ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENTING PADA PROYEK GEDUNG DI KOTA BLITAR Siska Yovina1, I Putu Artama2, Supani3 1
Mahasiswa Pascasarjana Bidang Manajemen Proyek Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 081331482460 Email :
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 031-5939925, Email :
[email protected] 3 Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 031-5946094, Email :
[email protected]
ABSTRAK Banyaknya risiko yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi dalam hal ini proyek gedung, maka yang perlu mendapat perhatian khusus adalah risiko-risiko penting yang akan memberikan pengaruh terhadap cost over run kontraktor. Risiko kegagalan konstruksi gedung menunjukkan indikasi dari kurang efektif dan efisiennya kinerja kontraktor selama tahap pelaksanaan. Hal ini diakibatkan karena persaingan kontraktor yang ada, sehingga kontraktor dalam menerima pekerjaan kurang mempertimbangkan risiko-risiko penting yang mungkin terjadi yang dapat menyebabkan kerugian. Sehingga perlu adanya diskripsi tentang risiko-risiko penting apa saja yang terjadi pada proyek gedung di Kota Blitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko penting yang terjadi pada proyek gedung dari sudut pandang kontraktor di Kota Blitar. Variabel risiko didapat dari studi pustaka dan survey pendahuluan yang selanjutnya akan di validasi oleh responden melalui wawancara dan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah analisa faktor yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penting dalam risiko proyek gedung. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, didapatkan Faktor risiko penting yang dipertimbangkan oleh kontraktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor 1 teknis dan managerial yang meliputi kualitas kerja, staf dan tenaga kerja, metode konstruksi, serta pengawasan; faktor 2 lokasi proyek dan peraturan kontrak antara lain kondisi cuaca (hujan, angin topan, badai), dampak terhadap lingkungan, proses hukum, serta dokumen kontrak; faktor 3 procurement dan eksternal antara lain syarat-syarat kerja (RKS), pembayaran pajak, peralatan dan material, kriminalitas, masyarakat, perang, industry, serta kebijakan pemerintah; faktor 4 ekonomi antara lain kecelakaan kerja, inflasi, krisis ekonomi, suku bunga bank, proses pabrikasi; faktor 5 keuangan antara lain perubahan desain, dan arus kas; faktor 6 keberadaan lokasi proyek antara lain akses dan kondisi lokasi proyek, serta proses pengawasan dokumen pengadaan. Kata kunci : kontraktor, risiko, proyek, analisa faktor
PENDAHULUAN Industri konstruksi memiliki sifat yang sangat dinamis dengan risiko (threats) yang harus di hadapi. Setiap proyek konstruksi, risiko pasti ada dan merupakan hal yang biasa terjadi kecuali kalau pemilik dapat mentransfernya ke pihak lain dengan membayar kompensasi. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktifitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek konstruksi. Jika risiko itu terjadi maka pekerjaan konstruksi akan terganggu, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kinerja proyek konstruksi secara keseluruhan sehingga menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan mutu. Agar risiko atau ketidakpastian itu dapat dikendalikan dan diantisipasi sedini mungkin, maka risiko-risiko yang ada dan berpotensi menimbulkan kerugian harus dikelola dengan sebaik mungkin. Dari uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko penting yang terjadi pada proyek gedung yang mempunyai pengaruh bagi kontraktor dan menganalisa faktor risiko penting yang terjadi pada proyek gedung di Kota Blitar. Tujuan ini bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi tentang risiko-risiko penting yang terjadi pada proyek
gedung yang mempunyai dampak terhadap kontraktor serta mengetahui bagaimana analisa faktor dari risikorisiko penting yang terjadi pada proyek gedung di Kota Blitar. KAJIAN PUSTAKA Risiko Risiko mengacu pada kegiatan-kegiatan atau faktorfaktor, yang apabila terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek yang berupa waktu, biaya, dan mutu. (Risk refers to those dangerous activities or factors that, if they occur, will increase the probability that the project’s goals of time, cost, and performance will not be met) [1]. Menurut [2], terdapat tiga definisi manajemen risiko, yaitu : 1 Manajemen risiko merupakan suatu proses formal dimana faktor-faktor risiko diidentifikasi, secara sistematis. 2 Manajemen risiko merupakan suatu metode formal dan sistematis dalam manajemen yang mengkonsentrasikan pada identifikasi dan pengendalian daerah atau kegiatan yang memiliki potensi perubahan yang tidak diinginkan. 3 Manajemen risiko dalam konteks proyek adalah suatu seni dan ilmu mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon terhadap faktor-faktor risiko selama umur proyek. 139
ISBN 978-979-18342-1-6
Identifikasi risiko adalah suatu kegiatan untuk menentukan risiko mana yang mungkin berdampak pada proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya [3]. Manajemen risiko Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan (handling) dan pemantauan (monitoring) risiko [1]. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko pada sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, tetapi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada [4] Atau dengan kata lain tujuan dari manajemen risiko adalah untuk membuang ketidakpastian dari risiko dan meraih oportunitas [5].
