JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 5 GHz di Lingkungan dalam Gedung Desi Natalia, Suwadi, dan Devy Kuswidiastuti Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak—Dalam sistem komunikasi, pengiriman data bisa melalui berbagai macam media seperti kabel tembaga, kabel fiber optik, dan udara (free space loss). Media udara digunakan pada sistem komunikasi nirkabel. Sistem komunikasi ini akan mengalami gangguan atau interferensi yang disebabkan oleh keberadaan sejumlah penghalang, sehingga mengakibatkan terjadinya lintasan jamak atau multipath fading. Di lingkungan dalam gedung, terdapat penghalang berupa dinding, meja, lantai, maupun furnitur lainnya. Teknik yang memanfaatkan keberadaan multipath fading salah satunya adalah Multiple-Input Multiple-Output (MIMO). Salah satu skema MIMO yaitu SpaceTime Block Code (STBC), yakni metode pengiriman beberapa replika sinyal informasi pada kanal fading. Teknik STBC yang digunakan pada tugas akhir ini adalah pengkodean Alamouti untuk dua antena pemancar, dan pengkodean Tarokh untuk penggunaan empat antena pemancar. Sedangkan pada sisi penerima digunakan Maximal-Ratio Combining (MRC) sebagai combiner untuk proses decoding. Dalam tugas akhir ini, MIMO bekerja pada kanal frekuensi 5 GHz indoor yang dimodelkan oleh IEEE 802.11n channel B dan disimulasikan pada software Matlab R2014a. Dengan bandwidth terbatas, sistem MIMO dengan kanal ini mampu menunjukkan kinerja yang baik. Bit Error Rate (BER) diperoleh dari matriks kanal 2x2 dan 4x4 dengan pengkodean STBC. Terdapat selisih nilai SNR pada kedua matriks kanal tersebut, yakni 3,1 dB lebih besar untuk matriks kanal 4x4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah antena yang digunakan, maka hasil kinerja dan kapasitas akan semakin baik.
sebuah data. Jangkauan yang bisa ditempuh untuk area dalam ruangan adalah 10 meter [1]. Saat mengirimkan data dari antena pemancar menuju antena penerima memungkinkan jalur yang ditempuh berupa Line of Sight (LOS) maupun Non-Line of Sight (NLOS). Frekuensi 5 GHz memiliki potensi untuk digunakan dalam sistem komunikasi nirkabel di Indonesia. Walaupun memiliki bandwidth yang terbatas, frekuensi 5 GHz memiliki karakteristik yang cocok untuk digunakan pada ruangan NLOS [2]. Dengan adanya multipath fading yang muncul di lingkungan dalam gedung akan dimanfaatkan sebagai media untuk menyalurkan data melalui teknik sistem komunikasi multi antena, atau sering kali disebut dengan Multiple Input Multiple Output (MIMO). Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis kinerja dan kapasitas dari sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz di dalam ruangan sebuah gedung. Keluaran yang diperoleh berupa grafik nilai BER terhadap SNR pada kanal frekuensi 5 GHz indoor yang dimodelkan oleh IEEE 802.11n channel B, dengan menggunakan beberapa teknik transmisi Space-Time Block Code (STBC). Pengkodean STBC yang digunakan adalah STBC Alamouti yang melibatkan dua antena pada sisi pemancar [3] dan STBC Tarokh yang melibatkan lebih dari dua antena pada sisi pemancarnya [4].
Kata Kunci— IEEE 802.11n channel B, Multipath fading, Multiple Input Multiple Outtput (MIMO), Space-Time Block Code (STBC).
