ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN (PERSERO) 2008-2012
INTAN HADSARI DWANINTYAS
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Intan Hadsari Dwanintyas NIM H24114070
ABSTRAK INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN. PT Pegadaian (Persero) merupakan perusahaan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang pelayanan jasa bagi masyarakat umum khususnya pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis ini akan diperoleh letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT Pegadaian (Persero) dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan keuangan serta menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan Du Pont, menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan pada PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Hasil penelitian adalah analisis trend terhadap nilai aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas lancar serta ekuitas mengalami trend naik membuktikan bahwa setelah perubahan status bentuk badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) perkembangan perusahaan semakin baik. Dan kategori penilaian PT Pegadaian (Persero) menunjukan predikat sehat selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Kata kunci: kinerja keuangan, analisis trend, analisis rasio.
ABSTRACT INTAN HADSARI DWANINTYAS. Analysis of financial performance of PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Under supervised ALI MUTASOWIFIN. PT Pegadaian (Persero) is a state owned company engaged in services for the general public, especially in pawn business with assurance of goods movement. To assessment the financial performance of PT Pegadaian (Persero) can be done by analyzing the financial statements. This analysis will be obtained where the strength and weaknesses of the company. This research was conducted at PT Pegadaian (Persero) and the type of data used is secondary data. The aims of this study are to identify and analyze financial development financial performance using financial ratio analysis and Du Pont, analyzing the percentage per component in the financial statements on PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Results of the study is the analysis of the trend toward the value of current assets, non-current assets, current liabilities and equities experienced a rising trend proves that after a change in the status of legal entity into PT Pegadaian (Persero) to be better development of the company. And the assessment categories PT Pegadaian (Persero) showed healthy predicates during 2008 until the year 2012. Keywords: financial performance, trend analysis, ratio analysis.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT PEGADAIAN (PERSERO) 2008-2012
INTAN HADSARI DWANINTYAS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi & Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 Nama : Intan Hadsari Dwanintyas NIM : H24114070
Disetujui oleh
Ali Mutasowifin, SE, M.Ak Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak. yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan tanpa lelah dan saran yang bersifat membangun kepada penulis dalam menyusun skripsi. Serta Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah Saryono, ibu Winarni, kakak Aji Endra Nugroho, Rika Yulinda, Bayu Indrayana serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen khususnya angkatan 9, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014 Intan Hadsari Dwanintyas
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Laporan Keuangan Neraca Laporan Laba Rugi Analisis Laporan Keuangan Analisis Trend (Analisis Horizontal) Analisis Rasio Analisis Du Pont Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) Penelitian Terdahulu METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Trend Analisis Rasio Keuangan Analisis Du Pont Analisis Persentase Per Komponen HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Visi dan Misi Budaya Perusahaan Bidang Usaha Struktur Organisasi Perkembangan Keuangan Perkembangan Neraca Perkembangan Rugi Laba Kinerja Keuangan Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Aktivitas Rasio Profitabilitas
vii vii viii 1 1 3 3 3 4 4 4 4 5 6 6 7 8 11 12 12 13 13 15 15 15 15 15 16 18 19 19 19 20 20 20 20 21 22 24 25 25 29 31 33
Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non Infra Struktur Analisis Du Pont Persentase Per Komponen Komposisi Neraca Komposisi Laba Rugi Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
37 37 39 39 40 40 40 40 41 41 43 51
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012 Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012 Cash Ratio (Rasio Kas) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Debt to Equity Ratio PT Pegadaian periode 2008-2012 Perputaran Aktiva (Asset Turnover) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Receivable Turnover Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012 Return On Equity PT Pegadaian Periode 2008-2012 Daftar Indikator dan Bobot Keuangan Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012
26 27 28 30 30 32 32 33 34 35 36 36 37 38 39
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran penelitian 2. Stuktur organisasi PT Pegadaian (Persero) 3. Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008 – 2012 4. Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 5. Analisis trend rugi laba 6. Perkembangan rasio likuiditas PT Pegadaian (Persero) 7. Cash ratio PT Pegadaian (Persero) 8. Perkembangan rasio solvabilitas PT Pegadaian (Persero) 9. Rasio aktivitas PT Pegadaian (Persero) 10. Rasio profitabilitas PT Pegadaian (Persero) 11. Analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero)
14 21 22 23 24 26 28 29 31 34 38
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jejak langkah pegadaian Laporan neraca PT Pegadaian 2008-2012 Laporan laba rugi PT Pegadaian Tahun 2008-2012 Hasil analisis trend terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 Hasil analisis trend terhadap laporan laba rugi PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 Tabel hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 Persentase per komponen terhadap laporan neraca PT Pegadaian periode 2008-2012 Persentase Per Komponen terhadap Laporan Laba Rugi PT Pegadaian periode 2008-2012
43 44 45 47 47 48 49 50
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak dan berkembang setiap tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Stabilitas, April 2013). Banyaknya jumlah penduduk Indonesia, beragam pula masalah dalam memenuhi kebutuhan dana yang menjadi dasar pokok untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Banyak di kalangan masyarakat kita yang masih sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan pemerintah untuk membantu dalam kesejahteraan masyarakat serta menyediakan fasilitas dan memberikan kemudahan penyaluran uang pinjam sangat penting. Masyarakat membutuhkan peranan usaha yang dapat membantu mengatasi masalah uang pinjam agar tidak dirugikan oleh pihak yang bertujuan mengambil keuntungan secara sepihak seperti lintah darat. Banyak pihak yang memanfaatkan kalangan masyarakat kecil yang sedang membutuhkan dana untuk keperluan hidup dengan memberikan pinjaman secara mudah tanpa adanya perjanjian dalam pelunasan. Pihak yang tidak bertanggungjawab melakukan aksinya dengan menaikkan suku bunga dan melipatgandakan pinjaman sehingga masyarakat semakin terbebani. Dengan adanya badan usaha yang mempunyai izin dalam penyaluran uang pinjam kini masyarakat mudah meminjam dana secara resmi. Program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional untuk menunjang pelaksanaan kebijaksanaan melalui penyaluran uang pinjam atas dasar gadai adalah tujuan Perum Pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 (sumber: laporan keuangan pegadaian). Pegadaian merupakan unit badan usaha monopoli yang bergerak dibidang pelayanan jasa bagi masyarakat umum khususnya pelaksanaan usaha gadai dengan jaminan barang gerak. Namun kini pegadaian bukan hanya sekedar gadai, Pegadaian pun berubah menjadi lebih kompetitif dengan kemajuan di era bisnis seperti sekarang ini. Berbeda dengan bank yang mempunyai prosedur pemberian dana yang sulit dan lama, pegadaian memberikan prosedur yang mudah dan cepat. Dengan jaminan barang sehari-hari seperti emas atau barang elektronik lainnya dapat langsung pulang dengan membawa uang. Pegadaian pun memberikan bunga sesuai dengan kesepakatan dan bila pinjaman uang tidak dilunasi maka barang jaminan akan disita untuk dilelang oleh pihak pegadaian. Pada masa dulu pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di Indonesia yang resmi mempunyai izin untuk melaksanakan pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana uang pinjam ke masyarakat atas dasar gadai. Saat ini dapat dijumpai banyak pesaing yang membuka usaha bisnis gadai selain Pegadaian seperti Bank Mandiri selaku induk perusahaan dan BSM selaku anak perusahaan sepakat mengembangkan layanan gadai emas sekitar tahun 2001 pada awal peluncurannya. Munculnya lembaga pegadaian yang bercirikan syariah diawali kerjasama yang terjadi antara PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan perum pegadaian pada tahun 2001 saat pegadaian masih berstatus badan hukum perum. PT Bank Muamalat Indonesia mempersiapkan dalam hal syariah dan sistem pendanaanya, sedangkan Pegadaian memfokuskan pada sistem gadai sehingga terwujud unit layanan gadai syariah. Dalam perjalanan dinamika
2
perusahaan yang telah menginjakkan usaha di waktu yang sangat lama, perubahan badan hukum menjadi perseroan-pun terjadi dan menimbulkan konsekuensi yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Pada tanggal 1 April 2012 dibuat penerbitan akta pendirian perusahaan perseroan (persero) PT Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian (persero) yang bertempat di Jakarta. Dapat dilihat dalam dua tahun terakhir ini adanya dampak faktor internal dalam perubahan bentuk badan hukum Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero). Diketahui bahwa Perusahaan Perseroan merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saham kepemilikannya sebagian besar atau sekitar 51 % sahamnya dikuasai oleh pemerintah dan tujuan utamanya mengejar keuntungan yang diharapkan dapat memperoleh laba yang besar. Bentuk usaha yang dimiliki perusahaan perseroan adalah Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan Perum adalah BUMN yang modalnya dimiliki oleh negara dan sahamnya tidak terbagi (dikuasai oleh pemerintah) dan tujuannya berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat namun profit orientied yang memberikan penyediaan secara baik berupa barang dan jasa. Dikutip detikFinance dari publikasi laporan keuangan perseroan, Senin (30/7/2012) jumlah nasabah Pegadaian terus meningkat per Juni 2012 jumlah nasabah Pegadaian mencapai sekitar 13,78 juta lebih banyak dibanding pada Juni 2011 yang hanya berjumlah 12,39 juta orang. Hal ini menunjukan bahwa PT Pegadaian (Persero) setelah perubahan status badan hukum semakin diminati oleh masyarakat, terlihat dari jumlah nasabah yang terus meningkat per Juni 2012. Dengan pertambahan jumlah nasabah PT Pegadaian (Persero) mengharapkan adanya peningkatan laba karena Pegadaian dituntut untuk lebih berorientasi mencari keuntungan dibandingkan saat masih menjadi perum. Dengan berkembangnya zaman memberikan dampak faktor ekternal pada PT Pegadaian (Persero) yang dahulu dikenal sebagai perusahaan monopoli saat ini PT Pegadaian (Persero) tidak lagi menyandang sebagai perusahaan yang menguasai usaha gadai karena telah mempunyai pesaing yang juga bergerak di bidang pelayanan gadai, yaitu pada perbankan syariah. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya PT Pegadaian (Persero) menyelenggarakan beragam jasa usaha yang ditawarkan. Usaha yang ditawarkan adalah penyaluran pinjaman kredit cepat dan aman, penyaluran pinjaman angsuran fidusia yang memberikan pinjaman kepada pengusaha mikro-kecil dalam mengembangkan usaha dengan cara salah satunya menyerahkan buku pemilik kendaraan bermotor sebagai agunannya, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa dalam pembayaran (Telkom, listrik, speedy, tiket kereta api, dan indovision), kredit UMKM, kredit angsuran sistem gadai hingga kredit perumahan swadaya dan perdagangan logam mulia serta batu adi. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat PT Pegadaian (Persero) memberikan pelayanan kemudahan dalam membantu uang pinjam sehingga konsumen tetap memilih Pegadaian sebagai jasa gadai ini yang menjadi kekuatan bagi PT Pegadaian (Persero). PT Pegadaian (Persero) harus mengenali kinerja perusahaan yang dapat menjadi tolok ukur kelemahan dan kekuatan perusahaan. Untuk itu perlu adanya analisis laporan keuangan yang telah diolah menjadi analisis kinerja keuangan guna membantu menghadapi ancaman yang datang dan mempertahankan kekuatan yang ada. Akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi PT Pegadaian (Persero) maka perlu menguji kebenaran apakah kinerja pegadaian tetap dalam kondisi baik. Oleh karena itu perlu dianalisis
3
peningkatan kinerja keuangannya setelah menjadi PT, penulis mengambil penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012” Rumusan Masalah Pegadaian diharapkan memiliki kekuatan dalam menghadapi persaingan, sehingga diperlukan analisis kinerja keuangan agar dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dapat dijadikan informasi dalam memperbaiki atau mempertahankan kinerja perusahaannya. Sebelum melakukan analisis kinerja keuangan dibutuhkan laporan keuangan yang diolah dengan analisis trend, analisis rasio keuangan, analisis Du Pont serta analisis persentase per komponen. Dari hasil analisis tersebut dapat membantu dalam melihat perkembangan dan kinerja perusahaan pada setiap tahunnya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008 – 2012 dengan menggunakan analisis trend? 2. Bagaimana kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont? 3. Bagaimana persentase per komponen dalam laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi perkembangan keuangan PT Pegadaian (Persero) 20082012 dengan menggunakan analisis trend. 2. Menganalisis kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis du pont. 3. Menganalisis persentase per komponen dalam laporan keuangan PT Pegadaian 2008-2012. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak di antaranya: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan atau meningkatkan perusahaan setelah melihat kinerja keuangannya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. 2. Bagi penulis, dapat memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan baru mengenai kinerja keuangan. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
4
Ruang Lingkup Penelitian Batasan penelitian yang dianalisis difokuskan pada laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Sedangkan dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah analisis trend (analisis horizontal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas), analisis Du Pont dan analisis persentase per komponen (analisis vertikal) . Data yang digunakan adalah selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/ badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian kinerja tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat diketahui sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Laporan Keuangan Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Menurut Hery (2012), laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Untuk dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan, pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan (notes to the financial statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun laporan keuangan. Menurut Kasmir (2010), laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan, yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
5
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
Neraca Menurut Fraser dan Ormiston (2008), neraca disebut juga laporan kondisi atau laporan posisi keuangan, menyediakan informasi yang berharga tentang bisnis perusahaan, khususnya bilamana diteliti dalam periode beberapa tahun dan dievaluasi dalam laporan keuangan lainnya. Menurut Kasmir (2010) dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajiakan dalam neraca meliputi : 1. Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki. 2. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva. 3. Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability). 4. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang. 5. Jenis-jenis modal (equity). 6. Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal. Menurut Kasmir (2010) posisi aktiva pada neraca disajikan pada sisi kanan secara berurutan dari atas ke bawah untuk neraca berbentuk skontro (account form). Adapun untuk neraca yang berbentuk laporan (report form) penyusunannya dimulai dari atas secara berurutan ke bawah yaitu dimulai dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar), yaitu mulai dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Aktiva merupakan harta atau kekayaan (aset) yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu. Aktiva lancar adalah harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama 1 tahun. Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari 1 tahun. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun (Munawir,2010). Komponen yang terakhir adalah modal, menurut Kasmir (2010) modal merupakan hak yang dimiliki perusahaan. Komponen modal yang terdiri dari: modal setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba, dan lainnya.
