Bidang Kajian: Matematika Terapan
ANALISIS HASIL PANEN PADI MENGGUNAKAN PEMODELAN KUADRATIK Vina Puspita Dewi 1), Hanna Arini Parhusip 2), Lilik Linawati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2), 3) Dosen Program Studi Matematika FSM UKSW Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 E-mail:
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) Abstrak Salah satu penentu keberhasilan panen padi selain cara budidaya padi yang baik adalah waktu tanam. Dalam waktu satu tahun dapat dilakukan penanaman padi tiga kali atau ada tiga periode tanam. Berdasarkan data Luas Tanam Akhir (LTA), Luas Panen (LP), dan Hasil per Hektar gabah (HH) dalam kurun waktu tertentu akan dianalisis menggunakan Pemrograman Kuadratik (Quadratic Programing) untuk menentukan periode penanaman yang memberikan hasil maksimum. Dalam penerapan Pemrograman Kuadratik ini parameter-parameter fungsi tujuan ditentukan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Berdasarkan Teorema Karush Kuhn Tucker (KKT) disusun persamaan Lagrange. Untuk penyelesaiannya menggunakan MATLAB. Hasil analisi menunjukkan bahwa periode tanam yang optimal yaitu periode tanam III (September-Desember) dengan hasil panen yang diperoleh 60,4 ton gabah per hektar sawah. Kata Kunci: Least Square Method, Quadratic Programing, Lagrange, dan padi. A. Pendahuluan Lahan persawahan untuk tanaman padi dari tahun ketahun semakin berkurang, karena adanya peningkatan pembangunan pemukiman penduduk maupun tempat-tempat umum. Di kota Surakarta penanaman padi setiap tahunnya ada tiga kali yaitu, periode I dimulai dari Januari ā April, periode II Mei ā Agustus, dan periode III September ā Desember. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Surakarta ternyata hasil panen padi yang diperoleh dari tahun ketahun tidak selalu sama. Penentu keberhasilan panen padi selain cara budidaya padi yang baik adalah waktu tanamnya. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui periode tanam yang optimal (maksimal), sehingga dengan diketahuinya periode tanam yang optimal diharapkan pemerintah atau pihak-pihak terkait lebih memperhatikan periode tersebut untuk melakukan sosialisasi cara budidaya padi yang baik. Untuk periode-periode lainnya, pemerintah Surakarta diharapkan mengetahui permasalahan yang dialami petani sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut agar semua periode dapat optimal.
1
Dari data BPS kota Surakarta hasil per hektar (HH) dipengaruhi oleh Luas Tanam Akhir (LTA) dan Luas Panen (LP). Menurut Web 2 Luas Tanam Akhir merupakan luas tanaman yang ada pada saat pencatatan data tidak termasuk tanaman bibit yang digunakan. Luas Panen merupakan luas tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur termasuk tanaman padi yang gagal panen. Sedangkan Hasil per Hektar (HH) adalah hasil gabah basah yang diperoleh pada saat panen untuk satu hektar sawah. Pemrograman non linear khususnya pemrograman kuadratik merupakan masalah optimasi yang fungsi tujuannya melibatkan fungsi kuadrat dan mempunyai kendala berupa pertidaksamaan linear maupun non linear (web 1). Pada penelitian ini pemrograman kuadratik digunakan untuk menentukan periode tanam yang baik, karena fungsi kuadratik merupakan fungsi cekung sehingga dijamin bahwa sebarang maksimum lokal pada daerah konveks layak akan merupakan suatu maksimum global dalam daerah tersebut (Perresini, dkk 1998). Telah banyak penelitian tentang optimasi non linear yang penyelesaiannya menggunakan pemrograman kuadratik. Loqman, dkk (2013) menggunakan pemrograman kuadratik untuk penjadwalan pekerja pada suatu perusahaan. Gharibi (2012) mengangkat masalah pemrograman kuadratik yang di aplikasikan dalam ilmu komputer dan komunikasi kemudian diselesaikan dengan linearisasi 0-1. Selain itu ada juga penelitian oleh Bhowmik, dkk (2000) masalah pemrograman integer diubah ke pemrograman kuadratik dan diselesaikan dengan teknik heuristik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui periode tanam yang paling baik berdasarkan hasil panen yang maksimal. Data yang digunakan adalah data padi sawah pada tahun 1992-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta. Ada 3 kali Periode tanam dalam satu tahun sehingga setiap periode akan dibuat satu fungsi tujuan. Pengolahan data menggunakan MATLAB 7.0.
