ANALISIS LANSKAP SEKOLAH ALAM DI BOGOR SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PROSES PEMBELAJARAN
LUTFI SILVIA RENGGANIS SARI DENLI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
RINGKASAN LUTFI SILVIA RENGGANIS SARI DENLI. Analisis Lanskap Sekolah Alam Di Bogor Sebagai Alternatif Media Proses Pembelajaran. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S. ARIFIN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan, dengan pendidikan akan menciptakan manusia yang menjadi panutan. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan kondisi lingkungan yang mendukung proses belajar. Sekolah Alam salah satunya yang sedang menjadi trend pendidikan di Indonesia dimana sekolah ini menyediakan proses belajar yang didukung oleh alam atau ruang terbuka hijau. Tujuan dari penelitian iniuntuk mengidentifikasi karakter lanskap sekolah alam, mengidentifikasi setting/area yang diperlukan dalam proses belajar, dan memberikan usulan pengembangan/pengelolaan lanskap kepada pihak sekolah untuk meningkatkan pengelolaan agar dapat digunakan secara efisien, efektif, dan berkelanjutan. Karakteristik lanskap sekolah alam menunjukkan bahwa lanskap sekolah memiliki proporsi lanskap dengan persentase ruang terbuka hijau yang lebih besar dibandingkan ruang terbangun dan kegiatan yang dilakukan seperti belajar dan bermain banyak dilakukan di luar ruangan dengan memanfaatkan elemen alam yang telah tersedia atau fasilitas yang disediakan menggunakan bahan ramah lingkungan dan berbasis sumber daya lokal. Luas Sekolah Alam Bogor sebesar 0.5 ha dan Sekolah Alam Cikeas sebesar 5 ha. Perbedaan luasan ini menjadikan aktifitas siswa dikedua sekolah menjadi berbeda.
Sekolah Alam Bogor
memaksimalkan tempat yang ada sehingga aktivitas siswa menjadi tertumpuk di salah satu lokasi taman sedangkan untuk Sekolah Alam Cikeas aktivitas siswa menyebar hampir di seluruh penjuru sekolah. Proporsi ruang terbuka hijau pada Sekolah Alam Bogor memiliki persentase 67.41% dari luas area 0.5 ha dan SekolahAlam Cikeas memiliki persentase 90.93% dari luas area 5 ha. Ruang terbuka hijau merupakan wadah atau media untuk melakukan segala kegiatan yang dilakukan di luar kelas meliputi kebun, lapangan rumput, taman sekolah, elemen keras penunjang kegiatan belajar mengajar di luar kelas terdiri dari lapangan olahraga/outbound dengan beton atau aspal, area parkir, dan sirkulasi yang terbuat dari paving atau aspal. Persentase aktivitas dikedua sekolah lebih
didominasi oleh aktivitas di area terbuka dengan persentase 70% dan persentase aktivitas di ruang terbangun sebesar 30%. Vegetasi yang ditampilkan menggunakan vegetasi lokal. Vegetasi yang digunakan dikedua sekolah memiliki fungsi yang bermanfaat dan sesuai untuk kebutuhan pendidikan. Keberadaan vegetasi dikedua sekolah dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu pertama, fungsi lanskap berupa fungsi display atau estetik, fungsi screen, fungsi border, fungsi penyerap polusi dan pengontrol bunyi berada di area parker, kedua, fungsi setting untuk kegiatan kurikuler dan nonkurikuler misalnya seperti untuk outbound menyebar hampir disetiap lokasi taman dengan ciri pohon yang memiliki batang berdiameter besar dan kuat, dan ketiga fungsi bahan atau objek ajar berupa fungsi tanaman obat berada di taman obat, fungsi tanam anaromatik berada di taman aromatik, fungsi tanaman display dengan warna yang mencolok berada di taman warna, fungsi tanaman manfaat (kebutuhan sehari-hari) berada di taman manfaat, dan fungsi tanaman produksi berada di taman produksi. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar ruangan menjadikan lanskap sekolah memiliki taman dan aktivitas yang beragam dengan daya dukung yang berbeda dikedua sekolah. Luas ruang terbuka hijau yang meliputi lapangan, taman bermain dan belajar untuk Sekolah Alam Bogor seluas 3370.6 m2 dari luas keseluruhan 0.5 ha dengan jumlah murid berkisar 250 siswa. Sedangkan untuk Sekolah Alam Cikeas ruang terbuka hijau yang dimiliki seluas 4534.5 m2 dari luas keseluruhan 5 ha dengan jumlah murid 223 siswa. Dari data tersebut, didapatkan bahwa Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas memiliki daya dukung yang memadai untuk aktivitas siswa, ukuran ini dikatakan sudah memadai sehingga berpengaruh terhadap aktivitas selama disekolah yang tidak dibatasi, ruang menjadi beragam sehingga siswa mampu bereksplorasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, siswa menjadi lebih berani dan mampu bersosialisasi dengan baik antar teman sekolah. Keseluruhan aktivitas siswa berada di area luar kelas atau ruangan yang diperuntukkan untuk belajar dan bermain dengan disediakannya fasilitas pendukung seperti taman bertema,kebun, dan lapangan. Setting yang banyak digunakan dalam aktivitas belajar siswa yaitu lokasi taman bertema dan area yang teduh dengan pepohonan. Setting untuk bermain terdapat fasilitas untuk bermain
dan dibedakan kedalam kelompok usia. Biasanya area bermain yang sudah disediakan fasilitasnya, berdekatan dengan kelas I sampai III. Aktivitas yang banyak ditemui di area luar (ruang terbuka hijau) berupa kegiatan belajar, dan outbound atau olahraga, berjalan, dan bermain. Sedangkan aktivitas yang jarang ditemui berupa aktivitas makan. Setting waktu pada pagi hari di Sekolah Alam Bogor lebih banyak ditemui aktivitas siswa yang berada di area penerimaan dan pada siang hari aktivitas siswa berada di area edukasi. Sedangkan setting waktu untuk Sekolah Alam Cikeas pada pagi hari berada di area penerimaan dan siang hari hampir menyebar di seluruh area sekolah. Setting belajar diskusi seperti ampiteater memililiki layout terbuka difasilitasi oleh tempat duduk dan dikelilingi pepohonan memiliki luas kisaran 500 m2 dengan daya dukung siswa sebanyak 150 siswa. Setting outbound untuk olahraga dan kegiatan outbound memiliki layout ruang terbuka menyerupai alam dengan keselilingan area yang teduh dan difasilitasi sarana outbound atau olahraga. Luas lahan kisaran untuk area olahraga disesuaikan dengan standar area olahraga dinas pendidikan. Setting praktikum (taman tematik) memiliki layout dengan fasilitas yang disesuaikan dengan tema taman. Penentuan efektivitas fungsi lanskap/setting Sekolah Alam sebagai media pembelajaran lingkungan di Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Setelah disesuaikan pada matriks IE (Internal – Eksternal) pertemuan antara hasil skor faktor internal (IFE- Internal Factor Evaluation) dan hasil skor eksternal (EFE- External Factor Evaluation) berada pada kuadran V untuk SAB, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold and maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan kualitas lanskap dan meningkatkan pengelolaan lanskap SAB. SAC berada di kuadran IV menunjukkan bahwa analisis lanskap SAC berada pada posisi grow and build. Strategi yang sesuai adalah seperti pengembangan produk, dalam hal ini meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap Sekolah Alam dan membangun karakteristik lanskap yang sesuai dengan aktivitas yang ada di sekolah alam dapat dilakukan berupa pengurangan desain atau material yang modern. Kata Kunci: Behaviour Setting, Ruang terbuka hijau, Sekolah Alam, SWOT
ANALISIS LANSKAP SEKOLAH ALAM DI BOGOR SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PROSES PEMBELAJARAN
LUTFI SILVIA RENGGANIS SARI DENLI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Lanskap Sekolah Alam Di Bogor Sebagai Alternatif Media Proses Pembelajaran” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Maret 2013 Lutfi Silvia Rengganis S.D A44080057
© Hak cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Judul
: Analisis Lanskap Sekolah Alam Di Bogor Sebagai Alternatif Media Proses Pembelajaran
Nama
: Lutfi Silvia Rengganis Sari Denli
NRP
: A44080057
Departemen. : Arsitektur Lanskap
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati H.S.Arifin, M.Sc. NIP. 19620121 198601 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal disetujui:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Judul dari penelitian ini adalah Analisis Lanskap Sekolah Alam Di Bogor Sebagai Alternatif Media Proses Pembelajaran yang merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, 2. Dr. Ir. Afra D.N. Makalew, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan di Arsitektur Lanskap IPB, 3. Pihak Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, 4. Ibu Kunti, Direktur Sekolah Alam Cikeas yang telah membantu selamap enelitian, 5. Enjoyment Akbar Siregar, Ndaru Laksono, Andre Sutjibto, Dian Permata, dan teman-teman ARL 45 lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu dan memberi semangat, 6. Drs. Dendi Suwardi dan Lita Nurlalita S. Pd. selaku orang tua. Serta Clara Tresna DSD dan Grelzetcya GMD, selaku kaka dan adik saya yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Penulis terbuka dalam menerima masukan, kritik dan saran demi peningkatan kemampuan penulis diwaktu yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Maret 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 11 April 1991 Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Dendi Suwardi dan Lita Nurlalita S. Pd. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996 di SDN Simpangan Utara Cikarang, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cikarang Utara diselesaikan pada tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalankan studi di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kepanitiaan acara di kampus. Selain itu, penulis aktif dalam organisasi Gentra Kaheman dan pernah menjadi asisten mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah dan Pelestarian Lanskap Sejarah Budaya di Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2012.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2
Tujuan ............................................................................................ 2
1.3
Manfaat .......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4 2.1
Analisis Lanskap ............................................................................ 4
2.2
Pembelajaran dan Lingkungan ....................................................... 4
2.3
Sekolah Alam ................................................................................ 5
2.4
Lanskap Sekolah ............................................................................ 5
2.5
Behaviour Setting ........................................................................... 6
2.6
Pengelolaan Lanskap . .................................................................... 7
BAB III. METODOLOGI ................................................................................... 8 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 8
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................... 9
3.3
Metode Penelitian........................................................................... 9
3.4
Tahap Penelitian ............................................................................. 9 3.4.1 Persiapan . ............................................................................. 9 3.4.2 Inventarisasi . ........................................................................ 9 3.4.3 Analisis ............................................................................... 10 3.4.4 Sintesis ................................................................................ 17
BAB IV. HASIL.................................................................................................. 18 4.1
Sejarah dan Tujuan Pendidikan Sekolah ...................................... 18
4.2
Teknis Kurikulum dan Keterangan Sekolah ................................ 19
4.2.1 Visi dan Misi Sekolah. ....................................................... 19 4.2.2 Konsep Pendidikan Sekolah Alam ..................................... 19 4.2.3 Kurikulum Sekolah ............................................................ 21 4.3
Kondisi Umum Lanskap .............................................................. 22 4.3.1 Letak Geografis ................................................................. 22 4.3.2 Aksesibilitas ...................................................................... 22 4.3.3 Iklim .................................................................................. 24
4.4
4.5
4.6
Kondisi Tapak .............................................................................. 25 4.4.1
Sekolah Alam Bogor ........................................................ 25
4.4.2
Sekolah Alam Cikeas ....................................................... 29
4.4.3
Vegetasi ............................................................................ 34
4.4.4
Konsep Ruang Terbuka Hijau .......................................... 37
Pengguna ...................................................................................... 39 4.5.1
Karakteristik Pengguna .................................................... 39
4.5.2
Aktivitas ........................................................................... 39
4.5.3
Persepsi dan Keinginan Pengguna ................................... 40
4.5.4
Keamanan dan Kesehatan ................................................ 41
Pengelolaan Lanskap .................................................................... 42
4.7 Setting Aktivitas ............................................................................ 44
BAB V. PEMBAHASAN
............................................................................. 56
5.1 Analisis Karakteristik Lanskap Sekolah . ..................................... 56 5.1.1 Kondisi Tapak .................................................................... 56 5.1.2 Pengelolaan Lanskap .......................................................... 72 5.2
Analisis Setting Aktivitas ............................................................ 83
5.3
Analisis SWOT . .......................................................................... 93 5.3.1 Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman........................................................ 93 5.3.2 Penilaian Faktor Internal dan Eksterna ............................. 95 5.3.3 Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal factor Evaluation (EFE) ....................... 96 5.3.4 Matriks SWOT ................................................................. 100
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 105 6.1 Simpulan ...................................................................................... 105 6.2 Saran ............................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107
LAMPIRAN ...................................................................................................... 110
DAFTAR TABEL
1. Data Yang Diperlukan ................................................................................... 10 2. Analisis Kualitas Lanskap ............................................................................. 11 3. Setting Different Park .................................................................................... 12 4. Ragam Aktivitas ............................................................................................ 13 5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal. ............................................ 14 6. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal. ......................................... 15 7. Matriks SWOT ……………………………………………… ...................... 16 8. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT ................... 17 9. Kelembaban Udara Kawasan SAB dan SAC ................................................ 24 10. Suhu Udara Kawasan Kawasan SAB dan SAC ........................................... 25 11. Fasilitas Pendukung Kegiatan ..................................................................... 26 12. Persentase Kategori Vegetasi Beserta Fungsinya ........................................ 34 13. Indikator Penghijauan Area Bermain SAB dan SAC. ................................. 38 14. Pembagian Kerja Pemeliharaan Sekolah Alam Cikeas ................................ 43 15. Penggunaan Ruang dan Aktivitas ................................................................ 45 16. Intensitas Relatif Tingkat Umur Berdasarkan Lokasi Taman SAB ............. 47 17. Intensitas Relatif Tingkat Umur Berdasarkan Lokasi Taman SAC ............. 48 18. Intensitas Relatif Aktivitas Berdasarkan Ragam Aktivitas .......................... 49 19. Contoh Aktivitas Sekolah Alam Bogor........................................................ 50 20. Contoh Aktivitas Sekolah Alam Cikeas ....................................................... 53 21. Lankap Sekitar SAB dan Dampaknya ......................................................... 61 22. Lankap Sekitar SAC dan Dampaknya ......................................................... 63 23. Luas Ruang Terbuka Hijau dan Daya Dukung ............................................ 69 24. Teknik Pemeliharaan .................................................................................... 75 25. Jadwal Rutin Pemeliharaan Sekolah Alam Bogor ....................................... 80 26. Jadwal Rutin Pemeliharaan Sekolah Alam Cikeas ...................................... 80 27. Masa Efektif Penggunaan Peralatan Pemeliharaan Lanskap ....................... 82 28. Analisis Kualitas Lanskap ............................................................................ 82 29. Penjelasan Singkat Fenomena Behaviour Setting pada Tiap Ragam Aktivitas ........................................................................................... 84
30. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Sekolah Alam Bogor ........................ 95 31. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Sekolah Alam Cikeas ....................... 95 32. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Sekolah Alam Bogor ..................... 96 33. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Sekolah Alam Cikeas .................... 96 34. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Analisis Lanskap SAB .............. 96 35. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Analisis Lanskap SAC .............. 97 36. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Analisis Lanskap SAB ........... 97 37. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Analisis Lanskap SAC ............ 97 38. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis Lanskap SAB .............. 97 39. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis Lanskap SAC .............. 98 40. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis Lanskap SAB .......... 98 41. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis Lanskap SAC .......... 98 42. Matriks SWOT ............................................................................................. 100 43. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Sekolah Alam ..................................................................... 101
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................
8
2. Orientasi Strategi berdasarkan matriks IE....................................................
16
3. Akses Sekolah Alam Bogor .........................................................................
23
4. Akses Sekolah Alam Cikeas ........................................................................
24
5. Layout Sekolah Alam Bogor ........................................................................
30
6. Layout Sekolah Alam Cikeas .......................................................................
33
7. Vegetasi SAB ...............................................................................................
36
8. Vegetasi SAC ...............................................................................................
36
9. Hubungan Antara Lokasi Taman dan Tingkat Umur SAB ..........................
46
10. Hubungan Antara Lokasi Taman dan Tingkat Umur SAC ........................
47
11. Hubungan Antara Lokasi Taman dengan Ragam Aktivitas SAB. .............
49
12. Hubungan Antara Lokasi Taman dengan Ragam Aktivitas SAC. .............
49
13. Pembagian Ruang SAB .............................................................................
67
14. Pembagian Ruang SAC . ............................................................................
68
15. Behaviour Mapping Different Park Will Atrtract Different People Sentra Sore SAB . ..........................................................................
87
16. Behaviour Mapping Different Park Will Atrtract Different People Sentra Sore SAB . ..........................................................................
88
17. Behaviour Mapping Different Park Will Atrtract Different People Sentra Pagi SAC ............................................................................
89
18. Behaviour Mapping Different Park Will Atrtract Different People Sentra Sore SAC . ...........................................................................
90
19. Pemetaan Skor IFE dan EFE SAB. ............................................................
99
20. Pemetaan Skor IFE dan EFE SAC. ............................................................
99
DAFTAR LAMPIRAN 1. Formulir Pembobotan Faktor Internal …. ..................................................... 111 2. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal…. ................................................... 111 3. Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks(IFE) dan (EFE) … ....................... 112 4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE)....................................... 112 5. Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE)..................................... 112 6. Jenis, Nama, Jumlah, Fungsi, dan Fungsi Vegetasi di Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas........................................... 113 7. Daftar Ceklist Ketersediaan, Kebersihan dan Kerapihan Area ...................... 120
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah Indonesia. Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional (No.20/2003) dan Amandemen Konstitusi III menekankan bahwa semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, bahwa pemerintah wajib untuk membiayai pendidikan dasar tanpa biaya, dan bahwa pemerintah diberi mandat untuk mengalokasikan 20% dari pengeluarannya untuk pendidikan. Sistem sekolah Indonesia sangatlah luas dan bervariasi. Dengan lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag). Sekolah swasta pun memainkan peran penting. Walaupun hanya 7 persen sekolah dasar merupakan sekolah swasta, porsi ini meningkat menjadi 56 persen di tingkat menengah pertama dan 67 persen di tingkat menengah umum. Proses terpenting dalam kehidupan adalah pendidikan. Dengan pendidikan, terjadi proses perubahan kompetensi dan kemampuan sehingga didapatkan manusia yang mampu menjadi panutan (Mizwaruddin, 2010). Agar proses pendidikan dapat berlangsung maksimal, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa proses tersebut haruslah mampu membangkitkan peran serta anak didik dengan memperhatikan kondisi proses belajar yang dipengaruhi oleh kondisi lanskap sekolah. Sekarang ini timbul kecenderungan lingkungan sekolah yang artifisial
dengan
kurang
memperhatikaan
lanskap
sekolah
yang
dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dan siswa yang bersifat egois. Berangkat dari keprihatinan akan kondisi pengetahuan dan wawasan anak-anak tentang alam, kini banyak berbagai sarana baru ditawarkan sekolah-sekolah yang menamakan dirinya ’Sekolah Alam’. 1
Alam merupakan sumber pengetahuan yang berlimpah, luas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat memberikan berbagai ilmu. Sedari dulu kita belajar dari alam, namun terkadang kita tidak menyadarinya. Konsep menjaga lingkungan untuk masa depan dan mempertahankan cadangan air dan penghijauan dilakukan dengan memberi makna yang mendalam kepada peserta didik untuk menanam, merawat dan melestarikan pepohonan. Pada sekolah alam, lanskap sekolah adalah jantung sekolah alam yang didesain sedemikan rupa sehingga tata ruang yang diterapkan tetap menjaga lingkungan, menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni dengan alam. Sekolah Alam sekarang ini banyak diminati orang tua sebagai tempat sekolah anaknya karena sekolah ini menerapkan sistem perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan. Perubahan itu mencakup perubahan sistem, metoda, dan target pembelajaran, serta perubahan paradigma pendidikan secara menyeluruh yang bertujuan dan mengarahkan untuk perbaikan mutu dan hasil akhir proses pendidikan itu sendiri (Agus Thohir, 2010). Kota-kota di Indonesia sedang merencanakan berbagai macam sistem pendidikan yang terbaik, diantaranya Sekolah Alam Bogor dan di Kabupaten Bogor dengan Sekolah Alam Cikeas. Kedua sekolah ini dijadikan sebagai objek penelitian dikarenakan dari segi luasan yang cukup berbeda jauh dan untuk melihat apakah dari luasan yang berbeda akan memberikan aktivitas yang berbeda atau sama dalam kegiatan pembelajaran. Kaitannya dengan keberadaan Sekolah Alam, peranan lanskap menjadi hal penting. Untuk mengetahui seberapa besar dan penting pemanfaatan lanskap dalam kegiatan pembelajaran, maka dilakukan analisislanskap sekolah dengan memperhatikan karakteristik Sekolah Alam dan setting aktivitas untuk menunjang kegiatan pendidikan guna mengoptimalkan suatu pembelajaran yang efektif melalui lanskap sekolah dengan mewujudkan pemenuhan nilai lanskap. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.
mengidentifikasi karakter lanskap sekolah alam;
2.
mengidentifikasi setting/area yang diperlukan dalam proses belajar;
2
3.
memberikan usulan pengembangan/pengelolaan lanskap kepada pihak sekolah untuk meningkatkan pengelolaan agar dapat digunakan secara efisien, efektif, dan berkelanjutan.
1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya: 1. memberikan informasi tentang kondisi dan analisis lanskap Sekolah Alam; 2. masukan tentang pengembangan dan rencana pengelolaan lanskap sekolah (Sekolah Alam).
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Lanskap Analisis Lanskap merupakan suatu identifikasi komponen-komponen lanskap berupa objek hidup maupun tidak hidup yang saling berhubungan untuk menggali potensi sumberdaya alam yang berkelanjutan (Pettit, Cartwright, Bishop, Lowell, Pullar, Duncan, 2008). Karya arsitektur lanskap yang baik dan bernilai tinggi yaitu apabila tapak yang direncanakan adalah fungsional dan estetis serta mendukung keberadaan dan kelestarian kondisi lingkungan yang disertai kesejahteraan dan kenyamanan pemakainya. Sesuai prinsip dasar ilmu Arsitektur Lanskap, bagaimana mengorganisasi suatu ruang dengan elemennya agar secara fungsional berdaya guna dan secara estetika bernilai indah. Prinsip sederhana ini bermuara pada perpaduan nilai fungsional dan estetika. 2.2 Pembelajaran dan Lingkungan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun (Joesafira, 2010). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsurunsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan 4
dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan yang ada di sekitar anak-anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas (Dumyati, 2012). 2.3 Sekolah Alam Menurut Djuwita (2010), Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Secara langsung memanfaatkan alam sebagi media belajar dan dengan konsep ruang belajar yang ramah lingkungan. Anak-anak dibebaskan berekspresi, tanpa dibatasi sekat-sekat dinding dan berbagai aturan yang mengekang rasa ingin tahu mereka, juga membatasi interaksi mereka dengan kehidupan yang sebenarnya. Sebagai sekolah alternatif, Sekolah Alam berbeda dengan kebanyakan sekolah konvensional, alamlah yang mengelilingi mereka, bukan tembok beton. Sekolah berbasis alam mengindikasikan satu hal kegiatan belajar dilakukan dengan memaksimalkan eksplorasi terhadap alam lingkungan sekitar. Itulah mengapa sebagian besar aktivitas dilakukan di luar ruang. 2.4 Lanskap Sekolah Lanskap merupakan wajah dan karakter lahan/tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami, atau keduanya, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Zonneveld (1979) lanskap adalah ruang yang terdapat di permukaan bumi yang terdiri dari sistem yang kompleks, terbentuk dari aktifitas
5
batuan, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia serta melalui fisiognominya membentuk suatu kesatuan yang dapat dikenali (diidentifikasi). Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Menurut Dinas Pekerjaan Umum (2002) Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan guru mengajar dan murid belajar. 2.5 Behaviour Setting Berkembangnya ilmu pengetahuan yang kompleks maka perilaku manusia semakin diperhitungkan dalam ruang arsitektural. Dalam hal ini karakteristik pendekatan psikologi lingkungan terhadap perilaku dan setting fisik yang berpengaruh terhadap ruang arsitektural. Perhatian utama tentang perilaku manusia adalah pada hubungan antar manusia terhadap lingkungan fisik yang dibuat oleh manusia sendiri. Kehidupan, manusia telah banyak merubah wajah bumi dan alam bebas dimana mereka berada. Perilaku sendiri mempunyai maksud tertentu dalam suatu setting sosial yang kompleks. Setting fisik bukan merupakan ruang yang sederhana sebagai ruangan fisik semata. Setting itu sedemikian terencananya dan sudah dicanangkan untuk dapat melayani obyek yang berada di dalamnya. Perilaku individu yang menggunakannya dalam hubungan sosial menunjukkan guna/fungsi dari ruang itu sekaligus menunjukkan bagaimana cara menggunakannya dan apa yang tak mungkin dapat dilakukan di ruang tersebut. Perilaku adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang terjadi karena adanya stimulus dari lingkungannya. Perilaku merupakan tahapan penyambung dalam interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah umur, tingkat sosial, jenis kelamin dan kultur (Porteous, 1977). Setting adalah lokasi-lokasi pada tapak tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Setting ini diharapkan dapat mewakili konteks waktu, kegiatan, dan lokasi sehingga data yang diperoleh tidak distortif. Behaviour setting adalah suatu kombinasi yang stabil antara perilaku dan lingkungan fisik. Behaviour setting memiliki syarat-syarat yaitu adanya perulangan pola perilaku, adanya lingkungan fisik yang spesifik, adanya periode waktu tertentu, dan adanya hubungan yang seimbang antara perilaku dan lingkungan fisiknya (Porteous, 1977). 6
2.6 Pengelolaan Lanskap Pengelolaan merupakan salah satu bagian penting dari proses perencanaan dan pembuatan suatu pekerjaan lanskap. Baik buruknya pengelolaan ini mempengaruhi keberlanjutan lanskap yang dibuat. Untuk menjaga desain dan fungsi maka pengelolaan lanskap atau taman tak dapat dipisahkan. Dalam proses pengelolaan, desain awal berupa gambar atau denah yang menyajikan secara detail elemen lanskap yang digunakan perlu disimpan dengan baik. Hal ini penting karena dalam pengerjaan pengelolaan, desain awal inilah yang dijadikan dasar dalam pengerjaan pemeliharaan sehingga tujuan dan tema awal lanskap tersebut dibuat dapat terjaga. Pengelolaan
merupakan
upaya
manusia
untuk
mendayagunakan,
memelihara, dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya (Arifin, Arifin, 2005). Analisis pengelolaan lanskap Sekolah alam ini dianalisis agar tetap sesuai pada fungsinya sehingga keindahan dan kenyamanan dari sekolah alam tetap terjaga.
7
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Sekolah Alam Bogor (SAB) di sekitar Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara dengan batas wilayah bagian Utara Kecamatan Sukaraja. Bagian Barat adalah Kali Ciliwung Kelurahan Tanah Sareal, Kedung Badak Kecamatan Tanah Sareal. Bagian Timur Kelurahan Katulampa dan Bagian Selatan adalah Kecamatan Bogor Tengah.Sekolah Alam Cikeas (SAC) di sekitar Nagrak, Gunung Putri Bogor Jawa Barat. Wilayah ini berbatasan dengan Kota Bekasi di sebelah Utara, Kota Depok di sebelah Barat, Cileungsi di sebelah Timur dan Citereup di sebelah Selatan. Kegiatan penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2012 atau selama 5 (lima) bulan.
