ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE PT. XYZ
PUTRI FIKA HIDAYANSYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI, SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ“ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013
Putri Fika Hidayansyah NIM H24090067
ABSTRAK PUTRI FIKA HIDAYANSYAH. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ. Dibimbing oleh H MUSA HUBEIS. Analisis Kinerja Keuangan merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur kondisi sisi keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM), (2) menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan likuiditas (current ratio dan quick ratio), (3) menganalisis kinerja perusahaan menurut metode Economic Value Added (EVA). Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, serta teknik analisis data dengan metode rasio keuangan profitabilitas, rasio keuangan likuiditas dan EVA. Hasil pengolahan data menunjukkan dari tahun 2008 sampai 2011 nilai NPM, ROA, ROE rendah , nilai current ratio tahun 2008-2011 kurang dari 200%, tahun 2009-2010 lebih dari 200%, nilai quick ratio dari tahun 2008-2011 di bawah 100% dan EVA negatif dari tahun 2008-2011. Kata kunci: analisis kinerja keuangan, EVA, rasio keuangan, real estate
ABSTRACT PUTRI FIKA HIDAYANSYAH. Financial Performance Analysis for Real Estate Company PT. XYZ. Supervised by H MUSA HUBEIS. Financial performance analysis is one approach to measure the condition of financial term the company. The purpose of study is (1) to analyze the financial condition of the company PT. XYZ based Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) and Net Profit Margin (NPM), (2) to analyze the financial condition of the company PT. XYZ based on financial ratios liquidity (current ratio and quick ratio, (3) to analyze the performance of the company according to the Economic Value Added (EVA) method. This study uses primary data and secondary data and data analysis techniques with financial ratios of profitability, ratio likuidity and EVA. The value of NPM, ROA, ROE is low, value of current ratio in 2008 and 2011 is less than 200%, in 2009-2010 more than 200%, the value of the quick ratio below 100% in 2008-2011 and in 2008-2011 negative EVA. Keywords: analysis of the financial performance, EVA, financial ratios, real estate
RINGKASAN PUTRI FIKA HIDAYANSYAH. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ. Dibimbing oleh H MUSA HUBEIS. Nilai kapitalisasi bisnis properti menunjukkan prospek bisnis properti meningkat sampai tahun 2014. Dengan meningkatnya bisnis properti, maka jumlah pesaing dalam bisnis semakin banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja perusahaan yang dapat mempertaruhkan kelangsungan usahanya. Dari kondisi tersebut, maka akan dilakukan penelitian pada salah satu perusahaan properti yang sedang berkembang, yaitu pada PT. XYZ, untuk mengetahui kinerja perusahaan melalui analisis kinerja keuangannya. Analisis Kinerja Keuangan merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur kondisi sisi keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM), (2) menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan likuiditas (current ratio dan quick ratio), (3) menganalisis kinerja perusahaan menurut metode Economic Value Added (EVA). Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, serta teknik analisis data dengan metode rasio keuangan profitabilitas, rasio keuangan likuiditas dan EVA. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai NPM dari tahun 2008-2011, yaitu 0,842%; 0,518; 0,733; 8,897 dengan nilai rataan dari tahun 2008-2011 sebesar 2,746%. Nilai ROA dari tahun 2008-2011, yaitu 0,078; 0,165; 0,189; 0,705, di mana secara rataan masih kurang dari 1%. Nilai ROE dari tahun 2008-2011, yaitu 5,139; 8,242; 2,480; 10,502 dengan nilai rataan 6,591. Nilai pada rasio profitabilitas akan di bandingkan dengan rataan tingkat SBI dari tahun 2008-2011, yaitu 7,407% dan harapan pemegang saham, yaitu 20%. Dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas yang dihasilkan perusahaan masih di bawah tingkat SBI dan harapan pemegang saham, sehingga tingkta kemampulabaan perusahaan masih kurang baik. Nilai current ratio akan dibandingkan dengan standar yang berlaku yaitu minimum 200%, sedangkan quick ratio minimum 100%. Dari hasil analisis diketahui nilai current ratio tahun 2008-2011, yaitu 196,873%; 227,926; 244,933; 156,7155 dengan rataan 206,612% (di atas 200%) sehingga dalam kategori baik. Nilai quick ratio dari tahun 2008-2011 di bawah 100%, sehingga quick ratio perusahaan masih kurang baik. Dari hasil analisis current ratio dan quick ratio perusahaan, maka dapat diketahui kemampuan likuiditas perusahaan masih kurang baik, karena nilai quick ratio yang masih di bawah standar. Nilai EVA perusahaan negatif dari tahun 2008-2011, akibat tingginya biaya bunga yang tidak di imbangi keuntungan yang proporsional. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan perusahaan masih dalam kategori kurang baik, sehingga pemegang saham harus meninjau kembali kinerja para manajernya terkait pengelolaan aset dan modal. Kata kunci: analisis kinerja keuangan, EVA, rasio keuangan, real estate
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE PT. XYZ
PUTRI FIKA HIDAYANSYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ Nama : Putri Fika Hidayansyah NIM : H24090067
Disetujui oleh
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Jono M Munandar, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan April 2013 adalah kinerja keuangan, dengan judul Kinerja Keuangan Perusahaan Real Estate PT. XYZ. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.H Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Manajer, Direktur dan salah satu pemegang saham PT. XYZ yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi terkait perusahaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013 Putri Fika Hidayansyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kinerja Keuangan
5
Laporan Keuangan
5
Rasio Keuangan
5
Metode EVA
7
Penelitian Terdahulu yang Relevan
8
METODE PENELITIAN
8
Kerangka Pemikiran Penelitian
8
Lokasi dan Waktu Penelitian
9
Pengumpulan Data
10
Pengolahan dan Analisis Data
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Gambaran Umum Perusahaan
12
Kinerja Keuangan
12
Rasio Profitabilitas
13
Rasio Likuiditas
17
Economic Value Added
19
Implikasi Manajerial
23
SIMPULAN DAN SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1 Perbandingan tingkat laba yang diharapkan dari penjualan dengan aktualnya (dalam rupiah) 2 Perbandingan tingkat laba yang diharapkan dari ekuitas dengan aktualnya (dalam rupiah) 3 Nilai NOPAT tahun 2008-2011 (dalam rupiah) 4 Nilai IC tahun 2008-2011 (dalam rupiah) 5 Nilai WACC tahun 2008-2011 6 Nilai COC tahun 2008-2011 (dalam rupiah) 7 Nilai EVA tahun 2008-2011 (dalam rupiah)
14 16 19 20 21 21 23
DAFTAR GAMBAR 1 Nilai kapitalisasi proyek properti nasional tahun 2010-2011 dan prediksi sampai tahun 2015 2 Grafik peningkatan laba PT XYZ dari tahun 2008-2011 3 Peningkatan jumlah pemegang saham dari tahun 2008-2011 4 Kerangka pemikiran penelitian 5 Hasil NPM periode 2008-2011 6 Hasil ROA periode 2008-2011 7 Hasil ROE periode 2008-2011 8 Hasil current ratio periode 2008-2011 9 Hasil quick ratio periode 2008-2011 10 Grafik NOPAT, COC dan EVA tahun 2008-2011
1 2 2 9 13 15 16 17 18 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan NPM, ROA, ROE, current ratio dan quick ratio 2 Perhitungan D, rd*, E dan re.
29 30
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini sudah menuju ke arah perbaikan, yang dibuktikan dengan pembangunan infrastruktur-infrastruktur vital yang dapat menunjang perkembangan perekonomian di Indonesia. Salah satu sektor yang akan mendapatkan manfaat dari mutu infrastruktur adalah usaha di bidang properti, terutama pada perumahan mewah, atau real estate. Infrastruktur yang baik di harapkan mampu menjadikan real estate dapat diterima oleh masyarakat, sehingga pengembang, investor, maupun masyarakat dapat merasakan manfaat dari infrastruktur yang bermutu (Grahandaka 2010). Secara umum, bisnis properti nasional masih meningkat hingga tahun 2014. Hal ini berdasarkan tinjauan dari nilai kapitalisasi bisnis properti yang dilakukan oleh Ikatan Analisis Properti Indonesia (Ginting 2012).
