ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN (SDM, KEDISIPLINAN DAN KOMITMEN) TERHADAP FASILITAS PEMBANGUNAN PADA DINAS BINA MARGA KOTA BANJARMASIN Jaya Bahwi Yanti dan H. Norbiansyah Dosen Tetap dan Mahasiswa STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor pelayanan (SDM, kedisiplinan dan komitmen) pegawai Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin dalam memfasilitasi Pembangunan di Kota Banjarmasin; dan mengetahui faktor yang paling dominan di antara ketiga faktor tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain explanatory. Sampel berjumlah 40 pegawai yang diambil dengan teknik sampel bertujuan. Hasil penelitian menunjukan (1) secara parsial, SDM (X1) dan disiplin (X2) berpengaruh signifikan dalam memfasilitasi pembangunan di Kota Banjarmasin; (2) secara simultan, SDM (X1), disiplin (X2) dan komitmen (X3) berpengaruh signifikan dalam memfasilitasi pembangunan di Kota Banjarmasin, serta (3) SDM mempunyai pengaruh dominan dalam memfasilitasi pembangunan di Kota Banjarmasin. Kata kunci: Sumber Daya Manusia (SDM), kedisiplinan, komitmen, fasilitas ABSTRACT This study aims to determine the effects of service factors (HR, discipline and commitment) Bina Marga Agency in Banjarmasin City in facilitating development in Banjarmasin City; and to determine the dominant factor. The method used in this study is an explanatory design. There are 40 samples taken by using purposive sampling. The results showed (1) HR (X1) and discipline (X2) affect partially in facilitating development in Banjarmasin City. (2) HR (X 1), discipline (X2) and commitment (X3) affect simultaneously in facilitating development in Banjarmasin City; and (3) HR has dominant influence in facilitating development in Banjarmasin City. Keywords: Human Resources (HR), discipline, commitment, facilities
PENDAHULUAN
dampak yang besar atas tuntutan akan keprofesionalan pelayanan dengan standar kelas juga dibutuhkan. Salah satu pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan segenap perangkatnya dan aparaturnya adalah oleh Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin yang membawahi berbagai seksi. Guna memperlancar kegiatan pelayanan baik secara administratif maupun secara teknis operasional diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdedikasi tinggi dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan fungsi yang diembannya. Lancar atau tidaknya penyelenggaraan pembangunan dan tugas umum pemerintah sangat tergantung
Latar Belakang Pada era globalisasi, perekonomian dunia mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan ini merupakan aset modal perekonomian negara. Untuk itu pemerintah diharap untuk memberikan pembinaan secara intensif melalui pelayanan terpadu dan dibukanya kesempatan seluas-luasnya serta prosedur yang mudah dan jelas. Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin sebagai dinas yang bewewenang memberikan pelayanan dan nonpelayanan masyarakat dituntut untuk siap dalam menghadapi globalisasi. Hal ini tentunya akan membawa
42
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 pada kemampuan aparatur pemerintahnya. Dalam menunjang tugas aparatur tersebut maka pemerintah harus memberikan sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang efektifitas kerja. Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin melakukan inventarisir terhadap SDM, sarana dan prasarana, dan fungsi agar sesuai dengan tugas dan dapat didayagunakan dalam penunjang produktivitas kinerja. Hasilnya menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan yaitu salah satunya dari segi kuantitasnya SDM yang masih kurang. Kurangnya jumlah pegawai berpengaruh pada pelaksanaan tugas. Para pegawai seringkali melakukan pekerjaan rangkap bahkan sampai bekerja di luar jam kerja atau lembur. Selain itu, sarana kantor yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari masih belum seimbang dengan volume pekerjaan. Keberhasilan pelaksanaan tugas suatu instansi yang menangani proses pelayanan masyarakat dapat dilihat dari pelaksanaan proses pelayanan secara administratif maupun secara teknis baik dari segi waktu dan kemudahannya. Pelayanan prima dalam memfasilitasi kegiatan pembangunan meliputi ketepatan waktu, kemudahan, dan transparasi. Kegiatan pelayanan harus dilakukan secara terorganisir, tertib dan lancar, sehingga pelayanan yang diperlukan dengan cepat dapat diakomodir dan mudah dilaksanakan. Berdasarkan identifikasi dan pokok masalah tersebut, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan antara faktor-faktor pelayanan (SDM, kedisiplinan dan komitmen) terhadap fasilitas pembangunan pada Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin ? 2. Manakah yang berpengaruh dominan di antara faktor-faktor pelayanan (SDM, kedisiplinan dan komitmen) terhadap fasilitas pembangunan pada Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin ?
