Jurnal At-Tajdid
ANALISIS KONTRASTIF DAN ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SEBAGAI SECOND LANGUAGE Ahmadi* Abstract: Teacher as a facilitator in the classroom always wants to give the best for their students, but the hope does not always generate a positive progress. In language learning, there has always been interference between the target language and mother language. In Arabic learning mother tongue interference is very strong. It can be known from several expression of Arabic learners who spontaneously utter their everyday language, hence it is necessary for a possibility analysis that will happen and an error analysis that mostly occurs, they are called contrastive analysis and error analysis. Arabic is a language that is very likely to undergo interference from the mother tongue, so that it is necessary for doing these analyses. Contrastive analysis, as working procedure form, is an activity that attempts to compare the structure of the mother tongue and the structure of a foreign language, while error analysis of language is one of the ways to answer these questions. By these two analyses, it is expected to give positive contributions for Arabic educators. Keywords: contrastive analysis, error analysis, Arabic learning, second language
*
Dosen Tetap STIT Muhammadiyah Pacitan
123
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
PENDAHULUAN Di antara penghambat dan penghalang yang menjadikan kurang berhasilnya pembelajaran bahasa asing adalah adanya interferensi yang cukup jauh bahasa ibu kepada bahasa asing yang menjadi sasaran pembelajaran. Bahasa ibu dengan serta merta ditransfer menjadi bentuk kesalahan dalam berbahasa asing tersebut. Segala informasi yang telah dimiliki oleh seseorang di dalam bahasa pertama yang sedang mempelajari akan ditransfer kepada bahasa yang sedang dipelajarinya dengantanpa kesadaran penuh. kebanyakan gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk, arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat perjalanan dalam proses belajar siswa, tetapi pengaruh bahasa yang berbeda dengan sebelumnya, diduga akan dapat menghambat proses kelancaran belajar bahasa asing dipelajari. Dalam menemukan dan menggambarkan problem yang dihadapi oleh para pengajar bahasa asing dapat diadakan perbandingan di antara bahasa pertama dengan bahasa kedua, sehingga akhirnya dapat membuat suatu diagnosis atau prediksi awal terhadap kemungkinankemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang akan menyebabkan kesukaran dalam pembelajaran. Ada dua analisis yang digunakan dalam pembelajaran bahasa asing termasuk di dalamnya bahasa Arab, yaitu analisis konstrastif dan analisis kesalahan. Analisis kontrastif, yang berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa ibu dengan struktur bahasa asing yang dipelajari, untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa itu. Perbedaanperbedaan itu digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan belajar bahasa asing tersebut. Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu strategi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam analisis konstrastif. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar maupun bahasa Arab. Bahasa Indonesia yang baik atau bahasa Arab adalah bahasa yang 124
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
memenuhi faktor-faktor komunikasi para pembelajarnya, memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan. Bagaimana cara meng analisis bahasa yang baik dan benar itu? Hal itulah yang akan dibahas dan dikaji dalam tulisan sederhana ini.
PENGERTIAN ANALISIS KONTRASTIF Analisis kontrastif adalah komparasi perbandingan sistem-sistem linguistik dua bahasa, baik sistem bunyi maupun sistem gramatikal.1 Hal ini diperjelas oleh Ahmad bin Abdullah al-Basyir yang menyatakan bahwa2:
هو إجراء عملي للمقارنة بني أنظمة لغتني أو أكثر حلصر أوجه التشابه وأوجه
ويعتمد ذلك على حتليل لكل من النظامني موضع املقارنة يقوم على.اإلختالف بينهما .اساس املنهج الوصفي ال التارخيي
Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaanpersamaan kedua bahasa tersebut. Menurut James analisis kontrastif ialah suatu aktivitas linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan tipologi dua bahasa yang kontras satu dengan yang lain, berlandaskan atas asumsi bahwa bahasa-bahasa itu dapat dibandingkan dan tidak diserumpunkan.3 Di dalam analisis kontrastif terdapat dua bahasa, kemudian perbedaan struktur kedua bahasa tersebut diidentifikasi, lalu unsur-unsur yang berbeda dipelajari kemungkinannya sebagai penyebab kesukaran dalam pembelajaran bahasa asing yang dipelajari yaitu bahasa Arab. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1992), hlm. 6 2 Ahmad bin Abdullah al-Basyir, “Al-Tahlil al-Taqabuli bayna al-Nazhariyah wa al-Tathbiq”, Al- Muwajjih fi Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah Lighairi al-Nathiqin Biha, II, ( Jakarta: LIPIA, 1988), hlm. 66; Ahmad Sulaiman Yaqut, Fi ‘Ilm al-Lughat al-Taqabuli : Dirasat Tathbiqiyat, (Iskandariyah: Dar al-Ma’rifat al-Jami’iyat, t.t.), hlm..7 3 James, C., Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), hlm. 3. 1
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
125
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
Menurut Fuad Abdul Hamied bahwa analisis kontrastif sebagai suatu studi perbandingan yang sistematik dari ciri-ciri linguistik yang spesifik dari dua bahasa atau lebih.4 Studi perbandingan tersebut sebagai acuan bagi para pendidik untuk dapat mepersiapkan segala strategi yang dianggap cocok dalam pembelajarannya. Sedangkan menurut Kridalaksana bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti dalam pengajaran bahasa dan penerjemahannya.5 Singkatnya analisis konstrastif adalah sebuah studi yang dilakukan oleh para pemerhati bahasa, untuk mengetahui beberapa kemungkinan kesalahan dalam belajar bahasa.
