1
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3
ABSTRAK
RADEN YUNADIE ADLIE. Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO Peningkatan peternakan juga diikuti oleh limbah peternakan yang ikut meningkat. Unit pengolahan biogas merupakan alternatif yang tepat dalam menanggulangi permasalahan limbah ternak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam perencanaan pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba. Analisis tersebut meliputi aspek nonfinansial dan finansial serta tingkat kepekaan unit bisnis. Hasil penelitian menyimpulkan aspek nonfinansial pendirian unit pengolahan biogas ini sudah terpenuhi. Kelayakan pendirian unit pengolahan biogas dari aspek finansial ditunjukan dari nilai NPV sebesar Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% dan Payback periode 4,303 tahun. Hasil uji kepekaan unit pengolahan biogas masih dapat bertahan atas penurunan input sebesar 29,447517%, penurunan harga jual sebesar 25,9038328% dan kenaikan biaya variabel sebesar 215,257202% Kata kunci : Kelayakan, Pendirian Unit Pengolahan Biogas
ABSTRACT
RADEN YUNADIE ADLIE. Analysis Feasibility of Establishment Biogas Unit Sheep Waste Plant at Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor. Supervised by SUHARNO Increased livestock followed also increased by the livestock waste. Biogas fecal waste treatment plant is a right alternative to solves livestock waste problems. The purpose of this research is to analyze the feasibility of Kelompok Ternak Teguh Mandiri in planning the establishment of biogas processing unit sheep waste. The analysis includes financial and non-financial aspects and also the sensitivity of strengthness biogas treatment unit. The results of the study concluded non-financial feasibility has been fullfilled. Financial aspect feasibility are shown by NPV Rp.209.416.798, Net B/C 2,31, IRR 26.41% and Payback periode 4,303 years. Sensitivity test shown that biogas plant unit ability of decreasing rate of input unit is 29,447517%, decreasimg rate of wholesale price is 25,9038328% and increasing rate of variable cost as 215,257202% Keyword: Feasible, Establishment of Biogas Processing
4
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul "Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor" adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie H34104010
5
ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS KOTORAN DOMBA PADA KELOMPOK TERNAK TEGUH MANDIRI DESA NAGRAK BOGOR
RADEN YUNADIE ADLIE
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
Judul Skripsi Nama Nim
: Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor : Raden Yunadie Adlie : H34104010
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, MADev Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
p
Judul Skripsi Nama NIM
: Pengembangan Karir Karyawan Berbasis Kompetensi pada PT Telekomunikasi Selular : Raden Tommy Suryatmadi Kesowo : H24097095
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. I . Anggraini Sukmawati, MM NIP 196710201994032001
Deddy Cabyadi Sutarman, STP, MM. NIP 19791007200910 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Lulus :
1 2 MAR 2014
7
PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul "Analisis Kelayakan Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Desa Nagrak Bogor". Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, MADev selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Penghargaan tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak H Tatang Muchtar selaku ketua Kelompok Ternak Teguh Mandiri, yang telah memberikan keluangan penulis untuk melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah dan Mamah, serta seluruh pihak atas dukungan, doa dan bantuan yang penulis terima. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014
Raden Yunadie Adlie
i8
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kelayakan Usaha Pertanian Aspek Non Finansial Aspek Finansial Teknik Memperkirakan Risiko KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Teori Biaya dan Manfaat Analsis Kelayakan Investasi Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Non Finansial Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Analisa Laporan Laba Rugi Asumsi Dasar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Nagrak Sejarah dan Perkembangan Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban Organisasi dan Manajemen Perusahaan Pemasaran Bauran Pemasaran HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS Analisis Kelayakan Nonfinansial Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Hukum dan Perizinan
ii ii iii 1 1 5 6 6 6 7 7 7 8 9 10 10 10 12 12 13 14 14 17 17 17 17 18 18 20 22 22 23 24 24 25 26 26 28 28 29 30 30 34 45 46
ii9
Aspek Sosial Analisis Kelayakan Finansial Rencana Investasi Rencana Pendanaan (Budgeting) Proyeksi Analisis Aliran Kas Hasil Analisis Kelayakan Investasi Analisis Switching Value SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
46 48 48 49 51 52 53 54 54 55 56 60 77
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 Daftar Harga Bahan Baku Investasi Pembuatan Tabung Digester Biogas Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan Limbah Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha
2 50 52 53
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kerangka Pemikiran Operasional Hubungan Antara NPV dan IRR Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri Saluran Pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba Tabung Digester Continuous feeding (tetap) Konstruksi Tabung Digester Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba Skema Bangunan Pelindung Unit Instalasi Biogas Flowchart Proses Pembentukan Biogas Pengadukan Bahan Pengisi Penyaringan Bahan Pengisi Katalis Penangkap Uap Air Rangkaian Proses Produksi Biogas
16 20 27 29 33 33 34 36 37 38 38 41 42 42 43 44
iii 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran Domba Unit Pengolahan Biogas Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit Pengolahan Biogas Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas Percobaan Produksi Biogas pada Galon Kandang Domba Pejantan Kandang Domba Betina Kegiatan Turun Lapang Proses Penampungan Biogas Kompor Biogas Karung Pelastik Transparan 50Kg
61 62 63 64 65 66 68 70 72 74 74 74 75 75 76 76
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menghasilkan pangan berupa protein hewani seperti daging, susu dan telur. Perkembangan peternakan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan protein hewani tersebut. Menurut Susilorini (2008), faktor yang mendukung dunia peternakan agar selalu berkelanjutan, yaitu kebutuhan pangan yang meningkat sejalan dengan dengan pertumbuhan populasi manusia, serta produk pangan dari ternak mempunyai nilai gizi yang berkualitas. Hal ini menyebabkan produk peternakan berbeda dari produk pangan hortikultura, produk peternakan tidak digerakkan oleh supply driven, melainkan consumers driven. Penyerapan protein hewani di Indonesia yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan perlunya makanan bergizi merupakan salah satu faktor berkembangnya usaha peternakan di Indonesia. Dirjen Peternakan menyebutkan bahwa tingkat permintaan produk peternakan masih di dominasi oleh kota-kota besar. Konsumsi daging nasional tahun 2012 sebesar 1,76 Kg perkapita pertahun didominasi oleh Jakarta 23,3% dan Bandung sebesar 12,1%, serta beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya, Bali, Makasar, dan Medan. Ketidak merataan konsumsi perkapita produk peternakan ini menjadikan kota-kota besar memerlukan suplay produk yang lebih banyak dibandingkan di daerah, sedangkan kantung-kantung produksi peternakan biasanya berada di daerah dan pinggiran kota. Maka dari itu, peternakan yang berdekatan dengan kota besar memiliki peluang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan produk protein hewani. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota negara memiliki peluang besar dalam memenuhi kebutuhan produk peternakan. Akses transportasi yang baik serta ketersediaan sarana dan prasarana peternakan yang lebih mudah dijangkau, akan mempermudah usaha peternakan untuk dapat berkembang. Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2013 menyebutkan, perekonomian negeri Pasundan awal tahun 2013 ini tumbuh sebesar 5,94% dari triwulan IV 2012. Berdasarkan harga berlaku pada triwulan pertama 2013, dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat senilai 247,8 triliun rupiah, sektor pertanian berkontribusi sebesar 31,23 triliun atau 12,60% menempatkan sektor Pertanian pada peringkat ke tiga penyumbang PDRB setelah Industri pengolahan, Perdagangan dan Pariwisata. Nilai yang diperoleh sektor pertanian tersebut tidak lepas dari subsektor Peternakan yang terus berkembang. Subsektor peternakan berkontribusi sebesar 13,39%, atau menempati posisi ke dua setelah subsektor pertanian tanaman bahan makanan. Hal tersebut jelas menunjukkan kekuatan peternakan yang dimiliki Jawa Barat dapat terus berkembang. Perkembangan peternakan di Jawa Barat saat ini dapat terlihat dari jumlah populasi ternak yang terus meiningkat. Data Kementrian Pertanian tahun 2012 menyebutkan bahwa peningkatan populasi ternak di Jawa Barat cukup dinamis. Populasi hewan ternak dari tahun 2011 ke tahun 2012 hampir seluruhnya mengalami peningkatan, hanya kerbau, kuda dan ayam buras yang jumlahnya
2
sedikit menurun. Peningkatan populasi hewan ternak ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut Tabel 1. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun 2011-2012 (ribu ekor) No Jenis 2011 2012 Trend (%) 1 sapi Perah 140 148 5.405405 2 Sapi Potong 423 441.4 4.168555 3 Kerbau 130.2 128.8 -1.08696 4 Kuda 14.1 13.7 -2.91971 5 Kambing 2016.9 2253.4 10.49525 6 Domba 7041.4 7832.5 10.10022 7 Babi 9.8 11.3 13.27434 8 Ayam Buras 27396.4 27304.7 -0.33584 9 Ayam Petelur 11930.5 12079.2 1.231042 10 Ayam Broiler 583263.4 664210.5 12.18696 11 Itik Manila 9310.7 10230.2 8.988094 Sumber: Departemen Pertanian, 2013 Perkembangan peternakan di Jawa Barat selain dikarenakan jumlah populasi ternak yang terus meningkat, Jawa Barat juga memiliki beberapa kota dan kabupaten penyerap produk perternakan. Jawa Barat terdiri dari 26 Kabupaten dan Kota serta berbatasan langsung dengan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Tengah menjadikan peternakan di Jawa Barat sangat strategis dan berdekatan dengan kota-kota besar. Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan Pendapatan Asli Daerah terbesar ke dua di Jawa Barat setelah Bekasi, memiliki lokasi yang sangat strategis. Letak Bogor yang berdekatan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Tangerang Selatan, Cianjur dan Bandung merupakan keunggulan tersendiri dibandingkan daerah lain. Perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menjadikan Bogor sebagai Kabupaten berkembang terbaik se-Jawa Barat tahun 2012. Perkembangan Kabupaten Bogor turut dibantu dengan keberadaan peternakan dari skala rumah tangga sampai tingkat industri. Peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti Bogor, diibaratkan seperti dua mata koin yang berbeda, di satu sisi peternakan tersebut memiliki banyak peluang pasar dengan jalur distribusi dan tataniaga pemasaran yang singkat, disisi lain selalu memiliki kendala lahan yang sempit yang berbenturan dengan pemukiman warga, polusi udara dan pencemaran lingkungan yang dapat terjadi disebabkan limbah kotoran yang dihasilkan. Peternakan di Kabupaten Bogor meliputi berbagai macam bidang usaha. Salah satu bidang usaha peternakan yang saat ini berkembang adalah Peternakan Domba. Peranannya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan protein hewani serta pangsa pasar yang luas menjadikan peternakan domba sebagai usahaternak yang sangat diminati. Berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal, pemeliharaan yang sederhana dengan modal yang relatif kecil, serta dapat mewujudkan masyarakat yang produktif, menjadikan usaha ternak Domba banyak berkembang di Kabupaten Bogor, karena dapat memenuhi karakter usaha peternakan rumah tangga. Peternakan domba, selain menghasilkan produk utama
3
berupa daging, juga menghasilkan produk sisa berupa limbah kotoran atau faeces yang bercampur dengan urine serta sisa-sisa pakan yang terbuang. Limbah tersebut jika tidak ditangani dengan baik dan benar dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, baik air, udara, maupun tanah di sekitarnya. Limbah sisa usaha ternak domba yang didominasi oleh Faeces,Urine dan sisa pakan, sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Proses pengolahan limbah kotoran ternak domba menjadi pupuk kandang hanya melalui proses permentasi sederhana dengan sistem Bokashi. Pengolahan sistem bokashi tidak dapat memanfaatkan urine sebagai pupuk cair, urine yang dihasilkan usaha ternak domba kebanyakan dibuang dan diserap tanah atau ikut terbuang ke aliran pembuangan, sehingga lingkungan tidak sepenuhnya terhindari dari polusi yang dihasilkan limbah kotoran usaha ternak domba. Salah satu alternatif penanganan limbah yang dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat khususnya bagi peternak dan umumnya bagi lingkungan sekitar adalah dengan mengolah limbah kotoran ternak tersebut menjadi biogas. Pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas dapat dilaksanakan melalui pendirian instalasi unit produksi biogas. Biogas merupakan gas metan yang berguna sebagai energi alternatif. Sifatnya yang mudah terbakar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas untuk memasak, sumber listrik serta menjadi bahan bakar mesin penggerak berbahan bakar gas. Perkembangan peternakan domba yang diiringi dengan peningkatan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas tetentunya akan mampu mengatasi masalah krisis energi. Krisis energi dan menipisnya cadangan minyak bumi saat ini menjadi ancaman dan ketakutan dunia. Proses pembentukan minyak bumi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, berbanding terbalik dengan proses pemakaiannya. Konsumsi minyak bumi Indonesia menurut data Statistical Review Of World Energy 2013 mencapai 1,56 juta barel per hari, menempati posisi 14 dunia di bawah Perancis. Indonesia meskipun merupakan salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi, kelangkaan distribusi, menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan menurun akibat gas buang hasil pembakaran minyak bumi. Keadaan ini bila terus berlanjut, akan menjadikan krisis sumber energi berkepanjangan di Indonesia. Solusi terbaik dalam memperbaiki masalah krisis energi adalah mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi yang dapat diperbaharui dan mampu dikembangkan di Indonesia seperti biogas. Sumber energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Menurut Widodo et al, 2005, Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, transportasi dan rumah tangga. Peran energi terbaharukan seperti biogas dalam jangka panjang akan lebih berkembang, khususnya sebagai solusi alternatif berkurangnya sumber energi fosil. Limbah kotoran ternak yang berlimpah serta proses pengolahan limbah kotoran yang sederhana, menjadikan biogas sebagai salah satu pengolahan limbah paling bermanfaat pada usaha ternak domba. Data dari Departemen Peternakan menyebutkan, populasi hewan ternak Domba di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ternak domba dari tahun 2009 yang berjumlah 5.770.661 ekor menjadi 8.249.844 ekor pada tahun 2012. Peningkatan populasi ternak tersebut menunjukan Jawa Barat sebagai sentra peternakan domba yang berkembang, populasi domba di Kabupaten Bogor sendiri pada tahun 2010
4
berjumlah 280.798 ekor, sehingga kotoran atau limbah sisa peternakan domba yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas dapat dipenuhi. Selain itu sisa pengolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas tersebut masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi. Pupuk yang dihasilkan usaha ternak domba saat ini merupakan komoditas input yang sangat diperlukan bagi pertanian dan perkebunan. Pasokan pupuk kandang yang diproses secara bokashi secara langsung dapat diserap unsur hara yang terkandung oleh tanaman, karena banyak mengandung Nitrogen (N), Fosfor dan Kalium (K) serta berbagai zat hara bermanfaat yang dapat segera berbaur dengan tanah dan menjadikannya gembur. Berbagai jenis tanaman pertanian sangat membutuhkan pasokan pupuk kandang, seperti diketahui bahwa lahan sawah Padi memerlukan 1-2 ton pupuk kandang per hektar setiap siklus tanamnya. Tomat, kentang, cabe memerlukan 15 ton pupuk kandang per hektar, serta tanaman perkebunan seperti Pepaya, kakao, karet, kelapa sawit, juga sangat bergantung pada suplai pupuk kandang. Perkembangan trend atas kampanye kembali ke alam dan hidup bebas residu kimia atau hidup organik, turut meningkatkan permintaan atas pupuk kandang yang pada dasarnya merupakan satu-satunya pupuk organik yang dapat dengan mudah didapat. Pertanian dan perkebunan organik saat ini mulai banyak diminati oleh para Agribis, karena pemasaran komoditi organik memiliki segmen pasar eksklusif dengan harga yang sangat tinggi. Kebutuhan pupuk kandang dari limbah usaha ternak domba tidak hanya diminati oleh pertanian dan perkebunan, para hobbies tanaman hias dan dekorasi taman yang sebagian besar penggelutnya adalah Ibu rumah tangga juga merupakan pangsa pasar ekslusif bagi limbah usaha ternak ini. Banyak permintaan di kota-kota besar terhadap pupuk kandang untuk pemeliharaan tanaman hias di rumahnya. Kesulitan mendapatkan suplai pupuk kandang ini menjadikan harga pupuk yang dijual di kota-kota besar naik berlipat ganda, hanya dengan pengemasan yang bersih dan menarik, pupuk limbah usaha ternak domba ini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebuah nilai tambah positif lagi bagi peternakan yang berdekatan dengan kota besar seperti peternakan domba di Kabupaten Bogor ini. Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat sebuah usaha peternakan domba. Usaha peternakan ini telah berjalan melampaui kurun waktu empat tahun. Usaha ini memiliki nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah sebuah usaha rakyat yang bergerak dalam bidang pembudidayaan dan pemggemukan domba. Usaha peternakan ini termasuk dalam skala usaha menengah dengan populasi domba berjumlah 123 ekor. Jumlah ternak tersebut mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa makanan kurang lebih 3 kwintal perhari. Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran tersebut sudah mulai mencemari kualitas udara di sekitar peternakan. Limbah kotoran yang berlimpah dengan segala potensi yang dimiliki baik sumber daya modal, sumber daya fisik maupun sumberdaya manusianya, Kelompok Ternak Teguh Mandiri dinilai mampu dan perlu mendirikan unit bisnis pengolahan limbah kotoran dan sisa pakan melalui proses biodigester guna mengurangi masalah pencemaran kualitas udara sekaligus meningkatkan penerimaan usaha yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan kelompok ternak.
