ANALISIS INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) DAN PASAR UANG ANTARBANK SYARIAH (PUAS) TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) SERTA IMPLIKASINYA KEPADA RETURN ON ASSETS (ROA) BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh Husni Mubarak 106081002337
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H
Hari ini Tanggal 8 Bulan Desember 2010 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas nama Husni Mubarak NIM : 106081002337 dengan judul skripsi “ANALISIS INFLASI, SARTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS),
DAN
TERHADAP
PASAR
UANG
FINANCING
IMPLIKASINYA
TO
KEPADA
ANTARBANK DEPOSIT
RETURN
ON
SYARIAH
(PUAS)
(FDR)
SERTA
RATIO ASSETS
(ROA)
BANK
SYARIAH DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Desember 2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ela Patriana, MM, AAAIJ Ketua
Leis Suzanawati, SE, M.Si Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
Hari ini Tanggal 16 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas nama Husni Mubarak NIM : 106081002337 dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Serta Implikasinya Kepada Return On Assets (ROA) Bank Syariah Di Indonesia”. Memperhatikan penampilan Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta. Jakarta, 16 Maret 2011 Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Pembimbing I
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Ketua
Suhendra, S. Ag, MM Sekretaris
M. Arief Mufraini, LC, M.Si Penguji Ahli
ANALISIS INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) DAN PASAR UANG ANTARBANK SYARIAH (PUAS) TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) SERTA IMPLIKASINYA KEPADA RETURN ON ASSETS (ROA) BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh HUSNI MUBARAK NIM : 106081002337
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP 19690203 200112 1 003
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP 19731221 200501 2 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa
: Husni Mubarak
NIM
: 106081002337
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya/hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 8 Maret 2011
Husni Mubarak
ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the effect of inflation, Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Interbank Money Market Sharia (PUAS) deposits of Financing to Deposit Ratio (FDR) and implications for the Return on Assets (ROA) in Bank Syariah Indonesia. This research used path analysis to model decomposition. Test results on substructure I shows that the variable inflation, Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) significantly affects the financing, while deposits no significant effect on Financing to Deposit Ratio (FDR). Test results on substructure II shows that the variable inflation, Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Financing to Deposit Ratio (FDR) significant effect on Return on Assets (ROA). Keywords: Inflation, Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Interbank Money Market Sharia (PUAS) Financing to Deposit (FDR), Return on Assets (ROA), path analysis.
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta implikasinya kepada Return on Assets (ROA) di Bank Syariah Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) tidak berpengaruh signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Kata Kunci : Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Atarbank Syariah (PUAS), Financing to Deposit (FDR), Return on Assets (ROA), analisis jalur.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji hanya kepunyaan Allah. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta keluarga, sahabatnya dan orang-orang yang mencintainya. kepadaNyalah aku mengucap syukur atas rahmat yang diberikan kepada setiap hamba, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Serta Implikasinya Kepada Return On Assets (ROA) Di Bank Syariah Indonesia”, Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sesunguhnya Allah tidak akan memberikan ujian yang tidak bisa diselesaikan oleh hambanya, dengan demikin walupun penulis menghadapi beberapa kendala namun masalah tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat menyampaikan pesan kepada pembaca meski masih jauh dari kesempurnaan. Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi in telah banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebeaar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada : 1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, terimaksi kepada bapakku H. Ahmad Zaini dan ibuku Hj. Alawiyah semoga rahmat tuhan selalu tercurah kepadanya.
2. Prof Dr. Abdul Hamid, MS, selauku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang memberikan arahan selama penulis menjalani menjalani program SI.
3. Bapak Prof. Dr. Ahamad Rodoni, MM Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus Dosen Pembimbing I, terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran. 4. Bapak Suhendera, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan arahan yang berharga kepada penulis sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis. 6. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas arahan selama masih kuliah semoga rahmat tuhan tercurah padanya. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah khususnya jurusan Manajemen yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga bagi saya pribadi.. 8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Mas hery Pak, Rahmat, Ibu Umi, yang telah membantu memberikan jalan keluar dan memudahkan mengurus admistrasi dan lain – lain yang berhubungan dengan urusan keuangan perkulian. 9. Kakak-kakak ku Sivliyanti,SE,i , Widiya, S. Pdi dan adik – adik ku Sayfah dan Ismiyah, yang turut memberikan dukungan dan doa tulus kepada penulis semoga segala sesuatunya bernilai ibadah 10. Kepada keluarga Dwi Wahyuni yang telah meberikan dorongan maupun doa atas segala hormat peneliti mengucapkan trimakasih. 11. Teman-teman FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Manajemen A dan Perbankan A yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Hery,
Amero, Wulan, Mia, Hana, Ahmad Tohari, Ahmad Rudiat, Reksa Ardiansah, Nannang Hadiwijaya, Subchan Yahya dan Nurianto. 12. Teman – teman FST UIN Syarif Hidayatulah Jakarta Angkatan 2006 TI khususnya Wahyu, Imam, Akmal, Mohammad Iqbal, Zikra Aulia, Cerydia Putra dan Dodi Susanto yang telah memberikan masukan yang sangat membantu penulis. 13. Teman – teman Pondok Annida Al-Islamy khususnya Abdul Aziz, Muhammad Zia Emil Ihsan, Ade Maulana Dliya, dan Iboy yang telah rela meluangkan waktunya untuk berbagi atas masalah yang dihadapi oleh penulis. 14. Pihak – pihak yang tidak disebut namanya namun membantu penulis dalam hal menyelesaikan penelitian ini saya sebagi penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 15 Mart 2011
Husni Mubarak
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah................................................................................ 12 B. Manajemen Asset dan Likuditas Bank Syariah ............................. 17 C. Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................... 22 D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ..................................... 34 E. Inflasi........................................................................................... 41 F. Return On Assets (ROA)................................................................. 45 G. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 47 H. Kerangka Berfikir ........................................................................ 51 I. Hipotesis ...................................................................................... 54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 56 B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 57 D. Metode Analisis ........................................................................... 58 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 68
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia ....................................... 71 B. Penemuan dan Pembahasan .......................................................... 73 1. Analisis Deskriptif .................................................................. 73 2. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta Implikasinya Pada Return on Assets (ROA) Di Bank Syariah Indonesia ...................................................... 87 3. Analisis Jalur Setelah Trimming .............................................. 106 C. Interpretasi ................................................................................... 117
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .................................................................................. 121 B. Implikasi ...................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 124 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 128
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Proporsi DPK Perbankan Syariah
5
2.1
Skema Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
28
2.2
Kerangka Berpikir
53
2.3
Diagram Jalur
54
3.1
Hubungan Kausal X1, X2, X3, terhadap Y
59
3.2
Hubungan Kausal X1, X2, X3 dan Y terhadap Z
60
4.1
Grafik Inflasi
75
4.2
Grafik Sertifikat Bank Indonesia Syaraih (SBIS)
78
4.3
Grafik Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)
81
4.4
Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR)
83
4.5
Grafik Return on Assets (ROA)
86
4.6
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
88
4.7
Diagram Jalur Substruktur I
91
4.8
Diagram Jalur Substruktur II
97
4.9
Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming
107
4.10
Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming
108
4.11
Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming
110
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penghitungan Imbalan Berdarkan Jangka Waktu
30
2.2
Perbedaan PUAS dengan PUAK atau PUAB
33
3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
67
4.1
Data Inflasi
74
4.2
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
77
4.3
Data Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)
81
4.4
Data Financing to Dposit (FDR)
83
4.5
Data Return on Assets (ROA)
86
4.6
Hasil Korelasi antara Inflasi, SBIS dan PUAS
88
4.7
Pengaruh antara Inflasi, SBIS dan PUAS terhadap
92
Financing to Deposit Ratio (FDR) 4.8
Pengaruh antara Inflasi, SBIS, PUAS dan Financing to
98
Deposit Ratio (FDR) Pada Return on Assets (ROA) 4.9
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan
103
Endogen 4.10
Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Inflasi, SBIS dan
104
PUAS terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta Implikasinya Pada Return on Assets (ROA) 4.11
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
105
4.12
Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Eksogen
106
dengan Endogen Setelah Trimming 4.13
Hasil Korelasi antara Inflasi, SBIS dan PUAS setelah
108
Trimming 4.14
Hasil Uji Pengaruh antara Inflasi, SBIS dan PUAS
109
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) 4.15
Hasil Uji Pengaruh Inflasi, PUAS dan Financing to Deposit Ratio (FDR) Pada Return on Assets (ROA)
110
4.16
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
114
4.17
Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh
116
Langsung dan Tidak Langsung dan Pengaruh Total tentang Inflasi (X1), SBIS (X2), PUAS (X3) dan FDR (Y) Pada ROA (Z)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Husni Mubarak
Tempat/Tanggal lahir
: Bekasi, 13 Desember 1987
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: JL. Kaliabang Ceger Rt: 04 Rw: 04 No: 77 Bekasi Timur
Agama
: Islam
Warga negara
: Indonesia
No. Telp
: 085780279784
Alamat E-mail
:
[email protected]
Pendidikan : 1) Tamatan MI Attaqua 08 Bekasi 2000 2) Tamatan MTs Annida Al-Islamy Bekasi 2003 3) Tamatan MA Annida Al-Islamy Bekasi 2006 4) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2011.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki fungsi penghimpunan dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Kegiatan bank mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan funding. Sementara, kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat oleh bank disebut kegiatan financing atau lending. Menurut Rahmadi Usman (2001:59) bank adalah lembaga keunagan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulitas pembayaran dan predaran uang, sementara itu undang-undang perbankan yang di ubah pada pasal 1 angka 2 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup orang banyak. Dalam menjalankan dua aktifitas besar tersebut, bank syariah harus menjalankan prinsip-prinsip perbankan yang berlaku. Terdapat beberapa prinsip yang digunakan bank syariah dalam menjalankan aktifitasnya yaitu dengan mengunakan prinsip Ju’alah, Wadi’ah dan Mudharabah. Ju’alah adalah suatu upah yang dijanjikan sebagai imbalan atas suatu jasa kepada seseorang. Wadiah adalah penitipan dana sedangkan Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana 1
untuk melakukan usaha tertentu, dengan keutungan antara keduabelah pihak bardasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya (Muhammad, 2005:22). Berdasarkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai salah satu bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Hal tersebut terjadi karena sistem yang dianut atau digunakan bank berbeda, untuk bank konvensional mengandalkan sistem bunga sebagai alat untuk mengatur stabilitas bank sementara bank syariah menganut sistem bagi hasil (profit and loss sharing), yang bermakna untung dan rugi ditanggung bersama yaitu bank dan nasabahnya, oleh karena itu diperkirakan perbankan syariah mempunyai pengaruh terhadap lonjakan inflasi melalui sektor rill yang akan memberikan dampak kepada pembiayaan karena setiap pembiyaan yang diberikan oleh bank syariah harus terdapat underlying transaction dibelakangnya. Inflasi menjadi salah satu indikator makro ekonomi yang penting dalam perekonomian indonesia. Inflasi sangat mempengaruhi aktifitas pelaku ekonomi baik itu disektor rill maupun disektor moneter. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti 2
dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2001:5). Inflasi menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap seluruh sektor perekonomian, sehingga nilai rupiah mengalami penurunan terhadap valuta asing yang diperkirakan mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas bank syariah di Indonesia. likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memenuhi permohonan kredit atau pembiayaan dengan cepat. Sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, Deposito dan kewajiban jangka pendek lainnya). Hampir sama pengertian LDR dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana yang behasil dihimpun oleh bank yang terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) ditambah dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006 dalam penelitian Dedi Sutomo, 2009). Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006 dalam penelitian Dedi Sutomo, 2009). Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut. Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis adalah rasio likuiditas atau lebih spesifiknya Loan to Deposit Ratio (LDR) dan dalam bank syariah 3
sendiri rasio ini lebih sering dikenal dengan istilah Financing to Deposit Ratio (FDR), dimana jika dilihat secara rumus adalah total pembiayaan dibagi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Sisi pendanaan perbankan syariah mengalami peningkatan cukup tinggi yang berasal dari nasabah korporasi, dimana pada tahun 2009 DPK mengalami pertumbuhan sebesar 41,84% dibandingkan tahun 2008 dengan pertumbuhan DPK 31,56%,. Penyebab meningkatnya DPK salah satunya disebabkan oleh imbal hasil perbankan syariah relatif lebih menguntungkan dibandingkan imbal hasil perbankan konvensional, selain itu kegiatan sosialisasi yang memperkenalkan produk perbankan syariah yang banyak ragamnya mampu menarik perhatian para nasabah (Kajian Stabilitas Bank Indonesia, 2009). Namun demikian pertumbuhan jumlah pembiayaan sedikit mengalami penurunan yang disebabkan adanya kehati-hatian perbankan syariah dalam penyaluran pembiayaan. Pertumbuhan penyaluran dana (PYD) pada tahun 2009 hanya sebesar 22,76%, dibandingkan pertumbuhan PYD pada tahun 2008 sebesar 36,68%. Kehati-hatian ini disebabkan perbankan syariah belum yakin sepenuhnya akan kinerja beberapa sektor ekonomi akibat krisis ekonomi global pada akhir tahun 2008 (Kajian Stabilitas Bank Indonesia, 2009). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2009 telah mencapai nilai Rp 46,9 triliun, bertumbuh 22,74% year on year (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan 4
tahun 2008 sebesar 36,70%. Walaupun demikian pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah masih lebih baik dibandingkan penyaluran kredit oleh bank konvensional nasional yang hanya bertumbuh 9,96%. Penurunan penyaluran dana tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan ekspor dan penurunan harga berbagai komoditas, belum pulihnya daya beli masyarakat, biaya ekonomi tinggi yang berdampak pada adanya pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi. (Kajian Stabilitas Bank Indonesia, 2009). Deposito Islamic Bank (IB) pada tahun 2009 dengan proporsi akad mudharabah sebesar 58,33% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 dengan proporsi 54,66%. Sedangkan Tabungan Mudharabah pada tahun 2009 proporsinya 24,44% mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 dengan proporsi 33.84%, sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini: Gambar 1.1 Proporsi DPK Perbankan Syariah
(Sumber: Bank Indonesia, 2008) 5
Selanjutnya, likuditas bank biasanya disebut alat likuid atau simpanan uang di Bank Indonesia, diantaranya Giro Wajib Minimum (GWM), Sertifikat Bank Wadiah Bank Indonesia Syaraiah (SWBI) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bank berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur bagi pengguna dana ini dalam aktifitasnya sangat besar sehingga dapat mengalami kekurangan atau kelebihan likuditas. Kekurangan likuditas dapat terjadi ketika adanya perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana, sedangkan kelebihan likuditas terjadi ketika dana yang terhimpun belum disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Untuk mengatasi hal tersebut dan mengendalikan uang yang beredar, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan moneter dengan melakukan Operasi Pasar Terbuka (OPT) berdasarkan prinsip syariah, dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). SWBI mulai diperlakukan pada ketentuan BI Nomor 2/9/PBI/2000, sebagaimana tercantum dalam Fatwa DSN MUI Nomor. 36/DSN-MUI/X/2002, tentang SWBI dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi likuditasnya. Dengan kata lain, ketika bank syariah mengalami kesulitan dalam menyalurkan dananya dapat disalurkan pada instrumen moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) seperti SWBI dan PUAS (Kajian Stabilitas Bank Indonesia, 2008). Posisi SWBI yang ada di Bank Indonesia mengalami peningkatan, dari bulan November 2004 yaitu Rp 447.000 Juta,sampai dengan bulan Maret 6
2007 yaitu sebesar Rp 3.325.000 Juta, selanjutnya posisi SWBI bergerak secara fluktuatif
sampai bulan April 2007. Sedangkan tingkat volume
transaksi PUAS mengalami peningkatan pada bulan November 2004 sebesar Rp 50.000 Juta hingga bulan Maret 2006 yaitu sebesar Rp 84.525.000 Juta. Faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi posisi SWBI adalah perbankan syariah membutuhkan alokasi dana ketika kelebihan likuiditas yang dialami, sementara pada saat yang sama terjadi beberapa penyebab yang membuat perbankan syariah tidak menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada sektor rill, diantarnaya faktor resiko yang akan dialami bank syariah. Hal tersebut mengakibatkan bank syariah lebih tertarik untuk menempatkan dananya pada instrumen likuiditas, dimana diperkirakan tingkat keuntungan yang diperoleh cukup menarik dan memiliki resiko yang lebih sedikit dibandingkan menyalurkan kelebihan dananya dalam bentuk pembiayaan pada sektor rill. Pada bulan April 2008, bank syariah memiliki alternatif tambahan dalam pengelolaan likuiditasnya. Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instumen moneter berbasis syariah yang disebut dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), instumen ini menggantikan SWBI. Sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang SBIS. instrumen ini diterbitkan oleh Bank Indonesia, pemerintah, maupun pihak swasta. Terbitnya SBIS memberikan sinyal positif terhadap posisi SWBI atau SBIS pada bulan April 2008 tercatat sebesar Rp 453Juta dan meningkat sampai bulan Januari 2010 yaitu sebesar Rp 3.373.000 Juta. Selanjutnya bergerak secara fluktuatif 7
samapai Oktober 2010. Jika dibandingkan dengan SWBI posisi SBIS mengalami peningkatan yang signifikan karena sebelumnya posisi SWBI paling tinggi terjadi pada bulan Maret 2007 yaitu sebesar Rp 3.325.000 Juta (Bank Indonesia, 2008). SBIS merupakan instrumen yang dibutuhkan oleh bank
syariah sebagai sarana
investasi sehingga diperkirakan akan
mempengaruhi tingkat likuditas serta tingkat profitabilitas Bank Syariah. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan Return on Asset (ROA) pada industri perbankan. Keduanya dapat digunakan dalam mengukur besarnya kinerja keuangan pada industri perbankan. ROA memfokuskan kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
earning
dalam
operasi
perusahaan, sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002 dalam penelitian Budi Ponco, 2008). Dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan dan mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dalam hal ini ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
8
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang
mempengaruhi likuiditas serta implikasinya kepada
profitabilitas perbankan syariah. Untuk itu penulis memilih judul “(Analisis Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta implikasinya kepada Return On Assets (ROA) Bank Syariah di Indonesia.
