ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010 Ferdy G. Pakasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Kemenkes Manado Abstract. Hospital waste water is one source of potential environmental pollutant because it is necessary the management of waste water before it is disposed in to public channels. This study is a descriptive analytic study, in which the writer wanted to describe how the quality of liquid waste in the RSU Liun Kendage Tahuna, in particular the parameters BOD, COD, TSS and pH through laboratory tests. The results of this study indicate that the average BOD eligible (28.6 mg /l) is smaller than the raw waste water quality for hospital activities that have been assigned to 30 mg / l, the average COD is not eligible (83.8 mg /l) exceeding effluent quality standard of 80 mg / l, mean TSS is not eligible (31.3 mg /l) exceeds the effluent quality standard of 30 mg /l and pH of the eligible 6.6 to 7.8 with a value the average pH = 7.1. The qualit of waste water effluent discharged IPLC on the urban public channel after processing qualify with levels of BOD value = 7 mg / l, COD = 25 mg / l, TSS = 11 mg / l and pH = 6.8. To further improve the quality of effluent RSU Liun Kendage Tahuna, the need for repair of damaged pipelines, periodic monitoring and better management of IPLC. Kata kunci : Kualitas, limbah cair, rumah sakit
Aspek dalam peningkatan kesehatan masyarakat salah satunya adalah peningkatan kesehatan lingkungan yang di dalamnya termasuk pengawasan terhadap sanitasi rumah sakit. Mengingat rumah sakit merupakan sarana pelayanan masyarakat yang diperuntukan bagi pelayanan umum tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk mengurangi risiko dan ganggunan kesehatan tersebut maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan atau sanitasi lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan seperti infeksi nosokomial, penyehatan ruang bangunan, pengendalian vektor dan pengendalian limbah rumah sakit. Pengawasan rumah sakit khususnya pembuangan air limbah perlu menjadi perhatian bersama agar tidak berpotensi untuk mencemari sumber air minum dan badan air penerima. Disamping itu juga gangguan-gangguan estetika dan bau yang mengganggu lingkungan rumah sakit dan masyarakat sekitarnya (Soedjarwo, 2003).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 712/Menkes/IX/1996, tentang klasifikasi rumah sakit menyebutkan bahwa limbah cair rumah sakit adalah 89 – 95 % dari volume air bersih yang digunakan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992, mensyaratkan persediaan air di rumah sakit adalah 500 ltr/tt/hari. Ini berarti jumlah limbah cair dari kegiatan rumah sakit menggambarkan bahwa besarnya volume limbah cair dari kegiatan rumah sakit akan merupakan potensi dampak pencemaran terhadap lingkungan di sekitar rumah sakit. Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar lingkungan yang sangat potensial karena itu air limbah tersebut perlu pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum, sehingga tidak akan mencemari lingkungan hidup dan dapat digunakan lagi oleh manusia tanpa menyebabkan ganguan kesehatan (Azwar, 1981), seperti halnya air limbah rumah sakit RSU Liun Kendage Tahuna yang memiliki beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah cair. 13
14
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
Limbah cair rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologi, sedangkan air limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengadung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses pengolahannya (Timpua, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan di RSU Liun Kendage Tahuna, dimana sarana pengolahan air limbah tidak berfungsi dengan baik sehingga pembuangan air limbah yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu akan mencemari lingkungan di sekitar rumah sakit dan lingkungan masyarakat umum. Air limbah yang dibuang ke saluran rumah sakit seringkali menimbulkan bau yang tidak enak dan limbah tersebut langsung dibuang ke saluran umum yang dihubungkan dengan saluran perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar BOD, kadar COD, kadar TSS dan pH limbah cair RSU Liun Kendage Tahuna.
pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah cair yang di buang ke saluran umum, yaitu dari ruangan perawatan rawat inap, ruang perawatan rawat jalan, ruang ICU, dapur/gizi, laundry, ruang UGD dan outlet IPLC. Sampel dalam penelitian ini yaitu limbah cair yang ada pada masing-masing ruangan dan pada saluran umum sebelum melalui proses pengolahan melalui IPLC dan limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan melalui IPLC yaitu ruangan perawatan rawat inap, ruang perawatan rawat jalan, ruang ICU, dapur/gizi, laundry, ruang UGD dan outlet IPLC. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan akan dibandingkan dengan baku mutu air limbah sesuai dengan nilai akhir dari parameter BOD, COD, TSS dan pH dengan nilai pembanding berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58/MENLH/12/1995 tanggal 21 Desember 1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, disajikan dalam bentuk tabel, diagram kemudian disajikan secara deskriptif untuk ditarik kesimpulan.