B. Dasar Teori 1.
Pemrograman Kuadratik Menurut Peressini, dkk (1998) optimasi program kuadratik merupakan masalah konveks
(fungsi tujuan merupakan fungsi konveks), sehingga penyusunan fungsi tujuannya analog dengan penyusunan fungsi tujuan untuk masalah konveks. Bentuk umum dari masalah pemrograman kuadratik: 1
Minimalkan š š„ = š + š. š„ + 2 š„. šš„
(1)
2
dengan kendala (š“š„)š ā¤ š , i = 1,2,..,k
(2)
(š“š„)š = š, i=k+1,...,m
(3)
š„ā„0
(4)
Q= matriks koefisien fungsi tujuan š = vektor koefisien fungsi tujuan š= konstanta pada fungsi tujuan š„= vektor variabel keputusan A = matiks koefisien fungsi kendala š= vektor nilai sebelah kanan pada kendala Untuk menyelesaikan pemrograman kuadratik, maka perlu menyusun fungsi tujuan dalam hal ini fungsi tujuan kuadratik. Perlu diperkenalkan variabel yang digunakan yaitu xi = data ke- i variabel 1 dalam satuan ha. y i = data ke- i variabel 2 dalam satuan ha. S i = data ke- i variabel 3 dalam satuan ton.
i
= 1,2,...,n; n= banyaknya data
Menurut Perresini,dkk(1998) diasumsikan bahwa setiap data ( S i , xi , yi ) memenuhi ( S i , xi , yi ) ļ”1 xi ļ« ļ” 2 yi ļ« ļ” 3 xi yi ļ« ļ” 4 xi ļ« ļ” 5 yi ļ« ļ” 6 2
2
(5)
=
š¼š = parameter fungsi tujuan, j = 1,2,..6 Untuk menentukan parameter persamaan (5) dengan metode kuadrat terkecil, perlu meminimalkan fungsi residu yaitu š
= min (šš,ššš”š ā šš,šššššššš”šš )2 = min (šš,ššš”š ā š(š„š , š¦š )2
(6)
atau minimalkan n
ļ ļ»
R ļ½ ļ„ Si ļ ļ”1 xi2 ļ« ļ” 2 yi2 ļ« ļ” 3 xi yi ļ« ļ” 4 xi ļ« ļ” 5 yi ļ« ļ” 6
ļ½ļ
2
(7)
i ļ½1
ļ²
R minimal dapat terjadi jika dipenuhi ļR ļ½ 0 dan masing-masing derivatif parsialnya ada. šš
šš¼ š
= 0; j=1,2,...6
šš
Untuk j=1 berlaku šš¼ = 0 sehingga: 1
n
ļ
ļ»
2ļ„ S i ļ ļ” 1 xi2 ļ« ļ” 2 yi2 ļ« ļ” 3 xi yi ļ« ļ” 4 xi ļ« ļ” 5 yi ļ« ļ” 6 i ļ½1
ļ½ļ ļØļ x ļ© ļ½ 0 2
2 i
Meminimalkan R sama artinya dengan menyelesaikan sistem persamaan linear ļ¶ ļ¶ Ava ļ½ w
(8)
3
dimana
š“=
š„š4 š„š2 š¦š2 š„š3 š¦š š„š3 š„š2 š¦š š„š2
ļ¶ w=
š„š2 š¦š2 š¦š4 š„š š¦š3 š„š š¦š2 š¦š3 š¦š2
š„š3 š¦š š„š š¦š3 š„š2 š¦š2 š„š2 š¦š š„š š¦š2 š„š š¦š
š„š3 š„š š¦š2 š„š2 š¦š
š„š2 š¦š š¦š3 š„š š¦š2
š„š2 š„š š¦š š„š
š„š š¦š š¦š2 š¦š
š„š2 š¦š2 š„š š¦š
(8a)
š„š š¦š š
ļļ„ x S ļ„ y S ļ„ x y S ļ„ x S ļ„ y S ļ„ S ļ 2 i i
2 i i
T
i
i
i
i
i
i
i
ļ¶ T va ļ½ ļļ”1 ļ” 2 ļ” 3 ļ” 4 ļ” 5 ļ” 6 ļ
i