5
Rumusan Masalah Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah usaha rakyat peternakan domba yang bergerak di bidang budidaya dan penggemukan. Lokasi usaha yang dijalankan berada di dekat pemukiman warga. Kebanyakan anggota kelompok ternak ini memiliki mata pencaharian lain sebagai petani, sehingga usaha yang dijalankan menerapkan sistem mix farming dengan memadukan pertanian dengan peternakan domba guna memanfaatkan lahan yang dimiliki sekaligus untuk memperoleh penerimaan lebih dari pemeliharaan. Jumlah penerimaan tersebut akan berindikasi kepada kesejahteraan anggota, pengembangan usaha dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitar kelompok ternak. Populasi hewan ternak di Kelompok ternak ini saat ini berjumlah 123 ekor, terdiri dari 86 ekor domba jantan, dan 37 domba betina. Populasi tersebut dalam sehari mampu menghasilkan limbah kotoran dan sisa pakan sekitar 369kg. Limbah kotoran merupakan sisa dari proses pemeliharaan ternak domba dan memiliki nilai tambah yang sangat menguntungkan jika dapat dikelola dengan baik oleh kelompok ternak. Selain itu pengolahan limbah kotoran dimaksudkan untuk dapat menjaga ekosistem di sekitar lokasi peternakan agar tidak tercemar dan tentunya akan menambah penerimaan kelompok ternak. Saat ini kelompok ternak tidak mengolah limbah secara terpadu, kelompok ternak langsung menjual sisa limbah kotoran yang tidak terolah ke pengumpul pupuk, atau digunakan untuk anggotanya yang bertani, apabila tidak terolah, limbah kotoran dan sisa pakan ditampung sementara di tempat penampungan limbah sampai ada pembeli pupuk kandang yang datang mengambil. Proses penampungan ini yang sebenarnya menjadi permasalahan bagi kelompok ternak. Bau yang tidak sedap serta kesan kotor yang ditimbulkan, membuat kelompok ternak harus melakukan penyemprotan mikro organik pengurai dalam jangka waktu tertentu, sampai pupuk kandang tersebut laku terjual. Kelompok ternak dapat menigkatkan penerimaan pada sektor pengolahan limbah, yaitu melalui pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba. Pada umumnya tujuan utama pembuatan instalasi biogas adalah untuk memproduksi energi alternatif yang berguna sebagai pengganti bahan bakar minyak dan kayu bakar. Hasil lain yang dapat diperoleh diantaranya pupuk organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, media pengembangan protein sel tunggal dan penyediaan bahan pakan ternak. Secara tidak langsung instalasi biogas dapat memberantas siklus penyakit dan parasit serta dapat melestarikan lingkungan karena limbah yang termanfaatkan secara terpadu. Perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba dapat dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik dan dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan penerimaan kelompok ternak. Perencanaan pendirian unit bisnis ini diperkirakan akan membutuhkan beberapa investasi baru berupa tabung biodigester, jalur pengolahan limbah, jaringan pipa saluran gas methan serta unit pengemasan pupuk. Proses rencana investasi yang akan dilakukan dalam mendirikan unit usaha pengolahan limbah kotoran ini perlu perhitungan yang tepat, dalam memastikan seberapa besar manfaat yang dihasilkan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri perlu dikaji melalui analisis studi kelayakan untuk mengetahui
6
seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh Kelompok ternak. Studi kelayakan usaha ini juga untuk memastikan bahwa kelompok ternak telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha yang akan dijalankan. Berdasarkan uraian kondisi dan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang perlu diteliti antara lain: 1. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial? 2. Bagaimana kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri melalui analisis switching value?
Tujuan Penelitian Rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, menghasilkan tujuan dari penelitian ini berupa: 1. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek non finansial. 2. Menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri dilihat dari aspek finansial. 3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri melalui analisis switching value.
Manfaat Penelitian
1.
2. 3. 4. 5.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: Bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah berguna sebagai masukan untuk menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan unit pengolahan biogas kotoran domba. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Bagi investor, sebagai informasi dan acuan dalam proses pengambilan keputusan investasi untuk alokasi modal yang akan ditanamkan. Bagi kreditor, pihak kreditor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai pendirian unit usaha pengolahan biogas kotoran domba yang menghasilkan gas metan dan pupuk organik secara komersil. Pendirian unit tersebut akan diusulkan untuk dapat direalisasikan pada
7
Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok ternak ini berada di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Pendirian unit pengolahan limbah pada kelompok ternak ini diharapkan menjadi salah satu usaha pengembangan kegiatan bisnis serta menghasilkan sumber energi alternatif bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial unit pengolahan biogas kotoran domba menggunakan alat ukur aruskas (cashflow), kemudian menganalisis unit bisnis ini berdasarkan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan nilai bersih kini (Net Present Value), tingkat pengembalian Internal (Internal Rate of Return), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio) dan waktu pengembalian investasi (Payback Period), serta memprediksikan ketahanan unit usaha dilihat dari menurunnya harga jual pupuk organik dengan menggunakan analasis sensitivitas berdasarkan arus kas selama umur ekonomis yang diperhitungkan.
TINJAUAN PUSTAKA Kelayakan Usaha Pertanian Analisis kelayakan usaha merupakan tahap yang perlu dilakukan sebelum memulai sebuah usaha. Seperti yang diungkapkan Harahap (2011), bahwa sebelum melakukan usaha budidaya sapi perah perlu dilakukan terlebih dahulu analisis kelayakan usaha. Analisis usaha tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu model usaha yang akan atau sedang dijalankan, serta mengetahui ketahanan terhadap perubahan kondisi usaha yang ekstrim. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2013), Dewi (2010), Hermanto (2010) dan Putri (2008), mengungkapkan bahwa aspek utama yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis kelayakan suatu usaha terdiri dari dua aspek, yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek Non Finansial Aspek non finansial yang perlu dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial dan aspek organisasi. Aspek aspek tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (studi kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) adalah, pada aspek pasar UPP Darul Fallah memiliki peluang untuk memasarkan output susu murni dan hasil pengolahan limbah ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek teknis, usaha ternak UPP Darul Fallah dan Fakultas peternakan IPB sudah memenuhi syarat untuk menjadikan usaha ternak sapi perahnya sesuai dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk menjaga kualitas susu yang tidak dilakukan seperti dalam pendistriubusian susu. Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat sederhana, namun proses produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari aspek hukum usaha ternak ini sudah melengkapi berkas-berkas perijinan usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek
8
sosial lingkungan dari UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPB dalam memprosuksi susu dan mengelola limbah sudah memperhatikan pemanfaatan limbah dan ramah lingkungan, selain itu dengan adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar peternakan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) yang berjudul “Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok ternak Dewi Sri” adalah hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan. Aspekaspek tersebut telah memenuhi segala sesuatu dapat mendorong bisnis tersebut berkembang seperti ketersediaan pasar, modal, manajemen yang terorganisir dengan baik serta teknologi yang digunakan juga mendukung usaha tersebut. Aspek Finansial Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), Sumantri dan Fariyanti (2011), salah satu aspek yang perlu dianalisis selanjutnya adalah dari aspek finansial. Aspek tersebut merupakan indikator yang paling penting dan yang paling menentukan keberhasilan suatu bisnis karena menyangkut dengan arus kas, alokasi modal dan efisiensi biaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) mengenai aspek finansial UPP Darul Fallah dan Fakultas Petrnakan IPBmemiliki model usaha yang layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp. 202.456.789,33. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh UPP Darul Fallah selama 10 tahun dengan tingkat diskonto 5,7% sebesar Rp. 202.456.789,33. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 26,13%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 26,13%, usaha ternak UPP Darul Fallah tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,74, berdasarkan kriteria penilaian investasi apabila nilai Net B/C lebih dari satu (Net B/C (1,74) > 1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah lima tahun 0,9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8,8 bulan. Waktu pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) mengenai aspek finansial adalah pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada kondisi normal layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator kriteria investasi yang menunjukkan nilai NPV mencapai Rp 511.329.761,71, IRR mencapai 19,8%, Net B/C mencapai 1,24, dan payback period mencapai enam tahun dua bulan 16 hari. Petani padi anggota Kelompok ternak Dewi Sri yang mengusahakan padi hanya memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 510.347.200,43 selama umur bisnis, yakni 15 tahun. Jika petani anggota Kelompok ternak Dewi Sri ingin meningkatkan pendapatannya, maka mereka dapat mengusahakan ternak sapi potong, biogas, dan pupuk organik dalam pertanian terintegrasinya. Jika mereka melaksanakan
9
kegiatan usaha pertanian yang terintegrasi tersebut, maka total manfaat bersih tambahan yang mereka terima adalah Rp 511.329.761,71 selama umur bisnis, yakni 15 tahun dengan nilai investasi pada tahun pertama sebesar Rp.3.055.458.750.
Teknik Memperkirakan Risiko Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2009), menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan motode Analisis switching value. Hasil dari analisis switching value dengan pendekatan parameter penurunan harga susu dan kenaikan biaya variabel yang dilakukan pada dua skenario. Skenario II (modal sendiri) merupakan skenario yang paling sensitif terhadap parameter penurunan harga dan peningkatan biaya variabel dibandingkan skenario I (modal sendiri dan pinjaman), masing-masing nilai yang diperoleh skenario I sebesar 30,16% dan 55,43% sedangkan Skenario II sebesar 13,03% dan 18,52%. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2010) dan Sumantri dan Fariyanti (2011) menggunakan teknik memperkirakan risiko yaitu dengan analisis skenario. Analisis tersebut menggunakan NPV yang diharapkan, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Hasil penelitian dari Novianti terkait dengan analisis risiko adalah Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar berdasarkan hasil analisis pada kondisi risiko layak untuk dijalankan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp.259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp.59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan kriteria penilaian untuk mengukur tingkat risiko, semakin besar nilai NPV yang diharapkan maka semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa risiko harga pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko pada kondisi risiko produksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri dan Fariyanti (2011) mengenai analisis skenario adalah Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong layak untuk diusahakan dengan adanya risiko produksi dan harga output pada padi di Kelompok ternak Dewi Sri. Di mana, pada kondisi pengembangan usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada kondisi risiko usaha padi menunjukkan bahwa tingkat risiko yang paling tinggi ada pada risiko produksi. NPV yang diharapkan merupakan suatu nilai yang diharapkan oleh pelaku usaha dari suatu investasi yang ditanamkan pada usaha tersebut.Semakin tinggi NPV, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin besar. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada kondisi harga output, yaitu sebesar Rp.699.615.002,53. Risiko yang paling berpengaruh terhadap kelayakan pada usaha padi yang berintegrasi dengan sapi potong pada analisis skenario adalah risiko produksi padi. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha ternak baru berjalan satu tahun dan belum menghasilkan manfaat atau keuntungan dari aspek finansial.
10
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumbersumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam mendukung penelitian yang dilakukan. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Gitinger (1986) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Pengertian lainnya diungkapkan oleh Umar (2005), proyek adalah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen. Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan.Studi kelayakan proyek menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang mampu atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain: Investor 1. Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan yang diharapkan). 2. Kreditur (Bank) Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan proyek. Pemerintah 3. Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan proyek tersebut.
11
Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah et al, 1999). Gitinger (1986) membagi aspek-aspek dalam analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek institusional-organisasional-manajerial, aspek sosial, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomi. Umar (1999) membagi analisis kelayakan menjadi aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Husnan dan suwarsono(2000) membagi aspek-aspek analisis kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial.Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan bersama-sama untuk menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi. Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu: 1. Aspek Pasar Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan. 2. Aspek Teknis Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. 3. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Aspek Hukum 4. Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. 5. Aspek Sosial Lingkungan Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. 6. Aspek Finansial Pengaruh finansial dan pendanaan terhadap berjalannya sebuah proyek, serta pengembangan suatu proyek dari dimensi finansial dan pendanaan. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
12
tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, 1995). Teori Biaya dan Manfaat Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan defenisi berbagai macam biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang 2. diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman. Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. 2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang nyata dirasakan dan diperoleh dengan cara tidak langsung dari berdirinya suatu proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi, peningkatan strata, kenyamanan, dan efisiensi usaha. Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986). Analisis Kelayakan Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986). Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa present value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada future value (nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini
13
terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001). Kadariah et al. (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Tingkat suku bunga ditentukan melalui proses “discounting”. Analisis Finansial Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan (Switching Value). Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting dilakukan. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumbersumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992). Analisis finansial terdiri dari: Net Present Value (NPV) 1. Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. Menurut Keown (2001), NPV juga dapat diartikan selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. b. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) 2. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi b. Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan c. Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.
14
3.
4.
Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Payback Periode (PP) Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah metode untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan suatu unsur dapat mengakibatkan perubahaan dalam kriteria investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahanperubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al, 1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986). Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis Switching Value digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana investasi masih dapat memenuhi tingkat minimum layak untuk dilaksanakan. Analisis ini dilakukan pada biaya variabel dan penurunan harga jual sampai diperoleh nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga, nilai Net B/C sama dengan satu dan nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini diterapkan pada arus pengeluaran dan penerimaan dalam analisis kelayakan finansial. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto yang digunakan (Gittinger, 1986).
Kerangka Pemikiran Operasional Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini adalah solusi terbaik bagi pengelolaan limbah di Indonesia. Penggunaan yang mudah serta harga yang ekonomis menjadikan biogas sebagai solusi dari menipisnya cadangan minyak bumi. Pengurangan subsidi pemerintah terhadap bahan bakar minyak
15
mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji, kenaikan harga tersebut sangat memberatkan rumah tangga berekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan sumber energi alternatif biogas. Ditambah dukungan pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung perkembangan biogas untuk dapat direalisasaikan di seluruh daerah. Proses pengolahan biogas berbahan baku zat organik yang dapat terurai oleh bakteri. Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan limbah kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan menghasilkan pupuk organik dari sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge). Lumpur sisa proses biogas ini memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki nilai jual tinggi. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik. Usaha ternak pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki berbagai peluang, baik dari segi pasar, lokasi yang strategis, serta sumberdaya yang belum termanfaatkan. Keberadaan usaha ternak ini yang berlokasi berdekatan dengan pemukiman warga, sejatinya dapat membantu masyarakat sekitar sebagai diversifikasi sumber mata pencaharian serta membantu meningkatkan posisi tawar peternak terhadap pasar. Pembangunan serta pertumbuhan penduduk yang sangat cepat disekitar lokasi usaha ternak, menjadikan keberadaan peternakan ini sebagai sorotan. Pengelolaan limbah pada usaha ternak ini sebenarnya tidak mengganggu masyarakat sekitar, namun dengan bertambahnya populasi domba yang diternakkan maka kelompok ternak ini perlu melakukan pengelolaan limbah yang terpadu seperti biogas. Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan mampu mendirikan unit usaha baru pengelolahan limbah kotoran ternak melalui proses biogas. Kemampuan ini perlu perhitungan mendalam mengenai kelayakan finansial dan non finansial Kelompok Ternak Teguh Mandiri perlu memperhitungkan berapa besar manfaat dari investasi yang akan dilakukan. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan tingkat kepekaan usaha. Sehingga dapat dilihat secara keseluruhan keragaan pengolahan limbah ternak dengan adanya pembangunan instalasi biogas yang menghasilkan gas untuk bahan bakar dan pupuk organik cair dan padat, apakah proyek tersebut layak atau tidak dilaksanakan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dilakukan dengan membandingkan fakta yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang terkait melalui kegiatan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Aspek non finansial menganalisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan serta aspek hukum yang memayungi pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini. Proses pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba ini selanjutnya perlu dilakukan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau
16
nilai pengganti. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pola komponen biaya dan harga output baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti penurunan harga jual pupuk organik menjadi fokus pada analisis sensitivitas pada investasi ini. Setelah rangkaian analisis tersebut dilakukan, maka dapat diketahui apakah pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok ternak Domba Teguh Mandiri layak diusahakan atau tidak. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1 berikut Permasalahan 1. Pemukiman warga berkembang sangat pesat di sekitar peternakan 2. Tarif dasar listrik, minyak dan gas yang melambung tinggi 3. Potensi pencemaran dari limbah kotoran domba bagi pemukiman warga sekitar petenakan.
