Analisis Kandungan Hara pada bebagai Kantong Lumpur di Bendungan Lomaya dan Bendungan Aopohu USMAN TALIB(1) , NURMI(2), FITRIAH S. JAMIN(3) 1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 Email :
[email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Uneversitas Negeri Gorontalo. Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 3 Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara N, P, K pada kantong lumpur di Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu serta bagaimana kosentrasi N, P, K pada kantong lumpur di Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu. Penelitian ini dilaksanakan di dua Bendungan yakni pada Bendungan Lomaya Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango dan Bendungan Alopohu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Pengambilan sampel di ambil dari kantong lumpur Bendungan Lomaya pada titik kordinat N 00037’33.7’’ E 123004’54.8’’ dan Bendungan Alopohu di ambil pada jebakan sedimen (cekdam) di desa Iloponu pada titik kordinat N 00040’01.6’’ E 122051’14.3’’. Waktu penelitian di mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Analisis Nitrogen menggunakan metode Kjeldahl, Fosfor dengan metode Olsen dan Kalium menggunakan metode Flame photometri. Data hasil analisis di Analisis menggunakan uji t yakni membandingkan kadar hara dari kedua kantong lumpur yang menjadi obyek pengamatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa di kedua Bendungan Lomaya dan Alopohu mengandung unsur hara N, P dan K. Rataan kosentrasi hara pada kantong lumpur Bendungan Lomaya ialah N total = 0,23 %, P2O5 = 110,3 (ppm), K2O = 80,6 (ppm). Sedangkan rataan kosentrasi hara pada kantong lumpur Bendungan Alopohu adalah N total = 0,20 %, P2O5 = 143,7 (ppm), K2O = 140,7 (ppm). Jika bobot isi tanah 1 Mg/m3 dengan kedalaman lapisan olah 20 cm maka ketersediaan hara N total 0,43 % dapat menyuplai N tersedia sebesar 86 kg/ha sampai 127 kg/ha, P2O5 101 ppm setara dengan 10,1 g/kg tanah dan 202 kg/ha, K2O 164 ppm setara dengan 164 g/kg tanah dan setara 328 kg/ha. Dari hasil analisis statistik uji t menunjukan bahwa rataan kandungan hara pada kedua Bendungan tersebut tidak bebeda nyata pada parameter N total, P2O5 dan K2O. Kata Kunci: Kandungan hara tanah, kantong lumpur, sedimen, Bendungan, Nitrogen, Fosfor, Kalium.
1
Usman Talib, 613410018, Nurmi, Fitriah S. Jamin , Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRACT This study aims to determine the nutrient content of N, P, K in the pockets of mud in Lomaya Dam and Dam Alopohu and how the concentration of N, P, K in the pockets of mud on Dams and Dam Alopohu Lomaya. The research was conducted in two Dam Dam Lomaya namely the Northern District of Bulango Bolango Bone County and the District Dam Alopohu Bongomeme Gorontalo regency. Sampling was taken from the pockets of mud dam at the point coordinates Lomaya 00037'33.7 N '' E 123004'54.8 '' and Dam Alopohu taken on sediment trap (cekdam) in the village at the point coordinates Iloponu 00040'01.6 N '' E 122 051 '14.3 '. When the study started from March to April 2014 This study used a descriptive method. Nitrogen analysis using the Kjeldahl method, phosphorus by the method of Olsen and Potassium Flame photometri method. Data analysis in the analysis using the t test comparing the nutrient content of the two bags of mud into an object of observation. The results showed that in the second Dams and Alopohu Lomaya contains nutrients N, P and K. The mean concentration of nutrients in the mud bag dam Lomaya is N total = 0.23%, P2O5 = 110.3 (ppm), K2O = 80.6 (ppm). While the average nutrient concentration in the bag was a sludge dam Alopohu = 0.20% total N, P2O5 = 143.7 (ppm), K2O = 140.7 (ppm). If the soil bulk density 1 Mg / m 3 with a topsoil depth of 20 cm, the availability of N to supply 0.43% of total available N by 86 kg / ha to 127 kg / ha, P2O5 101 ppm is equivalent to 10.1 g / kg of soil and 202 kg / ha, 164 ppm K2O equivalent to 164 g / kg of soil and the equivalent of 328 kg / ha. From the results of t-test statistical analysis showed that the average nutrient content of the second Dams are not real disproportionately on parameters of total N, P2O5 and K2O. Keywords : Nutrient Content Of The Soil, Bags Of Mud, Sediment, Dams, Nitrogen, Phosphorus, Potassium.
