Analisis Faktor Risiko Tingkat Keluhan Subjektif Low Back Pain Pada Operator Forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014 Berlian Islamiati1, Doni Hikmat Ramdhan2 1. 2.
Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok E-mail:
[email protected]
Abstrak Low back pain adalah rasa nyeri pada punggung bawah yang terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif semi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat distribusi dan frekuensi dari faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan besar sampel 33 operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Pengambilan data primer yaitu melakukan pengukuran getaran menggunakan human vibration meter 100 Larson Davis, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 60,6% operator forklift yang mengalami keluhan low back pain. Hasil analisis bivariat menunjukkan tiga variabel yang berhubungan signifikan dengan keluhan subjektif low back pain, yaitu umur, kebiasaan olahraga (stretching), riwayat low back pain. Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu masa kerja, dosis pajanan getaran, dan durasi pajanan getaran.
Risk Factor Analysis of Subjective Complaints Low Back Pain In Forklift Operator in PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Abstract Low back pain is pain in the lower back that occurs when there is an emphasis on areas that L4 and L5 lumbar. This study is a semi-quantitative descriptive study with cross-sectional approach to look at the distribution and frequency of factors associated with subjective complaints of low back pain in forklift operator. The study design is cross-sectional sample of 33 forklift operator in PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Retrieval of primary data measuring using human vibration meter vibration 100 Larson Davis, questionnaires, and interviews. The results of this study indicate that there is a 60.6% forklift operators who have complaints of low back pain. The results of the bivariate analysis showed that three variables significantly associated with subjective complaints of low back pain, namely age, exercise habits (stretching), a history of low back pain. While that is not related to subjective complaints low back pain are vibration exposure dose, and duration of exposure to vibration. Keywords: Forklift operator; low back pain; vibration
Pendahuluan Era globalisasi membawa dampak yang nyata terhadap perubahan kehidupan global dan secara signifikan menuntut industri di berbagai negara untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dikaitkan dengan perlindungan tenaga kerja serta kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. K3 bertujuan melindungi pekerja dari
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
resiko bahaya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan lingkungan kerja, menjamin sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, serta menjaga proses produksi berjalan dengan lancar. Dalam The World Health Report (WHO, 2002) low back pain dikaitkan dengan stres ergonomis di tempat kerja, termasuk mengangkat dan membawa beban berat, tuntutan pekerjaan fisik, whole body vibration, sering membungkuk, dan postur yang janggal. Tingginya tingkat LBP pada kelompok khusus pekerja, seperti petani, perawat, operator alat berat, dan pekerja konstruksi. Low back pain sering terjadi di negara-negara industri. Meskipun data tersebut terbatas, angka yang dilaporkan di China mirip dengan di negara industri lain. Low back pain dapat dicegah, tetapi intervensi yang sukses membutuhkan kerjasama antar mitra, termasuk manajemen, tenaga kerja, insinyur industri, ergonomi, dan praktisi medis. Analisis menunjukkan bahwa sekitar 37% dari LBP disebabkan faktor risiko pekerjaan. Meskipun bukan penyebab kematian, LBP menyebabkan angka kesakitan atau morbiditas yang cukup besar, sehingga diperkirakan 0,8 juta Disability Adjusted Life Years (DALYs : 0,1%) di seluruh dunia. Ini adalah penyebab utama ketidakhadiran kerja, dan karena itu menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Bovenzi, Pinto, and Stacchini (2002), menyelidiki terjadinya low back pain pada kelompok kasus yaitu 219 operator mesin port (straddle carrier, forklift, dan operator crane) yang terkena whole body vibration dan beban postural, dan kelompok kontrol yaitu 85 pekerja pemeliharaan bekerja di perusahaan yang sama. Ditemukan bahwa gejala low