Peluang 1. Kebutuhan masyarakat terhadap energi alternatif 2. Permintaan pupuk organik meningkat 3. Bahan baku (limbah kotoran) melimpah
Pendirian Unit Biogas Kotoran Domba Pada Kel. Ternak Teguh Mandiri Analisi kelayakan investasi 1. Aspek Finansial 2. Aspek Non Finansial 3. Analisis Sensitivitas Layak
Tidak layak
Rencana pendirian unit usaha dapat direalisasikan
Dilakukan evaluasi ulang
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja. Pemililahan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja karena lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kemudahan dalam mendapatkan data-data yang diperlukan. Desa Nagrak berada diantara beberapa perumahan yang baru di bangun, serta merupakan jalur alternatif penghubung Kelurahan Bantar kemang dan Desa Sukaraja. Akses ke pintu Tol terdekat hanya 10 menit melalui gerbang tol Sentul City. Letak Desa Nagrak yang strategis belum didiukung dengan transportasi umum yang baik. Angkutan umum jarang yang menyentuh langsung ke daerah ini, sehingga warga memerlukan usaha lebih untuk mencapai akses angkutan umum terdekat. Pengumpulan data dilakukan pada bulan september–November 2013 atau selama kurang lebih tiga bulan.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan kepada ketua dan anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan domba pada kelompok ternak tersebut. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan domba yang tidak didokumentasikan oleh kelompok ternak. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi kelompok ternak, jurnal peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Jurnal Badan Pusat Statistik, perpustakaan, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara.
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Lokasi pengumpulan data dilakukan di lokasi peternakan, perpustakaan IPB, dinas peternakan kabupaten Bogor, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, kantor desa Nagrak. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab langsung dengan anggota kelompok dan narasumber lain seperti warga sekitar, tokoh masyarakat dan pemasok perlengkapan dan peralatan peternakan. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi peternak untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi.
18
Sedangkan untuk datasekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing di internet. Penelitian ini menggunakan teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu : 1. Teknik observasi untuk memperoleh gambaran mengenai segala hal yang berhubungan proses pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba dan pemasarannya. 2. Teknik wawancara dengan mensensus seluruh anggota Kelompok Ternak Teguh mandiri dan pihak yang berkaitan lainnya. 3. Studi literatur, digunakan untuk memperoleh data-data konsep atau teori yang berkenaan dengan studi kelayakan.
Metode Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data dan informasi yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft Office Excel 2007. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pendirian unit pengloahan limbah secaradeskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studikelayakan pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran,aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang dengan masa mendatang melalui tingkat diskonto tertentu. Selain itu, analisis secara kuantitatif ini juga menganalisis adanya risiko investasi pada produksi pupuk organik melalui proses biogas yaitu penurunan harga output dan pasokan bahan baku yang berkurang dengan menggunakan analisis sensitivitas nilai pengganti (switching value). Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (NetB/C) dan Payback Periode. Analisis Non Finansial Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek dan dianalisis secara deskriftif seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran 1. Analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis aspek pasar dan pemasaran di Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh Kelompok ternak ini. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi keterkaitan antara pasar input dan pasar output. Analisis aspek pasar dan pemasaran, mengkaji bauran pemasaran (Produk, harga, distribusi, promosi) yang diusahakan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Apabila aspek tersebut dapat dipenuhi oleh pihak kelompok ternak, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada aspek pasar dan pemasaran layak untuk dijalankan.
19
2.
3.
4.
5.
Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi pengolahan biogas kotoran domba, skala operasi atau luas produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi, peralatan yang digunakan, dan proses produksi yang dilakukan. Mengkaji kegiatan yang akan dilakukan Kelompok Ternak Domba Teguh Mandiri dalam memproduksi pupuk organik sesuai kriteria produksi pupuk organik melalui proses biogas yang baik seperti jalur ketersediaan input berupa limbah kotoran domba dari lokasi peternakan dengan lokasi unit pengolahan biogas tidak berjauhan, tidak mengganggu pemukiman warga, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi peternakan, tata letak kandang sudah efektif, serta proses kegiatan produksi dan pemasaran biogas dan pupuk organik yang baik, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek teknis. Analisis Aspek Manajemen Aspek ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian usaha dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawabpihak yang terlibat dan bentuk organisasi dan manajemen di Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Analisis aspek manajemen digunakan untuk mengindetifikasi kegiatan yang tidak perlu, koordinasi diantara aktivitas yang ada, efisiensi manajemen dan operasi, kesesuaian struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab. Apabila Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat melakukan pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada aspek manajemen layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen. Analisis Aspek Hukum Tujuan dari analisis aspek hukum ini adalah menganalisis legalitas usaha yang dijalankan dan menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba, izin-izin yang dimiliki (Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), izin gangguan, sertifikat tanah atau dokumen lainnya seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kelompok ternak dalam mendukung pendirian unit bisnis baru tersebut. Jika persyaratan hukum seperti izin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri, maka pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial dan lingkungan dilakukan dengan menganalisis dampak yang ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat dan anggota kelompok. Analisis dilakukan untuk menilai apakah pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba di Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki dampak positif atau negatif, baik untuk anggota Kelompok Ternak Teguh Mandiri sendiri maupun masyarakat luas, termasuk pemerintah (kontribusi bagi pembangunan
20
daerah). Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis apabila dalam pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik. Analisis ini akan melihat apakah Kelompok Ternak Teguh Mandiri memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, jika pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba mampu memberikan dampak yang positif, maka pendirian unit usaha baru pada kelompok ternak ini layak untuk dijalankan dilihat pada aspek sosial dan lingkungan. Analisis Finansial 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.Jika NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika NPV = 0, maka manfaat investasi sama dengan tingkat social opportunitycost of capital, secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Berikut hubungan NPV dengan IRR (Nurmalina et al, 2009). NPV
5160
760
IRR
I = Discount Rate (%)
0 -260 10
25
30
Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR NPV = ∑ Ket : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis i = Tingkat DR (%) n = Umur bisnis
(
)
dimana
Bt Ct 0 Bt Ct 0
21
2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang), dengan kata lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009) (
IRR =
)
Ket : = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negative = NPV positif = NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital, tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. (Nurmalina et al, 2009) NET B/C = [
∑ ∑
(
)
(
)
]
Ket : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun n = Tahun 4. Payback Period (PP) Payback of Period (PP) dilakukan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. (Nurmalina et al, 2009) Payback period = Ket : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab= Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
22
Analisis Sensitivitas Analisis switching value mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Switching value perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak. Analisa Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. 1.
Total Penerimaan (Total Revenue) Penerimaan total (Total Revenue) perusahaan sama dengan jumlah output yang dikalikan harga jual (Masyhuri, 2007). total penerimaan dirumuskan sebagai berikut : TR = P X Q Ket : TR= Total Penerimaan P = Harga per unit output Q = Jumlah output
2.
Biaya Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan, sedangkan biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. (Masyhuri, 2007). Total biaya dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC – TVC Ket : TC = Total biaya TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel
3.
Penyusutan Beban penyusutan adalah alokasi atas harga perolehan suatu aktiva tetap. Karena hanya merupakan alokasi beban, tidak ada lagi kas yang keluar pada saat beban penyusutan ditetapkan untuk suatu periode tertentu. Salah satu metode perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line) yaitu dengan rumus : Penyusutan =
23
Ket : Harga Perolehan = harga beli aktiva tetap ditambah biaya pemasangan dan semua beban yang terkait dengan pembelian aktiva tetap Nilai sisa = perkiraan harga jual aktiva tetap jika aktiva tersebut telah habis umur ekonomisnya Umur ekonomis = masa pemakaian aktiva tetap yang paling optimal 4.
Laba atau Rugi bersih Suatu laporan laba rugi, mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.format paling dasar laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai berikut : Penjualan – Beban = Laba bersih
Asumsi Dasar 1. Seluruh modal investasi diasumsikan berdasarkan modal sendiri. 2. Jenis Domba yang di pelihara pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Domba Garut, Sulfoks, Merinho, dan Ekor gemuk lokal. 3. Asumsi limbah kotoran yang dihasilkan setiap ekor domba adalah 3kg/hari, dengan jumlah populasi saat ini sebanyak 123 ekor maka limbah kotoran yang dihasilkan diperkirakan sekitar 369kg/hari. 4. Kapasitas produksi dihitung meningkat setiap tahun sebesar 5 persen selama umur proyek berdasarkan jumlah populasi domba yang terus meningkat. Suku bunga yang digunakan berdasarkan rata-rata bunga deposito pada 35 5. bank umum yaitu 7 persen. 6. Satuan tenaga kerja yang digunakan adalah HOK 7. Jumlah hari kerja dalam satu tahun adalah 360 hari. 8. Umur proyek adalah 10 tahun berdasarkan pada umur tabung Bio Digester. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tabung bio digester merupakan aset paling penting dalam usaha jika dijumlahkan merupakan biaya investasi terbesar. 9. Tidak adanya perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan objek penelitian selama umur ekonomis yang diperkirakan. 10. Harga peralatan disesuaikan dengan harga beli di pasar saprotan Tani Jaya, Pasar Anyar, Bogor. 11. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga beli di Toko Bangunan Sumber Bangunan, Cimahpar, Bogor. 12. Semua aktiva tetap berwujud akan disusutkan kecuali tanah. 13. Nilai sisa yang ditetapkan untuk bangunan, mesin, serta beberapa peralatan lain akan habis sesuai umur ekonomis barang, penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method). 14. Persamaan 1 Kg limbah ternak domba segar setara dengan 0,1725m3 biogas. 1m3 biogas setara dengan 0,46Kg Gas Elpiji dan 1 Kg limbah ternak domba segar menghasilkan sisa rendemen pupuk organik sebesar 0,72%. 15. Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke-0.
24
16.
17.
18.
19.
Harga jual produk biogas ditetapkan sebesar 1.600/m3. Harga jual Pupuk Organik Peternakan (POP) akan dijual dengan harga Rp 600,- per kilogram atau Rp. 30.000,- per karung 50 kg. Biaya perawatan untuk bangunan, instalasi pipa dan infrastruktur perbulannya ditetapkan sebesar Rp 500.000 perbulan berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada Kelompok ternak. Tahun ke 0 pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba adalah tahun 2014. Pendirian unit biogas pada tahun ke 0 dperkirakan memerlukan persiapan yang sangat matang dalam waktu setahun penuh, sehingga tahun pertama berjalannya unit bisnis ini adalah tahun 2015 besarnya pajak yang dikenakan pada tahun pertama dan seterusnya adalah 25 persen. Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu: a) Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010. b) Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun2010.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Nagrak Desa Nagrak merupakan salah satu dari delapan desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.Secara wilayah, Desa Nagrak memiliki luas sekitar 230 Ha, dengan areal pertanian sebesar 120Ha dan pemukiman 80Ha. Desa ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah. Sebelah utara berbatasan dengan Bantar Kemang, selatan berbatasan dengan Desa Cikeas, timur berbatasan dengan Desa Cibanon dan barat berbatasan dengan Desa Cijayanti. Banyak lahan yang berada di Desa Nagrak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas, mulai dari pertanian, pendidikan, peternakan, dan berdagang. Lahan di Desa Nagrak didominasi oleh pemukiman dan lahan pertanian sederhana yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Letak topografi Desa Nagrak memiliki jenis lahan sedikit berbukit dengan ketinggian + 400m dari permukaan laut, dengan curah hujan deras yaitu 0,26-1mm/min, suhu udara berkisar 22–28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen menjadikannya daerah yang subur dan cocok untuk bertani maupun berternak.
25
Sejarah dan Perkembangan Kelompok Ternak Teguh Mandiri mulai dirintis pada tahun 2009 oleh H Tatang Muchtar yang saat itu merupakan pensiunan Korlap Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Bogor. Kelompok ini merupakan sebuah perkumpulan peternak yang bergerak dalam bidang jual beli dan peternakan domba serta pemanfaatan hasil peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri berlokasi di Jl. Cibedug Pabuaran, Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya kelompok ini adalah untuk mengembangkan usaha ternak domba dan merangkul para peternak sekitar dalam bekerjasama menjalankan usahaternak domba yang berorientasi profit sehingga memiliki posisi tawar yang kuat serta mampu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat sekitar. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini berdasarkan ketertarikan dan hoby beliau pada dunia pertanian.Berawal dari memelihara tanaman hias, ikan bawal, burung kicau, hingga saat ini membudidayakan ternak domba digelutinya secara tekun. Dana pensiun yang didapatnya tiga tahun lalu menumbuhkan ide bisnis untuk mengembangkan usaha ternak domba menjadi sebuah kelompok ternak yang dapat membantu para peternak disekitar untuk saling mendukung.Beliau memilih memelihara domba jantan yang akan dijual pada saat hari raya Idul Adha karena siklus usaha yang tidak terlalu lama dan resiko yang relatif kecil. H Tatang Muchtar memulai usaha ternak ini dengan membeli domba lokal sebesar 20 juta rupiah, yang berasal dari berbagai daerah di sekitar kelompok ternak.domba yang dibeli adalah domba jantan yang siap untuk digemukkan dan akan dijual pada lebaran Idul Adha. Adanya peluang dan prospek kedepan yang sangat baik mengharuskan usaha ini menjadi usaha yang berorientasi profit, sehingga pada tahun tersebut usaha yang dirintis beliau ini mempekerjakan dua orang pekerja serta meningkatkan jumlah populasi yang dipelihara. Pada tahun 2010 beliau merangkul beberapa peternak dan penjual-beli hewan ternak (yang akrab disebut bandar) untuk membentuk kelompok ternak yang mampu menjadi wadah para anggotanya, untuk mempermudah usaha serta membangun jaringan pasar yang luas. Wadah tersebut kemudian terbentuk dengan diberi nama Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Kelompok Ternak Teguh Mandiri lebih fokus berusaha ternak domba untuk memenuhi besarnya permintaan saat hari raya Iedul Adha, namun bukan berarti pada saat hari-hari biasa kandang kelompok ternak ini kosong. Permintaan domba untuk kebutuhan Akikah dan Pedaging merupakan pendapatan kelompok ternak yang diandalkan setiap bulan. Populasi ternak domba minimum pada kelompok ternak ini adalah 50 ekor, yang kebanyakan diantaranya adalah betina. pemeliharaan domba betina atau indukan selain diperuntukan mendapatkan petet bakalan dari kandang sendiri, betina juga digunakan untuk memenuhi permintaan kebutuhan domba untuk keperluan pedaging. H Tatang Muchtar sejak tahun 2013 mulai merintis usaha pertanian jagung manis untuk memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, serta pupuk kandang yang melimpah. Lahan yang digunakan untuk menanam jagung hanya seluas 2000 m2, dan menghasilkan 1,4 ton jagung manis. Meskipun baru berjalan dua kali siklus tanam, namun unit bisnis ini dirasakan sangat membantu kelompok ternak, karena umur penanaman yang hanya empat
26
bulan, serta sisa penanaman jagung manis yang dapat dijadikan pakan bagi ternak domba kelompok ternak. Kegiatan Produksi Unit Penggemukan Domba Kurban Unit bisnis ini memiliki kegiatan penggemukan Hewan kurban secara intensif. Hewan kurban yang digemukkan pada kelompok ternak ini adalah domba jantan. Kegiatan penggemukkan secara intensif dilakukan selama kurang lebih 3 bulan menjelang Idul Adha. Kegiatan usaha pengemukkan hewan kurban meliputi pengadaan domba jantan muda, pemberian obat cacing pada seluruh hewan ternak, dan pemberian pakan secara intensif. Domba jantan muda yang digemukkan adalah domba yang dibeli dari anggota kelompok, serta peternak disekitar kelompok ternak, serta domba jantan yang memang dibudidayakan dan lahir di kelompok ternak. Selanjutnya setelah seluruh hewan ternak berada di kandang, keseluruh hewan tersebut diberi obat anti parasit dan obat cacing untuk menghindari adanya parasit yang berada pada ternak yang digemukkan. Selama tiga bulan penuh ternak yang digemukkan diberi pakan secara intensif agar rataan penambahan berat maksimal. Hewan ternak yang telah digemukkan dan siap dipasarkan pada musim kurban laris manis dan selalu habis terjual. Pemasaran hewan kurban ini dijual ke beberapa daerah, daerah dengan harga yang bersaing. Penjualan hewan kurban yang dilakukan Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki keunggulan dalam pelayanan konsumen, hewan ternak yang dijual kepada konsumen diantarkan langsung ke tempat pemotongan kurban dan juga ditawarkan pelayanan potong kurban secara cuma-cuma. Terdapat empat orang dalam tim potong kurban untuk melaksanakan layanan tersebut. Pelayanan ini membuat konsumen merasa puas dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk kembali membeli di tahun depan. Organisasi dan Manajemen Kelompok Ternak Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara menyeluruh dengan batas yang relatif dapat ditentukan dan berfungsi secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan bersama. (Stephen P. Robinson dalam Sumardjo, 2001). Struktur organisasi adalah pengelompokan tugas-tugas atau jenis pekerjaan yang sama atau hampir sama serta bertingkat-tingkat dan jelas rentang manajemen dan pengawasan/pengendaliannya, yang bertujuan untuk menjelaskan bagian-bagian yang ada, hubungan antara bagian, jenjang atasan dan bawahan atau dengan kata lain struktur organisasi harus memperlihatkan adanya rentang komunikasi dan rentang pengendalian yang tegas antara atasan dan bawahan dan antara bagian-bagian yang ada. Struktur organisasi yang ada pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri terdiri dari Ketua kelompok ternak, Sekertaris, Bendahara, Anggota dan Karyawan. Struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat dilihat pada Gambar 1.