1
Usman Talib, 613410018, Nurmi, Fitriah S. Jamin , Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Kandungan hara yang terdapat di dalam tanah sering mempengaruhi tanaman yang hidup pada tanah itu sendiri. Semakin banyak kandungan hara pada tanah maka tanaman yang disekitarnya akan tumbuh maksimal. Balai Penelitian Tanah (2011) mengemukakan bahwa kandungan hara yang biasanya terdapat didalam tanah yaitu hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak (N, P, K) sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Makalah kensling (2011) unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) dan tembaga (Cu). Tanah memiliki banyak jenis tanah yang berbeda, warna yang berbeda dan tanah tanah tersebut mempunyai kemampuan dan kekurangan. Sering kali tanah mengalami pengikisan oleh air yang biasa diartikan erosi tanah. Erosi tanah sangat mempengarruhi kesuburan kimia tanah, tanah yang terbawa oleh aliran permukaan ataupun terhanyut bersama masa tanah biasanya mengandung humus. Menurut L Jung (1953) dalam Soetejo dan Kartasapoerta (2010) humus mengandung P2O5 dan K2O. Sifat humus lainnya yang penting adalah kapasitas pertukaran kation yang tinggi, pertukaran kation menyerap kation seperti Ca, Mg dan K dengan demikian humus bertindak dalam mempertahankan hara yang tersedia terhadap pencucian dan mempertahankan hara dalam bentuk yang tersedia untuk tumbuh tinggi. Erosi permukaan dapat mempengaruhi pengikisan hara. Menurut Tambun dkk., (2013) menunjukan bahwa erosi dapat mengangkut hara pada lahan pertanian jagung dengan tingkat kemiringan lereng 25% dapat menghilangkan unsur hara N= 0,30, P= 86, K=93, kelerengan 12% unsur hara yang hilang yaitu N= 0,27, P= 77, dan K= 84. Pada kelerengan 40% unsur hara yang ikut terbawa melalui aliran permukaan yaitu N= 0,19, P= 72, dan K= 74. Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik dalam tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang tinggi persatuan berat (massa). Budiansyah (2009) Salah satu sifat humus yang paling penting dan khas adalah kandungan nitrogennya, yang biasanya berkisar dari 3 sampai 6%, meskipun konsentrasi nitrogennya mungkin sering lebih rendah atau lebih tinggi dari angka tersebut. Koloid tanah memiliki sifat dan perananya yaitu memiliki muatan listrik muatan positif dan muatan negatif, jika tanah tidak memiliki koloid (organik dan anorganik) maka tanah tidak dapat berperan sebagai media tanam bagi tanaman. Muatan negatif liat akan beraksi dengan kation basa (K+, Ca2+, Mg2+, Na+, dan NH4+). Muatan positif akan bereaksi dengan anion H2PO4-, NO3-, Cl- dan HSO4- reaksi inilah yang menentukan ketersediaan hara bagi tanaman (Hanafiah, 2005). Salah satu jenis tanah yang ada di Indonesia yaitu jenis tanah yang mengandung humus adalah alluvial. Tanah jenis ini merupakan tanah alfisol yang mempunyai kondisi akuik dan dalam kurun tahunnya normal atau telah didrainase (Soil survey staff, 1999). Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis
tanaman pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu jenis tanah masih muda belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan. Masyarakat umum belum menyadari bahwa endapan lumpur tersebut dapat ditemukan pada setiap Bendungan yang ada disekitar. Endapan lumpur tersebut dapat dilihat pada kantong lumpur yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini menjadi buah pemikiran bahwa pada endapan lumpur tersebut mempunyai kandungan hara. Dari segi pemikiran penelitian endapan lumpur tersebut dapat dimanfaatkan untuk media tanam, sehingga mampu mengurangi pendangkalan dan laju aliran air pada saluran irigasi. Bedasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang analisis kandungan hara pada berbagai kantong lumpur di Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di dua Bendungan yakni pada Bendungan Lomaya Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango dan Bendungan Alopohu Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Pengambilan sampel berasal material pada kantong lumpur di Bendungan Lomaya pada titik kordinat N 00037’33.7’’ E l 23004’54.8’’ dan di Bendungan Alopohu diambil pada jebakan sedimen (cekdam) di desa Iloponu pada titik kordinat N 00040’01.6’’ E 122051’14.3’’. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium P.T PG TOLANGOHULA. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah, GPS, ember, camera digital alat tulis menulis berupa spidol, kertas HVS dan kertas label dan bahan yang digunakan yaitu kantong plastik dan lumpur yang terdapat pada kantong lumpur dikedua Bendungan. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Contoh tanah komposit harus mewakili bentuk lahan yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian. Sampel sedimen dari hasil kegiatan lapangan kemudian dianalisis Laboratorium. Parameter yang diamati yaitu Pengamatan konsentrasi Nitrogen dilakukan dengan metode kjeldahl, pengamatan konsentrasi Fosfor dilakukan dengan metode Olsen, Pengamatan konsentrasi Kalium dilakukan dengan metode flame photometri. Analisis dilakukan dengan uji t yakni membandingkan kadar hara dari kedua kantong lumpur yang menjadi obyek pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Nitrogen ( N total ) Data hasil analisis N total disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa kandungan N total pada Bendungan Alopohu dan Bendungan
Lomaya tidak bebeda nyata atau kandungan kedua objek pengamatan kedua Bendungan tersebut sama pada parameter N total. Sebagaimana telah tersajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis N total Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu. Lokasi/ Kadar hara N total (%) Jumlah Ratat test Bendungan rata
Lomaya Alopohu
I
II
III
0.16 0.21
0.11 0.22
0.43 0.19
0.7 0.62
0.23 0.21
0.81>0.05
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rataan kandungan hara N total pada Bendungan Alopohu dengan rataan hara N total pada Bendungan Lomaya tidak bebeda nyata. Dari hasil statistik menunjukan bahwa pada nilai t test memiliki peluang 0,81 sehingga lebih besar dari 0,05. Rataan kandungan N total pada kedua objek pengamatan tidak bebeda nyata. Kandungan N total pada kedua Bendungan tersebut diakibatkan oleh erosi tanah yang dapat memindahkan unsur hara tanah terutama pada daerah berlereng (kemiringan) dan berbukit. Pada Sub DAS Bolango yang di tinjau dari wilayah administrasi memiliki wilayah berbukit yang meliputi Desa Dulamayo Utara, Desa Dulamayo Selatan, Desa Dulamayo Barat di Kabupaten Gorontalo dan Desa Mongiilo, Desa Langge di Kabupaten Bone Bolango (Bahua dkk., 2013). Menurut Sutrisno dkk., (2012) kemiringan antara 3 sampai 73 % dengan ratarata kelerengan mencapai 34,7 % dapat menghilangkan hara N total = 0,24. Secara umum kedua daerah aliran sungai (DAS) Bolango memiliki banyak gunung yang tingkat kelerangannya mulai dari 0-8%, 8-15%, 15-25%, dan 25-40%. Hilanggnya unsur hara pada tanah berlereng dengan kemiringan 25 % mampu mengikis unsur hara Nitrogen sebesar 0,30 % (Tambun dkk., 2013). Secara umum masyarakat di daerah hulu baik Alopohu dan Lomaya sering melakukan pertanian secara intensif untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan masyarakat yang menjadikan hutan vegetasi menjadi lahan baru untuk tanaman budidaya, kegiatan inilah yang merupakan penyumbang N total pada endapan sedimen. Nuraeni (2013) bahwa tingkat kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat petani di daerah hulu DAS. Selanjutnya Eraku (2012) menyatakan bahwa penggunaan lahan merupakan salah satu unsur tingginya erosi permukaan. Pengelolaan lahan pertanian jagung di DAS Alo dipengaruhi oleh unsur ekonomi dan budaya masyarakat. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan petani membuka lahan-lahan baru untuk ditanami jagung guna meningkatkan pendapatan petani itu sendiri.
