PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Carolin Ita Wulansari NIM: 111324010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i
ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Carolin Ita Wulansari NIM: 111324010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk mereka yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Tuhan Yesus Kristus Bapak tercinta Stepanus Jumari Ibu tercinta Veronika Triwasiati Mas Budi, Mbak Desi, dan Keponakan satu-satunya Yosefa Keluarga besar Mbah Kakung Ig. Tamin dan Mbah Putri Sutiarti Keluarga besar di Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung Sepupu tercinta: Mas Risto, Mas Yogi, Pipot, Toti, Risa, Vino dan Ega Adek tercinta May Anggriani Teman-teman Kos Condong Asri Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2011 Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI v
MOTTO
“Jangan biarkan hidupmu seperti air karena air akan selalu mengalir kearah yang lebih rendah” - Egadisayu-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viii
ABSTRAK
ANALISIS JALUR PEMASARAN, MARJIN PEMASARAN, DAN TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Carolin Ita Wulansari Universitas Sanata Dharma 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (2) untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (3) untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading. Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis marjin pemasaran dan farmer’s share serta analisis elastisitas transmisi harga. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi penelitian di Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet dan pedagang karet di Desa Pagar Gading. Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan data primer sebagai data utama. Data diperoleh dari wawancara dengan petani dan pedagang getah karet. Bentuk data yang digunakan dalam analisis ini adalah data cross-section dan data time series. Data cross-section digunakan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran, sedangkan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jalur-jalur pemasaran para petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul, pedagang besar, dan pemasok industri. Dari analisis farmer’s share disimpulkan bahwa bagian harga yang dinikmati petani cukup besar, yaitu dari tingkat petani skala produksi besar sebesar 70,72 persen, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71,11 persen, dan dari tingkat petani skala produksi kecil sebesar 70,57 persen. Dari analisis elastisitas transmisi harga disimpulkan bahwa kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga di tingkat pedagang pemasok industri.
Kata Kunci : Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, Elastisitas Transmisi Harga
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix
ABSTRACT
ANALYSIS ON MARKETING CHANNELS, MARKETING MARGINAL AND PRICE TRANSMISSION OF LATEX AT DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA CarolinItaWulansari Sanata Dharma University 2015
The goals of this research are: (1) to know the marketing channels of latex at DesaPagarGading, (2) to know the marketing marginal of the latex marketing channels at Desa Pagar Gading, (3) to know the price transmission which happens in marketing the latex at Desa Pagar Gading. The means of analysis to reach those goals are the marginal analysis, farmer’s share and elasticity of price transmission. The type of this research is descriptive. It is a case study. The research location is at Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Population of this research are all latex farmers and latex sellers at Desa Pagar Gading. Snowball sampling is a technique to take the samples. The research uses primary data as the main data. The data were maintained from interview with the farmers and sellers of latex. The data in this analysis are cross-section data and time series data. The cross-section data were used in analyzing the marketing channels and distribution of marketing marginal, while the time series data were used in analyzing the elasticity of price transmission. Based on the research, it can be concluded that the farmers use the service of distributors, agents, big sellers and industry suppliers in marketing their products. Based on the farmer’s share analysis, it can be concluded that price percentage which is obtained by the farmers is quite big; the percentage of farmers at the big production scale is 70,72%, percentage of farmers at the medium production scale is 71,11%, and the percentage of the farmers at the small production scale is 70,57%. Based on the analysis on the elasticity of price transmission, it can be concluded that the sensitivity of price change in farmers is smaller than the price change in the level of the supplier.
Keywords: Marketing Transmission.
Channels,
Marketing Marginal,
ix
Elasticity of
Price
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Analisis Jalur Pemasaran Marjin Pemasaran dan Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi. 4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xi
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan. 7. Masyarakat Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara yang sudah banyak membantu dalam hal pengumpulan data. 8. Seluruh mahasiswa angkatan 2011 yang juga telah memberi masukan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Orang Tua Tercinta, Bapak Stepanus Jumari dan Ibu Veronika Triwasiati yang sudah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 10. Kakak tercinta, Mas Budi beserta Mbak Desi dan Yosefa yang yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 11. Keluarga besar Mbah Ig. Tamin dan Mbah Trimo yang sudah memotivasi dan memberi dukungan kepada penulis. 12. Para sepupu tercinta, Mas Risto, Mas Yogie, Pipot, Risa, Toti, Vino, dan Ega. 13. Adek tercinta May Anggriani yang sudah memberikan banyak kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis masih sadar terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan rendah hati penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin sempurna. Yogyakarta, 12 Agustus 2015 Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………….….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….....
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….…..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………....
iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………….…
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI ……………..….…
vii
ABSTRAK ………………………………………………………………...
viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
xvii
DAFTAR GAMBAR ………………………………….……………….....
xix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………....
4
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiii
C. Batasan Masalah ………………………………………………...
4
D. Definisi Operasional ………………………………………….…
5
E. Tujuan Penelitian …………………………………......................
5
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………….
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Perdagangan Komoditi …………………………………..
7
B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia ………………………....
12
C. Pengertian Pasar dan Pemasaran …………………………………
15
1. Pengertian Pasar ……………………………………………...
15
2. Pemasaran …………………………………………………….
17
D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian ………………………………..
24
1. Pengertian Jalur Pemasaran ……………………………………
24
2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran ……………………………...
25
3. Mata Rantai Jalur Pemasaran ………………………………….
28
E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani ……….
29
1. Arti Marjin Pemasaran …………………………………………
29
2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani …….
31
F. Elastisitas Transmisi Harga ………………………………………...
31
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………….
34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………
35
C. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………….
35
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiv
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………………
36
E. Data yang dibutuhkan ……………………………………………...
38
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………
40
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………….
40
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian………………………………….
45
1. Keadaan Geografis ……………………………………………..
45
2. Luas Wilayah …………………………………………………...
46
B. Keadaan Demografi ………………………………………………...
46
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ……………………………...
46
2. Jumlah Penduduk Menurut Agama …………………………….
46
3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ……………….
47
4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………………
48
C. Sarana dan Prasarana ………………………………………………
49
1. Sarana Transportasi dan Komunikasi ………………………….
49
2. Sarana Pendidikan ……………………………………………..
50
3. Sarana Perekonomian ………………………………………….
50
4. Sarana Kesehatan ………………………………………………
51
5. Sarana Olahraga ………………………………………………..
51
6. Sarana Peribadatan ……………………………………………..
52
D. Produksi Pertanian ………………………………………………….
52
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xv
E. Budidaya Tanaman Karet …………………………………………..
53
1. Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemasaran Hasil Produksi …….
53
2. Gambaran Pertanian Karet di Desa Pagar Gading …….………
54
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Getah Karet (Lateks) di Desa Pagar Gading ………………………………………………………
55
1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Besar …………………………………………………
56
2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Sedang ………………………………………………..
58
3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Kecil …………………………………………………..
59
B. Analisis Distribusi Marjin dalam Jalur-jalur Pemasaran Lateks ……
61
1. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar ……………………………………
62
2. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang ………………………………….
67
3. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil ……………………………………
70
C. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading ……………………………………………………….
xv
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………
75
B. Saran ………………………………………………………………..
76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
78
LAMPIRAN …………………………………………………………………...
81
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Desa Pagar Gading ……………………………………………………… 42 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama ………….. 47 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat Pendidikan ………………………………………………………… 48 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencahari ….. 49 Tabel 4.4. Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading ………………… 50 Tabel 4.5. Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading ………………………... 51 Tabel 5.1. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar pada Bulan Mei 2014 ……………………………………….. 62 Tabel 5.2. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 ………………………………………………………….. 64 Tabel 5.3. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang pada Bulan Mei 2014 …………………………………….. 67 Tabel 5.4. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 ………………………………………………………….. 68 Tabel 5.5. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil pada Bulan Mei 2014 ………………………………………. 70 xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xviii
Tabel 5.6. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 …………………………………………………………. 71 Tabel 5.7. Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Transmisi Harga …………………. 73
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1.
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Besar …………………………………………… 56
Gambar 5.2.
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Sedang ………………………………….……… 59
Gambar 5.3.
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Kecil …………………………………………… 60
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Ijin Penelitian ……………………………………………. 81
Lampiran 2.
Pedoman Wawancara ………………………………………….. 84
Lampiran 3.
Identitas Sampel Petani dan Hasil Wawancara ………………… 89
Lampiran 4.
Identitas Sampel Pedagang dan Hasil Wawancara …………….. 92
Lampiran 5.
Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading ……………………… 97
Lampiran 6.
Uji Regresi Linier Sederhana ….…………………………......... 99
Lampiran 7.
Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Dengan Persamaan Regresi Linier Sederhana ……………………………………. 101
Lampiran 8.
Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading ….……… 103
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor perkebunan adalah salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia. Hal ini wajar apabila dilihat dari keunggulan perekonomian Indonesia yang lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumber daya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal. Komoditi karet adalah salah satu komoditi unggulan yang menjadi primadona ekspor Indonesia. Pada tahun 2012 Indonesia mampu menghasilkan 3.107,54 ribu ton karet, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 3.012,26 ribu ton (www.bps.go.id). Untuk ekspor karet sendiri, pada tahun 2013 Indonesia melakukan ekspor karet ke beberapa negara sebesar 2.339,7 juta ton, sedangkan pada tahun 2014 ekspor karet di Indonesia meningkat menjadi 2.590,2 ribu ton (www.bps.go.id). Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian rakyat Indonesia. Banyak petani di Desa Pagar Gading meninggalkan tanaman singkong dan jagung dan menggantinya dengan tanaman karet yang dirasa lebih menguntungkan. Hampir sebagian besar masyarakat di Desa Pagar Gading memiliki ladang dengan tanaman karet.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Meskipun harus menunggu 5-7 tahun sebelum menikmati lateks yang pertama, masyarakat tetap antusias untuk menanam karet di ladangnya. Padahal biaya untuk membeli bibit dan perawatannya sangat mahal bila dibandingkan dengan perawatan singkong dan jagung yang sudah lama menjadi tanaman utama bagi masyarakat di Desa Pagar Gading tersebut. Oleh karena itu, petani mengganti tanaman-tanaman tersebut dengan karet dengan harapan akan mendapat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman jagung dan singkong. Dalam penjualan lateks di Desa pagar Gading para petani dibantu oleh pedagang perantara atau sering disebut oleh warga sebagai tengkulak karet yang menyalurkan lateks dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Pedagang perantara tersebut antara lain pedagang besar, pedagang pengepul, dan pemakai industri. Pedagang perantara akan meningkatkan harga jual, sehingga harga yang diterima petani akan berbeda dengan harga yang ada ditingkat konsumen. Dalam hal ini petani dihadapkan pada pola distribusi pemasaran tradisional yang panjang dan tidak terorganisasi. Dalam pola distribusi yang demikian tingkat harga setiap kali bisa berubah dengan cepat dan menimbulkan ketidakpastian bagi petani. Dengan
kondisi
tersebut,
pedagang
perantara
akan
mengambil
keuntungan, maka lateks yang sampai kepada pemakai industri harganya semakin mahal. Lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran, sehingga para pelaku pasar tidak bekerja secara professional dan menimbulkan masalah pemasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar merupakan salah satu desa di Kabupaten Lampung Utara yang sebagian besar pertaniannya adalah perkebunan karet. Hampir seluruh masyarakat di desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani kebun karet, sehingga tidak heran kalau desa tersebut dikelilingi oleh pepohonan karet. Sekarang ini yang menjadi permasalahan penting para petani karet adalah masalah pemasaran hasil pertaniannya. Permasalahan tersebut tidak dapat diatasi oleh para petani. Dalam pemasaran lateks petani tidak dapat menentukan harga. Naik turunnya harga ditentukan oleh pedagang perantara, hal ini lebih disebabkan oleh terbatasnya kemampuan para petani dalam memasarkan hasil pertaniannya. Jika petani ingin menjual hasil pertaniannya sendri sampai ke pasar, mereka dihadapkan pada biaya transportasi yang mahal dibandingkan jika pettani menjual lateks melalui pedagang perantara yang langsung mendatangi langsung ke rumah para petani karet. Oleh karena itu permasalahan penjualan lateks di desa Pagar Gading sangat menarik untuk diteliti terutama mengenai jalur-jalur pemasaran lateks, distribusi marjin pemasaran, dan transmisi harga lateks. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengambil judul “Analisis Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, dan Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara”. B. Rumusan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara? 2. Bagaimana distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara? 3. Bagaiman transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?