43
TINJAUAN PUSTAKA
lembaga pemberi pelayanan. Kemampuan kompetitif suatu organisasi banyak ditentukan oleh pelayanan yang diberikan kepada pihak yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Dengan kata lain, pelayanan merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Pengertian pelayanan sebagaimana dikemukakan oleh Saefullah (2002:5) yaitu pelayanan umum (public service) adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Dilihat dari prosesnya, terjadi interaksi antara yang memberi pelayanan dengan yang diberi pelayanan. Karena pelayanan umum merupakan suatu bentuk interaksi, maka keberhasilannya sangat tergantung pada adanya kesesuaian antara yang memberi pelayanan dengan yang menerima pelayanan. Kesesuaian itu menurut studi human relations berupa kepuasan yang diperoleh kedua belah pihak. Menurut Eilhaitammy dalam Tjiptono (2000:23) secara garis besar ada empat unsur pokok dalam service excellence atau pelayanan yang unggul, yaitu kecepatan (service ability), ketetapan (accuracy), keramahan (courtesy), dan kenyamanan (convenience). Sementara itu, Hakim (2001:56) menyatakan terdapat lima faktor determinan yang menentukan kualitas layanan yang di berikan adalah sebagai berikut. 1. Kehandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang di janjikan tepat pada waktunya. 2. Responsif, yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat 3. Keyakinan, yaitu kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pelanggan melalui perilaku ramah-tamah dan sopan. 4. Empati, yaitu kepedulian atau kemampuan untuk memberikan perhatian pribadi pada pelanggan. 5. Berwujud, yaitu mengacu pada fasilitas fisik meliputi kemampuan dalam menyediakan peralatan, personil, dan media komunikasi yang dibutuhkan pelanggan.
Pelayanan Dalam dunia modern, pelayanan umum (public service) merupakan isu sentral yang menentukan keberhasilan setiap
Kedisiplinan Hodges dalam Asnawi (2006:34) menyatakan bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi. Berikutnya disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2005). Terdapat dua aspek dalam disiplin kerja sebagaimana Terry dalam Siagian (2003:56) yang menyatakan bahwa disiplin kerja dapat timbul dari diri sendiri dan dari perintah, yang terdiri dari hal-hal berikut ini. 1. Self inposed discipline, yaitu disiplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar disiplin. 2. Kerelaan, yaitu kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku. 3. Command discipline yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan instruksi. 4. Hukuman serta kekuasaan, yaitu disiplin yang bukan timbul karena perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi timbul karena adanya paksaan/ancaman dari orang lain. Disiplin menurut Handoko (2003:31) mencakup disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secara sadar mentaati berbagai standar dan aturan sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan/pelanggaran. Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu hukuman/tindakan pendisiplinan (discipline action) yang wujudnya berupa scorsing.