HISTORIS LAHIRNYA ANALISIS KONSTRASTIF Analisis kontrastif muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.6 Analisis kontrastif mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua dan pengajaran bahasa asing sejak akhir Perang Dunia ke II sampai pertengahan tahun 1960an. Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktekkan tahun 1950-an dan 1996-an, sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajar an bahasa yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut : 1. Kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan interferensi bahasa pertama kedalam bahasa sasaran yang ingin dipelajari, 2. Kesukaran-kesukaran yang muncul dalam proses belajar dapat diprediksi oleh analisis kontrastif, 3. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi bahasa pertama.
4
Fuad Abdul Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa, ( Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm. 28
Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta : Gramedia), 1993, hlm. 12
5
6
Bahasa Asing yang dimaksud adalah bahasa Arab yang menjadi obyek kajian dalam tulisan ini.
126
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
TUJUAN STUDI ANALISIS KONTRASTIF Seperti dalam studi-studi analitis yang lain, analisis kontrastif juga memiliki tujuan-tujuan yang dapat dihubungkan dengan proses bel ajar-mengajar pada bahasa kedua, antara lain sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Tarigan sebagai berikut: 1. Untuk penyusunan materi (bahan) pengajaran bahasa kedua, yang dirumuskan berdasarkan poin-poin yang berbeda antara kaidah (struktur) bahasa pertama dan kaidah bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa; 2. Untuk penyusunan pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang menitikberatkan pada pandangan linguistik strukturalis dan psikologi behavioris; 3. Untuk penyusunan kelas pembelajaran bahasa terpadu antara bahasa pertama siswa dengan bahasa Arab yang harus dipelajari oleh siswa; 4. Untuk penyusunan prosedur pembelajaran atau penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Adapun langkah-langkahnya adalah: a. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa pertama siswa dengan bahasa Arab yang akan dipelajari oleh siswa; b. Menunjukkan butir-butir dalam bahasa pertama siswa yang berpeluang mengakibatkan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa Arab siswa; c. Mengajukan solusi (cara-cara) mengatasi intervensi terhadap bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa; d. Menyajikan sejumlah latihan pada butir-butir yang memiliki perbedaan antara bahasa pertama dengan bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa. Bila dikaji secara mendalam pembahasan tentang analisis kontrastif dapat dibedakan menjadi beberapa tujuan pokok antara lain: a. Mencari aspek-aspek pebedaan dan persamaan antar bahasa b. Memprediksi kesulitan yang muncul ketika belajar bahasa asing dan berupaya menafsirkan kesulitan ini. c. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan bahan ajar dalam pengajaran bahasa asing. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
127
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
BENTUK ANALISIS KONTRASTIF Analisis kontrastif memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan aspek psikologis. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini tersirat dua hal penting; apa yang akan diperbandingkan, dan bagaimana cara memperbandingkannya. Aspek psikologis analisis kontrastif terkait dengan kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara menyampaikan bahanpelajaran. Pakar linguistik Inggris menganjurkan pendekatan “polisistemik” yang berdasarkan kepada asumsi bahwa bahasa itu pada hakikatnya merupakan “system of systems”. Oleh karena itu, yang diperbandingkan hanyalah sistem kedua bahasa; misalnya, sistem fonologi, sistem morfologi. Namun pendekatan ini mereka anggap kurang sesuai bagi perbandingan sintaksis. Pakar lain yang beranggapan bahwa analisis kontrastif berfungsi sebagai penjelas dan bukan sebagai peramal, menyatakan bahwa analisis kontrastif sebaiknya membatasi diri pada perbandingan bagian-bagian bahasa, menganalisis bagian tata bahasa yang diperkirakan mendatangkan kesukaran belajar bagi para siswa. Pendapat ini dianggap kurang tepat, karena yang diperlukan analisis kontrastif menyajikan suatu teori yang tepat untuk menjelaskan kasuskasus. Ada masalah yang lebih pelik dan kritis adalah “comparability” atau “keterbandingan”. Di sini tersirat penyusunan atau pembentukan apa yang harus didekatkan atau disejajarkan untuk diperbandingkan. Masalah “keterbandingan” atau komparabilitas” dapat dipandang dari tiga segi : 1. kesamaan struktur 2. kesamaan terjemahan 3. kesamaan struktur dan kesamaan terjemahan.7 Dasar psikologis Analisis Kontrastif adalah Teori Transfer yang diuraikan dan diformulasikan di dalam suatu teori psikologi StimulusResponsi aliran Behavioris. Dengan perkataan lain teori belajar ilmu jiwa tingkah laku merupakan dasar analisis kontrastif. Ada dua hal penting Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 1995), hlm. 36.