Fosfor ( P2O5 ) Hasil analisis P2O5 tersajikan pada Tabel 2. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa rataan kandungan P2O5 pada Bendungan Alopohu tidak berbeda nyata dengan rataan kandungan P2O5 pada Bendungan Lomaya. Perbandingan antara kedua Bendungan tersebut tidak jauh berbeda kandungan hara khususnya untuk fosfor, sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis P2O5 Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu. Lokasi/ Kadar hara P2O5 (ppm) Jumlah Ratat test Bendungan rata
Lomaya Alopohu
I
II
III
147 101
92 155
92 175
331 431
110 143.3
0.31> 0.05
Berdasarkan Tabel 2, hasil uji statistik menunjukan bahwa keragaman varian pada kedua Bendungan tersebut tidak sama nilai t test memiliki peluang 0,31 dan peluangnya lebih besar dari 0,05 dengan demikian rataan kandungan P2O5 pada Bendungan Alopohu tidak berbeda nyata dengan rataan kandungan P2O5 pada Bendungan Lomaya. Menurut Sutrisno dkk., (2012) kemiringan antara 3 sampai 73 % dengan ratarata kelerengan mencapai 34,7 % dapat menghilangkan hara P2O5 = 1,26 (ppm). Kandungan hara P2O5 diakibatkan oleh pelapukan daun yang gugur dan dimanfaatkan oleh mikroorganisme tanah yang akan menjadi bahan energi untuk tanaman, Pada DAS Alo Pohu Isimu Utara dan DAS Bulango memiliki banyak vegetasi yang mampu menyuplai unsur hara fosfor melalui pengguguran dedaunan. Salah satu pengsuplai unsur P adalah daun yang telah di dekomposisi oleh mikroorganisme tanah. Daun yang lepas akan dimanfaatkan oleh bakteri sehingga terjadi penguraian unsur hara yang akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Sutiknowati, 2010). Kandungan P2O5 yang terkandung pada alpohu ini disebabkan oleh kesuburan tanah yang berada di DAS Alo Pohu Isimu Utara ktiteria kesuburan tanah sedang (Nurdin, 2011). Secara umum masyarakat membudidayakan tanaman jagung pada daerah berlereng, dengan demikian pertanian intensif yang dilakukan oleh petani merupakan salah satu penyumbang P2O5. Daerah Aliran Sungai Alo yaitu Desa Datahu, Desa Iloponu, Desa Buhu, Desa Isimu Utara, Desa Labanu, dan Desa Motilango yang masyarakat umumnya sering membudidayakan tanaman jagung. Secara umum budidaya tanaman jagung tidak sesuai dengan tidak sesuai dengan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan (Eraku, 2012).
