ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR JASA DUNIA USAHA DI INDONESIA
MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA
35
PRODI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014
Muhammad Fakhri Nugraha NIM H54100032
35
ABSTRAK MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di Indonesia. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI dan RANTI WILIASIH. Sektor jasa dunia usaha memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi riil di Indonesia dan perbankan syariah merupakan salah satu alternatif atas keterbatasan dana pengusaha sektor jasa dunia usaha. Pembiayaan oleh perbankan syariah kepada jasa dunia usaha memiliki pangsa terbesar padahal dilihat dari nilai PDBnya relatif kecil. Tujuan utama dari studi ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series bulanan periode Januari 2009 hingga Desember 2013. Hasil analisis dengan menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah secara signifikan dan sesuai hipotesis terhadap jasa dunia usaha adalah dana pihak ketiga, finance to deposit ratio dan suku bunga bank konvensional terhadap sektor jasa dunia usaha dimana ketiga variabel tersebut berpengaruh positif serta variabel equivalent rate perbankan syariah yang berpengaruh negatif. Sementara variabel non performing finance dan inflasi berpengaruh signifikan namun hubungannya tidak sesuai dengan hipotesis. Variabel NPF berpengaruh positif karena tingkat NPF sektor jasa dunia usaha relatif kecil dan Inflasi berpengaruh positif karena peningkatan harga meningkatkan kebutuhan akan pembiayaan. Kata kunci : Ordinary Least Square, perbankan syariah, pembiayaan, sektor jasa dunia usaha.
ABSTRACT MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA. The Analysis of Affecting Factors of Islamic Banking On The Business Service Financing in Indonesia. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI and RANTI WILIASIH. Business services sector has an important role in enhance the real economy and Islamic banking in Indonesia is one of the alternatives to the limited funds the business service sector's employers. Financing by Islamic banking to business services has yet seen the largest share even though value of GDP is relatively small. The aim of this study was to analyze the factors that affect Islamic finance to the business services sector in Indonesia. This study used secondary data from the monthly time series data from January 2009 to December 2013. The results of the analysis OLS showed that the factors affecting Islamic banking financing significantly and according to the hypothesis of business services are third-parties fund, finance to deposit ratio and a conventional bank interest rates to the business services sector in which these three variables as well as the positive effect, equivalent rate of Islamic banking negatively. While non-performing finance variables and inflation significantly but do not conform to the hypothesis. Keywords: business services sectors, financing, Islamic banking, ordinary least square.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR JASA DUNIA USAHA DI INDONESIA
MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi 35
PRODI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di Indonesia”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan panutan terbaik bagi umat manusia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah terhadap jasa dunia usaha di Indonesia. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Muhammad Amin (Ayah), Rodiah (Ibu), Wilda Zakiah (Kakak), Muhammad Rifqi (Kakak) serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc, Agr dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. 4. Sahabat terbaik Niskur, Citra, Wenny, Meli, Zulfahmi, dan Ecin yang setiap hari selalu menemani dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Teman-teman satu bimbingan, Intan, Sissy, Ria, Emma, Shintia, dan Vina yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49 terimakasih atas kenangan, bimbingan, doa dan dukungannya. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Muhammad Fakhri Nugraha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Konsep Jasa Dunia Usaha
7
Perbankan Syariah
8
Akad Pada Perbankan Syariah
9
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan
10
Kajian Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran Operasional
13
Hipotesis Penelitian
14
METODE PENELITIAN
15 15
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
15
Metode Analisis dan Pengolahan Data
15
Variabel dan Definisi Operasional
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah dan Perekonomian
21
Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha
26
SIMPULAN DAN SARAN
30
Simpulan
30
Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
37
35
Lokasi dan Waktu Penelitian
DAFTAR TABEL 1 Total PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2009-2013 2 2 Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan sektor tahun 2009-2013 3 3 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional 8 4 Peubah Penelitian, Simbol, Satuan, Sumber Data 15 5 Hasil estimasi regresi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia 28
DAFTAR GAMBAR 1. Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di Indonesia Tahun 2009-2013 2. Rasio pembiayaan perbankan syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013 3. PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013 4. Kerangka Pemikiran Operasional 5. Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah di Indonesia tahun 20092013 6. Aset, DPK, PYD bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia tahun 2006-2013 7. Financing to Deposit Ratio perbankan syariah di Indonesia tahun 20072014 8. Grafik NPF perbankan syariah di Indonesia ke semua sektor tahun 20112013 9. Equivalent rate pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia pada tahun 2009-2013 10. Suku bunga bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia pada tahun 2009-2013 11. Perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009-2013 12. Perkembangan IPI di Indonesia pada tahun 2009-2013
4 5 5 14 21 22 22 23 23 24 25 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Data dan Nilai Logaritma Natural Variabel yang Digunakan Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas Uji Multikoliniearitas
33 36 36 36 36
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
33
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang aktif membangun perekonomiannya. Dalam ekonomi islam pembangunan ekonomi harus ditekankan pada pembangunan ekonomi sektor riil. Salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi riil di Indonesia adalah sektor jasa dunia usaha (dalam publikasi Badan Pusat Statistik disebut jasa perusahaan). Sektor jasa dunia usaha merupakan perusahaan yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan di industri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas. Sektor jasa dunia usaha memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketiadaan sektor ini dapat menghambat dunia usaha. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 2013, Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5.78% dibanding tahun 2012, Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10.19%, diikuti oleh sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 7.56%. Dalam publikasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Produk Domestik Bruto (PDB) dalam 5 tahun terakhir ternyata didominasi oleh sektor industri pengolahan dan menyumbang kontribusi tertinggi PDB Indonesia diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (BPS 2013) sedangkan kontribusi sektor jasa dunia usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2013 terbilang cukup rendah yaitu hanya sebesar 1.43 % yang terlihat pada sektor ke-8 pada (Tabel 1). Dalam hal tenaga kerja, sektor jasa dunia usaha memiliki peran dalam penyerapan tenaga kerja yang terlihat dari jumlah penduduk bekerja diatas 15 tahun pada sektor jasa dunia usaha yaitu sejumlah 3 juta penduduk. (BPS 2013) Meskipun kontribusi jasa dunia usaha kecil terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun penyerapan tenaga kerja Indonesia tapi secara pertumbuhan ,sektor jasa dunia usaha tergolong tinggi . Rata-rata pertumbuhan per sektor berkisar 12.93%. Sektor jasa dunia usaha mampu mengikuti rata-rata pertumbuhan sektor-sektor lain yang lebih besar yaitu sebesar 14.49% (Tabel 1). Sektor industri pengolahan yang selama 5 tahun terakhir merupakan penyumbang kontribusi terbesar selama 5 tahun terakhir justru pertumbuhannya merupakan yang terkecil diantara sektor lainnya yaitu sebesar 9.37%. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia justru mengalami penurunan yang signifikan dalam pertumbuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa dunia usaha semakin cepat pertumbuhannya dari tahun ke tahun dibandingkan dengan sektor yang lainnya.
2
Tabel 1 Total PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2009-2013 2009
2010
2011
2012
2013
Ratarata Pertumb uhan (%)
857 197 (15.29)
985 470 (15.29)
1 091 447 (14.71)
1 193 453 (14.50)
1 311 037 (14.43)
12.91
592 061 (10.56)
719 710 (11.16)
876 984 (11.82)
970 824 (11.80)
1 020 773 (11.24)
13.73
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
1 477 541 (26.36)
1 599 073 (24.80)
1 806 141 (24.34)
1 972 524 (23.97)
2 152 593 (23.70)
9.37
46 680 (0.83)
49 119 (0.76)
55 882 (0.75)
62 234 (0.76)
70 075 (0.77)
11.43
5
Konstruksi
555 192 (9.90)
660 890 (10.25)
753 555 (10.16)
844 091 (10.26)
907 267 (9.99)
16.97
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
744 513 (13.28)
882 487 (13.69)
1 023 725 (13.8)
1 148 691 (13.96)
1 301 506 (14.33)
13.54
353 740 (6.31)
423 172 (6.56)
491 287 (6.62)
549 105 (6.67)
636 888 (7.01)
15.36
405 162 (7.23)
466 564 (7.24)
535 153 (7.21)
598 523 (7.27)
683 010 (7.52)
13.17
75 493.7 (1.35)
88 746.2 (1.38)
102 082.4 (1.38)
113 427.2 (1.38)
129 790.9 (1.43)
Jasa-jasa
574 116 (10.24)
660 365 (10.24)
785 014 (10.58)
889 994 (10.81)
1 000 823 (11.02)
15.77
Total
5 606 202 (100)
6 446 850 (100)
7 419 187 (100)
8 229 438 (100)
9 083 972 (100)
12.93
N o
1
2
3
4
7
8
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambanga n dan Penggalian
Pengangkuta n dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan -
9
Jasa Perusah aan
14.49
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 Keterangan: () Persentase
Pertumbuhan sektor jasa dunia usaha perlu didukung dengan ketersediaan modal. Perbankan merupakan salah satu solusi atas ketersediaan modal tersebut. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi dalam menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan kembali dana tersebut pada pihak yang membutuhkan. Sektor perbankan di Indonesia mulai diperkenalkan dengan sistem baru pada tahun 1992 yaitu sistem perbankan syariah yang menerapkan berbagai macam akad yang mengatur setiap
3
kegiatan perbankan dengan prinsip Islami. Perbankan syariah diyakini dapat menguntungkan pengusaha dan memiliki beberapa keunggulan daripada perbankan konvensional salah satunya karena diterapkannya sistem bagi hasil dan menghapus beban bunga yang berkelanjutan sehingga diyakini bahwa perbankan syariah merupakan salah satu alternatif terbaik dalam memberikan pembiayaan ke sektor jasa dunia usaha. Pembiayaan perbankan syariah yang diberikan pada semua sektor mengalami peningkatan dari segi jumlah seiring dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Hal ini dibuktikan juga dengan besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR) bulan juni 2014 pada perbankan syariah yakni sebesar 95.5% (BI 2014). Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI) tahun 2013, porsi pembiayaan syariah yang diberikan 5 tahun terakhir terhadap sektor jasa dunia usaha ternyata yang paling besar diantara sektor lainnya sedangkan sektor yang berkontribusi tinggi terhadap PDB justru mendapatkan porsi yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan sektor tahun 2009-2013 (Miliar Rp) Sektor Pertanian
2009 1 331 (2.84)
2010 1 762 (2.58)
2011 2 201 (2.14)
2012 2 809 (1.90)
2013 3 165 (1.72)
2
Pertambangan
1 047 (2.23)
1 120 (1.64)
1 733 (1.69)
2 094 (1.42)
3 018 (1.64)
3
Perindustrian
1 579 (3.37)
2 337 (3.43)
4 077 (3.97)
5 008 (3.40)
6 029 (3.27)
4
Listrik, gas dan air
698 (1.49)
1 354 (1.99)
2 381 (2.32)
3 159 (2.14)
4 663 (2.53)
5
Konstruksi
3 516 (7.50)
4 194 (6.15)
5 858 (5.71)
7 142 (4.84)
8 086 (4.39)
6
Perdagangan, restoran dan hotel
5 000 (10.66)
7 609 (11.16)
9 778 (9.53)
12 624 (8.56)
14 314 (7.77)
7
Pengangkutan, pergudangan komunikasi
3 349 (7.14)
3 696 (5.42)
3 369 (3.28)
4 321 (2.93)
5 387 (2.93)
dan
8
Jasa Dunia Usaha
13 664 (29.14)
20 233 (29.68)
25 630 (24.97)
37 150 (25.19)
47 598 (25.85)
9
Jasa Sosial/Masyarakat
2 661 (5.68)
2 975 (4.36%)
4 464 (4.35)
7 878 (5.34)
12 085 (6.56)
10
Lain-lain
14 042 (29.95)
22 902 (33.59)
43 164 (42.05)
65 319 (44.28)
79 778 (43.33)
46 886 (100)
68 181 (100)
102 655 (100)
147 505 (100)
184 122 (100)
Total
Sumber: Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2013 (diolah) Keterangan: () Persentase
35
No 1
4
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Jul-11
Oct-11
Apr-11
Jan-11
Jul-10
Oct-10
Apr-10
Jan-10
Oct-09
Jul-09
Apr-09
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jan-09
Triliun Rp
Sektor jasa dunia usaha juga selalu mengalami peningkatan jumlah pembiayaan syariah setiap tahunnya (Gambar 1). Jumlah porsi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha yang paling besar dan selalu bertambah setiap tahunnya cukup mengejutkan melihat konstribusi sektor jasa dunia usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun jumlah penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan ada faktor lain selain Produk Domestik Bruto (PDB) yang memengaruhi pengalokasian pembiayaan perbankan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha.