C. Batasan Masalah 1. Dalam penelitian ini hanya meneliti jalur-jalur pemasaran, marjin pemasaran, dan transmisi haraga getah karet di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar. 2. Tingkat harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian. 3. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam pemasaran getah karet adalah yang berlaku pada saat penelitian. 4. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengetahui biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani lateks dalam pengelolaan hasil pertaniannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
D. Definisi Operasional 1. Jalur pemasaran adalah jalur yang dipakai oleh produsen untuk memasarkan produk mereka melalui suatu lembaga yang mereka pilih. 2. Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. 3. Transmisi harga adalah perbandingan perubahan persentase dari harga di tingkat konsumen dengan perubahan harga di tingkat produsen, yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar perubahan harga di pasar konsumen akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit di pasar produsen.
E. Tujuan Penelitian Dilihat dari rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar. 2. Untuk mengetahui distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar. 3. Untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.
F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1. Bagi petani karet Sebagai pertimbangan dalam memilih jalur pemasaran sehingga petani mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan. 2. Bagi pemerintah Sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang akan di tempuh dalam pemasaran usaha tani lateks khususnya di Desa Pagar Gading Kecamatan Lampung Utara. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan siapa saja yang membutuhkan. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk melatih peneliti dalam bidang penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sistem Perdagangan Komoditi Komoditi adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Ricky Ferlianto, 2008:11). Mayoritas penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, karena itu diperlukan berbagai pemikiran dan aktivitas untuk mendukung usaha petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain membantu dalam usaha produksi, yang tidak kalah penting adalah membantu mereka dalam hal memasarkan hasil produksinya. Secara agronomis, Indonesia memiliki daerah yang luas dan masing-masing memiliki potensi sebagai penghasil komoditas agro yang spesifik, yang secara geografis tersebar di berbagai wilayah kabupaten atau kota. Untuk itu perlu diupayakan pembangunan pertanian dalam arti luas mulai dari hulu sampai hilir dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat di setiap kabupaten atau kota itu (kemenperin.go.id). Masalah yang saat ini sering terjadi dan belum dapat teratasi dalam proses pembangunan ekonomi berbasis pertanian itu adalah sering terjadinya harga menurun pada saat panen raya, dan harga melambung tinggi di saat “paceklik”. Selain jumlah panen yang tidak teratur, naik-turunnya harga secara tajam itu juga disebabkan oleh mutu produksi yang kurang baik, pelaku dan penyelenggaraan pasar yang belum terorganisasi, sehingga harga yang diterima petani tidak
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
menguntungkan. Mekanisme pemasaran yang selama ini terjadi, petani mengirim barang kepasar dengan kesepakatan harga tertentu. Jika harga di pasar stabil, semua akan berjalan lancar, petani atau pemasok akan memperoleh pembayaran sesuai kesepakatan. Tetapi kalau harga d ipasar tiba-tiba turun, biasanya pedagang akan menurunkan harga kesepakatan sebelumnya. Jadi harga turun yang terjadi lebih merugikan petani atau pemasok. Posisi petani atau pemasok sangat lemah. Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak hal yang harus dilakukan dan salah satu solusi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyelesaian masalah itu adalah dengan membenahi dan mengembangkan institusi pasar induk, pasar penunjang, jaringan informasi dan merevitalisasi pasar tradisional. Pasar induk yang rata-rata posisinya berada di kota, berfungsi sebagai media paling berpengaruh dalam pembentukan harga secara nasional. Menurut Kemenperin (2014) ada empat hal yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan jaringan pemasaran dalam memasarkan hasil pertanian komoditi, yaitu: 1. Membangun jaringan antar pasar induk di kota-kota besar yang potensial mempengaruhi terbentuknya harga secara nasional. 2. Pengelolaan pelaku pasar induk agar berperilaku adil, konsisten, dan terbuka terhadap para pemasok produk yang berasal dari daerah. 3. Memberikan informasi kepada petani atau kelompok tani di daerah produsen tentang jenis, mutu, dan jumlah produk pertanian yang dibutuhkan oleh masing-masing pasar induk setiap waktu tertentu dan memberi kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
untuk memasok produknya langsung kepasar induk sehingga memperpendek jalur distribusi. 4. Pemanfaatan jaringan pasar induk untuk memberikan informasi harga harian dan memasarkan komoditi pertanian milik kelompok tani yang diresi gudangkan agar mendapatkan harga yang lebih baik Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan sejalan dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket Reformasi 15 Januari 1998, pemerintah Indonesia telah mengurangi campur tangan di bidang tata niaga komoditi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Kehadiran Bursa Berjangka di Indonesia sebagai tempat diselenggarakannya perdagangan Kontrak Berjangka Komoditi sangatlah relevan,karena Kontrak Berjangka merupakan instrumen apsar yang telah dikenal luas di negara-negara maju dan berkembang dan yang paling banyak digunakan untuk pengelolaan resiko harga yang dibutuhkan dunia usaha. Berbeda dengan pengertian kontrak dalam perdagangan biasa, Kontrak Berjangka merupakan kontrak yang standar dan waktu penyerahan telah ditetapkan terlebih dahulu. Karena bentuknya yang standar maka yang di negosiasikan hanya harganya, sedangkan performance atau terpenuhinya Kontrak Berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak dijamin oleh suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka. Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opini atas Kontrak Berjangka (www.bappebti.go.id). Perdagangan berjangka dilakukan di Bursa Berjangka, yang selanjutnya disebut dengan Bursa, yang memperdagangkan Kontrak Berjangka berbagai komoditi. Tempat dimana Kontrak Berjangka diperdagangkan juga disebut pasar berjangka. Dengan demikian di Bursa akan terdapat banyak pasar berjangka sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk penyerahan di kemudian hari sesuai isi atau spesifikasi kontrak. Harga komoditi yang terbentuk di Bursa berlangsung secara transparan dimana harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di Bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang terdiri dari Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka, baik dengan cara open outcry atau secara eletronik (automated atau electric trading system). Selanjutnya harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing Kontrak Berjangka dan diumumkan secara luas kepada masyarakat. Dalam tahun-tahun terakhir ini, dan khususnya di Bursa-bursa yang baru, sistem perdagangan umumnya dilakukan secara elektronik menggunakan komputer yang memiliki akses ke komputer induk yang ada di Bursa. Ada 2 manfaat utama dari perdagangan berjangka komoditi, yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan hedging dan sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
pembentukan harga (price discovery). Pada dasarnya harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan hedging menggunakan Kontrak Berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin dampak (resiko) yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan memanfaatkan Kontrak Berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian pada harga yang telah dipastikan atau dikunci sekarang. Dengan demikian mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga jual di pasar tunai. Manfaat yang sama juga dapat diperoleh pihak lain seperti eksportir yang harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang, pada saat harus memenuhi kontraknya dengan pembeli di luar negeri, atau pengolah yang harus melakukan pembelian komoditi secara berkesinambungan. Manfaat kedua adalah sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan karena transaksi hanya dilakukan oleh atau melalui anggota bursa. Kontrak Berjangka tidak saling kenal atau mengetahui secara langsung. Harga yang terjadi di bursa umumnya dijadikan sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan produsen atau pengusaha kecil, untuk melakukan transaksi di pasar fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia Komoditas karet dan produk dari karet Indonesia merupakan komoditas ekspor perkebunan andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO). Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekpor karet urutan ke 2 setelah Thailand. Estimasi produksi karet di Indonesia untuk tahun 2011 adalah 2,64 juta ton dengan luas lahan sekitar 3,45 juta hektar (Ditjenbun, 2011). Produksi dan ekspor karet dunia sampai saat ini masih didominasi oleh tiga negara, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Sampai tahun 1990 Malaysia masih merupakan produsen karet alam terbesar dunia yang disusul dengan Thailand dan Indonesia. Thailand mengambil alih posisi tersebut yang diikuti oleh Indonesia dan Malaysia, setelah Malaysia yang secara tradisional merupakan produsen karet alam melakukan konversi ke tanaman yang lebih prospektif, utamanya kelapa sawit. Sejak tahun 1999 muncul negara pesaing baru, yaitu Vietnam. Selama 1997-2002 laju ekspor karet negara ini mencapai lebih dari 21,1 persen, di mana volume dan nilai ekspor karet tahun 2002 mencapai lebih dari 448 ribu ton dan US $ 229 juta. Laju ekspor karet alam dari Vietnam yang tinggi ini telah menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan di pasar dunia, sehingga harga karet alam di pasar dunia cenderung untuk terus menurun. Produk karet Indonesia yang diekspor terutama terdiri atas karet olahan berupa smokesheet, SIR 10 dan SIR 20. Penggunaan karet olahan sebagian besar ditujukan untuk industri ban dan komponen-komponennya dengan negara importir utama adalah Amerika Serikat 25%, Jepang 14%, China 9%, Korea Selatan 6% dan Jerman 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Dalam tahun 1997 stok karet alam dunia diperkirakan mencapai lebih dari dua juta ton, dimana sekitar 35% dikuasai oleh negara-negara konsumen (Ditjenbun, 2011). Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet masih positif walaupun lambat yaitu, 1,58% per tahun. Sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15% per tahun. Oleh karena itu tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan (Balitbang, 2013). Karet sebagai salah satu komoditas ekspor hasil perkebunan Indonesia kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet, misalnya ban mobil, pembungkus kawat listrik, telepon, sepatu, alat kedokteran, beberapa peralatan rumah tangga dan kantor, alat-alat olah raga dan aspal. Oleh karena itu karet memiliki pengaruh besar terhadap transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, dan banyak bidang lain yang vital bagi kehidupan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Sistem pemasaran yang dijalankan oleh petani masih tergolong rumit, yaitu distribusi yang sangat rumit dan saluran distribusi yang panjang, tidak adanya standar mutu, sistem harga tidak transparan, petani tidak memperoleh informasi mengenai harga dan situasi pasar, petani kekurangan dana dan tidak ada kesempatan untuk mengembangkan mutu, serta kepercayaan petani pada Koperasi Unit Desa (KUD) sangat lemah. Kondisi ini kemudian berakibat pada lemahnya kedudukan petani produsen yang kemudian berimplikasi pada rendahnya pangsa pasar (price share) dan rendahnya pendapatan, serta daya saing produk (Depperindag, 2003). Menurut Mubyarto (1989) bahwa efisiensi pemasaran itu tercapai bila mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut. Namun untuk mencapai efisiensi pemasaran tersebut masih banyak ditemukan masalah. Masalah pemasaran produk pertanian yang sering terjadi adalah ketidakadilan harga yang diperoleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Berbagai alasan yang menyebabkan hal tersebut adalah posisi penawaran petani lemah, khususnya posisi harga untuk komoditi ekspor.