back pain secara signifikan lebih besar terjadi di operator forklift daripada dua kelompok lainnya. Penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) pada tahun 2002, dilakukan di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri punggung bawah. PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta adalah salah satu perusahaan perseroan di Indonesia yang bergerak dalam sektor industri pelumas. Dalam kegiatan operasionalnya, forklift digunakan untuk mengangkat dan memindahkan bahan baku serta material penunjang lainnya. Sebagai seorang operator forklift yang bekerja dengan posisi duduk dengan durasi kerja yang beragam, sangatlah berisiko terkena gangguan kesehatan khususnya nyeri punggung bawah (low back pain). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat gambaran dari faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis Pekerjaan/Ergonomi: - Sering membungkuk - Angkat beban berat - Sering angkat beban - Mendorong dan menarik - Berdiri dan duduk lama - Vibrasi - Postur janggal pada bahu, leher, tangan dengan durasi yang lama dan frekuensi yang sering
Personal: - Umur - Jenis Kelamin - Kebiasaan Olahraga - Masa Kerja - Riwayat LBP - Transportasi pekerja
Psikiatrik: - Jarang merasa energik - Waktu kerja yang terlalu lama - Pekerjaan menjenuhkan - Mengalami kelelahan - Gangguan tidur - Menderita penyakit lain
Okupasi
Musculosceletal
Nyeri Punggung Bawah Non- musculosceletal
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Low Back Pain (LaDou dan Greenberg, 2006)
Dalam gambar 1 menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain yaitu, faktor pekerjaan, faktor personal, dan faktor psikiatrik. (LaDou dan Greenberg, 2006) a. Faktor risiko terkait pekerjaan yang berhubungan dengan kejadian LBP (1)Frequent bending dan stopping (2)Mengangkat beban berat (11,3 – 15,8 kg) (3)Frequent lifting (< 3 detik/angkatan / 20 angkatan/menit) (4)Frequent dan pulling (beban > 22,5 kg) (5)Heavy carrying (beban >33% berat badan) (6)Prolonged standing (lebih dari 6 jam/shift) (7)Prolonged sitting (lebih dari 6 jam/shift) terutama bila dikombinasi dengan vibrasi pada 4,5 – 6,0 Hz (8)Pekerjaan monoton atau berulang (9)Tergelincir, jatuh
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
b. Faktor risiko personal yang berhubungan dengan LBP adalah - Umur Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena penurunan kekuatan dan ketahanan otot sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. - Jenis kelamin Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Perbandingan kekuatan otot antara pria dan wanita adalah 3:1. Tidak diketahui dengan jelas apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko LBP, walupun tindakan operasi pada HNP lebih banyak pada laki-laki sehingga kompensasi nyeri punggung bawah lebih banyak pada laki-laki yaitu sekitar 70-80%. - Kebugaran jasmani Orang yang pekerjaannya memerlukan pengerahan tenaga besar, namun tidak memiliki waktu cukup untuk berisitirahat dan berolahraga, risikonya untuk mengalami keluhan otot akan meningkat. Daya tahan otot punggung yang baik dapat mencegah kejadian LBP. - Kekuatan otot Hubungan antara kekuatan otot dengan timbulnya keluhan otot masih menjadi perdebatan. Namun secara fisiologi, orang yang memiliki kekuatan otot lebih rendah, bila melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga, akan lebih rentan terhadap risiko cedera otot. - Antropometri Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan dan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Bukti adanya hubungan antara nyeri punggung bawah dengan tinggi badan dan kegemukan masih kontradiksi, akan tetapi fakta-fakta yang ada tetap meyakinkan adanya hubungan antara hernia diskusi dengan tinggi badan. Pada orang yang tinggi, volume diskus intervertebrata lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggi badannya rata-rata sehingga kurang menguntungkan dalam pemberian nutrisi di diskus. - Penggunaan kendaraan bermotor Shivakumara BS (2010), percobaan dilakukan di India menggunakan sepeda motor berbeda pada jalan yang berbeda. Diamati bahwa nilai WBV yaitu 0,8 m/s2 mempertimbangkan durasi 8 jam. Magnitudo tinggi tersebut berbahaya, walaupun ketika paparan berdurasi pendek. Berdasarkan hal tersebut ia menyimpulkan bahwa,
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
getaran memiliki peran yang dominan dalam menciptakan efek yang buruk terhadap tubuh.