menggunkan metode statistik, yaitu dengan program bantuan statistik software SPSS 12.0 for windows. Terdapat 61 variabel pada penelitian ini, yang diperoleh dari studi literatur dan survei pendahuluan. Variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1: Variabel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Proyek Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas [6].
12 13 14 15 16 17 18
Kontraktor Kontraktor merupakan organisasi milik pemerintah, swasta maupun kelompok pekerja borongan yang secara nyata mendirikan gedung dan pekerjaan sejenis lainnya. Kontraktor secara langsung mengendalikan kerja konstruksi, menata dan mengorganisir sumber daya tenaga kerja, bahan, peralatan dan uang.
19 20 21 22 23 24
METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai faktor-faktor risiko penting yang dianggap mempunyai pengaruh bagi kontraktor di Kota Blitar. Data diolah dengan menggunakan analisa faktor yang dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak menjadi sedikit variabel yang paling dominan. Tahapan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah tahap pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa dan pembahasan, serta tahap kesimpulan dan saran. Sampel/populasi dari penelitian ini adalah proyekproyek gedung yang sedang atau sudah dibangun di Kota Blitar. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan (kontraktor) yang terkait dalam pelaksanaan proyek gedung di Kota Blitar. Sedangkan respondennya adalah Project Manager dan atau Pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan proyek gedung, baik yang tergabung dalam asosiasi jasa konstruksi maupun tidak, yang telah mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun dan merupakan pengambil keputusan dalam organisasinya masingmasing. Setelah penetapan sampel/populasi, dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data pokok. Kemudian diuji validitas dan reliabilitas serta analisa faktor dengan
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Variabel Akses menuju lokasi proyek yang sulit Cuaca (hujan, angin topan, badai) yang buruk Adanya bencana alam/nature Dampak terhadap lingkungan area proyek Kondisi lokasi yang berbeda Amdal tidak jelas Fasilitas sementara (Direksi keet) kurang memadai /tidak ada Biaya proses hukum tidak jelas Keterlambatan menangani kontrak Ketidakpastian hukum Kegagalan sub kontraktor menangani pelaksanaan pekerjaan Ketentuan kontrak kurang jelas Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas Standar dan kode yang berbeda Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas Standar dokumen kontrak tidak jelas Kekeliruan dalam pembuatan dokumen Safety pada lokasi tidak dilaksanakan dengan baik Evaluasi perubahan order dan negosiasi tidak berjalan lancar Kemampuan kontraktor kurang Kualitas pekerjaan yang kurang Kurangnya kemampuan manajemen dalam mengerjakan proyek Metode konstruksi tidak sesuai Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak terkoordinasi Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang Keterlambatan penanganan oleh pihak ketiga Manajemen sumber daya manusia kurang Kurangnya koordinasi dengan sub kontraktor Ketelitian program proyek kurang Pengalaman manajemen kurang Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan baik Desain yang cacat Perubahan desain Kesalahan desain Kesalahan mengestimasi biaya Kecelakaan kerja dilokasi proyek Informasi desain salah atau tidak memenuhi Kekurangan skill/techniques Proses pengawasan gambar teknik tidak sesuai Teknologi kurang Kriteria desain tidak sesuai Terjadinya inflasi Krisis ekonomi Keterlambatan pembayaran kontrak Suku bunga bank meningkat/turun Arus kas tidak stabil Bursa saham tidak menentu/naik-turun Masalah pembayaran pajak Tenaga kerja, material dan ketersediaan peralatan kurang Peralatan dari owner tidak sesuai Material cacat Petunjuk penggunaan peralatan dan material tidak
