Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI – 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa
[email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal yang terdapat dalam cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli 1990 karya Soemarno Whd, (2) mendeskripsikan penggunaan bentuk kohesi gramatikal dalam cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli 1990 karya Soemarno Whd. Metode analisis data yaitu mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Berdasarkan hasil analisis data terdapat penanda kohesi gramatikal dalam cerbung Kucing Siluman karya Soemarno Whd. (1) Bentuk kohesi gramatikal yang diteliti meliputi (i) pengacuan (referensi), baik persona I: kula ‘aku’, persona II tunggal lekat kanan: -mu, demonstratif tempat (agak jauh dengan pentur): iku ‘itu’ (ii) penyulihan (subtitusi) nominal: sajak gembira- ngrasa seneng ‘dengan gembira- merasa senang’, (iii) pelesapan (elipsis): yen ’jika’, (iv) konjungsi (perangkaian): penambahan (aditif): uga ‘juga’, (2) Penggunaan bentuk penanda kohesi gramatikal yang paling dominan adalah pengacuan persona III tunggal (lekat kanan) {-ne} ‘nya’, dan pengacuan persona I tunggal aku, pengacuan demonstratif dan konjungsi penambahan (aditif) yang berupa uga ‘juga’, lan ‘dan’. Sementara itu, penanda kohesi gramatikal yang paling minim adalah penyulihan (substitusi), terutama yaitu penyulihan (substitusi) klausal. Kata kunci: kohesi gramatikal
Pendahuluan “Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya.” (Jabrohim, 2002: 59). Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya kepada subjek kolektifnya. Signifikansi yang dielaborasikan subjek individual terhadap relitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu. Keberadaan sastra yang demikian itu, menjadikan ia diposisikan sebagai dokumen sosiobudaya, salah satunya adalah prosa. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
43
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Salah satunya adalah majalahmajalah berbahasa Jawa. Majalah merupakan salah satu contoh penyampaian bahasa secara tertulis, sebagai salah satu media massa cetak. Adapun majalah-majalah berbahasa Jawa, antara lain Djaka Lodang, Mekar Sari, Panjebar Semangat, dan Jaya Baya. Majalah Jaya Baya adalah majalah berbahasa Jawa yang diterbitkan oleh Yayasan Djojobojo pertama kali pada 1 Desember 1945 di Surabaya. Majalah tersebut terbit setiap hari minggu. Setiap bulan sebanyak 4-5 kali tergantung jumlah minggu dalam tiap bulan. Majalah Jaya Baya selain memuat tentang bahasa juga memuat tentang sastra dan budaya, salah satunya cerita bersambung. Cerita bersambung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd, merupakan sebuah karangan imajinasi yang menceritakan sesuatu bersifat rekaan, khayalan, tidak terjadi secara sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.Sentosa dan Wahyuningtyas (2010: 56) menyatakan: Karangan imajiinasi merupakan suatu karangan tertentu ada gagasan yang ingin disampaikan atau ad aide tertentu yang ingin disampaikan, ide atau gagasan ini dirangkum dalam gaya imajinasi pengarang yang mampu menembus fakta tanpa dirasakan bahwa itu adalah fakta. Kekuasaan khayalan dapat menembusi setiap penjuru alam tanpa disadari.Cerita bersambung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd, merupakan suatu fungsi bahasa yaitu fungsi imajinatif yang melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan bersifat imajinatif, bebas berpetualang dan mengembara keseberang dunia nyata untuk menjelejahi puncak keluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri, dan melalui bahasa itu dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil. Dalam cerita bersambung mempunyai unsur-unsur kajian wacana, salah satu kajian tersebut adalah kohesi gramatikal. Kohesi gramatikal mempunyai aspek gramatikal yang meliputi: (1) pengacuan (referensi), (2) penyulihan (subtitusi), (3) pelesapan (elipsis), (4) perangkaian
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
44
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
(konjungsi). Pengacuan terdiri dari pengacuan demonstratif, pengacuan komparatif, dan pengacuan pronomina (kata ganti orang) meliputi persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga, baik tunggal maupun jamak. Penyulihan (subtitusi) meliputi subtitusi nominal, subtitusi verbal, subtitusi klausal, dan subtitusi klausal. Proses kohesi gramatikal pada cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd, permasalahan dalam kohesi gramatikal ini sangat variatif yaitu tidak semuanya terdapat unsur gramatikal. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti mengenai analisis kohesi gramatikal pada cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd. Hubungan antar bagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan semantik yang disebut koherensi (coherence). Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Akan tetapi, peneliti hanya mengkaji tentang kohesi gramatikal pada cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni “penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan” (Ismawati 2011 : 112). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang dikaji dan diteliti berupa kata-kata yang termasuk kohesi gramatikal yang termuat dalam wacana cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd. Disamping itu, dalam penelitian ini diterapkan analisis wacana yang berhubungan dengan kohesi gramatikal yang membantu menganalisis pengacuan (referensi), penyulihan (subtitusi), pelesapan (elipsis), dan konjungsi. Hasil Penelitian dan Pembahasan a.