Masalah yang dapat menimbulkan keluhan LBP antara lain : a. Psikologi (jarang merasa energik, waktu kerja yang terlalu lama, pekerjaan menjenuhkan) b. Kondisi kesehatan dan riwayat penyakit (mengalami kelelahan, gangguan tidur, menderita penyakit lain yang bukan LBP c. Pola hidup (tidak memiliki waktu luang untuk bersantai di rumah, jarang olahraga) d. Masalah dengan kendaraan yang dikemudikan (vibrasi kendaraan, tempat duduk yang tidak nyaman) e. Riwayat LBP sebelumnya
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif untuk melihat faktor determinan yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Metode yang digunakan adalah cross sectional, dimana pengambilan data menyangkut variabel dependen yaitu keluhan subjektif low back pain dan variabel independen yaitu faktor personal (umur, masa kerja, kebiasaan olahraga atau stretching, dan riwayat low back pain), dosis pajanan getaran, dan durasi pajanan getaran. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini dengan melakukan pengukuran getaran menggunakan human vibration meter 100 Larson Davis, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi pustaka. Populasi penelitian operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta sejumlah 33 orang. Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan sistem komputerisasi program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) melalui editing, coding, entry, cleaning serta analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis data penelitian ini adalah univariat dan bivariat.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Total Karakteristik Responden N = 33
%
≤ 35 tahun
13
39.4
> 35 tahun
20
60.6
S1
1
3.0
SMA
22
67.0
SMP
6
18.0
SD
4
12.0
≤ 3 Tahun
9
27.3
>3 Tahun
24
72.7
Umur
Pendidikan
Masa kerja
Karakteristik responden yaitu gambaran umum dari sampel yang diteliti yaitu berupa umur, pendidikan, dan masa kerja. Distribusi umur responden paling banyak pada kategori umur >35 tahun (60,6%). Selain itu, di dalam penelitian didapati empat tingkat pendidikan pada seluruh operator forklift, yaitu SD (12%), SMP (18%), SMA/Sederajat (67%), dan S1(3%). Persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA/Sederajat. Pada variabel masa kerja persentase paling banyak yaitu pada kategori masa kerja lebih dari 3 tahun (72,7%).
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
2. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen dan Dependen Berdasarkan hasil jawaban kuesioner terhadap 33 operator forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen Yang Diteliti Pada Operator Forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Perilaku Baik Tidak Baik N = 20 % N = 13 %
Faktor Risiko
Total N = 33
P Value
OR (95% CI)
Umur > 35 tahun ≤ 35 tahun
16 4
80.0 20.0
4 9
30.8 69.2
20 13
0,000
6,02 (2,50 – 14,48)
Masa kerja > 3 tahun ≤ 3 tahun
15 5
75.0 25.0
9 4
69.2 30.8
24 9
0,25
0.55 (0,23 – 1,31)
19 1
95.0 5.0
4 9
30.8 69.2
23 10
0,000
9.66 (3,82 – 24,40)
4 16
20.0 80.0
8 5
61.6 38.4
12 21
0,001
4,44 (1,90 – 10,33)
Kebiasaan Olahraga (stretching) Tidak Ya Riwayat LBP TIdak Ya
a. Hubungan antara Umur dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,010 yang berarti nilai p ≤ α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur pekerja dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan antara variabel umur dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 9,00 (95% CI : 1,80-44,96), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berumur > 35 tahun berisiko 9 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang berumur ≤ 35 tahun. (Tabel 2)
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
b. Hubungan antara Masa kerja dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 1,000 yang berarti nilai p > α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel masa kerja dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 1,333 (95% CI : 0,282-6,300), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang masa kerjanya > 3 tahun berisiko 1 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang masa kerjanya ≤ 3 tahun. (Tabel 2)
c.
