ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA RANGKAIAN (FLORIST) PADA JELITA FLORIST DI KOTA BEKASI
RATNA PUSPITASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Bunga Rangkaian (florist) pada Jelita Florist di Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Ratna Puspitasari NIM H34124044
i
ABSTRAK RATNA PUSPITASARI. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Rangkaian (Florist) pada Jelita Florist di Kota Bekasi. Dibimbing oleh SITI JAHROH Permintaan bunga semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kelayakan usaha bunga rangkaian pada Jelita Florist. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk aspek non finansial dan analisis kuantitatif untuk aspek finansial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, aspek non finansial layak kecuali pada aspek hukum dan manajemen sehingga diperlukan perbaikan pada aspek tersebut. Sedangkan aspek finansial dinyatakan layak dengan NPV sebesar Rp 523 214 008; IRR 52 persen; Net B/C sebesar 3.48, dan payback period setelah 2 tahun 3 bulan. Berdasarkan analisis switching value, diperoleh hasil komponen yang memberikan dampak paling besar terhadap kelayakan usaha adalah penurunan harga rangkaian bunga pot sebesar 18.49 persen. Kata kunci: analisis kriteria investasi, analisis switching value, aspek non finansial
ABSTRACT Ratna Puspitasari. Feasibility Study of Jelita Floristat Bekasi City. Supervised by SITI JAHROH Demand of flowers increases along with the increase in income and change of lifestyle. The purpose of this research is to examine the feasibility of Jelita Florist. Descriptive and quantitative analyses were used to analyze non financial and financial aspects, respectively. The result showed that non financial aspects were feasible except for legal and management aspects whereas their performance need to be improved. Meanwhile, financial aspect was feasible whereas NPV is Rp 523 214 008; IRR 52 percent; Net B/C of 3.48, and payback period 2 years 3 month. Based on switching value analysis, the decline of potted flower arrangements gave the highest impact of 18.49 percent. Keywords: investment criteria analysis, switching value analysis, non financial aspects
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA RANGKAIAN (FLORIST) PADA JELITA FLORIST DI KOTA BEKASI
RATNA PUSPITASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Depertemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi
Analisis Kelayakan Usaha Bunga Rangkaian (Florist) pada Jelita Florist di Kota Bekasi
Nama
Ratna Puspitasari
NIM
H34124044
Disetujui oleh
Siti Jahroh PhD Pembimbing
Tanggal Lulus:
0 '"' AU ·J 2015
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Bunga Rangkaian (Florist) pada Jelita Florist di Kota Bekasi Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi. Terima kasih juga kepada Bapak/Ibu dosen pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Iwan selaku pemilik dari usaha bunga Jelita Florist beserta karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga besar atas doa, nasehat, kasih sayang, dan semangat yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Ratna Puspitasari
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan masalah Tujuan Manfaat penelitian TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Hias Analisis Kelayakan Usaha KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek Non Finansial Aspek Finansial Teori Biaya dan Manfaat Kriteria Kelayakan Investasi Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Aspek Finansial Analisis Switching Value Asumsi Dasar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Usaha Kegiatan Rutin Produk Jelita Florist Sumberdaya Manusia Sumberdaya Modal HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Hukum Aspek Manajemen Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek Finansial Analisis Biaya dan Manfaat Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Investasi Usaha Bunga
xi xi xi 1 1 5 6 6 7 7 8 9 9 9 10 11 13 13 14 15 17 17 17 17 18 18 19 23 23 24 24 24 25 28 28 28 28 29 31 33 33 34 34 36 41 41
Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pembelian Bunga Mawar Penurunan Harga Penjualan Rangkaian Bunga Pot Besar SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
43 44 44 45 45 45 45 49 66
xi
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi bunga pada tahun 2011-2013 Volume dan nilai ekspor impor florikultura tahun 2012 Jenis dan sumber data Harga bunga rangkaian Jelita Florist tahun 2015 Rangkuman analisis kelayakan aspek non finansial Rincian biaya investasi Jelita Florist Biaya tetap per tahun (Rp) Rincian biaya yang dikeluarkan dalam produksi rangkaian bunga selama satu tahun Hasil penerimaan Jelita Florist selama satu tahun Nilai sisa asset usaha bunga rangkaian (Rp) Analisis kelayakan finansial usaha bunga pada Jelita Florist Hasil analisis switching value pada saat NPV=0 dan Net B/C=1
2 3 17 30 35 36 38 39 40 41 43 44
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kerangka pemikiran operasional Grafik hubungan antara NPV dan IRR Rangkaian bunga papan Rangkaian bunga pot Jelita Florist (a) rangkaian pot kecil, (b) rangkaian pot besar Rangkaian bunga tangan Layout kios pada Jelita Florist Skema tanggung jawab pekerjaan Hubungan antara NPV dan IRR Jelita Florist
16 21 26 27 27 32 34 42
DAFTAR LAMPIRAN 1 Produksi komoditi tanaman hias/florikultura tahun 2011-2013 2 Grafik siklus penjualan bunga rangkaian Jelita Florist per bulan 3 Siklus penjualan per bulan dalam satu tahun dan total penjualan selama 10 tahun 4 Kebutuhan input variabel per bulan dalam satu tahun dan total kebutuhan selama 10 tahun 5 Proyeksi laba rugi Jelita Florist 6 Penyusutan alat investasi 7 Proyeksi arus kas (cash flow) Jelita Florist 8 Analisis switching value kenaikan harga pembelian mawar 70.98 persen 9 Analisis switching value penurunan harga jual rangkaian bunga pot besar 18.49 persen
51 52 53 54 55 56 57 60 63
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pada sektor pertanian mengalami peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Pertanian pada tahun 2012, PDB berdasarkan harga yang berlaku dari sektor pertanian mencapai 1 190.4 triliun rupiah dengan kontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar 14.44 persen. Sedangkan nilai PDB pada tahun 2011 mencapai 1 091.4 triliun rupiah (Kementerian Pertanian 2013). Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, keragaman jenis, serta dapat diserap oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri. Hortikultura telah berperan nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Tidak hanya berguna sebagai menjaga kenyaman lingkungan, hortikultura juga berguna dalam mempercepat pengentasan kemiskinan petani, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong investasi di pedesaan (Santoso 2014). Secara garis besar komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah-buahan (fruits), tanaman biofarmaka (medicinal plants), dan tanaman hias (ornamental plants) termasuk di dalamnya tanaman hias daun dan bunga potong. Tanaman hias/florikultura merupakan komoditi hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan. Tahun 2005-2009 perkembangan produksi florikultura yang dihasilkan menempati urutan kedua setelah tanaman biofarmaka (Direktorat Jenderal Hortikultura 2011). Berbagai jenis tanaman bunga dan tanaman hias dapat tumbuh dengan baik di Indonesia sehingga dikenal sebagai pusat keanekaragaman tanaman hias tropis (Holilah 2005). Hingga saat ini produksi yang dihasilkan dari komoditi tanaman hias/florikultura memiliki perkembangan yang baik seperti pada Lampiran 1. Pada tabel produksi tersebut dapat dilihat bahwa adanya perkembangan produksi sebesar 19.73 persen per tahun untuk bunga potong. Selain itu, kontribusi PDB komoditas tanaman hias terhadap PDB hortikultura selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan, sehingga mengasilkan PDB hortikultura menempati urutan kedua setelah tanaman pangan (Kementerian Pertanian 2014). Nilai PDB tahun 2006 lebih tinggi dari periode dua tahun sebelumnya, dengan nilai Rp 5 719 miliar atau meningkat lebih tinggi dari tahun 2005 dan 2004 yakni masing-masing Rp 4 662 miliar dan Rp 4 609 miliar. Bahkan tahun 2010 PDB tanaman hias meningkat sekitar 11.91 persen dari PDB tahun 2006. PDB subsektor florikultura tahun 2013 telah mencapai Rp 9 triliun. Peningkatan nilai PDB tanaman hias nyata lebih besar dibandingkan peningkatan PDB tanaman buah, sayur dan tanaman biofarmaka. Peningkatan PDB tanaman hias berkaitan dengan terjadinya peningkatan produksi tanaman hias. Perkembangan tanaman hias dipengaruhi oleh selera serta gaya hidup konsumen yang cepat berubah. Perubahan konsumen mempengaruhi
2
produsen tanaman hias dalam mengembangkan tanaman hias yang diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi florikultura merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian. Komoditi florikultur terdiri dari bunga potong, bunga pot, dan tanaman hias daun (Dharmika 2009). Produksi bunga dapat dikembangkan dengan baik tentunya berdasarkan kondisi tanah dan klimatologi yang sesuai. Sentra produksi bunga potong segar di Indonesia terdapat di beberapa wilayah diantaranya DKI Jakarta, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan jumlah produksi seperti pada Tabel 1. Sedangkan kota-kota yang menjadi tujuan penjualan bunga dan tanaman hias lainnya adalah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, dan Ujung Pandang (Kanaya 2012). Kota tersebut menjadi target penjualan yang terus menerus dikarenakan perkembangan yang cukup baik. Tabel 1 Produksi bunga pada tahun 2011-2013 Provinsi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DKI Jakarta Riau
2011 158 101 085 4 088 304 507 538 1 717 242 24 674
Tahun (Tangkai) 2012 244 354 292 168 857 803 143 261 613 258 232 24 289
2013 221 549 676 185 122 359 227 596 623 1 058 784 27 541
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014 (diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat menjadikan sentra produksi sebagai penghasil bunga terbesar di Indonesia karena kondisi tanah dan agroklimat yang sesuai bagi pertumbuhan bunga. Jumlah yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dibandingkan provinsi yang lain. Besarnya pengembangan komoditi tanaman hias akan membawa dampak peluang pasar bagi para pelaku usaha bunga potong. Florikultura termasuk di dalamnya bunga potong telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dan banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai acara seperti acara kelahiran, upacara keagamaan, dan ulang tahun kemerdekaan. Pemakaian bunga potong juga telah meluas tidak hanya sebagai dekorasi ruangan pesta-pesta perkawinan dan elemen ritual keagamaan saja, melainkan sebagai alat komunikasi ataupun bersosialisasi dalam bermasyarakat. Bunga potong banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai hadiah, ungkapan atau ucapan terima kasih, bahkan sebagai ucapan bela sungkawa. Florikultura merupakan komoditas yang memiliki peluang pasar yang baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Volume tersebut cukup tinggi mengingat bahwa saat ini kebutuhan florikultura cukup diminati masyarakat. Data Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2012 menuliskan bahwa volume dan nilai ekspor impor florikultura cukup baik seperti pada Tabel 2. Semakin meningkatnya volume ekspor dan impor bunga-bungaan di Indonesia, maka semakin terbukanya prospek wirausaha bagi para pengusaha bunga dan petani bunga di Indonesia.
3
Tabel 2 Volume dan nilai ekspor impor florikultura tahun 2012 Komoditi Anggrek Krisan Mawar Tanaman hias lainnya Total
Volume (Ton) Impor Ekspor 4.30 57.61 8.00 50.92 0.29 43.27 12 893.43 6 341.24 12 906.02 6 493.04
Nilai (US$) Impor Ekspor 49 272 668 956 228 800 1 031 511 9 328 528 027 9 710 077 16 584 580 9 997 477 18 813 074
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor sebagian besar lebih tinggi dibandingkan impor. Hal tersebut merupakan nilai yang baik karena Indonesia dapat menjual persediaan bunga kepada Negara lain. Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2004, sebagian besar bunga potong Indonesia diekspor diantaranya ke Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Bunga potong merupakan salah satu jenis produk hortikultura yang memiliki bentuk dan warna yang beragam. Bunga potong cukup mendapatkan perhatian luas karena permintaan yang semakin meningkat. Nugraha (2015) menuliskan bahwa kebutuhan bunga potong di Indonesia semakin meningkat. Rata-rata peningkatan penggunaan bunga potong setiap tahun mencapai 8 persen per tahun dan peningkatan ini berbanding lurus dengan berkembangnya hotel maupun perkantoran yang dimana kegiatan bisnis tersebut membutuhkan bunga setiap hari. Dengan meningkatnya kegunaan bunga potong yang didukung meningkatnya penghasilan maka permintaan bunga juga ikut meningkat. Kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat mengakibatkan pola konsumsi masyarakat selain pangan tentunya ditambah dengan konsumsi non pangan. Salah satu konsumsi non pangan yang diminati masyarakat adalah dengan membeli bunga. Perkembangan konsumsi bunga khususnya di kota-kota besar akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan di kota tersebut seperti banyaknya perkantoran, hotel, maupun perumahan mewah. Bunga potong juga banyak digunakan sebagai rangkaian bunga diberbagai acara. Rangkaian atau penjualan bunga biasanya dilakukan oleh para pengusaha bunga (florist). Seiring berkembangnya perekonomian masyarakat serta meningkatnya wirausaha maka banyak bisnis pemula yang berusaha menemukan peluang dalam berbagai jenis usaha. Usaha bunga rangkaian (florist) adalah salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan dan memiliki prospek usaha yang cukup tinggi. Peluang usaha bunga sangatlah menarik namun erat kaitannya dengan hobi dan kecintaan terhadap bunga. Usaha bunga dapat dijalankan dimana saja baik di rumah ataupun di kios. Usaha ini tentunya akan berjalan dengan lancar apabila dikelola dengan baik. Kerugian tentu saja dapat terjadi dalam setiap kegiatan usaha mengingat bahwa sifat bunga adalah cepat layu. Selain itu, fluktuasi harga bunga potong yang sering terjadi juga dapat mempengaruhi keuangan. Penjualan bunga berkembang mengikuti tren sehingga para pelaku usaha harus selalu sigap dalam mengatasi perubahan yang mungkin terjadi. Salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan usaha bunga adalah lingkungan yang mendukung serta adanya permintaan pasar. Peluang pasar yang tinggi serta biaya investasi yang cukup besar menjadi pertimbangan untuk melakukan kegiatan usaha ini. Oleh
4
karena itu diperlukannya analisis kelayakan usaha untuk menilai apakah usaha bunga rangkaian ini dinyatakan layak. Usaha bunga semakin berkembang di kota-kota besar seluruh Indonesia terutama daerah dekat Ibukota Jakarta. Permintaan florikultura di dalam negeri diperkirakan akan meningkat terutama di daerah perkotaan (Kementerian Pertanian 2014). Kota Bekasi merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang cukup berkembang. Hal tersebut dikarenakan Kota Bekasi merupakan salah satu sentra industri dan juga salah satu kota yang berdampingan dengan Ibukota Jakarta. Bekasi juga cukup mempunyai perubahan yang cepat dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia. Bekasi sebagai satu diantara kota yang berkembang di Indonesia mempunyai daya tarik yang cukup kuat untuk beberapa orang yang ingin mengadu nasib dengan membuka usaha. Berwirausaha dapat menjadi pilihan bagi semua orang sebagai solusi untuk mendapatkan penghasilan ketika lapangan pekerjaan semakin sempit dan persaingan semakin ketat (Andin 2013). Membuka usaha sendiri atau memulai bisnis dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan penghasilan dan menjadi mandiri secara finansial. Salah satu usaha kreatif yang banyak dikerjakan adalah usaha bunga rangkaian atau biasa disebut florist. Florist merupakan suatu usaha pemasaran dalam bidang usaha bunga yang menjual bunga dalam bentuk rangkaian. Bahan baku usaha bunga rangkaian adalah berbagai macam jenis bunga, aksesoris hiasan dan medianya. Aksesoris yang digunakan adalah berbagai macam daun hias dan juga plastik pembungkus bunga rangkaian. Sedangkan media yang digunakan yaitu busa/oasis untuk rangkaian bunga pot dan styrofoam untuk rangkaian bunga papan. Kendala yang mungkin saja terjadi adalah sering terjadinya fluktuasi harga bunga. Harga bunga yang sering mengalami perubahan diantaranya mawar, sedap malam, dan cassablanca (Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura 2013). Fluktuasi harga tersebut tentunya dapat mempengaruhi keuangan dalam menjalankan usaha. Selain itu, sifat bunga yang mudah layu juga menjadi kendala. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan persediaan bunga yang selalu baru agar kesegarannya masih terlihat karena mengingat masyarakat lebih menyukai bunga segar dibandingkan dengan bunga palsu. Usaha bunga sangat bergantung pada musim acara yang memerlukan adanya bunga didalamnya. Menghadirkan karangan bunga di Indonesia bukanlah sebuah budaya yang wajib dilaksanakan, akan tetapi lebih kepada budaya asing yang masuk dan mulai popular. Memiliki manajemen keuangan yang baik tentunya kelancaran usaha akan terus berlanjut karena diprediksi bahwa budaya mengirim karangan bunga akan semakin popular di masa yang akan datang (Andin 2013). Target pasar yang dituju oleh para florist pada umumnya adalah masyarakat dari kalangan menengah ke atas, perusahaan, dan lembaga lainnya yang lebih mementingkan kualitas. Usaha bunga rangkaian selalu dituntut untuk selalu kreatif dalam merangkai bunga agar memperoleh model atau bentuk baru sehingga para pelanggan tidak merasa bosan. Adapun lokasi usaha bunga yang cukup terkenal di Kota Bekasi terdapat di Jalan Raya Kalimalang. Kota Bekasi merupakan salah satu wilayah yang tepat untuk dipilih dalam menjalankan usaha bunga. Hal tersebut didukung dengan lokasi yang strategi dan juga merupakan salah satu kota yang memiliki perkembangan perekonomian yang baik. Usaha bunga merupakan salah satu usaha yang membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan diharapkan dapat
5
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pelaku usaha bunga tentunya tidak lepas dari peran produsen florikultura. Hal tersebut dikarenakan bahan baku usaha bunga adalah berbagai jenis bunga potong dan daun hias. Keberhasilan usaha bunga sangat ditentukan dengan jumlah permintaan rangkaian setiap harinya. Semakin banyak permintaan dari konsumen maka semakin tinggi pula jumlah penjualannya. Pengusaha bunga di Jalan Raya Kalimalang ini sudah sangat terkenal dan mudah ditemukan karena jalan ini merupakan salah satu jalan penghubung antara Bekasi dan Jakarta. Jelita Florist merupakan salah satu usaha bunga di Kota Bekasi yang memproduksi berbagai bunga rangkaian yang beraneka ragam. Kemampuan untuk memenuhi permintaan tentunya dipengaruhi oleh kemampuan Jelita Florist dalam memproduksi. Peluang usaha bunga rangkaian masih sangat baik meskipun saat ini sudah banyak bermunculan. Tujuan dari usaha bunga rangkaian yang dilakukan oleh Jelita Florist tentunya untuk memperoleh keuntungan. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa pendapatan diperoleh dari selisih penerimaan dan semua biaya. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usaha bunga untuk melihat sejauh mana usaha ini layak serta memberikan keuntungan bagi yang menjalankannya. Perumusan masalah Jelita Florist merupakan salah satu usaha bunga yang sudah cukup terkenal di Kota Bekasi. Usaha ini terletak di Jalan Raya Kalimalang Kota Bekasi. Jelita Florist menjual berbagai jenis bunga rangkaian seperti rangkaian bunga tangan, bunga papan, serta bunga pot. Sebagian besar pembeli bunga di Jelita Florist biasanya memesan dalam bentuk rangkaian bunga tangan dan bunga pot. Harga yang ditawarkan oleh Jelita Florist berbeda-beda sesuai dengan jenis, model dan ukurannya. Kegiatan produksi yang dilakukan biasanya secara bersama-sama agar pesanan dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Sejauh ini permasalahan yang sering dihadapi Jelita Florist yaitu mengenai situasi penjualan yang tidak menentu. Hal tersebut dikarenakan permintaan bunga akan sangat banyak ketika adanya acara-acara tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, hari ibu, valentine, hingga musim pernikahan. Adapun grafik siklus penjualan yang sering terjadi dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan penjualan yang tidak menentu tentunya akan mempengaruhi keuangan pada usaha ini. Salah satu yang dapat menyebabkan kerugian usaha ini yaitu kondisi bunga yang tidak dapat tahan lama atau mudah layu. Ketika Jelita Florist mendapatkan pesanan dalam jumlah yang cukup banyak terutama bunga papan maka mereka akan mengerjakan dengan segera mungkin karena mengingat bunga mudah layu. Adapun kendala lain yang dihadapi yaitu proses merangkai bunga. Bunga akan terlihat sangat bagus apabila dirangkai dengan baik. Untuk itu, diperlukan keterampilan dan keahlian agar rangkaian dapat terlihat lebih indah. Bunga rangkaian merupakan produk yang dihasilkan tergantung dari jumlah permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu mengetahui potensi pasar dari produk yang dihasilkan serta dilakukannya strategi pemasaran. Usaha bunga Jelita Florist melakukan investasi dengan mendirikan kios sebagai tempat untuk menjalankan usahanya dengan harapan investasi tersebut dapat memberikan keuntungan.
