ISBN 978-602-1034-07-1 Edisi 2, Desember 2015
SEMINAR NASIONAL MAHASISWA FISIKA 2015
Analisis Ikatan Organik dan Kandungan Senyawa Kimia dalam Getah Pisang sebagai Obat Luka Luar dengan Spektrometer FTIR Margi Fitriawan1,*, Putut Marwoto1, Budi Antoni Saputra1, Rosilatul Zaelani1, Puji Setyati2, Ida Julina Muswanti3, Anis Fitriani3 1
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang 3 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang 2
* Email:
[email protected] Abstrak. Pisang merupakan salah satu buah yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang. Hal ini terbukti dengan adanya perayaan ataupun ritual adat warisan leluhur yang sangat kuno menggunakan buah pisang. Selain buah bagian pohon pisang juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti daunnya untuk membungkus makanan tradisional serta jantung pisang yang dapat diolah menjadi makanan. Salah satu hal unik yang biasa dilakukan oleh beberapa orang di pedesaan dan pedalaman yaitu menggunakan getah pohon pisang sebagai obat luka pengganti betadin yang biasa digunakan. Tentunya getah pohon pisang ini menarik untuk diteliti kadungan kimia didalamnya sehingga dapat menjadi obat luka. Analisis Spektrometer FTIR pada getah pisang menunjukkan adanya beberapa senyawa yang dapat berguna menjadi obat-obatan. Senyawa-senyawa tersebut seperti Lignin yang dapat menjadi obat luka dan antiradang pada bilangan gelombang 1343 cm-1. Antibiotik alami juga terkandung di dalam getah pisang dalam bentuk senyawa keton dengan turunannya seperti mukson dan tetrasilin pada bilangan gelombang 1633 cm-1. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut semisal dengan melakukan treatment pemanasan di berbagai suhu, menambahkan senyawa pelarut, dan perlakuan-perlakuan lainnya untuk melihat bagaimana pergeseran dan perubahan struktur kimia di dalam getah pisang. Penelitian-penelitian tersebut jika dilakukan serius mungkin akan mendapatkan beberapa jenis obat-obat alami yang lebih murah, minimnya efek samping dan aman.
Kata kunci: Pisang, Spektra, FTIR. Abstract. Banana is fruit that is inseparable from the life of the nation of Indonesia since the days of our ancestors. This is evidenced by the existence of indigenous ritual celebrations or very ancient heritage using a banana. In addition to the fruit section of banana tree is also used for various purposes such as leaves to wrap traditional food and banana that can be processed into food. One of the unique things usually done by some people in rural and hinterland are using banana tree sap as an injury replacement drug betadine that we use. Surely banana tree sap is interesting to study the chemical content results in it so it can be wound medicine. FTIR spectrometer analysis on banana juice showed some compounds that may be useful to be on drugs. Such compounds such as lignin that can be wound and anti-inflammatory drugs in wave number 1343 cm-1. Natural antibiotics are also contained in the banana juice in the form of ketone compounds with derivatives such as mukson and tetrasilin in wave number 1633 cm-1. It is interesting to study further treatment such as by heating at various temperatures, adding a solvent compounds, and other treatments to see how the shifts and changes in the chemical structure of banana juice. These studies, if done seriously maybe we'll get some kind of drugs are cheaper natural, minimal side effects and is safe.
Keywords: Banana, spectra, FTIR.
