ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN) Bakdal Ginanjar
Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis komponensial terhadap sejumlah verba bahasa Indonesia yang di dalamnya terkandung ciri (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN). Analisis diarahkan untuk mengungkap adanya perbedaan komponen arti leksem pembentuk medan. Selain itu, diungkap pula relasi makna yang terjadi antara leksem pembentuk medan dalam sebuah struktur medan leksikal. Data yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat diulas melalui analisis komponensial dan dites melalui kalimat diagnostik dengan unsur tetapi (but-test). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan komponen makna pembentuk antarleksem anggota medan leksikal. Pada struktur medan leksikal, ditunjukkan bahwa tidak ada leksem yang terleksikalkan sebagai hiperonim. Temuan penelitian mengindikasikan bahwa komponen bersama sebuah medan leksikal beralih fungsi sebagai komponen pembeda ketika dikontraskan dengan medan leksikal lainnya. Kata kunci: medan leksikal, analisis komponensial, verba
1. Pendahuluan Ada dua permasalahan utama yang selalu menjadi pusat perhatian untuk ditelaah dalam kajian semantik leksikal, yaitu (1) menguraikan arti kata suatu bahasa; dan (2) memperlihatkan bahwa arti sebuah kata dengan lainnya saling berhubungan (Saeed, 2004: 53). Dalam hal ini, arti sebuah kata merupakan totalitas hubungan kata tersebut dengan kata yang lain di dalam suatu bahasa, bukan hubungan kata dengan benda-benda yang ada di sekitar kita. Berpijak pada pandangan di atas, relasi makna dapat menempatkan sejumlah kata dalam suatu kelompok karena beberapa komponen arti secara bersama-sama terkandung di dalamnya. Sebagai gambaran, dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah verba yang secara keseluruhan diasumsikan mengandung komponen arti TINDAKAN, KEPALA, MANUSIA, SENGAJA, MITRA,
dan SASARAN sebagai berikut. sundul : menundukkan kepala untuk menumbuk (menanduk) (KBBI: 1356) sundak : menyundul; membentur (KBBI: 1355) tekur : melihat ke bawah sambil memikirkan sesuatu (KBBI:1423) Arti masing-masing leksem tersebut memperlihat adanya persinggungan makna. Sehubungan dengan hal itu, pembedaan antara leksem-leksem yang secara bersama saling memperlihatkan persinggungan arti perlu ditelusur lebih lanjut. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini meliputi komponen makna pembentuk medan, relasi makna antarleksem pembentuk medan, serta struktur medan leksikal. Dari permasalahan tersebut, secara lebih jauh dapat dilihat bagaimana fungsi komponen makna dalam sebuah medan leksikal dan fungsinya terkait dengan medan leksikal yang lain.
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015
11
2. Medan Leksikal Kempson (1995: 75) mengemukakan bahwa kata-kata tidak mempunyai makna keutuhan, melainkan merupakan kumpulan komponen-komponen arti. Dalam hal ini, arti leksikal sebuah kata dapat diurai fiturfitur/ciri-ciri/komponen-komponen arti yang membangunnya. Sejumlah kata yang menampakkan adanya hubungan dalam komponen makna pembentuknya dapat dikelompokkan pada sebuah medan leksikal. Medan leksikal dikatakan sebagai sekumpulan leksem yang memiliki komponen arti bersama sebagai pembentuk satuan medan serta membedakan dari medan yang lain dan memiliki komponen makna pembeda untuk dapat dijadikan pembeda antarleksem yang tercakup dalam sebuah medan (Cruse, 2006: 163). Komponen makna pembentuk satuan makna leksem dalam sebuah medan leksikal digolongkan atas tiga tipe (Nida dalam Wedhawati, 2002: 42). Pertama, komponen bersama (common component), yaitu komponen makna yang terkandung bersama dalam semua satuan leksikal. Kedua, komponen diagnostik (diagnostic component), yaitu komponen makna yang membedakan medan satu dari medan leksikal yang lain. Ketiga, komponen suplemen (supplement component), yaitu komponen makna yang keberadaannya disebabkan oleh perluasan makna leksem. Lebih lanjut, Subroto (2011: 103) memberikan satu jenis komponen makna lain yang dinamakan komponen makna unik. Misalnya, komponen makna (+JALUR KHUSUS) yang hanya dimiliki leksem kereta api dalam medan leksikal (+BENDA +KARYA MANUSIA +TRANSPORTASI). Lima macam notasi dapat digunakan untuk menandai adanya reaksi semantik
