ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK
Oleh : ANDIKA PRASTYA F14104056
2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ANDIKA PRASTYA F14104056
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISIS KELAYAKAN DAN OPTIMASI USAHA BUDIDAYA BAYAM MERAH DAN KANGKUNG HIDROPONIK DENGAN SISTEM NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT. JOY FARM, DEPOK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ANDIKA PRASTYA F14104056 Dilahirkan pada tanggal 19 April 1986 di Jakarta
Tanggal lulus :
Oktober 2009
Menyetujui, Bogor, Oktober 2009
Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian
Andika Prastya. F14104056. Analisis Kelayakan dan Optimasi Usaha Budidaya Bayam Merah dan Kangkung Hidroponik Dengan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, Depok. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr. 2009.
RINGKASAN Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air, dan kata ponos yang berarti kerja (Soeseno,1998). Jadi definisi hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Ada berbagai teknik hidroponik yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Nutrient Film Technique (NFT). NFT merupakan metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa jadi berkembang di dalam larutan nutrisi dan sebagian lainnya di atas permukaan larutan. Aliran larutan sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara (Chadirin, 2006). PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang relatif baru yang merupakan mitra dari Parung Farm yang memproduksi bayam merah dan kangkung menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). PT. Joy Farm memiliki lahan kebun seluas ± 2000 m2 yang terletak di Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru - Depok. PT. Joy Farm terletak pada 6o26’ LS dan 106o46’ BT dengan ketinggian ± 200 m dpl dan topografi permukaan yang relatif datar. Kebun ini memiliki dua bangunan greenhouse, yaitu greenhouse untuk nursery dan greenhouse untuk budidaya. Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap atau dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahayanya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk ke dalam bangunan tetapi tanaman tetap dapat terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Nelson dalam Lieng, 1996). Sarana produksi lain yang dimiliki adalah jaringan hidroponik sistem NFT, serta tangki penampungan dan pembuatan nutrisi. Jaringan sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm merupakan modifikasi sistem NFT menggunakan asbes yang dilapisi terpal. Sedangkan sistem NFT yang umum diterapkan di Indonesia adalah menggunakan talang air. Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting untuk menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan. Prastyo (2004) melakukan evaluasi kelayakan jaringan NFT talang air berdasarkan parameter seperti keseragaman inlet dan outlet, keseragaman kedalaman larutan nutrisi, serta keseragaman bobot tanaman. Dari hasil penelitiannya diperoleh nilai keseragaman yang mencapai 90%, sehingga sistem tersebut layak untuk diterapkan. Evaluasi kelayakan teknis terhadap sistem NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm masih perlu dilaksanakan. Kegiatan budidaya dengan menggunakan teknologi hidroponik membutuhkan investasi yang besar dibanding dengan kegiatan budidaya secara
konvensional, sehingga harus memperhatikan besarnya modal yang dimiliki serta kehati-hatian dalam mengalokasikan modal tersebut. Maka penilaian terhadap kelayakan finansial serta optimasi pada usaha tani tersebut juga perlu dilakukan agar usaha yang dijalani mendapatkan keuntungan yang maksimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan teknis sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dengan asbes lapis terpal yang diterapkan di PT. Joy Farm, melakukan analisis kelayakan finansial pada usaha budidaya bayam merah dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, dan melakukan optimasi usaha budidaya bayam merah dan kangkung hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT Joy Farm. Evaluasi kelayakan jaringan NFT dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap parameter yang telah disebutkan pada bed yang terletak di bagian ujung dan tengah setiap 3 harian selama periode pertumbuhan. Kelayakan finansial dievaluasi dengan melakukan analisis Net Present Value (NPV), analisis Net B/C, analisis Gross B/C, analisis biaya pokok, dan analisis Internal Rate of Return (IRR). Optimasi produksi dilakukan dengan menggunakan program linear. Hasil penelitian mengenai evaluasi kelayakan teknis yang dilakukan berdasarkan parameter keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik, keseragaman derajat keasaman, kedalaman aliran, dan bobot tanaman, menghasilkan nilai keseragaman yang secara umum mendekati 90% sehingga teknik hidroponik dapat diterapkan. Namun secara khusus nilai keseragaman masih kurang baik pada kedalaman aliran dan bobot tanaman, hal ini disebabkan karena terdapatnya lipatan pada terpal pelapis bed sehingga permukaan bed menjadi tidak rata. Pada kelayakan finansial, usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm pada harga jual Rp 8.400/kg akan layak jika produksi yang dilakukan sesuai target yaitu 17 kg/bed. Namun pada kenyataanya target yang diharapkan tidak tercapai sehingga usaha menjadi tidak layak. Untuk dapat melanjutkan usahanya maka diperlukan alternatif seperti melakukan negosiasi ulang terhadap pihak mitra mengenai harga jual, sehingga harga jual yang digunakan menjadi Rp 16.800/kg atau sekurang-kurangnya Rp 14.200/kg. Harga jual tersebut memberikan kelayakan pada PT. Joy Farm dalam melanjutkan usahanya. Di samping itu PT Joy Farm juga perlu menekan biaya produksi melalui penggunaan nutrisi sesuai standar dan mencari alternatif pemasaran lain. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, setelah melakukan negosiasi mengenai harga jual tersebut dapat dilakukan optimasi terhadap jumlah bed yang harus diproduksi oleh masing-masing tanaman. Hasil optimal yang diperoleh adalah 24 bed per bulan untuk tanaman bayam dan 82 bed per bulan untuk tanaman kangkung. Dengan kombinasi tersebut dibutuhkan total bed produksi sebanyak 59 bed, dalam hal ini masih tersisa 5 bed dari total 64 bed yang dimiliki oleh PT. Joy Farm sehingga dapat lebih memaksimalkan produksi. Dari hasil tersebut didapatkan total keuntungan sebesar Rp 9.246.742 per bulan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis, Andika Prastya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 April 1986. Anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bpk. Hartono dan Ibu. Sutinah. Penulis menempuh jenjang pendidikan dasar di SDN 12 pagi bina marga, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTPN 164 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah umum yaitu pada SMUN 74 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis melakukan kegiatan praktek lapang di PT. Perkebunan Nusantara VIII Bandung, Jawa Barat pada sebuah pabrik teh hitam CTC dan Ortodoks dengan judul “ Aspek Keteknikan Pada Proses Produksi dan Distribusi Teh di PTPN VIII Perkebunan Rancabali Ciwidey, Bandung, Jawa Barat”. Selain di bidang akademik, penulis juga aktif sebagai musik programmer di Banak Studio Musik Jakarta dan pernah menjadi musik arranger untuk acara Indomie Jingle Dare 2.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan hidayah-Nya serta salawat dan salam yang selalu dipanjatkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, karena berrkat suri tauladannya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisis Kelayakan dan Optimasi Usaha Budidaya Bayam Merah dan Kangkung Hidroponik Dengan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm, Depok” Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, MAgr. Selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabarnya telah memberikan bimbingan dan arahannya selama ini. 2. Dr. Ir. I Wayan Astika, Msi dan Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, Msi selaku dosen penguji. 3. Seluruh dosen pengajar di Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, atas bekal ilmu yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. 4. Keluarga besar PT. Joy Farm yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. 5. Bapak, Ibu, kakak, dan adikku yang selalu memberikan kasih sayang serta doanya. 6. Omi Dwinurrahmi Assyauqi yang selalu setia, mendoakan, dan memotivasi penulis. 7. D’jakil yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis. 8. Teman-teman kostan yaitu Adi Budi, Busan, Salamun, Heru, Indra, anami, Siwi, iboy dan Iye atas doa dan bantuannya selama ini. 9. Semua teman-teman Teknik Pertanian angkatan 41 dan 42 yang mendukung dan memberikan dorongan yang kuat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
i
10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka dari itu penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menyusun tugas akhir ini. Penulis berharap adanya masukan dan kritikan untuk tugas akhir ini sehingga menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini berguna bagi penulis maupun yang membacanya. Terima kasih.
Bogor,
Oktober 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii I.
PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1 B. TUJUAN .................................................................................... 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4 A. BAYAM ..................................................................................... 4 B. KANGKUNG ............................................................................. 5 C. HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique).......................... 6 D. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS NFT (Nutrient Film Technique) ........................................................... 7 E. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ................................... 9 F. PROGRAM LINEAR ............................................................... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 17 A. WAKTU DAN TEMPAT ......................................................... 17 B. PENGUMPULAN DATA......................................................... 17 C. ANALISIS DATA .................................................................... 18 1.
EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS ................................ 18
2.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ........................... 19
3.
OPTIMASI PRODUKSI .................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23 A.
EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS .................................... 23
B.
KELAYAKAN FINANSIAL................................................... 43
C.
OPTIMASI PRODUKSI.......................................................... 51
iii
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 55 A.
KESIMPULAN ....................................................................... 55
B.
SARAN ................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....... ...................................................................... 59 LAMPIRAN ..................... ...................................................................... 61
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. Skema jaringan NFT PT. Joy Farm ........................................ 18 Gambar 2. Aliran air pada inlet bed. ........................................................ 26 Gambar 3. Alat pengukur EC,Ph dan konsentrasi larutan ......................... 29 Gambar 4. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi kangkung ..................... 32 Gambar 5. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi bayam merah................ 32 Gambar 6. Sterofoam pada permukaan bed .............................................. 36 Gambar 7. Bed saat sterilisasi .................................................................. 37
v
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Hubungan CU dengan efisiensi distribusi...................................... 8 Tabel 2. Kinerja Teknis sistem NFT (Prastyo, 2004) .................................. 9 Tabel 3. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung .......... 23 Tabel 4..Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT bayam ............... 24 Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung....................... 24 Tabel 6. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT bayam merah ................. 25 Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung ........ 26 Tabel 8. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT bayam merah ... 27 Tabel 9. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT kangkung..................... 27 Tabel 10. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT bayam merah ............. 28 Tabel 11. Data pengukuran EC pada jaringan NFT kangkung ................... 30 Tabel 12. Nilai CU EC pada jaringan NFT kangkung ............................... 30 Tabel 13. Nilai EC Sayuran ...................................................................... 31 Tabel 14. Data pengukuran EC pada inlet jaringanNFT bayam merah ...... 31 Tabel 15. Data pengukuran EC pada outlet jaringan NFT bayam merah .. 31 Tabel 16. Nilai CU EC pada jaringan NFT bayam merah ......................... 33 Tabel 17. Data pengukuran pH kangkung ................................................. 34 Tabel 18. CU pH pada jaringan NFT kangkung ........................................ 34 Tabel 19. Data pengukuran pH inlet bayam. ............................................. 35 Tabel 20. Data pengukuran pH outlet bayam ............................................ 35 Tabel 21. CU pH pada jaringan NFT bayam merah .................................. 35 Tabel 22. Data kedalaman aliran inlet kangkung ....................................... 37 Tabel 23. Data kedalaman aliran outlet kangkung. .................................... 38 Tabel 24. Data kedalaman aliran inlet bayam............................................ 38 Tabel 25. Data kedalaman aliran outlet bayam.......................................... 39 Tabel 26. CU kedalaman aliran pada inlet NFT kangkung. ....................... 39 Tabel 27. CU kedalaman aliran pada outlet NFT kangkung ...................... 40 Tabel 28. CU kedalaman aliran pada inlet NFT bayam ............................. 40 Tabel 29. CU kedalaman aliran pada outlet NFT bayam ........................... 40 vi
Tabel 30. CU bobot tanaman kangkung dan bayam .................................. 41 Tabel 31. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT kangkung ... 42 Tabel 32. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT bayam ........ 42 Tabel 33. Data produksi sayuran di PT. Joy Farm tahun 2008................... 43 Tabel 34. Biaya Investasi usahatani pada tahun ke-0................................. 45 Tabel 35. Biaya operasional usahatani hidroponik NFT dalam satu tahun . 46 Tabel 36. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm Jika produksi sesuai target dengan harga jual Rp.8400/kg ......... 47 Tabel 37. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm Pada produksi riil dengan harga jual Rp.8400/kg ....................... 48 Tabel 38. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm Pada produksi riil dengan harga jual Rp.16.800/kg .................... 50 Tabel 39. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm Pada produksi riil dengan harga jual Rp.14.200/kg .................... 50
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Biaya tanaman kangkung (Rp/kg) (DF 16%) ....................... 61 Lampiran 2. Biaya tanaman bayam (Rp/kg) (DF 16%) ............................ 62 Lampiran 3. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 5%) ...................................................... 63 Lampiran 4. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 12%) .................................................... 64 Lampiran 5. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 16%) .................................................... 65 Lampiran 6. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 5%) ...................................................... 66 Lampiran 7. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 12%) .................................................... 67 Lampiran 8. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 8400 / kg. ( DF 16%) ...................................... ........ .... 68 Lampiran 9. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 16.800 / kg. ( DF 5%) ................................................... 69 Lampiran 10. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 16.800 / kg. ( DF 12%) ................................................. 70 Lampiran 11. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 16.800 / kg. ( DF 16%) ................................................. 71 Lampiran 12. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 14.200 / kg. ( DF 5%) ................................................... 72 Lampiran 13. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 14.200 / kg. ( DF 12%) ................................................. 73 Lampiran 14. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp. 14.200 / kg. ( DF 16%) ................................................. 74 Lampiran 15. Gaji karyawan (Rp / Bulan) ............................................... 75 Lampiran 16. Metoda grafik pada pemecahan model optimasi................. 76
viii
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertambahan penduduk yang pesat akan menuntut pemenuhan kebutuhan pangan yang besar. Sementara itu, dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan fungsi lahan pertanian menjadi berbagai macam kawasan pemukiman dan perindustrian sehingga luas lahan pertanian menjadi berkurang. Dengan adanya permasalahan ini, maka manusia dituntut untuk menemukan dan mengembangkan suatu teknologi tepat guna agar kegiatan budidaya pertanian dapat tetap berjalan. Salah satu teknologi yang telah ada dan dikembangkan adalah hidroponik. Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air, dan kata ponos yang berarti kerja (Soeseno,1998). Jadi definisi hidroponik adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Tanaman memperoleh hara dari larutan garam mineral yang diberikan langsung ke akar tanaman, sehingga tanaman lebih memfokuskan energinya untuk pertumbuhan daripada mencari dan memperebutkan unsur hara. Dari segi prinsip dasarnya, hidroponik merupakan suatu upaya merekayasa faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, diharapkan ketergantungan tanaman terhadap alam dapat diperkecil seminimal mungkin. Prinsip rekayasa faktor lingkungan bagi tanaman memberikan kondisi dimana kegiatan budidaya hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Beberapa kelebihan dari teknologi hidroponik antara lain seperti kualitas tanaman yang lebih seragam, nutrisi lebih efektif dan efisien, musim panen dapat diatur, serta pekerjaan yang relatif bersih dan praktis. Ada berbagai teknik hidroponik yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Nutrient Film Technique (NFT). NFT termasuk cara baru bercocok tanam di Indonesia, meskipun sudah ada yang mencoba sejak 10 tahun lalu. 1
Teknik ini cocok sekali diterapkan di daerah berlahan sangat tidak subur. Sistem ini juga bisa diterapkan di dataran tinggi maupun rendah dengan tujuan akhir hasil panen berkualitas (Untung, 2000). NFT merupakan metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa jadi berkembang di dalam larutan nutrisi dan sebagian lainnya di atas permukaan larutan. Aliran larutan sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara (Chadirin, 2006). Dengan berkembangnya teknologi hidroponik ini diharapkan kegiatan budidaya pertanian dapat tetap terus berjalan meskipun telah banyak perubahan fungsi lahan. PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang relatif baru yang merupakan mitra dari Parung Farm yang memproduksi bayam merah dan kangkung menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). PT. Joy Farm memiliki lahan kebun seluas ± 2000 m2 yang terletak di Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru - Depok. PT. Joy Farm terletak pada 6o26’ LS dan 106o46’ BT dengan ketinggian ± 200 m dpl dan topografi permukaan yang relatif datar. Kebun ini memiliki dua bangunan greenhouse, yaitu greenhouse untuk nursery dan greenhouse untuk budidaya. Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap atau dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahayanya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk ke dalam bangunan tetapi tanaman tetap dapat terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Nelson dalam Lieng, 1996). Sarana produksi lain yang dimiliki adalah jaringan sistem NFT, serta tangki penampungan dan pembuatan nutrisi. Jaringan sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm merupakan modifikasi sistem NFT menggunakan asbes yang dilapisi terpal. Sedangkan sistem NFT yang umum diterapkan di Indonesia adalah menggunakan talang air. 2
Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting untuk menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan. Prastyo (2004) melakukan evaluasi kelayakan jaringan NFT talang air berdasarkan parameter seperti keseragaman inlet dan outlet, keseragaman kedalaman larutan nutrisi, serta keseragaman bobot tanaman. Dari hasil penelitiannya diperoleh nilai keseragaman yang mencapai 90%, sehingga sistem tersebut layak untuk diterapkan. Evaluasi kelayakan teknis terhadap sistem NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm masih perlu dilaksanakan. Kegiatan budidaya dengan menggunakan teknologi hidroponik membutuhkan investasi yang besar dibanding dengan kegiatan budidaya secara konvensional, sehingga harus memperhatikan besarnya modal yang dimiliki serta kehati-hatian dalam mengalokasikan modal tersebut. Maka penilaian terhadap kelayakan finansial serta optimasi pada usaha tani tersebut juga perlu dilakukan agar usaha yang dijalani mendapatkan keuntungan yang maksimum.
B. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengevaluasi kelayakan teknis sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dengan asbes lapis terpal yang diterapkan di PT. Joy Farm. 2. Melakukan analisis kelayakan finansial pada usaha budidaya bayam merah dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm. 3. Melakukan optimasi usaha budidaya bayam merah dan kangkung hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT. Joy Farm.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. BAYAM Bayam merupakan salah satu spesies dari genus amaranthus yang tumbuh di daerah beriklim tropis atau sedang. Tanaman bayam berasal dari daratan Amerika. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2000 m dpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas. Bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur. Derajat kemasaman (pH) yang diinginkan berkisar 6-7 (Aziz, 2002). Tanaman bayam memiliki struktur tegak atau agak condong, tingginya mencapai 0,4 - 1 m dan bercabang. Batang lemah dan berair, daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga dalam tungkal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak bercabang, bunga berbentuk bulir. Pada umumnya bayam dikonsumsi sebagai sayuran hijau. Salah satu jenis bayam yang dapat dimakan adalah bayam cabut (Amaranthus tricolour, L.). Spesies ini ada yang berdaun merah dan hijau (Burkill, 1975). Dalam bayam merah atau Amaranthus tricolor Linn terdapat vitamin A, B1, B2, C dan niacin. Juga terdapat mineral seperti zat besi, kalsium, mangan dan fosfor. Seperti bahan sayuran yang lain, bayam merah juga mengandung banyak serat dan di dalam daunnya terdapat karotenoid, klorofil saponin. Sementara pada batangnya ditemui alkaloid, flavonoid dan polifenol. Panen bayam dilakukan paling lama 25 hari setelah tanam karena setelah itu kualitasnya menurun berupa daun yang kaku. Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Benih bayam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum pindah tanam. Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim kemarau dan akhir musim hujan (Hadisoeganda, 1995).
4
B. KANGKUNG Kangkung merupakan spesies dari genus ipoemea. Ada dua jenis tanaman kangkung yang dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas yaitu kangkung air (Ipoemea aquatic Forsk) dan kangkung darat (Ipoemea reptans Poir). Kangkung air mempunyai daun panjang dengan ujung agak tumpul barwarna hijau kelam, bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau kemerah-merahan dan biasa ditanam di pinggir kolam, di rawa-rawa, atau tempat berlumpur. Kangkung darat mempunyai daun yang panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau keputihan dan bunganya berwarna putih dan ditanam di tempat yang agak kering. Dalam tanaman kangkung terdapat vitamin A, B, dan C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan. Tanaman kangkung berasal dari daerah Asia dan terdapat luas di India, Asia Tenggara, Taiwan, dan Cina yang kemudian menyebar ke Fiji, Hawai dan Florida. Kangkung termasuk tanaman yang sanggup melakukan adaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan dengan kisaran yang luas. Kangkung dapat hidup dengan baik dari ketinggian tempat di dataran medium 800 meter di atas permukaan laut hingga ke daerah tepi pantai. Tanaman kangkung dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada dataran tinggi maupun dataran rendah pada semua kondisi tanah. Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dengan kandungan air yang cukup. Derajat kemasaman (pH) yang diinginkan untuk tanaman kangkung adalah 6.5. (Subhan et al dalam Pamungkas, 2004). Panen kangkung dapat dilakukan pada umur 25-30 hari setelah tanam. Panen dilakukan pada sore hari dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Panen dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemotong, atau dapat juga dengan cara mencabut sampai akarnya. Kangkung yang sudah dipanen dikumpulkan sebanyak 15 – 20 batang dalam satu ikatan, kemudian di simpan pada wadah yang berisi air supaya kangkung tidak layu saat dipasarkan.
5
C. HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) Pada tahun 1973, Cooper mengembangkan teknik hidroponik dengan memakai air sebagai medium tanam yang diedarkan ke tanaman secara tipis, supaya bagian atas dari akar masih berada di udara dan mendapat oksigen yang cukup. Fungsi medium tanah antara lain sebagai penyedia unsur hara, oksigen, air, dan sebagai tempat tegaknya tanaman. Pada teknik NFT, tanaman dipelihara dalam saluran panjang yang sempit, terbuat dari plat logam tipis tahan karat, yang mudah dibentuk. Jika tanaman dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung unsur makanan secara dangkal, maka di sekitar akar akan membentuk lapisan tipis (film) larutan mineral sebagai makanan tanaman. Oleh karena itu, teknik bercocok tanamnya disebut dengan nutrient film technique (Cooper dalam Maryam, 2004). Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode budidaya yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Beberapa syarat untuk membuat selapis nutrisi antara lain : kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah benar-benar seragam, kecepatan aliran nutrisi masuk tidak boleh terlalu cepat dipertimbangkan dengan kemiringan talang, lebar talang memadai untuk menghindari terbendungnya aliran nutrisi oleh kumpulan akar, dasar talang harus rata dan tidak melengkung untuk mencapai kedalaman larutan nutrisi yang disyaratkan (Chadirin, 2006). Bahan untuk saluran disediakan dalam berbagai bentuk dan penampang lintang oleh berbagai pabrik peralatan NFT. Di antaranya adalah berpenampang segitiga. Bentuk tersebut dapat mencegah penguapan cairan yang disalurkan. Saluran tersebut harus terbuat dari lembaran stainless steel atau alumunium yang cukup tebal dasarnya, sehingga tidak akan bengkok atau berlekuk (Cooper dalam Maryam, 2004). Di luar negeri, para pekebun NFT menggunakan talang khusus NFT sepanjang 1.8 m yang disusun selebar 18 m untuk areal tanam. Dengan talang tersebut diharapkan tidak ada perbedaan yang mencolok dari setiap tanaman pada penyerapan nutrisi, kondisi pH, dan oksigen. Desain tersebut sudah dianggap paling effisien (Untung, 2000). Sedangkan di Indonesia belum ada 6
produsen yang membuat talang khusus NFT dengan ukuran tersebut. Para pengguna NFT di Indonesia memanfaatkan talang air rumah tangga yang lebarnya 13-17 cm dengan panjang 4 m yang disambung hingga mencapai 12 m. Talang air rumah tangga dipilih sebagai alternatif penerapan NFT karena bagian dasarnya berbentuk segi empat. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen bagi tanaman. Bahan lain yang berbentuk bulat sebaiknya tidak digunakan, karena bentuk ini akan memungkinkan air menggenang di tengah sehingga terjadi de-oksigenasi (Untung, 2000).
D. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS NFT (Nutrient Film Technique) Kinerja teknis sistem hidroponik merupakan faktor penting dalam menentukan layak atau tidaknya sistem tersebut untuk diterapkan (Prastyo, 2004). Keseragaman irigasi/nutrisi yang diserap oleh tanaman merupakan parameter yang harus diperhatikan dalam sistem budidaya secara hidroponik dan nilainya harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tersebut, karena menentukan kualitas produksi tanaman yang dihasilkan. Selain itu keseragaman irigasi/nutrisi juga menentukan tingkat efisiensi sistem budidaya yang diterapkan, sehingga dapat diketahui baik atau tidaknya sistem hidroponik tersebut untuk diterapkan ( Pamungkas, 2004). Parameter umum yang digunakan untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air adalah koefisien keseragaman irigasi (CU/coefficient of uniformity) dengan rumus (Keller and Bleisner, 1990) :
Cu =
1-
{ ∑ XinXr- Xr } x 100% ……………………………... (1)
Dimana : CU
= Koefisien keseragaman (%).
n
= Jumlah titik pengamatan.
Xi
= Pengukuran pada pengamatan ke i (i = 1,2,3,.....,n).
Xr
= Nilai rata-rata hasil pengamatan.
7
Keseragaman dari penyebaran air akan menentukan efisiensi distribusi air. Jika nilai keseragaman penyebaran air rendah, maka efisiensi distribusi air juga rendah. Hubungan antara nilai CU, persentase areal yang dibasahi dan nilai efisiensi distribusi dapat dilihat pada Tabel 1 (Keller and Bleisner, 1990).
Tabel 1. Hubungan CU dengan efisiensi distribusi. Area yang cukup terairi (%) CU (%)
95
90
85
80
75
70
65
60
50
Efisiensi Distribusi (%) 94
88
90
92
94
95
96
97
98
100
92
83
87
90
92
93
95
96
97
100
90
79
84
87
89
92
93
95
97
100
88
75
81
84
87
90
92
94
96
100
86
71
77
82
85
88
91
93
96
100
84
67
74
79
83
86
89
92
95
100
82
63
71
77
81
85
88
91
94
100
80
59
68
74
79
83
87
90
94
100
78
55
65
71
77
81
86
89
93
100
76
50
61
69
75
80
84
88
92
100
74
46
58
66
73
78
83
87
92
100
72
42
55
64
70
76
82
86
91
100
70
38
52
61
68
75
80
85
90
100
68
34
49
58
66
73
79
85
90
100
66
30
45
56
64
71
78
84
89
100
56
9
29
43
54
63
71
79
86
100
Prastyo (2004) menunjukkan nilai koefisien keseragaman yang mendekati 90% pada sistem NFT dengan menggunakan talang air (Tabel 2) sehingga sistem hidroponik dapat diterapkan
8
Tabel 2. Kinerja Teknis sistem NFT (Prastyo, 2004) kriteria evaluasi Persentase Kebocoran (%)
Inlet (%)
CU Outlet (%)
CU Kedalaman aliran (%)
Bobot tanaman (%)
1
0.00
86.32
85.87
88.58
65.09
2
0.00
90.72
90.70
86.79
77.87
3
0.12
91.09
90.66
4
0.00
90.29
89.79
5
0.00
85.05
84.76
86.25
68.45
6
0.06
85.99
85.21
7
1.60
90.91
90.56
87.24
70.56
8
0.44
90.25
89.73
85.84
68.37
0.28
88.82
88.41
86.94
70.07
Bedeng
Rata-rata
CU
CU
Sedangkan penelitian Maryam pada tahun 2004 menunjukkan nilai rata-rata keseragaman irigasi sebesar 78.26 %. Rendahnya nilai keseragaman ini disebabkan karena faktor teknis yaitu lubang pada lateral tidak seragam dan konstruksi pipa manifold tidak datar.
E. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Dalam melakukan analisis kelayakan finansial dilakukan analisis biaya pokok untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk. Biaya pokok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Bp = [
BT ] + BTT X K
………………………………..................(2)
Keterangan : Bp
= biaya pokok (Rp/unit produk)
BT
= biaya tetap (Rp/tahun)
BTT
= biaya tidak tetap (Rp / jam)
K
= Kapasitas produksi (unit produk/jam)
X
= jam kerja (jam/tahun)
9
Dalam perhitungan biaya pokok terdapat biaya penyusutan dan bunga modal, penyusutan merupakan penurunan nilai dari suatu alat/mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Penyusutan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
D=
P–S
................................................................................ (3)
L Keterangan : D = Biaya penyusutan tiap tahun (Rp/tahun). P
= Harga awal (Rp).
S
= Harga akhir (Rp).
L = Perkiraan umur ekonomis (tahun).
Bunga modal merupakan bunga yang diterima apabila modal yang ada disimpan di bank. Bunga modal dari investasi pada mesin pertanian diperhitungkan sebagai biaya, karena uang yang dipergunakan untuk membeli alat tidak bisa dipergunakan untuk usaha lain. Bunga modal dapat dihitung dengan persamaan berikut :
I =
i P (N+1)
..............................................................................(4)
2N Keterangan : P = Harga awal (Rp). i = Total tingkat bunga modal (i%/tahun). I = Total bunga modal (Rp/tahun). N = Umur ekonomis alat (tahun).
Selanjutnya dalam analisis finansial terdapat beberapa indikator yang disebut kriteria investasi untuk mengukur kelayakan proyek. Kriteria investasi tersebut yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Gross B/C.
10
Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Dengan demikian, apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari proyek. Sebaliknya NPV yang bernilai negatif menunujukan kerugian (Pramudya dan Dewi, 1992). Selisih antara manfaat dan biaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
NPV = ∑
(Bt-Ct) (1+i)t
……………………………..………….......(5)
Dimana : NPV
= Net Present Value
Bt
= manfaat tahun ke-t
Ct
= biaya tahun ke-t
i
= Tingkat suku bunga
t
= umur proyek
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu : 1. NPV > 0, maka proyek dapat dilaksanakan atau proyek dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. 2. NPV < 0, maka proyek tidak dapat dilaksanakan dan dipertimbangkan untuk mencari alternatif proyek lain yang mungkin lebih menguntungkan. 3. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi, jadi tergantung kepada penilaian subyektif pengambil keputusan. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan NPV suatu proyek sama dengan nol. IRR biasa dinyatakan dalam persen (%). Dalam perhitungan nilai IRR dilakukan dengan cara mencobacoba (trial dan error). Suatu usaha yang layak dilaksanakan akan mempunyai nilai yang lebih besar dari tingkat bunga komersial yang berlaku. Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Persamaan yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :
11
NPV’
IRR = i’ +
(i”-i’) …………………………………..(6)
( NPV’-NPV”) Dimana : IRR
= Internal Rate of Return
i’
= Tingkat suku bunga pendugaan pertama.
i”
= Tingkat suku bunga pendugaa kedua
NPV’
= Nilai NPV pada tingkat suku bunga i’
NPV”
= Nilai NPV pada tingkat suku bunga i”
Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 rupiah. Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Net B/C =
+ NPVB-C
…………………………………............(7)
- NPVB-C Pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan kriteria, bahwa jika nilai B/C ≥ 1 maka usaha layak secara finansial tetapi jika B/C < 1 maka usaha tidak layak secara finansial. Nilai Gross B/C merupakan perbandingan antara NPV Manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek. Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai berikut :
Gross B/C =
n ∑ t=1
Bt (1+i)t
n Ct ∑ t t = 1 (1+i)
………………………………….(8)
12
F. PROGRAM LINIER Program linear adalah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasanpembatasan yang ada (Soekartiwi, 1996). Masalah
optimasi
bertujuan
untuk
memaksimumkan
atau
meminimumkan sebuah besaran tertentu yang disebut tujuan (objektif), yang bergantung pada sejumlah peubah masukan. Model program linier memiliki dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan merupakan suatu tujuan yang akan dicapai dalam optimasi, sedangkan fungsi kendala merupakan masalah keterbatasan sumberdaya yang harus dipecahkan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik program linier, maka persoalan tersebut harus dapat dipecahkan secara matematis, jelas fungsi tujuan yang linier yang harus dibuat optimum, serta pembatasan-pembatasan dinyatakan dalam ketidaksamaan linier. Setelah variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala ditentukan maka suatu permasalahan tersebut dapat diringkas menjadi suatu persamaan matematik. Solusi dari model matematik yang dihasilkan akan memberikan berapa jumlah sumberdaya yang optimal untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya ( Mulyono, 1991).
