ANALISIS FONOLOGIS DALAM KAJlANSTlLISTIKA
(Sebuah Pendekatan Unguistik) Mohammad Rofiqi Dosen Bahasa Arab PBBA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRACT Stylistics is part of linguistics used by the researcher to uncover all what the author implied. Through a style utilized, it is considered that stylistics . can uncover meanings, messages, and effects the author purposed so that the readers can understand and clarify them. Every language uses sign that can be heard (the sound), and signs that can be seen (the letters of alphabet). Therefore, the language can be analyzed from the aspect of sound, called phonological study. This article will explore how stylistics analyze any literary work from phonological points of view. There are three aspects ofphonological levels which can be studied by stylistics, namely the sound realtionship with meaning, syllable, and /inalletter (fa~ilah). The phonological aspects mentioned will lead researcher to the good and beautiful literary texts, along with the contents resemble the beauty of its expreSSiOns. The main benefit of this approach is that researcher can know the secrets of sound contained in literature works. They may be found in verses order which is pleasant for sense of hearing, voice repetitions that make them closer to the soul, and easy dictiOns to memorize. Sound analysis on a particular literary work can give new understanding and meaning, as well as revealing its aesthetic side, so that the readers may bring new atmosphere and nuance when enjoying it. Keywords: Stylistics, phonological study, syllable, final letter
(j~ilah) .
.1t.J. ~I ~ ~W\ ',?.lJ\ ~\
J.i i f 4,..~1
y..,L f J')\>.
~I
i.#- i f ~ ~
~..,L \II
i f . ..l.pLAlI i f JJjll ~ ~ ~ lo
JS"' tY'
,.::JI'pl:!IJ '...:.J4t,b;lIJ 'JW\ ~ ~ O)~t;..w ~..,L\lt; ,JJjll ~~ ~15' . ~Y J ...:.Jy:.)1 ~~ ~ i f \~ Cs>" ,j})LW JJjll u~.;:! ~\ Vol. 1, No.1, Juni 2013
79
Mohammad Rofiqi
.J.)-1 yoJ J}I r )1 r~ W"" ~~I yoJ t.."...-ll r )1 r~ a.;J,ll
.~IJ"""~I ~ ~ ~jjl ,~~I ~U ,y ~ ~ a.;J,ll ~~ "~J
J#
~ ~.,L ~\ ~1~Ir-I
W
~ ~ J r ' yl,bj.I 1.La.J
~:)I ~~I ~.,:-ll ~ Jyi a.,~ !l~J .~~I ~U,y ~,)~I JL.s-~1
.!.lliJ .~I~IJ ~I e::.blAl1J ~4 ~~I a;~ 4./'J ,~.,Li JJ>..::l1
4.!
~ wl)1 ojl.:...11 ~,)~I d'~1
Jl ~~I')iZ J r ' a.,~1 ~~I ~I.rll ~ }y.. ~ ~T.;.II ~y~1 ~} ~ .J.>..y.. Lo .!.1J~ JlW .4J ~WI ~ ~lA.!t J~IJ 'IJ'"~I ~. J.bJJ1 Jl ~,) y... UIJ"""i )foJ '4 1..6:- Iftl; ~I ..w.1 ~ ~.n-JI ~
W"" 1--4.J.>..
l.:..,.. J
J\.,b.;.!1 ~
~ ~~ ~i \).,)~I
J-ll ~~I JJ>..::ll ~,,~
Js- ~,)~I JL.s-~ ~I.;.II J~ ~ ,a,JW-1 ~L:JI ~i uPf i .1..4 rlJ>..:..., ~I J t.t::...:.... ~I ~ --4.u:.1 ):-1J .~I~I'e::.blAli ,~IJ"""~I ~ ,~.,L~I :~I J.i~.)