B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana pengaruh variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)?
2.
Bagaimana variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA)?
3.
Bagaimana pengaruh total secara langsung dan tidak langsung variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Assets (ROA)?
9
C. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat penelitian akan dipaparkan dibawah ini dengan maksud agar dapat sesuai dengan harapan penulis: 1.
Tujuan Penelitian a.
Menganalisis pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
b.
Menganalisis pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Assets (ROA).
c.
Menganalisis pengaruh total hubungan langsung dan tidak langsung Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Assets (ROA).
D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis. a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk: 1)
Mengetahui secara substantif faktor-faktor yang mempengaruhi Financing to Deposit Ratio (FDR) Serta Implikasinya Kepada Return On Assets (ROA). 10
2)
Menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.
b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat untuk: 1)
Bahan pertimbangan bagi manajemen bank syariah dalam mengambil keputusan untuk mengelola bank agar mencapai tingkat likuiditas yang baik.
2)
Memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan.
3)
Referensi dasar kelanjutan penelitian pada masa mendatang.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang beroprasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, dalam lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Atau dengan kata lain Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. (Muhammad, 2005:13) Menurut Veithzal Rivai dkk (2007:733) Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum islam. a. Jenis – jenis Bank Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdapat dua jenis bank berdasarkan undangundang, yaitu : 1) Bank Umum adalah Bank yang dalam penghimpunan dananya dari simpanan dalam bentuk giro dan deposito, sebagai sumber terbesar untuk menempatkan dan mengalokasikan dana yang
12
terhimpun dalam bertuk pembiayaan maupun penempatan dana pada Bank Indonesia (BI). 2) Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan mejalankan prinsip syariah atau prinsip konvensional
yang
memberikan
jasa
dalam
lalulintas
pembayaran. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS), adalah bank yang secara konsep sama dengan bank syariah bedanya terletak pada pendiriannya UUS berada dibawah naungan bank konvensional. b.
Falsafah Operasional Bank Syariah dan Kegitan Bank Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai falsafah mencari keridhaan Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari. 1) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya : (a)
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman :34).
(b)
Menghindar
penggunaan
sistem
prosentasi
untuk
pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap
simpanan
yang
mengandung
unsur
melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. (QS. Ali Imran :130).
13
(c)
Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1551 s/d 1567).
(d)
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572).
(e)
Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada QS. Al Baqarah ayat 275 dan QS. An Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi. (Muhammad, 2005:75)
c.
Kegiatan Bank Sebagai lembaga keuangan yang berorietasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan bank tersebut disesuaikan dengan jenisnya. Karena Bank Umum Syariah (BUS) lebih luas
14
dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), kegiatan Bank Umum diataranya : 1) Menghimpuan Dana (funding) Merupakan kegiatan bank yang menghimpun dana dari masyarakat
dan
menawarkan beberapa produk
untuk
meyimpan dana nasabah, diataranya : (a) Simpanan Giro (Demand Deposit) Simpanan giro ini merupakan simpanan pada bank yang cara penarikannya mengunakan cek. (b) Simpanan Tabungan (Seving Deposit) Merupakan simpanan kepada bank yang cara penarikannya ditetapkan oleh bank yang bersangkutan, penariakan tersebut bisa mengunakan buku tabungan, kwitansi dan Ajungan Tunai Mandiri (ATM). Simpana
deposito
(demand
deposit)
adalah
simpanan masyarakat di bank yang penariaknnya dapat dilakukan setelah jatuh tempo, sebagai bukti deposan telah menyimpan dalam bentuk deposito, maka bank memberikan surat berbentuk serifikat (M. Nafarin, 2007:747). Menurut pasal 1 angka 7 undang-undang perbankan yang diubah, disebutkan deposito (deposito berjangka) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan 15
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank (Rahmadi Usman, 2001:228). Sedangkan menurut undang-undang No. 10 tahun 1998 adalah penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian nasabah dengan bank yang bersangkutan. Berikut jenis-jenis deposito yang ada di indonesia, sebagai berikut : i. Deposito Berjangka Deposito Berjangaka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Janka waktu deposito biasanya bervariasi mulai 1 sampai 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
peseorangan
maupun
lembaga
yang
mendepositkan uangnya pada bank. ii. Sertifikat Deposito Sama halya seperti deposito berjangka yaitu merupakan deposito yang diterbitkan dalam jangka waktu 2, 3, 6 dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas rujukan sertifikat. Artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu. Selain itu sertifikat deposito dapat diperjual belikan pada pihak lain.
16
(c) Menyalurkan Deposito (Time Deposit) Merupakan simpanan yang berjangka waktu panjang dan memiliki jangka waktu tertentu. (d) Menyalurkan Dana (Lending) Kegitan bank yang menjual dana yang telah dihimpun pada masyarakat atau memberikan pembiayaan pada masyarakat. (e) Memberikan Jasa-jasa Bank Lain (Service) Merupakan kegiatan penunjang dan menyalurkan dana. Jasa-jasa yang diberikan oleh bank atara lain adalah kiriman uang, (tranfer), Kliring, save deposit box, dll.
B. Manajemen Asset dan Likuditas Bank Syariah A. Manajemen Asset Menurut Muhammad (2005:262) manajemen asset adalah upaya yang dilakukan oleh bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank bersangkutan mampu memenuhi kriteriakriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Bagi bank konvensinal, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk “menahan” uang. hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Kenynes yang mengemukakan bahwa orang yang membutuhkan
17
uang untuk tiga kegunaan: transaksi, cadangan (jaga-jaga) dan investasi (Muhamad Syafi’i Antonio, 2001:146). Menurut Zainul Arifin (2003:144) sebagaimana bank konvensional, bank syariah pun merupakan lembaga itermediasi antara penabung dan investor. Perbedaan pokoknya terletak pada prinsip bagi hasil dan berbagi risiko yang melandasi sistem operasionalnya. Hal ini antara lain tercemin pada karakteristik berikut: a. Berbeda dengan bank konvensional, bank Islam hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan giro dan tabungan (wadi’ah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito (investment Deposit/mudharabah Deposit). Bank Islam juga tidak menjamin keuntungan atas deposito pada bank syariah tergantung kinerja bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya. b. Sistem oprasional bank syariah berdasarkan pada sistem equity dimana setiap modal adalah berisiko. Oleh karena itu hubungan kerjasama antar bank Islam dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagi risiko Proft and Loss Sharing (PLS). c. Dalam melakukan kegiatan pembiayaan (financing) bank Islam menggunakan model pembiayaan syariah (Islamic models of financing) yaitu PLS dan non-PLS. sehubungan dengan itu bank Islam
18
melakukan pooling dana-dana nasabah dan berkewajiban menyediakan manajemen investasi yang profesional. Berdasrkan karakteristik tersebut, maka risiko yang dihadapi oleh bank syariah lebih terfokus pada risiko likuditas dan risiko kredit dan tidak akan pernah mengalami risiko fluktuasi tingkat bunga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen asset/liabilitas itu akan bertemu di suatu kondisi yang singkron untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank syariah harus menempatkan dana yang telah dihimpun lalu menyalurkan ke instrumen-instrumen likuiditas. B. Manajemen Likuditas a. Pengertian Likuditas Bank Menurut Robert Tampubolon (2004:165) likuditas bank merunjuk pada kemampuan sebuah bank untuk segera dan selalu dapat menghimpun dana atau menghasilkan uang pada biaya yang wajar. Menghimpun likuiditas merupakan salah satu aktivitas kunci bank, karena secara langsung maupun tidak langsung, bank harus mampu menyediakan likuiditas untuk melayani nasabahnya. Penghimpunan dana menimbulkan konsekuensi biaya yang akan bergantung kepada opsi pendanaan yang ada, kombinasi jatuh waktu antara aktiva dan pasiva (asset and liability). Opsi pembiayaan juga tergantung pada kondisi keuangan dan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Untuk itu, bank harus memiliki akses ke sumber dana yang memadai. Artinya bank harus dapat menyelesaikan masalah diatas 19
secara tepat waktu. Tindakan ini harus dapat menekan biaya likuidasi atau biaya penutupan usaha (bankruptcy cost) serendah atau sekecil mungkin, apabila hal tersebut harus terjadi. Semua hal tidak akan dapat dipenuhi oleh sebuah bank jika likuiditasnya sangat rendah. Likuiditas pada umumnya adalah mengenai posisi uang kas suatu perusahaan
dan
kemampuannya
untuk
memenuhi
kewajiban
(membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu untuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait. Jadi yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan mengubah asset menjadi uang tunai dari masingmasing bank yang bersangkutan. Dalam pengelolaan dana, bank akan mengalami salah satu dari tiga hal di bawah ini: 1) posisi seimbang (squere), di mana persediaan dana sama dengan kebutuhan dana yang tersedia. 2) posisi lebih (long), di mana persediaan dana lebih dari kebutuhan dana yang tersedia. 3) posisi kurang (short), di mana persediaan dana kurang dari kebutuhan dana. Dalam kegiatan operasional, bank dapat mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas. Apabila terjadi kelebihan, maka hal itu dianggap sebagai keuntungan bank. Sedangkan jika terjadi kekurangan likuiditas,
20
maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan tersebut. (Wirdyaningsih dkk., 2005:140) Menurut Zainul Arifin (2005:164) salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan islam adalah kesulitan dalam mengelola likuiditasnya secara efisien. hal itu terlihat pada beberapa gejala, antara lain: 1) Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya. Dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka. 2) kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi krisis. Memenuhi kebutuhan likuiditas seringkali sama kompleksnya dengan mengestimasikan kebutuhan likuiditas itu sendiri, tetapi tidak ada cukup kebijakan dan prosudur untuk memenuhinya. Pada prinsipnya likuiditas adalah kemudahan mengubah asset menjadi uang tunai dengan sedikit atau tanpa berkurang nilainya. Para banker Islam harus memperhatikan beberapa ketentuan syariah yang harus menjadi pedoman yang telah diatur oleh Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam peraturan dan fatwa yang berlaku, antara lain sebagai berikut:
21
1) Uang tidak boleh menghasilkan apa-apa. Uang hanya berkembang jika diinvestasikan dalam bidang ekonomi rill (tangible economics asset). 2) Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur dengan Return On Investment (ROI) return ini boleh diestimasikan tapi tidak boleh ditentukan didepan. 3) Bagian saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau kemitraan musyarakah dapat dibeli atau dijual untuk kegiatan investasi dan
bukan untuk
tujuan spekulasi atau
tujuan
perdagangan paper. 4) Piranti keuangan Islami, seperti bagian saham dalam kemitraan atau perusahaan, dapat dinegosiasikan (dibeli atau dijual) karena ia mewakili bagian saham dalam jumlah asset dari bisnis nyata.
C. Financing to Deposit Ratio (FDR) Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). Hutang merupakan sesuatu yang harus dihindari dalam perbankan syariah. Rumus perhitungan likuiditas ini dikonversi karena masih dalam terminologi yang sama yaitu fungsi intermediasi perbankan, terutama dalam aspek penyaluran dana yang telah dihimpunnya untuk mendapatkan gain profit.
22
Rumus LDR kedalam dunia syariah menjadi (FDR) Financing to Deposit Ratio. Sehingga FDR dapat dirumuskan dengan : FDR = Pembiayaan yang disalurkan Total Dana Pihak Ketiga Salah satu kendala operasional bank syariah adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, dimana gejalanya adalah tidak tersedianya kesempatan investasi yang sedang berjalan. Penting bagi banker Islam untuk memahami bahwa instrument likuiditas yang digunakan bank konvensional itu dibangun untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam sistem keuangan yang bersifat ribawi. Menjadi tantangan dan tanggung jawab bagi banker syariah untuk menempatkan dananya pada instrumen likuiditas yang sesuai dengan akidah islam. FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat mengukur tingkat likuiditas. FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif bila dibandingkan dengan Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank 23
yang bersangkutan. FDR adalah perbandinagan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuditas bank tersebut. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110% (Muhammad, 2005:55). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi. Dalam pengertian sehari-hari, bahwa akhir-akhir ini yang dilihat pada indikator FDR umumnya hanya berisi komponen yang sangat sederhana. Sebagai indikator pinjaman adalah jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan, sebagaimana yang tercantum pada sisi aktiva. Sedangkan sebagai indikator pada simpanan adalah giro, deposito, tabungan yang masing-masing tercantum pada sisi pasiva neraca. Kedua komponen 24
tersebut dalam bentuk rupiah. Yang dalam bentuk valuta asing yang berada di bank-bank devisa belum diperhitungkan. Sebagai tindak lanjut pengembangan perbankan syariah Bank Indonesia (BI) telah mengelurkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perbankan syariah.
D. Giro Wajib Minimum (GWM) Giro wajib minimum adalah simpanan minimum bank umum dalam giro pada Bank Indonesia (BI) yang besarnya ditetapkan oleh bank indonesia berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Giro minimum ini merupakan kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prisnsip kehati-hatian bank dan berperan pula sebagi insrumen moneter untuk mengendalikan uang beredar (Muhammad 2005:377)
E. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001:183) Pasar uang (money market) adalah di mana diperdagangkan surat-surat berharga jangka pendek. Pasar valuta asing (foregign exchange market) adalah pasar dimana diperdagangkan surat-surat berharga dalam satu mata uang dengan melibatkan mata uang lain. Sedangkan
menurut Algaoud dan Lewis
(2001:94) pasar uang adalah sarana yang menyediakan sumberdaya hasil tabungan bagi para investor.