7
128
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
yang merupakan inti teori belajar ilmu jiwa tingkah laku, yaitu kebiasaan atau habit dan kesalahan atau error. Jika dikaitkan dengan pemerolehan bahasa, maka kedua butir tersebut menjadi: a). kebiasaan berbahasa atau language habit dan b). kesalahan berbahasa atau language error. Kebiasaan mempunyai dua karakteristik utama. Pertama, kebiasaan itu dapat diamati atau “observable”, bila berupa benda dapat diraba dan bila berupa kegiatan atau aktivitas dapat dilihat. Kedua, kebiasaan itu bersifat mekanistis atau otomatis. Kebiasaan itu terjadi secara spontan tanpa disadari dan sangat sukar dihilangkan terkecuali kalau lingkungan berubah. Perubahan itu mengarah pada perubahan stimulus yang membangkitkannya. Walaupun teori pembentukan kebiasaan (habit formtion) itu bersifat umum, aplikasinya digunakan juga dalam pengajaran bahasa. Di dalam pemerolehan bahasa pertama, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan. Peniruan itu biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui kegiatan itulah anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur, pola kebiasaan bahasa ibunya. Melalui peniruan dan penguatan, para siswa mengidentifikasi hubungan antara stimulus dan responsi yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa kedua. Menurut paham teori belajar psikologi behaviorisme yang mendominasi analisis kontrastif, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Kesalahan berbahasa itu dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan berbahasa Arab melalui latihan, pengulangan, dan penguatan (hadiah dan hukuman). Tarigan mengungkapkan bahwa tatanan lingustik yang digarap para pengikut analisis kontrastif belum merata. Bidang fonologi paling banyak diperbandingkan, dengan alasan bahwa aksen bahasa itu sangat besar terhadap bahasa Arab sebagai bahasa kedua. Setelah bidang fonologi menyusul bidang sintaksis, sedangkan bidang kosakata kurang mendapat perhatian.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
129
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
STUDI KRITIS ANALISIS KONTRASTIF Kelebihan Analisis Kontrastif Melalui perbandingan antara dua bahasa banyak hal yang dapat diungkapkan. Beberapa di antara kemungkinan itu adalah: a. Tiada perbedaan : struktur atau sistem aspek tertentu dalam kedua bahasa tidak ada perbedaan sama sekali (konsonan /l,m,n/ diucapkan sama dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab). b. Fenomena konvergen : dua butir atau lebih dalam bahasa pertama menjadi satu dalam Kedua (bahasa Indonesia padi, beras, nasi menjadi ruzz dalam bahasa Arab). c. Ketidakadaan : butir atau sistem tertentu dalam bahasa pertama tidak terdapat dalam bahasa kedua. Misalnya, sistem penjamakan dengan penanda wau dan nun untuk jamak mudzakkar salim, alif dan ta untuk jamak muannats salim dalam bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem penjamakan dengan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (rumahrumah, daun-daun, ikan-ikan) tidak ada dalam bahasa Arab. d. Beda distribusi : butir tertentu dalam bahasa pertama berbeda distribusi dengan butir yang sama dalam bahasa kedua. Misalnya fonem (n) dalam bahasa Indonesia menduduki posisi awal, tengah dan akhir kata, sedangkan dalam bahasa Inggris hanya menduduki posisi tengah dan akhir kata. e. Tiada persamaan : butir tertentu dalam bahasa pertama tidak memiliki kesamaan dalam yang dipelajari. Misalnya, predikat kata sifat dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam bahasa Inggris; misalnya: Dia kaya (Indonesia) menjadi ‘He is rich’. (Inggris). f. Fenomena divergen : satu butir tertentu dalam Ibu menjadi dua butir dalam bahasa yang dipelajari (Arab). Misalnya, kata حنن (Arab) dapat menjadi kita atau kami dalam bahasa Indonesia. Data yang diperoleh sebagai hasil analisis kontrastif sangat membantu penulis buku bahan ajar. Penulis buku bahan ajar akan beruntung mendapat masukan dan data mengambil keputusan ten130
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
tang hal-hal yang perlu diberikan, urutan yang akan digunakan, dan latihan berbahasa yang perlu ditekankan. Dengan masukan seperti itu, penulis buku teks akan lebih mudah dalam menyesuaikan isi bukunya dengan tuntutan sekolah dan si terdidik. Kelemahan Analisis Kontrastif Di antara kritikan yang dialamatkan kepada analisis kontrastif adalah: a. Aspek linguistik terlalu bersifat teoretis. b. Teori linguistik struktural kurang memuaskan. c. Aspek bahasa yang diperbandingkan belum menyeluruh (baru tertuju pada fonologi, semantik dianaktirikan). d. Perbedaan tidak selalu menimbulkan kesukaran, kesukaran tidak identik dengan perbedaan) e. Kesukaran dan kesalahan berbahasa tidak selalu dapat diprediksi atau diramalkan. f. Interferensi bukan merupakan penyebab utama kesalahan berbahasa. g. Bahan pengajaran tidak utuh dan menyeluruh, hanya bersifat pragmen saja. h. Kurang memperhatikan faktor-faktor non-struktural.8
TEKNIK ANALISIS KONTRASTIF Pertama, yaitu mendeskripsikan bahasa pertama/ ibu secara lengkap. Kedua, mendeskripsikan bahasa sasaran (Arab). yang akan dipelajari siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik. Ketiga, memprediksi terhadap kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa sasaran berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa sasaran. Keempat, membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu danbahasa sasaran. Kelima, berkaitan dengan cara menyusun atau mengurutkan bahan pengajaran. Identifikasi perbedaan antara dua bahasa dipakai sebagai dasar memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan urutan atau susunan bahan pengajaran bahasa sasar an. Keenam yang berhubungan erat dengan cara menyampaikan bahan. Ibid., hlm. 33.
8
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
131
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
Siswa yang belajar bahasa sasaran sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan itu harus diatasi agar tidak lagi menginterferensi bahasa sasaran yaitu bahasa Arab.
