e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
ANALISIS IMPLIKATUR NOVEL TARIAN BUMI KARYA OKA RUSMINI DAN PERAN IMPLIKATUR BAGI KOMUNIKASI SASTRA Made Nita Purwanti1, I Wayan Artika2, Made Sri Indriani3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1 ,
[email protected] 2,
[email protected] 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) menentukan jenis implikatur dan implikasi tuturan dalam Novel Tarian Bumi (2) mengkaji peran implikatur dalam komunikasi sastra. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Novel Tarian Bumi. Objek penelitian ini adalah implikatur dan peran implikatur bagi komunikasi sastra. Data penelitian ini berupa tuturan yang ada dalam Novel Tarian Bumi. Data dikumpulkan dengan metode dukumentasi. Dari 48 tuturan Novel Tarian Bumi, terdapat 44 tuturan yang mengandung implikatur. Terdiri 1 tuturan yang mengandung implikatur konvensional dan 43 tuturan yang mengandung implikatur percakapan. Peran implikatur dalam komunikasi sastra dapat ditinjau dari 2 sisi, yakni dari sisi pembaca berperan menjembatani jurang pemisah antara apa yang diungkapkan dalam sastra dan apa yang sesungguhnya yang dimaksudkan dan sebagai contoh edukatif terhadap keterampilan berbicara para pembaca. Dari sisi pengarang berperan untuk menyindir dan memberikan protes terhadap suatu hal. Hal ini membuktikan bahwa teori implikatur Grice bersifat universal dan masih relevan digunakan dalam mengkaji novel. Kata kunci: implikatur, novel, komunikasi sastra. ABSTRACT This study aims to (1) determine the type of implicature and speech implications of the Novel Dance Earth (2) examine the role of implicatures in literary communication. To achieve these goals, used qualitative descriptive design. The subjects were Novel Dance Earth. The object of this study is implicatures and implicature role for literary communication. This research data in the form of speech that exists in the Earth Dance Novel. Data collected by the method and document. Of the 48 utterances Novel Dance of the Earth, there are 44 utterances containing implicatures. Comprising 1 utterances containing conventional implicature and 43 utterances containing implicatures conversation. Implicature role in literary communication can be viewed from two sides, namely the role of the reader bridge the gap between what is disclosed in the literature and what is actually intended and as an instructive example of the skills of speaking readers. From the author's role is to satirize and give a protest against something. This proves that the theory of implicatures Grice is universal and is still relevant to be used in assessing novel. Keywords: implicatures, novel, literary communication
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
PENDAHULUAN Novel menceritakan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Novel bersifat imajiner. Walaupun demikian tidak benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenunangan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakuakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Menurut Jean-Paul Sartre (dalam Awar 2012:184) sastra sebagai kesadaran yang tak terbantahkan. Beliau mengemukakan tiga alasan salah satunya, yakni sastra adalah sebuah kesadaran yang bertujuan. Tidak ada karya sastra yang ditulis untuk sesuatu yang “kosong.” Meskipun isi suatu karya sastra adalah sesuatu yang tidak nyata, efeknya akan membuat pembaca meyakini sisi eksistensial suatu karya sastra. Berdasarkan pernyatan sastra adalah sebuah kesadaran yang bertujuan novel dikatakan tidak ditulis untuk sesuatu yang “kosong.” Tulisan yang tercantum dalam novel tentu berisi pandangan pengarang terhadap sesuatu hal. Menurut Nurgiyantoro (1994:273) ciri-ciri bahasa sastra termasuk novel yakni mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif, dengan demikian novel cendrung menyampaikan pesan secara tersirat. Seorang pembaca novel tidak serta-merta mampu memahami apa yang menjadi benang merah atau maksud yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Terkait dengan penyampaian pandangan secara tersirat, membaca novel tidak seperti membaca sebuah bacaan nonsastra yang maksudnya sudah bisa dipahami secara langsung tanpa harus menduga-duga. Seorang pembaca novel butuhkan melakuakan dugaan untuk mengetahui benang merahatau maksud yang tersirat dalam sebuah novel. Untuk melakukan dugaan dengan tepat, pembaca membutuhkan ilmu Pragmatik untuk mengetahui maksud yang tersurat di balik yang tersirat. Pragmatik dalam ilmu bahasa mengkaji tentang cara-cara penggunaan bahasa, bukan tentang hubungan unsur
