ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH NILAI SAHAM DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO Oleh : Rina Dwiarti Abstract
This research is aimed at analyzing influence of dividend payout ratio and growth rate of earnings on price ear ning ratio. The sample was taken by using purposive sampling method. The taken sample consist of 48 companies. The research result show that dividend payout ratio and growth rate of earnings were not significant influence. Dividend payout ratio and growth rate of earnings have weak influence in explaining price earning ratio at the Indonesian capital market, in which R2 is only 1,1%.
Keyword dividend payout ratio; growth rate of earnings; price earning ratio. Penulis Rina Dwiarti, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
PENDAHULUAN Mengukur nilai suatu saham adalah hal yang penting dilakukan oleh seorang investor, karena hal ini adalah sarana untuk memutuskan apakah suatu saham sebaiknya dibeli atau jangan dibeli, juga saham yang sudah ditangan sebaiknya dijual atau tetap dipertahankan. Penilaian suatu saham dapat digunakan untuk menentukan standar secara kuantitatif dalam evaluasi nilai saham pada saat ini serta nilai yang diharapkan di masa depan, selain juga dapat memberikan pemahaman atas faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak perubahannya. Hartono (2003), mengemukakan bahwa investor dalam menilai saham dapat menggunakan salah satu pendekatan fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang (present Value approach) dan pendekatan PER (price earning ratio approach). Pendekatan nilai sekarang (present Value approach) adalah metode yang digunakan untuk menaksir nilai intrinsik saham biasa suatu perusahaan, dengan menentukan nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang. Dasar yang digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari suatu saham yang dinilai adalah tingkat bunga tertentu yang dianggap layak oleh
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
investor. Adapun price earning ratio approach menunjukkan rasio antara harga per lembar saham terhadap pendapatan (earning) per lembar saham yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Estimasi angka rasio ini kemudian digunakan sebagai angka pengganda yang dikalikan dengan earning per share suatu saham. Jones (2002) mengemukakan penilaian saham dengan pendekatan price earning ratio makin dikenal oleh para investor. Hal ini karena pendekatan ini bukan hanya mudah untuk digunakan, akan tetapi model ini juga menggunakan konsep intrinsik dari saham atau pasar secara keseluruhan. Mpaata and Sartono (1997) mengungkapkan bahwa jika investor lebih menyukai capital gains dibanding dividen, maka tidak tepat jika hanya memusatkan perhatian pada hanya pada dividen. Dan price earning ratio merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk investor semacam ini. Untuk menggunakan price earning ratio dengan baik sebagai alat penilaian saham sebaiknya investor mempertimbangkan faktor-faktor yang diduga akan mampu menjelaskan perubahannya situasi. Mpaata dan Sartono (1997) mengemukakan bahwa terdapat tujuh variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio yaitu : penjualan, dividend payout ratio, aktiva tetap,
leverage, return on equity, ukuran perusahaan dan pertumbuhan laba (growth of earning). Jones (2002), menjelaskan bahwa secara umum terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi estimasi terhadap price earning ratio, yaitu : dividend payout ratio, required rate of return dan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan. Bagi investor dividend payout ratio dan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan berhubungan secara positif dengan price earning ratio, sedangkan required rate of return berhubungan secara negatif dengan price earning ratio. Penelitian ini hanya menguji faktor dividend payout ratio dan growth rate of earnings terhadap price earning ratio, dengan pertimbangan agar penelitian dapat menguji dugaan bahwa bagi investor dalam menilai saham akan fokus pada informasi earnings dan dividen, atau kedua variabel tersebut merupakan hal paling penting sebagai bahan memutuskan investasi atau mengukur prospek saham dibanding faktor lainnya. Besarnya pertumbuhan earnings dan kemampuan membagi dividen menjadi cerminan kehandalan perusahaan, dan dividen merupakan salah satu tujuan penting mereka melakukan investasi. Jadi, penelitian ini akan menguji faktorfaktor yang mempengaruhi nilai saham biasa dengan menganalisis pengaruh dividend payout ratio dan growth rate of
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
earnings terhadap price earning ratio di Bursa Efek Jakarta. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Hartono (2003), mengungkapkan bahwa nilai saham merupakan informasi penting bagi investor untuk memutuskan atau memilih saham yang sebaiknya dibeli atau dijual dengan tepat, sehingga saham yang diputuskan tersebut dapat memberikan tingkat return yang diinginkan. Saham yang memiliki nilai pasar lebih kecil dari nilai intrinsiknya berarti bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalue), karena investor membayar lebih kecil dari yang seharusnya dibayarkannya. Sebaliknya jika saham bernilai pasar lebih besar dari nilai intrinsiknya berarti bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalue). Berdasarkan hal ini maka penting bagi investor menghitung nilai intrinsik saham. Analisis yang paling banyak digunakan untuk mengukur nilai intrinsik saham ada dua macam analisis yaitu analisis teknis dan analisis fundamental. Analisis teknis menggunakan data pasar dari saham misalnya harga dan volume, sedangkan analisis fundamental menggunakan data yang berasal dari keuangan perusahaan misalnnya laba, dividen, volume penjualan dan lain-lainnya. (Hartono,2003).
Analisis teknikal Tandelilin (2001), mengemukakan bahwa analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, dimana keputusan investasi didasarkan pada data-data pasar masa lalu, seperti data harga saham dan volume penjualan. Analisis teknikal berdasarkan pada anggapan bahwa harga saham ditentukan besarnya supply dan demand. Metode ini mengamati dan memperlajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan analisis grafis. Pada analisis grafis tersebut dipelajari kemungkinan terjadinnya suatu pengulangan fluktuasi dan arah tren harga. Menurut Levy (1966) seperti yang dikutip oleh Tandelilin (2001) menyebutkan bahwa analisis teknikal memiliki asumsi dasar sebagai berikut : 1. Nilai pasar barang dan Jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran 2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor tidak rasional. 3. harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
4. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan penawarkan. Hubungan-hubungan tersebut akan biasa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Analisis Fundamental Hartono (2003) mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik atau nilai seharusnya suatu saham dengan menggunakan data keuangan. Nilai fundamental suatu saham merupakan salah satu cara mengetahui nilai seharusnnya suatu saham, atau mengukur apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Hasil pengukuran analisis fundamental menunjukkan nilai intrinsik suatu saham. Nilai intrinsik dipertimbangkan dengan mempertahankan unsur-unsur keuangan fundamental (Sjahrizal,1990). Jadi nilai intrinsik suatu saham adalah nilai yang mengandung kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba yang akan datang. Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham yaitu pendekatan nilai sekarang (present Value approach) dan
pendekatan PER (price earning ratio approach) (Hartono,2003). Pendekatan PER (price earning ratio approach). Pendekatan ini juga disebut pendekatan multiplier, dimana investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Pendekatan PER (price earning ratio approach) mengambarkan rasio perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001). Secara matematis rumus untuk menghitung PER (price earning ratio ) adalah : Harga per lembar saham PER = ------------------------------------- Earnings per lembar saham Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio Jones (2002) mengemukakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai saham suatu perusahaan. Hal ini dijelaskan bahwa apabila kondisi asymetric information, dimana pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak tentang operasi perusahaan, sementara investor di pihak lain hanya sedikit, maka besarnya dividen yang dibagikan merupakan sumber informasi bagi investor apakah perusahaan memiliki prospek yang baik
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
atau buruk, dan akan menghasilkan earnings yang lebih tinggi di masa yang akan datang, sehingga investor bersedia membayar saham tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Jadi apabila halhal lainnya dalam kondisi konstan, maka pembagian yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap price earning ratio. Berdasar uraian di atas dapat disusun hipotesis pertama sebagai berikut : H1 : diduga dividend payout ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap price earning ratio. Pengaruh growth rate of Eanings terhadap price earning ratio Tingkat pertumbuhan laba mencerminkan kondisi berkembang atau tidaknya perusahaan. Informasi mengenai tingkat pertumbuhan laba menunjukkan prospek perusahaan di masa mendatang. Dari sinilah investor mengharapkan prospek yang baik atas saham yang dibelinya. Growth rate of Eanings akan mempengaruhi price earning ratio maupun nilai pasar sekuritas (Constand et. Al.,1990) Investor akan lebih menaruh kepercayaan pada perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan earnings yang tinggi. Dan hal tersebut akan semakin mendorong perusahaan-perusahaan meningkatkan pertumbuhan earnings yang lebih tinggi. Semakin tinggi pertum-
buhan earnings perusahaan akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga Berdasar uraian di atas maka disimpulkan bahwa growth rate of Eanings berpengaruh positif terhadap price earning ratio. Berdasar uraian di atas maka hipotesis kedua penelitian ini adalah : H2 : diduga growth rate of Eanings secara signifikan berpengaruh positif terhadap price earning ratio METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2004. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah : a. Saham perusahaan harus terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2004 b. Laporan keuangan tersedia lengkap.
tahun
2004
c. Perusahaan yang diamati adalah yang tergolong dalam industri manufaktur d. Perusahaan membagikan dividen pada akhir periode akuntansi tahun 2004.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
Variabel dependen price earning ratio diukur dengan komponen harga per lembar saham dibagi komponen earnings per lembar saham. Harga yang dimaksudkan disini adalah closing price (harga penutupan/akhir tahun) tahun 2004, demikian juga dengan komponen earnings per lembar saham. Dividend payout ratio merupakan bagian dari earnings per share yang dibagikan sebagai dividen. Dan growth rate of earning mencerminkan tingkat pertumbuhan earnings perusahaan. Pertumbuhan earnings perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan earnings per share (EPS). Data keuangan masing-masing perusahaan selanjutnya dianalisis dengan persamaan regresi cross-sectional dengan formula sebagai berikut : y = a + b1 x1 + b2 x2 + e dimana: y = price earnings ratio a = konstanta b1 dan b2 = koefisien regresi parsiil x1 = dividend payout ratio
Sesuai dengan hipotesis yang telah disusun diatas, dalam penelitian ini dilakukan uji T dan Uji F. Pengujian hipotesis dilakukan setelah model regresi bebas dari gejalagejala asumsi klasik agar supaya perhitungan dapat diinterpretasikan dengan akurat, efisien dan bebas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena adanya gejala-gejala tersebut. Terdapat 3 asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini, yaitu : autokorelasi, Heteroskedastisitas dan multikolinearitas DATA DAN SAMPEL Berdasar kriteria di atas diperoleh sampel sebanyak 48 (empat puluh delapan) perusahaan dalam industri manufaktur. Perusahaan-perusahaan dalam daftar nama perusahaan diatas seluruhnya bergerak pada bidang industri manufaktur. Perusahaan-perusahaan tersebut diatas ada yang bergerak di bidang makanan dan minuman, rokok, otomotif, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, perkebunan, jasa komputer dan perangkatnya, restoran, hotel dan pariwisata, farmasi, kabel, pulp dan kertas, plastik dan kemasan, semen, keramik, porselin dan kaca, logam dan sejenisnya, serta kayu dan pengolahannya.
x2 = growth rate of earning Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Indonesian capital
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Market Directory. Dan dibawah ini tabel data Price earning ratio, Dividend Pay-
out Ratio dan Growth Rate Of Earning yaitu :
Tabel 1 Data Price earning ratio, Dividend Payout Ratio dan Growth Rate Of Earning NO
2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 32 33 34 35 36 37 38 39
KODE PERUSAHAAN DLTA FAST INDF MYOR MLBI SHDA TBLA GGRM HMSP TIRT AKRA CLPI LTLS SOBI DPNS EKAD INCI AKKU AMFG DYNA IGAR SMPL TRST SMGR CTBN LMSH LION ARNA TOTO IKBI ASGR ACAP ASII AUTO BRAM GDYR HEXA INTA SUGI
Price earning ratio 6,00 3,07 9,98 0,8 0,38 2,06 22,58 4,56 4,63 8,59 9,43 22,55 5,56 5,5 9,48 2,25 6,73 8,24 4,5 ,89 4,26 8,9 9,87 2,08 46,4 2,66 3,75 0,63 ,49 23,97 ,58 8,09 7,9 6,62 8,49 4, 5,65 6,79 46,43
Dividend Payout Ratio 4,48 22,4 44,96 0,23 73,25 0,6 0,29 53,74 60,5 30,5 32,79 28,9 25,54 0,2 48,69 50,0 38,26 8,24 20,99 39,64 20,28 33,07 48,47 30,54 0,4 6,97 22,08 0,36 0,38 29,9 2,2 39,33 20,22 0,2 26,52 38,39 0,4 0,48 26,62
Growth Rate Of Earning 0,0276 -0,023 -0,3750 0,009 -0,0434 -0,28 -0,3750 -0,0272 0,4505 0,2500 -0,5290 0,4000 5,7000 0,0598 -6,6667 -0,7938 0,3830 2,239 0,2660 -0,57 0,6667 3,5000 -0,836 0,398 -0,0444 2,407 0,995 0,274 -0,844 -,7500 0,7500 0,4706 0,28 0,0659 -0,4268 0,522 ,502 0,2400 0,3333
28 ARNA 0,63 0,36 29 TOTO ,49 0,38 30 IKBI 23,97 29,9 3 ASGR ,58 2,2 Rina Dwiarti Analisis32 Faktor-FaktorACAP Pengaruh Nilai Saham dengan8,09 Pendekatan Price Earning39,33 Ratio 33 ASII 7,9 20,22 34 AUTO 6,62 0,2 35 BRAM 8,49 26,52 36 GDYR 4, 38,39 37 HEXA 5,65 0,4 38 INTA 6,79 0,48 39 SUGI 46,43 26,62 40 TURI 6,7 24,66 4 UNTR 5,89 0,09 42 SQBI 0,84 0,08 43 DNKS 7,6 4,62 44 KLBF 2 6,54 45 KAEF 4,64 0,29 46 MERK 8,92 54,79 47 TCID 7,56 37,82 48 UNVR 7,5 4,57 5,3 Rata-rata Sumber : ICMD (Indonesian Capital Market Directory)
23,3
0,274 -0,844 -,7500 0,7500 0,4706 0,28 0,0659 -0,4268 0,522 ,502 0,2400 0,3333 0,8793 0,7706 0,4283 -0,2340 0,500 0,7500 0,35 0,3359 0,294 0,267
Variabel Koefisien Regresi Thitung Signifikansi dividend payout ratio (X) diketahui bah- 0,0709 0,446 0,658 sebesar 0,08, sedangkan nilai dividend Berdasar tabel diatas Growth rate of earning (X2) -0,949 -0,458 0,649 wa mean (rata-rata) dari Price earning payout ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Constanta 3.72 Tbk yaitu seberatio perusahan-perusahaan yang men- Multi Bintang Indonesia R2 0,0 jadi sampel penelitian adalah sebesar sar 73,25. 0,253 Fhitung 0,778 15,13. Adapun nilaiF Price earning ratio signifikansi Growth rate of earning adalah untuk tertinggi diantara ke 48 perusahaan sampel dimiliki PT. Sugi Samapersada mengetahui seberapa besar tingkat perTbk, yaitu sebesar 146,43, dan PT. Bris- tumbuhan laba perusahaan. Sehingga tol-Myers Squib Indonesia Tbk memiliki dengan adanya perhitungan Growth nilai Price earning ratio terendah yaitu rate of earning ini sebagai seorang in- 1 vestor tentunya akan mampu untuk 0,84. menganalisis kemampuan perusahaan Rata-rata dividend payout ratio pe- mencetak laba berdasarkan saham rusahaan-perusahaan di industri manu- yang dimilikinya. Dari tabel diatas dapat faktur adalah sebesar 23,31. Diantara diketahui bahwa rata-rata Growth rate ke 48 perusahaan sampel PT Bristol- of earning dari perusahaan-perusahaan Myers Squib Indonesia Tbk memiliki ni- yang menjadi sampel penelitian adalah lai dividend payout ratio terendah yaitu sebesar 0,2617.
28 ARNA 0,63 0,36 0,274 29 TOTO ,49 0,38 -0,844 30 IKBI 23,97 29,9 -,7500 KOMPETENSI 3 ASGR Jurnal Ekonomi, Manajemen ,58 2,2 0,7500 & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13 32 ACAP 8,09 39,33 0,4706 33 ASII 7,9 20,22 0,28 HASIL DAN PEMBAHASAN model regresi bebas dari gejala-gejala 34 AUTO 6,62 0,2 0,0659 tersebut. 35 BRAM 8,49asumsi klasik 26,52 -0,4268 Pengujian hipotesis dilakukan 36 GDYR 4, 38,39 0,522 HEXAbebas dari gejala-5,65 Analisis regresi 0,4 berganda,502 setelah37 model regresi digunakan 38 INTA 6,79 0,48 0,2400 gejala asumsi klasik agar perhitungan untuk menguji apakah secara statistik 39 SUGI 46,43 26,62 0,3333 dapat di interprestasikan dengan aku- masing-masing variabel independend 40 TURI 6,7 24,66 0,8793 rat atau payout ratio dan growth 4tepat, serta UNTRefisien dan bebas5,89yaitu dividend 0,09 0,7706 dari kelemahan-kelemahan yang terjadi rate of earning yang digunakan dalam 42 SQBI 0,84 0,08 0,4283 4,62 -0,2340 vakarena43adanya DNKS gejala-gejala tersebut.7,6penelitian berpengaruh terhadap 44 KLBF 2 6,54 0,500 Adapun pengujian klasik yang dilakukan riabel dependen (Price earning ratio ). 45 KAEF 4,64 0,29 0,7500 dalam penelitian ini yaitu autokorelasi, Adapun hasil uji regresi linier berganda 46 MERK 8,92 54,79 0,35 heterokedastisitas, dan multikolinieritas. dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 47 TCID 7,56 37,82 0,3359 Dan hasil menunjukan bahwa 48 olah data UNVR 7,5 4,57 0,294
Tabel 2 23,3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 5,3
Rata-rata
Variabel dividend payout ratio (X) Growth rate of earning (X2) Constanta R2 Fhitung
Koefisien Regresi 0,0709 -0,949
signifikansi F
0,267
Thitung 0,446 -0,458 3.72 0,0 0,253 0,778
Signifikansi 0,658 0,649
Variabel Dependen : Price earning ratio Sumber : Data diolah Hasil analisis pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio pada tabel menunjukkan bahwa dividend payout ratio memiliki Thitung (sebesar 0,446) yang lebih kecil dibandingkan Ttabel (sebesar 2,014), Hal ini berarti bahwa secara individual dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. Pengaruh yang tidak signifikan tersebut juga ditunjukan oleh nilai signifikasi dividend payout ratio sebesar 0,658 yang
lebih besar dibanding nilai α (0,05 atau 1 5%). Pada tabel diatas juga memberikan informasi bahwa dividend payout ratio memiliki nilai koefisien sebesar 0,0709, yang artinya bahwa jika dividend payout ratio yang diberikan kepada investor meningkat sebesar 1 satuan maka price earning ratio secara statistik akan meningkat sebesar 0,0709 satuan. Koefisisen tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio adalah positif.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
Hal ini berarti semakin besar dividend payout ratio semakin besar pula price earning ratio. Pengaruh tidak signifikan dividend payout ratio terhadap price earning ratio, dimungkinkan karena informasi naik atau turunnya dividend payout ratio belum dianggap hal paling penting sebagai pertimbangan penilaian saham. Jadi naik atau turun dividend payout ratio tidak secara signifikan mempengaruhi nilai saham. Meskipun tidak signifikan, hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio adalah positif sesuai dengan teori. Secara teori pembayaran dividen yang tinggi merupakan sinyal bagi investor bahwa saham perusahaan memiliki prospek yang baik dan akan menghasilkan earnings yang lebih tinggi di masa yang akan datang, sehingga investor bersedia membayar saham tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Analisis pengaruh growth rate of earning terhadap price earning ratio pada tabel menunjukkan bahwa growth rate of earning memiliki Thitung -0,458, sedangkan Ttabel sebesar (+/-) 2,014 pada α sebesar 5%, dari sini dapat dilihat bahwa nilai Thitung lebih kecil dari Ttabel, artinya secara parsiil growth rate of earning memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap price earning ratio. Pengaruh yang tidak signifikan tersebut juga ditunjukan oleh nilai signifikasi growth rate of earning 10
sebesar 0,649 yang lebih besar dibanding nilai α (0,05 atau 5%). Pada tabel tersebut juga memberikan informasi bahwa growth rate of earning memiliki koefisien regresi sebesar -0,949, yang artinya bahwa jika growth rate of earning meningkat sebesar 1 satuan maka price earning ratio secara statistik akan menurun sebesar 0,949 satuan. Koefisisen tersebut menunjukkan bahwa pengaruh growth rate of earning terhadap price earning ratio adalah negatif. Pengaruh negatif tersebut menunjukkan jika semakin besar growth rate of earning maka semakin kecil price earning ratio nya, dan sebaliknya. Hasil penelitian mengenai pengaruh negatif growth rate of earning terhadap price earning ratio tidak sesuai dengan hipotesis dan teori. Secara teori dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan laba (growth rate of earning) mencerminkan kondisi berkembang atau tidaknya perusahaan. Perusahaan yang terus meningkat tingkat pertumbuhan labanya merupakan sinyal bahwa prospek perusahaan tersebut cerah di masa mendatang, sehingga investor tidak segan untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori dan hipotesis dimungkinkan karena lemahnya pengukuran variabel-variabel sehingga hasil penelitian tidak valid.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Diantara dua variabel yang diteliti, growth rate of earning memiliki pengaruh lebih kuat terhadap price earning ratio dibanding dividend payout ratio. Hal ini disimpulkan berdasar nilai koefisien growth rate of earning lebih besar dibanding nilai koefisien dividend payout ratio. Uji F merupakan alat analisis untuk menguji dan mengetahui signifikansi pengaruh antara tiap-tiap variabel independen (dividend payout ratio dan Growth rate of earning ) secara bersama – sama terhadap price earning ratio. Berdasar hasil olah data yang telah disajikan pada tabel 4.5 diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,253 sedangkan Ftabel sebesar 3,191 pada tingkat signifikansi 5%. Dari sini dapat dilihat bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (0,253 < 3,191) maka secara bersama-sama variabel dividend payout ratio dan growth rate of earning tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. Hal ini juga dikuatkan oleh nilai signifikasinya yang lebih besar dari besar dibanding nilai α (0,05 atau 5%). Hasil tidak signifikan ini menunjukkan bahwa investor dalam menilai saham tidak hanya mempertimbangkan informasi deviden dan earning saja tapi juga variabel-variabel lainnya. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel independen yaitu divi-
dend payout ratio dan growth rate of earning menjelaskan variabel dependen yaitu price earning ratio secara bersama-sama. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 0 (nol), maka semakin kecil pula kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati angka 1 maka semakin besar kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil uji determinasi (R2) dan telah dijelaskan pada tabel diatas didapatkan nilai R square sebesar 0,011. Hal ini berarti hanya terdapat 1,1% yang dapat di jelaskan oleh dividend payout ratio dan growth rate of earning terhadap perubahan yang terjadi pada price earning ratio, sedangkan sisanya sebesar 98,9% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap price earning ratio baik secara parsiil maupun bersama-sama. Dan dividend payout ratio dan growth rate of earning hanya mampu sedikit menjelaskan perubahan pada price earning ratio. Hal ini semakin melemahkan dugaan bahwa bagi investor dalam menilai saham akan fokus hanya pada informasi earnings dan dividen, atau kedua variabel tersebut merupakan hal paling penting sebagai bahan memutuskan investasi atau mengukur prospek saham dibanding faktor 11
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
lainnya. Namun dimungkinkan bahwa investor membutuhkan lebih banyak lagi variabel-variabel lain yang digunakan untuk memprospek nilai saham. Beberapa variabel selain dividend payout ratio dan pertumbuhan laba (growth of earning) yang dapat mempengaruhi price earning ratio antara lain : required rate of return, tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan, penjualan, aktiva tetap, leverage, return on equity, dan ukuran perusahaan.
litian ini belum cukup dapat digunakan sebagai informasi mengukur prospek saham pada industri manufaktur di di Bursa Efek Jakarta, karena pada penelitian ini pengaruhnya tidak signifikan terhadap price earning ratio dan hanya mampu sedikit menjelaskan perubahan pada price earning ratio, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel lain yang diduga kuat berpengaruh terhadap price earning ratio.
