ANALISIS KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Anita Sabrina, Gatot Soepriyanto Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480 Phone +62.21 534 5830 - +62.21 535 0660 Fax +62.21 530 0244
[email protected] ABSTRAK This study aims to analyze tax aggressiveness before and after the tax reform, and analyzed the characteristics of corporate governance to tax aggressiveness. Research conducted on the manufacturing industries listed in the Indonesia Stock Exchange Pre-Tax Reform (2007.2008) and Post-Tax Reform (2010.2011) with a total observation is 232 firm-years.Methods of research using logistic regression panel using STATA 12 and the results of this study indicate that manufacturing companies in Indonesia after the tax reform is not doing tax aggressiveness both seen in the industry level and company level, and corporate governance characteristics that significantly influence is audit quality on tax aggressiveness measured by GAAP effective tax rate (GETR) and book-tax differences (BTD), the audit committee significant effect on tax aggressiveness as measured by book-tax differences (BTD), leverage significant effect on tax aggressiveness as measured by GAAP effective tax rate (GETR), and profitability have a significant effect on all three measures on tax aggressivenes by GAAP effective tax rate (GETR), Current effective tax rate (CuETR) and book-tax differences (BTD). Keywords: Tax Aggressivenes , Tax Reform, Corporate Governance Penelitian ini bertujuan untuk menganalis tindakan pajak agresif sebelum dan sesudah reformasi pajak serta menganalisis karakteristik corporate governace terhadap tindakan pajak agresif.Penelitian dilakukan terhadap industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pra-Reformasi Pajak (2007,2008) dan Pasca-Reformasi Pajak (2010,2011) dengan total observasi sebanyak 232 firmyears.Metode penelitian menggunakan regresi panel logistic dengan menggunakan STATA 12 dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia pasca reformasi pajak tidak melakukan tindakan pajak agresif baik dilihat secara level industri maupun perusahaan,dan karakteristik corporate governance yaitu kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif yang diukur dengan GAAP effective tax rate (GETR) dan book-tax differences (BTD), komite audit berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif yang diukur dengan book-tax differences (BTD), leverage berpengaruh signifikan pada pengukuran tindakan pajak agresif yaitu GAAP effective tax rate (GETR), dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan pada ketiga pengukuran tindakan pajak agresif yaitu GAAP effective tax rate (GETR), Current effective tax rate (CuETR) dan book-tax differences (BTD). Kata Kunci: Tindakan Pajak Agresif, Reformasi Pajak, Corporate Governance
1
PENDAHULUAN Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan dan pembangunan. Sebagai salah satu kontribusi terbesar, pemerintah pada tahun 2008 kembali melakukan perubahan atas UU PPh No.36 tahun 2008 guna meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Perubahan- perubahan peraturan perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki sistem perpajakan dan meningkatkan jumlah penerimaan pajak ini disebut reformasi pajak. Untuk mencapai misi pemerintah tersebut, maka melalui UU No. 36 tentang Pajak Penghasilan tahun 2008 pemerintah memberikan insentif berupa penurunan tarif Pajak Penghasilan menjadi 28% pada tahun 2009 dan akan menjadi 25% pada tahun fiskal 2010. Dengan demikian, adanya reformasi perpajakan tentunya juga dirancang agar para wajib pajak tidak melakukan manajemen pajak secara agresif. Agresifitas pajak tersebut dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang berasal sebagian besar dari pajak. Namun, di sisi lain perusahaan sebagai wajib pajak menganggap pajak sebagai biaya karena dengan membayar pajak berarti mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima. Beberapa peneliti dan literatur menjelaskan definisi agresifitas secara lebih spesifik. Slemrod (2004) dalam Balakrishnan, Blouin, dan Guay (2010) berpendapat bahwa agresivitas pajak merupakan aktivitas yang spesifik, yang mencakup transaksitransaksi, dimana tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak perusahaan. Menurut Frank, Lynch, dan Rego (2009) agresivitas pajak diartikan sebagai “downward manipulation of taxable income through tax planning that may or may not be considered fraudulent tax evasion.” Untuk mengukur seberapa agresif suatu perusahaan dalam menghindar pembayaran pajaknya cukup sulit dilakukan dan data untuk pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak juga sulit didapat untuk itu perlu pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar oleh perusahaan kepada pemerintah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengadopsi pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen seberapa agresif perusahaan dalam pembayaran pajaknya yaitu dengan menggunakan sebagian pengukuran yang telah dirangkum oleh Hanlon dan Heitzman (2010), yaitu GAAP effective tax rate (GETR) ,current effective tax rate (CuETR), dan book-tax difference (BTD). Kedua model ETR dianggap dapat mengukur agresivitas pajak, karena perusahaan-perusahaan yang menghindari pajak perusahan dengan mengurangi penghasilan kena pajak mereka dengan tetap menjaga laba akuntansi keuangan sehingga akan memiliki nilai ETR yang akan lebih rendah. Dengan demikian, ETR dapat digunakan untuk mengukur agresivitas pajak. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan model perhitungan denga Book Tax Difference (BTD) sebagai proksi pengukuran alternatif agresivitas pajak untuk memperkuat hasil empiris penelitian ini. BTD menggambarkan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan yang besar antara laba akuntansi dengan penghasilan kena pajak di perusahaan umumnya menunjukkan perilaku agresif terhadap pajak yang lebih besar (Desai dan Dharmapala, 2006; Frank et al., 2009, Lanis dan Richardson, 2011). Penelitian ini juga menganalisa faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan agresifitas pajak, salah satunya adalah corporate governance. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance diharapkan menghasilkan kinerja yang baik dan efisien karena corporate governance dapat memberikan perlindungan efektif bagi para pemegang saham dan stakeholder. Oleh karena itu, secara implisit dapat dikatakan bahwa corporate governance dan agresifitas pajak memiliki sebuah korelasi, karena perusahaan merupakan wajib pajak sehingga kenyataannya bahwa suatu aturan struktur corporate governance mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain agresifitas pajak juga tergantung pada dinamika dari corporate governance dalam suatu perusahaan (Friese, Link, dan Mayer,2006). Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengukur apakah sebelum dan sesudah reformasi perpajakan perusahaan manufaktur di Indonesia lebih agresif atau tidak serta melihat faktor-faktor corporate governance yang diduga mempengaruhi tindakan pajak agresif yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilkan institusional, kualitas audit, ukuran perusahaan, tingkat pendanaan (leverage), dan profitabilitas.
HIPOTESIS Komisaris independen merupakan bagian yang berasal dari luar manajemen sehingga tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang dikeluarkan oleh BEI.Sabli dan Noor (2012) menyimpulkan bahwa komisaris independen
2
melakukan pengawasan yang sangat baik dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan yang berlaku. Pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen agar tidak terjadi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan para stakeholder. Minnick dan Noga (2010) turut melihat aspek positif dari keberadaan komisaris independen yang menyangkut nilai perusahaan setelah pajak, yaitu dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham serta memberikan dorongan yang signifikan dari bottom line performance. Ha1 : Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Menurut Foker (1992) dalam Hanum (2013) menyatakan bahwa komite audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Pengungkapan perusahaan yang dimaksud adalah bahwa perusahaan telah melakukan pengungkapan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan dan tidak melanggar hukum yang berlaku. Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa keberadaan komite audit dapaat meminimalisasi penghindaran pajak karena dapat memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Ha2 : Komite audit berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Investor institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Djakman dan Machmud (2008) dalam Anggraini (2011)).Kepemilikan Institusional memiliki arti penting dalam perusahaan, keberadaan mereka dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini didukukung oleh penelitian Lim (2011) pada perusahaan di Korea dianalisis bahwa kepemilikan institusional memperkuat efek negatif dari penghindaran pajak pada cost of debt dengan mengurangi biaya agensi antara pemegang saham pengendali dan debt holders. Sehingga dapat disimpulkan investor institusional sebagai pengawas yang berasal dari eksternal akan mendorong manajemen perusahaan dengan melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan agar dalam menghasilkan laba berdasarkan aturan yang berlaku, karena pada dasarnya investor institusional lebih melihat seberapa jauh manajemen taat kepada aturan dalam menghasilkan laba, salah satunya adalah mematuhi peraturan pajak yang berlaku dan meminimalisir adanya tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Ha3 : Investor institusional berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif Menurut penelitian Sanjaya (2008) perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas auditor yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibandingkan dengan auditor KAP non-Big Four. Dengan adanya reputasi yang tinggi membuat auditor KAP Big Four berusaha secara sungguhsungguh untuk mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik. Annisa dan Kurniasih (2012) juga menyatakan apabila suatu perusahaan diaudit oleh KAP Big Four akan semakin sulit melakukan kebijakan pajak agresif. Karena jika nominal pajak yang harus dibayar terlalu tinggi biasanya perusahaan akan berusaha menggelapkan pajak, oleh karena itu semakin berkualitas auditornya maka perusahaan cenderung tidak melakukan manipulasi pajak karena auditor eksternal akan bekerja optimal untuk mempertahankan reputasinya. Ha4 : Kualitas Auditor berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Penelitian yang dilakukan oleh Watz dan Zimmerman (1983) dalam Hanum (2013) menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar akan membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga dengan besaran laba yang semakin besar maka akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Dengan tarif efektif yang semakin besar yang harus dibayar oleh perusahaan besar, perusahaan akan berusaha menurunkan tarif pajak efektif tersebut dengan cara melakukan penghematan pajak, ini dilakukan karena perusahaan tersebut mempunyai subtansi sumber daya yang mampu memanipulasi proses politik yang dikehendakinya dengan melakukan perencanaan pajak dan mengatur aktivitas-aktivitas perusahan. Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak, karena ada batasan berupa kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran keputusan regulator, oleh karena itu ukuran perusahaan dikontrol Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Atas dasar ini perusahaan akan menggunakan proksi hutang untuk melakukan tindakan pajak secar agresif agar dapat membayar pajak dalam jumlah yang lebih kecil, hal ini dikarenakan biaya bunga termasuk deductible expense dalam pendapatan kena pajak (Gupta dan Newberry,1997) Ha6 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.