A-140 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
ada/kurang lengkap
…….. lanjutan tabel 1 No. 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Variabel Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen pengadaan Proses pabrikasi tidak di awasi Kekacauan yang di akibatkan oleh masyarakat Kejahatan/kriminalitas Kesalahan warga Penyalahgunaan wewenang Perang Hubungan dengan industri tidak seimbang Tindakan pemerintah yang kurang tegas
Sumber : Hasil Olahan 2008 ANALISA DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Berikut ini adalah ringkasan dari profil responden yang mengisi kuesioner, diuraikan berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan proyek gedung, tingkat pendidikan, dan jenis bangunan yang pernah dikerjakan, yaitu : Tabel 2: Profil responden Pengalaman dalam mengerjakan proyek gedung Kriteria waktu (tahun) Frekuensi Persentase (%) 0–5 9 35 % 6 – 10 15 57 % 11 – 15 0 0 > 15 2 8% Total 26 100 % Tingkat pendidikan Kriteria pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMU 7 29 % STM 9 33 % S1 10 38 % Total 26 100 % Jenis bangunan yang pernah dikerjakan Jenis bangunan Frekuensi Persentase (%) Perkantoran 16 23 % Hotel 0 0 Apartemen 0 0 Sekolah 24 34 % Pusat perbelanjaan 0 0 Perumahan 18 26 % Lainnya 12 17 % Total 70 100 %
Sumber : Hasil Olahan 2008
mengidentifikasi suatu jumlah kecil faktor yang menjelaskan beberapa faktor yang memiliki kemiripan karakter. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Nilai KMO pada faktor risiko kondisi-kondisi di lokasi proyek, yang terdiri dari 6 variabel sebesar 0.753 (middling). Nilai KMO selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 3: Nilai KMO dan Uji Bartlett No 1 2
Faktor Risiko
Jumlah Variabel
Nilai KMO
6
0.753
7
0.714
Kondisi-kondisi di lokasi proyek Kontrak dan peraturan
3
Managerial
9
0.828
4
Teknik
7
0.800
5
Ekonomi dan Keuangan
7
0.658
6
Procurement
6
0.685
7
Eksternal
7
0.713
Klasifikasi Cukup (middling) Cukup (middling) Bermanfaat (meritorious ) Cukup (middling) Sedang (mediocre) Sedang (mediocre) Cukup (middling)
Sumber : Hasil Olahan 2009 Karena nilai KMO sudah lebih besar dari 0.5 maka jumlah data cukup untuk dianalisis (menunjukkan adanya ukuran kecukupdekatan sampel). Ekstraksi Jumlah Faktor Analisa komponen utama (Principle Component Analysis/PCA) digunakan untuk mereduksi dimensi data yang lebih sederhana. Dari hasil analisis faktor diketahui bahwa berdasarkan kriteria nilai eigen, komponen yang memiliki nilai eigen lebih besar dari 1 ada 6 komponen. Sehingga nantinya akan terbentuk 6 komponen faktor. Sedangkan hasil kumulatif proporsi keragaman yang mampu dijelaskan sebesar 85.887 %. Selanjutnya hasil ekstraksi faktor dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4: Hasil ekstraksi faktor No.
Nilai Eigen
Keragaman Total (%)
1
13.759
43.936
Keragaman Kumulatif (%) 43.936
2
4.4
14.051
57.987
Digunakan
3
3.148
10.053
68.04
Digunakan
4
2.481
7.924
75.964
Digunakan
5
1.829
5.841
81.804
Digunakan
6
1.278
4.082
85.887
Digunakan
Keterangan Digunakan
Pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek gedung di kota Blitar rata-rata berkisar selama 6-10 tahun atau sebesar 57%. Dimana tingkat pendidikan yang dimiliki kontraktor lebih dominan dari S1 yaitu 38%. Sedangkan jenis bangunan yang pernah dikerjakan kontraktor cenderung pada proyek gedung sekolah sebesar 34%.