APLIKASI ANALISIS KONTRASTIF Untuk menguraikan langkah dalam analisis kontrastif di atas, pe nulis mencoba memaparkankan sebuah contoh pengajaran bahasa Asing, dalam hal ini bahasa Arab, tentang materi fonetik bahasa Arab. Langkah pertama, yaitu mendeskripsikan fonetik bahasa ibu (bahasa Indonesia) secara lengkap. Dalam bahasa Indonesia terdapat 24 konsonan , yaitu sebagai berikut : 1. B. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /letupan /bersuara/ 2. P. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /letupan /td.bersuara/ 3. M. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /Nasal /.bersuara/ 4. W. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /geseran/bersuara/ semi vokal/ 5. F. Konsonan ini dideskripsikan = /Labiodental /geseran / td bersuara / 6. V. Konsonan ini dideskripsikan =/Labiodental /geseran / bersuara / 7. T. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental /letupan /td bersuara / 8. L. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikoalveolar/sampingan/bersuara/ 9. N. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikoalveolar /geseran /nasal/bersuara/ 10. R. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikoalveolar/geseran/berulang/bersuara/ 11. S. Konsonan ini dideskripsikan = /laminoalveolar/geseran/td bersuara 12. Z. Konsonan ini dideskripsikan = /laminoalveolar/geseran/bersuara/ 13. D. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/letupan/bersuara/ 14. Sy. Konsonan ini dideskripsikan = /laminopalatal/geseran/td bersuara/ 15. C. Konsonan ini dideskripsikan = /mediopalatal/letupan/td bersuara/ 16. J. Konsonan ini dideskripsikan = /mediopalatal/campuran/bersuara/ 17. Y. Konsonan ini dideskripsikan = /mediopalatal/geseran/bersuara/semi vokal/ 18. Ny. Konsonan ini dideskripsikan = /mediopalatal/geseran/bersuara/nasal/ 19. K. Konsonan ini dideskripsikan = /dorsovelar/letupan/td bersuara/ 20. G. Konsonan ini dideskripsikan = /dorsovelar/geseran/bersuara 21. Kh. Konsonan ini dideskripsikan = /dorsovelar/geseran/td bersuara/ 22. Ng. Konsonan ini dideskripsikan = /dorsovelar/geseran/bersuara/nasal/ 132
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
23. H. Konsonan ini dideskripsikan = /pharyngal/geseran/td bersuara/ 24. Hamzah. Konsonan ini dideskripsikan = /glottal/letupan/antara/ Tabel 19 NO
Identifikasi
Letupan Suara
1
Makhraj
2
Bilabial
3
Labiodental
4
Apikodental
5
Apikoalveolar
6
Lamionalveolar
7
Apikopalatal
8
Laminopalatal
9
Mediopalatal
Geseran Td. Suara
Tbl Tps Tbl B
Suara
Tps Tbl
Geseran bersuara
Tps Tbl Tps Sp
UI
P
Ns Nv M
V
W
F
T L Z
R
N
S
D Sy J
C
10 Dorsovelar
K
11 Dorsovular
Q
12 Pharyngal 13 Glottal
Sifat Lain Td. Suara
Ny Y Kh
Ng
H ‘
-
Catatan: Td. Suara = tidak bersuara Gb = Gabungan Tbl = Tebal Tps = Tipis Sp = Sampingan Ul = Berulang Ns = Nasal Sv = Semi vokal Langkah kedua, mendeskripsikan fonetik bahasa sasaran (bahasa Arab). yang akan dipelajari siswa, dalam hal ini adalah bahasa Arab. Dalam bahasa Arab terdapat 28 konsonan , yaitu sebagai berikut : 1. Ba ( ) ب. Konsonan ini dideskripsikan = bilabial/letupan/bersuara/ 2. Mim ( ) م. Konsonan ini dideskripsikan = bilabialnasal/bersuara/ 3. Waw ( )و. Konsonan ini dideskripsikan = bilabial/geseran/bersuara/ semivakal/ 4. Fa ( ) ف. Konsonan ini dideskripsikan = labiodental/geseran/td bersuara/ 5. Tsa ( ) ث. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikointerdental/geseran/ td bersuara/ 6. Dzal ( ) ذ. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikointerdental/geseran/ td bersuara/ Ahmad Sayuti Nasution, Nida’ Alquran dalam Jurnal Kajian Alquran dan Wanita,
9
(Ciputat, Iiqw Jakarta, Vol.1 No.1, 2003)
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
133
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
7. Dzo ( ) ظ. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikointerdental/geseran/bersuara/tebal 8. Sin ( ) س. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/td bersuara/ 9. Zai ( ) ز. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/bersuara/ 10. Shod ( ) ص. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/ td bersuara/tebal/ 11. Ta ( ) ت. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/td bersuara/ 12. Tho ( ) ط. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/ bersuara/tebal 13. Dal ( ) د. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikodental/geseran/bersuara/ 14. Lam ( ) ل. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/sampingan/bersuara/ 15. Nun ( ) ن. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/geseran/ nasal/bersuara 16. Ra ( ) ر. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/geseran/berulang/bersuara/ 17. Dhod ( ) ض. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/ geseran/ bersuara/ sampingan/ tebal/ 18. Syin ( ) ش. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/geseran/ tidak bersuara/ 19. Jim ( ) ج. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/letupan/bersuara/ 20. Ya ( ) ي. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal/geseran/ bersuara/semi vokal 21. Kaf ( ) ك. Konsonan ini dideskripsikan = /Dorsovelar/letupan/td bersuara/ 22. Qaf ( ) ق. Konsonan ini dideskripsikan = /Dorsovelar/letupan/bersuara/ 23. Ghain ()غ. Konsonan ini dideskripsikan = /Prepharyngal/geseran/bersuara 24. Kha ( ) خ. Konsonan ini dideskripsikan = /Prepharyngal/geseran/ td bersuara/ 25. Ha ( ) ح. Konsonan ini dideskripsikan = /Pharyngal/Geseran/td bersuara/ 26. ‘Ain ( ) ع. Konsonan ini dideskripsikan = /Pharyngal/Geseran/bersuara/ 27. Ha ( ) ھ. Konsonan ini dideskripsikan = /Farpharyngal/geseran/td bersuara/ 28. Hamzah ( ) ء. Konsonan ini dideskripsikan = /Farpharyngal/letupan/bersuara/
134
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
Tabel 2 Deskripsi fonetik Bahasa Arab NO Identifikasi
Letupan Suara
1
Makhraj
2
Bilabial
3
Labiodental
4
Lab-interdental
5
Apikodental
6
Apikoalveolar
7
Apikopalatal
8
Mediopalatal
9
Dorsovelar
10
Dorsovular
11
Prepharyngal
12
Pharyngal
13
Farpharyngal
Geseran
Sifat Lain
Td. Suara Suara
Td. Suara Geseran bersuara
Tbl Tps Tbl Tps Tbl Tps Tbl Tps Sp UI Ns Nv ب ظ ط
د
ت
ج
ق
ذ
ر
ص
ض
غ
س ل
و
ن
ي
خ
ع
ء
و
ث
ش
ك
ق
م
ح
ھ
Catatan : Td. Suara = tidak bersuara Gb = Gabungan Tbl = Tebal Tps = Tipis Sp = Sampingan Ul = Berulang Ns = Nasal Sv = Semi vokal. Langkah ketiga, membuat deskripsi kontrastif antara bahasa sasaran dan bahasa ibu, selanjutnya memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa sasaran berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa sasaran. Tabel 3 Deskripsi kontrastif antara fonetik Bahasa Arab dan Indonesia NO Identifikasi 1
Makhraj
Letupan
Geseran
Sifat Lain
Suara
Td. Suara Suara
Tbl Tps
Tbl Tps Tbl Tps Tbl Tps Sp UI Ns
2
Bilabial B. Arab
ب
3
Bilabial B. Ind.