Peta Kota Bogor (Tanpa Skala)
Peta Sekolah Alam Bogor
Peta Sekolah Alam Cikeas
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala (Sumber: Google Earth) 8
3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Meteran 2. Kamera digital 3. GPS 4. Komputer untuk mengolah data dan gambar seperti Skechup, Adobe Photoshop CS5, AutoCAD 2011, dan sebagainya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Peta 2. Data biofisik, fisik, sosial, aktivitas dan teknis Sekolah Alam, dan 3. Kuisioner
3.3 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observatif yang dilakukan pada Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas. Analisis dilakukan dengan metode analisis lanskap sekolah, analisis setting aktivitas, dan analisis SWOT dengan output usulan rencana pengelolaan.
3.4 Tahapan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari tahapan proses penelitian, yaitu tahap persiapan, inventarisasi data, analisis, dan sintesis. 3.4.1 Persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan yang meliputi pembuatan usulan studi, penentuan lokasi, permohonan izin mengadakan penelitian di lokasi, pembuatan daftar isian data biofisik dan aktivitas, daftar pertanyaan dalam kuisioner, daftar peta, daftar peralatan yang dibutuhkan, dan penyusunan jadwal survei. 3.4.2 Inventarisasi atau Pengumpulan Data Pelaksanaan survei dilakukan dengan observasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginventarisasi kondisi biofisik, fisik dan perilaku (aktivitas) pada lanskap sekolah. Pencarian data sekunder diperoleh dari dokumen/informasi sekolah yang bersangkutan, dinas yang terkait dan penelusuran pustaka (Tabel 1).
9
Tabel 1. Data Yang Diperlukan Jenis Data
Bentuk Data
Cara Pengambilan
Aspek Administratif
Pendirian Lokasi Kurikulum
Sekunder Primer, Sekunder Sekunder
Aspek Lanskap
Lokasi/Luas Akses Land cover Vegetasi Iklim Desain Fasilitas Jumlah masyarakat sekolah Karakteristik Pengguna Aktivitas Jumlah Jam Belajar Keinginan User Sistem Tenaga
Primer, Sekunder Primer Primer Primer Sekunder Primer Primer Primer
Survei, URL Survei, URL URL Studi Pustaka Survei, Studi Pustaka Survei Survei Survei Studi Pustaka Survei Survei Wawancara
Primer
Survei
Primer, Sekunder Primer Primer Primer, Sekunder Primer
Survei, Wawancara Kuisioner Survei Survei, Wawancara Survei
Aspek Sosial
Aspek Pengelolaan
Pengumpulan data primer melalui wawancara dilakukan kepada pengelola sekolah sedangkan kuisioner diberikan kepada siswa kelas IV-VI untuk mengetahui persepsi penilaian yang akan diberikan terhadap aspek kualitas fungsional dan kualitas estetika. Pencarian data sekunder dilakukan untuk mendukung studi penelitian ini. Kondisi umum sekolah meliputi kriteria, standar dan persyaratan yang berhubungan dengan lanskap sekolah terutama lanskap Sekolah Alam sebagai pembanding dengan kondisi di lapang. Selain itu data sekunder lainnya dapat diperoleh dari sekolah yang bersangkutan, dan penelusuran pustaka. 3.4.3 Analisis Pelaksanaan analisis dilakukan dengan pengolahan data secara sistematis dari data yang telah terkumpul di lokasi penelitian. Analisis dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Analisis lanskap untuk mengetahui karakteristik lanskap sekolah secara deskriptif; Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan karakter pendukung lanskap sekolah yang ada di kedua sekolah. Karakter lanskap yang ada dijadikan sebagai kriteria pembanding untuk mengetahui karakteristik lanskap sekolah alam 10
yang dijadikan sebagai media pembelajaran lingkungan. Hasil dari analisis ini berupa tabel pembanding karakter antara kedua sekolah (Tabel 2). Tabel 2. Analisis Kualitas Lanskap No. Kriteria 1 2 dst.
SAB
SAC
2. Analisis aspek sosial aktivitas sehingga diketahui karakter dan pemanfaatan ruang dari pengguna dan pengelola sekolah alam secara deskriptif dan spasial. Pengambilan data yang ditentukan dengan rancangan yang dibuat sebagai berikut: a. membagi waktu penelitian (membagi dua periode waktu yaitu pagi dan sore hari dengan masing-masing periode waktu terdiri dari lima kali ulangan), b. membagi taman berdasarkan letak menjadi setting taman. Untuk prosedur pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada hari sekolah sebanyak lima hari. Waktu pagi ditentukan pada pukul 07.00-11.30 dan waktu sore pada pukul 11.30-16.00. Hasil dari pengolahan data behavior setting, dapat diterjemahkan secara visual dan sederhana kedalam bentuk behavior mapping. Pemetaan yang dilakukan adalah teknis place centered mapping. Ittelson (Setiawan dan Haryadi, 1995) menjelaskan langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sketsa setting meliputi seluruh unsur fisik yang diperkirakan akan mempengaruhi perilaku pengguna tersebut, peneliti dapat menggunakan peta dasar yang telah didapat sebelumnya. Langkah berikutnya membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol atau tanda sketsa bagi setiap perilaku, kemudian dalam kurun waktu tertentu peneliti mencatat berbagai perilaku. Behaviour Mapping dibagi menjadi dua yaitu, 1. Different Park Will Attract Different People (taman yang berbeda akan menarik user yang berbeda), masing-masing komponennya diuraikan menjadi (Tabel 3), a. Different park dibagi berdasarkan: Lokasi, yaitu sentra pagi (SP) dan sentra sore (SS) 11
Tabel 3. Setting Different Park Setting Sentra Pagi Taman Berdasarkan SAB: Data taman 1 (taman Lokasi penerimaan) Data taman 2 dan 3 ( taman obat dan taman sentral) Data taman 4-6 (taman A to Z, taman warna, dan taman panca indera) SAC: Data taman 1 (taman penerimaan) Data taman 2 dan 3 (taman produksi dan taman jam) Data taman 4-7, dan 9 (taman daur ulang, taman outbound, taman taman warna, taman sentral, dan ampiteater) Data taman 8 (Taman manfaat)
Sentra Sore SAB: Data taman 1 (taman penerimaan) Data taman 2 dan 3 ( taman obat dan taman sentral) Data taman 4-6 (taman A to Z, taman warna, dan taman panca indera) SAC: Data taman 1 (taman penerimaan) Data taman 2 dan 3 (taman produksi dan taman jam) Data taman 4-7, dan 9 (taman daur ulang, taman outbound, taman taman warna, taman sentral, dan ampiteater) Data taman 8 (Taman manfaat)
b. Different user digolongkan dalam tingkatan umur yaitu umur A. 7 tahun – 9 tahun (kelas I – III Sekolah Dasar), B. 10 tahun – 12 tahun (kelas IV – VI Sekolah Dasar), dan C. Pegawai sekolah (Dewasa). Dalam katagori ini dibuat simbol atau tanda yang nantinya akan diplot pada peta. 2. Diffferent park will generate different activity (taman yang berbeda akan menggerakkan aktivitas yang berbeda), masing-masing komponennya diuraikan menjadi, 1. Different park dibagi berdasarkan Lokasi, yaitu sentra pagi (SP) dan sentra sore (SS) 2. Different activity dibedakan kedalam ragam aktivitas yang dilakukan pada saat pengamatan. Terdapat 11 aktivitas yang berlangsung seperti 1. Belajar 2. Duduk 3. Berdiri 4. Berjalan 5. Berlari 6. Bermain 7. Memanjat 8. Berbincang 9. Jongkok 10. Outbound/olahraga 11.Makan (Tabel 4). 12
Tabel 4. Ragam Aktivitas Katagori Perbandingan
Simbol (angka)
Keterangan
Ragam aktivitas
1
Belajar
2
Duduk
3
Berdiri
4
Berjalan
5
Berlari
6
Bermain
7
Memanjat
8
Berbincang
9
Jongkok
10
Outbound / olahraga
11
Makan
3. Analisis SWOT untuk mengetahui pengembangan atau pengelolaan berikutnya. Analisis efektivitas fungsi lanskap/setting analisis secara SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities and Threats) (Rangkuti, 1997) dengan melihat faktor Internal dan eksternal yang mempengaruhi atau tergantung dari kepentingan dan permasalahan tapak. Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah: 1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, 2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, 3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada, dan 4. WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
13
Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut: a) Analisis penilaian faktor Internal dan faktor eksternal b) Penentuan bobot setiap variabel c) Penentuan peringkat (rating) d) Penyusunan alternatif strategi e) Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor Internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 1997). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi untuk pengelolaan Sekolah Alam. b. Penentuan Bobot Setiap Variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor Internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor Internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 5 dan Tabel 6). Tabel 5.Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal Simbol Faktor kekuatan (strength) Tingkat kepentingan S1 Kekuatan yang sangat besar S2 Kekuatan yang besar S3 Kekuatan yang sedang Sn Simbol Faktor kelemahan (weakness) Tingkat kepentingan W1 Kelemahan yang tidak berarti W2 Kelemahan yang kurang berarti W3 Kelemahan yang cukup berarti Wn
14
Tabel 6. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol O1 O2 O3 On Simbol T1 T2 T3 Tn
Faktor peluang (opportunity)
Tingkat kepentingan Peluang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang yang sedang
Faktor ancaman (threats)
Tingkat kepentingan Acaman yang besar Ancaman yang sedang Ancaman yang kecil
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Lampiran 1 dan Lampiran 2). c. Penentuan peringkat (rating) Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki Sekolah Alam. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan (Lampiran 3). Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi Internal lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan kondisi Internal kuat, Demikian juga total pembobotan EFE, jika dibawah 2,5 menyatakan bahwakondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 1997) (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Setelah pembobotan dan pemberian rating maka didapatkan skor pada faktor internal dan eksternal, tahap selanjutnya adalah pemetaan pada matriks internaleksternal. Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui orientasi strategi yang akan diterapkan. Pemetaan dibagi menjadi sembilan kolom yang kemudian tiga kolom utama yang terdiri dari kolom I, II, dan IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun (growth and build); kolom III, V dan VII untuk strategi yang mempertahankan dan pelihara (hold and maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX 15
untuk strategi panen dan devesitas (harvest and divest) (Rangkuti, 1997) (Gambar 2).
Gambar 2. Orientasi Strategi berdasarkan matriks IE (Sumber: David, yang disitasi Rangkuti) d. Penentuan Alternatif Strategi Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 7). Tabel 7. Matriks SWOT Eksternal Internal
Strenght
Weakness
Opportunity
Threats
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan kelemahan
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Sumber: Rangkuti, 1997
e. Penentuan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 8). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dimana strategi akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan 16
peluang (opportunity) serta meminimumkan ancaman (threat) dan kelemahan (weakness). Tabel 8. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Alternatif Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Strategi SO1 SO2 Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk SO3 mengambil kesempatan yang ada …. Son WO1 Mendapatkan keuntungan dari kesempatan WO2 yang ada untuk mengatasi kelemahanWO3 kelemahan ….. Won ST1 ST2 Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk ST3 mengatasi ancaman yang dihadapi ….. STn WT1 WT2 Meminimumkan kelemahan dan WT3 menghindari ancaman yang ada …… WTn
Rank
3.4.4 Sintesis Hasil analisis SWOT dan deskriptif maka tahapan selanjutnya adalah perumusan rekomendasi untuk menghasilkan usulan pengembangan/pengelolaan lanskap kepada pihak sekolah untuk meningkatkan pengelolaan agar dapat digunakan secara efisien, efektif, dan berkelanjutan.
17
BAB IV HASIL
4.1 Sejarah dan Tujuan Pendidikan Sekolah A. Sekolah Alam Bogor Sekolah Alam Bogor didirikan oleh Yayasan Progres Insani pada tahun 2002. Pada awalnya sekolah ini bernama TK Alam Lembah Parigi dan hanya membuka layanan pendidikan program Taman Kanak-Kanak dan Kelompok Bermain (Playgroup). Lokasi sekolah terletak di Jalan Arzimar II No. 16B Kelurahan Tegalgundil Kota Bogor. Tahun 2004, seiring dengan pertumbuhan sekolah, lokasi sekolah dipindahkan ke lokasi baru seluas 5000 m2 atau 0.5 ha yang terletak di Jalan Pangeran Ash-Shogiri 150 Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor. Nama sekolah diubah menjadi Sekolah Alam Bogor (SAB), dengan penambahan layanan program pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Sekolah Alam Bogor memperoleh ijin operasional dari Dinas Pendididikan Kota Bogor pada tahun 2005 dan terakreditasi pada tahun 2008. Tahun ajaran 2012 total siswa di Sekolah Alam Bogor tercatat sebanyak 250 siswa untuk level Sekolah Dasar. B. Sekolah Alam Cikeas Sekolah Alam Cikeas (SAC) berdiri pada tahun 2005 dibawah payung hukum Yayasan Kepedulian Puri Cikeas, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan kemanusiaan. Yayasan Puri Cikeas dipimpin oleh Drs. Suratto Siswodihardjo (Ketua Umum), Ir. Eri Purnomohadi (Sekretaris Jendral), dan Ir. Hendra Utama Tahir (Ketua Bidang Pendidikan). Sekolah Alam Cikeas pertama kali berdiri dengan diprakasai oleh Bapak Lendo Nuvo yang mendirikan sekolah ini di Komplek Puri Cikeas Jl. Letda Natsir, Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Bogor. Pada awalnya sekolah ini mempunyai luasan sebanyak + 2 ha dan sekarang bertambah menjadi + 5 ha yang rencananya akan dibuat Cikeas Botanical Garden.
18
Manajemen Sekolah Alam dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdiri dari Kepala Sekolah, fasilitator kelas, fasilitator IT, fasilitator Audio Visual, fasilitator Greenlab, fasilitator perpustakaan, dan fasilitator Agama.
b.
Operasional Tim operasional dibentuk sebagai penunjang KBM, dengan penekanan pada pengelolaan fasilitas yang terdapat di Sekolah Alam Cikeas agar berfungsi optimal.
4.2 Teknis Kurikulum dan Keterangan Sekolah 4.2.1 Visi dan Misi Sekolah Kedua Sekolah yang diamati memiliki Visi dan Misi yang berbeda.Visi dan Misi dari masing-masing sekolah disesuaikan dengan konsep sekolah. Untuk Visi dan Misi kedua sekolah, dapat dijelaskan sebagai berikut: A.
Sekolah Alam Bogor Sekolah Alam Bogor memiliki visi menjadi sekolah percontohan tingkat
nasional yang menerapkan pembelajaran berbasis alam dan potensi lokal. Misi SAB yaitu menyiapkan generasi pemimpin peradaban dan membangun komunitas pembelajar. B.
Sekolah Alam Cikeas Sekolah Alam Cikeas memiliki visi menjadi sekolah terdepan yang
mencetak generasi pemimpin berkarakter. Misi SAC membangun sistem pendidikan berbasis alam dengan kualitas pembelajaran berstandar internasional sekaligus
melakukan
konservasi
alam
di
lingkungan
sekitarnya,
menyelenggarakan pendidikan yang membangun manusia yang berpengetahuan, berbadan sehat, dan berakhlak atau berbudi pekerti luhur, dan mengembangkan pendidikan berkualitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum di berbagai daerah. 4.2.2 Konsep Pendidikan Sekolah Alam Sekolah alam adalah sebuah model pendidikan yang berusaha mengadaptasi apa yang telah dibuktikan oleh Rasulullah SAW pada masanya ke masa kini dan masa di mana generasi Rabbani kelak menjadi pemimpin di muka bumi. Sekolah 19
Alam berusaha mengembangkan pendidikan bagi semua (seluruh ummat manusia) dan belajar dari semua (seluruh makhluk di alam semesta). Konsep Sekolah Alam Bogor mengintegrasikan tiga pilar pendidikan yang diyakini menjadi faktor kunci keunggulan umat manusia, yaitu pilar iman, ilmu dan kepemimpinan. Konsep pendidikan Sekolah Alam Bogor, fungsi alam antara lain : Alam sebagai ruang belajar, Alam sebagai media dan bahan ajar, dan Alam sebagai objek pembelajaran. Proses pembelajaran Sekolah Alam Bogor menyandarkan pada empat pilar: 1. Pengembangan akhlak melalui teladan (Learning by Qudwah), 2. Pengembangan logika dan daya cipta melalui Experimental Learning, 3. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbound Training, dan 4. Pengembangan kemampuan berwirausaha. Konsep Sekolah Alam Cikeas merupakan program pendidikan Yayasan Kepedulian Sosial Puri Cikeas yang mengacu pada fungsi manusia sebagai Khalifatullah Fil Ardh yang terdiri dari konsep dasar dan konsep pendidikan. Konsep dasar Sekolah Alam Cikeas mencakup: 1.
Ahlakul
Karimah
(cara
tunduk
manusia
kepada
Sang
Pencipta),
2. Logika ilmiah (cara tunduk alam semesta kepada Sang Pencipta), 3. Kepemimpinan (cara manusia menjadi pemimpin di muka bumi), dan 4. Kewirausahaan (cara mencari rejeki yang halal). Konsep pendidikanSekolah Alam Cikeas, mencakup: 1. Guru
berkualitas
(sebagai
fasilitator
dan
teladan
dalam
proses
pembentukan akhlak anak), 2. Buku bermutu (sebagai gerbang ilmu pengetahuan), 3. Outbound (sebagai sarana pembentukan jiwa kepemimpinan), 4. Alam Semesta (sebagai laboratorium tanpa batas).
20
4.2.3 Kurikulum Sekolah Kurikulum Sekolah Alam Bogor bukan hanya menekankan pada tercapainya
tujuan
akademik
(kurikulum
Diknas),
melainkan
juga
mengembangkan kurikulum non akademik khas Sekolah Alam Bogor adalah: Dienul Islam: Aqidah, Ibadah, Akhlaq Bahasa: Indonesia, Inggris, Arab, Sunda Daya pikir: Sains dan matematika Sains dan teknologi Seni dan daya cipta: Kesenian (seni rupa, seni musik, seni gerak) Pendidikan jasmani: Olahraga dan kesehatan Kewirausahaan: Keterampilan dan bisnis Sosial dan kemasyarakatan: PKPS dan karakter Pendidikan lingkungan Farming Outbound Kurikulum Sekolah Alam Cikeas mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan Depdiknas dan menjadikan alam sebagai media belajar dalam rangka pembentukan karakter anak. Kurikulum ini diintregasikan dengan pengalaman yang distrukturkan yang didapat siswa di alam melalui metode Spider Web yaitu suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran, sehingga siswa dapat lebih memahami terhadap materi secara integratif, komprehensif, serta aplikatif. Kurikulum Sekolah Alam Cikeas terintregrasi dalam : 1. Kurikulum
akhlak,
melalui
konsep
tauladan
pengembangan
EQ
(Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) yang diimplementasikan secara praktis. 2. Kurikulum sains, disusun secara holistik menggunakan spider web agar logika ilmiah siswa berkembang secara integral. Siswa menjadi mampu atau terbiasa mengamati fenomena alam, mencatat data, melakukan eksperimen, dan membentuk sebuah teori. 3. Kurikulum leadership, kegiatan utama berupa Outbound mental education untuk membentuk karakter anak yang memuncak pada kepemimpinan dengan mengembangkan nilai-nilai adil, amanah, musyawarah, kerjasama, 21
melindungi,
mengayomi,
membela
kaum
tertindas
dan
menjaga
keseimbangan alam semesta sebagai penunjang Kompetensi Belajar Mengajar (KBM), dengan penekanan pada pengelolaan fasilitas yang terdapat di Sekolah Alam Cikeas agar berfungsi optimal. 4.3 Kondisi Umum Lanskap 4.3.1 Letak Geografis Sekolah Alam Bogor berlokasi di Jl. P. Ash-Shogiri 150 Kel. Tanah Baru Kec. Bogor Utara, Bogor, Jawa Barat. Lokasi Sekolah Alam Bogor terdapat di area
pemukiman penduduk disekitar Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara
dengan batas wilayah bagian Utara Kecamatan Sukaraja. Bagian Barat adalah Kali Ciliwung Kelurahan Tanah Sareal, Kedung Badak Kecamatan Tanah Sareal. Bagian Timur Kelurahan Katulampa dan Bagian Selatan adalah Kecamatan Bogor Tengah.Secara geografis, Sekolah Alam Bogor terletak pada 06°34’25.14” S 106° 49’23.32” E elev + 203.1 mdpl. Sekolah Alam Cikeas berlokasi di Komplek Puri Cikeas Jl. Letda Natsir, Nagrak, Kec. Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Lokasi Sekolah Alam Cikeas terdapat di area pemukiman penduduk tepatnya di kompleks perumahan. Wilayah ini berbatasan dengan Kota Bekasi di sebelah Utara, Kota Depok di sebelah Barat, Cileungsi di sebelah Timur dan Citereup di sebelah Selatan. Secara geografis, Sekolah Alam Cikeas terletak pada koordinat 06°23’26.21” S 106° 56’11.04” E elev + 69 mdpl. 4.3.2 Aksesibilitas Akses yang dapat ditempuh untuk menuju Sekolah Alam Bogor dapat dilalui dari dua arah dengan menggunakan mobil (kendaraan pribadi atau umum) dan motor. Akses pertama (berwarna merah) yang dapat dilalui adalah dari pintu keluar Tol Jagorawi yang menuju Jalan Pajajaran kemudian diarahkan pada arah Bangbarung menuju Perumahan Indraprasta. Akses kedua (berwarna ungu) dapat dilalui dari arah Talang (Bogor Ring Road) yang kemudian menuju Warung Jambu dan Bangbarung. Kedua akses ini akan melewati pertigaan menuju Tanah Baru kemudian mengikuti jalan Pangeran Ashagiri, tepat disebelah kanan terdapat perumahan Taman Seruni, area sekolah jaraknya tidak terlalu jauh dari gerbang perumahan. Sekolah Alam Bogor dapat diakses menggunakan kendaraan umum 22
07 dari Tugu Kujang kemudian akan berhenti di pintu masuk perumahan Taman Seruni (Gambar 3).