Bulan/Tahun
Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)
Gambar 1 Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di Indonesia Tahun 2009-2013 Menurut penelitian Mutamimah dan Chasanah (2012) secara umum faktorfaktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan bisa disebabkan 3 unsur yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur), dari pihak debitur, serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut sedangkan menurut Muna (2013) faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan dikategorikan berdasarkan faktor eksternal dan internal perbankan. Perumusan Masalah Sebagaimana sudah dijelaskan di awal sektor jasa dunia usaha merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian sehingga sektor jasa dunia usaha perlu mendapat dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk juga dari sektor perbankan. Industri perbankan sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian memiliki peran penting dalam memberikan bantuan permodalan berupa penyaluran kredit atau pembiayaan. Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki kewajiban dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi riil. Financing Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang cukup tinggi menunjukan bahwa dana yang berhasil dihimpun dari DPK masyarakat telah disalurkan pada
5
Persen (%)
pembiayaan. Peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah ternyata belum diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan seluruh sektor. Menurut data stastistik perbankan syariah Bank Indonesia (SPS-BI), persentase rasio pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan cenderung perlahan mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Gambar 2) 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Sumber : Bank Indonesia 2013
Gambar 2 Rasio pembiayaan syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia tahun 20092013
Triliun Rp
140 120 100 80 60 40 20 0 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik 2014
Gambar 3 PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013
35
Padahal, kondisi usaha di sektor jasa dunia usaha mengalami peningkatan yang cukup pesat tiap tahunnya, ini dapat dilihat dari produk domestik bruto pada sektor jasa dunia usaha (Gambar 3) dan juga peningkatan pembiayaan syariah yang diberikan terhadap sektor jasa dunia usaha tiap tahunnya (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa total pembiayaan dan peningkatan output di sektor jasa dunia usaha yang meningkat pesat belum tentu diikuti dengan pertumbuhan pembiayaan pada sektor jasa dunia usaha.
6
Selain itu, meskipun kontribusi sektor jasa dunia usaha relatif kecil terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun perbankan syariah justru memberikan porsi pembiayaan terbesar terhadap sektor jasa dunia usaha daripada sektor yang lain (Tabel 1 & 2). Sektor industri pengolahan yang berkontribusi paling besar terhadap PDB justru mendapatkan porsi yang paling kecil dibandingkan sektor yang lain. Berarti ada faktor-faktor lain yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah selain PDB . Secara teori banyak faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah. Menurut Muna (2013) secara umum faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan adalah dipengaruhi dari kondisi eksternal maupun internal. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri dari suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI) dan tingkat inflasi (INF). Penjabaran dari berbagai hal di atas dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan yang akan ditelaah pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana perkembangan pembiayaan perbankan syariah dan perekonomian? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia? Tujuan Penelitian 1. Mengkaji perkembangan pembiayaan perbankan syariah dan perekonomian 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi jumlah pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan kebijakan yang tepat khususnya dalam mengembangkan sektor jasa dunia usaha melalui pembiayaan perbankan syariah. 2. Bagi Perbankan, sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam memberikan pembiayaan khususnya ke sektor jasa dunia usaha. 3. Bagi Akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai peran perbankan syariah dalam mengembangkan sektor jasa dunia usaha di Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya untuk pembiayaan pada sektor jasa dunia usaha. Ruang lingkup perbankan syariah yang diteliti dibatasi pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tanpa menyertakan data dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Karena keterbatasan dan
7
ketersediaan data publikasi perbankan syariah untuk pembiayaan sektoral, maka penelitian ini menggunakan data bulanan dengan periode dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada beberapa variabel. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah Dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI), dan tingkat inflasi (INF).
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Jasa Dunia Usaha
35
Industri jasa dunia usaha merupakan perusahaan yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan di industri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas. Industri Layanan Bisnis sangat terfragmentasi. Produksi dalam industri ini dibagi di antara banyak perusahaan yang berbeda, tidak ada satu perusahaan pun yang memiliki pangsa cukup besar dari pasar untuk dapat mempengaruhi arah atau harga tingkat industri. Industri jasa dunia usaha adalah industri yang sangat luas meliputi berbagai kategori dari operasi bisnis, semua dari mereka memberikan beberapa jenis layanan non-keuangan kepada perusahaan lain. Layanan tersebut meliputi periklanan, pemasaran, konsultasi, logistik (termasuk perjalanan dan fasilitas layanan), penanganan limbah, layanan kepegawaian, pengiriman, administrasi, dan layanan keamanan untuk beberapa nama. Hampir setiap bisnis beroperasi memiliki kebutuhan untuk setidaknya satu dari berbagai jenis layanan yang ditawarkan oleh industri. Perusahaan pemasaran bertanggung jawab untuk meningkatkan penjualan dari perusahaan klien dengan membantu keuntungan perusahaan pelanggan baru serta menjaga orang-orang saat ini. Jasa hukum diperlukan untuk menangani transaksi bisnis, serta untuk tujuan litigasi. Logistik dan perusahaan pelayaran bertanggung jawab untuk menghubungkan bisnis ke bisnis atau konsumen lain dengan mengumpulkan, menyimpan, mengangkut, dan memberikan produk perusahaan penetapan staf untuk orang yang membutuhkan pekerjaan, sementara atau permanen, dengan perusahaan yang membutuhkan karyawan yang memenuhi syarat. Perusahaan leasing memenuhi kebutuhan klien untuk barang tertentu tanpa memerlukan pembelian penuh. Keamanan perusahaan bertanggung jawab untuk menjaga aset perusahaan aman. Perusahaan konsultasi berada dalam bisnis pemenuhan kebutuhan untuk keahlian bahwa klien tidak dapat memenuhi sendiri. Perusahaan-perusahaan ini dapat menawarkan profesional, ilmiah, teknis atau
8
konsultasi, manajemen atau konsultasi strategi, atau sumber daya manusia konsultasi (Global Edge 2014). Dalam publikasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor jasa dunia usaha didefinisikan sebagai jasa perusahaan yang merupakan subsektor dari sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Perbankan Syariah Pendirian lembaga keuangan dengan prinsip Islami merupakan upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 mulai membahas mengenai bank dengan sistem bagi hasil, namun belum terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis jenis usaha yang diperbolehkan. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UndangUndang No.10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Keberadaan undang-undang tersebut menyebabkan bank-bank konvensional mulai banyak melakukan pembukaan cabang syariah berupa UUS atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Syafi’i 2001). Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan fungsi sebagai lembaga intermediasi dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan mendasar diantara kedua jenis bank tersebut. Perbankan syariah melarang dengan keras adanya praktik riba karena merupakan sesuatu yang haram sehingga diganti dengan sistem bagi hasil.