Hubungan antara Kebiasaan Olahraga (stretching) dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti nilai p ≤ α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 0,023 (95% CI : 0,02- 0,241), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang tidak melakukan stretching berisiko 0,02 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang melakukan stretching. (Tabel 2)
d. Hubungan antara Riwayat Low Back Pain dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,027. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 6,400 (95% CI : 1,338- 30,606), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang memiliki riwayat low back pain berisiko 6,4 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat LBP. (Tabel 2)
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Pembahasan 1. Keluhan Low Back Pain Low back pain adalah rasa nyeri yang timbul karena terjadinya penekanan pada punggung bagian bawah atau daerah lumbal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta menunjukkan bahwa sebagian dari jumlah keseluruhan operator mengalami keluhan subjektif low back pain. Keluhan yang ditemukan berupa pegal seluruh tubuh dan nyeri pada bagian pinggang. Pada kuesioner yang disebarkan oleh peneliti, terdapat 20 operator forklift yang menuliskan catatan tambahan berupa pendapatnya mengenai tingkat getaran yang diterima operator, yaitu salah satunya dipengaruhi oleh permukaan jalan yang sehariharinya menjadi sarana mobilitas dari kegiatan pengangkutan dan pemindahan barang merupakan jalanan yang tidak rata, dan hal ini banyak dikeluhkan oleh operator. Karena ketika forklift melalui jalanan yang tidak rata, otomatis guncangan akan terjadi dan tingkat getaran juga menjadi tinggi. Sehingga ketika aktifitas padat, guncangan yang diakibatkan oleh jalanan yang tidak rata serta durasi yang cukup lama menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Selain faktor jalanan yang tidak rata, sebagian operator juga berpendapat bahwa ban dari forklift yang digunakan sehari-hari juga berpengaruh terhadap tingkat getaran yang timbul. Ban yang telah mengalami penipisan berpotensi meningkatkan getaran yang diterima oleh operator, terutama ketika forklift melewati jalanan yang tidak rata. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi pengaruh dari faktor-faktor yang memicu terjadinya gejala-gejala yang termasuk dalam low back pain. 2. Umur Responden Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut, umur dari operator sekurang-kurangnya 21 tahun serta memiliki Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan buku kerja.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Pada penelitian yang dilakukan oleh LaDou diketahui keluhan pertama otot skeletal pada kejadian low back pain biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Ia menyebut usia adalah faktor kombinasi penyebab low back pain, artinya usia tidak berdiri sendiri sebagai penyebab LBP akibat kerja tapi ada faktor penyebab lain yang lebih dominan. Berdasarkan penelitian ini, diketahui umur operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta sangat bervariasi, operator termuda yaitu berusia 30 tahun dan yang tertua berumur 52 tahun. Peneliti mengelompokkan variabel umur operator forklift menjadi 2 kategori, yaitu operator forklift dengan umur ≤ 35 tahun sebanyak 13 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain 4 orang, dan operator yang berumur > 35 tahun sebanyak 20 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain yaitu 16 orang. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Selain itu diperoleh nilai OR = 9,00 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berumur > 35 tahun berisiko 9 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang berumur ≤ 35 tahun. 3. Masa kerja Responden Seperti variasi dalam usia, masa kerja operator forklift juga sangat bervariasi. Terdapat operator forklift yang masa kerjanya 3 tahun, dan yang paling lama yaitu 27 tahun. Peneliti mengelompokkan masa kerja menjadi dua kategori ( ≤ 3 tahun dan > 3 tahun), berdasarkan penelitian dari Carel Hulshof, et. al. (2009) yang menyebutkan bahwa keluhan low back pain ditemukan setelah seseorang bekerja pada lingkungan maupun peralatan yang menghasilkan getaran selama 3 tahun. Pada kategori masa kerjanya > 3 tahun yaitu sebanyak 24 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 15 orang. Berdasarkan data penelitian, operator yang masa kerjanya lebih dari tiga tahun memiliki jumlah lebih tinggi dibandingkan dengan operator yang masa kerjanya dibawah tiga tahun. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan low back pain.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Selain itu diperoleh nilai OR = 1,33 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang masa kerjanya > 3 tahun berisiko 1,3 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang masa kerjanya ≤ 3 tahun. Kebiasaan Olahraga (Stretching)
4.
Keluhan nyeri punggung bawah jarang ditemukan pada orang yang dalam kegiatan kesehariannya memiliki waktu yang cukup dalam beristirahat dan berolahraga, begitu juga sebaliknya. (Eriksen et, al.) Pada penelitian ini, keluhan low back pain pada operator foklift yang melakukan olahraga (stretching) yaitu 1 orang, dan keluhan low back pain pada operator foklift yang tidak melakukan olahraga (stretching) sebanyak 19 orang. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain. Selain itu diperoleh nilai OR = 0,023 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang tidak melakukan stretching berisiko 0,02 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang melakukan stretching. 5.