Gambar 3. Akses Sekolah Alam Bogor (Sumber: Google Earth) Akses menuju Sekolah Alam Cikeas dapat ditempuh dari dua arah dengan menggunakan mobil (kendaraan pribadi atau umum) dan motor. Akses pertama (berwarna merah) dapat melalui jalur bebas hambatan ataupun jalan biasa. Jika melalui jalan bebas hambatan, akses yang dituju menuju Cibubur dan keluar di jalan Trans Yogie, setelah melewati jembatan Trans Yogie tepat disebelah kiri diarahkan menuju jalan Letda Natsir dan gerbang perumahan Puri Cikeas. Tidak jauh dari gerbang diarahkan ke jalan sebelah kiri menuju lokasi Sekolah Alam Cikeas. Apabila melewati jalan alternatif biasa sepertijalur Citeureupdan Cileungsi (berwarna ungu) diarahkan menuju Cibubur kemudian bertemu dengan jalan Trans Yogie. Tepat di sebelah kiri akan melewati Kota Wisata Cibubur kemudian sekolah AL-Azhar Syifa Budi dan tidak jauh dari lokasi tersebut kita memasuki jalan ke sebelah kiri menuju jalan Letda Natsir (Gambar 4). 23
Gambar 4. Akses Sekolah Alam Cikeas (Sumber: Google Earth) 4.3.3 Iklim Berdasarkan pengukuran dari Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga Bogor, rata-rata kelembaban udara pada kedua sekolah periode tahun 2002 hingga 2012 berkisar antara 76,75% hingga 86,25% (Tabel 9). Sementara itu, data temperatur menunjukkan suhu terendah 25,30C pada bulan Januari dan suhu tertinggi sebesar 26,760C pada bulan Oktober (Tabel 10). Rata-rata curah hujan bulanan berkisar 175,45 mm/bulan - 474,57 mm/bulan. Bulan basah tertinggi terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Mei dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 13 hari/bulan. Tabel 9. Kelembaban Udara Kawasan SAB dan SAC Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2002
2003
2004
2005
74,4 86,9 83,9 83,6 80,5 79,9 82,4 76,1 75,1 72,0 83,3 84,7
79,4 80,8 83,7 83,8 80,0 78,0 72,4 73,9 81,1 83,1 85,9 87,7
88,3 88,1 82,9 82,0 83,8 76,9 83,8 74,2 82,4 80,5 84,8 86,1
88,3 87,8 88,3 83,4 81,5 84,9 82,4 81,0 80,8 82,5 83,0 84,3
2006
Tahun 2007 2008
86,6 77,9 86,9 89,2 83,4 84,2 82,0 87,2 79,5 82,7 77,2 82,0 78,4 77,3 70,9 76,3 64,5 76,3 71,8 81,2 81,7 85,6 87,3 89,6 Rata-Rata (%)
81,9 90,1 83,8 83,3 79,7 79,1 73,6 81,1 78,6 80,1 85,5 86,5
2009
2010
2011
2012
88,0 88,0 82,0 82,0 85,0 81,0 77,0 75,0 75,0 82,0 81,0 85,0
88,0 85,0 86,0 77,0 84,0 86,0 84,0 84,0 84,0 86,0 82,0 83,0
83,0 79,0 82,0 84,0 84,0 77,0 80,0 75,0 73,0 75,0 80,0 84,0
86,0 87,0 80,0 n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a
RataRata(%) 83,80 86,25 83,65 82,83 82,07 80,20 79,13 76,75 77,08 79,42 83,28 85,40 81,65
24
Tabel 10. Suhu Udara Kawasan SAB dan SAC Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2002
2003
2004
2005
24,3 24,4 25,9 26,0 26,2 26,2 25,5 25,8 26,4 28,3 26,1 26,0
24,2 24,6 25,1 26,3 26,0 26,6 26,2 27,1 26,4 26,1 25,9 24,9
23,4 24,4 26,0 26,4 26,2 25,7 25,4 26,3 26,5 27,4 26,4 25,2
25,0 25,9 25,6 26,5 26,7 26,3 26,0 26,0 26,1 26,6 26,8 25,1
Tahun 2006 2007 2008 25,1 24,3 25,1 24,3 25,3 25,6 25,7 25,7 26,8 26,7 26,5 25,9 26,7 26,2 26,6 26,7 27,7 26,8 27,7 26,3 27,2 25,8 25,6 24,3 0 Rata-Rata( C)
24,0 25,2 25,2 26,2 26,6 26,3 26,9 26,6 27,0 27,5 26,0 25,6
2009
2010
2011
2012
25,0 25,1 25,8 26,2 26,1 26,1 25,8 26,3 26,6 26,0 26,3 26,1
25,3 25,9 26,0 27,1 26,7 25,9 25,8 25,8 25,3 25,4 25,9 25,5
25,4 25,6 25,7 25,8 26,1 26,1 25,8 25,7 25,1 26,3 25,3 26,1
25,1 25,6 26,2 n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a
RataRata(0C) 24,64 25,10 25,67 26,19 26,41 26,16 26,00 26,29 26,40 26,76 26,17 25,44 25,93
Keterangan: n.a (Not Available) 4.4 Kondisi Tapak 4.4.1 Sekolah Alam Bogor a.1 Ukuran Sekolah Alam Bogor memiliki luas lahan 5000 m2 dengan luas ruang terbangun untuk Sekolah Alam Bogor sebesar 1629,4 m2. Luas ruang tidak terbangun atau ruang terbuka hijau Sekolah Alam Bogor memiliki luas sebesar 3370.6 m2. Ruang terbuka hijau merupakan wadah atau media untuk melakukan segala kegiatan yang dilakukan di luar kelas meliputi kebun, lapangan rumput, taman sekolah, elemen keras penunjang kegiatan belajar mengajar diluar kelas terdiri dari lapangan olah raga/outbound dengan beton atau aspal area parkir, dan sirkulasi yang terbuat dari paving atau aspal. a.2 Land Cover Kawasan Land Cover sekolah dibagi menjadi dua jenis yaitu ruang terbuka hijau dan ruang terbangun. Ruang terbuka hijau meliputi kebun, taman sekolah dengan berbagai jenis, lapangan olahraga, taman bermain (outbound) dan area parkir. Bangunan terdiri dari fasilitas belajar seperti kelas, ruang komputer, ruang perpustakaan, dan kantor. Bangunan pendukung lainnya berupa pos keamanan dan kamar mandi (toilet). a.3 Lanskap Sekitar Tapak Tapak yang dimaksud disini adalah sekolah dengan lingkungan sekitarnya yang mencangkup sisi depan, belakang, sisi kanan dan kiri sekolah. Terdapat lima 25
kategori lankap sekitar tapak Sekolah Alam Bogor diantaranya, perumahan, pertokoan, jalan utama, kebun milik sekolah dan kebun milik masyarakat setempat. Bagian depan sekolah terdapat perumahan dan kebun milik masyarakat setempat. Sisi sebelah kanan terdapat perumahan, sisi sebelah kiri kebun sekolah dan perumahan dan sisi belakang sekolah terdapat jalan utama dan pertokoan. a.4 Fasilitas Ruangan yang berbentuk saung di Sekolah Alam Bogor pada awalnya menggunakan kayu “dolken” (kayu gelondong yang dapat bertahan selama + 4 tahun), seiring berjalannya waktu diganti dengan kayu lokal yang didapatkan dari daerah setempat seperti kayu mahoni, nangka, dan akasia. Hal ini bertujuan untuk menciptakan desain lokal dengan biaya yang relatif murah jika dibandingkan harus memakai kayu dari Kalimantan atau Sumatera. Kelas dan berbagai ruangan yang berada di Sekolah Alam Cikeas menggunakan material dari kayu “bangkirai” (jenis kayu serat dengan ikatan kuat) yang aman, awet dan ramah lingkungan agar siswa paham benar mengenai menjaga kelestarian alam (Tabel 11). Tabel 11. Fasilitas Yang Mendukung Kegiatan Belajar Atau Operasional Sekolah Fasilitas Ruang Kelas, Ruang Kantor dan Ruang Tata Usaha (TU) Perpustakaan
Sekolah Alam Bogor
Sekolah Alam Cikeas
Musholla / Masjid Kamar Mandi Lapangan Bank Sampah Kantin
-
Pos keamanan Ruang Kesenian Ruang Komputer Ruang Pertemuan Kebun Ampiteater
-
Eco Shop
-
Mini market
-
Lapangan Parkir
Keterangan:
: Ada
- : Tidak Ada
26
Selain menggunakan soft material (vegetasi), penggunaan hard material di lanskap sekolah juga menambah nilai estetik yang digunakan unruk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun menunjang keamanan dan kebersihan sekolah. Hard materials yang dijumpai dikedua sekolah adalah, - Lampu taman - Batu hias - Pagar - Play ground - Pot bunga gentong - Rambu-rambu/tulisan/himbauan/papan informasi - Podium upacara - Bangku - Jalan setapak - Pergola, dan - Tempat sampah Play ground didesain menggunakan bahan olahan yang sudah tidak terpakai namun masih bisa diolah, contohnya saja seperti ban yang didapatkan dari ban bekas. a.5 Desain Desain untuk taman sekolah lebih sering dijumpai dengan bentukan taman yang informal, begitu juga dengan kedua sekolah ini yang menggunakan desain taman informal yang dapat dilihat dari bentukannya dan pola penanaman yang digunakan. Kedua sekolah ini mempunyai desain yang bisa dikatakan berbeda jauh mulai dari penataan ruang hingga tamannya. Penataan ruang di Sekolah Alam Bogor memiliki bentuk layout dengan dua tipe yang berbeda, bagian depan sekolah memiliki pola dengan bentuk ‘U’ dan bagian belakang sekolah memiliki pola dengan bentuk ‘L’ dengan ruang terbuka hijau dikelilingi oleh kelas-kelas atau ruangan sekolah. Sirkulasi yang berada di Sekolah Alam Bogor memiliki pola yang memudahkan siswa untuk beraktivitas dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sirkulasi dibuat dinamis sehingga siswa merasa bebas dan nyaman. Material yang digunakan untuk sirkulasi di sekolah ini adalah batu bata yang mudah dalam 27
perawatannya dan warna yang senada (tidak mencolok mata). Sirkulasi yang berada disekolah dapat dikatakan cukup jelas, sehingga siswa ataupun masyarakat sekolah dapat dengan mudah mengikuti sirkulasi yang ada. Hamparan permukaan taman yang digunakan sebagai alas kegiatan aktif, seperti bermain, duduk-duduk santai, berkemah, ataupun outbound terbagi menjadi hamparan yang terbuat dari tanah dan rumput. Ketika memasuki Sekolah Alam Bogor, maka yang pertama kali dilihat adalah lapangan parkir yang kemudian akan memasuki taman penerimaan. Posisi kelas dan kantor yang berbentuk persegi dibuat mengelilingi lapangan rumput dan taman ataupun area outbound (Gambar 5). Dilihat dari hasil pengamatan, taman di Sekolah Alam Bogor dapat dibagi menjadi: a. taman penerimaan ketika masuk dijumpai dengan tanaman display yang didominasi oleh tanaman penyerap polusi kemudian memasuki bentuk taman berupa kedua tangan yang menyangga, memiliki makna bahwa agar orang tergiring masuk ke sekolah alam dan dirangkul oleh sekolah alam. Adanya pergola menunjukkan efek yang membedakan antara bagian luar dan dalam, dengan harapan taman publik (penerimaan) seperti memasuki dunia baru sehingga siap menerima pelajaran baru. Dilanjutkan dengan adanya kolam sebagai peralihan antar area penerimaan dengan area edukasi dimana tanaman yang digunakan padataman penerimaan menggunakan tanaman hias dan tanaman tropis yang berfungsi sebagai tanaman estetis, b. taman obat berfungsi sebagi area edukasi bagi siswa, bermacam-macam tanaman obat ditanam, dipelajari dan diolah. Bentuk taman ini berbentuk asimetris yang berada tepat di samping kanan kolam, c. taman sentral sebagai aksis yang berbentuk persegi memisahkan antara sisi kanan (kelas) dan sisi kiri (ruang komputer, kesenian, dan pertemuan) menjadikan sekolah ini berbentuk simetris yang hanya ditanami oleh pepohonan dan hamparan rumput, d. taman A to Z yang berada tepat di depan kelas 1 dan 2, taman ini berfungsi sebagai taman untuk belajar dimana setiap elemen tanaman digunakan sebagai bahan pembelajaran, 28
e. taman warna tepat berdampingan dengan taman A to Z yang didominasi oleh tanaman beraneka ragam warna, dan f. taman panca indera yang berada di depan area outbound, berbentuk memanjang terdiri dari tanaman yang menghasilkan bau (smell) seperti kenangadan pandan. Warna (see) terdiri dari mawar, yellow walking iris, dan bunga sepatu. Rasa terdiri dari sambiloto dan tebu. Pendengaran terdiri dari pohon bambu dan kicauan burung dan sentuhan (touch) yang terdiri dari tanaman pinus, pisang-pisangan, daruju dan pacing. 4.4.1 Sekolah Alam Cikeas b.1 Ukuran Berdasarkan hasil pengamatan pada Sekolah Alam Cikeas, sekolah ini memiliki luas lahan 5 ha atau 50.000 m2 dan memiliki luas ruang terbangun seluas 4,534,5 m2. Untuk luas ruang tidak terbangun atau ruang terbuka hijau Sekolah Alam Cikeas memiliki luasan 45.465,4m2. b.2 Land Cover Kawasan Land Cover sekolah dibagi menjadi dua jenis yaitu ruang terbuka hijau dan bangunan. Ruang terbuka hijau meliputi kebun, taman sekolah dengan berbagai jenis, lapangan olahraga, taman bermain (outbound) dan area parkir. Bangunan terdiri dari fasilitas belajar seperti kelas, ruang komputer, ruang perpustakaan, dan kantor. Bangunan pendukung lainnya berupa pos keamanan dan kamar mandi (toilet).
29
30
b.3 Lanskap Sekitar Tapak Sesuai dengan hasil pengamatan, tapak yang dimaksud disini adalah sekolah dengan lingkungan sekitarnya yang mencakup sisi depan, belakang, sisi kanan dan kiri sekolah. Sekolah Alam Cikeas memiliki empat kategori lankap sekitar tapak sekolah diantaranya, perumahan, pertokoan, jalan utama, dan persawahan. Bagian depan sekolah terdapat area perumahan dan lingkungan sekolah dikelilingi oleh pemukiman. Sisi sebelah kanan terdapat persawahan yang cukup luas, sisi sebelah kiri sekolah terdapat perumahan dan jalan utama serta pertokan serta sisi belakang sekolah terdapat sawah dan pemukiman penduduk. b.4 Desain Sekolah Alam Cikeas dengan luasan yang lebih luas jika dibandingkan dengan Sekolah Alam Bogor menyebabkan memiliki banyak ruang atau taman. Begitu memasuki Sekolah Alam Cikeas, yang pertama dilihat adalah lapangan parkir kemudian taman penerimaan yang dilanjutkan dengan area edukasi. Layout Sekolah Alam Cikeas memiliki pola yang menyebar dikarenakan lahan yang dimiliki cukup luas sehingga tidak usah berhimpitan satu sama lain. Konsep sirkulasi di Sekolah Alam Cikeas mengikuti pola ruang yang berada disekitarnya, pola sirkulasi dibuat untuk memudahkan pengguna dalam melakukan aktivitas dari satu tempat menuju tempat yang lain. Material yang digunakan untuk jalur sirkulasi di sekolah ini adalah asphalt dan konblok, asphalt memiliki daya serap yang kurang baik jika dibandingkan dengan konblok. Pola sirkulasi lebih didominasi oleh sirkulasi pola garis yang kaku sehingga siswa banyak yang tidak menggunakan jalur sirkulasi yang sudah disediakan. Hamparan permukaan taman yang berada di area sekolah menggunakan media tanah dan rumput. Hamparan permukaan taman ini digunakan untuk kegiatan siswa selama di sekolah seperti bermain, duduk-duduk, ataupun berkemah. Layout sekolah ditampilkan seperti berikut (Gambar 6). a. taman penerimaan ketika masuk pengunjung seperti memasuki taman tropis karena dijumpai tanaman seperti paku jejer (Nephrolepis sp.), palempaleman, dan kelapa sawit (Elaeis guineensis). Untuk bagian depan sekolah
31
dihiasi oleh tanaman display dan pepohonan sebagai pengarah jalan yang dibawahnya dihiasi oleh Ixora sp. sebagai tanaman border, b. taman produksi yang tepat berada di antara area parkir dan ruang ICT dengan bentuk taman persegi empat. Taman ini dijadikan sebagai bahan pembelajaran pohon apa saja yang bisa diproduksi baik itu berupa kayu, biji maupun buahnya, c. taman jam yang berada tepat di depan ruang ICT dan disamping kantor, taman ini berbentuk lingkaran yang menyerupai jam besar yang dibuat dari rumput dan batu koral. Dari desain ini, siswa diharapkan mampu belajar mengenai dan menghargai waktu. Disekitar jam terdapat jalur pejalan kaki dan beberapa tanaman yang membuat siswa merasa nyaman belajar disana. d. kebun berada di samping kelas III dan IV atau berseberangan dengan taman daur ulang, e. taman daur ulang yang merupakan tempat siswa berkreasi membuat suatu karya dari barang bekas dan pembuatan kompos, f. taman outbound yang tepat berada disamping taman daur ulang terdiri dari pepohonan besar yang dijadikan sebagai media untuk melakukan outbound. Selain itu taman outbound yang berada di sisi kiri lapangan berbentuk persegi panjang yang terdiri dari beberapa jenis permainan seperti jembatan tali, tangga dan jalan sesat, g. taman manfaat yaitu berupa taman yang ditanami dengan tanaman cabai dan tomat serta terdapat kandang ternak yang dapat dimanfaatkan untuk dijual atau diolah kembali, berada di belakang dekat dengan green laboratorium, h. taman sentral yang merupakan pusat aktivitas berbentuk persegi, yaitu taman yang terdiri lapangan futsal dan lapangan basket, i. taman warna, berada disepanjang jalur pejalan kaki yang berada di samping lapangan basket menuju green lab maupun area outbound, dan j. ampiteater yang berada di samping masjid berbentuk panggung yang dikelilingi oleh tempat duduk yang berundak-undak. Taman ini digunakan sebagai tempat untuk berkesenian ataupun belajar.
32
33
4.4.3 Vegetasi Vegetasi yang berada dilingkungan sekolah alam meliputi tanaman penutup tanah (TPT), semak, perdu, pohon dan tanaman merambat. Fungsi tanaman tersebut diantaranya sebagai penutup tanah, tanaman obat, display (pembentuk estetika), border (pembatas), screen (penutup), peneduh, pengarah, aksesoris pada batang pohon, warna, dan penyemarak (Lampiran 6). Vegetasi dikedua sekolah, didapatkan persentase berdasarkan fungsinya yang terdapat di Tabel 12. Tabel 12. Persentase Kategori Vegetasi Beserta Fungsinya No.
Fungsi Vegetasi
Persentase (%) 16
1
Peneduh
2
Tanaman obat
6,7
3
Display
31
4
Border
13,1
5
Penyemarak
5,2
Sekolah SAB
SAC
-
34
Lanjutan Tabel 12. 6
Pengarah
6,6
7
Penetral bunyi
1,1
8
Screen
4,7
9
Pembentuk suasana mediterania
5,1
10
Konsumsi
0,7
11
Point of interest
0,5%
12
Fungsi bumbu dapur, aksesori pohon, dan penyaring polusi,
masingmasing sebesar 0,3%.
35
Layout vegetasi yang berada dikedua sekolah digambarkan pada Gambar 7 dan Gambar 8 yang tertera di bawah ini:
36
4.4.4 Konsep Ruang terbuka hijau Komposisi tata hijau pada Sekolah Alam Bogor memiliki persentase 67.41% dan Sekolah Alam Cikeas memiliki persentase 90.93% dari luas keseluruhan kawasan. SAB ingin memberikan nuansa yang menciptakan suasana layaknya seperti alam dan menjadikan alam sebagi media atau sarana untuk belajar dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan masyarakat sekolah. Vegetasi yang ditampilkan menggunakan vegetasi lokal, terlihat dari tujuan masing-masing sekolah yang ingin memanfaatkan, melestarikan, dan memelihara potensi lokal seperti bahan untuk bangunan kelas. Selain itu tanaman yang digunakan dikedua sekolah memiliki fungsi yang bermanfaat dan sesuai untuk kebutuhan pendidikan (outbound ataupun akademis). Misalnya saja untuk pohon yang memiliki sifat fisik yang besar dan kokoh dijadikan sebagai media outbound atau bermain, dan tanaman aromatik, tanaman kebun atau tanaman obat dijadikan sebagai media pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum. Selain itu, mayoritas tanaman yang berada disekolah merupakan tanaman hasil belajar siswa dengan melatih bagaimana cara menanam dan merawatnya sehingga dihasilkan sekolah alam yang sejuk dan asri. Pohon dengan fungsi peneduh mendominasi area kedua sekolah, pohon ini memiliki ciri-ciri kanopi yang lebar dan daun yang rimbun. Adanya pohon peneduh ini menjadikan lanskap sekitar sekolah menjadi nyaman dan aktivitas siswa yang dilakukan di luar ruangan menjadi tidak terganggu oleh teriknya matahari dan aktivitas belajar di dalam ruangan menjadi semakin sejuk dengan angin yang dihasilkan dari tanaman yang berada di sekitar sekolah. Kebutuhan tanaman dengan fungsi tertentu disesuaikan dengan kondisi sekolah itu sendiri. Misalnya saja karena sekolah ini lebih bersifat outdoor maka tanaman peneduh lebih diutamakan. Begitu juga tanaman obat dan tanaman kebutuhan sehari-hari dan apabila sekolah dekat dengan area yang dapat menghasilkan polusi maka ditanami dengan tanaman pereduksi debu sehingga lingkungan di luar sekolah cukup berpengaruh terhadap penentuan jenis tanaman yang digunakan. Meskipun kedua sekolah alam ini didominasi oleh tanaman, namun sifat dan karakter dari tanaman tidak ada yang mengganggu atau merusak kegiatan belajar dan bangunan sekolah. Seperti yang dipaparkan menurut Eliza (1997), dalam tanaman di sekitar bangunan harus diperhatikan sifat dan karakter setiap tanaman yang tepat 37
untuk bangunan tersebut. Selain memperhatikan keindahan tanaman, perakaran yang tidak merusak bangunan, cabang tidak mudah patah serta kerindangan perlu diperhatikan dalam penataan taman. Dari keseluruhan tanaman display atau estetik yang ada, lebih ditonjolkan dibagian depan sekolah dengan ciri-ciri tanaman yang berbunga, warna cerah, dan memiliki bentuk yang indah. Perawatan untuk tanaman ini sangat diperhatikan dilihat dari kondisi tanaman yang terawat dan tidak adanya tanaman yang mati.Dan di dukung pula oleh masyarakat sekolah yang sangat memperhatikan lingkungan sekolah dengan tidak melakukan kegiatan yang merusak lingkungan. Berikut adalah indikator penghijauan area bermain yang baik menurut Francis dan Marcus (1998) serta Moore (1993) dalam Titidarnila dan Nurisjah (2001) (Tabel 13). Tabel 13.Indikator Penghijauan Area Bermain SAB dan SAC Indikator Menstimulir saraf melalui perbedaan tekstur, warna, bau, suara, dan rasa
Menjadi daya tarik dan tantangan melalui kegiatan memanjat dan mencari sesuatu di kerimbunan pohon Medefinisikan dan memisahkan ruang dengan baik Memiliki nilai pendidikan melalui pengenalan vegetasi, serangga dan lainnya
Pengendali iklim mikro terutama sinar dan radiasi matahari, angin, dan hujan
Hasil Masing-masing sekolah memiliki taman yang berfungsi untuk melatih siswa seperti taman A-Z, taman aromatik, ataupun tanaman obat Pepohonan yang ada di area sekolah dijadikan sebagai media untuk outbound, arena memanjat dan bermain Kedua sekolah dapat dengan jelas memisahkan setiap taman atau ruang yang ada Siswa diajarkan untuk menanam bersama dan membuat plat tanaman sehingga siswa dapat mengenali. Begitu juga apabila ditemukan serangga atau hewan disekitar sekolah maka siswa akan membuat papan di bagian tersebut dan memberikan keterangan Tanaman yang berada di sekolah memiliki fungsi pengendali iklim mikro agar suasana belajar mengajar menjadi nyaman
Keberadaan sekolah yang berdekatan dengan lingkungan sekitar menjadikan sekolah alam memiliki permasalahan lingkungan seperti debu ataupun bising yang dihasilkan dari jalanan dan area parkir yang selalu dilalui kendaraan bermotor menjadikan sekolah ini harus menggunakan tanaman peredam bising atau penyaring polusi. Sekolah Alam Bogor, di sekitar area parkir sekolah terdapat tanaman penyerap 38
polusi seperti lidah mertua (Sansevieria sp.)1 dan disekitar sekolah yang berdekatan dengan jalan ditanami bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea) sebagai peredam kebisingan dan sebagai screen. Hal yang terlihat ganjil disekolah ini adalah peletakan pohon durian (Durio zibethinus) yang berada tepat di pintu masuk sekolah, hal ini tentu saja kurang tepat karena apabila penangan dari pihak sekolah lambat maka dapat menimbulkan kecelakaan bagi siswa terutama satpam yang berada tepat di bawah pohon durian. Sekolah Alam Cikeas dapat dikatakan sudah sesuai karena peletakan tanaman disesuaikan oleh kondisi sekitar. Kombinasi pepohonan, perdu, semak dan penutup tanam dapat memberikan peredam kebisingan bila masa vegetasi penyerap jumlahnya cukup banyak. 4.5 Pengguna 4.5.1 Karakteristik/Tipe Pengguna Karakteristik atau tipe pengguna yang berada di area tapak terdiri dari siswa, guru, dan staff sekolah. Jumlah siswa kelas I-IV SD Sekolah Alam Bogor sebanyak 250 siswa dengan banyaknya murid perkelas maksimal 24 siswa. Jumlah siswa kelas I-IV SD Sekolah Alam Cikeas sebanyak 223 siswa dengan banyaknya murid perkelas maksimal 26 siswa. Jumlah rata-rata siswa sebanyak 231 siswa dengan pengguna berada pada kisaran 7 tahun sampai 12 tahun. Rata-rata untuk guru sebanyak 36 guru dan staff rata-rata 16 orang. 4.5.2 Aktivitas Persentase penggunaan ruang kedua sekolah lebih didominasi oleh penggunaan ruang terbuka dengan dengan persentase 70% dan persentase penggunaan ruang terbangun 30%. Hal ini dikarenakan sekolah alam belajar dan beraktivitas diluar ruangan (sekolah) dengan memanfaatkan alam sebagai bahan, alat, media dan wadah untuk bereksplorasi dan berinteraksi selama berada di sekolah. Jumlah jam belajar untuk kelas I sampai kelas II berjumlah 6 jam, proses belajar mengajar berlangsung selama 5 hari mulai hari Senin sampai dengan Jumat dari pukul 08.00 sampai 14.00 sedangkan untuk kelas III sampai kelas IV, jumlah jam belajar adalah 8 jam yang dimulai pukul 08.00 sampai 16.00. Yang membedakan dari jam belajar di sekolah alam dengan sekolah formal biasa adalah pembagian jam belajar menjadi 3 waktu. Pertama adalah morning activity pada pukul 08.00 sampai 09.30 siswa bebas melakukan segala aktivitas tetapi sudah diberi pilihan aktivitas oleh guru. 1
Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) awal 1970-an menemukan 50 jenis tanaman yang mampu mengurangi konsentrasi polutan di dalam ruangan. Tanaman yang dimaksud menurut Bintang Nugroho dari Green Building Council Indonesia (GBCI), adalah lidah mertua (Sanseviera sp.)