No 1 2 3 4 5
Tabel 3 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional Bank Syariah Bank Konvensional Melakukan investasi-investasi yang Investasi yang halal dan haram halal saja Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual Memakai perangkat bunga beli, atau sewa Profit dan falah oriented Profit Oriented Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan bentuk hubungan debitor-debitor Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejenis harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
Sumber : Syafi’i 2001
Landasan operasional perbankan syariah tercantum dalam Al-qur’an dan hadist. Sebagaimana dalam firman Allah SWT (Q.S An-nisa :29) “Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang curang. Kecuali dengan cara perdagangan yang berlaku sukarela diantara kamu”. Dalam ayat tersebut menjadi landasan perbankan untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan nasabah atau golongan tertentu saja. Ada pula tidak melakukan praktik riba sebagaimana tercantum dalam firman Allas SWT (QS. Ali-Imran: 130) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakallah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
9
Akad pada Perbankan Syariah
35
Perbankan syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang mengatur setiap kegiatan yang dilakukan. Pertama, prinsip titipan atau simpanan (Depository / AlWadi’ah) yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja pihak penitip menghendaki. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan Al-Wadi’ah untuk tujuan current account (giro) dan saving account (tabungan berjangka). Dengan konsep Al–Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna bank. Bank dapat memberi insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Insentif berupa bonus tersebut dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dan sebagai indikator kesehatan bank terkait. Prinsip yang kedua yaitu prinsip bagi hasil (Profit sharing). Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al-Muzara’ah dan Al-Musaqah. Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Al-Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Akad Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Selain itu, akad ini dapat diaplikasikan untuk melakukan investasi dalam skema modal ventura. Akad kedua dalam prinsip bagi hasil yaitu akad Al-Mudharabah yang merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Akad ketiga yaitu Al-Muzara’ah yang merupakan akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Selanjutnya akad keempat pada prinsip bagi hasil yaitu Al-Musaqah yang merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Prinsip yang ketiga yaitu prinsip jual beli (Sale and Purchase). Ada tiga jenis jual beli yang dapat dijadikan acuan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu Bai’Al-Murabahah, Bai’As-Salam, dan Bai’Al-Istishna. Bai’Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Bai’ As-Salam adalah akad yang mengatur pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Bai’Al-Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dimana pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
10
Prinsip yang keempat yaitu prinsip sewa (Operational Lease and Financial Lease). Akad yang mengatur transaksi sewa yaitu Al-Ijarah yang merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri Prinsip yang kelima yaitu prinsip jasa (Fee Based Services). Beberapa akad yang mengatur transaksi jasa, yaitu: Al-Wakalah yang merupakan akad dalam mengatur pelimpahan kekuasan oleh seseorang kepada yang lain melalui hal yang diwakilkan; Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung; Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya; dan Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya (Syafi’i 2001). Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Faktor yang dapat memengaruhi pembiayaan dapat dilihat dari teori permintaan dan penawaran. Teori permintaan menurut Sukirno (2000) menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Harga barang itu sendiri. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang-barang tersebut. Pendapatan rumah tangga. Pendapatan rata-rata masyarakat. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat. Citra rasa (selera). Jumlah penduduk . Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang
Dalam melakukan analisis, di asumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau cateris paribus. Tetapi dengan asumsi yang dinyatakan ini tidaklah berarti bahwa faktor-faktor lain diabaikan. Setelah menganalisa hubungan antara jumlah permintaan dan tingkat harga maka selanjutnya boleh mengasumsikan bahwa harga adalah tetap dan kemudian menganalisis bagian permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Aplikasi hukum permintaan terhadap pembiayaan perbankan dapat diterapkan. Apabila equivalent rate atau suku bunga turun maka permintaan akan pembiayaan semakin meningkat. Penawaran menurut Sukirno (2000) merupakan keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga yang ditentukan oleh faktor harga barang itu sendiri, harga barang lain, biaya produksi, tujuan operasi perusahaan dan tingkat teknologi yang digunakan. Oleh sebab itu teori penawaran menekankan perhatiannya kepada hubungan diantara tingkat harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya
11
mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan, sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Aplikasi hukum penawaran terhadap pembiayaan perbankan dimana equivalent rate/tingkat suku bunga yang rendah menunjukkan meningkatanya kondisi perekonomian perbankan sehingga pembiayaan yang akan ditawarkan ke masyarakat semakin banyak. Sebaliknya tingkat suku bunga yang tinggi menunjukan menurunnya kondisi perekonomian perbankan sehingga sedikit pembiayaan yang ditawarkan. Menurut penelitian Muna (2013), faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang diambil ialah Non Perfoming Finanncing (NPF),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), biaya promosi sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi ialah inflasi Menurut Mutamimah dan Chasanah (2012), faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh 3 unsur, yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur), dari pihak debitur, serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap jasa dunia usaha akan diambil variabel yang umum yakni faktor internal dana pihak ketiga, equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha dan Financial to Deposit Ratio. Sedangkan faktor eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha, industrial production index dan tingkat inflasi
35
Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pembiayaan oleh perbankan syariah telah banyak dilakukan, namun penelitian yang memfokuskan pada sektor jasa dunia usaha masih belum dilakukan. Penelitian ini akan mengkaji pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha dikaitkan dengan berbagai faktor eksternal dan internal dengan menggunakan metode OLS. Beberapa penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini, antara lain penelitian yang dilakukan Kusumawati (2013) menganalisis pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembiayaan sektor kontruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah VECM dengan variabel bebas Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), Suku Bunga Kredit Bank Umum (SBK), Sertifikat wadi’ah bank Indonesia (SWBI), Output diproduksi dengan Indeks produksi industri (IPI), Penempatan dana pada pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (BSBIS) Equivalent rate (tingkat imbal hasil) pembiayaan sektor kontruksi (ERP), Tingkat Inflasi (INF) dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Hasil penelitian ini yaitu ketika variabel DPK, SBK, NPF, BSBIS, dan PUAS mengalami keguncangan satu standar deviasi maka akan direspon secara negatif oleh rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah. Sedangkan bila terjadi guncangan pada FDR, SBI, IPI, INF, dan ERP sebesar satu standar deviasi maka akan direspon secara positif oleh rasio pembiayaan sektor konstruksi. Variabel yang membentuk keragaman pada pembiayaan sektor konstruksi dengan kontribusi yang paling besar dijelaskan oleh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, dan penempatan dana pada pasar uang dengan prinsip syariah (PUAS).
12
Penelitian tentang faktor penentu pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dilakukan oleh Nugroho (2009) menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah DPK, Laba per Aset (LPA), NPF, Kredit Bank Umum (KBU), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Jakarta Islamic Index (JII), IPI. Hasil dari penelitian ini ialah shock dari NPF, SWBI, KBU, IPI, dan JII dalam jangka panjang direspon permanen negatif oleh pembiayaan, sedangkan LPA, DPK dan pembiayaan sendiri, dalam jangka panjang direspon permanen positif oleh pembiayaan Penelitian yang dilakukan Ramadhan (2012) mengenai pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di Indonesia menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan ialah Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), suku bunga SBI, total kredit bank konvensional yang diberikan kepada UMKM, suku bunga rata-rata kredit, margin rata-rata bank syariah, profit and loss sharing rata-rata bank syariah. Hasil dari penelitian ini ialah SBI dan SBIS memiliki hubungan negatif terhadap kredit dan pembiayaan UMKM. Perbankan akan lebih tertarik mengalokasikan dananya di SBI atau SBIS ketika terjadi kenaikan return. Guncangan moneter akan berpengaruh dengan cepat pada pembiayaan UMKM dari perbankan syariah dan kredit UMKM dari perbankan konvensional. Akan tetapi, pembiayaan UMKM dari perbankan syariah akan lebih cepat stabil dibandingkan dengan kredit UMKM dari perbankan konvensional. Begitu juga dengan respon return pembiayaan bank syariah (PLS dan Margin) yang lebih cepat stabil dibandingkan dengan suku bunga kredit perbankan konvensional. Dari hasil FEVD, baik dari jalur perbankan syariah maupun perbankan konvensional instrumen yang paling berpengaruh adalah SBIS. SBI hanya memiliki pengaruh yang kecil, yaitu kurang dari 1% pada perbankan syariah dan konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa peran SBI semakin lama semakin tidak efektif dalam transmisi moneter melalui jalur kredit. Penelitian yang dilakukan Fahrudin (2009) mengenai pengaruh inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR), DPK, dan jaringan terhadap pembiayaan pada BUS menggunakan metode OLS. Hasil dari penelitian ini Variabel CAR dan Credit Risk berpengaruh negatif terhadap pembiayaan.sedangkan Variabel DPK, inflasi, dan jaringan berpengaruh positif terhadap pembiayaan Penelitian Muna (2013) mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan sarana pertanian pada BPRS di Indonesia menggunakan metode OLS. Variabel yang digunakan ialah NPF khusus sektor pertanian, CAR, ROA, FDR, biaya promosi, dan inflasi. Hasil penelitian ini inflasi dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, NPF dan FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan, CAR dan biaya promosi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan. Penelitian Pratami (2011) menganalisis pengaruh jumlah DPK, CAR, NPF, dan ROA terhadap pembiayaan pada perbankan syariah (studi kasus pada bank muamalat) menggunakan metode OLS. Hasil dari penelitian ini secara parsial hanya DPK yang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan sedangkan NPF, CAR, ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Penelitian tentang keterkaitan penyaluran dana perbankan dengan kondisi makroekonomi dilakukan oleh Talavera et al. (2006). Penelitian tersebut mengkaji keterkaitan antara perilaku penyaluran kredit bank dan ketidakpastian
13
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini difokuskan menganalisis faktor-faktor penentu total pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada perbankan syariah di Indonesia. Faktorfaktor penentu yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel baik dari sisi internal maupun eksternal. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan
35
makroekonomi yang terjadi di Ukraina periode tahun 2003 kuartal pertama sampai tahun 2005 kuartal ketiga. Model yang digunakan adalah ekulibrium parsial dinamik dengan variabel yang digunakan adalah: rasio kredit terhadap modal, rasio dana pihak ketiga terhadap modal, dan natural log modal sendiri, sedangkan indikator ketidakpastian makroekonomi yang digunakan adalah M1, M2, Consumer Price Index (CPI), serta Produser Price Index (PPI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan di Ukraina menurunkan penawaran kreditnya jika ketidakpastian peubah makroekonomi meningkat, demikian pula sebaliknya, jika ketidakpastian makroekonomi menurun maka penawaran kredit perbankan meningkat. Penelitian mengenai penyaluran pinjaman (kredit) oleh bank di Turki Ozcusa dan Akbostanci (2012). Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak perubahan kebijakan moneter dalam perilaku penyaluran kredit perbankan. Periode penelitian dibagi menjadi dua sub periode 12 untuk melihat dampak perubahan kebijakan dan kondisi sistem keuangan akibat krisis 2000 hingga 2001 terhadap penyaluran kredit. Sub-periode pertama yaitu dari tahun 1988 hingga 2001 dan sub-periode kedua yaitu dari tahun 2002 hingga 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panel dinamis, dengan variabel indikator antara lain ukuran, likuiditas, kapitalisasi, kualitas aset, pendapatan, dan kemampuan serta efisiensi manajemen perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan perilaku penyaluran kredit pada periode sebelum dan sesudah krisis. Variabel PDB riil memiliki hubungan signifikan positif terhadap kredit perbankan. Tingkat inflasi memiliki hubungan signifikan negatif, yang tidak sesuai dengan hipotesis awal. Kualitas aset, kapitalisasi, dan likuiditas menunjukkan hubungan signifikan positif terhadap penyaluran kredit, dan ukuran memiliki hubungan negatif terhadap tingkat pertumbuhan kredit. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang jauh lebih kuat dari perubahan kebijakan moneter pada tingkat pertumbuhan kredit terjadi pada periode 2002 hingga 2009. Hal ini dikarenakan setelah krisis keuangan 2000-2001, telah ada sejumlah perubahan regulasi dan struktural yang signifikan di sektor perbankan Turki. Penelitian Agung et al (2001) mengenai kredit crunch di Indonesia setelah krisis. Variabel dalam penelitian ini ialah dari sisi penawaran kapasitas kredit, suku bunga kredit, rasio modal terhadap aset, NPF sedangkan dari sisi penawaran GDP riil dan suku bunga kredit. Hasil dari penelitian ini ialah dari sisi penawaran, kapasitas kredit, suku bunga kredit, rasio modal memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kredit yang diberikan sedangkan NPF memiliki hubungan yang negative. Dari sisi permintaan output memiliki hubungan positif yang signifikan. Suku bunga kredit yang seharusnya negatif ternyata memiliki hubungan positif yang signifikan. Fenomena tersebut mencerminkan suku bunga tidak menjadi masalah utama bagi dunia usaha dalam melakukan permohonan kredit.
