perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
ANALISIS KESIAPAN PRODI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO DALAM PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KASUS DI KABUPATEN BONDOWOSO) TESIS
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh: ANDI EKA PRANATA NIM. S 541102004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
ABSTRAK
Andi Eka Pranata, S541102004, 2012. Analisis Kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kasus di Kabupaten Bondowoso). Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd, Pascasarjana, Program Studi Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso di dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, yang meliputi kesiapan dalam hal kebijakan, kompetensi dosen, sarana prasarana penunjang untuk menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, persepsi mahasiswa tentang penerapan kurikulum berbasis kompetensi, hasil yang dicapai dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi, dan kendalakendala yang dihadapi dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi. M etode dari penelitia n ini adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus terpancang tunggal. Penelitian ini dilakukan di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso pada bulan Pebruari 2012. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa belum adanya kebijakan dari pimpinan tertinggi perguruan tinggi mengenai pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, kurangnya kompetensi dosen mengenai kurikulum berbasis kompetensi karena rendahnya pemahaman dosen mengenai kurikulum berbasis kompetensi dan kualifikasi dosen yang rata-rata m asih S1 keperawatan. Selain itu, sarana dan prasarana yang ada sudah memenuhi standar, tetapi pemanfaatannya terkait dengan rencana pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi masih belum optimal. M ahasiswa salah dalam menginterpretasikan kurikulum berbasis kompetensi, karena penugasan dari dosen sudah dianggap sebagai kurikulum berbasis kompetensi. Hasil yang dicapai dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi adalah upaya untuk me ningkatkan kualifikasi SDM , ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan persyaratan. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan tenaga dosen yang kompeten dan paham mengenai KBK serta minimnya keuangan. Penelitian ini direkomendasikan untuk pimpinan perguruan tinggi dan pengelola lembaga kesehatan, khususnya Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dan tenaga dosen yang berfungsi sebagai unit pelaksana dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kata Kunci: Kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso, Kurikulum Berbasis Kompetensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
ABSTRACT Andi Eka Pranata, S541102004, 2012. The Analysis on The Preparedness of The DIII Nursing Program of University of Bondowoso in Implementing the Competence Based Curriculum (A Case in Bondowoso Regency). Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, Advisor II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd, Post Graduate Program, Family Medical Department, Sebelas Maret University Surakarta, November 2012 The objective of this research was to analyze the preparedness of the DIII Nursing Program of University of Bondowoso in implementing the competence based curriculum which covered the readiness on policies, lecturers’ competence, supporting facilities made available for implementing the competence based curriculum, students’ perception of the implementation of the competence based curriculum, as well as the problems faced during the preparation of the implementation of the competence based curriculum. This research employed qualitative method through the single stuck case study. This research was conducted at the DIII Nursing Program of University of Bondowoso in February 2012. The results of this research revealed the analysis that the supreme board of authority of the University had not come up with the policy regarding the implementation of the competence based curriculum. On the other hand, the less competent lecturers were due to the lack of comprehension on the curriculum it self. The lecturers’ level of knowledge also played part since most of those less competent lecturers belonged to undergraduates. As for the supporting facilities, standards had been met but usage was considerably non-optimum. Regarding the students factor, they often misinterpreted the competence based curriculum in the way that they understood the tasks assigned to them by the le cturers as the implementation of the curriculum. Research findings also revealed the achieved results in preparing the competence based curriculum was attempted for improving the quality of the human resources, providing more accessible facilities according to the standards. Another important research finding was the problem which took form in the limited number of highly competent lecturers who understood and comprehended the curriculum well. In addition, funding also occupied the slot in the problem faced in preparing the implementation of the curriculum. This research is recommended to the board of directors of universities and colleges, including the managing authorities of the healthcare institutions, particularly the ones at the DIII Nursing Program of University of Bondowoso, as well as the lecturers who serve as the operating units in the implementation of the competence based curriculum. Keyword: the preparedness of the DIII Nursing Program of University of Bondowoso, competence based curriculum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menye lesaikan Tesis dengan Judul “ Analisis Kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Penyusunan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah member kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pasca Sarjana di UNS. 2.
Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS, selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf atas kebijakannya yang telah mendukung pelaksanaan penelitian dalam penulisan Tesis ini. 3.
Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, M.M., selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan. 4.
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
Kesehatan Pascasarja na Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5.
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M .Pd, selaku pembimbing I yang te lah member
dorongan kepada penulis untuk penulisan Tesis ini. 6.
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah
memberikan waktu disela kesibukannya untuk membimbing dalam penyusuna n Tesis ini. 7.
Hernanik, Dra, M si, selaku Rektor Universitas Bondowoso yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8.
Yuana Dwi Agustin, SKM , M .Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penyusunan Tesis ini. 9.
Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi DIII Keperawatan Universitas
Bondowoso yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan, mahasiswa dan para pembaca. Demi peningkatan kualitas dari Tesis ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaika n semua pihak mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Surakarta, November 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
DAFTAR ISI Hal COVER ........................................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv ABSTRAK .................................................................................................. v ABSTRACT ................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAM BAR .................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A Latar Belakang .......................................................................................... 1 B Fokus Penelitian ........................................................................................ 5 C Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 D Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 E Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 9 A Kajian Teori .............................................................................................. 9 B Penelitian yang Relevan ............................................................................ 102 C Kerangka Berpikir ..................................................................................... 104 BAB III Metodologi Penelitian ..................................................................... 105 A Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 105 B Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................... 105 C Sumber Data ............................................................................................. 106 D Teknik Pengumpulan Data dan Sampling .................................................. 108 E Validitas Data ............................................................................................ 109 F Teknik Analisa Data .................................................................................. 111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN ................................ 113 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 113 B. Sajian Data ............................................................................................... 114 C. Pembahasan ............................................................................................. 135 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 150 A. Kesimpulan .............................................................................................. 150 B. Saran ........................................................................................................ 151 Daftar Pustaka .............................................................................................. 153 Lampiran ..................................................................................................... 156
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002 ....................................................................................... 18 Tabel 2. Perbedaan TCL dengan SCL ........................................................... 66 Tabel 3. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK dalam Aspek Filosofis .... 97 Tabel 4. Peredaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Tujuan .......................................................................................................... 98 Tabel 5. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Materi Pembelajaran ..................................................................................... 98 Tabel 6. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Proses Pembelajaran ..................................................................................... 99 Tabel 7. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Cara Penilaian ............................................................................................... 99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka Berfikir ........................................................................ 104 Gambar 2. Komponen Dalam Analisa Data ................................................... 111 Gambar 3. Peta Dosen Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso ....... 121 Gambar 4. Sarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso .............. 124 Gambar 5. Prasarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso ......... 126
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia pendidikan merupakan suatu wadah yang selalu mengalami perkembangan. Pendidikan di Indonesia berada diperingkat 109 dan jika dibandingkan dengan M ala ysia yang berada di peringkat 61 dari seluruh negara-negara di dunia. Hal ini menjadi arti bahwa pendidikan di Indonesia masih re ndah dan mengalami keterlambatan dalam hal perkembangan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Selain mutu pendidikan yang rendah, keanekaragaman kondisi peserta didik juga menjadi kendala pada pendidikan di Indonesia (Sidhunata, 2000). Dewasa ini kehidupan manusia dengan cepat berubah dari waktu ke waktu. Kehidupan keluarga, termasuk anak-anak sekarang memberikan banyak kebebasan dan banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Sekarang ini kehidupan kita senantiasa dibayangi oleh perkembangan IPTEKS (baca; Ilmu, Pengetahuan, Teknologi dan Seni) dengan akselerasi laju yang luar biasa, yang
menyebabkan
terjadinya
“ledakan
informasi”.
Pertumbuhan
pengetahuan pada tahun 80-an saja berjalan dengan kecepatan 13% per tahun. Ini berarti bahwa pengetahuan ya ng ada akan berkembang menjadi dua kali lipat hanya dalam tempo kira-kira 5,5 tahun. Akibatnya pengeta huan dalam
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
bidang tertentu menjadi “kadaluarsa” hanya dalam tempo kira-kira 2,5 tahun (M iguel, 1990). Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada jenjang perguruan tinggi, dengan adanya jenjang yang lebih tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan dewasa dari pada pendidikan sebelumnya. Mahasiswa sebagai sumber daya manusia (SDM ) harus mampu untuk menempatka n dirinya sesuai kondisi fisik dan psikologisnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dapat masuk pada perguruan tinggi yang mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan (Undip, 2011). Proses peningkatan hasil prestasi mahasiswa diperlukan pedoman peningkatan mutu dengan acuan kurikulum sebagai rencana dalam metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian
dan
penilaia nnya
yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar menga jar di Perguruan Tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa) (Undip, 2011). Pada tataran dunia, The International Bureu of Education UNESCO menetapkan ketentuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO, pendidikan diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
didik untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together
dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kecenderungan untuk belajar seumur hidup (Kopertis 3, 2008). Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi berbagai perubaha n tersebut menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubaha n paradigma pendidikan berdampak pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep. M endikbud No. 56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep. M endiknas No. 232/U/2000) atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Perubahan kurikulum tersebut menuntut penataan lembaga, arah dan tujuan pendidikan dan penataan program studi di PT agar dapat memenuhi tuntutan dunia kerja dan ke harusan untuk mengintegrasikan konteks budaya ke dalam proses pembelajaran di PT (Kopertis 3, 2008). Pengembangan mutu pembelajaran menuju kurikulum berbasis kompetensi, menggunakan metode pembelajaran di perguruan tinggi memerlukan metode yang relevan untuk meningkatkan prestasi belajar yang dalam hal ini tidak lagi berbentuk teacher centered learning (TCL) tetapi diganti dengan menggunakan prinsip student centered learning (SCL). Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan SCL inilah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Undip, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Penerapan metode SCL dengan pendekatan PBL yang m erupakan pendekatan dalam kurikulum berbasis kompetensi telah diterapkan di berbagai pendidikan non kesehatan dan kesehatan. Pendidikan non kesehatan Institut Teknologi Bandung telah menerapkan metode PBL dan hasilnya 20 orang mahasiswa menyatakan bahwa kegiatan PBL dapat membantu pemahaman tentang materi kuliah. Sedangkan pada pendidikan kesehatan metode tersebut pertama kali diterapkan oleh pendidikan kedokteran di M c M aster University Canada pada bulan September 1969 dan berkembang pesat di Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Middlebex University (2002) tentang keefektifan metode PBL mendapatkan fakta bahwa metode ini digunakan secara luas sebagai metode pilihan untuk pendidikan profesional, seperti pendidikan dokter, keperawatan dan kebidanan (Undip, 2011). Di dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, maka juga perlu diperhatikan berbagai persiapan pendukung. Hal ini dikarenakan suatu sistem pendidikan yang baik didukung oleh beberapa unsur yang baik pula, antara lain organisasi yang sehat, pengelolaan yang transparan dan akuntabel, ketersediaan rencana pembelajaran dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja, kem ampuan dan keterampilan sumberdaya manusia di bidang akademik dan non akademik yang handal dan profesional, ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai serta lingkungan akademik yang mendukung (Dikti, 2008). Menurut Sailah (2008), untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi diperlukan keberania n untuk berubah, kreatifitas dosen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
dalam mengoptimalkan sumberdaya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pimpinan perguruan tinggi untuk menerapkannya. Sarana prasarana yang memadai akan mendukung pelaksanaan KBK di perguruan tinggi. Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso merupakan sebuah instansi pendidikan kese hatan
yang bergerak dalam
bidang
keperawatan. Instansi ini telah berdiri sejak tahun 2005 sampai sekarang. Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran selama ini adalah kurikulum nasional (Kurnas). Dengan bergesernya paradigma dunia pendidikan, maka Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso akan mengikuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku termasuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Unibo, 2005). Melihat fenomena di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakuka n penelitian
dengan
judul “Analisis
Kesiapan
Prodi
DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso Di Dalam Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
B. Fokus Penelitian Fokus dari penelitian kali ini adalah melihat kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso di dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kesiapan kebijakan dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi? 2. Bagaimana kesiapan kompetensi dosen dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi? 3. Bagaimana kesiapan sarana dan prasarana dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi? 4. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi? 5. Bagaimana hasil yang dicapai dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi? 6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso di dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 2. Tujuan Khusus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
1) M endeskripsikan kesiapan kebijakan dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 2) M endeskripsikan kesiapan kompetensi dosen dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 3) M endeskripsikan kesiapan sarana dan prasarana dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 4) M endeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi. 5) M endeskripsikan ha sil yang dicapai dalam mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi. 6) M endeskripsikan kendala yang dihadapi dalam mempersiapkan Kurikulum
Berbasis
Kompetensi di
Prodi DIII Keperawatan
Universita s Bondowoso.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapka n hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mempersiapkan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
2. Manfaat Praktis Diharapka n dengan adanya analisis setiap komponen dalam persiapan penerapan kurikulum berbasis kompetensi, maka akan lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
terarah dalam menyiapkan semua komponen tersebut. Selain itu, bahan ini dapat dikembangkan menjadi bahan dalam peningkatan kurikulum berbasis kompetensi di dalam institusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Penunjang Pendidikan a. Sistem Kebijakan Pendidikan 1) Pendahuluan Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) yang artinya adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi (Wikipedia, 2011). Elemen dalam sistem adalah sebagai berikut (W ikipedia, 2011): a)
Tujuan Setiap sistem mempunyai tujuan (goal). Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terke ndali.
b) Masukan Masukan (input) dalam sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak.
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
c)
Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubaha n atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai.
d) Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. e)
Batas Yang disebut batas sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem.
f)
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme
pengendalian
(control
mechanism)
diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback) yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuaannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. g) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Kurikulum
di
Indonesia
selalu
mengalami
perkembangan. Kurikulum yang pernah diimplementasikan di sekolah, yaitu kurikulum 1954, kurikulum 1961, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994. Pada tahun 2001, Pemerintah Indonesia cq. Depdikna s
mengimplementasikan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi (KBK) untuk meningkatkan mutu pendidikan. KBK dimaksudkan
untuk
dapat
mencapai keunggulan
bangsa,
sehingga mampu bersaing di dunia (nation competetiveness) (Depdiknas, 2002).
2) Kebijakan-Kebijakan Kebija kan merupakan suatu hal yang sangat berarti dalam pelaksanaan kurikulum di suatu Perguruan Tinggi. Kebijakan aka n menjadi
landasan
awal
pelaksanaan
kurikulum
berbasis
kompetensi. Walaupun seluruh komponen pendukung telah siap, akan tetapi tidak ada kebija kan yang mendukung pelaksanaa n KBK, maka tidak akan terlaksana seluruh program tersebut. Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut (Depdiknas, 2003): a)
Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan.
b) Tap MPR No. IV/M PR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
c)
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah
Otonom,
berkewenangan
yang
dalam
antara
lain
menentukan;
menyatakan
pusat
kompetensi
siswa;
kurikulum dan materi pokok; penilaian nasional; dan kalender pendidikan. e)
Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999 yang antara lain; perlu dilakukan penyempurnaan sistem pendidikan; dan dilakukan penyempurnaan kurikulum dan diversifikasi.
f)
Gerakan peningkatan mutu pendidikan yang telah dicanangkan oleh Presiden. Dengan adanya perubahan yang terjadi di masyarakat dan
adanya tuntutan globalisasi, telah menimbulkan beberapa implikasi dalam pengambilan kebijakan terhadap pelaksanaan pendidikan, seperti (Depdiknas, 2003): a)
Penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar.
b) Pengaturan kurikulum nasional. c)
Penilaian hasil belajar secara nasional.
d) Penyusunan pedoman pelaksanaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
e)
Penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah. UU No. 22 tahun 1999 dan PP No. 25 tahun 2000
berimplikasi terhadap kebijaksanaan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik. Perubahan pengelolaa n tersebut merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekola h dalam peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh. Wujud dari pelaksanaan desentralisasi pendidika n dalam bidang kurikulum yaitu pembuatan silabus yang dibuat oleh daerah dan sekolah (Depdiknas, 2003). Kurikulum berbasis kompetensi yang identik dengan Problem Based Learning (PBL) sangat erat kaitannya dengan kebijakan yang ada dalam institusi. Untuk mendukung jalannya PBL, maka institusi harus (Sudarman, 2007): a)
Mempersiapkan sarana perkuliahan, perpustakaan dan alat-alat laboratorium.
b) Menjamin keterlaksanaan perkuliahan dengan mengganti kuliah yang tak terselenggara dan bila mana diperlukan membentuk tim dosen pengampu mata kuliah. c)
Menyediakan asisten perkuliahan.
d) Mempersiapkan sarana jaringan computer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
e)
Merekam kehadiran perkuliahan mahasiswa dalam database sehingga
informasinya dapat digunakan
untuk evaluasi
pelaksanaan mata kuliah ber-PBL.
3) Koordinasi dan Legitimasi Keberhasilan suatu inovasi pendidikan, khususnya inovasi dalam pengenalan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat bergantung pada seberapa jauh dimensi koordinasi dapat dilakukan secara efektif dan komunikatif antar “stakeholder” yang terkait. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam koordinasi adalah
“kesamaan
visi”
dan
“kesamaan
langkah”
dalam
memberikan bantuan pada Perguruan Tinggi, sehingga Perguruan Tinggi tidak kebingungan ketika akan memulai untuk menerapka n Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003). Semua bentuk/ gagasan pembinaan untuk sekolah perlu memenuhi empat prinsip manajemen, yaitu P (Planning), O (Organizing), A (Actuating), dan C (Controlling) khusus yang berkaitan dengan “legalisasi” pada penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kepastian “kapan launching KBK dimulai” dan “bagaim ana tahapan-tahapan implementasinya” serta “apa strategi/ pola desiminasinya”. Penetapan ini akan berimplikasi pada pola penyempurnaan pendidikan sekolah di sekolah/ perguruan tinggi seperti tentang sistem ujian akhir, sistem penerimaan siswa/
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
mahasiswa
baru,
mekanism e
penyediaan
dana,
atau
pada
mekanisme sosialisasi, baik sosialisasi dari tingkat pusat ke daerah atau dari tingkat daerah ke sekolah (Depdiknas, 2003).
4) Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Implementasi
KBK
harus
mengacu
pada
prinsip
(Depdiknas, 2003): a)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
b) Penilaian Berbasis Kelas c)
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah Terdapat
acuan
dalam
penyusunan
pedoman
pengembangan silabus (Depdiknas, 2003), yaitu: a)
Mengkaji KBK dengan seksama untuk diterjemahkan dalam bentuk silabus.
b) Mensosialisasikan silabus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing. c)
Memantau penyusunan dan implementasi silabus. Adapun acuan penyusunan silabus bagi perguruan tinggi
adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2003): a)
Membuat rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi.
b) Membentuk tim pengembang silabus pada tingkat PT masingmasing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
c)
Memfasilitasi kebutuhan dosen dalam menyusun silabus. Dengan kebijakan-kebijakan yang ada tersebut, maka
terdapat beberapa implikasi dalam pengembangan silabus yang dibuat di daerah atau sekolah sebagai berikut (Anonym, 2008): a)
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum menjadi dinamis dengan pemecahan masalah yang secara langsung dapat ditangani pada tingkat sekolah atau daerah.
b) Pengelolaan kurikulum sepenuhnya ditangani oleh sekolah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. c)
Pemberdayaan tenaga kependidikan yang potensial di daerah untuk dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan dan penilaiannya.
d) Pemanfaatan sumber-sumber daya pendidikan lainnya yang terdapat di daerah yang bersangkutan untuk penyusunan silabus. e)
Penggunaan
sumber-sumber
informasi
lain
termasuk
multimedia yang bermanfaat untuk memperkaya penyusunan silabus dan pelaksanaannya. f)
Pembentukan tim pengembangan kurikulum dan jaringan kurikulum.
g) Pengembangan sistem informasi kurikulum melalui jaringan internet seluruh dunia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
5) Pedoman dalam Penyusunan Kurikulum Program Studi dengan Mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Berdasarkan
SK
M endiknas
No.
232/U/2000
yang
disampaikan dalam Pelatihan KBK (2008) tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi harus diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan mata kuliah ke dalam lima kategori, yaitu: a)
Yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (M PK), terdiri dari kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia
Indonesia
yang beriman
dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang M aha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b) Keilmuan dan Keterampilan (M KK), tersusun dari kelompok bahan ka jian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. c)
Keahlian Berkarya (M KB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai. d) Pengembangan Perilaku Berkarya (M PB), tersusun dari kelompok bahan ka jian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu keterampilan yang dikuasai. e)
Pengembangan Kemampuan Berkehidupan Bermasyarakat (MBB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan
seseorang
untuk
dapat
memahami
kaidah
berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Untuk mempermudah penyusunan kurikulum oleh PT, maka
diterbitkan
SK
Mendiknas
No.
