Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
Analisis Kajian Moral dalam Kumpulan Gendhing-Gendhing Lan Lagon Dolanan Karya Ki Narta Sabda Oleh: Nur Asiyah Jamil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan jenis-jenis moral yang terdapat pada syair tembang dalam Kumpulan Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanan Jilid 3 karya Ki Narta Sabda; (2) mendeskripsikan relevansi moral yang terdapat pada syair tembang dalam buku Kumpulan Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanna Jilid 3 karya Ki Narta Sabda dengan kehidupan zaman sekarang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) yang dibantu dengan kartu data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik ketekunan. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis). Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis moral pada syair tembang dalam buku Kumpulan Gendhing-genhding lan Lagon Dolanan Jilid 3 karya Ki Narta Sabda. Jenis moral pada syair gendhingan dalam buku Kumpulan Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanan Jilid 3 karya Ki Narta Sabda terdiri atas; (1) kajian moral hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi beribadah, berdoa, dan bertaqwa; (2) kajian moral hubungan manusia dengan sesama yang meliputi tolong menolong, kerukunan, tidak ingkar janji, kesombongan, hubungan orangtua dengan anak, ketaatan, etika pergaulan, jangan berlebihan dalam hal perasaan, perintah berguru; (3) kajian moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang meliputi kesabaran, kesombongan, kesetiaan, keyakinan didalam diri, kegelisahan, kesungguhan. Kata kunci: Kajian Moral, Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanan
Pendahuluan Syair sebuah tembang terbentuk dari rangkaian bahasa atau kata-kata yang memiliki irama harmoni yang unik dan indah. Tembang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menuangkan gagasan, pesan, dan ekspresi pencipta kepada pendengarnya melalui lirik, komposisi musik, pemilihan instrumen musik, dan cara membawakannya. Tembang merupakan salah satu hasil karya sastra manusia yang sampai saat ini masih ada, salah satunya adalah tembang Jawa. Tembang Jawa merupakan salah satu hasil karya sastra yang banyak diminati oleh masyarakat, hanya saja keberadaan tembang Jawa dalam perkembangan zaman saat ini sedikit tidak lagi digandrungi oleh masyarakat pada umumnya. Tembang macapat merupakan sebuah kesenian sekaligus karya sastra, karena dalam seni sastra alat yang digunakan adalah bahasa yang indah dan memiliki makna
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
38
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
yang diwujudkan dalam sebuah lagu. Tembang macapat menurut Darmadjati Supadjar (dalam Sutardjo, 2011: 34) mengemukakan bahwa manusia hidup dari lahir hingga meninggal tidak lepas dari proses daur hidup yang dijalani dan ditempuhnya, yaitu: metu, manten, lan mati atau masa kehamilan, kelahiran dan masa bayi, masa kanakkanak, remaja, dewasa (perkawinan, keluarga), dan masa kematian. Syair tembang macapat merupakan sarana penyampaian penggambaran kehidupan manusia oleh penciptanya kepada pembacanya dan pendengarnya. Hanya saja tembang macapat lebih diminati oleh orang yang usianya sudah tergolong tua dan orang yang lebih mengenal tentang Jawa sejak dahulu, sehingga eksistensinya dalam perkambangan zaman tidak lagi melejit dikalangan kaum muda. Adanya moral yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat, hal tersebut menunjukan moral merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Moral tersebut dapat dijadikan pedoman kehidupan manusia, baik pada masa sekarang, ataupun masa yang akan datang. Moral tersebut juga berguna bagi pembentukan jati diri bangsa dan pembentukan karakter pada manusia. Menurut Poespoprodjo (1986: 102), moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu dapat dikatakan benar atau salah, baik atau buruk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 665), moral berarti ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban; akhlak; budi pekerti; susila. Moralitas berarti sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau adat sopan santun. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu ajaran baik dan buruk suatu perbuatan, etika, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila, dalam kehidupan manusia. Nurgiyantoro (2002: 323-324) menyebutkan bahwa dilihat dari sudut persoalan hidup manusia yang terjalin atas hubungan-hubungan tertentu yang mungkin ada dan terjadi, moral dapat dikategorikan dalam tiga macam hubungan. Hubungan-hubungan tersebut mencakup persoalan hubungan manusia dengan sesama termasuk hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
39
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
Untuk itu peneliti ingin mengkaji ”analisis kajian moral dalam kumpulan gendhing-gendhing lan lagon dolanan jilid 3 karya ki Narta Sabda”. Menurut peneliti, dalam buku kumpulan gendhing-gendhing lan lagon dolanan jilid 3 karya ki Narta Sabda didalamnya banyak nilai moral yang perlu untuk dikaji. Alasan peneliti mengkaji nilai moral dalam buku kumpulan gendhing-gendhing lan lagon dolanan jilid 3 karya ki Narta Sabda, karena syair tembang yang terdapat dalam buku itu banyak memberikan pesan moral bagi pembaca atau penikmatnya. Hal ini dapat dilihat dari notabene Ki Narta Sabda sebagai pengarang terkenal dengan hasil karyanya dalam menciptakan tembang Jawa. Ki Narta Sabda yang lahir di Klaten, 25 Agustus 1925 selalu menciptakan tembang yang memanifestasikan pandangan hidupnya. Kekuatan spiritual tentang asal usul kehidupan memberikan inspirasi dalam karya ciptaannya. Selain itu, alasan lain peneliti mengkaji nilai moral dalam syair tembang karya Ki Narta Sabda, karena banyak dari masyarakat yang belum memahami bahasa yang digunakan dalam syair tembang tersebut, sehingga pendengar maupun pembacanya belum tentu mengerti pesan apa yang terkandung didalam syair tersebut. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data berupa kumpulan gendhing-gendhing lan lagon dolanan jilid 3 karya ki Narta Sabda. Data dalam penelitian ini berupa Syair tembang dalam kumpulan gendhing-gendhing lan lagon dolanan jilid 3 karya Ki Narta Sabda. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) yang dilengkapi dengan kartu data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik ketekunan. Teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis). Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal.
Hasil Penelitian 1. Kajian Moral Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
40
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
a. Kajian Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan 1) Beribadah Data: Wiwit ca kenthongan minangka tandha tengara, gunane nyata anut ing keperluan, uluk-uluk neter wanci sore, tandha manembah HyangAgung (Lagu Kenthongan P6) Terjemahan: ‘Dari dulu kentongan sebagai tanda yang kegunannya sesuai dengan keperluannya, di sore hari menandakan untuk beribadah kepada Tuhan’ Pada kutipan tersebut, terdapat perintah untuk melakukan ibadah bagi umat Islam. Waktu sore adalah waktu dimana semua orang atau manusia berhenti dalam melakukan semua kegiatan disiang hari dan membersihkan diri untuk melakukan ibadah. Kenthongan merupakanpertandha panggilan untuk kita segera melakukan ibadah. Kajian moral yang dapat diambil dari pernyataan di atas adalah sebagai manusia khususnya umat yang beragama, harus senantiasa beribadah kepada Tuhan sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. b. Kajian Moral Hubungan Manusia dengan Manusia (sesama) 1) Tolong menolong Data: Dhung-dhung ana maling mula sing kudu prayitna, dhung dhung dhung omah kobong yo kanca padha tetulun) Terjemahan: ‘Dung dung ada pencuri, maka harus berhati-hati, dung dung dhung rumah kebakaran ayo teman saling membantu’ Kutipan di atas menjelaskan dari fungsi sebuah kentongan yang dibunyikan ketika ada suatu kejadian dalam lingkungan, seperti desa atau perkampungan. Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa kentongan dengan tabuhan dua kali menandakan adanya pencurian yang terjadi, sehingga disarankan untuk berhati-hati. Dhung dhung dhung merupakan bunyi kentongan 3 kali yang menandakan terjadinya kebakaran dalam perkampungan tersebut dan sebagai masyarakat harus saling tolong menolong.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
