perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PEDAGANG BAKPIA PATHOK DI KELURAHAN NGAMPILAN
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : NURUL ENGGAR TYASTININGSIH NIM. F0108096
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2013
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PEDAGANG BAKPIA PATHOK DI KELURAHAN NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F0108096 ABSTRAKSI Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan usaha para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode penelitian survey di Yogyakarta, dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Ngampilan yang merupakan daerah sentra penjual Bakpia Pathok. Unit analisis adalah para pedagang atau penjual Bakpia Pathok yang berada di Kelurahan Ngampilan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diambil dari wawancara, yaitu dengan berdialog langsung dengan para responden, observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, dan kuisioner yang disebarkan kepada para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang menurut hasil sensus ekonomi tahun 2006 oleh Badan Pusat Statistik Yogyakarta berjumlah 72 pedagang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 pedagang. Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi model LogLinear dengan metode Ordinary Least Square (OLS) melalui program eviews 6.0 dan menunjukan bahwa variable pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, dan tingkat upah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Sedangkan variable modal usaha, waktu dagang, dan jumlah usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data antara lain F-statistic sebesar 4.184105, significance probability sebesar 0.002839, Adjusted R-Squared sebesar 0.317856, R-squared sebesar 0.417682. Hal ini menunjukkan bahwa 41.76% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan sisanya sekitar 58.24% dijelaskan oleh variabel diluar model. Berdasarkan hasil dari uji F diperoleh F hitung > F tabel sehingga semua variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi 10%. Para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan pada khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta pada umumnya harus meningkatkan pengalaman usahanya dan tetap menambah pengetahuan atau pendidikan di bidang bisnis makanan, serta menetapkan tingkat upah tenaga kerja yang sesuai demi kesejahteraan pekerjanya. Hal ini semua dilakukan guna meningkatkan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.
. Kata kunci: Pedagang, MWD commit Test, modal to userusaha, pengalaman usaha, jam berdagang, pendidikan, jumlah tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja. ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING PROFIT TRADER BAKPIA PATHOK IN SUB NGAMPILAN
NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F 0108096
ABSTRACT The main objective of this study was to analyze the factors that can affect the level of profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan. This research is descriptive quantitative. This study uses quantitative and survey research methods in Yogyakarta, by taking a case study in the village which is the center Ngampilan Bakpia Pathok sellers. The unit of analysis is the merchant or seller Bakpia Pathok located in the Village Ngampilan. The type of data used are primary data and secondary data. Primary data was taken from the interview, which is the direct dialogue with the respondents, observation or collection of data through observation and recording systematically the research object, and the questionnaires were distributed to the traders in the village Bakpia Pathok Ngampilan. The population in this study were the merchants in the Village Ngampilan Bakpia Pathok which according to the 2006 economic census by Statistics Yogyakarta totaled 72 merchants. The sampling method in this study used the number of Slovin to obtain samples as many as 42 vendors. Data were analyzed using analysis tools Log-Linear regression models by the method of Ordinary Least Square (OLS) through 6.0 eviews program and show that the variable business experience, education has been pursued merchants, and wage labor have a significant influence on the profits traders Bakpia Pathok Yogyakarta. While variable capital, trade time, and the amount of effort not significantly affect traders' profits Bakpia Pathok in Yogyakarta. Based on the analysis of data obtained by the other F-statistic of 4.184105, significance probability of 0.002839, Adjusted R-Squared of 0.317856, R-squared of 0.417682. This indicates that 41.76% of the variation can be explained in the model variable and the remaining 58.24% is explained by variables outside the model. Based on the results obtained from test F F count> F table so that all the independent variables together - together affect the dependent variable at a significance level of 10%. The merchants in the Village Bakpia Pathok Ngampilan in particular and merchants Bakpia Pathok in Yogyakarta in general should improve the experience of business and still gain knowledge or education in the field of food business, and to determine the level of labor appropriate for the welfare of workers. This is all done in order to increase profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan.
Keywords : Traders, MWD Test, venture capital, business experience, hours of trade, education, workforce, labor wage rates. commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahan untuk : 1. Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa memberikan ridhoNya. 2. Bapak, Ibuk, Adek yang selalu memberikan motivasi, dorongan, semangat serta doa sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi. I love you so much. 3. Mbah Kakung, Mbah Uti, Bulek Titi, Bulek Warni, Bulek Gendut, Lek Umar, Lungit yang juga selalu memberikan semangat dan doa nya. 4. Sahabat-sahabat tercinta, Dini, Memel, Furi, Ningrum, Devi, Saridewi, Mbak Mita, Acik, Rusminah, Jum-jum, Dony, Paul, Arif, Putri, Menik, Hesty. Semoga kita selalu diberi kemudahan dalam segala urusan, semangat guys, Fighting! 5. Seluruh Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2008 yang telah mengukir banyak kenangan indah dari awal sampai akhir studi.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
...Say "I am getting better and better time by time" (@pemulihanjiwa)...
...Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu (Imam Syafi'i)...
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Secara khusus dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat kepada: 1. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo,M.Si, selaku pembimbing yang selalu memberikan saran dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga selesai. 2. Bapak Dr. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu
Maryuni,
selaku
Lurah
Kelurahan
Ngampilan
yang
telah
memperkenankan penulis melakukan kegiatan penelitian di kantor Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta. 5. Ibu Sumiyati dan Ibu Dini Sumarjono selaku Ketua Paguyuban Sumekar dan Paguyuban Laris Manis, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian dan menyebar kuisioner kepada pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Seluruh pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang telah memberikan kesempatan dan menyempatkan waktunya kepada penulis untuk mewawancarai berkenaan dengan usaha Bakpia Pathok. 7. Kedua Orang Tua saya Bapak Marwandi Siswo Pranoto dan Ibu Musriyem, serta adik saya Ratna Yuni Ratriningsih yang tiada hentinya mendukung dan memberikan semangat serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan studi. 8. Mbah Kakung, Mbah Uti, Bulek Titi, Bulek Warni, Bulek Gendut, Lek Umar, Lungit yang selalu memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku, Dini, Memel, Furi, Ningrum, Devi, Acik, Rusminah, Mbak Mita, Jum-jum, Dony, Saridewi, Paul, Arif, Putri, Menik, Hesty, terima kasih telah menjadi guru, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. I love you guys. 10. Teman-teman Fakultas Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 Terima kasih atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan penulis. Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan yang berharga bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i ABSTRAKSI................................................................................................ ii ABSTRACT ................................................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ ... iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8 A. Arti Penting Industri Kecil ......................................................... 8 B. Permasalahan Industri Kecil ...................................................... 10 C. Sektor Informal ……………………………………………….. 11 D. Pendapatan ................................................................................. 12 E. Pengertian Pedagang ………………………………………….. 15 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Keuntungan …………………………………………………… 17 G. Penelitian Terdahulu ………………………………………….. 22 H. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 24 I. Hipotesis ……………………………………………………… 25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 27 A. Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian ......................................... 27 B. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 27 C. Jenis danSumber Data ............................................................... 28 D. Teknik Pengambilan Sampel …………………………………. 29 E. Definisi Operasional Variabel ................................................... 30 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 33 1. Uji Pemilihan Model ............................................................. 33 a. Uji MWD……………………………………………... 33 b. Metode Regresi Log-Linear ………………………….. 36 2. Uji Statistik ........................................................................... 37 a. Uji t …………………………………………………… 37 b. Uji F …………………………………………………... 39 c. Uji Koefisien Determinasi R2 ………………………… 40 3. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 41 a. Multikolinearitas ……………………………………... 41 b. Heteroskedastisitas …………………………………... 42 c. Autokorelasi …………………………………………. 42
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...............................
43
A. Gambaran Umum Kelurahan Ngampilan .................................. 43 1. Aspek Geografis ................................................................... 43 2. Aspek Demografi ................................................................. 44 3. Kondisi Perekonomian Kelurahan Ngampilan ..................... 48 4. Bakpia Pathok ...................................................................... 50 B. Karakteristik Pedagang............................................................... 53 1. Karakteristik Menurut Kelompok Umur ............................... 54 2. Status Perkawinan ................................................................ 55 3. Modal Usaha ......................................................................... 56 4. Pengalaman Usaha ................................................................ 57 5. Jumlah Tenaga Kerja ............................................................ 58 6. Keuntungan per Hari ............................................................ 59 7. Jam Berdagang ..................................................................... 60 8. Tingkat Pendidikan .............................................................. 60 9. Tingkat Upah Tenaga Kerja ………………………………. 61 10. Hambatan Usaha .................................................................. 62 C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan ................... 65 1. Uji Pemilihan Model ………………………………………. 65 a. Uji MWD ………………………………………….. 65 b. Uji Statistik ............................................................... 71 1) Uji t ………………………………………... 71 2) Uji F ……………………………………….. 73 3) Uji Koefisien Determinasi R2 ……………... 74 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 74 1) Multikolinearitas …………………………... 74 2) Heteroskedastisitas ………………… ……... 75 3) Autokorelasi ……………………………….. 76 2. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi ....................................... 77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 82 A. Kesimpulan ................................................................................ 82 B. Saran-saran ................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85 LAMPIRAN ................................................................................................ 87
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
4.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................................... 44
4.2
Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan ..................................... 45
4.3
Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan ...................... 45
4.4
Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga Kerja .................. 46
4.5
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum ...................... 46
4.6
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ..................................... 47
4.7
Sarana dan Prasarana Perdagangan di Kelurahan Ngampilan ............. 48
4.8
Sarana dan Prasarana Jasa di Kelurahan Ngampilan ........................... 48
4.9
Sarana dan Prasarana Perkoperasian ................................................... 49
4.10
Jenis Industri Masyarakat Kelurahan Ngampilan ............................... 49
4.11
Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur .......................... 55
4.12
Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan ....................... 55
4.13
Karakteristik Responden Menurut Modal Usaha ............................... 56
4.14
Karakteristik Responden Menurut Pengalaman Usaha ...................... 57
4.15
Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja .................. 58
4.16
Karakteristik Responden Menurut Keuntungan per-Hari .................. 59
4.17
Karakteristik Responden Menurut Jam Berdagang ........................... 60
4.18
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................... 61
4.19
Karakteristik Responden Menurut Upah Tenaga Kerja .................... 61
4.20
Karakteristik Responden Menurut Terbatasnya Modal .................... 62
4.21
Karakteristik Responden Menurut Kurangnya Tenaga Kerja .......... 63
4.22
Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Pesaing ............. 64 commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.23
Karakteristik Responden Berdasarkan Pemasaran ........................... 65
4.24
Hasil Uji MWD Linear ..................................................................... 67
4.25
Hasil Uji MWD Log-Linear ............................................................. 68
4.26
Hasil Persamaan Regresi Keuntungan ............................................. 69
4.27
Hasil Uji t ......................................................................................... 71
4.28
Uji Multikolinearitas ........................................................................ 75
4.29
Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 76
4.30
Uji Autokorelasi ............................................................................... 77
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
2.1 Diagram Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang ................... 24 2.2 Kriteria Pengujian Uji t .............................................................................. 38 2.3 Kriteria Pengujian Uji F .............................................................................. 40
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN PEDAGANG BAKPIA PATHOK DI KELURAHAN NGAMPILAN NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F0108096 ABSTRAKSI Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan usaha para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metode penelitian survey di Yogyakarta, dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Ngampilan yang merupakan daerah sentra penjual Bakpia Pathok. Unit analisis adalah para pedagang atau penjual Bakpia Pathok yang berada di Kelurahan Ngampilan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer tersebut diambil dari wawancara, yaitu dengan berdialog langsung dengan para responden, observasi atau pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, dan kuisioner yang disebarkan kepada para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang menurut hasil sensus ekonomi tahun 2006 oleh Badan Pusat Statistik Yogyakarta berjumlah 72 pedagang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 pedagang. Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi model LogLinear dengan metode Ordinary Least Square (OLS) melalui program eviews 6.0 dan menunjukan bahwa variable pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, dan tingkat upah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Sedangkan variable modal usaha, waktu dagang, dan jumlah usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data antara lain F-statistic sebesar 4.184105, significance probability sebesar 0.002839, Adjusted R-Squared sebesar 0.317856, R-squared sebesar 0.417682. Hal ini menunjukkan bahwa 41.76% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan sisanya sekitar 58.24% dijelaskan oleh variabel diluar model. Berdasarkan hasil dari uji F diperoleh F hitung > F tabel sehingga semua variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi 10%. Para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan pada khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta pada umumnya harus meningkatkan pengalaman usahanya dan tetap menambah pengetahuan atau pendidikan di bidang bisnis makanan, serta menetapkan tingkat upah tenaga kerja yang sesuai demi kesejahteraan pekerjanya. Hal ini semua dilakukan guna meningkatkan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.