3
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara langsung ini akan mempengaruhi tarif pajak efektif. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Derazhid dan Zhang (2003) dalam Lestari (2010), tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif perusahaan, hal ini disebakan karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif juga lebih kecil Ha7 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan panel data . Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.com). Periode pengamatan yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan tahun 2007,2008, 2010, dan 2011. Sampel yang diperoleh dari keseluruhan populasi perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indoenesia adalah sebanyak 232 sampel yang terdiri dari 58 perusahaan. Penetapan jumlah sampel berdasarkan metode purposive sampling. Metode yang digunakan untuk mengakategorikan perusahaan termasuk atau tidak dalam kategori tindakan pajak agresif adalah dengan menggunakan “benchmark” yaitu rata-rata industri. Jika perusahaan melewati “benchmark” mengindikasikan perusahaan melakukan tindakan pajak secara agresif, Variabel independen yang ada, antara lain komisaris independen, komite audit, kepemilkan institusional, kualitas audit, ukuran perusahaan, tingkat pendanaan (leverage), dan profitabilitas. Sedangkan untuk variabel dependen yang digunakan adalah tindakan pajak agresif yang diukur menggunakan tiga proksi perhitungan yaitu GAAP effective tax rate (GETR) ,current effective tax rate (CuETR), dan book-tax difference (BTD). Untuk mengetahui pengaruh yang dari variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan bantuan program statistik STATA versi 20.0 dengan menggunakan metode antara lain : 1. Analisis Statistika Deskriptif ( Univariate) 2. Regresi Panel Logistik (Multivariate) a. Pengujian Metode Regresi Chow Test Hausman Test LM Test b. Pengujian Postestimation Analisis Korelasi Model Information Criterion Model (AIC dan BIC) Goodness of Fit Summary Statistic Model c. Pengujian Hipotesis Model regresi penel logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: TAGit = α + β1INDPit + β2KOMITEit + β3INSTit + β4AUDITit + β5SIZEit + β6LEVit +β7ROAit+ εt Keterangan : α = konstanta TAGit = agresifitas pajak perusahaan i tahun ke-t yang diukur menggunakan proksi GETR, CuETR, dan BTD, dimana kategori 1 bagi perusahaan yang melewati “benchmark” dan kategori 0 bagi perusahaan yang tidak melewati “benchmark” INDPit = komisaris independen i tahun ke-t KOMITEit = komite audit i tahun ke t INSTit = Investor Institusional i tahun ke t AUDITit = Kualitas Audit i tahun ke t SIZEit = Ukuran perusahaan i tahun ke t LEVit = proporsi hutang jangka panjang terhadap total asset perusahaan i tahun ke- t ROAit = tingkat pengembalian asset perusahaan i di tahun ke-t ε = error
4
HASIL DAN BAHASAN 1. Analisis Statistika Deskriptif (Univariate) Analisis pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif statistik. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dengan melihat dari nilai rata-rata (mean), nilai jumlah, nilai simpangan (standar deviasi), nilai tertertinggi (maximum), dan nilai terendah (minimum). a. Tindakan Pajak Agresif Dilihat Dari Level Industri
Gambar 1 GETR Sebelum dan Sesudah Reformasi Pajak
Gambar 2 CuETR Sebelum dan Sesudah Reformasi Pajak
Gambar 3 BTD Sebelum dan Sesudah Reformasi Pajak Berdasarkan Gambar 1, 2 dan 3 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut :
5