(8b) (8c)
Menurut Perresini, dkk (1998) menyelesaikan sistem persamaan linear pada persamaan (8) terdapat banyak cara, diantaranya Dekomposisi LU dan Iterasi Gauss Seidel. Kedua metode tersebut kemungkinan mempunyai banyak penyelesaian dari sistem persamaan tersebut. Solusi vļ¶a dari persamaan (8) diperoleh dengan š£š¼ = (š“)ā1 š¤
(9)
Untuk membuktikan vļ¶a ada dan terbaik ada 4 cara, yaitu: 1. Matriks A pada persamaan (8) dikatakan invertible jika determinan dari matriks A tersebut ā 0. A invertibel artinya penyelesaian dari matriks A tunggal (Peressini, dkk 1998). 2. Error/residu merupakan jarak/beda antara data aktual dengan data pendekatan (dari model hasil fungsi tujuan) yaitu e=
ššššššššš”šš āšššš”š šššš”š
. 100%
3. Sebagai aplikasi matriks dan norm vektor, perlu mempertimbangkan perkiraan kesalahan dengan menghitung invers matriks dan solusi dari persamaan linear. Untuk menyelesaikan persamaan (9) š£ = (š“)ā1 š¤ menurut Horn & Johnson (1985) dimana invers matriks A harus terdefinisi. Jika š“ā1 adalah invers A yang eksak maka secara komputasi ditulis (š“ + šø)ā1 , dimana E matriks error berukuran 6 x 6 yang komponen-komponennya merupakan bilangan yang cukup kecil sehingga A+E invertible. Kemudian errornya adalah š“ā1 ā š“ + šø
ā1
= š“ā1 ā (š¼ + š“ā1 šø)ā1 š“ā1
4
Akan dicari š“ā1 ā (š¼ + š“ā1 šø)ā1 š“ā1 maka perlu menyatakan bentuk (š¼ + š“ā1 šø)ā1 dalam bentuk lain. Analog dengan deret (1 + š„)ā1 akan diperoleh ā š=0
(š¼ + š“ā1 šø)ā1 = š“ā1 ā ā š=1
=
ā1
š+1
š+1
ā1
(š“ā1 šø)š š“ā1 ,
(š“ā1 šø)š š“ā1 , jika š š“ā1 šø < 1
Dengan š š“ā1 šø adalah spektral radius (nilai eigen) dari matriks š“ā1 šø. Terdapat banyak definisi ||.|| dalam matriks, diantaranya yaitu norm Euclid, norm maksimum, dan norm Frobenius. Dalam kasus ini yang digunakan dalam perhitungan adalah norm euclid. Contoh menghitung norm Euclid: Misalkan dipunyai matriks š“ =
1 2 1 , perlu disusun matriks š“ā² yaitu š“ā² = 3 4 2
3 4
untuk mencari norm euclid = max š(š“š“ā² ) dengan š adalah nilai eigen. Nilai eigen dari š“š“ā² adalah 0.1 dan 29.9. Jadi norm euclid dari A adalah 29.9 = 5.47 (web 3). Diasumsikan ||š“ā1 šø||<1, batas atas kesalahan relatif dengan menghitung invers adalah š“ā1 ā š“+šø ā1
š“ā1 šø
ā¤ 1ā
š“ā1 š“
Ruas kanan dikalikan š“ā1 (1ā
š“
jika š“ā1 šø < 1.