12
komponen makna temuan dengan leksem pembentuk medan leksikal (Wedhawati, 2002: 43 - 44; Riemer, 2010: 156 - 159). Pertama, reaksi semantik positif (+) untuk menandai komponen makna yang relevan/ berfungsi membentuk arti leksem. Kedua, reaksi semantik negatif (-) menunjukkan komponen makna tidak ada/tidak berfungsi dalam membentuk leksem. Ketiga, reaksi semantik netral (o) untuk menandai komponen yang tidak berfungsi pada tataran sistem, tetapi berfungsi pada tataran ujaran. Keempat, reaksi semantik positif/negatif (+/-) untuk menandai kemungkinan kehadiran komponen tertentu atau kemungkinan penegasian kehadiran komponen makna tertentu. Kelima,reaksi takbernilai (*) untuk menandai penolakan kehadiran komponen makna tertentu, baik pada tataran sistem maupun pada tataran ujaran. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Keempat. Data berwujud leksem verba bahasa Indonesia. Teknik catat dilakukan dalam penyediaan data. Untuk mengidentifikasi komponen makna beserta relasi makna, digunakan analisis komponensial dan pengujian memakai kalimat diagnostic dengan unsur tetapi (but-test) (Cruse, 1997: 17). Hasil dan Pembahasan Dimensi, Komponen Makna, dan Struktur Medan Leksikal Verba Bahasa Indonesia yang Berkomponen Makna (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) Penamaan medan leksikal didasarkan pada komponen yang secara bersama dimiliki ketiga leksem. Komponen makna tersebut,
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015
* + * + * * + + * * * + + + + * * * * * + + + * + + + + + + + + +
JA SIA LA KAN
+ + + SUNDUL SUNDAK TEKUR
MENUM BERGEBUK STATIS RAK SASAR- BERATAS BAWAH MITRA AN PIKIR
OBJEK
MOTIVASI
POSISI SASARAN
Leksem
Tabel 1.Dimensi dan Komponen Makna Medan Leksikal yang Berciri (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN)
Komponen Makna TINDA- KEPA- MANU- SENGA
Keseluruhan dimensi makna, komponen makna, beserta reaksi semantis yang terdapat dalam medan leksikal (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) dapat dilihat dalam tabel berikut.
ARAH
Keempat, dimensi MOTIVASI adalah metode melihat dorongan yang timbul pada diri sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk berbuat sesuatu. Dimensi ini mencakupi komponen BERPIKIR dan MENUMBUK. Kelima, dimensi makna POSISI SASARAN merupakan sudut pandang untuk melihat keadaan objek sasaran yang dikenai tindakan kepala manusia. Dimensi ini mencakupi komponen BERGERAK dan STATIS.
MAUJUD
Pertama, dimensi MAUJUD adalah sudut pandang untuk melihat wujud tindakan yang dilakukan. Dimensi ini mencakup komponen TINDAKAN, KEPALA, MANUSIA, dan SENGAJA. Kedua, dimensi ARAH merupakan sudut pandang untuk melihat arah suatu tindakan yang dilakukan kepala manusia. Dimensi ini mencakup komponen ATAS dan BAWAH. Ketiga, dimensi OBJEK adalah sudut pandang untuk melihat orang maupun benda-benda lain yang turut berperan serta dalam suatu tindakan. Dimensi ini mencakup komponen MITRA dan SASARAN
DIMENSI
meliputi TINDAKAN, KEPALA, MANUSIA, SENGAJA, MITRA, dan SASARAN yang bereaksi sama secara semantis pada setiap leksem. Dimensi makna yang terdapat dalam medan leksikal verba BI yang berkomponen makna (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) ada lima, antara lain MAUJUD, ARAH, OBJEK, MOTIVASI, dan POSISI SASARAN.