27
anggota 3 anggota 2
Ketua
anggota 1
Sekertaris
Keterangan :
anggota 4 anggota dst
Bendahara Karyawan Tetap
Garis komando Garis koordinasi Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Gambar 3 menunjukkan pembagian tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi yang jelas dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan pada organisasi. Deskripsi tugas dan kegiatan pada setiap lini bagian adalah sebagai berikut. 1. Anggota Seluruh kegiatan yang berada pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri berdasarkan pada keputusan bersama anggota. Seluruh anggota kelompok memiliki hak dan kewajiban dalam berkontribusi pada kelompok ternak. Fasilitas dan hasil produk yang dihasilkan kelompok ternak dapat digunakan anggota. Fungsi pokok anggota adalah membantu memenuhi kebutuhan kelompok dalam memperoleh input dan bahan baku dalam seluruh kegiatan usaha kelompok ternak teguh mandiri.Setiap anggota kelompok ternak bertanggung jawab pada hewan ternak peliharaannya, mulai dari mencari pakan, memandikan, serta mengobati. 2. Ketua Peran ketua kelompok ternak adalah sebagai pengatur kegiatan usaha pada kelompok ternak. Ketua merangkap sebagai manajer produksi, manajer pemasaran, dan manajer keuangan yang berperan aktif dalam memajukan kelompok ternak. 3. Bendahara Ruang lingkup pekerjaan pada Bendahara meliputi seluruh kegiatan kelompok yang berkaitan dengan pencatatan pendapatan serta pengeluaran kebutuhan kelompok ternak. Bendahara melakukan pembukuan bulanan serta memberikan laporan kas kelompok ternak kepada ketua, yang akan dikoordinasikan langsung kepada para anggota. 4. Sekretaris Tugas utama sekretaris pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah membuat laporan dan proposal untuk kegiatan peternakan. 5. Karyawan Tetap Karyawan tetap pada kelompok ternak memiliki tugas pokok yaitu menjaga dan membersihkan lokasi usaha ternak, selain itu karyawan tetap juga bertugas untuk mengantisipasi apabila ada anggota yang tidak sempat mencari pakan dan mengurus hewan ternak peliharaannya.
28
Pemasaran Pemasaran adalah proses manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002). Sedangkan manajemen kegiatan pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan dengan tujuan untuk menghasilkan kepuasaan bagi pihak-pihak yang terlibat. Agar kegiatan pemasaran pemasaran tersebut dapat tepat pada sasaran pasar, maka perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah dengan menerapkan bauran pemasaran (marketing mix) dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu: produk, struktur harga, kegiatan promosi,dan sistem distribusi (Kotler, 2002). Bauran pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri merupakan strategi pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya dalam rangka menempatkan posisi yang kuat dalamsasaran pasar. Masing-masing sarana pemasaran yang dirancang perusahaan tersebut merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Produk (Product) 1. Kelompok Ternak Teguh Mandiri menawarkan produk yang berbeda dari yang peternak lain pada umumnya. Produk utama yang ditawarkan kepada konsumen adalah domba dewasa siap potong, jasa pemotongan hewan dan hewan kurban, sedangkan produk yang ditawarkan dari unit bisnis sampingannya adalah pupuk kandang, dan jagung manis. Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri produk yang ditawarkan memiliki nilai lebih dalam menempatkan posisi pada benak konsumen. Pada unit bisnis penggemukan domba kurban hewan kurban yang dijual dijamin kualitas dan kesesuaian dengan memenuhi persyaratan hewan kurban, domba yang dijual harus dalam kondisi sehat, bersih serta sudah dicukur bulunya. selain itu diberikan pelayanan antar gratis bagi para konsumen sehingga konsumen puas. 2. Harga (Price) Harga yang ditawarkan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri sangat terjangkau. Karena kelompok ternak menetapkan harga jual dibawah harga pasar, mengingat tingkat perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar kelompok ternak merupakan golongan menengah ke bawah. 3. Promosi (Promotion) Promosi adalah alat yang digunakan untuk menarik konsumen untuk melakukan pembelian suatu barang. Target pasar dari adalah masyarakat lingkungan kelompok ternak. Namun tidak sedikit konsumen yang berasal dari kota-kota besar, hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan secara langsung oleh H Tatang Muchtar kepada kenalan dan rekanan beliau.
29
4.
Distribusi (Place) Saluran pemasaran Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam mendistribusiskan produknya dapat dilihat pada Gambar 4. di bawah ini. Kelompok Ternak Teguh Mandiri Pedagang Eceran
Anggota Kelompok Tani
Konsumen Akhir
Gambar 4. Saluran PemasaranKelompok Ternak Teguh Mandiri Saluran pemasaran tingkat nol terjadi pada saat Kelompok Ternak Teguh Mandiri menjual produk yang ditawarkan langsung kepada Anggota, pedagang eceran, dan konsumen akhir. Untuk saluran pemasaran tingkat satu terjadi pada saat pedagang eceran yang membeli produk kelompok ternak dan menjualnya kepada konsumen akhir.
HASIL ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT BIOGAS Biogas sebagai sumber energi alternatif terbaharui saat ini sangat diminati masyarakat. Penggunaan yang mudah serta harga yang ekonomis menjadikan biogas sebagai solusi kenaikan harga bahan bakar minyak dan elpiji. Kebutuhan masyarakat akan sumber energi yang terjangkau, mendukung perkembangan sumber energi alternatif biogas. Permintaan terhadap sumber energi alternatif biogas semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan ketersediaan bahan bakar minyak yang semakin menipis. Ditambah dukungan pemerintah dan instansi pendidikan dalam mengembangkan teknologi biogas mendukung perkembangan biogas untuk dapat sampai pada seluruh pelosok daerah. Bahan organik yang paling umum digunakan sebagai bahan baku proses pengolahan biogas adalah limbah pertanian dan peternakan. Penggunaan kotoran ternak sebagai bahan baku proses pengolahan biogas, akan memberikan manfaat tambahan dari limbah sisa proses produksi. Sisa proses pengolahan biogas berupa lumpur (sludge), memiliki kandungan zat hara yang dibutuhkan tumbuhan. Lumpur sisa proses pengolahan biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki nilai jual. Pupuk organik yang dihasilkan dari sisa pengolahan biogas memiliki keunggulan lebih dibandingkan pupuk organik yang dihasilkan melalui proses pengomposan. Pupuk organik sisa biogas memiliki kandungan zat hara berbentuk ionik sehingga lebih mudah menyatu dengan tanah dan lebih cepat diserap oleh tanaman. Pupuk organik sisa pengolahan biogas memiliki pasar
30
tersendiri, permintaan terbesar pupuk ini adalah para petani sayuran organik dan bunga potong. Namun, dengan adanya kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pupuk kimia, memberi dampak positif terhadap permintaan pupuk organik. Mayoritas penduduk Desa Nagrak yang berprofesi sebagai petani sangat mendukung keberadaan unit pengolahan biogas. Kebutuhan akan pupuk organik serta melambungnya harga minyak tanah menjadikan biogas solusi terbaik untuk mengatasi masalah krisis energi. Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai suatu usaha rakyat yang bergerak di bidang peternakan dinilai mampu memanfaatkan kondisi lingkungan yang mendukung,ditambah potensi internal yang dimiliki kelompok ternak dapat menjadi pondasi kuat untuk mendirikan unit pengolahan biogas. Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama menjalankan usahanya memiliki image yang baik dimata konsumen dan masyarakat sekitar. Konsumen kelompok ternak memiliki loyalitas terhadap produk-produk yang dihasilkan. Loyalitas konsumen bagi kelompok ternak merupakan kekuatan untuk perkembangan kelompok ternak. Saat ini, Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki unit bisnis penggemukan domba kurban. Limbah kotoran yang dihasilkan merupakan faktor internal pendukung utama dalam pendirian unit bisnis pengolahan biogas. Ketersediaan kotoran domba sangat diperlukan dalam berlangsungnya unit bisnis yang akan didirikan. Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri akan menghasilkan output berupa biogas dan pupuk organik. Produk biogas dapat dimanfaatkan dengan cara memasarkan hasil produksi biogas kepada masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Sisa produksi biogas berupa pupuk organik dapat dijual kepada petani untuk meningkatkan penerimaan kelompok ternak. Pendirian unit bisnis pengolahan biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri tersebut akan dikaji dalam dua sisi, yaitu analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Pendirian unti bisnis ini diharapkan akan dapat meningkatkan penerimaan kelompok ternak.
Analisis Kelayakan Nonfinansial Aspek Pasar dan Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok yang berusaha mendapatkan sesuati yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Unit pengolahan Biogas Kotoran Domba memproduksi biogas dan pupuk organik. Kedua produk hasil unit usaha ini termasuk kepada golongan barang superior. Meningkatnya taraf hidup masyarakat maka kesadaran akan organik dan energi alternatif akan meningkat. Peluang Pasar 1. Produk pupuk organik mengalami peningkatan permintaan sejak 2010 saat pengurangan subsidi pupuk kimia dari 17 trilyun menjadi 11 trilyun rupiah, mengakibatkan harga pupuk kimia subsidi meningkat. Tahun 2014 diperkirakan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan permintaan nasional pupuk organik akan meningkat menjadi 13,4 juta ton, sedangkan
31
2.
produksi nasional pupuk organik oleh BUMN hanya sebesar 4,69 juta ton. Kekurangan pupuk organik nasional sebesasr 8,71 juta ton ini diserahkan pada masyarakat dan pihak swasta untuk bisa memenuhinya. Suplai nasional yang kurang ini menjadikan excess demand pada produk pupuk organik sebuah peluang besar bagi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Penyerapan pupuk organik terbesar adalah para petani padi, cabai, jagung, dan sayuran lainnya. Produk pertanian tersebut rata-rata membutuhkan 10 ton pupuk organik setiap hektarnya, sehingga dengan luas lahan pertanian Kota Bogor mencapai 3.116 Ha kebutuhan pupuk organik adalah sebesar 31.160 ton. Permintaan tersebut selama ini terpenuhi oleh pupuk kandang segar dari peternakan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan potensi pengolahan biogas mampu memberikan nila lebih karema produk pupuk yang dihasilkan dari unit pengolahan biogas kotoran domba berupa pupuk organik yang telah dipermentasi melalui proses methanogenesis, sehingga kandunga zat hara telah terpecah berbentuk molekul ionik yang lebih mudah diserap tanaman. Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan sekitarnya sebagai salah satu area pertanian yang dapat dijangkau kelompok ternak ini memiliki kebutuhan pupuk anorganik sebesar 39.000 ton. Kenaikan harga eceran pupuk subsidi dan kesadaran penggunaan pupuk organik memungkinkan permintaan pupuk organik masih terus bertambah. Biogas sebagai salah satu alternatif sumber energi penghasil panas, merupakan suatu energi baru terbaharukan yang dapat digunakan untuk memasak. Kebutuhan rata-rata rumah tangga dengan lima anggota keluarga yaitu 0,6 kg gas elpiji perhari, yakni setara dengan 1,3 m3 biogas. Jangkauan jaringan instalasi biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang tahun pertama direncanakan hanya berjarak 200m dari terminal kontrol, hanya mampu menjangkau 50 rumah tangga disekitrar peternakan, sehingga pemasaran biogas masih dalam taraf kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa biogas belum begitu akrab digunakan penduduk sekitar, dan pemasangan jaringan distribusi gas yang memerlukan kesesuaian lokasi antara rumah konsumen yang harus berdekatan dengan peternakan. Penetapan Merek Dagang dan Harga Merek dagang dari produk biogas Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah "Gas Hijau". Nama tersebut diambil berdasarkan sumber bahan baku energi biogas yang merupakan hijauan pakan yang telah dicerna hewan ternak domba, selain itu api yang dihasilkan pun mengeluarkan warna semu hijau dari tungku pembakaran. Harga jual produk biogas ditetapkan berdasarkan perbandingan harga produk subtitusi. Harga yang ditetapkan Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebesar Rp. 1.600 per 1m3. Harga tersebut jauh lebih terjangkau bila dibandingkan dengan harga gas elpiji 3 Kg, setiap 1 m3 biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji. Gas elpiji tabung 3 Kg setara dengan 6,5 m3 biogas, jika harga jual Gas elpiji 3 kg adalah Rp.14.000 maka dengan menggunakan biogas konsumen hanya mengeluarkan biaya Rp.10.400 untuk mendapatkan energi yang setara dengan gas elpiji. Biaya instalasi pipa gas ditanggung kelompok ternak sebagai investasi dan pelayanan kepada konsumen. Penetapan harga tersebut terlebih dahulu akan dikaji dan disepakati oleh seluruh anggota kelompok ternak.