25
Sedangkan, menurut Herman Darmawi (2006:98) pasar uang antar bank atau sering disebut interbank call money market merupakan salah satu sarana untuk memenuhi likuiditas bank-bank karena kalah kliring. Pasar uang antar bank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam-meminjam dana antar satu bank dengan bank lainnya. Transaksinya bisa dilakukan secara langsung melalui telepon atau lembaga kliring. a. Mekanisme Pasar Uang Mekanisme pasar uang berbeda dengan pasar modal yang tradingnya dilakukan melalui Bursa atau Stock Exchange. Sesuai dengan karakteristiknya maka pasar uang ini bersifat abstrak, tidak ada tempat khusus seperti halnya pada pasar modal. Transaksi pasar uang secara over the counter market (OTC), dilakukan oleh setiap peserta melalui desk atau dealing room masing-masing peserta. Sarana yang digunakan dalam melakukan transaksi pasar uang dapat berupa: 1) Reuters monitor dealing screen (RDMS) 2) Telex 3) Telepon 4) Fax 5) Sarana telekomunikasi lain yang diperkenankan untuk transaksi tersebut.
26
b. Transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah Menurut Veithzal Rivai dkk (2007:859) PUAB adalah sarana pinjam meminjam yang dilakukan antarbank dengan menggunkan telepon atau melalui Ruter. Setiap bank yang meminjam akan menerbitkan promes, sedangkan bank pemberi akan menerbitkan nota kredit. Sedangkan PUAS adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antarpeserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. Munurut Fatwa DSN MUI No. 37/DSN-MUI/2002, pengertian PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Pasal 1 butir (4) Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000, yang telah diubah menjadi No. 7/26/PBI/2005 pengertian PUAS adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah
antarpeserta
pasar
berdasarkan
prinsip
Mudharabah.
Sedangkan penegrtian mudharabah pada Pasal 1 butir (5) PBI tersebut adalah ”perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. (Wirdyaningsih dkk, 2005:142) c. Mekanisme Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Penyelesain Transaksi
27
Mekanisme perdagangan surat-surat berharga berbasis syariah harus tetap berkaitan dan berada dalam batas-batas toleransi dan ketentuan-ketentun berdasarkan syariah, untuk memahami mekanisme Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Skema Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah Pasar Skunder
Pasar Perdana
(9) Tagih Setelah Due Penanam Dana
Penanam Dana
Penerbit
(3)
Terbit (7)
Bank Syariah
Bank Syariah
Jual Sebelum Due
Bank Konvensional
(10) Bayar
Jual Sebelum Due
Bank Konvensional
(8) (8) Bayar
Bank Syariah
(5)
(6)
(2) (4) Informasi Rate Bayar (1) Laporan
BANK INDONESIA
(4) (6) / (10) Bayar
(Sumber: Muhammad, 2005:39) 1) Bank penanam dana pada sertifikat IMA melakukan pembayaran kepada bank penerbit dengan menggunakan nota kredit melalui kliring, bilyet giro Bank Indonesia atau tranfer dana secara elektronis, disertai tembusan sertifikat IMA. 28
2) Pemindahan srtifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank penanam
dana
pertama,
sedangkan
dana
kedua
tidak
diperkenankan lagi memindahtangankan kepada bank lain sampai berakhirnya jangka waktu. Agar bank penerbit sertifikat wajib memberitahukan kepemilikan sertifikat tersebut kepada bank penerbit. 3) Pada saat sertifikat IMA jatuh waktu, penyelesain transaksi dilakaukan oleh bank penerbit dengan melakukan pembayaran kepada pemegang sertifikat terakhir sebesar nilai nominal investasi (face value), sedangkan imbalan dibayar pada awal bulan berikutnya. pembayaran tersebut dapat dilakukan dengan mengguanakan nota kredit melalui kliring, bilyet giro Bank Indonesia atau tranfer dana secara elektronis. d. Perhitungan Imbalan Besarnya imbalan sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal bulan dihitung atas dasar tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah pada bank penerbit imbalan dimaksud sesuai dengan jangka waktu deposito investasi mudharabah seperti terlihat pada tabel berikut:
29
Tabel 2.1 Penghitungan imbalan berdasarkan jangka waktu Jangka Waktu Sertifikat IMA
Tingkat Imban yang digunakan
1 hari s.d. 30 hari
Deposito Investasi Mudharabah 1 bulan
31 hari s.d. 90 hari
Deposito Investasi Mudharabah 3 bulan
(Sumber: Muhammad, 2005:394) Rumus perhitungan imbalan Sertifikat IMA adalah sebagai berikut: X = P x R x t/360 x k Keterangan : X = Besarnya imbalan yang diterbitkan kepada bank penenanam dana P = Nilai nominal investasi R = Tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah (sebelum di distribusikan) t
= Jangka waktu investasi
k = Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana e. Perbandingan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Dengan Pasar Uang Antarbank Konvensional (PUAK). Dari keseluruhan uraian tentang PUAS diatas, maka dapat kita tarik perbandingan antara Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) dengan Pasar Uang Antarbank Konvensinal (PUAK/PUAB). Dalam Perbandingan ini dapat kita lihat persamaan dan perbedaan antara keduanya.
30
Pada prinsipnya terdapat persamaan antar PUAS dengan PUAB. Persamaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Keduanya merupakan instrumen likuiditas yang fungsinya memudahkan perbankan yang mengalami kesulitan likuditas, baik berupa kekuranagan maupaun kelebihan likuiditas. 2) Keduanya memiliki jangka waktu paling lama 90 hari atau merupakan investasi jangka pendek. 3) Pembayaran dapat dilakukan dengan nota kredit atau melalui kliring atau bilyet giro BI atau tranfer dana secara elektronis. Perbedaan atara PUAS dan PUAK tampak pada beberapa hal, sebagai berikut: 1) PUAS tidak mendasarkan transaksinya pada suku bunga melainkan pada pola bagi hasil. Sedangkan PUAB seluruhnya berdasarkan transaksinya pada bunga. 2) Peserta PUAS meliputi bank syariah dan bank konvensional. Sedangkan peserta PUAB hanya bank konvensinal. 3) Peranti yang digunakan dalam PUAS adalah sertifikat IMA. Sedangakan peranti umum yang digunakan dalam PUAB adalah promes atau promissory notes. 4) Sertifikat IMA sebagai peranti PUAS hnya dapat dialihkan 1 kali. Sedangkan terhadap promes dapat dipindahtangankan berulang kali selama belum jatuh tempo.
31
5) Dalam
perhitungan
imbal
peranti
utama
PUAS
tidak
mengikutsertakan sama sekali komponen utama penghitungan imbalan dalam PUAB. 6) Risiko yang timbul dari aktivitas transaksi pada PUAS relatif jatuh lebuh kecil daripada risiko transaksi PUAB. 7) Sertifikat IMA sebagai peranti utama PUAS diterbitkan sebagai tanda bukti penyertaan, oleh karena itu hanya dapat dipindah tangankan satu kali. Sedangkan promes merupakan suatu negotible instrument, di mana para pihak tidak dibatasai dalam menegosiasikannya hingga jatuh tempo berakhir. (Wirdyaningsih dkk, 2005:147) Jika perbedaan antara PUAS dan PUAK tersebut digambarkan dalam bentuk tabel, maka akan tampak seperti di bawah ini.
32
Tabel 2.2 Perbedaan PUAS dengan PUAK atau PUAB PUAS PUAB atau PUAK
No
Transaksinya berdasarkan pola Transaksinya berdasarkan suku 1. bagi hasil
bunga
Pesertannya
meliputi
bank Peserta
hanya
bank
2. syariah dan bank konvensional
konvensional
Peranti yang digunkan adalah Umumnya
menggunakan
3. sertifikat IMA
Pranti 4.
PUAS
promes atau promissory notes.
hanya
bisa Peranti PUAB dapat dialihkn
dialihkan 1 kali
berulang kali selama belum jatuh tempo
Dalam perhitungan imbalan Bunga merupakan komponen 5.
tidak
mengikuti
komponen utama perhitungan imbal
bunga Risiko dari aktifitas transaksi Risiko dari transaksi PUAB 6. PUAS relatif jauh lebih kecil Sertifikat
IMA
relatif lebih besar
diterbitkan Promes merupakan negotiable
sebagai tanda bukti penyertaan 7.
instrument yang dapat dialikan investasi,
sehingga
hanya tanpa batas hingga jatuh tempo
dapat dialihkan satu kali (Sumber: Wirdyaningsih dkk,2005:148) 33
F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sebelumnya SBIS dikenal sebagai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Syariah (SWBI), Menurut Wirdyaningsih dkk (2005:149) SWBI merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 2/9/PBI/2000, yang dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan yang dimaksud wadiah disini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut (Pasal 1 Ayat 3). Selanjutnya perubahan perundang – undangan tentang pencabutan SWBI menjadi SBIS, berdasarkan PBI Nomoe 10/11/PBI/2008, SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu insrumen oprasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syarih dengan mengunakan akad ju’alah (Peraturan Bank Indonesia 2008). Munurut Tak’yudin Abu Bakar (2005:403) menurut bahasa ialah “Apa yang memberikan oleh seseorang manusia atas perintah yang ia kerjakannya”, sedangkan menurut istilah ialah “Bahwa menjadikan oleh seseorang akan kebolehan pengelolaan ukurang yang telah diketahui dari 34
harta bagi orang yang melaksanakannya yang diketahui atau yang tidak diketahui”. Ju’alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama (Zainul Arifin, 2009:36). Instrumen ini menjadi masukan yang positif bagi perbankan syariah. Pasalnya, sebelum diterbitkannya SBIS ini sebelumnya mengunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dimana jika dibandingkan dengan SBI konvensional memiliki perbedaan bonus atau return yang sangat berbeda. Untuk itu bank Indonesia menerbitkan SBIS sebagai ganti SWBI setelah mendapat izin dari Dewan Syraiah Nasional (DSN). Dalam peraturan Bank Indonesia SBI Syariah diterbitkan melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financil to Deposit Ratio (FDR) yang telah ditetapkan oleh bank indonesia sebagaimana terdapat pada pasal 7 ayat (1) : BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui penjualan pembelian SBIS secara langsung atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. •
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syaraiah
•
Menggunakan akad Ju’alah.
•
Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
35
•
Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.
•
Diterbitkan tanpa warkat.
•
Dapat digunakan pada bank indonesia dan
•
Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.
1.
Mekanisme dan Penyelesaian Transaksi SBIS Dalam trnsaksi SBIS yang mengunakan akad Ju’alah terdapat mekanisme-mekanisme yang harus diikuti dan dipatuhi oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) didalam menjalankan mekanisme lelang SBIS, adapun mekanisme yang harus dijalakan sebagai berikut: a. Mekanisme Lelang SBIS 1) Bank Indonesia (BI) mengumumkan rencana lelang SBIS paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBIS, antara lain meliputi : (a) BUS dan UUS yang dapat mengikuti lelang SBIS (FDR > 80% dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS); (b) Jangka waktu SBIS; (c) Tingkat imbal, yang mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang ditebitkan bersama dengan penerbitan SBIS dengan ketentuan sebagai berikut : 36
• Dalam hal lelang SBI mengunakan metode fixed rate tender, maka imbal SBIS ditetapkan sama dengan ratarata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI. • Dalam hal lelang SBI mengunakan metode variabel rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan rata-rata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI.
b.
(d)
Tanggal transaksi, dan
(e)
Tanggal setelmen.
Pada hari pelaksanaan lelang SBIS (hari Rabu pukul 10.00 – 12.00), BUS, UUS, Pialang mengajukan penawaran kuantitas SBIS yang dibeli kepada Bank Indonesia cq Derektorat Pengawasan Moneter kepada Biro Oprasional Moneter (BI cq. DPM – BopM) melalui BI – SSSS.
c.
BI cq DPM – BopM mengumumkan hasil lelang SBIS setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada pemegang lelang melalui BI – SSSS dan secara keseluruhan melalui BI – SSSS dan sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU).
d. BI menetapkan kualitas pemegang lelang SBIS berdasarkan jumlah penawaran kualitas yang diterima atau berdasarkan perhitungan kualitas secara proposional.
37
e. BI cq. DPM – PTPM melakukan penyelesain hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksanaan lelang SBIS, dengan cara sebagi berikut: (a)
Mendebet rekening giro pemenang lelang dalam rangka penyelsaian dana; dan
(b) Mengkredit rekening surat berharga pemenang lelang dalam rangka penyelesaian surat berharga; masing-masing sebesar hasil nominal SBIS yang dimenangkan. f.
Dalam hal BUS atau UUS tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban penyelesain dana sebagimana dimaksud pad butir 1.a sampai dengan cut-off warning Sistem BI – RTGS, maka hasil lelang SBIS yang dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan diyatakan batal.
g.
BI juga dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam hal penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari pemikiran potensi likuditas. Pembataln tersebut diumumkan oleh BI setelah window time ditutup pada pada hari pelaksanaan lelang melalui BI – SSSS dan secara keseluruhan melalui BI – SSSS dan sistem LHBU.
Adapun pengertian BI-SSSS adalah Bank Indonesia – Scripless Scurities Settlement Sistem yaitu sistem yang menghubungkan secara langsung secara elektronik antara peserta, penyelengara dan sistem Bank Indonesia, sedangkan BI RTGS adalah Real Time Gross Settlement menurut PBI Nomor 38
10/6/PBI/2008 tentang RTGS ialah suatu sistem tranfer dana elektronik antara peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesainnya dilakukan secara seketika pertransaksi secara inividu. 1.
Sanksi BUS dan UUS akan dikenakan sanksi jika transaksi SBIS oleh BUS atau UUS dinyatakan batal karena dua hal. Pertama, tidak memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesain transaksi pembelin SBIS. Yang kedua, tidak memiliki rekening surat berharga dan saldo rekening giro yang cukup untuk menyelesaikan transaksi pembelian SBIS. Sanksi yang akan dikenakan adalah sebagi berikut: a.
Terdapat pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro yang tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nominal SBIS yang dibatalkan atau paling banyak sebesar Rp. 1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pembatalan.
b.
Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah mendapatkan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan
39
larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturutturut (Peraturan Bank Indonesia, 2008) 3.
Mekanisme Repo SBIS Selain mekanisme lelang SBIS juga terdapat mekanisme Repo SBIS diman BUS dan UUS dapat merepokan SBIS miliknya kepada Bank Indonesia dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS. Terdapat Repo SBIS, bank indonesia akan mengenakan biaya kepada BUS atau UUS. Adapun mekanisme Repo SBIS adalah sebagai berikut: a.
Bank Indonesia (BI) cq. DPM-Bop mengumumkan biaya Repo SBIS dan jangka waktu Repo.
b.
BUS dan UUS yang sebelumnya telah menandatangani Perjanjian Pengunaan SBIS dalam tangka Repo dan tidak sedang dalam pengenaan sanksi.
c.
Terhadap Repo SBIS, dikenakan Biaya repo SBIS.
d.
BI cq. DPM – PTPM melakukan penyelesaaian Surat Berharga dan penyelsain
dalam
rangka
Repo
SBIS
yaitu
pada
waktu
pelaksanaannya (Bank Indonesia, 2008). 4. Perbedaan Antara Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sebagaimana peraturan yang telah ditetapakan oleh Bnk Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengantikan kebijakan peraturan 40
sebelumnya yatu peraturan Bank Indonesia No. 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dengan keluarnya peraturan baru ini maka Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/2004 tanggal 16 Febuari 2004 tentang SWBI dicabut dan telah dinyatakan tidak berlaku (Bank Indonesia, 2008). Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
yang
dalam
prakteknya
menggunakan akad ju’alah yaitu mekanismenya dalam bentuk lelang, dan lelang tersebut akan dimenagkan oleh slah satu BUS dan UUS yang yang mengkikuti lelang dan tidak sedang kena sanksi. Sedangkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia memakai akad wadiah yang berarti titipan yang bonusnya ditetapkan oleh Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2008).
