Analisis Kelayakan Tarif Angkutan Umum
ANALISIS KELAYAKAN TARIF ANGKUTAN UMUM (SUPERBEN) DI KABUPATEN ROKAN HULU Khairul Fahmi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pola pemberlakuan tarif angkutan umum (superben), Mengevaluasi besarnya tarif angkutan umum (superben), Mengevaluasi apakah tarif angkutan umum sekarang telah mempertimbangkan sisi operator angkutan umum serta Melakukan evaluasi terhadap kemampuan penumpang membayar dan persepsinya terhadap tarif angkutan umum (superben) yang berlaku. Penelitian ini dengan analisa deskriptif dengan penentuan jumlah sampel yang digunakan untuk menentukan sampel pengguna angkutan umum (superben) adalah random samping (Sampel Acak) sedangkan penentuan sampel terhadap angkutan umum (superben) dilakukan berdasarkan jenis persatuan otto (PO) angkutan umum (superben) yang beroperasi pada masing-masing kecamatan, data dianalisa dengan bantuan program microsoft excel Hasil penelitian menunjukkan tarif yang berlaku dengan sistem tarif jarak dengan pendekatan biaya kilometer. Implenetasi dilapangan besaran tarif berlaku tergantung negosiasi antara supir dengan penumpang angkutan. Besaran BOK yang dikeluarkan oleh operator perhari perkendaraan adalah Rp. 333.081,72 ditambah biaya kernet sebesar Rp.50000 dan pungutan liar rata-rata sebesar Rp.10000, maka mayoritas operator mengatakan tarif yang berlaku sesuai dengan besaran biaya operasional kendaraan mereka perhari. Tarif yang berlaku menguntungkan operator bus.Besaran biaya tarif yang berlaku masih memenuhi ability to pay bagi para penumpang.Berkaitan dengan kemauan membayar (willingness to pay), mayoritas (78%) pengguna mengatakan tarif yang berlaku saat ini sesuai atau tidak terlalu memberatkan mereka. Kata Kunci: Tarif, Angkutan Umum, BOK, Kemampuan Membayar, Kemauan Membayar ABSTRACT Public transport tariff by the Government must consider two conflicting sides of the implementation of the public transport. For users who use public transport to facilities meeting the needs of the derivative with a cheaper rate expectations. The other hand, as a provider of freight services provider for-profit. This study aims to know patterns public transport fares (superben) current. To evaluating public transit tariff (superben), toevaluating public transport fares applicable to consider the public transport operators , as well as to evaluate the ability of passengers to pay and perceptions about public transport fares (superben) applies . This study with a descriptive analysis used. The number of users of public transport samples taken by using random samples, whereas the determination of the number of samples to public transport (superben) is done based on the type of Persatuan Otto (PO) superben operating in each district. Analyzingdata using Microsoft excel program. The results showed that tariff rates applicable to systems with cost approach kilometers distance. Implementation of tariff applicable field depends negotiations between the driver to transport passengers. Magnitude of Vehicle Operating Costs incurred by the operator per day per vehicle is Rp,333081.72 plus the cost of Rp.50000 helper (kernet) and extortion average of Rp.10000. The majority of operators said the prevailing rates in accordance with the size of their vehicle operating costs per day. Applicable rate benefit bus operators. The charges applicable rate still meets the ability to pay for the passengers. Associated with the willingness to pay (willingness to pay), the majority (78%) users said the current rate is appropriate and not overly burdensome them. Keywords: Tariff, Public Transportation/Superben, VOC, Ability to pay, Willingness to Pay
1.
