1
ANALISIS KOMPERATIF BAGI HASIL DAN BUNGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT (STUDI KASUS PADA BANK RIAUKEPRI SYARIAH PEKANBARU) Azmansyah Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau Email:
[email protected]
Zaini Ahmad
Praktisi Perbankan
Email:
[email protected] Abstract This study aimed to examine the system of profit sharing ratio and interest. In this research we attempt to answer a fundamental question of whether a profit-loss sharing (PLS) based banking system can be welfare improving than an interest based banking system. The choice of consumer in selecting banking institution not only determined by economical factors but also may influence noneconomic factors, such as their attitude and beliefs. This study was based on the research conducted to identify factors that could differentiate consumers’ choice on selecting banking services; between conventional and syaria banks. The sample in this study is a customer of Bank Syariah RiauKepri Pekanbaru. In this study, as many as 100 people from 36 000 people customers. The sample was selected by using purposive random sampling method located in syaria and banks offices. The respondent of the study varies based on their demography characteristics which consist of 100 repondents (Slovin). The data was analysed by utilizing descriptive approach and crosstab analysis. Further, in order to determine the dimension of factors underlying the buying decision of customer in selecting the banks, this study also use Simple regression for measure of impact PLS to saving in Bank RiauKepri Syariah. The result of statistic analysis indicates that there exist differences in the dimension underlying their decision in selecting banks. In case of syaria bank, there are several dimensions, namely; perception, return investment, family, cost and benefit, religion and beliefs. Meanwhile for conventional bank such underlying dimension influenced by; rational motivation, product attribute and facilities. Further analysis through crosstab analysis, there exist several relationships between several dimensions utilized in the study. Such relationship income, facilities, information, occupation and the banking type that the respondent selects. The research also found that there is no relationship between repondent’s perception on interest and the type of bank that they choose. In other word, the majority of respondent of this study did not agree with the interest principle but they still choose to deal with banking institution based on their economic rationale. Keywords: syaria bank, conventional bank, return investment.
A. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peranan perbankan sangat penting bagi masyarakat. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memberikan jasa diharapkan dapat membantu pemerintah
dalam bidang ekonomi. Salah satu peranan penting dari perbankan adalah mencapai tujuan pembangunan yaitu menciptakan kemakmuran yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ekonomi syariah dibangun
2
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
atas dasar filosofi religiusitas, institusi keadilan, dan instrument kemaslahatan (Q.S. at-Takaatsur; 1 - 2, al-Munaafiquun; 9, an-Nuur; 37, al-Baqarah; 188, 273-281, al-Maidah; 38, 90-91. Al-Muthaffifin; 1-6). Filosofi religiusitas melahirkan basis ekonomi dengan atribut pelarangan riba/ bunga. Institusi keadilan melahirkan basis teori profit and loss sharing (PLS) dengan atribut Nisbah bagi Hasil. Instrumen kemaslahatan melahirkan kebijakan pelembagaan zakat, pelarangan berlebih-lebihan (israf), dan pembiayaan (bisnis) halal. Hal ini ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah terutama perbankan Syariah sejak tahun 1992, bahkan perkembangan cukup luas sampai sekarang, hal ini dipicu oleh UU No.10 tahun 1998 yang memungkinkan perkembangan perbankan menjalankan dual banking system yaitu bank-bank konvensional dengan membuka unit usaha syariah. Perbankan Syariah mendorong masyarakat ke arah usaha nyata (sector riil) dan produktif, perbankan syariah mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Investasi merupakan suatu kegiatan usaha yang mengandung risiko karena adanya unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan pengembalian hasil investasi (return) juga tidak pasti dan tidak tetap, sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. Pelaksanaan kegiatan operasional lembaga keuangan syariah tidak semua aktivitas usahanya sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Oleh karena itu, fatwa ulama diperlukan guna memastikan pemenuhan kualifikasi tersebut. Fatwa mengenai halal-haram transaksi keuangan
syariah di Indonesia ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) dengan bantuan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok mikro sangat penting, dan diharapkan berdirinya perbankan syariah membawa andil yang sangat baik dalam sistem keuangan di Indonesia. Peranan ini sebagai upaya dalam mewujudkan sistem keuangan yang adil dengan menerapan sistem bagi hasil dengan nisbah yang disepakati. Oleh karena itu, keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat khususnya masyarakat Muslim. Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan pengembalian hasil) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha, nisbah bagi hasil dan jumlah dana yang diikutsertakan dalam modal usaha atau tabungan, dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. Masyarakat awam sering menganggap bahwa perbankan syariah sama dengan konvensional, secara kasat mata bahwa antara perbankan konvensional dan perbankan syariah berbeda, hal ini terlihat bahwa perbankan konvensional menerapkan sistem bunga ditentukan diawal periode dan jumlah hasilnya bisa dihitung langsung, sedangkan pada sistem bagi hasil perbankan syariah tidak bisa ditentukan jumlah hasilnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap sistem syariah dikarenakan belum maksimalnya sosialisasi sistem ini oleh pihak-pihak terkait terutama pihak bank sendiri. Sehingga dalam pemilihan produk bank masyarakat tidak lagi menggunakan
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
prinsip syariah sebagai salah satu faktor penentu. Te r d a p a t b e b e r a p a k e n d a l a yang muncul sehubungan dengan pengembangan perbankan syariah, yaitu diantaranya berupa: (1) Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah, (2) Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi operasional bank syariah, (3) Jaringan kantor bank syariah yang belum luas, dan (4) Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit (Karim, 2004). Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik menganalisis perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan syariah dari sudut padang antara bagi hasil dengan bunga dengan judul : “Analisis Komparatif Bagi Hasil, Bunga dan Pengaruhnya Terhadap Penghimpunan Dana Masyarakat Pada Bank RiauKepri Pekanbaru” 1.2. Identifikasi Masalah Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan identifikasi masalah yaitu: 1. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga ditinjau dari sudut manfaat ekonomi, tingkat keuntungan investasi (tabungan) dan nilai falahnya. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi masyarakat menabung di Bank RiauKepri Syariah Pekanbaru. 3. Pengaruh sistem bagi hasil (PLS) dan sistem bunga terhadap tingkat tabungan pihak ketiga di Bank RiauKepri Syariah Pekanbaru. 4. Mengukur pengaruh yang paling dominan terhadap penghimpunan dana masyarakat (DPK) dari penerapan kedua sistem tersebut.
3
1.3. Batasan Masalah Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan yang paling jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis memberikan batasan yaitu komparatif bagi hasil dengan bunga dan pengaruhnya terhadap penghimpunan dana masyarakat pada Bank Riaukepri dan unit usaha syariahnya. Pembahasan lebih fokus pada Unit Syariah Bank RiauKepri tentang tingkat penghimpunan dana pihak ketiga yang dipengaruhi oleh sistem bagi hasil dan bunga serta faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya. 1.4. Rumusan Masalah Perumusan masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling jelas dari permasalahan yang ada, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Manakah yang lebih menguntungkan menggunakan bagi hasil atau bunga ditinjau dari sudut manfaat ekonomi, pengembalian investasi dan nilai falahnya? 2. Bagaimanakah metode perhitungan bagi hasil pada perbankan Syariah sesuai dengan fatwa DSN No.15/ DSNMUI/IX/2000? 3. Apakah ada pengaruh bagi hasil atau bunga terhadap pertumbuhan dana masyarakat pada perbankan. 4. Apakah faktor-faktor yang dominan mempengaruh nasabah menggunakan produk-produk Bank RiauKepri Syariah Pekanbaru. 1.5. Tujuan Penelitian Penilitian ini dijalankan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis komparatif metode perhitungan bagi hasil dan bunga pada
4
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
Bank Riau Kepri 2. Untuk mengetahui keuntungan atau kerugian investasi dengan menggunakan bagi hasil ditinjau dari sudut manfaat ekonomi dan nilai falahnya dibandingkan dengan sistem bunga. 3. U n t u k m e n g a n a l i s i s m e t o d e perhitungan bagi hasil berdasarkan Fatwa DSN No.15/DSNMUI/IX/2000 4. Untuk merubah image masyarakat yang mengungkapkan bahwa syariah sama dengan bank konvensional ditinjau dari beberapa sudut pandang.
