ANALISIS MANFAAT RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 sampai dengan 2010)
Ndaru Hesti Cahyaningrum Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si ABSTRACT This research wants to examine the effects of Working Capital to Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TAT), and Net Profit Margin (NPM) to profit growth of manufacture company. The sampling technique used in this research is purposive sampling, with some criteria, those are: (1) the manufacture company listed in JSX in research period and still operating consistenly in the research period; (2) the avaliable of financial statement as the research period; (3) the manufactur company has not negative profit. The result of this research shows that the data has fulfill the classical asumption, such as: no multicolinearity, no autocorrelation, no heteroscedasticity and distributed normally. From the regression analysis, found that partially Total Asset Turnover (TAT) and Net Profit Margin (NPM) variable, have a negative significant to profit growth of manufacture company, while Working Capital to Total Asset (WCTA) and Debt to Equity Ratio (DER) doesn’t have influence to profit growth of manufacture company. From the research also known that those four variables (WCTA, DER, TAT, and NPM) simoultaneously have an influence to profit growth of manufacture company. The prediction percentage of those variable simoultaneously are 33,5%.
Keywords: Working Capital to Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), and profit growth.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat pada umumnya mengukur keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan dari kinerjanya. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode (Juliana dan Sulardi, 2003). Brigham dan Enhardt (2003) menyatakan bahwa informasi akuntasi mengenai kegiatan operasi perusahaan dan posisi keuangan perusahaan dapat diperoleh dari laporan keuangan. Informasi akuntansi dalam laporan keuangan sangat penting bagi para pelaku bisnis seperti investor dalam pengambilan keputusan. Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Untuk dapat menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik tersebut yang diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam memprediksi laba yang akan datang. Alasan pemilihan laba akuntansi dikarenakan laba mencerminkan kinerja perusahaan, dari ukuran laba maka dapat dilihat apakah perusahaan mempunyai kinerja yang bagus atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Working Capital to Total Assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010?
2. Apakah Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010? 3. Apakah Total Assets Turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010? 4. Apakah Net Profit Margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh Working Capital to Total Assets, secara parsial terhadap pertumbuhan laba 2. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, secara parsial terhadap pertumbuhan laba 3. Untuk menganalisis pengaruh Total Assets Turnover, secara parsial terhadap pertumbuhan laba 4. Untuk menganalisis pengaruh Net Profit Margin, secara parsial terhadap pertumbuhan laba 1.3.2 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan laba perusahaan dengan memperhatikan faktorfaktor yang diteliti dalam penelitian ini. 2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
LANDASAN TEORI 1. Pertumbuhan Laba Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Takarini dan Ekawati, 2003). 2. Rasio keuangan Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan analisisnya. Brigham dan Daves (2001) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitablitas. Weygandt et. al (1996) dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan kedalam tiga macam rasio likuiditas, profitabilitas dan solvency. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Riyanto, 1995). 1) Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004), rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga: a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar
b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar. c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan WCTA, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995). WCTA = (aktiva lancar - hutang lancar) jumlah aktiva Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan dari dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan current maturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dengan aktiva tetap (ICMD 2010). 2) Rasio Solvabilitas/Leverage Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997, Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004): a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang. e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan. f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.
Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan dengan DER, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995). DER = Total hutang Modal sendiri Total hutang merupakan penjumlahan dari hutang lancar dengan hutang jangka panjang. Modal sendiri merupakan sumber dana yang berasal dari pemilik perusahaan. 3) Rasio Aktivitas Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan: a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aktiva b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit. d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja. Dalam penelitian ini rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset Turnover (TAT), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997). TAT = Penjualan Total Aktiva Penjualan bersih (net sales) merupakan hasil penjualan bersih selama satu tahun. Total aktiva merupakan penjumlahan dari total aktiva lancar dan aktiva tetap. 4) Rasio Profitabilitas
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan: a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya. b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih. c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva. d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan NPM, karena menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997). NPM = laba bersih setelah pajak penjualan bersih Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi pajak penghasilan. Penjualan bersih menunjukkan besarnya hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan barang-barang dagangan atau hasil produksi sendiri (Reksoprayitno, 1991). Teori-teori yang mendukung penelitian ini : 1. Du Pont System Suatu sistem analisa yang dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara return on investment, asset turnover, dan profit margin sering disebut “Du Pont System”. Return on Investment (ROI) adalah rasio keuntungan sesudah pajak terhadap jumlah investasi (aktiva) sehingga dalam du pont system diperhitungkan juga bunga dan pajak (Bambang Riyanto, 1995). Menggunakan hubungan antara perputaran aktiva dengan profit margin, maka ROI atau ROA adalah hasil kali profit margin dengan perputaran aktiva.