Sumber : hasil analisis 2009
Analisa faktor Analisa faktor merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel dasar atau faktor yang menjelaskan pola hubungan dalam suatu himpunan variabel penelitian dan mereduksi data untuk
Hasil bentukan faktor Dengan merotasi matrik loading maka setiap peubah asal akan mempunyai korelasi yang tinggi dengan faktor tertentu lainnya, sehingga tiap faktor lebih mudah diinterpretasi. Tabel 5 menunjukan hasil 141
ISBN 978-979-18342-1-6
ringkasan 6 faktor yang terbentuk dari 49 variabel risiko penting pada proyek gedung di kota Blitar.
21
B20
22
B9
23
B16
24
B19
25
E56
26
F59
27
F62
28
F63
29
G67
30
G68
31
G69
32
G70
33
G71
34
G72
35
D44
4
36
E50
Faktor ekono mi
37
E51
Tabel 5. Pola matriks Faktor
No
Kode
1
C25
2
C26
3
4
5
1 Faktor manage rial dan teknik
6
C27
C28
C29
C30
7
C32
8
C36
9
C37
10
D46
11
D47
12
D48
13
F57
14
15
A2
A3
2 Faktor lokasi proyek dan peratur an kontrak
16
A4
17
A6
18
B10
19
B11
20
B15
Variabel Kemampuan kontraktor kurang Kualitas pekerjaan yang kurang Kurangnya kemampuan manajemen dalam mengerjakan proyek Metode konstruksi tidak sesuai Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak terkoordinasi Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang Manajemen sumber daya manusia kurang Pengalaman manajemen kurang Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan baik Kekurangan skill/techniques Proses pengawasan gambar teknik tidak sesuai Teknologi kurang Tenaga kerja, material dan ketersediaan peralatan kurang Cuaca (hujan, angin topan, badai) yang buruk Adanya bencana alam/nature Dampak terhadap lingkungan area proyek Amdal tidak jelas Biaya proses hukum tidak jelas Keterlambatan menangani kontrak Ketentuan kontrak kurang jelas
Total Keraga man (%)
Loading
0.825
0.887
0.632
3 0.688
0.823
Faktor procure ment dan ekstern al
0.867 43.936 0.739
0.843
0.572
0.601
0.56
38
E53
39
F65
5
40
D38
Faktor keuang an
41
D40
42
E54
43
A1
44
A5
0.644
0.853
0.827 6 0.936
0.9 14.051
0.661
Faktor keberad aan lokasi proyek
45
F64
Standar dokumen kontrak tidak jelas Kekeliruan dalam pembuatan dokumen Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas Masalah pembayaran pajak Peralatan dari owner tidak sesuai Material cacat Petunjuk penggunaan peralatan dan material tidak ada/kurang lengkap Kejahatan/krimi nalitas Kesalahan warga Penyalahgunaan wewenang Perang Hubungan dengan industri kurang baik Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung Kecelakaan kerja dilokasi proyek Terjadinya inflasi Krisis ekonomi Suku bunga bank meningkat/turun Proses pabrikasi tidak di awasi Desain yang cacat Perubahan desain Arus kas tidak stabil Akses menuju lokasi proyek yang sulit Kondisi lokasi yang berbeda Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen pengadaan
0.727
0.827
0.741
0.616
0.587
0.828 0.669
10.053
0.789
0.61 0.525 0.902 0.607 0.831
0.68
0.78 0.776 7.924
0.685 0.72 0.769 0.766
5.841
0.779 0.853 0.636 0.791
4.082 0.628
Sumber : hasil olahan 2009 0.936
0.9
0.725
Pembahasan Berdasarkan hasil analisa faktor, diperoleh 6 faktor risiko penting yang harus diperhatikan kontraktor pada proyek gedung di kota Blitar menurut pendapat para responden, antara lain :
A-142 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Faktor teknis dan managerial Faktor ini memiliki nilai pembentuk faktor sebesar 43.936%. Pada faktor ini terdapat beberapa hal penting yang mempengaruhi perusahaan kontraktor di kota Blitar, yaitu : 1. Kualitas pekerjaan, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.887. Sebuah perusahaan kontraktor akan diakui keberadaannya jika hasil pekerjaan atau proyek yang mereka kerjakan memiliki kualitas baik atau minimal mendekati mutu yang diharapkan owner. Karena kualitas pekerjaan yang kurang/buruk akan mempengaruhi pemenangan tender dan melemahkan manajemen perusahaan. Sehingga diharapkan setiap kontraktor memperhatikan kualitas pekerjaan dari proyek yang sedang dilaksanakan. 2. Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang serta material. Kondisi ini akan mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Bila produktivitas alat adalah tanggung jawab kontraktor, maka peralatan perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Sehingga tidak menghambat dan memperlambat jalannya pelaksanaan proyek. Apalagi penyediaan tenaga kerja dan material proyek. Dimana kedua hal ini juga sangat mendukung lancarnya penyelesaian proyek. 