1.6. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan manfaat: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi Praktisi Penelitian ini juga dapat dijadikan pengetahuan dan masukan bagi pimpinan dan seluruh jajaran Bank Riau Kepri tentang metode perhitungan bagi hasil, manfaat ekonomi dan nilai falahnya, sehingga dapat sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. 3. Bagi nasabah/masyarakat dapat mengetahui jawaban perbedaan bagi hasil di perbankan syariah dengan bunga pada perbankan konvensional dan sekaligus merubah image masyarakat yang menganggap perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional. KONSEP TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian perbandingan antara bagi hasil bank syariah dengan bunga pada bank konvensional ini ternyata sudah
pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa mahasiswa, namun setiap penulisan terdapat perbedaan dari segi teknik pemaparan dan penulisan serta isi penelitian, sebab setiap penelitian meneliti objek yang berbeda. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai analisis perbandingan bagi hasil pada bank syariah dengan bunga pada bank konvensional ini antara lain : 1. M e n u r u t A l r a h m a n ( 2 0 0 9 ) Penelitian yang dilakukan berjudul “ Perbandingan Pendapatan Tabungan Bank Konvensional Dan Mudharabah Pada Bank Mandiri & BNI. Pada perumusan masalah penulis memiliki kesamaan yaitu merumuskan masalah tentang Bagaimana perhitungan sistem bagi hasil tabungan pada Bank Syariah walaupun ada beberapa rumusan masalah yang sedikit berbeda. Perbedaan penelitian Alrahman selain rumusan masalah dengan penulis disini adalah objek penelitan bank konvensional, Alrahman menggunakan objek penelitiannya menggunakan data dari Bank BNI. 2. Penelitian oleh Lestari, (2008). Penelitian yang sejenis pun pernah dilakukan oleh Lestari mahasiswi jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada Judul penelitian adalah Analisis perbandingan bagi hasil tabungan mudharabah bank syariah dengan bunga tabungan bank konvensional. Penelitian yang dilakukan tahun 2008 ini, secara umum masih sama dengan penelitian sejenis lainnya, yaitu masih seputar bagaimana cara perhitungan bagi hasil dan perhitungan bunga, namun yang membedakan penulisan Lestari ini dengan penelitian yang dilakukan penulis saat ini adalah metode penelitian, pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari data yang
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
digunakan adalah data tahun 2007, 3. Menurut Musanif (2009). Penelitan yang dilakuan berjudul “Pengaruh bagi hasil, suku bunga dan pendapatan m a sya ra ka t te rh a d a p s i m p a n a n mudharabah di BPRS Bangun Drajat Warga Yogyakarta“. Penelitian dilakukan pada tahun 2009, dimana peneliti memberikan penjelasan bahwa bagi hasil berpengaruh positif terhadap simpanan mudharabah, suku bunga tidak berpengaruh terhadap simpanan, sedangkan pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap simpanan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia “banca” yang artinya “banku” Banku inilah yang dipergunakan oleh bankir Italia untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah, istilah banku secara resmi dan popular menjadi Bank (Malayu, 2001). Rumusan Bank secara yuridis seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bahwa : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian bank menurut UndangUndang tersebut diatas menegaskan adanya beberapa hal : a. Bank adalah suatu badan usaha dan bukan perorangan. b. Kegiatan bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyakat.
5
c. Tu j u a n b a n k a d a l a h u n t u k meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, jadi bukan semata-mata mencari keuntungan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 3 menyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, sedangkan dalam penjelasan undang-undang tersebut dikatakan bahwa peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan d a n a m a sya ra ka t d e n ga n l e b i h memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional, demikian pula perbankan perlu memberikan perhatian yang lebih besar dalam meningkatkan kinerja perekonomian di wilayah operasi tiap-tiap kantor.
2.2.2 Prinsip operasional Bank Syariah Bank syariah adalah perbankan yang menjalankan operasinya berdasarkan nilai-nilai syariah yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut Agustianto (2006) dalam operasional bank syari`ah, setidaknya terdapat tujuh prinsip utama yaitu: a. Bebas dari riba (bunga) dan penerapan bagi hasil. Prinsip paling fundamental dalam bank syari`ah adalah bebas dari bunga. Oleh karena itu, bunga merupakan sistem yang dihindari oleh bank syariah. Untuk itu bank syariah menggantinya dengan pola bagi hasil. Perbankan syari`ah yang
6
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
menerapkan pola pembiyaan usaha dengan prinsip bagi hasil, sebagai salah satu pokok dalam kegiatan perbankan syariah, akan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing-masing pihak, baik bank maupun debiturnya, sehingga dalam menjalankan kegiatannnya, semua pihak pada hakekatnya akan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan akan memperkecil kemungkinan risiko terjadinya kegagalan usaha. b. Adanya pembagian keuntungan maupun risiko kerugian (risk sharing / profit and loss sharing). Pada bank syariah, hubungan antara deposan dengan bank, maupun hubungan antara bank dengan nasabah peminjam adalah hubungan mitra usaha (partnership), karena itu, keuntungan yang diperoleh dibagi bersama, sesuai proporsi keikutsertaan sebagai mitra. Demikian pula sebaliknya, apabila terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama pula di antara mitra sesuai dengan proporsinya. Seperti akad mudharabah dan musuarakah. Sudarsono (2003) mendefinisikan musyarakah adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak atau memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. c. Keuntungan Berfluktuasi. Pendapatan bank syari`ah bersumber dari pendapatan bagi hasil yang diterimanya dari nasabah peminjam (mudharib). Pendapatan bagi hasil yang diterima dari mudharib ini didasarkan pada persentase dari keuntungan riel (aktual) yang diperoleh pengusaha (mudharib). Harus dibedakan dengan bank konvensional yang menetapkan pendapatan bank berdasarkan persentase bunga tetap dari dana yang dipinjamkan. Karena itu, pendapatan yang diterima
bank syari`ah berfluktuasi sesuai fluktuasi pendapatan riel pengusaha (mudharib). Selanjutnya, pendapatan yang diperoleh bank dari setoran pengusaha itulah yang akan didistribusikan/dibagikan kepada para penabung, deposan atau bank sendiri sebagai pemilik sebagian dana. Karena itu, jumlah keuntungan yang akan diterima deposan juga mengalami fluktuasi sesuai jumlah pendapatan yang diperoleh bank. d. Mengandung unsur-unsur jual beli/ perdagangan. Salah satu bentuk pembiayaan bank syari`ah adalah dengan pola jualbeli. Pembiayaan dengan pola ini dapat diperlakukan untuk kepemilikan barang konsumsi, seperti rumah, kendaraan, perabotan, dsb, juga untuk pembiyaan modal kerja/usaha dalam bentuk stok barang dagangan (inventory). Dalam praktiknya di bank syari`ah saat ini, pola ini, setidaknya ada tiga produk utama, yakni jual beli murabahah, istisna dan salam. e. Memberikan keuntungan sosioekonomis(socio-economical benefits). Salah satu kekhasan bank syariah adalah bahwa produk-produknya tidak saja berorientasi bisnis-komersial, tetapi juga mempunyai fungsi sosial. Pada bank syari`ah terdapat jenis pembiayaan yang dinamakan qardhul hasan (benevolent loan), yaitu pembiayaan yang disalurkan tanpa imbalan apa pun, baik bagi hasil apalagi bunga. Pinjaman tersebut hanya dikembalikan dalam jumlah yang sama pada waktu dipinjamkan. Pinjaman ini diberikan untuk modal usaha anggota masyarakat yang fakir-miskin. Dana yang digunakan untuk produk qardhul hasan ini bersumber dari zakat, infaq dan sedeqah. Dana ini dapat juga digunakan untuk keperluan mendesak, misalnya pinjaman untuk perobatan, musibah dan sebagainya.
