i
ANALISIS KEBIJAKAN MONETER TERHADAP SUKU BUNGA PERBANKAN DI INDONESIA
FARHANA ZAHROTUNNISA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebijakan Moneter terhadap Suku Bunga Perbankan di Indonesia adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Farhana Zahrotunnisa NIM H14090072
iv
ABSTRAK FARHANA ZAHROTUNNISA. Analisis Kebijakan Moneter terhadap Suku Bunga Perbankan di Indonesia. Dibimbing oleh IMAN SUGEMA. Penelitian ini secara empiris meneliti mengenai pass-through suku bunga kebijakan yang diproksikan oleh suku bunga diskonto terhadap suku bunga perbankan dengan menggunakan data kelompok bank di Indonesia. Hasil estimasi memerlihatkan bahwa transmisi antara suku bunga kebijakan ke suku bunga deposito sangat lambat pada jangka pendek tetapi tidak pada jangka panjang. Sedangkan passthrough pada suku bunga kredit cenderung incomplete. Penelitian ini juga menemukan kecenderungan suku bunga deposito jangka pendek tidak terkointegrasi dengan suku bunga diskonto. Jika kita membandingkan, kelompok bank swasta nasional memiliki sedikit variabel yang tidak terkointegrasi. Sedikit variabel yang tidak terkointegrasi merupakan syarat cukup bagi kita untuk mengidentifikasi bahwa bank swasta nasional memiliki performa yang baik dalam menjalankan fungsi intermediasi.
Kata kunci: pass-through suku bunga, suku bunga kebijakan, suku bunga perbankan
ABSTRACT FARHANA ZAHROTUNNISA. Impact of Monetary Policy on Lending and Deposit Rates in Indonesia: ARDL Approach. Supervised by IMAN SUGEMA. This study investigates empirically the pass through of policy rate proxied by discount rate to retail banking interest rate using group bank level data in Indonesia. Estimation result suggest that the transmission rate from policy rate into deposit rate is slow and sluggish in the short run but not in the long run. Whereas interest rate pass-through into lending rate have tendency to incomplete both in the short run or long run. The study finds evidence many short term deposit rate in group bank not cointegrated with discount rate. Comparing in bank group, lack of variabel in commercial bank do notcointegrated. It can be sufficient condition for identifying that commercial bank have good performance in intermediate role. Keywords : interest rate pass through, policy rate, retail bank interest rate.
v
ANALISIS KEBIJAKAN MONETER TERHADAP SUKU BUNGA PERBANKAN DI INDONESIA
FARHANA ZAHROTUNNISA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
vi
vii
Judul Skripsi :Analisis Kebijakan Moneter terhadap Suku Bunga Perbankan di Indonesia Nama : Farhana Zahrotunnisa NIM : H14090072
Disetujui oleh
Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga berhasil ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah Analisis Kebijakan Moneter terhadap Suku Bunga Perbankan di Indonesia Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan baik arahan dan motivasi kepada penulis, kepada Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Muhamad Findi A, M.E selaku komisi pendidikan, atas kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat yang diberikan kepada penulis, serta kepada ka Ashfahanirrohimah, ka Ade Kholis selaku asisten dosen yang senantiasa memberikan masukan yang sangat bermanfaat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta adik tercintaatas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada teman satu bimbingan Friska, Yeni dan Lintang yang selalu kompak dan banyak membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini. Terakhir penulis sampaikan terima kasih kepada para sahabat terdekat Maria Utari, Friska Zehan, Nadya Astrid, Nina Hanifa, Rezka Farah, Puspita Mega Lestari, Meiyora Averiana, Widy Purnama, Ardhi Harry, Adrian Prama, Bronson Marpaung, Jajang Arif, Bram Agustian Zahro, Fauzi Mauludin Fahmi, Taufik Imandana, Lia Julianty, HIPOTESA FEM IPB 2011 dan teman-teman TPB A.18 serta teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 46lainnya atas segala dukungan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Farhana Zahrotunnisa
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga
6
Mekanisme Pass-Through
7
Faktor-faktor Penentu dalam Pass-Through Suku Bunga
8
Model Pass-through Suku Bunga Perbankan
9
Penyesuaian Suku Bunga Perbankan terhadap Perubahan Suku Bunga Pasar dalam Error Correction Framework 10 Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
12
METODE PENELITIAN
14
Jenis dan Sumber Data
14
Metode Pengolahan dan Analisis Data
14
GAMBARAN UMUM
24
HASIL DAN PEMBAHASAN 324 Hasil
34
Pembahasan
43
SIMPULAN DAN SARAN
47
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
119
x
xi
DAFTAR TABEL
1. Tahapan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter menurut 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Dornbusch et al. Pendekatan pada Jalur Transmisi Suku Bunga Variabel dan Sumber Data Cara Perhitungan Nilai Kriteria Model Komposisi DPK Bank Persero Komposisi DPK Bank Pemerintah Daerah Komposisi DPK Bank Swasta Nasional Devisa Komposisi DPK Bank Swasta Nasional Non Devisa Komposisi DPK Bank Campuran Komposisi DPK Bank Asing Jumlah Deposito Berdasarkan Jangka Waktu Kredit Bank Persero berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Bank Swasta Nasional Devisa berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Bank Swasta Nasional Non Devisa berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Bank Pemerintah Daerah berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Bank Campuran berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Bank Asing berdasarkan Jenis Penggunaan Nilai Loan to Deposit Ratio setiap Kelompok Bank (%) Hasil Uji Kointegrasi Johansen Ringkasan Hasil Uji Kointegrasi Keseluruhan Model pada Setiap Kelompok Bank Hasil Perhitungan Mean Lag dari Lag 1.4 hingga 1.0 Bank Swasta Nasional Model Deposit3-DR Hasil Perhitungan Mean Lag dari Lag 1.3 hingga 1.0 Bank Pemerintah Daerah Model Deposit6-DR Hasil Ringkasan Pemilihan Lag Setiap Model menurut Kelompok Bank Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi Hasil Perhitungan Derajat Pass-through, Speed of Adjustment, dan Mean Lag
6 7 14 19 27 27 28 28 28 29 29 30 31 31 31 32 32 33 35 36 37 37 38 40 41 42
xii
DAFTAR GAMBAR 1. Proses Transmisi Kebijakan Moneter 2. Kerangka Pemikiran 3. Pergerakan Suku Bunga Diskonto, Suku Bunga Kredit dan Deposito berdasarkan Kelompok Bank 4. Perbandingan Kredit Per PDB 5. Contoh CUSUM testdengan Parameter yang Tidak Stabil
4 13 25 33 41
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Uji Stasioneritas Hasil Bound Testing Cointegration Hasil Penentuan Lag Diagnostic Test setiap Model pada Kelompok Bank
52 56 58 71
1
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Hakikatnya kebijakan moneter merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro yang ditunjukkan untuk mendukung tercapainya berbagai sasaran akhir pembangunan ekonomi yang pada umumnya mencakup pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran (Pohan, 2008). Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki peran penuh dalam mengatur dan melaksanakan kebijakan moneter dengan memerhatikan sasaransasaran moneter, dimana sasaran moneter tersebut diproyeksikan berdasarkan tujuan tunggal yang tercantum pada Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yang terangkum dalam kerangka stategis penargetan inflasi. Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya bebas dari intervensi pemerintah. Menurut Cukierman, Webb dan Neyapti (1992), independensi otoritas moneter pada bank central secara de jure dan de facto merupakan faktor penting dalam peningkatan efektifitas bank central. Independensi ini meliputi kebebasan dalam menentukan suku bunga official (suku bunga kebijakan) tanpa intervensi pemerintah. Peningkatan independensi pada bank sentral meliputi peningkatan otonomi Dewan Gubernur Bank Sentral, pembatasan serta pelarangan bank sentral meminjam dana kepada pemerintah, peningkatan otonomi keuangan pada bank sentral serta peningkatkan akuntabilitas melalui keselarasan antara kebijakan yang dibuat dengan sasaran yang ingin dituju. Penerapan kebijakan moneter di negara-negara berkembang seperti Negara Indonesia memiliki tuntutan peran yang lebih besar dalam pelaksanaan kebijakan dibandingkan negara maju. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan sasaran dan kondisi infrastruktur yang mendukung efektivitas dalam pelaksanaan kebijakan moneter antara negara maju dan berkembang. Kecenderungan di negara maju pelaksanaan kebijakan moneter lebih fokus kepada tujuan dalam penciptaan kestabilan moneter sedangkan di negara berkembang pelaksanaan kebijakan moneter fokus pada upaya mendorong pembangunan serta upaya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai sejak otoritas moneter atau bank sentral bertindak menggunakan instrumen moneter yang akan berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian baik secara langsung maupun secara bertahap. Interaksi dalam transmisi kebijakan moneter meliputi dua tahap yaitu interaksi antara otoritas moneter dengan perbankan dan lembaga keuangan serta interaksi antara perbankan dan lembaga keuangan dengan para pelaku ekonomi di sektor riil. Terjadinya perubahan kebijakan moneter baik ekspansi maupun kontraksi secara umum akan menyebabkan transmisi melalui jalur suku bunga yang kemudian akan memengaruhi suku bunga antar bank dan tingkat investasi melalui biaya modal serta konsumsi.
2
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia telah menerapkan fullfledged inflation targeting sejak Juli 2005, yang merupakan kerangka kebijakan moneter dengan melakukan pengumuman resmi mengenai sasaran inflasi untuk rentang waktu tertentu. Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara yang menerapkan kerangka inflation targeting terdapat kecenderungan adanya penggunaan suku bunga sebagai target operasional dari instrumen kebijakan moneter. Hal ini sejalan dengan Espinosa-Vega dan Rebucci (2003) dimana dalam segi operasional, banyak bank sentral pada saat ini menargetkan tingkat suku bunga pasar jangka pendek.Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa penentuan instrumen ini lebih stabil dengan tujuan akhir dari kebijakan moneter yang melalui transmisi kebijakan moneter. Interest rate pass-through dapat didefinisikan sebagai proses perubahan suku bunga officialakibat perubahan kebijakan moneter yang ditransmisikan ke suku bunga pasar uang dan perbankan. Interest pass-through merupakan salah satu prasyarat berjalannya transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga. Transmisi melalui jalur suku bunga akan berfokus pada pass-through kebijakan suku bunga terhadap suku bunga kredit dan deposito bank, yang akan berdampak pada suku bunga bank terhadap permintaan aggregat. Respon suku bunga bank terhadap perubahan kebijakan penetapan suku bunga official akan bergantung kepada biaya penyesuaian pada bank dimana besarnya biaya penyesuaian bergantung pada elastisitas permintaan terhadap pinjaman bank (Cotarelli dan Korelis, 1994). Banyak penelitian di dunia yang telah meneliti mengenai interest pass-through seperti Borio & Fritz (1995), Cottarelli & Kourelis (1994), Mozzani (1999), Mojon (2000), de Bondt (2002) dan Espinosa-Vega dan Rebucci (2003) yang meneliti mengenai kecepatan penyesuaian suku bunga perbankan dengan perubahan suku bunga pasar uang secara incomplete dimana perubahan suku bunga perbankan tidak sebanding dengan perubahan suku bunga pasar uang (<|1|) dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh. Tai, Sek, & Har (2012) melakukan penelitian mengenai interest rate pass-through dan transmisi kebijakan moneter di Asia sebelum dan sesudah terjadinya krisis pada tahun 1997, salah satu objek penelitiannya yaitu Negara Indonesia. Menurut Tai, Sek, & Har (2012) lebih lanjut bahwa secara garis besar di Negara Indonesia, transmisi kebijakan dari suku bunga pasar uangke suku bunga kredit dan deposito membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki size of pass-through yang kecil jika di bandingkan dengan negara Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukan bahwa otoritas moneter di Negara Indonesia tidak dapat secara efektif mengontrol suku bunga pasarmelalui suku bunga official (suku bunga kebijakan) dalam mencapai sasaran kebijakan yang telah ditargetkan, serta adanya pasar keuangan yang tidak sempurna ditandai dengan kurangnya integrasi dalam pasar keuangan.
3
Perumusan Masalah Menurut Pohan (2008) studi empiris di banyak negara menunjukkan bahwa jalur agregat moneter semakin tidak efektif dalam memengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi).Tidak stabilnya money multiplier dan income velocity sebagai akibat dari semakin berkembangnya financial innovation dan terintegrasi pasar keuangan merupakan beberapa alasan yang mendasari tidak efektifnya jalur agregat moneter.Oleh karena itu, sebagian besar negara (negara industri dan negara berkembang) mulai mendasarkan prosedur operasional kebijakan moneter mereka pada jalur transmisi suku bunga. Hal yang sama juga terjadi pada negara-negara yang menggunakan inflation targeting sebagai kerangka kebijakan moneternya seperti Negara Indonesia. Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara yang menerapkan inflation targeting, ditemukan bahwa instrumen kebijakan moneter yang digunakan sebagai target operasional adalah suku bunga. Proses transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga melibatkan adanya perubahan suku bunga official atausuku bunga pasar uangyang ditransmisikan ke suku bunga perbankan, dimana bank sentral sebagai otoritas moneter yang independen menentukan suku bunga official atausuku bunga pasar uang dalam rangka mewujudkansasaran kebijakan moneter. Perubahan yang terjadi pada suku bunga official atau suku bunga pasar uang akan berdampak pada perubahan suku bunga pasar dan perbankan pada jangka panjang dan jangka pendek dengan derajat dan kecepatan penyesuaian dalam merespon adanya perubahan dengan besaran yang berbeda-beda. Transmisi kebijakan moneter akan semakin kuat apabila interest passthrough direspon oleh sektor perbankan secaracepat dan penuh (complete). Hal ini menunjukkan adanya sektor perbankan yang memiliki profitabilitas yang baik. Pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia dimulai dengan adanya operasi moneter yang melibatkan instrumen moneter salah satunya yaitu discount facility. Discount Facility merupakan kebijakan moneter yang memengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan suku bunga pemberian kredit oleh bank sentral kepada sektor perbankan. Jika bank sentral menetapkan suku bunga diskonto lebih tinggi maka bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang nantinya akan berdampak pada berkurangnya kemampuan bank dalam memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar akan menurun, begitu juga sebaliknya apabila suku bunga diskonto ditetapkan lebih rendah maka bank akan menambah permintaan kredit dari bank sentral yang nantinya akan mengakibatkan jumlah uang beredar akan meningkat. Perubahan kebijakan moneter akan ditransmisikan melalui lima jalur yaitu jalur suku bunga, kredit, neraca perusahaan, nilai tukar, harga asset, dan ekspektasi. Proses transmisi kebijakan moneter dapat dirangkum ke dalam gambar sebagai berikut :
4
Peneliti an kali ini akan melihat adanya proses passthrough of interest dari sukubu nga diskont o sebagai proksi dari Gambar 1 Proses Transmisi Kebijakan Moneter perubahan kebijakan moneter terhadapsuku bunga kredit dan deposito dengan berbagai jangka waktudalam kelompok bank yaitu bank persero, bank pemerintah daerah, bank swasta nasional dan bank asing dan campuran. Pemilihan kelompok bank dilakukan karena penelitian ini berfokus pada tahapan pertama dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter yang melibatkan bank sentral sebagai otoritas moneter dan sektor perbankan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat derajat dan kecepatan penyesuaian pada tiap kelompok bank yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dari hasil penelitian ini nantinya kita dapat mengidentifikasi kelompok bank mana yang memiliki tingkat penyesuaian yang lambat terhadap kebijakan moneter serta dapat merumuskan kebijakan yang sesuai dalam proses perbaikan kualitas kebijakan moneter di Indonesia. Selanjutnya penelitian ini juga akan menguji keberadaan kointegrasi antara perubahan suku bunga diskonto terhadap suku bunga kredit dan depositountuk melihat ada atau tidaknya hubungan jangka panjang dalam transmisi kebijakan moneter tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa permasalahan yangakan diteliti yaitu : 1 Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara suku bunga diskonto dengan suku bunga kredit and deposito ? 2 Bagaimana hasil estimasi speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), degree of pass-through (derajat pass-through) serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) darisuku bunga diskontoterhadap suku bunga kredit dan deposito?
5
3
Jika terdapat incomplete pass-through di dalam kelompok bank, rekomendasi kebijakan apa yang dapat memperbaiki situasi ini ? Dari analisis ini maka akan diperoleh informasi secara umum dan empiris mengenai respon kelompok bank mengenai keefektifan kebijakan moneter di Indonesia. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini terkait dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah : 1 Mengetahui ada/tidaknya hubungan kointegrasi antara suku bunga diskonto dengan suku bunga kredit dan deposito. 2 Menghitung speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), degree of passthrough of interest (derajat pass-through), serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) dari suku bunga diskonto yang terjadi pada kelompok bank di Indonesia (complete, incomplete, atau over pass-through). 3 Menganalis perhitungan speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), degree of pass-through (derajat pass-through) serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) dari suku bunga diskonto serta rekomendasi kebijakan bagi perbaikan kualitas kebijakan moneter di Indonesia. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana bagi bank sentral dalam mengambil langkah dalam memetakan konsep kerangka kebijakan moneter yang tepat dengan pendekatan inflation targeting framework ke dalam praktik operasional yang nantinya akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perhitungan speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), derajat pass-through serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) darisuku bunga diskonto sebagai proksi adanya perubahan kebijakan moneter terhadap suku bunga kredit dan deposito pada kelompok bank di Indonesia. Penelitian ini juga akan dilihat apakah ada atau tidaknya keberadaan kointegrasi antara perubahan suku bunga diskonto terhadap dan suku bunga kreditdan deposito untuk melihat ada atau tidaknya hubungan jangka panjang dalam transmisi kebijakan moneter tersebut. Secara umum dan empiris mengenai respon kelompok bank mengenai keefektifan kebijakan moneter di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga diskonto, suku bunga kredit terbobot, suku bunga deposito (1 bulan, 3 bulan,6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan).
6
TINJAUAN PUSTAKA Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Negara Indonesia memiliki peran dalam mengatur dan melaksanakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai dan menstabilkan nilai rupiah. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang saling ketergantungan dengan variabel dalam perekonomian. Pada tahun 1990an, kebijakan moneter memiliki desain yang berpusat pada pertumbuhan uang nominal. Bank sentral menggunakan target pertumbuhan uang nominal untuk jangka menengah dan menggunakan suku bunga nominal sebagai target pada jangka pendek, dimana pada akhir dekade banyak bank sentral yang mengadopsi inflation targeting daripada pertumbuhan uang nominal (Blancard, 2011). Mekanisme transimi kebijakan moneter menurut Dornbusch et al. (2008) terjadi dalam dua langkah yaitu : 1 Perubahan saldo riil (real balances) menciptakan disekuilibriom portofolio yaitu pada tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan yang berlaku, masyarakat memegang uang lebih banyak dari yang mereka perlukan. Hal tersebut menyebabkan perubahan penawaran uang akan merubah suku bunga. 2 Proses transmisi terjadi ketika perubahan suku bunga memengaruhi permintaan agregat. Tabel 1 Tahapan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter menurut Dornbusch et al. Mekanisme Transmisi (1) Perubahan jumlah penawaran uang riil
(2) Penyesuaian portofolio yang akan menyebabkan perubahan harga asset dan suku bunga
(3) Pengeluaran menyesuaikan diri terhadapa perubahan suku bunga
(4) Output menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan agregat
Sumber : Dornbusch, 2008
Menurut Bank Indonesia, terdapat empat jalur transmisi kebijakan moneter di Negara Indonesia yaitu melalui jalur nilai tukar, jalur kredit, jalur harga aset, jalur ekspektasi dan jalur suku bunga. Menurut Pohan (2008) pada jalur suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek harga dipasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil. Kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga disektor keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil, dengan mekanisme yang akan dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama operasi moneter bank sentral akan memengaruhi suku bunga jangka pendek, seperti suku bunga SBI dan suku bunga pasar antarbank (PUAB), selanjutnya perubahan ini akan memberikan pengaruh pada suku bunga deposito yang ditawarkan bank ke masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada para debiturnya.
7
Tahap berikutnya, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi berkaitan erat dengan peranan bunga sebagai komponen pendapatan masyarakat dari deposito (income effect) dan bunga kredit sebagai sumber pembiayaan konsumsi (substitution effect). Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap investasi terjadi karena bunga kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital), di samping yield obligasi dan dividen saham. Pengaruh perubahan suku bunga terhadap investasi dan konsumsi selanjutnya akan berdampak pada permintaan agregat yang pada gilirannya akan menentukan tingkan inflasi dan output riil. Mekanisme Pass-Through Menurut Ur Rehman (2009), interest rate pass-through dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama yaitu mengukur bagaimana perubahan dalam kebijakan moneter ditansmisikan kesuku bunga pasar dalam jangka pendek dan jangka panjang sedangkan tahap yang kedua meliputi perubahan suku bunga pasar yang memengaruhi suku bunga kredit dan deposito bank. Dua tahap proses interest pass-through yang telah dijelaskan di atas dapat disederhanakan ke dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Pendekatan pada Jalur Transmisi Suku Bunga Monetary Policy Approach Policy rate Short-term /long-term deposit rate Policy rate Short-term/long-term lending rate Cost of Funds Approach 1st stage: yield curve Policy rate 1m MMR 12m MMR/T-bill rate G-bond rate 2nd stage: cost of funds a) 1m MMR / 12m T-bill / MMR short-term deposit rate short-term loans (long-term loan rate) b) 1m MMR / 12m T-bill / MMR short-term loan (long-term loan rate) c) GB rate long-term deposit rate long-term loan rate d) GB rate long-term loan rate Sumber : Egert, 2006
Pada tahap pertama perubahan dalam kebijakan moneter ditansmisikan dalam suku bunga pasar dalam jangka pendek dan jangka panjang secara keseluruhan dipengaruhi oleh stabilitas dari kurva imbalan (yield). Jika struktur pada kurva tetap stabil meskipun berubah menjadi berslope negatif atau positif, maka proses passthrough dari suku bunga official ke suku bunga pasar dapat dikatakan seimbang dalam memengaruhi pergeseran kurva imbalan (yield). Menurut Egert et al (2006) the cost of funds approach yang diperkenalkan oleh (DeBondt2005) merupakan cara terbaik dalam mendeskripsikan tahap kedua pada pass-through suku bunga dimana
8
suku bunga pasar uang akan ditransmisikan ke suku bunga perbankan baik suku bunga kredit maupun suku bunga deposito dikarenakan adanya ketergantungan bank terhadap pasar uang dalam sektor pembiayaan dan penghimpunan dana sedangkan yield sekuritas pemerintah dapat dilihat sebagai biaya oportunitas pada bank dalam segi pembiayaan pada suku bunga kredit jangka panjang. Faktor-faktor Penentu dalam Pass-ThroughSuku Bunga Ketidaksempurnaan dalam mekanisme pass-through dapat dilihat melalui dua hal. Pertama mengacu pada derajat pass-through yaitu perubahan pada suku bunga kebijakan atau suku bunga pasar uang ke suku bunga perbankan pada jangka panjang. Aspek yang kedua merupakan speed of adjustment pada pass-through (kecepatan penyesuaian). Perbedaan kekuatan dan kecepatan transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut (Hovart et al, 2005). 1 Disintermediasi Derajat disintermediasi dan peran dari lembaga keuangan bukan bank memiliki dampak pada elastisitas permintaan terhadap kredit dan penawaran deposit. Pada sisi aset, permintaan kredit akan bereaksi lebih intensif terhadap perubahan suku bunga pada perekonomian dengan pengembangan pasar uang dan modal, seperti perusahaan-perusahaan dapat menggantikan kredit bank dengan pembiayaan dalam bentuk lain. Sedangkan pada sisi deposito, adanya peluang investasi lain akan memengaruhi elastisitas suku bunga pasar terhadap penawaran deposito secara langsung, hal ini akan memengaruhi suku bunga deposito bank. 2 Kompetisi Antarbank Kompetisi antar bank juga memengaruhi elastisitas permintaan kredit dan penawaran deposito. Rendahnya derajat kompetisi antara bank dan lembaga keuangan bukan bank akan berakibat pada perilaku bank dalam penentuan harga. Bagaimanapun dampak yang terjadi akan berbeda tergantung pada arah perubahan dari suku bunga pasar uang atau suku bunga official. Pada sisi aset, terbatasnya persaingan akan mengakibatkan suku bunga kredit akan bereaksi lebih intensif untuk meningkat ketika suku bunga pasar uang atau suku bunga official akan mengalami penurunan. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada sisi liabilitas yang memengaruhi suku bunga deposito. 3 Modal dan Posisi Likuiditas Bank Modal dan tingkat likuiditas bank juga akan memengaruhi mekanisme pass-through. Kecukupan modal dan likuiditas yang baik akan memberikan peluang bank dalam menyesuaikan tingkat suku bunganya.