045/U/2002
tentang
penyusunan kurikulum inti di PT, sehingga menghasilkan pedoman penyusunan kurikulum. Tabel 1. Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002 Kurikulum Kurikulum Institusional Inti Elemen Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi Utama Pendukung Lainnya 1. Landasan Kepribadian 2. Penguasaan Ilmu dan Keterampilan 40% - 80% 20% - 40% 0% - 30% 3. Kemampuan Berkarya 4. Sikap dan Perilaku dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Berkarya 5. Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat Sumber: Kopertis (2008)
Kompetensi
utama
merupakan
kemampuan
untuk
menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi pendukung adalah kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama
serta merupakan ciri khas PT yang
bersangkutan.
Kompetensi lainnya juga ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi yang merupakan kemampuan tambahan yang dapat membantu
meningkatkan
kualitas
hidup,
dan
ditetapkan
berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan PT (Kopertis 3, 2008). Proses penyusunan KBK dimulai dengan analisa SW OT terhadap PT dan program studi dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap lulusan program studi tersebut. Dari kedua hasil analisis tersebut aka n didapatkan profil lulusan yang harus diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanla h bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
bahan kajian yang harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah (Kopertis 3, 2008). Bahan kajian ini juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan satuan acara pembelajaran/ perkuliahan/ SAP. Sebelum adanya KBK, biasanya institusi dan program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP dan bahan ajar (Kopertis 3, 2008).
6) Evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Evaluasi
pelaksanaan
kurikulum
bertujuan
untuk
mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar nasional dipakai
sebagai
pedoman
pengembangan
dan
pelaksanaa n
kurikulum, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik (Depkdiknas, 2003). Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak
ukur
pencapaian
pelaksanaan
kurikulum.
Indikator
keberhasilan kurikulum mencakup (Depdiknas, 2003): a)
Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum
b) Indikator keberhasilan penyusunan silabus c)
Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
d) Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran e)
Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar
f)
Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar Evaluasi
mengevaluasi
pelaksanaan
hasil
pembelajarannya,
belajar
tetapi
kurikulum peserta
juga
tidak
hanya
dan
proses
didik
rancangan
dan
pelaksanaan
kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya (Depdiknas, 2003). Evaluasi kurikulum berbasis kompetensi berbeda dengan evaluasi kurikulum sebelumnya. Pelaksanaa n penilaian yang berkelanjutan serta komprehensif yang mencakup aspek-aspek berikut (Swara Ditpertais, 2011): a) Penilaian hasil belajar. b) Penilaian proses belajar mengajar. c) Penilaian kompetensi mengajar dosen. d) Penilaian relevansi kurikulum. e) Penilaian daya dukung sarana dan fasilitas. f) Penilaian program (akreditasi). Untuk mensukseskan penilaian tersebut, maka strategi yang dapat digunakan adalah (Swara Ditpertais, 2011): a) M engartikulasikan standard an desain penilaian di lingkunga n pendidikan tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
b) M engembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan proses pembelajaran. c) M engembangkan
kemampuan
subyek
didik
untuk
memanfaatkan hasil penilaian dalam meningkatkan efektifitas belajar mereka. d) M emantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil belajar. Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah (Kopertis 3, 2008): a)
Laju peningkatan penyerapan alumni di dunia kerja (graduate employment rate).
b) Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction ). c)
Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction).
d) Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction). e)
Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu.
f)
Nilai IPK
b. Tenaga Dosen 1) Pengertian Di dalam Pasal 1 Butir 5 dan 6 UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU. Sisdiknas), dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor pamong belajar, widyaiswara, tutor,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggaralka n pendidikan (Dikti, 2005).
2) Prinsip Profesi Dosen Profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut (Wikipedia, 2011): a)
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. c)
Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e)
Memiliki
tanggung
jawab
atas
pelaksanaan
tugas
keprofesionalan. f)
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g) Memiliki
kesempatan
keprofesionalan
secara
untuk berkelanjutan
sepanjang hayat.
commit to user
mengembangkan dengan
belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksana kan tugas keprofesionalan. Selain itu, dosen juga harus mem iliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Wikipedia, 2011).
3) Hak dan Kewajiban Dosen Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak (Wikipedia, 2011): a)
Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. c)
Memperoleh perlindungan dalam melaksanaka n tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. e)
Memiliki kebebasan akademik, m imbar akademik, dan otonomi keilmuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
f)
Memiliki kebebasan dalam memberika n penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik.
g) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/ organisasi profesi keilmuan. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban (Wikipedia, 2011): a) Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. b) Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. c) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi
secara
berkelanjutan
sejala n
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran. e) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etika. f) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Dosen
mempunya i
tugas
merencanakan
dan
melaksanakan (Dikti, 2003): a) Proses pembelajaran. b) Menilai hasil pembelajaran. c) Melakukan pembimbingan dan pelatihan. d) Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
4) Peran Dosen dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Peran dosen dalam konteks KBK lebih berperan sebagai FEE (facilitating, empowering, enabling) dan guides on the sides daripada sebagai mentor in
the center,
yaitu membantu
mahasiswa mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-hari, daripada
sekedar
sebagai
gatekeeper
of
information
(Brodjonegoro, 2005). Menurut Universitas Udaya na (2009), peran dosen yang paling hakiki dalam KBK adalah sebagai penuntun, fasilitator, dan motivator. Dosen
memfasilitasi
mahasiswa
untuk
aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam mengelola pengetahuan. Dosen tidak terfokus hanya pada penguasaan materi oleh mahasiswa, tetapi juga mendorong mereka mengembangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
sikap
belajar (life-long learning). Sejauh
mungkin dosen
memanfaatka n berbagai media dalam memfasilitasi belajar mahasiswa dan menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang bersifat suportif dan kolaboratif. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya interdisipliner dan memperhatikan proses disamping hasil penguasaan mahasiswa (Kopertis 3, 2008). Selain itu, penilaian terhadap mahasiswa dilakuka n terhadap proses perolehan pengetahuan dan keterampilan selain terhadap produk pengetahuan atau keterampilan yang dihasilkan. Bentuk
penilaiannya
adalah
penilaian
autentik
yang
memperhatikan kinerja, sikap, keterampila n psikomotor, di samping penguasaan pengetahuan. Penilaian sebaiknya tidak berbentuk ujian tertulis saja tetapi juga tes kinerja, tugas-tugas dan proyek. Ke semuanya harus dinilai berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan
dan
dikomunikasikan
kepada
mahasiswa
sebelumnya. Penilaian itu sebaiknya terdiri dari penilaian formatif untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk memperbaiki diri dan penilaian sumatif untuk mendapatkan nilai akhir/ grade (Kopertis 3, 2008). Kurikulum berbasis kompetensi identik dengan Problem Based Learning (PBL) menyebutkan juga dosen dan asisten perkuliahan sebagai faktor pendukung terlaksananya KBK. Di dalam PBL, peran dosen dan asisten perkuliahan adalah sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
fasilitator
pembelajaran
dan
membangun
komunitas
pembelajaran. Peran dosen tersebut adalah sebagai berikut (Sudarman, 2007): a)
Mempersiapkan skenario yang akan dibahas pada tiap sesi dan mengatur silabus mata kuliah dalam format Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS). Jumlah sesi disesuaikan dengan cakupan materi, output, dan outcome dari perkuliahan.
b) Secara bertahap mempersiapkan materi perkulia han dalam bentuk file elektronik dan memberikan beberapa sumber antara la in buku referensi dan link website. c)
Sebagai fasilitator, dosen mendorong para mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya. Dosen umumnya diharapkan untuk menahan diri tidak memberikan informasi, sebaliknya mendorong dilakuka nnya diskusi dan pembelajaran antar para mahasiswa. Untuk mensukseskan agenda tersebut, cara yang dapat dilakukan adalah: (a) M elakukan klarifikasi (missal terhadap perspektif yang muncul dalam diskusi). (b) M endorong pemikiran yang divergen (misalnya, adaka h kemungkinan solusi yang lain).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
(c) M eletakkan permasalahan
sesuai konteks (misalnya,
apakah isu yang dibahas mengingatkan dosen pada berbagai
informasi
lain
yang
telah
teridentifikasi
sebelumnya?). (d) M embuat urutan prioritas (misalnya, apakah berbagai informasi yang telah diide ntifikasi dapat diurutkan sesuai relevansinya terhadap permasalahan?). (e) M emoderasi diskusi (misalnya, apakah ada kemajuan dalam diskusi, kalau tidak, identifikasi apa saja yang sala h dan kembalikan diskusi pada tujuan yang semula). d) Sebagai evaluator. Walaupun peran dosen tidak lagi dominan dalam pelaksanaan perkuliahan ber-PBL, namun tetap dosen bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaa n dan pencapaian tujuan perkuliahan. Untuk itu berkelanjutan
dosen
perlu
mengevaluasi
secara
pelaksanaan
perkuliahan dan melakukan perbaikan segera bilamana diperlukan baik dari sisi content maupun proses. Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program studi, yaitu (Kopertis 3, 2008): a)
Tersedianya pendidik yang profesional.
b) Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
c)
Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masing-masing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran.
d) Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi. Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK adalah adanya (Kopertis 3, 2008): a)
SDM
b) Sarana dan prasarana c)
Sertifikasi
d) Evaluasi program e)
Penjaminan mutu
5) Kompetensi Dosen dalam KBK Untuk mewujudkan learning
pembelajaran student centered
diperlukan dosen dengan pengetahuan (termasuk
pengetahuan pedagogic), keca kapan, serta
kemauan berperan
sebagai fasilitator yang memadai, fasilitas pembelajaran yang memadai, struktur kelembagaan yang menjadikan Perguruan Tinggi sebagai satu kesatuan penyediaan proses pembelajaran yang terbuka bagi civitas akademika dan lingkungan yang kondusif (Djanali, 2005)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Menurut Brodjonegoro (2005), dibalik sejumlah manfaat yang diharapkan dari KBK muncul juga sejumlah kekhawatira n akan keberhasilannya, terutama berkaita n dengan kualitas dosen. Oleh karena itu, berbagai alternatif langkah-la ngkah yang dapat ditempuh sesuai kondisi spesifik masing-masing Perguruan Tinggi, antara lain sebagai berikut: a)
Penyadaran
pada
seluruh
pihak
yang
terkait
dalam
penyelenggaraan pendidikan di Perguruan Tinggi (dosen, teknisi, mahasiswa, pimpinan) tentang makna penting dari KBK, berikut dengan nilai tambah yang akan diperoleh oleh pihak dosen, mahasiswa dan PT bersangkutan dengan proses pembelajaran SCL. b) Meningkatkan kemampuan dosen untuk secara bersama-sama menyusun kurikulum KBK yang diimplementasika n dalam bentuk proses pembelajaran SCL. c)
Identifikasi kesiapan peralihan dari kurikulum berbasis content-based (skill) ke KBK dengan perubahan pola pembelajaran dari teacher centered ke student centered pada masing-masing Perguruan Tinggi.
d) Perencanaan strategi dan pembuatan rancangan operasional pelaksanaan KBK denga n proses pembelajaran student centered learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
e)
Lokakarya dan pelatihan fasilitator penyusunan KBK dan proses pembelajaran SCL.
f)
Peningkatan fasilitas pembelajaran (termasuk di dalamnya restrukturisasi
kelembagaan
pembentukan
unit
pembelajaran
beserta
perpustakaan,
akses
bidang
pengembangan fasilitas internet,
akademik)
materi
dan
dan
proses
pendukungnya
(buku,
alat
termasuk
software
pembelajaran, dan laboratorium). g) Implementasi
KBK,
SCL,
monitoring,
evaluasi,
dan
perencanaan peningkatan berkelanjutan. h) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan KBK dan SCL dalam siklus satu tahun secara rutin dilakukan untuk mendapatkan cara pelaksanaan lebih baik di tahun berikutnya. Aspek-aspek
yang
perlu
diperhatikan
dosen
agar
pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dinamis, dialogis dan efektif pada pendekatan pembelajaran student centered learning adalah (Brodjonegoro, 2005): a)
Memaham i tujuan dan fungsi belajar, dimana seorang dosen perlu memahami konsep-konsep mendasar dan cara belajar sesuai dengan pengalaman mahasiswa serta memusatkan pembelajaran pada mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
b) Mengenal mahasiswa sebagai individu beserta perbedaan kemampuannya, untuk menentukan berbagai metode dan strategi untuk mendorong kreatifitas. c)
Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang serta memanfaatkan organisa si kelas agar mahasiswa dapat saling membantu dalam melakukan tugas belajar tertentu.
d) Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah. e)
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar serta memberikan muatan nilai, etika, estetika, dan logika.
f)
Memberikan umpan balik yang baik untuk mendorong kegiatan belajar.
g) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
6) Standar Prosedur Operasional Dosen Standar prosedur operasional dosen dalam pelaksanaa n pembelajaran KBK adalah (Unud, 2009): a)
Menyiapkan silabus, SAP, dan kontrak perkuliahan sebelum proses pembelajaran dimulai.
b) Menyiapkan media pembelajaran. c)
Menyiapkan sumber pembela jaran dan menginformasikan sumber pembelajaran yang dimaksud (buku ajar, bahan ajar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
jurnal ilmiah, dan berbagai referensi lainnya) kepada mahasiswa. d) Menyampaikan
sa lam
ketika
memasuki
ruang
kelas,
demikian juga ketika akan meninggalkan ruang kelas. e)
Memulai
perkuliahan
pada
minggu
pertama,
dengan
melakukan perkenalan diri, menyampaikan guidline materi perkuliahan sesuai SAP, menyampaikan Standar Kompetensi (SK) atau tujuan pembelajaran dari mata kuliah, memotivasi kemandirian belajar mahasiswa, membimbing mahasiswa untuk mengetahui berbagai prinsip budi-pekerti, etika/ moral sebagai insane akademik, dan membimbing mahasiswa untuk melakukan doa. f)
Memfasilitasi pembentukan Small Group Discussion (SGD), Problem Based Learning (PBL), dan lain-lain sesuai strategi pembelajaran yang akan diterapkan yang berlandaskan Student Centered Learning (SCL).
g) Membimbing praktikum atau praktek lapangan. h) Mencari solusi bila muncul permasalahan dalam proses pembelajaran. i)
Memberikan mengembalikan
tugas-tugas
kepada
seluruh
tugas-tugas
mahasiswa yang
dan
diberikan
(termasuk quiz, PR, UTS dan UAS) dengan memberikan feedback atau nilai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
j)
Memberikan kuliah (tatap muka) sebanya k 14 kali dalam satu semester, tetapi belum termasuk untuk pelaksanaan UTS dan UAS.
Dalam
memberikan
kuliah,
agar
sebelumnya
menyebutkan materi pembelajaran yang harus diselesaikan hari itu (sesuai SAP). k) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan tanya-jawab/ diskusi. l)
Menyampaikan kesimpulan/ summary materi perkuliahan menje lang akhir jam kuliah.
m) Melakukan penilaian terhadap soft skill mahasiswa, pada proses/ pelaksanaan pembelajaran (materi pembelajaran soft skills dapat merujuk pada Buku Manual Akademik Indikator Penerapan Pola Ilmiah Pokok (PIP) atau referensi lainnya). n) Mengabsen mahasiswa, sebelum akhir proses pembelajaran. o) Menyampaikan closing statement. p) Menghubungi anggota team teaching bila berhalangan hadir, atau memberikan tugas-tugas tertentu kepada mahasiswa, agar tetap ada aktifitas pembelajaran pada hari tersebut.
c. Sarana dan Prasarana 1) Pengertian Dalam bahasa Inggris, sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
disebut dengan educational facilities. Sarana pendidikan adala h segala macam peralatan
yang digunakan oleh guru untuk
memudahkan penyampaian materi pelajaran. Dan jika dilihat dari sudut murid/ siswa, yang dimaksud dengan sarana pendidika n adalah segala macam peralata n ya ng digunakan murid/ siswa untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran (Tatang, 2010). Prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru (dan murid) untuk memudahkan penyelenggaraa n pendidikan. Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masingmasing,
yaitu
sarana
pendidikan
untuk
“memudahkan
penyampaian/ mempelajari materi pelajaran, prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan pendidikan” (Tatang, 2010).
2) Sarana Pendidikan Berdasarkan fungsinya, sarana pendidikan dibedakan menjadi: a)
Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam
bahan
pelajaran atau
alat pelaksanaan
kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan “ merekam” itu bisa berupa menulis, mencatat, melukis, menempel dan sebagainya. Misalnya papan tulis, pensil, bolpoint, penghapus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
dan la in sebagainya. Alat pelajaran yang bukan untuk alat rekam-merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar adalah alat-alat pelajaran praktikum (Tatang, 2010). b) Alat peraga Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek atau materi pelajaran (yang tidak tampak mata, atau tak terindra, atau susah untuk diindera). Alat peraga dibedakan menjadi dua macam, yaitu alat peraga sebenarnya dan alat peraga tiruan. Alat peraga dalam pendidikan kesehatan berupa phantom/ manikin dari manusia atau organ manusia sesuai dengan departemennya (Tatang, 2010). c)
Media pengajaran/ pendidikan Media pendidikan
adalah
segala
sesuatu
yang
berisikan pesan berupa materi pelajaran dari pihak pemberi materi pelajaran kepada pihak yang diberi pelajaran. Media pendidikan bisa berupa buku pelajaran, CD berisi materi pelajaran, rekaman suara ya ng berisi materi, dan lain sebagainya (Tatang, 2010). Untuk membedakan media pendidikan dengan alat peraga, maka perlu diketahui bahwa media pendidika n mempunyai sifat khas, yaitu adanya pesan komunikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
pendidikan di dalam nya yang berupa materi pelajaran yang (Tatang, 2010): (a) Tuntas, yaitu sudah menyeluruh. (b) Jelas, tidak memerlukan penjelasan dari guru. (c) Bisa ditangkap langsung oleh murid.
3) Prasarana Pendidikan Prasarana
pendidikan
adalah
segala
macam
alat,
perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan (membuat nyama n) penye lenggaraan pendidikan. Contoh prasarana pendidikan adalah ruang kelas, meja dan kursi, dan lain-la in. Jadi, benda atau barang bisa disebut sebagai prasarana pendidikan jika fungsinya mendukung kenyamana n proses pembelajaran (Tatang, 2010).
4) Sarana dan Prasarana dalam KBK Menurut Sailah (2008), untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi diperlukan keberanian untuk berubah, kreatifitas dosen dalam mengoptimalkan sumberdaya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pimpina n perguruan tinggi untuk menerapkannya. Sarana prasarana yang memadai akan mendukung pelaksanaan KBK di perguruan tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Dalam pelatihan KBK (2008) disampaikan bahwa sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah adanya sarana dan prasarana yang baik.
d. Mahasiswa 1) Pengertian Mahasiswa atau mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Wikipedia, 2011).
2) Peran Mahasiswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pembelajaran ke depan didorong menjadi berpusat pada mahasiswa (student centered learning) dengan m emfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginka n (Brodjonegoro, 2005). Peran mahasiswa secara umum dalam perkuliahan berPBL, (karena metode yang sering diterapkan dalam KBK adalah PBL) adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam kuliah. Peran serta mahasiswa yang
dimaksud
adalah
seperti
menghadiri
dan
mengikuti
keseluruhan perkuliahan dan tidak diperkenankan men-drop mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
kuliah disaat mata kuliah tersebut sedang berjalan (Sudarman, 2007).