ROA = Profit Margin x Perputaran Aktiva Untuk menaikkan ROA suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran aktiva, dengan menaikkan perputaran aktiva dan mempertahankan profit margin, atau dengan cara keduanya (Hanafi & Halim, 2005). Oleh karena itu penting untuk dapat mengetahui bagaimana cara-cara untuk menaikkan profit margin maupun perputaran aktiva. 2. Analisis Pertumbuhan Laba a. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan resiko yang harus ditanggung. b. Analisis Teknikal Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. 3. Laporan Keuangan Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Hanafi dan Halim (2005), ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu Neraca, Laporan Rugi Laba dan Laporan Aliran Kas. 4. Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Analisis laporan
keuangan dapat dibagi menjadi tiga jenis: intracompany basis (perbandingan internal perusahaan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan keuangan perusahaan atau trend yang signifikan), intercompany basis (perbandingan dengan perusahaan lain yang dapat memberikan gambaran posisi kompetitif perusahaan yang bersangkutan) dan industry average (perbandingan dengan rata-rata industri dari industri yang sama dengan perusahaan yang akan dianalisis). 5. Analisa Rasio Keuangan Dennis (2006) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Analisis ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis ekstern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisis, yaitu (Ang, 1997) : 1. Univariate Ratio Analysis Univariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan satu variate didalam melakukan analisis. 2. Multivariate Ratio Analysis Multivariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan lebih dari satu variate di dalam melakukan analisis.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel yang mempengaruhi Return saham dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Working Capital to Total Asset (WCTA) WCTA yang semakin tinggi menunjukkan modal operasional perusahaan besar dibandingkan dengan jumlah aktivanya (total assets). Modal kerja yang besar akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh
meningkat (Reksoprayitno, 1991). Semakin besar WCTA akan meningkatkan laba yang selanjutnya akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini menunjukkan bahwa WCTA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun yang akan datang. 2. Debt to Equity Ratio (DER) Semakin tinggi DER menunjukkan semakin tinggi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan. Selain itu, perusahaan akan dihadapkan pada biaya bunga yang tinggi sehingga dapat menurunkan laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. 3. Total Assets Turnover (TAT) TAT menunjukkan efisiensi penggunaan seluruh aktiva (total assets) perusahaan untuk menunjang penjualan (sales) (Ang, 1997). Semakin besar TAT menunjukkan perusahaan efisien dalam menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya. Semakin cepat perputaran aktiva suatu perusahaan, maka pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang didapat besar (Ang, 1997). Jadi, TAT berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. 4. Net Profit Margin (NPM) NPM
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersihnya (Riyanto, 1995). NPM yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang baru, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat (Reksoprayitno, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan. Maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Working Capital to Total Asset
(H1+)
Debt to Equity Ratio
(H2-)
Total Assets Turnover
(H3+)
Net Profit Margin
(H4+)
Pertumbuhan Laba
HIPOTESIS PENELITIAN H1 : Working Capital to Total Asset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. H3 : Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. H4 : Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan empat variabel bebas. 1. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya. Pertumbuhan laba dirumuskan sebagai berikut: Pertumbuhan Laba = Yt – Yt-1 Yt-1 2. Variabel Bebas (X) Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: a. Working Capital to Total Asset (WCTA)
WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan, sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Machfoedz, 1999). WCTA merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995). WCTA = (aktiva lancar - hutang lancar) jumlah aktiva b. Debt to Equity Ratio (DER) DER merupakan salah satu rasio solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang,1997). DER = Total hutang Modal sendiri c. Total Assets Turnover (TAT) TAT merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. TAT memperlihatkan proporsi antara penjualan bersih dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang,1997): Total Assets Turnover = Penjualan Bersih Total aktiva d. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan keuntungan neto yang dihasilkan dari setiap rupiah volume usaha. NPM memperlihatkan proporsi antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih dari suatu perusahaan. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang,1997) : Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak x 100% Penjualan Bersih
Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data sekunder dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI. Laporan keuangan perusahaan tercantum dalam ICMD 2006, ICMD 2007, ICMD 2008, ICMD 2009, ICMD 2010, ICMD 2011.
Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan metode yang digunakan untuk mengolah dan memprediksi hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun model yang digunakan dari regresi linear berganda yaitu: Yt = β0 + β1 X1(t-1) + β2 X2(t-1) + β3 X3(t-1) + β4 X4(t-1) + e1 Dimana: Yt
= Pertumbuhan laba
X1(t-1) = Working Capital to Total Assets X2(t-1) = Debt to Equity Ratio X3(t-1) = Total Assets Turnover X4(t-1) = Net Profit Margin β0
= Konstanta
e1
= variabel pengganggu
1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik. Namun demikian, hanya dengan menganalisis grafik, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Untuk itu dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S).
b. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2005), uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi di antara variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika terdapat korelasi antara variabel independen, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai independen tertentu (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2005). d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
yang
baik
adalah
yang
homokedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil, salah satunya dengan uji Glejser (Ghozali, 2005).
2. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian atas asumsiasumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 4 (H4).
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, terbatas. Sebaliknya, nilai R2 yang mendekati satu menandakan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen (Ghozali, 2005).
Uji Statistik F Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh WCTA, DER, TAT,
dan NPM terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia secara simultan. Langkah–langkah yang dilakukan adalah (Gujarati, 1999) : a. Merumuskan Hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (pertumbuhan laba) secara simultan. b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05) c. Membandingkan F hitung dengan F tabel Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):
F hitung = (1-R ) / (N-k) R / (k-1) dimana: R2 = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi N = Banyaknya Observasi 1. Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. d. Berdasarkan Probabilitas Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05
Uji Statistik t Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh WCTA, DER, TAT,
dan NPM terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia secara individual. Oleh karena itu uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1, Ha2, Ha3, Ha4. Langkah–langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut (Gujarati, 1999) : a. Merumuskan hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (pertumbuhan laba) secara parsial. b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 Membandingkan t hitung dengan t tabel,. Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha diterima. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999) : T hitung = Koefisien Regresi Standar Deviasi 1. Bila –ttabel < -thitung dan thitung < ttabel, variabel independen secara individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Bila thitung > ttabel dan –t
hitung
< -t
tabel,
variabel independen secara
individu berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Berdasarkan probabilitas Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α) d. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Statistik Deskriptif Deskripsi variabel Penelitian data awal (n = 315) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
WCTA
315
-.9641
.8558
0.2419
.2318965
DER
315
.06
8.44
1.1152
.97134
TAT
315
.22
3.2430
1.3230
.53235
NPM
315
.00
.55
0.0651
.06684
DLABA
315
-.99843
57.79623
0.8890
3.86023806
Valid N (listwise)
315
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pertumbuhan laba terendah (minimum) adalah -0,99843 atau -99,843% dan pertumbuhan laba tertinggi (maximum) adalah 57,79623 atau 5779,623%. Nilai rata-rata (mean) dari pertumbuhan laba sebesar 0,8890 atau 88,90% dengan tingkat penyimpangan (standar deviation) sebesar 3,86023806 atau 386,023806%. Hasil perbandingan tingkat penyimpangan dengan rata-ratanya (koefisien variasi) yang begitu besar yaitu 434,22% menunjukkan tingginya fluktuasi data dari variabel pertumbuhan laba selama periode pengamatan. Nilai WCTA terendah (minimum) adalah -0,9641 atau -96,41% dan nilai tertinggi (maximum) adalah 0,8558 atau 85,58%. Nilai rata-rata (mean) dari WCTA sebesar 0,2419 atau 24,19% dengan tingkat penyimpangan (standar deviation) sebesar 0,2318965 atau 23,18965%. Hasil perbandingan tingkat penyimpangan dengan rata-ratanya (koefisien variasi) yang besar yaitu 95,86% menunjukkan tingginya fluktuasi data dari variabel WCTA selama periode pengamatan. Nilai DER terendah (minimum) adalah 0,06 atau 6% dan nilai tertinggi (maximum) adalah 8,44 atau 844%. Nilai rata-rata (mean) dari DER sebesar 1,1152 atau 111,52% dengan tingkat penyimpangan (standar deviation) sebesar 0,97134 atau 97,134%. Hasil perbandingan tingkat penyimpangan dengan rata-
ratanya (koefisien variasi) yang besar yaitu 87,1% menunjukkan fluktuasi data yang cukup tinggi dari variabel DER selama periode pengamatan. Nilai TAT terendah (minimum) adalah 0,22 atau 22% dan nilai tertinggi (maximum) adalah 3,2430 atau 324,3%. Nilai rata-rata (mean) dari TAT sebesar 1,3230 atau 132,30% dengan tingkat penyimpangan (standar deviation) sebesar 0,53235 atau 53,235%. Hasil perbandingan tingkat penyimpangan dengan rataratanya (koefisien variasi) yang cenderung rendah yaitu 40,24% menunjukkan bahwa data dari variabel TAT cenderung stabil selama periode pengamatan. Nilai NPM terendah (minimum) adalah 0,00 atau 0% dan nilai tertinggi (maximum) adalah 0,55 atau 55%. Nilai rata-rata (mean) dari NPM sebesar 0,0651 atau 6,51% dengan tingkat penyimpangan (standar deviation) sebesar 0,06684 atau 6,684%. Hasil perbandingan tingkat penyimpangan dengan rataratanya (koefisien variasi) yang begitu besar yaitu 102,67% menunjukkan tingginya fluktuasi data dari variabel NPM selama periode pengamatan.