14
jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI) dan tingkat inflasi (INF). Secara konseptual alur pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 4) Penurunan Rasio Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha
1.
Faktor Eksternal : 1. Suku Bunga Bank Konvensional Sektor Jasa Dunia Usaha (SBKjdu) 2. Industrial Production Index (IPI) 3. Inflasi (INF)
Analisis Deskriptif
2.
3. 4.
Faktor Internal : Financing to Deposit Ratio (FDR) Non Performing Finance sektor jasa dunia usaha (NPFjdu) Dana Pihak Ketiga (DPK) Equivalent Rate Pembiayaan Jasa Dunia Usaha (ERPjdu)
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha dengan Ordinary Least Square (OLS) Evaluasi dan Rekomendasi Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian untuk menjawab tujuan yaitu sebagai berikut: 1. Variabel SBKjdu, IPI, FDR dan DPK memiliki hubungan yang positif terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia 2. Variabel non performing finance (NPFjdu), equivalent rate jasa dunia usaha (ER_PJDU),dan tingkat inflasi (INF) memiliki hubungan yang negatif terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia
15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasikan di Indonesia artinya objek yang diteliti ialah perbankan syariah diseluruh Indonesia dan waktu penelitian dilakukan pada bulan juni-november 2014. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder dengan frekuensi bulanan dari Januari 2009 sampai dengan Desember tahun 2013. Metode pengumpulan data merupakan studi literatur dan library research. Data bersumber dari publikasi Bank Indonesia antara lain Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS BI), Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbS-BI) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) (Tabel 4 ). Tabel 4 Peubah Penelitian, Simbol, Satuan, Sumber Data No 1
2 3 4 5
Simbol lnPJDU
Satuan Milyar
Sumber Data SPS BI
lnDPK
Milyar
SPS BI
lnFDR
Persen
SPS BI
lnNPFjdu
Persen
SPS BI
lnIPI
Indeks
BPS
lnINF lnSBKjdu
Persen Persen
BI SPI BI
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk eksplorasi, klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan ke dalam beberapa komponen masalah, variabel dan indikator. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Eviews 6.
35
6 7
Peubah Pembiayaan Perbankan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Financing to Deposit Ratio Pembiayaan Bermasalah Sektor Jasa Dunia Usaha Industrial Production Index Inflasi Suku Bunga Kredit Bank Umum Jasa Dunia Usaha
16
Model Penelitian Model dalam penelitian ini mengacu kepada model penelitian Muna (2013). Dalam penelitiannya, Muna menggunakan peubah tak bebas yaitu pembiayaan syariah terhadap pertanian yang diduga dipengaruhi faktor internal dan eksternal perbankan. Begitupun juga dalam model penelitian ini, peubah tak bebas yang dipakai yaitu Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha yang diduga dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal perbankan. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah Dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI), dan tingkat inflasi (INF). Model tersebut belum linear sehingga semua variabelnya diubah menjadi bentuk Logaritma Natural (ln) agar model tersebut linear. Persamaan model dirumuskan sebagai berikut: lnPJDU = a + b1 lnDPK + b2 lnFDR + b3 lnNPFjdu + b4 lnIPI + b5 lnINF + b6 lnSBKjdu + b7 lnER_PJDU + εn Keterangan : lnPJDU lnDPK lnFDR lnNPFjdu lnIPI lnINF lnSBKjdu lnER_PJDU a b1,b2,b3….b10
εn
= Pembiayaaan Perbankan Syariah ke Sektor Jasa Dunia Usaha = Dana Pihak Ketiga = Financing to Deposit Ratio = Persentase Pembiayaan Bermasalah Sektor Jasa Dunia Usaha = Pertumbuhan Industrial Production Index = Inflasi = Suku Bunga Kredit Bank Umum Sektor Jasa Dunia Usaha = Equivalent Rate Pembiayaan Jasa Dunia Usaha = konstanta = slope = residual Pengujian Parameter Persamaan Regresi
1. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati 2006). R² memiliki dua sifat, yaitu: R² merupakan besaran non negatif; batasnya adalah 0 ≤ R² ≤1. R² sebesar 1 berarti “kecocokan sempurna”, karena seluruh variasi Y dapat dijelaskan oleh regresi. R² sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara Y dan X. 2. Uji t-Statistik Gujarati (2006:102), Uji signifikansi merupakan pendekatan alternatif, namun bersifat melengkapi dan mungkin merupakan pendekatan yang lebih
17
singkat dalam pengujian hipotesis. Gagasan utama uji signifikansi adalah statistik uji – yakni statistik t- dan distribusi probabilitasnya menurut nilai 𝛽𝑖 yang dihipotesiskan. Pengujiannya disebut uji t karena menggunakan distribusi t. Uji t-statistik digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas yang digunakan secara terpisah berpengaruh nyata (signifikan) atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Uji t dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistiknya. Pengujian secara statistik sebagai berikut:
1. Hipotesis pengujian: H0 :βi= 0 H1 :βi≠ 0 2. Penghitungan t-statistik:
̂𝑖 ̂
Keterangan: ̂𝑖 = Nilai Koefisien Regresi Dugaan 𝛽𝑖 = Parameter Hipotesis 𝑆𝑒 ( ̂ 𝑖) = Standar Error Parameter 𝛽𝑖 Kriteria uji: - |thitung| > t α/2(n/k) , maka tolak H0. Kesimpulannya, koefisien dugaan β≠0 dan variabel yang diuji berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
3. Uji F-Statistik Gujarati (2006:107), Pemilihan dua variabel secara acak dari dua populasi normal, X dan Y, masing-masing dengan m dan n observasi, maka variabel mengikuti distribusi F dengan d.k. (m - 1) dan (n - 1), asalkan varians dari kedua populasi normal itu sama. Dengan kata lain, H0-nya adalah 𝜎𝑋2=𝜎𝑌2. Untuk menguji hipotesis ini, digunakan uji F-statistik. Uji F-statistik digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara keseluruhan. Pengujian uji F ini dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistiknya. Dengan melihat nilai probabilitas Fstatistik akan diketahui apakah suatu persamaan akan lulus uji atau tidak. Pengujian secara statistik sebagai berikut: 1. Hipotesis pengujian: H0 : β1 = β2 = … = 0 H1 : minimal ada satu βt≠ 0 2. Penghitungan F-statistik:
35
- |thitung| < t α/2(n/k) , maka terima H0. Kesimpulannya, koefisien dugaan β=0 dan variabel yang diuji tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
18
F
Keterangan: 𝑅2 = Koefisien Determinasi k = Banyak Parameter Termasuk Konstanta n = Jumlah Sampel Kriteria uji: - |Fhitung| > Fα(k-1,
n-k)
, maka tolak H0. Kesimpulannya, minimal ada satu
variabel bebas yang memengaruhi variabel tidak bebas. - |Fhitung| < F , maka terima H0. Kesimpulannya, tidak ada variabel α(k-1, n-k)
bebas yang memengaruhi variabel tidak bebas. Uji Pelanggaran Asumsi 1. Multikoliniearitas Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya multikoliniearitas sempurna, tidak adanya hubungan linier yang benar-benar pasti di antara variabel-variabel penjelas, X, yang tercakup dalam regresi berganda (Gujarati, 2006:61). Juanda (2009:115), Multikolinearitas adalah tidak adanya hubungan linier sempurna antara peubah bebas. Multikolinearitas muncul jika ada dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) babas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Multikoliniearitas terdiri atas dua jenis. Pertama, multikolinearitas tidak sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi tidak sempurna (|r|<1) yang mengakibatkan intrepretasi dari koefisien dugaan regresi (βi) menjadi sulit, nilai varian dari koefisien regresi menjadi lebih besar, dan koefisien dugaan regresi menjadi lebih sensitif jika terjadi perubahan nilai Xi. Kedua, multikolinearitas sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi sempurna (|r|=±1) sehingga mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat diduga. Winarno (2011), Apabila model prediksi memiliki multikolinearitas, akan memunculkan akibat-akibat berikut ini: 1. Estimator masih bisa bersifat BLUE, tetapi memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi. 2. Internal estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji-t akan kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam memengaruhi variabel independen. Ada beberapa alternatif dalam menghadapi masalah multikolinearitas, yaitu: 1. Biarkan model mengandung multikolinearitas, karena astimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada
19
tidaknya korelasi antarvariabel independen. Namun multikolinearitas dapat menyebabkan standard error yang besar. 2. Tambahkan data bila memungkinkan, karena masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi sedikit. 3. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. 4. Transformasikan salah satu (atau beberapa) variabel.