2. Kompetensi Keperawatan a. Pengertian Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Depkes, 2006). Berdasarkan Kepmendiknas no. 232/U/2000 seseorang yang kompeten harus dapat memenuhi persyaratan The Four Pillars of UNESCO, yaitu (Depkes, 2006): 1. Landasan kemampuan pengembangan kepribadian, 2. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why), dan kemampuan berkarya (know to do), 3. Kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), 4. Dapat
hidup
menghormati
bermasyarakat dan
menghargai
kedamaian (to live together).
commit to user
dengan
bekerjsama,
nilai-nilai
pluralism,
saling dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Menurut
Senjaya
(2010)
dalam
jurnal
kependidika n
dijelaskan bahwa kompetensi yang utuh dapat dipilah menjadi: 1) “knowing what” yaitu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang bersifat deklaratif, yang dapat dibentuk mela lui kegiata n mengkaji dan berlatih yang disertai balikan. 2) ”knowing how” yaitu kemampuan menerapkan secara procedural, yang dapat dibentuk melalui latihan yang disertai dengan balikan. 3) “knowing when” yaitu kemampuan memilih dan menerapka n secara kontekstual dan menye suaikan berdasarkan pantauan transaksional, yang dapat dibentuk melalui kegiatan berlatih yang disertai balikan serta melakukan refleksi. 4) Sikap dan nilai yang dapat dibentuk melalui penghayatan, baik dalam situasi nyata maupun dalam situasi buatan.
b. Latar Belakang Kompetensi Diploma III Keperawatan Terdapat beberapa konsep yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum dalam pendidikan diploma III keperawatan, antara lain (Depkes, 2006): Visi Visi dari diploma III keperawatan adalah menghasilkan tenaga professional pemula yang kompeten dan mampu bersaing secara nasional dan internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Misi Mempersiapkan perawat professional pemula yang kompeten secara intelektual dan tanggung jawab sosial dan bersahabat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan/ keperawatan bagi individu, keluarga, kelompok dan mas yarakat. Falsafah Keperawatan meyakini bahwa manusia dan kemanusiaa n merupakan
titik
sentral
setiap
upaya
pembangunan
denga n
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan se suai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar
1945.
Sehingga
disusunlah
paradigma
keperawatan yang terdiri atas manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
c. Tujuan Diploma III Keperawatan Tujuan dari diploma III keperawatan adalah menghasilkan perawat profesional pemula yang kompeten dalam hal (Depkes, 2006): 1) Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenanga nnya, 2) Menerapkan prinsip manajemen asuhan keperawatan, 3) Berperan serta dalam penelitian keperawatan dan menggunaka n hasil penelitian dalam asuhan keperawatan, 4) Mengembangkan kemampuan profesional secara terus menerus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
d. Peran dan Fungsi Perawat Profesional Pemula Program pendidikan Diploma III Keperawatan di Indonesia merupakan pendidikan yang menghasilkan perawat profesional pemula yang mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut (Depkes, 2006): 1) Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pela yanan kesehatan sesuai kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan dan/ atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan, 2) Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan, 3) Berperan
serta
keperawatan
dalam dan
kegiatan
penelitian
dalam
hasil
penelitia n
serta
dan
teknologi
untuk
menggunakan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
meningkatkan
mutu
dan
jangkauan
pelayanan/
bidang
asuhan
keperawatan, 4) Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, 5) Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional, 6) Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
7) Berfungsi sebagai a nggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
e. Kompetensi D-III Keperawatan Standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Sedangkan kompetensi merupakan pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur (Lickona, 1992). Standar kompetensi mencakup dua hal penting, yaitu (Anonym, 2008): 1) Standar
isi
(content
standar)
berupa
pernyataan
tentang
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. 2) Standar penampilan (performance standar) berupa pernyataa n tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap standar isi tersebut di atas. Berikut ini adalah standar kompetensi D-III Keperawatan, antara lain (Depkes, 2006): 1) Menerapkan konsep dan prinsip etika keperawatan, komunikasi dalam praktek keperawatan profesional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
2) Menerapkan pendekatan proses keperawatan dala m melaksanaka n asuhan keperawatan dengan berfikir kritis. 3) Mengkonsultasikan penanganan pasien terhadap tim kesehatan lain. 4) Melaksanakan tindakan pengobatan sebagai hasil kolaborasi. 5) Melaksanakan tindakan diagnostik dan tindakan khusus sebagai hasil kolaborasi. 6) Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen. 7) Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan darah. 8) Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. 9) Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine dan fecal. 10) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. 11) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi dan transportasi. 12) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur. 13) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien terminal. 14) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
15) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi. 16) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat. 17) M elaksanakan asuhan keperawatan pada anak sehat. 18) M elaksanakan asuhan keperawatan pada anak sakit. 19) M elaksanakan asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi. 20) M elaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil normal dan komplikasi. 21) M elaksanakan asuhan keperawatan pada ibu intranatal dan ba yi baru lahir. 22) M elaksanakan asuhan keperawatan pada ibu post partum normal dan komplikasi. 23) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan reproduksi. 24) M elaksanakan
asuhan
keperawatan
pada
pasien
masalah
psikososial. 25) M elaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan
kesehatan jiwa. 26) M elaksanakan asuhan keperawatan komunitas. 27) M elaksanakan asuhan keperawatan pada kelompok khusus (anak sekolah, pekerja, lansia). 28) M elaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga. 29) Berperan serta dalam penelitian dan pengembangan keperawatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Sedangkan untuk kompetensi dasar Diploma III Keperawatan bisa dilihat pada lampiran 1.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi a. Pengertian Menurut Kepmendiknas 232/U/2000 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunaka n sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi (Depkes, 2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi adala h kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kemampuan atau tindakan cerdas penuh tanggung jawab dari profesi tertentu dalam mela ksanaka n tugasnya di tempat kerja (Depkes, 2006). Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi dikarenakan terjadinya perubahan kondisi, termasuk pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti focus, ownership, expectation, leadership, students, mistakes, classes, dan emphasis. Perubahan pembelajaran dari teacher centered learning menjadi student centered learning dikarenakan kondisi global. Selama ini terjadi kesenjangan kemampuan lulusan dalam hal perbandingan prosentase hard skill dan softskill (Tarmidi, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai
suatu
konsep
kurikulum
yang
menekankan
pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu.
KBK
diarahkan
untuk
mengembangka n
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 2008).
b. Prinsip – Prinsip dalam Kurikulum Sebenarnya dalam kurikulum dan pembelajaran harus mengandung prinsip sebagai berikut (Anonym, 2008): 1) Are we doing the right thing? Apakah yang kita ajarkan ke siswa sudah benar? Hal ini tercantum dalam tujuan pendidikan dan kurikulum. 2) Are we doing it right? Apakah cara kita mengajar sudah benar? Hal ini tercantum dalam strategi pendidikan, metode belajar mengajar dan cara menilai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
3) Are the right persons doing it? Apakah pelaksanaan pengajaran dilakukan oleh orang yang tepat? Pertanyaan tersebut terkait dengan guru atau tenaga pendidik yang terlatih. Dengan mengacu pada ketiga prinsip di atas, maka seorang lulusan harus mempunyai mempunyai beberapa kompetensi, antara lain (Anonym, 2008): 1) Effective communication 2) Problem solving ability 3) Analytical skills 4) Team work 5) Flexibility and Adaptability 6) Can work crossculturally 7) Leadership 8) Second language 9) IT/ computing 10) Understanding globalization era 11) Personality Sehingga dengan bekal-bekal yang harus dimiliki ole h peserta
didik,
maka
dibutuhkan
pengembangan-pengembanga n
kurikulum. Prinsip-prinsip yang harus ada dalam pengembanga n kurikulum, antara lain (Anonym, 2008): 1) Peningkatan keimanan, nilai dan budi pekerti luhur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
2) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. 3) Penguatan integritas nasional. 4) Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. 5) Pengembangan kecakapan hidup (life skill). 6) Pilar pendidikan (learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together) 7) Menyeluruh dan berkesinambungan. 8) Belajar sepanjang hayat (long life educations).
c. Peran Kurikulum di dalam Sistem Pendidikan Tinggi Kurikulum dalam perguruan tinggi mempunyai peran sebagai berikut (Dikti, 2008): 1) Kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah pendidikannya, 2) Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik, 3) Patron atau Pola Pembelajaran, 4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial PT dalam mencapai tujuan pembelajarannya, 5) Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu, 6) Ukuran keberhasilan PT dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Sailah (2008) menyata kan bahwa
kurikulum berbasis
kompetensi berupaya untuk mensinergikan hard skills dan soft skills. Apabila ingin memberikan pendidikan berkarakter dan berkualitas, maka kebijakan dalam mengatur team teaching (tatap muka dalam tim dosen, bukan berarti giliran mengajar dalam satu mata kuliah), mengatur penjadwalan, menyediakan fasilitas ruangan dan alat, komitmen, dan inse ntif bagi dosen yang memadai. KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, prosedur penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaa n sumber daya pendidikan. KBK berorientasi pada pencapaian hasil (output-oriented) yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi. KBK bertitik tolak dari kompetensi yang harus dimiliki siswa. Penerapan KBK berorientasi pada pembelajaran tuntas (mastery learning), dan kurikulumnya
bersifat
holistik dan
menyeluruh. KBK sangat
menenkankan diversifikasi, yakni sekolah dapat mengembangkan, menyusun, mengevaluasi silabus berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional (Sidi, 2001).
d. Karakteristik/ Ciri-Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Nurhadi dalam Dewi (2009), kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada konstruktivism e, hal ini terlihat dari ciriciri kurikulum berbasis kompetensi yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
1) Mahasiswa
secara
aktif
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan ya ng dipelajarinya 2) Mahasiswa secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan 3) Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga mengembangkan karakter mahasiswa (life long learning ) 4) Memanfaatkan banyak media 5) Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa 6) Proses
pembelajaran
dan
penilaian
dilakukan
saling
berkesinambungan dan terintegrasi 7) Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar 8) Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner 9) Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif 10) M ahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan 11) M ahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan 12) Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
13) Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning dan skill competency Dengan demikian telah terjadi perubahan yang mendasar pada kurikulum berbasis kompetensi, yaitu (Anonym, 2008): 1) Moving from input to – Output/ Outcome 2) Discipline – based curriculum to – Integrated curriculum 3) Teaching orientation to – Learning orientation 4) Norm – Reference (PAN) – Performance – Based assessment 5) From lack of consensus, lack of coordination and planning, unsystematic planned – departmental based control to – integrated,
functional and
rational
management –
more
centralized control
e. Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Suyanto (2006), kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen dasar, yaitu: 1) Kurikulum dan Hasil Belajar Menurut perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar memuat kompetensi, hasil belajar dan indikator dosen dalam menentukan apa yang harus dipelajari mahasiswa, bagaimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
seharusnya mahasiswa dievaluasi dan bagaimana pembelajaran disusun. 2) Penilaian Berbasis Kelas Memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaia n berkelanjutan
yang
lebih
akurat
dan
konsisten
sebagai
akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja mahasiswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance) dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/ hasil belajar yang telah dicapai dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar mahasiswa dan pelaporan. 3) Kegiatan Belajar Mengajar Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajara n dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan androgogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanik. 4) Pengelola Kurikulum Berbasis Kompetensi Memuat
berbagai
pola
pemberdayaan
tenaga
kependidikan dan sumber da ya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
la in
silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan,
pengembangan sistem informasi kurikulum.
f. Unsur yang Berperan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Brodjonegoro (2005), tiga unsur yang sangat berperan di Perguruan Tinggi dalam proses peningkatan mutu pembelajaran yaitu: 1) Kurikulum (KBK) 2) Unit pembelajaran (unit yang mengembangkan materi dan proses pembelajaran) meliputi dosen, teknisi dan pimpinan 3) Quality assurance (penjamin mutu) yaitu unit yang menerapkan prosedur dan kriteria mutu. Sebagai penjam in mutu adalah Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
g. Tahapan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik, maka sejumlah komponen perlu terlibat secara intend an memberikan perannya masing-masing sesuai dengan kapasitasnya, antara lain (Swara Ditpertais, 2011): 1) Visi dan misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas dan akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
2) Partisipasi seluruh civitas akademika (dosen, mahasiswa) dalam bentuk “shared vision” dan “mutual commitment” untuk optimasi kegiatan pembelajaran. 3) Iklim
dan
kultur
akademik
yang
kondusif
untuk
proses
pengembangan yang berkesinambungan. 4) Keterlibatan kelompok masyarakat pemrakarsa (stakeholders) serta masyarakat pengguna lulusan itu sendiri. Dalam menyusun
kurikulum harus dilakukan dengan
tahapan yang benar. Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun kurikulum adalah dengan melakukan analisis SWOT dan Tracer Study serta Labor Market Signal. Dalam penyusuna n kurikulum berbasis kompetensi, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut (Dikti, 2008): 1) Penetapan Profil Lulusan Profil adalah peran yang diharapkan dapat dilakuka n oleh lulusan program studi di masyarakat/ dunia kerja. Profil ini adalah outcome pendidikan yang akan dituju. Oleh karena itu, dengan menetapkan profil, perguruan tinggi dapat memberikan jaminan pada calon mahasiswanya akan bisa berperan menjadi apa saja setelah ia menjalani semua proses pembelajaran di program studinya. Untuk menetapkan profil lulusan, dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “setelah lulus nanti, akan menjadi apa saja lulusan program studi ini?” (Dikti, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
2) Perumusan Kompetensi Lulusan Untuk menetapkan kompetensi lulusan, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menjawab pertanyaan “untuk menjadi profil, lulusan harus mampu melakukan apa saja?”. Pertanyaan tersebut harus diulang pada setiap profil untuk memperoleh daftar kompetensi lulusan yang lengkap. Pengkajian kompetensi lulusan bisa dilakukan terhadap tiga unsur, yaitu (Dikti, 2008): (1) Nilai-nilai
yang
dica nangkan
oleh
perguruan
tinggi
(university values) (2) Visi keilmuan dari program studinya (scientific vision ) (3) Kebutuhan
masyarakat
pemangku
kepentingan
(need
assessment) Kompetensi tersebut terbagi dalam tiga kategori yaitu kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi la innya. Ketiga kompetensi tersebut menjadi rumusan kompetensi lulusan. Kompetensi utama merupakan kompetensi penciri lulusan sebuah program studi. Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang ditambahkan oleh program studi sendiri untuk memperkuat kompetensi utamanya dan memberi ciri keunggula n program studi tersebut. kompetensi lainnya adalah kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi/ program studi sendiri sebagai ciri lulusannya dan untuk memberi bekal lulusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
agar mempunyai keluasan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Dikti, 2008). Kurikulum inti merupakan penciri kompetensi utama yang bersifat (Swara Ditpertais, 2011): a)
Dasar untuk mencapai kompetensi lulusan.
b) Acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi. c)
Berlaku secara nasional dan internasional.
d) Lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa mendatang. e)
Kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Standar kompetensi yang bersifat nasional sangat
diperlukan, sehingga pendidikan yang dikelola oleh daerah mempunyai acuan yang jelas. Dengan adanya standar kompetensi nasional, daerah akan dapat mengukur kemampuannya apaka h akan dapat bersaing di tingkat nasional atau belum mampu mencapai standar nasional tersebut. Bahkan, jika ingin bersaing di tingkat
dunia,
standar
kompetensi
internasional
harus
dikembangkan. Dengan demikian, lembaga pendidikan yang memang mampu dapat menghasilkan SDM yang diproyeksika n akan mampu bersaing di tingkat dunia (Senjaya, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Proses
pengembangan
standar
kompetensi
dapat
dilakukan dengan menempuh langkah-la ngkah berikut (Senja ya, 2010): a)
Mengkaji latar tugas-tugas yang harus dilakukan oleh lulusan, mencakup apa saja cakupan tugasnya, mengapa itu menjadi cakupan tugasnya, serta dengan siapa, serta dalam hubungan ya ng bagaimana dia diharapkan berperan dalam mengemban misi yang lebih besar. Pengkajian yang cermat tentang latar tugas ini akan me nghasilkan asumsi programatik lulusan, yaitu pernyataan-pernyataan yang dianggap benar, baik atas dasar bukti empiric, dugaan-dugaan ahli, maupun pilihan nilai masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, la ngkah ini dilakukan dengan mengkaji berbagai ketentuan, hasil penelitian, berbagai dokumen/ pustaka lain yang relevan dan paling mutakhir, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
b) Dari asumsi programatik yang telah ditetapkan, kemudian dikembangkan perangkat kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan. Perangkat kompetensi sebaiknya tidak bersifat terlalu umum dan kompleks, tetapi juga tidak terlalu rinci, sehingga dapat dijadikan rambu-rambu dalam pengembangan program.
Perangkat
kompetensi juga
commit to user
merupakan
titik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
berangkat untuk menetapkan pengalaman belajar yang harus dihayati mahasiswa dalam menguasai kompetensi tersebut. c)
Memvalidasi perangkat kompetensi yang telah dihasilkan dengan melibatkan berbagai pihak, baik melalui diskusi maupun uji lapangan.
d) Menyempurnakan
perangkat
kompetensi
berdasarkan
masukan yang didapat, baik dari diskusi maupun dari uji lapangan. 3) Pengkajia n Kandungan Elemen Kompetensi Kompetensi harus mengandung lima elem en yang diwajibkan oleh Kepmendiknas no.045/U/2002, antara lain (Dikti, 2008): (1) Landasan kepribadian (2) Penguasaan ilmu dan keterampilan (3) Kemampuan berkarya (4) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai (5) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya Elemen setiap kompetensi harus dianalisa dengan cara mengecek
kemungkinan
strategi
pembelajaran
yang
akan
diterapkan untuk mencapai kompetensi tersebut. jika kompetensi mengandung elemen landasan kepribadian, maka lebih bersifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
softskill dan bisa diselipkan dalam bentuk hidden curriculum. Jika mengandung elemen penguasaan ilmu dan keterampilan, maka bisa diajarkan dalam bentuk mata kuliah. Jika mengandung elemen kemampuan
berkarya, maka bisa ditempuh denga n
praktek kerja tertentu. Jika mengandung elemen sikap dan perilaku dalam berkarya, maka di dalam praktek kerja tersebut harus bermuatan sikap dan perilaku. Dan jika mengandung elemen pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat, maka kompetensi tersebut bisa diperoleh dengan strategi praktek kerja di masyarakat (Dikti, 2008). 4) Pemilihan Bahan Kajian Bahan kajian adalah suatu bangunan ilmu, teknologi atau seni, obyek yang dipelajari, yang menunjukkan ciri cabang ilmu tertentu, atau dengan kata lain menunjukkan bidang kajian atau inti keilmuan suatu program studi. Pilihan bahan kajian ini sangat dipengaruhi oleh visi keilmuan program studi yang bersangkutan. Bahan kajia n bukan merupakan mata kuliah (Dikti, 2008). 5) Perkiraan Dan Penetapan Beban (SKS) Dan Pembentukan Mata Kuliah Di dalam KBK, sks terkait dengan kompetensi yang harus dicapai. Pengertian sks tetap berkaitan dengan wa ktu, hanya perkiraan besarnya sks sebuah mata kuliah atau suatu pengalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
belajar yang direncanakan, dilakukan dengan menganalisis secara simultan beberapa variabel, yaitu: (1) Tingkat kemampuan/ kompetensi yang ingin dicapai (2) Tingkat keluasan dan kedalaman bahan kajian yang dipelajari (3) Cara/ strategi pembelajaran yang akan diterapkan (4) Posisi (letak semester) suatu
kegiatan pembelajaran
dilakukan (5) Perbandingan terhadap keseluruhan beban studi di satu semester Sehingga dalam KBK lebih menitik beratkan pada kemampuan/
kompetensi
mahasiswa.
Dengan
kata
lain,
pengertian sks adalah waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai kompetensi tertentu, dengan melalui suatu bentuk pembelajaran dan bahan kajian tertentu (Dikti, 2008) 6) Pembentukan Mata Kuliah Peta ka itan baha n ka jian dan kompetensi secara simultan digunakan untuk anallisis pembentukan sebuah mata kuliah. Hal ini dapat ditempuh dengan me nganalisis keterdekatan bahan kajian serta kemungkinan efektifitas pencapaian kompetensi bila beberapa bahan kajian dipelajari dalam satu mata kuliah,
dan
dengan strategi atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Terdapat pertimbangan dalam merangkai beberapa bahan kajian menjadi suatu mata kuliah, antara lain (Dikti, 2008):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
(1) Adanya keterkaitan yang erat antar bahan kajian yang bila dipelajari secara terintegrasi diperkirakan akan lebih baik hasilnya (2) Adanya pertimbangan konteks keilmuan, artinya mahasiswa akan menguasai suatu makna kelimuan dalam konteks tertentu (3) Adanya metode pembelajaran yang tepat yang menjadikan pencapaian kompetensi lebih efektif dan efisien serta berdampak positif pada mahasiswa bila suatu bahan kajian dipelajari secara komprehensif dan terintegrasi Dengan demikian pembentukan mata kuliah mem punyai fleksibilitas yang tinggi, sehingga satu program studi sangat dimungkinkan mempunyai jumlah dan jenis mata kuliah yang sangat berbeda, karena dalam hal ini mata kuliah hanyalah bungkus serangkai bahan kajian yang dipilih sendiri oleh sebuah program studi (Dikti, 2008). 7) Menyusun Struktur Kurikulum Struktur kurikulum merupakan penya jian mata kulia h dalam
semester.
