Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) wujud penanda kohesi gramatikal antarkalimat yang terdapat dalam novel Jemini karya Suparto Brata; (2) wujud penanda kohesi leksikal antarkalimat yang terdapat dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian novel Jemini karya Suparto Brata yang diterbitkan oleh Narasi, Yogyakarta tahun 2012. Objek dalam penelitian ini adalah aspek kebahasaan khususnya kajian penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan buku-buku tentang wacana, buku-buku penunjang yang berkaitan dalam penelitian dan nota pencatat data. Teknik pengumpulan data digunakan teknik simak, teknik pustaka dan teknik catat. Dalam teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik penyajian analisis data digunakan metode penyajian informal. Hasil penelitian terhadap Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata yaitu: (1) wujud penanda kohesi aspek gramatikal meliputi: reference (pengacuan) terdiri dari pengacuan persona I, pengacuan persona II, dan pengacuan persona III; pengacuan demonstratif terdiri dari demonstratif waktu dan tempat; pengacuan komparatif; subtitution (penyulihan); ellipsis (pelesapan); dan conjungtion (perangkaian) yang terdiri dari konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi urutan, konjungsi penambahan, konjungsi konsensif, konjungsi kausalitas, konjungsi pilihan, konjungsi waktu, konjungsi pertentangan, konjungsi tujuan, dan konjungsi perkecualian; (2) wujud penanda kohesi aspek leksikal meliputi: repetisi (pengulangan) yang ditemukan yaitu repetisi epizeukis dan repetisi anadiplosis; sinonim (persamaan kata); antonim (lawan kata); hiponimi; dan ekuivalensi. Kata kunci: kohesi gramatikal, leksikal, novel Jemini
Pendahuluan Secara garis besar, sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis (Sumarlam, 2009: 1). Dengan demikian, wacana atau tuturan pun dibagi menjadi dua macam, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas
kalimat
atau
klausa
dengan
kohesi dan
koherensi
yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 2009: 26). Sebuah wacana dikatakan baik apabila hubungan antarkalimat-kalimatnya kohesif dan koheren. Kohesi merujuk pada bentuk, artinya kalimatkalimat yang membangun paragraf itu haruslah berhubungan secara padu. Kohesi dibagi menjadi dua jenis yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Penanda aspek kohesi gramatikal
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
56
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
terdiri dari, pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), penghilangan (elipsis), dan kata penghubung (konjungsi). Penanda aspek kohesi leksikal ini, repetisi (pengulangan), sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi. Sebuah karya sastra novel menarik untuk dikaji dan merupakan sebuah tantangan karena komunikasi yang ada di dalamnya bersifat abstrak. Abstrak dalam hal ini artinya apa yang ingin disampaikan penulis belum tentu sama dengan apa yang dipahami oleh pembaca setelah membacanya. Dalam memahami karya sastra novel tidaklah cukup hanya dengan memahami makna kata-katanya saja tetapi juga harus dibekali dengan pengetahuanpengetahuan pendukung seperti sosial, budaya, dan pemahaman terhadap masyarakat pemakai bahasa itu sendiri apalagi novel yang dikaji ini berbahasa Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan Penanda kohesi gramatikal antarkalimat yang terdapat pada novel Jemini karya Suparto Brata. Mendeskripsikan penanda kohesi leksikal antarkalimat yang terdapat pada novel Jemini karya Suparto Brata. Adapun alasan dalam penelitian ini penulis ingin lebiih lanjut mengkaji wujud penanda, penanda kohesi gramatikal dan leksikal antarkalimat yang terdapat dalam novel Jemini karya Suparto Brata.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumarlam (2003: 169) mengungkapkan bahwa deskriptif berarti memeriksa gejalagejala kebahasaan secara cermat dan teliti berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya. Moleong (2011: 6) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistik), dibentuk oleh kata-kata dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Subjek dalam penelitian ini adalah novel Jemini karya Suparto Brata yang berisi 196 halaman yang diterbitkan oleh Narasi, Yogyakarta tahun 2012. Objek dalam penelitian ini adalah aspek kebahasaan khususnya kajian penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Penelitian ini mengungkap tentang penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Data yang diteliti berupa satuan gramatikal yang berwujud kata sampai dengan kalimat. Kemudian kata dan kalimat itu disajikan berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang dan berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Hasil analisis tersebut berbentuk kata-kata bukan angka, sehingga penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
57
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
buku-buku tentang wacana, buku-buku penunjang yang berkaitan dalam penelitian dan nota pencatat data Teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik simak, teknik pustaka dan teknik catat. Analisis data penulis menggunakan teknik analisis kualitatif.