6
Pendirian kios yang digunakan sebagai investasi terpenting ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik ditahun yang akan datang. Kios dijadikan investasi terpenting karena usaha bunga rangkaian Jelita Florist dilakukan di kios dan akan selalu digunakan. Pada proses produksi perlu dilakukan beberapa kegiatan teknis diantaranya sortasi, pengemasan, dan perawatan yang baik. Perencanaan investasi juga perlu dilakukan agar tidak terjadinya kesalahan yang akan mengakibatkan kerugian. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keuangan dalam usaha bunga yaitu kenaikan harga input dan penurunan harga jual yang ditawarkan. Input merupakan salah satu bahan utama dalam setiap kegiatan usaha. Input yang berperan pada kegiatan usaha ini tentunya adalah bunga. Ketika harga bunga mengalami kenaikan maka keuangan dalam kegiatan usaha akan berpengaruh karena pengeluaran akan semakin tinggi. Jelita Florist sering mengalami kenaikan harga bunga terutama pada bunga mawar. Harga bunga mawar bisa mencapai Rp 30 000 per ikat dari harga normal yaitu Rp 20 000 per ikat. Selain kenaikan harga bunga, adapun penurunan harga jual tentunya akan mempengaruhi penerimaan yang akan diperoleh pada usaha ini. Analisis kalayakan perlu dilakukan dalam setiap kegiatan usaha sebagai gambaran apakah usaha yang dijalankan dapat dinyatakan layak serta memberikan manfaat apabila terus dilakukan. Selama menjalankan usahanya, Jelita Florist belum melakukan analisis finansial dan non finansial secara lengkap baik dari pihak pemilik maupun dari pihak luar. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan untuk melihat apakah usaha bunga rangkaian (florist) ini layak atau tidak serta melihat seberapa besarkah usaha ini dapat menghasilkan keuntungan. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah usaha bunga rangkaian (florist) pada Jelita Florist layak jika dinilai berdasarkan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan) dan aspek finansial? 2. Seberapa besar perubahan maksimum yang terjadi pada usaha bunga rangkaian jika terjadinya kenaikan harga pembelian bunga mawar dan penurunan harga jual bunga pot? Tujuan 1.
2.
Menganalisis kelayakan usaha bunga rangkaian (florist) berdasarkan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan) dan aspek finansial pada Jelita Florist Menganalisis besarnya nilai switching value yaitu batas yang masih dapat ditoleransi usaha bunga rangkaian (florist) pada Jelita Florist terhadap kenaikan harga pembelian bunga mawar dan penurunan harga jual bunga pot Manfaat penelitian
1.
Bagi Jelita Florist, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha bunga rangkaian (florist) dengan lebih efektif dan efisien
7
2.
Bagi konsumen, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk menjalin kerjasama dalam pemesanan bunga
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Hias Tanaman hias merupakan bagian dari florikultura yang digolongkan dalam florikultura. Florikultura adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman hias seperti bunga potong dan tanaman penghias taman. Menurut Sudarmono (1997) tanaman hias merupakan jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun ataupun tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga menjadi lebih artistik dan menarik. Sedangkan Rahardi et al (1997) berpendapat bahwa tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu serta memiliki nilai ekonomis untuk keperluan hiasan dalam dan di luar ruangan. Pemanfaatan tanaman hias biasanya hanya digunakan pada acara ritual keagamaan maupun budaya beberapa suku bangsa seperti sesajen, bunga tabur pada acara kematian maupun keperluan acara pengantin, namun kini digunakan juga sebagai alat komunikasi ataupun bersosialisasi dalam masyarakat (Santo 2008). Sementara itu, menurut Waty (2010) tanaman hias juga dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan pandangan, dan memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Berbagai tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan mempercantik suatu taman atau sebagai tanaman hias pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen. Jenis tanaman hias dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri terutama pada daun dan bunganya. Dengan demikian secara umum tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias daun dan tanaman hias bunga (Sudarmono 1997). Sedangkan menurut Endah (2007) menyatakan jenis tanaman dapat dibedakan berdasarkan 3 hal yaitu berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati, lokasi penanamannya, dan panjang harinya. 1. Jenis tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati Berdasarkan bagian tanaman yang dapat dinikmati, tanaman hias dikelompokkan menjadi tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun adalah tanaman hias yang memiliki warna daun yang indah dengan bentuk daun tajuk yang bervariasi, unik, dan eksotik. Adapun contoh tanaman hias daun antara lain palem, keladi hias, walisongo, dan kuping gajah. Sedangkan tanaman hias bunga adalah tanaman hias yang mampu menghasilkan bunga dengan bentuk, warna, ukuran, dan keharuman yang unik. Contohnya seperti garbera, kembang sepatu, dan krisan. 2. Jenis tanaman hias berdasarkan lokasi penanamannya Berdasarkan lokasi penanamannya, tanaman hias dibedakan menjadi tanaman hias dalam taman, bunga potong, dan bunga dalam pot. Tanaman hias dalam taman biasanya digunakan sebagai komponen utama untuk
8
mempercantik dan memperindah taman seperti bougenvil, heliconia, bunga tasbih, kembang sepatu, alamanda, dan alanta. Bunga potong merupakan sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga beserta tangkainya seperti krisan, anyelir, mawar, anggrek, garbera, heliconia, dan sedap malam. Sedangkan bunga dalam pot yaitu tanaman hias yang ditanam dalam pot yang bertujuan untuk memudahkan dalam perawatan. 3. Jenis tanaman hias berdasarkan panjang harinya Berdasarkan panjang hari, tanaman hias dibedakan menjadi tanaman hari panjang, hari pendek, dan netral. Tanaman hias yang proses pembungaannya terjadi bila memperoleh penyinaran lebih dari 14 jam sehari makan disebut tanaman hari panjang seperti Anthurium. Tanaman hias yang proses pembungaannya terjadi kurang dari 12 jam sehari disebut tanaman hari pendek seperti krisan dan garbera. Sedangkan tanaman hias yang pembungaannya tidak dipengaruhi lama penyinaran disebut tanaman hari netral seperti kembang sepatu dan alamanda. Analisis Kelayakan Usaha Penelitian mengenai analisis kelayakan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak untuk dikembangkan lebih lanjut kedepannya. Nurmalina et al (2010) mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi, yaitu Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate Return. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aisah (2002), Arbianto (2006), Candraningtyas (2013), dan Santoso (2014) menyatakan bahwa usaha yang dijalankan layak secara finansial. Aspek finansial memiliki peranan penting dalam kegiatan studi kelayakan bisnis. Hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Pada dasarnya studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis yang dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Nurmalina et al (2010) menyebutkan kriteria tersebut adalah nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), rasio manfaat biaya (Gross Benefit Cost Ratio = Gross B/C; Net Benefit Cost Ratio = Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate Return = IRR), dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Period = PP). Nilai NPV yang diperoleh Aisah (2002), Arbianto (2006), Candraningtyas (2013), dan Santoso (2014) masing-masing sebesar Rp 827 664 731.25, Rp 115 553 550, Rp 297 538 961.70, dan Rp 1 541 782 494. Dari hasil masing-masing NPV tersebut lebih besar dari nol hal tersebut memilki arti bahwa usaha tersebut layak dijalankan. Net B/C yang diperoleh masing-masing peneliti yaitu 1.89, 2.23, 3.43, dan 1.88. Berdasarkan nilai Net B/C yang diperoleh maka dinyatakan layak karena lebih besar dari satu. IRR yang diperoleh Aisah (2002), Arbianto (2006), Candraningtyas (2013), dan Santoso (2014) adalah 93 persen, 37.8 persen, 103
9
persen, dan 35 persen. Nilai IRR tersebut lebih besar dari suku bunga yang ditetapkan sehingga layak untuk dijalankan. Payback Period (PP) merupakan salah satu metoda yang dapat mengukur seberapa cepat pengembalian investasi. Dalam hal ini maka dapat dinilai bahwa semakin kecil nilai Payback Period yang diperoleh maka semakin cepat investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Pada penelitian yang dilakukan Aisah (2002) nilai Payback Period yang diperoleh yaitu 9 bulan 15 hari yang artinya adalah pengembalian investasi dapat diperoleh setelah usaha tersebut berjalan selama 9 bulan 15 hari. Usaha bunga tentunya tidak lepas dari perubahan-perubahan lingkungan yang sering terjadi. Perubahan tersebut dapat terjadi pada komponen variabel input maupun output. Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah dengan tujuan untuk menilai apa yang akan terjadi pada suatu kegiatan bisnis. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Selain analisis sensitivitas, perubahan tersebut juga dapat diukur dengan menggunakan analisis switching value (nilai pengganti) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tersebut masih tetap layak. Analisis switching value (nilai pengganti) merupakan variasi dari analisis sensitivitas. Aisah (2002), Arbianto (2006), Candraningtyas (2013), dan Santoso (2014) diperoleh hasil bahwa kenaikan harga input akan mempengaruhi kelayakan suatu usaha. Selain itu, penurunan harga jual juga akan mempengaruhi kelayakan seperti penelitian yang dilakukan oleh Aisah (2002) dan Candraningtyas (2013). Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa kelayakan usaha dalam usaha bunga (florist) sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga input dan penurunan harga jual yang ditawarkan. Penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan usaha bunga rangkaian yang dinilai berdasarkan aspek finansial dan non finansial. Pada aspek non finansial yang diteliti yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Sedangkan pada aspek finansial dilakukan analisis yaitu menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), rasio manfaat biaya (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate Return = IRR), dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Period = PP). Serta dilakukan analisis switching value (nilai pengganti) pada kenaikan harga input dan penurunan harga jual yang ditawarkan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Analisis kelayakan usaha biasa disebut dengan studi kelayakan proyek. Kegiatan tersebut tentu sangat berkaitan dengan investasi. Keberhasilan suatu proyek yang dijalankan tergantung dalam pemikiran masing-masing dalam mencapai tujuan. Ketika semakin besar proyek tersebut dijalankan maka akan
10
semakin besar pula dampak yang akan terjadi. Usaha yang dilakukan tentu memerlukan input sebagai pendukung keberhasilan. Dengan adanya hal tersebut maka penggunaan input sangat berkaitan dalam pencapaian tujuan dan umur bisnis yang dijalankan. Menurut Nurmalina et al (2010) menyebutkan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Tujuan dari kegiatan ini juga merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi pihak penanaman modal studi kelayakan bisnis merupakan gambaran prospek bisnis serta berapa besar tingkat manfaat yang dapat diterima dari suatu bisnis yang dijalankan sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Saat ini, studi kelayakan bisnis sudah menjadi tolok ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis terutama oleh pihak investor dan lembaga keuangan sebelum memberi bantuan dana atau modal. Aspek Non Finansial Analisis yang dilakukan pada studi kelayakan bisnis memiliki beberapa aspek yang dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial. Aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan adanya keterkaitan sehingga akan diperoleh hasil yang baik. Jika dalam menganalisa suatu usaha terdapat salah satu aspek yang kurang memenuhi kriteria kelayakan maka diperlukan adanya perbaikan. Numalina et al (2010) di dalam bukunya menyebutkan bahwa ada beberapa aspek yang termasuk aspek non finansial seperti: 1. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek terpenting dalam mengkaji semua aspek dalam studi kelayakan. Pada aspek ini dapat menentukan besar permintaan produk serta kecenderungan akan permintaan produk. Kelebihan atau kekurangan produk yang dihasilkan akan mempengaruhi kegiatan bisnis yang dilakukan tidak dapat beroperasi secara efisien. Kegiatan yang dilakukan dalam aspek pasar ini meliputi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraaan penjualan yang bisa dicapai perusahaan. Permintaan mengkaji secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta proyeksi permintaan. Penawaran mengkaji bagaimana perkembangan dimasa lalu dan dimasa yang akan datang. Harga yaitu mengkaji tentang apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak. Program pemasaran mengidentifikasi mengenai strategi pemasaran yang mencakup 4P yaitu Place, Product, Price dan Promotion. Perkiraan penjualan atau market share yaitu mengkaji seberapa besar penjualan yang bisa dicapai perusahaan. 2. Aspek teknis Pelaksanaan aspek teknis terkadang tidak dapat menghasilkan keputusan yang baku. Namun pada intinya, aspek teknis ini membahas mengenai proses pembangunan bisnis secara teknis serta pengoperasiannya setelah bisnis tersebut dibangun. Aspek teknis ini berhubungan dengan penyediaan input dan
11
output yang diproduksi berupa barang dan jasa. Pembahasan yang dilakukan pada aspek teknis meliputi: a. lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. b. seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. c. kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin dan equipment. d. bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dpilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. e. apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk di dalamnya pertimbangan variabel sosial. 3. Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha (dikaitkan dengan hukum), jaminan yang digunakan sebagai sumber dana pinjaman, akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam usaha. Selain itu, aspek hukum diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama. 4. Aspek Manajemen Pada analisis aspek manajemen biasanya hanya mengkaji bagian internal perusahaan. Terdapat dua jenis waktu dalam manajemen yaitu manajemen pembangunan bisnis dan manajemen dalam operasi. Pada manajemen pembangunan bisnis hal yang dipelajari yaitu pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, studi pelaksanaan masing-masing aspek. Sedangkan kegiatan untuk manajemen dalam operasi yaitu badan usaha, struktur organisasi, deskripsi jabatan, serta jumlah tenaga kerja. 5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja serta bagaimana pengaruh bisnis tersebut disekitar lokasi. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan social yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Aspek ekonomi mempelajari suatu bisnis dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek lingkungan perlu diperhatikan dalam pembangunan suatu bisnis. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pencemaran atau keasrian lingkungan yang ditimbulkan dari pendirian usaha. Apabila pencemaran yang dihasilkan dalam suatu bisnis tersebut merugikan lingkungan maka akan berdampak pada kegiatan bisnis yang tidak akan bertahan lama karena kurang bersahabatnya dengan lingkungan. Aspek Finansial Pembahasan sebelumnya telah menjelaskan mengenai aspek non finansial. Pada kajian studi kelayakan bisnis perlu adanya aspek finansial yang berkaitan dengan dana yang dibutuhkan untuk membangun dan pengoperasian kegiatan bisnis. Kegiatan yang dilakukan dalam aspek finansial yaitu menganalisa
12
kebutuhan dan sumber dana, analisis penilaian investasi, serta analisis aliran uang dan analisis sensitivitas. Investasi pada usaha merupakan investasi jangka panjang. Oleh karena itu dalam mengukur manfaat usaha diperlukan konsep time value of money. Konsep time value of money mempunyai arti bahwa sejumlah uang yang tersedia saat ini akan lebih berarti dibandingkan sejumlah uang yang sama di tahun yang akan datang. Sejumlah uang yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis atau yang akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Biaya-biaya bisnis banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak sama dapat dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan nilai uang karena adanya pengaruh waktu (Nurmalina et al 2010). Untuk menghitung hal tersebut diperlukan metoda Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF). Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Perhitungan tidak berdiskonto memliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gititinger 1986). Selain discount factor (DF) adapun peritungan lainnya compounding factor yang biasa digunakan untuk menghitung nilai diwaktu yang akan datang. Menurut Nurmalina et al. (2010) ada tiga cara penentuan panjangnya umur bisnis yang ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis, yaitu: 1. Umur ekonomis suatu bisnis. Ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. 2. Umur teknis merupakan ukuran yang memudahkan perhitungan. Umur teknis umumnya lebih panjang dibandingkan umur ekonomis. 3. Umur bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10% maka present value akan kecil sekali karena nilai DF-nya kecil mendekati nol. Aliran penerimaan dan pengeluaran dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu. Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat. Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), manfaat bersih (net benefit), dan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) bila diperlukan (Nurmalina et al 2010). Komponenkomponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grant (bantuan-bantuan), nilai sewa, dan nilai sisa (salvage value). Komponen-komponen yang terdapat dalam arus kas keluar (outflow) diantaranya adalah biaya investasi, biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, tanah, bahan-bahan, debt service (bunga dan pinjaman pokok) dan pajak.