44
Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi Disiplin adalah suatu sikap perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang penting, yaitu faktor waktu dan dan kegiatan atau perbuatan (Anoraga, 2008:46). Komitmen Menurut Spector dalam Setiawati, 2007:15) secara umum komitmen kerja melibatkan keterikatan individu terhadap pekerjaannya. Komitmen kerja merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap pekerjaan tertentu dalam organisasi. Staw dan Salancik dalam Kartono (2009:75) mengajukan dua bentuk komitmen yaitu komitmen sikap (attitudinal commitment) dan komitmen tingkah laku (behavioral commitment). Komitmen sikap adalah keadaan di mana individu mempertimbangkan sejauh mana nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi, serta sejauh mana keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday, Porter dan Steers (1982) bercirikan adanya: (1) belief yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi; (2) kesiapan untuk bekerja keras; serta (3) keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan sejauhmana individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi. Fasilitas Menurut Siagian (2003:41) fasilitas merupakan truisme yang mungkin terdengar klise bahwa berbagai komponen dan satuan kerja dalam organisasi memerlukan fasilitas yang digunakan sebagai alat mengemban misi dan menyelenggarakan tugas masingmasing. Manajemen puncak dituntut berlaku adil dalam memainkan peranannya selaku pihak yang memiliki kewenangan untuk mengalokasikan hal-hal itu. Penerapan prinsip keadilan dalam alokasi fasilitas tidak boleh
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 diinterprestasikan bahwa semua satuan kerja dalam organisasi memperoleh jatah yang sama. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh manajemen puncak untuk mencegah timbulnya persepsi ialah dengan menekankan bahwa pada dasarnya setiap komponen atau satuan kerja dapat menjadi satuan kerja strategis bergantung pada kegiatan apa yang pada suatu ketika harus mendapat perlakuan khusus karena menduduki peringkat prioritas tertinggi dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi dengan efisien dan efektif. Dengan perkataan lain, dalam rangka memainkan peranannya selaku pemegang kekuasaan untuk mengalokasikan sarana, prasarana, dana, dan daya bagi seluruh komponen organisasi, manajemen puncak melakukan dua hal lain, yaitu: 1. bertindak selaku integrator untuk mencegah tumbuhnya cara berpikir dan cara bertindak yang berkotak-kotak dalam organisasi; dan 2. mengelola organisasi sedemikian rupa sehingga seluruh organisasi bergerak sebagai suatu sistem. Kerangka Konseptual Model berpikir dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. SDM (X1) Kedisiplinan (X2)
Fasilitas Pembangunan (Y)
Komitmen (X3)
45
Kosasih (2008) meneliti tentang kualitas layanan prima di perpustakaan. tolak ukur pelayanan yang baik terdiri dari tangibles (berwujud), reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), competence (pengetahuan dan keterampilan), acces (kemudahan hubungan), courtesy (perilaku), communication (komunikasi), credibility (kejujuran), security (keamanan), understanding (memahami). Lukasyanti (2006) meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan menggunakan jasa pada RSUD Keraton Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor keandalan merupakan yang berpengaruh paling besar sedangkan yang berpengaruh paling kecil adalah bukti langsung. Dari uji simultan diketahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap penggunaan jasa adalah 77,7% dan sisanya 22,3% dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pesaing dan lokasi. Disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu parameter utama yang menentukan tinggi rendahnya keputusan penggunaan jasa pada RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Disarankan bahwa (1) bagi RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan, (2) bagi dokter, perawat, dan tenaga paramedis harus selalu diberi pelatihan dan kursus agar keterampilan dalam melayani pasien lebih profesional, (3) bagi pasien dan keluarga pasien hendaknya memberikan kritik dan saran berkaitan dengan pelayanan pihak rumah sakit, dan (4) faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor bukti langsung khususnya untuk area parkir dan peralatan medis karena belum sesuai dengan kelas rumah sakit.
Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian Terdahulu Wicaksono (2009) meneliti tentang kepuasan pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Surabaya dengan pendekatan regresi logistik. Terdapat 100 sampel yang diambil secara acak sederhana. Berdasarkan analisis deskriptif diketahui pengguna jasa yang merasakan puas sebesar 69% dan yang tidak puas sebesar 13%. Sementara itu, dari analsisi regresi logistik diketahui faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah variabel reliability dan tangibles.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain explanatory yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sekaligus menguji hipotesis yang diajukan dan menjawab permasalahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah PNS pada Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin yang berjumlah 75 orang. Peneliti menggunakan teknik penarikan sampel dengan cara purposive sampling. Menurut Nazir (2008:13) purposive sampling adalah teknik atau cara menarik sampel dengan ditentukan terlebih dahulu, sehingga terdapat kebebasan peneliti untuk menentukan perwakilan dari responden yang sifatnya homogen. Persentase sampel adalah minimal 25% dari jumlah populasi, sehingga diambil 40 sampel penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data kualitatif, yaitu data yang tidak diwujudkan dengan angka-angka melainkan dalam bentuk penjelasan yang menggambarkan proses, keadaan dan peristiwa tertentu. 2. Data kuantitatif, adalah data yang disajikan dalam bentuk angka yang lebih mudah diketahui maupun dibandingkan antara satu dengan yang lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian melalui hasil wawancara dari kuesioner 2. Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia pada perusahaan berupa data mengenai tempat penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Validitas Instrumen Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Validitas instrumen dihitung dengan rumus sebagai berikut. √ {
∑ ∑
∑ ∑
}{
∑ ∑
(∑
Dimana : rxy = korelasi product moment n = jumlah responden atau sampel x = jumlah jawaban variabel x y = jumlah jawaban variabel y
)}
46
Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel
Item X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 SDM (X1) X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 Disiplin (X2) X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Komitmen (X3) X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Fasilitas (Y) Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Sumber: data diolah
rhitung 0.714 0.890 0.782 0.713 0.792 0.782 0.955 0.792 0.955 0.782 0.721 0.890 0.782 0.913 0.792 0.782 0.854 0.792 0.955 0.782 0.821 0.890 0.782 0.613 0.750 0.782 0.854 0.792 0.955 0.782 0.862 0.818 0.564 0.741 0.862 0.982 0.741 0.862 0.919 0.847
rtabel 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas instrumen berorientasi bahwa kuesioner yang digunakan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai rhitung yang dihasilkan adalah positif dan lebih besar dari rtabel. Reliabilitas dihitung dengan rumus sebagai berikut.
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015
k S2j 1 α= S2x k 1 Keterangan : α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total Dari uji reliabitas yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Item rhitung X1.1 0.866 X1.2 0.977 X1.3 0.811 X1.4 0.751 X1.5 0.837 SDM (X1) X1.6 0.761 X1.7 0.913 X1.8 0.827 X1.9 0.944 X1.10 0.768 X2.1 0.916 X2.2 0.977 X2.3 0.821 X2.4 0.931 X2.5 0.837 Disiplin (X2) X2.6 0.761 X2.7 0.913 X2.8 0.827 X2.9 0.944 X2.10 0.768 X3.1 0.946 X3.2 0.957 X3.3 0.821 X3.4 0.931 X3.5 0.837 Komitmen (X3) X3.6 0.761 X3.7 0.913 X3.8 0.827 X3.9 0.944 X3.10 0.848 Y1 0.898 Y2 0.993 Y3 0.793 Y4 0.893 Y5 0.998 Fasilitas (Y) Y6 0.793 Y7 0.940 Y8 0.898 Y9 0.701 Y10 0.999 Sumber: data diolah
rtabel 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Ket. Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
47
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Pada penelitian ini hasil pengujian nilai VIF semuanya di bawah angka 5 sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa data dari variabel yang diteliti tidak ada masalah multikolinieritas. Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel VIF Keterangan X1 1.171 Tidak terjadi multikolinieritas X2 1.015 Tidak terjadi multikolinieritas X3 1.187 Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: data diolah
Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi mengandung korelasi serial atau tidak diantara variabel pengganggu. Menurut Nugroho (2008: 62). Jika nilai Durbin-Watson mendekati atau di sekitar angka 2, maka model tersebut terbebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini, hasil dari uji Durbin-Watson adalah sebesar 1,389. Uji Normalitas Pada penelitian ini, grafik uji normalitas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan searah dengan garis tersebut. Jadi, model regresi layak dipakai untuk prediksi variabel terikat berdasarkan masukan dari variabel bebasnya.. Uji Heterokedastisitas Pada penelitian ini tidak terjadi gejala heterokedastisitas karena pada grafik scatterplot titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji t) Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Hasil Uji t Var. X1 X2 X3
thitung 4,630 3,193 3,059
ttabel 2,021 2,021 2,021
r2 0,611 0,470 0,454
Prob. 0,03 0,03 0,03
Ket Diterima Diterima Diterima
Sumber: data diolah Berdasarkan hasil estimasi regresi yang telah dilakukan pada Tabel 4 diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel SDM, disiplin, dan komitmen lebih besar dari pada
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 ttabel 2,021 pada tingkat signifikan 5% df = 75 – 4 -1. Jadi, semua variabel berpengaruh secara parsial terhadap pasilitas pegawai.