B
4
Labiodental B. Arab
5
Labiodental B. Ind
Td. Suara Geseran bersuara
P
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
م
و
M
W
ف V
Nv
F
135
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ... 6
Lab-interdental Arab
7
Apikodental B. Arab
8
Apikodental B. Ind
9
Apikoalveolar Arab
10
Apikoalveolar B.Ind
11
Limionalveola B.Ind
12
Apikopalatal B.Arab
13
Apikopalatal B.Ind
14
Laminopalatal B.Ind
15
Mediopalatal B.Arab
16
Mediopalatal B.Ind
ظ
ذ ر
ث ص
س
T ط
د
ت Z
ج J
C
Dorsovelar B. Ind
K
19
Dorsovular B. Arab
ق
20
Dorsovular B. Ind
W
21
Kh
Prepharyngal B.Arab
غ
خ
ع
Farpharyngal B.Arab
25
Glontal
ن
ي Ny
G
24
و
ش
Dorsovelar B. Arab
Pharyngal B. Arab
ل Sy
18
Pharyngal B. Ind
N
D
17
22
R
S
ض
ك
23
L
Ng
ح H
ء
ھ ‘
-
Catatan : Td. Suara = tidak bersuara Gb = Gabungan Tbl = Tebal Tps = Tipis Sp = Sampingan Ul = Berulang Ns = Nasal Sv = Semi vokal Dari kontrastif di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Fonetik yang bersamaan : a. B dan ( ) ب. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /letupan /bersuara/ b. M dan ( ) م. Konsonan ini dideskripsikan = /bilabial /geseran / Nasal /bersuara/ c. W dan ( ) وKonsonan ini dideskripsikan = /bilabial /geseran / bersuara/ s. vokal d. F dan ( ) فKonsonan ini dideskripsikan = /labiodental /geseran / td bersuara / e. J dan ( )ج. Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal /letupan / td bersuara/ 136
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Y
Ahmadi
f. Sy dan ( ) ش.Konsonan ini dideskripsikan = /Apikopalatal / geseran / td bersuara g. K dan ( ) كKonsonan ini dideskripsikan = /dorsovelar /letupan /td bersuara / h. Q dan ( )قKonsonan ini dideskripsikan = /Dorsouvular /letupan /bersuara / i. H dan ( ) ھKonsonan ini dideskripsikan = /Farpharyngal /geseran /td bersuara Diprediksikan, siswa tidak akan menemui kesulitan dalam menuturkan fonetik bahasa Arab di atas, karena mereka telah terbiasa menuturkannya dalam bahasa ibu mereka. Oleh sebab itu dalam proses pengajaran fonetik bahasa Arab, bunyi-bunyi ini tidak perlu mendapat latihan ekstra. 2. Konsonan yang berbeda sifat atau makhraj : a. Sin ( )سbahasa Arab dideskripsikan = /Apikodental /geseran / td bersuara/ , sedangkan S, bahasa Indonesia dideskripsikan =/ laminoalveolar/geseran/td bersuara/ b. Zai ( )زbahasa Arab dideskripsikan =/Apikodental /geseran / bersuara/ sedangkan Z bahasa Indonesia dideskripsikan =/ laminoalveolar /geseran/bersuara/ c. Ta ( )تbahasa Arab dideskripsikan =/Apikoalveolar /letupan /td beruara/ sedangkan T bahasa Indonesia dideskripsikan =/ Apikodental /letupan /td bersuara/ d. Dal ( )دbahasa Arab dideskripsikan =/Apikoalveolar /letupan /bersuara / sedangan D bahasa Indonesia dideskripsikan =/ Apikopalatal /letupan /bersuara/ e. Lam ( )لbahasa Arab dideskripsikan =/Apikopalatal /geseran / sampingan/ bersuara/ sedangkan L bahasa Indonesia dideskripsikan =/Apikoalveolar/ geseran/ sampingan/ bersuara f. Nun ( )نbahasa Arab dideskripsikan =/Apikopalatal /geseran / nasal /bersuara/ sedangkan N bahasa Indonesia dideskripsikan =Apikoalveolar /geseran /nasal/ bersuara g. Ra ( )رbahasa Arab dideskripsikan =/Apikopatal /berulang /geJurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
137
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
seran /bersuara/sedangkan R bahasa Indonesia dideskripsikan =/Apikoalveolar /geseran/ berulang /bersuara/ h. Ya ( )يbahasa Arab dideskripsikan =/Apikopalatal /geseran / bersuara /semi vokal, sedangkan Y bahasa Indonesia dideskripsikan =/mediopalatal /geseran/bersuara/ semi vokal i. Ghain ( )غbahasa arab dideskripsikan =/Prepharyngal /geseran /bersuara/ sedangkan G bahasa Indonesia dideskripsikan =/ Dorsovelar /geseran /bersuara j. Kha ( )خbahasa Arab dideskripsikan =/Prepharyngal /geseran / td bersuara/ sedangkan Kh bahasa Indonesia dideskripsikan =/ Dorsovelar /geseran /tidak bersuara k. Hamzah ( )ءbahasa Arab dideskripsikan = /Farpharyngal/ letupan/ bersuara/ sedangkan Hamzah bahasa Indonesia dideskripsikan =/Glottal /letupan /antara/ 3. Konsonan yang ada dalam bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia a. Tsa ( )ثyang diprediksikan =/Apikointerdental /geseran /td bersuara/ b. Dzal ( )ذyang dideskripsikan =/Apikointerdental /geseran /bersuara c. Dzo ( )ظyang dideskripsikan =/Apikointerdental /geseran /bersuara /tebal d. Shod ( )صyang dideskripsikan =/Apikodental /geseran/ td bersuara /tebal e. Tho ( )طyang dideskripsikan =/Apikoalveolar /letupan /bersuara /tebal. f. Ra ( )رyang dideskripsikan =/Apikopalatal /geseran /sampingan/bersuara/tebal/ g. L ( )لyang dideskripsikan =/Apikopalatal /geseran /sampingan /bersuara/tebal/ h. Dhot ( )ضdideskripsikan =/pikopalatal /geseran /bersuara / sampingan /tebal/ i. Ha ( )حyang dideskripsikan =/Pharyngal /geseran /td bersuara/ j. Ain ( )عyang dideskripsikan =/Pharyngal /geseran /td bersuara/