1. Dari gambar 1 diatas menunjukkan pergerakan nilai rata-rata GETR pada tahun 2007 sampai dengan 2011 pada industri manufaktur. Pada tahun 2007 dan 2008 sebelum reformasi perpajakan, perusahaan pada industri manufaktur memiliki rata-rata tarif pajak efektif sebesar 31.62% dan 31.19%, dan pada tahun 2010 dan 2011 setelah reformasi perpajakan, perusahaan sampel memiliki rata-rata tarif pajak efektif sebesar 24.45% dan 24.7%. 2. Dari gambar 2 turut ditunjukkan pergerakan nilai rata-rata CuETR pada tahun 2007 sampai dengan 2011. Pada tahun 2007 dan 2008 sebelum reformasi perpajakan, perusahaan ada industri manufaktur sampel memiliki rata-rata tarif pajak efektif kini sebesar 31.81% dan 35.01%m dan pada tahun 2010 dan 2011 setelah reformasi perpajakan, perusahaan sampel memiliki rata-rata tarif pajak efektif sebesar 24.56% dan 25.03%. 3. Dari gambar 3 menunjukkan pergerakan rata-rata nilai BTD yang cukup beragam tiap tahunnya dalam periode sampel yaitu, 2.3% pada tahun 2007, 4.6% pada tahun 2008, 5.6% pada tahun 2010, dan 2,7% pada tahun 2011. b. Tindakan Pajak Agresif Dilihat Dari Level Perusahaan Tabel 1 Statistik Deskriptif 2007 Variabel Dummy Jumlah Persentase Tidak Agresif 26 44.8 GETR Agresif 32 55.2 Total 58 100 Tidak Agresif 23 39.7 CuETR Agresif 35 60.3 Total 58 100 Tidak Agresif 35 60.3 BTD Agresif 23 39.7 Total 58 100 Tabel 2 Statistik Deskriptif 2008 Variabel Dummy Jumlah Persentase Tidak Agresif 23 39.7 GETR Agresif 35 60.3 Total 58 100 Tidak Agresif 21 36.2 CuETR Agresif 37 63.8 Total 58 100 Tidak Agresif 44 75.9 BTD Agresif 14 24.1 Total 58 Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel
Dummy Tidak Agresif
GETR
CuETR
BTD
100
Jumlah 32
Persentase 55.2
Agresif
26
44.8
Total
58
100
Tidak Agresif
32
55.2
Agresif
26
44.8
Total
58
100
Tidak Agresif
47
81
Agresif
11
19
Total
58
100
6
Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel GETR
CuETR
BTD
Jumlah
Persentase
Tidak Agresif
Dummy
28
51.7
Agresif
30
48.3
Total
58
100
Tidak Agresif
28
48.3
Agresif
30
51.7
Total
58
100
Tidak Agresif
34
58.6
Agresif
24
41.4
Total
58
100
Berdasarkan tabel 1 sampai dengan tabel 4 yang menggambarkan jumlah perusahaan agresif dan tidak agresif pada tahun 2007 hingga 2011 berdasarakan 3 model perhitungan agresifitas pajak dapat terlihat bahwa sesudah reformasi perpajakan pada tahun 2008 rata-rata jumlah perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif lebih sedikit daripada sebelum reformasi pajak 2. Regresi Panel Logistik a. Pengujian Metode Regresi Tabel 5 Ringkasan Pemilihan Metode Estimasi Chow Test Hausman Test LM Test PLS/FE FE RE/FE RE PLS/RE RE Kesimpulan Random Effect Kesimpulan yang diambil dari ketiga uji ini adalah baik model pertama, kedua, dan ketiga menggunakan metode random effect. b. Pengujian Postestimation ( lampiran 1, 2, dan 3) Analisis Korelasi Model Untuk melihat adanya multikolineritas adalah dengan cara melihat correlation matrix. Apabila korelasi antar variabel bebas kurang dari 0. (rule of thumbs 0.8) maka dapat dikatakan tidak ada multikolineritas. Information Criterion Model (AIC dan BIC) AIC adalah Akaike Information Criteria. AIC merupakan nilai yang dapat mengidentifikasikan apakah model sudah baik atau tidak. Untuk melihat apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak adalah dengan cara melihat nilai AIC sebaiknya lebih rendah dengan nilai BIC maka dapat dikatakan model yang digunakan sudah baik. Goodness of Fit Pengujian kelayakan model regresi dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan menggunakan nilai Chi-Square. jika nilai probabilitas (sig) lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 5% maka H0 tidak dapat ditolak, berarti model mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Summary Statistic Model Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat seberapa besar persamaan regresi dapat menjelaskan varaibel dependen. Koefisien determinasi dapat diketahui berdasarkan nilai McKelvey and Zavoina's
7
c. Hasil Uji Hipotesis (Multivariate) Tabel 6 Hasil Uji Regresi Panel Logistik GETR CuETR α = -2.736 α = -3.41798
BTD α = -0.746
Coef
Prob
Coef
Prob
Coef
Prob
INDP