II. SISTEM KOMUNIKASI MIMO STBC
P
I. PENDAHULUAN
ERKEMBANGAN teknologi semakin pesat, hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia yang menuntut adanya kecepatan data transmisi tinggi serta sistem yang handal serta efisisen. Teknologi sistem komunikasi tersedia melalui media kabel maupun tanpa kabel. Pada sistem komunikasi tanpa kabel seiring kali mengalami permasalahan yakni adanya penghalang di antara pemancar (Tx) dan penerima (Rx). Sistem komunikasi antara transmitter dan receiver bisa dilakukan pada lingkungan indoor maupun outdoor. Ketika di dalam ruangan, yang menjadi penghalang yaitu dinding dan furniture yang membatasi jangkauan pada ruangan sehingga akan mempengaruhi proses pengiriman
Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) adalah penggunaan multi antena pada sisi pemancar dan penerima, serta memiliki ciri khusus yakni terdapat kejadian random fading yang merupakan kehandalan terhadap propagasi lintasan jamak (multipath). Model sistem komunikasi MIMO ditunjukkan oleh gambar 1. Penggunaan antenna array pada sisi pemancar dan penerima di lingkungan propagasi dengan memberikan efek scattering yang cukup dapat meningkatkan throughput dan coverage sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan efisiensi spektrum dan kemudian mampu meningkatkan kapasitas sistem. Lintasan langsung atau Line-of-Sight (LOS) antara pemancar dan penerima diinginkan karena mampu meminimalisir penghamburan dan absorbsi sinyal. Tetapi dalam kondisi tertentu, multipath fading yang diakibatkan oleh benda-benda penghambur sinyal justru menghasilkan kapasitas
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
kanal yang jauh lebih besar daripada kondisi kanal yang Lineof-Sight (LOS) pada sistem MIMO.
K e j11 H P j21 K 1 e
e j12 1 x11 K 1 x21 e j22
x12 x22
(2)
K Hrician merupakan komponen Line-of-Sight (LOS), K +1 1 Hrayleigh merupakan komponen Non-Line K +1
sedangkan
Gambar 1. Model sistem MIMO (a) 2x2, (b) 4x4
A. Macam-macam Teknik MIMO Teknik MIMO dibagi menjadi dua, yaitu spatial multiplexing dan spatial diversity. Definisi dari spatial multiplexing adalah dua atau lebih antena pemancar mengirimkan data yang berbeda secara paralel. Tujuannya untuk mendapatkan kapasitas kanal yang besar dengan cara memecah aliran data yang berlaju tinggi. Sedangkan spatial diversity adalah beberapa replika sinyal informasi dikirim dari dua atau lebih antena pemancar yang berbeda secara paralel. Data informasi yang dikirim berupa informasi asli dan informasi duplikat. Spatial diversity memiliki tujuan untuk meningkatkan Signal-to-Noise Ratio (SNR) dan meningkatkan kualitas link antara transmitter dan receiver [5]. Gambar 2.5 dan 2.6 menunjukkan teknik spatial multiplexing dan spatial diversity dengan menggunakan dua antena pemancar dan dua antena penerima.
of Sight (NLOS). K adalah faktor rician dan P adalah power masing-masing lintasan. Xij (i-th antena penerima dan j-th antena pemancar) berkorelasi rataan-nol, varians satu, dan random variabel Gaussian kompleks dianggap sebagai koefisien dari variabel NLOS (matriks reyleigh), sedangkan adalah elemen dari fixed LOS (matriks rician). Hal ini diasumsikan bahwa setiap tap terdiri dari sejumlah sinar individu sehingga asumsi complex Gaussian berlaku. P pada persamaan (1) merupakan jumlah dari fixed LOS power dan variable NLOS power (jumlah daya dari semua tap)[1]. Parameter model kanal frekuensi 5 GHz adalah sebagai berikut: Tabel 1. Parameter untuk IEEE 802.11n channel B [1] Nama Model
Kondisi
Faktor Rician K (dB)
RMS delay spread (ns)
No. cluster
B
LOS dan NLOS
∞/0
15
2
Untuk kanal HLOS dapat dijabarkan pada persamaan 2.3, yang ditentukan berdasarkan komponen LOS [7], [8], dan [9].