138
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
4. Konsonan yang ada dalam bahasa Indonesia, tidak ada dalam bahasa Arab a. P Konsonan ini dideskripsikan =/bilabial /letuoan /td bersuara/ b. V Konsonan ini dideskripsikan =/labiodental /geseran /bersuara/ c. C Konsonan ini dideskripsikan =/mediopalatal /letupan /td bersuara/ d. Ny Konsonan ini dideskripsikan =/mediopalatal /geseran /bersuara /Nasal e. Ng Konsonan ini dideskripsikan =/Dorsovelar /geseran /bersua ra /nasal Langkah kelima, menyusun dan mengurutkan bahan pengajaran, mulai dari yang termudah, dalam hal ini adalah fonetik bahasa Arab yang perbedaannya dengan fonetik bahasa Indonesia dianggap tidak begitu berat, lalu menginjak kepada yang agak berat, dan selanjutnya kepada yang berat. Langkah keenam berhubungan erat dengan cara menyampaikan bahan, yaitu : 1. Merubah kebiasaan tertentu dalam berfonetik dengan bahasa ibu/ bahasa Indonesia, agar tidak lagi menginterferensi dalam berfonetik dalam bahasa Arab 2. Penanaman ( )الترسيخkebiasaan dalam berfonetik bahasa Arab melalui peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan.
PENGERTIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Ada tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie mengistilahkan kesalah an berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”.10 Sedangkan Huda mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”.11 Adapun Tarigan menyebutnya dengan istilah “kesalahan Iman Syafi’ie dkk., Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Pusat Penerbit UT, 1984). 11 Nuril Huda, Hipotesis Input, Makalah disajikan dalam kuliah umum jurusan Pen10
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
139
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
berbahasa”.12 Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa sebagai berikut: 1. Lapses Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya. 2. Error Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah. 3. Mistake Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua yaitu bahasa Arab. Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar. Kekhilafan (lahnun) adalah suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan pembel ajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan implikasi logis dari pro ses pembentukan kreatif siswa (anak). Hendrickson dalam Nurhadi menyimpulkan bahwa kekhilafan berbahasa bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dipedidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Malang, 12 September 1987 Tarigan Guntur H, Analisis Kesalahan Berbahasa, ( Jakarta: Depdikbud , 1997).
12
140
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
lajari.13 Dengan mempelajari kekhilafan minimal ada tiga informasi yang akan diperoleh guru (pengajar) bahasa, yakni:1) kekhilafan berguna untuk umpan balik (feedback), yakni tentang seberapa jauh jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai kepada tujuan serta hal apa (materi) yang masih harus dipelajari oleh anak (siswa); 2) kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau penelitian tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempel ajari bahasa; 3) kekhilafan berguna sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah hal yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan bahasanya. Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses bel ajar bahasa.Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa. Sekarang “Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa?” ada dua parameter atau tolok ukur kesalahan dalam berbahasa sasaran (Arab). Pertama, pergunakanlah bahasa Arab yang baik. Ini berarti bahwa bahasa Arab yang baik adalah penggunaan bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Inilah faktor-faktor penentu dalam komunikasi, antara lain: 1) siapa yang berbahasa dengan siapa; 2) untuk tujuan apa; 3) dalam situasi apa (tempat dan waktu); 4) dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana); 5) dengan jalur mana (lisan atau tulisan); 6) dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media komunikasi lain: Hp, Internet); 7) dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, pelaporan, pengungkapan perasaan). Kedua, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parameter ini mengacu kepada penataan terhadap kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam bahasa Arab. Menurut Tarigan ada dua istilah yang saling bersinonim (memiliki makna yang kurang lebih sama), kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa kedua.14 Kesalahan berbahasa adalah peng Roekhan Nurhadi, Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua, (Bandung: Sinar
13
Baru, 1990).