Riwayat Low Back Pain Greenberg (2006) menyebutkan bahwa riwayat cedera punggung sebelumnya adalah faktor risiko personal yang berkaitan dengan nyeri punggung bawah. Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri punggung bawah setidaknya sekali dalam hidupnya, meskipun sebagiannya segera sembuh namun angka kekambuhannya tetap tinggi. Berdasarkan penelitian, terdapat 16 operator forklift yang memiliki riwayat low back pain mengalami keluhan subjektif low back pain, dan 4 operator forklift yang tidak memiliki riwayat low back pain tetapi mengalami keluhan subjektif low back pain. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain. Selain itu diperoleh nilai OR = 6,40 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang memiliki riwayat low back pain berisiko 6,4 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat LBP.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
6.
Tingkat Pajanan Getaran Occupational and Environmental Medicine menyebutkan bahwa salah satu faktor risiko okupasi yang terkait dengan low back pain adalah pajanan dari vibrasi yang ditimbulkan kendaraan atau kegiatan industri. (Greenberg, 2006) Hasil pengukuran getaran berdasarkan waktu pengukuran (3 menit X 3 kali pengambilan data) menunjukkan rata-rata nilai pajanan getaran dari 33 operator forklift yaitu 0,06 m/s2. Nilai yang tertinggi terdapat pada operator forklift dengan nomor responden 20 dengan nilai pajanan getaran 0,60 m/s2. Nilai tertinggi dari perhitungan tersebut terdapat pada sumbu X, yaitu sumbu yang menunjukkan arah getaran merambat dari belakang tubuh menuju ke bagian depan. Rumus tersebut digunakan oleh peneliti, karena operator forklift hanya bekerja mengemudikan forklift saja dan tidak terpapar getaran dari mesin ataupun kegiatan produksi lain. Sehingga rumus diatas digunakan untuk mengukur pajanan getaran harian untuk satu aktifitas pekerjaan. Untuk perhitungan dosis pajanan getaran harian, nilai tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan dari ketiga sumbu, yaitu sumbu X, Y, dan Z. Nilai tertinggi yang diperoleh dari hasil perhitungan ketiga sumbu tersebut ditentukan sebagai dosis pajanan getaran harian. (Griffin, 2006) Nilai rata-rata dosis pajanan getaran harian dari seluruh operator forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta yaitu 0,03 m/s2. Sedangkan, nilai dosis pajanan harian tertinggi dan melewati NAB yang ditetapkan pemerintah terdapat pada responden dengan nomor 20, yaitu sebesar 0,52 m/s2. Nilai tertinggi dari perhitungan tersebut juga didapat dari perhitungan pada sumbu X. Tingginya dosis pajanan getaran harian tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (personal) dari operator forklift maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan maupun forklift tersebut. Faktor eksternal yang dimaksud antara lain yaitu kondisi jalan yang rusak, berkurangnya peredam atau busa pada kursi forlift sehingga kemampuannya dalam meredam getaran berkurang. Selain itu, jadwal maintenance atau pemeliharaan juga berpengaruh terhadap tingkat getaran yang dihasilkan oleh mesin forklift. Setiap faktor tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi kombinasi yang mengakibatkan tingginya dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
7.