1 1 d Rx dTx e j 2 π λ sin(AoARx ) e j 2π λ sin(AoDTx ) . H LOS (t)= e j 2 πfd t .... .... d d j 2 π Rx (M -1 )sin(AoARx ) j 2 π Tx (N -1 )sin(AoDTx ) e λ e λ
Gambar 2. Teknik Spatial Multiplexing
dengan,
f d (v / )cos ; DoA AoARx ; c / f c Gambar 3. Teknik Spatial Diversity
B. Pemoodelan Kanal Model kanal yang digunakan pada frekuensi 5 GHz ialah model IEEE 802.11n channel B dengan bandwidth 48 MHz. Formula dari matriks MIMO adalah sebagai berikut [1], [6] :
K 1 H= P H rician + H rayleigh K +1 K +1
(1)
Keterangan : dTx : spasi antena pemancar dRx : spasi antena penerima v : kecepatan scaterrer (1,2 km/jam) c : kecepatan udara (3x108 m/s) AoARx : Angel-of-Arrival pada antena penerima AoDTx : Angel-of-Departure pada antena pemancar DoA : Direction-of-Arrival M : jumlah antena penerima N : jumlah antena pemancar
T
(3)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
Kanal MIMO terdiri sejumlah dari antena pemancar {1,2,...,MT} dan antena penerima {1,2,...,MR}, kanal waktu diskrit dimodelkan menggunakan persamaan (4) sebagai berikut [1] : (4)
Y = H .x+n
Y adalah nilai keluaran kanal (MR x 1). x adalah nilai data yang ditransmisikan (MT x 1). H adalah respon impuls kanal (MR x MT) dan n adalah additive white gaussian noise (AWGN). AWGN adalah noise yang bersifat aditif, memiliki fungsi rapat probabilitas distribusi Gaussian, dan rapat daya yang konstan untuk semua frekuensi. Sedangkan respon kanal H terdistribusi secara Rician untuk komponen LOS dan Rayleigh untuk komponen NLOS. C. Space-Time Block Code (STBC) STBC merupakan salah satu teknik dalam MIMO yang menggunakan diversitas ruang (space diversity). Prinsip dari STBC ialah sebuah simbol mempunyai replika yang akan ditransmisikan orthogonal satu sama lainnya dengan cara menggeser kompleksitasnya. Tujuan dari sistem ini adalah memperoleh kualitas sinyal yang tinggi dengan cara memenfaatkan teknik diversity pada transmitter dan receiver. STBC Alamouti merupakan pengkodean yang digunakan untuk dua buah antena pemancar [3], sedangkan STBC Tarokh adalah pengkodean pada lebih dari dua antena pemancar [4]. Matiks pengkodean untuk STBC Alamouti pada persamaan (5) dan STBC Tarokh pada (6).
s S 1* s2
s2 s1
(5)
(7) i 1 Dengan nilai r menyatakan matriks kanal H dari operasi SVD, Es/N0 menyatakan Signal to Noise Power, MT merupakan jumlah antena pemancar, dan λ merupakan nilai eigen positif dari HHH yang menyatakan power gain kanal. r
C log 2 1
Es MT N 0 i
III. PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI A. Metodologi Penelitian Kanal frekuensi 5 GHz indoor untuk sistem komunikasi MIMO dimodelkan oleh IEEE 802.11n channel B yang terdistribusi Rician dan Rayleigh serta mengalami penambahan noise AWGN. Untuk mengetahui performansi kanal tersebut, maka dilakukan penelitian pada MIMO STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4. Kemudian dilakukan perhitungan nilai kapasitas pada masing-masing sistem. Proses penelitian dapat dilihat pada gambar 4. start
Studi literatur Penentuan parameter yang dibutuhkan Pemodelan kanal MIMO indoor 5 GHz Pemahaman pengkodean STBC Proses simulasi menggunakan software Matlab
Pengambilan data hasil simulasi
C4,1/2
s1 s 2 s3 s4 * s 1* s2 s* 3 * s4
s2
s3
s1
s4
s4
s1
s3
s2
s2*
s3*
s1*
s4*
s4*
s1*
* 3
s
s
* 2
s4 s3 s2 s1 s4* s3* s2* s1*
Mencari nilai BER vs SNR
Mencari nilai kapasitas sistem MIMO
Analisis hasil simulasi
(6)
D. Kapasitas Sistem MIMO Kapasitas sistem MIMO memiliki satuan bps/Hz dan dapat diartikan sebagai banyaknya informasi yang dapat dikirimkan melalui kanal. Operasi dekomposisi nilai singular atau Singular Value Decomposition (SVD) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendiagnosis matriks dan menentukan nilai eigennya, dalam hal ini bertujuan untuk mengestimasi matirks respons kanal. Rumus kapasitas MIMO pada persamaan (7) berikut ini [1], [10].