Bentuk Kohesi Gramatikal Pengacuan (Referensi) Bentuk kohesi gramatikal pengacuan terdiri dari pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
45
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
1). Bentuk Pengacuan Persona Bentuk pengacuan persona dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari persona I, persona II, maupun persona II tunggal maupun jamak, (i) pengacuan persona I tunggal terdiri atas kula ‘aku’, tak undang ‘saya undang’, (ii) persona I tunggal lekat kanan: -ku, (iii) persona I jamak: awake dhewe ‘kita’, (iv) persona II tunggal: kowe ‘kamu’, slirane ‘anda’, sampeyan ‘anda’, (v) persona II tunggal lekat kanan: -mu, (vi) persona II jamak: kowe sakeloron ‘kalian berdua’, tiyang sekaliyan ‘anda semua’, slirane sekaliyan ‘anda semua’, (vii) persona III tunggal: dhekne ‘dia’, (viii) persona III tunggal lekat kanan: -nya, (ix) persona III tunggal lekat kiri: di-. 2). Bentuk Pengacuan Demonstratif Bentuk pengacuan demonstratif dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari (i) demonstratif tempat agak jauh dengan penutur: iku ‘itu’, ngriku ‘situ’, (ii) demonstratif tempat jauh dengan penutur: nika ‘sana’, kana ‘sana’, (iii) tempat dekat dengan penutur: rene kesini’, mrene ‘kesini’, arep dhene ‘mau kesini’, niki ‘ini’, ngriki ‘sini’, mriki ‘kesini’, (iv) tempat menunjuk secara eksplisit: Purbalingga, kantor gubernuran, APDN Semarang, teras omah ‘teras rumah’, ana kantor Pemda ‘di kantor Pemda’, kantor bang, teng klentheng teng gunung kawi ‘di klentheng di gunung kawi’, gua Sitengeng, Jawa Tengah, Jawa Barat, (vi) demonstratif waktu yang akan datang: njing rebo ‘besok rabu’, sesuk ‘besok’, (vii) waktu lampau: wektu iku ‘waktu itu’, (viii) waktu kini: saiki ‘sekarang’, patang rebo iki ‘empat rabu ini’, masa kini, (ix) waktu netral: wayah awan ‘siang hari’, jam setengah pitu sore ‘jam setengah tujuh sore’, jam 9 sore, jam 6 sore. 3). Bentuk Pengacuan Komparatif Bentuk pengacuan komparatif dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari: ibarat ‘bagaikan’, alias ‘seperti’, dubilah ‘laksana’, kaya ‘seperti’. b.
Bentuk Kohesi Gramatikal Penyulihan (Subtitusi) Bentuk penyulihan (substitusi) dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari (i) substitusi nominal: Pemda-Matri Pulisi-Camat, lulus-wisuda, sajak gembira-
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
46
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
ngrasa seneng ‘dengan gembira- merasa senang’, (ii) substitusi verbal: rakane ‘suaminya’, mbah Candramawa, (iii) substitusi frasal: suk minggu- ora tindhakan ‘besok minggu-tidak berangkat’, wong telu- pak marjuki- bu Marjuki- mbok Jumirah ‘tiga orang- pak Marjuki- bu Marjuki- bu Jumirah’, (iv) substitusi klausal: kentenan ngantos ngantuk ‘ sepertinya sampai ngantuk’. c.
Bentuk Kohesi Gramatikal Pelesapan (Elipsis) Bentuk pelesapan (elipsis) dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari: yen ’jika’, sing ‘yang’, karo ‘dengan’, nanging ‘tetapi’, sanajan- nanging- sinambinanging ‘meskipun- tetapi- dengan- tetapi’.
d.
Bentuk Kohesi Gramatikal Perangkaian (Konjungsi) Bentuk perangkaian (konjungsi) dalam cerbung Kucing Siluman terdiri dari (i) penambahan (aditif): uga ‘juga’, lan ‘dan’, sarta ‘serta’, tur ‘juga’, (ii) waktu (temporal): sakwise ‘sesudah’, nalika ‘ketika’, (iii) cara: sajak kesusu ‘dengan terburu-buru’, karo ‘dengan’, (iv) urutan (sekuensial): trus ‘terus’, njut ‘terus’, (v) pertentangan: nanging ‘tetapi’, ning ‘tapi’, (vi) syarat: yen ‘jika’, (vii) sebab-akibat (kasualitas): sebab ‘sebab’, marga ‘karena’, (viii) konsesif: sanajan ‘meskipun’, kepara ‘walaupun’, (ix) kelebihan (eksesif): malah, (x) pilihan (alternatif): napa ‘atau’, utawi ‘atau’.
e.