13
Tujuan dilakukannya suatu usaha adalah untuk mencapai keuntungan (laba). Melihat keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari usaha dapat diperoleh melalui proses akutansi yang kemudian digambarkan melalui laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan barang atau jasa. Biaya yang dimasukkan ke dalam biaya produksi ada biaya bahan baku dan upah tenaga kerja langsung. Pendapatan kotor diperoleh dari hasil pengurangan antara penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum bunga dan pajak. Laporan laba rugi biasa dibuat dalam waktu tiap tahun atau bisa saja dalam sekali produksi dalam suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan adanya laporan laba rugi yaitu memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh perusahaan, untuk menghitung berapa jumlah penjualan minimum dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow. Teori Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger (1986) biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Biaya dapat dikeluarkan sebelum bisnis dimulai dan akan terus ada selama bisnis berlangsung. Sedangkan manfaat (benefit) didefinisikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya atau segala sesuatu yang menambah tujuan. Menurut Nurmalina et al (2010) manfaat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu tangible benefit (manfaat langsung), indirect or secondary benefit (manfaat tidak langsung), dan intangible benefits (manfaat yang tidak dapat dilihat). Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi 2002). Penerimaan juga dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan. Penerimaan adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Jenis biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha diantaranya biaya modal (investasi) dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha yang sifatnnya jangka panjang seperti pembelian lahan (tanah), pendirian bangunan, dan pembelian mesin yang memiliki umur ekonomis yang cukup lama. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saat usaha sedang berjalan. Biaya operasional mencakup biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan tergantung dengan jumlah produksi. Kriteria Kelayakan Investasi Aspek finansial merupakan kegiatan yang berkaitan dengan dana yang dibutuhkan untuk membangun dan pengoperasian kegiatan bisnis. Analisis kelayakan finansial juga juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kelayakan usaha berdasarkan investasi dari usaha tersebut. Alat ukur untuk menentukan kelayakan tersebut dilakukan berdasarkan kriteria investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh
14
dan biasa yang dikeluarkan dari suatu proyek. Menurut Nurmalina et al (2010) kriteria investasi tersebut terdiri dari: 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisish antara nilai nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan NPV (Kasmir dan Jakfar 2003). Menurut Nurmalina et al (2010), Net Present Value adalah selisih antara total Present Value manfaat dengan total Present Value biaya. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capitalnya (DR). 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. 4. Payback Period (PP) Payback Period (PP) untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang memiliki PP singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah terhadap hasil analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Menurut Nurmalina et al (2010) perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan bisnis adalah: 1. perubahan harga 2. keterlambatan pelaksanaan 3. kenaikan biaya 4. perubahan hasil produksi Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen cash flow yang nantinya akan mempengaruhi seberapa besar perubahan variabel yang berdampak pada hasil kelayakan. Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis pehitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis ini bertujuan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan
15
komponen inflow dan outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Bisa dikatakan berapa persen perubahan yang terjadi pada variabel perubahan sehingga suatu usaha masih dikatakan layak. Oleh karena itu perubahan tidak melebihi nilai yang ditentukan. Menurut Nurmalina et al (2010) perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari higga batas maksimum yang masih dapat toleransi agar bisnis masih tetap layak. Kerangka Pemikiran Operasional Semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang diikuti dengan meningkatnya pola konsumsi, ternyata berdampak pada pergeseran pemenuhan kebutuhan barang-barang primer menjadi kebutuhan barang-barang sekunder. Masyarakat kini tidak hanya melihat produk dari kebutuhan dasarnya saja namun juga menuntut adanya keindahan dan kenyamanan. Kondisi demikian, menyebabkan meningkatnya konsumsi florikultura yang digunakan masyarakat sebagai sarana untuk menciptakan keindahan. Perkembangan usaha florikultura tentunya diseimbangi dengan semakin tingginya permintaan yang meningkat hingga 8 persen setiap tahun. Kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia untuk komoditi florikultura cukup tinggi. Kondisi ini sesuai dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap nilai estetika. Fluktuasi harga bunga potong juga sering mempengaruhi usaha bunga rangkaian seperti bunga mawar, sedap malam, dan cassablanka. Naik turunnya harga tentu dapat mempengarui keuangan pada usaha bunga rangkaian. Jelita Florist merupakan salah satu usaha bunga (florist) di Kota Bekasi. Usaha bunga perlu dikembangkan karena saat ini semakin banyak masyarakat yang mulai memahami tentang keindahan. Penjualan bunga sering mengalami situasi yang tidak menentu atau sesuai musim. Terkadang permintaan bunga rangkaian akan sangat tinggi. Hal tersebut yang membuat usaha bunga selalu menyediakan persediaan bunga sebanyak mungkin untuk memenuhi permintaan yang ada. Oleh karena itu usaha bunga merupakan salah satu peluang yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Disamping itu, usaha ini cukup rentan terhadap kerugian yang disebabkan oleh sifat bunga yang mudah layu. Perkembangan usaha bunga Jelita Florist tergolong sangat cepat dari tahun ke tahun. Jelita Florist selalu berusaha menghasilkan produk yang dapat diminati oleh masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan penjualan yang cukup baik setiap harinya. Keberhasilan pelaksanaan usahadiperlukan dengan adanya analisis kelayakan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha tersebut apakah layak untuk tetap dijalankan ataupun dikembangkan. Pengukuran kelayakan usaha tersebut dianalisis berdasarkan aspek finansial dan non finansial. Kelayakan aspek non finansial dinilai dengan membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori yang berkaitan. Sedangkan kelayakan aspek finansial yang dilakukan yaitu dengan menggunakanempat kriteria kelayakan investasi, yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP).
16
Setelah menganalisis usaha bunga Jelita Florist tersebut secara finansial dan non finansial, kemudian dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk melihat besarnya perubahan maksimal dari komponen biaya dan manfaat yang dapat membuat usaha masih bisa diterima atau mencapai batas minimum kriteria investasi. Komponen biaya dan manfaat yang digunakan dalam analisis nilai pengganti (switching value analysis) adalah kenaikan harga bahan baku terutama bunga mawar dan penurunan harga jual bunga rangkaian. Hasil seluruh analisis menentukan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Jika layak maka diperlukan pengembangan usaha dan jika tidak layak diperlukan adanya evaluasi serta solusi sehingga usaha tersebut dapat layak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
- Pola konsumsi masyarakat mulai bertambah - Situasi penjualan tidak menentu - Harga bunga yang berfluktuasi Usaha Bunga Rangkaian Jelita Florist (bunga rangkaian, bunga pot, dan bunga papan) Evaluasi usaha
Analisis kelayakan usaha Aspek Non finansial: - Aspek pasar, - Aspek teknis, - Aspek hukum, - Aspek manajemen, - Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
Aspek finansial: - NPV - Net B/C - IRR - Paybackperiod - Analisis switching value
Layak
Tidak Layak
Rekomendasi Pengembangan usaha
Perbaikan
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha bunga rangkaian (florist) milik Jelita Florist yang berlokasi di Jalan Raya Kalimalang, Bekasi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan lokasi penelitian memiliki potensi yang baik dalam melakukan usaha serta Jelita Florist adalah usaha bunga pertama yang berlokasi di Jalan Raya Kalimalang Kota Bekasi serta memiliki produk unggulan yaitu rangkaian bunga pot. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Kedua data ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Rincian data dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan sumber data No 1
2
Jenis Data Data Primer Informasi yang berkaitan dengan usaha bunga pada Jelita Florist yang terdiri dari: Keadaan pasar, struktur organisasi, serta pengaruh keberadaan usaha bagi masyarakat sekitar Harga jual produk Biaya investasi yang dikeluarkan Biaya operasional Jumlah penjualan Data Sekunder Informasi tentang nilai PDB dari sektor pertanian, perkembangan produksi komoditas hortikultura, volume dan nilai ekspor impor florikultura, serta produksi bunga di Indonesia
Sumber Pengamatan serta wawancara langsung dengan pemilik dan pekerja usaha bunga pada Jelita Florist
Badan Pusat Statistika (BPS), Direktorat Jenderal Hortikultura, Internet, dan Pustaka
Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan untuk memperoleh gambaran serta informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara diskusi, serta pengamatan langsung di lokasi penelitian. Wawancara dilakukan terhadap pihak usaha untuk mengetahui gambaran usaha bunga pada Jelita Florist, kondisi yang sedang dialami saat ini, dan manfaat yang diperoleh dalam menjalankan usaha. Penentuan responden dalam peneltian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman responden.
18
Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran berdasarkan pustaka, literatur, serta instansi yang berkaitan dengan florikultura dan analisis finansial usaha. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara deskriptif gambaran umum usaha bunga pada Jelita Florist, mengkaji kelayakan aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta mengkaji pembahasan hasil dari aspek finansial. Analisis kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha bunga pada Jelita Florist secara finansial dengan melakukan analisis penilaian kriteria investasi yaitu nilai bersih kini (Net Present Value = NPV), rasio manfaat biaya (Gross Benefit Cost Ratio = Gross B/C; Net Benefit Cost Ratio = Net B/C), tingkat pengembalian internal (Internal Rate Return = IRR), dan jangka waktu pengembalian modal investasi (Payback Period = PP) serta dilakukannya analisis switching value. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan saling terkait antara satu sama lain dalam menganalisis suatu kelayakan bisnis. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis sangat tergantung dari karakteristik masing-masing bisnis. Masing-masing dari aspek ini tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait. Secara umum aspek-aspek non finansial yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan bisnis adalah sebagai berikut: 1. Aspek Pasar Dalam studi kelayakan suatu usaha aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang paling penting. Hal ini disebabkan aspek pasar dan pemasaran sangat menetukan hidup matinya perusahaan. Apabila aspek pasar dan pemasaran tidak diteliti secara benar dan bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang, bukan hal yang tidak mungkin tujuan perusahaan tidak akan tercapai (Kasmir 2009). Pelaku bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri, sehingga produk dapat menjadi leader. Penilaian aspek pasar dapat dikatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Jumlah rangkaian yang dihasilkan dapat diserap oleh pasar b) Harga jual bunga rangkaian yang ditetapkan cenderung stabil c) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas untuk mencapai penjualan perusahaan 2. Aspek Teknis Analisis aspek teknis memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kelancaran proses produksi. Penentuan kelayakan bisnis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga
19
apabila tidak dianalisis dengan baik maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Kasmir 2009). Aspek teknis dapat dikatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Lokasi usaha mampu menunjang pelaksanaan usaha. Hal ini dicirikan dengan ketersediaan input, ketersediaan listrik, adanya tenaga kerja, serta fasilitas transportasi (jalan raya dan kendaraan umum) yang menjamin kelancaran usaha. b) Layout usaha sesuai dengan penggunaan ruang yang optimal sehingga dapat memberikan kemudahan dalam memproses hasil rangkaian. c) Pemilihan peralatan dan jenis teknologi yang digunakan sudah dilakukan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada. 3. Aspek Hukum Penilaian aspek hukum dikatakan layak jika perusahaan memiliki badan hukum yang mendukung berjalannya usaha, serta memiliki surat izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha. 4. Aspek Manajemen Menurut Kasmir (2009) di dalam bukunya menjelaskan bahwa walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan, tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Aspek manajemen dapat dikatakan layak apabila manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang ada dilakukan dengan baik. Hal ini dicirikan dengan adanya struktur organisasi serta adanya pembagian tugas yang jelas dari masing-masing jabatan. 5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Ligkungan Setiap usaha yang dijalankan tentu akan memeberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat dan pemerintah (Kasmir 2009). Sedangkan dampak terhadap lingkungan ada yang langsung timbul dan ada juga yang baru akan timbul dimasa yang akan datang. Penilaian aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dapat dikatakan layak apabila masyarakat merasa dimudahkan dengan adanya usaha rangkaian bunga, serta tidak memberikan dampak lingkungan yang merugikan terhadap masyarakat sekitar Aspek Finansial Proses analisis pada aspek finansial dilakukan secara kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan pemenuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi. Aspek finansial dilakukan untuk membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha yang dijalankan. Aspek finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha bunga, baik kebutuhan dana untuk biaya tetap, biaya investasi, biaya variabel, dan biaya lainnya. Aspek ini dianalisis
20
dengan membuat cash flow dan kelayakan usaha dilihat dari analisis laba rugi dan kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Kelayakan suatu kegiatan investasi menggunakan metode yang umum digunakan yaitu Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus:
Keterangan: i = Discount Rate (DR) t = tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diterima Nilai discount rate (DR) perlu diketahui dalam menghitung DF. Biasanya nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman. Penggunaan discount factor (DF) erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang akan datang sehingga untuk dapat membandingkan seluruh manfaat dan biaya maka digunakanlah discount factor (DF). Menurut Nurmalina et al (2010), untuk mengetahui kelayakan aspek finansial usaha bunga diperlukan kriteria investasi sebagai berikut: Net Present Value (NPV) Menurut Gittinger (1986), Net Present Value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Net Present Value atau nilai saat ini dari manfaat bersih yaitu selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan NPV biasanya dalam bentuk satuan mata uang (Rp) (Nurmalina et al 2010). Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV > 0 berarti layak untuk dilakukan karena bisnis tersebut akan menguntungkan dan dapat memberikan manfaat. Sebaliknya, jika NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti proyek dapat dilaksanakan tetapi dengan konsekuensi hanya dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan atau sering disebut tidak untung dan tidak rugi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ∑ Keterangan: NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t Bt = Penerimaan pada tahun t (Rp) Ct = Biaya-biayan pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t=1,2,3,……n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur Bisnis
21
Suatu bisnis dapat dikatakan layak apabila nilai NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya adalah bisnis yang dijalankan dapat memberikan keuntungan atau memberi manfaat. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV ≤ 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Hubungan antara IRR dan NPV dapat digambarkan pada Gambar 2. Perhitungan IRR biasanya dilakukan dengan metoda interpolasi (mencoba) diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghaslkan NPV negatif). Berikut rumus IRR:
Keterangan: IRR = Tingkat pengembalian internal i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1= NPV positif NPV2= NPV negatif Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan DR atau tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku. NPV NPV (k1) IRR 0 NPV (k2)
k2 k1
i = Discount rate (%)
Gambar 2 Grafik hubungan antara NPV dan IRR
22
Keterangan: NPV (k1) = NPV positif NPV (k2) = NPV negatif K1 = tingkat discount rate NPV positif K2 = tingkat discount rate NPV negative Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio keuntungan per biaya. Rasio ini adalah angka pembanding antara jumlah Present Value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Nilai mutlak NetB/C akan berbeda tergantung kepada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga yang dipilih, maka nilai NetB/C akan kurang dari satu.