Kapitalisasi proyek properti nasional (Rp miliar)
140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 2010
2011
2012P
2013P
2014P
2015P
Tahun
.Gambar 1 Nilai kapitalisasi proyek properti nasional tahun 2010-2011 dan prediksi sampai tahun 2015 (Ikatan Analisis Properti Indonesia 2012) Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui nilai kapitalisasi bisnis properti di Indonesia akan terus meningkat sampai 2014. Menurut Ginting (2012), nilai kapitalisasi dapat meproyeksikan pertumbuhan bisnis properti, yang artinya bisnis properti meningkat sampai tahun 2014. Dengan meningkatnya bisnis properti, maka jumlah pesaing dalam bisnis semakin banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja perusahaan yang dapat mempertaruhkan kelangsungan usahanya dan melakukan strategi yang tepat, agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dari kondisi tersebut, maka akan dilakukan penelitian pada salah satu perusahaan properti yang sedang berkembang, yaitu pada PT. XYZ, hal ini dapat dilihat dari laba yang diperoleh perusahaa yang terus meningkat, dan jumlah investor yang meningkat. Selain itu jumlah proyek yang dikerjakan oleh PT. XYZ terus
2 mengalami peningkatan. Tahun 2011 ada 16 proyek yang di kerjakan oleh PT. XYZ dibandingakn tahun 2008 sebesar delapan (8) proyek yang di kerjakan. Pada tahun 2012 PT. XYZ telah memilki anak perusahaan dan tahun 2013 PT. XYZ juga akan melakukan ekspansi perusahaan pada dua (2) lokasi. 6,000,000,000 5,000,000,000 Rupiah
4,000,000,000 3,000,000,000 Laba
2,000,000,000 1,000,000,000 0 2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 2 Grafik peningkatan laba PT XYZ dari tahun 2008-2011 (laporan laba rugi)
8 7 6 5 4 Jumlah pemegang saham
3 2 1 0 2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 3 Peningkatan jumlah pemegang saham dari tahun 2008-2011 (laporan keuangan) Dari Gambar 2 dapat di ketahui bahwa laba perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain laba yang meningkat, jumlah pemegang saham terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah pemegang saham ini diiringi dengan peningkatan jumlah saham beredar. Pada tahun 2008-2009 saham beredar sebesar 10.000 lembar dan pada tahun 2010-2011 saham beredar 40.000 lembar dengan harga saham konstan dari tahun 2008-2011, yaitu Rp1.000.000 per lembar saham. Namun peningkatan laba, jumlah pemegang saham dan jumlah saham beredar dari tahun ke tahun ini tidak dapat menggambarkan secara pasti, apakah kinerja
3 perusahaan sudah baik. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya. Menurut Fahmi (2012a), untuk memutuskan suatu badan usaha, atau perusahaan memiliki mutu baik, maka ada dua (2) penilaian yang paling dominan dijadikan acuan untuk melihat perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Untuk menilai kinerja keuangan dari perusahaan dapat dilakukan melalui analisis pada rasio keuangan perusahaan tersebut. Menurut Warsidi dan Bambang (2000), “Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubugan dan indikator keuangan, yang ditunjukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan, atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan bersangkutan”. Berdasarkan Gambar 2, laba perusahaan terus mengalami peningkatan, namun apakah laba yang diperoleh perusahaan telah sesuai dengan harapan pemegang saham atas modal yang di investasikan dan atas aset yang dikelolah untuk operasi perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan analisis menggunakan rasio profitabilitas dan dibandingkan dengan standar yang diharapkan investor. Selain rasio profitabilitas, diperlukan juga analisis pada rasio likuiditas, untuk mengaetahui apakah perusahaan telah meiliki aset yang likuid yang sesuai dengan standar yang berlaku, selain itu untuk mengetahui apakah peningkatan laba perusahaan yang terjadi juga diiringi dengan aset yang lukuid atau tidak. Dalam berinvestasi tentunya pemegang saham menginginkan pengembalian yang sesuai atas investasinya. Gupta (2007) menyatakan bahwa tujuan utama dari setiap perusahaan adalah menciptakan nilai bagi pemiliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan investor berinvestasi di perusahaan adalah untuk memperoleh pengembalian proporsional atas investasi yang telah diakukan. Jika perusahaan sukses dalam penciptaan nilai, maka akan tidak hanya menguntungkan investor dan internal individu, tetapi juga ke tingkat lebih luas, yaitu masyarakat akan memperoleh keuntungannya. Oleh karena itu identifikasi terhadap nilai tambah perusahaan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan adalah karakteristik nyata untuk penelitian saat ini. Perusahaan membutuhkan suatu cara untuk melakukan penilaian menghitung nilai kekayaan yang sebenarnya dan nilai tambah ekonomi yang telah diciptakan terkait dengan modal dan pinjaman yang diperlukan. Konsep yang telah menjelaskan tentang hal tersebut adalah konsep Economic Value Added (EVA). Konsep ini dapat menghasilkan informasi mengenai nilai kekayaan dan nilai perusahaan yang bersangkutan. Analisis EVA pada perusahaan tentunya dapat memberikan gambaran bagi pemegang saham, terlebih lagi jumlah pemegang saham yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka pada penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja keuangan menurut EVA dan rasio keuangan profitabilitas, seperti Return of Asset (ROA), Return of
4 Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM), serta rasio likuiditas perusahaan, seperti current ratio dan quick ratio.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan profitabilitas (ROA, ROE dan NPM) ? 2. Bagaimana kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan likuiditas (current ratio dan quick ratio) ? 3. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan menurut metode EVA ?
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan profitabilitas (ROA, ROE dan NPM). 2. Menganalisis kondisi keuangan perusahaan PT. XYZ berdasarkan rasio keuangan likuiditas (current ratio dan quick ratio). 3. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan menurut metode EVA.
Manfaat Penelitian 1. Masukan bagi PT. XYZ dalam mengambil keputusan terkait dalam memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat mempertahankan, atau meningkatkan kepercayaan investor. 2. Gambaran bagi investor mengenai kinerja keuangan, sehingga dapat dijadikan masukan bagi pengambilan keputusan investasi. 3. Tempat pengaplikasian teori-teori keuangan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 4. Sumber referensi dan pengembangan yang lebih lanjut bagi penelitian mengenai pengukuran rasio keuangan, pengukuran kinerja keuangan menurut metode EVA dan analisis tren.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada kinerja keuangan PT. XYZ pada periode empat (4) tahun (2008-2011) yang berdasarkan rasio keuangan profitabilitas (ROA, ROE dan NPM), rasio likuiditas (current ratio dan quick ratio) dan metode EVA.
5
TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan atau menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Penilaian kinerja keuangan setiap perusahaan berbeda-beda, kerena tergantung pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya (Fahmi 2012a). Analisis kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan cara melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahhaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi yang kinerjanya akan berlanjut (Lesmana dan Sutarjo 2003)
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan (Munawir 2007). Dalam menganalisis kinerja keuangan, maka laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan neraca (Tunggal 2001). a. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Munawir 2007). b. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Jadi posisi neraca untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga sering disebut balance sheet (Munawir 2007). Dalam neraca terdapat komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan itu didanai.
Rasio Keuangan Menurut Keown et al (2004), rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan. Rasio tersebut memberikan dua (2) cara, bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti (1) dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya dan (2) dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya. Analisis laporan keuangan yang biasa digunakan menurut Hanafi dan Halim (2007) adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar.
6 Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan yang terdiri dari (Fahmi 2012b) : a. NPM NPM merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut tingkat kemampulabaan suatu perusahaan. b. ROA ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas total total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasi perusahaan menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. ROA digunakan untuk mengevaluasi aktivitas keseluruhan perusahaan. c. ROE ROE mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung dengan kekayaan pemegang saham. Menurut Fahmi (2012b), rasio likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telefon, gaji karyawan, air, gaji teknisi, gaji lembur dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term likuidity. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Rasiorasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan (Riyanto 2008). Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua), yaitu : a. Current Ratio Rasio lancar (current Ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Harus dipahami bahwa penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya mampu memberi analisa secara kasar, karena itu perlu adanya dukungan analisis secara kualitatif yang lebih komprehensif. Current ratio 200% dipertimbangkan sebagai current ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri atau komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa angka 100% dikatakan sudah mencukupi. Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga di anggap tidak baik, karena mengindikasikan penimbunan kas, banyak piutang yang tidak tertagih, penumpukkan persediaan, tidak efisisennya pembiayaan gratis dari pemasok, rendahmya pinjaman jangka pendek.