. Kata kunci: Pedagang, MWD commit Test, modal to userusaha, pengalaman usaha, jam berdagang, pendidikan, jumlah tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING PROFIT TRADER BAKPIA PATHOK IN SUB NGAMPILAN
NURUL ENGGAR TYASTININGSIH F 0108096
ABSTRACT The main objective of this study was to analyze the factors that can affect the level of profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan. This research is descriptive quantitative. This study uses quantitative and survey research methods in Yogyakarta, by taking a case study in the village which is the center Ngampilan Bakpia Pathok sellers. The unit of analysis is the merchant or seller Bakpia Pathok located in the Village Ngampilan. The type of data used are primary data and secondary data. Primary data was taken from the interview, which is the direct dialogue with the respondents, observation or collection of data through observation and recording systematically the research object, and the questionnaires were distributed to the traders in the village Bakpia Pathok Ngampilan. The population in this study were the merchants in the Village Ngampilan Bakpia Pathok which according to the 2006 economic census by Statistics Yogyakarta totaled 72 merchants. The sampling method in this study used the number of Slovin to obtain samples as many as 42 vendors. Data were analyzed using analysis tools Log-Linear regression models by the method of Ordinary Least Square (OLS) through 6.0 eviews program and show that the variable business experience, education has been pursued merchants, and wage labor have a significant influence on the profits traders Bakpia Pathok Yogyakarta. While variable capital, trade time, and the amount of effort not significantly affect traders' profits Bakpia Pathok in Yogyakarta. Based on the analysis of data obtained by the other F-statistic of 4.184105, significance probability of 0.002839, Adjusted R-Squared of 0.317856, R-squared of 0.417682. This indicates that 41.76% of the variation can be explained in the model variable and the remaining 58.24% is explained by variables outside the model. Based on the results obtained from test F F count> F table so that all the independent variables together - together affect the dependent variable at a significance level of 10%. The merchants in the Village Bakpia Pathok Ngampilan in particular and merchants Bakpia Pathok in Yogyakarta in general should improve the experience of business and still gain knowledge or education in the field of food business, and to determine the level of labor appropriate for the welfare of workers. This is all done in order to increase profits traders Bakpia Pathok in Sub Ngampilan.
Keywords : Traders, MWD Test, venture capital, business experience, hours of trade, education, workforce, labor wage rates. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia hingga saat ini masih merupakan permasalahan yang cukup rumit untuk diselesaikan. Hal ini terjadi karena lapangan kerja formal tidak lagi mampu menyerap seluruh ketersediaan tenaga kerja akibat bertambah majunya teknologi yang digunakan untuk menggantikan fungsi tenaga kerja manusia. Masalah pendidikan dan kemampuan angkatan kerja yang kebanyakan mempunyai keterampilan yang masih relatif rendah, sedangkan lapangan kerja formal mengharuskan tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai kompetensi yang tinggi agar mendapat tempat pada lapangan kerja formal tersebut. Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara angkatan dan kesempatan kerja dengan segala dampak secara sosial ekonomi inilah yang akan menjadikan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas utama di Indonesia. Akibat dari sulit bekerja di sektor formal inilah yang membuat masyarakat berfikir untuk mendirikan usaha sendiri tanpa harus berupaya mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Sejalan dengan keadaan itu, pemerintah menyadari bahwa penciptaan lapangan usaha baru yang dikelola oleh wiraswasta-wiraswasta sebagai pelaku bisnis yang siap terjun pada persaingan adalah salah satu cara untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Jenis usaha yang banyak dipilih untuk menjadi awal karir masyarakat adalah usaha kecil atau industri kecil. Industri kecil merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri makanan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah). Industri kecil juga merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya dalam pembangunan, usaha kecil harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling isi mengisi, saling memperkuat antara industri kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesarbesarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha. Seiring dengan dibukanya kesempatan yang lebar kepada setiap orang untuk menciptakan lapangan pekerjaan, maka otomatis akan timbul pula persaingan-persaingan usaha pada bidang yang sama di suatu wilayah tertentu. Hal tersebut yang menjadi pemicu para pengusaha untuk berfikir kreatif dan menciptakan suatu inovasi yang dapat menciptakan suatu produk yang menarik, suatu produk yang berhubungan dengan masyarakat sehari-hari dan dapat mendatangkan keuntungan yang optimal. Produk makanan ringan adalah satu usaha yang banyak dilirik para pengusaha-pengusaha kecil yang mulai merintis usahanya. Salah satunya adalah di daerah Yogyakarta, tepatnya di Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta selain menjadi tempat tujuan berwisata, menjadi tempat perdagangan, baik barang-barang kerajinan maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
makanan-makanan khas yang menjadi ciri khas Kota Yogyakarta. Salah satu makanan yang menjadi ciri khas Kota Yogyakarta adalah Bakpia Pathok. Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan. Bakpia Pathok awalnya berasal dari pembuat bakpia pertama dan terkenal sejak 1978 dari Jalan Pathok nomer 75 yang hingga kini tetap bertahan dan bernama Bakpia Pathok 75. Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan kue oleh-oleh itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992.
Seiring waktu,
bermunculan pula Bakpia Pathok 25,21, 555 dan sebagainya. Untuk rasa dan kualitas, tentunya para konsumen harus cukup selektif. Saat Bakpia Pathok 75 masih tetap konsisten pada isi kacang hijau untuk menjaga keasliannya, rumahrumah bakpia lain mulai mengembangkan isi dengan kacang merah, rasa cokelat, keju bahkan durian. Bakpia Pathok ini adalah salah satu maskot Yogyakarta paling terkenal selain Malioboro, jika berkunjung ke Yogyakarta pasti membawa bakpia untuk oleh oleh sanak saudara dan teman. Selama ini orang banyak mengenal nama Bakpia Pathok, karena memang penjual dan produsen bakpia banyak bertebaran di kawasan Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Yang membedakan Kelurahan Ngampilan dengan daerah penjual commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bakpia Pathok lain selain letaknya yang strategis dan berada sangat dekat dengan pusat kota, Kelurahan Ngampilan merupakan daerah asal Bakpia Pathok. Kampung di Kelurahan Ngampilan yang menjadi pusat penjualan maupun produksi Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yaitu wilayah Sanggrahan, Ngadiwinatan, dan Mertolulutan. Jika musim liburan tiba, maka dapat dipastikan wilayah ini akan padat penuh dengan kendaraan para pembeli bakpia. Tidak sulit bagi pendatang dari luar Yogyakarta untuk menemukan lokasi ini. Di sentra bakpia ini terdapat banyak sekali penjual dan produsen bakpia. Dari yang punya toko mentereng dan besar sampai yang skala industri dan toko rumah tangga,. Yang sudah sering dikenal itu ada Bakpia Pathok 25, 35, 38, 55, 67, 75, 99, dan entah nomor berapa lagi. Angka–angka itu umumnya menunjukkan angka nomor alamat rumah. Tidak ada yang tahu bagaimana awal mulanya sampai mereka mulai memakai nomor rumahnya itu untuk menamai produk bakpianya. Mungkin karena kepraktisan saja maka produsen memakai nomer rumahnya. Butuh dukungan dari berbagai pihak agar para pedagang dapat mengoptimalkan keuntungan, baik dukungan dari pedagang sendiri, para pembeli, maupun dukungan dari faktor lain yang tentunya akan sangat membantu. Berdasarkan alasan di tas tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah yaitu : 1. Bagaimana pengaruh modal usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ? 2. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ? 3. Bagaimana pengaruh waktu dagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ? 4. Bagaimana pengaruh pendidikan yang telah ditempuh pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ? 5. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ? 6. Bagaimana pengaruh tingkat upah tenaga kerja pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan ?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 2. Untuk mengetahui pengaruh lama usaha terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 3. Untuk mengetahui pengaruh waktu dagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Untuk megetahui pengaruh pendidikan yang telah ditempuh terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 5. Untuk megetahui pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 6. Untuk megetahui pengaruh tingkat upah tenaga kerja terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi Dunia Pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dimanfaatkan sebagai informasi tambahan khususnya di bidang bisnis makanan. 2. Bagi Pemerintah Diharapkan dapat sebagai referensi tambahan dalam upaya pengembangan dan pengelolaan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan khususnya dan pedagang Bakpia Pathok di D.I Yogyakarta pada umumnya. 3. Bagi Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan agar dapat lebih mengembangkan usaha serta melakukan inovasi agar dapat mencapai keuntungan yang optimal.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan untuk memenuhi syarat-syarat penulis guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Universitas Sebelas Maret. 5. Bagi Pembaca Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca tentang kegiatan dan perkembangan usaha Bakpia Pathok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arti Penting Industri Kecil Dari pengelompokan dan penggolongan industri kecil dan rumah tangga dalam klasifikasi industri dapat terlihat bahwa kegiatan industri kecil dan rumah tangga tidak hanya masuk dalam klasifikasi tenaga kerja saja, melainkan dapat dimasukkan ke berbagai klasifikasi sesuai dengan karakteristik klasifikasi, seperti : industri hulu dan industri hilir. Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) dapat masuk dalam industri hilir karena industri hulu merupakan industri yang membutuhkan modal, teknologi dan sumber daya manusia yang tinggi. Dengan demikian, karakteristik industri kecil dan rumah tangga adalah (www.google.com/industrikecil ) : 1.
Industri yang bersifat
industri yang ekstraktif
yang cenderung
menggunakan barang setengah jadi menjadi barang jadi. 2.
Industri yang dikelompokkan pada industri dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 19 orang. Batasan jumlah pekerja terkait dengan kompleksitas organisasi apabila jumlah tenaga semakin banyak yang juga membutuhkan pembiayaan.
3.
Industri yang dilakukan tidak perlu pengolahan lebih lanjut yang disebut dengan industri primer. Hal ini disebabkan kemampuan, modal dan teknologi yang murah daripada industri yang dikatagorikan industri sekunder atau primer. commit to user
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Industri yang cenderung banyak memanfaatkan bahan dari pertanian (misal:
pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
perikanan)
daripada
pertambangan. Hal ini disebabkan oleh kemudahan teknologi yang digunakan terhadap bahan dari pertanian daripada pertambangan atau jasa. Sebagai contoh : industri makanan, mebel dan kerajinan tangan dan sebagainya. 5.
Industri yang tidak tergantung pada kondisi tertentu seperti bahan baku, pasar dan tenaga kerja, karena kebutuhan tenaga kerja yang kecil. Manajemen pengelola, teknologi yang rendah serta tidak membutuhkan tenaga kerja yang ahli membuat karakter industri ini tidak tergantung persyaratan lokasi. Dalam arti lokasi industri kecil dan rumah tangga sangat fleksibel.
6.
Ditinjau dari proses produksinya, IKRT (Industri Kecil dan Rumah Tangga) dapat digolongkan sebagai industri hilir, yaitu menggunakan barang setengah jadi menjadi barang jadi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pengolahannya dibandingkan dengan industri hulu.
7.
Industri Kecil dan Rumah Tangga termasuk pada industri ringan. Dalam hal ini ditinjau dari barang yang dihasilkan merupakan barang yang sederhana, tidak rumit serta tidak membutuhkan proses yang rumit dan teknologi yang tinggi.
8.
Sebagian besar industri kecil dan rumah tangga adalah masyarakat menengah ke bawah yang tidak mempunyai modal serta aset untuk mendapatkan bantuan dari bank, sehingga sistem pemodalan adalah commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mandiri/swa-dana. Sebagian besar persoalan dari IKRT adalah persoalan modal yang rendah sehingga tidak dapat meningkatkan produknya. 9.