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
f. Seluruh Transaksi Halal. Bank syari`ah tidak dibenarkan membiayai sektor-sektor usaha yang mengandung unsur maksiat atau pun usaha yang tidak halal, misalnya pembiyaan bidang usaha minuman keras, rokok, hotel atau tempat hiburan yang mengandung unsur maksiat, dsb. Bank syariah juga tidak akan mau menjadi lembaga pencucian uang haram (money loundry), seperti uang bisnis narkoba, hasil korupsi, dsb. g. Menghindari Kegiatan Spekulasi Mata Uang. Dalam pandangan ekonomi syariah, uang bukan sebagai komoditas, melainkan dipergunakan dalam bentuk investasi yang produktif untuk kemakmuran masyarakat di muka bumi. Dengan demikian, konsep penggunaan uang dalam konsep syari`ah adalah untuk tujuan produktivitas, bukan sebagai komoditas, apalagi untuk spekulasi, sehingga apabila konsep penggunaan uang melalui lembaga keuangan dan perbankan menurut syari`ah dilaksanakan secara sungguhsungguh, maka akan menciptakan suatu sistem perekonomian yang sangat berdaya tahan terhadap inflasi. Spekulasi mata uang, jelas berpengaruh terhadap kurs mata uang, seperti kejatuhan rupiah yang dialami Indonesia saat ini. Bila nilai mata uang rupiah terus dan tetap jatuh, maka dipastikan terjadi inflasi, sebagaimana yang kita alami saat ini. 2.3. Bagi hasil 2.3.1 Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definisi profit sharing diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu Perusahaaan” (Muhammad 2001). Menurut Antonio, (2001) bagi hasil
7
adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maa) dan pengelola (Mudharib). Dengan demikian dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem pengelolaan dana untuk usaha yang terjadi antara bank dan penyimpan dana, kemudian hasilnya dibagi berdasar porsi bagi hasil yang telah disepakati diawal. Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pun hanya disebutkan frasa “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil” dan di penjelasannya disebut “Bank berdasarkan prinsip bagi hasil”. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PP No. 72 Tahun 1992, keleluasaan untuk mempraktekkan gagasan perbankan berdasarkan syariat Islam terbuka seluasluasnya, terutama berkenaan dengan jenis transaksi yang dapat dilakukan. Pembatasan hanya diberikan dalam hal : 1. Larangan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (maksudnya kegiatan usaha berdasarkan perhitungan bunga) bagi Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya sematamata berdasarkan prinsip bagi hasil. Begitu pula Bank Umum atau BPR yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil dilarang melakukan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil. 2. Kewajiban memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas melakukan pengawasan atas produk perbankan baik dana maupun pembiayaan agar berjalan sesuai dengan prinsip Syari’at, dimana pembentukannya dilakukan oleh bank berdasarkan hasil konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Islam menganjurkan praktek bagi hasil sebagai usaha produkdif seorang hamba,
8
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
dan melarang jalan kebathilan dalam mencari rizki. Sesuai dengan perintah Allah dalam surat al Baqarah ayat 198: “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu”. Menurut Fatwa DSN No: 50/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Mudharabah Musyarakah menyebutkan bahwa akad mudharabah musyarakah dibolehkan. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw : “Nabi shallallahu alaihi wa sallam pergi berniaga sebagai mudharib ke Syam dengan harta Sayyidah Khadijah binti Khuwailid sebelum menjadi nabi; setelah menjadi nabi, beliau menceritakan perniagaan tersebut sebagai penegasan (taqrir).”(Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, [al-Qahirah: Dar al-Hadis, 2004], juz I, h. 141; Muhammad Abd al-Mun’im Abu Zaid, Nahwa Tathwir al-Mudharabah, [al-Qahirah: Maktabah alMa’had al-‘Alami li-al-Fikr al-Islami, 2000], h. 411). Selanjutnya hadits ini diperkuat lagi dengan sabda beliau “Mudharabah adalah akad yang disyari’atkan tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ahli fiqh. Dalil pensyari’atan tersebut ditetapkan dengan ijma’ yang didasarkan pada sunnah taqririyah.” (Muhammad Abd al-Mun’im Abu Zaid, Nahwa Tathwir al-Mudharabah, (al-Qahirah: Maktabah al-Ma’had al- ‘Alami li al Fikr al-Islami, 2000], h. 411). 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya investasi di pengaruhi banyak faktor. Menurut Muhammad (2005) Faktor pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak langsung. a. Faktor langsung Faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana
yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). i. Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang dapat diinvestasikan dari total dana yang terhimpun. Jika 80 % dana yang terhimpun diinvestasikan, berarti 20 % nya dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. ii. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber yang dapat diinvestasikan. Dana tcrsebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode : Rata-rata saldo minimum bulanan; Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk investasi akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. iii. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio), merupakan salah satu rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul al-mal mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Faktor-faktor penentu tingkat nisbah adalah unsur-unsur ‘iwad (counter value) yaitu resiko (ghurmi), nilai tambah dari kerja atau usaha (kasb), dan tanggungan (daman). Dari ketiga unsur yang diterapkan sesuai dengan nilai keadilan dan kemaslahatan, namun jumlah return investment diawal tidak ditentukan jumlahnya karena hasil dari invesmen tidak bisa diketahui, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Luqman ayat 34 yang artinya “.... Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok...” b. Faktor Tidak Langsung Fa k t o r t i d a k l a n g s u n g ya n g
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
mempengaruhi bagi hasil adalah: i. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya muddharabah ii. Bank dan nasabah melakukan share pendapatan yang dibagi hasilkan adalah pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. iii. Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.
2.3.3 Prinsip Perhitungan Bagi hasil Prinsip perhitungan bagi hasil berdasarkan Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang Prinsip Distribusi Bagi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah, memutuskan bahwa : Penjualan / Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba kotor Beban Laba (rugi) Bersih
Sumber: Data Olahan
Untuk perbankan revenue syaring diambil dari Rp. 5.000.000,- karena perbankan tidak memiliki harga pokok penjualan, Majelis Ulama Indonesia menfatwakan untuk semua perbankan syariah di Indonesia memakai prinsip revenue sharing dalam perhitungan bagi hasil kepada dana pihak ketiga untuk kontrak mudharabah, sedangkan untuk wadi’ah (titipan) tidak menggunakan bagi hasil, tetapi pendapatan atas pengelolaan dana wadiah tersebut sepenuhnya menjadi hak dan kebijakan bank, namun dapat memberikan bonus dengan tidak diperjanjikan sebelumnya baik ada apalagi besarnya. Dalam investasi tabungan dan deposito sebaiknya menggunakan revenue
Tabel.1. Laporan Laba (Rugi) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
5.000.000,- 3.000.000,- 2.000.000,- 1.000.000,- 1.000.000,-
1) P a d a d a s a r n y a , L K S b o l e h menggunakan prinsip bagi hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. 2) Dilihat dari segi kemaslahatan (alashlah), pembagian hasil usaha saat ini sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). 3) Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad. Revenue sharing adalah bagi hasil yang dibagikan kepada shahabil maal diperoleh dari Pendapatan dikurangan Harga Pokok Penjualan (net revenue atau gross profit), sedangkan profit sharing adalah bagi hasil yang dibagikan kepada shahibul maal diperoleh dari keuntungan (profit).
9
Revenue
Net Revenue Sharing Profit Sharing
sharing, agar nasabah lebih terlindungi dan tidak curiga dengan biaya operasional.
2.4 Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga Bank syari’ah berdasarkan pada prinsip profit and loss sharing (bagi untung dan bagi rugi) dan tidak mengenal atau membebankan bunga, melainkan mengajak partisipasi dalam bidang usaha yang dibiayai. Para shabibul maal (deposan) sama-sama mendapat bagian dari keuntungan bank sesuai dengan nisbah (rasio) yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian ada kemitraan antara bank syari’ah dengan para deposan di satu pihak dan antara bank dan para nasabah investasi sebagai pengelola sumber dana para deposan dalam berbagai usaha produktif di pihak lain, kemudian akad
10
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
dan legalitas merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional. “innamal a’malu bin niat”, sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya, dalam hal ini tergantung dari aqadnya. Berdasarkan Fatwa DSN NO: 15/DSNMUI/IX/2000 bahwa : 1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing maupun Bagi Untung (profit Sharing dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. 2. Dilihat dari segi kemaslahatan (alashlah), saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). 3. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad. Penetapan aqad-aqad yang berlangsung pada bank syariah ini hanya aqad yang halal, seperti bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa. Tidak ada unsur riba’, dan sistem ini berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan memberi pinjaman dana dengan mearik bunga pada sisi lain. Kompleksitas perbankan Islam tampak dari keragaman dan penamaan instrumen-instrumen yangdigunakan serta pemahaman dalildalil hukum Islamnya. Perbankan Syari’ah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Hukum Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Sumber hukum utama ajaran Islam dalam pengharaman riba disebutkan dalam Al-Qur’an pada ayat-ayat yang berbeda, Ayat pertama menegaskan bahwa riba menghilangkan keberkahan Allah dalam harta. Ayat kedua menjelaskan tentang
penempatan riba sebagai sama dengan memberi harta orang lain secara tidak syah. Ayat ketiga memerintahkan kaum muslimin untuk menjauhi riba demi kesejahteraaan mereka sendiri. Ayat keempat menetapkan perbedaan yang jelas antara riba dengan perdagangan (jual beli) yang mendorong kaum muslimin peminjaman hanya mengambil modal pokoknya saja, dan merelakan jika si peminjma tidak mampu melunasinya. Istilah riba menurut al Quran memiliki pengertian; tumbuh, bertambah, naik , bengkak, meningkat, menjadi besar dan tinggi. Pengharaman dan pelarangan riba disebutkan dengan kata-kata tegas dalam Al-quran (Albaqarah ayat 175, Ali Imran:130) dan hadist Rasullallah saw. • Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya sama”. (HR.Muslim ) • Rasulullah SAW bersabda: Riba itu mempunyai 72 pintu, dan yang paling rendah dosanya, seperti seseorang menyetubuhi ibu kandungnya sendiri ... (H.R. Thabrani) Kedua sumber ini menyatakan bahwa penarikan bunga (riba) adalah tindakan pemerasan dan tidak adil sehingga tidak sesuai dengan gagasan Islam tentang keadilan dan hak-hak milik. Pembayaran dan penarikan bunga sebagaimana terjadi dalam sistem perbankan konvensional secara terang-terangan dilarang Al-Qur’an dan al-sunnah, sehingga para investor harus diberi konpensasi dengan cara lain yaitu dengan perbankan syariah. Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan syariah dengan konvensional terletak pada mekanisme memperoleh pendapatan (Return investment), yakni bagi hasil. Dalam hukum Islam (fiqh), bagi-hasil terdapat dalam mudharabah
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
dan musyarakah, kedua bentuk perjanjian keuangan itu dianggap dapat menggantikan riba, yang mengambil bentuk “bunga”. Perbedaan selanjutnya pada perbankan syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis ketentuan syariah, didalam struktur organisasi DPS ditempatkan pada posisi setingkat dengan dewan komisaris (Antonio, 2001).