kalimat seperti yang ada dalam sintaksis (Wisudharini, 2010:01). Konsep implikatur kali pertama diungkapkan oleh Paul Grice. Grice (dalam Rahardi, 1999:82) mengatakan “implikatur percakapan merupakan proposisi atau pernyataan implisit, yaitu sesuatu yang mungkin diartikan, disiratkan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang dikatakan.” Menurut Grice ada dua jenis implikatur, yakni implikatur konvensional (conventional implicature) dan implikatur percakapan(conversation implicature).Implikatur konvensional yaitu implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip-prinsip percakapan. Sedangkan implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap hal “yang dimaksud” sangat tergantung pada konteks terjadinya percakapan. Grice juga menghubungkan konsep implikatur percakapan dengan penerapan kaidah prinsip kerjasama. Konsep prinsip kerjasama ini pada dasarnya mengatur apa yang harus dilakukan peserta tutur sehingga percakapan berlangsung dengan lancar. Implikatur percakapan timbul karena dilanggarnya prinsip kerjasama tersebut. Novel adalah alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca dan bahasa sebagai medianya. Komunikasi dalam novel adalah komunikasi tidak langsung. Artinya apa yang diuangkapkan dalam novel belum tentu itu merupakan maksud yang ingin disampaikan pengerang kepada pembaca. Jadi, novel mengungkapkan maksud secara ilmu pragmatik bisa disebut dengan pengungkapakan maksud secara tersirat. Dalam rangka memahami novel yang menyampaikan maksud tersirat tidak hanya membutuhkan teori sastra tetapi juga bisa memanfaatkan kajian pragmatik. Wijana (dalam Nandar, 2013:4) menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji maksud yang terkait konteks. Inilah yang dibahas dalam ilmu bahasa yakni Pragmatik. Novel mengungkapkan segala sesuatunya secara tersirat, maka pembaca novel harus berhati-hati dalam menafsirkan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang karena sastra penuh dengan implikatur. Salah satu bidang fokus kajian
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Pragmatik adalah Implikatur. Implikatur mampu menjembatani jurang pemisah antara apa yang secara nyata diucapkan dengan apa yang sesungguhnya dimaksudkan (Nurgiyantoro, 1994:315). Berkaitan dengan konsep Implikatur yang ada dalam Pragmatik, ternyata sastra khususnya novel sarat dengan praktik implikatur. Ketika Oka Rusmini ingin mengkritik tentang kasta di Bali, ia mengungkapkan kritikannya dengan cara kreatif, yakni menulis Novel Tarian Bumi. Cara yang seperti ini dilakukan untuk meminimalisir ketersinggungan dari pihak lain. Novel Tarian Bumi dipilih sebagai subjek penelitian karena novel ini dapat digolongkan dalam novel serius. Novel serius di samping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau mengajaknya meresapi dan merenungkan secara sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. (Nurgiyantoto, 1994:19). Novel Tarian Bumi mampu mempersuasi pembaca untuk merubah cara pandangannya keberadaan kasta yang ada di Bali. Di sisi lain novel ini sudah sering digunakan subjek penelitian dalam kajian sastra. Secara tidak langsung sebuah karya sastra isinya tentu ada sindiran-sindiran halus yang terselip. Sindiran tersebut bertujuan untuk mengungkapkan sebuah peristiwa yang ada pada zamannya dengan gaya penyampaian yang lebih halus agar tidak menimbulkan ketersinggungan di kalangan pembaca. Darma (dalam Suwondo, 2003:07) menyebutkan titik berat studi sastra adalah penghayatan. Itulah sebabnya di dalam studi sastra dituntut adanya kepekaan yang tinggi. Dengan berbekal pengetahuan implikatur yang memadai pembaca akan lebih peka ketikamenghayati maksud yang terungkap pada sastra khususnya novel. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul Analisis Implikatur dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Implikasi bagi Pemahaman Karya Sastra dilakukan.