Ditinjau dari subyek pengelola, IKRT merupakan industri yang dimiliki oleh pribadi (rakyat) dengan sistem pengelolaannya yang sederhana.
10. Ditinjau dari cara pengelolaannya, industri ini merupakan industri yang mempunyai struktur manajemen dan sistem keuangan yang sederhana. Hal ini disebabkan industri ini lebih banyak bersifat kekeluargaan. B. Permasalahan Industri Kecil Dari banyak studi yang dilakukan oleh para ahli pada industri kecil di Indonesia, permasalahan pokok yang banyak dihadapi oleh sektor industri kecil adalah : 1. Nurimansyah Hasibuan (1990 : 2) : a. Mutu produk yang rendah b. Teknologi produksi yang sangat tradisional c. Kurangnya modal usaha d. Pasar yang terbatas e. Motivasi berproduksi terbatas pada tingkat subsistem f. Keterampilan yang kuran g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris 2. Tulus Tambunan (2002 : 73-80) a. Kesulitan pemasaran b. Keterbatasan financial c. Keterbatasan SDM d. Masalah bahan baku
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Keterbatasan teknologi C. Sektor Informal 1. Pengertian Sektor Informal Berikut ini beberapa definisi atau pengertian sektor informal : a. Lingkungan usaha yang tidak resmi atau lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja (seperti wiraswasta). Sebagai contoh usaha yg paling menguntungkan sektor informal adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yg ramai. b. Sektor informal juga dapat diartikan unit usaha kecil yg melakukan kegiatan
produksi dan/atau distribusi barang dan
jasa untuk
menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yg terlibat unit tsb bekerja dng keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian c. Segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. d. Sektor Informal juga dapat didefinisikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Definisi ini membuat batasan yang jelas dan tegas: sepanjang bantuan atau fasilitas pemerintah belum pernah diterima atau dinikmati oleh sebuah unit usaha, maka unit usaha itu digolongkan ke dalam sektor informal. Dengan demikian, ketersediaan fasilitas pemerintah bukanlah unsur utama, melainkan bagaimana sebuah unit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
usaha dapat dengan mudah memperoleh fasilitas tersebut. Misalnya, bisa saja pemerintah pemerintah daerah mendirikan beratus-ratus ruko (rumah toko) diberbagai lokasi, tetapi karena berbagai alasan, tidak satu pun pedagang kaki lima (sektor informal) dapat memiliki ruko tersebut, baik secara tunai maupun secara kredit. 2. Karakteristik Sektor Informal a. Mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini. b. Bersandar pada sumber daya lokal c. Biasanya bersifat usaha milik keluarga d. Operasi skala kecil, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya) e. Keterampilan diperoleh dari luar system formal sekolah f. Teknologi yang dipakai relative sederhana g. Tidak diatur dalam pasar yang kompetitif h. Bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa bersakala kecil i.
Pemberian upah pada sektor informal lepas dari campur tangan pemerintah tidak seperti upah sektor formal yang diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Propinsi (UMP).
D. Pendapatan Pada hakekatnya konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Paton dan Littleton menyebutnya sebagai produk perusahaan dan besarnya diukur dengan jumlah rupiah aktiva baru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
yang diterima dari pelanggan (konsumen). Laba akan timbul bilamana jumlah rupiah aktiva menunjukkan pendapatan melebihi jumlah rupiah total biaya yang dibebankan. Berikut beberapa pengertian pendapatan yang dikemukakan penulis dalam berbagai literatur akuntansi. a. Menurut Donals E. Kieso dan Jerry J. Weygandy (1986 : 164), memberikan definisi sebagai berikut : Revenue is an in flow of cash or other properties in exchange for good sold or services rendered. Definisi ini menjelaskan bahwa pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan jasa yang dihasilkan. b. Menurut Eldon S. Hendriksen (dalam Marianus Sinaga, 1993 : 164) mendefinisikan pendapatan adalah ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannya selama satu periode. Menurut definisi ini, maka pendapatan diukur berdasarkan jumlah barang dan jasa yang diserahkan kepada pembeli atau langganan (dengan menggunakan satuan mata uang tertentu). Jadi merupakan aliran keluarnya (out flow) nilai atas barang atau jasa yang ditransfer kepada langganannya. c. Menurut Zaki Baridwan (1992 : 30) Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. commit to user
Kemudian beliau
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melanjutkan pula bahwa hasil penjualan atau pendapatan jasa menunjukkan jumlah hasil penjualan kepada pembeli selama suatu periode akuntansi, dikurangi penjualan retur dan potongan-potongan. Pengertian di atas bahwa pendapatan adalah keseluruhan penerimaan dari suatu unit usaha selama satu periode tertentu setelah dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan. Maksud penjualan retur adalah pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tertentu yang dikirm rusak atau tidak sesuai pesanan. Sedangkan potongan penjualan adalah potongan yang diberikan kepada pelanggan karena langganan membayar lebih cepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk mendapat potongan. d. Menurut C. Rolin Niswonger dan Carl S. Waren (dalam Hyginus Ruswianarto, 1993 : 57) pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan. Maksud definisi di atas adalah pendapatan dapat dihasilkan melalui berbagai kegiatan usaha baik yang berasal dari usaha perdagangan, jasa maupun profesi yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kotor (laba bruto). e. Menurut Smith and Skousen (1995 : 15) pendapatan adalah kenaikan (inflows) dari aktiva yang berasal dari operasi (kegiatan) normal perusahaan. Dalam definisi ini terdapat pembatasan yang jelas mengenai commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber dana yang dapat digolongkan sebagai revenue dan sumber dana yang tidak dapat digolongkan sebagai revenue. f. Menurut M. Munandar (1996 : 18) Pendapatan (revenue) adalah suatu pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Definisi ini menjelaskan bahwa suatu pertambahan assets dapat disebut revenue atau pendapatan apabila pertambahan assets tersebut berasal dari kontra prestasi yang diterima perusahaan atas jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain. Selanjutnya, pertambahan atau peningkatan assets akan mengakibatkan bertambahnya owners equity. E. Pengertian Pedagang Pedagang merupakan orang yang berusaha dibidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Mereka adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan Bayu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk melakukan suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi atau non-bisnis (Irawan Bayu Swastha, 1992: 291). Menurut Forbes (dalam Marning dan Effendi, 1985: 335-358), struktur perdagangan sektor informal dapat dilihat secara tepat dengan menggolongkan para pedagang dalam tiga kategori, yaitu: a. Penjual Borongan (Punggawa) Punggawa adalah istilah umum yang digunakan di seluruh Sulawesi Selatan untuk menggambarkan pihak yang mempunyai cadangan dan penguasaan modal yang lebih besar dalam perekonomian dan digunakan secara luas di kota dan di desa. Istilah punggawan ini tidak mempunyai pengertian yang tepat, namun diantara pedagang sektor informal, istilah ini dapat digunakan untuk menggambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengorganisir barang-barang dagangan. b. Pengecer Besar Pedagang besar adalah pedagang-pedagang besar yang mempunyai warung di pasar. Warung atau kios tersebut adalah tempat yang permanen, dalam artian bahwa bangunannya tidak berpindah-pindah, namun kekuatan penggunaan tempat tersebut tergantung pada persetujuan dan tata tertib pemerintah setempat. c. Pengecer Kecil Kategori pengecer kecil ini mencakup pedagang pasar yang berjualan di luar pasar, tepi jalan, maupun mereka yang menempati kioskios di pinggiran pasar. Perbedaan dari pengecer besar adalah mereka hanya membayar sedikit saja untuk menggunakan tempat-tempat tersebut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
tidak seperti pedagang yang memperoleh tempat yang tetap dalam pasar yang resmi. Seperti yang disebutkan sebelumnya pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Tujuan dari kegiatan yang dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimum. F. Keuntungan a. Teori Keuntungan Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang. Pemilik usaha menjalankan kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksismum, dan keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya. Keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, keuntungan dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan di antara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara bentuk matematis sederhana dapat ditulis sebagai berikut : TR – TC = 䤸
Keterangan :
a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. TR = output x harga jual b. TC (Total Cost) adalah total biaya yang dilakukan utnuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dihasilkan untuk menghasilkan output hingga jumlah tertentu dengan biaya yang sama) dan biaya variabel (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi) c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus mempunyai selisih positif, bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Event Point) atau tidak terjadi keuntungan maupun kerugian. Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al (1995) adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan sebaik-baiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang digunakan. Oleh karena itu, tujuan dari suatu perusahaan ataupun pedagang adalah untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh keuntungan, pedagang harus dapat memaksimumkan penerimaan dan meminimumkan
biaya.
Besarnya
penerimaan
yang
diperoleh
dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar jumlah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. b. Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok 1) Modal Usaha Modal Usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil atau tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi menjadi 2, yaitu (Suryana, 2001:36) : a) Modal Tetap Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. b) Modal Lancar Modal lancar adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal dapat dibagi menjadi 2, yaitu (Riyanto, 1994:51) : a) Modal investasi tetap, meliputi peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan usaha. b) Modal kerja, digunakan untuk membiayai operasional sehari-hari, misalnya untuk memberikan porsekot, pembelian bahan mentah, dan membayar upah tenaga kerja. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pengalaman Usaha Pengalaman usaha dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi dengan lingkungan, di mana di dalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman yang diperoleh seseorang meliputi 3 aspek, yaitu : a) Pengalaman berupa pengetahuan b) Pengalaman berupa keterampilan c) Pengalaman berupa sikap atau nilai Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah, karena keterampilan yang lebih maka seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatannya (Bambang Riyanto, 1994:63) Menurut Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Raida Nur Hapsari (2004), dalam hal pengalaman kerja ternyata tidak hanya menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih dari itu juga perlu diperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah dihadapinya. Sejalan dengan bertambahnya pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya
karena
penguasaan
situasi
dan
kondisi
menghadapi calon pelanggan yang bervariasi semakin baik.
commit to user
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
3) Waktu dagang / jam berdagang Waktu dagang atau jam berdagang adalah curahan waktu yang diberikan oleh pedagang (pemilik dan pegawai) dalam suatu proses produksi setiap harinya. Jones dan Bondan telah membagi lama kerja seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori. Aris & Hatmaji (1985:175): a. Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka ia dikategorikan bekerja dibawah jam normal. b. Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 45 jam perminggu, maka ia dikategorikan bekerja pada jam normal. c. Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu, maka ia dikategorikan bekerja dengan jam panjang. 4) Pendidikan Tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Sarjana. 5) Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap keuntungan pedagang. Jika jumlah tenaga kerja pada suatu usaha mencukupi, maka akan sangat membantu dalam pelayanan konsumen sehingga berimbas pada kenaikan keuntungan. 6) Tingkat Upah Tenaga Kerja Tingkat pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan usaha pada dasarnya merupakan imbalan atau balas jasa dari para commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemilik usaha kepada tenaga kerja atas prestasi yang telah disumbangkan dalam kegiatan usahanya. Tingkat upah tenaga kerja yang diberikantergantung pada : a) Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya. b) Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR). c) Produktivitas marginal tenaga kerja. d) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha. e) Perbedaan jenis pekerjaan. Tingkat upah yang diberikan oleh para pemilik usaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan usaha.
F. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Fitri Daniati (2008) dengan judul Aalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Enceng Gondok di Kabupaten Bantul ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal usaha, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan jangkauan pemasaran terhadap pendapatan pengrajin enceng gondok di Kabupaten Bantul. 2. Penelitian Kris Ciptawan (2009) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Boga Surakarta ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan besar pengaruh variabel modal, lama usaha, harga menu utama, dan tenaga kerja dapat mempengaruhi keuntungan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan serta untuk mengetahui commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keuntungan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta. 3. Penelitian Irham Baehaqi (2011) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pembuatan Pangsit di Kabupaten Klaten ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan merk dagang terhadap keutungan usaha pembuatan pangsit di Kabupaten Klaten serta pengaruhnya secara bersamasama variabel tersebut terhadap keuntungan usaha pembuatan pangsit. 4. Penelitian Reni Pratiwi Setyawardhany (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel modal dagang, jam dagang, pengalaman berdagang, tenaga kerja, serta produk yang dijual terhadap keuntungan usaha pedagang grosir batik setono Pekalongan.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Kerangka Pemikiran Dari uraian dan teori yang dikemukakan di atas mengenai analisis faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang yang menjual Bakpia Pathok di Yogyakarta, faktor yang ingin diteliti antara lain modal usaha, pengalaman usaha, waktu dagang, pendidikan yang telah ditempuh, jumlah tenaga kerja, dan upah tenaga kerja pedagang Bakpia Pathok dan dapat disimak pula dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Modal Usaha
Lama Usaha / Pengalaman usaha
Waktu Dagang Tingkat Keuntungan Para Pedagang Bakpia Pathok Pendidikan yang Telah Ditempuh Pedagang Jumlah Tenaga Kerja
Tingkat Upah Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Sumber : Data Primer yang Diolah commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari kerangka pemikiran di atas diasumsikan bahwa variabel modal usaha, pengalaman usaha, waktu dagang, pendidikan yang telah ditempuh, jumlah tenaga kerja, dan tingkat upah tenaga kerja akan secara signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan para pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta.
H. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian teori di atas dan studi yang pernah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa hipotesa yaitu sebagai berikut : 1. Diduga bahwa faktor modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
pedagang Bakpia
Pathok di
Kelurahan
Ngampilan. 2. Diduga bahwa faktor lama usaha atau pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 3. Diduga bahwa faktor waktu dagang berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
pedagang Bakpia
Pathok di
Kelurahan
Ngampilan. 4. Diduga bahwa faktor pendidikan yang telah ditempuh pedagang berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. 5. Diduga bahwa faktor jumlah tenaga kerja pedagang berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Diduga bahwa faktor tingkat upah tenaga kerja pedagang berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskripstif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal usaha, pengalaman usaha, waktu dagang, pendidikan, jumlah tenaga kerja, serta tingkat upah tenaga kerja terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Yogyakarta, yaitu di Kelurahan Ngampilan yang merupakan daerah sentra penjual Bakpia Pathok. Unit analisis pada penelitian ini adalah para pedagang atau penjual Bakpia Pathok yang berada di Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta.
B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode penelitian survey, yaitu penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab atau teknik commit to user
27
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan secara lansung kepada para pedagang atau penjual Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta untuk melengkapi data yang diperlukan dan telah tertulis di dalam kuisioner. 2. Observasi Observasi adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung keadaan umum respoden yang diteliti sehingga diperoleh data yang seakurat mungkin. 3. Kuisioner Kuesioner adalah pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada reponden untuk memperoleh data primer. 4. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah pengumpulan data empirik serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data para pedagang atau penjual Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta yang dikumpulkan dengan cara wawancara. Data primer yang digunakan adalah identitas responden, identitas usaha, faktor yang mempengaruhi keuntungan para pedagang Bakpia Pathok.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Sekunder Data tentang pedagang Bakpia Pathok yang diperoleh di Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta serta dari literatur dan sumber kepustakaan lain yang terkait dengan data yang digunakan.
D. Teknik Pengambilan Sampel Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian dan sampel merupakan
himpunan
bagian
dari
populasi
yang
menjadi
obyek
sesungguhnya. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Menurut hasil dari sensus ekonomi tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta terdapat 72 pedagang Bakpia Pathok yang terdapat di Kelurahan Ngampilan. Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap
bisa
mewakili
keseluruhan
populasi
(Djarwanto
dan
Pangestu,1993:108). Metode pengambilan sampel menggunakan Metode Slovin, namun kelemahan dari metode ini adalah jumlah sampelnya yang tidak lebih dari seratus berapapun jumlah populasinya. Kemudian syarat dari Metode Slovin bahwa populasi yang akan diteliti harus homogen. Menurut Metode Slovin pengambilan sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlahnya dapat diambil dengan rumus sebagai berikut (Sevilla, 1993:161163) : commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n =
N 1 + Ne2
Keterangan : n = besaran sampel N = besaran populasi e = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (nilai kritis) 1 = angka konstanta Dengan menggunakan Metode Slovin, diperoleh jumlah sampel dengan nilai kritis 10% adalah sebagai berikut : n=
72 1 + (72.0,01)
=
72
= 41,86 = 42 responden
1,72 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sample secara acak. Cara Simple Random Sampling dilakukan dengan cara Ordinal, yaitu mula-mula seluruh individu harus didaftar terlebih dahulu, lalu dipilih beberapa sample yang dibutuhkan dengan cara yang ditentukan sendiri. E. Definisi Operasional Variabel Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan dalam penelitian ini yaitu: commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel keuntungan/laba adalah penghasilan yang diperoleh para pedagang dari hasil penjualan dagangan setiap harinya dikurangi biaya operasional perbulannya, seperti biaya kulakan, biaya produksi, biaya transportasi, biaya retribusi, dan lain-lainnya. Keuntungan per hari dinyatakan dalam rupiah. 2. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Modal Usaha Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan modal usaha adalah jumlah uang yang digunakan pedagang untuk menjalankan operasional usahanya, baik modal sendiri maupun modal dari pihak lain (modal pinjaman). Variabel modal usaha diukur dalam satuan rupiah. b. Lama Usaha/Pengalaman Usaha Yang dimaksud dengan pengalaman usaha atau lama usaha dalam penelitian ini adalah interaksi diri pribadi dengan lingkungan, di mana di dalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman usaha didapat dari mulai merintis toko Bakpia Pathok sampai saat sekarang. Variabel ini dinyatakan dalam satuan tahun. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Waktu Dagang Yang dimaksud dengan jam berdagang adalah curahan waktu yang diberikan oleh pedagang (pemilik dan pegawai) toko Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta atau waktu yang diperlukan oleh pedagang ketika sedang berdagang dalam satu hari. Variabel ini dinyatakan dalam satuan jam perhari. d. Pendidikan Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendidikan adalah lamanya pedagang mengenyam bangku pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat pendidikan yang tertinggi. Variabel ini dinyatakan dalam satuan tahun. e. Jumlah Tenaga Kerja Yang dimaksud dengan variabel jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini adalah banyaknya tenaga kerja manusia yang terlibat langsung dalam proses berdagang. Variabel ini dinyatakan dalam satuan orang. f. Tingkat Upah Tenaga Kerja Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan upah tenaga kerja adalah imbalan atau balas jasa dari para pemilik usaha kepada tenaga kerja atas prestasi yang telah disumbangkan dalam kegiatan usahanya. Variabel upah tenaga kerja ini dinyatakan dalam satuan rupiah.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Teknik Analisis Data 1. Uji Pemilihan Model a. Uji MWD Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan pertanyaan atau masalah empirik (empirical question) yang sangat penting, hal ini karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan ataupun mengatakan apakah sebaiknya fungi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear ataukah log-linear atau bentuk fungi lainnya. Dalam kenyataannya seorang peneliti biasanya menggunakan feeling langsung menetapkan model regresi yang digunakan dinyatakan dalam bentuk log-linear, karena bentuk log-linear diyakini dapat mengurangi tingkat variasi data yang digunakan. Namun, sebenarnya keyakinan tersebut tidak sepenuhnya benar karena tidak menutup kemungkinan dalam kasus tertentu, suatu model regresi akan lebih tepat diregresi dengan dinyatakan dalam bentuk linear (tanpa log). Oleh karena itu, dalam melakukan suatu studi empiris, sebaiknya model yang akan digunakan diuji dahulu, apakah sebaiknya menggunakan bentuk linear ataukah log-linear. Dalam studi empirik, biasanya digunakan metode-metode seperti model transformasi Box-Cox, metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson tahun 1983, atau lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan mcAleer tahun 1988 atau disebut pula dengan BM test dan metode yang dikembangkan Zarembka tahun 1968. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode MacKinnon, White, dan Davidson (1980) atau MWD Test untuk menentukan model regresi yang akan akan digunakan, apakah linear ataukah log-linear. Untuk dapat menerangkan uji MWD, maka langkah pertama adalah membuat dua regresi model dengan asumsi : Model regresi 1 : Linier Y = � + � X1 + � X2 + � X3 + � X4 + � X5 + � X6 + Ui… (3.1) Model regresi 2 : Log-Linier
LnY = � + � LnX1 + � LnX2 + � LnX3 + � LnX4 + � LnX5 + �
LnX6 + Ui ……………………………………………………….... (3.2) Keterangan : Y = Keuntungan Per Hari X1 = Variabel Modal Usaha X2 = Variabel Pengalaman Usaha X3 = Variabel Jam Kerja X4 = Variabel Pendidikan X5 = Variabel Jumlah Tenaga Kerja X6 = Variabel Tingkat Upah Tenaga Kerja � = Koefisien Intersep
� = Koefisien Modal Usaha
� = Koefisien Pengalaman Usaha � = Koefisien Jam Kerja
� = Koefisien Pendidikan
� = Koefisien Jumlahcommit TenagatoKerja user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
� = Koefisien Tingkat Upah Tenaga Kerja Ui = Variabel pengganggu
Dari persamaan (3.1) dan (3.2) di atas, selanjutnya akan diterapkan MWD test. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Melakukan regresi terhadap persamaan (3.1) kemudian kita mendapatakan nilai fitted dari Y yang kita namai dengan YF b. Melakukan regresi terhadap persamaan (3.2) kemudian kita mendapatkan nilai fitted dari LY yang kita namai dengan LYF c. Mencari nilai Z1 dengan cara mengurangkan nilai log dari YF dengan LYF d. Mencari nilai Z2 dengan cara mengurangkan nilai antilog dari LYF dengan YF e. Melakukan regresi dengan persamaan (3.1) dengan menambahkan variabel Z1 sebagai variabel penjelas. Y = � + � X1 + � X2 + � X3 +� X4 + � X5 + � X6 + � Z1 +
Ui ………………………………………………………………(3.3) Bila Z1 signifikan secara statistic maka kita menolak model yang benar adalah linear atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan, maka model yang benar adalah log-linear f. Melakukan regresi dengan persamaan (3.2) dengan menambahkan variabel Z2 sebagai variabel penjelas Y = � + � X1 + � X2 + � X3 + � X4 + � X5 + � X6 + � Z2 +
Ui ………………………………………………………….…...(3.4) commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bila Z2 signifikan secara statistic maka menolak model yang benar adalah log-linear atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan maka model yang benar adalah linear. b. Metode Regresi Log-Linear Untuk menguji hipotesis, seberapa besar pengaruh variabel modal usaha, pengalaman usaha, dan jam kerja terhadap keuntungan maka digunakan rumus regresi linier berganda transformasi logaritma sebagai berikut (Sumodiningrat, 1994 : 78) : LnY = � + � LnX1 + � LnX2 + � LnX3 + � LnX4 + � LnX5 + � LnX6 + Ui Dimana : LnY
= Keuntungan Per Hari
LnX1
= Variabel Modal Usaha
LnX2
= Variabel Pengalaman Usaha
LnX3
= Variabel Jam Kerja
LnX4
= Variabel Pendidikan
LnX5
= Variabel Jumlah Tenaga kerja
LnX6
= Variabel Tingkat Upah Tenaga Kerja
� = Koefisien Intersep
� = Koefisien Modal Usaha
� = Koefisien Pengalaman Usaha � = Koefisien Jam Kerja
� = Koefisien Pendidikan
� = Koefisien Jumlah Tenaga Kerja commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
� = Koefisien Tingkat Upah Tenaga Kerja Ui = Variabel pengganggu
Selanjutnya terhadap hasil regresi dengan model tersebut dilakukan uji statistik yang meliputi uji t (uji tiap-tiap individu secara variabel) dan uji F (secara bersama-sama). Selain itu akan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearlitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 2. Uji Statistik Uji statistik dilakukan untuk mengetahui adanya kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis nol. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a. Uji t Uji t yaitu pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial utnuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Ketentuan dalam uji t adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis Ho :
�
= 0 (berarti variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen) Ho : �
0 (berarti variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen) 2) Menentukan nilai 3) Melakukan perhitungan nilai t, yaitu sebagai berikut : t tabel =
; d f = N- K commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di mana : = derajat signifikasi N = banyaknya data yang digunakan K = banyaknya parameter atau koefisian regresi plus konstanta t hitung = di mana : � = koefisien regresi variabel ke-i Se = standar eror
4) Kriteria Pengujian
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-t tabel
t tabel
Ho diterima apabila –t /2
t
Ho ditolak apabila t
t /2
-t /2 atau t
/2
Gambar 2.2 Kriteria Pengujian Uji t Sumber : Modul Laboratorium Ekonometrika,2006
5) Kesimpulan a) Jika t hitung
t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b) Jika t hitung
t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersamasama. Uji ini dimaksudkan utnuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan. Ketentuan dalam Uji F adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis Ho = � = � = � = � = � = � = 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen) Ha
�
�
�
�
�
�
0 (berarti secara bersama-
sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen) 2) Menentukan nilai 3) Melakukan penghitungan nilai F F tabel
F ; (N-K) ; (K-1)
Di mana : = derajat signifikasi N = jumlah data K = jumlah parameter dalam model termasuk konstanta Fhit = Di mana :
/
/
R2 = koefisien determinasi berganda K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan commit to user N = banyaknya observasi
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila F hitung Ho ditolak apabila F hitung
F tabel F tabel
Ho Ditolak
Ho Diterima
F tabel Gambar 2.3 Kriteria Pengujian Uji F Sumber : Modul Laboratorium Ekonometrika,2006
5) Kesimpulan a) Jika F hitung
F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya koefisien regresi variabel independen secara bersamasama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b) Jika F hitung
F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. c. Uji Koefisien Determinasi R2 Koefisien Determinasi R2 digunakan utnuk mengetahui seberapa jauh variasi dari variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikat. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2 mendekati 1, maka variasi dari variabel tersebut dapat menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rumus : R2 = Di mana R2 adalah o
∑
R2
∑
1
∑
∑ ∑ ∑
∑
Jika R2 = 1 berarti ada kecocokan yang sempurna Jika R2 = 0 berarti tidak ada hubungan variabel dependen dengan variabel independen Jika R2 = berarti bahwa variabel independen hubungannya semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model tersebut baik. 3. Uji Asumsi Klasik Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati,1999:153). Untuk mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLUE maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah : a. Multikolienaritas Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang yang linier atau mendekati linier antara variabelvariabel penjelas. Akibat adanya multikolinieritas sempurna, r2 xi, xj = 1, adalah koefisien yang diestimasi tidak dapat ditentukan dan standar error dari koefisien menjadi sangat
besar.Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas
digunakan regresi auxiliary, yaitu membandingkan koefisien determinasi Regresi asal (Ra2) dengan koefisien determinasi regresi antar variabel independen (R2), Ra2 lebih besar dari R2 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas di dalamcommit model.to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Heterokedastisitas Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas yaitu suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu uji Park, uji Glejser,
uji
White,
dan
uji
Breusch-Pagan-Godfrey.