7 b. Quick Ratio (Acit test ratio) Quick ratio atau rasio cepat adalah ukuran uji solvesi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang di anggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Standar yang berlaku untuk menetukan apakah suatu perusahaan memiliki quick ratio baik adalah lebih dari 100% Fahmi (2012b). Metode EVA EVA merupakan pendekatan baru dalam penilaian kinerja perusahaan dengan memperlihatkan kepentingan manajemen, karyawan maupun para penyedia dana secara adil (Bastian 2007). EVA membantu manajer memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan dan merupakan ukuran kinerja keuangan yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu (Pradhono 2004). Menurut Young dan O’Byne (2001), EVA sama dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh dari operasi berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of Capital atau WACC). WACC adalah rataan tertimbang dari biaya setelah pajak atas masing-masing sumber modal yang digunakan perusahaan, dimana bobot mencerminkan proporsi masing-masing sumber (biaya dari setiap komponen modal, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham). Konsekuensinya WACC merupakan tingkat pengembalian hasil yang harus didapat perusahaan atas investasinya, sehingga dapat memberi kompensasi pada kreditur dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (Keown et al 2004). Menurut Kamaludin dan Indriani (2001), biaya komponen hutang yang digunakan untuk kalkulasi biaya modal rataan tertimbang adalah suku bunga daripada hutang (rd) dikalikan (1-T) dimana T adalah tarif pajak perusahaan bersangkutan. Biaya ekuitas dapat diperoleh dari laba bersih dibagi total ekuitas. Laba bersih disini merupakan pendekatan biaya ekuitas dengan laba ditahan baru. Dalam hubungan biaya modal, hal ini disebut ekuitas internal karena perusahaan itu sendiri, melalui investasi kembali dari laba, menyediakan dana internal (Margaretha 2011). Hasil perhitungan EVA akan benilai lebih besar dari nol (positif), lebih kecil dari nol (negatif) dan sama dengan nol (Poeradisastra 2003), berarti : a. Kondisi EVA positif (EVA > 0) mencerminkan tingkat kompensasi (nilai kekayaan) yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Ini berarti
8 manajemen telah mampu menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan. Semakin positif EVA, berarti semakin bagus kinerja perusahaan tersebut, yaitu manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. b. Kondisi EVA negatif (EVA < 0) menunjukan adanya penurunan nilai kekayaan karena laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi setimpal dengan investasi yang ditanam. c. Kondisi EVA sama dengan nol (EVA = 0) berarti laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan pemodal dan kinerja keuangan perusahaan tergolong sehat. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian oleh Anugrah (2011) berjudul “Analisis kinerja keuangan pada PP London Sumatra Indonesia, Tbk Periode 2005-2009” menunjukan berdasarkan perhitungan rasio keuangan berupa ROE dan Earning Per Share (EPS) nilai yang dicapai selama periode 2005-2009 cenderung meningkat. Hal ini berarti kinerja perusahaan meningkat dan menghasilkan laba atas penggunaan aktiva, maupun laba per saham. Nilai kerja ROE selama periode 2005-2009 menurun. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang menurun dalam menghasilkan laba di atas penggunaan ekuitas, atau modal sendiri, di mana EVA yang dihasilkan perusahaan selama periode 2005-2009 menghasilkan angka positif (EVA > 0) yang cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan perusahaan sudah berkinerja dengan baik dan menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi investor dalam perusahaannya sendiri. Selain itu, perusahaan telah mampu menghasilkan nilai tambah selama periode 2005-2009, sehingga berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya, karena nilai MVA yang dihasilkan positif (MVA > 0). Analisis tren yang dilakukan terhadap neraca menunjukan bahwa tren total aktiva meningkat, tren total kewajiban menurun dan tren ekuitas meningkat. Analisis tren yang dilakukan terhadap laporan laba rugi menunjukkan bahwa penjualan, beban pokok penjualan, laba perusahaan dan laba bersih menunukkan tren meningkat. Jika tren suatu pos meningkat, maka diprediksikan bahwa nilai pos tahun berikutnya juga meningkat dan berlaku sebaliknya
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis kinerja keuangan PT. XYZ ini didasarkan pada laporan keuangan selama 4 (empat) periode terakhir (2008-2011). Metode pengukuran menggunakan alat analisis rasio keuangan Profitabilitas (ROA, ROE dan NPM) untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan,
9 atau prestasi operasi di masa lalu dan menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan bersangkutan. Analisis rasio ROA, ROE dan NPM dapat menunjukkan bagaimana perusahaan menghasilkan laba yang akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Dan perhitungan rasio likuiditas yang digunakan untuk melihat kemampuanb perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya dari aset lancar yang dimiliki dengan analisis current ratio dan quick ratio. Metode EVA memberikan hasil perhitungan apakah PT. XYZ telah berhasil memberikan nilai tambah ekonomi perusahaan itu sendiri dan pemegang sahamnya. Secara lengkap, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. PT. XYZ
Kinerja Keuangan Kinerja Perusahaan
Rasio Profitabilitas
EVA
NOPAT
COC
Nilai tambah ekonomis yang telah diciptakan
ROA, ROE dan NPM
Kemampuan menghasilkan profit
Rasio Likuiditas
Current Ratio
Quick Ratio
Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek dari aset lancar
Analisis Kinerja Keuangan PT. XYZ
Pemegang saham, kreditur
Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan Real Estate PT. XYZ, dilaksanakan selama dua bulan (Februari-Maret 2013) dan dimulai dari pengamatan data sekunder dan primer.
10
Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa literatur-literatur dan laporan keuangan tahunan (laporan laba rugi dan neraca) dan data primer seperti wawancara. Data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan kualitatif, seperti laporan keuangan konsolidasi, Laporan Neraca dan Laporan Rugi Laba selama empat (4) periode (2008-2011), profil perusahaan dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikel-atikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Pengolahan data secarara kualiatif menggunakan metode deskriptif seperti penguraian aspek profil dan sistem manajemen PT. XYZ. Metode analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja keuangan PT. XYZ dengan mengunakan perhitungan nilai rasio keuangan (ROA, ROE dan NPM), current ratio dan quick ratio dan EVA menggunakan rumus matematik dan Microsoft Office Excel 2010. Hasil tersebut kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan yang umum digunakan investor untuk menilai perusahaan dalam menciptakan kekayaan baginya dapat dilihat dari Rasio Profitabilitas, yaitu ROA, ROE dan NPM. Dalam penelitian ini rasio keuangan dihitung untuk meneliti rasio setiap tahun untuk meneliti perubahannya dari tahun ke tahun. Perhitungan rasio keuangan menurut Fahmi (2012a) adalah: a. NPM Rasio ini menghitung kemampuan perusahan meghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Perhitungan rasio NPM adalah : .....................................................................(1) b. ROA Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Perhitungan ROA adalah : ....................................................................(2) c. ROE Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Perhitungan rasio ROE adalah : ............................................................(3) Rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya secara umum ada dua (2) hal dalam penelitian ini, yaitu :
11 a. Current Ratio Current ratio menunjukkan akitva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. ..........................................(4) Keterangan : Current asset = aset lancar Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang. Current liabilities = utang lancar Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar b. Quick Ratio Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. ...................................(5) Keterangan : Inventories = persediaan Metode Perhitungan EVA a. Perhitungan EVA Menurut Tunggal (2001), EVA dapat dihitung sebagai berikut : EVA = NOPAT - Cost of Capital = NOPAT – (WACC x Invested Capital)………………....…....(6) Di mana : NOPAT =Net Operating Profit After Tax (laba operasi setelah pajak) WACC=Weight Average Cost of Capital (biaya modal rataan tertimbang). Invested Capital (IC) = Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari hutang dan modal sendiri). b. Perhitungan NOPAT (Tunggal, 2001). NOPAT = Laba bersih setelah pajak + Beban bunga……...………...…(7) c. Perhitungan WACC (Tunggal, 2001). ) …………...……..……....…..(8) Dimana : ........................(9) ...........................(10)
12 ......................(11) Perhitungan Biaya Ekuitas menurut Hilton and Platt (2009) dalam Liestiyowati (2012) : ……………....……….….(12) d. Perhitungan IC Menurut Tunggal (2001) ada dua (2) pendekatan dalam menghitung IC, dengan rumus berikut : 1) Pendekatan Operasional (Operating Opproach) Invested Capital = Kas + Working Capital + Aktiva Tetap….....…(13) Working Capital Reqruitment = (Persediaan + Piutang Dagang + Aktiva Lancar Lainnya) – (Hutang Dagang + Biaya-biaya msih harus dibayar + Uang Muka Pelanggan)…………………...............….....(14) 2) Pendekatan Keuangan (Financial Approach) Invested Capital = Pinjaman Jangka Pendek + Pinjaman Jangka Panjang yang lain + Ekuitas Pemegang Saham…......……......……(15)
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT. XYZ adalah perusahaan pengembang properti yang berdiri tahun 2005. Visi dari PT. XYZ adalah menjadi pengembang properti yang terpercaya dan terdepan di Indonesia. Misinya adalah memberi kesempatan kepada masyarakat Indonesia untuk dapat menikmati hunian yang layak, nyaman dan modern. Konsen dari PT. XYZ adalah pengolahan lahan 40 Ha. Saat ini ada 16 (enam belas) proyek yang dijalankan dikawasan tersebut. Selain itu tahun 2012 lalu PT. XYZ juga telah mempunyai anak perusahaan di Bogor. Pada tahun 2013 kedepan PT. XYZ akan merencanakan akan melakukan pengembangan di Bandung dan Jakarta. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum dapat diketahui melalui perbandingan rasio keuangan. Tingkat rasio keuangan dapat meberikan gambaran mengenai baik buruknya suatu perusahaan dibandingkan dengan suatu standar industri, dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dibandingkan dengan Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) atau dapat dilihat pula perkembangannya. Dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan profitabilitas yang terdiri NPM, ROA dan ROE, serta rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio. Kedua rasio tersebut akan dibandingkan dengan tingkat SBI dan harapan pemegang saham, dimana harapan pemegang saham 20% dari penjualan dan modal yang diinvestasikan. Tingkat SBI merupakan tingkta risk free yang
13 digunakan di Indonesia. Selain menggunakan rasio keuangan, kinerja perusahaan juga dapat diketahui dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah perusahaan atau yang disebut dengan EVA. Rasio Profitabilitas NPM NPM merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap total penjualan yang diperoleh perusahaan. Rasio ini nmenggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas penjualan yang diperoleh pada kegiatan operasional perusahaan. Gambar 5 menjelaskan nilai NPM perusahaan dari tahun 2008-2011.