G. Inflasi 1. Definisi Inflasi Secara umum, inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. (Adiwarman A. Karim, 2002:63) Menurut Marcus Bodie Kane (2004:385) inflation is the rate which the general level of prices is rising. High rates of inflation often are associated with “overheated” economies, that is, economies where the demand for goods and services is outstripping productive capacity, which leads to upward pressure on prices.
41
2. Jenis-jenis Inflasi Menurut Paul A. Samuelson dalam Adiwarman Azwar Karim (200:65) berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat digolongkan dalam tiga jenis inflasi berikut: a. Moderate inflation, disebut juga “inflasi satu digit”, adalah inflasi dengan karakteristik terjadinya kenaikan harga secara lambat. b. Galloping inflasion, yaitu inflasi yang terjadi pada tingkat 20% sampai dengan 200% per tahun. c. Hyper inflasion, yaitu inflasi dengan tingkat sangat tinggi, berkisar antara jutaan sampai triliunan per tahun. 3. Efek-efek Buruk Inflasi Menurut Sukirno (2004:338), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut : a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud. Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan 42
menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk. b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat Disamping menimbulkan efek buruk, kegiatan ekonomi negara akan mengalami inflasi dan menimbulkan efek terhadap individu dan masyarakat. c. Inflasi
akan
menurunkan
pendapatan
riil
orang-orang
yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan hargaharga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai dan simpanan dalam institusiinstitusi keuangan lain yang merupakan simpanan keuangan. Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.
43
e. Memperburuk pembagian kekayaan Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan akan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilikpemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata. Menurut para ekonomi islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena empat hal berikut: 1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan). 2) Melemahkan masyarakat untuk menabung. 3) Meningkatkan kecenderungan berbelanja, terutama untuk barangbarang nonprimer dan mewah. 4) Mengarahkan investasi kepada hal-hal tidak produktif seperti penumpukan kekayaan berupa tanah, bagunan, logam mulia, dan mata uang asing serta mengorbankan investasi produktif seperti pertanian, industri, perdagangan dan tranportasi (Adiwarman A. Karim, 2002:67)
44
4. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu: a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit. c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan
harga,
menggalakkan
pertambahan
produksi
dan
perkembangan teknologi.
H. Retrun On Assets (ROA) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, tolal aktiva maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2001:122). Rentabilitas adalah ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan laba atas penepatan asset kepada aktiva produktif yang dimiliki bank, untuk mengukur profitabilitas bank maka dapat digunakan dengan mengunakan pendekatan yaitu antara lain adalah dengan rasio Retrun On Asset (ROA). Retrun On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan dari suatu perusahaan dengan mengunakan 45
skala tertentu atau suatu alat untuk menilai apakah seluruh asset yang dimiliki perusahaan sudah dipergunakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan (Andy Porman T, 2007:147). Menurut F. S. Mishkin (2008:306) oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya dikelola dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan bank adalah imabal hasil atas asset. Laba setelah pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam Priode berjalan setelah dikurangi pajak. Total Asset merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia (BI), penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang harus diteriama, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aktiva tetap serata penyusutan aktiva tetap dan lain-lain (Dendawijaya, 2000:120). ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari dengan rumus berikut. (Bank Indonesia, 2006)
46
Dapat dikatakan ROA berfungsi unuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya kemudian menempatkan kepada aktiva produktif segingga mendapatkan keuntungan, atas pegelolaan yang baik maka akan menikatkan laba. ketika laba menigkat akan mearik para investor (nasabah) karena perusahaan memiliki tingat pengembalian yang baik.
I.
Penelitian Sebelumnya Indah Nurfitri Adi (2006) meneliti tentang Pengaruh penempatan dana pada SWBI dan pasar uang antar bank Syariah (PUAS) terhadap FDR perbankan syariah. Penelitian ini secara khusus ingin mengetahui seberapa besar penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang mengalami kelebihan likuiditas dan penempatan dana pada Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah. Data penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia dan juga dari berbagai buku, koran, tesis dan internet yang berhubungan dengan topik ini. Data yang digunakan mulai bulan Januari 2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan dua atau lebih variabel bebas X. Dan hasil analisa diketahui bahwa kedua variabel bebas yaitu variabel SWBI dan PUAS secara bersama-sama 47
dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan syariah. Kedua variabel tadi dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 50,6 % dan sisanya yaitu 49,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalarn model. Walaupun kedua variabel bebas secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan syariah, namun hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel SWBI yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan syariah. Dian Nuriyah Solissa (2009) meneliti tentang Pengaruh SBI Syariah terhadap Tingkat FDR Perbankan Syariah (Analisis Simulasi Kebijakan). Penelitian ini terkait dengan PBI No. 10/11/PBI/2008 tentang SBI syariah ini berangkat dari permasalahan yang terjadi dalam hubungan antara bonus (insentif) yang diberikan bank indonesia atas penempatan overlikuditas pada SBI Syariah dengan tingkat FDR. Kenyataan mengenai ketentuan bonus (insentif) tinggi, tingkat FDR tinggi dalam peraturan ini semakin tinggi bonus yang diberikan oleh bank indonesia maka tingkat FDR bank syariah semakin rendah begitupula sebaliknya. Tingginya tingkat FDR perbankan syariah disebabkan dua hal yaitu, tingginya imbal hasil pembiayan yang pada Priode penelitian mencapai 14,71 % dan adanyabbatasan minimal tingkat FDR 80% guna menyeimbangkan hubungan yang terjadi antar bonus SBIS dengan tingkat FDR. Agar tingkat kesehatan bank syariah tetap terjaga maka diajukan sebuah kebijakan yang mencakup beberapa skenario kebijakan tersebut berupa penurunan batas minimal tingakat tingkat FDR. Mengunakan data statistik perbankan syariah bulanan April 2008 – Maret 2008 (penerapan SWBI) dan April 2008 – Maret 2009 (penerapan SBIS) serta mengukur linier programing 48
diproleh batas minimimum tingkat FDR yang optimal adalah 60%. Penurunan batas minimal tingkat FDR berdampak pada tingkat outstanding SBIS, sehingga batas maksimum outstanding SBIS adalah 4% dari total DPK. Toni Hidayat (2007) meneliti tentang Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Pembiayaan Perbankan Syariah, Volume Transaksi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) dan Posisi Outsanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap kinerja pembiayaan perbankan syariah yang diukur dengan kreteria Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF), Volume transaksi Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syaraiah (VPUAS) dan posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (OSWBI). Hipotesis awal menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dengan variabel NPF, VPUAS adn OSWBI. Tetapi infalsi berpengaruh negatif terhadap FDR. Berdasrkan pengujian yang mengunakan metode Vector Autoregression (VAR) teryata inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap FDR, NPF, Volume transaksi Pasar Uang Antarbank Syariah dan posisi Outstanding SWBI. Ari Cahyono (2009) meneliti tentang Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan
Bank Syariah Mandiri.
Penelitian ini bertujuan utuk menganalisa pengaruh indicator makroekonomi (suku bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG dan PDB) terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator 49
makroekonomi memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negative, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang positif. Berdasarkan penelitian dengan metode yang sama menunjukkan bahwa PDB memberian pengaruh positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Irsadunas (2004) meneliti tentang Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi posisi outstanding SWBI. penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi dimana posisi outstanding SWBI yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa perbankan syariah berada dalam situasi over likuditas. Disi lain PUAS yang semestinya menyerap kelebihan likuditas ini beleum berperan secara optimal dan tingkat bonus SWBI masih punya daya tarik bagi bank syariah dari pada dana yang berlebih tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Sementara disisi lain untuk mencapai sasaran-sasaran moneter yang telah ditetapkan bank Indonesia juga punya piranti dan kebijakan yang bersipat konvensional. Kebijakan itu antara lain oprasi pasar terbuka melalui SBI dan mencetak dan mengeluarkan uang kartal (Mo). Jadi disinyalir ada empat faktor utama yang menyebabkan posisi outstanding SWBI ini berubah-ubah (1) kondisi likuditas bank syariah yang tercemin pada Financing to Deposit Ratio (FDR), (2) tingkat imbal bonus SWBI, (3) tingkat suku bunga SBI, (4) Mo.
50
J.
Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang berisikan rangkuman atas semua teori-teori yang dijadikan landasan dalam penelitian. Dalam kerangka pemikiran ini diberikan skema singkat mengenai alur penelitian yang menggambarkan proses penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang salaing berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel. Setelah menentukan judul dan metode analisis peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Data variabel Inflasi didapatkan dari statistik moneter. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syaraiah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Assets Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) diperoleh dari statistik perbankan syariah. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu menguji dengan menggunakan SPSS 17, kemudian data diolah dengan menggunakan software AMOS 18. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antara variabel, besarnya R 51
square dan kesesuaian model struktural (Goodness of Fit). Setelah malakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
52
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Bank Indonesia
Bank Syariah
Variabel Makro
Inflasi (X1)
SWBI/SBIS (X2)
PUAS (X3)
FDR (Y1)
ROA (Z)
Analisis Jalur Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Hubungan langsung dan tidak langusng
Interpretasi
53
Gambar 2.3 Diagram Jalur
Inflasi (X1)
e1 e2
SBIS (X2)
FDR (Y)
ROA (Z)
PUAS (X3)
(Sumber: Diagram Amos 18) K. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan dan parsial. Ha = Terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah 54
(PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan dan parsial. 2. Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) Terhadap Return On Assets (ROA). Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Return On Assets (ROA) secara simultan dan parsial. Ha = Tedapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Sertifikat Indonesia Bank Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Bank Syariah (PUAS) terhadap Return On Assets (ROA).
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini akan mencoba menghitung besaran pengaruh. Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta implikasinya kepada Return On Assets (ROA). Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup perbankan syariah selama periode November 2004 – Oktober 2010. Adapun alasan memilih Priode November 2004 sampai dengan Priode 2010, adalah sebagai berikut: 1. Imbas terjadinya keris pada tahun 1998.Terjadinya inflasi yang tinggi pada tahun 2005 yang mengakibatkan sektor rill mengalami goncangan. 2. Pada tahun 2008 terjadi kerisi global yang terjadi di Amerika, Yunani, Irlandia, selajutnya Portugal. 3. Perubahan peraturan dari Bank Indonesia tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008/ tentang SBIS adapun Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/PBI/2004 tentang SWBI telah dicabut dandiyatakan tidak berlaku. Semua istilah yang ada pada SWBI kini digunakan dalam ketentuan Bank Indonesia yang masih berlaku di ungkapkan sebagai SBIS. 56
B. Metode Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Sementara sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan conviencesampling, yaitu anggota sample yang
dipilih
berdasarkan
kemudahan
memperoleh
data
dan
tidak
menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).
C. Metode Pengumpulan Data Isntrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan review laporan bulanan yang dipublikasikan bank Indonesia. Review dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data bulanan dari tahun 2004-2010 mengenai inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta implikasinya kepada Return on Assets (ROA). Data tentang variabel-variabel tersebut didapatkan dari statistik perbankan syariah dan statistik moneter yang terdapat pada website resmi Bank Indonesia. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari sumber lain yang sudah tersedia. Data tersebut diambil dari laporan publikasi Bank Indonesia dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi: 57
a. Data diperoleh dari laporan bulanan yang dipublikasikan di www.bi.go.id. 2. Library Research Merupkan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
analisis
jalur
dengan
menggunakan AMOS 18. Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit (Imam Ghozali, 2008:21). Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang 58
melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung (Imam ghozali, 2008:93). Dilihat dari kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut: Substruktur I : Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y1 X1
e1 X2
Y1
X3
Y1 = ρY1X1 + ρY1X2 + ρY1X3 + ε 1 Keterangan : Y1
= FDR
X1
= Inflasi
X2
= SBIS
X3
= PUAS 59
ε1
= Residual Error
Substruktur II : Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3 dan Y1 terhadap Z
e1 X1
X2
e2 Y1
Z
X3
Z = ρZX1 + ρZY1 + ρZX2 + ρZX3 + ε 3
Keterangan : Z
= ROA
Y1
= FDR
X1
= Inflasi
X2
= SBIS
X3
= PUAS
ε3
= Residual Error
Selanjutnya dengan menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut :
Substruktur I : Y1 = ρY1X1 + ρY1X2 + ρY1X3 + ε 1 Substruktur II : Z = ρZX1 + ρZY1 + ρZX2 + ρZX3 + ε 3 60
Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu: Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori. Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest. Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovariabn atau matrik korelasi. Data mentah obesrvasi individu dapat dimasukkan dalam 61
program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung.
Teknik
estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukan dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer.
Namun demikian teknik ML sangat sensitif
terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti weight
least
square (WLS),
generalized
least
square (GLS)
dan
asymptotivally distribution free (ADF). Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang bvesar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar koefisien estimasi. Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit 62
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari : 1. Absolute Fit Measure Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model strultural maupun model pengukuran secara bersamaan). a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chisquare ( χ 2 ). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi ( α ) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian abtara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.
b. CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini 63
untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam GHozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. c. Goodness of Fit Index (GFI) Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit. d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA) Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaikia kecenderungan statistic chisquare menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar. 2. Incremental Fit Measures Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. 64
a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI) Adjusted
Goodnbess
of
Fit
Index
(AGFI)
merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. b. Tucker-Lewis Index (TLI) Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah ≥ 0,90. c. Normed Fit Index (NFI) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90.
3. Parsimony Fit Measures Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai 65
dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model. a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony. b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlahb degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang
berbeda.
Digunakan untuk
membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.
66
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008)
Keterangan
Cut of value
Absolut Fit Probabilitas χ
2
Tidak signifikan (p > 0.05)
χ 2 /df
- Ukuran yang reasonable
<2
- Ukuran fit
- good fit - very good fit
< 0.05
- outstanding fit
< 0.01 0.05
GFI
dengan data observasi
≤5
< 0.1 RMSEA
Model yang diusulkan cocok/fit
≤x≤
- reasonable fit 0.08
> 0.9
good fit
AGFI
≥ 0.9
good fit
TLI
≥ 0.9
good fit
NFI
≥ 0.9
good fit
PNFI
0-1.0
lebih besar lebih baik
PGFI
0-1.0
lebih besar lebih baik
Incremental Fit
Parsimonious Fit
(Sumber : Imam Ghozali, 2008) Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika
model
telah
dinyatakan
diterima,
maka
peneliti
dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima. 67
E. Operasional Variabel 1. Variabel Endogen a. FDR (Y1) FDR disebut juga rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Data FDR yang digunakan adalah jumlah FDR pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode Januari 2005 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id a. ROA (Y2) ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari dengan rumus berikut (Bank Indonesia, 2006) :
Data digunakan adalah perkembangan ROA yang terjadi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode Januari 2005 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Keuangan dan Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id. 68
2. Variabel Eksogen b. Inflasi (X1) Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode November 2004 - Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id. c. Pasar Uang Antarbank Syariah (X2 ) Menurut Pasal 1 butir (4) Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000, yang telah diubah menjadi No. 7/26/PBI/2005 pengertian PUAS adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antarpeserta pasar berdasarkan prinsip Mudharabah. Sedangkan penegrtian mudharabah pada Pasal 1 butir (5) PBI tersebut adalah ”perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. (Wirdyaningsih dkk, 2005:142). Data PUAS yang digunakan adalah data volume transaksi pasar uang pada Bank syariah Indonesia periode November 2004 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id. 69
d. SBIS (X3) Menurut Wirdyaningsih dkk(2005:149) Sertifikat Wadiah Bank Inonesia adalah sertifikat yang diterbitkan sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan mengunakan prinsip wadiah. Sedangkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank indonesia (Bank Indonesia, 2008). Data SWBI atau SBIS yang digunakan adalah data statistik perbankan per bulan periode November 2004 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id
70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya. Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir. Karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usahausaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung. Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam. Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang 71
bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negaranegara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam. Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Di Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undangundang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Hingga tahun 2007 terdapat 6 institusi bank syariah Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 25 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia 72
(Persero), Bank Rakyat Indonesia (Persero)dan Bank swasta nasional: Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Tbk). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 139 BPR Syariah. (www.wikipedia.com)
B. Temuan dan Pembahasan Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2003, SPSS 17.0 dan Software Amos 18 untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen yaitu Inflasi, Sartifikat Wadiah Bank Indonesia (SBIS) atau Sartifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah. Sedangkan variabel endogen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return on Assets (ROA). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut. 1. Analisis Deskriptif a. Analisis Deskriptif Variabel Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga 73
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10% -30% setahun; berat antara 30% - 100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. Data Inflasi yang digunakan adalah tingkat Inflasi yang terjadi di Indonesia periode November 2005 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari statistik moneter pada situs www.bi.go.id.