KESIMPULAN
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi pada investor dalam menilai saham, dan masukan bagi penelitian-penelitian berikutnya.
Dividend payout ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsiil terhadap price earning ratio. Growth rate of earnings memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsiil terhadap price earning ratio. Dan growth rate of earnings memiliki pengaruh lebih besar terhadap price earning ratio dibandingkan dividend payout ratio Secara bersama-sama variabel dividend payout ratio dan growth rate of earning tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. Dividend payout ratio dan growth rate of earning hanya mampu sedikit (1,1%) menjelaskan perubahan yang terjadi pada price earning ratio, sedangkan sisanya yaitu sebesar 98,9% dijelaskan oleh variabel lain. Kedua variabel (dividend payout ratio dan growth rate of earnings ) yang digunakan dalam pene12
DAFTAR PUSTAKA Brigham & Gapenski, 2001,” Intermediate Financial Management”, 7th Edition, Dryden Press Hacourt Brance College Publishers. Constand, Richard L.,Freitas Lewis P., and Sullivan Michael J., 1990, “Faktors affecting price earning ratios and Market Values of Jappanese Firms”, Financial management. Cooper,Donald,R., and Schindler, Pamela,S.,2001, “Bussiness Research Method”, 7th Edition, McgrawHill International Editions.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Elton, E.J & Gruber, 1995, “Modern Portfolio Theory and Investment Analysis”, 5h Edition. John Wiley & Sons, New York
Mpaata, Kaziba, A., and Sartono, Agus, 1997, “faktor Determaining priceearning (P/E) Ratio”, Kelola no 15/0853-7046, pp. 133-150.
Gujarati, Damodar, 1999, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga. Jakarta
Sjahrizal, 1990, “Menilai Harga Saham Go Public”, Manajemen Usahawan Indonesia, no 9, September.
Husnan,Suad, 1990, “Penggunaan P/E Ratio dalam penilaian saham: suatu analisis lebih lanjut”, Manajemen Usahawan Indonesia, no 12, Desember.
Tandelilin, Eduardus. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi pertama. BPFE UGM. Yogyakarta
Husnan, Suad, 1998, “Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan”, Edisi 4, BPFE-UGM Yogyakarta, Yogyakarta Husnan, Suad. 1998, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan analisa Sekuritas”, AMP YKPN, Yogyakarta Hartono, Jogiyanto, 2003, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi ketiga, BPFE UGM, Yogyakarta. Jones, C.P, 2002, “Invesment : Analysis and Managemet”, 8th Edition, John Wiley & Sons.Inc. New York. Kuncoro, Mudrajad, 2001, “Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi”, Edisi Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
13
PENGARUH RENTABILITAS MODAL SENDIRI TERHADAP HARGA SAHAM Oleh: Amirah Sutestri dan Umi Khabibah Abstraction
This research aims to determine the financial health of go public banks, (PT Bank Internasional Indonesia Tbk / BII, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Central Asia Tbk / BCA, PT Bank Ega TBK, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk) and their impact on stock prices, reviewed from the point of their own profitability Equity. Because if people wants to invest funds to one of the banks, it must first look at the bank’s financial condition, whether it is healthy or not. One way to look for the health condition of a bank is at its profitability Equity (RMS), which is measured by comparing the net income with the banks own capital. The analysis is using a secondary data in the form of financial statements and return rates of the mentioned banks in the period of 1998-2007. The analytic tool is using simple regression and Correlation with the F test and T test. The results have no significant influence between the RMS and stock prices.
Keyword Financial Health, go public banks,Own profability Equity, stock price Penulis Amirah Sutestri, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Umi Khabibah, Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
14
A. PENDAHULUAN Bank merupakan salah satu Lembaga Keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang Keuangan, yang dalam operasinya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemberian kredit dan dalam bentuk-bentuk lain. Dengan demikian Bank sebagai suatu badan berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dari dua pihak, yaitu dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit unit). Hal ini juga yang menyebabkan Lembaga Bank disebut sebagai Lembaga Kepercayaan, artinya pihak yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada Bank untuk mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak yang kekurangan atau memerlukan dana berupa kredit. Oleh karena itu untuk menjaga kepercayaan masyarakat, Bank harus beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kesehatan Bank yang dapat diukur dengan melihat likuiditas dan Rentabilitasnya, sebagai bukti bahwa Bank tersebut dapat mempertanggungjawabkan kewajiban
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
yang harus dipenuhinya. Apalagi bagi Bank-Bank yang telah go public, laporan keuangannya harus dipublikasikan, agar masyarakat luas dapat mengerti kondisi kesehatan keuangan Bank tersebut. Dari Laporan Keuangannya tersebut dapat dianalisis tingkat kesehatan keuangan suatu Bank. Sehingga kalau kita akan membeli saham dari Bank yang go public tidak ragu-ragu atau khawatir lagi. Selain itu dengan melihat rasio keuangan dapat juga dipakai sebagai indikator sistem peringatan awal (early warning system) terhadap kemajuan dan kemunduran kondisi keuangan suatu perusahaan. Untuk Bank-Bank yang telah memublik, kinerja perusahaan lazim diukur dengan menggunakan perubahan harga saham dan retun saham, karena harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Apabila kinerja sebuah perusahaan publik meningkat, nilai keusahaannya akan semakin tinggi, yang diapresiasi oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham. Dan sebaliknya berita yang tidak baik tentang kinerja perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga saham perusahaan di pasar modal. Penilaian kinerja itu sendiri dapat dilihat dengan berbagai indikator.
Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kinerja Bank-Bank yang go publik terhadap Harga saham di Pasar Modal, ditinjau dari tingkat Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) Bank yang bersangkutan, dalam hal ini dibatasi hanya pada enam bank (PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk) yang go publik di BEI, apakah tingkat keuntungan yang diperolehnya dapat mempengaruhi harga saham. B. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sistem informasi yang nantinya membantu pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang diberikan oleh laporan keuangan dapat dipergunakan untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, oleh sebab itu laporan keuangan dapat juga sebagai dasar interprestasi untuk alat analisis dan evaluasi perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Martono :
15
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
“Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu” (Martono, 2002:62). Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Dwi Prastowo, 2005:5). Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut (Martono, 2002:63): - Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. - Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. -
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. 16
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Rentibilitas Modal Sendiri RMS adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di suatu pihak dengan jumlah modal sendiri menghasilkan laba tersebut di lain pihak (Bambang Riyanto, 1995:44). Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa Rentabilitas Modal Sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Rumus : keuntungan setelah pajak
RMS = -------------------------------- x100% modal sendiri
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas Modal Sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income Tax ( EAT : Earning After Tax ) sedang modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja di dalam bank. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri merupakan rasio rentabilitas yang paling komperhensif. Rasio keuangan tersebut terbentuk oleh keseluruhan hasil kebijakan dan kegiatan perbankan. Rentabilitas Modal Sendiri berdasarkan SK mentri keuangan RI no 826/ KMK: 013/1992 pasal 5 tentang definisi rentabilitas. “Perbandingan laba sebelum pajak dengan rata-rata modal yang digunakan dalam tahun yang bersangkutan. Laba sebelum pajak tidak termasuk laba hasil penjualan aktiva tetap. Sedangkan yang dimaksud modal rata-rata yang digunakan adalah rata-rata aktiva lancar ditambah dengan aktiva tetap neraca termasuk pada awal tahun dan akhir tahun”.
Bagi perusahaan keuntungan adalah hal yang ingin dicapai. Namun keuntungan yang besar bukanlah merupakan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja dengan efisien. Perhatian perusahaan yang lebih penting dibanding dari upaya memperbesar laba, adalah upaya untuk mempertinggi rentabilitas. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas Modal Sendiri adalah laba bersih yaitu laba usaha setelah dikurangi bunga modal asing dan pajak perseroan, sedangkan modal yang diperhitungkan hanya modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan. Dengan mengukur Rentabilitas Modal Sendiri diharapkan manajemen perusahaan maupun pemilik modal sendiri dapat memahami kondisi finansial perusahaan terutama dari sisi rentabilitas. Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan terhadap perencanaan laba maupun modal yang akan datang. Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai 17
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut (Algifari, 2002:188): 1. Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang biasanya dibagikan pada akhir tahun buku. Dividen saham terdiri dari 3 macam, yaitu dividen tunai, dividen saham, dan dividen bonus. 18
2. Capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham. 3. Manfaat non-financial, yaitu mempunyai hak suara dalam menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Saham yang diterbitkan emiten ada 2 macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Pembedaan saham ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak ini meliputi hak atas menerima dividen, memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah dikurang semua kewajiban-kewajiban perusahaan. Pengertian Harga Saham Harga saham terbentuk dari proses permintaan dan penawaran yang terjadi di bursa. Harga saham akan berfluktuasi sesuai dengan informasi baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar perusahaan. Informasi yang berasal dari dalam perusahaan adalah penilaian kinerja perusahaan, pengumuman laba perusahaan, pergantian pengurus perusahaan, pengumuman pembagian dividen dan informasi lain yang menyangkut operasi perusahaan. Informasi yang berasal dari luar perusahaan adalah isu-isu politik, situasi keamanan kota atau negara, perkembangan perusahaan pesaing, dan informasi lainnya.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Dalam menentukan suatu saham yang akan dibeli pada dasarnya harus dinilai terlebih dahulu agar terhindar dari kaidah spekulasi dan menghindari kerugian yang tidak diharapkan. Harga saham di pasar modal berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dari fluktuasi harga itu terdapat peluang untuk memperoleh keuntungan (capital gain) dan peluang menderita kerugian. Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO). Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat penampungan untuk perdagangan ini. Faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga saham dapat dibagi menjadi faktor makro dan mikro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan tersebut secara individual.
19
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
Hipotesis Ada pengaruh yang signifikan antara Rentabilitas Modal Sendiri yang diperoleh dengan harga saham perbankan. C. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada perbankan yang go publik di BEI.
Bank Internasional Indonesia Tbk., PT. Bak Danamon Tbk., PT. Bank Central Asia Tbk., PT. Bank Mega Tbk., PT. Bank OCBC NISP Tbk., dan PT. Bank CIMB Niaga Tbk.) yang semuanya diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumupulan data yang digunakan adalah:
2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Dokumentasi Subyek penelitian yang digunakan adalah enam perbankan (PT Bank Internasional Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk) yang go publik di BEI dengan obyek penelitian berupa laporan keuangan perbankan selama periode tahun 1998-2007. 3. Sumber Data Data-data yang digunakan dalam peneletian ini berupa data sekunder, yaitu data-data yang diterbitkan oleh pihak perusahaan namun diperoleh secara langsung atau kata lain data yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti daftar perbankan yang go-public, sejarah umum perkembangan perbankan, dan laporan perkembangan perbankan (PT. 20
Adalah salah satu teknik dari metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat salinan atau menggandakan arsip dan catatan-catatan tentang perbankan pada BEI. b. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari, memahami dan menganalisis buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian. 5. Metode Analisis Data a. Variabel Bebas (independent variabel) yang digunakan adalah Rentabilitas Modal Sendiri (RMS). RMS
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
adalah perbandingan antara jumlah laba tersedia bagi pemilik modal sendiri di suatu pihak dengan jumlah modal sendiri menghasilkan laba tersebut di lain pihak (Bambang Riyanto, 1995:44). keuntungan setelah pajak
n (∑ XY) – (∑ X) (∑ Y) b= ----------------------------------n (∑ X)2 - (∑ X) 2 Keterangan: Y = Variabel tergantung (Harga saham)
RMS = -------------------------------- x100% modal sendiri
Variabel tergantung (Dependent Variabel) yaitu suatu variabel yang mempunyai ketergantungan dengan variabel lain. Variabel tergantung yang digunakan adalah harga saham.
X = Variabel bebas (Rentabilitas Modal Sendiri) n = Banyaknya pasangan data a = Intersep b = Koefisien arah garis regresi
b. Analisis Regresi Sederhana c. Uji F hitung Analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel bebas terhadap variabel tergantung serta hubungan yang terjadi diantara kedua variabel baik hubungan positif ataukah negatif. Hubungan kedua variabel tersebut ditunjukan dengan persamaan garis regresi sederhana sebabagai berikut (Haryono Subiyakto, 2001:206): Y = a + bx ∑ y – b (∑ X) a = -----------------------n
Perumusan hipotesis. Ho : β = 0 artinya tidak ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga saham perbankan Ha : β ≠ 0 artinya ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga saham perbankan. Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi maka diuji koefisiensi regresi dengan menggunakan koefisien regresi F, rumusnya sebagai berikut (Zaenal Mustafa, 1995:115): 21
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
KR reg F reg = ---------------- = KR sim
n ∑ XY – (∑X )(∑Y) r = ------------------------------------------√n ∑X2 - ( ∑X)2 . √n ∑Y2- ( ∑ Y )2
R2 ∑ Y2 dimana KR reg = ---------------K
Keterangan:
(1 – R2) ∑ Y2 KR sim = --------------------n–1–k Keterangan: F reg = Harga Statistik F
r = koefisien korelasi n = besarnya sampel X = Rentabilitas Modal Sendiri Y = Harga saham e. Uji T hitung
KR reg = Kuadrat Rerata Regresi
Perumusan hipotesis.
KR sim = Kuadrat Rerata Simpanan Kesimpulan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham perbankan
Jika F hitung > F tabel menolak Ho atau menerima Ha artinya ada pengaruh signifikan
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham perbankan
Jika F hitung < F tabel menerima Ho atau menolak Ha artinya tidak ada pengaruh signifikan . d. Analisis Korelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji keeratan hubungan variabel independent terhadap variabel dependent dalam perhitungan analisis korelasi.
Digunakan untuk mencari koefisiensi korelasi dengan rumus sebagai berikut Haryono Subiyakto, 2001:217 ) :
Untuk melakukan pengujian maka digunakan rumus sebagai berikut (Haryono Subiyakto, 2001:219):
22
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
T hitung
Dengan kriteria bahwa perusahaan yang sehat bila mempunyai RMS diatas 20 % atau RMS nya harus diatas suku bunga maupun tingkat inflasi, maka dari data-data bank yang ada pada tahun 1998 s/d tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Th = Dimana: Th = T hitung yang dicari r
= Koefisien Korelasi
n = banyaknya data Kriteria pengujian adalah digunakan taraf kesalahan ( ) = 0,05
b. PT. Bank Danamon, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri nya, pernah mencapai 30,86 %, tetapi juga pernah mengalami kerugian
t table = ( /2 ; n-2 )
= 0,025
Kesimpulan: Jika T hitung > T tabel + dan jika T hitung < T tabel – maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan signifikan D. PEMBAHASAN 1. Analisis Sendiri
Rentabilitas
a. PT. Bank Internasional Indonesia (BII), perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri tidak ada yang mencapai 20 %, paling tinggi sebesar 19,51%, bahkan pernah mengalami kerugian
Modal
Analisis rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
c. PT. Bank Central Asia (BCA), perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, tertinggi 31,92 % dan terendah 12,52 % d. PT. Bank OCBC NISP, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri tertinggi 21,03 dan terendah 5,99 % e. PT. Bank Mega, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, paling tinggi 66, 45% sekali, kemudian paling tinggi 26,58% dan paling rendah 6,43% f. PT. Bank CIMB Niaga, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, paling tinggi 27,94% dan paling ren23
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
dah5,92& bahkan pernahjuga mengalami kerugian 2. Analisis Regresi Linier Sederhana Secara matematis hasil dari analisis regresi linier sederhana pada: a. Bank Internasional Indonesia tersebut dapat ditulis : Y = 152,967 + 0,337 X
Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 2.648,317. b = 34,291 artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 34,291 poin.
Konstanta a = 152,967 Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 152,967.
c. Bank Central Asia (BCA) tersebut dapat ditulis : Y = 3.637,512 + -17,241 X Konstanta a = 3.637,512
b = 0,337 artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 0,337 poin. b. Bank Danamon tersebut dapat ditulis : Y = 2.648,317 + 34,291 X Konstanta a = 2.648,317 24
Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 3.637,512. b = -17,241 artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -17,241 poin.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
d. Bank OCBC NISP tersebut dapat ditulis : Y = 747,869 + -15,688 X
si yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -6,736 poin.
Konstanta a = 747,869 Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 747,869.
f. Bank CIMB Niaga tersebut dapat ditulis : Y = 338,798 + 1,145 X Konstanta a = 338,798
b = -15,688 artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -15,688 poin. e. Bank Mega tersebut dapat ditulis : Y = 1.744,403 + -6,736 X Konstanta a = 1.744,403 Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 1.744,403. b = -6,736 Artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribu-
Artinya apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 338,798. b = 1,145 artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 1,145 poin.
3. Uji Hipotesis Untuk menguji pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent digunakan koefisien regresi yaitu uji F, sedangkan untuk mengetahui signifikansi dari variabel tersebut telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut : 25
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
Ho : β = 0 artinya tidak ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga saham perbankan Ha : β ≠ 0 artinya ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga saham perbankan. Kesimpulannya Jika F hitung > F tabel menolak Ho atau menerima Ha artinya ada pengaruh signifikan Jika F hitung < F tabel menerima Ho atau menolak Ha artinya tidak ada pengaruh signifikan. 4. Koefisien Determinasi (R2 ) Dari hasil analisis regresi sederhana, juga diperoleh nilai R (Korelasi) dan R2 (Koefisien Determinasi). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menunjukkan besarnya kontribusi (sumbangan) dari variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi (R2 ) untuk BII sebesar 0,079. Hal ini berarti bahwa 7,9% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 92,1% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model.
26
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi (R2 ) untuk Bank Danamon sebesar 0,202. Hal ini berarti bahwa 20,2% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 79,8% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi (R2 ) untuk BCA sebesar 0,002. Hal ini berarti bahwa 0,2% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 99,8% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi (R2) untuk Bank OCBC NISP sebesar 0,087. hal ini berarti bahwa 8,7% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 91,3% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi ( R2 ) untuk Bank Mega sebesar 0,004. hal ini berarti bahwa 0,4% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 99,6% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi (R2) untuk Bank CIMB Niaga sebesar 0,028. hal ini berarti bahwa 2,8% variasi dari harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar 97,2% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model. 5. Koefisien Korelasi ( r ) Untuk mengukur hubungan antara variabel independent (x) dengan variabel dependent (Y), dapat dilihat pada besarnya koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi (r) terletak antara 0 ≤ r ≤ 1. Jika r = 1 maka terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan analisis data BII, koefisien korelasi sebesar 0,281 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). Berdasarkan analisis data Bank Danamon, koefisien korelasi sebesar 0,449 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data BCA, koefisien korelasi sebesar 0,046 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). Berdasarkan analisis data Bank OCBC NISP, koefisien korelasi sebesar 0,249 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). Berdasarkan analisis data Bank Mega, koefisien korelasi sebesar 0,065 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). Berdasarkan analisis data Bank CIMB Niaga, koefisien korelasi sebesar 0,169 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). 6. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk menguji keeratan hubungan variabel inde27
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
penden terhadap variabel dependen dalam perhitungan analisis Korelasi menggunakan uji T, sedangkan untuk mengetahui signifikansi dari variabel tersebut telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut : Ho : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara RMS terhadap harga saham perbankan. Ha : artinya ada hubungan yang signifikan antara RMS terhadap harga saham perbankan.