METODE PENELITIAN Ancangan penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menganalisis implikatur dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini dan implikasi bagi komunikasi sastra. Subjek dalam penelitian ini adalah Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini dan objeknya adalah implikatur dan peran implikatur dalam komunikasi sastra. Sesuai dengan karakteristik data, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Metode studi pustaka digunakan untuk memperoleh data berupa buku-buku yang berkaitan dengan implikatur serta buku Novel Tarian Bumi yang akan dianalisis. Selain metode studi pustaka, metode yang juga diterapkan dalam penelitian ini adalah metode baca catat atau mengutip. Metode baca catat digunakan untuk mengumpulkan data berupa tuturan yang ada dalam Novel Tarian Bumi. Dalam metode baca catat, peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, pemilihan, dan penyampaian informasi dalam bidang pengetahuan, pemberian gambar, pengumpulan bukti dan keterangan seperti tuturan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrumen). Peneliti sendiri berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, melakukan analisis data, menafsir data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian ini, tuturan yang ada dalam Novel Tarian Bumi akan dicatat lalu disimpan dalam catatan berupa kartu data, sehingga data tersebut akan mendukung dan membuktikan bahwa novel tersebut sarat akan implikatur. Setiap kartu data memuat satu unit satuan data (dapat berupa kutipan atau yang lainnya) dan diberikan kode-kode tertentu untuk dipergunakan saat analisis data. Kode-kode yang termuat dalam kartu
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
data berupa halaman data, satuan data, dan identifikasi data (pengidentifikasian atau penentuan data dengan unsur-unsur yang terkait). Data dianalisis dengan metode analisis data deskriptif kualitatif. Dalam analisis data, penelitian ini menerapkan prosedur sebagai berikut, (1) deskripsi (2) identifikasi (3) reduksi data yang meliputi pengodean, pemilihan tuturan, dan identifikasi data, (4) penyajian data yang meliputi penganalisisan data dengan menerapkan teori implikatur, dan (5) klarifikasi dan penarikan simpulan (verifikasi) dengan menyimpulkan data sehingga dapat diketahui relevansi antara teori implikatur dengan Novel Tarian Bumi. Pertama data dideskripsikan untuk memperoleh gambaran data yang berupa tuturan akan dianalis secara rinci. Setelah itu data tuturan akan akan didentifikasi menggunakan kartu data. Setalah semua data teridentifikasi, lalu data direduksi. Dalam tahap ini, penulis akan memilah mengurangi data. Dengan kata lain, peneliti akan memilah-milah antara data yang valid dan data yang tidak valid. Setelah data digolongkan sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penyajian data, data tersebut diolah dan disajikan untuk memperoleh jawaban yang tepat dan sesuai dengan rumusan masalah, sehingga data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Data-data yang telah direduksi akan disajikan uraian data yang nantinya akan digambarkan secara rinci dan jelas. Data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan, yang nantinya akan dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada metode analisis data, tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan simpulan. Tujuan dari pada penarikan kesimpulan ini, untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada para
pembaca guna memeroleh informasi secara cepat tentang hasil akhir yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut, sehingga hasil akhirnya nanti akan diperoleh informasi mengenai implikatur dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan peran implikatur bagi komunikasi sastra. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari 48 tuturan yang berdasarkan topik pembicaraan, ternyata tidak semuanya mengandung bentuk data yang dapat dijadikan data penelitian, dalam hal ini jenis implikatur dan maksud implikatur. Hal ini diketahui setelah melalui proses penyeleksian data. Berdasarkan temuan, secara umum terdapat 44 tuturan yang mengandung implikatur. 43 tuturan mengandung implikatur percakapan dan 1 tuturan mengandung implikatur konvensional. Selanjutnya data dipilih dan penyeleksian data dilakukan dengan pembacaan satu demi satu secara berurutan sesuai dengan halaman Novel Tarian Bumi supaya implikatur dapat teridentifikasi. Pengidentifikasian implikatur ini disesuaikan dengan teori-teori yang relevan, lalu dicatat sebagai data penelitian. Hanya 14 tuturan yang dipilih sebagai data yang berisi implikatur. Selanjutkan dibahas dengan cara menganalisisnya satu per satu. Untuk menentukan implikatur digunakanlah prinsip kerjasama. Dalam prinsip kerja sama terdapat 4 maksim, yakni maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim pelaksana atau cara. Jika ada maksim yang tidak terpenuhi dan dilanggar berarti menimbulkan implikatur. 14 data yang dipilih untuk dikaji, terdiri dari 1 tuturan percakapan yang mengandung implikatur kovensional dan 13 tuturan percakapan yang mengandung implikatur
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
percakapan. Dalam temuan ini, implikatur percakapan lebih banyak ditemukan kerena tuturan yang diungkapan oleh para tokoh selalu berdasarkan pada konteks pembicaran. Konteks pada Novel Tarian Bumi biasanya disampaikan dalam narasi yang mencerminkan konteks tuturan. Selain itu pula implikatur memiliki peran penting dalam karya sastra, yakni dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi pengarang, implikatur berperan untuk memberikan protes dan sindiran terhadap suatu hal. dari sisi pembaca implikatur berperan untuk menjembatani jurang pemisah antara pada yang tersurat di balik yang tersirat. Bagi pembaca juga implikatur berperan edukatif untuk ketrampilan berbicara. Berikut ini adalah pembahasan yang mencakup (1) jenis implikatur dan implikasi pragmatis percakapanpercakapan yang terdapat dalam Novel Tarian Bumi (2) peran implikatur dalam memahami karya sastra. Hal tersebut diuraikan di bawah ini. Pembahasan Hasil penelitian tentang jenis implikatur dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini akan diuraikan di bawah ini.