PENDAHULUAN Selain pertumbuhan sarana angkutan umum yang lambat perosalan lain juga banyak disikapi adalah tingkat keamanan, kenyamanan,
Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
ketepatan waktu operasional serta yang tak kalah pentingnya adalah penetapan tarif angkutan yang belum mengedepankan kebutuhan para pengguna (user) maupun penyedia jasa angkutan (operator). Page 151
Hal ini sangat berdampak pada menurun/sedikit jumlah pengguna angkutan tersebut. Besarnya harga yang harus dibayar oleh masyarakat untuk melakukan pergerakan atau menggunakan angkutan umum akan berdampak kepada kemauan masyarakat untuk menggunakan sarana angkutan tersebut. Titik pertemuan antara kedua kebutuhan (penumpang dan operator) angkutan disebut titik ekuilibrium, yakni harga yang mesti ditetapkan oleh regulator dalam menentukan besaran tarif angkutan tersebut. Ada beberapa aspek biaya yang perlu dipahami oleh regulator dalam mempertimbangan penentuan tarif dari sisi operator angkutan umum, meliputi biaya operasi kendaraan, biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan kendaraan angkutan setiap tahunnya. Dengan diketahuinya biaya pengoperasian suatu angkutan setiap tahunnya maka dapat ditentukan berapa tarif yang harus dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan umum per penumpang. Pemerintah daerah menetapkan besarnya tarif dengan menetapkan batas atas (tarif maksimum) dan batas bawah (tarif minimum) yang disesuaikan dengan besarnya biaya operasi kendaraan, sehingga diharapkan agar besarnya tarif yang akan dikenakan kepada penumpang tidak memberatkan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memberi keuntungan wajar kepada pihak pengusaha angkutan. Penentuan tarif juga akan sangat berpengaruh pada besarnya Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) dari masyarakat pengguna jasanya. Kabupaten Rokan Hulu yang terdiri dari 16 Kecamatan dan terdiri 156 Desa tentukan juga sangat bergantung dengan keberadaan sarana angkutan umum untuk menghubungkan antara pusat desa atau kecamatan dengan ibu kota kabupaten maupun ke ibu kota Propinsi Riau. Sarana angkutan umum yang lazim digunakan adalah angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP) berupa kendaraan mini bus L300 yang lebih dikenal dengan superben. Selain itu juga ada bus antar kota natar propinsi (AKAP). Jarak yang bervariasi antara ibu kecamatan dengan ibu kota kabupaten (Kota Pasir Pengaraian) serta ibu kota Propinsi Riau (Kota Pekanbaru) menimbulkan dinamika tarif angkutan yang ada.
Page 152
Berdasarkan beberapa hal diatas maka penelitian ini diharapkan dapat mengungkap penentuan tarif angkutan umum (superben) yang layak bagai masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola pemberlakuan tarif angkutan umum (superben) yang berlaku sekarang di lapangan. 2. Mengevaluasi besarnya tarif angkutan umum (superben) berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dengan standar Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 3. Mengetahui apakah tarif angkutan umum sekarang telah mempertimbangkan sisi operator angkutan umum 4. Melakukan evaluasi terhadap kemampuan penumpang membayar dan persepsinya terhadap tarif angkutan umum (superben) yang berlaku. 1.1 Angkutan Umum Kendaraan umum adalah setiap kendaraaan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.Kendaraan umum dapat berupa mobil penumpang, bus kecil, bus sedang dan bus besar. Tujuan utama dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat 1.2 Jaringan Trayek Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, pengertian trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal 1.3 Biaya, Tarif Angkutan dan Pembentukan Harga Beberapa biaya yang termasuk dalam biaya transportasi melilputi : 1) Biaya modal (Capital Costs). 2) Biaya Operasional (Operational Costs) 3) Biaya Tetap (Fixed Cost) dan biaya Variabel (Variabel Cost) 4) Biaya Kendaraan (Automobile Cost) 5) Biaya Gabungan (Joint Cost)
JURNAL APTEK Vol. 6 No. 2 Juni 2014
Analisis Kelayakan Tarif Angkutan Umum
6) Biaya Langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost) 7) Biaya unit (Unit Cost) dan biaya Rata-Rata (Average Cost) 8) Biaya Pelayanan (Cost of Service) 9) Biaya Transportasi 1.4 Sistem Tarif Angkutan 1) Tarif Datar Sistem tarif datar tarif ditarik berdasarkan jauhnya jarak yang dapat dicover.Tarif datar menawarkan berbagai jenis keuntungan khususnya dalam hubungan antara pengumpulan ongkos dalam kendaraan. 2) Tarif Berdasarkan Jarak Besarnya tarif secara mendasar ditentukan oleh jarak yang tercakup. Sebuah pembedaan ditarik antara biaya kilometer, biaya bertingkat dan biaya zona 3) Sistem Kombinasi Kombinasi dari tiga sistem sebelumnya juga merupakan suatu kemungkinan.Seperti hal ini sering mengalami kesulitan dalam menetapkan batasan yang tepat dan biaya berdasarkan jarak dalam prakteknya, pertanyaan yang timbul seperti kapan satu kemungkinan berhubungan dengan bentuk kombinasi dan kapan tidak. Sistem biaya seharusnya tidak ditunjukkan sebagai “kombinasi”, jika mayoritas penumpang berpegang pada satu atau sistem biaya yang lain. Sebagai contoh kombinasi sistem tidak cocok jika sistem didasarkan pada tingkatan biaya, tapi biaya tepat adalah ditetapkan, misalnya untuk anak-anak.Sistem dapat dianggap sebagai kombinasi bagaimanapun, jika biaya dasar merupakan biaya yang tepat, mengingat biaya konsesi didasarkan pada sistem biaya jarak terhubung.