9
4 Kebijakan Moneter dan Volatilitas Suku Bunga Perubahan suku bunga pada instrumen bank akan mengakibatkan biaya penyesuaian pada bank. Penyesuaian suku bunga perbankan akan bergantung pada bank’s assessment jika terdapat perubahan pada suku bunga kebijakan baik secara sementara (temporary) atau permanen. Oleh karena itu, perilaku perbankan dalam penentuan harga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap perubahan suku bunga yang terjadi. Sedangkan tingginya volatilitas pada suku bunga memiliki kemungkinan untuk mengurangi derajat atau kecepatan penyesuaian pada setiap pergeseran di suku bunga pasar secara sementara (temporary). Model Pass-through Suku Bunga Perbankan Kondisi persaingan sempurna dengan informasi yang lengkap menyaratkan bahwa harga ekuivalen dengan marginal cost dan derivatif dari harga sehubungan dengan marginal costyangsama dengan 1. Derivatif dari harga akan bernilai kurang dari satu ketika asumsi persaingan sempurna dan lengkapnya informasi tidak terpenuhi. Aplikasi dari kondisi persaingan sempurna ini ke dalam pengaturan harga oleh bank mengikuti dari model persamaan marginal cost pricing yang diperkenalkan oleh Rousseas (1985) yang dijabarkan sebagai berikut br=γ0+γ1mr dimana br = harga yang ditentukan oleh bank γ0 = constant markup mr = marginal cost harga yang diproksikan oleh suku bunga pasar. Terlihat dari keterangan diatas bahwa marginal cost harga diproksikan oleh suku bunga pasar dikarenakan suku bunga pasar dapat secara akurat merefleksikan adanya tambahan pembiayaan yang harus diberikan oleh bank. Koefisien γ1 bergantung pada elastisitas permintaan dari deposito dan pinjaman yang nantinya akan berdampak pada perubahan suku bunga perbankan. Jika elastisitas permintaan dari deposito dan pinjaman tidak sepenuhnya elastis maka parameter γ1 akan bernilai kurang dari 1. Nilai yang kurang dari satu menandakan bahwa bank-bank tersebut memiliki derajat kekuatan pasar (market power) (DeBondt, 2002). Menurut Laudadio (1987), terdapat kecenderungan bahwa suku bunga perbankan dalam kondisi struktur oligopoli tidak akan merespon adanya perubahan suku bunga official dengan penuh, namun ketika struktur kompetisi bank berubah dari oligopoli menjadi persaingan sempurna maka suku bunga perbankan akan merespon penuh adanya perubahan suku bunga official. Banyak faktor yang memengaruhi adanya kekuatan pasar (market power) yaitu adanya hambatan masuk dalam sektor perbankan dikarenakan adanya regulasi tertentu seperti pembuatan regulasi yang menjadi syarat terciptanya kekuatan monopoli dan administrated pricing (Niggle, 1987). Kekuatan pasar dan permintaan yang inelastis untuk produk-produk perbankan juga dapat terjadi karena adanya switching cost dan asymmetric information .
10
Penyesuaian Suku Bunga Perbankan terhadap Perubahan Suku Bunga Pasar dalam Error Correction Framework Menurut Hannan dan Berger (1991), penyesuaian biaya pada suku bunga perbankan akan merespon perubahan suku bunga pasar hanya jika biaya penyesuaian lebih rendah dibandingkan biaya untuk mengatur suku bunga perbankan pada kondisi non-ekuilibrium. Derajat kekuatan pasar (market power) dan asymmetric information cost memiliki pengaruh jangka panjang pada respon perubahan suku bunga perbankan sedangkan switching cost memiliki pengaruh dalam jangka pedek. Kurva permintaan pada jangka pendek akan lebih inelastis dibandingkan pada jangka panjang. Semakin elastis permintaan akan deposito dan pinjaman maka dibutuhkan biaya yang tinggi untuk menjaga suku bunga perbankan tidak pada kondisi ekuilibrium. Berdasarkan penjelasan di atas menurut DeBondt (2002), cara yang paling tepat untuk menentukan respon penyesuaian suku bunga perbankan terhadap perubahan suku bunga pasar atau suku bunga official adalah dengan menggunakan error correction framework. Keuntungan utama dalam penggunaan error correction framework adalah pendekatan ini melibatkan estimasi pada keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang diantara suku bunga perbankan dan suku bunga pasar uang atau suku bunga official (kebijakan). Model pada error correction dapat ditulis sebagai berikut : ∆brt=α1+α2∆mrt-β1(brt-1-β2mrt-1)+εt dimana : α2 = Pass-throughpada jangka pendek β2 = Pass-throughpada jangka panjang = Perhitungan mean lag. (1-α 2 )/-β 1 Penelitian Terdahulu Mojon (2000) melakukan penelitian mengenai derajat pass-through dari suku bunga pasar uang ke 25 suku bunga kredit dan 17 suku bunga deposito di enam negara eropa yaitu Belgia, Jerman, Perancis, Belanda, Spanyol dan Italia dengan menggunakan metode ARDL dan panel data. Penelitian ini mengestimasi data dari tahun 1979 sampai 1988 dan dari tahun 1988 sampai 1998. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa suku bunga perbankan merespon lambat adanya perubahan dari suku bunga pasar uang. Derajat pass-through suku bunga perbankan setelah 3 bulan mengalami perubahan suku bunga pasar uang nilainya masih kurang dari satu.Terdapat kecenderungan bahwa respon dari suku bunga jangka pendek lebih cepat dibandingkan dengan suku bunga jangka panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Mojon (2000) juga memeroleh hasil bahwa adanya country asymmetries dapat diatasi dengan adanya kebijakan moneter tunggal, integrasi pasar uang dan pertumbuhan pasar surat utang. De Bondt (2002) melakukan penelitian pada suku bunga perbankan di negara kawasan eropa dengan menggunakan metode ECM dan VAR. Dalam penelitian ini
11
menggunakan data bulanan dari Januari 1996 hingga Mei 2001. Di dalam penelitian ini diperoleh hasil adanya incomplete pass-through pada jangka pendek dan completepass-throughpada jangka panjang. Speed of adjustment suku bunga passthroughmeningkat sejak Januari 1999 dimana Monetary Union terbentuk. Terbentuknya Monetary Union mengakibatkan adanya konvergensi dalam proses pass-through. Espinosa-Vega dan Rebucci (2003) meneliti mengenai pass-throughsuku bunga pasar uang ke suku bunga perbankan di negara Chili, Amerika Serikat, Kanada, Australia, New Zealand dan lima negara Eropa dengan menggunakan metode ARDL. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa derajat pass-throughdi negara Chili incomplete, namun speed of adjustment nya memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan negara negara yang menjadi fokus penelitian ini, termasuk juga negara Amerika Serikat. Penelitian ini juga menyimpulkan hasil bahwa proses passthroughtidak dipengaruhi oleh pergantian regim nilai tukar menjadi regim mengambang pada tahun 1999 serta nominalisasi target suku bunga pada tahun 2001 di negara Chili. Hovart, et al (2005) meneliti mengenai interest pass-throughdi negara Hungaria dengan menggunakan metode ECM dan TAR. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga kelompok bank dan suku bunga pasar uang, dengan periode penelitian dari January 2001 sampai January 2004. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa suku bunga kredit korporasi memiliki derajat pass-through paling tinggi dalam jangka panjang dan memiliki penyesuaian tercepat dalam jangka pendek sedangkan suku bunga deposito memiliki karakteristik pass-through yang berkebalikan dengan suku bunga kredit korporasi. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa speed of adjustment dipengaruhi oleh ukuran perubahan dari suku bunga pasar uang dan jarak suku bunga perbankan dari keseimbangan jangka panjang.Selain itu adanya tanda-tanda guncangan pada imbal hasil dan volatilitas suku bunga pasar juga berkontribusi dalam besarnya speed of adjustment. Tai, Sek, & Har (2012) melakukan penelitian mengenai interest rate passthrough dan transmisi kebijakan moneter di Asia sebelum dan sesudah terjadinya krisis pada tahun 1997 dengan menggunakan metode GLS (SUR), salah satu objek penelitiannya yaitu Negara Indonesia. Secara garis besar di Negara Indonesia, transmisi kebijakan dari suku bunga pasar uangke suku bunga kredit dan deposito membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki size of pass-through yang kecil jika dibandingkan dengan Negara Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukan bahwa otoritas moneter di Negara Indonesia tidak dapat secara efektif mengontrol suku bunga pasarmelalui suku bunga official dalam mencapai sasaran kebijakan yang telah ditargetkan, serta adanya pasar keuangan yang tidak sempurna ditandai dengan kurangnya integrasi dalam pasar keuangan. Hal yang membedakan penelitian mengenai analisis kebijakan moneter tehadap suku bunga perbankan di Indonesia dengan penelitian terdahulu seperti dijelaskan diatas adalah bahwa penelitian kali ini menggunakan suku bunga official yang diproksikan oleh suku bunga diskonto sebagai variabel independen dan bukan menggunakan suku bunga pasar uang serta objek pengamatan yang dilakukan adalah
12
kelompok bank dimana variabel yang diteliti menggunakan suku bunga kredit dan keseluruhan suku bunga deposito waktu mulai dari 1 bulan hingga 24 bulan. Kerangka Pemikiran Mekanisme pass-through pada suku bunga official yang diproksikan oleh suku bunga diskonto terhadap suku bunga perbankan dapat memengaruhi besaran derajat pass-through, speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) yang berbeda-beda pada kelompok bank dimana respon dari kelompok bank dapat menjadi tolak ukur peran bank sebagai fungsi intermediasi. Bagan berikut merupakan alur pemikiran yang digunakan untuk melihat efektifitas kebijakan moneter dengan menghitung besaran derajat pass-through, speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) pada kelompok bank di Negara Indonesia.
13
BANK SENTRAL
INSTRUMEN MONETER (Discount Facility)
OPERATING TARGET
HARGA ASET
NILAI TUKAR
KREDIT
SUKU BUNGA
SUKU BUNGA PERBANKAN (Kelompok Bank)
SUKU BUNGA KREDIT (Lending Rate)
SUKU BUNGA DEPOSITO (Deposit Rate)
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Gambar 2Kerangka Pemikiran
EKSPEKTASI
Complete passthrough (=1) Noncomplete passthrough (<1) Over pass-through (>1)
Ket : Fokus Penelitian
utama
14
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kelompok bank dalam bentuk deret waktu bulanan (monthly time series) periode Januari 2002 sampai dengan Desember 2012 di Negara Indonesia. Data diperoleh melalui SEKI BI (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia) dan CEIC Macroeconomic Industry and Financial Time Series Database for Global Emerging and Developed Market. Selain itu, penulis juga melakukan studi pustaka dengan membaca jurnal, artikel internet, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dan relevan dengan permasaahan yang diteliti. Secara rinci, sumber data dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini dicantumkan dalam tabel berikut : Tabel 3 Variabel dan Sumber Data No
1.
Jenis Variabel Suku bunga official (suku bunga kebijakan)
Proksi yang digunakan
Suku bunga diskonto
2.
Suku bunga kredit
Average Weighted lending rate yang terdiri dari : Working Capital Loans Group of Bank Investment Loans Group of Bank Consumer Loans Group of Bank
3.
Suku bunga deposito
Time Deposito (1,3, 6, 12, 24 months)
Sumber Data
CEIC
SEKI BI
SEKI BI
Metode Pengolahan dan Analisis Data Dampak perubahan suku bunga official yang diproksikan oleh suku bunga diskonto terhadap suku bunga kredit dan deposito pada kelompok bank di Negara Indonesia akan dianalisis dengan menggunakan metode ARDL (Autoregressive Distributed Lag). Proses menganalisis data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan bantuan software atau perangkat lunak Microsoft excel 2007 dan Eviews 6. Analisis Autoregressive Distributed Lag (ARDL) Metode ARDL merupakan metode yang dapat mengestimasi model regresi linear dalam menganalisis hubungan jangka panjang yang melibatkan adanya uji
15
kointegrasi diantara variabel time series. Secara umum terdapat beberapa uji kointegrasi lain yang digunakan dalam mengestimasi hubungan jangka panjang seperti residual based Engle-Granger (1987) dan Johansen (1988) dengan prosedur two step dan one step, metode Johansen dan Juselius (1990) test based on maximum likelihood namun uji kointegrasi yang telah disebutkan sebelumnya mensyaratkan perlunya variabel-variabel yang diestimasi terintegrasi dalam level yang sama ordo I(1) atau first difference (Enders, 2004). Untuk menghindari hal tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode ARDL Bounds Test yang diciptakan oleh Pesaran dan Shin. Prosedur dalam ARDL diyakini dapat mengestimasi parameter dalam jangka panjang dengan tepat serta dapat mengestimasi t-statistik dengan valid (Pesaran, 1997). Menurut Hutapea (2007) dalam Marsella (2010) pendekatan ARDL dengan Bound Test Cointegration memiliki tiga buah kelebihan dibandingkan dengan metode yang sebelumnya yaitu memiliki prosedur yang lebih simple, dapat digunakan pada data short series dan tidak mensyaratkan adanya praestimasi (dapat dilakukan pada variabel I(0), I(1) ataupun kombinasi keduanya). Uji kointegrasi pada metode ini dilakukan dengan membandingkan F-statistic dengan F tabel yang telah disusun oleh Pesaran dan Pesaran (1997). Menurut Banerjee et al (1993), Error Correction Model (ECM) dapat diturunkan dari model ARDL melalui transformasi linear sederhana. Pendekatan ARDL yang digunakan dalam melihat hubungan jangka panjang diantara variabel dapat diaplikasikan tanpa menghiraukan variabel yang diestimasi stasioner di level, first difference dan second difference. Dengan mengestimasi Langkah pertama yang dilakukan dalam Pendekatan ARDL Bound Test yaitu persamaan dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square. F-statistic yang diperoleh dari metode ini akan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan variabel jangka panjang antara variabel. Hipotesis dalam uji F ini dapat dijabarkan sebagai berikut : H 0 = α 1 =α 2 =α n =0 ; tidak terdapat hubungan jangka panjang H1= α 1 ≠ α 2 ≠ α n ≠ 0 ; terdapat hubungan jangka panjang Jika F-statistic yang diperoleh dari hasil komputasi lebih besar daripada upper critical value maka tolak H 0 , sehingga dalam model terdapat hubungan jangka panjang. Sedangkan jika F-statistic yang diperoleh dari hasil komputasi lebih kecil daripada lower critical value maka tidak dapat tolak H 0 , sehingga dalam model tidak terdapat hubungan jangka panjang. Secara umum model ARDL(p,q,r,s,t) dalam persamaan jangka panjang dapat dituliskan sebagai berikut : p
q
r
s
t
Yt=α0+α1t+ � α2Yt-i + � α3X1t-i + � α4X2t-i + � α5X3t-i+ � α6X4t-i +et i=1
i=0
i=0
i=0
i=0
Pendekatan dengan menggunakan model ARDL mensyaratkan adanya lag seperti yang ada pada persamaan di atas. Menurut Juanda (2009) lag (beda waktu) dapat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan timbulnya respon (Y) akibat suatu pengaruh (tindakan atau keputusan). Pemilihan lag yang tepat untuk model dapat
16
dipilih menggunakan basis Schawrtz-Bayesian Criteria (SBC), Akaike Information Criteria (AIC) atau menggunakan informasi kriteria yang lain, model yang baik memiliki nilai informasi kriteria yang terkecil. Langkah selanjutnya dalam metode ARDL yaitu mengestimasi parameter dalam jangka pendek, hal ini dapat dilakukan dengan mengestimasi model dengan Error Correction Model (ECM), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari model ARDL kita dapat memeroleh Error Correction Mode l(ECM). Estimasi dengan Error Correction Model (ECM) berdasarkan persamaan jangka panjang diatas yaitu : p
q
s
r
t
∆Yt = α0 + α1t + � ηi∆Yt-i + � θi∆X1t-i + � ϑ∆X2t-i + � λi∆X3t-i + � ωi∆X4t-i i=1
i=0
i=0
i=0
+ υECMt-1 + et
i=0
Dimana ECTt merupakan Error Correction Term (ECT) yang dapat dituliskan menjadi : p
q
r
s
t
ECM t= Y − α0 − 𝛼1t − � α2Yt-i - � α3X1t-i - � α4X2t-i - � α5X3t-i- � α6X4t-i i=1
i=0
i=0
i=0
i=0
Hal penting yang harus diingat dalam estimasi ECM adalah bahwa error correction term (ECT) harus bernilai negatif, nilai negatif dalam ECT menunjukan bahwa model yang di estimasi valid. Seluruh koefisien dalam persamaan jangka pendek di atas merupakan koefisien yang menghubungkan model dinamis dalam jangka pendek konvergen terhadap keseimbangan dan 𝜐 merepresentasikan kecepatan penyesuaian dari jangka pendek ke keseimbangan jangka panjang. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketidakseimbangan akibat shock di tahun sebelumnya disesuaikan pada keseimbangan jangka panjang pada tahun ini. Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode ARDL yaitu memastikan bahwa model diestimasi tidak terkena autokorelasi, non-normalitas dan heteroskedastisitas dengan menggunakan uji yang umum dilakukan jika kita mengestimasi model dengan menggunakan metode Ordinary Least Square seperti Jarque - Bera test, Ljung-Box test dan ARCH test pada setiap model. Selain itu, meskipun di dalam model yang diestimasi terdapat kointegrasi akan mengahasilkan hasil estimasi yang tidak menentu apabila parameter tidak konstan, untuk menguji kestabilan dalam parameter jangka panjang maka Pesaran dan Pesaran (1997) memberikan saran untuk melakukan The Cumulative Sum of Recursive Residual (CUSUM) test yang diperkenalkan oleh Brown et al (1975) (Habibullah, 2011). Hasil pengujian dari CUSUM test ini akan berupa plot garis dengan taraf nyata 5%, apabila cumulative sum berada di luar area garis maka parameter yang diestimasi tidak stabil.
17
Data Generating Process Menurut Putri (2009), Data Generating Process merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap estimasi dan analisis model. Pada tahap ini akan dilakukan berbagai pengujian pra-estimasi meliputi pengujian akar unit (unit root test), penetapan lag optimal, dan uji kointegrasi. Pengujian Stasioneritas Data Menurut Gujarati (2004) asumsi yang mendasari dalam penggunaan data time series yaitu stasioneritas dimana nilai rata-rata dan varian konstan sepanjang waktu. Metode yang digunakan dalam menguji stasioneritas data pada penelitian kali ini adalah Augmented Dickey Fuller-Test (ADF-Test) dan Phillips-Perron Test (PP) dengan taraf nyata sepuluh persen. Uji stastioneritas data dengan menggunakan ADFTestdimulai dari proses autoregresi order pertama AR(1) yaitu Yt=ρYt-1+μt -1≤ρ≤1 dimana μt adala white noise error term dengan mean nol dan varians konstan Persamaan diatas merupakan random walk without drift. Jika nilai ρ=1 maka persamaan di atas mengandung akar unit root atau tidak stasioner. Mengatasi ketidakstasioneran pada persamaan tersebut dapat dilakukan memodifikasi persamaan diatas dengan mengurangi sioneran pada persamaan tersebut dapat dilakukan memodifikasi persamaan diatas dengan mengurangi Yt-1 pada kedua sisi persamaan, sehingga persamaan menjadi : Yt-Yt-1 = ρYt-1 - Yt-1+μt = (ρ-1)Yt-1 + μt Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : ∆Yt = δYt-1 + μt dimana δ = (ρ=1) dan ∆ merupakan penanda dari adanya first difference. Hipotesis pada persamaan diatas yaitu H0 : δ = 0 , persamaan tersebut tidak stasioner H1 : δ ≠ 0 , persamaan tersebut stasioner sehingga apabila probabilitas (taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen) menyatakan menolak H0 artinya data time series tersebut stasioner, begitu juga sebaliknya. ADF Test merupakan uji stasioneritas data yang mengasumsikan bahwa 𝜇t (error term) memiliki korelasi. Dalam uji ini dilakukan adanya penambahan nilai lag pada variabel dependen ∆Yt. Persamaan pada ADF Test dapat ditulis sebagai berikut : m
∆Yt = β1 + β2t + δYt-1 + � αi∆Yt-i + εt i=1
dimanaεt merupakan pure white noise error term dan ∆Yt-1 = (Yt-1-Yt-2), ∆Yt-2 = (Yt-2-Yt-3) dan seterusnya. Sedangkan Phillips Perron test menggunakan metode statistik nonparametrik untuk menghilangkan adanya autokorelasi pada error term tanpa menambahkan lag yang berbeda (Gujarati, 2004). DF Test dan PP Test
18
memiliki hipotesis yang sama dimana H0:δ=0persamaan tersebut tidak stasioner dan hipotesis alternatifnya H1 : δ ≠ 0persamaan tersebut stasioner. Pada uji stasioner ini digunakan automatic lag selection berdasarkan criteria Schwarz Information Criterion (SIC) dengan maksimum lag berjumlah 12. Jika nilai t-ADF atau nilai t-PP lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnon, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan bersifat stasioner (tidak mengandung akar unit). Pengujian data pada penelitian dilakukan pada orde I(0) dan I(1) dengan menambahkan exogenous regressor individual intercept, individual intercept dan trend serta no intercept dan trend. Jika data stasioner pada I(2) maka uji kointegrasi yang akan dilakukan setelah uji stasioneritas ini tidak dapat diaplikasikan. Pengujian Kointegrasi Pada metode ARDL uji kointegrasi yang digunakan yaitu Bound Testing Cointegration. Tahapan pertama yang dilakukan pada Bound Test yaitu mengestimasi setiap model dengan menggunakan metode Ordinary Least Square dan melakukan uji dengan menggunakan F-statistic atau uji Wald. Uji ini didasari oleh Dicky Fuller type regression yang biasa digunakan untuk menguji lag tiap level variabel pada error correction model (ECM) (Pesaran et al, 2001). Jika F-statistic yang diperoleh dari hasil komputasi lebih besar daripada upper critical value maka variabel dalam model terkointegrasi. Jika F-statistic yang diperoleh dari hasil komputasi lebih kecil daripada lower critical value maka variabel dalam model tidak terkointegrasi. Sedangkan jika F-statistic yang diperoleh berada pada lower critical value dan upper critical value maka perlu dilakukan Johansen Cointegration Test. Persamaan matematis dari Johansen Cointegration Test dapat ditulis sebagai berikut : p
∆yt = β0 + Πyt-1+ � ΓiΔyt-1 + εt i=1
Jika trace statistic > critical value (MacKinnon-Haug-Michelis p-values) maka persamaan tersebut terkointegrasi.Dengan demikian hipotesis nul-nya (H0) adalah non-kointegrasi dan hipotesis alternatifnya (H1) adalah kointegrasi. Sehingga jika trace statistic > critical value, maka H0 ditolak atau dengan kata lain menerima H1 yang artinya dalam model terdapat hubungan kointegrasi. Penetapan Lag Optimal Penetapan lag optimal dilakukan untuk mengetahui kombinasi lag pada model ARDL (p,q). Lag optimal dipilih berdasarkan basis Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Bayesian Criterion (SC), serta Hannan Quinn Criterion (HQ). Menurut Pesaran dan Shin (1997) ARDL-AIC dan ARDL-SC memiliki kemampuan yang hampir sama dalam sampel yang kecil dengan ARDL-SC menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mayoritas eksperimen yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa Schwartz Criteria merupakan kriteria pemilihan model yang konsisten ketika Akaike Criteria tidak konsisten. Penentuan lag optimum dilakukan dengan memilih nilai kriteria yang paling kecil. Perhitungan nilai kriteria dalam model dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut
19
Tabel 4 Cara Perhitungan Nilai Kriteria Model Information Criterion
Definition
Akaike (AIC)
-2(l/T) + 2k/T
Schwarz (SIC)
-2(l/T) +klog(T)/T
Hannan-Quinn (HQ)
-2(l/T) + 2klog(log(T))/T
dimana l = nilai log dari fungsi likelihood k = parameter yang diestimasi T = banyaknya pengamatan. Perhitungan Derajat Pass-through Dalam menghitung besaran derajat pass-through, speed of adjustment (kecepatan penyesuaian), serta mean lag (rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass-through dalam jangka panjang) metode yang digunakan mengacu pada Espinosa-Vega dan Rebucci (2003) dimana perhitungan parameter yang diestimasi berasal dari persamaan pada error correction model yang diperoleh dari hasil estimasi menggunakan metode ARDL. Perhitungan derajat pass-through pada penelitian kali ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian perumusan model penelitian. Metode Evaluasi Model Ketika pemilihan lag optimum sudah selesai dilakukan, maka kita telah mengetahui struktur model dalam ARDL sehingga harus dilakukan evaluasi terhadap model estimasi yang telah dihasilkan. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tiga kriteria sebagai berikut : 1 Kriteria Ekonometrika 2 Kriteria Statistik 3 Kriteria Ekonomi 1 Kriteria Ekonometrika Model estimasi regresi linear harus mengahsilkan estimator yang memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) antara lain sebagai berikut (Gujarati, 2004): a. Estimator linear artinya estimator merupakan fungsi linear atas variabel dependen pada model regresi. b. Estimator tidak bias artinya nilai ekspektasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya. c. Estimator harus mempunyai varians yang minimum. Estimator yang tidak bias dan memiliki varians minimum disebut estimator yang efisien.