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru yaitu di kantor PT. Bank Riau Kepri Divisi Unit Usaha Syariah dan Kantor Cabang Syariah di Pekanbaru.
3.2. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh nasabah yang menabung di Bank Riau Kepri mulai Bank beroperasi sebanyak 36.000 orang. Teknik dalam pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive random sampling, yang menurut Hadi (Gufron, 2002) bahwa pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun langkah-langkah untuk mengambil subjek yang menjadi sampel ini adalah dengan cara mengidentifikasi nasabah yang menggunakan seluruh produk tabungan syariah. Ukuran sampel ditentukan dengan rumus Slovin, sehingga didapati 100 orang nasabah. Penentuan besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan cara menggunakan rumus slovin (Syahirman Yusi, 2009) sebagai berikut : n = N N (e)2 + 1 Keterangan : n = Jumlah sampel (responden dalam
11
penelitian). N = Jumlah populasi. e = Kelonggaran sampel (10 %). 1 = Konstanta. Berdasarkan rumus slovin tersebut, jumlah sampel yang diambil dari populasi sebanyak 100 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data , yaitu : a. Data Primer Data yang di ambil dari hasil wawancara yaitu peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada responden yang terpilih populasi dalam hal ini ketua Dewan Pengawas Syariah dan Karyawan yang berkaitan dengan pembuatan laporan kontribusi bagi hasil. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Bank RiauKepri Syariah Pekanbaru dalam bentuk laporan-laporan keuangan, datadata yang berkaitan dengan penelitian dan bahan pustaka lainya seperti, bukubuku.,arsip dokumen,surat kabar, majalah, internet dan lain sebagainya, yang masih relevan dengan penelitian. c. Kuesioner Seperangkat kuesioner disiapkan untuk mendapatkan jawaban dan tanggapan dari responden mengenai system bagi hasl dan praktek bunga bank pada Bank Riaukepri.
3.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu bunga bank, system bagi hasil dan penghimpunan dana pihak ketiga. Tahapan pertama penelitian ini akan memaparkan perbandingan system bunga dan bagi hasil dari aspek ekonomi, kemudian mengukur pengaruh bunga dan bagi hasil terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. Untuk mengukur pengaruh suku bunga dan bagi
12
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
hail terhadap DPK akan dijalankan dalam dua tahapan: Pertama, pengujian secara simultan yaitu kedua variable diregreskan secara bersama-sama terhadap variable dependennya dengan metode regresi linear berganda. Kedua, regresi sederhana antara bagi hasil terhadap tingkat tabungan pada bank RiauKepri Syariah. 3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Untuk menentukan data apa yang diperlukan dalam penelitian ini, terlebih dahulu perlu mengoperasionalkan variabel yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. Demikian halnya untuk kepastian dalam pengujian hipotesis, perlu ditetapkan indikator dari setiap variable. 1. Bagi hasil Bagi Hasil adalah pembagian keuntungan antara penyedia dana dan pengelola dana yang berdasarkan nisbah dalam kesepakatan yang telah dibuat. (Muhammad, 2005). Nisbah Bagi Hasil yang ditawarkan bank syariah semakin tinggi, maka jumlah simpanan nasabah yang menabung akan semakin tinggi. Sistem bagi hasi yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2. Bunga Bank Riau Kepri Konvesional Tingkat suku bunga pada bank Riaukepri yang berlaku khususnya di Pekanbaru. 3. Dana Pihak Ketiga Keseluruhan dana yang terhimpuna di Bank Riaukepri Syariah melalui semua produknya. 3.6 Pengukuran Variabel Variabel menunjukan suatu arti yang dapat membedakan antara satu dengan lainnya. Menurut Kountur (2009), ada dua ciri khas utama suatu variabel : (1)
Variabel dapat membedakan suatu benda dengan benda lainnya, dan (2) variable harus dapat diukur (measurable). Tingkat bagi hasil nasabah dihitung berdasarkan Nisbah bagi hasil bank dan proporsi dana simpanan untuk setiap nasabah. Sehingga tingkat pengembaliannya dihitung melalui besarnya Equvalent Rate (ER).
3.7 Teknis Analisis Data Terdapat 2 (dua) metode Umum yang sering digunakan untuk menganalisis data penelitian, yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Penelitian kualitatif memiliki kelemahan dalam menentukan variabel atau indikator keabsahan analisis data. Untuk penelitian yang bersifat komparatif (perbandingan) maka penulis memilih metode analisis kuantitatif. Untuk melihat perbedaan keuntungan antara sistem bagi hasil dengan sistem bunga tidak dapat hanya dilihat dari tingkat nilainya saja, namun harus dibuktikan apakah berbeda secara statistik. Alat Analisis yang digunakan untuk hal ini adalah uji –t dengan taraf kepercayaan 95%. Dapat dijabarkan hipotesisnya : “Diduga terdapat pengaruh signifikan antara keuntungan sistem bagi hasil dan tingkat pengembalian (bagi hasil) terhadap penghimpunan dana pihak ketiga”. Alat Analisis penulis menggunakan perhitungan Bonus Bagi Hasil (BBH) : Bonus bagi Hasil = % Nisbah X Distribusi bagi hasil Rate of return = BBH X Jumlah hari dalam 1 tahun X 100% SRH Jumlah hari dalah 1 bulan
Keterangan : BBH : Bonus bagi hasil, SRH : Saldo rata-rata harian pihak ke 3 Pendapatan bagi hasil : Jumlah Saldo Tabungan X % Rate of Return X Jumlah hari (lamanya pengendapan) Jumlah hari dalam 1 tahun Pendapatan bunga : Jumlah Saldo Tabungan X % Bunga X Jumlah hari (lamanya pengendapan) Jumlah hari dalam 1 tahun
3.8 Produk Bank Riaukepri Syariah dan Konvensional Bank Riau Kepri Syariah sebagai
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
bank yang memiliki bermacam produk dan jasa yang ditawarkan kepada para nasabahnya, namun produk yang dijadikan alat penelitian hanya untuk produk penghimpunan dana, yaitu Tabungan iB Mudharabah dan Deposito iB Mudharabah. Sedangkan produk bank Riaukepri Konvensional Giro Tabungan Sinar, Tabungan Sinar Delima, Tabungan Sinar Pendidikan, Tabungan Sinar KPE, Tabungan Sinar Belia, Tabungan Sinar Pegawai, Tabungan Sinar D Bos, Tabungan Ku dan Tabungan Sinar Community.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian melibatkan 100 orang responden, yaitu nasabah Bank RiauKepri Syariah yang menggunakana produk tabungan dan deposito. Hasil menunjukkan bahwa responden yang berada dalam usia produktif berjumlah 95 % dari total responden atau sebanyak 295 orang (dari 310 orang responden yang diteliti). Sisanya (15 orang) atau 5% dari total jumlah responden berada dalam kategori usia tidak produktif. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin laki-laki 51 persen atau 51 orang), sisanya merupakan perempuan 49 persen, sehingga dengan keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan memberikan pandangan dan persepsi yang mewakili dari berbagai kalangan. Laki-laki sebagai penanggungjawab dalam rumah tangga sedangkan perempuan yang mengatur keuangan terutama yang terkait dengan tabungan dan investasi sector rumah tangga. Selanjutnya jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir responden, responden dalam penelitian ini didominasi oleh mereka yang berpendidikan sarjana sebanyak 61% atau 61 orang, sedangkan jumlah yang paling kecil merupakan responden dengan
13
tingkat pendidikan master sebanyak 5 orang, sementara responden yang sampai ke pendidikan doctor sebanyak 7 orang. Tingkat pendidikan responden adalah penting karena memberikan kontribusi dalam bentuk informasi dan keputusan responden terhadap produk perbankan. Seluruh reponden dalam penelitian ini beragama Islam, ini berarti bahawa potensi kebenaran dalam memberikan informasi tentang persepsi, pemahaman, latar belakang terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan nilai-nilai Islam dalam perbankan. Berdasarkan distribusi responden menurut jenis pekerjaan, maka mayoritas responden penelitian adalah mereka yang bekerja di BUMN dan BUMD (sebanyak 45%) diikuti oleh mereka yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil/Polri/ TNI (20 orang atau 20%), sedangkan yang terkecil adalah mahasis dan siswa sebanyak 5 orang (5%), sementara mereka yang memilih berwiraswasta sebanyak 17 orang. Lebih lanjut, jika dilihat dari jumlah penghasilan per bulan, maka responden yang diteliti didominasi oleh mereka yang berpenghasilan dari Rp 3.000.000,- sampai Rp 5.000.000,- per bulan adalah sebesar 38% (38 orang) dilanjutkan dengan responden yang berpenghasilan di atas Rp. 5.000.000,- hingga Rp. 10.000.000,sebanyak 30 orang. Selanjutnya, responden yang berpenghasilan di atas 10 juta perbulan adalah sebesar 14 persen, dan sebnyak 18 persen dalam penelitian ini adalah responden dengan penghasilan dari Rp. 1 juta sampai Rp 3 juta per bulan, berjumlah 14% dari total responden. 4.2 Analisis Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Tabungan Sinar iB dan deposito iB mudharabah merupakan produk Bank
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
14
Riau Kepri Syariah yang mana perhitungan berdasakan perhitungan bagi hasil dengan porsi (nisbah) yang telah disepakati. Sedangkan bank konvensional dengan system bunga yang diperjanjikan diawal dengan tidak memperhatikan apakah bank tersebut untung atau rugi. Nisbah adalah
perbandingan pembagian pendapatan antara nasabah dengan Bank Syariah dilihat pada Revenue Sharing Distribution. Nisbah bagi hasil pada Bank Riau Kepri Syariah untuk produk tabungan Sinar iB adalah 45% bagi nasabah dan 55% bagi bank.