(*)
sehingga
šø
š“ā1
š“ā1 šø
š“
š“ā1
=
šø ) š“
š“ ā
š“
šø
š“ā1
šø
š“
=(
š“ā1
š“
š“ā1
š“ ā
šø šø ) š“
š“
(**)
š“
Didefinisikan Īŗ š“ ā”
š“ā1 š“ jika š“ nonsinguler ā jika š“ singuler
(10)
Persamaan (10) disebut conditional number dari invers matriks dengan melihat norm matriks . . Persamaan (*) dengan (**) menjadi š“ā1 1ā
š“ā1
šø
š“ šø
š“
=
š“ā1 š“ ā
š“
š“ā1
šø šø
š“
=
Īŗ š“ Īŗ š“
1ā
š“
šø šø
š“
.
Jadi error relatif untuk invers matriks pada persamaan (8a) terbatas tergantung dari nilai Īŗ(š“) sehingga Īŗ(š“) tidak boleh terlalu besar. Conditional number matriks
pada MATLAB juga menggunakan persamaan
(10). Menurut Anderson, dkk (1999) jika conditional number dibawah 67108864 maka nilai ļ”
i
dinyatakan terbaik karena error invers terbatas ke atas. Untuk
menghitung conditional number digunakan perintah cond() pada MATLAB.
5
4. Sifat titik kritis (minimum) ditunjukkan dengan tipe matriks Hessian š»š (matriks yang disusun turunan kedua dari fungsi terhadap masing-masing variabel bebas). š»š = ā āš
= ā ā2š“š š¤ + 2š“š š“š£ = 2š“š š“
(11)
Menurut Peressini dkk (1998) titik kritis vļ¶a sebagai peminimum lokal jika nilai eigen dari mariks Hessiannya bersifat positive semi definite yang artinya nilai eigen š»š ā„ 0.
Dalam proses perhitungan agar nilai data yang digunakan tidak terlalu besar sehingga dapat membuat A singular, maka data perlu dinormalisasi yaitu dengan membagi data masing-masing kolom dengan maksimumnya xĖ i ļ½
xi yi Si ; yĖ i ļ½ ; SĖ i ļ½ max xi max y i max S i 1ļ£i ļ£ n
1ļ£i ļ£ n
(12)
1ļ£i ļ£ n
xĖi , yĖ i , dan SĖi merupakan data ternormalisasi
Untuk menyelesaikan persamaan (1) dengan kendala pada persamaan (2) ā (4) menurut teorema Karush Kuhn Tucker (KKT) perlu disusun fungsi Lagrange seperti persamaan (13) yaitu: n ļ² ļ¶ ļ¶ ļ¶ ļ² 1ļ¶ ļ¶ m L( x , ļ ,ļ® ) ļ½ a ļ« c ļ x ļ« x ļ Qx ļ« ļ„ ļi ļØ( Ax )i ļ bi ļ© ļ«ļ„ļ® i xi 2 i ļ½1 i ļ½1
(13)
šš = pengali Lagrange untuk persamaan (2) dan (3) š£š = pengali Lagrange untuk persamaan (4) Kondisi KKT pada persamaan (13) dapat digunakan untuk menemukan titik kritis dengan ļ¶ ļ¶ menyelesaikan sistem persamaan yang diperoleh dari ļL ļ½ 0 . Artinya mencari peminimal x * ļ¶ dan parameter optimal ļļ¶ * ļ R m dan ļ® * ļ R n yang memenuhi (1) ļ i * ļ³ 0 untuk i=1,ā¦,k , ļ® j * ļ³ 0 untuk j=1,ā¦,n . ļ¶ (2) cļ¶ ļ« Qxļ¶ * ļ« AT ļļ¶ * ļļ®ļ¶ * ļ½ 0 ļ¶ (3) ļ i* ( Ax * ) i ļ bi ļ½ 0 , untuk i=1,ā¦,m.
