sapi Kepemilikan Lahan Kepemilikan Biogas Karakter Integritas dan Komitmen Kapasitas dan Kapabilitas Kepemimpinan Lain-lain Jumlah
...%... 2 8 8 3 2 6 1 8 12 2 8 8 9 9 5 100
2.
Batas Sosial Hubungan Pemilihan tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja inti dan keluarga dekat lebih
cenderung dalam pemberdayaan anggota keluarga. Penambahan tenaga kerja dimaksudkan untuk membantu keadaan ekonomi keluarga dekat, serta mengajarkan tentang bagaimana cara mengelola usaha ternak sapi perah yang baik. Pemilihan tenaga kerja tambahan dilihat dari kedekatan tenaga kerja dengan peternak dalam hal ini keluarga inti dan keluarga dekat. Dari sebelas orang penerima program demo farm keseluruhannya memanfaatkan tenaga kerja yang bersal dalam keluarga inti, namun terdapat tiga orang peternak yang memiliki tenaga kerja bantuan luar keluarga inti, seluruhnya berasal dari keluarga dekat yang sedang tidak memiliki pekerjaan, disamping membantu kondisi ekonomi, pemilihan tenaga kerja dari keluarga dekat juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih mengenai pengelolaan usaha ternak sapi perah, sehingga nantinya jika tenaga kerja telah memiliki modal yang cukup, mereka bisa secara mandiri mendirikan usaha peternakan sapi perah. 3.
Struktur Hubungan Produksi Struktur yang berlaku pada moda produksi semi-petty commodity tergolong egalitarian,
semua sama dalam struktur anggota keluarga kecuali kepala keluarga yang memiliki peran yang lebih dominan berdasarkan usia, pengalaman, dan akses yang luas. (Mauludin, 2014). Seluruh informan yang memiliki tenaga kerja bantuan menerapkan struktur berdasarkan kekeluargaan.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Tenaga kerja diberikan kebebasan dalam melaksanakan kegiatan, namun ada batasan dan target bersama yang harus dipenuhi hal tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja memiliki rasa tanggung jawab akan pekerjaan yang dilakukan. Selain kebebasan, peternak memberikan bantuan lain dalam meningkatkan taraf kehidupan pekerja Melihat fenomena tersebut maka peternak penerima demo farm termasuk kedalam tipe moda produksi egalitarian komunis yang disusun oleh kekuatan yang maju dan hubungan produksi egalitarian yang kompleks, serta memiliki struktur hubungan produksi semi-petty commodity dimana semua unit kerja sama dalam struktur anggota keluarga kecuali kepala keluarga yang memiliki peran yang lebih dominan. 4.
Sifat Hubungan Produksi Budaya yang berkembang di wilayah Subang Selatan yang saling menghargai sesama
manusia tercermin dalam usaha peternakan sapi perah. Sifat hubungan produksi dalam moda produksi semi-petty commodity adalah non eksploitatif yang disebabkan oleh banyaknya tenggang rasa antara peternak dengan tenaga kerja. Hal tersebut sesuai pernyataan Mauludin (2014), yang menjelaskan bahwa dalam moda produksi semi-petty commodity memiliki hubungan produksi non eksploitatif. Keterkaitan hubungan produksi dengan buruh bisa jadi dari keluarga inti ataupun keluarga dekat yang membutuhkan pekerjaan menjadi buruh ternak. Aktivitas buruh ternak adalah semua pekerjaan dikerjakan mulai dari mencari rumput, membersihkan kandang dan ternak sapi dilanjutkan dengan memotong rumput dan memberikan rumput atau konsentrat pada ternak dan diakhiri dengan pemerahan yang dilanjutkan dengan penyetoran susu ke TPS. Pada informan yang mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dekat, seluruhnya menerapkan sifat hubungan produksi non eksploitatif, hal tersebut terlihat dari peran peternak yang mengajak tenaga kerja tambahan untuk bekerja bukan dengan memerintah. 5.