Tabel 4.1 Data Inflasi (Dalam Desimal) Bulan
2004 2005 0,0061 Jan 0,006 Feb 0,0073 Mar 0,0068 Apr 0,0062 May 0,0062 Jun 0,0065 Jul 0,0069 Aug 0,0076 Sep 0,0149 Oct 0,0052 0,0153 Nov 0,0053 0,0143 Dec (Sumber: data diolah)
2006 0,0142 0,0149 0,0131 0,0128 0,013 0,0129 0,0126 0,0124 0,0121 0,0052 0,0044 0,0055
Tahun 2007 0,0052 0,0053 0,0054 0,0058 0,005 0,0048 0,0051 0,0054 0,0058 0,0057 0,0056 0,0055
2008 0,0061 0,0062 0,0068 0,0075 0,0087 0,0092 0,0099 0,0099 0,0101 0,0098 0,0097 0,0092
2009 0,0076 0,0072 0,0066 0,0061 0,005 0,003 0,0023 0,0023 0,0024 0,0021 0,002 0,0023
2010 0,0031 0,0032 0,0029 0,0033 0,0035 0,0042 0,00567 0,00644 0,0058 0,00567 -
74
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik Inflasi
Inflasi 0,0180 0,0160 0,0140 0,0120 0,0100 0,0080 0,0060 0,0040 0,0020 0,0000
Nov-04 Mar-05 Jul-05 Nop-05 Mar-06 Jul-06 Nop-06 Mar-07 Jul-07 Nop-07 Mar-08 Jul-08 Nop-08 Mar-09 Jul-09 Nop-09 Mar-10 Jul-10
Inflasi
(Sumber: data diolah) Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan tingkat Inflasi di Indonesia periode November 2004 – Oktober 2010. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi
terendah terjadi pada bulan November 2009 yaitu
sebesar 0.002 atau 0.2%, inflasi pada tahun 2009 terbilang rendah, terjadinya inflasi ini didukung faktor internal yaitu pemerintah tidak menaikan tarif dasar listrik dan pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi pada sektor rill meningkat pada tahun 2009 yang mengakibatkan harga makanan tidak mengalami kenaikan sehingga berimbas pada stabilnya daya beli masyrakat, dengan setabilnya daya beli masyarakat perbankan lebih banyak 75
menghimpun uang dari masyarakat dan stabilnya peyarun dan untuk masyarkat yang membutuhkannya. Sedangkan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2005 yaitu sebesar 0,015 atau 0,15% jika diperhatikan pada grafik 4.1 infalsi meningakat pada Priode Juli 2005 sampai akhir tahun mengalami peningkatan yang paling tinggi, kenaikan ini disebabkan karena naiknya harga bensin dari Rp 2.200an ke angka Rp 4.000an pengeluaran
masyarakat
otomatis
menjadi
meningakat
40%
(detik.com), meningakatnya harga bensin berdapak pada terganggunya biaya produksi menjadi meningkat sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga makan dan berimbas pada daya beli masyarakat yang melemah, daya beli masyarakat yang merelemah mengakibatkan porsi saving lebih kecil dibandingkan dengan porsi konsumsi. b. Analisis Deskriptif Variabel Sartifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau Sartifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Menurut (Wirdyaningsih dkk, 2005:149) SWBI merupakan insrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu insrumen oprasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter
yang dilakukan
76
berdasarkan prinsip syarih dengan mengunakan akad ju’alah (Bank Indonesia 2008). SBIS merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh bank Indonesia dalam mengatur likuditas Bank Umum (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dalam menyediakan media untuk mengelola likuditas bank dengan mengunakan akad ju’alah. Data posisi SBIS yang digunakan adalah perkembangan posisi SBIS 1 bulan periode November 2004 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
Tabel 4.2 Data SWBI atau SBIS (Dalam Juta Rupiah) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 447000 1094000
2005
2006
Tahun 2007
883000 628000 487000 449000 413000 538000 439000 360000 507000 317000 532000 2395000
2156000 1696000 1148000 1171000 1092000 1188000 871500 1117000 1046000 1190000 1547000 2358000
2663000 3002000 3325000 3166000 2801000 2036000 1555000 982000 1311000 1761000 1644000 1761000
2008
2009
2010
3189000 3717000 2135000 2496000 3119000 3079000 2557000 1820000 413000 453000 1063000 2824000
3488000 3192000 2704000 2058000 2539000 1819000 1253000 2321000 2635000 2835000 2142000 3076000
3373000 2972000 2425000 3027000 1656000 2734000 2576000 1882000 2310000 2783000 -
(Sumber: data diolah) Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
77
Gambar 4.2 Grafik SBIS
SBIS 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000
SBIS
1000000 500000
Nov-04 Mar-05 Jul-05 Nop-05 Mar-06 Jul-06 Nop-06 Mar-07 Jul-07 Nop-07 Mar-08 Jul-08 Nop-08 Mar-09 Jul-09 Nop-09 Mar-10 Jul-10
0
(Sumber: data diolah) Tabel 4.2 menunjukkan fluktuasi Sartifikat Wadiah Bank Indonesia (SBIS) pada periode November 2004 – Maret 2008. Posisi SWBI mulai melemah sejak Januari 2005 terendah terjadi pada bulan Oktober 2005 yaitu sebesar Rp. 317.000 Juta, jika dilihat nominal Financing to Deposit (FDR) pada Priode Oktober 2005 adalah sebesar 111,31%. Artinya, jumlah FDR diatas 80% yaitu posisi ideal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) tetapi hal tersebut tidak medorong posisi SWBI meningkat karena Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) menempatkan dananya tersebut pada pembiayaan tercatat porsi pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah pada bulan Oktober 2005 sebesar Rp 15.121.483 Juta, jumlah pembiayaan meningkat dari bulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 14.753.299 Juta (Setatistik Perbankan Syariah, 2005). posisi tersebut disebabkan 78
karena sektor rill mengalami peningkatan yang mengakibatkan perbankan lebih memilih menyalurkan dana tersebut pada sektor pembiayaan walaupun risiko yang akan dihadapi cukup besar dibanding penempatan pada bonus SWBI tetapi keutungan yang didapat lebih besar dibandingkan dengan bonus SWBI begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya SWBI cenderung bergerak fluktuasi dari
bulan ke bulan, tingkat SWBI tertinggi terjadi pada Januari 2008 yaitu sebesar 3.189.000 Juta, jika pada Priode Febuari 2007 mengalami penikatan maka hal tersebut dapat diprediksikan bahwa sektor rill yaitu bagi hasil kurang memberikan keuntungan dan risikonya terlalu besar terhadap perbankan sehingga Bank Umum Syariah (BUS) dan (Unit Usaha Syariah) lebih baik menepatkan dananya pada insurumen likuditas antara lain SWBI. Pada bulan April 2008 Bank Indonesia menerbitkan instrumen likuiditas untuk bank syariah yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Pada periode April 2008 – Oktober 2010, posisi SBIS terendah terjadi pada September 2008 yaitu sebesar Rp. 413.000 Juta, pada Priode Septembar 2008 Financing to Deposit
(FDR)
mengalami
peningakatan
yang
yaitu
Priode
sebelumnya 111,3 % menurun dari bulan sebelumnya 112,2 %. Artinnya, bank syariah lebih banyak menempatkan dananya pada pembiayaan, tercataat pada Priode sebelumnya Rp 36.571.761 Juta 79
meningkat menjadi 37.680.587 Juta. Artinya, perbankan syariah lebih banyak menempatkan dananya pada pembiayaan ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada sektor rill meningakat (Setatistik Perbankan Indonesia, 2008). posisi SBIS cenderung bergerak fluktuatif dari bulan ke bulan, SBIS tertinggi terjadi pada Febuari 2008 yaitu sebesar Rp. 3.717.000 juta, pada kondisi ini SBIS lebih menarik dibandigkan menepatkan dananya pada sektor rill.
c. Analisis Deskriptif Variabel Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Menurut Pasal 1 butir (4) Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000, yang telah diubah menjadi No. 7/26/PBI/2005 pengertian PUAS adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah
antarpeserta
pasar
berdasarkan
prinsip
Mudharabah.
Sedangkan penegrtian mudharabah pada Pasal 1 butir (5) PBI tersebut adalah ”perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. (Wirdyaningsih dkk, 2005:142). Data PUAS yang digunakan adalah volume transaksi antar bank berdasarkan prinsip syaria yang digunakan periode yaitu November 2004 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
80
Tabel 4.3 Data PUAS (Dalam Juta Rupiah) Bulan
Tahun
2004 -
2005 4000 Jan 84500 Feb 35000 Mar 166600 Apr 101500 May 82000 Jun 78100 Jul 121850 Aug 450600 Sep 577200 Oct 50000 419500 Nov 24000 677950 Dec (Sumber: data diolah)
2006 578800 724700 845250 1026500 1487700 1556850 108800 1506500 2288900 700800 699800 761600
2007 764450 728500 680800 375800 806600 651900 780500 933800 1062600 794400 1139300 1168800
2008 1470500 603400 651000 1749000 1962800 1506200 2391400 3419700 3811500 2401000 3197000 3828000
2009 2782000 3016000 3538000 4031000 3127000 2809000 1793000 2854000 2518000 2479000 2582000 2889000
2010 1570000 3074000 3619000 3540000 2049000 2053000 2126000 2994000 3394000 5750000 -
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut : Gambar 4.3 Grafik PUAS
PUAS 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000
PUAS
2000000
0
Nov-04 Mar-05 Jul-05 Nop-… Mar-06 Jul-06 Nop-… Mar-07 Jul-07 Nop-… Mar-08 Jul-08 Nop-… Mar-09 Jul-09 Nop-… Mar-10 Jul-10
1000000
Pada tabel 4.3 jika dilihat secara keseluruan terjadi peningkatan dari tahun ketahun yang artinya perbakan syariah menempatkan dana 81
yang mengagur untuk mendapatkn keuntungan atas penempatan dananya pada insumen pasar uang syriah dimana akad yang digunakan mengunakan akad mudharabah sehingga lebih aman dan memberi keutungan bagi bank. d. Analisis Deskriptif Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR disebut juga rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif bila dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Sehingga FDR dapat dirumuskan dengan : FDR = Pembiayaan yang disalurkan Total Dana Pihak Ketiga Data
Financing
to
Deposit
Ratio
yang
digunakan
adalah
perkembangan FDR pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yaitu periode November 2004 – Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
82
Bulan
2004 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct 1,040 Nov 0,969 Dec (Sumber: data diolah)
Tabel 4.4 Data FDR (Dalam Desimal) Tahun 2005 2006 2007 2008 0,981 0,994 0,986 0,979 1,032 1,033 0,972 0,976 1,057 1,070 0,951 1,003 1,054 1,092 0,970 0,999 1,091 1,097 0,971 1,019 1,068 1,105 1,011 1,032 1,085 1,122 1,020 1,070 1,085 1,113 1,057 1,130 1,104 1,094 1,037 1,122 1,113 1,065 1,027 1,117 1,109 1,054 1,042 1,119 0,978 0,989 0,998 1,037
2009 1,000 1,005 1,033 1,014 1,011 1,002 0,996 0,997 0,981 0,973 0,955 0,897
2010 0,887 0,910 0,951 0,956 0,967 0,961 0,953 0,989 0,954 0,948 -
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut : Gambar 4.4 Grafik FDR
FDR 1,200 1,000 0,800 0,600
FDR
0,400 0,200
Jul-10
Mar-10
Nop-09
Jul-09
Mar-09
Nop-08
Jul-08
Mar-08
Nop-07
Jul-07
Mar-07
Nop-06
Jul-06
Mar-06
Nop-05
Jul-05
Mar-05
Nov-04
0,000
(Sumber: data diolah)
83
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah (BUS) Dan Unit Usaha Syariah (UUS) Indonesia periode November 2004 - Oktober 2010. Pada masa penelitian ini jumlah FDR terendah terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu sebesar 89,1 % atau 0,891, hal ini disebabkan karena total pembiayaan yang disalurkan lebih kecil dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpuan, untuk total pembiayaan adalah sebesar Rp 47.140 Milyar. Sementara DPK yang terhimpun dari nasabah sebesar Rp 53.163 Milyar. Artinya, pada kondisi ini BUS dan UUS lebih berhati-hati menempatkan dananya pada sektor rill dan lebih tertarik untuk menempakan dananya pada insumen likuditas salah satunya adalah SBIS, dengan DPK sebesar Rp 53.163 Milyar BUS dan UUS menempatkan dana pada SBIS sebesar Rp 3.373.000 Juta meningkat dari Priode sebelumnya yaitu Rp 3.076.000 Juta (Setatistik Bank Indonesia, 2010). Sedangkan jumlah FDR tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2008 yaitu sebesar 113% atau 1,130. Hal ini terjadi karena total pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari pada DPK yang terhimpun, untuk total pembiayaan adalah sebesar Rp 38.528.984 Juta. Sementara DPK yang terhimpun dari nasabah sebesar Rp 34.422.283 Juta. Artinya, BUS dan UUS lebih tertarik penyaluaran pada sektor rill, pada kondisi ini terbukti posisi SBIS yaitu Rp 1.820.000 Juta, lebih besar dibandingkan Priode sebelumnya yaitu sebesar 2.557.000 Juta (Setatistik Perbankan, 2008). Secara keseluruhan pergerakan FDR bergerak pada
84
kisaran 90% samapai dengan 100% ini berarti bank syariah masih berhatihati menjaga likuditasnya selain itu agar untuk menarik nasabah. c. Analisis Deskriptif Return On Assets (ROA) ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. return on assets membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Data digunakan adalah perkembangan Return On Assets (ROA) yang terjadi pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) periode November 2004 -Oktober 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
85
Tabel 4.5 Data ROA (Dalam Decimal) Tahun Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 0,0099 0,0106 0,0169 0,0175 Jan 0,0112 0,0140 0,0168 0,0185 Feb 0,0121 0,0132 0,0175 0,0183 Mar 0,0097 0,0132 0,0175 0,0183 Apr 0,0081 0,0143 0,0176 0,0182 May 0,0014 0,0151 0,0186 0,0181 Jun 0,0035 0,0147 0,0188 0,0182 Jul 0,0053 0,0138 0,0190 0,0176 Aug 0,0066 0,0141 0,0185 0,0184 Sep 0,0075 0,0138 0,0193 0,0212 Oct 0,0098 0,0085 0,0144 0,0186 0,0223 Nov 0,0082 0,0078 0,0155 0,0178 0,0142 Dec (Sumber: data diolah)
2009 0,0156 0,0172 0,0244 0,0229 0,0222 0,0216 0,0212 0,0208 0,0138 0,0146 0,0148 0,0148
2010 0,0165 0,0176 0,0213 0,0206 0,0125 0,0166 0,0167 0,0164 0,0180 0,0185 -
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut : Gambar 4.5 Grafik ROA
ROA 0,0300 0,0250 0,0200 0,0150 0,0100
ROA
0,0050
Nov-04 Mar-05 Jul-05 Nop-05 Mar-06 Jul-06 Nop-06 Mar-07 Jul-07 Nop-07 Mar-08 Jul-08 Nop-08 Mar-09 Jul-09 Nop-09 Mar-10 Jul-10
0,0000
(Sumber: data diolah)
86
Perkembangan Return On Assets (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) periode Oktober 2004 - Oktober 2010. Pada masa penelitian ini ROA semakin menurun sejak Priode April 2005 sampai Priode Juni 2005 yaitu sebesar 0,0014 atau 0,14% hal ini disebabkan karena pada Priode 2005 terjadi krisis ekonomi sehingga sektor
pembankan
mengalami
gocangan
dan
berdampak
pada
profitabilitas perbankan sedangkan ROA tertinggi terjadi pada Priode April 2009 yaitu 0,0229 atau 2,29 % ini sebabkan karna laba yang didapatkan lebih besar daripada total assets.
2. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Sartifikat Wadiah Bank Indonesia (SBIS) dan Pasar Uang Atarbank Syariah(PUAS) Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Serta Implikasinya Kepada Return On Assets (ROA) Bank Syariah di Indonesia. Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh Inflasi, SBIS dan PUAS sebagai variabel eksogen terhadap FDR sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh Inflasi, SBIS, PUAS dan FDR sebagai variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut :
87
Gambar 4.6 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan .00
e1
Inflasi
.00 e2 -.29 .45
-.35 .75 -.65
SBIS
-.20
.13
.45
.55 FDR
.50 .41
ROA
.40
PUAS
(Sumber : Output AMOS 18) a. Analisis Korelasi Korelasi antara Inflasi, SBIS dan PUAS. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : 1) Analsis Korelasi Tabel 4.6 Hasil Korelasi Antara Variabel Eksongen Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi <--> PUAS -0,196 0,104
PUAS Inflasi
< - -> < - ->
SBIS SBIS
0,426 -0,354
0,000 0,005
(Sumber : Output AMOS 18)
Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) 88
> 0,25 – 0,5
: Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
> 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho
:Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Ha
:Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel
Pengujian berdasarkan signifikan: •
Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
•
Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
(a) Korelasi Inflasi dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Inflasi dan SBIS sebesar -0,354 mempunyai maksud hubungan antara variabel Inflasi dan SBIS cukup kuat dan berlawanan. berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka nilai SBIS akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
Korelasi
dua
variabel
tersebut
mempunyai
probabilitas sebesar 0,005 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. 89
(b) Korelasi Sertifikat Bank Indonesia Syarih (SBIS) dengan PUAS Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel SBIS dan PUAS sebesar 0,426 mempunyai maksud hubungan antara variabel SBIS dan PUAS sangat kuat. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. (c) Korelasi Inflasi dengan PUAS Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel Inflasi dan PUAS sebesar -0,196 mempunyai maksud hubungan cukup
kuat.
Korelasi dua
variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0,104 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 2) Analsis Jalur Pengaruh Inflasi, Sartifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbnk Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Untuk gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut :
90
Gambar 4.7 Diagram Jalur Substruktur I
Inflasi
.00
e1 .45 -.35 .72 -.63
SBIS
-.20
FDR .13
.45
PUAS (Sumber : Output AMOS 18) Analisis jalur sub struktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh Inflasi, SBIS dan PUAS terhadap FDR baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability. (Lihat Lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut :
91
Tabel 4.7 Pengaruh antara Inflasi, SBIS dan PUAS terhadap FDR Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi --> FDR 0,448 0,000 SBIS --> FDR -0,630 0,000 0,724 PUAS --> FDR 0,126 0,067 (Sumber : data diolah)
Untuk melihat pengaruh Inflasi, SBIS dan PUAS secara gabungan terhadap FDR, kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel 4.7 khususnya angka R square. Besarnya angka R square (r2) adalah 0,764. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel Inflasi, SBIS dan PUAS secara gabungan terhadap FDR dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut: KD = r2 x 100% KD = 0,724 x 100% KD = 72,4% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel Inflasi, SBIS dan PUAS terhadap FDR secara gabungan adalah 72,4%,
sedangkan
sisanya
sebesar
27,6%
(100%-72,4%)
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas pengaruh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel Inflasi, SBIS dan PUAS adalah sebesar 72,4%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 27,6%.
92
Untuk melihat besarnya pengaruh inflasi, SBIS dan PUAS terhadap FDR secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1) Pengaruh antara variabel Inflasi dengan FDR Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel Inflasi dengan FDR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho
: Tidak ada hubungan linier antara inflasi dengan FDR.
Ha
: Ada hubungan linier antara inflasi dengan FDR.
Dengan kriteria sebagai berikut: •
Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
•
Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 > 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan FDR. Besarnya pengaruh inflasi dengan FDR sebesar 0,405 atau 40,5%.
93
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap FDR. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah FDR khususnya pembiayaan akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Cahyono (2009) bahwa inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan. Setiap kenaikan pada inflasi akan meningkatkan pembiayaan. Bila inflasi naik, maka konsep perbankan syariah adalah bagi hasil. Dengan konsep
ini,
sesungguhnya bank dan nasabah
melakukan pengikatan dalam suatu ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama, sehingga konsep ini jelas lebih adil dan memberi ketenangan bagi nasabah. Sedangkan dalam kondisi inflasi turun, maka bank syariah kurang menjadi pilihan, karena nasabah biasanya lebih memilih bank konvensional, sebab pendapatan atau laba perusahaan akan cendrung tinggi. Namun, sesungguhnya konsep berbagi yang diterapkan bank syariah lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak dalam berbagai kondisi. 2) Pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
94
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara SBIS terhadap FDR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara SBIS terhadap FDR. Ha :
Ada hubungan linier antara SBIS terhadap FDR.
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 > 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara SBIS terhadap FDR. Besarnya pengaruh SBIS terhadap FDR sebesar atau -0,630 atau -6,3%. SBIS memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyaluran FDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan SBIS, maka FDR akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Muhammad (2005:399), SWBI atau SBIS dapat dijadiakan sarana penitipan dana jngka pendek khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan likuditas. Dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurfitri Adi (2006) bahwa SBIS memiliki
pengaruh
negatif
dan
signifikan.
Dalam
perkembangannya, perbankan syariah kesuliatan untuk segera menyalurkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk 95
pembiayaan
karena
bank
syariah
sebagaimana
bank
konvensional harus berhati-hati untuk menyalurkan DPK melalui pembiayaan, sehingga dana yang dimilikinya lebih mudah jika disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Dalam hal ini, return yang lebih pasti yaitu SBIS. Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya posisi SBIS akan menurunkan tingkat FDR. 3) Pengaruh antara PUAS dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel PUAS dengan FDR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho
: Tidak ada hubungan linier antara PUAS dengan FDR.
Ha
: Ada hubungan linier antara PUAS dengan FDR.
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,067 > 0,05. Maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel PUAS dengan FDR. Besarnya pengaruh PUAS dengan FDR sebesar 0,126 atau 12,6 %.
96
PUAS memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap FDR Artinya, apabila terjadi kenaikan PUAS, maka jumlah FDR akan menurun, begitu juga sebaliknya. Gambar 4.8 Diagram Jalur Substruktur II
Inflasi
.00
e2
-.29 -.35 .72
SBIS
--.20
.55
FDR
.41
ROA
.43 .40
PUAS
(Sumber : Output AMOS 18) Analisis jalur sub struktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh inflasi, SBIS, PUAS dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Return on Assets (ROA) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di 97
tabel Regression Weight kolom Probability. Untuk melihat besarnya pengaruh Ketiga tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Adapun
Ringkasan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Pengaruh antara Inflasi, SBIS, PUAS dan FDR pada ROA Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi --> ROA -0,288 0,012 SBIS --> ROA 0,548 0,000 0,502 PUAS --> ROA 0,405 0,000 FDR --> ROA 0,411 0,010 (Sumber : data diolah) Untuk melihat pengaruh variabel inflasi, SBIS, PUAS dan FDR pada ROA secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.8 kolom R Square. Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,502 Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh inflasi, SBIS, PUAS dan FDR pada ROA secara gabungan adalah 50,2% (0,502 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 49,8% (100% - 50,2%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel inflasi, SBIS, PUAS dan FDR pada ROA sebesar 50,2%, sementara pengaruh 49,8% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Untuk melihat besarnya pengaruh inflasi, SBIS, PUAS dan FDR pada ROA secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 98
1) Pengaruh antara variabel Inflasi dengan Return on Assets (ROA). Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel PUAS dengan ROA, dapat melakukan langkahlangkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara inflasi dengan ROA. Ha : Ada hubungan linier antara inflasi dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,012 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan ROA. Besarnya pengaruh inflasi dengan ROA sebesar -0, 288 atau -28,8%. Inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Epos, Mardika (2010) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Menyatakan bahwa inflasi
merupakan
variabel
yang
signifikan
dalam
mempengaruhi ROA. Inflasi mempengaruhi profit margin
99
perbankan, ketika inflasi naik secara terus menerus nasabah secara bersama-sama menarik uang mereka pada bank. 2) Pengaruh antara variabel Sartifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Return on Assets (ROA). Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel SBIS dengan ROA dapat melakukan langkahlangkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier SBIS dengan ROA. Ha : Ada hubungan linier antara SBIS dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel nilai tukar rupiah dengan ROA. Besarnya pengaruh SBIS dengan ROA sebesar 0,548 atau 54,8%. SBIS memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan
pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan SBIS, maka ROA akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Tomas Suyanto, dkk (1997:123) Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya meliputi kredit yang diberikan, surat-surat 100
berharga dan penempatan dana pada bank lain dalam negri maupun luar negri. 3) Pengaruh antara variabel PUAS dengan Return on Assets (ROA). Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel PUAS dengan ROA, dapat melakukan langkahlangkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho: Tidak ada hubungan linier antara PUAS dengan ROA. Ha: Ada hubungan linier antara PUAS dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel PUAS dengan ROA. Besarnya pengaruh PUAS dengan ROA sebesar 0,405 atau 40,5%. Bagi hasil PUAS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan bagi hasil pada deposit maka ROA juga menglami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Ini sesuai dengan teori Muhammad (2005:392) piranti yang dalam PUAS adalah Sertifikat IMA. Serttifikat ini digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan. Artinya
101
ketika bank kelebihan dana bank memilih pasar uang untuk mendapatkan keuntungan atas ivestasinya. 4) Pengaruh antara variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Return on Assets (ROA). Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel FDR dengan ROA, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara FDR dengan ROA. Ha : Ada hubungan linier antara FDR dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,010 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel FDR dengan ROA. Besarnya pengaruh FDR dengan ROA sebesar 0,411 atau 41,1%. FDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan FDR, maka ROA juga akan mengalami kenaikan. penelitian yang dilakukan oleh Anisyah Harahap (2006) dan Adi Stiawan (2009) menyatakan bahwa penyaluran kredit lebih besar dari dana yang disimpan oleh nasabah, sehingga dengan hal ini bank disatu sisi akan memperoleh bagi hasil yang cukup besar dari debitur daripada bagi hasil yang diberikan kepada 102
nasabah yang menyimpan dananya di bank syariah. Namun tentunya ini juga mengandung risiko kredit yang cukup besar karena semakin besarnya dana pembiayaan yang disalurkan. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.9 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen Kesimpulan Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas 0,405 0,000 Signifikan Inflasi FDR -0,630 0,000 Signifikan SBIS FDR -0,126 0,067 Tidak Signifikan PUAS FDR 0,411 0,010 Signifikan FDR ROA -0,288 0,012 Signifikan Inflasi ROA 0,548 0,000 Signifikan SBIS ROA 0,405 0,000 Signifikan PUAS ROA (Sumber : data diolah) d. Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit) Setelah menguji dengan Amos 18 dengan melihat tabel estimasi, maka diketahui varibel yang memiliki hubungan yang sangat kecil atau dianggap tidak berhubungan dan memiliki probabilitas yang tidak signifikan langkah selanjutnya adalah menguji dengan kesesuain model dengan Goodness of Fit untuk mengatuhi apakah model yang akan di uji sudah sesuai atau belum sesuai dengan model yang digunakan, adalah sebagi berikut :
103
Tabel 4.10 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Inflasi, SBIS dan PUAS terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) serta implikasinya kepada Return On Assets (ROA) Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008) Cut of value
Hasil
Keterangan
Absolut Fit Probabilitas χ
χ
2
2
Tidak signifikan (p > 0.05)
reasonable
<2
- Ukuran fit - good fit
< 0.1
- very good fit
< 0.05 RMSEA
GFI
- outstanding fit
< 0.01 0.05
≤x≤
Cocok
- Ukuran yang
≤5
/df
Model tidak cocok
0.08
- reasonable fit
> 0.9
good fit
AGFI
≥ 0.9
good fit
TLI
≥ 0.9
good fit
NFI
≥ 0.9
good fit
PNFI
0-1.0
lebih besar lebih baik
PGFI
0-1.0
lebih besar lebih baik
Incremental Fit
Parsimonious Fit
(Sumber : Imam Ghozali, 2008) Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih ada variabel yang melebihi batas ketentun yang sudah di tentukan maka hasil tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh variabel yang tidak signifikan. Langkah selanjutnya ilah peneliti melakukan analisis jalur model trimming. Analisis jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti 104
menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil triming model dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008)
Hasil
Keterangan
0,070
Model cocok
3,276
good fit
0,179
good fit
> 0.9
0,982
good fit
AGFI
≥ 0.9
0,734
poor fit
TLI
≥ 0.9
0,853
poor fit
NFI
≥ 0.9
0,980
good fit
PNFI
0-1.0
0,098
lebih besar lebih baik
PGFI
0-1.0
0,065
lebih besar lebih baik
Cut of value
Absolut Fit Probabilitas χ
2
Tidak signifikan (p > 0.05)
≤5
χ 2 /df
<2
< 0.1 < 0.05 RMSEA
< 0.01 0.05
GFI
≤x≤
0.08
Incremental Fit
Parsimonious Fit
(Sumber :data diolah)
Pada trimming, jalur (panah) PUAS pada FDR dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,070 > 0,05 (tidak signifikan). Dari hasil trimming dihasilkan indeks kesesuain yang cukup baik dan sudah tidak menujukan 105
probabilitas yang lebih 0,05. Dari hasil trimming dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagi berikut : Tabel 4.12 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen Kesimpulan Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas 0.442 0.000 Signifikan Inflasi FDR -0.579 0.000 Signifikan SBIS FDR -0.293 0.011 Signifikan Inflas ROA 0.418 0.008 Signifikan FDR ROA 0.558 0.000 Signifikan SBIS ROA 0.412 0.000 Signifikan PUAS ROA (Sumber : data diolah) Penelitin ini derjadi beberapa triming bagi jalur yang tidak signifikan, maka penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut : 1.
Untuk menganalisis pengaruh Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR).
2.
Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Returen On Assets (ROA).
3. Analisis Jalur Setelah Trimming Pengujin analisis jalur setelah rimming terdiri dari 2 (dua) sub struktur, yaitu : •
Pengaruh variabel antara Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) baik secara simultan maupun secara parsial.
106
•
Pengaruh variabel antara Inflasi, Sertifikat bank Indononesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Assets (ROA) baik secara simultan maupun secara parsial.