39
Waktu kedua adalah playing mulai pukul 09.30 sampai 11.30 siswa bermain, outboundbersifat tematik. Waktu ketiga adalah reflexy closing pada pukul 11.30 sampai 14.00 diwaktu ini siwa belajar dan membahas segala kegiatan yang sudah dilakukan. Kegiatan belajar mengajar lebih sering digunakan di luar kelas karena sekolah ini bertemakan alam atau sekitar 70% di luar kelas dan 30% di dalam kelas. Setiap pelajaran yang sedang dipelajari langsung dipraktekkan di lapang dan mengambil data atau sampel dari alam. Misalnya saja pelajaran matematika ketika belajar menghitung luasan suatu benda, maka siswa langsung ke lingkungan sekolah dan menghitung luasan dengan mengukur segala sesuatu yang dilihat. Ataupun ketika belajar berkebun, mereka belajar mulai dari cara pengolahan lahan sampai menanam dan panen. Setiap hasil panen, akan diolah atau dijual kembali oleh mereka. Dalam proses ini masuk ke dalam pelajaran kewirausahaan dan setiap siswa diajarkan untuk berjiwa mandiri. Begitu juga dengan kegiatan outbound yang sering dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan berkaitan dengan pelajaran yang sedang dilaksanakan, hal ini juga yang membedakan dengan sekolah lainnya. Lapangan futsal, basket dan area outbound digunakan secara maksimal oleh siswa. Tamantaman atau kebun tidak pernah sepi dikunjungi oleh siswa untuk belajar atau sekedar bermain. Untuk kegiatan ekstrakulikuler dilakukan sepulang sekolah, karena pada hari sabtu kegiatan sekolah tidak ada. Kegiatan ekstrakulikuler yang berlangsung dibagi menjadi olahraga dan non-olahraga, untuk ekstrakulikuler olahraga diantaranya adalah catur, taekwondo, sepak bola, dan basket.Sedangkan untuk nonolahraga terdiri dari menari, musik, melukis, desain, pastry, robotic dan desain. 4.5.3 Persepsi dan Keinginan Pengguna Responden yang digunakan untuk membantu dalam pengisian kuisioner ini masing-masing sekolah terdiri dari kelas IV sampai VI sekolah dasar dengan kisaran usia pada 9 sampai 10 tahun. Kelas IV Sekolah Alam Bogor terdiri dari 18 responden dan Sekolah Alam Cikeas terdiri dari 24 responden. Siswa kelas 5, Sekolah Alam Bogor terdiri dari 23 responden dan Sekolah Alam Cikeas terdiri dari 17 responden. Kelas 6 Sekolah Alam Bogor terdiri dari 23 responden dan Sekolah Alam Cikeas 24 responden. Jumlah keseluruhan responden 129 responden. 40
Sesuai dengan persepsi masing-masing siswa mengenai ‘Alasan Memilih Sekolah Alam’ yang sudah dikelompokkan berdasarkan kesamaan persepsi dari 59 jawaban Sekolah Alam Bogor bahwa alasan tertinggi adalah karena belajar dengan alam (33.9%), diurutan kedua bahwa fasilitas yang lengkap (16.9%), serta banyak pohon, kondisi yang nyaman dan sejuk (16.9%), diurutan ketiga adalah belajar sambil bermain (15.3%), urutan keempat adalah sekolah yang bagus (11.9%), urutan kelima adalah banyak teman (3.4%), dan diurutan terakhir atau keenam adalah kurikulum yang bagus (1.7%). Sekolah Alam Cikeas yang terdiri dari 75 jawaban, menghasilkan persepsi diurutan pertama adalah belajar dan bersatu dengan alam (22.7%), diurutan kedua adalah kondisi yang nyaman, sejuk, dan banyak pohon (18.7%), urutan ketiga adalah belajar sambil bermain (17.3%), urutan keempat sekolah yang bagus (14.7%), urutan kelima pengalaman dan unik (13.3%), dan urutan keenam pemandangan indah (5.3%) serta banyak teman (5.3%), dan diurutan terendah atau ketujuh adalah kesopanan (2.7%). Keinginan yang banyak dipilih oleh siswa berupa penambahan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar selama disekolah, setelah itu siswa menginginkan peningkatan perhatian pihak sekolah terhadap keamanan dan kenyamanan dikarenakan sekolah berinteraksi secara langsung terhadap alam. 4.5.4 Keamanan dan Kesehatan Keamanan bagi warga sekolah amat diperhatikan oleh pihak sekolah. Menyediakan fasilitas keamanan seperti pos keamanan yang diletakkan di tempat strategis seperti di gerbang sekolah agar memudahkan pihak keamanan untuk mengontrol kegiatan yang berlangsung selama di sekolah dan mengontrol siapa saja yang keluar masuk sekolah agar jangan sampai ada pihak tidak izin masuk begitu saja ke area sekolah. Pengamanan yang diberikan berupa pencatatan bagi siapa saja tamu yang masuk, dan berkeliling ke seluruh area sekolah. Selain dari pihak keamanan, pihak pemeliharaan memberikan dampak terhadap keamanan. Setiap fasilitas yang digunakan siswa harus selalu dalam keadaan aman dan bersih, misalnya saja sirkulasi yang selalu dilalui warga sekolah diperhatikan akan kebersihannya agar tidak ada lumut atau kotoran yang licin yang dapat menyebabkan kecelakaan bagi penggunanya. Area bermain seperti fasilitas outbound diperhatikan alat, material, dan pergantian material yang digunakan agar tidak melukai pengguna. Ketika melakukan 41
praktikum di luar kelas seperti berkebun ataupun kegiatan outbound, guru selalu mendampingi siswa agar tetap aman dibawah pengawasan guru. Kesehatan penting sekali bagi siswa agar siswa dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran. Tidak disediakannya ruang kesehatan oleh pihak sekolah menjadi salah satu kekurangan bagi SAB dan SAC.Pihak sekolah menjamin kesehatan siswa dengan terciptanya lingkungan yang bersih dan asri. Dengan menjaga vegetasi di area sekolah memberi keuntungan bagi masyarakat sekolah seperti lingkungan yang terhindar dari polusi. Kebersihan selalu diperhatikan dengan pengelolaan baik itu lanskap sekolah maupun ruangan kelas. 4.6 Pengelolaan Lanskap Pengelolaan SAB dan SAC memiliki cara pemeliharaan yang berbeda. Pemeliharaan lingkungan Sekolah Alam Bogor ditangani oleh 3 orang pekerja yang mengerjakan bagian ruangan, taman dan kebun sekolah. Pekerjaan tidak dibagi menurut zona namun pekerjaan dilakukan sesuai dengan keperluan dan situasi saja. Pekerja Sekolah Alam Cikeas berjumlah 13 orang (5 orang dari pihak yayasan sekolah dan 8 orang dari pihak luar yang ahli dibidangnya) tenaga kerja diambil dari pihak sekolah dan perusahaan yang berada di bidang kebersihan. Keterbatasan jumlah tenaga kerja, dapat mempengaruhi kebersihan lingkungan sekolah yang kemudian dapat berdampak pada kegiatan belajar mengajar, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah. Nilai tambah bagi pemeliharaan lingkungan sekolah alam adalah, siswa turut berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Tempat sampah yang disediakanpun dibedakan menjadi tempat sampah organik, tempat sampah anorganik, dan tempat sampah basah. Hampir disetiap sudut tempat sampah dapat kita lihat dan terpelihara dengan baik. Pengawasan terhadap pekerja dilakukan oleh pihak operasional yang bertanggungjawab terhadap lingkungan sekolah baik itu kebersihan maupun keamanan. Pengawasan dilakukan disetiap awal pekerjaan dan pada saat pekerjaan berlangsung, kecuali untuk pengecekan barang setiap kelas dilakukan persemester. Teknik pemeliharaan lanskap sekolah SAB dan SAC meliputi pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal yaitu pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula. Pemeliharaan fisik di SAB dan SAC meliputi pemeliharaan soft material dan hard material. Pemeliharaan soft material terdiri dari pemupukan, pembersihan, pemangkasan, penyiraman, penyiangan, dan penyulaman. 42
Pemeliharaan hard material terdiri dari pemeliharaan fasilitas bermain dan outbound, pembersihan ruangan sekolah, dan pembersihan jalan. Pihak sekolah memberi tanggung jawab kepada pekerja untuk menjaga alat dan barang pemeliharaan.Alat tersedia berupa sapu, cangkul, gunting pangkas rumput, gunting pangkas pohon, golok, dan kain lap. Bahan yang tersedia berupa pembersih lantai, pewangi ruangan, pupuk, dan pestisida. Pupuk yang digunakan berasal dari pengolahan sampah organik yang dibuat menjadi kompos. Tata tertib dan peraturan pekerja yang ada di kedua sekolah tidak terlihat secara jelas, peraturan bagi pekerja seperti jam kerja dimulai pukul 06.00-17.00 hari senin sampai jumat tidak ada pembagian jam piket (Sekolah alam Bogor) dan pukul 06.30 pagi sampai 16.30 sore, yang dilakukan setiap senin sampai sabtu (Sekolah Alam Cikeas). Pihak pengelola Sekolah Alam Cikeas memberlakukan sistem zona untuk lebih mempermudah kegiatan pengelolaan. Tersedianya formulir absensi pekerja dan form check list alat kerja dan pekerjaan. Zona pengelolaan kebersihan Sekolah Alam Cikeas dibagi menjadi 5 zona, diantaranya: Zona 1: area depan sekolah (gerbang, minimarket, dan car park), terdiri dari 3 orang, Zona 2: area masjid, work shop dan Ampiteater, terdiri dari 2 orang, Zona 3: area kelas V dan VI, terdiri dari 1 orang, Zona 4: area ICT sampai seluruh kelas dan kamar mandi, terdiri dari 3 orang, dan Zona 5: area lapangan dan outbound, terdiri dari 1 orang Jumlah tenaga kerja untuk kebersihan sebanyak 10 orang, kebun dua orang dan ternak satu orang dengan jumlah keseluruhan pekerja sebanyak 13 orang. Agar pekerjaan semakin mudah dikerjakan, maka pihak sekolah membagi jadwal piket menjadi (Tabel 14): Tabel 14. Pembagian Kerja Pemeliharaan Sekolah Alam Cikeas Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Jumlah
Senin s/d Jumat Piket 1 Piket 2 1 2 1 1 1 2 1 1 6 4
Sabtu dan Minggu Piket 1 Piket 2 2
2
2
2
4
4 43
Pekerjaan terdiri dari menyapu, mengepel, menyiram, membresihkan, memangkas, dan seluruh kegiatan yang bersangkutan dengan kebersihan sekolah. Adanya suatu kepercayaan yang diberikan kepada pekerja sehingga semua hal yang berkaitan dengan bahan dan alat kebersihan dipegang oleh masing-masing pekerja sehingga mereka bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan fasilitas kebersihannya. Sampah daun dikumpulkan di bawah pohon yang sudah diberi pembatas kemudian dijadikan sebagai kompos. Kompos tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman ataupun dibagikan kepada staff. Sampah anorganik dikumpulkan di bank sampah, bahan-bahan yang masih dapat diolah dijadikan suatu karya oleh siswa dan apabila sudah tidak bisa terpakai maka dikumpulkan lalu setiap 2 hari dijual. Uang hasil penjualan dikumpulkan ke bagian keuangan yang kemudian nantinya digunakan kembali untuk keperluan kebersihan seperti sabun kelas dan pewangi. 4.7 Setting Aktivitas Pembagian ruang Sekolah Alam Bogor dibagi menjadi empat bagian, yaitu ruang penerimaan yang terdiri dari pos keamanan, area parkir, area outbound, ruang tata usaha, perpustakaan, taman welcome area, kantin dan kolam. Ruang berikutnya yaitu ruang edukasi yang terdiri dari kelas, lapangan, ruang guru, ruang komputer, ruang kesenian, ruang pertemuan, taman (taman obat, taman panca indera, taman A to Z dan taman Warna), musholla, area outbound dan kamar mandi. Tepat ditengah sekolah terdapat ruang penyangga berupa lapangan yang luas yang ditanami dengan pepohonan dan rumput dimana pada bagian ini digunakan sebagai filter sekolah. Ruang yang terakhir adalah ruang pengolahan, terdapat kelas, lapangan basket dan bank sampah yang mengolah barang bekas sehingga menghasilkan karya yang baru. Fungsi taman, kebun dan seluruh area di sekolah dijadikan dan mengacu pada kegiatan akademik. Sehingga memperhatikan tanaman yang tepat, selain itu kebun yang digunakan untuk menanam dalam pemilihan bibit tanaman mempertimbangkan waktu, musim, dan jenis tanaman. Peserta didik dilibatkan mulai dari persiapan lahan (pra panen), panen dan pasca panen. Pembagian ruang Sekolah Alam Cikeas dibagi menjadi empat bagian, yaitu ruang penerimaan yang terdiri dari pos keamanan, area parkir, kantor, ruang pertemuan, taman welcome area yang bergaya tropis, taman produksi, saung, musholla dan mini market. Ruang berikutnya yaitu ruang edukasi yang terdiri dari 44
kelas, ruang komputer, perpustakaan, labolatorium komputer, taman (taman jam, taman manfaat, taman warna, taman daur ulang, dan ampiteater), dan kamar mandi. Tepat ditengah sekolah terdapat ruang ekspresi berupa area outbound, lapangan futsal dan lapangan basket, area ini merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan segala aktivitas. Di area ini seluruh kegiatan bersatu dengan alam dan bersatu antar sesama makhluk hidup. Ruang yang terakhir adalah ruang pengolahan, terdapat taman manfaat, greenlaboratorium yang mengolah barang bekas sehingga menghasilkan karya yang baru juga mengolah bibit tanaman, pengolahan sampah, dan gudang. Fungsi taman, kebun dan seluruh area di sekolah dijadikan dan mengacu pada kegiatan akademik. Ruang aktivitas di kedua sekolah alam ini dibagi menjadi dua, yaitu ruang edukatif dan nonedukatif. Ruang lebih didominasi oleh ruang edukatif karena segala aktivitas belajar mengajar yang berlangsung menggunakan seluruh area yang ada. Ruang dengan fungsi edukatif, aktivitas yang ditemui berupa belajar, membaca, ataupun praktikum dengan fasilitas yang digunakan berupa kelas, lapangan basket lapangan futsal, lapangan parkir, perpustakaan, kebun, ataupun laboratorium. Ruang nonedukatif terbagi menjadi ruang beribadah, sirkulasi dan area kantin atau minimarket (50% dimiliki Sekolah Alam Bogor) dan (50% dimiliki Sekolah Alam Cikeas). Ruang beribadah disediakannya musholla dengan aktivitas wudhu, shalat berjamaah, dan mengaji, untuk sirkulasi disediakan untuk melakukan aktivitas seperti berjalan untuk berkendaraan, sedangkan untuk kantin atau minimarket ditemui aktivitas jual beli ataupun makan dan tempat berkumpul antar sesama (Tabel 15). Tabel 15. Penggunaan Ruang dan Fasilitas No. Fungsi 1 Edukatif
Aktivitas Belajar, mengajar, praktikum, membaca, olahraga, rapat, dan upacara bendera
Fasilitas Kelas, ruang terbuka hijau seperti taman, kebun, lapangan olahraga, dan area bermain, perpustakaan, kantor yang terdiri dari ruang guru dan ruang kepala sekolah.
45
Lanjutan Tabel 15. 2
Non-edukatif Peribadatan Istirahat
Sirkulasi
Beribadah Berjalan, duduk-duduk, istirahat, ngobrol, makan, minum, transaksi jual beli, dan menonton pertandingan Berjalan, berkendaraan
Penyangga
Pasif
Musholla Taman, kantin, dan lapangan olahraga
Parkir, jalan setapak, dan jalan lingkungan Area penghijauan
4.7.1 Different Park Will Attract Different People (taman yang berbeda akan menarik user yang berbeda) Berdasarkan penelitian ini, taman sebagai objek penelitian (setting) dibagi menjadi lokasi taman. User digolongkan dalam tiga tingkatan umur A. 7 – 9 tahun (kelas I – III Sekolah Dasar), B. 10 – 12 tahun (kelas IV – VI Sekolah Dasar), dan C. Pegawai sekolah (Dewasa) (Gambar 9).
350 300 250
SPL1
200
SSL1
Jumlah Orang 150
SPL2
100
SSL2
50
SPL3
0 Usia A
Usia B
Usia C
SSL3
Gambar 9. Hubungan Antara Lokasi Taman dan Tingkat Umur SAB Hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada kondisi SAB lokasi taman 1 (taman penerimaan), lokasi 2 (taman obat dan taman sentral), dan lokasi 3 (taman A to Z. taman warna, dan taman panca indera) didapatkan fenomena bahwa sentra pagi lokasi (SPL) 3 dapat menarik jumlah anak lebih banyak karena lokasi ini berdekatan dengan ruang kelas I dan III (usia A) serta telah disediakan berbagai fasilitas bermain dan taman yang menarik untuk belajar dan bermain. Sentra sore lokasi (SSL) 2 banyak ditemui siswa kelas I – III karena saat pengamatan dilakukan, siswa usia A sedang bersiap-siap untuk pulang dan siswa usia B sedang belajar di dalam ruangan. Lokasi berikutnya yang menarik untuk kelas IV – VI (usia B) pada setting pagi dan 46
siang hari berada di area penerimaan atau lokasi 1 siswa melakukan kegiatan seperti belajar, bermain, lalu-lalang. Usia C atau pegawai sekolah pada pagi hari berada di lokasi 2 yaitu berada di sekitar kantor dan kelas sedangkan pada sore hari berada pada lokasi 1. Gambar 9 dapat diuraikan dalam Tabel 16 berikut: Tabel 16. Intensitas Relatif Tingkat Umur Berdasarkan Lokasi Taman SAB Lokasi Taman Daya Tarik Relatif Umur Sentra Pagi (SP) Sentra Sore (SS) A. 7 tahun – 9 tahun (kelas I A. 7 tahun – 9 tahun (kelas I – Tinggi – III SD) III SD) Lokasi 3 Lokasi 2 B. 10 tahun – 12 tahun (kelas B. 10 tahun – 12 tahun (kelas IV IV – VI SD) – VI SD) Lokasi 1 Lokasi 1 C. Pegawai sekolah (Dewasa) C. Pegawai sekolah (Dewasa) Rendah Lokasi 2 Lokasi 3 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada usia A memiliki intensitas relatif yang lebih tinggi dikarenakan jumlah siswa pada usia tersebut memiliki jumlah yang lebih banyak dan semakin ke atas jumlah siswa semakin sedikit (Gambar 10).
700 600
SPL1
500 Jumlah 400 Orang 300
SSL1
200
SPL3
100
SSL3
SPL2 SSL2
0
SPL4
Usia A
Usia B
Usia C
SSL4
Gambar 10. Hubungan Antara Lokasi Taman dan Tingkat Umur SAC Hasil pengamatan di SAC didapatkan hasil, lokasi taman 1 (taman penerimaan), lokasi 2 (taman produksi dan taman jam), lokasi 3 (taman daur ulang, taman outbound, taman warna, dan taman sentral), dan lokasi 4 (taman manfaat) bahwa pada usia A sentra pagi dan sore lokasi yang dipilih adalah lokasi 1 karena letak yang berdekatan dan didukung oleh fasilitas yang mendukung siswa belajar dan 47
bermain. Usia B sentra pagi dan sore setting lokasi 3 dapat menarik perhatian karena lokasi yang berdekatan dengan kelas. Usia C sentra pagi berada di lokasi 1 tepatnya berada di sekitar ruang guru, sedangkan pada sentra sore hari jumlahnya hampir menyebar disetiap lokasi. Gambar 10 dapat diuraikan dalam Tabel 17 berikut: Tabel 17. Intensitas Relatif Tingkat Umur Berdasarkan Lokasi Taman SAC Daya tarik relatif umur Tinggi
Rendah
Lokasi Taman Sentra Pagi (SP)
Sentra Sore (SS)
A. 7 tahun – 9 tahun (kelas I – IIISD) Lokasi 1 B. 10 tahun – 12 tahun (kelas IV – VI SD) Lokasi 3 C. Pegawai sekolah (Dewasa) Lokasi 2
A. 7 tahun – 9 tahun (kelas I – III SD) Lokasi 1 B. 10 tahun – 12 tahun (kelas IV – VI SD) Lokasi 3 C. Pegawai sekolah (Dewasa) Lokasi 1
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada usia A memiliki intensitas relatif yang lebih tinggi dikarenakan jumlah siswa pada usia tersebut memiliki jumlah yamg lebih banyak dan semakin ke atas jumlah siswa semakin berkurang. 4.7.2 Diffferent park will generate different activity (taman yang berbeda akan menggerakkan aktivitas yang berbeda). Berdasarkan penelitian ini, taman sebagai objek penelitian (setting) dibagi dalam lokasi dan tipe taman. Different activity dibagi menjadi 11 ragam kegiatan diantaranya 1.Belajar 2.Duduk 3. berdiri 4. Berjalan 5.Berlari 6.Bermain 7.Memanjat 8.Berbincang 9.Jongkok 10.Outbound/olahraga, dan 11.Makan. a. Hubungan antara lokasi taman dengan ragam aktivitas Hubungan Jumlah orang dan ragam aktivitas pada setiap lokasi taman terdapat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Gambar 11. Hubungan Antara Lokasi Taman dengan Ragam Akivitas SAB
48
1. Belajar
Jumlah Orang 500
2. Duduk 3. Berdiri
400
4. Berjalan
300
5. Berlari
200
6. Bermain 7. Memanjat
100
8. Berbincang
0
9. Jongkok
Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
10. Outbound
Lokasi Taman
11. Makan
Gambar 11. Hubungan Antara Lokasi Taman dengan Ragam Akivitas SAB 1. Belajar
Jumlah Orang
2. Duduk
600
3. Berdiri
500
4. Berjalan
400
5. Berlari
300
6. Bermain
200
7. Memanjat
100
8. Berbincang
0 Lokasi 1
Lokasi 2
Lokasi 3
9. Jongkok
Lokasi 4
10. Outbound
Lokasi Taman
11. Makan
Gambar 12. Hubungan Antara Lokasi Taman dengan Ragam Akivitas SAC Adapun penjelasan selanjutnya dari Gambar 11 dan Gambar 12 dijelaskan pada Tabel 18. Tabel 18. Intensitas Relatif Aktivitas Berdasarkan Ragam Aktivitas Daya tarik relatif aktivitas Tinggi
Lokasi Taman SAB 4 1 6 8
Lokasi Taman SAC 1 4 5 10 49
Lanjutan Tabel 18. 3 2 5 10 9 11 7
Rendah
8 3 2 6 9 11 7
Setelah melalui pengamatan, Sekolah Alam Bogor memiliki intensitas tertinggi pada ragam aktivitas berjalan, kemudian belajar, dan bermain. Ragam aktivitas terendah didapati pada aktivitas memanjat. Sekolah Alam Cikeas memiliki ragam aktivitas tertinggi pada aktivitas belajar disusul dengan aktivitas berjalan dan berlari. Sedangkan aktivitas terendah didapati pada aktivitas makan. Dari kedua sekolah yang diamati, aktivitas tertinggi didapati pada aktivitas belajar dikarenakan kedua sekolah ini menggunakan alam sebagai ruang untuk belajar. Aktivitas pada kedua sekolah dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 19. Contoh Aktivitas Sekolah Alam Bogor Aktivitas Belajar
Duduk
Foto
Keterangan Kegiatan belajar yang menggunakan media alam dan diaplikasikan secara langsung
Belajar sambil duduk di taman sentral
Belajar bagaimana caranya menanam sambil duduk di area kebun
50
Lanjutan Tabel 19. Aktivitas Berdiri
Foto
Keterangan Siswa berkumpul di taman sentral dalam rangka mengadakan suatu kegiatan
Berdiri sambil mengamati lingkungan sekitar
Berjalan
Siswa yang berjalan dari kebun setelah panen menuju kelas
Berlari
Siswa yang berlari menghampiri temannya yang sedang bermain di lapangan belakang
Bermain
Siswa yang bermain di area yang sudah disediakan sekolah disela-sela jam belajar
Memanjat
Siswa yang memanjat pohon menyaksikan permainan futsal
51
Lanjutan Tabel 19. Aktivitas Berbincang
Foto
Keterangan Berbincang disegala aktivitas baik itu dalam hal jual beli maupun pada kegiatan mencuci piring yang digunakan setelah makan
Jongkok
Siswa yang jongkok maupun saat belajar
saat
bermain
Outbound
Kegiatan outbound yang diikuti siswa untuk melatih rasa berani dan bekerjasama
Makan
Makan bersama saat makan siang di dekat kolam
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
52
Tabel 20. Contoh Aktivitas Sekolah Alam Cikeas Aktivitas Belajar
Foto
Keterangan Kegiatan belajar dengan turun langsung ke lapang dengan menggunakan ampiteater sebagai sarana belajar. Hal ini bertujuan untuk melatih keberanian, ekspresi dan rasa percaya diri. Kegiatan jual beli hasil dari pra tanam sampai pasca panen yang kemudian dijual merupakan salah satu kegiatan belajar untuk menjadi pengusaha muda.
Duduk
Duduk bersama dan dengan tekun mengerjakan tugas langsung di green laboratorium, dengan memanfaatkan barang bekas yang dilukis kemudian ditanami dengan bibit tanaman yang kemudian disimpan di taman manfaat. Duduk bersama-sama disekitar kelas pada saat jam istirahat.
Berdiri
Berdiri menunggu giliran masuk perpustakaan dan lab. Komputer.
Berjalan
Berjalan dengan tertib seusai mempelajari evaluasi bencana gempa bumi.
Berjalan seusai dari tempat pengolahan sampah organik yang akan dijadikan kompos.
53
Aktivitas Berlari
Foto
Keterangan Berlari di sekitar ampiteater menuju musholla yang ada di samping.
Bermain
Bermain bersama di depan kelas, diselasela jam pelajaran untuk menghilangkan penat.
Bermain sepak bola di lapangan futsal yang menimbulkan keakraban satu sama lain.
Memanjat
Kegiatan yang jarang dilakukan oleh seorang anak perempuan, namun disini semua anak bebas untuk beraktivitas termasuk memanjat pohon.
Berbincang
Berbincang satu sama lain di depan musholla sebelum menunaikan shalat dzuhur.
Berbincang di depan kelas dengan menggunakan bahasa inggris yang merupakan bahasa sehari-hari yang wajib digunakan.
54
Lanjutan Tabel 20. Aktivitas Jongkok
Foto
Outbound
Keterangan Jongkok sambil memunguti sampah organik maupun anorganik disekitar taman produksi.
Kegiatan outbound yang dilakukan di area outbound dan area outbound samping taman daur ulang dijadikan sebagai kegiatan yang wajib ada. Bertujuan untuk melatih keberanian, bereksplorasi dan bekerja sama.