41
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
Kajian moral yang dapat diambil dari kutipan syair tembang di atas adalah sebagai manusia hendaknya bersikap peduli dengan sesama. Bersikap saling tolong menolong antara sesama, karena suatu saat juga akan membutuhkan orang lain dalam kehidupan. Saling membantu, jika salah satu dari seseorang sedang merasa kesusahan. Perintah tolong menolong juga tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2: “Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling mmebantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya”. Dalam ayat ini Allah menyuruh umat manusia untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan atau kebajikan dan ketaqwaan. Sebaliknya Allah melarang untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran. c. Kajian Moral Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri 1) Kesabaran Data: Gung legawa para kang mangayu bagya, jejurung puja mantra pangastuti, luber ing kadarman ingkang nembe kasupitan, mugi dewasane dadia janma utama. Terjemahan: ‘Yang besar kesabarannya dengan cara diiringi doa dan syukur, lebih dalam kebajikan ketika mendapat kesulitan, semoga besarnya menjadi orang yang utama’ Dari kutipan di atasa dijelaskan bahwa manusia harus senantiasa bersabar dan lebih dalam kebajikan ketika mendapat cobaan atau kesulitan. Dalam kesabaran yang dilakukan, harus mengiringinya denga doa dan rasa syukur, agar kesabaran yang diciptakan tulus dari hati. Kajian moral yang dapat kita ambil dari pernyataan di atas adalah harus senantiasa menumbuhkan kesabaran dengan diiringi doa dan syukur. Karena kunci dari suatu kebahagiaan adalah dengan berlandaskan rasa syukur dan sabar dalam diri sendiri dengan harapan kedepannya dapat menjadi orang yang utama. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
42
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
2. Kajian Relevansi a. Relevansi Kajian Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan 1) Beribadah Data: “Wedharing sabda sang wiku siswa ningsun padha piyarsakna, kang catur prakara ngagungna asmaning Gusti, lebda tataning panembah sarta kawruhana wajib lakunana” Terjemahan: ‘Perkataan dari Guru dengarkanlah muridku, dari empat persoalan membesarkan nama Gusti/ Allah, melaksanakan perintah untuk menyembah dan kewajiban mengamalkan ilmu-Nya’ Pada kutipan diatas dijelaskna mengenai seseorang yang berkata kepada muridnya untuk mendengarkan perkataan guru mengenai empat perkara dalam mengagungkan nama Tuhan. Dari empat perkara itu, salah satunya ialah melaksanakan perintah-Nya dengan cara beribadah dan kewajiban mengamalkan ilmu-Nya. Pernyataan tersebut masih relevan dengan kehidupan zaman sekarang, karena manusia jaman sekarang, juga makhluk beragama yang percaya dengan adanya Tuhan dan senatiasa selalu beribadah kepada Tuhan. Selalu beribadah kepada Tuhan, dengan harapan agar selalu mendapat ridlo Tuhan Sang Pencipta alam, selalu ditunjukkan untuk jalan yang lurus dan benar dimata Tuhan, sehingga manusia mampu menghindar dari perbuatan-perbuatan tercela dimata Tuhan. b. Relevansi Kajian Moral Hubungan Manuisa dengan Manusia (sesama) 1) Kerukunan Data: Arep apa wong nyatane cuwa, yen pada prasaja luwih prayoga ayo ta rukun aja ngalamun, ing liya tahun ora gegetun. Terjemahan: ‘Mau
bagaimana
memang
kenyataanya
sudah
kecewa,
jika
kesederhanaan lebih membahagiakan ayo yang rukun jangan berdiam diri supaya dilain tahun tidak menyesal’ Pada kutipan sayir tembang di atas menjelaskan tentang seseorang yang dirinya sudah terlanjur kecewa dengan orang lain. Dia mengatakan jika kesederhanaan lebih Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
43
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