∑ Net B /C =
∑
Keterangan: Bt = Penerimaan pada tahun t Ct = Biaya-biayan pada tahun t i = tingkat DR t = tahun kegiatan bisnis (1,2,3,...,n) n = Umur bisnis Kriteria kelayakan Net B/C yakni nilai Net B/C > 1, maka usaha bunga Jelita Floristdapat dikatakan layak. Sedangkan jika nilai Net B/C < 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak layak. Payback Period (PP) Payback period adalah metoda yang mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya cepat berarti semakin baik bisnis tersebut diusahakan, karena investasi yang dikeluarkan lebih cepat kembali. Menurut Jumingan (2009) apabila payback period lebih pendek daripada payback period yang telah ditentukan maka bisnis tersebut baik untuk dijalankan. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Kelemahan metoda ini adalah diabaikannya nilai waktu uang, dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Adapun rumus payback period yaitu: Keterangan: I = besaran biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahun Nilai Payback Period (PP) memiliki satuan waktu (tahun) yang dihasilkan biasanya berbanding terbalik dengan nilai NPV. Semakin besar nilai NPV yang dihasilkan maka nilai Payback Period (PP) akan semakin kecil. Hal
23
tersebut akan berdampak baik bagi perusahaan karena modal yang dikeluarkan pada saat awal usaha akan lebih cepat kembali. Analisis Switching Value Variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Switching value merupakan penghitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan jumlah output) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi). Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut, bila melebihi maka bisnis akan menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu pada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Asumsi Dasar Batasan yang digunakan dalam penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas untuk menyamakan persepsi. Dasar-dasar perhitungan yang berfungsi sebagai asumsi dasar yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha bunga rangkaian antara lain: 1. Umur proyek disesuaikan dengan umur ekonomis kios bunga yaitu selama 10 tahun. Dengan pertimbangan kios merupakan aset penting dalam kegiatan usaha bunga rangkaian (florist). 2. Modal yang digunakan dalam menjalankan usaha menggunakan modal sendiri. 3. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan adalah sebesar 7 persen sesuai suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) periode Januari 2015. Asumsi ini berdasarkan tempat Bank menabungnya pemilik usaha. 4. Lahan sewa yang digunakan seluas 200 m2. 5. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang terjadi pada saat penelitian (Desember 2014 hingga januari 2015). 6. Produksi bunga rangkaian dilakukan setiap hari dan jumlah penjualan dianggap konstan. 7. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus.
8. 9. 10.
Harga jual yang ditawarkan dianggap konstan hingga akhir bisnis. Pada tahun pertama usaha hanya berjalan 5 bulan dikarenakan bulan sebelumnya digunakan untuk mendirikan kios sebagai tempat usaha. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun dari hasil penerimaan, dengan ketentuan total penerimaan tidak melebihi
24
4.8 miliar dan pajak sebesar 25% dengan ketentuan total penerimaan melebihi 4.8 miliar. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Usaha Jelita Florist merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang agribisnis khususnya tanaman hias/florikultura. Usaha ini berlokasi di Jalan Raya Kalimalang Kota Bekasi. Jelita Florist didirikan oleh Bapak Iwan pada tahun 1999 di atas lahan dengan luas kurang lebih 200 meter persegi. Lahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah lahan sewaan milik Pemerintah Daerah Kota Bekasi yang dikelola oleh Dinas Pengairan. Pada awalnya pemilik usaha hanyalah seorang pengantar rangkaian bunga. Akan tetapi, dengan ketertarikan bunga yang begitu tinggi maka didirikanlah Jelita Florist sebagai usaha bunga yang dikelola sendiri. Adapun alasan lainnya yaitu pelaku usaha juga melihat bahwa adanya peluang yang sangat menjanjikan dengan usaha bunga rangkaian (florist). Kios usaha bunga Jelita Florist didirikan sendiri oleh pemilik usaha yang pada saat itu adalah kios pertama usaha bunga yang terletak di Jalan Raya Kalimalang Kota Bekasi. Usaha bunga ini tidak hanya berawal dari hobby dan ketertarikan terhadap bunga melainkan juga menitikberatkan pada kegiatan bisnis. Usaha bunga Jelita Florist merupakan suatu langkah yang memulai usaha dengan menciptakan keberhasilan secara perlahan. Lokasi usaha bunga Jelita Florist ini sangat mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan. Wilayah ini merupakan lokasi yang banyak didirikan usaha bunga. Semakin banyaknya usaha bunga yang muncul menjadikan wilayah tersebut sudah sangat terkenal sehingga mudah untuk ditemukan. Bunga yang dijual pada Jelita Florist ada beberapa jenis diantaranya ada bunga anggrek, mawar, lily, garbera, aster, casablanca, pikok, krisan, dan sedap malam. Pemenuhan kebutuhan bunga pada Jelita Florist didatangkan dari berbagai daerah seperti Jakarta (Pasar Bunga Rawa Belong), produsen dari Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi) serta produsen dari Jawa Timur (Malang). Penerapan teknologi yang dilakukan Jelita Florist tidaklah modern. Peralatan yang digunakan juga hanya beberapa alat potong secara manual untuk bunga. Akan tetapi, Jelita Florist selalu meningkatkan keterampilan dalam merangkai bunga. Hal tersebut sangat diperlukan karena semakin baiknya rangkaian yang dihasilkan maka akan menjadi tambahan nilai tersendiri bagi konsumen yang membeli. Kegiatan Rutin Bunga merupakan komoditi yang sering digunakan diberbagai acara. Dengan banyaknya kebutuhan bunga maka menjadikan usaha bunga hampir tidak
25
penah sepi dalam kegiatannya. Adapun kegiatan yang biasa dilakukkan Jelita Florist adalah dengan menjual berbagai macam jenis bunga rangkaian seperti rangkaian bunga papan, bunga pot, dan bunga tangan. Bunga tersebut dijual dengan berbagai macam tujuan (tergantung permintaan konsumen). Kegiatan usaha bunga yang paling menyita waktu adalah ketika adanya pesanan bunga papan. Bunga papan adalah bunga yang dirangkai pada papan styrofoam yang nantinya akan dikirimkan sebagai tanda ucapan. Setiap harinya Jelita Florist akan membuat rangkaian bunga pot dan bunga tangan karena permintaan yang cukup banyak sehingga diperlukan persediaan bunga yang cukup untuk dirangkai. Sedangkan rangkaian bunga tangan biasanya akan dibuatkan langsung sesuai dengan pesanan pembeli pada saat itu. Jelita Florist sangat terkenal dengan hasil rangkaian bunga pot sehingga setiap harinya selalu menyediakan stok sebagai persediaan. Perlunya ketersediaan rangkaian bunga pot untuk setiap hari maka Jelita Florist memerlukan persediaan bunga untuk melakukankegiatan merangkai bunga. Pembelian bunga potong biasanya dilakukan setiap dua hari sekali karena bunga memiliki kekurangan yaitu mudah layu. Akan tetapi ketika musim ramai pembelian bunga rangkaian maka Jelita Florist akan membeli bahan baku hampir setiap hari. Penjualan bunga rangkaian yang dilakukan Jelita Florist buka dari pagi hingga malam hari selama persediaan masih tersedia. Transaksi jual beli pada Jelita Florist dimulai pukul 05.00 hingga 23.00. Akan tetapi, ketika adanya musim-musim tertentu yang biasa ramai pembeli biasanya kios akan buka 24 jam. Selain mendatangi kios, pembelian ataupun pemesanan bunga rangkaian juga dapat dilakukan melalui telepon dengan menentukan jenis rangkaian dan bunga apa saja yang ingin dimasukkan dalam rangkaian. Produk Jelita Florist Bunga rangkaian merupakan bunga yang dibuat dari hasil buatan tangan. Untuk itu, dalam usaha ini sangat diperlukan kreatifitas serta kemampuan dalam merangkai bunga yang baik agar rangkaian dapat terlihat indah. Bunga rangkaian banyak diminati hampir dari semua kalangan mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang tua sehingga tidak adanya batasan untuk selalu mengagumi keindahan bunga. Bunga rangkaian yang diproduksi Jelita Florist cukup beragam yaitu: 1. Rangkaian bunga papan Bunga papan adalah sebuah karangan bunga yang berbentuk persegi empat dan memiliki ukuran yang bermacam-macam. Bunga papan ini terbuat dari bahan styrofoam dengan mengunakan penyangga yang mengunakan bahan bambu yang dibentuk. Styrofoam ini nantinya akan tertutupi dengan bahan karton yang berwarna warni serta berbagai jenis bunga yang akan membuat bunga papan ini lebih indah. Bunga papan terdiri dari berbagai macam jenis diantaranya bunga papan duka cita, bunga papan pernikahan, bunga papan selamat dan sukses, serta bunga papan selamat ulang tahun. Perbedaan berbagai bentuk bunga papan tersebut dapat dilihat dari corak, warna, dan jenis bunga yang digunakan. Pada acara yang menyenangkan bunga yang akan digunakan
26
mengunakan warna yang cerah tetapi yang membedakan bunga papan tersebut adalah warna yang digunakan, corak dan model bunga papannya saja. Sedangkan bunga papan duka cita biasanya mengunakan warna kuning, ungu dan putih begitu juga dalam pengunaan bunganya tidak ada yang berunsur ceria seperti warna pink dan merah. Bunga rangkaian papan sering menggunakan bunga krisan, garbera dan juga aster. Contoh bunga rangkaian papan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Rangkaian bunga papan 2.
Rangkaian bunga pot Bunga pot adalah sebuah rangkaian bunga yang dibentuk dalam pot plastik dengan beberapa ukuran. Dalam merangkai bunga dalam pot sangat diperlukan kemahiran dan keahlian dalam menempatkan bunga serta daun sebagai penghiasnya. Semakin baiknya rangkaian tersebut tentunya akan terlihat semakin indah. Berbagai jenis bunga dapat dimasukkan dalam rangkaian ini seperti mawar, anggrek, tulip, aster, krisan, garbera dan sedap malam. Penggunaan bunga dalam rangkaian bunga pot tentunya disesuaikan dengan keindahan yang akan dibentuk. Jelita Florist memproduksi bunga rangkaian pot dengan ukuran pot kecil dan pot besar. Pemasangan bunga dalam pot ditentukan dengan harga yang akan ditawarkan. Pada ukuran pot kecil bunga yang sering digunakan yaitu krisan, aster, garbera dan mawar. Sedangkan pada rangkaian bunga pot besar dapat menggunakan hampir semua jenis bunga yang tersedia. Contoh rangkaian bunga pot dapat dilihat pada Gambar 4.
27
(a) (b) Gambar 4 Rangkaian bunga pot Jelita Florist (a) rangkaian pot kecil, (b) rangkaian pot besar 3.
Rangkaian bunga tangan (hand bouquet) Bunga tangan atau biasa disebut dengan hand bouquet adalah rangkaian bunga yang dibentuk sesuai dengan permintaan konsumen dan mudah untuk di genggam. Jenis rangkaian bunga tangan ada berbagai macam seperti rangkaian bunga tangan untuk pernikahan, hadiah, ucapan ulang tahun, permintaan maaf, serta acara lainnya. Bunga yang digunakan dalam rangkaian ini tergantung permintaan dari pembeli. Permintaan rangkaian bunga tangan yang banyak diminta yaitu sebagai hadiah. Oleh karena itu warna bunga yang biasa digunakan menggunakan warna yang cerah. Jenis bunga yang digunakan diantaranya mawar, aster, krisan, dan baby breath (pikok). Contoh rangkaian bunga tangan yang sering diproduksi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Rangkaian bunga tangan
28
Sumberdaya Manusia Pengelolaan sumberdaya manusia dalam menghadapi persaingan khususnya di dalam dunia usaha merupakan hal yang penting terkait perencanaan manajemen strategi perusahaan. Sebuah usaha dapat dikatakan berhasil apabila mampu melihat SDM sebagai asset yang sangat berharga yang harus dipertahankan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sehingga usaha dapat lebih bersaing. Adanya perencanaan SDM, tujuan jangka panjang yang diinginkan setiap usaha akan tetap terjaga, sehingga dapat dilakukan perbaikan atas kegiatan bisnis yang telah dijalankan. Tingkat pendidikan, skill dan pengalaman menjadi faktor terpenting dalam mendukung keberhasilan kinerja suatu usaha. Sumberdaya manusia yang berada di usaha bunga Jelita Florist berjumlah 5 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Karyawan ini berasal dari keluarga karena usaha bunga ini merupakan usaha yang dikelola oleh keluarga sendiri. Pekerja yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha bunga rangkaian adalah seseorang yang ulet, bertanggung jawab, jujur, serta kreatif. Kreatifitas sangat diperlukan dalam usaha ini mengingat bahwa bunga rangkaian sangat dipengaruhi oleh keindahan bentuk. Semakin berkembangnya teknologi saat ini sangat memberikan keuntungan karena pekerja dapat melihat bentuk contoh atau gambar rangkaian yang sedang diminati saat ini melalui internet. Sehingga rangkaian yang diproduksi memiliki bentuk atau model yang tidak tertinggal zaman. Sumberdaya Modal Penggunaan modal yang digunakan oleh Jelita Florist dalam menjalankan usaha bunga rangkaian ini berasal dari modal milik sendiri. Modal tersebut digunakan untuk membiayai seluruh keperluan operasional dan investasi perusahaan seperti pembangunan kios hingga pembelian kendaraan yang digunakan dalam kegiatan usaha. Biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha cukup besar. Biaya tersebut digunakan terutama untuk mendirikan kios sebagai tempat usaha serta alat investasi lainnya seperti kendaraan, gunting dan ember. Semakin baiknya penghasilan usaha yang dijalankan tentunya akan terus menambah jumlah produksi yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Non Finansial Analisis aspek non finansial penting untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran usaha yang terjadi saat ini pada Jelita Florist. Analisis aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Aspek ini mengkaji kelayakan suatu usaha baik berkenaan proses pembangunan bisnis, pengoperasian
29
maupun dukungan terhadap kemampuan usaha untuk berkembang. Hasil analisis terhadap kelayakan non finansial dijelaskan sebagai berikut. Aspek Pasar Analisis aspek pasar ini dilakukan untuk melihat apakah produk bunga rangkaian Jelita Florist masih bisa diserap oleh pasar. Suratman (2001) menyatakan bahwa analisis aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan peluang pasar sedangkan aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana strategi pemasaran diterapkan oleh perusahaan dalam rangka untuk meraih market share dan peluang pasar yang ada tersebut. Beberapa hal yang dianalisis terkait dengan aspek pasar dalam penelitian tentang kelayakan usaha bunga rangkaian Jelita Florist ini adalah menganalisis jenis produk yang akan dihasilkan, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta strategi pemasaran yang jelas. Potensi Pasar Pergeseran pola konsumsi akibat peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan permintaan produk primer bergeser menjadi produk sekunder, dimana masyarakat saat ini menilai suatu produk tidak hanya dari sisi manfaat saja melainkan dari sisi keindaannya. Hal tersebut membuka peluang yang sangat besar bagi Jelita Florist untuk memasarkan bunga rangkaian miliknya. Pasar-pasar potensial yang dimiliki oleh Jelita Florist antara lain Hotel Horison, Amaris, Aston, perusahaan LG, Arnold, Astra serta beberapa konsumen tetap. Jelita Florist hanya dapat memenuhi permintaan konsumen yang berada di wilayah Bekasi dan Jakarta saja. Hingga saat ini Jelita Florist belum dapat memenuhi seluruh permintaan yang ada terutama permintaan rangkaian bunga papan. Menurut Bapak Iwan selaku pemilik usaha bunga rangkaian Jelita Florist, rata-rata permintaan bunga rangkaian mencapai 30 rangkaian setiap harinya yang terdiri dari rangkaian bunga tangan dan bunga pot. Permintaan rangkaian yang cukup tinggi terkadang mengakibatkan persediaan bunga yang tidak mencukupi untuk dijadikan rangkaian. Dalam hal tersebut, Jelita Florist juga memerlukan penambahan jumlah input bahan baku yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Penambahan modal sangat diperlukan dalam memenuhi pemintaan yang masih kurang terpenuhi. Alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pinjaman atau bisa juga dengan menjalin kemitraan dengan petani bunga agar harga beli bunga tidak terlalu tinggi. Strategi Pemasaran Kegiatan pemasaran tak terlepas dari strategi pemasaran yang terdiri dari bauran produk, harga, distribusi dan promosi. Bauran pemasaran dapat diartikan sebagai serangkaian alat pemasaran strategis yang dapat dikendalikan oleh produk, harga, tempat distribusi dan promosi yang diselaraskan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran yang akan dituju. Berikut merupakan bauran pemasaran yang terdapat di Jelita Florist dalam melakukan proses kegiatan pemasarannya.