1. Bentuk umum model Program Linear Pada setiap masalah, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala yang bersama-sama membentuk suatu model matematik dari dunia nyata. Bentuk umum program linear adalah sebagai berikut (Mulyono, 1991) :
13
Maksimumkan atau minimumkan : a. Fungsi tujuan
: Z = c1x1 + c2x2 + …….+ cnxn……….
b. Fungsi kendala
: a11x1 + a12x1+……+ an1x≤ b1 (=;≥) a21x2 + a22x2+ ……+ an1x≤ b2 (=;≥) …… + ……..+ ……+ ……≤ …… an1x+ an2x + ……+ anmx ≤ bm (=;≥)
c. Asumsi
: x1, x2, ……, xn ≥ 0
Keterangan : Xn
= Banyaknya kegiatan ke-n, dimana n = 1, 2, ….., m. Berarti di sini terdapat m variabel keputusan.
Z
= nilai fungsi tujuan.
Cn
= sumbangan per unit kegiatan n terhadap tujuan, untuk masalah maksimisasi cn menunjukan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara untuk masalah minimisasi ini menunjukan biaya per unit. = jumlah sumberdaya ke i (i = 1, 2, …., m). Berarti terdapat m
bm
jenis sumberdaya. anm
= banyaknya sumberdaya n yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit barang ke m.
2. Asumsi Model Program Linear Model Program Linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi absah. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam program linier adalah (Mulyono, 1991) : a. Linearity Syarat utama dari LP adalah bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus linear. Dengan kata lain jika suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua akan berupa suatu garis lurus.
14
b. Additivity Nilai tujuan kegiatan tidak saling mempengaruhi. Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dianggap bahwa kenaikan dari tujuan yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain.
c. Divisibility Asumsi ini berarti bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus berupa bilangan bulat. Keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Karena itu variabel keputusan merupakan variabel kontinyu sebagai lawan dari variabel diskrit atau bilangan bulat. d. Deterministik LP berarti secara tak langsung mengansumsikan suatu masalah keputusan dalam suatu kerangka statis di mana semua parameter diketahui dengan kepastian.
3. Penyelesaian Model LP Masalah LP dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika hanya memiliki dua variabel keputusan. Suatu cara sederhana untuk menggambarkan
masing-masing
persamaan
garis
adalah
dengan
menetapkan salah satu variabel dalam suatu persamaan dengan nol dan kemudian mencari nilai variabel yang lain. Penyelesaian model LP dengan menggunakan metode simplek harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk umum yang dinamakan bentuk baku. Ciri-ciri bentuk baku model LP adalah semua kendala berupa persamaan dengan sisi kanan non negatif, semua variabel non negatif, dan fungsi tujuan dapat maksimum maupun minimum (Mulyono, 1991).
15
4. Penelitian terdahulu Model LP telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian yang bertujuan untuk melakukan optimasi produksi, termasuk produksi pertanian. Sutarya (2003), meneliti tentang optimasi produksi dan distribusi sayuran di PD. Pacet Segar, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menekankan terhadap bagaimana perusahaan mampu bersaing di pasar bisnis sayuran dengan mengetahui kombinasi optimal sayuran yang diproduksi di PD. Pacet Segar. Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah dengan linear programming, dengan bantuan perangkat lunak lindo. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi sayuran buah, daun, umbi, bunga, tunas, dan sayuran unggulan ke beberapa swalayan tertentu belum optimal. Sondang (2004), meneliti tentang optimasi produksi anggrek yang dilaksanakan di Parung Farm. Peneliti menggunakan pendekatan linear programming dengan perangkat lunak (software) Lindo. Fungsi tujuan yang ditetapkan bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi yang optimal sehingga memberikan pendapatan yang maksimal dari kegiatan pengadaan tanaman anggrek di Parung Farm. Agus Suwito (2007), melakukan penelitian tentang optimasi produksi komoditi sayuran di PT Saung Mirwan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan linear programming dengan bantuan perangkat lunak QM.2.0 for Windows. Fungsi tujuan yang dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat produksi dan kombinasi yang optimal sehingga memberikan pendapatan yang maksimal.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juli 2008 di PT. Joy Farm, Jl. Menceng Kelurahan Bedahan Baru, Sawangan Baru, DepokJawa Barat. Pengolahan data dilakukan di Bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
B. PENGUMPULAN DATA Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari hasil wawancara, diskusi, pengamatan dan pengukuran di lapangan. Sedangkan data sekunder meliputi arsip dan literatur perusahaan. Untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis, maka data yang diperlukan berasal dari pengukuran yang meliputi keseragaman pH, keseragaman EC, keseragaman kedalaman aliran, keseragaman inlet dan outlet serta keseragaman bobot tanaman. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran-pengukuran tersebut adalah : 1. EC meter. 2. pH meter. 3. Jaringan irigasi NFT. 4. Larutan nutrisi dan bak nutrisi. 5. Timbangan. 6. Pita ukur dan penggaris. 7. Gelas ukur. 8. Stopwatch. 9. Perlengkapan kerja seperti alat tulis, kalkulator, dan komputer. Pengukuran tersebut dilakukan pada bed yang terletak di posisi tengah dan ujung seperti pada Gambar 1. Pengukuran dilakukan setiap 3 harian yang dilakukan selama periode pertumbuhan tanaman.
17
2 Pompa
Bak Nutrisi
1
4 3
Gambar 1. Skema jaringan NFT PT. Joy Farm. Ket : 1. Bed produksi yang terbuat dari lembaran asbes. 2. Pipa inlet. 3. Pipa ke bak nutrisi. 4. Arah aliran nutrisi.
Untuk melakukan analisis kelayakan finansial, maka data yang diperlukan adalah data produksi dan jenis biaya. Data produksi meliputi jumlah peralatan, kapasitas peralatan, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku yang digunakan. Jenis biaya yang dikumpulkan antara lain biaya peralatan, biaya bahan baku. Untuk melakukan optimasi produksi maka data yang diperlukan adalah data keuntungan penjualan masing-masing produk, biaya dan jumlah yang tersedia untuk masing-masing sumber daya.
C. ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi evaluasi kelayakan teknis, kelayakan finansial, dan optimasi produksi.
1. Evaluasi kelayakan teknis Untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis pada teknik hidroponik yang diterapkan dilakukan perhitungan keseragaman irigasi
18
dengan menghitung nilai variasi dari nilai konduktifitas listrik larutan (EC) dan pH larutan nutrisi pada masing-masing inlet dan outletnya, variasi nilai debit inlet dan outletnya, variasi kedalaman aliran, serta variasi bobot tanaman yang dihasilkan yang dihitung dengan menggunakan persamaan (1).
2. Analisis kelayakan finansial Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi analisis biaya pokok, analisis Net Present Value ( NPV), analisis Benefit-Cost ratio (BC ratio) dan analisis Internal Rate of Return (IRR). a. Analisis Biaya Pokok Dalam analisis ini, biaya pokok tersebut diarahkan untuk perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya bayam merah dan kangkung dalam satuan Rp/kg. Dalam perhitungan biaya pokok ini terdapat komponen biaya tetap dan tidak tetap. Biaya pokok dapat dihitung menggunakan persamaan (2). Dalam perhitungan biaya pokok dihitung pula penyusutan dengan persamaan (3) dan bunga modal dengan persamaan (4).
b. Net Present Value ( NPV) Apabila NPV bernilai positif dapat diartikan juga sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Sebaliknya jika NPV bernilai negatif menunjukan kerugian atau usaha dikatakan tidak layak. Selisih manfaat dan biaya dihitung menggunakan persamaan (5).
c. Tingkat Pengembalian (Internal Rate of Return) Perhitungan yang dilakukan untuk memperoleh nilai IRR menggunakan persamaan (6).
19
d. Rasio manfaat dan biaya (Benefit Cost Ratio) Rasio manfaat dan biaya merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari benefit yang positif dengan nilai sekarang (present value) dari benefit yang negatif. Perhitungan rasio manfaat dan biaya menggunakan persamaan (7) dan (8).
3. Optimasi produksi Optimasi produksi budidaya bayam merah dan kangkung dengan sistem hidroponik NFT dilakukan dengan menerapkan pemrograman linear sebagai pemecahan masalah. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Mempelajari latar belakang faktor-faktor perilaku dari parameter yang mempengaruhi sehingga mempermudah dalam pendefinisian masalah. b. Mendefinisikan
masalah
sebenarnya
sehingga
mendukung
terbentuknya suatu tujuan yang jelas. c. Mempelajari sifat-sifat faktor produksi yang mempengaruhi sistem produksi dan parameter-parameter yang dapat diukur atau dihitung sehingga mempermudah pengambilan data primer.
Fungsi tujuan maksimum keuntungan PT. Joy Farm memproduksi dua jenis sayuran yaitu bayam merah dan kangkung. Keuntungan dari masing-masing sayuran dihitung dengan cara mencari selisih antara harga jual dan biaya produksi. Yang dimaksud biaya produksi di sini adalah biaya pokok untuk memproduksi bayam merah dan kangkung. X1 = Bayam merah X2 = Kangkung
20
Fungsi tujuan maksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut : Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 Dimana : Z
= Keuntungan hasil produksi (Rp/bulan).
C
= Keuntungan masing-masing sayuran (Rp/bedeng).
X
= Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).
Fungsi pembatas anggaran biaya untuk pembelian nutrisi dan bibit n1X1 + n2X2 ≤ N Dimana : n
= Biaya pemakaian nutrisi dan bibit untuk masing-masing sayuran (Rp/bedeng). Nilai ini dihitung berdasarkan ketersediaan modal untuk pembelian nutrisi dan bibit.
N
= Anggaran biaya untuk nutrisi dan bibit (Rp/bulan).
X
= Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).
Fungsi pembatas anggaran biaya untuk biaya listrik pemakaian pompa air p1X1 + p2X2 ≤ P Dimana : p
=Biaya pemakaian listrik pompa air untuk masing- masing sayuran (Rp/bedeng). Nilai ini dihitung berdasarkan lama pemakaian pompa air dan daya yang digunakan oleh pompa tersebut
P
= Anggaran biaya listrik pompa secara keseluruhan (Rp/bulan).
X
= Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan).
Fungsi pembatas greenhouse X1 + X2 ≤ G Dimana G
= Kapasitas greenhouse (bedeng)
21
Fungsi pembatas biaya tenaga kerja. t1X1 + t2X2 ≤ T Dimana t
= biaya tenaga kerja masing-masing sayuran (Rp/bedeng)
T
= jumlah keseluruhan biaya tenaga kerja (Rp/bulan).
X
= Jumlah produksi masing-masing sayuran (bedeng/bulan). Optimasi produksi ini dilakukan untuk mencari jumlah tanaman
yang harus diproduksi per bulan untuk mencapai keuntungan maksimum.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC), keseragaman derajat keasaman (pH), keseragaman kedalaman aliran, serta keseragaman bobot tanaman. Nilai keseragaman dapat dihitung dengan besarnya nilai koefisien keseragaman irigasi (CU/Coefficient Uniformity).
1. Keseragaman Debit Aliran Pengukuran debit aliran pada sistem hidroponik NFT yang diterapkan di PT. Joy Farm terdiri dari debit inlet dan outlet pada masing-masing tanaman. CU inlet dan outlet setiap bed, dihitung dengan menggunakan data hasil pengukuran debit pada masing-masing bed kemudian dihitung dengan persamaan (1). Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran debit inlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah.
Tabel 3. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung. Debit inlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari keBed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1
2
3
4
5
4.75 4.79 5.43 2.70 6.15 6.66 6.06 5.74 5.98 5.33 5.33 5.39 5.42 5.43 5.41 5.73
5.98 3.85 4.67 5.14 6.06 6.69 5.98 6.04 5.48 5.39 5.84 5.62 5.14 5.32 4.76 5.55
5.33 4.96 5.05 5.05 6.01 5.96 6.17 6.68 5.50 4.75 4.65 5.36 5.13 5.30 5.29 5.29
6.39 7.03 7.31 6.64 7.03 6.97 6.82 6.35 5.35 5.13 4.85 5.09 4.31 4.46 3.80 4.61
4.69 4.60 5.42 4.74 7.38 7.85 7.56 7.66 8.39 7.55 9.39 8.53 12.11 12.13 11.94 11.98
23
Tabel 4. Data pengukuran debit inlet pada jaringan NFT bayam merah.