Terdapat 2
macam
pendekatan
struktur
kurikulum, yaitu pendekatan serial dan pendekatan paralel. Pendekatan serial merupakan pendekatan yang menyusun mata kuliah berdasarkan logika atau struktur keilmuannya. Pada pendekatan ini mata kulia h disusun dari yang paling dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
(berdasarkan logika keilmuannya) sampai di semester akhir yang merupakan mata kuliah lanjutan (advanced). Setiap mata kuliah saling berhubungan, dengan ditunjukkan dari adanya mata kuliah pre-requisite (prasyarat). Mata kuliah yang tersaji di semester awal akan menjadi syarat bagi mata kuliah di atasnya (Dikti, 2008).
h. Pembelajaran dalam KBK Pada kurikulum berbasis kompetensi terdapat pergeseran sistem pembelajaran. Pola pembelajaran yang terpusat pada dosen seperti yang
dipraktekkan pada saat ini kurang memadai untuk
mencapai tujuan pendidikan berbasis kompetensi. Sebagai dasar dari pergeseran tersebut, terdapat beberapa
alasan yang
dapat
dikemukakan, antara lain (Dikti, 2008): 1) Perkembangan IPTEK dan seni yang sangat pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan materi pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh seorang dosen 2) Perubahan kompetensi kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan proses pembelejaran yang lebih fleksibel 3) Kebutuhan untuk menga komodasi demokratisasi partisipatif dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi Oleh karena itu, pembela jaran ke depan didorong menjadi berpusat pada
mahasiswa
(Student Center Learning) dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
memfokuska n pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan (Dikti, 2008). Bila ditinjau esensinya, pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar, dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma lama memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang sudah jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain/ mahasiswa dengan istilah transfer of knowledge. Paradigma baru, pengetahuan adalah sebuah hasil konstruksi atau bentukan dari orang yang belajar. Sehingga belajar adalah sebuah proses mencari dan membentuk/ mengkonstruksi pengetahuan, jadi bersifat aktif, dan spesifik caranya. Sedangka n dengan paradigma lama belajar adalah menerima pengetahuan, pasif, karena pengetahuan yang telah dianggap jadi tadi tinggal dipindahkan ke mahasiswa dari dosen, akibatnya bentuknya berupa penyampaia n materi (ceramah) (Dikti, 2008). Dosen sebagai pemilik dan pemberi pengetahuan, mahasiswa sebagai penerima pengetahuan, kegiatan ini sering dinamakan pengajaran. Dengan pola ini perencanaan pengajarannya (GPPP dan SAP) lebih banyak mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakuka n oleh pengajar, sedang bagi mahasiswa perencanaan tersebut lebih banyak bersifat instruksi yang harus dijalanka n. Konsekuensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
paradigma baru adalah dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memillih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan keterampilannya (method of inquiry and discovery) dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan (Dikti, 2008). Berikut ini adalah perbedaan antara metode pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) dan Student Centered Learning (Dikti, 2008): Tabel 2. Perbedaan TCL dengan SCL No. Teacher Centered Learning Student Centered Learning 1 Pengetahuan ditransfer dari M ahasiswa secara aktif dosen ke mahasiswa mengembangkan pengetahuan dan keterampila n yang dipelajarinya Mahasiswa menerima M ahasiswa secara aktif terlibat di 2 pengetahuan secara pasif dalam mengelola pengetahuan Lebih menekankan pada Tidak hanya menekankan pada 3 penguasaan materi penguasaan materi, tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life – long learning) 4 Biasanya memanfaatkan M emanfaatkan banyak media media tunggal (multimedia) 5 Fungsi dosen atau pengajar Fungsi dosen sebagai fasilitator dan sebagai pemberi informasi evaluasi dilakukan bersama dengan utama dan evaluator mahasiswa 6 Proses pembelajaran dan Proses pembelajaran dan penilaian penila ian dila kukan secara dilakukan saling berkesinambungan terpisah dan terintegrasi Menekankan pada jawaban Penekanan pada proses 7 yang benar saja pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar Sesuai untuk Sesuai untuk pengembangan ilmu 8 mengembangkan ilmu dalam dengan cara pendekatan satu disiplin saja interdisipliner belajar lebih Iklim yang dikembangkan lebih 9 Iklim individualis dan kompetitif bersifat kolaboratif, suportif, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
kooperatif Hanya mahasiswa yang M ahasiswa dan dosen belajar dianggap melakukan proses bersama di dalam mengembangkan pembelajaran pengetahuan, konsep dan keterampilan 11 Perkuliahan merupakan M ahasiswa dapat belajar tidak hanya bagian terbesar dalam proses dari perkuliahan saja, tetapi dapat pembelajaran menggunakan berbagai cara dan kegiatan pada pencapaia n 12 Penekanan pada tuntasnya Penekanan materi pembelajaran kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi 13 Penekanan pada bagaimana Penekanan pada bagaimana cara cara dosen melakukan mahasiswa dapat belajar dengan pembelajaran menggunakan berbagai baha n pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning dan skill competency Sumber: Dikti (2008) 10
Di dalam proses pembelajaran SCL, dosen masih memiliki peran yang penting seperti dalam rincian tugas berikut ini (Dikti, 2008): 1) Bertindak
sebagai
fasilitator
dan
motivator
dalam
proses
pembelajaran 2) Mengkaji kompetensi mata kuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran 3) Merancang
strategi
dan
lingkungan
pembelajaran
denga n
menyediakan berbagai pengalaman belajar yang diperluka n mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada mata kuliah yang diampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
4) Membantu
mahasiswa
memprosesnya
mengakses
untuk
informasi,
dimanfaatkan
dalam
menata
dan
memecahkan
permasalahan nyata 5) Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensinya Sementara mahasiswa m empunyai beberapa peran dalam SCL, antara lain (Dikti, 2008): 1) Mengkaji kompetensi mata kuliah yang dipaparkan dosen 2) Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen 3) Membuat rencana pembelajaran untuk mata kuliah yang diikutinya 4) Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting la gi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun berkelompok 5) Mengoptimalkan kemampuan dirinya
i. Model – Model Pembelajaran dalam KBK Terdapat beberapa metode pembelajaran untuk SCL, antara lain (Dikti, 2008): 1) Small Group Discussion Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. M ahasiswa peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
kuliah diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Dengan aktifitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar (Dikti, 2008): a)
Menjadi pendengar yang baik
b) Bekerjasama untuk tugas bersama c)
Memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif
d) Menghormati perbedaan pendapat e)
Mendukung pendapat dengan bukti
f)
Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain) Adapun aktifitas diskusi kelompok kecil dapat berupa
(Dikti, 2008): a)
Membangkitkan ide
b) Menyimpulkan poin penting c)
Mengakses tingkat skill dan pengetahuan
d) Mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya e)
Menelaah latihan, quiz, tugas menulis
f)
Memproses outcome pembelajaran pada akhir kelas
g) Memberi komentar tentang jalannya ke las h) Membandingkan teori, isu dan interpretasi i)
Menyelesaikan masalah
j)
Brainstorming
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
2) Role Play and Simulation Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi dapat berbentuk (Dikti, 2008): a)
Permainan peran (role playing)
b) Simulation exercise and simulation games c)
Model computer Simulasi
dapat
mengubah
cara
pandang
(mindset)
mahasiswa, dengan jalan (Dikti, 2008): a)
Mempraktekkan kemampuan umum (misalnya komunikasi verbal dan non verbal)
b) Mempraktekkan kemampuan khusus c)
Mempraktekkan kemampuan tim
d) Mengembangkan
kemampuan
menyelesaikan
(problem-solving) e)
Menggunakan kemampuan sintesis
f)
Mengembangkan kemampuan empati
3) Case Study
commit to user
masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
4) Discovery Learning (DL) Discovery Learning (DL) adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri (Dikti, 2008). 5) Self-Directed Learning (SDL) Self-Directed Learning (SDL) adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap
kemajuan belajar yang telah dilakukan individu
mahasiswa tersebut (Dikti, 2008). M etode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah (Dikti, 2008): a)
Pengalaman
merupakan
sumber
belajar
yang
sangat
bermanfaat b) Kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi pembelajar mandiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
c)
Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada isi mata kuliah
6) Cooperative Learning (CL) Cooperative
Learning
(CL)
adalah metode
belajar
berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/ kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-la ngka h diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada dasarnya CL merupakan perpaduan antara teacher centered learning dan student centered learning. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah (Dikti, 2008): a)
Kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa
b) Rasa tanggung jawab individu dan kelompok mahasiswa c)
Kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar mahasiswa
d) Keterampilan sosial mahasiswa
7) Collaborative Learning (CbL)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Collaborative Learning (CbL) adalah metode belajar yang menitikberatkan
pada
kerjasama
antar
mahasiswa
yang
didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. M asalah/ tugas/ kasus berasal dari dosen dan bersifat open ended,
tetapi pembentukan kelompok didasarkan pada
minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/ kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/ kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok (Dikti, 2008). 8) Contextual Instruction (CI) Contextual Instruction (CI) adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja profesional atau manajerial, enterpreneur, maupun investor (Dikti, 2008). Pada memanfaatkan
intinya
dengan
pengetahuan
CI, secara
dosen
dan
mahasiswa
bersama -sama,
untuk
mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata kuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk belajar satu sama lain (Dikti, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
9) Project Based Learning (PjBL) PjBL adalah melibatkan
metode
mahasiswa
belajar
dalam
yang
belajar
sistemik,
yang
pengetahuan
dan
keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati (Dikti, 2008). 10) Problem Based Learning (PBL) PBL adalah bela jar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus mela kukan pencarian/ penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Terdapat 4 la ngkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL, yaitu (Dikti, 2008): a)
Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/ beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah dari dosennya
b) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah c)
Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d) Menganalisis strategi pemecahan masalah Landasan teori PBL adalah kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa mahasiswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesame individu. Hal tersebut menyiratkan bahwa proses pembelajara n berpindah dari transfer informasi fasilatator-mahasiswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual (Sudarman, 2007). Aspek penting dalam PBL adalah pembelajaran dimulai dengan
permasalahan
menentukan
arah
dan
permasalahan
pembelajaran
dalam
tersebut
kelompok.
akan Dengan
membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, para mahasiswa didorong untuk mencari informasi yang diperluka n untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satu keuntungan PBL adalah
para
mahasiswa
didorong
untuk
mengeksplorasi
pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengembangkan keterampilan pembelajaran yang independen untuk mengisi kekosongan yang ada. Oleh karena itu, perancangan permasalaha n perlu dilakukan dengan sangat hati-hati untuk me nyakinkan bahwa
sebagian
besar tujuan
perkuliahan
dapat
tercapai
(Sudarman, 2007). Di dalam PBL, tujuan adalah sangat penting karena menyangkut
formulasi
permasalahan,
tujuan
pembelajara n
mahasiswa dan penilaian. Salah satu cara untuk mengembangkan tujuan adalah menyatakan segala sesuatu yang harus dimiliki ole h para mahasiswa setelah selesai mengikuti kuliah dalam hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
pengetahuan
(berkaitan
dengan
kandungan
mata
kuliah),
keterampilan (berkaitan dengan kemampuan mahasiswa mulai dari mengajukan pertanyaan, penyusunan esai, searching basis data, dan presentasi makalah), dan sikap (berkaitan denga n pemikiran
kritis,
keaktifan
mendengar,
sikap
terhadap
pembelajaran, dan respeknya terhadap argumentasi mahasiswa la in) (Sudarman, 2007). Dalam PBL, peran dosen/ guru berubah menjadi penyedia fakta
menjadi
fasilitator
lingkungan
pembelajaran
dan
membangun komunitas pembelajaran. Konsep tersebut secara etis maupun moral sangat baik karena memberikan respect pada dosen
maupun
mahasiswa
sebagai
individual
denga n
pengetahuan, pemahaman dan minat yang sama, yang bergabung dalam suatu wadah untuk berbagai pengetahuan dalam satu proses pembelajaran (Sudarman, 2007). Tidak semua mata kuliah dalam kurikulum dimungkinkan untuk dilaksanakan dengan metode PBL. Mata kuliah tingkat la njut lebih cocok diajarkan dengan metode PBL karena dalam PBL pembelajaran mahasiswa dilakukan dengan cara membangun penalaran
dari
semua
pengetahuan
yang
sudah
dimiliki
mahasiswa dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesame individu. Mata kuliah yang sangat relevan dilaksanakan dengan metode PBL adalah mata kulia h
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (Sudarman, 2007). M ata kuliah yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode PBL, maka harus mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata kuliah
yang bersangkutan. Lima
langkah tersebut adalah
(Sudarman, 2007): 1) Konsep dasar (Basic Consept). Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi atau
link dan skill yang diperlukan dalam
perkuliahan tersebut. Pada bagian ini dimungkinkan juga tidak berupa paparan konsep dasar oleh dosen tetapi penggalian teori pendukung dari perkuliahan pendukung pada semester sebelumnya yang dibutuhkan untuk mendasari pemahaman dalam mata kuliah ini oleh mahasiswa secara mandiri (Sudarman, 2007). 2) Pendefinisian masalah (Defining the Problem). Fasilitator permasalahan
dan
menyampaikan dalam
ske nario
kelompoknya,
atau
mahasiswa
melakukan berbagai kegiatan. Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah (Sudarman, 2007): a)
Brainstorming
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Dilaksanakan
dengan
cara
semua
anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinka n muncul berbagai macam alternatif pendapat. b)
Melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus.
c)
Menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas
dalam
kelompok
untuk
mencari
referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. 3) Pembelajaran mandiri (Self Learning). M ahasiswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Tahap investigasi mempunyai dua tujuan utama, yaitu (Sudarman, 2007): a)
Agar mahasiswa mencari informasi dan mengembangka n pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas.
b)
Informasi
dikumpulkan
dengan
satu
tujuan
yaitu
dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. Di luar pertemuan dengan fasilitator, mahasiswa bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Pendalaman materi dapat dilakukan
melalui
referensi (buku, jurnal, majalah, browsing internet, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
informasi
dari
ahli),
atau
percobaan
(sim ulasi
dan
perancangan perangkat keras) (Sudarman, 2007). 4) Pertukaran pengetahuan (Exchange Knowledge). M ahasiswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Hal ini dilakukan dengan cara mahasiswa berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap mahasiswa menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan
hasil
pembelajaran
mandiri
untuk
mendapatkan kesimpulan ke lompok (Sudarman, 2007). 5) Penilaian (Assessment). Penilaian memadukan tiga aspek, yaitu pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan perkuliahan yang dilakuka n dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan (Sudarman, 2007). Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran baik software, hardware maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkah penila ian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill
yaitu
keaktifan
dan
commit to user
partisipasi
dalam
diskusi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
kemampuan
bekerjasama
dalam
tim
dan
kehadira n
perkuliahan (Sudarman, 2007).
j. Menyusun Rencana Pembelajaran Dalam kurikulum 2004 ya ng dimaksud dengan silabus adalah (Nurhadi, 2004): 1) Seperangkat
re ncana
dan
pengaturan
tentang
kegiata n
pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. 2) Komponen silabus menjawab: a) Kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa. b) Bagaimana cara mengembangkannya? c) Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dicapai/ dikuasai oleh siswa? 3) Tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi perencanaan belajar mengajar. 4) Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata pelajaran di sekolah/ madrasah kelompok guru, musyawarah guru mata pelajaran dan dinas pendidikan. Sebagai seorang dosen, maka tugasnya dalam pembelajara n adalah menyusun rencana pembelajarannya. Bentuk rancanga n pembelajaran yang lazim terdiri dari Garis-Garis Besar Perencanaan Pengajara n (GBPP) dan merupakan rencana kegiatan pengajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
selama satu semester, dan Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang merupakan rincian kegiatan disetiap minggunya atau setiap kegiatan tatap muka. GBPP disusun berdasarkan analisis instruksional yang merupakan
rangkaian
pencapaian
tujuan
instruksional/
tujuan
pengajaran. Rumusan tujuan instruksional lebih banyak pada ranah kognitif, karena rencana ini sangat dipengaruhi paradigma lama sehingga kegiata n yang disusun sebagian besar berupa perkuliahan/ ceramah yang diakhiri dengan ujan tulis baik di tengah semester atau di akhir semester (Dikti, 2008). Di dalam KBK, proses pembelajaran tidak terpisahkan denga n hasil belajar tetapi menjadi siklus yang lebih pendek yaitu denga n mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi. Sehingga ujian akhir semester yang dinilai sebagai hasil belajar menjadi tidak penting lagi, karena dikembangkannya bentuk assessme nt yang lebih menenkankan pada proses dan sekaligus hasil belajar (Dikti, 2008). Dengan bentuk
pembelajaran SCL,
maka
perencanaa n
pembelajaran akan berisi rincian pengalaman belajar mahasiswa, apa yang harus mahasiswa kerjakan dan hasilkan). Suatu mata kuliah tela h ditetapkan posisi
semesternya,
beban
sks,
serta
kompetensi-
kompetensi yang dibebankan atau harus dicapai oleh mahasiswa setelah pembelajaran mata kuliah ini dijala ninya. Dengan demikian, perencanaan
pembelajaran suatu mata kuliah akan memuat (Dikti,
2008):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
a) Rumusan kemampuan akhir yang
harus dicapai setiap tahapan
pembelajaran yang bila semua tahap telah dilakukan diharapka n kompetensinya bisa tercapai b) Waktu yang disediakan untuk mendapatkan kemampuan tahapan c) Strategi/ bentuk
pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai
kemampuan akhir tiap tahapan d) Bahan kajian tiap tahap e) Kriteria penilaian yang terkait dengan kemampuan akhir yang diharapkan untuk setiap kegiatan pembelajaran f) Bobot nilai di tiap tahap pembelajaran Pada dasarnya proses membuat rancangan pembelajaran adalah memilih metode pembelajaran yang tepat agar mencapai kompetensi yang ditetapkan. Dalam memilih metode pembelajara n perlu diperhatikan kaitan antar unsur-unsur berikut (Dikti, 2008): a) Mahasiswa b) Materi ajar/ bahan kajian c) Sarana/ alat pembelajaran Pengukuran tingkat kesulitan dan kompleksitas bahan kajian terhadap tingkat kem ampuan mahasiswa yang akan belajar. Sehingga mahasiswa tahun ketiga diasumsikan berbeda tingkat kemampuannya dengan mahasiswa di tahun pertama, sehingga bahan kajian yang sulit harus dicari cara yang lebih tepat yang sesuai dengan tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
kemampuan agar maha siswa bisa belajar dengan baik dalam mencapai kompetensinya (Dikti, 2008). Efesiensi dari sarana pembelajaran harus diperhatikan. Beda jumlah mahasiswa per kelas tentu beda dalam menetapkan sarana/ alat pembelajaran
yang
digunakan
agar
efisien
dalam
mencapai
kompetensi. Kompetensi dalam proses pendidikan dipahami sebagai gabungan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang tercermin dalam perilaku (Dikti, 2008).
k. Alternatif Penilaian Kemampuan Anak Didik Penilaian kemampuan mahasiswa merupakan tugas daripada dosen. Akan tetapi, beberapa permasalahan sering muncul dalam proses penilaian, antara lain (Dikti, 2008): 1) Pemberian angka pada hasil belajar mahasiswa apakah termasuk penilaia n? Banyak di antara dosen yang terjebak hanya m emberika n angka pada proses penilaiannya. Padahal esensi dari penilaian adala h memberikan
umpan
balik
pada
kinerja/
kompetensi
yang
ditunjukkan mahasiswa agar dapat mengarah pada ketercapaia n output dan outcome pembelajaran. Angka bukanlah tujuan akhir dari penilaian.
2) Jenis kemampuan apa yang kita nila i dari mahasiswa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Dosen sering mengalami kesulitan untuk menilai kemampuan siswa.