Tabel 2. Distribusi Pendapatan Bagi Hasil Dana Pihak Ke-3 Revenue Sharing TabunganBank RiauKepri November dan Desember 2010 Dalam Jutaan Rupiah
Bulan
Saldo Akhir
November 2010 Desember 2010
3,239,766,246,140.03 3,521,286,120,794.53
Sumber: Bank RiauKepri Syariah Pekanbaru
Saldo Rata-Rata
Distribusi Bagi Hasil
3,192,876,814,302.83 3,349,631,993,046.93
33,761,327,610.91 37,444,107,476.56
4.2.1. Perhitungan Bagi Hasil dan Bunga Bank Yang Diterima Nasabah A. Perhitungan Bagi Hasil Bank Riau Kepri Syariah Langkah-langkah : 1. Bagi Hasil = % Nisbah X Distribusi Bagi Hasil 2. Rate Return = BBH X Jumlah Hari dalam 1 Tahun X 100% SRH Jumlah Hari Bulan November 2010 : 1. Bagi Hasil = 40% X Rp.33,761,327,610.91 = Rp. 13,504,531,040.00 2. Rate Return = Rp. 13,504,531,040.00 X 365 X 100% Rp. 3,192,876,814,302.83 30 = 5.15% Bulan Desember 2010 : 1. Bagi Hasil = 40% X Rp. 37,444,107,476.56 = Rp.14,977,642,990.00 2. Rate Return = Rp.14,977,642,990.00 X 365 X 100% Rp. 3,349,631,993,046.93 31 = 5,26% Persentase Pendapatan Bagi Hasil Tabungan Bank Riaukepri Syariah untuk bulan November 2010 adalah 5,15% dan Desember 2010 5,26%. B. Persentase Suku Bunga yang Diterima Nasabah Bank Konvensional Tabel 3. Persentase Suku Bunga Tabungan Mandiri Konvensional
Batasan Saldo
< Rp.1.000.000,00 >= Rp.1.000.000,00 - < Rp.5.000.000,00 >= Rp.5.000.000,00 - < Rp.50.000.000,00 >= Rp.50.000.0000,00 - >= Rp.100.000.000,00 - >= Rp.500.000.000,00 - >= Rp. 1 M
Sumber: Bank Riau Kepri Syariah Pekanbaru
Suku Bunga Per Tahun 0% 2% 2.5% 2.75% 3% 3% 4%
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
4.2 .2 Analisis Perbandingan Bagi Hasil dengan Bunga Bank RiauKepri a. Tanggapan Responden Tentang Operasional di Bank Riakepri Syariah Pekanbaru. Sebanyak 65 persen dari responden memiliki tabungan pada Bank Riau Kepri konvensional dan juga pada unit syariahnya, 35 responden yang hanya memiliki tabungan di Unit Syariah. Terdapat tiga produk unggulan pada kedua bank tersebut yaitu Tabungan Sinar Mudharabah, Tabungan Sinar dan Deposito Mudharabah 3 bulan. Latar belakang nasabah yang mempercayai uangnya dikelola oleh bank Riaukepri Syariah termotivasi dari pemahaman nasabah terhadap keharaman praktek bunga pada bank konvensional. Terlihat dari tanggapan responden berikut ini: Pada umumnya responden menjawab bahwa Bank RiauKepri Syariah sesuai dengan dengat syariat Islam, tampak jawaban responden sebanyak 40 persen, setelah itu pilihan responden berdasarkan alasan bahwa sistem bagi hasil lebih menguntungkan dari pada system bungan yang diterapkan di bank RiauKepri. Hal ini dibuktikan sebagian besar (36% atau 36 orang) responden yang memberikan informasi telah menggunakan jasa unit syariah selama tiga tahun sedangkan nasabah yang menabung dibawah satu tahun hanya tiga orang. Terdapat beberapa kendala yang muncul sehubungan dengan pengembangan perbankan syariah, yaitu diantaranya berupa: (1) Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah, (2) Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi operasional bank syariah, (3) Jaringan kantor bank syariah yang belum luas, dan (4) Sumber daya manusia yang memiliki keahlian
15
dalam bank syariah masih sedikit (Adwirman Karim, 2004). Pada saat ini masih banyak terdapat masyarakat (responden) yang belum mengetahui sistem bagi hasil yang diterapkan pada lembaga keuangan syariah, khususnya di unit syariah bank RiauKepri. Jumlah responden yang benarbenar memahami system bagi hasi sesuai syariah Islam hanya 23 % dan 38 % lainnya sekedar mengetahui saja tanpa memahami lebih mendalam dan masih terdapat responden yang tidak memahami system bagi hasil (10%). Keadaan ini diperparah lagi dengan ketidakfahaman pegawai bank terhadap prinsip-prinsip syariah khususnya pada produk-produk unggulan bank Riaukepri (hanya 14% pegawai yang memahami sistem ini secara mendetail). Produk-Produk syariah yang ditawarkan oleh Bank Riaukepri kepada masyarakat pada saat ini, harus menjadi perhatian manajemen bank, karena belum mampu memenuhi kebutuhan nasabah seiring dengan peningkatan pelayanan. 29 orang memberikan tanggapan bahwa produk bank riaukepri syariah masih terbatas.
b. Tanggapan Responden Tentang Bagi Hasil, Sistem Bunga, dan Pengetahuan Pegawai Bank Terhadap Syariah Islam. Hasil tanggapan responden di atas memberikan indikasi bahwa responden memiliki tabungan di Bank Syariah didorong oleh (1) keinginan nasabah untuk taat syariah, (2) tingkat return investasi yang lebih menjanjikan. Walaupun demikian nasabah belum memahami syariah Islam yang menjadi dasar pelarangan sistem bunga dalam praktek perbankan, sehingga banyak dari kalangan nasabah yang masih bertransaksi pada bank-bank konvensional. Hasil ini memberikan indikasi bahwa responden yang memilih bank konvensional
16
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
telah mengetahui keberadaan bank Syariah, tetapi tetap memutuskan untuk berhubungan dengan bank konvensional. Dalam kaitan ini juga dapat diduga bahwa faktor lamanya berhubungan dengan bank konvensional (misaknya aspek loyalitas pelanggan) ikut memberikan kontribusi kecenderungan responden yang memahami bahwa bunga bank bertentangan dengan agama namun tetap memilih untuk memakai jasa atau produk bank konvensional. Hasil pengujian dengan cross-tab analysis mendukung bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara persepsi tentang bunga dengan keinginan untuk menjadi nasabah bank syariah, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan berdasarkan niat nasabah bank konvensional untuk menjadi nasabah bank syariah. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sejumlah besar reponden masih menggunakan bank konvensional saat ini masih “tertarik” serta “mempertimbangkan” untuk pindah sepenuhnya ke bank syariah (memiliki tabungan pada kedua bank) memberikan alasan utama disebabkan oleh; (a) informasi bank syariah tidak jelas, (b) tidak tahu tentang produk bank syariah, (c) terbatasnya jaringan kantor bank syariah, serta (d) saat ini belum membutuhkan layanan perbankan syariah. Namun demikian, responden tidak memberikan klarifikasi lebih lanjut menyangkut pilihan mereka bahwa ”saat ini mereka belum memerlukan layanan perbankan syariah”. Penelitian ini juga memberikan informasi tentang pertimbangan responden di dalam memilih jasa bank konvensional. Hasil jawaban responden di atas memberikan gambaran bahwa pertimbangan paling dominan dalam pemilihan bank konvensional adalah faktor prosedur (cepat dan
mudah), berhubungan dengan bank, serta kedekatan lokasi (rumah dan/atau tempat kerja) responden dengan kantor bank. Pertimbangan di atas lebih dipilih dibandingkan dengan faktor reputasi dan image bank, jumlah kantor bank/ cabang yang tersedia untuk melayani kebutuhan mereka,jaminan atas uang yang ditempatkan, persyaratan yang diminta oleh bank serta ketersediaan teknologi perbankan. Preferensi konsumen dalam memilih jasa perbankan konvensional lebih ditentukan oleh faktor yang tidak berhubungan dengan produk (non product), seperti; prosedur yang lebih cepat dan mudah, kedekatan lokasi bank, reputasi bank serta jumlah kantor/cabang sebuah bank. Kebijakan manajemen ikut mempengaruhi pilihan nasabah apakah pindah secara penuh di unit syariah atau tetap bertahan pada dua bank yang memiliki sistem yang berbeda. Menurut hasil survey bahwa kebijakan manajemen unit syariah bank Riaukepri belum memberikan kontribusi positif terhadap keperluan nasabah (36 persen) dan 31% responden menganggap bahwa sistem pengelolaan keuangan pada unit syariah tidak transparan. Kelemahan ini dipertajam oleh kekurangan informasi yang didapati oleh responden tentang perubahan-perubahan yang berkenaan dengan nisbah bagi hasil dan tarif-tarif lain yang ditetapkan tanpa adanya persetujuan antara dua belah pihak. 4.3 Analisis Pengaruh Sistem Bagi Hasil dan Bunga Terhadap Penghimpunan Dana Masyarakat 4.3.1 Pengaruh Bagi Hasil dan Bunga Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Analisis ini menggunakan data yang dihimpun dari responden melalui
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
seperangkat kuesioner yang disebarkan (100 responden). Terdapat empat indikator untuk mengukur kefahaman sistem bagi hasil nasabah terhadap keputusan menggunakan jasa bank Syariah atau Bank RiauKepri Konvensional. Berdasarkan hasil analisis data didapati bahwa secara bersama-sama (tingkat suku bunga & bagi hasil) tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan Dana Tabungan di Bank Kepri. Khusus bagi Unit Syariahnya bagi hasil lebih memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan tingkat bunga, namun demikian tingkat suku bunga masih mempengaruhi nasabah dalam membuat keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman nasabah terhadap urgensi menggunakan produk syariah masih kurang, sehingga nasabah dalam membuat keputusan bukan berdasarkan pada ketaatan pada Syariah Islam, tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat keuntungan, kemudahan akses dan referensi dari pihak tertentu.