Kesimpulannya : Jika T hitung > T tabel + dan jika T hitung < T tabel–maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan sigsifikan Jika T tabel -< T hitung
Tabel Rangkuman Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
28
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Simpulan
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan atas hasil analisis data mengenai pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri terhadap harga saham enam Bank dalam kurun waktu 1998 s/d 2007, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bank (BII)
Internasional
Indonesia
Berdasarkan analisis data koefisien korelasi sebesar 0,281 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham). d. Uji T
a. Koefisien regresi Y = 152,967 + 0,337 X Artinya konstanta sebesar a = 152,967 dan apabila RMS ( X ) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham sebesar 152,967. b = 0,337 X artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 0,337 poin. b. Uji F Dengan melihat posisi nilai F hitung < F table ( 0,687 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham.
Dengan membandingkan nilai T hitung dengan nilai T tabel, maka –ttabel < thitung
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
(b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 34,291 poin. b. Uji F Dengan Melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 2,025 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham. c. Koefisien korelasi Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi sebesar 0,449 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ). d. Uji T Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < 1,423 < 2,306 ), sehingga kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham.
30
3. BCA a. Koefisien regresi Y = 3.637,512 + -17,241 X Artinya konstanta sebesar a= 3.637,512 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 3.637,512. b = -17,241 , artinya variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -17,241 poin. b. Uji F Dengan melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 0,015 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersam-sama tidak ada Pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham. c. Koefisien korelasi Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi sebesar 0,046 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel indepen-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
den (RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ). d. Uji T Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < -0,122 < 2,306 ), sehingga kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham. 4. Bank OCBC NISP
impulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersam-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham. c. Koefisien korelasi Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi sebesar 0,249 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
a. Koefisien regresi d. Uji T Y = 747,869 + -15,688 X Artinya konstanta sebesar a = 747,869 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 747,869. b = -15,688 , artinya variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -15,688 poin.
Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < -0,871 < 2,306 ), sehingga kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham. 5. Bank Mega a. Koefisien regresi Y = 1.744,403 + -6,736 X
b. Uji F Dengan melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 0,758 < 5,32 ), maka kes-
Artinya konstanta sebesar a = 1.744,403 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka 31
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 1.744,403. b = -6,736 artinya variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar -6,736 poin.
pulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham. 6. Bank CIMB Niaga a. Koefisien regresi Y = 338,798 + 1,145 X
b. Uji F Dengan melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 0,030 < 5,32), maka kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersam-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham. c. Koefisien korelasi Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi sebesar 0,065 maka koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ). d. Uji T Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < -0,174 < 2,306 ), sehingga kesim32
Artinya konstanta sebesar a= 338,798 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham yang terjadi adalah sebesar Rp 338,798. b = 1,145 artinya variabel rentabilitas hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin, maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 1,145 poin. b. Uji F Dengan melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 0,234 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersamsama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS dengan harga saham. c. Koefisien korelasi Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi sebesar 0,169 maka
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
koefisien korelasi tersebut masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
Subagyo, 2002 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Kedua, Yogyakarta, STIE YKPN Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, Yogyakarta, AMP YKPN
d. Uji T Dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < 0,484 < 2,306 ), sehingga kesimpulannya adalah menerima Ho atau menolak Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara RMS dengan harga saham.
Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar Statistik terapan Untuk Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta,
Daftar Pustaka Bambang Rianto ,1995, Dasar–Dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi Keempat, Yogyakarta, BPFE Dwi Prastowo, 2005, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi kedua, Yogyakarta, STIE YKPN Haryono, Subyakto, 2001 Statistika Inferen Untuk Bisnis, Edisi Kedua, Yogyakarta ,STIE YKPN Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Jakarta, Rasa Grafindo Persadaa Martano, 2002, Bank dan lembaga keuangan lain, Edisi Pertama,Yogyakarta Penerbit Fakultas Ekonomi UII 33
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham (Studi Kasus pada 18 Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia) by Sabaruddin dan Yuni Anggraini Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham pada industri Food and Beverage. Penelitian menggunakan studi kasus pada 18 perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel dari industri tersebut. Sampel diambil dengan tekhnik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi dan data yang diperoleh lengkap dan mudah. Sedangkan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho: b = 0, Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap return saham Ha: b ≠ 0, Earning Per Share berpengaruh terhadap return saham Data dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan Hipotesis diuji dengan T test untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh EPS terhadap Return Saham, Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham pada 15 perusahan yang diteliti, tetapi pada 3 perusahaan, EPS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedanghan secara keseluruhan, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.
Keyword Earning Per Share, Dividend, Capital Gain, Return Saham Penulis Sabaruddin, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Yuni Anggraini, Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
34
PENDAHULUAN Persaingan global mengharuskan berbagai perusahaan menyesuaikan strategi perusahaan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Perusahaan yang ingin tumbuh dan berkembang membutuhkan dana yang besar dalam menjalankan kegiatan yang dilakukannya, sedangkan dana yang tersedia relatif terbatas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menambah modal usahanya. Salah satu caranya adalah dengan go public. Bagi perusahaan yang go public, pasar modal merupakan alternatif sumber dana untuk membiayai kegiatan perusahaan yang memerlukan dana cukup besar sekaligus untuk memperbaiki struktur modalnya dengan cara menjual saham. Sedangkan bagi investor, saham merupakan alternatif investasi untuk mendapatkan return yang optimal. Dengan memiliki saham, investor berhak untuk memperoleh
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
keuntungan sebagai kompensasi dari dana yang diinvestasikan dalam bentuk dividen dan capital gain, karena dividen dan capital gain inilah yang merupakan hasil pengembalian dari investasinya. Menurut Achad Slamet (2003:39), dalam Esti (2005), earning per share merupakan salah satu bentuk dari rasio pasar (market ratio) yang didapatkan dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Rasio laba per lembar saham ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa. Laba per saham-LPS (earning per share-EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham (Tjiptonoi Darmadji dan Hendy, 2008:195-196). Menurut Tandelilin (2001:233), perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba besih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan, akan diperoleh komponen earning per share atau EPS. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang
lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan perusahaan gagal memberikan tingkat kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Dengan demikian EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Bagi para investor informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. Pendapatan per lembar saham (EPS) merupakan pencerminan hasil yang diperoleh dari suatu badan usaha melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham. Hasil pengembalian dari suatu investasi dalam bentuk dividen atau capital gain. Seorang investor membeli atau mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen dan atau capital gain. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy (2008:11-12) dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan capital gain (loss) merupakan 35
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham surat utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor (Tandelilin, 2001:48) Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendaopatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. Menurut Tjiptono Darmadji (2001:139), dalam Esti (2005), semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pmegang saham. Peningkatan EPS menyebabkan peningkatan dividen dan harga pasar saham, sedangkan peningkatan harga pasar menyebabkan peningkjatan juga bagi capital gain yang diperoleh investor, sehingga EPS akan mempengaruhi hasil pengembalian yang akan diperoleh investor dalam bentuk capital gain (loss) dan dividen. Studi empiris menunjukkan semakin tinggi nilai EPS suatu saham, maka semakin tinggi pula harga sahamnya. Penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh antara EPS dan return saham telah dilakukan oleh Siti Resmi (2002) dalam Esti (2005) yang menggunakan variable bebas EP, PER, DE, 36
ROE, dan EVA, sedangkan variable terikatnya adalah return saham. Sample yang digunakan adalah 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS berpengaruh paling kuat dan signifikan terhadap return saham. Hari Wibowo (2004), dalam Esti (2005), melakuan penelitian untuk menguji pengaruh ROA, ROE, GPM, EPS, dan PBV terhadap return saham. Sample yang digunakan adalah 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham. Esti Puji Astutik (2005), melakukan penelitian untuk menguji pengaruh EPS, PER, dan DER terhadap return saham. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara EPS dan return saham. Yugo Pamungkas (2002), melakukan penelitian menggunakan variable bebas EPS dan variable terikatnya return saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa earning per share tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Di dalam penelitian ini akan dianalisis apakah ada pengaruh Earning Per Share (pendapatan per lembar sa-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
ham) terhadap Return Saham (tingkat pengembalian saham) pada perusahaan Food and Beverages yang go public di pasar modal (Bursa Efek Indonesia). METODELOGI PENELITIAN Dengan merujuk pada kajian teoritis dan beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ho: b = 0, Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap return saham Ha: b ≠ 0, Earning Per Share berpengaruh terhadap return saham Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada 18 Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI. Adapun data yang diperlukan adalah data laporan keuangan Perusahaan Industri Food and Beverages yang menjadi sample penelitian, earnin per share masing-masing emiten periode 20032007, harga saham(closing price) tahun 2003-2007, dividen per share periode 2003-2007. Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi. Dokumentasi
yaitu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan, mencatat dan mengkopi dokumen yang ada di lokasi penelitian yaitu di Pojok BEI, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan food and baverages yang go public di Bursa Efek Indonesia. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga memenuhi kriteria keinginan dan kepentingan peneliti. Metode purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang relevan dengan peneliti. Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan sample terpilih, yaitu sebagai berikut: -
Sample terpilih merupakan bagian dari populasi perusahaan food and baverages yang go public di Bursa Efek Indonesia
-
Kemudahan mendapatkan laporan keuangan dari sample terpilih
-
Sample memiliki kelengkapan laporan keuangan yang memadai dan lengkap
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa data yaitu: 37
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
-
Menyajikan nilai earning per share masing-masing perusahaan
Dimana: r
Menurut Tandelilin (2001:242) EPS suatu perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: laba bersih setelah bunga dan pajak EPS = ------------------------------------------jumlah saham beredar -
Pt = harga saham pada periode t (harga investasi sekarang) Pt-1= harga saham pada periode t-1 (harga investasi periode sebelumnya)
Menghitung capital gain (loss) Capital gain atau capital loss dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2008: 196):
Alat Analisis
Capital gain atau capital loss
Analisis regresi liniar sederhana
Pt - Pt-1 = ------------Pt-1
Regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (earning per share) terhadap variabel terikat (return saham). Perhitungan regresi linier sederhanadilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: Pt = harga investasi sekarang
-
= return saham (hasil pengembalian)
Dt = dividen kas yang dibayarkan
Pt-1 = harga saham pada periode t-1 (harga investasi periode sebelumnya)
Y = a + bX
Menghitung return saham
Y = return saham
Return saham dirumuskan sebagai berikut:
a = konstanta
Dimana:
b = koefisien regresi dan x = EPS Pt - Pt-1 + Dt r = ------------------Pt-1 38
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
Analisis koefisien determinasi (r2) Koefisien determinasi sampel yang dilambangkan dengan r2 (sering dilambangkan dengan R2), merupakan proporsi dari variasi total y yang dijelaskan oleh hubungan antara y dan x (Haryono Subiyakto, 2001:215). Koefisien r2 akan bernilai 0 apabila tidak ada variasi y yang dijelaskan oleh hubungan tersebut; r2 akan bernilai 1 jika semua variasi y dijelaskan; dan r2 akan bernilai antara 0 dan 1 jika hanya sebagian variasi y dijelaskan oleh hubungan tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan dengan besaran sebagai berikut:
Uji Hipotesis Langkah-langkah pengujian hipotesis Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: -
Ho: b = 0, berarti earning per share tidak berpengaruh terhadap return saham Ha: b ≠ 0, berarti earning per share berpengaruh terhadap return saham
0≤r ≤1 2
Menurut Haryono Subiyakto, 2001: 215, koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
r2 =
Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha)
-
Menentukan uji statistik yang sesuai dengan dasar bagi prosedur pengujian regresi linier sederhana untuk sampel kecil (n≤30) yaitu dengan menggunakan uji t2 sisi (two failed test) df = n-2
Setelah mengetahui koefisien determinasi, maka sumbangan dari (EPS) terhadap variasi naik turunnya return saham.dapat diketahui
dimana n = banyaknya observasi -
Menentukan a (tingkat signifikan) sebesar 0,05
-
Mencari nilai t a/2 (n-2) dari table t (Anto Dajan, 1986:386)
39
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Sedangkan nilai t hitung diperoleh melalui bantuan computer dengan program SPSSfor windows yang dalam perhitungan secara matematis adalah sebagai berikut: b Thitung = ---------Seb
-
Kriteria pengujian untuk hipotesis tersebut di atas adalah sebagai berikut: H0 diterima bila = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel H0 ditolak bila = ttabel > thitung < - ttabel
Dimana: b
Menentukan kriteria pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
= koefisien regresi
Hasil perhitungan regresi linier sederhana pada masing-masing 18 perusahaan food and beverages dan ratarata dari ke 18 perusahaan tersebut dapat dilihat di bawah ini: 1
Seb = standart error
1. PT Ades Waters Indonesia Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) -0,025 -0,29
Sig.t 0,790
Konstanta -0,875 r 0,65 r2 0,027 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 2. PT Aqua Golden Mississippi Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) -0,020 -3,374 Konstanta 34,85 r 0,890 r2 0,79 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 3. PT Cahaya Kalbar Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -0,327
40
Konstanta 32,462 r 0,566 r2 0,32 Variabel terikat = return saham
T
Sig.t 0,043
Sig.t -,90
0,39
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Konstanta 34,85 r 0,890 r2 0,79 KOMPETENSI Variabel terikat = return saham Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50 Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 3. PT Cahaya Kalbar Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -0,327
T
Sig.t -,90
0,39
Konstanta 32,462 r 0,566 r2 0,32 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 4. PT Davomas Abadi Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -67,264
T
Sig.t -0,3
0,776
Konstanta .227,606 r 0,77 r2 0,03 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 5. PT Delta Djakarta Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 0,088
T
Sig.t ,074
0,36
Konstanta -22,08 r 0,527 r2 0,278 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 6. PT Fast Food Indonesia Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 0,220
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
2
T
Sig.t ,838
0,63
Konstanta -2,728 r 0,728 r2 0,530 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) 0,926 3,807 Konstanta -4,383 r 0,90 r2 0,829 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Sig.t 0,032
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan signifikan
41
Konstanta -2,728 r 0,728 r2 0,530 Variabel terikat = return saham Sabaruddin dan Yuni Anggraini AnalisisTPengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham tabel (D/2=0,025) = 3,82 7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) 0,926 3,807 Konstanta -4,383 r 0,90 r2 0,829 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 8. PT Mayora Indah Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 0,95
T
Sig.t 0,032
Sig.t 0,225
0,836
Konstanta 29,005 r 0,29 r2 0,07 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 9. PT Multi Bintang Indonesia Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) 0,02 0,898
Sig.t 0,436
Konstanta -59,057 r 0,460 r2 0,22 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 10. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk Variabel Koefisien T Sig.t Bebas regresi EPS (X) 0,033 0,292 0,789 Konstanta -3,22 r 0,66 r2 0,028 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
42
Keterangan signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
3
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
11. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 0,000
T
Sig.t 0,026
0,98
Konstanta -3,062 r 0,05 r2 0,000 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 12. PT Sekar Laut Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -0,075
T
Sig.t -,272
0,293
Konstanta -23,62 r 0,592 r2 0,350 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 13. PT Siantar TOP Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -2,836
T
Sig.t -0,900
0,434
Konstanta 57,427 r 0,46 r2 0,23 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 14. PT Sierad Poduce Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) -0,76 Konstanta 3,97 r 0,79 r2 0,626 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
T
Sig.t -2,240
0,
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
43
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
4
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
15. PT SMART Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 0,294
T
Sig.t 0,875
0,446
Konstanta 93,36 r 0,45 r2 0,203 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 16. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Variabel Koefisien T Bebas regresi EPS (X) 6,059 3,929 Konstanta 35,244 r 0,95 r2 0,837 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 17. PT Tunas Baru Lampung Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 6,396
T
Sig.t 0,029
Sig.t ,678
0,92
Konstanta -47,082 r 0,696 r2 0,484 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 18. PT Ultra Jaya Milk Tbk Variabel Koefisien Bebas regresi EPS (X) 8,792
T
Sig.t 2,337
0,0
Konstanta -33,779 r 0,803 r2 0,645 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 19. Rata-rata 18 Perusahaan Food and Beverages Variabel Koefisien T Sig.t Bebas regresi EPS (X) -0,043 -0,298 0,785
44
Konstanta 66,35 r 0,70 r2 0,029 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Keterangan Tidak signifikan
Konstanta -33,779 r 0,803 r2 0,645 KOMPETENSI Variabel terikat = return saham Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50 Ttabel (D/2=0,025) = 3,82 19. Rata-rata 18 Perusahaan Food and Beverages Variabel Koefisien T Sig.t Bebas regresi EPS (X) -0,043 -0,298 0,785 Konstanta 66,35 r 0,70 r2 0,029 Variabel terikat = return saham Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Keterangan Tidak signifikan
5
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan secara ringkas pada tabel berikut: Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan secara ringkas No
Nama Perusahaan PT Ades Waters Indonesia Tbk
2
PT Aqua Golden Mississippi Tbk
3
PT Cahaya Kalbar Tbk
4
PT Davomas Abadi Tbk
5
PT Delta Djakarta Tbk
pada tabel berikut: Keterangan Y= -0,875 – 0,025X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 2,7 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 97,3 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,287 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Y = 34,85 – 0,020X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 79, % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 20,9 % - thitung < - ttabel (-3,374 < -3,82) menerima Ha dan menolak Ho. EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham Y = 32,462 – 0,327X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 32, % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 67,9 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -,90 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Y = .227,606 – 67,264X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 3, % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 96,9 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,3 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Y = -22,08 + 0,088X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 27,8 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 72,2 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,074 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
45
3, % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 96,9 % Sabaruddin dan Yuni Anggraini - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,3 < 3,82) Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 5 PT Delta Djakarta Y = -22,08 + 0,088X Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 27,8 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 72,2 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,074 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 6 PT Fast Food Y = -2,728 + 0,220X Indonesia Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 53 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 47 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,838 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 7 PT Indofood Y = -4,383 + 0,926X Sukses Makmur Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar Tbk 82,9 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 7,% thitung > ttabel (3,807 > 3,82) menerima Ha dan menolak Ho. EPS berpengaruh significan terhadap return saham 8 PT Mayora Indah Y = 29,005 + 0,95X Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar ,7 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 98,3 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82< 0,225< 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 9 PT Multi Bintang Y = -59,057 + 0,02X Indonesia Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 2,2% Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 78,8 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,898 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 0 PT Pioneerindo Y = -3,22 + 0,033X Gourmet Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar International Tbk 2,8 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 97,2 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,292 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT Prasidha Aneka Y = -3,062 Niaga Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 0% 46 Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 00 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,026 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
6
International Tbk
2
3
4
5
6
7
2,8 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 97,2 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,292 < 3,82)KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50 menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT Prasidha Aneka Y = -3,062 Niaga Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 0% Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 00 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,026 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT Sekar Laut Tbk Y = -23,62 – 0,075X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 35 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 65 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -,272 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT Siantar TOP Y = 57,427 – 2,836X Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 2,3 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 78,7% - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,900 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 7 PT Sierad Produce Y = 3,97 – 0,76X Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 62,6 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 37,4 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -2,240 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT SMART Tbk Y = 93,36 + 0,294X Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 20,3 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 79,7 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,875 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT Tiga Pilar Y = 35,244 + 6,059X Sejahtera Food Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar Tbk 83,7 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 6,3 % thitung > ttabel (3,929 > 3,82) menerima Ha dan menolak Ho. EPS berpengaruh significan terhadap return saham PT Tunas Baru Y = -47,082 + 6,396X Lampung Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 48,4 % 47 Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 5,6% - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,678 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
Tbk
83,7 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 6,3 % Sabaruddin dan Yuni Anggraini thitung > ttabel (3,929 > 3,82) menerima Ha dan Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap ReturnHo. Saham menolak EPS berpengaruh significan terhadap return saham 7 PT Tunas Baru Y = -47,082 + 6,396X Lampung Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 48,4 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 5,6% - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,678 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 8 PT Ultra Jaya Milk Y = -33,779 + 8,792X Tbk Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar 64,5 % Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 35,5 % - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 2,337 < 3,82) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham 19 Rata-rata Y = 66,351 – 0.043X 18 Perusahaan Pengaruh EPS terhadap return saham Food and sebesar 2,9 % Beverages Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar 97,1% - ttabel < thitung < ttabel (-3,182 < 0,298 < 3,182) menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
Hasil analisis yang didapat dalam uji t dari delapan belas perusahaan food and beverages menunjukkan bahwa t hitung < t tabel untuk lima belas perusahaan food and beverages, yaitu PT PT Ades Waters Indonesia Tbk, PT PT Cahaya Kalbar Tbk, PT Davomas Abadi Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT Siantar TOP Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT SMART Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Ultra Jaya Milk Tbk.yang artinya bahwa earning per share tidak berpengaruh signifi48
kan terhadap return saham. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yaitu PT Aqua Golden Mississippi Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk diperoleh t hitung > t tabel yang artinya earning per share berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan hasil analisis data pada rata-rata 18 peusahaan Food and Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007, maka diperoleh model regresi Y = 66,357 – 0,043X, pengaruh earning per share terhadap return saham sebesar 2,9 % dan pengaruh variabel lain di luar model
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
ini sebesar 97,1 %, dan Uji T menunjukkan - ttabel < thitung < ttabel (-3,182 < -0,298 < 3,182) yang berarti menerima Ho dan menolak Ha. Dengan demikian EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa earning per share tidak berpengaruh signifian terhadap return saham pada perusahaan Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007. Oleh karena pengaruh EPS sangat kecil (tidak signifikan) terhadap Return Saham, maka diperlukan penelitian lanjutan yang menggunakan lebih dari satu variabel independen. Bagi investor yang akan melakukan investasi sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham diantaranya kebijakan dividen, karena kebijakan dividen akan memberikan informasi bagi investor untuk mengetahui seberapa besar bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen. Selain itu, kekuatan penawaran dan permintaan saham yang mengakibatkan harga pasar saham di pasar modal berfluktuasi, hal ini akan mempengaruhi keuntungan atau kerugian dalam bentuk capital gain atau capital loss yang akan diterima investor di masa mendatang.