A.. Pendahuluan
Bahasa pada dasamya adalah sekumpulan bunyi untuk mengungkapkan pikiran, atau dapat juga dikatakan sebagai sarana untuk memahami atau menyampaikan makna-makna yang dimaksud (Farihah, 1973: 7). Maksud bunyi di sini bukanlah bunyi yang keluar dari mulut saja, melainkan suara yang memiliki makna tertentu, karena tidak semua bunyi adalah bahasa, seperti suara-suara alam dan hewan. Oleh karena fungsi bahasa adalah mengungkapkan pikiran, maka bunyi-bunyi yang menyerupakan bahasa memiliki posisi yang urgen dalam menyampaikan pesan dan berita kepada orang yang dituju. Sejarah mencatat bahwa studi karya sastra tidak hanya diperhatikan oleh para kritikus sastra saja, tetapi juga diperhatikan oleh para pecintil karya-karya sastra. Seseorang dapat melakukan penelitian dan analisis karya sastra dengan kajian instrinsik dan ekstrinsik. Dalam meneliti karya sastra secara instrinsik bahasa dapat digunakan sebagai sarana analisis, karena bahasa merupakan 80
INSYIRAH, Jurnal llmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian
Stili.s~
dasar dalam menghasilkan karya sastra. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan tanda yang dapat didengar, yaitu bunyi bahasa, dan tanda yang dapat terlihat, yaitu huruf. Pencerita atau pun pendongeng menyampaikan apa yang dipikirkan atau dirasakannya dengan ragam bahasa yang khas, yaitu ragam bahasa sastra (Sudjiman, 1993: 1-2). Dengan demikian, bahasa adalah sarana penyampaian yang dapat dianalisis dari aspek fonologis, sintaksis, morfologis, dan semantis. Karya-karya sastra, seperti puisi, seringkali dikaji dari aspek suara atau fonologis karena keindahan suara atau alunan suara yang merdu, manakala semua varian dalam pengucapan dan pengungkapan puisi memiliki makna-makna tertentu. Dalam mengungkapkan gagasan dan perasaan, manusia emiliki cara tersendiri. Seseorang dapat saja mengungkapkan gagasan dan pendapatnya dengan puisi, dan terkadang melalui cerita atau lagu yang ia sukai. Pemilihan sarana-sarana ini pastilah menggunakan bahasa tertentu atau style yang berbeda satu dengan yang lain. Maka analisis stilistika atau analisis terhadap penggunaan bahasa dalam sebuah karya sastra dapat dilakukan dalam beberapa ranah kajian, baik pada tataran fonologis, sintaksis, maupun morfologis sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing peneliti. Berikut adalah model analisis stiiistika dari aspek fonologis (suara) karena bunyi-bunyi tidak dapat dipisahkan dari bahasa itu sendiri dan dapat melahirkan makna semantis dari bunyi-bunyi tersebut, yang kemudian dapat mengantarkan peneliti kepada esensi dari sebuah karya sastra. B. Gambaran Umum Teori Stilistika
Stilistika dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah 'ilm al-uslub atau al-uslubiyah. Kata uslub dapat berarti jalan, seni dari perkataan atau perbuatan (Ma'luf, 2005: 343). Dalam bahasa Eropa, kata style diambil dari bahasa Latin, stylus, yang berarti 'bulu burung', dan secara majaz mengacu pada pengertian yang berhubungan dengan cara menulis, untuk manuskrip dan pengungkapan bahasa sastra (Qalyubi, 1997: 22).