20
Estimasi pada model tidak akan memenuhi kriteria BLUE jika melanggar beberapa asumsi antara lain sebagai berikut : 1) Normalitas Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term berdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi maka prosedur pengujian dengan menggunakan uji t-statistic menjadi tidak sah. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan Jarque Bera Test. Hipotesis dalam uji normalitas adalah : H0 : Residual berdistribusi normal H1 : Residual tidak berdistribusi normal Dasar penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera dengan taraf nyata sebesar 5 persen, dimana jika nilai Jarque Bera Test lebih besar dari taraf nyata 5 persen menandakan H0 tidak ditolak dan residual berdistribusi normal. 2) Heteroskedastisitas Merupakan salah satu pelanggaran asumsi dimana varians error tidak konstan. Menurut Gujarati (2004) adanya heteroskedastisitas dapat menyebabkan terjadinya hal-hal sebagai berikut : a) Dugaan parameter koefisien regresi tetap tidak bias dan masih konsisten, tetapi standar error nya dapat bias ke bawah. b) Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang tidak efisien. c) Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-statistic tidak dipercaya. Cara mendeteksi adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dalam metode ARDL sama dengan metode OLS karena basis estimasi metode kedua model tersebut sama. Pendeteksian adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Pagan, uji Goldfeld-Quandt, serta uji White. Pada penelitian kali ini uji heteroskedastisitas menggunakan uji White. 3) Autokorelasi Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi yang terjadi ketika adanya korelasi serial antara sisaan (εt) dimana sisaan menyebar bebas atau Cov(εi,εj) = E(εi,εj) = 0 untuk semua i ≠j dan dikenal sebagai bebas serial (serial independence). Masalah autokorelasi akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akanunderestimate, sehingga R2 akan memiliki nilai yang besar tetapi uji t-statistic dan uji F-statistic menjadi tidak valid. Mendeteksi adanya masalah autokorelasi yang paling umum dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson statistic pada model dibandingkan dengan nilai DW tabel. Metode ARDL menggunakan model regresi dimana terdapat peubah bebas yang merupakan lag respons (Yt-1) maka nilai statistik uji DW sering mendekati 2 meskipun ada autokorelasi sehingga dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan
21
pendeteksian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson statistic. Oleh karena itu, pendeteksian autokorelasi pada penelitian ini menggunakan Breush Pagan LM Test. Uji normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas dapat dikategorikan ke dalam diagnostic test. Pada metode ARDL Cumulative Sum of Recursive Residual (CUSUM) test dan Ramsey’s RESETtestjuga dimasukkan ke dalam diagnostic test. Berikut penjelasan dari CUSUM test dan Ramsey’s RESET test. 4) The Cumulative Sum of Recursive Residual (CUSUM) test Pada metode ARDL CUSUM test dilakukan untuk melihat apakah parameter yang diestimasi stabil atau tidak pada taraf nyata 5%. Jika cumulative sum berada diantara plot garis dengan taraf nyata 5% maka parameter yang diestimasi dalam model stabil. 5) Uji Functional Form Uji functional form dilakukan dengan menggunakan Ramsey’s Reset test. Reset merupakan singkatan dari regression specification error testyang diperkenalkan oleh Ramsey pada tahun 1969. Uji ini dapat mengoreksi adanya jenis-jenis error yang dapat terjadi sebagai berikut : a) Omitted variables, adanya variabel-variabel yang seharusnya dimasukan ke dalam model, dikeluarkan karena alasan-alasan tertentu (misalnya penyederhanaan, atau data sulit diperoleh dan lain-lain). b) Incorrect functional form, adanya beberapa atau keseluruhan variabel di Y dan X yang akan ditransformasikan ke dalam bentuk log, resiprokal atau dengan berbagai cara yang lain yang asumsi bentuknya salah. c) Korelasi antara variabel X dan error, yang disebabkan kesalahan pengukuran pada variabel X, atau adanya lag pada variabel Y serta adanya autokorelasi. Hipotesis dalam Ramsey RESET testyaitu : H0 : ϵ ~ N(0,δ2I), dimana vektor error berdistribusi normal. H1: ϵ ~ N(µ,δ2I) µ ≠ 0, dimana vektor error tidak berdistribusi normal. 2 Kriteria Statistik Evaluasi model berdasarkan kriteria statistik dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain sebagai berikut : aKoefisien Determinasi (R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai tersebut menunjukkan sebarapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data sesungguhnya. Nilai R2 terletak antara nilai nol hingga satu dimana semakin mendekati satu maka model akan semakin baik. b Uji F-statistic Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen.Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-
22
statistic yang rendah. Nilai Prob(F-statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut : H0 : β1=β2=….=βk=0 H1 : minimal ada salah satu βj yang tidak sama dengan nol Tolak H0 jika F-statistic>Fα(k-1,n-k) atau Prob(F-statistic) < α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen. c Uji t-statistic Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut : H0 : βj = 0 H1 : βj ≠ 0 Tolak H0 jika t-statistic>tα/2(n – k) atau t-statistic
p q = α0 + α1t + ∑i=1 α2 Lendt-i + ∑i=0 α3 DRt-i + α4DRt
p q = α0 + α1t + ∑i=1 α2 Depositt-i + ∑i=0 α3 DRt-i + α4DRt
p q = α0 + α1t + ∑i=1 α2 Deposit3t-i + ∑i=0 α3 DRt-i + α4DRt
= α0 + α1t + ∑i=1 α2 Deposit6t-i + ∑i=0 α3 DRt-i + α4DRt p
q
p q (5) Deposit12t = α0 + α1t + ∑i=1 α2 Deposit12t-i + ∑i=0 α3 DRt-i + α4DRt
p q (6) Deposit24t = α0 + α1t + ∑i=1 α2 Deposit24t-i + ∑i=0 α3 DRt-i +α4DRt Berdasarkan Hendry (1995), kita dapat mengestimasi ARDL ke dalam Error Correction Model sebagai berikut :
(7) ∆Lendt (8) ∆Depositt
= α4∆DRt + β2( ∑i=1 Lendt-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) p
q
= α4∆DRt + β2( ∑i=1 Depositt-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) p
q
23
(9) ∆Deposit3t = α4∆DRt + β2( ∑i=1 Deposit3t-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) p
q
(10) ∆Deposit6t = α4∆DRt + β2( ∑i=1 Deposit6t-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) p
q
(11) ∆Deposit12t= α4∆DRt + β2( ∑i=1 Deposit12t-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) p
q
(12) ∆Deposit24t= α4∆DRt + β2( ∑i=1 Deposit24t-i - β0 - β1t - ∑i=0 β3 DRt-i) Dimana (13) β0 = α0⁄(1-α2) , β1 = α1⁄ (1-α2) , β2 = (α2-1) , β3= (α4 +α3)⁄(1-α2) p
q
(14) Mean lag : (1-α4)/β2 Keterangan : = Suku bunga kredit untuk bulan ke t Lendt Deposit6t = Suku bunga deposito 6 bulan untuk bulan ke t Deposit12t = Suku bunga deposito 12 bulan untuk bulan ke t Deposit24t = Suku bunga deposito 24 bulan untuk bulan ke t = Suku bunga diskonto untuk bulan ke t DRt = lag suku bunga kredit pada kelompok bank i berdasarkan Lendt-i periode sebelumnya Deposit6t-i = lag suku bunga deposito bulan ke 6 pada kelompok bank i berdasarkan periode sebelumnya Deposit12t-i = lag suku bunga deposito bulan ke 12 pada kelompok bank i berdasarkan periode sebelumnya Deposit24t-i = lag suku bunga deposito bulan ke 24 pada kelompok bank i berdasarkan periode sebelumnya DRt-i = lag suku bunga diskonto pada kelompok bank i berdasarkan periode sebelumnya 𝑖 = kelompok negara 𝑡 = periode waktu (bulan) = Degree of pass-through terhadap perubahan kebijakan 𝛼4 moneter dalam jangka pendek 𝛽2 = Speed of adjustment terhadap perubahan kebijakan moneter dalam jangka panjang 𝛽3 = Degree of pass-through terhadap perubahan kebijakan moneter dalam jangka panjang Mean Lag = Rata-rata bulan yang diperlukan untuk mencapai pass through dalam jangka panjang Keterangan : 1 Complete pass-through, jika nilai derajat pass-through sama dengan satu (=1). 2 Incomplete pass-through, jika nilai nilai derajat pass-through lebih kecil dari satu (<|1|). 3 Over pass-through, jika nilai nilai derajat pass-through lebih besar dari satu (>|1|).
24
GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Suku Bunga Perbankan di Indonesia Gambar 2 di bawah ini merupakan kumpulan grafik antara suku bunga diskonto, suku bunga kredit dan deposito pada kelompok bank dari tahun 2002 hingga tahun 2012. Grafik yang berwarna merah menunjukkan suku bunga diskonto sebagai proksi dari kebijakan moneter di Indonesia. Terlihat dari grafik bahwa selama tahun 2002 Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan penurunan kebijakan suku bunga yang bertujuan untuk memberikan stimulus perekonomian melalui pemulihan intermediasi dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap membaiknya prospek pemulihan ekonomi (confidence channel) yang nantinya akan berdampak pada peningkatan penggunaan sumber-sumber pendanaan baik melalui sektor perbankan maupun pasar modal (Bank Indonesia, 2002). Sedangkan pada tahun 2005 suku bunga mulai mengalami kenaikan karena Bank Indonesia menetapkan kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight biased), hal ini dipicu oleh adanya tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah rata-rata sebesar 29% pada tanggal 1 Maret 2005 (Bank Indonesia, 2005). Tahun 2006 hingga tahun 2007 suku bunga diskonto sebagai proksi kebijakan moneter mengalami penurunan, namun pada kurun waktu tahun 2008 suku bunga kembali mengalami kenaikan karena krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, mulai semakin dirasakan dampaknya seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Secara relatif, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk diantara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008 (Bank Indonesia, 2008). Sepanjang tahun 2009, Bank Indonesia dan Pemerintah menempuh berbagai kebijakan lanjutan untuk meredam dampak tekanan global terhadap perekonomian domestik. Sejumlah langkah kebijakan diarahkan untuk menjaga kepercayaan pelaku ekonomi baik di sektor keuangan maupun sektoral, mengatasi permasalahan likuiditas perbankan, dan memperkuat kembali momentum pertumbuhan ekonomi. Kebijakan juga ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan agar tetap mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Pada sektor moneter, Bank Indonesia menerapkan pelonggaran kebijakan moneter sehingga suku bunga official mengalami penurunan dengan besaran yang berbeda dalam tiga episode (Bank Indonesia, 2009). Pada tahun 2010 sampai 2012 di tengah perekonomian dunia yang cukup melambat akibat krisis global tahun 2008/2009, perekonomian Indonesia tumbuh terbilang cukup tinggi dengan kisaran 6,2%. Hal ini terlihat dari suku diskonto yang mengalami penurunan dari tahun 2009 dan cenderung konstan hingga akhir tahun 2012. Secara umum, adanya perubahan suku bunga diskonto tidak direspon dengan baik oleh suku bunga kredit pada tiap kelompok bank. Penurunan pada suku bunga kredit akibat respon dari penurunan suku bunga diskonto, mengindikasikan bahwa ada time lag dalam transmisi kebijakan dalam jalur suku bunga. Masih lambatnya penurunan suku bunga kredit disebabkan masih tingginya persepsi risiko perbankan
25
terhadap penyaluran kredit yang bersifat jangka panjang sehingga menyebabkan perbankan belum bisa optimal dalam menyalurkan kredit. Ketika suku bunga diskonto mengalami penurunan pada kisaran tahun 2004 dan 2005 suku bunga kredit pada bank persero tetap berada jauh di atas, sehingga gap antara suku bunga diskonto dan suku bunga kredit cukup jauh. Sedangkan ketika suku bunga diskonto berubah suku bunga deposito 1, 3,6, 12 dan 24 bulan berusaha menyesuaikan perubahan yang terjadi seperti yang terlihat pada grafik meskipun terkadang pada periode tertentusuku bunga deposito 24 bulan mengalami kenaikan dan penurunan signifikan terlihat pada grafik pada bank swasta nasional dan bank asing dan campuran. Grafik suku bunga pada kelompok bank di bawah ini juga dapat memerlihatkan bahwa interest spread antara suku bunga kredit dan deposito masih tergolong lebar.
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Gambar 3 Pergerakan Suku Bunga Diskonto, Suku Bunga Kredit dan Deposito berdasarkan Kelompok Bank
26
Gambaran Umum Kelompok Bank di Indonesia Bank adalah lembaga intermediasi yang meminjam dana dari masyarakat dengan cara menerima tabungan dan deposito atau menerbitkan saham mereka sendiri dan memegang surat berharga atau aset keuangan yang diterbitkan oleh pihak lain. Freixas dan Rochet dalam Rani (2012) mendefinisikan bank sebagai lembaga yang operasinya terdiri dari menyalurkan pinjaman dan menerima deposito dari masyarakat sehingga kredit dan deposito merupakan hal penting yang mencakup kombinasi fungsi intermediasi bank dalam meminjam dan meminjamkan dana kepada masyarakat. Di Indonesia total keseluruhan bank berjumlah 120 yang terdiri dari 4 bank persero, 26 bank pemerintah daerah, 31 bank swasta nasional devisa, 33 bank swasta nasional non devisa, 17 bank campuran serta 10 bank asing (Ekofin, 2009). Banyaknya jumlah bank di Indonesia tidak serta merta menciptakan iklim kompetitif dalam persaingan antarbank yang akan berdampak pada kinerja bank yang merespon perubahan kebijakan moneter. Menurut penelitian Anne dan Mulyaningsih (2011) memaparkan bahwa pasar terkosentrasi pada beberapa bank.Bank-bank besar mengontrol pangsa pasar yang substansial. Hal ini mengindikasikan bahwa bahwa struktur perbankan di Indonesia berada dalam struktur pasar oligopoli dominan. Struktur pasar oligopoli bank umum merupakan struktur pasar yang terdiri dari beberapa bank umum yang mendominasi pasar dan memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga (misal tingkat suku bunga tabungan) dalam industri perbankan. Dalam struktur oligopoli hanya ada beberapa penjual (bank), apabila salah satu bank tersebut melakukan sesuatu, hal itu akan memengaruhi pasar. Struktur pasar seperti ini akan menyebabkan tidak adanya tekanan persaingan karena berpeluang menciptakan kolusi untuk menentukan harga dan jumlah produksi, dan kinerjanya tidak seimbang. Banyaknya bank di Indonesia dapat dikelompokan berdasarkan kepemilikan, kelompok bank dibagi menjadi 4 yaitu kelompok bank persero, pemerintah daerah, swasta nasional serta asing dan campuran sedangkan jika dilihat dari ruang lingku usahanya bank swasta nasional dibagi lagi menjadi dua yaitu bank swasta devisa dan non devisa. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam penyaluran kredit mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, dimana pada level ekonomi makro bank merupakan alat dalam menetapkan kebijakan moneter sedangkan pada level mikro bank merupakan sumber utama pembiayaan bagi para pengusaha maupun individu (Konch dalam Siringoringo 2012). Dalam menunjang kegiatan pokok bank yang berupa pemberian kredit kepada masyarakat bank melakukan penghimpunan dana salah satunya melalui simpanan berjangka atau deposito. Pengertian deposito menurut pasal 1 ayat 7 Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Deposito memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan tabungan dan simpanan giro yang juga merupakan instrumen bank dalam menghimpun dana masyarakat yaitu bank memiliki kepastian mengenai dana yang ada di bank akan
27
ditarik oleh deposan sehingga pihak bank dapat mengantisipasi penarikan dana tersebut dengan menyediakan dana dalam jumlah dan waktu tertentu. Pihak bank cenderung menawarkan tingkat bunga deposito yang relatif lebih tinggi dengan tujuan untuk menarik nasabah menyimpan kelebihan dana yang dimiliki kedalam bentuk deposito. Adanya keungulan dalam menghimpun dana melalui instrumendeposito menyebabkan mayoritas komposisi dana pihak ketiga didominasi oleh deposito. Komposisi dana pihak ketiga pada setiap kelompok bank dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5 Komposisi DPK Bank Persero 2005
2009
2007
2011*
Giro (milliar) Nominal
94,322
146,613
172,602
242,863
Share
21.86
25.68
22.03
23.37
Deposito (milliar) Nominal
200,719
215,871
332,201
401,023
Share
46.53
37.81
42.41
38.59
Tabungan (milliar) Nominal
136,356
208,524
278,581
395,371
Share
31.61
36.52
35.56
38.04
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 6 Komposisi DPK Bank Pemerintah Daerah 2005 Giro (milliar) Nominal Share
2007
2009
2011*
50,674
69,289
63,848
88,395
59.42
51.60
41.94
37.57
17,502
31,792
44,673
79,521
20.52
23.67
29.34
33.80
17,107
33,205
43,728
67,349
20.06
24.73
28.72
28.63
Deposito (milliar) Nominal Share
Tabungan (milliar) Nominal Share
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
28
Tabel 7 Komposisi DPK Bank Swasta Nasional Devisa 2005
2007
2009
2011*
Giro (milliar) Nominal
91,163
128,178
153,929
225,371
Share
19.70
21.12
19.71
19.18
Deposito (milliar) Nominal
248,892
294,304
372,792
561,419
Share
53.79
48.49
47.73
47.78
254,350
388,167
32.56
33.04
Tabungan (milliar) Nominal
122,692
184,450
26.51 30.39 Share Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 8 Komposisi DPK Bank Swasta Nasional Non Devisa 2005
2007
2009
2011*
Giro (milliar) Nominal
1,798
2,195
2,184
3,634
Share
8.18
7.20
4.97
4.37
Nominal
18,052
25,103
37,635
69,180
Share
82.17
82.33
85.57
83.25
4,161
10,281
9.46
12.37
Deposito (milliar)
Tabungan (milliar) Nominal
2,120
3,194
9.65 10.48 Share Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 9Komposisi DPK Bank Campuran (Milyar Rp) 2005
2007
2009
2011*
Giro (milliar) Nominal
11,544
13,267
21,472
25,201
Share
33.48
24.15
22.66
22.73
Deposito (milliar) Nominal
22,563
40,196
65,871
67,253
Share
65.43
73.17
69.51
60.66
Tabungan (milliar) Nominal
376
1,471
7,418
18,411
Share
1.09
2.68
7.83
16.61
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
29
Tabel 10 Komposisi DPK Bank Asing (Milyar Rp) 2005
2007
2009
2011*
Giro (milliar) Nominal
31,911
46,009
51,854
67,181
Share
34.66
40.65
44.10
47.49
Deposito(milliar) Nominal
57,305
59,443
48,537
55,572
Share
62.25
52.52
41.28
39.28
17,203
18,721
14.63
13.23
Tabungan(milliar) Nominal
2,841
7,730
3.09 6.83 Share Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Terlihat pada tabel5 hingga tabel 10 diatas bahwa deposito memiliki share yang paling besar diantara instrumen dana pihak ketiga lainnya di setiap kelompok bank. Meskipun dari tahun 2009 ke tahun 2011 share deposito pada kelompok bank persero dan bank asing dan campuran mengalami penurunan sedangkan share pada bank pemerintah daerah dan bank swasta nasional devisa maupun non devisa mengalami peningkatan. Hal ini di tandai dengan adanya peningkatan pada suku bunga deposito pada kelompok bank tersebut pada tahun 2011 dimana suku bunga deposito dengan berbagai jangka waktu yang ditawarkan berkisar 7%. Besarnya deposito tiap kelompok bank dengan berbagai jangka waktu dapat dilihat pada tabel 11 berikut : Tabel 11 Jumlah Deposito Berdasarkan Jangka Waktu (Milyar Rp) Jangka Waktu Simpanan
2002
2005
2007
2008
2009
2011
2012*
Bank Persero
115,329
145,908
158,921
200,048
214,339
264,463
269,889
1 Bulan BUSN Devisa
133,119
208,000
226,176
267,452
248,108
355,581
369,613
BUSN Non Devisa
7,967
14,246
14,280
18,654
21,026
36,567
43,915
BPD
6,296
11,113
17,362
21,704
21,377
47,196
37,981
Bank Campuran
10,015
16,895
28,956
38,786
53,936
42,922
47,137
Bank Asing
25,609
43,597
41,601
42,186
30,606
37,559
37,326
Total
298,335
439,758
487,296
588,830
589,391
784,288
805,861
Bank Persero
46,838
29,808
29,114
33,016
56,022
67,758
77,412
3 Bulan BUSN Devisa
22,465
23,813
31,900
45,829
71,672
117,483
141,812
BUSN Non Devisa
4,211
2,426
4,449
4,859
11,654
18,991
22,133
BPD
2,305
3,290
5,535
5,942
9,435
14,386
12,228
Bank Campuran
1,186
2,793
6,521
8,505
8,235
12,696
13,249
30
Bank Asing
3,445
7,466
9,142
14,476
11,338
12,224
12,635
Total
80,449
69,595
86,661
112,626
168,356
243,538
279,469
Bank Persero
14,183
8,952
7,443
19,728
21,713
25,472
40,609
BUSN Devisa
4,347
6,619
14,667
21,360
22,326
45,331
66,377
BUSN Non Devisa
501
664
3,030
1,697
2,825
11,284
15,658
BPD
561
1,413
1,884
1,999
3,981
12,564
13,522
Bank Campuran
291
1,188
3,166
3,046
2,091
7,601
11,585
Bank Asing
1,234
2,170
5,259
4,594
3,380
3,664
5,020
Total
21,117
21,006
35,448
52,425
56,316
105,916
152,771
Bank Persero
15,676
12,043
17,071
27,920
39,498
43,334
58,204
BUSN Devisa
4,417
10,084
20,408
20,075
21,059
41,702
49,382
BUSN Non Devisa
1,136
705
3,312
2,261
2,123
2,337
4,771
BPD
1,622
1,655
6,811
5,259
9,689
5,408
21,885
Bank Campuran
300
1,208
1,123
3,659
1,565
5,423
6,684
Bank Asing
1,146
3,290
2,519
2,784
2,944
2,123
2,329
76,879
100,327
143,255
6 Bulan
12 Bulan
Total 24,297 28,986 51,244 61,958 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2012 Ket : * per Desember
Terlihat dari tabel 11 bahwa berdasarkan jangka waktu, deposito satu bulan merupakan deposito dengan jumlah terbesar yang berhasil diperoleh oleh bank. Hal ini menandakan bahwa terdapat kecenderungan sumber pembiayaan kredit bank bergantung pada deposito dengan term jangka pendek. Jika melihat dari sisi penyaluran kredit pada setiap kelompok bank, maka penyaluran kredit yang terkait dengan penelitian ini adalah penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan yang dibagi menjadi 3 yaitu kredit modal kerja, kredit investasi sedangkan kredit konsumsi. Berikut merupakan tabel yang merangkum besarnya kredit yang disalurkan berdasarkan kelompok bank. Tabel 12 Kredit Bank Persero berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
76,404
122,724
188,052
269,867
407,101
Total Investasi
44,776
61,413
73,733
118,994
135,196
Total Konsumsi
29,453
72,276
94,366
156,009
234,535
Total
150,633
256,413
356,151
544,870
776,833
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
31
Tabel 13 Kredit Bank Swasta Nasional Devisa berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
71,184
140,508
218,715
282,916
434,210
Total Investasi
29,436
57,821
88,028
123,993
242,948
Total Konsumsi
25,099
79,262
101,000
148,709
245,384
Total
125,719
277,591
407,742
555,617
922,541
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 14 Kredit Bank Swasta Nasional Non Devisa berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
5,062
6,693
8,952
12,113
22,195
Total Investasi
1,127
2,142
2,208
5,549
11,858
Total Konsumsi
5,384
8,007
12,704
18,037
34,090
Total
11,573
16,842
23,863
35,700
68,143
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 15 Kredit Bank Pemerintah Daerah berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
5,797
11,249
15,709
25,268
35,304
Total Investasi
2,196
4,036
5,690
13,169
21,081
Total Konsumsi
13,503
29,645
50,481
82,317
119,317
Total
21,496
44,931
71,881
120,754
175,702
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
32
Tabel 16 Kredit Bank Campuran berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
2,519
28,592
44,477
51,867
80,077
Total Investasi
5,189
5,832
10,126
21,544
26,317
Total Konsumsi
576
2,513
3,917
7,565
13,994
Total
8,284
36,937
58,520
85,471
120,389
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Tabel 17 Kredit Bank Asing berdasarkan Jenis Penggunaan (Milyar Rp) Sektor Ekonomi
2002
2005
2007
2009
2011*
Total Modal Kerja
28,745
44,791
57,336
60,971
89,789
Total Investasi
1,625
3,156
6,434
14,690
26,862
Total Konsumsi
5,969
14,989
20,086
22,871
19,834
Total
36,339
62,935
83,856
98,531
136,486
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2011 Ket : * per Desember
Terlihat dari tabel 12 hingga tabel 17 bahwa kredit yang disalurkan bank berfokus pada kredit modal kerja. Hal ini terlihat dari besarnya kredit yang disalurkan jika dibandingkan dengan kredit investasi dan konsumsi kecuali pada kelompok bank pemerintah daerah dan swasta non devisa. Terlihat pada tabel 14 dan 15 pada kedua kelompok bank tersebut kredit konsumsi memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kredit investasi maupun kredit modal kerja. Kredit konsumsi terdiri dari kredit kendaran bermotor, kredit pemilikan rumah, kredit multiguna dan kredit konsumsi lainnya. Mendominasinya pangsa kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong dengan aktivitas konsumsi (Waladow, 2012). Menurut Bank Indonesia pada Laporan Perekonomian Indonesia (2012) bahwa meskipun pertumbuhan kredit mengalami peningkatan, jika diliat secara agregat ekspansi kredit nasional masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara kawasan. Rasio kredit terhadap PDB Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Korea dan China (Gambar 4).