ļ
ļ
(14)
2. Model Pemrograman Kuadratik untuk Optimasi Hasil Panen Padi Pemrograman kuadratik diterapkan untuk menentukan periode tanam yang optimal berdasarkan data hasil panen pada sawah setiap periode tanam pada tahun 1992-2012.
6
Dalam hal ini data akan diolah berdasarkan periode tanam yang sama yaitu periode I (Januari-April), periode II (Mei-Agustus), dan periode III (September-Desember). Untuk menyusun fungsi tujuan maka perlu diperkenalkan variabel yang digunakan yaitu x ij = data Luas Tanam Akhir (LTA) ke- i pada periode tanam ke- j dalam satuan ha. y ij = data Luas Panen (LP) ke- i pada periode tanam ke- j dalam satuan ha. S ij = data hasil panen padi ke- i pada periode tanam ke- j dalam satuan ton.
i
= 1,2,...,n
j = 1,2,3
n = banyaknya data
šš š„, š¦ = š„ š¦
1
š¼1
2
1
š¼ 2 3
š¼3
š„ š¦ + š¼4 š¼5 š„ š¦ + š¼6
š¼2
(15)
Kendala ditunjukkan sebagai berikut a. Luas Tanam Akhir (LTA) tidak boleh lebih dari Luas Tanam Akhir (LTA) maksimum, yang ditulis š„ ā¤š„šššš b. Luas panen (LP) tidak boleh lebih besar dari luas tanam akhir (LTA) ditulis sebagai š¦ā¤š„
C. Metode Penelitian Langkah-langkah penelitian 1. Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Surakarta. Data yang dianalisis adalah data LTA, LP, dan HH pada setiap periode tanam pada tahun 1992-2012. Setiap tahun terdapat tiga periode tanam.
Tabel 1. Data padi sawah dari tahun 1992-2013 No
Periode I LP I HH I
LTA II
Periode II LP HH II II
Tahun
LTA I
1
1992
125
91
62,41
112
114
55,44
2
1993
153
139
59,35
141
115
54,34
3
1994
160
145
63,45
153
107
4
1995
81
126
63,73
81
5
1996
141
124
60,40
6
1997
99
135
63,11
Periode III LTA III
LP III
HH III
173
83
55,30
176
103
63,08
55,57
133
113
57,07
98
57,14
96
103
64,17
83
156
54,93
126
101
63,36
63
106
64,05
65
71
65,77
7
7
1998
66
94
62,12
64
105
51,80
106
84
56,90
8
1999
57
104
57,30
49
94
47,12
83
78
64,74
9
2000
99
113
64,42
54
107
58,31
88
81
46,66
10
2001
89
73
53,29
60
89
53,60
101
62
56,77
11
2002
104
113
53,53
65
96
53,02
91
51
52,54
12
2003
75
55
51,82
58
101
51,58
88
42
52,14
13
2004
72
86
52,91
61
83
52,29
65
48
52,29
14
2005
79
73
51,86
42
94
50,58
83
55
52,14
15
2006
86
78
51,34
33
102
43,88
88
56
51,07
16
2007
75
129
50,60
51
79
47,02
84
49
51,33
17
2008
76
102
52,38
51
86
51,09
80
51
52,69
18
2009
102
85
50,43
71
116
50,88
82
87
51,44
19
2010
92
109
50,58
43
111
48,49
76
55
50,94
20
2011
82
59
51,34
10
24
36,89
60
31
69,83
78,04
24
47
83,27
21 2012 36 64 59,26 17,00 72,00 Sumber: Badan Pusat Statisik (BPS) kota Surakarta
Keterangan: LTA = Luas Tanam Akhir (ha) LP
= Luas Panen (ha)
HH = Hasil per Hektar gabah (ton) 2. Memodelkan fungsi tujuan dan kendala tujuan. Untuk pemodelan fungsi tujuan mengacu pada persamaan (15). Fungsi tujuan disusun untuk setiap periode tanam, sehingga akan ada tiga persamaan fungsi tujuannya. 3. Menyelesaikan pemaksimal luas panen tiap periode. Dengan menggunakan fungsi fsolve pada MATLAB. 4. Menganalisis hasil. 5. Membuat kesimpulan.