FMIPA – Universitas Negeri Semarang
ISBN 978-602-1034-07-1 Edisi 2, Desember 2015
SEMINAR NASIONAL MAHASISWA FISIKA 2015
PENDAHULUAN Pisang (Musa) adalah genus tanaman dari keluarga musaceae dan ordo Zingiberales (Arvanitoyannis & Mavromatis 2009). Pisang di dunia dapat dipanen sepanjang tahun serta berperan utama dalam kehidupan dan budaya berjuta-juta orang di daerah tropis dan subtropis (Arias dkk, 2003). Pisang tumbuh di semua wilayah tropis dan memainkan peran kunci dalam perekonomian banyak negara berkembang. Dalam hal nilai bruto produksi, pisang tanaman pangan dunia yang terpenting keempat setelah padi, gandum dan jagung (Arias dkk, 2003). Hal serupa juga dilaporkan oleh Sharrock dan Frison, bahwa tanaman penghasil pangan yang paling penting keempat di dunia setelah padi, gandum dan jagung yaitu pisang (Sharrock & Frison, 1998). Kemajuan teknologi dalam menangani masalah kesehatan memang telah banyak berkembang seperti obat-obatan tetapi efek samping yang akan ditimbulkan juga beragam dan harga obat-obatan relatif mahal. Kesehatan dapat diperoleh dengan pola hidup sehat dan mencegah atau mengobati penyakit dengan obat-obatan berbahan dasar alam yang tidak membutuhkan biaya mahal (Suharto, 2012). Dalam penelitian yang pernah dilakukan dan dilaporkan oleh Prasetyo tahun 2010 dan diperkuat dalam penelitian Priosoeryanto pada tahun 2006 bahwa getah pohon pisang ambom (Musa paradisiaca var.sapientum) dapat menyembuhkan luka pada hewan uji coba mencit dan hasilnya selain dapat menyembuhkan luka secara histologi juga memberikan efek kosmetik dengan memperbaiki struktur kulit yang rusak tanpa meninggalkan jaringan bekas luka atau jaringan parut dan mempercepat proses re-epitelisasi jaringan epidermis, pembentukan buluh darah baru (neokapilarisasi) pembentukan jaringan ikat (fibroblast) dan infiltrasi sel-sel radang pada daerah luka (Priosoeryanto dkk, 2006). Hal ini dikarenakan dalam getah pohon pisang terutama di bagian batangnya mengandung bahan aktif diantaranya antrakuinon, kuinon, dan saponin yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit serta merangsang pembentukan jaringan kulit baru. Kandungan lignin pada batang pisang ambon membantu peresapan senyawa pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka bakar, bekas gigitan serangga, dan sebagai antiradang (Djulkarnain, 1998). Melimpanya sumber daya alam di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai bahan-bahan obat alami berpotensi untuk dikembangkan sebagai industri obat sederhana. Salah satunya yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu getah pohon pisang sebagai obat luka luar yang dapat dijadikan sebagai pengganti
obat luar seperti betadin. Pohon pisang yang tersebar luas di bumi Indonesia dan kandungan bahan di dalam getahnya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami inilah yang menjadi dasar penelitian ini. Analisis spektrum inframerah dapat menjelaskan molekul dan konsentrasi yang terdapat dalam sampel . Hal ini yang menjadi alasan digunakannya spektroskopi inframerah. Ada beberapa jenis spektrometer inframerah di dunia, namun yang paling banyak digunakan adalah FTIR (Smith, 2011). Spektrometer FTIR (Fourier Transform Infra-Red) bekerja dengan melihat interaksi yang diberikan kepada bahan dalam bentuk sinar infra merah. Energi Infra-Red yang kurang kuat menyebabkan molekulmolekul dalam sampel hanya bergetar tidak mengalami eksitasi elektron.
METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kemagnetan Bahan dan Laboratorium Pengujian Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pot wadah sampel, mortar untuk menggerus bubuk KBr, batang sikat untuk membersihkan holder sampel FTIR.
Gambar 1. Spektrometer FTIR Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah getah yang diambil dari pohon pisang, aquades dan alkohol untuk membersihkan alat, bubuk KBr untuk preparasi pengujian FTIR.