Hasil Penelitian 1. Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah perpaduan wacana dari segi bentuk atau struktur lahir wacana (Sumarlam, 2010: 40). Penanda aspek gramatikal ini terdiri dari, pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), penghilangan (elipsis), dan kata penghubung (konjungsi). Berikut ini adalah contoh penanda kohesi gramatikal yang terdapat dalam novel Jemini karya Suparto Brata. a. Pengacuan (referensi)
‘Jemini seneng atine, ana sing mbelani. Dheweke mleroki sing jenengane Dul. (J:3)’ ‘Jemini senang hatinya, ada yang membela. Dia melirik yang namanya Dul.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa pada saat Jemini menonton musik jazz, ada anak Kompeni yang mengejeknya. Jemini merasa senang ketika Dul membela dirinya. Kutipan pada kata dheweke ‘dia’ merupakan pengacuan persona III tunggal bentuk bebas, jenis gramatikal pengacuan endofora yang anaforis (karena acuannya berada di dalam teks dan telah disebutkan terdahulu atau antesedennya berada di sebelah kiri yaitu pada teks Jemini seneng atine, ana sing mbelani. Dheweke mleroki sing jenengane Dul) yang mengacu kepada Jemini. b. Penyulihan (substitution)
‘Wak Talib lanang lan Urip uga melu ngeterake. Wong loro kuwi malah sing ibut ngurusi barang. Dene Piet mlaku wira-wiri neng cedhake Jemini, atine tetep ora jenjem, tetep goreh.’(J:182) ‘Wak Talib laki-laki dan Urip juga ikut mengantarkan. Dua orang itu yang ribut mengurusi barang, sedangkan Piet berjalan bolak-balik didekatnya Jemini, hatinya merasa tidak tenang.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa Wak Talib laki-laki dan Urip ikut mengantarkan Piet suami Jemini. Dua orang itu yang ribut mengurusi barang, sedangkan Piet berjalan bolak-balik didekatnya Jemini, hatinya merasa tidak tenang karena akan meninggalkan Jemini dan anaknya. Kutipan pada kata wong loro ‘dua orang’ sebagai substitusi dari Wak Talib dan Urip yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
58
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
c. Pelesapan (elipsis)
‘Jemini mung manthuk. Kronganane ɸ rasane seseg. Tangise ɸ arep mbrojol wae.’ (J:182) ‘Jemini hanya mengangguk. Tenggorokannya ɸ merasa sesak. Tangisnya ɸ akan semakin keras.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa Jemini yang sebenarnya tidak mau ditinggal Piet kembali ke negara asalnya. Pada kutipan di atas dapat dielipsiskan menjadi Jemini mung manthuk. Kronganane Jemini rasane seseg. Tangise Jemini arep mbrojol wae. ‘Jemini cuma mengangguk Jemini hanya mengangguk. Tenggorokannya Jemini merasa sesak. Tangisnya Jemini akan semakin keras. Pada kutipan diatas terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata, yaitu Jemini yang berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan tersebut. Konjungsi ‘Urip saya adoh karo donyane Jemini. Wasana dheweke kudu pindhah kamar sing luwih cilik maneh, peturone ora sungsun lan dianggep bujangan’ (J:74) ‘Urip semakin jauh dengan dunianya Jemini. Dia harus pindah kamar yang lebih kecil lagi, tempat tidurnya tidak bersusun dan dianggap perjaka.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa kehidupan Urip dan Jemini semakin jauh. Urip harus pindah kamar yang lebih kecil lagi karena dianggap perjaka lagi. Kutipan pada kata lan ‘dan’ merupakan konjungsi koordinatif yang berfungsi untuk menghubungkan klausa sebelumnya (peturone ora sungsun ‘tempat tidurnya tidak bersusun’) dengan klausa sesudahnya (dianggep bujangan ‘dianggap perjaka’). 2. Kohesi Leksikal Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis (Sumarlam, 2010: 55). Penanda aspek leksikal ini, repetisi (pengulangan), sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi. Berikut ini adalah contoh penanda kohesi leksikal yang terdapat dalam novel Jemini karya Suparto Brata. a. Repetisi