D. Hasil dan Pembahasan 1.
Parameter optimal untuk fungsi tujuan Tahap awal untuk mengolah data tersebut adalah dengan membuat fungsi tujuan
untuk tiap-tiap periode tanam. Model kudratik pada persamaan (15) diselesaikan menggunakan metode kuadrat terkecil untuk mendapatkan vļ¶a .Tentu saja pada kenyataannya šš tidak tepat sama dengan data aktualnya. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa data aktual benar, sedangkan fungsi kuadratik dianggap sebagai hasil pendekatan. Dengan metode kuadrat terkecil diperoleh nilai vļ¶a , sehingga fungsi tujuan kuadratik seperti persamaan (15) untuk periode I, II, dan III adalah:
8
šš¼ = 1.179š„ 2 ā 1.263š¦ 2 ā 1.309š„š¦ ā 0.325š„ + 2.640š¦ ā 0.004
(16)
šš¼š¼ = ā0.315 ā 4.614š¦ 2 + 5.876š„š¦ ā 3.739š„ + 4.125š¦ ā 0.008
(17)
šš¼š¼š¼ = 1.067š„ 2 ā 1.012š¦ 2 ā 1.684š„š¦ ā 0.319š„ + 2.510š¦ ā 0.012
(18)
dengan kendala š„ ā¤š„šššš
dan š¦ ā¤ š„. Nilai fungsi tujuan setiap periode dari pendekatan
fungsi kuadratik dan data dibandingkan yang ditunjukkan pada Gambar 1. Setelah vļ¶a diketahui maka perlu dibuktikan bahwa vļ¶a yang diperoleh merupakan yang terbaik artinya meminimalkan R. Hal ini dilakukan dengan menghitung determinan A, error
fungsi,
menghitung Conditional Number A, dan sifat Hf yang ditunjukkan pada Tabel 2.
1
1
hasil pendekatan
0.95
1 hasil pendekatan
0.9
0.9
hasil pendekatan 0.9
0.8
0.8
fungsi tujuan
fungsi tujuan
fungsi tujuan
0.8
0.85
0.7
0.6
0.7
0.6
0.75
0.5
0.7
0.4
0.5
0.65 0
5
10
15
20
25
0
5
10
indeks
15
20
25
0.4
0
5
indeks
Periode I
10
15
20
25
indeks
Periode II
Periode III
Gambar 1. Grafik hasil panen padi menurut data aktual dan hasil pendekatan fungsi kuadratik pada setiap periode tanam
ļ¶
Tabel 2. Sifat-sifat dari v a yang diperoleh Periode I Determinan Matriks A Error Conditional number Sifat Hf
Periode II
Periode III
-0.0029
-0.0014
-0.0047
9.4%
13.8342%
18.5405%
23568
37013
22201
positive semi definite
positive semi definite
positive semi definite
Ternyata pada setiap periode tanam determinan matriks A ā 0, sehingga sistem persamaan linearnya mempunyai penyelesaian tunggal. Error dari masing-masing periode tanam 9.4%, 13.8%, dan 18.5% nilai ini cukup besar, namun error bukan satu-satuya ukuran untuk mengetahui vļ¶a terbaik. Cara lain adalah berdasarkan conditional number seperti pada Tabel 2 dimana nilai Conditional number < 67108864 atau dibawah batas maksimumnya.