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
81
Mohammad Rofiqi
Stilistika secara luas dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Style, dalam hal ini dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa (Sudjiman, 1993: 13). Menurut Teeuw, stilistika pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa yang khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra, dan lain-lain, atau menyimpang dari bahasa sehari-hari, atau bahasa yang sudah diangap baku dan normal (Teeuw, 1984: 72). Senada dengan ungkapan Teeuw, stilistika mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik. Stilistika mengkaji sastrawan "memanipulasi" (dalam arti memanfaatkan) potensi dan kaedah yang terdapat di dalam bahasa serta memberikan efek tertentu. Stilistika meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, meneliti deviasi atau penyimpangan terhadap tata bahasa sebagai sarana literer, dan lain-lain (Sudjiman, 1993: 3). Dengan demikian, tugas studi stilistika memerikan secara epat bagaimana bahasa digunakan oleh pengarang untuk mencapai efek-efek khusus yang nantinya ditangkap oleh pembaca. Penggunaan bahasa yang dilakukan pengarang memang disengaja untuk mencapai hal tersebut (Subroto, dkk., 1999: 26-27). Menurut Teeuw, sebagaimana dikutip Sudjiman, bahwa ada dua prinsip universal utama yang berfungsi dalam kode bahasa sastra, yaitu prinsip ekuivalensi atau kesepadanan dan prinsip deviasi atau penyimpangan (Sudjiman, 1993: 16). Jika prinsip kesepadanan yang digunakan oleh sastrawan, maka efek yang dicapai ditimbulkan oleh hasH kesepadanan antara unsur atau sarana bahasa itu. Tetapi, jika prinsip penyimpangan yang digunakan, maka tentunya efek yang ditimbulkan bersumber atau hasil dari penyimpangan tersebut. Gaya bahasa atau stilistika mencakup diksi (pilihan kata) , struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seseorang dalam mencipta karya sastra (Sudjiman, 1993: 13-14). Dengan demikian ranah kajian stilistika meliputi fonologi, prefensi lafal, prefensi kalimat, dan deviasi (Qalyubi, 1997: 59).
82
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian Stilistika
c. Selayang Pattdang Fonologi (Ihnu Bunyi) Bahasa tidak dapat dipisahkan dari suara. Seseorang yang ingin mengungkapkan atau mengatakan sesuatu kepada orang lain menggunakan bahasa yang terucap dengan keluarnya bunyi dari mulutnya. Yang dimaksud dengan bunyi adalah fonem-fonem atau unit satuan bunyi yang membentuk aturan bunyi bahasa CFarihah, 1973: 8). Analisis linguistis dapat dilakukan dalam empat tataran, yaitu aspek fQnologi, aspek morfologi, aspek sintaksis, dan aspek leksikal C'Akasyah, 2005: 13-14). Fonologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang terucap. Ia adalah salah satu kajian dari linguistik dan berbeda dengan kajian-kajian lainnya, yaitu mengkaji bahasa yang diucapkan saja dan sebagai bagian terkecil dari unit satuan semantis dalam bahasa C'Akasyah, 2005: 17). Fonologi bukan bagian dari tata bahasa Csintaks dan morfologO, karena ia berada pada urutan terendah tata bahasa CVerhaar, 1981: 7). Ada dua istilah yang berkaitan dengan bunyi bahasa, yaitu fonetik dan fonologi. Fonetik adalah kajian terhadap bunyi bahasa dan berusaha menjelaskan cara mengungkapkannya dan fungsi secara fisik CAI-Musawi, 1998: 26). Dengan kata lain, studi bahasa ucapan yang sebenarnya tanpa melihat fungsinya secara linguistis (Hilal, 1986: 86). Adapun fonologi adalah kajian terhadap aturanaturan bunyi dan mengungkapkan pengaruh bunyi-bunyi tersebut dalam susunan kata dan kalimat (Al-Musawi, 1998: 26). Menurut Verhaar, fonologi adalah studi atas bunyibahasa dari aspek fungsinya dalam membedakan makna leksikal bahasa (Verhaar, 1981: 36). Fonetik terbagi dalam tiga cabang, yaitu: 1. Fonetik Organis, yaitu mempelajari organ wicara manusia dan aktifitasnya dalam mengeluarkan bunyi atau suara. Para linguis memasukkan ilmu ini ke dalam bagian studi bahasa. 