2.
METODE PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan ruang lingkup sebagai berikut: 1) Studi literatur Pengumpulan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga data-data yang dibutuhkan terjangkau. Sumber data yang didapat dari buku-buku serta referensi lainnya sebagai pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penelitian ini. Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
2) Pengumpulan Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan di lokasi studi.Data penentuan arah rute, jumlah angkutan, jumlah penumpang dan waktu tempuh.Serta mengajukan pertanyaan (quiz) kepada pengemudi & operator meliputi parameter BOK dan kepada penumpang meliputi persepsinya terhadap kemampuan dan kesediaannya membayar tarif angkutan (ATP dan WTP). 3) Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Perhubungan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) serta operator angkutan atau dari review kajian regulasi yang berlaku adalah buku Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur (SK 687/AJ.206/DRJD/2002), sebagai acuan utama. 4) Penentuan Sampel Penentuan sampel terhadap angkutan umum (superben) dilakukan berdasarkan jenis persatuan otto (PO) angkutan umum (superben) yang beroperasi pada masing-masing kecamtan, kemudian dipilih berdasarkan Tabel Random Bilangan. Untuk penentuan sampel pengguna jasa angkutan umum (superben), dilakukan dengan caraaccidental sampling yang sebelumnya dilakukan survei pendahuluan. 5) Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, didasarkan pada data-data kuantitatif yang ditinjau dari jenis biaya yang dikeluarkan angkutan umum (superben) pada masing-masing trayek pelayanan dan kemudian dianalisis besarnya biaya operasional kendaraan berdasarkan teoritis dan hasil survei dengan bantuan program microsoft excel
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Tarif yang Berlaku Saat Ini Hasil survey menunjukkan tarif yang berlaku pada angkutan superben dari Rokan Hulu Menuju Pekanbaru atau sebaliknya dari Pekanbaru menuju Rokan Hulu adalah sistem tarif jarak dengan pendekatan biaya kilometer. kenyataanya besaran tarif antara satu kendaraan dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Hal ini Page 153
mengindikasikan tarif yang berlaku dilapangan sangat ditentukan oleh operator superben. Tabel 4.1Tarif yang berlaku Dilapangan No Dari / ke Tarif (Rp) 1 Pasir Pengaraian - Pekanbaru 45000 2 Rambah Hilir – Pekanbaru 50000 3 Rambah Samo – Pekanbaru 40000 4 Ujung Batu - Pekanbaru 35000 5 Tambusai – Pekanbaru 60000 6 Kunto – Pekanbaru 40000 7 Kepenuhan – Pekanbaru 60000 8 Rokan IV Koto – Pekanbaru 40000 Sumber : hasil wawancara dengan supir 2) Biaya Operator Kendaraan Beberapa eberapa biaya tambahan lain diluar total cost yang telah dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan berbentuk pungutan liar, antara lain biaya agen “pese”, pungutan oleh’preman’ saat menaikkan penumpang ditempat-tempat tempat tertentu yang besarnya berkisar antara 2000 000 rupiah sampai 10000 ribu rupiah perorang penumpang. Pungutan biaya ini tidak dicantumkan dalam total biaya yang ditetapkan karena sifatnya relatif dan sulit diukur. Tabel 4.2 Metode BOK Metode Dephub BOK (Rp/hr) No Komponen BOK kategori Bus Sedang 1 2
BBM Biaya Operasi pemeliharaan a Penyusutan b Bunga Modal Pemeliharaan dan c perbaikan Penggantian Suku Cadang (termasuk Penggantian Ban)
d biaya personil personil operasi personil non operasi e izin usaha f PKB/STNK g Kir h Restribusi i Asuransi kendaraan j Biaya Pengelolaan TOTAL BIAYA Sumber :Ofyar Z Tamin et al 1999
57,983.04 14,272.20 437.40 1,898.64 667.44 3,000.24 7,630.20 333,081.72
Selain biaya tersebut diatas bagi superben yang dilengkapi dengan bantuan kernet, maka akan menimbulkan biaya tambahan untuk gaji kernet dan makan serta uang rokok. Dari wawancara dengan supir rata-rata rata kernet digaji antara 30.000 sampai 50000 rupiah setiap hari atau satu rit. 3) Penyedia Jasa a) Kepemilikan kendaraan Angkutan Umum yang beroperasi di Rokan Hulu adalah jenis L300 dikenal dengan sebutan ‘superben’. Secara dimensi mampu mengangkut 12 – 14 orang (versi supir) dalam perjalanan. KEPEMILIKAN ANGKUTAN/SUPERBEN
Keluarga 20% Perusahaa Pribadi n 60% 20%