Bed 1
2
3
4
Debit inlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari ke-
Titik 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
3.74 3.52 4.46 5.42 4.12 4.13 5.96 5.73 9.37 7.96 6.02 8.62 9.84 10.96 11.11 11.17
4.24 3.71 5.02 5.69 4.44 5.44 6.36 6.20 9.16 7.54 7.00 8.72 7.25 9.41 8.20 8.63
4.71 5.41 6.28 7.04 4.00 5.38 4.08 6.22 8.81 7.14 6.46 7.84 7.34 8.54 9.56 11.70
4.09 4.21 5.49 5.67 3.47 4.40 4.86 5.26 7.38 6.18 5.61 6.49 6.16 6.22 7.36 10.00
4.63 4.51 6.17 6.72 4.72 5.59 6.30 6.42 9.64 6.23 7.70 9.94 11.19 10.01 11.17 13.38
2.92 4.10 5.40 5.71 4.62 5.76 6.21 6.62 8.34 7.77 7.09 8.90 9.95 9.19 10.23 12.60
4.32 4.31 5.61 6.05 3.76 5.16 5.97 6.19 7.96 7.33 6.98 6.87 9.29 10.59 9.75 11.36
Dari Tabel 3 dan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran debit inlet pada jaringan NFT kangkung dan bayam merah berkisar antara 2 ml/detik – 13 ml/detik. Besar kecilnya nilai debit ini dipengaruhi oleh kondisi jaringan NFT itu sendiri. Kebersihan pada pipa aliran nutrisi dan besarnya lubang inlet merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi debit aliran. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman debit inlet tiap bed (%) Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
1
80.51
86.74
97.70
95.20
94.31
90.89
7.10
2
95.90
95.97
96.21
96.73
98.12
96.59
0.91
3
95.74
97.38
92.82
97.34
94.15
95.49
2.00
4
97.88
95.27
98.84
94.22
99.35
97.11
2.25
Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang disajikan pada Tabel 5, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 80 % – 99 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bed yang memiliki nilai keseragaman rata-rata tertinggi 24
adalah bed 4, dan yang terendah adalah bed 1. Namun jika dilihat berdasarkan nilai Standar Deviasinya maka bed 2 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya. Sistem NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm adalah closing loop, maka seharusnya besarnya air yang dialirkan adalah sama. Besar dan kecilnya nilai keseragaman tersebut disebabkan karena kondisi lubang inlet yang berbeda pada tiap bed. Pada bed 4 aliran air terlihat lebih baik dibandingkan pada bed 1. Hal ini dapat disebabkan oleh diameter dan posisi lubang inlet dari bed tersebut. Keseragaman debit inlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai CU debit inlet pada jaringan NFT bayam merah. Keseragaman debit inlet tiap bed (%) Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
6
7
1
84.70
85.23
86.33
85.27
83.00
77.47
84.55
83.79
2.96
2
82.72
88.05
82.10
87.57
89.55
89.38
84.66
86.29
3.10
3
87.50
89.72
89.93
91.89
83.14
92.58
95.03
89.97
3.85
4
95.69
92.25
85.52
82.74
91.50
89.95
92.91
90.08
4.49
Jika kita melihat kondisi pada jaringan NFT bayam merah seperti yang disajikan pada Tabel 6, nilai koefisien keseragaman berkisar antara 77 % - 95 %. Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Jika dilihat dari nilai Standar Deviasinya maka bed 1 memiliki nilai keseragaman yang baik dari hari ke harinya, namun besarnya nilai keseragaman tersebut masih rendah dibandingkan bed lainnya. Dari Tabel 6 tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa bed yang nilai koefisien keseragamannya di bawah 90 %. Hal ini juga disebabkan karena kondisi lubang inlet yang tidak seragam sehingga menyebabkan ketidakseragaman aliran inlet. Lubang inlet pada jaringan NFT yang diterapkan oleh PT. Joy Farm dibuat secara manual dengan menggunakan paku yang dipanaskan. Diameter lubang inlet yang dihasilkanpun tidak sepenuhnya seragam. Hal ini disebabkan pada saat melubangi pipa dengan paku yang panas terdapat beberapa lubang yang meleleh melebihi diameter yang diinginkan. Jika dilihat dari posisi lubang yang dibuat, juga terdapat beberapa lubang yang 25
tidak seragam sehingga menyebabkan aliran yang dihasilkanpun tidak seragam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Selain itu banyaknya kotoran dan lumut di dalam pipa juga dapat menyebabkan lubang inlet tersumbat sehingga dapat memperkecil volume aliran dan akhirnya menyebabkan ketidakseragaman pada aliran inletnya.
Gambar 2. Aliran air pada inlet bed.
Untuk nilai debit outlet pada bed-bed tanaman kangkung dan bayam merah dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT kangkung. Debit outlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari keBed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1
2
3
4
5
4.78 4.81 5.54 2.69 5.86 6.23 4.89 5.79 6.32 5.65 5.62 5.54 5.42 5.48 5.41 5.77
6.13 4.11 4.69 5.52 5.95 6.97 6.02 5.93 6.37 5.05 5.28 5.28 4.74 5.07 4.05 4.87
5.14 4.92 5.35 5.32 5.84 4.00 6.23 6.77 5.61 4.69 4.29 5.40 4.96 5.45 3.62 5.44
6.37 7.14 7.43 6.66 7.18 7.00 7.00 6.41 5.37 5.20 4.84 5.11 4.06 4.36 3.81 4.42
4.70 4.37 4.90 3.87 7.20 7.61 7.60 7.00 8.71 7.37 9.92 9.12 12.99 12.98 12.86 13.06
26
Tabel 8. Data pengukuran debit outlet pada jaringan NFT bayam merah. Debit outlet tiap bed (ml/detik) Pengukuran 3 hari keBed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
3.77 3.57 4.64 5.44 3.88 3.37 5.34 5.50 9.38 7.93 6.04 7.85 10.35 10.75 10.67 9.49
4.40 3.73 5.27 5.80 4.31 5.38 6.37 6.18 9.17 7.57 7.02 8.76 7.82 9.38 8.76 9.16
4.46 5.30 6.30 7.20 4.18 5.11 3.83 5.70 8.36 7.17 6.41 7.80 7.47 8.56 9.74 11.50
4.09 4.21 5.61 5.68 3.47 4.41 4.81 5.25 7.31 6.23 5.54 6.32 6.52 5.43 8.47 10.46
4.44 4.64 6.08 7.13 4.77 5.61 6.36 6.49 9.27 6.20 7.58 9.24 10.22 9.60 10.41 12.40
2.98 4.92 5.15 6.21 4.74 5.78 6.01 6.47 7.91 7.50 7.06 8.94 10.23 9.30 10.92 12.52
4.43 4.61 5.46 6.06 3.78 4.98 5.77 6.06 8.02 7.34 6.97 6.46 8.80 10.47 9.51 10.37
Dari Tabel 7 dan Tabel 8 dapat dilihat besarnya debit outlet berkisar antara 2 ml/detik – 13 ml/detik untuk jaringan NFT kangkung dan 2 ml/detik – 12 ml/detik untuk jaringan NFT bayam merah. Besarnya debit aliran pada outlet bervariasi baik pada jaringan NFT kangkung maupun pada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan akar tanaman yang berada di sepanjang jalur aliran nutrisi. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman debit outlet tiap bed (%) Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
1
80.14
86.06
97.09
94.45
92.36
90.02
6.86
2
92.97
93.91
85.03
96.48
96.59
93.00
4.72
3
95.37
98.13
89.86
96.95
91.58
94.38
3.53
4
97.73
93.26
87.15
94.53
99.58
94.45
4.79
Nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT kangkung berkisar antara 80 % - 99 % seperti yang disajikan pada Tabel 9. Terdapat beberapa bed yang memiliki nilai koefisien keseragaman di bawah 90%. 27
Nilai keseragaman rata-rata tertinggi adalah bed 4 dan yang terendah adalah bed 1. Hal ini mengikuti pada inletnya, di mana keseragaman lubang inlet akan mempengaruhi aliran inletnya dan akhirnya juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Selain itu pertumbuhan akar tanaman juga akan mempengaruhi aliran outletnya. Keseragaman debit outlet pada jaringan NFT bayam merah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai CU debit outlet pada jaringan NFT bayam merah. Keseragaman debit outlet tiap bed (%) Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
6
7
1
84.23
84.68
83.94
84.72
81.43
80.92
87.96
83.98
2.34
2
80.16
87.14
85.16
87.85
89.38
91.23
85.05
86.57
3.58
3
88.75
89.71
91.35
92.43
85.30
92.69
93.31
90.50
2.82
4
95.99
94.42
86.05
77.42
91.82
90.90
93.56
90.02
6.40
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien keseragaman outlet pada jaringan NFT bayam merah berkisar antara 77 % - 95 %. Jika dilihat dari rata-rata keseragamannya, nilai tertinggi adalah bed 3 dan yang terendah adalah bed 1. Seperti yang terjadi pada jaringan NFT kangkung, bahwa nilai koefisien keseragaman pada outlet ini tidak jauh berbeda dengan inletnya karena debit aliran pada inlet akan mempengaruhi debit pada outletnya. Jika kita bandingkan antara kedua jaringan NFT tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai keseragaman aliran pada jaringan NFT kangkung lebih baik daripada jaringan NFT bayam merah. Hal ini disebabkan karena kondisi lubang inlet pada jaringan NFT kangkung lebih baik dibandingkan dengan jaringan NFT bayam merah, baik dari segi keseragaman diameter lubang, posisi lubang dan kebersihannya. Dilihat dari nilai keseragamannya, kedua jaringan NFT tersebut sudah baik, namun perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin agar debit yang dihasilkan besarnya tetap. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan analisis keseragaman aliran pada hidroponik NFT dengan talang air, nilai keseragaman debit aliran pada jaringan NFT asbes lapis terpal lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jarak lubang inlet pada jaringan NFT yang menggunakan asbes lebih rapat dibandingkan jaringan NFT yang menggunakan talang air. Selain itu kondisi 28
kebersihan aliran pipa pada inlet NFT asbes lebih baik dari NFT talang air sehingga diperoleh nilai keseragaman yang lebih tinggi.
2. Keseragaman Konduktifitas listrik (EC) Dalam larutan, kation akan mencari kutub negatif anoda, sedangkan anion akan mencari kutub positif katoda. Penghantaran listrik ini disebut dengan konduktifitas atau biasa disebut elektro konduktifitas (EC, electro conductivity). Pengukuran EC dilakukan dengan menggunakan EC-meter seperti pada Gambar 3. Pengukuran keseragaman EC dilakukan untuk menentukan tingkat keseragaman daya serap tanaman terhadap ion-ion yang terkandung dalam larutan nutrisi.
Gambar 3. Alat pengukur EC, pH, dan konsentrasi larutan. Tabel 11 menyajikan data hasil pengukuran EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung. Dari tabel tersebut dapat dilihat besarnya EC pada inlet dan outlet jaringan NFT kangkung berkisar antara 2 mS/cm – 3.5 mS/cm, sedangkan standar nilai EC yang diterapkan oleh PT. Joy Farm untuk tanaman kangkung adalah 3 mS/cm – 3.5 mS/cm. Dalam hal ini penggunaan nilai EC harus lebih diperhatikan agar nilai EC masih berada pada batas yang diharapkan.
29
Tabel 11. Data pengukuran EC pada jaringan NFT kangkung.
Jam
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
1 Inlet 2.76 2.80 3.18 3.23 3.26 3.34 3.37 3.41 3.44
Outlet 2.79 2.80 3.18 3.25 3.26 3.36 3.37 3.44 3.45
Inlet 2.60 3.45 3.40 3.44 3.53 3.60 3.63 3.62 3.16
Pengukuran EC (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke2 3 4 Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet 2.63 2.87 2.90 2.44 2.45 3.51 2.88 2.94 2.45 2.46 3.45 3.50 3.55 3.39 3.42 3.50 3.36 3.42 3.44 3.44 3.60 3.44 3.44 3.47 3.48 3.63 3.43 3.49 3.49 3.55 3.63 3.51 3.52 3.56 3.60 3.62 3.50 3.56 3.59 3.61 3.16 2.24 2.25 3.49 3.50
5 Inlet 3.41 3.45 3.46 3.44 3.51 3.53 3.55 3.50 3.19
Outlet 3.41 3.45 3.45 3.44 3.52 3.53 3.55 3.51 3.19
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai EC pada setiap jam pengukuran meningkat. Hal ini disebabkan karena tingginya suhu di dalam greenhouse yang dapat mempengaruhi nilai EC. Penurunan nilai EC dapat dilakukan dengan cara menambahkan air pada bak nutrisi. Nilai keseragaman EC pada jaringan NFT kangkung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai CU EC pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman EC (%) Titik
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
Inlet
94.01
93.39
88.96
88.87
97.99
92.66
3.84
Outlet
94.02
93.23
89.02
88.83
98.02
92.02
3.70
Dari Tabel 12 tersebut diketahui bahwa nilai keseragaman EC pada jarigan NFT kangkung berkisar antara 88% - 98%. Nilai keseragaman ini tidak berbeda antara inlet dan outletnya. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh nilai konduktivitas listrik larutan nutrisi. Penggunaan nutrisi sebaiknya mengikuti standar yang ada agar nilai EC sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga penyerapan unsur hara dapat dilakukan dengan baik oleh tanaman. Setiap tanaman memiliki kebutuhan nilai EC yang berbeda. Kita dapat menggunakan nilai EC seperti pada Tabel 13.
30
Tabel 13. Nilai EC Sayuran. Jenis Sayuran Brokoli Kacang-kacangan Tomat Bawang merah Mentimun Labu Bayam
(mS/cm) 3.0 – 3.5 2.0 – 2.4 2.0 – 5.0 2.0 – 3.0 1.0 – 2.5 1.7 – 2.6 1.4 – 1.8
Sumber : Colcheedas dalam Untung, 2000
Untuk melihat besarnya nilai EC pada jaringan NFT bayam merah, data hasil pengukuran terhadap EC pada jaringan NFT bayam merah disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15.
Tabel 14. Data pengukuran EC pada inlet jaringanNFT bayam merah. Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
1 2.03 2.01 2.80 2.72 2.81 2.81 2.90 2.89 2.79
2 2.90 2.90 3.00 3.10 3.11 3.24 3.31 3.40 3.36
Pengukuran EC inlet (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke3 4 5 2.20 2.69 2.32 2.20 2.69 2.30 2.99 2.69 2.30 2.99 2.69 2.70 3.00 2.74 2.99 3.00 2.79 3.00 3.00 2.81 3.00 2.98 2.89 3.00 2.93 2.90 3.00
6 1.5 1.5 1.6 1.6 2.9 3.1 3.1 3.1 3.1
7 2.83 2.30 2.10 2.10 2.10 2.10 2.20 2.10 2.10
Tabel 15. Data pengukuran EC pada outlet jaringan NFT bayam merah. Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
1 2.03 2.04 2.92 2.80 2.84 2.90 2.90 2.89 2.79
2 2.90 2.96 3.02 3.15 3.19 3.29 3.34 3.40 3.38
Pengukuran EC outlet (mS/cm) Pengukuran 3 hari ke3 4 5 2.21 2.70 2.30 2.20 2.70 2.30 2.99 2.70 2.30 2.99 2.70 2.70 3.00 2.73 3.00 3.00 2.83 3.00 3.00 2.83 3.00 2.99 2.90 3.00 2.94 2.90 3.00
6 1.50 1.51 1.60 1.59 2.90 3.10 3.11 3.10 3.11
7 2.86 2.30 2.10 2.10 2.10 2.10 2.20 2.10 2.10
31
Dari Tabel 14 dan Tabel 15, dapat dilihat bahwa penggunaan nutrisi yang dilakukan oleh PT. Joy Farm lebih besar dari standar yang ada. Standar yang dilakukan oleh PT. Joy Farm dalam menggunakan nutrisi adalah 2 mS/cm - 3 mS/cm, sedangkan standar yang ada untuk EC bayam adalah 1.4 mS/cm - 1.8 mS/cm (Tabel 13). Untuk dapat mengetahui gambaran mengenai nilai EC yang diperoleh selama pengukuran, kita bisa melihatnya pada grafik yang disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Ket :
: Kebutuhan EC ( PT. Joy Farm)
Gambar 4. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi kangkung.
Ket :
: Kebutuhan EC (PT. Joy Farm)
Gambar 5. Grafik fluktuasi nilai EC pada nutrisi bayam merah.