Selain itu, investor juga sebaiknya memperhatikan perkembangan yang terjadi di setiap perusahaan dengan melihat prospek perusahaan dalam bentuk laporan keuangan yang memuat jumlah aktiva dan pasiva, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai, kualitas dan reputasi manajemen, pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri, dan faktor ekonomi, sehingga para investor tidak akan mengalami kerugian yang besar dalam menginvestasikan modalnya. DAFTAR PUSTAKA Dajan, Anto.1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid 1. Cetakan 11. Jakarta:LP3ES Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy. 2008. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Selemba Empat. G:\Skripsi dan Teori Akuntansi, Manajemen Keuangan, Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham. htm. Husnan, Suad. 1993. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
49
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: BPFE UGM. Pamungkas, Yugo. 2002. Pengaruh Tingkat Earning Per Share Return Saham pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Skripsi.JIPTUMM. Prastowo, Dwi dan Julianty, Rifka. 2005. Analisa Laporan Keuanga, Konsep dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: STIM YKPN. Puji Astutik, Esti. 2005. Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Propery yang terdaftar di BEJ. Skripsi. UNNES. Rahayu. 2007. Pengaruh Earning Per Share dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Per Share (DPS): Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEJ periode 2004-2006. Skripsi. UCY. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi empat. Yogyakarta: BPFE UGM. Subiyakto, Haryono. 2001. Statisitik Inferen untuk Bisnis. Ypgyakarta: STIE YKPN
50
Sujana. 1992. Metoda Statistika. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit Tarsito. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisa Investasi dan manajemen Portofolio, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.
PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI SUKU BUNGA SBI DAN NILAI KURS DOLLAR AS (USD) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Oleh: H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah Abstrak
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fluktuasi ini disebabkab oleh pengaruh yang sangat kompleks. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Penelitian ini akan melihat Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga Sbi Dan Nilai Kurs Dollar As (Usd) Terhadap Indeks Harga Saham. Data dianalisis dengan uji statistik yaitu uji serempak (F-test) dan uji parsial (t-test); uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas; serta koefisien determinasi (R2). Hasil pengujian regresi secara serentak menunjukkan adanya pengaruh antara variabel-variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs Harga Saham Gabungan. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel tingkat bunga SBI, inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan . Dan untuk pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel nilai kurs dollar AS tidak berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan. Dari ketiga variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Indexs Harga Saham Gabungan adalah variabel tingkat bunga SBI dan inflasi.
Keyword Inflasi, suku bunga, nilai kurs, Indeks Harga Saham, Pasar Modal
Penulis H. Syamsul Hadi, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Yunita Muslimah, Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
1. PENDAHULUAN Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat di pengaruhi oleh keadaan negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Keadaan di dalam perusahaan dapat juga mempengaruhi naik atau turunnya harga saham. Berbagai informasi yang masuk di pasar modal maupun kejadian-kejadian yang tidak berhubungan dengan pasar modal dapat mempengaruhi volatilitas atau naik turunnya harga saham (Iskandar, 2003). Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pengaruh peristiwa-peristiwa dunia yang terjadi dan pergerakan indeks saham luar negeri menjadi faktor eksternal yang dominan. Sedangkan faktor internal lebih dipengaruhi 51
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
oleh peristiwa-peristiwa dalam negeri yang terjadi dan pengaruh dari pergerakan variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat inflasi, suku bunga (Deposite Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang beredar (money supply). Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fluktuasi ini disebabkab oleh pengaruh yang sangat kompleks. Menurut Tandelilin (2001) perkembangan pasar modal Indonesia dapat dilihat dari gerakan IHSG yang tampaknya sulit dilepaskan begitu saja dari pengaruh berbagai perubahan kondisi ekonomi makro, sosial, politik maupun keamanan. Pergerakan IHSG yang cenderung mengikuti pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat inflasi, suku bunga (Deposite Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang beredar (money supply) menjadi ketertarikan bagi peneliti apakah terdapat hubungan antara IHSG dan variabel makrokonomi tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga Sbi Dan Nilai Kurs Dollar As (USD) Terhadap Indeks Harga Saham”. Dengan melihat berbagai hal tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah: 1) Sejauh mana nilai tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar 52
AS, dan tingkat inflasi, berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan. 2) Dari ketiga variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi manakah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan . Untuk menghindari meluasnya pembahasan masalah dalam penelitian ini maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu: 1) Peneliti hanya meneliti tentang Index Harga Saham Gabungan di Indonesia periode 2005 sampai dengan 2007. 2) Variabel-variabel yang mempengaruhi Index Harga Saham Gabungan di Indonesia yang meliputi tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi periode 2005 sampai dengan 2007. Adapun tujuan penelitian adalah 1) ingin mengetahui pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi terhadap naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG); dan 2) Untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) investor, pengambil keputusan perusahaan, untuk memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan publik terutama pengaruh signifikan tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap harga saham perusahaan publik. Selain itu juga
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
dapat memberikan informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pemegang saham, kreditur dan pihak-pihak terkait lainnya; 2) masyarakat dan peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kepustakaan, menambah referensi dan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam berinvestasi.
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sedangakan Bursa Efek adalah tempat terjadinya jual beli sekuritas atau merupakan pasar modal dalam artian secara fisik. Ada dua jenis pasar dalam perdagangan di pasar modal yaitu
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pasar Perdana terjadi saat perusahaan/emiten menjual sekuritasnya pertama kali kepada investor. Proses ini di sebut IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum. Sebelum perusahaan menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail (disebut juga prospektus). Proses Penawaran umum di Pasar Perdana:
2.1. PASAR MODAL Pasar Modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana atau biasa disebut sebagai lembaga perantara (Intermediaries). Pengertian lainnya yaitu pasar untuk
a. Pasar Perdana
Gambar 1. Penawaran umum di Pasar Perdana Profesi pendukung pasar perdana yaitu : 1) Underwriter (penjamin emisi) ditunjuk oleh emiten untuk membantu dalam penentuan harga perdana saham
dan membantu memasarkan sekuritas pada investor; 2) Akuntan publik, notaris dan konsultan hukum.
53
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b. Pasar Sekunder Pasar sekunder terjadi setelah sekuritas dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Di pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan untuk mendapat keuntungan, sehingga pasar sekunder memberi likuiditas kepada investor bukan kepada perusahaan (emiten). Sekuritas yang diperdagangkan di pasar sekunder yaitu saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, right dan reksadana. Perdagangan di pasar sekunder dilakukan di 2 jenis pasar : 1) Pasar lelang (auction market) dan 2) Pasar negosiasi (negotiated market).
kteristik obligasi dan saham biasa. Pemegangnya tidak memiliki hak suara. b. Saham biasa merupakan sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegangnya mempunyai kepemilikan atas asset perusahaan. Pemegangnya memiliki hak suara dalam RUPS. b. Obligasi
Ada beberapa macam instrumen pasar modal yaitu:
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan tetap kepada pemiliknya. Pendapatan dari bunga dan pembayaran kembali nilai par (par value) saat jatuh tempo. Risiko obligasi : bila obligasi tidak terbayar kembali karena kegagalan penerbitnya memenuhi kewajiban. Jenis-jenis obligasi yang lain: 1. Zero coupon bond; 2. Call provision; 3. Obligasi konversi
a. Saham
c. Reksadana
Saham merupakan bukti kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, seorang investor berhak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi pembayaran kuajiban perusahaan. Saham terdiri dari dua jenis yaitu :
Reksadana (Mutual Fund) merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal investasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan reksadana menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Dua jenis reksadana : 1. Reksadana ter-
2.1.1. Instrumen Pasar Modal
a. saham preferen merupakan saham yang mempunyai kombinasi khara54
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
buka (open-ended). 2. Reksadana tertutup (closed-ended). d. Instrumen derivatif Instrumen Derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Beberapa instrumen derivatif : waran, bukti right, opsi dan futures. 2.2. INVESTASI Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Macam-Macam bentuk investasi : 1. Investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya : tanah, emas, bangunan dll
Tujuan Investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor (kesejahteraan moneter). Sumber dana untuk investasi sebagai berikut : 1) asset yang dimiliki saat ini; 2) pinjaman dari pihak lain; 3) tabungan. Ada beberapa dasar keputusan investasi yaitu sebagai berikut : 1. return merupakan tingkat keuntungan investasi a. expected return (return yang diharapkan). b. realized return (return aktual). 2. risiko merupakan kemungkinan return aktual berbeda dengan return yang diharapkan a. risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar (general risk).
2. Investasi pada asset finansial (financial assets):
b. risiko tidak sistematis (unsystematic risk ) atau risiko perusahaan (risiko spesifik ).
a. Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI, dll
Proses Keputusan Investasi (merupakan on going process):
b. Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant dll
55
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
Gambar 2. Proses Keputusan Investasi 2.3. INDEKS HARGA SAHAM Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu: 1) Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. 2) Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing 56
sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. 3) Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4) Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-sa-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
ham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut. 5) Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
6) Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. 7) Indeks KOMPAS 100 merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut : 1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.
a) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
b) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham.
c) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram d) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat
4. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir. 5. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlah57
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
nya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar. 6. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebnyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan frekwensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut: (a) Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler. (b) Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. (c) Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar. 7. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (b) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (c) 8. Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus. 58
2.4. INFLASI 2.4.1. Pengertian inflasi Inflasi adalah suatu keadaan yang mengakibatkan naiknya harga secara umum atau proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu. Infasi meerupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat haarga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Di dalam definisi inflasi tersebut tercakup tiga aspek penting, yaitu : a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi/aktual pada waktu tertentu turun naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukan kecenderungan yang meningkat. b) Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja. c) Mencakup pengertian tingkat harga umum, berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
waktu atau beberapa komoditas saja. 2.4.2. Penggolongan Inflasi 1) Berdasarkan sumber timbulnya inflasi Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjdi dua yaitu : a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinuya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal; b) inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. 2) Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation) dan apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbula (open inflation), sedangkan apabila seranganinflasi demikian hebatnya dan setiap aset hargaharga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dpat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (hyper inflation). 3) Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan : a) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun); b) Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun); c) Inflasi berat (antara 30%100% setahun), dan d) Inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun). Penggolongan inflasi berdasarkan parah atau tidaknya ini berguna untuk melihat dampak dari inflsai yang bersangkutan. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai penagaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper inflation) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat bekerja, menabung atau para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atua karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggunug 59
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Demikian juga pengusaha yang bergerak dalam menghasilkan barang. Kenaikan harga yang begitu cepat, menyebabkan mereka takut memproduksi barang, karena seringkali pada asaat barang siap dijual, harga jual tidak dapat menutupi biaya untuk membeli bahan mentah dan pembantu berikutnya kaena harga sudah meningkat lagi, sehingga orang yang memiliki modal lebih mudah berspekulasi dengan membeli barang, kemudian menyimpannya dan menjualnya saat harga tertinggi. Dengan kata laian, investasi dan produksi digantikan dengan penumpukan barang sebagai akibat barang dan jasa semakin langka, harga semakin cepat naiknya, nilai uang merosot luas dan selanjutnya bila semua orang beranggapan harga akan selalu menjadi lebih tinggi di kemudian hari, akan semakin memperparah keadaan perekonomian. 1
2.4.3. Sebab-sebab timbulnya inflasi
1) Tarikan permintaan (Demand full Inflation) Bertambahnya permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa menyebabkan bertambahnya per1
mintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang berasangkutan berada dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah Demand full Inflation. 2) Desakan biaya (Cost Push Inflastion) Baiasanya pada batas demand inflation ada kecenderungan untuk meningkatkan produksinya akibat meningkatnya permintaan dari masyarakat, akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan menurunnya omzet penjualan sebagai akibat kelesuan pasar sekalipun harga meningkat namun pendapatan nyata berkurang karena penurunan penawaran agregat. Inflasi yang terjadi karena penurunan agregat sering disebut cost push inflation. 3) Inflasi campuran Inflasi campuran adalah inflasi yang terjadi disebabkan oleh kombinasi
Drs. Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Keuangan, edisi pertama penerbit BPFE, Yogyakarta. Hal 139
60
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
(campuran) antara unsur inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya. 4) Inflasi impor (imported inflation) imported inflation adalah inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perdagangan antarnegara. Pengaruh ekonomi luar negeri dapat mempengaruhi ekonomi dalam negeri misalnya suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian barang tersebut menjadi lebih mahal. 2.4.4. Pengukuran laju inflasi Untuk menentukan berapa besar kenaikan harga barang terlebih dahulu dihitung angka indeks harga. Angka indeks harga adalah perbandingan hargaharga tertentu pada suatu periode yang berbeda atau pada periode yang sama dalam bentuk persentase. Peranan indeks harga dalam kehidupan perekonomian suatu negara sangat besar, diantaranya pemerintah dapat mengetahui berapa persen tingkat inflaasi selama satu tahun. 2.4.5. Cara-cara mengatasi inflasi
dengan jumlah uang yang beredar, tetapi juga dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu, untuk menanggulangi inflasi yang utama ialah bagaimana menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Untuk mencapai sasaran dalam mengatasinya ada 3 kebijkan yang dapat ditempuh, yaitu : 1) Kebijakan moneter Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang bertujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan moneter dilakukan melalui Bank Indonesia sebagai bank sentral. Kebijakan moneter tersebut adalah sebagai berikut : a) Politik diskonto terhadap Bank Umum Bank Indonesia memerintah bank umum agar mengurangi atau mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara menaikan bunga pengaman sehingga uang yang beredar akan menurun.
Beberapa ahli ekonomi, baik dari kaum klasik maupun keynes menyetujui bahwa inflasi tidak hanya ada kaitannya 61
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b) Politik pasar terbuka Bank indonesia akan menjual surat-surat berharga (obligasi) ke pasar modal. Apabila surat berharga ini terjual, maka uang masyarakat dari peredaran akan masuk ke bank sentral sehingga uang yang beredar akan berkurang.
sentral (Bank Indonesia) berusaha mempengaruhi bank-bank umum dalam hal aturan pemberian kredit kepada nasabah. 2) Kebijakan fiskal Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan denagan kebijakan moneter. Ada 3 caara yang dilakukan sebagai berikut :
c) Menaikkan cash ratio Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar bank sentral dapat mengubah-ubah besarnya rasio kas. Bank sentral pada umumnya menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding tersebut biasa disebut minimum cash ratio. Bila pemerintah menurunkan minimum kas rasio, maka dengan uang tunai yang sama bank dapat menciptakan uang lebih banyak dari jumlah uang yang beredar pemerintah akan menaikan minimum kas rasio bank, supaya uang tertahan di kas lebih banyak. d) Kebijakan kredit Kebijakan kredit dapat dilakukan dengan cara pemberian kredit seecara selektif. Bank 62
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah Inflasi dapat timbul dari sektor swasta dan sektor pemerintah. Apabila sektor swasta dapat dibendung pengeluarannya dengan menerapakan politik moneter, maka pemerintah harus bersedia menekan anggaran pengeluaranya. b. Menaikan tarif pajak Jika tarif pajak dinaikan tentu uang yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin berkurang sehingga harga akan turun. Tentu saja pemerintah perlu pula mempertimbangkan golongan masyarakat mana yang harus dinaikan pajaknya agar tidak terjadi ketimpangan.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
c. Mengadakan pinjaman pemerintah Pelaksanaanya dapat dilakukan secara otomatis tanpa kompromi terlebih dahulu, misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar, pemerintah menerapkan kebijakan memotong sekian persen dari gaji pegawai negeri. 3) Kebijakan Non moneter (kebijakan riil) Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut : a. Menaikan hasil produksi Dengan meningkatkan hasil produksi berarti tingkat konsumsi akan bertambah, cara ini akan menambah uang beredar. b. Kebijakan upah Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk tidak menuntut kenaikan upah selagi masih inflasi. c. Pengawasan harga Agar harga barang tidak selalu naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Penga-
wasan yang tidak intensif dapat menimbulan pasar gelap (black market). Cara ini membutuhkan pengawasan haraga yang serius. Jika perlu pemeirntah melakukan pendistribusian barang-barang kebutuhan masyarakat secara langsung seperti pada zaman orde lama. Langkah lain untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan sanering, yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah. 2.4.6. Dampak inflasi 1) Dampak inflasi terhadap perekonomian adalah sebagai berikut: 1. Investasi berkurang. 2. Mendorong tingkat bunga. 3. Mendorong tindakan spekulatif. 4. Menimbulkan kegagalan pelaksanan pembangunan. 5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa yang akan datang. 6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
63
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran. 8. Merosotnya masyarakat.
kesejahteraan
2) Dampak inflasi bagi masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Masyarakat berpenghasilan tetap.
2.5. SUKU BUNGA Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersbut disebut “pokok utang” (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut “suku bunga”.
2) Kreditur atau debitur. -
-
Debitur akan diuntungkan karena pada saat pembayaran ia membayar dengan nilai riil yang sudah menurun. Kreditur akan menerita kerugian karena nilai uang yang diterima pada saat pembayaran telah menurun.
3) Memperbesar kesenjangan distribusi pendapatan. 4) Menguntungkan para spekulan. 5) Mempengaruhi para pedagang/ industriawan/ pengusaha.
64
2.6. NILAI TUKAR ATAU KURS Nilai tukar uang adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain atau harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas (seperti emas dan perak). Nilai tukar ini sebenarnya semacam perbandingan harga atau nilai antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah yang sering disebut ‘kurs’ (exchange rate). Misalnya, kurs atau nilai tukar Dollar AS adalah US$=Rp5.700,- berarti bahwa Rp 5.700,- dapat ditukar dengan 1 US$/5.700 rupiah, tapi dalam kenyataannya sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk valuta asaing. Perbedaaan kurs ini timbul karena beberapa hal yaitu: a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/ bank. Kurs yang dibeli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
valuta asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs merupakan keuntungan bagi para pedagang. b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya. Kurs TT (telegraphic tranfer) lebih tinggi daripada kurs MT (mail tranfer), sebab perintah/order pembayaran dengan menggunakan telegram dengan bank merupakan penyerahan valuta asing dengan segera atau lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat. c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal. Apabila pemerintah suatu negara mengatur nilai tukar mata uangnya, maka diklasifikasikan sebagai sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Sedangkan jika besarnya nilai tukar diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah, diklasifikasikan sebagai sistem kurs mengambang (floatig exchange rate). Suatu mata uang dikatakan konvertibel (convertible currency) apabila mata uang tersebut bisa dipertukarkan secara bebas dengan mata uang negara lain.
2.6.1. Sistem Nilai Tukar Ada berbagai sistem nilai tukar yang diterapkan oleh negara-negara di dunia termasuk juga di Indonesia, yaitu: a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) Sistem nilai tukar tetap menetapkan nilai tukar terhadap suatu mata uang tertentu (misal: US$) atau terhadap sekeranjang mata uang (gabungan antara banyak mata uang yang lain) sama dengan menetapkan harga relatif mata uang di pasar valuta asing. Untuk mempertahankan nilai tukar tetap ini bank sentral harus melakukan intervinsi dengan membeli atau menjual mata uang dengan nilai tukar yang sudah ditentukan. Biasanya kebijakan ini dipakai untuk menjaga stabilitas nilai tukar. b. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate) Sistem nilai tukar mengambang adalah mengambangkan nilai tukar mata uang di pasar valuta asing. Dengan mengambangkan nilai tukar mata uang artinya nilai tukar tersebut ditentukan sepenuhnya dengan perimbangan penawaran dan permintaan di pasar valuta asing, tidak ada campur tangan otoritas moneter dalam menentukan nilai tukar tersebut. Otoritas moneter bisa mene65
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
tapkan suplai rupiah, membiarkan pasar valas menentukan nilai tukar Rp terhadap US$ dan sasaran kebijakan moneter lebih terfokus dan lebih efektif untuk pengendalian inflasi: c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate syatem) Sisten nilai tukar terkendali adalah mengambangkan nilai tukar, tetapi berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar nilai tukar tersebut berada dalam target yang ditentukan. Misalnya, penentuan band (rentang) nilai tukar, penetapan nilai tukar ganda untuk berbagai transaksi, dan seterusnya. 2.6.2. Perubahan kurs Sebagaimana layaknya harga maka kurs juga bisa naik atau turun, kurs juga mempunyai sifat volatile yakni kurs valas itu peka untuk berubah. Adapun ketentuannya yaitu: a) Kurs valas naik disebut apresiasi jika penyebab kenaikannya adalah kekuatan pasar. b) Kurs valas turun disebut depresiasi jika penyebab turunnya adalah kekuatan pasar. 2
c) Kurs valas naik disebut revaluasi jika penyebab kenaikannya adalah kebijakan pemerintah. d) Kurs valas turun disebut devaluasi jika penyebab turunya adalah kebijakan pemerintah. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 2. Diduga bahwa nilai kurs dollar AS berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 3. Diduga bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Metode penelitian yang menggunakan metode kasus, merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu, selama kurun waktu tertentu termasuk lingkun2 gannya dan kondisi masa lalunya .