C. Pengertian Pasar dan Pemasaran 1. Pengertian Pasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau tempat bertemunya kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang membentuk suatu harga. Menurut Stanton (Umar, 2005:29), menyatakan bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Selain itu, Staton juga menyatakan bahwa istilah pasar
mengandung
pengertian
yang
beraneka
ragam,
ada
yang
mendefinisikannya sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan. Selain itu ada pula definisi yang menyatakan bahwa pasar adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu barang atau jasa (Umar, 2005:30). Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi diantaranya, Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian (Rangkuti, 2007:6). Dengan demikian, ukuran pasar bergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
dan keinginan, memiliki sumber daya yang menarik pihak lain, serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar dengan apa yang mereka inginkan. Menurut Umar (2005:30), berdasarkan pada konsep manajemen pemasaran, pasar dapat dibagi atas empat golongan yaitu : a. Pasar Konsumen. Pasar konsumen merupakan macam pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga untuk penggunaan pribadi (tidak untuk bisnis). b. Pasar Industri. Pasar industri adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual maupun disewakan (dipakai untuk diproses lebih lanjut). c. Pasar Penjual Kembali (Reseller). Pasar penjual kembali adalah suatu pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah (middleman) yang terdiri dari dealer, distributor, grosir, agen dan pengecer yang kesemuanya melakukan penjualan kembali dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan. d. Pasar Pemerintah. Pasar pemerintah merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah, misalnya di sektor pendidikan, perhubungan, kesehatan dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
2. Pemasaran a. Pengertian Pemasaran Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi diantaranya, pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2006:9). Menurut Saladin (2007:1), pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Definisi lain pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Di dalam tata niaga pertanian (pemasaran pertanian), pemasaran diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau mengumpulkan barang dari produsen ke konsumen (Mubyarto, 1989:166). Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, serta memuaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
kebutuhan dan keinginan pelanggan akan barang dan jasa, serta menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui proses pertukaran dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. b. Konsep Pemasaran Menurut Swasta dan Irawan (2008:77), terdapat tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran, yaitu: 1) Orientasi Konsumen Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus memperhatikan konsumennya untuk dapat menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani, menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan, menentukan produk dan program pemasarannya,
mengadakan
penelitian
pada
konsumen
untuk
mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku mereka serta menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik yaitu apakah lebih mengacu pada mutu yang tinggi, harga murah, atau model yang menarik dan sebagainya.
2) Koordinasi dan Integrasi dalam Perusahaan Kegiatan pemasaran secara terkoordinasi dan terintegrasi berarti setiap orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu usaha yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan tercapai. 3) Mendapatkan Laba Melalui Pemasaran Konsumen Kepuasan konsumen merupakan faktor penentu perusahaan untuk mendapatkan laba, dimana konsumen yang puas cenderung akan melakukan transaksi pembelian ulang atau menjadi media promosi yang efektif terhadap calon konsumen yang lain dengan menceritakan pengalamannya yang memuaskan. Untuk itu perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan untuk mendapatkan keuntungan. c. Fungsi-Fungsi Pemasaran Menurut Muhammad Firdaus (2009:79-81), fungsi pemasaran meliputi, anatara lain: 1) Fungsi Pertukaran. Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh komisi karena mempertemukan pembeli dan penjual. Fungsi Pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas 2 bagian, yaitu: a) Fungsi penjualan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan penawaran (pembeli atau penjual). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (melalui perantara). Fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut. (1) Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai fungsi produksi, tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran. (2) Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan membuat kontak dengan para pembeli. (3) Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli produk-produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame. (4) Fungsi melakukan negosiasi. Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan sebagainya. (5) Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melakukan penjualan dan tranfer hak milik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
b) Fungsi pembelian. Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli
serta
mengusahakan
agar
produk
tersebut
siap
dipergunakan pada waktu dan tempat tertentu dengan harga yang layak. Fungsi Pembelian, sebagai berikut. (1) Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk mengetahui Kualitas, jenis dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan. Konsumen akhir juga harus dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin mereka miliki. (2) Fungsi Mencari Kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber produk yang mereka inginkan. Penting bagi seorang pembeli agar mencari para penjual yang dapat menawarkan produk atau jasa tertentu. (3) Fungsi assembling. Persediaan bahan harus dikumpulkan untuk digunakan dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau untuk dikonsumsi sendiri oleh para konsumen akhir. (4) Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi pembelian harus dirundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar tidak ada perselisihan di kemudian hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
(5) Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati, selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan perpindahan hak milik terjadi. 2) Fungsi Fisis Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut. a) Pengangkutan. Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen). b) Penyimpanan atau penggudangan. Penyimpanan berarti menyimpan barang dari saat produksi mereka selesai dilakukan sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi. c) Pemrosesan. Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh nilai tambah (value added). 3. Fungsi Penyediana Sarana Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu sistem pemasaran agar mampu beroperasi lebih lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Fungsi ini meliputi hal-hal berikut. a) Informasi pasar. Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan sumbersumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta, maupun lembaga pendidikan. b) Penanggungan risiko. Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran pemasaran. c) Standardisasi dan grading. Standardisasi memudahkan produk untuk dijual dan dibeli, sedangkan Grading adalah klasifikasi hasil pertanian ke dalam beberapa golongan mutu yang berbeda-beda, masing-masing dengan lebel dan nama tertentu. d) Pembiayaan. Pemasaran modern memerlukan modal (uang) dalam jumlah besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk menggaji tenaga kerja.
D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian 1. Pengertian Jalur Pemasaran Saluran distribusi atau saluran pemasaran kadang-kadang disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat didefinisikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
beberapa cara, Umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai suatu rute atau jalur. David A. Revzan (Fuad, 2006:129) mengatakan bahwa Saluran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan.akhirnya sarnpai pada pemakai. Jalur pemasaran didefinisikan sebagai suatu sistem hubungan yang ada di antara lembaga-lembaga yang terlihat dalam proses penjualan dan pembelian. Definisi lain tentang saluran pemasaran dikemukakan oleh The American Marketing Association, yang menekankan tentang banyaknya lembaga yang ada dalam aliran atau arus barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan. C. Glenn Walters (Fuad, 2006:130), bahwa Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan phisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Menurut Kotler (2006:122), saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Warren Keegan (Jeff, 2007:83) mengartikan saluran distribusi sebagai saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
pemakai industri. Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur penting, yaitu : a. Saluran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. b. Karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian yang lain tidak. c. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran d. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan
penggolongan
produk
dan
mendistribusikannya.
Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pasar. 2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya. Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang dilakukan. Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk (agent middleman), di antaranya: 1) Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker. Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan pihakpihak yang bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh komisi atas jasa mereka. 2) Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk. b. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang diperjualbelikan, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
1) Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer, whole seller adalah mereka yang pada umumnya menaksir total nilai produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen (expectation price). 2) Grain millers, yaitu pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka produk pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca panen. c. Eksporter dan importer, yaitu lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk pertanian yang ditransaksikan: 1) Processors dan manufaktur, yaitu lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian. 2) Trade associations, yaitu asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama
bertujuan
untuk
mengumpulkan,
mengevaluasi,
dan
mendistribusikan informasi pada anggotanya. 3. Mata Rantai Jalur Pemasaran Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan atau kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor atau cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Menurut Swastha (2008:117), ada empat macam saluran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat saluran distribusi itu adalah: a. Produsen – Pemakai lndustri Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri ini merupakan saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi langsung. Biasanya saluran distribusi ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar. Saluran distribusi semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti kapal, lokomotif dan sebagainya (yang tergolong jenis instalasi). b. Produsen – Distributor Industri – Pemakai Industri Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan kasesoris, dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara lain: produsen barang bangunan, produsen alat-alat untuk bangunan, dan sebagainya. c. Produsen – Agen – Pemakai lndustri Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki
departemen
pemasaran.
Juga
perusahaan
yang
ingin
memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru lebih suka menggunakan agen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
d. Produsen – Agen – Distributor lndustri – Pemakai lndustri Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung. Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.
E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang Diterima Petani 1. Arti Marjin Pemasaran Menurut Hanafie (2010:205), margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran atau disribusi. Riyanto (2008:35) memberikan pengertian profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian ini digunakan untuk menghitung marjin secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
individual atau untuk masing-masing pelaku pemasaran. Ukuran besar kecilnya marjin pemasaran seringkali dijadikan kriteria untuk menilai apakah pasar sudah atau belum efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya marjin antara lain, ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu pengangkutan, penyimpanan, pengolahan risiko kerusakan, dan lain-lain. Selain itu, Daniel (2002:107) mengartikan margin tataniaga sebagai selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang tataniaga (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar selisih harga yang terlihat dari berbagai tingkat jalur pemasaran. Tomek dan Robinson (Hanafie, 2010:206), menjelaskan marjin pemasaran sebagai berikut: a) Perbedaan harga yang hares dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. b) Gabungan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran. 2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani Biaya pemasaran seringkali diukur dengan marjin pemasaran yang sebenarnya hanya menunjukkan bagian dari pembayaran konsumen yang diperlukan untuk menutup biaya yang dikeluarkan dalam pemasran. Sebagai contoh pemasaran getah karet (lateks), dalam memasarkan getah tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
memerlukan biaya dalam proses pemasaran sampai ke pemakai industri. Proses pemasaran ini erat kaitannya dengan bagaian akhir yang diterima petani produsen. Menurut David Downey (Riyanto, 2008:41), ada empat karakteristik utama produk yang mempengaruhi keanekaragaman bagian akhir yang diterima oleh petani, yaitu a) Kadar kerusakan b) Besarnya produk c) Sifat musiman d) Perbedaan bentuk antara produk mentah dan produk akhir.
F. Elastisitas Transmisi Harga Untuk menyatakan peka tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas. Menurut Tri Kunangwasih & Antyo Pracoyo (2006:76), elastisitas didefinisikan sebagai presentase perubahan jumlah yang diminta dibandingkan dengan persentase perubahan dari variabel bebas. Sedangkan Ari Sudarman (2000:94) mengartikan elastisitas harga (price elasticity) adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanaya perubahan tingkat barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di pemakai industri dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada produsen. Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan dari harga eceran terhadap perubahan harga di tingkat produsen. Selain itu, Hasyim (Bustanul, 2004:19) berpendapat bahwa analisis elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tingkat pasar lainnya. Marjin pemasaran merupakan akibat adanya permintaan turunan (derived demand) dari pemakai industri kepada petani produsen. Secara sistematik elastisitas transmisi harga adalah: =
=
x
Dimana : = elastisitas transmisi harga = perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri = perubahan harga lateks di tingkat petani = harga lateks ditingkat pemakai industri = harga lateks ditingkat petani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga, antara lain adalah sebagai berikut. =1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan perubahan harga ditingkat pemakai industri. >1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada perubahan harga ditingkat pemakai industri. <1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pemakai industri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian 1. Deskriptif Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan jalur pemasaran, sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan marjin pemasaran dan transmisi harga. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Selain itu, Sugiyono (2012: 13) juga berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. 2. Studi Kasus Studi kasus adalah suatu penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, karena pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada waktu tertentu (Winarno Surachman, 2006:143). Menurut Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan
tujuan
masalahnya
dapat
terselesaikan
dan
memperoleh
perkembangan diri yang baik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 Mei – 15 Juni 2015.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Subjek dalam penelitian ini adalah para petani dan para pedagang perantara lateks di Desa Pagar Gading. 2. Objek Menurut
Supranto (2000:21) objek penelitian adalah himpunan
elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Objek dalam penelitian ini adalah jalur-jalur pemasaran karet, margin pemasaran lateks, dan transmisi harga.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Basuki (2006 :182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet di Desa Pagar Gading yang berjumlah sekitar 967 jiwa, dan yang kedua adalah para pedagang karet yang berjumlah 10 orang pedagang pengepul, 5 orang pedagang besar, dan 3 orang pedagang pemasok industri. 2. Sampel Menurut Basuki (2006 :183) Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang petani karet dan 9 orang pedagang karet sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 3. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik area probability sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil. a. Sampel Daerah Pengambilan sampel daerah dilakukan secara purposif yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang dipakai dalam pemilihan daerah antara lain: 1) Penjualan karet yang beragam kebeberapa pedagang 2) Pertimbangan dalam memilih desa Pagar Gading sebagai sampel penelitian karena desa Pagar Gading memiliki dusun-dusun yang sebagian besar masyarakatnya memiliki perkebunan karet. b. Sampel Petani dan Sampel Pedagang Dalam pengambilan sampel petani dan sampel pedagang dalam penelitian ini menggunakan Snowball Sampling, yaitu pertama-tama kelompok responden dipilih secara Accidental. Setelah responden-responden itu diminta
untuk
mengidentifikasi
responden-responden
lain
yang
merupakan bagian populasi target. Dalam pengambilan sampel petani diambil 9 orang petani yang sesuai dengan karakteristik petani, dibagi menjadi: 1) Sampel petani skala produksi besar berjumlah 3 orang. 2) Sampel petani skala produksi sedang berjumlah 3 orang. 3) Sampel petani skala produksi kecil berjumlah 3 orang. Jumlah sampel petani sedikit karena sampelnya bersifat homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Untuk sampel pedagang, cara menentukan sampel pedagang adalah sebagai berikut; pertama-tama akan dipilih 3 orang sampel petani sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan dan kemudian 3 orang petani akan memilih pedagang pengepul dan pedagang besar untuk dijadikan sampel berikutnya, demikian seterusnya sampai dengan pedagang pemasok industri. Karakteristik yang dipakai dalam penelitian menurut Joko Cahyono (wawancara pribadi, 7 Mei 2015) adalah sebagai berikut. 1) Petani skala produksi kecil, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet kurang dari 20.000
.