3. Pengalaman manajemen SDM kurang dan Kemampuan kontraktor yang kurang. Pengalaman manajemen kontraktor sangat penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan. Jika kemampuan dan pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek kurang, perusahaan tidak bisa mendapatkan kepercayaan dalam mengerjakan proyek. Sehingga perlu adanya peningkatan pengalaman dan kemampuan kontraktor dengan mengadakan sertifikasi bagi tenaga ahli dan manejemen kontraktor, melakukan studi banding dengan kontraktor besar, dan kontraktor menyewa tenaga ahli untuk melaksanakan pengelolaan proyek tersebut. 4. Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak terkoordinasi. Kurangnya koordinasi antar personal perusahaan menyebabkan perpecahan dalam manajemen. Untuk itu perlu diadakan rapat koordinasi yang lebih intens antara kontraktor, buruh, dan semua partisipan dalam proyek yang dikerjakan. 5. Metode konstruksi yang tidak sesuai. Sebelum mengerjakan proyek, ada baiknya dilakukan survey terhadap kondisi proyek yang akan dikerjakan. sehingga kontraktor bisa menentukan metode konstruksi yang sesuai. Risiko ini bisa mengakibatkan bengkaknya biaya dan waktu yang terbuang. 6. Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan baik. Ada beberapa kendala yang mungkin akan terjadi dalam pengawasan proyek antara lain : keterbatasan alat transportasi menuju proyek, terhambatnya mobilitas pengawasan karena masalah yang terjadi pada lokasi setempat A.
7.
(seperti pilwali, dll). Sehingga perlu antisipasi dengan menyediakan transportasi cadangan atau menempatkan mandor sebagai pengawas sementara. Proses pengawasan gambar teknik. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa proses gambar adalah awal proyek dilaksanakan. Jika tidak sesuai dengan ketentuan, maka berpengaruh terhadap pelaksanaan dilapangan. Dan menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek.
Faktor lokasi proyek dan peraturan kontrak Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 14.051%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko penting yang perlu dipertimbangkan oleh kontraktor, antara lain : 1. Adanya bencana alam/nature dan cuaca yang buruk, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.936. Keadaan ini tidak bisa dihindari oleh perusahaan kontraktor dimanapun. Kontraktor hanya bisa mengurangi kerusakan akibat cuaca buruk. Sedangkan bencana besar yang melanda kontraktor tidak bisa menghentikannya. Untuk itu kontraktor bisa menyelamatkan tenaga kerja dan sedikit material yang masih layak dipakai. 2. Biaya proses hukum tidak jelas juga memiliki nilai yang sama dengan bencana alam yaitu sebsar 0.936. Ketidakjelasan biaya dalam proses hukum bisa menyebabkan pembengkakkan biaya proyek. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi risiko ini dengan negosiasi atau jalan damai. 3. Dampak terhadap lingkungan area proyek. Bila terjadi kerusakan atau polusi pada sekitar proyek, maka akan terjadi masalah baru yang mengakibatkan pelaksanaan proyek molor. Sehingga perlu antisipasi agar tidak terjadi polusi atau mengganggu lingkungan sekitar dengan cara selalu mengawasi tiap item pekerjaan yang sekiranya mengganggu ketenangan sekitar dan meminimalkan polusi-polusi (polusi suara, polusi udara, dll) dari peralatan yang menimbulkan kebisingan dsb. 4. Keterlambatan menangani kontrak. Setiap perusahaan kontraktor memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan kontrak. Sehingga perlu mengatur siapa saja orang yang terlibat dalam penanganan kontrak tersebut. Untuk itu diperlukan tenaga administrasi professional dalam membuat kontrak dan mampu melakukan negosiasi kontrak dengan owner. 5. Kekeliruan dalam pembuatan dokumen. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam pembuatan dokumen diperlukan tenaga administrasi professional dan disertai keterangan sertifikasi keahlian dalam membuat dokumen. Sehingga kesalahan bisa diminimalkan. 6. Standar dokumen kontrak & ketentuan kontrak tidak jelas. Sebelum melakukan rapat pertemuan dengan owner dan partisipan proyek, sebaiknya kontraktor perlu menanyakan kejelasan standar B.