6
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi juga disebut “laporan pendapatan” (statement of earnings), menyajikan pendapatan, beban, laba bersih, dan laba per saham, untuk suatu periode akuntansi, biasanya setahun atau satu triwulan (Fraser dan Ormiston, 2008). Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu sirklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan,sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi: 1. Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode. 2. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan. 3. Jumlah keseluruhan pendapatan. 4. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode. 5. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan. 6. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi. Menurut Kasmir (2010) laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Dalam praktiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dua jenis yaitu: 1. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan. 2. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan. Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya dalam laporan laba rugi juga terdiri dua jenis, yaitu: 1. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan. 2. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan. Menurut Fraser dan Ormiston (2008), bahwa suatu laporan laba rugi perusahaan dan informasi lainnya disajikan pada laporan laba rugi bukanlah barometer yang lengkap dan cukup atas kinerja keuangan. Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahan pada masa mendatang. Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Kemudian analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis
7
laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Di samping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (Kasmir,2010). Menurut Kasmir (2010) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dan merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperoleh selama ini (Kasmir,2010). Analisis Trend (Analisis Horizontal) Menurut Kasmir (2010) analisis trend merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase. Menurut Munawir (2010) dari analisis trend akan tampak pos-pos yang mengalami kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar (Munawir, 2010). Menurut Prastowo dan Julianty (2008), analisis trend ini menjadi berguna karena dua alasan, yaitu : 1. Mengungkapkan perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. 2. Memberikan informasi tentang arah ke mana perusahaan akan bergerak.
8
Analisis Rasio Menurut Kasmir (2010) analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu (Fahmi, 2012) : 1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. 2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak menajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. 3. Analisis keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. 4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. 5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilai bagi pihak stakeholder organisasi. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas (Munawir, 2010). Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. 1.
Rasio Likuiditas Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), likuiditas adalah ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Likuditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu Likuidasi perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi. Menurut Kasmir (2010), perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas; a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. b. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. c. Untuk melihat kondisi dan posisi likuditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. d. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. e. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. f. Fred Weston dalam Kasmir, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
9
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari: 1) Rasio Lancar (Current Ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang bersedia unuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan (Kasmir, 2010). 2) Rasio Cepat (Quick Ratio). Rasio cepat atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa perhitungkan nilai sediaan (inventory). Menurut Kasmir (2010), artinya nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. 3) Rasio Kas (Cash Ratio). Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Analisis Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua utangutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Menurut Kasmir (2010), manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah: a. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. b. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga). c. Untuk menganallisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. d. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. e. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. f. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. g. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri. h. Adapun jenis-jenis rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas antara lain: 1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, 2.
10
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir,2010). 2) Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir,2010). Analisis Aktivitas Menurut Kasmir (2010), ratio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Terdapat beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas adalah: a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu periode. b. Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang. c. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode. d. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. e. Manfaat lainnya. Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis. Berikut beberapa jenis rasio aktivitas yang dapat dirangkum, yaitu (Kasmir, 2010) : a. Perputaran Aktiva (Assets Turnover). Perputaran Aktiva (Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover). Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. c. Average Collection Period. Average Collection Period memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. 3.
4.
Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Menurut Kasmir (2010), manfaat yang diperoleh adalah untuk:
11
a.
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. Menurut Fahmi (2012), rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilias maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas yang secara umum digunakan adalah: a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio marjin laba kotor merupakan rasio antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor (Munawir, 2010). b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio marjin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2010). c. Hasil Pengembalian Investasi (Return of Investment/ROI) Menurut Kasmir (2010), Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Hasil pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return of Equity/ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir,2010). Analisis Du Pont Menurut Keown, et al (2008), analisis ini merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya. Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah (Keown, et al, 2008) : 1. Untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan. 2. Untuk melihat efektivitas pengelolaan sumber daya guna memaksimalkan tingkat pengembalian para pemilik saham.
12
Menurut Farah Margaretha dalam Fahmi menyebutkan bahwa the du pont chart merupakan bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara ROI, asset turnover dan profit margin. Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) Menurut Kasmir (2010) analisis persentase per komponen, merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui: 1. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total aktiva. 2. Struktur permodalan. 3. Komposisi biaya terhadap penjualan. Menurut Fraser dan Ormiston (2008), laporan keuangan common-size bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan tingkat penjualan atau total aktiva yang berbeda, untuk memudahkan analisis internal atau analisis struktur suatu perusahaan, untuk mengevaluasi kecenderungan, dan membandingkan industri. Dinamakan sebagai laporan keuangan common-size (laporan keuangan yang berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok bersangkutan adalah 100 persen. Laporan keuangan common-size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common-size. Perbandingan laporan keuangan common size perusahaan dengan laporan keuangan common-size pesaing, atau rata-rata industri, dapat menekankan perbedaan komposisi dan distribusi akun (Kasmir,2010). Menurut Munawir (2010), metode untuk mengubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100% 2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya dikalikan 100%. Penelitian Terdahulu Sinuraya (2008) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan pada Perum Pegadaian kantor wilayah I Medan, selama periode tahun 2003-2006 dengan menggunakan analisis rasio. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa total aktiva dan laba mengalami perkembangan yang searah sedangkan pendapatan dan laba mengalami fluktuasi. Dilihat dari total aktiva tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2004 pendapatan dan beban usaha mengalami penurunan. Akan tetapi penurunan yang terjadi pada pendapatan dan beban usaha tidak mempengaruhi tingkat laba perusahaan dimana laba mengalami peningkatan. Dengan analisis rasio keuangan
13
dapat dilihat dan diukur kinerja keuangan pada Perum Pegadaian. Berdasarkan hasil analisis dapat dijadikan saran dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan pada masa yang akan datang. Perbedaan dengan penelitian penulis bahwa penulis menggunakan analisis trend, analisis common-size, serta analisis Du Pont untuk lebih membantu dalam melihat perkembangan kinerja perusahaan. Aryani (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan pada PT Goodyear Indonesia Tbk, berbasis laporan keuangan periode 2006-2010 dengan menggunakan analisis trend, forecasting, persentase per komponen, rasio dan analisis Du Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode 2006-2010. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan dalam lima tahun menunjukkan kondisi keuangan jangka pendek yang mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara, kondisi keuangan jangka panjang menunjukan kecenderungan meningkat dalam dua tahun terakhir. Dilihat dari analisis trend keuangan perusahaan mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga dibuktikan dengan analisis forecasting untuk periode 2 tahun kedepan bahwa keuangan perusahaan akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari analisis rasio dapat dilihat bahwa kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan yang likuid dan solvabel serta aktivitas perusahaan cukup baik. Analisis Du Pont menunjukkan kondisi yang fluktuatif dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009. Faktor internal yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Sedangkan, perusahaan sejenis (kompetitor), tingkat suku bunga dan selisih kurs merupakan faktor eksternalnya. Perbedaan dengan penulis bahwa penulis tidak menggunakan analisis forecasting dalam penelitiannya.
METODE Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan dibutuhkan untuk membantu menunjukan seberapa berhasil kinerja perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis ini diperoleh letak kekuatan dan kelemahan perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga bermanfaat untuk melihat peluang yang ada dan menghindari ancaman yang mungkin terjadi di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang. Laporan keuangan memiliki indikator komponen dengan maksud, fungsi dan tujuan yang berbeda. Komponen laporan keuangan yang digunakan untuk menganalisis penilaian kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero) adalah neraca dan laporan laba rugi. Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan (berupa aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan) pada waktu dan tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menunjukan kondisi usaha yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Melalui data laporan keuangan perusahaan, data diolah menggunakan analisis Trend, analisis Rasio (likuditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas), analisis Du Pont serta
14
analisis Persentase Per Komponen yang dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan keuangan dan kinerja keuangan. Kerangka pemikiran dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Perubahan Status Bentuk Badan Hukum
Perum Pegadaian ↓ PT Pegadaian (Persero)
Perubahan Lingkungan Usaha
Laporan Keuangan
Neraca
Laba/Rugi
Analisis Kinerja Keuangan
Analisis Trend
Analisis Rasio • Likuiditas • Solvabilitas • Aktivitas • Profitabilitas Analisis Du Pont
Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Analisis Persentase Per Komponen
15
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Pegadaian (Persero) dengan mengumpulkan data sekunder. Data yang didapat kemudian diolah untuk dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai kinerja keuangan PT Pegadaian (Persero). Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan dari bulan Juli hingga bulan September 2013. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif, data yang berupa angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dalam waktu lima tahun terakhir (2008-2012). Sedangkan data kualitatif, data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang usaha perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literaturliteratur dalam pencarian data di internet dan memperoleh data berupa dokumentasi yang telah disusun oleh perusahaan. Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Gambaran umum perusahaan meliputi sejarah, visi misi dan budaya perusahaan serta struktur organisasai PT Pegadaian (Persero). 2. Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero). Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini diolah secara manual maupun diolah dengan menggunakan komputer. Data yang telah diolah selanjutnya dimunculkan dalam bentuk tabel agar memudahkan untuk dibaca. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu memecahkan permasalahan pada suatu penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah : Analisis Trend Dalam analisis trend dibutuhkan satu tahun dasar. Dalam penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 2008 karena merupakan tahun yang paling awal dari periode yang dianalisis. Setiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar, sehingga dapat dilihat kenaikan atau penurunan nilai persentase tiap pos. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam
16
menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai berikut: ............................................................................................... (1) Keterangan :
Rx = nilai presentase untuk tahun ke-t Px = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Px = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar t
t
o
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara mambagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis likuiditas, analisis aktivitas, analisis leverage, analisis profitabilitas dan analisis nilai pasar. 1. Rasio Likuiditas Rasio ini berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam peusahaan (likuiditas perusahaan) yang terdiri dari : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Lancar = Aset Lancar ......................................................... (2) Kewajiban Lancar b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. Terkadang perusahaan juga memasukan biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Cepat = Aset Lancar – Persediaan .............................................. (3) Kewajiban Lancar c. Cash Ratio Rasio yang dihitung dari penjumlahan atas kas dan efek yang dibagi dengan hutang lancar. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Kas = Kas + Efek .......................................................... (4) Kewajiban Lancar
17
2.