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
55
BAB V PEMBAHASAN 5.1
Analisis Karakteristik Lanskap Sekolah
5.1.1 Kondisi Tapak 1. Fasilitas Fasilitas dikedua sekolah dibedakan menjadi fasilitas ruang terbangun dan ruang terbuka hijau. Ruang terbangun terdiri dari ruang kelas, kantor, perpustakaan, ruang kesenian, ruang komputer dan ruang pertemuan yang berada di kedua sekolah digunakan untuk kegiatan akademik, pertemuan dan aktivitas guru. Bangunan untuk sekolah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 harus memenuhi standar berupa: a. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan seperti mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. Ruang-ruang dikedua sekolah ini memiliki bentukan menyerupai saung dengan bukaan untuk udara dan cahaya yang mengelilingi bentukan ruang. b. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.Bahan bangunan yang digunakan oleh kedua sekolah menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan dengan menggunakan kayu lokal. c. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman. Bangunan yang berbentuk panggung disediakan juga oleh tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesehatan pengguna serta sirkulasi disekitar ruangan didesain untuk mempermudah akses siswa. d. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan seperti bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. Persyaratan ini kurang terpenuhi dikedua sekolah karena bentukan ruangan yang memiliki bukaan yang lebar sehingga kebisingan yang berasal dari luar kelas dapat mengganggu aktivitas belajar di dalam ruangan. Fasilitas pendukung seperti musholla yang berada di kedua sekolah terlihat cukuplah berbeda jauh, dimana untuk Sekokah Alam Bogor musholla terbuat dari kayu dan nampak sederhana dengan luas 31,8 m2 dengan kapasitas + 30 orang sedangkan untuk Sekolah Alam Cikeas musholla atau masjid tampak terlihat cukup 56
mewah dengan desain minimalis dan sudah dikeramik dengan luas 500 m2dan dapat menampung + 200 orang.Selain kegiatan beribadah, dimusholla ini sering dijadikan untuk tempat belajar agama atau diskusi bersama mengenai agama. Meskipun dari segi ukuran dan desain yang berbeda, namun kebersihan keduanya terjaga sehingga pengguna merasa nyaman untuk beribadah. Bank sampah yang hanya dimiliki salah satu sekolah menjadi ciri bahwa sekolah alam benar-benar memanfaatkan barang yang sudah tidak dimanfaatkan menjadi barang yang layak pakai kembali. Berbagai kreasi dihasilkan disini bahkan tak jarang barang ini dijual kembali sehingga menghasilkan keuntungan yang kemudian dimanfaatkan kembali bagi pihak sekolah. Kantin yang berada di Sekolah Alam Bogor atau mini market yang berada di Sekolah Alam Cikeas, keduanya memiliki desain yang sangat berbeda sama halnya seperti musholla. Untuk Sekolah Alam Bogor material yang digunakan adalah bambu sedangkan untuk mini market sudah berbentuk permanen dan minimalis. Fungsi dari kedua fasilitas ini pun berbeda, untuk kantin yang digunakan siswa Sekolah Alam Bogor digunakan untuk memuaskan aktifitas murid pada waktu istirahat dimana akses yang dilalui tidak terlalu jauh dan mudah, selain itu kelengkapan fasilitas seperti bangku, tempat sampah dan meja cukup terlihat bersih dan baik. Sedangkan untuk mini market hanya digunakan sewaktu-waktu saja, dimana disini menjual berbagai kebutuhan seperti baju ataupun celana yang sudah tidak terpakai lagi oleh siswa. Karena siswa tidak diperkenankan untuk jajan makanan kecil, sekolah sudah menyediakan makanan untuk makan siang. Pos keamanan yang dijadikan sebagai pusat keamanan menjadikan sekolah lebih aman dan tertib terutama dalam hal keamanan lapangan parkir, area penerimaan (keluar masuknya user) dan penjagaan lingkungan sekolah. Menurut Hakim (1991) keamanan merupakan masalah terpenting karena dapat menghambat aktivitas yang dilakukan user. Peletakan pos keamanan harus diletakkan strategis mungkin agar dapat menjangkau keseluruhan area dan dijangkau oleh masyarakat sekolah. Material yang digunakan berupa kayu lokal untuk SAB dan untuk SAC menggunakan tembok permanen. Penempatan bangunan yang cukup rapi dan tidak berhimpitan membuat aktivitas menjadi dinamis.Selain itu fasilitas yang berada di dalam kelas dibuat dari karya siswa yang dihasilkan dari barang bekas menjadi barang yang berguna. Sesuai 57
dengan tujuannya, ruang ini digunakan untuk kegiatan belajar dan sebagai pelindung/penaung pengguna yang ada di dalamnya sehingga kebersihan dan material yang digunakan cukuplah nyaman. Selain itu konsep panggung dan material kayu yang digunakan sesuai dengan sekolah alam yang ingin lebih mencintai dan dekat dengan alam. Bangku taman dirancang untuk mengurangi rasa letih dan menciptakan keakraban antar masyarakat sekolah. Lokasi bangku taman diletakkan di sekitar lapangan dan area penyangga yang berfungsi sebagai tempat untuk berbincang, menonton pertandingan, bersantai ataupun berdiskusi, bangku sekitar kelas digunakan untuk berdiskusi, membaca dan menunggu pergantian jam pelajaran, dan bangku disekitar kantin yang digunakan untuk mengkonsumsi makanan dan miuman. Harris dan Dinnes (1988) mengatakan bahwa dalam pemilihan lokasi tempat duduk antara lain terlindung dari angin, view yang bagus, tidak pada jalur sirkulasi, memberi pilihan pada user untuk berteduh, berjemur, kegiatan khusus, bersifat formal ataupun informal. Bentuk dari bangku dikedua sekolah didesain berkelompok tidak ada yang sendiri-sendiri hal ini bertujuan agar antar siswa dapat berinteraksi satu sama lain. Material bangku yang digunakan di Sekolah Alam Bogor menggunakan material semen yang bersifat tahan lama dan untuk Sekolah Alam Cikeas menggunakan bangku taman bermaterial plastik yang tidak tahan lama namun sama-sama mudah dalam perawatan dan desainnya yang sederhana. Tempat sampah merupakan salah satu elemen keras yang wajib disediakan oleh pihak sekolah.Masing-masing kelas harus memiliki tempat sampah sendiri dan dilingkungan sekitar sekolah harus disediakan tempat sampah. Kedua sekolah ini membagi tempat sampah kedalam tiga jenis yaitu tempat sampah organik yang dikhususkan untuk sampah-sampah dedaunan, tempat sampah anorganik seperti bungkus makanan ataupun kertas dan minuman, dan tempat sampah basah yang digunakan sebagai penampungan sampah-sampah yang basah dengan material yang digunakan plastik. Jalur sirkulasi menggunakan material yang beragam, diantaranya seperti bata merah, asphalt, dan konblok. Penggunaan bata merah dan konblok merupakan pekerasan yang cocok untuk pejalan kaki, dimana konblok memiliki beberapa keuntungan antara lain drainase yang baik, mempunyai warna dan tektur yang menarik, serta mudah dalam penggantiannya. Penggunaan konblok dan bata merah 58
tidak bertahan lama. Warna yang senada dengan tanah membuat mata masyarakat sekolah tidak merasa silau apabila sedang beraktivitas atau hanya sekedar jalan.Jalur pedestrian yang dibuat khusus membuat masyarakat sekolah patuh terhadap jalan yang telah dibuat.Lebar jalur pedestrian yang tidak terlalu sempit yang dapat dilalui dua orang memberikan rasa nyaman bagi penggunanya. Jalur kendaraan yang juga merupakan gerbang sekolah dibuat cukup lebar sehingga kendaraan dapat dengan leluasa keluar dan masuk sekolah. Podium upacara diletakkan di tengah lapangan yang digunakan siswa untuk melakukan upacara bendera atau upacara merayakan hari-hari kepentingan nasional seperti perayaan HUT RI. Rambu-rambu/papan informasi bertujuan untuk memberikan informasi sehingga siswa dapat mengetahui segala macam informasi. Rambu-rambu ini diletakkan di lokasi yang strategis dan beberapa rambu dibuat oleh siswa. Beberapa rambu dari kedua sekolah ada yang kurang terawat. Rambu-rambu yang ada terlihat sudah rusak bahkan tidak terlihat dengan jelas informasi apa yang ditampilkan. Material yang digunakan berupa papan yang dibungkus dengan kertas dengan penyangga kayu, dan papan yang terbuat dari triplek. Ruang terbuka hijau atau tamandi kedua sekolah tidak menggunakan pekerasan dan hanya memanfaatkan penutup tanah seperti rumput atau tanah sebagai alas. Pepohonan yang berada disekilingnya menambah kesejukan dan membuat mata tidak silau apabila siswa beraktivitas di lingkungan terbuka. Dapat dikatakan bahwa area hijau untuk kedua sekolah alam ini memiliki nilai berkategori baik dimana sudah termanfaatkan sebagai sarana yang interaktif untuk meningkatkan perkembangan pendidikan dan pengetahuan siswa. Francis dan Marcus (1998) serta Moore (1993) dalam Titidarnila dan Nurisjah (2001) material tanaman pada area bermain dapat digunakan sebagai media pengetahuan dan bermain selain material arsitektur dan lingkungan. Playground yang disediakan khusus untuk bermain ataupun outbound bagi masyarakat sekolah menjadi pembeda khusus dengan sekolah yang lain. Kedua sekolah alam ini mempunyai area khusus untuk melakukan aktivitas outbound baik itu yang bersifat individual ataupun berkelompok. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 menyatakan bahwa rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta didik. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan. 59
Lapangan yang dijadikan sebagai pusat berbagai aktivitas siswa hampir seluruh kegiatan dilakukan disini. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 sekolah minimal terdapat lapangan basket dan lapangan voli. Kedua sekolah hanya terdapat lapangan basket yang terbuat dari semen dan lapangan futsal yang terbuat dari hamparan tanah (SAB) dan rumput sintetis (SAC). Dilihat dari ketersediaan lahan yang kurang memadai, menyebabkan SAB memiliki lapangan futsal yang berada di luar gerbang sekolah. Lapangan parkir dari kedua sekolah memiliki area khusus atau tersendiri dengan daya tampung untuk SAB lapangan parkir yang tersedia hanya untuk motor dan sepeda dengan luas 64 m2. Material yang digunakan untuk alas lapangan parkir SAB dibuat dari tanah merah. Lapangan parkir SAB berdekatan dengan lapangan futsal hal ini menyebabkan ketidak amanan bagi siswa yang sedang beraktivitas di lapangan. SAC memiliki luas lapangan parkir 1200 m2 untuk menampung kendaraan seperti mobil jemputan sekolah. Material yang digunakan adalah pekerasan dari batu-batuan. Lapangan parkir dikedua sekolah merupakan lokasi yang nyaman dan teduh oleh barisan pepohonan. Kebun yang merupakan salah satu tempat yang tak kalah penting di sekolah alam, disini siswa diajarkan cara bercocok tanam dan produksi hasil kebun. Berbagai jenis sayuran ditanam disini disesuaikan dengan musim dan waktu belajar. Setiap kelas memiliki tanaman tersendiri yang kemudian dikelola dan diolah sendiri. Kebun ini yang membedakan sekolah alam dengan sekolah lainnya dimana disekolah lain jarang atau bahkan tidak ditemui fasilitas dan aktivitas berkebun. Secara keseluruhan, kedua sekolah sudah memiliki fasilitas indoor dan outdoor yang memadai dan kondisi fasilitas yang cukup baik dan menunjang bagi aktivitas siswa di sekolah. Dari hasil kuisioner ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana dengan siswa sekolah alam, didapatkan hasil 46.9% (SAB) dan 50.8% (SAC) dengan rataan 48.9% menyatakan lengkap, dan 1.5% responden menyatakan kurang lengkap. Menurut hasil kuisioner, sebanyak 38.6% responden memilih disediakannya kolam renang di area sekolah. Selain itu, untuk kondisi fasilitas sarana dan prasarana di kedua sekolah menurut hasil pengamatan kuisioner mendapatkan hasil yang baik dengan persentase sebesar 45.1% maka dari hasil persentase tersebut didapatkan hasil bahwa responden puas terhadap fasilitas yang telah disediakan pihak sekolah. 60
2. Desain Dalam suatu taman, terdapat dua karakter desain taman yaitu taman formal dan taman informal. Karakter ini tentu akan berpengaruh terhadap aktivitas yang ada di dalamnya. Karakter taman formal terletak pada taman penerimaan sampai dengan batas ruang edukasi dan taman informal dimulai dari ruang edukasi, ruang bermain, dan ruang penyangga dengan kesan yang ditampilkan rileks dan dinamis. Kombinasi formal dan informal pada masing-masing sekolah menciptakan suasana yang nyaman, area sekolah jauh dari kesan monoton, ditambah lagi kedua sekolah ini lebih banyak melakukan aktivitas di luar ruangan kelas. Penataan taman formal di area penerimaan memiliki estetika yang tinggi, rapih dan tertata sehingga pengguna yang datang akan merasa disambut oleh pihak sekolah. Sedangkan untuk area edukasi dan area sekitar sekolah yang bersifat informal diciptakan agar siswa yang belajar tidak merasa terkekang dan merasa bebas dengan kondisi lingkungan yang terbuka dan dinamis menyerupai alam sebenarnya. Proporsi yang diberikan kedua sekolah untuk taman informal dan formal adalah 80% berbanding 20%. Taman informal yang didapatkan memiliki ciri-ciri asimetris dengan tanaman yang berstrata rendah ketinggi dengan warna tanaman yang bergradasi dan banyak ditemui aktivitas seperti bermain dan belajar. Sedangkan untuk taman formal yang berada di area penerimaan lebih bersifat kaku yang hanya ditemui aktivitas berjalan saja dengan tanaman yang hampir seragam di setiap alurnya. Taman bersifat informal dikedua sekolah ini dikatakan sesuai karena dilihat dari segi pengguna yang didominasi oleh usia anak-anak dan kegiatan yang lebih banyak digunakan di area taman sekolah. Usia anak-anak lebih menyukai hal yang bersifat dinamis dan bebas tanpa adanya batasan (kecuali tanaman) terutama yang bersifat kaku. Selain itu dari segi pengelolaannya, lebih mudah pemeliharaannya sehingga dapat berkelanjutan. Taman-taman yang berada disekolah diidentifikasi berdasarkan jenis atau fungsi tanaman. Misalnya saja untuk taman dengan beraneka macam tanaman obat maka diberi nama taman obat. Semua taman yang berada di kedua sekolah selalu dikunjungi oleh masyarakat sekolah yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Sekolah Alam Bogor maupun Sekolah Alam Cikeas keduanya sama-sama menampilkan taman yang terbaik bagi siswanya. Kedua sekolah ini sama-sama memiliki taman obat dan 61
kebunsebagai media belajar dan area outbound untuk kegiatan melatih keberanian dan kepemimpinan. 3. Lanskap Sekitar Tapak Berdasarkan hasil data yang didapatkan, bagian depan sekolah didominasi oleh perumahan, bagian kanan didominasi oleh perumahan dan persawahan, bagian kiri dan belakang sekolah didominasi oleh perumahan dan jalan. Penempatan sekolah di area perumahan, terutama perumahan yang tidak terlalu ramai seperti Puri Cikeas (Sekolah Alam Bogor) dan Taman Seruni (Sekolah Alam Bogor) dinilai cukup sesuai. Kondisi lingkungan perumahan yang baik (tenang), jauh dari kebisingan, kondisi lalu lintas yang tidak padat serta jauh dari gangguan memberikan suasana yang kondusif dalam hal belajar mengajar. Kondisi lingkungan sekitar seperti persawahan dan kebun memberikan nilai tambah yang baik bagi Sekolah Alam, karena selama ini sekolah-sekolah yang berada diperkotaan jarang sekali ditemukan kondisi alam yang seperti ini. Pabrik, lampu merah dan pertokoan sepanjang jalan yang dilalui menuju Sekolah Alam Cikeas sering kali menjadi kendala serius yang dapat menyebabkan kemacetan terutama pada pagi dan sore hari yang bertepatan dengan jam masuk dan pulang sekolah. Tentu saja hal ini dapat mengganggu dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Lain dengan Sekolah Alam Bogor yang akses menuju sekolah dirasakan cukup lancar. Kebun yang merupakan milik sekolah namun berada diluar sekolah (Sekolah Alam Bogor), dijadikan sebagai media belajar dengan belajar berkebun mulai dari mengolah, pra penanaman sampai pasca panen. Tentu saja kondisi lanskap sekitar sekolah ini mempunyai dampak tersendiri bagi sekolah, diantaranya adalah (tercantum pada Tabel 21 dan Tabel 22). Tabel 21. Lankap Sekitar SAB dan Dampaknya Lankap Dampak Positif Sekitar SAB Perumahan Kondisi lingkungan aman, bersih dan tenang (kondusif) Kebun dan Dijadikan sebagai media belajar Pencipta suasana alami dan sejuk (indah) Sawah Pertokoan Jalan
Mempermudah akses menuju sekolah
Dampak Negatif Perantara penghasil polusi udara dan suara
62
Tabel 22. Lankap Sekitar SAC dan Dampaknya Lankap Dampak Positif Sekitar SAC Kondisi lingkungan aman, bersih dan Perumahan tenang (kondusif) Dijadikan sebagai media belajar Kebun dan Pencipta suasana alami dan sejuk Sawah (indah) -
Pertokoan
Jalan
Mempermudah akses menuju sekolah
Dampak Negatif Menyebabkan kemacetan, menimbulkan gaya hidup yang konsumtif Perantara penghasil polusi udara dan suara
Solusi yang bisa diterapkan dalam memilih lokasi sekolah ialah dengan meneliti dengan baik sebelum dibuat lokasi sekolah. Perencanaan pembangunan peletakan sekolah harus benar-benar matang. Misalnya saja menurut Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta (2002), lokasi dari bangunan sekolah lebih baik dihindarkan dari kondisi lingkungan yang dapat menimbulkan suatu gangguan terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, gangguan tersebut dapat berupa: 1. gangguan bunyi, misalnya saja yang berasal dari dekatnya dengan stasiun kereta api, kegaduhan pasar, atau berasal dari dekatnya dengan landasan pesawat terbang, 2. gangguan bau, misalnya saja berdekatan dengan sungai yang kotor, tempat sampah atau berasal dari limbah pabrik atau rumah tangga, 3. gangguan udara, misalnya berasal dari asap pembakaran sampah rumah tangga, atau asap pabrik, 4. gangguan kesehatan, misalnya berdekatan dengan rumah sakit, 5. gangguan keamanan, misalnya berdekatan dengan pasar atau jalan utama yang ramai, dan 6. gangguan pandangan, misalnya berdekatan dengan tempat yang ramai, atau pemukiman padat penduduk.
63
Dalam proses perencanaan sebaiknya aspek penilaian dalam pemilihan tapak bangunan sekolah menurut Chiara dan Koppelman (1994), adalah: 1. berada jauh dari jalan kereta api, bandar udara, dan pelabuhan, 2. berada jauh dari jalan raya yang padat (terlindung dari kebisingan), 3. berada jauh dari pusat perbelanjaan, pertokoan ataupun bisnis, 4. lokasi perumahan disekitarmya memiliki sifat dan pengaruh sosial yang baik, 5. berada jauh dari bau-bauan, kebisingan, industri, dan arah tiupan angin harus diperhatikan. Penempatan taman atau tanaman menjadi solusi yang tepat untuk mengurangi atau menutupi gangguang-gangguan yang berada di sekitar tapak sekolah. Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas dirasa penempatannya sudah cukup sesuai karena jauh dari pusat kebisingan, kepadatan, perbelanjaan ataupun bau-bauan. Kedua sekolah ini berada di lokasi perumahan yang memiliki sifat dan pengaruh sosial yang baik. 4. Fungsi Ruang Penempatan ruang mempertimbangkan hubungan antar ruang dan dihubungkan oleh sirkulasi yang jelas. Pembagian fungsi ruang pada masing-masing sekolah samasama dibagi menjadi empat bagian. Sekolah Alam Bogor terdiri dari ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang penyangga dan ruang pengolahan (Gambar 13). Sekolah Alam Cikeas dibagi menjadi ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang ekspresi, dan ruang pengolahan (Gambar 14). Hal yang membedakan diantara kedua sekolah ini adalah pembagian ruang di bagian tengah, untuk ruang penyangga berupa lapangan yang dihampari rerumputan dan pohon serta jarang siswa yang beraktivitas diarea tersebut karena menurut Ibu Ery Mardiana selaku kepala sekolah mengatakan bahwa area tersebut sengaja dinetralisir agar tidak diinjak oleh siswa untuk keberlangsungan area tersebut2. Ruang yang lain memiliki fungsi yang sama, ruang penerimaan adalah ruang publik yang merupakan
pintu
gerbang
seluruh masyarakat sekolah untuk
memperoleh ilmu. Penggunaan fungsi ruang dikedua sekolah sudah tepat, fasilitas maupun aktivitas di ruang penerimaan disesuaikan dengan tujuan awal yang berupa ruang penerimaan bersifat umum. Sekolah Alam Bogor memiliki ruangan penerimaan yang meliputi pos keamanan, area parkir, area outbound, ruang tata usaha, taman penerimaan, kantin dan kolam. Sekolah Alam Cikeas meliputi pos keamanan, area 64 2 Hasil wawancara
parkir, kantor, perpustakaan, ruang pertemuan, taman penerimaan, taman produksi, mushalla, dan mini market. Ruang penerimaan diletakkan di bagian depan sekolah yang merupakan akses keluar masuk pengguna. Kesan yang harus ditampilkan berupa kondisi yang nyaman, menyambut, dan estetis. Ruang edukasi yang merupakan pusat menuntut ilmu berupa ruang kelas maupun sarana pendukung lainnya sudah tepat. Secara keseluruhan, sebenarnya sedikit sulit untuk membedakan antara ruang edukasi dan ruang yang lainnya karena hampir keseluruhan area yang ada di sekolah alam dijadikan sebagai ruang untuk belajar. Sekolah Alam Bogor memiliki ruang edukasi yang terdiri dari kelas, lapangan, ruang guru, ruang komputer, ruang kesenian, perpustakaan, kebun dan beberapa taman seperti taman obat, taman panca indera, taman A-Z, taman warna dan lapangan olahraga. Ruang edukasi di Sekolah Alam Cikeas terdiri dari kelas, perpustakaan, ruang komputer, beberapa taman seperti taman jam, taman manfaat, taman warna, taman daur ulang, ampiteater, dan kebun. Ruang edukasi ditempatkan jauh dari jalan raya dan ditempatkan pada bagian dalam sekolah untuk menghindari gangguan eksternal. Lapangan olahraga diletakkan terpisah dengan lapangan parkir kendaraan untuk menghindari kecelakaan atau gangguan. Ruang penyangga bagi Sekolah Alam Bogor meliputi lapangan hijau yang ditanami rerumputan dan pepohonan. Ruang ekspresi yang dimiliki Sekolah Alam Cikeas terdiri dari lapangan futsal, lapangan basket, dan area outbound. Selanjutnya adalah ruang pengolahan. Ruang ini berada di belakang sekolah yang berfungsi sebagai, green lab, pembuatan kompos, daur ulang kompos, dan kandang. Dikatakan sebagai ruang pengolahan karena setiap fasilitas yang berada disini saling berpengaruh satu sama lain sehingga menghasilkan suatu produk atau barang yang dapat dimanfaatkan bersama. Sirkulasi terdapat di semua area karena menghubungkan antar ruang yang satu dengan yang lainnya. Jenis sirkulasi yang ada berupa sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor yang ditunjang oleh satu jalan. Pemisahan antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor haruslah jelas, dan kondisi jalan selalu diperhatikan agar tidak menimbulkan kecelakaan bagi penggunanya.
65
5. Penggunaan Ruang Dari kedua sekolah yang telah dievaluasi, kedua sekolah memiliki ruang terbuka hijau lebih besar dari pada lahan terbangun. Hal ini tentu saja sesuai dengan konsep Sekolah Alam itu sendiri yang memanfaatkan lanskap sebagai media untuk belajar. Terlihat dengan jelas bahwa lanskap lebih mendominasi dengan banyaknya tanaman atau pohon yang mengelilingi sekolah. Begitu juga dari hasil kuisioner sebanyak 45% responden berpendapat bahwa kondisi lanskap atau tata hijau yang berada di sekolah cukup baik. Persentase penggunan ruang kedua sekolah lebih didominasi oleh penggunaan ruang terbuka dengan dengan persentase 70% dan persentase penggunaan ruang terbangun 30%. Hal ini dikarenakan sekolah alam belajar dan beraktivitas diluar ruangan (sekolah) dengan memanfaatkan alam sebagai bahan, alat, media dan wadah untuk bereksplorasi dan berinteraksi selama berada di sekolah. Dengan luasan lahan yang cukup luas, maka rasa nyaman akan terwujud. Masyarakat sekolah memiliki gerak yang bebas di lingkungan sekolah.Tentu saja ini berpengaruh pula terhadap aktivitas dan kegiatan belajar mengajar selama di sekolah. Kedua Sekolah Alam memiliki ruang bermain (outbound) yang menempatkan fasilitas bermainnya pada suatu tempat yang telah ditentukan. Pada kenyataannya siswa bebas bermain dimana saja tidak sesuai dengan area yang sudah ditentukan. Menurut Fields (1987) dalam Titidarnila dan Nurisjah (2001), bahwa ruang-ruang bermain sebaiknya diberi sub-sub area bermain karena umumnya dalam kelompok anak-anak selalu ada kelompok anak yang sulit untuk bersatu baik karena usia ataupun perilaku. Karena itu menurut Titidarnila dan Nurisjah (2001), agar ruang main luar dapat dimanfaatkan oleh setiap anak, maka diperlukan pengaturan tata ruang bermain sebagai berikut: 1) terdapat ruang utama yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak dari berbagai kelompok, 2) terdapat ruang khusus yang digunakan oleh kelompok-kelompok kecil, dan 3) jika ruang untuk kelompok kecil itu terdapat pada ruang utama maka harus ada hubungan visual dengan ruang lainnya.
66
67
68
Dilihat dari pengaturan tata letak tersebut, untuk taman bermain Sekolah Alam Bogor sesuai dengan ketentuan karena untuk siswa kelas 1- III bermain di satu tempat yang berada di belakang sekolah yang berdekatan dengan taman panca indera dan taman A to Z dan untuk kelas IV –VI menyebar di setiap area. Sedangkan untuk sekolah Alam Cikeas kurang sesuai karena setiap anak bermain hampir menyebar disetiap tempat yang telah disediakan. Perbedaan ini dikarenakan luasan kedua sekolah yang cukup berbeda jauh sehingga untuk sekolah yang luasannya lebih kecil memanfaatkan ruang semaksimal mungkin dan untuk sekolah yang luasannya lebih besar menjadikan siswa memanfaatkan setiap area yang ada. Kemampuan dari ruang terbuka hijau menampung siswa yang berada di luar ruangan dapat dihitung dengan menghitung daya dukung ruang dari tiap siswa yang ada, yaitu sebesar 4 m2/orang (Sebayang, 1996). Daya dukung lahan pada ruang terbuka hijau dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DD = A S DD = Daya dukung (orang) A
= Luas area (m2)
S
= Standar rata-rata individu (orang/m2) Hasil perhitungan dari daya dukung dan luas Taman dari sekolah yang menjadi
lokasi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Luas Ruang Terbuka Hijau dan Daya Dukung Luas Nama Ruang terbuka Daya Dukung No. RTH Sekolah hijau (orang) (m2) 1
SAB
a. Taman penerimaan b. Taman sentral c. Taman obat d. Taman A-Z e. Taman warna f. Taman Panca indera g. Taman bermain h. Kebun i. Lapangan olahraga/outbound
Keterangan
283
70
Sesuai
203.3 38.2 26.6 48.1 49.1
50 9 6 12 12
Sesuai Tidak Sesuai* Tidak Sesuai* Tidak Sesuai* Tidak Sesuai* Sesuai
75.8 202.7 200
19 50 50
Sesuai Sesuai
69
Lanjutan Tabel 23. 2
SAC
a. Taman penerimaan b. Taman produksi c. Taman jam d. Taman daur ulang e. Taman bermain f. Lapangan g. Taman outbound h. Taman warna i. Taman manfaat j. Ampiteater k. Kebun
617.7
154
Sesuai
275.5 61.4 75.3 51.2 575.8 415 166.4 317.1 577.5 128.7
68 15 18 12 144 103 41 79 144 32
Sesuai Tidak Sesuai* Tidak Sesuai* Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Luas ruang terbuka hijau yang meliputi lapangan, taman bermain dan belajar untuk Sekolah Alam Bogor seluas 3370.6 m2 dari luas keseluruhan 5000 m2 dengan jumlah murid berkisar 250 siswa. Sekolah Alam Cikeas memiliki ruang terbuka hijau yang dimiliki seluas 4534.5 m2 dari luas keseluruhan 50.000 m2 dengan jumlah murid 223 siswa. Data data yang diperoleh menyatakan bahwa SAB dan SAC memiliki daya dukung yang memadai untuk aktivitas siswa, ukuran ini dikatakan sudah memadai sehingga berpengaruh terhadap aktivitas selama disekolah yang tidak dibatasi, ruang menjadi beragam sehingga siswa mampu bereksplorasi terhadap lingkungan sekitar sekolah, siswa menjadi lebih berani dan mampu bersosialisasi dengan baik antar teman sekolah, dan jadwal bermain lebih banyak. Luas taman yang tidak sesuai dengan daya dukung siswa dapat diatasi dengan melakukan rotasi jam pelajaran (asumsi satu hari terdapat 4 shift belajar, satu shift 2 jam mata pelajaran (90 menit)). 6. Ruang terbuka hijau/Taman Konsep utama ruang hijau dikedua sekolah adalah mempertahankan vegetasi lokal. Ruang terbuka hijau sekolah layaknya seperti alam dan menjadikan alam sebagai media atau sarana untuk belajar dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan masyarakat sekolah. Vegetasi yang ditampilkan menggunakan vegetasi lokal, terlihat dari tujuan masing-masing sekolah yang ingin memanfaatkan, melestarikan, dan memelihara potensi lokal seperti bahan untuk bangunan kelas. Vegetasi yang digunakan dikedua sekolah memiliki fungsi yang bermanfaat dan sesuai untuk kebutuhan pendidikan (outbound ataupun akademis). Keberadaan vegetasi dikedua sekolah dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu: 70
1. Fungsi Lanskap: a. fungsi display atau estetik, lebih ditonjolkan dibagian depan sekolah (area penerimaan) dan beberapa taman belajar, b. fungsi screen berada di belakang dan sisi kanan kiri sekolah, c. fungsi border berada di sepanjang jalan area sekolah, dan d. fungsi penyerap polusi dan pengontrol bunyi berada di area parkir. 2. Fungsi setting aktivitas seperti untuk outbound menyebar hampir disetiap lokasi taman dengan ciri pohon dengan diameter batang yang besar dan kuat. 3. Fungsi bahan atau objek ajar a. fungsi tanaman obat berada di taman obat, b. fungsi tanaman aromatik berada di taman aromatik, c. fungsi tanaman display dengan warna yang mencolok berada di taman warna, d. fungsi tanaman manfaat (kebutuhan sehari-hari) berada di taman manfaat, dan e. fungsi tanaman produksi berada di taman produksi. Kedua sekolah alam ini didominasi oleh vegetasi, namun sifat dan karakter dari tanaman tidak ada yang mengganggu atau merusak kegiatan belajar dan bangunan sekolah. Seperti yang dipaparkan menurut Eliza (1997), dalam tanaman di sekitar bangunan harus diperhatikan sifat dan karakter setiap tanaman yang tepat untuk bangunan tersebut. Selain memperhatikan keindahan tanaman, perakaran yang tidak merusak bangunan, cabang tidak mudah patah serta kerindangan yang perlu diperhatikan dalam penataan taman. 7. Proporsi Ruang terbuka hijau Proporsi ruang terbuka hijau pada Sekolah Alam Bogor memiliki persentase + 67.41% dari luas area 5000 m2 dan Sekolah Alam Cikeas memiliki persentase + 90.93% dari luas area 50.000 m2. Ruang terbuka hijau merupakan wadah atau media untuk melakukan segala kegiatan yang dilakukan di luar kelas meliputi kebun, lapangan rumput, taman sekolah, elemen keras penunjang kegiatan belajar mengajar diluar kelas terdiri dari lapangan olahraga/outbound dengan beton atau aspal, area parkir, dan sirkulasi yang terbuat dari paving atau aspal. Persentase penggunan ruang 71
kedua sekolah lebih didominasi oleh penggunaan ruang terbuka dengan dengan persentase + 70% dan persentase penggunaan ruang terbangun + 30%. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang. Pemilihan vegetasi harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kecelakaan bagi siswa dan penanganan yang mudah dalam hal perawatannya agar tetap terjaga.