Untuk menghilangkan heteroskedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan namun alternatif tersebut sangat tergantung kepada ketersediaan informasi tentang varian dan residual. Jika varian dan residual diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan metode WLS (Weighted Least Square). Seandainya varian tidak diketahui, dapat diatasi dengan metode White. 3. Autokorelasi Gujarati (2006:112), Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya korelasi berantai atau autokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki fungsi regresi populasi. Juanda (2009:141), Salah satu asumsi dari model regresi linier adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (𝜀𝑡). Dengan pengertian lain, sisaan menyebar bebas dan dikenal juga sebagai bebas serial (serial independence). Jika semua asumsi klasik dalam model regresi liniear mengalami masalah autokorelasi, maka mengakibatkan dugaan parameter koefisiensi regresi dengan metode OLS: masih tetap tidak bias; masih konsisten; mempunyai standar error yang bias ke
35
2. Heteroskedastisitas Asumsi penting model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan ui yang tercakup dalam fungsi regresi populasi bersifat homoskedastisitas, artinya semua memiliki varians yang sama, 𝜎2. Jika tidak demikian, berarti menghadapi situasi heteroskedastisitas, atau varians tidak sama, atau nonkonstan (Gujarati, 2006:82). Juanda (2009:127), salah satu asumsi dari regresi linier adalah ragam sisaan sama atau homogeny. Jika ragam sisaan tidak sama atau (var(𝜀𝑖)=E(𝜀𝑖2)=𝜎𝑖2) untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Masalah ini sering terjadi dalam data cross-section. Salahsatu cara mengidentifikasi heteroskedastisitas adalah dengan Uji White. Winarno (2011), Pengaruh apabila residual bersifat heteroskedastisitas, antara lain: 1. Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum (tidak lagi best), sehingga hanya memenuhi karakteristik LUE (Linear Unbiased Estimator). Meskipun demikian, estimator metode kuadrat terkecil masih bersifat linier dan tidak bias. 2. Perhitungan Standard Error tidak dapat lagi dipercaya kebenarannya, karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum mengakibatkan estimasi regresi tidak efisien. 3. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji-t dan uji-F tidak dapat lagi dipercaya, karena standard error-nya tidak dapat dipercaya.
20
bawah, atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya, sehingga nilai statistik uji-t tinggi; penduga OLS tidak efisien lagi atau ragamnya tidak lagi minimum. Salah satu cara untuk megidentifikasi Autokorelasi adalah dengan Uji BreuschGodfrey. Winarno (2001), Apabila data mengalami masalah autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi, terlebih dahulu harus diketahui besarnya koefisien autokorelasi (𝜌). Setelah 𝜌 diketahui, baru autokorelasi dapat dihilangkan dengan beberapa alternatif sebagai berikut: 1. Bila struktur autokorelasi (𝜌) diketahui, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan melakukan transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering juga disebut dengan Generalized Difference Equation. 2. Bila struktur autokorelasi (𝜌) tidak diketahui: a. Nilai 𝜌 tinggi, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan Metode Diferensiasi Tingkat Pertama. b. Nilai 𝜌 rendah, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan Metode OLS. c. Nilai 𝜌 tidak diketahui, masalh autokorelasi dapat diatasi dengan Metode Cochrane-Orcutt. 4. Normalitas Gujarati (2006:164), Prosedur pengujian statistik didasarkan pada asumsi bahwa faktor kesalahan ui didistribusikan secara normal. Uji normalitas yang popular adalah uji Jarque-Bera. Ini merupakan uji asimtotis, atau sampel besar, dan di dasarkan atas residu OLS. Winarno (2011), salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal. Salah satu cara untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan histogram dan melihat nilai dari Jarque-Bera serta nilai probabilitasnya. Kriteria untuk melihat normalitas, yaitu: 1. Jika nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. 2. Jika probabilitasnya lebih besar dari tingkat signifikansi, maka data berdistribusi normal. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : 1. Total pembiayaan sektor jasa dunia usaha (PJDU) merupakan jumlah pembiayaan yang diberikan pada bank umum syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia terhadap sektor jasa dunia usaha, dinyatakan dalam persen. 2. Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan syariah terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia. 3. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah yang terdiri dari giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito investasi mudharabah.
21
4. Industrial Production Index (IPI) merupakan proksimasi dari output nasional. Agar mendapatkan data bulanan, maka output nasional diproksimasi dengan IPI yang merupakan ukuran output dari industriindustri sedang dan besar secara bulanan, dan dinyatakan dengan indeks. 5. Suku Bunga Kredit (SBKjdu) merupakan suku bunga kredit pada bank umum konvensional untuk sektor jasa dunia usaha di Indonesia. 6. Inflasi (INF) merupakan tingkat inflasi yang berlaku di Indonesia. 7. Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPFjdu) merupakan persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia. 8. Equivalent rate Pembiayaan Sektor jasa dunia usaha (ERP) merupakan tingkat imbal hasil dari pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah dan Perekonomian
200 Bank Umum Syariah
Unit
150 100
Unit Usaha Syariah
50 0 2009 2010 2011 2012 2013
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Tahun Sumber : Bank Indonesia 2013
Gambar 5 Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah di Indonesia 2009-2013
35
Perkembangan pembiayaan perbankan syariah Semenjak awal mula diperkenalkan pada tahun 1992, sistem perbankan syariah berkembang pesat hingga sekarang. Menurut data Bank Indonesia, jaringan perbankan syariah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 terdapat tiga unit Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 105 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Selama kurun waktu enam tahun terjadi peningkatan jumlah BUS hampir tiga kali lipat, yaitu dari tiga menjadi sebelas BUS dan terjadi peningkatan pada jumlah BPRS dari 105 menjadi 158, sedangkan untuk UUS mengalami penurunan karena perbankan konvensional mengembangkan UUS menjadi BUS. (Gambar 5)
22
Jumlah kantor perbankan syariah juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada Desember 2013 jumlah jaringan kantor yaitu sebanyak 1998 jaringan kantor BUS, 590 kantor UUS, dan 402 kantor BPRS. Jaringan kantor perbankan syariah tersebut menyebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat melayani seluruh nasabah bank baik dalam transaksi penghimpunan DPK maupun dalam menyalurkan pembiayaan. Besarnya DPK perbankan syariah (BUS dan UUS), aset, dan pembiayaan yang diberikan juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah bank dan jaringan kantor bank syariah (Gambar 6) Triliun Rp
300 200 100 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 DPK
Pembiayaan
Aset
Sumber : Bank Indonesia 2013
Gambar 6 Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia tahun 2006-2013 Meningkatnya DPK, aset dan pembiayaan bank syariah secara stabil ternyata tidak diikuti dengan peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR perbankan syariah sempat mengalami peningkatan dari rentang tahun 20112013. Namun di tahun 2014 FDR kembali mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena perbankan syariah pada tahun 2014 mendapatkan limpahan dana haji dari kementrian Agama. Pemindahan dana haji dari bank konvensional ke bank syariah menyebabkan DPK meningkat sedangkan pembiayaan masih tetap sehingga FDR turun (Gambar 7)
Persen (%)
105 100 95 90 85 80 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)
Gambar 7 Financing to Deposit Ratio perbankan syariah di Indonesia tahun 2007-2014
23
Persen (%)
Pembiayaan perbankan syariah bukan tanpa kendala dalam praktiknya. Banyaknya pembiayaan macet atau Non Performing Finance (NPF) seringkali menjadi alasan untuk perbankan agar lebih berhati-hati dalam melakukan pembiayaan ke suatu sektor. NPF terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan sektor jasa dunia usaha ternyata menempati urutan ke-5 dari semua sektor (Gambar 8) 50 40 30 20 10 0
2011 2012 2013
Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)
Gambar 8 Grafik NPF perbankan syariah di Indonesia ke semua sektor tahun 2011-2013
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
Sep-10
May-10
Jan-10
Sep-09
May-09
Jan-09
Persen (%)
16 15.5 15 14.5 14 13.5 13 12.5
Bulan/Tahun Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)
Gambar 9 Equivalent rate pembiayaan syariah di Indonesia terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia pada tahun 2009-2013
35
Equivalent rate pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha mengalami penurunan setiap tahunnya. Ini dapat terlihat pada (Gambar 9). Penurunan equivalent rate di sektor jasa dunia bisa disebabkan karena berkembangnya sektor jasa dunia usaha dan minat untuk melakukan pembiayaan di sektor jasa dunia usaha
24
Pesaing perbankan syariah yaitu perbankan konvensional ternyata juga mengalami penurunan namun dalam 5 bulan terakhir cenderung meningkat. Suku bunga bank konvesional pada sektor jasa dunia usaha terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Ini dapat terlihat pada (Gambar 10). Penurunan suku bunga bank konvensional di sektor jasa dunia disebabkan karena berkembangnya sektor jasa dunia usaha dan minat untuk melakukan pembiayaan di sektor jasa dunia usaha. Semakin banyak yang berminat, perbankan akan kompetitif menurunkan suku bunganya 16
Persen (%)
14 12 10 8 6 4 2 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13