Kalium ( K2O ) Data hasil analisis K2O disajikan pada Tabel lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa rataan kandungan K2O pada Bendungan Alopohu dengan rataan kandungan Bendungan Lomaya tidak bebeda nyata atau kandungan kedua objek pengamatan kedua Bendungan tersebut sama pada parameter K2O. Sebagaimana telah tersajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis K2O Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu. Lokasi/ Kadar hara K2O (ppm) Jumlah Ratat test Bendungan rata
Lomaya Alopohu
I
II
III
133 107
57 164
52 150
243 421
81 140.3
0.14> 0.05
Berdasarkan data dari hasil uji statistik pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai t test memiliki peluang 0,14 dan peluangnya lebih besar dari 0,05 dengan demikian rataan kandungan K2O pada Bendungan Alopohu tidak berbeda nyata dengan rataan kandungan K2O pada Bendungan Lomaya. Kandungan kalium pada kedua objek ini disebabkan oleh kegiatan manusia yang menggunakan lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahan itu sendiri. Menurut Eraku (2012) menyatakan bahwa penggunaan lahan merupakan salah satu unsur tingginya erosi permukaan. Ditambahkan oleh Tabba (2013) Makin miring lereng, maka jumlah butiran tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butiran hujan semakin banyak. Erosi akan mengankut unsur hara dari berbagai kecuraman lereng. Variasi kemiringan lereng lahan pertanian jagung dengan tingkat kemiringan lereng 25% dengan tingkat hilangnya unsur K= 93 % (Tambun dkk., 2013). Menurut Sutrisno dkk., (2012) kemiringan antara 3 sampai 73 % dengan ratarata kelerengan mencapai 34,7 % dapat menghilangkan hara K dapat di tukar = 0,39 (ppm). Selanjutnya Nurdin (2011) melaporkan bagian Sub-DAS Alo Pohu Isimu Utara memiliki kesuburan tanah yang sedang. Hal ini disebabkan oleh kadar N total yang rendah, P tersedia cukup tinggi, K tersedia dan C-organik rendah, serta KTK dan kejenuhan basa sangat tinggi. Pada objek pengamatan salah satu nilai K2O pada ulangan 2 di Bendungan Alopohu sebesar 164 ppm/100 g (0,0164 %) atau setara dengan 164 g/kg tanah. Jika bobot isi tanah 1 Mg/m3 dengan kedalaman lapisan olah 20 cm maka terdapat 328 kg/ha.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Sedimen pada Bendungan Lomaya dan Bendungan Alopohu memiliki kandungan unsur hara N, P dan K. Kandungan Hara pada Bendungan Lomaya yaitu N total 0,23 %, P2O5 0.067 % dan K2O 0,04 %. Kandungan hara pada Bendungan Alopohu yaitu N total 0,21 %, P2O5 0,015 % dan K2O 0,11 %. 2. Rataan kosentrasi N, P dan K pada Bendungan Lomaya masing-masing N total 0,23 %, P2O5 101 (ppm), K2O 81 (ppm). Rataan kosentrasi pada Bendungan Alopohu N total 0,21 %, P2O5 143,3 (ppm), K2O 140,3 (ppm). DAFTAR PUSTAKA Bahua, I . Dunggio, I. Bempa, I. Luawo,R. Otaya, W. 2013 . Laporan Rencana Tindak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Bolango. Forum DAS Bolango. Balai Penelitian Tanah, 2011. Cara Cepat Menguji Status Hara dan Kemasaman Tanah. Bogor. Budiansyah, T. 2009. Humus Sebagai Koloid Organik. Jeber http://thejeber.wordpress.com/. [Diakses Tanggal 20 februari 2014]. Eraku , S. 2012. Konservasi Lahan Pertanian Jagung Secara Spasial Ekologis Di Das Alo Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Disertasi dipublikasikan .Program Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/3142_RD-201301009sunartyuerakun.pdf [Diakses Tanggal 20 maret 2014]. Hanafiah, K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Makalah Kesling, 2011. Teknik Pengambilan Sampel Tanah. http://riskirana.blogspot.com/ [Diakses Tanggal 10 februari 2014]. Nuraeni, Sugiyanto, Zaenal. 2013. Usahatani Konservasi di Hulu DAS Jeneberang (Studi Kasus Petani Sayuran Di Hulu DAS Jeneberang Sulawesi Selatan). J. Manusia dan Lingkungan 20 (2):73 –183. Nurdin. 2011. Penggunaan Lahan Kering Di Das Limboto Provinsi Gorontalo Untuk Pertanian Berkelanjutan. J. Litbang Pertanian 30 (3): 1–3. Soetejo, M dan A.G Kartasapoerta. 2010. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka cipta. Jakarta. Halaman 118–119. Soil survey staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat Bogor. Tabba, S. 2013. Kontribusi Faktor dan Penyebab Kekritisan Sub DAS Biyonga Sebagai Hulu Danau Limboto. J. Balai Penelitian Kehutanan Manado 3 (1) : 3–8. Tambun, B.,Fitryane L., Daud Y. 2013. Pengaruh Erosi Permukaan terhadap Kandungan Unsur Hara N, P, K Tanah pada Lahan Pertanian Jagung Di Desa Ulanta Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. J. Ilmu Tanah 5 (3) : 1–15.