end
Gambar 4. Diagram alir proses penelitian
B. Pemodelan Sistem MIMO Terdapat beberapa parameter khusus dalam simulasi sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz indoor dengan Matlab R2014a, antara lain : 1. Data yang dibangkitkan sebanyak 1.000.000 2. Bekerja pada modulasi BPSK dan QPSK 3. Simulasi sinyal dalam kondisi flat fading, yaitu dengan rms delay spread sebesar 15 ns 4. Matriks antena pemancar-penerima ialah 2x2 dan 4x4 5. Pengkodean yang digunakan adalah STBC Alamouti untuk matriks 2x2 dan STBC Tarokh untuk matriks 4x4 6. Model kanal yang digunakan adalah IEEE.802 11n channel B terdiri dari Rician fading dan Rayleigh fading [2] dengan menambahkan noise AWGN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 7. Combiner yang digunakan pada antena penerima adalah Maximal-Ratio Combining (MRC) 8. Perhitungan BER dilakukan dengan metode Monte Carlo 9. Kapasitas kanal dihitung menggunakan operasi kanal Singular Value Decomposition (SVD) dengan metode Shannon
4 receiver. Pada transmitter terdapat proses input data, modulasi M-arry PSK, dan encoding STBC. Kanal transmisi mengalami proses distribusi Rician dan Rayleigh serta terdapat penambahan noise AWGN. Sedangkan pada receiver akan mengalami proses kebalikan dari sisi transmitter, yakni decoding STBC, deteksi sinyal, demodulasi M-arry PSK, dan proses data output. C. Perhitungan Kapasitas Setelah diperoleh nilai BER terhadap SNR untuk mengetahui performansi sistem, langkah selanjutnya yaitu menghitung besarnya kapasitas dari kanal frekuensi 5 GHz indoor. Besarnya nilai kapasitas benrgantung pada jumlah elemen antena yang digunakan masing-masing sistem. IV. ANALISIS HASIL SIMULASI Hasil simulasi bertujuan untuk menganalisis kinerja dan kapasitas dari sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz indoor. Kinerja sistem komunikasi MIMO dilakukan evaluasi berdasarkan jumlah bit yang salah dari total jumlah bit yang ditransmisikan. A. Analisis Sistem Komunikasi MIMO STBC Alamouti 2x2 Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa saat daya transmisi sebesar 1 Watt, diperoleh daya pancar sebesar 3 dB oleh BPSK terhadap QPSK pada nilai BER10-5. Sedangkan untuk daya transmisi bernilai 2 Watt, membutuhkan daya pancar sebesar 3 dB untuk memperoleh nilai BER yang sama dengan daya pancar 1 Watt pada modulasi QPSK. B. Analisis Sistem Komunikasi MIMO STBC Tarokh 4x4
Gambar 5. Blok sistem MIMO STBC Alamouti 2x2
Gambar 6. Blok sistem MIMO STBC Tarokh 4x4
Gambar 5 dan 6 merupakan blok sistem komunikasi MIMO STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4. Pemodelan sistem MIMO tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian transmitter, bagian kanal transmisi, dan bagian
Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa saat daya transmisi sebesar 1 Watt, diperoleh daya pancar sebesar 0,1 dB oleh BPSK terhadap QPSK pada nilai BER10-5. Sedangkan untuk daya transmisi bernilai 2 Watt, membutuhkan daya pancar sebesar 2,9 dB untuk memperoleh nilai BER 10 -5 dengan daya pancar 1 Watt pada modulasi QPSK. C. Analisis Perbandingan Hasil Sistem Komunikasi MIMO STBC 2x2 dan 4x4 Hasil perbandingan sistem komunikasi MIMO 2x2 dan 4x4 dapat dilihat pada gambar 9 dan tabel 2, yaitu perbandingan nilai BER yang dicapai oleh masing-masing sistem MIMO dengan daya transmisi yang bervariasi. Pada saat daya transmisi sebesar 0,25 Watt, nilai BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 14,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 12 dB pada modulasi QPSK. Kemudian untuk daya transmisi sebesar 0,5 Watt, nilai BER mencapai 10-5 oleh MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 6,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 5,2 dB. Daya transmisi sebesar 0,75 Watt, nilai BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 adalah saat Eb/No bernilai 9,5 dB, dan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 6,5 dB. Ketika daya transmisi sebesar 1 Watt, nilai BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 8,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 5,4 dB. Dan saat daya transmisi sebesar 2 Watt, nilai BER mencapai 10-5 untuk MIMO 2x2 yakni saat Eb/No bernilai 5,5 dB, sedangkan MIMO 4x4 saat Eb/No bernilai 2,5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
dB pada modulasi QPSK. Pada sistem MIMO 4x4 dapat menghemat penggunaan daya pancar sebesar 2-3 dB dari MIMO 2x2. Penggunaan empat antena pada sisi pemancar dan penerima memiliki nilai BER lebih baik dibandingkan penggunaan dua antena pada kedua sisinya.