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015
13
Dari tabel di atas, diketahui bahwa antarleksem memiliki perbedaan komponen makna sebagai pembentuk satuan makna leksem. Kontras antara komponen makna temuan dengan leksem pembentuk medan leksikal menghasilkan reaksi semantis yang menunjukkan perbedaan antarleksem. Komponen makna BERGERAK dan STATIS berfungsi sebagai komponen pembeda antara leksem sundul dan sundak. Leksem sundul dibedakan dengan tekur berdasarkan komponen makna pembeda ATAS, BAWAH, BERPIKIR, MENUMBUK, dan BERGERAK. Sementara itu, leksem sundak dan tekur dibedakan berdasarkan komponen makna ATAS, BAWAH, BERPIKIR, MENUMBUK, dan STATIS. Struktur medan leksikal ditetapkan atas hasil analisis komponen makna. Berdasarkan hal tersebut, satuan-satuan leksikal pembentuk medan leksikal (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) tidak memiliki hiperonim sebagai superordinatnya. Dilihat dari relasi makna yang terjadi secara horizontal, leksem-leksem pembentuk medan leksikal (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) memiliki relasi inkompatibilitas. Di sisi lain, medan leksikal ini tidak memiliki hiperonim secara relasi vertikal. Hal tersebut ditunjukkan oleh komponen bersama (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) yang mendominasi medan leksikal ini tidak dileksikalkan dalam leksem yang berfungsi sebagai hiperonim. Untuk itu, hiperonim medan leksikal ini adalah zero (Ø), relasi vertikalnya pun zero (Ø). Berikut ini diagram struktur medan leksikal beserta hubungan-hubungan makna yang terkandung di dalamnya.
14
Ø
sundul
sundak
tekur
Gambar 1. Struktur Hierarkis Medan Leksikal yang Berciri (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA *MITRA +SASARAN) Relasi antara sundul dan sundak termasuk tipe relasi inkompatibilitas, yakni relasi antarleksem yang saling mengontraskan dalam sebuah medan leksikal. Kalimatkalimat berikut membuktikan tipe relasi yang dimaksud. (1) Dia tidak menyundul, tetapi menyundak. (2) Jika yang dilakukan itu menyundul *menyundak posisi sasarannya pasti bergerak mengarah ke kepala. (3) Jika yang dilakukan itu *menyundul menyundak posisi sasarannya pasti tidak bergerak. Kalimat (1) berterima karena menyundul dan menyundak mengandung perbedaan reaksi semantis pada komponen pembedanya, antara lain dapat dibaca pada kalimat (2) dan (3). Sementara itu, pada kalimat (2) menyundul dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mengandung dimensi makna (POSISI SASARAN: +BERGERAK), selaras dengan makna klausa utamanya. Sebaliknya, menyundak tidak berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mengandungi dimensi makna (POSISI SASARAN: *BERGERAK), tidak selaras dengan makna klausa utamanya. Pada kalimat (3) menyundul tidak dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena memiliki dimensi makna
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015
(POSISI SASARAN: *STATIS), tidak selaras dengan makna klausa utamanya. Di sisi lain, menyundak dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mempunyai dimensi makna (POSISI SASARAN: +STATIS), selaras dengan makna klausa utamanya. Hubungan makna antara leksem sundul dan tekur menciptakan relasi inkompatibilitas. Kalimat-kalimat berikut mengungkapkan relasi tersebut. (4) Yang dilakukan itu bukan menyundul, tetapi menekur. (5) Jika yang dilakukan itu menyundul *menekur kepalanya pasti mengarah ke atas. (6) Jika yang dilakukan itu *menyundul menekur kepalanya pasti tidak mengarah ke atas. Kalimat (4) berterima karena makna sundul kontras dengan makna tekur. Kontras makna tersebut terbaca pada kalimat (5) dan (6). Pada kalimat (5) menyundul dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mengandung dimensi makna (ARAH: +ATAS), selaras dengan makna klausa utamanya. Di sisi lain, tekur tidak dapat berfungsi sebagai predikat dalam klausa subordinatif karena mempunyai dimensi makna (ARAH: *ATAS). Pada kalimat (6) menyundul tidak dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mempunyai dimensi makna: (ARAH: *BAWAH) tidak selaras dengan makna klausa utamanya. Sebaliknya, tekur dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mengandungi dimensi makna: (ARAH: +BAWAH), selaras dengan makna klausa utamanya. Relasi antara sundak bertipe inkompatibilitas dengan leksem tekur. Hal ini terbaca dalam kalimat berikut.