Tidak
jarang
dosen
kurang
mampu
membedakan
kemampuan akhir yang a kan dinilainya. 3) Apakah teknik penilaian yang kita jalankan sudah tepat sesuai dengan kemampuan mahasiswa secara nyata dan benar? Dosen juga sering mengalami kesulitan dalam menentukan metode penelitian ya ng tepat untuk menilai kompetensi tertentu. 4) Bagaimana cara penilaian? 5) Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-satunya cara yang tepat untuk melihat kemampuan/ kompetensi mahasiswa? Masih banyak diantara dosen yang selalu menggunakan metode ujian tertulis mulai dari awal penilaian sampai akhir ujian. Dengan melihat rumitnya permasalahan penilaian, maka di dalam SCL diajukan model penilaian secara rubrik. Rubrik merupakan panduan assessment yang menggambarkan kriteria yang digunakan dosen dalam menilai dan memberi tingkatan dari hasil pekerjaa n mahasiswa. Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan mahasiswa denga n panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut.
Manfaat pemakaian rubrik di dalam proses penilaian adalah (Dikti, 2008):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
a) Rubrik menjelaskan deskripsi tugas b) Rubrik memberikan informasi bobot c) Mahasiswa memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat d) Penilaian lebih objektif dan konsisten Terdapat 3 macam bentuk rubrik, yaitu (Dikti, 2008): 1) Rubrik deskriptif Rubrik deskriptif memiliki empat komponen atau bagian, yaitu deskriptif tugas, skala nilai, dimensi dan deskripsi dimensi. a)
Deskripsi tugas M enjelaskan tugas atau objek yang akan dinilai atau dievaluasi.
b) Skala nilai M enyatakan
tingkat capaian mahasiswa dalam
mengerjakan tugas untuk dimensi tertentu. Skala nilai biasanya dibagi menjadi beberapa tingkat, misalnya dibagi menjadi tiga tingkat yaitu sangat memuaskan, memuaskan dan cukup. c)
Dimensi M enyatakan
aspek-aspek
yang
dinilai
dari
pelaksanaan tugas yang diberikan. Aspek yang dinilai dapat saja diberikan bobot yang berbeda dalam penilaian, misalnya pemikiran diberi bobot lebih tinggi daripada aspek lain dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
kemampuan presentasi tidak terlalu tinggi dibandingkan aspek yang lain. d) Tolak Ukur Dimensi Disebut juga tolak ukur penilaian. Merupakan deskripsi yang menjelaskan bagaima na karakteristik dari hasil kerja mahasiswa. Digunakan untuk standar yang menetukan pencapaian skala penilaian. Rubrik deskriptif memberikan deskripsi karakteristik atau tolak ukur penilaia n pada setiap skala nilai yang diberikan. Format ini banyak dipakai dosen dalam menilai tugas mahasiswa. (Dikti, 2008). 2) Rubrik holistik Rubrik holistik hanya memiliki satu nilai yaitu skala tertinggi. Isi dari deskripsi dimensinya adalah kriteria dari suatu kinerja untuk skala tertinggi. Apabila mahasiswa tidak memenuhi kriteria tersebut, penilai memberi komentar berupa alasa n mengapa tugas mahasiswa tidak mendapatkan nilai maksimal. Kelemahan dari rubrik holistik adalah dosen masih harus menuliskan komentar atas capaian mahasiswa pada setiap dimensi bila mahasiswa tidak mencapai kriteria maksimal (Dikti, 2008).
3) Rubrik skala persepsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam membuat rubrik adalah (Dikti, 2008): 1) Mencari berbagai model rubrik Berbagai model rubrik yang ada dapat dipelajari dengan membandingkan sebuah rubrik dengan rubrik lainnya sehingga menginspirasi ide-ide contoh dimensi dan tolok ukur yang selanjutnya diadaptasi sesuai dengan tujuan pembelajaran (menggunakan atau mengadaptasi rubrik dosen lain, tentu dengan meminta ijin kepada penulis aslinya). 2) Menetapkan dimensi Pembuatan dimensi dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain (Dikti, 2008): a) Membuat daftar yang berisi harapan-harapan dosen dari tugas yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa b) Menyusun daftar ya ng telah dibuat mulai dari harapan yang paling diinginkan c) Meringkas daftar harapan, jika daftar harapan masih panjang d) Mengelompokkan elemen tersebut berdasarkan hubungan yang satu dengan yang lainnya e) Memberi nama masing-masing kelompok dengan nama yang menggambarkan elemen-elemen di dalamnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
f) Nama-nama yang telah diberikan disebut dengan dimensi dan elemen-elemen di dalamnya menjadi deskripsi dimensi untuk skala tertinggi 3) Menentukan skala Semakin banyak skala yang dipergunakan semakin tidak mudah membedakan tolok ukur setiap dimensi, sehingga dapat menimbulkan subjektif. Tingkatan skala yang digunakan harus jelas dan relevan untuk dosen dan mahasiswa. Contoh nama tingkatan skala penilaian: melebihi standar, memenuhi standar, mendekati standar. Apapun nama ya ng digunakan pada setiap tingkatan skala, dosen dan mahasiswa mengerti dengan jelas skala yang mencerminkan hasil kerja mahasiswa yang dapat diterima (Dikti, 2008). 4) Membuat tolok ukur pada rubrik deskriptif Tahapan pembuatan tolok ukur dimensi adalah (Dikti, 2008): a) Tolok ukur dimensi untuk skala tertinggi sudah dibuat sebelumnya, yaitu daftar-daftar yang telah dibuat saat pada proses pembuatan dimensi. Daftar tersebut berupa harapanharapan dosen pada tugas mahasiswa. b) Membuat tolok ukur untuk skala terendah. Pem buatannya mudah karena kebalikan tolok ukur dimensi untuk skala tertinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
c) Membuat deskripsi dimensi untuk skala pertengahan. Semakin banyak skala yang digunakan, semakin sulit membedakan dan m enyatakan secara tepat tolok ukur dimensi yang dapat dimasukkan dalam suatu skala nilai. Jika menggunakan lebih dari tiga skala, tolok ukur dimensi yang dibuat terlebih dahulu adalah yang paling luar atau yang lebih dekat ke skala tertinggi atau terendah. Kemudian selangkah demi selangka h menuju ke bagian tengah. Rubrik dan segala bentuk penilaiannya diharapkan dapat diketahui secara terbuka oleh mahasiswa di awal semester. Oleh karenanya, pada saar proses perencanaan studi (pengisian KRS), semua perencanaan dan alat pembelajaran harus telah diterimakan pada mahasiswa dan hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Dikti, 2008). Kompetensi yang dituntut dikuasai oleh lulusan bidang
kesehatan
adalah
kompetensi
yang
sangat
komprehensif, yang meliputi kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan intelektual, psikomotor dan afektif, maka evaluasi terhadap hasil belajarnya pun perlu dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dapat mengukur kompetensi secara komprehe nsif pula. Evaluasi pada KBK bidang kesehatan dapat dilakukan melalui pendekatan Criterion Reference Test (CRT) atau penilaian acuan patokan (PAP).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Dengan pendekatan ini kelulusan seseorang dalam ujian kompetensi didasarkan pada standar tertentu, bukan didasarkan pada sebaran nilai ujian yang terdapat di kelompoknya. Dikarenakan pena nganan masalah kesehatan berkaitan dengan jiwa manusia, maka kompetensi-kompetensi tertentu capaian kompetensinya harus 100%, dengan kata lain penilaian untuk kompetensi tersebut harus mutlak lulus. Nilai salah satu domain tidak boleh digantikan oleh domain yang lain (Nurwachid, 2004). Menurut Unud (2009), penilaian dalam KBK disusun dan dilaksa nakan berdasarkan standar kompetensi (SK), yaitu suatu
proses
penilaian
dengan
cara
membandingkan
kompetensi yang dicapai oleh peserta didik dengan SK yang telah ditetapkan pada suatu mata kulia h. Penillaian dalam KBK tidak hanya berorientasi pada hasil (product oriented), akan tetapi juga pada proses pembelajaran (process oriented). Di dalam KBK, secara umum penilaian berfungsi untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta
didik
dalam
pencapaia n
kompetensi (sumatif) dan sekaligus sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran (formatif).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Komponen penilaian dalam KBK a ntara lain (Unud, 2009): a) Kuis b) Pertanyaan lisan c) Tugas individu d) Tugas kelompok e) Presentasi tugas dan diskusi f) Laporan praktikum atau laporan kerja praktik g) Ujian praktek h) Ujian tengah semester i) Ujian akhir semester Menurut Brodjonegoro (2005), cara penilaian atau assessment: a) Ujian tertulis yaitu MCQ, MEQ, essay, makalah, referat dan karya tulis ilmiah b) Ujian keterampilan dan observasi c) Ujian afektif/ attitude, dengan observasi, log book dan portofolio Berdasarkan aspek
yang
dinilai,
secara
umum
penilaian dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu (Unud, 2009):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
1) Tes Merupakan teknik penilaian yang biasa digunaka n untuk
mengukur
kemampuan
peserta
didik
dalam
pencapaian suatu kompetensi. Hasil tes diolah secara kuantitatif, sehingga hasil tes berupa angka yang bisa ditafsirkan menjadi tingkat penguasaan kompetensi peserta didik. Pelaksanaan tes dapat dila kukan setelah berakhirnya pembahasan satu pokok bahasan atau pada akhir semester. Tes bisa dalam bentuk formatif maupun sumatif. Suatu tes harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a)
Valid
b)
Reliabel
c)
Relevan
d)
Spesifik
e)
Representatif
f)
Proporsional Ditinjau dari cara pelaksanaannya, tes dapat
dibedakan menjadi (Unud, 2009): a)
Tes tulis Terdapat dua jenis tes yang masuk dalam kategori tes tulis yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai merupakan bentuk tes yang dilaksanakan dimana peserta didik diminta menjawab pertanyaan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
cara menjelaskan/ menguraikan dengan menggunakan kalimat yang disusun sendiri. Untuk menghindari subjektifitas dalam penskoran, pelaksanaan tes esai harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Unud, 2009): (a) Jawaban tiap soal tidak panjang (b) Siapkan pedoman penskoran (c) Periksa tiap butir soal secara keseluruhan Sedangkan tes objektif merupakan bentuk tes yang meminta peserta didik untuk memilih jawaban dari soal yang sudah disediakan. Yang termasuk dalam tes objektif adalah tes pilihan ganda, melengkapi dan menjodohkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tes objektif adalah (Unud, 2009): (a) Soal harus sesuai dengan indikator (b) Hanya ada satu jawaban benar (c) Rumusan soal harus komunikatif (d) Menggunakan bahasa baku (e) Tidak menggunakan istilah lokal (f) Alternatif jawaban (menjodohkan)
commit to user
lebih banyak
dari premis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
b)
Tes lisan Merupakan tes dimana dalam pelaksanaannya peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan secara lisan. Berguna untuk menillai secara mendalam pemahaman peserta didik tentang permasalahan yang dinilai.
Biasanya
digunakan
untuk
menilai
permasalahan yang tidak terlalu luas tetapi mendalam dan dengan jumlah peserta tes yang tidak banyak (Unud, 2009). c)
Tes kinerja Merupakan tes dalam bentuk peragaan kinerja dari peserta didik. Tes ini cocok digunakan untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan suatu kegiatan atau tugas tertentu. Penilaian untuk tes jenis ini menggunakan rubrik. Beberapa bentuk tes kinerja (Unud, 2009): (a) Demonstrasi (b) Presentasi (c) Simulasi (d) Tes
terstruktur
(latihan),
penyelesaia n
tugas
menggunakan alat dan sumber-sumber (e) Tes tindakan khusus, amati cara pemecahan masalah 2)
Non – Tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
Non-tes adalah instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk menilai aspek sikap, termasuk tingkah la ku, motivasi dan minat dari peserta didik. Berikut ini adalah beberapa jenis non-tes, antara lain (Unud, 2009): a) Wawancara Merupakan komunikasi langsung antara pewawancara
dengan
yang
diwawancarai.
Berdasarkan sifatnya, ada 2 jenis wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. b) Observasi Merupakan
teknik
penilaian
yang
dilaksanakan dengan cara mengamati tingkah laku dari
subyek
yang
dinilai.
Observasi
dapat
dilaksanakan secara perorangan atau terhadap kelompok peserta didik. Sebelum observasi perlu dipersiapkan pedoman observasi misalnya berupa check list atau skala penilaian. c) Penilaian Produk Merupakan
bentuk
penilaian
yang
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menghasilkan suatu karya tertentu. Tahapan dalam penilaia n produk adalah perencanaan dan penilaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
d) Penilaian Portofolio Merupakan
suatu
penilaian
terhadap
kumpulan hasil karya seseorang peserta didik selama proses
pembelajaran
memantau suatu
yang
digunakan
untuk
perkembangan kompetensinya dalam
mata
kuliah
tertentu.
Perkembangan
kompetensi yang dipantau meliputi pengetahuan, keterampilan maupun sikap peserta didik terhadap mata kuliah yang bersangkutan. Langkah-la ngkah dalam penyusunan portofolio adalah (Unud, 2009): (a) Koleksi Mengumpulkan hasil kerja peserta didik yang menggambarkan perkembangan, kemajuan dan hasil belajarnya. (b) Organisasi Mengorganisasikan berbagai hasil kerja peserta didik. (c) Refleksi Merenungkan dan mengevaluasi kembali apa yang telah dikoleksi dan diorganisasi.
(d) Presentasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Menampilkan atau
menyajikan
hasil
kerja
peserta didik.
l. Perbedaan
Kurikulum
1994
dengan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi (KBK) Dengan adanya pengembangan dalam kurikulum, dimana modal awal dari pengembangan kurikulum tersebut adalah kurikulum 1994, maka terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 (KBK), yaitu (Anonym, 2008): 1) Aspek Filosofis Tabel 3.
Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK dalam Aspek Filosofis Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Struktur keilmuan yang 1. Kompetensi lulusan hasilnya berupa materi 2. Standar kompetensi: pelajaran a. Struktur keilmuan – karakteristik bidang studi b. Perkembangan psikologi siswa – karakteristik siswa c. Standar kompetensi negara la in d. Perkembangan dan tuntutan masyarakat 1. Dikembangkan tujuan 1. Kompetensi dasar kurikuler, TIU, dan TIK 2. Indikator pencapaian kompetensi 3. Materi pokok 4. Pengalaman belajar siswa 5. Sistem penilaian berkelanjutan 6. Alokasi waktu sesuai kedalaman materi 7. Sumber bahan/ alat 1. Fokus pada aspek kognitif 1. Fokus pada kognitif, psikomotor dan afektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
Sumber: Dikti (2008) 2) Aspek Tujuan Tabel
4.
Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Tujuan Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Siswa menguasai materi 1. Siswa mencapai kompetensi pelajaran tertentu 1. Bahan ajar berdasarkan 1. Bahan ajar memanfaatkan pada TIU dan TIK sumber daya di dalam dan di luar sekolah 1. Tujuan berdasarkan pada 1. Tujuan berdasarkan pada tujuan institusional, tujuan kompetensi yang ingin dicapai kurikuler, TIU dan TIK 1. Menyiapkan siswa 1. Memberikan bekal akademik melanjutkan ke jenjang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi pendidikan tinggi 2. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan m enjalani hidup secara bermartabat Sumber: Dikti (2008) 3) Aspek Materi Pembelajaran Tabel
5.
Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Materi Pembelajaran Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Materi pembelajaran 1. Materi pembelajaran ditentukan ditentukan pemerintah oleh sekolah berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar 1. Materi pelajaran sama 1. Pusat hanya menetapkan materi untuk semua sekolah pokok (esensial) 1. Target guru 1. Target guru memberikan menyampaikan semua pengalaman belajar untuk materi pelajaran mencapai kompetensi 1. Fokus pada aspek kognitif 1. Fokus pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif 1. Disusun berdasarkan TIU 1. Disusun berdasarkan dan TIK karakteristik mata pelajaran, perkembangan peserta didik dan sumberdaya yang tersedia Sumber: Dikti, 2008 4) Aspek Proses Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
Tabel
6.
Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Proses Pembelajaran Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Bersifat klasikal dengan 1. Bersifat individual tujuan menguasai materi (mempertimbangkan kecepatan pelajaran siswa yang tidak sama) 1. Guru sebagai pusat 1. Guru sebagai fasilitator dan pembelajaran siswa sebagai subjek pendidikan 1. Pembelajaran cenderung 1. Pembelajaran dilakuka n di dilakukan di kelas dalam dan di luar kelas 1. Metode mengajar 1. Metode mengajar bervariasi cenderung monoton 1. Pembelajaran mengejar 1. Pembelajaran berdasarkan pada target penyampaian kompetensi dasar yang harus materi dicapai 2. Ada program remedial dan pengayaan Sumber: Dikti (2008) 5) Aspek Cara Penilaian Tabel
7.
Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK Berdasarkan Aspek Cara Penilaian Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Acuan norma 1. Acuan kriteria 1. Penilaian menekankan 1. Penilaian mencakup tiga aspek: pada kemampuan kognitif kognitif, psikomotor dan afektif 1. Penyusunan bahan 1. Didasarkan pada materi esensial penilaian didasarkan pada yang benar-benar relevan tujuan per kelas dan per dengan kompetensi yang harus semester dicapai siswa 1. Keberhasilan siswa diukur 1. Keberhasilan siswa diukur dan dan dilaporkan dilaporkan berdasarkan berdasarkan perolehan pencapaian kompetensi tertentu nilai yang dapat dan bukan didasarkan atas diperbandingkan dengan perbandingan dengan hasil nilali siswa lainnya belajar siswa yang lain 1. Ujian hanya menggunakan 1. Ujian menggunakan berbagai teknik paper dan pencil teknik (performance test, test objective test, dll) dan metode penilaian portofolio Sumber: Dikti (2008)
m. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
1) Kelebihan KBK Menurut Hasyim (2003), KBK merupakan salah satu kurikulum
ya ng
memberikan
kontribusi
besar
terhadap
pengembangan potensi peserta didik secara optimal berdasarka n prinsip-prinsip
konstruktivisme
asal
implementasinya
benar.
Beberapa kelebihan KBK antara lain: a)
Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek mata kuliah dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata kuliah itu sendiri
b) Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered). M ahasiswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika proses pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses pembelajaran c)
Dosen diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi Perguruan Tinggi/ Daerah masing-masing
d) Bentuk pelaporan hasil belajar memaparkan setiap aspek dari suatu mata kuliah memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekuranga n peserta didik e)
Penilaian yang m enekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten
2) Kelemahan KBK Menurut Hasyim (2003), kelemahan yang ada pada penerapan KBK, hal ini disebabkan beberapa permasalahan antara la in: a)
Paradigma dosen dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher centered
b) Kualitas dosen c)
Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang belum memadai
d) Kebijakan pemerintah yang setengah hati Kelemahan KBK, dari sisi kurikulum adalah: a)
Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya disusun oleh dosen, karena dosen yang paling mengetahui kondisi peserta didik dan lingkungan
b) Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan
standar
kompetensi-kompetensi
dasar
sehingga
menyulitkan dosen untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
B. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Suhono A. 2006. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Tesis. Program Pascasarjana: UMS. Penelitian ini dilakukan oleh Agus Suhono di SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen. Adapun yang menjadi fokus dari penelitian adalah untuk mengetahui pemahaman Kepala Sekolah, guru, karyawan dan siswa mengenai pelaksanaan KBK; bagaimana pelaksanaan KBK di kedua sekolah tersebut dan bagaimana respon dari pengelola sekolah tentang pelaksanaan KBK. Dari penelitian ini diketahui bahwa masih banyak persepsi yang salah dan tidak sama mengenai KBK dari berbagai elemen di SMA Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Gemolong, Sehingga, hal ini berdampak pada perjalana n implem entasi KBK yang dirasa banyak sekali hambatannya. Hambatan itu berasal dari internal maupun eksternal yang tidak lain adala h kendala karena rendahnya pemahaman tentang KBK. 2. Tantra
DK.