19,799.64
72,381.60 71,250.84
53165.16
Overhaul mesin
5,699.16
Service besar Service kecil Penambahan oli cuci kendaraan pemeliharaan body overhaul body
4,140.72 3,301.56 3,748.68 3,000.24 1,584.36 9,120.60
Gambar 1. Kepemilikan Angkutan Secara kepemilikan superben yang beroperasi di Rokan Hulu terbagi menjadi dua jenis kepemilikan, yaitu superben yang dimiliki dan dikemudikan oleh yang bersangkutan serta superben yang dimiliki orang lain (keluarga atau pengusaha superben) lalu disewakan untuk dikemudikan dengan sistim setoran. b) Jam kerja Waktu bekerja seorang sopir superben di Rokan Hulu berbeda-beda. beda. Ada yang mengoperasikan superben sendiri selama sehari, ada yang berbagi waktu kerja mengemudikan satu superben dengan sopir lain, dan ada menggunakan sistem sopir “tembak”.
Analisis Kelayakan Tarif Angkutan Umum
Ada juga yang satu tu superben tetapi berbagi waktu mengemudikannya antara dua sopir superben. Berapa lama atau berapa rit waktu bekerja satu sopir disepakati bersama antar dua sopir superben tersebut. c) Pendapatan Hasil survey dalam bus didapat bahwa pada hari biasa tingkat okupansi angkutan umum rata-rata rata 70%. Hasil wawancara pendapatan kotor yang diperoleh oleh operator angkutan umum (superben) sebelum dikelaurkan seluruh biaya perhari adalah berkisar antara Rp.750000 sampai Rp.1200000. Pendapatan ini semakin meningkat apabila ila mendekati lebaran atau pasca hari lebaran.Akan Akan tetapi pendapatan operator bisa menurun separuh dari rata-rata rata apabila masuk musim liburan sekolah atau Perguruna Tinggi. d) Restribusi Retribusi yang harus dibayarkan sopir superben adalah sebesar Rp.3000,00 3000,00/hari/ terminal. Pada kenyataannya, yang dibayarkan oleh sopir superben berbeda dengan yang telah diatur Departemen Perhubungan maupun peraturan daerah. Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa sopir superben di Rokan Hulu, jumlah lah dan cara pembayaran retribusi terminal ini tidak sesuai dengan Perda. Selain itu cara pemungutan restribusi yang dilakukan oleh dinas perhubungan terkesan tidak bersahabat. Selainn itu terdapat juga pungutan ilegal egal (pungli) seperti uang setoran ‘preman’ pada saat menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat tertentu. 4) PENGGUNA JASA a) Jenis Kelamin Responden DESKRIPSI RESPONDEN
WANIT PRIA A 52% 48%
Gambar 2. Jumlah Responden b) Usia Responden Data menunjukkan bahwa pengguna angkutan superben mayoritas didominasi pada usia 24-40 40 tahun, dimana pada usia ini mengindikasikan usia produktif. Usia ini membutuhkan banyak pergerakan an dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
UMUR RESPONDEN >41 TAHUN 32%
0-18 TAHUN 1%
19-23 TAHUN 21%
24-40 TAHUN 46%
Gambar 3. Distribusi Umur Responden c) Pendidikan 23% SARJANA 7% AKADEMI/ DIIPLOMA
PENDIDIKAN TERAKHIR 15% SD 12% SMP 44% SMA
Gambar 4. Tingkat Pendidikan Empat kelompok, yaitu : SD, SMP, SMA, Akademi atau Diploma dan Sarjana. Terbanyak dari ri responden adalah tamatan SMA. d) Pekerjaan Sebagian besar reponden menggunakan angkutan umum adalah pekerja, baik itu PNS muapun pedagang. Juga banyak dari responden yang sekolah maupun kuliah PEKERJAAN
20% WIRASW ATA
26% PELAJAR/ MAHASIS WA 29% PETANI/ PEDAGA NG
25% PNS//TNI /POLRI
Gambar 5. Jenis Pekerjaan e) Kepemilikan Kendaraan Pribadi Kepemilikan kendaraan dalam penelitian tergambarkan bahwa sebahagian besar pengguna angkutan superben juga memiliki kendaraa roda dua (sepeda motor) jumlahnya mencapai 73% dari total responden, 17% memiliki kendaraan roda empat (mobil pribadi). 17% MOBIL
KEPEMILIKAN KENDARAAN 9% 1% SEPEDA BECAK
73% SEPEDA MOTOR
Gambar 6. Kepemilikan Kendaraan
f) Penghasilan Perbulan Data penelitian menunjukkan 42% pengguna angkutan umum mempunyai penghasilan 1-2 2 juta rupiah perbulan, bahwa pengguna angkutan superben dalam kategori berkecukupan rkecukupan dalam pendapatan.Kondisi ini memungkinkan pengguna ini bisa beralih menggunakan kendaraan pribadi yang lebih baik. 6% >5 Jt 28% 2-5 Jt
PENGHASILAN PERBULAN 24% < 1 jt
i)
Kesesuaian Tarif dengan Pendapatan Rata-rata rata penumpang angkutan menyetujui besaran tarif yang mesti dibayar sekarang.78% penumpang mengatakan bahwa tarif yang ditetapkan sekarang tidak memberatkan mereka.