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, dengan variabel penelitian yaitu kadar BOD, COD, TSS dan pH limbah cair IPLC RSU Liun Kendage Tahuna. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua air limbah yang berasal dari semua ruangan kegiatan
Hasil 1. Hasil pengukuran Parameter BOD Hasil pengukuran nilai parameter BOD pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Grafik Pengukuran nilai parameter BOD dalam limbah cair RSU Liun Kendage Tahuna Tahun 2010.
15
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
2. Hasil Pengukuran Parameter Oxygen Demand (COD).
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
Chemical
Hasil pengukuran nilai parameter Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2. Grafik Pengukuran nilai parameter COD dalam limbah cair RSU Liun Kendage Tahuna Tahun 2010.
3. Hasil Pengukuran Parameter Suspended Solid (TSS).
Total
Hasil pengukuran nilai parameter Total Suspended Solid (TSS) pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Pengukuran nilai parameter TSS dalam limbah cair RSU Liun Kendage Tahuna Tahun 2010.
16
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
4. Hasil Pengukuran pH Hasil pengukuran nilai parameter pH pada limbah cair di Rumah Sakit Umum (RSU)
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
Liun Kendage Tahuna ini dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini :
Gambar 4. Grafik Pengukuran nilai parameter pH dalam limbah cair RSU Liun Kendage Tahuna Tahun 2010.
Pembahasan Hasil Pengukuran Parameter BOD BOD atau Biologycal Oxygen Demand sebagai suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air, merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang tersuspensi dalam air. BOD sebagai bagian dari proses pengubahan senyawa organik kompleks menjadi senyawa organik lebih sederhana baik melalui proses oksidasi biologis maupun reaksi enzimatik dalam system air, tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan yang ada di dalam air. Adapun proses dekomposisi, serta proses fotosintesa dan respirasi biota air mempengaruhi pertumbuhan kandungan oksigen terlarut dalam air. Pengamatan terhadap nilai parameter BOD serta hubungan antara sampel, maka untuk sampel
T1 sampai T8 tidak ada hubungan secara langsung karena sampel diambil dari lokasi yang berbeda. Nilai BOD pada masing-masing titik di atas dipengaruhi oleh jumlah zat-zat organik yang terkandung pada titik-titik tersebut, yang secara langsung juga menunjukkan besar kecilnya beban pencemar yang ada pada lokasi tersebut. Fluktuasi nilai BOD pada beberapa titik pengambilan tidak dipengaruhi oleh pengolahan air limbah karena dari hasil observasi yang telah dilakukan air limbah dibuang pada saluran air limbah yang terbuka, kemudian dialirkan pada sistem perpipaan yang tertutup yang menuju pada IPLC. Beberapa titik pengambilan sampel nilai BOD memenuhi syarat karena sistem pembuangan limbah ditangani dengan baik yang dilakukan pada salah satu bagian yang ada dalam ruangan khusus untuk pembuangan limbah cair (dengan menggunakan kloset duduk yang dilengkapi dengan penutup kloset), melalui sistem perpipaan yang tertutup yang tidak terkontaminasi dengan tanah dan saluran tersebut langsung menuju pada IPLC
17
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
sehingga tidak menimbulkan bau serta pencemaran lingkungan sekitar rumah sakit. Pengambilan sampel pada titik pengambilan T8 dilakukan di outlet IPLC pada sebuah pipa sebelum kolam penampungan dan dialirkan menuju saluran perkotaan dengan hasil pengukuran kadar BOD memenuhi syarat yaitu 7 mg/l, dibawah standar yang ditetapkan untuk persayaratan kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit yaitu 30 mg/l. Lokasi pengambilan sampel T1 sampai T8 dapat dilihat nilai BOD berkisar antara 7 mg/l – 106 mg/l dengan nilai rata-rata 28,6 mg/l. Hal tersebut menunjukkan beban zat-zat organik tidak melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan untuk persyaratan kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, yaitu 30 mg/l. Hasil Pengukuran Parameter COD COD atau Chemical Oxygen Demand merupakan suatu uji yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Mengamati hasil pemeriksaan nilai parameter COD serta hubungan antara sampel, maka seperti halnya pada pengukuran BOD sampel diperoleh dari lokasi yang sama, sehinga untuk sampel T1 sampai T8 tidak mempunyai hubungan secara langsung karena lokasi pengambilan sampel dilakukan pada tempat yang berbeda. Lokasi pengambilan sampel T1 sampai T8 dapat dilihat bahwa nilai COD yang diperoleh berkisar antara 25 mg/l – 202 mg/l dengan nilai rata-rata COD = 83,8 mg/l, hal tersebut berarti telah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan bagi baku mutu kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, yaitu 80 mg/l. Pengambilan sampel pada titik pengambilan T8 dilakukan di outlet IPLC pada sebuah pipa sebelum kolam penampungan dan dialirkan menuju saluran perkotaan dengan hasil pengukuran kadar COD memenuhi syarat yaitu 25 mg/l, di bawah