143 ISBN 978-979-18342-1-6
7.
dokumen kontrak yang akan dipakai. Apakah mengacu pada standar SNI atau international (Fidic). Sehingga tidak terjadi kebimbangan dalam memutuskan klausul-klausul dokumen kontrak. Amdal tidak jelas. Jika kontraktor tidak melakukan proses amdal, biasanya masalah akan datang dikemudian hari. Bila ternyata pada lokasi proyek tersebut ada pipa-pipa milik perusahaan lain yang tertanam, jenis tanah yang ternyata sifatnya berubah-ubah (lanau, lempung, tanah rawa, dll), dan kadar keasaman tanah yang tinggi akibat limbah sehingga mengakibatkan besi-besi mudah berkarat, dsb. Sehingga analisa dampak lingkungan perlu dilakukan agar biaya proyek tidak membengkak di kemudian hari.
Faktor procurement dan eksternal Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 10.053%. Pada faktor ini terdapat beberapa variable risiko penting, antara lain : 1. Penyalahgunaan wewenang, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.902. Pengambil keputusan hendaknya dilakukan oleh orang yang berada dalam koridor organisasi proyek. Melalui rapat dan evaluasi kegiatan. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih keputusan dan penyalahgunaan wewenang. 2. Hubungan dengan industri tidak seimbang. Hendaknya kontraktor menjalin hubungan baik dengan dunia industri. Baik industri konstruksi maupun industri manufaktur. Sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan transaksi pemesanan barang dll. 3. Peralatan dari owner tidak sesuai Apabila pihak owner menyediakan peralatan yang dibutuhkan proyek, maka perlu dilihat dulu fungsi dan metode yang akan dipakai dengan kesesuaian peralatan tersebut. Sehingga tidak menambah kerusakan atau perubahan aktivitas pekerjaan dari proyek. 4. Petunjuk penggunaan peralatan dan material tidak ada/kurang lengkap. Petunjuk ini diperlukan oleh tenaga kerja kasar/tukang, karena kemampuan menggunakan alat tidak dimiliki. Untuk itu bisa diatasi dengan menggunakan tenaga kerja yang ahli (memiliki pengalaman dalam menggunakan peralatan konstruksi) dalam menggunakan peralatan tersebut, sehingga tidak perlu memakai petunjuk penggunaan alat. 5. Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas Bisa menyebabkan perubahan desain dan membengkaknya biaya proyek. Maka pihak kontraktor harus menanyakan kejelasan dari definisi lingkup pekerjaan kepada owner sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada saat pelaksanaan proyek. 6. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor mengacu pada peraturan dan lingkup pekerjaan yang dibuat pemerintah. Sehingga dibutuhkan
7.
8.
9.
C.
10.
11.
12.