3.
Rasio Solvabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Yang terdiri dari: a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) Rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Hutang = Total Kewajiban ..................................................... (5) Total Aset b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dan utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan meminjam kreditor dengan pemilik perusahaan. rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Hutang terhadap Ekuitas = Total Kewajiban ............................. (6) Total Ekuitas Rasio Aktivitas Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini, yang terdiri dari: a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus untuk mencari rasio perputaran total aktiva (total asset turn over) adalah sebagai berikut: Rasio Perputaran Total Aktiva = Pendapatan Administrasi ................. (7) Total Aset b. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa modal kerja yang ditanam dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio ini semakin rendah ada over investment dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio Perputaran Piutang = Pendapatan Administrasi .......................... (8) Piutang c. Average Collection Period Digunakan untuk memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
18
Average Collection Period = 360 hari ⨉ Piutang .......... (9) Pendapatan Administrasi 4. Rasio Profitabilitas Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi, yang terdiri dari: a. Net Profit Margin Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut: Net Profit Margin = Laba Bersih .............................................. (10) Pendapatan Usaha b. Gross Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur ukuran presentase dari hasil sisa penjualan setelah perusahaan membayar harga pokok penjualan dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Gross Profit Margin = Laba Sebelum Pajak ................................ (11) Pendapatan Usaha c. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI) Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal peminjam maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rumus rasio ROI atau biasa disebut ROA ini adalah sebagai berikut: Return on Investment (ROI) = Laba Bersih ........................................ (12) Total Aset d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE) Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut: Return on Equity (ROE) = Laba Bersih ........................................... (13) Ekuitas Analisis Du Pont Analisis Du Pont menggabungkan profit margin dengan rasio aktivitas diperoleh dari perkalian margin laba dengan perputaran total aktiva hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) yang lebih dikenal dengan tingkat pengembalian investasi (ROI). Adapun rumusnya sebagai berikut: ROA = Margin laba x Perputaran total aktiva .................................... (14) Untuk mendapatkan pengembalian ekuitas (ROE), ROA harus dibagi dengan 1-rasio hutang. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = ROA ....................................................................... (15) 1 ‒ Debt Ratio
19
Analisis Persentase Per Komponen Metode analisis ini merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan total penjualannya, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding. Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan:
................................................................................ (16) Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan Py t = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Py o = pos dasar sebagai pembanding
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pada tanggal 20 Agustus 1746, bertempat di Batavia merupakan awal berdirinya lembaga pegadaian di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Bank Van Leening, lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Pegadaian adalah monopoli Pemerintah, pada tanggal 1 April 1901 didirikan lembaga Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat. Maka pada tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun PT Pegadaian (Persero). Pegadaian telah mengalami beberapa pergantian status, mulai dari Perusahaan Negara (PN) pada 1 Januari 1961. Perubahan status kedua adalah Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan perubahan status ketiga sebagai dasar hukum status Perusahaan Umum (PERUM), status PERUM bertahan sampai tahun 2011. Hingga pada 13 Desember 2011 Pemerintah mengeluarkan PP nomor 51 tahun 2011 yang menandakan perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero (Persero). Dan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian tanggal 1 April 2012 telah disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero). Jejak langkah selengkapnya terdapat pada lampiran 1. Perubahan banyak dialami oleh PT Pegadaian (Persero) untuk lebih meningkatkan kualitas dan pencitraan pada masyarakat, salah satunya kini pegadaian pun melakukan perubahan logo perusahaan yang menggunakan citra tiga deret bentuk lingkaran berwarna hijau. Citra dari perusahaan pegadaian dengan dominan berwarna hijau melambangkan keteduhan sebagaimana pelayanan Pegadaian yang selalu dapat memberikan keteduhan dalam proses pelayanan kepada masyarakat umum. Hal ini juga sesuai dengan moto perusahaan yaitu, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”.
20
Visi dan Misi Visi PT Pegadaian (Persero) adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat. Misi PT Pegadaian (Persero) adalah memberikan pembiayaan yang tercepat termudah, aman dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah ke bawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastuktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Dan membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahan. Budaya Perusahaan Budaya kerja PT Pegadaian (Persero) disimbolkan dari kata INTAN, yang merupakan singkatan dari I untuk inovatif, berupaya melakukan penyempurnaan nilai tambah dan tanggapan terhadap perubahan. N untuk nilai moral tinggi, memahami dan mematuhi ajaran agama masing-masing serta etika perusahaan. T untuk terampil, mengetahui dan memahami tugas yang diemban serta selalu belajar dengan penuh tanggung jawab. A untuk adi layanan, memberikan layanan yang dapat memuaskan orang lain dan fokus pada privacy. N untuk nuansa citra, senantiasa peduli dan menjaga nama baik serta reputasi perusahaan. Bidang Usaha Bidang usaha yang dilakukan PT Pegadaian (Persero) meliputi bisnis inti dan bisnis non inti. Adapun bisnis inti PT Pegadaian (Persero) terdiri dari: 1. Pegadaian KCA (Kredit Cepat Aman) Pegadaian KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah, cepat dan aman. Barang jaminan yang menjadi agunan sepeti perhiasan emas, kendaraan bermotor, alat elektronik dan alat rumah tangga lainnya. Kredit yang diberikan mulai Rp 50.000 sampai dengan Rp 200.000.000 dengan pengenaan sewa modal maksimum 1,15% per 15 hari dengan jangka waktu kredit maksimum 4 bulan dan dapat dilunasi sewaktuwaktu selama masa pinjaman. 2. Pegadaian Rahn Pegadaian Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Tarif Ijaroh dikenakan sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran barang jaminan yang dititipkan. PT Pegadaian (Persero) mengembangkan bisnis non inti dengan kegiatan usaha yang luas. Beberapa bisnis non inti pegadaian yaitu pegadaian jasa taksiran, pegadaian jasa titipan, pegadaian kreasi, pegadaian krasida, pegadaian kresna, pegadaian kremada, pegadaian krista, jasa lelang dan pegadaian MULIA. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif . Pada pola organisasi
21
memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur merupakan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Tiap anggota organisasi mempunyai wewenang yang harus dipertanggungjawabkan secara baik. Struktur organisasi PT Pegadaian (Persero) dapat dilihat pada Gambar 2.
Dewan Pengawas Direktur Utama Kepala Satuan Pengawas Intern
Sekretaris Perusahaan
Direktur Bisnis I
Direktur Bisnis II
Direktur Bisnis III
Direktur Keuangan
JM Bisnis Fidusia
JM Bisnis Gadai
JM Bisnis Properti
JM Tresuri
JM Bisnis Syariah
JM Bisnis Emas
JM Pemasara n
Direktur Umum dan SDM JM Pengelolaan SDM
JM Akuntansi JM Manajemen Risiko
Pemimpin Wilayah
JM Hubungan Industrial
JM Pendidikan dan Pelatihan JM Logistik
Gambar 2 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) (Sumber: http\\www.pegadaian.co.id) Perkembangan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan usaha dari tahun ke tahun dibantu dengan menggunakan analisis trend. Dalam laporan keuangan dengan menggunakan analisis trend dapat dilihat pergerakan pos-pos jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Analisis ini dapat memberikan gambaran tentang kecenderungan yang terjadi pada pos keuangan. Pada penelitian ini, periode pengamatan adalah lima tahun, yaitu tahun 2008-2012. Data laporan keuangan lengkapnya baik neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlampir pada lampiran 2 dan lampiran 3. Analisis trend adalah alat analisa pendukung yang dijadikan dasar analisis kinerja yang dihasilkan dalam analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas). Sehingga komponen yang ada dalam analisis trend
22
adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Perkembangan Neraca Dilihat dari neraca PT Pegadaian (Persero), pendanaan perusahaan banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas). Komponen hutang yang ada pada perusahaan meliputi pinjaman bank, pinjaman medium term notes, pinjaman obligasi, pinjaman lainnya, hutang kepada rekanan, hutang kepada nasabah, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka dan hutang lancar lainnya. Sedangkan komponen hutang tidak lancar meliputi pinjaman obligasi setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pinjaman dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pendapatan ditangguhkan, kewajiban estimasi untuk imbalan kerja. Dan komponen modal sendiri (ekuitas) pada perusahaan terdiri dari modal awal, penyertaan modal pemerintah dan saldo laba. Hasil perhitungan analisis trend terhadap neraca dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen yang digunakan untuk memberikan informasi tentang arah kemana perusahaan akan bergerak serta melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu liabilitas lancar dan aset lancar. Sementara, pada kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu hutang, aset dan modal. Gambar perkembangan komponen likuiditas terdapat pada Gambar 3.
Analisis Trend Terhadap Neraca 300
Persentase
250 200 150 100 50
0
2008
2009
2010
2011
2012
Aset Lancar
100
148.41
190.62
248.08
277.34
Liabilitas Lancar
100
149.91
210.88
269.44
285.14
Gambar 3 Perkembangan komponen likuiditas terhadap neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008 – 2012 Pada Gambar 3, terlihat bahwa analisa trend dengan menggunakan tahun dasar terhadap komponen-komponen neraca yang digunakan untuk melihat likuiditas pada perusahaan, aset lancar cenderung mengalami peningkatan, namun tidak begitu signifikan. Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 277,34% dimana peningkatan ini disebabkan oleh kas dan bank, uang muka, pajak dibayar di muka, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya,
23
persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar di muka. Pada tahun 2012 dapat dilihat jumlah kenaikan yang terbesar terjadi pada pinjaman yang diberikan, hal ini sesuai dengan usaha PT Pegadaian (Persero) untuk turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terlihat pada tahun 2008-2012, hutang lancar cenderung mengalami peningkatan yang signifikan selama 5 tahun terakhir. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu masing-masing sebesar 142,61% dan sebesar 159,52%. Peningkatan ini terjadi karena pinjaman bank yang setiap tahunnya terus meningkat, beberapa bank yang terlibat dalam pinjaman modal kerja adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT BRI (Persero) Tbk, PT Bank BNI (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Syariah Mandiri Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank DKI Syariah dan PT Bank Permata Syariah. Dilihat hutang pajak perusahaan juga mengalami peningkatan yang begitu besar terjadi pada tahun 2011 dan 2012. Berdasarkan analisis trend dengan menggunakan tahun dasar terhadap komponen-komponen dalam neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir. Solvabilitias digunakan untuk membayar utang salah satunya pada utang jangka panjang. Komponen aset tidak lancar dalam analisis trend terhadap neraca adalah piutang kepada pihak-pihak berelasi, aset pajak tangguhan, aset tetap dan aset lainnya. Terlihat aset lainnya tahun 2010 mengalami kenaikan karena perusahaan terus menambah jaringan usaha sehingga menambah sejumlah kantor cabang unit pelayanan cabang di seluruh wilayah operasi Perusahaan. Gambar perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca terdapat pada Gambar 4.