2) Petani skala produksi sedang, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet dari 20.000
sampai dengan 40.000
.
3) Petani skala produksi besar, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet lebih dari 40.000
.
E. Data yang Dibutuhkan Berdasarkan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, maka data yang akan dicari adalah data primer. Data primer terdiri dari 2 bentuk, yaitu: 1. Data Cross-section Data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada waktu tertentu. Data cross-section diperoleh dari wawancara dengan menggunakan daftar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
pertanyaan kepada petani karet, pedagang pengepul, dan pedagang besar. Data cross-section ini merupakan data yang dibutuhkan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran. Adapun data itu adalah: a. Tingkat harga beli yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul dan pedagang besar. b. Tingkat harga jual oleh pedagang pengepul dan pedagang besar. c. Besar kecilnya biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul dan pedagang besar yang meliputi; 1) Biaya transportasi 2) Biaya timbang 3) Biaya upah. 2. Data Time-series Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang waktu tertentu. Data yang berbentuk time-series dalam penelitian ini adalah data harga getah karet (lateks). Data harga getah karet (lateks) akan diperoleh melalui pedagang pengepul dan pedagang besar yang melakukan kegiatan “timbang karet” setiap 3 kali dalam satu minggu, yaitu setiap hari senin, rabu dan sabtu. Data ini dibutuhkan dalam elastisitas trasmisi harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
F. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada petani maupun pedagang yang berhubungan langsung dengan penelitian ini dan dengan menggunakan daftar pertanyaan.
G. Teknik Analisis Data 1. Untuk menganalisis masalah yang pertama tentang jalur-jalur pemasaran yaitu dengan menghubungkan barang produsen (lateks) yang siap disalurkan melalui pedagang perantara seperti pedagang pengepul dan pedagang besar yang memiliki fungsi yang sama untuk menyalurkkan getah karet (lateks) kepada konsumen akhir. 2. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga tingkat produsen dengan harga ditingkat konsumen. Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan. Menurut Sugiharto (2003), untuk menghitung besarnya marjin pemasaran adalah sebagai berikut. = =
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Dimana: = marjin pemasaran pada saluran pemasaran = harga jual getah karet (lateks) di tingkat konsumen = harga beli getah karet (lateks) di tingkat produsen = biaya pemasaran = keuntungan pemasaran di tingkat konsumen Dengan demikian total marjin pemasaran (M) adalah : ∑ Konsep marjin pemasaran erat kaitannya dengan farmer’s share. Farmer’s share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, yang dinyatakan dalam presentase. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen yang dinikmati oleh tingkat petani. Menurut Sugiharto (2003) rumusan untuk farmer’s share cukup sederhana adalah :
=
x 100%
Dimana : = bagian harga lateks yang diterima petani = harga lateks ditingkat petani = harga lateks pada tingkat pedagang pemasok industri
komoditi karet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut : a. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram. b. Tingkat harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram. c. Tingkat harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram. Untuk perhitungan biaya dan marjin pemasaran lateks secara terperinci, dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Pagar Gading No
Uraian
Nilai
Pangsa
(Rp/Kg)
Harga Industri (%)
1.
Petani Harga jual petani
2.
3.
xxx
xxx
Biaya transportasi
xx
xx
Biaya Upah
xx
xx
Marjin keuntungan pedagang pengepul
xxx
xxx
Harga jual pedagang pengepul
xxx
xxx
xx
xx
Pedagang Pengepul
Pedagang Besar Biaya transportasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Biaya Upah
4.
xx
xx
Marjin keuntungan pedagang besar
xxx
xxx
Harga jual pedagang besar
xxx
xxx
Biaya Transportasi
xx
xx
Biaya transportasi
xx
xx
Biaya Upah
xx
xx
Marjin keuntungan pedagang pemasok industri
xxx
xxx
Harga jual pedagang pemasok industri
xxx
xxx
Pedagang pemasok industri
3. Menurut Sugiharto (2003), untuk menganalisis elastisitas transmisi harga yang terjadi di setiap rantai pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :
=
=[
][
]
Dimana : = elastisitas transmisi harga = perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri = perubahan harga lateks di tingkat petani = harga lateks ditingkat pedagang pemasok industri = harga lateks ditingkat petani Jika ; =1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
> 1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri. < 1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.
Elastisitas transmisi harga tersebut dapat diduga dengan menggunakan model regresi linier sederhana yang merupakan persamaan hubungan harga lateks pada suatu tingkat pemasaran tertentu dengan harga lateks pada tingkat pemasaran berikutnya sebagai berikut: =a+b Sehingga, Et = [
][ ]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Pagar Gading secara administratif terletak di Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Dilihat dari orbitannya (letak ditinjau dari pusat pemerintahan desa) ke pusat pemerintahan kecamatan kurang lebih 7 Km, ke pusat kabupaten kurang lebih 18 Km, sedangkan ke pusat provinsi adalah 90 Km. Desa Pagar Gading terdiri dari 4 wilayah dusun. Empat wilayah yang dimaksud adalah Dusun Girimulyo, Gading Rejo, Purworejo, dan Gedung Jaya. Wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah potensial pengembangan usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan perekonomian serta jasa lainnya. Desa Pagar Gading terletak pada ketinggian 43 MDPL dari permukaan laut dengan suhu rata-rata
C-
C dan memiliki curah hujan rata-rata
sebesar 2400 Mm/tahun. Adapun batas-batas wilayah Desa Pagar gading adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Blambangan
Sebelah Timur
: Desa Tulung Singkip
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Sebelah Selatan
: Desa Karang Jawa, Lampung Tengah
Sebelah Barat
: Desa Jagang
2. Luas Wilayah Wilayah Desa Pagar Gading merupakan wilayah datar tanpa pegunungan. Luas keseluruhan mencapai 1554 Ha. Keadaan topografinya secara umum merupakan daerah lahan kering dan daerah sawah yang relatif subur dan rata. Daerah lahan kering umumnya terletak dibagian Selatan, Utara, dan timur, sedangkan daerah persawahan hanya terletak dibagian Barat.
B. Keadaan Demografi 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Desa Pagar Gading pada tahun 2014 mempunyai penduduk sebesar 1925 jiwa, yang terpancar pada 749 kepala keluarga. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk terdiri dari 932 jiwa laki-laki dan 993 jiwa perempuan. Dengan demikian “sex ratio” yakni perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan per 100 penduduk (L/P x 100) adalah 93,86. Hasil ini berarti tiap 100 penduduk perempuan hanya terdapat 93,86 penduduk laki-laki. 2. Jumlah Penduduk Menurut Agama Sebagian besar penduduk Desa Pagar Gading beragama Islam. Sedangkan sebagian kecil lainnya menganut agama Katolik dan Kristen. Tetapi walaupun berbeda agama dan kepercayaan, masyarakat Desa Pagar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Gading tetap hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dan pemilik agama yang lainnya. Untuk lebih jekasnya jumlah penduduk menurut agama ditunjukkan dalam tabel berikut.
No
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama Agama Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1.
Islam
1427
74,12
2.
Katholik
798
25,88
3.
Kristen
0
0
4.
Hindu
0
0
5
Budha
0
0
Jumlah
1925
100
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pada tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk Desa Pagar Gading menurut tingkat pendidikan. Desa Pagar Gading yang berpendidikan Sekolah Dasar lebih banyak dari pada yang berpendidikan SMP/SLTP, SMA/SLTA, tingkat akademi, maupun tingkat sarjana. Jumlah penduduk yang berkependidikan Sekolah Dasar mencapai 60,15%. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Pagar Gading masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh karena minat sekolah yang rendah dan biaya yang kurang mencukupi, sehingga tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat Pendidikan No Jenis Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%) 1.
Lulusan Pendidikan Umum a. Taman Kanak-kanak
2.
22
1,12
b. Sekolah Dasar
946
49,15
c. SMP/SLTP
485
25,21
d. SMA/SLTA
367
19,06
e. Akademi/ D1-D3
61
3,18
f. Sarjana (S1-S3)
24
1,26
20
1,02
1925
100
Lulusan Pendidikan Khusus a. Kursus/Ketrampilan Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 4. Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian Mata pencaharian di Desa Pagar Gading Menggambarkan aktivitas penduduk setempat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan sudah terdistribusi pada berbagai sector perekonomian. Matapencaharian pada daerah pedesaan yakni sektor pertanian.
Matapencaharian ini merupakan
mata pencaharian pokok bagi penduduk setempat. Penduduk Desa Pagar Gading yang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 967 jiwa atau sebesar 50,23% dari jumlah penduduk yang bekerja, sedangkan 30,59% penduduk masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Melihat kenyataan tersebut, berarti sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam menopang kehidupan ekonomi masyarakat Desa Pagar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Gading. Jumlah penduduk berdasarkan matapencaharian di Desa Pagar Gading dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencaharian No Jenis Matapencaharian Jumlah (Jiwa) Jumlah (%) 1.
Petani
967
50,23
2.
Buruh Tani
150
7,79
3.
Pedagang
73
3,79
4.
Bidan
5
0,25
5.
Guru
46
2,38
6.
Pegawai Negeri Sipil
20
1,03
7.
Karyawan Perusahaan
76
3,94
8.
Perawat
1
0,05
Jumlah
1338
69,51
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.
C. Sarana dan Prasarana 1. Sarana Transprortasi dan Komunikasi Untuk memperlancar berbagai jenis kegiatan ekonomi ataupun kegiatan non-ekonomi seharusnya diperlukan sarana pendukung yang berupa fisik maupun non-fisik yang memadai. Akan tetapi, di Desa Pagar Gading tidak memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik. Sarana transportasi tidak didukung oleh keadaan jalan yang baik, keadaan jalan di desa tersebut masih sangat buruk. Jalan-jalan di Desa Pagar Gading masih berupa jalanan batu dan sebagiannya lagi masih tanah. Selain itu, sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
komunikasi di desa tersebut juga masih sulit. Jaringan internet belum ada, sehingga masyarakat Desa Pagar Gading tidak mampu menerima arus informasi dengan baik. 2. Sarana Pendidikan Desa Pagar Gading tidak memiliki sarana pendidikan yang baik. Di Desa Pagar Gading hanya terdapat beberapa sekolah saja, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading NEGERI SWASTA Jenis No Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid Pendidikan (Buah) (Orang) (Orang) (Buah) (Orang) (Orang) 1 TK 2 4 32 2 SD
1
12
152
1
6
54
3 SLTP
-
-
-
1
8
29
4 SLTA
-
-
-
1
5
18
5 Akademi
-
-
-
-
-
-
6 PT
-
-
-
-
-
-
1
12
152
5
23
1
Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 3. Sarana Perekonomian Dalam bertemunya
memenuhi penjual
dan
kebutuhan pembeli
sehari-haridan
dibutuhkan
sebagai
tempat
khusus
tempat yang
menyediakan kebutuhan masyarakat. Desa Pagar Gading memiliki sarana perekonomian yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
No
Tabel 4.5 Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1.