2009.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
Universitas
Pendidikan Ganesha: Singaraja. Suatu
studi ini dilakukan
ole h Prof.Drs.Dewa
Komang
Tantra,Dip.App.Ling,MSc,Ph.D di Universita s Pendidikan Ganesha, Singaraja. Studi ini menjabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan KBK. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada pelaksanaannya KBK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelemahan daripada KBK sebenarnya diakibatkan oleh argumentasi mengenai KBK yang masih terfragmentasi, misalnya kompetensi dalam KBK yang dianggap tunggal. Padahal, sebenarnya kompetensi yang dimaksud adalah gabungan dari seluruh kemampuan yang ada dan tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu, denga n beberapa kelemahan yang sering kali dikeluhkan oleh pengelola pendidikan, maka KBK harus ditelaah lebih dalam untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang benar untuk menepis argumentasi bahwa mitos-mitos dalam KBK yang hanya akan memperberat proses pendidikan saja. 3. Budiadi dan Suryanti. 2010. Deskripsi Tentang Pelaksanaan KBK GuruGuru SMP Negeri Di Surabaya Penelitian ini dilakukan oleh Jun Suryanti dan Setiyo Budiadi pada guru-guru SMP Negeri di Surabaya. Dari hasil penelitia n ini diketahui bahwa kendala yang utama dirasakan oleh guru-guru mengenai pelaksanaan KBK adalah waktu yang terlalu terbatas. Mereka mengatakan bahwa untuk melaksanakan KBK pada mata pelajaran ekonomi waktunya kurang. Oleh karena itu, mereka mengharapkan adanya penambaha n waktu. Selain itu, masih banyak guru-guru yang pemahaman tentang KBK masih rendah dan hal tersebut dikarenakan oleh informasi melalui pelatihan dan workshop yang mninimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
C. Kerangka Berpikir Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi diperlukan berbagai faktor pendukung, diantaranya sistem kebijakan dalam institusi, tenaga dosen, sarana dan prasarana, serta mahasiswa sendiri. Seluruh komponen ini harus siap dalam mendukung kurikulum berbasis kompetensi. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
SARANA
DOSEN KURNAS
KESIAPAN PENERAPAN KBK
HASIL YANG DICAPAI
MAHASISWA
KEBIJAKAN KENDALA
Gambar 1. Kerangka Berfikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Program Studi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso dengan alasan bahwa institusi tersebut telah berdiri sejak 2005 sampai sekarang. Sejak berdiri sampai sekarang kurikulum yang dipergunakan dalam proses pembelajaran adalah kurikulum nasional (Kurnas). Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk mengetahui status kesiapan dari Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso untuk melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Pebruari 2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekata n studi
kasus
terpancang
tunggal.
Penelitian
ini
berkeinginan
untuk
mengungkap data atau informasi sebanyak mungkin mengenai kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso di dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Dalam penelitian kualitatif, pemilihan natural setting mutlak diperlukan. Setting penelitian disesuaikan denga n permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian. Adapun dalam penelitian yang akan dilakukan ini setting penelitian direncanakan berlangsung di Program 105
commit to user
Studi DIII
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
Keperawatan Universitas Bondowoso dengan harapan dapat memperoleh informasi dari Ketua
Program Studi DIII
Keperawatan Universitas
Bondowoso, Kodik I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Kodik II Bidang Keuanga n, Staf Pengajar (Dosen), mahasiswa dan sebagainya yang dimungkinkan peneliti memperoleh informasi tentang kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
C. Sumber Data Jenis sumber data menurut Sutopo (2002) adalah sebagai berikut: 1. Narasumber (informan) Jenis sumber data yang berupa manusia pada umumnya dikenal sebagai informan. Istilah tersebut sangat akrab digunakan dalam penelitian kualitatif, dengan pengertian bahwa peneliti mem iliki posisi yang lebih penting. Informan posisinya sekedar memberikan tanggapan (respon) pada apa yang diminta atau ditemukan pene litinya. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan informan adalah Ketua Program Studi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Kodik II Bidang Keuangan, Tenaga Dosen, dan M ahasiswa. 2. Peristiwa atau Aktifitas Data atau informasi juga akan dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktifitas atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktifitas, peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
akan bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara berlebih pasti kare na menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa sebagai sumber data memang sangat beragam, dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak, aktifitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi, aktifitas yang formal maupun yang tidak formal, dan juga yang tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja. Berbagai permasalahan memang memerlukan pemahaman lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari para pelaku dalam lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari pada pelaku dalam aktifitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya. Bukan hanya lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari pada pelaku dalam aktifitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya. Bukan hanya lewat informasi yang diberikan oleh seseorang atau dari catatan-catatan yang ada mengenai aktifitas tertentu. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua peristiwa bisa diamati secara langsung, kecuali ia merupakan aktifitas yang masih berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Banyak peristiwa yang hanya terjadi satu kali, atau hanya berjalan dalam jangka waktu tertentu dan tidak terulang kembali. Dalam hal semacam ini, kajian lewat peristiwa secara langsung tidak bisa
dilakukan, kecuali lewat cerita
narasumber, atau dokumen rekaman dan gambar bila ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
3. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip merupakan data tertulis yang bergayuta n dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktifitas atau peristiwa tertentu). Bila ia merupakan catatan lapangan yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut pasif. Namun keduanya bisa dikatakan sebagai suatu rekaman atau sesuatu yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu dan dapat secara baik dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian. Dokumen yang akan dikumpulka n dari penelitian ini adalah SK mengenai kebijakan dalam penerapan kurikulum yang harus dijalankan, bukti fisik pelaksanaan kurikulum saat ini, infrastruktur yang ada pada Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kurikulum.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Sampling Sutopo (2002) strategi pengumpulan data dalam pengumpulan kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 2 cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. M etode atau interaktif meliputi wawancara mendalam, observasi berperan dalam tingkatan, dan focus group discussion (FGD). Sedangkan yang non
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
interaktif meliputi mencatat dokumen atau arsip (content analysis) dan juga observasi tak berperan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, serta mengkaji dokumen dan arsip. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
E. Validitas Data Sebelum dilakukan analisa data dan penafsiran data, maka keabsahan data terlebih dahulu dilakukan. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini pemeriksaan keabsahan data menggunakan kriteria kredibilitas. Untuk mempertinggi tingkat kredibilitas hasil penelitian, maka dilaksanakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Menurut Moleong (2007), teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara: 1. Trianggulasi Trianggulasi adalah teknik pemeriksaa n keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau
sebagai pembanding
terhadap
data
itu.
Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Berikut ini adalah teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1) Trianggulasi data 2) Trianggulasi teori 3) Trianggulasi penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
4) Trianggulasi metode 2. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini bertujuan untuk: 1) M embatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks. 2) M embatasi kekeliruan (bias) peneliti. 3) M engkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesatnya. Dengan
adanya
perpanjangan
keikutsertaan
peneliti
aka n
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. 3. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa saja yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Ketekunan pengamata n bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat releva n dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka pengamatan menyediakan kedalaman.
commit to user
ketekunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
F. Teknik Analisa Data Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakuka n sejak awal kegiatan penelitian sampai akhir kegiatan penelitian. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan alur kegiatan seperti yang dikemukakan oleh M iles dan Huberman dalam Sugiyono (2009) yakni data reduction, data display and conclusion drawing verification seperti terlihat dalam gambar berikut:
Gambar 2. Komponen Dalam Analisis Data Data
yang
diperoleh melalui pengamatan,
wawancara
dan
dokumentasi demikian banyak dan kompleks serta masih bercampur-campur, maka dibuatlah reduksi terhadap data tersebut. Dalam proses reduksi ini dilakukan seleksi untuk memilih data yang relevan dan bermakna, yang mengarah pada pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan untuk menjawab pertanyaan. Begitu juga perlakuan peneliti terhadap transkrip itu penulis ambil sebagai data penelitian, kemudian peneliti masukkan dalam laporan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
Setela h di reduksi, ditentukan komponen yang terfokus untuk diamati dari isi wawancara, yaitu mengenai kesiapan Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Hasil wawancara dan pengamatan tahap dua ini dibentangkan/ display. Selanjutnya data tersebut direduksi la gi, sehingga akhirnya pengamata n maupun wawancara ditunjukkan pada aspek kesiapan dalam pelaksanaan KBK
dari
segi
keempat
aspek.
Langkah
selanjutnya
adalah
menyederhanakan, menyusun secara sistematis hal-hal yang pokok dan penting dan membuat abstraksi untuk memberikan gambaran yang tajam serta bermakna. Proses pemilihan data mengarah pada pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, serta diformulasikan secara sederhana, disusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang lebih substantive. Diharapkan dengan cara ini akan memberi abstraksi yang tajam tentang kebermaknaan hasil temuan di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso terletak di Kabupaten Bondowoso, tepatnya di Jln. Chairil Anwar No. 3B – Kelurahan Badean. Kabupaten Bondowoso merupakan Kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Jember, Situbondo dan Banyuwangi, yang secara letak geografis merupakan daerah yang strategis karena sebagai jalur alternatif dari ketiga Kabupaten yang berbatas langsung dengan Kabupaten Bondowoso. Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso didirikan pada tanggal 12 M ei 2005 atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso dan Yayasan Pendidikan Gotong Royong Universitas Bondowoso dengan ijin pendirian 1498/ D/ T/ 2005. Institusi ini dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor Universitas Bondowoso. Di dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Program Studi dibantu oleh 2 Koordinator
Pendidikan,
yaitu
Kodik
I
(Bagian
Akademik
dan
Kemahasiswaan) dan Kodik II (Bagian Keuangan). Institusi ini tentunya bergerak dalam pendidikan vokasional keperawatan (DIII Keperawata n) yang menekankan pada keterampilan klinis. Prodi
DIII
Keperawatan
Universitas
Bondowoso
mempunyai
komitmen untuk menghasilkan tenaga perawat yang terampil dalam 113
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
bidangnya guna memenuhi kebutuhan perawat. Untuk itu, lembaga ini mempunyai visi mewujudkan perawat profesional pemula yang mampu bersaing di era globalisasi. Adapun misi dari Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso adalah menciptakan perawat profesional pemula yang bertaqwa kepada Tuhan Ya ng M aha Esa, mengembangkan peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan kemajuan IPTEK keperawatan, mencetak tenaga perawat profesional pemulai siap pakai baik di dalam maupun di luar negeri.
B. Sajian Data Pada sajian data ini terdapat 2 kali pengambilan data denga n indepth interview. Kedua data bersumber dari beberapa informan, yaitu Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Ka), Kodik I (Ko 1), 2 tenaga dosen (Do 1, Do 2), bagian sarana prasarana (SP), dan 2 orang mahasiswa (Mh 1, Mh 2). Data yang pertama diambil pada tanggal 7 Maret 2012 di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Lampiran 1), dan data yang kedua diambil pada tanggal 14 Maret 2012 di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Lampiran 2). Dikarenakan informan berasal dari berbagai elemen, maka karakteristiknya pun memiliki perbedaan. Usia dari informan Kaprodi dan Kodik I berkisar antara 35-37 tahun dengan pendidikan S2 Kesehatan. Penga laman kerja kedua informan ini ± 7 tahun dan sebelum di Prodi DIII Keperawatan Universitas pernah bekerja di instansi pendidikan kesehatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
lainnya. Untuk tenaga dosen berusia kira-kira 26-28 tahun dengan pendidikan S1 keperawatan PTN. Pengalaman kerja kedua informan tersebut ± 3 tahun dan tidak mempunyai pengalaman kerja sebelumnya (fresh graduate). Usia bagian sarana prasarana sendiri
± 26 tahun dengan latar
belakang pendidikan S1 keperawatan. Tenaga ini adalah tenaga dosen yang diberi beban untuk bertanggung jawab dalam bagian sarana prasarana. Penga laman kerja dari bagian ini ± 1 tahun dan sebelumnya tidak pernah bekerja di instansi pendidikan kesehatan (fresh graduate). Informan yang terakhir adalah 2 maha siswa tingkat II (semester III) yang masih menjalani pendidikan kesehatan. Berikut ini adalah sajian data berdasarkan rumusan masala h penelitian: 1. Kebijakan Dalam Penerapan KBK Dari rumusan masalah kebijakan dalam penerapan KBK didapatkan satu tema yaitu belum ada kebijakan untuk menerapkan KBK. Dari tema tersebut didapatkan beberapa subtema, yaitu: 1) Belum ada kebija kan dari Rektorat untuk penerapan KBK; 2) Penerapan KBK masih rencana; 3) Belum siap menerapkan KBK. a. Belum ada kebijakan dari Rektorat untuk penerapan KBK menurut Kaprodi: Belum ada kebijakan dari Rektorat untuk penerapan KBK. M enurut Kaprodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, selama ini masih belum ada kebijakan dari pihak rektorat untuk penerapan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
Informan yang menyatakan ini adalah: “Belum Pak. Rektor Universitas Bondowoso belum mengeluarkan kebijakan terkait penerapan KBK pada Prodi ini. Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa belum ada SK dari Rektorat maupun SK dari sa ya untuk penerapan KBK. Kita masih wawasan dan rencana saja”. (wawancara dengan Kaprodi, tanggal 7 M aret 2012) “Sistem pengajaran berdasarkan konsep yang lama dan belum KBK denga n berpedoman pada waktu yang telah di agendakan” (wawancara dengan Dosen 1, tanggal 14 Maret 2012) Dari keterangan informan di atas, diketahui bahwa di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso belum ada kebijaka n khususnya SK mengenai pelaksanaan KBK. Sehingga, pimpinan di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso tidak melaksanaka n KBK
karena
tidak
adanya
kebijakan dari pimpinan
tertinggi
Universita s. Menurut data actual yang didapatkan dari studi observasi pada tanggal 7 Maret 2012, diketahui bahwa sistem pembelajaran yang berlaku di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso adalah Teacher Center Learning (TCL) dimana dosen masih sebagai pusat daripada proses pembelajaran. b. Belum ada kebijakan dari Rektorat untuk penerapan KBK menurut Kaprodi: Penerapan KBK masih rencana. Menurut Kaprodi dan Kodik I DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, penerapan KBK di institusi ini masih rencana dan wawasan ke depan. Informan yang menyatakan ini adalah: “Belum ada realisasi pelaksanaan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Implementasi KBK masih sekedar rencana dan wawasan ke depan. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
Nasional” (wawancara dengan Kaprodi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, serta Dosen 1, tanggal 7 M aret 2012; wawancara dengan Kaprodi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, tanggal 14 M aret 2012) Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa implementasi KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso masih rencana saja dan kurikulum yang digunakan saat ini sebagai panduan adalah Kurikulum Nasional. Berdasarkan data temuan lain yang memperkuat bahwa implementasi KBK masih rencana di Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso adalah belum adanya rancangan KBK secara akademik
(hasil
wawancara
dengan
Kodik
I
Akademik
dan
Kemahasiswaan, tanggal 14 Maret 2012). c. Belum ada kebijakan dari Rektorat untuk penerapan KBK menurut Kaprodi: Belum siap menerapkan KBK. M enurut Kaprodi DIII Keperawatan
Universitas
Bondowoso,
Prodi
DIII Keperawatan
Universita s Bondowoso belum siap untuk menerapkan KBK. Hal ini karena banyak aspek yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Informan yang menyatakan ini adalah: “Wah.. untuk sementara ini saya belum siap Pak, karena masih banyak yang harus dipersiapkan dulu. Tapi, untuk selanjutnya saya siap Pak” (wawancara dengan Kaprodi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, tanggal 7 M aret 2012). Selain itu, tenaga dosen dan mahasiswa juga menyatakan tidak siap melaksanaka n KBK dalam waktu dekat, terlebih jika tidak ada sosialisasi sebelumnya dari pihak pendidikan (wawancara dengan tenaga dosen 1 dan 2, mahasiswa 1 dan 2, tanggal 14 Maret 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
Berdasarkan data hasil wawancara di atas, diketahui bahwa Prodi
DIII
Keperawata n
Universitas
Bondowoso
belum
siap
melaksanakan KBK. Hal ini terlihat dari keterangan beberapa elemen civitas akademika (Kaprodi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Tenaga Dosen) serta peserta didik bahwa belum siap menerapkan KBK. M enurut pernyataan dari Kaprodi (wawancara pada tanggal 7 Maret 2012) bahwa dalam me laksanakan KBK masih banyak ya ng harus dipersiapkan, utamanya tenaga dosen dan sarana prasarana yang ada. Untuk
sementara
ini
kedua
komponen
tersebut
belum
siap
melaksanakan KBK. Namun ada beberapa keterangan dari Kaprodi (berdasarkan wawancara tanggal 14 Maret 2012) bahwa perlu adanya peningkata n secara kualitas maupun kuantitas tenaga dosen. Dosen yang rata-rata fresh
graduate
harus
ditingkatkan
pengetahuannya,
khususnya
mengenai KBK dengan cara pelatihan, seminar atau kegiatan sejenis. Selain itu, perbaik infrastruktur harus disesuaikan dengan standar operasional pendidikan yang ada. Berdasarkan hasil kajian dari dokumentasi dan arsip di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso pada tanggal 7 Maret 2012 diketahui bahwa belum ada SK dari pihak Rektorat mengenai pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Selain itu, rencana strategis untuk menerapkan KBK belum ada, dan ada yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
diterapkan saat ini adalah kurikulum nasional dengan merujuk pada kurikulum inti dan institusional.
2. Kesiapan Kompetensi Dosen dalam Penerapan KBK Berdasarkan rumusan masalah ini didapatkan satu tema, yaitu dosen belum siap melaksanakan KBK, dan didapatkan 3 subtema, yaitu: 1) Belum siap melaksanakan KBK; 2) M inimnya informasi yang diterim a mengenai KBK; 3) Rendahnya pengetahuan dan pengalaman terkait penerapan KBK. a. Dosen belum siap melaksanakan KBK: Belum siap melaksanakan KBK. Masing-masing dosen belum siap untuk melaksanakan KBK karena banyak hal yang harus dipelajari mengenai KBK. Informan yang menyatakan adalah: “Sa ya tidak siap Pak” (wawancara dengan Dosen 1 dan Dosen 2, tanggal 7 Maret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso belum siap untuk melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). b. Dosen belum siap melaksanakan KBK: Minimnya informasi yang diterima mengenai KBK. Informasi yang diterima oleh dosen terkait KBK masih sa ngat rendah, baik dari media maupun sosialisasi. Informan yang menyatakan adalah: “Sa ya tidak banyak tau tentang KBK karena memang informasi yang saya terima mengenai KBK masih minimal dan saya tau KBK hanya dari media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
internet dan media cetak” (wawancara dengan Dosen 1, tanggal 7 M aret 2012). Wah, sa ya tidak tau Pak dan tidak bisa menguraikan Pak, ya itu saya harus belajar lebih dalam dulu untuk memahami KBK Pak” (wawancara dengan Dosen 2, tanggal 7 Maret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa paparan informasi dan usaha untuk menyerap informasi mengenai KBK bagi tenaga dosen sangat rendah, padahal informasi mengenai KBK melalui media internet sangat banyak. c. Dosen belum siap melaksanakan KBK: rendahnya pengetahuan dan pengalam an terkait penerapan KBK. Pengetahuan dan pengalaman para dosen sangat rendah untuk melaksanakan KBK. Persepsi dosen mengenai KBK, sistem dan teknik pelaksanaan KBK masih rendah. Informan yang menyatakan adalah: “Selama ini dosen tidak mengetahui kurikulum dan sistem pembelajaran yang berlaku, karena urusan akademik tersentralisasi pada bagian akademik. Selain itu, dosen tidak m emahami apa yang dimaksud dengan KBK dan sejauh mana peran dosen dalam KBK” (wawancara dengan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen 1 dan Dosen 2, tanggal 7 dan 14 M aret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa pengetahuan dosen akan kurikulum dan utamanya KBK masih sangat rendah. Berikut merupakan peta tenaga dosen menurut kualifikasi pendidikan dan
pengalaman
kerjanya
guna
mendukung
data
rendahnya
pengetahuan dosen akan KBK (data obyektif/ observasi, tanggal 7 M aret 2012):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
Tenaga Dosen Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso 8 orang
Kualifikasi Pendidikan S1: 6 orang
Kualifikasi Pendidikan S2: 2 orang
Pengalaman Kerja Sebelumnya: 0 tahun
Pengalaman Kerja Sebelumnya: Lebih Dari 1 tahun (Pendidikan)
Masa Kerja: 1 – 3 tahun
Masa Kerja: 5 – 7 tahun
Gambar 3. Peta Dosen Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Sumber: Data Observasi, tanggal 7 Maret 2012) Berdasarkan data faktual di atas, diketahui bahwa rata-rata tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso memiliki jenjang pendidikan S1, yaitu S1 Keperawatan dengan pengalam an kerja 0 tahun. Sedangka n 2 tenaga dosen memiliki kualifikasi pendidikan S2, yaitu pendidikan profesi kesehatan denga n pengalam an kerja di pendidikan > 1 tahun. Menurut data actual dari observasi pada tanggal 7 M aret 2012 diketahui bahwa dalam memberikan perkuliahan, dosen hanya memberikan perkuliahan dengan metode ceramah untuk seluruh mata kuliah dan mahasiswa hanya berlaku sebagai pendengar. Selama ini tidak ada dosen yang menganut dan menerapkan sistem KBK, misalnya seven jump, jigsaw, cooperative learning, PBL, dan lain sebagainya. Proses diskusi hanya sebagai feedback dalam proses perkuliahan terkait dengan materi yang diberikan pada proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
perkuliahan, apakah sudah dimengerti atau belum. Jika mahasiswa bertanya mengenai hal yang kurang jelas, maka dosen langsung menjawab pertanyaan tersebut (bukan merangsang mahasiswa lain untuk menjawab terlebih dahulu). Selain itu, berdasarkan data observasi tanggal 7 M aret 2012 diketahui bahwa proses penugasan terhadap mata kuliah ole h dosen, hanya untuk mengisi nilai tugas dan tidak ada proses pembangunan pengetahuan (constructivistic). Untuk penilaian sumatif, dilakukan dengan cara UTS dan UAS. Ujian ini mengevaluasi kemampuan mahasiswa ra nah kognitif. Untuk psikomotor dilakukan evaluasi dengan ujia n praktikum di laboratorium. Sedangkan untuk standar pencapaian evaluasi kompetensi belum ada, sehingga evaluasi bukan untuk melihat kompetensi tapi hanya proses pengambilan nilai. Soal ujian tidak terintegrasi dengan indikator pencapaian, sehingga butir soal berdasarkan materi yang ada (bukan relevansi dengan indikator pencapaian kompetensi). Berdasarkan
data
yang
didapatkan
dari
hasil studi
dokumentasi dan peristiwa, diketa hui bahwa silabus dan SAP yang dibuat belum merujuk pada struktur kompetensi, yaitu tidak terintegrasikannya pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sehingga, dalam pelaksanaan pembelajaran tidak ada panduan CSG (Course Study Guide) dan membuat sistem pembelajaran yang diberikan oleh dosen tidak terperinci.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
3. Kesiapan Sarana dan Prasarana dalam Penerapan KBK Berdasarkan rumusan masalah ini, didapatkan satu tema, yaitu: sarana prasarana belum siap dalam menerapkan KBK, dengan subtema: 1) Sarana belum memadai, dan 2) Prasarana belum memadai. a. Sarana prasarana belum siap dalam menerapkan KBK: sarana belum memadai.