30
a.
Product (Produk) Semua produk bunga rangkaian yang dihasilkan Jelita Florist dapat terserap oleh pasar dengan baik. Hal ini dikarenakan produk rangkaian Jelita Florist mempunyai kualitas yang baik. Bunga rangkaian yang dihasilkan Jelita Florist diantaranya adalah rangkaian bunga papan, bunga pot, dan bunga tangan. Adapun produk unggulan bunga rangkaian Jelita Florist yaitu bunga rangkaian pot. Bunga rangkaian pot dijadikan produk unggulan dikarenakan masih jarangnya penjual bunga rangkaian yang menjual bunga pot sehingga hal tersebut menjadi peluang yang sangat baik bagi Jelita Florist. Bunga rangkaian pot terdiri dari 2 jenis yaitu bunga rangkaian pot kecil dan pot besar yang keduanya cukup diminati konsumen.
b.
Price (Harga) Jenis bunga rangkaian pada Jelita Florist tentu memiliki harga yang berbeda. Perbedaan harga tersebut ditentukan oleh jenis bunga rangkaian, bunga yang digunakan, model, dan ukuran. Jelita Florist menetapkan harga sesuai dengan perhitungannya sendiri dan cenderung stabil. Harga tersebut tidak dipengaruhi oleh biaya perawatan karena Jelita Florist tidak menggunakan obat-obatan apapun untuk bunga rangkaiannya. Adapun harga yang ditetapkan Jelita Florist terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Harga bunga rangkaian Jelita Florist tahun 2015 Jenis rangkaian Bunga papan Bunga pot Bunga tangan
Ukuran (2x1) meter Kecil Besar Kecil Pernikahan
Harga (Rp) 350 000 100 000 300 000 50 000 200 000
Sumber: Jelita Florist 2015
c.
Promotion (Promosi) Kegiatan promosi dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan bunga rangkaian kepada masyarakat dan membuat mereka tertarik untuk membeli rangkaian. Jelita Florist tidak melakukan kegiatan promosi secara khusus. Bertambahnya pelanggan hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut. Selain itu, Jelita Florist juga memberikan kartu nama disetiap rangkaian bunga pot sehingga pembeli dapat membacanya. Meskipun tanpa melakukan upaya promosi yang berarti, kegiatan pemasaran usaha bunga rangkaian di Jelita Florist tetap dapat berjalan dengan baik.
d.
Place (tempat) Tempat penjualan dapat dilakukan langsung di kios Jelita Florist yang berada di Jalan Raya Kalimalang karena biasanya konsumen memilih langsung jenis bunga rangkaian apa yang akan dibeli. Ketika ada konsumen yang memesan melalui telepon maka harus menentukan jenis bunga rangkaian serta bunga apa yang ingin dimasukkan dalam rangkaian. Bekasi merupakan lokasi penjualan yang mendukung bagi usaha bunga rangkaian. Keberadaan Jelita Florist sangat strategis dan mudah ditemukan. Saat ini
31
Jelita Florist hanya mampu memasarkan rangkaian untuk wilayah Bekasi dan Jakarta. Selama ini Jelita Florist belum pernah membuka ataupun mengikuti pameran secara khusus. Akan tetapi, setiap harinya Jelita Florist selalu melayani pembelian di kios penjualan. Untuk konsumen pasar, Jelita Florist menjualnya kepada beberapa perusahaan dan hotel berbintang di Bekasi. Selain itu, adapun konsumen rumah tangga yang membeli bunga rangkaian dari wilayah Bekasi maupun Jakarta. Pembeli bunga rangkaian di Jelita Florist merupakan konsumen akhir sehingga tidak dipasarkan kembali oleh pembeli. Berdasarkan hasil analisis kelayakan aspek pasar dapat dinyatakan bahwa usaha Jelita Florist layak untuk dilaksanakan berdasarkan indikator aspek penilaian yang sudah ditentukan seperti jumlah rangkaian dapat diserap oleh pasar, harga yang ditentukan cenderung stabil, dan perusahaan memiliki strategi pemasaran yang jelas. Pada strategi pemasaran tidak terdapat masalah yang dapat menjadi kendala. Namun sebaiknya Jelita Florist memperluas kegiatan promosi, baik melalui media massa ataupun pameran-pameran bunga. Kegiatan tersebut tentunya dapat menjadi cara untuk meningkatkan jumlah penjualan.
Aspek Teknis Lokasi Usaha Kegiatan usaha bunga rangkaian Jelita Florist dilakukan dengan memanfaatkan lahan sewaan yang tersedia milik Pemerintah Daerah Kota Bekasi yang dikelola oleh Dinas Pengairan.Lokasi kios rangkaian bunga Jelita Florist berada di Jalan Raya Kalimalang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Kelayakan teknis usaha didukung dengan kemudahan akses terhadap sumber input produksi dan pasar output. Lokasi kios Jelita Florist berada tepat dipinggir dari jalan raya sehingga akses untuk mendapatkan pasokan bunga dan peralatan tambahan lainnya sangat mudah dan terjamin. Bunga yang digunakan Jelita Florist sebagian besar diperoleh dari Pasar Rawabelong. Selain itu, adapun produsen yang datang seperti dari Malang dan Bogor. Akses jalan Kota Bekasi dan Jakarta yang menjadi pasar pun sangat baik, sehingga pendistribusian bunga rangkaian tidak memiliki kendala. Kios Jelita Florist ini juga telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Diantaranya sudah tersedianya listrik dan air yang selalu digunakan, alat transportasi yang memadai, serta adanya tenaga kerja yang memadai. Dengan berdirinya lokasi kios yang berada dipinggir jalan raya akan memudahkan pembeli untuk menemukan usaha bunga rangkaian Jelita Florist baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Layout usaha Kegiatan usaha bunga rangkaian Jelita Florist ini hanya menggunakan satu kios saja. Luas lahan yang digunakan yaitu 200 m2 dengan lebar 5 meter dan panjang 40 meter. Sedangkan luas untuk kios saja yaitu 175 m2. Kios ini memiliki beberapa bagian yaitu gudang, tempat merangkai, tempat memajang rangkaian bunga pot, serta tempat parkir kendaraan. Gudang kios ini berupa bangunan sederhana yang biasanya digunakan untuk menyimpan bunga disaat malam hari,
32
peralatan yang digunakan, serta sebagai tempat istirahat pekerja. Jelita Florist memiliki keunggulan dibandingkan florist lain yaitu selalu menyediakan rangkaian bunga pot setiap harinya sehingga sangat memerlukan tempat untuk memajang rangkaian bunga pot. Hal tersebut cukup berbeda dengan florist lain yang biasanya tidak memerlukan tempat untuk memajang bunga rangkaian. Bunga potong yang belum dirangkai setiap pagi hingga sebelum tutup kios selalu berada di luar sehingga pembeli mudah untuk memilih bunga yang akan digunakan dalam setiap jenis rangkaiannya. Adapun layout usaha Jelita Florist dapat dilihat pada Gambar 6. 12 m
23 m
5m
Merangkai Bunga
Gudang
Parkir
5m
Pajangan rangkaian bunga pot
40 meter
Gambar 6 Layout kios pada Jelita Florist Kegiatan Teknis Kegiatan teknis sangat penting dalam usaha bunga rangkaian yang meliputi sortasi, perawatan, serta pengemasan (proses perangkaian). Sortasi merupakan penyeleksian bunga potong yang dilakukan kembali pada saat pasokan bunga datang. Hal ini menjadi sangat penting dikarenakan penampakan bunga yang segar dapat menarik pembeli. Aktivitas yang dilakukan yaitu memilih dan memisahkan bunga yang rusak serta membersikan kembali bagian bunga seperti daun dan batang. Setiap florist tentunya selalu berusaha untuk menjaga kesegaran bunganya setiap hari. Pemeliharaan untuk bunga potong yang akan dirangkai dilakukan seperlunya saja. Penggantian air bersih setiap hari dan memindahkan bunga yang terkena sinar matahari agar tidak cepat layu dan warna bunga tidak cepat pudar merupakan langkah yang paling utama dilakukan dalam usaha ini. Penempatan bunga yang terlalu padat dalam ember juga perlu dihindari karena dapat merusak kualitas bunga. Bunga yang disimpan dalam air selama 24 jam akan bertambah besar hingga 25 persen (Aisah 2002). Proses perangkaian bunga juga diperlukan kesabaran serta kreatifitas yang baik untuk menghasilkan rangkaian yang dapat diminati oleh pembeli. Alat yang digunakan dalam proses perangkaian menggunakan alat yang sederhana seperti gunting, stepler, serta alat pemotong lainnya yang akan digunakan. Rangkaian bunga biasanya akan diselimuti dengan plastik transparan agar bunga yang dirangkai dapat lebih tahan lama.
33
Kebutuhan bunga pada setiap harinya dapat dihitung dengan melihat berapa banyak jenis rangkaian yang terjual serta bunga apa saja yang digunakan. Dari sekian banyak rangkaian yang diproduksi oleh Jelita Florist, ada empat jenis bunga yang sering digunakan yaitu mawar, krisan, aster, dan baby breath. Sebagai contoh, kebutuhan bunga mawar setiap harinya dapat dihitung dengan cara jumlah mawar yang digunakan pada setiap rangkaian dikalikan jumlah rangkaian yang diproduksi per hari per jenis rangkaian. Pada bunga tangan diproduksi sebanyak 15 rangkaian per hari. Kebutuhan mawar untuk rangkaian bunga tangan yaitu sebanyak 5 buah, maka jumlah bunga mawar yang dibutuhkan untuk rangkaian bunga tangan adalah sebanyak 75 bunga. Perhitungan tersebut juga berlaku untuk bunga yang lainnya yang ditung per hari per rangkaian. Berdasarkan kriteria aspek penilaian yang sudah ditentukan maka hasil analisis pada aspek teknis dapat dikatakan bahwa usaha ini layak dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan tersedianya luas lahan yang cukup dan lokasi yang strategis, serta kemudahan akses input maupun pasar. Selain itu pemilihan alat yang digunakan juga sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Aspek Hukum Aspek hukum yang dianalisis adalah bagaimana Jelita Florist mengikuti dan melaksanakan prosedur pembentukan usaha yaitu kelengkapan izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Hingga saat ini Jelita Florist tidak memiliki surat izin pendirian usaha baik dari RT/RW, Kelurahan bahkan Pemerintah Daerah setempat. Jelita Florist hanya memiliki surat perjanjian sewa lahan antara pemilik usaha dengan Dinas Pengairan Kota Bekasi. Adanya izin pendirian suatu usaha tentunya akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan usaha yang dijalankan. Dalam hal ini, Jelita Florist tentunya dapat dikatakan bahwa usaha ini tidak layak jika dilihat dari aspek hukum karena tidak adanya surat izin pendirian usaha yang seharusnya dimiliki oleh setiap pengusaha. Aspek Manajemen Suatu usaha akan berjalan dengan baik dan dapat terus berkembang apabila adanya manajemen dengan baik. Mengatur manajemen dari sebuah usaha haruslah direncanakan dengan baik, begitu juga pada usaha bunga rangkaian. Dalam menjalankan usaha bunga rangkaian diperlukan adanya perencanaan yang baik. Hal tersebut bertujuan agar usaha bunga rangkaian yang dijalankan akan menguntungkan dan berkelanjutan, bukan merugi. Dari segi manajemen saat usaha sudah berjalan harus melakukan pencatatan rutin setiap kali pembelian input atau hal yang terkait dengan pengeluaran biaya, dan juga mencatat setiap penjualan yang terjadi, dengan kualitas apa dan harga berapa produk dijual juga harus dicatat dengan baik. Analisis terhadap aspek manajemen berkaitan dengan tata kelola usaha bunga rangkaian Jelita Florist. Pada usaha bunga ini dikepalai oleh pemilik sekaligus pendiri usaha ini yaitu Bapak Iwan. Untuk usaha florist seperti ini sangat jarang adanya rencana kerja, begitupun Jelita Florist yang tidak memiliki rencana kerja secara khusus. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh karyawan tidaklah ada bagian masing-masing melainkan dilakukan secara bersama seperti pada Gambar 7. Pembukuan yang dilakukan Jelita Florist juga sangat sederhana
34
hanya menuliskan pengeluaran pada setiap belanja dan penerimaan per harinya saja. Karyawan yang dimiliki Jelita Florist berjumla 4 orang yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang seluruhnya berasal dari keluarga sendiri. Dari hasil pemaparan aspek manajemen dapat dikatakan bahwa usaha ini tidak layak karena tidak adanya struktur organisasi, pembagian tugas, dan rencana kerja yang matang. Pemilik
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Gambar 7 Skema tanggung jawab pekerjaan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Ada beberapa hal yang perlu dicermati dan diwaspadai bagi perusahaan mengenai lingkungan diantarnya dampak positif dan dampak negatif kondisi lingkungan serta cara menangani dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas usaha yang dijalankan. Lingkungan bisnis merupakan semua unsur yang ada di luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh pelaku bisnis yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (Santoso 2014). Pada awalnya Jelita Florist bukanlah usaha yang dikelola oleh keluarga sendiri. Jelita Florist pernah memiliki karyawan diluar keluarga, akan tetapi karyawan tersebut keluar dari pekerjaannya dikarenakan ingin membuka usaha bunga sendiri. Oleh sebab itu, maka Jelita Florist sudah memberikan banyak ilmu dalam usaha bunga sehingga orang lain dapat mendirikan usaha sendiri. Dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak ada kendala atau masalah yang berarti karena usaha bunga rangkaian tidak menimbulkan polusi ataupun halangan lainnya. Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial, ekonomi, budaya serta lingkungan usaha Jelita Florist layak untuk dilaksanakan karena tidak terdapat masalah yang menghambat, usaha ini justru mampu meningkatkan lapangan kerja, mempermudah masyarakat untuk mencari bunga rangkaian serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan Rangkuman Analisis Kelayakan Aspek Non finansial Rangkuman kelayakan aspek non finansial yang telah dijabarkan dapat ditampilkan pada Tabel 5.
35
Tabel 5 Rangkuman analisis kelayakan aspek non finansial Aspek non finansial Indikator Hasil Pasar Teknis
Hukum Manajemen Sosial, ekonomi, lingkungan
Potensi pasar Strategi pemasaran Lokasi usaha Layout usaha Kegiatan teknis Surat izin Struktur organisasi Pembagian tugas Mudah ditemukan Membuka lapangan kerja Tidak memberikan dampak lingkungan yang merugikan
Layak Layak Layak Layak Layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Layak Layak Layak
Aspek Finansial Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha bunga rangkaian yang dilakukan Jelita Florist dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Dalam menganalisis kriteria investasi tersebut digunakan arus kas (cash flow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dari pengusahaan bunga rangkaian selama umur bisnis. Sebelum membuat arus kas (cash flow) terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap manfaat dan biaya. Jenis biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha diantaranya biaya modal (investasi) dan biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saat usaha sedang berjalan. Biaya operasional mencakup biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan tergantung dengan jumlah produksi. Pada penelitian ini biaya dihitung dalam jangka waktu satu tahun atau jangka pendek, sehingga biaya dibedakan atas biaya variabel dan biaya tetap. Selain biaya yang dikeluarkan adapun penerimaan yang diperhitungkan untuk melihat keuntungan usaha. Biaya yang dikeluarkan pada usaha bunga rangkaian Jelita Florist biasa dilakukan setiap dua hari sekali sedangkan penerimaan diperoleh setiap hari karena penjualan rangkaian bunga dilakukan setiap hari. Oleh karena itu, untuk memudahkan perhitungan biaya dan penerimaan usaha bunga yang dilakukan maka dikonversi dalam satu bulan. Adapun jumlah siklus penjualan Jelita Florist dapat dilihat pada Lampiran 3. Jumlah penjualan tersebut nantinya akan mempermudah perhitungan pada biaya variabel yang dikeluarkan dan penerimaan.