33
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia, 2012
Gambar 4 Perbandingan Kredit Per PDB Jika dilihat dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) (rasio kredit yang disalurkan terhadap dana pihak ketiga yang diterima) di setiap kelompok bank yang berkisar 70% hingga 80%, maka dana menganggur bank cenderung relatif banyak sehingga masih dapat dialokasikan untuk peningkatan penyaluran kredit. Besaran nilai LDR juga mengindikasikan bahwa bank cenderung untuk bermain aman dengan mengalokasikan dananya ke investasi yang beresiko rendah atau dengan kata lain tidak berani menyalurkan kredit lebih banyak. Nilai Loan to Deposit Ratio pada tiap kelompok bank dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 18 Nilai Loan to Deposit Ratio setiap Kelompok Bank (%) Kelompok Bank
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
Bank Persero
34.46
41.99
49.9
51.04
59.93
62.37
70.27
69.55
BUSN Devisa
34.92
40.41
46.23
73.27
60.03
67.18
74.72
71.14
BUSN Non Devisa
59.39
62.47
68.74
82.48
78.26
78.26
81.66
81.17
BPD
42.04
48.22
53.39
49.96
43.33
53.53
67.28
79.31
Bank Campuran
75.76
74.1
75.56
76.82
113.66
106.53
98.63
85.45
52.73 50.05 51.25 54.89 79.56 Bank Asing Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2009 Ket : * per Desember
74.09
88.31
85.05
34
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada bagian iniakan dipaparkan data generating process yang meliputi uji stasioneritas data, penetapan lag optimum, dan uji kointegrasi. Uji stasioneritas data dilakukan untuk melihat apakah antar variabel data terintegrasi pada ordo yang sama atau tidak, karena jika ada perbedaan dalam ordo pada uji stasioneritas data merupakan alasan dasar penggunakan metode ARDL dalam penelitian ini, dimana metode ARDL tidak mensyaratkan adanya praestimasi (dapat dilakukan pada variabel I(0), I(1) ataupun kombinasi keduanya). Data Generating Process Menurut Putri (2009), Data Generating Process merupakan langkah awal sebelum masuk pada tahap estimasi dan analisis model. Pada tahap ini akan dilakukan berbagai pengujian pra-estimasi meliputi pengujian akar unit (unit root test), penetapan lag optimal, dan uji kointegrasi. Hal ini penting dilakukan karena asumsi pada data time series didasari pada stasioneritas. Meskipun uji stasioneritas pada metode ARDL tidak diperlukan karena pada metode ini variabel tidak harus terintegrasi di order yang sama. Menurut Ouattara (2004), uji stasioneritas diperlukan pada metode ARDL untuk memastikan bahwa variabel tidak terintegrasi melebihi I(2), karena critical value pada F-statistic untuk Bound Test tidak valid jika variabel terintegrasi di I(2). Pengujian Stasioneritas Data Metode pengujian yang digunakan untuk uji stasioneritasan data adalah Augmented Dickey Fuller-Test(ADF-Test) dan Phillips-Perron Test (PP).Dalam uji ini digunakan automatic lag selection berdasarkan criteria Schwarz Information Criterion (SIC) dengan maksimum lag berjumlah 12. Jika nilai t-ADF lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnon, maka dapat disimpulakn bahwa data yang digunakan bersifat stasioner (tidak mengandung akar unit). Pengujian data pada penelitian dilakukan pada orde I(0) dan I(1) dengan menambahkan exogenousregressorindividual intercept, individual intercept dan trend serta no intercept dan trend. Berdasarkan hasil uji stasioneritas pada lampiran 1, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki stasioneritas pada orde yang berbeda-beda. Pada bank persero variabel suku bunga diskontodan suku bunga deposito3 bulan serta 12 bulan stasioner pada level, sedangkan variabel suku bunga kredit, suku bunga deposito1 bulan, 6 bulan dan 24 bulan tidak stasioner pada level melainkan first difference. Pada bank pemerintah daerah variabel suku bunga diskonto dan suku bunga deposit 3 bulan stasioner di level, hal ini dikarenakan variabel suku bunga diskontosebagai proksi kebijakan moneter memiliki nilai yang sama pada setiap
35
kelompok bank, sehingga jika suku bunga diskontostasioner pada level pada bank persero maka variabel ini juga akan stasioner pada kelompok bank yang lain. Pada bank swasta nasional hanya variabel suku bunga kreditdan suku bunga deposito24 bulan yang stasioner pada first difference. Sedangkan pada bank asing dan campuran hanya suku bunga diskonto yang stasioner pada level. Secara keseluruhan dalam uji stasioneritas tidak ada variabel yang stasioner pada second difference sehingga Bound Testing Cointegration dapat dilakukan. Bound Testing Cointegration Hasil uji kointegrasi data untuk masing-masing kelompok bank dapat dilihat pada lampiran 2. Pada penelitian kali ini hanya dibatasi maksimum lag sampai lag kedua. Pemilihan hingga lag kedua dikarenakan ketika estimasi bound test dilanjutkan hingga lag 3 rata-rata model tidak terkointegrasi. Hasil uji kointegrasi ini akan menentukan pada lag mana model ini akan optimum. Pada kelompok Bank Swasta Nasional Model Deposit DR dilakukan uji kointegrasi Johansen karena nilai F-statistic yang diperoleh berada pada lower critical value dan upper critical value. Hasil uji kointegrasi Johansen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 19 Hasil Uji Kointegrasi Johansen
BANK SWASTA NASIONAL MODEL DEPOSIT DR Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None At most 1
0.075374 0.067591
18.84046 8.887977
25.87211 12.51798
0.2903 0.1873
Sumber : Hasil Output Eviews 6.0
Terlihat dari tabel diatas bahwa model yang memiliki F-statistic diantara lower critical value dan upper critical value tidak terkointegrasi.Hal ini dapat dilihat dari nilai trace statistic < critical value. Berikut dapat dilihat ringkasan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan secara keseluruhan.
Tabel 20 Ringkasan Hasil Uji Kointegrasi Keseluruhan Model pada Setiap Kelompok Bank No 1 2 3 4 5 6 No 1 2 3 4 5 6
Model Bank Persero Lend - DR Deposit - DR Deposit3 - DR Deposit6 - DR Deposit12 - DR Deposit24 - DR Model Bank Swasta Lend - DR Deposit - DR Deposit3 - DR Deposit6 - DR Deposit12 - DR Deposit24 - DR
Kointegrasi Ya Tidak √ √ √ √ √ √ Kointegrasi Ya Tidak √ √ √ √ √
√ -
No
Model Bank Pemda 1 Lend - DR 2 Deposit - DR 3 Deposit3 - DR 4 Deposit6 - DR 5 Deposit12 - DR 6 Deposit24 - DR No Model Bank AsingCamp 1 Lend - DR 2 Deposit - DR 3 Deposit3 - DR 4 Deposit6 - DR 5 Deposit12 - DR 6 Deposit24 - DR
Kointegrasi Ya Tidak √ √ √ √ √ √ Kointegrasi Ya Tidak √ √ √ √ √ √
Penetapan Lag Optimal untuk Metode ARDL Pemilihan lag yang tepat untuk model dapat dipilih menggunakan basis Schawrtz-Bayesian Criteria (SBC), Akaike Information Criteria (AIC) atau menggunakan informasi kriteria yang lain, model yang baik memiliki nilai informasi kriteria yang terkecil. Lag optimum yang terpilih tergantung pada batas mana lag tersebut terkointegrasi. Hasil pemilihan lag untuk metode ARDL pada setiap model ditiap kelompok bank dapat di lihat pada lampiran 3. Lag optimum dipilih dengan menggunakan nilai kriteria terkecil.Menurut automatic lag selection berdasarkan criteria Schwarz Information Criterion (SIC) pada saat melakukan uji stasioneritas lag maksimum berjumlah 12 namun uji coba penentuan lag optimum hanya sampai lag 5.5 karena setelah lag 5.5 nilai kriteria konsisten selalu lebih besar. Penetuan lag padamodel deposit3-dr swasta nasional dan model deposit6-dr bank pemerintah daerah tetap menggunakan nilai kriteria terkecil namun proses penentuannya melibatkan beberapa proses terlebih dahulu. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. Pada model deposit3-dr swasta nasional, model hanya terintegrasi pada lag kesatu sedangkan pada lag kedua dan seterusnya tidak terkointegrasi (lihat tabel 8). Jika kita menentukan lag optimum berdasarkan nilai kriteria terkecil maka lag yang terpilih pada model tersebut adalah 2.5, karena pada lag kedua model tidak terkointegrasi maka pemilihan lag dilakukan ulang dengan hanya lihat nilai kriteria terkecil pada lag kesatu. Lag yang terpilih adalah 1.4. Tahap selanjutnya setelah menentukan lag yang terpilih yaitu menguji asumsi klasik (untuk pembahasan kali ini uji asumsi klasik diabaikan) dan menghitung parameter yang ingin dicari yaitu speed of adjustment (kecepatan penyesuaian)¸ derajat passthrough, dan mean lag. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil
37 bahwa mean lag sebesar 31.30 bulan, hal ini tidak sesuai karena jika nilai mean lag lebih besar dari 12 bulan menandakan bahwa tidak ada hubungan jangka panjang terhadap perubahan suku bunga official atau tidak terkointegrasi sedangkan pada lag kesatu merupakan lag yang terkointegrasi. Hal ini mengindikasikan adanya kesalahan pada pemilihan lag. Oleh karena itu, terdapat proses trial dalam pemilihan lag, peneliti menghitung tiap mean lag pada lag 1.3 hingga lag 1.0 sebagai parameter dan melihat besaran mean lag pada lag mana yang paling sesuai dengan teori dan spesifikasi pada suku bunga deposito 3 bulan. Berikut hasil perhitungan mean lag dari lag 1.4 hingga lag 1.0 bank persero model deposit3-dr. Tabel 21 Hasil Perhitungan Mean Lag dari Lag 1.4 hingga 1.0 Bank Swasta Nasional Model Deposit3-DR Lag
Mean lag
1.4
31.29722157
1.3
22.48817822
1.2
10.66348132
1.1
3.182967184
1.0
3.841099328
Sumber : Data diolah
Pada tabel 21 terlihat bahwa pada lag 1.2 nilai mean lag sudah lebih kecil dari 12 bulan namun hal ini tidak sesuai dengan spesifikasi suku bunga deposito 3 bulan yang termasuk suku bunga jangka pendek sehingga tidak mungkin waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan perubahan suku bunga official hampir 1 tahun. Sehingga dalam penentuan lag optimum hanya tersisa dua pilihan yaitu lag 1.0 dan lag 1.1 dalam menentukan lag mana yang terbaik nilai kriteria terkecil kembali digunakan sehingga lag yang terpilih adalah lag 1.1. Pemilihan lag seperti yang telah dijabarkan diatas juga berlaku untuk model deposit6-dr bank pemerintah daerah. Pada model ini, jika lag terpilih menggunakan nilai kriteria terkecil maka lag optimum yang terpilih yaitu lag 4.3 tetapi lag keempat tidak terkointegrasi pada model.Model deposit6-dr terkointegrasi pada lag kesatu sehingga pemilihan lag diulang pada lag kesatu dengan nilai kriteria terkecil lag yang terpilih yaitu 1.3. Lag 1.3 tidak terpilih menjadi lag optimum berdasarkan pertimbangan dimana nilai mean lagpada lag 1.3 lebih dari 12 bulan sehingga lag yang terpilih pada model deposit3-dr bank swasta nasional adalah lag 1.0, dimana lag 1.0 memiliki nilai kriteria terkecil dari lag 1.0 hingga 1.2 serta memenuhi syarat dimana nilai mean lag-nya lebih kecil dari 12 bulan. Berikut hasil perhitungan mean lag dari lag 1.3 hingga lag 1.0 bank pemerintah daerah model deposit6-dr. Tabel 22 Hasil Perhitungan Mean Lag dari Lag 1.3 hingga 1.0 Bank Pemerintah Daerah Model Deposit6-DR Lag Mean lag 1.3
13.290289
38 1.2
8.9770978
1.1
6.2751204
1.0
6.253575
Sumber : Data diolah
Hasil ringkasan pemilihan lag pada setiap model menurut kelompok bank dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 23 Hasil Ringkasan Pemilihan Lag Setiap Model menurut Kelompok Bank Bank Persero LEND – DR
ARDL (1.1)
NO TREND
DEPOSIT-DR
ARDL (2.1)
WITH TREND
DEPOSIT3 – DR
ARDL (2.5)
WITH TREND
DEPOSIT6 – DR
ARDL (2.0)
WITH TREND
DEPOSIT12 – DR
ARDL (1.2)
WITH TREND
DEPOSIT24 – DR
ARDL (1.0)
NO TREND
Bank Swasta Nasional LEND – DR
ARDL (2.1)
NO TREND
DEPOSIT-DR
ARDL (2.1)
WITH TREND
DEPOSIT3-DR
ARDL (1.1)
WITH TREND
DEPOSIT6 – DR
ARDL (2.0)
WITH TREND
DEPOSIT12 – DR
ARDL (1.0)
WITH TREND
DEPOSIT24 – DR
ARDL (2.1)
WITH TREND
Bank Pemerintah Daerah LEND – DR
ARDL (2.0)
WITH TREND
DEPOSIT-DR
ARDL (2.2)
WITH TREND
DEPOSIT3 – DR
ARDL (2.3)
WITH TREND
DEPOSIT6 – DR
ARDL (1.0)
WITH TREND
DEPOSIT12 – DR
ARDL (1.0)
WITH TREND
DEPOSIT24 – DR
ARDL (2.2)
WITH TREND
Bank Asing dan Campuran LEND – DR
ARDL (2.1)
NO TREND
DEPOSIT-DR
ARDL (1.1)
WITH TREND
DEPOSIT3-DR
ARDL (2.1)
WITH TREND
DEPOSIT6 – DR
ARDL (2.1)
WITH TREND
DEPOSIT12 – DR
ARDL (1.1)
WITH TREND
DEPOSIT24 – DR
ARDL (2.0)
WITH TREND
Dengan demikian, persamaan ARDL untuk masing-masing kelompok bank dapat ditulis sebagai berikut : Bank Persero Lendt
= α0 + α2Lendt-1 + α3DRt-1 + α4DRt
39 Depositt Deposit3t Deposit6t Deposit12t Deposit24t
= α0 + α1t + α2.1Depositt-1 + α2.2Depositt-2 + α3DRt-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit3t-1 + α2.2Deposit3t-2 + α3.1DRt-1 + α3.2DRt-2 + α3.3DRt-3 + α3.4DRt-4 + α3.5DRt-3 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit6t-1 + α2.2Deposit6t-2 + α4DRt = α0 + α1t + α2.Deposit12t-1 + α3.1DRt-1 + α3.2DRt-2 + α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit24t-1 + α4DRt
Bank Swasta Nasional Lendt Depositt Deposit3t Deposit6t Deposit12t Deposit24t
= α0 + α2.1Lendt-1 + α2.2Lendt-2 + α3DRt-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Depositt-1 + α2.2Depositt-2 +α3DRt-1+α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit3t-1 + α3DRt-1+α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit6t-1 + α2.2Deposit6t-2+α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit12t-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit24t-1 + α2.2Deposit24t-2 + α3DRt-1 + α4DRt
Bank Pemerintah Daerah Lendt Depositt Deposit3t Deposit6t Deposit12t Deposit24t
= α0 + α1t + α2.1Lendt-1 + α2.2Lendt-2 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Depositt-1 + α2.2Depositt-2 + α3.1DRt-1 + α3.2DRt-2 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit3t-1 + α2.2Deposit3t-2 + α3.1DRt-1 + α3.2DRt-2 + α3.2DRt-3 + α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit6t-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit12t-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit24t-1 + α2.2Deposit24t-2 + α3.1DRt-1 + α3.2DRt-2 + α4DRt
Bank Asing dan Campuran Lendt Depositt Deposit3t Deposit6t Deposit12t Deposit24t
= α0 + α2.1Lendt-1 + α2.2Lendt-2 + α3DRt-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2Depositt-1 + α3DRt-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit3t-1+ α2.2Deposit3t-2 + α3DRt-1 +α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit6t-1 + α2.2Deposit6t-2 + α3DRt-1 + α4DRt = α0 + α1t + α2Deposit12t-1 + α3DRt-1 +α4DRt = α0 + α1t + α2.1Deposit24t-1 + α2.2Deposit24t-2 +α4DRt
Diagnostic Test Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan Jarque Bera Testyang terdapat pada software Eviews 6.0. Hasil uji normalitas pada setiap model pada kelompok bank dapat dilihat pada lampiran 2. Keseluruhan model
40 pada setiap kelompok bank memerlihatkan bahwa probabilitas dari nilai Jarque Bera lebih kecil dari taraf nyata 5%, kecuali pada model deposit6-dr bank asing dan campuran dimana nilai jarque bera sebesar 0.674401 lebih besar dari taraf nyata 5%. Pelanggaran asumsi normalitas dapat dikoreksi dengan mengaplikasikan newey-west heteroskedasticity and autocorrelation consistent covariance. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi dimana varians error tidak konstan. Adanya heteroskedastisitas dapat menyebabkan standar error menjadi bias serta Fstatistic dan t-statistic tidak dapat dipercaya. Pada penelitian kali ini hampir keseluruhan semua model pada tiap kelompok bank terdapat heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut dapat dilihat ringkasan tabel hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan pada keseluruhan model pada setiap kelompok bank. Tabel 24 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas No
Model Bank Persero
Heteroskedastisitas Ya
No
Tidak
Model Bank Pemda
Heteroskedastisitas Ya
Tidak
1
Lend – DR
√
-
1
Lend - DR
√
-
2
Deposit - DR
√
-
2
Deposit - DR
-
√
3
Deposit3 - DR
√
-
3
Deposit3 - DR
√
-
4
Deposit6 - DR
-
√
4
Deposit6 - DR
-
√
5
Deposit12 - DR
√
-
5
Deposit12 - DR
√
-
6
Deposit24 - DR
√
-
6
Deposit24 - DR
√
-
No
Model
No
Model
Bank Swasta
Heteroskedastisitas Ya
Tidak
Bank AsingCamp
Heteroskedastisitas Ya
Tidak
1
Lend – DR
-
√
1
Lend - DR
-
√
2
Deposit - DR
√
-
2
Deposit - DR
√
-
3
Deposit3 - DR
-
√
3
Deposit3 - DR
√
-
4
Deposit6 - DR
√
-
4
Deposit6 - DR
√
-
5
Deposit12 - DR
-
√
5
Deposit12 - DR
√
-
6
Deposit24 - DR
√
-
6
Deposit24 - DR
√
-
Uji Autokorelasi Masalah autokorelasi akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate, sehingga R2 akan memiliki nilai yang besar tetapi uji t-statistic dan uji F-statistic menjadi tidak valid. Pada penelitian kali ini hampir keseluruhan semua model pada tiap kelompok bank terdapat autokorelasi. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut dapat dilihat ringkasan tabel hasil uji autokorelasi yang telah dilakukan pada keseluruhan model pada setiap kelompok bank.
41 Tabel 25 Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi No
Model Bank Persero
Autokorelasi Ya
Tidak
No
Model Bank Pemda
Autokorelasi Ya
Tidak
1
Lend – DR
-
√
1
Lend - DR
√
-
2
Deposit – DR
-
√
2
Deposit - DR
√
-
3
Deposit3 – DR
-
√
3
Deposit3 - DR
-
√
4
Deposit6 – DR
√
-
4
Deposit6 - DR
√
-
5
Deposit12 – DR
√
-
5
Deposit12 - DR
-
√
6
Deposit24 – DR
√
6
Deposit24 - DR
-
√
No
Model
No
Model
Bank Swasta
Autokorelasi Ya
Tidak
Bank AsingCamp
Autokorelasi Ya
Tidak
1
Lend – DR
√
-
1
Lend - DR
-
√
2
Deposit – DR
-
√
2
Deposit - DR
-
√
3
Deposit3 – DR
√
-
3
Deposit3 - DR
√
-
4
Deposit6 – DR
√
-
4
Deposit6 - DR
√
-
5
Deposit12 – DR
-
√
5
Deposit12 - DR
-
√
6
Deposit24 – DR
-
√
6
Deposit24 - DR
√
-
Masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diatasi dengan mengaplikasikan white heteroskedasticity consistent covariance atau newey-west heteroskedasticity and autocorrelation consistent covariance. Adanya pengaplikasian consistentcovariance tidak akan merubah parameter yang akan diestimasi, tetapi akan menggubah estimasi pada standar error. CUSUM Test Hasil dari CUSUM Test dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil keseluruhan pada model menunjukan bahwa model yang diestimasi memiliki parameter yang stabil, namun pada beberapa model memiliki cumulative sum yang sedikit keluar dari plot garis dengan taraf nyata 5% yaitu pada model deposit24-dr bank persero, model deposit3-dr dan deposit24-dr bank swasta nasional, serta model deposit6-dr bank asing dan campuran. Model-model yang telah disebutkan diatas masih dapat dikategorikan sebagai model yang mengestimasi parameter yang stabil. Hal ini menggambarkan adanya vektor β yang tetap konstan diestimasi dari period ke periode (E(Wt)=0). Berikut merupakan gambar ekstrim ketika CUSUM test menghasilkan parameter yang tidak stabil.
Sumber : User Guide Eviews 6
Gambar 5 Contoh CUSUM testdengan Parameter yang Tidak Stabil
42 Uji Functional Form Uji functional form dilakukan dengan menggunakan Ramsey’s Reset test. Reset merupakan singkatan dari regression specification error testyang diperkenalkan oleh Ramsey pada tahun 1969. Secara keseluruhan hasil dari uji functional form ini menerima hipotesis H0 dimana model tidak mengalami incorrect functional form kecuali pada model lend-dr bank pemerintah daerah, model deposit-dr serta model deposit12-dr pada bank asing dan campuran. Uji functional form bersumber pada kriteria bahwa error berdistribusi normal sehingga adanya incorrect functional form pada penelitian ini dapat diatasi dengan pengaplikasian white heteroskedasticity consistent covariance atau newey-west heteroskedasticity and autocorrelation consistent covariance. Hasil Perhitungan Derajat Pass-Through, Speed of Adjustment serta Mean Lag Derajat pass-through dapat diartikan sebagai besarnya respon perubahan suku bunga perbankan akibat perubahan kebijakan moneter pada suku bunga official. Pada estimasi derajat pass-through dibagi menjadi menjadi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Speed of adjustment merupakan kecepatan penyesuaian dalam merespon adanya perubahan suku bunga perbankan terhadap suku bunga official menuju jangka panjang. Nilai speed of adjustment berasal dari nilai error correction term (ECT) pada error correction model dimana harus bernilai negatif. Nilai negatif dalam ECT menunjukan bahwa model yang di estimasi valid. Seluruh koefisien dalam persamaan jangka pendek di atas merupakan koefisien yang menghubungkan model dinamis dalam jangka pendek konvergen terhadap keseimbangan. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketidakseimbangan akibat shock di tahun sebelumnya disesuaikan pada keseimbangan jangka panjang pada tahun ini. Sedangkan mean lag merupakan rata-rata bulan yang diperlukan dalam melakukan penyesuaian pada jangka panjang. Nilai mean lag yang lebih dari 12 bulan pada suku bunga jangka panjang menandakan bahwa suku bunga tersebut tidak terkointegrasi. Berikut hasil dari perhitungan dari derajat pass-through, speed of adjustment serta mean lag. Tabel 26 Hasil Perhitungan Derajat Pass-through, Speed of Adjustment, dan Mean Lag Derajat Pass Through Kelompok Bank
Speed of
Mean Lag
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Adjustment
Bank Persero Lend
0.136822
0.741214388
-0.058021
14.87699
Deposit
0.490725
1.102575712
-0.077299
6.588378
Deposit3 Deposit6
0.271502
1.128666373
-0.047697
15.273455
0.37864
1.371961883
-0.117219
5.300847
Deposit12
0.252586
2.110505121
-0.063074
7.096466
Deposit24
0.131488
1.455173253
-0.090359
9.611793
Bank Pemerintah Daerah
43 Lend
0.024001
0.048893724
-0.038628
25.26662
Deposit
0.264324
1.038467009
-0.049211
14.94942
Deposit3 Deposit6
0.211553
1.015016403
-0.043286
18.21483
0.165598
1.241103816
-0.133428
6.253575
Deposit12 Deposit24
0.138179 0.361612
1.471931058 1.506394847
-0.093876 -0.075295
9.180419 8.478491
Bank Swasta Nasional Lend
0.276582
0.885364962
-0.057417
12.59937
Deposit Deposit3
0.433619
1.041621692
-0.084307
6.718078
0.664302
1.43855424
-0.08844
3.182967
Deposit6
0.123001
1.098488028
-0.111973
7.832236
Deposit12 Deposit24
0.153116 0.168171
1.336848998 0.663294404
-0.093876 -0.075295
7.394107 3.280872
0.44566
2.114351543
-0.016493
33.61062
Bank Asing dan Campuran Lend Deposit
0.790701
1.054458536
-0.065683
3.186502
Deposit3
0.753729
1.208733807
-0.086148
2.858696
Deposit6
0.30998
1.026056504
-0.055111
12.52055
Deposit12
0.697162
1.262272616
-0.069321
4.368633
0.274448
0.964969709
-0.284411
2.551069
Deposit24 Sumber : Data diolah
Keterangan
: Cetak tebal menandakan variabel yang tidak terkointegrasi Pembahasan
Tujuan adanya perhitungan mengenai tiga komponen pass-throughyaitu derajat pass-through, speed of adjustment, dan mean lag adalah untuk menganalisis seberapa baik performa bank sebagai fungsi intermediasi diantara kondisi pasar secara umum dan harga akhir pada konsumen (Hofman and Mizen, 2004 dalam Schluter et al, 2012). Dari ketiga komponen tersebut peneliti dapat menjelaskan hasil proses dari interest pass-throughsebagai berikut. Pertama, Nilai dari derajat pass-throughpada jangka pendek bergantung pada elastisitas permintaan deposito dan pinjaman. Elastis atau tidaknya permintaan deposito dan pinjaman dapat dilihat dari nilai derajat pass-through pada jangka pendek, jika kurang dari satu berarti permintaan akan deposito dan pinjaman kurang atau tidak elastis, nilai yang kurang dari satu juga menunjukkan bahwa bank memiliki derajat market power (deBond, 2002). Market power adalah suatu ukuran kinerja yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan (bank) untuk menaikkan harga di atas biaya marjinal. Semakin kompetitif sebuah pasar berarti semakin rendah market power yang ada, sebaliknya semakin pasar tidak kompetitif, market power yang ada menunjukkan tingkatan yang semakin tinggi (Fahmi Lubis, 2012) Menurut penelitian Anne dan Mulyaningsih (2011) memaparkan bahwa di Negara Indonesia pasar terkonsentrasi pada beberapa bank.Bank-bank besar mengontrol pangsa pasar yang substansial. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur perbankan di Indonesia berada dalam struktur pasar oligopoli dominan.