Pengujian
heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji White. c. Autokorelasi Suatu model dikatakan terdapat autokorelasi apabila terjadi korelasi serial error term variabel pengganggu serangkaian observasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam model digunakan Langrange Multiplier-test, yaitui berupa regresi atas semua variabel independen dalam persamaan model regresi diatas dan variabel lag-1 dari nilai residual dari hasil regresi model. Sehingga dari regresi tersebut akan didapat nilai R2 (R-squared) kemudian dimasukkan dalam rumus ( t -1)R2 , dimana
adalah jumlah observasi . Kemudian dilakukan pengujian
dengan hipotesa sebagai berikut : Ho :
= 0, tidak ada masalah autokorelasi.
Ha :
0, terdapat masalah autokorelasi. Jika (
-1)R2 > dari X2 (0,1), berarti terdapat masalah
autokorelasi. Namun jika sebaliknya maka tidak terjadi masalah autokorelasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Ngampilan 1. Aspek Geografis a. Kondisi Geografis Kelurahan Ngampilan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Wilayah Kota Yogyakarta. Kelurahan Ngampilan terletak di Kecamatan Ngampilan, tepatnya di bagian sisi utara dan terbagi atas 13 RW dan 70 RT. Kelurahan Ngampilan mempunyai batas-batas administratif sebagai berikut : 1) Sebelah Utara : Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedong Tengen 2) Sebelah Selatan : Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan 3) Sebelah Barat : Kelurahan Pakuncen Kecamatan Wirobrajan 4) Sebelah Timur : Kelurahan Ngupasan Kecamatan Gondomanan b. Luas Daerah Sesuai dengan data monografi kelurahan, luas tanah yang termasuk dalam wilayah kelurahan Ngampilan secara keseluruhan adalah 45,48 Ha. Dari keseluruhan luas tanah tersebut diperuntukkan untuk jalan 3,4356 Ha, bangunan umum 0,2488 Ha dan pemukiman atau perumahan 41,7956 Ha. Selanjutnya untuk luas tanah di kelurahan Ngampilan
digunakan
untuk
industri
0,6443
Ha,
pertokoan/
perdagangan 0,4800 Ha, perkantoran 1,2100 Ha, pasar desa 0,8525 Ha, commit to user
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah wakaf 0,2828 Ha dan sisanya adalah pemukiman. Keadaan tanah dan topografi kelurahan Ngampilan secara umum merupakan dataran rendah yang mempunyai ketinggian 114m dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata di kelurahan Ngampilan adalah 28°C dengan curah hujan yang cukup banyak yaitu 1500 mm/th. c. Keadaan Iklim Sama halnya dengan daerah-daerah di Indonesia yang beriklim tropis, Kelurahan Ngampilan juga beriklim tropis dengan memperoleh pengaruh angin muson yang berganti arah setiap setengah tahun sekali. Pengaruh angin muson ini akan menyebabkan timbulnya hujan dan musim kemarau. 2. Aspek Demografi a. Jumlah Penduduk Berdasarkan
data
monografi.
Jumlah
penduduk
kelurahan
Ngampilan adalah 13.865 jiwa, yang terdiri dari 6.916 laki-laki dan 6946 perempuan yang terbagi dalam 2619 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kelurahan Ngampilan secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 6.916 49.88 Perempuan 6.949 50.12 13.865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
Jumlah penduduk menurut kewarganegaraan dari jumlah penduduk Kelurahan Ngampilan yang berjumlah 13.865 terdapat terdapat 3 lakilaki dan 41 perempuan yang berkewarganegaraan asing (WNA) dengan persentase hanya 0,32% sedangkan sisanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dengan persentase sebesar 99,68%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan Jenis Kewarganegaraan Jumlah Persentase Kelamin WNI Laki-laki 6,913 49.86 Perempuan 6,908 49.82 WNA Laki-laki 3 0.02 Perempuan 41 0.30 13,865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 Jumlah penduduk menurut usia dilihat dari kelompok pendidikan dapat diketahui secara terperinci pada tabel 4.3 berikut Tabel 4.3 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan Kelompok Umur Jumlah Persentase (tahun) 0-3 382 2.76 4-6 468 3.38 7 - 12 994 7.17 13 - 15 408 2.94 16 - 18 528 3.81 19 ke atas 11085 79.95 13865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia kelompok pendidikan di kelurahan adalah 0-18 th. Dan angka commitNgampilan to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbanyak yang sudah mendapatkan pendidikan adalah pada usia 19 th- ke atas, yaitu 11.085 jiwa. Untuk mengetahui jumlah penduduk di kelurahan Ngampilan menurut usia kelompok tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga Kerja Kelompok Umur Jumlah Persentase (tahun) 10 - 14 778 5.61 15 - 19 836 6.03 20 - 26 3115 22.47 27 - 40 4023 29.02 41 - 56 3392 24.46 57 ke atas 1721 12.41 13865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di kelurahan Ngampilan jumlah usia tenaga kerja terbanyak terdapat pada usia 27-40 th, yaitu 4.023 jiwa. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Ngampilan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase TK 828 5.97 SD 3003 21.66 SMP / SLTP 2124 15.32 SMA / SLTA 2741 19.77 Akademi / D1-D3 4203 30.31 Sarjana / S1 966 6.97 13865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk kelurahan Ngampilan sudah memperoleh pendidikan yang cukup dan angka tertinggi terletak pada tingkatan pendidikan umum Akademi atau D1-D3, yaitu 4.203 jiwa dengan persentase sebesar 30,31% sehingga sebagian besar penduduk di Kelurahan Ngampilan sudah mempunyai potensi yang mencukui untuk bekerja . Jumlah penduduk kelurahan Ngampilan menurut mata pencaharian secara terperinci dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.6 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata Pencaharian Jumlah Persentase PNS 757 5.46 TNI / Polri 349 2.52 Pegawai Swasta 6823 49.21 Wiraswasta/Pedagang 5077 36.62 Tani 0 0.00 Pertukangan 103 0.74 Buruh Tani 0 0.00 Pensiunan 644 4.64 Nelayan 0 0.00 Pemulung 0 0.00 Jasa 112 0.81 13865 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka besar mata pencaharian penduduk adalah pada profesi pegawai swasta, yaitu sebanyak 6.823 jiwa dengan persentase sebesar 49,21% dan penduduk dengan profesi atau mata pencaharian wiraswasta atau pedagang sebesar 2.594 jiwa dengan persentase sebesar 36,67%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
3. Kondisi Perekonomian Kelurahan Ngampilan Dalam bidang perekonomian, wilayah kelurahan Ngampilan dapat dibilang cukup maju dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan cukup banyaknya fasilitas-fasilitas perekonomian yang dibangun dengan baik guna kelancaran sirkulasi perekonomian. Dalam bidang perdagangan dan jasa, di wilayah kelurahan Ngampilan ini terdapat cukup sarana dan prasarana penunjang. Sarana dan Prasarana tersebut terdiri dari sarana dan prasarana perdagangan, sarana dan prasarana jasa, serta sarana dan prasarana perkoperasian. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Tabel Sarana dan Prasarana Perdagangan di Kelurahan Ngampilan Jenis Sarana dan Prasarana No Jumlah Persentase Perdagangan 1 Pasar Lingkungan 2 1.19 2 Pasar Kota 1 0.60 3 Toko 41 24.40 4 Warung 48 28.57 5 Kaki Lima 74 44.05 6 Supermarket 2 1.19 168 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 Tabel 4.8 Tabel Sarana dan Prasana Jasa di Kelurahan Ngampilan No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase 1 Bank 2 25 2 Travel Biro 2 25 3 Notaris 1 13 4 Pengacara 2 25 5 Psikolog 1 13 8 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Tabel Sarana dan Prasarana Perkoperasian Jenis Sarana dan Prasarana No Jumlah Persentase Perkoperasian 1 Koperasi Simpan Pinjam 5 4.24 2 Badan-badan Kredit 1 0.85 3 Usaha-usaha Ekonomi Desa 112 94.92 118 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 Selain
itu
guna
usaha
memperlancar
dan
meningkatkan
perekonomian serta kegiatan-kegiatan lainnya di wilayah kelurahan Ngampilan, bidang transportasi dan komunikasi juga mendapatkan perhatian khusus. Kelurahan Ngampilan terdapat jalan lingkungan, jalan desa, jalan protokol maupun jalan propinsi yang dilalui oleh beberapa angkutan umum maupun angkutan-angkutan lainnya. Dan di kelurahan Ngampilan ini terdapat beberapa wartel, satu kantor pos pembantu, stasiun radio maupun sarana komunikasi lainnya sebagai penunjang kelancaran komunikasi. Pada sektor industri, di wilayah kelurahan Ngampilan terdapat beberapa industri yang berkembang dalam masyarakat. Industriindustri tersebut digolongkan menurut jenis industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang, industri besar. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.10 Tabel Jenis Industri Masyarakat Kelurahan Ngampilan No Jenis Industri Jumlah Persentase 1 Industri Besar 0 0.00 2 Industri Sedang 8 4.15 3 Industri Kecil 47 24.35 4 Industri Rumah Tangga 138 71.50 193 100 Total Sumber : Data monografi Kelurahan Ngampilan Tahun 2010 commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa industri-industri yang terdapat di kelurahan Ngampilan meliputi industri rumah tangga sebanyak 138 buah atau 71,51%, industri kecil sebanyak 47 buah atau 24,35% dan industri sedang sebanyak 8 buah atau 4,14%. Dilihat
dari sektor tingkat
ekonomi, penduduk kelurahan
Ngampilan secara umum dapat dikatakan memiliki tingkat ekonomi yang cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian penduduk yang telah memiliki rumah permanen lengkap dengan segala fasilitasnya. Namun meskipun demikian masih terdapat penduduk yang dapat dikategorikan ke dalam golongan ekonomi lemah. Mereka pada umumnya adalah penduduk yang mempunyai profesi atau pekerjaan di sektor informal dengan penghasilan yang rendah dan menempati rumah serta tanah dengan cara menyewa. 4. Bakpia Pathok a. Sejarah dan Perkembangan Industri Bakpia Pathok Souvenir atau oleh-oleh selalu tidak pernah ketinggalan dibawa jika pulang dari luar kota, dan setiap kota selalu memiliki beragam jenis oleh-oleh yang bisa dipilih sesuai dengan keinginan para pengunjung. Sepulang dari kota Yogyakarta, Bakpia Pathok tentu saja menjadi oleh-oleh wajib bagi siapa saja yang singgah di kota yang memiliki predikat sebagai Daerah Istimewa ini. Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Pada tahun 1948, ada keluarga keturunan Tionghoa bernama Goei Gee Oe yang mencoba membuat commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bakpia sebagai industri rumahan. Saat itu Bakpia buatannya tidak dijual di toko melainkan dijajakan secara eceran, dari rumah ke rumah. Bakpia buatan Goei Gee Oe itu juga belum dikemas dan diberi label seperti saat ini, melainkan hanya dimasukkan dalam besek (wadah makanan berbentuk kotak yang terbuat dari anyaman bambu) dan peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan. Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan
merek
dagang
nomer
berlainan.