Persentase
300 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100
2008
2009
2010
2011
2012
Aset Tidak Lancar
100
115.59
138.25
142.61
159.52
Liabilitas Tidak Lancar
100
153.7
138.84
196.82
230.67
Ekuitas
100
130.63
169.56
209.69
276.33
Gambar 4 Perkembangan komponen solvabilitas dan ekuitas terhadap neraca PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 Berdasarkan gambar 4, terlihat peningkatan terbesar terjadi pada komponen aset tidak lancar tahun 2011 dan 2012 yang meningkat masing-masing sebesar 142,61% dan 159,52% dari tahun dasarnya. Untuk hutang (liabilitas) tidak lancar terjadi penurunan sebesar 138,84% dari tahun sebelumnya yang mencapai persentase 153,7% dan terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 196,82% dan 230,67%. Kenaikan ini dikarenakan pada tahun 2011 terdapat pinjaman medium term notes yang mencapai jumlah tinggi. Sedangkan
24
peningkatan komponen modal sendiri (ekuitas) lebih disebabkan karena peningkatan saldo laba baik yang ditentukan penggunaanya maupun yang belum ditentukan penggunaanya. Selama dalam jangka waktu lima tahun yaitu 20082012, perusahaan terus mengalami pertambahan persediaan dalam aset lancar yang merupakan persediaan emas MULIA. Perusahaan tidak memperhitungkan penyisihan atau penghapusan persediaan rusak atau usang dan tidak ada persediaan yang dijaminkan. Dapat dilihat analisis trend jumlah aset tidak lancar dan ekuitas mengalami kecenderungan meningkat terutama pada tahun 2011 dan 2012 namun hutang tidak lancar mengalami penurunan pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh menurunnya pinjaman obligasi - setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Perkembangan Rugi Laba Dalam perkembangan rugi laba perusahaan terhadap analisis trend dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Komponen-komponen tersebut adalah pendapatan usaha, beban usaha, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih. Hasil perhitungan analisis trend terhadap laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 5. Dan Gambar perkembangan analisis trend terhadap laporan rugi laba terdapat pada Gambar 5.
Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba Persentase (%)
310 280 250 220 190 160 130 100
2008
2009
2010
2011
2012
Pendapatan Usaha
100
137.07
183.52
225.24
263.58
Beban Usaha
100
144.15
187.09
228.46
257.43
Laba Usaha
100
120.7
175.27
217.8
277.83
Laba Sebelum Pajak
100
123.86
179.39
222.17
285.99
Laba Bersih 100 127.03 187.75 234.93 Gambar 5 Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba
303.13
Gambar 5 menunjukkan Pendapatan usaha selama lima tahun PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 137,07%, tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 183,52%, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 225,24% dan tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 263,58%. Jumlah pendapatan usaha yang selalu naik, menunjukkan PT Pegadaian (Persero) memberikan pembiayaan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah.
25
Beban usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik, disebabkan oleh bunga dan provisi meningkat, penyusutan aktiva tetap meningkat tiap tahunnya, pegawai dan umum. Beban usaha tahun 2009 naik menjadi 144,15%, tahun 2010 naik menjadi 187,09% atau sebesar Rp. 225 Milyar, tahun 2011 naik menjadi 228,46% atau sebesar Rp. 269 Milyar dan tahun 2012 naik menjadi 257,43% atau sebesar Rp. 229 Milyar. Laba Usaha PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Tahun 2009 naik menjadi 120,70%, tahun 2010 naik menjadi 175,27%, tahun 2011 naik menjadi 217,80%, tahun 2012 naik menjadi 277,83%. Kenaikan laba usaha yang terjadi hasil dari pendapatan usaha yang dikurangi dengan beban usaha, dihitung dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Analisis trend selama lima tahun terhadap laba sebelum pajak mengalami trend naik, pada tahun 2009 menjadi 123,86%, pada tahun 2010 naik menjadi 179,39%, tahun 2011 pun naik menjadi 222,17% dan makin meningkat di tahun 2012 menjadi 285,99%. Kenaikan laba sebelum pajak disebabkan karena kenaikan berdasarkan laba usaha dan komponen pada pendapatan lain-lain yaitu uang kelebihan lewat waktu, pendapatan sewa gedung, pendapatan jasa giro, laba (rugi) penjualan aset tetap, pendapatan lainnya. Pendapatan perusahaan yang naik menyebabkan pemerintah menaksirkan penghasilan kena pajak yang tinggi kepada perusahaan. Laba bersih PT Pegadaian (Persero) secara keseluruhan mengalami trend naik. Laba bersih pada tahun 2009 naik menjadi 127,03%, hasil ini diketahui dengan cara laba sebelum pajak penghasilan yang dikurangi dengan taksiran pajak penghasilan. Pada tahun 2010 laba bersih mengalami peningkatan menjadi 187,75%. Terlihat 234,93% naik pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu 2010. Dan laba bersih perusahan pada tahun 2012 mencapai Rp 1.905 Triliun yang mengalami peningkatan sebesar 303,13%. Kenaikan laba bersih disebabkan oleh kenaikan laba usaha, sehingga laba bersih mengalami kenaikan trend naik. Kinerja Keuangan Gambaran mengenai kondisi kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dianalisis menggunakan analisis rasio. Analisis rasio adalah metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan yang bermanfaat sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. Pada analisis rasio keuangan, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode pengamatan untuk mengetahui arah pergerakannya dan membuat perencanaan. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Dengan analisis rasio akan diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dalam tahun pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) tahun 2008-2012 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan posisi keuangan jangka pendek perusahaan, yang mencerminkan dan mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
26
kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo. Hubungan antara pospos aktiva lancar dan hutang lancar dalam neraca merupakan komponen penting dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Tiga rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio. Current Ratio (Rasio Lancar) Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio lancar menunjukkan bahwa semakin kuat perusahaan mampu menjamin setiap kewajibannya dengan aset lancarnya, begitu pun sebaliknya. Berikut dapat dilihat Gambar perkembangan current ratio PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terdapat pada Gambar 6.
1.
Rasio Likuiditas Persentase
155 150 145 140
2008
2009
2010
2011
2012
Current Ratio
156.79
155.23
141.72
144.36
152.5
Quick Ratio
156.45
155
141.37
144.19
152.34
Gambar 6 Perkembangan Rasio Likuiditas PT Pegadaian (Persero) Perkembangan nilai current ratio selama lima tahun yaitu tahun sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan bergerak menurun disebabkan oleh jumlah hutang lancar yang melambung tinggi dari pada tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2011 dan mengalami kenaikan. Hasil perhitungan current ratio terdapat pada Tabel 1.
2008 2010 lebih 2012
Tabel 1. Current Ratio (Rasio Lancar) PT Pegadaian 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
Aset Lancar
10.293.773
15.277.484
19.621.785
25.537.221
28.548.901
Kewajiban Lancar
6.565.284
9.842.086
13.845.159
17.689.388
18.720.492
Current Rasio
156,79
155,23
141,72
144,36
152,50
Sumber: Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 (diolah)
Dengan melakukan perhitungan current ratio diharapkan perusahaan mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun 2013, serta perhitungan current ratio dapat mengukur tingkat keamanan sehingga perusahaan mampu
27
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya. Rata-rata current ratio sebelum jadi PT Pegadaian (Persero) sebesar 149,52%, jika dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan status menjadi PT Pegadaian (Persero) sebesar 152,50% maka setelah perubahan bentuk status menjadi PT Pegadaian tergolong baik karena lebih tinggi nilai yang dihasilkan berarti kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih baik dibandingkan sebelum perubahan status PT Pegadaian (Persero). Dari segi penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot rasio lancar 152,50%. Hal ini menunjukan bahwa dengan angka rasio lancar 125 <= nilai bobot maka pegadaian mempunyai skor 5, artinya pegadaian memiliki indikator skor tinggi pada rasio lancar. Diharapkan pegadaian dapat mempertahankan agar tidak terjadi penurunan pada aset lancar dalam menjamin kewajiban jangka pendeknya. 2.
Quick Ratio (Rasio Cepat) Pada Quick ratio yang bertujuan mengetahui tingkat likuiditas yaitu aset lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, namun yang membedakan quick ratio dengan current ratio adalah tanpa perhitungkan nilai persediaan ke dalam komponen aset lancar. Artinya nilai sediaan kita abaikan dengan cara dikurangi dari nilai total aset lancar. Sehingga aset lancar yang diperhitungkan hanya kas dan piutang. Pada gambar 6 dapat dilihat perkembangan rasio cepat PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan perhitungan terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Quick Ratio (Rasio Cepat)PT Pegadaian periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
Aset Lancar
10.293.773
15.277.484
19.621.785
25.537.221
28.548.901
Persediaan
22.176
22.573
48.904
30.602
30.794
Kewajiban Lancar
6.565.284
9.842.086
13.845.159
17.689.388
18.720.492
Quick Rasio
156,45
155,00
141,37
144,19
152,34
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan nilai quick ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010 bergerak mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan menjadi 144,19% dan 152,34%. Dengan melakukan perhitungan quick ratio diharapkan perusahaan mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun 2013 nantinya. Sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar dikurangi dengan persediaannya dan dibagi dengan hutang (liabilitas) lancar. Nilai rata-rata quick ratio sebelum perubahan bentuk status PT Pegadaian (Persero) sebesar 149,25% dan dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan bentuk status PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 152,34%. Maka PT Pegadaian setelah bentuk perubahan status digolongkan baik karena kas dan piutang perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau membayar hutang dalam jangka waktu pendek.
28
Cash Ratio (Rasio Kas) Cash ratio alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Dapat dikatakan rasio ini untuk menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya. Semakin besar nilai cash ratio, semakin kuat kemampuan perusahaan menjamin setiap kewajibannya dengan aset lancarnya yang berbentuk kas. Pada Gambar 6 dapat dilihat perkembangan rasio kas PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Gambar perkembangan Cash Ratio dapat dilihat pada Gambar 7. 3.
Gambar 7. Cash Ratio PT Pegadaian (Persero) Perkembangan nilai rasio kas selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami penurunan yang disebabkan karena jumlah kas dan kewajiban yang bergerak lebih tinggi, tahun 2008 rasio kas sebesar 3,24%, tahun 2009 turun menjadi 2,72%, tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2,58%. Penjelasan perhitungan cash ratio sebagai berikut. Tabel 3. Cash Ratio (Rasio Kas) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
Kas
212.810
267.988
357.072
459.112
647.155
Kewajiban Lancar
6.565.284
9.842.086
13.845.159
17.689.388
18.720.492
Cash Ratio
3,24
2,72
2,58
2,60
3,46
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Dengan melakukan perhitungan cash ratio diharapkan perusahaan mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan pada tahun 2013. Nilai rata-rata cash ratio sebelum perubahan status bentuk badan hukum sebesar 2,78%, jika dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan status badan hukum menjadi PT Pegadaian (Pesero) sebesar 3,46%, dapat dikatakan baik setelah perubahan status badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) karena hasil menunjukan semakin
29
besarnya nilai sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot rasio kas 3,46%. Hal ini menunjukan bahwa dengan angka 0 <= nilai bobot < 5 mempunyai skor yaitu 0, sehingga rasio kas perusahaan sangat rendah diharapkan dapat meningkatkan jumlah kas untuk menjamin kewajiban jangka pendeknya.
Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Serta untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aset khususnya aset tetap dengan modal. Bagi perusahaan, tingkat solvabilitas ini sangat dibutuhkan karena akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutang jika perusahaan dilikuidasi. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Penilaian tingkat solvabilitas PT Pegadaian (Persero) dilakukan dengan menggunakan debt to asset ratio dan debt to equity ratio. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) Rasio hutang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. Perkembangan rasio solvabilitas dapat dilihat pada Gambar 8.
Persentase (%)
1.
570 520 470 420 370 320 270 220 170 120 70
Rasio Solvabilitas
2008
2009
2010
2011
2012
Debt Ratio
81.95
83.95
83.75
84.45
81.67
Debt to Equity Ratio
454.12
524.52
515.35
543.2
445.65
Gambar 8 Perkembangan Rasio Solvabilitas PT Pegadaian (Persero) Perkembangan nilai debt ratio selama lima tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 bergerak fluktuatif. Disebabkan perbedaan total aset yang lebih
30
tinggi setiap tahunnya, sedangkan total kewajiban yang bergerak tidak terlalu jauh pada tiap tahunnya. Penjelasaan perhitungan rasio sebagai berikut: Tabel 4. Rasio Hutang (Debt to Asset Ratio) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
Total Kewajiban
8.828.086
13.320.005
16.986.839
22.142.989
23.940.013
Total Aset
10.772.086
15.859.464
20.283.042
26.219.352
29.311.898
Debt Ratio
81,95
83,99
83,75
84,45
81,67
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Pada tahun 2012 nilai rata-rata rasio PT Pegadaian (Persero) sebesar 81,67%. Yang artinya aset yang dibiayai oleh pinjaman adalah sebesar 81,67%. Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio sebelum perubahan status badan hukum PT Pegadaian (Persero) yaitu sebesar 83,53%. Maka sebelum perubahan status badan hukum PT Pegadaian (Persero) atau saat Perum Pegadaian dikatakan kurang baik karena tingkat utang perusahaan yang lebih tinggi. Karena semakin tinggi nilai debt ratio, maka semakin tinggi resiko perusahaan yang ditanggung untuk membayar kewajibannya. Diharapkan pada tahun 2013 mendatang perusahaan dapat mengantisipasi tingginya tingkat resiko dengan cara menaikkan total asetnya dan menurunkan total kewajibannya (hutang). 2.
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Total liabilitas yang diperhitungkan merupakan penjumlahan dari total liabilitas jangka panjang dan total liabilitas jangka pendek. Total liabilitas yang besar akan membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan dana tambahan dari luar atau membuat investor akan sulit mempertimbangkan untuk menanamkan investasinya. Pada Gambar 8 dapat dilihat perkembangan debt to equity ratio PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan perhitungan terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Debt to Equity Ratio PT Pegadaian periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
Total Kewajiban
8.828.086
13.320.005
16.986.839
22.142.989
23.940.013
Total Ekuitas
1.943.999
2.539.458
3.296.202
4.076.363
5.371.884
Debt To Equity 454,12 524,52 515,35 543,20 Ratio Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
445,65
Berdasarkan hasil perhitungan rasio ini menunjukkan trend yang berfluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 70,4% sehingga menjadi 524,52%, karena melambungnya nilai total liabilitas pada tahun 2009 dan bergerak tidak terlalu jauh nilai ekuitasnya. Pada tahun 2009 saldo hutang nasabah terhitung per 31 Desember 2009 mencapai angka Rp. 60.005.937.156 yang berupa uang kelebihan
31
dari nilai penjualan lelang barang jaminan dari pokok pinjaman, sewa modal (bunga) dan bea lelang, yang belum diambil oleh nasabah. Dalam ketentuannya apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan tersebut tidak diambil oleh nasabah bersangkutan, maka dinyatakan kadaluarsa dan diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan. Hal ini yang mempengaruhi nilai hutang kepada nasabah terhadap total liabilitas naik. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan yang disebabkan karena total liabilitas naik yang cukup signifikan walaupun total ekuitas meningkat tetapi nilai tidak bergerak jauh. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebelum perubahan status badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) sebesar 509,30%, jika dibandingkan dengan rata-rata setelah perubahan status badan hukum sebesar 445,65%, maka dapat dikatakan PT Pegadaian (Persero) dapat dikatakan baik karena perusahaan akan lebih mudah mendapatan pinjaman dari kreditor. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Perusahaan dapat mengetahui berapa lama piutang mau ditagih dan ditanamkan dalam modal kerja berputar selama satu periode. Serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Perkembangan nilai rasio aktivitas PT Pegadaian (Persero) selama 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 9.
kali
Rasio Aktivitas 80.02 70.02 60.02 50.02 40.02 30.02 20.02 10.02 0.02 Assets Turnover
Receivable Turnover Average Collection Period
2008
2009
2010
2011
2012
0.03
0.03
0.02
0.02
0.02
79
83.01
35.38
38.66
19.15
4.56
4.34
10.18
9.31
18.8
Gambar 9 Rasio Aktivitas PT Pegadaian (Persero) Perkembangan rasio aktifitas selama lima tahun pengamatan menunjukkan perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Rasio yang diperhitungkan dalam aktivitas adalah asset turnover, receivable turnover dan average collection period. 1.
Perputaran Aktiva (Assets Turnover) Perputaran aktiva (Aset Turnover) digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio perputaran total aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai
32
penghasilan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Perhitungan terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Perputaran Aktiva (Asset Turnover) PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Kali)
2008
2009
2010
2011
2012
Pendapatan
294.980
405.281
481.863
631.147
663.747
Total Aset
10.772.086
15.859.464
20.283.042
26.219.352
29.311.898
Total Asset 0,03 0,03 0,02 0,02 Turnover Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
0,02
Pada tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan karena kenaikan total aset yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan. Perputaran total aktiva tahun 2009 sebanyak 0,03 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 0,03 penjualan. Sedangkan nilai rata-rata perputaran aktiva sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 0,08 kali. Artinya setiap Rp 1,00 total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 0,08. Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian yang termasuk dalam kategori BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot asset turnover 0,026%. Hal ini menunjukan bahwa asset turnover pada perusahaan rendah dengan skor 3, apabila 0 < nilai bobot <= 5. Diharapkan pegadaian dapat meningkatan pendapatan agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio) Receivable Turnover Ratio (rasio perputaran piutang) merupakan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Digunakan untuk indikator efisiensi pemasaran serta daya bersaing dalam mengadakan perbandingan antar perusahaan dan mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Dapat terlihat pada Gambar 9 perkembangan perputaran piutang (receivable turnover ratio) PT Pegadaian (Persero) selama lima tahun terakhir dan penjelasan perhitungan Receivable Turnover Rasio terdapat pada Tabel 7. 2.
Tabel 7. Receivable Turnover Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Kali) Pendapatan Administrasi Piutang
2008
2009
2010
2011
2012
294.980
405.281
481.863
631.147
663.747
3.733
4.882
13.619
16.323
34.665
Receivable Turn 79,00 83,01 35,38 38,66 Over Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
19,15
Perputaran piutang menunjukkan perkembangan yang berfluktuatif setiap tahunnya. Tahun 2009 dipengaruhi oleh tingginya nilai piutang, manajemen berkeyakinan bahwa piutang lain-lain seluruhnya lancar sehingga tidak dibentuk
33
penyisihan penurunan nilai piutang, beban penyisihan dan penghapusan piutang. Pada tahun 2010 perputaran piutang adalah 35 kali dibandingkan penghasilan dan perputaran piutang untuk tahun 2011 adalah 39 kali dibandingkan penghasilan. Jika rata-rata perputaran piutang setelah menjadi PT adalah 19 kali maka setelah menjadi PT, piutang mengalami peningkatan karena adanya kenaikan piutang klaim asuransi yang merupakan piutang kepada PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dengan pengajuan klaim atas penggantian kerugian terhadap barang jaminan. Rasio Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) Rasio rata-rata pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama rata-rata waktu mengumpulkan piutang yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dapat dikatakan semakin kecil hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya maka semakin baik untuk perusahaan. Perjelasan perhitungan rasio terdapat pada Tabel 8. 3.
Tabel 8. Avarege Collection Period Ratio PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan 2008 2009 2010 2011 (Hari) Piutang 3.733 4.882 13.619 16.323 Pendapatan 294.980 405.281 481.863 631.147 Administrasi Hari 360 360 360 360 Average Collection 4,56 4,34 10,18 9,31 Period Ratio Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
2012 34.665 663.747 360 18,80
Nilai rata-rata sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 8 hari dalam satu periode, artinya bahwa perusahaan dapat melakukan pengumpulan piutang sebanyak kurang lebih 45 kali dalam satu tahun (360/8). Sedangkan nilai rata-rata setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah sebesar 19 hari, artinya waktu pengumpulan piutang PT Pegadaian (Persero) dapat disimpulkan lebih lama dibandingkan dengan waktu pengumpulan piutang saat sebelum menjadi PT Pegadaian (Pesero). Hal ini disebabkan karena meningkatnya piutang klaim asuransi yang merupakan piutang kepada PT Asuransi Jasa Indonesia (Pesero) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) berkenaan dengan pengajuan klaim atas penggantian kerugian terhadap barang jaminan dan klaim atas kerugian kredit dan Syariah yang masih dalam proses terhadap barang jaminan. Dalam penilaian aspek keuangan standart kesehatan BUMN, pegadaian mencapai nilai bobot pada collection periods sebesar 19 hari. Hal ini menunjukan bahwa dengan angka 15 < hari <=20 memiliki skor 3. Nilai skor yang didapatkan dari hasil perhitungan akan diakumulasi menjadi total skor yang diharapkan mencapai standar kesehatan dengan kategori sehat. Rasio Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas.
34
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan yang maksimal. Rasio ini dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari pendapatan investasi dan penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah net profit margin, gross profit margin, return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). Terlihat perkembangan rasio profitabilitas terdapat pada Gambar 10.