32
Gambar 4 menunjukkan fluktuasi nilai EC larutan nutrisi pada jaringan NFT kangkung dalam sehari pengukuran yang dilakukan dari jam 08.00 sampai 16.00 WIB. Berdasarkan grafik tersebut nilai EC berkisar antara 2.76 mS/cm – 3.45 mS/cm. Nilai EC berada di luar batas kebutuhan nilai EC terjadi pada pagi hari, yaitu pada pukul 08.00 dan 09.00, dimana pada pagi hari tersebut belum dilakukan penambahan nutrisi sehingga nilai EC masih rendah. Gambar 5 menunjukkan fluktuasi nilai EC larutan nutrisi pada jaringan NFT bayam merah. Nilai EC pada nutrisi bayam merah sudah berada
dalam
area
kebutuhan
nilai
EC,
yaitu
berkisar
antara
2 mS/cm – 3 mS/cm. Nilai keseragamannya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai CU EC pada jaringan NFT bayam merah. Keseragaman EC (%) Titik
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
6
7
Inlet
89.54
94.91
90.36
97.40
89.27
68.79
92.95
89.03
9.42
Outlet
89.26
95.14
90.35
97.22
89.16
68.78
92.72
88.95
9.39
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nilai koefisien keseragaman EC pada bed bayam berkisar antara 68 % - 97 %. Dari Kedua jaringan NFT, baik kangkung dan bayam merah masih terdapat nilai keseragaman yang berada di bawah 90 %, hal ini disebabkan karena adanya penambahan air dan larutan nutrisi pada saat irigasi berlangsung sehingga nilai EC berubah. Menjaga nilai EC agar tetap pada nilai yang sesuai kebutuhan tanaman sangat penting dilakukan, namun pada kenyataannya pengontrolan pada nilai EC masih perlu diperhatikan.
3. Keseragaman Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman atau pH merupakan logaritma negatif pangkat sepuluh dari grammol H+/liter. Batas terendah dari pH ini adalah angka 0, sedangkan batas tertinggi adalah angka 14. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter elektronik seperti pada Gambar 3.
33
Pada umumnya derajat keasaman suatu larutan pupuk berada pada kisaran pH 5.5 – 6.5 atau bersifat asam. Pada kisaran tersebut daya larut unsur-unsur hara makro dan mikro sangat baik. Bila pH berada di bawah kisaran tersebut, maka daya larut unsur hara tidak sempurna lagi. Bahkan unsur hara mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman. ( Sutiyoso, 2004). Pada Tabel 17 dapat dilihat nilai pH hasil pengukuran di PT. Joy Farm berkisar 5 - 7 bahkan masih ada yang melebihi batas, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dari hasil pengukuran tersebut nilai keseragaman pH disajikan pada Tabel 18.
Tabel 17. Data pengukuran pH kangkung. Jam 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Pengukuran pH Pengukuran 3 hari ke2 3 Inlet Outlet Inlet Outlet 6.43 6.43 6.81 6.84 6.85 6.88 7.04 7.08 7.01 7.04 7.22 7.22 7.21 7.20 7.23 7.23 7.03 7.06 7.21 7.20 6.81 6.82 7.05 7.09 7.01 7.03 7.06 7.09 7.05 7.06 7.02 7.06 7.21 7.21 7.02 7.04
1 Inlet 6.53 7.03 7.03 6.91 6.80 6.26 6.03 6.03 6.01
Outlet 6.58 7.04 7.06 6.91 6.80 6.26 6.04 6.06 6.02
4 Inlet 5.90 6.03 6.41 6.79 7.02 6.79 6.23 6.42 6.78
5 Outlet 5.96 6.04 6.44 6.80 7.07 6.83 6.24 6.45 6.79
Inlet 6.22 6.19 6.03 6.01 5.84 6.02 6.06 5.64 6.01
Outlet 6.23 6.20 6.04 6.03 5.83 6.02 6.06 5.65 6.04
Tabel 18. CU pH pada jaringan NFT kangkung. Keseragaman pH (%) Titik
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
Inlet
94.08
97.49
98.62
95.07
98.06
96.67
1.99
Outlet
94.10
97.51
98.85
95.12
98.01
96.72
2.24
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai keseragaman pH pada jaringan NFT kangkung berkisar antara 94% - 98%. Nilai rata-rata keseragamannya tidak jauh berbeda antara inlet dan outletnya, yaitu berkisar 96%. Semakin tinggi nilai keseragaman keasaman larutan maka daya larut unsur-unsur haranya relatif baik pada seluruh tanaman sehingga mudah diserap akar tanaman, namun harus tetap memperhatikan besarnya pH yang digunakan agar tanaman dapat tumbuh optimal. 34
Pada Tabel 19 dan Tabel 20 dapat dilihat data pengukuran pH bayam. Nilai yang di dapat juga masih ada yang melebihi batasnya sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Nilai keseragaman pH pada bayam merah disajikan pada Tabel 21.
Tabel 19. Data pengukuran pH inlet bayam Pengukuran pH inlet bayam Pengukuran 3 hari ke3 4 5 6.19 6.83 6.22 7.04 7.38 6.41 7.23 7.40 6.58 7.38 7.29 6.38 7.39 7.39 6.83 7.21 7.30 6.80 7.23 7.03 6.88 7.22 7.00 7.03 7.39 6.83 7.01
Jam 1 7.04 6.79 6.43 6.03 6.03 6.23 6.22 6.24 6.84
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
2 6.83 7.02 7.38 7.08 7.01 6.82 7.08 7.01 7.18
6 6.02 7.22 6.88 6.89 6.58 6.59 6.59 6.83 7.03
7 6.72 6.80 6.89 7.38 7.20 7.28 7.43 7.40 7.28
6 6.04 7.21 6.89 6.89 6.58 6.59 6.59 6.83 7.03
7 6.71 6.80 6.89 7.39 7.20 7.30 7.43 7.39 7.30
Tabel 20. Data pengukuran pH outlet bayam. Pengukuran pH outlet bayam Pengukuran 3 hari ke3 4 5 6.19 6.83 6.21 7.04 7.40 6.41 7.21 7.40 6.59 7.40 7.30 6.40 7.40 7.40 6.81 7.21 7.30 6.81 7.22 7.04 6.89 7.22 7.01 7.02 7.39 6.81 7.01
Jam 1 7.04 6.81 6.46 6.03 6.03 6.23 6.23 6.23 6.84
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
2 6.81 7.04 7.39 7.10 7.01 6.81 7.08 7.03 7.21
Tabel 21. CU pH pada jaringan NFT bayam merah. Keseragaman pH (%) Titik
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
6
7
Inlet
94.97
98.08
96.65
96.83
96.31
96.22
96.71
96.54
0.92
Outlet
95.14
98.04
96.89
97.01
96.31
96.25
96.71
96.62
0.88
35
Pada bayam merah seperti yang terlihat pada Tabel 21, diketahui bahwa nilai keseragaman pH berkisar antara 94% - 98%, dengan nilai ratarata 96%. Hal ini juga menandakan bahwa daya larut unsur-unsur hara relatif seragam pada seluruh tanaman namun besarnya nilai pH harus tetap diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh optimal.
4. Keseragaman kedalaman aliran Kedalaman aliran pada media NFT merupakan tempat akar tanaman untuk menyerap unsur hara yang berada dalam larutan. Kedalaman aliran ini merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem hidroponik NFT. Kedalaman aliran larutan yang diharapkan adalah 3 - 4 mm. Ketentuan ini diambil dengan pertimbangan bahwa kandungan oksigen larutan yang terbawah yang terdapat di kolam sedalam 1 meter hanya sekitar 1 ppm. Semakin ke atas atau berdekatan dengan udara, maka semakin tinggi konsentrasi oksigen terlarutnya (Sutiyoso, 2004). Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini hanya dapat dilakukan pada inlet dan outletnya saja, karena permukaan bed yang berada di bagian tengah tertutup oleh sterofoam seperti pada Gambar 6 sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran pada bagian tengah permukaan bed.
Gambar 6. Sterofoam pada permukaan bed. Pengukuran kedalaman aliran pada bagian tengah bed hanya dapat dilakukan pada saat sterilisasi bed (pencucian) seperti terlihat pada Gambar 7.
36
Gambar 7. Kondisi bed saat sterilisasi.
Dari Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa lipatan-lipatan pada terpal akan menyebabkan kedalaman aliran nutrisi tidak merata sepanjang jalurnya. Untuk dapat mengetahui gambaran mengenai kedalaman aliran nutrisi pada bed, Tabel 22, 23, 24, dan 25 menyajikan data pengukuran kedalaman inlet dan outletnya pada masing-masing jaringan NFT.
Tabel 22. Data kedalaman aliran inlet kangkung. Bed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1 3.00 2.67 4.67 1.67 2.33 5.00 3.00 2.00 3.33 4.00 3.00 3.33 2.33 2.33 2.00 2.33
Pengukuran kedalaman aliran inlet (mm) Pengukuran 3 hari ke2 3 4 3.33 3.33 3.67 2.33 3.00 3.67 4.67 4.67 5.67 2.00 2.00 3.33 2.33 2.00 3.00 5.00 4.33 4.67 3.00 3.33 3.33 2.33 2.00 2.00 3.33 3.00 3.00 4.00 3.67 4.00 3.33 2.33 2.33 3.67 3.33 3.00 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.00 2.00 2.33 2.33 2.33 2.00 2.00
5 2.67 3.00 4.67 2.00 3.33 5.67 3.67 2.67 3.67 4.67 4.33 4.33 3.67 3.67 4.33 4.00
37
Tabel 23. Data kedalaman aliran outlet kangkung. Bed 1
2
3
4
Titik 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 4.00 5.00 6.33 3.33 6.67 4.33 3.33 4.67 4.67 5.00 4.33 5.00 6.00 6.00 5.33 5.67
Pengukuran kedalaman aliran outlet (mm) Pengukuran 3 hari ke2 3 4 4.67 3.67 5.00 4.67 5.33 6.33 5.67 6.00 6.67 5.00 4.67 5.67 6.67 6.67 7.00 5.00 3.33 5.00 4.33 4.00 4.67 4.67 4.67 5.00 4.00 4.00 4.00 4.67 4.33 5.00 4.33 3.67 3.67 4.67 5.00 4.67 5.67 6.00 5.33 6.00 5.67 5.00 4.67 4.00 4.67 6.33 6.33 4.67
5 3.67 5.00 6.00 3.67 7.00 5.00 5.00 5.33 5.67 6.33 6.67 7.00 6.33 7.00 6.67 6.67
Tabel 24. Data kedalaman aliran inlet bayam Bed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1 3.00 3.33 2.33 3.33 3.33 4.00 4.33 3.67 3.67 4.00 3.33 3.67 4.00 4.33 4.67 4.00
Pengukuran kedalaman aliran inlet (mm) Pengukuran 3 hari ke2 3 4 5 6 3.33 3.33 3.00 3.33 2.33 3.00 3.67 3.33 3.67 3.00 2.33 3.00 2.67 3.00 2.33 3.33 4.00 3.00 3.67 3.33 3.33 3.00 2.67 3.33 3.33 4.33 4.33 4.00 4.67 5.00 4.33 3.00 3.00 4.33 3.67 4.00 4.00 3.67 4.00 4.33 3.67 3.33 3.00 4.00 3.33 4.00 3.67 3.33 3.00 4.00 3.33 3.00 3.00 3.67 3.00 4.00 3.33 3.00 4.33 4.00 3.33 3.00 2.67 4.67 4.00 3.33 3.33 2.33 4.00 3.33 4.00 4.00 3.33 4.67 4.33 3.00 3.67 3.67 4.67 4.33
7 3.00 3.33 2.67 3.33 2.67 4.33 4.33 4.00 3.00 3.67 3.33 3.00 3.67 4.00 3.67 4.00
38
Tabel 25. Data kedalaman aliran outlet bayam Bed
Titik
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
4
1 3.33 4.67 5.00 3.33 3.67 4.67 5.00 5.67 5.67 5.00 4.00 5.67 5.67 6.67 6.00 4.67
Pengukuran kedalaman aliran outlet (mm) Pengukuran 3 hari ke2 3 4 5 6 3.33 3.33 3.67 3.67 2.33 5.00 5.33 5.00 5.33 5.67 5.00 5.67 5.33 5.33 5.00 3.33 4.00 3.33 4.00 3.33 4.00 4.00 3.33 4.67 4.67 6.33 6.33 5.67 7.00 6.67 5.67 4.00 4.33 5.67 5.67 6.33 6.00 5.67 6.67 6.67 5.67 5.00 4.67 5.67 5.00 4.67 4.33 4.00 3.67 4.67 4.33 4.00 3.67 5.00 4.67 6.00 5.67 4.67 6.33 6.67 4.33 4.00 3.67 5.67 5.67 6.00 5.33 3.33 6.00 5.67 4.67 5.00 4.67 6.00 6.00 4.67 5.67 5.00 5.67 6.00
7 3.33 5.33 5.67 3.00 3.67 6.33 5.00 6.00 4.67 5.00 4.67 5.00 5.00 6.67 5.00 5.00
Dari data hasil pengukuran seperti yang disajikan pada Tabel 22, 23, 24, dan 25, didapatkan kedalaman aliran pada outlet lebih besar dari inletnya dan besarnya nilai debit berkisar antara 3 mm - 6 mm. Hal ini disebabkan karena adanya lipatan terpal yang tidak teratur dan aliran air yang terbendung oleh perakaran sehingga permukaan air menjadi naik. Nilai keseragaman kedalaman aliran inlet dan outlet untuk masing-masing jaringan NFT dapat dilihat pada Tabel 26, 27, 28, dan 29.
Tabel 26. CU kedalaman aliran pada inlet NFT kangkung. Keseragaman kedalaman aliran pada inlet (%)
Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
1
72.22
70.27
76.92
80.61
74.32
74.87
4.05
2
68.92
71.05
68.57
76.92
76.09
72.31
3.96
3
91.46
93.02
86.49
85.14
93.14
89.85
3.77
4
94.44
94.44
94.44
92.31
93.62
93.85
0.93
Rata-rata
82.72
3.18
39
Tabel 27. CU kedalaman aliran pada outlet NFT kangkung. Keseragaman kedalaman aliran pada outlet (%)
Bed
Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
1
78.57
93.33
84.75
90.14
80.00
85.36
6.35
2
79.82
85.48
78.57
85.38
87.31
83.32
3.86
3
94.74
94.34
90.20
88.46
93.51
92.25
2.77
4
95.65
91.18
86.36
94.92
97.50
93.12
4.42
Rata-rata
88.51
4.35
Tabel 28. CU kedalaman aliran pada inlet NFT bayam. Keseragaman kedalaman aliran pada inlet (%) Bed Pengukuran 3 hari ke-
Rata-rata
Standar Deviasi
1
2
3
4
5
6
7
1
88.89
88.89
90.48
94.44
92.68
84.85
91.89
90.30
3.14
2
91.30
91.67
83.72
85.00
89.80
85.71
84.78
87.43
3.37
3
95.45
93.33
95.00
95.95
88.89
88.37
92.31
92.76
3.09
4
94.12
91.46
90.48
83.33
94.44
91.67
95.65
91.59
4.09
Rata-rata
90.52
3.42
Rata-rata
Standar Deviasi
Tabel 29. CU kedalaman aliran pada outlet NFT bayam Keseragaman kedalaman aliran pada outlet (%) Bed Pengukuran 3 hari ke1
2
3
4
5
6
7
1
81.63
80.00
80.00
80.77
83.64
69.39
73.08
78.36
5.13
2
87.72
85.82
78.69
80.70
86.11
87.32
82.54
84.13
3.51
3
88.52
87.10
87.72
90.20
83.87
86.51
96.55
88.64
3.99
4
89.86
88.98
90.00
84.00
97.14
97.14
88.46
90.80
4.78
Rata-rata
85.48
4.35
Berdasarkan Tabel 26, 27, 28, dan 29, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai koefisien keseragaman pada masing-masing jaringan NFT adalah sebesar 82.72% untuk inlet NFT kangkung, 88.51% untuk outlet NFT kangkung, 90.52% untuk inlet NFT bayam, dan 85.48% untuk outlet pada NFT bayam. Dari nilai yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa koefisien keseragaman untuk kedalaman aliran masih kurang baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai keseragaman ini bervariasi, di antaranya adalah tersumbatnya lubang inlet oleh kotoran dan lumut sehingga dapat mempengaruhi debit aliran dan juga kedalaman aliran. Selain itu kemiringan
40
dan permukaan bed yang tidak rata akibat lipatan terpal juga akan menyebabkan kedalaman aliran nutrisi bervariasi.