0
Bulan/Tahun Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)
Gambar 10 Suku bunga bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia pada tahun 2009-2013 Perkembangan ekonomi Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat produk domestik bruto (PDB). Besaran PDB Indonesia tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai 9.084 triliun rupiah , tumbuh sebesar 5.78% dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10.19% diikuti kemudian oleh sektor jasa dunia usaha sebesar 7.56% dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.34% (BPS 2013). Sektor jasa dunia usaha merupakan penyumbang PDB terbesar kelima dari sembilan sektor yang ada sedangkan pertumbuhannya merupakan kedua terbesar dari sembilan sektor dan terus menaik setiap tahunnya (Gambar 3). Hal ini seharusnya didukung oleh pemerintah dan mendapatkan bantuan dana dengan mudah dari perbankan mengingat laju pertumbuhannya terus meningkat tiap tahun. Sektor jasa dunia usaha juga memiliki efek multiplier cukup besar dari usaha kecil menengah hingga ke atas. Selain PDB, salah satu indikator perekonomian ialah inflasi. Inflasi di Indonesia sempat mengalami penurunan hingga tahun 2010. Namun, perlahan inflasi semakin meningkat kembali hingga tahun 2013. Hal ini dapat terlihat pada (Gambar 11). Menurut Nasution (2013) seorang guru besar ekonomi UI mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan kenaikan tingkat
25
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13
Persen (%)
laju inflasi pada tahun 2013. Pertama, kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah. Kedua, adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Ketiga, adanya kenaikan harga BBM yang dewasa ini sudah mencapai seperlima dari pengeluaran pemerintah pusat
Bulan/Tahun Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)
Gambar 11 Perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009-2013
140
Persen (%)
120 100 80 60 40 20 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13
0
Bulan/Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 (diolah)
Gambar 12 Perkembangan IPI di Indonesia pada tahun 2009-2013
35
Industrial Production Index (IPI) merupakan indikator yang memproksikan Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan IPI selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 12). Meningkatnya indikator output di Indonesia menunjukkan kebijakan yang diambil pemerintah sudah tepat seperti memanfaatkan kekuatan urbanisasi dan peningkatan pendapatan, pada saat bersamaan memperbanyak lapangan kerja berkualitas bagi angkatan kerja yang semakin meningkat
26
Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha Pengujian Model Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) harus dipenuhi model termasuk dalam model regresi linear berganda yang baik. Untuk memperoleh kebaikan pada model maka dilakukanlah uji statistik dan uji asumsi klasik. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5 Uji Statistik Hasil pengujian parameter persamaan regresi dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Koefisien Determinasi (𝑅2) Berdasarkan hasil estimasi model penelitian pada Tabel 4 diperoleh nilai koefisien determinasi (𝑅2) sebesar 0.997619. Ini berarti 99.76% variasi dari jumlah pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia diterangkan oleh ketujuh variabel yang digunakan, yaitu dana pihak ketiga, financing to deposit ratio, industrial production index, pembiayaan bermasalah sektor jasa dunia usaha, inflasi, suku bunga kredit bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha dan tingkat bagi hasil bank syariah terhadap sektor jasa dunia usaha. Sisanya 0.24% diterangkan oleh variabel lain di luar model. 2. Uji t-Statistik Uji t-statistik dilakukan dengan melihat probabilitas masing-masing variabel bebas. Jika nilai probabilitas variabel bebas kurang dari taraf nyata (𝛼=5%), maka variabel bebas signifikan memengaruhi variabel tak bebasnya. Jika probabilitas variabel bebas lebih besar taraf nyata (𝛼=5%), maka variabel bebas tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya. Hasil estimasi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga, financing to deposit ratio, pembiayaan bermasalah sektor jasa dunia usaha, suku bunga kredit bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha, tingkat bagi hasil bank syariah terhadap sektor jasa dunia usaha dan inflasi kurang dari taraf nyata (α=5%) sehingga dapat disimpulkan variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha. Variabel industrial production index memiliki probabilitas lebih besar dari taraf nyata (α=5%) sehingga dapat disimpulkan variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha. 1. Uji F-Statistik Uji F-statistik dilakukan dengan melihat probabilitas F-statistik pada model. Jika nilai probabilitas F-statistik kurang dari taraf nyata (𝛼=5%), maka disimpulkan minimal ada satu variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan. Jika probabilitas F-statistik lebih besar dari taraf nyata (𝛼=5%), maka disimpulkan tidak ada variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi variabel tak bebasnya. Nilai Probabilitas F-statistik yang diperoleh dari hasil regresi adalah sebesar 0.000000. Ini menunjukkan hasil yang baik karena nilai probabilitas Fhitung kurang dari taraf nyata (𝛼=5%). Hal ini menunjukkan bahwa keabsahan
27
model yang dibentuk dapat diterima, di mana minimal ada satu variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha secara signifikan. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Pengujian autokoelasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-squared terhadap taraf nyatanya pada Uji BreuschGodfrey. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata (α=5%), maka disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared kurang dari taraf nyata (α = 5%), maka disimpulkan bahwa model mengalami masalah autokorelasi. Hasil dari uji yang dilakukan pada model (Lampiran 2), nilai probabilitasnya sebesar 0.9686, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah autokorelasi karena nilainya yang lebih besar dari taraf nyata (α=5%).
3. Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat jika probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata (α=5%), maka data berdistribusi normal. Hasil dari uji yang dilakukan pada model (Lampiran 4), nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.215533 maka dapat disimpulkan bahwa model berdistribusi normal. 4. Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas merupakan kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Jika coefficient matrix antar variabel bebas dalam persamaan regresi kurang dari R-Squared pada model maka dalam persamaan regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas. Jika coefficient matrix antarvariabel bebas dalam persamaan regresi lebih besar dari R-Squared maka pada persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas. Hasil pengujian (Lampiran 5) menunjukkan bahwa tidak ada coefficient matrix yang melebihi R-Squared sebesar 0.997619 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas.
35
2. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik memiliki variasi pengamatan yang tetap, jika berbeda artinya mengalami masalah heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan Uji White yang melihat nilai probabilitas Obs*R-squared terhadap taraf nyatanya. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata (α = 5%), disimpulkan bahwa model homoskedastisitas. Jika nilai probabilitas Obs* Rsquared kurang dari taraf nyata (α = 5%), disimpulkan bahwa model mengalami masalah heteroskedastisitas. Hasil dari uji yang dilakukan pada model (Lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs* R-squared adalah sebesar 0.9851, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah heteroskedastisitas karena nilainya yang lebih besar dari taraf nyata (α=5%).
28
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah Terhadap Sektor Jasa Dunia Usaha Tabel 5. Hasil estimasi regresi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia Variabel Koefisien LN_DPK 0.853847 LN_FDR 0.589267 LN_NPFjdu 0.107342 LN_IPI 0.000223 LN_INF 0.054131 LN_SBKjdu 0.562579 LN_ERPjdu -0.483813 C -2.896925 AR (1) 0.833551 R-squared Prob(F-statistic) Keterangan : *signifikan pada taraf nyata 5%
Probabilitas 0.0000* 0.0000* 0.0006* 0.7955 0.0451* 0.0197* 0.0293* 0.0083 0.0000* 0.997619 0.000000
Pada model ini digunakan lag pada bulan sebelumnya Auto Regression AR(1) untuk mengatasi masalah autokorelasi. Lag ini berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.83. Artinya, bila pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha pada bulan sebelumnya meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.83 % saat variabel yang lain dianggap konstan atau jumlah pembiayaan syariah dipengaruhi pada bulan sebelumnya sebesar 0.83% Variabel dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.85. Artinya, bila DPK meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.85 % saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa DPK berpengaruh positif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha. Ketika perbankan berhasil menghimpun dana pihak ketiga semakin besar, maka proporsi perbankan syariah untuk melakukan pembiayaan semakin meningkat. Sebaliknya, jika dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah semakin menurun maka proporsi perbankan syariah untuk melakukan pembiayaan juga menurun. Variabel finance to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.59. Artinya, bila FDR meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.59% saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha. Ketika FDR perbankan syariah naik, artinya kemampuan perbankan syariah untuk melakukan pembiayaan juga semakin naik maka perbankan syariah akan mengambil kebijakan menaikkan jumlah pembiayaan.