Durasi Pajanan Getaran Penyebab risiko adalah kondisi personal atau lingkungan yang meningkatkan kemunkingan terjadinya cedera atau penyakit. Program penanggulangan akan lebih efektif bila fokus pada faktor risiko yang diketahui. Salah satu faktor risiko low back pain yaitu prolonged sitting (lebih dari 6 jam/shift) terutama bila dikombinasi dengan vibrasi. (LaDou) Durasi menunjukkan lamanya operator forklift terpajan getaran dengan nilai pajanan getaran tertentu. Durasi pajanan memperngaruhi tingkat pajanan getaran yang dapat diterima oleh operator forklift. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata durasi pajanan getaran dalam sehari atau ketika mengemudikan forklift yaitu 7 jam. Durasi pajanan getaran diperoleh melalui data kuesioner yaitu mengurangi jam kerja dalam sehari dengan durasi istirahat ditempat kerja. Hasil rata-rata durasi pajanan digunakan untuk menghitung dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Operator forklift yang berumur > 35 tahun dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 16 orang. 2. Operator forklift yang masa kerjanya > 3 tahun dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 15 orang. 3. Operator forklift yang tidak melakukan stretching dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 19 orang. 4. Operator forklift yang tidak memiliki riwayat low back pain dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 4 orang. 5. Pada hasil pengukuran getaran pada kursi forklift, terdapat satu forklift yang nilai getarannya melewati ambang batas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Getaran yang melewati nilai ambang batas terdapat pada operator forklift dengan nomor responden 20 dengan tingkat pajanan getaran harian yaitu 0,52 m/s2. 6. Rata-rata durasi pajanan getaran dalam sehari atau ketika mengemudikan forklift yaitu 7 jam. Durasi pajanan getaran diperoleh melalui data kuesioner yaitu
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
mengurangi jam kerja dalam sehari dengan durasi istirahat ditempat kerja. Hasil ratarata durasi pajanan digunakan untuk menghitung dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift. 7. Faktor yang berhubungan signifikan dengan keluhan subjektif low back pain yaitu umur, kebiasaan olahraga (stretching), dan riwayat low back pain. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain yaitu variabel masa kerja.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat direkomendasikan untuk meminimalisasi tingkat getaran yang dapat mempengaruhi tingkat keluhan subjektif low back pain di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, antara lain : 1. Penggantian kursi forklift yang telah rusak, dalam pengertian bahwa kursi forklift tersebut sudah tidak dapat meredam getaran dengan optimal. 2. Penggantian ban dari forklift yang sudah dalam kondisi tidak layak. Tidak layak diartikan bahwa, ban dari forklift sudah mengalami penipisan, sehingga ketika melalui jalanan yang tidak rata, maka getaran yang ditimbulkan cukup tinggi. 3. Melakukan perbaikan jalan. Kondisi jalan yang tidak rata mengakibatkan getaran timbul pada kendaraan ketika kendaraan tersebut berjalan melewatinya. 4. Memasang peredam getaran atau (back support) pada pada kursi forklift. Back support berfungsi mengurangi tingkat getaran yang timbul dan memajani operator forklift. 5. Jadwal maintenance, merupakan jadwal pemeliharaan rutin yang dilakukan pada kendaraan yaitu forklift. Jadwal pemeliharaan yang rutin berupa pengecekan mesin kendaraan dapat mengurangi getaran yang timbul ketika forklift digunakan. 6. Melakukan promosi program kesehatan, salah satunya dengan peregangan badan atau stretching. Stretching adalah latihan fisik yang meregangkan otot-otot di setiap anggota badan untuk meningkatkan fleksibilitas (kelenturan). Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kewajiban konsumsi air mineral yang cukup dalam sehari untuk mencegah tubuh dari dehidrasi akibat lingkungan kerja yang panas.
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014
Kepustakaan BS. Shivakumara. (2010). Study of vibration and its effect on health of the motorcycle rider. India. Greenberg, (2006). Occupational and Environtmental Medicine Review. McGraw-Hill Medical Publishing Division. LaDou, J.(2006). Occupational and Environtmental Medicine. McGraw-Hill. M.Bovenzi.(2005). Health Effects of Mechanical Vibration. USA. M.J. Griffin.(2006). Whole Body Vibration Good Practice Guide. Institute of Sound and Vibration Research, University of Southhampton, U.K. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). Jumlah Penderita Nyeri Punggung Bawah pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia. http://www.perdossi.or.id/doc/cpd/attachment/218/10510/Data%20Pasienlowbackpain , diakses pada 5 Juni 2014 pukul 19.20 WIB World Health Organization (WHO). Angka kejadian low back pain. http://www.who.int/en/ , diakses 10 juni 2014 pukul 20.40 WIB
Analisis faktor..., Berlian Islamiati, FKM UI, 2014