-0.812
0.705
1.644
0.367
-3.384
0.239
KOMITE
0.26
0.673
-0.126
0.812
1.553
0.058**
INST
0.326
0.347
0.752
0.098
-2.505
0.131
AUDIT
-1.221
0.077**
-0.745
0.184
-0.1704
0.061**
SIZE
0.05
0.408
0.083
0.11
-0.043
0.547
LEV
5.858
0.004*
2.425
0.127
-1.006
0.694
ROA
7.22
0.007*
6.148
0.006*
5.488
0.068**
Keterangan : tag ( dependen variabel yaitu GETR, CuETR, dan BTD) indp (komisaris independen), komite (komite audit), inst (kepemilikan institusional), audit (kualitas audit), size (ukuran perusahaan dari log total asset), lev (tingkat hutang dari Debt to asset ratio), roa (profitabilitas dari Return on asset ratio) , *) signifikansi α 5%, **) signifikansi α 10% Sumber: data olahan menggunakan Stata 12
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi ( ) sebesar 5% atau 10%. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05atau 0,1, maka H0 tidak dapat ditolak (Ha ditolak) artinya variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tapi apabila nilai probabilitas yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 atau 0,1 , maka H0 ditolak (Ha diterima) yang berarti variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. a. Variabel komisaris independen menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.705, 0.367, dan 0.239. Nilai ini lebih besar dari α 5% dan 10% sehingga dapat dinyatakan bahwa komisaris independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pajak agresif. b. Variabel komite audit menghasilkan probabilitas sebesar 0.26 untuk proksi GETR, dan 0.812 untuk proksi CuETR. Nilai ini lebih besar dari α 5% atau 10% , hal ini berarti keberadaan komite audit tidak terbukti berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif.Namun pada proksi BTD (book tax- differences) adalah sebesar 0.058 yang lebih kecil dari α 10%. Hal ini berarti komite audit dalam model ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. c. Variabel kepemilikan institusional yang diregersikan dengan ketiga proksi yang dijadikan pengukuran tindakan pajak agresif menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.347, 0.098, dan 0.131. Nilai ini lebih besar dari α 5% atau 10% sehingga dapat dinyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. d. Variabel kualitas audit untuk ketiga proksi yang dijadikan pengukuran tindakan pajak agresif memiliki nilai probabilitas sebesar 0.077 untuk proksi GETR dan 0.025 untuk proksi BTD. Nilai ini lebih kecil dari α 10% untuk GETR dan α 5% untuk BTD yang berarti variabel kualitasaudit terbukti berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Namun, nilai probabilitas dari variabel kualitas audit untuk model penelitian yang menggunakan proksi CuETR adalah sebesar 0.184 yang lebih besar dari α 5%. Hal ini berarti kualitas audit tidak konsisten dengan hasil yang didapat oleh model dengan pengukuran BTD dan GETR. e. Variabel ukuran perusahaan (size) yang diwakili dengan logaritma total asset memiliki nilai probabilitas adalah sebesar 0.408, 0.11, dan 0.547 untuk ketiga proksi tindakan pajak agresif (GETR, CuETR, dan BTD). Hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α 5% yang berarti variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif f. Variabel tingkat pendanaan dari ketiga model dalam penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas yang berbeda, untuk model dengan pengukuran GETR menghasilkan nilai 0.004 yang berarti lebih kecil dari α 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Namun, nilai probabilitas untuk kedua model penelitian yang lain yaitu CuETR dan BTD adalah 0.127 dan 0.694 yang lebih besar dari α 5%. Hal ini berarti tingkat pendanaan tidak konsisten dengan hasil yang didapat oleh model dengan pengukuran tindakan pajak agresif dengan proksi GETR. Tingkat pendanaan tidak terbukti berpengaruh secara signifikan.