Telaga. Konteks tuturan tersebut pada saat menonton pementasan tari. Berikut merupakan kutipan percakapan Luh Sadri dengan perempuan tua. “Karena dia seorang putri brahmana, maka para dewa memberinya taksu, kekuatan dari dalam yang tidak bisa dilihat mata telanjang. Luar biasa. Lihat! Ketika perempuan itu menari seluruh mata seperti melahap tubuhnya. Alangkah beruntungnya perempuan itu. Sudah bangsawan, kaya, cantik lagi! Dewadewa pilih kasih!” Berkata sedikit sinis. (Hal. 4). “Siapa yang tahu kebahagiaanya? Kau hanya melihat dengan mata telanjang. Kau tahu, Sadri, perempuan yang menari itu adalah perempuan yang kelak memiliki perjalanan yang sangat berat. Perempuan itu selalu berhadapan dengan beragam masalah besar. Luka-luka yang tidak pernah kering. tidak semudah itu menilai manusia, Sadri...(Hal. 5).
Implikatur Konvensional (Convensional Implicature) Implikatur konvensional adalah implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip-prinsip percakapan. Dari 40 data, ada 1 jenis implikatur konvensional dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. Berikut dipaparkan tuturan percakapan yang termasuk dalam jenis implikatur konvensional (convensional implicature).
Pada tuturan 1 terdapat implikatur konvensional. Implikatur konvensiaonal ditunjukkan pada ungkapan “Mata Telanjang.” Ungkapan Mata Telanjang nampaknya telah diketahui maksudnya oleh masyarakat. Mata telanjang memiliki maksud mata yang berfungsi sebenarnya untuk melihat objek secara normal tanpa menggunakan alat tertentu. Ungkapan “mata telanjang” digunakan untuk lebih menjadapatkan kesan yang mampu mewakili suatu maksud.
(1) Tuturan 1 Pada tuturan 1 terdapat percakapan antara Luh Sadri (P1) dengan perempuan tua (P2). Topik tuturan tersebut adalah kecemburuan Luh Sadri terhadap segala kelebihan
Berdasarkan data di atas, topik yang melatarbelakangi adalah kecemburuan Luh Sadri terhadap kelebihan Telaga. Yang menjadi pokok percakapan Luh Sadri dan perempuan tua adalah kecemburuan Luh
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Sadri segala kelebihan yang dimiliki oleh Telaga. Hal ini dapat dilihat dari ujaranujaran yang diungkapkan dengan nada sinis. Seperti pada kutipan ini. “ ...Alangkah beruntungnya perempuan itu. Sudah bangsawan, kaya, cantik lagi! Dewa-dewa pilih kasih!” Berkata sedikit sinis.”Situasi tutur yang demikian menandakan bahwa, rasa cemburu Luh Sadri (P1) terhadap Telaga sedang memuncak. Ternyata data tuturan tersebut telah melanggar beberapa prinsip kerjasama, yakni maksim kuantitas dan maksim pelaksana. Ini berarti para penutur tidak efektif dan efesien dalam melakukan percakapan untuk mentransaksikan berbagai jenis isi komunikasi. Berikut ini merupakan beberapa prinsip kerja sama yang dilanggar dan beberapa prinsip kerjasama yang terpenuhi. Maksim yang terpenuhi, yakni (1) maksim kualitas. Maksim kualitas terpenuhi karena, P1 telah memberikan informasi yang sesuai dengan kejadinya sebenarnya. P1 menyadari bahwa Telaga adalah Seorang bangsawan yang dipandang memiliki segala kesempurnaan dalam hidup bagi orangorang. Dalam maksim kuantitas setiap penututur diharus agar penutur selalu berbicara berdasarkan pada bukti-bukti. P1 telah memenuhi kriteria tersebut. (2) Maksim relevansi. Maksim relevansi terpenuhi karena adanya keterkaitan isi antara tututuran yang diujarkan P1 dengan P2. P1 menuturkan tentang perasaan iri hati terhadap kecantikan Telaga. P2 merespon tuturan tersebut dengan memberi nasehat, tetapi dengan cara membantah segala ucapan Luh Sadri (P1). Tuturan P2 memiliki maksud untuk mengingatkan P1 agar tidak terlalu iri dengan apa yang orang lain punya, karena perubahan dalam hidup tidak bisa ditebak-tebak. Maksim yang dilanggar, yakni (1) maksim kuantitas. Maskim kuantitas dilanggar karena tuturan P1 direspon dengan panjang lebar dan membingungkan