10.000 9.000 8.000 Axis Title
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 persen
2008
2009
2010
2011
0.842
0.518
0.733
8.897
Gambar 5 Hasil NPM periode 2008-2011 Tahun 2008 ke 2009 nilai NPM mengalami penurunan 0,324% yaitu dari 0,842% menjadi 0,518% yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan penjualan tetapi tidak diiringi dengan peningkatan laba yang sesuai dan proposiornal dari penjualan, dikarenakan meningkatnya beban lain-lain yang harus dibayar oleh perusahaan. Beban lain-lain dari Rp2.337.777.839 pada tahun 2008 menjadi Rp-3.604.854.339 di tahun 2009. Meningkatnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan juga memicu pengurangan laba, yaitu dari Rp123.839.000 pada tahun 2008 menjadi Rp2.093.882.954. Tahun 2009 ke 2010 nilai NPM mengalami peningkatan namun tidak nyata 0,215% dari 0,518% menjadi 0,733% , dikarenakan peningkatan jumlah laba bersih akibat peningkatan laba operasi yang meningkat dari Rp6.645.636.979 pada tahun 2009 menjadi Rp11.270.860.460 di tahun 2010. Selain itu penurunan nilai NPM di tahun 2010 juga dikarenakan penurunan beban usaha dan penurunan beban pokok pendapatan akibat nilai proyek yang semakin peningkat, sehingga jumlah pendapatan menurun tetapi laba dapat menjadi lebih besar daripada tahun sebelumnya (Tabel1).
14 Pada tahun 2010 ke 2011 nilai NPM mengalami peningkatan nyata 8,164% yaitu dari 0,733% menjadi 8,897% dimana nilai ini adalah nilai NPM tertinggi yang dicapai perusahaan selama periode tahun 2008-2011, karena peningkatan laba yang nyata dari Rp1.055.015.210 pada tahun 2010 menjadi Rp4.992.006.076 di tahun 2011, dikarenakan pengurangan beban bunga dari Rp8.518.482.079 pada tahun 2010 menjadi hanyaRp351.974.983 di tahun 2011. Beban bunga yang dikenakan oleh kreditur pada PT. XYZ berubah dari waktu ke waktu menurut ketentuan yang ditentukan oleh bank, hal ini dinyatakan dalam catatan laporan keuangan perusahaan. Tabel 1 Perbandingan tingkat laba yang diharapkan dari penjualan dengan aktualnya (dalam rupiah) 20% laba yang diinginkan dari penjualan proyek
Laba
12 862 801 091
541 690 574
36 525 931 817
946 899 686
28 794 085 226
1 055 015 210
11 221 947 632
4 992 006 076
Kinerja NPM dari tahun 2008-2010 dapat dikatakan tidak baik, karena tidak mencapai 1% dan lebih kecil bila dibandingkan dengan rataan nilai SBI dari tahun 2008-2010 (9,183%; 7,286%; 6,643%). Sedangkan tahun 2011 nilai NPM 8,897% lebih tinggi dari rataan nilai SBI tahun 2011 sebesar 6,517%. Rataan nilai NPM dari tahun 2008 sampai 2011 adalah 2,746% diamana nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan rataan nilai SBI dari tahun 2008 hingga tahun 2011, yaitu 7,407%. Selain itu jika dilihat dari harapan investor, yaitu 20% laba yang diinginkan dari penjualan setiap tahunnya, tingkat laba aktualnya masih jauh di bawah harapan. Sehingga kinerja NPM secara keseluruhan dari tahun 2008-2011 termasuk kategori tidak baik. ROA NPM yang diperoleh perusahaan dari tahun 2008-2011 secara keseluruhan masih lebih rendah dari harapan pemegang saham dan tingkat SBI. Sehingga kemampulabaan perusahaan jika dilihat dari operasi perusahaan masih kurang baik. Perhitungan kemampulabaan perusahaan yang ke dua dapat dilihat dari pengelolaan aset yang dimiliki melalui analisis ROA. ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki yang mana menggambarkan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dikelola dalam kegiatan operasional sehari-hari. Gambar 6 menjelaskan mengenai ROA perusahaan dari periode 2008-2011.
15 0.800 0.700 Persen (%)
0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 Persen
2008 0.078
2009 0.165
2010 0.189
2011 0.705
Gambar 6 Hasil ROA periode 2008-2011 Tahun 2008 ke tahun 2009 nilai ROA mengalami sedikit peningkatan 0,087%, karena peningkatan jumlah laba bersih dari Rp541.690.574 pada tahun 2008 menjadi Rp946.899.686 di tahun 2009 sebagai akibat jumlah penjulan meningkat dari Rp64.314.005.454 pada tahun 2008 menjadi Rp182.629.659.084 di tahun 2009, pada tahun 2009 telah terselesaikan penyelesaian 10 tower dari 12 tower, dan jumlah aktiva mengalami penurunan sedikit dari Rp691.493.900.623 pada tahun 2008 menjadi Rp575.549.697.067 di tahun 2009. Tahun 2009 sampai 2010 terjadi peningkatan 0,024%, yaitu dari 0,165% pada tahun 2009 menjadi 0,189% di tahun 2010. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah laba bersih perusahaan dari Rp946.899.686 pada tahun 2009 menjadi Rp1.055.015.210 di tahun 2010, sedangkan total aset mengalami penurunan dari Rp575.549.697.067 tahun 2009 menjadi Rp557.571.879.298 di tahun 2010. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan nilai ROA 0,516 %, yaitu dari 0,189% pada tahun 2010 menjadi 0,705% di tahun 2011, akibat peningkatan jumlah laba bersih dari tahun 2010 sebesar Rp1.055.015.210 pada tahun 2010 menjadi Rp4.992.006.076 di tahun 2011, walaupun jumlah aset mengalami peningkatan dari Rp557.571.879.298 pada tahun 2010 menjadi Rp707.585.341.168 di tahun 2011. Secara keseluruhan nilai ROA yang dicapai mengalami peningkatan dari tahun 2008-2011, namun nilai ROA yang dicapai perusahaan rendah, karena tidak mencapai 1%. Rataan nilai ROA yang dicapai perusahaan dari tahun 2008-2011 sebesar 0,284%, di mana nilai ini jauh lebih rendah dari nilai rata SBI tahun 2008-2011, yaitu 7,407%. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu menghasilkan keutungan optimal dari pengelolaan aktiva dalam kegitan operasionalnya. ROE NPM dan ROA yang diperoleh perusahaan dari tahun 2008-2011 secara keseluruhan masih lebih rendah dari harapan pemegang saham dan tingkat SBI, sehingga kemampulabaan perusahaan jika dilihat dari NPM dan ROA masih kurang baik. Perhitungan kemampulabaan perusahaan yang ke
16 tiga dapat dilihat dari pengelolaan ekuitas, atau modal yang disetorkan pemegang saham melalui analisis ROE. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dan ekuitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diserahkan investor. Gambar 7 menjelaskan nilai ROE yang dicapai perusahaan dari tahun 2008-2011. 12.000
Persen (%)
10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 Persen
2008 5.139
2009 8.242
2010 2.480
2011 10.502
Gambar 7 Hasil ROE periode 2008-2011 Tahun 2008-2009 nilai ROE mengalami peningkatan 3,103% dari 5,139% pada tahun 2008 menjadi 8,242% di tahun 2009, dikarenakan peningkatan jumlah laba bersih dari Rp541.690.574 pada tahun 2008 menjadi Rp946.899.686 di tahun 2009 dan jumlah ekuitas mengalami peningkatan yang tidak nyata dari dari Rp10.541.690.574 menjadi Rp11.488.590.260 di tahun 2009. Tahun 2009-2010 nilai ROE mengalami penurunan cukup drastis 5,762%, yaitu dari 8,242% menjadi hanya 2,480%, dikarenakan peningkatan jumlah ekuitas cukup besar dari Rp11.488.590.260 pada tahun 2009 menjadi Rp42.543.605.470 di tahun 2010 tidak diiringi dengan peningkatan keuntungan proporsional, karena tingginya beban bunga dan beban pajak yang dibayar. Tahun 2010-2011 nilai ROE kembali mengalami peningkatan nyata 8,022% dari 2,480% pada tahun 2010 menjadi 10,502% di tahun 2011. Hal ini dikarenakan peningkatan laba bersih perusahaan Rp1.055.015.210 pada tahun 2010 menjadi Rp4.992.006.076 di tahun 2011, karena berkurangnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan, walaupun diiringi dengan peningkatan ekuitas dari Rp42.543.605.470 di tahun 2010 menjadi Rp47.535.611.546 di tahun 2011, namun peningkatan ini tidak nyata. Tabel 2 Perbandingan tingkat laba yang diharapkan dari ekuitas dengan aktualnya (dalam rupiah) 20% laba yang diharapkan dari ekuitas
Laba aktual
2 108 338 115
541 690. 74
2 297 718 052
946 899 686
8 508 721 094
1 055 015 210
9 507 122 309
4 992 006 076
17
Nilai ROE pada tahun 2008-2010 lebih rendah dibandingkan nilai rataan SBI 7,286% pada tahun 2008, tahun 2009 9,183% dan tahun 2010 6,643%, tetapi pada tahun 2011 ROE 10,502% lebih besar dibandingkan nilai rataan SBI yang hanya 6,517%. Rataan nilai ROE dari tahun 20082011 6,591% sedikit lebih rendah dibandingkan nilai rataan SBI tahun 2008-2011 sebesar 7,407%. Jika dibandingkan dengan harapan pemegang saham laba yang dihasilkan dari pengelolaan modal dari dari tahun 20082011 masih lebih rendah dibandingkan harapannya (kurang dari 20%), sehingga kinerja keuangan berdasarkan ROE dari tahun 2008-2011 dalam kategori kurang baik.