5. Keseragaman bobot tanaman Usaha budidaya sistem hidroponik pada dasarnya bertujuan untuk mencapai hasil yang tinggi baik kualitas dan produksi. Keseragaman pada bobot tanaman merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi secara teknis dari sistem yang diterapkan. Produksi tanaman dapat dilihat dari bobot tanaman yang dihasilkan dan keseragaman bobotnya. Bobot tanaman yang didapat dari hasil pengukuran bervariasi baik pada tanaman kangkung maupun bayam merah. Rata-rata bobot masing – masing tanaman per bed adalah 17.4 kg untuk kangkung dan 17.6 kg untuk bayam merah. Rata-rata bobot/lubang pada masing-masing tanaman adalah 17.38 gram/lubang untuk kangkung dan 17.58 gram/lubang untuk bayam merah. Keseragaman
bobot
tanaman
dalam
penelitian
ini
dihitung
berdasarkan variasi bobot pada tiap meter perseginya. Nilai yang diperoleh sangat bervariasi. Keseragaman bobot tanaman tiap meter persegi pada masing-masing tanaman disajikan dalam Tabel 30 di bawah ini.
Tabel 30. CU bobot tanaman kangkung dan bayam. Bed
Keseragaman bobot tanaman (%) Kangkung
Bayam merah
1
73.24
73.24
2
71.94
67.94
3
75.78
79.95
4
67.94
73.24
Rata-rata
72.22
73.59
Nilai keseragaman bobot yang diperoleh dari kedua tanaman tersebut berkisar antara 67 % - 80 %. Hal ini menandakan bahwa nilai keseragaman kedua tanaman tersebut masih kurang baik. Kurang baiknya keseragaman tersebut disebabkan karena perbedaan masing-masing tanaman dalam menyerap unsur hara. Selain itu kondisi permukaan aliran yang tidak
41
seragam karena lipatan terpal juga mempengaruhi daya serap tanaman terhadap unsur hara. Lipatan terpal menyebabkan kedalaman aliran bervariasi sehingga banyak akar tanaman yang terlipat yang mempengaruhi penyerapan unsur hara, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Banyaknya tanaman yang ditanam dalam satu lubang juga menyebabkan perolehan unsur hara pada masing-masing tanaman menjadi kurang baik sehingga pertumbuhan tanaman juga kurang baik.
6. Kinerja Teknis Sistem Hidroponik NFT Evaluasi kelayakan sistem hidroponik yang dilakukan berdasarkan beberapa
parameter
konduktivitas
yaitu
listrik,
keseragaman
keseragaman
debit
derajat
aliran,
keseragaman
keasaman,
keseragaman
kedalaman aliran, dan keseragaman bobot tanaman, menghasilkan nilai keseragaman yang bervariasi. Untuk mengetahui gambaran mengenai nilai keseragaman tersebut, maka dapat dilihat rekapitulasi nilai keseragaman yang disajikan pada Tabel 31 dan 32 berikut.
Tabel 31. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT kangkung. Kriteria evaluasi Bed
CU Debit aliran
CU EC Inlet
CU pH
Outlet
Inlet
Outlet
90.89
90.02
74.87
85.36
73.24
2
96.59
92.99
72.31
83.32
71.94
3
95.49
94.38
89.85
92.25
75.78
4 Rata-rata
97.11
94.45
93.85
93.12
67.94
95.02
92.96
82.72
88.51
72.23
96.67
Outlet
CU Bobot
Inlet
92.62
Inlet
CU Kedalaman aliran
1
92.66
Outlet
Rata-rata
96.72
90.01
Tabel 32. Rekapitulasi nilai keseragaman pada jaringan NFT bayam merah. Bed
1 2 3 4 Rata-rata
CU Debit aliran Inlet 83.79 86.29 89.97 90.08 87.53
Outlet 83.98 86.57 90.50 90.02 87.77
Kriteria evaluasi CU pH
CU EC Inlet
89.03
Outlet
88.95
Inlet
96.54
Outlet
96.62
Rata-rata CU kedalaman aliran Inlet 90.30 87.43 92.76 91.59 90.52
Outlet 78.36 84.13 88.64 90.80 85.48
CU Bobot 73.24 67.94 79.95 73.24 73.59
88.45
42
Berdasarkan hasil tersebut maka secara umum sistem hidroponik dapat diterapkan, karena nilai koefisien keseragamannya mendekati 90%. Namun secara khusus nilai koefisien keseragaman masih kurang baik pada kedalaman aliran dan bobot tanaman, hal ini disebabkan karena terdapatnya lipatan pada terpal pelapis bed sehingga permukaan bed menjadi tidak rata. Untuk memperbaiki nilai keseragaman pada jaringan hidroponik ini maka dibutuhkan ketelitian dan perawatan yang rutin.
B. KELAYAKAN FINANSIAL Dalam melakukan kegiatan usaha, faktor finansial menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dilanjutkan. PT. Joy Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian yang memproduksi sayuran hidroponik. Sayuran utama yang diproduksinya adalah bayam merah dan kangkung yang dipasarkan melalui mitra kerjanya yaitu Parung Farm. Hasil produksi PT. Joy Farm dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Data produksi sayuran di PT. Joy Farm tahun 2008. Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Kangkung (kg) 783,8 584,1 824,25 764,73 669,25 694,26 662,43 538,4 396,45 329,2 258,52 286,2 6.791,59
Bayam (kg) 259,65 358,20 83,70 501,39 436,75 300,15 256,50 450,15 588,41 319,68 396,80 358,30 4.309,68
Total (kg) 1.043,45 942,30 907,95 1.266 1.106 994,41 918,93 988,55 984,86 648,88 655,32 644,50 11.101,27
Dari Tabel 33 di atas diketahui bahwa produksi sayuran di PT. Joy Farm dalam satu tahun mencapai 11.101,27 kg sehingga jika dirata-ratakan produksi per bulannya adalah ± 925 kg. Produksi yang dihasilkan berfluktuasi, hal ini
43
disebabkan karena beberapa hal seperti lingkungan greenhouse yang masih memungkinkan datangnya hama melalui ventilasi yang tidak tertutup, serta perubahan cuaca yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman. Selain itu besarnya bibit yang belum memadai untuk dipindahkan ke bed produksi akan menyebabkan kekurangan bibit pada bed produksi, sehingga bed produksi tidak terisi dengan penuh. Setiap harinya PT. Joy Farm merencanakan panen sebanyak empat bed (dua bed untuk kangkung dan dua bed untuk bayam merah, dengan ukuran bed 11 m2). Jika dianalisis berdasarkan umur panen tanaman, yaitu 22 hari untuk bayam merah dan 15 hari untuk kangkung, maka seharusnya total bed yang dibutuhkan oleh PT. Joy Farm adalah 74 bed, sedangkan bed yang ada hanya 64 bed. Hal ini dapat mengakibatkan rolling tanaman menjadi tidak teratur, sehingga memaksakan untuk memanen tanaman sebelum waktunya dan pada akhirnya akan menyebabkan hasil produksi yang tidak stabil. Hasil yang ingin dicapai oleh PT. Joy Farm ± 17 kg/bed. Harga jual produk adalah Rp 8.400/kg yang merupakan haga jual kontrak lama dengan pihak mitra. Apabila hasil tersebut konstan, maka dalam satu bulan panen akan dihasilkan 2.040 kg dengan total penjualan Rp 17.136.000. Hasil tersebut merupakan target yang harus dicapai oleh PT. Joy Farm. Mengingat besarnya investasi yang diperlukan dalam melakukan usaha ini, untuk itu perlu dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan beberapa asumsi dan pendekatan, di antaranya adalah : 1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian. 2. Produktifitas tanaman adalah rata-rata dalam satu tahun. 3. Lahan produksi dan investasi adalah milik sendiri. 4. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap tetap, baik biaya produksi maupun biaya tetap lainnya. 5. Harga jual kedua komoditi adalah Rp 8.400/kg. 6. Umur proyek merupakan jangka waktu hidup dari proyek yang ditentukan oleh nilai ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam proyek tersebut. Umur ekonomis pengusahaan hidroponik ini sesuai dengan umur ekonomis
44
greenhouse, karena greenhouse merupakan sarana utama untuk melakukan produksi. 7. Besarnya harga akhir 10% dari harga awal. 8. Berdasarkan asumsi nomor 3, tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5% yang merupakan tingkat suku bunga tabungan di BRI pada tahun 2008. Sebagai pembanding, digunakan pula tingkat suku bunga 12% yang merupakan tingkat suku bunga pertanian negara berkembang (Gittinger, 1986), dan tingkat suku bunga 16% yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman di BRI pada tahun 2008. 9. Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan tingkat upah tenaga kerja regional.
Pada usaha budidaya tanaman secara hidroponik ini, terdapat biaya investasi dan juga operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan sebelum tanaman menghasilkan, seperti biaya bangunan dan alatalat pertanian hidroponik (Tabel 34). Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani berjalan, seperti biaya pembelian benih, nutrisi, tenaga kerja, perawatan, keamanan, bensin dan listrik (Tabel 35).
Tabel 34. Biaya Investasi usahatani pada tahun ke-0 No
Uraian
Biaya Investasi (Rp)
Umur ekonomis (tahun)
1
Greenhouse
47.348.000
5
2
Sistem hidroponik
61.530.200
5
3
Listrik dan genset
10
4
Kantor dan gudang
7.250.000 5.000.000
5
Alat bantu pertanian
7.252.000
5
6
Kendaraan
91.400.000
10
Total
10
219.780.200
45
Tabel 35. Biaya operasional usahatani hidroponik NFT dalam satu tahun. No
Uraian
Biaya Operasional Rp/Tahun
1
Benih bayam
2.100.000
2
Benih kangkung
10.800.000
3
Nutrisi
24.336.000
4
Gaji karyawan
33.240.000
5
Listrik
8.400.000
6
Keamanan
7.200.000
7
Perawatan
2.400.000
8
Bensin Total
9.000.000 97.476.000
Berdasarkan Tabel 34 di atas dapat dilihat bahwa total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha hidroponik mencapai Rp 219.780.200 dan pada Tabel 35, dapat dilihat besarnya biaya operasional yang dikeluarkan selama satu tahun mencapai Rp 97.476.000. Data investasi dan biaya operasional tersebut digunakan untuk menghitung biaya pokok produksi kangkung dan bayam. Hasilnya seperti diuraikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2, diperoleh biaya pokok untuk tanaman kangkung adalah Rp 10.982/kg dan tanaman bayam adalah Rp 14.257/kg. Dari hasil tersebut telah diketahui bahwa usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm merugi, karena harga jual Rp 8.400/kg lebih rendah dari biaya pokok. Sebagai gambaran mengenai usaha yang dilakukan oleh PT. Joy Farm, maka data investasi dan biaya operasional tersebut juga dimasukkan ke dalam perhitungan untuk menganalisis kelayakan finansial. Perhitungan dilakukan dengan 2 rancangan. Rancangan pertama yaitu analisis apabila total penjualan sesuai dengan target yang diharapkan, rancangan kedua dilakukan berdasarkan data produksi selama satu tahun. Analisis yang dilakukan meliputi perhitungan nilai sekarang bersih (Net Present Value, NPV), perbandingan manfaat biaya bersih (Net B/C ratio), Gross B/C, dan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return, IRR). Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan tingkat suku bunga sebesar 5%, 12% dan 16%.
46
Pada Lampiran 3, 4 dan 5 dapat dilihat cashflow perusahaan pada rancangan 1 (sesuai target produksi). Dari analisis tersebut didapat nilai NPV, Net B/C, Gross B/C, dan IRR seperti pada Tabel 36.