5.1.2 Pengelolaan Lanskap 1. Konsep Pengelolaan Lanskap sekolah merupakan sarana yang disediakan untruk menunjang segala kegiatan akademis maupun non-akademis dengan memfasilitasi kebutuhan pengguna sehingga menciptakan suasana yang aman dan nyaman. Konsep pengelolaan lanskap sekolah dikembangkan berdasarkan tujuan awal sekolah yaitu menerapkan pembelajaran terintegrasi berbasis alam dan potensi lokal dimana alam sebagai ruang belajar, alam sebagai media dan bahan ajar dan alam sebagai objek pembelajaran. 2. Pengelolaan Pemeliharaan Lingkungan yang berada disekitar sekolah, merupakan area edukasi yang harus dijaga, baik itu berupa ruangan maupun area terbuka hijau. Terutama Sekolah Alam yang amat memerlukan taman yang sesuai dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Taman ini dapat dijadikan sebagai ruang terbuka hijau sekaligus media atau sarana belajar mengajar apabila dikelola secara baik dan benar sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk memproduksi oksigen, ameliorasi iklim, ataupun menyimpan air tanah. Pemeliharaan pun harus disesuaikan dengan prinsip pemeliharaan dimana ada pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal, proses pemeliharaan disesuaikan dengan tujuan serta fungsi awal, dan untuk pemeliharaan fisik dilakukan upaya pemeliharaan elemen keras dan elemen lunak taman. Pengelolaan sampah merupakan salah satu cara mengurangi pembuangan limbah agar dapat dimanfaatkan kembali. Pengolahan sampah dibagi menjadi sampah daun (composting), dan sampah daur ulang (recycle). Sampah anorganik berupa botol 72
plastik, kaleng ataupun plastik diolah langsung di bank sampah sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos yang selanjutnya digunakan untuk pupuk tanaman sekolah. 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan, untuk kedua sekolah memiliki tenaga kerja berbeda. Sekolah Alam Bogor menggunakan sumber daya yang berasal dari sekolah dengan jumlah tiga orang pekerja sedangkan Sekolah Alam Cikeas menggunakan sumber daya dari pihak sekolah (lima pekerja) dan pihak luar sekolah (delapan pekerja). 2.2 Teknik Pemeliharaan Pemeliharaan yang berlangsung mengacu kepada pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi kegiatan pemeliharaan soft material dan hardmaterial. Dilihat dari segi pengelolaannya, pengelola dan
pemeliharaan taman sudah cukup memiliki standar baku yang jelas dan sudah memiliki struktur keorganisasian pengelolaan yang jelas pula. Pemeliharaan dilakukan secara rutin dan insidentil dimana perlakuan terhadap upaya pemeliharaan dilakukan apabila kondisi taman secara fisik dianggap tidak sesuai lagi. Lingkungan sekolah dengan kegiatan siswa yang aktif menjadikan perlunya memperhatikan pengelolaan hamparantaman. Hamparan tersebut
harus memiliki
persyaratan seperti digunakan untuk segala macam kegiatan, tidak berdebu pada musim kemarau atau tidak becek pada musim hujan, tidak licin, harus tahan terhadap penggunaan yang intensif, mudah dipelihara, dan penampilan yang menarik (Arifin, Arifin, 2005). Apabila hamparan permukaan taman yang dijumpai rumput maka alas ini cocok dan nyaman untuk tempat bermain namun memerlukan intensitas pemeliharaan yang tinggi karena harus dipotong secara teratur paling tidak sebulan sekali, dipupuk tiga bulan sekali, serta diberi perlakuan aerasi agar rumput tetap dapat berkembang dan permukaan tanah tidak memadat. Sebaliknya, apabila alas yang digunakan berupa bahan pekerasan seperti conblock, atau semen maka harus dipilih warna, bentuk, tekstur yang sesuai. Material ini dapat dikatakan cukup awet dan pemeliharaannya mudah namun memerlukan biaya pembuatan yang mahal.
73
Pemeliharaan bangunan baik itu berupa ruang kelas, shelter, ataupun pergola harus diperhatikan secara benar karena bangunan tersebut merupakan fasilitas yang memberikan kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Bangunan dikedua sekolah didominasi oleh material yang terbuat dari kayu meskipun banyak pula bangunan serupa yang terbuat dari bahan beton. Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengecatan dinding, pergantian atap, dan penyemprotan cairan anti rayap. Pengecatan dinding dilakukan apabila warna dinding sudah terlihat memudar akibat sinar matahari ataupun terkena air hujan. Pergantian atap yang terbuat dari genting tanah lebih awet dan mudah pemeliharaannya jika dibandingkan dengan ijuk yang masa bertahannya 2-3 tahun. Teknik pemeliharaan yang dapat dilakukan dikedua sekolah sebagai berikut (Tabel 24):
74
Tabel 24. Teknik Pemeliharaan NO
NAMA ELEMEN
STANDAR
1.
Rumput
Warna hijau seragam, subur, merata rapi, dan bebas dari kotoran/sampah/bau.
KEGIATAN PEMELIHARAAN 1. Penyiraman Penyiangan gulma dan pengendalian OPT
Pembersihan area rumput Pemangkasan
Penyulaman
Pemupukan
2.
Semak dan Perdu
Kelompok tanaman serasi, habitat sama, tumbuh subur dengan baik, bebas dari hama,puing dan batuan.
Pemangkasan
Pengendalian OPT
METODE
Vegetasi (Soft Materials) Teknik penyiraman secara manual menggunakan selang Teknik pencabutan tanaman liar (gulma) menggunkan alat pencungkil, penyemprotan dengan menggunakan herbisida dan insektisida Pembersihan dengan cara disapu Teknik pemangkasan dengan menggunalkan gunting rumput atau lawn mower Teknik penyulaman dengan mengganti rumput yang mati atau gundul Teknik pemupukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di atas permukaan rumput Teknik pemangkasan dengan menggunakan gunting dahan / gunting stek. Menggunakan pestisida dan herbisidayang disemprotkan pada tanaman yang terkena penyakit atau hama
FREKUENSI
BAHAN
ALAT
1 kali/hari kecuali hari hujan 1 kali/bulan
Air
Selang
Pestisida
Kored Sprayer
Setiap hari
-
1 kali/bulan
-
Sapu lidi dan pengki Lawn mower
Insidentil
-
Sekop kecil
3 bulan sekali
Urea cair 0.04L / m2
Sprayer
1 kali/bulan
-
Gunting dahan dan stek
1kali/bulan
Pestisida cair
Sprayer
75
Lanjutan Tabel 24. Penyiraman
3.
Pohon
1. Lampu taman
Daun lebat, percabangan tidak membahayakan pengguna, tidak terkena hama dan penyakit, bentuk tajuk terjaga
Intensitas cahaya maksimal dengan daya sesuai tujuan penggunaan, kabel sambungan tidak terkelupas, dan
Teknik penyiraman secara manual menggunakan selang Pemupukan Teknik pemupukan dengan menaburkan pupuk di sekitar perakaran Penyulaman Teknik penyulaman dengan mengganti semak yang mati Pemangkasan Teknik pemotongan double percabangan cut atau pemotongna dengan menggunakan tree pruner untuk cabang yang berdiameter tidak terlalu besar Pemupukan Teknik pemupukan dengan menaburkan pupuk di sekeliling batang utama pohon (membuat lubang alur) berdiameter selebar tajuk Penyulaman Teknik penyulaman dengan mengganti pohon yang tumbang dengan pohon baru (muda) Penyiraman Teknik penyiraman secara manual menggunakan selang 2. Hard Materials Penggantian lampu Teknik penggantian lampu secara manual dengan daya yang sama Pembersihan rangka Teknik pembersihan rangka lampu dari debu dan kotoran yang menutupi kaca lampu untuk
1 kali/hari kecuali hari hujan 1 bulan sekali
Air
Selang
Urea
Sprayer
Insidentil
-
Sekop
2 kali setahun
-
Pruner
1 kali/ 6 bulan
Urea
Sarung tangan
Insidentil
-
Cangkul dan gergaji
1 kali/hari kecuali hari hujan
Air
Selang
1 kali/4 bulan
Lampu
Obeng
Insidentil (terutama sehabis hujan lebat atau
Air dan pembersih kaca
Kain lap
76
Lanjutan Tabel 24. saklar dapat berfungsi baik
2.
Signage
3.
Paving blok/ m2
Informasi terbaca dengan jelas dan cat tidak pudar Warna terjaga, bersih dari lumut sehingga tidak licin, dan bebas dari gangguan rumput (gulma)
Pengecekan kabel dan saluran listrik Pengecatan
Pembersihan dari lumut Penyapuan
Pencabutan rumput (gulma) Penggantian paving
4.
Lapangan Basket
Warna terjaga, bersih dari lumut sehingga tidak licin, dan bebas dari gangguan rumput (gulma)
Pembersihan dari lumut Penyapuan
Pencabutan rumput (gulma) Pengepelan
menghindari pengurangan intensitas cahaya Teknik pengecekan manual dengan menggunkan testpen Teknik pengecatan untuk mengembalikan nilai visual papan informasi Teknik pembersihan lumut dengan penyemprotan herbisida Teknik pembersihan dengan menggunakan sapu untuk membersihkan paving dari sampah yang menutupi Teknik pembersihan dengan mencabut rumput (gulma) pada sela-sela paving Teknik mengganti paving yang telah rusak dengan paving baru Teknik pembersihan lumut dengan penyemprotan herbisida Teknik pembersihan dengan menggunakan sapu untuk membersihkan paving dari sampah yang menutupi Teknik pembersihan dengan mencabut rumput (gulma) pada sela-sela paving Teknik pembersihan dengan menggunakan kain pel untuk
vandalisme) Insidentil
-
Tespen
Insidentil
Cat
Kuas
Setiap hari
Pestisida
Sprayer
Setiap hari
-
Sapu lidi dan pengki
Setiap hari
-
Kored
Insidentil
Sekop dan ember
1 kali/2 minggu
Semen, paving, air, pasir Pestisida
Setiap hari
-
Sapu lidi dan pengki
Setiap hari
-
Kored
1 kali/3 minggu
Air
Kain pel
Sprayer
77
Lanjutan Tabel 24. 5.
Lapangan futsal
Rumput lapangan terjaga dan bersih dari kotoran
Pembersihan area rumput Penyiangan gulma dan pengendalian OPT
Pemangkasan
6.
7.
8.
Signage Sekolah
Saluran drainase dan Kolam
Ruangan dan Musholla
Signage dalam keadaan bersih, warna tidak pudar, dan tulisan dapat dibaca dengan jelas Aliran pada saluran tidak macet dan tidak ada sampah menumpuk di dalamnya
Seluruh ruangan dalam keadaan bersih, cat tidak pudar, kayu tidak lapuk, lantai dan mej bersih
Pembersihan Pengecatan
Pembersihan
Pencucian filter kolam
Penyapuan
Pergantian atap
memebersihkan lapangan Pembersihan dengan cara disapu Teknik pencabutan tanaman liar (gulma) menggunkan alat pencungkil, penyemprotan dengan menggunakan herbisida dan insektisida Teknik pemangkasan dengan menggunalkan gunting rumput atau lawn mower Teknik pembersihan signage dari tanah yang mengotori Teknik pengecatan untuk menghindari tulisan dan warna yang telah memudar Teknik pembersihan saluran dari sampah yang menghalangi secara manual, penyikatan dinding kolam Teknik pemberihan filter yang terdapat di kolam Teknik pembersihan dengan menggunakan sapu untuk membersihkan lantai dari sampahdan debu yang menutupi Atap yang terbuat dari genting tanah jauh lebih awet dibandingkan ijuk (2-3
Setiap hari
-
1 kali/bulan
Pestisida
Sapu lidi dan pengki Kored Sprayer
1 kali/bulan
-
Lawn mower
Insidentil
Air
Kain lap
Insidentil
Cat warna
Kuas
1 kali/minggu
-
Sapu lidi, pengki, dan sikat
10 jam/hari atau tergantung tingkat kejernihan air Setiap hari
-
Alat penunjuk tekanan yang ada pada filter Sapu dan pengki
tahunan
-
-
Genting tanah, ijuk
78
Lanjutan Tabel 24. Pengepelan
Pengecatan
Pembersihan debu 9.
Sarana Permainan
Aman, bebas dari rayap atau jamur dan jauh dari benda yang tajam
Bahan Kayu: Penyemprotan rayap, pengecatan, dan pergantian tali Bahan Besi: Pengecatan
tahun) atau sirap (4-6 tahun) Teknik pembersihan dengan menggunakan kain pel untuk memebersihkan lantai Teknik pengecatan untuk menghindari warna diding atau kayu yang telah memudar Teknik pembersihan seluruh fasilitas ruangan dari debu Teknik penyemprotan kayu agar terhindar dari rayap, dan pengecatan kayu atau besi untuk mempertahankan nilai estetik. Pergantian tali yang digunakan sebagai pengikat agar tetap kokoh.
Setiap hari
Air
Kain pel
Insidentil
Cat warna
Kuas
Setiap hari
-
Kain lap
2.3 Metode Kerja
Metode yang digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan taman dapat terdiri dari tiga bagian, yaitu unit pemeliharaan, operator pemeliharaan khusus, dan pemeliharaan dengan sistem kontrak. Pada perlakuan untuk kedua sekolah, metode yang digunakan salah satu metode yaitu unit pemeliharaan. Terdapat unit-unit tertentu yang akan mengurus bidang yang diperoleh sehingga pekerjaan dapat lebih terstruktur karena adanya pembagian kerja. Masing-masing telah memiliki keahliannya tersendiri.
79
Area sekolah
yang luas menjadikan perlu adanya pembagian zona
pemeliharaan, hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan waku kerja dan pekerjaan pemeliharaan menjadi terkontrol disetiap areanya. Namun, tidak semua sekolah memiliki pembagian zona seperti ini.Salah satu dari dua sekolah tidak memiliki zona pemeliharaan dan hanya memiliki dua orang pekerja. Selain itu jadwal rutin pemeliharaan harus dibuat pihak sekolah agar setiap pemeliharaan yang dilakukan terstruktur dimana kedua sekolah memiliki jadwal pemeliharaan yang akan diterapkan pada jam kerjanya. Agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan secara baik dan area sekolah mendapatkan perawatan yang sesuai, maka perlu diberlakukannya sistem penjadwalan pemeliharaan (Tabel 25 dan Tabel 26). Tabel 25. Jadwal Rutin Pemeliharaan Sekolah Alam Bogor Waktu Kegiatan Pemeliharaan 06.00 – 09.00 Membersihkan setiap ruang mulai dari menyapu dan mengepel Menyapu halaman utama (pintu masuk) Membersihkan kamar mandi Membersihkan area sekitar termasuk kolong saung 09.00 – 09.30 istirahat 09.30 – 10.00 Mengecek kebersihan setiap kamar mandi (termasuk sabun dan pewangi) 10.00 – 11.00 Membantu manager Dept.RD (foto copy, isi tinta, dll) 11.00 – 12.30 Membersihkan kaca ruangan Mengecek kebersihan kamar mandi 12.30 – 13.30 Istirahat, shalat dzuhur dan makan siang 13.30 – 15.10 Membersihkan sampah disekitar tempat sampah dan dibawah saung Mengumpulkan dan menyortir sampah dari tempat sampah ke TPS Mengecek kebersihan kamar mandi Lanjutan Tabel 30. 15.10 – 15.30 Shalat ashar 15.30 – 17.00 Mengecek kebersihan area public Menyapu dan mengepel lantai ruangan Mengecek kebersihan kamar mandi Tabel 26. Jadwal Rutin Pemeliharaan Sekolah Alam Cikeas Waktu 06.30 – 09.30
09.30 – 11.30 11.30 – 12.30 11.30 – 12.30
Kegiatan pemeliharaan Membersihkan kamar mandi Membersihkan setiap ruang mulai dari menyapu dan mengepel Menyapu halaman utama (pintu masuk) Membersihkan area sekitar termasuk kolong saung Potong rumput, pangkas tanaman / pohon Membersihkan masjid Istirahat (shift 1) (shift 2) Potong rumput, pangkas tanaman / pohon, dan menyiram 80
Lanjutan Tabel 26. 12.30 – 13.30 12.30 – 13.30 13.30 – 14.30 14.30 – 15.20
15.00 – 15.30 15.30 – 16.30
Istirahat (shift 2) Istirahat, shalat dzuhur dan makan siang (siswa) (shift 1) Potong rumput, pangkas tanaman / pohon, dan menyiram Membantu guru Membersihkan kaca ruangan Mengecek kebersihan kamar mandi Membersihkan sampah disekitar tempat sampah dan dibawah saung Mengumpulkan dan menyortir sampah Mengecek kebersihan kamar mandi Shalat ashar Mengecek kebersihan area public Menyapu dan mengepel lantai ruangan Mengecek kebersihan kamar mandi
2.3 Spesifikasi Alat dan Bahan Selain pemeliharaan terhadap taman, alat-alat yang biasa digunakan pun membutuhkan perawatan untuk tetap menjaga fungsinya sehingga dapat terus digunakan dengan baik. Adapun ketika suatu alat telah mulai rusak, petugas perlu menggantinya dengan yang baru. Alat-alat yang biasa digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan antara lain gunting pangkas, cangkul, kored, sekop kecil, sapu lidi, pengki, sprayer, lawn mower, dan lain sebagainya. Perlakuan yang biasa dilakukan untuk pemeliharaan alat antara lain pembersihan menggunakan air dari gulma yang menempel, pengeringan setelah dicuci, pengasahan alat yang digunakan untuk memotong, serta penyimpanan pada tempat (gudang peralatan) dengan rapi dan benar untuk mencegah timbulnya karat. Bahan yang dibutuhkan dalam pengelolaan harus dicek setiap saat ketersediaannya. Hal ini dilakukan agar persiapan dapat tertata dengan baik dan untuk menghindari kekurangan bahan ketika harus melakukan pekerjaan pada waktu yang telah ditentukan. Setelah diketahui seluruh kebutuhan terhadap alat dan bahan, maka rencana anggaran biaya pun dapat ditentukan. Hal menarik disalah satu sekolah ini adalah, biaya pemeliharaan didapatkan dari keuntungan hasil penjualan barang yang sudah tidak terpakai. Masa efektif peralatan pemeliharan taman berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Tabel 27 memberikan gambaran masa efektif rata-rata beberapa peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan taman.
81
Tabel 27. Masa Efektif Penggunaan Peralatan Pemeliharaan Lanskap No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15
Jenis Peralatan Kain lap dan sapu Sapu lidi Pengki Kuas Gunting pangkas Kored Cangkul Gergaji Selang Ember Pruner Tespen Obeng Lawn mower Golok, arit, dan parang Gerobak sampah
Masa Efektif 6 bulan 1 bulan 1 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3 tahun 6 bulan 1 tahun 1 tahun 3 tahun 3 tahun 6 bulan 1 tahun
Sumber: A. Wulandari, 1992
Agar awet, alat-alat yang telah selesai digunakan segera dibersihkan, dicuci, dan dilap atau dikeringkan, kemudian disimpan dengan rapi dalam gudang peralatan. Apabila ditemukan adanya gangguan pada alat pengoprasian maka segara dicari penyebabnya dan dilakukan perbaikan. Setelah mendapatkan hasil dari kategori lanskap sekolah alam, tahap selanjutnya adalah membandingkan setiap kategori yang ada di sekolah alam untuk mendapatkan karakter lanskap sekolah alam (Tabel 28). Tabel 28. Analisis Kualitas Lanskap No. Kriteria 1 % dan luas ruang terbuka hijau
6 7
Keragaman land cover Daya dukung Sirkulasi (efisien menghubungkan semua ruang) Bahan bangunan/elemen keras ramah lingkungan Kualitas vegetasi Desain
8 9
Fasilitas Pengelolaan Lanskap
2 3 4 5
SAB 3.162,8 m2 atau 67.41% Beragam Sesuai Efiseien
SAC 45.465,4 m2 atau 90.93% Beragam Sesuai Efisien
Ramah lingkungan
Ramah lingkungan
Baik Tradisional dan informal Sesuai Tidak Sesuai
Baik Tradisional, modern, dan informal Sesuai Tidak Sesuai
82
Analisis aspek karakteristik lanskap Sekolah Alam didapatkan dari data yang sudah diolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau lebih luas dibandingkan dengan ruang terbangun. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap sekolah memiliki proporsi lanskap yang menyerupai alam sehingga kegiatan yang dilakukan seperti belajar dan bermain banyak dilakukan di luar ruangan dengan memanfaatkan elemen alam yang telah tersedia atau fasilitas yang disediakan menggunakan bahan ramah lingkungan dan berbasis sumber daya lokal. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar ruangan menjadikan lanskap sekolah memiliki taman dan aktivitas yang beragam dengan daya dukung yang sesuai. Desain lanskap sekolah yang ditampilkan oleh SAB sesuai dengan konsep dan tujuan sekolah sedangkan untuk SAC dapat dikatakan tidak sesuai karena sebagian ruangan yang ada menggunakan material dan bentukan yang modern. 5.2
Analisis Setting Aktivitas Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa Sekolah Alam
Bogor dan Sekolah Alam Cikeas didapati bahwa hampir keseluruhan area (80%) yang ada digunakan sebagai ruang beraktivitas dan para murid mencoba serta menggunakan sarana prasarana yang telah tersedia, terutama karena sekolah ini bersifat aktif di luar ruang kelas. Berdasarkan hasil pengamatan, taman atau area yang berbeda akan menggerakkan aktivitas kedalam dua kelompok yaitu aktivitas akademik dan nonakademik. Aktivitas akademik terdiri dari belajar, outbound/olahraga, sedangkan nonakademik terdiri dari duduk, berdiri, berjalan, berlari, bermain, memanjat, berbincang, jongkok, pemeliharaan dan makan (tercantum pada Tabel 19 dan Tabel 20). Kurikulum yang menggunakan model pembelajaran alam dipadukan dengan kegiatan belajar menjadikan setiap aktivitas belajar siswa turun langsung ke lapang. Misalnya saja untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa tahu bagaimana beras bisa menjadi nasi, tetapi belum tentu siswa tahu proses terbentuknya beras itu sendiri. Oleh karena itu guru membimbing siswa untuk menanam padi dan mengolahnya bersama. Pelajaran yang lain misalnya adalah kewirausahaan, setiap kelas memiliki lahan berkebun sendiri yang sudah ditanami sayuran atau buah. Apabila hasil kebun memasuki masa panen, maka siswa akan mengolahnya menjadi
83
sesuatu yang bisa dijual ataupun hanya sekedar bahan mentah. Keuntungan hasil penjualan dimasukkan ke dalam kas kelas yang digunakan untuk kebutuhan kelas. Setting belajar diskusi seperti ampiteater memililiki layout terbuka difasilitasi oleh tempat duduk dan dikelilingi pepohonan memiliki luas kisaran 500 m2 dengan daya dukung siswa sebanyak 150 siswa. Setting outbound untuk olahraga dan kegiatan outbound memiliki layout ruang terbuka menyerupai alam dengan keselilingan area yang teduh dan difasilitasi sarana outbound atau olahraga. Luas lahan kisaran untuk area olahraga disesuaikan dengan standar area olahraga dinas pendidikan. Kegiatan outbound atau olahraga sudah terjadwal oleh masing-masing guru agar kegiatan tidak bertabrakan satu sama lain dan fasilitas terpakai secara maksimal. Kegiatan outbound dilaksanakan untuk melatih keberanian, kepemimpinan, dan cara kerja dari siswa. Misalnya saja pelajaran matematika, metode belajar yang disajikan adalah seperti belajar berhitung bersama sambil bermain baik itu melempar benda pada target tertentu, atau menghitung luasan yang berada di sekitar sekolah. Setting praktikum (taman tematik) memiliki layout dengan fasilitas yang disesuaikan dengan tema taman. Berdasarkan keberadaan taman di kedua sekolah, taman-taman tersebut memiliki persamaan misalnya saja untuk taman obat dan taman manfaat sama-sama menghasilkan jenis tanaman yang dapat berguna untuk kesehatan ataupun kebutuhan sehari-sehari serta taman ini selalu dikunjungi oleh siswa setiap harinya. Kemudian taman warna yang menampilkan warna-warna menarik dari setiap tanaman dan selalu dikunjungi siswa. Keutamaan di kedua sekolah sama-sama memiliki taman yang dikhususkan untuk melakukan aktifitas berolahraga atau outbound. Ragam aktivitas yang banyak ditemui pada taman-taman dikedua sekolah berupa belajar, berjalan dan berlari dimana setting ini tidak terpengaruh pada cuaca. Semakin banyak jumlah orang yang berkunjung maka semakin beragam jumlah aktivitasnya, semakin banyak orang berkumpul dalam suatu area atau setting makaakan timbul berbagai kegiatan yang beraneka ragam. Sesuai dengan konsep sekolah alam, dimana seluruh area yang berada di lingkungan sekolah dimanfaatkan dengan baik oleh para siswa. Baik itu hanya sekedar duduk, outbound dan belajar. Hampir disetiap waktunya jarang sekali ditemui kondisi lingkungan sekolah yang sepi, semua siswa bebas beraktivitas dimana saja dan kapan saja (Tabel 29). 84
Tabel 29. Penjelasan Singkat Fenomena Behaviour Setting pada Tiap Ragam Aktivitas Setting Area Aktivitas Memanfaatkan kondisi lanskap yang teduh dengan luasan yang dapat menampung siswa. Menyebar hampir di seluruh setting sekolah. Setting taman dan kebun yang dijadikan sebagai media praktikum dengan memanfaatkan elemen lanskap yang ada di dalam tapak (taman obat, taman A-Z, dan taman manfaat) Memanfaatkan setting taman atau lanskap yang memiliki cukup luasan dan difasilitasi oleh sarana outbound. Memanfaatkan setting yang banyak disediakan tempat duduk dan ditanami pepohonan seperti pada taman ampiteater dan lapangan. Merata hampir di semua setting taman baik itu yang mempunyai naungan pohon peneduh ataupun di area terbuka. Mendominasi di seluruh setting yang berdekatan dengan akses jalan lain. Kegiatan berlari ditemui di seluruh setting taman. Ada disemua setting terutama pada taman sentral berupa taman yang luas dan difasilitasi oleh lapangan basket, futsal ataupun yang sudah difasilitasi oleh fasilitas permainan. Banyak ditemui di setiap setting taman. Tersebar diseluruh area sekolah. Tersebar hanya di setting tertentu seperti area kantin.
a. Akademik - Belajar - Praktikum
-
Outbound/ olahraga b. Non-akademik - Duduk - Berdiri - Berjalan - Berlari - Bermain
- Jongkok - Pemeliharaan (pihak sekolah) - Makan
Adanya aktifitas pada keseluruhan taman menandakan terpenuhinya kebutuhan siswa untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan beraktivitas. Semakin banyak fungsi yang dapat diakomodasikan oleh tapak tersebut, maka akan semakin baik tapak tersebut untuk beraktifitas dan berinteraksi. Behaviour Mapping merupakan salah satu cara sederhana untuk memahami adanya proses behavior setting. Teknik pemetaan perilakunya yaitu place center mapping (pemetaan berdasarkan tempat) (Ittelson (Setiawan dan Haryadi, 1995)). Adapun behavior mapping Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas sebagai berikut: 1.
Different park will attract different people Warna kuning banyak mendominasi behavior mapping yang diikuti oleh
warna hijau dan kuning kehijauan. Hal ini menandakan bahwa tingkat umur A (7 sampai 9 tahun) menempati posisi tertinggi dalam penggunaan taman yang kemudian diikuti oleh usia B (10 sampi 12 tahun) dan usia C (pegawai sekolah). Selain dari 85
jumlahnya yang banyak, anak-anak juga banyak memilih tipe taman yang teduh dan terdapat fasilitas bermain, sedangkan untuk kategori usia B lebih bersifat menyebar disetiap taman. Usia C berada di sekitar kantor dan mendampingi siswa. Pengguna disini memiliki peran penting untuk berkontribusi melakukan perencanaan taman selanjutnya. (Gambar 15 – Gambar 18).