8
g. Variabel profitabilitas (ROA) untuk ketiga model yang dijadikan pengukuran tindakan pajak agresif menunjukkan nilai probabilitas untuk ROA sebesar 0.007, 0.006, dan 0.068. Nilai ini lebih kecil dari α 5% untuk proksi GETR dan CuETR dan ebih kecil dari α 10% sehingga dapat dinyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan pajak agresif.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Secara rata-rata industri, pasca reformasi pajak dengan pendekatan GETR perusahaan pada industri manufaktur lebih agresif walupun frekuensi agresifitas tidak terlalu tinggi, hal ini dapat dilihat pra reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2007 sebesar 31.62% dan pada tahun 2008 sebesar 31.19% dimana tarif pajak yang berlaku yaitu 30% dan pasca reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2010 sebesar 24.25% dan 2011 sebesar 24.7% dimana tarif pajak yang berlaku 25%. Pada pendekatan CuETR pasca reformasi pajak perusahaan pada industri manufaktur tidak agresif, hal ini dapat dilihat pada tahun 2007 nilai CuETR pada industri manufaktur sebesar 31.81% dan pada tahun 2008 sebesar 35.01% dimana tarif pajak yang berlaku adalah 30% dan pasca reformasi pajak tarif pajak industri manufaktur pada tahun 2010 sebesar 24.56% dan pada tahun 2011 sebesar 25.03% dimana tarif pajak yang berlaku 25%. Dan pada pendekatan BTD memiliki nilai rata-rata industri yang beragam 2.3%, 4.6%, 5.6%, dan 2.7%, dan pada pasca reformasi pajak rata-rata nilai BTD lebih agresif dibandingkan pra reformasi pajak , fenomena ini diperkirakan terjadi karena sejak diberlakukannya undang-undang PPh No.36 tahun 2008, terdapat beberapa perluasan pokok-pokok undang-undang. 2. Dilihat dari level perusahaan, pada pendekatan GETR jumlah perusahaan yang melakukan agresifitas pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 27 perusahaan dengan selisih agresifitas lebih kecil dibanding pra reformasi pajak. Pada pendekatan CuETR jumlah perusahan yang melakukan agresifitas pajak pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 28 perusahaan dengan selisih agresifitas lebih kecil dibanding pra reformasi pajak, dan pada pendekatan BTD jumlah perusahaan yang melakukan agresifitas pajak pasca reformasi pajak lebih sedikit yaitu 18 perusahaan dengan selisih agresiftas pajak lebih sedikit dibanding pra reformasi pajak. 3. Dari semua variabel independen pada penelitian ini hanya profitabilitas yang terbukti paling robust berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif melalui 3 model (GETR,CuETR, dan BTD). Hal ini diduga karena perusahaan yang lebih profitable akan mengelola perencanaan pajaknya secara baik sehingga dapat menurunkan tarif pajak efektifnya. Dengan kata lain, semakin profitable perusahaan maka tindakan pajaknya akan semakin agresif. Berdasarkan uraian simpulan dan ketebatasan yang dikemukakan sebelumnya saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penelitian tindakan pajak agresif melalui pendekatan kualitatif, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam mengenai tindakan pajak agresif 2. Menggunakan data primer, sehingga variabel-variabel yang digunakan dapat lebih mendalam untuk mengukur tindakan pajak agresif pada suatu perusahaan 3. Memperbanyak sampel penelitian menjadi semua industri di BEI, sehingga dapat diketahi agresifitas pajak tiap industri berdasarkan “benchmark” industri sehingga dapat memberikan gambaran keseluruhan industri yang ada di Indonesia. 4. menambah komponen variabel corporate governace yang lebih luas seperti corporate social responsibility, hubungan politik, etika, kepemilikan keluarga, kepemilikan manajerial serta komponen dalam corporate governance lainnya.
9
LAMPIRAN Lampiran 1- Hasil Postestimation Test (GETR) 1. Analisa Korelasi Model-GETR Correlation matrix of coefficients of xtlogit model | getr | lnsig2u e(V) | indp komite inst audit size lev roa _cons | _cons -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------getr | | indp | 1.0000 | komite | 0.0077 1.0000 | inst | 0.0365 0.0535 1.0000 | audit | -0.0792 -0.0577 -0.1766 1.0000 | size | 0.0018 0.1185 0.1399 0.2109 1.0000 | lev | -0.1090 -0.0572 0.1179 -0.2515 0.0873 1.0000 | roa | -0.1365 -0.1102 0.1566 -0.3660 0.2152 0.4338 1.0000 | _cons | -0.3271 -0.6000 -0.2497 -0.0993 -0.7506 -0.1287 -0.1914 1.0000 | -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------lnsig2u | | _cons | -0.1601 -0.1033 0.1355 -0.1351 0.0877 0.4322 0.4294 -0.0434 | 2. Information Criterion Model- GETR ----------------------------------------------------------------------------Model | Obs ll(null) ll(model) df AIC BIC -------------+--------------------------------------------------------------. | 232 . -139.0051 9 296.0101 327.0308 ---------------------------------------------------------------------------
3.