Pasar desa
1 buah
2.
Kios desa
1 buah
3.
Koperasi simpan pinjam
2 buah
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 4. Sarana Kesehatan Pemerintah Desa Pagar Gading dengan segenap kemampuan berusaha untuk mensejahterakan masyarakat atau warganya melalui beberapa unit usaha kesehatan. Sedangkan menjadi peserta KB adalah sudah menjadi kebutuhan. Kegiatan posyandu bagi bayi dan anak balita sangat rutin dilakukan, yaitu seminggu sekali setiap hari selasa. Desa Pagar Gading memiliki 1 buah puskesmas, 2 pos posyandu, 2 orang bidan desa dan satu orang mantri desa, serta 2 orang bidan praktek. 5. Sarana Olahraga Sarana olahraga yang dimiliki oleh Desa Pagar Gading ini digunakan oleh masyarakat Desa Pagar gading, biasanya oleh anak-anak muda masyarakat tersebut. Dengan adanya sarana olahraga ini, mereka bisa terus melatih dan mengembangkan bakat mereka di bidang olahraga. Adapun jenis sarana yang dimaksud adalah 1 buah lapangan sepak bola, 3 buah lapangan voli, dan 2 buah lapangan bulutangkis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
6. Sarana Peribadatan Mayoritas agama penduduk Desa pagar Gading beragama muslim, dengan demikian tempat peribahan di desa ini juga seimbang dengan jumlah penduduk sebagai pemeluk agama masing-masing. Desa pagar Gading memiliki sarana peribadatan yang berupa 2 buah Masjid, 6 Mushola, dan 1 Gereja.
D. Produksi Pertanian Secara umum usaha tani yang dijalankan di wilayah Desa Pagar Gading meliputi tanaman pangan dan perkebunan, baik yang dibudidayakan pada lahan sawah maupun pada lahan kering. Usaha tanaman pangan yang diusahakan terutama padi, jagung, singkong, dan sayur-sayuran. Hasil pertanian tersebut umumnya tidak dijual semua, tetapi sebagian dikonsumsi sendiri oleh petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan hasil penjualan tanaman pangan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Akan tetapi, hal tersebut lain halnya dengan hasil pertanian berupa singkong. Hasil pertanian singkong semuanya dijual langsung ke pabrik, karena singkong yang ditanam oleh masyarakat Desa Pagar Gading tidak bisa untuk langsung di konsumsi. Untuk tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di Desa Pagar Gading meliputi tanaman kelapa sawit, tanaman kakao, dan tanaman karet. Untuk saat ini tanaman yang banyak dibudidayakan adalah tanaman karet. Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
karet sangat cocok ditanam di daerah ini karena memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Petani di Desa Pagar Gading memilih tanaman karet untuk dibudidayakan karena dianggap memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lainnya.
E. Budidaya Tanaman Karet 1. Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemasaran Hasil Perkebunan Sebelum menanam bibit karet terlebih dahulu menyiapkan lubang tanaman dengan jarak tanam 4 x 3 meter atau 4 x 4 meter, tergantung keinginan petani karet. Tanah-tanah cangkulan tersebut diberi pupuk kompos di setiap lubangnya., kemudian bibit karet hasil stekan ditanam. Pemeliharaan tanaman karet meliputi penyulaman, pemangkasan, dan pemupukan. Setelah 4-6 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan ke kebun karet. Bila ditemukan bibit karet yang mati, secepatnya dilakukan penyulaman, ini dimaksudkan agar pertumbuhan bibit sulaman tidak jauh tertinggal dengan tanaman lainnya. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, petani karet pasti melakukan pemupukan. Pemupukan tanaman karet biasanya dilakukan pada musim penghujan, ini dimaksudkan agar pupuk bisa langsung terserap oleh tanaman karet. Selain pemupukan, tanaman ini juga membutuhkan pemangkasan secara rutin. Pemangkasan dilakukan untuk mengatur pertumbuhan tanaman karet agar tidak mengganggu tanaman karet satu dangan tanaman karet yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
lainnya. Sampai sekarang ini hasil pertanian karet masih belum bisa diolah oleh masyarakat Desa Pagar Gading. Petani produsen menjual getah karet (lateks) melalui jalur pemasaran tradisional, penjualan tersebut dilakukan melalui beberapa perantara seperti pedagang kecil, pedagang besar, dan pedagang pemasok industri. 2. Gambaran Pertanian Karet di Desa Pagar Gading Pertanian karet merupakan matapencaharian di bidang pertanian yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat Desa Pagar Gading. Desa Pagar Gading sendiri memiliki luas perkebunan karet sebesar 864,25 Ha dengan petani lateks sebesar 321 kepala keluarga. Lahan yang dimiliki oleh petani ukurannya berbeda-beda, berikut adalah klasifikasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan mengenai analisis dan pembahasan terhadap data yang telah diproses selama penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian yang telah penulis laksanakan diperoleh data yang diperlukan untuk menjawab masalah-masalah yang dikemukakan dalam BAB I. A. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Getah Karet (Lateks) di Desa Pagar Gading Jalur
pemasaran
yang
dimaksud
disini
adalah
jalur-jalur
yang
menghubungkan jalur produksi lateks yang telah siap untuk dijual atau disalurkan kepada pemakai industri, dimana untuk menghubungkan hasil produksi lateks tersebut diperlukan perantara-perantara. Dalam hal ini yang menjadi perantara adalah para pedagang, yaitu pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang pemasok industri. Dalam analisis ini secara berturut-turut akan dibahas jalur pemasaran yang dilalui oleh 9 petani responden yang terbagi menjadi 3 petani skala produksi kecil yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet kurang dari 20.000
, 3 petani skala produksi sedang yaitu petani yang memiliki lahan
perkebunan karet dari 20.000
sampai dengan 40.000
, dan 3 petani skala
produksi besar, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet lebih dari 40.000
.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Besar Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh petani karet yang memiliki lahan perkebunan lebih dari 40.000
.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 orang petani skala produksi besar, peneliti mendapatkan informasi bahwa petani di Desa pagar Gading menggunakan jasa perantara pedagang dalam memasarkan hasil produksinya. Dari 3 orang petani karet skala produksi besar, 2 diantaranya mengatakan bahwa mereka menjual lateks hasil perkebunan mereka kepada pedagang pengepul dengan cara didatangi ke rumah, sedangkan 1 orang petani lainnya bahwa mereka menjual lateks hasil perkebunan mereka langsung kepada pedagang pemasok industri. Gambar 5.1 Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Besar Petani Besar
Pedagang pengepul
Pedagang besar
Pedagang pemasok industri
Pedagang pemasok industri
Pemakai Industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Gambar 5.1 merupakan jalur pemasaran yang dilalui oleh petani dengan skala produksi besar. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa mereka mempunyai alternatif yang berdeda dalam menjual hasil produksinya. Bagi petani yang menjual getah karet (lateks) kepada pedagang pengepul dengan cara didatangi ke rumah, ternyata mereka memiliki alasan mengapa mereka menjual lateks dengan cara yang demikian. Alasan yang pertama karena sudah kenal dekat dengan pedagang pengepul dan sudah langganan, jadi sudah pasti hasil perkebunan para petani akan selalu diambil pada hari yang sama setiap minggunya. Alasan kedua adalah menghemat waktu, karena waktu dapar digunakan untuk memperkerjakan hal yang lainnya. Selain alasan tersebut, keadaan jalan yang rusak, tidak adanya kendaraan untuk menjual langsung kepada pedagang pemasok industri, dan resiko dalam perjalanan juga menjadi alasan tersendiri bagi para petani. Sedangkan bagi petani yang menjual lateks langsung kepada pedagang pemasok industri mempunyai alasan jika menjual lateks langsung kepada pedagang pemasok industri harga menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjual kepada pedagang pengepul. Kendaraan yang sudah memadai untuk menjual lateks langsung ke pedagang pemasok industri juga menjadi alasan petani tersebut. Dalam pemasarannya, masyarakat Desa Pagar Gading menggunakan jasa perantara pedagang besar dan jasa perantara pedagang pemasok industri dari daerah lain. Hal tersebut dikarenakan karena tidak adanya masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang besar dan pedagang pemasok industri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Sedang Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh petani karet yang memiliki lahan perkebunan lebih dari 20.000 dengan 40.000
sampai
. Semua petani skala produksi sedang di Desa Pagar Gading
mengginakan jasa perantara pedagang pengepul, kesimpulan ini diperoleh dari data yang didapat peneliti dari 3 orang petani responden yang mengatakan bahwa mereka menjual lateks hasil perkebunannya kepada pedagang pengepul. Pada gambar 5.2 terlihat bahwa dalam menjual lateks petani skala poduksi sedang menggunakan perantara pedagang pengepul. Petani ini memiliki alasan yang tidak jauh berbeda dengan petani lainnya yang menjual lateks kepada pedagang pengepul. Alasan pertama mengapa para petani menjual kepada pedagang pengepul adalah proses pemasaran mudah dan cepat, petani tinggal menunggu di rumah dan pedagang pengepul akan dating sendiri untuk membeli lateksnya. Kedua sudah langganan dan kenal, dan yang ketiga adalah menghemat waktu dan tidak mengeluarkan biaya transportasi. Dengan alasan tersebut menunjukkan bahwa petani dalam menjual hasil produksinya selalu memperhitungkan untung dan ruginya. Bagi petani yang mengatakan sudah langganan, disini petani sudah memperhitungkan untuk penjualan yang akan dating, ia tidak perlu membuang tenaga dan membuang waktu untuk mencari pedagang lain yang mau membeli hasil perkebunannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Petani yang mengatakan menghemat waktu dan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi terlihat bahwa mereka memiliki kecenderungan berfikir secara bisnis, karena waktu diutamakan dan juga memperhitungkan pengeluaran. Jalur pemasaran yang dilalui oleh 3 petani skala produksi sedang tidak memiliki perbedaan, yaitu semua petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 5.2 Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Sedang Petani Sedang
Pedagang pengepul
Pedagang besar
Pedagang pemasok industri
Pemakai Industri
3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Kecil Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh petani karet yang memiliki lahan perkebunan kurang dari 20.000
. Dari 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
orang petani yang diambil datanya, peneliti mendapat informasi bahwa 1 orang responden menjual getah karet hasil perkebunan mereka kepada pedagang pengepul dengan cara didatangi ke rumah masing-masing. Ada lagi 1 petani responden yang juga mengatakan menjual lateks langsung kepada pedagang pengepul, dan 1 petani responden mengatakan menjual lateks langsung kepada pedagang pemasok industri. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Gambar 5.3 Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Kecil Petani Kecil
Pedagang pengepul Pedagang besar
Pedagang besar
Pedagang pemasok industri
Pedagang pemasok industri
Pemakai Industri
Bagi petani yang menjual getah karet kepada pedagang pengepul mempunyai alasan yang sama dengan petani lain yang juga menjual getah karet kepada pedagang pengepul. Sedangkan petani yang mejual lateks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
kepada pedagang besar mengatakan jika menjual lateks kepada pedagang besar harganya akan lebih sedikit tinggi dibandingkan dengan harga yang diberikan oleh pedagang pengepul. Dalam hal ini, petani yang memilih menjual lateksnya kepada pedagang besar mempunyai alasan yang khusus. Petani memilih menjual lateks langsung kepada pedagang besar dikarenakan petani tersebut bekerja sebagai buruh kepada salah seorang pedagang besar, jadi petani tertsebut membawa hasil perkebunannya sekaligus berangkat bekerja. Penggunaan jasa perantara pedagang pengepul lebih banyak digunakan, hal ini tidak hanya terjadi pada jalur pemasaran lateks yang dilalui oleh petani tertentu saja, tetapi banyak digunakan oleh petani skala produksi besar, petani skala produksi sedang, dan skala produksi kecil. Dengan keadaan seperti ini dapat dikatakan bahwa para petani di Desa Pagar Gading mempunyai pilihan sendiri untuk menentukan jalur pemasaran yang akan dialuinya.