32
Pupuk organik yang dihasilkan akan diberi merek dagang Pupuk Organik Peternakan (POP) Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Harga jual Pupuk Organik Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah Rp 30.000,dalam kemasan 50 kilogram, atau sebesar Rp.600,- setiap kilogramnya. Harga yang ditetapkan kelompok ternak bila dibandingkan harga produk sejenis di pasaran memiliki harga yang lebih terjangkau. Pupuk Pandawa produksi Kelompok Tani Maju Bersama Citapen, menetapkan harga pupuk kandang fermentasi pandawa dengan harga Rp.750,- setiap kilogramnya. Penetapan harga jual dilakukan berdasarkan sistem Cost-plus pricing methode (penetapan harga biaya plus), yaitu berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Pada penetapan harga pupuk ini dasar biaya yang digunakan adalah total seluruh biaya pada perhitungan laba rugi tahun pertama, dibagi dengan jumlah produksi pupuk tahun pertama. Biaya Produksi =
Total Biaya Operasional Total Produksi Rp 47.297.968
= 95.645 Kg = Rp 494/Kg = Rp 494 + (Rp 494x 23 %) = Rp 494+ 116 = Rp 600 Target dan Segmen Pasar Segmentasi merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan perilaku. Target pasar utama produk pupuk organik dari Kelompok Ternak Teguh Mandiri adalah pasar segmented petani sayuran organik. Harga jual POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang yang hanya Rp.150,-, mengharuskan kelompok ternak melakukan segmentasi pasar, agar produk POP dapat cepat diserap konsumen. Kelompok ternak dapat bekerjasama dengan toko-toko penjual kebutuhan tani untuk dapat saling menguntungkan memasarkan POP ke konsumen akhir. Selain petani sayuran organik, pasar tanaman hias dan ibuibu hobbies tanaman merupakan segmen pasar yang sangat potensial. Proses segmentasi pasar POP dilakukan perlahan dengan menawarkan pada kelompok tani organik dan sayuran yang banyak tersebar di Kabupaten Bogor. Secara umum POP dapat digunakan oleh petani, tanaman hias maupun tanaman hortikultura. Biogas dapat digunakan oleh ibu rumah tangga, peternakan ayam pedaging dan industri-industri kecil yang memerlukan energi panas api. Segmentasi pasar biogas yang akan diterapkan kelompok ternak hanya berdasarkan letak geografis. Instalasi pipa pengaliran biogas mengharuskan segmentasi pasar hanya kepada konsumen yang lokasinya tidak lebih dari 200m dari lokasi kelompok ternak. Tidak menutup kemungkinan jika Kelompok Ternak Harga Jual
3.
33
4.
Teguh Mandiri memperluas jangkauan jaringan pipa ke daerah dengan tingkat permintaan biogas yang lebih tinggi. Jalur Distribusi dan Tataniaga Produk Lokasi produksi biogas dan pupuk organik ini berada di wilayah desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jalur tataniaga pemasaran biogas adalah direct selling yakni langsung ke konsumen akhir. Konsumen yang dituju adalah rumah tangga masyarakat sekitar kelompok ternak yang memiliki jarak degan terminal biogas tidak lebih dari 200m. Jalur pemasaran tataniaga biogas dapat dilihat pada Gambar 5. Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Konsumen Akhir Gambar 5. Pemasaran Biogas Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri Sedangkan jalur distribusi pupuk organik adalah toko-toko kebutuhan pertanian yang dapat bekerjasama dalam memasarkan produk POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Sistem kerjasama yang akan digunakan adalah titip kontrak pupuk pada setiap toko. Pupuk organik ini dapat langsung dijual kepada para petani yang dapat dijangkau oleh kelompok ternak. Jalur distribusi pemasaran pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 6.
Kelompok Ternak Teguh Mandiri
Toko Pertanian
Konsumen Akhir Gambar 6. Pemasaran Pupuk Organik Pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri 5.
Strategi Pemasaran Strategi Pemasaram yang dapat dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri salah satunya adalah mempromosikan produk. Promosi merupakan kegiatan yang penting untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi bertujuan untuk menginformasi, membujuk dan menarik konsumen agar membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam pemasaran biogas, Kelompok Ternak Teguh Mandiri melakukan beberapa promosi. Promosi yang gencar sangat dibutuhkan dalam memasarkan produk biogas dikarenakan produk yang ditawarkan masih sangat baru bagi target pasar yang dituju. Promosi yang akan dilakukan kelompok ternak antaralain:
34
a.
Melakukan peluncuran produk yang unik sehingga menarik perhatian warga sekitar. b. Melakukan penyuluhan yang intensif kepada para ibu disekitar komplek peternakan. c. Instalasi gratis bagi rumah tangga masyarakat sekitar yang memiliki jarak dengan terminal biogas tidak lebih dari 200m. Jaminan ketersediaan biogas serta pelayanan yang baik kepada para d. konsumen. Sedangkan promosi yang akan dilakukan dalam pemasaran produk pupuk organik, kelompok ternak menerapakan beberapa promosi untuk memperkenalkan pupuk organik tersebut. Promosi yang dilakukan antara lain: a. Mengikuti berbagai kegiatan pameran, pameran tersebut bertujuan untuk memperkenalkan produk pada masyarakat luas. b. Pemberian leaflet pada konsumen dengan tujuan agar masyarakat mengetahui pentingnya pengguaan pupuk organik bagi tanaman. c. Memajang banner `dan spanduk produk pada toko-toko yang dapat bekerjasama dalam memasarkan POP Kelompok Ternak Teguh Mandiri d. Melakukan penyuluhan kepada para petani. e. Pemberian informasi ke berbagai pihak bahwa pupuk hasil biogas lebih baik dibandingkan dengan kotoran yang langsung diambil dari kandang. Aspek Teknis Biogas adalah gas rawa yang dihasilkan dari proses penguraian atau fermentasi bahan organik secara kedap udara (anaerob). Gas tersebut dapat dengan mudah terbakar karena terdapat kandungan gas methan yang sangat banyak. Biogas mengandung kombinasi gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2), uap air (H2O), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Adapun susunan kombinasi gas yang terdapat pada biogas dapat dilihat pada Gambar 7. BIOGAS
Gas tidak mudah Gas Methan (CH4) 67,7%
terbakar22,1% %
Gas Lain 7,8% Karbon dioksoda (CO2) 14,3% Uap Air (H2O) Nitrogen (N2)
Hidrogen (H2)
Hidrogen sulfida (H2S)
Gambar 7. Susunan Kandungan Biogas Kotoran Domba.
35
Sifatnya yang mudah terbakar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Gas tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan sangat mudah menguap dan bercampur udara sekitar. Maka dari itu gas rawa yang dihasilkan diproses dan ditampung dalam sebuah bak pengurai (digester) kedap udara. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara Perang Dunia I dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Berbeda di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, 1991). Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (sludge) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Menggunakan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Setiap satu m3 biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,80 liter bensin, dan 3,5 kilogram kayu bakar (Firmansyah, 2008). Pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat direalisasikan jika aspek teknis dapat terpenuhi. Aspek teknis yang dianalisis pada pendirian unit usaha ini antara lain model digester, lokasi dan tata letak bangunan, ketersediaan input dan fasilitas produksi, skala produksi, tahap pendirian unit pengolahan serta proses produksi biogas. 1. Model Digester Untuk pengolahan biogas yang terbentuk dari bahan-bahan organik khususnya kotoran domba dapat dibuat beberapa model konstruksi alat penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas) yaitu batch feeding dan continuous feeding. Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik (campuran kotoran domba dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan, setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digester dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru. Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan periodik dalam jumlah tertentu, hingga biogas mulai berproduksi secara
36
berkesinambungan. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap periode siklus produksi dengan jumlah tertentu. Digester jenis continuous feeding mempunyai dua model yaitu model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul gasnya terapung di atas sumur pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan penggunaannya. Model digester continuous feeding tetap dapat menjadi pilihan yang tepat bagi kelompok ternak untuk dapat di realisasikan, karena kapasitas produksi yang besar dan akan disalurkan ke konsumen membutuhkan produksi biogas yang stabil, disamping itu pengolahan bahan sisa akan lebih mudah dibandingkan tabung digester sistem terapung. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan selalu diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, jenis digester ini didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Sludge adalah zat organik telah mengalami fermentasi dan menghasilkan biogas yang keluar dari tabung digester karena adanya input isian baru pada tabung. Sludge berbentuk lumpur padat yang seluruhnya dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk tanaman. Kelompok Ternak Teguh Mandiri direncanakan akan menggunakan model tabung digester konstruksi tetap kontinu, yaitu tabung digester dan penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian kotoran domba dilakukan terus menerus. Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini memang membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya sederhana. Tabung digester model konstruksi tetap kontinu dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tabung Digester Continuous Feeding (Tetap). 2.
Lokasi dan Letak Bangunan Pemilihan lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang
37
strategis dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan akses yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang. Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun konstruksi tabung digester dengan mudah. Lokasi yang akan dibangun Kelompok Ternak Teguh Mandiri tidak jauh dari kandang sehingga kotoran domba dapat langsung disalurkan ke digester unit pengolahan biogas. Tidak menutup kemungkinan untuk membangun instalasi biogas jauh dari kandang ternak, namun akan muncul kendala yang harus dihadapi, yaitu penyediaan kotoran yang perlu diangkut dari kandang ke lokasi digester. Posisi bak pencampuran dan bak penyaring harus lebih tinggi dari sumur digester agar cairan pengisi dapat mengaliri ke sumur digester. Isisan bahan organik berupa campuran kotoran domba yang sudah melewati proses produksi akan keluar melalui lubang pengeluaran, yang akan ditampung sebagai bahan baku POP kelompok ternak. Ilustrasi posisi bak pencampuran dan lubang pengeluaran dapat dilihat pada gambar 9 berikut
Gambar 9. Konstruksi Tabung Digester Kapasitas produksi harian kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang mencapai 369 Kg setiap harinya memerlukan tabung digester berkapasitas 3200 liter. Siklus produksi yang memerlukan waktu enam hari sampai pada pengisian tabung siklus berikutnya, maka kelompok ternak perlu membangun lima unit sumur digester. Pemanfaatan kotoran ternak yang efisien pendirian lima unit tabung biogas ini juga akan menjamin keberlangsungan penyaluran biogas ke konsumen. Luas lahan yang diperlukan untuk membangun lima instalasi biogas diperlukan lahan seluas 120 m2, dengan panjang 12m dan lebar 10m. Konstruksi dan tata letak instalasi biogas dapat dilihat pada gambar 10 berikut.
38
Gambar 10. Tataletak Konstruksi Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba Cuaca Bogor yang memiliki curah hujan tinggi, memerlukan bangunan untuk menutup unit pengolahan biogas agar konstruksi tabung dan pipa tidak cepat rusak. Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen. Bangunan sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh areal instalasi tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan matahari dan hujan. Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat digunakan sebagai tempat menyimpan pupuk organik padat yang belum didistribusikan. Skema bangunan penutup instalasi biogas dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Skema Bangunan Penutup Instalasi Biogas
39
Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dinilai sudah cukup mendukung untuk pendirian unit bisnis baru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan topografi kelompok ternak yang memiliki ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar 22-28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70-80 persen serta kemudahan mendapatkan sumber bahan baku menjadikan lokasi kelompok ternak ideal untuk mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba. 3. Input dan Fasilitas Produksi Input utama yang diperlukan pada unit pengolahan biogas kotoran domba ini adalah bahan organik berupa kotoran domba, urine domba, dan pakan yang tersisa. Kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba menjadi biogas juga membutuhkan starter rumen isi pencernaan sapi, karung plastik transparan kapasitas 50kg atau 56x90cm, benang karung, dan peralatan fasilitas produksi seperti mesin jahit karung, timbangan digital. Kotoran domba, urine, dan sisa pakan ternak dapat terpenuhi suplainya dari peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang saat ini menghasilkan bahan baku input biogas sebesar 369kg setiap harinya. Jumlah tersebut sangat layak untuk dapat menghasilkan biogas sebanyak 60m3 biogas setiap harinya apabila dapat terolah seluruhnya. ketersediaan bahan organik dari kandang ternak domba ini adalah terus menerus dan dijamin keberadaannya oleh kelompok ternak karena sistem pemeliharaan peternakan domba disini adalah budidaya, sehingga jumlah ternak yang dibudidayakan cenderung konstan. Isi rumen pencernaan sapi merupakan starter tammbahan mikroba methanogenesis yang memang sangat subur terdapat dalam pencernaan sapi. Kotoran domba sebenarnya juga memiliki jumlah bakteri mikroba yang cukup banyak, namun dalam kotoran domba terdapat mikroba colostridium tetani dalam jumlah kecil yang menghasilkan karat apabila bertemu air, sehingga starter isi rumen pencernaan sapi dibutuhkan. Isi rumen pencernaan sapi dapat diiperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) di Bubulak. Pengolahan dan pengemasan POP Kelompok Ternakteguh Mandiri membutuhkan karung plastik transparan 50kg atau 56x90cm. Karung ini banyak terdapat dipasaran dan dapat dibeli dari penjual karung di Jl. Tole Iskandar Depok, atau Jalan Baru, Cimanggu. Spesifikasi karung yang bersih dan nyaman dilihat menjadi salah satu faktor produk POP nyaman untuk dilihat dan mudah untuk didistribusikannya. Bahan baku yang mudah didapatkan harus diimbangi dengan fasilitas produksi pendukung unit pengolahan ini. Kelompok ternak dalam memproduksi pupuk organik membutuhkan listrik untuk proses pengemasan dan sebagai sumber penerangan. Alat alat yang digunakan seperti mesin jahit karung dan timbangan juga memerlukan adanya pasokan listrik. Kapasitas listrik pada kelompok ternak saat ini adalah 1200 watt, yang digunakan bersamaan dengan peternakan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan unit pengolahan biogas kotoran domba. 4. Skala Produksi Unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri memiliki skala produksi menengah, dengan target produksi biogas ratarata sebesar 60m3 dan pupuk organik peternakan rata-rata sebesar 265kg setiap harinya. Jumlah hewan ternak yang dibudidayakan pada kelompok ternak saat ini sangat mencukupi untuk memenuhi target produksi tersebut. Saat ini kelompok
40
ternak memiliki domba dewasa sebanyak 123 ekor, dengan estimasi limbah peternakan yang dihasilkan setiap harinya mencapai 369kg. Nilai konversi kotoran menjadi biogas adalah 0,1725 m3 per kg kotoran, maka produksi biogas setiap harinya mencapai 63,65m3 biogas. Biogas yang dihasilkan tersebut mampu memenuhi kebutuhan 50 rumah tangga dengan asumsi penggunaan biogas perharinya sebesar 1,2m3. Asumsi peritungan hari dalam setahun sebesar 360 hari, maka dalam setahun unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh mandiri menghasilkan 22.914,9m3 biogas. Pupuk organik yang dihasilkan kelompok ternak berasal dari sludge hasil proses produksi biogas dari tabung digester. Limbah kotoran segar yang diproses melalui tabung biogas akan menyusut sebanyak 20persen, berbentuk lumpur padat dan dapat langsung segera digunakan sebagai pupuk. Pengemasan sludge sisa produksi biogas sulit dilakukan apabila masih berbentuk lumpur, maka dari itu ada proses pengeringan yang perlu dilakukan. Pengeringan tersebut menyusutkan lumpur sludge sebanyak 10 persen. Adanya dua tahap penyusutan tersebut menjadikan perhitungan skala produksi pupuk organik setiap harinya adalah sebagai berikut Penyusutan 1 (20%) = 369kg - (0,2x369kg) = 369kg - 73,8kg = 295,2kg Penyusutan 2 (10%)
= 295,2kg - (0,1x295,2kg) = 295,2kg - 29,5kg = 265,69kg
Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa produksi rata-rata perhari pupuk organik peternakan sebesar 265,69kg, sehingga apabila diakumulasikan dalam satu tahun, maka produksi pupuk organik Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebanyak 95.645 kg. Skala usaha tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya dengan dasar asumsi yaitu peningkatan populasi domba sebesar 5 persen setiap tahun. Siklus Produksi 5. Biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis, asidifikasi (pengasaman), dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis, molekul-molekul dioksidasi secara enzimatik menjadi molekul-molekul pendek. Molekul rantai pendek tersebut di uraikan lebih lanjut menjadi asam organik oleh bakteri asetogenik. Selanjutnya asam organik tersebut diuraikan membentuk gas metana. Kandungan gas Metana yang ideal pada biogas adalah 60-70 persen. Gas metana dihasilkan oleh mikroorganisme dan bakteri metanogenesis yang terdapat pada rawa dan perut rumansia seperti kambing, domba, sapi dan kerbau. Suhu yang baik untuk proses produksi biogas adalah 30-55 derajat Celcius. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan organik. Flowchart proses pembentukan biogas didalam tabung digester dapat dilihat pada Gambar 12
41
Gambar 12. Flowchart proses pembentukan biogas Pupuk organik sisa pengolahan biogas dihasilkan dari bahan pengisi yang telah terurai. Bahan pengisi diuraikan oleh bakteri sehingga kandungan zat hara terpecah menjadi ion-ion kecil. Selama proses penguraian, biogas yang diproduksi memberikan hawa panas, sehingga menghancurkan bahan pengisi ke bentuk yang lebih halus. Tahapan siklus produksi pengolahan Biogas kotoran domba diawali dengan pemberian starter pada tabung digester, pencampuran kotoran dan urin domba dengan air hingga berbentuk lumpur, penyaringan campuran kotoran agar terbebas dari benda asing, pengisian tabung digester oleh campuran kotoran, proses produksi biogas, pengontrolan tekanan biogas yang telah disalurkan ke terminal pengontrol, pengaliran biogas ke konsumen dan pengisian kembali bahan pengisi pada tabung digester. Penjelasan proses produksi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a. Pemberian Starter pada Tabung Digester. Awal proses produksi biogas, tabung digester belum memiliki bakteri metanogenesis yang diperlukan untuk mengurai bahan organik menjadi biogas. Maka dari itu, tabung digester pada awal proses produksi harus diisi starter berupa cairan isi rumen sapi. Cairan rumen sapi memiliki kandungan bakteri metanogenesis yang sangat subur. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dapat membeli isi rumen sapi ini dari rumah potong hewan terdekat. Cairan isi rumen sapi dialirkan ke tabung digester sebelum diisi oleh bahan pengisi. Setelah biogas dihasilkan, tabung digester tidak perlu diisi starter lagi. Starter diperlukan lagi apabila produksi biogas yang menurun, atau setelah tabung digester dikosongkan. Pencampuran Kotoran dan urin Domba dengan Air. b. Bahan pengisi tabung digester adalah campuran kotoran dan urin domba yang bercampur dengan air. Kotoran domba dari kandang bercampur dengan air sisa membersihkan kandang ditampung di dalam bak pencampur, dimana bak tersebut berfungsi untuk menghomogenkan bahan pengisi. Kotoran ternak dijadikan bahan isian harus memenuhi persyaratan diantaranya tidak terlalu kental, dalam kondisi segar, tercampur rata dengan
42
air, serta bebas dari benda-benda keras seperti ranting dan batu. Di dalam bak pencampur, kotoran domba yang menggumpal dihancurkan dan diaduk dengan perbandingan air dan kotoran domba 1 : 2. Pengadukan dilakukan secara merata hingga berbentuk lumpur kental dan bersifat homogen. Laju produksi biogas tergantung pada kekentalan bahan isian. Bahan isian yang terlalu cair akan memeperlambat proses produksi, karena bahan organik yang diuraikan lebih sedikit. Waktu yang dibutuhkan untuk mengolah bahan isian yang kental relatif singkat dibandingkan bila terlalu encer. Proses pencampuran ini dilakukan pada sebuah bak penyampuran seluas 100x100x100 cm. Setelah kotoran domba dan air tercampur sempurna maka campuran tersebut harus disaring terlebih dahulu. Proses pencampuran kotoran domba dengan air dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pengadukan Bahan Pengisi. c.