29
35
Variabel non performing finance sektor jasa dunia usaha (NPFjdu) berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.107. Artinya, bila NPF meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.107% saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa NPFjdu berpengaruh negatif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha dan serupa dengan penelitian Muna (2013) yang meneliti faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah sektor pertanian. Menurut analisis, NPF sektor jasa dunia usaha lebih kecil daripada tiga sektor lainnya yang jauh lebih tinggi daripada sektor jasa dunia usaha. Hal ini yang menyebabkan NPF sektor jasa dunia usaha diabaikan karena NPF sektor lain lebih tinggi dan perbankan lebih memilih meningkatkan jumlah pembiayaan seiring bertambahnya jumlah DPK. Variabel suku bunga bank konvensional sektor jasa dunia usaha (SBKjdu) berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.56. Artinya, bila SBKjdu meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.56% saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa SBKjdu berpengaruh positif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha. Ketika bank konvensional menaikkan suku bunga pembiayaan terhadap sektor jasa dunia usaha, keuntungan yang didapatkan nasabah semakin sedikit dan nasabah akan beralih melakukan pembiayaan ke perbankan syariah. Sehingga menyebabkan pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha semakin meningkat. Variabel equivalent rate terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha berpengaruh negatif yang signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien -0.48. Artinya, bila equivalent rate jasa dunia usaha meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan menurun 0.48% saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa equivalent rate jasa dunia usaha berpengaruh negatif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha. Ketika equivalent rate jasa dunia usaha meningkat, keuntungan yang didapatkan nasabah semakin sedikit dan nasabah akan beralih melakukan pembiayaan kepada bank konvensional yang lebih menguntungkan sehingga menyebabkan pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha semakin menurun. Variabel inflasi berpengaruh positif signifikan pada taraf nyata (α=5%) namun signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.054. Artinya, bila inflasi meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.054% saat variabel yang lain dianggap konstan. Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha dan serupa dengan penelitian Fahrudin (2013) yang meneliti pembiayaan. Menurut analisis, ketika inflasi naik harga-harga barang juga akan naik. Kebutuhan modal jasa dunia usahapun juga ikut meningkat sehingga pembiayaan yang dibutuhkan nasabah mengalami peningkatan. Variabel Industrial Production Index (IPI) berpengaruh positif yang tidak signifikan pada taraf nyata (α=5%) terhadap pembiayaan syariah ke sektor jasa
30
dunia usaha per bulan dengan koefisien 0.0002. Artinya, bila IPI meningkat 1%, maka pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha akan meningkat 0.0002% saat variabel yang lain dianggap konstan. Fenomena tersebut mencerminkan bahwa tingginya produktifitasnya output tidak memengaruhi perbankan untuk memberikan pembiayaan kepada sektor jasa dunia usaha.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Secara umum dalam lima tahun terakhir (2009-2013), pembiayaan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang baik. Dalam kurun waktu tersebut jumlah bank umum dan unit usaha syariah; aset, DPK dan pembiayaan di perbankan syariah mengalami peningkatan. Disamping itu nilai NFF sebagian besar sektor yang dibiayai perbankan syariah cenderung menurun termasuk sektor jasa dunia usaha, hanya saja nilai FDR dalam kurun waktu lima tahun terakhir berfluktuasi. Kondisi perekonomian dalam kurun waktu yang sama (2009-20013) menunjukan peluang yang baik bagi perbankan syariah dimana Equivalent rate pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha cenderung menurun, sementara suku bunga bank konvensional sektor jasa dunia usaha justru cenderung meningkat. Disamping itu jasa dunia usaha mengidikasikan perkembangan yang baik ditinjau dari nilai Industrial Production Index (IPI) yang cenderung meningkat. Hanya saja, tingkat inflasi cenderung berfluktuasi dalam kurun waktu tersebut. Faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah secara signifikan dan sesuai hipotesis terhadap jasa dunia usaha adalah dana pihak ketiga (DPK), finance to deposit ratio (FDR), suku bunga bank konvensional terhadap sektor jasa dunia usaha (SBKjdu) dimana ketiga variabel tersebut berpengaruh positif serta variabel equivalent rate perbankan syariah (ER_PJDU) yang berpengaruh negatif. Sementara variabel non performing finance (NPFjdu) dan inflasi (INF) berpengaruh signifikan namun hubungannya tidak sesuai dengan hipotesis. NPF yang menurut teori berpengaruh negatif justru berpengaruh positif karena tingkat NPF sektor jasa dunia usaha relatif kecil, lebih kecil daripada sektor lainnya. Inflasi yang menurut teori berpengaruh negatif justru berpengaruh positif, hal ini dimungkinkan karena ketika inflasi meningkat maka harga barang dan jasa juga mengalami peningkatan sehingga untuk mempertahankan output yang sama diperlukan pembiayaan yang lebih besar.
31
Saran Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : 1. Perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi hendaknya menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan ke sektor jasa dunia usaha dengan proporsi yang semakin ditingkatkan dibandingkan ke sektor moneter. Hal ini dikarenakan penyaluran dana pada sektor riil, salah satunya pada sektor jasa dunia usaha, dapat memberi manfaat dan efek multiplier yang besar bagi usaha kecil menengah ke atas sehingga dapat meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju ekonomi. 2. Besarnya pembiayaan perbankan syariah terhadap jasa dunia usaha di Indonesia paling besar dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Finance to Deposit Ratio. Dua variabel ini dapat menjadi fokus bagi internal perbankan syariah dalam meningkatkan jumlah pembiayaan perbankan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha. Apalagi dengan semakin menurunnya FDR pada saat ini, perbankan syariah harus menemukan solusi agar meningkatkan kembali FDR. Perbankan syariah bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat melakukan opsi dengan sosialisasi, edukasi, peningkatan kualitas pelayanan dan keragaman akad pembiayaan yang sesuai untuk menigkatkan DPK dan FDR. Selain itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengontrol suku bunga maupun equivalent rate perbankan syariah secara tepat. Karena suku bunga yang ditetapkan oleh OJK dapat memengaruhi pembiyaan perbankan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha. 3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis lain seperti Vector Error Correction Model (VECM) untuk membandingkan hasilnya dan menambah periode pengamatan. Dapat pula dilakukan perbandingan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional.
Agung J, Kusmiarso B, Pramono B, Hutapea EG, Prasmuko A, Prastowo NJ. 2001. Kredit Crunch di Indonesia Setelah Krisis: Fakta, Penyebab, dan Implikasi Kebijakan. Jakarta (ID): Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Antonio M. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani. [BI] Bank Indonesia. 2013. [Internet diunduh 2014 Mei 01]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id. Jakarta (ID): BI . [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. www.bps.go.id [Internet diunduh 2014 Mei 01]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id. Jakarta (ID): BPS. [DEPAG RI] Departemen Agama Republik Indonesia. 2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta (ID): PT. Sygma Examedia Arkanleema Direktorat Perbankan Syariah. Statistik Perbankan Syariah. Berbagai Edisi. Jakarta: Bank Indonesia. Fahrudin MZ. 2009. Pengaruh Inflasi, CAR, Credit Risk, DPK, dan Jaringan Terhadap Pembiayaan pada BUS tahun 2006-2008 [skripsi]. Yogyakarta (ID) : UIN Sunan Kalijaga
35
DAFTAR PUSTAKA
32
Global Edge. 2014. [Internet diunduh 2014 Oktober 18]. Tersedia pada : http://globaledge.msu.edu/industries/business-services Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. ___________. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. [ISIC] International Standard Industrial Classification of all Economic Activities. 2013. [Internet diunduh 2014 Mei 01]. Tersedia pada : www.unstats.un.org/unsd/publication/seriesM/seriesm_4rev4e.pdf.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Muna N. 2013. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Sarana Pertanian pada BPRS di Indonesia [skripsi]. Yogyakarta(ID): UIN Sunan Kalijaga Mutamimah, Chasanah SNZ. 2012. Analisis Eksternal dan Internal Dalam Menentukan Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia. [jurnal]. Semarang(ID): Jurnal Bisnis dan Ekonomi Volume 19 Edisi 1 Tahun 2012. Ramadhan MM. 2012. Analisis pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor UMKM [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Nazaahah N. 2013. Analisis Pembiayaan Sektor Konstruksi pada Perbankan Syariah di Indonesia. [jurnal]. Jakarta(ID): Al-Muzara’ah Jurnal Ekonomi Syariah Volume 1 Edisi 2 Tahun 2013. Nugroho R. 2009. Analisis faktor-faktor penentu pembiayaan perbankan syariah di Indonesia : aplikasi model vector error correction [tesis]. Bogor(ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ozcusa dan Akbostanci. 2012. An empirical analysis of the banking channel in Turkey. Turkey : Economic research center working papers in economics 12/05. Pratami WAN. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011)[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Sukirno. Sadono. 2000. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Cetakan pertama Talavera O, Tsapin A, Zhould O. (2006). Macroeconomic uncertainty and bank lending : the case of Ukraine. Germany : German Institute for Economic Research, 637. Winarno WW. 2011. Analisis Ekomometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi 3. Yogyakarta(ID): UPP STI