Husein Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Hal 43
66
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
3.2. Variabel Penelitian a) Variabel terikat (dependent variabel) adalah Index Harga Saham Gabungan . b) Variabel bebas (independent variabel) adalah tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi. 3.3. Data Yang Dipergunakan Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi baik bersumber dari perpustakaan, litelatur, dan catatan dari perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan data yang diolah. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang didapat dari data sekunder runtut waktu yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), data bulanan dari tahun 2005 sampai dengan 2007 Data sekunder lainnya yang juga dibutuhkan yaitu sejarah berdirinya BEI, struktur organisasi BEI, profil dari BEI,. 3.4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historical record, yaitu memperoleh data dengan jalan mencatat data-data historis dalam peru-
sahaan untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis data yang digunakan adalah tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, dari tahun 2005 sampai dengan 2007. Data diperoleh tidak secara langsung dari Bursa Efek Indonesia, melainkan memanfaatkan jasa Pojok Bursa Efek Jakarta UII (BEJ) dan melalui interface berupa jaringan internet di alamat: www. idx.co.id. 3.5. Metode Analisis Data Dalam penelitian metode ini yang akan digunakan adalah metode analisis sebagai berikut: 3.5.1. Regresi linier berganda Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh vaariabel-variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat atau yang dipengaruhi (dependen). Pada model regresi linear sederhana hanya membutuhkan dua variabel, namun bila variabel yang digunakan lebih dari dua maka disebut model regresi berganda. Ketentuan-ketentuan yang digunakan untuk regresi linear sederhana dapat diterapkan pada regresi berganda, sebagai tambahannya adalah uji multikolinearitas. Hal ini dikarenakan pada model regresi berganda terdapat lebih dari satu variabel bebas, di mana multikolinearitas tersebut menjelaskan 67
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
apakah terdapat korelasi antar variabel bebas. Hubungan kedua variabel tersebut ditunjukan dengan persamaan garis 3 regresi sederhana sebagai berikut : Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dimana: Y1 = indeks harga saham gabungan a = konstanta b1 = koefisien regresi tingkat bunga SBI b2 = koefisien regresi nilai kurs dollar AS b3 = koefisien regresi tingkat inflasi X1 = tingkat bunga SBI X2 = nilai kurs dollar AS X3 = tingkat inflasi 3.5.2. Analisis Kuantitatif Analisis Kuantitatif yaitu analisis untuk mengambil suatu kesimpulan yang berdasarkan hasil perhitungan angkaangka yang terkumpul dengan menggunakan alat uji statistik. Adapun alat statistik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu:
3.5.2. 1. Uji statistik 1) Uji serempak (F-test) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel independen yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi secara serentak dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu Index Harga Saham Gabungan. Pengujian dilakukan 4 dengan uji F-test. Hipotesisnya dapat ditulis sebagai berikut: H0 = 0 : tidak ada pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap Index Harga Saham Gabungan. Hi = 0 : ada pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap Index Harga Saham Gabungan . Kriteria pengujian: a) Tolak Ho jika harga Fh≥Ft, Artinya bahwa secara serentak variabel independen yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan
Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar Statistik Terapan Untuk Ekonomi, Edisi Kedua penerbit FE UII, Yogyakarta. Hal 108 4 Ibid, hal.136 3
68
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu Index Harga Saham Gabungan . b) Terima Ho jika harga Fh
a) Ho diterima apabila, -ttabel d” thitung d” +ttabel Artinya hubungan tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap Index Harga Saham Gabungan serta . tidak signifikan. b) Ho ditolak apabila thitung < -ttabel > +ttabel Artinya hubungan tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap Index Harga Saham Gabungan serta . signifikan.
Perhitungan mencari Ftabel = α (nk-1) 2) Uji parsial (t test) Untuk mengetahui keterandalan r sebagai penaksir , perlu dilakukan pengujian dengan uji statistik ’t’, dengan formulasi:
5
)
Setelah mencari thitung, maka langkah selanjutnya dengan mencari ttabel, berdasarkan taraf signifikansi 5%.
2)
Perhitungan mencari ttabel = α/2 (n-
Daerah Terima Ho Daerah tolak Ho t
t daerah tolak Ho
0 Gambar Kurva t hitung Gambar 1.11.1Kurva t hitung
3.5.2. 2. Uji asumsi klasik a) Uji normalitas Yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi mempunyai disrtribusi sebaran data normal atau tidak. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,01 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
5
Ibid, hal.152
69
2
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b) Uji linearitas (Metode LM) Uji linearitas digunakan untuk menguji linear tidaknya suatu data yang dianalisis yaitu variabel independen terhadap variabel dependen, maka uji linearitas dengan uji F. c) Uji multikoleniaritas Uji multikolenieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adnya kolerasi yang sempurna antar variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikoleniaritas di dalam suatu model dipakai cara deteksi : Besaran VIF (varians inflation Faktor) dan Tolerance. Apabila Tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi multikoleniaritas.
Koefisien korelasi antar variabel independen harus lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi problem multikoleniaritas. Cara mengobati masalah multikoleniaritas: -
transformasi variabel
-
menambah data baru
d) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Akibat dari adanya heteroskedastisitas pada hasil regresi adalah sebagai berikut: -
Varians tidak lagi minimum
-
Pengujian dari koefisien regresi menjadi kurang kuat
Cara mendeteksi masalah multikoleniaritas :
-
Koefisien penaksir menjadi bias
-
-
Kesimpulan yang diambil menjadi salah
-
6
Nilai R² yang dihasilkan sangat tinggi, tapi tingkat signifikansi variabel bebas berdasarkan uji t statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan, Menggunakan korelasi parsial
Untuk menguji ada tidaknya kasus heteroskedastisitas pada regresi dapat dilakukan dengan metode pengujian 6 Park . Park memformalkan metode grafik dengan menyarankan bahwa σ² adalah
Damodar Gujarati,1995, Ekonometrika Dasar, Jakarta : Erlangga.
70
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
suatu fungsi yang menjelaskan X¡. Bentuk fungsi yang disarankan adalah:
pada 0d” R2d”1. Semakin mendekati 1 berarti modelnya semakin baik.
In σi² = In σ² + β In X +υ 3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi R2 ini digunakan untuk mengukur proporsi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R2 adalah terletak
4.1. DATA HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6.1
Tabel 1.bunga SBI, nilai kurs dollar AS dan tingkat Data hasil penelitian IHSG, , tingkat Data hasil penelitian IHSG, , tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS dan tingkat inflasi. inflasi. BULAN Januari 2005
Y1 045.44
Y2 6.500
X1 7.42
X2 9665.00
X3 7.32
Februari 2005 Maret 2005 April 2005 Mei 2005 Juni 2005 Juli 2005 Agustus 2005 September 2005 Oktober 2005 November 2005 Desember 2005 Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007
073.83 080.7 029.6 088.7 22.38 82.30 050.09 079.28 066.22 096.64 62.64 232.32 230.66 322.97 464.4 330.00 30.26 35.65 43.26 534.62 582.63 78.96 805.52 757.26 740.97 830.92 999.6 2084.32 239.28
5.400 6.00 5.00 2.900 2.650 2.850 .000 0.900 0.200 0.950 .650 0.800 .000 0.500 0.550 9.550 9.500 9.300 0.00 0.350 9.850 9.950 0.200 0.350 0.850 0.600 0.850 .00 .50
7.43 7.44 7.70 7.95 8.25 8.49 9.5 0.00 .00 2.25 2.75 2.75 2.74 2.73 2.74 2.50 2.50 2.25 .75 .25 0.75 0.25 9.75 9.50 9.25 9.00 9.00 8.75 8.50
9760.00 9980.00 0070.00 9995.00 023.00 039.00 0740.00 080.00 0590.00 0535.00 0330.00 9895.00 9730.00 9575.00 9275.00 9720.00 9800.00 9570.00 9600.00 9735.00 960.00 9665.00 9520.00 9590.00 9660.00 968.00 9583.00 9328.00 9554.00
7.5 8.8 8.2 7.40 7.42 7.84 8.33 9.06 7.89 8.38 7. 7.03 7.92 5.74 5.40 5.60 5.53 5.5 4.90 4.55 6.29 5.27 6.60 6.26 6.30 6.52 6.29 6.0 5.77
71
Juli 2006 35.65 9.300 2.25 9570.00 5.5 Agustus 2006 43.26 0.00 .75 9600.00 4.90 September 2006 534.62 0.350 .25 9735.00 4.55 Oktober 0.75 960.00 6.29 H. Syamsul Hadi2006 dan Yunita582.63 Muslimah 9.850 Pengaruh Tingkat Inflasi,2006 Nilai Suku 78.96 Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) 9665.00 Terhadap Indeks Harga November 9.950 0.25 5.27 Saham Desember 2006 805.52 0.200 9.75 9520.00 6.60 Januari 2007 757.26 0.350 9.50 9590.00 6.26 Februari 2007 740.97 0.850 9.25 9660.00 6.30 Maret 2007 830.92 0.600 9.00 968.00 6.52 April 2007 999.6 0.850 9.00 9583.00 6.29 Mei 2007 2084.32 .00 8.75 9328.00 6.0 Juni 2007 239.28 .50 8.50 9554.00 5.77 Juli 2007 2348.67 0.000 8.25 9686.00 6.06 Agustus 2007 294.34 9.550 8.25 990.00 6.5 September 2007 2359.2 9.400 8.25 9637.00 6.95 Oktober 2007 2643.49 0.000 8.25 9603.00 6.88 November 2007 2688.33 8.400 8.25 9876.00 6.7 Desember 2007 2745.83 8.500 8.25 999.00 6.59
Sumber: www.bi.go.id Sumber : www.bi.go.id 4.1.1. Regresi Linier Berganda
1. Regresi Linier Berganda Setelah dilakukan regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel Tabel 2. 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model (Constant) SukuBungaSBI Kurs Dollar Inflasi
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6820.464 230.56 26.720 8.670 -.499 .22 -58.567 34.466
Standardized Coefficients Beta .096 -.358 -.5
Sumber: :Lampiran Lampiran3,3,data datadiolah diolah Sumber
t 2.963 .327 -2.352 -.699
3 sig .006 .746 .025 .099
Model regresi linier berganda untukTabel 4.2 Berdasarkan hasil perhitungan di Ringkasan hasil atas, uji multikolinearitas mengetahui pengaruh variabel bebas maka hasil koefisien regresinya yang terdiri dari tingkat suku bunga SBI, dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Dependent Independent Colinearity Statistic Multikolinearitas kurs, inflasi terhadap IHSG di Bursa Variable Variable Tolerance VIF a. Nilai konstanta Efek Indonesia (BEI) dapat Xdiformulasi- .220 4.539 (a = 6.820,464) Tidak ada artiY berikut: X2 .828 nya tanpa .208pengaruhTidak kan sebagai kurs,adainflasi, X3 .2 suku bunga 4.730 SBI, IHSG Tidak ada sebesar Sumber : Lampiran 4, data diolah Y= 6.820,464+26,720X1-0,499X26.820,464 58,567X3 b. Koefisien b1 = 226,720 artinya setiap kenaikan 1 poin suku bunga akan Tabel 4.3
Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas
72
Y
R² 0.388
Fhitung 6.755
Sig F 0.00
Keterangan Terdapat heteroskedastisitas
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
menaikan IHSG sebesar 26,720 c. Koefisien b2 = -0,499 artinya setiap penurunan 1 poin kurs akan menurunkan IHSG sebesar -0,499
tung yang akan mendukung uji toleransi dan faktor-faktor yang meliputi tingkat suku bunga SBI, kurs, inflasi terhadap IHSG dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Regresi Linier Berganda
Ho = VIF ≤ 10 atau tol = 1 atau d. Koefisien b3 = -58,567 artinya setiap mendekati 1, artinya tidak terpenurunan 1 poin inflasi akan menu-Tabel 4.1 dapat multikolinearitas 1. Regresi LinierHasil Berganda Analisis Regresi Linier Berganda runkan IHSG sebesar -58,567 Ho =4.1 VIF ≥ 10 atau tol ≠ sig 1 atau Model Unstandardized TabelStandardized t 4.1.2. Uji asumsi klasikHasil mendekati 0, artinya terdapat Coefficients Analisis RegresiCoefficients Linier Berganda B Std. Error Beta multikolinearitas (Constant) 6820.464 230.56 Standardized 2.963 .006 a) Multikolinearitas Model Unstandardized t sig SukuBungaSBI 26.720 Coefficients8.670 Kurs Dollar -.499 .22 B Std. Error Pengujian multikolinearitas dilakuInflasi -58.567 34.466 (Constant) 6820.464 230.56
kan dengan melihat R²3,Fhitung serta thiSumber : Lampiran data diolah SukuBungaSBI 26.720 8.670 Kurs Dollar Inflasi
-.499 -58.567
.096 Coefficients -.358 Beta -.5
.22 34.466 Tabel Tabel 3. 4.2
.096 -.358 -.5
Sumber : Lampiran Ringkasan 3, data diolah Ringkasan hasil multikolinearitas hasil uji uji multikolinearitas
.327 -2.352 -.699 2.963
.327 -2.352 -.699
.746 .025 .099 .006 .746 .025 .099
Independent Colinearity Multikolinearitas Tabel 4.2 Statistic Variable Tolerance VIF Ringkasan hasil uji multikolinearitas X .220 4.539 Tidak ada Y X2 .828 .208 Tidak ada Dependent Independent Colinearity Statistic Multikolinearitas X3 .2 4.730 Tidak ada Variable Variable Tolerance VIF Sumber::Lampiran Lampiran4,4,data data diolah Sumber diolah X .220 4.539 Tidak ada Y X2 .828 .208 Tidak ada .2 4.730 Tidak ada b) Heteroskedastisitas X3 gresi terjadi ketidaksamaan varians Dependent Variable
Sumber : Lampiran 4, data diolah
residual dari satu pengamatan ke pen4.3 lain. Uji Heteroskedastisitas dilakukanTabel gamatan Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas untuk menguji apakah pada model re-
Tabel R² Fhitung Sig F Keterangan Tabel 4. 4.3 Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas Y 0.388 6.755 0.00 Terdapat Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas heteroskedastisitas R²data diolah Fhitung Sig F Keterangan Sumber : Lampiran 3, Y 0.388 6.755 0.00 Terdapat heteroskedastisitas Sumber: :Lampiran Lampiran3,3,data datadiolah diolah Sumber 73
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
4.1.3. Uji Statistik
Dapat kita lihat bahwa hasil regresi tersebut terdapat heteroskedastisitas karena nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel yaitu 6.755 < 2.9011
a) Uji Serempak F-test
Tabel 5. Hasil UjiTabel F-test4.4 Model
Sum of Squares 3749022.9 599683.4 9668706.3
Regression Residual Total
Hasil Uji F-test
df
Sumber Sumber: :Lampiran Lampiran3,3,data datadiolah diolah
Mean Square
3 32 35
249674.30 84990.06
F 6.755
Sig. .00
Hasil perhitungan diketahui bahwa b) Uji parsial (Uji t-test) nilai Fhitung sebesar 6.755 dan nilai FtUji statistik t pada dasarnya menunabel sebesar 2.9011. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat digambarkan jukkan seberapa jauh pengaruh satu Tabel 4.4 Hasil Uji F-test kedalam bentuk pengujianFdua sisi pada variabel bebas secara individual dalam Model Sum of df Mean Square Sig. Squares menerangkan variasi variabel terikat. gambar 4.1 3berikut: Daerah Terima Ho Regression 3749022.9 249674.30 6.755 .00 Residual 599683.4 32 84990.06 Hasil uji t-test dapat ditunjukkan pada Total 9668706.3 35 umber : Lampiran 3, data diolah Daerah tolak Ho t Gambar 4. Tabel 4 diatas. Uji hipotesist daerah ini bertujuan tolak Ho Kurva hasil uji F untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel tingkat suku bunga SBI, 2.9011 6.755 0 inflasi terhadap kurs dollar, IHSG.
Gambar 4.1
Daerah Terima Ho Daerah tolak Ho t
t daerah tolak Ho
0 Gambar 4.1
2.9011
6.755
Berdasarkan hasil kurva F-test dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung 6.755 > Ftabel 2.9011 sehingga dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.Hal ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga SBI, kurs, inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
74
Dengan membandingkan thitung dengan nilai kritis maka dapat diketahui apakah menolak atau menerima hipotesis. Mengacu pada derajat kebebasan DF = N-2 = 36-2 = 34, maka diperoleh ttabel sebesar 2.021. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4, maka dapat di interpretasikan hasil uji t, dengan formula hipotesis seperti berikut :
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
Ho :
Ha :
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat suku bunga SBI, kurs dollar, dan inflasi secara parsial terhadap IHSG.
parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.
Ada pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat suku bunga SBI, kurs dollar, dan inflasi secara parsial terhadap IHSG.
Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan sebesar α = 5% dan dengan derajat kebebasan df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel = ±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai thitung sebesar -2.352. Dengan demikian thitung berada diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤ -2.352 ≤ 2.021), hal ini berarti pada variabel kurs dollar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG
Kriteria pengujian yaitu : Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak Atau jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 4 di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Suku bunga SBI (X1) Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan sebesar α = 5% dan dengan derajat kebebasan df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel = ±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai thitung sebesar 0.327. Dengan demikian thitung berada diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤” 0.327 ≤ 2.021), hal ini berarti pada variabel Suku bunga SBI secara
2. Kurs dollar (X2)
3. Inflasi (X3) Dengan pengujian dua sisi yang menggunakan tingkat signifikan sebesar α = 5% dan dengan derajat kebebasan df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel = ±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi berganda diperoleh nilai thitung sebesar -1.699. Dengan demikian thitung berada diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤ -1.699 ≤ 2.021), hal ini berarti pada variabel inflasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG 4.1.4. Koefisien deferminasi (R²) Nilai koefisien deferminasi (R²) sebesar 0,388 artinya menunjukan bah75
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
wa secara statistik 38,8% variabel IHSG yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variable suku bunga SBI, Kurs Dollar, Inflasi dan sisanya 61,2% dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lain yang berasal dari luar model regresi ini.
c. Dari ketiga variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Indexs Harga Saham Gabungan adalah variabel tingkat bunga SBI dan inflasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. SARAN
5.1. KESIMPULAN
Adapun saran yang dapat diajukan oleh peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain :
Berdasarkan hasil analisis pengaruh dari variabel-variabel yang meliputi : tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs Harga Saham Gabungan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil pengujian regresi secara serentak menunjukkan adanya pengaruh antara variabel-variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs Harga Saham Gabungan b. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel tingkat bunga SBI, inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indexs Harga Saham Gabungan . Dan untuk pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel nilai kurs dollar AS tidak berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan
76
1. Bagi para investor yang akan melakukan transaksi di Bursa Efek Indonesia hendaknya tetap lebih memperhatikan faktor tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, karena dalam penelitian ini ketiga varibel tersebut telah terbukti secara serentak mempengaruhi IHSG yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengurangi risiko dan ketidakpastian yang akan dialami oleh para investor. 2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variasi variabel-variabe lain yang mungkin berpengaruh terhadap IHSG maupun Indeks Harga saham yang lainnya.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
DAFTAR PUSTAKA Brigham, E.F & Gapenski, L.C, 1996, Intermediate Financial Management, The Dryden Press, Orlando Damodar Gujarati, 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta Husein Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama penerbit BPFE, Yogyakarta. Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar Statistik Terapan Untuk Ekonomi, Edisi Kedua penerbit FE UII, Yogyakarta. www.idx.co.id
77
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA BANK DEVISA DAN NON DEVISA DI INDONESIA Oleh: Surifah Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia dan rasio keuangan apa saja yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa laporan keuangan dan rasio keuangan tahun 2007 dan tahun 2008 dapat diambil directory perbankkan Bank Indonesia. Populasi penelitian ini adalah seluruh bank devisa maupun bank non devisa di Indonesia Variabel penelitian berupa rasio keuangan yang digunakan meliputi 16 rasio keuangan. Berdasar uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dan bank non devisa pada tahun 2007 dan 2008, Berdasar Uji Mann Whitney U dapat diketahui bahwa rasio keuangan yang berbeda secara signifikan adalah rasio permodalan, yaitu CAR 1 dan CAR 2, ROE, Net Interest Margin, dan PDN.