Sarana
pembelajaran
masih
belum
memadai
untuk
melaksanakan KBK, misalnya jaringan internet dengan sistem IT yang memadai,
buku
perpustakaan
yang
masih
kurang,
peralatan
laboratorium yang masih kurang memadai, dan lain sebagainya. Informan yang menyatakan adalah: “Pada intinya sarana dan prasarana yang ada sudah mencukupi, namun jika ditinjau dari segi IT masih kurang. Hal ini tercermin belum tersedianya sistem informasi, akses internet yang masih lambat, belum adanya digital library” (wawa ncara dengan Bagian Sarana Prasarana dan Mahasiswa, tanggal 7 M aret 2012). Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa sarana yang ada di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso sudah mencukupi untuk proses pembelajaran, hanya saja perlu adanya peningkatan terkait dengan pemanfaatan te knologi informasi, misalnya SIAKAD, SIMKEU, SIMPEG dan lain sebagainya. Berikut merupakan data factual menurut data observasi (tanggal 20 September 2012) tentang sarana yang ada di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
Sarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso
Perpustakaan: 1100 buku
Kesehatan Dasar
Laboratorium: 1 : 15 mhs
Kelas Perkuliahan: AC, Laptop, LCD, Whitebo
Alat Laboratorium: Cukup Memadai
Keperawatan Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Hotspot Area
Keperawatan Anak Keperawatan Maternitas Keperawatan Jiwa Keperawatan Komunitas, Gerontik Jurnal, Prosiding, Artikel Penelitian Gambar 4. Sarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Sumber: Data Observasi, tanggal 20 September 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
b. Sarana prasarana belum siap dalam menerapkan KBK: prasarana belum memadai.
Gedung
perkuliahan
masih
belum
memadai
untuk
melaksanakan KBK, belum adanya integrasi laboratorium ke dalam departemen, tidak adanya ruang tutorial dan prasarana yang lain untuk mendukung pelaksanaan KBK. Informan yang menyatakan adalah: “Dari segi kualitas, saya rasa masih kurang. Untuk gedung perkuliahan ada 4 gedung, untuk 3 gedung kecil daya tampungnya se kitar 50 mahasiswa dan untuk 1 gedung besar sekitar 100 mahasiswa. Jika terkait dengan KBK, maka infrastruktur yang ada masih kurang” (wawancara dengan Bagian Sarana Prasarana, tanggal 7 dan 14 Maret 2012). Berikut ini adalah data factual mengenai kondisi prasarana yang ada di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso menurut data hasil obeservasi tangga 20 September 2012:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
Prasarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso
Kelas Perkuliahan
Perpustakaan: Luas 9 x 6 m2
3 Ruang: Luas 9 x 6 m2
1 Ruang: Luas 13 x 9 m2
Daya
Daya T a m
T a m
Laboratorium
KMB & Gadar: Luas: 13 x 9 m2
Kep. Maternitas & Anak: Luas 3 x 4 m2
Kep. Komunitas, Geront ik & Keluar
Gambar 5. Prasarana Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso (Sumber: Data Observasi, tanggal 20 September 2012)
Berdasarkan data dari hasil studi dokumentasi dan peristiwa pada tanggal 7 M aret 2012 diketahui bahwa jumla h ruangan untuk perkuliahan ada 3 ruang kecil dengan daya tampung ± 50 mahasiswa dan 1 ruang besar dengan daya tampung ± 100 mahasiswa dimana setiap ruang di fasilitasi AC, LCD, whiteboard dan laptop. Selain itu, pada laboratorium sudah dilengkapi dengan peralatan yang mencukupi. Telah disediakan hotspot area untuk mahasiswa. Untuk perpustakaan te lah dilengkapi dengan buku kesehatan dan keperawatan dengan jumlah buku ± 1100 buku dengan rata kopian buku ± 2 buku/ judul. Namun di Prodi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso belum ada digital library dan modul pembelajaran masih terbatas pada modul praktikum laboratorium saja. Buku ajar yang dibuat oleh insitusi pun masih belum ada.
4. Persepsi Mahasiswa Terhadap Penerapan KBK Dari rumusan masalah ini didapatkan tema yaitu persepsi mahasiswa mengenai KBK yang salah, dengan subtema: 1) Penafsiran dan argumentasi dari mahasiswa mengenai KBK yang salah; dan 2) Harapan mahasiswa terhadap KBK. a. Persepsi mahasiswa mengenai KBK salah: Penafsiran dan argumentasi mahasiswa mengenai KBK yang salah. Berbekal pengetahuan tentang KBK yang dangkal mengakibatkan interpretasi KBK menjadi asumsi pribadi dan jauh dari makna sebenarnya, sehingga menganggap sistem pembelajaran yang diterapkan di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso sudah mengacu pada KBK. Berikut ini adalah pernyataan dari informan: “80% dosen sudah menerapkan KBK Pa k. Karena dosen sudah memberikan makalah. Saya rasa sudah mewakili KBK itu Pak. Karena dengan cara itu sudah mendorong mahasiswa untuk membuka cakrawala, meskipun masih ada kekurangan dari kam i”. (wawancara dengan Mahasiswa 2, tanggal 7 dan 14 M aret 2012). Menurut data actual (hasil kuesioner) pada tanggal 20 September 2012 pada 50 mahasiswa, diketahui bahwa pemahaman mahasiswa
mengenai
KBK
masih
commit to user
rendah
dan
salah
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
menterjemahkannya. Ha l ini tercermin dari pernyataan mereka sebagai berikut: 1) Yang dimaksud dengan kompetensi? Yang menjawab bahwa kompetensi merupakan pengetahuan yang akan diberikan (2 mahasiswa/ 4%), kemampuan memahami materi (4 mahasiswa/ 8%), kemampuan dalam mencapai tujuan (15 mahasiswa/ 30%), dan menyatakan bahwa tidak paham (31 mahasiswa/ 62%). 2) Bagaimana cara mendapatkan kompetensi? Yang
menjawab
dengan
belajar
terus
menerus
(24
mahasiswa/ 48%),
memanfaatkan fasilitas yang ada (4 mahasiswa/ 8%), mengikuti perkuliahan (12 mahasiswa/ 24%), belajar mandiri (9 mahasiswa/ 18%), dan bersaing (1 mahasiswa/ 2%). 3) Apa yang dimaksud dengan kurikulum? Yang menjawab tidak paham (21 mahasiswa/ 42%), materi ajar (7 mahasiswa/ 14%), pengetahuan dari dalam dan luar (1 mahasiswa/ 2%), cara pembelajaran
(14
mahasiswa/
28%),
dan
acuan
dalam
pengembangan pendidikan (7 mahasiswa/ 14%). 4) Apa yang dimaksud dengan KBK? Yang menjawab sebagai proses pendidikan sesuai dengan kriteria (7 mahasiswa/ 14%), mahasiswa menyediakan bahan dulu (2 mahasiswa/ 4%), dan tidak paham (41 mahasiswa/ 82%). 5) Apakah Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso sudah menerapkan KBK?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
Yang menjawab ya (50 mahasiswa/ 100%). Dari hasil di atas, diketahui bahwa pemahaman mahasiswa mengenai KBK masih rendah, sehingga argumentasi mereka untuk mengartikan KBK pun juga salah. Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa argumentasi mahasiswa bahwa tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso telah me nerapkan KBK karena telah memberikan tugas makalah dan diskusi saat proses belajar mengajar. b. Persepsi mahasiswa mengenai KBK salah: Harapan mahasiswa terhadap KBK. M ahasiswa memberikan apresiasi dan harapan dari perencanaan ke depan untuk KBK dan bersedia untuk mendukung dalam implementasinya. Berikut pernyataan dari informan terkait: “Pada intinya mahasiswa tidak keberatan denga n sistem KBK jika nantinya diterapka n jika berdampak positif dan mampu meningkatkan kompetensi sesuai dengan harapan” (wawancara dengan Mahasiswa 1 dan 2, tanggal 7 dan 14 M aret 2012). Menurut data actual (dari hasil kuesioner) pada tanggal 20 September 2012 terhadap 50 mahasiswa diketahui bahwa harapan sebagian besar mahasiswa (42 mahasiswa/ 84%) mengharapka n pelaksanaan KBK yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa keterampilan dan kemampuan mereka akan meningkat dengan sistem KBK. sedangkan 8 mahasiswa (16%) yang tidak terlalu mengharapkan KBK dikarenakan khawatir tugas yang dibebankan kepada mahasiswa sem akin berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
Berdasarkan informasi hasil wawancara di atas, diketahui bahwa mahasiswa sangat mendukung jika nantinya akan diterapkan sistem KBK pada proses pembelajaran, karena akan membantu mereka untuk meningkatkan kompetensinya.
5. Hasil yang Dicapai dalam Mempersiapkan KBK Berdasarkan rumusan masalah ini, diketahui bahwa Prodi DIII Keperawatan masih belum melaksanakan KBK. Rencana pelaksanaan KBK hanya sekedar wawasan dengan bukti bahwa belum adanya rencana strategis untuk penerapan KBK. Akan tetapi, meskipun masih dalam wacana, institusi terus memperbaiki aspek-aspek penunjang pelaksanaan KBK. Sehingga dari rumusan masalah tersebut didapatkan tema upaya dalam penerapan KBK dengan subtema: 1) Mempersiapkan SDM ; 2) Mempersiapkan sarana dan prasarana. a. Upaya penerapan KBK: mempersiapkan SDM. Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso terus berupaya untuk meningkatkan SDM baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Usaha ini dilakukan untuk mempersiapkan secara dini untuk penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Berikut informan yang menyatakan adalah: “M empersiapkan SDM dengan mengirimkan secara bertahap tenaga dosen untuk mengikuti pelatihan dan kegiatan sejenis tentang KBK, dan melakukan pendampinga n secara kontinyu untuk meningkatkan pemahaman tentang KBK” (wawancara dengan Kaprodi dan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, tanggal 7 dan 14 Maret 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso terus melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga dosen, meskipun KBK hanya sebagai rencana saja. Menurut data observasi (tanggal 7 Maret 2012), rasio antara dosen dengan mahasiswa saat ini 1 : 25. b. Upaya
penerapan
KBK:
Mempersiapkan
sarana
dan
prasarana.
Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana merupakan upaya yang dilakukan oleh Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, meskipun hasil yang didapatkan belum menunjukkan hasil yang signifikan. Berikut pernyataan mengenai hasil upaya dari persiapan sarana dan prasarana menuju KBK: “M emperbaiki kualitas sarana prasarana yang ada sesuai dengan standar yang ada. Menambah jumlah gedung, buku, alat-alat laboratorium dan pendekata n secara IT” (wawancara dengan Kaprodi dan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, tanggal 7 dan 14 M aret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketa hui bahwa Prodi DIII Keperawatan terus membenahi infrastruktur penunjang pendidikan, meskipun implementasi KBK masih dalam konteks rencana. Hal ini tercermin utamanya dengan perbaikan fasilitas pembelajaran, misalnya gedung, sarana penunjang pembelajaran.
6. Kendala – Kendala yang Dihadapi dalam Mempersiapkan KBK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
Secara harfiah, penerapan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso masih merupakan renca na dan wawasan ke depan. Akan tetapi, pengelola Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso mempunyai komitmen untuk mempercepat penerapan KBK di lingkungan akademiknya. Banyak sekali kendala yang dihadapi dalam mempersiapka n penerapan KBK itu sendiri. Oleh karena itu, dari rumusan masalah ini didapatkan tema yaitu kendala dalam persiapan KBK, dengan subtema: 1) Kendala dari segi SDM; 2) Kendala dari segi sarana prasarana; 3) Kendala dari segi keuangan; 4) Rendahnya koordina si pendidikan mengenai KBK a. Kendala dalam persiapan KBK: Kendala dari segi SDM. Sumber Daya M anusia (SDM) merupakan komponen utama dalam dunia pendidika n dan menentukan arah dan kualitas dari pelaksanaan sebuah pendidikan. Kendala utama yang dihadapi oleh Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso adalah m inimnya pengetahuan dan kemampuan SDM, khususnya tenaga dosen dalam menerapkan KBK. Berikut ini pernyataan dari informan: “Tenaga dosen yang freshgraduate, tidak pernah mengikuti pelatihan dan kegiata n sejenis tentang KBK, informasi yang m inimal menyebabkan pemahaman dosen tentang KBK yang relative rendah. Sedangkan 2 tenaga dosen yang baru lulus S2 tau tentang KBK dari proses perkuliahan, namun hanya sebatas dasar-dasar saja” (wawancara dengan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen 1 dan 2, Kaprodi, tanggal 7 dan 14 M aret 2012) Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa ke ndala utama bagi Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso untuk melaksanakan KBK adalah tenaga dosen. Hal ini tercerm in dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
pernyataan tenaga dosen dan pengelola lainnya yang menyatakan bahwa tidak memahami sistem dalam KBK. b. Kendala dalam persiapan KBK: Kendala dari segi sarana dan prasarana. Fasilitas utama dan pendukung pendidikan juga memberikan kontribusi yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan. Begitu pula denga n KBK
yang membutuhkan sarana prasarana
yang ideal dalam
pelaksanaannya. Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso menghadapi kendala dalam hal sarana prasarana terkait persiapan penerapan KBK. Sarana prasarana yang ideal sesuai KBK belum bisa terealisasi di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Berikut pernyataannya: “Belum adanya ruang tutorial, digital library, sistem informasi, dan lain sebagainya” (wawancara dengan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Bagian Sarana Prasarana, Kaprodi, tanggal 7 dan 14 Maret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada masih kurang memadai untuk melaksanakan KBK. Lembaga menyatakan bahwa untuk melaksanakan KBK, banyak yang harus dipersiapkan berdasarkan asumsi mereka sendiri. c.
Kendala dalam persiapan KBK: Kendala dari segi keuangan. Aspek keuangan mempunyai andil dalam penerapan KBK, dikarenaka n banyak hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, ke ndala yang dihadapi oleh Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso bukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146
hanya dari segi SDM dan sarana prasarana, melainkan juga dari segi keuangan. Berikut pernyataannya: “Pemasukan utama adalah dari mahasiswa, sehingga biaya ya ng besar untuk pelaksanaan KBK menjadi kendala. KBK membutuhkan bia ya besar untuk perbaikan infra struktur, honorarium tutor dan penyediaan layanan” (wawancara dengan Kaprodi, Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, Bagian Sarana dan Prasarana, tanggal 7 dan 14 Maret 2012). Berdasarkan informasi di atas, diketa hui bahwa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso menyatakan bahwa kendala selanjutnya untuk melaksanakan KBK adalah keuangan, karena lembaga menganggap sistem KBK membutuhkan biaya yang besar untuk operasionalnya. d.
Kendala dalam persiapan KBK: Rendahnya koordinasi pendidikan mengenai KBK. Koordinasi profesi yang diterima oleh Prodi DIII Keperawatan
Universitas
Bondowoso
relatif
rendah,
sehingga
persamaan persepsi mengenai KBK masih menjadi kendala. Berikut pernyatannya: “Masih ada kendala yang lain. Seperti harus adanya koordinasi dan persamaa n persepsi mengenai KBK antara organisasi (misal: APTINAKES, AIPDIKI) dan lebih gencar dalam mensosialisasikan KBK. Untuk perguruan tinggi yang sudah mapan seperti UGM, UNS bahwa KBK mungkin sudah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi, dalam lingkup keperawatan sendiri masih banyak hambatan dalam pelaksanaannya” (wawancara dengan Kodik I Akademik dan Kemahasiswaan, tanggal 7 M aret 2012) Berdasarkan informasi di atas, diketa hui bahwa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso menyatakan bahwa sosialisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
KBK dari asosiasi terkait yang rendah, sehingga lembaga kurang memaham i tentang sistem yang ada dalam KBK.
C. Pembahasan 1. Kesiapan Kebijakan dalam Penerapan KBK Kebijakan merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sebuah aktifitas formal. Tanpa adanya suatu kebijakan yang jelas dan sah, maka aktifitas yang dilakukan tidak akan terarah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Selama ini di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso tidak ada kebijakan dari pimpinan tertinggi dalam hal ini Rektor tentang pelaksanaan KBK, sehingga juga berdampak pada tidak adanya kebijakan dari pimpinan prodi untuk melaksanakan KBK pada satuan program studi. Peninjauan kurikulum yang seharusnya berjalan secara berkelanjutan tidak pernah dilakuka n karena
tidak
adanya
policy
dan
tim
pengembang
kurikulum.