Demikian
pesatnya
perkembangan kue oleh-oleh itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992. Menurut sejarahnya, Bakpia Pathok bukan merupakan warisan kuliner Indonesia. Dilihat dari namanya, bakpia yang berasal dari kata bak (babi) dan pia (kue pia), bakpia merupakan kue pia yang mengandung bak (babi) dan berasal dari Cina. Namun seiring berjalannya waktu dan percampuran budaya, kini bakpia yang dikenal di daerah Jogjakarta identik dengan isi kacang hijau tanpa campuran babi tentunya. Sedangkan nama Bakpia Pathok (Bakpia Patuk), berasal dari nama kue yang digabungkan dengan nama tempat dimana kue tersebut diproduksi dan mulai dikenal. Pada masa sekarang ini, Jalan Pathok sudah berganti nama menjadi Jl. KS. Tubun. Selain itu, di kawasan ini ada puluhan home industry bakpia dengan berbagai merk yang bisa ditemukan. Namun bakpia pathok yang tertua dan menjadi pelopornya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
adalah Bakpia Pathok 75 yang sudah berdiri sejak tahun 1948. Bakpia Patuk 75 terletak di Jl. KS. Tubun no. 75 sebagai pusatnya. b. Bahan Baku dan Proses Pembuatan Bakpia Pathok Bahan: Bahan Untuk Kulit Bakpia Pathuk Yogyakarta: 1) 100 gr tepung terigu 2) garam secukupnya 3) minyak kelapa secukupnya Bahan Untuk Isi Bakpia Pathuk Yogyakarta: 1) 1,5 kg kacang hijau tanpa kulit 2) 800 gr gula pasir 3) garam secukupnya Cara Membuat Kulit Bakpia Pathuk Yogyakarta: 1) Campur terigu, garam dan minyak. Uleni sampai menjadi adonan yang lembut, tidak lengket di tangan dan mudah dibentuk 2) Ambil sedikit adonan (kurleb sebesar ukuran kelereng) 3) Lebarkan tipis eperti membuat kulit martabak telur Cara Membuat isi Bakpia Pathuk Yogyakarta: 1) Rendam kacang hijau tanpa kulit selama 3 jam. kemudian tiriskan 2) Rebus kacang hijau tanpa kulit tersebut sampai empuk.Buang airnya. 3) Haluskan kacang hijau tanpa kulit beserta gula pasir dan garam dengan menggunakan blender 4) Ambil sedikit adonan isi, bentuk bulat-bulat. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penyelesaian dalam membuat bakpia pathuk Yogyakarta : 1) Ambil selembar kulit yang sudah dilebarkan tipis 2) Isi dengan adonan isi 3) Tutup dan bentuk menjadi bulat agak gepeng, pastikan semua adonan isi telah tertutup dengan kulit. 4) Tata di loyang yang telah dioles margarin tipis. 5) Panggang sampai berwarna kuning kecoklatan dan matang
B. Karakteristik Pedagang Dalam sub bab ini dilakukan deskripsi data yang dikumpulkan dari lapangan berdasarkan daftar pertanyaan yang dibagikan kepada para pedagang Bakpia Pathuk di Kelurahan Ngampilan. Sebelumnya dapat digunakan beberapa tahap dalam menyusun tabel atau distribusi frekuensi yaitu sebagai berikut (Djarwanto,2000:70): 1. Menentukan jumlah kelas Menggunakan pedoman Sturges dengan rumus sebagai berikut : k = 1 + 3,3 log n Di mana : k = jumlah kelas n = jumlah sampel Maka dalam penelitian analisis faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta didapatkan jumlah kelas yaitu : k
= 1 + 3,3 log (42) = 6,36 (dibulatkan) = 6
Jadi, terdapat 6 kelas dalam penelitian ini. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Menentukan Interval Kelas Selaras dengan pendekatan Sturges , maka interval kelas ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Ci
=R K
Di mana : Ci = interval kelas R = range (selisih antara data terbesar dan data terkecil) k = jumlah kelas Data-data di luar kategori di atas di mana merupakan data tambahan dalam menggambarkan kondisi dan deskripsi keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Yogyakarta yang tidak dimasukkan dalam variabel penelitian ini disusun tanpa adanya kelas yang sudah ditetapkan melainkan sesuai kriterianya masing-masing. Data-data tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur Tabel 4.11 menunjukkan jumlah dan persentase responden yang bekerja sebagai pedagang menurut kelompok umur. Jumlah 42 responden yaitu para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan dalam penelitian ini jumlah responden yang bekerja sebagai pedagang paling banyak pada usia 45 sampai 52 tahun yaitu sebanyak 15 pedagang dengan persentase sebesar 36%, di mana usia tersebut termasuk ke dalam kategori usia dewasa / usia produktif / usia kerja, usia ketika seseorang masih mampu untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan untuk responden yang bekerja commit to user sebagai pedagang paling sedikit menurut kelompok umur adalah pada
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usia 61 sampai 68 dan pada kelompok umur 69 sampai 76 yang masing-masing berjumlah 1 pedagang. 45 sampai 52.
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur
No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Umur (tahun) 29 - 36 37 - 44 45 - 52 53 - 60 61 - 68 69 - 76
Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Total Jumlah 5 14 15 6 1 1 42
% 12 33 36 14 2 2 100
2. Status Perkawinan Hasil dari penelitian lapangan dapat diketahui bahwa status perkawinan yang menjadi responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.12 berikut ini : Tabel 4.12 Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Total Jumlah 1 41 42
% 2 98 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar respoden telah berstatus kawin atau sudah menikah, dengan persentase sebesar 98% sedangkan respoden yang berstatus belum kawin atau belum menikah hanya 2%.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Modal Usaha Dari yang terlihat pada Tabel 4.13, dapat diketahui bahwa besarnya modal rata-rata yang dimiliki oleh para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan guna menjalankan usahanya sebagian besar antara 100.000 sampai 1.650.000 berjumlah 12 responden dengan persentase sebesar 29%. Sedangkan yang memiliki modal antara 1.750.000 sampai 3.400.000 berjumlah 8 responden, dan yang memiliki modal antara 3.500.000 sampai 5.150.000 berjumlah 13 responden. Sedangkan pedagang yang memiliki modal usaha sebesar 5.250.000 – 6.900.000 berjumlah 1 responden, dan yang memiliki modal usaha 7.000.000 – 8.650.000 berjumlah 1 responden, serta yang memiliki modal 8.750.000 – 10.400.000 berjumlah 7 responden. Tabel 4.13 Karakteristik Responden Menurut Modal Usaha Modal (juta) 100.000 - 1.650.000 1.750.000 - 3.400.000 3.500.000 - 5.150.000 5.250.000 - 6.900.000 7.000.000 - 8.650.000 8.750.000 - 10.400.000 Jumlah Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Jumlah 12 8 13 1 1 7 42
% 29 19 31 2 2 17 100
Oleh karena itu, modal yang paling banyak dimiliki para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan adalah antara 3.500.000 sampai 5.150.000 dengan persentase sebesar 31%.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pengalaman Usaha Lama usaha atau pengalaman usaha para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan dalam menjual Bakpia Pathok dapat diketahui secara terperinci dari Tabel 4.14 Sebanyak 4 pedagang telah bekerja antara 1 sampai 5 tahun dengan persentase sebsar 10%. Pedagang yang telah bekerja antara 6 sampai 10 tahun berjumlah 14 pedagang dengan persentase 33%. Untuk pedagang yang telah bekerja antara 11 sampai 15 tahun berjumlah 11 pedagang dengan persentase sebesar 26%. Sebanyak 10 pedagang dengan persentase 24% telah bekerja antara 16 sampai 20 tahun. Sebanyak 2 pedagang telah bekerja antara 21 sampai 25 tahun dengan persentase 5% dan pedagang yang telah bekerja antara 26 sampai 30 tahun berjumlah 1 pedagang dengan persentase sebesar 2%. Tabel 4.14 Karakteristik Responden Menurut Pengalaman Usaha Lama Usaha (tahun) 1-5 6 - 10 11 - 15 16 - 20 21 - 25 26 - 30 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Jumlah 4 14 11 10 2 1 42
% 10 33 26 24 5 2 100
Pengalaman usaha antara 6 sampai 10 tahun adalah pengalaman usaha dengan persentase terbanyak yaitu 33% dengan jumlah 14 pedagang sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat cukup banyak commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang yang cukup berpengalaman dalam menjalankan usahanya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. 5. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai baik sebagai pemilik maupun pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan dari total 42 respoden secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.15 Sebayak 18 pedagang yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 3 orang dengan persentase sebesar 43%. Yang memiliki jumlah 4 sampai 6 orang tenaga kerja sebanyak 19 pedagang dengan persentase 45%. Sebanyak 2 pedagang yang memiliki tenaga kerja antara 7 sampai 9 dengan persentase 5%, sebanyak 1 pedagang yang memiliki tenaga kerja antara 10 – 12 orang dengan persentase sebesar 2%, sebanyak 1 pedagang yang memiliki tenaga kerja 13 -15 orang dengan persentase 2%, dan sebanyak 1 pedagang yang memiliki tenaga kerja 16 – 18 orang dengan persentase 2%. Tabel 4.15 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1-3 4-6 7-9 10 - 12 13 - 15 16 - 18 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
commit to user
Jumlah 18 19 2 1 1 1 42
% 43 45 5 2 2 2 100
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas, presentase terbanyak yaitu terdapat pada respoden dengan jumlah tenaga kerja antara 4 sampai 6 orang dengan persentase sebesar 45% dan rata-rata pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan mempunyai 4 sampai 6 tenaga kerja. 6. Keuntungan per-hari Dari total 42 responden, sebanyak 14 pedagang yang memperoleh keuntungan sebesar 10.000 – 170.000 per hari dengan persentase sebesar 23%. Sebanyak 10 pedagang yang memperoleh keuntungan sebesar 180.000 – 340.000 per hari dengan persentase sebesar 24%. Yang memperoleh keuntungan sebesar 350.000 – 510.000 per hari berjumlah 12 pedagang, dengan persentase 29%. Sebanyak 2 pedagang yang memperoleh keuntungan 520.000 – 680.000 per hari dengan persentase 5% dan pedagang yang memperoleh keuntungan sebesar 690.000 – 850.000 per hari berjumlah 3 pedagang dengan persentase 7%, serta pedagang yang memperoleh keuntungan sebesar 860.000 – 1.020.000 per hari berjumlah 1 pedagang dengan persentase 2%. Tabel 4.16 Karakteristik Responden Menurut Keuntungan Per-hari Rata-rata keuntungan per hari (rupiah) 10.000 - 170.000 180.000 - 340.000 350.000 - 510.000 520.000 - 680.000 690.000 - 850.000 860.000 - 1.020.000 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012 commit to user
Jumlah 14 10 12 2 3 1 42
% 33 24 29 5 7 2 100
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 4.16 di atas, dapat diketahui bahwa presentase terbesar pedagang Bakpia Pathok yang memperoleh keuntungan sebesar 10.000 sampai 170.000 per hari yaitu 33% dan persentase terkecil yaitu pedagang yang memperoleh keuntungan sebesar 860.000 – 1.020.000 per hari dengan persentase sebesar 2%. 7. Jam Berdagang Karakteristik pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan menurut jam berdagang atau lama berdagang dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 4.17 Dari total 42 respoden, sebanyak 9 pedagang bekerja antara 1 – 8 jam per hari dengan persentase 21%. Sebanyak 27 pedagang yang bekerja antara 9 sampai 16 jam per hari dengan persentase sebesar 65%, sedangkan 6 pedagang sisanya bekerja antara 17 – 24 jam per hari dengan persentase sebesar 14% Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa presentase jam berdagang atau lama berdagang terbanyak adalah 9 sampai 16 jam per hari yaitu 65% dengan total 27 pedagang. Tabel 4.17 Karakteristik Responden Menurut Jam Berdagang Jam Berdagang (jam per hari) 1-8 9 - 16 17 - 24 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Jumlah 9 27 6 42
% 21 65 14 100
8. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 4.18 di bawah ini diketahui bahwa responden commit to user yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 3 pedagang dengan
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persentase sebesar 7%. Sebanyak 9 pedagang yang memiliki tingkat pendidikan SMP dengan persentase sebesar 21%. Sedangkan terdapat 25 pedagang yang memiliki tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 60%. Untuk tingkat pendidikan D3 berjumlah 2 pedagang dengan persentase sebesar 5% dan untuk tingkat pendidikan S1 sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 7%. Tabel 4.18 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Jumlah 3 9 25 2 3 42
% 7 21 60 5 7 100
9. Tingkat Upah Tenaga Kerja Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Upah Tenaga Kerja Tingkat Upah Per-Hari 10.000 - 20.000 21.000 - 30.000 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
Jumlah 28 14 42