Variabel
Bagi Hasil (X1)
Pengaruh sistem bagi hasil dan bunga terhadap penghimpunan dana pihak ketiga ditunjukkan pada fungsi berikut ini:
Y = 6.672 + 0.172 X1 -0.053 X2 S.E (1.194) (0.185) (0.063) t-test (5.664) (-0.288) (2.742) P Value (0.000) (0.774) (0.007) Ftest 3.760 Sign. 0.027
Berdasarkan hasil di atas bahwa secara bersama-sama kedua variable independen mempengaruhi variable dependen (DPK) dibuktikan dengan nilai F hitung 3.760 dengan tingkat signifikannya dibawah 0.05 atau 5% yaitu 0.027 atau 2,7 persen. Ini menunjukkan bahwa fungsi linear ini dapat digunakan untuk mengukur pengaruh bagi hasil dan bunga terhadap DPK. Diantara kedua variable independen di atas, bagi hasil mempengaruhi DPK secara signifikan (nilai t-hitung 2.742 dengan sign 0.007) dibawah 0.05, sedangkan bunga tidak mampu menjelaskan pengaruh terhadap DPK (Y).
Tabel 4. Variabel dan Indikator Pengukuran Indikator
Skala Pengukuran
Keingintahuan Nasabah. Nasabah menanyakan nisbah bagi hasil yang ditetapkan oleh Bank RiauKepri untuk setiap produk yang saudara miliki
Ordinal
Kesesuaian dengan Syariah Islam. Produk-produk Bank RiauKepri Syariah sudah sesuai dengan syariat Islam
Ordinal
Pemahaman. Nasabah mengetahui tentang bagi hasil yang diterapkan pada Bank RiauKepri Syariah Kebutuhan/Keperluan. Produk Tabungan Bank RiauKepri Syariah yang ada sudah memenuhi keperluan.
Bunga (X2)
17
Ordinal
Ordinal
Kemampuan. Pengetahuan dan kemampuan pegawai bank RiauKepri Syariah terhadap Syariah Islam
Ordinal
Fasilitas transaksi di konvensional lebih mudah dari pada syariah, walaupun syariah sesuai dengan islam
Ordinal
Sistem bunga yang diterapkan pada Bank RiauKepri Konvensional
Ordinal
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
18
Variabel
Dana Pihak Ketiga
Indikator
Skala Pengukuran
Tingkat Keuntungan (Bagi Hasil/Bunga) yang Saudara/i peroleh
Ordinal
Informasi yang lebih mudah Saudara/i dapatkan Kemudahan dalam bertransaksi Bank yang lebih anda percayai
Tingkat pengembalian atas tabungan yang paling cepat Pelayanan yang paling baik
Bank Paling Prospek untuk masa yang akan datang
4.3.2 Pengaruh Bagi Hasil Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Bank RiauKepri Syariah Terdapat enam jenis produk untuk penghimpunan dana pihak ketiga pada unit syariah bank RiauKepri. Dua produk tabungan biasa yaitu Tabungan Sinar Mudharabah (300) dan Tabungan Haji Dhuha Mudharabah, serta dilengkapi dengan empat produk deposito mulai dari Deposito Mudharabah 1 bulan, Deposito Mudharabah 3 bulan, Deposito Mudharabah 6 bulan dan Deposito Mudharabah 12 bulan. Tabungan Sinar Mudharabah (300) adalah produk yang banyak dipilih oleh nasabah Bank Riaukepri Syariah jika dibandingkan dengan Tabungan Haji Dhuha Mudharabah. Pada akhir tahun 2009 tabungan sinar mudharabah sebesar Rp. 109.171.380.032,17 dan meningkat jumlahnya pada tahun 2010 menjadi Rp. 175.388.723.318,98 sehingga pada tahun 2011 mencapai angka Rp. 235.030.552.217,65. Peningkatan jumlah tabungan sinar dhuha ini disebabkan bertambahnya jumlah nasabah yang menabung dan kuantitas uang yang disetorkan oleh nasabah setiap bulannya. Nisbah bagi hasil dari Tabungan Sinar Mudharabah untuk nasabah selama tiga tahun terakhir yaitu mulai tahun 2009 sampai tahun 2012 sebesar 45 persen, sedangkan untuk Tabungan Dhuha Mudharabah sebesar 30 persen. Fenomena
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
ini menunjukkan bahwa dengan tingkat nisbah bagi hasil tetap selama tiga tahun terakhir jumlah tabungan senantiasa bertambah dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap kelebihan sistem bagi hasil. Investasi nasabah Bank Riaukepri dalam bentuk deposito berjangka menunjukkan peningkatan yang signifikan. Deposito Mudharabah 3 bulan lebih dominan dan diminati oleh masyarakat Pekanbaru jika dibandingkan dengan deposito mudharabah berjangka 1 bulan, 6 dan 12 bulan. Semakin lama jangka waktu yang dipercayakan oleh nasabah mempercayakan uangnya dikelola oleh bank Riaukepri semakin besar nisbah bagi hasil yang diberikan. Nisbah bagi hasil untuk deposito mudharabah berturut-turut adalah 52%, 54%, 55% dan 56%. Jumlah Deposito Mudharabah 3 bulan pada tahun 2010 meningkat sebesar 3,7 persen. Sementara pada tahun 2011 meningkat sebanyak 19,7 persen atau 20.742.909.677,41 rupiah. Secara keseluruhan peningkatan jumlah penghimpunan dana pihak ketiga pada bank Riaukepri ditunjukkan pada tabel berikut:
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
Periode
2009
2010
2011
Tabel. 5. Tingkat Tabungan dan Proporsi Bagi Hasil DPK Rupiah
Hasil Usaha
Nisbah
1.481.611.312,15 1.384.077.504,36 1.556.703.437,66 1.480.779.728,46 1.476.680.662,56 1.673.732.500,96 1.664.855.917,38 1.681.264.754,66 1.683.978.797,66 1.797.785.775,27 1.866.615.102,77 1.912.762.793,20
0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478
Bagi Hsl bg Nasabah
19
ER
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
122.526.102.955 122.590.206.260 120.816.291.455 120.979.336.511 118.338.150.484 123.601.425.495 126.063.416.141 126.055.068.862 128.111.198.244 134.080.771.035 136.839.521.488 148.282.919.722
1.085.790.469,65 1.086.358.534,38 1.070.638.620,47 1.072.083.478,04 1.048.678.060,36 1.095.319.663,32 1.117.137.103,98 1.117.063.132,84 1.135.283.949,73 1.188.184.556,93 1.212.631.796,16 1.493.352.738,50
0,478 0,468 0,468 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478
524.308.069 524.557.702 515.691.354 513.373.868 500.597.498 521.870.315 531.569.291 531.016.576 539.288.905 563.403.910 573.964.852 705.627.393
0,058 0,047 0,046 0,055 0,050 0,054 0,053 0,051 0,050 0,051 0,052 0,058
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
239.532.388.075 239.551.254.802 239.165.394.934 240.040.113.770 243.275.038.207 251.016.391.926 258.528.719.892 265.727.111.072 267.242.639.322 271.358.927.679 271.816.176.017 285.980.722.525
2.189.382.273,68 2.398.901.976,14 2.383.218.815,70 2.282.018.486,31 2.237.546.176,90 2.407.398.191,56 2.402.276.889,88 2.491.099.777,77 2.384.150.463,46 2.487.009.739,19 2.582.801.085,14 2.836.625.626,21
0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478 0,478
1.019.181.609 1.118.553.373 1.112.329.423 1.065.075.914 1.043.108.267 1.121.244.056 1.119.310.242 1.159.730.962 1.110.370.247 1.158.648.445 1.202.864.016 1.318.980.817
0,052 0,057 0,057 0,055 0,053 0,055 0,053 0,054 0,051 0,053 0,054 0,057
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
168.386.450.502 159.543.964.179 155.857.630.061 157.763.094.508 166.447.539.899 171.614.313.029 177.799.887.745 177.893.446.370 188.735.640.493 191.970.497.640 196.465.708.751 216.706.000.829
Sumber: Laporan Keuangan Bank RiauKepri Syariah, 2012
Berdasarkan tabel di atas bahwa secara umum terjadi peningkatan jumlah dana pihak ketiga. Pada akhir tahun 2011 jumlah DPK sebesar 285.980.772.525 rupiah terdiri dari jumlah tabungan (Rp. 235.567.946.492,90) dan Deposito Mudharabah (Rp. 50.412.776.032,23) dengan Rata-rata nisbah bagi hasil yang ditawarkan bank sebesar 47,78 persen. Uang yang ditabung oleh masyarakat