(7) Yang dilakukan itu bukan menyundak, tetapi menekur. (8) Jika yang dilakukan itu menyundak *menekur kepalanya pasti mengarah ke atas. (9) Jika yang dilakukan itu *menyundak menekur motivasinya pasti memikirkan sesuatu. Kalimat (7) berterima karena perbedaan reaksi semantis komponen pembeda kedua satuan leksikal sundak dan tekur lebih dominan daripada kesamaannya. Perbedaaan reaksi semantis tersebut dapat dibaca pada kalimat (8) dan (9). Pada kalimat (8) menyundak dapat mengisi fungsi predikat klausa subordinatif karena mengandung dimensi (ARAH: +ATAS). Sebaliknya, menekur tidak dapat berfungsi sebagai predikat klausa subordinatif karena mengandung dimensi makna (ARAH: *ATAS), tidak selaras dengan makna klausa utamanya. Sementara itu, menyundak pada kalimat (9) tidak dapat berfungsi sebagai predikat dalam klausa subordinatif karena mengandung dimensi makna (MOTIVASI: *BERPIKIR). Di sisi lain, menekur dapat berfungsi mengisi predikat dalam klausa subordinatif karena memiliki dimensi makna (MOTIVASI: +BERPIKIR). 4. Penutup Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat diambil simpulan sebagai berikut. Komponen makna MITRA dalam medan leksikal ini jika dilihat dari rumusan arti leksikal di dalam kamus bukanlah komponen bersama yang dimiliki oleh leksem-leksem pembentuk medan. Reaksi semantik (*) yang muncul dalam komponen tersebut menyatakan bahwa ketiga leksem menolak baik pada
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015
15
tataran sistem bahasa maupun tataran ujaran. Komponen ini lebih difungsikan sebagai pembeda dari medan leksikal yang bereaksi (+MITRA), misalnya dengan medan leksikal (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA +MITRA *SASARAN). Kedua medan leksikal ini tercakup dalam medan
leksikal yang lebih luas, yakni (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komponen bersama sebuah medan leksikal beralih fungsi sebagai komponen pembeda ketika dikontraskan dengan medan leksikal lainnya.
Daftar Pustaka Cruse, D. Alan.. 1997. Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University Press. _______. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press. Kempson, Ruth M.. 1995. Teori Semantik.(Terjemahan: Abdul Wahab). Malang: Airlangga University Press. Riemer, Nick. 2010. Introducing Semantics. Cambridge: Cambridge University Press. Saeed, John I.. 2004. Semantics, Second Edition. Oxford: Blackwell Publishing. Subroto, D. Edi. 2011. Pengantar Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wedhawati. 2002. “Medan Leksikal dan Analisis Komponensial”. Linguistik Indonesia, 20 (1), hlm. 35 - 50.
16
Nuansa Indonesia Volume XVII, Nomor 1 Februari 2015