Rasio Likuiditas Current Ratio Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Gambar 8 menjelaskan nilai current ratio yang dicapai perusahaan dari tahun 2008-2011. 300.000
Persen(%)
250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0.000 Persen
2008 196.873
2009 227.926
2010 244.933
2011 156.715
Gambar 8 Hasil current ratio periode 2008-2011 Nilai current ratio perusahaan dari tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi. Tahun 2008 nilai current ratio 196,873%, nilai ini masih kurang dari 200% yang merupakan standar yang seharusnya dicapai oleh perusahaan, sehingga dapat dikatakan tahun 2008 kemampuan likuidasi perusahaan sedikit kurang baik. Tahun 2009 nilai current ratio 227,926%, nilai ini lebih besar dibandingkan tahun 2008 dan lebih besar dari 200%, sehingga perusahaan mampu memenuhi dengan baik kebutuhan hutang ketika jatuh tempo. Peningkatan nilai current ratio disebabkan oleh penurunan hutang lancar dari tahun 2008 sebesar Rp346.029.336.325 menjadi Rpo249.881.215.477 tahun 2009. Pada aset lancar juga terjadi
18 penurunan, namun persentase penurunan pada aset lancar lebih kecil dibandingakn penurunan pada hutang lancar, sehingga nilai current ratio tetap lebih besar jika dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010 current ratio 244,933%, maka nilai ini lebih besar dibandingkan tahun 2009. Penigkatan nilai ini diakibatkan penurunan kembali pada hutang lancar menjadi Rp226.860.002.882 pada tahun 2010. Tahun 2011 current assets mengalami penurunan cukup nyata dibandingkan tahun 2010, yaitu 156,715% (kurang dari 200%), sehingga pada tahun ini kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka pendeknya masih kurang baik. Penurunan ini akibat peningkatan hutang lancar mencapai 50%, yaitu Rp443.932.027.130. Peningkatan hutang lancar ini akibat peningkatan uang muka penjualan dari Rp157.173.688.671 pada tahun 2010 menjadi Rp397.497.247.001 di tahun 2011. Penigkatan hutang lancar ini tidak di imbangi oleh peningkatan yang proporsional pada aset lancar menjamin hutang jangka pendeknya. Secara keseluruhan rataan current ratio tahun 2008-2011 sebesar 206,612% (diatas 200%), sehingga dalam kategori baik. Quick Ratio Analisis current ratio yang telah dilakukan nilainya berfluktuatif, tahun 2008 dan 2011 nilainya masih di bawah 200%, sedangkan di tahun 2009 dan 2010 nilainya di atas 200%. Analisis current ratio merupakan analisis secara kasar untuk mengetahui tingkat likuidasi perusahaan, sehingga masih perlu dilakukan analisis quick ratio untuk mengetahui kemampuan likuiditas perusahaan secara lebih akurat. Quick ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi dengan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tapi dengan memperhitungkan persediaan. Gambar 9 menjelaskan nilai quick ratio yang dicapai perusahaan dari tahun 20082011. 35.000 30.000 Persen (%)
25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 Persen
2008
2009
2010
2011
19.790
20.019
30.992
32.750
Gambar 9 Hasil quick ratio periode 2008-2011
19 Quick ratio yang baik untuk perusahaan jika nilainya lebih dari 100%. Berdasarkan hasil perhitungan yang terlihat pada Gambar 9, terlihat bahwa nilai quick ratio yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan masih kurang dari 100%. Pada tahun 2008 quick ratio 19,790%, tahun 2008 20,019%, di tahun 2010 meningkat menjadi 30,992% dan tahun 2011 32,750%. Nilai quick ratio yang kurang dari 100% ini disebabkan tingginya tingkat persediaan pada perusahaan yang lebih besar dibandingkan aset lancar yang dapat diuangkan, karena persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga, serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Dengan pengukuran quick ratio ini dapat dikatakan kemampuan aktiva lancar yang likuid yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan masih rendah.
EVA EVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang menghitung laba ekonomis sebenarnya yang berhasil diciptakan oleh suatu perusahaan. EVA dapat membantu investor, atau pemegang saham dalam melihat suatu gambaran mengenai peningkatan, atau penurunan laba ekonomi yang sebenarnya tercipta dari kinerjanya. Nilai EVA suatu perusahaan dapat diketahui dari pengurangan NOPAT terhadap COC. Suatu perusahaan dapat dikatakan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya, jika NOPAT lebih besar dari COC dan sebaliknya. Analisis NOPAT NOPAT merupakan laba yang diperoleh perusahaan dari operasi perusahaan ditambah dengan biaya bunga. Pada tahun 2008-2010 nilai NOPAT mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2011 nilai NOPAT mengalami penurunan. Hasil perhitungan NOPAT dari tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 3. . Tabel 3 Nilai NOPAT tahun 2008-2011 (dalam rupiah) Tahun
Laba Bersih
Beban Bunga
NOPAT
(a)
(b)
(c)=(a)+(b)
2008
541 690 574
2009
946 899 686
6 788 600 153
7 735 499 839
2010
1 055 015 210
8 518 482 079
9 573 497 289
2011
4 992 006 076
351 974 983
5 343 981 059
a
5 907 046 500
6 448 737 074
Sumber: Laporan keuangan PT. XYZ (diolah)
Pada tahun 2008 NOPAT yang diperoleh Rp6.448.737.074 dan di periode 2008-2009 NOPAT mengalami peningkatan dari Rp6.448.737.074 menjadi Rp7.735.499.839. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih setelah pajak dan diikuti dengan peningkatan biaya bunga. Pada tahun 2009-2010 NOPAT mengalami peningkatan dari Rp7.735.499.839 menjadi Rp9.573.497.289, disebabkan oleh peningkatan laba bersih setelah pajak yang diikuti dengan peningkatan biaya bunga. Tahun 2010-2011
20 NOPAT mengalami penurunan dari Rp9.573.497.289 menjadi Rp5.343.981.059, penurunan ini terjadi secara drastis pada biaya bunga dari Rp8.518.482.079 menjsdi Rp351.974.983, walaupun laba bersih pada tahun ini meningkat drastis, tapi tidak berpengaruh pada nilai NOPAT akibat penurunan laba biaya bunga yang besar. Analisis COC COC adalah pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai biaya ini diperoleh dari perkalian antara IC dan WACC. IC adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (noninterest bearing liabilities). WACC merupakan jumlah biaya dari masingmasing komponen modal (Tabel 4). WACC didapat dari komponen biaya ekuitas (re), biaya hutang (rd*), proporsi hutang (D), dan proporsi ekuitas (E). Dalam perhitungan EVA nilai COC diharapkan lebih rendah daripada COC agar dapat menghasilkan EVA yang positif. Tabel 4 Nilai IC tahun 2008-2011 (dalam rupiah) Tahun
Hutang dan Ekuitas (a)
a
Hutang Jangka Pendek Tanpa Bunga (b)
IC (c)=(a)-(b)
2008
691 493 900 623
346 029 336 325
345 464 564 298
2009
575 549 697 067
249 881 215 477
325 668 481 590
2010
557 571 879 298
226 860 002 882
330 711 876 416
2011
707 585 341 168
443 932 027 130
263 653 314 038
Sumber: Laporan Keuangan PT. XYZ (diolah)