Keyword Kinerja Bank, Bank Devisa, Bank Non Devisa Penulis Surifah, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
1. PENDAHULUAN Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing, transaksi eksport- import, dan jasa-jasa valuta asing lainnya (Wikipedia, 2009). Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank non devisa dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa, antara lain: a. CAR minimum dalam bulan terakhir 8%;
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
78
b. Tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat; c. Modal disetor minimal Rp150 miliar; d. Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan sebagai Bank Umum Devisa meliputi: organ-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
isasi, sumber daya manusia, dan pedoman operasional kegiatan devisa. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi dengan valuta asing atau transaksi internasional dan hanya dapat melakukan transaksi di dalam negeri. Dilihat dari bentuk transaksi yang bisa dilakukan maka bank devisa lebih leluasa melakukan transaksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan bank non devisa hanya dapat melakukan transaksi di dalam negeri saja. Dilihat dari segi permodalan baik CAR minimum maupun jumlah modal di setor, bank devisa mempunyai syarat permodalan yang lebih besar dibandingkan dengan bank non devisa, begitu juga dilihat dari segi organisasi, sumber daya manusia dan pedoman operasional kegiatan maka bank devisa lebih baik dari pada bank non devisa. Berdasarkan perbedaan antara bank devisa dan bank non devisa maka dapat disimpulkan bahwa bank devisa memerlukan sumberdaya yang lebih besar dibandingkan dengan bank non devisa, oleh karena itu secara teoritis seharusnya bank devisa mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dari pada bank non devisa. Kinerja perbankan selalu menjadi perhatian masyarakat maupun pemerintah dan kalangan akademik, karena bagus tidaknya kinerja sektor perbankan
akan berdampak juga pada sektor riil. Pengalaman menunjukkan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 2007 yang menyebabkan banyak bank dilikuidasi berdampak pada banyak hal termasuk menurunnya kegiatan pada sektor riil. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyani dan Zulfadin (2003) menunjukkan bahwa pada periode 2000-2001, kinerja bank devisa dan non devisa tidak berbeda secara signifikan dilihat dari rasio ROE, ROA dan LDR, namun pada tahun 2001, rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) nya berbeda secara signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Sugiarto (2007) menunjukkan bahwa selama periode 2002 sampai dengan 2006 rasio keuangan ROA dan ROE antara bank devisa dan bank non devisa tidak berbeda secara signifikan, sedangkan bank non devisa lebih besar dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, sehingga rasio LDR nya lebih bagus. Secara teoritis bank devisa yang mempunyai kesempatan bertransaksi lebih luas, dan sumberdaya yang digunakan lebih besar seharusnya dalam praktiknya akan memiliki kinerja yang lebih bagus, Namun hasil penelitian menyatakan sebaliknya, yaitu kinerja bank devisa maupun bank non devisa selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2006, menunjukkan tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan 79
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
antara bank devisa dan non devisa. Hal ini menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan antara kinerja bank devisa maupun bank non devisa, mengapa terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkonfirmasi lebih lanjut penelitian sebelumnya dengan mengambil judul “analisis perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyani dan Zulfadin (2003) serta Lestari dan Sugiarto (2007), adalah 1)tahun pengamatan menggunakan periode laporan keuangan 2007 dan 2008, 2) variabel yang digunakan lebih banyak yaitu 16 variabel, sedangkan penelitian sebelumnya hanya 3 variabel (rasio keuangan) yang di uji. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia serta ingin mengetahui rasio keuangan apa saja yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa?. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1) Masyarakat, untuk menilai dan menimbang-nimbang sebaiknya menyimpan dananya pada bank devisa atau bank non devisa, mana yang kinerjanya lebih bagus dan lebih dapat dipercaya, mengingat bahwa bank merupakan lembaga yang menyimpan dana masyarakat yang cukup besar, oleh karena itu informasi mengenai kinerja perbank80
an sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 2)Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melaksanakan fungsi pengendalian, pengawasan dan pembinaan perbankan. 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Aliminsyah dan Pandji (2003) kinerja adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen, dan semacamnya. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2004) Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Rasio-rasio keuangan yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian mengenai perbankan adalah rasio CAMEL, yaitu capital, assets, management, earnings dan liquidity. Penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang terdapat dalam direktori perbankan Indonesia. 2.2 Review Penelitian Terdahulu Dan Perumusan Hipotesis Penelitian mengenai kinerja perbankan sebelum dan setelah krisis ekonomi (surifah, 2002) menunjukkan bahawa rata-rata rasio Capital, Assets, Management dan Liquidity berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis ekonomi dan kebanyakan rasio menunjukkan bahwa setelah krisis ekonomi justru lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Namun pada aspek Earning atau kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak berbeda secara signifikan, dan setelah krisis mengalami penurunan earning. Hal ini menunjukkan bahwa pada perbankkan yang sehat, artinya tidak dilikuidasi dan tetap menjalankan operasinya dengan selalu memperoleh laba, pengaruh krisis ekonomi tersebut malah baik jika dilihat dari aspek capital, kualitas aktiva produktif, aspek management, dan aspek liquidity, hal ini bisa jadi karena bank tersebut dapat bertahan menghadapi krisis se-
hingga mendapat limpahan kepercayaan dari nasabah bank lainnya yang bermasalah. Namun karena perekonomian juga belum membaik, spread negatif berkepanjangan, berfluktuasinya tingkat bunga bank, dan sector riil juga banyak mengalami kemacetan, maka meskipun aspek lainnya lebih baik setelah krisis, tetap saja aspek earning atau profitabilitas tidak meningkat, sehingga tidak berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis ekonomi. Febriyani dan Zulfadin (2003), meneliti tentang analisis kinerja bank devisa dan non devisa dengan tahun pengamatan 2000 dan 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara bak devisa dan non devisa jika dilihat dari ROA, ROE dan LDR. Hal ini kemungkinan terjadi karena bank devisa tidak secara maksimal memanfaatkan peluang memperoleh laba dari transaksi dengan mempergunakan mata uang asing. Faktor lainnya adalah besarnya kredit macet yang dimiliki oleh bank devisa akibat melambungnya tingkat suku bunga bank. Hasil uji statistic untuk tahun 2001 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara bank devisa dengan bank non devisa jika dilihat dari ROA dan ROE. Sedangkan untuk indikator LDR hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang bcukup signifikan antara bank devisa dan non devisa. Hal ini disebabkan oleh membaiknya 81
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
kondisi perekonomian Indonesia, yang diikuti penurunan tingkat suku bunga perbankan sehingga berdampak positif untuk sektor perbankan. Lestari dan Sugiarto (2007) meneliti tentang kinerja bank devisa dan non devisa dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan tahun pengamatan 2002 sampai tahun 2006. Tahun pengamatan ini melanjutkan tahun pengamatan yang dilakukan oleh Febriyani dan Zulfadin (2003). Metode analisis yang digunakan adalah uji beda untuk menganalisis perbedaan rasio keuangan (ROA, ROE dan LDR), dan analisis regresi untuk menguji pengaruh ekonomi makro (Inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar US, dan suku bunga SBI terhadap rasio keuangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara bank devisa dan bank non devisa pada rasio ROA dan ROE, sedangkan pada LDR bank devisa lebih baik dari bank non devisa. Indikator ekonomi makro tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio keuanga. Penelitian sebelumnya (Febriyani dan Zulfadin, 2003) menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA, ROE dan LDR, sedangkan penelitian Lestari dan Sugiarto (2007), menunjukkan bahwa pada rasio LDR terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dan non devisa. Terdapatnya perbedaan hasil penelitian an82
tara kedua peneliti sebelumnya menarik untuk dicermati dan dilakukan penelitian lanjutan. Selain itu apabila dilihat dasi segi permodalan maupun sumberdaya yang digunakan bank devisa lebih besar dari pada bank non devisa, mestinya bank devisa akan mampu memperoleh kinerja yang lebih baik, namun peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa untuk LDR bank non devisa malah lebih baik, hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan menggunakan alat ukur rasio keuangan yang lebih luas, kemungkinan akan meningkatkan validitas hasil penelitian. oleh karena itu penelitian ini akan mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dengan menggunakan periode pengamatan tahun 2007 dan 2008 dan dengan menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak yaitu 16 rasio keuangan, dimana sebelumnya hanya 3 rasio keuangan. Berdasar uraian di atas, hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: “Tidak terdapat perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia” 3.METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh bank devisa maupun bank non devisa di Indonesia. Karena jumlah populasi tidak terlalu besar maka seluruh popu-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
lasi menjadi sampel dalam penelitian ini. Daftar bank devisa dan bank non devisa
terdapat Tabel pada tabel 1 dan tabel 2 berikut ini. Nama-nama Bank Devisa Tabel
No 2 3No 4 52 63 74 85 96 7 0 8 9 2 0 3 4 2 5 3 6 4 7 5 6 7
Tabel 1 Nama Bank devisa No Nama Bank devisa Nama-nama Bank Devisa Bank Kesawan 8 Devisa Bank Agroniaga Nama-nama Bank Bank Arthagraha Nama Bank devisa Bank Bukopin Bank Agroniaga Bank Bumi Artha Bank Arthagraha Bank Bumi Putera BankCapital Bukopin Bank In BankCentral Bumi Artha Bank Asia BankCentury Bumi Putera Bank Bank CIMB CapitalNiaga In Bank Bank Central Asia Bank Danamon Bank Century Bank Ekonomi rahardja BankGanesha CIMB Niaga Bank Bank Danamon Bank Hana BankHimpunan Ekonomi rahardja Bank Saudara Bank Ganesha Bank ICBC Indonesia BankIFI Hana Bank Bank Himpunan Saudara Bank Internasional Bank ICBC Indonesia Bank IFI Bank Internasional
9 No 20 8 2 9 22 20 23 2 24 22 25 23 26 24 27 25 28 26 29 27 30 28 3 29 32 30 33 3 32 33
Bank Maspion Nama Bank devisa Bank Mayapada Bank Kesawan Bank Mega Bank MaspionDharma Bank Mestika Bank Mayapada Bank Metro Express Bank Mega Bank Muamalat BankNusantara Mestika Dharma Bank Bank Metro Express Bank OCBC NISP Bank Muamalat PT PAN Indonesi BankPermata Nusantara Bank Bank OCBC NISP Bank Sinarmas PT PAN Indonesi Bank Swadesi Bank Permata Bank Syariah Mandiri BankSyariah Sinarmas Bank Mega Bank Swadesi Bank UOB Buana Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mega Bank UOB Buana Tabel 2
Tabel 2 Nama-nama Bank Non Devisa Tabel 2 Nama-nama Bank Non Devisa No 2 3No 4 52 63 74 85 96 7 0 8 9 2 0 3 4 2 5 3 6 4 5 6
Nama Bank devisa Bank Akita PT Anglomas Int Nama Bank devisa Bank Artos Bank Akita Int Bank Bisnis PT Anglomas Int Bank Centratama Bank Artos Bank DIPO Int BankEksekutif Bisnis Int Bank Bank Centratama Bank FAMA Int BankHARDA DIPO IntInt Bank BankHARFA Eksekutif Bank Bank FAMA Int Bank INA PERDAN Bank HARDA Bank Index SeliInt BankINDOMONEX HARFA Bank Bank INA PERDAN Bank Jasa Jkt Bank Index Seli Bank Ksjhtraan Bank INDOMONEX Bank LIMAN Bank Jasa Jkt Bank Ksjhtraan Bank LIMAN
Nama-namaNama Bank Non No BankDevisa devisa Bank MAYORA 7 Bank Mitraniaga 8 No Bank Multiartha Nama Bank devisa 9 Bank MAYORA 7 Bank Nationalno 20 Bank Mitraniaga 8 Bank Prima Mast 2 Bank Multiartha 9 Bank Purba Dana 22 BankRoyal Nationalno 20 Bank Ind 23 BankSinar PrimaHara Mast 2 Bank 24 Bank Purba Dana 22 Bank Sri Partha 25 BankSwaguna Royal Ind 23 Bank 26 BankSyariah Sinar Hara 24 Bank BR 27 Bank Sri Partha 25 Bank Syariah Bu 28 Banktabngan Swaguna 26 Bank pe 29 BankUIB Syariah BR 27 Bank 30 BankVictoria Syariah Bu 28 Bank 3 Bank tabngan pe 29 Bank Yudha Bakti 32 Bank UIB 30 Bank Victoria 3 Bank Yudha Bakti 32
83
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
3.2. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2007 dan tahun 2008 dapat diambil directory perbankkan dari Bank Indonesia dan didukung dengan informasi lainnya yang dapat diakses melalui Internet.. Data pendukung lainnya diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai buku, jurnal ilmiah, mass media, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. 3.3. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian Bank Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing, transaksi eksport- import, dan jasa-jasa valuta asing lainnya (Wikipedia, 2009). Bank non devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi dengan valuta asing atau transaksi internasional dan hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri. Variabel Penelitian. Variabel adalah segala sesuatu yang akan jadi objek 84
pengamatan dalam penelitian yang berupa suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja bank devisa dan non devisa, yang diukur dengan :rasio-rasio keuangan sebagai berikut: a) Rasio Permodalan (capital). Semakin tinggi rasio permodalan maka kinerja bank semakin baik, karena kecukupan modalnya lebih tinggi. Rasio ini terdiri dari: a) CAR (Capital Adequaty Ratio) dengan memperhitungkan risiko kredit b) CAR dengan memperhitungkan risiko pasar b) Kualitas aktiva, terdiri dari: a) Aktiva tetap terhadap modal b) Aktiva produktif bermasalah c) PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva) Produktif terhadap aktiva produktif d) Pemenuhan PPA Produktif e) Pemenuhan PPA non Produktif f) NPL (Non Performing Loan) Gros
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
g) NPL Net NPL adalah rasio kredit bermasalah (non performing loan). Semakin rendah rasio ini maka kinerja bank semakin baik. c) Rentabilitas, yaitu indikator kemampuan bank memperoleh laba apabila dihubungkan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin besar rasio ini berarti semakin bagus kinerja suatu bank. Profitability dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest margin (NIM) dan Rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO). Rentabilitas yang semakin besar, kecuali BOPO menunjukkan bahwa suatu bank lebih efisien. Rasio-rasio tersebut di tulis sebagai berikut: a) Return on Asset (ROA), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. laba bersih setelah pajak ROA = --------------------------------total aktiva b) Return on Equity (ROE), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
laba bersih setelah pajak ROE = --------------------------------modal sendiri c) Net Interest Margin (Total Interest Income Total Interest Expense) Net Interest = -------------------------------Margin (NIM) Total Earning Assets d) Rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO). BOPO = Beban operasional dibagi Pendapatan operasional d) Liquidity, yaitu indikator kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Bank merupakan suatu institusi dengan resiko likuiditas yang tinggi karena simpanan nasabah dalam bentuk giro dan tabungan dapat diambil kapan saja. Jika terjadi penarikan dana (rush) dalam waktu singkat bank bisa kesulitan likuiditas. Liquidity dalam penelitian ini diproksikan dengan LDR. LDR adalah total loan dibagi dengan total deposit. Semakin tinggi LDR mengindikasikan bank mempunyai tekanan finansial karena memberikan kredit/pinjaman yang berlebihan. LDR (Loan to deposit ratio) adalah rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga 85
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
(LDR). Semakin rendah LDR semakin baik. Angka LDR yang tinggi akan membuat bank terus terpacu untuk memupuk dana pihak ketiga (DPK). Beberapa bank yang mempunyai angka LDR tinggi pasti akan menawarkan bunga deposito yang tinggi pula, hal ini membuat bank membutuhkan likuiditas. Adapun sumber yang sangat mudah untuk mendapatkannya adalah deposito dengan tingkat pengembalian bunga (return) yang tinggi. LDR dapat dirumuskan sebagai berikut: total loan LDR = -----------------total deposit e) Kepatuhan a) GWM rupiah (Giro wajib minimum). GWM ini ditetapkan oleh BI sebesar minimum 7,5% dari sebelumnya 5%. Tambahan GWM ini bisa berbentuk surat berharga negara yang termasuk di dalamnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan juga Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Aturan ini mulai berlaku bulan Oktober 2009 (dikatakan Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono kepada detik Finance, Senin (28/09/2009). Perbankan diwajibkan menyetorkan 5% GWM 86
dalam bentuk cadangan tunai ditambah dengan 2,5% dalam bentuk surat berharga atau secondary reserves seperti SUN (Surat Utang Negara) atau SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan juga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) b) PDN (Posisi devisa Netto) semakin besar posisi PDN semakin baik. Aturan mengenai PDN pernah minimal 20%, tetapi kemudian dirubah disesuaikan dengan kondisi bank devisa terkait. Rasio-rasio mana yang secara umum, lebih besar lebih baik atau lebih kecil lebih baik, dapt dilihat pada lampiran 1. Maksudnya secara umum adalah, seperti pada rasio likuiditas, secara umum lebih besar lebih baik, namun apabila terlalu besar akan menyebabkan profitabilitas berkurang karena aktiva lancar tidak dipergunakan secara optimal, sehingga banyak aktiva yang menganggur. 3.4. Teknik Statistik Teknik statistik yang digunakan meliputi 1)Uji normalitas data. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel (rasio keuangan) berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas data menggunakan One-Sample Kol-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
mogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikansi 5%. 2)Uji beda rata-rata rasio Capital (permodalan), Kualitas aktiva (assets), rentabilitas (earnings), Liquidity, dan kepatuhan. dengan menggunakan analisis parametric (independen sample t-test) apabila data berdistribusi normal dan analisis non parametrik apabila data tidak berdistribusi normal. (uji Mann Whitney U) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Deskripsi statistik variabel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 2. Berdasar Statistik deskripsi pada lampiran 2 dan dengan melihat tabel 3, maka rata-rata rasio keuangan bank devisa untuk 6 rasio berikut yaitu ROA, ROE, BOPO, LDR, GWMR dan PDN lebih baik dari pada bank non devisa. Sedangkan untuk 10 rasio keuangan lainnya, yaitu CAR-1, CAR-2, ATTM, APB, PPAP-TAP, PPAP, PPAPNP, NPL gross, NPL net dan NIM bank non devisa lebih baik dari bank devisa. 4.2. Uji Normalitas Data Uji normalita data diperlukan untuk mengetahui alat analisis yang seharusnya digunakan parametrik atau non parametrik. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan analisis
parametrik (uji t) dan apabila tidak normal akan digunakan uji non parametrik (Man Whitney U). Dalam penelitian ini, digunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji normalitas data dari masing-masing variabel, dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil pengujian normalitas data Bank devisa dan non devisa tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada lampiran 3 dan dapat di tarik kesimpulan sebagaimana terdapat pada tabel 4. Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 16 rasio keuangan (variabel) yang diuji terdapat 10 rasio yang berdistribusi tidak normal, dan 6 rasio yang berdistribusi normal. 10 rasio yang berdistribusi tidak normal adalah CAR dengan memperhitungkan risiko kredit (CAR-1), CAR dengan memperhitungkan risiko pasar (CAR-2), Aktiva tetap terhadap modal (ATM), Penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif (PPAP-TAP), Non Performing Loan Gross (NPLG), Non Performing Loan (NPL) Net, Return On Assets, Return on equity, Net Interest Margin (NIM) dan Posisi devisa netto (PDN). Kesepuluh rasio tersebut akan diuji dengan analisis non parametric yaitu uji Mann Whitney U. Sedangkan 6 rasio lainnya yaitu Aktiva produktif bermasalah (APB), Pemenuhan Penyisihan penghapusan aktiva Produktif (PPPAP), Pemenuhan penyisihan penghapusan aktiva non produktif (PPPANP), Beban operasional 87
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Tabel 3
Tabel 3 Perbandingan mean statistic deskriptif bank devisa dan non devisa Perbandingan mean statistic deskriptif bank devisa dan non devisa Rasio Keuangan
Maen Devisa
Mean Non
Keterangan
Keterangan
devisa CAR-
24.388
07.554
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
CAR-2
23.7800
06.8648
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
Aktiva tetap/ modal
25.950
29.2270
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
APB
2.3280
.9867
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
PPA P-TAP
.5588
.2202
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
20.44
27.4839
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
PPPA NP
79.4570
9.0502
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
NPL gross
3.3745
3.79
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
NPL nett
2.3239
2.839
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
ROA
.4095
.3700
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
ROE
0.376
3.6867
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
NIM
5.5339
6.4927
Devisa < Non Devisa
Non Devisa lebih baik
BOPO
89.94
4.8573
Devisa < Non Devisa
devisa lebih baik
LDR
72.0756
26.2459
Devisa < Non Devisa
devisa lebih baik
GWMR
6.9835
6.7238
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
PDN
3.725
.3408
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
66
64
PPPA P
Valid N (listwise)
dibagi pendapatan operasional (BOPO), Loan Deposit Rasio (LDR), Giro wajib minimum (GWM) berditribusi normal se-
hingga akan diuji dengan uji parametrik yaitu t-test
88
2
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Tabel 4Tabel 4 HasilHasil Pengujian Normalitas Masing-Masing Variabel Variabel Pengujian Normalitas Masing-Masing No.
Variabel
2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6
CAR CAR-2 ATM APB PPAP-TAP PPPAP PPPANP NPL Gross NPL Net ROA ROE NIM BOPO LDR GWM PDN
Asymp. Sig (2-tailed P) .000 .000 .0 .25 .045 .0824 .0975 .024 .043 .024 .009 .033 .068 .0564 .086 .000
Keterangan
Distribusi
p 0,05 p 0,05 p 0,05 P > 0,05 p 0,05 P > 0,05 P > 0,05 p 0,05 p 0,05 p 0,05 p 0,05 p 0,05 P > 0,05 P > 0,05 P > 0,05 p 0,05
Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal Normal Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal Normal Normal Tidak Normal
4.3. Uji Beda Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Devisa dan Non Devisa Tahun 2007 dan 2008 dengan uji t.
4.4. Uji Beda Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Devisa Dan Non Devisa Tahun 2007 dan Tahun 2008 Dengan Uji Man Whitney U.
Uji beda rata-rata rasio keuangan bank devisa dan non devisa tahun 2007 dan 2008 menggunakan uji t apabila data berdistribusi normal dan uji Mann Whitney U apabila data tidak berdistribusi normal. Hasil uji t dapat lihat pada lampiran 4 dan hasil Uji Mann Whitney U dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasar pada uji Mann Whitney U pada lampiran 5 dapat diketahui bahwa rasio keuangan yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa pada tahun 2007 dan 2008 adalah CAR dengan memperhitungkan resiko kredit, CAR dengan memperhitungkan resiko pasar, Return On equity, NIM dan PDN. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan variabel yang lebih banyak maka rasio keuangan bank devisa dan non devisa terdapat yang berbeda secara signifikan, meskipun beberapa rasio keuangan tidak berbeda secara signifikan.
Berdasar uji t tersebut di atas, tidak ada rasio keuangan yang berbeda secara signifikan antara bank devisam dan bank non devisa. Hal ini berarti kinerja bank devisa maupun non devisa tidak berbeda signifikan.