36
Analisis Biaya dan Manfaat Analisis Biaya Arus biaya merupakan aliran kas yang menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada saat usaha tersebut sedang berjalan maupun saat pertama usaha tersebut didirikan. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha bunga Jelita Florist mencakup biaya investasi dan biaya operasional, dimana biaya operasional terdiri dari biaya variable dan biaya tetap. Biaya Investasi Usaha bunga yang dijalankan oleh Jelita Florist memerlukan biaya modal (investasi) yang harus dikeluarkan pada tahun pertama. Beberapa aset penting harus dimiliki untuk digunakan dalam memproduksi bunga rangkaian. Aset tersebut tentunya akan selalu digunakan dalam produksi rangkaian bunga tanpa adanya pengaruh jumlah produksi yang dihasilkan. Adapun biaya-biaya investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rincian biaya investasi Jelita Florist Uraian Kendaraan (motor) Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting plastik Kursi lipat Kursi plastik Meja kayu Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total
Jumlah 2 1 100 1300 1 3 5 3 4 5 15 2 5 3 1 2 2
Satuan unit unit meter watt unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
Umur ekonomis (Tahun) 10 10 10 8 8 2 2 3 2 5 2 5 2 1 1 3 2
Harga 25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 27 000 15 000 170 000 30 000 150 000 15 000 65 000 12 000 10 000 10 000 743 500 50 000
Jumlah Biaya 25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000 750 000 225 000 130 000 60 000 30 000 10 000 743 500 100 000 204 884 500
a. Kendaraan Kendaraan yang digunakan dalam usaha bunga Jelita Florist adalah motor dan mobil box. Motor biasa digunakan untuk belanja kebutuhan bahan baku yang diperlukan dalam proses rangkaian. Selain itu, motor yang dimiliki usaha ini juga berfungsi untuk mengirim rangkaian kepada konsumen terutama jika adanya pesanan bunga papan. Motor yang dimiliki Jelita Floris ada 2 jenis dengan biaya total pembelian Rp 25 900 000. Sedangkan mobil box dapat digunakan untuk belanja kebutuhan bunga dan mengantar rangkaian ketika terjadi musim hujan atau ketika barang yang dibawa terlalu banyak. Umur ekonomis kedua kendaraan ini diperkirakan mencapai 10 tahun. Diakhir umur bisnis kendaraan ini diperkirakan masih dapat dijual karena masih dapat digunakan.
37
b. Kios Kios merupakan investasi penting dalam usaha bunga Jelita Florist. Kios ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti penjualan, menyimpan peralatan serta bahan baku untuk pembuatan rangkaian bunga. Biaya pembuatan kios ini yaitu sebesar Rp 25 000 000. Umur ekonomis yang diperkirakan yaitu 10 tahun. c. Instalasi listrik dan air Instalasi listrik dan air dibangun untuk menjamin ketersediaan air dan listrik untuk keperluan usaha bunga. Pembangunan instalasi air dan listrik dilakukan pada awal usaha dan menghabiskan biaya masing-masing sebesar Rp 2 000 000 dan Rp 7 500 000. d. Gunting bunga dan gunting plastik Gunting bunga memiliki peranan yang cukup penting yaitu digunakan untuk memtong batang bunga yang sudah kurang baik keadaannya. Selain itu, gunting bunga juga digunakan untuk memotong bagian bunga yang sudah terlihat kurang baik dan harus dibuang. Gunting bunga yang dimiliki Jelita Florist berjumlah 3 buah dengan umur pakai 2 tahun. Gunting plastik digunakan untuk memotong gulungan plastik sebagai pelindung bunga rangkaian yang sudah dibuat. Gunting plastik yang dimiliki berjumlah 2 buah dengan umur pakai 2 tahun e. Kursi dan meja Kursi yang disediakan digunakan untuk menunggu rangkaian yang sedang dibuat sedangkan meja yang digunakan terbuat dari kayu sebagai tempat proses perangkaian bunga. Kursi yang dimiliki Jelita Florist ada 2 jenis yaitu kursi lipat sebanyak 3 buah dan kursi plastik 4 buah. f. Ember Ember digunakan sebagai wadah bunga ketika bunga belum dirangkai.Bunga yang diletakkan di ember sebelumnya diberikan sedikit air agar bunga tidak mudah layu. Umur ekonomis ember ini diperkirakan 2 tahun g. Alat pemotong styrofoam Alat ini digunakan untuk memotong styrofoam yang akan digunakan pada rangkaian bunga papan. Tulisan yang digunakan pada bunga papan biasanya dibentuk menggunakan alat potong agar terlihat lebih rapih. Alat ini memiliki umur ekonomis selama 5 tahun h. Stepler Stepler biasa digunakan untuk menyatukan daun yang diguakan pada bunga rangkaian. Helai daun yang tidak terlalu lebar nantinya akan disambungkan dengan di stepler. Umur pakai alat ini yaitu 2 tahun i. Pisau dan sapu lidi Selain menggunakan gunting bunga, untuk memotong tangkai bunga dapat juga menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang dimiliki berjumlah 2 buah dengan umur pakai 1 tahun. Sedangkan sapu lidi digunakan untuk membersihkan halaman kios dari sampah sisa potongan-potongan bunga dan daun. Sapu lidi yang dimiliki hanya satu dengan umur pakai 1 tahun. j. Kipas angin
38
Kipas angin yang dimiliki ada 2 buah. Kipas ini digunakan untuk mendinginkan udara disekitar agar bunga yang berada di kios tidak mudah layu. Umur ekonomis kipas bisa mencapai 3 tahun k. Tempat isolasi Tempat isolasi digunakan untuk memudahkan pekerja dalam memotong isolasi yang akan digunakan dalam merangkai bunga. Jelita florist memiliki 2 buah tempat isolasi dengan umur ekonomis 2 tahun Biaya Operasional Biaya operasional usaha bunga Jelita Florist merupakan semua pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan produksi rangkaian yang dihitung dalam satu bulan kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlanya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama pada setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan bunga rangkaian ini antara lain terdiri dari pembayaran rekening listrik dan air, telepon, sewa lahan, pemeliharaan alat transportasi, dan gaji. Gaji dimasukkan kedalam biaya tetap karena dikelola sendiri oleh pemilik. Rincian biaya tersebut dapat diliat pada Tabel 7. Tabel 7 Biaya tetap per tahun (Rp) Biaya per Tahun
Uraian Listrik dan air 2 400 000 Telepon 1 200 000 Sewa lahan 10 000 000 Pemeliharaan alat transportasi 6 000 000 Tenaga kerja 126 000 000 Total 145 600 000 Total biaya tetap yang dikeluarkan dalan usaha bunga rangkaian dalam satu tahun adalah sebesar Rp 145 600 000. Biaya pemeliharaan alat transportasi untuk sepeda motor adalah Rp 200 000 per bulan untuk dua motor dan Rp 300 000 per bulan untuk mobil. Gaji untuk pemilik yaitu Rp 2 500 000 per bulan dan masingmasing karyawan diberikan gaji Rp 2 000 000 per bulan per orang. Sedangkan biaya listrik dan telepon dihitung dari tagihan yang masuk setiap bulannya. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan dalam proses produksi. Dengan kata lain biaya variabel usaha bunga Jelita Florist adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah bunga rangkaian yang dihasilkan. Biaya variabel dari pengusahaan bunga rangkaian Jelita Florist ini antara lain adalah biaya pembelian bunga, pot, plastik, styrofoam, bensin, dan yang lainnya. Jumlah kebutuhan input per bulan dari masing-masing variabel dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 8.
39
Tabel 8 Rincian biaya yang dikeluarkan dalam produksi rangkaian bunga selama satu tahun Uraian
Tahun 1 (Agu-des) Harga Total Pengeluaran 2 950 20 000 59 000 000 3 540 10 000 35 400 000 3 540 10 000 35 400 000 590 40 000 23 600 000 118 30 000 3 540 000 944 50 000 47 200 000 1 180 65 000 76 700 000 472 20 000 9 440 000 236 30 000 7 080 000 708 20 000 14 160 000 118 15 000 1 770 000 118 25 000 2 950 000 10 45 000 450 000 1 416 8 500 12 036 000 1 180 10 000 11 800 000 425 10 000 4 250 000 300 7 600 2 280 000 140 7 600 1 064 000 25 27 000 675 000 5 45 000 225 000 250 2 000 500 000 10 3 500 35 000 349 555 000
Jumlah Mawar (ikat) Krisan (ikat) Aster (ikat) Garbera (ikat) Casablanca (ikat) Anggrek (ikat) Sedap malam (ikat) Lily (ikat) Baby breath (ikat) Daun hias (ikat) Pot kecil (buah) Pot besar (buah) Plastik alumunium (roll) Oasis/busa (blok) Plastik (gulung) Styrofoam (lembar) Bensin motor (liter) Bensin mobil (liter) Pita (roll) Isi stapler (pak) Karton manila (gulung) Isolasi (buah) Total biaya
Tahun 2 sampai 10 (Jan-Des) Jumlah Harga Total Pengeluaran 5 600 20 000 112 000 000 6 720 10 000 67 200 000 6 720 10 000 67 200 000 1 120 40 000 44 800 000 224 30 000 6 720 000 1 792 50 000 89 600 000 2 240 65 000 145 600 000 896 20 000 17 920 000 448 30 000 13 440 000 1 344 20 000 26 880 000 223 15 000 3 345 000 223 25 000 5 575 000 24 45 000 1 080 000 2 676 8 500 22 746 000 2 230 10 000 22 300 000 495 10 000 4 950 000 720 7 600 5 472 000 336 7 600 2 553 600 60 27 000 1 620 000 12 45 000 540 000 600 2 000 1 200 000 24 3 500 84 000 662 825 600
Total 10 tahun 1 067 000 000 640 200 000 640 200 000 426 800 000 64 020 000 853 600 000 1 387 100 000 170 720 000 128 040 000 256 080 000 31 875 000 53 125 000 10 170 000 216 750 000 212 500 000 48 800 000 51 528 000 24 046 400 15 255 000 5 085 000 11 300 000 791 000 6 314 985 400
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Usaha bunga Jelita Florist dalam memproduksi bunga rangkaian dilakukan setiap hari sehingga biaya variabel yang dikeluarkan juga bisa saja dilakukan setiap hari. Akan tetapi, pembelanjaan bahan baku Jelita Florist sebagian besar dilakukan setiap dua hari sekali dan hanya beberapa jenis saja yang pembeliannya dilakukan satu bulan sekali bahkan ketika terjadi musim ramai pembeli dilakukan setiap hari. Jumlah biaya variabel yang harus dikeluarkan dalam satu tahun yaitu sebesar Rp 662 825 600. Biaya tersebut sudah termasuk biaya yang dikeluarkan pada musim tertentu. Pembelian bunga merupakan biaya yang paling besar dalam kegiatan usaha bunga .dalam satu tahun biaya variabel untuk bunga saja mencapai Rp 564 480 000. Bunga mawar merupakan salah satu jenis bunga yang sangat diminati pembeli sehingga harga bunga mawar sering mengalami peningkatan pada musim tertentu. Selain bunga sebagai input utama dalam merangkai bunga adapun daun hias yang digunakan sebagai pelengkap yang sering digunakan. Jelita Florist sering menggunakan daun hias untuk mempercantik rangkaian bunga yang dibuat. Dalam satu tahun jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian daun yaitu sebesar Rp 26 880 000. Analisis Manfaat Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah usaha. Arus manfaat yang diterima dari usaha bunga rangkaian Jelita Florist ini berasal dari penerimaan penjualan bunga rangkaian, penjualan pot bunga dan nilai sisa. Penerimaan usaha bunga Jelita Florist berasal dari penjualan bunga rangkaian. Selain adanya bunga rangkaian sebagai penerimaan usaha, adapun penerimaan lain yaitu dari hasil penjualan vas bunga. Penjualan bunga rangkaian terdiri dari beberapa jenis seperti rangkaian bunga papan, bunga pot (kecil dan besar), dan rangkaian bunga tangan. Harga jual dari masing-masing rangkaian
40
tentunya berbeda sesuai dengan jenisnya. Bunga papan dijual denga harga Rp 350 000 dengan ukuran (2 x 1) meter. Harga jual bunga pot ada dua jenis yaitu ukuran kecil dengan harga Rp 100 000 per pot dan ukuran besar Rp 300 000 per pot. Sedangkan rangkaian bunga tangan ditawarkan dengan harga jual mulai dari Rp 50 000 per rangkaian. Adapun bunga tangan yang ditawarkan dengan harga Rp 200 000 untuk pernikahan. Produksi dan penjualan rangkaian dilakukan setiap hari sehingga penerimaan diperoleh setiap hari. Manfaat yang diperoleh dalam produksi bunga rangkaian adalah jumlah penjualan dikalikan dengan harga jual sesuai dengan jenis rangkaian bunga. Penerimaan usaha bunga rangkaian Jelita Florist dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil penerimaan Jelita Florist selama satu tahun Uraian Bunga papan Bunga pot kecil Bunga pot besar Bunga tangan Total
Jumlah 40 785 621 2295 32
Tahun 1 (Agu-Des) Total Harga Penerimaan 350 000 14 000 000 100 000 78 500 000 300 000 186 300 000 50 000 114 750 000 200 000 6 400 000 399 950 000
Tahun Ke-2 Sampai 10 (Jan-Des) Total Harga Penerimaan 75 350 000 26 250 000 1869 100 000 186 900 000 1553 300 000 465 900 000 5450 50 000 272 500 000 60 200 000 12 000 000 938 200 000
Jumlah
Total 10 Tahun 250 250 000 1 760 600 000 4 379 400 000 2 567 250 000 232 800 000 8 843 750 000
Penerimaan diperoleh dari jumlah penjualan dikalikan harga dari setiap jenis rangkaian. Perbedaan penerimaan pada tahun pertama dan tahun berikutnya terjadi karena pada tahun pertama Jelita Florist hanya melakukan kegiatan usaha selama lima bulan saja sedangkan tahun berikutnya dilakukan selama satu tahun penuh. Permintaan rangkaian bunga tangan pada Jelita Florist biasanya dirangkai saat adanya pembeli yang meminta. Penerimaan rangkaian bunga tangan per tahun mencapai Rp 284 500 000. Pembuatan secara langsung dimaksudkan agar konsumen dapat melihat dan memilih langsung bunga apa saja yang ingin dimasukkan dalam rangkaian. Penerimaan bunga pot Jelita Florist mencapai Rp 652 800 000 per tahun. Bunga pot sering digunakan untuk mempercantik ruangan karena dapat diletakkan sesuai dengan keinginan. Ukuran bunga pot pada Jelita Floris terdiri dari dua jenis yaitu ukuran kecil dan ukuran besar. Jelita Florist merupakan salah satu usaha bunga yang lebih fokus terhadap rangkaian bunga pot. Hal tersebut dilakukan karena melihat adanya peluang pada rangkaian bunga pot sehingga setiap harinya usaha ini selalu menjual rangkaian tersebut dalam ukuran kecil dan besar. Jumlah penerimaan bunga rangkaian yang diperoleh Jelita Florist sudah termasuk dengan penambahan penerimaan dalam musim tertentu seperti pernikahan, hari ibu, maupun valentine. Penerimaan tersebut dimasukkan karena pada musim tertentu dapat mengakibatkan permintaan lebih tinggi dibandingkan bulan lain. Pada penerimaan bunga papan dan bunga tangan untuk pernikahan terjadi peningkatan selama 3 bulan dalam waktu satu tahun. Pada perayaan hari ibu dan lebaran pembeli lebih menyukai bunga rangkaian pot baik rangkaian pot besar maupun pot kecil. Akan tetapi perbedaan terjadi ketika valentine atau biasa disebut hari kasih sayang dan rangkaian yang lebih disukai pembeli yaitu bunga tangan. Komponen manfaat selanjutnya adalah penerimaan nilai sisa. Nilai sisa diperoleh pada akhir umur bisnis, yaitu pada tahun ke sepuluh. Aset yang masih memiliki umur ekonomis ketika umur bisnis telah berakhir perlu diperhitungkan nilai sisanya. Nilai sisa
41
terbesar dari usaha ini adalah kios dan kendaraan. Nilai sisa dihitung sebagai penerimaan pada akhir umur bisnis. Adapun rincian nilai sisa yang diperoleh yaitu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Nilai sisa asset usaha bunga rangkaian (Rp) Uraian Kendaraan (motor) Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting plastik Kursi lipat Kursi plastik Meja kayu Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total
Nilai sisa 2 590 000 14 165 000 2 500 000 250 000 937 500 0 0 170 000 0 0 112 500 26 000 0 0 0 247 833 0 20 998 833
Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas usaha bunga rangkaian Jelita Florist. Proyeksi Laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar pajak yang harus dibayarkan oleh usaha ini. Proyeksi laba rugi usaha bunga rangkaian Jelita Florist dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada laporan laba rugi tersebut dapat dilihat bahwa adanya nilai penyusutan per tahun yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp 19 132 168 dan nilai tersebut sama pada setiap tahunnya. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan metode garis lurus yaitu penyusutan nilai investasi dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis dapat dilihat pada Lampiran 6. Pajak yang digunakan pada usaha bunga rangkaian ini yaitu sebesar 1 persen dari laba bersih setelah bunga. Nilai pajak penghasilan pada tahun pertama sebesar Rp 3 999 500 sedangkan pada tahun berikutnya sebesar Rp 9 382 000. Perbedaan tersebut dikarenakan penerimaan Jelita Florist pada tahun pertama hanya terjadi lima bulan saja sedangkan tahun berikutnya dilakukan selama satu tahun penuh mengikuti penjualan. Hal tersebut menjadikan laba bersih yang diterima pada tahun pertama juga berbeda dengan tahun berikutnya yaitu masingmasing sebesar Rp (39 236 668) dan Rp 101 260 232. Analisis Kelayakan Investasi Usaha Bunga Analisis kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha bunga Jelita Florist. Modal yang digunakan dalam usaha ini adalah modal sendiri sehingga suku bunga yang digunakan berdasarkan tingkat
42
suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia bulan Januari 2015 sebesar 7 persen. Data yang digunakan berasal dari manfaat bersih arus kas yang didiskontokan pada tingkat suku bunga 7 persen. Analisis kelayakan investasi yang dilakukan pada usaha bunga rangkaian Jelita Florist dinilai dengan menggunakan empat kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) seperti yang ditampilkan pada Tabel 11. 1.