kebijakan harga pasar sesuai ketentuan yang berlaku agar tidak terlalu memberatkan proses pelaksanaan proyek tersebut. Material cacat Distribusi material dan pemilihan material dengan pengawasan yang ketat akan mengurangi kerusakan material sehingga pada saat material pesanan sampai di lokasi tidak akan cacat dan siap dipakai. Semua itu memerlukan koordinasi yang baik antara kontraktor dan suplier. Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas Risiko ini akan mempengaruhi estimasi biaya proyek. Maka harus diperjelas pada dokumen kontrak. Kejahatan/kriminalitas Kejadian ini sering terjadi pada proyek yang sedang berlangsung. Pencurian material dan peralatan kerja sering menjadi sasaran oleh pelaku kejahatan. Untuk itu antisipasinya adalah bisa membangun pagar pembatas sekeliling lokasi proyek dengan menerapkan satu pintu untuk keluar masuk kendaraan proyek. Mendirikan pos pengamanan dan penjagaan bagi siapa saja yang akan meninjau atau memasuki lokasi proyek. Perang Kemungkinan ini sangat kecil terjadi. Tapi tidak menutup kemungkinan terjadi perang. Sehingga kontraktor tidak bisa menghindari risiko akibat perang. Masalah pembayaran pajak. Pembayaran pajak sering tidak dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Padahal pajak tersebut untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan proyek. Bila pajak bangunan belum terbayar, maka masalah akan datang dikemudian hari. Sehingga perlu kesepakatan antara kontraktor dan owner mengenai pembayaran pajak. Kesalahan warga. Adanya provokator dari masyarakat yang tidak setuju dilaksanakannya proyek, akan merugikan banyak pihak. Proyek tidak akan terlaksana, rencana pembangunan daerah menjadi tertunda dan menyebabkan pertumbuhan daerah menjadi terlambat. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar dan menjelaskan akan pentingnya pembangunan proyek tersebut. Atau dengan mengajak masyarakat sekitar untuk membantu pelaksanaan proyek sebagai tenaga kerja.
Faktor ekonomi Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 7.924%. Pada faktor ini terdapat beberapa hal penting, yaitu : 1. Kecelakaan kerja dilokasi proyek, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.780. Menggunakan safety pada saat mengerjakan proyek bisa mengurangi angka kecelakaan kerja. Pada kontraktor kelas atas biasanya sudah menggunakan perlengkapan tersebut. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi kontraktor kecil untuk menerapkan system K3 agar biaya D.
A-144 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
proyek tidak tersedot untuk membayar rumah sakit atau memberikan santunan apabila terjadi kecelakaan. 2.
3.
4.
5.
Terjadinya inflasi. Dalam pembuatan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi harus dicantumkan klausul yang menyatakan apabila kondisi ekonomi mengalami inflasi yang tinggi (diatas normal) maka dapat dibuat suatu addendum atas permintaan dari pihak kontraktor. Atau pihak kontraktor mencari sumber-sumber pembiayaan lain. Proses pabrikasi tidak di awasi. Untuk beberapa material proyek terkadang ada yang menggunakan proses pabrikasi. Bila tidak ada pengawasan yang ketat dari pihak kontraktor, hal ini bisa menjadi masalah bagi manajemen perusahaan. Akibat dari tidak sesuainya spesifikasi yang dipakai pada saat proses pabrikasi, akan menambah biaya proses ulang prabrikasi material. Akhirnya yang dirugikan adalah pihak kontraktor juga. Suku bunga bank meningkat/turun. Bunga bank yang membengkak apabila risiko ini terjadi, seharusnya dapat menjadi beban owner, karena bagaimanapun keterlambatan penyelesaian proyek bukan hanya kesalahan kontraktor melainkan pihak owner juga. Sehingga pada saat suku bunga bank meningkat/turun perlu diadakan rapat koordinasi antara kontraktor dan penyelenggara proyek, guna memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi bisa menyebabkan mundurnya proyek-proyek yang sudah dikerjakan. Harga bahan bangunan dan material proyek meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya kebijakan owner. Jika owner mampu memberikan bantuan dana sementara untuk melanjutkan pekerjaan maka proyek masih bisa berjalan. Kemudian owner melakukan evaluasi terhadap harga pasaran yang berlaku dan melakukan penyesuaian harga melalui eskalasi harga sesuai Kepres No. 80/ 2003 dan peraturan lainnya.
Faktor keuangan Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 5.841%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko penting, antara lain : 1. Arus kas tidak stabil, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.853. Kontraktor tidak akan mampu menyelesaikan proyek apabila kas dalam perusahaan kurang stabil. Karena mengerjakan proyek sangat membutuhkan dana sehingga kontraktor perlu menjaga kestabilan arus keuangan melalui pinjaman bank atau mencari sumber dana lain. 2. Perubahan desain Harus dimuat dalam kontrak apabila terjadi perubahan-perubahan desain, yaitu apabila pemrakarsa timbulnya perubahan desain adalah E.