Goodness of Fit Model-GETR
Logistic model for getr, goodness-of-fit test number of observations = 232 number of covariate patterns = 232 Pearson chi2(224) = 230.30 Prob > chi2 = 0.3720 4.
Summary Statistic Model-GETR
Measures of Fit for logit of getr Log-Lik Intercept Only: D(224):
-160.733 308.486
McFadden's R2: 0.040 Maximum Likelihood R2: 0.054 McKelvey and Zavoina's R2: 0.086 Variance of y*: 3.598 Count R2: 0.573 AIC: 1.399 BIC: -911.584 Lampiran 2- Hasil Postestimation Test (CuETR) 2.
Log-Lik Full Model: LR(7): Prob > LR: McFadden's Adj R2: Cragg & Uhler's R2: Efron's R2: Variance of error: Adj Count R2: AIC*n: BIC':
-154.243 12.979 0.073 -0.009 0.073 0.052 3.290 0.124 324.486 25.148
Analisa Korelasi Model-CuETR
Correlation matrix of coefficients of xtlogit model | cuetr | lnsig2u e(V) | indp komite inst audit size lev roa _cons | _cons -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------cuetr | | indp | 1.0000 | komite | -0.0402 1.0000 | inst | 0.0393 0.0444 1.0000 | audit | -0.1533 -0.0463 -0.1822 1.0000 | size | -0.0092 0.0993 0.1538 0.1929 1.0000 | lev | -0.0051 -0.0735 0.0620 -0.1905 0.1297 1.0000 | roa | -0.0029 -0.1242 0.0982 -0.3593 0.2592 0.3466 1.0000 | _cons | -0.3134 -0.5794 -0.2858 -0.0611 -0.7475 -0.1644 -0.2400 1.0000 | -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------lnsig2u | | _cons | -0.0051 -0.1598 0.1543 -0.0455 0.2259 0.1037 0.2685 -0.1026 | 1.00000
2. Information Criterion Model-CUETR ----------------------------------------------------------------------------Model | Obs ll(null) ll(model) df AIC BIC -------------+--------------------------------------------------------------. | 232 . -142.5423 9 303.0845 334.1052 ----------------------------------------------------------------------------
10
3.
Goodness of Fit Model-CuETR
Logistic model for cuetr, goodness-of-fit test number of observations = 232 number of covariate patterns = 232 Pearson chi2(224) = 228.43 Prob > chi2 = 0.4053 4.
Summary Statistic Model-CuETR
Measures of Fit for logit of cuetr Log-Lik Intercept Only: -159.567 D(224): 302.449 McFadden's R2: Maximum Likelihood R2: McKelvey and Zavoina's R2: Variance of y*: Count R2: AIC: BIC:
0.052 0.069 0.129 3.779 0.603 1.373 -917.620
Log-Lik Full Model: LR(7): Prob > LR: McFadden's Adj R2: Cragg & Uhler's R2: Efron's R2: Variance of error: Adj Count R2: AIC*n: BIC':
-151.225 16.684 0.020 0.002 0.093 0.064 3.290 0.115 318.449 21.443
Lampiran 3 - Hasil Postestimation Test (BTD) 1.
Analisa Korelasi Model-BTD
Correlation matrix of coefficients of xtlogit model | btd | lnsig2u e(V) | indp komite inst audit size lev roa _cons | _cons -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------btd | | indp | 1.0000 | komite | -0.0510 1.0000 | inst | -0.0093 0.0395 1.0000 | audit | -0.0563 -0.2366 -0.0361 1.0000 | size | 0.0006 0.1313 0.2137 0.2704 1.0000 | lev | 0.0918 -0.1623 0.1486 0.0909 0.1755 1.0000 | roa | -0.0703 0.0602 -0.1594 -0.4667 0.0744 0.0663 1.0000 | _cons | -0.2959 -0.5811 -0.4342 -0.0194 -0.7324 -0.1845 -0.1218 1.0000 | -------------+--------------------------------------------------------------------------------+---------lnsig2u | | _cons | 0.0637 -0.2927 0.2988 0.4207 0.1005 0.2672 -0.3728 0.0234 | 1.0000 2. Information Criterion Model – BTD ----------------------------------------------------------------------------Model | Obs ll(null) ll(model) df AIC BIC -------------+--------------------------------------------------------------. | 232 . -112.1378 9 242.2755 273.2962 ----------------------------------------------------------------------------3.