9
Untuk periode tanam I diperoleh nilai eigen = [0; 0; 0.4; 1.6; 240.4; 4386.4], untuk periode tanam II nilai eigen = [0; 0; 0; 0.0047; 0.1884; 2.2710], periode tanam III nilai eigen = [0; 0; 0; 0.0005; 0.0013; 0.1970; 3.0796] yang artinya sifat š»š untuk masing-masing periode tanam adalah positive semi definite sehingga parameter yang diperoleh dapat dinyatakan sebagai yang terbaik karena meminimumkan R. Jadi sekalipun error fungsi mencapai 18.5% maka parameter yang diperoleh tetap dijamin terbaik.
2. Memaksimalkan Fungsi Tujuan Setelah disusun fungsi tujuan seperti persamaan (16-18) kemudian disusun fungsi Lagrange berdasarkan persamaan (13) untuk mancari nilai kritis fungsi tujuan yaitu šæš¼ š„, š , š£ = (1.179š„ 2 ā 1.263š¦ 2 ā 1.309š„š¦ ā 0.325š„ + 2.640š¦ ā 0.004 + š1 š„ ā 1 + š2 š¦ ā š„ ā š£1 š„ ā š£2 š¦)
(19)
šæš¼š¼ š„, š , š£ = (ā0.315 ā 4.614š¦ 2 + 5.876š„š¦ ā 3.739š„ + 4.125š¦ ā 0.008 + š1 š„ ā 1 + š2 š¦ ā š„ ā š£1 š„ ā š£2 š¦)
(20)
šæš¼š¼š¼ š„, š , š£ = (1.067š„ 2 ā 1.012š¦ 2 ā 1.684š„š¦ ā 0.319š„ + 2.510š¦ ā 0.012 + š1 š„ ā 1 + š2 š¦ ā š„ ā š£1 š„ ā š£2 š¦)
(21)
Setiap fungsi tujuan pada persamaan (19-21) diselesaikan menggunakan aplikasi MATLAB dengan fungsi fsolve dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 3. [x,fval] = fsolve(fun,x0,options) Input:
fun
= fungsi tujuan yang akan diminimumkan
x0
= nilai awal
options = untuk menampilkan banyaknya iterasi Output:
x
= keluaran hasil yang dicari
fval
= nilai x yang disubstitusikan ke fungsi tujuan
Tabel 3. Penyelesaian optimal berdasarkan pemrograman kuadratik untuk ketiga periode tanam. x* y* S* š1 š2 š£1 š£2
Periode I 0.8309 0.8309 0.9581 0 0.5467 0 0
Periode II 0.3575 0.6746 0.7174 0 0 0 0
Periode III 0.6846 0.6740 0.7255 0 0.007 0 0
10
Dapat disimpulkan bahwa š„ ā
merupakan pemaksimal menurut persamaan (14). Untuk
masing-masing fungsi tujuan diperoleh nilai eigen [-3.3; -0.9; 0; 0; 0.4; 3.6], [-12.4; -0.6; 0; 0; 0.2; 3], dan [-3.1; -0.9; 0; 0.4; 3.6]. Nilai eigen matriks Hessian ada yang positif, padahal agar š„ ā pemaksimal nilai eigen harus bernilai negatif atau 0. Jadi š„ ā belum optimal, tetapi untuk saat ini hasil tersebut merupakan hasil terbaik yang diperoleh. Selanjutnya nilai data optimal pendekatan dinyatakan dalam bentuk data berdimensi yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penyelesaian optimal untuk ketiga periode tanam dalam bentuk data berdimensi Luas Tanam Akhir (ha)
Periode I 132.9505
Periode II 54.6966
Periode III 120.4908
Luas Panen (ha) Hasil gabah (ton) Rasio = LP/H
120.4864 61.7237 1.95
105.2448 55.8306 1.71
76.1586 60.4087 1.23
Memperhatikan rasio pada Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa hasil panen optimal menurut pehitungan adalah pada periode I, tetapi hasil panen pada periode III hampir sama dengan hasil panen periode I. Luas panen pada periode I lebih luas dari periode III tetapi menghasilkan gabah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan periode tanam III. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan beberapa alasan antara lain karena luas tanaman yang dipanen merupakan semua luasan tanaman padi tanpa memperhatikan luasan yang gagal panen (web 2). Selain alasan tersebut pada periode I waktu panen berkisar pada bulan April dimana mulai terjadi musim kemarau, sehingga kemungkinan tanaman padi banyak yang terserang hama (tikus). Berdasarkan pemaparan diatas dan ternyata periode III mempunyai rasio paling kecil, maka bisa disimpulkan bahwa periode III merupakan periode tanam yang optimal.