2.
Diffferent park will be generate different activity
Untuk mempermudah dalam pengamatan, taman yang berada di Sekolah Alam Bogor dibagi menjadi 3 lokasi. Pembagian ini berdasarkan kedekatan antar lokasi taman. Ragam aktivitas disesuaikan dengan aktivitas dilapang dan dibagi menjadi 11 ragam diantaranya, 1.Belajar 2.Duduk 3.Berdiri 4.Berjalan 5.Berlari 6.Bermain 7.Memanjat 8.Berbincang 9.Jongkok 10.Outbound/olahraga, dan 11.Makan. Untuk lokasi 1, taman penerimaan aktivitas yang sering dilakukan adalah berjalan karena ini merupakan akses keluar masuk sekolah, selanjutnya adalah makan dikarenakan posisi kantin berada tepat di area penerimaan kemudian aktivitas berikutnya belajar, berdiri, duduk, berbincang, olahraga, bermain, dan jongkok. Aktivitas yang tidak ditemuai di lokasi ini adalah memanjat. Lokasi 2 yaitu taman obat dan taman sentral, aktivitas yang dominan adalah belajar, kemudian berjalan. Di taman ini terlihat beberapa siswa yang memanjat namun dengan jumlah yang tidak banyak, dan aktivitas yang tidak ditemui adalah makan. Lokasi 3 yaitu taman A to Z, taman warna, dan taman panca indera dengan aktivitas yang mendominasi adalah bermain, kemudian belajar, dan bermaian karena disini disediakan fasilitas bermain yang dikhususkan untuk siswa kelas I-III. Aktivitas yang tidak ditemui adalah outbound / olahraga dan makan. Sekolah Alam Cikeas, pembagian lokasi taman dibagi menjadi 4 lokasi. Lokasi 1 yaitu taman penerimaan dengan aktivitas yang mendominasi adalah berjalan, kemudian belajar sedangkan aktivitas yang tidak ditemukan berupa outbound/ olahraga dan makan. Lokasi 2 berada pada taman jam, taman manfaat, dan ampiteater, aktivitas yang mendominasi adalah belajar dan paling minim ditemui adalah makan. Lokasi 3 yaitu taman daur ulang, taman sentral, taman outbound, taman warna aktivitas yang mendominasi adalah berjalan dan outbound. Lokasi 4 berada pada taman manfaat, dengan aktivitas yang mendominasi berupa belajar, berbincang, dan berdiri. Aktivitas yang tidak ditemui adalah bermain, memanjat, outbound/olahraga dan makan. 86
87
88
89
90
Setting yang mendukung aktivitas di SAB dan SAC adalah: 1.
Taman Penerimaan: Setting ini memiliki lanskap yang didominasi oleh
tanaman display dan difasilitasi oleh bangku serta pos keamanan dengan bentukan desain taman yang formal. Kegiatan yang berlangsung berupa berjalan kaki dan terkadang kegiatan akademis muncul pada setting ini, 2.
Taman Obat: Setting ini terdiri dari bermacam-macam jenis obat yang
digunakan sebagai alat untuk belajar serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, 3.
Taman Sentral: Setting ini digunakan sebagai area untuk penghijauan oleh
SAB dengan ditanami oleh hamparan rerumputan dan pepohonan seperti pohon melinjo (Gnetum gnemon Linn.), sengon (Paraserianthes falcataria), pinus (Pinus merkusii Jungh.), dan mahoni (Swietenia macrophylla). Lain halnya dengan taman sentral yang berada di SAC, setting ini digunakan sebagai area bermain dan berolahraga seperti futsal dan basket. Tanaman yang berada pada setting ini berupa tanaman rimbun seperti saga (Adenanthera pavonina ), melinjo (Gnetum gnemon Linn.), pohon rambutan (Nephelium lappaceum), dan pinus (Pinus merkusii Jungh.). Fasilitas pendukung seperti bangku taman berada di bawah pepohonan sehingga siswa yang menonton pertandingan atau sekedar bercengkrama dan duduk santai merasa nyaman dengan letak bangku yang tidak terkena matahari secara langsung. Taman sentral dikedua sekolah memiliki area yang cukup luas sehingga untuk SAC dapat menampung segala aktivitas siswa, 4.
Taman A to Z: Setting ini hanya dimiliki oleh SAB dengan desain yang
informal, ditanami berbagai jenis tanaman, dan difasilitasi permainan edukatif. Setting ini berada di area belakang sekolah yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan belajar dan bermain dengan suasana yang tidak terlalu panas, 5.
Taman warna: Setting ini ditanami oleh tanamanyang memiliki warna cerah
dan menarik sepertipeace lily ( Spathiphyllum sp.), yellow walking iris (Neomarica lomgifolia), mawar (Rossa sp.), puring (Codiaeum sp.), dan hanjuang (Cordyline sp.). Sedangkan pada SAC taman warna berupa border yang berada di sepanjang taman sentral, 6.
Taman Panca indera: Setting ini terdapat di SAB, diciptakan untuk kegiatan
belajar mengasah panca indera melalui tanaman. Tanaman penghasil bau (Smell) seperti kenanga (Cananga odorata), dan pandan wangi (Pandanus amaryllifolius 91
Roxh.), sentuhan (Touch) seperti perbedaamn dari permukaan batang atau daun. Tanaman penghasil warna yang dihasilkan dari perbedaan bunga atau daun, tanaman penghasil rasa seperti tebu (Saccharum sp.), dan pendengaran yang dihasilkan dari kicauan burung ataupun suara angin yang menggerakkan daun. 7.
Kebun:Setting ini digunakan sebagai area untuk melakukan kegiatan bercocok
tanam siswa dengan lahan yang banyak ditanami berbagai jenis tanaman kebun, selain itu difasilitasi saung sebagai tempat untuk berteduh atau berdiskusi, 8.
Tanaman Produksi: Setting ini terdapat di SAC digunakan sebagai media
belajar yang berbentuk persegi dengan ditanami tanaman produksi sepertimatoa (Pometia pinnata), kayu manis (Cinnamomum burmanii), dan kayu putih (Melaleuca leucadendra), 9.
Taman Jam: Setting ini terdapat di SAC menyerupai bentukan jam raksasa
yang terbuat dari rerumputan dan batu koral. Setting ini digunakan siswa untuk belajar mengenal jam, 10.
Taman Daur Ulang: Setting ini terdapat di SAC, digunakan siswa untuk
mengkreasikan dan memamerkan hasil karya daur ulang. Taman ini berbeda dari taman yang lain karena memiliki warna yang beragam namun dihasilkan bukan dari tanaman melainkan barang bekas, 11.
Taman Outbound: Setting ini memiliki luasan yang luas dengan fasilitas yang
memadai untuk kegiatan outbound seperti flying fox, jembatan tali, tangga dan jalan sesat, serta balok-balok. Pepohonan yang ada di sekitar taman ini menggunakan tanaman dengan diameter batang yang besar dan kuat seperti ki hujan (Samanea saman) ataupun rambutan (Nephelium lappaceum), 12.
Taman manfaat: Setting ini berada di SAC berupa taman yang berdekatan
dengan lokasi kandang, tempat daur ulang kompos dan green lab.
Taman ini
digunakan sebagai tempat untuk menanam cabai dan tomat, membuat media tanam, dan membuat benih. 13.
Ampiteater: Setting ini berada di SAC berupa area terbuka yang terbentuk
panggung dengan dikelilingi oleh bangku-bangku yang berundak-undak dengan tanaman yang ada berupa pohon mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis) dan pohon sawo (Manilkara kauki Dup.).
92
5.3 Analisis SWOT Penentuan efektivitas fungsi lanskap/setting Sekolah Alam sebagai media pembelajaran lingkungan di Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. 5.3.1 1. a.1
Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
Kekuatan (Strenght) Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar mengajar dan bermain Sekolah alam dikedua sekolah menjadikan alam sebagai ruang, media, objek,
dan bahan belajar mengajar dan bermain. Seluruh aktivitas siswa baik akademis maupun non-akademis terakomodir pada ruang terbuka. Alam dijadikan sebagai area belajar dan bermain antar sesama maupun dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan dengan cara merawat dan memelihara makhluk hidup tersebut. a.2
Kualitas lanskap alami Sekolah membuat dan memanfaatkan lanskap alami untuk mendukung proses
belajar. Penggunaan material sekolah ataupun tanaman sekolah menggunakan sumber daya lokal dengan metode ajar yang melestarikan alam. a.3
Keragaman dan kualitas penggunaan ruang Penggunaan ruang yang beragam terutama pada taman-taman yang berada di
sekolah menunjang aktivitas menjadi beragam. Kualitas penggunaan ruang dikedua sekolah dikatakan memadai dilihat dari sego pengelolaan, fasilitas yang mendukung, fasilitas lengkap, dan setting aktivitas memadai. a.4
Daya dukung Daya dukung lanskap sekolah untuk menampung aktivitas siswa tidak melebihi
daya dukung atau memenuhi daya dukung. a.5
Menerapkan 3R (reuse, reduse, recycle) dan pemeliharaan lanskap baik Setiap barang yang sudah tidak terpakai namun masih bisa untuk dimanfaatkan
kembali maka siswa mendaur ulang kembali sampah menjadi barang yang berharga bahkan berdaya jual. Alat tulis seperti kertas hasil daur ulang ataupun menerapkan sistem bulak-balik sehingga termanfaatkan dengan baik. Pekerjaan pemeliharaan lanskap taman sekolah yang cukup baik. a.6
Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah Pelayanan yang ramah dan baik kepada siswa maupun tamu sekolah. 93
5. b.1
Kelemahan (Weakness) Luas yang terbatas Sekolah yang masih terbatas oleh luasan dimana jumlah aktivitas dan jumlah
murid tidak seimbang untuk SAB. b.2
Kurangnya keamanan Sistem keamanan yang dirasa kurang karena siswa dibebaskan untuk
beraktivitas dan banyaknya permainan yang memerlukan pengamanan khusus. Selain itu kondisi tanah apabila terkena air hujan dapat membahayakan siswa yang sedang berjalan ataupun berlari. b.3
Kurangnya jumlah tenaga kerja Kurangnya jumlah tenaga kerja di unuit pemeliharaan yang jika dibandingkan
dengan luasnya sekolah, sehingga dapat menyebabkan pekerjaan yang terbengkalai untuk SAB. 6.
Peluang (Opportunity)
c.1
Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam ataupun lingkungan Saat ini maraknya “Go Green ataupun Save Our World” menjadikan timbulnya
minat masyarakat terhadap kecintaannya dalam menjaga alam atau lingkungan. Salah satunya adalah dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang peduli terhadap lingkungan. c.2
Memanfaatkan sumber daya manusia setempat Memberikan peluang tersendiri bagi masyarakat untuk dapat bekerja dan
menafkahi keluarganya. c.3
Lokasi yang jauh dari keramaian Lokasi sekolah yang jauh dari keramaian menjadikan suasana belajar mengajar
menjadi tidak terganggu. c.4 Pengelolaan kompos Salah satu upaya mengurangi limbah yang ada di sekolah menjadikan pihak sekolah melakukan upaya pengelolaan kompos. 7.
Ancaman (Threats)
d.1
Tidak ada lahan Pesatnya pembangunan yang ada saat ini menjadikan lahan untuk SAB yang
membutuhkan area luas sulit untuk ditemukan.
94
d.2
Lokasi yang tidak kondusif Lingkungan yang ramai dengan adanya perumahan yang berkembang di
samping area SAB dan lokasi sekolah yang satu komplek dengan rumah Presiden RI terkadang menjadi ancaman bagi sekolah apabila ada demo. 5.3.2
Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian Faktor internal SAB dan SAC dapat dilihat pada tabel 30 dan 31
serta faktor eksternal SAB dan SAC dapat dilihat pada tabel 32 dan 33. Tabel 30. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Sekolah Alam Bogor Simbol
Faktor Kekuatan (Strenght)
Tingkat kepentingan
S1
Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar mengajar dan bermain
Kekuatan yang sangat besar
S2 S3 S4 S5 S6
Simbol W1 W2 W3
Kualitas lanskap alami Keragaman penggunaan ruang dan Kualitas penggunaan ruang Daya dukung Menerapkan 3R (reuse, reduse,recycle) dan pemeliharaan lanskap baik Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah
Kekuatan yang sangat besar
Faktor Kelemahan (Weakness)
Tingkat kepentingan
Luasan yang terbatas Kurangnya jumlah tenaga kerja Kurangnya keamanan
Kekuatan yang besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sedang
Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang sangat berarti
Tabel 31. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Sekolah Alam Cikeas Simbol
Faktor Kekuatan (Strenght)
S1
Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar mengajar dan bermain Kualitas lanskap alami
S2
Tingkat kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang sangat besar
S3
Keragaman penggunaan ruang dan Kualitas penggunaan ruang
Kekuatan yang sangat besar
S4
Daya dukung
Kekuatan yang sangat besar
S5
Menerapkan 3R (reuse, reduse,recycle) dan Pemeliharaan lanskap baik Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah
S6
Kekuatan yang besar
Kekuatan yang besar 95
Lanjutan Tabel 31. Simbol W1 W2
Faktor Kelemahan (Weakness) Kurangnya keamanan Kurangnya jumlah tenaga kerja
Tingkat kepentingan Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang sangat berarti
Tabel 32. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Sekolah Alam Bogor Simbol O1 O2 O3 Simbol T1
Faktor Peluang (Opportunity)
Tingkat Kepentingan
Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam ataupun lingkungan Lokasi yang jauh dari keramaian Memanfaatkan kompos Faktor Ancaman (Threats) Tidak ada lahan
Peluang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang yang sedang Tingkat kepentingan Acaman yang besar
Tabel 33. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Sekolah Alam Cikeas Simbol O1 O2 O3 O4 Simbol T1 5.3.3
Faktor Peluang (Opportunity) Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam ataupun lingkungan Memanfaatkan sumber daya manusia setempat Lokasi yang jauh dari keramaian Memanfaatkan kompos
Tingkat Kepentingan Peluang sangat tinggi
Faktor Ancaman (Threats) Lokasi yang tidak kondusif
Tingkat kepentingan Acaman yang besar
Peluang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang tinggi
Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal factor Evaluation (EFE) Setelah memperoleh faktor stratrgis Internal dan eksternal, tahap berikutnya
adalah penentuan bobot dengan menggunakan skala antara 1 sampai dengan 4 (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 1997). Tahap selanjutnya pemberian rating 1 sampai dengan 4 dari setiap bobot dengan mengkalikan setiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE ( Tabel 34 dan Tabel 35). Tabel 34. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Analisis Lanskap SAB Simbol S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 W3 Total
S1 S2 S3 S4 2 2 1 2 2 1 3 3 2 4 4 2 4 4 2 2 4 4 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 3 2
S5 1 1 2 2 3 1 2 2
S6 1 1 1 1 1 1 2 1
W1 2 2 2 3 3 4 2 2
W2 2 2 3 3 3 2 2 2
W3 2 2 3 3 3 3 2 2
Total 15 15 19 22 22 26 12 14 16 161
Bobot 0.093 0.093 0.112 0.137 0.137 0.161 0.074 0.087 0.01 1 96
Tabel 35. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Analisis Lanskap SAC Simbol S1 S2 S3 S4 S5 S6 W1 W2 Total
S1 S2 S3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2
S4 2 2 2 3 3 2 1
S5 1 1 1 1 1 1 1
S6 1 2 1 1 2 2 1
W1 2 2 2 2 2 1 2
W2 2 2 2 2 2 1 2
Total 12 13 12 12 19 18 13 11 110
Bobot 0.11 0.12 0.11 0.11 0.172 0.164 0.12 0.1 1
Tabel 36. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Analisis Lanskap SAB Simbol O1 O2 O3 T1 Total Bobot 2 2 2 6 0.222 O1 3 3 3 9 0.333 O2 2 3 3 8 0.296 O3 2 1 1 4 0.148 T1 1 Total 27 Tabel 37. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Analisis Lanskap SAC Simbol O1 O2 O3 O4 T1 Total Bobot 2 1 2 2 7 O1 0.163 2 2 2 2 8 O2 0.186 3 3 3 2 11 O3 0.256 3 2 1 2 8 O4 0.186 2 3 2 2 9 T1 0.210 1 Total 43 Tabel 38. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis Lanskap SAB Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skoring Kekuatan Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar 0.093 4 0.372 mengajar dan bermain 0.093 Kualitas lanskap alami 4 0.372 Keragaman penggunaan ruang dan kualitas 0.112 4 0.448 penggunaan ruang 0.137 Daya dukung 3 0.411 Menerapkan 3R (reuse, reduse,recycle) dan 0.274 0.137 2 pemeliharaan lanskap baik 0.161 Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah 3 0.483 Kelemahan Luasan yang sempit 1 0.074 0.074 Kurangnya jumlah tenaga kerja 2 0.174 0.087 Kurangnya keamanan 2 0.02 0.01 Total 1 25 2.628
97
Tabel 39. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis Lanskap SAC Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skoring Kekuatan 0.11 Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar 4 0.44 mengajar dan bermain 0.12 Kualitas lanskap alami 4 0.48 0.11 Keragaman penggunaan ruang dan kualitas 4 0.44 penggunaan ruang 0.11 Daya dukung 4 0.44 0.172 Menerapkan 3R (reuse, reduse,recycle) dan 3 0.516 Pemeliharaan lanskap baik 0.164 Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah 3 0.492 Kelemahan Kurangnya keamanan 0.12 1 0.48 Kurangnya jumlah tenaga kerja 0.1 2 0.2 Total 1 25 3.488 Tabel 40. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis Lanskap SAB Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skoring Peluang Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam 0.222 4 0.888 ataupun lingkungan Lokasi yang jauh dari keramaian 0.333 3 0.999 Memanfaatkan kompos 0.296 2 0.592 Ancaman Tidak ada lahan 0.148 1 0.148 Total 1 10 2.627 Tabel 41. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis Lanskap SAC Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skoring Peluang Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam 0.652 0.163 4 ataupun lingkungan Memanfaatkan sumber daya manusia setempat 0.186 3 0.558 Lokasi yang jauh dari keramaian 0.256 4 1.024 Memanfaatkan kompos 0.186 2 0.372 Ancaman Lokasi yang tidak kondusif 0.210 1 0.210 Total 1 14 2.816 Jika nilai total skor IFE diatas 2,5 maka nilai tersebut menunjukkan kondisi yang kuat dan apabila nilai skor EFE dibawah 2,5 nilai tersebut menunjukkan kondisi yang lemah (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 1997). Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE yang ditampilkan pada Tabel 39 sampai Tabel 41, kondisi internal Analisis Lanskap SAB dan SAC kuat karena memiliki nilai total skor di atas 2,5 yaitu sebesar 98
2.628 untuk SAB dan 3.488 untuk SAC, kondisi eksternal yang kuat dengan skor 2.627 untuk SAB dan 2.816 untuk SAC. Dari skor yang didapat dari pembobotan rangking di atas, akan diketahui posisi Analisis Lanskap Sekolah Alam pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internaleksternal (IE). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor total matriks IFE pada sumbu x dan total matriks EFE pada sumbu y. Hasil pemetaan matriks IFE dan EFE Analisis Lanskap Sekolah Alam dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.
Gambar 19. Pemetaan Skor IFE dan EFE SAB Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, analisis lanskap SAB berada pada kuadran V. Kuadran V menunjukkan bahwa analisis lanskap SAB berada pada posisi hold and maintan atau dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang sesuai dalam hal ini mempertahankan kualitas lanskap dan meningkatkan pengelolaan lanskap SAB.
Gambar 20. Pemetaan Skor IFE dan EFE SAB Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, analisis lanskap SAC berada pada Kuadran IV menunjukkan bahwa analisis lanskap SAC berada pada posisi grow and 99
build. Strategi yang sesuai adalah seperti pengembangan produk, dalam hal ini meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap Sekolah Alam dan membangun karakteristik lanskap yang sesuai dengan aktivitas yang ada di sekolah alam. Secara spesifik, strategi manajemen yang dapat diambil oleh pihak pengelola Sekolah Alamakan diperoleh dari matriks SWOT di subbab berikutnya. 5.3.4 Matriks SWOT Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, kemudian akan dianalisis ke dalam matriks SWOT untuk mendapatkan langkah-langkah pengelolaan lanskap Sekolah Alam yang sesuai (Tabel 42). Tabel 42. Matriks SWOT Opportunities (Peluang) Eksternal SAB: 1. Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam ataupun lingkungan 2. Lokasi yang jauh dari keramaian 3. Memanfaatkan kompos SAC: 1. Berkembangnya gaya hidup cinta terhadap alam ataupun lingkungan 2. Memanfaatkan sumber daya manusia setempat 3. Lokasi yang jauh dari keramaian Internal 4. Memanfaatkan kompos Strenghts (Kekuatan) Strategi SO SAB: SAB: 1. Alam sebagai ruang, 1. Mempertahankan konsep, media, objek, dan standar, dan kualitas bahan belajar mengajar pengelolaan, dan pelayanan yang dan bermain telah berlangsung. 2. Kualitas lanskap alami (S1,S2,S3,S4,S5,S6; O1,O3) 3. Keragaman dan kualitas 2. Mempertahankan dan penggunaan ruang memelihara karakter lanskap 4. Daya dukung sekolah yang alami dan khas. 5. Menerapkan 3R (reuse, (S1,S2,S3,S5;O1,O3) reduse,recycle) dan 3. Meningkatkan keragaman use pemeliharaan lanskap area sesuai daya dukung untuk cukup baik aktivitas siswa. (S3,S4;O1,O2) 6. Pelayanan yang cukup SAC: baik terhadap siswa 1. Mempertahankan konsep, sekolah standar, dan kualitas pengelolaan, dan pelayanan yang SAC:
Threats (Ancaman) SAB: 1. Tidak ada lahan SAC: 1. Lokasi yang tidak kondusif
Strategi ST SAB: 1. Menambah atau memperluas lokasi sekolah dan memanfaatkan lahan yang sempit agar lebih bermanfaat. (S1,S4;T1) SAC: 1. Meningkatkan pengamanan terhadap masyarakat sekolah dan 100
Lanjutan Tabel 42. 1. Alam sebagai ruang, media, objek, dan bahan belajar mengajar dan bermain 2. Kualitas lanskap alami 3. Keragaman dan keragaman penggunaan ruang 4. Daya dukung 5. Menerapkan 3R (reuse, reduse,recycle) dan pemeliharaan lanskap cukup baik 6. Pelayanan yang cukup baik terhadap siswa sekolah
telah berlangsung. pengelolaan (S1,S2,S3,S4,S5,S6; O1,O3) sekolah 2. Mempertahankan dan terhadap memelihara karakter lanskap pembangunan sekolah yang alami dan khas. baru di samping (S1,S2,S3,S5;O1,O3,O4) sekolah. 3. Meningkatkan keragaman use (S1,S2;T1) area sesuai daya dukung dan luasan sekolah untuk aktivitas siswa. (S3,S4;O1,O2) 4. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas dan kinerja sekolah menjadi lebih baik dan membantu mensejahterakan masyarakat. (S5;O2) Weaknesses (Kelemahan) Strategi WO Strategi WT SAB: SAB: SAB: 1. Luasan yang sempit 1. Meningkatkan pengamanan 1. Memanfaatkan 2. Kurangnya jumlah siswa dan menambah jumlah dan tenaga kerja pekerja memaksimalkan pemeliharaan pemeliharaan.(W1,W2;O2) atau 3. Kurangnya keamanan memperluastem SAC: 1. Meningkatkan kegiatan pat dan lokasi SAC: 1. Kurangnya keamanan pengamanan dengan melatih sekolah. 2. Kurangnya jumlah pekerja dan meningkatkan (W1;T1) tenaga kerja standar pengamanan disetiap SAC: pemeliharaan aspek kegiatan ataupun fasilitas. 1. Meningkakan (W2,O2) keamanan yang 2. Memanfaatkan masyarakat disesuaikan setempat untuk memenuhi dengan tenaga kerja yang kurang dan lingkungan membantu keamanan sekolah. sekitar yang W1,W2;O2) akan menjadi ramai.(W1;T1) Tabel 43. Formulir Perangkingan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Sekolah Alam Keterkaitan Alternatif Strategi dengan Unsur Skor Rank SWOT SAB 1 S1,S2,S3,S4,S5,S6; 3.840 Mempertahankan konsep, standar, dan kualitas pengelolaan, dan pelayanan yang telah berlangsung.
O1,O3
Meningkatkan keragaman use area sesuai
S3,S4;O1,O2
2.748
2 101
Lanjutan Tabel 43. daya dukung untuk aktivitas siswa. Mempertahankan dan memelihara karakter lanskap sekolah yang alami dan khas. Memanfaatkan dan memaksimalkan atau memperluas tempat dan lokasi sekolah. Menambah atau memperluas lokasi sekolah dan memanfaatkan lahan yang sempit agar lebih bermanfaat. Meningkatkan pengamanan siswa dan menambah jumlah pekerja pemeliharaan. SAC: Mempertahankan konsep, standar, dan kualitas pengelolaan, dan pelayanan yang telah berlangsung.
S1,S2,S3,S5;O1, O3
2.946
3
W1;T1
1.247
4
S1,S4;T1
0.931
5
W1,W2;O2
0.222
6
4.404
1
S1,S2,S3,S4,S5,S6; O1,O3
Mempertahankan dan memelihara karakter lanskap sekolah yang alami dan khas.
S1,S2,S3,S5,S6;O1, O3,O4
4.416
2
Meningkatkan keragaman use area sesuai daya dukung dan luasan sekolah untuk aktivitas siswa.
S3,S4;O1,O2
2.090
3
Memanfaatkan masyarakat setempat untuk memenuhi tenaga kerja yang kurang dan membantu keamanan sekolah.
W1,W2;O2
1.234
4
S1,S2;T1
1.130
5
Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas dan kinerja sekolah menjadi lebih baik dan membantu mensejahterakan masyarakat.
S5;O2
1.074
6
Meningkatkan kegiatan pengamanan dengan melatih pekerja dan meningkatkan standar pengamanan disetiap aspek kegiatan ataupun fasilitas.
W2,O2
0.758
7
Meningkakan keamanan yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar yang akan menjadi ramai.
W1;T1
0.690
8
Meningkatkan pengamanan terhadap masyarakat sekolah dan pengelolaan sekolah terhadap pembangunan baru di samping sekolah.
102
Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, kemudian dianalisis ke dalam matriks SWOT untuk mendapatkan rekomendasi pengelolaan lanskap sekolah alam yang sesuai. Rekomendasi pengelolaan lanskap sekolah alam didapat dari hasil analisis SWOT, yaitu: SAB: 1. Mempertahankan konsep, standar, dan pelayanan yang telah berlangsung. Meningkatkan kualitas pengelolaan dengan melakukan perekrutan sesuai keahlian, mengadakan monitoring disetiap pekerjaan, melakukan pelatihan pemeliharaan, koordinasi yang tidak terputus antara pekerja dengan pengawas dalam hal pemeliharaan atau pengadaan alat dan bahan dan membuat aturan pekerjaan yang terjadwalkan. 2. Mempertahankan dan memelihara karakter lanskap sekolah yang alami dan khas.. 3. Meningkatkan keragaman use area sesuai daya dukung untuk aktivitas siswa. Seperti penambahan fasilitas atau theme park yang ada di sekolah untuk mendukung aktivitas siswa.