oleh P2. Maksim kuntitas mengharapkan para penutur mampu bertutur dengan tidak melebihi informasi yang butuhkan oleh lawan tutur. Namun pada percakapan tersebut P2 memberikan respon yang lebih terhadap pernyataan P1. (2) Maksim pelaksana. Maksim pelaksana dilanggar karena respon P2 terhadap pernyataan P1 terlihat ambigu. P2 memberikan jawaban yang belum pasti terjadi dan terlalu jauh melampaui pertnyaatan P1, sehingga P1 tidak bisa memahami apa yang disampaikan oleh P1. Implikatur Percakapan (Conversation Implicature) Implikatur percakapan adalah pemahaman terhadap hal “yang dimaksud” sangat tergantung pada konteks terjadinya percakapan. Dari 40 data, ada 12 jenis implikatur percakapan dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. Berikut dipaparkan tuturan percakapan yang termasuk dalam jenis implikatur percakapan. (1) Tuturan 1 Pada tuturan 1 terdapat percakapan antara anak dan Ibu, yakni Luh Sari (P1) dengan Telaga (P2). Topik tuturan tersebut adalah pengalaman mendapat hadiah saat di sekolah. Konteks tuturan tersebut pada saat pulang sekolah. Berikut merupakan kutipan percakapan Luh Sari dengan Telaga. “Meme...! Meme...!” Suara Luh Sari membuat Telaga melotot. “ Luh, Meme sering berkata, kan? Jangan sering berteriak. Masuk dulu, baru bercerita.” Telaga menepuk pipi bocah perempuan kecilnya… (Hal. 1). Berdasarkan analisis pada tuturan 1, diketahui bahwa topik yang melatarbelakangi percakapan antara Luh Sari (P1) dan Telaga (P2) adalah pengalaman mendapat hadiah saat di sekolah yang disampaikan oleh P1 kepada
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
P2. Konteks dalam percakapan tersebut adalah saat pulang sekolah. Dalam percakapan antara P1 dan P2 terjadi situasi yang membanggakan. P1 memberikan informasi dengan cara non verbal, yakni membawa hadiah kerena prestasinya di sekolah. P1 sangat senang mendapat hadiah, kegembiraanya itu ditandai dengan cara memanggil P2 dengan berteriak. Dapat dilihat pada kutipan berikut. “Meme...! Meme...!” lalu direspon oleh P2 “Luh, Meme sering berkata, kan? Jangan sering berteriak. Masuk dulu, baru bercerita.” Berteriak seperti yang terdapat pada kutipan tersebut bisa berarti minta tolong, tanda ada kabar buruk, bahkan bisa sebagai tanda kabar gembira. Luh Sari (P1) berteriak memanggil ibunya. “Meme...! Meme...!” Teriakan tersebut mengandung implikatur percakapan. Teriakan P1 ini memiliki maksud pengungkapan rasa senang karena telah berhasil mendapatkan hadiah dan ingin segera menunjukkan prestasinya terhadap ibunya. Kutipan ini menunjukkan P1 sangat antusias menunjukkan prestasi yang telah diraihnya kepada P2. Ekspresi P2 menarik nafas lalu mengusap rambut bocah perempuannya. Percakapan antara P1 dan P2 melanggar beberapa prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice. Prinsip kerjasama ini tidak mutlak dipenuhi oleh para penutur. Berikut beberapa prinsip kerjasama yang dilanggar dan beberapa prinsip kerjasama yang terpenuhi. Berikut ini merupakan maksim yang dilanggar, yakni (1) maksim pelaksana. Maksim pelaksana dilanggar karena teriakan dari P1 masih menunjukkan abiguitas. “Meme...! Meme...!” teriakan itu mengandung banyak penafsiran. Berteriak bisa menunjukkan butuh pertolongan, bisa menunjukkan rasa senang dan bisa juga menunjukkan rasa
terkejut karena sesuatu. Namun teriakan dari P1 ini menunjukkan kegembiraannya karena telah berhasil mendapat hadiah dari sekolah. P1 terburu-buru untuk menunjukkan kabar gembira ini kepada ibunya. Selain itu ada juga beberapa maksim yang terpenuhi yakni, (1) maksim kuantitas. Maksim kuantitas terpenuhi karena P2 telah memberikan respon yang secukupnya atau sebanyak yang lawan tutur (P2). Ketika P1 bertanya “Semua ini hadiahmu? Banyak sekali.” (Telaga menarik nafas sambil mengusap rambut bocah perempuannya).” Respon P2 hanya “Ya” jawaban tersebut cukup informatif. (2) Maksim kualitas. maksim kualitas terpenuhi karena P1 dan P2 telah berbicara sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa melebihlebihi. (3) Maksim relevansi. Maksim relevansi terpenuhi karena P1 dan P2 telah sama-sama memberikan kontribusi yang relevan terhadap pokok pembicaraa. Setiap peserta percakapan saling memberikan konstribusi yang relevan dengan topik pembicaraan sehingga tujuan percakapan dapat tercapai secara efektif. Seperti yang terlihat pada tuturan 1 Peran Implikatur dalam Komunikasi Sasatra Sebagai karya sastra, novel merupakan salah satu media komunikasi. Rokhmansyah (2014:31) menegaskan bahwaprosa (novel) dapat menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian dalam kehidupan. Novel mengandung berbagai informasi yang bermanfaat, seperti informasi tentang suatu peristiwa, informasi pengalaman hidup, informasi yang berkaitan dengan sejarah, sekaligus memberikan hiburan bagi pembaca. Membaca novel tidak serta-merta hanya untuk hiburan. Namum membaca novel harus ada hasil yang positif. Membaca novel harus mempu mengetahui benang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