B. Analisis Distribusi Marjin dalam Jalur-jalur Pemasaran Lateks Marjin pemasaran yang dimaksud disini adalah selisih antara harga jual lateks dan harga beli lateks di setiap tahap dalam proses pemasaran lateks. Sedangkan marjin total adalah selisih antara harga di tingkat konsumen akhir yang dalam hal ini adalah harga jual lateks di tingkat pedagang pemasok industri dan harga tingkat petani. Permasalahan dalam analisis marjin adalah adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
perbedaan harga jual dan harga beli lateks pada tingkat petani maupun pada tingkat pedagang. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibuat rata-rata harga jual dan harga beli lateks pada masing-masing tingkatan, yaitu tingkat petani skala produksi besar, petani skala produksi sedang, dan petani skala produksi kecil. Dalam analisis ini, data diperoleh dari 3 petani skala produksi besar, 3 petani skala produksi sedang, 3 petani skala produksi kecil, 3 pedagang pengepul, 3 pedagang besar, dan 3 pedagang pemasok industri. Untuk analisis marjin pemasaran secara berturut-turut akan dibahas distribusi marjin dari tingkat petani skala produksi besar, dari tingkat petani skala produksi sedang, dan dari tingkat petani skala produksi kecil. 1. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan diperoleh rata-rata harga jual dan harga beli lateks dari tingkat petani besar. Rata-rata harga lateks yang dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 5.1 Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar pada Bulan Mei 2014 No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) 1 6.200 7.000 7.900 8.900 2 6.100 6.800 7.600 8.500 3 6.300 6.900 7.700 8.900 Jumlah 18.600 20.700 23.200 26.300 Rerata 6.200 6.900 7.733 8.767 Sumber: Data Primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Jika kita lihat pada tabel di atas terdapat keberagaman harga yang diterima oleh setiap petani. Keberagaman harga tersebut terjadi karena kualitas getah karet (lateks) yang dihasilkan oleh masing-masing petani tidak sama. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar, perbedaan harganya juga sangat sedikit. Kualitas karet biasanya memiliki tipe, yaitu tipe A dan B. Tipe-tipe tersebut dilihat dari kandungan air yang terdapat dalam kepingan lateks, harga akan sedikit lebih rendah apabila kandungan air dalam kepingan lateks dinilai cukup banyak. Keberagaman harga ini tidak hanya terjadi pada petani skala produksi besar, hal tersebut juga terjadi pada petani skala produksi sedang dan skala produksi kecil. Dari tabel 5.1 kita dapat melihat rata-rata harta lateks pada tingkat petani besar adalah Rp 6.200 per kilogram, pada tingkat pedagang pengepul sebesar Rp 6.900 per kwintal, pada tingkat pedagang besar yaitu Rp 7.733 per kilogram, dan rata-rata harga lateks pada tingkat pedagang pemasok industri sebesar Rp 8.767 per kilogram. Perbedaan harga tersebut menunjukkan adanya marjin pemasaran. Perbedaan harga di tingkat pedagang pengepul dengan harga ditingkat petani menunjukkan adanya marjin pemasaran di tingkat pedagang pengepul sebesar Rp 700 per kilogram, perbedaan harga di tingkat pedagang besar dengan harga di tingkat pedagang pengepul menunjukkan adanya marjin pemasaran di tingkat pedagang besar sebesar Rp 833, dan perbedaan harga di tingkat pedagang pemasok industri dengan harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
di tingkat pedagang besar menunjukkan adanya marjin pemasaran sebesar Rp 1.034 per kilogram. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat petani besar sampai dengan pedagang pemasok industri dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 No Uraian Nilai Pangsa (Rp/Kw) Harga Industri (%) 1. Petani Harga Jual Petani 620.000 70,72 2. Pedagang Pengepul Biaya transportasi 8.360 0,95 Biaya Upah 4.870 0,56 Biaya Timbang 4.470 0,51 Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 52.300 5,97 Harga Jual Pedagang Pengepul 690.000 78,70 3. Pedagang Besar Biaya Transportasi 8.900 1,02 Biaya Upah 5.400 0,62 Biaya Timbang 3.320 0,38 Marjin Keuntungan Pedagang Besar 65.680 7,49 Harga Jual Pedagang Besar 773.300 88,21 4. Pedagang pemasok industri Biaya Transportasi 27.230 3,11 Biaya Upah 4.950 0,56 Biaya Timbang 1.320 0,15 Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri 69.900 7,97 Harga Jual Pedagang pemasok industri 876.700 100 Sumber: Data Primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Dari tabel 5.2 di atas kita bisa melihat biaya-biaya yang ditanggung oleh para pedagang. Disini terlihat bahwa pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang pemasok industri mempunyai tugas yang sama. Di dalam pemasaran ini para pedagang menanggung biaya transportasi, biaya upah, dan biaya timbang. Biaya transportasi yang dimaksudkan disini adalah biaya pengangkutan lateks dari rumah para petani yang dibawa oleh pedagang pengepul ke pedagang besar. Sedangkan biaya upah dan biaya timbang adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh para pedagang untuk membayar para pekerja yang tenaga kerjanya dibutuhkan dalam proses pemasaran lateks. Biaya yang ditanggung oleh pedagang pengepul antara lain adalah biaya transportasi sebesar Rp 8.360 per kwintal, biaya upah sebesar Rp 4.870 per kwintal, dan biaya timbang sebesar Rp 4.470 per kwintal. Jenis-jenis biaya yang ditanggung pedagang pengepul sama halnya dengan jenis biaya yang ditanggung oleh pedagang besar. Besaranya biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang besar tidak jauh berbeda dengan pedagang pengepul, hal tersebut dikarenakan para pedagang sudah memiliki alat transportasi sendiri. Untuk satu kali penjualan lateks, pedagang besar mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 8.900 per kwintal. Sedangkan biaya upah yang dimaksud di sini adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang membantu. Untuk satu kali penjualan lateks, pedagang besar memerlukan tenaga kerja sekitar 8 orang dan untuk biaya upah yang dikeluarkan sebesar Rp 800.000. Dalam hal ini pedagang besar mengeluarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
biaya upah sebesar Rp 5.400 per kwintal dan biaya timbang sebesar Rp 3.320 per kwintal. Dari tabel 5.2 dapat kita lihat jika marjin keuntungan yang diambil oleh pedagang besar
lebih besar darpada marjin keuntungan
pedagang pengepul. Pedagang besar menerima marjin keuntungan sebesar Rp 65.680 per kwintal, sedangkan marjin keuntungan yang diterima oleh pedagang pengepul hanya sebesar Rp 52.300 per kwintal. Selain pedagang pengepul dan pedagang besar, pedagang pemasok industri juga menanggung jenis-jenis biaya yang sama. Pedagang pemasok industri merupakan pedagang yang berhubungan langsung denga pemakai industri akhir. Biaya-biaya uang dikeluarkan oleh pedagang pemasok industri antara lain adalah biaya transportasi sebesar 27.230 per kwintal, biaya upah sebesar 4.950 per kwintal, dan biaya timbang sebesar 1.320 per kwintal. Dibandingkan pedagang-pedagang yang lain, pedagang pemasok industri menerima marjin keuntungan yang paling besar. Marjin keuntungan yang terima oleh pedagang pemasok industri sebesar Rp 69.900 per kwintal. Dari perhitungan analisis biaya maka dapat diketahui bahwa marjin keuntungan yang dinikmati oleh para pedagang berbeda-beda, hal ini dikarenakan omset penjualan yang berbeda-beda. Perbandingan antara harga jual tingkat petani sebesar Rp 620.000 per kwintal dengan harga jual lateks di tingkat pedagang pemasok industri sebesar Rp 876.700 per kwintal, dapat kita ketahui bagian yang diterima petani dari harga tingkat pemasok (farmer’s share) yaitu sebesar 70,72%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
2. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang Rata-rata harga lateks dari tingkat petani skala produksi sedang adalah sebagai berikut. Tabel 5.3 Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang pada Bulan Mei 2014 No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) 4 6.300 6.900 7.700 8.900 5 6.500 7.100 8.000 9.200 6 6.400 7.100 7.900 8.900 Jumlah 19.200 21.100 23.600 27.000 Rerata 6.400 7.033 7.866 9.000 Sumber: Data Primer Dari tabel di atas kita dapat melihat rata-rata harga lateks di tingkat petani, pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang pemasok industri. Untuk harga tingkat petani rata-rata harga lateks adalah sebesar Rp 6.400 per kwintal, pada tingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.033 per kilogram, pada tingkat pedagang besar rata-rata harga lateks sebesar Rp 7.866 per kilogram, dan harga rata-rata lateks tingkat pedagang pemasok industri adalah sebesar Rp 9.000 per kilogram. Dari tabel di atas kita juga dapat melihat bahwa pedagang pemasok industri merupakan pedagang yang rata-rata harga jual lateksnya paling tinggi dibandingkan dengan harga pada tingkat pedagang besar maupun pedagang pengepul, hal ini disebabkan karena pedagang pemasok industri berhubungan langsung dengan konsumen akhir (pemakai industri). Jika dilihat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
keseluruhan harga rata-rata lateks di tingkat pedagang lebih besar jika dibandingkan dengan harga rata-rata ditingkat petani, ini dikarenakan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan yang ikut menjadi pertimbangan dalam penentuan harga. Sedangkan untuk petani sendiri tidak ada biaya yang ikut dipertimbangkan dalam menentukan harga jual lateks. Perhitungan secara terperinci mengenai analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat petani sedang dapat dilihat sebagai berikut.
No
1. 2.
3.
4.