Tarigan Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan .................1997
14
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
141
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
gunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Sementara itu kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang sebagai suatu pelanggaran berbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak (siswa) yang sedang belajar bahasa. Kekeliruan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karenasifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak permanen (bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), menurut Tarigan seperti disajikan dalam tabel berikut. Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa NO
Kategori Sudut
1
Pandang Sumber
2
Sifat
3 4 5 6
Kesalahan Berbahasa
Berbahasa Kompetensi Performasi Sistematis berlaku secara Acak, tidak sistematis,
umum Durasi Permanen Sistem Linguistik Sudah dikuasai Penyimpangan kaidah Produk bahasa Solusi
Kekeliruan
Dibantu oleh guru melalui latihan pengajar remedial
secara individual Temporer/sementara Belum dikuasai Penyimpangan kaidah Bahasa Diri sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan perhatian
KATEGORI KESALAHAN BERBAHASA Kesalahan menggunakan bahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama terhadap bahasa kedua. Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama dengan bahasa kedua (Arab). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi bahasa pertama pada 142
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
bahasakedua (Arab). Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya: kurikulum, guru, pendekat an, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajaran bahasa yang kurang tepat.15 Burt, Dulay, maupun Krashen16 membedakan wilayah (taksinomi) kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan: 1. taksonomi kategori linguistik; 2. taksonomi kategori strategi performasi; 3. taksonomi kategori komparatif; 4. taksonomi kategori efek komunikasi. Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi dibedakan sebagai berikut. Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan menjadi: 1. kesalahan tataran fonologi; 2. kesalahan tataran morfologi dan sintaksis; 3. kesalahan tataran semantik dan kata; 4. kesalahan tataran wacana.17 Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran penggunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tatar an sintaksis atau morfem-morfem gramatikal dalam tataran morfologi. Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran bahasa kedua. Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses kognitif pada saat anak (siswa) memproduksi (merekonstruksi) bahasanya. Dalam kate gori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kate gori strategi performasi: Henry Guntur Tarigan, Analisis Kesalahan ., Krashen, Stephen D. dan Tracy D. Terrell, The Natural Approach Language Acquisition in the Classroom. New York: Pergamon Press, 1983 17 Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam................. 15 16
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
143
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
1. Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsurunsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat. 2. Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsurunsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat. 3. Kesalahbentukan (misformation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa. 4. Kesalahurutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsurunsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa. Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 4 (empat) tataran kesalahan. Berikut adalah keempat jenis kesalahan berdasarkan taksonomi komparatif. 1. Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua (Arab). 2. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan. Kesalahan berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (Arab) yang belum memadai. 3. Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan pada interlingual dan intralingual. 4. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsi kan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua (Arab). Misalnya: anak kecil yang mulia belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua (Arab). Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi kesalahan lokal dan kesalahan global. Berdasarkan
144
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
jenis penyimpangan bahasa, kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi kalimat yang ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses komunikasi menjadi terganggu. Misalnya: penutur menggunakan kalimat atau tuturan yang janggal atau “nyeleneh” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat dipahami. Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur berada di luar kaidah bahasa pertama maupun bahasa kedua (Arab).
SUMBER KESALAHAN BERBAHASA Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat dipahami oleh anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa, anda sudah dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa. Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.” Dari para meter penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk analisis kesalahan bahasa dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran (wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Apabila sumber ke salahan berbahasa itu dideskripsikan secara rinci, anda dapat melakukan analisis kesalahan pada sumber-sumber kesalahan berikut. 1. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada bahasa Indonesia tataran berikut: 1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/. 2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/. 3. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/. 4. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
145
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/. Penghilangan fonem /k/. Penyimpangan pemenggalan kata. Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Arab antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada bahasa Indonesia tataran berikut: 1. Fonem /أ/ diucapkan menjadi /a/ ketika berharakat kasrah. 2. Fonem /ع/ diucapkan menjadi /nga/. 3. Fonem /ذ/ diucapkan menjadi /da/. 4. Fonem /ظ/ diucapkan menjadi /do/. 5. Fonem /ص/ diucapkan menjadi /so/. 6. Fonem /ض/ diucapkan menjadi /do/. 7. Fonem /غ/ diucapkan menjadi /go/. 8. Fonem /خ/ diucapkan menjadi /ko/. 9. Fonem /ث/ diucapkan menjadi /sa/. 10. Fonem /ش/ diucapkan menjadi /sa/. 11. Fonem /ق/ diucapkan menjadi /ko/. 12. Fonem /أو/ diucapkan menjadi /ou/. 13. Fonem /أي/ diucapkan menjadi /i/.
146
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
2. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain: 1. Salah penentuan bentuk asal. 2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan. 3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan. 4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-. 5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-. 6. Penulisan morfem yang salah. 7. Pengulangan yang salah. 8. Penulisan kata majemuk serangkai. 9. Pemajemukan berafiksasi. 10. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks. 11. Perulangan kata majemuk. Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran frase, antara lain: a. Frase kata depan tidak tepat. b. Salah penyusunan frase. c. Penambahan kata “yang” dalam frase benda (nominal) (N + A). d. Penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frase nominal (N + N). e. Penambahan kata kepunyaan dalam frase nominal. f. Penambahan kata “dari” atau “pada” dalam frase verbal (V + Pr). g. Penambahan kata “untuk” atau “yang” dalam frase nominal (N + V). h. Penambahan kata “untuk” dalam frase nominal (V + yang + A). i. Penambahan kata “yang” dalam frase nominal (N + yang + V pasif). j. Penghilangan preposisi dalam frase verbal (V intransitif + preposisi + N). k. Penghilangan kata “oleh” dalam frase verbal pasif (V pasif + oleh + A). l. Penghilangan kata “yang” dalam frase adjektif (lebih + A + daripada + N/Dem). Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
147
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran klausa, antara lain: 1. Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objek dalam klausa aktif. 2. Penambahan kata kerja bantu “adalah” dalam klausa pasif. 3. Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif. 4. Penghilangan kata “oleh” dalam klausa pasif. 5. Penghilangan proposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan. 6. Penghilangan kata “yang” dalam klausa nominal. 7. Penghilangan kata kerja dalam klausa intransitif. 8. Penghilangan kata “untuk” dalam klausa pasif. 9. Penggantian kata “daripada” dengan kata “dari” dalam klausa bebas. 10. Pemisahan kata kerja dalam klausa medial. 11. Penggunaan klausa rancu. Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain: 1. Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk. 2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain: a. Kalimat tidak efektif. b. Kalimat tidak normatif. c. Kalimat tidak logis. d. Kalimat rancu. e. Kalimat ambigu. f. Kalimat pengaruh struktur bahasa asing. Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain: 1. Akibat gejala hiperkorek. 2. Akibat gejala pleonasme. 3. Akibat bentukan ambiguitas. 4. Akibat diksi (pemilihan kata). Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran wacana, antara lain: 1. Akibat syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi. 2. Akibat struktur sebuah paragraf.