KESESUAIN TARIF DENGAN PENDAPATAN 22% TIDAK 78% YA
42% 1-2 Jt
Gambar 7. Pendapatan g) Tujuan Perjalanan Pengguna angkutan superben didominasi dengan tujuan pergerakan ke sekolah/kuliah dan rekreasi/belanja sebanyak 28%, hal ini mengindikasikan bahwa pengguna superben adalah non captive yang masih mempunyai pilihan lain menggunakan moda angkutan. 15% DLL
KONDISI ANGKUTAN UMUM SAAT INI
TUJUAN PERJALANAN 28% SEKOLA H/ KULIAH
11% BEROBA T 28% REKREAS I/ BEELANJ A
Gambar 10. Kesesuaian Tarif dengan Pendapatn j) Kondisi Angkutan Umum Saat Ini Beberapa poin yang menjadi perhatian dalam memilih angkutan umum antara lain: biaya lebih murah, keamanan. Keselamatan, kenyamanan terjamin.Dapat penelitian menunjukkan 45% dan 18% Penumpang menganggap bahwa kondisi superban saat ini masih dalam kondisi baik dan laik jalan.
0% 17% SANGAT JELEK JELEK
18% KERJA
Gambar 8. Tujuan Perjalanan h) Frekuensi Menggunakan Angkutan Umum Frekuensi menggunakan angkutan umum juga termasuk dalam kategori jarang. Karena didominasi oleh penggunaan 1-2 2 kali dalam sebulan sebanyak 70%. 6%ANGKUTAN 1% FREKUENSI NAIK >10 UMUM PERBULAN 5-6 KALI KALI 23% 3-4 KALI 70% 1-2 KALI
Gambar 9. Frekuensi Menggunakan Angkutan
0% SANGAT BAIK
45% BAIK
38% CUKUP BAIK
Gambar 11. Kondisi Angkutan Saat ini k) Kondisi Sistem yang Akan Diperbaiki Walaupun mayoritas penumpang menganggap tarif berlaku saat ini masih dalam kemampuan mereka membayar, namun saat ditanyakan kepada penumpang saat ini mereka juga mengusulkan ongkos yang lebih murah, serta dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) sebesanyak 24%.Selain itu diperbanyaknya angkutan agar lebih cepat mendaatkan layanan angkutan.