Net Present Value (NPV) Hasil perhitungan Net Present Value pada usaha bunga Jelita Florist yaitu sebesar 523 214 008 atau lebih besar dari nol. Hal ini berarti selama sepuluh tahun investasi, usaha bunga di Jelita Florist akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 523 214 008. Berdasarkan kriteria tersebut, maka usaha bunga Jelita Florist dikatakan layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan > 0. 2.
Internal Rate of Return (IRR) Nilai IRR yang diperoleh menggambarkan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, ketika IRR sama dengan nilai discount rate yang digunakan dalam analisis finansial maka usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan bersih karena NPV yang dihasilkan bernilai nol. Usaha bunga Jelita Florist dikatakan layak untuk dijalankan ketika IRR yang dihasilkan lebih besar dari discount rate yang ditentukan dalam analisis. Berdasarkan perhitungan pada cash flow didapatkan nilai IRR pada usaha bunga Jelita Florist sebesar 52 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa usaha bunga yang dijalankan mampu memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 52 persen. Hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha bunga rangkaian layak untuk dijalankan karena IRR yang dihasilkan yaitu lebih besar dari tingkat suku bunga deposito yang digunakan yaitu sebesar 7 persen. Hubungan antara NPV dan IRR ditunjukkan pada Gambar 8. NPV
Rp 523 214 008 IRR i = Discount Rate
0 7%
52%
Gambar 8 Hubungan antara NPV dan IRR Jelita Florist
43
3.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Nilai Net B/C menunjukkan seberapa besar manfaat yang akan didapat atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan bisnis. Sebuah usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai Net B/C > 1. Nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha bunga Jelita Florist yaitu 3.48 yang artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3.48. Berdasarkan kriteria Net B/C usaha bunga Jelita Florist layak untuk dijalankan karena nilai Net B/C > 1 yaitu 3.48 4.
Payback Period (PP) Payback Period (PP) menunjukan seberapa lama modal investasi yang telah dikeluarkan dapat kembali. Jelita Florist dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai Payback Period (PP) lebih kecil dari umur proyek. Nilai Payback Period (PP) pada Jelita Florist yaitu 2.37 yang artinya adalah modal investasi yang telah ditanamkan oleh Jelita Florist akan kembali setelah dua tahun tiga bulan sejak usaha dijalankan. Usaha bunga Jelita Florist dikatakan layak, karena tingkat pengembalian modal investasi masih dalam umur bisnis yaitu dibawah 10 tahun. Tabel 11 Analisis kelayakan finansial usaha bunga pada Jelita Florist Uraian Nilai 523 214 008 NPV IRR 52% Net B/C 3.48 Payback Period 2.37 Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa usaha bunga Jelita Florist layak dijalankan. Nilai NPV, IRR, Net B/C dan payback period (PP) yang dihasilkan memenuhi kriteria layak yaitu NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar dari discount rate, Net B/C lebih besar dari satu dan payback period (PP) lebih kecil dari umur bisnis. Rincian arus kas (cash flow) dapat dilihat pada Lampiran 7.
Analisis Switching Value Analisis switching value diperlukan untuk mengetahui besar perubahan maksimum yang masih menunjukkan kriteria layak pada usaha yang dijalankan. Perhitungan dilakukan dengan mengubah masing-masing variabel dengan melihat kelayakan usaha bunga (florist) dari nilai NPV pada saat terjadi perubahan. Variabel penting yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kelayakan usaha bunga Jelita Florist diantaranya yaitu kenaikan harga input dan penurunan harga jual yang ditawarkan. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan berapa besar peningkatan harga beli bunga mawar dan penurunan harga jual bunga rangkaian untuk menghasilkan NPV=0. Apabila nilai pengganti melebihi maka dapat dipastikan bahwa bisnis menjadi tidak layak yakni NPV<0. Perubahan variabel tersebut yang nantinya akan dinilai pada hasil kelayakan yang ditampilkan pada cash flow.
44
Kenaikan Harga Pembelian Bunga Mawar Bunga mawar memiliki peranan yang cukup penting dalam rangkaian bunga. Selain itu, harga bunga mawar cenderung lebih berfluktuasi dibandingkan dengan harga bunga lainnya. Hal ini disebabkan banyaknya kebutuhan dan permintaan bunga mawar pada acara di bulan-bulan tertentu. Artinya tidak menutup kemungkinan yang terjadi adalah adanya peningkatan harga beli bunga mawar yang cukup signifikan sehingga diperlukan analisis switching value terhadap peningkatan harga beli mawar. Hasil dari perhitungan analisis switching value yaitu kenaikan harga beli mawar tidak boleh melebihi 70.98 persen atau kenaikan harga bunga mawar tidak lebih dari Rp 14 196 seperti pada Tabel 12. Jika terjadi kenaikan harga mawar sebesar 70.98 persen maka menyebabkan nilai NPV mendekati nol dan Net B/C sama dengan satu. Selain itu, jika kenaikan harga mawar lebih besar dari 70.98 persen maka usaha bunga Jelita Florist menjadi tidak layak karena nilai NPV akan berubah menjadi lebih kecil dari nol dan nilai Net B/C kurang dari satu. Cash flow dari hasil perhitungan switching value dapat dilihat pada Lampiran 8. Penurunan Harga Penjualan Rangkaian Bunga Pot Besar Jenis bunga rangkaian yang dijual Jelita Florist yaitu rangkaian bunga papan, bunga pot (besar dan kecil) dan rangkaian bunga. Dari ketiga jenis bunga rangkaian tersebut yang mengalami penurunan harga yaitu jenis bunga rangkaian pot terutama rangkaian pot besar. Rangkaian pot besar yang diproduksi Jelita Florist mengalami penurunan harga karena jenis rangkaian ini terkadang dinilai terlalu tinggi bagi pembeli sehingga Jelita Florist terkadang menurunkan harga sesuai dengan jenis bunga yang digunakan. Hasil dari perhitungan analisis switching value yaitu penurunan harga jual rangkaian bunga pot tidak boleh lebih dari 18.49 persen atau penurunan harga jual bunga rangkaian tidak melebihi dari Rp 55 484 seperti pada Tabel 12. Jika terjadi penurunan harga rangkaian sebesar 18.49 persen maka menyebabkan nilai NPV mendekati nol dan Net B/C sama dengan satu. Apabila penurunan harga rangkaian bunga pot lebih besar dari 18.49 persen maka usaha bunga Jelita Florist menjadi tidak layak karena nilai NPV lebih kecil dari nol dan nilai Net B/C kurang dari satu. Cash flow dari hasil perhitungan switching value dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 12 Hasil analisis switching value pada saat NPV=0 dan Net B/C=1 Uraian Nilai (%) Maksimum perubahan (Rp) 70.98 14 196 Kenaikan harga mawar 18.49 55 484 Penurunan harga bunga rangkaian
45
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa analisis kelayakan usaha bunga rangkaian pada Jelita Florist berdasarkan aspek non finansial dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial ekonomi dan lingkungan dinyatakan layak. Namun pada aspek hukum dan manajemen dinyatakan tidak layak karena tidak adanya surat izin usaha dan tidak adanya struktur organisasi dan pembagian tugas dalam menjalankan usaha. Hasil analisis aspek finansial pada usaha bunga rangkaian Jelita Florist juga dinyatakan layak karena penilaian yang dilakukan menggunakan kriteria investasi menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan batas-batas yang ditentukan. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang dihasilkan usaha bunga pada Jelita Florist pada tingkat suku bunga deposito 7 persen adalah sebesar 523 214 008 yaitu lebih besar dari nol. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 52 persen yang lebih besar dari tingkat suku bunga deposito 7 persen. Nilai Net B/C yang dihasilkan dari perhitungan lebih besar dari satu yaitu sebesar 3.48 dan masa pengembalian investasi yaitu setelah 2 tahun 3 bulan dari usaha yang dijalankan dan tidak lebih dari umur bisnis yang digunakan yaitu 10 tahun. Hasil analisis switching value yang diperoleh menunjukkan bahwa batas kenaikan harga pembelian bunga mawar yaitu 70.98 persen atau tidak lebih dari Rp 14 196 dan penurunan harga penjualan bunga rangkaian pot sebesar 18.49 persen atau tidak lebih dari Rp 55 484. Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa penurunan harga penjualan bunga rangkaian pot lebih peka dibandingkan dengan kenaikan harga bunga mawar. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada aspek hukum dan manajemen diperlukannya perbaikan untuk melengkapi hasil kelayakan yang diperoleh. Pada aspek hukum sebaiknya dilengkapi surat izin usaha yang diperlukan. Sedangkan pada aspek manajemen diperlukannya pembagian tugas dan rencana kerja dalam kegiatan usaha. Produksi rangkaian bunga pada Jelita Florist sebaiknya terus ditingkatkan terutama pada jenis rangkaian bunga pot dan bunga tangan yang dikarenakan adanya permintaan yang cenderung meningkat setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA Aisah S. 2002. Analisis Kelayakan Usaha Florist di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Andin S. 2013. Membuat Toko Bunga Sebagai Pilihan Usaha [Internet]. [Diunduh pada 12 Pebruari 2015]. Tersedia pada: http://www.tokobungaharum.com/
46
Arbianto D. 2006.Analisis Kelayakan pengembangan Usaha Tanaman Anggrek Perusahaan Rama Orchid di Taman Anggrek Ragunan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [BPS]. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bunga Tahun 2011-2013. Jakarta Chandraningtyas RM. 2013.Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Dharmika IPD. 2009. Analisis Kelayakan pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan Pasa Pri’s Farm, Cinagara, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Endah HJ. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta. Agromedia Pustaka Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. John Hopkins. Jakarta. Holilah L. 2005. Analisis kelayakan usaha bunga potong pada pusat promosi dan pemasaran hasil pertanian dan hasil hutan rawabelong. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan. Yustianti F, editor. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Kadariah. 1986. PengantarEvaluasi Proyek. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kanaya S. 2012. Sentra produksi bunga potong segar di Indonesia [Internet]. [Diunduh pada 11 November 2014]. Tersedia pada http://tokobungahias.com/ Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Prenada Media. Kasmir. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana Kementerian Pertanian. 2013. Analisis PDB sektor pertanian tahun 2013. Jakarta. Pusat data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2011. Rencana strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014. Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. 2012. Volume dan Nilai Ekspor Impor Florikultura tahun 2012. Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. 2014. Dukungan Inovasi Teknologi Dalam Peningkatan Daya Saing Industri Florikultura Nasional. Jakarta. Direktorat Jenderal Hortikultura Marwoto B. 2014. Dukungan Inovasi Teknologi dalam Peningkatan Daya Saing Industri Florikultura Nasional. Jakarta. Litbang Kementerian Pertanian Nugraha I. 2015. Potensi Bisnis Bunga Potong (Florist) di Indonesia [Internet]. [Diunduh pada 9 Juni 2015]. Tersedia pada http://www.kerjausaha.com/ Nurmalina R, Sarianti T, dan Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis (ID): Institut Pertanian Bogor. Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura.2013. Pembenahan Pasar Bunga Potong dan Daun Potong. Jakarta. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Rahardi F, Wahyuni S, dan Nurcahyo EM. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
47
Santo B. 2008. Usaha Pembungaan dan Pengembangan Produk Perawatan Tanaman Anggrek Dendrobium [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Santoso YF. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong Pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas Kabupaten Cianjur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID):Penerbit Universitas Indonesia. Sudarmono AS. 1997. Tanaman hias ruangan: Mengenal dan Merawat. Jakarta (ID): Kanisius Waty G E. 2010. Penyusunan Strategi Bisnis Tanaman Hias pada Tyas Orchid Kota Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
48
49
LAMPIRAN
50
51
Lampiran 1 Produksi komoditi tanaman hias/florikultura tahun 2011-2013 Komoditas Anggrek Anthurium bunga Anyelir Garbera (herbras) Gladiol Helconia (pisangpisangan) Krisan Mawar Sedap malam Sub total Dracaena Melati Palem Xansifera(pedangpedangan) Aglonema Adenium (kamboja jepang) Euphorbia Philodendron Pakis Monster Soka Cordyline Diffenbahia Anthurium daun Caladium Sub total
Satuan Tangkai Tangkai Tangkai Tangkai Tangkai
Produksi 2011 2012 15 490 256 16 689 363 4 724 730 1 607 848 5 130 332 4 026 375 10 543 445 14 226 375 5 448 740 3 623 113
2013* 18 135 793 3 106 523 4 800 851 17 057 909 2 050 839
Tangkai
2 791 257
2 961 385
3 791 257
Tangkai Tangkai Tangkai Tangkai Pohon Kg Pohon
305 867 882 74 319 773 62 535 465 486 851 880 2 447 314 22 541 485 1 261 445
384 215 341 86 879 343 67 088 267 581 317 792 2 368 852 22 721 149 1 296 123
478 625 949 97 848 626 72 447 821 697 865 570 2 461 475 22 753 639 1 357 321
Rumpun
4 553 674
4 810 131
5 611 106
Pohon
1 553 429
1 628 047
1 598 159
Pohon
1 452 432
3 362 735
1 452 423
Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon
1 601 503 14 906 151 4 747 829 107 911 1 936 024 1 995 326 319 990 1 321 385 312 270 61058168
2 524 595 15 204 240 5 312 678 111 458 1 966 953 2 256 949 345 299 1 321 385 330 656 65561250
2 343 251 15 506 384 5 379 447 114 575 2 297 505 2 504 438 395 399 1 800 716 412 270 65988108
Catatan : *) Angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2013
Pertumbuhan per Tahun (%) 8.20 13.62 (1.14) 27.42 (38.45) 17.06 25.09 14.76 7.63 19.73 0.35 0.47 3.74 11.14 1.48 37.36 25.23 1.99 6.58 3.04 9.20 12.04 11.21 18.14 15.29 4.01
52
Lampiran 2 Grafik siklus penjualan bunga rangkaian Jelita Florist per bulan 480 470 460 450 440 430 420 410 400 390 380 370 360 350 340 330 320 310 300 290 280 270 260 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Bunga Papan Bunga Pot Kecil Bunga Pot Besar Bunga Tangan Bunga Pernikahan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nov Des
Lampiran 3 Siklus penjualan per bulan dalam satu tahun dan total penjualan selama 10 tahun Bulan Jenis Rangkaian Bunga papan Bunga pot kecil Bunga pot besar Bunga tangan Bunga pernikahan
Jan 5 155 124 465 4
Feb 5 140 112 440 4
Mar
Apr
Mei
5 155 124 465 4
5 150 120 450 4
5 155 124 465 4
Jun 5 150 120 450 4
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
5 155 124 465 4
5 160 132 465 4
5 150 120 450 4
10 155 124 465 8
10 150 120 450 8
10 170 125 465 8
Total penjualan Tahun 1 (Agu-Des) 40 785 621 2 292 32
Total Total 10 penjualan Tahun per tahun 75 715 1 845 17 390 1 469 13 842 5 495 51 750 60 572
53
54
Lampiran 4 Kebutuhan input variabel per bulan dalam satu tahun dan total kebutuhan selama 10 tahun Uraian
Satuan
Mawar Krisan Aster Garbera Casablanca Anggrek Sedap Malam Lily Baby Breath Daun Hias Pot Kecil Pot Besar Plastik Alumunium Oasis/Busa Plastik Styrofoam Bensin
Ikat Ikat Ikat Ikat Batang Ikat Ikat Batang Ikat Ikat Buah Buah Roll Blok Gulung Lembar Liter
Pita Isi Stapler Karton Manila Isolasi
Roll Pak Gulung Buah
Jan 375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Feb 400 480 480 80 16 128 160 64 32 96 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Mar
Apr
May
375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Jun 375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Jul 375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Aug 550 660 660 110 22 176 220 88 44 132 22 22 2 264 220 10 60 28 5 1 50 2
Sep 375 450 450 75 15 120 150 60 30 90 15 15 2 180 150 10 60 28 5 1 50 2