44 Pada struktur oligopoli hanya ada beberapa penjual (bank), apabila salah satu bank tersebut melakukan sesuatu, hal itu akan memengaruhi pasar. Struktur pasar seperti ini akan menyebabkan tidak adanya tekanan persaingan karena berpeluang menciptakan kolusi untuk menentukan harga dan jumlah produksi, sehingga kinerjanya tidak seimbang. Elastisitas dari permintaan dan penawaran akan ditentukan oleh seberapa besar perubahan pada biaya penyesuaian bank terhadap perubahan kebijakan moneter. Pada struktur pasar monopoli dan oligopoli pada kelompok bank di Indonesia adanya perubahan suku bunga perbankan akibat respon perubahan suku bunga official tidak akan terjadi secara penuh karena terindikasi adanya kolusi dalam penentuan biaya penyesuaian bank. Terlihat dari tabel 26 diatas bahwa pada jangka pendek adanya perubahan kebijakan moneter yang diproksikan dari perubahan suku bunga diskonto tidak direspon secara penuh oleh suku bunga perbankan pada setiap kelompok bank. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai derajat pass-throughyang kurang dari 1. Pada bank persero suku bunga deposito 1 bulan memiliki nilai derajarat passthrough tertinggi, hal ini juga terjadi pada suku bunga deposito 1 bulan pada bank asing dan campuran sedangkan pada bank pemerintah daerah dan bank swasta nasional suku bunga yang memiliki derajat pass-through tertinggi yaitu suku bunga deposito 24 bulan dan suku bunga deposito 3 bulan. Namun secara keseluruhan pada suku bunga deposito 1 bulan pada bank asing dan campuran dalam jangka pendek memiliki nilai derajat pass-through tertinggi yaitu sebesar 0.79. Tingginya derajat pass-throughini disebabkan adanya kecenderungan bank membiayai pinjaman jangka panjang dengan suku bunga deposito jangka pendek. Hal ini dapat dilihat pada tabel 11 bahwa deposito jangka pendek memiliki nilai yang besar jika dibandingkan dengan deposito jangka panjang. Pada tahun 2012 deposito dengan jangka waktu 1 bulan sebesar 805,861 milyar dengan kontribusi terbesar oleh Bank Swasta Nasional Devisa dan Bank Persero sedangkan deposito dengan jangka waktu 12 bulan sebesar 143,255 milyar. Kedua, terdapat kecenderungan bahwa pada jangka panjang suku bunga perbankan mengalami complete pass-through. Pada bank persero suku bunga kredit mengalami incomplete pass-through sedangkan suku bunga deposito 12 bulan mengalami over pass-through dengan nilai derajat pass-through sebesar 2.11. Pada bank pemerintah daerah suku bunga kredit mengalami incomplete pass-through dengan nilai derajat pass-through nya sebesar 0.049, dimana nilai derajat pass-thorugh antara jangka pendek dan jangka panjang hanya memiliki perbedaan sebesar 0.02. Sedangkan pada suku bunga deposito 1 bulan hingga 24 bulan memiliki kecenderungan complete pass-through. Pada bank swasta nasional, suku bunga kredit dengan nilai derajat passthrough sebesar 0.88 memiliki kecenderungan incomplete pass-through. Sedangkan suku bunga deposito 1 bulan hingga 24 bulan mengalami complete pass-through. Pada bank asing dan campuran, suku bunga kredit mengalami over pass through dengan nilai sebesar 2.11. Nilai derajat pass-through jangka panjang yang rendah pada suku bunga kredit bank pemerintah daerah menandakan bahwa bank pemerintah daerah tidak merespon adanya perubahan kebijakan moneter dalam jangka panjang pada suku bunga kredit. Hal ini disebabkan karena mayoritas penyaluran kredit bank pemerintah daerah fokus pada pemberian kredit konsumsi dimana kredit konsumsi merupakan kredit jangka pendek.
45 Terlihat pada tabel 20 bahwa suku bunga kredit pada bank pemerintah dan bank asing dan campuran tidak terkointegrasi atau tidak memiliki hubungan jangka panjang. Jika dilihat dari komposisi kredit pada kedua kelompok bank tersebut menunjukan bahwa bank pemerintah daerah lebih fokus pada penyaluran kredit jangka pendek yaitu kredit konsumsi, sedangkan pada bank asing dan campuran besarnya kredit jangka panjang yang disalurkan memiliki jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan kelompok bank yang lainnya. Bank Swasta nasional (devisa dan non devisa) merupakan bank dengan penyaluran kredit jangka panjang terbesar dengan jumlah 254,806 milyar. Jika penyaluran kredit bank pemerintah daerah dan bank asing dan campuran dibandingkan dengan kredit yang disalurkan bank swasta maka proporsi kredit kedua kelompok bank tersebut hanya 20% dari kredit dari bank swasta nasional. Proporsi jumlah kredit yang sedikit menandakan bahwa kegiatan kedua kelompok bank tersebut tidak terfokus pada penyaluran kredit sehingga suku bunga kredit jangka panjang bank pemerintah daerah dan bank asing dan campuran cenderung tidak merespon adanya perubahan kebijakan moneter. Ketiga jika dilihat pada tabel 26 diatas perhitungan mean lag pada setiap model kelompok bank memiliki besaran yang berbeda-beda. Menurut deBond (2002), lamanya waktu atau bulan (mean lag) yang dibutuhkan oleh suku bunga perbankan untuk melakukan penyesuaian jika melebihi waktu 12 bulan (waktu jangka panjang) merupakan salah satu penanda bahwa suku bunga perbankan tersebut tidak terkointegrasi atau tidak memiliki hubungan jangka panjang dengan suku bunga diskonto kecuali pada suku bunga kredit bank persero dan bank swasta nasional. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa secara keseluruhan suku bunga deposito 1 bulan dan 3 bulan yang merupakan suku bunga jangka pendek tidak terkointegrasi atau tidak memiliki hubungan jangka panjang, kecuali pada suku bunga deposito 3 bulan pada bank swasta nasional yang terkointegrasi di lag pertama dan tidak terkointegrasi di lag kedua dan lag seterusnya. Keempat, estimasi dari speed of adjustment menujujangka panjang diperoleh dari koefisien ECM pada model. Hal penting yang harus diingat dalam estimasi ECM adalah bahwa error correction term (ECT) harus bernilai negatif, nilai negatif dalam ECT menunjukan bahwa model yang diestimasi valid. Seluruh koefisien dalam persamaan jangka pendek di atas merupakan koefisien yang menghubungkan model dinamis dalam jangka pendek konvergen terhadap keseimbangan. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketidakseimbangan akibat shock di tahun sebelumnya disesuaikan pada keseimbangan jangka panjang pada tahun ini. Terlihat dari tabel diatas bahwa nilai speed of adjustment paling besar dimiliki oleh suku bunga deposito 24 bulan pada bank asing dan campuran dengan nilai speed of adjustment nya 0.28441. Hal ini sebanding dengan nilai mean lag pada suku bunga deposito 24 bulan yaitu 2.551. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak semua variabel yang memiliki speed of adjustment tinggi memiliki nilai mean lag yang kecil. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat menentukan proses dalam interest pass-through seperti market power dan asymmetric information dalam jangka panjang serta switching cost dalam jangka pendek (Mojon, 2000). Switching cost disebabkan karena adanya nasabah bank yang berniat untuk beralih dari satu bank ke bank yang lain, misalnya ketika rumah tangga berniat untuk mentransfer tabungannya dari bank A ke bank B. Switching cost meliputi
46 biaya untuk memeroleh dan mencari informasi serta biaya administrasi. Biayabiaya tersebut akan memiliki bernilai tinggi dalam jangka panjang dan ketika adanya transaksi berulang yang dilakukan oleh nasabah. Menurut Klemperer dalam DeBond (2002) memaparkan bahwa secara umum adanya switching cost dapat mengurangi elastisitas pada permintaan serta dapat memengaruhi penyesuaian suku bunga perbankan tidak secara penuh (<1) terhadap perubahan suku bunga official atau suku bunga kebijakan. Terkait dengan penetapan tingkat suku bunga kredit oleh bank adanya asymmetric information costsakan menimbulkan masalah adverse selection dan moral hazard (Stigliz dan Weiss dala Debond, 2002). Jika bank meningkatkan suku bunga kreditnya maka peminjam yang beresiko akan tertarik untuk meminjam dana dari bank atau peningkatan dari suku bunga kredit akan memberikan insentif yang merugikan bagi peminjam untuk memilih proyekproyek (investasi) yang berisiko (moral hazard). Dengan kata lain, penerimaan bank dapat mengalami penurunan ketika bank memutuskan untuk meningkatkan suku bunga kredit mereka bahkan ketika biaya pendanaan meningkat.Akibatnya, bank akan menetapkan suku bunga kredit di bawah harga kliring pasar dan rasio jumlah penawaran kredit. Hal ini akan mengakibatkan respon suku bunga kredit pada perubahan suku bunga pasar atau suku bunga official tidak akan berlangsung secara penuh. Implikasi Kebijakan Pada pembahasan diatas diperoleh hasil bahwa suku bunga kredit kecuali pada bank asing dan campuran mengalami incomplete pass-through. Adanya penurunan suku bunga official akan direspon oleh perbankan melalui koreksi cost of fund, namun koreksi yang terjadi pada suku bunga kredit cenderung memerlukan waktu yang lama karena terkait dengan berbagai pertimbangan, seperti kondisi keuangan bank yang masih belum efisien serta tingginya biaya intermediasi yang disebabkan oleh kecenderungan bank untuk menahan diri dari kompetisi. Hal ini juga disebabkan karena semakin banyaknya likuiditas perbankan serta tingginya pendapatan dari bunga SBI dan obligasi. Implikasinya perbankan akan bersikap menunggu perkembangan pasar uang dan sektor riil selanjutnya (Indef, 2011). Perilaku perbankan memiliki kecenderungan berkonsentrasi dalam pengelolaan dana dengan jangka pendek, terutama pada simpanan deposito. Hal ini menunjukan bahwa likuiditas utama pada kelompok bank di Indonesia masih sangat bergantung pada dana-dana jangka pendek (tabel 11). Konsekuensi dari banyaknya tabungan dan deposito dalam struktur DPK kelompok bank di indoneia adalah kelompok bank akan kesulitan dalam menekan suku bunga kredit. Selain itu, apabila perolehan deposito oleh kelompok bank di Indonesia semakin tinggi, maka hal tersebut dapat memicu kenaikan biaya (cost of fund). Kenaikan biaya juga akan menaikan biaya secara keseluruhan biaya pada bank lokal juga akan makin tinggi (blended cost of fund). Tingginya blended cost of fund akan menaikkan suku bunga kredit setelah ditambah margin pendapatan dan overheadcost. Konsekuensi lainnya adalah kelompok bank di Indonesiaakan memiliki keterbatasan untuk melakukan ekspansi kredit-kredit jangka panjang seperti kredit modal kerja dan investasi.
47 Selain itu, dana jangka pendek yang relatif besar juga menyebabkan ruang gerak investasi perbankan cenderung sempit.Perbankan hanya mampu berbisnis di area investasi dibawah satu tahun agar tidak menciptakan maturity mishmatch. Implikasinya perbankan tidak dapat terlibat dalam pembiayaan jangka panjang atau multiyear seperti proyek-proyek infrastruktur.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis kebijakan moneter terhadap suku bunga perbankan di Indonesia dengan menggunakan data bulanan dari tahun 2002-2012 diperoleh beberapa hasil yaitu: 1 Pada jangka pendek suku bunga perbankan mengalami incomplete pass through dalam jangka waktu satu bulan, nilai derajat pass through tertinggi sekitar 0.79 atau 79%. Sedangkan dalam jangka panjang suku bunga kredit pada kelompok bank mengalami incomplete pass-through kecuali pada suku bunga kredit bank asing dan campuran dan suku bunga deposito pada setiap kelompok bank mengalami complete pass-through. 2 Suku bunga deposito 24 bulan pada bank asing memiliki speed of adjustment yang paling besar dengan nilai mean lag yang relatif kecil. 3 Dari hasil Bound test diperoleh bahwa suku bunga dengan jangka waktu pendek cenderung tidak terkointegrasi atau tidak memiliki hubungan jangka panjang. 4 Keseluruhan model yang diestimasi pada Bank Swasta Nasional terkointegrasi Hal ini mengindikasikan proses pass-through berjalan cukup baik meskipun pada suku bunga kredit waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan adanya perubahan kebijakan moneter membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 12.6 bulan. Saran Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : Kecenderungan bahwa suku bunga kredit di kelompok bank mengalami incomplete pass through. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan masih tingginya persepsi risiko perbankan terhadap penyaluran kredit yang bersifat jangka panjang. Untuk menyerap risiko yang muncul dari kegiatan usaha atau perubahan lingkungan bisnis bank, diperlukannya tindakan untuk memperkuat ketahan perbankan melalui penguatan permodalan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : a Penambahan modal baru dari shareholder lama atau investor baru. b Merger dengan bank lain untuk mencapai persyaratan modal minimum dengan tingkatan yang baru. c Penerbitan saham baru. 2 Besarnya DPK pada kelompok bank di indonesia akan menimbulkan kesulitan dalam menekan suku bunga kredit. Oleh karena itu, sektor 1
48
3 4
5
perbankan perlu mengalihkan likuiditas ke instrumen jangka panjang baik di term deposit maupun di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Peningkatan efisiensi pada bank sehingga proses pass-through suku bunga dapat berjalan dengan baik. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai interest pass-through pada kelompok bank dengan suku bunga kredit yang dianalisis secara parsial pada kelompok bank, sehingga variabel yang digunakan yaitu suku bunga kredit investasi, modal kerja, dan konsumsi. Hal ini bertujuan untuk melihat suku bunga kredit mana yang merespon perubahan kebijakan secara penuh atau tidak, sehingga dapat menjadikan cerminan bagi sektor perbankan dalam merumuskan kebijakan demi integrasi pasar keuangan yang sempurna di Indonesia. Dibutuhkannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pass-through pada kelompok bank di Indonesia, sehingga dapat memberikan pembahasan secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
[BI] Bank Indonesia. 2002. Laporan Perekonomian Indonesia 2002.Bank Indonesia. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2005. Laporan Perekonomian Indonesia 2005.Bank Indonesia. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia 2008.Bank Indonesia. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2009. Laporan Perekonomian Indonesia 2009.Bank Indonesia. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2012. Laporan Perekonomian Indonesia 2012. Bank Indonesia. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2009. Statistik Perbankan Indonesia 2009. Bank Indonesia. Jakarta [BI] Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia 2011. Bank Indonesia. Jakarta Banerjee A, Dolado J, Galbraith J, Hendry D. 1993. Co-integration, Errorcorrection and The Econometric Analysis of Non-Stationary Data. Oxford (GB):Oxford University Press.. Blanchard O. 2009. Macroeconomics Fifth Edition.New Jersey (US): Pearson Prentice Hall.
49 Bond G.2002. Retail Bank Interest Rate Pass-Through:New Evidence atthe Euro Area Level.Europan Central Bank. Working Paper No. 136. Cukierman A, Steven W , Bilin N. 1992. Measuring the Independence of Central Bank and its Effect on Policy Outcomes.The World Bank Economic Review Vol. 6 No. 3:353-398. Cottarelli C, Kourelis A. 1994. Financial Structure, Bank Lending Rates, and theTransmission Mechanism of Monetary Policy.IMF staff paperVol. 41 No. 4 pp 587–623 Dornbusch R, Fischer S, Startz R. 2008. Makroekonomi.Edisi 10.Mirazudin RI, penerjemah; Wibisono Y, editor. New York (US): McGraw-Hill Companies, Inc. Terjemahan dari :Macroeconomics 10th edition. Egert B, Jesus C, Thomas R. 2006. Interest Rate Pass-Through in Central and Eastern Europe: Reborn From Ashes Merely to Pass Away?. William Davidson Institute (The University of Michigan). Working Paper No.851. Ekofin Konsulindo. 2009. CD Room Indonesian Banking Indicator and Financial Performance Rating (31 Desember 1994 – 31 Desember 2008). PT Ekofin Konsulindo. Jakarta. Enders W. 2004.Applied Econometric Time Series Second Edition. New York (US) :Univeristy of Alabama.. Fahmi Lubis A. 2012. Market Power Perbankan Indonesia.Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.Vol 14, No 3.Januari 2012. GujaratiD. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition.Boston (US) : The McGrawHillCompanies. Habibullah M. 2011. The Impact of Corruption on Economic Development of Bangladesh:Evidence on the Basis of an Extended Solow Model. Stockholm University.[Jurnal].MPRA Paper No. 28755. Hannan T, Berger. 1991. The Rigidity of Prices: Evidence from The Banking Industry. American Economic Review No. 81. Horvath C, Judit K, Anna N. 2005. Interest Rate Pass-Through: The Case of Hungary. Magyar Nemzeti Bank. MNB Working Paper No.8. INDEF .Proyeksi Ekonomi Indonesia 2012.Jakarta (ID) : INDEF Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan.Bogor (ID) : IPB Press.