89
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
5. KESIMPULAN DAN HASIL PENELITIAN
IMPLIKASI
5.1. Kesimpulan Penelitian ini menganalisis perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing, transaksi eksport- import, dan jasa-jasa valuta asing lainnya (Wikipedia, 2009). Sedangkan Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi dengan valuta asing atau transaksi internasional dan hanya dapat melakukan transaksi di dalam negeri. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2004) Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan 90
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia dan rasio keuangan apa saja yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa laporan keuangan dan rasio keuangan tahun 2007 dan tahun 2008 dapat diambil directory perbankkan dari Bank Indonesia. Populasi penelitian ini adalah seluruh bank devisa maupun bank non devisa di Indonesia Variabel penelitian berupa rasio keuangan yang digunakan meliput 16 rasio, yaitu Capital adequasi ratio dengan memper-hitungkan risiko kredit (CAR-1), CAR dengan memperhitungkan risiko pasar (CAR-2), Aktiva tetap terhadap modal (ATM), Aktiva produktif bermasalah (APB), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap aktiva produktif (PPAP-TAP), Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPPAP), Pemenuhan PPA non Produk-
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
tif (PPPANP), Non performing LoanGross (NPLG), Non Performing Loan Net (NPLN), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE, Net Interest Margin (NIM), Rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO), LDR (Loan to deposit ratio), Giro wajib minimum (GWM) dan Posisi devisa Netto (PDN). Berdasar uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dan bank non devisa pada tahun 2007 dan 2008, Berdasar Uji Mann Whitney U terhadap rasio keuangan bank devisa dan bank non devisa pada tahun 2007 dan 2008 dapat diketahui bahwa rasio keuangan yang berbeda secara signifikan adalah rasio permodalan, yaitu CAR 1 dan CAR 2, ROE, Net Interest Margin, dan PDN. 5.2. Implikasi Hasil Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun bank devisa mempunyai syarat permodalan yang lebih besar dan sumber daya lainnya yang lebih baik serta dapat bertransaksi baik di dalam negeri dengan menggunakan rupiah maupun dengan menggunakan valuta asing, namun dari segi praktik belum tentu mempunyai kinerja yang lebih baik. Hal ini bisa kita lihat dari segi permodalan (CAR-1 dan CAR2) bank non devisa malah lebih baik atau lebih besar dibandingkan dengan
bank non devisa, baik dengan uji t maupun dengan uji Mann Whitney U. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa untuk rasio ROA dan ROE tidak berbeda signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa ROE, NIM dan PDN berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa. Dengan dengan dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak ternyata hasilnya berbeda dengan penelitian sebelumnya. 5.3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya menguji perbedaan kinerja bank devisa dan non devisa dua tahun yaitu 2007 dan 2008, penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan tidak hanya terbatas pada bank devisa dan non devisa saja, tetapi menguji seluruh bank termasuh bank persero, bank asing dan bank campuran di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Aliminsyah dan Padji, (2003), Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan. Bandung : Y rama Widya Bank Indonesia., (1995), Surat Keputusan No. 27/KEP/DIR tanggal 25 Januari 1995
91
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Febriyani, Anita dan Zulfadin Rahadian, (2003), Analisis kinerja bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.7, No.4, Desember. IAI, (2004), Pernyataan Standar Akuntansi keuangan, Jakarta : Salemba Empat Lestari, Maharani Ika dan Sugiarto, Toto (2007), Kinerja bank devisa dan non devisa dan factor- faktor yang mempengaruhinya, Proceeding PESAT Auditorium kampus Gunadarma, Vol 2, 21-22 Agustus 2007. Republik Indonesia, (1998), Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Jakarta. Wikipedia Indonesia, (2009), ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, www.wikipedia.org/wiki/Bank_devisa. 13 Desember 2009
92
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran . Rasio Keuangan Dan Keterangannya.
Rasio Keuangan Dan Keterangannya.
No.
Nama CAR (Capital adequasi ratio) dengan
Keterangan Semakin besar semakin baik
memper-hitungkan risiko kredit (CAR-) 2
CAR dengan memperhitungkan risiko
Semakin besar semakin baik
pasar (CAR-2) 3
Aktiva tetap terhadap modal (ATM)
Semakin besar semakin baik
4
Aktiva produktif bermasalah (APB)
Semakin kecil semakin baik
5
PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva)
Semakin besar semakin baik
Produktif terhadap aktiva produktif (PPAPTAP) 6
Pemenuhan PPA Produktif (PPPAP)
Semakin besar semakin baik
7
Pemenuhan PPA non Produktif (PPPANP)
Semakin besar semakin baik
8
Non performing Loan (NPL) Gross
Semakin kecil semakin baik
(NPLG) 9
Non Performing Loan Net (NPLN)
Semakin kecil semakin baik
0
Return on Assets (ROA)
Semakin besar semakin baik
Return on Equity (ROE)
Semakin besar semakin baik
2
Net Interest Margin (NIM)
Semakin besar semakin baik
3
Rasio beban operasional dibandingkan
Semakin kecil semakin baik
pendapatan operasional (BOPO) 4
LDR (Loan to deposit ratio)
Semakin kecil semakin baik
5
(Giro wajib minimum). GWM
Semakin besar semakin baik
6
PDN (Posisi devisa Netto)
Semakin besar semakin baik
93
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 2
Lampiran Statistik2Deskriptif Statistik Deskriptif Bank Devisa Tahun 2007 dan 2008 Bank Devisa Tahun 2007 dan 2008
Rasio Keuangan CAR dengan memperhitungkan
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
66
0.36
07.93
24.388
20.65758
66
0.0
07.93
23.7800
20.729
Aktiva tetap terhadap modal
66
6.07
53.97
25.950
.5265
Aktiva Produktif bermasalah
66
.00
5.5
2.3280
2.68698
66
.00
5.69
.5588
.02066
Pemenuhan PPA Produktif
66
.06
376.47 20.44
54.897
Pemenuhan PPA Non Produktif
66
.00
273.98
79.4570
55.787
NPL gross
66
.00
25.39
3.3745
4.0705
NPL nett
66
.00
23.57
2.3239
3.39935
Return On Asset
66
-0.49
5.53
.4095
2.6897
Return On Equity
66
-08.37
57.99
0.376
9.35387
NIM
66
-9.99
2.37
5.5339
2.75754
BOPO
66
55.06
253.73
89.94
25.82775
LDR
66
23.94
05.97
72.0756
20.8425
GWMR
66
2.36
4.40
6.9835
2.2929
PDN
66
-3.5
49.00
3.725
6.69735
Valid N (listwise)
66
resiko kredit CAR dengan memperhitungkan risiko pasar
PPA Produktif terhadap aktiva produktif
94
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran 2 (lanjutan)
LampiranStatistik 2 (lanjutan) Deskriptif Statistik Deskriptif Bank Non Devisa Tahun 2007 dan 2008 Bank Non Devisa Tahun 2007 dan 2008 N CAR dengan memperhitungkan
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
64
9.34
854.59 07.554
290.62257
64
9.34
854.59 06.8648
290.5025
Aktiva tetap terhadap modal
64
.82
233.38
29.2270
34.8040
Aktiva Produktif bermasalah
64
.00
4.25
.9867
2.9369
64
.03
5.56
.2202
.83090
Pemenuhan PPA Produktif
64
00.00
0000.00 27.4839
235.99444
Pemenuhan PPA Non Produktif
63
.00
384.40
9.0502
6.83448
NPL gross
64
.00
20.52
3.79
4.04023
NPL nett
64
.00
7.7
2.839
3.44220
Return On Asset
64
-7.43
5.04
.3700
3.07865
Return On Equity
64
-73.62
36.27
3.6867
4.94597
NIM
64
-2.43
3.84
6.4927
2.770
BOPO
64
40.82
36.62 4.8573
60.72840
LDR
64
.00
3058.49 26.2459
373.5562
GWMR
64
.00
32.34
6.7238
4.9556
PDN
64
.00
.68
.3408
.697
Valid N (listwise)
63
resiko kredit CAR dengan memperhitungkan risiko pasar
PPA Produktif terhadap aktiva produktif
95
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 3
Lampiran 3 Uji Normalitas Data Uji Normalitas Data Menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test Menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Rasio keuangan
CAR dengan memperhitungkan resiko kredit
CAR dengan memperhitungkan risiko pasar Aktiva tetap terhadap modal Aktiva produktif bermasalah PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva) Produktif terhadap aktiva produktif Pemenuhan PPA Produktif Pemenuhan PPA non Produktif Non performing Loan (NPL) Gross Non Performing Loan Net Return on Assets Return on Equity (ROE) Net Interest Margin (NIM) Rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) LDR (Loan to deposit ratio) (Giro wajib minimum). GWM PDN (Posisi devisa Netto)
Keterangan
N
Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total
66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30
Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total
66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30 66 64 30
Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total Bank Devisa Bank Non Devisa Total
66 64 30 66 64 30 66 64 30
96 7
Lampiran 3 (lanjutan) Uji Normalitas Data
KOMPETENSI
Menggunakan OneManajemen Sample Kolmogorov Test- April 2010 78-101 Jurnal Ekonomi, & Akuntansi Vol.Smirnov 8 No. 1 Januari Lampiran 3 (lanjutan)
Most
Uji Normalitas Data Lampiran 3 (lanjutan) CAR-2 ATM APB PPAP-TAP Uji Sample Normalitas Data One Kolmogorov SmirnovPPAP Test PPPA NP NPLG Absolute .388One Sample .385 .283 .206 .242 .0 .084 .207 Menggunakan Kolmogorov Smirnov Test
Extreme
Positive
CAR- Menggunakan
Differences Most Extreme Differences
Negative Absolute Kolmogorov Positive -Smirnov Z Negative Asymp. Sig. Kolmogorov (2-tailed) -Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.388 .385 .56 .033 .030 .070 .084 .095 CAR- CAR-2 ATM APB PPAP-TAP PPAP PPPA NP NPLG -.06 -.06 -.283 -.206 -.242 -.0 -.029 -.207 .388 .385 .283 .206 .242 .0 .084 .207 2.20 .388
2.97 .56 .64 .385
.77 .033
.379 .070 .629 .030
-.06 .000
-.06 -.283 .000 .0
-.206 .25
-.242 -.0 .045 .824
2.20
2.97
.64
.77
.379
.629
.480
.79
.000
.000
.0
.25
.045
.824
.975
.24
Lampiran 3 (lanjutan)
.480 .084
.79 .095
-.029 -.207 .975 .24
Uji Normalitas Data Lampiran 3 (lanjutan) Menggunakan Uji OneNormalitas Sample Kolmogorov Smirnov Test Data Lampiran 3 (lanjutan) Menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test Uji Normalitas Data NPL nett One ROASample ROE Kolmogorov NIM BOPO LDR Menggunakan Smirnov TestGWMR Most
Absolute
Extreme
Positive
.243
.80
.290
.25
.228
.38
.220
PDN .847
.080 .095 .05 .25 .228 .38 .03 .030 NPL nett ROA ROE NIM BOPO LDR GWMR PDN Negative -.243 -.80 -.290 -.048 -.06 -.03 -.220 -.847 Absolute .243 .80 .290 .25 .228 .38 .220 .847 Kolmogorov .385 .095 .028 .652 .430 .228 .30 .38 .788 .255 .030 4.828 Positive .080 .05 .25 .03 -Smirnov Z
Differences Most Extreme Differences
Negative Asymp. Sig. Kolmogorov (2-tailed) -Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-.243 -.80 .043 .24
-.290 .009
-.048 -.06 -.03 .033 .068 .564
-.220 -.847 .086 .000
.385
.028
.652
.430
.30
.788
.255
4.828
.043
.24
.009
.033
.068
.564
.086
.000
8
8
97
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 4 Lampiran 4 HasilHasil Uji Beda rata-rata dengan t-test t-test Uji Beda rata-rata dengan Group Statistics Keteran gan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Aktiva Produktif bermasalah 0
66
2.3280
2.68698
.33074
64
.9867
2.9369
.36702
0
66
20.44
54.897
6.6658
64
27.4839
235.99444
54.49930
Pemenuhan PPA Non
0
66
79.4570
55.787
6.799
Produktif
64
89.6275
62.38867
7.79858
BOPO
0
66
89.94
25.82775
3.798
64
4.8573
60.72840
20.0905
0
66
72.0756
20.8425
2.56206
64
26.2459
373.5562
46.68945
0
66
6.9835
2.2929
.2738
64
6.7237
4.9556
.6945
Pemenuhan PPA Produktif
LDR
GWMR
98
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran Lampiran 44 (lanjutan) (lanjutan) Hasil Uji Beda rata-rata Hasil Uji Beda rata-ratadengan dengant-test t-test Independent Samples Test
Keterangan
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval
Sig. (2F Aktiva
EVA
Produktif
EVNA
.06
Sig. .806
bermasalah Pemenuhan
EVA
PPA
EVNA
3.54
.063
Produktif Pemenuhan
EVA
PPA Non
EVNA
.832
.363
Produktif BOPO
EVA
3.524
EVA
3.088
EVA EVNA
.895
.346
df
of the Difference
Std. Error
tailed) Difference Difference
Lower
Upper
28
.490
.343
.49339
-.63494
.3756
.69 26.202
.49
.343
.49406
-.6364
.3903
-.992
28
.323 -5.04285 52.27220
-452.33942 50.25373
-.977 63.234
.332 -5.04285 54.64285
-460.04953 57.96383
-.985
28
.326 -0.7053
0.3250
-30.59337
0.2523
-.984 25.069
.327 -0.7053
0.3409
-30.63672
0.29566
28
.26 -24.94325
20.04366
-64.60306
4.7656
-.226 66.54
.224 -24.94325
20.3403
-65.55366
5.6675
28
.242 -54.7033
46.04457
-45.27737
36.9367
-.58 63.379
.25 -54.7033
46.75970
-47.608
39.26052
.08 -.76
EVNA GWMR
.692
.063 -.244
EVNA LDR
t
Mean
.388
28
.699
.25973
.67006
-.06609
.58556
.384 86.708
.702
.25973
.6770
-.08596
.60543
Catatan : EVA = Equal Variance Not Assumed dan EVA : Equal variance Assumed
10
99
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 5 Lampiran 5 Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U untuk sample yang berdistribusi Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U normal untuk tidak sample yang berdistribusi tidak normal Ranks
Keteran gan
Mean Rank
Sum of Ranks
CAR dengan memperhitungkan resiko kredit
0
66
49.77
3285.00
64
8.72
5230.00
CAR dengan memperhitungkan risiko pasar
0
66
50.05
3303.50
64
8.43
52.50
Total
Total
30
30
Aktiva tetap terhadap modal 0
66
7.36
4709.50
64
59.46
3805.50
Total NPL gross
NPL nett
66
7.09
4692.00
64
59.73
3823.00
66
70.70
4666.50
64
60.3
3848.50
66
67.9
4482.00
64
63.02
4033.00
66
76.70
5062.00
64
53.95
3453.00
30
0
66
58.2
3836.00
64
73.
4679.00
Total PDN
30
0 Total
NIM
30
0 Total
Return On Equity
30
0 Total
Return On Asset
30
0 Total
30
0
66
90.84
5995.50
64
39.37
259.50
Total
100
N
30
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran 5 (lanjutan) Lampiran 5 (lanjutan) Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney tidak U untuk sample yang berdistribusi untuk sample yang berdistribusi normal
tidak normal
Test Statisticsa CAR CAR dengan
dengan
memperhitun memperhitu gkan resiko
MannWhitney U Wilcoxon W Z
Aktiva tetap
ngkan risiko terhadap
NPL
pasar
074.000
092.500 725.500 743.000 768.500 953.000 373.000
625.000
3285.000
3303.500 3805.500 3823.000 3848.500 4033.000 3453.000
3836.000 259.500
modal
gross
Return On Return On
kredit
NPL nett
Asset
Equity
NIM
PDN 439.500
-4.834
-4.748
-.800
-.79
-.60
-.740
-3.44
-2.268
-8.354
.000
.000
.072
.086
.09
.459
.00
.023
.000
Asymp. Sig. (2tailed) a. Grouping Variable: Keterangan
12
101
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN BERBASIS PROFIT AND LOSS SHARING PADA BANK SYARIAH Moh Khoiruddin dan Vitradesie Noekent Abstract
In a company that based on the principles of Islamic sharia, it is theoretically believed to be able to minimize agency problems and agency costs better than conventional institution, both the business philosophy aspect, contract design, and control. However, in the implementation of profit and loss sharing model is not dominant used by many Islamic financial institutions, both in Indonesia and abroad. The research aims was to find out the constraints and problems in implementing these concepts. By using a descriptive-qualitative analysis which involved 21 samples of Sharia bank management, the finding of research; there were 3 main constraints of profit and loss sharing implementation, namely the limited of bank human resources, high operational and monitoring costs, and the debt-based interest in the client company’s capital structure. Another constraint was the lack of understanding of the Sharia bank management about the economic impact of profit and loss sharing financing models, un applicable covenant concept, and infunction of banks as co-management and monitoring of customer’s business optimally.
Keyword Profit and Loss Sharing, Bank Syariah Penulis Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES)
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 Fak. Ekonomi - Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1412-9450
102
Pendahuluan Suatu perusahaan komersial secara konvensional mengelola keuangannya dengan tujuan utama untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, yang berarti bagaimana meningkatkan pertumbuhan nilai perusahaan yang biasanya diproksi dengan kinerja harga saham perusahaan dari waktu ke waktu. Meskipun sudah terdapat tujuan dalam perusahaan, namun dalam praktik pengelolaan perusahaan sering muncul konflik antara pemegang saham sebagai stockholder dengan manajer, dan atau antara pemegang saham dengan kreditur. Dalam konsep Islam bentuk legal perusahaan atau kontrak bisnis ditentukan oleh bagaimana modal didapatkan, bagaimana tenaga kerja dipekerjakan, bagaimana berbagai faktor dihargai, siapa yang mengambil kebijakan, berapa banyak perusahaan atau kontrak yang disatukan, dan siapa yang menanggung risiko kegagalan. Tujuan perusahaan
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Islami adalah maksimisasi profit dan sekaligus maksimisasi kebahagiaan (alfalaah), manfaat (maslahah) dan kebaikan (al-thayyibah) dalam suasana yang penuh dengan persaudaraan (al-ukhuwwah). Pemilik modal, pengelola, tenaga kerja, supplier, konsumen, dan semua pihak yang terkait saling berinteraksi dan saling menguntungkan. Bentuk Profit Loss Sharing (PLS) cukup dominan dalam literature teoritis keuangan Islam. Profit Loss Sharing (PLS) adalah suatu kontrak yang disepakati antara dua atau lebih pihak yang melakukan transaksi, yang memungkinkan mereka mengumpulkan sumber daya masing-masing untuk diinvestasikan dalam suatu proyek serta berbagi laba dan rugi. Kebanyakan ahli ekonomi Islam menyatakan bahwa PLS didasarkan pada dua bentuk pembiayaan utama, yaitu mudharabah dan musyarakah (Humayon A. Dar dan John Presley, 2000, hal. 3.) Secara khusus, dalam bentuk kerjasama usaha yang dilandasi akad mudharabah dan musyarakah, ketentuan hak dan kewajiban antara pemilik modal dengan pengelola modal telah diatur secara khas, yang menempatkan semua pihak pada posisi sebagai mitra. Demikian pula aturan dalam perhitungan hasil usaha (revenue sharing, profit-loss sharing atau profit sharing) untuk penentuan besarnya kompensasi/kerugian yang menjadi hak atau kewajiban bagi kedua belah pihak. Konsep mudaharabah dan musyarakah ini merupakan konsep secara nyata ber-
beda dengan konsep pembiayaan konvensional yang akan memberikan dampak maslahah yang lebih besar, baik secara internal (pihak yang terlibat dalam usaha) maupun eksternal atau makro. Secara teori-normatif konsep islam tentang perusahaan/kontrak bisnis ini jauh lebih potensial dalam meminimumkan agency problem, karena pendekatan penyelesaian masalah yang digunakan tidak saja materi tetapi juga yang bersifat spiritual atau non-materi, yang berorientasi pada dunia-akherat. Namun demikian dalam praktiknya perusahaan dengan prinsip syariah Islam tidak bisa lepas dari potensi agency problem, terutama dalam model mudharabah dan musyarakah, sebagaimana dialami oleh perusahaan konvensional yang muncul akibat informasi yang tidak seimbang (asymmetric information) dan tindakan pengawasan yang cukup berbiaya (costly monitoring). Salah satu indikasi adanya agency problem dalam model pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah laporan Association of Islamic Banks tahun 1996 yang menyatakan bahwa konsep profit-loss sharing (mudharabah dan musyarakah) hanya digunakan kurang dari 20% dari keseluruhan investasi yang dilakukan oleh bank Islam di seluruh dunia. Demikian juga dengan Islamic Development Bank (IDB) yang tidak banyak menggunakan profit-loss sharing dalam bisnis keuangannya, kecuali dalam sejumlah proyek skala kecil (Humayon A. Dar dan John Presley, 103
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
2000, hal. 4.) Dalam konteks Indonesia, pembiayaan mudharabah dan musyarakah dalam bank umum syariah dan BPR Syariah jumlahnya tidak pernah dominan sejak tahun 1992. Hingga akhir Juli 2009 jumlah pembiayaan PLS pada BUS dan UUS hanya 36,4%, sementara untuk pembiayaan murabahah sebesar
56,9% dari total pembiayaan yang diberikan. Sementara pada periode yang sama jumlah pembiayaan PLS yang diberikan BPR Syariah sebesar 12,6%, dan 79,1% untuk pembiayaan murabahah. Lihat Tabel 1 dan Tabel 2. (Bank Indonesia, 2009 hal 30).
Tabel 1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah dan UUS (dalam miliar rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), July 2009
104
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Tabel 2 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Pembiayaan Syariah (dalam juta rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), July 2009 Dari fakta yang ada nampak bahwa kebanyakan bank syariah seolah telah memarginalkan bentuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Sementara dalam waktu bersamaan menjadikan pembiayaan murabahah sebagai model pembiayaan yang dominan, suatu model yang memungkinkan bank syariah menolak hampir semua risiko dalam transaksi jual beli dan mendapatkan return relatif tinggi. Dengan kata lain dalam bank syariah, mudharabah dan musyarakah sulit untuk dioperasionalkan dalam konteks modern seperti sekarang ini (Abdullah Saeed, 1996, hal 75-96).