Tabel 5.4 Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 Uraian Nilai Pangsa (Rp/Kw) Harga Industri (%) Petani Harga Jual Petani 640.000 71.11 Pedagang Pengepul Biaya transportasi 8.360 0.93 Biaya Upah 4.870 0.54 Biaya Timbang 4.470 0.50 Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 45.600 5.07 Harga Jual Pedagang Pengepul 703.300 78.14 Pedagang Besar Biaya Transportasi 8.900 0.99 Biaya Upah 5.400 0.60 Biaya Timbang 3.320 0.37 Marjin Keuntungan Pedagang Besar 65.680 7.30 Harga Jual Pedagang Besar 786.600 87.40 Pedagang pemasok industri Biaya Transportasi Biaya Upah
27.230 4.950
3.03 0.55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Biaya Timbang Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri Harga Jual Pedagang pemasok industri Sumber: Data Primer
1.320 79.900 900.000
0.15 8.88 100
Dalam tabel 5.4 terlihat bahwa biaya-biaya yang ditanggung oleh para pedagang, baik pedagang pengepul, pedagang besar maupun pedagang pemasok industri adalah sama dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pedagang dalam analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat petani skala produksi besar (tabel 5.2). Jika kita amati ada perbedaan harga jual dan harga beli pada tahap pemasaran pada tingkat petani sedang (tabel 5.4) dengan tahap pemasaran pada tingkat petani besar (tabel 5.2). Walaupun harga jual dan harga beli berbeda tetapi marjin keuntungan yang diambil oleh pedagang pengepul tidak jauh berbeda dengan dengan tahap pemasaran pada petani besar, yaitu sebesar Rp 45.600 per kwintal. Dalam pemasaran ini marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pemasok industri tetap lebih tinggi daripada marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pengepul maupun pedagang besar, yaitu sebesar Rp 79.900 per kwintal. Jika kita melihat perbandingan antara harga jual lateks tingkat petani sedang sebesar Rp 640.000 per kwintal dan harga jual lateks ditingkat pedagang pemasok industri yaitu Rp 900.000 per kwintal, kita dapat mengetahui bagian harga yang diterima petani dari tingkat pedagang pemasok industri (farmer’s share) yaitu sebesar 71,11 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
3. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil Rata-rata harga lateks yang dilalui oleh petani skala produksi kecil dalam proses pemasaran ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 5.5 Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil pada Bulan Mei 2014 No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) 7 6.400 7.000 7.900 8.900 8 6.450 7.100 8.000 9.200 9 6.700 7.300 8.400 9.600 Jumlah 14.550 21.400 24.300 27.700 Rerata 6.516 7.133 8.100 9.233 Sumber: Data Primer Dari tabel 5.5, terlihat bahwa harga lateks ditingkat petani kecil sebesar Rp 6.516 per kilogram, sedangkan harga ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.133 per kilogram. Perbedaan ini menunjukkan adanya marjin pemasaran ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 617 per kilogram, kemudian harga jual lateks ditingkat pedagang besar sebesar Rp 8.100 per kilogram. Perbedaan harga tingkat pedagang pengepul dengan harga tingkat pedagang besar menunjukkan marjin pemasaran tingkat pedagang besar sebesar Rp 967 per kilogram, dan pada tingkat pedagang pemasok industri harga lateks mencapai Rp 9.233 per kilogram, sehingga dapat diketahui marjin pemasaran pada tingkat pedagang pemasok industri adalah sebesar Rp 1.133 per kilogram atau Rp 113.300 per kwintal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Untuk mengetahui marjin keuntungan yang dinikmati oleh masingmasing pedagang dalam proses pemasaran dari tingkat petani skala produksi kecil, berikut ini akan disajikan tabel analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat petani kecil. Tabel 5.6 Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 No Uraian Nilai Pangsa (Rp/Kw) Harga Industri (%) 1. Petani Harga Jual Petani 651.600 70.57 2. Pedagang Pengepul Biaya transportasi 8.150 0.88 Biaya Upah 4.780 0.52 Biaya Timbang 4.530 0.49 Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 44.240 4.79 Harga Jual Pedagang Pengepul 713.300 77.26 3. Pedagang Besar Biaya Transportasi 8.640 0.94 Biaya Upah 5.420 0.59 Biaya Timbang 3.640 0.39 Marjin Keuntungan Pedagang Besar 79.000 8.56 Harga Jual Pedagang Besar 810.000 87.73 4.
Pedagang pemasok industri
Biaya Transportasi Biaya Upah Biaya Timbang Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri Harga Jual Pedagang pemasok industri Sumber: Data Primer
28.730 4.830 1.300 78.440 923.300
3.11 0.52 0.14 8.50 100
Dari tabel di atas kita dapat melihat harga jual dan harga beli lateks secara berturut-turut dari tingkat petani yaitu Rp 651.600 per kwintal, tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
pedagang pengepul Rp 713.300 per kwintal, tingkat petani besar sebesar Rp810.000 dan tingkat pedagang pemasok industri sebesar Rp 923.300. Dimana terlihat harga jual dan harga beli lateks ditingkat pedagang pemasok industri lebih tinggi dibandingkan harga jual dan harga beli lateks ditingkat pedagang besar maupun pedagang pengepul. Dari perbandingan antara harga jual dan harga beli kita dapat melihat marjin keuntungan yang dinikmati oleh setiap pedagang. Ternyata setelah dikurangi dengan biaya pemasaran dapat diketahui marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pemasok industri sebesar Rp 78.440 per kwintal, marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang besar Rp 79.000 per kwintal, dan marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pengepul dalam jalur pemasaran ini adalah sebesar Rp 44.240 per kwintal. Dalam hal ini marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang besar lebih tinggi jika dibandingkan marji keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pemasok industri. Hal tersebut karena biaya yang dikelurakan oleh pedagang besar lebih sedikit bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pemasok industri. Dari perbandingan antara harga jual tingkat petani sebesar Rp 651.600 per kwintal dan harga jual tingkat pedagang pemasok industri Rp 923.300 per kwintal, dapat kita ketahui bagian harga yang diterima petani dari harga tingkat pedagang pemasok industri (farmer’s share) yaitu sebesar 70,57%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
C. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Untuk menganalisis masalah yang ketiga diperlukan data yang berbentuk time-series. Data time-series yang dimaksud disini adalah harga lateks pada saat kegiatan jual beli karet di Desa Pagar Gading yang telah dikumpulkan mulai awal bulan Mei sampai dengan pertengahan bulan Juni 2015, yang terkumpul sebanyak 20 kali pengamatan. Dalam analisis ini akan dibahas elastisitas transmisi harga dari harga tingkat pedagang pemasok industri kepada harga tingkat petani. Dari hasil perhitungan dalam tabel 5.7 terlihat bahwa nilai elastisitas transmisi harga dari pedagang pemasok industri ke petani sebesar 0,21. Nilai elastisitas transmisi harga bernilai 0,21 menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga lateks ditingkat pedagang pengepul sebesar 1% maka harga ditingkat petani akan berubah sebesar 0,21% dalam hubungan yang searah. Tabel 5.7 Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Transmisi Harga H.T Pedagang pemasok industri H.T Petani
0,21
Sumber: Data Primer Karena nilai 0,21% jauh dari angka 1% maka dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan
harga
ditingkat
pedagang
pemasok
industri
tidak
ditransmisikan dengan baik ke harga ditingkat petani. Dari angka elastisitas transmisi harga kurang dari 1% maka dapat dikatakan bahwa kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri. Kondisi yang demikian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
yaitu arus transportasi yang sangat sulit yang dikarenakan keadaan jalan yang rusak, dan komunikasi yang tidak memadai di daerah Desa Pagar Gading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran penulis dalam melakukan penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil dari keseluruhan penelitian ini. Pada bagian saran berisi masukan masukan dari penulis kepada para petani maupun pedagang lateks di Desa Pagar Gading. Berikut kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan oleh penulis. A. Kesimpulan 1. Jalur-jalur pemasaran yang dilalui oleh petani di Desa Pagar Gading adalah melalui pedagang perantara seperti pedagang pengepul, pedagang besar, dan pemasok Industri. Akan tetapi para petani cenderung menggunakan jasa pearantara pedagang pengepul, hal tersebut dikarenakan jasa pedagang pengepul dianggap lebih mudah, menghemat waktu dan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. 2. Jalur pemasaran yang dilalui oleh petani skala produksi besar, petani skala produksi sedang dan skala produksi kecil sangat panjang. Walaupun demikian farmer share masih cukup tinggi, yaitu dari tingkat petani skala produksi besar 70,72%, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71.11%, dan dari petani skala produksi kecil sebesar 70,57%. 3. Perubahan harga lateks di tingkat pemasok industri tidak ditransmisikan dengan baik ke tingkat harga petani, hal ini terlihat pada nilai elastisitas
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
transmisi harga yang bernilai 0,21. Kondisi ini disebabkan oleh arus transportasi yang tidak memadai yang disebabkan keadaan jalan yang buruk, dan komunikasi yang tidak lancar di daerah Desa Pagar Gading.
B. Saran Secara singkat, beberapa saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Petani lateks perlu mempertimbangkan proses pemasaran hasil produksinya dengan cara memilih jalur pemasaran yang tepat dan menguntungkan bagi petani itu sendiri. Petani sebaiknya dapat menghitung keuntungan dan kerugian atas penggunaan masing-masing pedagang perantara, sehingga petani mampu menentukan jalur pemasaran yang tepat untuk memasarkan hasil pertanian lateks. Menurut peneliti, jalur pemasaran yang bisa digunakan oleh petani lateks adalah melalui pedagang perantara kedua, yaitu pedagang besar. Dengan menjual lateks ke pedagang besar maka harga yang akan diterima petani sedikit lebih tinggi. Selain itu, petani tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi yang begitu besar. Hal ini tentu bisa menguntungkan petani. 2. Oleh karena di lokasi penelitian belum ada kelompok tani karet, maka sebaiknya dibentuk kelompok tani sehingga organisasinya dapat ditata dengan rapi dan kemudian diteruskan dengan membentuk semacam KUD untuk lebih memperkuat keberadaan petani karet. Dengan adanya KUD tersebut petani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
akan memperoleh banyak manfaat dan kemudahan, terutama informasi mengenai harga lateks ditingkat pemakai industri. 3. Dalam pemasaran lateks para petani banyak menggunakan jalur tata niaga penjualan karet melalui pedagang perantara yang banyak mengambil keuntungan dari para petani. Untuk itu, Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan sebaiknya mengupayakan peningkatan pendapatan petani khususnya petani karet dan memutus mata rantai tata niaga pemasaran karet dan mengurangi ketergantungan petani dengan tengkulak. Hal tersebut dilakukan dengan cara membentuk kelompok tani karet dan kelompok tani tersebut diberikan dana talangan sebagai modal pemasaran karet yang dipinjamkan kelompok tani, dan petani dapat menjual karet langsung ke pabrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. (2004). Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Palembang: Sriwijaya University Press. Badan Penelitian dan Pengembangan. (2013). Komoditi Karet di Indonesia. [Online]. Tersedia: htpp:// litbang.kemdikbud.go.id. [2 Maret 2015]. Badan
Pusat Statistik. (2014). Komoditi http://bps.go.id. [ 20 Februari 2015].
Pertanian.
[On-line].
Tersedia:
Daniel, M. (2002). Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara. Ditjen
Perkebunan. (2011). Komoditi htpp://ditjenbun.go.id. [2 Maret 2015].
Karet.
[On-line].
Tersedia:
Fahmy, Mauluddin. (2014). Elastisitas Transmisi Harga. [On-line]. Tersedia: http://fahmy.blog.upi.edu/2014/08/. [20 April 2015]. Ferlianto, Ricky, dkk. (2006). Komoditi Investasi Paling Prospektif. Jakarta: PT Alex Media komputindo. Firdaus, Muhhamad. (2009). Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara. Fuad, Muhammad. (2006). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hanafie, Rita. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset. Kementrian Perindustrian (Kemenperin). (2014). Industri Kreatif Berperan Besar Pada Pertumbuhan Ekonomi. [On-line]. Tersedia: http://kemenperin.go.id. [20 Februari 2015]. Kotler, Philip. (2006). Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta: PT. Prenhallindo. …………….. (2006). Manajemen Pemasaran Jilid II. Jakarta: PT. Prenhallindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Kunangwasih, Tri & Antyo Pracoyo. (2006). Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
Madura, Jeff. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise. Rangkuti, Freddy. (2007). Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Riyanto. (2008). Ekonomi Industri. Bandung: Alfabeta. Shinta, Agustina. (2011). Ilmu Usahatani. Malang: Brawijaya University Press. Sudarman, Ari. (2000). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Sugiharto. (2000). Analisis Efesiensi Pemasaran Hasil Pertanian. [On-line]. Tersedia: http://digilib.ump.ac.id/download. [25 Maret 2015]. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. ………… (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Sulistyo, Basuki. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Brawijaya Universitas Press. Supranto. (2000). Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta Surachman, Winarno. (2006). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito. Swastha Basu, dan Irawan (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Umar, Husein. (2005). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ……………..... (2005). Stratrgic Manajemen In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
LAMPIRAN I ( SURAT IJIN PENELITIAN )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
LAMPIRAN II (Pedoman Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Pedoman Wawancara
A. Ditujukan kepada petani karet Identitas sampel petani yang menjual salak pondoh kepada pedagang: (Pengepul/besar/pemasok industri)
Nama
: ………………………………………………
Umur
: …..... tahun
Pendidikan
: ……..