Rasio Profitabilitas Persentase (%)
40 35 30 25 20 15 10 5 0
2008
2009
2010
2011
2012
Net Profit Margin
21.44
19.87
21.94
22.36
24.36
Gross Profit Margin
30.75
27.79
30.06
30.33
33.37
ROA
5.83
5.03
5.82
5.63
6.5
ROE
32.32
31.43
35.79
36.21
35.46
Gambar 10 Rasio Profitabilitas PT Pegadaian (Persero) Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat perkembangan rasio profitabilitas PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Perkembangan rasio profitabilitas pada net profit margin, gross profit margin, ROA dan ROE bergerak fluktuatif. 1. Net Profit Margin Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan pendapatan usaha. Rasio ini dapat menunjukan pendapatan bersih perusahaan. Semakin besar angka rasio ini semakin baik laba dan hasil penjualannya. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Net Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah) Laba Bersih
628.373
798.195
1.179.788
1.476.235
1.904.822
Pendapatan Usaha
2.930.594
4.017.103
5.378.292
6.600.927
7.724.569
2008
2009
2010
2011
Net Profit Margin 21,44 19,87 21,94 22,36 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
2012
24,66
35
Pada tahun 2008 nilai net profit margin lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang disebabkan oleh tingginya laba bersih dan pendapatan usaha. Pendapatan usaha didapatkan dari nilai pendapatan sewa modal, pendapatan administrasi, uang kelewatan pendapatan waktu, dan pendapatan lainnya. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan, angka yang dihasilkan semakin besar. Artinya semakin baik laba dan pendapatan usahanya. Jika, hasil rata-rata net profit margin yang didapat sebelum menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah 21,40% dibandingkan dengan rata-rata net profit margin setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) adalah 24,66% maka dapat dilihat adanya perubahan yang semakin maju pada PT Pegadaian (Pesero) dan diharapkan tidak terjadi penurunan pada net profit margin dengan terus meningkatan jumlah nasabah sehingga menghasilkan laba yang tinggi. 2. Gross Profit Margin Ratio ini menghitung antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan atau pendapatan usaha yang dicapai pada periode yang sama. Semakin besar nilai gross profit margin maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor. Hasil perhitungan gross profit margin terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Gross Profit Margin PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah) Laba Sebelum Pajak
2008
2009
2010
2011
2012
901.241
1.116.247
1.616.726
2.002.251
2.577.445
Pendapatan Usaha
2.930.594
4.017.103
5.378.292
6.600.927
7.724.569
Gross Profit Margin
30,75
27,79
30,06
30,33
33,37
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Perkembangan nilai gross profit margin selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 bergerak fluktuatif. Tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya nilai pendapatan usaha pada tahun 2009 tetapi tidak sebanding dengan naiknya nilai pada laba kotor. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terlihat nilai yang bergerak naik. Hasil rata-rata gross profit margin yang diperoleh pada sebelum terbentuknya PT adalah sebesar 29,73% dibandingkan dengan setelah menjadi PT yaitu sebesar 33,37% maka PT Pegadaian (Pesero) dapat dikatakan baik dalam memperoleh laba. Perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan nilai laba pada tahun berikutnya agar dapat melangsungkan roda usahanya. 3. Return on Asset (ROA) Return on asset menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik. Hasil perhitungan return on asset terdapat pada Tabel 11.
36
Tabel 11. Return On Asset PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah) Laba Bersih
628.373
798.195
1.179.788
1.476.235
1.904.822
Total Aset
10.772.086
15.859.464
20.283.042
26.219.352
29.311.898
2008
2009
2010
2011
ROA 5,83 5,03 5,82 5,63 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
2012
6,50
Berdasarkan hasil, puncak tertinggi kenaikan return on asset terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,50%. Hal ini menunjukan kemampuan manajemen untuk memperoleh ROA bernilai baik. Perkembangan nilai return on asset selama lima tahun pada perusahaan bergerak fluktuatif. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 disebabkan oleh naiknya nilai yang didapat pada perusahaan yaitu laba bersih dan total aset yang cenderung naik tiap tahunnya. Perusahaan mengalami peningkatan yang baik setelah menjadi PT, hal ini disebabkan oleh naiknya nilai rata-rata return on asset setelah menjadi PT yaitu 6,50% dibandingkan sebelum menjadi PT yaitu sebesar 5,58%. Berdasarkan total aset yang ada perusahaan PT Pegadaian (Pesero) dikatakan baik dalam menghasilkan laba. Dan dalam standar penilaian kesehatan BUMN, Pegadaian yang termasuk dalam kategori BUMN Non Infrastruktur menghasilkan nilai 6,50% dengan skala penilaian bobot 5
2008
2009
2010
2011
2012
Laba Bersih
628.373
798.195
1.179.788
1.476.235
1.904.822
1.943.999
2.539.458
3.296.202
4.076.363
5.371.884
Ekuitas
Return On Equity 32,32 31,43 35,79 36,21 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
35,46
Perkembangan nilai return on equity PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 bergerak fluktuatif. Pada tahun 2008 return on equity sebesar 32,32% yang terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,89% menjadi 31,43%. Penurunan ini disebabkan oleh tingginya kenaikan pada ekuitas tidak sebanding dengan naiknya pada laba bersih. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 terjadi kenaikan yang disebabkan oleh tingginya nilai ekuitas dan nilai laba bersih. Perhitungan rata-rata return on equity (ROE) sebelum perubahan status menjadi PT menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 33,94%. Kemudian, setelah perubahaan status menjadi PT
37
Pegadaian (Persero) naik sebesar 1,52% menjadi 35,46%. Artinya hasil pengembalian ekuitas bertambah sebesar 1,52% dan ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam mempertahankan tingkat ROE. Dalam penilaian aspek keuangan standar kesehatan BUMN, Pegadaian termasuk BUMN Non Infrastruktur mencapai nilai bobot ROE 35,46%. Hal ini menunjukan bahwa dengan skor ROE > 15 mempunyai angka tinggi yaitu 20, sehingga hasil pengembalian ekuitas oleh pegadaian sangat baik dan perusahaan diharapkan dapat mempertahankan nilai yang telah dicapai. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Non Infra Struktur PT Pegadaian (Persero) merupakan salah satu BUMN dibidang non infra dalam penilaian aspek keuangan, indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya adalah seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Daftar Indikator dan Bobot Keuangan No. Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Collection Periods Perputaran Persediaan Perputaran Total Aset Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva Total Skor
Non Infastruktur Bobot Skor 35,46% 20 6,50% 5 3,46% 0 152,50% 5 19 hari 3 2 hari 0,6 0,026% 3 0,18% 4 40,6
Sumber: Penilaian tingkat kesehatan BUMN (diolah)
Penilaian tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan. Penilaian dibagi dalam 3 (tiga) aspek, meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dalam aspek keuangan pegadaian memberikan skor cukup tinggi untuk mencapai total skor 70 yaitu total skor untuk bidang non infrastruktur. Total skor yang dicapai pegadaian dalam aspek keuangan berjumlah 40,6, hal ini menunjukan pegadaian mampu memberikan hasil penilaian yang cukup tinggi dan mencapai kategori sehat. Analisis Du Pont Sistem Du Pont membantu analisis melihat bagaimana keputusan dan aktivitas perusahaan sepanjang periode guna menghasilkan suatu pengembalian atau imbalan keseluruhan kepada pemegang saham perusahaan, ROE. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan menunjukan semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya. Hasil perhitungan analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero) selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 14.
38
Tabel 14. Return On Asset Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan
2008
2009
2010
2011
2012
Net Profit Margin Total Asset Turnover
21,44
19,87
21,94
22,36
24,66
0,03
0,03
0,02
0,02
0,02
Return On Asset
0,59 0,51 0,52 0,54 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
0,56
Perkembangan analisis Du Pont selama lima tahun pengamatan yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012 pada PT Pegadaian (Persero) cenderung berfluktuasi. Nilai masing-masing ROA selama lima tahun yaitu sebesar 0,59% pada tahun 2008, sebesar 0,51% pada tahun 2009, sebesar 0,52% pada tahun 2010, pada tahun 2011 sebesar 0,54% dan 0,56% pada tahun 2012. Tingginya nilai ROA pada tahun 2008 disebabkan oleh margin laba bersih 21,44% dengan perputaran total aktiva sebesar 0,03%. Tingginya nilai laba bersih dan pendapatan usaha ini menyebabkan margin laba bersih meningkat. Gambar perkembangan analisis Du Pont dapat dilihat pada Gambar 11.
Analisis Du Pont
3.25
3.65 3.15 2.65 2.15 1.65 1.15 0.65 0.15
3.17
3.21
3.46 3.05
Return On Asset 0.59 0.18 0.510.16 0.520.16 0.16 0.54 2008
2009
2010
2011
1-Debt Ratio 0.18 0.56
Return On Equity
2012
Gambar 11 Analisis Du Pont PT Pegadaian (Persero) Dari hasil perhitungan Return On Equity Analisis Du pont nilai masingmasing ROE selama lima tahun yaitu sebesar 3,25% pada tahun 2008, pada tahun 2009 sebesar 3,17%, pada tahun 2010 sebesar 3,21%, pada tahun 2011 mencapai sebesar 3,46% dan sebesar 3,05% pada tahun 2012. ROE pada tahun awal adalah rendah tetapi membaik sejak titik terendah pada tahun 2012. Sistem Du Pont memberikan satu petunjuk mengapa perubahan itu terjadi. Baik margin laba bersih maupun perputaran total aktiva dan rasio hutang yang mempengaruhi menurunnya nilai ROE pada tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai ROE mengalami peningkatan, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Kenaikan ROE pada tahun 2011 disebabkan oleh ROA mengalami peningkatan sebesar 0,54% dan rasio hutang sebesar 0,16%. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap ROE dan rasio hutang juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya atau menurunnya tingkat pengembalian ekuitas. Perhitungan ROE Analisis Du Pont pada Tabel 15.
39
Tabel 15. Return On Equity Analisis Du Pont PT Pegadaian Periode 2008-2012 Keterangan
2008
2009
2010
2011
2012
Return On Asset
0,59
0,51
0,52
0,54
0,56
1-Debt Ratio
0,18
0,16
0,16
0,16
0,18
Return On Equity 3,25 3,17 3,21 3,46 Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
3,05
Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis Du pont, rata-rata ROA setelah menjadi PT Pegadaian (Persero) tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 0,02% menjadi 0,55% maka perusahaan baik dalam menghasilkan laba dan mengelola hasil (return) atas jumlah aktiva namun, rata-rata ROE mengalami penurunan yang disebabkan oleh tingginya nilai rasio hutang yang tidak sebanding dengan naiknya nilai ROA. Dapat disimpulkan jika perusahaan akan menaikkan nilai ROE yang semakin tinggi maka sebaiknya menaikkan ROA dan rasio hutang tidak melebihi nilai ROA. Persentase Per Komponen Analisis persentase per komponen atau dikenal dengan analisis vertikal adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan dan tiap-tiap pos dinyatakan dalam presentase. Tujuan analisis persentase per komponen adalah untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi biaya terhadap jumlah pendapatan perusahaan. Hasil perhitungan analisis persentase per komponen terhadap neraca dan laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Analisis persentase per komponen juga merupakan analisis pendukung dari analisis rasio. Analisis rasio digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba-rugi. Komposisi Neraca Persentase per komponen yang terdapat dalam neraca merupakan persentase terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke tahun akan menunjukan trend hubungan dan tidak menunjukan ada atau tidaknya perubahan. Persentase per komponen terhadap neraca yang digunakan dalam analisis rasio untuk mengetahui kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen yang terdapat dalam neraca adalah jumlah aset, jumlah liabilitas, dan ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 7 terhadap neraca menunjukkan bahwa komponen aset lancar memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan aset tidak lancar terhadap total aset. Puncak tertinggi persentase per komponen aset lancar pada tahun 2012 sebesar 97,40%, karena kenaikan dari nilai kas dan bank, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya dan beban dibayar di muka. Perkembangan persentase per komponen terhadap aset lancar menunjukkan persentase yang meningkat tiap tahunnya. Rata-rata persentase per komponen aset lancar selama lima tahun pengamatan sebesar 96,68%. Sedangkan rata-rata aset tidak lancar sebesar 3,32%, pada tahun 2008 nilai dari komponen aset tidak lancar tinggi di mana piutang kepada pihak berelasi, aset pajak dan aset tetap menghasilkan nilai besar. Namun, setiap tahunnya persentase aset tidak lancar mengalami nilai yang lebih kecil yaitu 2,61% pada tahun 2012.