ISBN 978-979-18342-1-6
3.
investor maka harus dilihat kesesuaian desain baru terhadap master plan yang ada dan aturanaturan lainnya dengan diadakan negosiasi ulang mengenai besarnya setoran yang harus dibayarkan kepada owner; apabila pemrakarsa timbulnya perubahan desain adalah pemerintah, maka dibuat addendum mengenai hal-hal yang diperlukan (waktu perjanjian, Change of Contract Order /CCO) Desain yang cacat Salah satu kegagalan proyek adalah desain yang seharusnya sudah bisa dilaksanakan ternyata cacat. Sehingga harus merubah atau bahkan membongkar item pekerjaan yang desainnya cacat. Hal ini akan menyebabkan kemunduran waktu penyelesaian proyek dan membengkaknya dana proyek. Maka perlu dilakukan tindakan pengawasan dan mereview ulang desain yang akan dikerjakan.
Faktor keberadaan lokasi proyek Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar 4.082%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko penting, antara lain : 1. Kondisi lokasi yang berbeda, yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0.791. Keadaan seperti ini bisa diatasi dengan melakukan survey lapangan, tentang bagaimana kondisi lokasi yang akan dibangun proyek. Hal ini sangat penting dan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan proyek. 2. Akses menuju lokasi proyek yang sulit. Mobilitas suatu proyek sangat erat kaitannya dengan akses menuju lokasi. Bila lokasi sulit dijangkau dengan kendaraan besar, maka akan memerlukan tambahan waktu untuk mencapai lokasi tersebut atau mengganti dengan muatanmuatan kendaraan truk kecil yang bisa menjangkau lokasi. Sedangkan bila kontraktor mendatangkan peralatan atau material dari luar daerah proyek, maka kontraktor harus memperhatikan waktu tempuh yang efektif dan berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk kelancaran proyek. 3. Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen pengadaan. Masing-masing partisipan akan menugaskan wakilnya untuk mengawasi proses dokumen pengadaan. Sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat proses pengadaan berlangsung. F.
KESIMPULAN Hasil penelitian dengan menggunakan alat uji analisa faktor berdasarkan persepsi kontraktor dari 26 responden, maka diperoleh 6 faktor risiko penting yang akan mempengaruhi produktifitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek konstruksi yang dikerjakan, yaitu teknis dan managerial antara lain kualitas kerja, staf dan tenaga kerja, metode konstruksi, serta pengawasan; lokasi proyek dan peraturan kontrak antara lain kondisi cuaca (hujan, angin topan, badai), dampak terhadap lingkungan, 145
proses hukum, serta dokumen kontrak; procurement dan eksternal antara lain syarat-syarat kerja (RKS), pembayaran pajak, peralatan dan material, kriminalitas, masyarakat, perang, industri, serta kebijakan pemerintah; ekonomi antara lain kecelakaan kerja, inflasi, krisis ekonomi, suku bunga bank, proses pabrikasi; keuangan antara lain perubahan desain, dan arus kas; dan keberadaan lokasi proyek antara lain akses dan kondisi lokasi proyek, serta proses pengawasan dokumen pengadaan. Hasil ini menunjukkan bahwa risiko manajemen dan teknik merupakan faktor risiko penting dalam perusahaan kontraktor pada proyek gedung di kota Blitar. DAFTAR PUSTAKA [1] Kerzner, H. 2001. Project Management, 7th edition, John Wiley & Sons, Inc., New York. [2] Anonim. 2004. A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK), 3rd edition, Project Management Institute, Inc., Newtown Square, Pennsylvania, USA. [3] Hillson, David. 2002. “Extending The Risk Process to Manage Opportunities”, International Journal of Project Management, 20, hal. 235-240. [4] Wideman, Max. R., 1992. Project And Program Risk Management : A Guide To Managing Project Risk Opportunities, Project Management Institute, Amerika Serikat. [5] Flanagan, R & Norman, G. 1993. Risk Management and Construction, Blackwell Science, London. [6] Soeharto, I, (1995), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta.
A-146 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009