Meskipun konsep usaha/bisnis berbasis nilai-nilai Islam telah lama digaungkan, tetapi ketika faktanya seperti itu (model profit-loss sharing masih minoritas), maka sesungguhnya belum terjadi perubahan signifikan perilaku masyarakat dan institusi keuangan Islam atas konsep usaha/bisnis konvensional yang berbasis utama pada interest atau materi. Dengan demikian, kemaslahan optimal yang diimpikan masih sangat jauh dari yang diharapkan. Hubungan antara pemodal dan pengusaha, antara pemilik dan manajer tetap saja seperti semula. Perhitungan kompensasi antar pihak yang bermitra pun tidak banyak 105
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
berubah, masih cenderung berbaubau interest. Bila keadaannya seperti itu, maka sudah dapat dipastikan tidak akan lahir multiplier effect of maslahah yang dahsyat, baik secara mikro maupun makro. Kemakmuran, kebahagiaan bersama dengan penuh persaudaraan dalam masyarakat pada akhirnya tidak akan semakin membaik. Berangkat dari fakta umum seperti itu menarik untuk dikaji kembali bagaimana sebenarnya konsep Islam dalam usaha/ bisnis dengan akad mudharabah atau musyarakah—yang mampu menghasilkan maslahah besar bagi semua pihak, serta bagaimana konsep tersebut dapat terealisasi dengan baik. Untuk keperluan tersebut dengan didukung sejumlah data dari hasil riset penulis di sejumlah bank syariah di wilayah Jawa Tengah, maka tulisan ini akan mengungkapkan berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam implementasi konsep tersebut. Tulisan ini juga mencoba menawarkan kerangka solusi alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang dihadapi tersebut. Solusi yang ditawarkan meliputi aspek kemanfaatan mikro dan makro, SDM, regulasi dan indikator pengukuran kinerja institusi keuangan islam, serta kelembagaan. Metodologi Penelitian Riset ini merupakan riset eksploratif dengan teknik pengumpulan data 106
menggunakan kuesioner dan wawancara terbatas yang ditujukan kepada para pimpinan/manajemen bank syariah.yang dilakukan penulis pada bulan September hingga Oktober tahun 2009, dengan jumlah sampel sebanyak 21 bank syariah yang beroperasi di wilayah Jawa Tengah. Sampel diambil secara random. Kuesioner dibagi dua bagian, bagian pertama berisi sejumlah pertanyaan yang meliputi variabel perencanaan pembiayaan, pertimbangan bank dalam pembiayaan, resiko pembiayaan murabahah, aplikasi pembiayaan, dampak pembiayaan terhadap ekonomi mikro dan makro, regulasi dan agency problem/ agency cost. Bagian kedua, berisi pertanyaan tentang faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam implementasi pembiayaan PLS (mudharabah dan musyarakah). Dalam bagian ini responden diminta untuk mengurutkan sejumlah kendala implementasi PLS (mudharabah dan musyarakah), dari yang paling serius sampai dengan yang paling tidak serius. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kendala PLS
Utama
Implementasi
Hasil riset menunjukkan terdapat 3 kendala utama dalam implementasi PLS, yaitu keterbatasan SDM bank, biaya operasional dan monitoring yang tinggi, serta adanya hutang berbasis
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Tabel 3 Kendala-kendala Implementasi Model Pembiayaan PLS Bank Syariah Urutan Paling Serius 1
2 3 4
5 6
Macam Kendala Keterbatasan SDM bank Biaya operasional dan monitoring tinggi Adanya hutang berbasis bunga dalam struktur modal perusahaan nasabah Keterbatasan teknologi bank Keterbukaan dan kejujuran nasabah rendah Aspek keuangan dan akuntansi perusahaan nasabah Risiko kegagalan tinggi Pemahaman nasabah tentang konsep pembiayaan syariah rendah Konflik kepentingan berbagai pihak dalam perusahaan nasabah Lainnya.... Konsep sulit diaplikasikan
2. Kemanfaatan Mikro dan Makro Keberhasilan implementasi model pembiayaan PLS akan sangat luar biasa, baik pada skala mikro maupun makro. Keberhasilan model pembiayaan PLS akan mampu meningkatkan tingkat konsumsi, produksi, tabungan, investasi, Zakat Infaq Shadaqah (ZIS), kemandirian masyarakat, sekaligus akan dapat mengurangi ketergantungan pada pihak kapitalis asing.
Dari hasil riset, terungkap bahwa masih memprihatinkan pemahaman para manajemen bank syariah berkenaan dengan dampak ekonomi model pembiayaan PLS ini. Ketika diminta pendapatnya bahwa Pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah mempunyai dampak yang sama terhadap perkembangan ekonomi mikro dan makro, maka hasilnya (lihat Grafik 1) lebih dari 60% responden menjawab setuju dan sangat setuju, dan sekitar 38% menyatakan kurang setuju.
SMDAMP 40
30
20
0
Percent
bunga dalam struktur modal perusahaan nasabah. Secara lebih lengkap lihat Tabel 3.
0 3.00
4.00
5.00
SMDAMP
Grafik 1 Pembiyaan konvensional dan PLS berdampak sama pada ekonomi mikro dan makro
Kemudian, ketika diminta pendapatnya bahwa Pembiayaan murabahah dan pembiayaan mudharabah/musyarakah mempunyai dampak yang sama terhadap perkembangan ekonomi mikro dan makro, maka hasilnya (lihat Grafik 2) hampir sama yaitu lebih dari 60% responden menjawab setuju dan sangat setuju, bahkan yang menjawab 107
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
sangat setuju mencapai lebih dari 30%. Sementara sekitar 38% menyatakan kurang setuju.
DAMPEK 50
40
30
SMDAMSY 20
40
0
Percent
30
0 3.00
20
4.00
5.00
DAMPEK
Percent
0
0 3.00
4.00
5.00
SMDAMSY
Grafik 2 Pembiyaan PLS dan murabahah berdampak sama pada ekonomi mikro dan makro
Selanjutnya, ketika diminta pendapatnya bahwa Dampak pembiayaan terhadap perkembangan ekonomi mikro-makro tidak begitu relevan dalam penetapan keputusan pembiayaan kepada nasabah, maka hasilnya lebih hebat lagi, yaitu sekitar 48% menyatakan sangat setuju, 30% setuju, dan hampir 25% kurang setuju.
108
Grafik 3 Dampak pada ekonomi mikro dan makro tidak relevan dalam pengambilan keputusan PLS
Dengan pola pembiayaan berbasis bunga, biaya bunga akan menambah biaya tetap (fixed cost/FC), karena berapapun tingkat usaha/produksi yang dilakukan dalam skala tertentu, apakah perusahaan untung atau rugi, besarnya bunga tidak terpengaruh. Ketika biaya tetap bertambah dengan adanya bunga tersebut, maka biaya tetap rata-rata per unit produk (average fixed cost/AFC) juga akan semakin besar, demikian pula dengan biaya rata-rata per unit (average cost/AC). Besarnya biaya rata-rata per unit tersebut akan berpengaruh pada penentuan harga jual produk per unit yang semakin mahal karena perusahaan tidak mau rugi, dan membebankan kenaikan biaya ini pada konsumen melalui penetapan harga jual produk. Dari sisi perusahaan pola pembiayaan dengan beban bunga tersebut tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
dengan pola pembiyaan secara Islami. Perlu diingat bahwa pola pembiayaan Islami didasarkan dengan profit atau revenue sharing, yang artinya bagi hasil tersebut tidak membebani biaya tetap atau biaya variabel. Implikasi selanjutnya dari penetapan harga jual produk yang tinggi akibat beban bunga tersebut dapat mengurangi daya saing produk perusahaan di pasar, terutama dari sisi harga.
yang lebih rendah daripada dalam suatu perekonomian dengan pemberlakuan tingkat bunga yang positif.
Manfaat besar pada skala mikro dari pola pembiayaan Islami yang terkait langsung dengan bentuk usaha tersebut juga akan berdampak positif dalam skala makro. Dalam kerangka ekonomi makro adanya tambahan beban tetap di sektor riil tersebut berdampak pada pendapatan riil masyarakat yang semakin rendah ketika terjadi penetapan harga jual produk yang lebih tinggi, sementara tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan nominalnya. Pendapatan riil masyarakat yang menurun ini akan berdampak pada semakin mengecilnya permintaan produk, sehingga agregat demand akan mengalami kemerosotan. Dengan kata lain kondisi tersebut akan mengganggu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam hal ini, Badal Mukherjee dari hasil studinya sebagaimana dikutip oleh Sarker (1999) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga nol persen dalam suatu perekonomian ternyata menghasilkan keseimbangan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan profit margin
Masyarakat konsumen tidak perlu mengeluarkan uang yang besar untuk mendapatkan produk yang diinginkannya di pasar. Tabungan atau kekuatan modal yang berasal dari dalam negeri, yaitu dari masyarakat akan semakin besar ketika harga jual produk-produk menjadi lebih murah. Tabungan nasional yang besar ini akan sangat berguna untuk menggerakkan perekonomian nasional secara mandiri yang lebih kokoh, dan tidak tergantung kepada negara lain. Dengan demikian kesulitan keuangan nasional sebenarnya sangat mungkin dapat diatasi dengan pola pembiayaan usaha secara Islami yang bebas dari bunga tersebut (Moh Khoiruddin, 2002, hal 12).
Demikian pula masih dalam kerangka ekonomi makro, akan sangat besar penghematan yang dapat dilakukan secara nasional bila perusahaan-perusahaan di sektor riil dalam pembiayaannya tidak menggunakan pola hutang yang mengandung bunga tersebut.
3. Sumber Daya Manusia Berkenaan dengan kendala-kendala dalam implementasi model pembiayaan mudharabah dan musyarakah diperoleh hasil, bahwa menurut manajemen faktor 109
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
keterbatasan sumber daya manusia pada bank syariah termasuk kendala paling serius. Lihat Tabel 3 di atas. Hal ini nampaknya tidak terlalu mengherankan, baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas SDM yang ada. Banyak SDM bank syariah yang merupakan hasil upaya instant, yang semula berasal dari bank konvensional ditraining beberapa bulan tentang operasional bank syariah lalu kemudian berkarir di bank syariah. Bahkan dalam sejumlah bank yang mempunyai Unit Usaha Syariah dengan mudahnya menukar karyawan bank konvensional dengan karyawan bank syariah dan begitu pula sebaliknya. Filosofi usaha yang ada di benak kebanyakan SDM bank syariah yang seperti itu bisa jadi masih filosofi materialisme, sehingga yang menggerakkan perilakunya pada tataran operasional hingga managerial bukan filosofi usaha sesuai konsep Islam (model PLS murni), meskipun mereka membawa bendera PLS. Inilah yang sangat dikhawatirkan dan menjadi penyebab utama gagalnya pemahaman konsep PLS yang sebenarnya sebagaimana diutarakan di atas. Dengan SDM seperti itu akan sangat sulit bank syariah akan mampu bertahan pada rel yang benar, apalagi mampu mengembangkan keunggulan kompetitif bank syariah terhadap pesaingnya yang konvensional.
110
Demikian pula dari sisi kuantitas, jumlah SDM bank syariah sangat terbatas, sehingga menyulitkan bank syariah untuk dapat lebih intensif berinteraksi dengan para nasabahnya, padahal kesuksesan model PLS salah satunya sangat ditentukan oleh intensitas petugas operasional berinteraksi dengan nasabah. 4. Aspek Regulasi dan Indikator Kinerja Bank Syariah Aspek regulasi ini penting dalam rangka untuk memperlancar proses implementasi model PLS. Regulasi ini seharusnya dibuat oleh Bank Indonesia khusus terkait dengan model PLS. Bebarapa hal berikut ini patut dipertimbangkan dalam pembuatan regulasi tersebut. Untuk memperbaiki mekanisme kontrol dalam kasus mudharabah agar financier lebih mempunyai hak, maka dipandang perlu merekonstruksi standar kontrak profit-loss sharing sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi di lapangan, namun masih dalam kerangka syariah yang diperbolehkan. Terkait dengan masalah ini ketika responden dimintai pendapat tentang, Agar lebih mudah diaplikasikan, maka akad pembiayaan mudharabah dan musyarakah perlu dimodifikasi, maka hasil riset lebih dari 70% menyatakan setuju dan sangat setuju (lihat Grafik 5).
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
MODAKAD
ATBIPROP 60
50
50
40
40
30 30
20
20
Percent
Percent
0
0 3.00
4.00
5.00
MODAKAD
Grafik 5 Perlunya Modifikasi Akad Pembiayaan PLS.
Adanya aturan yang mewajibkan institusi keuangan islam untuk menerapkan model pembiayaan PLS dalam kuantitas minimal tertentu dari total pembiyaan yang diberikan, sebagai bagian penilaian kinerja bank syariah. Hal ini akan mendorong institusi keuangan islam untuk semakin kreatif dan cerdas untuk menciptakan model manajemen risiko yang khas. Meskipun terkait dengan masalah ini hampir 50% menyatakan kurang setuju ketika dimintai pendapat, Perlu ada aturan BI tentang besarnya proporsi masing-masing pembiayaan syariah yang diberikan bank, sementara yang menyatakan setuju dan sangat setuju dalam jumlah hampir sama, sekitar yaitu 50% (lihat Grafik 6).
0 0 2.00
3.00
4.00
5.00
ATBIPROP
Grafik 6 Perlunya Aturan Proporsi Minimal Pembiayaan PLS.
5. Aspek Kelembagaan Realisasi dari 3 aspek sebelumnya belum menjamin lancarnya implementasi model pembiayaan PLS tanpa adanya perhatian yang memadai pada aspek kelembagaan. Perlu adanya lembaga/institusi yang berfungsi membantu memberikan arahan manajemen kepada mudharib dalam pengelolaan usahanya. Bila mengaca pada keberhasilan bank syariah dalam penggalian dana melalui model mudharabah dan musyarakah hingga jumlah dari dari sumber tersebut dominan di bank syariah, maka nasabah shahibul maal dapat percaya kepada bank syariah karena “bank syariah profesional” di mata mereka. Oleh karena itu agar pembiayaan PLS dapat berhasil maka nasabah mudharib harus juga profesional. Agar mudharib dapat profesional, maka butuh pihak ketiga 111
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
sebagai pendamping/konsultan manajemen usaha mudharib. Model operasionalnya barangkali hampir sama dengan model modal ventura yang melibatkan management institution. Dari hasil riset kepada para manajemen bank syariah menunjukkan perlunya keberadaan institusi tersebut untuk menurunkan risiko yang dihadapi bank syariah dalam implementasi model pembiayaan PLS. Ketika diminta pendapatnya bahwa, Perlu ada pihak ketiga yang secara profesional membantu bank sebagai pendamping manajemen dan monitoring usaha nasabah dalam pembiayaan mudharabah/musyarakah, hasilnya (lihat Grafik 7) hampir 70% manajemen bank syariah menyatakan setuju dan sangat setuju adanya pihak ketiga sebagai pendamping manajemen usaha mudharib.
40
30
20
Percent
0
0 3.00
4.00
5.00
PHKKTG
Grafik 7 Perlunya Pihak Ketiga Membantu bank sebagai pendamping usaha mudharib.
112
Simpulan a. Terdapat 3 kendala utama implementasi PLS, yaitu keterbatasan SDM bank, biaya operasional dan monitoring yang tinggi, serta adanya hutang berbasis bunga dalam struktur modal perusahaan nasabah. b. Kendala lain adalah minimnya pemahaman para manajemen bank syariah tentang dampak ekonomi model pembiayaan PLS; konsep akad yang kurang applicable; dan bank tidak bisa berfungsi sebagai pendamping manajemen dan monitoring usaha nasabah secra optimal. Saran
PHKKTG
2.00
Simpulan dan Saran
a. Aspek kemanfaatan mikro dan makro. Penyadaran terhadap manfaat pada skala mikro maupun makro perlu digencarkan, karena keberhasilan model pembiayaan PLS akan mampu meningkatkan tingkat konsumsi, produksi, tabungan, investasi, Zakat Infaq Shadaqah (ZIS), dan kemandirian akan masyarakat, dan sekaligus akan dapat mengurangi ketergantungan bangsa pada pihak kapitalis asing.
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
b. Aspek SDM. Untuk mengatasi masalah SDM sudah saatnya bank syariah menaruh perhatian besar pada aspek SDM ini, mulai dari perencanaan, perekrutan, mutasi, penempatan, pengarahan, kompensasi, pengembangan, dan jenjang karir secara profesional, manusiawi dan yang sesuai dengan semangat nilai-nilai Islam, hingga mampu menciptakan SDM yang mampu mensikronkan sisi filosofis dan operasional usaha secara Islami. c. Aspek regulasi. Aspek regulasi ini penting dalam rangka untuk memperlancar proses implementasi model PLS. Regulasi ini seharusnya dibuat oleh Bank Indonesia khusus terkait dengan model PLS yang meliputi penilaian laba, , syariah complience, law enforcement, proporsi pembiayaan PLS, dan akad. d. Aspek kelembagaan. Perlu perhatian yang memadai pada aspek kelembagaan penunjang yang meliputi lembaga pemeringkat, lembaga peradilan, dan penasehat manajemen mudharib. Dalam penilaian kinerja bank syariah, perlu ditekankan bahwa dari sisi kemampuan menghasilkan laba, tidak saja diukur dari besarnya laba yang dicapai tanpa memperhatikan darimana laba tersebut diperoleh, tetapi laba yang digunakan sebagai indikator keberha-
silan institusi keuangan islam akan tinggi nilainya bila semakin banyak berasal dari keuntungan model pembiayaan PLS. e. Pengetatan aturan shariah compliance bagi institusi keuangan dan perusahaan penerima pembiayaan. Demikian pula sanksi harus jelas dan tegas dalam law enforcement. f. Bank syariah harus berani mengambil langkah strategis untuk menciptakan keunggulan kompetitif dengan pangsa pasar yang jelas. Ketika bank syariah hanya beroperasi seperti sekarang ini dengan alokasi dana yang dominan pada pembiayaan yang berbasis mirip-mirip bunga, maka tidak akan menghasilkan multiplier effect of maslahah yang dahsyat pada umat. Selain itu ceruk pasar bank syariah akan dengan mudah diambil oleh bank-bank “syariah” yang digerakkan oleh modal kapital dan jaringan besar yang berasal dari mereka yang hanya memburu peluang bisnis. Mereka dengan mudah melakukan itu karena mereka sedemikian mudah mengadopsi konsep operasional bank syariah sekarang ini. Mereka pun akan suka bermain dalam pasar ini karena mereka menghadapi risiko yang lebih kecil dan return yang lebih baik dibandingkan di pasar konvensional. Indikasi seperti itu sudah sangat 113
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
tampak dalam beberapa waktu terakhir dan akan lebih hebat pada beberapa waktu ke depan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Saeed, 1996. Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation, New York: E. J. Brill. Abdul Awwal Sarker, 1999. “Islamic Business Contracts, Agency Problem and the Theory of the Islamic Firm”. In The International Journal of Islamic Financial Services. Vol. 1, No. 2, July-September. Bank Indonesia. 2009. Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 7, No. 7, Juni. --------------------. 2009. Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics). Juli.
Eugene F, Fama, Michael C, Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. In The Journal of Law and Economics. Vol. XXVI, June. Frank Vogel dan Samuel, Hayes, III. 1998. Islamic Law and Finance: Religion, Risk and Return. The Hague: Kluwer Law International. Humayon, A. Dar, John R, Presley. 2000. “Lack Of Profit-Loss Sharing in Islamic Banking : Management and Control Imbalances”. In The International Journal of Islamic Financial Services. Vol. 2, No. 2. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah. --------------------------------. 2007. PSAK No. 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
Canyan, D. Leach. 1994. “Top Pay, Company Performance and Corporate Governance” in The Oxford Bulletin of Economics and Statistics.
Jensen W. Meckling. 1976. “Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. In The Journal of Financial Economics.
Eugene F, Brigham, Louis C, Gapenski. 1997. Financial Management : Theory and Practice. Eight Edition, Dryden Press Harcourt Brace College Publishers,
Moh Khoiruddin, 2002. “Upaya Meminumkan Agency Problem dengan Menggunakan Konsep Islam tentang Perusahaan”. Dalam Kompetensi, FE UCY.
114
KOMPETENSI Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Mohammad Omar Farooq. 2006. Partnership, Equityfinancing and Islamic finance: Whither Profit-Loss-Sharing?. Online google, (diunduh 24 Agustus 2009). Muhammad. 2009. Permasalahan Agency Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah Di Indonesia. Online http://Ekonomi Islam, (diunduh 25 April 2009).
The Journal of Business Finance and Accounting, Tariqullah Khan, 1996. An Analysis of Risk Sharing in Islamic Finance with Special Reference to Pakistan, online google, (diunduh 15 April 2009).
Muhammad Taqi Usmani. 2002. An Introduction to Islamic Finance, The Hague: Kluwer Law International. Munawar Iqbal dan Philip Molyneux, 2005. Thirty Years of Islamic Banking: History, Performance and Prospects. Palgrave. Rajesh Aggarwal and Tarik Yousef. 2002. “Islamic Banks and Investment Financing”. In The Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 32, No. 1, February Umer Chapra, 1985. Towards A Just Monetary System, The Islamic Foundation, Leicester. Watson Ogden S, R. 1996. “The Relationship Between Changes in Incentive Structures, Executive Pay and Corporate Performance : Some Evidence from the Privatised Water Industry in England and Wales”. In 115