Goodness of Fit Model – BTD
Logistic model for btd, goodness-of-fit test number of observations = 232 number of covariate patterns = 232 Pearson chi2(224) = 229.17 Prob > chi2 = 0.3921 4.
Summary Statistic Model- BTD
Measures of Fit for logit of btd Log-Lik Intercept Only: -143.695 D(224): 263.366 McFadden's R2: Maximum Likelihood R2: McKelvey and Zavoina's R2: Variance of y*: Count R2: AIC: BIC:
0.084 0.098 0.204 4.132 0.716 1.204 -956.704
Log-Lik Full Model: LR(7): Prob > LR: McFadden's Adj R2: Cragg & Uhler's R2: Efron's R2: Variance of error: Adj Count R2: AIC*n: BIC':
-131.683 24.025 0.001 0.028 0.139 0.103 3.290 0.083 279.366 14.102
REFERENSI Annisa, N. A., & Kurniasih, L. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 8(2), 123-136. Balakrishnan, K., Blouin, J., & Guay, W. (2011). Does Tax Aggressiveness Reduce Financial Reporting Transparency?. Available at SSRN 1792783. Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179. Frank, M. M., Lynch, L. J., & Rego, S. O. (2009). Tax reporting aggressiveness and its relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84(2), 467-496. Friese, A., Link, S., & Mayer, S. (2006). Taxation and corporate governance.Available at SSRN 877900.
11
Gupta, S., & Newberry, K. (1997). Determinants of the variability in corporate effective tax rates: Evidence from longitudinal data. Journal of Accounting and Public Policy, 16(1), 1-34. Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of Accounting and Economics, 50(2), 127-178. Hanum, H. R., & Zulaikha, Z. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Effective Tax Rate (ETR) Studi Empiris Pada BUMN Yang Terdaftar di BEI Selama Perode Tahun 20092011 (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis). Irawan,H., & Farahmita, A. (2012). Pengaruh Kompensasi Manajemen Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak Perusahaan. Lanis, R., & Richardson, G. (2011). The effect of board of director composition on corporate tax aggressiveness. Journal of Accounting and Public Policy,30(1), 50-70. Lanis, R., & Richardson, G. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness: An empirical analysis. Journal of Accounting and Public Policy, 31(1), 86-108. Lestari, Indah. (2010). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Efektif. Lim, Y. (2011). Tax avoidance, cost of debt and shareholder activism: Evidence from Korea. Journal of Banking & Finance, 35(2), 456-470. Noor, R. M., Fadzillah, N. S. M., & Mastuki, N. A. (2010, December). Tax planning and corporate effective tax rates. In Science and Social Research (CSSR), 2010 International Conference on (pp. 1238-1242). IEEE. Minnick, K., & Noga, T. (2010). Do corporate governance characteristics influence tax management?. Journal of Corporate Finance, 16(5), 703-718. Sabli, N. (2012). Tax Planning and Corporate Governance. Reviewers, P. O. (3rd ed). International Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding. Sanjaya, I Putu Sugiarta. (2008). Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.11 No.1, Januari 200, hal 97-116 Sari, D. K., & Martani, D. (2010) Ownership Characteristics, Corporate Governance, and Tax Aggresiveness. Schön, W. (2008). Tax and corporate governance: a legal approach. In Tax and Corporate Governance (pp. 31-61). Springer Berlin Heidelberg. Soepriyanto, G. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Variasi Tarif Pajak Efektif Perusahaan. Studi Terhadap Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2002-2006. Jurnal Binus Business Review,2(02). Zemzem, A., & Ftouhi, K. (2013). The Effects of Board of Directors’ Characteristics on Tax Aggressiveness. Research Journal of Finance and Accounting, 4(4), 140-147. ZHOU, Y. (2011). Ownership structure, board characteristics, and tax aggressiveness.
RIWAYAT PENULIS Anita Sabrina lahir di kota Jakarta pada 29 Juli 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada tahun 2013. Penulis aktif di Laboratorium Akuntansi sebagai Asisten Laboratorium Akuntansi.
12