merah atau pun pesan tersirat yang terkadung dalam novel. Karya sastra merupakan perantara komunikasi antara sastrawan dengan penikmat sastra. Apa yang ditulis pengarang dalam karyanya, itulah yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh pengarang kepada pembaca tak jarang disampaikan secara tersirat, sehingga terkesan ambigu. Pembaca dibuat bingung dengan cara penyampaian seperti ini. Pembaca sulit menemukan apa maksud di balik pengungkapan peristiwa yang ada dalam novel. Untuk itu salah satu sub pokok kajian pragmatik yang cocok untuk mengulas maksud yang ada dalam novel, yakni implikatur. Pembaca novel hendaknya memahami teori implikatur. Berdasarkan ulasan di atas maka peranan implikatur dalam komunikasi sastra bisa dilihat dari dua sisi, yakni dari sisi pengarang dan dari sisi pembaca. Dari sisi pembaca implikatur berperan untuk menjembatani apa yang ditulis dengan apa yang menjadi maksudkan dan juga berperan edukatif bagi pembaca. Peran implikatur dari sisi pengarang, yakni sebagai protes dan sebagai sindiran yang ditujukan pada sesuatu hal. 1. Peran Implikatur dari Sisi Pembaca Nurgiyantoro (1994:315) menegaskan implikatur mampu menjembatani jurang pemisah antara apa yang secara nyata diucapkan dengan apa yang sesungguhnya dimaksudkan. Implikatur akan membatu pembaca dalam menemukan benang merah yang diungkapkan secara tersirat oleh pengarang. Jadi peran implikatur dalam pemahaman karya sastra yakni sebagai alat penguhubung antara apa yang ditulis secara tersurat dengan apa yang sesungguhnya menjadi maksud di balik tulisan-tulisan itu.
Novel sebagai media komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Jadi dapat juga dikatakan, bahwa implikatur dalam novel juga berperan untuk memberikan contoh cara berkomunikasi kepada pembaca, agar ketika berbicara secara verbal penutur yang telah terbiasa membaca novel bisa bertutur dengan santun tanpa menimbuklan ketersinggungan lawan bicara ketika berujar. Dengan demikian tuturan yang mengandung implikatur yang ada dalam novel bisa memberi pengaruh yang edukatif terhadap ketrampilan berbicara para pembaca. Dalam Novel Tarian Bumi ada beberapa nilai kesopanan berbicara yang dapat dijadikan contoh berujar dalam kehidupan nyata. Seperti cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau yang dihormati. Hal ini dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. 2. Peran Implikatur dari Sisi Pengarang Pengungkapan peristiwa dalam novel diperkuat melalui tokoh, penokohan, dan latar peristiwa. Hal tersebut nampak jelas pada Novel Tarian Bumi. Novel ini mengandung unsur-unsur yang mengaitkannya pada unsur-unsur warna daerah, termasuk kedudukan perempuan dalam masyarakat, beban deskriminasi kasta, birahi seksual, dan pengambaran seksualitas non-heteroseksual yang tidak negatif. Semua ini mencerminkan macam keterburukan yang luar biasa. Hal-hal yang demikianlah yang disindir pengarang dalam Novel Tarian Bumi. Menyindir dengan tanpa kekerasan fisik, tetapi menyindir dengan mengandalkan kemampuan yang mampu membuat pembaca menjadi tertegun dan menyadari bahwa hal tersebut memang menjadi permasalahan yang nyata ada di masyarakat. Permasalahana tersebut membutukan perlakuan khusus agar bisa disikapi dengan serius.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Penggunaan implikatur dalam sastra, termasuk novel juga memiliki fungsi untuk menyindir. Sindiran-sindiran tersebut dipaparkan melalui kalimat-kalimat yang diujarkan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam Novel Tarian Bumi. Seperti pada kutipan berikut ini. “Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup. Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui lakilaki. Menyusui hudup itu sendiri. (Hal. 25). Kalimat itu diujarkan oleh Luh Dalem, Ibu Luh Sekar. Kalimat tersebut memiliki maksud yang sangat mendalam. Bukan hanya menyatakan kekuatan dan kemandirian perempuan Bali, tetapi juga berisi sindirian untuk kaum laki-laki yang memanfaatkan kemandirian dan kekuantan perempuan untuk menghidupinya. “Kau bukan lagi Ni Luh Sekar anakku yang dulu. Kau adalah masa depanku. Kau satu-satunya impian yang kuinginkan. Sejak aku kehilangan lakilakiku, aku hanya memiliki impian. Impian yang tinggi untuk membangun generasi yang lebih baik. Aku selalu memohon pada dewa-dewa di sanggah agar kau bisa keluar dari lingkaran karmaku. Kau harus menjadi makhluk baru dengan karmamu sendiri. Ini satu-satunya keinginan Meme. Jangan tanyakan apalagi yang Meme inginkan. Hanya itu. Kau harus mengerti kata-kataku ini. Kau bukan lagi Ni Luh Sekar. Derajatmu lebih tinggi dari seluruh perempuan sudra, termasuk Meme, perempuan yang melahirkanmu... (Hal. 57). Kutipan di atas menunjukkan bahwa kehidupan sosial di Bali dibelenggu oleh
status sosial yang dapat memisahkan hubungan kekerabatan. Luh Dalem putus hubungan darah dengan anak kadung sendiri karena Luh Sekar telah menikah dengan lelaki bangsawan. Akibat pernikahanya tersebut Luh Sekar lahir menjadi individu baru dan mendapat status sosial baru, yakni seorang Jero Kenanga. Kalimat-kalimat yang diungkapkan Luh Dalem merupakan sindirian pengarang terhadap aturan adat yang membelenggu kehidupan masyarakat Bali. Selain implikatur berperan untuk menyidir, implikatur juga berperan untuk memprotes suatu hal. Novel ditulis untuk mengkomunikasikan ide-ide pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Penulisan ide-ide pada Novel Tarian Bumi sangat terbuka dalam menghantam keadaan yang melingkupikehidupan perempuan di kalangan bangsawan Bali yang masih sangat feodal. Dalam konteks adat istiadat Bali novel ini dipandang sebagai sebuah pembrontakan kepada adat. Ulasan peristiwa yang disampaikan mengandung protes keras terhadap kasta yang membelenggu masyarakat di Bali. Protes terhadap kedudukan perempuan Bali di tengah masyarakat ditunjukkan oleh beberapa tokoh, yakni Telaga dan Luh Sekar. Kedua tokoh tersebut sama-sama memberikan protes terhadap adat istiadat. Luh Sekar adalah seorang perempuan yang tidak memiliki darah bangsawan (sudra) yang sangat berambisi untuk bisa mengubah status sosialnya menjadi seorang bangsawan. Seperti yang nampak pada kutipan di bawah ini. “Apa pun yang terjadi dengan hidupku, aku harus jadi rabi, seorang istri bangsawan. Kalau aku tak menemukan kali-laki itu, aku tak akan pernah menikah!” (Hal. 22). Ujaran yang diungkapkanLuh Sekar ini menunjukkan bentuk protes terhadap adat yang mengatur sistem
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
kemasyarakatan di Bali. Perlawanan seoarang perempuan untuk bisa mencapai segala ambisinya.Dengan menjalankan ambisinya, Luh Sekar mampu memberikan protes terhadap sistem adat di Bali. Dalam protesnya itu tercarmin kekuatan dan kegigihan perempuan Bali dalam memenuhi segala keinginannya. Telaga adalah sosok yang menggambarkan perempuan Bali yang memiliki segala kecantikan perempuan Bali. Namun Telaga rela melepas kebangsawanannya demi cinta. Bentuk protes Telaga inidapat dilihat pada kutipan dibawah ini. “Meme, ini tiang. Hari ini tiang sudah pamit pada leluhur. Hari ini juga tiang akan menanggalkan nama Ida Ayu. Tiang akan jadi perempuan sudra yang utuh. Meme, bicaralah pada tiang!” Telaga mengetuk pintu kamarnya. (Hal. 173). Inilah bentuk protes Telaga terhadap sistem kemasyarakatan. Telaga memilih meninggalkan kebangsawanannya demi cinta. H. Hoed (1992: 07) menyebutkan bahwa novel sebagai suatu upaya komunikasi kebahasaan, karena teks novel mengkomunikasikan cerita dengan bahasa. Novel Tarian Bumi mengkomunikasi cerita dengan bahasa. Dalam Novel Tarian Bumi menceritakan tentang keberadaan kasta yang ada di Bali. Namum di sisi lain novel tersebut ingin mengkomunikasi sesuatu yang lebih dari pada itu. Secara umum novel ini merupakan bentuk protes dan sindirin pengarang terhadap fenomena status perempuan Bali yang nampak dalam kehidupan kemasyarakatan yang ada di Bali. Inilah yang menjadi benang merah dalam penulisan Novel Tarian Bumi Demikianlah analisis dan pembahasa implikatur dan implikasi pragmatis dalam Novel Tarian Bumi yang menunjukkan bahwa terdapat 14 macam tuturan percakapan yang mengandung