Pada tahun 2008 nilai IC Rp345.464.564.298, yang diperoleh dari pengurangan antara total hutang dan ekuitas Rp691.493.900 623 dengan hutang jangka pendek tanpa bunga Rp346.029.336.325. Pada tahun 2009 terjadi penurunan IC 5,73%, sehingga nilai IC menjadi Rp325.668.481.590, penurunan ini akibat penurunan jumlah hutang dan ekuitas, penurunan jumlah hutang dan ekuitas akibat penurunan hutang kepada pemegang saham dari Rp3.352.335.724 menjadi Rp1.623.157.946. Tahun 2009-2010 nilai IC mengalami peningkatan menjadi Rp330.711.876.416, atau meningkat 1,55% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini dikarenakan penurunan jumlah hutang jangka pendek tanpa bunga yang nyata dibandingkan tahun 2009. Tahun 2010-2011 nilai IC mengalami penurunan kembali menjadi Rp263.653.314.038, atau menurun 20,28% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dikarenakan peningkatan jumlah hutang jangka pendek tanpa bunga yang jauh lebih besar, yaitu pada komponen uang muka pelanggan yang naik dari Rp157.173.688.471 tahun 2010 menjadi Rp397.497.247.001 tahun 2011 dibandingkan dengan peningkatan jumlah hutang dan ekuitas. Nilai WACC dipengaruhi oleh penggunaan hutang dan ekuitas dan biaya yang timbul akibat pemakaian hutang dan modal tersebut. Semakin rendah WACC, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mencapai
21 nilai tambah bagi pemegang saham. Tabel 5 menjelaskan WACC yang diperoleh oleh perusahaan. Tabel 5 Nilai WACC tahun 2008-2011 Tahun
D
rd*
E
re
WACC (%)
(a)
(d)
[(axb)+(cxd)]
(b)
(c)
2008
98,476
0,706
1,524
5,139
77,363
2009
98,004
0,375
1,996
8,242
53,182
2010
92,370
0,463
7,630
2,480
61,670
2011
93,282
0,036
6,718
10,502
73,917
a
Sumber: Laporan Keuangan PT. XYZ (diolah)
Pada tahun 2008 WACC 77,363%, sedangkan pada tahun 2009 WACC menurun menjadi 53,182%. Pada tahun 2010 nilai WACC meningkat menjadi 61,670%, nilai ini meningkat akibat peningkatan biaya hutang 0,088%, yaitu dari 0,375% menjadi 0,463%, sedangkan proporsi hutang dalam struktur modal menurun. Selain itu pada tahun 2010 proporsi ekuitas meningkat, sedangkan biaya ekuitasnya menurun. Namun penurunan ini tidak terlalu berpengaruh pada penurunan WACC, karena nilai WACC dalam tahun ini tetap meningkat dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 nilai WACC kembali mengalami peningkatan dari 61,670% pada tahun 2010 menjadi 73,917% di tahun 2011, pada tahun 2011 ini terjadi peningkatan dalam proporsi hutang dalam struktur modal, yaitu dari 92,370% di tahun 2010 menjadi 93,282% di tahun 2011. Namun biaya hutang yang dikeluarkan pada tahun ini sangat kecil (0,036%), dan di tahun 2010 sebesar 0,463%., dikarenakan biaya bunga yang dikeluarkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi terjadi peningkatan nyata terhadap biaya ekuitas, yaitu 10,502% dibandingkan dengan tahun 2010 hanya 2,480%, padahal proporsi ekuitas dalam struktur modal meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen tidak mampu menghasilkan keuntungan yang proporsional dari investasi yang telah diberikan oleh investor pada perusahaan ini, bila dilihat dari nilai WACC yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dari hasil perhitungan WACC dan IC yang telah dilakukan maka dapat diketahui nilai COC pada perusahaan. Tabel 6 menunjukan hasil dari COC yang dikeluarkan oleh perusahaan selama periode 2008-2011. Tabel 6 Nilai COC tahun 2008-2011 (dalam rupiah) Tahun
WACC
IC
COC
(a)
(b)
(c)=(a)x(b)
77,363
345 464 564 298
267 260 449 197
2009
53,182
325 668 481 590
173 195 954 438
2010
61,670
330 711 876 416
203 950 915 065
2011
73,917
263 653 314 038
194 885 200 196
2008
a
Sumber: Laporan keuangan PT. XYZ (diolah)
22 Tahun 2008 COC sebesar Rp267.260.449.197, tahun 2009 nilai COC menurun menjadi Rp173.195.954.438, penurunan ini dikarenakan penurunan WACC dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2010 nilai COC Rp203.950.915.065, jumlah ini mengalami peningkatan akibat peningkatan WACC dan IC pada tahun 2010. Pada tahun 2011 nilai COC mengalami penurunan, sehingga menjadi Rp194.885.200.196, penurunan ini akibat menurunnya jumlah IC 20,28% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp263.653.314.038, walaupun WACC meningkat dari 61,670% menjadi 73,917%pada tahun 2011, namun nilai ini tidak berpengaruh pada penurunan nilai COC. EVA Nilai tambah tercipta apabila perusahaan mampu menciptakan keuntungan di atas biaya modal perusahaan. Berdasarkan analisis EVA yang dilakukan pada PT. XYZ selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2008-2011, nilai EVA selalu bernilai negatif setiap tahunnya. Gambar 4 menunjukan nilai EVA yang dicapai perusahaan selama 4 (empat) tahun terakhir yang dipengaruhi nilai NOPAT dan COC. 300,000,000,000
200,000,000,000
Rupiah
100,000,000,000
0
-100,000,000,000
-200,000,000,000
-300,000,000,000 NOPAT
2008
2009
2010
2011
6,448,737,074
7,735,499,839
9,573,497,289
5,343,981,059
COC
267,260,449,197
173,195,954,438
203,950,915,065
194,885,200,196
EVA
-260,811,712,123
-165,460,454,599
-194,377,417,776
-189,541,219,137
Gambar 10 Grafik NOPAT, COC, EVA tahun 2008-2011 Berdasarkan Gambar 10, nilai EVA mengalami trend fluktuatif dan nilai EVA dari tahun 2008-2011 negatif, sehingga tidak ada nilai tambah ekonomi yang diciptakan terhadap perusahaan dan pemegang saham. Hal ini akibat tingginya biaya modal yang ditanggung perusahaan terhadap modalnya dan tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan atas modal yang ditanamkan dan biaya modal yang telah dikeluarkan. Dari Gambar 10 dapat diketahui bahwa nilai yang paling berpengaruh terhadap penurunan nilai EVA adalah COC, sehingga terdapat indikasi bahwa pengelolaan modal yang digunakan menjadi hal yang harus
23 diperhatikan apabila perusahaan ingin memperbaiki kinerja keuangan dan meningkatkan nilai EVA perusahaan, sehingga perusahaan dapat memberikan nilai tambah ekonomi kepada pemegang saham. Tabel 7 menunjukkan nilai dari NOPAT, COC dan EVA. Tabel 7 Nilai EVA tahun 2008-2011 (dalam rupiah) Tahun
NOPAT
COC
EVA
(a)
(b)
(c)=(a)-(b)
2008
6 448 737 074
267 260 449 197
-260 811 712 123
2009
7 735 499 839
173 195 954 438
-165 460 454 599
2010
9 573 497 289
203 950 915 065
-194 377 417 776
2011
5 343 981 059
194 885 200 196
-189 541 219 137
a
Sumber: Laporan Keuangan PT. XYZ (diolah)
Pada tahun 2008 nilai EVA Rp-260.811.712.123, nilai EVA negatif karena nilai NOPAT lebih kecil dari COC yang dikeluarkan. Pada tahun 2009 nilai EVA mengalami peningkatan menjadi Rp-165.460.454.599. Nilai ini meningkat dari tahun sebelumnya akibat menurunnya nilai COC menjadi Rp173.195.954.438 dari Rp267.260.449.197 di tahun 2008. NOPAT tahun 2009 meningkat menjadi Rp7.735.499.839 di tahun 2009 yang juga berpengaruh pada peningkatan nilai EVA. Tahun 2010 nilai EVA menurun kembali menjadi Rpdikarenakan COC meningkat menjadi 194.377.417.776, Rp203.950.915.065, walaupun nilai NOPAT paling besar pada tahun ini, yaitu Rp9.573.497.289. Namun nilai ini tidak bisa membuat EVA menjadi positif akibat nilai COC yang jauh lebih besar dibandingkan nilai NOPAT. Tahun 2011 nilai EVA Rp-189.541.219.137. Nilai ini mengalami peningkatan walaupun tetap negatif.