2. Pengujian Asumsi Klasik A. Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas (Data Awal) (n = 315) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
315 a,b
Most Extreme Differences
Mean
0.0000000
Std. Deviation
3.75161512
Absolute
.284
Positive
.284
Negative
-.238
Kolmogorov-Smirnov Z
5.047
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 315 data awal menunjukkan bahwa semua variabel belum menunjukkan sebagai model yang normal yang ditunjukkan dengan nilai sig Z < 0,05.
Grafik Histogram (Data Awal)
. Normal Probability Plot (Data Awal)
Analisis grafik diatas menunjukkan bahwa data tidak normal. Untuk memperoleh hasil terbaik maka dilakukan transformasi normal agar data menjadi lebih normal dengan menggunakan natural logarithm (Ln) (Ghozali, 2005).
Hasil Uji normalitas (Data setelah Transformasi Ln) (n = 199) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
199
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 1.11468609
Absolute
.059
Positive
.059
Negative
-.058
Kolmogorov-Smirnov Z
.831
Asymp. Sig. (2-tailed)
.495
a. Test distribution is Normal.
Hasil pengujian normalitas setelah Transformasi Ln menunjukkan bahwa semua variabel mencapai normal yang ditunjukkan dengan nilai sig Z > 0,05 pada observasi sebanyak 199 buah.
Grafik Histogram (Data setelah Transformasi Ln)
Grafik Plot (Data setelah Transformasi Ln)
Dari Gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik variabel berada di sekitar garis Y=X atau menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal. Dengan demikian sampel tersebut memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. B. Uji Multikolinearitas Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
Ln.WCTA
.709
1.410
Ln.DER
.577
1.733
Ln.TAT
.996
1.004
Ln.NPM
.740
1.351
1(Constant)
a. Dependent Variable: Ln.DLABA
Tolerance value > 0,1 dan VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan multikolinearitas dan dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba selama periode pengamatan.
C. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Std. Error of the Model 1
R
R Square a
.590
Adjusted R Square
.348
Estimate
.335
1.12612
Durbin-Watson 2.021
a. Predictors: (Constant), Ln.NPM, Ln.TAT, Ln.WCTA, Ln.DER b. Dependent Variable: Ln.DLABA
Hasil pengujian Durbin Watson pada Tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (Dw) adalah 2,021 sedangkan nilai du adalah 1,810. Dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi ini. Hal ini dikarenakan nilai Durbin Waston berada diantara nilai du (batas bawah) dan 4 – du = 2,190 (batas atas) yaitu 1,810
2,021
2,190.
D. Uji Heteroskedastisitas Diagram Scatter Plot
Dengan melihat grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.