Penyaringan Bahan Pengisi. Campuran kotoran dialirkan ke bak penyaring untuk memisahkan benda-benda anorganik yang dapat menghambat proses produksi biogas. Campuran kotoran yang telah berbentuk lumpur di saring menggunakan kawat jaring dengan jarak kerenggangan sebesar 2 cm. Saluran bak penyaring berhubungan langsung denga lubang pemasukan tabung digester. Sehingga bahan pengisi yang telah disaring bisa langsung dialirkan ke tabung digester. Proses penyaringan bahan pengisi dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Penyaringan Bahan Pengisi
43
d.
e.
f.
Pengisian Bahan Pengisi ke Tabung Digester. Bahan pengisi yang telah disaring, langsung dialirkan ke tabung digester. Tabung digester diisi hingga mencapai batas maksimum, yakni lubang pemasukan dan lubang pengeluaran talah tertutup oleh bahan pengisi. Tertutupnya lubang pemasukan dan lubang pengeluaran sangat penting untuk mencegah keluar masuknya udara pada tabung digester. Proses Produksi Gas Biomasa (Biogas) Bahan pengisi yang telah terisi pada tabung digester akan segera terurai oleh bakteri metanogenesis. Proses produksi biogas pada awal pengisian membutuhkan waktu 10 hari. Selama 3 hari pertama gas yang dihasilkan harus dibuang, karena gas tersebut masih didominasi oleh Karbon dioksida (CO2). Setelah proses produksi berjalan, biogas dapat dihasilkan dalam waktu 4-5 hari setelah pengisian terakhir. Selama jangka waktu tersebut biogas terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis, asidifikasi (pengasaman), dan metanogenesis. Pengaturan Regulator Terminal Kontrol Biogas yang telah diproduksi pada tabung digester langsung dialirkan ke tabung katalis uap untuk menangkap uap yang tersimpan pada kandungan gas, selanjutnya biogas dialirkan ke terminal kontrol penampungan gas. Katalis penangkap uap dapat dibuat dengan cara sederhana, yaitu menggunakan botol berisi air yang akan dilalui oleh biogas menuju terminal kontrol penampungan. Katalis penangkap uap dapat dilihat pada gambar 15 berikut
Gambar 15. Katalis Penangkap Uap Air
g.
Biogas yang telah melewati katalis akan ditampung pada terminal kontrol penampungan yang selanjutnya akan dialirkan ke konsumen. Tekanan udara pada terminal kontrol diawasi agar tetap memiliki tekanan diatas 25 Psi. Tekanan diperlukan agar biogas dapat sampai ke konsumen. Pengaliran Biogas ke Konsumen Biogas yang dihasilkan dapat dialirkan ke konsumen melalui instalasi pipa. Tekanan biogas yang tidak terlalu tinggi, mengharuskan posisi rumah konsumen harus berada lebih tinggi dari terminal kontrol. Tekanan biogas yang rendah juga memiliki nilai tambah di umur pakai pipa, karena kerja pipa tidak terlalu berat. Perawatan pipa harus rutin dilakukan untuk mencegah kebocoran. Perawatan pipa dapat dilakukan dengan pengecekan secara manual menggunakan air sabun di setiap stopkeran.
44
h.
Pengisian Ulang Tabung Digester Tabung digester yang telah memproduksi biogas memerlukan bahan isian yang masih segar. Dalam jangka waktu 5 hari tabung digester harus diisi ulang, agar produksi biogas dapat terus berlangsung. Setiap pengisian ulang tabung digester, akan mengeluarkan sisa pengolahan campuran kotoran domba berupa lumpur (sludge). Lumpur sisa pengolahan kotoran domba tersebut selanjutnya dikeringkan untuk diolah menjadi pupuk organik. Rangkaian proses produksi biogas dapat dilihat pada Gambar 16. Pengisian starter pada tabung digester
Seminggu sekali
Pencampuran kotoran domba dengan air
Penyaringan bahan pengisi
Pengaliran biogas ke konsumen
Pengisian bahan pengisi
Pengaturan regulator terminal kontrol
Proses prosuksi biogas
Gambar 16. Rangkaian Proses Produksi Biogas i.
Proses Produksi Pupuk Organik Lumpur sisa pengolahan biogas sebenarnya bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik. Namun untuk mempermudah proses pengemasan, lumpur tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Proses penjemuran dilakukan hingga kadar air yang ada pada pupuk tersebut adalah 10 persen. Setelah pupuk organik cukup kering, pupuk organik dapat langsung dikemas dalam karung plastik ukuran 50 Kg dan diberikan label. Siklus time schedule produksi unit pengolahan biogas kotoran domba selama 30 hari dari awal mulai pengisian starter hingga proses output hasil biogas dan lumpur sludge pada keseluruhan tabung digester dapat dilihat pada lampiran 1. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas 6. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor keberhasilan produksi biogas adalah dukungan kondisi lingkungan yang memungkinkan mikroorganisme dan bakteri metanogenesis bekerja secara optimal. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai berikut : a. Kondisi Anaerob (Kedap Udara) Biogas dihasilkan melalui beberapa proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme secara kedap udara (anaerob). Karena itu, instalasi pengolah biogas harus tertutup rapat dan tidak ada kemungkinan masuk atau keluarnya udara didalam digester. b. Bahan Baku Isian Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian harus terhindar dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, dan beling.
45
c.
d.
e.
f.
Imbangan Karbon dan Nitrogen Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan C/N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme. Derajat keasaman yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme dan bakteri metan adalah 6,8-7,8. Kotoran domba yang baru dimasukkan umumnya mempunyai pH 8,7. Kemudian setelah dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam digester, keasamannya turun menjadi 7,2. Temperatur Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan tempertatur yang mendadak di dalam instalasi pengolah biogas. Upaya untuk menstabilkan temperatur dan menjaga ketahanan biogas dari cuaca adalah dengan menempatkan instalasi biogas di dalam ruangan tertutup dan setengah bagian badan dari tabung digester tertanam di dalam tanah. Starter Starter diperlukan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan bakteri metan. Semakin subur jumlah populasi mikroorganisme perombak (bakteri metanogenesis), maka akan semakin optimal produksi biogas. Isi cairan pada rumen sapi memiliki populasi bakteri metanogenesis yang sangat banyak, sehingga starter pada digester bisa menggunakan cairan tersebut.
Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek manajemen dilakukan untuk mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan unit bisnis yang direncanakan sehingga diketahui jumlah, kualifikasi, dan deskripsi tugas individu untuk melaksanakan unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatanjabatan yang ada dari manajemen suatu organisasi serta hubungan jabatan tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas dan tanggung jawab yang jelas dan memiliki batasan yang jelas dengan jabatan lain. Hubungan timbal balik dan pengaruh jabatan satu dengan lainnya harus dibatasi secara tegas agar struktur organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmonis dan tujuan organisasi dapat diwujudkan secara efektif dan efisien. Struktur organisasi unit usaha pengolahan biogas masih menyatu dengan struktur organisasi Kelompok Ternak Teguh Mandiri. Unit usaha ini dilaksanakan oleh seorang penanggung jawab produksi biogas dan pupuk organik dari salah satu anggota kelompok ternak. Wewenang dan tanggung jawab diberikan kepada ketua kelompok ternak dalam mengatur unit usaha pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Ketua kelompok ternak membawahi penanggung jawab peternakan untuk mengatur teknis produksi biogas dan produk pupuk organik. Dalam mengatur produksi biogas dan pupuk organik, penanggung jawab peternakan dibantu oleh 2 orang tenaga kerja. Setiap karyawan bertugas untuk melakukan proses produksi hingga produk siap dijual. Sistem tujuh hari kerja diberlakukan kepada kedua pekerja,
46
akan tetapi pada hari minggu atau hari libur nasional dilakukan sistem pembagian jam kerja. Sistem pembagian jam kerja pada hari libur dari kedua pekerja dilakukan bergantian setiap minggu. Keberadaan pegawai tetap dan dibantu oleh para anggota menjadikan aspek organisasi dan manajemen dalam pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak untuk dijalankan. Aspek Hukum dan Perizinan Aspek hukum berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin-izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu terpenuhi. Aspek hukum dan perizinan dari pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba inimenunjukan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri mampu memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan. Kelompok ternak sebelum mendirikan unit pengolahan biogas ini telah memiliku Surat Izin Usaha Perdagangan dari desa serta izin mendirikan bangunan (IMB) yang dibuat pada saat pendirian kelompok ternak. Lahan yang digunakan adalah lahan pribadi milik H Tatang Muchtar yang masih menyatu dengan lokasi peternakan. Kelengkapan surat-surat lahan mengenai sertifikat lahan serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam pendirian unit pengolahan tersebut telah memenuhi syarat karena telah dibayar kewajiban tersebut oleh H Tatang Muchtar. Kelengkapan perizinan yang sampai saat ini belum diurus oleh kelompok ternak adalah akta notaris pendirian kelompok ternak dan pendaftaran Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP). Persyaratan hukum akta notaris dan NPWP akan direncanakan akan segera diurus setelah masa pajak tahunan selesai, yaitu akhir bulan maret. Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam kelengkapan perizinan pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek hukum. Aspek Sosial Suatu proyek yang dilaksanakan harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Unit pengolahan kotoran domba menjadi biogas memberikan pengaruh terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Berikut ini akan diuraikan secara lebih terperinci mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pendirian unit pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Lingkungan 1. Perkembangan usaha peternakan yang sejalan dengan peningkatan populasi domba menyebabkan meningkatnya jumlah kotoran domba (limbah). Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan luas tanah menyebabkan kepadatan di wilayah pemukiman, hal tersebut menjadi dilema bagi kelestarian lingkungan. Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang berada di Kabupaten Bogor, Nagrak, merupakan sebuah usaha berskala menengah yang memiliki unit usaha penggemukan dan budidaya domba. Usaha peternakan ini menjadi sumber pendapatan anggota kelompok ternak, namun menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi merupakan tanggung jawab semua pihak. Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya ditampung di lahan tegalan dan menimbulkan bau tidak sedap di sekitar pemukiman warga desa Nagrak, akan diolah menjadi biogas dan pupuk organik. Maka dengan
47
dibangunnya unit usaha pengolahan biogas, limbah kotoran dapat dimanfaatkan dengan baik dan tidak mencemari udara lingkungan pemukiman. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi yang tidak menimbulkan bau. Ampas atau sludge yang berfungsi sebagai pupuk organik dapat dimanfaatkan petani sekitar untuk membantu proses perbaikan tanah dari kerusakan pupuk kimia. Biogas setidaknya dapat mengurangi pencemaran udara, sehingga tingkat pencemaran udara dari limbah peternakan dapat dikurangi. Limbah dari biogas ini adalah pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya diambil dari alam dengan jumlah dan unsur hara yang terkandung secara alami (Simamora et al, 2005). Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah paling baik dan alami. Bentuk pupuk baik organik maupun anorganik dapat berupa padat dan cair. Pupuk organik padat berupa kompos. Pupuk organik cair merupakan pupuk organik dalam bentuk cair, umumnya berupa ekstrak bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyai sifat seperti pupuk kompos, tetapi karena bentuknya lumpur akan menyulitkan dalam pengemasan dan pengangkutan. Karena itu, sebaiknya sludge dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padat yang telah dipisahkan dari cairan pengikat. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik ini berbentuk ionik dikarenakan sudah terjadinya proses fermentasi. Pemisahan sludge dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Alat yang digunakan berupa kawat saringan pasir dengan jarak kerenggangan 0,5 cm yang dipasang di saluran pembuangan cairan pada bak penampung sludge. Setelah cairan terpisah, sludge dijemur hingga cairan menguap seluruhnya. Cairan yang dipisahkan dari sludge sebenarnya mengandung unsur hara yang tinggi, namun karena proses pengolahan cairan ini membutuhkan area yang cukup luas, maka cairan ini tidak dikomersilkan. Cairan ini sudah tidak berbau sehingga dapat langsung dialirkan ke lahan pertanian. Masyarakat 2. Pendirian unit usaha pengolahan biogas dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Karena adanya unit usaha ini dan hasil sampingannya yang menambah penerimaan kelompok ternak dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Sisa pengolahan biogas yang diolah menjadi pupuk organik memberikan dua keuntungan sekaligus pada peternak. Pertama terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya penerimaan tambahan dari penjualan pupuk organik. Biogas sebagai sumber energi alternatif memberikan manfaat yang cukup besar bagi rumah tangga disekitar kelompok ternak. Selama ini masyarakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan minyak tanah. Minyak tanah yang langka dan BBM yang relatif meningkat lima tahun terakhir ini menyebabkan keberadaan biogas khususnya di wilayah sentra peternakan sangat dipertimbangkan. 3. Negara Pembuatan instalasi biogas diharapkan dapat membantu pemerintah menanggulangi kelangkaan BBM sekaligus menciptakan lapangan kerja baru. Kelangkaan BBM di daerah, terutama pedesaan baik itu dari akibat terlambatnya pasokan BBM dari pusat dapat diminimalkan dengan adanya sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan selain biogas
48
diantaranya biodiesel. Pengembangan sumber energi alternatif sejenis yang dapat lebih mengacu kepada daerah, dimana bahan baku tersedia berlimpah. Oleh karena itu pemerintah dapat terus menggali potensi negara dengan memberdayakan sumber energi yang selama ini terabaikan.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial merupakan tahap akhir dalam melakukan kajian kelayakan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui jumlah modal, jenis-jenis penggunaannya dalam pendirian dan pelaksanaan operasional biogas. Aspek finansial meliputi kelayakan dan ketahanan usaha terhadap berbagai kondisi. Perencanaan finansial dapat menguraikan perencanaan biaya dan perencanaan pendanaan yang diperlukan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas. Perencanaan biaya ini meliputi biaya investasi dan biaya operasional, dimana biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Analisis yang digunakan dalam menganalisis perencanaan finasial Kelompok Ternak Teguh Mandiri pada Kajian Pengembangan Bisnis ini adalah analisis Penerimaan dan Biaya, analisis Rugi atau Laba, analisis Arus tunai, analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (switching value). Alat penghitung Indikator kelayakan usaha yang digunakan adalah analisis NPV (net present value), Net B/C (Net Benefit/Cost) dan IRR (Internal Rate of Return), yang sekaligus dapat ditampilkan dalam analisis financial melalui arus tunai (cash flow). Analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti merupakan metode pengujian ketahanan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas terhadap kondisi-kondisi yang mungkin terjadi Rencana Investasi Investasi adalah modal yang dikeluarkan untuk pengadaan infrastruktur yang pertama kali sewaktu memulai usaha dan dapat digunakan lebih dari satu tahun periode. Dalam perencanaan pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas memerlukan adanya perencanaan biaya. Perencanaan biaya tersebut meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Rencana investasi dalam pendirian unit bisnis ini meliputi pengadaan lahan, bangunan, konstruksi tabung digester, peralatan dan instalasi jaringan pipa ke konsumen. Lahan 1. Lahan yang akan dibutuhkan dalam rencana pendirian unit bisnis ini tidak terlalu luas. Besarnya luas lahan yang dibutuhkan untuk pendirian unit bisnis peengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah 120 m2.Pemilihan lahan untuk pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas yang sesuai di antaranya dengan mempertimbangkan letak yang strategis dan kondisi tanah. Lahan untuk instalasi biogas idealnya harus memiliki letak yang strategis, berdekatan dengan kandang, sumber air tercukupi dan akses yang luas. Lokasi lahan yang dipilih juga harus sesuai dengan kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau lubang. Lokasi lahan yang landai akan menguntungkan karena dapat dibangun konstruksi tabung digester dengan mudah. Namun untuk letak bak
49
2.