2. Fonetik Akustis, yaitu mempelajari getaran dan gelombang suara yang dibawa oleh udara sampai telinga pendengar. Ilmu ini banyak berkaitan dengan ilmu alam pada laboratorium bunyi atau suara. 3. Fonetis Auditoris, yaitu mempelajari cara pendengaran atau
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
83
Mohammad Rofiqi
telinga menerima bunyi dari aspek kebiasaannya dan fungsinya. Ilmu ini termasuk dalam pembahasan ilmu kedokteran, Neurologi (Marsono, 2006: 2-3). Para Unguis kontemporer membagi suara atau bunyi bahasa ke dalam dua bagian, yaitu konsonan dan vokal. Konsonan adalah suara yang berkaitan dengan tempat keluarnya suara (makhraJ) tertentu yang menghalangi udara keluar dari tenggorokan ketika melakukan aktifitas bunyi (bersuara). Sedangkan vokal adalah suara yang tidak terhalang oleh salah satu organ wicara. Dengan kata lain, suara yangkeluar tidak diucapkan dari temp at keluarnya suara yang menghalangi nafas untuk keluar, sehingga suara terdorong secara bebas ketika diucapkan, seperti panjang atau huruf 'illah dalam bahasa Arab ('Akasyah, 2005: 17). Dasar pembagian ini adalah sifat alamiah setiap suara. Para linguis membagi suara konsonan menjadi tiga bagian: (Nahlah, 1981: 329-333). 1. Menurut letak pita suara dari getar atau tidaknya ketika mengucapkan kata 2. Menurut tempat keluarnya suara (makharij al-huruj) 3. Menurut kondisi keluarnya udara ketika bersuara Untuk suara vokal, para linguis membaginya menjadi beberapa bagian, di antaranya: 1. Dengan melihat bagian lidah yang paling atas. Bagian ini mencakup tiga bagian vokal, yaitu suara vokal depan (front vowels), suara vokal belakang (back vowels), dan suara vokal tengah (central vowels). 2. Dengan melihat posisi atas yang diangkat oleh lidah. Bagian ini mencakup empat bagian vokal, yaitu suara vokal tertutup (close vowels), suara vokal terbuka Copen vowels), suara vokal separuh tertutup (half-close vowels), dan suara vokal separuh terbuka (half-open vowels). 3. Dengan melihat letak kedua bibir, dan mencakup dua bagian, yaitu suara vokal di mana kedua bibir bertemu dengan sangat rapat dan renggang.
84
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian Sti14iliika
Setiap bunyi bahasa memiliki sifat-sifat tersendiri. Begitu juga pada huruf konsonan dan vokal bahasa Arab. Suara huruf konsonan dalam bahasa Arab terbagi dalam beberapa macam: 1. Plosive, yaitu tempat keluamya udara yang berasal dari kedua paru-paru tertahan dengan kuat pada suatu tempat. Hasilnya adalah udara yang keluar tertahan, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba sehingga udara terdorong keluar berupa suara yang seakan meledak. Huruf-huruf konsonan plosive dalam bahasa Arab Fusha adalah ba, ta, .ta, dhadh, kaj, qaj, dan hamzah qa"t'i. 2. Nasal, yaitu udara yang keluar tertahan secara kuat pada sebuah tempat di dalam mulut tetapi dengan merendahkan langit-langit mulut yang lunak sehingga udara dapat berhembus melalui hiduhg. Huruf-huruf konsonan nasal dalam bahasa Arab Fusha