Dari hasil penghitungan setelah trimming dengan mengunakan Amos 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah trimming sebagai berikut : Gambar 4.9 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming .00
e1
Inflasi
.00 e2 -.29 .442
-.35 .71
SBIS
--.20
.43
-.579
FDR
.48 .42
ROA
.41
PUAS
(Sumber : Output Amos 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasn tabel sebgai berikut :
107
Tabel 4.13 Hasil Korelasi Antara Variabel Eksongen Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi <--> SBIS -0,354 0,005
Inflasi
< - ->
PUAS <--> (Sumber : Output AMOS 18)
PUAS
-0,196
0,104
SBIS
0,426
0,000
Korelasi antara variabel Inflasi, Pasar Uang Atarbank Syariah (PUAS) dan SBIS tidak ada perubahan setelah dilakukan Trimming. a. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Secara simultan dan parsial. Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagia berikut : Gambar 4.10 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming .00
e1
Inflasi .44 -.35
.71
SBIS
-.20
-.58
FDR
.43
PUAS
(Sumber: Output Amos 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasn tabel sebgai berikut : 108
Tabel 4.14 Hasil Uji Pengaruh antara Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi --> FDR 0,442 0,000 0.711 SBIS --> FDR -0,579 0,000 (Sumber : data diolah)
Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBIS),dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan adalah 71,1 % sedangkan sisanya sebesar 28,9 (100% - 71,1) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitia. Besarnya pengaruh masing-masing variabel secara simultan antra lain, Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0,442 atau 44,2% dan pengaruh SBIS terhadap FDR sebesar -0,579 atau -57,9%. b. Anlisis Jalur pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Return On Assets (ROA) Secara Simultan dan Parsial.
109
Gambar 4.11 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming .00
.00
e1 Inflasi
.00
e2
-.29 -35.
.48 .56
SBIS
-.20
FDR
.42
ROA
.43 .758
.41
PUAS
(Sumber : data diolah) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasn tabel sebgai berikut : Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Return On Asset (ROA) Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi --> ROA -0,293 0,011 SBIS --> ROA 0,558 0,000 0.484 PUAS --> ROA 0,412 0,000 FDR --> ROA 0,418 0,008 (Sumber : data diolah) Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Return On Assets (ROA) secara simultan sebesar 48,4% sedangkan slisihnya sebesar 51,6% (100% - 48,4%) dipengaruhi oleh 110
variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian. Besarnya penagruh masing – masing variabel secara parsial antara lain, Inflasi terhadap ROA sebesar -0,293 atau -29,3%, pengaruh SBIS terhadap ROA sebesar 0,558 atau 55,8%, PUAS terhadap ROA sebesar 0,412 atau 41,2%, sedangkan FDR terhadap ROA sebesar 0,418 atau 41,8%. 1) Pengaruh antara variabel Inflasi dengan Return On Asset (ROA). Hasil menujukkan angka sebesar 0,011 > 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan meneriama Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan ROA. Besarnya pengaruh inflasi dengan ROA sebesar -0,293 atau -29,3%. Inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan pada inflasi maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Epos
Mardika
(2010),
terjadinya
inflasi
yang
terus
menerus
mengakibatkan ROA akan menurun. 2) Pengaruh variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Return On Assets (ROA). Hasil menujukkan angka sebesar 0,000 > 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan meneriama Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel SBIS dengan ROA. Besarnya pengaruh SBIS dengan ROA sebesar 0,558 atau -55,8%. Posisi SBIS mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi keanikan posisi SBIS, maka ROA akan 111
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori Menurut Tomas Suyanto, dkk (1997:123) Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya yang meliputi kredit yang diberikan, surat-surat berharga dan penempatan pada bank lain baik dalam negeri maupun luar negeri. 3) Pengaruh antara variabel Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dengan Return On Assets (ROA) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel PUAS denagan ROA sebesar 0,366 atau 36,6%. PUAS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan pada PUAS, maka ROA juga mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesui dengan teori Muhammad (2005:392)Piranti yang digunakan dalam PUAS adalah Sertifikat IMA, sertifikat ini digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan, permodalan yang tinggi bank dapat leluasa
untuk
menempatkan
dananya
dalam
investasi
yang
menguntungkan, hal tersebut mampu meningkatkan kepercayaan nasabah karna memungkinkan bank memperoleh laba sangat tinggi dan kemungkinan bank tersebut terlikudasi juga kecil. 4) Pengaruh antara variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Return On Assets (ROA). 112
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,008 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel FDR denagan ROA sebesar 0,418 atau 41,8%. FDR mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan FDR maka ROA juga mengalami kenaiakan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Aisyah Harahap (2006) dan Adi Setiawan (2009). Hal ini ini terjadi ketika kinerja bank dalam menempatkan dananya berupa pembiayaan semakin baik sehingga laba yang diperoleh bank semakin meningkat. c. Uji Kesesuaian Model ( Goodness of Fit) setelah Trimming. Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesui atau belum, maka dilakukan uji kesesuain model (Goodness of Fit) sebagai berikut :
113
Tabel 4.16 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008)
Hasil
Keterangan
0,070
Model cocok
3,276
good fit
0,179
good fit
> 0.9
0,982
good fit
AGFI
≥ 0.9
0,734
poor fit
TLI
≥ 0.9
0,853
poor fit
NFI
≥ 0.9
0,980
good fit
PNFI
0-1.0
0,098
lebih besar lebih baik
PGFI
0-1.0
0,o65
lebih besar lebih baik
Cut of value
Absolut Fit Probabilitas χ
2
Tidak signifikan (p > 0.05)
≤5
χ 2 /df
<2
< 0.1 < 0.05 RMSEA
< 0.01 0.05
GFI
≤x≤
0.08
Incremental Fit
Parsimonious Fit
(Sumber :data diolah) Dilihat dari nilai chi-square sebesar 3,276 denagan probabilitas 0,070 yang jauh diatas 0,05 bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga bila dilihat ukuran Fit lainnya seperti CMIN / DF ( χ 2 /df) sebesar 3,276 yang dapat disimpulkan model sangat kurang baik karena berada dibawah 2 (dua). Begitu juga bila dilihat dari ukuran Fit lainnya seperti GFI, TLI, NFI, AGFI, yang berada diatas 0.90 dapat dikatakan model 114
sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menujukan tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Imam Ghojali (2008) apabila salah satu kreteria tidak Fit maka dapat melihat kreteria Fit lainnya. d. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung Pengaruh langsung dan tidak langsung (melalui Financing to deposit Ratio, Return On Asset) serta pengaruh total Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit Ratio pada Return On Assets (ROA) dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut: 1) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap FDR sebesar 0,442. 2) Pengaruh anatara variabel Inflasi pada Return On Assets (ROA). Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -0,293. Pengaruh tidak langsung inflasi pada ROA melalui FDR sebesar 0,185 (0,442 x 0,418). Pengaruh total inflasi pada ROA sebesar -0,108 (0,185 + (-0,293)). 3) Pengaruh antara variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada Financing to Deposit Ratio (FDR). SBIS memiliki pengaruh langsung pada FDR sebesar -0,579. 4) Pengaruh antara variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada Returen On Assets (ROA). 115
SBIS memiliki pengaruh tidak langsung pada ROA sebesar 0,558. Pengaruh tidak langsung SBIS melalui FDR sebesar -0,242 (-0,558 x 0,418). Pengaruh total SBIS pada ROA sebesar -0,316 (0,558 + (0,242)). 5) Pengaruh antara variabel PUAS terhadap Return On Assets (ROA). PUAS memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,412 6) Pengaruh antara variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Return On Assets (ROA). FDR mempunyai pengaruh langsung pada ROA sebesar 0,418. Tabel 4.17 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dan Pengaruh Total tentang Inflasi (X1), SBIS (X2) PUAS (X3) dan FDR (Y) terhadap ROA (Z) Pengaruh Kausal Pengaruh Tidak Langsung Total variable Langsung Melalui Y X1 terhadap Y
0,442
-
0,442
X1 terhadap Z
-0,293
-0,185
-0,108
X2 terhadap Y
-0,579
-
-0,579
X2 terhadap Z
0,558
-0,242
-0,316
X3 terhadap Z
0,412
-
0,412
Y terhadap Z
0,418
-
0,418
(Sumber : data diolah) Berdasarkan urain tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut :
116
1. Persamaan Sub Struktur I FDR = 0,442 (Inflasi) + -0,579 (SBIS) ε 1 ; R square = 0,711 2. Persamaan Sub Struktur II ROA = -293 (inflasi) + 0,558 (SBIS) + 0,412 (PUAS) + 0,418 (FDR) ε 1 ; R square = 0,484
C. Interpretasi Hasil Berdasarkan urain tersebut maka dapat disusun persmaan path analysis setelah trimming sebagia berikut : 1. Persamaan Sub Struktur I FDR = 0,442 (Inflasi) + -0,579 (SBIS) ε 1 ; R square
= 0,711
Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha syariah (UUS). Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap FDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah FDR khususnya pembiayaan juga mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ari Cahyo (2009), bahwa inflasi memiliki pengaruh positif pada pembiayaan, bila inflasi naik maka konsep perbankan syariah adalah bagi hasil. Dengan konsep ini, sesungguhnya bank bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam satu
117
ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi ditanggung bersama sehingga konsep ini jelas lebih adil dan ketengan bagi nasabah. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel SBIS memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan tehadap FDR khusnya pada penyaluran dana pembiayaan. Artinya, apabila terjadi peningkatan penempatan dana pada SWBI atau SBIS, maka jumlah penyaluran dana pada pembiayaan akan mengalami penurunan. Secara teori menurut Muhammad (2005:399) SWBI atau SBIS dapat dijadikan penitipan dana jangka pendek khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan likuditas. Menurut penelitian sebelumnya yaitu Indah Nurfitri Adi (2006) bahwa semakin banyak unag yang dihimpun oleh perbankan syariah dalam SWBI atau SBIS maka jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah juga akan berkurang. Sedangkan jumlah pembiayaan adalah bagian dari Financing to deposit ratio (FDR) yang mencerminkan pembiayaan kepada masyarakat dan menjadi ukuran likuditas perbankan syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya. 2. Persamaan Sub Struktur II ROA = -293 (inflasi) + 0,558 (SBIS) + 0,412(PUAS) + 0,418 (FDR) ε 1 ; R square = 0,484 Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah dan Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan
118
pada Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada Return On Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Epos Mahardika (2010) yang meneliti tentang hubungan tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga terhadap profitabilitas bank yaitu ketika inflasi meningkat maka pendapatan bank akan berkurang ditandainya terjadinnya inflasi yang terus menerus. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada Return On Asset (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan penempatan dana pada SBIS, maka ROA akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai teori menurut Tomas Suyanto, dkk (1997:123), aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya yang meliputi kredit yang diberikan, surat-surat berharga dan penempatan dana pada bank lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan pada Pasar 119
Uang Antarbank Syariah, maka ROA akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya hasil ini sesuai dengan teori Muhammad (2005:392) yang menyatakan bahwa piranti yang digunakan dalam PUAS adalah Sertifikat IMA. Sertifikat ini digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan, artinya dengan permodalan yang tinggi bank dapat leluasa untuk mendapatkan dananya kedalam investasi yang menguntungkan, hal tersebut mampu meningkatkan kepercayaan nasabah karena kemungkinan bank memperoleh laba sangat tinggi dan kemungkinan bank tersebut terlikudasi juga kecil. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifiakan terhadap Return On Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan pada FDR, maka ROA akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Anisyah Harahap (2006) dan Adi Setiawan (2009), menyatakan bahwa peyaluran kredit syariah dari bank-bank syariah cukup baik artinya penyaluran kredit lebih besar daripada dana yang disimpan oleh nasabah. Sehingga dalam hal ini bank disatusisi akan memperoleh bagi hasil yang cukup besar dari debitur, dari pada bagi hasil yang diberikan kepada nasabah yang menyimpan dananya di Bank Syariah. Namun tentunya ini juga mengandung risiko kredit yang cukup besar karena semakin besarnya dana pembiayaan yang disalurkan.
120
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian pada sub struktur I setelah trimming, diketahui variabel Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki
pengaruh
secara
bersama-sama
(simultan)
terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0,711. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap FDR sedangakan variabel SBIS memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap FDR pada Bank Syariah di Indonesia. 2.
Hasil pengujian pada sub struktur II setelah trimming, diketahui variabel inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan Financing to Deposit (FDR) memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 0.484. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel SBIS, PUAS dan FDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
121
3. Hasil pengujian sub struktur I dan II, diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung, yaitu variabel inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0,442. Inflasi memiliki pengaruh langsung pada ROA sebesar -0,242. Pengaruh tidak langsung inflasi pada ROA melalui FDR sebesar 0,108 dan pengaruh totalnya adalah -0,108. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki pengaruh langsung terhadap FDR sebesar -0,579, pengaruh langsung SBIS terhadap ROA sebesar 0,558. Pengaruh tidak langsung SBIS melalui FDR sebesar 0,242 dan pengaruh totanya sebesar 0,316. PUAS memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,412 dan FDR memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,418. B. Implikasi Implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis 3 (tiga) variabel eksogen yaitu inflasi, Sertifikat Bnk Indonesi (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap variabel endogen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Assets (ROA) pada Bank Syariah di Indonesia Priode November 2004 sampai Oktober 2010. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kepada Peneliti a. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih 122
panjang. Penggunaan data yang lebih akuran dan dengan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil penelitian lebih baik. b. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan metode dan alat uji yang terbaru dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid. 2. Kepada Pemerintah Dengan adanya korelasi yang kuat antara bank syariah dan sektor riil, maka sudah seharusnya bahwa otoritas moneter dan pemerintah memberikan kesempatan yang
luas kepada bank
syariah untuk
berkembang. Dukungan tersebut bisa dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang yang mendukung bank syariah. 3.
Kepada Perbankan Syariah Terjadinya inflasi seharusnya menjadi perhatian yang serius oleh perbankan karena berpengaruh pada sektor rill sehingga memberikan dampak pada sistem bagi hasil, serta penelitian ini memberiakan gamaran likuditas untuk lebih berhati - hati menempatkan dananya pada sektor rill atau maupun pada insrumen likuditas sehingga mendorong Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) untuk menjalankan prinsip syariah agar nantinya bank syariah dapat dijadikan alternatif dalam sistem perbankan nasional.
123
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar, Tak’yudin. “Kipayatul’ahyar” Darul Kutub Al - Ak’lamiyah, 2005 Algaund, Latifa M dan Mervyn K. Lewis. “Perbankan Syariah: Prinsip, Praktek dan Prospek”, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001 Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan Kedua, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2003 Arifin, Zainul. “Dasar – Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan Ketiga, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005 Arifin, Zainul . “Dasar- Dasar Manajemen Syariah” Azkia Publiser, 2009 Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga danPembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Tesis, pasca sarjana FEUI, Jakarta. 2009 Darmawi, Herman. “Pasar Financial Dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT Bumi Aksara, 2006 Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 36/DSN – MUI/X/2002 Tentang SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 37/DSN – MUI/2002 Tentang PUAS (Pasar Uang Antarbank Syariah) Federic S. Mishkin, “Ekonomi Uang Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Jakarta, Salemba Empat, 2008 Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008 Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007 Harahap, Anisyah. “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequacy Ratio, Loan Deposit Ratio, dan Performing Loan Terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Skripsi Universitas Indonesia, 2006 Hidayat, Toni. “Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Pembiayaan Perbankan Syariah, Volume Transaksi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip 124
Syariah (PUAS) dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank Indonesia”. Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Ekonomi Dan Keuangan Syariah Program Kajian Timur Tengah dan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007. Irsadunas. “Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Posisi Outstanding SWBI”, Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Ekonomi Dan Keuangan Syariah Program Kajian Timur Tengah dan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Karim, Adiwarman. ”Ekonomi Islami; Suatu Kajian Ekonomi Makro”. IIIT Indonesia. Jakarta, 2002 Khalwaty, T. “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001. Marcus, Bodie Kane. “Essential of Investment”. The McGraw Hill Companies. 2004 Mardika, Epos. “Hubungan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Mandiri (Persero)”, Skripsi Program Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negri Malang, 2010 Muhammad. 2005
“Manajemen Bank Syariah”. (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta,
Muhammad. “Manajemen Yogyakarta, 2005
Pembiayaan
Bank
Syariah”.