3.
4.
5.
pengaduk dan bak penyaring harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari lokasi tabung digester, untuk lebih mudah mengalirkan bahan pengisi tabung digester. Kondisi lahan dan keadaan goegrafis di areal Peternakan Kelompok Ternak Teguh Mandiri saat ini dinilai sudah cukup mendukung untuk pendirian unit bisnis baru ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan topografi kelompok ternak yang memiliki ketinggian tempat 400 meter di atas permukaan laut, suhu udara berkisar 22 – 28 derajart Celcius dengan kelembaban udara 70 - 80 persen. Bangunan Bangunan yang dibutuhkan dalam pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas adalah jenis bangunan semi permanen. Bangunan sederhana terbuka dengan memiiki atap yang menutupi seluruh areal instalasi tabung digester bertujuan melindungi tabung dari sengatan matahari dan hujan. Selain itu, sisa lahan yang tertutup atap, dapat digunakan sebagai tempat menyimpan pupuk organik padat yang belum didistribusikan. Konstruksi Tabung digester Sumur digester adalah tempat untuk menampung dan memfermentasi bahan organik. Digester harus mampu menampung kotoran ternak yang dialirkan secara kontinu dari kandang. Digester dibuat di dalam tanah yang digali sehingga posisinya lebih rendah bak pencampuran dan bak penyaringan. Dengan demikian kotoran ternak dari bak penyaringan dapat langsung dialirkan ke tabung digester. Peralatan Peralatan yang akan digunakan dalam rencana investasi ini antara lain mesin jahit karung, timbangan digital, selang air,serokan kayu, sepatu bot dan masih banyak lagi. Sebagian Peralatan yang dibutuhkan tersebut merupakan peralatan yang sudah ada di kelompok ternak. Namun untuk meningkatkan produktifitas dan kenyamanan tenaga kerja dalam menjalankan proses produksi, seluruh peralatan tersebut akan menggunakan peralatan baru. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen Jaringan pipa ke konsumen merupakan investasi yang memerlukan penanganan dan perawatan lebih. Pemasangan instalasi pipa gas menggunakan dua jenis pipa, yakni pipa pvc dan pipa besi. Pipa pvc atau pipa paralon digunakan pada lokasi yang aman dan tidak beresiko pecah/bocor. Penggunaan pipa besi digunakan untuk melewati lokasi yang membutuhkan ketahanan karena kemungkinan untuk pecah/bocor sangat tinggi. Untuk mengontrol terjadinya kebocoran pada instalasi pipa, setiap 50m akan dipasang barometer dan stop kran pipa. Sehingga, ketika diketahui ada kebocoran, stop kran yang paling berdekatan dengan sumber kebocoran akan langsung segera ditutup.
Rencana Pendanaan (Budgeting) Di dalam budgeting pendirian unit bisnis ini, akan diuraikan mengenai penyusunan rencana pembiayaan dan perkiraan penerimaan yang akan diperoleh dengan adanya rencana pengembangan bisnis melalui pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas
50
a.
b.
c.
Lahan Rencana biaya investasi pengadaan lahan dalam rencana pengembangan bisnis pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas akan dilakukan dengan cara membeli lahan baru. Harga lahan di daerah lokasi kelompok ternak adalah sebesar Rp 100.000 per m2, dimana luasan lahan yang dibutuhkan adalah 120 m2. Jumlah biaya investasi untuk pembelian lahan bangunan dalam rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 12.000.000,-. Bangunan Perencanaan pendirian bangunan yang akan diinvestasikan dalam rencana pengembangan bisnis pendirian unit bisnis ini akan dilakukan secara borongan, sesuai dengan jumlah luas bangunan yang akan di bangun. Biaya borongan pendirian bangunan penutup instalasi biogas adalah sebesar Rp.300.000 per m2, dimana luasan bangunan yang akan di bangun seluas 120 m2. Jumlah biaya investasi untuk pendirian bangunan dalam rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 36.000.000,-. Konstruksi Tabung digester Berdasarkan hasil pengamatan dari peternak sapi Kelurahan Kebon Pedes, kebutuhan bahan bangunan untuk membangun instalasi biogas menggunakan lima tabung digester berkapasitas 3,5 m2 biogas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Harga Bahan Baku Pembuatan Investasi Tabung Digester Biogas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Barang
Jumlah
Satuan
Pasir 4 colt Semen 20 Sak Kayu (kaso) 1 Kubik Triplek 4mm 30 Lembar Kerangka besi 22 Batang Bata merah 2000 Unit Cat (flinkote) 5 Kaleng Balok 6x12 10 Batang Balok 5x10 15 Batang Tenaga kerja gali tanah 5 HOK Tenaga kerja tukang 6 HOK Jumlah Sumber: Peternak Sapi Kelurahan Kebon Pedes
d.
Harga/Satuan (Rp) 260000 65000 600,000 38000 50,000 600 60,000 70000 60000 55000 75000
Total(Rp) 1040000 1300000 600000 1140000 1100000 1200000 300000 700000 900000 275000 450000 9005000
Investasi membangun lima buah tabung digester dilakukan dengan melakukan pengawasan langsung dalam pembangunannya. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun sebuah tabung digester berkapasitas 3200 liter membutuhkan biaya sebesar Rp. 9.005.000,-. Jumlah biaya investasi untuk membangun konstruksi tabung digester dalam rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 45.025.000,-. Peralatan Produksi Nilai investasi peralatan produksi yang akan digunakan dalam rencana pengembangan bisnis ini merupakan nilai kebutuhan peralatan produksi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan prosuksi. Total biaya investasi
51
e.
peralatan yang diperlukan sebesar Rp. 13.980.000,-. Rincian investasi peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Instalasi Jaringan Pipa ke Konsumen Biaya investasi untuk instalasi jaringan pipa ke konsumen dalam rencana pengembangan bisnis ini adalah Rp 42.000.000,-. Nilai tersebut diasumsikan dari jarak lokasi kelompok ternak dengan konsumen terjauh adalah 700 meter, sehingga nilai ditetapkan berdasarkan pengalian jarak dengan biaya yang diperlukan setiap meternya.
Proyeksi Aliran Kas Aliran kas pendirian unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas terdiri dari kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk (inflow) berasal dari penerimaan penjualan biogas dan pupuk organik peternakan yang diusahakan. Arus kas keluar (outflow) berasal dari pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional. Arus Penerimaan (Inflow) 1. Manfaat atau penerimaan unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas bersumber dari penjualan biogas dan pupuk organik. Biogas yang dihasilkan dalam unit bisnis ini dipasarkan ke rumah tangga masyarakat sekitar. Biaya yang ditetapkan kepada konsumen berdasarkan jumlah pemakaian biogas yang tertera pada meteran penggunaan. Satuan hitung yang ditetapkan pada pemakaian biogas adalah meter kubik (m3). Harga yang ditetapkan Kelompok Ternak Teguh Mandiri dalam menjual biogas adalah Rp. 1.600 per m3. Jika asumsi kemampuan domba memproduksi kotoran per ekor rata-rata adalah 3 kg per hari, dan populasi yang dipelihara adalah 123 ekor, maka limbah kotoran setiap tahun adalah 132.840 Kg. Nilai konversi kotoran menjadi biogas adalah 0,1725 m3 per kg kotoran. Jadi jumlah biogas yang dapat dipasarkan setiap tahun adalah 22.848,5 m3. Dengan harga jual biogas ke konsumen sebesar Rp. 1.600 m3, Kelompok ternak mampu menerima hasil penjualan biogas pada tahun pertama sebesar Rp. 36.663.840,-. Diketahui jumlah rataan penyusutan limbah kotoran domba setelah mengalami proses fermentasi biogas adalah 20 persen, maka rendemen limbah pengolahan biogas setiap tahunnya adalah 106.272 Kg. Setelah dikeringkan dan siap dijual, sludge akan susut sebesar 10 persen. Maka jumlah pupuk organik yang dapat dijual adalah 95.645 Kg. Dengan harga jual pupuk sebesar Rp 600/Kg, penerimaan yang dapat diterima dari hasil produksi pupuk organik pada tahun pertama adalah Rp 57.386.880,-. Peningkatan jumlah populasi domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri diperkirakan meningkat 5 persen setiap tahunnya, sehingga unit pengolahan kotoran domba dapat berkembang seiring dengan peningkatan pasokan kotoran yang meningkat sebesar 5 persen. Rincian penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 4. 2. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Arus biaya mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek.
52
a.
b.
Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan sekali dalam proses produksi untuk memperoleh beberapa manfaat sampai secara ekonomis tidak menguntungkan lagi (Lipsey et al, 1986). Pada pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas, biaya investasi dikeluarkan pada awal pendirian secara keseluruhan. Biaya investasi unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas terdiri dari biaya investasi lahan, bangunan, instalasi jaringan pipa, peralatan produksi. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan proses produksi. Besarnya biaya operasional ini dihitung pertahun, hal ini untuk mempermudah proses perhitungan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah total pertahunnya tetap (konstan), tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan pada unit bisnis instalasi biogas ini terdiri dari biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan instalasi biogas, biaya listrik, biaya telepon, dan promosi. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah seiring dengan adanya perubahan intensitas volume produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas ini terdiri dari biaya kotoran domba, biaya pengemasan pupuk organik, starter, karung dan benang. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil Analisis Kelayakan Investasi Kriteria kelayakan investasi unit usaha pengolahan biogas dilihat dari nilai NPV, IRR, B/C Ratio, dan Payback periode. Analisis dilakukan pada tingkat suku bunga 7 persen. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga deposito yang berlaku di bank-bank umum. Kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Kelayakan Unit Usaha Pengolahan biogas kotoran domba Kriteria Investasi NPV IRR B/C Ratio Payback periode
Tingkat Suku Bunga 7 persen Rp 209.416.798 26.41 % 2.31 4,330 tahun (4 tahun 3 bulan 28 hari) dari 10 tahun
Sumber : Cashflow Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran domba. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp 209.416.798, artinya unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas selama umur proyek akan memperoleh manfaat sebesar Rp 209.416.798. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan lebih dari nol sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2.310 artinya setiap Rp 1,000 biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.310. Nilai Net B/C ini jelas sangat layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria
53
IRR sebesar 26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka pendirian unit bisnis pengolahan kotoran domba menjadi biogas pada kelompok ternak ini layak dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yakni 7 persen. Artinya modal lebih menguntungkan digunakan untuk mendirikan unit bisnis pengolahan kotoran dombamenjadi biogas dibandingkan disimpan di bank dalam bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha pengolahan kotoran domba menjadi biogas yaitu selama 4.303 tahun atau 4 tahun 3 bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi tidak melebihi umur proyek sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan. Analisis Switching Value Analisis Switching Value yang dilakukan pada pendirian unit pengolahan Biogas kotoran domba ini dilakukan melalui tiga variasi skenario kondisi. Kondisi pertama adalah skenario penurunan pasokan bahan baku kotoran domba. Skenario ini didasari atas kegiatan peternakan domba kelompok ternak yang tidak meneapkan minimal domba yang dibudidayakan. Apabila pada saat Iedul Adha kondisi kandang banyak domba yang terjual, maka skenario ini digunakan untuk mengantisipasi batas maksimal berkurangnya pasokan kotoran domba. Kondisi skenario kedua adalah memperhitungkan batas toleransi penurunan harga jual output, baik biogas maupun pupuk organik. Skenario ini diperhitungkan untuk mengantisipasi melimpahnya suplai atau adanya barang subtitusi yang dapat menurunkan harga komoditas biogas dan pupuk organik. Kondisi skenario ketiga adalah peningkatan biaya variable. Skenario ini dianalisis untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku input pada unit pengolahan biogas ini. Hasil analisis Switching value pada variabel penurunan harga jual, penurunan pasokan bahan baku serta keenaikan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Switching Value Pada Beberapa Kondisi Usaha Persentase Kepekaan Unit Biogas Skenario Kondisi Usaha Switching Value Terhadap Perubahan Kondisi Usaha Penurunan pasokan bahan baku 29,447517% Penurunan harga jual output 25,9038328% Peningkatan total biaya variabel 215,257202% Sumber: Arus Kas Pendirian Unit Pengolahan Biogas Kotoran Domba Berdasarkan Tabel 4. batas persentase perubahan dari hasil analisis Switching Value pada penurunan pasokan bahan baku berupa kotoran domba sebesar 29,447517%. Sedangkan pada penurunan harga jual, unit usaha ini mempu bertahan hingga batas penurunan harga sebesar 25,9038328%. Pada peningkatan biaya variabel, unit pengolahan biogas ini memiliki kekuatan yang baik, yakni mampu bertahan hingga 215,257202%. Ketiga skenario ini menunjukan unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri sangat layak untuk dijalankan. Pada ketiga kondisi tersebut nilai NPV adalah Rp 0,-; net B/C adalah satu dan nilai IRR adalah 7 persen menunjukan tingkat IRR sama dengan tingkat suku bunga deposito. Dasar penghitungan analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
54
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelompok Ternak Teguh Mandiri sebagai salah satu usaha rakyat yang memiliki unit peternakan domba, menghasilkan limbah kotoran domba segar mencapai 0,3 ton per hari. Kondisi eksternal dan internal kelompok ternak dinilai mampu untuk mendirikan unit bisnis pengolahan biogas. Produk yang dihasilkan berupa biogas dan pupuk organik padat. Biogas dipasarkan langsung ke masyarakat sekitar kelompok ternak, sedangkan pupuk organik padat dipasarkan ke petani sekitar kelompok ternak dan beberapa daerah pertanian lainnya. Dalam menganalisis kelayakan pendirian unit pengolahan biogas ini, dilakukan melalui analisis non finansial, analisis finansial dan analisis kepekaan sensitifitas. Analisis kelayakan non finansial menunjukan bahwa pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri dari berbagai aspek layak untuk dilaksanakan. Aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya excess demand terhadap pupuk organik yang dapat menjadi peluang bagi kelompok ternak, selain itu biogas yang dihasilkan dengan harga yang ditetapkan lebih ekonomis dibandingkan elpiji. Aspek teknis kelompok ternak memperlihatkan bahwa Kelompok Ternak Teguh Mandiri mampu mendirikan unit pengolahan biogas berdasarkan lahan yang menunjang, serta bahan baku yang melimpah. Aspek manajemen dan Organisasi kelompok ternak yang sudah berjalan saat ini dianggap cukup mampu untuk menambah unit pengolahan biogas kotoran domba ini karena tenaga kerja dan anggota yang dapat saling membantu dalam menjalankan unit pengolahan limbah ini. Aspek Hukum dan Perizinan pada kelompok ternak pada dasarnya sudah mampu untuk mendirikan unit pengolahan biogas kotoran domba. Kelompok ternak saat ini sudah memiliki izin usaha dan Izin Mendirikan Bangunan dari Desa Sukaraja. Aspek Sosial dari rencana didirikannya unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri tidak akan menimbulkan penolakan sosial, karena memiliki banyak manfaat bagi lingkungan, masyarakat dan negara dan dinilai mampu bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam penyediaan energi alternatif, serta mampu mengurangi pencemaran lingkungan. Kelayakan finansial yang dianalisis dalam pendirian unit pengolahan Biogas Kotoran Domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri meliputi nilai NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. Hasil analisis kelayakan financial yang didapat adalah nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp 209.416.798, Angka tersebut menunjukkan nilai manfaat yang diterima saat ini dari penerimaan bersih Kelompok Ternak Teguh Mandiri selama sepuluh tahun kedepan dengan memperhitungkan tingkat suku bunga tujuh persen per tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 2,31 artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 2.310. Nilai Net B/C ini menunjukan pendirian unit bisnis ini layak untuk dijalankan. Nilai untuk kriteria IRR sebesar 26.41 persen. Berdasarkan nilai IRR tersebut, maka proyek pendirian unit bisnis pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri layak dilaksanakan, karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu tujuh persen. Artinya modal lebih menguntungkan dialokasikan
55
untuk pendirian unit bisnis pengolahan biogas dibandingkan disimpan dalam bentuk deposito. Sedangkan untuk tingkat pengembalian investasi usaha, pendirian unit bisnis ini memerlukan waktu selama 4,303 tahun atau 4 tahun 3 bulan dan 28 hari. Berdasarkan hasil analisis, waktu pengembalian investasi tidak melebihi umur proyek 10 tahun, sehingga usaha tersebut layak untuk diusahakan. Dalam antisipasi menghadapi beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kelayakan pendirian unit bisnis ini, dihitung tingkat kepekaan unit bisnis terhadap tiga kondisi, yakni penurunan jumlah pasokan bahan baku, penurunan harga jual dan kenaikan total biaya variabel. Dari hasil analisis nilai pengganti, unit bisnis pengolahan kotoran domba masih dapat bertahan atas penurunan pasokan bahan baku sebesar 29,447517%, penurunan harga jual output sebesar 25,9038328% dan kenaikan total biaya variabel sebesar 215,257202%. Secara keseluruhan, pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri ini sangat layak untuk diusahakan. Harga bahan baku yang murah serta harga jual yang sangat tinggi menjadikan beberapa nilai analisis nampak tidak rasional. Namun, jika melihat dari sifat barang, proses produksi dan tingkat permintaan yang ada, produk biogas dan pupuk organik memang mampu menjadi usaha yang sangat layak jika dikelola dengan benar.