50 Laudadio L. 1987. Commercial Banks: Market Structure and Short Term Interest Rate.[Jurnal].Journal of Post Keynesian Economic. No 9. Mojon B. 2002. Financial Structure and Interest Rate Channel of ECBMonetary Policy. Europan Central Bank. Working Paper No.40. Niggle C. 1987. A Comment on The Markup Theory of Bank Loan Rates.. [Jurnal]. Journal of Post Keynesian No.9. Ouattara B. 2004.Foreign Aid and Fiscal Policy in Senegal.[Jurnal].Mimeo University of Manchester. Pohan A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasi di Indonesia. Jakarta (ID) :Rajawali Press. Pesaran MH, Shin Y. 1997. An Autoregressive Distributed Lag Modelling Approach to Cointegration Analysis.[Jurnal]. Departement of Applied Economics University of Cambridge. Pesaran MH, Pesaran B. 1997. Working with Microfit4.0: Interactive Econometric Analysis.Oxford (GB) : Oxford University Press. Pesaran MH, Shin Y, Simth RJ. 2001. Bound Testing Approaches to the Analysis of Level Relationship.[Jurnal]. Journal of Applied Econometrics Vol.16. Putri K. 2009. Interest Rate Pass-Through terhadapa Suku Bunga Perbankan dan Perekonomian: Studi Komparatif di ASEAN +3. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Rani I. 2012.Karakteristik Perbankan dan Kebijakan Moneter di Indonesia. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Schluter T, Ramona B, Thomas H, Sonke S. 2012. Determinants of the Interest Rate Pass-Through of Bank Evidence from German Loan Products. Deutsche Bundesbank. Discussion Paper No.26. Siringoringo R. 2012. Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Juli 2012. Tai N, Siok K, Wai M. 2012. Interest Pass-Through and Monetary Transmission in Asia. [Jurnal]. International Journal of Economics and Finance Vol.4 No.2. Ur Rehman H. 2009. Interest Rate Pass-Through and Banking Market Integration in ASEAN: A Cross Country Comparison. [Thesis]. University of Malaya. Vega E, Rebucci A. 2003. Retail Bank Interest Rate Pass-Through: Is Chile Atypical?. IMF Working Paper (WP/03/112)
51
LAMPIRAN
52 Lampiran 1 Uji Stasioneritas Bank Persero Test
Variable
Augmented Dickey - Fuller (ADF)
Phillips Perron (PP)
Null Hypothesis: Unit Root
Null Hypothesis: Unit Root
Trend and
Constant
Constant t-Stat LEND D(LEND) DR D(DR) DEPOSIT D(DEPOSIT) DEPOSIT3 D(DEPOSIT3) DEPOSIT6 D(DEPOSIT6) DEPOSIT12 D(DEPOSIT12) DEPOSIT24 D(DEPOSIT24)
2.9093 8.2199 3.2676 4.7932 3.0085 -4.45 3.8985 3.4879 4.5527 2.8607 3.2972 3.5314 1.7315 10.742
Prob 0.1631 0*** 0.0764* 0.0008*** 0.1339 0.0026*** 0.0148** 0.0449 0.0019*** 0.1789 0.0713* 0.0402**
No Trend and Constant
t-Stat 0.9482 8.2535 2.9899 4.6983 2.7666 4.4199 3.5005 3.4258 3.8138 2.8243 2.8492 3.4999
Prob 0.7699 0*** 0.0385** 0.0002*** 0.066 0.0004*** 0.0094*** 0.0118 0.0036*** 0.0577** 0.0544* 0.0095***
0.7317
-1.506
0.5276
0***
10.744
0***
t-Stat 1.9109 3.8533 2.0749 4.5211 1.5906 4.3636 1.6471 3.3612 1.4361 2.7849 1.6812 3.3878 2.2085 10.539
Prob 0.0538** 0.0002*** 0.0369** 0*** 0.1049 0*** 0.0939* 0.0009 0.1403 0.0056*** 0.0876* 0.0008*** 0.0267** 0***
Trend and
Constant
Constant t-Stat 2.2769 8.7462 2.7749 4.8365 2.7092 -4.45 2.7662 3.4392 2.5004 3.3886 2.1596 5.9331 2.0145 10.859
Prob 0.4432 0*** 0.2093 0.0007*** 0.2348 0.0026*** 0.2125 0.0507 0.3276 0.0574** 0.5076 0*** 0.5877 0***
No Trend and
Decision
Constant t-Stat 0.9728 8.7768 2.7973 4.7124 2.7832 4.4199 2.8903 3.3617 2.4563 3.2843 1.8739 6.0271 1.5601 10.868
Prob 0.7616 0*** 0.0614* 0.0001*** 0.0634 0.0004*** 0.0492** 0.0142 0.1287 0.0176** 0.3437 0*** 0.5001 0***
t-Stat 1.6496 8.5769 2.2341 4.4919 2.0871 4.3893 2.1905 3.2482 1.9641 -3.163 1.6215 5.8665 1.9986 10.782
Prob 0.0934* I(1) 0*** 0.0251** I(0) 0*** 0.0359 I(1) 0*** 0.0279** I(0) 0.0013 0.0477** I(1) 0.0018*** 0.0987* I(0) 0*** 0.0441** I(1) 0***
53 Bank Pemerintah Daerah Test
Variable
Augmented Dickey - Fuller (ADF)
Phillips Perron (PP)
Null Hypothesis: Unit Root
Null Hypothesis: Unit Root
Trend and
Constant
Constant t-Stat LEND D(LEND) DR D(DR) DEPOSIT D(DEPOSIT) DEPOSIT3 D(DEPOSIT3) DEPOSIT6 D(DEPOSIT6) DEPOSIT12 D(DEPOSIT12) DEPOSIT24 D(DEPOSIT24)
0.3251 11.782 3.2676 4.7932 -3.461 3.4882 3.7175 4.4389 3.3627 3.4415 2.2754 5.9352 1.4744 14.119
Prob 0.9892 0*** 0.0764* 0.0008*** 0.0481** 0.0449** 0.0246** 0.0027*** 0.0611* 0.0505* 0.4439 0*** 0.8335 0***
No Trend and Constant
t-Stat 1.9075 18.339 2.9899 4.6983 -3.277 3.4275 3.9148 4.2314 3.1853 3.3872 2.2781 5.9191 1.5034 14.112
Prob 0.328 0*** 0.0385** 0.0002*** 0.018** 0.0117** 0.0026*** 0.0009*** 0.0231** 0.0132** 0.1807 0*** 0.5289 0***
t-Stat 3.6502 17.608 2.0749 4.5211 -1.488 3.3651 2.0461 4.1031 1.5108 3.3091 1.7608 5.8352 2.2254 13.872
Prob 0.0003*** 0*** 0.0369** 0*** 0.1275 0.0009*** 0.0395** 0.0001*** 0.1222 0.0011*** 0.0744* 0*** 0.0256** 0***
Trend and
Constant
Constant t-Stat 1.7224 21.802 2.7749 4.8365 2.5936 -4.715 2.4041 5.8684 2.3734 8.9331 2.1372 11.212 1.7691 13.841
Prob 0.7359 0*** 0.2093 0.0007*** 0.284 0.001*** 0.3758 0*** 0.3917 0*** 0.5201 0*** 0.7142 0***
No Trend and
Decision
Constant t-Stat 1.7374 20.283 2.7973 4.7124 2.6808 4.6295 2.6613 5.7272 2.3807 8.8914 2.0602 11.224 1.5098 -13.83
Prob 0.4101 0*** 0.0614* 0.0001*** 0.0801* 0.0002*** 0.0836* 0*** 0.1492 0*** 0.2612 0*** 0.5257 0***
t-Stat 3.6725 17.922 2.2341 4.4919 1.9035 4.5139 1.9522 5.6046 1.7382 8.7591 1.4639 11.278 2.0038 13.614
Prob 0.0003*** I(1) 0*** 0.0251** I(0) 0*** 0.0546*
I(1)
0*** 0.049** I(0) 0*** 0.078* I(1) 0*** 0.1334 1(1) 0*** 0.0436** 1(1) 0***
54 Bank Swasta Nasional Test
Variable
Augmented Dickey - Fuller (ADF)
Phillips Perron (PP)
Null Hypothesis: Unit Root
Null Hypothesis: Unit Root
Trend and
Constant
Constant t-Stat LEND D(LEND) DR D(DR) DEPOSIT D(DEPOSIT) DEPOSIT3 D(DEPOSIT3) DEPOSIT6 D(DEPOSIT6) DEPOSIT12 D(DEPOSIT12) DEPOSIT24 D(DEPOSIT24)
3.2511 6.1288 3.2676 4.7932 3.4949 4.0017 4.3381 -3.104 3.7367 3.2383 3.8234 3.7157 3.1913 -12.11
Prob 0.0794* 0*** 0.0764* 0.0008***
Constant t-Stat 1.8554 6.1305 2.9899 4.6983
Prob 0.3525 0*** 0.0385** 0.0002***
0.0441**
-3.38
0.0134**
0.0109**
3.9158
0.0026***
0.0038***
-3.864
0.003***
0.1098 0.0233** 0.0817* 0.0184** 0.0247** 0.0908* 0***
No Trend and
3.0342 3.3446 3.1528 3.1918 3.6536 1.3737 12.158
0.0344** 0.0149** 0.0252** 0.0228** 0.006*** 0.5933 0***
t-Stat 1.5467 5.9726 2.0749 4.5211 1.6159 3.8697 1.8766 2.9436 1.6648 3.0592 1.8415 3.4791 1.8101 12.017
Prob 0.1142 0*** 0.0369** 0*** 0.0998* 0.0002*** 0.058* 0.0035 0.0906* 0.0024*** 0.0626* 0.0006*** 0.067*** 0***
Trend and
Constant
Constant t-Stat 2.2881 6.2783 2.7749 4.8365 2.6691 4.0017 2.6044 3.5323 2.3299 4.7681 2.1204 10.685 5.0798 23.499
Prob 0.4371 0*** 0.2093 0.0007*** 0.2512 0.0109** 0.2792 0.0401 0.4146 0.0009*** 0.5293 0*** 0.0003*** 0***
No Trend and
Decision
Constant t-Stat
Prob
t-Stat
Prob
0.403
1.4785
0.1298
0***
-6.123
0***
1.7516 6.2847 2.7973 4.7124 2.7362 3.9158 2.6254
0.0001***
-3.455
0.0108
2.2463 4.6779 1.7772 10.704 2.1331 23.606
0.0614*
0.0707* 0.0026*** 0.0904*
0.1912 0.0002*** 0.3904 0*** 0.2322 0***
2.2341 4.4919 1.8966 3.8697 1.9704 3.3465 1.7821 4.5212 -1.672 10.568 1.7793 21.779
1(1)
0.0251** I(0) 0*** 0.0555* I(0) 0.0002*** 0.047** I(0) 0.0010 0.0711* I(0) 0*** 0.0893* I(0) 0*** 0.0715* I(1) 0***
55 Bank Asing dan Campuran Test
Variable
Augmented Dickey - Fuller (ADF)
Phillips Perron (PP)
Null Hypothesis: Unit Root
Null Hypothesis: Unit Root
Trend and
Constant
Constant t-Stat LEND D(LEND) DR D(DR) DEPOSIT D(DEPOSIT) DEPOSIT3 D(DEPOSIT3) DEPOSIT6 D(DEPOSIT6) DEPOSIT12 D(DEPOSIT12) DEPOSIT24 D(DEPOSIT24)
1.0257 15.068 3.2676 4.7932 2.7435 4.7067 3.4974 4.3795 3.3588 4.6891 2.4497 5.4664 4.5996 11.563
Prob 0.9359 0*** 0.0764* 0.0008*** 0.2213 0.0011*** 0.0439** 0.0033** 0.0617* 0.0012*** 0.3526 0.0001*** 0.0016*** 0***
No Trend and Constant
t-Stat 1.0891 15.078 2.9899 4.6983 -2.464 4.7147 2.9835 4.3783 3.2632 4.7018 2.2715 5.4768 3.7699 11.583
Prob 0.7188 0*** 0.0385** 0.0002*** 0.1267 0.0001*** 0.0391** 0.0005*** 0.0187** 0.0002*** 0.1828 0*** 0.0041*** 0***
t-Stat 1.2986 14.999 2.0749 4.5211 1.5249 4.6295 1.3901 4.3417 1.1655 4.6868 1.3208 -5.43 1.5506 11.588
Prob 0.1785 0*** 0.0369** 0*** 0.1190 0*** 0.1524 0*** 0.2216 0*** 0.1719 0*** 0.1133 0***
Trend and
Constant
Constant t-Stat -1.159 14.534 2.7749 4.8365 2.4551 9.5028 2.4483 4.3795 2.2749 4.8325 2.3341 -9.22 4.4812 20.176
Prob 0.9139 0*** 0.2093 0.0007*** 0.3499 0*** 0.3533 0.0033*** 0.4442 0.0007*** 0.4124 0*** 0.0024*** 0***
No Trend and
Decision
Constant t-Stat 1.1706 14.547 2.7973 4.7124 2.3438 9.4998 2.3585 4.3783 2.2371 4.8426 2.2064 9.2324 3.3671 20.312
Prob 0.6859 0*** 0.0614* 0.0001*** 0.1600 0*** 0.1556 0.0005*** 0.1944 0.0001*** 0.2051 0*** 0.0139** 0***
Keterangan : a. (***), (**), (*) menunjukkan signifikansi pada taraf nyara 1%, 5%, dan 10%. b. Critical value berdasarkan McKinnon.
t-Stat 1.1013 14.484 2.2341 4.4919 1.7906 9.3818 1.4036 4.3417 1.2042 4.8165 1.4481 9.1797 1.5073 19.984
Prob 0.2446 I(1) 0*** 0.0251** I(0) 0*** 0.0698*
I(1)
0*** 0.1488 I(1) 0*** 0.2085 I(1) 0*** 0.1373 I(1) 0*** 0.123 I(1) 0***
Lampiran 2 Hasil Bound Testing Cointegration
Calculated
Variabel
F-Statistics Bank Persero Lend - DR Deposit - DR Deposit3 DR
1
9.805016
2 1
8.197718
2 1
4.76678 5.58999
2
3.71869 8.184071 6.580897
4.56363
1 2
Deposit12DR
1 2
Deposit24DR
1
5.3839 6.997877
2
7.634136
8.375818
Bank Pemda
Lag
Lend - DR
1 2
2.533096 2.725065
1
3.20793
2 1
3.19283 4.16354
2 1
2.81737 10.75768
Deposit12DR
2 1
5.00356 14.41456
2
8.378425
Deposit24DR
1 2
9.32715 7.89748
Deposit3 DR Deposit6-DR
5% Critical Bound I(0) I(1)
1% Critical Bound I(0) I(1)
Lag
Deposit6-DR
Deposit - DR
10% Critical Bound I(0) I(1)
4.042
4.788
4.934
5.764
7.057
7.815
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
4.042
4.788
4.934
5.764
7.057
7.815
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
57
Calculated
Variabel
F-Statistics Bank Swasta Lend - DR Deposit DR Deposit3 DR Deposit6DR Deposit12DR
1
6.305658
2
5.380787
1
6.13371
2
5.22943
1
7.018887
2
4.57987
1
11.72049
2
7.271537
1
22.97304
2
9.130535
1
9.405757
2
6.83544
Bank Asing
Lag
Deposit DR Deposit3 DR Deposit6DR Deposit12DR Deposit24DR
5% Critical Bound I(0) I(1)
1% Critical Bound I(0) I(1)
Lag
Deposit24DR
Lend - DR
10% Critical Bound I(0) I(1)
1
1.6667
2
1.48329
1
1.4006
2
2.10573
1
3.64568
2
4.26632
1
3.49491
2
3.93173
1
3.56841
2
4.07788
1
8.066645
2
6.352957
4.042
4.788
4.934
5.764
7.057
7.815
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
4.042
4.788
4.934
5.764
7.057
7.815
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
5.649
6.335
6.606
7.423
9.063
9.786
Keterangan : a. Cetak tebal dengan shading berwarna kuning menunjukkan model tidak terkointegrasi. b. Cetak tebal dengan shading berwarna hijau menunjukkan harus dilakukan uji kointegrasi Johansen dikarenakan nilai F-statistic berada diantara upper critical value dan lower critical value.
58 Lampiran 3 Hasil Penentuan Lag Bank Persero : Model Lend-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
-1.085644
-1.0198
-1.058889
3.3
-1.079103
-0.90175
-1.007041
1.1
-1.10902
-1.02123
-1.07335
3.4
-1.058972
-0.858438
-0.977494
1.2
-1.093317
-0.983027
-1.048502
3.5
-1.059643
-0.835691
-0.968654
1.3
-1.088279
-0.955265
-1.034233
4.0
-1.080199
-0.94651
-1.025881
1.4
-1.070865
-0.914895
-1.007493
4.1
-1.108742
-0.952772
-1.045371
1.5
-1.072129
-0.892968
-0.999338
4.2
-1.109802
-0.93155
-1.037378
2.0
-1.088807
-1.000575
-1.052955
4.3
-1.10088
-0.900347
-1.019403
2.1
-1.107544
-0.997254
-1.062729
4.4
-1.086062
-0.863247
-0.995531
2.2
-1.098358
-0.96601
-1.044581
4.5
-1.095904
-0.849557
-0.995816
2.3
-1.091868
-0.936685
-1.028814
5.0
-1.057563
-0.900797
-0.993871
2.4
-1.071646
-0.893394
-0.999222
5.1
-1.089682
-0.910521
-1.016891
2.5
-1.070869
-0.869313
-0.988979
5.2
-1.096576
-0.895019
-1.014686
3.0
-1.077636
-0.966791
-1.032598
5.3
-1.087736
-0.863785
-0.996747
3.1
-1.09805
-0.965035
-1.044003
5.4
-1.07305
-0.826703
-0.972962
3.2
-1.089691
-0.934507
-1.026636
5.5
-1.082243
-0.813501
-0.973056
Bank Persero : Model Deposit-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.469752
0.557545
0.505426
3.3
-0.259597
-0.060076
-0.178528
1.1
0.097733
0.207473
0.142325
3.4
-0.262616
-0.039801
-0.172085
1.2
-0.086371
0.045977
-0.032593
3.5
-0.25127
-0.004923
-0.151182
1.3
-0.085996
0.069188
-0.022942
4.0
-0.092435
0.063535
-0.029064
1.4
-0.073953
0.104299
-0.001528
4.1
-0.257633
-0.079381
-0.185208
1.5
-0.05494
0.146616
0.02695
4.2
-0.256209
-0.055676
-0.174732
2.0
-0.126257
-0.015968
-0.081443
4.3
-0.241454
-0.018639
-0.150923
2.1
-0.28833
-0.15599
-0.23456
4.4
-0.266067
-0.020971
-0.166483
2.2
-0.290109
-0.135703
-0.227369
4.5
-0.256441
0.012301
-0.147254
2.3
-0.272601
-0.095248
-0.200539
5.0
-0.07203
0.107132
0.000761
2.4
-0.278218
-0.077685
-0.19674
5.1
-0.247865
-0.046309
-0.165975
2.5
-0.266844
-0.042893
-0.175855
5.2
-0.240481
-0.016529
-0.149492
3.0
-0.114273
0.018742
-0.060226
5.3
-0.225218
0.021129
-0.12513
3.1
-0.272711
-0.117527
-0.209657
5.4
-0.256995
0.011747
-0.147809
3.2
-0.274036
-0.096683
-0.201974
5.5
-0.242818
0.048319
-0.124532
59 Bank Persero :Model Deposit3-DR LAG 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.0
AIC 0.156995 -0.04033 -0.241263 -0.423052 -0.467219 -0.445241 -0.862639 -0.930451 -0.956865 -0.942501 -1.016255 -1.04829 -0.847378
SIC
HQC
0.244787 0.069409 -0.108916 -0.267869 -0.288967 -0.243684 -0.75235 -0.798103 -0.802459 -0.765149 -0.815721 -0.82434 -0.714364
LAG
AIC
0.192669
3.3
-0.934842
-0.73532
-0.853772
0.004261
3.4
-1.000677
-0.777862
-0.910147
-0.187486
3.5
-1.03397
-0.787623
-0.933882
-0.359998
4.0
-0.845301
-0.689331
-0.78193
-0.394795
4.1
-0.91639
-0.738138
-0.843966
-0.363351
4.2
-0.951132
-0.750599
-0.869655
-0.817825
4.3
-0.948443
-0.725628
-0.857912
-0.876673
4.4
-0.98643
-0.741334
-0.886847
-0.894125
4.5
-1.018225
-0.749483
-0.909038
-0.870439
5.0
-0.847777
-0.668616
-0.774986
-0.934777
5.1
-0.951739
-0.750183
-0.869849
-0.9573
5.2
-0.965731
-0.741779
-0.874742
-0.793332
5.3
-0.959199
-0.712852
-0.859111
-1.015754
-0.747012
-0.906567
-1.00411
-0.712973
-0.885824
3.1
-0.912231
-0.757048
-0.849177
5.4
3.2
-0.941653
-0.764301
-0.869591
5.5
SIC
HQC
Bank Persero Model Deposit6-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
-0.169768
-0.081976
-0.134094
3.3
-1.134677
-0.935155
-1.053607
1.1
-0.20959
-0.09985
-0.165
3.4
-1.133738
-0.910923
-1.043207
1.2
-0.22675
-0.094403
-0.172973
3.5
-1.117648
-0.871301
-1.01756
1.3
-0.340714
-0.18553
-0.27766
4.0
-1.109046
-0.953076
-1.045674
1.4
-0.44736
-0.269108
-0.374935
4.1
-1.139503
-0.961251
-1.067078
1.5
-0.557487
-0.35593
-0.475597
4.2
-1.123909
-0.923376
-1.042432
2.0
-1.052117
-0.941827
-1.007302
4.3
-1.134931
-0.912116
-1.0444
2.1
-1.069026
-0.936678
-1.015248
4.4
-1.119306
-0.87421
-1.019722
2.2
-1.05368
-0.899274
-0.990939
4.5
-1.103599
-0.834857
-0.994413
2.3
-1.075946
-0.898593
-1.003884
5.0
-1.0886
-0.909439
-1.015809
2.4
-1.072391
-0.871858
-0.990913
5.1
-1.122699
-0.921142
-1.040809
2.5
-1.074128
-0.850176
-0.983139
5.2
-1.107081
-0.883129
-1.016092
3.0
-1.113902
-0.980888
-1.059856
5.3
-1.116081
-0.869735
-1.015994
3.1
-1.140427
-0.985243
-1.077372
5.4
-1.100361
-0.831619
-0.991174
3.2
-1.124933
-0.947581
-1.052871
5.5
-1.093151
-0.802014
-0.974866
60 Bank Persero :Model Deposit12-DR LAG 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.0
AIC 0.389527 0.360149 0.334567 0.331491 0.331155 0.344068 0.250609 0.244602 0.237069 0.252432 0.266953 0.262334 0.171125
SIC 0.477319 0.46989 0.466915 0.486674
HQC
0.360899 0.376949
0.467486 0.486286 0.30414
SIC
HQC
3.3
0.179753
0.379275
0.260823
0.404742
3.4
0.202179
0.424994
0.29271
0.388345
3.5
0.176049
0.422396
0.276137
0.394545
4.0
0.191553
0.347523
0.254924
0.40358
4.1
0.184481
0.362733
0.256906
0.425958
4.2
0.18337
0.383903
0.264848
0.295423
4.3
0.198971
0.421786
0.289502
0.298379
4.4
0.214585
0.459681
0.314169
0.29981
4.5
0.177207
0.445949
0.286394
0.324494
5.0
0.200262
0.379424
0.273053
0.348431
5.1
0.19702
0.398577
0.27891
0.353323
5.2
0.197336
0.421288
0.288325
0.225172
5.3
0.213057
0.459404
0.313145
0.228737
0.497479
0.337924
0.188801
0.479938
0.307086
0.391475 0.429784
AIC
0.425201
0.509407 0.545624
LAG
3.1
0.165426
0.320609
0.22848
5.4
3.2
0.164252
0.341605
0.236314
5.5
Bank Persero Model Deposit24-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.692411
1.758255
1.719166
3.3
1.753335
1.930688
1.825397
1.1
1.702985
1.790778
1.738659
3.4
1.773942
1.974475
1.855419
1.2
1.718644
1.828934
1.763458
3.5
1.793323
2.017275
1.884312
1.3
1.723317
1.856332
1.777364
4.0
1.749104
1.882793
1.803422
1.4
1.743695
1.899665
1.807066
4.1
1.760043
1.916014
1.823415
1.5
1.76254
1.941702
1.835332
4.2
1.769537
1.947789
1.841961
2.0
1.712862
1.801094
1.748714
4.3
1.768262
1.968795
1.84974
2.1
1.723052
1.833342
1.767866
4.4
1.783538
2.006353
1.874069
2.2
1.732545
1.864892
1.786322
4.5
1.801483
2.04783
1.901571
2.3
1.738385
1.893569
1.80144
5.0
1.770872
1.927638
1.834564
2.4
1.758792
1.937044
1.831216
5.1
1.783203
1.962364
1.855994
2.5
1.777905
1.979461
1.859795
5.2
1.790916
1.992473
1.872806
3.0
1.734115
1.84496
1.779153
5.3
1.789432
2.013384
1.880421
3.1
1.744254
1.877268
1.7983
5.4
1.804924
2.051271
1.905011
3.2
1.753955
1.909139
1.817009
5.5
1.816213
2.084955
1.9254
61 Bank Pemerintah Daerah :Model Lend-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
1.0
0.207002
0.294795
0.242676
1.1
0.219537
0.329278
0.26413
1.2
0.226415
0.358762
1.3
0.249554
1.4
HQC
3.3
0.02483
0.224352
0.1059
3.4
0.017097
0.239912
0.107628
0.280192
3.5
0.038685
0.285031
0.138772
0.404738
0.312608
4.0
-0.018698
0.137273
0.044674
0.261953
0.440205
0.334378
4.1
-0.003398
0.174854
0.069027
1.5
0.261176
0.462733
0.343066
4.2
0.007388
0.207921
0.088866
2.0
0.018209
0.128499
0.063024
4.3
0.022229
0.245044
0.11276
2.1
0.033593
0.165941
0.087371
4.4
0.000947
0.246043
0.100531
2.2
0.041571
0.195976
0.104311
4.5
0.023202
0.291944
0.132389
2.3
0.065483
0.242836
0.137545
5.0
-0.016552
0.16261
0.056239
2.4
0.058083
0.258616
0.139561
5.1
-0.000951
0.200605
0.080939
2.5
0.073478
0.29743
0.164467
5.2
0.009758
0.23371
0.100747
3.0
-0.015594
0.117421
0.038453
5.3
0.024497
0.270843
0.124584
3.1
-0.000265
0.154918
0.062789
5.4
-0.00026