adalah mim dan nun. 3. Lateral, yaitu dengan meletakkan lidah di tengah-tengah keluarnya udara dengan meninggalkan tempat berhembusnya udara melalui salah satu sisi lidah. Contoh huruf jenis ini adalah lam. 4. Rolled (suara yang terulang), yaitu hasil yang dikeluarkan adalah udara berhembus cepat mengikuti salah satu anggota wicara yang lunak seperti ujung lidah. Huruf jenis ini adalah ra. 5. Fricative, yaitu menyempitnya jalan udara yang keluar dari kedua paru-paru pada salah satu tempat di mana udara yang keluar terdengar bergesekan. Huruf-huruf fricative adalah fa, tsa, sin, ~ad, syin, kha, ha, dan Ita yang keseluruhannya dibisikkan (samar), sedangkan huruf dzal, :fa, zay, ghain, dan 'ain yang keseluruhannya terdengar jelas. 6. Plosive-Fricative, bagian dari konsonan plosive yang mengikuti prosesnya secara plosif secara langsung dan mengikuti prinsip fricative yang berlawanan dengannya. Dalam bahasa Arab hanya ada satu huruf, yaitu huruf jim. 7. Serupa dengan suara vokal, yaitu terdiri dari vokal tertutup dan vokallain yang lebih tampak keluar (prominence). Yang menyebabkan suara ini keluar bersamaan dengan suara vokal adalah perpindahan suara dengan cepat sekaligus menyempit pada nafas yang kuat atau nafas yang panjang. Ada dua bunyi dalam bahasa Arab, yaitu waw dan ya dalam kalimat wajada Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
85
Mohammad Rofiqi
danyazina. Adapun suara-suara vokal bahasa Arab dibagi dua: (Nahlah, 1981: 334). 1. Vokal pendek, yaitu fathah, kasrah, dan dhammah. 2. Vokal panjang, yaitu alif mamdudah, seperti qcUa, ya' mamdudah, seperti bf'a, dan waw mamdudah, seperti rUh. D. Analisis Stilistik dari Aspek Fonologis 1. Hubungan Bunyi dengan Makna
Ada beberapa pendapat para linguis dalam masalah hubungan bunyi dengan makna. Berikut adalah beberapa pendapat mereka: AI-Khalil bin Ahmad al-Farahidi adalah linguis yang pertama kali mengungkapkan pengaruh hubungan bunyi dengan makna, dan diikuti oleh Sibawaih. Ibnu Jinni menyatakan dalam bukunya, alKha(>iH(>, bahwa penemuan ini adalah penemuan yang bagus dan mulia, dan para ilmuwan mengakui kebenarannya. Ia menambahkan bahwasa jika sebuah ungkapan memiliki keserupaan dengan makna, maka ungkapan terse but menunjukkan makna yang serupa. Ia juga menggambarkan bahwa ada hubungan di antara sebagian bunyi dan apa yang dimaksud oleh bunyi C'Akasyah, 2005: 20). Dalam masalah ini, Abu al-Fath, setelah memperhatikan pendapat Ibnu Jinni perihal menerima lafal, menjelaskan bahwa rna§dar-rna§dar ruba'i mudha'afmengandung makna pengulangan, seperti za'za'ah, qalqalab, zalzalab, dan lain sebagainya. Begitu juga dalam kategori ma§dar dan sifat untuk wazan fa'ala mengandung rnakna cepat, seperti al-syaka, walaqa, dan lain-lain. Begitu pula halnya dalam pengulangan 'ain al-fi 'it yang menunjukkan pengulangan fi 'ii, seperti kassara, qa.t!a'a, dan gballaqa CNahlah, 1981: 335-336).
Pendapat Ibnu ]inni yang lain bahwa ada beberapa bunyi ang lebih kuat maknanya dari pada bunyi-bunyi yang lain, seperti qadhm dan khadhm. Qadhm digunakan pada sesuatu yang kering dan keras, sedangkan khadm digunakan pada sesuatu yang basah. Hal ini dikarenakan kuatnya qaf dan lemahnya kha. Contoh yang lain adalah ~a 'ada dan sa 'ada. $a 'ada digunakan untuk menaiki sesuatu yang konkrit, seperti mendaki gunung dan memanjat dinding, sedangkan sa 'ada untuk sesuatu yang abstrak, seperti INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian St$stika "" rf."