698.705.876 656.977.401 739.958.603 700.885.049 696.070.334 787.395.194 781.384.814 788.950.677 787.425.068 840.038.188 871.622.554 891.404.986
0,050 0,050 0,057 0,054 0,051 0,056 0,054 0,054 0,051 0,054 0,054 0,051
akan diinvestasikan oleh bank Riaukepri dalam usaha-usaha yang halal, kemudian uang nasabah juga dikelola dengan meberikan pembiayaan (murabahah) kepada masyarakat yang memerlukannya. Keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada shahibul maal dalam bentuk persentase sesuai kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Sehingga pada tahun 2011 keuntungan dari pengelolaan
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
20
uang sebanyak Rp. 4.090.172.216,10 terdiri dari Rp. 2.828.115.368.34 yang diperoleh dari pembiayaan dan Rp.1.262.056.847.76 dari hasil investasi pada usaha riil. Keseluruhan keuntungan dari pengelolaan Aktivitas
uang nasabah oleh bank Riaukepri mencapai 2.836.625.626,21 rupiah dengan jumlah pendapatan yang akan dibagikan sebanyak 1.517.644.809,01 rupiah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel. 6. Distribusi Bagi Hasil Desember 2011 (Rupiah) Perolehan Hasil Usaha
Aktiva Produktif Total Tabungan Total Deposito Grand Total
Pendapatan Akan Dibagi
4.090.172.216,10 2.836.625.626,21 2.336.584.325,81 500.041.300,40 2.836.625.626,21
Sumber: Laporan Keuangan Bank Riaukepri Syariah.
Bagi Hasil Nasabah
1.050.663.389,00 268.317.427,83 1.318.980.817,20
Tabel di atas menjelaskan bahwa bagi hasil yang diperoleh nasabah keseluruhannya adalah 1.318.980.817,20 rupiah, sedangkan besar bagi hasil bank sebanyak 1.517.644.809,01 rupiah (terdiri dari Rp. 1.285.920.936 bagi hasil Tabungan
dan Rp. 231.723.873 bagi hasil Deposito). Peningkatan jumlah pihak ketiga untuk masing-masing produk bank Riaukepri Syariah dapat dihitung melalui persentase ekivalen (Equvalent Rate). Ekivalen Rate (ER) dihitung dengan formulasi :
Besarnya ER dipengaruhi oleh total tabungan, pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah berdasarkan tingkat keuntungan yang diperoleh, pendapatan deposito mudharabah dan nisbah bagi hasil. Semakin tinggi jumlah pendapatan yang akan dibagikan akan semakin tinggi ERnya. Selama tiga tahun (2009-2011) nisbah bagi
hasil untuk setiap produk tabungan dan deposito cendrung tetap, sehingga yang paling menentukan besarnya equvalent rate nasabah adalah total tabungan dan pendapatan akan dibagikan berdasarkan keuntungan dari pembiayaan dan investasi bank.
ER = HI1000 * 0,360*nisbah/30 hari HI1000 = Pendapatan yang dibagi/Total Tabungan/Deposito Mudharabah*1000
Gambar 1. Perkembangan Equvalent Rate mulai Selama 3 Tahun
Sumber: Data Olahan
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
Jika dilihat dari perkembangan ER pada gambar di atas, bahwa selama tiga tahun cendrung meningkat. ER yang paling tinggi terdapat sepanjang tahun 2011 pada bulan Januari dan Desember. Hal ini menunjukkan semakin berminatnya masyarakat Pekanbaru menabung uangnya pada unit syariah. Walaupun pergerakan ER positif tetapi tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, rata-rata ER setiap bulan sebesar 0,053. Untuk melihat besarnya pengaruh sistem bagi hasil terhadap tingkat tabungan dilengkapi dengan uji statistik (simple regression linear) dengan menggunakan SPSS Software versi 19. Hasil statistik ditunjukkan pada tabel dibawah ini: Koefisien
Y = -27578093,29 + 0,005 X (20117173,57) (0,00) -1,371 43,644 R = 0,991 S.E = 33995473.85 R Square = 0,982 F test = 1904,804 N = 36 Sig = 0,000
Sumber: Data Olahan SPSS
Hasil analisis pada tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh bagi hasil bagi nasabah (X) terhadap dana pihak ketiga (Y) pada bank Riaukepri Syariah sebesar 98,2 persen sedangkan 1,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Hal memberikan indikasi bahwa jika terjadi kenaikan bagi hasil nasabah sebesar Rp. 1000,- akan menyebabkan peningkatan dana pihak ketiga sebesar 0.005 dari grand total. Hubungan antara kedua variabel ini adalah positif sebesar 99,1 persen, ini berarti bahwa jika bagi hasil nasabah meningkat dana pihak ketiga yang terhimpun juga bertambah. Variabel bagi hasil nasabah secara signifikan
21
mempengaruhi tingkat tabungan ditunjukkan dengan koefisien signifikan Sig. 0,000 dengan nilai F hitungnya 1904,804 (table 4.11).
4.4 A nalisis Faktor Mempengaruhi Nasabah dalam Menabung di Bank RiauKepri Syariah dan Konvensional. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang pertimbangan responden di dalam memilih jasa bank syariah, pertimbangan paling dominan yaitu: faktor keyakinan bahwa bunga bank bertentangan dengan agama, diikuti oleh keramahan petugas serta persepsi bahwa berurusan dengan bank syariah lebih cepat dan mudah. Ketiga pertimbangan di atas lebih diminati nasabah dibandingkan dengan pertimbangan terhadap faktor reputasi dan image bank, persyaratan yang lebih ringan dibanding bank konvensional, serta kedekatan lokasi (rumah dan/atau tempat kerja) responden dengan kantor bank. Varian produk yang ditawarkan serta berbagai hal yang berhubungan dengan produk (seperti; variasi, biaya administrasi serta harapan keuntungan) bukan merupakan pertimbangan utama di dalam memilih bank syariah. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa nasabah bank syariah cenderung melihat produk bank bukanlah sesuatu yang ”unik”, tetapi menyerupai produk komoditas lainnya seperti yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian di atas, bahwa responden cenderung memilih faktor lain yang tidak berhubungan langsung dengan produk yang ditawarkan bank sebagai dasar pertimbangan mereka di dalam memilih jasa perbankan. Dalam porsi yang hampir sama, responden berpendapat bahwa jika dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah memberi nilai lebih, yaitu
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
22
memberikan porsi bagi hasil yang relative tinggi untuk nasabah, serta bank syariah menenetapkan nilai saldo awal relative rendah untuk nasabah penabung. Penelitian ini juga menemukan bahwa pilihan responden terhadap bank syariah, baik untuk produk tabungan dan pinjaman, lebih didasarkan pada berbagai hal berikut; alasan konomis, kesesuaian dengan kebutuhan dan persepsi kemudahan persyaratan yang ditetapkan. Hal ini mendukung hasil analisis bahwa pemilihan konsumen antara perbankan syariah dan konvensional tidak selalu didasarkan atas persepsi bahwa factor bunga bertentangan dengan agama serta bentuk keyakinan responden. Lebih lanjut, penelitian ini berhasil mengungkapkan informasi tentang persepsi responden yang belum pernah berhubungan dengan bank konvensional maupun syariah (nonnasabah).
pilihan dengan menggunakan sistem bagi hasil atau tingkat suku bunga.