40
Komposisi Laba Rugi Komponen yang dilihat terhadap laba rugi adalah komponen yang digunakan untuk menilai kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis persentase perkomponen ini bertujuan untuk melihat perbandingan setiap perubahan dalam pos-pos dengan total aktiva atau total passiva. Dengan demikian, akan terlihat fluktuasi kenaikan atau penurunan yang memiliki makna tertentu. Analisis persentase perkomponen terhadap laporan rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan Lampiran 8 dapat dilihat bahwa komponen beban usaha yang mempunyai proporsi nilai kecil, sehingga laba usaha pada tahun 2012 mengalami kenaikan. Rata-rata persentase komponen laba usaha yaitu 29,32%. Besarnya persentase menunjukkan berapa besar proporsi nilai laba usaha yang terserap ke dalam komponen laba bersih. Secara keseluruhan komponen laba bersih selama periode 2008-2012 menunjukkan proporsi yang meningkat walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh menurunnya laba usaha pada tahun 2009. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat dilihat dalam penelitian adalah bagaimana mempertahankan kinerja keuangan yang baik menjadi lebih baik dan sehat sehingga perusahaan dapat terus melangsungkan roda usahanya pada tahun-tahun yang akan datang, untuk itu diperlukan cara-cara agar kinerja keuangan perusahaan tetap pertahan dan meningkat yaitu: 1. Perusahaan mempunyai pendapatan dari bidang usaha yang meliputi bisnis inti dan bisnis non inti. Hal ini yang dilakukan oleh perusahaan agar menaikan pendapatan usaha sehingga perusahaan dapat mengukur perputaran aktiva dengan peningkatan jumlah pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Dan perusahaan perlu untuk terus meningkatan aset lancar yang meliputi kas dan bank, uang muka, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya, persediaan, pendapatan yang masih harus diterima dan beban dibayar dimuka agar semakin kuat perusahaan dalam menjamin setiap kewajibannya. 2. Perusahaan perlu mempercepat liabilitas lancar dan tidak lancarnya karena total liabilitas yang besar akan membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan dana tambahan dari luar atau membuat investor akan sulit mempertimbangkan untuk menanamkan investasinya. PT Pegadaian (Persero) dalam ketentuannya apabila dalam jangka waktu 12 bulan uang kelebihan tersebut tidak diambil oleh nasabah bersangkutan, maka dinyatakan kadaluarsa dan diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan. Hal ini yang mempengaruhi nilai hutang kepada nasabah terhadap total liabilitas naik sehingga berpengaruh kepada penagihan piutangnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Analisis trend terhadap nilai aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas jangka pendek serta ekuitas mengalami trend naik. Hal ini membuktikan bahwa setelah perubahan status bentuk badan hukum menjadi PT Pegadaian (Persero) perkembangan perusahaan semakin baik.
41
2. Analisis rasio terhadap PT Pegadaian (Persero) menunjukkan bahwa receivable turnover ratio yang digunakan dalam penelitian adalah piutang lainnya karena pinjaman yang diberikan diklasifikasikan sebagai aset keuangan. Hasil menunjukkan perusahaan mampu berputar dengan cepat dalam melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 19 kali atau jangka waktu penagihan piutang yaitu 19 hari (360/19). Dan katagori penilaian PT Pegadaian (Persero) menunjukkan predikat sehat selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. 3. Perkembangan persentase per komponen terhadap aset lancar menunjukkan persentase yang meningkat tiap tahunnya. Hal ini karena kenaikan dari nilai kas dan bank, pinjaman yang diberikan, piutang lainnya dan beban dibayar di muka. Saran Berdasarkan pada simpulan dari penelitian ini ada beberapa hal yang dapat disarankan baik bagi perusahaan maupun untuk pihak yang tertarik meneliti lebih lanjut tentang masalah ini, beberapa hal tersebut yaitu: 1. Perusahaan dan manajemen diusahakan untuk tetap mengontrol pendapatan disetiap bidang usaha pegadaian agar perputaran aktiva yang diperoleh perusahaan mendapatkan jumlah yang akurat dan perusahaan segera melunasi pinjaman agar kewajiban perusahaan berkurang sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya. 2. Secara umum perkembangan pada kondisi perusahaan setelah perubahan status badan hukum terlihat baik, perusahaan diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja keuangan agar perusahaan terus menjadi perusahaan yang dapat diandalkan.
DAFTAR PUSTAKA Aryani D. 2011. Kajian Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Goodyear Indonesia Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. [Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung (ID): Alfabeta. Fadilah S. 2013. Di Tengah Beragam Tantangan. Stabilitas 82: 14-15. Fraser M, Ormiston A. 2008. Memahami Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Indeks. Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada Kasmir. 2010. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada
42
Keown A. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid I. Jakarta (ID): Salemba Empat. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. [Internet]. [Diunduh pada 3 Maret 2014]. Tersedia pada: http://www.bumn.go.id/wpcontent/fbumn/0000dcd3kepmen__Kep_100_ta hun_2002.pdf Munawir S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty. Prastowo D, Julianty R. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2. Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. PT Pegadaian (Persero). 2008. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun 2008. Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Internet]. [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/ Lapkeu_Audited_Perum_Pegadaian_2008.pdf PT Pegadaian (Persero). 2009. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun 2009. Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/LAI_Pegadaian 2009_REVISI COVER.zip PT Pegadaian (Persero). 2010. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada:http://www.pegadaian.co.id/download/Lapkeu_Audited_ Perum_Pegadaian_2010.pdf PT Pegadaian (Persero). 2011. Laporan Keuangan Perum Pegadaian tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada:http://www.pegadaian.co.id/download/Annual_Report_ Pegadaian_31_Des_2011_Final.pdf PT Pegadaian (Persero). 2012. Laporan Keuangan PT.Pegadaian (Persero) tahun Jakarta (ID): PT Pegadaian (Persero). [Diunduh pada 15 Juni 2013]. Tersedia pada: http://www.pegadaian.co.id/download/ANNUAL_ REPORT_PEGADAIAN_2012.zip Purnomo H. 2012. Laporan Keuangan Perseroan (ID): Detik Finance. [Internet]. [Diunduh pada 3 Maret 2014]. Tersedia pada: http://finance.detik.com/read/2012/07/30/110220/1978024/5/nasabahbertambah-pegadaian-raup-laba-rp-929-miliar Sinuraya I. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah I Medan. [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sugiyarso G, Winarni. 2005. Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran Kinerja Perusahaan. Tangerang (ID): PT Agromedia Pustaka.
43
LAMPIRAN Lampiran 1. Jejak langkah pegadaian No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
8.
Keterangan Pendirian Bank Van Leening sebagai cikal bakal perusahaan. Pegadaian Negara pertama kali didirikan di Sukabumi, Jawa Barat. Perubahan status Pegadaian Negara menjadi Perusahaan Negara (PN). Perubahan Status PN menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan PP No.7/1969 Perubahan Status Perjan menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000). Perubahan status Perum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No.51 2011 Penerbitan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian (Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta. Penerbitan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU17525.AH.01.01 tahun 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan sebagai dasar hukum disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero).
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero)
Waktu 20 Agustus 1746 1 April 1902 1 Januari 1961 1969 1990
13 Desember 2011 1 April 2012
4 April 2012
44
Lampiran 2. Laporan neraca PT Pegadaian 2008-2012 PT Pegadaian dan Entitas Anak Neraca Konsilidasi 31 Desember 2008-2012 (Jutaan Rupiah). Tahun Komponen ASET ASET LANCAR Kas dan Bank Uang Muka Pajak Dibayar Dimuka Pinjaman Yang Diberikan Piutang Lainnya Persediaan Pendapatan Yang Masih Harus Diterima Beban Dibayar Dimuka Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Piutang Kepada Pihak-Pihak Berelasi Aset Pajak Tangguhan Aset Tetap Aset Lain-lain Jumlah Aset Tidak Lancar JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LANCAR Pinjaman Bank Pinjaman Medium Term Notes Pinjaman Obligasi Pinjaman Lainnya Hutang Kepada Rekanan Hutang Kepada Nasabah Hutang Pajak Biaya Yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima di Muka Hutang Lancar Lainnya Jumlah Liabilitas Lancar LIABILITAS TIDAK LANCAR Pinjaman Obligasi - Setelah Dikurangi Bagian Pinjaman Medium Term Notes Pinjaman Dari Pemerintah Pusat Pinjaman Dari Pemerintah Daerah Pendapatan Ditangguhkan Kewajiban Estimasi Untuk Imbalan Kerja Jumlah Liabilitas Tidak Lancar Jumlah Liabilitas EKUITAS Modal Awal Penyertaan Modal Pemerintah Ditemukan Penggunaannya Belum Ditentukan Penggunaannya
Jumlah Ekuitas
2008
2009
2010
2011
2012
212.810 4.225 9.494.277 3.733 22.176
267.988 11.940 39.396 14.194.632 4.882 22.573
357.072 124.505 39.396 18.079.061 13.619 48.904
459.112 192.266 23.576.329 16.323 30.602
647.155 70.604 26.387.345 34.665 30.794
517.122
684.602
901.745
1.178.524
1.236.656
39.426 10.293.773
51.468 15.277.484
57.480 19.621.785
84.061 25.537.221
141.680 28.548.901
1.707
333
1.082
2.817
5.282
42.725 387.186 46.693 478.312 10.772.086
42.883 472.020 66.742 581.980 15.859.464
34.486 508.413 117.275 661.257 20.283.042
71.489 518.807 89.016 682.131 26.219.352
111.226 548.661 97.826 762.996 29.311.898
6.205.667 8.685 15.000 16.938 35.748 107.892
9.252.231 269.143 15.000 19.364 60.005 40.745
13.070.484 336.139 15.000 29.163 64.454 89.327
16.593.817 425.000 15.000 31.919 73.195 157.467
17.378.982 240.000 149.962 15.000 41.826 86.998 261.171
82.901
63.806
75.253
136.676
223.730
2.798 89.652 6.565.284
3.620 118.168 9.842.086
5.160 160.174 13.845.159
13.373 242.938 17.689.388