kebahagiaan seorang kakek atau kehormatan yang tinggi. Hal itu dikarenakan kuatnya /;lad dan kelemahan sin. Hal serupa juga pada perbedaan kata ~I dan ~I. Nadba/;l untuk air dan sejenisnya, sedangkan nadbakb lebih kuat dari nadba/;l. Sebagaimana firman Allah: "01.1>~ 0~ ¥". Huruf /;Ia untuk air yang ringan, sedangkan huruf kba untuk yang berat C'Akasyah, 2005: 21-22). Sehubungan dengan penjelasan pendapat IbnuJinni di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengulangan bunyi menyebabkan pengulangan, gambaran, dan kekuatan makna 2. Penambahan suara asal merupakan penambahan makna asH 3. Ada hubungan antara suara dan makbraj (tempat keluar) huruf dengan makna yang dikandungnya Demikian pula al-Suyuthi yang menggambarkan pemyataan 'Ibad Sulaiman al-Shumiri dari golongan Mu'tazilah bahwasanya antara lafal dan makna yang dikandung terdapat kesesuaian alamiah. Al-'Aqqad juga menyampaikan pendapat Profesor Rasyid Salim al-Khuri, seorang penyair besar, mas"alah makna wazanwazan dan makharij at-buruf dalam bahasa Arab bahwa: 1. Huruf fa adalah lawan dari huruf 'ain, di mana huruf fa menunjukkankejelasan, seperti ~,~,~,~,~,~ dan sebagainya. 2. Huruf dhadkhusus untuk kesialan dan kebencian, baik berupa
fi'i! atau isim, seperti ,JJ4.=, ,t~ '''4b~'~,~,~,~ ~-'~ ,~~ '~f dan sebagainya. 3. Huruf /{a adalah kebalikan dari huruf dhad, yang hampir mendominasi makna-makna yang paling mulia dan kuat, seperti ~j.> ,~ ,~ ,~ ,~4.> ,~ ,.;> 'y.>, dan sebagainya. Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat Profesor 'Aqqad bahwa terdapat hubungan antara sebagian huruf dan makna kata. Pelajaran yang dapat diambil adalah pada posisi huruf dalam kata dan bukan pada susunan kalimatnya. Pengecualian dalam makna terkadang berasal dari perbedaan ungkapan dan perkiraan. Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
87
Mohammad Rofiqi.
Hubungan bunyi dengan makna terjadi pada hal-hal berikut: 1. PengUlangan Suara Bahasa Al-Qur'an terkadang menggunakan suara yang terulang sebagai sarana menggambarkan dan membesarkan sikap. Terdapat irama bunyi yang berkontribusi dalam memunculkan makna yang maksud. Seperti yang terdapat pada surah alNas, khususnya pada ayat keempat dan kelima. Huruf sin yang terulang pada surah ini adalah suara konsonan yang pelan (dibisikkan) fricative, di mana seseorang tidak dapat mengucapkannya dengan mulut tertutup. Suara ini ditujukan untuk mengungkapkan bisikan atau hasutan setan yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kejahatan dan tipu daya, dan juga oleh setan untuk menghiasi hati manusia untuk melakukan maksiat. 2. Pengulangan Suara Sebelumnya Di dalam Al-Qur'an terdapat pengulangan suara sebelumnya yang terkadang menciptakan keteraturan bunyi setelahnya tetapi juga berbeda dengan perbedaan yang tipis, yaitu pada akhir ungkapan makna tertentu sifat bunyi khusus, seperti I'fl ~11~1j-4A.lt, .J-J LoJ J:llt," ."I~ 4,-, .I~ WJ~". Pada ayat-ayat seperti ini pengulangan bunyi sesuai dengan maknanya. AlQur'an·terkadang menunjukkan mayoritas suara yang terulang pada dua kata yang bersambung untuk membuat jenis jinas (kesesuaian bunyi). 3. Pengulangan Bentuk Bunyi Pengaruh pengulangan keseluruhan bunyi terjadi pada pendengaran yang enak, dan dalam pengulangan bunyi terdapat keindahan yang menjadikan bunyi tersebut lebih dekat pada jiwa, mudah dalam menghafal dan mengulanginya. Bentuk bunyi ini diukur dengan keakuratan yang terbatas, yaitu mukjizat yang besar, seperti u~Wlj.~ u~WIJ.1h4i u~Wt, .Ij~ ul&.jWt,
\..4.w ••• dan ayat-ayat aI-Quran lainnya.