.
4. Meningkatkan pengamanan siswa dan menambah jumlah pekerja pemeliharaan. Dengan melatih pekerja dan meningkatkan standar pengamanan disetiap aspek kegiatan ataupun fasilitas dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam hal keamanan sekolah atau lingkungan sekitar sekolah. 5. Menambah atau memperluas lokasi sekolah dan memanfaatkan lahan yang sempit agar lebih bermanfaat. Seperti memperluas area sekolah ke bagian samping dan depan sekolah juga memanfaatkan lahan untuk penghijauan dengan vertical garden, dan tanaman pot. 6. Memanfaatkan dan memaksimalkan atau memperluas tempat dan lokasi sekolah. Seperti memanfaatkan ruang untuk segala aktivitas, misalnya seperti taman penyangga yang dialasi rumput dan pepohonan sebaiknya dijadikan sebagai ruang beraktivitas seperti bermain atau belajar namun tidak melepas fungsi awal sebagai area penyangga. SAC: 1. Mempertahankan konsep, standar, dan kualitas pengelolaan, dan pelayanan yang telah berlangsung. 2. Mempertahankan dan memelihara karakter lanskap sekolah yang alami dan khas. 103
3. Meningkatkan keragaman use area sesuai daya dukung dan luasan sekolah untuk aktivitas siswa. Dengan menambah fasilitas atau atau area untuk bermain dan belajar siswa. 4. Memanfaatkan masyarakat setempat untuk memenuhi tenaga kerja yang kurang dan membantu keamanan sekolah. 5. Meningkatkan kenyamanan masyarakat sekolah dengan menambah fasilitas, area untuk belajar dan bermain. Meningkatkan keragaman vegetasi pohon. 6. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas dan kinerja sekolah menjadi lebih baik dan membantu mensejahterakan
masyarakat.
Seperti
Melakukan
pelatihan
kerja
yang
berkesinambungan untuk mengembangkan SDM, dan memberikan penghargaan kepada pekerja dengan prestasi yang telah dicapai. 7. Meningkatkan kegiatan pengamanan dengan melatih pekerja dan meningkatkan standar pengamanan disetiap aspek kegiatan ataupun fasilitas. Memperhatikan penggunaan material pada fasilita belajar, bermain, dan aktivitas lain seperti belajar. Pendampingan oleh guru disetiap kegiatan outbound. Pemilihan vegetasi yang aman jangan sampai ada tanaman beracun atau berduri yang dapat mencelakai siswa. 8. Meningkakan keamanan yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar yang akan menjadi ramai. Melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar ataupun bekerjasama dengan pihak keamanan perumahan.
104
BAB VI SIMPULAN dan SARAN Simpulan Karakteristik lanskap sekolah alam menunjukkan bahwa lanskap sekolah alam memiliki proporsi lanskap dengan persentase ruang terbuka hijau yang lebih besar dibandingkan ruang terbangun dan kegiatan yang dilakukan seperti belajar dan bermain banyak dilakukan di luar ruangan dengan memanfaatkan elemen alam yang telah tersedia atau fasilitas yang disediakan menggunakan bahan ramah lingkungan dan berbasis sumberdaya lokal. Luas Sekolah Alam Bogor (SAB) sebesar 0.5 ha dengan presentasi RTH 67.41% dan Sekolah Alam Cikeas sebesar 5 ha dengan peresentase RTH 90.93%. Setting aktivitas yang digunakan dalam proses belajar lebih banyak dilakukan di ruang terbuka atau di luar kelas. Setting waktu yang digunakan dalam proses belajar di luar ruangan pada pagi sampai siang hari dengan proporsi 70%. Setting untuk kegiatan kurikuler difasilitasi oleh taman bertema, fasilitas belajar diluar ruangan dengan tempat yang teduh dan setting kegiatan non kurikuler fasilitas yang disediakan disesuaikan dengan usia. Setting belajar diskusi seperti ampiteater memililiki layout terbuka difasilitasi oleh tempat duduk dan dikelilingi pepohonan memiliki luas kisaran 500 m2 dengan daya dukung siswa sebanyak 150 siswa. Setting outbound untuk olahraga dan kegiatan outbound memiliki layout ruang terbuka menyerupai alam dengan keselilingan area yang teduh dan difasilitasi sarana outbound atau olahraga. Luas lahan kisaran untuk area olahraga disesuaikan dengan standar area olahraga dinas pendidikan. Setting praktikum (taman tematik) memiliki layout dengan fasilitas yang disesuaikan dengan tema taman. Penentuan efektivitas fungsi lanskap/setting Sekolah Alam sebagai alternative media proses pembelajaran di Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Untuk SAB berada pada kuadran V, yaitu berorientasi strategi untuk mempertahankan dan pemeliharaan (hold and maintain), dengan kata lain strategi yang disusun adalah mempertahankan kualitas lanskap dan meningkatkan pengelolaan lanskap SAB. Sedangkan untuk SAC berada di kuadran IV menunjukkan bahwa analisis lanskap SAC berada pada posisi grow and build. Strategi yang sesuai adalah seperti pengembangan produk, dalam hal ini
105
meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap Sekolah Alam dan membangun karakteristik lanskap yang sesuai dengan aktivitas yang ada di sekolah alam. Saran Pemanfaatan taman di Sekolah Alam perlu dikelola dengan baik untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Seperti untuk SAB, agar lanskap sekolah dapat berlangsung efektif dan efisien maka perlu peningkatan dalam hal pengelolaan lanskap seperti kepengurusan jadwal, pekerja, dan kegiatan pengelolaan. Untuk SAC hal yang dapat dilakukan berupa pengurangan desain atau material yang modern menjadi desain atau material yang sesuai dengan kondisi lanskap sekolah alam yang ingin menciptakan suasana alami. Penempatan dan pembagian ruang dikedua sekolah perlu diperhatikan kembali agar tidak terlalu berdekatan satu sama lain sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas siswa serta mengelola shift atau rotasi siswa.
106
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sekolah Alam Bogor. [Internet].[diunduh 18 Desember 2011]. Tersedia pada: http://sekolahalambogor.com/. ______. 2010. Sekolah Alam Indonesia.[Internet].[diunduh 18 Desember 2011]. Tersedia pada: http://sekolahalamindonesia.com/. ______. 2010. Sekolah Alam Cikeas. [Internet].[diunduh 18 Desember 2011]. Tersedia pada: http://sacikeas.com/. ______. 2011. Bank Dunia dan Pendidikan di Indonesia.[Internet]. [diunduh 18 Desember 2011]. Tersedia pada: http://web.worldbank.org/wbsite/external/countries/eastasiapacificext/indonesiain bahasaextn/0,,contentmdk:21879716~pagepk:1497618~pipk:217854~thesitepk:4 47244,00.html. Arif. 2010. Sekolah Alam Bogor. [internet]. [diunduh 18 Desember 2011]. Tersedia pada: http://www.sekolahalambogor.org/. Arifin HS, Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Iklim Darmaga Wilayah II. Darmaga. Chiara JD and LE Koppelman. 1994. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. David F.R. 2008. Manajemen Strategi Ke-10. Terjemahan Oleh Budi S. Strategic Manajement: Concepts and Cases, 10th ed. Jakarta: Salemba Empat. Departeman Pendidikan. 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan. Oleh Satuan PendidikanDasar Dan Menengah No.19 Tahun 2007. Jakarta: Departemen Pendidikan. Dinas Pekerjaan Umum. 2002. Standar Pembangunan Tapak Sekolah. Pemda DKI Jakarta. Djuwita E. 2010. Apa Sih Sekolah Alam. [internet]. [diunduh 30 Maret 30 2011]. Tersedia pada: http://www.ooh-gitu.com/seputar-kampus/64-umum/366-apasih-sekolah-alam?tmpl=component&print=1&page. 107
Dumyati.2012. Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Keuntungan Dan Kelemahan Lingkungan.[internet]. [diunduh07 Oktober 2012]. Tersedia pada: http://communitypba12.blogspot.com/2012/04/lingkungan-sebagai-mediapembelajaran.html. Eliza S. 1997. Evaluasi Karakter Taman Kantor (tidak dipublikasikan). Karya Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Francis C and C Marcus. 1998. People Places. Van Nostrand Reinhold. New York. Hakim R. 1991.Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. Jakarta. Haryadi dan B. Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar ke Teori. Metodologi dan Aplikasi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta. Herlina L. 2002.Studi Behaviour Setting pada Taman Skala Perumahan (Tidak dipublikasikan). Karya Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Harris CW, NT Dinnes.1998. Time Saver Standards for Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Inc. New York. Ittelson, W. H. 1960. Some Factors Influencing the Design and Function of Psychiatric Facilities. Unpublished manuscript, Brooklyn College Psychology Department Joesafira. 2010. Definisi Pembelajaran. [Internet]. [diunduh 08Oktober 2012]. Tersedia pada: http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/definisipembelajaran.html. Laurie M.1986. An Introducing to Landscape Architecture. American Elsevier Publishing Company, Inc. New York. Mizwaruddin. 2010. Pendidikan yang Bernuansa Menyenangkan. [Internet]. [diunduh 30 Maret 2011]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/ 59734422/Pendidikan-Yang -Bernuansa-Menyenangkan. Moore R. 1997.Natural Learning.MIG Communication. California. [Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia]. 2007. Standar Sarana dan PrasaranaUntuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah 108
Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2007. Jakarta: Departemen Pendidikan. Pettit C, Cartwright W, Bishop I, Lowell K, Pullar D, Duncan D. 2008.Landscape Analysis and Visualisation: Spatial Models for Natural Resource Management and Planning. Springer. 9: 1863-2246. Porteous D. 2009. Environment and Behavior :Planning and Everyday Urban Life. Canada: Addison – Wesley Pub.Co. USA. Rangkuti F. 1997. Anaisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sari Fitra. 2003. Evaluasi Lanskap Sekolah Menengah Umum Negeri Kotamadya Jakarta Utara (Tidak dipublikasikan). Karya Ilmiah Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Sebayang SK. 1996. Rencana Lanskap Kawasan Leisure Core untuk Rekreasi Pantai [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture A Manual of Site Planning and Design. New York: McGraw-Hill. Thohir A.2010. Sekolah alam sebagai alternatif pendidikan membentuk karakter.[Internet]. [diunduh 30 Maret 2011]. Tersedia pada: http://www.scienamadani.co.cc/2010/09/sekolah-alam-sebagai-alternatif.html. Titidarnila N dan Nurisjah Siti. 2001. Evaluasi Taman Bermain pada Taman KanakKanak di Kota Bogor. [Buletin]. [Volume 4, Nomor 2]. Tersedia pada: Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Studio Arsitektu Lanskap Fakultas Pertanian IPB.Bogor.
109
LAMPIRAN
110
Lampiran 1. Formulir Pembobotan Faktor Internal Faktor Strategis Internal S1 S2 S3 W1 W2 Total
S1
S2
S3
W1
W2
Total
T3
Total
Lampiran 2. Formulir Pembobotan Faktor Eksternal Faktor O1 O2 Strategis Internal O1 O2 T1 T2 T3 Total Sumber: (Kinnear & Taylor, 1991)
T1
T2
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1,2, 3, dan 4,(David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 1997) yaitu: a) 1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal; b) 2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal; c) 3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal; d) 4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.
111
Lampiran 3. Skala Penilaian Peringkat Untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Nilai peringkat 1
2 3
4
Matriks IFE Strenght (S) Weakness (W) Kekuatan Kelemahan yang sangat yang sangat kecil berarti Kekuatan Kelemahan sedang yang berarti Kekuatan Kelemahan yang besar yang kurang berarti Kekuatan Kelemahan yang sangat yang tidak besar berarti
Matriks EFE Opportunity (O) Threats (T) Peluang rendah, Ancaman respon kurang sangat besar Peluang sedang, respon rata-rata Peluang tinggi, respon di atas rata-rata Peluang sangat tinggi, respon superior
Ancaman besar Ancaman sedang Ancaman sedikit
Lampiran 4. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis Skor Bobot Rating Internal Bobot x Rating Kekuatan 1. Kelemahan 1. Total Sumber: Rangkuti, 1997
Lampiran 5. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis Skor Bobot Rating eksternal Bobot x Rating Peluang 1. Ancaman 1. Total Sumber: Rangkuti, 1997
112
Lampiran 6. Jenis, Nama, Jumlah, Fungsi, dan Fungsi Vegetasi di Sekolah Alam Bogor dan Sekolah Alam Cikeas No 1
Jenis TPT
Nama lengkuas (Alpinia galanga) kacangkacangan (Arachis pintoi) paku sarang burung (Asplenium nidus) rumput paetan (Axonopus compressus)
Jumlah / Komposisi
Posisi SAB
Posisi SAC
Tanaman obat
Taman obat
-
+ 50 m
Penutup tanah, display, border
Taman sentral, taman obat
-
3 buah
Aksesoris pada batang pohon
Taman penerimaan, lapangan basket
-
+ 200 m2
Penutup tanah
Keseluruan area
Keseluruan area
25 batang
2
Fungsi
Taman penerimaan, taman warna Taman penerimaan, Taman warna Taman panca indera
bromelia (Bromelia sp.)
+ 50 buah
Display
keladi hias (Caladium sp.)
15 rumpun
Display dan tanaman hias
Cabai hias (Capsium annuum)
10 rumpun
Display
kucai (Carex morrowii)
37 rumpun
Penutup tanah, penyemarak
Taman Penerimaan
Taman penerimaan
+ 15 m2
Penutup tanah
Area belakang
-
15 rumpun
Pembatas antar pohon atau taman
Taman penerimaan, taman A-Z
-
30 rumpun
Penutup tanah, border
Taman warna
Taman penerimaan
10 batang
Tanaman obat
Taman obat, taman panca indera
-
5 rumpun
Tanaman aroma terapi, penghalau serangga dan ular
Taman obat, taman panca indera
-
1 m2
Pembatas
Taman obat
-
9 rumpun
Tanaman bumbu
Taman obat
17 rumpun
Border
Taman penerimaan,
pegaga (Centella asiatica) lili paris (Chlotophytum sp.) bayambayaman (Coleus sp.) kunyit (Curcuma longa) Serai wangi (Cymbopogon nardus) sambang getih (Hemigraphis alternata) kencur (Kaempferia galanga) paku jejer (Nephrolepis
Taman penerimaan Taman produksi taman daur ulang -
Taman penerimaan
113
sp.)
opipogon putih (Ophiopogon sp.) palisota (Palisota barteri)
2
Semak Rendah
SAB + 120 m2 SAC + 25 m2
Penutup tanah
Taman penerimaan
Amphhiteatre
11 rumpun
Border, display
Taman penerimaan
-
Penutup tanah
Taman penerimaan, Taman panca indera, dan area belakang
-
-
Taman sentral
Taman penerimaan
Taman penerimaan
Taman penerimaan
-
peperomia (Peperomia sp.)
+ 25 m2
petunia (Petunia sp.)
3 rumpun
sutra Bombay (Portulaca sp.)
+ 5 m2
Penutup tanah, display Penuutup tanah, display
adam hawa(Rhoeo discolor)
+215 rumpun
Penutup tanah, display
Taman penerimaan, area belakang, dan taman A-Z
kembang pletokan (Ruellia tuberosa L.)
+ 15 m2
Penyemarak
Taman obat Taman penerimaan, area belakang, dan taman A-Z Taman penerimaan, taman warna
lidah mertua (Sansevieria sp.)
+ 32 m2
Display, penyerap asap
peace lily ( Spathiphyllum sp.)
2 pohon
Display
seruni rambat (Wollastonia biflora)
+ 15 m2
Penutup tanah, display
Taman penerimaan
-
jahe (Zingiber officinale)
15 rumpun
Tanaman obat
Taman obat, taman panca indera
-
bawang brojol (Zephyranthes sp.)
+ 2,5 m2
Border
-
Taman penerimaan
kamboja jepang (Adenium sp.)
3 pot
Display
Taman A-Z
-
Border, penyemarak
Taman obat, taman panca indera, area
-
sambang colok (Aerva sanguinolenta)
2
+ 10 m
Taman produksi, taman outbound, taman sentral
-
114
belakang sambiloto (Andrographis paniculata) kuping gajah (Anthurium crysallinum) bunga tasbih (Canna sp.) kenikir hias (Cosmos bipinnatus) sereh (Cymbopogon citratus) daun bahagia (Dieffenbachia sp.) kaktus (Eriosyce imitans) soka (Ixora sp.) cocor bebek (Kalanchoe pinnata) kembang pukul empat (Mirabilis jalapa)
3
Semak Sedang
+ 1 m2
Tanaman obat
Taman obat
-
3 pot
Display, penyemarak
Taman penerimaan
-
+ 32 m2
Display, border
Taman penerimaan, taman sentral, area belakang
Taman sentral, Ampiteater
1 m2
Display
Taman penerimaan
-
6 rumpun
Tanaman aromatik
Taman obat, taman A-Z
-
8 pot
Display
Taman penerimaan, taman A-Z
-
2pot
Display
Taman A-Z
-
+6 rumpun
Border
Taman penerimaan
Taman sentral, taman penerimaan
7 rumpun
Tanaman obat
Taman obat
-
+ 1,5 m2
Display
-
Taman sentral
Taman sentral
yellow walking iris (Neomarica lomgifolia)
+ 20 m
Display
Taman sentral, taman warna
patah tulang (Pedilanthus tithymaloides)
18 rumpun
Tanaman pagar, display
Taman A-Z
Taman sentral
daruju (Acanthus ilicifolius L.)
11 rumpun
Tanaman obat
Taman obat
-
16 rumpun
Tanaman hias, pencegah nyamuk
kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
+ 5,5 m2
Tanaman obat
suji (Pleomele angustifolia),
29 rumpun
Tanaman aromatik
zodia (Euodia suaveolens)
2
Taman obat, taman penerimaan, taman sentral, Taman obat, taman panca indera Taman penerimaan, taman panca indera
-
-
Taman warna
115
palem wregu (Rhapis excelsa)
4
Semak Tinggi
Perdu Rendah
Screen
Taman penerimaan
Taman sentral
Taman penerimaan, area belakang
Taman penerimaan, area kelas
teh-tehan (Acalypha macrophylla)
+ 46 m
Border, pengarah
lengkuas merah (Alpinia purpurata)
25 rumpun
Display
Taman obat
-
bambu jepang (Arundinaria pumila),
10 rumpun
Screen, penetralisir bunyi
Taman panca indera, area belakang
-
3 batang
Display
-
Taman outbound
8 batang
Display, pengarah
Taman penerimaan
Area kelas
Mawar (Rossa sp.)
3 pot
Tanaman aromatik, display
Taman warna
-
kesumba (Bixa arborea)
3 batang
Pengarah
-
Area kelas
32 batang
Display, border
Taman penerimaan, taman warna
Area kelas
3 pot
Display
Taman A-Z
-
6 rumpun
Border
-
Taman penerimaan
14 batang
Screen, border
Taman penerimaan
Taman jam
26 rumpun
Screen, border
-
Taman penerimaan, taman jam
12 batang
Display
22 rumpun
Tanaman aroma terapi, penyemarak
kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) Bunga Batavia atau jatropa ( Jatropha pamdurifolia)
5
8 rumpun
puring (Codiaeum sp.) euphorbia (Euphorbia milii) Excoecaria cochinchinensis pisang hias (Heliconia sp.) daun mangkokan (Nothopanax scutellarium) kaki laba-laba (Osmoxylum lineare) pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxh.)
2
Taman penerimaan, taman obat Taman penerimaan, taman obat, taman panca indera
-
Taman jam, taman manfaat
116
6
7
Perdu Tinggi
Pohon Rendah
jeruk nipis (Citrus binomial)
Taman penerimaan, taman warna Taman sentral, taman panca indera
Taman produksi Taman penerimaan, area kelas
29 batang
Display
lollipop (Pachystachys lutea)
+ 6 m2
Display
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
5 batang
Screen, tanaman obat
Taman obat
Taman produksi, taman manfaat, area kelas
tebu (Saccharum sp.)
6 batang
Penyemarak
Taman panca indera
-
talas (Xanthosoma roseum)
9 batang
Display
Taman penerimaan
Taman sentral
kecubung (Brugmansia sp.)
1 batang
Display
Taman panca indera
-
jelly palm (Butia capitata)
5 batang
Pencipta suasana mediterania
-
Taman penerimaan
bunga merak (Caesalpinia pulcherrima)
6 batang
pengarah
Taman penerimaan
Taman penerimaan
8 batang
Display
Taman penerimaan, taman sentral
Taman produksi
3 batang
Peneduh
Taman penerimaan
Taman outbound
1 batang
Peneduh
Taman sentral
-
4 batang
Pencipta suasana mediterania
-
Taman penerimaan
2 batang
Tanaman warna
-
Taman penerimaan, taman sentral
6 batang
Display
Taman penerimaan
-
4 batang
Display
1 batang
Peneduh
-
Taman outbound
1 batang
Peneduh
-
Taman produksi
pohon durian (Durio zibethinus) petai cina (Leucaena leu cocephala) palem botol (Mascarena lagenicaulis) kamboja kuburan (Plumeria sp.) palem hijau (Ptychosperma macarthurii) bunga saraka (Saraca indica) Pohon Sedang
Border
hanjuang (Cordyline sp.)
kopi (Coffea sp.)
8
3 batang
srikaya (Annona squamosa) pohon belimbing (Averrhoa
-
117
carambola) bismarck palm (Bismarckia nobilis) kenanga (Cananga odorata)
10 batang
display
-
Taman penerimaan
2 batang
Tanaman aromatiik
Taman panca indera
-
pepaya (Carica papaya)
6 batang
Tanaman pagar dan konsumsi
Area belakang
Taman sentral, taman outbound
bintaro (Cerbera manghas)
3 batang
Peneduh
-
Area kelas
12 batang
Pengarah
Taman penerimaan. taman sentral, taman A-Z
Taman penerimaan, taman sentral, taman produksi
5 batang
Peneduh
Area belakang
4 batang
Peneduh
Area penerimaan
pohon kersen (Muntingia calabura)
9 batang
Peneduh
Area belakang
Kemuning (Murayya paniculata)
1 batang
Penyemarak, border
pohon pisang (Musa sp.)
4 batang
Screen
Taman panca indera
Taman jam
pisang kipas (Ravenala sp.)
2 batang
Display
-
Taman jam Taman penerimaan, taman sentral, taman outbound
pohon kelapa (Cocos nucifera) pohon mangga (Mangifera indica) pohon sawo (Manilkara kauki Dup.)
9
Pohon Tinggi
Taman manfaat, Ampiteater Taman outbound, Ampiteater Taman penerimaan, taman outbound
ki hujan (Samanea saman)
14 batang
Peneduh
Taman sentral
pohon jambu air (Syzygium aqueum)
3 batang
Peneduh
Taman A-Z
1 batang
Peneduh
-
Taman sentral
2 batang
Peneduh,
-
Taman produksi
6 batang
Point of interest
Taman A-Z
-
saga (Adenanthera pavonina ) Pohon damar (Agathis dammara) pinang (Areca catechu) sukun (Artocarpus communis)
3 batang
Peneduh
terminalia molineti (Bucida
17 batang
Pengarah
-
Taman outbound
Taman sentral, taman daur ulang, Ampiteater Taman penerimaan, taman sekitar
118
molineti) kayu manis (Cinnamomum burmanii) kelapa sawit (Elaeis guineensis) beringin (Ficus benjamina L.) Beringin karet (Ficus elastica) biola cantik (Ficus lyrata) Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) pohon duku (Lansium domesticum) kayu putih (Melaleuca leucadendra) pohon rambutan (Nephelium lappaceum)
Peneduh
-
Taman produksi
9 batang
Peneduh
-
Taman penerimaan
3 batang
Peneduh
-
Taman sentral
21 batang
Peneduh
Taman sentral
Taman outbound
13 batang
peneduh
-
Taman penerimaan
5 batang
Peneduh
Taman sentral
Taman manfaat, taman sentral
2 batang
Peneduh
Area belakang
-
2 batang
Peneduh
-
Taman produksi
Peneduh
sengon (Paraserianthes falcataria)
11 batang
Peneduh, pengarah
Bambu kuning (Phyllostachys sulphrurea)
23 rumpun
Screen
mahoni (Swietenia macrophylla) pucuk merah (Syzygium oleina) salam (Syzygium polyanthum) Tanaman Merambat
8 batang
10 batang
pinus (Pinus merkusii Jungh.) matoa (Pometia pinnata) angsana (Pterocarpus indicus Willd.)
10
kelas
bunga kertas (Bougainvillea sp.) kembang telang
Taman A-Z, area belakang Taman penerimaan, taman sentral Taman panca indera, area belakang
Taman penerimaan, taman outbound, taman sentral,area kelas Taman taman penerimaan,daur ulang, taman jam Taman manfaat, taman outbound
Pengarah
Taman sentral
Taman sentral
2 batang
Peneduh
-
Taman produksi
1 batang
Peneduh
Taman penerimaan
-
12 batang
Peneduh
Taman penerimaan, area belakang
Taman manfaat
3 batang
Display
-
Taman penerimaan
2 batang
Tanaman warna
-
Taman jam
3 batang
Display
-
Taman sentral, taman outbound
+ 2,5 m2
Tanaman
Taman obat,
-
7 batang
119
(Clitoria ternatea) paku ekor kuda (Equisetum hymale) morning glory (Ipomea tricolor)
obat, screen
3 rumpun
Display
+ 1 m2
Display
melati (Jaminum sp.)
2 rumpun
pasiflora (Passiflora sp.)
+ 31 m2
daun pilo (Philodendron sp.)
7 batang
sirih (Piper betle)
2
+3m
taman panca indera Taman penerimaan
-
Taman panca indera Taman panca indera
Display, tanaman aromatik tanaman merambat, Screen
-
-
Taman penerimaan
-
display
Taman penerimaan, taman A-Z
Area kelas
tanaman merambat, screen, tanaman obat
Taman penerimaan, taman obat
-
tanduk rusa Display, (Platycerium 1 rumpun Taman obat tanaman obat coronarium) Ket: Mayoritas tanaman yang berada di sekitar sekolah dijadikan sebagai bahan dan media belajar mengajar
Daftar Ceklist Ketersediaan, Kebersihan dan Kerapihan Area Bulan / Minggu ke : Petugas
:
Lampiran 7. Daftar Ceklist Ketersediaan, Kebersihan dan Kerapihan Area KOMPONEN
Diisi dengan tanda
(jika ya) dan X (jika tidak)
PENGECEKAN Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Keterangan
Minggu
Toilet / Tempat Wudhu Lantai dan closet Kran air Bak dan gayung Cermin Gantungan baju Sabun Sandal toilet Tempat sampah Draenase
120
Lanjutan Lampiran 7. KOMPONEN Diisi dengan tanda (jika ya) dan X (jika tidak) PENGECEKAN Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Ruang Kelas dan Kantor Mengecek air gallon Menyapu lantai Mengepel lantai Membersihkan kolong ruangan Membersihkan area belakang dan samping ruangan Mengecek tempat sampah Tempat sandal / sepatu Membersihkan kaca ruangan Membersihkan sarang-sarang Lapangan / Playground / Public Area Menyapu lapangan/ playground/ public area Menegecek tempat sampah Menyapu area berbatu / pekerasan Fooging
Keterangan
Keterangan: * Jika menemukan kerusakan / ketidaksesuaian segera ditulis dalam buku ‘Perbaikan Sarana’. ** Fooging dilakuakan minimal 2 minggu sekali/area.
121
122