1.
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F) Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji F dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji F Fhitung Ftabel R R Square Sig α = 0,05 13.041 2.861 .722 .521 0,000 Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung 13,041 > Ftabel 2,861 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa pada taraf nyata α=0,05 pelayanan (X) yang terdiri atas SDM (X1), disiplin (X2) dan komitmen (X3) berpengaruh signifikan dalam memfasilitasi pembangunan di Kota Banjarmasin. Adapun besarnya kontribusi seluruh variabel pelayanan (X) dengan angka R² sebesar 0,521 berarti bahwa secara serentak berpengaruh dalam memfasilitasi anggota sebesar 52,1%, sedangkan sisanya sebesar 47,9% ipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang ada. Pengaruh Secara Dominan Dari perhitungan secara parsial nilai terbesar dari variabel pelayanan adalah SDM yaitu sebesar 4,630 atau dikuadratkan menjadi 4,630 ≈ 21,44 persen. Nilai SDM ini memiliki nilai terbesar dibandingkan variabel lainnya. Jadi, SDM merupakan variabel paling dominan memfasilitasi anggota Pegawai Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin.
PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. SDM, disiplin, dan komitmen berpengaruh secara parsial dan simultan dalam memfasilitasi pembangunan pada Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin. 2. Variabel yang berpengaruh dominan dalam memfasilitasi Pembangunan pada Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin adalah SDM. Dari kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan oleh pihak terkait adalah sebagai berikut.
2.
3.
48 Perlu adanya SDM yang berkualitas agar dapat menambah loyalitas pegawai. Dengan adanya SDM yang memiliki profesionalisme kerja yang baik berarti akan memberikan semangat kerja yang baik untuk menutupi kekurangankekurangan yang yang terjadi pada pegawai termasuk wawasan dan pengetahuan yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja. Perlu adanya penerapan disiplin pegawai yang ditekankan melalui pengawasan terhadap waktu kerja. Perlu adanya komitmen yang dilakukan oleh kepala terhadap pegawainya yaitu dengan pernyataan kerjasama kedua pihak.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji. 2008. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Asnawi, 2006. Disiplin dalam Bekerja. Jakarta: Rineka Cipta. Handoko, T, Hani. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara. Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press Kosasih, A.A. 2008. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Layanan Prima di Perpustakaan”. Universitas Negeri Malang.
Lukasyanti, Dewi 2006. “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Menggunakan Jasa pada Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Mowday, R.T., L.W. Porter dan R.M. Steers. 1982. Employee Organization Linkages: The Psychology of Commitment, Absenteeism and Turnover. London: Academic Press Inc. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Sastrohadiwiryo, B Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Saefullah, A. Djadja. 2002. “Konsep dan Metode Pelayanan Umum. Bandung”: Jurnal Publik.. Vol. 1.
KINDAI Volume 11 Nomor 1, Januari – Maret 2015 Setiawati, Devi dan Zilkaida Anita. 2007. “Perbedaan Komitmen Kerja berdasarkan Orientasi Peran Gender pada Karyawan di Bidang Kerja Nontradisional". Proceeding Pesat. Vol.2 Siagian, Sondang, P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bina Aksara Tjiptono, Pandy. 2000. Manajemen Jasa. Jakarta: Ghalia. Wicaksono, Gigih. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Surabaya dengan Pendekatan Regresi Logistik”. Skripsi. Institut Teknologi Surabaya.
49