-2
10 BER (dB)
Tabel 2. Perbandingan nilai BER MIMO STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4 dengan daya transmisi bervariasi pada modulasi QPSK
P=0,25 Watt (QPSK 2x2) P=0,25 Watt (QPSK 4x4) P=0,5 Watt (QPSK 2x2) P=0,5 Watt (QPSK 4x4) P=0,75 Watt (QPSK 2x2) P=0,75 Watt (QPSK 4x4) P=1 Watt (QPSK 2x2) P=1 Watt (QPSK 4x4) P=2 Watt (QPSK 2x2) P=2 Watt (QPSK 4x4)
-1
10
-3
10
SNR [dB] modulasi BER
P=0,25
P=0,5
P=0,75
P=1
P=2
-4
10
2x2
4x4
2x2
4x4
2x2
4x4
2x2
4x4
2x2
4x4
10-3
10
8,2
6,5
5,2
5
4
4
2,2
1
-
10
12
10,2
9
7,2
7,5
5,3
6,5
4,2
3
1,2
10-5
14,5
12
11,5
9
9,5
6,5
8,5
5,4
5,5
2,5
10
17
13
14
10
11,5
8
9,5
7
7
4
-4
-6
-5
10
0
2
4
6
8
10 12 Eb/N0 (dB)
14
16
18
20
Gambar 9. Grafik perbandingan BER STBC Alamouti 2x2 dan STBC Tarokh 4x4 sistem MIMO 25
P=0,25 Watt (BPSK 2x2) P=0,5 Watt (BPSK 2x2) P=0,75 Watt (BPSK 2x2) P=1 Watt (BPSK 2x2) P=2 Watt (BPSK 2x2) P=0,25 Watt (QPSK 2x2) P=0,5 Watt (QPSK 2x2) P=0,75 Watt (QPSK 2x2) P=1 Watt (QPSK 2x2) P=2 Watt (QPSK 2x2)
-1
10
-2
BER (dB)
10
-3
10
4
6
8
10 12 Eb/N0 (dB)
14
16
18
20
Gambar 7. Grafik kinerja MIMO STBC Alamouti 2x2 pada kanal frekuensi 5 GHz indoor dengan daya transmisi bervariasi P=0,25 Watt (BPSK 4x4) P=0,5 Watt (BPSK 4x4) P=0,75 Watt (BPSK 4x4) P=1 Watt (BPSK 4x4) P=2 Watt (BPSK 4x4) P=0,25 Watt (QPSK 4x4) P=0,5 Watt (QPSK 4x4) P=0,75 Watt (QPSK 4x4) P=1 Watt (QPSK 4x4) P=2 Watt (QPSK 4x4)
-1
10
-2
BER (dB)
10
-3
10
-4
10
-5
10
0
2
4
6
8
10 12 Eb/N0 (dB)
14
16
18
10
5
0
2
4
6
8
10 SNR
12
14
16
18
20
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
-5
2
15
Gambar 10. Grafik perbandingan kapasitas sistem MIMO 2x2 dan 4x4 pada kanal frekuensi 5 GHz indoor
-4
0
20
0
10
10
MIMO 2x2 MIMO 4x4
Capacity
D. Kapasitas Kanal Dari gambar 10., dapat ditunjukkan bahwa MIMO dengan jumlah antena yang lebih banyak memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Jika dilihat pada level SNR 10 dB, penambahan elemen antena pada kedua sisi menghasilkan peningkatan sebesar ±10 bps/Hz. Peningkatan kapasitas tersebut bersifat linier, yaitu semakin besar level SNR, maka nilai kapasitas akan mengalami peningkatan secara tajam dan continue.