PENUTUP Kesimpulan Keberadaan unit syariah Bank RiauKepri Pekanbaru adalah implikasi dari dua sistem perbankan (dual banking system) yang diperbolehkan untuk dijalankan di Indonesia. Bank Riaukepri Syariah melibatkan nasabah yang menggunakan produk tabungan dan deposito mudharabah. Penelitian ini mengkaji komperatif sistem bagi hasil dan sistem bunga dan pengaruhnya terhadap penghimpunan dana pihak ketiga pada bank Riaukepri Syariah. Perbedaan dilihat dari pengembalian atas investasi nasabah (keuntungan bagi hasil nasabah) dibandingkan dengan sistem bunga yang diukur menggunakan
Tabel 7. Crosstab Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah untuk Menabung Variabel
Asymp. Sig (2-sided)
Pengetahuan thdp Syariah Informasi bagi hasil Fasilitas Bank RiauKepri Syariah Pendidikan Terakhir Responden
Sumber: Data Olahan SPSS
Hasil pengujian statistik mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan responden terhadap bunga bank dengan pilihan bank mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan nasabah terhadap jenis bank (konvensional versus syariah) untuk responden yang belum menjadi nasabah bank tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh keyakinan mereka terdapat pandangan terhadap bunga bank. Begitu juga pendidikan nasabah tidak mempengaruhi
0.199 0.022 0.001 0.732
Equvalent Rate, Perhitungan bagi hasil dan bunga, serta faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah menabung pada dua bank yang mengamalkan sistem yang berbeda. Sebanyak 100 orang responden(berdasarkan rumus Slovin) yang dilibatkan dalam penelitian ini dari 36 ribu orang nasabah Bank Riaukepri Syariah yang menggunakan produk tabungan dan deposito. Data yang diperlukan dalam kajian ini diperoleh melalui wawancara dengan responden, observasi langsung di
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
Bank Riaukepri Syariah Pekanbaru, laporan keuangan bank dan kuesioner. Seluruh data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Bagi mengukur pengaruh variable-variabel dianalisi dengan metode Crosstab Analysis dengan melihat koefisien Asymp. Sig (2-sided) untuk menerima atau menolak hipotesis, sedangkan analisis pengaruh sistem bagi hasil terhadap tingkat tabungan nasabah menggunakan metode regresi sederhana (simple regression). Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara bagi hasil dan bunga dalam penghitungan keuntungan baik untuk nasabah maupun untuk bank. Pengembalian dari investasi (return investment) dari simpanan lebih tinggi jika dibandingkan pengembalian dihitung dengan suku bunga bank. Tingkat keuntungan di Bank Riaukepri Syariah lebih berfluktuasi karena dihitung berdasarkan nilai Equvalent Rate (ER) sedangkan bunga cendrung constant. 2. Mayoritas nasabah yang menabung di Bank Riaukepri Syariah memiliki tabungan di Bank Riaukepri Konvensional. Hal ini disebabkan kekurangan ke fa h a m a n n a s a b a h te rh a d a p Syariah Islam (bagi hasil), sehingga sistem bagi hasil sebagai alternative dan menjadi satu-satunya pilihan sistem pengelolaan keuangan yang dibenarkan Islam. Sistem bagi hasil dianggap sebagai karakteristik bank Syariah yang berbeda dengan bank konvensional tetapi belum menjadi amalan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Terdapat 2 produk unggulan pada Bank RiauKepri Syariah yaitu Tabungan Sinar Mudaharabah dan Deposito Mudarabah 3 bulan, sedangkan pada Bank RiauKepri Konvensional
23
didominasi Tabungan Sinar. 4. Sistem bagi hasil lebih dominan mempengaruhi tingkat tabungan nasabah di Bank Riaukepri Syariah. Keputusan nasabah mempercayai uangnya dikelola oleh Bank RiauKepri Syariah 98,2 % dipengaruhi oleh sistem bagi hasil. Keputusan nasabah memanfaatkan jasa bank syariah dimotivasi oleh kesesuaian sistem operasional bank syariah dengan syariat Islam, kemudian nasabah menilai bahwa sistem bagi hasil lebih menguntungkan. 5. Pelayanan pada Bank Riaukepri Syariah masih rendah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Kemudahan berdasarkan fasilitas, kemudahan transaksi, prosedur, dan pengetahuan staf terhadap produk dan syariah Islam. Informasi yang disajikan kepada nasabah tidak lengkap dan tidak transparan.
Implikasi Manajerial Penelitian ini berhasil memperoleh bukti empiris bahwa korelasi antara variabel produk dan kualitas pelayanan; variabel keamanan, fasilitas & aksesibilitas, dan promosi yang merupakan faktorfaktor rasionalitas terhadap keputusan bertransaksi nasabah adalah positif dan signifikan. Pendekatan personal-selling dengan mengandalkan personel yang memiliki penguasaan memadai terhadap product knowledge bank syariah. Untuk itu, konsep service excellence yang telah diadopsi dan diterapkan oleh perbankan selayaknya mendapat fokus perhatian yang lebih besar. Ketidakjelasan informasi tentang bank syariah, jaringan kantor yang terbatas, dan tidak tahu tentang produk bank syariah merupakan alasan utama mengapa
24
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
mereka belum berhubungan sepenuhnya dengan bank syariah, maka upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bank syariah dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman dan membangun image nasabah perbankan syariah agar mereka tidak ragu untuk berpartisipasi menjadi nasabah dan menjamin keberadaan ”dual banking system” yang sesuai dengan prinsip syariah. Mayoritas masyarakat Pekanbaru yang beragama Islam memberikan peluang yang cukup besar untuk pertumbuhan bank syariah untuk menggarap segmen loyalist, aktif dalam meningkatkan awareness nasabah potensial dengan pendekatan promosi yang lebih informative (bukan imaginer), misalnya; seminar, brosur dan phamflet. Perbankan syariah sudah tidak saatnya lagi mengandalkan ”spiritual market” yang hanya diisi oleh segmen syariah loyalist, yaitu mereka yang memilih bank semata-mata hanya karena alasan agama. Kecenderungan dimasa yang akan datang diperkirakan bahwa segmen yang digarap oleh bank syariah mulai bergeser dari syariah loyalist ke floating market. Hal ini disebabkan karena konsumen semakin rasional, dengan tetap
mengutamakan benefit/return investment ditawarkan daripada hanya dengan melakukan pendekatan emosional. Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut perlu adanya kesiapan infrastruktur dan sumberdaya yang dimiliki kafaah yang memadai tentang prinsip syariah dan produk-produknya oleh bank syariah saat ini agar mampu berkembang seperti layaknya bank konvensional. Setiap karyawan bank RiauKepri Syariah perlu pemahaman terhadap transaksi-transaksi yang ada. Hal ini dimaksudkan agar setiap sumberdaya manusia yang terlibat langsung dalam operasional perbankan memiliki pemahaman dalam syariah, maka pihak manajeman perlu membuat standar baik dalam pengetahuan perbankan secara keseluruhan terlebih lagi dalam syariah. Fenomena yang terjadi saat ini adalah karyawan memahami system perbankannya saja, namun pemahaman syariah terhadap produk yang ditawarkan belum memadai. Kebijakan ini diperlukan dalam menjadikan bank RiauKepri syariah sebagai referensi utama masyarakat Riau khususnya di Pekanbaru dengan menghilangkan segala bentuk keraguan dari transaksi-transaksi gharar.
REFERENSI Al Quran. Adiwarman Karim, 2004, Bank islam Analisis Figh dan Keuangan, Edisi II, Raja Grafindo Persada, Jakarta Abu Abdirrahman Ali Khumais Ubaid. 2006. Hidup Bahagia Tanpa Riba. Diterjemahkan oleh Khalif Muttaqin Djawari. Pustaka Ishlahul Ummah. Jakarta Bank Indonesia,1992, UU No. 7 tahun 1992, tentang Perbankan, Jakarta. ____________, 1998, UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU No. 7 tahun 1992, Jakarta. Dr. H . M. Syahirman Yusi, SE., M.Si dan Umiyati Idris, SE., M.Si. 2009. Metodologi Ilmu Sosial Pendekatan Kuantitatif. Citra Book Indonesia. Jakarta Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Pembiayaan Musyarakah Nomor: 08/DSN-MUI/ IV/2000.
Analisis Komperatif Bagi Hasil dan Bunga Serta.... (Azmansyah & Zaini Ahmad)
25
Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Pembiayaan Mudharabah Nomor: 07/DSN-MUI/ IV/2000. Heri Sudarsono, 2003 Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan illustrasi, Yogyakarta, Indonesia. Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis. 2001. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktek dan Prospek. Serambi. Jakarta. Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah, edisi revisi. UPP AMP YKPN. Yokyakarta __________. 2001. Tehnik perhitungan bagi hasil di Bank Syariah. UII Press. Yokyakarta __________. 2000. Sistem dan prosedur Operasional Bank Syariah. Cetakan Pertama. UII Press. Yokyakarta Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori dan Praktek, Jakarta; Gema Insani Press. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Siahmat, Dahlan, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan, Intermedia, Jakarta. Susilo, Y. Sri, dan kawan-kawan, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta Prof. Dr. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. AlFABETA. Bandung. http:// www.bankriaukepri.co.id http://www.bi.go.id http:// id.wikipedia.org http:// www.mui.or.id