LAMPIRAN Lampiran 1 Data dan Nilai Logaritma Natural Variabel yang Digunakan Bulan ke-/ Variabel
PJDU (Milyar Rp)
Inflasi (%)
DPK (Milyar Rp)
FDR (%)
Pertumbu han IPI (Persen)
ERPjdu (%)
(%)
Jan-09
11 557
9.17
38 195
100.02
0.00
15.65
14.49
Feb-09
11 687
8.6
38 651
100.5
0.01
15.63
Mar-09
11 606
7.92
38 040
103.33
0.01
Apr-09
11 819
7.31
39 193
101.36
May-09
12 040
6.04
40 288
Jun-09
12 475
3.65
SBKjdu
NPFjdu
LN_E
LN_PJ DU
LN_I NF
LN_D PK
RPjdu
LN_F DR
LN_IPI
LN_S BKjdu
LN_NP Fjdu
342
9.36
2.22
10.55
2.75
4.61
-6.37
2.67
3.02
14.40
371
9.37
2.15
10.56
2.75
4.61
-5.10
2.67
3.03
15.22
14.35
378
9.36
2.07
10.55
2.72
4.64
-4.63
2.66
2.93
0.01
15.24
14.23
409
9.38
1.99
10.58
2.72
4.62
-4.79
2.66
2.99
101.06
0.01
15.03
14.13
456
9.40
1.80
10.60
2.71
4.62
-4.50
2.65
3.16
42 103
100.22
0.02
14.91
13.93
453
9.43
1.29
10.65
2.70
4.61
-4.06
2.63
3.20
(Milyar Rp)
12 744
2.71
43 004
99.59
0.01
15.09
13.71
499
9.45
1.00
10.67
2.71
4.60
-4.36
2.62
3.12
13 063
2.75
44 019
99.71
-0.03
15.13
13.57
569
9.48
1.01
10.69
2.72
4.60
0.00
2.61
3.14
Sep-09
13 334
2.83
45 381
98.11
0.03
15.1
13.41
607
9.50
1.04
10.72
2.71
4.59
-3.55
2.60
3.17
Oct-09
13 465
2.57
46 500
97.3
0.00
14.96
13.28
552
9.51
0.94
10.75
2.71
4.58
0.00
2.59
3.10
Nov-09
13 369
2.41
47 887
95.49
-0.01
15.27
13.29
618
9.50
0.88
10.78
2.73
4.56
0.00
2.59
3.19
Dec-09
13 664
2.78
52 271
89.7
0.00
15.26
13.01
311
9.52
1.02
10.86
2.73
4.50
0.00
2.57
2.80
Jan-10
13 775
3.72
53 163
88.67
0.01
14.32
12.25
338
9.53
1.31
10.88
2.66
4.48
-4.94
2.51
2.80
Feb-10
15 126
3.81
53 299
90.96
0.04
14.50
12.14
602
9.62
1.34
10.88
2.67
4.51
-3.17
2.50
3.26
Mar-10
14 294
3.43
52 811
95.07
0.00
14.81
12.34
543
9.57
1.23
10.87
2.70
4.55
-7.31
2.51
3.17
Apr-10
14 712
3.91
54 043
95.57
-0.01
14.62
12.34
535
9.60
1.36
10.90
2.68
4.56
0.00
2.51
3.14
May-10
15 355
4.16
55 067
96.65
0.04
14.64
12.24
662
9.64
1.43
10.92
2.68
4.57
-3.27
2.50
3.26
Jun-10
16 103
5.05
58 079
96.08
-0.04
14.84
12.10
649
9.69
1.62
10.97
2.70
4.57
0.00
2.49
3.40
Jul-10
16 872
6.22
60 462
95.32
0.00
14.79
12.42
616
9.73
1.83
11.01
2.69
4.56
-6.30
2.52
3.25
Aug-10
18 016
6.44
60 972
98.96
-0.09
14.36
12.20
656
9.80
1.86
11.02
2.66
4.59
0.00
2.50
3.28
33
Jul-09 Aug-09
18 517
5.8
63 912
95.40
0.09
14.26
12.11
586
9.83
1.76
11.07
2.66
4.56
-2.39
2.49
3.19
Oct-10
18 848
5.67
66 478
94.76
0.01
14.43
12.07
622
9.84
1.74
11.10
2.67
4.55
-4.66
2.49
3.22
Nov-10
19 880
6.33
69 086
95.45
-0.01
14.42
12.02
630
9.90
1.85
11.1
2.67
4.56
0.00
2.49
3.18
Dec-10
20 233
6.96
76 036
89.67
0.01
15.03
12.07
551
9.92
1.94
11.24
2.71
4.50
-4.79
2.49
3.29
Jan-11
19 844
7.02
75 814
91.97
-0.04
15.09
11.99
558
9.90
1.95
11.24
2.71
4.52
0.00
2.48
3.19
Feb-11
20 204
6.84
75 085
95.16
0.08
15.06
11.96
559
9.91
1.92
11.23
2.71
4.56
-2.53
2.48
3.06
Mar-11
20 210
6.65
79 651
93.22
-0.03
15.17
11.95
538
9.91
1.89
11.29
2.72
4.53
0.00
2.48
3.00
Apr-11
20 660
6.16
79 567
95.17
0.03
15.00
11.90
589
9.94
1.82
11.28
2.71
4.56
-3.39
2.48
3.02
May-11
21 228
5.98
82 861
94.88
0.02
15.01
11.96
628
9.96
1.79
11.32
2.71
4.55
-4.19
2.48
3.06
Jun-11
22 440
5.54
87 025
94.93
0.02
15.05
11.97
641
10.02
1.71
11.37
2.71
4.55
-3.88
2.48
3.08
Jul-11
23 272
4.61
89 786
94.18
-0.06
14.70
12.02
681
10.06
1.53
11.41
2.69
4.55
0.00
2.49
3.07
Aug-11
24 263
4.79
92 021
98.39
0.01
14.68
11.92
643
10.10
1.57
11.43
2.69
4.59
-4.62
2.48
3.00
Sep-11
24 262
4.61
97 756
94.97
0.03
14.80
11.79
664
10.10
1.53
11.49
2.69
4.55
-3.40
2.47
3.02
Oct-11
25 152
4.42
101 804
95.24
-0.06
14.50
11.75
629
10.13
1.49
11.53
2.67
4.56
0.00
2.46
3.04
Nov-11
24 591
4.15
105 330
94.40
0.02
14.54
11.69
526
10.11
1.42
11.56
2.68
4.55
-4.18
2.46
2.96
Dec-11
25 630
3.79
115 415
88.94
0.00
14.37
11.64
532
10.15
1.33
11.6
2.67
4.49
0.00
2.45
3.02
Jan-12
25 361
3.65
116 518
87.27
0.03
14.37
11.53
559
10.14
1.29
11.67
2.67
4.47
-3.58
2.44
3.02
Feb-12
25 721
3.56
114 616
90.49
-0.03
14.34
11.42
624
10.16
1.27
11.65
2.66
4.51
0.00
2.44
3.06
Mar-12
27 054
3.97
119 639
87.13
0.01
15.21
12.62
645
10.21
1.38
11.69
2.72
4.47
-4.71
2.54
3.06
Apr-12
27 184
4.5
114 018
95.39
0.05
14.33
12.55
641
10.21
1.50
11.64
2.66
4.56
-3.04
2.53
3.03
May-12
28 247
4.45
115 206
97.95
0.01
14.31
12.50
783
10.25
1.49
11.65
2.66
4.58
-4.29
2.53
3.17
Jun-12
29 830
4.53
119 279
98.59
0.01
14.27
12.48
783
10.30
1.51
11.69
2.66
4.59
-4.22
2.52
3.14
Jul-12
29 861
4.56
121 018
99.91
-0.10
14.26
12.39
774
10.30
1.52
11.70
2.66
4.60
0.00
2.52
3.09
Aug-12
31 701
4.58
123 673
101.03
0.09
14.42
12.50
754
10.36
1.52
11.73
2.67
4.62
-2.43
2.53
3.08
Sep-12
32 717
4.31
127 678
102.1
0.08
14.32
12.38
746
10.40
1.46
11.76
2.66
4.63
-2.55
2.52
3.04
Oct-12
33 692
4.61
134 453
100.84
-0.03
14.20
12.30
743
10.43
1.53
11.81
2.65
4.61
0.00
2.51
3.06
Nov-12
34 693
4.32
138 671
101.19
0.00
14.32
12.23
741
10.45
1.46
11.84
2.66
4.62
0.00
2.50
3.05
34
Sep-10
Dec-12
37 150
4.3
147 512
100
0.00
13.86
12.12
788
10.52
1.46
11.90
2.63
4.61
-11.01
2.49
3.18
Jan-13
35 379
4.57
148 731
100.6
-0.02
14.10
12.06
796
10.47
1.52
11.9
2.65
4.61
0.00
2.49
3.06
Feb-13
36 281
5.31
150 795
102.17
0.02
14.10
12.05
985
10.50
1.67
11.92
2.65
4.63
-4.19
2.49
3.16
Mar-13
38 876
5.9
156 964
102.62
0.01
13.86
12.02
1 036
10.57
1.77
11.96
2.63
4.63
-4.71
2.49
3.15
Apr-13
39 280
5.57
158 519
103.08
0.01
13.80
12.01
1 099
10.58
1.72
11.97
2.62
4.64
-4.23
2.49
3.16
May-13
39 722
5.47
163 858
102.08
-0.02
13.75
11.99
1 275
10.59
1.70
12.01
2.62
4.63
0.00
2.48
3.26
Jun-13
42 150
5.9
163 966
104.43
0.02
13.74
11.99
993
10.65
1.77
12.01
2.62
4.65
-4.07
2.48
3.09
Jul-13
44 176
8.61
166 453
104.83
-0.02
13.81
12.15
1 127
10.70
2.15
12.02
2.63
4.65
0.00
2.50
3.16
Aug-13
44 668
8.79
170 222
102.53
0.03
13.78
12.22
1 338
10.71
2.17
12.04
2.62
4.63
-3.63
2.50
3.24
Sep-13
44 757
8.4
171 701
103.27
0.01
14.00
12.27
1 151
10.71
2.13
12.05
2.64
4.64
-4.23
2.51
3.14
Oct-13
45 720
8.32
174 018
103.03
-0.03
13.63
12.36
1 234
10.73
2.12
12.07
2.61
4.64
0.00
2.51
3.15
Nov-13
46 369
8.37
176 292
102.58
0.01
13.63
12.39
1 403
10.74
2.12
12
2.61
4.63
-4.33
2.52
3.23
Dec-13
47 598
8.38
183 534
100.32
-1.00
13.63
12.47
1 286
10.77
2.13
12
2.61
4.61
0.00
2.52
3.28
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 (diolah) Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2013 (diolah)
35
36
Lampiran 2 Uji Autokorelasi F-statistic Obs*R-squared
0.025988 Prob. F (2,48) 0.063817 Prob. Chi-Square(2)
0.9744 0.9686
Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.249125 Prob. F (8,50) 2.261589 Prob. Chi-Square(8) 1.857514 Prob. Chi-Square(8)
0.9788 0.9719 0.9851
Lampiran 4 Uji Normalitas 9
Series: Residuals Sample 2009M02 2013M12 Observations 59
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.26e-12 -0.003889 0.059103 -0.042802 0.021204 0.539876 3.287243
Jarque-Bera Probability
3.068913 0.215573
2 1 0 -0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
Lampiran 5 Uji Multikoliniearitas LN_SBKjdu
LN_NPFjdu
LN_IPI
LN_INF
LN_FDR
LN_ERPjdu
LN_DPK
LN_SBKjdu
1.000000
-0.117666
-0.142361
-0.023634
0.327831
0.523222
-0.646031
LN_NPFjdu
-0.117666
1.000000
-0.076115
0.183113
0.237279
-0.300566
0.088226
LN_IPI
-0.142361
-0.076115
1.000000
-0.308382
-0.260262
0.151905
-0.093017
LN_INF
-0.023634
0.183113
-0.308382
1.000000
0.391813
-0.235639
0.257781
LN_FDR
0.327831
0.237279
-0.260262
0.391813
1.000000
-0.397022
0.257929
LN_ERPjdu
0.523222
-0.300566
0.151905
-0.235639
-0.397022
1.000000
-0.808912
LN_DPK
-0.646031
0.088226
0.093017
0.257781
0.257929
-0.808912
1.000000
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Oktober 1992. Penulis adalah anak ketiga dari pasangan Muhammad Amin dan Rodiah . Jenjang studi penulis bermula dari Sekolah Dasar Cindera Mata Bekasi. Selanjutnya melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMPN 19 Bekasi. Penulis melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Bekasi. Selanjutnya penulis melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi , Program Studi Ekonomi Syariah. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan keorganisasian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) sebagai staff biro HRD pada masa kepengurusan 2011/2012. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian yang diadakan oleh Asrama TPB, Departemen ilmu ekonomi, dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu visit microbussines 2010 sebagai divisi acara, FEM Ambassador 2011 sebagai divisi humas, The 3rd Extravaganza sebagai ketua divisi humas, Masa perkenalan fakultas sebagai divisi dana usaha dan sponsorship, dan lain-lain.
35