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
standar yang ditetapkan untuk persayaratan kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit yaitu 80 mg/l. Pengukuran nilai parameter COD ini mempunyai nilai kebutuhan oksigen lebih tinggi dari uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan terhadap mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Hasil Pengukuran Parameter TSS TSS atau Total Suspended Solid sebagai salah satu parameter pengukuran kualita limbah cair merupakan jumlah zat padat terapung yang bersifat organik maupun zat padat terendap yang dapat bersifat organik maupun anorganik Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai parameter TSS serta hubungan antara sampel, maka seperti pada pengukuran parameter BOD dan COD sebelumnya, sampel diperoleh dari lokasi yang sama tetapi untuk sampel T1 sampai T8 tidak memepunyai hubungan secara langsung, karena titik pengambilan dilakukan pada tempat yang berbeda. Lokasi titik pengambilan sampel T1 sampai T8 dapat dilihat nilai TSS yang diperoleh berkisar antara 5 mg/l – 104 mg/l, dengan nilai ratarata untuk TSS adalah 31,3 mg/l. Hal tersebut berarti telah melebihi nilai ambang batas yang telah diperkenankan untuk TSS bagi kualitas limbah cair untuk kegiatan rumah sakit yaitu 30 mg/l. Adapun fluktuasi pada nilai TSS merupakan beban pencemar organik maupun an organik pada masing-masing lokasi dengan kadar atau nilai yang berbeda pula. Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan limbah cair. Nilai kadar TSS yang tertinggi yaitu pada instalasi/ruang Gizi yaitu 104 mg/l. Sesuai dengan hasil pengamatan dimana sebelum limbah cair dialirkan ke instalasi pengolahan, limbah cair dari instalasi Gizi dibuang pada saluran yang terbuka sehingga banyak zat padat yang terapung maupun yang terendap pada saluran pembuangan tersebut. Pengambilan sampel pada titik pengambilan T8 untuk pengukuran kadar TSS sama dengan
18
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
pengambilan sampel untuk BOD dan COD yaitu dilakukan di outlet IPLC pada sebuah pipa sebelum kolam penampungan dan dialirkan menuju saluran perkotaan dengan hasil pengukuran kadar TSS memenuhi syarat yaitu 11 mg/l, dibawah standar yang ditetapkan untuk persayaratan kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit yaitu 30 mg/l. Hasil Pengukuran pH pH merupakan sauatu ukuran kualitas limbah cair dalanm hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan biologi dalam air serta dapat pula mempengaruhi terhadap bahan kimia tertentu, yang sering berubah menjadi lebih toksik. Tingkat asiditas atau alkalinitas suatu sampel diukur berdasarkan skala pH yang dalam hal ini menunjukkan konsentrasi ion Hidrogen dalam larutan tersebut. Air yang terlalu asam atau terlalu basa tidak dikehendaki karena akan bersifat korosif. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai parameter pH serta hubungan antara sampel, maka seperti pada pengukuran parameter BOD, COD dan TSS sebelumnya, sampel diperoleh dari lokasi yang sama tetapi untuk sampel T1 sampai T8 tidak mempunyai hubungan secara langsung, karena titik pengambilan dilakukan pada tempat yang berbeda. Lokasi titik pengambilan sampel T1 sampai T8 dapat dilihat nilai pH yang diperoleh berkisar antara 6,6 – 7,8, dengan nilai rata-rata untuk pH adalah 7, 1. Nilai pH tersebut masih memenuhi syarat untuk kualitas limbah cair bagi kegiatan rumah sakit yaitu nilai pH 6 – 9. Berdasarkan hasil pengukuran parameter BOD, COD, TSS dan pH yang disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Umum Liun Kendage Tahuna diperoleh bahwa untuk nilai parameter BOD memenuhi syarat yang telah ditetapkan dengan nilai rata-rata yaitu 28,6 mg/l. Hasil pengukuran kadar BOD untuk outlet IPLC yang dibuang ke saluran perkotaan sangat memenuhi syarat yaitu 7 mg/l. Nilai parameter COD tidak memenuhi syarat, karena setelah dirata-ratakan memperoleh nilai 83,8
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