Pengguaan Penanda Kohesi Gramatikal Pengacuan (Referensi) Penggunaan bentuk kohesi gramatikal pengacuan (referensi) pada cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd. dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (a) pengacuan persona, (b) pengacuan demonstratif, dan (c) pengacuan komparatif. 1. Pengacuan Persona Pengacuan persona terdiri dari persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga baik tunggal maupun jamak, berikut persona I tunggal. “Sak jane aku ki le kenal karo mas Dar wes lawas, bu. Wektu iku mas Dar ana SMA klas III, aku klas III SMP” (JB: 1990. 46. 38). 2. Subtitusi Nominal
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
47
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
Yen sida kelakon dadi jodhone Darsana, njur oleh panggilan nyambut gawe ana kantor Pemda, sedhela engkas mesthi diangkat dadi Matri pulisi. Yen wes dadi matri pulisi, yen ora ditugaske sinau ana IIP, ya wes mesthi diangkat dadi camat (JB: 1990. 46. 39). 3. Pelesapan a. Yen sida kelakon dadi jodhone ᶲ, njur oleh panggilan nyambut gawe ana kantor Pemda, sedhela engkas mesthi diangkat dadi Matri pulisi. yen wes dadi matri pulisi, yen ora ditugaske sinau ana IIP, ya wes mesthi diangkat dadi camat. b. Yen sida kelakon dadi jodhone Darsana, njur oleh panggilan nyambut gawe ana kantor Pemda, sedhela engkas mesthi diangkat dadi Matri pulisi. Yen wes dadi matri pulisi, yen ora ditugaske sinau ana IIP, ya wes mesthi diangkat dadi camat (JB: 1990. 46. 39). 4. Konjungsi Bu Marjuki ing batin uga wes tanggap, nanging ora ngetarani sarta ethokethok takon. (JB: 1990. 46. 38). Bu Marjuki di dalam hati juga sudah tanggap, tetapi tidak memperlihatkannya serta berpura-pura bertanya. Kesimpulan Pada penelitian cerbung Kucing Siluman majalah Jaya Baya edisi 15 Juli - 16 September 1990 karya Soemarno Whd. Bentuk kohesi gramatikal yang diteliti meliputi (i) pengacuan (referensi), baik persona I: kula ‘aku’, persona II tunggal lekat kanan: -mu, persona III tunggal: dhekne ‘dia’, persona II jamak: kowe sakeloron ‘kalian berdua’, persona III tunggal lekat kanan: -ne ‘-nya’, persona III lekat kiri: ing- ‘di-‘, demonstratif tempat (agak jauh dengan pentur): iku ‘itu’, demonstratif tempat (penunjuk secara eksplisit): teras omah ‘teras rumah’ maupun waktu netral: wayah awan ‘siang hari’, (ii) penyulihan (subtitusi), baik substitusi nominal: sajak gembira- ngrasa seneng ‘dengan gembira- merasa senang’,substitusi verbal: rakane ‘suaminya’, substitusi frasal: suk minggu- ora tindakan ‘besok minggu- tidak berangkat’, (iii) pelesapan (elipsis): yen ’jika’, sing ‘yang’, karo ‘dengan’, nanging ‘tetapi’, dan (iv) konjungsi (perangkaian): penambahan (aditif): uga ‘juga’, konjungsi waktu (temporal): sakwise ‘sesudah’, konjungsi cara: sajak kesusu ‘dengan terburu-buru’, konjungsi urutan (sekuensial): trus ‘terus’, konjungsi pertentangan: nanging ‘tetapi’, konjungsi syarat: yen ‘jika’, konjungsi sebab-akibat (kasualitas): sebab ‘sebab’, konjungsi konsesif: sanajan ‘meskipun’, konjungsi Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
48
Vol. /0 4 / No. 05 / Mei 2014
kelebihan (eksesif): malah, konjungsi pilihan (alternatif): napa ‘atau’. Penggunaan bentuk penanda kohesi gramatikal yang paling dominan adalah pengacuan persona III tunggal (lekat kanan) {-ne} ‘nya’, dan pengacuan persona I tunggal aku, pengacuan demonstratif dan konjungsi penambahan (aditif) yang berupa uga ‘juga’, lan ‘dan’. Sementara itu, penanda kohesi gramatikal yang paling minim adalah penyulihan (substitusi), terutama yaitu penyulihan (substitusi) klausal. Daftar Pustaka
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka Santosa, Wijaya Heru dan Wahyuningtyas, Sri. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka Sumarlam.2010. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Solo: Buku Katta Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
49