0.268483
0.108927
3.2
0.009757
0.187109
0.081819
5.5
0.014312
0.305449
0.132597
Bank Pemerintah Daerah :Model Deposit-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.07847
0.166263
0.114144
3.3
-0.486048
-0.286526
-0.404978
1.1
-0.15481
-0.04507
-0.110218
3.4
-0.464671
-0.241856
-0.37414
1.2
-0.292834
-0.160486
-0.239057
3.5
-0.443728
-0.197381
-0.34364
1.3
-0.346477
-0.191293
-0.283423
4.0
-0.386946
-0.230975
-0.323574
1.4
-0.342563
-0.164311
-0.270138
4.1
-0.472431
-0.294179
-0.400006
1.5
-0.319542
-0.117985
-0.237652
4.2
-0.490182
-0.289649
-0.408705
2.0
-0.367485
-0.257196
-0.322671
4.3
-0.47592
-0.253105
-0.385389
2.1
-0.465868
-0.33352
-0.41209
4.4
-0.460517
-0.21542
-0.360933
2.2
-0.486128
-0.331722
-0.423388
4.5
-0.436451
-0.167709
-0.327264
2.3
-0.472396
-0.295044
-0.400334
5.0
-0.371483
-0.192321
-0.298692
2.4
-0.451107
-0.250574
-0.36963
5.1
-0.455872
-0.254315
-0.373982
2.5
-0.427005
-0.203053
-0.336016
5.2
-0.473176
-0.249225
-0.382187
3.0
-0.393601
-0.260587
-0.339555
5.3
-0.458429
-0.212082
-0.358341
3.1
-0.483446
-0.328262
-0.420391
5.4
-0.442864
-0.174122
-0.333677
3.2
-0.500243
-0.32289
-0.428181
5.5
-0.430166
-0.139029
-0.311881
62 Bank PemerintahDaerah :Model Deposit3-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.543463
0.631256
0.579137
3.3
0.139221
0.338743
0.220291
1.1
0.458487
0.568228
0.50308
3.4
0.152851
0.375666
0.243382
1.2
0.404281
0.536628
0.458058
3.5
0.16917
0.415517
0.269258
1.3
0.22899
0.384174
0.292045
4.0
0.252348
0.408318
0.31572
1.4
0.24366
0.421912
0.316084
4.1
0.209713
0.387965
0.282138
1.5
0.260032
0.461588
0.341922
4.2
0.211017
0.411551
0.292495
2.0
0.291239
0.401529
0.336054
4.3
0.158564
0.381379
0.249094
2.1
0.242662
0.375009
0.296439
4.4
0.16637
0.411467
0.265954
2.2
0.243196
0.397602
0.305936
4.5
0.184007
0.452749
0.293194
2.3
0.138534
0.315886
0.210596
5.0
0.247274
0.426435
0.320065
2.4
0.157264
0.357797
0.238741
5.1
0.221252
0.422808
0.303142
2.5
0.173537
0.397489
0.264526
5.2
0.230096
0.454048
0.321085
3.0
0.233169
0.366183
0.287215
5.3
0.178081
0.424428
0.278169
3.1
0.192453
0.347637
0.255507
5.4
0.186374
0.455116
0.295561
3.2
0.192585
0.369938
0.264647
5.5
0.199633
0.490771
0.317919
Bank Pemerintah Daerah :Model Deposit6-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.683571
0.771363
0.719245
3.3
0.552553
0.752075
0.633623
1.1
0.691373
0.801113
0.735965
3.4
0.566763
0.789578
0.657294
1.2
0.677473
0.809821
0.73125
3.5
0.578663
0.82501
0.67875
1.3
0.604567
0.75975
0.667621
4.0
0.601585
0.757555
0.664956
1.4
0.596745
0.774997
0.66917
4.1
0.600138
0.77839
0.672563
1.5
0.585578
0.787135
0.667468
4.2
0.581506
0.782039
0.662984
2.0
0.676609
0.786898
0.721423
4.3
0.518246
0.741061
0.608777
2.1
0.683887
0.816235
0.737665
4.4
0.522451
0.767547
0.622035
2.2
0.668977
0.823383
0.731717
4.5
0.544041
0.812783
0.653228
2.3
0.616699
0.794052
0.688761
5.0
0.622814
0.801975
0.695605
2.4
0.612253
0.812787
0.693731
5.1
0.62265
0.824207
0.70454
2.5
0.598104
0.822056
0.689093
5.2
0.604468
0.82842
0.695457
3.0
0.61968
0.752694
0.673726
5.3
0.541079
0.787426
0.641167
3.1
0.623555
0.778739
0.686609
5.4
0.543745
0.812488
0.652932
3.2
0.603075
0.780428
0.675137
5.5
0.557364
0.848501
0.675649
63 Bank Pemerintah Daerah :Model Deposit12-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.346153
1.433945
1.381827
3.3
1.360151
1.559673
1.441221
1.1
1.335075
1.444816
1.379668
3.4
1.353094
1.575909
1.443625
1.2
1.358542
1.490889
1.412319
3.5
1.372272
1.618619
1.47236
1.3
1.37318
1.528363
1.436234
4.0
1.374556
1.530526
1.437927
1.4
1.368437
1.546689
1.440862
4.1
1.358343
1.536595
1.430767
1.5
1.388625
1.590182
1.470515
4.2
1.371804
1.572337
1.453282
2.0
1.364748
1.475037
1.409562
4.3
1.376154
1.598969
1.466685
2.1
1.352297
1.484644
1.406074
4.4
1.361633
1.606729
1.461217
2.2
1.367374
1.52178
1.430115
4.5
1.380895
1.649637
1.490082
2.3
1.379025
1.556377
1.451087
5.0
1.397366
1.576528
1.470157
2.4
1.362855
1.563388
1.444332
5.1
1.378317
1.579873
1.460207
2.5
1.380627
1.604579
1.471616
5.2
1.390744
1.614695
1.481733
3.0
1.355014
1.488029
1.409061
5.3
1.395061
1.641408
1.495149
3.1
1.339936
1.49512
1.402991
5.4
1.375108
1.64385
1.484295
3.2
1.353071
1.530424
1.425133
5.5
1.39055
1.681687
1.508836
Bank Pemerintah Daerah :Model Deposit24-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.950892
2.016736
1.977647
3.3
1.894257
2.07161
1.966319
1.1
1.958498
2.04629
1.994172
3.4
1.917385
2.117918
1.998862
1.2
1.910735
2.021025
1.955549
3.5
1.936358
2.16031
2.027347
1.3
1.932326
2.06534
1.986372
4.0
1.943311
2.077
1.997629
1.4
1.95244
2.10841
2.015811
4.1
1.946291
2.102262
2.009663
1.5
1.970214
2.149376
2.043006
4.2
1.894325
2.072577
1.96675
2.0
1.908514
1.996746
1.944366
4.3
1.908998
2.109531
1.990476
2.1
1.913453
2.023742
1.958267
4.4
1.923795
2.146609
2.014325
2.2
1.859871
1.992219
1.913649
4.5
1.945261
2.191607
2.045348
2.3
1.879492
2.034675
1.942546
5.0
1.967578
2.124344
2.03127
2.4
1.902116
2.080368
1.974541
5.1
1.969311
2.148472
2.042102
2.5
1.921011
2.122567
2.002901
5.2
1.917301
2.118858
1.999191
3.0
1.926862
2.037708
1.971901
5.3
1.931936
2.155888
2.022925
3.1
1.930587
2.063601
1.984633
5.4
1.946849
2.193196
2.046937
3.2
1.880901
2.036085
1.943955
5.5
1.960672
2.229414
2.069859
64 Bank Swasta Nasional :Model Lend-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
-0.389874
-0.32403
-0.363119
3.3
-0.601781
-0.424428
-0.529719
1.1
-0.515401
-0.427608
-0.479727
3.4
-0.578712
-0.378178
-0.497234
1.2
-0.547166
-0.436876
-0.502352
3.5
-0.567982
-0.34403
-0.476993
1.3
-0.553845
-0.42083
-0.499798
4.0
-0.541818
-0.408129
-0.487499
1.4
-0.53314
-0.37717
-0.469769
4.1
-0.646992
-0.491022
-0.583621
1.5
-0.523306
-0.344145
-0.450515
4.2
-0.635789
-0.457537
-0.563364
2.0
-0.554115
-0.465883
-0.518263
4.3
-0.626988
-0.426455
-0.54551
2.1
-0.638803
-0.528513
-0.593988
4.4
-0.621729
-0.398914
-0.531199
2.2
-0.630288
-0.49794
-0.57651
4.5
-0.608543
-0.362196
-0.508455
2.3
-0.614863
-0.459679
-0.551809
5.0
-0.518171
-0.361405
-0.454479
2.4
-0.592142
-0.41389
-0.519717
5.1
-0.641831
-0.46267
-0.56904
2.5
-0.579664
-0.378107
-0.497774
5.2
-0.62928
-0.427724
-0.54739
3.0
-0.531967
-0.421122
-0.486928
5.3
-0.619361
-0.395409
-0.528372
3.1
-0.617163
-0.484148
-0.563116
5.4
-0.616592
-0.370246
-0.516505
3.2
-0.608655
-0.453471
-0.5456
5.5
-0.600946
-0.332204
-0.49176
Bank Swasta Nasional :Model Deposit-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.513012
0.600804
0.548686
3.3
-0.268055
-0.068533
-0.186986
1.1
0.083881
0.193621
0.128473
3.4
-0.267652
-0.044837
-0.177121
1.2
-0.07498
0.057368
-0.021202
3.5
-0.248333
-0.001986
-0.148245
1.3
-0.098411
0.056772
-0.035357
4.0
-0.151116
0.004854
-0.087744
1.4
-0.084881
0.093371
-0.012456
4.1
-0.260522
-0.08227
-0.188097
1.5
-0.066149
0.135408
0.015741
4.2
-0.262445
-0.061911
-0.180967
2.0
-0.197982
-0.087693
-0.153168
4.3
-0.247242
-0.024427
-0.156711
2.1
-0.303135
-0.170787
-0.249358
4.4
-0.262165
-0.017068
-0.162581
2.2
-0.304667
-0.150261
-0.241927
4.5
-0.247006
0.021736
-0.13782
2.3
-0.281796
-0.104443
-0.209734
5.0
-0.127098
0.052064
-0.054307
2.4
-0.283109
-0.082576
-0.201631
5.1
-0.244907
-0.043351
-0.163017
2.5
-0.263858
-0.039906
-0.172869
5.2
-0.242488
-0.018536
-0.151499
3.0
-0.174648
-0.041633
-0.120601
5.3
-0.227085
0.019262
-0.126997
3.1
-0.28019
-0.125007
-0.217136
5.4
-0.24566
0.023082
-0.136474
3.2
-0.283056
-0.105703
-0.210994
5.5
-0.233677
0.05746
-0.115391
65 Bank Swasta Nasional :Model Deposit3-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.30521
0.393002
0.340884
3.3
-0.882696
-0.683174
-0.801626
1.1
0.112838
0.222578
0.15743
3.4
-0.906615
-0.6838
-0.816084
1.2
-0.052162
0.080186
0.001615
3.5
-0.936515
-0.690169
-0.836428
1.3
-0.243844
-0.088661
-0.18079
4.0
-0.893141
-0.73717
-0.829769
1.4
-0.315261
-0.137009
-0.242837
4.1
-0.926071
-0.747819
-0.853646
1.5
-0.296418
-0.094862
-0.214528
4.2
-0.914198
-0.713664
-0.83272
2.0
-0.769074
-0.658784
-0.72426
4.3
-0.911645
-0.688831
-0.821115
2.1
-0.852769
-0.720422
-0.798992
4.4
-0.897389
-0.652293
-0.797805
2.2
-0.848793
-0.694387
-0.786053
4.5
-0.922635
-0.653893
-0.813448
2.3
-0.841895
-0.664542
-0.769833
5.0
-0.876213
-0.697052
-0.803422
2.4
-0.856623
-0.656089
-0.775145
5.1
-0.905639
-0.704082
-0.823749
2.5
-0.90038
-0.676428
-0.809391
5.2
-0.89408
-0.670129
-0.803092
3.0
-0.870509
-0.737495
-0.816463
5.3
-0.890099
-0.643753
-0.790012
3.1
-0.901173
-0.74599
-0.838119
5.4
-0.875428
-0.606686
-0.766241
3.2
-0.889409
-0.712056
-0.817347
5.5
-0.907076
-0.615939
-0.78879
Bank Swasta Nasional :Model Deposit6-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
-0.23339
-0.145598
-0.197716
3.3
-0.513112
-0.31359
-0.432042
1.1
-0.219067
-0.109326
-0.174474
3.4
-0.532983
-0.310168
-0.442452
1.2
-0.217628
-0.08528
-0.16385
3.5
-0.510221
-0.263875
-0.410134
1.3
-0.262266
-0.107082
-0.199212
4.0
-0.541818
-0.408129
-0.487499
1.4
-0.382919
-0.204667
-0.310495
4.1
-0.646992
-0.491022
-0.583621
1.5
-0.392105
-0.190548
-0.310215
4.2
-0.635789
-0.457537
-0.563364
2.0
-0.497432
-0.387142
-0.452618
4.3
-0.626988
-0.426455
-0.54551
2.1
-0.482303
-0.349956
-0.428526
4.4
-0.621729
-0.398914
-0.531199
2.2
-0.472731
-0.318325
-0.409991
4.5
-0.523442
-0.2547
-0.414255
2.3
-0.468048
-0.290696
-0.395986
5.0
-0.539995
-0.360834
-0.467204
2.4
-0.505047
-0.304514
-0.423569
5.1
-0.527104
-0.325547
-0.445214
2.5
-0.482494
-0.258542
-0.391505
5.2
-0.517363
-0.293411
-0.426374
3.0
-0.5432
-0.410186
-0.489154
5.3
-0.510828
-0.264482
-0.410741
3.1
-0.528769
-0.373586
-0.465715
5.4
-0.524316
-0.255574
-0.415129
3.2
-0.518608
-0.341256
-0.446546
5.5
-0.51089
-0.219753
-0.392605
66 Bank Swasta Nasional :Model Deposit12-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.554243
0.642035
0.589917
3.3
0.602952
0.802473
0.684021
1.1
0.55737
0.667111
0.601963
3.4
0.590471
0.813286
0.681002
1.2
0.580912
0.71326
0.634689
3.5
0.611334
0.857681
0.711422
1.3
0.596604
0.751787
0.659658
4.0
0.560726
0.716696
0.624098
1.4
0.590609
0.768861
0.663033
4.1
0.564804
0.743056
0.637229
1.5
0.612042
0.813599
0.693932
4.2
0.580179
0.780712
0.661656
2.0
0.569004
0.679294
0.613819
4.3
0.584973
0.807788
0.675504
2.1
0.572042
0.70439
0.62582
4.4
0.56556
0.810656
0.665144
2.2
0.587416
0.741821
0.650156
4.5
0.586529
0.855271
0.695716
2.3
0.600422
0.777775
0.672484
5.0
0.549615
0.728777
0.622406
2.4
0.582186
0.78272
0.663664
5.1
0.550194
0.751751
0.632084
2.5
0.601182
0.825133
0.692171
5.2
0.564902
0.788854
0.655891
3.0
0.57623
0.709245
0.630277
5.3
0.566513
0.81286
0.6666
3.1
0.580236
0.73542
0.643291
5.4
0.53807
0.806812
0.647256
3.2
0.595732
0.773085
0.667794
5.5
0.553812
0.844949
0.672098
Bank Swasta Nasional :Model Deposit24-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
3.687392
3.775185
3.723066
3.3
3.596639
3.79616
3.677708
1.1
3.638167
3.747907
3.682759
3.4
3.620706
3.843521
3.711237
1.2
3.658214
3.790562
3.711991
3.5
3.64073
3.887077
3.740818
1.3
3.67493
3.830114
3.737984
4.0
3.584539
3.740509
3.647911
1.4
3.693785
3.872037
3.76621
4.1
3.581533
3.759785
3.653958
1.5
3.70885
3.910406
3.79074
4.2
3.59689
3.797423
3.678368
2.0
3.590046
3.700336
3.63486
4.3
3.612384
3.835199
3.702915
2.1
3.571373
3.70372
3.62515
4.4
3.627736
3.872832
3.72732
2.2
3.585576
3.739981
3.648316
4.5
3.649182
3.917924
3.758369
2.3
3.608754
3.786106
3.680816
5.0
3.604699
3.783861
3.67749
2.4
3.630833
3.831367
3.712311
5.1
3.601859
3.803416
3.683749
2.5
3.649574
3.873525
3.740562
5.2
3.617602
3.841554
3.708591
3.0
3.574733
3.707748
3.62878
5.3
3.633266
3.879613
3.733353
3.1
3.566383
3.721567
3.629437
5.4
3.648871
3.917613
3.758058
3.2
3.581477
3.75883
3.653539
5.5
3.663134
3.954271
3.78142
67 Bank Asing dan Campuran :Model Lend-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.283399
1.349243
1.310155
3.3
1.184971
1.362323
1.257032
1.1
1.264003
1.351796
1.299677
3.4
1.186165
1.386698
1.267642
1.2
1.268317
1.378607
1.313132
3.5
1.197746
1.421697
1.288734
1.3
1.290597
1.423611
1.344643
4.0
1.195943
1.329632
1.250261
1.4
1.295019
1.45099
1.358391
4.1
1.167496
1.323466
1.230868
1.5
1.304815
1.483977
1.377607
4.2
1.166013
1.344265
1.238438
2.0
1.232073
1.320305
1.267925
4.3
1.18137
1.381904
1.262848
2.1
1.164206
1.274496
1.209021
4.4
1.193896
1.416711
1.284427
2.2
1.149929
1.282277
1.203706
4.5
1.205356
1.451702
1.305443
2.3
1.170488
1.325672
1.233542
5.0
1.211955
1.368721
1.275647
2.4
1.171013
1.349265
1.243438
5.1
1.170622
1.349783
1.243413
2.5
1.182553
1.384109
1.264443
5.2
1.176407
1.377964
1.258297
3.0
1.227152
1.337997
1.272191
5.3
1.191871
1.415823
1.28286
3.1
1.182861
1.315875
1.236907
5.4
1.204629
1.450976
1.304716
3.2
1.170529
1.325713
1.233583
5.5
1.220161
1.488903
1.329348
Bank Asing dan Campuran Model Deposit-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.901918
0.98971
0.937592
3.3
0.516228
0.715749
0.597297
1.1
0.540348
0.650088
0.58494
3.4
0.535855
0.75867
0.626386
1.2
0.537939
0.670287
0.591716
3.5
0.557802
0.804149
0.657889
1.3
0.507591
0.662775
0.570646
4.0
0.747209
0.903179
0.810581
1.4
0.52535
0.703602
0.597775
4.1
0.541096
0.719347
0.61352
1.5
0.546674
0.74823
0.628564
4.2
0.54822
0.748753
0.629698
2.0
0.864138
0.974428
0.908952
4.3
0.538424
0.761239
0.628955
2.1
0.547051
0.679399
0.600828
4.4
0.551139
0.796235
0.650723
2.2
0.545388
0.699793
0.608128
4.5
0.572899
0.841641
0.682086
2.3
0.506351
0.683704
0.578413
5.0
0.765334
0.944496
0.838125
2.4
0.527575
0.728109
0.609053
5.1
0.561215
0.762772
0.643105
2.5
0.548668
0.772619
0.639657
5.2
0.569889
0.793841
0.660878
3.0
0.74244
0.875454
0.796486
5.3
0.558495
0.804841
0.658582
3.1
0.521173
0.676357
0.584228
5.4
0.571664
0.840407
0.680851
3.2
0.527074
0.704427
0.599136
5.5
0.586892
0.878029
0.705177
68 Bank Asing dan Campuran :Model Deposit3-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.604352
1.692144
1.640026
3.3
1.475639
1.675161
1.556709
1.1
1.4549
1.56464
1.499493
3.4
1.470748
1.693563
1.561279
1.2
1.456239
1.588587
1.510016
3.5
1.390941
1.637288
1.491029
1.3
1.465124
1.620308
1.528179
4.0
1.495414
1.651384
1.558785
1.4
1.477243
1.655495
1.549667
4.1
1.438483
1.616735
1.510908
1.5
1.442227
1.643784
1.524117
4.2
1.449243
1.649777
1.530721
2.0
1.484471
1.594761
1.529285
4.3
1.461676
1.684491
1.552207
2.1
1.427279
1.559626
1.481056
4.4
1.468914
1.71401
1.568498
2.2
1.440732
1.595138
1.503472
4.5
1.402766
1.671508
1.511953
2.3
1.462203
1.639556
1.534265
5.0
1.502165
1.681326
1.574956
2.4
1.455176
1.655709
1.536654
5.1
1.41604
1.617597
1.49793
2.5
1.381758
1.60571
1.472747
5.2
1.430677
1.654629
1.521666
3.0
1.507835
1.640849
1.561881
5.3
1.441764
1.688111
1.541851
3.1
1.450463
1.605647
1.513517
5.4
1.444765
1.713507
1.553952
3.2
1.464018
1.64137
1.53608
5.5
1.417203
1.708341
1.535489
Bank Asing dan Campuran :Model Deposit6-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
0.359974
0.447767
0.395648
3.3
-0.401382
-0.20186
-0.320313
1.1
0.124973
0.234713
0.169565
3.4
-0.432035
-0.20922
-0.341504
1.2
-0.008487
0.123861
0.045291
3.5
-0.524038
-0.277691
-0.42395
1.3
-0.116847
0.038336
-0.053793
4.0
-0.316851
-0.16088
-0.253479
1.4
-0.25251
-0.074259
-0.180086
4.1
-0.389454
-0.211202
-0.31703
1.5
-0.45299
-0.251433
-0.3711
4.2
-0.398768
-0.198234
-0.31729
2.0
-0.251541
-0.141251
-0.206727
4.3
-0.400525
-0.17771
-0.309994
2.1
-0.348429
-0.216081
-0.294651
4.4
-0.416554
-0.171458
-0.31697
2.2
-0.354972
-0.200566
-0.292231
4.5
-0.510638
-0.241896
-0.401452
2.3
-0.363692
-0.18634
-0.29163
5.0
-0.295798
-0.116636
-0.223007
2.4
-0.417828
-0.217294
-0.33635
5.1
-0.37095
-0.169393
-0.28906
2.5
-0.529721
-0.305769
-0.438732
5.2
-0.375557
-0.151605
-0.284568
3.0
-0.317444
-0.18443
-0.263398
5.3
-0.3769
-0.130553
-0.276812
3.1
-0.389817
-0.234633
-0.326762
5.4
-0.393227
-0.124484
-0.28404
3.2
-0.401143
-0.22379
-0.329081
5.5
-0.496105
-0.204968
-0.37782
69 Bank Asing dan Campuran :Model Deposit12-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
AIC
SIC
HQC
1.0
1.379757
1.467549
1.415431
3.3
1.251945
1.451467
1.333015
1.1
1.235012
1.344752
1.279604
3.4
1.264555
1.48737
1.355086
1.2
1.238044
1.370391
1.291821
3.5
1.279678
1.526025
1.379766
1.3
1.242455
1.397639
1.305509
4.0
1.316523
1.472493
1.379895
1.4
1.251826
1.430078
1.324251
4.1
1.262525
1.440777
1.334949
1.5
1.265991
1.467548
1.347881
4.2
1.25059
1.451123
1.332067
2.0
1.339561
1.449851
1.384376
4.3
1.258792
1.481607
1.349323
2.1
1.240358
1.372706
1.294135
4.4
1.273597
1.518694
1.373181
2.2
1.237584
1.39199
1.300325
4.5
1.285808
1.55455
1.394995
2.3
1.241386
1.418739
1.313448
5.0
1.340441
1.519602
1.413232
2.4
1.252187
1.45272
1.333665
5.1
1.284135
1.485692
1.366025
2.5
1.266029
1.489981
1.357018
5.2
1.261463
1.485414
1.352452
3.0
1.309176
1.44219
1.363222
5.3
1.272437
1.518784
1.372525
3.1
1.251014
1.406198
1.314068
5.4
1.286577
1.555319
1.395763
3.2
1.245528
1.422881
1.31759
5.5
1.300517
1.591654
1.418803
AIC
SIC
HQC
Bank Asing dan Campuran Model Deposit24-DR LAG
AIC
SIC
HQC
LAG
1.0
4.298103
4.385895
4.333777
3.3
4.301734
4.501255
4.382803
1.1
4.29865
4.40839
4.343242
3.4
4.233427
4.456242
4.323958
1.2
4.321412
4.453759
4.375189
3.5
4.253782
4.500129
4.353869
1.3
4.32162
4.476804
4.384675
4.0
4.28722
4.44319
4.350591
1.4
4.254498
4.43275
4.326923
4.1
4.301943
4.480195
4.374368
1.5
4.271
4.472557
4.35289
4.2
4.312686
4.513219
4.394163
2.0
4.277801
4.38809
4.322615
4.3
4.318717
4.541532
4.409248
4.339024
4.4
4.247169
4.492265
4.346753
4.35929
4.5
4.267312
4.536055
4.376499
4.376407
5.0
4.309912
4.489073
4.382703
4.311568
5.1
4.325074
4.52663
4.406964
4.339759
5.2
4.334248
4.5582
4.425237
4.324628
5.3
4.341493
4.58784
4.44158
4.346647
5.4
4.269251
4.537993
4.378437
4.367422
5.5
4.279001
4.570138
4.397286
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.0 3.1 3.2
4.285247 4.29655 4.304345 4.23009 4.24877 4.270582 4.283592 4.29536
4.417594 4.450956 4.481697 4.430623 4.472721 4.403596 4.438776 4.472713
70 Ket
: a. Cetak tebal menunjukkan lag optimum pada model. b. Cetak tebal dengan shading hijau menandakan lag dengan nilai kriteria terkecil di lag yang tidak terkointegrasi. c. Cetak tebal dengan shading hijau menandakan lag dengan nilai kriteria terkecil di lag yang terkointegrasi tetapi kriteria mean lag tidak terpenuhi.