Hasil Uji Glejser Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.691
.213
Ln.WCTA
.048
.053
Ln.DER
-.014
Ln.TAT Ln.NPM
Beta
T
Sig. 3.245
.001
.077
.916
.361
.078
-.016
-.174
.862
-.105
.127
-.059
-.830
.408
-.084
.051
-.136
-1.643
.102
a. Dependent Variable: AbsRes
Berdasarkan tabel diatas koefisien parameter untuk semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian tidak ada yang signifikan pada tingkat 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Analisis Regresi Berganda A. Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 Model Summary
b
Std. Error of the Model 1
R
R Square a
.590
.348
Adjusted R Square
Estimate
.335
1.12612
a. Predictors: (Constant), Ln.NPM, Ln.TAT, Ln.WCTA, Ln.DER b. Dependent Variable: Ln.DLABA
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 33,5% dan sisanya sebesar 66,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. B. Uji Statistik F
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa keempat variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikasinya yakni sebesar 0,05. Hasil Regresi Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
Df
Mean Square
Regression
131.326
4
32.832
Residual
246.020
194
1.268
Total
377.346
198
F 25.889
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), Ln.NPM, Ln.TAT, Ln.WCTA, Ln.DER b. Dependent Variable: Ln.DLABA
C. Uji Statistik t Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi t yang ditunjukkan oleh Sig dari t pada Tabel dengan tingkat signifikansi yang diambil, dalam hal ini 0,05. Jika nilai Sig dari t < 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil Regresi Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-2.511
.344
Ln.WCTA
-.042
.085
Ln.DER
.231
Ln.TAT Ln.NPM
Coefficients Beta
T
Sig.
-7.308
.000
-.034
-.496
.620
.126
.140
1.837
.068
-.624
.204
-.177
-3.054
.003
-.560
.082
-.459
-6.810
.000
a. Dependent Variable: Ln.DLABA
4. Pengujian Hipotesis A. Hipotesis 1 (H1) Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel WCTA sebesar -0,042 dengan nilai signifikansi sebesar 0,620. Tidak signifikannya WCTA menunjukkan ternyata bahwa meskipun perusahaan cukup likuid untuk pelunasan kewajiban jangka pendek dimasa depan, namun bilamana perusahaan masih memerlukan recovery terhadap kinerja yang diderita dan perlu ekspansi dimasa depan, maka kesehatan likuiditas jangka pendek belum cukup mampu untuk meningkatkan pertumbuhan laba. Pada variabel ini, tanda negatif koefisien regresinya menunjukkan bahwa WCTA yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. B. Hipotesis 2 (H2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER memiliki nilai signifikansi sebesar 0,068 dengan nilai koefisien regresi untuk variabel DER sebesar 0,231. Tidak signifikannya DER menunjukkan bahwa berdasarkan data empiris yang ada dan dari hasil penelitian yang diperoleh naik dan turunnya rasio DER tidak mempengaruhi besarnya pertumbuhan laba. Sekalipun suatu perusahaan cukup solvabel untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi perusahaan tersebut masih harus bekerja untuk memperbaiki solvabilitasnya apabila pada suatu waktu harus menghadapi kesukaran finansial. Koefisien regresi yang positif pada variabel DER menggambarkan bahwa DER yang semakin tinggi menunjukkan adanya tambahan modal sendiri. Apabila tambahan modal sendiri itu dialokasikan pada aktiva relatif lebih besar daripada tambahan utang maka kegiatan operasional perusahaan tersebut akan berjalan lancar sehingga labanya akan meningkat dan pertumbuhan labapun akan mengalami peningkatan. C. Hipotesis 3 (H3)
Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel TAT sebesar -0,624, dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,003. Variabel TAT berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba berarti naik turunnya rasio TAT berpengaruh terhadap besarnya pertumbuhan laba. Tanda negatif koefisien regresi pada variabel TAT menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan semakin besarnya rasio TAT perusahaan manufaktur maka pertumbuhan laba akan menurun. Berdasarkan hasil penelitian rasio TAT yang tinggi pada tahun sebelumnya justru akan menurunkan pertumbuhan laba perusahaan pada tahun berikutnya, hal ini dikarenakan perilaku dari rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apabila pada tahun ini rasio TAT tinggi maka perusahaan tidak perlu bekerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Namun sebaliknya, apabila rasio TAT tahun ini rendah, maka perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerjanya agar mampu meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. D. Hipotesis 4 (H4) Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel NPM sebesar -0,560 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba berarti naik turunnya rasio NPM berpengaruh terhadap besarnya pertumbuhan laba. Variabel NPM dalam penelitian ini mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa rasio NPM yang tinggi pada tahun ini justru akan menurunkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya, begitu pula sebaliknya, rasio NPM yang rendah pada tahun ini akan meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kestabilan trend laba perusahaan maka perusahaan tersebut melakukan manajemen laba, sehingga apabila laba perusahaan tahun ini naik maka perusahaan tidak perlu meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Sedangkan apabila laba perusahaan tahun ini mengalami penurunan, maka perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Seluruh variabel independen dalam penelitian ini hanya menyumbang 33,5% dari keseluruhan variabel independen yang seharusnya ada seperti terlihat pada nilai adjusted R2. Artinya masih terdapat 66,5% variabel-variabel independen lain yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah mempengaruhi pertumbuhan laba. Selain itu penelitian ini tidak dapat berlaku secara umum karena hanya dapat digeneralisasi pada objek yang diteliti dan pada periode amatan, tidak pada objek yang lain. Implikasi Kebijakan 1. Bagi investor Dengan mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel terhadap pertumbuhan laba yang dianalisis dalam penelitian ini, maka investor dapat lebih memperhatikan dalam menentukan strategi investasinya. Dimana dalam penelitian ini variabel yang berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba adalah TAT dan NPM. Karena dalam hal ini variabel TAT dan NPM berpengaruh negatif, maka para investor harus memperhatikan ketika manajemen menaikkan atau menurunkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Apabila tahun ini variabel TAT maupun NPM tinggi, maka sebaiknya investor tidak membeli saham karena pertumbuhan laba nya akan menurun pada tahun berikutnya. Begitu pula apabila terjadi sebaliknya. 2. Bagi kreditur Bagi para kreditur sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak permintaan kredit dari perusahaan, harus terlebih dahulu melihat pertumbuhan laba perusahaan tersebut pada tahun berikutnya dengan memperhatikan rasio keuangan khususnya dalam penelitian ini adalah variabel TAT dan NPM yang berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba
perusahaan
manufaktur. Apabila variabel TAT maupun NPM tinggi pada tahun ini, maka kreditur seharusnya tidak memberikan kredit kepada perusahaan tersebut karena
kurang mendapatkan jaminan dari perusahaan yang akan menurunkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Saran 1. Pada waktu yang akan datang diharapkan penelitian dapat lebih memperhatikan perilaku dari manajemen perusahaan yang memiliki kecenderungan apabila pertumbuhan laba perusahaan tinggi pada tahun ini maka perusahaan akan menurunkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. 2. Menambahkan faktor-faktor ekonomi negara secara makro seperti: tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, kebijakan pemerintah serta kondisi politik ekonomi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Angkoso, Willy. 2005. Pengaruh Debt Ratio dan Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba. Skripsi Jurusan Ekonomi UNNES. Asyik, Nur Fadjrih dan Soelistyo, 2000,”Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No. 3. Brigham, Eugene, F dan Michael C, Enhardt., 2003, Financial Management Theory and Practice 11th Edition, Thomson and SouthWestern Credit, New York, Nov./Dec., Vol.108, Iss. 10; pg. 62, 1 pgs. Chariri dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. Dennis, Michael. 2006. “Key Financial Rastios for The Credit Department”, Business. Dwi Raharja, Ivon dan Linda Kusumaning, 2005, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba dimasa yang akan Datang Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ ”, Akuntansi dan Teknologi Informasi , Vol. 4, No.2, November. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1999. Basic Econometrics. New York : Mc Graw Hill Inc. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. Hapsari, Epri Ayu. 2007. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba. Thesis Program Studi Manajemen UNDIP. Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Indarti, Iin, 2002, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Emiten di BEJ Tahun 1997-1999 ”, ASSETS, Vol.4, h. 107-120, Juni. Juliana, Roma Uly dan Sulardi, 2003, ”Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur ”, Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol. 3, No.2.
Machfoedz, Mas’ud, 1999, “Pengaruh Krisis Moneter Pada Efisiensi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 1. Meythi, 2005, “Rasio Keuangan yang paling baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XI No. 2, September. Nugroho, Augustinus Heri, dkk. 2003. “Evaluasi Terhadap Alternatif-Alternatif Penilaian Kinerja Perusahaan”. ANTISIPASI. Vol. 7, No. 2. Reksoprayitno, Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan: Analisis Rasio. Yogyakarta : Liberty. Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4, Yogyakarta : BPFE. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suprihatmi dan Wahyuddin, 2003, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kemampuan Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen Dayasaing, Vol.4, No.2. Suwarno, Agus Endro, 2004, “Manfaat Informasi Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2. Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia”, Ventura, Vol. 6 No. 3. Ou, Jane A., 1990, “The Information Content of Nonearnings Accounting Numbers as Earnings Predictors”, Journal of Acounting Research, Vol. 2, No. 1, Spring. Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2006, Jakarta. Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2007, Jakarta. Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2008, Jakarta.
Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2009, Jakarta. Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2010, Jakarta. Institute For Economic and Financial Research (ECFIN), Indonesian Capital Market Directory 2011, Jakarta.