Jumlah keluarga : …….. Luas lahan
: …....... hektar
1. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang? 2. Berapakah harga jual yang saudara terima dalam satu kali timbangan? 3. Berapakah harga perkilogram lateks yang saudara jual? 4. Kepada siapa saudara menjual lateks? (pedagang pengepul/ pedagang pengecer/ pemasok industri). Alasan: ……………………………………………………...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
B. Ditujukan kepada pedagang pengepul lateks
Nama
: ………………………………………………
Umur
: …..... tahun
Pendidikan
: ……..
Jumlah keluarga : ……..
1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang? 2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali pembelian? 3. Berapakah harga beli perkilogram lateks? 4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani? A. Ya
B. Tidak
5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya? 6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya? 7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang? 8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang? 9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
C. Ditujukan kepada pedagang besar lateks
Nama
: ………………………………………………
Umur
: …..... tahun
Pendidikan
: ……..
Jumlah keluarga : ……..
1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang? 2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali pembelian? 3. Berapakah harga beli perkilogram lateks? 4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani? B. Ya
B. Tidak
5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya? 6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya? 7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang? 8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang? 9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
D. Ditujukan kepada pemasok industri lateks
Nama
: ………………………………………………
Umur
: …..... tahun
Pendidikan
: ……..
Jumlah keluarga : ……..
1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang? 2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali pembelian? 3. Berapakah harga beli perkilogram lateks? 4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani? C. Ya
B. Tidak
5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya? 6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya? 7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang? 8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang? 9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
LAMPIRAN IiI (Identitas Sampel Petani dan Hasil Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Identitas Sampel Petani
Sampel Petani Kecil Nama
Umur
Pendidikan
Antonius Wahir Hartoyo
40 th
SLTP
Jumlah Keluarga 3 orang
Luas Lahan ( ) 15.000
Petrus Tugirin
39 th
SLTA
3 orang
10.000
AG. Purwanto
43 th
SLTP
4 orang
17.500
Pendidikan
Luas Lahan ( ) 25.000
Sampel Petani Sedang Nama
Umur
Eko Budi Prayitno
27 th
SLTP
Jumlah Keluarga 3 orang
A. Suhandoyo
40 th
SLTP
3 orang
32.500
Bagio Warso Hariadi
43 th
SLTP
4 orang
40.000
Pendidikan
Luas Lahan ( ) 45.000
Sampel Petani Besar Nama
Umur
F. A. Sukomulyono
41 th
SLTA
Jumlah Keluarga 4 orang
L. Supriyadi
47 th
SPG
4 orang
60.000
Heri Bertus Mulyanto
39 th
SLTP
5 orang
50.500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Hasil Wawancara dengan Petani Sampel Petani Besar Nama
Jumlah Getah Terjual (Kg) 465
Harga Jual per Kg (Rp) 6.200
L. Supriyadi
575
6.100
3.507.000,-
Pengepul
Heri Bertus Mulyanto
510
8.900
4.539.000,-
P. Industri
Jumlah Getah Terjual (Kg) 240
Harga Jual per Kg (Rp) 6.300
A. Suhandoyo
305
6.500
1.982.500,-
Pengepul
Bagio Warso Hariadi
390
6.400
2.496.000,-
Pengepul
F. A. Sukomulyono
Sampel Petani Sedang Nama
Eko Budi Prayitno
Sampel Petani Kecil Nama
Jumlah Uang Pedagang yang Diterima Perantara (Rp) 2.883.000,Pengepul
Jumlah Uang Pedagang yang Diterima Perantara (Rp) 1.512.000,Pengepul
Jumlah Getah Terjual (Kg) 140
Harga Jual per Kg (Rp) 6.400
Petrus Tugirin
90
8.000
720.000,-
Pedagang Besar
AG. Purwanto
160
9.600
1.536.000,-
P. Industri
A. Wahir Hartoyo
Jumlah Uang Pedagang yang Diterima Perantara (Rp) 896.000,Pengepul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
LAMPIRAN IV (Identitas Sampel Pedagang dan Hasil Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Identitas Sampel Pedagang
Sampel Pedagang Pengepul Nama
Umur
Pendidikan
Jumlah Keluarga
Fhilifus Jalil Yani
29 th
SLTP
3 orang
AL. Suryono
50 th
SLTP
4 orang
Martinus Siman
47 th
SLTP
5 orang
Umur
Pendidikan
Jumlah Keluarga
Dwi Hartanto
36 th
SLTP
5 orang
Sudarto
47 th
SD
5 orang
Sutarjo
52 th
SLTA
3 orang
Umur
Pendidikan
Jumlah Keluarga
Benediktus Jamianto
49 th
SLTA
4 orang
Sadimin
54 th
Akademi D3
4 orang
Edi Nugroho
35 th
SLTA
3 orang
Sampel Pedagang Besar Nama
Sampel Pemasok Industri Nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PETANI SKALA PRODUKSI BESAR
Sampel Pedagang Pengepul Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Fhilifus Jalil Yani 2.664
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 6.200 7.000 75
AL. Suryono
1.684
6.100
6.800
Martinus Siman
2.879
6.300
6.900
Biaya Upah (Rp/Kg) 45
Biaya Timbang (Rp/Kg) 45
89
59,4
47,5
86,8
41,6
41,6
Biaya Upah (Rp/Kg) 57
Biaya Timbang (Rp/Kg) 31,7
Sampel Pedagang Besar Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Dwi Hartanto 15.784
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 7.000 7.900 76
Sudarto
16.127
6.800
7.600
99,2
49,6
37,2
Sutarjo
16.288
6.900
7.700
92
55,2
30,6
Biaya Upah (Rp/Kg) 46,3
Biaya Timbang (Rp/Kg) 12,8
Sampel Pemasok Industri Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Benediktus Jamianto 38.909
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 7.900 8.900 257
Sadimin
41.256
7.600
8.500
315
48,5
14,5
Edi Nugroho
40.722
7.700
8.900
245
54
12,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PETANI SKALA PRODUKSI SEDANG
Sampel Pedagang Pengepul Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Fhilifus Jalil Yani 2650
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 6.300 6.900 750
AL. Suryono
2125
6.500
7.100
Martinus Siman
1948
6.400
7.100
Biaya Upah (Rp/Kg) 45
Biaya Timbang (Rp/Kg) 45
89
59,4
47,5
86,8
41,6
41,6
Biaya Upah (Rp/Kg) 57
Biaya Timbang (Rp/Kg) 31,7
Sampel Pedagang Besar Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Dwi Hartanto 14.792
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 6.900 7.700 76
Sudarto
15.621
7.100
8.000
99,2
49,6
37,2
Sutarjo
15.792
7.100
7.900
92
55,2
30,6
Biaya Upah (Rp/Kg) 46,3
Biaya Timbang (Rp/Kg) 12,8
Sampel Pemasok Industri Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Benediktus Jamianto 39.781
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 7.700 8.900 257
Sadimin
41.200
8.000
9.200
315
48,5
14,5
Edi Nugroho
40.662
7.900
8.900
245
54
12,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PETANI SKALA PRODUKSI KECIL
Sampel Pedagang Pengepul Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Fhilifus Jalil Yani 2.770
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 6.400 7.000 72,5
AL. Suryono
2.075
6.450
7.100
Martinus Siman
2.600
6.700
7.300
Biaya Upah (Rp/Kg) 45,3
Biaya Timbang (Rp/Kg) 37,7
96,4
47
47
76
51,3
51,3
Biaya Upah (Rp/Kg) 52,6
Biaya Timbang (Rp/Kg) 33,8
Sampel Pedagang Besar Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Dwi Hartanto 15.200
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 7.000 7.900 81,1
Sudarto
16.092
7.100
8.000
89,6
56,1
38,4
Sutarjo
16.722
7.300
8.400
88,6
53,8
37
Sampel Pemasok Industri Nama Jumlah Lateks yang Dibeli (Kg) Benediktus Jamianto 40.700
Harga Harga Biaya Beli Jual Transportasi (Rp) (Rp) (Rp/Kg) 7.900 8.900 251,3
Sadimin
41.500
8.000
9.200
315,5
Edi Nugroho
41.776
8.400
9.600
295
Biaya Upah (Rp/Kg) 49,1
Biaya Timbang (Rp/Kg) 12,6
48,2
13,6
47,8
12,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
LAMPIRAN V (Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading Mulai Tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 15 Juni 2015
H.J Petani No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
(Rp)
H.J Pedagang Pengepul (Rp)
H.J Pedagang Besar (Rp)
H.J Pemasok Industri (Rp)
6000 6200 6200 6100 6300 6500 6400 6450 6700 6700 6600 6650 6800 6800 6900 6900 6700 7100 7000 7200
6800 6900 7000 6800 6900 7100 7000 7100 7300 7400 7400 7500 8000 8100 8200 8300 8000 8500 8500 8600
7400 7800 7900 7600 7700 8000 7900 8000 8400 8600 8600 8600 9200 9300 9500 9600 9400 9900 10000 10200
8500 8800 8900 8500 8900 9200 8900 9200 9600 9800 9700 9600 10400 10600 10800 11000 11000 11500 11800 12100
6610
7570
8680
9940
Tanggal
1 Mei 2015 3 Mei 2015 6 Mei 2015 8 Mei 2015 10 Mei 2015 13 Mei 2015 15 Mei 2015 27 Mei 2015 20 Mei 2015 22 Mei 2015 24 Mei 2015 27 Mei 2015 29 Mei 2015 31 Mei 2015 3 Juni 2015 5 Juni 2015 7 Juni 2015 10 Juni 2015 12 Juni 2015 14 Juni 2015
Rata-Rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
LAMPIRAN VI (Uji Regresi Linier Sederhana)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Uji Regresi Linier Sederhana Perubahan Harga Petani pada Perubahan Harga Pedagang Pemasok Industri Variables Entered/Removed Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
H.J Petani
a
b
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri
b
Model Summary Model
1
R
.943
R
Adjusted
Std. Error of
Square
R Square
the Estimate
a
.890
.884
Change Statistics R Square
F
Change
Change
385.270
.890
df1
df2
Sig. F Change
145.629
1
18
.000
a. Predictors: (Constant), H.J Petani b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
2.162E7
1
2.162E7
2671797.492
18
148433.194
2.429E7
19
Total
F
Sig.
145.629
.000
a
a. Predictors: (Constant), H.J Petani b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B 1
Std. Error
(Constant)
-11004.459
1737.718
H.J Petani
3.169
.263
a. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri
Beta
.943
-6.333
.000
12.068
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
LAMPIRAN VII Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Dengan Persamaan Regresi Linier Sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Hasil perhitungan nilai elastisitas transmisi harga getah karet berdasarkan model persamaan regresi linier sederhana. Diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 (Statistical Program for Social Science)
Pendugaan elastisitas transmisi harga dari harga tingkat petani ke pedagang pemasok industri. Pf = -11004,459 + 3,169 Pr ( R Square = 0,890) Berdasarkan pada rumus persamaan elastisitas transmisi harga dan memasukkan nilai rata-rata harga getah karet di tingkat petani sebesar Rp 6.610 serta nilai ratarata harga getah karet ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.570, maka dapat dihitung nilai elastisitas transmisi harga sebagai berikut. Et = [ Et = [ Et = 0,21
][ ] ][
]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
LAMPIRAN VIIi Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107