Pengambilan Getah Pohon Pisang Metode yang digunakan untuk mendapat getah pohon adalah dengan menyayat tanaman pisang
FMIPA – Universitas Negeri Semarang
ISBN 978-602-1034-07-1 Edisi 2, Desember 2015
SEMINAR NASIONAL MAHASISWA FISIKA 2015
di berbagai bagian pohon pisang terutama di bagian batangnya. Bagian yang disayat tersebut akan menyeluarkan getah yang menetes yang kemudian dikumpulkan didalam pot sampel. Getah pohon pisang yang didapatkan tersebut kemudian didiamkan selama kurang lebih 4 hari supaya kandungan air didalamnya menguap secara alami. Getah pisang ini sengaja tidak dipanaskan untuk menguapkan air karena hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan ikatan dan struktur kimia secara signifikan. Setelah disimpan selama 4 hari, getah pohon pisang akan menggumpal menyerupai gel hal ini menandakan banyak berkurangnya kadar air dalam getah pohon pisang.
Gambar 2. Sampel Getah Pisang
Preparasi Sampel untuk Pengujian FTIR Sampel getah pisang yang sudah berupa gel dikarakterisasi dengan FTIR. Bubuk KBr digerus halus kemudian dimasukkan dan dipres di holder sampel, alasan sampel getah pisang tidak dicampur langsung dengan bubuk KBr karena Instrumen pengujian FTIR di Laboratorium Pengujian Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang tidak memiliki holder untuk sampel yang berbentuk cairan. Kendala tersebut diatasi dengan mencetak KBr kosong tanpa sampel kemudian sampel getah yang berbentuk gel tadi dioleskan dengan menggunakan cotton swabs. Sebelum holder sampel dimasukan dalam instrumen FTIR, terlebih dahulu perlu dilakukan background scanning. Kemudian holder sampel dimasukkan ke dalam instrumen FTIR selanjutnya dilakukan scanning untuk melihat transmitansi dari getah pohon pisang.
Fourier Transform Spectroscopy
Infrared
(FTIR)
Spectrometers. Analisis spektra dengan range bilangan gelombang 4000 cm-1 sampai 450 cm-1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan spektroskopi infra merah (FTIR) digunakan untuk mengetahui gugus fungsi dan ikatan kimia dalam getah pisang. Vibrasi ulur gugus O-H terjadi pada gelombang 3435 cm-1, gugus hidroksil ini menunjukkan adanya kandungan alkohol ataupun kemungkinan adanya air di dalam sampel mengingat sampel getah tidak di treatment menggunakan panas untuk menghilangkan air. Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Paul hasil spektometri FTIR getah pisang juga memunculkan peak gugus hidroksil (O-H) pada bilangan gelombang 3320 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus hidroksil. Pada bilangan gelombang 2067 cm-1 muncul peak yang menunjukkan adanya gugus dengan tipe vibrasi stretch. Senyawa keton muncul ditandai dengan adanya peak pada bilangan gelombang 1633 cm-1. Hal tersebut diperkuat dari penelitian sebelumnya, peak muncul pada bilangan gelombang 1629 cm-1. Pada penelitian yang telah dilaporkan oleh Hong-xiu pada tahun 2013 spektra peak dari keton muncul pada bilangan gelombang 1660 cm-1, hal ini dapat menjadi rujukan bahwa pada bilangan gelombang di sekitar 1600 cm-1 menunjukan keberadaan keton dalam sampel. Penelitian yang dilakukan Akiyama pada tahun 2008 menemukan peak keton pada bilangan gelombang 1685 cm-1. Penelitian yang telah dilakukan Akiyama ini memperkuat keberadaan keton dengan peak FTIR pada kisaran bilangan gelombang 1600 cm1 . Beberapa turunan keton seperti muskon dan tetrasilin sendiri dapat menjadi antibiotik alami. Keberadaan gugus eter (alkoksi) ditandai dengan spektra pada bilangan gelombang 713 cm-1, gugus eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin. Penelitian pada tahun 2014 yang dilaporkan oleh Chen menunjukkan bahwa muncul peak pada daerah bilangan gelombang sekitar 800 cm-1 hal ini mendukung penelitian yang dilakukan bahwa untuk kisaran bilangan gelombang 713 cm-1 dapat menunjukkan keberadaan lignin. Kemudian keberadaan lignin dalam sampel diperkuat lagi dengan adanya peak gugus nitro δC–H (lignin, karbohidrat) pada kisaran bilangan gelombang 1300 cm-1 sampai 1500 cm-1. Senyawa lignin inilah yang dapat menjadi obat luka yang dapat menggantikan betadin.