20
Gambar 8. Grafik kinerja MIMO STBC Tarokh 4x4 pada kanal frekuensi 5 GHz indoor dengan daya transmisi bervariasi
Kesimpulan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Kinerja sistem komunikasi MIMO dengan STBC Tarokh 4x4 lebih baik daripada penggunaan STBC Alamouti 2x2. Dapat dilihat pada saat daya transmisi sama sebesar 1 Watt untuk nilai BER 10-5, memiliki selisih daya pancar sebesar 3,1 dB. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan jumlah antena transmisi, sehingga MIMO 4x4 direkomendasikan untuk sistem komunikasi di lingkungan dalam gedung pada frekuensi 5 GHz. 2. Jenis modulasi memberikan pengaruh terhadap performansi sistem komunikasi. Dalam hal ini, penggunaan modulasi pada sistem MIMO pada kanal frekuensi 5 GHz indoor bergantung pada tingkatan orde, yakni berdasarkan jumlah bit informasi yang digunakan untuk mengirimkan satu simbol. Dalam hal ini, modulasi BPSK memiliki kinerja yang lebih baik daripada modulasi QPSK, yaitu pada MIMO STBC Alamouti 2x2 mengalami penghematan daya pancar sebesar 3 dB saat mencapai nilai BER 10-5. Sedangkan MIMO STBC Tarokh 4x4 mengalami penghematan daya pancar sebesar 0,1 dB saat mencapai nilai BER 10-5. 3. Selisih nilai kapasitas MIMO 2x2 dan 4x4 adalah sekitar 5 bps/Hz, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 banyaknya elemen antena pada kedua sisi memberikan pengaruh terhadap kapasitas sistem komunikasi. DAFTAR PUSTAKA [1] S., Kirthiga dkk, “Performance and Capacity Analisys of MIMO System at 5 GHz and 60 GHz in Indoor Environment”, IEEE Issue 11, vol 11, November, 2012. [2] Yu, Kai dkk, “A Wideband Statistical Model for NLOS Indoor MIMO Channels”, IEEE Vehicular Technology Conference, vol. 1, pp. 370-374, Spring, 2002. [3] Alamouti, Siavash M., “A Simple Transmit Diversity Technique for Wireless Communications”, IEEE Journal on Selected Areas in Communications, vol. 16, no.8, pp. 1451-1458, October, 1998. [4] Tarokh, Vahid dkk, “Space-Time Block Codes from Orthogonal Designs”, IEEE Transaction on Information Theory, vol. 45, no. 5, pp. 1456-1467, July, 1999. [5] Costa, Nelson dkk, “Multiple-Input, Multiple-Output Channel Model”, The Institute of Electrical and Electronis Engineers, Inc, New York, 2010. [6] Erceg, Vinko dkk, “TGn Channel Models”, IEEE 802.11 document 03/940rb, January, 2004. [7] Xiong, Fuqin, “Digital Modulation Techniques”, Artech House Telecommunications Library 2nd edition, Boston, London, 2006. [8] Schumacher, Laurent dkk, “”, FUNDP, The University of Namur, Belgium, January, 2004. [9] P.F.C., Eggers, “Angular Dispersive Mobile Radio Environment Sensed by Highly Directive Base Station Antennas”, IEEE International Symposium, vol.2, pp. 522-526, September, 1995. [10] Jankiraman, Mohinder, “Space-Time Codes and MIMO Systems”, Artech House Universal Personal Communications Series, Boston, London, 2004.
6