88
INSYIRAH, }urnal llmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian StiliS,tika
2. Potongan-potongan Bunyi (Syllables) Salah satu unsur analisis stilistik pada tataran bunyi adalah silabel. Meskipun para linguis berbeda pendapat dalam pengertian silabe1, baik dilihat dari sisi akustik, pengucapan atau pun fungsi, tetapi pengertiannya secara umum adalah satuan unit dasar yang memberikan tugas dalam pada fonem. Dan dikatakan bahwa satuan unitlah yang membawa satu penekanan (aksentuasi) dalam bahasa yang beraksentuasi atau pun satu irama dalam bahasa yang berirama. Silabe1 dibagi dua, yaitu terbuka dan tertutup. Silabe1 terbuka adalah potongan bunyi yang berakhir dengan huruf vokal dan silabel terbuka adalah potongan bunyi yang berakhir dengan huruf konsonan (Nahlah, 1981: 355). Susunan potongan bunyi yang dapat diterima dalam bahasa Arab yang berkesimbungan adalah sebagai berikut: (Nahlah, 1981: 356). 1. (k v), seperti ba jarr atau waw 'a,.taj
= (-;---1)
2. (k v), seperti "i-lA 3. (k ~ k), seperti ~ - 0A K = konsonan V = vokal V = vokal panjang Dapat juga dikatakan bahwa ada tiga macam silabel 1. Silabe1 Pendek, yaitu terdiri dari konsonan + vokal pendek (k + v)
2. Silabe1 Panjang yang memiliki dua bentuk: a. k + v panjang (k + ~) . b. k + v pendek + k (k + v + k) 3. Silabe1 yang muncul ketika berhenti: a. k + v panjang + k (k+ ~ + k): (":J~) dengan basukun (mati) b. k + v pendek + k + k (k + v + k + k): sukun (mati)
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
(~)
dengan ba
89
Mohaml'nad.Rofiqi
Contoh silabel dalam al-Quran adalah ftrman Allah: (Nahlah,
1981: 359-360). ( ~t;.. ~..\i ~
tt J..,At .loSf.u, ..l ~iJ iJw)', f~ ry. )
Ungkapan ayat al-Quran di atas adalah berkenaan dengan sikap penyesalan yang menimpa manusia, kemudian mati ketika menyesal
0/t.- I iJ "-;-! IJ ~; I":"'!J I!J ..:... ~ I..:. . . :;., I..:... ~ :iJ -;- ~ I-;-..J 1":"'.- IJ ..:...~ I..:.....:;., 11$":'" J I~ I~ J I; I":"'~ lloS; I!J -::- ~ I~ ~-ito I..:. . J I~ liJ' I-J 1I~ Itt I..:... c 1-::- J I~..:;., Ir..:...:> I:>":'" J liJ Mayoritas silabel di atas -terbuka. Silabel terbuka tersebut adalah ~ I~ liJ I~ I; lloS; It.-I. Seakan-akan menyerupai Nabi Nuh yang menyesal dan berduka atas kelalaiannya kepada Allah. IiJ I~ ~ I~I bacaan alif panjang silih berganti dengan ya panjang untuk menggambarkan kondisi geljsah dan penyesalan dengan suara yang lemah, kemudian silih berganti dan turun untuk kembali, lalu naik lagi ke atas kemudian berganti ke bawah.
3.