‘Jemini ngenteni. Ngenteni nganti wong wadon mau gebyur.’ (J:16) ‘Jemini menunggu. Menunggu sampai perempuan tadi mandi.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa Jemini menunggu, menunggu orang yang sedang mandi. Kutipan di atas termasuk
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
59
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
repetisi jenis anafora karena wujud penanda ngenteni ‘menunggu’ merupakan kata pertama dikalimat pertama menjadi kata pertama pada kalimat berikutnya. b. Sinonim
‘Padatan sing diomongake crita-crita nalika ana padesan. Critane kaum pamili lan kabar anyar saka kampung. Kuwi wae ora tau kentekan warta.’ (J:19) ‘Biasanya yang diomongkan cerita-cerita ketika di pedesaan. Ceritanya kaum famili dan kabar baru dari kampung. Itu saja tidak pernah kehabisan kabar.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa masyarakat tangsi biasanya yang diceritakan cerita-cerita ketika di pedesaan. Ceritanya keluarga mereka dan kabar baru dari kampung. Kutipan di atas terdapat penanda sinonim pada kata kabar ‘kabar’ = warta ‘kabar’ merupakan persamaan kata yang sama-sama mengandung pengertian yang sama yaitu kabar. c. Antonim
‘Bengi kuwi, merga awan mau keturon neng ngisor longan, Jemini ora ngantuk’ (J:19) ‘Malam itu, karena siang tadi ketiduran dibawah kolong, Jemini tidak ngantuk.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa malam itu Jemini tidak ngantuk karena siangnya dia ketiduran. Wujud penanda di atas terdapat oposisi mutlak, yaitu pertentangan makna secara mutlak antara kata bengi “malam” dengan kata awan “siang”. d. Hiponimi
‘Ora mung wong Jawane, dalah Landa-landane sing manggon neng Kampung Landa, padha melu repot ngatur patroli, piket lan liburan. Kanca-kanca para serdhadhu tangsi liya kayata Tangsi Dinaya, Tangsi Gatotan, Tangsi Wonokromo, kabeh diulemi.’ (J:58) ‘Tidak hanya orang Jawanya saja, tetapi juga orang Belanda yang bertempat tinggal di Kampung Belanda, semua ikut repot mengatur patroli, piket dan liburan. Teman-teman prajurit di asrama lainnya juga diundang seperti yang ada di asrama Dinaya, asrama Gatotan, asrama Wonokromo.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa semua prajurit baik orang jawa ataupun orang Belanda semua ikut repot mengatur patroli, piket dan liburan.teman-teman di asrama lainnya juga diundang seperti yang ada di asrama Dinaya, asrama Gatotan, asrama Wonokromo. Kutipan tersebut terdapat penanda hiponimi. Wujud penanda di atas yang menjadi hipernim adalah tangsi liya “asrama lain” dan sebagai hiponimnya adalah beras “beras”, gula “gula”, uyah “garam”, dan iwak asin “ikan asin”. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
60
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
e. Kolokasi