71 Lampiran 4 Diagnostic Test setiap Model pada Kelompok Bank BANK PERSERO Model Lend-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.84e-15 -0.004316 0.619399 -0.489707 0.135315 0.612513 8.085565
Jarque-Bera Probability
149.3600 0.000000
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.647434 21.55210 71.76274
Prob. F(9,121) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.0078 0.0104 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.413818 2.462431
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.1228 0.1166
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.7927 0.7883
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.069361 0.072094
72 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 02
03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
5% Significance
Hasil Estimasi Model Lend-DR lag 1.1 Dependent Variable: LEND Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 20:17 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable LEND(-1) DR(-1) C R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.927061 0.044498 0.538459
0.013022 0.005912 0.136345
71.19235 7.526526 3.949240
0.0000 0.0000 0.0001
0.990775 0.990631 0.142270 2.590827 71.08997 6873.410 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
13.19344 1.469793 -1.039542 -0.973697 -1.012786 1.636772
12
73
Model Deposit-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.76e-15 -0.004585 0.939010 -1.033949 0.200810 0.001290 11.19161
Jarque-Bera Probability
363.4716 0.000000
0 -1.00
-0.75
-0.50
-0.25
0.00
0.25
0.50
0.75
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
5.337287 64.32084 298.2092
Prob. F(20,109) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.0000 0.0000 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.539292 1.139238
Prob. F(2,122) Prob. Chi-Square(2)
0.5845 0.5657
Prob. F(1,123) Prob. Chi-Square(1)
0.9883 0.9879
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.000216 0.000229
74 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
10
11
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit-DR lag 2.1 Dependent Variable: DEPOSIT Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 20:16 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT(-1) DEPOSIT(-2) DR DR(-1) C @TREND
1.378511 -0.455810 0.490725 -0.405497 -0.179002 0.000962
0.067972 0.078651 0.154709 0.166825 0.136107 0.000828
20.28048 -5.795349 3.171932 -2.430675 -1.315159 1.161338
0.0000 0.0000 0.0019 0.0165 0.1909 0.2477
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.993843 0.993595 0.204818 5.201855 24.74174 4003.151 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.064769 2.559178 -0.288334 -0.155987 -0.234557 1.998954
12
75 Model Deposit3-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M06 2012M12 Observations 127
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.58e-15 -0.004401 0.733175 -0.447121 0.132938 1.345963 10.56050
Jarque-Bera Probability
340.8238 0.000000
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.212939 60.49757 245.4443
Prob. F(54,72) Prob. Chi-Square(54) Prob. Chi-Square(54)
0.2206 0.2529 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.257564 0.566344
Prob. F(2,115) Prob. Chi-Square(2)
0.7734 0.7534
Prob. F(1,116) Prob. Chi-Square(1)
0.8366 0.8287
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.042753 0.046799
76 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
10
11
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposito3-DR Lag 2.5 Dependent Variable: DEPOSIT3 Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 23:34 Sample (adjusted): 2002M06 2012M12 Included observations: 127 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT3(-1) DEPOSIT3(-2) DR DR(-1) DR(-2) DR(-3) DR(-4) DR(-5) C @TREND
1.636642 -0.684339 0.271502 -0.143572 0.045566 -0.303110 0.152417 0.031031 -0.112352 0.000725
0.055874 0.057217 0.101026 0.173299 0.147583 0.137625 0.093605 0.058547 0.080014 0.000476
29.29164 -11.96035 2.687450 -0.828468 0.308751 -2.202428 1.628300 0.530016 -1.404149 1.521958
0.0000 0.0000 0.0082 0.4091 0.7581 0.0296 0.1062 0.5971 0.1629 0.1307
R-squared Adjusted R-squared
0.997083 0.996858
Mean dependent var S.D. dependent var
8.371339 2.461281
12
77 S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.137957 2.226748 76.56625 4443.205 0.000000
Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.048287 -0.824336 -0.957299 2.048094
Model Deposit6-DR Uji Normalitas 36
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
32 28 24 20 16 12
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.87e-15 -0.013574 0.655284 -0.334474 0.138125 1.163008 7.398053
Jarque-Bera Probability
134.0800 0.000000
8 4 0 -0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.441865 19.41171 57.41363
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.1452 0.1498 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
4.989402 9.755272
Prob. F(2,123) Prob. Chi-Square(2)
0.0083 0.0076
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.5234 0.5127
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.409515 0.428623
78 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit6-DR Lag 2.0 Dependent Variable: DEPOSIT6 Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 23:36 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT6(-1) DEPOSIT6(-2) DR C @TREND
1.627389 -0.696085 0.068562 -0.040842 0.000482
0.059393 0.049282 0.017978 0.074456 0.000385
27.40039 -14.12464 3.813558 -0.548537 1.253907
0.0000 0.0000 0.0002 0.5843 0.2122
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.997557 0.997478 0.140317 2.461123 73.38759 12758.33 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.798077 2.794312 -1.052117 -0.941827 -1.007302 2.389764
79 Model Deposit12-DR Uji Normalitas 40
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
35 30 25 20 15 10 5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
3.58e-15 -0.038907 1.161771 -0.990085 0.274186 0.711348 6.590851
Jarque-Bera Probability
80.80734 0.000000
0 -1.0
-0.5
-0.0
0.5
1.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.758675 22.92476 56.59689
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0534 0.0615 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
13.51467 12.77614
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.0004 0.0004
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.1099 0.1009
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
2.593176 2.690615
80 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit12-DR Lag 1.2 Dependent Variable: DEPOSIT12 Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 23:41 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT12(-1) DR DR(-1) DR(-2) C @TREND
0.936926 0.252586 0.174499 -0.293967 -0.800214 0.003354
0.035105 0.084079 0.203486 0.163312 0.205257 0.001105
26.68956 3.004144 0.857549 -1.800034 -3.898586 3.035668
0.0000 0.0032 0.3928 0.0743 0.0002 0.0029
0.991418 0.991072 0.279660 9.697976 -15.74689 2864.964 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
9.749846 2.959723 0.334567 0.466915 0.388345 1.404464
81 Model Deposit24-DR Uji Normalitas 60
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
50
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.24e-16 0.023656 1.880540 -3.306357 0.552032 -2.103577 16.54689
Jarque-Bera Probability
1098.317 0.000000
0 -3
-2
-1
0
1
2
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
4.877019 34.87110 254.7675
Prob. F(9,121) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.0000 0.0001 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.121900 0.126615
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.7276 0.7220
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.4942 0.4849
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.470028 0.487771
82 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 02
03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit24-DR Lag 1.0 Dependent Variable: DEPOSIT24 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 00:02 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT24(-1) DR C
0.909641 0.131488 -0.270218
0.038455 0.048303 0.096514
23.65466 2.722169 -2.799782
0.0000 0.0074 0.0059
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.979467 0.979146 0.557635 39.80250 -107.8529 3052.859 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
10.64214 3.861465 1.692411 1.758255 1.719166 2.029795
83 BANK PEMERINTAH DAERAH Model Lend-DR Uji Normalitas 60
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
50
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.07e-17 0.002171 1.180184 -2.036691 0.235885 -3.474666 50.67141
Jarque-Bera Probability
12571.31 0.000000
0 -2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Uji Hetereoskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.563728 20.96518 489.1358
Prob. F(9,120) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.0099 0.0128 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
6.475656 6.402974
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.0122 0.0114
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.0026 0.0021
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
9.409923 9.435468
84 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
10
11
5% Significance
Hasil Estimasi Model Lend-DR Lag 2.0 Dependent Variable: LEND Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 07:43 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LEND(-1) LEND(-2) DR C @TREND
0.510126 0.454631 0.024267 0.261982 0.000202
0.167247 0.149715 0.003664 1.421765 0.004007
3.050131 3.036644 6.623263 0.184265 0.050331
0.0028 0.0029 0.0000 0.8541 0.9599
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.986375 0.985939 0.239624 7.177447 3.816390 2262.383 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
15.52031 2.020818 0.018209 0.128499 0.063024 2.205002
12
85
Model Deposit-DR Uji Normalitas 24
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.03e-16 -0.000364 0.511252 -0.517788 0.180507 -0.051811 3.991025
Jarque-Bera Probability
5.378033 0.067948
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.428401 35.66764 47.75159
Prob. F(27,102) Prob. Chi-Square(27) Prob. Chi-Square(27)
0.1042 0.1227 0.0082
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.928525 6.002161
Prob. F(2,121) Prob. Chi-Square(2)
0.0573 0.0497
Prob. F(1,122) Prob. Chi-Square(1)
0.2343 0.2186
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
1.428611 1.513447
86 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06 CUSUM
07
08
10
09
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit-DR Lag 2.2 Dependent Variable: DEPOSIT Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 13:07 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT(-1) DEPOSIT(-2) DR DR(-1) DR(-2) C @TREND
1.341163 -0.390374 0.264324 -0.034153 -0.179067 -0.097540 0.000988
0.072433 0.078914 0.067055 0.129211 0.087974 0.116068 0.000738
18.51602 -4.946830 3.941893 -0.264317 -2.035466 -0.840371 1.339067
0.0000 0.0000 0.0001 0.7920 0.0440 0.4023 0.1830
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.993138 0.992803 0.184857 4.203163 38.59830 2967.020 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.433923 2.179073 -0.486128 -0.331722 -0.423388 2.211680
87 Model Deposit3-DR Uji Normalitas 24
Series: Residuals Sample 2002M04 2012M12 Observations 129
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.06e-15 0.017665 0.842509 -0.859463 0.244682 0.168792 4.908774
Jarque-Bera Probability
20.19592 0.000041
0 -0.75
-0.25
-0.50
0.00
0.25
0.50
0.75
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.896760 53.73018 92.38899
Prob. F(35,93) Prob. Chi-Square(35) Prob. Chi-Square(35)
0.0079 0.0223 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.303844 2.766205
Prob. F(2,119) Prob. Chi-Square(2)
0.2753 0.2508
Prob. F(1,120) Prob. Chi-Square(1)
0.3064 0.2879
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
1.055271 1.129458
88 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06 CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit3-DR Lag 2.3 Dependent Variable: DEPOSIT3 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 13:11 Sample (adjusted): 2002M04 2012M12 Included observations: 129 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT3(-1) DEPOSIT3(-2) DR DR(-1) DR(-2) DR(-3) C @TREND
1.237488 -0.280774 0.211553 -0.167752 0.374753 -0.374618 -0.079306 0.001106
0.092257 0.091390 0.114746 0.185118 0.208417 0.135425 0.157510 0.000881
13.41353 -3.072260 1.843659 -0.906188 1.798094 -2.766232 -0.503499 1.256010
0.0000 0.0026 0.0677 0.3666 0.0747 0.0066 0.6155 0.2115
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.989721 0.989126 0.251660 7.663263 -0.935417
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
8.765969 2.413383 0.138534 0.315886 0.210596
89 F-statistic Prob(F-statistic)
1664.366 0.000000
Durbin-Watson stat
2.032069
Model Deposit6-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-7.36e-16 -0.023817 1.332530 -0.923139 0.331590 0.772696 6.576721
Jarque-Bera Probability
82.86390 0.000000
0 -1.0
-0.5
-0.0
0.5
1.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.796089 7.323301 19.19202
Prob. F(9,121) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.6205 0.6035 0.0236
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.846978 2.894550
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.0940 0.0889
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.8425 0.8391
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.039641 0.041208
90 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 02
03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit6-DR Lag 1.0 Dependent Variable: DEPOSIT6 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 13:55 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT6(-1) DR C @TREND
0.866572 0.165598 -0.526941 0.004425
0.021964 0.028927 0.297821 0.001659
39.45406 5.724672 -1.769322 2.667865
0.0000 0.0000 0.0792 0.0086
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.982877 0.982472 0.335484 14.29375 -40.77391 2429.906 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.529466 2.533994 0.683571 0.771363 0.719245 1.706666
91
Model Deposit12-DR Uji Normalitas 70
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
60 50 40 30 20 10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.63e-17 -0.035768 3.043174 -2.595297 0.461827 1.234359 24.23228
Jarque-Bera Probability
2493.936 0.000000
0 -2
-1
0
1
2
3
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.714465 14.81604 161.7554
Prob. F(9,121) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.0927 0.0961 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.816855 0.843800
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.3678 0.3583
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.2803 0.2700
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
1.175592 1.216576
92 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 02
03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit12-DR Lag 1.0 Dependent Variable: DEPOSIT12 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 13:49 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT12(-1) DR C @TREND
0.906124 0.138179 -0.622030 0.004465
0.027843 0.025826 0.210475 0.001343
32.54450 5.350371 -2.955366 3.324125
0.0000 0.0000 0.0037 0.0012
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.966182 0.965383 0.467250 27.72694 -84.17302 1209.452 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.939084 2.511325 1.346153 1.433945 1.381827 2.154350
93
Model Deposit24-DR Uji Normalitas 50
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.69e-15 0.008884 2.919132 -3.002949 0.587365 -0.375073 11.96615
Jarque-Bera Probability
438.5038 0.000000
0 -3
-2
-1
0
1
2
3
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
4.762796 72.49671 355.8492
Prob. F(27,102) Prob. Chi-Square(27) Prob. Chi-Square(27)
0.0000 0.0000 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.222003 0.475287
Prob. F(2,121) Prob. Chi-Square(2)
0.8012 0.7885
Prob. F(2,121) Prob. Chi-Square(2)
0.0243 0.0185
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
3.832156 7.984110
94
CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
07
CUSUM
08
09
11
10
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit24-DR Lag 2.2 Dependent Variable: DEPOSIT24 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 13:54 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT24(-1) DEPOSIT24(-2) DR DR(-1) DR(-2) C @TREND
0.679398 0.245307 0.361612 -0.951296 0.703108 -0.416633 0.001413
0.089100 0.076722 0.447439 0.842905 0.429046 0.584567 0.003132
7.625072 3.197363 0.808182 -1.128593 1.638771 -0.712720 0.451256
0.0000 0.0018 0.4205 0.2613 0.1038 0.4774 0.6526
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.975410 0.974211 0.601520 44.50470 -114.7859 813.1729 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
10.57777 3.745666 1.873630 2.028036 1.936370 1.999538
95
BANK SWASTA NASIONAL Model Lend-DR Uji Normalitas 70
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
60 50 40 30 20 10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.70e-15 -0.025221 1.068926 -0.959127 0.169833 0.829806 21.08830
Jarque-Bera Probability
1787.180 0.000000
0 -1.0
-0.5
-0.0
0.5
1.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.126417 15.67700 145.5826
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.3427 0.3335 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
3.009975 6.065678
Prob. F(2,123) Prob. Chi-Square(2)
0.0529 0.0482
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.7491 0.7428
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.102750 0.107677
96 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Lend-DR Lag 2.1 Dependent Variable: LEND Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:15 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LEND(-1) LEND(-2) DR DR(-1) C
1.257895 -0.315312 0.276582 -0.225747 0.353560
0.167589 0.150279 0.090335 0.092076 0.231495
7.505843 -2.098173 3.061752 -2.451756 1.527292
0.0000 0.0379 0.0027 0.0156 0.1292
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.991425 0.991151 0.172529 3.720774 46.52217 3613.223 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
14.04331 1.834062 -0.638803 -0.528513 -0.593988 2.039387
97 Model Deposit-DR Uji Normalitas 24
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.85e-15 -0.023164 0.920968 -0.496597 0.199329 1.291214 7.729222
Jarque-Bera Probability
157.2701 0.000000
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.695146 43.01568 131.6795
Prob. F(20,109) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.0005 0.0020 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.511652 1.081337
Prob. F(2,122) Prob. Chi-Square(2)
0.6008 0.5824
Prob. F(1,123) Prob. Chi-Square(1)
0.6414 0.6314
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.217950 0.230150
98 CUSUM Test 24
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.85e-15 -0.023164 0.920968 -0.496597 0.199329 1.291214 7.729222
Jarque-Bera Probability
157.2701 0.000000
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Hasil Estimasi Model Deposit-DR Lag 2.1 Dependent Variable: DEPOSIT Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:28 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT(-1) DEPOSIT(-2) DR DR(-1) C @TREND
1.421862 -0.506169 0.433619 -0.345803 -0.127037 0.001236
0.083133 0.083240 0.153705 0.157232 0.122232 0.000764
17.10350 -6.080811 2.821116 -2.199317 -1.039309 1.617326
0.0000 0.0000 0.0056 0.0297 0.3007 0.1083
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.993834 0.993585 0.203308 5.125431 25.70378 3997.191 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.493231 2.538429 -0.303135 -0.170787 -0.249358 2.039250
99 Model Deposit3-DR Uji Normalitas 20
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.37e-15 -0.038729 0.813456 -0.772926 0.247373 0.695742 4.602770
Jarque-Bera Probability
24.59035 0.000005
0 -0.75
-0.50
-0.25
0.00
0.25
0.50
0.75
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
5.028105 49.47354 82.44760
Prob. F(14,116) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0000 0.0000 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
117.0138 63.33856
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.0000 0.0000
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.1588 0.1484
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
2.009266 2.088966
100 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit3-DR Lag 1.1 Dependent Variable: DEPOSIT3 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:31 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT3(-1) DR DR(-1) C @TREND
0.894533 0.664302 -0.512582 -0.634838 0.003441
0.037517 0.125804 0.137715 0.287073 0.001624
23.84365 5.280444 -3.722032 -2.211415 2.119080
0.0000 0.0000 0.0003 0.0288 0.0360
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.992564 0.992328 0.251269 7.955170 -2.390866 4204.537 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.000611 2.868651 0.112838 0.222578 0.157430 0.692867
101
Model Deposit6-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
8.57e-17 -0.006463 0.748303 -1.075575 0.182272 -1.478564 15.48422
Jarque-Bera Probability
891.5854 0.000000
0 -1.00
-0.75
-0.25
-0.50
0.00
0.25
0.50
0.75
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.503276 30.36380 83.25704
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0038 0.0068 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
9.518246 17.42330
Prob. F(2,123) Prob. Chi-Square(2)
0.0001 0.0002
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.7580 0.7519
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.095352 0.099927
102 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit6-DR Lag 2.0 Dependent Variable: DEPOSIT6 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:37 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT6(-1) DEPOSIT6(-2) DR C @TREND
1.322413 -0.434386 0.123001 -0.187762 0.001615
0.188108 0.165607 0.035925 0.192653 0.001043
7.030062 -2.622993 3.423803 -0.974613 1.548833
0.0000 0.0098 0.0008 0.3316 0.1239
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.995139 0.994983 0.185165 4.285778 37.33310 6396.955 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.097538 2.614206 -0.497432 -0.387142 -0.452618 2.245336
103
Model Deposit12-DR Uji Normalitas 50
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.27e-15 -0.039000 2.064098 -1.829010 0.310827 0.910102 24.99483
Jarque-Bera Probability
2658.677 0.000000
0 -1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.833730 7.649341 86.25349
Prob. F(9,121) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.5864 0.5698 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.423283 1.463234
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.2351 0.2264
Prob. F(1,126) Prob. Chi-Square(1)
0.5766 0.5684
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.313368 0.325399
104 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 02
03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit12-DR Lag 1.0 Dependent Variable: DEPOSIT12 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:40 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT12(-1) DR C @TREND
0.885465 0.153116 -0.475463 0.002368
0.018217 0.018991 0.213206 0.001123
48.60565 8.062701 -2.230061 2.108056
0.0000 0.0000 0.0275 0.0370
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.987326 0.987027 0.314476 12.55972 -32.30292 3297.893 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.409695 2.760991 0.554243 0.642035 0.589917 2.206216
105 Model Deposit24-DR Uji Normalitas 40
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
35 30 25 20 15 10 5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-1.97e-15 -0.105554 11.81051 -6.055844 1.383276 3.846434 45.69111
Jarque-Bera Probability
10192.60 0.000000
0 -5.0
-2.5
0.0
2.5
5.0
7.5
10.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.614163 29.70503 603.9177
Prob. F(20,109) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.0618 0.0748 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.287435 4.698667
Prob. F(2,122) Prob. Chi-Square(2)
0.1059 0.0954
Prob. F(1,123) Prob. Chi-Square(1)
0.4015 0.3874
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.708754 0.746940
106 CUSUM Test
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06 CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit24-DR Lag 2.1 Dependent Variable: DEPOSIT24 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:47 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT24(-1) DEPOSIT24(-2) DR DR(-1) C @TREND
0.379489 0.287782 -0.756997 0.932814 3.013175 -0.016072
0.310348 0.291627 0.523756 0.543644 3.017374 0.014841
1.222783 0.986817 -1.445322 1.715854 0.998608 -1.082923
0.2237 0.3257 0.1509 0.0887 0.3199 0.2809
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.855891 0.850080 1.410890 246.8355 -226.1392 147.2921 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
10.95908 3.643877 3.571373 3.703720 3.625150 2.106211
107 BANK ASING DAN CAMPURAN Model Lend-DR Uji Normalitas 24
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
9.20e-16 0.034432 1.069148 -2.492381 0.418350 -1.530859 12.21638
Jarque-Bera Probability
510.8774 0.000000
0 -2.5
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.127334 15.68822 81.34482
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.3420 0.3328 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.099333 4.291135
Prob. F(2,123) Prob. Chi-Square(2)
0.1269 0.1170
0.026276 0.027544
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.8715 0.8682
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
108 CUSUM Test
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Lend-DR Lag 2.1 Dependent Variable: LEND Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:52 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LEND(-1) LEND(-2) DR DR(-1) C
0.631866 0.351641 0.445660 -0.410788 -0.136535
0.084848 0.086826 0.127660 0.124700 0.311253
7.447036 4.049927 3.491002 -3.294221 -0.438664
0.0000 0.0001 0.0007 0.0013 0.6617
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.915724 0.913027 0.424991 22.57721 -70.67342 339.5540 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
10.90969 1.441078 1.164206 1.274496 1.209021 2.016051
109 Model Deposit-DR Uji Normalitas 30
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.08e-15 0.003359 1.028071 -1.836466 0.306327 -0.947015 13.76687
Jarque-Bera Probability
652.3413 0.000000
0 -1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.560168 30.92252 182.6114
Prob. F(14,116) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0031 0.0057 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.918137 0.955191
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.3398 0.3284
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.0439 0.0387
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
4.144114 4.272592
110 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit-DR Lag 1.1 Dependent Variable: DEPOSIT Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 14:58 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT(-1) DR DR(-1) C @TREND
0.934317 0.790701 -0.721441 -0.156765 0.000909
0.043003 0.161629 0.172096 0.127640 0.000709
21.72684 4.892059 -4.192083 -1.228178 1.282049
0.0000 0.0000 0.0001 0.2217 0.2022
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.979522 0.978872 0.311152 12.19874 -30.39280 1506.710 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.729542 2.140614 0.540348 0.650088 0.584940 2.143024
111 Model Deposit-DR Uji Normalitas 24
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
20
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-5.54e-15 -0.020520 0.785707 -0.880433 0.215895 0.361901 6.519178
Jarque-Bera Probability
69.92104 0.000000
0 -0.75
-0.25
-0.50
0.25
0.00
0.50
0.75
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.873984 33.26303 83.51469
Prob. F(20,109) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.0214 0.0316 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
3.465502 6.988471
Prob. F(2,122) Prob. Chi-Square(2)
0.0344 0.0304
Prob. F(1,123) Prob. Chi-Square(1)
0.1457 0.1340
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
2.143455 2.245927
112 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06 CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit24-DR Lag 2.1 Dependent Variable: DEPOSIT3 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 15:02 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT3(-1) DEPOSIT3(-2) DR DR(-1) C @TREND
1.482817 -0.542184 0.435830 -0.374461 -0.119041 0.001140
0.117463 0.107026 0.108540 0.102619 0.094684 0.000507
12.62367 -5.065886 4.015378 -3.649028 -1.257240 2.246968
0.0000 0.0000 0.0001 0.0004 0.2110 0.0264
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.990287 0.989895 0.220204 6.012761 15.32527 2528.464 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.055154 2.190605 -0.143466 -0.011118 -0.089688 2.283006
113 Model Deposit6-DR Uji Normalitas 20
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
16
12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.79e-16 0.008224 0.491332 -0.540110 0.194865 -0.065171 3.358416
Jarque-Bera Probability
0.787862 0.674401
0 -0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.525285 28.42710 30.49858
Prob. F(20,109) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.0870 0.0997 0.0622
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
6.169725 11.94086
Prob. F(2,122) Prob. Chi-Square(2)
0.0028 0.0026
Prob. F(1,123) Prob. Chi-Square(1)
0.9825 0.9820
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.000482 0.000509
114 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 03
04
05
06 CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit6-DR Lag 2.1 Dependent Variable: DEPOSIT6 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 15:14 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT6(-1) DEPOSIT6(-2) DR DR(-1) C @TREND
1.489840 -0.544951 0.309980 -0.253433 -0.142761 0.001536
0.082261 0.077950 0.064263 0.063191 0.098312 0.000599
18.11110 -6.991022 4.823588 -4.010573 -1.452121 2.562691
0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.1490 0.0116
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.989652 0.989235 0.198755 4.898460 28.64787 2371.887 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.023154 1.915644 -0.348429 -0.216081 -0.294651 2.377983
115 Model Deposit12-DR Uji Normalitas 60
Series: Residuals Sample 2002M02 2012M12 Observations 131
50
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.02e-15 -0.032892 3.189281 -1.332802 0.433541 2.815352 24.56686
Jarque-Bera Probability
2711.888 0.000000
0 -1
0
1
2
3
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
30.15438 102.7631 1120.231
Prob. F(14,116) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0000 0.0000 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.053107 2.116887
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.1544 0.1457
Prob. F(1,125) Prob. Chi-Square(1)
0.0025 0.0019
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
9.559850 9.654090
116 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit12-DR Lag 1.1 Dependent Variable: DEPOSIT12 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 15:17 Sample (adjusted): 2002M02 2012M12 Included observations: 131 after adjustments White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT12(-1) DR DR(-1) C @TREND
0.930679 0.697162 -0.609660 -0.256173 0.001776
0.023008 0.368304 0.364523 0.252339 0.001410
40.44992 1.892895 -1.672487 -1.015192 1.259068
0.0000 0.0607 0.0969 0.3120 0.2103
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.967134 0.966091 0.440369 24.43450 -75.89328 926.9517 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.061450 2.391442 1.235012 1.344752 1.279604 1.755169
117 Model Deposit24-DR Uji Normalitas 60
Series: Residuals Sample 2002M03 2012M12 Observations 130
50
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.79e-16 0.163202 6.580555 -7.479374 1.984489 -0.637092 7.207942
Jarque-Bera Probability
104.7059 0.000000
0 -6
-4
-2
0
2
4
6
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
3.977377 42.41087 121.7105
Prob. F(14,115) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0000 0.0001 0.0000
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.288294 4.663523
Prob. F(2,123) Prob. Chi-Square(2)
0.1057 0.0971
Prob. F(1,124) Prob. Chi-Square(1)
0.3027 0.2903
Uji Functional Form Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
1.071065 1.118069
118 CUSUM Test 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 03
04
05
06
CUSUM
07
08
09
10
11
12
5% Significance
Hasil Estimasi Model Deposit24-DR Lag 2.0 Dependent Variable: DEPOSIT24 Method: Least Squares Date: 05/24/13 Time: 15:20 Sample (adjusted): 2002M03 2012M12 Included observations: 130 after adjustments Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DEPOSIT24(-1) DEPOSIT24(-2) DR C @TREND
0.515443 0.200146 0.274448 0.166358 -0.001484
0.121791 0.112807 0.111738 1.526249 0.008072
4.232210 1.774230 2.456171 0.108998 -0.183876
0.0000 0.0785 0.0154 0.9134 0.8544
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.711282 0.702043 2.015990 508.0271 -273.0570 76.98698 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.816615 3.693273 4.277801 4.388090 4.322615 2.075281
119
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Farhana Zahrotunnisa, lahir pada tanggal 3 Januari 1992 di Sragen, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Drs Priyanto dan Tertiana. Latar belakang pendidikan penulis dimulai pada tahun 1997 di SDN Sukmajaya 5 Depok, yang kemudian dilanjutkan ke SMP Yapemri dan menamatkannya pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 4 Depok dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus SMA penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis cukup aktif dalam organisasi kampus. Dalam organisasi internal penulis pernah menjabat sebagai sekretaris divisi Discussion and Analysis HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEM IPB pada periode 2010-2011 Pada periode selanjutnya 2011-2012 penulis menjabat sebagai Ketua Divisi Discussion and Analysis HIPOTESA . Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Pada tahun 2012 penulis berhasil masuk dalam peserta PIMNAS ke 25 yang diadakan di Jogjakarta dan pada tahun 2013 lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penelitian yang dibiayai oleh Dikti tahun. Saat ini penulis aktif tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor program studi Ilmu Ekonomi angkatan pertama program fast track.