Saran
Rencana pendirian unit pengolahan biogas kotoran domba merupakan salah satu alternatif rencana pengembangan bisnis yang dapat dilakukan oleh Kelompok Ternak Teguh Mandiri yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan. Lokasi kelompok ternak yang memiliki akses ke kota-kota besar menjadikan peluang pasar pupuk organik peternakan produksi Kelompok Ternak Teguh Mandiri masih terbuka lebar. Strategi kelompok ternak untuk dapat menangkap peluang tersebut harus memiliki perencanaan yang tepat seperti perencanaan pemasaran dan keberlanjutan produksi. Adapun saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Mengoptimalkan kegiatan pemasaran seperti kegiatan promosi dan survei pasar untuk meningkatkan jumlah konsumen sehingga akan meningkatkan pendapatan. Untuk produk pupuk organik padat, kegiatan promosi yang dilakukan dapat berupa personall selling yang didukung dengan penjelasan singkat tentang manfaat produk dan keunggulan yang dimiliki, serta memperkenalkan produk dengan pemberian contohproduk. 2. Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok tani seperti pengoptimalan sumber bahan baku yang diproduksi sendiri, tenaga kerja, pemasaran dan peralatan produksi. Kelompok ternak diharapkan dapat memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dengan lebih efektif dan efisien. 3. Menjalin hubungan yang baik terhadap konsumen dan pelanggan dalam memberikan pelayanan dan kepuasan, sehingga keberlanjutan transaksi dan jalinan relasi terjalin kuat antara Kelompok Ternak Teguh Mandiri dengan konsumen.
56
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2008. Sumberdaya Kabupaten Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Data Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Bandung: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS. [FAO] Food amd Agroculture Organization. 2001. The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia. www.fao.org/nr/climpag/ [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor: IPB Press. AAK. 2007. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta : Kanisius. Angipora, Marius P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kedua. Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada. Bilad, R. M. 2008. Teknologi Biogas untuk Peternak. http://sasak.org/univks/tepat-guna/655-tutorial-pembuatan-biogas. BP. Statistic Review of World Energy. 2013. [E-book]. www.bp.com/statisticalreview.com Cooper, D. dan C.W. Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis Edis Kelima. Jakarta: Erlangga. Dawson, K. A. 1993.Current and Future Role of Yeast Culture in Animal Production.A Review of Research Over The Last Seven Years.In : TTP. Lyons Ed. Biotechnology in The Feed Industry. Altech Technical Publications, Nicholas Ville, K. Y. Vol. IX. Pp. 269 - 291. Dewi, Triana G. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dan JICA. 2002. Standar Kualitas Makanan Sapi Perah. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Bandung. Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Total Produksi Nasional Daging. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan Fariyanti A, Sumantri B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompo Tani Dewi Sri. Bogor : Program Studi Sains Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Firmansyah, Cecep. 2008. Hemat Energi dengan Kotoran Sapi dalam Pidato Sambutan General Manager PLN. www.energiportal.com Gaspersz, Vincent. 2005. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. Gray, M. 1995. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta. Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
57
Harahap, Dolly M. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Bogor, [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hermanto, Bangun Tri. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Horngren, C. T., T. Harrison, A. Robinson dan H. Secokusumo. 1996. Akuntansi di Indonesia. Jakarta : PT Salemba Emban Patria. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Irmawati, Dewi. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing EtawaStudi kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat.[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Keown, Arthur J. 2001. Financial Management International Edition. Prentice Hall. Kharistya, Amaru. 2004. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik Polyethilene Skala Kecil (Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan, Kab. garut), Tugas Akhir, Fakultas Pertanian. UNPAD. Bandung. Khomsan, Ali. 2003. Budaya Minum Susu dan Peningkatan Sumberdaya Manusia Kita. www.gizi.net (13 Desember 2013). Kotler, Philip and Gary Armstrong. 1995. Principles of Marketing. Prentice - Hall, New Jersey, U. S. A. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid Dua. Hendra Teguh,dkk, penerjemah. Jakarta. PT. Prenhallindo. Terjemahan dari Marketing Management. . 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu. Benyamin Molan, dkk, penerjemah. PT. INDEKS Kelompok Gramedia. . 1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan Pengendalian Volume Satu. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lipsey, Steiner dan Douglas. 1986. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Masyhuri, 2007. Ekonomi Mikro. UIN-Malang Press. Malang. Mathis, Robert dan John H. Jackson.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi-1. Jakarta : PT Salemba Emban Patria. Manglayang Farm Online. Teknik Pembuatan Biogas/ Infrastruktur Pembangkit Biogas. www.manglayangfarmonline.com Novianti, Eka. 2010. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi pada Kondisi Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginandjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina, R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.
58
Pajak Bumi dan Bangunan. www. jakarta.go.id/pbb.htm 2007 Pappas, L dan Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Binarupa Aksara. Jakarta. Putri, Kirana A. 2008. Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Program Studi Manajemen Agribisnis. Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Rachmina, Dwi dan Nunung Kusnadi. 2007. Panduan Gladi Karya. Program Diploma III Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Santoso, B. S. Biogas, BBM Murah Meriah. dalam Suara Merdeka. www.suaramerdeka.com Saudur, Rico. 2008. Kajian Pengembangan Bisnis Peningkatan Kemampuan Produksi Sapi Perah Melalui Perbaikan Tatalaksana Dan Pemanfaatan Probiotik Bioplus Saccharomyces Cerevisiae Pada Peternakan Sapi Perah Mammalia Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Program Diploma III Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Sembiring, A. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha Pembuatan Kompos Dari Tandan Kosong kelapa Sawit (Studi Kasus PT. XYZ). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Intitut Pertanian Bogor. Bogor Shiddieqy, Ikhsan, M. 2009. Prinsip Dasar Pembuatan Biogas. Pikiran Rakyat Online, (24 maret 2009). www.PRonline.com/pphp/ikhsanshiddieqy. Simamora, Salundik dan sri. 2005. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Siregar, Yosi Kumala S. 2009. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sugianto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Suherman. 2005. Formulasi Pupuk Kompos Organik Berbasis Kompos Untuk Berbagai Tanaman. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sumantri, Bayu, Fariyanti, Anna. 2009. Kelayakan Pengembangan Usaha Integrasi Padi dengan Sapi Potong pada Kondisi Risiko di Kelompok Tani Dewi Sri. [Jurnal]. Institut Pertanian Bogor. Sumardjo, Jaka Sulaksana dan Wahyu Aris. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya Susilorini, E. T. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Yogyakarta : Liberty. Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja _____. Grafindo Persada. Jakarta. _____. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
59
Widodo, T. W., Asari, A., Ana, N., Elita, R., 2005. Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak, Jurnal Enjiniring Pertanian, Vol. IV, No. 1, April 2006. Wulandari, I. 2007. Analisis Kelayakan Proyek Instalasi Biogas Dalam Mengelola Limbah Ternak Sapi Perah (Kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IntitutPertanian Bogor. Bogor
60
LAMPIRAN
1
Lampiran 1. Siklus Produksi Biogas pada Kelompok Ternak Teguh Mandiri.
61
2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Komponen
Jumlah
Lahan Bangunan Instalasi Biogas Instalasi Terminal Biogas Instalasi Jaringan Pipa Stoper Keran dan Barometer mini Saluran Pembuangan Limbah Cair Mesin Jahit Karung Timbangan Digital Pompa Air Instalasi Saluran Air Perlengkapan Produksi a. Serokan b. Pengaduk Kotoran c. Cangkul d. Selang Air 3/4" e. Kawat Penyaring Kotoran f. Kawat Penyaring sludge l. Perlengkapan Karyawan TOTAL
Satuan
Harga/Satuan (Rp)
62
Lampiran 2. Biaya Investasi dan Penyusutan Unit Pengolahan Biogas. Jumlah Biaya (Rp)
120 120 5 1 700 350 30 1 1 1 25
m2 m2 Unit Unit m Unit m Unit Unit Unit m
100,000 300,000 9,005,000 3,000,000 60,000 15,000 90,000 1,250,000 4,500,000 4,000,000 30,000
12,000,000 36,000,000 45,025,000 3,000,000 42,000,000 5,250,000 2,700,000 1,250,000 4,500,000 4,000,000 750,000
Umur Ekonomis -10 10 10 10 5 5 5 10 5 5
2 2 2 30 5 8 2
Unit Unit Unit m Unit Unit Unit
30,000 80,000 100,000 34,000 100,000 80,000 450000
60,000 160,000 200,000 1,020,000 500,000 640,000 900,000
2 2 2 2 2 5 2
159,955,000
Nilai Sisa 25,000,000 3,600,000 4,502,500 300,000 4,200,000 525,000 270,000 125,000 450,000 400,000 75,000
Penyusutan per Tahun 3,240,000 4,052,250 270,000 3,780,000 945,000 486,000 225,000 405,000 720,000 135,000 30,000 80,000 100,000 510,000 250,000 128,000 450,000
39,447,500
15,806,250
3
Lampiran 3. Biaya operasional Unit Pengolahan Biogas Tahun Pertama. No
Keterangan Biaya Variabel 1 Kotoran Domba 2 Strater 3 Karung + Benang
Jumlah
Satuan
132,840 kg 66 baskom 2,657 unit
Harga/Satuan (Rp) 50 13,000 1,500
1 2 3 4 5
Keterangan Biaya Tetap Gaji Karyawan Perawatan Listrik Promosi Telepon
Jumlah 2 12 12 1 12
6 PBB
6,642,000 863,460 3,985,200 11,490,660
Sub Total
No
Total (Rp)
Satuan
Harga/Satuan (Rp)
Total (Rp)
Orang Bulan Bulan Tahun Bulan
12,000,000 500,000 200,000 1,000,000 200,000
24,000,000 6,000,000 2,400,000 1,000,000 2,400,000
1 Tahun
150,000
150,000
Sub Total
35,950,000
Total
47,440,660
63
4
64
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Unit Pengolahan Biogas. Tahun
Keterangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biogas
36,663,840
38,497,032
40,421,884
42,442,978
44,565,127
46,793,383
49,133,052
51,589,705
54,169,190
56,877,649
Pupuk Padat
57,386,880
60,256,224
63,269,035
66,432,487
69,754,111
73,241,817
76,903,908
80,749,103
84,786,558
89,025,886
Total Penerimaan
94,050,720
98,753,256
103,690,919
108,875,465
114,319,238
120,035,200
126,036,960
132,338,808
138,955,748
145,903,536
Biaya Variabel
11,490,660
11,883,866
12,478,060
13,101,963
13,757,061
14,444,914
15,167,160
15,925,518
16,721,793
17,557,883
Biaya Tetap
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
35,950,000
Penyusutan
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
15,806,250
Total Pengeluaran
63,246,910
63,640,116
64,234,310
64,858,213
65,513,311
66,201,164
66,923,410
67,681,768
68,478,043
69,314,133
Profit Before Tax
30,803,810
35,113,140
39,456,609
44,017,252
48,805,927
53,834,036
59,113,550
64,657,040
70,477,705
76,589,403
7,700,953
8,778,285
9,864,152
11,004,313
12,201,482
13,458,509
14,778,388
16,164,260
17,619,426
19,147,351
23,102,858
26,334,855
29,592,457
33,012,939
36,604,445
40,375,527
44,335,163
48,492,780
52,858,279
57,442,052
1.5
1.6
1.6
1.7
1.7
1.8
1.9
2.0
2.0
2.1
Penerimaan
Pengeluaran
Tax 25% Profit After Tax R/C Ratio
5
Lampiran 5. Dasar proyeksi perkembangan Unit Pengolahan Biogas 5% pertahun Tahun Kotoran Domba Karung dan Benang Pupuk Organik Padat
1 132,840 2,657 95,645
2 139,482 2,790 100,427
3 146,456 2,929 105,448
4 153,779 3,076 110,721
5 161,468 3,229 116,257
6 169,541 3,391 122,070
7 178,018 3,560 128,173
8 186,919 3,738 134,582
9 196,265 3,925 141,311
10 206,078 4,122 148,376
65
6
66
Lampiran 6. Arus Kas (cash flow) Unit Pengolahan Biogas.
7
67
8
68
Lampiran 7. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Input Kotoran Domba Unit Pengolahan Biogas
9
69
10
70
Lampiran 8. Arus Kas (cash flow) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Unit Pengolahan Biogas
11
71
12
72
Lampiran 9. Arus Kas (cash flow) Switching Value Penurunan Harga POP dan Biogas Unit Pengolahan Biogas
13
73
74
Lampiran 10. Percobaan Produksi Biogas pada Galon
Lampiran 11. Kandang Domba Pejantan
Lampiran 12. Kandang Domba Betina
75
Lampiran 13. Kegiatan Turun Lapang
Lampiran 14. Proses Penampungan Biogas
76
Lampiran 15. Kompor Biogas
Lampiran 16. Karung Plastik Transparan 50Kg
77
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1988.Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sansan Taten Umarna dan Ibu Latifah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Bangka III Bogor Timur pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri III dan pada tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa pada program keahlian Manajemen Agribisnis Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan lulus pada tahun 2009. Lulus Program Diploma, penulis mengambil beberapa kursus, hingga pada tahun 2010 penulis melanjutkan jenjang pendidikan pada program sarjana alih jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.