Oct 675 810 810 135 27 216 270 108 54 162 27 27 2 324 270 135 60 28 5 1 50 2
Nov 675 810 810 135 27 216 270 108 54 162 27 27 2 324 270 135 60 28 5 1 50 2
Dec 675 810 810 135 27 216 270 108 54 162 27 27 2 324 270 135 60 28 5 1 50 2
Total Pengeluaran Tahun 1 (Agu-Des) 2 950 3 540 3 540 590 118 944 1 180 472 236 708 118 118 10 1 416 1 180 425 300 140 25 5 250 10
Total Pengeluaran per Tahun 5 600 6 720 6 720 1 120 224 1 792 2 240 896 448 1 344 223 223 24 2 676 2 230 495 720 336 60 12 600 24
Total 10 Tahun 53 350 64 020 64 020 10 670 2 134 17 072 21 340 8 536 4 268 12 804 2 125 2 125 226 25 500 21 250 4 880 6 780 3 164 565 113 5 650 226
Lampiran 5 Proyeksi laba rugi Jelita Florist URAIAN Penerimaan total Pengeluaran Biaya variabel Biaya tetap Penyusutan Total pengeluaran Laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) Bunga Laba bersih sebelum pajak (EBT) Pajak (1%) Laba bersih
1 399 950 000
2 938 200 000
3 938 200 000
4 938 200 000
TAHUN 5 6 938 200 000 938 200 000
7 938 200 000
8 938 200 000
9 938 200 000
10 938 200 000
349 555 000 66 500 000 19 132 168 435 187 168 (35 237 168)
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
662 825 600 145 600 000 19 132 168 827 557 768 110 642 232
0 (35 237 168) 3 999 500 (39 236 668)
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
0 110 642 232 9 382 000 101 260 232
55
56
Lampiran 6 Penyusutan alat investasi Investasi Kendaraan (motor) Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting Kursi lipat Kursi plastik Meja Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total
Jumlah
Satuan
2 1 100 1300 1 3 5 3 4 5 15 2 5 3 1 2 2
Unit Unit Meter Watt Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Umur Ekonomis 10 10 10 8 8 2 2 3 2 5 2 5 2 1 1 3 2
Harga satuan (Rp) 25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 27 000 15 000 170 000 30 000 150 000 15 000 65 000 12 000 10 000 10 000 743 500 50 000
Nilai Beli 25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000 750 000 225 000 130 000 60 000 30 000 10 000 743 500 100 000 204 884 500
Nilai sisa 2 590 000 14 165 000 2 500 000 250 000 937 500 170 000 112 500 26 000 247 833 20 998 833
Penyusutan per tahun 2 331 000 12 748 500 2 250 000 218 750 820 313 40 500 37 500 113 333 60 000 150 000 56 250 20 800 30 000 30 000 10 000 165 222 50 000 19 132 168
Lampiran 7 Proyeksi arus kas (cash flow) Jelita Florist URAIAN Inflow Bunga papan Bunga pot kecil Bunga pot besar Bunga tangan Bunga pernikahan Nilai sisa Total inflow Outflow Biaya investasi Motor Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting plastik Kursi lipat Kursi plastik Meja Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total biaya investasi Biaya operasional
TAHUN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
14 000 000 78 500 000 186 300 000 114 750 000 6 400 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26250 000 184500 000 440700 000 274750 000 12000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
399 950 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938200 000
938 200 000
25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000 750 000 225 000 130 000 60 000 30 000 10 000 743 500 100 000 204 884 500
81 000 75 000
81 000 75 000 120 000
225 000
225 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000 20 998 833 959 198 833
2 000 000 7 500 000 81 000 75 000
81 000 75 000 510 000 120 000
510 000 120 000
10
510 000 120 000
750 000 225 000
225 000
130 000
30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 701 000
30 000 10 000 743 500 1 293 500
60 000 30 000 10 000
30 000 10 000
100 000 701 000
920 000
60 000 30 000 10 000 743 501 100 000 1 954 501
30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 10 201 000
30 000 10 000 743 502 1 293 502
57
58
Lampiran 7 Proyeksi arus kas (cash flow) Jelita Florist (lanjutan) URAIAN Biaya variabel Mawar Krisan Aster Garbera Casablanca Anggrek Sedap malam Lily Baby breath Daun hias Pot kecil Pot besar Plastik alumunium Oasis/busa Plastik Styrofoam Bensin Pita Isi stapler Karton manila Isolasi Total biaya variabel Biaya tetap Listrik Telepon Sewa lahan Alat transportasi Tenaga kerja Total biaya tetap Total outflow
TAHUN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
59 000 000 35 400 000 35 400 000 23 600 000 3 540 000 47 200 000 76 700 000 9 440 000 7 080 000 14 160 000 1 770 000 2 950 000 450 000 12 036 000 11 800 000 4 250 000 3 344 000 675 000 225 000 500 000 35 000 349 555 000
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
112000 000 67200 000 67200 000 44800 000 6720 000 89600 000 145600 000 17920 000 13440 000 26880 000 3345 000 5575 000 1080 000 22746 000 22300 000 4950 000 8025 600 1620 000 540 000 1200 000 84 000 662825 600
1 000 000 500 000 10 000 000 2 500 000 52 500 000 66 500 000 620 939 500
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 808 465 600
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 126 600
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 719 100
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 126 600
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 345 600
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 810 380 101
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 808 465 600
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 818 626 600
2400 000 1200 000 10000 000 6000 000 126000 000 145600 000 809719 102
Lampiran 7 Proyeksi arus kas (cash flow) Jelita Florist (lanjutan) URAIAN pajak penghasilan 1% Net benefit Discount factor (DR 7%) Pv/tahun Pv positif Pv negatif NPV IRR Net B/C Rata-rata penerimaan bersih Payback periode
1 3 999 500 (224 989 000) 0.935 (210 270 093) 733 484 101 (210 270 093) 523 214 008 52% 3.488 86 218 694
2 9 382 000 120 352 400 0.873 105 120 447
3 9 382 000 119 691400 0.816 97703836
4 9 382 000 119 098 900 0.763 90859981
TAHUN 5 6 9 382 000 9 382 000 119 691 400 119 472 400 0.713 0.666 85338314 79609505
7 9 382 000 118 437 899 0.623 73757171
8 9 382 000 120 352 400 0.582 70046193
9 9 382 000 110 191 400 0.544 59936821
10 9591 988 139887 743 0.508 71111835
2.376334992
59
60
Lampiran 8 Analisis switching value kenaikan harga pembelian mawar 70.98 persen URAIAN Inflow Bunga papan Bunga pot kecil Bunga pot besar Bunga tangan Bunga pernikahan Nilai sisa Total inflow Outflow Biaya investasi Motor Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting plastik Kursi lipat Kursi plastik Meja Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total biaya investasi Biaya operasional Biaya variabel
TAHUN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
14 000 000 78 500 000 186 300 000 114 750 000 6 400 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000
399 950 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
938 200 000
26 250 000 184 500 000 440 700 000 274 750 000 12 000 000 20 998 833 959 198 833
25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000 750 000 225 000 130 000 60 000 30 000 10 000 743 500 100 000 204 884 500
81 000 75 000
81 000 75 000
81 000 75 000 510 000 120 000
510 000 120 000
120 000
225 000
225 000
2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000
750 000 225 000
225 000
130 000 30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 701 000
30 000 10 000 743 500 1 293 500
60 000 30 000 10 000
30 000 10 000
100 000 701 000
920 000
60 000 30 000 10 000 743 501 100 000 1954 501
30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 10 201 000
30 000 10 000 743 502 1 293 502
Lampiran 8 Analisis switching value kenaikan harga pembelian mawar 70.98 persen (lanjutan) URAIAN Mawar Krisan Aster Garbera Casablanca Anggrek Sedap malam Lily Baby breath Daun hias Pot kecil Pot besar Plastik alumunium Oasis/busa Plastik Styrofoam Bensin Pita Isi stapler Karton manila Isolasi Total biaya variabel Biaya tetap Listrik Telepon Sewa lahan Alat transportasi Tenaga kerja Total biaya tetap Total outflow pajak penghasilan 1%
1 100 879 357 35 400 000 35 400 000 23 600 000 3 540 000 47 200 000 76 700 000 9 440 000 7 080 000 14 160 000 1 770 000 2 950 000 450 000 12 036 000 11 800 000 4 250 000 3 344 000 675 000 225 000 500 000 35 000 391 434 356
2 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
3 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
4 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
TAHUN 5 6 191 499 796 191 499 796 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 44 800 000 6 720 000 6 720 000 89 600 000 89 600 000 145 600 000 145 600 000 17 920 000 17 920 000 13 440 000 13 440 000 26 880 000 26 880 000 3 345 000 3 345 000 5 575 000 5 575 000 1 080 000 1 080 000 22 746 000 22 746 000 22 300 000 22 300 000 4 950 000 4 950 000 8 025 600 8 025 600 1 620 000 1 620 000 540 000 540 000 1 200 000 1 200 000 84 000 84 000 742 325 396 742 325 396
7 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
8 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
9 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
10 191 499 796 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 742 325 396
1 000 000 500 000 10 000 000 2 500 000 52 500 000 66 500 000 662 818 856 3 999 500
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 887 965 396 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 888 626 396 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 889 218 896 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 888 626 396 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 889 879 897 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 887 965 396 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 898 126 396 9 382 000
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 889 218 898 9 591 988
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 888 845 396 9 382 000
61
62
Lampiran 8 Analisis switching value kenaikan harga pembelian mawar 70.98 persen (lanjutan) URAIAN Net benefit Discount factor (DR 7%) Pv/tahun Pv positif Pv negatif NPV IRR Net B/C Rata-rata penerimaan bersih Payback periode
1 (266 868 357) 0.935 (249 409 679) 249 409 679 (249 409 679) 0 7% 1.000 10 480 943 19.54828956
2 40 852 604 0.873 35 682 247
3 40 191 604 0.816 32 808 321
4 39 599 104 0.763 30 209 967
TAHUN 5 6 40 191 604 39 972 604 0.713 0.666 28 656 059 26 635 434
7 38 938 103 0.623 24 248 694
8 40 852 604 0.582 23 776 588
9 30 691 604 0.544 16 694 199
10 60 387 947 0.508 30 698 170
Lampiran 9 Analisis switching value penurunan harga jual rangkaian bunga pot besar 18.49 persen URAIAN Inflow Bunga papan Bunga pot kecil Bunga pot besar Bunga tangan Bunga pernikahan Nilai sisa Total inflow Outflow Biaya investasi Motor Mobil box Kios Instalasi listrik Instalasi air Gunting bunga Gunting plastik Kursi lipat Kursi plastik Meja Ember Alat pemotong styrofoam Stapler Pisau Sapu lidi Kipas angin Tempat isolasi Total biaya investasi Biaya operasional Biaya variabel
TAHUN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
14 000 000 78 500 000 151 843 956 114 750 000 6 400 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000
365 493 956
856 692 870
856 692 870
856 692 870
856 692 870
856 692 870
856 692 870
856 692 870
856 692 870
26 250 000 184 500 000 359 192 870 274 750 000 12 000 000 20 998 833 877 691 703
25 900 000 141 650 000 25 000 000 2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000 750 000 225 000 130 000 60 000 30 000 10 000 743 500 100 000 204 884 500
81 000 75 000
81 000 75 000
81 000 75 000 510 000 120 000
510 000 120 000
120 000
225 000
225 000
2 000 000 7 500 000 81 000 75 000 510 000 120 000
750 000 225 000
225 000
130 000 30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 701 000
30 000 10 000 743 500 1 293 500
60 000 30 000 10 000
30 000 10 000
100 000 701 000
920 000
60 000 30 000 10 000 743 501 100 000 1 954 501
30 000 10 000
60 000 30 000 10 000
40 000
100 000 10 201 000
30 000 10 000 743 502 1 293 502
63
64
Lampiran 9 Analisis switching value penurunan harga jual rangkaian bunga pot besar 18.49 persen (lanjutan) URAIAN Mawar Krisan Aster Garbera Casablanca Anggrek Sedap malam Lily Baby breath Daun hias Pot kecil Pot besar Plastik alumunium Oasis/busa Plastik Styrofoam Bensin Pita Isi stapler Karton manila Isolasi Total biaya variabel Biaya tetap Listrik Telepon Sewa lahan Alat transportasi Tenaga kerja Total biaya tetap Total outflow pajak penghasilan 1%
1 59 000 000 35 400 000 35 400 000 23 600 000 3 540 000 47 200 000 76 700 000 9 440 000 7 080 000 14 160 000 1 770 000 2 950 000 450 000 12 036 000 11 800 000 4 250 000 3 344 000 675 000 225 000 500 000 35 000 349 555 000
2 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
3 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
4 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
TAHUN 5 6 112 000 000 112 000 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 44 800 000 6 720 000 6 720 000 89 600 000 89 600 000 145 600 000 145 600 000 17 920 000 17 920 000 13 440 000 13 440 000 26 880 000 26 880 000 3 345 000 3 345 000 5 575 000 5 575 000 1 080 000 1 080 000 22 746 000 22 746 000 22 300 000 22 300 000 4 950 000 4 950 000 8 025 600 8 025 600 1 620 000 1 620 000 540 000 540 000 1 200 000 1 200 000 84 000 84 000 662 825 600 662 825 600
7 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
8 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
9 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
10 112 000 000 67 200 000 67 200 000 44 800 000 6 720 000 89 600 000 145 600 000 17 920 000 13 440 000 26 880 000 3 345 000 5 575 000 1 080 000 22 746 000 22 300 000 4 950 000 8 025 600 1 620 000 540 000 1 200 000 84 000 662 825 600
1 000 000 500 000 10 000 000 2 500 000 52 500 000 66 500 000 620 939 500 3 654 940
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 808 465 600 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 126 600 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 719 100 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 126 600 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 810 380 101 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 808 465 600 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 818 626 600 8 566 929
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 719 102 8 776 917
2 400 000 1 200 000 10 000 000 6 000 000 126 000 000 145 600 000 809 345 600 8 566 929
Lampiran 9 Analisis switching value penurunan harga jual rangkaian bunga pot besar 18.49 persen (lanjutan) URAIAN Net benefit Discount factor (DR 7%) Pv/tahun Pv positif Pv negatif NPV IRR Net B/C Rata-rata penerimaan bersih Payback periode
1 (259 100 483) 0.935 (242 149 984) 242 149 984 (242 149 984) 0 7% 1.000 10 184 693 20.11690531
2 39 660 341 0.873 34 640 878
3 38 999 341 0.816 31 835 079
4 38 406 841 0.763 29 300 395
TAHUN 5 6 38 999 341 38 780 341 0.713 0.666 27 805 991 25 840 979
7 37 745 840 0.623 23 506 212
8 39 660 341 0.582 23 082 680
9 29 499 341 0.544 16 045 687
10 59 195 684 0.508 30 092 084
65
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 22 Maret 1992 dari Ayah Nasikun dan Ibu Sumiati. Penulis adalah putri bungsu dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Martia Bhakti Bekasi dan pada tahun yang sama penulis diterima di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor dengan Program Keahlian Teknologi Industri Benih melalui jalur USMI dan menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2012 dengan gelar Ahli Madya. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan kembali pada Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Program Alih Jenis Agribisnis, penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan FASTER sebagai Staff Departemen Humas dan Media Informasi pada tahun 2013 dan mengikuti kegiatan Sportakuler yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2012-2013 sebagai Tim Voli Putri program Alih Jenis Agribisnis. Penulis juga pernah menjadi panitia Masa Perkenalan Depertemen Agribisnis Mahasiswa Alih Jenis Angkatan IV IPB tahun 2013.