Spektra FTIR direkam dengan menggunakan Spektrometer PerkinElmer model Frontier FTIR
FMIPA – Universitas Negeri Semarang
ISBN 978-602-1034-07-1 Edisi 2, Desember 2015
Peak Banana Sap (Paul, 2013) 3320 1628 1394 1307 1030
SEMINAR NASIONAL MAHASISWA FISIKA 2015
Peak Sampel
Gugus Ikatan
3435 2067 1633 1444 1343
Gugus hidroksil (O-H) Gugus alkuna ( [Stretch]) Gugus keton (-C=O [stretch]) Cincin aromatik C–C (in–ring) [stretch] Gugus nitro (N–O [symmetric stretch]), δC–H (lignin, karbohidrat) 713 Gugus eter (alkoksi); cincin aromatik [kuat] Tabel 1. Spektra Getah Pisang - BANANA SAP (Paul, 2013)
Gambar 3. Transmitansi FTIR Sampel Getah Pisang lebih efektif daripada digunakan dalam bentuk getah pisang langsung.
SIMPULAN Getah pisang setelah dianalisis menggunakan spektrometer FTIR ternyata mengandung beberapa senyawa yang dapat menjadi obat luka, antiradang, dan antibiotik alami. Senyawa-senyawa tersebut diantaranya keton yang beberapa turunannya seperti muskon dan tetrasilin dapat menjadi antibiotik alami. Obat luka alami dari getah pisang didapat dari senyawa lignin didalamnya. Lignin seperti yang telah dijelaskan oleh Djulkarnaen (1998) dapat berfungsi membantu peresapan senyawa pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka bakar, dan antiradang. Ekstraksi senyawa-senyawa penting dalam getah pisang dengan beberapa teknik perlu dilakukan apabila menginginkan obat-obat yang dibuat dalam bentuk produk dan supaya dapat bekerja
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini selain melibatkan beberapa peneliti juga dapat terwujud karena bantuan dari berbagai pihak diantaranya : 1. Bu Budi Astuti yang dengan sabar dan teliti mengajarkan cara menganalisis data hasil pengujian FTIR. 2. Pak Rodhotul Muttaqin selaku Laboran yang berjasa membantu dalam preparasi sampel untuk pengujian FTIR. 3. Kawan-kawan Metode Karakterisasi Fisika yang memberi saran dan masukan yang membangun. 4. Material’s Crew dan Penghuni Laboratorium Fisika - Kemagnetan Bahan Unnes.
FMIPA – Universitas Negeri Semarang
ISBN 978-602-1034-07-1 Edisi 2, Desember 2015 5.
6.
SEMINAR NASIONAL MAHASISWA FISIKA 2015
Mas Dhamar, Mas Habibie, dan Mas Gunawan yang selalu memberikan saran dan masukan untuk penelitian. Mbak Sum yang membantu dalam pengambilan sampel getah tanaman pohon pisang.
12. Y. Akiyama, An in situ high pressure FTIR study on molecular interactions of ketones; esters; and amides with dense phase carbon dioxide, J. of Supercritical Fluids 46 (2008) 197–205.
REFERENSI 1.
Arias, P., Dankers, C., Liu, P., Pilkauskas, P., 2003. TheWorld Banana Economy 1985–2002. FAO Commodities Study 1. Raw Materials, Tropical and Horticultural Products Service (ESCR). Commodity and Trade Division FAO, Rome, Italy. Available at:
FMIPA – Universitas Negeri Semarang