Tabel 36. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm jika produksi sesuai target dengan harga jual Rp 8.400/kg. . Tingkat suku bunga
NPV (Rp)
Net B/C
Gross B/C
IRR (%)
5%
293.589.578
2,34
1,45
42,29
12%
201.548.372
1,92
1,35
42,29
16%
160.519.186
1,73
1,29
42,29
Dari hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada usaha hidroponik dengan tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% berturut-turut diperoleh nilai NPV sebesar Rp 293.589.578, Rp 201.548.372, dan Rp 160.519.186. Hal ini menunjukkan bahwa usaha hidroponik yang dilakukan
PT. Joy Farm jika
produksi sesuai dengan target menurut nilai sekarang adalah layak pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Nilai Net B/C yang didapat pada usaha hidroponik ini pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut adalah 2,34, 1,92, dan 1,73. Nilai ini menunjukkan bahwa penanaman investasi pada usaha hidroponik ini adalah masih layak dilakukan pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16%, karena nilai B/C > 1. Nilai Gross B/C yang diperoleh pada suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut adalah 1,45, 1,35, dan 1,29. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran sehingga masih layak untuk dilakukan. Nilai IRR yang diperoleh dari uji kelayakan tersebut adalah sebesar 42,29%. Nilai tersebut masih berada di atas tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% artinya usaha yang dilakukan masih layak. Dari hasil analisis tersebut dapat terlihat bahwa usaha yang dilakukan akan menguntungkan jika dilakukan produksi sesuai dengan target yang diharapkan. Namun pada kenyataannya pencapaian target tersebut belum
47
sepenuhnya berhasil, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor teknis dan lingkungan yang dapat mempengaruhi angka produksi. Pada Lampiran 6, 7, dan 8 dapat dilihat cashflow perusahaan pada rancangan 2 (berdasarkan data hasil produksi). Dari analisis tersebut didapat nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR seperti pada Tabel 37 berikut. Tabel 37. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp 8.400/kg. IRR
Tingkat suku bunga
NPV (Rp)
Net B/C
Gross B/C
5%
-192.909.207
0,20
0,70
-
12%
-203.249.185
0,15
0,65
-
16%
-207.451.009
0,13
0,62
-
(%)
Dari hasil perhitungan uji kelayakan berdasarkan data produksi dalam satu tahun, didapat nilai NPV pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut lebih kecil dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya hidroponik yang dilakukan oleh PT. Joy Farm menurut nilai sekarang secara finansial tidak layak untuk dilakukan karena akan menghasilkan kerugian sebesar nilai NPV tersebut. Nilai Net B/C pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16% berturut-turut lebih kecil dari 1, begitupun pada nilai Gross B/C menghasilkan nilai lebih kecil dari 1 yang artinya usaha yang dilakukan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluarannya dan belum mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan di awal usaha. Hal ini menunjukkan bahwa penanaman investasi usaha hidroponik sangat tidak layak atau tidak menguntungkan, karena tidak memberikan nilai manfaat. Nilai IRR tidak ditemukan karena usaha yang dilakukan untuk budidaya secara hidroponik ini tidak layak dilakukan. Besarnya modal awal yang ada alangkah lebih baik jika dipergunakan untuk usaha yang lebih menguntungkan. PT. Joy Farm tetap menjalankan produksinya karena terikat kontrak lama dengan pihak mitra. Untuk dapat melanjutkan usaha hidroponik tersebut, agar tidak mengalami kerugian maka diperlukan alternatif pemecahan, di antaranya adalah dengan memperhatikan biaya produksi dan perbaikan manajemen 48
pemasaran. Untuk itu perlu diperhatikan agar total penerimaan tidak kurang dari jumlah pengeluaran. Besarnya total penerimaan dipengaruhi oleh total produksi. Semakin tinggi total produksi, semakin tinggi pula total penerimaan. Untuk itu produktifitas tanaman harus dijaga agar tidak kurang dari target yang diharapkan, selain itu jumlah pengeluaran juga perlu dijaga agar ketika produksi menurun, total penerimaan masih berada di atas total pengeluaran sehingga meminimalkan kerugian. Dari segi teknis dalam hal penggunaan nutrisi sebaiknya PT. Joy Farm menggunakan standar yang ada. Standar yang digunakan oleh PT. Joy Farm lebih besar dari standar yang ada, sehingga akan menyebabkan larutan nutrisi yang terlalu pekat dan dapat mempengaruhi produktifitas tanaman. Selain itu penggunaan nutrisi yang tepat juga akan menekan biaya yang dikeluarkan. Meningkatkan harga jual produk juga penting. Dilihat dari segi pemasaran, telah diketahui bahwa produk hidroponik memiliki pasar tersendiri seperti di mall dan swalayan lainnya dengan harga jual yang tinggi. Harga jual yang ada di tingkat petani berkisar antara Rp. 17.000 – Rp. 18.000 per kg untuk sayuran daun hidroponik. Harga jual yang digunakan oleh PT. Joy Farm adalah sama untuk kedua jenis tanaman, yaitu seharga Rp 8.400/kg. Harga jual tersebut merupakan kontrak lama dengan pihak mitra. Jika kita lihat pada perhitungan sebelumnya, usaha yang dijalankan akan layak jika produksi memenuhi target, namun pada kenyataannya total produksi tidak memenuhi target sehingga usaha yang dilakukan belum menguntungkan dan belum mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan di awal usaha. Dalam hal ini sebaiknya PT. Joy Farm melakukan negosiasi ulang mengenai harga jual dan mencari alternatif pemasaran agar mampu mengembangkan usahanya tanpa tergantung oleh kontrak dari pihak mitra. Bila PT. Joy Farm melakukan negosiasi kontrak baru dengan mitra, yaitu dengan menaikkan harga jualnya 2 kali harga semula menjadi Rp 16.800/kg untuk sayuran hidroponik baik bayam merah maupun kangkung, maka akan diperoleh nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR berturut-turut adalah seperti
49
pada Tabel 38 berikut (Cashflow pada harga Rp. 16.800/kg dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11) Tabel 38. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp 16.800/kg. IRR
Tingkat suku bunga
NPV (Rp)
Net B/C
Gross B/C
5%
210.772.933
1,96
1,32
32,33
12%
132.639.721
1,60
1,23
32,33
16%
97.879.653
1,45
1,18
32,33
(%)
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa dengan menaikkan harga jual produk menjadi RP. 16.800/kg akan didapatkan nilai NPV, Net B/C,Gross B/C dan IRR seperti yang terlihat pada Tabel 38. Nilai NPV pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% masih berada di atas nol. Begitu juga dengan nilai Net B/C, pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% nilai B/C > 1. Nilai IRR yang didapat sebesar 32,33%. Dari analisis yang dilakukan berdasarkan ketiga kriteria investasi tersebut, dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan akan layak pada tingkat suku bunga tersebut. Apabila tidak mencapai kesepakatan dengan harga jual Rp. 16.800/kg, maka dilakukan negosiasi ulang dengan harapan harga jual yang disepakati masih memberikan kelayakan untuk PT. Joy Farm dalam melanjutkan usahanya. Harga jual yang memungkinkan agar PT. Joy Farm tetap dapat melanjutkan usahanya adalah Rp 14.200/kg. Dengan menggunakan harga jual tersebut akan diperoleh nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR berturut-turut adalah seperti pada Tabel 39 berikut (Cashflow pada harga Rp. 14.200/kg dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, dan 14) Tabel 39. Hasil uji kelayakan usaha hidroponik di PT. Joy Farm pada produksi riil dengan harga jual Rp 14.200/kg. IRR
Tingkat suku bunga
NPV (Rp)
Net B/C
Gross B/C
5%
85.823.699
1,39
1,13
16,59
12%
28.674.107
1,13
1,05
16,59
16%
3.372.543
1,02
1,01
16,59
(%)
50
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan harga jual Rp 14.200/kg menghasilkan nilai NPV, Net B/C, Gross B/C dan IRR yang layak pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Hal ini masih memberikan kelayakan bagi PT. Joy Farm untuk melanjutkan usahanya. Kondisi tersebut akan dapat mencapai kondisi yang lebih baik apabila dalam melakukan kegiatan produksinya dilakukan pemanfaatan sumber daya atau aset dan sarana yang ada secara maksimal.
C. OPTIMASI PRODUKSI 1. Model matematis a. Fungsi tujuan Tujuan dari program linear dalam pemecahan masalah optimasi di PT. Joy Farm adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam hal ini keuntungan merupakan selisih antara harga jual dan biaya produksi. Harga jual yang digunakan adalah harga jual negosiasi kontrak baru antara PT. Joy Farm dengan mitra yaitu sebesar Rp 16.800/kg. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan adalah Rp 14.257/kg untuk bayam merah dan Rp 10.982/kg untuk kangkung. Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh adalah Rp 2.543/kg untuk bayam merah dan Rp 5.818/kg untuk kangkung. Berdasarkan hal tersebut, maka fungsi tujuan dalam optimasi ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Maksimumkan Z = 2.543 X1 + 5.818 X2
b. Fungsi pembatas Fungsi pembatas pada model ini terdiri dari lima fungsi. Fungsi tersebut menyatakan pembelian nutrisi dan bibit, listrik untuk pompa, kapasitas greenhouse, permintaan minimal, dan tenaga kerja pada proses produksi bayam merah (X1) dan kangkung (X2).
1) Pembelian Nutrisi dan bibit. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian nutrisi dan bibit dari kedua produk adalah Rp 37.236.000 per tahun atau Rp
51
3.103.000 per bulan. Untuk pembelian bibit, tanaman bayam membutuhkan biaya Rp 2.100.000 per tahun atau Rp 175.000 per bulan, sedangkan bibit kangkung membutuhkan biaya Rp 10.800.000 per tahun atau Rp 900.000 per bulannya. Untuk Nutrisi masingmasing dialokasikan sebesar Rp 1.014.000 per bulan. Sehingga total biaya masing-masing tanaman untuk nutrisi dan bibit adalah Rp 1.189.000 per bulan untuk bayam merah dan Rp 1.914.000 per bulan untuk kangkung, maka biaya yang dikeluarkan masing-masing tanaman per bed adalah Rp 19.816 untuk bayam merah, dan Rp 31.900 untuk tanaman kangkung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka fungsi pembatas pembelian nutrisi dan bibit dinyatakan sebagai berikut : 19.816 X1 + 31.900 X2 ≤ 3.103.000
2) Biaya listrik pemakaian pompa Untuk biaya listrik pompa air dihitung dari pemakaian pompa air selama satu bulan. Penggunaan pompa untuk kedua jenis tanaman
sama.
Masing-masing
tanaman untuk
seluruh
bed
menggunakan pompa dengan daya 250 watt sebanyak tiga buah pompa. Pemakaian pompa adalah selama 465 menit per hari untuk tanaman bayam merah, sedangkan untuk kangkung adalah 600 menit. Maka selama satu bulan lamanya pemakaian adalah 13.950 menit atau 232,5 jam untuk tanaman bayam, dan 18.000 menit atau 300 jam untuk tanaman kangkung. Berdasarkan pemakaian tersebut maka dengan menggunakan biaya Rp 500/kwh, didapat biaya per bulan untuk masing-masing tanaman sebesar Rp 87.187 untuk bayam merah dan Rp 112.500 untuk kangkung. Sehingga diperoleh biaya yang dikeluarkan per bed adalah Rp 1.453 untuk bayam merah dan Rp 1.875 untuk kangkung. Maka total biaya listrik penggunaan pompa dari kedua tanaman tersebut adalah Rp 200.000 per bulan, sehingga fungsi pembatas biaya listrik pemakaian pompa dapat dinyatakan sebagai berikut :
52
1.453 X1 + 1.875 X2 ≤ 200.000
3) Kapasitas greenhouse Kapasitas greenhouse untuk memproduksi kedua produk tersebut selama satu bulan adalah sebanyak 120 bed, maka fungsi pembatas untuk kapasitas greenhouse dapat dinyatakan sebagai berikut : X1 + X2 ≤ 120
4) Biaya tenaga kerja Faktor pembatas mengenai tenaga kerja, setiap bulannya PT. Joy Farm menggaji 6 karyawan yang bekerja di kebun PT. Joy Farm. Pembayaran gaji kepada karyawan tersebut didasarkan pada pengalaman dan lama bekerja, jadi setiap orangnya mendapatkan gaji yang berbeda. Total gaji yang dikeluarkan oleh PT. Joy Farm untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 33.240.000 per tahunnya atau Rp 2.770.000 tiap bulannya. Pembagian kerja 3 orang untuk menangani bayam merah dan 3 orang untuk menangani kangkung. Besarnya biaya tenaga kerja untuk masing-masing tanaman adalah Rp 1.570.000 untuk kangkung dan Rp 1.200.000 untuk bayam merah yang merupakan jumlah gaji dari tiap karyawan pada masing-masing tanaman. Tanaman kangkung membutuhkan perawatan ekstra karena apabila layu, tanaman menjadi cacat dan tidak bisa segar kembali (Gaji karyawan dapat dilihat pada Lampiran 15). Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan per bed adalah Rp 26.166 untuk kangkung dan Rp 20.000 untuk bayam merah. Dari perhitungan tersebut maka fungsi pembatas untuk biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut : 20.000 X1 + 26.166 X2 ≤ 2.770.000
5) Permintaan minimal mitra. Permintaan minimal pada masing-masing sayuran adalah 20 kg/hari untuk kangkung atau 1,2 bed/hari sehingga dalam 1 bulan
53
dibutuhkan 36 bed. Sedangkan untuk bayam merah adalah 15kg/hari atau 0,8 bed/hari sehingga dalam 1 bulan dibutuhkan 24 bed. Maka fungsi pembatas untuk permintaan minimal adalah sebagai berikut :
X1 ≥ 24 X2 ≥ 36
2. Hasil optimasi Dari perhitungan yang dilakukan sesuai dengan proses optimasi menggunakan program linier, diperoleh hasil optimal dengan kombinasi jumlah bed yang harus diproduksi adalah 24 bed per bulan untuk bayam merah dan 82 bed per bulan untuk kangkung. Dari hasil tersebut didapatkan total keuntungan sebesar Rp 9.246.742 per bulan. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 16. Dengan hasil tersebut, untuk tanaman bayam merah diperlukan 24 bed per bulan, maka per harinya dapat dipanen sebanyak 0,8 bed. Dengan melihat umur panen bayam merah selama 22 hari, maka untuk dapat panen 0,8 bed per hari diperlukan total bed sebanyak 18 bed. Untuk tanaman kangkung diperlukan 82 bed per bulan, maka per harinya dapat dipanen sebanyak 2,73 bed. Dengan melihat umur panen kangkung selama 15 hari, maka untuk dapat panen 2,73 bed per hari diperlukan total bed sebanyak 41 bed. Dari hasil optimasi tersebut dibutuhkan bed secara keseluruhan adalah 59 bed sedangkan PT. Joy Farm memiliki total bed 64. Dalam hal ini masih menyisakan bed sebanyak 5 bed sehingga produksi dapat lebih dimaksimalkan kembali. Hasil optimasi tersebut di atas juga menunjukkan bahwa selama ini PT. Joy Farm belum memperhatikan aspek optimasi dalam menjalankan produksinya. Ada perbedaan yang mencolok antara hasil optimasi dengan praktek/realisasi produksi selama ini. Dengan menerapkan optimasi tersebut maka PT. Joy Farm dapat memaksimalkan keuntungannya.
54
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Evaluasi kelayakan teknis yang dilakukan berdasarkan keseragaman debit aliran, keseragaman konduktifitas listrik, keseragaman derajat keasaman, kedalaman aliran dan keseragaman bobot tanaman, menghasilkan nilai keseragaman yang bervariasi. Namun secara umum sistem hidroponik yang diterapkan oleh PT. Joy Farm untuk kedua tanaman dapat diterapkan, karena nilai koefisien keseragamannya mendekati 90%. Secara khusus nilai koefisien keseragaman masih kurang baik pada kedalaman aliran dan bobot tanaman, hal ini disebabkan karena terdapatnya lipatan pada terpal pelapis bed sehingga permukan bed menjadi tidak rata. Nilai keseragaman pada jaringan hidroponik ini akan dapat lebih tinggi jika dilakukan perawatan dan pemeliharaan yang rutin. Pada harga jual Rp 8.400/kg usaha hidroponik yang dilakukan oleh PT. Joy Farm akan layak dilanjutkan pada tingkat suku bunga 5%, 12% dan 16% jika total produksi sesuai dengan target yaitu 17 kg per bed. Hasil uji kelayakan yang diperoleh pada tingkat suku bunga 5% didapat nilai NPV Rp 293.589.578, Net B/C 2,34, dan Gross B/C 1,45. Pada tingkat suku bunga 12% didapat nilai NPV Rp 201.548.372, Net B/C 1,92, dan Gross B/C 1,35. Pada tingkat suku bunga 16% didapat nilai NPV Rp 160.519.186, Net B/C 1,73, dan Gross B/C 1,29. Nilai IRR yang dihasilkan adalah 42,29%. Berdasarkan hasil uji kelayakan tersebut, usahatani yang dilakukan jika sesuai target akan layak. Jika dilihat dari produksi riil, perusahaan hanya mampu menghasilkan ± 925 kg per bulan. Dengan menggunakan harga jual sebesar Rp 8.400 per kg, hasil uji kelayakan yang diperoleh pada tingkat suku bunga 5% didapat nilai NPV Rp -192.909.207, Net B/C 0,20, dan Gross B/C 0,70. Pada tingkat suku bunga 12% didapat nilai NPV Rp -203.249.185, Net B/C 0,15, dan Gross B/C 0,65. Begitupun juga dengan tingkat suku bunga 16% didapat nilai NPV Rp 207.451.009, Net B/C 0,13, dan Gross B/C 0,62. Nilai IRR tidak ditemukan.
55
Berdasarkan hasil uji kelayakan tersebut, maka usahatani yang dilakukan oleh PT. Joy Farm belum layak untuk dilanjutkan. Untuk dapat melanjutkan usahatani tersebut dan memperoleh kondisi yang lebih baik, maka perlu dilakukan negosiasi kontrak baru dengan mitra mengenai harga jual. Dengan menggunakan harga jual Rp 16.800/kg, pada tingkat suku bunga 5% didapat nilai NPV Rp 210.772.933, Net B/C 1,96, dan Gross B/C 1,32. Pada tingkat suku bunga 12% didapat nilai NPV Rp 132.639.721, Net B/C 1,6, dan Gross B/C 1,23. Pada tingkat suku bunga 16% didapat nilai NPV Rp 97.879.653, Net B/C 1,45, dan Gross B/C 1,18. Nilai IRR yang dihasilkan adalah 32,33%. Berdasarkan hasil tersebut maka perusahaan akan layak melanjutkan usahanya pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Jika harga jual Rp 16.800/kg tidak dicapai sepakat, maka digunakan harga jual Rp. 14.200/kg sebagai alternatif harga jual yang masih memberikan kelayakan pada PT. Joy Farm. Dengan harga jual Rp. 14.200/kg pada tingkat suku bunga 5% didapat nilai NPV Rp 85.823.699, Net B/C 1,39, dan Gross B/C 1,13. Pada tingkat suku bunga 12% didapat nilai NPV Rp. 28.674.107, Net B/C 1,13, dan Gross B/C 1,05. Pada tingkat suku bunga 16% didapat nilai NPV Rp 3.372.543, Net B/C 1,02, dan Gross B/C 1,01. Nilai IRR yang dihasilkan adalah 16,59%. Berdasarkan hasil tersebut maka perusahaan masih layak untuk melanjutkan usahanya pada tingkat suku bunga 5%, 12%, dan 16%. Optimasi produksi sesuai dengan program linear didapat kombinasi produksi 24 bed per bulan untuk bayam merah dan 82 bed per bulan untuk kangkung. Dengan kombinasi tersebut dibutuhkan total bed produksi sebanyak 59 bed, dalam hal ini masih tersisa 5 bed dari total 64 bed yang dimiliki oleh PT. Joy Farm sehingga dapat lebih memaksimalkan produksi. Dengan kombinasi tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp 9.246.742 per bulan.