13.229 309.590 18.720.492
1.762.064
2.991.560
2.657.440
3.655.959
4.506.584
410.000
410.000
410.000
240.000 410.000
410.000
1.250
1.350
-
-
26.063
24.425
22.788
21.150
19.513
63.423
50.582
51.451
126.491
283.423
2.262.801
3.477.919
3.141.680
4.453.601
5.219.521
8.828.086
13.320.005
16.986.839
22.142.989
23.940.013
205.000 46.252 1.059.199
205.000 46.252 1.490.010
205.000 46.252 1.865
205.000 46.252 2.348.875
251.252 3.215.809
633.548
798.195
1.179.788
1.476.235
1.904.822
1.943.999
2.539.458
3.296.202
4.076.363
5.371.884
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Lampiran 3. Laporan laba rugi PT Pegadaian tahun 2008-2012 PT Pegadaian dan Entitas Laporan Laba Rugi 31 Desember Tahun 2008- 2012 Tahun Komponen 2008
2009
2010
2011
2012
2.930.594.295.381
4.017.103.152.528
5.378.292.906.586
6.600.927.966.486
7.724.569.543.708
853.649.486.555
1.347.960.331.708
1.573.453.742.911
1.842.906.719.748
2.072.564.502.083
39.600.456.008
52.130.492.608
79.859.739.674
89.569.819.086
296.972.600.156
Pegawai
808.443.478.685
1.007.927.772.767
1.328.788.645.238
1.704.807.622.455
1.972.828.928.797
Umum
344.283.334.319
541.329.652.080
845.682.926.556
1.036.984.573.322
924.503.598.828
2.045.976.755.567
2.949.348.249.163
3.827.785.054.379
4.674.268.734.611
5.266.869.629.864
884.617.539.814
1.067.754.903.365
1.550.507.852.207
1.926.659.231.875
2.457.699.913.844
-
19.283.738.489
23.658.824.171
29.037.602.814
41.130.969.534
PENDAPATAN USAHA BEBAN USAHA Bunga dan Provisi Penyusutan Aktiva Tetap
Jumlah Beban Usaha LABA USAHA PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Uang Kelebihan Lewat Waktu
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
46
Lanjutan lampiran 3. PT Pegadaian dan Entitas Laporan Laba Rugi (Lanjutan) 31 Desember Tahun 2008- 2012 Pendapatan Sewa Gedung
3.532.176.189
3.596.936.674
3.489.966.147
2.410.187.388
2.463.308.192
978.858.623
1.199.186.839
1.336.541.145
1.458.977.205
1.509.735.703
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Tetap
3.454.952.983
583.803.400
(134.523.087)
179.520.506
13.276.627
Pendapatan Lainnya
8.852.281.463
28.860.477.721
39.637.200.190
44.388.777.493
77.399.990.404
Beban Lain-lain
(194.430.161)
(5.031.974.928)
(1.769.061.119)
(1.882.706.567)
(2.771.848.200)
16.623.839.097
48.492.168.195
66.218.947.447
75.592.358.839
119.745.432.260
901.241.378.911
1.116.247.071.559
1.616.726.799.654
2.002.251.590.714
2.577.445.346.104
Tahun Berjalan
294.752.092.100
318.209.384.080
428.541.301.000
563.019.130.000
712.359.669.000
Tangguhan
(21.884.491.309)
(157.831.442)
8.397.112.962
(37.002.826.214)
(39.736.888.798)
Jumlah Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan
272.867.600.791
318.051.552.638
436.938.413.962
526.016.303.786
672.622.780.202
LABA BERSIH
628.373.778.120
798.195.518.921
1.179.788.385.692
1.476.235.286.928
1.904.822.565.902
Pendapatan Jasa Giro
Jumlah Pendapat Lain-lain LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
47
Lampiran 4. Hasil analisis trend terhadap laporan neraca PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
10.293.773
15.277.484
19.621.785
25.537.221
28.548.902
478.312
552.903
661.258
682.132
762.996
Liabilitas Jangka Pendek
6.565.284
9.842.087
13.845.160
17.689.388
18.720.492
Liabilitas Jangka Panjang
2.262.802
3.477.919
3.141.680
4.453.602
5.219.521
Ekuitas
1.944.000
2.539.458
3.296.203
4.076.363
5.371.885
Keterangan %
2008
2009
2010
2011
2012
Aset Lancar
100
148,41
190,62
248,08
277,34
Aset Tidak Lancar
100
115,59
138,25
142,61
159,52
Liabilitas Jangka Pendek
100
149,91
210,88
269,44
285,14
Liabilitas Jangka Panjang
100
153,70
138,84
196,82
230,67
Ekuitas
100
130,63
169,56
209,69
276,33
Aset Lancar Aset Tidak Lancar
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
Lampiran 5. Hasil analisis trend terhadap laporan laba rugi PT Pegadaian (Persero) 2008-2012 Keterangan (Jutaan Rp)
2008
2009
2010
2011
2012
Pendapatan Usaha
2.930.594
4.017.103
5.378.293
6.600.928
7.724.567
Beban Usaha
2.045.976
2.949.348
3.827.785
4.674.269
5.266.869
Laba Usaha
884.618
1.067.755
1.550.508
1.926.659
2.457.698
Laba Sebelum Pajak
901.241
1.116.247
1.616.726
2.002.252
2.577.439
Laba Bersih
628.374
798.196
1.179.788
1.476.235
1.904.817
Keterangan(%)
2008
2009
2010
2011
2012
Pendapatan Usaha
100
137,07
183,52
225,24
263,58
Beban Usaha
100
144,15
187,09
228,46
257,43
Laba Usaha
100
120,70
175,27
217,80
277,83
Laba Sebelum Pajak
100
123,86
179,39
222,17
285,99
Laba Bersih
100
127,03
187,75
234,93
303,13
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
48
Lampiran 6. Tabel hasil analisis rasio keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 Rata-rata
Tahun Rasio
2010
2011
2012
Sebelum PT
155,23
141,72
144,36
152,50
149,52
152,50
2,98%
155,00
141,37
144,19
152,34
149,25
152,34
3,09%
3,24
2,72
2,58
2,60
3,46
2,78
3,46
0,68%
81,95
83,99
83,75
84,45
81,67
83,53
81,67
(1,86%)
454,12
524,52
515,35
543,20
445,65
509,30
445,65
(63,65%)
Total Asset Turnover
003
0,03
0,02
0,25
0,26
0,08
0,26
0,18%
Receivable Turn Over
79,00
83,01
35,38
38,66
19,15
59.01
19,15
(39,86%)
Average Collection Period Ratio
4,56
4,34
10,18
9,31
18,80
8,00
18,80
Net Profit Margin
21,44
19,87
21,94
22,36
24,66
21,40
24,66
3,26%
Gross Profit Margin
30,75
27,79
30,06
30,33
33,37
29,73
33,37
3,64%
Return On Asset
5,83
5,03
5,82
5,63
6,50
5,58
6,50
0,92%
Return On Equity
32,32
31,43
35,79
36,21
35,46
33,94
35,46
1,52%
2008
2009
Current Rasio
156,79
Quick Ratio
156,45
Cash Ratio
Sesudah PT
Naik/ Turun
Rasio Likuiditas (%)
Rasio Solvabilitas (%) Debt Ratio Debt To Equity Ratio Rasio Aktivitas (kali)
10,8%
Rasio Profitabilitas (%)
Sumber: Laporan keuangan PT Pegadaian (Persero) periode 2008-2012 (diolah)
49
Lampiran 7. Persentase per komponen terhadap laporan neraca PT Pegadaian periode 2008-2012 Tahun Komponen 2008 ASET ASET LANCAR Kas dan Bank Uang Muka Pajak Dibayar Dimuka Pinjaman Yang Diberikan Piutang Lainnya Persediaan Pendapatan Yang Masih Harus Diterima Beban Dibayar Dimuka JUMLAH ASET LANCAR ASET TIDAK LANCAR Piutang Kepada Pihak-Pihak Berelasi Aset Pajak Tangguhan Aset Tetap Aset Lain-lain JUMLAH ASET TIDAK LANCAR JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LANCAR Pinjaman Bank Pinjaman Medium Term Notes Pinjaman Obligasi Pinjaman Lainnya Hutang Kepada Rekanan Hutang Kepada Nasabah Hutang Pajak Biaya Yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima di Muka Hutang Lancar Lainnya Jumlah Liabilitas Lancar LIABILITAS TIDAK LANCAR Pinjaman Obligasi - Setelah Dikurangi Bagian Pinjaman Medium Term Notes Pinjaman dari Pemerintah Pinjaman Dari Pemerintah Pusat Pinjaman Dari Pemerintah Daerah Pendapatan Ditangguhkan Kewajiban Estimasi Untuk Imbalan Kerja Jumlah Liabilitas Tidak Lancar Jumlah Liabilitas EKUITAS Modal Awal Penyertaan Modal Pemerintah
1,98 0,04
2009
2010
2011
2012
RataRata
88,14 0,03 0,21
1,69 0,08 0,25 89,50 0,03 0,14
1,76 0,61 0,19 89,13 0,07 0,24
1,75 0,73 89,92 0,06 0,12
2,21 0,24 90,02 0,12 0,11
1,88 0,34 0,22 89,34 0,06 0,16
4,80
4,32
4,45
4,49
4,22
4,46
0,37 95,56
0,32 96,33
0,28 96,74
0,32 97,40
0,48 97,40
0,35 96,68
0,02 0,40 3,59 0,43 4,44 100
0,00 0,27 2,98 0,42 3,67 100
0,01 0,17 2,51 0,58 3,26 100
0,01 0,27 1,98 0,34 2,60 100
0,02 0,38 1,87 0,33 2,60 100
0,01 0,30 2,59 0,42 3,32 100
70,29
69,46
76,94
74,94 1,92
0,10 0,17 0,19 0,40 1,22 0,94 0,03 1,02 74,37
2,02 0,11 0,15 0,45 0,31 0,48 0,03 0,89 73,89
1,98 0,09 0,17 0,38 0,53 0,44 0,03 0,94 81,51
0,07 0,14 0,33 0,71 0,62 0,06 1,10 79,89
72,59 1,00 0,63 0,63 0,06 0,17 1,09 0,93 0,06 1,29 78,20
72,85 1,46 1,18 0,21 0,14 0,35 0,77 0,68 0,04 1,05 77,57
19,96
22,46
15,64
16,51
18,82
18,68
1,08 4,64 0,01 0,30
3,08 0,01 0,18
1,08
2,41
1,85
1,71
0,13
0,10
0,08
2,74 0,01 0,16
0,72
0,38
0,30
0,57
1,18
0,63
25,63 100
26,11 100
18,49 100
20,11 100
21,80 100
22,43 100
10,55
8,07
6,22
5,03
2,38
1,82
1,40
1,13
4,68
2,28
54,49
58,67
56,59
57,62
59,86
57,45
32,59
31,43
35,79
36,21
35,46
34,30
100
100
100
100
100
100
7,47
Saldo Laba: Ditemukan Penggunaannya Belum Ditentukan Penggunaannya Jumlah Ekuitas
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
50
Lampiran 8. Persentase per komponen terhadap PT Pegadaian periode 2008-2012 Komponen PENDAPATAN USAHA BEBAN USAHA Bunga dan Provisi Penyusutan Aktiva Tetap Pegawai Umum Jumlah Beban Usaha LABA USAHA PENDAPATAN (BEBAN)LAINLAIN Uang Kelebihan Lewat Waktu Pendapatan Sewa Gedung Pendapatan Jasa Giro Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Tetap Pendapatan Lainnya Beban Lain-lain Jumlah Pendapat Lain-lain LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN Tahun Berjalan Tangguhan Jumlah Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan LABA BERSIH
2008
2009
2010
laporan
Tahun 2011
2012
laba
rugi
100
100
100
100
100
Rata-Rata 100
29,13 1,35 27,59 11,75 69,81
33,56 1,30 25,09 13,48 73,42
29,26 1,48 24,71 15,72 71,17
27,92 1,36 25,83 15,71 70,81
26,83 3,84 25,54 11,97 68,18
29,34 1,87 25,75 13,73 70,68
30,19
26,58
28,83
29,19
31,82
29,32
0,12 0,03
0,48 0,09 0,03
0,44 0,06 0,02
0,44 0,04 0,02
0,53 0,03 0,02
0,47 0,07 0,03
0,12
0,01
(0,00)
0,00
0,00
0,03
0,30 (0,01) 0,57
0,72 (0,13) 1,21
0,74 (0,03) 1,23
0,67 (0,03) 1,15
1,00 (0,04) 1,55
0,69 (0,05) 1,14
30,75
27,79
30,06
30,33
33,37
30,46
10,06 (0,75)
7,92 (0,00)
7,97 0,16
8,53 (0,56)
9,22 (0,51)
8,74 (0,33)
9,31
7,92
8,12
7,97
8,71
8,41
21,44
19,87
21,94
22,36
24,66
22,05
Sumber: Laporan Keuangan PT Pegadaian (Persero) Periode 2008-2012 (diolah)
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 14 Januari 1990. Merupakan puteri bungsu dari dua bersaudara dari bapak Saryono, SE., MM dan ibu Winarni, S.Pd. Jenjang pendidikan di tahun 2002 penulis sekolah di SMPN 1 Tangerang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Tangerang dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Swiss German University namun pada tahun 2009 penulis pindah Universitas dan diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Studi Akuntansi Universitas Gadjah Mada, ditempuh selama satu setengah tahun dan lulus pada tahun 2011. Di tahun yang sama penulis diterima di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (Ekstensi), Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani perkuliahan, tahun 2012 penulis mengikuti ajang pemilihan mojang jajaka Kabupaten Bogor dan terpilih menjadi finalis. Penulis juga pernah bergabung sebagai anggota PSDM EXOM IPB.