% 67 33 100
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa dari 42 responden, tenaga kerja responden yang memiliki upah per-hari antara 10.000 sampai 20.000 berjumlah 28 orang dengan persentase sebesar 67%. Sedangkan tenaga kerja responden yang memiliki upah per-hari commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 21.000 sampai 30.000 berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 33%. 10. Hambatan Usaha Hambatan usaha yang dialami oleh para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan secara garis besar mencakup 3 hal, yaitu : (i) keterbatasan modal, (ii) kekurangan tenaga kerja, dan (iii) pemasaran. Berikut adalag rincian karakteristik responden menurut hambatan yang dialami : a. Keterbatasan Modal Modal adalah faktor yang sangat penting dalam melakukan sebuah usaha, karena modal merupakan kebutuhan utama dalam memulai, menjalankan, serta mengembangkan usaha. Tabel 4.20 Karakteristik Responden Menurut Terbatasnya Modal Hambatan Jumlah Ada 12 Tidak Ada 30 42 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
% 29 71 100
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, dapat diketahui bahwa dari total 42 responden pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan, yang mengaku memiliki hambatan berupa keterbatasan modal sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 29%, sedangkan 30 orang sisanya mengaku tidak memiliki hambatan berupa keterbatasan modal dengan persentase sebesar 71%. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kekurangan Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah bagian penduduk yang ikut serta dan diikutsertakan dalam suatu proses ekonomi, mereka yang benarbenar bekerja, mereka yang mempunyai pekerjaan dan mencari pekerjaan lagi atau mereka yang mencari pekerjaan, serta mereka yang memasuki usia kerja tetapi belum turut aktif dalam proses produksi. (Sukanto dan Karseno, 1995:20). Semua usaha atau industri membutuhkan tenaga kerja agar dapat menjalankan usahanya. Berdasarkan tabel 4.21 di bawah ini dapat diketahui bahwa dari total 42 responden, terdapat 3 pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan yang mengaku memiliki hambatan kekurangan tenaga kerja dengan persentase sebesar 7%. Sedangkan 93%
sisanya
mengaku
tidak
memiliki
hambatan
berupa
kekurangan tenaga kerja. Tabel 4.21 Karakteristik Responden Menurut Kurangnya Tenaga Kerja Hambatan Jumlah Ada 3 Tidak Ada 39 42 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
% 7 93 100
c. Banyaknya Pesaing Persaingan antara para pedagang merupakan suatu hal yang wajar, para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan dapat dikatakan memiliki tingkat persaingan yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan produk atau barang yang dijual oleh para commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang Bakpia Pathok hampir memiliki karakteristik yang sama. Semakin tinggi tingkat persaingan menuntut para pedagang agar berusaha menemukan inovasi untuk produknya agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tabel 4.22 Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Pesaing Hambatan Jumlah Ada 17 Tidak Ada 25 42 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
% 40 60 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pedagang yang mengaku memiliki hambatan berupa banyaknya persaingan sebanyak 17 orang dengan persentase sebesar 40%, sedangkan 25 orang lainnya dengan persentase 60% mengaku tidak memiliki hambatan tersebut. d. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan usaha, termasuk usaha Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Berdasarkan Tabel 4.23 di bawah ini, dapat diketahui bahwa pedagang yang mengaku memiliki hambatan berupa pemasaran produk sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 36%. Sedangkan 27 pedagang sisanya dari total 42 responden mengaku tidak memiliki hambatan tersebut dengan persentase sebesar 64%. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.23 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemasaran Hambatan Jumlah Ada 15 Tidak Ada 27 42 Total Sumber : Penelitian Lapangan 2012
% 36 64 100
C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan 1. Metode Analisis Data a. Uji Pemilihan Model (Uji MWD) Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan pertanyaan atau masalah empirik (empirical question) yang sangat penting, hal ini karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan ataupun mengatakan apakah sebaiknya fungi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear ataukah log-linear atau bentuk fungi lainnya. Dalam kenyataannya seorang peneliti biasanya menggunakan feeling langsung menetapkan model regresi yang digunakan dinyatakan dalam bentuk log-linear, karena bentuk log-linear diyakini dapat mengurangi tingkat variasi data yang digunakan.
Namun,
sebenarnya
keyakinan
tersebut
tidak
sepenuhnya benar karena tidak menutup kemungkinan dalam kasus tertentu, suatu model regresi akan lebih tepat diregresi dengan dinyatakan dalam bentuk linear (tanpa log). Oleh karena itu, dalam melakukan suatu studi empiris, sebaiknya model yang akan digunakan diuji dahulu, apakah sebaiknya menggunakan bentuk commit to user linear ataukah log-linear.
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam studi empirik, biasanya digunakan metode-metode seperti model transformasi Box-Cox, metode yang dikembangkan MacKinnon, White, dan Davidson tahun 1983, atau lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan mcAleer tahun 1988 atau disebut pula dengan B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembka tahun 1968. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode MacKinnon, White, dan Davidson (1980) atau MWD Test untuk melakukan pemilihan bentuk fungsi model, bila Z1 signifikan secara statistik, maka kita menolak hipotesis yang menyatakan bahwa model yang benar adalah bentuk linier atau dengan kata lain model yang benar adalah log-linear. Bila Z2 signifikan secara statistik, maka kita menolak hipotesis yang menyatakan bahwa model yang benar adalah bentuk log-linear atau dengan kata lain model yang benar adalah linear. Hasil Uji MWD adalah sebagai berikut :
1) Model Linear Dari hasil Uji MWD tersebut di bawah ini dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi dari varibel Z1 (0.6063) tidak signifikan, hal tersebut berarti tidak menolak model yang benar adalah Linear.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.24 Hasil Uji MWD Linier Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 19:25 Sample: 1 42 Included observations: 42 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X2 X3 X4 X5 X6 Z1
672980.0 0.009766 9316.258 3962.139 -29688.59 21946.98 -13.50034 -35530.32
276822.4 0.009223 4467.173 6267.954 14624.34 12768.71 7.259174 68295.33
2.431089 1.058804 2.085493 0.632126 -2.030081 1.718809 -1.859763 -0.520245
0.0205 0.2972 0.0446 0.5315 0.0502 0.0947 0.0716 0.6063
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.415034 0.294600 187413.6 1.19E+12 -565.0830 3.446153 0.006799
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
337857.1 223143.1 27.28967 27.62065 27.41099 2.557788
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0
2) Model Log-Linear Dari hasil Uji MWD tersebut di bawah ini dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi dari variabel Z2 (0.1884) tidak signifikan, hal tersebut berarti bahwa tidak menolak model yang benar yaitu Log-Linear.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.25 Hasil Uji MWD Log-Linear Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 01/15/13 Time: 19:27 Sample: 1 42 Included observations: 42 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) LOG(X4) LOG(X5) LOG(X6) Z2
24.35430 0.004687 0.354474 0.118533 -1.389666 0.131796 -1.004532 -2.99E-06
5.902992 0.081728 0.173930 0.304581 0.538280 0.201296 0.498218 2.23E-06
4.125755 0.057351 2.038031 0.389168 -2.581678 0.654737 -2.016251 -1.342334
0.0002 0.9546 0.0494 0.6996 0.0143 0.5170 0.0517 0.1884
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.446989 0.333134 0.614248 12.82822 -34.68896 3.925949 0.003074
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
12.48795 0.752185 2.032808 2.363792 2.154127 2.348558
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0 Berdasarkan hasil Uji MWD di atas, dengan melihat tingkat signifikansi dari variabel Z1 yang tidak signifikan yaitu Z1 = 0.6063 dan Z2 tidak signifikan yaitu Z2 = 0.1884, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi Linier dan model regresi Log-Linear layak untuk digunakan. Selain ditinjau dari tingkat signifikansi dari kedua varibel Z1 dan Z2, penentuan model juga dapat ditinjau dari nilai R2 masing-masing model yang terbesar. Berdasarkan hasil dari analisis diketahui nilai R2 model Linear sebesar 0.410378 sedangkan R2 model LogLinear sebesar 0.417682. Dengan demikian dalam penelitian ini digunakan model regresi Log-Linear. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menguji hipotesis menggunakan analisis regresi loglinear sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman usaha, jam berdagang, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, jumlah tenaga kerja, serta tingkat upah tenaga kerja pedagang terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. Adapaun hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.26 berikut ini : Tabel 4.26 Hasil Persamaan Regresi Keuntungan Dependent Variable: LOGY Method: Least Squares Date: 01/21/13 Time: 11:34 Sample: 1 42 Included observations: 42 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOGX1 LOGX2 LOGX3 LOGX4 LOGX5 LOGX6
9.604414 0.045218 0.401389 0.112756 -1.092058 0.201085 -0.916787
2.487142 0.076810 0.172323 0.308020 0.496087 0.196781 0.499537
3.861626 0.588691 2.329286 0.366068 -2.201343 1.021875 -1.835275
0.0005 0.5598 0.0257 0.7165 0.0344 0.3139 0.0750
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.417682 0.317856 0.269803 2.547779 -0.744022 4.184105 0.002839
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
5.423447 0.326670 0.368763 0.658375 0.474917 2.365379
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0 Dari hasil analisis di atas dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LOG(Y)
=
9.604414
0.401389LOG(X2) 1.092058LOG(X4)
+
0.045218LOG(X1)
+
0.112756LOG(X3)
+
+ -
0.201085LOG(X5)
-
0.916787LOG(X6) Se = (2.487142)
(0.076810)
(0.172323)
(0.308020)
(0.496087)
(0.196781)
(0.588691)
(2.329286)
(-2.201343)
(1.021875)
(0.499537) t
= (3.861626) (0.366068) (-1.835275)
Adjusted R-squared
= 0.317856
Di mana : LOG(Y)
= Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok
LOG(X1) = Modal Usaha LOG(X2) = Pengalaman Usaha LOG(X3) = Waktu Dagang LOG(X4) = Pendidikan yang telah ditempuh oleh pedagang LOG(X5) = Jumlah Tenaga Kerja LOG(X6) = Tingkat Upah Tenaga Kerja Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut dilakukan uji statistik yang meliputi uji t (uji tiap-tiap individu secara variabel) dan uji F (secara bersama-sama). Selain itu akan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearlitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Statistik Uji statistik dilakukan untuk mengetahui adanya kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis nol. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1) Uji t Uji t yaitu pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan (α) 10% dan df = 42. Adapun kriteria pengujian uji t adalah membandingkan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Selain itu, terdapat kriteria pengujian lain yaitu dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai t-probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari tingkat signifikansi 10%, maka nilai parameter yang didapatkan mempunyai
pengaruh
yang
signifikan,
demikian
pula
sebaliknya. Hasil pengujian parameter individual dengan tingkat signifikansi dapat dilihat pada Tabel 4.27 : Tabel 4.27 Hasil Uji t (t-test) pada
= 10%
Variabel t-statistic Probabilitas 0.5598 LOG(X1) 0.588691 LOG(X2) 2.329286 0.0257 LOG(X3) 0.366068 0.7165 LOG(X4) -2.201343 0.0344 LOG(X5) 1.021875 0.3139 LOG(X6) -1.835275 0.0750 commit to user Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0
Kesimpulan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Tabel 4.25 di atas, dapat disimpulkan bahwa : a) Koefisien
regresi dari LOG(X1) atau
modal usaha