Ketidaktersediaan kebijakan mengakibatkan tidak adanya rencana strategis dan operasional tentang pelaksanaan KBK pada lembaga. Fenomena seperti ini bertentangan dengan kebijakan Depdiknas pada tahun 2003, bahwa penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang kompeten telah diatur dalam kebijakan-kebijakan nasional, sehingga kurikulum akan berjalan secara dinamis. Seperti halnya kebijakan KBK pada tingkat pusat dalam hal ini Kemendiknas. Kementerian pendidikan mengeluarkan kebijakan tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
awal mula pelaksanaan KBK dengan SK Mendiknas No. 232/ U/ 2000 dan diperbarui denga n SK Mendiknas No. 045/ U/ 2002 tentang penyusunan kurikulum inti di PT. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemuka kan oleh Wahap dalam Setiadi (2005), bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak negatif maupun positif, dengan demikian dalam mencapai keberhasilan implementasi kebijakan diperlukan kesamaan pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak untuk memberikan dukungan. Ada sebuah alasan yang menyatakan bahwa tidak adanya kebijakan pelaksanaan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso ini dikarenakan KBK hanya angan-angan saja. Padahal rencana yang matang harus terdokumentasi dengan baik untuk bisa dilaksanakan dan dicetuskan oleh sebuah kebijakan. Dengan demikian, pelaksanaan KBK di lembaga ini hanya sekedar impian tanpa adanya usaha pencapaian yang jelas. Kebijakan pelaksanaan KBK yang tidak ada di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso diperjelas dengan tidak adanya rencana strategis dan operasional mengenai pelaksanaan KBK. Padahal 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
komponen tersebut memberikan pondasi awal dalam merencanaka n kegiatan. Tanpa adanya kekuatan policy yang jela s, maka sebuah program kegiatan tidak akan dijalankan, begitu pula dengan KBK. M enurut teori James dan Edward dalam Setyadi (2005) dijelaskan bahwa rencana strategis merupakan perencanaan yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas, sedangkan rencana operasional merupakan perencanaan yang memperlihatkan bagaimana rencana strategis akan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Merujuk dari teori ini bahwa sebuah program harus mendapatkan support dari pimpinan dalam bentuk kebijakan untuk direalisasikannya. Kegiatan KBK tidak akan berlangsung jika tidak ada komitmen yang baik dari pimpinan lembaga dan para pengelola yang diatur dalam sebuah kebijakan. Sosialisasi KBK dari Dirjen DIKT I sebenarnya telah dilakukan mulai tahun 2000 dan terus dilakukan sosialisasi dalam bentuk pelatiha n dasar sampai dengan TOT. Saat ini yang dilakukan oleh DIKTI adalah proses evaluasi implementasi KBK pada sebuah perguruan tinggi. Sosialisasi ini tidak terserap secara baik di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, sehingga tidak ada keinginan untuk berubah melakukan KBK dan hanya sebuah rencana. Sebuah lembaga harus mengalami perubahan dan perkembangan dalam proses pendidikan, khususnya dalam bidan akademik untuk menghasilkan lulusan yang kompeten. Cara tersebut didukung dengan penerapan sistem KBK yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150
telah lama disosialisasikan oleh DIKTI. Tanpa adanya perubahan yang signifikan untuk mencoba sebuah sistem baru, maka peningkatan mutu sulit untuk terealisasi. Hal ini sesuai dengan teori perubahan yang dikemukakan oleh Desplace dalam Asriani (2009), bahwa kesiapan individu untuk menghadapi perubahan akan menjadi daya pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil yang positif. Pada Keperawatan
intinya,
ketidaktersediaan
Universitas Bondowoso
kebijakan
di
Prodi
DIII
mengenai pelaksanaan KBK
dikarenakan komitmen untuk melakukan perubahan dalam hal kurikulum sebagai panduan dalam bidang pendidikan yang rendah. Manfaat KBK yang sangat luas dan memberikan peningkatan kompetensi pada peserta didik menjadi kendala bagi lembaga karena mengamsusikan bahwa KBK penuh dengan persyaratan yang sangat kompleks. Hal ini sesuai denga n teori yang dikemukan Sopiah, bahwa sebuah komitmen organisasi terjadi dengan proses membangun nilai-nilai yang berdasarkan asas kesamaan, sehingga dengan asas kesamaan inilah akan terbentuk kemampuan, keterampilan, minat, motivasi, kinerja tanpa adanya diskriminasi. Hal ini menjadi bukti bahwa pengaruh komitmen disini sangat besar untuk melakukan sebuah perubaha n, termasuk untuk melaksanakan program KBK di sebuah lembaga pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151
2. Kesiapan Kompetensi Dosen dalam Penerapan KBK Salah satu pendukung yang menjadi dasar dalam penerapan KBK adalah kesiapan SDM , khususnya tenaga dosen. Dosen sebagai penggera k dalam proses pembelajaran harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam penerapan KBK. Tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso berjumlah 8 orang denga n rata-rata pendidikan S1 keperawatan menyatakan belum siap untuk menerapkan KBK. Mereka mengatakan bahwa masih kurang paham mengenai KBK, bahkan pemahaman mengenai esensi dari kurikulum sendiri masih rendah. Padahal dalam menjalankan PBM, dosen harus mengerti dan paham kurikulum yang mereka jadikan acuan. M enurut Brodjonegoro (2005), bahwa dosen menjadi bagia n dari tiga unsur yang berperan dalam peningkatan mutu pembelajaran. Hal berarti bahwa dosen memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan proses pendidikan, dan yang paling pokok adalah mengikuti perkembangan kurikulum sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran. Denga n adanya pemahaman yang mendalam dari tenaga dosen mengenai sistem pendidikan khususnya kurikulum, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Dosen harus mengikuti perubahan dan perkembangan pendidikan secara kontinyu, karena menjadi pondasi peningkatan mutu peserta didik. M enurut Haperidah (2012), bahwa salah satu yang menjadi kunci keberhasilan pengimplementasian KBK adalah dosen. Kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152
dosen dalam menjalankan profesinya dituntut lebih profesional, sehingga mampu menghadapi perubahan kurikulum dan menjalankan kurikulum yang baru. Pengembangan kemampuan/ kompetensi dosen terkait denga n kurikulum ini dapat dilakukan dengan cara banyak membaca, menulis, menuntut ilmu yang lebih tinggi, menghadiri seminar, lokakarya, sehingga kemampuan strategis dan a kademis dalam menjalankan kurikulum menjadi lebih optimal. Jadi dengan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dosen mengenai KBK tidak hanya didapat dari seminar saja, akan tetapi dengan proses belajar dan peningkatan kualifikasi jenjang pendidikan. Hal ini sangat bertentanga n dengan asumsi yang dikemuka n oleh tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso bahwa ketidaksiapan menjalankan KBK karena pemaham an mereka yang minimal karena tidak pernah mengikuti seminar, dan lokakarya yang terkait dengan KBK. Jadi, pada intinya tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso memiliki motivasi yang rendah untuk menjalankan sistem KBK pada proses pembelajaran. Sosialisasi KBK oleh Dirjen Dikti telah lama dilakukan melalui berbagai upaya, seperti sem inar/ workshop KBK dasar, pelatihan untuk pelatih/ perumus KBK, dan lain sebagainya. Selain itu, sosialisasi mela lui media baik cetak maupun internet juga telah sering dilakukan, bahkan Dikti telah membuat buku acuan sebagai pedoman dalam pengembangan KBK. Akan tetapi, informasi yang adekuat ini tidak terserap dengan baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153
di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, sehingga informasi mengenai KBK tidak tertampung dan pengetahuan tenaga dosen mengenai KBK menjadi rendah. Selain informasi ya ng rendah akan KBK, rata-rata tenaga dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso adalah freshgraduate dan
tidak
mempunyai
pengalaman
kerja
sebelumnya.
Sehingga,
pengetahuan mereka akan kurikulum juga rendah. Selain itu, dari pihak lembaga tidak ada upaya untuk peningkatan pemahaman kurikulum. Hal ini sesuai dengan teori Bonner, bahwa perbedaan pengalaman yang dihubungkan dengan pengetahuan dapat digunakan untuk mempengaruhi kinerja. Selain itu, teori dari Hayes Roth dan Hutchinson dan Murpy and Wright dalam Hartoko (1997) juga menyatakan bahwa seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang tertentu mempunyai lebih banyak item disimpan dalam ingatannya. Berdasarkan teori di atas, sudah jelas bahwa dosen yang mempunyai pengalaman kerja di dunia pendidikan sebelumnya aka n memiliki
modal
untuk
meningkatkan
pemahamannya
mengenai
pendidikan, daripada dosen yang baru saja lulus dan langsung bekerja. Sehingga, dosen yang baru lulus dan bekerja aka n memberikan pendidika n sebagaimana pengalamannya yang didapatkan saat kuliah tanpa adanya peningkatan metoda sesuai dengan perkembangan yang ada. Sistem manajemen sumber da ya manusia, khususnya dosen di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso sebenarnya sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154
tersusun. Akan tetapi, peningkatan kompetensi dosen disini hanya dalam konteks
keilmuan
dan
bukan
pada
kompetensi
terkait
dengan
perkembangan pendidikan. Hal ini terlihat dari pengikutsertaan SDM dosen untuk sem inar dan lokakarya yang bersifat keilmuan. Sebenarnya terdapat 2 tenaga dosen yang telah lulus S2 dengan kualifikasi pendidikan profesi kesehatan, namun tidak pernah ada penga yaan keilmuan secara internal dengan pemanfaatan SDM yang ada, sehingga pemahaman dosen yang lain terkait dengan KBK masih rendah. Pengembangan SDM di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso bisa dilakukan denga n memanfaatkan tenaga yang ada dan sudah sesuai dengan kualifikasinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Martoyo dalam Asep (2009), bahwa pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan, sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi. Pengetahuan dosen yang rendah mengenai KBK meliputi apa sebenarnya yang dimaksud dengan KBK, apa yang harus dilakuka n dengan KBK dan apa yang perlu dipersiapkan untuk menuju KBK. Kompleksitas inilah membuat tenaga dosen untuk mem ilih tetap menggunakan metoda yang konvensional dalam proses pembelajaran. Metoda yang dilakukan dalam mengajar selama ini adalah teacher center learning. Pembuatan silabus dan SAP terkesan hanya sebagai syarat administratif saja, tidak ada pencapaian kompetensi sesuai dengan target.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155
Pemberian tugas tidak mengacu pada kompetensi dasar, akan tetapi terkesan untuk memberikan bantuan nilai pada mata kuliah. Evaluasi pembelajaran (UTS/ UAS) soalnya tidak berdasarkan indikator pencapaia n kompetensi, melainkan pada tema yang diberikan saat perkuliahan. Berdasarkan kondisi di atas, bahwa sistem pendidikan yang berjalan selama ini masih jauh dari kata KBK. Padahal
dalam KBK
sendiri banyak yang harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh tenaga dosen. Menurut Universitas Udayana bahwa dalam pela ksanaan KBK, dosen harus menyiapkan silabus, SAP dan kontrak perkuliahan sebelum proses pembelajaran dimulai, menyiapkan media pembelajaran, menyiapka n sumber pembelajaran dan menginformasikan sumber pembelajaran yang dimaksud (buku ajar, bahan ajar, jurnal ilmiah, dan berbagai referensi la innya) kepada mahasiswa, mem fasilitasi pembentukan SGD, PBL dengan berlandaskan SCL, membimbing praktikum atau praktek lapangan, mencari solusi bila muncul permasalahan dalam proses pembelajaran, memberikan
tugas kepada mahasiswa dan memberikan feedback,
memfasilitas diskusi, melakukan penilaian kompetensi, dan menghubungi team teaching jika berhalangan hadir. Sehingga, jika dilihat secara keseluruhan dari segi kesiapan dosen dalam melaksanakan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso belum siap karena dosennya m asih rendah mengenai pemahaman KBK dan motivasi untuk melaksanaka n KBK yang rendah, serta support system dari lembaga yang rendah untuk melaksanakan KBK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
156
3. Kesiapan Sarana dan Prasarana dalam Penerapan KBK Sarana dan prasarana memberikan kontribusi yang berarti terhadap proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang baik aka n membantu memperlancar proses pembelajaran. Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso berasumsi bahwa sarana dan prasarana yang ada tidak siap untuk melaksanakan KBK, meskipun disana sudah ada hotspot, ruang kelas dengan daya tampung yang memadai, perpustakaan dengan jumlah buku yang cukup, laboratorium untuk praktek, fasilitas kelas dengan AVA yang cukup, dan lain sebagainya. Lembaga menganggap bahwa dalam KBK harus terdapat sistem manajemen informasi yang berbasis IT, misalnya SIAKAD, SIMKEU, digital library, journal online. Pada dasarnya sarana dan prasarana yang ada sudah mencukupi untuk membantu proses pembelajaran dan sebenarnya sudah mampu untuk melaksanakan KBK, hanya saja pemanfaatannya yang belum maksimal. Menurut Yaumi (2006), sarana dan prasarana memegang peranan yang penting dalam menjalankan kurikulum dan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana sebagai fasilitas yang akan memperlancar proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang baik akan membantu mahasiswa dalam menggali keilmuannya. Pemanfaatan sarana dan prasarana di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso belum maksimal terkait dengan persiapan pelaksanaan KBK. Hal ini dikarenakan asumsi yang salah mengenai KBK terkait dengan sarana dan prasarana. Idealnya KBK memiliki kelas tutorial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157
dan laboratorium setiap departemen. Kondisi ini sebenarnya bisa direalisasikan di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso denga n memodifikasi infrastruktur yang ada. Sedangkan terkait sistem informasi manajemen (SIM) bukan menjadi persyaratan mutlak dalam KBK, dan hanya sebagai sistem layana n IT saja.
4. Persepsi Mahasiswa Terhadap Penerapan KBK Argumentasi mahasiswa di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso terkait dengan sistem pembelajaran yang selama ini dilakuka n salah. Mereka menganggap bahwa sistem yang selama ini mereka jalanka n adalah sistem KBK. Hal ini dikarenakan banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen. Padahal kurikulum yang digunakan selama ini di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso adalah kurikulum nasional. Namun, mahasiswa menyambut baik jika nantinya akan diterapkan KBK. Mahasiswa menganggap manfaat yang besar akan dirasakan jika nantinya menggunakan sistem KBK. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins dalam Yulinadi (2008) bahwa persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra atau sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna kepada lingkungannya. Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005), persepsi merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Dengan demikian, persepsi seseorang terhadap sebuah objek atau kegiatan akan berbeda, begitu pula
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158
dengan persepsi ma hasiswa terhadap proses pembelajaran yang tela h merek alami di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Selain itu, berdasarkan data actual kuesioner diketahui bahwa sebagian besar (62%) tidak paham tentang yang dimaksud denga n kompetensi, 48% menjabarkan bahwa cara mendapatkan kompetensi adalah dengan belajar yang terus menerus dan yang mengatakan dengan belajar mandiri hanya 18%. Sebagian besar mahasiswa (42%) mengataka n tidak paham mengenai kurikulum dan 82% menyatakan tidak paham mengenai KBK. Mahasiswa berasumsi bahwa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso telah menerapkan KBK karena telah banya k dosen yang memberikan tugas mandiri. Pernyataan tersebut bertentangan dengan konsep KBK yang dikemukakan oleh Dikti (2008) bahwa kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya berfokus pada pemberian penugasan saja, namun merupakan rancangan pembelajaran yang berfokus pada proses peningkatan aktifitas belajar mahasiswa yang bersifat aktif, sehingga m ahasiswa akan berusaha keras
untuk
memperoleh
kompetensinya
yang
telah
terstruktur
sebagaimana dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya. Dengan KBK, maka proses pembelajara n tidak mengacu lagi pada konsep TCL (Teacher Centered Learning), namun pada konsep SCL (Student Centered Learning).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159
5. Hasil yang Dicapai dalam Mempersiapkan KBK M eskipun pelaksanaan KBK di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso masih dalam konte ks rencana dan wawasan ke depan
saja,
namun
lembaga
terus
berbenah
dalam
memberika n
pembelajaran yang baik. Beberapa hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan nantinya a kan melaksanakan sistem KBK, yaitu penambahan dosen setiap tahunnya dan penyediaa n infrstruktur pendukung pembelajaran secara berkala. Sehingga, dengan proporsi dosen yang memadai denga n mahasiswa akan membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004), bahwa dosen sebagai fasilitator dan evaluator akan membantu proses KBK. Kinerja dosen yang profesional akan membantu mahasiswa dalam mendapatkan keilmuannya. Ole h karena itu, peningkatan kompetensi dosen pun harus terjadi baik dengan mengikuti seminar, lokakarya maupun denga n peningkatan jenjang kualifikasi pendidikan. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Haperidah. Menurut Haperidah (2012), bahwa salah satu yang menjadi kunci keberhasilan pengimplementasian KBK adalah dosen. Kemampuan dosen dalam menjalankan profesinya dituntut lebih profesional, sehingga mampu menghadapi perubahan kurikulum dan menjalankan kurikulum yang baru. Pengembangan kemampuan/ kompetensi dosen terkait dengan kurikulum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
160
ini dapat dilakukan dengan cara banyak membaca, menulis, menuntut ilmu yang lebih tinggi, menghadiri seminar, lokakarya, sehingga kemampuan strategis dan akademis dalam menjalankan kurikulum menjadi lebih optimal. Selain itu, pemenuhan dan perbaikan sara na dan prasaran terus dilakukan oleh DIII Keperawatan Universitas Bondowoso meskipun belum ada kebijakan untuk melaksanakan KBK. Pengadaan hotspot, penambahan jumlah dan ragam buku di perpustakaan serta peningkatan kualitas laboratorium telah dilakukan. Fasilitas ruang perkuliahan terus dilakukan dengan bentuk penyediaan AVA yang baik guna mendukung pembelajaran. Sebenarnya fasilitas yang ada di Prodi DIII Keperawatan sudah bisa digunakan untuk melaksanakan KBK. Hanya saja perlu dimodifikasi penggunaannya untuk KBK.
6. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Mempersiapkan KBK Banyak
sekali kendala
yang dihadapi oleh Prodi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso. Kendala tersebut meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana, keuangan, dan koordinasi pendidikan. Kendala di atas merupakan kendala yang diasumsikan oleh lembaga. Sumber daya manusia, khususnya dosen memiliki pemahaman yang rendah tentang KBK. Selain itu, sarana dan prasarana yang belum siap untuk melaksanakan KBK. Hal ini dikarenakan lembaga menganggap bahwa sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh lembaga harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
161
berbasis information technology (IT). Padahal dalam pela ksanaan KBK sendiri tidak mengharuskan seperti itu, meskipun fasilitas itu mendukung proses pendidikan. Lembaga juga menganggap bahwa KBK akan membutuhka n biaya yang besar, karena setiap kegiatan dan penyediaan fasilitas membutuhkan anggaran. Padahal dengan pelaksanaan KBK mampu mengefektifkan anggaran belanja kegiatan menurut tingkat kebutuhannya. Jadi, asumsi kendala yang dialami di lembaga Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso hanya menunjukkan komitmen yang kurang untuk melaksanakan KBK. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya kebijaka n untuk mencoba melaksanakan KBK dan belum ada analisa kesiapan untuk merencanakan KBK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
162
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Belum adanya kebijakan dari pengelola Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso, khususnya pihak Re ktorat. Hal ini dikarenakan KBK hanya sebagai wawasan. Komitmen pengelola pendidikan untuk melaksanakan KBK rendah, karena tidak pernah ada peninjauan kurikulum berdasarkan kurikulum yang saat ini berkembang.
2.
Kompetensi dosen terkait dengan pemahaman KBK relatif rendah. Dosen tidak memahami sistem KBK, sehingga sebagai motor dalam pembelajaran tidak memungkinkan untuk melaksanakan KBK. Hal ini dikarenakan
informasi
yang
diterima
tidak
adekuat,
sehingga
pengetahuan yang dimiliki rendah. 3.
Sarana dan prasarana yang ada di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso sebenarnya sudah mampu untuk melaksanakan KBK. Akan tetapi, lembaga masih merasa kurang siap untuk melaksanakan KBK karena asumsi mereka KBK harus tersedia infrastruktur yang berbasis IT.
4.
Persepsi mahasiswa di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso salah dalam mengartikan KBK. Mereka sudah menganggap sistem
commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
163
pembelajaran yang dijalani saat ini sudah KBK. Akan tetapi, mereka memiliki harapan yang tinggi jika nantinya diterapkan KBK. 5.
Hasil yang dicapai selama ini terkait dengan perencanaan KBK sebenarnya tidak ada, karena tidak ada rencana strategis untuk melaksanakan KBK. Namun, penambahan dosen terus dilakukan dan perbaikan infrastruktur terus diupayakan guna meningkatkan proses pendidikan.
6.
Banyak kendala yang dikemukan oleh lembaga Prodi DIII Keperawatan Universita s Bondowoso terkait dengan persiapan pelaksanaan KBK. Namun kendala yang ada ini bukan hasil dari analisa tentang persiapan pelaksanaan KBK, melainkan menurut persepsi pribadi. Sehingga, untuk kekuatan ya ng ada tidak pernah muncul untuk melaksanakan KBK.
B. Saran 1. Bagi Lembaga Pendidikan Melakukan
kajian
mendalam
mengenai
kekuatan
dan
kelemahan lembaga dalam persiapan melaksanakan KBK. Selain itu, harus ada komitmen yang tinggi dari pengelola pendidikan untuk melaksanakan sebuah sistem yang baru, dan sebaiknya tidak menganggap bahwa sistem yang baru tersebut hanya mempersulit dan membuat penambahan beban kerja dalam pelaksanaa nnya. Sistem KBK memiliki manfaat yang besar dalam membentuk kompetensi peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
164
2. Bagi Peneliti Selanjutnya KBK merupakan sistem kurikulum yang mengacu pada kompetensi peserta
didik.
Sebaiknya pada
penelitian
selanjutnya
melakukan analisa mendalam mengenai faktor-faktor yang menghambat dalam merencanakan KBK pada sebuah pendidikan tinggi.
commit to user