ANALISIS GELOMBANG KEJUT PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DAN PERSIMPANGAN BERLAMPU LALU LINTAS ( BUKU I )
TESIS
Oleh :
Heru Budi Utomo 25094003
PENGUTAMAAN REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1997
RINGKASAN Gelombang kejut didefinisikan sebagai gerakan atau perjalanan pada sebuah perubahan kerapatan dan arus lalu lintas. Pada keadaan arus babas, kendaraan-kendaraan akan melaju dengan kecepatan tertentu. Apabila pada arus tersebut diberikan suatu hambatan, maka akan terjadi pengurangan arus yang dapat melewati lokasi hambatan tersebut. Pengurangan arus ini mengakibatkan kerapatan kendaraan pada daerah sebelum penghambat menjadi tinggi yang pada akhirnya kecepatan turun atau bahkan terjadi antrian. Hambatan pada arus lalu lintas tersebut dapat berupa penutupan sebagian atau seluruh lajur jalan misalnya akibat terjadinya kecelakaan, perbaikan jalan atau dapat juga hambatan terjadi karena adanya lampu lalu lintas. Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta yaitu pada Jalan Lingkar Utara dan Jalan Kali Urang, adanya hambatan arus lalu lintas akibat lampu lalu lintas dengan waktu siklus 100 detik ( 25 detik hijau, 3 detik kuning dan 72 detik merah ), pada Simpang Monumen Yogya Kembali dan Simpang Puma Budaya menunjukkan bahwa waktu siklus yang digunakan saat ini hanya mampu melepas arus lalu lintas kurang dari 1000 smp/jam. Nilai ini didasarkan pada grafik hubungan antara arus dengan kerapatan. Apabila arus yang lewat sudah mencapai angka 1000 smp/jam, waktu nyala hijau tidak mampu lagi melepas seluruh antrian yang terjadi pada saat lampu merah menyala. Oleh karena itu diperlukan pengaturan ulang waktu siklus. Pada bagian lain, penelitian yang dilakukan pada ruas Jalan Toll Jakarta - Cikampek ( 4 lajur 2 arah terpisah median dengan lebar lajur 3,6 meter ), dengan menggunakan 3 metode yaitu Greenshields, Greenberg dan Underwood didapatkan rata-rata arus maksimum sebesar 2380 smp/jam, namun dalam perhitungan gelombang kejut digunakan nilai arus maksimum tiap lajur sebesar 2300 smp/jam. Pada keadaan arus yang lewat kurang dari 2300 smp/jam, dengan adanya penutupan 1 lajur tidak mengakibatkan terjadinya antrian, namun mengakibatkan penurunan kecepatan. Apabila jalan ditutup seluruh lajur, antrian yang terjadi cepat bertambah panjang. Sebagai contoh bahwa adanya penutupan 1 lajur pada keadaan arus 3000 smp/jam, antrian akan bertambah 271 meter setiap 5 menit baik dari arah Jakarta manpun Cikampek. Apabila jalan ditutup seluruh lajur, tambahan panjang antrian setiap 5 menit sebesar 1360 meter dari arah Jakarta dan 1020 meter dari arah Cikampek. Dari hasil analisis juga didapatkan bahwa kecepatan terbentuknya antrian dan waktu penormalan arus cukup tinggi apabila jalan ditutup lebih dari 2 meter, sehingga disarankan bahwa dengan adanya gangguan, penutupan lebar lajur tidak lebih dari 2 meter.
ABSTRACT The ability of road to service traffic can be seen from flow and speed of vehicles can pass it. For free flow, vehicles can run with constant speed. lithe road blocked, will reduce the flow that can pass at the blocking. The reduction of flow that can pass consequence rising the density of traffic before blocking, so the speed of vehicles down or become queue. The motion of difference density and flow call shoch wave. Shock wave can be seen at the blocking so the queue take place, or queue break if blocking lost. Queue cause suffer a finance, time and enviromental. Blocking at the roadway can take place intentional ( at road work) or not intentional ( accident ). Blocking can close full or part of road. If flow of traffic lower than capacity of the road at blocking, the que not take palce, but wil be reduce more velocity, otherwise if the flow gather than capacity of the road at blocking, the queue take place. The length of queue wil be longger and longger if the flow of traffic as same as the capacity of road. The investigation in Yogyakarta at North Ring Road and Kali Urang Road (Monumen Yogya Kembali and Puma Budaya intersection), with siclus time 100 seconds, 25 seconds green, 3 seconds amber and 71 seconds red; the ability of siclus time to pass traffic flow is 1000 pcuph. This value is resulted from relationship between flow and density diagram with Greenshields method. The investigation of flow and speed for freeway at Jakarta - Cikampek Tollway ( 4 lane 2 way divided ), with Greenshields, greenberg and Underwood methode, result average capacity 2300 pcuph ( lane width 3.60 m ). For example if flow is 3000 pcu, there is a blocking one lane, the queue will run with speed 1,703 km/h or with other word the shock wave velocity is 1,703 km/h backward; the queue will increase 271 meters every 5 minutes. If the both lane blocking, the speed of queue is 7,895 km/h from direction Jakarta ( shock wave velocity 7,895 km/h backward or the length of queue increase 1287 meters every 5 minutes. For direction from Cikampek, the speed of queue is 5,736 km/h or shock wave velocity is 5,736 km/h backward; the length of queue increase 1018 meters every 5 minutes. This examples above is analysed by Greenberg methode. From this examples we know that caracteristic of shock wave very important for operational traffic menagement of freeways.