mempunyai nilai probabilitas 0.5598 > 0,1 maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain,modal usaha secara statistik tidak penting (tidak berpengaruh terhadap keuntungan). b) Koefisien regresi dari LOG(X2) atau pengalaman usaha mempunyai nilai probabilitas 0.0257 < 0,1 maka koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain, pengalaman usaha secara statistik penting (berpengaruh terhadap keuntungan). c) Koefisien
regresi
dari
LOG(X3)
atau
jam
dagang
mempunyai nilai probabilitas 0.7165 > 0,1 maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain,jam dagang secara statistik tidak penting (tidak berpengaruh terhadap keuntungan). d) Koefisien regresi dari LOG(X4) atau pendidikan yang telah ditempuh pedagang mempunyai nilai probabilitas 0.0344 < 0,1 maka koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain, pendidikan yang telah ditempuh pedagang secara statistik penting (berpengaruh terhadap keuntungan). e) Koefisien regresi dari LOG(X5) atau jumlah tenaga kerja to user mempunyai commit nilai probabilitas 0.3139 < 0,1 maka koefisien
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain, jumlah tenaga kerja pedagang secara statistik
tidak
penting
(tidak
berpengaruh
terhadap
keuntungan). f) Koefisien regresi dari LOG(X6) atau upah tenaga kerja mempunyai nilai probabilitas 0.0750 < 0,1 maka koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Dengan kata lain, upah tenaga kerja pedagang secara statistik penting (berpengaruh terhadap keuntungan). 2) Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen
yang
ada
secara
bersama-sama
mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan. Uji F pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 10%. Kriteria dari uji F adalah jika nilai t-probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari tingkat signifikansi 10%, maka secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan
terhadap
variabel
terikatnya,
demikian
pula
sebaliknya. Nilai probabilitas (F-statistik) dalam model persamaan tersebut adalah 0.002839 yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi 10%. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Koefisien Determinasi R2 Koefisien Determinasi R2 digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh
variasi
dari
variabel
independen
dapat
menerangkan dengan baik variasi dari variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.24, nilai R2 didapat 0.417682. Ini berarti sekitar 41.76% variasi variabel dapat dijelaskan dalam model dan sisanya sekitar 58.24% dijelaskan oleh variabel diluar model. c. Uji Asumsi Klasik Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati,1999:153). Untuk mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLUE maka
perlu
dilakukan
uji
asumsi
klasik
yang
meliputi
multikolinearitas, heteroskedatisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah : 1) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi atau hubungan antar variabel independen. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas salah satunya dengan metode Klein, yaitu dengan membandingkan R2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan R2 (koefisien korelasi antar variabel independen). Dengan kriteria pengujian: 1). Jika nilai R2 > R2 awal maka ada masalah multikolinearitas commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Jika nilai R2 < R2 awal maka tidak ada masalah multikolinearitas Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Tabel 4.28 Uji Multikolinearitas Nilai R2 Kesimpulan
Model R2 0.158112 0.417682 Bebas multikolinearitas LOGX1 2 R 0.153283 0.417682 Bebas multikolinearitas LOGX2 R2 0.153598 0.417682 Bebas multikolinearitas LOGX3 R2 0.254457 0.417682 Bebas Multikolinearitas LOGX4 2 R 0.356703 0.417682 Bebas Multikolinearitas LOGX5 R2 0.067426 0.417682 Bebas Multikolinearitas LOGX6 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0 Karena
nilai R2 LOGX1, LOGX2, LOGX3, LOGX4,
LOGX5, dan LOGX6 lebih kecil dari R2 model pertama, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model atau variabel independen tidak saling berkorelasi. 2) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten). commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu cara untuk mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan uji white-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews 6.0. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.29 Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: 1.284296
Probability
0.2706
Obs*R-squared 7.578427
Probability
0.8258
F-statistic
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6.0 Kesimpulan : X2 = (df = 6, α = 10%) = 12.5916 > Obs*R2 (12.5916 > 7.578427) berarti disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan adanya korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test. Uji dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
terhadap residu hasil model
tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh nilai (n-1) R2 commit to user untuk kemudian dibandingkan dengan X2 dengan derajat
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebebasan 1 dalam tabel statistic (Chi Square) menggunakan tingkat signifikansi 10%. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas Obs*Rsquared lebih besar dari 0,1, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan sebaliknya bila nilai probabilitas Obs*Rsquared lebih kecil dari 0,1, maka terdapat masalah autokorelasi. Tabel 4.30 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.886953
Probability
0.4215
Obs*R-squared
2.142528
Probability
0.3426
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 6 Berdasarkan Tabel 4.28 di atas dapat diketahui bahwa nilai Obs*R-squared > 0,1 (2.142528 > 0,1) sehingga tidak terjadi masalah autokorelasi.
2. Interpretasi Secara Ekonomi Dari hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa secara ekonomi keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta adalah sebagai berikut : a. Pengaruh Modal Usaha terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel modal usaha 0.588691 dengan commit to user nilai koefisien regresi sebesar 0.045218 dan tidak signifikan pada
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.5598. Hal tersebut disebabkan karena rata-rata modal usaha pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan adalah sama sehingga tidak berpengaruh pada keuntungan.
Yang
mempengaruhi
keuntungan
adalah
jika
pedagang Bakpia Pathok mampu memanfaatkan modal usaha guna mengembangkan usahanya secara maksimal sehingga keuntungan yang diperoleh dapat optimal pula. b. Pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel pengalaman usaha 2.329286 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.401389 dan signifikan pada tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.0257. Hal ini berarti apabila variabel lain konstan, maka setiap perubahan yang terjadi pada variabel pengalaman usaha sebesar 1% akan menyebabkan perubahan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan sebesar 0.401389 %. c. Pengaruh Jam Dagang terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel jam berdagang 0.366068 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.112756 dan tidak signifikan pada commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.7165. Dalam penelitian ini jumlah jam dagang terlama adalah 24 jam dan tersedikit adalah 8 jam sehari, perbandingan tersebut tidak berpengaruh terhadap keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan dikarenakan rata-rata orang atau calon pembeli akan beristirahat pada malam hari sehingga mayoritas pada malam hari para pedagang Bakpia Pathok tidak mendapatkan pemasukan sehingga tidak menambah keuntungan. d. Pengaruh Pendidikan yang Telah Ditempuh Pedagang terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel pendidikan yang telah ditempuh pedagang -2.201343 dengan nilai koefisien regresi sebesar 1.092058 dan signifikan pada tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.0344. Hal ini berarti apabila variabel lain konstan, maka setiap perubahan yang terjadi pada variabel pendidikan yang telah ditempuh pedagang sebesar 1% akan menyebabkan perubahan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan menurun sebesar -1.092058%. Hal tersebut dikarenakan pendidikan tertinggi yang telah ditempuh para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan jika tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengembangan usaha (misal: menjalin kerjasama dengan pedagang atau pihak lain) akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang mengalami penurunan. e. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Pedagang terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel jumlah tenaga kerja 1.021875 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.201085 dan tidak signifikan pada tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.3139. Penerimaan tenaga kerja tentu disesuaikan dengan seberapa besar skala penjual Bakpia Pathok sehingga faktor jumlah tenaga kerja tidak mempengaruhi keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan. f. Pengaruh Tingkat Upah Tenaga Kerja Pedagang terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan Berdasarkan
hasil analisis
regresi model
log-linear
diketahui t statistik dari variabel tingkat upah -1.835275 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.916787 dan
signifikan pada
tingkat signifikasi 10% yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.0750. Hal ini berarti apabila variabel lain konstan, maka setiap perubahan yang terjadi pada variabel tingkat upah tenaga kerja sebesar 1% akan menyebabkan perubahan keuntungan pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan
menurun sebesar -0.916787 commit to user
%.
Hal
tersebut
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikarenakan jika tingkat upah yang diberikan kepada tenaga kerja semakin tinggi sementara hasil atau keuntungan yang diperoleh pedagang Bakpia Pathok tetap, maka tentu saja hal tersebut dapat menyebabkan keuntungan mengalami penurunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa variabel modal usaha, waktu dagang, dan jumlah tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya keuntungan
pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan
Ngampilan, jadi hipotesis yang menyatakan bahwa variabel modal usaha yang dibutuhkan, waktu dagang, dan jumlah tenaga kerja pedagang mempunyai pengaruh terhadap keuntungan ternyata tidak terbukti. 2. Berdasarkan hasil regresi, analisis statistik dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa variabel pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh, dan tingkat upah tenaga kerja pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan Ngampilan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya keuntungan pedagang , jadi hipotesis yang menyatakan bahwa variabel pengalaman usaha, pendidikan yang telah ditempuh pedagang, dan tingkat upah tenaga kerja pedagang mempunyai pengaruh terhadap keuntungan ternyata terbukti mempunyai pengaruh positif.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran – saran 1. Untuk meningkatkan keuntungan usaha, para pedagang Bakpia Pathok
di
Kelurahan
Ngampilan
disarankan
untuk
lebih
meningkatkan keterampilan baik dalam bidang kewirausahaan dan inovasi produk agar minat konsumen bertambah dan keuntungan usaha dapat optimal. Selain itu para pedagang Bakpia Pathok di Kelurahan
Ngampilan
harus
menambah
pengetahuan
atau
pendidikan mengenai bisnis makanan. 2. Paguyuban yang telah ada hendaknya lebih diaktifkan dan lebih dioptimalkan fungsinya sehingga dapat meningkatkan skala ekonomi dari masing-masing unit usaha, selain itu dapat meminimumkan terjadinya persaingan yang tidak sehat, dan dengan paguyuban tersebut hubungan kekerabatan antara pedagang Bakpia Pathok dapat terjalin dengan baik. 3. Sebagai usaha kuliner yang terjun kedalam pangsa pasar yang tergolong memiliki banyak pesaing, memang bukanlah perkara yang mudah. Namun, para pengusaha kuliner harus terus bereksplorasi terhadap perubahan jaman dan keinginan konsumen. Hendaknya komunikasi pemasaran yang dilakukan terus menerus selalu diperbarui, agar masyarakat menjadi paham perbedaan karakteristik dari produk yang dimiliki dengan produk dari pesaingnya. Hal tersebut penting sebagai identitas dari perusahaan atau merek itu sendiri. commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pengembangan industri Bakpia Pathok khususnya yang berbasis kampung dapat menggerakkan ekonomi kampung serta dapat memberdayakan warga masyarakat secara mandiri. Kemandirian kampung menjadi keharusan untuk dapat mengembangkan industri Bakpia Pathok tersebut.
commit to user
87