Implikasi Manajerial Nilai ratio profitabilitas perusahaan digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dalam mengasilkan laba, atau disebut tingkat kemampulabaan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis rasio profitabilitas PT. XYZ nilai NPM memiliki rataan 2,74%, nilai ROA memiliki rataan 0,28% dan nilai ROE memiliki rataan 6,59%. Secara keseluruhan nilai ini memiliki nilai pengembalian lebih kecil dibandingkan tingkat SBI dan nilai dari masing-masing rasio masih lebih rendah dibandingkan dengan harapan pemegang saham, yaitu 20%. Tingkat laba yang diperoleh perusahaan walaupun cendrung meningkat tapi nilainya masih lebih rendah dibandingkan harapan perusahaan. Selain melihat rasio profitabilitas juga diperlukan melihat kemampuan likuiditas perusahaan, yaitu melihat apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari aset lancar yang dimiliki dengan perhitungan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio. Nilai current ratio berfluktuasi dari tahun 2008-2011. Standar yang baik untuk menentukan kemampuan likuiditas perusahaan adalah 200% untuk
24 current ratio, nilai current ratio perusahaan pada tahun 2008 dan 2011 lebih rendah dari 200% dan pada tahun 2009-2010 nilai current ratio lebih besar 200%. Nilai quick ratio yang baik adalah lebih dari 100%, sedangkan hasil analisis nilai quick ratio dari tahun 2008-2011 adalah kurang dari 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa laba yang terus meningkat tidak menjamin kemampuan likuiditas perusahaan yang baik, terutama pada di tahun 2011 dengan laba tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun nilai current ratio dan quic ratio tidak memenuhi standar. Setelah melihat kemampulabaan perusahaan dan likuidasi perusahaan yang digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan bagi pemegang saham, maupun calon investor yang akan berinvestasi, maka analisis EVA diperlukan untuk melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah pemegang saham yang telah berinvestasi di perusahaan. Nilai EVA yang dihasilkan perusahaan mengindikasikan kemampuan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba sesungguhnya, karena dengan mempertimbangkan biaya dari setiap komponen modal untuk operasi perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah ekonomi bagi perusahaan itu sendiri dan bagi pemegang saham. Nilai EVA PT. XYZ dari tahun 2008-2011 terus bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi EVA negatif (EVA < 0) telah terjadi penurunan nilai kekayaan, dengan laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi setimpal dengan investasi yang ditanam, sehingga dapat dikatakan para manajer tidak melakukan tugasnya dengan baik. Untuk itu perusahaan harus meninjau kembali kinerja para manajer-manajer terkait pengelolaan aset dan modal. Untuk meningkatkan nilai ROA, ROE dan NPM tentunya perlu diperhatikan komponen pembentuk laba bersih, total aset dan total ekuitas, agar nilai yang dihasilkan dapat memberikan peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan. Laba dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan operasional melalui peningkatan penjualan unit. Peningkatan nilai penjualan dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah proyek, atau unit yang dibangun dan diharapkan nilai dari setiap unit dapat terus meningkat, sehingga secara tidak langsung meningkatkan nilai penjualan. Hal ini harus menggunakan strategi pemasaran yang baik dalam meningkatkan nilai proyek dan penjualan. Selain itu perusahaan harus mengoptimalkan pengelolaan aktiva dan modal yang dimiliki, agar dapat meningkatkan laba bersih. Selain ratio profitabilitas yang penting untuk diperhatikan, tentunya perusahaan harus melihat bagaimana tingkat likuiditasnya, karena tingkat aset likuid yang dimiliki perusahaan sangat penting untuk menjamin kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya laba tidak menjamin bahwa tingkat likuiditasnya tinggi. Berdasarkan hasil analisis Current ratio nilainya sudah cukup baik, walaupun pada tahun 2008 dan 2011 di bawah 200%, namun sudah mendekati 200%, sehingga di pandang kreditur perusahaan dianggap dalam keadaan yang kuat. Dipandangan pemegang saham, manajer telah mampu mendayagunaan current asset secara baik dan efektif, karena nilai current ratio tidak terlalu tinggi, ataupun terlalu rendah. Saldo kas dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
25 tingkat perputaran piutang, serta persediaan. Namun apanila dilihat dari analisis quick ratio, nilainya masih jauh dibawah 100%, dikarenakan tingginya tingkat persediaan (aset kurang baik tingkat likuiditasnya). Untuk itu perusahaan harus mampu mengelola dan mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi berkelanjutan pada biaya minimum. Dari analisis quick ratio, terlihat bahwa nilai aset lancar masih lebih kecil dibandingkan dengan persediaan. Semakin baik rasio keuangan yang dihasilkan perusahaan, maka dapat menjadi nilai tambah dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan oleh para investor, atau pemegang saham, sehingga akan dapat meningkatkan nilai per lembar saham yang dikeluarkan, yang nantinya dapat meningkatkan nilai modal. Secara keseluruhan perusahaan harus mengontrol kembali pengelolaan aktiva, ekuitas dan penjualan yang optimal agar dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan modal dan aset yang telah ditanamkan. Rasio profitabilitas dan likuiditas ini menjadi pertimbangan cukup penting bagi kreditur dalam mengucurkan dananya untuk kegiatan perusahaan, baik sekarang maupun ke depannya, karena tentunya dalam suatu bisnis perusahaan tidak lepas dari pinjaman pada bank dan pihakpihak lainnya, sehingga seharusnya memiliki rasio profitabilitas dan likuiditas baik. Berdasarkan EVA, dapat dikatakan kinerja keuangan PT. XYZ kurang baik, karena tidak dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi perusahaan, dikarenakan tingginya biaya modal yang dikeluarkan yang tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu para pemegang saham harus meninjau kembali kinerja manajer-manajer yang memegang peranan penting bagi perusahaan, misalnya berkumpulnya para pemegang saham untuk berencana menyelidiki kinerja para manajer, atau yang sering disebut dengan agensi. Dalam agensi ini pemegang saham akan menunjuk seseorang, atau CEO perusahaan untuk mengawasi kinerja manajer dan bagina-bagian penting lainnya. Melalui perbaikan baik dari sisi keuangan maupun non keuangan, diharapkan dapat meningkatkan rasio keuangan perusahaan yang berguna sebagai gambaran bagi calon investor baru untuk menanamkan modal dan kreditur yang telah meminjamkan dana bagi perusahaan, serta bagi pemegang saham yang telah menjalankan bisnisnya akan mengetahui apakah telah memperoleh pengembalian proporsional bagi dirinya, maupun bagi perusahaannya melalui metode EVA. Oleh karena itu, analisis EVA penting untuk diperhatikan dan memberikan masukan, apakah pengelolaan struktur modal perusahaan telah sesuai dengan pengembalian yang didapat..
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Nilai NPM berfluktuatif, dimana pada tahun 2008-2010 NPM tidak mencapai 1%, sedangkan pada tahun 2011 nilai NPM meningkat nyata yaitu menjadi 8,897%. Namun rataan nilai NPM yang dicapai selama 4
26 (empat) tahun (tahun 2008-2011) hanya 2,74%, nilai ROA yang dicapai perusahaan cenderung meningkat, namun nilainya selama 4 (empat) tahun tidak mencapai 1%. dan nilai ROE yang dicapai perusahaan fluktuatif, yaitu mulai tahun 2008-2011 (5,139%, 8,242%, 2,480% dan 10.502%). Rataan nilai ROE selama 4 (empat) tahun 6,59% dan secara keseluruhan nilai rataan rasio profitabilitas lebih rendah dibandingkan nilai SBI (7,407%) dan lebih rendah dari harapan investor, yaitu dimana harapan investor 20%, sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan berdasarkan rasio profitabilitas, atau tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masih kurang baik. 2. Berdasarkan analisis rasio likuiditas pada perusahaan, pada current ratio sudah cukup baik, walaupun pada tahun 2008 dan 2011 nilainya masih sedikit di bawah 200%, namun secara keseluruhan nilainya tidak terlalu rendah, ataupun terlalu tinggi dengan rataan 206,612%. Pada quick ratio pada tahun 2008-2011 nilainya masih jauh dibawah 100%, sehingga tingkat solvensi jangka pendek perusahaan masih kurang baik, akibat tingginya tingkat persediaan yang merupakan aset kurang likuid. 3. EVA yang dihasilkan perusahaan selama periode 2008-2011 menghasilkan angka negatif (EVA<0). Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja tidak baik dan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan perusahaannya sendiri.
