THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERORIENTASI PENDEKATAN REALISTIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Rahmi Purwitaningrum1). Suparman2) ProgramPascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan Email:
[email protected] 2) Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan Email:
[email protected] 1)
Abstract Salah satu alternatif bahan ajar dalam kegiatan belajar secara sistematisadalah buku ajar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan buku ajar matematikaberorientasi pada pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Round Club. Subjek penelitian adalah salahsatu SMP di Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian mencakup: (1) prinsip-prinsip dan aspek-aspek materi yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan buku ajar; (2) memasukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam buku ajar; dan (3) model atau pendekatan yang memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Data penelitian dikumpulkan dengan wawancara dan angket, serta dianalisis secara deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) prinsip-prinsip dan aspek-aspek materi yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan buku ajar diantaranya: keseluruhan materi sesuai dengan KI dan KD; (2) buku ajar masih perlu ditingkatkan dengan memberikan contoh yang bersifat realistic dengan memperhatikan tiga prinsip dan lima karakteristik yang harus dipenuhi; dan (3) pendekatan realistic mathematics education (RME) menggunakanmodel pembelajaran kooperatif diminati oleh siswa. Kata Kunci: buku ajar, model pembelajarankooperatif, pendekatan realistic mathematics education (RME) adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksudmaksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya disekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu progam pengajaran. Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah yaitu melatih siswa agar bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Suherman, Erman dkk 2003:58). Berdasarkan uraian di atas diharapkan melalui buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistic
1. PENDAHULUAN Seperti yang tertera pada Permendikbud No 22 Tahun 2016 bahwa sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Maka salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah bahan ajar. “Bahan ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, mencerminkan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran” (Sigit Priyanto, 2010). Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses belajar dan pembelajaran. Salah satu alternatif bahan ajar dalam kegiatan belajar secara sistematis adalah buku ajar. Menurut Suhardjono (2001) buku ajar
1205
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
menggunakan model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu peserta didik untuk memahami matematika dengan mudah berbantukan contoh-contoh yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan peserta didik SMP terhadap buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistic menggunakan model pembelajaran kooperatif.
UAD, Yogyakarta
dalam buku ajar yang telah ada dapat mudah dipahami. Sehingga itu artinya bahwa ada 10 orang peserta didik yang mengatakan bahasa yang digunakan masih sulit untuk dipahami. Selain itujuga tidak lebih dari 10 peserta didik yang mengatakan bahwa mereka mudah memahami langkah-langkah kegiatan yang ada pada buku ajar yang telah ada. Itu artinya masihbanyaksiswa yang kesulitan dalam memahami langkahlangkah kegiatan yang adap ad abuku ajar.
2. KAJIAN LITERATUR Buku teks pelajaran berisi bahan belajar yang dapat memberikan kemampuan kepada siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, isi buku teks pelajaran merupakan penjabaran atau uraian materi dari materi pokok bahan belajar yang ditetapkan dalam kurikulum. Buku teks yang terstandar dapat dijadikan sumber belajar atau sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi peserta didik dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan siswa untuk bidang studi atau mata pelajaran tertentu (Sitepu, 2012: 21). Dalam mengembangkan isi buku teks pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal berikut (Sitepu, 2012: 21): a. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. b. Kebenaran, kemutakhiran, dan ketetapan informasi yang disampaikan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan. c. Kedalaman dan keluasan bahan pembelajaran dikaitkan dengan kemampuan yang perlu dicapai peserta didik. d. Metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan pembelajaran. e. Bahasa yang dipergunakan sesuai dengan kemampuan berbahasa peserta didik. Namun bukti empiris yang terdapat di lapangan adalah hanya 5 dari 15 peserta didik di salah satu SMP di Yogyakarta yang mengatakan bahwa bahasa yang digunakan
Secara umum pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) mengkaji tentang materi apa yang akan diajarkan kepada siswa beserta rasionalnya, bagaimana siswa belajar matematika, bagaimana topik-topik matematika seharusnya diajarkan, serta bagaimana menilai kemajuan belajar siswa. Gravenjer dalam (Irwan Rozani, 2010) menyebutkan tiga prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) sebagai berikut. 1) Guided Reinventation and Progessive Mathematizing Berdasarkan prinsip Reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah konstektual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal (progessive mathemazing). 2) Didactical Phenomologi Berdasarkan prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajaran matematika realistic disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya
1206
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathemazing. 3) Self Developed Models Berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model yang diakrabinnya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya mode tersebut menjadi sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki siswa
UAD, Yogyakarta
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Senada dengan pendapat tersebut, ada juga Miftahul Huda (2015 : 32) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk kelompokkelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masingmasing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, aturan, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
Menurut Soedjadi dalam (Irwan Rozani, 2010) Pendekatan Realistic Mathematics Education mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut. 1) Menggunakankonteks, artinyadalampembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang konstektual bagi siswa. 2) Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah tingkat abstrak. 3) Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa. 4) Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya. 5) Intertwin, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
Miftahul Huda (2011:141-142) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Round Club dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran termasuk matematika, dan tingkatan kelas. Dalam kegiatan Round Club, masing-masing anggota kelompok berkesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. Round Club atau kelompok keliling adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada kontrol dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Slavin (2009 : 15) bahwa pembelajaran kooperatif
1207
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
17. Apakah Anda setuju pembelajaran matematika dikelas secara berkelompok ? 19. Apakah dengan buku ajar matematika menggunakan model pembelajaran dapat melatih kerjasama dan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran di kelas ? 20. Apakah Anda setuju apabila perlu dikembangkan buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistik menggunakan model pembelajaran kooperatif sehingga dapat lebih mudah memahami konsep-konsep matematika? Memperoleh hasil : Tabel 1. Data angket siswa
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada analisis kebutuhan dalam pengembangan buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistic menggunakan model pembelajaran kooperatif. Objek penelitiannya mencakup prinsip-prinsip dan aspek-aspek materi yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan buku ajar diantaranya: keseluruhan materi sesuai dengan KI dan KD, memasukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam buku ajar; dan model atau pendekatan yang memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan penyebaran angket. Instrumen yang digunakan adalah angket guru dan siswa. Angket guru dan siswa digunakan untuk mengetahui pandangan guru dan siswa mengenai buku ajar yang telah ada, metode, dan kesulitan siswa dalam memahami pelajaran menggunakan buku ajar yang telah ada. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif dilengkapi sumber data.