E. Penutup Pada makalah ini telah dibahas mengenai pengoptimalan panen padi setiap periode tanam dengan menggunakan pemrograman kuadratik. Kesimpulan berdasarkan pemaparan sebelumnya diperoleh bahwa periode tanam yang optimal dengan memperhatikan rasio adalah periode III. Untuk periode tanam I sudah optimal akan tetapi kemungkinan banyak tanaman yang rusak (dilihat dari LP yang kecil) sehingga hasil padi yang diperoleh sedikit. Pada periode II, karena periode ini berada dalam musim kemarau maka dapat disarankan untuk mengoptimalkan irigasi agar kebutuhan air tercukupi agar meningkatkan hasil panen. Selain itu sosialisasi budidaya padi yang baik dapat berpengaruh dalam memperoleh hasil
11
yang optimal. Kemungkinan kendala-kendala dalam pengoptimalan hasil panen masih cukup banyak. Untuk itu perlu campur tangan pemerintah maupun pihak-pihak terkait agar hasil panen setiap periode menghasilkan gabah yang optimal. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk kajian selanjutnya, yaitu dengan mencari penyebab mengapa pada periode II LTA lebih kecil dari LP misalnya dengan memperbaiki metode pendataan.
DAFTAR PUSTAKA Anderson E, Z Bai, C Bischof, S Blackford, J Demmel, J Dongarra, J Du Croz, A Greenbaum, S Hammarling, A McKenney & D Sorensen.1999. LAPACK User's Guide
Third
Edition,
SIAM,
Philadelphia.
(http://www.netlib.org/lapack/lug/lapack_lug.html) Bhowmik S, Goswami SK, & Bhattacherjee PK. 2000. Distribution System Planning Through Combined Heuristic and Quadratic Programing Approach. Electric Machines and Power Systems, 28:87ā103. Gharibi W & XIA Y. 2012. A Tight Linearization Strategy for Zero-One Quadratic Programming Problems. IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 9, Issue 3, No 1. Horn RA & Johnson CA. 1985. Matrix Analysis.USA: Cambrig University Press. Loqman C, Ettaouil M, Hami Y & Haddouch K. 2013. Quadratic Reformulations For Solving Days-Off Scheduling Problem. Jurnal of Theoritical and Applied Information Technology, 10th March 2013. Vol. 49 No.1, 1992-8645. Peressini AL, Sullivan FE & Uhl J. 1998. The Mathematics of Nonlinear Programing, Springer Verlag, New York,Inc. Web 1: http://emi012.wordpress.com. Diakses 18 Juli 2013 jam 13.03 WIB Web2:http://lontar.ui.ac.id/file?file-digital/131370-1%2027641Evaluasi%20atas%20kebijakan-Metodologi.pdf. Diakses 23 Juli 2013 jam 19.32 WIB Web 3: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Matrix_norm. Diakses 8 Oktober 2013 jam 10.01 WIB
12