Saran Saran mengenai analisis kinerja keuangan kepada perusahaan : 1. Perusahaan maupun pemegang saham perlu mempertimbangkan metode EVA dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, karena terkait dengan kesejahteraan pemegang saham dan kondisi perusahaan yang melakukan pengembangan di beberapa daerah yang akan dilaksanakan mulai tahun 2013-2014, dimana diperlukan kondisi modal, atau keuangan yang baik. 2. Perhitungan kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan dan EVA dapat dijadikan acuan bagi perusahaan bila akan melakukan go public, maka dari itu perusahaan harus memperbaiki dulu kinerja keuangannya sebelum melakukan go public. 3. Dari analisis rasio keuangan dan EVA, perusahaan harus mengontrol kembali kinerja para manajernya melalui sistem pengawasan internal dengan memberi wewenang pada CEO untuk mengawasi kinerja manajernya, karena tingkat pengembalian selama ini yang tidak sesuai terhadap modal, hutang, dan aset yang telah diinvestasikan untuk kegiatan operasi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Anugrah P. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Periode 2005-2009 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
27 Bastian A. 2007. Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Economic Value Added (EVA) dalam Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Fordema Vol. 7 (2): hal 257-270. Fahmi I. 2012a. Analisis Kinerja Keuangan.Bandung (ID): Alfabeta. 2012b. Analisis Laporan Keuangan. Dimas Handi, editor. Bandung (ID): Alfabeta. Ginting B. 2012. Binsis Property. [2012 Okt 10]. Tersedia pada : http: //w ww.rumah.com/berita-properti/2012/1/206/bisnis-properti2012growth atau-booming-. Grahandaka M, 2010, Pasar Properti Indonesia Beranjak Booming. [2012 Desember 10]. Tersedia pada : http://www.vibiznews.com/knowled gelib/property_others/Pasar %20Properti%20 Indonesia%20Bera njak%20Bo oming.pdf. Gupta S. (2007). Value-based Performance Management: Creating Value for Shareholders. The Icfaian Journal of Management Research, 6(1): hal 40-62. Di dalam Moghaddam, Abolfazl Ghadiri dan Hossein Shoghi. 2012. A Study of Refined Economic Value Added Explanatory Power Associated with MVA & EPS in Tehran Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Vol 3 (9). [Diunduh 2012 November 20]. Tersedia pada : http://www.search.proquest.com/doc view/964018799/13AF015472 1E27BDBB/1?accountid=32819 . Hanafi M dan Halim A. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): . UPP STIM YKPN. Hilton WR and Platt ED. 2009. Managerial Accounting. Mc Graw-Hill, Singapore. Di dalam : Liestiyowati, editor. [Diunduh 2013 Maret 14]. Tersedia pada : http://www.akuntan-si.blogspot.com/2011/10/mengh itung-eva-economic-value-added.html. Kamaludin dan Indriani R. 2012. Manajemen Keuangan : Konsep Dasar dan Penerapannya. Bandung (ID): Mandar Maju. Keown AJ, David FS, Martin JD dan Petty JW. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Aplikasi. Haryandini, penerjemah. Bambang Sarwiji, editor. Jakarta (ID): PT. Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari : Financial Management: Principles and Applications. Ed ke-9. Lesmana R dan Surjanto. 2003. Financial Performance Analyzing. Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan, Yayasan, BUMN/BUMD dan organisasi Lainnya. Jakarta (ID): PT. Elex Media Kmputindo. Margaretha F. 2011. Manajemen Keuangan untuk Manajer Nonkeuangan. Novietha I.Sallama, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Ed ke-4. Munawir S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty Yogyakarta. Poerasdisastra T. 2003. Menelanjangi Fatamorgana Laba Perusahaan. 2012 Des 26] Tersedia pada : [diunduh http://swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php? cid =1&id=1491.
28 Pradhono. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Di dalam Jurnal Akuntansi dan Keuanga, 7 (2): hal140-166. [2012 Des 26]. Tersedia pada : mber 2012). http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku /article/vi ew/16159. Riyanto. 2008. Rasio Likuiditas. [diunduh 2013 Mei 07] Tersedia pada : http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-likuiditas.html#.Uyug UTx3Oi4. Tunggal AW. 2001. Economic Value Added atau EVA: Teori, Soal dan Kasus. Jakarta (ID): Harvarindo. Warsidi dan Bambang AP. 2000. Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangandalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ [Internet]. Jakarta (ID): Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi. Vol. 2 No. 1, 2000: hal 111., [diunduh 2012 Des 26]. Tersedia pada: http://www.warsidiakuntan.tripod.com/skrpsi/skripsi.htm. Young SD dan O’Byrne SF. 2001. EVA dan Manajemen berdasarkan Nilai : Panduan Praktis untuk Implementasi. Lusy W, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari:EVA and Value-Based Management. Ed ke-1.
29
LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan NPM, ROA, ROE, current ratio dan quick ratio Perhitungan NPM Tahun
Laba Bersih
Penjualan
NPM(%)
(a)
(b)
(a)/(b)x100%
2008
541 690 574
64 314 005 454
0,842
2009
946 899 686
182 629 659 084
0,518
2010
1 055 015 210
143 970 426 132
0,733
2011
4 992 006 076
56 109 738 162
8,897
Perhitungan ROA Tahun
Laba Bersih
Total Asset
ROA (%)
(a)
(b)
(a)/(b)x100%
2008
541 690 574
691 493 900 623
0,078
2009
946 899 686
575 549 697 067
0,165
2010
1 055 015 210
557 571 879 298
0,189
2011
4 992 006 076
707 585 341 168
0,705
Laba Bersih
Modal Sendiri
ROE (%)
(a)
(b)
(a)/(b)x100%
Perhitungan ROE Tahun 2008
541 690 574
10 541 690 574
5,139
2009
946 899 686
11 488 590 260
8,242
2010
1 055 015 210
42 543 605 470
2,480
2011
4 992 006 076
47 535 611 546
10,502
Perhitungan Current Ratio Current Assets
Current Liabilities
Current Ratio (%)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)x100%
2008
681 238 809 429
346 029 336 325
196,873
2009
569 543 914 113
249 881 215 477
227,926
2010
555 655 149 658
226 860 002 882
244,933
2011
695 707 430 769
443 932 027 130
156,715
Tahun
Perhitungan Quick Ratio Current Assets
Current Liabilities
Inventories
Quick Ratio (%)
(a)
(b)
(c)
(d)=(a)-(c)/(b)x100%
2008
681 238 809 429
346 029 336 325
612 760 751 044
19,790
2009
569 543 914 113
249 881 215 477
519 520 501 376
20,019
2010
555 655 149 658
226 860 002 882
485 346 209 777
30,992
2011
695 707 430 769
443 932 027 130
550 321 005 987
32,750
Tahun
30
Lampiran 2 Perhitungan D, rd*, E dan re. Perhitungan D Tahun
Total Hutang
Total Hutang dan Ekuitas
Proporsi Hutang (D)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)x100%
2008
680 952 210 049
691 493 900 623
98,476
2009
564 061 106 807
575 549 697 067
98,004
2010
515 028 273 828
557 571 879 298
92,370
2011
660 049 729 622
707 585 341 168
93,282
Perhitungan rd* Tahun
Beban Bunga Pinjaman
Total Hutang
Biaya Hutang (rd)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)
Tax
1-Tax
rd*
(d)
(e)=(c)x (d)x100%
2008
5 907 046 500
680 952 210 049
0,009
0,186
0,814
0,706
2009
6 788 600 153
564 061 106 807
0,012
0,689
0,311
0,375
2010
8 518 482 079
515 028 273 828
0,017
0,720
0,280
0,463
2011
351 974 983
660 049 729 622
0,001
0,323
0,677
0,036
Perhitungan E Tahun
Total Ekuitas
Total Hutang dan Ekuitas
Proporsi Ekuitas (E)
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)x100%
2008
10 541 690 574
691 493 900 623
1,524
2009
11 488 590 260
575 549 697 067
1,996
2010
42 543 605 470
557 571 879 298
7,630
2011
47 535 611 546
707 585 341 168
6,718
Perhitungan re Tahun
Laba (Rugi)
Total Ekuitas
Biaya Ekuitas
(a)
(b)
(c)=(a)/(b)x100%
2008
541 690 574
10 541 690 574
5,139
2009
946 899 686
11 488 590 260
8,242
2010
1 055 015 210
42 543 605 470
2,480
2011
4 992 006 076
47 535 611 546
10,502
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 14 Februari 1991 sebagai anak pasangan dari Sulaimi Fitriyansyah dan Ika Mukaromah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Tembokrejo 1 (1997-2003), pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Srono (2003-2006), dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Genteng di Jawa Timur (2006-2009). Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Himpunan Profesi Manajemen (COM@) maupun Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM). Penulis aktif dalam mengikuti seminar dan pelatihan yang berhubungan dengan kewirausahaan yang diadakan oleh Fakultas maupun IPB. Penulis pernah menjadi staff keuangan UKM KOPMA IPB. Penulis juga merupakan asisten Fisika selama 4 (empat) semester, atau 2 (dua) tahun berturut-turut. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan perlombaan kewirausahaan yang diadakan IPB DIKTI (PKMKewirausahaan 2011). Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan Pascasarjana Strata Dua (S2) di IPB Departemen Ilmu Manajemen FEM melalui program akselerasi S1-S2.