AMP
YKPN,
Nafarin, M. “Penganggaran Perusahaan”. Salemba Empat, 2007 Nurfitri Adi, Indah.”Pengaruh Penempatan Dana Pada SWBI dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Terhadap FDR Perbankan Syariah”. Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Ekonomi Dan Keuangan Syariah Program Kajian Timur Tengah dan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006. Nuriyah Solisa, Dian. “pengaruh SBI Syariah terhadap tingkat FDR perbankan syariah (analisis simulasi kebijakan)”. Tesis (Magister) Program Pasca Sarjana Ekonomi dan Keuangan Syariah Program Kajian Timur Tengah dan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/9/PBI/2000 Tetang SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia)
125
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI/2008 Tentang SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/8/PBI/2000 yang diubah menjadi Nomor 7/26/PBI/2005 Tentang Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 6/7/PBI/2004 Tentang Pencabutan (SWBI) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Porman T. Andy. “Menilai Harga Saham”, PT Elex Komputindo, anggota IKAPI, Jakarta. 2007 Ponco, Budi. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR Terhadap ROA”. Tesis, Pascasarjana Fakultas Manajemen Universitas Diponerogo, 2008 Rivai Veithzal, dkk. “Bank dan Financial Instutition Management Conventional dan Syariah System”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007 Rose, Peter S. “Commercial Bank Management”. The McGraw-Hill Companies, 2002 Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi”, Yogyakarta. BPFE. 2001 Setiawan, Adi. “Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Tesis, pasca sarjana Fakultas Manajemen Universitas Diponegoro, 2009 Suandani, Astri. “Analisis Kinerja Bank Syariah di Indonesia”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah, 2010 Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004 Suyatno Thomas dkk. “Dasar – dasar Perkreditan”. PT. Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI, Jakarta, 2007 Sutomo, Dedi. “Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan Ekuitas Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Jurusan Akutansi Universitas Muhammadiah, 2009 Syafi’I, Muhammad Antonio. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” Gema Insani, Jakarta,2001
126
Tampubolon, Robet. “Risk Management”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004 Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 5 Nomor 10 tahun 1998 Tentang Jenis – Jenis Bank Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Deposito Usman, Rachmadi. “Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia”, PT. Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI, Jakarta, 2001 Wirdianingsih, dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Kencana, Jakarta, 2005
127
LAMPIRAN
Data Inflasi (Dalam Desimal) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 0,0052 0,0053
2005 0,0061 0,006 0,0073 0,0068 0,0062 0,0062 0,0065 0,0069 0,0076 0,0149 0,0153 0,0143
2006 0,0142 0,0149 0,0131 0,0128 0,013 0,0129 0,0126 0,0124 0,0121 0,0052 0,0044 0,0055
Tahun 2007 0,0052 0,0053 0,0054 0,0058 0,005 0,0048 0,0051 0,0054 0,0058 0,0057 0,0056 0,0055
2008 0,0061 0,0062 0,0068 0,0075 0,0087 0,0092 0,0099 0,0099 0,0101 0,0098 0,0097 0,0092
2009 0,0076 0,0072 0,0066 0,0061 0,005 0,003 0,0023 0,0023 0,0024 0,0021 0,002 0,0023
2010 0,0031 0,0032 0,0029 0,0033 0,0035 0,0042 0,00567 0,00644 0,0058 0,00567 -
Data SWBI atau SBIS (Dalam Juta Rupiah) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 447000 1094000
2005
2006
Tahun 2007
883000 628000 487000 449000 413000 538000 439000 360000 507000 317000 532000 2395000
2156000 1696000 1148000 1171000 1092000 1188000 871500 1117000 1046000 1190000 1547000 2358000
2663000 3002000 3325000 3166000 2801000 2036000 1555000 982000 1311000 1761000 1644000 1761000
2008
2009
2010
3189000 3717000 2135000 2496000 3119000 3079000 2557000 1820000 413000 453000 1063000 2824000
3488000 3192000 2704000 2058000 2539000 1819000 1253000 2321000 2635000 2835000 2142000 3076000
3373000 2972000 2425000 3027000 1656000 2734000 2576000 1882000 2310000 2783000 -
128
Data PUAS (Dalam Juta Rupiah) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 50000 24000
2005 4000 84500 35000 166600 101500 82000 78100 121850 450600 577200 419500 677950
2006 578800 724700 845250 1026500 1487700 1556850 108800 1506500 2288900 700800 699800 761600
Tahun 2007 764450 728500 680800 375800 806600 651900 780500 933800 1062600 794400 1139300 1168800
2008 1470500 603400 651000 1749000 1962800 1506200 2391400 3419700 3811500 2401000 3197000 3828000
2009 2782000 3016000 3538000 4031000 3127000 2809000 1793000 2854000 2518000 2479000 2582000 2889000
2010 1570000 3074000 3619000 3540000 2049000 2053000 2126000 2994000 3394000 5750000 -
Data FDR (Dalam Desimal) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2004 1,040 0,969
2005 0,981 1,032 1,057 1,054 1,091 1,068 1,085 1,085 1,104 1,113 1,109 0,978
2006 0,994 1,033 1,070 1,092 1,097 1,105 1,122 1,113 1,094 1,065 1,054 0,989
Tahun 2007 0,986 0,972 0,951 0,970 0,971 1,011 1,020 1,057 1,037 1,027 1,042 0,998
2008 0,979 0,976 1,003 0,999 1,019 1,032 1,070 1,130 1,122 1,117 1,119 1,037
2009 1,000 1,005 1,033 1,014 1,011 1,002 0,996 0,997 0,981 0,973 0,955 0,897
2010 0,887 0,910 0,951 0,956 0,967 0,961 0,953 0,989 0,954 0,948 -
129
Data ROA (Dalam Decimal) Tahun
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jan
-
0,0099
0,0106
0,0169
0,0175
0,0156
0,0165
Feb
-
0,0112
0,0140
0,0168
0,0185
0,0172
0,0176
Mar
-
0,0121
0,0132
0,0175
0,0183
0,0244
0,0213
Apr
-
0,0097
0,0132
0,0175
0,0183
0,0229
0,0206
May
-
0,0081
0,0143
0,0176
0,0182
0,0222
0,0125
Jun
-
0,0014
0,0151
0,0186
0,0181
0,0216
0,0166
Jul
-
0,0035
0,0147
0,0188
0,0182
0,0212
0,0167
Aug
-
0,0053
0,0138
0,0190
0,0176
0,0208
0,0164
Sep
-
0,0066
0,0141
0,0185
0,0184
0,0138
0,0180
Oct
-
0,0075
0,0138
0,0193
0,0212
0,0146
0,0185
Nov
0,0098
0,0085
0,0144
0,0186
0,0223
0,0148
-
Dec
0,0082
0,0078
0,0155
0,0178
0,0142
0,0148
-
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan sebelum Trimming
.00 e1
Inflasi
.00 e2 -.29 .45
-.35 .75 -.65
SBIS
-.20
.13
.45
.55 FDR
.50 .41
ROA
.40
PUAS
130
Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label FDR <--- Inflasi 7,535 1,121 6,719 *** par_3 FDR <--- SBIS ,000 ,000 -8,717 *** par_4 FDR <--- PUAS ,000 ,000 1,831 ,067 par_10 ROA <--- Inflasi -,387 ,154 -2,511 ,012 par_5 ROA <--- SBIS ,000 ,000 3,921 *** par_6 ROA <--- FDR ,033 ,013 2,577 ,010 par_7 ROA <--- PUAS ,000 ,000 4,266 *** par_8 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate FDR <--- Inflasi ,448 FDR <--- SBIS -,630 FDR <--- PUAS ,126 ROA <--- Inflasi -,288 ROA <--- SBIS ,548 ROA <--- FDR ,411 ROA <--- PUAS ,405 Covariances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. SBIS <--> PUAS 530876805992,648 160842204889,234 SBIS <--> Inflasi -1203,936 428,377 PUAS <--> Inflasi -880,580 542,067
C.R. P Label 3,301 *** par_1 -2,810 ,005 par_2 -1,624 ,104 par_9
Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate SBIS <--> PUAS ,426 SBIS <--> Inflasi -,354 PUAS <--> Inflasi -,196
131
Variances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. SBIS 946775456148,295 158903262658,499 PUAS 1642369437007,490 275649162994,583 Inflasi ,000 ,000 e1 ,001 ,000 e2 ,000 ,000
C.R. 5,958 5,958 5,958 5,958 5,958
P *** *** *** *** ***
Label par_11 par_12 par_13 par_14 par_15
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate FDR ,724 ROA ,502 Matrices (Group number 1 - Default model) Implied Covariances (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS Inflasi ,000 PUAS -880,580 1642369437007,490 SBIS -1203,936 530876805992,648 946775456148,295 FDR ,000 -17332,963 -42041,221 ROA ,000 3613,509 2378,458
FDR
ROA
,003 ,000
,000
Implied Correlations (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR ROA Inflasi 1,000 PUAS -,196 1,000 SBIS -,354 ,426 1,000 FDR ,647 -,230 -,735 1,000 ROA -,296 ,600 ,520 -,271 1,000 Factor Score Weights (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR 7,535 ,000 ,000 ,000 ROA -,139 ,000 ,000 ,033 Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,448 ,126 -,630 ,000 ROA -,104 ,457 ,289 ,411
132
Direct Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR 7,535 ,000 ,000 ,000 ROA -,387 ,000 ,000 ,033 Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,448 ,126 -,630 ,000 ROA -,288 ,405 ,548 ,411 Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,000 ,000 ,000 ,000 ROA ,248 ,000 ,000 ,000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,000 ,000 ,000 ,000 ROA ,184 ,052 -,259 ,000
133
Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 15 15 5
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR 2443,732 ,000 137071803279,926
CMIN ,000 ,000 164,833
DF 0 0 10
P
CMIN/DF
,000
16,483
GFI 1,000 1,000 ,538
AGFI
PGFI
,307
,359
Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 1,000 1,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures Model PRATIO Default model ,000 Saturated model ,000 Independence model 1,000 NCP Model Default model Saturated model Independence model
NCP ,000 ,000 154,833
FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN ,000 ,000 2,322
RMSEA Model Independence model
RMSEA ,467
RFI rho1
,000
IFI Delta2 1,000 1,000 ,000
PNFI ,000 ,000 ,000
,000
CFI 1,000 1,000 ,000
PCFI ,000 ,000 ,000
LO 90 ,000 ,000 116,897 F0 ,000 ,000 2,181
TLI rho2
HI 90 ,000 ,000 200,208
LO 90 ,000 ,000 1,646
LO 90 ,406
HI 90 ,531
HI 90 ,000 ,000 2,820 PCLOSE ,000 134
AIC Model Default model Saturated model Independence model
AIC 30,000 30,000 174,833
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI ,423 ,423 2,462
BCC 32,769 32,769 175,756 LO 90 ,423 ,423 1,928
BIC 64,150 64,150 186,216
HI 90 ,423 ,423 3,102
CAIC 79,150 79,150 191,216
MECVI ,462 ,462 2,475
HOELTER Model
HOELTER .05
HOELTER .01
8
10
Default model Independence model
Analisis Jalur Sesudah Trimming .00
e1
Inflasi
.00 e2 -.29 .442
-.35 .71
SBIS
--.20
.43
-.579
FDR
.48 .42
ROA
.41
PUAS
135
Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label FDR <--- Inflasi 7,423 1,146 6,478 *** par_3 FDR <--- SBIS ,000 ,000 -8,490 *** par_4 ROA <--- Inflasi -,387 ,152 -2,547 ,011 par_5 ROA <--- SBIS ,000 ,000 4,135 *** par_6 ROA <--- FDR ,033 ,012 2,638 ,008 par_7 ROA <--- PUAS ,000 ,000 4,366 *** par_8 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate FDR <--- Inflasi ,442 FDR <--- SBIS -,579 ROA <--- Inflasi -,293 ROA <--- SBIS ,558 ROA <--- FDR ,418 ROA <--- PUAS ,412 Covariances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. SBIS <--> PUAS 530876811337,770 160842205723,871 SBIS <--> Inflasi -1203,936 428,377 PUAS <--> Inflasi -880,580 542,067
C.R. P Label 3,301 *** par_1 -2,810 ,005 par_2 -1,624 ,104 par_9
Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate SBIS <--> PUAS ,426 SBIS <--> Inflasi -,354 PUAS <--> Inflasi -,196 Variances: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. SBIS 946775460599,923 158903263405,643 PUAS 1642369443425,440 275649164071,748 Inflasi ,000 ,000 e1 ,001 ,000 e2 ,000 ,000
C.R. 5,958 5,958 5,958 5,958 5,958
P *** *** *** *** ***
Label par_10 par_11 par_12 par_13 par_14
136
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate FDR ,711 ROA ,484 Matrices (Group number 1 - Default model) Implied Covariances (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS Inflasi ,000 PUAS -880,580 1642369443425,440 SBIS -1203,936 530876811337,770 946775460599,923 FDR ,000 -25098,961 -42041,222 ROA ,000 3358,278 2378,458
FDR
ROA
,003 ,000
,000
Implied Correlations (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR ROA Inflasi 1,000 PUAS -,196 1,000 SBIS -,354 ,426 1,000 FDR ,647 -,333 -,735 1,000 ROA -,301 ,568 ,529 -,319 1,000
Factor Score Weights (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR 7,423 ,000 ,000 ,000 ROA -,143 ,000 ,000 ,033 Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,442 ,000 -,579 ,000 ROA -,108 ,412 ,316 ,418 Direct Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR 7,423 ,000 ,000 ,000 ROA -,387 ,000 ,000 ,033
137
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,442 ,000 -,579 ,000 ROA -,293 ,412 ,558 ,418 Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,000 ,000 ,000 ,000 ROA ,244 ,000 ,000 ,000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model) Inflasi PUAS SBIS FDR FDR ,000 ,000 ,000 ,000 ROA ,185 ,000 -,242 ,000 Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 14 15 5
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR 2006,255 ,000 137071803279,926
CMIN 3,276 ,000 164,833
DF 1 0 10
P ,070
CMIN/DF 3,276
,000
16,483
GFI ,982 1,000 ,538
AGFI ,734
PGFI ,065
,307
,359
Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 ,980 1,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures Model PRATIO Default model ,100 Saturated model ,000 Independence model 1,000
RFI rho1 ,801 ,000
IFI Delta2 ,986 1,000 ,000
PNFI ,098 ,000 ,000
TLI rho2 ,853 ,000
CFI ,985 1,000 ,000
PCFI ,099 ,000 ,000
138
NCP Model Default model Saturated model Independence model
NCP 2,276 ,000 154,833
FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN ,046 ,000 2,322
RMSEA Model Default model Independence model
RMSEA ,179 ,467
LO 90 ,000 ,406
AIC Model Default model Saturated model Independence model
AIC 31,276 30,000 174,833
BCC 33,861 32,769 175,756
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI ,441 ,423 2,462
LO 90 ,000 ,000 116,897 F0 ,032 ,000 2,181
LO 90 ,408 ,423 1,928
HI 90 11,936 ,000 200,208
LO 90 ,000 ,000 1,646 HI 90 ,410 ,531
HI 90 ,168 ,000 2,820 PCLOSE ,095 ,000
BIC 63,150 64,150 186,216
HI 90 ,577 ,423 3,102
CAIC 77,150 79,150 191,216
MECVI ,477 ,462 2,475
HOELTER Model Default model Independence model
HOELTER .05 84 8
HOELTER .01 144 10
139