implikatur. Terdiri dari 1 tuturan percakapan yang mengandung implikatur kovensional dan 13 tuturan percakapan yang mengandung implikatur percakapan. Selain itu pula implikatur memiliki peran penting dalam karya sastra, yakni dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi pengarang, implikatur berperan untuk memberikan protes dan sindiran terhadap suatu hal. dari sisi pembaca implikatur berperan untuk menjembatani jurang pemisah antara pada yang tersurat di balik yang tersirat. Bagi pembaca juga implikatur berperan edukatif untuk ketrampilan berbicara. SIMPULAN DAN SARAN Butir-butir simpulan yang disampaikan itu disajikan dalam paparan berikut ini. (1) Kedua jenis implikatur yang diungkapkan oleh Grice terdapat pada Novel Tarian Bumi, yakni implikatur konvensional (convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). Terdapat 44 tuturan percakapan dalam Novel Tarian Bumi muncul jenis implikatur konvensional (convensional implikatur) sebanyak 1 tuturan percakapan dan jenis implikatur percakapan (conversation implicature) sebanyak 43 tuturan percakapan. Bila diuraikan jumlah kemunculannya jenis implikatur yang paling dominan adalah implikatur percakapan. Selain itu, dari 44 tuturan yang mengandung implikatur muncul implikasi mengingatkan, mengkritisi, menegaskan, menyatakan ketidaksenangan, menyindir, menyatakan kekecewaan, meminta, menyatakan kebanggaan dan mengharapkan. (2) Peran implikatur dapat dilihat dari 2 sisi, yakni dperan implikatur dari sisi pengarang dan peran implikatur dari sisi pembacara. Peran implikatur dari sisi pembaca yakni implikatur berperan menjembatani antara pada yang ungkapkan dalam sastra dengan apa yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
sesungguhnya dimaksudkan dan sebagai contoh yang edukatif terhadap ketrampilan berbicara para pembaca. Peran implikatur dari sisi pengarang, yakni berperan untuk menyindir sesuatu hal, dan menjadi peran untuk melakukan protes terhadap sesuatu hal yang tidak dikehendaki. Butir-butir saran yang dimaksud disajikan dalam paparan, yakni (1) Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori implikasi percakapan sebagai salah satu bidang kajian pragmatik. Butir-butir temuan yang berkaitan dengan jenis implikatur dan maksud implikatur dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusminidapat memperkaya khasanah implikatur yang merupakan aspek kajian pragmatik. Untuk keperluan itu, disarankan kepada para pakar bahasa dan pakar pendidikan bahasa agar memanfaatkan temuan penelitian mengenai implikatur ini sebagai sumbangan, baik bagi usaha mengembangkan displin ilmu pragmatik itu sendiri, maupun dalam bidang sastra. (2) Bagi pengajar bahasa, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu acuan dan tambahan informasi mengenai teori implikatur oleh Grice. (3) Bagi para pencinta sastra khususnya penulis novel dan pembaca novel yang menggunakan implikatur dengan tujuan menjaga keharmonisan komunikasi tetap harus memperhatikan pembaca yang berasal dari berbagai kalangan, jangan membuat implikatur yang terlalu sulit dipahami, sehingga akan memicu terjadi kesalahan dalam menafsirkan maksud. Hal demikian dapat membuat minat pembaca berkurang, sehingga menjadi mubazir. DAFTAR PUSTAKA
Anwar. Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hernita. Riza. 2014. “Implikatur Percakapan pada Novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. H. Hoed. Benny. 1992. Kala dalam Novel: Fungsi dan Terjemahannya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Kartinawati. Dini. 2011. “Implikatur dalam Film La Vie En Rose”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Makasar: Universitas Hasanuddin. Kristina. Kadek Nita. 2015. “Implikatur dalam “Bang Podjok” Bali Post: Analisis Teori Grice”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wanana.Yogyakarta: Tiara Wacana. Nandar, F.X. 2013. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.. Yogyakarta: Graha Iimu. Nurgiyantoro. Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahardi. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Erlangga. Rokhmansyah. Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Rusmini. Oka. 2007. Tarian Bumi:sebuah novel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Salim. A. Khoirus. 2009. “Implikatur Percakapan dalam Wacana Humor Kartun Benny dan Mici”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra: Beberapa Alternatif. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya. Wisudharini, Ni Made Rai. 2010. Modul Pragmatik. Singaraja: UNDIKSHA.