56
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Joy Farm, maka penulis dapat memberikan saran atau masukan bagi perusahaan seperti : 1. Menutup bagian kerikil pada nursery dengan plastik atau nampan basah untuk membantu merangsang pertumbuhan bibit kangkung dan bayam, sehingga dapat memperkecil jumlah bibit yang tidak tumbuh dan akhirnya terbuang. 2. Pada saat sterilisasi bed sebaiknya tidak menggunakan aliran air nutrisi, karena kotoran dan lumut akan ikut terbawa ke dalam bak nutrisi sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya aliran nutrisi, dan jika tidak terkontrol akan menyebabkan kematian pada tanaman dan akhirnya dapat mengurangi jumlah produksi. 3. Menutup lubang aliran yang menuju bak nutrisi dengan saringan yang lebih halus, hal ini bertujuan untuk mencegah kotoran dan lumut halus yang lolos ke bak nutrisi yang dapat menumpuk dan menyumbat pipa – pipa jaringan irigasi. 4. Faktor lingkungan perlu diperhatikan secara serius, mengingat letak kebun PT. Joy Farm berdampingan dengan kebun liar di sekitarnya, kemungkinan datangnya hama akan besar. Untuk itu ventilasi greenhouse perlu diberi insectnet untuk menghindari masuknya hama yang menyebabkan kematian pada tanaman. 5. Pemeriksaan dan pengecekan terpal pelapis bed harus diperhatikan karena lipatan-lipatan terpal tersebut akan menyebabkan permukaan bed tidak rata dan menimbulkan genangan pada titik – titik tertentu. 6. Dalamnya lubang tanam pada bed perlu diperhatikan, karena banyak bibit yang akarnya tidak sampai menyentuh aliran nutrisi, sehingga bila dipaksakan akan menyebabkan bibit hanyut terbawa aliran nutrisi dan akhirnya bibit terbuang. 7. Menambah jumlah bed produksi jika panen dilakukan 2 bed per hari untuk masing-masing tanaman agar rolling tanaman dapat berjalan dengan baik. 8. Meningkatkan harga jual sesuai dengan harga jual sayuran hidroponik yang berlaku dipasar, sehingga pengembalian modal akan dapat terwujud,
57
atau mencari alternatif pemasaran lain sehingga usaha yang dilakukan tidak tergantung pada pihak mitra. 9. Menggunakan standar penggunaan nutrisi sesuai dengan yang seharusnya, sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan tanaman dan menekan biaya untuk nutrisi. 10. Pemanfaatan peralatan yang ada secara maksimal. Disamping itu juga dibutuhkan tenaga kerja yang secara teknis terlatih dengan baik, karena dengan tenaga kerja yang ahli dan terampil akan dapat mengatasi masalah yang terjadi di lapangan dan juga dapat memaksimalkan waktu kerja yang ada. 11. Melakukan produksi sesuai dengan kombinasi yang optimal, serta melakukan negosiasi ulang dengan mitra dalam hal penetapan harga jual bayam dan kangkung.
58
DAFTAR PUSTAKA Aziz, N. 2002. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Burkill, I.H. 1935. A Dictionary of The Economic Product of Malay Peninsula. The Crown Agent for the Colonies, London. Chadirin, Y. 2006. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat kuliah. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta. Hadisoeganda, W. 1995. Bayam Sayuran penyangga petani di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Bandung. Keller, J and R. D. Bleisner. 1990. Sprinkler and Trickle Irrigation. AVI Publishing Company. Inc. Westport Connecticut. Lieng, S. 1996. Rancangan Greenhouse untuk budidaya semangka secara hidroponik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Maryam. 2004. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Hidroponik Dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique) Untuk Budidaya Tanaman Petsai (Brassica pekinensis L). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mulyono, S. 1991. Operational Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Pamungkas, W. 2004. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Hidroponik Dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) Untuk Budidaya Kangkung Darat (Ipoemea reptans Poir) Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Prastyo, B. 2004. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Hidroponik Dengan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) Untuk Budidaya Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pramudya, B dan N.Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fateta. IPB. Soeseno, S. 1998. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Gramedia. Jakarta. Soekartiwi. 1996. Linear Programing Teori dan Aplikasinya khususnya dalam bidang pertanian.
59
Sutiyoso, Y. 2004. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta. Untung. O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.
60
Lampiran 1. Biaya tanaman kangkung (Rp/kg). (DF 5%) Biaya tetap (Rp/Th) Biaya penyusutan
Bunga modal
Greenhouse
8.522.640,00
1.420.440,00
9.943.080,00
Sistem Hidroponik
11.075.436,00
1.845.906,00
12.921.342,00
Listrik dan genset
652.500,00
199.375,00
851.875,00
Kantor dan gudang
450.000,00
137.500,00
587.500,00
Alat bantu pertanian
1.305.360,00
217.560,00
Kendaraan
8.226.000,00
2.513.500,00
PBB
Pajak
Biaya tetap
1.522.920,00 1.487.000,00
12.226.500,00
500.000,00
500.000,00
Total
38.553.217,00
Biaya tidak tetap (Rp/bulan)
Karena dilakukan dalam satu usaha yang sama maka biaya tetap untuk masing-masing tanaman adalah
Bensin
375.000,00
Rp 19.276.608,50/th
Perawatan
100.000,00
Biaya bibit
900.000,00
Biaya nutrisi
1.014.000,00
Biaya listrik
350.000,00
Tenaga kerja
1.570.000,00
Keamanan
Total produksi kangkung
: 6.791,59 kg/th
Total biaya
: 74.584.608,50 Rp/th
Biaya pokok produksi kangkung
: 10.981,91 Rp/kg
300.000,00
Biaya per bulan
4.609.000,00
Biaya per tahun
55.308.000,00
61
Lampiran 2. Biaya tanaman bayam (Rp/kg). (DF 5%) Biaya tetap (Rp/Th) Biaya penyusutan
Bunga modal
Greenhouse
8.522.640,00
1.420.440,00
9.943.080,00
Sistem Hidroponik
11.075.436,00
1.845.906,00
12.921.342,00
Listrik dan genset
652.500,00
199.375,00
851.875,00
Kantor dan gudang
450.000,00
137.500,00
587.500,00
Alat bantu pertanian
1.305.360,00
217.560,00
Kendaraan
8.226.000,00
2.513.500,00
PBB
Pajak
Biaya tetap
1.522.920,00 1.487.000,00
12.226.500,00
500.000,00
500.000,00
total
38.553.217,00
Biaya tidak tetap (Rp/bulan)
Karena dilakukan dalam satu usaha yang sama maka biaya tetap untuk masing-masing tanaman adalah
Bensin
375.000,00
Rp 19.276.608,50/th
Perawatan
100.000,00
Biaya bibit
175.000,00
Biaya nutrisi
1.014.000,00
Biaya listrik
350.000,00
Tenaga kerja
1.200.000,00
Keamanan
Total produksi bayam
: 4.309,68 kg/th
Total biaya
: 61.444.608,50 Rp/th
Biaya pokok produksi bayam merah : 14.257,35 Rp/kg
300.000,00
Biaya per bulan
3.514.000,00
Biaya per tahun
42.168.000,00
62
Lampiran 3. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF 5%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(5%) Net present value(NPV)
NPV
: 293.589.578,42
Net B/C
: 2,34
Gross B/C
: 1,45
1
2
3
4
5
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00 68.620.520,00 274.252.520,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,95 101.072.888,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,91 96.295.283,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,86 91.708.782,20
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,82 87.345.236,30
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 174.789.520,00 0,78 136.947.588,92
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 42,29
63
Lampiran 4. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF 12%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(12%) Net present value(NPV)
NPV
: 201.845.646,04
Net B/C
: 1,92
Gross B/C
: 1,35
1
2
3
4
5
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00 68.620.520,00 274.252.520,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,89 94.787.683,20
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,80 84.616.693,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,71 75.592.328,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,64 67.523.484,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 174.789.520,00 0,57 99.105.657,84
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 42,29
64
Lampiran 5. Cashflow sesuai target produksi dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF 16%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(16%) Net present value(NPV)
NPV
: 160.519.186,27
Net B/C
: 1,73
Gross B/C
: 1,29
1
2
3
4
5
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00
205.632.000,00 68.620.520,00 274.252.520,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,86 91.528.294,90
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,74 78.904.800,80
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,64 68.011.861,40
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 106.169.000,00 0,55 58.637.138,70
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 174.789.520,00 0,48 83.217.290,47
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 42,29
65
Lampiran 6. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF 5%) No
Tahun
Uraian
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(5%) Net present value(NPV)
NPV
: -192.909.207,81
Net B/C
: 0,20
Gross B/C
: 0,70
0
1
2
3
4
5
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00 68.620.520,00 161.871.188,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,95 (5.914.140,06)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,91 (5.634.585,12)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,86 (5.366.212,38)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,82 (5.110.885,54)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 62.408.188,00 0,78 48.896.815,30
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: -
66
Lampiran 7. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF12%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(12%) Net present value(NPV)
NPV
: -203.249.185,02
Net B/C
: 0,15
Gross B/C
: 0,65
1
2
3
4
5
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00 68.620.520,00 161.871.188,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,89 (5.528.975,48)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,80 (4.951.228,60)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,71 (4.423.180,38)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,64 (3.951.043,15)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 62.408.188,00 0,57 35.385.442,60
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: -
67
Lampiran 8. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 8.400/kg. (DF16%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(16%) Net present value(NPV)
NPV
: - 207.451.009,10
Net B/C
: 0,13
Gross B/C
: 0,62
1
2
3
4
5
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00
93.250.668,00 68.620.520,00 161.871.188,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,86 (5.355.651,42)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,74 (4.617.005,14)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,64 (3.979.619,88)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 (6.212.332,00) 0,55 (3.431.070,96)
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 62.408.188,00 0,48 29.712.538,31
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: -
68
Lampiran 9. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 16.800/kg. (DF 5%) No
Tahun
Uraian
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(5%) Net present value(NPV)
NPV
: 210.772.933,96
Net B/C
: 1,96
Gross B/C
: 1,32
0
1
2
3
4
5
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00 68.620.520,00 255.121.856,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,95 82.860.495,87
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,91 78.943.770,75
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,86 75.183.714,64
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,82 71.606.439,03
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 155.658.856,00 0,78 121.958.713,68
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 32,33
69
Lampiran 10. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 16.800/kg. (DF 12%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(12%) Net present value(NPV)
NPV
: 132.639.721,11
Net B/C
: 1,6
Gross B/C
: 1,23
1
2
3
4
5
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00 68.620.520,00 255.121.856,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,89 77.464.119,04
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,80 69.369.553,79
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,71 61.971.295,23
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,64 55.356.381,70
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 155.658.856,00 0,57 88.258.571,35
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 32,33
70
Lampiran 11. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 16.800/kg. (DF 16%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(16%) Net present value(NPV)
NPV
: 97.879.653,14
Net B/C
: 1,45
Gross B/C
: 1,18
1
2
3
4
5
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00
186.501.336,00 68.620.520,00 255.121.856,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,86 75.035.749,47
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,74 64.686.891,32
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,64 55.756.758,04
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 87.038.336,00 0,55 48.071.272,97
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 155.658.856,00 0,48 74.109.181,34
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 32,33
71
Lampiran 12. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 14.200/kg. (DF 5%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(5%) Net present value(NPV)
NPV
: 85.823.699,61
Net B/C
: 1,39
Gross B/C
: 1,13
1
2
3
4
5
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00 68.620.520,00 226.258.554,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,95 55.382.632,37
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,91 52.764.755,84
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,86 50.251.594,37
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,82 47.860.600,47
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 126.795.554,00 0,78 99.344.316,56
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 16,59
72
Lampiran 13. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 14.200/kg. (DF 12%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(12%) Net present value(NPV)
NPV
: 28.674.107,31
Net B/C
: 1,13
Gross B/C
: 1,05
1
2
3
4
5
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00 68.620.520,00 226.258.554,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,89 51.775.780,26
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,80 46.365.502,10
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,71 41.420.624,21
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,64 36.999.321,62
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 126.795.554,00 0,57 71.893.079,12
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 16.59
73
Lampiran 14. Cashflow sesuai produksi riil dengan harga jual Rp 14.200/kg. (DF 16%) No
Uraian
Tahun 0
A 1 2 B 1
2
3
Penerimaan Nilai produksi total Nilai sisa Total penerimaan Pengeluaran Investasi Greenhouse Sistem Hidroponik Listrik dan genset Kantor dan gudang Alat bantu pertanian Kendaraan Pajak Kendaraan PBB Biaya Operasional Bensin Benih bayam Benih kangkung Nutrisi Gaji karyawan Listrik Keamanan Perawatan Total pengeluaran Net Benefit DF(16%) Net present value(NPV)
NPV
: 3.372.543,40
Net B/C
: 1,02
Gross B/C
: 1,01
1
2
3
4
5
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00
157.638.034,00 68.620.520,00 226.258.554,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
1.487.000,00 500.000,00
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,86 50.152.696,81
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,74 43.235.685,27
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,64 37.266.926,78
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 58.175.034,00 0,55 32.130.071,28
9.000.000,00 2.100.000,00 10.800.000,00 24.336.000,00 33.240.000,00 8.400.000,00 7.200.000,00 2.400.000,00 99.463.000,00 126.795.554,00 0,48 60.367.363,26
47.348.000,00 61.530.200,00 7.250.000,00 5.000.000,00 7.252.000,00 91.400.000,00
219.780.200,00 (219.780.200,00) 1,00 (219.780.200,00) IRR
: 16,59
74
Lampiran 15. Gaji karyawan (Rp/Bulan). Tanaman kangkung Bu Yati 460.000 Bu Asiah 460.000 Wildan 650.000 Total 1.570.000
Tanaman Bayam Pak Mursidi 600.000 Bu Edah 350.000 Eman 250.000 Total 1.200.000
75
X2 (kangkung (bed/bulan))
Lampiran 16. Metoda grafik pada pemecahan model optimasi. 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
Kendala 1 Kendala 2 Daerah optimal
Kendala 3 kendala 4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
X1 (bayam merah (bed/bulan))
Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa daerah optimal yang dihasilkan adalah bagian yang diarsir. Namun yang merupakan titik kombinasi terbaik untuk melakukan produksi kedua produk tersebut adalah titik (24,82), dimana garis selidik pada titik tersebut adalah yang terjauh dari titik (0,0). Keuntungan
yang
diperoleh
pada
kombinasi
titik
tersebut
adalah
Rp 9.246.742 per bulan.
76