No 1 3 6 8 10 17 19 20
Respon Ya 11 14 9 5 6 13 15 15
Tidak 4 1 6 10 9 2 0 0
Soal dan hasil angket guru: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran angket yang dilakukan dengan soal berikut: Soal angket siswa: 1. Apakah pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menarik ? 3. Apakah Anda memiliki buku ajar matematika dari sekolah? 6. Apakah buku ajar matematika dari sekolah berisi materi yang singkat, padat dan jelas? 8. Apakah contoh soal yang diberikan pada buku ajar matematika dari sekolah membantu mempermudah memahami materi? 10. Selain materi, contoh soal, dan latihan soal, apakah buku ajar matematika dari sekolah mencantumkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi?
No
Butir Pertanyaan
2
Apakah keseluruhan materi pada buku ajar sesuai dengan KI ? Apakah keseluruhan materi pada buku ajar sesuai dengan KD ? Apakah buku ajar membantu siswamemudahkan melakukan penemuan konsep ? Apakah Anda mudah dalam melaksanakan pembelajaran dengan buku ajar yang ada ? Apakah perlu dikembangkan buku ajar
3
6
9
10
1208
Pilihan Jawaban Ya Tidak √ √ √ √ √
THE 5TH URECOL PROCEEDING
15
18
siswa sebagai sumber belajar tambahan ? Apakah model pembelajaran perlu diterapkan dalam pembelajaran matematika ? Apakah dengan bahan ajar berorientasi pendekatan realistikmenggunakan model pembelajaran kooperatif dapat melatih kerjasama dan menjadikan siswa lebih siap dalam menerima materi pelajaran ?
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
pembelajaran dengan kehidupan riil. Hal ini mempertegas bahwa buku ajar yang ada belum menampilkan karakteristik dari setiap materi dengan implikasi pada situasi atau studi kasus pada kehidupan nyata. Dengan demikian masih perlu dikembangan buku ajar yang berorientasi pada pendekatan realistik.
√ √
Dalam artikel ini peneliti hanya mengangkat segi analisa kebutuhan buku ajar. Karena analisa ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan buku ajar berupa produk buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe round club. Validasi akan dilakukan oleh dosen dan guru mata pelajaran matematika untuk memvalidasi baik dari segi teks maupun konsep.
Pembahasan
5. KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan pertanyaan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal: (1) siswa tertarik pada pelajaran matematika; (2) buku ajar telah disediakan oleh pihak sekolah, namun masih banyak siswa dan guru yang kesulitan dalam penggunaannya, baik dari dari segi pemahaman materi ataupun pemahaman konsep; (3) perlu adanya pengembangan buku ajar sebagai sumber belajar tambahan yang memudahkan siswa dan juga guru dalam pemahaman materi, salah satunya adalah buku ajar matematika sesuai berorientasi pendekatan realistik menggunakan model pembelajaran kooperatif. Karena menurut hasil wawancara dan angket, siswa dan guru tertarik pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe round club, dimana pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan melibatkan para siswa dan guru sebagai fasilitator, dengan berorientasi pada pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), karena materi apa yang akan diajarkan kepada siswa disertai dengan rasionalnya sehingga mudah diterima oleh siswa. Oleh sebab itu sebagai salah satu sarana belajar, keberadaan buku ajar menjadi bagian yang amat penting. Hanya 30% siswa yang mengatakan bahwa buku ajar yang dipergunakan belum mengaitkan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa buku ajar matematika berorientasi pendekatan realistik menggunakan model pembelajaran kooperatif yang akan dikembangkan ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi sarana belajar yang bermanfaat dan menutup kekurangan yang ada pada buku ajar yang telah ada di sekolah. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Sumber Belajar. (2016) Permendikbud No.22 Tahun 2016. [2] Priyanto, Sigit. 2010.Sumber Belajar dan Bahan Ajar. Remaja Posda. Bandung.
1209
[3]
Suhardjono. 2001. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan Pengembangan Profesi.
[4]
Erman Suherman dkk.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICA UPI, 2003).
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
[5] Sitepu, B.P. (2012)Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [6]
Irwan Rozani. 2010. Realistic Mathematics Education atau Pembelajaran Matematika Realistic Indonesia.
[7]
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek (terjemahan). Bandung: Nusa Media.
[8]
Miftahul Huda. (2015)Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[9] Miftahul Huda. 2011. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1210
UAD, Yogyakarta