mg/l. Kadar COD pada sampel yang diambil pada outlet IPLC yang dibuang ke saluran perkotaan setelah melalui proses pengolahan pada IPLC sudah memenuhi syarat yang telah di tetapkan yaitu dengan nilai 25 mg/l. Untuk nilai parameter TSS juga tidak memenuhi syarat dengan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 31,3 mg/l, tetapi untuk nilai kadar TSS pada outlet IPLC yang dibuang ke saluran perkotaan sudah memenuhi syarat yaitu 11 mg/l, dan untuk pengukuran pH berdasarkan hasil pengukuran memenuhi syarat dimana pH untuk setiap sampel yaitu 6,6 – 7,8. Dari hasil observasi dilapangan terhadap kondisi pembuangan limbah cair Rumah Sakit Umum Liun Kendage Tahuna pada umumnya sudah memenuhi syarat, dimana pembuangan limbah cair dari ruangan sebelum dibuang ke saluran perkotaan semuanya melalui proses pengolahan melalui sarana pengolahan limbah cair (melalui IPLC) sehingga limbah cair yang dibuang ke saluran perkotaan tidak mencemari lingkungan rumah sakit bahkan lingkungan penduduk disekitar rumah sakit dan limbah yang dibuang ke saluran umum perkotaan tidak menimbulkan bau yang tidak enak serta tidak menjadi tenpat perindukan vektor penyakit menular. Pendekatan dan Pemecahan Masalah Pendekatan masalah yang dapat dilakukan dengan berdasarkan analisis masalah yang telah ditemukan sebelumnya adalah dengan cara memperbaiki sarana (saluran) pembuanga limbah cair di beberapa ruangan seperti ruangan perawatan anak, Instalasi Gizi dan Instalasi Laundry yang memiliki saluran pembuangan limbah cair terbuka sebelum limbah cair dialirkan ke pipa tertutup yang menuju ke IPLC. Pemeliharaan dan perbaikan sarana pengolahan limbah cair (IPLC) harus selalu dilakukan dengan memperhatikan efesiensi unit pengolahannya sehingga instalasi pengolaha limbah cair dapat berjalan dengan baik sesuai kemampuan dan ataupun kapasitasnya. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit harus lebih berperan di dalam melaksanakan tugasnya, yaitu melaksanakan penyediaan,
19
JKL Volume 1 No. 1 Oktober 2011
pemeliharaan, dan perbaikan peralatan non medis di rumah sakit. Disamping itu para tenaga sanitasi rumah sakit harus selalu aktif dalam melakukan pemantauan, pengawasan, serta pemulihan secara bertahap terhadap kualitas limbah cair dan hal-hal yang ada kaitannya dengan sanitasi rumah sakit, guna menekan beban pencemaran terhadap lingkungan dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan ataupun penyakit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kadar atau nilai parameter untuk : a. Biologycal Oxygen Demand (BOD) pada air limbah RSU Liun-Kendage Tahuna memenuhi syarat dengan nilai rata-rata 28,6 mg/l sesuai baku mutu yang telah ditetapkan bagi kegiatan rumah sakit yaitu 30 mg/l b. Chemical Oxygen Demand (COD) pada air limbah RSU Liun-Kendage Tahuna tidak memenuhi syarat dengan nilai rata-rata 83,8 mg/l melebihi standar baku mutu limbah cair untuk kegiatan RS yaitu 80 mg/l. c. Total Suspended Solid (TSS) pada air limbah RSU Liun-Kendage Tahuna tidak memenuhi syarat dengan nilai rata-rata 31,3 mg/l melebihi standar baku mutu limbah cair untuk kegiatan RS yaitu 30 mg/l. d. pH air limbah RSU Liun-Kendage Tahuna memenuhi syarat yaitu 6,6 – 7,8 dengan nilai rata-rata pH = 7,1. 2. Nilai kadar BOD, COD, TSS dan pH pada outlet IPLC yang dibuang ke saluran umum perkotaan memenuhi syarat baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit untuk BOD yaitu 7 mg/l, COD = 25 mg/l, TSS = 11 mg/l dan pH = 6,8. Sesuai dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit
Pakasi F. G. Analisis Kualitas Limbah Cair,
Saran 1. Ada beberapa saluran pembuangan air limbah yang rusak agar dapat diperbaiki supaya tidak mempengaruhi kualitas air limbah seperti pada instalasi Gizi dan ruang perawatan anak. 2. Diharapkan Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) dalam strukturnya dipisahkan dengan tenaga sanitasi, karena tenaga sanitasi mempunyai fungsi khusus di dalam menangani air limbah dan kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi. 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk parameter air limbah yang lain untuk kegiatan rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A., 1981. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Cetakan Kedua, Penerbit Mutiara, Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995. Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.712/Menkes/IX/1996. Tentang klasifikasi rumah sakit. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992. Tentang persyaratan persediaan air di rumah sakit. Depkes RI. Soedjarwo, 2003. Pengolahan Air limbah Domestik, Rumah Sakit dan Hotel. Pelatihan Dasar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air limbah. Pusteklim, Yogyakarta. Timpua, T. K., 2005. Efektifitas Trickling Filter Up Flow Dalam Pengolahan Air limbah Rumah Sakit. Pasca Sarjana IKM Universitas Sam Ratulangi Manado.