membahagiakan, ayo yang rukun jangan berdiam diri supaya tidak ada penyesalan dilain waktu nantinya. Sikap kerukunan yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam menjalin hubungan dengan sesama dijelaskan kalimat “ayo ta rukun aja ngalamun” yang artinya “ayo yang rukun jangan berdiam diri”, hal itu menunjukkan bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa bersikap rukun dengan sesama, karena Tuhan menyukai sebuah kedamaian. Pernyataan di atas masih relevan di zaman sekarang ini, pada saat ini masih ada manusia yang menegakkan sikap kerukunan diantara sesama, meskipun seseorang itu telah dibuatnya kecewa. Karena sikap kerukunan yang ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, mampu menjaga ketentraman dan kedamaian di lingkungan tempat kita tinggal. Hanya saja sikap kerukunan dengan sesama saat ini sudah mulai tergeser oleh sikap egois dan individualisme masyarakat. c. Relevansi Kajian Moral Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri 1) Kesabaran
Data: Gung legawa para kang mangayu bagya, jejurung puja mantra pangastuti, luber ing kadarman ingkang nembe kasupitan, mugi dewasane dadia janma utama Terjemahan: ‘Yang besar kesabarannya dengan cara diiringi doa dan syukur, lebih dalam kebajikan ketika mendapat kesulitan, semoga besarnya menjadi orang yang utama’ Dari kutipan di atasa dijelaskan bahwa manusia harus senantiasa bersabar dan lebih dalam kebajikan ketika mendapat cobaan atau kesulitan. Dalam kesabaran yang dilakukan, harus mengiringinya denga doa dan rasa syukur, agar kesabaran yang diciptakan tulus dari hati. Dari pernyataan di atas masih relevan dengan zaman sekarang, pada saat ini juga masih banyak manusia senantiasa bersabar menerima apa yang telah terjadi pada dirinya. Semua itu merupakan bentuk keyakinan dari seseorang bahwa dengan rasa sabar mampu membawa kita lebih dalam kebajikan ketika mendapat cobaan. Tetapi di zaman sekarang ini, juga masih banyak manusia yang belum mengerti arti kesabaran Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
44
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
yang sesungguhnya. Mereka hanya mampu berkata sabar, ketika segala cobaan dan masalah datang, namun mereka belum meyakini arti kesabaran sesungguhnya.
Simpulan Berdasarkana penyajian data dan pembahasan data pada Syaitr Tembang dalam Kumpulan Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanan Jilid 3, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam naskah tersebut terdapat kajian moral dan relevansinya dengan kehidupan jaman sekarang. Kajian moral yang terdapat dalam Kumpulan Gendhinggendhing lan Lagon Dolanan Jilid 3 tersebut meliputi, (a) Kajian moral hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi beribadah, berdoa, dan bertaqwa; (b) Kajian moral hubungan manusia dengan sesama meliputi rasa saling tolong menolong, kerukunan, ingkar janji, jangan sombong, hubungan orang tua dengan anak, ketaatan, hubungan suami istri, etika pergaulan, kesederhanaan, menuntut ilmu; (c) Kajian moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang meliputi kesabaran, kesombongan diri, kesadaran diri, kesetiaan, keyakinan, kesungguhan dalam diri. Relevansi moral dengan zaman sekarang, dalam Kumpulan Gendhing-gendhing lan Lagon Dolanan Jilid 3 karya Ki Narta Sabda meliputi, (a) Relevansi moral hubungan manusia dengan Tuhan meliputi beribadah, berdoa, dan bertaqwa; (b) Relevansi hubungan manusia dengan manusia meliputi tolong menolong, kerukunan, ingkar janji, jangan sombong, hubungan orang tua dengan anak, ketaatan, hubungan suami istri, etika pergaulan, kesederhanaan, menuntut ilmu; (c) Relevansi moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang meliputi kesabaran, kesombongan, dan kesungguhan didalam diri.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
45
Vol. 05 / No. 04 / Agustus 2014
Daftar Pustaka Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian fiksi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Poespoprodjo. 1986. Filsafat Moral kesusilaan dalam teori dan praktek. Bandung: Remaja Karya CV. Sutardjo, Imam. 2011. Tembang Macapat. Surakarta. Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
46