‘Yen manten metu, dilungguhake ing kursi manten. Kursine direngga kembangkembang kertas maneka maneka warna. Sandhangane manten ganti-ganti.’ (J:59) ‘Ketika pengantin keluar, didudukan di kursi pengantin. Kursinya dihias bungabunga kertas beranekaragam. Pakaian pengantinya berganti-ganti.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa ketika pengantin keluar didudukan di kursi pengantin Kursinya dihias bunga-bunga kertas beranekaragam. Pakaian pengantinya berganti-ganti. Pada kutipan di atas terdapat pemakaian kata manten “pengantin”, kursi manten “kursi pengantin” dan sandhangan manten “sandangan pengantin” yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut. f. Ekuivalensi
“Niku wau putrane mrika,” ujare bapake Jemini nalika dicukur Wak Talib. Wiwit ngarepake pensiun iki Wak Talib nyambi dadi tukang cukur, mlebu tangsi nyukuri para prajurit gentenan. Wagiman kena giliran saben tanggal selawe.’ (J:13) “Itu tadi putranya,” kata bapaknya Jemini ketika dipotong Wak Talib. Semenjak mengharapkan pensiunan ini Wak Talib menyambi menjadi tukang potong rambut, masuk tangsi memotongi rambut para prajurit bergilitran. Wagiman mendapat giliran setiap tanggal dua puluh lima.’ Berdasarkan kutipan di atas, konteks situasinya menjelaskan bahwa bapaknya Jemini kalau memotong rambut pada wak Talib. Wak Talib menyambi menjadi tukang cukur sejak akan pensiun. Tidak hanya mencukur Wagiman tetapi juga para prajurit tangsi. Kutipan tersebut merupakan ekuivalensi. Wujud penanda dicukur, cukur, nyukuri ‘dipotong, potong, memotongi’ merupakan sebuah paradigma yang berasal dari kata cukur ‘potong’ yang mendapatkan imbuhan di- pada kata dicukur ‘dipotong’ dan imbuhan ny- pada kata nyukuri ‘memotongi’. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, terdapat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal pada novel Jemini karya Suparto Brata. Berikut ini kesimpulan hasil analisis kohesi gramatikal dan kohesi leksikal antarkalimat pada novel Jemini. Kohesi gramatikal antarkalimat pada novel Jemini karya Suparto Brata meliputi; (a) pengacuan (referensi), seperti: dheweke ‘dia’, -e ‘nya’, dak- ‘ku-‘, -ku‘-ku’, -mu ‘-mu’, kowe ‘kamu’, sampeyan ‘kamu’, kulo ‘aku’ (b) penyulihan (substitusi), seperti: wong loro ‘dua orang’, (c) pelesapan (ellipsis), seperti: Jemini ‘Jemini’; Piet ‘Piet’(d) kata penghubung (konjungsi), seperti: nanging ‘tetapi’;
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
61
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
banjur ‘kemudian’; utawa ‘atau’. Kohesi leksikal pada novel Jemini karya Suparto Brata meliputi; (a) repetisi, seperti: liwat ‘lewat’, turu ‘tidur’, wit ‘pohon’; (b) sinonim, seperti: kabar = warta ‘kabar = kabar’, meneng = aja rame ‘diam = diam’, serat = layang ‘surat = surat’; (c) antonim, seperti: mlebu >< metu ‘keluar >< masuk’; turu >< tangi ‘tidur >< bangun’; ndhuwur >< ngisor ‘atas >< bawah’; (d) hiponimi, seperti: bahan pangan. Beras, gula, uyah, iwak asin ‘bahan makanan. Beras, gula, garam, ikan asin’ ; (e) ekuivalensi, seperti: dicukur,cukur, nyukuri ‘dipotong, potong, memotongi’.
Daftar Pustaka Brata, Suparto. 2012. Jemini. Yogyakarta : Narasi. Moleong, Lexy J.2011. Motodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sumarlam. 2010. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Solo : buku Katta. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
62