Fa~ilab Fa~ilah,
menurut para ahli Balaghah, adalah salah satu unsur sajak. Unsur-unsur sajak ada tiga, yaitu qarinab (potongan ungkapan yang menghubungkan dengan ungkapan lain), f~ilab (kata terakhir dalam qarinab), dan rawi (huruf akhir darif~ilab, khusus dalam puisi). Sajak, ditinjau dari aspek huruf rawi dan wazan dibagi tiga, yaitu: 1. Al-Mutawazi, yaitu kesesuaian bait puisi pada huruf rawi dan wazan 2. Al-Mut~rrif, yaitu kesesuaian bait puisi pada huruf rawi tanpa wazan
3. Al-Mutawazin, yaitu kesesuaian bait puisi pada wazan tanpa huruf rawi
90
INSYIRAH, Jumal nmu Bahasa Arab d:m Studi Islam
Analisis Fonologis dalam Kajian
Sti~stika
Beberapa contoh analisis stilistik adalah sebagai berikut
1. Al-Mutawazi (~I;i ~I~J .~l;s.iJ ~I~) .
.
2. Al-Muta.tarriJ (~I~ \..;)4~
Iy...\$') . ~~ 0.J>rf- '1 IjtS'
r-'l)
3. Al-Mutawazin (J'.J\II d ~ 1~1 ':}.S') (~ J'.) \II ~ ( . t:;.... S'UI ~ ui ~ ~ .!illl)~.) S'b-) .i~ i~) E. Penutup
Mempelajari bahasa tidak bisa lepas dari studi bunyi atau fonologi, yaitu sebuah studi yang fundamental dalam setiap bahasa sebagaimana keduanya tidak bisa dipisahkan. Karya sastra juga tidak bisa lepas dari bahasa lisan, apalagi dalam seni musik dan lagu. Studi fonologi melalui analisis stilistik dirasa bagus untuk mengungkap rahasia makna sebuah kata melalui pelafalan, bahkan dapat mengetahui makna huruf dalam sebuah kata. Analisis stilistik bahasa pada tataran fonologis dari aspek hubungan bunyi dengan makna, silabel dan huruf akhir, akan mengantarkan peneliti pada teks-teks sastra yang bagus dan indah, disertai kandungan makna yang senada dengan ungkapannya sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari apa yang dihasilkan dari studi ini, apalagi jika studi ini dicoba untuk menguak dan menggali rahasia kandungan al-Quran dari aspek bunyi.
Daftar Pustaka 'Akasyah, Muhammad, At-Tablil al-Lugbawi Ii Dbau-i 'lIm adDalalab, Mesir: Dar an-Nasyr lil ]ami'at, 2005. Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemabnya. Farihah, Anis, Nazbariyat Ii al-Lugbab, Beirut: Dar al-Kitab alLubnani, 1973. Hilal, Abdul Ghaffar Hamid, 'lIm al-Lugbab bayn al-Qadim wa alHadits, Mesir: Mathba'ah al-]ablawi, 1986. Ma'luf, Louis, Al Munjidfl al Lugbab wa al !'lam, Cet. ke-41, Beirut: Dar al Masyriq, 2005. Marsono, Fonetik, Yogyakarta: UGM Press, 2006.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 79-92
91
Mohammad Rofiqi
Musawi, Manaf Mahdi Muhammad al-, 'llmu al-Asbwat al-Lugbawiyab, Beirut: 'Alim al-Kutub, 1998. Nahlah, Mahmud Ahmad, Lugbab al-Qur'an al-Karimfijuz 'Amma, Beirut: Dar an-Nahdhah al-'Arabiyah, 1981. Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika al-Qur'an: Pengantar Orientasi Studi al-Qur'an, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997. Subroto, D. Edi, dkk., Telaab Stilistika: NovelBerbabasajawa Tabun 1980-an, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Sudjiman, Panuti, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993. Teeuw, Andreas, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984. Verhaar, ].W.M., Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992.
92
INSYIRAH, Jurnal llmu Bahasa Arab dan Studi Islam