148
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
3. Akibat penggabungan paragraf. 4. Akibat penggunaan bahasa dalam paragraf. 5. Akibat pengorganisasian isi (topik-topik) dalam paragraf. 6. Akibat pemilihan topik (isi) paragraf yang tidak tepat. 7. Akibat ketidakcermatan dalam perujukan. 8. Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang tidak selesai.
KESIMPULAN Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka) yang digunakan oleh kebanyakan manusia (masyarakat) untuk berkomunikasi. Dalam tataran praktisnya, terjadi saling mempengaruhi antara satu bahasa dengan bahasa yang lain, misalnya: bahasa pertama mempengaruhi bahasa kedua (Arab). Analisis kontrastif adalah kajian kebahasaan atau cara untuk mendeskripsikan hasil perbanding an bahasa. Salah satu kegunaan dari analisis kontrastif dapat menjelaskan dan memprediksi kesulitan dan kesalahan dalam berbahasa. Oleh karena itu, hasil dari analisis kontrastif dapat digunakan dalam pengajaran bahasa kedua. Ada empat langkah analisis kontrastif, yakni: membandingkanunsur kebahasaan bahasa pertama dan bahasa ke dua (Arab), memprediksi pengaruh bahasa pertama dan bahasa kedua (Arab) yang berakibatkepada kesulitan dan kesalahan berbahasa, memilih bahan ajar serta menentukan prosedur pembelajaran. Dalam analisis kesalahan berbahasa dibahas masalah tentang kesalahan bahasa (error) dan kekhilafan atau kekeliruan (mistake). Kesalahan bahasa mengacu pada penyimpangan kaidah (struktur atau tata bahasa) bahasa yang baku. Kekhilafan atau kekeliruan mengacu pada penyimpangan tataran strategi performasi bahasa. Ukuran atau parameter penyimpangan untuk bahasa Indonesia terjadi apabila penggunaan bahasa Indonesia itu tidak baik dan tidak benar. Kekhilafan atau kekeliruan (mistake) selalu terjadi pada anak (siswa) yang berada dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Sementara itu dalam pembelajaran bahasa pertama adalah peng ajaran bahasa kedua atau setelah bahasa pertama (Ibu). Kesulitan dan kesalahan (kekhilafan) penggunaan bahasa Arab dalam proses pembeJurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
149
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
lajaran adalah masalah. Oleh karena itu, analisis kesalahan berbahasa dapat diimplementasikan sebagai salah satu solusi alternatif untuk pengajaran bahasa Arab. Dengan analisis kesalahan berbahasa, kesulit an dan kesalahan siswa dalam berbahasa Arab dapat diketahui, kemudian hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran bahasa tersebut.
150
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014
Ahmadi
DAFTAR PUSTAKA al-Basyir, Ahmad bin Abdullah, “Al-Tahlil al-Taqabuli bayna al-Nazhariyah wa al- Tathbiq”, Al-Muwajjih fi Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah Lighairi al-Nathiqin Biha, II, Jakarta: LIPIA, 1988. Yaqut, Ahmad Sulaiman dalam kitab Fi ‘Ilm al-Lughat al-Taqabuli: Dirasat Tathbiqiyat, Iskandariyah: Dar al-Ma’rifat al-Jami’iyat, t.t. A. Chaedar, Alwasilah, Sosiologi Bahasa, Bandung: Angkasa:1985 Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, Jakarta: Gramedia, 1983. Dulay, Heidi; Burt, Marina; Krashen, Stephen, Language Two. Oxford: Oxford University Press. Hamied, Fuad Abdul, Proses Belajar Mengajar Bahasa, Jakarta: Depdikbud, 1989. Hidayat, Kosadi; Jazir Burhan; Undang Misdan, Strategi Belajar– Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta, 1990. Huda, Nuril, Hipotesis Input, Makalah disajikan dalam kuliah umum jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Malang, 12 September 1987. Husein, H. Akhlan dan Yayat Sudaryat, Fonologi Bahasa Indonesia, 1996. Syafi’ie, Iman, dkk. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbit UT, 1981. _______, 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud. Krashen, Stephen D, dan Tracy D. Terrell. The Natural Approach Language Acquisition in the Classroom. New York: Pergamon Press, 1985. _______, S. Formal and Informal Linguistic Environments in Language Acquisition and Language Learning. TESOL Quarterly 10. 1976. Kridalaksana, H, Kamus Linguistik, Jakarta : Gramedia, 1993. Nasution, Ahmad Sayuti, Nida’ Alquran, Jurnal Kajian Alquran dan Wanita, Ciputat, Iiqw Jakarta, Vol.1 No.1, 2003. Nurhadi, Roekhan, Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru, 1990. Tarigan; Henry Guntur, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Bandung: Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol.3, No. 1, Januari 2014
151
Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan ...
Angkasa, 1992. _______; Henry Guntur dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasaa, Bandung: Angkasa, 1988. _______, Guntur H, Proses Belajar Mengajar Pragmatik, Bandung: Angkasa, 1990. _______, Guntur H, Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1990. _______, Guntur H, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud, 1997.
152
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 1, Januari 2014