Analisis Kelayakan Tarif Angkutan Umum
Pasir Pengaraian Pekanbaru Rambah Hilir – Pekanbaru Rambah Samo – Pekanbaru Ujung Batu - Pekanbaru Tambusai – Pekanbaru Kunto Darussalam – Pekanbaru Kepenuhan – Pekanbaru Rokan IV Koto – Pekanbaru
PERBAIKAN SISTEM ANGKUTAN YANG DIUTAMAKAN
24% PENINGK 27% ATAN 24% TARIF 25% KEAMANA AC/PENDI LEBIH SISTEM N NGIN MURAH TERJADW AL
Rp.45000 Rp.50000 Rp.40000 Rp.35000 Rp.60000 Rp.40000 Rp.60000 Rp.40000
2. Pendapatan kotor Supir rata-rata rata perhari adalah Rp750000 sampai Rp.1200000. Gambar 12. Tawaran Perbaikan Sistem Mau Membayar mbayar Lebih Bila diperbaiki Apabila sistem stem angkutan umum superben ini dibuat dengan ideal (pengamanan, kenyaman, terjadwal) maka mayoritas penumpang bersedia ongkosnya dinaikkan.Hal ini menggambarkan bahwa peluang memindahkan para pengguna kendaraan pribadi adi agar memilih menggunakan angkutan umum dalam perjalanan rutin sangat besar, asalkan sistem angkutan umum diperbaiki. l)
MAU MEMBAYAR LEBIH BILA SISTEM ANGKUTAN LEBIH BAIK 27% TIDAK MAU 73% MAU
Gambar 13. Kemauan Membayar
4.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Hasil survey dilapangan menunjukkan tarif yang berlaku pada angkutan superben dari Rokan Hulu Menuju Pekanbaru atau sebaliknya dari Pekanbaru menuju Rokan Hulu adalah sistem tarif jarak dengan pendekatan biaya kilometer. Implementasi Imple dilapangan besaran tarif berlaku tergantung negosiasi antara supir dengan penumpang angkutan dengan rata-rata rata besaran tarif adalah:
3. Besaran BOK yang dikeluarkan rkan oleh operator perhari perkendaraan adalah Rp.33 Rp.333.081,72 ditambah biaya kernet sebesar Rp.50000 dan pungutan liar rata-rata rata sebesar Rp.10000, maka mayoritas operator mengatakan tarif yang berlaku sesuai dengan besaran biaya operasional kendaraan mereka perhari. 4. Berdasarkan Wawancara dengan Supir superben yang mengatakan rata-rata rata pendapatan dapatan perhari sekitar Rp. 500.000,500.000, sampai Rp. 700.000,- dikurangi dengan biaya operasional kendaraan perhari Rp. 333.081,72 dan biaya kernet Rp. 50.000 perhari serta pungutan liar Rp. 5000 – Rp. 10.000, maka di rata-ratakan ratakan supir angkutan mendapat ratarata rata laba bersih perhari adalah Rp.106918, dibulatkan menjadi Rp.107000 setiap harinya. Tarif yang berlaku menguntungkan operator bus 5. Penghasilan penumpang perbulan mayoritas 1-22 juta rupiah/bulan, dengan asumsi besaran biaya transportasi dari penghasilan adalah 10% dari penghasilan, maka besaran biaya perjalanan adalah 200000 rupiah perbulan. Dibandingkan dengan rutinitas perjalanan perbulan mayoritas adalah 11-2 kali dengan besaran biaya perjalanan terbesar adalah 50000 rupiah maka besaran biaya tarif yang berlaku masih memenuhi ability to pay bagi para penumpang 6. Berkaitan dengan kemauan membayar (willingness to pay), mayoritas (78%) pengguna mengatakan tarif yang berlaku saat ini sesuai atau tidak terlalu memberatkan mereka. Sebanyak 73% pengguna bahkan
mau membayar lebih bila system angkutan umum/ superben yang dioperasikan dilakukan perbaikan pada sisi peningkatan keamanan pengguna, kenyamanan pengguna serta system kehandalan/ketersediaan yang lebih banyak. Saran Pada penelitian ini masih ada kekurangankekurangn
Tamin, Ofyar Z. et al, 1999. Evaluasi Tarif Angkutan umum dan Analisis Ability To Pay dan Williningness To pay di DKI Jakarta, Jurusan Teknik Sipil ITB Tamin, Ofyar Z. 2000.Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Penerbit ITB, Bandung Vuchic V.R. 1981. Urban Public Transportation System And Technology, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey
1. Data yang ada hanya dianalisa secara deskriptif, perlu penelitian lebih lanjut dengan analisa komparasi besaran tarif 2. Sampel superben yang diambil terlalu sedikit serta penumpang yang menjadi sampel penelitian adalah para penumpang yang berada saat survey (on the bus). DAFTAR PUSTAKA Warpani, Suardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung. Institut Teknologi Bandung. Warpani, Suardjoko. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung. Institut Teknologi Bandung Adisasmita, Sakta Adji . 2011. Perencanaan Pembangunan Transportasi. Yogyakarta. Graha ilmu. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Anonim. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta Anonim. 2003. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003. Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta Cohen, L. 1995. Quality Function Deployment: How to make QFD Work For You. Addison-Wesley Publishing Company, Massachusets Page 158
JURNAL APTEK Vol. 6 No. 2 Juni 2014