Hubungan Kerja Peternak demo farm memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi dan
pengetahuan yang didapatkannya kepada peternak lain. Dari 11 orang informan keseluruhannya merupakan tokoh masyarakat yang memiliki hubungan kerja yang baik dengan peternak sekitar. Menurut Griffith (2002), kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan yang sangat kompetitif. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada saat program demo farm berjalan, setiap satu minggu sekali diadakan pertemuan membahas mengenai cara mengelola usaha ternak sapi perah yang baik.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
Perubahan Moda Produksi Tabel 6. Perubahan Sebelum dan Setelah Demo Farm Aspek Moda Produksi Semi-Petty Comnodity A. Kekuatan Produksi 1. Pengembangan Peternakan
Sebelum Demo Farm 9 skala kecil, 2 skala menengah
2. Tenaga Kerja
Keluarga inti
3. Produksi Susu
Rata-rata 8,68 liter/ekor/hari Tradisional
4. Pengetahuan dan Keterampilan 5. Bangunan B. Hubungan Produksi 1. Pemilikan 2. Batas Sosial Hubungan 3. Struktur Hubungan Produksi 4. Sifat Hubungan Produksi 5. Hubungan Kerja
Tradisional Kepemilikan lahan dan ternak pribadi Keluarga inti
Setelah Demo Farm 7 skala kecil, 2 skala menengah, 2 skala besar, 1 berhenti Keluarga inti + keluarga dekat Rata-rata 11,18 liter/ekor/hari Pengetahuan dan keterampilan meningkat Mengalami perubahan
Egalitarian
Kepemilikan lahan dan ternak pribadi Keluarga inti + keluarga dekat Egalitarian
Non eksploitatif
Non eksploitatif
Saling membantu
Saling membantu
SIMPULAN 1. Kekuatan produksi peternakan sapi perah penerima demo Farm di wilayah Subang Selatan mengalami perubahan sebelum dan setelah menerima program bantuan demo Farm DDCP. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan jumlah kepemilikan sapi perah, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi susu, pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah, dan bentuk kandang yang mengalami perubahan. 2. Hubungan produksi yang terjadi sebelum dan setelah adanya demo farm program DDCP bersifat egaliter dan non eksploitatif. 3. Moda produksi yang terbentuk menggambarkan keadaan dari suatu peternakan sapi perah, dimana sebelum dan setelah adanya program demo farm Program DDCP muncul moda produksi semi-petty commodity.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Dr. Ir. Hj. Lilis Nurlina, M.Si., selaku pembimbing utama dan M. Ali Mauludin S.Pt. M.Si., selaku pembimbing anggota yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung, dan meluangkan waktu bagi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU yang sudah memfasilitasi dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Griffith, D. A. 2002. The role of communicayion competencies in international business relationship development. Journal of World Business. 37 (4). 256- 265. University of Hawaii. Honolulu. Kementrian Pertanian RI. 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Kementerian Pertanian RI. .2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2019. Kementerian Pertanian RI. Mauludin, M. Ali. 2014. Pengembangan Peternakan Sapi Perah dan Perubahan Struktur Sosial di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tesis IPB. Bogor. Munandar, M. Sulaeman. 2004. Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif. Laboratorium Sosiologi Penyuluhan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Paturochman, M. 2005. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel. Universitas Padjadjaran. Bandung. Russel, W. James. 1989. Modes Of Production in World History. Routledge. London dan New York. Shanin, Teodor. 1990. Defining Peasant. Essays Coserning Rural Societis, Exspolary Economies, and Learning From Them in The Contemporary World. Basil Blackwell. Cambridge. Wiratha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta.
Analisis Moda Produksi ..................................................................................... Agung Dwi Pambudi W
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Agung Dwi Pambudi Wasono
NPM Judul Artikel
: 200110120242 : Analisis Moda Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo FarmProgram DDCP Di Wilayah Subang Selatan
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Dibuat di Jatinangor, Tanggal 20 Januari 2016 Mengetahui,
Penulis,
Pembimbing Utama,
(…………………………...)
Pembimbing Anggota,
(……………………………)
(……………………………)